Anda di halaman 1dari 102

Analisis Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan

Rawaterate Jakarta Timur

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :
Raudhotul Jannah
1113111000002

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI


KELURAHAN RAWATERATE JAKRTA TIMUR

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Januari 2019

Raudhotul Jannah
ABSTRAK
Raudhotul Jannah
Analisis Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan
Rawaterate Jakarta Timur

Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 telah menerbitkan Program


Keluarga Harapan (PKH). Program serupa di Negara lain yang dikenal dengan
istilah Conditional Cash Transfers (CCT) yang diterjemahkan menjadi bantuan
tunai bersyarat. PKH adalah program perlindungan sosisal yang memberikan
bantuan tunai kepada keluarga penerima manfaat (KPM) dan bagi anggota
keluarga penerima manfaat (KPM) diwajibkan melaksanakan persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan
mengurangi beban KPM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutuskan
mata rantai kemiskinan antar generasi, sehinga generasi berikutnya dapat keluar
dari jurang kemiskinan. Fokus Program Keluarga Harapan ini adalah dibidang
pendidikan dan kesehatan.
Peneitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,
teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan
dokumentasi. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: pertama, bagaimana pelakasanaan PKH terhadap KPM di
Kelurahan Rawaterate Jakarta Timur. Kedua, Apa saja kendala saat pelaksanaan
PKH di Kelurahan rawaterate Jakarta Timur. Teori yang digunakan adalah Teori
Fungsional AGIL Talcot Parsons.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa proses pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Rawaterate sudah berjalan dengan baik,
terlihat dari proses kegiatan pertemuan awal, sosialisasi pendamping, pencairan
bantuan, pemutakhiran data dan verifikasi komitmen peserta. Serta kendala yang
dihadapi selama pelaksana PKH di lapangan, antara lain keterlambatan informasi
yang di berikan pusat kepada daerah sehingga menyulitkan pendamping untuk
meneruskan informasi tersebut kepada peserta PKH, terutama dalam hal pencairan
dan bantuan dan verifikasi data.

Kata kunci: PKH dan Kemiskinan.

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudulPelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH) Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Kota
Adminitrasi Jakarta Timur(studi kasus Kelurahan Rawaterate Jakarta
Timur).Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial Strata Satu pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebagai makhluk sosisal, penulis tidak lepasdari orang-orang baik yang
selalu mendungkung dengan kasih sayang dan memberikan semangat untuk
berusaha terus untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana
dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik sekaligus dosen Penasihat Akademik (PA).
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosisologi.
3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si selaku Sekretaris Program Sekretaris
Program Studi Sosiologi..
4. Ibu Dr. Dra, Wahidah R. Bulan, M.Si selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi serta
dukungan moril dalam pelaksanaan penyusunan skripsi.
5. Bapak dan ibu dosen pengajar beserta staff tata usaha Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak memberikan ilmu serta bantuan penulis selama kuliah.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang
telah menyediakan buku dan fasilitas Wifi untuk mendapatkan refrensi
dan memperkarya skripsi.

ii
7. Program Keluarga Harapan, Keluarga Penerima Manfaat, Pendamping
PKH dan lain-lainya di Kelurahan Rawaterate Jakarta Timur yang
telah memberikan bantuan kepada penulis ketika melakukan
penelitian.
8. Orangtua tercinta, Ayahanda H.Adi Adnal Kamal dan ibunda
Hj.Masroni yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang
serta perhatian moril maupun materil, semoga hasil ini menjadi
langkah awal penulis dalam membuat kedua orang tua penulis bangga.
9. Kakak-kakak penulis yaitu Syaifullah Kamal, Maria Ulfa dan Kakak
Ipar Ulfa Bughiah serta Adik Nafisatu Zahra dan keponakan Asyraf
Syarahil Kamal yang tidak luput memberi perhatian moril dan materil
terhadap penulis.
10. Nenek dan kakek tercintah H. Matrais (alm) dan Hj. Imron (almh),
kakek dan nenek tercintah KH.Masnin HAR (alm) dan Hj. Romlah,
Terima kasih sangat luar biasa yang menjadikan panutan penulis.
11. Sepupu-sepupu penulis, Juairiyah, Maratus Sholeha danPutri Hana
Hanana terima kasih atas supportnya.
12. Sahabat-sahabat penulis, Ida Syadidah, Umi Kulsum, Nur Maya Sari,
Rufaida dan Wahyu Rizki Utami yang terus memberi semangat dan
motivasi kepada penulis.
13. Teman sekaligus keluarga bagi penulis, Mariana Tengker (Atika
Marwa Nasution, Dewi Sri Azizah Utami, Ovi Fauzia Tihamayati,
Yuliani Nanda Sari, Ridha Illahi Putri, Shinta Pratandari, dan Shofi
Mutia Syar’i) yang menjadi teman diskusi sekaligus pemberi motivasi
kepada penulis.
14. Teman-teman seperjuangan Sosiologi angkatan 2013, khusunya
teman-teman dari Sosiologi kelas A. Terima Kasih telah menjadi
teman yang luar biasa dan memberi banyak pelajaran tentang arti
kehidupan dan persahabatan.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan

iii
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jakarta, 16 Januari 2019

Raudhotul Jannah

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTRAR ISI ....................................................................................................vii
DAFTRA TABEL ...............................................................................................ix
DAFTRA GRAFIK .............................................................................................x

BAB IPENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................................1
B. Pernyataan Peneliti ..................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat Peneliti ...................................................................3
D. Tinjauan Pustaka .....................................................................................4
E. Penjelasan Konsepsual ............................................................................13
1. Kemiskinan .........................................................................................13
a) Definisi Kemiskinan ......................................................................13
b) Jenis-Jenis Kemiskinan ..................................................................13
c) Penyebab Kemiskinan....................................................................14
d) Indikator Kemiskinan ....................................................................16
2. Program Pengentasan Kemiskinan .....................................................17
3. Keluarga..........................................................................18
a) Peran dan fungsi keluarga...............................................19
b) Permasalahan Keluarga...................................................20
F. Kerangka Teoritis ....................................................................................21
G. Meteodelogi Penelitian............................................................................23
H. Sistematika Penelitian .............................................................................25

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PKH


A. Letak Geografis Kelurahan Rawaterate .................................................27
B. Program Keluarga Harapan (PKH) ........................................................31

vii
BAB III ANALISIS PELAKSANAAN PKH
A. Proses Pelaksanaan PKH di Kelurahan Rawaterate ................................40
B. Kendala Dalam Pelaksanaan PKH ..........................................................48
C. Analisis Pelaksanaan PK........................................................49

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN .......................................................................................55
B. SARAN ...................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................57


LAMPIRAN ........................................................................................................59

viii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Sarana Perekonomia Kelurahan Rawaterate ........................................ 29
Tabel II.2 Jumlah Pendidikan Kelurahan Rawaterate ........................................... 30
Tabel II.3 Sarana Kesehatan Kelurahan Rawaterate ............................................. 30
Tabel III Skema Bantuan ...................................................................................... 41

ix
DAFTAR GAMBAR

Bagan II.1 Peta Lokasi .......................................................................................... 27

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah

Pencapaian kesejahteraan masyarakat dilalui dengan jalan perubahan-


perubahan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan tersebut
dilakukan melalui pembangunan, tujuan pembangunan masyarakat ialah
perbaikan kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat, sehingga
kemiskinan dan lingkungan masyarakat mengalami perubahan.
Kemiskinan hampir menjadi permasalahan di semua negara, baik di
negara maju maupun di negara sedang berkembang dengan tingkat
permasalahan yang berbeda-beda. Di Indonesia sebagai salah satu negara
sedang berkembang, kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang penting
dan sangat serius karena kemiskinan membuat banyak masyarakat Indonesia
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, seperti:
sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan.
Kebijakan pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan telah
dilakukan oleh pemerintahan. Perluasan kesempatan kerja, pembangunan
pertanian, pemberian dana bergulir dan pembangunan infrastruktur. Namun
gejala kemiskinan di Indonesia belum sepenuhnya bisa teratasi. Menurut
Soerjono Soekanto (2009:321) “Kemiskinan disini diartikan sebagai suatu
keadaaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai
dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfatkan tenaga
mental dan juga fisiknya dalam kelompok tersebut”. Namun, untuk
menyelesaikan permasalahan yang berkembang di masyarakat diperlukan
kebijakan sebagai realisasi dari fungsi dan tugas negara serta dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan.
Dalam rangka penaggulangan kemiskinan berbasis rumah tangga,
pemerintah meluncurkan program khusus yang diberi nama Program Keluarga
Harapan (PKH), yang dilaksanakan sejak tahun 2007. Menurut Dirjen Bantuan
dan Jaminan Sosial (Depsos, 2010) PKH dirancang untuk membantu

1
penduduk miskin terbawah berupa bantuan bersyarat. Program ini diharapkan
mampu berkontribusi untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan
milenium (Millennium Development Goals atau MDGs), yaitu pengurangan
penduduk miskin ekstrim dan kelaperan, pencapaian pendidikan dasar,
kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita dan
pengurangan kematian ibu melahirkan.
PKH adalah sebuah kebijakan program yang dirumuskan oleh
pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan penduduk di Indonesia.
Dalam pelaksanaan perlindungan sosisal berbasis keluarga, sesuai kebijakan
pemerintah, termasuk bagian dari program bantuan sosial terpadu berbasis
keluarga. Program ini merupakan kebijakan perlindungan sosial dalam rangka
pemenuhan hak dasar.
Sebagai sebuah program yang direncanakan secara terpusat. Dalam
pelaksanaan terdapat banyak aspek dan pihak yang terlibat. Dalam kaitan itu
tidak tertutup kemungkinan terjadi penyimpangan dari peraturan pada saat
pelaksanaan program. Begitu juga dengan kebijakan pemerintah mengenai
PKH. Pelaksanaan PKH di tingkat lokal tidak menutup kemungkinan
menghadapi permasalaham-permasalahan. Begitu pula dalam kebijakan
pemerintah yang salah satunya adalah tentang penanggulangan kemiskinan
yang program tersebut dinamakan dengan PKH.
Di Kecamatan Cakung masih banyak terdapat masyarakat miskin yang
terutama bertempat tinggal di daerah pelosok, salah satu daerah tersebut
berada di Kelurahan Rawaterate. Kelurahan Rawaterate juga salah satu tempat
yang dimana jika musim hujan datang selalu kebanjiran, ini disebabkan karena
tidak ada aliran air dan di kelilingi industri-industri besar. Kelurahan
Rawaterate memiliki 3,714 KK, 6 RW dan 16 RT, penduduknya didominasi
oleh petani, kerja serabutan, dan hanya sebagian kecil yang mempunyai
tempat usaha (agen sembako, steam mobil dan motor dll), dengan begitu
pemerintah daerah juga melihat Kelurahan Rawaterate masih terdapat
masyarakat miskin yang bahkan sangat miskin, maka dari itu pemerintah
memberi kebijakan untuk memilih Kelurahan Rawaterate jadi salah satu yang

2
menerima bantuan langsung bersyarat tersebut.
Jadi, permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan program keluarga
harapan di Kelurahan Rawaterate ini adalah kurangnya efektifitas pelaksanaan
PKH dimana dalam proses memilih masyarakat yang akan diberikan bantuan
PKH sering tidak tepat sasaran, dalam mewujudkan kesejahteraan masyarkata
Kelurahan Rawaterate Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisa Pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Rawaterate Jakarta Timur.
B. Pertanyaan Penelitian
Terkait hal tersebut penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
a. Bagaimana pelakasanaan PKH di Kelurahan Rawaterate Jakarta Timur
dalam mewujudkan kesejateraan masyarakat?
b. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan PKH di Kelurahan
Rawaterate?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah
dikemukakan maka peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan PKH di Kelurahan
Rawaterate.
b. Dan juga untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala di dalam
pelaksanaan PKH di Kelurahan Rawaterate.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan


antara teori yang telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan
berdasarkan hasil data yang diperoleh dari beberapa penelitian
tersebut dan hasil pengamatan di lapangan.

3
b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi


pengembangan PKH untuk lebih maju lagi dan mensejahteraan
masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan kajian kepustakaan


agar memperoleh data dari berbagai sumber baik berupa buku maupun karya
ilmiah pada penelitian sebelumnya yang serupadengan penelitian yang sedang
peneliti lakukan. Pembahasan mengenai Program Keluarga Harapan (PKH) dan
Kualitas Hidup Keluarga Miskin di Kelurahan Rawaterate Jakarta Timur, belum
banyak yang membahas sebagai karya ilmiah secara mendalam, khususnya pada
jurusan Sosiologi.Berdasarkan pada penelusuran tentang kajian pustaka yang
penulis lakukan di lapangan, maka penulis menemukan beberapa skripsi yang
hampir sama dengan penulis lakukan, antara lain:
Pertama,Tesis yang berjudul“Analisis Implementasi Program Keluarga
Harapan (PKH) terhadap Keluarga Sangat Miskin (KSM) Penerima Bantuan
(Studi di Kecamatan Gunung Kabupaten Lampung Tengah)”oleh Slamet Riyadi
dari Universitas Lampung, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik 2016
Tesis ini membahas tentang Impementasi PKH, faktor-faktor pendukung
implementasi dan hambatan impelentasi dalam pelaksanaan PKH di Kecamatan
Gunung Sugih Lampung.
Kedua, Skripsiyang berjudul “AnalisisPeran Pendamping Dalam Program
Keluarga Harapan (PKH) Pada Suku Dinas Sosial Jakarta Utara” olehAhmad
Rokhoul Alamin, Universitas Islam Negeri Jakarta.Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Program Studi Pengembangan Masyarkat Islam 2010.
Skripsi ini membahas tentang peran pendamping PKH dalam program
pengembangan dan pengentasan kemiskinan masyrakat melalui Program Keluarga

4
Harapan, serta membahas tentang harapan pendamping dan masyarakat pada
pemerintahan dalam program pelindungan sosial.
Ketiga, Tesis yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) Kota Adminitrasi Jakarta Utara (Studi Kasus di Kelurahan
Warakas, Kecamatan Tanjung Priok)” oleh Lidya Nafatilona, Universitas
Indonesia, Fakultas Ekonomi, Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik 2011.
Yang berjudul.
Tesis ini membahas tentang pelaksanaan Program Keluarga Harapan dapat
berjalan sebgaimana mestinya, juga membahas permasalahan-permasalahan apa
saja yang dihadapi KPM dalam Program Keluarga Harapan di Kelurahan Warakas
Jakarta Utara.
Keempat, Skripsi yang berjudul “Partisipasi Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) Dalam Meningkatkan Pendidikan anak (Studi Pada Masyarakat
Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Negararatu,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan)” oleh Laela Kurnia Khairani,
Universitas Lampung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi.
Skripsi ini membahas tentang bagamana partisipasi RTSM dalam meningkatkan
pendidikan anak pada penerima bantuan PKH di Desa Negararatu Natar,
Kabupaten Lampung Selatan.
Berbeda dengan penelitian yang penulis akan lakukan. Dalam penelitian
karya ilmiah ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif yang ingin mengungkapkan tentang Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) di Kelurahan Rawaterate Jakarta Timur serta kendala apa saja
yang dihadapi pada saat PKH ini berlangsung.
Tabel dibawah ini mendeskripsikan perbedaan, persamaan dan hasil penelitian
yang akan dilakukan oleh penulis:

5
Nama Peneliti Isi Skripsi
Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
Slamet Riyadi Analisis Implementasi  Menggunakan  Fokus penelitian  Implementasi PKH di Kecamatan
(2016 Program Keluarga metode terletak pada Gunung Sugih tahun 2011 - 2014
Harapan (PKH) penelitian Implementasi PKH yang meliputi: aspek Input berupa
terhadap Keluarga kualitatif  Menggunakan teori penetapan Rumah Tangga Sasaran
Sangat Miskin (KSM)  Objek Implementasi (RTS); aspek Proses berupa
Penerima Bantuan penelitian kebijakan dan kegiatan Pertemuan Awal dan

6
(Studi di Kecamatan meliputi kebijakan publik Validasi, Pembentukan Kelompok,
Gunung Kabupaten Program dan Pemutahiran Data; serta aspek
Lampung Tengah) Keluarga Output berupa Verifikasi
Harapan (PKH) Komitmen, dan Penyaluran
Bantuan telah berjalan sesuai
ketentuan PKH.
 Faktor pendukung implementasi
meliputi; aspek communication
berupa dukungan kelembagaan
PKH yang telah berjalan efektif,
aspek dispotitions berupa
kebijakan alokasi dana sharing
PKH; serta aspek resources berupa
komitmen dan kapabilitas
implementor program.
 Hambatan implementasi meliputi
kendala dalam pelaksanaan
penetapan Rumah Tangga Sasaran
(RTS) akibat sumber data yang
tidak akurat, keterlambatan

7
pelaksanaan kegiatan pemutahiran
data akibat tidak terpenuhinya
sebagian prasyarat administratif,
serta keterlambatan pelaksanaan
verifikasi komitmen akibat kinerja
oknum petugas pendamping PKH
yang kurang optimal. Kualitas
PKH dinilai lebih baik jika
dibandingkan dengan varian
bantuan langsung lainnya seperti
PSKS/BLSM.
.

8
Lidya Nafatilona Analisis Pelaksanaan  Menggunakan  Teori analisa Pelaksanaan PKH di Kelurahan
(2011) Program Keluarga metode SWOT Warakas ada beberapa permasalahan
Harapan (PKH) Kota penelitian (Stenght,weaknes yang ditemukan seperti dalam
Adminitrasi Jakarta kualitatif s, opportunity, sosialisasi yang dilakukan tidak
Utara (Studi Kasus di  Fokus threat) merata, pencairan dana yang tidak
Kelurahan Warakas, penelitiannya tepat waktu, dan penentuan penduduk
Kecamatan Tanjung pada miskin kelurahan Warakas tidak
Priok) pelaksanaan dilakukan secara keseluruhan tetapi
PKH hanya menggunakan data baseline
BLT sebagai dasar untuk digunakan
dilapangan, sedangkan data tersebut
merupakan data yang ada pada tahun
2005 dan pendamping tidak
melakukan pendataan penduduk
miskin terbaru.

Ahmad Rokhoul Analisis Peran  Menggunakan  Fokus Peran seseorang yang menja`dikan
(2010) Pendamping Dalam metode penelitiannya paada dirinya sebagai mediator,fasilitator,

9
Program Keluarga penelitian Peran Pendamping pendidik, pemungkin, sekaligus
Harapan (PKH) Pada kualitatif PKH sebagai anggota/peserta PKH berdaya
Suku Dinas Sosial  Teori McColland dalam membangun hidup mereka
Jakarta Utara) tentang Motivasi (problem) secara mandiri. Selain
berperstasi menjadi “agen perubahan” yang
mengorganisasi kelompok
masyarakat, pendamping harus pula
melaksanakan tugas teknis, seperti:
melakukan analisis sosisal, mengelola
dinamika kelompok (masyarakat),
menjalin relasi, bernegosiasi,
berkomunikasi, memberi konsultan,
dan mencari serta mengatur sumber
dana.

Laela Kurnia Partisipasi Rumah  Fokus kepada  Metode Penelitian 1. partisipasi orang tua RTSM
Khairani Tangga Sangat Miskn Partisipasi Kualitatif dalam meningkatkan

10
(RTSM) dalam Orangtua  Meneliti komponen pendidikan anak yaitu: adanya
Meningkatkan dalam Pendidikan di PKH peran serta dari bantuan
Pendidikan Anak (studi meningkatkan Program Keluarga Harapan
pada Masyarakat pendidikan (PKH) digunakan semaksimal
Penerima Bantuan untuk anak- mungkin untuk pendidikan
Program Keluarga anaknya anak dalam bentuk keuangan,
Harapan (PKH) di Des tersebut. partisipasi dalam bentuk
Negararatu, Kecamatan moril, partisipasi dalam
Selatan) bentuk tenaga atau keahlian,
dan partisipasi dalam bentuk
sarana dan prasarana.
2. faktor pendorong orang tua
RTSM dalam menyekolahkan
anak antara lain: keinginan
orang tua, persepsi orang tua
yang sadar akan pentingnya
pendidikan, pengaruh
lingkungan social
3. faktor penghambat orang tua

11
RTSM dalam menyekolahkan
anak antara lain: kondisi
ekonomi, kendala saat
menghadapi anak ketika
hendak sekolah yaitu
ketidaktersediaan uang jajan
anak, malas, jarak dari rumah
ke sekolah.
4. partisipasi orang tua pada
satuan pendidikan yaitu:
semua orang tua
menyekolahkan anak di
satuan pendidikan, dan
mengikuti syarat ketentuan
PKH bidang pendidikan.

Matriks Tinjauan Pustaka

12
E. Penjelasan Konseptual
A. Kemiskinan
1. Kemiskinan
a. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidak mampuan individu memenuhi
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. (Departemen Sosial,
2002) Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada
dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas
kemiskinan (poverty threshold). (Soekanto, 1999)untuk dapat
membayar kebutuhan makana setara 2.100 kalori per hari dan
kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,
kesehatan, penidikan, trasportasi, serta aneka barang dan jasa
lainnya. (Suharto, 2015)
Menurut Oscar Lewis kemiskinan muncul sebagai akibat
adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang
miskin, seperti: malas, mudah menyerah pada nasib, kurang
memiliki etos kerja dan sebagainya. Faktor eksternal datang dari
luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti: brokrasi atau
peraturan-peraturan resmi yang dapat menghampat seseorang
dalam memanfaatkan sumberdaya. (Suharto, 2005)
b. Jenis-Jenis Kemiskinan
1. Kemiskinan berdasarkan tingkatan kelompok, terbagi menjadi
3 (Setiawan, 2011):
a. Destitute, merupakan kelompok yang paling miskin atau
fakir miskin sehingga memiliki pendapatan di bawah garis
kemiskinan, tidak memiliki pendapatan di bawah garis
kemiskinan, tidak memiliki sumber pendapatan sama
sekali, serta tidak memiliki akses terhadap berbagai
pelayanan sosial.
b. Poor Group, merupakan kelompok miskin yang memiliki

13
pendapatan di bawah garis kemiskinan tetapi secara relatif
masih memiliki sumber pendapatan dan memiliki akses
terhadap pelayanan sosial dasar.
c. Neer Poor, merupakan kelompok hampir miskin, sehingga
kelompok ini rentan terhadap berbagai gejolak ekonomi
dan sosisal yang dapat menggeser mereka dari status
rentan menjadi miskin bahkan fakir miskin bila tidak
terdapat bantuan sosial.
2. Kemiskinan berdasarkan sifatnya di bagi menjadi
2(Criswardani, 2005):
 Natural Poverty, adalah kemiskinan yang berkaitan
dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana
umum, serta keadaan tanah yang tandus.
 Arifical Poverty, merupakan kemiskinan yang lebih
banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau
pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat
menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi,
yang ada secara merata.
c. Penyebab Kemiskinan
1. Menurut Spicker dalam Jurnal(Wahyudi & Rejekingsih,
2013)penyebab kemiskinan dapat di bagi 4 bagian yang
berbeda:
a. Individual explanation, kemiskinan dalam terminology
karakteristik orang miskin itu sendiri yaitu, hasil dari
kemalasan, kekurangan perorangan atau beberapa macam
kekurangan atau kecacatan, seseorang miskin karena
membuat kesalahan pilihan, memiliki anak pada waktu tidak
tepat, gagal untuk bekerja dan sebagainya.
b. Familial explanation, kemiskinan yang diakibatkan oleh
faktor keturunan, dimanaterdapat warisan pada generasi
selanjutnya sehingga terjadi ketidak beruntungan yang

14
berulang terus ke generasi selanjutnya, baik dalam warisan
asuhan dan pendidikan.
c. Subcultural explanation, kemiskinan karena pola perilaku,
tapi lebih disebabkan oleh keadaan pada pilihan personal.
d. Structural explanation, mengidentifikasi kemiskinan sebagai
hasil dari masyarakat di tempat tersebut. Kemiskinan
menciptakan suatu kesenjangan yang diinterpestasikan oleh
adanya divisi sosial, kelas, status atau keturunan.
2. Menurut World Bank 2003, penyebab dasar kemiskian adalah:
a. Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal.
b. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan
prasarana.
c. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias
sektor.
d. Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat
dan sistem yang kurang mendukung.
e. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan
anatara sektor ekonomi (ekonomi tradisonal dan ekonomi
modern).
f. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal
dalam masyarakat.
g. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang
mengelola sumber daya alam dan lingkungannya.
h. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good
governance)
i. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebih dan tidak
berwawasan lingkungan.

15
d.Indikator-Indikator Kemiskinan
Ada beberapa indikator-indikator kemiskinan akan diuraikan
pada sub sub bab berikut ini(Criswardani, 2005):
1. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Peran Pemerintah.
Pemerintah sebagai regulator sekaligus dinamisator dalam
suatu perekonomian merupakan salah satu pihak yang memiliki
peran sentral dalam upaya untuk menanggulangi permasalahan
kemiskinan. Di Indonesia, pelaksanaan penanggulangan
permasalahan kemiskinan dikoordinasikan oleh Kementrian
Koordinator Bidang Kesejahteraan yang bekerja sama dengan
Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial. Program
penanggulangan masalah kemiskinan ini dibiayai melalui
Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional (APBN) melalui
pos pengeluaran untuk Program Pembangunan. Prinsip yang
digunakan untuk program ini bahwa penanggulangan kemiskinan
dilakukan melalui upaya untuk meningkatkan pembangunan di
bidang sumber daya manusia dan pemenuhan sarana maupun pra
sarana fisik. Kedua bentuk pelaksanaan dalam APBN ini disebut
juga investasi pemerintah untuk sumber daya manusia dan
investasi pemerintah di bidang fisik.
2. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Kesehatan.
Dari berbagai data kemiskinan yang dihimpun
menyebutkan adanya keterkaitan antara kemiskinan dan kualitas
kesehatan masyarakat. Rendahnya kemampuan pendapatan dalam
mencukupi/memenuhi kebutuhan pokok menyebabkan
keterbatasan kemampuan untuk menjangkau atau memperoleh
standar kesehatan yang ideal/layak baik dalam bentuk gizi maupun
pelayanan kesehatan yang memadai. Dampak dari kondisi seperti
ini adalah tingginya resiko terhadap kondisi kekurangan gizi dan
kerentanan atau resiko terserang penyakit menular. Kelompok
masyarakat yang disebut miskin juga memiliki keterbatasan untuk

16
mendapatkan pelayanan kesehatan/pengobatan yang memadai
sehingga akan menyebabkan resiko kematian yang tinggi.
Indikator pelayanan air bersih atau air minum merupakan
salah satu persyaratan terpenuhinya standar hidup yang ideal di
suatu daerah. Ketersediaan air bersih akan mendukung masyarakat
untuk mewujudkan standar hidup sehat 39 yang layak. Dalam hal
ini, ketersediaan air bersih akan mengurangi resiko terserang
penyakit yang diakibatkan kondisi sanitasi air yang buruk.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka terdapat
keterkaitan/hubungan antara ketersediaan pelayanan air bersih dan
jumlah penduduk miskin di suatu daerah. Pada sisi permasalahan
lain, ketersediaan air bersih sangat ditentukan oleh kemampuan
pembangunan pra sarana air bersih dalam menjangkau lingkungan
atau pemukiman masyarakat. Masyarakat yang kurang terjangkau
oleh pelayanan air bersih/minum relatif lebih rendah kualitas
kesehatannya dibandingkan masyarakat yang telah mendapatkan
pelayanan air bersih.
2. Program Pengentasan Kemiskinan
Untuk meningkatkan efektivitas dalam upaya penanggulangan
kemiskinan presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010
tentang Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat
penurunan angka kemiskinan hingga 8% sampai 10% pada akhir tahun
2014. Melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) di bawah koordinasi Wakil Presiden Republik Indonesia, telah
mengklasifikasikan kebijakan dalam tiga kelompok (cluster) yaitu sebagai
berikut: (http://www. tnp2k.go.id/id/ program /sekilas/)
a. Klaster I
Kelompok kebijakan penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan
dan perlindungan sosial. Fokus utama kebijakan ini adalah untuk
pemenuhan hak dasar yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas
kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan yang lebih baik.

17
Mekanisme pelaksanaan program bersifat langsung dan klasifikasi
program ini meliputi program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS), Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN), Bantuan
Siswa Miskin (BSM) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
b. Klaster II
Kelompok kebijakan berbasis pemberdayaan masyarakat. Fokus
utama program ini adalah untuk memperbaiki kualitas kehidupan
masyarakat miskin melalui pendekatan pemberdayaan yang
dimaksudkan agar masyarakat keluar dari kemiskinan dengan
menggunakan potensi dan sumberdaya yang dimiliki. Jenis program
klaster II ini adalah PNPM Mandiri.
c. Klaster III
Kebijakan berbasis pemberdayaan usaha mikro yang memberikan
akses seluas-luasnya kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha
dan meningkatkan kualitas hidupnya dengan memberikan modal atau
pembiyayaan dalam skala mikro. Program pada klaster III ini adalah
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
2.Keluarga
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan
sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap
anggota keluarganya. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga
memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh
penting yang mengemudikan perjalanan hidup keluarga disamping beberapa
anggota keluarga lainnya. (Gunarsa, 2000:92)
Anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan satu
kesatuan yang kuat apabila terdapat hubungan baik antara ayah-ibu, ayah-anak,
dan ibu-anak. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam
hubungan timbal balik antara semua pribadi dalam keluarga. (Modul PKH 2013)
Tugas utama keluarga adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan
sosial semua anggotanya, mencangkup pemeliharaan dan perawatan anak-anak,
membimbing perkembangan pribadi, serta mendidik agar mereka hidup bahagia.

18
a. Peran dan Fungsi Keluarga
Dalam Modul PKH 2013, menerangkan ada beberapa peranan dan
fungsi keluarga diantaranya sebagai berikut:
1. Peran Keluarga
a. Modelling, orang tua merupakan model atau panutan anak-
anaknya. Orangtua mempengaruhi secara kuat sekali dalam hal
keteladanan, baik hal postif ataupun negatif. Cara berfikir dan
perbuatan anak dibentuk oleh cara berfikir dan berbuat orangtua.
b. Mentoring, artinya kemampuan untuk menjalin atau membangun
hubungan, menanamkan kasih sayang kepada orang lain, atau
pemberian perlindungan kepada orang lain secara mendalam, jujur
dan tanpa syarat.
c. Organizing, keluarga memerlukan kerja sama tim dalam
menyelesaikan permasalahan, tugas, atau memenuhi kebutuhan
keluarga.
d. Teaching, orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang
hukum-hukum atau prinsip dasar kehidupan. Disinilah orang tua
diuji kompetensinya untuk menciptakan kemampuan sadar pada
diri anak, yaitu anak sangat mnyadari apa yang dikerjakannya dan
memahami alasan mengapa mengerjakan hal itu.
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologi, keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak,
fungsi biologis orang tua ialah melahirkan anak. Fungsi ini
merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.
b. Fungsi afeksi/psikologis, hubungan afeksi ini tumbuh sebagai
akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari
hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan,
persahabatan, dan persamaan pandangan mengenai nilai-nilai.
c. Fungsi ekonomi, fungsi ekonomi berkaitan dengan mencari
sumber-sumber pengahasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

19
Seperti menabung dalam upaya memenuhi kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang.
d. Fungsi sosialisasi, fungsi ini dapat membentuk kepribadian anak.
Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-
pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam
masyarkat dalam proses perkembangan pribadinya.
e. Fungsi pendidikan, fungsi pendidikan keluarga ini telah mengalami
banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan keluarga
masih tetap penting, namun secara formal fungsi pendidikan itu
telah diambil alih oleh sekolah
f. Fungsi rekreasi, keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggota-
anggotanya. Sekarang pusat-pusat rekreasi di luar keluarga, seperti
gedung bioskop, kebun binatang, taman-taman dan lain sebagainya
dipandang lebih menarik.
g. Fungsi keagamaan, keluarga merupakan pusat pendidikan upacara
ritual dan ibadah agama bagi para anggotanya di samping peranan
yang dilakukan oleh institusi agama.

h. Fungsi perlindungan, keluarga berfungsi memberikan


perlindungan, baik fisik maupun sosial, kepada para anggotanya.
i. Fungsi pembinaan lingkungan, fungsi ini menempatkan anggota
keluarga dalam hubungan antar keluarga sebagai masyarakat. Pada
kapasitas sebagai tetangga harus saling melindungi, saling
menghormati, saling berbagi, dan saling mengingatkan.
b. Permasalahan Keluarga
Masalah keluarga merupakan masalah yang dihadapi oleh keluarga
yang harus dicarikan pemecahannya. Masalah keluarga yang berlarut-larut
tidak diselesaikan dapat mengganggu fungsi keluarga dalam melaksanakan
perannya. (Modul PKH 2013) Penyebab munculnya masalah dalam
keluarga yaitu: kurangnya kemampuan berintekrasi antar pribadi dalam

20
menanggulangi masalah, kurangnya komitmen terhadap keluarga, peran
yang kurang jelas dari anggota keluarga, kurangnya kesatbilan lingkungan.

F. Kerangka Teoritis
1. Teori Fungsional Struktural AGILTalcot Parsons
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan.
Perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas. Serta
adapula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga
yang berjalan dengan cepat. Perubahan sosial dianggap fungsional
apabila perubahan tersebut membawa dampak positif bagi
masyarakatnya.
Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan yang
diperkirakan atau telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak
yang hendak mengadakan perubahan didalam masyarakat. Pihak-pihak
yang menghendaki perubahan disebut agent of change. Perubahan
sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan merupakan
perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki berlangsung di luar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. (Soekanto,
1999)
Permasalahan dalam penelitian ini mengacu pada paradigma
fakta sosial dengan menggunakan teori Fungsionalisme Struktural.
Bahasan tentang Fungsionalisme Struktural Parsons ini akan di mulai
dengan empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan”, yang
terkenal dengan skema AGIL. Teori ini menekankan kepada
keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan
dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi,
fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibrium).
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial
yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling
berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang

21
terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap
bagian yang lain.
Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons terkenal
dengan empat imperatif fungsional bagi sistem “tindakan“ yaitu skema
AGIL. AGIL, fungsi adalah suatu gugusan aktivitas yang di arahkan
untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan sistem. Menggunakan
definisi ini, Parsons percaya bahwa ada empat imperatif fungsional
yang diperlukan atau menjadi ciri seluruh sistem Adaptation (adaptasi),
Goal attainment (pencapaian tujuan), Integrasidan
Latency(pemeliharaan pola). Secara bersama–sama, keempat imperatif
fungsional tersebut di sebut dengan skema AGIL. Agar bertahan hidup
maka sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut. (Ritzer,
2012)
1. Adaptation (adaptasi)
Sebuah sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang
datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan– kebutuhannya.
Adaptasi dapat secara aktif dan secara pasif. Adaptasi aktif adalah
berusaha memasukkan semua yang asing dalam suatu sistem kerja
yang dibentuknya.usaha ini menjadi terasing dengan masyarakat
disekelilingnya, bahkan seringkali menimbulkan masalah etnis
dan sosial budaya. Sedangkan adaptasi pasif, terjadi dengan cara
lembaga yang ada menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
sosial/budaya, dan alam lingkungan yang ada.
2. Goal Attainment (pencapaian tujuan)
Sebuah sistem harus mendefinisikan dan harus mencapai
tujuan utamanya. Secara estafet ia mengambil hal-hal yang
diserap oleh daya adaptasi, diambil oleh Goal untuk dimanage
sehingga tujuan dapat tercapai. Goal dengan demikian cukup
beragam, sesuai dengan strategi atau langkah yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.

22
3. Integration (Integrasi)
Sebuah sistem harus mengatur hubungan bagian–bagian
yang menjadi komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan
antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A,G,L).
4. Latency (Pemeliharaan Pola)
Sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan
memperbaharui motivasi individu dan pola – pola budaya yang
menciptkan dan mempertahankan motivasi tersebut.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, dimana hasil akhir dari
penelitian ini dijabarkan dengan kata-kata atau kalimat yang menunjukan
hasil akhir penelitian. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam situasi tertentu
termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang
berlansung dan pengaruh dari suatu fenomena. (Nazir, 2006:63).
2. Sumber data
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpulan data. (Sugiyono, 2009:137)
yaitu masyarakat yang mendapatkan bantuan PKH dan pendamping
PKH.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dengan
cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang
bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.
(Sugiyono, 2009:137) data berupa dokumen didapatkan dari kantor
Kelurahan dan Pendamping PKH.

23
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Menurut Arikunto menyatakan bahwa observasi merupakan
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis
(Arikunto, 2002:22). Dalam hal ini penulis melihat secara langsung
beberapa proses awal pelaksanaan PKH di Kelurahan Rawaterate.
Pengamatan dalam penelitian ini berawal dari survei mengunjungi
kantor Kelurahan Rawaterate, menanyakan tentang adanya PKH di
Kelurahan Rawaterate. Setelah itu penelitian dilakukan dengan
melihat segala aktivitas masyarakat yang terjadi di Kelurahan
Rawaterate, sosialisasi pendamping PKH terhadap KPM (keluarga
penerima manfaat). Setelah memperoleh data yang dibutuhkan,
peneliti selanjutnya mentransformasikan temuan lapangan kedalam
bentuk data kualitatif pada skripsi ini.

b. Wawancara
Dalam pencatatan data wawancara yang dilakukan oleh penulis berupa
alat tulis serta recorder handphone. Dalam hal ini, penulis melakukan
wawancara dan pendekatan dengan beberapa narasumber yang terkait,
kemudian wawancara penelitian ini mengarah pada Proses
Pelaksanaan PKH di Kelurahan Rawaterate.
c. Dokumentasi
Menurut Bungin dalam buku Metode Penelitian Kualitatif Teori &
Praktik menyatakan bahwa dokumenter adalah informasi yang
disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.(Burhan,
2013) Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dokumentasi yang
berupa foto, rekaman suara wawancara.

24
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Rawaterate Jakarta
Timur yang berlokasi di Jalan raya pupar Jakarta Timur. Waktu
penelitian yang penulis lakukan di Kelurahan Rawaterate berkisar 8
bulan, yaitu September 2017-Maret 2018. Untuk kegiatan observasi dan
wawancara disesuaikan dengan jadwal kegiatan sosialisasi pendamping
PKH di Kelurahan Rawaterate.
5. Teknis Analisis Data
Metode dalam kualitatif perlu juga memerinci langkah-langkah
dalam menganalisa berbagai bentuk data kualitatif, yakni:Analisis data
dalam penelitian kualitatif akan berlangsung bersamaan dengan bagian-
bagian lain dari pengembangan penelitian kualitatif, yaitu pengumpulan
data dan penulisan temuan. Ketika wawancara sedang berlangsung,
misalnya, penelti dapat menganalisis wawancara yang dikumpulkan
sebelumnya, menuliskan memo yang pada akhirnya dimasukkan sebagai
narasi dalam laporan akhir, dan menyusun struktur laporan
akhir.(Creswell, 2016)
Pendekatan kualitatif dapat dijabarkan lebih detail dalam langkah-
langkah berikut ini (Creswell, 2016):
(1) mengelola dan mempersiapkan data untuk dianalisis, langkah ini
melibatkan transkip wawancara, mengetik data lapangan dan
memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jeni kebutuhan
informasi.
(2) membaca keseluruhan data.
(3) menghubungkan data dengan teori yang digunakan.
(4) menginterpretasi makna data.
H. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis menyusun penelitian dalam 4 (empat) bab,
setiap bab berisi dari dari sub-sub bab pembahan yang memiliki keterkaitan
antara bab dengan sub-sub bab yang satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai
berikut :

25
BAB I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari pernyataan masalah atau latar
belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan
dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
konseptual, kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II : Gambaran Umum
Bab ini terdiri dari penjelasan mengenai gambaran
umum lokasi penelitian, yang pertama, meliputi
pemaparan data tentang lokasiKelurahan
Rawaterate. Yang kedua, meliputi Latar belakang
PKH, Rancangan Kegiatan PKH, Sanksi PKH,
Skema Bantuan PKH.
BAB III :Temuan dan Analisis
Pada Bab ini penulis memaparkan proses
pelaksanaan PKH dan kendala selama pelaksanaan
PKH di Kelurahan Rawaterate Jakarta Timur.

BAB IV : Penutup
Penutup sebagai bab terakhir memuat kesimpulan
dan saran dari seluruh hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA : Lembaran Daftar Pustaka
Halaman daftar pustaka berisi rujukan pustaka
yang diacu dalam penulisan skripsi ini. Pustaka
dipastikan berasal dari sumber yang terpercaya
seperti buku teks, buku elektronik (e-book), jurnal
ilmiah, dan berita elektronik.

26
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, PROGRAM KELUARGA
HARAPAN DAN SUBJEK PENELITIAN
A.1. Letak Geografis
Pada umumnya, pembahasan dalam bab ini mengenai letak geografis,
mengetahui lokasi Kelurahan Rawaterate yang ditempati oleh keluarga
penerima manfaat (KPM) dalam penelitian ini. Hal ini sebagaimana yang
tertera pada gambar peta dibawah ini:
Gambar II. I
Peta Kelurahan Rawaterate, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur

Sumber: www.petakecamatancakung.com

Sumber: (https://www.google.co.id/search?q=peta_kelurahan_rawaterate)

Berdasarkan peta diatas berwarna hijau merupakan Kelurahan


Rawaterate. Kelurahan Rawatertare merupakan salah satu kelurahan yang ada
dari 7 Kelurahan yang ada diwilayah Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Kelurahan Rawaterate terletak di Jalan Raya Pupar, Jakarta Timur. Kelurahan
Rawaterate adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan
Cakung kota adminitrasi Jakarta Timur. Kelurahan Rawaterate memiliki luas

27
3,30 Km², jumlah ruas jalan 28 ruas, mempunyai panjang jalan sebesar
18.625,00 m dan pada tahun 2014 wilalayah Rawaterate dibagi menjadi 6 RW
dan 60 RT. Rawaterate merupakan wilayah yang paling kecil diantara wilayah-
wilayah yang lainnya jika dibandingkan dengan Kelurahan Cakung Timur
yakni sekitar 23,20% sedangkan Rawaterate hanya 7,81% dari total luas
wilayah Kecamatan Cakung.
2. Kehidupan Penduduk Rawaterate di Bidang Ekonomi, Pendidikan dan
Kesehatan
Kelurahan Rawaterate memiliki tingkat keberagaman yang sangat
menarik. Hal tersebut terjadi akibat bermacam-macam orang yang tinggal di
wilayah Rawaterate datang dengan membawa kebudayaan masing-
masing.Kehidupan masyarakat Kelurahan Rawaterate di musim hujan datang
sangat memperihatinkan. Setiap musim hujan datang masyarakat Kelurahan
Rawaterate menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Aliran sungai Cakung
lama (RT 04 dan 05) menuju Cakung drain tidak terurus dengan tumbuhnya
tanaman liar seperti (rumput, pohon dan eceng gondok) sehingga aliran
sungai tidak lancar. Aliran sungai Cakung lama memiliki panjang 900 meter
dan lebar 8 meter, dan sungai Cakung lama menuju Cakung drain rusak dan
sudah tidak berfungsi bahkan sudah tertutup.
a. Kehidupan Penduduk Kelurahan Rawaterate di Bidang Ekonomi
Kelurahan Rawaterate merupakan wilayah yang memiliki potensi
perekonomian yang cukup tinggi untuk yang berpendidikan minimal
SMA. Hal ini dapat dilihat dengan kawasan industri dan banyaknya tempat
usaha baik bergerak dibidang perdagangan maupun jasa. Untuk
mengetahui jumlah sarana perekonomian yang terdapat di Kelurahan
Rawaterate, dibawah ini data sarana perekonomian yang ada di Kelurahan
Rawaterate:

28
Tabel II. 1
Sarana Perekonomian di Kelurahan Rawaterate, 2016

No Jenis Perekonomian Jumlah


1 Mini Market 6
2 Toko/Warung 369
3 Restoran/Rumah Makan 4
4 Pasar -
5 Bank 6
6 Industri 30
Total Keseluruhan 415
sumber: buku statistik kecamatan cakung 2016
Pada sektor perindustrian, Kelurahan Rawaterate menjadi
kawasan yang paling menonjol nomer 2 setelah Kelurahan Jatinegara
yaitu dengan 30 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 16.526
orang. Kelurahan Jatinegara dan Rawaterate memiliki jumlah
perusahaan industri besar dan sedang terbanyak, karena Kawasan
Industri Pulogadung (KIP) terdapat di dua kelurahan tersebut. (Buku
Statistik Kecamatan Cakung, 2016)
b. Kehidupan penduduk Kelurahan Rawatertae di Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian
serius bagi pemerintah pusat maupun daerah, sarana pendidikan di
Kelurahan Rawaterate belum cukup memadai, belum tersedianya
Taman Kanak-Kanak (TK) , seperti tabel dibawah ini:

29
Tabel II.2
Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Rawaterate 2016

No Jenis Sekolah Jumlah


1 TK -
2 SD 6
3 SMP 3
4 SMA 3
5 Perguruan Tinggi -
Total Keseluruhan 12
sumber: buku statistik kecamatan cakung 2016
c. Kehidupan Penduduk Rawaterate di Bidang Kesehatan
Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, di Kelurahan
Rawaterate ini tersedianya berbagai sarana. Sarana-sarana tersebut
diantaranya sarana pendidikan, ekonomi. Berikut ini data sarana kesehatan
yang terdapat diwilayah Kelurahan Rawaterate dibawah ini:
Tabel II.3
Sarana Kesehatan di Wilayah Kelurahan Rawaterate 2016

No Sarana kesehatan Jumlah


1 Rumah Sakit Umum -
2 Rumah Sakit Bersalin 2
3 Posyandu 11
4 Puskesmas 1
5 Klinik 3
6 Praktek bidan 6
7 Praktek Dokter Umum 6
8 Praktek Dokter Gigi 35
Total Keseluruhan 64
sumber: buku statistik kecamatan cakung 2016

30
B. Program Keluarga Harapan
Program keluarga harapan (PKH) merupakan program
penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari
program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada dibawah
koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik
dipusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim
Pengendali PKH dalam TKPK agarterjadi koordinasi dan sinergi yang baik,
(Modul PKH 2013).
PKH merupkan program lintas kementrian dan lembaga, karena aktor
utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Depatemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendididkan
Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan Informatika, dan
Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu
oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. Program keluarga
harapan (PKH) sebenarnya telah dilaksanakan diberbagai negara, khususnya
negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun
secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfer (CCT),
yang diterjemahkan menjadi bantuan tunai bersyarat. Program ini “bukan”
dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT)
yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangg miskin
mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian
harga Bahan Bakar Minyak (BBM). PKH lebih dimaksudkan kepada upaya
membangun system perlindungan sosial kepada masyarakat miskin, (Modul
PKH 2013).
Dapat disimpulkan bahwa Program keluarga harapan (PKH) adalah
program yang memberikan bantuan tunai bersyarat kepada Keluarga
Penerima Manfaat (KPM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait
dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu
pendidikan dan kesehatan

31
1. Tujuan PKH
Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok
masyarkat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya
mempercepat pencapaian target. Secara khusus tujuan PKH terdiri
atas:
a. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi KPM
b. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KPM
c. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan
anak dibawah 6 tahun dari KPM
d. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan
kesehatan, khususnya bagi KPM, (Pedoman Umum PKH)
2. Sasaran PKH
Sasaran atau penerima bantuan PKH adalah Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak
yang usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi
terpilih. Penerima bantuan adalah ibu atau wanita dewasa yang
mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada
ibu maka: nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi
penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan
tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah
tangga.Untuk itu, orang yang harus dan berhak mengambil
pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di kartu PKH,
(Modul PKH 2013).
Calon penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa
selama mereka menerima bantuan, mereka akan:
a. Menyekolahkan anak 7-15 tahun namun belum selesai pendidikan
dasar 9 tahun wajib belajar.
b. Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan
prosedur kesehatan PKH bagi anak.
c. Untuk ibu hamil, harus memeriksakan diri dan janinnya ke fasilitas

32
kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil.
3. Komponen PKH
Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen
yang menjadi fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan.
Tujuan utama PKH kesehatan adalah meningkatkan stastus kesehatan
ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat
sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan
kesehatan yang bersifat proventif (pencegahan, dan bukan
pengobatan).
Seluruh perserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan
gratis yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang
diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Karenanya, kartu PKH bisa
digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut.
Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkat
angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya
mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin.
Anak penerima PKH pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan
belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus
mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir
sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka. Setiap anak peserta PKH
berhak menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional
maupun lokal, Seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Asuransi
Kesehatan Keluarga Miskin (ASKESKIN), Beras untuk Keluarga
Miskin (RASKIN), dan sebagainya. Program PKH bukanlah pengganti
program-program lainnya karenanya tidak cukup membantu
pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH
merupakan bantuan agar orang tua dapat mengirim anak-anaknya ke
sekolah. (Modul PKH 2013)
4. Indikator Masyarakat Miskin
Telah banyak program dari pemerintah untuk penanggulangan
kemiskinan. Meskipun bantuan itu tidak mendidik, karena berupa cash

33
money, namun sangat membantu supaya dapur tetap bisa mengepul.
Program tersebut bernama Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan saat ini
dilanjutkan dengan program bantuan yang sedang berjalan yaitu PKH.
Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak menerima bantuan ini,
pemerintah menggunakan acuan dari BPS tentang 14 (empat belas).
Kriteria Kemiskinan yaitu seperti yang diungkapkan oleh Nugroho
(2004:17), mengemukakan bahwa indikator kesejahteraan berkait erat
dengan kemiskinan karena seseorang digolongkan miskin atau tidak
jika tidak seberapa jauh indikator-indikator kesejahteraan tersebut telah
dipenuhi. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu
murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia / kayu
berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan
ruma tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung /
sungai / air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang
/ minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam
seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas /
poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan
luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan

34
dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak
tamat SD/ hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan
minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit,
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Indikator-indikator di atas tidak semuanya dipakai dalam
penelitian ini seperti pada nomor 8 dan nomor 14, karena melihat di
daerah ini memang tidak ada lagi masyarakat yang hanya
mengkonsumsi ayam dan daging dalam seminggu, dan tidak memiliki
tabungan yang kurang dari Rp. 500,000- sebagaimana tercantum di
nomor 14.
5. Syarat/Kewajiban Penerima Bantuan PKH
Calon penerima terpilih harus menandatangani persetujuan
selama mereka menerima bantuan, mereka akan :
1. Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun
namum belum selesai pendidikan dasar 12 tahun wajib belajar.
2. Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai
dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak.
3. Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan
janinnya ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur
kesehatan PKH bagi ibu hamil. (Pedoman Umum PKH).
a. Syarat Bantuan Kesehatan

35
Tabel 2.1 Syarat nbantuan kesehatan
Sasaran Persyaratan (Kewajiban peserta)
Ibu Hamil Melakukan pemeriksaan kehamilan
(antenatal care) sebanyak minimal 4 kali (K1
di trimester 1, K2 di trimester 2, K3 dan K4
di trimester 3) selama masa kehamilan.
Ibu Melahirkan Proses kelahiran bayi harus ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih.
Ibu Nifas Ibu yang telah melahirkan harus melakukan
pemeriksaan atau diperiksa kesehatannya
setidaknya 2 kali sebelum bayi mencapai
usia 28 hari.
Bayi Usia 0-11 Anak berusia di bawah 1 tahun harus
Bulam diimunisasi lengkap dan ditimbang secara
rutin setiap bulan.
Bayi Usia 6-11 Mendapat suplemen tablet vitamin A.
Bulan
Anak Usia 1-5 Dimonitor tumbuh kembang dengan
Tahun melakukan penimbangan secara rutin setiap
1 bulan Mendapatkan vitamin A sebanyak 2
kali setahun pada bulan Februari dan
Agustus.
Anak Usia 5-6 Melakukan penimbangan secara rutin setiap
Tahun 3 bulan sekali dan/atau mengikuti program
pendidikan anak usia dini.
Sumber: Pedoman Umum PKH
Fasilitas kesehatan yang disediakan adalah:
a. Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, Pusling,
Posyandu.
b. Dokter, Bidan, Petugas Gizi, Jurim, Kader, Perawat.
c. Bidan kit, posyandu kit, antropometri kit, imunisasi kit.
d. Tablet Fe, Vitamin A, Obat-obatan dan bahan-bahan
pelayanan kesehatan.

36
e. ibu & bayi baru lahir.
f. Vaksin BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, TT ibu
hamil.
g. Buku register (Kartu Menuju Sehat).
b. Syarat Bantuan Pendidikan
Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia 7-18 tahun
dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 12 tahun
mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir
sekurang-kurangnya 85% tatap muka. (Pedoman Umum PKH)
6. Besaran Bantuan
Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung
jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan
bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran
bantuan ini di kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi
keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang
ditentukan.
Tabel 2.2 Skenario bantuan yang diberikan

Skenario Tahap Pencairan Bantuan Per


Bantuan RTSM/KSM

Komponen Pendidikan
Anak SD Rp. 115.500 x 4 Tahap Rp. 462.000
Anak SMP Rp. 187.500 x 4 Tahap Rp. 750.000
Anak SMA Rp. 250.000 x 4 Tahap Rp. 1.000.000
Komponen Kesehatan
Balita/Ibu Hamil Rp. 250.000 x 4 Tahap Rp. 1.000.000
Bantuan Tetap Hanya Ditahap Kedua Rp. 500.000

Sumber: Modul PKH 2013

37
7. Peran Pendamping PKH
Pendamping merupakan aktor penting dalam mensukseskan PKH
pendamping adalah pelaksana PKH di tingkat kecamatan.Pendamping
diperlukan karena:
1. Sebagian besar orang miskin tidak memiliki kekuatan, dan
kemampuan untuk memperjuangkan hak mereka yang
sesungguhnya. Mereka membutuhkan pejuang yang
menyuarakan mereka, yang membantu mereka mendapatkan
hak.
2. UPPKH Kabupaten/Kota tidak memiliki kemampuan
melakukan tugasnya diseluruh tingkat kecamatan. Petugas
yang dimiliki sangat terbatas sehingga sulit menditeksi segala
macam permasalahan dan melakukan tindak lanjut dalam
waktu cepat, jadi pendamping sangat dibutuhkan.
3. Mengingatkan KPM untuk melaksanakan komitmennyadalam
PKH adalah tugas pendamping yang tidak kalah penting,
sehingga KPM tetap bisa mendapatkan bantuan PKH, (Modul
PKH 2013).
8. Landasan Hukum dan Dasar Pelaksanaan PKH
a. Landasan Hukum
1. Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
2. Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan
Fakir Miskin.
3. Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
4. Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan
yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.
5. Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi.

38
6. Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan
(PKH).
b. Dasar Pelaksanaan PKH
1. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan,No:31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang
“Tim Pengendali Program Keluarga Harapan” tanggal 21
September 2007.
2. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No.
02A/HUK/2008 tentang “Tim Pelaksana Program Keluarga
Harapan (PKH) Tahun 2008” tanggal 08 Januari 2008.
3. Keputusan Gubernur Aceh tentang “Tim Koordinasi Teknis
Progra Keluarga Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD”.
4. Keputusan Bupati/Walikota Nagan Raya tentang “Tim
Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH)
Kabupaten/Kota/TKPKD”.
5. Surat Kesepakatan Bupati Nagan Raya untuk Berpartisipasi
dalam Program Keluarga Harapan.

39
BAB III
Analisis Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)

A. Proses Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan


Rawaterate
PKH adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan berbasis
keluarga yang dalam target jangka pendeknya bertujuan terlaksananya
pemanfaatan fasilitas pendidikan ataupun fasilitas kesehatan oleh KPM
peserta PKH. Dalam jangka panjang, PKH bertujuan untuk mengurangi
angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia, serta merubah perilaku KPM yang relatif kurang mendukung
peningkatkan kesejahteraan. (Modul PKH 2013)
Program Keluarga Harapan di Kelurahan Rawaterate dilakukan mulai
tahun 2008ada 280KPM yang menjadi peserta PKH. Dari hasil observasi,
penulis menemukan beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan Program
Keluarga Harapan terhadap KPM di Kelurahan Rawaterate. Berikut ini
merupakan proses awal sampai akhir penerimaan PKH.
1. Seleksi dan Penetapan Lokasi PKH
Proses pertama dari pelaksanaan PKH salah satunya yaitu seleksi
dan penetapan lokasi. Proses ini dilakukan sebelum program berjalan.
Dalam hal ini pihak Kementrian Sosial dan Pemda mengambil perannya
masing-masing, khususnya Walikota Jakarta Timur saling berkoordinasi
dengan pihak Kementrian Sosial. Seperti yang diungkapkan penerima
PKH pada saat wawancara “kita bisa dapat PKH dari Kementrian Sosial
dan pemda, karena walikota bersedia adanya PKH akhirnya dijalankan
disini” (wawancara Dewi, 20 september 2017)
Pendapat serupa juga dituturkan oleh informan lain, yaitu Rina
sebagai pendamping di Kelurahan Rawaterate pada saat diwawancarai:
“Kalau untuk seleksi dan penetapan lokasi itu langsung dari
kemensos yang menanganinya dan bekerjasama dengan
pemda, kecamatan serta kelurahan yang merujuk dari data
sensus untuk menentukan warga yang kurang mampu

40
sebagai penerima PKH”. (wawancara pendamping, 20
september 2017)

Proses seleksi dan penetapan lokasi PKH ini didasari atas basis data
terpadu untuk Program Perlindungan Sosial dari TNP2K yang bersumber
dari hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial oleh BPS. Adapun yang
menjadi syarat dalam proses seleksi dan penetapan lokasi, yaitu: (Buku
Kerja Pendamping dan Operator, 2015:42)
1. Pengajuan proposal dari Pemda Kabupaten/Kota ke UPPKH Pusat
dengan melampirkan surat rekomendasi Provinsi.
2. Ketersediaan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang memadai
untuk mendukung program PKH.
3. Penyediaan fasilitas sekretariat UPPKH Kabupaten/Kota.
4. Penyediaan fasilitas Sekertariat untuk pendamping PKH di Kecamatan.
5. Penyediaan dana penertaan PKH melalui APBD I dan II minimal 5%
dihitung dari total bantuan peserta PKH baik Provinsi maupun di
tingkat Kabupaten/Kota.
2. Pertemuan Awal dan Validasi Calon Peserta PKH
Setelah proses penetapan lokasi tuntas, selanjutnya proses pertemuan
awal. Proses awal merupakan kegiatan PKH di tingkat KPM dimana
pendamping Kelurahan bertemu dengan KPM untuk yang pertama kalinya.
Pertemuan ini diselengarakan oleh UPPKH Kabupaten/Kota termasuk dalam
menentukan lokasi dan kapan masing-masing KPM harus menghadiri
pertemuan selanjutnya. Seperti kutipan wawancara berikut:
“Kalau pertemuan awal kita sudah dapat data dari
Koordinasi PKH dari Suku Dinas Jaktim. Jadi, kita
langsung turun kelapangan yang sebelumnya dibagi-
bagi kelurahan setiap para pendampingnya dengan
berkoordinasi pada pihak kecamatan,kelurahan, RW
dan RT setempat. Kalau validasi kita mengecek
keluarga mana saja yang mendapat bantuan dari
komponen kesehatan dan pendidikan.” (wawancara
pendamping)

Pada proses pertemuan awal pendamping melakukan validasi dan

41
pengarahankepada KPM untuk pencairan pertam kalinya. Adapun rangkaian
dalam proses perteuan awal dari persiapan sampai validasi, yaitu: (Kementrian
Sosial, 2013)
1. Pencetakaan dan pengiriman formulir validasi, UPPKH pusat melakukan
pencetakan dan pengiriman data KPM untuk menjadi calon peserta PKH ke
UPPKH Kabupaten/Kota untuk keperluan validasi (pencocokan data). Data
ini mecangkup seluruh anggota KPM yang berhak menerima bantuan PKH
di Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah PKH.
2. Penyusunan jadwal pertemuan awal. Setelah UPPKH Kabupaten/Kota
menerima data KPM yang akan menjadi calon peserta PKH dan formulir
validasi serta formulir undangan pertemuan awal. Operator UPPKH
Kaupaten/Kota dan pendamping berkoordinasi untk melakukan persiapan
pertemuan awal
3. Pertemuan awal dan validasi. Sebelum pertemuan awal, pendampng
mengisi blanko atau mengambil formulir validasi dari UPPKH dicetak
menggunakan komputer. Untuk pelaksanaan peremuan awal, pendamping
harus berkoordinasi dengan aparat kecamatan atau kelurahan/desa
setempat.
4. Penetapan peserta dan pencetakan kartu peserta PKH. Setelah pertemuan
awal dilakukan, pendaping melakukan entry data menggunakn aplikasi
SIM PKH stand only. Selanjutnya data hasil entry di download dan
diserahkan kepada operator UPPKH kabupaten/kota untuk di upload ke
SIM PKH Nasioanal.
Kemudian setelah berjalan program keluarga harapan ini, beberapa KPM
berpendapat tentang pelayana yang diberikan oleh pendamping. Seperti yang
dikatakan dalam wawancara berikut:
“Pelayana pendamping baik banget, sabar banget ngadepin
ibu-ibu. Sebelum pencairan kita ada pertemuan kelompok
dulu. Kita juga ada pertemuan keterampilan yang diadain
sama pendamping, bikin kerajinan tangan dari koran, majalah
bekas.” (wawancara Dewi, 20 september 2017)
3. Pencairan pertama
Pada proses ini bantuan tunai hanya akan diberikan kepada

42
KPM yang terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti syarat
program (pendidikan atau kesehatan). Bukti kepesertaan adalah
kepemilikan kartu PKH yang tercantum nama ibu/wanita yang
mengurus. Kartu PKH diberi kepada setiap peserta oleh pendamping
sebelum pembayaran pertama dilaukan. Adapun besaran nominal
yang dikeluarkan dari Program Keluarga Harapan untuk KPM,
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skema Bantuan
Skenario Tahap Pencairan Bantuan Per
Bantuan RTSM/KSM

Komponen Pendidikan
Anak SD Rp. 115.500 x 4 Tahap Rp. 462.000
Anak SMP Rp. 187.500 x 4 Tahap Rp. 750.000
Anak SMA Rp. 250.000 x 4 Tahap Rp. 1.000.000
Komponen Kesehatan
Balita/Ibu Hamil Rp. 250.000 x 4 Tahap Rp. 1.000.000
Bantuan Tetap Hanya Ditahap Kedua Rp. 500.000
Sumber: Wawancara dengan Pendamping
Pencairan bantuan PKH bekerjasama denga Bank BNI, pencairan
dilakukan di ATM Bank BNI setiap tiga bulan sekali pada tanggal yang sudah
ditentukan masing-masing kelurahan. Pembayaran pertama diberikan setelah
pertemuan awal yang diikuti oleh kunjungan pertama ke penyedia layanan untuk
melakukan verifikasi. Seperti yang dikutip dalam wawancara, berikut:
“Untuk pencairan pertama kali kita dijadwalkan pada akhir
bulan Desember 2008 kalau engga salah, saya juga lupa. Jadi,
sebelum pencairan pendamping minta ada perkumpulan dulu,
ngecek dulu bener engga kita-kita menerima PKH yang dulu
pernah melakukan validasi. Pencairannya kurang lebih tiga
bulan sekali setelah validasi” (wawancara ernawati, 18
september 2017)

43
“Untuk jadwal pencairan jadwalnya dari pusatnya langsung
mba, engga nentu tanggalnya berapa pokoknya dapetnya tiga
bulan sekali aja gitu. Buat pencairan pertama dulu
nominalnya sudah ditentukan sama Bank BNI yang
sebelumnya sudah melakukan validasi kepesertaan dengan
komponen pendidikan sama kesehatan.” (wawancara
Sarmilah, 12 Oktober 2017)
4. Pembentukan Kelompok Peserta PKH
Dalam proses ini, setelah KPM mendapat uang untuk pertama kalinya,
UPPKH Kecamatan selanjutnya memfasilitasi pertemuan kelompok peserta
PKH. Fungsi di bentuknya ketua kelompok yaitu sebagai contact person bagi
pendamping Kabupaten/Kota dan Kecamatan untuk kegiatan seperti sosialisasi,
pelatihan, penyuluhan dan sebagainya.
Ketua kelompok juga dipilih secara terbuka untuk menjaring kandidat
yang nantinya akan berkoordinasi dengan pendampng agar lebih mudah pada
saat proses kegiatan-kegiatan PKH selanjutnya. Seperti yang dikatakan pada
saat wawancara:
“kalau pembentukan kelompok sama ketua kelompok itu
dari kesepakatan bersama ibu-ibu sama pendamping.
Misalnya nih di sini kan ada 6 RW pendampingnya ada
dua tinggal dibagi dua aja satu pendamping 3 RW, ntar 3
RW itu dipilih ketua kelompok yang menurut ibu-ibu
aktif, tegas gitu mba. Fungsinya ada ketua kelompok buat
kordinasi langsung ke pendamping, kalau mau kumpul nih
pendampng nyampein ke ketua kelompok entar ketua
kelompok nyampein ke kita-kita”. (wawancara Dewi, 20
september 2017
5. Verifikasi Komitmen Peserta PKH Pada Komponen
Kesehatan dan Pendidikan
Pada proses verifikasi ini prinsipnya yaitu penerima bantuan yang
sudah melakukan validasi harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada
di PKH. Verifikasi atas kehadiran anak disekolah untuk komponen
pendidikan maupun puskesmas untuk komponen kesehatan. Seperti yang
dikatakan oleh pendamping dalam wawancara sebagai berikut:
“Verifikasi komitmen peserta maksudnya setelah peserta
PKH melakukan validasi dan ada komponen anak sekolah
dan juga ada balita atau ada ibu hamil, disitu kita
melakukan komitmen bahwasannya mereka bener ada

44
anggota keluarga yang memenuhi syarat. Untuk komitmen
fasilitas pendidikan anak yang sedang sekolah absensi
kehadiran tidak boleh kurang dari 85%, apabila absennya
kurang dari 85% maka diproses pencairan akan ada
pengurangan sebesar 10% dari nilai yang diterima dan
apabila kejadian ini terulang selama tiga bulan maka
komponen yang diterima keluarga akan dicabut. Untuk ibu
hamil dan balita harus memeriksa kandungannya minimal
4 kali sebelum waktu kelahiran, dan begitu pula balita
harus memeriksa kesehatan di posyandu terdekat atau
puskesmas.” (wawancara pendamping, 15 september
2017)
Verifikasi komitmen peserta PKH dilaksanakan setiap bulan, dan
hasil verifikasi ini menjadi bahan pertimbangan untuk pembayaran bantuan
yang akan diterima oleh peserta PKH selanjutnya. Seperti wawancara
berikut:
“Proses verifikasi dilakukan oleh masing-masing
pendamping untuk mengecek kepada penerima PKH
setelah pencairan awal. Biasanya pendamping mengecek
absensi ke sekolah-sekolah untuk fasilitas pendidikan dan
memantau ke posyandu atau puskesmas tentang gizi anak
dan kondisi kesehatan balita dan ibu hamil.” (wawancara
pendamping, 15 september 2017)
Adapun komponen-komponen yang perlu KPM penuhi dalam proses
verifikasi ini, yaitu:
a. Komonen kesehatan

Verifikasi sebagai bukti terdaftar bagi peserta PKH komponen


kesehatan dilakukan dengan melakukan kunjungan ke puskesmas
terdekat atau jaringannya. Kegiatan ini dilakukan secara rutin sesuai
jadwal masing-masing dikelurahan. Ibu hamil sekurang-kurangnya
setiap tiga bulan sekali, ibu nifas sekurang-kurangnya satu bulan
setelah dua bulan melahirkan, bayi usia 0-11 bulan sekurang-kurangnya
setiap satu bulan sekali, anak usia 1-6 tahun sekurang-kurangnya tiga
bulan sekali. (Buku Kerja Pendamping dan Operator 2015)
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ernawati, peserta PKH
mengeluhkan keadaan ini, dan dibenarkan oleh sejumlah peserta PKH
yang lainnya.

45
“Kami tidak mempermasalahkan kewajiban KPM untuk
mengikuti kegiatan di posyandu tapi kegiatan di posyandu
bikin kita bosen, belom lagi kita harus ninggalin kerjaan
rumah, sampai posyandu ngantrinya panjang. Ibu-ibu dari
pada nunggu diposyandu mendingan bebenah dirumah”
(wawancara 18 september 2017)
b. Komponen Pendidika

Di lembaga pendidikan SD/SMP/SMA yang memilki peserta


PKH, guru hanya mencatat peserta didik yang tidak memenuhi
komitmen kehadiran yang telah ditentukan, yaitu setidaknya 85%
kehadiran di sekolah. Kecuali siswa yang absen karena sakit paling
lama tiga hari atau terjadi bencana alam. Jika siswa sakit lebih dari tiga
hari berturt-turut, siswa tersebut wajib memberi surat keterangan sakit
dari dokter/posyandu/puskesmas.
6. Pemutahiran Data

Proses pemutahiran data adalah perubahan apabila ada salah satu


KPM yang tidak sesuai dengan data awal yang tercatat pada Master
Database yaitu perubahan tempat tinggal, kelahiran anggota keluarga,
penarikan anak-anak dari program (kematian, keluar/pindah sekolah),
masuknya anak-anak kesekolah, ibu hamil, perbaikan nama atau dokumen-
dokumen, menikah, bercerai, meninggal, pindah/bekerja di luar domisili, dan
perubahan fasilitas kesehatan yang diakses. (Buku Kerja Pendamping dan
Operator, 2015)
Pemutahiran data dilaporkan oleh peserta di UPPKH kecamatan.
Pendamping PKH bekerjasama dengan ketua kelompok akan memverifikasi
perubahan data yang terkait. Seperti yang disampaikan oleh pendamping
sebagai berikut:
“Proses pemutahiran data dilakukan sebelum pencairan
dengan mengupdate data kembali setelah ada info
bahawa adanya perubahan komponen. Biasanya saya
meminta ketua kelompok untuk mengadakan pertemuan
sama ibu-ibu dan saya sendiri yang bertanya langsung
sama ibu-ibu bener tidak ini data angota keluarganya
gitu.” (wawancara pendamping, 15 september 2017)

46
7. Pendamping PKH
Pendamping PKH adalah seseorang yang direkrut dan
ditetapkan oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia untuk
melaksanakan tugas-tugas pendamping PKH, dan terkait
dengan surat keputusan Direktur Jaminan Sosial, Ditjen
Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementrian Sosial RI.
(Pedoman Umum PKH). Hasil wawancara dengan ketua
kelompok peserta PKH, Dwi mengatakan bahwa”
“Dalam melaksanakan tugasnya pendamping
menyampaikan laporan bulanan setiap wilayah yang
dipegangnya kepada UPPKH trus juga
memperhatikan laporan yang dibuatnya. Untuk
kinerjanya menurut saya pendamping sudang cukup
baik dalam melaporkan segala hal”. (wawancara 20
September 2017)

Dari hasil wawancara dengan peserta PKH dapat


dilacak bahwa satu-satunya peran pendamping yang paling
menonjol adalah ketika dilakukan validasi kelengkapan dan
proses pencairan bantuan dana program. Mereka mengakui
bahwa petugas pendamping PKH selalu hadir dalam setiap
pertemuan kelompok KPM. Keberadaan pendamping,
menurut peserta program, sangat dirasakan sangat membantu
kelancaran dalam proses pencairan dana PKH.
Dalam proses pelaksanaan PKH yang dilakukan di
Kelurahan Rawaterate, Dwi selaku ketua kelompok
mengatakan bahwa:
“Dalam pelaksanaan PKH di Kelurahahan
Rawaterate untuk saat ini berjalan dengan baik
dan lancar, hanya saja dalam pemilihan
peserta dan penggunaan dana PKH kurang
transparan maksudnya 90% baik dan 10% lagi
perlu di perbaiki kembali agar masyarakat
tahu dan paham tentang dana yang
ada.(wawancara 20 september 2017)

47
Selanjutnya Sarmilah menjelaskan bahwa cukup
besar manfaat yang dirasakan oleh masyarakat penerima
PKH, berikut pernyataannya:
“Alhamdulillah pelaksanaan PKH dari awal sampe
sekarang berjalan efektif dan masyarakatpun merasa
sangat terbantu dengan adanya PKH ini. Salah satu
keluhan masyarakat tentang bantuan ini adalah saya
dan ibu-ibu yang lain berharap bantuan ini akan terus
berkelanjutan agar bisa membantu dalam segi
ekonomi dan pendidikan. (wawancara 12 Oktober
2017)

Hampir sama dengan yang dikatakan pendamping PKH Rani,


beliau berpendapat bahwa:
“Pelaksanaan PKH pada tahun 2008-2017 ini
dilakukan dengan maksimal mungkin dengan tujuan
dapat membantu masyarakat atau KPM dalam bidang
kesehatan dan pendidikan, yang berupa uang tunai
yang diberikan di setiap 3 bulan sekali. Dengan
begitu PKH diharapkan mampu mengurangi angka
kemiskinan pada masyarakat.”

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tentang


pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Rawaterate
maka bisa disimpulkan bahwa pelaksanaan PKH di Kelurahan
Rawaterate telah berjalan dengan efektif sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan oleh pemerintah.
B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan PKH
Dalam setiap program apapun bentuk dan mekanisme yang
dibangun tentu tidak terlepas dari sebuah kendala, sehingga kendala
tersebut dapat memberi dampak pada program, kendala apa yang
dihadapi PKH adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan laporan pendamping PKH Rani di Kelurahan
Rawaterate, bahwa:
“Terdapat kendala di lapangan yaitu, masih ada KPM
yang tidak mau memeriksakan kesehatan ke posyandu
karena malas harus mengantri lama untuk
memeriksakan kondisi kesehatan anaknya”

48
Pendamping juga mengakatakan bahwa ada keterlambatan
informasi yang diberikan pusat kepada daerah sehingga menyulitkan
pendamping untuk meneruskan informasi tersebut kepada KPM,
terutama dalam hal pencairan dana bantuan dan verifikasi data.
Hasil wawancara diatas bahwa PKH memiliki beberapa
kendala seperti KPM malas memeriksakan kehamilannya, membawa
anak-anaknya untuk diimunisasi ke posyandu dan juga tentang
keterlambatan informasi dari pusat kepada daerah sehingga lambat
dalam pencairan dana. Untuk dibidang pendidikan tidak mempunyai
kendala apapun.

C. Analisis Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Kelurahan


Rawaterate
PKH merupakan salah satu program dari kebijakan
pemerintah dalam rangka menanggulangi kemiskinan. Pada saat
awal diluncurkannya PKH didasarkan pada kebijakan
Penanggulangan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2005-2009
(Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005). Pada tahun 2013,
program ini selain didasarkan pada dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (Peraturan Presiden
Nomor 5 Tahun 2010), Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2010 Tentang percepatan Penanggulangan
Kemiskinan, Instruksi Presiden Nomor Tahun 2010 tentang
Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun
2010 dan Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan. Berbagai peraturan tersebut di atas
mengatur kebijakan umum Pemerintah terkait penanggulangan
kemiskinan. (Panduan Umum PKH)
Oleh karena itu untuk melihat seberapa besar pencapaian
pelaksanaan PKH di Kelurahan Rawaterate diperlukan indikator-indikator

49
dan instrumen yang menjadi tolak ukur dalam sebuh pelayanan, maka untuk
melihat hal tersebut penulis menggunakan teori Fungsional Struktural AGIL
seperti yang telah diuraikan pada bab II. Parsons yakin bahwa ada empat
fungsi penting diperlukan semua sistem yakni adaptation (A), goal
attainment (G), integration (I), dan latency (L) atau pemeliharaan pola.
Secara bersama-sama, keempat imperatif fungsional ini dikenal dengan
skema AGIL. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki empat
fungsi ini yaitu:
1. Adaptation (Adaptasi) adalah sebuah sistem harus menanggulangi
situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
2. Goal attainment (Pencapaian tujuan) adalah sebuah sistem harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3. Integration (Integrasi) adalah sebuah sistem harus mengatur
antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga
harus mengolah ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L).
4. Latency (latensi atau pemeliharaan pola) adalah sebuah sistem harus
memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi
individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang
motivasi.
Parsons mendesain skema AGIL ini untuk digunakan disemua
tingkat dalam sistem teoretisnya. Dalam bahasa tentang empat sistem AGIL
tersebut berhubungan dengan empat sistem tindakan yaitu, pertama,
organisme perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan fungsi
adaptasi dengan menyesuaian diri dan mengubah lingkungan ekstrenal.
Kedua, sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan
menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk
mencapainya. Ketiga, sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan
mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Keempat,
sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan

50
menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka
untuk bertindak.
Uraian di atas berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu agar
KPM dapat bertahan dalam menjalankan perannya sebagai penerima PKH
serta dapat merubah kehidupan ekonomi menjadi lebih baik. Maka setiap
KPM di Kelurahan Rawaterate maupun pendamping harus mampu
melaksanakan fungsinya masing-masing dengan baik seperti KPM harus
mengikuti persyaratan-persyaratan yang sudah ditentukan oleh PKH dan
pendamping harus sering bersosialisasi atau memberi arahan agar KPM bisa
meningkatkan perekonomiannya sehingga bisa membuat KPM Kelurahan
Rawaterate menjadi graduasi (sudah tidak menerima bantuan PKH).
Ada beberapa upaya PKH dalam membina KPM di Kelurahan
Rawaterate yang tidak terlepas dari konteks pekerjaan sosial, yaitu:
1. Pendekatan secara Mikro. Dimana pendekatam secara Mikro, PKH
melakukan pemberdayaan terhadap keluarga miskin melalui bimbingan,
konseling dan berupa motivasi untuk menjalankan tugas-tugas
kehidupannya terhadap keluarga.
2. Pendekatan secara Makro. PKH memberikan pemberdayaan secara
berkelompok dalam aspek pendidikan dan ekonomi dimana peserta PKH
diikutsertakan dalam program bank sampah. Bank sampah ini diadakan
langsung dari pendamping PKH di Kelurahan Rawaterate untuk peserta
PKH membuat kerajinan tangan dan hasilnya nanti akan dijual.
PKH mempunyai tujuan. Tujuan PKH yaitu meningkatkan
aksebilitas terhadap layanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial
dalam mendukung tercapainya kualitas hidup keluarga miskin. PKH
diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin dalam
jangka pendek serta memutuskan rantai kemiskinan dalam jangka panjang.
Berdasarkan pernyataan dari informan diatas, penulis menyimpulkan
bahwa setelah mendapatkan bantuan PKH, aspek pendidikan dan ekonomi
bagi KPM mengalami peningkatan secara berangsur-angsur walau bantuan
tersebut bukan hanya dari PKH saja tetapi ada dari fakor lain seperti

51
keluarga, pendamping dan teman-teman. Terbukti dengan kondisi sosial
peserta PKH yang saat ini megalami perubahan dibidang pendidikan dan
kesehatan yang lebih layak. Mengingat bawa pendidikan dan kesehatan
merupakan aspek penting bagi kehidupan yang harus terpenuhi secara
optimal sehingga manusia dapat menjalankan fungsi sosialnya.
Kementrian Sosial menyusun PKH untuk memberantas kemiskinan
di Indonesia dimana pendidikan dan kesehatan yang menjadi aspek penting
yang dapat menolong masyrakat dari jerat kemiskinan. Sesuai dengan
slogan PKH “Saya Boleh Miskin tapi Anak Saya Harus Sehat dan Cerdas”.
Wajib belajar 12 tahun merupakan kewajiban setiap anak yang
berhak mengecam pendidikan secara Nasional, seharusnya pelaksanaannya
tidak jadi hambatan bagi masyarakat Kelurahan Rawaterate yang merupakan
ketentuan dari pemberian dana bantuan PKH tersebut, sehingga diharapkan
masyarakat di Kelurahan Rawaterate memenuhi ketentuan tersebut dalam
rangka pemberantasan kemiskinan di Indonesia khususnya di Kelurahan
Rawaterate.
Adanya kesadaran dari masyrakat Kelurahan Rawaterate atas
pentingnya wajib belajar 12 tahun mengantarkan masyarakat Kelurahan
Rawaterate ke kehidupan yang sejahtera dimasa yang akan datang. Seluruh
kesadaran masyrakat tidak lepas dari pendekatan moral para pekerja sosial
dari PKH itu sendiri untuk menyelamatkan Indonesia dari kemiskinan.
Beberapa pernyataan dari informan penulis yang menggambarkan
secara nyata tentang pengaruh pembinaan keluarga miskin yang sangat
membantu eonomi dari seluruh proses kehidupan masyarakat di Keluarahan
Rawaterate. Oleh sebab itu PKH telah berhasil menyelamatkan anak-anak
yang terancam putus sekolah secara finansial dengan memberi bantuan
untuk seluruh anak bangsa di Kelurahan Rawaterate.
Sama pentingnya dengan pendidikan, kesehatan juga merupakan
aspek penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Terpenuhinya aspek kesehatan diliputi oleh beberapa hal di antaranya
pelayanan yang menghemat biaya dalam pelaksanaan serta pelayanan yang

52
menghemat waktu dan mudah disentuh oleh masyrakat tanpa membedakan
strata sosial. Hal inilah yang melatar belakangi terciptanya pelayanan
kesehatan secara gratis oleh Kementrian Sosial lewat Program Keluarga
Harapan tersebut.
Pelayanan kesehatan yang layak telah dirasakan oleh peserta PKH di
Kelurahan Rawaterate tanpa biaya yang mahal dan mudah dalam pelayanan.
Salah satunya pelayanan keseahatan bagi balita dan ibu hamil yang harus
memeriksa kesehatannya secara rutin dan berkala ke Puskesmas yang
tersedia.
Faktor permasalahan KPM adalah putusnya sekolah dan ini juga
menjadi salah satu penyebab kemiskinan perkotaan. Adanya bantuan PKH
ingin memutuskan rantai kemiskinan dalam jangka panjang dengan cara
memberi bantuan dibidang pendidikan dan kesehatan.
PKH dan KPM Kelurahan Rawaterate harus mengatur bagaimana
komponen kesehatan dan pendidikan harus berjalan dengan baik agar bisa
memberikan perubahan di dalam lingkungan. Seperti pendamping harus
menjalankan tugasnya dengan baik seperti bersosialisasi dengan KPM,
mengunjungi sekolah anak yang menerima bantuan PKH untuk memastikan
apakah anak tersebut masih bersekolah di sekolah tersebut atau tidak serta
melihat kehadiran siswa tersebut dan terakhir pemutahiran data. Sedangkan
KPM di Kekuarahan Rawaterate harus melaksanakan persyaratan yang
sudah ditentukan agar KPM bisa menerima bantuan sampai ketahap
graduasi.
PKH, pendamping dan KPM Kelurahan Rawaterate harus membuat
dan memelihara nilai-nilai yang sudah dimiliki selama menerima bantuan
PKH sehingga bisa membentuk suatu perubahan yang meningkatkan
perekonomian menjadi stabil dan terus meningkat hingga graduasi.dan
kehidupannya menjadi sejahtera.
Sedangkan kendala yang paling sering dihadapi oleh pelaksana
yaitu keterlambatan informasi dari pusat yang di dapat oleh pendamping
sehingga jadwal pembagian dana bantuan pun terlambat sesuai dengan

53
ketentuan dari pemerintah. Selain itu juga hambatan dari pelaksanaan
program tersebut yaitu masyarakat tidak mau pergi ke posnyandu untuk
memeriksakan kanduangannya juga anak balitanya, alasan mereka adalah
karena males harus menunggu antrian panjang diposyandu.
Wibawa dkk (1994:32) mengemukakan bahwa dalam kenyataannya
tidak selamanya kebijakan publik itu mencapai sasaran setelah
dilaksanakan, walaupun direncanakan sedemikian rupa. Karena pada saat
dilaksanakan banyak sekali terkait dengan berbagai hal yang kompleks,
yang tidak mudah untuk dieliminir.
Oleh karena itu walaupun terdapat kendala atau hambatan yang
dihadapi oleh pelaksana dalam pelaksanaan PKH namun sejauh ini masih
bisa teratasi dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
pelaksana/pendamping. Untuk melihat lebih dalam tentang manfaat PKH
selama ini, berikut tabel dengan indikator kemiskinan menurut PKH dan
BAPENNAS.

54
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pada bab ini akan disimpulkan tentang permasalahan dalam pembahasan
yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu yang berkaitan dengan pelaksanaan PKH
dalam rangka mensejahterakan KPM di Kelurahan Rawaterate telah dilakukan dan
dilaksanakan dengan baik dan sampai saat ini penyaluran program PKH tersebut
masih berjalan lancar artinya tidak berhenti sampai disini karena program akan
berakhir apabila program sudah dianggap sukses. Berikut hasilnya:
1. Pelaksanaan PKH di Kelurahan Rawaterate sudah berjalan dengan
ketentuan yang ada, karena didukung oeh faktor ketepatan sasaran,
ketersediaan fasilitas dan aktivitas pendampingan, serta manfaatnya
dirasakan langsung oleh masyarakat baik dalam bidang kesehatan maupun
dalam bidang pendidikan. Dengan bantuan PKH dalam bidang kesehatan
setidaknya dapat meminimalisir angka gizi buruk pada anak, dan dibidang
pendidikan dengan adanya program ini anak-anak dari KPM lebih
bersemangat untuk sekolah karena sudah ada jaminan kebutuhan
sekolahnya.
2. Dalam prosesnya terdapat pula kendala-kendala yang dihadapi oleh
pelaksana PKH di lapangan, antara lain keterlambatan informasi yang di
berikan pusat kepada daerah sehingga menyulitkan pendamping untuk
meneruskan informasi tersebut kepada peserta PKH, terutama dalam hal
pencairan dana bantuan dan verifikasi data. Serta PKH harus mencari cara
agar KPM tidak lagi malas memeriksakan kandungan atau anak-anak
mereka ke posyandu.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaaprkan
sebelumnya. Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan Program Keluarga
Harapan kedepannya. Meaka peneliti mencoba memberikan saran-saran
sebagai berikut:

55
1. Program Keluarga Harapan ntuk kedepannya lebih memfokuskan pada
proses penyadaran KPM agar tidak lagi ketergantungan terhadap
bantuan.
2. Program Keluarga Harapan harus membuat lapangan pekerjaan untuk
KPM suapaya KPM siap untuk graduasi dan tidak bergantung lagi
dengan bantuan PKH ini

56
DAFTRA PUSTAKA

BUKU
Ansrikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT.Rineka Cipta, Cetakan XIII.
Creswell, John. W. (2016). Research Design Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran. Pustaka Pelajar.

Effendi, Tajjudin. Noer. (1993). Sumber daya manusia peluang kerja dan
kemiskinan. Yogyakarta: PT.Tlara Wacana Yogya.

Gunarsa.(2000). Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga.


Yogyakarta:Gunung Mulia

Nazir, Muhammad.(2000). Metode Penelitian. Rineka Cipta.Jakarta

Nugroho,Rian D.(2004).Metode Penelitian.Rienka Cipta.Jakarta

Ritzer, George. (2012). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.


Jakarta: PT. Raja Glafindo Persada.

The World Bank. (2003). Jakarta: PT.Graha Info Kreasi.

Statistik Kecamatan Cakung. (2016).

Kementrian Sosial RI. (2015). Kerja Pendamping dan Operator PKH.

Setiawan, Acmad. Hendra. (2011). Perekonomian Indonesia. Semarang: Bidang


Penerbit Universitas Diponogoro.

Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Sosial, Departemen. (2010). Jurnal mengenai Program Keluarga Harapan .

Sosial, Kementrian. (2014). Pedoman Umum PKH.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. (2009). Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia.


Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. (2015). Membangun Masyrakat Memberdayakan Rakyat: Kajian


Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. Bandung:

57
PT.Refika Aditama.

Zuhriah, Nurul. (2006). Metedeologi Penelitian Rasional dan Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara.

JURNAL DAN KABAR BERITA

Criswardani, S. (2005). Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional.


http://www.Jmpk-online.net/volume 8/vol 08 no.03.2005.pdf.

Departemen. Sosial. (2007). Jurnal mengenai Program Keluarga Harapan .


http://dilihatya.com/2146/pengertian-kemiskinan-menurut-para-ahli.
pengertian kemiskinan menurut para ahli. Jakarta.

Wahyudi, D., & Rejekingsih, T. W. (2013). Analisis Kemiskinan di Jawa Tengah.


http://ejournal-s1-undip.ac.id/index.php/ime/article/new/1914.

http://www.kemsos.go.id/unduh/UU-Kesos-No11-2009.pdf.

https://jaktimkota.bps.go.id/.

https://jaktimkota.bps.go.id/index.php/brs/index?katsubjek=3&Brs[tgl_rilis_ind]=
03&Brs[tahun]=2011&yt0=Cari.

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1119. (2016). Jumlah penduduk


miskin di DKI Jakarta. Jakarta.

https://www.google.co.id/search?q=peta_kelurahan_rawaterate.

https://www.tnp2k.go.id/id/program/sekilas/

58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Kegiatan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Rawaterate
Jakarta Timur

Pertemuan Kelompok

Wawancara Peserta PKH Kunjungan Pendamping Untuk


Pemutakhiran data

59
ATM Peneriama PKH Pendamping kesekolah untuk
Fasilitas Pendidikan (Fasdik)

Tempat Usaha KPM

60
Sekertariat PKH Kantor Suku Dinas JakTim

Rumah KPM

61
Membuat Kerajinan dari Majalah dan Koran Bekas

Pengunjungan Pendamping Kerumah Penerima PKH yang Terkena Banjir

62
Kondisi Rumah Penerima PKH Paska Banjir

63
Kondisi Sungai Kondisi Jembatan

64
TRANSKIP WAWANCARA

Informan I

Nama : Dewi Ekaputri


Umur : 40 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tukang Kebun
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 20 September 2017

1. Sudah berapa lama ibu menerima bantuan PKH?


Jawab: Dari 2008 sampai sekarang.

2. Bagaimana awalnya ibu bisa mendapatkan bantuan PKH?


Jawab:Kita bisa dapat PKH dari orang Kementrian dan Pemda, karena walikota
bersedia adanya PKH akhirnya dijalankan disini.

3. Apa saja persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan bantuan PKH?


Jawaban: persyratannya kita Cuma ngisis formulir, foto copy kk (kartu
keluarga), foto copy ktp, sama rapot anak.

4. Bantuan PKH ini kan berupa uang tunai, biasanya dapatnya berapa bulan sekali
dan kapan aja?
Jawab: Dapatnya 3 bulan sekali, dulu pertama kali dapat kalau tidak salah akhir
Desember. Kalau sekarang kadang di pertengahan kadang di akhir.

5. PKH ada 2 komponen yaitu pendidikan dan kesehatan. Manakah yang ibu
sangat rasakan manfaatnya?
Jawab: dua-duanya sangat membantu tapi karna anak saya udah besar-besar
jadi tidak ada yang periksa rutin kepuskesmas. Jadi sekarang yang

65
sangat membantu ya pendidikan. Kalau uangnya udah cair gitu ya buat
beli sepatu, baju, ongkos sekolah.

6. Apakah ada peningkatan prestasi di anak ibu berdampak jelas dengan adanya
bantuan PKH?
Jawab: iya, ada peningkatan. Anak saya jadi lebih rajin sekolahnya karena
semenjak dapet PKH kan absennya diliat sama pendamping. Sekarang
jadi masuk ke 10 besar.

7. Apakah ibu sangat terbantu dengan adanya bantuan PKH?


Jawab: iya sangat terbantu banget. Terima kasih banyak ada PKH

8. Bagaimana pelayanan pendamping PKH?


Jawab: baik, pendampingnya ramah, sopan, baik.
9. Apakah pelaksanaan PKH sesuai dengan jadwal?
Jawab: seusai mba. Kalau sebelum pencairan kita dikumpulin sama
pendamping, nanti kita dikasih tau kapan cairnya.

10. Bagaimana tanggapan ibu dengan adanya bantuan PKH ini?


Jawab: ngebantu banget mba, apalagi ini bantuannya cuma buat orang yang
gak mampu kaya saya.

11. Bagaimana pendapat ibu jika bantuan PKH ini tidak diteruskan lagi?
Jawab: Kalau bisa mah diterusin sampe anak saya lulus sekolah, bantuan ini
sangat ngebantu saya. Belum siap saya kalau PKH di berentiin.

Informan II

Nama : Ernawati
Umur : 37 Tahun
Pendidikan : SMP

66
Pekerjaan : Buruh
Hari/Tanggal Wawancara : 18 September 2017

1. Sudah berapa lama ibu menerima bantuan PKH?


Jawab: 9 tahun

2. Bagaimana awalnya ibu bisa mendapatkan bantuan PKH?


Jawab: waktu itu saya di panggil sama pak RT, katanya nama saya ada didaftar
penerima bantuan. Saya belum tau bantuan apa, siapa yang daftarin.
Pokonya nama saya sudah ada aja.

3. Apa saja persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan bantuan PKH?


Jawaban: KK, KTP, sama isi formulir, tanda tangan

4. Bantuan PKH ini kan berupa uang tunai, biasanya dapatnya berapa bulan sekali
dan kapan aja?
Jawab: untuk pencairan pertama kali dijadwalkan pada akhir bulan Desember
2008 kalau enggak salah, saya juga lupa mba hehe. Jadi, sebelum
pencairan pendamping minta ada perkumpulan dulu, ngecek dulu bener
enggak kita-kita menerima PKH yang dulu pernah melakukan validasi.
Pencairannya kurang lebih 3 bulan sekali setelah validasi.

5. PKH ada 2 komponen yaitu pendidikan dan kesehatan. Manakah yang ibu
sangat rasakan manfaatnya?
Jawab: kesehatan sih karena saya melahirkan anak ke 5 secara secar karena air
ketubannya pecah dulan dan hampir abis. Alhamdulillah saya sudah
terima bantuan PKH jadi secar secara gratis. Pendidikan juga
membantu.

6. Apakah ada peningkatan prestasi di anak ibu berdampak jelas dengan adanya
bantuan PKH?

67
Jawab: kalau masuk 10 besar belom yah, tapi jadi rajin sekolah sih.

7. Apakah ibu sangat terbantu dengan adanya bantuan PKH?


Jawab: sangat terbantu sekali mba, namanya dapet bantuan ya pasti ngebantu
banget.

8. Bagaimana pelayanan pendamping PKH?


Jawab: bagus, pendampingnya baik, sabar banget ngadepin ibu-ibu.

9. Apakah pelaksanaan PKH sesuai dengan jadwal?


Jawab: sesuai ko mba.

10. Bagaimana tanggapan ibu dengan adanya bantuan PKH ini?


Jawab: saya seneng banget dapat bantuan PKH, buat bantu-bantu biaya
sekolah. Kesehatan juga kejamin.

11. Bagaimana pendapat ibu jika bantuan PKH ini tidak diteruskan lagi?
Jawab: Kalau bisa mah jangan diberentiin, saya masih miskin banget. Anak-
anak saya masih butuh bantuan buat sekolah. Kalau emang
bantuannya mau distop kita-kita yang nerima bantuan dikasih modal
gitu mba buat buka usaha.

Informan III
Nama : Wira Kusumawati
Umur : 36 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 23 September 2017

1. Sudah berapa lama ibu menerima bantuan PKH?


Jawab: 9 tahunan mba

68
2. Bagaimana awalnya ibu bisa mendapatkan bantuan PKH?
Jawab:saya lupa prosesnya, tiba-tiba saya dipanggil pak RT dikasih tau kalau
dapat bantuan.
3. Apa saja persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan bantuan PKH?
Jawaban: KK, KTP, sama isi formulir, tanda tangan
4. Bantuan PKH ini kan berupa uang tunai, biasanya dapatnya berapa bulan sekali
dan kapan aja?
Jawab: kalau dapetnya 3 bulan sekali, biasanya diakhir bulan mba.
5. PKH ada 2 komponen yaitu pendidikan dan kesehatan. Manakah yang ibu
sangat rasakan manfaatnya?
Jawab: pendidikan karena bantuan ini anak saya bisa sekolah. Sayakan punya
anak 3 masih sekolah semuanya. Anak pertama kelas 3 SMK, anak
kedua 3 SMP, dan anak terakhir kelas 4 SD.
6. Apakah ada peningkatan prestasi di anak ibu berdampak jelas dengan adanya
bantuan PKH?
Jawab: ada mba, peningkatannya hanya lebih rajin kesekolah aja kalau prestasi
juara kelas belum.
7. Apakah ibu sangat terbantu dengan adanya bantuan PKH?
Jawab: terbantu sekali mba. Apalagi saya janda jadi tulang punggung keluarga,
umur saya semakin tua.
8. Bagaimana pelayanan pendamping PKH?
Jawab: pendampingnya baik banget. Kan saya punya warung nasi disekolah,
kadang pendamping minta ajak ketemuan kelompok, saya dateng telat
ditungguin sama pendampingnya.
9. Apakah pelaksanaan PKH sesuai dengan jadwal?
Jawab: sesuai. Pendampingnya rajin ngajakin pertemuan kelompok mulu hehe.
10. Bagaimana tanggapan ibu dengan adanya bantuan PKH ini?
Jawab: saya bersyukur alhamdulillah banget bisa dapet bantuan PKH, karena
bantuan ini anak-anak saya bisa sekolah. Maksih PKH.
11. Bagaimana pendapat ibu jika bantuan PKH ini tidak diteruskan lagi?

69
Jawab: yang pasti saya bakal sedih ya mba, kan saya orang enggak punya
mana janda punya anak 3 lagi. Kalau bisa diterusin aja masih banyak
yang membutuhkan bantuan ini.

Informan IV
Nama : Sarmilah
Umur : 33 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Memiliki warung nasi
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 12 September 2017
1. Sudah berapa lama ibu menerima bantuan PKH?
Jawab: dari 2008 sampai sekarang, berarti sudah 9 tahunan.

2. Bagaimana awalnya ibu bisa mendapatkan bantuan PKH?


Jawab:saya dipilih karena kurang mampu, suami kerjanya serabutan sedangkan
saya punya anak yang sekolah.
3. Apa saja persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan bantuan PKH?
Jawaban: isi formulir, KK, KTP, trus kan ada persyaratannya tuh kita tanda
tangan.
4. Bantuan PKH ini kan berupa uang tunai, biasanya dapatnya berapa bulan sekali
dan kapan aja?
Jawab: 3 bulan sekali, kalau kapan aja enggak nentu ya mba. Kadang pertengan
awal dan kadang juga akhir bulan.
5. PKH ada 2 komponen yaitu pendidikan dan kesehatan. Manakah yang ibu
sangat rasakan manfaatnya?
Jawab: yang sangat dirasakan itu kesehatan. Waktu anak saya kata dokter harus
cepet dioperasi, saya bingung mau pinjem ke siapa. Saya minjem ke
tetangga gak dapet karena sama juga kaya saya tetangga gak punya duit,
akhirnya adik ipar saya, saya kasih tau kondisi anak saya, Alhamdulillah
dia mau bantuin. Padahal saya malu banget minjem ke dia mulu tapi
namanya orangtua ya, jadi dibuang dulu itu malu. Trus dirumah sakit saya

70
ketemu pendamping, saya cerita keadaan anak saya akhirnya kata
pendamping pakai kartu PKH aja itu ada jaminan kesehatannya. Ywd saya
pakai dan anak saya operasi usus buntu gratis.
6. Apakah ibu sangat terbantu dengan adanya bantuan PKH?
Jawab: sangat membantu banget mba. Uang dari PKH saya gunain buat
keperluan sekolah sedangkan hasil penjualan nasi buat kebutuhan
sehari-hari.
7. Bagaimana pelayanan pendamping PKH?
Jawab: pelayanannya bagus. Kalau ada yang belum ngerti dijelasin sampe
ngerti.pendampingnya juga ramah banget.
8. Apakah pelaksanaan PKH sesuai dengan jadwal?
Jawab: kalau menurut saya sudah sesuai, berjalan dengan baik karena dari awal
penerimaan sampai saat ini saya alhamdulillah belum pernah ada
masalah.
9. Bagaimana tanggapan ibu dengan adanya bantuan PKH ini?
Jawab: bersyukur banget mba bisa mengurangi sedikit beban ekonomi
keluarga.
10. Bagaimana pendapat ibu jika bantuan PKH ini tidak diteruskan lagi?
Jawab: janganlah mba. Saya belum kaya hehehe... kalau bisa tetep ada
bantuan seterusnya.

71
Life History

Narasumber I

Tanggal dan Sabtu, 18 September 2017


waktu
Wawancara
Karakteristik Nama: P Usia: 37 Pendidikan/
Informan Ernawati tahun Pekerjaan:
Lulus
SMP/
Buruh
Nama Raudhotul Jannah
Pewawancara
Catatan proses Proses wawancara: Wawancara di lakukan 2
wawancara dan kali di pos Kelurahan Rawaterate pada saat
observasi perkumpulan kelompok, waktu cukup luang dan
yang bersangkutan sudah selesai dengan
kegiatannya sehingga bisa fokus sepenuhnya
pada kegiatan wawancara.
Alasan memilih Ernawati sebagai informan
karena pengalaman Ernawati cukup lama
sebagai penerima PKH.

Aspek/Topik Deskripsi Temuan


Karakteristik Perempuan penerima PKH ini bernama Ernawati
keluarga yang berasal dari keluarga petani kebun di
(saat Medan. Ernawati lahir pada tahun 1980 sebagai
wawancara) anak ke empat dari empat bersaudara. Memiliki

72
paras yang cantik dengan kulit putih, Ernawati
bertubuh cukup propesional ini ternyata hanya
mengenyam pendidikan hingga tamat SMP.
Diantara ketiga kakak-kakaknya Ernawatilah
yang mengenyam pendidikan tertinggi dari
kakak-kakaknya, ketidak adaan biaya merupakan
salah satu penyebabnya.

Kakak-kakak saya sekolah hanya sampai SD aja,


namanya orang kampung tidak ada biayanya
bisa makan saja sudah bersyukur. Lagi pula
orang-orang di kampung setelah lulus SD
dinikahin.

Selepas lulus SMP Ernawati tidak mempunyai


kegiatan apapun selain membatu ibunya
mengerjakan pekerjaan rumah dan membawakan
makan siang kepada bapaknya. Karena Ernawati
tidak lagi melanjutkan sekolah, ia pun di
nikahkan dengan anak teman bapaknya yang
umurnya diatas Ernawati.
Setelah menikah dan mempunyai 3 orang anak
Ernawati di ajak merantau ke Jakarta oleh
suaminya. Di Jakarta Ernawati hamil dan
mempunyai 2 orang anak, sekarang Ernawati
mempunyai 5 orang anak yang berjenis kelamin
2 laki-laki dan 3 perempuan.

Bertahun-tahun di Jakarta perekonomian


Ernawati semakin kekurangan. Suami Ernawati
yang hanya kerja serabutan membuat Ernawati

73
harus ikut bekerja dan membiayai keluarganya.
Ernawati yang hanya lulusan SMP bekerja
sebagai kuli cuci dari rumah ke rumah dengan
upah 30.000/rumah satu hari

Saya jadi kuli cuci cuma di bayar 30.000


serumah, biasanya satu hari saya nyuci 3
sampai 4 rumah. Sehari saya dapat uang
90.000/hari, buat makan saja kurang, belum
untuk anak sekolah, bayar kontrakan

Ernawati harus membayar uang kontrakan yang


belum dibayar selama 3 bulan. Sementara uang
yang ia terima hanya cukup untuk makan dan
jajan anak-anaknya. Karena Ernawati harus
segera membayar kontrakan rumahnya dan kalau
sampai tidak bayar Ernawati dan keluarganya
harus mencari kontrakan yang lain. Ernawati
memutuskan untuk pinjam ke rentenir sebesar
1.050.000. Ernawati terpaksa harus pinjam ke
rentenir karena tidak ada lagi yang bisa
membatunya. Sudah 4 bulan Ernawati tidak
membayar cicilan ke rentenir, hutangnya pun
berbunga hingga 10.500.000.

Ernawati mulai berinteraksi dengan rentenir


sejak 2 tahun tinggal di Jakarta. Awalnya
mengenal rentenir karena tetangga Ernawati
yang bernama Ina pernah bercerita pernah
ditawarkan untuk meminjam ke rentenir. Sejak
itu Ernawati sudah mulai mengenal rentenir.

74
Karakteristik Bagaimana karakteristik dan kondisi Ernawati
keluarga dan keluarga sebelum, pada saat, dan sesudah
sebelum dan mendapat PKH?
sesudah
mendapat PKH Sebelum mendapat PKH,kondisi Ernawati
sedang dalam puncak krisis, seperti yang sudah
di jelaskan sebelumnya. Sejak menikah dan
mempunyai 3 orang anak, anak pertama berumur
14 tahun (SMP), anak ke dua berumur 11 tahun
(SD), dan anak ke tiga berumur 9 tahun (SD).
Ernawati harus merantau ke Jakarta bersama
suami dan 3 anaknya di titipkan di mertuanya di
kampung.

Pada saat menerima PKH,Ernawati menerima


PKH sejak tahun 2007 dengan kondisi 1orang
anak yang sedang sekolah SD dan Ernawati
sedang hamil anak ke 5. Saat itu suami sudah
mulai bekerja sebagai tukang kebun di komplek
sementara Ernawati masih bekerja sebagai kuli
cuci dari situlah Ernawati pertama kali menerima
bantuan PKH. Ernawati mendapat dana PKH
sebesar 365.500/ 3 bulan sekali darianak yang
bersekolah SD 115.500/3 bulan dan ibu hamil
250.000/3 bulan dengan potongan untuk uang
kas 10.000 (untuk membeli minuman dan
makanan saat kumpul kelompok), Ernawati
setiap 3 bulan sekali biasanya menerima dana
PKH sebesar 355.500.

75
Dengan kondisi Ernawati yang sedang hamil tua,
Ernawati melahirkan anaknya melalui operasi
cesar karena air ketuban sudah pecah dan posisi
kepala anaknya belum dipinggul. Ernawati sudah
mendapatkan bantuan PKH, biaya operasi cesar
gratis ditanggung PKH, itu sangat membantu
Ernawati. Dana yang didapat dari PKH juga
dimanfaatkan dengan baik untuk keperluan
anaknya sekolah.

Setelah anak yang baru saja dilahirkan berusia 1


tahun, Ernawati mendapatkan pekerjaan dari
pendamping PKH, dari awal kenal pendamping
PKH Ernawati selalu bilang

Mba kalau ada lowongan pekerjaan tolong kasih


tau saya yah, saya butuh pekerjaan untuk
menghidupi keluarga dan bayar utang ke
rentenir

Setelah lama menunggu pekerjaan akhirnya


Ernawati pun mendapatkan pekerjaan sebagai
clining service di salah satu perusahaan yang
cukup jauh dari rumah kontrakannya. Saat
Ernawati bekerja anaknya yang berusia 1 tahun
dititipkan ke tetangga yang sudah seperti
keluarga sendiri. Dari hasil kerja kerasnya
dengan suami akhirnya Ernawati mampu
melunasi hutangnya ke rentenir selama 5 tahun.
Kehidupannya semakin hari sudah mulai

76
berkecukupan.

Narasumber II

Tanggal dan Kamis, 12 Oktober 2017


waktu
Wawancara
Karakteristik Nama: P Usia: Pendidikan/Pekerjaan:
Informan Sarmilah 33tahun Lulus SMA/
Wirausaha ( Memiliki
warung makan)
Nama Raudhotul Jannah
Pewawancara
Catatan proses Proses wawancara: wawancara dilakukan 2 kali, di
wawancara warung makan milik Sarmilah. Waktu cukup luang
dan observasi dan yang bersangkutan sedang santai (tidak ada
kegiatan lain) sehingga fokus sepenuhnya pada
kegiatan wawancara.
Alasan dipilihnya Sarmilah sebagai informan,
karena Sarmilah dijadikan rujukan para penerima
PKH tentang meningkatkan taraf hidup menjadi
lebih baik.

Aspek/Topik Deskripsi Temuan


Karakteristik Perempuan penerima PKH ini bernama Sarmilah.
keluarga Berasal dari keluarga buruh pabrik yang sekarang
(saat sudah pensiun, Sarmilah lahir pada tahun 1984
wawancara) sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

77
Memiliki paras cukup cantik dengan warna kulit
sawo matang. Sarmilah mengenyam pendidikan
hingga tamat SMA. Hal itu juga terjadi pada
ketiga saudaranya, Sarmilah berasal dari Jakarta.

Selepas menamatkan SMA dari sebuah sekolah


swasta di Jakarta, Sarmilahbekerja sebagai buruh
pabrik untuk membantu biaya sekolah adik-
adiknya. Sarmila menikah dengan laki-laki
pilihannya. Dari hasil pernikahannya Sarmilah
dikaruniai 2 orang anak, 1 anak laki-laki (11
tahun) dan 1 anak perempuan (6 tahun). Setelah
menikah dan mempunyai anak pertama Sarmilah
memilih untuk tidak bekerja lagi, kegiatan
Sarmilah hanya mengurus anak dan suami saja.
Suami Sarmilahjuga lulusan SMA dan sehari-hari
bekerja mencari ikan lalu di jual. Suami Sarmilah
dulu bekerja di PT KBN selama 14 bulan, setelah
kontraknya habis suami sarmilah menganggur.
Karena sudah lama melamar pekerjaan tidak ada
yang dipanggil untuk interview akhirnya suami
Sarmilah mencari ikan di rawa-rawa untuk dijual
ke tetangga Tidak ada pekerjaan lain lagi selain
menjual ikan, pendapatannya pun hanya cukup
untuk makan sehari-hari.

Karakteristik Bagaimana karakteristik dan kondisi Ernawati dan


keluarga keluarga sebelum, pada saat, dan sesudah
sebelum dan mendapat PKH?

78
sesudah
mendapat PKH Sebelum mendapat PKH,kondisi Sarmilah
sedang krisis karena semenjak ia mempunyai anak
Sarmilah sudah tidak bekerja lagi dan hanya
mengandalkan hasil penjualan ikan dari suami.
Sarmilah dan keluarga masih tinggal di rumah
mertuanya, kehidupan mertua harus di tanggung
oleh suami Sarmilah karena bapak dari suami
Sarmilah telah meninggal. Suami Sarmilah adalah
anak ke 2 dari 4 bersaudara. Kakak dan adik
suami Sarmilah sudah mempunyai keluarga
masing-masing.

Setelah anak pertama Sarmilah berumur 6 bulan,


ibu mertua Sarmilah meninggal dunia. Selama ini
Sarmilah yang merawat ibu mertuanya sementara
kakak dan adiknya suami Sarmilah sudah
mempunyai rumah masing-masing.Dan rumah
mertua di berikan untuk Sarmilah dan suami.

Setelah anak pertama sudah mulai masuk sekolah,


Karena Sarmilah pintar memasak, Sarmilah
dipinjamkan modal sebesar 5.000.000 untuk
membuka warug nasi.

Dulu ini saya dimodalin sama adek ipar saya


karena suami kerjaannya cuma nyari ikan doang,
gak punya penghasilan laen. Adek ipar saya
kasian kali ya sama saya, anak udah gede, udah
mau sekolah perlu banyak biaya. Akhirnya saya di
suruh buka warung nasi uduk malem dan

79
kebetulan saya suka masak-masak gitu.

Kondisi Sarmilah dan keluarga sudah lebih baik.


Sejak Sarmilah di modalkanuntuk membuka
warung nasi uduk pada malam hari, ekonomi
Sarmilah membaik meskipun uang yang di
dapatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
masih jauh dari yang diharapkan apalagi Sarmilah
sedang mengandung anak kedua tetapi kondisi
tersebut jauh lebih baik dibandigkan sebelumnya.

Sarmilah mulai membuka warung nasi uduk.


Karena rumah Sarmilah bukan tempat yang
strategis untuk berjualan, Sarmilah dan suami
memutuskan mengontrak warung nasi ditempat
yang strategis.Kontrakan warung nasi tersebut
hanya satu petak saja, yaitu seharga
700.000/bulan.

Pada saat menerima PKH,


Pada kondisi seperti itulah Sarmilah mendapatkan
bantuan PKH tahun 2007, yaitu tengah hamil
dengan satu anak yang bersekolah kelas 1 SD.
Sarmilah mendapat dana PKH sebesar 365.500/ 3
bulan sekali dengan potongan untuk uang kas
10.000 (untuk membeli minuman dan makanan
saat kumpul kelompok), Saemilah setiap 3 bulan
sekali biasanya menerima dana PKH sebesar
355.500.

Uang bantuan PKH digunakan untuk membeli

80
keperluan sekolah anaknya dan hasil warung nasi
untuk biaya kehidupan sehari-harinya dan untuk
membayar kontrakan.

Setalah tahun ke 2 Sarmilah mendapat bantuan


PKH, Sarmilah dan keluarga mendapatkan
musibah. Anak pertama Sarmilah harus dioperasi
karena mempunyai penyakit usus buntu. Sarmilah
dan suami bingung harus pinjam uang kemana
untuk biaya operasi anak. Sarmilah sudah
mencoba minjam uang ke tetangga tapi tidak
dapat, akhirnya Sarmilah meminjam uang ke adik
iparnya.

Waktu anak saya kata dokter harus cepet


dioperasi, saya bingung mau pinjem ke siapa.
Saya minjem ke tetangga gak dapet karena sama
juga kaya saya tetangga gak punya duit, akhirnya
adik ipar saya, saya kasih tau kondisi anak saya,
Alhamdulillah dia mau bantuin. Padahal saya
malu banget minjem ke dia mulu tapi namanya
orangtua ya, jadi dibuang dulu itu malu.

Sarmilah datang kerumah sakit dan berketemu


dengan pendamping PKH nya. Sarmilah
menceritakan kondisi anaknya tersebut dan
Sarmilah yang tidak tahu kalau bantuan PKH juga
bisa menanggung biaya rumah sakit apabila
penerima sedang sakit. Akhirnya biaya operasi
anak Sarmilah 100% di tanggung oleh PKH dan
itu suatu ke untungan untuk Sarmilah karena

81
sebagai salah satu penerima bantuan PKH.

Dari tahun ke tahun Sarmilah semakin giat


berjualan nasi uduk malam untuk membayar
hutang kepada adik iparnya dan memenuhi
kehidupan sehari-hari. Warung nasi uduk
Sarmilah semakin hari semakin ramai, warung
nasi uduk Sarmilah buka pukul 17.00-03.00.
Kehidupan Sarmilah sekarang semakin membaik.

Narasumber III

Tanggal dan Kamis, 20 September 2017


waktu
Wawancara
Karakteristik Nama:Dwi P Usia: Pendidikan/Pekerjaan:
Informan Ekaputri 40 Lulusan SD/Tukang
Tahun Kebun.
Nama Raudhotul Jannah
Pewawancara
Catatan proses Proses Wawancara: wawancara dilakukan 2 kali, di
wawancara salah satu rumah penerima PKH yang sedang ada
dan observasi pertemuan kelompok dan yang bersangkutan
sedang santai tidak ada kegiatan lagi sehingga bisa
fokus untuk kegiatan wawancara.
Dipilihnya Dwi karena sudah lama menerima
bantuan PKH dan Dwi sebagai ketua kelompok rw

82
01-03 di Kelurahan Rawaterate.

Aspek/Topik Deskripsi Temuan


Karakteristik Dwi berasal dari keluarga petani, Dwi lahir pada
keluarga tahun 1977 sebagai anak ke tiga dari empat
(saat bersaudara. Memiliki paras cantik dengan kulit
wawancara) putih, Dwi bertubuh besar dan tak terlalu tinggi
hanya mengenyam pendidikan hingga tamat SD.
Hal itu juga terjadi kepada 2 saudaranya, kakak
Dwi tidak tamat SD karena sudah meninggal sejak
umur 9 tahun. Ketidak adaan biaya merupakan
salah satu penyebab putusnya sekolah Dwi, kakak
dan adiknya.

Kakak dan adik saya hanya sekolah sampai SD.


Ibu bapak tidak punya biaya buat kita ngelanjutin
sekolah. Setelah lulus SD kita disuruh nikah.

Setelah tamat SD, Dwi tidak mempunyai kegiatan


apapun selain mengerjakan pekerjaan rumah.
Karena tidak mempunyai kesibukan Dwi menikah
dengan laki-laki pilihan bapaknya.Di kampung
Dwi, ada kebiasaan wanita yang sudah tamat SD
dan tidak memiliki pekerjaan akan dinikahkan
dengan laki-laki pilihan orangtuanya. Dari hasil
pernikahnnya Dwi dikaruniai 3 orang anak yang
masih bersekolah. Anak pertama SMA kelas 1,
anak kedua SMP kelas 3 dan anak ke tiga SD
kelas 5.

83
Suami Dwi hanya tamatan SMP dan sehari-hari
bekerja sebagai kuli bangunan. Ketika anak ke
tiga Dwi berumur 1 tahun, suami Dwi meninggal
dunia karena sakit jantung. Semenjak itu Dwi
banting tulang untuk menafkahi ketiga anaknya
sendirian.

Karakteristik Bagaimana karakteristik dan kondisi Ernawati dan


keluarga keluarga sebelum, pada saat, dan sesudah
sebelum dan mendapat PKH?
sesudah
mendapat PKH Sebelum mendapat PKH,kondisi Dwi sedang
krisis. Seperti dijelaskan sebelumnya, sejak
menikah mempunyai tiga anak dan suami
meninggal dunia. Dwi harus menafkahi anak-
anaknya sendirian. Dari mulai bekerja sebagai
tukang es keliling, mengumpulkan aqua untuk
dijual ke pengepul, menjadi buruh cuci dan
menjadi tukang sapu di komplek. Semua Dwi
lakukan hanya untuk menghidupi anak-anaknya
agar bisa seperti anak-anak yang lain, tidak
merasa kekurangan walau bapaknya sudah tidak
ada.

Saya sedih kalau inget dulu, saya harus banting


tulang cari kerjaan, saya harus jadi bapak dan ibu
buat anak-anak saya. Biar anak-anak saya juga
ngerasain kasih sayang seorang bapak ke
anaknya. Apapun pekerjaan saya lakuin buat
anak-anak saya, biar bisa sekolah sampai SMA,

84
jangan kaya ibu nya Cuma sampai SD.

Sesudah menerima PKH, Dwi Ekaputri sudah


10 tahun menerima PKH dari tahun 2008 hingga
sekarang. Kondisi Dwi dan anak-anaknya menjadi
lebih baik setelah Dwi bekerja dan menerima
bantuan PKH. Dwi sudah bekerja, gaji yang Dwi
dapat yaitu sebesar 1.950.000/bulan. Gaji Dwi
tidak terlalu banyak tetapi cukup untuk bayar
kontrakan sebesar 500.000, untuk keperluan
sehari-hari, dan bantuan PKH untuk kepereluan
sekolah anak seperti beli seragam sekolah, ongkos
untuk pergi sekolah. Bantuan yang didapat juga
memotivasi anak Dwi untuk rajin bersekolah.

Saya sering bilang ke anak-anak saya, kamu


sudah dapat bantuan PKH manfaatkan dengan
baik, harus rajin sekolah, rajin belajar biar
bantuannya tidak di stop. Kalau bantuan di stop
beli seragam sekolah gimna, gaji mamah tidak
terlalu besar.

Karena nasehat Dwi deterima dengan baik oleh


anak-anaknya terutama anak pertama yang
bersekolah SMA, anak Dwi selalu giat belajar
hingga masuk 10 besar.
Dwi sangat berterima kasih karena Dwi bisa
mendapat bantuan PKH karena bantuan PKH
sangat membantu Dwi yang sudah menjadi
orangtua tunggal. Dwi juga diangkat sebagai ketua
kelompok Rw 01-03 untuk membantu

85
pendamping. Dwi dipilih pendamping karena Dwi
termasuk penerima PKH yang aktif berkomunikasi
dengan penerima PKH yng lainnya. Dwi
mendapat bantuan PKH sebesar 553.000/3 bulan
sekali.

Pekerjaan ketua kelompok yaitu mengumpulkan


kartu keluarga (KK) KPM (keluarga penerima
manfaat) untuk dikasihkan ke pendamping,
biasanya KK diminta jika ada pemutahiran data,
dan memberitahu ke KPM jika akan ada
pertemuan kelompok.

Dwi menjadi ketua kelompok dengan upah dari


uang kas KPM sebesar 50.000 setiap
mengumpulkan KK dan upah tersebut diberikan
sebagai tanda terimakasih KPM kepada Dwi
karena sudah membantu mengumpulkan KK
KPM. Dwi sangat bersyukur karena mendapatkan
bantuan PKH dan menjadi ketua kelompok.

Narasumber IV

Tanggal dan Rabu, 23 September 2017


waktu
Wawancara
Karakteristik Nama: P Usia: Pendidikan/Pekerjaan:

86
Informan Wira 36 Lulus SD/Wirausaha
Kusumawati Tahun (memiiki warung nasi
di sekolah)
Nama Raudhotul Jannah
Pewawancara
Catatan Proses wawancara: wawancara dilakukan 2 kali, di
proses sekolah tempat Wira berjualan nasi dan di pos
wawancara kelurahan Rawaterate setelah perkumpulan
dan observasi kelompok.
Dipilihnya Wira sama seperti narasumber yang
lainnya karena sudah menerima bantuan PKH dari
tahun 2008.

Aspek/Topik Deskripsi Temuan


Karakteristik Perempuan penerima PKH ini bernama Wira
keluarga Kusumawati yang sehari-harinya berdagang
(saat wawancara) nasi di sekolah. Perempuan kelahiran tahun
1981 ini berasal dari keluarga seorang kuli
bangunan yang hidupnya kurang
berkecukupan. Wira anak pertama dari 3
bersaudara. Wira hanya mengenyam
pendidikan hingga tamat SD sedangkan adik-
adiknya mengenyam pendidikan hingga tamat
SMP. Karena ke tiadaan biaya salah satu
penyebabnya.

Setelah tamat SD Wira bekerja membantu


bibi nya berjualan es keliling. Setelah umur
18 tahun Wira menikah dengan laki-laki
pilihannya dan mempunyai 3 anak dari hasil

87
pernikahannya. Anak pertama Wira sekolah
SMK kelas 3, anak ke dua sekolah SMP kelas
3 dan anak terakhir sekolah SD. Suami Wira
bekerja sebagai office boy di salah satu bank
swasta. Tahun 2010 suami Wira meninggal,
semenjak suami meninggal Wira yang harus
menggantikan suami untuk bekerja.

Suami saya meninggal tahun 2010, sejak jadi


janda saya kerja nyari rongsokan yang
upahnya cuma 15.000 per hari.

Karakteristik Bagaimana karakteristik dan kondisi Ernawati


keluarga sebelum dan keluarga sebelum, pada saat, dan sesudah
dan sesudah mendapat PKH?
mendapat PKH
Sebelum mendapat PKH,kondisi Wira
sedang kurang baik. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Sejak ditinggal suami
Wira yang menghidupkan anak-anaknya agar
tetap sekolah hingga 12 tahun dengan
penghasilan 15.000/hari. Wira yang hanya
bekerja sebagai tukang rongsokan
mengumpulkan uang untuk anak-anaknya
sekolah. Saat itu Wira sering mengeluh
karena kekurangan uang.

Sejak suami saya meninggal, saya ngeluh


mulu. Anak sekolah tidak punya ongkos,
kalau tidak ada ongkos anak saya tidak

88
sekolah. Kesekolah harus naek angkot, jarak
rumah ke sekolah jauh banget sedangkan
hasil rongsokan cuma 15.000. ongkos anak
30.000 berdua.

Demi anak agar bisa kesekolah, Wira menjual


barang yang Wira punya seperti perhiasan
peninggalan suami, televisi dan semua barang
yang bisa dijual.

Setelah menrima PKH, kondisi Wira dan


anaknya lebih baik sejak menerima bantuan
PKH. Karena adanya bantuan PKH Wira
menjadi tidak bingung lagi,gimana ongkos
sekolah anak, beli seragam anak. Bantuan
PKH memang tidak bisa membantu 100%
masalah ekonomi keluarga Wira tapi bantuan
PKH bisa meringankan beban ekonomi
keluarga Wira.

Setiap 3 bulan sekali Wira mendapat bantuan


PKH sebesar 553.000. Anak pertama Wira
yang bersekolah SMK mendapat 250.000/3
bulan, anak kedua yang bersekolah SMP
sebesar 187.500/3 bulan, sedangkan anak ke
tiga mendapatkan 115.500/3 bulan. Uang
yang didapat untuk kebutuhan sekolah anak-
anak dan jika ada sisahnya Wira tabung untuk
membuka usaha.

Wira ingin membuka usaha kecil didepan

89
rumahnya seperti warung kopi, agar bisa
mendapat pengahsilan yang cukup. Setelah
mendapat bantuan PKH selama 4 tahun, Wira
bisa mengujudkan mimpinya untuk membuka
warung kopi di depan rumahnya walau hanya
warung kopi kecil. Terwujudnya impian Wira
karena hasil tabungan Wira yang menyisihkan
uang bantuan PKH.

Setelah bisa membuka warung kopi, Wira


ditawarkan pekerjaan yang menggantikan bibi
nya berjualan nasi di sekolah. Tanpa pikir
panjang, Wira mau menggantikan bibinya
berjualan nasi. Selama berjualan nasi
disekolah, warung kopi Wira tutup dan buka
jika Wira sudah pulang berjualan nasi
disekolah.

Kehidupan Wira dan anak-anaknya semakin


membaik semenjak mempunyai warung kopi
dan berjualan nasi disekolah. Bantuan PKH
sangat membantu Wira dan anaknya karena
bantuan PKH anak pertama Wira bisa
menyelesaikan sekolah SMKnya dan anak ke
dua Wira bisa melanjutkan sekolah ke jenjang
SMA.

90

Anda mungkin juga menyukai