Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi
Kesejahteraan Sosial
Oleh:
Putri Anisa Yuliani
109054100019
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
Hidayatullah Jakarta.
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamiin,
dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Rasulullah
yang telah memberikan suri tauladan kepada umatnya untuk selalu bersabar,
penelitian serta penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat penulis hadapi sendirian
tanpa bimbingan dan motivasi dari orang-orang yang terkasih hingga skripsi ini
selesai. Oleh karena itu, dalam hal ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan
ini, yaitu:
1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
akhirnya skripsi ini selesai ditulis dan diuji dalam sidang skripsi.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan
Komunikasi.
iii
3. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI dan Kepala
Lapas Terbuka Klass IIB Jakarta Bapak Andi Wijaya Rival, Amd,IP, SH,
S.Sos, M.Si yang telah memberikan ijin penelitian bagi penulis serta kerja
Indrayani selaku staf pembinaan, serta segenap staf di Lapas Terbuka Klas
IIB Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
IIB Jakarta yang telah bekerja sama dengan penulis dan memberikan
6. Orang tua penulis, Bapak dan Mama yang selalu memberikan semangat,
kepada kalian.
7. Kakak Fitria Iryanti dan adik Reza Yahya Pribadi yang telah mendukung,
iv
9. Teman-teman baikku Tiwi, Nuri, Mira, Doni, Sandra, Minda yang dengan
tawa, canda cerianya selalu menghiasi dan tak pernah bosan memberi
dukungan.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan yang telah membantu
Peneliti tidak mampu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang telah
diberikan dan hanya mampu menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan
penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti dan
mahasiswa baik dari Jurusan Kesejahteraan Sosial maupun dari jurusan lain di
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x
vi
b. Metode Pembinaan .............................................................27
c. Tujuan, Prinsip, dan Faktor Pelaksanaan Pembinaan
Narapidana ............................................................................... 31
d. Tahap Pembinaan Narapidana ............................................38
3. Kemandirian .............................................................................39
a. Pengertian Kemandirian .....................................................39
b. Aspek-aspek Kemandirian..................................................42
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ...............45
d. Ciri-ciri Kemandirian .........................................................47
4. Pemberdayaan Narapidana Dalam Perspektif Kesejahteraan
Sosial ........................................................................................49
a. Pengertian Pemberdayaan ..................................................49
b. Konsep Pemberdayaan Narapidana ....................................50
B. Lembaga Pemasyarakatan, Narapidana, Dan Warga Binaan
Pemasyarakatan ..............................................................................54
1. Definisi Lembaga Pemasyarakatan ..........................................54
2. Konsep Lembaga Pemasyarakatan Terbuka .............................55
3. Definisi Narapidana Dan Warga Binaan Pemasyarakatan .......59
4. Hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan .................................60
vii
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS .......................................77
A. Tahapan Pembinaan Kemandirian Di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta ............................................................................................77
1. Orientasi ....................................................................................77
2. Pengarahan ................................................................................78
3. Pelaksanaan ...............................................................................79
B. Pelaksanaan Program Pembinaan Kemandirian..............................82
C. Faktor Penghambat Program Pembinaan Kemandirian ................... 92
D. Hasil Pelaksanaan Program Pembinaan Kemandirian ...................95
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 BAB I tentang Bentuk
memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata hukum. Hal ini tertuang
Penduduk Pasal 27 butir (1) yang berbunyi “Segala warga negara bersamaan
dapat merugikan orang lain dapat ditindak dalam hukum pidana. Selanjutnya
jika orang tersebut telah divonis dan dijatuhi hukuman kurungan penjara oleh
pemasyarakatan.
pola ini dipertahankan hingga tahun 1963. Pola ini mengalami pembaharuan
1
2
sejak dikenal sistem pemasyarakatan yang dipilih sesuai dengan visi dan misi
tahun 1963, Sahardjo yang saat itu menjabat Menteri Kehakiman di dalam
pemasyarakatan.3
1
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana (Buku
Ketiga), (Jakarta : Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum (d/h Lembaga Kriminologi
UI, 2007), h. 85.
2
Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan Dalam
Prespektif Sistem Peradilan Pidana Penjara, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 25.
3
Ibid, h. 37.
4
Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan BAB I tentang Ketentuan Umum
pasal 3.
3
Manusia (Kemenkumham) saat ini jumlahnya ada 457 Unit Pelaksana Teknis
Indonesia.5
narapidana sehingga menjadi warga baik dan berguna atau healthy reentry
into the community, yang pada hakikatnya adalah resosialisasi.6 Oleh karena
itu, keberhasilan pembinaan pelaku tindak pidana tidak dimulai sejak dia
5
Data diperoleh dari website http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/monthly pada
hari Kamis, 12 September 2013. Data jumlah narapidana dan tahanan selalu diperbaharui setiap
hari melalui pesan singkat dari setiap UPT di seluruh Indonesia.
6
Romli Atmasasmita, Strategi Pembinaan Pelanggar Hukum, (Bandung : Alumni, 1982), h.
30.
4
tahap yaitu:8
1. Tahap Keamanan Maksimal sampai batas 1/3 dari masa pidana yang
kurangnya 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya. Dalam tahap ini
2. Tahap Keamanan menengah sampai batas 1/2 dari masa pidana yang
security).
3. Tahap Keamanan minimal sampai batas 2/3 dari masa pidana yang
7
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Semarang : Badan Penerbit Undip,1995),
h. 80.
8
Dipertegas dalam Pasal 7 Ayat (1) dan Ayat (2) dan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
5
4. Tahap integrasi dan selesainya 2/3 dari masa tahanan sampai habis
Pemasyarakatan (WBP).
yang tidak terlalu ketat seperti Lapas pada umumnya. Hal ini diterapkan
setengah dari masa pidananya serta berkelakuan baik dengan pengawasan dan
proses seleksi yang ketat dari Lapas tempat ia menjalani hukum pidana
meningkatkan rasa percaya diri Narapidana agar dapat kembali menyatu dan
dapat diterima sebagai warga yang bertanggung jawab sesuai dengan amanat
dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik
1. Pembatasan Masalah
agar peneliti fokus untuk mencari dan meneliti objek penelitiannya. Dari
uraian latar belakang yang telah peneliti paparkan di sub bab latar
2. Perumusan Masalah
2. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Lapas Terbuka Jakarta dalam
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.9
ilmiah.10
9
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 4.
10
Basrowi dan Sudikin, Metodologi Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, (Surabaya: Insan
Cendikia, 2002), h. 2.
9
a. Lokasi Penelitian
b. Waktu Penelitian
skripsi ini selesai ditulis yaitu sejak bulan September 2013 hingga
selama kurang lebih dua bulan yaitu sejak bulan November hingga
informan yang dipilih oleh peneliti adalah staf yang bekerja di Lembaga
Staf yang dipilih untuk menjadi Informan yaitu staf bidang perawatan,
Karena kedua staf tersebut yang paling mengetahui dan dapat memberikan
informasi penting mengenai WBP mana saja yang saat proses penelitian
Budidaya cacing telah berjalan sejak periode bulan November 2013, dan
program budidaya ikan lele akan mulai berjalan kembali pada periode
11
Berdasarkan keterangan dari staf bidang pembinaan yang dipaparkan pada hari Senin, 25
November 2013 di Lapas Terbuka Jakarta.
12
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 112.
12
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek dari mana data dapat
diperoleh. Sumber data terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data
sekunder.13
a. Data Primer
b. Data Sekunder
dokumen atau arsip mengenai Lapas Terbuka Kelas IIB Jakarta serta
13
Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1991), h.91.
13
a. Observasi
b. Wawancara
14
Prof. Dr. Hadari Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1991), h.13.
15
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian, Sosial Agama, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 5.
14
wawancara ini adalah staf Bidang Kegiatan Kerja (Giatja) Ibu Puji
Jakarta.
16
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, (Bandung: Alfabeta,
2008) h. 235.
15
IIB Jakarta.
c. Studi Dokumentasi
kembali sumber data dari dokumen yang ada seperti catatan pribadi,
Analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari
tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaanyaitu reduksi data, penyajian data
b. Penyajian Data
c. Menarik Kesimpulan
7. Teknik Penulisan
dan Disertasi) yang disusun oleh Tim Pusat Peningkatan Jaminan Mutu
17
Matthew Miles dan Michael A. Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang
Metode-Metode Baru, (Jakarta: UI Press, 1992), h. 14.
18
F. Tinjauan Pustaka
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun,
diambil.
Tangerang. Skripsi tersebut selesai pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun
Jakarta.
perbedaan kedua skripsi tersebut dengan judul yang diambil oleh penulis yaitu
G. Sistematika Penulisan
BAB V Bab ini berisikan kesimpulan mengenai hasil penelitian serta saran
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu
5. Strategi pelaksanaan.
dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian
20
21
teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin
2. Pembinaan
a. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan ke- dan
akhiran –an, yang berarti bangun atau bangunan. Dalam Kamus Besar
1
Charles O. Jones, An Introduction to the Study of Public Policy, (Brooks: Cole Publishing
Company, 1996), h. 295.
22
hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang
kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang
hal-hal baru yang berguna untuk mencapai tujuan dan hasil yang lebih
baik bagi orang yang dibina dan untuk menuju kehidupan yang lebih
tentang Syarat dan Tata Letak Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Bab
2
A. Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, (Jakarta : Kanisius, 1989), h. 12.
23
pembinaan adalah:
masyarakat.
3
C.I Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 1.
24
negara.
dengan bimbingan.
masyarakat.
10. Sarana fisik lembaga dewasa ini merupakan salah satu hambatan
Tabel 15
Komponen
1. Filsafat Liberal Pancasila Pancasila
2. Dasar Gestichten Gestichten Reglemen Undang-Undang
Hukum Reglemen dengan Pemasyarakatan
perubahannya
3. Tujuan Penjeraan Pembinaan dengan Meningkatkan kesadaran
tahap narapidana (conciousness)
Admisi/Orientasi/Pe dengan tahap intropeksi,
mbinaan, Asimilasi motivasi dan self
development
4. Pendekatan Security Security Approach Conciousness Approach
Sistem Approach
5. Klasifikasi Maximum Maximum Security, High Conciousness, Half
Security Medium Security, Conciousness, Low
Minimum Security Conciousness
6. Pendekatan Maximum Maximum Security, High Conciousness, Half
Klasifikasi Security Medium Security, Conciousness, Low
Minimum Security Conciousness
7. Perlakuan Obyek Subyek Subyek/Obyek
Narapidana
8. Orientasi Top Down Top Down Approach Bottom Up Approach
Pembinaan Approach
4
C.I Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, h.3.
5
C.I Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, h 7.
26
Dari tabel 1 dapat dilihat berbagai macam komponen yang ada dalam
ini lebih kepada pemberian efek jera. Selain itu, remisi merupakan hadiah
langka.
6
C.I Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, h. 10.
28
b. Metode Pembinaan
yaitu:
sangat berguna karena secara penuh dan semangat yang sama ikut
fasilitas dan sarana tidak memadai atau tidak ada maka kebutuhan
Kemauan untuk membina diri sendiri dapat muncul dari dalam diri
cita-citanya.
sama dengan lembaga yang ada jika memang tidak ada sarana atau
sendiri.
31
harus ikut aktif ambil bagian dalam terbentuknya suatu tim yang
ketergantungan.
Narapidana
dimasyarakatkan.
masyarakat.
tindak pidana.
2) Keluarga
3) Masyarakat
7
C.I Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, h. 47.
8
Ibid, h. 51.
34
karena pola dan tata letak bangunan merupakan faktor yang penting
2) Struktur Organisasi.
3) Kepemimpinan Kalapas
teladan.
35
5) Manajemen.
Dalam kaitan ini perlu dikaji terus menerus mengenai tipe manajemen
6) Kesejahteraan Petugas.
8) Anggaran
terbuka dan produktif, maka sumber daya alam merupakan salah satu
pemasyarakatan.
37
pemasyarakatan.
a) Sikap acuh tak acuh keluarga napi, karena masih ada keluarga napi
membina kerjasama.
9
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 02-Pk.04.10 Tahun 1990
Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, Bab V
tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembinaan.
38
(satu per tiga) dari masa pidana. Pembinaan narapidana pada tahap
dan
pembinaan tahap awal sampai dengan ½ (satu per dua) dari masa
tahap lanjutan pertama sampai dengan 2/3 (dua per tiga) masa
10
Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan Bab II Pembinaan Bagian Kesatu Narapidana pasal 7 ayat (2) kemudian
diperjelas di dalam pasal 9 dan pasal 10.
39
3. Kemandirian
a. Pengertian Kemandirian
11
Masrun, Sikap Mandiri Anak Kost, (Bandung: Tarsito, 1986), h.8.
40
dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan
sebagai suatu keadaan jiwa seseorang yang mampu memilih norma dan
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001, h. 710.
13
S. Nuryoto, Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis Kelamin,
dan Peran Jenis (Anima Indonesia Psychological Journal No. 2), (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada, 1993), h.51.
14
P.D. Yulianiti, Perbedaan Kemandirian Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua dan Jenis
Kelamin Pada Siswi Kelas I SMU Negeri 1 Ungaran Tahun Ajaran 2003/2004, (UKSW: 2004),
h.9.
41
tugasnya.
15
Masrun dkk, Studi Mengenai Kemandirian Pada Penduduk Di Tiga Suku Bangsa
(Jawa, Batak, Bugis), (Yogyakarta: Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1986), h. 10.
16
Z. Mutadin, Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja, 2002.
42
hak miliknya.17
sendiri, tanpa bergantung kepada orang lain, siap bersaing untuk maju,
masalahnya sendiri dan dapat bertanggung jawab atas apa yang telah
lain.18
b. Aspek-Aspek Kemandirian
17
T. Afiatin, Persepsi Pria dan Wanita dalam Kemandirian (Anima Indonesia
Psychological Journal No. 2), (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993), h.8.
18
Ibid, h. 8.
19
Z. Mutadin, Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja.
43
a. Kemandirian Emosi
b. Kemandirian Ekonomi
c. Kemandirian Intelektual
d. Kemandirian Sosial
kehidupannya.
a. Usia
pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja
bertambahnya usia.
b. Jenis kelamin
oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan
21
Masrun, Sikap Mandiri Anak Kost, h. 4.
46
c. Konsep diri
d. Pendidikan
e. Keluarga
f. Interaksi sosial
d. Ciri-Ciri Kemandirian
meliputi:
secara intelegen
22
Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1996), h.
123.
48
sebagai berikut:
kesuksesan
23
Hasan Basri, Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2000), h. 54.
49
Sosial
a. Pengertian Pemberdayaan
lain.
pengetahuan (knowledge).24
dari lingkunganya.25
24
Mardikanto dan Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Alfabeta), h. 28.
25
Onny S. Prijono dan A. M. W. Pranaka, Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan, Dan
Implementasi, (Jakarta: CSIS), h. 8.
26
Richard Snarr, Introductio to Corrections, (Medison: Brown and Brenchmark), h. 70.
51
Meskipun dalam hal ini Snarr menegaskan tidak secara otomatis setiap
di mana hal ini adalah sesuatu yang sulit untuk dijamin bila seseorang
27
Richard Snarr, Introduction to corrections, h. 75.
53
28
Belinda McCarthy, et, al., Community Based Corrections, (Wadsworth, 2001) h. 150.
54
satu tahun.
Pemasyarakatan
d) Lembaga Pemasyarakatan.
Pemasyarakatan.
dari Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No:
based corrections.
mencerminkan situasi dan kondisi yang ada pada masyarakat sekitar. Hal
pencegah pelarian ( seperti tembok yang tebal dan tinggi, sel yang
atas tertib diri dan atas rasa tanggung jawab Narapidana terhadap
sosial secara wajar yang selama ini dibatasi ruang geraknya selama
dalam masyarakat;
57
penuh.
narapidana dengan berbagi jenis dan latar belakang kejahatan dalam satu
dan jeruji LAPAS tidak hanya mencegah Narapidana untuk melarikan diri,
terdiri dari orang-orang yang memiliki sifat anti sosial, bisa jadi seseorang
pembinaan di Lapas/Rutan.29
29
Artikel Pemberdayaan Lapas Terbuka Di Indonesia, ditulis oleh Drs. THOLIB, Bc. IP.
SH. MH diambil dari website http://lapasbandaaceh.org/index.php/berita-artikel/artikel/45-
pemberdayaan-lapas-terbuka-di-indonesia pada tanggal 3 Oktober 2013 pukul 21.12 WIB.
59
kemerdekaan di LAPAS.
tahun;
c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau
tahun.
1. Umur
2. Jenis kelamin
60
pembinaan.30
dapat kembali ke dalam masyarakat sebagai warga yang baik. Hal ini
30
Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 12 ayat .
61
e) menyampaikan keluhan
tertentu lainnya
mengunjungi keluarga
lanjutan terhadap narapidana pada tahap asimilasi yaitu dengan masa pidana
antara 1/2 sampai dengan 2/3 dari masa pidana yang harus dijalani oleh
Terbuka Jakarta dilakukan oleh Bapak Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia berikutnya yaitu Dr. Hamid Awaludin, SH. LLM, pada tanggal 14
Mei 2005.
63
64
Teknis dibawah Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta,
Pemasyarakatan Terbuka Jakarta ini pada akhirnya nanti tidak hanya berfungsi
B. Letak Geografis
HAM RI, sehingga untuk di lokasi, harus berjalan cukup jauh yaitu kurang
lebih 450 meter dari gerbang masuk. Letaknya berdampingan dengan cabang
anak sungai Krukut yang mengalir cukup deras jika musim hujan tiba. Bahkan
jika ada air kiriman dari Bogor, sungai tersebut meluap dan membanjiri
kawasan Lapas.
1
Diambil dari Profil Lapas Terbuka Jakarta 2013
65
Lapas Terbuka Jakarta memiliki tiga buah gedung yaitu dua buah gedung
kantor dan satu buah gedung paviliun tempat tinggal bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP).
mampu menampung 50 orang yang dibagi dalam 10 kamar hunian dan sejak
menjadi 100 orang yang dibagi menjadi 20 kamar. Kamar hunian yang ada di
Lapas Terbuka berbeda dengan kamar hunian yang terdapat di Lapas tertutup,
berbentuk seperti kamar asrama atau kost yang tidak dilengkapi dengan jeruji
2
Diambil dari Profil Lapas Terbuka Jakarta 2013
66
besi seperti yang biasa digunakan oleh kamar hunian Lapas tertutup sebagai
penghalang bagi narapidana agar tidak melarikan diri. Selain itu, Lapas
serta satu buah bangunan dari bilik bambu yang digunakan untuk program
tahun).
penerimaan tamu dan pintu masuk Lapas. Di dalam gedung tersebut di lantai
pertama selain digunakan untuk menerima tamu atau penjenguk WBP yang
datang, juga digunakan sebagai kantin bagi tempat beristirahat para pegawai
Lapas. Selain itu, di lantai pertama juga terdapat sebuah panggung kecil untuk
bermain alat musik beserta seperangkat alat musik modern seperti gitar, drum,
Sedangkan lantai kedua atau lantai paling atas digunakan sebagai ruang kantor
Terbuka Jakarta.
Gedung kantor kedua memiliki tiga lantai. Lantai yang pertama tidak
bangunan agar dapat digunakan untuk lahan rumah ternak ayam. Lantai kedua
digunakan sebagai ruang kantor staf bidang pembinaan dan bengkel kerja.
3
Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan pada tanggal 20 November 2013.
4
Data diambil berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas Lapas Terbuka
Jakarta dan Observasi yang dilakukan pada tanggal 20 November 2013.
67
E. Struktur Organisasi5
BINAPI GIATJA);
KAMTIB);
Di bawah ini adalah bagan struktur organisasi Lapas Klas IIB Terbuka
Jakarta,
5
Profil Lapas Terbuka Jakarta.
68
Bagan I
KALAPAS
Tabel 2
Tabel 3
Jakarta6
Manusia (SDM) yang dibutuhkan oleh Lapas Terbuka Jakarta adalah petugas
Artinya petugas Lapas Terbuka Jakarta selalu haus untuk menimba ilmu
Artinya petugas Lapas Terbuka Jakarta memiliki pribadi yang kuat seperti
6
Data diperoleh dari Kasi Kepegawaian Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta tanggal 20
November 2013.
70
bekerja.
mendukung kinerjanya.
Artinya petugas Lapas Terbuka memiliki ketahanan fisik yang baik sehingga
berasal dari UPT wilayah DKI Jakarta, wilayah Jawa Barat, wilayah Banten,
7
Profil Lapas Terbuka Jakarta 2013.
8
Profil Lapas Terbuka Jakarta 2013.
71
RI Nomor : 21 tahun 2013, Tentang syarat dan tata cara pemberian remisi,
HAM RI Nomor : 21 tahun 2013 pasal 24, tentang syarat dan tata cara
narapidana.
Kepala Desa.
oleh narapidana mulai dari bangun pagi sampai dengan istirahat di malam
hari. Kegiatan narapidana di Lapas Terbuka Jakarta dimulai dari pukul 05.00
WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB. Jadwal Kegiatan Warga Binaan
9
Profil Lapas Terbuka Jakarta.
74
Tabel 4
14. 18.30 – 19.00 Sholat Maghrib berjama’ah dan belajar baca Al- pukul 10.00
masyarakat.
dan lainnya.
10
Profil Lapas Terbuka Jakarta.
76
berikut :
b. Perikanan : lele
c. Pertukangan
menjadi :
Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan hasil temuan lapangan yang peneliti
Jakarta
1. Orientasi
Lapas asal atau Lapas tertutup. Dalam masa orientasi, WBP diberikan
beradaptasi dengan lingkungan Lapas Terbuka. Selain itu pada saat pindah
ke Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta, WBP telah diasesmen terlebih dahulu
bidang yang benar-benar cocok dengan mereka. Hal ini sesuai dengan
77
78
2. Pengarahan
pembinaan kemandirian yang ada. Dalam proses ini, selain mengacu pada
hasil asesmen yang dilakukan oleh staf dari Lapas Terbuka Klas IIB
mengacu kepada program pembinaan yang telah diikut oleh WBP di Lapas
dapat saling berkesinambungan bagi WBP itu sendiri. Hal ini sesuai
1
Wawancara dengan Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan ibu Puji Indrayani
selaku Staf Bidang Kegiatan Kerja (Giatja) pada tanggal 20 November 2013.
2
Wawancara dengan Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan Ibu Puji Indrayani
selaku Staf Bidang Kegiatan Kerja (Giatja) pada tanggal 20 November 2013.
79
yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta, maka selanjutnya WBP dapat
untuk belajar bersama dengan WBP yang telah pindah ke Lapas dan
mengikuti program lebih dahulu. Mereka belajar dan dilatih oleh pelatih
masing diikuti oleh WBP. Orang yang disebut dengan instruktur atau
pelatih tersebut tidak setiap hari datang ke Lapas Terbuka. Namun, mereka
instruktur atau pelatih juga dibantu oleh staf Lapas Terbuka yang ada
3
Wawancara dengan Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan Ibu Puji Indrayani
selaku Staf Bidang Kegiatan Kerja (Giatja) pada tanggal 20 November 2013.
80
WBP.
dengan kondisi lingkungan di sekitar Lapas. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan Ibu
Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja (Giatja) kepada penulis:
ataupun mengajukan diri untuk mengikuti program kerja pada di pihak ke-
3 (P3) yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta. Perubahan tersebut
dapat terjadi apabila ada WBP yang memiliki minat dan kemampuan lebih
4
Wawancara dengan Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan Ibu Puji Indrayani
selaku Staf Bidang Kegiatan Kerja (Giatja) pada tanggal 20 November 2013.
81
yang ada. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Puji Indrayani
kepada penulis:
5
Wawancara dengan Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja dilakukan pada 6
Januari 2014.
6
Wawancara dengan Pak Rio Chaidir selaku staf Kasubsie Perawatan dilakukan pada 11
Desember 2013.
82
WBP dapat dengan bebas keluar dari kamar paviliunnya untuk melakukan
program. Namun, tetap dibatasi jangka waktunya dan WBP pun harus
ditetapkan.
Misalnya program kerja pada pihak ke-3 atau P3 yang dilakukan oleh
J. Ia memang bisa bekerja di luar Lapas setiap hari namun memiliki jangka
waktu yaitu sejak pukul 07.00 dan harus kembali lagi ke dalam Lapas
ternak ayam broiler maka harus dilakukan pagi dan sore hari.
lingkungan di sekitar Lapas. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan Ibu Puji Indrayani selaku
kemandirian di Lapas Terbuka Klass IIB Jakarta pun dipilih menjadi informan
Tabel 5
7
Wawancara dengan Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan ibu Puji Indrayani
selaku Staf Bidang Kegiatan Kerja (Giatja) pada tanggal 20 November 2013.
84
pihak Lapas dan WBP diwajibkan mengikuti program yang ada. Program-
program pun tidak dibuat berdasarkan hasil analisis mendalam terhadap minat
dan bakat yang dimiliki oleh WBP. Namun, asesmen terhadap WBP dilakukan
WBP juga mendapatkan pembinaan dari luar diri mereka sendiri. Karena
kepada WBP yang artinya WBP memperolehnya dari luar dirinya. Pemberian
Pembinaan dari luar ini memang merupakan tugas utama dari sebuah
ke dalam masyarakat. Salah satunya melalui program kerja pada pihak ke-3
program pembinaan kemandirian yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
85
a. Model Pelatihan
berupa pengenalan proses peternakan dari WBP yang telah lebih dulu
mengikuti program serta dari Staf Bidang Kegiatan kerja (Giatja) dan
agar dapat tumbuh menjadi ayam broiler yang sehat dan dapat dijual
suhu di dalam kandang ayam agar cocok bagi anak-anak ayam yang
memberikan pakan ternak dari mulai takaran pakan, jenis pakan yang
peternakan ayam broiler ini. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Ah
a. Model Pelatihan
diberikan oleh Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta adalah model praktek
8
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.
87
b. Materi Pelatihan
bibit ikan sejak masih dalam kondisi telur, setelah menetas hingga
tumbuh besar dan siap untuk dijual. Jenis ikan yang dibudidayakan
adalah ikan air tawar seperti ikan gurami dan ikan mas. Materi
Klass IIB Jakarta pada bulan November 2013. Mereka diarahkan oleh
a. Model Pelatihan
salah satu gedung Lapas Terbuka Klass IIB Jakarta yang merangkap
88
serta menghindari cuaca terik matahari serta hujan yang tidak baik bagi
b. Materi Pelatihan
menggunakan mesin dan gergaji, dan lain-lain. Selain itu, para staf
c. Peserta Pelatihan
a. Model Pelatihan
dikarenakan dari pihak Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta tidak memiliki
b. Materi Pelatihan
9
Informasi diperoleh dari observasi peneliti yang dilakukan pada tanggal 11 Desember 2013.
90
sulit, yaitu hanya dengan dijaga kadar air di dalam lumpur agar tidak
c. Peserta Pelatihan
a. Model Pembinaan
Klas IIB Jakarta. Program ini hanya bisa dilakukan oleh WBP yang
lolos dari pengawasan yang dilakukan oleh pihak Lapas Terbuka Klas
Dengan pembinaan ini, WBP dapat berinteraksi secara lebih dekat dan
b. Peserta Pembinaan
yang pindah ke Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta pada bulan Mei 2013.
di luar Lapas karena memiliki minat yang besar untuk menjadi lebih
c. Prosedur Pendaftaran P3
kepada pihak Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta. Dalam pengajuan diri,
jika WBP telah memiliki referensi pekerjaan yang ingin dijalani, maka
usaha agar mau menerima WBP untuk bekerja di tempat tersebut. Jika
10
Informasi diperoleh dari wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan pada tanggal
12 Januari 2014.
92
lembaga akan menemui hambatan dan tantangan. Begitu pula yang dihadapi
anggaran yang tidak mencukupi ini akan membuat program tidak berjalan
dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh Pak Iwan selaku staf Bidang
“Kendalanya pasti dana ya. Karena sistem anggaran kita kan sistem
pakai habis. Jadi kalau pejabat atas kan berpikirnya ini anggaran
negara yang harus habis digunakan dalam masa satu tahun ini.
Sehingga, dana yang ada ya keluarkan saja untuk apa-apa. Kalau
kita yang ada di lapangan kegiatan kerja kan inginnya dana ini
berputar ya. Jadi modal bisa kembali lagi untuk membeli bibit ikan
di periode pembibitan selanjutnya, sistem berkelanjutan begitu.
Namun, sampai saat ini masih sulit untuk menerapkan sistem
11
Informasi diperoleh dari wawancara dengan Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan
pada tanggal 11 Desember 2013.
93
seperti itu. Bukan Cuma di lapas ini tapi di lapas-lapas lain juga
begitu. Karena dimana-mana sistemnya kan sama.”12
anggaran dana yang diberikan kepada Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta dari
Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja kepada penulis.
Sedikitnya jumlah program juga diakui oleh Bapak Iwan, rekan dari Ibu
12
Wawancara dengan Bapak Iwan selaku staf Bidang Kegiatan Kerja pada 20 Desember
2013.
13
Wawancara dengan Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja dilakukan pada 6
Januari 2014.
14
Wawancara dengan Bapak Iwan selaku staf Bidang Kegiatan Kerja pada 20 Desember
2013.
94
Tidak dapat dibantah bahwa kualitas sumber daya manusia yang ada di
dalam suatu tubuh lembaga adalah modal penting yang menjadi penggerak
bagi lembaga itu. Begitu pula dengan Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
instruktur pembinaan tidak dapat hadir maka, tidak ada yang bisa
kemandirian bekerja pada pihak ke-3 (P3) dimana dalam program tersebut,
Artinya akan terjadi interaksi yang lebih luas antara WBP dengan
masyarakat luas. Hal ini adalah salah satu cara WBP mengintegrasikan
fungsi pokok Lapas Terbuka yaitu sebagai Lapas asimilasi bagi WBP.
Namun, karena sedikitnya mitra kerja yang ada saat ini membuat WBP
yang dapat bekerja di luar lembaga pun sedikit. Hal ini juga dipengaruhi
15
Informasi diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Rio Chaidir selaku
Kasubsie Perawatan pada tanggal 20 November 2013.
95
juga menjadi faktor penghambat. Karena apabila dalam diri WBP itu
diharapkan yaitu kemandirian tidak akan tumbuh dalam jiwa WBP. Hal ini
diungkapkan oleh Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja
kepada penulis.
“Kalau WBP yang tidak mau ikut ya kami juga tidak bisa
memaksakan ya. Kenapa kami tidak bisa memaksakan karena itu
terkait dengan program juga. Misalnya peternakan, di program itu
cukuplah lima orang saja yang mengurus. Karena apabila terlalu
banyak orang juga akan mempengaruhi proses dan hasil ternak itu
sendiri. Terlalu banyak orang yang terlibat juga bisa membuat
tingkat stres ayam tinggi. Selain itu jika terlalu banyak orang yang
ikut turun tangan namun kalau mereka memiliki pendapat yang
berbeda-beda juga bisa mengacaukan program kan. Jadi ya,
masalahnya kembali lagi karena kurangnya program. Kami rasa
kalau programnya cukup banyak, maka akan bisa menyerap WBP
yang ada sehingga yang tidak mau ikutpun bisa kami paksa.
Karena keterbatasan itulah kami tidak bisa berbuat apa-apa.”16
atau keahlian dalam bidang tertentu sehingga membuat WBP yang telah
keluar dari lembaga ini dapat mandiri nantinya dalam hal mencari mata
16
Wawancara dengan Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja dilakukan pada 6
Januari 2014.
96
pencaharian.17 Hal inilah yang diungkapkan oleh Ibu Puji Indrayani kepada
AG. Mereka ada dua orang WBP yang mengikuti program pembinaan
WBP lainnya untuk belajar menternakan ayam broiler karena semasa masih
17
Wawancara dengan Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja dilakukan pada 6
Januari 2014.
18
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.
97
ayam karena ia memang memiliki minat terhadap pemeliharaan ayam. Hal ini
budidaya cacing. Hal ini seperti yang AN ungkapkan kepada penulis dari
wawancara.
“Setelah keluar sih mau nerusin sekolah lagi kak. Mau kuliah juga.
Mungkin kalau ada kesempatan ingin juga buka usaha budidaya cacing.
Tidak begitu sulit juga sih prosesnya.”20
lebih tenang, tidak merasa tertekan dengan tidak adanya kurungan dan jeruji
serta dinding yang tinggi seperti bangunan Lapas pada umumnya. Sehingga
dikatakan pula mendukung program pembinaan dari sisi psikologis dan mental
19
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.
20
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.
98
para WBP. Hal ini diungkapkan oleh J yang mengikuti program pembinaan
kemandirian yaitu bekerja pada pihak ke-3 serta AG yang mengikuti program
mereka lebih teratur dan disiplin, semangat dan motivasi mereka pun tumbuh
Jakarta. Hal ini sesuai dengan apa yang telah penulis jabarkan di bab Landasan
21
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.
22
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.
99
mereka dapat, hal tersebut juga menumbuhkan motivasi dalam diri mereka
emosional telah dapat mereka raih selain juga pencapaian dalam kemandirian
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti dalam kurun waktu 5 bulan
keahlian yang dimilikinya dengan diawasi oleh pihak Lapas dan telah
100
101
B. Saran
Terbuka Klas IIB Jakarta maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1993.
1982.
2005.
Rosdakarya, 2004.
102
103
Masrun dkk. Studi Mengenai Kemandirian Pada Penduduk Di Tiga Suku Bangsa
Undip, 1995.
Nawawi, Prof. Dr. Hadari. Metode penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Alfabeta, 2008.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metode Penelitian, Sosial Agama. Bandung: PT.
1996.
yang Tinggal Terpisah dari Orang Tua dan Tinggal Bersama Orang
Jenis Kelamin Pada Siswi Kelas I SMU Negeri 1 Ungaran Tahun Ajaran
Internet :
September 2013.
http://www.kemenkumham.go.id/berita/headline/1942-penempatan-
November 2013.
LAMPIRAN
106
107
Papan Selamat
Datang menuju
Lapas Terbuka
Jakarta
Pintu Masuk
Lapas Terbuka
Jakarta
108
Biodata Informan
Nama :
Jabatan :
Pelaksanaan wawancara :
Pertanyaan:
1. Sejak kapan program pembinaan keterampilan kerja bagi Narapidana
diselenggarakan oleh Lapas Terbuka Jakarta?
2. Apa saja progam pembinaan keterampilan kerja yang telah terselenggara
di Lapas Terbuka Jakarta sejak berdirinya hingga sekarang?
3. Apa alasan dan latar belakang pemilihan program pembinaan keterampilan
kerja yang sekarang diselenggarakan oleh Lapas Terbuka Jakarta?
4. Adakah kerja sama dengan pihak luar Lapas Terbuka Jakarta dalam
menyelenggarakan program pembinaan keterampilan kerja?
5. Apakah ada proses penilaian atau evaluasi bagi Narapidana yang
mengikuti program keterampilan kerja?
Pedoman Wawancara
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Terbuka Jakarta
Inisial Informan :
Usia :
Bidang program :
Waktu wawancara :
Daftar Pertanyaan:
1. Berapa lama anda menjadi WBP di Lapas Terbuka Jakarta?
2. Sejak kapan anda menjadi WBP di Lapas Terbuka Jakarta?
3. Darimana anda mengetahui informasi tentang adanya Lapas Terbuka Jakarta sehingga
anda bisa masuk menjadi WBP di Lapas Terbuka Jakarta?
4. Program pembinaan kemandirian apa yang anda ikuti selama berada di Lapas Terbuka
Jakarta?
5. Mengapa anda memilih program kemandirian tersebut?
6. Menurut anda, apa kekurangan dan hambatan yang dimiliki oleh Lapas Terbuka
Jakarta dalam menyelenggarakan program pembinaan kemandirian yang anda ikuti?
7. Menurut anda, apakah kekurangan dan hambatan yang anda temui dalam mengikuti
program pembinaan kemandirian di Lapas Terbuka Jakarta, baik dari dalam diri anda
sendiri maupun hambatan dari luar?
8. Apa yang anda harapkan setelah menjadi WBP dan menjalani program pembinaan
kemandirian di Lapas Terbuka Jakarta?
9. Apakah anda mengharapkan adanya program-program lain di Lapas Terbuka Jakarta?
Jika iya, program apa yang anda inginkan?
Transkrip Wawancara
Program Kemandirian Lapas Terbuka Jakarta
Pertanyaan:
1. Apa saja program pembinaan yang ada di Lapas Terbuka Jakarta?
Kalau di Lapas itu secara garis besar kan program pembinaannya
ada dua, itu pertama pembinaan kemandirian dan pembinaan
kepribadian. Kalau program kemandirian itu salah satunya
bercocok tanam (pertanian), perikanan, peternakan lele, nah itu
program kemandirian. Kalau yang berkaitan dengan pembinaan
kepribadian itu pembinaan mental, bernegara, agama. Pembinaan
bernegara misalnya seperti kita mendorong WBP untuk
memperingati hari besar atau peringatan hari nasional. Kalau
pembinaan agama, kita ada semua tergantung dari kondisi WBP.
Kalau ada yang nasrani, kita antarkan untuk mengikuti kebaktian di
gereja terdekat. Kalau untuk yang muslim biasanya diadakan shalat
berjamaah, pengajian setiap malam Jumat, dan istighozah setiap
hari Selasa dan Kamis, ada juga pelajaran membaca al Quran.
3. Apakah ada WBP yang tidak mau mengikuti program kemandirian dan
bagaimana menghadapinya?
Ada. Pasti ada WBP seperti itu. Biasanya yang seperti itu yang
memiliki pendidikan yang cukup menengah. Karena mereka
pendidikan tinggi, tidak mau kan mengikuti program pertanian,
peternakan. Tapi, kita anjurkan untuk mengikuti. Karena jika tidak
ikut dia akan mencoreng catatan kelakuannya selama berada di
dalam dan bisa jadi semakin lama bebasnya karena mendapat
hukuman karena tidak menjalankan program yang ada.
1. Program kemandirian apa saja yang saat ini sedang berjalan di Lapas
Terbuka Jakarta?
Untuk saat ini program sedang berhenti, karena menjelang akhir
tahun tutup buku, anggaran juga sudah habis dan akan diganti
dengan program yang baru. Namun, sebelumnya sudah ada
perikanan, peternakan, budidaya jamur dan pertukangan. Program
perikanan rencananya kami akan membuat kolam di lahan yang
tadinya adalah lahan untuk bertani bagi WBP (Warga Binaan
Pemasyarakatan). Ikan yang akan kami budidaya yaitu jenisnya
lele. Karena saat ini cukup menguntungkan, sehingga dapat
menjadi pemasukan tambahan bagi WBP dan Lapas juga bila
berhasil. Kalau peternakan juga baru mulai untuk bertelur. Kalau
pertukangan, kadang-kadang saja bila ada yang pesan untuk
dibuatkan alat seperti lemari dan sebagainya. Untuk alat perkakas
pertukangan cukup lengkap. Jika kurangpun, kami akan usahakan.
Karena kami melihat WBP itu sendiri cukup rajin dan memiliki
kemauan untuk bekerja yang sangat tinggi. Sehingga bila sedang
tidak ada pesanan pun, mereka sering membuat kerajinan dari
kayu-kayu bekas sendiri. Ada satu program lagi yaitu budidaya
cacing, namun, belum berjalan. Budidaya cacing ini akan
menempati lahan yang tadinya untuk budidaya jamur, karena
program budidaya jamur telah selesai. Nantinya cacing yang akan
dibudidayakan ini adalah cacing untuk pakan ikan. Sehingga untuk
perikanan ikan lele, kami tidak harus membeli pakan dari luar, bisa
memproduksinya sendiri.
2. Apakah program kemandirian yang ada di Lapas Terbuka ini telah cocok
dengan ruang lingkup Jakarta?
Kalau untuk program pertanian mungkin bisa tapi dalam skala
kecil, bisa menggunakan polybag atau tabulator. Untuk program
pertukangan memang cocok ya, karena pertukangan itu bisa di kota
besar atau di pedesaan pasti banyak orang yang membutuhkan.
Mungkin yang agak sulit adalah program peternakan, karena untuk
peternakan harus memiliki lahan dan memang ada jarak yang
cukup jauh dari pemukiman penduduk ya.
6. Apakah WBP atau staf di dalam Lapas Terbuka bisa mengajukan program
kemandirian baru?
Bisa ya. Pada dasarnya kita disini tidak mengekang aspirasi dari
staf atau warga. Kalau memang ingin ada program baru bisa
mengajukan. Biasanya dari warga mengajukan ke kita staf Giatja.
Lalu dari kita nanti kita ajukan ke Kasubsie Pembinaan. Dari
Kasubsie naik lagi ke Kalapas. Kalau ada dana dan lahan biasanya
disetujui. Tidak mungkin Kalapas menolak kalau memang
programnya bagus dan kita bisa melaksanakan. Kalau ditolak itu
biasanya karena mentok di dana sih ya. Tapi setahu saya, Kalapas
orang yang demokratis ya. Selama bisa dilaksanakan, beliau juga
mendukung kok.
Narasumber : AW
Usia : 37 Tahun
Waktu : Kamis, 9 Januari 2014
Narasumber : AS
Usia : 18 tahun
Waktu : Kamis, 9 Januari 2014
Narasumber : AL
Usia : 18 tahun
Waktu : Kamis, 9 Januari 2014
Narasumber : AH
Usia : 34 tahun
Waktu : Kamis, 9 Januari 2014
Narasumber : AN
Usia : 18 tahun
Waktu : Kamis, 9 Januari 2014
Narasumber : AG
Usia : 37 tahun
Waktu : Kamis, 9 Januari 2014
Hasil Observasi
Peneliti datang pada pukul 09.00 WIB dengan melakukan perjanjian
terlebih dahulu di hari sebelumnya dengan Bapak Rio Chaedir selaku Kasi
Perawatan Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta untuk melakukan wawancara. Saat
peneliti tiba di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta, peneliti dipersilahkan untuk
menemui Pak Rio Chaedir di ruangannya yang terletak di gedung kedua. Di hari
biasa atau hari kerja seperti ini, banyak penjaga yang bertugas berjaga di sekitar
Lapas. Diantaranya dua orang di Pos jaga yang terletak beberapa meter sebelum
pintu masuk Lapas Terbuka, dua orang yang berjaga di meja penerima tamu, dua
orang berjaga di meja piket yang terletak di aula.
Ketika peneliti tiba di ruangannya, Pak Rio menyambut peneliti dengan
ramah dan mempersilahkan peneliti untuk duduk di kursi yang ada di depan meja
kerjanya dan memulai wawancara. Saat peneliti mengajukan pertanyaan pun ia
tidak ragu untuk menjawab. Hal ini dapat peneliti lihat melalui caranya menjawab
pertanyaan penelitian yaitu segera setelah pertanyaan diajukan ia pun memberikan
jawaban. Jawaban yang diberikan sesuai dengan pengalamannya selama bertugas
di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
Setelah melakukan wawancara yang berlangsung kurang lebih selama 1
jam, peneliti melanjutkan untuk mengamati keadaan Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta. Peneliti duduk di sebuah bangku yang tersedia di aula ruang tunggu yang
juga merupakan tempat berkumpulnya para warga binaan dan pegawai Lapas di
saat istirahat. Pada saat itu waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB, dimana cuaca
pun sedang hujan deras. Dengan cuaca tersebut terlihat bahwa sebagian besar
warga binaan hanya berdiam diri di dalam ruang paviliun mereka, namun
sebagian dari mereka juga ada yang ikut bercengkrama bersama petugas Lapas di
aula sambil mengobrol dan ada pula yang bermain biliard. Karena di ruang aula
tersebut terdapat sebua meja biliard dengan peralatannya serta sebuah televisi
berukuran 14 inci sebagai hiburan. Namun, peneliti juga melihat ada beberapa
warga binaan yang sedang membersihkan teras paviliunnya dari air hujan serta
ada beberapa warga binaan yang melakukan kegiatan di rumah bilik tempat untuk
budidaya cacing. banyak di antara mereka cukup menikmati waktu senggang
mereka, namun ada pula yang menyibukkan diri dengan kegiatan mereka masing-
masing.
Lembar Catatan Observasi
Kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta
Hasil Observasi
Peneliti tiba di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta pukul 10.15 WIB untuk
melakukan wawancara dengan Pak Iwan selaku Staf Kegiatan Kerja (Giatja)
mengenai pelaksanaan pembinaan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta. Saat tiba,
peneliti diminta untuk menunggu terlebih dahulu di aula krena akan ada petugas
yang memberitahukan kedatangan peneliti kepada Pak Iwan. Selang 10 menit
kemudian, Pak Iwan pun datang dan peneliti memperkenalkan diri dengan
menyebutkan maksud kedatangan peneliti kepada Pak Iwan. Beliau pun dengan
ramah menyambut dan mempersilahkan untuk dimulainya wawancara. Kami
berdua duduk berhadap-hadapan di salah satu meja dan kursi yang ada di aula.
Wawancara berlangsung dengan lancar selama kurang lebih 1 jam. Setelah
selesai melakukan wawancara, Pak Iwan pun undur diri karena akan
melaksanakan Sholat Jumat. Beliau mempersilahkan peneliti jika ingin lebih lama
berada di Lapas Terbuka untuk melihat-lihat. Suasana di Lapas Terbuka pada hari
Jumat sangat sepi, tidak banyak warga binaan yang lalu lalang. Karena sebagian
besar dari mereka melaksanakan Sholat Jumat. Warga binaan yang tidak
melaksanakan ada yang menonton tv di aula dan ada pula yang berdiam diri di
paviliunnya dengan sesekali keluar masuk untuk suatu keperluan. Setelah Sholat
Jumat selesai, mereka kembali ke paviliun masing-masing untuk berganti baju dan
melaksanakan kegiatan masing-masing. Ada warga binaan yang membersihkan
halaman dan lapangan yang ada di lingkungan Lapas Terbuka dan ada pula yang
hanya bermain dan bercengkrama dengan petugas di aula.
Lembar Catatan Observasi
Kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta
Hasil Observasi
Hari Minggu, 12 Januari 2014 peneliti datang ke Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta untuk melakukan wawancara dengan seorang warga binaan yang
melaksanakan program Bekerja Pada Pihak Ketiga (P3). Saat peneliti sampai di
Lapas, suasana Lapas dalam keadaan sepi dan lengang. Tidak seperti hari biasa
manakala banyak petugas yang berjaga, di hari Minggu hanya nampak dua orang
yang berjaga di Pos jaga. Namun, penjagaan di meja penerima tamu dan meja
piket nampak kosong. Warga binaan pun terlihat santai dan lalu lalang dengan
kegiatannya masing-masing. Ada yang sedang bersantai di aula sambil menonton
televisi dan ada pula yang sedang bermain biliard. Sebagian warga binaan lainnya
melakukan kegiatan bersih-bersih.
Peneliti tiba pada pukul 08.00 WIB dengan perjanjian di hari sebelumnya
untuk melakukan wawancara. Warga binaan berinisial J yang melaksanakan P3
pun menyambut peneliti dengan ramah dan meminta untuk duduk di meja yang
dekat dengan pagar aula yang berbatasan dengan anak sungai Krukut yang
mengalir di depan gedung. Suasana Lapas yang lengang dan sepi membuat
wawancara berjalan lancar.
Warga binaan berinisial j pun dengan lancar menceritakan awal mula
mengapa ia bisa masuk ke penjara dan pindah ke Lapas Terbuka serta mengikuti
program P3. Ia merupakan slaah satu warga binaan yang cukup aktif dan dikenal
baik oleh petugas. Hal itu dibuktikan ketika di sela wawancara ada petugas yang
hendak pulang karena telah selesai melaksanakan shift jaga malam, pamit dan
mengobrol sebentar dengan Bapak J. Pada saat wawancara belum dimulai pun
terlihat beberapa warga binaan menyapa Bapak J dengan sangat ramah.
Setelah wawancara selesai, peneliti melanjutkan kegiatan mengamati
suasana Lapas Terbuka. Namun, tidak ada perubahan aktivitas yang signifikan
dari warga binaan setelah peneliti selesai melaksanakan wawancara. Sebagian
warga binaan masih ada yang berada di aula untuk menonton televisi dan bermain
biliard ataupun hanya sekadar bersantai sambil merokok. Sedangkan warga binaan
yang lain ada yang berada di paviliunnya dan ada pula yang melaksanakan
kegiatan bersih-bersih.