Anda di halaman 1dari 135

Proses Pembentukan Identitas Sosial di Komunitas

Pengemudi Ojek Online

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Zelika Amanda Amrullah

11151110000048

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
ABSTRAK

Skripsi ini mencoba menganalisis bagaimana proses pembentukan identitas


sosial di komunitas pengemudi ojek online. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk
mendeskripsikan proses pembentukan identitas sosial di komunitas pengemudi ojek
online. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menjadikan
informan dari dua komunitas yang berbeda yakni Komunitas Laga Doang Tip Top
dan Komunitas Bambu Kuning. Teknik pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Kerangka teori yang digunakan adalah teori identitas
sosial milik Henri Tajfel yang menyatakan bahwa adanya identitas sosial
dimaksudkan untuk “diikat” yang bertujuan menggolongkan keanggotaan dalam
kelompok. Sehingga, terdapat tiga proses dalam pembentukan identitas sosial di
dalam sebuah kelompok yakni: (1) Kategorisasi sosial; (2) Identifikasi sosial; dan
(3) Perbandingan sosial.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa para anggota komunitas
pengemudi ojek online membentuk identitas sosial karena adanya kesamaan
berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki. Konflik dengan pengemudi ojek
pangkalan mendorong kesadaran para anggota komunitas pengemudi ojek online
untuk membentuk suatu persatuan berupa komunitas. Selanjutnya, peneliti
menemukan bahwa secara tidak langsung upaya serta pengorbanan yang dilakukan
anggota komunitas dapat memberikan penilaian positif dari sesama pengemudi ojek
online maupun dari masyarakat umum tentang keberadaan dari komunitas
pengemudi ojek online. Penilaian positif yang dimiliki para anggota komunitas
merupakan hasil dari mengaktualisasikan nilai-nilai sosial yang ada pada beragam
peraturan komunitas dan terbentuk ke dalam diri anggota komunitas pengemudi
ojek online. Di lain pihak, para anggota komunitas juga memiliki penilaian negatif
terhadap keberadaan dari pengemudi ojek pangkalan guna mempertahankan dan
meningkatkan identitas sosial, serta harga diri mereka sebagai anggota komunitas
pengemudi ojek online.

Kata Kunci: Kategorisasi Sosial, Identifikasi Sosial, Perbandingan Sosial,


Identitas Sosial, Komunitas Pengemudi Ojek Online, Prasangka, Harga Diri.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis selalu diberikan kemudahan serta kesehatan

sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Proses Pembentukan Identitas

Sosial di Komunitas Pengemudi Ojek Online. Shalawat serta salam penulis

curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para

sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Telah banyak pengalaman dan pelajaran baru yang penulis peroleh selama

proses pembuatan skripsi ini. Selain itu, skripsi ini tak akan mencapai bentuknya

seperti yang sekarang jika bukan karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis untuk menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya sebagai bentuk apresiasi kepada:

1. Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui peran strukturalnya.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus pembimbing skripsi yang telah penuh

dengan kesabaran, meluangkan banyak waktu dan ilmunya dalam membimbing,

serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui peran strukturalnya.

vi
4. Segenap Dosen Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

banyak memberikan pengetahuan dan diskusi baik di kelas maupun di luar kelas

selama penulis kuliah, serta dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Segenap Staf Bidang Akademik dan Bidang Administrasi FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu segala urusan penulis terkait dengan

kepengurusan administrasi.

6. Kedua orang tua penulis yakni Ayahanda Amrullah Hamzah dan Ibunda

Zubaidah. Juga, kedua adik penulis yakni Anindya Mareta dan Muhammad

Reynaldi yang tanpa kenal lelah selalu mendoakan serta memberikan segala

bentuk dukungan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Para informan yang merupakan anggota Komunitas Laga Doang Tip Top dan

Komunitas Bambu Kuning, Koordinator Wilayah Komunitas Pengemudi Ojek

Online se-Jabodetabek, dan masyarakat yang berdomisili di sekitar Komunitas

Laga Doang Tip Top yang telah bersedia dalam berbagi apa yang dibutuhkan

penulis. Sehingga, dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Empat sahabat terbaik penulis sejak menuntut ilmu di FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta—Diana Sari Fajriati, Annisa Fathia, Afifah

Bidayaturahmah, dan Desty Sunjani yang telah meluangkan banyak waktunya

untuk berdiskusi terkait dengan skripsi dan tanpa henti selalu memberikan

dorongan semangat kepada penulis.

9. Muhammad Ivan, yang telah dengan sangat tulus meluangkan banyak waktu,

memberikan dukungan, dan memberikan bantuan kepada penulis mulai dari

awal penulisan skripsi hingga akhir penulisan skripsi ini dibuat.

vii
10. Kedua sepupu terbaik penulis yakni Riska Novianti Putri dan Nuzliana Septia

Zahra yang selalu memberikan dorongan semangat dan menghibur penulis

ketika sedang merasa jenuh dalam proses penyelesaian skripsi.

11. Kishi Divina Fibulla, yang tanpa henti selalu memberikan dukungan kepada

penulis untuk selalu semangat dalam mengerjakan penulisan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan Sosiologi 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala diskusi,

kerja sama, dan cerita suka serta duka yang sudah penulis lewati bersama kalian

selama perkuliahan. Semangat dan semoga sukses untuk kita semua.

13. Teman-teman KKN Starka 89 yang juga tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Kenangan selama sebulan yang penulis ukir bersama kalian tidak akan

pernah terlupakan, kalian adalah keluarga baru yang sangat berharga bagi

penulis.

14. Teman-teman KPU Kota Tangerang Selatan—Ahmad Hartadi Syuryavin,

Marco Yosuwa, Arief Yoelianto, dan teman-teman lainnya. Terima kasih atas

canda dan tawa yang penulis lewati bersama kalian. Sehingga, rasa jenuh yang

sering kali penulis rasakan dalam proses penulisan skripsi dapat segera

menghilang.

Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Semoga segala bentuk

bantuan dan dorongan semangat terkait dengan pembuatan skripsi ini dapat

memperoleh balasan yang baik dari Allah SWT. Penulis berharap agar penelitian

ini dapat bermanfaaat tidak hanya bagi perkembangan ilmu pengetahuan saja,

viii
namun untuk kehidupan sosial secara luas pula. Terakhir, penulis akan sangat

menghargai apabila terdapat kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

demi kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang Selatan, 11 September 2019

Zelika Amanda Amrullah

ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xii

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah ................................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 6
E.1. Pembatasan Konsep ............................................................................................ 11
E.1.1. Identitas .......................................................................................................... 11
E.1.2. Kelompok Sosial .............................................................................................. 12
E.1.3. Komunitas ....................................................................................................... 13
E.2. Kerangka Teoritis ............................................................................................... 14
E.2.1 Teori Identitas Sosial ........................................................................................ 14
E.2.2 Proses Identitas Sosial ...................................................................................... 16
F. Metode Penelitian ................................................................................................... 20
F.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................................................ 20
F.2. Subjek Penelitian ................................................................................................ 21
F.3. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 23
F.4. Jenis dan Sumber Data ....................................................................................... 24
F.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 24
F.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 26
BAB II .............................................................................................................................. 28
KOMUNITAS PENGEMUDI OJEK ONLINE ........................................................... 28
A. Letak Geografis Komunitas: Laga Doang Tip Top dan Bambu Kuning .......... 28
A.1. Letak Geografis Komunitas Laga Doang Tip Top di Kelurahan Cipayung .......... 28

x
A.2. Letak Geografis Komunitas Bambu Kuning di Kelurahan Pisangan ................... 30
B. Sejarah Transportasi Ojek Online di Indonesia .................................................. 33
B.1 Sejarah Perusahaan Teknologi Transportasi Online: Gojek dan Grab ................ 36
C. Solidaritas Sosial di Komunitas Pengemudi Ojek Online .................................. 41
D. Alasan Memilih Pekerjaan Sebagai Pengemudi Ojek Online ............................ 43
D.1. Alasan Bekerja Sebagai Pengemudi Ojek Online ............................................... 44
D.2. Alasan Menjadi Anggota Dalam Komunitas Pengemudi Ojek Online................ 48
BAB III............................................................................................................................. 52
PROSES PEMBENTUKAN IDENTITAS SOSIAL DI KOMUNITAS PENGEMUDI
OJEK ONLINE ............................................................................................................... 52
1. Kategorisasi Sosial ................................................................................................ 52
2. Identifikasi Sosial.................................................................................................. 55
3. Perbandingan Sosial .............................................................................................. 72
BAB IV ............................................................................................................................. 81
PENUTUP ........................................................................................................................ 81
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 81
B. Saran .................................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...87

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.A.1.1. Peta Jalan H. Hasim ......................................................... 29

Gambar II.A.1.2. Basecamp Komunitas Laga Doang Tip Top.................... 29

Gambar II.A.1.3. Jalan H. Hasim ................................................................. 30

Gambar II.A.2.1. Peta Jalan Kertamukti ...................................................... 31

Gambar II.A.2.2. Basecamp Komunitas Bambu Kuning ............................. 32

Gambar II.A.2.3. Jalan Kertamukti .............................................................. 32

Gambar II.B.1. 25 Negara Pengguna Internet Terbanyak Tahun 2013-201834

Gambar III.2.1. Struktur Komunitas Laga Doang Tip Top.......................... 62

Gambar III.2.2. Struktur Komunitas Bambu Kuning ................................... 63

Gambar III.3.1. Logo Komunitas Laga Doang Tip Top .............................. 77

Gambar III.3.2. Jaket Komunitas Laga Doang Tip Top ............................. 77

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Profil Informan ........................................................................ xiv

Lampiran 2 Transkrip Wawancara ............................................................... xv

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Peranan dan fungsi transportasi semakin vital seiring dengan laju

perkembangan ekonomi dan kemakmuran suatu negara. Terlebih, di era modern

seperti sekarang yang menghasilkan beragam perkembangan teknologi di mana

perusahaan teknologi transportasi online seperti Gojek dan Grab yang membuat

sarana transportasi kini tidak lagi hanya bersifat konvensional namun juga bersifat

modern melalui layanan aplikasi online-nya.

Sejak didirikan pada tahun 2010, Gojek dinilai berperan besar dalam

memimpin transformasi Revolusi Industri 4.0 di Indonesia.1 Tidak hanya Gojek,

terdapat perusahaan pendatang asal Singapura yakni Grab yang sejak tahun 2014

juga menjadi perusahaan teknologi transportasi online di Indonesia. Di tahun 2018,

menurut pendiri sekaligus CEO Gojek—Nadiem Makarim, jumlah pengemudi

Gojek berhasil menembus angka 1 juta orang yang tersebar di lima puluh daerah di

Indonesia (Nugroho, 2018). Sedangkan menurut Andre Sebastian selaku Public

1
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang P. S. Brodjonegoro
mengungkapkan bahwa menjamurnya startup di Indonesia dinilai membawa dampak positif bagi
perekonomian. Terlebih apabila rintisan itu berkembang pesat dan menjadi Unicorn atau Decacorn,
seperti Gojek. Selain itu, Bambang pun menyatakan bahwa, “Kita fokus mengantisipasi ekonomi
digital dari Revolusi Industri 4.0, di mana Unicorn kita harapkan menjadi salah satu pelaku yang
membawa transformasi itu sendiri.” Choirul Arifin, “Start Up Karya Anak Bangsa seperti Gojek,
Pimpin Transformasi Revolusi Industri 4.0.” Tribun News, 14 Oktober 2019.

1
Relations Manager Grab, di tahun 2018 Grab juga telah memiliki

pengemudi sebanyak 2,6 juta orang yang tersebar di seluruh Asia Tenggara

termasuk di Indonesia (Hadi, 2018).

Banyaknya jumlah pengemudi ojek online di Indonesia saat ini yang pada

akhirnya membuat mereka bersatu-padu dalam membentuk komunitas pengemudi

ojek online di banyak wilayah. Di sisi lain, banyak ojek pangkalan yang

membubarkan dirinya karena tidak mampu bersaing dengan ojek online. Selain itu,

beberapa ojek pangkalan yang masih bertahan justru tidak menunjukkan hal-hal

positif. Pemberitaan diwarnai dengan perilaku kejahatan berujung kekerasan oleh

tukang ojek pangkalan terhadap pengemudi ojek online (Fathy, 2017: 2).

Dengan demikian, konflik yang terjadi di antara pengemudi transportasi

konvensional dengan pengemudi ojek online membuat para anggota komunitas

pengemudi ojek online lebih menyadari pentingnya beraliansi dengan kelompok

kecil lain yang menguntungkan eksistensi mereka. Sehingga, sangat mungkin

terjadi komunikasi yang berjalan secara intens sebagai bentuk resistensi dari konflik

yang terjadi yang membuat terdapat ikatan solidaritas yang sangat kuat di antara

sesama anggota komunitas pengemudi ojek online. Hal tersebut terlihat dari grup-

grup bentukan pengemudi ojek online Gojek seperti Green Force Kediri (GFK),

Gojek Kulon Kali (Gokul), dan A24 yang akan saling “menyokong” ketika ada

konflik di antara pengemudi ojek pangkalan dan tukang becak dengan pengemudi

ojek online di Kota Kediri (Swastika, 2017).

2
Tidak hanya disatukan oleh konflik, terdapat rasa solidaritas, persaudaraan,

dan pertemanan di antara pengemudi ojek online—Gojek, yang disatukan oleh

desain di mana warna hijau pada Gojek menghadirkan solidaritas yang menyatukan

komunitas pengemudi ojek online Gojek dalam Imagined Communities ‘komunitas

terbayang’ yang mereka miliki.2 Hal tersebut terlihat dari banyaknya peristiwa

penting yang menyatukan pengemudi Gojek bahkan ketika mereka tidak mengenal

satu sama lain seperti ketika massa pengemudi Gojek "menghijaukan" jalan

Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan karena mereka berduka atas kematian rekan

mereka yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Menurut seorang pengemudi Gojek,

mereka tidak mengenal korban tetapi kehadiran mereka adalah bentuk dari

solidaritas. Selain itu, penggunaan desain seperti jaket dan helm dari perusahaan

menjadi bagian utama dari terbentuknya rasa kebersamaan di antara para

pengemudi ojek online, serta menjadi tanda yang mengikat mereka untuk berempati

dengan masyarakat. Hal tersebut yang selanjutnya berkembang menjadi rasa

solidaritas untuk bertahan dan mempertahankan keberadaan komunitas pengemudi

ojek online. Sehingga, pada akhirnya memunculkan rasa takdir serta tanggung

jawab bersama di antara para pengemudi ojek online untuk membentuk kelompok-

kelompok komunitas kecil yang kemudian mengintegrasikan diri mereka ke dalam

2
Imagined Communities ‘komunitas terbayang’ adalah konsep yang dicetuskan Benedict Anderson
yang berbicara mengenai nasionalisme di mana bangsa adalah komunitas politis dan dibayangkan
sebagai sesuatu yang bersifat terbatas dan berkedaulatan. Juga, sebagai sesuatu yang terbayang
karena anggota bahkan dari negara terkecil tidak akan pernah kenal sebagian besar dari sesama
anggota mereka, menemui mereka, atau bahkan tidak pernah pula mendengar tentang mereka.
Benedict Anderson, Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism
(London: Verso, 1983), hlm. 49.

3
kelompok-kelompok komunitas yang lebih besar (Harianterbit.com, 2015; hello-

pet.com, 2015 dalam Natadjaja dan Setyawan, 2016).

Diketahui bahwa terdapat beragam atribut yang juga dimiliki para anggota

komunitas pengemudi ojek online selain desain yang mereka gunakan seperti jaket

dan helm dari perusahaan, “Ada pin, rompi, bendera, banyak sih.. Itu atribut-atribut

yang kita punya” (Wawancara dengan Kong Nano, Tangerang Selatan, 17 Mei

2019). Penggunaan atribut milik anggota komunitas pengemudi ojek online pun

sering kali digunakan secara bersamaan dengan penggunaan jaket dan helm dari

perusahaan, “Kalo lagi narik pasti make atribut, tapi kalo kita sering ditiban sama

rompi komunitas.. Setiap komunitas pasti punya rompi sendiri” (Wawancara

dengan Adoel, Tangerang Selatan, 18 Juli 2019).

Berdasarkan temuan dari beberapa penelitian, pemberitaan, dan pernyataan

dari para informan di atas menjadi bukti yang mendukung asumsi peneliti bahwa

terdapat beragam hal yang dapat membentuk identitas sosial di komunitas

pengemudi ojek online. Hal tersebut terkait dengan adanya rasa solidaritas,

persaudaraan, pertemanan, kebersamaan, takdir, dan tanggung jawab bersama di

antara sesama anggota komunitas pengemudi ojek online yang bahkan akan

menggunakan atribut milik komunitas ketika mereka sedang bekerja.

Penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi pada diskusi mengenai identitas

sosial yang terbentuk di antara para anggota komunitas pengemudi ojek online

dengan mengambil studi pada dua komunitas pengemudi ojek online yang ada di

Kota Tangerang Selatan—Laga Doang Tip Top di Kelurahan Cipayung,

Kecamatan Ciputat dan Bambu Kuning di Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat

4
Timur. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori identitas

sosial milik Henri Tajfel karena teori tersebut sesuai dengan fenomena yang peneliti

temukan di lapangan. Teori identitas sosial milik Tajfel berbicara mengenai proses

dalam pembentukan identitas sosial para anggota dalam sebuah kelompok yang

terdiri dari: (1) Kategorisasi Sosial; (2) Identifikasi Sosial; dan (3) Perbandingan

Sosial—Tidak terkecuali bagi para anggota komunitas pengemudi ojek online.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana proses pembentukan identitas sosial di komunitas pengemudi

ojek online?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1 Tujuan

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang ada, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan proses pembentukan identitas sosial di komunitas

pengemudi ojek online.

C.2 Manfaat

a. Manfaat teoritis penelitian skripsi ini adalah sebagai ukuran sejauh mana

relevansi teori identitas sosial dan metodologi kualitatif yang digunakan

dalam penelitian skripsi ini.

5
b. Manfaat praktis penelitian skripsi ini adalah untuk menjadi sumber referensi

kepada sivitas akademika mengenai perkembangan layanan jasa dan

perusahaan teknologi transportasi online yang mengubah cara hidup,

bekerja, dan relasi organisasi individu dalam berhubungan satu sama lain.

D. Tinjauan Pustaka

Telah cukup banyak penelitian yang menggunakan identitas sosial sebagai

kerangka berpikir utama. Namun, pada umumnya penelitian-penelitian mengenai

identitas sosial menggunakan metode kualitatif (Putri dan Legowo, 2015; Sari,

2017; Ismail dan Chasbi, 2018; Sari dan Kartono, 2018; dan Lisdiantini,

Subiyantoro, dan Afandi, 2019) dan menggunakan metode kuantitatif (Utami dan

Silalahi, 2013; dan Sarifah, 2016).

Penelitian-penelitian di bawah ini membuktikan bahwa identitas sosial

sebagai suatu hal yang berlangsung pada berbagai macam kelompok sosial, di

antaranya adalah: (1) Konstruksi identitas kelompok game online (Sari, 2017); (2)

Konstruksi identitas kelompok suporter sepak bola (Ismail dan Chasbi, 2018); (3)

Hubungan antara identitas dan konformitas kelompok virtual dalam situs jejaring

sosial (Utami dan Silalahi, 2013); (4) Hubungan antara identitas dan prasangka

yang terjadi dalam konflik antarkelompok institusi negara (Sarifah, 2016); (5)

Upaya mempertahankan identitas oleh para kelompok waria (Putri dan Legowo,

2015); (6) Transformasi identitas kelompok Tenaga Kerja Indonesia (TKI) pasca

migrasi (Sari dan Kartono, 2018); dan (7) Peran fesyen dan pakaian sebagai simbol

6
kelompok mahasiswa satu program studi (Lisdiantini, Subiyantoro, dan Afandi,

2019).

Penelitian Wulan Purnama Sari (2017) yang berjudul “Konstruksi Identitas

pada Komunitas Game Touch Online (Studi Anggota Komunitas Guild Deadline),

dan penelitian Oki Achmad Ismail dan Iqbal Jaya Chasbi yang berjudul “Konstruksi

Identitas Kelompok Suporter Flower City Casuals (Studi Fenomenologi Terhadap

Kelompok Suporter Flower City Casuals dalam Mendukung Persib Bandung)

dirasa menjadi dua penelitian yang paling relevan dengan penelitian ini karena

membahas mengenai pembentukan identitas sosial di suatu kelompok yang

menggunakan teori identitas sosial. Namun, meskipun begitu keduanya

menggunakan teori dan subjek yang berbeda dengan peneliti di mana penelitian

Wulan Purnama Sari menggunakan teori identitas sosial dan model proses

pembentukan identitas menurut personality and social structure perspective (PSSP)

milik House terhadap kelompok penggemar game online, dan penelitian Oki

Achmad Ismail dan Iqbal Jaya Chasbi menggunakan teori identitas sosial milik

Michael Hecht terhadap proses pembentukan identitas sosial kelompok suporter

sepak bola. Di samping fakta bahwa peneliti menggunakan teori identitas sosial

milik Henri Tajfel dalam membahas proses pembentukan identitas sosial di

kelompok pekerja–Komunitas pengemudi ojek online.

Selanjutnya, penelitian (Utami dan Silalahi, 2013; dan Sarifah, 2016)

berusaha melihat hubungan antara identitas dengan perilaku sosial anggota

kelompok. Penelitian milik Utami dan Silalahi membahas mengenai hubungan

antara identitas sosial dan konformitas pada anggota komunitas virtual di suatu situs

7
forum bernama Kaskus yang kini banyak digunakan oleh orang Indonesia, seiring

dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi internet dan semakin menguaknya

jejaring sosial online ke permukaan. Diketahui dalam penelitian tersebut bahwa

konformitas, secara psikologis, merupakan kesetiaan dan kepatuhan pada

kelompok, perasaan senasib, dan sepenanggungan. Bagaimana selanjutnya hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara identitas

sosial dengan konformitas pada komunitas Kaskus regional Depok, meskipun arah

korelasinya adalah negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi identitas sosial

maka akan semakin rendah konformitas pada komunitas Kaskus regional Depok,

sedangkan semakin rendah identitas sosial maka akan semakin tinggi konformitas

pada komunitas Kaskus regional Depok.

Di sisi lain, penelitian milik Sarifah membahas mengenai hubungan antara

identitas sosial dan prasangka yang mampu menghasilkan konflik di antara para

prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dan anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Dalam penelitian tersebut,

disebutkan bahwa prasangka merupakan praduga berupa penilaian negatif

mengenai suatu kelompok dan setiap individu dari anggotanya. Konflik yang terjadi

di antara dua institusi yang bersangkutan terjadi karena terdapat persamaan dari

fungsi yang mereka miliki yakni sebagai alat ketahanan negara dan pelindung

masyarakat. Sehingga, terdapat kontradiksi dari tugas kedua institusi tersebut.

Dengan demikian, peneliti memahami bahwa apabila terdapat bias identitas

antarkelompok yang berbeda dan memiliki fungsi yang sama maka akan mampu

menghasilkan prasangka yang berujung pada konflik. Lebih dari itu, berdasarkan

8
penelitian milik Utami dan Silalahi, serta Sarifah, peneliti juga memahami bahwa

identitas sosial dapat berpengaruh secara psikologis terhadap kelompok yang

dimiliki (ingroup). Juga, identitas sosial dapat menghasilkan suatu perasaan,

kecenderungan untuk bertindak, dan keyakinan bagi para anggota terhadap

kelompok sosial yang tidak mereka miliki (outgroup).

Kemudian, penelitian milik Indah Bidara Putri dan Martinus Legowo (2015)

menggunakan teori fenomenologi milik Alfred Schutz yang melihat adanya

fenomena waria sebagai suatu kelompok minoritas yang berupaya mempertahankan

identitas sosialnya di kalangan masyarakat. Sehingga, mereka dapat memperoleh

pengakuan di masyarakat. Juga, penelitian milik Innez Kartika Sari dan Drajat Tri

Kartono (2018) menggunakan teori transformasi identitas sosial milik Jennifer

Todd yang berupaya menjelaskan bahwa identitas sosial dapat ditransformasi

apabila suatu kelompok (Eks Tenaga Kerja Indonesia) menginginkan adanya

perubahan di dalam kehidupan mereka. Berdasarkan dua penelitian tersebut,

peneliti memahami bahwa identitas sosial tidak hanya berbicara mengenai

pembentukan identitas sosial di suatu kelompok. Namun, ia juga berbicara

mengenai bagaimana suatu kelompok berupaya mempertahankan dan melakukan

transformasi identitas sosial yang mereka miliki.

Terakhir, penelitian mengenai simbol (Lisdiantini, Subiyantoro, dan

Afandi, 2019) menjelaskan bagaimana fesyen dan pakaian sebagai sarana

komunikasi identitas sosial di dalam sebuah kelompok tertentu tak terkecuali bagi

mahasiswa program studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Madiun. Melalui

kebijakan berbusana yang diberikan institusi program studi, terdapat nilai-nilai

9
yang ingin diperkenalkan sekaligus dikomunikasikan melalui pakaian yang

ditampilkan, baik kepada para mahasiswa dari program studi tersebut maupun

kepada mahasiswa program studi lain. Lebih dari itu, penggunaan pakaian sebagai

simbol dari identitas sosial suatu kelompok mahasiswa ternyata mampu

menghasilkan ragam perubahan yang bersifat positif yakni menjadi pribadi-pribadi

yang lebih tertib dan disiplin, meningkatkan sense of belonging ‘rasa memiliki’ di

antara para mahasiswa terhadap institusi program studi yang mereka miliki, dan

sense of unity ‘rasa persatuan’ sebagai identitas yang membedakan mereka dengan

mahasiswa program studi lain. Dengan demikian, dapat peneliti pahami bahwa

fesyen dan pakaian sebagai suatu simbol yang bersifat fisik dan/atau dapat

dijangkau melalui panca indra, menjadi sarana yang efektif dalam berkomunikasi,

serta memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan identitas sosial dalam

kelompok sosial tidak terkecuali pada kelompok pekerja—Komunitas pengemudi

ojek online.

Dengan demikian, berdasarkan kajian terhadap ketujuh pustaka tersebut,

peneliti memahami bahwa belum banyak penelitian yang berbicara mengenai

proses pembentukan identitas sosial pada sebuah kelompok pekerja yakni

pengemudi ojek online. Juga, baik secara subjek penelitian, teori, dan maupun kasus

yang digunakan, penelitian ini berbeda dan memiliki keunikan tersendiri

dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu. Walaupun begitu, penelitian-

penelitian terdahulu ini dapat dijadikan sebagai titik acuan bagi peneliti untuk

masuk ke dalam pembahasan yang ada secara lebih terarah dan mendalam dalam

mengungkapkan pertanyaan yang ingin diteliti karena semua pembahasan dalam

10
penelitian-penelitian terdahulu tersebut saling melengkapi antara satu dengan yang

lain

E.1. Pembatasan Konsep

E.1.1. Identitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), identitas adalah ciri-ciri

atau keadaan atau jati diri. Sedangkan secara definisi, identitas adalah konsep orang

tentang siapa mereka, orang macam apa mereka, dan bagaimana mereka

berhubungan dengan orang lain (Hogg dan Abrams, 1988: 2).

Vignoles (2017) menyebutkan bahwa identitas berawal dari pertanyaan

mengenai “Siapa kamu?” yang dihadapi oleh kebanyakan orang. Kita dapat

memintanya dari diri kita sendiri dan orang lain. Juga, kita dapat menghadapinya

sebagai individu, anggota kelompok, atau kategori sosial. Dalam hal ini, identitas

memiliki pembagian di dalamnya yakni identitas pribadi (individu) dan sosial

(kelompok) yang harus dibedakan (Deaux dan Snyder, 2018).

Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa “identitas” merupakan

identitas diri. Identitas diri ini yang pada akhirnya akan membedakan antara satu

individu dengan individu lainnya berdasarkan pada keunikan masing-masing dan

bukan pada ciri-ciri yang diturunkan dari keanggotaan mereka dalam sebuah

kelompok sosial (Afif, 2015: 14). Terakhir, Turner dan Oakes (1986) menyatakan

bahwa identitas sosial merupakan bagian dari konsep diri individu yang berasal dari

akibat persepsi yang sesuai dengan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial. Pada

11
penelitian ini akan menjelaskan mengenai bagaimana identitas sosial yang dimiliki

oleh para anggota komunitas pengemudi ojek online.

E.1.2. Kelompok Sosial

Menurut MacIver dan Page (1961), social group ‘kelompok sosial’ adalah

himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di

antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang

saling pengaruh-memengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong

(Soekanto, 2015: 99).

Soekanto juga menyatakan bahwa tidak semua himpunan manusia dapat

dinamakan sebagai kelompok sosial sehingga diperlukan beberapa persyaratan

tertentu yakni:

a. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan

sebagian dari kelompok yang bersangkutan;

b. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota yang

lainnya;

c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antarmereka

bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang

sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain. Tentunya

faktor mempunyai musuh bersama misalnya, dapat pula menjadi faktor

pengikat atau pemersatu;

d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku;

e. Bersistem dan berproses.

12
Dalam hal ini, karena adanya hubungan yang terjalin di antara para

anggota komunitas pengemudi ojek online-lah yang selanjutnya menjadikan

mereka dapat dikatakan sebagai sebuah kelompok sosial. Bagaimana W. G. Sumner

menyatakan bahwa kelompok sosial merupakan tempat di mana individu

mengidentifikasikan dirinya sebagai ingroup-nya (Soekanto, 2015: 106). Selain itu,

di dalam buku yang sama, Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa terdapat pula

outgroup yang diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan dari

ingroup-nya. Sehingga, para anggota komunitas pengemudi ojek online sendiri

menjadikan pengemudi ojek pangkalan sebagai outgroup dari mereka.

E.1.3. Komunitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunitas adalah

kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di

dalam daerah tertentu, masyarakat atau paguyuban. Sedangkan secara definisi,

komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang

berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam

komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,

kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain

yang serupa. (Wenger, 2002: 4).

Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi tiga

komponen:

1. Berdasarkan lokasi atau tempat: Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat

dilihat sebagai tempat di mana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama

13
secara geografis. Juga, saling mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi

dan memberikan konstribusi bagi lingkungannya.

2. Berdasarkan minat: Sekelompok orang yang mendirikan sebuah komunitas

karena memiliki ketertarikan dan minat yang sama. Misalnya saja dari agama,

pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual.

3. Berdasarkan komuni: Komuni dapat diartikan sebagai ide dasar yang dapat

mendukung komunitas itu sendiri.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa penelitian ini terdiri dari

komunitas yang berdasarkan minat karena para anggotanya memiliki ketertarikan

dan minat yang sama dalam pekerjaan yang dimiliki yakni sebagai pengemudi ojek

online. Sehingga, komunitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunitas

pengemudi ojek online.

E.2. Kerangka Teoritis

E.2.1 Teori Identitas Sosial

Teori identitas sosial pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an oleh

Henri Tajfel. Teori ini pada dasarnya merupakan pengembangan lebih sistematis

dari minat pribadi Tajfel sebelumnya yang meliputi isu-isu seperti persepsi

kelompok, prasangka, kategorisasi sosial, perbandingan sosial, diskriminasi, dan

konflik antarkelompok (Afif, 2015: 3). Teori identitas sosial adalah akumulasi dari

14
nilai-nilai kelompok yang diinternalisasikan ke dalam konsep diri individu itulah

yang kemudian disebut sebagai ‘identitas sosial’ individu (Abrams, 1996: 150).

Tajfel dan John C. Turner secara bersama-sama melahirkan pendekatan

identitas sosial dalam menjelaskan perilaku antarkelompok di mana Tajfel

mendefinisikan identitas sosial sebagai konsep diri seseorang yang berasal dari

pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan

dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Ia berkaitan

dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu

kelompok tertentu (Tajfel dalam Hogg dan Abrams, 1998). Hal ini juga sesuai

dengan pernyataan Hogg dan Abrams (1990) yang juga mendefinisikan bahwa

identitas sosial sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari

pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota

yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui

atau memiliki berbagai minat.

Teori identitas sosial menyatakan bahwa adanya identitas dimaksudkan

untuk “diikat” sehingga mampu menggolongkan keanggotaan dalam kelompok. Di

samping teori tersebut meyakini bahwa apa yang individu lakukan, pikirkan, dan

rasakan merupakan manifestasi dari nilai-nilai kolektif yang diperoleh dalam

kelompok sosial dan/atau organisasi tertentu di mana individu merupakan bagian

dari dirinya. Juga, teori identitas sosial melihat bagaimana upaya yang dilakukan

oleh para anggota kelompok untuk menaikkan posisi dirinya dan posisi

kelompoknya (Octawidyanata, 2016: 18).

15
Hubungan antara diri dengan identitas kelompok menjadi dua hal yang

penting di mana Tajfel dan Turner menyatakan bahwa identitas sosial seseorang

ditentukan oleh kelompok di mana ia tergabung. Sehingga, orang termotivasi untuk

bergabung dengan kelompok yang dianggap paling menarik dan/atau memberikan

keuntungan bagi kelompok yang ia tergabung di dalamnya. Selain itu, Tajfel dan

Turner melihat bahwa individu akan berjuang untuk mendapatkan serta

mempertahankan identitas sosial yang positif. Namun, ketika identitas sosial

dipandang tidak memuaskan maka mereka akan bergabung dengan kelompok di

mana mereka merasa lebih nyaman, lebih memuaskan, dan/atau lebih

menyenangkan (Turner dan West, 2008: 218).

Dengan demikian, berdasarkan pernyataan dari beberapa tokoh mengenai

identitas sosial di atas, dapat dipahami bahwa identitas sosial adalah bagian dari

konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam

sebuah kelompok sosial, dengan disertai adanya nilai-nilai, emosi, partisipasi, rasa

peduli, dan rasa bangga sebagai anggota kelompok tersebut.

E.2.2 Proses Identitas Sosial

Seperti yang dikatakan oleh Turner dan Tajfel bahwa terdapat proses dalam

pembentukan identitas sosial di dalam sebuah kelompok. Hal ini yang selanjutnya

dibagi oleh mereka ke dalam tiga proses yang berperan dalam membentuk konsep

diri bagi para anggota kelompok yakni: (1) Kategorisasi sosial; (2) Identifikasi

Sosial; dan (3) Perbandingan Sosial. Berikut adalah pembahasannya:

16
1. Kategorisasi Sosial

Dalam hal ini, kategorisasi sosial didefinisikan dalam istilah “kata

benda yang memotong irisan kelompok manusia” (Allport, 1954), yang

membantu individu untuk menavigasikan dunia sosial dengan membedakan

antara anggota ingroup dan outgroup (Tajfel & Turner, 1979). Bagaimana

selanjutnya ini adalah cara penyediaan yang cepat dan efisien dalam

menyediakan informasi tentang orang lain, penghematan persepsi sosial,

dan mengurangi ketidakpastian dengan menyediakan seperangkat harapan

yang jelas tentang orang lain dan diri (Turner dkk., 1987).

Dengan demikian, di tahap ini kita merasa perlu untuk menempatkan

orang, termasuk diri kita, ke dalam berbagai kategori. Untuk memberikan

label kepada seseorang sebagai seorang Hindu, seorang Skotlandia, atau

seorang supir bus merupakan suatu cara yang singkat untuk mengatakan

beberapa hal lain tentang orang tersebut (Gelarina, 2016: 19). Bagaimana

selanjutnya diketahui bahwa dalam kategorisasi sosial, individu

menyederhanakan dunia sosialnya dengan menggolong-golongkan berbagai

hal yang dianggap mempunyai karakteristik yang sama ke dalam suatu

kelompok tertentu. Pengelompokan sosial yang paling sering dilakukan

antara lain adalah berdasarkan ras, etnis, agama, maupun status sosial

(Sarwono, 2007).

2. Identifikasi Sosial

Diketahui bahwa identifikasi sosial mewakili internal, kriteria

psikologis dari keberadaan kelompok yang berbeda dari kriteria atribusi

17
eksternal (Tajfel, 1982). Sehingga, di tahap ini identifikasi sosial

bergantung pada tiga komponen identitas sosial yang ada yakni (Ellemers

dkk., 1999):

1. Komponen kognitif yang menangkap kesadaran keanggotaan;

2. Komponen evaluatif yang mengacu pada nilai yang dikaitkan

dengan keanggotaan seseorang; dan

3. Komponen emosional yang mengacu pada pengalaman afektif

yang ditautkan dengan keanggotaan grup seseorang.

Menurut Tajfel, identifikasi merupakan identitas sosial yang melekat

pada individu, mengandung adanya rasa memiliki pada suatu kelompok,

melibatkan emosi dan nilai-nilai signifikan pada diri individu terhadap

kelompok tersebut. Dalam melakukan identifikasi, individu dipacu untuk

meraih positive identity ‘identitas positif’ terhadap kelompoknya. Dengan

demikian akan meningkatkan self esteem ‘harga diri’ individu sebagai

anggota kelompok. Sementara demi identitas sosial kelompoknya,

seseorang atau sekelompok orang rela melakukan apa saja agar dapat

meningkatkan gengsi kelompok yang dikenal dengan istilah ingroup

favoritsm effect. Selain itu, dalam melakukan identifikasi, individu

cenderung memiliki karakteristik ethnocentrism ‘etnosentrisme’ pada

kelompoknya (Hogg, 2003).

18
3. Perbandingan Sosial

Dalam hal ini, pasca individu mengkategorikan diri sebagai bagian

dari kelompok dan telah mengidentifikasi kelompok tersebut maka tahap

selanjutnya adalah individu membandingkan antara kelompok sendiri

dengan kelompok yang lain. Menurut Tajfel dan Turner, perbandingan

sosial merupakan proses yang kita butuhkan untuk membentuk identitas

sosial dengan memakai orang lain sebagai sumber perbandingan, untuk

menilai sikap dan kemampuan kita. Melalui perbandingan sosial identitas

sosial terbentuk melalui penekanan perbedaan pada hal-hal yang terasa

berbeda pada ingroup dan outgroup (Hogg dan Abrams, 1990)

Bagaimana selanjutnya Hogg dan Abrams (1990) menyatakan

bahwa dalam perbandingan sosial, individu berusaha meraih identitas yang

positif jika individu bergabung dalam ingroup. Keinginan untuk meraih

identitas yang positif dalam identitas sosial ini merupakan pergerakan

psikologis dari perilaku individu dalam kelompok. Proses perbandingan

sosial menjadikan seseorang memperoleh penilaian dari posisi dan status

kelompoknya.

Selain itu, Tajfel pun menyatakan bahwa dalam tingkah laku

antarkelompok, ia menekankan pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penilaian yang ekstrim pada outgroup, dan kelompok minoritas ataupun

subdominant lebih menunjukkan diferensiasi daripada kelompok mayoritas

atau dominant;

19
2. Adanya perbandingan sosial memberikan penekanan tingkah laku yang

berbeda antar kelompok (intergroup differentiation); dan

3. Individu yang berada pada kelompok subdominant selalu menaikkan harga

diri kelompoknya (identitas sosial), dengan cara menurunkan derajat

kelompok lain.

F. Metode Penelitian

F.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini berangkat dari fenomena sosial mengenai ojek online yang

kini begitu mewarnai lalu lintas perkotaan, termasuk di Kota Tangerang Selatan di

mana ia harus bersaing dengan pendahulunya—Ojek pangkalan, yang cukup

banyak melakukan penolakan keras terhadap keberadaan ojek online. Walaupun

keberadaan ojek online tergolong baru, telah banyak masyarakat yang memilih

untuk bergabung dan menjadi pengemudi ojek online sehingga kini, di banyak

wilayah, banyak ditemukan komunitas pengemudi ojek online.

Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan data kualitatif dari

pertanyaan penelitian yang ada. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif karena mampu mengambil

bentuk pemahaman yang lebih terkait dengan kerangka teoritis yang digunakan

dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat alamiah

dengan maksud menjelaskan fenomena yang tercipta dengan cara menggunakan

20
berbagai metode yang ada (Denzin dan Lincoln, 2003). Tujuan utamanya adalah

untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek serta objek

yang diteliti secara tepat (Neolaka, 2016: 22). Terlebih lagi, penelitian ini sejalan

dengan sebuah pernyataan bahwa, “Pendekatan penelitian kualitatif berusaha

menjelaskan fenomena sosial terutama terkait dengan pertanyaan mengapa,

bagaimana dan dengan cara apa” (Hancock, 1998: 2).

F.2. Subjek Penelitian

Informan merupakan orang yang berhubungan dengan peneliti dalam

rangka mencari dan dapat memberikan data penelitian yang dibutuhkan (Neuman,

2007: 299). Dalam hal ini, para informan merupakan para anggota komunitas

pengemudi ojek online dan masyarakat yang berdomisili di sekitar komunitas

pengemudi ojek online. Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah purposive

sampling dan snowball sampling. Singkatnya, purposive sampling adalah teknik

sampling yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Sedangkan snowball

sampling adalah teknik sampling yang dilakukan untuk mengidentifikasi jaringan

informan dalam kasus yang sedang diteliti. Dalam hal ini, data yang terkumpul di

setiap tahapannya mengalami progresivitas dan kedalaman data. Hal ini berguna

untuk menjawab pertanyaan penelitian secara mendalam. Teknik ini peneliti

hentikan ketika data telah mengalami titik jenuh di mana data yang dikumpulkan

dirasa peneliti tidak lagi mengalami variasi dan/atau telah mampu menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam penelitian ini.

21
Pemilihan informan pertama merupakan hal yang sangat krusial, sehingga

harus dilakukan secara cermat dan teliti. Oleh karena itu, informan harus dipetakan

sebagai orang yang: (1) Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

tidak dapat dijawab oleh orang lain; (2) Orang yang dapat merekomendasikan

peneliti kepada informan lain dengan kapasitas pengetahuan yang kurang lebih

sama; (3) Menyediakan akses dan mengembangkan kesadaran peneliti mengenai

bagian-bagian latar dan; (4) Orang yang membantu peneliti untuk menafsirkan

makna dari observasi peneliti (Marvasti, 2004: 52). Dalam hal ini, peneliti

direkomendasikan oleh seorang teman yang memiliki kenalan seorang pengemudi

ojek online dan memenuhi beberapa kriteria di atas. Bagaimana selanjutnya

diketahui bahwa informan Adoel menjadi anggota dalam salah satu komunitas

pengemudi ojek online terbesar di Kota Tangerang Selatan yang bernama Laga

Doang Tip Top. Sehingga dari informan Adoel, peneliti mendapatkan saran tentang

siapa yang dapat memberikan informasi guna mengklarifikasi dan menguatkan data

mengenai apa yang disampaikan oleh informan. Dengan demikian, terdapat

sebanyak sepuluh orang informan yang merupakan taruna dan/atau anggota

komunitas pengemudi ojek online dan seorang informan yang merupakan

Koordinator Wilayah se-Jabodetabek komunitas pengemudi ojek online di dalam

penelitian ini.

Selanjutnya, penulis tertarik dalam jaringan interkoneksi orang maupun

organisasi (Neuman, 2007: 145). Sehingga, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan orang-orang yang memang terkoneksi satu sama lain. Tentunya,

22
dengan kapasitas pengetahuan yang berbeda-beda dan dapat memberikan informasi

yang jelas terkait dengan kasus yang diteliti.

Dengan demikian, berikut adalah penjabaran dari jumlah informan dan

responden yang ada dan terkoneksi satu sama lain di dalam penelitian ini:

1. Anggota dalam Komunitas Laga Doang Tip Top: Adoel, Ajat, Teguh, dan

Ricky.

2. Anggota dalam Komunitas Bambu Kuning: Isam, Jeffry, Enden, Hendra,

Anang, dan Habib.

3. Koordinator wilayah se-Jabodetabek atau presiden pengemudi ojek online

(Grab) se-Indonesia: Kong Nano.

4. Masyarakat yang berdomisili di sekitar komunitas pengemudi ojek online—

Komunitas Laga Doang Tip Top: Shidiq, Yuli, dan Ani.

F.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua basecamp komunitas pengemudi ojek online.

Pertama, basecamp milik Komunitas Laga Doang Tip Top yang berada di Jalan H.

Hasim, Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat. Kedua, basecamp milik

Komunitas Bambu Kuning di Jalan Kertamukti, Kelurahan Pisangan, Kecamatan

Ciputat Timur. Sedangkan waktu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan

data melalui data primer dan data sekunder terlebih waktu yang dihabiskan untuk

mengolah, menganalisis, dan menyajikan data yang berkaitan dengan penelitian ini

adalah dimulai dari bulan Desember 2018 sampai bulan September 2019.

23
F.4. Jenis dan Sumber Data

Data adalah segala sesuatu yang terkait dengan pengolahan, analisis, dan

penyajian data. Ia memiliki dua sumber data, yakni data primer dan data sekunder.

Singkatnya, data primer adalah data utama yang digunakan dalam penelitian.

Sedangkan data sekunder ialah data pendukung yang digunakan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui: (1) Wawancara dengan

sepuluh orang informan anggota dalam komunitas pengemudi ojek online, seorang

informan koordinator wilayah se-Jabodetabek di komunitas pengemudi ojek online,

dan tiga orang informan masyarakat yang berdomisili di sekitar komunitas

pengemudi ojek online; (2) Observasi; dan (3) Dokumentasi foto. Sementara itu,

data sekunder yang peneliti peroleh dalam penelitian ini adalah melalui studi

kepustakaan. Terakhir, keseluruhan data yang diperoleh baik data primer maupun

data sekunder ialah berkenaan dengan penelitian yang peneliti lakukan dan

diperoleh melalui sumber-sumber terpercaya yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

F.5. Teknik Pengumpulan Data

Pertama, peneliti melakukan observasi langsung guna mengamati ragam

perilaku dan kegiatan yang dilakukan para subjek penelitian. Observasi dilakukan

dalam arti melihat ‘atmosfer’ dalam suatu lingkungan yang diobservasi. Atmosfer

yang dimaksud di sini ialah hal-hal yang terlihat yang meliputi aspek fisik (manusia,

tindakan) dan aspek non-fisik (hubungan sosial, identitas) sehingga peneliti dapat

24
menangkap keseluruhan gambaran dari lingkungan tersebut (Neuman, 2007: 287).

Berikut adalah observasi yang dilakukan peneliti:

1. Kegiatan harian yang dilakukan anggota dalam komunitas pengemudi ojek

online (melakukan kopdar alias kopi darat).

2. Observasi dilakukan pada April 2019 sampai Juli 2019.

Kemudian, peneliti mencatat apa yang peneliti lihat dan/atau dengar, serta

mendokumentasikan hal-hal yang dianggap perlu ke dalam bentuk foto selama

melakukan observasi tersebut dengan alat bantuan kamera, karena seperti yang

diketahui bahwa dokumentasi merupakan salah satu bagian dalam pengumpulan

data yang diperoleh dari dokumen-dokumen (Silalahi, 2010: 291).

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara guna dapat memahami secara

baik bagaimana para informan memandang dunia dari perspektif mereka.

Ditambah, peneliti melakukan wawancara semi-struktur secara terbuka yang

pelaksanaannya lebih santai dan tidak begitu formal dibandingkan wawancara

terstruktur di mana di dalamnya terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi dasar

pertanyaan dalam penelitian ini, namun peneliti tidak menutup kemungkinan untuk

menambah serta memperluas lingkup pertanyaan secara kondisional dengan

terlebih dahulu memperhatikan jawaban dari tiap-tiap informan.

Terakhir, untuk melengkapi data yang ada peneliti juga menggunakan data

sekunder yang peneliti peroleh melalui studi kepustakaan terhadap berbagai jurnal,

tesis skripsi, dan artikel laman online.

25
F.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang dimaksud adalah pengolahan data secara statistik

maupun nonstatistik untuk memperoleh hasil atau temuan penelitian. Berdasarkan

temuan penelitian dilakukan pembahasan yang mengarah pada pengambilan

kesimpulan, implikasi dan saran atau rekomendasi penelitian. Dalam hal ini,

terdapat beberapa langkah yang digunakan dalam menganalisis data secara

kualitatif (Neolaka, 2016: 173):

a. Paparan data kualitatif sesuai masing-masing permasalahan atau subfokus

penelitian.

b. Paparan data sesuaikan dengan sumber datanya, yaitu data wawancara, data

observasi atau pengamatan, data dokumentasi.

c. Pengolahan data sesuaikan dengan data yang telah dipaparkan, dan bentuk

paparannya dalam bentuk matriks atau box atau kotak.

d. Berdasarkan pengolahan data maka secara kritis dianalisis untuk

mendapatkan temuan penelitian.

e. Kemudian dilakukan pembahasan temuan penelitian sesuai dengan

permasalahan atau subfokus penelitian.

f. Diakhiri dengan merumuskan kesimpulan, implikasi, dan saran.

F.7. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulisan disusun dengan sistematika yang terdiri

dari empat bab. Berikut adalah pembahasannya:

26
Bab pertama: membahas mengenai pendahuluan yang terdiri dari

pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teoritis, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab kedua: membahas mengenai gambaran umum—Komunitas

pengemudi ojek online, yang terdiri dari letak geografis komunitas pengemudi ojek

online, sejarah transportasi ojek online, solidaritas sosial di komunitas pengemudi

ojek online, dan alasan memilih pekerjaan sebagai pengemudi ojek online.

Bab ketiga: membahas mengenai analisis—Proses pembentukan identitas

sosial di komunitas pengemudi ojek online.

Bab keempat: membahas mengenai penutup—Kesimpulan dan saran yang

terkait dengan topik penelitian.

27
BAB II

KOMUNITAS PENGEMUDI OJEK ONLINE

A. Letak Geografis Komunitas: Laga Doang Tip Top dan Bambu Kuning

A.1. Letak Geografis Komunitas Laga Doang Tip Top di Kelurahan


Cipayung

Secara geografis, Komunitas Laga Doang Tip Top terletak di Jalan H.

Hasim yang masuk ke dalam Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota

Tangerang Selatan. Berikut adalah profil dari Jalan H. Hasim:

a. Berada dekat dengan jalan: Jalan R.E. Martadinata dan Jalan Otista Raya.

b. Dilewati oleh transportasi: Angkot 29, Angkot 106, Transjakarta S21, dan

Transjakarta S22.

c. Bangunan: Menara Harapan School, Honda Autoland, Pusat Teknologi

Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom),

RSIA Citra Ananda, Samsat, Suzuki Citra Asri Buana, Pasar Swalayan Tip

Top, Gudang Departemen Pendidikan Nasional, Telkom, Harapan Jaya,

Mercedez-Benz, Kolam Renang Tirta Agung, Masjid Baiturrahman, CS

Finance, PLN, Ace Informa, Pos Indonesia, Giant, RS. Bhineka Bakti

Husada, dan KFC.

28
Gambar II.A.1.1. Peta Jalan H. Hasim

(Sumber: https://google.com)
Basecamp dari Komunitas Laga Doang Tip Top sendiri berada dekat dengan

Pasar Swalayan Tip Top. Lebih tepatnya ia masuk ke dalam sebuah gang yang

berada tidak jauh di seberang pasar swalayan tersebut. Tanda merah di gambar

menunjukkan lokasi basecamp Komunitas Laga Doang Tip Top.

Gambar II.A.1.2. Basecamp Komunitas Laga Doang Tip Top

(Sumber: Dokumentasi pribadi)


Berikut adalah foto dari basecamp milik Komunitas Laga Doang Tip Top

yang menjadi tempat bagi para anggota komunitas untuk berkumpul sembari

menunggu orderan yang masuk dari para konsumen.

29
Gambar II.A.1.3. Jalan H. Hasim

(Sumber: Dokumentasi pribadi)


Gambar di atas memperlihatkan Jalan H. Hasim yang menjadi jalan raya

terdekat dari basecamp milik Komunitas Laga Doang Tip Top. Sehingga, selain

menjadi salah satu jalan raya yang paling sering dilewati para anggota komunitas

pengemudi ojek online ketika mengambil dan/atau menjemput orderan yang masuk,

ia juga menjadi jalan raya yang akan selalu dilewati para anggota Komunitas Laga

Doang Tip Top ketika akan datang ke basecamp mereka.

A.2. Letak Geografis Komunitas Bambu Kuning di Kelurahan Pisangan

Secara geografis Komunitas Bambu Kuning terletak di Jalan Kertamukti

yang masuk ke dalam lingkungan Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di

Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Berikut

adalah profil dari Jalan Kertamukti:

a. Berada dekat dengan jalan: Jalan Tarumanegara, Jalan Pisangan Raya, dan

Jalan Ir. H. Juanda.

b. Dilewati oleh transportasi: Angkot 114.

30
c. Bangunan: PT. Siwa Utama Kreasindo, Rumah Sakit Hermina Ciputat,

International Sports Club of Indonesia (ISCI), Pusat TIK Nasional, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta, Psikologi UIN Jakarta, Gedung

Pusat Layanan Psikologi UIN, Pusat Pengembangan Bahasa UIN, Sekolah

Pascasarjana UIN, Madrasah Pembangunan UIN, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN, Pusat Studi Al-Qur’an Yayasan Lentera Hati, dan TK

Mentari.

Gambar II.A.2.1. Peta Jalan Kertamukti

(Sumber: https://google.com)
Basecamp dari Komunitas Bambu Kuning sendiri berada dekat dengan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lebih

tepatnya ia berada di seberang Perumahan Astya Puri 2 Cirendeu. Tanda merah di

gambar menunjukkan lokasi basecamp Komunitas Bambu Kuning.

31
Gambar II.A.2.2. Basecamp Komunitas Bambu Kuning

(Sumber: Dokumentasi pribadi)


Berikut adalah suasana basecamp dari Komunitas Bambu Kuning ketika

para pengemudi ojek online sedang berkumpul sembari menunggu orderan yang

masuk dari para konsumen.

Gambar II.A.2.3. Jalan Kertamukti

(Sumber: Dokumentasi pribadi)


Gambar di atas memperlihatkan Jalan Kertamukti yang menjadi jalan raya

terdekat dari basecamp milik Komunitas Bambu Kuning. Sehingga, selain menjadi

salah satu jalan raya yang paling sering dilewati para anggota komunitas pengemudi

ojek online ketika mengambil dan/atau menjemput orderan yang masuk, ia juga

32
menjadi jalan raya yang akan selalu dilewati para anggota Komunitas Bambu

Kuning ketika akan datang ke basecamp mereka.

B. Sejarah Transportasi Ojek Online di Indonesia

Keberadaan transportasi ojek online di Indonesia tercipta dalam proses

perjalanan yang cukup panjang. Bermula dari permasalahan yang timbul di

masyarakat bahwa sarana transportasi konvensional belum mampu memberikan

pelayanan yang maksimal baik secara kuantitas, kualitas, manajemen pengelolaan

transportasi, dan sumber daya manusia yang dimiliki. Sehingga, ia tidak menjadi

pilihan utama bagi masyarakat dalam melakukan mobilisasi dari satu tempat ke

tempat yang lain. Padahal, keberadaan transportasi konvensional yang membantu

mobilitas masyarakat tersebut dapat menjadi salah satu komponen utama bagi

peningkatan kemakmuran rakyat dan keberhasilan dari proses pembangunan di

Indonesia.

Di sisi lain, berdasarkan survei yang dilakukan eMarketer dan diterbitkan

ulang di laman online Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik

Indonesia (Kominfo) diketahui bahwa sejak tahun 2013 hingga tahun 2018 jumlah

pengguna internet di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Sehingga, Indonesia

menjadi negara ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna internet (Hidayat,

Wicak, 2014).

33
Gambar II.B.1. 25 Negara Pengguna Internet Terbanyak Tahun 2013-2018

(Sumber: https://kominfo.go.id)
Terlebih, kini Indonesia tengah memasuki Revolusi Industri 4.0. masa di

mana para pelaku bisnis dalam dunia industri menggunakan internet untuk

menjalankan usahanya. Juga, bagi para konsumen di dalam memenuhi beragam

kebutuhan ekonominya. Dengan demikian, melalui permasalahan yang ada dan

perkembangan dari dunia industri di Indonesia tersebut menjadi bahan renungan

sekaligus inspirasi bagi perusahaan teknologi untuk secara sigap menjawab

permintaan pasar yang menginginkan adanya perubahan.

Diketahui, saat ini terdapat dua perusahaan teknologi transportasi online

yang besar di Indonesia yakni Gojek dan Grab. Keduanya memiliki latar belakang

kelahiran dan proses perkembangan yang berbeda. Bagaimana selanjutnya

kehadiran dari perusahaan-perusahaan teknologi transportasi online tersebut

melahirkan suatu transformasi baru bagi keberadaan transportasi di Indonesia yang

tidak lagi bersifat konvensional namun modern dengan memanfaatkan teknologi

34
informasi dan komunikasi di seluruh rantai nilai industri, mulai dari input, proses

dan output yang dihasilkan. Juga, bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia bisnis

tersebut. Sehingga, menciptakan suatu terobosan baru di sektor industri yang

berbasis digital dengan tingkat efisiensi dan produktivitas yang lebih baik

dibandingkan era revolusi industri sebelumnya.

Di lain pihak, keberadaan dari transportasi online menjadi tantangan baru

sekaligus pesaing besat bagi para pendahulunya—Transportasi konvensional

seperti halnya ojek pangkalan, angkutan umum, dan taksi yang semakin lama dirasa

semakin tercekik akibat berkurang secara drastisnya jumlah pengguna layanan

mereka karena beralih menjadi pengguna layanan transportasi online. Sehingga,

pada awal keberadaannya, konflik di antara dua jenis pengemudi transportasi

tersebut sering kali terjadi. Diketahui dari penelitian (Amalia, 2017) bahwa para

pengemudi transportasi konvensional menganggap transportasi online sebagai

transportasi ilegal yang merebut nafkah para pengemudi transportasi konvensional.

Hal ini terkait dengan izin operasi transportasi online yang hingga kini masih

mengundang pro dan kontra, warna plat kendaraan hitam dan bukan kuning yang

seharusnya digunakan oleh pengemudi transportasi online, tempat pengambilan

penumpang secara non-online yang dilakukan oleh pengemudi transportasi online

sehingga dianggap melintasi ranah transportasi konvensional, dan tarif transportasi

online yang relatif kompetitif sehingga dianggap memonopoli tarif transportasi

yang selanjutnya membuat para pengemudi konvensional merasa dirugikan dari

berbagai macam sisi.

35
B.1 Sejarah Perusahaan Teknologi Transportasi Online: Gojek dan Grab

Beralih kepada sejarah dari perusahaan transportasi online itu sendiri.

Seperti yang dikutip dalam laman online Republika bahwa Nadiem Makarim,

seorang pendiri dan CEO dari perusahaan Gojek mengatakan bahwa, “Naik ojek itu

enak, bisa cepat sampai dan terhindar macet,” Dirinya pun melanjutkan, “Ke mana-

mana saya naik ojek, tapi repotnya setiap kali butuh belum tentu ada. Sekalinya ada,

itu ditembak (tarifnya) tinggi banget.” Tidak hanya itu, keresahannya pun

bertambah ketika ia melakukan wawancara secara acak kepada beberapa

pengemudi ojek konvensional mengenai keluh kesah mereka—Mereka mengaku

sulit untuk mencari pelanggan. Sehingga, alasan mengapa dirinya mendirikan

perusahaan Gojek adalah berawal dari kebutuhannya yang sering kali menggunakan

jasa transportasi ojek konvensional namun sulit untuk dicari ketika dibutuhkan.

Nadiem pun merangkum bahwa setidaknya terdapat tiga masalah besar yang

menjangkiti kota-kota di Indonesia, yakni: (1) Kemacetan; (2) Kurangnya lahan

pekerjaan di sektor informal; dan (3) Ketidakefisienan pasar di sektor transportasi,

khususnya ojek (Supriyanto, Agung, 2016). Sehingga, setelah merangkum berbagai

permasalahan yang ada, Nadiem mendirikan perusahaan Gojek pada tanggal 13

Oktober 2010. Pada awal keberadaannya, baru terdapat dua puluh pengemudi yang

ikut bergabung dengan Gojek. Saat itu, Gojek masih sebagai call center yang

menghubungkan penumpang dengan para pengemudi. Sehingga, seiring dengan

berjalannya waktu pada tanggal 7 januari 2015 Gojek meluncurkan aplikasi

berbasis Android dan IOS untuk menggantikan sistem pemesanan melalui call

center tersebut. Kini, Gojek disebut sebagai perusahaan perintis yang menuai

36
beragam prestasi karena telah tersedia di lima puluh kota di seluruh Indonesia. Juga,

terhitung sejak tahun 2019 bahwa Gojek telah melakukan ekspansi perusahaan ke

empat negara lain di Asia Tenggara selain Indonesia, yakni Vietnam, Thailand,

Singapura, dan Filipina.

Kemudian, perusahaan Grab sendiri merupakan perusahaan pendatang yang

kini bermarkas di Singapura dan telah mengekspansi perusahaannya ke beberapa

negara di Asia Tenggara yakni Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja,

Myanmar, Filipina, dan Indonesia. Meskipun demikian, keberadaannya di

Indonesia tidak lebih dulu dari perusahaan Gojek. Di mana perusahaan Gojek hadir

di Indonesia sejak tahun 2010, sedangkan perusahaan Grab hadir pertama kali di

negaranya sendiri pada bulan Juni tahun 2012 dan baru pada bulan Juni tahun 2014

melakukan ekspansi perusahaannya ke Indonesia. Sama seperti Nadiem Makarim,

keberadaan Grab pun bermula dari sekelompok orang yang frustrasi akan sulitnya

mencari taksi dan kini menjadi pendiri dari perusahaan Grab—Anthony Tan dan

Tan Hooi Ling. Di mana selanjutnya mereka mencoba untuk menyelesaikan

masalah tersebut dengan membentuk perusahaan yang mulanya dinamakan sebagai

GrabTaxi. Namun, tidak berselang lama dari itu tujuan mereka berubah menjadi

sesuatu yang lebih besar. Tidak hanya taksi, tetapi juga memberikan layanan dari

jenis transportasi lain seperti mobil dan motor sehingga nama GrabTaxi pun diubah

menjadi Grab saja.

Mulanya, terdapat perusahaan lain yang juga datang ke Indonesia yakni

Uber—Perusahaan taksi asal Amerika Serikat yang didirikan pada bulan Maret

tahun 2009 oleh Garrett Camp dan Travis Kalanick, serta memiliki tujuan besar

37
untuk melakukan ekspansi ke seluruh negara di Asia Tenggara. Sebagai inovasi

baru pada tahun kedatangannya di Indonesia yakni pada tanggal 13 Agustus 2014,

Uber memperkenalkan dua jenis layanan barunya yang hanya ada di Indonesia

yakni Uber Motor di Jakarta, dan Uber Trip di Bali—Sebuah layanan sewa mobil

selama lima jam bagi para turis di Bali. Namun, keberadaannya tidak berlangsung

lama di Indonesia. Strategi pemasaran yang selalu digunakan berupa pemberian

tarif yang relatif lebih murah bagi para konsumennya ternyata tidak mampu

membuat Uber bertahan di antara dua pesaingnya yang lain yakni Gojek dan Grab.

Di mana pada tahun 2018, Uber Indonesia secara resmi menyatakan bahwa

perusahaannnya telah diakuisisi oleh Grab. Alasannya adalah karena Uber gagal

dalam bertarung secara besar-besaran untuk meraup pangsa pasar di Indonesia.

Diketahui dalam laman online BBC bahwa dalam berbagai perkiraan, setiap

tahunnya Uber merugi ratusan juta dolar di Asia Tenggara. Tidak hanya itu, seorang

profesor asal Warwick Business School, John Colley, menyatakan bahwa, “Uber

sekarang berada di bawah tekanan untuk bisa menghasilkan uang sebelum IPO

2019, sebagaimana telah dijanjikan kepada para pemegang saham,” Ia pun kembali

menambahkan, “Di Cina, Rusia, dan sekarang Asia Tenggara, Uber ditekuk oleh

pesaing setempat yang memiliki pengetahuan dan koneksi lokal yang lebih baik.”

(Vaswani, 2018).

Dengan demikian, tidak hanya di Indonesia, diketahui dari laman online

Liputan 6 bahwa Uber juga hengkang dari wilayah Asia Tenggara secara

keseluruhan, Cina, dan Rusia dengan menjual unit bisnisnya pada kompetitor pasar

global (I., Jeko, 2018). Melalui penarikan diri yang dilakukan oleh Uber dan

38
diekspansi oleh perusahaan pesaingnya—Grab, berhasil memperkuat posisinya

sebagai perusahaan transportasi pendatang yang mampu bersaing secara kuat

terhadap perusahaan transportasi lokal Gojek di Indonesia. Juga, membuat para

pengemudi yang sebelumnya berada di bawah naungan perusahaan Uber kemudian

berpindah ke bawah naungan perusahaan transportasi lainnya yakni Grab ataupun

Gojek.

Selain itu, diketahui bahwa perusahaan Gojek dan perusahaan Grab

memiliki kesamaan dalam memberikan jasa pelayanan kepada para konsumennya

yakni berupa layanan transportasi penumpang. Mulanya, Gojek hanya memberikan

layanan kepada konsumen dengan menggunakan sepeda motor atau Go-Ride,

sedangkan untuk Grab hanya memberikan layanan kepada konsumen dengan

menggunakan taksi atau GrabTaxi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu

kedua perusahaan tersebut berlomba-lomba untuk melakukan inovasi dan

memenangkan hati masyarakat. Misalnya, melalui inovasinya, Gojek membuka

layanan pemesanan makanan berupa Go-Food, layanan pembayaran digital berupa

Go-Pay, layanan membersihkan rumah berupa Go-Clean, dan lain-lain. Sedangkan

Grab membuka layanan transportasi penumpang dengan sepeda motor berupa

GrabBike, layanan sewa e-skuter berupa GrabWheels, layanan pengantaran

belanjaan dari supermarket berupa GrabFresh, dan lain-lain.

Jika berbicara mengenai seberapa besar keuntungan yang telah diperoleh

oleh masing-masing perusahaan, baik Gojek maupun Grab, dikutip dari laman

online CB Insights yang diterbitkan ulang oleh Katadata bahwa valuasi perusahaan

transportasi Gojek sudah mencapai US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun yang berarti

39
bahwa penyedia layanan on-demand ini sudah menjadi Decacorn atau perusahaan

rintisan yang telah bervaluasi lebih dari US$ 10 miliar (Setyowati, 2019). Sehingga,

keberhasilannya menjadi Decacorn sejak bulan April 2019 lah yang selanjutnya

mengartikan bahwa Gojek menjadi perusahaan teknologi asal Indonesia pertama

yang berhasil meraih status tersebut. Namun, sebelum menjadi perusahaan

Decacorn, Gojek juga telah terlebih dahulu mengantongi predikat sebagai

perusahaan teknologi asal Indonesia yang pertama kali meraih status Unicorn—

Sebuah status yang mengartikan bahwa suatu perusahaan telah bervaluasi lebih dari

US$ 1 miliar.

Sedangkan untuk perusahaan Grab, diketahui dari laman online CNN

Indonesia bahwa sejak bulan Februari 2019 ia menduduki posisi ke-13 di dunia

yang telah bervaluasi sebanyak US$ 11 miliar. Sehingga, kini Grab tercatat menjadi

satu-satunya perusahaan Asia Tenggara yang berstatus Decacorn dan hampir

sejajar dengan perusahaan teknologi lain seperti Global Switch, Lyft, serta

Pinterest. Sebagai informasi tambahan, diketahui bahwa keberhasilan dari Grab ini

ternyata telah diperkirakan sebelumnya oleh sang pendiri, Hooi Ling Tan—

Perusahaan yang ia dirikan bersama Anthony Tan akan menjadi perusahaan

Decacorn pertama di Asia Tenggara (Tanpa nama, 2019).

Untuk jumlah pengemudi dari masing-masing perusahaan, diketahui bahwa

terhitung dari sejak awal keberadannya hingga kini Gojek telah memiliki sebanyak

1 juta orang pengemudi yang tersebar di lima puluh daerah Indonesia. Sedangkan

untuk Grab sendiri tidak memberi tahu jumlah pasti dari pengemudi yang telah

mereka miliki di Indonesia. Namun, secara pasti mereka menyatakan bahwa kini

40
Grab telah memiliki sebanyak 2,6 juta orang pengemudi di seluruh Asia Tenggara.

Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan transportasi online di

Indonesia telah membuka jenis lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Ia tidak

hanya memberikan keuntungan kepada perusahaan secara pribadi, namun juga

memberikan keuntungan kepada konsumen dan para pengemudi transportasi online

yang merasa terbantu oleh keberadaannya. Suatu keuntungan yang bisa dirasakan

oleh banyak pihak, bahkan pemerintah pun merasakan dampak baik yang dihasilkan

oleh perusahaan teknologi transportasi online.

C. Solidaritas Sosial di Komunitas Pengemudi Ojek Online

Pembahasan mengenai solidaritas sosial dan identitas sosial merupakan

suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Mula-mula, perlu diketahui bahwa

tingginya jumlah pengemudi yang tergabung ke dalam Gojek dan Grab-lah yang

selanjutnya menjadi awal mengapa komunitas pengemudi ojek online di Indonesia

terbentuk. Diketahui dari laman online Kumparan, Samuel, salah satu anggota

komunitas pengemudi ojek online Grab UKI Cawang mengatakan bahwa

komunitas pengemudi ojek online terbentuk atas dasar solidaritas sesama

pengemudi ojek online yang sebelumnya mendapat penolakan keras dari

pengemudi ojek pangkalan. Sehingga, mereka membutuhkan wadah untuk dapat

menyalurkan aspirasi. Namun, usai konflik tersebut mereda, kini komunitas

pengemudi ojek online bertujuan untuk memperkuat solidaritas sosial di antara

mereka (Tanpa nama, 2018). Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa terbentuknya

komunitas pengemudi ojek online berawal dari kesadaran para pengemudi ojek

41
online bahwa komunitas mampu menghasilkan keuntungan bagi mereka. Lebih dari

itu, kini komunitas pengemudi ojek online memiliki tujuan yang beragam. Tidak

hanya sebagai wadah aspirasi bagi mereka, namun juga sebagai wadah untuk

memperkuat solidaritas sosial di antara mereka.

Penelitian (Yunus, 2017) menyebutkan bahwa solidaritas yang dimiliki

komunitas pengemudi ojek online sangatlah kuat, mereka melakukannya untuk

dapat saling berbagi pengalaman seputar pekerjaan sebagai pengemudi ojek online,

serta pembahasan lainnya yang tidak terkait dengan ojek online. Bagaimana

solidaritas yang tercipta ialah dengan cara memanfaatkan sebuah aplikasi pesan

instan bernama Whatsapp sebagai media berkomunikasi untuk saling membantu,

saling bersenda gurau, membuat tempat berkumpul di beberapa lokasi untuk tempat

beristirahat, dan lain sebagainya. Kemudian, apabila terdapat seorang pengemudi

ojek online yang mengalami masalah dan/atau membutuhkan bantuan maka sesama

pengemudi ojek online lainnya tidak akan sungkan untuk membantu. Jika ada

pengemudi ojek online yang mengalami kecelakaan, maka sesama pengemudi ojek

online juga akan datang menjenguk orang tersebut. Tidak hanya itu, apabila

terdapat pengemudi ojek online yang meninggal dunia maka hampir semua

pengemudi ojek online yang ada di daerah tersebut akan ikut mengantarkan jenazah

pengemudi tersebut sampai ke liang lahat.

Seperti yang dikutip dalam laman online Kompas bahwa terdapat sebuah

video viral di akun instagram @jktinfo, yang dikirim oleh seseorang bernama

Rayhan Asti, memperlihatkan sejumlah pengemudi ojek online mengawal jenazah

rekannya di sekitar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat,

42
pada Senin, 18 Maret 2019 ke rumah duka yang berada di daerah Bumiayu, Brebes,

Jawa Tengah. Bagaimana kemudian Rayhan menyatakan bahwa, “Sepertinya

ratusan ya yang mengawal karena banyak sekali pas saya tanya salah

satu driver yang ada di TKP mereka mengawal jenazah itu. Jenazahnya dibawa

pakai mobil ambulans” (Aryadita, 2019).

Tidak hanya itu, solidaritas sosial yang dimiliki para pengemudi ojek online

juga dapat terlihat dari aksi demonstrasi yang mereka lakukan. Seperti yang dikutip

dari laman online Kompas bahwa pada 29 Maret 2019 terdapat sebanyak ratusan

pengemudi ojek online yang menggelar aksi solidaritas di Terminal Tidar, Kota

Magelang, Jawa Tengah, karena seorang rekan mereka dianiaya oleh seseorang

yang diduga merupakan pengemudi ojek pangkalan di sebuah warung kopi tidak

jauh dari terminal pada hari sebelum mereka melakukan aksi tersebut (Fitriana,

2019).

Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang dilakukan para pengemudi ojek

online secara bersama-sama tersebutlah yang pada akhirnya dapat semakin

meningkatkan solidaritas sosial di antara para anggota komunitas pengemudi ojek

online. Bagaimana solidaritas sosial tersebut terbentuk tidaklah terlepas dari adanya

identitas sosial yang dimiliki oleh para pengemudi tersebut.

D. Alasan Memilih Pekerjaan Sebagai Pengemudi Ojek Online

Setiap individu yakni para anggota komunitas baik yang berasal dari

Komunitas Laga Doang Tip Top maupun Komunitas Bambu Kuning memiliki

43
alasan yang berbeda dalam memilih pekerjaan sebagai pengemudi ojek online.

Dalam hal ini, terdapat empat pertanyaan yang peneliti pertanyakan kepada para

anggota komunitas terkait dengan alasan tersebut yakni: (1) Apa alasan Anda

memilih untuk bekerja sebagai pengemudi ojek online?; (2) Apa alasan Anda

memilih untuk menjadi anggota dalam komunitas pengemudi ojek online?; (3)

Bagaimana perasaan Anda bekerja sebagai pengemudi ojek online?; dan (4)

Bagaimana perasaan Anda menjadi anggota dalam komunitas pengemudi ojek

online? Keempat hal tersebut yang akan menjadi penekanan di dalam anak sub bab

ini.

D.1. Alasan Bekerja Sebagai Pengemudi Ojek Online

Dalam hal ini, terdapat beberapa alasan mengapa para pengemudi ojek

online memilih pekerjaan tersebut yakni:

1. Sulit mencari pekerjaan:

Salah satu alasan mengapa informan memilih pekerjaan sebagai

pengemudi ojek online ialah karena sulitnya mencari pekerjaan pada sektor

yang lain. Sehingga, keputusan yang diambil oleh informan adalah dengan

menjadi pengemudi ojek online sebagai alternatif pekerjaan daripada harus

menganggur. Hal ini sebagaimana disampaikan A yang menyatakan bahwa,

“Cari kerjaan susah, udah ngelamar sana-sini gak keterima juga, akhirnya

ada ini yaudah ikut ngojek aja, tapi Alhamdulillah sih daripada nganggur

ya” (Wawancara dengan Adoel, Tangerang Selatan, 10 April 2019).

44
Keterbatasan pendidikan yang dimiliki informan juga menjadi

alasan sulitnya mencari pekerjaan pada sektor yang lain. Bagaimana

pekerjaan formal memiliki persyaratan yang mengharuskan pekerjanya

memiliki pendidikan terakhir minimal setara Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK). Sehingga, hal tersebut menjadi hambatan bagi informan untuk

melamar pekerjaan pada sektor lainnya. Berikut adalah pernyataan Ajat,

“Kalo saya jadi ojol ya karena mau sekolah juga udah gak mungkin, mau

kerja yang tinggi juga gak mungkin. Karena lulusan juga SMP, sekarang

lowongan pekerjaan paling cuma mau nerima SMK ke atas. Daripada kerja

bangunan saya mendingan kerja jadi ojol” (Wawancara dengan Ajat,

Tangerang Selatan, 10 April 2019).

Informan lain menyampaikan bahwa bekerja sebagai pengemudi

ojek online ialah sebagai jalan keluar bagi dirinya dari himpitan ekonomi

setelah beberapa kali mencari pekerjaan namun tidak menemukan lowongan

kerja. Hal ini sebagaimana disampaikan Ricky yang menyatakan bahwa,

“Awalnya karena iseng.. Terus udah mentok juga nyari kerja, tanya temen

ke kanan dan kiri nggak dapet lowongan kerja. Ada yang nyaranin coba

masuk ke salah satu ojek online, gitu. Udahlah akhirnya saya nyoba,

Alhamdulillah masuk.. Kalo dibilang kasarnya sih karena himpitan

ekonomi” (Wawancara dengan Ricky, Tangerang Selatan, 18 Juli 2019).

2. Waktu untuk bekerja sebagai pengemudi ojek online yang fleksibel:

Seorang informan menyatakan bahwa alasan ia bekerja sebagai

pengemudi ojek online ialah karena fleksibilitas yang ada dalam pekerjaan

45
tersebut. Bagaimana informan tidak ingin merasakan tekanan ketika sedang

bekerja, sehingga ia memilih jenis pekerjaan di luar ruangan dengan waktu

yang fleksibel dibandingkan memilih jenis pekerjaan di dalam ruangan

dengan waktu yang tidak fleksibel. Berikut adalah pernyataan Teguh,

“Karena merasa bekerja di ojol sepertinya enak.. Fleksibel, nggak ada

tekanan kalo kerja. Emang dari dulu saya kalo bekerja maunya di lapangan..

Nggak pernah mau tetap kayak di dalam ruangan” (Wawancara dengan

Teguh, Tangerang Selatan, 18 Juli 2019).

3. Mencari pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan sebelumnya:

Alasan lain mengapa informan memilih pekerjaan sebagai

pengemudi ojek online adalah karena berusaha mencari pekerjaan yang ia

rasa lebih baik dari pekerjaan yang sebelumnya. Dalam hal ini, informan

merasa sudah lelah bekerja dengan pekerjaannya yang dahulu sehingga ia

memilih untuk bekerja secara independen sebagai pengemudi ojek online

dengan tidak lagi menjadi pekerja di bawah suruhan orang lain. Hal ini

sebagaimana disampaikan Isam yang menyatakan bahwa, “Kalo dulu mah

ane pribadi kerja udah pait, udah capek disuruh-suruh juga. Terus yang

kedua, udahlah bikin sim pas lagi ada lowongan tuh.. Udah jadi bikin sim.

… Dulu ada di Pombensin pernah, di cleaning service pernah juga dulu”

(Wawancara dengan Isam, Tangerang Selatan, 15 Juli 2019).

4. Mencari pendapatan tambahan:

Salah satu alasan mengapa informan bekerja sebagai pengemudi

ojek online adalah karena ia mencari pendapatan tambahan dalam

46
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Sehingga, keputusan yang

diambil oleh informan ialah dengan menjadi pengemudi ojek online guna

memperoleh pendapatan tambahan dan mencukupi kebutuhan dirinya serta

keluarga yang tidak cukup jika hanya mengandalkan pekerjaan tetap milik

informan. Berikut adalah pernyataan Hendra, “Kalo awal-awalnya karena

nyari tambahan, kalo dari dulu sampe sekarang sih saya kerja. Karena posisi

anak juga kuliah, ini dia udah mau wisuda” (Wawancara dengan Hendra,

Tangerang Selatan, 15 Juli 2019).

Informan lain menyampaikan bahwa ia juga memiliki pekerjaan

tetap, namun pekerjaan tersebut tidak informan lakukan secara setiap hari

pada tiap minggunya karena terdapat shift dalam pekerjaan yang ia miliki.

Sehingga, ketika informan sedang tidak memiliki shift pada pekerjaannya ia

akan mengisi waktu yang kosong tersebut dengan bekerja sebagai

pengemudi ojek online dan memperoleh pendapatan tambahan dari

pekerjaan tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan Anang yang

menyatakan bahwa, “Awal mulanya saya bekerja, masih sampe sekarang.

Tapi saya kan kerjanya 4 hari kerja 4 hari libur. Jadi 4 hari yg kosong itu

saya cari tambahan dari ngojol” (Wawancara dengan Anang, Tangerang

Selatan, 15 Juli 2019).

5. Memperoleh pendapatan yang baik dari bekerja sebagai pengemudi ojek

online:

Seorang informan menyatakan bahwa alasan ia memilih pekerjaan

sebagai pengemudi ojek online ialah karena perolehan pendapatan yang

47
baik dari bekerja sebagai pengemudi ojek online, khususnya pada masa-

masa awal keberadaan transportasi ojek online. Bagaimana pendapatan

yang informan peroleh dari bekerja sebagai pengemudi ojek online adalah

sangat tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya yakni mencapai belasan

juta rupiah. Sehingga, ia juga menyatakan bahwa dahulu banyak dari

pegawai bank yang pada akhirnya memilih untuk bekerja sebagai

pengemudi ojek online. Berikut adalah pernyataan Habib:

Awal mulanya sih karena penghasilan bekerja sebagai ojek online yang
bagus, tapi ya gitu.. Waktu awal-awal ya kita masih susah karena konflik
sama opang.. Jalurnya tertentu aja, karena dijaga opang. Tapi kalo
sekarang mah udah tinggal enaknya aja. … (kalo pendapatan) lebih enak
dulu daripada sekarang, kalo dulu itu awal pertama masuk.. Satu bulan
pertama bisa sampe 12 juta bersih. Itu udah bersih di luar operasional
motor, bensin.. Itu saya udah bayar motor, udah buat dapur, buat susu
anak.. Udah semuanya. Mangkanya waktu itu kan sempet banyak orang
bank yang akhirnya jadi ngojek. (Wawancara dengan Habib, Tangerang
Selatan, 15 Juli 2019)

D.2. Alasan Menjadi Anggota Dalam Komunitas Pengemudi Ojek Online

Sebagai anggota dalam komunitas pengemudi ojek online, para

informan memiliki alasan yang lain mengapa pada akhirnya mereka mau

untuk menjadi anggota dalam komunitas pengemudi ojek online yakni:

1. Mengenal anggota komunitas pengemudi ojek online:

Seorang informan menyatakan bahwa alasannya menjadi anggota

dalam Komunitas Laga Doang Tip Top ialah karena sejak awal bekerja

sebagai pengemudi ojek online, dirinya mengenal para pengemudi ojek

online yang merupakan anggota dari Komunitas Laga Doang Tip Top

tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan Adoel yang menyatakan bahwa,

48
“Karena emang dari awalnya kenalnya sama anak-anak dari komunitas ini”

(Wawancara dengan Adoel, Tangerang Selatan, 18 Juli 2019).

2. Nama komunitas yang unik:

Alasan lain mengapa informan menjadi anggota dalam komunitas

pengemudi ojek online ialah karena komunitas tersebut—Komunitas Laga

Doang Tip Top, memiliki nama yang unik sehingga mampu menarik

perhatian pengemudi ojek online untuk menjadi anggota dalam komunitas

tersebut. Berikut adalah pernyataan Ricky, “Karena ada beberapa hal di

sini yang bikin orang selain saya mungkin bakalan tertarik untuk masuk

komunitas ini. Satu, karena namanya yang unik Laga Doang.. Kalo bahasa

Betawinya kan artinya banyak gaya” (Wawancara dengan Ricky,

Tangerang Selatan, 18 Juli 2019).

3. Hubungan persaudaraan yang kental antaranggota:

Alasan lain mengapa para informan menjadi anggota dalam

Komunitas Laga Doang Tip Top ialah karena seiring dengan berjalannya

waktu, mereka merasakan hubungan persaudaraan yang kental di dalam

komunitas Laga Doang Tip Top yang membuat para informan dan

anggota-anggota yang lain akan selalu saling membantu ketika salah satu

anggota di antara mereka membutuhkan bantuan dan/atau mengalami

masalah. Hal ini sebagaimana disampaikan Ricky yang melanjutkan

pernyataanya di atas bahwa, “… kedua, karena persaudaraannya.. Kentel

banget. Kayak di komunitas ini, jadi di sini kita ibaratnya kayak udah satu

tubuh.. Misalnya kepala sakit, pasti mulut bilang ‘aduh’ tangan megang

49
kepala, seperti itu” (Wawancara dengan Ricky, Tangerang Selatan, 18 Juli

2019).

Terdapat dua orang informan lain yang menyatakan hal yang sama

dengan R bahwa alasan mereka menjadi anggota dalam komunitas

pengemudi ojek online—Komunitas Bambu Kuning, ialah karena hubungan

antaranggota di Komunitas Bambu Kuning yang terjalin dengan baik.

Bagaimana para informan menganggap bahwa semua anggota dari

komunitas tersebut sudah seperti keluarga dari masing-masing informan

sendiri. Berikut adalah pernyataan Isam, “Karena bocah-bocahnya udah

kayak keluarga gitu” (Wawancara dengan Isam, Tangerang Selatan, 15 Juli

2019) dan pernyataan Hendra yang menyatakan bahwa, “Karena di sini

persaudaraannya kuat, jadi yang diutamakannya juga kekeluargaan

(Wawancara dengan Hendra, Tangerang Selatan, 15 Juli 2019).

4. Jarak antara tempat tinggal dengan basecamp komunitas:

Faktor jarak antara tempat tinggal dengan basecamp dari komunitas

pengemudi ojek online menjadi alasan lainnya mengapa pengemudi ojek

online menjadi anggota dalam komunitas tersebut. Bagaimana selanjutnya

seorang informan dari Komunitas Bambu Kuning memilih untuk menjadi

anggota dalam komunitas pengemudi ojek online tersebut karena basecamp

milik komunitasnya—Komunitas Bambu Kuning, yang memiliki lokasi

dekat dengan tempat tinggalnya. Berikut adalah pernyataan Anang, “Karena

komunitas ini yang terdekat dari tempat tinggal saya. Saya kan tinggalnya

50
di daerah sini juga, di depan Puri Laras” (Wawancara dengan Anang,

Tangerang Selatan, 15 Juli 2019).

51
BAB III

PROSES PEMBENTUKAN IDENTITAS SOSIAL DI KOMUNITAS


PENGEMUDI OJEK ONLINE

Pada bab ini peneliti akan melakukan analisis terhadap keseluruhan

data yang telah peneliti peroleh dari penelitian lapangan terkait dengan

proses pembentukan identitas sosial yang dilakukan di dua komunitas

pengemudi ojek online—Laga Doang Tip Top dan Bambu Kuning.

Dalam menjelaskan proses pembentukan identitas sosial di

komunitas pengemudi ojek online, peneliti meminjam refleksi pemikiran

dari Henri Tajfel yang membahas mengenai proses dalam membentuk

identitas sosial bagi para anggota di dalam sebuah kelompok. Berikut adalah

pembahasannya:

1. Kategorisasi Sosial

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada tahap ini individu

menyederhanakan dunia sosialnya dengan menggolongkan beragam hal

yang dianggap memiliki karakteristik yang sama dengannya ke dalam suatu

kelompok tertentu. Dalam hal ini, para pengemudi ojek online melakukan

pengkategorian berdasarkan jenis pekerjaan yang mereka miliki yakni

sebagai pengemudi ojek online, baik yang berasal dari Gojek maupun Grab.

Hal tersebut yang selanjutnya mengartikan bahwa sebagian besar kehidupan

para pengemudi ojek online dalam mencari pendapatan akan selalu berada

52
di luar rumah yakni di jalan raya karena akan selalu menerima orderan dari

konsumen.

Dengan demikian, karena memiliki karakteristik yang sama yakni

jenis pekerjaan yang dimiliki—Pengemudi ojek online, para informan

memilih untuk ikut bergabung ke dalam komunitas pengemudi ojek online

karena mereka merasa perlu untuk menempatkan dirinya ke dalam

komunitas tersebut yakni sebagai anggota dalam komunitas pengemudi ojek

online. Seorang informan bernama Enden menyatakan bahwa, “Iya saya kan

kerja jadi ojol, mangkanya mau masuk komunitas biar banyak sodara lah

intinya” (Wawancara dengan Enden, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019).

Selain itu, informan Adoel berkata sebagai berikut, “Iya sekitar setahun jadi

single fighter, gak ada setahun sih terus coba ikut komunitas ojol karena

saya pikir saya kan bekerja sebagai ojol. Jadi, kenapa nggak? Dari awal

kerja jadi ojol juga (saya) kenalnya sama anak-anak komunitas. Mereka juga

sama kayak saya.. Eh malah betah” (Wawancara dengan Adoel, Tangerang

Selatan, 10 April 2019).

Tidak hanya itu, seorang informan lainnya menyatakan bahwa:

Ya, kalo saya sih karena saya nyari duitnya di jalan kan jadi saya harus
punya komunitas. Jadi kalo ada masalah apa-apa, kayak misalkan saya
narik nih ke daerah Bekasi. Saya gak tau nih daerahnya situ lewat opang
rawan atau nggak. Nanti kalo saya udah punya komunitas, saya screenshot
orderan saya, saya naikin ke grup.. Nanti di grup tuh dinaikin lagi ke daerah
yang saya tuju, nah ntar saya ditelepon sama anak sana. ‘halo bang, di mana
posisi?’ ‘di sini’ nanti dia nyamperin saya. Gitu.. Lebih ke aman aja sih,
ibaratnya ada yang backup gitu. (Wawancara dengan Jeffry, Tangerang
Selatan, 7 Mei 2019)

53
Hal ini sesuai dengan pernyataan Turner (Tajfel, 1982) dan Ellemers

dkk. (2002) yang menyatakan bahwa kategori sosial ialah sebagai

pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin,

agama, dan lain-lain. Bagaimana kategori sosial berkaitan dengan kelompok

sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan

diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang

sama. Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari

berbagai kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990).

Selain itu, seperti yang dikatakan oleh Turner dkk. (1987) bahwa

kategorisasi sosial mengurangi ketidakpastian dengan menyediakan

seperangkat harapan yang jelas tentang orang lain dan diri. Hal ini pula yang

terjadi bagi para anggota komunitas pengemudi ojek online di mana mereka

berupaya untuk mengurangi ketidakpastian subjektif mengenai dunia dan

posisi mereka di dalam dunia sosial (Gelarina, 2016: 57).

Diketahui bahwa pada awal keberadaan mereka sebagai pengemudi

ojek online banyak dari para pengemudi yang mengkategorisasikan diri

mereka sebagai satu kelompok. Sehingga, para pengemudi ojek online

tersebut membentuk komunitas pengemudi ojek online guna memiliki

wadah yang sama dalam membangun solidaritas di antara mereka, baik

untuk menguatkan solidaritas di antara sesama pengemudi ojek online

maupun untuk menyatukan ‘kekuatan’ karena dahulu sewaktu awal

keberadaan transportasi ojek online mereka sering kali mengalami konflik

dengan pengemudi ojek pangkalan. Seorang informan menyatakan bahwa,

54
“Karena dulu kan sering ada gesekan sama ojek pangkalan, gitu. Jadi kita

buat itu aja sih dulunya, buat solidaritas. Kita buat persatuan, gitu. Tapi

sekarang Alhamdulillah sih udah adem walaupun kadang masih ada konflik

antara kita sama opang” (Wawancara dengan Adoel, Tangerang Selatan, 10

April 2019). Juga, pernyataan dari informan yang bernama Teguh, “Dulu

sering ribut sama opang tapi bukan karena itu aja sih.. Kita buat komunitas

supaya nanti sesama anggota bisa saling bantu kalo ada apa-apa”

(Wawancara dengan Teguh, Tangerang Selatan, 10 April 2019). Selain itu,

terdapat pula peryataan dari seorang informan yang berkata bahwa, “Alasan

komunitas ojol dibentuk karena ada konflik sama opang itu memang benar,

tapi itu cuma salah satu faktor karena ada juga faktor lainnya. Kita bentuk

komunitas juga untuk penguatan internal ojol di mana kita jadi bisa saling

koordinasi antar-basecamp“ (Wawancara dengan Kong Nano, Tangerang

Selatan, 17 Mei 2019).

Pada akhirnya, kelompok-kelompok sosial, yang dipahami dalam

pengertian ini memberikan anggotanya identifikasi diri dalam istilah sosial

(Tajfel dan Turner, 2004: 283). Dengan demikian, di tahap selanjutnya, para

anggota komunitas pengemudi ojek online akan melakukan

pengidentifikasian sosial pasca melakukan kategorisasi sosial yang

menempatkan mereka ke dalam satu kategori sosial yang sama.

2. Identifikasi Sosial

Tajfel dan Turner menyatakan bahwa keanggotaan dalam suatu

kelompok adalah syarat yang mencukupi untuk menciptakan identifikasi

55
dengan kelompok (1986: 8). Bagaimana selanjutnya diketahui bahwa

berdasarkan definisi identitas sosial yang merupakan konsep diri seseorang

yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu

kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari

keanggotaan tersebut. Ia berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga

rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu (Tajfel dalam

Hogg dan Abrams, 1998). Maka, dapat dipahami bahwa identifikasi sosial

ialah terkait dengan definisi mengenai identitas sosial tersebut.

Berbicara mengenai keterlibatan ialah berbicara mengenai

bagaimana anggota komunitas pengemudi ojek online mengidentifikasi

kedirian mereka agar selaras dengan komunitas yang dimiliki. Sehingga,

terdapat kesadaran keanggotaan yang dimiliki oleh para anggota komunitas.

Kesadaran ini yang selanjutnya terlihat dari nilai-nilai sosial yang mereka

miliki. Namun, sebelum berbicara mengenai nilai-nilai sosial tersebut perlu

diketahui bahwa ia terkait dengan norma-norma yang ada. Bagaimana

selanjutnya diketahui bahwa norma merupakan perwujudan aktif dari nilai

(Peursen, 1988: 47). Di samping Tajfel (1986) juga mengasumsikan bahwa

norma mengekspresikan aspek penting dari identitas sosial dalam komunitas

dan memotivasi anggota komunitas untuk bertindak sesuai dengan norma

komunitas karena hal itu menggambarkan hal yang benar dan sesuai untuk

dilakukan. Ketika seseorang mengidentifikasikan dirinya berdasarkan

anggota komunitas, maka penyesuaiannya dengan perilaku komunitas akan

mudah diobservasi oleh anggota komunitas lainnya.

56
Dengan demikian, nilai-nilai sosial yang dimiliki anggota komunitas

pengemudi ojek online ialah terbentuk karena adanya norma-norma

(peraturan) yang berlaku dalam komunitas tersebut. Berikut adalah

pernyataan dari seorang informan yakni Adoel mengenai peraturan-

peraturan yang ada di dalam komunitas pengemudi ojek online, “Kopdar sih

yang diwajibin, kopdar bulanan sama uang kas perminggu, dan kalaupun

uang kas itu juga ada tamu pasti kan gak mungkin dikasih air putih doang

kan. Gunanya uang kas gitu., ada makan, listrik, dan buat lingkungan juga”

(Wawancara dengan Adoel, Tangerang Selatan, 10 April 2019).

Selain itu, ketiga orang informan lainnya menyatakan bahwa:

Kalo di sini juga ada peraturannya, begitu masuk kita gak boleh masuk
doang.. Kita empat bulan mesti nongkrong dulu, kenal sama anak-anaknya,
baru. Ibaratnya kita kerja training dulu. Jadi kalo masuk ke sini kita baik-
baik, kalo keluar juga harus baik-baik.. Gak seenaknya lah. … Belum
keputusannya setelah empat bulan itu.. Setelah kopdar sekali, dua kali,
sampe keempat kali.. Baru keputusannya dari situ, nih masuk gak ini anak..
Sungguh-sungguh gak, baru kita masukin grup. Mangkanya itu banyak
yang mau masuk Bambu Kuning, tapi kita tes kejiwaan dulu. Masalahnya
di sini orang-orangnya sablak semua. Orang-orang yang tegas-tegas
semua, becandanya juga kelewatan.. Jadi bisa bikin sakit hati. (Wawancara
dengan Jeffry, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019)

Siapa aja boleh ke sini, yang bukan anak komunitas juga boleh ke sini yang
penting dia gak pake sandal jepit.. Itu peraturan yang pertama, yang kedua
dia kalo dateng harus Assalamu’alaikum dulu. Kalo di sini basecamp (BC)
yang paling tata tertib, dulu ada banyak tulisan tata tertib di sini kak.
Assalamu’alaikum dulu baru ngemeng, salaman juga jangan sama yang
kenal doang.. Misalkan Mbak kenal saya nih.. Mbak jangan salaman sama
saya doang tapi sama temen-temen saya gak disalamin, gitu. (Wawancara
dengan Enden, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019)

Oh iya, ada peraturan yang musti dipatuhin sama anak komunitas ojol. Nah
gak bolehnya di ojol itu gini.. Yang paling utama itu kan banyak lady juga
cewek-cewek di ojol, jadi banyak terjadi cinta lokasi. Suka-sukaan gitu, ya
silahkan kalau lo mau cinlok tapi jangan sampe pacaran di basecamp, gitu.
Itu kan bisa bikin nama basecamp jadi jelek. Nah terus aturan di komunitas
itu para anggota gak boleh punya dua komunitas, susah dong kalo punya
komunitas lebih dari satu. Tapi tidak dilarang orang dari mana aja untuk

57
masuk ke suatu komunitas, mau orang Jakarta Utara misalkan masuk ke
Bambu Kuning di Tangerang Selatan itu boleh. (Wawancara dengan Kong
Nano, Tangerang Selatan, 17 Mei 2019)

Dalam hal ini, meskipun peraturan tersebut bersifat tidak formal dan

tidak tertulis, namun seluruh anggota komunitas pengemudi ojek online

dituntut untuk menaati peraturan yang ada. Seorang informan menyatakan

sebagai berikut, “Kalo ada yang ngelanggar peraturan komunitas ya kita

tegor baik-baik, tapi kalo dia udah batu nggak ngedengerin ya kita keluarin”

(Wawancara dengan Isam, Tangerang Selatan, 15 Juli 2019). Selain itu,

informan yang bernama Jeffry menyatakan bahwa, “Di sini kopdar tiap

sebulan sekali, kalo dalam tiga bulan berturut-turut gak kopdar ya

dikeluarin. Sebenernya sih kita peraturan kayak gitu ya biar ngumpul aja.

Ajang-ajang silaturahmi” (Wawancara dengan Jeffry, Tangerang Selatan, 7

Mei 2019).

A.W. Green menjelaskan bahwa nilai sosial adalah kesadaran yang

secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek (Dhohiri dkk.,

2007: 30). Itulah kenapa Tajfel menyebutkan bahwa secara bersamaan di

dalam kelompok sosial terbentuk signifikansi nilai dan emosional di antara

sesama anggota kelompok. Sehingga, berdasarkan pernyataan dari para

informan mengenai peraturan-peraturan tentang keanggotaan di dalam

komunitas pengemudi ojek online, dapat dipahami bahwa nilai-nilai sosial

yang dikaitkan dengan keanggotaan para anggota komunitas pengemudi

ojek online adalah nilai: (1) Komitmen; (2) Ketaatan; (3) Ketertiban; dan

(4) Kebersamaan.

58
Selanjutnya, selain memiliki keempat nilai sosial di atas para

anggota komunitas pengemudi ojek online juga memiliki rasa peduli dan

rasa bangga terhadap komunitas yang dimiliki. Berbicara mengenai rasa

peduli yang dimiliki anggota komunitas pengemudi ojek online ialah dapat

terlihat dari kepedulian yang mereka miliki dalam membantu kepada

sesama anggota komunitas pengemudi ojek online. Berikut adalah

pernyataan dari seorang informan, “… Kayak kemaren koorlap abis

kecelakaan motornya ancur ya udah kita patungan buat ganti body-bodynya

itu baru” (Wawancara dengan Adoel, Tangerang Selatan, 18 Juli 2019).

Juga, pernyataan dari informan lainnya bahwa, “Maksudnya kalo ada temen

ojol yang sakit, saya suka jengukin. Suka ngajak temen-temen ojol buat

patungan juga” (Wawancara dengan Kong Nano, Tangerang Selatan, 17

Mei 2019).

Tidak hanya itu, para anggota komunitas pengemudi ojek online juga

sering kali membantu kepada masyarakat umum lainnya. Seorang informan

yakni Enden menyatakan bahwa, “… Ya bukan membantu sesama ojol

doang.. Sama masyarakat juga kita bantu, misalkan dia celaka.. Kita foto

KTP-nya, kita naikin ke grup.. Anak sana nanti yang crosscheck ‘Pak, ini

keluarga ada yang berduka’ gitu, dikasih tau. Misalkan anak Monas nih..

Entar ojol yang di Monas nih yang crosscheck ke rumah duka itu sesuai

KTP” (Wawancara dengan Enden, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019). Juga,

pernyataan dari informan lainnya bahwa:

59
… Ada hikmahnya juga jadi anggota komunitas ojol.. Yang dulunya ada
celaka, kita mah cuek aja kebanyakan. Kalo sekarang kan mau ojol kek
mau bukan, ya tetep kita tolong. Sekedar sampein ke rumah sakit, nunggu
orangtuanya apa keluarga nya dateng baru kita lepas tangan. Di situ kita
juga berani untuk jadi jaminan, supaya bisa ditindaklanjuti, diutamakanlah.
Kalo gak ada jaminan kan rumah sakit nya gak mau. Entar kalo udah ada
jaminan ya kita cari keluarganya, ah misalnya jauh nih di Utara.. Kita
taekin nih ke Barat, umpamanya orang Barat ada yang celaka di sini masuk
ke rumah sakit. Kita taekin ke Barat, kita foto KTP-nya.. Tutupin nomor
NIK-nya doang. Entar di sono yang nyari, nanti nyampe dah ke mari.
(Wawancara dengan Ajat, Tangerang Selatan, 10 April 2019)

Hal ini yang selanjutnya terkait dengan keberadaan wadah yang

dimiliki oleh setiap komunitas pengemudi ojek online yakni Unit Reaksi

Cepat (URC). Berikut adalah pernyataan dari dua orang informan mengenai

tugas yang dimiliki oleh URC:

URC itu sebenernya untuk lakalantas, untuk keadaan yang darurat.. Ada
temen yang sakit, itu tugasnya URC. Dulu tujuan kita bikin begitu, jadi
temen-temen kita yang lagi narik ini nanti gak terganggu.. Karena udah ada
URC. Nah, jadi mereka yang di URC ini yang ditugasin, tapi URC ini
karena dia terganggu aktivitasnya oleh banyak lakalantas.. Dulu kita kasih
mereka uang bensin, supaya dia juga punya duit buat bensin. Kalo dia cuma
ngurusin lakalantas entar bininya bisa-bisa kabur karena gak ada
pemasukan, udah banyak cerita yang begitu. (Wawancara dengan Kong
Nano, Tangerang Selatan, 17 Mei 2019)

Ngejaga, ngebaurlah ke luar-luar. Memperkenalkan komunitas kita gitu,


kayak Bambu Kuning.. ‘dari basecamp mana bang?’, ‘(dari) Bambu
Kuning’, (nanti) koorlap kita, kita panggilin semua siapa URC-nya gitu.
Kita mintain kontak anak-anak URC-nya, kayak tadi tuh misal anggota kita
ada yang di daerah mana.. Nanti kita japri anak sono minta dipantau, kalau
kenapa-kenapa kayak ban bocor atau apa, pasti URC yang nganuin.
(Wawancara dengan Isam, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019)

Ketika peneliti bertanya lebih lanjut mengenai keberadaan dari

URC, seorang informan yang bernama Isam menyatakan bahwa:

Iya, jadi kalo URC di Jakarta Selatan ya namanya URC Jakarta Selatan,
kalo URC di Tangerang Selatan ya URC Tangerang Selatan gitu. Setiap
komunitas pasti punya URC mangkanya di tiap-tiap daerah pasti ada URC
pusatnya. Kalo tugas URC ya ngejalanin tugas yang di luar komunitas aja
kayak ngejaga dan ngerangkul semua anak komunitas gitu.. Yang pada
mau rehat atau butuh bantuan karena nggak tau jalan atau gimana nanti kita

60
bantu. Bukan cuma ke sesama anggota aja, kita juga bantu masyarakat
yang butuh bantuan kita kayak kecelakaan atau tewas di tempat itu juga
kita bantu. (Wawancara dengan Isam, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019)

Selanjutnya, ketika peneliti bertanya apa alasan para anggota

komunitas pengemudi ojek online mau untuk membantu kepada sesama

anggota komunitas maupun yang bukan merupakan anggota komunitas.

Seorang informan menyatakan bahwa, “Karena kita peduli semua, kan suatu

saat kita juga pasti kayak gitu. Namanya hidup di jalan kita gak bisa sendiri,

gitu.. Kita saling ngerangkul, itu kuncinya” (Wawancara dengan Jeffry,

Tangerang Selatan, 7 Mei 2019). Juga, pernyataan dari informan lainnya

sebagai berikut, “Ya karena mau saling menolong aja, toh nggak ada

ruginya. Kalo bisa saya bantu ya saya bantu, mau ke sesama temen ojol atau

bukan” (Wawancara dengan Teguh, Tangerang Selatan, 10 April 2019).

Sebagai informasi tambahan, diketahui bahwa terdapat struktur

pengurus dalam komunitas pengemudi ojek online. Berikut adalah

pernyataan dari seorang informan, “Ada koorlap, wakoorlap, pembina,

keamanan, sekretaris, bendahara, penasehat, URC, dan anggota.. Gitu aja

sih … Sebenernya sih kalo kita mau bisa lebih banyak anggota. Cuma kita

tahan, paling sekarang cuma ada 31 anggota. Kalo di sini pengurus inti ada

5” (Wawancara dengan Jeffry, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019). Informan

yang bernama Ajat dari Komunitas Laga Doang Tip Top menyatakan

bahwa, “Ada 27 orang (anggota). … (sedangkan pengurus) ada tujuh orang”

(Wawancara dengan Ajat, Tangerang Selatan, 10 April 2019).

61
Seorang informan berbicara mengenai struktur yang ada di URC,

“… Kalo URC nanti strukturnya beda lagi. Itu dia se-Tangsel. Kebetulan itu

ketua umumnya anggota kita juga di sini” (Wawancara dengan Jeffry,

Tangerang Selatan, 7 Mei 2019). Berbicara mengenai URC, informan

lainnya menyatakan bahwa para anggota komunitas pengemudi ojek online

juga sering kali membantu tugas yang dimiliki para pengurus dari URC, “...

Tapi bukan berarti anggota cuma jadi anggota doang, sebagian ya juga suka

bantu para pengurus khususnya para pengurus URC yang ada dari

komunitas sini” (Wawancara dengan Ajat, Tangerang Selatan, 10 April

2019). Selain itu, berikut adalah pernyataan dari seorang informan yakni

Teguh:

Makanya misalnya kayak siapa nih dari komunitas ini ngeliat ada
kecelakaan, itu gak harus dari URC-nya. Jadi, siapapun yang ada di lokasi
itu ya dia harus cross-check itu, yang kecelakaan siapa, kecelakaan tunggal
apa kecelakaan karena apa gitu ya kan. Setelah di cross-check terus
identitasnya diliat baru dinaikin di grup, kira-kira ada yang kenal.
Takutnya ada yang kenal dari mana dari mana, gitu. (Wawancara dengan
Teguh, Tangerang Selatan, 10 April 2019)

Gambar III.2.1. Struktur Komunitas Laga Doang Tip Top

(Sumber: Hasil observasi)

62
Gambar III.2.2. Struktur Komunitas Bambu Kuning

(Sumber: Hasil observasi)

Dengan demikian, meskipun terdapat struktur pengurus di dalam

komunitas pengemudi ojek online, baik untuk lingkup internal maupun

eksternal (URC), tidak dapat dipungkiri bahwa secara keseluruhan para

anggota komunitas pengemudi ojek online yang bukan merupakan pengurus

juga memiliki rasa peduli terhadap sesama anggota komunitas maupun

kepada masyarakat umum lainnya.

Selanjutnya, diketahui bahwa para anggota komunitas pengemudi

ojek online juga memiliki grup-grup sahabat di sebuah aplikasi pesan instan

bernama Whatsapp. Bagaimana grup tersebut juga berguna ketika ada

pengemudi ojek online yang sedang membutuhkan bantuan dari para

pengurus URC. Berikut adalah pernyataan dari seorang informan yang

bernama Kong Nano:

63
Kalo misalkan ada yang mau ngalong terus mau naikin screenshot minta
tolong biar dipantau sama anak URC itu bisa langsung bilang ke grup-grup
sahabat.. Sahabat Bambu Kuning, misalnya. ‘bang Akbar, gue dari anak
Tanjung Priuk nih.. Gue mau nganter ke Pamulang, udah jam 9 malem nih
tolong dipantau dong’ Nah si Akbar nanti nyambut di WA.. ‘Oke siap’ gitu.
Nanti anak-anak tuh tau semua sampenya jam berapa, ‘lu udah otw
belum?’ kata dari yang mau dateng, ‘ini baru mau otw bang’ Itu kan bisa
sekitar 2 jam, dari jam 9 sampe di sini jam 11, nah nanti dia ngasih tau tuh
ke semua, nanti yang dari sini tuh tau ada temen dari Tanjung Priuk yang
mau ke Pamulang, gitu. Itu nyebar ke semua grup, bukan ke Sahabat
Bambu Kuning aja, jadi dia ngomongnya di Sahabat Bambu Kuning.. Tapi
nanti itu ke-share ke grup WA yang lain. Di share sama sesama ojol, gitu.
(Wawancara dengan Kong Nano, Tangerang Selatan, 17 Mei 2019)

Selain itu, tidak hanya sebuah wadah yang bernamakan URC yang

menunjukkan bahwa terdapat rasa peduli yang dimiliki oleh sesama anggota

komunitas pengemudi ojek online di samping mereka juga memiliki rasa

peduli terhadap masyarakat umum lainnya. Hal ini dapat terlihat dari adanya

kegiatan escorting atau pengawalan kecelakaan lalu lintas,yang sering kali

mereka lakukan secara bersama-sama. Kedua orang informan menyatakan

sebagai berikut:

Semakin kompaknya komunitas-komunitas ojol itu karena ada kejadian


kecelakaan pertama di Tarakan. Anak Grab pagi-pagi jam 6 pagi, dia
nganter anak sekolah. Katanya sih anak walikota, tapi anak walikotanya
itu gapapa.. Cuma si driver ojolnya ini meninggal ditempat. Namanya Andi
Usman, rumahnya di BSD situ. Itu orang yang meninggal pertama di Grab.
… Waktu itu baru ada sekitar 5.000 driver, itu kita konvoi nganter ke
rumahnya malem-malem sama ambulans. Itu pengawalan pertama
escorting yang kita lakuin. Anak-anak juga nyebutnya itu rescue,
penyelamatan gitu. (Wawancara dengan Kong Nano, Tangerang Selatan,
17 Mei 2019)

Di sini juga ada masalah pengawalan lakalantas, dari Grab semua


kebanyakan. Kayak misalkan orang ada yang kecelakaan, ‘mau dikawal
gak?’ ‘mau’ gitu.. Yaudah kita naikin rute. Di sini ada Relawan Ambulans
Tangsel (RAT). Bawa ambulans gratis tuh. Itu bisa gratis karena ada
donatur, dari partai, pihak RT RW juga ada yang ngasih (Wawancara
dengan Isam, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019).

Juga, berikut adalah pernyataan dari informan lainnya,

64
Pengawalan paling jauh pernah saya sama Isam ke Sukabumi, dari sini kita
ke Sukabumi. Meninggal dia, kecelakaan di Jakarta. Dari Rumah Sakit
Pelni.. Dari Jakarta Barat langsung ke sono. Semuanya naik motor. Jadi
kita buka-tutup jalan. Anak-anak BC yang lain juga pada ikut, itu mah
panggilan hati jatohnya.. Sukarela aja. (Wawancara dengan Enden,
Tangerang Selatan, 7 Mei 2019)

Ketika berbicara mengenai escorting, informan Kong Nano pun

kembali memberikan pernyataan mengenai bagaimana dirinya juga pernah

mengalami kecelakaan lalu lintas. Sehingga, sesama anggota komunitas

pengemudi ojek online lainnya melakukan pengawalan kecelakaan lalu

lintas terhadap dirinya:

… Dulu saya sering ngawalin orang, akhirnya saya ngerasain juga waktu
celaka tuh.. Kepala saya kebentur trotoar, tengkorak saya jadi retak..
Sampe sekarang gak bisa bener-bener dibenerin kan, jadi kayak orang pilek
terus. Itu seminggu saya baru sadar, katanya istri saya sih waktu itu yang
ngawalin banyak banget. Banyak anak-anak driver yang nangis, waktu itu
saya ada di RS. EMC. Akhirnya saya musti di operasi plasik, itu anak-anak
yang ngebiayain bukan dari uang saya. Anak-anak ojol pada nyari duit
ngecrek di jalan. (Wawancara dengan Kong Nano, Tangerang Selatan, 17
Mei 2019)

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa selain URC yang dapat

dikatakan sebagai kegiatan ‘harian’ yang dimiliki oleh para anggota

komunitas pengemudi ojek online terdapat pula kegiatan escorting atau

pengawalan kecelakaan lalu lintas yang mereka lakukan, baik kepada

sesama pengemudi ojek online sendiri maupun masyarakat umum lainnya

yang membutuhkan bantuan dan mau untuk dikawal oleh mereka.

Selanjutnya, terdapat perasaan bangga yang juga dimiliki oleh para

anggota komunitas pengemudi ojek online terhadap komunitas yang

dimiliki. Hal ini dapat terlihat dari jawaban yang dimiliki para informan

sebagai anggota dalam komunitas tersebut. Seorang informan menyatakan

65
bahwa, “Bangga, karena komunitasnya Alhamdulillah udah banyak yang

kenal. Jadi kalo kemana-mana aman, kalo kita ketemu anak komunitas lain..

Laper nanti dikasih makan, dijamulah pokoknya” (Wawancara dengan

Isam, Tangerang Selatan, 15 Juli 2019). Informan lain yakni Anang berkata

sebagai berikut, “Saya bangga kerja jadi ojol, apalagi dulu waktu awal-awal

kerja di sini. Pake jaket Gojek begini.. Keren hahaha (Wawancara dengan

Anang, Tangerang Selatan, 15 Juli 2019). Kemudian, informan bernama

Teguh pun berkata bahwa, “Kalo dibilang seneng sih seneng karena jadi

banyak temen, sodara dimana-mana.. Terus kalo dibilang bangga ya

bangga.karena komunitas Laga Doang kan udah gede juga namanya.. Saya

juga jadi salah satu yang bangun komunitas ini” (Wawancara dengan Teguh,

Tangerang Selatan, 18 Juli 2019). Juga, berikut adalah pernyataan dari

seorang informan lainnya, “Seneng dan bangga juga, karena komunitas ini

solid sih.. Kalo sesama anggota ada apa-apa ya dibantu. Kayak kemaren

koorlap abis kecelakaan motornya ancur ya udah kita patungan buat ganti

body-bodynya itu baru” (Wawancara dengan Ricky, Tangerang Selatan, 18

Juli 2019).

Perasaan bangga yang mengacu pada beragam pengalaman yang

dimiliki oleh para anggota komunitas pengemudi ojek online-lah yang

menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan mereka

memiliki perasaan bangga tersebut. Selanjutnya, pasca melakukan seluruh

identifikasi sosial tersebut para anggota komunitas melakukan penilaian

terhadap komunitas yang mereka miliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan

66
Tajfel (1981) bahwa individu memiliki penilaian terhadap kelompok

maupun penilaian terhadap keberadaan dirinya menjadi bagian dari

kelompok. Juga, komponen evaluatif ini dapat terbentuk dari penilaian

anggota terhadap pandangan orang di luar komunitas tentang keberadaan

komunitasnya tersebut atau disebut sebagai evaluative from other ‘evaluatif

dari yang lain’ (Ashmore, dkk, 2004).

Dengan demikian, berikut adalah ketiga konotasi nilai keanggotaan

dalam kelompok yang dimiliki oleh para anggota komunitas pengemudi

ojek online yakni: (1) Penilaian terhadap kelompok; (2) Penilaian terhadap

keberadaan dirinya menjadi bagian dari kelompok; dan (3) Penilaian

anggota terhadap pandangan orang lain di luar komunitas tentang

keberadaan komunitasnya (evaluative from other).

Pertama, penilaian dari para anggota komunitas pengemudi ojek

online terhadap komunitas yang dimiliki di mana dua orang informan

menyatakan bahwa:

Iya kan (nggak ada BC ojol yang segede BC sini)? Pada kecil-kecil haha,
cuma ini doang paling gede. … Di seluruh Tangsel ini doang yang gede,
tapi kalo yang lebih nyaman lagi enak ya ada noh BC Lima Benua. Lima
Benua ada di Jalan Dewantara situ, dia ruko. Cuma ya kalo ditutup mah
tetep lekep, kalo di sini mah adem. Kayak kantor modelnya, ruko gitu. Satu
ruko disewain. Banyak yang lebih keren lagi di Taman Mini, tapi gak
terlalu gede (Wawancara dengan Teguh, Tangerang Selatan, 10 April
2019)

Karena ada beberapa hal di sini yang bikin orang selain saya mungkin
bakalan tertarik untuk masuk komunitas ini. Satu, karena namanya yang
unik Laga Doang.. Kalo bahasa Betawinya kan artinya banyak gaya.
Kedua, karena persaudaraannya.. Kentel banget. Kayak di komunitas ini,
jadi disini kita ibaratnya kayak udah satu tubuh.. Misalnya kepala sakit,

67
pasti mulut bilang ‘aduh’ tangan megang kepala, seperti itu. (Wawancara
dengan Ricky, Tangerang Selatan, 18 Juli 2019)

Kedua, penilaian terhadap keberadaan diri informan menjadi bagian

dari komunitas pengemudi ojek online. Seorang informan yakni Teguh

menyatakan bahwa, “Alhamdulillah kan ya namanya kita punya komunitas

ya dibantu pas di sana (ketika mengambil orderan ke tempat yang jauh atau

tidak mengetahui daerahnya). Laki-laki aja kadang-kadang takut, ini

perempuan kita kan khawatir namanya (sesama) anggota” (Wawancara

dengan Teguh, Tangerang Selatan, 10 April 2019). Juga, berikut adalah

pernyataan dari informan yang lain, “Ya Alhamdulillah enaknya saya punya

komunitas begitu, nggak punya duit mampir ke basecamp lain dapet makan

dapet minum dapet kopi, apalagi kalo udah kenal. (Wawancara dengan

Adoel, Tangerang Selatan, 10 April 2019).

Ketiga, penilaian anggota terhadap pandangan orang lain di luar

komunitas tentang keberadaan komunitasnya. Seorang informan yang

bernama Teguh menyatakan sebagai berikut:

Justru malah seneng. Itu tergantung orangnya, jadi kayak gini.. Ini ada
komunitas, kalo orang-orangnya bisa kalo bahasa orang mah menitipkan
diri lah. Jadi nitipin dalam arti kita nih tinggal di kampung orang, nah di
jalan kita gak kebut-kebutan lah atau gimana. Kalo kita ugal-ugalan
lewatnya, gak permisi sama orang sini ya pasti orang-orangnya juga marah.
Apalagi kan namanya order-an dari ojol ini kan bolak-balik, gak mungkin
satu orderan udah langsung ilang gak balik lagi. Pasti balik lagi ke
basecamp kan. Namanya orang kan kadang ada yang gak seneng, tapi kalo
kitanya bisa jaga diri, kitanya sopan santun sama lingkungan ya orang juga
segen gak bakalan kesel. (Wawancara dengan Teguh, Tangerang Selatan,
10 April 2019)

Selanjutnya, guna mengklarifikasi pernyataan Teguh tersebut,

peneliti bertanya secara langsung kepada tiga orang informan yang

68
merupakan masyarakat di sekitar basecamp milik komunitas pengemudi

ojek online. Seorang informan bernama Yuli menyatakan bahwa, “Enak sih,

jadi rame. Mereka juga suka beli jajanan di saya kan” (Wawancara dengan

Yuli, Tangerang Selatan, 18 Juli 2019). Informan lain yang bernama Ani

pun menyatakan bahwa, “Iya, hubungan abang ojol di sini sama masyarakat

baik-baik. Enak aja sih, karena banyak orang di sini juga. … Kalo ada yang

misalkan melahirkan atau hajatan juga mereka suka pada dateng kok kalo di

lingkungan sini” (Wawancara dengan Ani, Tangerang Selatan, 18 Juli

2019). Selain itu, berikut adalah pernyataan dari informan lainnya:

Ya kalo warga-warga di sini sih enak-enak aja.. Pada senang. Senangnya


karena kalo sampe malem jadinya di sini rame sama aman.. Itung-itung
ikut ngebantu lingkungan sini lah. Kalo tanah ini saya yang dikasih
kepercayaan sama yang punya buat jagain sama disuruh ngurusin tanah ini.
Ojol mau diriin BC ini saya kasih, silahkan gitu aja.. Namanya orang kerja
kan kita saling bantu. Tapi, sebelumnya saya bilang ke mereka ‘lu boleh
diriin BC di sini, tidur di sini asal jaga nama kampung di sini lah biar enak
sama enak’ gitu. Kalo ada apa-apa juga gampang gitu.. Apa ada yang sakit,
hajatan, atau gimana mereka suka ngebantu. Ada warga yang meninggal
juga mau dimakam di Bogor misalnya, mereka mau ngawalnya.
(Wawancara dengan Shidiq, Tangerang Selatan, 18 Juli 2019)

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa para anggota komunitas

pengemudi ojek online memiliki penilaian yang positif terhadap

keanggotaannya dalam komunitas yang dimiliki. Berikut adalah pernyataan

dari seorang informan, “Gimana ya.. Udah nyaman begini sih, jadi nggak

mau cari kerjaan lain. Kita kalo kerja tempatnya enak, gajinya lebih gede

tapi kalo kerja nggak nyaman kan males juga” (Wawancara dengan Habib,

Tangerang Selatan, 15 Juli 2019). Selain itu, informan menyatakan sebagai

beirkut, “Gue males kerja gak kaya-kaya yang kaya malah bosnya doang,

padahal dulu gue kerja jadi manajer di produksi pertambangan batu bara itu

69
kan. Pulang dari Kalimantan gue daftar Grab. Alhamdulillah, gue ngerasa

seneng kerja jadi ojol sekarang. Temen ada di mana-mana, diundang ke

acara komunitas ini komunitas itu” (Wawancara dengan Kong Nano,

Tangerang Selatan, 17 Mei 2019).

Dapat diketahui bahwa berbicara mengenai harga diri kelompok

merupakan konsekuensi dari identifikasi para anggota komunitas

pengemudi ojek online terhadap kelompoknya (ingroup). Bagaimana

selanjutnya diketahui bahwa terdapat harga diri yang tinggi bagi para

anggota komunitas tersebut. Sehingga, pada akhirnya para anggota

komunitas pengemudi ojek online juga akan merasa bangga telah menjadi

bagian dari kelompok yang dianggap memuaskan tersebut. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Tajfel yang menyatakan bahwa dalam melakukan

identifikasi, individu dipacu untuk meraih identitas yang positif terhadap

kelompoknya (Hogg, 2003).

Kemudian, dalam membentuk identitas sosial kelompoknya,

anggota komunitas pengemudi ojek online akan melakukan apa saja agar

dapat meningkatkan gengsi komunitas yang mereka miliki (ingroup

favoritsm effect). Ingroup favoritism effect yang dimiliki oleh para anggota

komunitas pengemudi ojek online ialah dapat terlihat dari nilai-nilai sosial

yang dianut dalam komunitas mereka—Komitmen, ketaatan, ketertiban, dan

kebersamaan. Diketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari, faktor-faktor

yang memprediksi ingroup favoritism effect diantaranya adalah orientasi

nilai budaya dalam ranah individual yang mana akan melahirkan konstrual

70
diri seorang individu. Konstrual diri yang dimaksud yaitu cara individu

berpikir, merasa, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai budaya pada suatu

komunitas atau kelompok tertentu (Supratiknya, 2006). Seorang informan

yakni Isam menyatakan sebagai berikut, “Kayak yang tadi saya bilang.. Ada

yang baru training satu bulan, langsung ilang gak ada kabar padahal mau

masuk sini kan susah di-training dulu empat bulan. Ya udah itu berarti gak

serius. Kalo yang udah pada masuk sini, pasti pada kagak mau keluar..

Betah, soalnya di sini ngerangkulnya kekeluargaan” (Wawancara dengan

Isam, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019).

Selain itu, informan lainnya menyatakan bahwa:

Sampe seluruh Indonesia tuh udah tau BC Bambu Kuning tuh tertib, anak-
anaknya tertib juga. Kalo ada yang ngaku-ngaku anak Bambu Kuning pake
sandal jepit itu gak ada yang percaya, soalnya anak sini kalo nge-beat harus
pake sepatu. Kita juga gak respon sama tamu yang pake sandal, kalo ada
tamu yang kayak gitu ya kita diemin.. Biar dia tau apa nih kesalahan gue,
gitu. (Wawancara dengan Enden, Tangerang Selatan 7 Mei 2019)

Dengan demikian, kedua pernyataan tersebut memperlihatkan

favoritisme yang dimiliki oleh para anggota komunitas pengemudi ojek

online. Bagaimana mereka memiliki rasa suka yang berlebihan terhadap

komunitas yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cunningham

(2006) yang menyatakan bahwa individu dengan fanatisme tinggi terhadap

kelompok cenderung akan memiliki harga diri yang tinggi dibanding

dengan individu dengan fanatisme rendah terhadap kelompok (Afif, 2015:

48). Di samping bahwa secara umum orang lebih suka memandang dirinya

71
sendiri secara positif daripada secara negatif (Tajfel dan Turner, dalam

Brown, 2005: 268).

3. Perbandingan Sosial

Pada tahap ketiga, seperti yang dinyatakan oleh Tajfel dan Turner

bahwa melalui perbandingan sosial identitas sosial terbentuk melalui

penekanan perbedaan pada hal-hal yang terasa berbeda pada ingroup dan

outgroup (Tajfel & Turner, dalam Hogg dan Abrams, 1990). Dalam hal ini,

perbandingan sosial yang dilakukan oleh para anggota komunitas

pengemudi ojek online terhadap pengemudi ojek pangkalan ialah terdiri dari

beberapa hal yakni: (1) Ukuran numerik kelompok; (2) Pendapatan yang

dimiliki; (3) Atribut ketika bekerja; dan (4) Pemanfaatan teknologi.

Pertama, ukuran numerik kelompok. Dalam hal ini, komunitas

pengemudi ojek online yang merupakan kelompok pekerja bagi para

anggota komunitas pengemudi ojek online kini diketahui telah tersebar di

berbagai wilayah Indonesia. Seorang informan yang bernama Adoel

menyatakan sebagai berikut, “Wah.. Kalo di Tangsel sendiri komunitas ojek

online ada banyak, gak keitung” (Wawancara dengan Adoel, Tangerang

Selatan, 10 April 2019). Selain itu, berikut adalah pernyataan dari informan

lainnya, “… Sampe akhirnya sekarang komunitas ojol menjamur, kalo

dijumlahin mungkin bisa 5000-an komunitas se-Indonesia belum lagi sama

anggotanya kan. Satu anggota bisa 30-an orang atau 40 orang, macem-

macem” (Wawancara dengan Kong Nano, Tangerang Selatan, 17 Mei

2019).

72
Ketika jumlah dari para anggota komunitas pengemudi ojek online

dibandingkan dengan para pengemudi ojek pangkalan yang merupakan

outgroup dari mereka, informan Jeffry menyatakan bahwa, “… Tapi kalo

opang situ kalo dia tau driver-nya anak komunitas nih, dia gak bakal berani

karena kan pasti satu komunitas dateng semua” (Wawancara dengan Jeffry,

Tangerang Selatan, 7 Mei 2019). Selain itu, berikut adalah pernyataan dari

informan yang lain, “Iya, tapi kalo kita ramein kalah dia. Bener, kayak di

Pondok Ranji ujung-ujungnya damai juga. Kalah dia massanya. Apalagi

kalo udah teriak di wadah (grup) gitu” (Wawancara dengan Isam, Tangerang

Selatan, 7 Mei 2019).

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa jika dilihat dalam hal

ukuran numerik kelompok, komunitas pengemudi ojek online merupakan

kelompok dengan jumlah anggota yang lebih besar dibandingkan dengan

jumlah dari para pengemudi ojek pangkalan.

Kedua, pendapatan yang dimiliki. Diketahui bahwa pendapatan

yang dimiliki oleh para pengemudi ojek online termasuk di dalamnya para

anggota komunitas pengemudi ojek online ialah lebih tinggi jika

disandingkan dengan para pengemudi ojek pangkalan. Hal ini terkait dengan

pernyataan dari seorang informan yang menyatakan sebagai berikut, “…

Kalo penghasilan opang dibandingin ojol jauh dia di bawah kita”

(Wawancara dengan Hendra, Tangerang Selatan, 15 Juli 2019). Juga,

informan yang lain berkata bahwa, “Kalo pendapatan mah bisa dibilang di

atas opang lah, ya walaupun gak sebanyak dulu yang saya bilang barusan,

73
pernah sebulan sampe dapet 12 juta bersih. Kita bukannya apa dari yang

tempatnya jauh pun kita bisa dapet dari aplikasi. Pergi kemana, nanti arah

balik bisa dapet lagi” (Wawancara dengan Habib, Tangerang Selatan, 15

Juli 2019)

Berdasarkan dari kedua pernyataan tersebut, maka dapat dipahami

bahwa jumlah pendapatan yang dimiliki oleh pengemudi ojek online

termasuk para anggota komunitas pengemudi ojek online ialah tinggi jika

disandingkan dengan pengemudi ojek pangkalan inilah yang selanjutnya

membuat mereka merasa memiliki pendapatan yang lebih baik.

Ketiga, atribut ketika bekerja. Dalam hal ini, para anggota

komunitas pengemudi ojek online memiliki beragam atribut yang mereka

gunakan ketika bekerja. Seorang informan yang bernama Ricky

menyatakan bahwa, “Kalo atribut-atribut yang Komunitas Laga Doang

punya ya ada pin, bendera, rompi, kaos, emblem. Semua komunitas lain

juga gitu, cuma beda-beda logonya” (Wawancara dengan Ricky, Tangerang

Selatan, 18 Juli 2019). Selain itu, berikut adalah pernyataan dari informan

lainnya, “Atribut sih ya.. Kalo kita kan pake jaket, helm, segala macem”

(Wawancara dengan Teguh, Tangerang Selatan, 10 April 2019).

Hal ini sesuai dengan pernyataan informan Hendra yang menyatakan

bahwa, “Ya paling bedanya kita sama opang ya atribut, kalo kitakan pake

helm, jaket dari perusahaan belum lagi kadang kita timpa sama jaket

komunitas. Jadi, rapih.. aman juga” (Wawancara dengan Hendra, Tangerang

74
Selatan, 15 Juli 2019). Juga, berikut adalah pernyataan dari informan Isam,

“… Kalo atribut opang itu ya kebanyakan cuma pake jaket biasa.. Kagak

pake sepatu. Kalo yang udah ada komunitas itu pasti diatur dia, kayak di sini

gak boleh pake sandal jepit harus pake sepatu. Kita narik kalo ke sini pake

sandal jepit nanti diinjek kakinya sama kita.. Sama anak-anak semuanya”

(Wawancara dengan Isam, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019).

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa terdapat beragam atribut

yang dimiliki oleh para anggota komunitas pengemudi ojek online. Tidak

hanya helm dan jaket yang mereka peroleh dari perusahaan teknologi

transportasi online yakni Grab dan Gojek, para anggota komunitas pun

memiliki atribut lainnya berupa atribut komunitas yang membuat mereka

merasa lebih rapih dibandingkan dengan pengemudi ojek pangkalan.

Sehimgga, sebagai informasi tambahan, perlu diketahuai bahwa karena

jumlah komunitas pengemudi ojek online yang ada kini jumlahnya semakin

banyak maka dibuatlah perbedaan melalui logo yang menjadi ciri khas dari

masing-masing komunitas. Bagaimana selanjutnya diketahui bahwa

penamaan dari masing-masing komunitaslah yang selanjutnya menjadi awal

bagi terbentuknya logo dari masing-masing komunitas pengemudi ojek

online. Misalnya saja, Komunitas Laga Doang Tip Top selalu melibatkan

nama dari salah satu pasar swalayan yang bernama Tip Top pada atribut

yang mereka miliki karena penamaan Komunitas Laga Doang Tip Top yang

terbentuk dari lokasi komunitasnya yang berdekatan dengan Pasar

Swalayan Tip Top. Berikut adalah pernyataan lanjutan dari seorang

75
informan yang bernama Teguh, “… Kita bikin grup itu tadinya bukan Laga

Doang Tip Top, bukan. cuma Tip Top Ciputat doang, jadi sekarang ada

tambahan lagi. Kenapa dibikin Laga Doang? Banyak bacotnya doang, narik

mah kagak haha. Banyak gaya, jadi gitu awal-awalnya” (Wawancara

dengan Teguh, Tangerang Selatan, 10 April 2019).

Di sisi lain, terdapat pula Komunitas Bambu Kuning yang

menjadikan pohon bambu berwarna kuning sebagai logo dari komunitas

mereka. Berikut adalah pernyataan dari seorang informan yakni Isam, “Kalo

di sini kan (Komunitas) Bambu Kuning ya udah kita ada logo gambar pohon

bambu kuningnya. Dulu kan di sini deket (pohon) bambu kuning”

(Wawancara dengan Isam, Tangerang Selatan, 7 Mei 2019). Dengan

demikian, logo dan atribut yang merupakan satu-kesatuan bagi para anggota

komunitas pengemudi ojek online ialah tidak serta-merta terbentuk dengan

begitu saja melainkan terdapat alasan mengapa logo dan atribut yang

mereka miliki akhirnya terbentuk Berikut adalah gambar dari logo sekaligus

jaket dari Komunitas Laga Doang Tip Top:

76
Gambar III.3.1. Logo Komunitas Laga Doang Tip Top

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar III.3.2. Jaket Komunitas Laga Doang Tip Top

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Keempat, pemanfaatan teknologi. Diketahui bahwa terdapat

perbedaan pemanfaatan teknologi di antara para pengemudi ojek online

termasuk di dalamnya para anggota komunitas pengemudi ojek online

dengan pengemudi ojek pangkalan. Bagaimana di zaman yang serba

modern seperti sekarang ini para pengemudi ojek pangkalan belum mau

77
terbuka dengan keberadaan teknologi yang bernama handphone dan

jaringan internet. Sehingga, mereka masih terjebak dengan pola pikir lama

dalam memperoleh rezeki. Seorang informan yakni Habib berkata bahwa,

“Kalo menurut saya sih mereka itu nggak mau ngikut perkembangan jaman.

Daripada kita punya handphone bagus, punya paket data tapi nggak

dipergunakan buat nyari duit kan. Dari pada cuma nungguin penumpang

mending kita yang gerak. Emang bener sih rezeki udah ada yang ngatur, tapi

kan kita juga harus usaha” (Wawancara dengan Habib, Tangerang Selatan,

15 Juli 2019).

Juga, pernyataan dari informan Hendra yang menyatakan bahwa

para pengemudi ojek pangkalan telah keliru dalam memandang keberadaan

pengemudi ojek online—Termasuk para anggota komunitas pengemudi

ojek online, yang mau bekerja dengan memanfaatkan teknologi. Bagaimana

mereka tidak memahami keuntungan dalam bekerja sebagai pengemudi

ojek online dibandingkan dengan bekerja sebagai pengemudi ojek

pangkalan. Berikut adalah pernyataannya:

… Dulu kan mereka liat kalo ojek online ini orang bodoh.. Mau aja dibayar
murah, tapi mereka nggak paham gitu kalo opang ini kan sekali narik 10
atau 15 ribu. Nah kalo kita kan dulu masih ada yang 7 ribu 5 ribu, tapi kan
mereka nggak tau kalo itu kita bisa estafet setiap hari. Mereka harus
nunggu lagi berjam-jam, kalo kita paling kalo nunggu cuma permenit
perdetik udah dapet lagi. (Wawancara dengan Hendra, Tangerang Selatan,
15 Juli 2019)
Berdasarkan dari dua pernyataan tersebut, maka dapat dipahami

bahwa pengemudi ojek online termasuk para anggota komunitas pengemudi

ojek online dapat memanfaakan teknologi secara lebih baik jika

disandingkan dengan pengemudi ojek pangkalan. Hal ini terkait dengan

78
pemikiran para pengemudi ojek online yang sudah mau terbuka dengan

menerima perkembangan zaman di mana dalam pekerjaan yang mereka

miliki, mereka bersedia untuk menggunakan handphone dan jaringan

internet ketika sedang mencari dan/atau menunggu calon penumpang.

Berdasarkan keempat perbandingan sosial yang dilakukan oleh para

anggota komunitas pengemudi ojek online terhadap pengemudi ojek

pangkalan, maka dapat dipahami bahwa keempat hal tersebutlah yang pada

akhirnya juga menjadi keunikan bagi identitas kelompok yang dimiliki oleh

para anggota komunitas pengemudi ojek online. Dalam hal ini, Tajfel

menyebutkan bahwa manfaat perbandingan sosial antarkelompok bagi

anggota-anggota kelompok bukan hanya karena mereka kemudian lebih

mampu menjelaskan siapa diri mereka yang sebenarnya, tetapi juga mampu

mengevaluasi secara positif signifikansi dan relevansi perbandingan sosial

itu guna tercapainya keunikan identitas kelompok mereka (Tajfel, 1972:

296).

Terakhir, melalui perbandingan sosial yang dilakukan oleh para

anggota komunitas pengemudi ojek online dapat dipahami bahwa

keberadaan dari para pengemudi ojek pangkalan (outgroup) dinilai secara

negatif (prasangka) oleh para anggota komunitas (ingroup). Hal ini sesuai

dengan pernyataan Tajfel dan Turner bahwa dalam proses yang dinamakan

ingroup favoritism (di dalam identifikasi sosial) dan prasangka tersebut

sebetulnya dilakukan oleh individu-individu untuk mempertahankan dan

meningkatkan self identity atau self esteem ‘harga diri’. Bagaimana

79
prasangka ini merupakan proses yang terjadi dalam setiap kelompok karena

mereka mempunyai motivasi untuk mempertahankan identitas ingroup yang

positif dan identitas outgroup yang negatif (Turner dan Giles, 1987).

80
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan analisis yang telah disampaikan dalam

membahas proses pembentukan identitas sosial di komunitas pengemudi ojek

online, peneliti dapat menyimpulkan bahwa para anggota komunitas pengemudi

ojek online membentuk identitas sosial karena adanya kesamaan berdasarkan jenis

pekerjaan yang dimiliki yakni sebagai pengemudi ojek online. Juga, konflik dengan

pengemudi ojek pangkalan mendorong kesadaran para anggota komunitas

pengemudi ojek online untuk membentuk suatu persatuan berupa komunitas.

Sehingga, kedua hal tersebut yang melatarbelakangi para anggota komunitas

pengemudi ojek online melakukan kategorisasi diri sebagai ingroup sedangkan

pengemudi ojek pangkalan sebagai outgroup.

Dari beberapa penjelasan informan, para anggota komunitas pengemudi

ojek online memiliki alasan untuk mengkategorisasikan diri mereka sebagai

anggota komunitas. Para anggota komunitas pengemudi ojek online beralasan

karena sering kali merasa khawatir jika suatu saat akan mendapatkan musibah.

Sehingga, mereka mencari rasa aman ketika berada di jalan raya dengan bergabung

ke dalam komunitas. Dari beberapa penjelasan tersebut, peneliti menemukan bahwa

dengan mengkategorisasikan diri sebagai anggota komunitas, mereka mencoba

membangun kolektivitas dengan cara membentuk komunitas.

81
Lalu, secara tidak langsung upaya dan pengorbanan yang dilakukan oleh

anggota komunitas pengemudi ojek online dalam memberikan bantuan telah

memberikan pandangan positif, baik kepada sesama pengemudi ojek online

maupun kepada masyarakat umum tentang keberadaan dari komunitas pengemudi

ojek online. Penilaian positif untuk anggota komunitas pengemudi ojek online

merupakan hasil dari mengaktualisasikan nilai-nilai sosial yang terbentuk ke dalam

diri anggota komunitas.

Dalam proses pembentukan identitas sosial, para anggota komunitas

pengemudi ojek online telah menumbuhkan kesadaran keanggotaan dalam

komunitas. Anggota komunitas membentuk beragam peraturan yang wajib

dijalankan bagi setiap anggota komunitas. Sehingga, nilai-nilai sosial tersebut

terbentuk berdasarkan norma-norma yang wajib dijalankan sebagai wujud dari

komitmen, ketaatan, ketertiban dan kebersamaan antaranggota komunitas.

Kesadaran keanggotaan dapat tercipta melalui identifikasi kedirian mereka agar

selaras dengan nilai dan norma yang ada dalam komunitas. Ketika individu

mengidentifikasi dirinya berdasarkan nilai dan norma komunitas maka terdapat

proses penyesuaian yang terbentuk, sehingga mempermudah anggota komunitas

lainnya dalam menyesuaikan perilaku komunitas.

Para anggota komunitas pengemudi ojek online yang tergabung dalam

komunitas memiliki rasa peduli dan rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam

komunitas. Peneliti menemukan bahwa adanya rasa peduli dan rasa bangga dari

para anggota komunitas berdampak pada eksistensi dari komunitas pengemudi ojek

online. Wujud kepedulian terlihat dari kegiatan anggota komunitas yang akan saling

82
membantu satu sama lain ketika salah satu dari anggota sedang mengalami

musibah.

Selain peduli kepada sesama anggota komunitas, mereka juga peduli dengan

memberikan bantuan kepada masyarakat umum. Terbentuknya Unit Reaksi Cepat

(URC) dengan menggunakan media komunikasi Whatsapp merupakan wujud nyata

kepedulian dari anggota komunitas ojek online dalam membantu sesama

pengemudi ojek online maupun masyarakat ketika terjadi musibah seperti

kecelakaan lalu lintas. Selain URC, kepedulian anggota komunitas juga tampak

pada kegiatan escorting atau pengawalan kecelakaan lalu lintas baik kepada sesama

anggota komunitas, pengemudi ojek online non-komunitas, maupun masyarakat

umum lainnya.

Setelah mereka mengidentifikasi keanggotaan mereka, selanjutnya anggota

komunitas melakukan penilaian terhadap komunitas yang dimiliki. Peneliti

menguraikannya dengan tiga konotasi untuk menggambarkan penilaian

keanggotaan dalam komunitas pengemudi ojek online. Pertama, penilaian terhadap

komunitas yang dilihat dari bangganya mereka terhadap ukuran basecamp, nama

komunitas yang unik, dan segi solidaritas yang kuat dalam komunitas.

Kedua, penilaian terhadap keberadaan diri anggota menjadi bagian dari

komunitas bahwa mereka merasakan adanya rasa persaudaraan yang kuat di antara

sesama anggota komunitas pengemudi ojek online. Terakhir, penilaian anggota

komunitas terhadap pandangan orang lain di luar komunitas. Hal ini berkaitan

dengan penilaian masyarakat sekitar terhadap keberadaan dari komunitas

83
pengemudi ojek online yang memiliki basecamp di sekitar tempat tinggal

masyarakat umum, di mana komunitas pengemudi ojek online mendapatkan

penilaian positif dari masyarakat sekitar basecamp karena anggota komunitas tidak

membuat kegaduhan serta sering kali membantu masyarakat dalam berbagai

kegiatan.

Selanjutnya, setelah anggota komunitas pengemudi ojek online melewati

tahap kategorisasi sosial dan identifikasi sosial, mereka masuk ke tahap terakhir

yakni perbandingan sosial yang menurut Tajfel dan Turner merupakan tahap yang

membentuk identitas sosial dengan menekankan perbedaan hal-hal yang terasa

berbeda antara ingroup dan outgroup.

Peneliti menemukan beberapa hal yang terkait dengan perbandingan sosial

yang dilakukan oleh anggota komunitas pengemudi ojek online dengan pengemudi

ojek pangkalan. Anggota komunitas membandingkan jumlah pengemudi ojek

online yang lebih besar daripada pengemudi ojek pangkalan dan pendapatan yang

diperoleh pengemudi ojek online yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pengemudi ojek pangkalan. Juga, hal paling menonjol yang membedakan anggota

komunitas pengemudi ojek online dengan pengemudi ojek pangkalan ialah terlihat

berdasarkan berbagai macam atribut yang mereka kenakan. Atribut seperti logo,

pin, bendera, rompi, kaos dan emblem melambangkan keberagaman yang dimiliki

oleh tiap-tiap komunitas pengemudi ojek online yang tersebar di berbagai wilayah

Indonesia. Terakhir, para anggota komunitas membandingkan dari aspek

pemanfaatan teknologi, di mana pada hakikatnya pengemudi ojek online lebih baik

84
dalam hal pemanfaatan teknologi dibandingkan dengan para pengemudi ojek

pangkalan.

Dengan melakukan perbandingan sosial yang dilakukan oleh anggota

komunitas pengemudi ojek online, dapat dipahami bahwa terdapat prasangka yang

dilakukan oleh anggota komunitas pengemudi ojek online untuk mempertahankan

dan meningkatkan identitas sosial, serta self esteem ‘harga diri’ mereka sebagai

anggota komunitas pengemudi ojek online. Seperti yang dikatakan oleh Turner dan

Giles (1987), para anggota kelompok berusaha membangun konstruksi identitas

ingroup yang positif dan mencoba membangun identitas outgroup yang negatif

(Turner dan Giles, 1987)—Tak terkecuali bagi para anggota komunitas pengemudi

ojek online.

B. Saran

Dari penjelasan dan analisis yang telah disampaikan, peneliti menyarankan

untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai komunitas pengemudi ojek

online kepada peneliti selanjutnya. Hal tersebut terkait dengan fenomena

transportasi online yang dapat dikatakan sebagai fenomena baru dan merupakan

dampak dari era industrialisasi 4.0 yang masuk ke Indonesia.

Di Indonesia, fenomena transportasi online baru saja viral sekitar tahun

2015. Sehingga, diharapkan dengan munculnya fenomena yang tergolong baru

tersebut dapat membuat para peneliti lebih tertarik untuk mengkaji lebih dalam

fenomena yang ada. Peneliti menyadari bahwa begitu banyak kekurangan-

85
kekurangan yang ada dalam penelitian ini. Namun, fakta bahwa jaringan sosial

yang digunakan oleh para anggota komunitas pengemudi ojek online menarik untuk

ditelusuri membuat peneliti selanjutnya bertanya, “Apakah terdapat faktor

pelengkap yang melatarbelakangi para pengemudi ojek online untuk membentuk

suatu komunitas?”

Bagaimana pada akhirnya mereka mampu untuk melakukan mobilisasi

massa guna melakukan aksi protes, baik kepada pemerintah maupun pihak

perusahaan terkait dengan kebijakan-kebijakan mengenai transportasi ojek online

yang mereka anggap tidak sesuai. Hal tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan

posisi tawar mereka di mata pemerintah dan perusahaan, atau penelitian selanjutnya

disarankan untuk menelusuri bagaimana pekerjaan sebagai pengemudi ojek online

mampu mengalami pergeseran makna apabila ditarik pada konteks masyarakat sipil

dalam menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis.

86
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:
Abrams, D. 1996. Social Identity, Self as Structure and Self as Process. Dalam W.
Peter Robinson (Ed), Social Groups and Identities: Developing the Legacy
of Henri Tajfel. Oxford: Butterworth-Heinemann Linacre House, Jordan
Hill.
Afif, Afthonul, 2015, Teori Identitas Sosial, Yogyakarta: UII Press.

Allport, W. Gordon. 1955. The Nature of Prejudice. Amerika Serikat: Addison-


Wesley Publishing Company.
Anderson, Benedict. 1983. Imagined Communities: Reflections on the Origin and
Spread of Nationalism. London: Verso.
Brown, R. 2005. Prejudice: Menangani “Prasangka” dari Perspektif Psikologi
Sosial. Alih Bahasa: Helly P. Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Deaux, K, dan Mark S. 2018. The Oxford Handbook of Personality and Social
Psychology. Edisi Kedua. Oxford: Oxford University Press.
Dhohiri, Taufiq Rohman. 2007. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat.
Jakarta: Yudhistira.
Denzin, Norman K, dan Yvonna S. Lincoln. 2003. Handbook of Qualitative
Research. California: Sage Publications.
Hogg, M.A., dan Abrams, D. 1988. Social Identification: A Social Psychology of
Intergroup Relation and Group Processes. London: Routledge.
Hogg, M.A., dan Abrams, D. 1990. An Introduction to the Social Identity Approach.
Dalam Abrams, D., Hogg, M.A. (Eds), Social Identity Theory: Constructive
and Critical Advances. New York: Harvester Wheatsheaf.
Hogg, M.A., dan Abrams, D. 1998. Social Identification. New York: Routledge.
Neolaka, Amos. 2016. Metode Penelitian dan Statistik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Marvasti, Amit B. 2004. Qualitative Research in Sociology: An Introduction. New
Delhi: Sage Publications.
Neuman, W. Lawrence. 2007. Basic of Social Research: Qualitative and
Quantitative Approaches. Boston: Pearson Education Inc.
Peursen, Van. 1988. Strategi Kebudayaan. Edisi Kedua. Yogyakarta: Kanisius.

87
Sarwono. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Silalahi, Uber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Soerjono, Soekanto. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Jakarta.
Supratiknya, A. 2006. Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:
Kanisius.
Tajfel, Henri. 1972. Social Categorization. Dalam S. Moscovici (Ed.), Introduction
à La Psychologie Sociale. Paris: Larousse.
Tajfel, H., dan Turner, J. C. 1979. An Integrative Theory of Social Confict. Dalam
W. Austin, dan S. Worchel (Eds), The Social Psychology of Intergroup
Relations. California: Brooks/Cole.
Tajfel, Henri. 1982. Introduction. Dalam Henri Tajfel (ed.), Social Identity and
Intergroup Relations. London: Academic Press.
Tajfel, H., dan Turner, J. C. 1986. The Social Identity of Intergroup Behavior.
Dalam S. Worchel dan W.G. Austin (Eds.), Psychology of Intergroup
Relations (2nd Edition). Chicago: Nelson-Hall.
Tajfel, H., dan Turner, J. C. 2004. The Social Identity Theory of Intergroup
Behavior. Dalam J. T. Jost dan J. Sidanius (Eds.), Key Readings in Social
Psychology. Political Psychology: Key Readings. New York: Psychology
Press.
Turner, J.C, dan Giles, H.. 1985. Intergroup Bahavior. Oxford: Basil Blackwell
Ltd.
Turner, J.C., Wetherell, M., Reicher, S.D., Hogg, M.A., dan Oakes, P.J. 1987.
Rediscovering the Social Group: A Self Categorization Theory. Inggris:
Basil Blackwell.
Usman, Sunyoto. 2015. Esai-Esai Sosiologi Perubahan Sosial. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Wenger, Etienne. 2002. Cultivating Communities of Practice. Brighton: Harvard
Business School Press.
West, Ricard dan Lynn H. Turner. 2008. Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika.

Sumber Artikel, Jurnal, Tesis, dan Skripsi:


Achmad, Oki Ismail dan Iqbal Jaya Chasbi. 2018. Konstruksi Identitas Kelompok
Suporter Flowers City Casuals (Studi Fenomenologi Terhadap Kelompok

88
Suporter Flower City Casuals Dalam Mendukung Persib Bandung).
Ensains: 1(2): 83-88.
Bidara, Indah Putri dan Martinus Legowo. 2015. Keberadaan Kelompok Waria
Mojosari (Perwamos) Dalam Mempertahankan Identitas di Kecamatan
Mojosari Kabupaten Mojokerto. Paradigma: 3(2): 1-10.
Ellemers, N., Kortekaas, P., & Ouwerkerk, J. W. 1999. Self-categorisation,
Commitment to the Group and Group Self-esteem as Related but Distinct
Aspects of Social Identity. European Journal of Social Psychology: 29(2-3):
371-389.
Fathy, Rusydan. 2017. Modal Sosial dan Ketahanan Ekonomi Ojek Pangkalan
(Studi Kasus: Ojek Pangkalan Salemba di Salemba Raya Jakarta Pusat).
Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gelarina, Diyala, 2016, Proses Pembentukan Identitas Sosial Waria di Pesantren
Waria Al-Fatah Yogyakarta. Jurnal Kajian Islam Interdisiplin: 1(1): 31-59.
Kartika, Innez Sari dan Drajat Tri Kartono. 2018. Transformasi Identitas Sosial
Tenaga Kerja Indonesia (Studi Deskriptif Transformasi Identitas Sosial TKI
Pasca Migrasi di Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Karangmalang,
Kabupaten Sragen). Journal of Development and Social Change: 1(2): 87-
100.
Lisdiantini, Netty, Subiyantoro, dan Yosi Afandi. 2019. Peranan Fashion dan
Pakaian Sebagai Komunikasi Identitas Sosial. Epicheirisi: Jurnal
Manajemen, Administrasi, Pemasaran dan Kesekretariatan: 3(1): 9-15.
Natadjaja Listia dan Paulus Benny Setyawan. 2016. Creating Community through
Design: The Case of Go-Jek Online. International Journal of Cultural and
Creative Industries: 4(1): 18-27.
Nurmalita, Fransisca Hapsari Utami dan Betty Yuliani Silalahi. 2013. Hubungan
Antara Identitas Sosial dan Konformitas pada Anggota Komunitas Virtual
Kaskus Regional Depok. Proceeding PESAT: 5: 93-98.
Octawidyanata, Ahmad Qhalvin, 2016, Studi Deskriptif Mengenai Identitas Sosial
Anggota KBPP yang Bergabung ke Dalam Kelompok Geng Motor Brigez
di Sukabumi, Skripsi. Universitas Islam Bandung.
Purnama, Wulan Sari. 2017. Konstruksi Identitas pada Komunitas Game Touch
Online (Studi Anggota Komunitas Guild Deadline). Jurnal Scriptura: 7(1):
1-6.
Ashmore, D. A., Kay D, dan Tracy M.V. 2004. An Organizing Framework for
Collective Identity: Articulation and Significance of Multidimensionality.
Psychological Bulletin: 130(1): 80-114.

89
Sarifah, Rusdah. 2016. Identitas Sosial dengan Prasangka pada Prajurit TNI AD
Terhadap Anggota Kepolisian. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan: 4(1): 75-
88.
Swastika, Mega Junior. 2017. Fungsionalitas Konflik Gojek: Studi Fenomenologi
Terhadap Konflik Pengemudi Gojek di Kota Kediri. Jurnal Analisa
Sosiologi: 6(1): 16-32.
Yunus, Mahmud. 2017. Gojek Sebagai Simbol Perubahan Sosial dan Ekonomi di
Kota Tegal. Equilibria Pendidikan: 2(2): 59-68.

Sumber Internet:
Arifin, Choirul, 2019. Start Up Karya Anak Bangsa seperti Gojek, Pimpin
Transformasi Revolusi Industri 4.0. Tersedia di
https://www.tribunnews.com/bisnis/2019/07/24/start-up-karya-anak-
bangsa-seperti-go-jek-pimpin-transformasi-revolusi-industri-40. Internet.
Diakses pada 14 Oktober 2019.
Aryadita, Ryana Umasugi. 2019. Solidaritas Ojek Online: Mengawal Rekan
Hingga ke Pemakaman. Tersedia di
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/20/09263741/solidaritas-
ojek-online-mengawal-rekan-hingga-ke-pemakaman?page=all. Internet.
Diakses pada 2 Juli 2019.
Fitriana, Ika. 2019. Rekan Diduga Jadi Korban Penganiayaan, Ojol Duduki
Terminal Kota Magelang. Tersedia di
https://regional.kompas.com/read/2019/03/29/15431321/rekan-diduga-
jadi-korban-penganiayaan-ratusan-pengemudi-ojol-duduki-terminal.
Internet. Diakses pada 14 Oktober 2019.
Hadi, Feryanto. 2018. Grab Belum Tanggapi Penghentian Rekrutmen Pengemudi
Meski Sudah Punya 2,5 Juta Mitra. Tersedia di
http://wartakota.tribunnews.com/2018/03/13/grab-belum-tanggapi-
penghentian-rekrutmen-pengemudi-meski-sudah-punya-25-juta-mitra.
Internet. Diakses pada 4 April 2019.
Hancock, Baverly. 1998. Research and Development in Primary Health Care: An
Introduction to Qualitative Research. Tersedia di
https://classes.uleth.ca/200502/mgt2700a/Articles/Qualitative%20Researc
h.pdf; Internet. Dunduh pada 26 Desember 2018.
Hidayat, Wicak. 2014. Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Tersedia
di https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-
nomor-enam-dunia/0/sorotan_media. Internet. Diakses pada 25 Juni 2019.

90
I., Jeko R. 2018. Bos Uber Akhirnya Ungkap Alasan Tunduk ke Grab. Tersedia di
https://www.liputan6.com/tekno/read/3407224/bos-uber-akhirnya-ungkap-
alasan-tunduk-ke-grab. Internet. Diakses pada 25 Juni 2019.
Nugroho, Alih. 2018. Posisi Pengemudi dalam Industri Transportasi Online.
Tersedia di https://news.detik.com/kolom/d-3955062/posisi-pengemudi-
dalam-industri-transportasi-online. Internet. Diakses pada 25 Desember
2018.
Setyowati, Desy. 2019. Perjalanan Panjang Gojek Menjadi Decacorn. Tersedia di
https://katadata.co.id/berita/2019/04/05/perjalanan-panjang-gojek-hingga-
menjadi-decacorn. Internet. Diakses pada 25 Juni 2019.
Supriyanto, Agung. 2016. Nadiem Makarim, Pendiri dan CEO Gojek Indonesia:
Membangkitkan Gairah Usaha Tukang Ojek. Tersedia di
https://republika.co.id/berita/koran/halaman-1/16/03/16/o44e4715-nadiem-
makarim-pendiri-dan-ceo-gojek-indonesia-membangkitkan-gairah-usaha-
tukang-ojek. Internet. Diakses pada 25 Juni 2019.
Tanpa nama. 2018. Komunitas Jadi Wadah Solidaritas Driver Ojek Online.
Tersedia di https://kumparan.com/@kumparannews/komunitas-jadi-
wadah-solidaritas-driver-ojek-online. Internet. Diunduh pada 25 Desember
2018.
Tanpa nama. 2019. Grab Resmi Umumkan Status Decacorn. Tersedia di
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190228092233-185-
373332/grab-resmi-umumkan-status-decacorn. Internet. Diakses pada 25
Juni 2019.
Vaswani, Karishma. 2018. Terjepit Gojek dan Grab: Mengapa Uber Jadi Raksasa
yang Kalah Berulang Kali?. Tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-43551198. Internet. Diakses pada
25 Juni 2019.

91
LAMPIRAN

Lampiran 1: Profil Informan

Lamanya
Menjadi
Jenis Pendidikan Pengemudi Ojek
No. Nama Usia Kelamin Komunitas Terakhir Online

1 Adoel 27 Laki-laki Laga Doang Tip Top SMA 1,5 tahun

Ajat
2 60 Laki-laki Laga Doang Tip Top SMP 3 tahun
Sudrajat

3 Teguh 36 Laki-laki Laga Doang Tip Top STM 3 tahun

4 Ricky 30 Laki-laki Laga Doang Tip Top SMA 2,5 tahun

5 Isam 24 Laki-laki Bambu Kuning SMK 3 tahun

6 Jeffty 27 Laki-laki Bambu Kuning STM 4 tahun

7 Enden 42 Laki-laki Bambu Kuning SMP 4 tahun

8 Hendra 60 Laki-laki Bambu Kuning STM 4 tahun

9 Anang 40 Laki-laki Bambu Kuning SMA


5 tahun

10 Habib 35 Laki-laki Bambu Kuning S1 5 tahun

Kong Koordinator Wilayah,


11 62 Laki-laki S1 5 tahun
Nano Presiden Grab

xiv
Lampiran 2: Transkrip Wawancara

Batch: 1

Interviewer: Z: Zelika, dan I: Ivan

Informan: A: Bang Adoel/Doel, T: Bang Teguh, dan AS: Bang Ajat Sudrajat.

Komunitas: Laga Doang Tip Top

Tanggal: Rabu, 10 April 2019

Waktu: 19.58 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Z: Alasan terbentuk komunitas ojol ini T: Dulu sering ribut sama opang tapi
apa ya bang? bukan karena itu aja sih.. Kita buat
komunitas supaya nanti sesama
anggota bisa saling bantu kalo ada
apa-apa

A: Karena dulu kan sering ada gesekan


sama ojek pangkalan, gitu. Jadi kita
buat itu aja sih dulunya, buat
solidaritas. Kita buat persatuan, gitu.
Tapi sekarang Alhamdulillah sih udah
adem walaupun kadang masih ada
konflik antara kita sama opang

2 Z: Jadi, komunitasnya itu sendiri emang T: Kalau untuk komunitas itu kan
udah ada sejak tahun Gojek itu kebentuk terbentuknya yang pertama ada itu kan
ya bang? Tahun 2010 ada? di Kalideres, tuh. Yang bentuk
pertama-tamanya ya kan, itu juga
awal-awalnya dari Grab. Komunitas
apa namanya lupa lagi tuh kan. Nah,
disitu kan akhirnya merambah ke
semuanya kan. Merembet akhirnya
ngebentukin komunitas. Ya itu
jadinya, jadi juga mempererat
silaturahmi juga. Terus yang
utamanya juga kalau ada apa-apa juga
bisa misalnya contohnya kayak ada
yang narik jauh gitu bisa kita naikin,
kita japri anak sono. Dipantau dan
dibantu, gitu. Kalau misalnya ada
yang capek, rehat, atau misalnya
disana dari rekan kita ada yang trouble
misalnya motor atau kecelakaan nanti
bisa dikontak sama koorlapnya disini.

xv
3 Z: Kalo disini sendiri ada berapa jenis T: Kalau disini kalau dulu itu Grab
ojol ya bang? semua. Awalnya juga semua ada
komunitas itu kan dari Grab. Nah,
berhubung dari Grab akhirnya ya
anak-anak yang lain juga pada ke
Gojek juga. Jadi, semuanya sama.
Sebelumnya juga kan dulu ada Uber,
yang penting mah kalo buat
pandangan kita ke yang lain itu sesama
ojol itu ya kita gak ada perbedaan,
sama gitu.

4 Z: Kalo di komunitas ini sendiri ada T: Kalo disini ada 27.


berapa ya bang jumlah anggotanya?

5 Z: Kalo di Tangsel sendiri, kira-kira tau A: Wah.. Kalo di Tangsel sendiri


gak bang ada berapa jumlah komunitas komunitas ojek online ada banyak, gak
ojolnya? keitung.

6 Z: Terus bang disini ada gak kayak A: Kopdar sih yang diwajibin, kopdar
aturan-aturan yang musti dipatuhin sama bulanan sama uang kas perminggu,
abang-abang gitu? dan kalaupun uang kas itu juga ada
tamu pasti kan gak mungkin dikasih
air putih doang kan. Gunanya uang kas
gitu., ada makan, listrik, dan buat
lingkungan juga. Belum lama ini dari
Penjaringan, Jakarta Utara dua orang
kemaren rehat di sini. Orang dari sana
nganternya ke daerah sini, gitu.
Terserah dia mau istirahat sampe pagi
atau gimana, pokoknya kita istirahatin
dia dulu.

T: Soalnya kan kalo narik itu berasa


kalo yang udah jauh, mata kan kena
angin perih, ngantuk. Dia juga kan
handphone itu musti rehat juga, energi
juga kan dicas.

7 Z: Kegiatannya bang, selain kopdar T: Baksos, paling. Jadi, seumpama


pernah gak sih kayak ngelakuin bareng- dari komunitas mana gitu ya, dari
bareng kegiatan sosial atau gimana? keluarga sanak familinya misalnya ya
ada yang celaka atau yang butuh atau
kekurangan dana itu juga kita juga
harus ada ijin dulu dari semua
komunitas. Contohnya kayak
Tangerang Selatan, Tangerang Selatan
ini kan komunitasnya contohnya
kayak untuk se-Jabodetabek disini kan
URC Tangsel. Kan kalo di Jaktim ada
tuh Persatuan Jaktim, terus kalo di

xvi
Jakbar ada Komunitas Barat, itu
semuanya dirundingin dulu. Jadi, kalo
yang ketua untuk dari yang komunitas
kita supaya kita bisa dapet ijin yang
klop misalnya dari satu anggota ini ada
yang kekurangan dana atau butuh
biaya gede, itu dari ketua
komunitasnya ada.. Kong Nano
namanya. Dia tuh yang ketuanya
untuk bisa dapet ijin penggalangan
dana atau bakti sosial gitu.

8 Z: Oh, jadi kalo ada kegiatan-kegiatan T: Iya, per wilayah mana. Kalo di situ
gitu harus koordinasi dulu ya gak bisa pusatnya dia. Dulu juga kita pernah
langsung turun gitu? ikut galang dana bareng Kong Nano,
nyari duitnya dari hasil jadi penonton
bayaran. Waktu itu kita di Trans 7.

9 Z: Kalo di Tangerang Selatan sini bang? T: Kalo di sini kita dari ketua URC
Tangsel nya dulu, kalo URC Tangsel
itu kan seluruhnya dari komunitas-
komunitas yang ada di Tangsel. Jadi,
URC Tangsel itu pusatnya.

10 I: Kong Nano itu apa? Driver juga? T: Kong Nano itu koorwil se-
Jabodetabek, jadi kalo ada apa-apa ke
dia dulu harusnya. Jadi kalo untuk
masalah misalnya bakti sosial gitu kan
ya, kita ambil yang ringan contohnya,
jadi kita gak memaksa anggota. Sebab,
begini kalo kita mah mending bawa
adem di sini, komunitas kita dibawa
adem jangan diambil pusing. Lu mau
narik gak punya duit, lu narik. Jadi,
yang mau ikutan bakti sosial ikut.
Jangan merasa dibebani, gak
dipaksain harus gitu. Kalo mau narik
ya narik. Ya maksudnya hal-hal yang
masih bisa kita tanganin, gitu. Tapi
kalo udah gede pasti ya kita semua
usahain dulu. Nah.. Biasanya kalo
untuk ada penggalangan dana itu kan
gak satu komunitas. Pusatnya Tangsel
ya URC Tangsel, tapi kalo pusatnya
lagi ya ada dari ketuanya Kong Nano.

11 I: Kayak di Utara tuh kemaren, mas A: Iya, dilempar-lempar sih bang


Usup tuh tiap menit tiap detik kayak ada infonya gitu.
berita. Misalnya ojol apa nih, kelindes
truk atau apa jadi kayak ada langsung T: Makanya misalnya kayak siapa nih
dari komunitas ini ngeliat ada

xvii
cepet gitu infonya menyebar. Ada kecelakaan, itu gak harus dari URC-
grupnya ya bang? nya. Jadi, siapapun yang ada di lokasi
itu ya dia harus cross-check itu, yang
kecelakaan siapa, kecelakaan tunggal
apa kecelakaan karena apa gitu ya kan.
Setelah di cross-check terus
identitasnya diliat baru dinaikin di
grup, kira-kira ada yang kenal.
Takutnya ada yang kenal dari mana
dari mana, gitu.

12 I: Kemaren ada tuh yang ditodong, T: Tau deh, kalo di ILS mungkin
temennya Mas Usup di daerah Warakas. masuk.

13 I: ILS apa tuh? T: ILS itu Info Lakas Jabodetabek, itu


ada ketuanya dulu siapa gitu ya. Kalo
dulu kan di sini Bang Oday, gak tau
masih aktif atau nggak. Bang Oday,
Bang Hendri yang dari Barat, terus
Bang Kirno yang di Kedaung. Nah,
kalo dari sini ya Alhamdulillah ada
Bang Doel yang masuk. Pokoknya ILS
tuh info apa-apa masuk semua, kalo
udah dari pusat ya begitu. Mau gak
mau, dia ada komunitas mana nih
beda. Setiap anak-anak ini kan beda,
ada komunitas yang mana-mana gak
sama ama dia. Kalo Bang Doel kan
pusatnya itu harus punya walaupun
komunitas itu misalnya di Tangsel,
URC Tangsel, itu dia harus punya
pusatnya karena dia jadi ketua URC
dari Komunitas Bambu Kuning ini.
Walaupun gak semuanya komunitas di
dia ada, gitu. Dan dari URC Tangsel
itu, dia udah ada di situ ya nama dia
bakalan dikenal, gitu. Misalnya dari
mana-mana komunitas yang gak
ketawan pemimpinnya siapa ya kan,
tapi pemimpinnya itu masuk di URC
Tangsel, nah dia tau dia gitu, tau si
Adoel tapi yang lain gak tau, ya dia
berhak.. Gitu.

14 Z: Ada gak sih bang yang bikin beda dari T: Atribut sih ya.. Kalo kita kan pake
komunitas ojol lain di sini gitu ciri jaket, helm, segala macem.
khasnya?

15 Z: Jadi, pastinya itu di tahun berapa sih T: Kalo ini mah 2016, belum lama
bang komunitas ini ada? baru 3 tahun. Cuma 2016 itu kita
masih 5 orang. Cuma kita bikin grup

xviii
itu tadinya bukan Laga Doang Tip
Top, bukan. cuma Tip Top Ciputat
doang, jadi sekarang ada tambahan
lagi. Kenapa dibikin Laga Doang?
Banyak bacotnya doang, narik mah
kagak haha. Banyak gaya, jadi gitu
awal-awalnya.

16 Z: Oh.. Terus komunitas ini sendiri T: Sebetulnya lebih banyak dominan


kayak ngebangun relasi gitu gak sih bang itu gak ada yang minta ijin. Tapi, kalo
sama Polisi, diijinin atau gimana gitu? untuk ada masalah apa-apa, udah ada
pusatnya dari URC Tangsel. Paling
kalo ijin juga ya di lingkungan aja.
Kalo basecamp itu untuk perlindungan
aja. Ada bulanannya juga.

17 I: Oh.. Disini ada iuran bulanan? T: Iya, ada iuran bulanan. Tiap
anggota itu ada iurannya.

18 Z: Kalo hubungan sama RT dan RW di T: Iya, sering. Kan koorlapnya orang


sini apa sering kontek-kontekan gitu? sini, kalo saya mah Ciater. Kalo ada
informasi-informasi dari RT apa dari
RW juga mungkin.. Kontek-kontekan.

19 I: Itu warganya di sini gak keganggu ya? Justru malah seneng. Itu tergantung
orangnya, jadi kayak gini.. Ini ada
komunitas, kalo orang-orangnya bisa
kalo bahasa orang mah menitipkan diri
lah. Jadi nitipin dalam arti kita nih
tinggal di kampung orang, nah di jalan
kita gak kebut-kebutan lah atau
gimana. Kalo kita ugal-ugalan
lewatnya, gak permisi sama orang sini
ya pasti orang-orangnya juga marah.
Apalagi kan namanya order-an dari
ojol ini kan bolak-balik, gak mungkin
satu orderan udah langsung ilang gak
balik lagi. Pasti balik lagi ke basecamp
kan. Namanya orang kan kadang ada
yang gak seneng, tapi kalo kitanya
bisa jaga diri, kitanya sopan santun
sama lingkungan ya orang juga segen
gak bakalan kesel. Tapi pernah
nemuin gak kalo basecamp (BC) itu
segede gini?

20 Z: Nggak. T: Iya kan (nggak ada BC ojol yang


segede BC sini)? Pada kecil-kecil
haha, cuma ini doang paling gede.

xix
21 I: Di Tangsel? T: Di seluruh Tangsel ini doang yang
gede tapi kalo yang lebih nyaman lagi
enak ya ada noh BC Lima Benua.

22 Z: Di mana tuh? T: Lima Benua ada di Jalan Dewantara


situ, dia ruko. Cuma ya kalo ditutup
mah tetep lekep, kalo di sini mah
adem. Kayak kantor modelnya, ruko
gitu. Satu ruko disewain. Banyak yang
lebih keren lagi di Taman Mini, tapi
gak terlalu gede.

23 Menurut abang, gunanya komunitas T: Jadi ya gunanya komunitas begini..


apa? Kita yang ada dari komunitas mana,
kita pergi ke daerah mana itu kita gak
tau. Kalo dari sini dijapri ke komunitas
sana, tolong nih dari anggota kita ada
yang menuju ke sana dia gak tau jalan
tolong dibantu. Gitu enaknya ada
komunitas ya seperti itu. Dan kalo
yang single fighter itu kan kadang-
kadang karena dia gak tau, nanya-
nanya orang kan kadang di jalan tau
sendiri kalo nanya.. Gak semuanya
ngasih unjuk jalan bener, ibaratnya.
Kita pusing kan, kalo ini mah kita
langsung didatengin, tunggu aja di
mana gitu. Kayak dulu nih ada
anggota kita, perempuan malem-
malem ke daerah Priuk. Kita kan
khawatir, nih anak baru tapi kok ambil
orderan udah ke sana jauh. Akhirnya
kita calling anak sana, dibantu tuh.
Dikawal sampe pulangnya tuh.
Sebenernya mah nekatnya laki-laki
kalah ama perempuan, haha. Laki-laki
mah lemah.

A: Si Zahra tuh waktu itu sampe Priuk,


ampe nangis dibilangin di situ tuh
serem nangis dia. Dia dapet orderan
main ambil aja udah, tau-tau di Priuk.
Sampe sana bingung, dikawal kan
pulangnya.

T: Alhamdulillah kan ya namanya kita


punya komunitas ya dibantu pas di
sana (ketika mengambil orderan ke
tempat yang jauh atau tidak
mengetahui daerahnya). Laki-laki aja
kadang-kadang takut, ini perempuan

xx
kita kan khawatir namanya (sesama)
anggota.

24 Z: Kalo boleh tau, kenapa sih bang T: Ya karena mau saling menolong
abang-abang ojol suka ngebantu aja, toh nggak ada ruginya. Kalo bisa
masyarakat gitu? saya bantu ya saya bantu, mau ke
sesama temen ojol atau bukan.

25. Z: Terus kalo bang Doel.. alasan abang A: Cari kerjaan susah, udah ngelamar
mau menjadi ojol tuh apa sih? sana sini gak keterima juga, akhirnya
ada ini yaudah ikut ngojek aja, tapi
Alhamdulillah sih daripada nganggur
ya.

26 I: Abang sendiri udah berapa lama jadi A: Di komunitas udah setahun di ojol
ojol dan bergabung dengan komunitas setahun setengah, udah keitung dua
ini? tahun lah.

27 I: Jadi di ojol udah lama jadi single A: Iya sekitar setahun jadi single
fighter juga ya bang? fighter, gak ada setahun sih terus coba
ikut komunitas ojol karena saya pikir
saya kan bekerja sebagai ojol. Jadi,
kenapa nggak? Dari awal kerja jadi
ojol juga (saya) kenalnya sama anak-
anak komunitas. Mereka juga sama
kayak saya.. Eh malah betah.

28 Z: Enaknya punya komunitas apa tuh A: Ya Alhamdulillah enaknya saya


bang? punya komunitas begitu, nggak punya
duit mampir ke basecamp lain dapet
makan dapet minum dapet kopi,
apalagi kalo udah kenal.

29 Z: Kalo dari pribadi bang Ajat sebagai AS: Kalo saya jadi ojol ya karena mau
ketua.. Sebagai ojol, kenapa mau jadi sekolah juga udah gak mungkin, mau
ojol?. kerja yang tinggi juga gak mungkin.
Karena lulusan juga SMP, sekarang
lowongan pekerjaan paling cuma mau
nerima SMK ke atas. Daripada kerja
bangunan saya mendingan kerja jadi
ojol. Ada hikmahnya juga jadi anggota
komunitas ojol.. Yang dulunya ada
celaka, kita mah cuek aja kebanyakan.
Kalo sekarang kan mau ojol kek mau
bukan, ya tetep kita tolong. Sekedar
sampein ke rumah sakit, nunggu
orangtuanya apa keluarga nya dateng
baru kita lepas tangan. Di situ kita juga
berani untuk jadi jaminan, supaya bisa

xxi
ditindaklanjuti, diutamakanlah. Kalo
gak ada jaminan kan rumah sakit nya
gak mau. Entar kalo udah ada jaminan
ya kita cari keluarganya, ah misalnya
jauh nih di Utara.. Kita taekin nih ke
Barat, umpamanya orang Barat ada
yang celaka di sini masuk ke rumah
sakit. Kita taekin ke Barat, kita foto
KTP-nya.. Tutupin nomor NIK-nya
doang. Entar di sono yang nyari, nanti
nyampe dah ke mari.

30 I: Oh.. Terus kalo di komunitas ini ada AS: Iya.. Ada ketuanya, bendahara,
strukturnya kan, itu lebih jelasnya penasehat, sekretaris. Biasalah, kayak
gimana? sekretaris.. Mbak paham kali ya.. Buat
nulis-nulis inian, kita serahin ke dia.
Kita mah cuma acc doang, sebagai
ketua kita acc. Gimana nih, apa yang
kurang nih.. Silahkan. Misalnya bikin
wadah pengurus-pengurus, jadi
sebelum kita ngasih tau ke taruna..
Pengurus-pengurus dulu yang tau.
Takutnya kayak ada salah paham, kalo
pengurus-pengurus udah oke yaudah
baru kita naekin ke semua biar pada
tau semua.

31 Z: Jadi gak semua anggota jadi pengurus AS: Iya.


ya bang?

32 Z: Ada berapa jumlah anggota bang? AS: Ada 27 orang.

33 Z: Kalo pengurus di basecamp ini ada AS: Ada 7 orang.. Tapi bukan berarti
berapa? anggota cuma jadi anggota doang,
sebagian ya juga suka bantu para
pengurus khususnya para pengurus
URC yang ada dari komunitas sini. Di
sini ketua URC-nya ada Bang Akbar,
wakilnya lagi di sono tuh di Parung. Di
sini gak orang sini semua, dari mana-
mana. Ada yang dari Parung,
Cinangka, dari sini, macem-macem.

xxii
Batch: 1
Interviewer: Z: Zelika, dan I: Ivan

Informan: BI: Bang Isam, J: Bang Jeffry, dan E: Bang Enden

Komunitas: Bambu Kuning

Tanggal: Selasa, 7 Mei 2019

Waktu: 20.10 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 I: Kalo bang Isam itu apa ya? J: Bang Isam wakilnya bang, URC-nya
dia.

2 I: Oh.. Kalo taruna itu apa ya bang? BI: Taruna itu anggota, kalo itu
strukturnya (menunjuk ke sebuah
banner yang merupakan struktur
basecamp tersebut). Disini, ada
koorlapnya, wakoorlap, bendahara.
Tulis aja itu strukturnya.

3 Z: Setiap basecamp itu ada perwakilan J: Iya, ada. Nah, kalo URC nanti
URC ya? strukturnya beda lagi. Itu dia se-
Tangsel. Kebetulan itu ketua
umumnya anggota kita juga di sini.

4 I: Namanya siapa bang? J: Namanya Akbar Antono, orangnya


lagi gak ada sibuk dia. Dia yang
megang URC Tangsel.

5 Anggotanya sebanyak ini bang (banner J: Sebenernya sih kalo kita mau bisa
struktur yang ada)? lebih banyak anggota. Cuma kita
tahan, paling sekarang cuma ada 31
anggota. Kalo di sini pengurus inti ada
5.

6 I: Kalo di UIN ada cerita gak bang J: Kalo cerita mah banyak, cuma kalo
antara ojol sama opang? di UIN sih aman kak. Kecuali tuh di
stasiun Pondok Ranji, kalo nge-drop
boleh, tapi kalo buat ngambil di situ
kita gak boleh. Emang gitu
peraturannya, emang dari dulu kita
udah perjanjian.

7 I: Perjanjian apa bang? J: Ya kayak misalnya denda uang apa


50.000, paling besar sih 250.000. Kalo
kita ambil di gang Swadaya atau yang
di sana di One tuh kita gapapa.

xxiii
Pokoknya jarak 100 meter dari opang
deh.

8 I: Oh.. Itu dendanya bayar ke siapa? BI: Ya ke ketua opangnya. Langsung


dicabut koncinya. Udah cabut kunci,
dimintain deh duitnya.

9 Z: Tapi sampe berantem gitu gak sih J: Kalo sampe berantem sih nggak kak.
bang?
E: Kalo sama-sama keras ya bisa
sampe berantem.

J: Tapi kalo opang situ kalo dia tau


driver-nya anak komunitas nih, dia gak
bakal berani. Karena kan pasti satu
komunitas dateng semua.

10 Z: Kalo di sini peraturannya selain harus Di sini kopdar tiap sebulan sekali, kalo
bayar uang kas apa sih bang yang musti dalam tiga bulan berturut-turut gak
dipatuhin? kopdar ya dikeluarin. Sebenernya sih
kita peraturan kayak gitu ya biar
ngumpul aja. Ajang-ajang silaturahmi.

11 I: Kalo menurut abang-abang kira-kira J: Ya, kalo saya sih karena saya nyari
kenapa sih musti bentuk komunitas? duitnya di jalan kan jadi saya harus
punya komunitas. Jadi kalo ada
masalah apa-apa, kayak misalkan saya
narik nih ke daerah Bekasi. Saya gak
tau nih daerahnya situ lewat opang
rawan atau nggak. Nanti kalo saya
udah punya komunitas, saya
screenshot orderan saya, saya naikin ke
grup.. Nanti di grup tuh dinaikin lagi
ke daerah yang saya tuju, nah ntar saya
ditelepon sama anak sana. Halo bang,
di mana posisi? Di sini, nanti dia
nyamperin saya. Gitu.. Lebih ke aman
aja sih, ibaratnya ada yang backup gitu.

xxiv
12 Z: Bang Isam, tolong jelasin saya BI: Iya, jadi kalo URC di Jakarta
tentang URC lebih jelasnya gimana ya? Selatan ya namanya URC Jakarta
Selatan, kalo URC di Tangerang
Selatan ya URC Tangerang Selatan
gitu. Setiap komunitas pasti punya
URC mangkanya di tiap-tiap daerah
pasti ada URC pusatnya. Kalo tugas
URC ya ngejalanin tugas yang di luar
komunitas aja kayak ngejaga dan
ngerangkul semua anak komunitas
gitu.. Yang pada mau rehat atau butuh
bantuan karena nggak tau jalan atau
gimana nanti kita bantu. Bukan cuma
ke sesama anggota aja, kita juga bantu
masyarakat yang butuh bantuan kita
kayak kecelakaan atau tewas di tempat
itu juga kita bantu.

13 Z: Kalo di sini bang anggota intinya BI: Kalo pengurus di BC ini ada 5.
yang pengurus-pengurusnya ada Ada koorlap, wakoorlap, bendahara,
berapa? sekretaris, ama humas yang paling
penting.

14 Z: Kalo yang ngebedain komunitas di BI: Logo sama nama-namanya paling,


sini sama yang lain-lain tuh apa sih bang kalo di sini kan (Komunitas) Bambu
sama BC lain? Kuning ya udah kita ada logo gambar
pohon bambu kuningnya. Dulu kan di
sini deket (pohon) bambu kuning. Nah,
ini rompi URC Tangerang Selatan
(menunjuk ke rompi yang digunakan
bang Enden). Kalo URC tuh
Alhamdulillah dikenal di mana-mana
gitu.

15 Oh gitu.. Tadi gimana bang, rinciannya BI: Ngejaga, ngebaurlah ke luar-luar.


tugas-tugas URC? Memperkenalkan komunitas kita gitu,
kayak Bambu Kuning.. ‘dari basecamp
mana bang?’, ‘(dari) Bambu Kuning’,
(nanti) koorlap kita, kita panggilin
semua siapa URC-nya gitu. Kita
mintain kontak anak-anak URC-nya,
kayak tadi tuh misal anggota kita ada
yang di daerah mana.. Nanti kita japri
anak sono minta dipantau, kalau
kenapa-kenapa kayak ban bocor atau
apa, pasti URC yang nganuin.

16 Z: Kalo titik point ambil order-an yang BI: Sebenernya mah setiap wilayah
udah ditentuin harus di sini atau di situ ada aturannya, nah kalo di halte-halte
selain di stasiun di mana lagi sih bang?

xxv
yang penting jauh dari opang aja dah,
jangan deket opang.

17 Z: Jadi sampe sekarang sentimennya BI: Iya, tapi kalo kita ramein kalah dia.
sama opang masih cukup kuat ya? Bener, kayak di Pondok Ranji ujung-
ujungnya damai juga. Kalah dia
massanya. Apalagi kalo udah teriak di
wadah (grup) gitu.

18 Z: Terus yang ngebedain cara BI: Yang ngebedain kita sama opang
berkendara opang sama ojol itu apa sih ya atribut, kalo atribut opang itu ya
bang? kebanyakan cuma pake jaket biasa..
Kagak pake sepatu. Kalo yang udah
ada komunitas itu pasti diatur dia,
kayak di sini gak boleh pake sandal
jepit harus pake sepatu. Kita narik kalo
ke sini pake sandal jepit nanti diinjek
kakinya sama kita.. Sama anak-anak
semuanya.

E: Sampe seluruh Indonesia tuh udah


tau BC Bambu Kuning tuh tertib, anak-
anaknya tertib juga. Kalo ada yang
ngaku-ngaku anak Bambu Kuning
pake sandal jepit itu gak ada yang
percaya, soalnya anak sini kalo nge-
beat harus pake sepatu. Kita juga gak
respon sama tamu yang pake sandal,
kalo ada tamu yang kayak gitu ya kita
diemin.. Biar dia tau apa nih kesalahan
gue, gitu.

19 Z: Sering kontak-kontakan nggak bang E: Ya enggak.. Waktu pertama doang.


di sini sama pak RT--nya?

20 I: Tapi warga di sini selow ya? E: Iya.. Aman. Paling kalo komunitas
ini ya udah fokusnya nge-beat, kalo
ada lady ke sini nih ya paling tau kalo
dia lagi rehat. Yang sering kecelakaan
mah lady semua, kayak kemaren tuh di
Ciputat yang kelindes malem.. Nah itu
anak komunitas Laga Doang yang
ngurusin, sampe bawa ambulans..
Ambulans bawa dari Tangsel,
ambulans dari Tangsel ada 1 gratis,
buat ojol boleh.. Buat keluarganya juga
boleh. Yang penting kita isiin bensin
aja, inisiatif kita. Nah terus kadang
komunitas ya patungan juga, ini per-
basecamp nih kita mintain ceban buat
bensin. Ada donatur juga. Sebenernya

xxvi
ya itu manfaatnya komunitas, ya bukan
membantu sesama ojol doang.. Sama
masyarakat juga kita bantu, misalkan
dia celaka.. Kita foto KTP-nya, kita
naikin ke grup.. Anak sana nanti yang
crosscheck ‘Pak, ini keluarga ada yang
berduka’ gitu, dikasih tau. Misalkan
anak Monas nih.. Entar ojol yang di
Monas nih yang crosscheck ke rumah
duka itu sesuai KTP.

21 Z: Alesan dinamain BC Bambu Kuning BI: Dulu kan di sini deket bambu
apa bang? kuning. Oh iya.. Di sini juga ada
masalah pengawalan laka lantas, dari
Grab semua kebanyakan. Kayak
misalkan orang ada yang kecelakaan,
mau dikawal gak? Mau, gitu.. Ya udah
kita naikin rute. Di sini ada Relawan
Ambulans Tangsel (RAT). Bawa
ambulans gratis tuh. Itu bisa gratis
karena ada donatur, dari partai, pihak
RT RW juga ada yang ngasih.

22 I: Ngawalin apa tuh? E: Pengawalan paling jauh pernah saya


sama Isam ke Sukabumi, dari sini kita
ke Sukabumi. Meninggal dia,
kecelakaan di Jakarta. Dari Rumah
Sakit Pelni.. Dari Jakarta Barat
langsung ke sono. Semuanya naik
motor. Jadi kita buka-tutup jalan.
Anak-anak BC yang lain juga pada
ikut, itu mah panggilan hati jatohnya..
Sukarela aja.

23 I: Sukarela-nya tuh karena apa sih bang? J: Karena kita peduli semua, kan suatu
saat kita juga pasti kayak gitu.
Namanya hidup di jalan kita gak bisa
sendiri, gitu.. Kita saling ngerangkul,
itu kuncinya.

24 Z: Kalo bang Enden kenapa mau masuk E: Iya saya kan kerja jadi ojol,
Kmunitas Bambu Kuning? mangkanya mau masuk komunitas biar
banyak sodara lah intinya.

25 I: Single fighter sering dateng ke sini? BE: Siapa aja boleh ke sini, yang
bukan anak komunitas juga boleh ke
sini yang penting dia gak pake sandal
jepit.. Itu peraturan yang pertama, yang
kedua dia kalo dateng harus
Assalamu’alaikum dulu. Kalo di sini
basecamp (BC) yang paling tata tertib,

xxvii
dulu ada banyak tulisan tata tertib di
sini kak. Assalamu’alaikum dulu baru
ngemeng, salaman juga jangan sama
yang kenal doang.. Misalkan Mbak
kenal saya nih.. Mbak jangan salaman
sama saya doang tapi sama temen-
temen saya gak disalamin, gitu.

J: Kalo di sini juga ada peraturannya


bang, begitu masuk kita gak boleh
masuk doang.. Kita 4 bulan mesti
nongkrong dulu, kenal ama anak-
anaknya, baru. Ibaratnya kita kerja
training dulu. Jadi kalo masuk ke sini
kita baik-baik, kalo keluar juga harus
baik-baik.. Gak seenaknya lah.

26 Z: Oh.. Jadi di sini 4 bulan itu belum J: Belum keputusannya setelah 4 bulan
resmi jadi anggota? itu.. Setelah kopdar sekali, dua kali,
sampe keempat kali.. Baru
keputusannya dari situ, nih masuk gak
ini anak.. Sungguh-sungguh gak, baru
kita masukin grup. Mangkanya itu
banyak yang mau masuk Bambu
Kuning, tapi kita tes kejiwaan dulu.
Masalahnya di sini orang-orangnya
sablak semua bang. Orang-orang yang
tegas-tegas semua, becandanya juga
kelewatan.. Jadi bisa bikin sakit hati.

27 Z: Banyak bang yang gak kuat pas BI: Kayak yang tadi saya bilang.. Ada
training 4 bulan itu? yang baru training satu bulan,
langsung ilang gak ada kabar padahal
mau masuk sini kan susah di-training
dulu empat bulan. Ya udah itu berarti
gak serius. Kalo yang udah pada
masuk sini, pasti pada kagak mau
keluar.. Betah, soalnya di sini
ngerangkulnya kekeluargaan.

xxviii
Batch: 1

Interviewer: Z: Zelika, dan I: Ivan

Informan: KN: Kong Nano

Komunitas: -

Tanggal: Selasa, 17 Mei 2019

Waktu: 14.09 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Z: Kalo di komunitas ojol, atributnya KN: Ada pin, rompi, bendera, banyak
ada apa aja ya kong? sih.. Itu atribut-atribut yang kita
punya.

2 Z: Oh.. Terus alasan komunitas ojol KN: Alasan komunitas ojol dibentuk
dibentuk apa? karena ada konflik sama opang itu
memang benar, tapi itu cuma salah
satu faktor karena ada juga faktor
lainnya. Kita bentuk komunitas juga
untuk penguatan internal ojol di mana
kita jadi bisa saling koordinasi antar-
basecamp.

3 Z: Terus gimana lagi tuh kong? KN: Nah.. Semakin kesini saya juga
ngeliat semakin banyak driver, saya
bilang ke temen-temen coba kita bikin
grup di Whatsapp selain kita bikin
koorwil. ‘buat apaan bang?’ kata anak-
anak gitu.. Dulu saya masih dipanggil
bang ada juga yang manggil cak,
karena saya berasal dari tongkrongan
arek-arek di Slipi, belum kong gitu.
Saya bilang gini, grup itu banyak
positifnya.. Banyak keuntungannya,
coba aja bikin gitu. Nah, mulai tuh
akhirnya ada grup. Dulu, tahun 2015
Whatsapp itu baru nge-booming
karena dulu kan masih banyak BBM
sama sms. Ada temen tuh, dia senior
saya tapi sebenernya umurnya masih
mudaan dia, dia bilang gini.. Kong,
kita bikin WhatsApp aja. Saya tanya,
Whatsapp itu apa? Terus dia bilang
kalo Whatsapp itu lebih dari sms, kalo
sms itu cuman bisa perorangan.. Tapi
kalo WhatAapp ini kita bisa jadi grup

xxix
karena di sini ada 100 orang bisa
mendengar voicenote atau membaca
tulisan kita. Terus saya bilang, wah iya
deh boleh tuh.. Kayak begitu awalnya
kita pake WhatsApp.. Tapi harus ada
grup, karena kalo kita gak tau nomor
orang-orangnya juga kita mau
Whatsapp siapa. Nah, itu lah awal-
awal adanya komunitas.. Sampe
akhirnya komunitas itu menjamur,
kalo dijumlahin mungkin bisa 5000-an
komunitas se-Indonesia belum lagi
sama anggotanya kan. Satu anggota
bisa 30-an orang atau 40 orang,
macem-macem.

4 Z: Jadi ojol punya grup Whatsapp ya? KN: Iya, Nah.. Sebelum saya
ngebentuk grup Whatsapp itu waktu
itu temen saya bilang ke saya ‘Kong,
ini semakin banyak driver sama
komunitas.. Ini harus dikoordinir nih’
Saya tanya, maksudnya mau
dikoordinir apa? Kata mereka dibikin
satu badan yang bisa ngebawahin
komunitas ojol, gitu. Karena
meminimalisir takutnya kalo ada apa-
apa, nanti kita bisa saling bantu. Ya
udah, akhirnya dari situ mulai tuh
ngumpulin pengen bikin satu bentuk
yang bentuknya kayak organisasi biar
ada strukturnya. Akhirnya, kita
ngebentuklah itu.. Ada koorwil
namanya dulu, koorwil wilayah..
Jakarta Selatan, Jakarta Barat.. Ada
lima koorwil, kalo Depok dan
Tangerang yang diluar Jakarta itu dulu
belum ada. Jadi awal-awal kita
ngebentuk koorwil dulu baru deh tuh
abis itu ada grup Whatsapp

5 Z: Ada peraturan gak sih kong yang KN: Oh iya, ada peraturan yang musti
musti dipatuhin sama anak-anak dipatuhin sama anak komunitas ojol.
komunitas ojol? Nah gak bolehnya di ojol itu gini..
Yang paling utama itu kan banyak lady
juga cewek-cewek di ojol, jadi banyak
terjadi cinta lokasi. Suka-sukaan gitu,
ya silahkan kalau lo mau cinlok tapi
jangan sampe pacaran di basecamp,
gitu. Itu kan bisa bikin nama basecamp
jadi jelek. Nah terus aturan di
komunitas itu para anggota gak boleh

xxx
punya dua komunitas, susah dong kalo
punya komunitas lebih dari satu. Tapi
tidak dilarang orang dari mana aja
untuk masuk ke suatu komunitas, mau
orang Jakarta Utara misalkan masuk
ke Bambu Kuning di Tangerang
Selatan itu boleh.

6 Z: Kalo boleh tau.. Awal-awal kong KN: KN: Jadi gini.. Awalnya ada
Nano ikut demo tuh apa sih alasannya? demo itu para driver nih ngerasa gak
adil, gitu. Pada saat itu Grab gak
transparan sama driver-nya,
pendapatnya para driver itu berapa
berapa berapa.. Gak transparan, kita
gak tau kita aslinya musti dapet berapa
tapi nanti akhirnya dapet berapa. Kalo
Gojek kan transparan, misalnya kita
narik 50 ribu.. Nanti mereka potong 20
persen, dipotong 10 ribu jadinya kita
dapet 40 ribu. Itu, kalo udah dapet 40
ribu ya udah kebaca di aplikasi kita
dapet 40 ribu. Kalo Grab gak begitu.
Udah gitu waktu awal-awal Grab
perjanjiannya saat tanda tangan cuman
akan motong 10 persen, tapi akhir-
akhirannya mereka motong jadi 20
persen tanpa sepengetahuan driver.
Yang di aplikasi bacaannya kita bakal
dapet 700 ribu, tapi yang terkirim ke
bank itu gak nyampe 700 ribu. Kita
sering menanyakan itu ke Grab,
tanggepannya pun ada.. Cuman kapan
akan diberikan ke kita kekurangannya,
itu kan duit kita. Itulah awal-awalnya
kita mulai gak suka sama Grab. Nah..
Terjadinya demo itu pertama kali di
tahun 2017, dari yang pertamanya
gratis kemudian penumpang bayar 5
ribu sampe akhirnya penumpang bisa
bayar 20 ribu. Di saat itu, mentok lah
argo di 1.500. Padahal waktu awal-
awal argonya jauh lebih tinggi dari itu,
kayak dari sini ke depan kampus II
UIN.. Gak ada 1 kilo tapi itu kita bisa
dapet 25 ribu di Grab. Dipotong dulu
10 persen 2.500 jadi 22.500, nanti itu
yang kita dapet.. 22.500. Jadi,
alasannya itu.. Sudah mulai tidak
sesuai dengan yang awal manajemen
Grab itu katakan terhadap para driver.

xxxi
Nah.. Waktu itu di hari h kejadian,
temen-temen udah banyak yang
berkumpul di Monas. Tapi kalo saya
sendiri gak tau kalo bakal ada demo,
saya kan mobile.. Saya gak punya
komunitas, tapi orang menerima saya
di mana aja gitu.. Jadi saya gak tau info
itu. Ternyata temen-temen sekitar 4
sampai 6 bulan udah membuat
perencanaan untuk melakukan demo.
Nah.. Alasan kenapa saya bisa dikenal
sampe sekarang di mana-mana ke
daerah-daerah luar selain pulau Jawa
itu karena saya bermain di sosial, saya
gak pernah menjadi driver elit. Ada
temen saya yang driver elit, dia jadi
orang pertama yang dapet hadiah dari
Grab.. Motor vixion.

7 Z: Maksudnya gimana kong sosial itu? KN: Maksudnya kalo ada temen ojol
yang sakit, saya suka jengukin. Suka
ngajak temen-temen ojol buat
patungan juga. Jadi, karena saya suka
bergerak di dunia sosial.. Temen-
temen jadi tau saya.

8 Z: Oh gitu.. Terus kalo URC itu KN: URC itu sebenernya untuk
tujuannya untuk apa ya kong? lakalantas, untuk keadaan yang
darurat.. Ada temen yang sakit, itu
tugasnya URC. Dulu tujuan kita bikin
begitu, jadi temen-temen kita yang lagi
narik ini nanti gak terganggu.. Karena
udah ada URC. Nah, jadi mereka yang
di URC ini yang ditugasin, tapi URC
ini karena dia terganggu aktivitasnya
oleh banyak lakalantas.. Dulu kita
kasih mereka uang bensin, supaya dia
juga punya duit buat bensin. Kalo dia
cuma ngurusin lakalantas entar
bininya bisa-bisa kabur karena gak ada
pemasukan, udah banyak cerita yang
begitu.

9 Z: Oh.. Banyak yang kayak gitu? KN: Banyak, gara-gara sosial jadi
seperti itu. Nah.. Kalo ribut-ribut sama
opang itu juga bukan tugasnya URC,
itu tugasnya kita bareng-bareng.
Emang dulu waktu ribut-ribut sama

xxxii
opang kayak waktu yang di Cawang
itu, URC ada? URC belum ada, itu
saya yang dateng ke Cawang pagi-
pagi. Tapi orang-orang waktu itu udah
tau, waduh ada kong Nano di sana gitu.
Kalo komunitas dulu udah kebentuk,
cuma URC belum kebentuk waktu
awal-awal ada ribut-ribut sama opang.

10 Z: Kalo ada yang ngalong, apa harus KN: Kalo misalkan ada yang mau
langsung bilang ke orang URC-nya kong ngalong terus mau naikin screenshot
biar di pantau? minta tolong biar dipantau sama anak
URC itu bisa langsung bilang ke grup-
grup sahabat.. Sahabat Bambu
Kuning, misalnya. ‘bang Akbar, gue
dari anak Tanjung Priuk nih.. Gue mau
nganter ke Pamulang, udah jam 9
malem nih tolong dipantau dong’ Nah
si Akbar nanti nyambut di WA.. ‘Oke
siap’ gitu. Nanti anak-anak tuh tau
semua sampenya jam berapa, ‘lu udah
otw belum?’ kata dari yang mau
dateng, ‘ini baru mau otw bang’ Itu
kan bisa sekitar 2 jam, dari jam 9
sampe di sini jam 11, nah nanti dia
ngasih tau tuh ke semua, nanti yang
dari sini tuh tau ada temen dari
Tanjung Priuk yang mau ke Pamulang,
gitu. Itu nyebar ke semua grup, bukan
ke Sahabat Bambu Kuning aja, jadi dia
ngomongnya di Sahabat Bambu
Kuning.. Tapi nanti itu ke-share ke
grup WA yang lain. Di share sama
sesama ojol, gitu.

11 Z: Komunitas ojol kenapa bisa makin KN: Semakin kompaknya komunitas-


solid kong? komunitas ojol itu karena ada kejadian
kecelakaan pertama di Tarakan. Anak
Grab pagi-pagi jam 6 pagi, dia nganter
anak sekolah. Katanya sih anak
walikota, tapi anak walikotanya itu
gapapa.. Cuma si driver ojolnya ini
meninggal ditempat. Namanya Andi
Usman, rumahnya di BSD situ. Itu
orang yang meninggal pertama di

xxxiii
Grab. … Waktu itu baru ada sekitar
5.000 driver, itu kita konvoi nganter ke
rumahnya malem-malem sama
ambulans. Itu pengawalan pertama
escorting yang kita lakuin. Anak-anak
juga nyebutnya itu rescue,
penyelamatan gitu.

12 Z: Alasan mau jadi ojol kenapa kong? KN: Gue males kerja gak kaya-kaya
yang kaya malah bosnya doang,
padahal dulu gue kerja jadi manajer di
produksi pertambangan batu bara itu
kan. Pulang dari Kalimantan gue
daftar Grab. Alhamdulillah, gue
ngerasa seneng kerja jadi ojol
sekarang. Temen ada di mana-mana,
diundang ke acara komunitas ini
komunitas itu. Nah.. Dulu saya sering
ngawalin orang, akhirnya saya
ngerasain juga waktu celaka tuh..
Kepala saya kebentur trotoar,
tengkorak saya jadi retak.. Sampe
sekarang gak bisa bener-bener
dibenerin kan, jadi kayak orang pilek
terus. Itu seminggu saya baru sadar,
katanya istri saya sih waktu itu yang
ngawalin banyak banget. Banyak
anak-anak driver yang nangis, waktu
itu saya ada di RS. EMC. Akhirnya
saya musti di operasi plasik, itu anak-
anak yang ngebiayain bukan dari uang
saya. Anak-anak ojol pada nyari duit
ngecrek di jalan.

xxxiv
Batch: 2

Interviewer: Z: Zelika, dan I: Ivan

Informan: BI: Bang Isam, H: Bang Hendra, AN: Bang Anang, HA: Bang Habib.

Komunitas: Bambu Kuning

Tanggal: Senin, 15 Juli 2019

Waktu: 19.00 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Z: Pertama-tama, bisa ceritain gak bang BI: Kalo dulu mah ane pribadi kerja
gimana awalnya memilih pekerjaan udah pait, udah capek disuruh-suruh
sebagai driver ojol? juga. Terus yang kedua, udahlah bikin
sim pas lagi ada lowongan tuh.. Udah
jadi bikin sim. Jadi gitu.. Dulu ada di
pombensin pernah, di cleaning service
pernah juga dulu.

2 Z: Perasaan abang sebagai bagian dari BI: Bangga, karena komunitasnya


komunitas ini gimana? Alhamdulillah udah banyak yang kenal.
Jadi kalo kemana-mana aman, kalo kita
ketemu anak komunitas lain.. Laper
nanti dikasih makan, dijamulah
pokoknya.

3 Z: Ada peraturan tertulis di komunitas BI: Ada, kopdar 3 bulan sekali sama
ini? atribut.. Harus pake sepatu juga. Kalo 3
bulan nggak dateng kita keluarin, uang
kas juga.

4 Z: Biasanya kalo misalkan ada yang BI: Kalo ada yang ngelanggar peraturan
ngelanggar, misalkan maluin nama komunitas ya kita tegor baik-baik, tapi
komunitas.. Itu suka ditegor nggak sih? kalo dia udah batu nggak ngedengerin
ya kita keluarin.

5 Z: Kalo bang Hendra, awal mula H: Kalo awal-awalnya karena nyari


memilih pekerjaan sebagai driver ojol tambahan, kalo dari dulu sampe
gimana? sekarang sih saya kerja. Karena posisi
anak juga kuliah, ini dia udah mau
wisuda.

6 Z: Kenapa abang memilih komunitas H: Karena di sini persaudaraannya kuat,


Bambu Kuning sebagai komunitas jadi yang diutamakannya juga
abang? kekeluargaan.

7 Z: Terus.. Kalo pendapat abang tentang H: Kalo saya bilang opang itu orang
opang apa sih? yang kadang-kadang mau kayak kita
jadi ojol nih tapi memiliki kendala..

xxxv
Kalo penghasilan opang dibandingin
ojol jauh dia di bawah kita.

8 Z: Oh gitu.. Terus menurut abang H: Ya paling bedanya kita sama opang


bedanya ojol sama opang apa? ya atribut, kalo kitakan pake helm, jaket
dari perusahaan belum lagi kadang kita
timpa sama jaket komunitas. Jadi,
rapih.. aman juga.

9 Z: Kalo di sini bang, hubungan ojol H: Kalo dulu nggak, karena dulu kan
sama opang baik-baik aja? mereka liat kalo ojek online ini orang
bodoh.. Mau aja dibayar murah, tapi
mereka nggak paham gitu kalo opang
ini kan sekali narik 10 atau 15 ribu. Nah
kalo kita kan dulu masih ada yang 7 ribu
5 ribu, tapi kan mereka nggak tau kalo
itu kita bisa estafet setiap hari. Mereka
harus nunggu lagi berjam-jam, kalo kita
paling kalo nunggu cuma permenit
perdetik udah dapet lagi.. Nah mereka
nggak mikir kesitu.

10 Z: Kalo bang Anang, awal mulanya jadi AN: Awal mulanya saya bekerja, masih
ojol gimana sih? sampe sekarang.. Tapi saya kan
kerjanya 4 hari kerja 4 hari libur. Jadi 4
hari yg kosong itu saya cari tambahan
dari ngojol.

11 Z: Kalo abang sendiri kenapa memilih AN: Karena komunitas ini yang
komunitas Bambu Kuning sebagai terdekat dari tempat tinggal saya. Saya
komunitas abang? kan tinggalnya di daerah sini juga, di
depan Puri Laras.

12 Z: Gimana perasaan abang kerja jadi AN: Saya bangga kerja jadi ojol,
ojol? apalagi dulu waktu awal-awal kerja di
sini. Pake jaket Gojek begini.. Keren
hahaha.

13 Z: Kalo bang Habib awal mulanya jadi HA: Awal mulanya sih karena
driver ojol itu gimana sih? penghasilan bekerja sebagai ojek online
yang bagus, tapi ya gitu.. Waktu awal-
awal ya kita masih susah karena konflik
sama opang.. Jalurnya tertentu aja,
karena dijaga opang. Tapi kalo
sekarang mah udah tinggal enaknya aja.

14 Z: Kalo menurut abang pribadi gimana HA: Tapi sebenernya (kalo pendapatan)
tuh tarif yang dikasih sama perusahaan, lebih enak dulu daripada sekarang, kalo
udah sesuai dengan keinginan belum? dulu itu awal pertama masuk.. Satu
bulan pertama bisa sampe 12 juta
bersih. Itu udah bersih di luar

xxxvi
operasional motor, bensin.. Itu saya
udah bayar motor, udah buat dapur,
buat susu anak.. Udah semuanya.
Mangkanya waktu itu kan sempet
banyak orang bank yang akhirnya jadi
ngojek.

15 Z: Pendapat abang tentang opang apa HA: Kalo menurut saya sih mereka itu
sih? nggak mau ngikut perkembangan
jaman. Daripada kita punya handphone
bagus, punya paket data tapi nggak
dipergunakan buat nyari duit kan. Dari
pada cuma nungguin penumpang
mending kita yang gerak. Emang bener
sih rezeki udah ada yang ngatur, tapi
kan kita juga harus usaha.

16 Z: Terus, kalo pendapatan ojol HA: Kalo pendapatan mah bisa


dibandingin sama opang gimana bang? dibilang di atas opang lah, ya walaupun
gak sebanyak dulu yang saya bilang
barusan, pernah sebulan sampe dapet 12
juta bersih. Kita bukannya apa dari yang
tempatnya jauh pun kita bisa dapet dari
aplikasi. Pergi kemana, nanti arah balik
bisa dapet lagi.

17 I: Abang nggak mau cari kerjaan lain HA: Gimana ya.. Udah nyaman begini
yang berhubungan sama TI, jurusan sih, jadi nggak mau cari kerjaan lain.
abang waktu kuliah? Kita kalo kerja tempatnya enak, gajinya
lebih gede tapi kalo kerja nggak
nyaman kan males juga.

Batch: 2

Interviewer: Z: Zelika, dan I: Ivan

Informan: A: Bang Adoel/Doel, T: Bang Teguh, dan R: Bang Ricky

Komunitas: Laga Doang Tip Top

Tanggal: Kamis, 18 Juli 2019

Waktu: 17.30 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Z: Pertama-tama, bang Doel dulunya A: Nggak pernah, langsung ngojol.


pernah jadi opang nggak?

xxxvii
2 Z: Kenapa memilih komunitas Laga A: Karena emang dari awalnya
Doang sebagai komunitas abang? kenalnya sama anak-anak dari
komunitas ini.

3 Z: Oh gitu.. Terus bang, tolong sebutin R: Kalo atribut-atribut yang Komunitas


dong atribut-atribut yang dimiliki Laga Doang punya ya ada pin, bendera,
komunitas ini tuh apa aja sih? rompi, kaos, emblem. Semua komunitas
lain juga gitu, cuma beda-beda logonya.

4 Z: Abang-abang kalo lagi narik tuh A: Kalo lagi narik pasti make atribut,
biasanya pasti pake atribut dari Gojek tapi kalo kita sering ditiban sama rompi
atau Grab nggak sih? komunitas.. Setiap komunitas pasti
punya rompi sendiri.

5 Z: Kalo bang Ricky, awal mulanya jadi R: Awalnya karena iseng.. Terus udah
ojol tuh gimana? mentok juga nyari kerja, tanya temen ke
kanan dan kiri nggak dapet lowongan
kerja. Ada yang nyaranin coba masuk
ke salah satu ojek online, gitu. Udah lah
akhirnya saya nyoba, Alhamdulillah
masuk.. Kalo dibilang kasarnya sih
karena himpitan ekonomi.

6 Z: Abang-abang kalo lagi narik tuh A: Kalo lagi narik pasti make atribut,
biasanya pasti pake atribut dari Gojek tapi kalo kita sering ditiban sama rompi
atau Grab nggak sih? komunitas.. Setiap komunitas pasti
punya rompi sendiri.

7 Z: Kalo bang Ricky, awal mulanya jadi R: Awalnya karena iseng.. Terus udah
ojol tuh gimana? mentok juga nyari kerja, tanya temen ke
kanan dan kiri nggak dapet lowongan
kerja. Ada yang nyaranin coba masuk
ke salah satu ojek online, gitu. Udah lah
akhirnya saya nyoba, Alhamdulillah
masuk.. Kalo dibilang kasarnya sih
karena himpitan ekonomi.

8 Z: Kenapa abang lebih memilih R: Karena ada beberapa hal di sini yang
komunitas Laga Doang daripada bikin orang selain saya mungkin
komunitas lainnya? bakalan tertarik untuk masuk komunitas
ini. Satu, karena namanya yang unik
Laga Doang.. Kalo bahasa Betawinya
kan artinya banyak gaya. Kedua, karena
persaudaraannya.. Kentel banget.
Kayak di komunitas ini, jadi disini kita
ibaratnya kayak udah 1 tubuh..
Misalnya kepala sakit, pasti mulut
bilang ‘aduh’ tangan megang kepala,
seperti itu.

xxxviii
9 Z: Kalo perasaan abang sebagai A: Seneng dan bangga juga, karena
anggota dari komunitas ini gimana? komunitas ini solid sih.. Kalo sesama
anggota ada apa-apa ya dibantu. Kayak
kemaren koorlap abis kecelakaan
motornya ancur ya udah kita patungan
buat ganti body-bodynya itu baru.

10 Z: Kalo bang Teguh awal mulanya bisa T: Karena merasa bekerja di ojol
bekerja sebagai ojol tuh gimana? sepertinya enak.. Fleksibel, nggak ada
tekanan kalo kerja. Emang dari dulu
saya kalo bekerja maunya di lapangan..
Nggak pernah mau tetap kayak di dalam
ruangan.

11 Z: Perasaan abang menjadi anggota T: Kalo dibilang seneng sih seneng


komunitas Laga Doang gimana? karena jadi banyak temen, sodara
dimana-mana.. Terus kalo dibilang
bangga ya bangga.karena komunitas
Laga Doang kan udah gede juga
namanya.. Saya juga jadi salah satu
yang bangun komunitas ini.

xxxix
Interviewer: Z: Zelika, dan I: Ivan

Informan: BS: Shidiq

Masyarakat Sekitar Komunitas Laga Doang Tip Top

Tanggal: Kamis, 18 Juli 2019

Waktu: 17.25 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Z: Kalo abang namanya siapa? BS: Nama saya Shidiq.

2 Z: Umurnya berapa bang? BS: Saya 46 tahun.

3 Z: Kalo boleh tau, kerjanya apa bang? BS: Saya wiraswasta mbak.

4 I: Di sini kita mau nanya-nanya BS: Ya kalo warga-warga di sini sih


pendapat masyarakat tentang enak-enak aja.. Pada senang. Senangnya
basecamp ojol yang ada di sini gimana karena kalo sampe malem jadinya di sini
bang, itu gimana ya bang? rame sama aman.. Itung-itung ikut
ngebantu lingkungan sini lah. Kalo tanah
ini saya yang dikasih kepercayaan sama
yang punya buat jagain sama disuruh
ngurusin tanah ini. Ojol mau diriin BC
ini saya kasih, silahkan gitu aja..
Namanya orang kerja kan kita saling
bantu. Tapi, sebelumnya saya bilang ke
mereka ‘lu boleh diriin BC di sini, tidur
di sini asal jaga nama kampung di sini
lah biar enak sama enak’ gitu. Kalo ada
apa-apa juga gampang gitu.. Apa ada
yang sakit, hajatan, atau gimana mereka
suka ngebantu. Ada warga yang
meninggal juga mau dimakam di Bogor
misalnya, mereka mau ngawalnya.

5 Z: Warganya juga sering ngobrol BS: Ya kadang kita makan sama ngopi di
sama ojolnya bang? BC-nya haha, kan sampingnya ada
warung.. Kita beli terus makan di situ.
Banyak juga tuh ojol yang bukan angota
BC itu pada tidur di BS sini.. Ya gapapa,
yang penting jaga lingkungan sama
kebersihan di sini.

6 Z: Oh gitu.. Kalo dari pak RT-nya BS: Kalo pak RT sama pak RW-nya pada
sendiri gimana tuh bang? seneng, kan di sini RT 03 ‘iya terima
kasih bang Shidiq, jadi aman sejak ada
BC ojol’ gitu kata pak RT-nya.

xl
T (anggota Komunitas Laga Doang):
Iya.. Pas awal ngebangun BC ini kita
minta ijin dulu ke pak RT, pak RW, sama
bang Shidiq yang jaga lahan sini.. Jadi
Alhamdulillah enak ke sini-sininya.

xli
Interviewer: Z: Zelika, dan I: Ivan

Informan: Y: Yuli

Masyarakat Sekitar Komunitas Laga Doang Tip Top

Tanggal: Kamis, 18 Juli 2019

Waktu: 17.45 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Z: Nama mbak kalo boleh tau siapa ya? Y: Mbak Yuli.

2 Z: Umurnya berapa? Y: 25 tahun.

3 Z: Kalo boleh tau, sekarang Y: Ini jualan, buka warung makan.


pekerjaannya apa?

4 Z: Pendapat mbak tentang adanya Y: Kalo lagi pada kumpul ya rame, tapi
basecamp ojol yang ada disamping kalo lagi nggak ya sepi kak.. Nggak
warung makan mbak ini gimana sih? nentu.

5 Z: Oh gitu.. Terus biasanya abang- Y: Iya, sering.


abang ojol ini sering interaksi nggak sih
sama masyarakat sekitar sini?

6 Z: Mbak tau nggak sih biasanya Y: Kurang tau sih.. Tapi kalo pas bulan
kegiatan para ojol di BC ini selain puasa mereka suka ngasih-ngasih takjil
ngumpul-ngumpul ngapain sih? ke warga di sini.

7 Z: Terus menurut mbak, sejak ada Y: Enak sih, jadi rame. Mereka juga
basecamp ojol disamping warung ibu sukabeli jajanan di saya kan.
nih ngerasa jadi aman atau ngerasa jadi
was-was atau gimana gitu nggak?

8 Z: Jadi, hubungan abang-abang ojol ini Y: Iya, hubungan abang-abang ojol


sama masyarakat sekitar baik ya mbak? sama masyarakat sekitar di sini baik.

Interviewer: Z: Zelika, dan I: Ivan

Informan: BA: Bu Ani

Masyarakat Sekitar Komunitas Laga Doang Tip Top

Tanggal: Kamis, 18 Juli 2019

Waktu: 19.10 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

xlii
1 Z: Kalo nama ibu siapa? BA: Saya bu Ani mbak.

2 Z: Kalo bu Ani.. Kerjanya di mana? BA: Saya kerja di Ocean Park BSD
itu.

3 Z: Ibu umurnya berapa? BA: Saya 42.

4 Z: Kalo hubungan warga sama ojol di sini BA: Iya, hubungan abang ojol di sini
gimana ya bu? sama masyarakat baik-baik. Enak aja
sih, karena banyak orang di sini juga.

5 Z: Oh.. Jadi masyarakat sendiri termasuk BA: Kenal, kan banyak orang sini
bu Ani kenal ya sama abang-abang ojol juga yang jadi ojol di BC situ.
di BC sini?

6 I: Siapa aja itu bu? BA: Yang orang sini ada Ajat, Ryan,
Hendrik.. Ada banyak.

7 Z: Berarti hubungan abang-abang ojol di BA: Iya. Sering ngobrol juga sama
sini sama masyarakat baik-baik ya bu? anak-anak BC-nya.

8 Z: Menurut ibu ciri khas yang dipunya BA: Ya itu bedanya jaket sama
driver ojol apa sih yang ngebedain helmnya yang keliatan.. Terus kan
mereka sama opang? juga dari tarifnya juga ketawan itu
mbak dari awal udah pasti segitu,
nggak kayak opang gitu.

9 I: Terus ibu tau nggak gimana awal BA: Iya, itu Ajat pendirinya.
berdirinya BC ini?

10 I: Itu waktu sebelum jadi BC, dulunya BA: Dulu emang jadi tempat duduk-
apa? duduk warga juga, terus akhirnya
diubah jadi BC-nya ojol. Tapi
masyarakat di sini nggak ada masalah
apa-apa sih.

11 I: Kalo BC di sini katanya suka ngadain BA: Iya, mereka juga suka ngadain
acara sosial gitu ya? acara sosial. Kalo pas puasa mereka
suka bagi-bagi takjil.. Makan-makan
bersama juga tuh mereka yang
ngadain, yang masak si istrinya Ajat.
Makan di masjid sini rame-rame sama
warga.

12 I: Kalo warga sekitar sering ngasih apa BA: Nggak sih, paling mereka yang
nggak gitu ke para ojol itu? ngasih ke kita. Kalo ada yang
misalkan melahirkan atau hajatan
juga mereka suka pada dateng kok
kalo di lingkungan sini.

xliii
xliv

Anda mungkin juga menyukai