Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ROUDHOTUL FIRDHA
NIM: 1112054100036
i
KATA PENGANTAR
ii
9. Keluarga besar SAROJA dan keluarga besar dari Bapak yang selalu
memberikan semangat, dukungan baik moril maupun materil selama ini.
10. Ratna Wati dan Miftah Mawadah, S.Pd. Teman yang sudah menjadi
keluarga, terimakasih telah memberikan semangat, keceriaan dan dukungan
kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan skripsi Syarifah Malahayati, Nuni Nuraini, Dwi
Hardianti, Rahmawati Agustini, Heni Purwati, Nurfauziah Safitri, Fahmi
Islam yang telah berjuang bersama dan saling memotivasi selama
mengerjakan skripsi.
12. Teman-teman Kesejahteraan Sosial kelas B angkatan 2012 yang telah
memberikan canda, tawa serta kebersamaan selama masa perkuliahan.
13. Dan teman-teman angkatan 2012 Kesejahteraan Sosial yang telah
memberikan warna baru selama perkuliahan, Terutama kepada Aisyah
Rahma Utami.S.Sos dan Ira Rahmawati.S.Sos yang telah memberikan
bantuan kepada penulis mulai dari mencari judul sampai selesai.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan skripsi dan perkuliahan.
Penulis juga berharap bahwa skripsi ini memberikan pengetahuan baru dan
bermanfaat bagi penulis, mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan pembaca pada umumnya.
Roudhotul Firdha
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………..…………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……...…………………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………….………………………………………………....... iv
DAFTAR TABEL………….…………………………………………………... vi
DAFTAR BAGAN………..……………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………….. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….... 9
D. Metodologi Penelitian……………………………………………... 10
E. Sistematika Penulisan……………………………………………... 22
iv
9. Kerjasama Lembaga…………………………………………... 62
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 99
v
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR BAGAN
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini tidak hanya kalangan menengah keatas atau artis saja yang menjadi
korban narkoba melainkan semua kalangan masyarakat sudah banyak yang menjadi
korban dari obat terlarang ini, mulai dari kalangan pelajar/mahasiswa, sampai
pekerja. Sekarang ini masyarakat menyebut obat terlarang itu dengan sebutan
narkotika namun yang dimaksud narkotika itu sendiri adalah penggunaan narkoba
Narkotika adalah zat-zat (obat) baik dari alam atau sintetis maupun semi sintetis
dapat menimbulkan ketergantungan (depence). Narkotika yang dibuat dari alam yang
sebagian lagi menimbulkan perasaan mengantuk, yang lain bisa menyebabkan rasa
tenang dan nimat sehingga bisa melupakan segala kesulitan. Oleh karena efek-efek
1
Sasangka Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, (Bandung: Mandar Manjur,
2003), Cetakan I, h. 35.
2
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja , (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2007), h. 217-
218.
2
Begitu juga dengan penggunaan narkoba ini member efek rasa percaya diri yang
berbahaya. Beberapa tindakan tawuran pelajar dan tindakan pidana lainnya juga
resep dari dokter dan dipakai secara berulang kali sampai akhirnya menjadi pecandu,
yang juga melanggar hukum dan merusak fisik serta kehidupan sosialnya.
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
Sesuai dengan firman Allah.SWT, di atas dijelaskan bahwa segala zat yang dapat
memabukkan seseorang sampai hilang kesadaran itu adalah haram, dan tidak boleh
3
Topo Santoso dan Anita Silalahi, Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja: Suatu
Perspektif, Jurnal Kriminolog Indonesia, Vol. 1, No. 1 (September 2000): h.37
4
Al-Qur’an Tajwid 12 warna dan Terjemah, Al-Maidah ayat 90, (Jakarta: PT. Suara Agung,
2009), cetakan ke-2, h. 221.
3
sebanyak 102 kasus Narkotika dan TPPU yang merupakan sindikat jaringan nasional
dan internasional, dimana sebanyak 82 kasus telah P21. Kasus-kasus yang telah
diungkap tersebut melibatkan 202 tersangka yang terdiri dari 174 WNI dan 28 WNA.
Berdasarkan seluruh kasus Narkotika yang telah diungkap, BNN telah menyita
barang bukti sejumlah 1.780.272,364 gram sabukristal; 1.200 mililiter sabu cair;
1.100.141,57 gram ganja; 26 biji ganja; 95,86 canna chocolate; 303,2 gram happy
cookies; 14,94 gram hashish; 606.132 butir ekstasi; serta cairan prekursor sebanyak
32.253 mililiter dan 14,8 gram. Sedangkan dalam kasus TPPU total asset yang
Karena penyalahguna zat ini tidak cukup untuk diberi hukuman saja, melainkan harus
1) Orang tua atau wali dari pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk
rehabilitasi sosial.
5
Humas BNN, “Executive Summary Press Release Akhir Tahun 2015-BNN”, Diakses pada
tanggal 16 April 2016 dari www.bnn.co.id.
4
2) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau
“Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik,
mental maupun sosial, agar mantan pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan
persiapan untuk kembali ke masyarakat (reentry program). Oleh karena itu mereka
perlu dibekali dengan pendidikan dan keterampilan misalnya berbagai kursus ataupun
Kemudian hal ini dibahas salah satunya oleh Journal of Substance Abuse
Treatment ditulis oleh Steven L. Proctor, Ph.D, dkk dengan judul “A Naturalistic
cara rehabilitasi sosial pada penyalahgunaan narkoba. Pada jurnal ini di jelaskan
bahwa para mantan pengguna narkoba memiliki banyak permasalahan sosial dan hal
tersebut membuat mereka sulit mengelola permasalahannya diri sendiri. namun, pada
jurnal ini memberikan beberapa cara yang membantu agar klien mampu
Mereka dapat menceritakan masalah masalah yang dialami kepada anggota kelompok
lainnya hal ini bertujuan agar klien tidak merasa mengalami masalah sendirian dan
bulan. Intervensi berbasis telepon dianggapp cukup praktis karena klien dapat
Tidak hanya itu pada jurnal ini juga membahas mengenai metode 12 langkah
yang dianggap dapat berkontribusi sangat baik untuk pemulihan mantan pecandu
narkoba. Hasil penelitian pada jurnal ini menemukan bahwa mereka yang
permasalahan pada dirinya dan dapat membantu anggota kelompok lain apa bila
memiliki permasalahan serta para klien mau berjanji untuk berhenti menggunakan
narkoba dan mau mengatasi masalah kecanduan yang ada pada dirinya.
masyarakat yang didirikan melalui kepedulian sebuah komunitas yang terdiri dari
psikolog, praktisi pendidikan dan para orangtua yang memiliki pengalaman dengan
6
memulai kegiatan sejak Juni 2002 melalui pertemuan dukungan untuk orang tua
(Family Support Group) dan program terapi Gangguan Penggunaan Zat rawat jalan
(daycare), hinggaa kemudian resmi didirikan dengan berbadan hukum Yayasan pada
Gangguan Penggunaan Zat (NAPZA) dan HIV / AIDS, Yayasan KAPETA berusaha
memberikan dukungan sosio-psikologis bagi para ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)
masalah tersebut.
program untuk rawat inap dan rawat jalan. Untuk rawat inap dibagi lagi menjadi
rawat inap jangka pendek dan menengah, untuk mengakomodir rawatan Gangguan
dan zat lain dengan tingkat yang lebih kompleks, yayasan Kapeta membuka layanan
program rawat inap (residensial) jangka pendek dan menengah. Kemudian ada Rawat
jalan, yaitu program terapi dan pemulihan ini ditujukan khususnya kepada mereka
yang memiliki Gangguan Penggunaan Zat yang masih dalam tahap awal atau
kebutuhan, khususnya para pengguna zat yang telah menjalani program pemulihan
mengharuskannya meninggalkan keluarga dalam waktu yang cukup lama. Selain itu
program ini diinisiasi untuk mengisi lubang dari rangkaian rentang rawatan
oleh program terapi dan rehabilitasi rawat inap dengan durasi lebih lama (6 bulan
tahun 2014. Kemudian para konselor adiksi Yayasan Kapeta telah tersertifikasi
sebagai Certified Substance Abuse Therapies oleh APBC (Asia Pasific Certification
Board) sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik. Dan penulis juga ingin
agar tidak lagi melakukan penyalahgunaan NAPZA. Sudah seharusnya mereka yang
ataupun sosial. Sudah banyak tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba, baik yang
kondisi dari penyalahguna zat, agar mereka dapat kembali fungsi sosialnya.
Penyalahguna zat tidak hanya memerlukan obat saja untuk pulih namun
membutuhkan terapi-terapi yang lain yang dapat membantu penyalahguna zat ini
kembali baik secara fungsi sosialnya, oleh karena itu peneliti melakukan penelitian
1. Pembatasan Masalah
2) Terapi dalam rehabilitasi sosial dalam penelitian ini yaitu terapi medis
ibadahnya.
2. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat penelitian
a) Manfaat Akademis
b) Manfaat Praktis
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan
salah satunya adalah bersifat luwes dan fleksibel, menyajikan secara langsung
9
Koentjoro, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:Salemba
Humanika, 2012).
11
2. Sumber Data
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data
a. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian.
Data primer dari penelitian ini adalah staff klinis dan klien dari Yayasan
b. Data Sekunder
memo atau catatan tertulis lainnya maupun gambar atau benda yang berkaitan
dengan penelitian. Data sekunder ini peneliti dapatkan dari Yayasan Kapeta,
yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Dalam penelitian ini yang
menjadi subjek penelitian adalah klien, konselor dan pekerja sosial yang ada di
Yayasan Kapeta. Sedangkan objek penelitian ini adalah rehabilitasi sosial untuk
purposive sampling yaitu peneliti sudah mempunyai informan yang dituju untuk
12
menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian, yang terpenting disini
bukanlah jumlah informan, melainkan potensi diri tiap kasus untuk memberikan
yang menjadi informan dalam penelitian yang sesuai dengan penelitian ini.
Berikut ini jumlah informan yang terpilih dalam pengumpulan data yang
Kapeta.
10
Nanang Martono, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.79.
13
setelah menjalankan
rehabilitasi sosial.
a. Wawancara
11
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan
Penelitian, (Malang: Umm Press, 2010), Cetakan kedua, h. 56.
14
dalam mewawancarai responden, yaitu para klien, staff klinis, dan pekerja
b. Observasi
diterima sebagai warga atau orang dalam para responden, karena teknik ini
kehadiran peneliti.
menggunakan tiga indera yang lain, jika terjadi) apa yang dilakukan dan
penelitian.
15
di yayasan Kapeta.
c. Dokumentasi
wawancara.12
berbagai bentuk data tertulis yang ada dilapangan serta data-data lain yang
didapat dari buku, majalah, surat kabar, artikel, kliping, dan lain-lain.
a) Tempat Penelitian
12
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013), Cetakan Pertama, h. 176.
16
b) Waktu Penelitian
bulan dimulai dari bulan Juni 2016 sampai bulan November 2016.
6. Analisa Data
terhadap data dan informasi tersebut. Dalam menulis data tersebut, peneliti
secara sistematik, faktual dan akurat yang disertai dengan petikan wawancara
13
Ibid, h. 210.
17
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam
dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa
8. Teknik Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini maka penulis mengacu pada
pedoman penulisan karya ilmuan (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
9. Tinjauan Pustaka
14
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), Edisi kedua, Cetakan ke-5, h. 264-265.
18
kepada anggota kelompok lainnya hal ini bertujuan agar klien tidak
Tidak hanya itu pada jurnal ini juga membahas mengenai metode 12
para klien mau berjanji untuk berhenti menggunakan narkoba dan mau
tujuan dari proses tersebut dibutuhkan suatu layanan bantuan berupa peran
peer counselor. Hal ini didasari bahwa tidak semua klien yang mengikuti
terapi konseling, dimana terapi konseling ini perlu diberikan kepada klien
Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. Disusun oleh
peran sebagai negosiator. Peran yang paling menonjol dari peran tersebut
adalah peran sebagai pendorong dan peran sebagai fasilitator, dan yang
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab, masing-
masing bab terdiri dari beberapa sub bab secara sistematis sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan.
napza.
BAB V: PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
A. REHABILITASI SOSIAL
sehat secara fisik, psikologik, sosial dan spiritual/ agama (keimanan). Dimana
dalam keadaan sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi
rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik
fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali
menjadi 2 yaitu:
15
Ferlinda Cristianingrum, Penerapan Pendekaran Therapeutic Community Pada Program
Rehabilitasi Remaja Korban Penyalahgunaan NAPZA, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Indonesia, 2002), h.32.
16
Wresniwiro, dkk., Selamatkan anak bangsa dari bahaya narkoba, (Jakarta: Mitra Bintibmas,
2010), Cetakan Pertama, h.105.
25
b. Rehabilitasi sosial yaitu rehabilitasi bagi orang yang tunasosial atau memiliki
kelainan atau penyimpangan sosial seperti tuna susila, korban narkotika, anak
nakal dll.17
agar mereka dapat pulih kembali dan sehat baik secara mental dan fisik, serta
masyarakat (reentry program). Oleh karena itu mereka perlu dibekali dengan
pendidikan dan keterampilan misalnya berbagai kursus ataupun balai latihan kerja
juga berbagai perlengkapan fisik, baik langsung ataupun tidak langsung, baik
mendukung dan memberi nuansa kondusif bagi semua yang berkepentingan. Staf
maupun pecandu narkoba (pasien) harus bekerja sama untuk mencapai hasil yang
maksimal.
17
Listiyana Kurniawan, Pengaruh Konsep Pemulihan Terhadap Pusat Rehabilitasi Narkoba,
(Skripsi S1 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 2005), h.13.
26
(personnel), dan fasilitas serta peralatan. Berikut adalah penjelasan mengenai hal-
hal diatas:18
a. Program Rehabilitasi
Program rehabilitasi berbeda dalam hal jangkauan (scope), organisasi, tujuan, dan
Tujuan suatu program dapat dihubungkan dengan salah satu tipe masalah
sosial, dan dapat juga dihubungkan dengan kategori kecacatan atau masalah sosial
yang lebih umum atau luas. Seringkali tujuan program berkaitan dengan suatu
atau pemikiran antara profesi atau disiplin ilmu, pengumpulan dana, penelitian
dan pendidikan.
b. Pelayanan Rehabilitasi
18
Edi Suhato, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan
Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004), h.187
27
kombinasi talenta dan metode yang pada umumnya bersifat professional atau
pelayanan. Dengan demikian sumber daya manusia terdiri dari orang-orang dari
perawat, psikolog, pekerja sosial, pekerja sosial medis, konselor, vokasional, ahli
terapi bicara dan mendengar, ahli terapi phisik dsb. Selain personel tersebut,
adanya sarana atau lokasi khusus bagi pekerja medis, psikolog, dan pekerja
rehabilitasi vokasional. Fasilitas tersebut dapat berupa, rumah sakit, lembaga atau
e. Peralatan
dapat manual atau menggunakan teknologi tinggi. Jenis dan jumlahnya tergantung
mendukung para korban, hari demi hari, dalam membuat pengembangan dan
pengisian hidup secara bermakna serta berkualitas dibidang fisik, mental, spiritual
dan sosial.19
perawatan guna memulihkan kondisinya agar baik seperti kondisi awal sebelum
zat meliputi:
Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik
fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali
19
Lambertus Somar, Rehabilitasi Pecandu Narkoba, (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 20.
20
Ferlinda Cristianingrum, Penerapan Pendekaran Therapeutic Community Pada Program
Rehabilitasi Remaja Korban Penyalahgunaan NAPZA, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Indonesia, 2002), h. 32.
29
dilakukan pada panti rehabilitasi atau diterapkan pada beberapa fasilitas pendidikan
a. Terapi medis, ditunjukan agat para pengguna narkoba sehat secara fisik.
Kegiatan dalam terapi ini yaitu memulihkan kondisi fisik yang lemah, dengan
maupun kelompok. Selain itu terapi ini juga ditunjukan untuk keluarganya
agar dapat memahami permasalahan seputar narkoba dan persiapan atau sikap
21
Wresniwiro, dkk., Selamatkan anak bangsa dari bahaya narkoba, (Jakarta: Mitra Bintibmas,
2010), Cetakan Pertama, hal. 105.
22
Listiyana Kurniawan, Pengaruh Konsep Pemulihan Terhadap Pusat Rehabilitasi Narkoba,
(Skripsi S1 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 2005), h. 14-15.
30
dan sumber yang meliputi aspek fisik, psikis, sosial, spiritual dan budaya.
penyalahgunaan NAPZA.
sebagai upaya yang diarahkan kepada klien yang telah selesai mengikuti
23
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Standar
Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya.
31
5. Teori Kognitif-Perilaku
Seperti yang dikutip oleh Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Scott dan
“verbalisasi diri” (suatu intruksi terhadap diri sendiri) dan tingkah laku yang
mencegah stress dengan cara mengajari klien apa yang harus dikatakan atau
dengan kerja yang berfokus pada tugas: klien didorong untuk “mengunci” dan
ekplisit yang dibuat oleh manusia terhadap dunia; keyakinan terakhir adalah
kehidupan sehari-hari.24
pemikiran, yang meliputi asumsi, keyakinan, harapan, pesan kepada diri sendiri (self
kemudian dikaji untuk menentukan dampak akhirnya terhadap emosi dan perilaku
klien.
a. Peranan Fasilitatif
24
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial,
(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 42.
33
dan masyarakat, menghargai kontribusi dan kerja mereka. Dukungan ini dapat
bersifat formal dan informal. Membangun consensus dengan sesama pihak untuk
hasil produksi.
b. Peranan Educational
tetapi lebih berperan aktif dalam memberikan masukan dalam rangka peningkatan
c. Peranan-peranan Representasional
sumber dari luar tetapi dengan berbagai pertimbangan yang matang, seperti
Selain itu juga bertujuan menerima dukungan dari pihak lain yang lebih luas;
kelompok dan berupaya mendorong mereka untuk turut serta dalam upaya
d. Peranan Teknis
mendapatkan informasi dan data yang dapat digunakan baik untuk mengundang
mempromosikan.
masyarakat.
35
7. Terapi Kelompok
Seperti yang di kutip Edi Suharto, menurut Zastrow dalam kaitannya dengan
terapi kelompok, terdapat beberapa jenis kelompok yang sering digunakan sebagai
25
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate Social
Resposibility), (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 38.
26
Ibid, h. 39.
36
lembaga lain.
masalah personal dan emosional yang berat atau serius. Pemimpin kelompok
a. Skrining (screening)
obatan. Pada umumnya pekerja sosial menggunakan instrumen yang diisi oleh
37
individu sendiri (yaitu klien mengisi sendiri) atau instrument yang digunakan
Instrument singkat dan cepat yang paling sering digunakan dalam skrining
bermanfaat apabila:
dilakukan intervensi.27
b. Assessment
Instrumen standar yang paling umum digunakan dalam asesmen orang dewasa
yang bermasalah kecanduan alkohol dan obat adalah ASI (Addiction Severity
Index). Instrument ini mencakup tujuh bidang, medis, pekerjaan, alkohol, obat,
substansial.
& DiNitto memberikan informasi dan panduan untuk menyusun sejarah sosial
klien dalam kasus-kasus ketika informasi tentang masalah kecanduan alkohol dan
Salah satu bentuk layanan rawat rumah yang dibutuhkan klien adalah
komunitas terapeutik dan rumah singgah, yang mempunyai tingkat supervise dan
27
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar pekerja Sosial Social Workers’ Desk
reference, Penerjemah Juda Damanik dan Cynthia Pattiasina (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009),
Cet. 1, h. 302.
28
Ibid, h. 304.
39
kesepakatan tentang pendekatan teori yang terbaik untuk merawat klien dengan
masalah ketergantungan alkohol atau obatan lain. Proyek MATCH, yaitu studi
terbatas bagi individu, dan penanganan rawat rumah (kadang-kadang lanjutan dari
rawat inap):
- Fasilitas dua belas langkah (12 sesi) yang dirancang untuk membantu
serupa.
kesembuhan.29
9. Sumber-sumber Self-Help
obat seperti Narcotic Anonymous (NA) dan Cocaine Anonymous (CA). AA, NA,
belajar lebih banyak tentang kelompok itu. Mereka berbeda dari apa yang
29
Ibid, h. 306.
40
Mengukur hasil klien individu dalam praktik klinis sering dilakukan secara
informal, tetapi ada beberapa instrument dalam bidang penyalahgunaan obat dan
instrument mengukur hasil pada tingkat lembaga atau program. Misalnya, ASI
(Addiction Severity Index) mempunyai versi tindak lanjut yang dapat digunakan
Menurut David Easton teori sistem adalah suatu model yang menjelaskan
hubungan tertentu antara sub-sub sistem dengan sistem sebagai suatu unit yang
mempengaruhi individu.
30
Ibid, h. 309.
31
Ibid, h. 310.
32
Singgih D Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( Jakarta, Gunung
Mulia:1999), cet. ke-7, h. 6
41
B. Jenis-Jenis Sistem
a) Mikrosistem
b) Mesosistem
c) Ekosistem
d) Makrosistem
norma, nilai, dan amalan masyarakat. Budaya dimana seseorang tinggal, budaya
generasi berikutnya.
42
e) Kronosistem
Merujuk pada pola peristiwa dan transisi yang berlaku dalam sekitar individu
disepanjang kehidupannya.
B. Penyalahguna Narkoba
1. Pengertian Penyalahguna
(kondisi keluarga), dan faktor pencetus (pengaruh teman kelompok sebaya dan
Sindrom Otak Organik, yang disebabkan oleh efek langsung dari NAZA tersebut
33
Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif, (Jakarta: Fakultas Kedokteraan
Universitas Indonesia, 1991), h. 42.
43
a) Euphoria: ialah suatu persaan riang gembira (well being) yang dapat
ditimbulkan oleh narkoba yang abnormal dan tidak sepadan atau tidak sesuai
yang agak hebat yang terjadi secara mendadak, yang dapat menyebabkan
c) Halusinasi: yaitu suatu kesalahan persepsi panca indera, sehingga apa yang
d) Weakness: yaitu suatu kelemahan jasmani atau rohani atau keduanya yang
e) Drowsiness: yaitu kesadaran yang menurun, atau keadaan antara sadar dan
tidak sadar, seperti keadaan setengan tidur disertai fikiran yang sangat kacau
dan kusut.
f) Collapse: yaitu keadaan pingsan dan jika si pemakai over dosis, dapat
mengakibatkan kematian.
jenis narkotika yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
34
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, (Jakarta: Mandar Maju,
2003), Cetakan I, h.24.
44
pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkotika dapat terlihat pada fisik,
jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung,
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
(tidak haid).
dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. Penyalahgunaan narkotika bisa
berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkotika melebihi
kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis,
pengkhayal, penuh curiga, agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal,
45
perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri, gangguan mental, anti-sosial dan asusila,
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest). Gejala fisik dan
psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
1. Pengertian NAPZA
a) Narkotika
terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Pengertian yang paling umum dari
narkotika adalah zat-zat (obat) baik dari alam atau sintetis maupun semi
Smith Kline dan French Clinical staff dalam bukunya “Drug Abuse,
sebagai berikut:
35
Sumarlin Adam, Dampak Narkotika Pada Psikologi dan Kesehatan Masyarakat, Diakses Pada
20 Oktober 2016, www.portalgaruda.org.
36
Ibid, h.35.
46
depressant effect on the central vervous system. Included in this definition are
(meperidin, methadone)”.
susunan syaraf sentral. Dalam definisi narkotika ini sudah termasuk jenis
b) Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat yang bekerja pada susunan syaraf pusat
(S.S.P) yang memperlihatkan efek yang sangat luas. Istilah psikotropik mulai
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.39
37
Dinas Penerangan Polri, Narkotika, Bahaya dan Penanggulangannya, (Jakarta: Karisma
Indonesia, 1986), h. 12.
38
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk Mahasiswa dan
Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkotika, (Bandung: Mandar Maju,k 2003), Cetakan I, h.63.
39
A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta: PT. Forum Media Utama,
2010), h. 41.
47
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
c) Zat Adikitif
Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi
menggunakan secara terus menerus yang jika dihentikan dapat member efek
lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa, atau zat yang bukan narkotika dan
Unsur paling penting pada zat adiktif ini adalah karena zat tersebut
2. Jenis-jenis NAPZA
a. Narkotika
40
Joyo Nur Suryanto Gono, Narkoba: Bahaya Penyalahgunaan dan Pencgahannya, h. 81.
41
Nurbani Ulfah, Evaluasi Program Art Therapy Bagi Pasien Dual Diagnosis (NAPZA-
Skizofrenia) Di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta, (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h.63.
48
a) Opium berarti getah, yaitu getah dari kotak biji tumbuhan yang belum
tersebut diiris akan mengeluarkan getah yang berwarna putih seperti air
susu, yang bila dikeringkan akan menjadi sejenis bahan seperti karet
berwarna kecokelatan.
b) Opioida adalah nama sekelompok zat alamiah, semi sintetik atau sintetik
nyeri (analgesic).
42
Wresniwiro, dkk., Selamatkan anak bangsa dari bahaya narkoba, (Jakarta: Mitra Bintibmas,
2010), Cetakan Pertama, h.28.
49
c) Morfin adalah bahan analgesic yang kuat khasiatnya, tidak berbau, bentuk
keperluan medis.
seperti gula, cokelat, tepung susu, dan lain-lain dengan kadar sekitar 24%.
f) Metadon adalah opioida sintetik yang mempunyai daya kerja lebih lama
adalah tumbuha perdu liar di daerah beriklim tropis dan sedang seperti
lempengan.
b. Psikotropika
a. Keadaan ketergantungan
c. Menyebabkan halusinasi
1) Stimulansia
yang merangsang terhadap otak dan syaraf. Obat-obat yang dimasukan dalam
b. Ekstasi adalah zat sintetik amfetamin yang dibuat dalam bentuk pil. Ekstasi
43
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk Mahasiswa dan
Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkotika, (Bandung: Mandar Maju,k 2003), Cetakan I, h. 64.
44
Ibid, h. 69.
51
meminjam nama sebuah masakan dari jepang. Shabu berbentuk Kristal putih
mirip vetsin dan cairan mudah larut dalam alkohol dan air.45
2) Depresiva
pemakai.
3. Metakualon
4. Alkohol
5. Zat-zat pelarut/solvent.
3) Halusinogen
perasaan.
di otak. Dimasa kini, zat halusinogen tidaklah merupakan zat yang bersifat
45
Wresniwiro, dkk., Selamatkan anak bangsa dari bahaya narkoba, (Jakarta: Mitra Bintibmas,
2010), Cetakan Pertama, hal 9.
52
a) LSD
b) D.M.T
D.M.T merupakan singkatan kata dari Dimethly triptamine. Zat ini berasal
dari tanaman Cohoha. Tanaman tersebut ditanam oleh penduduk asli India
c) D.E.T
D.E.T merupakan suatu singkatan dari kata Diethly tryptamine. Zat ini
tidak didapat dari tumbuhan alam. DET seratus persen dibuat secara kimiawi
dilaboraturium.
d) D.O.M
hanya dibuat secara kimiawi, dan tidak diketemukan dari tumbuhan alam.
e) P.C.P
Pada saat ini PCP merupakan obat-obatan yang mempunyai resiko yang
disalahgunakan.
53
f) MESCALINE
menimbulkan halusinasi.
c. Zat Adiktif
tembakau dan caffeine, zat aktif dalam kopi, teh dan beberapa minuman botol
a) Nicotin
argentina) dengan kadar sekitar 1%-4. Dalam setiap batang rokok terdapat
b) Alkohol
46
Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat
Adiktif), (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000), h.51.
54
BAB III
PROFIL LEMBAGA
masyarakat yang didirikan melalui kepedulian sebuah komunitas yang terdiri dari
KAPETA memulai kegiatan sejak Juni 2002 melalui pertemuan dukungan untuk
orang tua (Family Support Group) dan program terapi Gangguan Penggunaan Zat
rawat jalan (daycare), hingga kemudian resmi didirikan dengan berbadan hukum
Penggunaan Zat (NAPZA) dan HIV / AIDS, Yayasan KAPETA berusaha untuk
dukungan sosio-psikologis bagi para ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) dalam
menapaki kehidupannya.
pemahaman dan sudut pandang masyarakat akan masalah tersebut. Hal ini
55
lingkungan dekat dari para penderita Gangguan Penggunaan Zat dan ODHA.
Apabila tidak ditanggulangi dengan baik, hal ini dapat menjadi stigma dan
diskriminasi yang justru akan membuat masalah Gangguan Penggunaan Zat dan
HIV / AIDS ini menjadi semakin rumit untuk ditanggulangi. Untuk itu, yayasan
a. Visi
dan masyarakat secara luas akan penanggulangan masalah Narkoba dan HIV /
AIDS.
b. Misi
epidemi HIV/AIDS.
47
Yayasan Kapeta Indonesia, Program Kapeta , artikel diakses pada 6 maret 2016 dari
http://kapeta.org/.
56
- Memberikan dukungan kepada keluarga dan lingkungan terkait lain dari para
a) Prosedur Kedatangan
Klien datang diantar oleh orang tua/ didampingi oleh wali yang ditunjuk
orang tua.
b) Wawancara Awal
- Perjanjian masuk
- Penjelasan program
- Peryataan keluar
48
Yayasan Kapeta Indonesia, Tengtang Kami, artikel diakses pada 6 maret 2016 dari
http://kapeta.org/.
57
klien terhadap barang bawaan dan tubuh yang bertujuan mencegah adanya
49
Data diperoleh dari Klien Handbook Yayasan Kapeta.
58
ALUR LAYANAN
2.3
Rawat
Jalan After Care
KANABIS
Dan Lain- 7 9
lain
2.4
50
Data Diperoleh dari Dokumentasi Yayasan Kapeta.
59
5. Struktur Organisasi51
STRUKTUR ORGANISASI
KAPETA
DEWAN PEMBINA
DEWAN PENGAWAS
- Ir. Paramayudha
- Ir. Wisdarmanto GS
- Dra. Ottyawati Adji
- Drs. Kemal Taruc
KETUA/DIRECTUR
SEKRETARIS BENDAHARA
51
Yayasan Kapeta Indonesia, Tentang Kami, artikel diakses pada 6 maret 2016 dari
http://kapeta.org/.
60
b) Konsultasi psikologi
e) Kolam renang
g) Wellnes program
h) Fasilitas olahraga
j) Vokasional
k) Outing
l) Dan lain-lain.
7. Landasan Hukum
Lapor.
8. Program Rehabilitasi
kebutuhan klien dengan jangka waktu 1 sampai dengan 6 bulan. Klien akan
benzodiazepine (Xanax, Dumolid, Happy Five, dll) hingga alcohol dan ganja.
Program ini juga dapat menjadi lanjutan dari program rawat inap intensif yang
52
Studi Dokumentasi Yayasan Kapeta.
62
c. Layanan Keluarga
pihak terdekat lainnya untuk dapat mendukung dan terlibat langsung di dalam
program. Program ini adalah wadah bagi keluarga yang salah satu anggotanya
tersebut.53
9. Kerjasama Lembaga
Yayasan Karya Peduli Kita didukung oleh beberapa lembaga terkait seperti:54
53
Studi Dokumentasi Yayasan Kapeta.
54
Studi Dokumentasi Yayasan Kapeta.
63
BAB IV
Pada bab empat ini mengenai temuan lapangan yang selanjutnya dianalisa sesuai
dengan tinjauan pustaka, berdasarkan hasil temuan lapangan yang penulis peroleh
Peduli Kita, maka penulis akan menjelaskan pada bab ini melalui proses rehabilitasi
dan hasil rehabilitasi yang diberikan di Yayasan Kapeta. Adapun sub-bab yang akan
dibahas:
NAPZA melalui beberapa program, baik itu sifatnya individu ataupun kelompok.
Dalam program rehabilitasi sosial, klien diberikan beberapa macam rawatan, seperti
waktu 1 s.d. 6 bulan. Klien menjalankan berbagai kegiatan terapi seperti: konseling
individu, konseling kelompok, edukasi, relaksasi dan yoga, terapi seni, kegiatan
olahraga, kegiatan rohani, kegiatan rekreasi dan kegiatan teraputik lainnya.55 Dalam
tahap rawat inap, klien diberikan beberapa fase mulai dari fase awal bulan pertama
55
Studi Dokumen, Brosur Yayasan KAPETA.
64
Dalam program rawat inap terdapat tahapan sebelum klien menjalankan rawatan
yaitu Assessment. Assessment adalah proses penilaian dan estimasi atau evaluasi
kebutuhan klien yang dilakukan oleh staff, assessment diberikan saat awal bulan
pertama. Seperti yang telah disampaikan oleh bapak Gidien selaku konselor di
terhadap klien, juga untuk menentukan perencanaan rawatan yang dibutuhkan oleh
klien. Serta mengetahui tingkat keparahan klien dalam penggunaan zatnya itu sendiri,
seperti yang dikatakan oleh pekerja sosial Siti Jumartina sebagai berikut:
“ assesment yang pertama itu ada ASI (addiction severity index), itu
zat yang di pake apa, tingkat keparahannya apa, gak jauh beda sama
pengecekannya biopsikososial spiritual”57
Tidak hanya ASI, dalam melakukan assessment perangkat yang digunakan ada
WHOQOL yaitu alat untuk mengukur kualitas hidup dari klien dan BBV-Traq yaitu
untuk menilai resiko tercapainya virus melalui transmisi darah. Hal ini disampaikan
Selanjutnya dari hasil assessment, konselor akan menentukan langkah apa yang
tepat untuk diberikan ke klien. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, instrumen yang
digunakan untuk assessment ialah ASI (Addiction Severty Index). Instrument tersebut
diperlukan untuk klien agar klien mendapatkan rawatan yang tepat dalam
Dari data diatas dapat penulis simpulkan untuk melakukan assessment, Yayasan
index), WHOQOL, dan BBV-Traq. Assesment dilakukan oleh staff yang bertugas saat
itu. Assesment juga berguna untuk mengetahui permasalahan yang lain diluar
Setelah melakukan assessment diawal, klien akan menjalani program rawat inap
di Yayasan Kapeta. Dalam program rawat inap terdapat beberapa program yang
diberikan Yayasan Kapeta kepada klien baik secara individu atau kelompok. Adapun
58
Wawancara Pribadi dengan Pekerja Sosial, Tangerang Selatan, 29 Juli 2016.
66
a. Konseling Individu
59
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
September 2016.
60
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irfan, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
September 2016.
67
Konseling individu di Yayasan Kapeta dilakukan dalam 8 kali pertemuan, hal ini
rehabilitasi, agar setiap apa yang dirasakan oleh klien selama didalam Yayasan
bisa disampaikan kepada konselor dan jika ada masalah, konselor sebagai
fasilitator bisa mencari jalan keluar bersama klien untuk mencari solusinya. Saat
konseling individu, klien lebih ditekankan membahas penggunaan zat itu sendiri
baik untuk pemulihan maupun pencegahan kekambuhan, namun jika klien ingin
individu saat ini sedang dalam renovasi. Jika ada klien ingin melakukan konseling
biasanya mereka mencari tempat yang sepi dan kondusif untuk sharing semua
yang dirasakan oleh klien, konseling juga dapat dilakukan di luar Kapeta tapi
oleh konselornya:
“Nah kalo konseling disini kaya cerita, misalkan ( iya nih gara-gara
drugs saya jadi lemot, gimana sih caranya biar gak lemot lagi?) dia
tuh kaya kasih tahu gitu, atau gak kan kalo make narkoba tuh kaya
jadi banyak gitu masalah, duit abis mulu atau gak kalo lagi gak ada
barang lu tuh butuh banget sampe jual sepatu baju lah kaya gitu..
konseling tuh sejam cuma kan udah asik cerita kadang lebih dari
sejam.”61
Berdasarkan hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa kegiatan konseling
individu ini yang dilakukan dengan konselor, dilakukan minimal 8 kali pertemuan
61
Wawancara Pribadi dengan Klien, Tangerang Selatan, 26 Agustus 2016.
68
dan setiap pertemuan hal yang dibicarakan klien biasanya mengenai adiksi itu
memiliki perpedaan masalah, jadi setiap yang konselor memiliki cara mereka
Program yang diberikan oleh Yayasan Kapeta setelah proses konseling adalah
b. Terapi Religius
Terapi religi ini adalah suatu proses penyembuhan dan pengobatan suatu
penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik. Terapi religius yang
diberikan oleh Yayasan Kapeta disampaikan oleh Siti Jumartina sebagai Pekerja
“ada sesi religi juga, setiap hari rabu jam 3 rutin kita ngundang pak
ustadz kesini untuk ceramah..”62
Berdasarkan hasil wawancara, bahwa terapi religi yang dilakukan dengan
NAPZA pada setiap hari rabu pukul 3 sore. Berdasarkan hasil temuan lapangan
tidak hanya dipanggil seorang ustadz, melainkan ada beberapa sesi yang sifatnya
mengajarkan klien untuk ingat akan Tuhan dimanapun dia berada. Dan juga
kegiatan solat berjam’ah bagi yang muslim dilakukan di Yayasan Kapeta, bagi
yang non muslim setiap mereka yang ingin beribadah makan Yayasan akan
62
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
29 Juli 2016.
69
sehingga tidak kembali pada narkoba.63 Berdasarkan analisis penulis bahwa terapi
religi merupakan terapi yang dibutuhkan oleh klien untuk memperkuat keimanan
Terapi religi ini diharapkan kepada klien agar mereka lebih memikirkan lagi
hukum dosa atau tidaknya suatu perbuatan mereka karena agama juga
penyediaan kolam renang, boxing, dan alat fitness. Kegiatan ini juga diberikan
dalam bentuk kompetisi seperti, futsal, basket, badminton, jalan pagi, dan tenis
jawab diantara mereka. Proses terapi olahraga yang dilakukan oleh penyalahguna
“iya jadi anak-anak disini dibebasin kalo mau olah raga, tapi tetap
ada waktunya. Mereka bisa pilih sendiri mau olah raga apa,
misalnya kan dibelakang ada kolam renang ya mereka boleh
berenang dibebasin terus kemarin ada yang mau ikutan boxing nanti
kami disini memfasilitasi mereka”64
Berdasarkan hasil wawancara menjelaskan bahwa terapi medis melalui
kegiatan olahraga dilakukan tanpa adanya paksaan dari Yayasan Kapeta. Para
63
Listiyana Kurniawan, Pengaruh Konsep Pemulihan Terhadap Pusat Rehabilitasi Narkoba,
(Skripsi S1 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 2005), h.14-15.
64
Wawancara Pribadi dengan Pekerja Sosial Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta,
Tangerang Selatan, 26 Agustus 2016.
70
inginkan. Karena berdasarkan hasil temuan penulis bahwa yayasan Kapeta telah
memfasilitasi kegiatan olahraga untuk para klien seperti kolam renang, alat
fitness, boxing dan tenis meja yang berada di halaman belakang. Klien melakukan
kegiatan olahraga setelah mereka selesai melakukan sesi di pagi hari seperti
berenang bersama.
Terapi olahraga ini merupakan bagian dari jenis terapi medis, terapi medis
ditunjukan agar para pengguna narkoba sehat secara fisik. Kegiatan dalam terapi
ini yaitu memulihkan kondisi fisik yang lemah, dengan pemberian makanan yang
bergizi dan kegiatan olahraga.65 Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi medis
pengguna narkoba sehingga terapi ini bermanfaat untuk klien guna menjaga
kesehatan diri klien, karena setiap individu yang memiliki badan yang sehat tidak
ingin memakai zat narkoba. Terapi medis ini juga bisa menjauhkan diri klien dari
d. Terapi Seni
terhadap klien untuk memilih apa yang diinginkan, yang biasa diberikan seperti
bermain gitar, karaoke, art therapy, membuat puisi, melukis, dan membuat
“Lalu ada terapi seni, ada terapi seni yang memang berkaitan
langsung dengan seni yang dijadikan terapi untuk adiksi, ada yang
65
Listiyana Kurniawan, Pengaruh Konsep Pemulihan Terhadap Pusat Rehabilitasi Narkoba,
(Skripsi S1 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 2005), h.14-15.
71
Kemudian kegiatan seni ini juga bersifat terapi agar mengetahui psikologis
“Kalo itu ada yang namanya art feeling itu jenis terapi seni yang
menggunakan medianya melukis, jadi dari hasil lukisan itu baik dari
segi warna gambar itu bisa kita evaluasi jadi bisa lebih tau ada
permasalahan apa untuk kedepannya bisa dibantu.”67
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa kegiatan seni ini
sedang merasa senang atau sedih. Dan kegiatan ini juga untuk memberikan
kegiatan tambahan disaat klien sedang tidak melakukan kegiatan terapi yang lain.
rekreasi, tujuan dari kelompok ini untuk menyelenggarakan kegiatan kreatif, juga
analisis penulis dapat disimpulkan bahwa kegiatan seni ini sifatnya rekreasi
untuk meningkatkan keterampilan dari klien. Selain itu tujuan kelompok ini
66
Wawancara Pribadi dengan Konselor Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang
Selatan, 9 September 2016
67
Wawancara Pribadi dengan Konselor Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang
Selatan, 9 September 2016.
68
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Alfabeta, 2009), h.38.
72
untuk membantu klien disini agar klien dapat melakukan kegiatan yang positif
e. Personal Time
Personal time adalah waktu yang disediakan Kapeta bagi klien untuk
merapihkan kamar, dan lain-lain. Berikut ini adalah wawancara penulis dengan
mereka seperti mencuci pakaian, mencuci piring yang telah selesai dipakai
sangat bermanfaat bagi klien, dengan kegiatan tersebut dapat mengajarkan klien
tanggung jawab terhadap pekerjaan dan dirinya sendiri. Selain itu juga
69
Wawancara Pribadi dengan Konselor Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang
Selatan, 9 September 2016.
73
Yayasan Kapeta juga memberikan terapi kelompok bagi para klien yang
interpersonal, membagi emosi atau perasaan yang dimiliki klien dan agar klien
a. Morning Meeting
Morning meeting adalah kegiatan yang dilakukan setiap pagi hari yang
mengawali kegiatan awal hari klien. Beberapa proses Morning Meeting yang
dilakukan oleh Yayasan Kapeta disampaikan oleh Bapak Irfan salah satu
“Yaa pertama itu ada just for today biasanya ngebacain tulisan
yang ada di buku ini yang dibuat oleh NA (Narcotic Anonymous),
nanti dibaca oleh satu orang dan yang lainnya menanggapi.
Morning meeting ini biasanya berkumpul mereka semua dan
ditemani oleh staff yang bertugas, satu sesi harian tadi ada sesi 12
langkah dan langkah-langkah itu harus mereka jalani dan orang
yang mengajari 12 langkah itu harus sudah pernah menjalani
tahapan 12 langkah itu. Jadi kalo belum menjalani 12 langkah itu
belum bisa mengajari klien itu sendiri.”70
Jadi sebelum melakukan morning meeting klien harus membuar format circle
baik itu di ruang kelas ataupun di ruang sesi, kemudian seluruhnya membacakan
doa kedamaian atau yang sering disebut serenity prayer satu sama lain
berpegangan tangan dan kemudian satu orang diantara mereka membacakan buku
just for today dimana di dalam buku tersebut berisikan tulisan 12 langkah.
Kemudian setelah selesai dibacakan just for today tersebut kemudian selanjutnya
70
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irfan, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
September 2016.
74
dilakukan belly check. Belly check ini juga dijelaskan oleh Bapak Irfan salah satu
konselor:
misalnya tentang kesehatannya apakah baik atau kurang baik. Selanjutnya ada
day. Sebagaimana yang juga disampaikan oleh Siti Jumartina salah satu pekerja
“announcement misalnya dia mau ngapain hari ini entah nyuci baju
atau telpon ortunya, community concern itu memberi peringatan
misalnya selesai mandi handuknya jangan taro sembarangan, terus
ada awareness itu pemberitahuan aja kaya cucian piring numpuk
siapa yang mau cuci, terus house issue biasanya kita tentuin isu
rumah buat hari ini, theme of the day itu membahas yang house
issue itu dan yang bertugas itu mayor on duty”72
Morning meeting memiliki durasi waktu sekitar 45 menit sampai satu jam
tergantung dari banyaknya klien, diadakannya setiap pagi setelah makan pagi dan
dipimpin oleh satu orang staff yang sedang bertugas atau sering disebut mayor on
71
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irfan, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
September 2016.
72
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
29 Juli 2016.
75
morning meeting semua klien disana aktif dan semua berbicara. Penulis
mengikuti semua proses saat morning meeting tersebut, tidak ada pembatas antara
penulis dan klien semua sama menjadi satu saat melakukan format circle. Klien
semua terbuka menceritakan apa yang sedang dirasakan hari itu ataupun apa yang
memberitahukan mesin cuci yang sedang rusak dan kerja sama mereka kompak
seperti membersihkan kamar tidur mereka sendiri ataupun ruangan lain yang
masih berantakan.
emosional yang berat dan serius.74 Dalam pemberian kegiatan ini Yayasan Kapeta
73
Data didapat dari Klien handbook Yayasan Kapeta.
74
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate Social
Resposibility), (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39.
76
b. Assertive Group
Salah satu keterampilan menyelesaikan “coping skill” yang perlu dimiliki oleh
adanya dan tidak bersifat agresif terhadap perasaan orang lain, yang disebut
dengan komunikasi asertif. Pada kontek pemulihan, faktor relapse pada seseorang
asetif.75 Hal ini disampaikan oleh salah satu konselor yaitu Bapak Gidien:
pendapatnya dengan komunikasi yang baik, tentu saja dalam kelompok ini klien
orang lain.
75
Data didapat dari Klien Handbook Yayasan Kapeta.
76
Wawancara Pribadi dengan Pak Irfan sebagai Konselor, Ruang Tamu Yayasan Kapeta,
Tangerang Selatan, 9 September 2016.
77
Hal ini berkaitan dengan teori yang di sampaikan oleh scott dan Dryden,
Group ini klien dibantu untuk dapat menyampaikan apa yang dirasakan,
diajarkan agar bisa menyampaikan dengan cara yang benar serta dapat
menghadapi apa yang terjadi ketika mereka dalam kondisi sulit.77 Jadi dapat
c. Static Group
dijelaskan oleh Bapak Gidien salah satu konselor, yang mengatakan bahwa:
sebagai berikut:
sama dan kemudian ini adalah terapi kelompok yang bertujuan agar sesama
anggota kelompoknya dapat bercerita dan mencari jalan keluar bersama atas
permasalahannya.
keputusan, adanya kegiatan static group ini diharapkan bagi klien untuk
ketika tahap rehabilitasi telah selesai dengan konselor. Dengan static group, klien
tersebut.
zat itu sendiri, namun anggota kelompok dapat meminta apa yang akan dibahas
materinya sesusai dengan permintaan dari anggota kelompok namun agar tidak
80
Wawancara Pribadi dengan Konselor, Tangerang Selatan, 9 September 2016.
81
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Alfabeta, 2009), h.38.
79
Terapi ini diberikan ada yang sifatnya edukasi ataupun yang memulihkan,
terapi ini wajib diikuti oleh semua klien sesuai dengan rencana perawatannya.82
edukasi dengan cara memberikan informasi kepada klien untuk mengontrol diri
mereka agar mampu untuk menahan rasa ingin kembali untuk memakai zat/rasa
menagih.
rehabilitasi dapat menghilangkan sikap anti sosial. Selain itu terapi ini juga
narkoba dan persiapan atau sikap yang harus diambil bila anggota keluarganya
pencegahan kekambuhan merupakan terapi yang wajib diikuti oleh semua klien
menghadapi rasa ingin mencoba kembali dan melakukan penolakan serta cara
Terapi ini ditunjukan untuk klien agar lebih memahami mengenai adiksi, baik
dari segi dampak menggunakan adiksi atau bahaya yang ditimbulkan. Kegiatan
pembekalan dengan pendidikan dan keterampilan, dalam terapi ini klien diberikan
pendidikan mengenai adiksi seperti apa dan juga keterampilan dalam menyiapkan
diri klien untuk nantinya kembali ke lingkungan sosialnya. Kemudian hal ini
sebagai berikut:
Berdasarakan hasil wawancara diatas, kelompok ini berguna untuk para klien
informasi ini agar dapat mengetahui apa itu adiksi dan bagaimana bahaya yang
ditimbulkan dari adiksi. Dan juga agar nantinya klien tidak lagi ingin
“jadi kalo terapi psikodinamik itu kita bisa kasih mereka semacem
informasi tidak hanya adiksi, ataupun tentang kesehatan diri terus
sama tentang kejiawaan. Nanti bentuknya tuh kaya seminar gitu kita
tampilin pake proyektor”86
85
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
September 2016.
86
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
29 Juli 2016.
81
Terapi ini termasuk dalam terapi psikososial dimana terapi ini bertujuan untuk
informasi tentang kejiwaan ataupun kesehatan diri, terapi ini berguna bagi klien
dalam menjaga kesehatan dirinya yang telah menggunakan zat dan mengontrol
diri agar bersikap sesuai dan juga agar klien dapat kembali kedalam
lingkungannya.
Menurut Scott dan Dryden, pada prinsipnya terapi kognitif perilaku adalah
harapan, pesan kepada diri sendiri (self talk), atau kelapangan (attributions).
dampak akhirnya terhadap emosi dan perilaku klien.88 Bapak Irfan sebagai
“terapi kalo disini ada beberapa pokok bahasan, secara garis besar
ada pembahasan CBT (cognitive behavioral therapy) terapi pikiran
dan perilaku”89
Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa terapi kognitif perilaku ini
adalah untuk mengidentifikasi pikiran yang paling penting, perasaan dan perilaku
yang membentuk reaksi dan memutuskan apakah tanggapan tersebut rasional dan
bermanfaat. Prinsip dasar dari CBT adalah bahwa cara berpikir dalam situasi
87
Listiyana Kurniawan, Pengaruh Konsep Pemulihan Terhadap Pusat Rehabilitasi Narkoba,
(Skripsi S1 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 2005). h. 14-15.
88
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial,
(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.42.
89
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irfan, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
Semptember 2016.
82
mengubah perilaku individu. Setiap orang akan memiliki cara berpikir sendiri,
“iya jadi kali CBT disini tuh, kaya ngasih tau klien buat menolak
untuk pake zat lagi kalo nantinya diluar ada yang ngajak memakai
zat lagi, terus menggali sugest klien yang ingin pake lagi agar tidak
memikirkan zat seperti itu”90
kesembuhan dan terapi kognitif perilaku ini adalah terapi yang membantu dan
Terapi life skill ini berupa pendidikan yang memberikan keterampilan non
formal, life skill ini dibutuhkan setiap klien penyalahgunaan NAPZA sebagai
Seperti yang dikatakan oleh konselor di Yayasan Kapeta yaitu Bapak Gidien,
sebagai berikut:
90
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
29 Juli 2016.
83
dengan tujuan agar klien dapat mengontrol diri mereka sendiri dari rasa marah,
stress dan dapat mengatur waktu agar dapat berkomunikasi dengan baik.
mengelola self control kemudian klien diajarkan cara menyampaikan apa yang
harus dikatakan dalam situasi yang sulit, dan klien juga dapat mengetahui masalah
yang ada dalam dirinya dan bisa merencanakan apa yang harus dilakukan.92 Jadi
dapat disimpulkan bahwa terapi kognitif perilaku ini bertujuan agar klien dapat
melakukan self control mereka dan klien juga dapat menemukan apa yang menjadi
menyelesaikan masalah mereka, dalam terapi ini klien juga diajarkan untuk
pemulihan klien yang sedang menjalankan rehabilitasi sosial, dalam hal ini
adiksi.
91
Wawancara Pribadi dengan Konselor Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang
Selatan, 9 September 2016.
92
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial,
(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.42.
84
“Kalo family support group ini yang kita ketahui masalah adiksi ini
harus ditangani secara komperhensif, jadi pendekatannya bukan
hanya dari kita aja nih pemberi layanan tapi perlu adanya dukungan
keluarga, dukungan sosial yang baik juga berperan juga. Jadi ini
adalah kelompok dukungan keluarga, jadi bukan hanya masalah
dari klien saja makanya keluarga itu terpengaruh akibat adanya
anggota keluarga ada yang menggunakan baik secara psikologis,
emosional bahkan sampe peran dikeluarga bisa jadi berantakan
menjadi malfunction. Selain mereka lebih paham masalah adiksi,
tentunya mereka perlu dukungan sesame keluarga dengan keluarga
sesama untuk membantu mereka, kalo klien punya kelompok
dukungan juga maka keluarga juga perlu kelompok dukungannya.
Biasanya dilakukan di kantor pusat, setiap hari selasa atau rabu kita
bekerja sama dengan yayasan keluarga pengasih Indonesia, jadi
yang dilakukan tidak hanya sharing dan menggunakan praktisi juga
untuk jadi pembicara.”93
Hal ini juga senada yang diucapkan oleh Bapak Rahardianto:
“iya jadi kita disini ada pertemuan keluarga mba, yang rutin
dilakukan biasanya di tempat kita yang di Senayan.. karena peran
keluarga sendiri sangat berpengaruh untuk mensuport keluarga
yang memakai zat, kegiatannya disana itu diberikan edukasi
mengenai adiksi”94
Berdasarkan hasil wawancara, penulis menyimpulkan bahwa family Suport
adiksi, dan dapat memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang sedang
dalam pemulihan. Kegiatan ini bekerja sama dengan Yayasan Keluarga Pengasih
Indonesia.
keluarga agar keluarga dapat menerima anggota keluarga yang memakai zat.
93
Wawancara Pribadi dengan Konselor Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang
Selatan, 9 September 2016.
94
Wawancara Pribadi dengan Manajer Program Bapak Rahardianto, Ruang Tamu Yayasan
Kapeta, Tangerang Selatan, 18 April 2016.
85
narkoba memiliki andil yang sangat penting karena klien sangat membutuhkan
dapat menjadi lanjutan dari program rawat inap intensif yang dirancang dengan
mengurus anak.96
Dalam tahap rawat jalan ini klien sudah boleh pulang kerumah tetapi 1
sampai dengan 5 hari permingggu klien menginap di Yayasan Kapeta dan sesuai
saat rawat inap, tetapi dalam rawat jalan ini klien ditambahkan terapi kelompok
Kelompok yang terdiri dari beberapa klien dan berfungsi sebagai ruang
berbagi tiap klien dalam menghadapi masalahnya. Hal ini disampaikan oleh
95
Dokumentasi Yayasan Kapeta.
96
Studi Dokumen, Brosur Yayasan Kapeta.
86
dibutuhkan untuk klien agar klien dapat sharing kepada orang-orang yang sudah
ataupun saat fase pemulihan. Di kelompok ini klien juga dapat menambah
bermanfaat dan bisa menjadi sumber penyembuhan utama bagi klien, apabila
merupakan sumber yang baik untuk rawatan lanjutan.98 Jadi dapat disimpulkan
97
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
September 2016.
98
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial Social Workers’ Desk
Reference, Penerjemah Juda Damanik dan Cyntia Pattiasina, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009),
Cet. 1, h. 309,
87
b. Kegiatan Resosialisasi
program kerja sosial, kegiatan ini bertujuan agar klien dapat mengadapi
Kapeta seperti yang dikatakan oleh Siti Jumartina salah satu Pekerja Sosial yang
“Nah kita disini kaya kasih business pass sama home leave, jadi biar
mereka tuh terbiasa di luar, gimana ngejalin komunikasi di luar biar
gak kaku. Soalnya kan kalo disini kegiatan mereka rutin dari pagi
sampe malem setiap hari kaya gitu, berbeda saat mereka diluar.
Nanti pas mereka udah balik kesini kita review, apa aja yang
dilakuin selama diluar itu.. melatih mereka juga agar mereka
mandiri”99
Jadi berdasarkan wawancara, proses resosialisasi yang digunakan oleh pihak
Yayasan Kapeta kepada klien dengan memberikan kegiatan business pass dan
home leave dengan tujuan untuk melatih klien ketika mereka berada di
masyarakat.
Dalam kerja sosial klien sendiri harus mendapatkan imbalan sebagai bentuk
implementasi dari filosofi “lakukan yang terbaik, maka segala hal yang baik akan
mengikuti” dan “kompensasi itu sebuah hal yang valid”100 Ada bermacam-macam
kerja sosial yang disediakan oleh Yayasan Kapeta seperti, mencuci motor dan
99
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
26 Agustus 2016.
100
Dokumentasi Yayasan Kapeta.
88
tahap resosialisasi, kegiatan ini baik untuk klien dalam menyiapkan diri klien agar
klien untuk lebih aktif dan bersosialisasi dengan baik kepada masyarakat sehingga
c. Kegiatan Vokasional
kewirausaan dalam diri klien, maka perlu dilakukan kegiatan vokasional di sela
kegiatan program lainnya.102 Hal ini disampaikan oleh Bapak Rahardianto sebagai
101
Ibid, h. 309.
102
Dokumentasi Yayasan Kapeta.
103
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rahardianto, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang
Selatan, 18 April 2016.
89
“oh kalo kegiatan vokasional kita disini waktu itu sih kita bawa klien
ke tempat penyablonan yang dari kemensos kalo gak salah, abis itu
kita panggil tukang sama bawa alat penyablonanya kesini itu sih
buat sablon yang mudah dulu belum yang sulitnya”104
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan kegiatan vokasional ini
voksional ini bagus untuk diberikan agar klien setelah menyelesaikan rehabilitasi
B. Hasil Rehabilitasi
klien yaitu untuk tetap abstinen. Maksud dari abstinen itu sendiri adalah kondisi yang
berpantang dari segala bentuk pemakaian dan penyalahgunaan zat serta alkohol. Hal
“Secara garis besar sih yang dibilang berhasil mereka sudah tidak
menggunakan zat kembali, terus yang kedua meskipun nantinya
mereka akan jatoh kembali tapi itu tadi mereka tahu harus ngapain..
kalo toh mereka menggunakan kembali, mereka sudah tahu
menggunakan yang tidak terpapar penyakit yang menular. Tapi kalo
tujuan utama itu sih memang abstinen, sudah tidak lagi
menggunakan.”105
Hasil dari rehabilitasi disini dimaksudkan kepada klien mereka sudah pulih
dan berkurangnuya keinginan untuk memakai zat, serta klien juga sudah berubah
secara perilaku. Dari hasil temuan lapangan yang penulis lakukan klien sendiri sudah
bisa lebih teratur kehidupannya, mulai dari melakukan kegiatan dengan positif dan
104
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
29 Juli 2016.
105
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irfan, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
September 2016.
90
tepat waktu seperti mencuci baju sendiri, mencuci peralatan makanan yang telah
dipakai, kemudian melakukan kegiatan seperti olah raga ataupun kegiatan seni yang
kegiatan di luar rumah yang dinamakan Business Pass misalnya mereka adalah
mahasiswa diluar mereka tetap kuliah, jika yang bekerja mereka tetap melakukan
pekerjaan. Dengan rehabilitasi ini mereka diharapkan untuk tetap abstinen dan bisa
Ukuran hasil individu bisa dilihat dari asesmen ASI yang mempunyai versi saat
tindak lanjut, di Yayasan Kapeta melakukan asesmen ASI tindak lanjut tepatnya
setelah 6 bulan perawatan dan yang diperiksa kembali adalah medis, sosial seperti
hubungan dengan keluarga, pendidikan, psikologis, dan hukum. Seperti yang telah
106
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gidien, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 9
September 2016.
91
diawal nantinya klien akan dibuatkan resume rawatan yang menjadi hasil
berikut:
yang sebagai informan, klien AR merasakan bahwa dirinya semakin baik setelah
107
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rahardianto, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang
Selatan, 22 Oktober 2016.
108
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rahardianto, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang
Selatan, 22 Oktober 2016.
109
Wawancara Pribadi dengan Klien AR, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 20
September 2016.
92
“mungkin gua berkurang keinginan butuh zat gua, udah gak mikirin
zat lagi, waktu awalnya masih mikirin shabu gua pengenlah
ibaratnya nagih. Sekarang udah ilang sedikit demi sedikit, sama fisik
gue lebih baik kesehatan lebih baik”110
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil dari rehabilitasi ini dilihat dari asesmen
dalam ASI itu seperti kesehatan, psikologis, relasi dengan keluarga ataupun orang
lain. Dari situ dapat disimpulkan hasil, apakah dari fisik yang semula klien sakit
berkurang untuk memikirkan zat itu lagi dan sudah tidak lagi menggunakan zat,
dan juga hubungan dengan keluarga yang kurang baik akibat menggunakan
dialami oleh klien yang tidak lagi memakai zat. Dan keluarga juga sudah
110
Wawancara Pribadi dengan Klien P, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 26
Agustus 2016.
111
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial Social Workers’ Desk
Reference, Penerjemah Juda Damanik dan Cyntia Pattiasina, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009),
h. 304.
93
berikut:
mengisi sesi. Saat itu pekerja sosial memberikan materi psikoedukasi, dan dalam
sesi tersebut pekerja sosial mendorong anggota untuk berpartisipasi aktif hal
tersebut terlihat saat pekerja sosial menanyakan jika ada yang tidak mengerti
sebaiknya bertanya. Kemudian dalam sesi yang lain ada dynamic group,sesi ini
dibuat oleh pekerja sosial, seperti yang dikatakan oleh klien AR sebagai berikut:
“kalo setiap hari jum’at disini kita ada dynamic group, biasanya sih
kita main games aja sama klien yang lain didampingin sama peksos..
gamesnya sih macem-macem kalo setiap minggu..”113
Kemudian hal tersebut dipekuat oleh penyataan pekerja sosial Siti Jumartina,
“iya peksos disini biasanya setiap hari jumat bikin dynamic group,
tujuannya itu gak cuma sekedar kasih games gitu aja tapi kita juga
bikin biar kelompok itu tuh saling mensuport satu sama lain biar
kompak..”114
112
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
26 Agustus 2016.
113
Wawancara Pribadi dengan klien AR, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan, 26
Agustus 2016.
114
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
26 Agustus 2016.
94
Dan dalam sesi yang lain pekerja sosial juga membantu klien untuk
membantu dalam isu permasalahan, seperti yang terlihat saat peneliti mengikuti
sesi morning meeting. Terlihat pekerja sosial menanyakan apa yang sedang
dirasakan saat itu, kemudian apakah ada masalah atau tidak, jika ada maka
pekerja sosial akan berdiskusi dengan kelompok untuk menemukan jalan keluar
peranan yang dijalankan oleh pekerja sosial dalam proses rehabilitasi di Yayasan
“jadi kalo disini tuh biasanya klien kalo ada apa-apa biasanya
ngomong ke kita dulu, misalkan uang mereka udah abis tapi mau
beli sesuatu nanti kita nyampein ke konselornya baru dipenjemin
uang dulu kaya gitu, terus kalo mereka lagi ada masalah juga
mereka ceritanya ke kita dulu”115
Menurut analisa penulis bahwa peran pekerja sosial di Yayasan Kapeta
terjalin oleh klien seperti hubungan negatif klien dengan teman diluar yang
115
Wawancara Pribadi dengan Siti Jumartina, Ruang Tamu Yayasan Kapeta, Tangerang Selatan,
26 Agustus 2016.
116
95
Kemudian sebagai mediator seperti yang telah dibahas oleh pekerja sosial,
mediator disini pekerja sosial membantu klien untuk menyampaikan apa yang
masalah.
96
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh penulis di Yayasan Karya Peduli Kita untuk
melihat proses rehabilitasi dan hasil rehabilitasi melalui wawancara, observasi, dan
yang bertujuan untuk mengetahui masalah yang timbul, kemudian untuk mencari
tahu kebutuhan klien. Setelah itu klien ditentukan rawatan apakah rawat inap atau
Rawat inap diberikan selama 3 bulan, dan rawat jalan juga diberikan selama 3
bulan namun saat melakukan rawat jalan klien sudah diperbolehkan untuk
business pass untuk bekerja ataupun kuliah. Dan diberikan kegiatan vokasional
proses terminasi.
sistem rujukan, dan tahap terakhir adalah pembinaan lanjut yang bertujuan untuk
keberfungsian sosialnya.
individu ataupun kelompok. Bentuk terapi dalam rehabilitasi sosial ini antara lain:
pendidikan dan latihan keterampilan agar klien dapat kembali berfungsi sosial
Hasil dari rehabilitasi sosial Yayasan Kapeta adalah membuat klien tetap
abstinen artinya klien sudah tidak lagi menggunakan zat dan bisa untuk menolak
untuk tidak menggunakan kembali jika ada yang mengajak, serta klien tahu apa
Untuk mengetahui hasil dari rehabilitasi sosial di Yayasan Kapeta ini, Kapeta
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang tertera diatas penulis akan memberikan saran yang
terkait dengan rehabilitasi sosial dan hasil rehabilitasi yang diberikan Yayasan Kapeta
membuka usaha sendiri agar lebih mandiri atau kegiatan vokasional seni
itu juga sebagai sarana hiburan bagi klien setelah seharian menjalani
rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA
A. SUMBER BUKU
Al-Qur’an Tajwid 12 warna dan Terjemah, Al-Maidah ayat 90, Jakarta: PT.
Suara Agung, 2009.
Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati, Belajar Teori
Pekerjaan Sosial, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011.
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2011.
Dinas Penerangan Polri, Narkotika, Bahaya dan Penanggulangannya, Jakarta:
Karisma Indonesia, 1986.
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2013.
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal
dan Laporan Penelitian, Malang: Umm Press, 2010.
Hawari, Dadang, Lima Besar Penyakit Mental Masyarakat ,Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2008.
Hawari, Dadang, Penyalahguna & Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol,
& Zat Adiktif), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2013), Cetakan Pertama, h. 176.
Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, Jakarta: PT. Forum Media
Utama, 2010.
Koentjoro, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,
Jakarta:Salemba Humanika, 2012.
Rukminto, Isbandi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan
Sosial, dan Kajian Pembangunan), Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013.
Sarwono, Wirawan Sarlito, Psikologi Remaja ,Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2007.
Sasangka, Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Bandung:
Mandar Manjur, 2003.
Somar, Lambertus, Rehabilitasi Pecandu Narkoba, Jakarta: Grasindo, 2001.
Suharto, Edi, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate
Social Resposibility), Bandung: Alfabeta, 2009.
Suhato, Edi, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi,
Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial
RI, 2004.
Wresniwiro, dkk., Selamatkan anak bangsa dari bahaya narkoba, Jakarta: Mitra
Bintibmas, 2010.
100
B. SUMBER SKRIPSI
Cahyani Putri, Perbandingan Parental Attachment Antara Remaja Pria
Penyalahguna Narkoba Dengan Remaja Pria Bukan Penyalahguna
Narkoba, Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, 2004.
Cristianingrum, Ferlinda, Penerapan Pendekaran Therapeutic Community Pada
Program Rehabilitasi Remaja Korban Penyalahgunaan NAPZA, Skripsi
S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2002.
Kurniawan, Listiyana, Pengaruh Konsep Pemulihan Terhadap Pusat
Rehabilitasi Narkoba, Skripsi S1 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Indonesia Depok, 2005.
Ulfah, Nurbani, Evaluasi Program Art Therapy Bagi Pasien Dual Diagnosis
(NAPZA-Skizofrenia) Di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)
Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. SUMBER UNDANG-UNDANG
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 14 tahun 2011, Rehabilitasi
Narkotika Komponen Masyarakat.
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 Tentang
Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya.
D. SUMBER WEBSITE
Humas BNN, “Executive Summary Press Release Akhir Tahun 2015-BNN”,
Diakses pada tanggal 16 April 2016 dari www.bnn.co.id.
Yayasan Kapeta Indonesia, Program Kapeta , artikel diakses pada 6 maret 2016
dari http://kapeta.org/.
E. SUMBER JURNAL
Gono, Joyo Nur Suryanto, Narkoba: Bahaya Penyalahgunaan dan
Pencegahannya.
Proctor, L, Steven, dkk, A Naturalistic Evaluation of The Effectiveness of a
Protracted Telephone-Based Recovery Assistance Program on
Continuing Care Outcomes, Journal of Substance Abuse Treatment, Vol.
73.
Santoso, Topo dan Silalahi, Anita, Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan
Remaja: Suatu Perspektif, Jurnal Kriminolog Indonesia, Vol. 1, No. 1
September 2000.
F. Hasil Wawancara
Wawancara Pribadi dengan klien AR, Tangerang Selatan, 20 September 2016.
Wawancara Pribadi dengan klien AR, Tangerang Selatan, 26 Agustus 2016.
Wawancara Pribadi dengan klien P, Tangerang Selatan, 26 Agustus 2016.
101
Observasi yang penulis lakukan pada hari ini adalah Sesi Morning
meeting. Kegiatan ini dilakukan di ruang kelas yang berada di dekat halaman
belakang Yayasan Kapeta. Kegiatan ini dipimpin oleh staff yang bertugas saat itu
atau biasa yang disebut dengan mayor on duty. Sesi ini adalah kegiatan yang
mengawali pagi hari klien sebelum melakukan sesi-sesi di hari ini, sesi dimulai
pukul 09.00 pagi, semua klien wajib mengikuti sesi morning meeting ini.
semua yang hadir dalam morning meeting membacakan doa perdamaian dengan
berpegangan tangan, doa perdamaian dibacakan oleh satu orang kemudian orang
yang lain mengikuti. Setelah doa perdamaian selesai selanjutnya membacakan just
for today, just for today adalah sebuah buku yang berisikan tulisan-tulisan
penyemangat untuk para klien. Just for today juga dibacakan oleh satu orang yang
memimpin dan yang lain mengikuti, tujuan dari just for today itu sendiri adalah
untuk memberikan motivasi dan hanya memikirkan untuk hari ini saja jangan
memikirkan untuk hari-hari kedepan seperti apa yang telah disampaikan oleh
perasaannya di hari itu seperti kesehatan ataupun perasaannya hari ini, hari ini
semua klien sehat tapi ada satu orang yang merasa kurang enak badan. Dan
hari ini, seperti salah satu klien yang mengatakan bahwa hari ini akan
menghubungi orang tuanya dan ada juga yang akan solat jumat.
merasa kesal dengan klien yang lain tapi saat itu tidak ada yang merasa kesal atau
pemberitahuan untuk anggota kelompok lainnya, hari ini ada seorang klien yang
memberitahukan bahwa filter mesin cuci sudah rusak dan jika selesai mencuci
Kemudian ada house issue yaitu isu apa yang diangkat oleh klien, hari ini
isu yang diangkat nuansa weekend, sepi dan selanjutnya adalah theme of the day
Mengikuti Sesi yang diberikan oleh Pekerja Sosial dan wawancara dengan 2
orang klien.
Hari ini adalah hari pertama penulis mengikuti sesi yang dibawakan oleh
Pekerja Sosial, sesi diberikan pukul 13.00 siang dan sesi dilakukan diruang kelas.
Saat penulis mengikuti sesi, sebelumnya penulis meminta izin kepada seluruh
klien untuk bisa mengikuti sesi. Sesi ini membahas mengenai life skill, pekerja
kepada muridnya begitupun saat pekerja sosial memberikan materi semua klien
mendengarkan dengan baik dan mencatat hal-hal yang penting dalam materi
tersebut.
mendengarkan apa yang diberikan pekerja sosial, dan jika ada yang tidak
dimengerti oleh klien maka mereka akan bertanya dan akan diberikan penjelasan
oleh pekerja sosial. Sesi berjalan kurang lebih 30 menit, setelah sesi selesai klien
mengisi buku kehadiran sesi yang harus ditanda tangani oleh pengisi sesi saat itu.
wawancara dengan klien A dan P. Saat itu semua klien sedang tidak ada kegiatan,
dan mereka hanya melakukan kegiatan pribadi mereka yang ingin dilakukan
seperti bermain gitar, mengobrol, makan siang, ataupun tidur siang. Pertama
sangat ramah dengan penulis dan saat penulis menanyakan beberapa pertanyaan
klienpun menjawab dengan apa adanya dan seperti curhat karena setiap satu
menjelaskan secara lengkap, walaupun umur klien lebih muda dari penulis tapi
klien A menjelaskan secara dewasa tetapi masih terlihat jelas klien A adalah ABG
sekarang yang dimasukan oleh orang tuanya ke tempat rehabilitasi, menurut klien
A jika seseorang sudah masuk ke tempat rehabilitasi orang tersebut sudah sangat
nakal dan menurutnya dia tidak seharusnya dia dmasukkan ke tempat rehabilitasi
karena kondisinya belum parah. Dan klien juga merasa jika dia bukan anak yang
senakal seperti yang dibayangkan orang tuanya itu, menurut pengamatan penulis
klien A sudah banyak belajar didalam Kapeta dan sudah bisa mengendalikan
dirinya.
saat wawancara klien P terlihat lebih pendiam dan tidak terlalu banyak bicara.
Klien P saat itu adalah klien baru yang sudah 3 minggu berada di Kapeta, saat
penulis menanyakan kenapa bisa masuk ke Kapeta terlihat ada emosi didalam diri
klien saat menceritakan proses kenapa klien bisa masuk ke dalam rehabilitasi ini,
walaupun klien baru merasakan 3 minggu tapi klien sudah berinteraksi dengan
baik terhadap orang-orang yang berada di Kapeta. Klien juga mengatakan bahwa
dirinya sudah mulai bisa untuk tidak memikirkan zat kembali, tidak seperti diluar
lagi.
Hari/Tanggal : Jum’at/ 19 Agustus 2016
Hari ini penulis ditemani oleh Pekerja Sosial untuk melihat sarana dan
prasarana di Kapeta. Di Kapeta sendiri terdapat 2 kamar tidur AC untuk klien dan
kamar mandi yang ada didalam setiap kamar, kemudian terdapa kolam renang dan
fasilitas olahraga seperi tenis meja, alat boxing, fitness dll. Kemudian ada ruang
kelas untuk sesi, dan ruang konseling untuk melakukan konseling individu dengan
konselor tapi saat penulis melihat ruang konseling sedang tidak bisa digunakan
Terdapat ruang tamu untuk klien yang digunakan bertemu dengan kerabat
ataupun keluarga yang berkunjung, dan ada ruang tengah yang biasa digunakan
TV kabel dan internet, dan ada dapur, tempat mencuci pakaian yang juga
digunakan setiap klien. Untuk staff sendiri ada ruang kerja dan satu kamar yang
Informan Klien
A. Waktu :
Tempat :
B. Identitas Informan :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Agama :
Pendidikan :
C. Pertanyaan :
3. Jenis NAPZA apa yang digunakan pertama kali dan yang pernah
digunakan?
7. Kegiatan rutin apa yang dilakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi?
12. Apa manfaat yang didapat setelah mengikuti program rehabilitasi sosial?
13. Apakah ada perubahan yang didapat setelah mengikuti rehabilitasi sosial
di Kapeta?
Klien
( )
PEDOMAN WAWANCARA
A. Waktu :
Tempat :
B. Identitas Informan :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Agama :
Pendidikan :
C. Pertanyaan :
klien?
4. Bagaimana cara peksos menggali masalah yang ada pada klien?
9. Kegiatan apa saja yang diberikan kepada klien agar klien mampu kembali
ke lingkungan mereka?
Pekerja Sosial
( )
PEDOMAN WAWANCARA
Informan Konselor
A. Waktu :
Tempat :
B. Identitas Informan :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Agama :
Pendidikan :
C. Pertanyaan :
1. Apa tugas pokok dan fungsi anda sebagai konselor dalam melakukan
Kapeta ini?
Konselor
( )
PEDOMAN OBSERVASI
2. Untuk melihat bagaimana interasksi klien dengan orang lain saat di dalam
Kapeta
5. Untuk melihat sarana dan prasarana yang menunjang rehabilitasi yang ada
di Kapeta
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : AR
Usia : 18 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
ini pada pukul 14.00.WIB. Informan yang diwawancarai adalah klien yang
adalah klien yang sudah berada di Kapeta kurang lebih 3 bulan rawat inap.
Klien
( )
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Saya mahasiswa dari UIN Oiya UIN ciputat, oke oke boleh..
yang mau melakukan skripsi emang? Heem skripsi agak
penelitian skripsi disini.. ribet ya? Iya gapapa..
nah izin nih sebelumnya
kalo boleh nanya-nanya..
2. Awalnya apasih yang Temen sih, lingkungan.. jadi pertama
melatarbelakangi pake zat? kali tuh lagi nongkrongan kan di
pondok indah nah ketemu temen-
temen SMP, jadi SMP gue tuh emang
kaya gitu kan negeri kan SMP ***
nah nongkrongnya emang di belakang
pondok indah, nah awalnya kaya
Cuma minum-minum doing kaya
jamu kaya intisari.. nah pertama tuh
nyobain ganja lagi hallowen party di
daerah cinere di rumah temen terus
kaget rasanya kok kaya gini ternyata
terus pas udah ke dua tiga kali masih
gak suka.. tapi temen tuh suka
namarin, nah belom ada penderian
gitu (oh yaudah lah yantai yantai),
terus pas kelas 3 SMP (ah minum
ngapain ribet kan muntah muntah)
pakelah gue ganja abis itu masuk
SMA kirain kan bener niatnya gue
mau ngambil basket tuh nah gak
taunya kaka kelasnya tuh pada kaya
gitu juga, nah kerjaannya tuh
ngeganja ngeganja yaudah akhirnya
bablas deh tuh.. terus akhirnya
ketauan nyokap.
3. Oh gitu, emang yang Pertama kali sih minum terus abis itu
dipake dari awal itu ganja? baru ganja..
4. Nah itu berapa lama pake Make ganjanya? Kalo bener-bener
ganja? addictnya sih 3 tahun dari kelas 3
SMP..
5. Nah terus efeknya apasih Lebih enjoy, seneng, ketawa pokonya
dari pake ganja itu, kalo nyantai gitu jadinya pengen makan
secara fisik? terus nafsu makan.
6. Kalo dampak negative Dampak negatifnya banyak sih, mikir
yang dirasin apa nih? jadi males.. jadi kaya belajar kalo di
kelas tuh Cuma numpang tidur doang
gitu, kalo guru ngomong masuk
kuping kanan keluar kuping kiri. Jadi
sekolah tujuannya ya ngeganja gitu.
7. Oh jadi makenya Makenya di kantin, gak haha
disekolah? Emang ketauannya ya ngerokok paling gitu..
dibolehin? Gak ketauan gak boleh tapi gimana sih SMA ya
apa itu? paling ngumpet-ngumpet.
8. Terus bisa masuk kesini Tau dari om, om dulu pernah disini..
tau dari siapa? terus tiba-tiba dibawa nyokap kesini
selesai SBM kan.
9. Baru banget dong? Terus Iya baru banget, disini ini mau
disini udah berapa lama? menjelang 3 bulan udah 2 bulan 2
minggu..
10. Nah terus adaptasi pertama Banget, awalnya sih gak terima
disini ada kesulitan gak? kayanya kesannya gue udah parah
bangat.. gila lu udah masuk rehab
kayanya udah nakal banget sih gue
mikirnya.. tapi pas 2 minggu 3
minggu disini, gue masih gak ngerti
sih sebenernya apasih rehab gak
penting, pelajaran gue udah tau
semua. Tapi lebih mikir aja sih, susah
sih jelasinnya.
10. Terus kegiatan yang udah Banyak sih, kalo disini ada yang
dilakuin disini apa aja? namanya sesi.. kaya kita tuh belajar
yang namanya narkoba belajar buat
gimana cara ngindarinnya? Apa
dampak positif negatifnya? Terus kalo
lu lagi suges, jadi lu tuh lebih mikir
lah kalo sugest.. kaya contohnya nih
lagi ujan-ujan sugest lu tuh pengen
makan bakso Cuma tuh gimana
caranya kita ngindarin dulu mungkin
kaya (ah gue beli es krim aja deh).
Main gitar, tidur, ketawa ngobrol-
ngobrol gitu sih..
11. Nah kalo misalkan Banyak, cara perilaku.. terus gimana
program rehabilitasi yang sih kenapa menggunakan gitu?
diberikan Kapeta apa aja? Pokonya banyak deh tentang adiksi
gitu, jadi lebih banyak belajar gitu..
12. Disini kan ada konselor Nah kalo konseling disini kaya cerita,
ya? Itu ketemunya berapa misalkan (gue iya nih gara-gara drugs
lama? gue jadi lemot, gimana sih caranya
biar gak lemot lagi?) dia tuh kaya
ngasih tau gitu, atau gak kan kalo
make narkoba tuh kaya jadi banyak
gitu masalah, duit abis mulu atau gak
kalo lagi gak ada barang lu tuh butuh
banget sampe jual sepatu baju lah
kaya gitu.. konseling tuh sejam cuma
kan udah asik cerita kadang lebih dari
sejam.
13. Terus kalo manfaat yang Lebih mikir mikir banget, dan
didapet setelah melakukan walaupun kita gak berenti tapi kita tuh
program ini apa? lebih mikir gitu gak kaya dulu addict
tiap hari tuh harus kaya gitu.. dan kalo
misalkan kita berenti juga udah
diajarin banget sih tinggal ngikutin
yang udah diajarin aja sih.
14. Perubahan yang udah Kalo perubahan negatifnya sih kurang
didapet setalah 3 bulan aktifitas aja sih.. tapi kalo positifnya
setengah disini apa? banyak banget sih, kepercayaan orang
tua mungkin terus lu tuh lebih mikir
kaya masa sih lu mau gitu-gitu aja.
Terus banyak aktifitas jadinya
olahraga kek, kuliah kek, les apa kek
gitu.
15. Terus kegiatan yang Oh iya gue tanggal 14 besok udah
dilakuin selain di Kapeta mulai kuliah..
apa?
16. Kalo harapan setelah Banyak banget, kuliah, magang,
selesai rehab apa? pengen buka usaha sih, usaha sepatu
terus hidup sewajarnya aja normal
gitu kaya orang-orang.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : PPS
Usia : 23 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA/Wiraswasta
14.00.WIB. Informan yang diwawancarai adalah klien yang dipilih langsung oleh
staff Kapeta untuk diwawancarai. Informan ini adalah klien yang sudah berada di
Klien
( )
NO. PERTANYAAN JAWABAN
Nama : AR
Usia : 29 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Wiraswasta
pukul 13.00, saat itu klien sedang tidak melakukan aktifitas hanya mengobrol
dengan klien lainnya. Klien sudah 2 kali berada di Yayasan Kapeta untuk
menjalankan rehabilitasi.
Klien
( )
NO. PERTANYAAN JAWABAN
KONSELOR
Hari/Tanggal : Jum’at/9-September-2016
KONSELOR
Hari/Tanggal : Jum’at/9-September-2016
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Static group disini dilakukan Static group itu lebih pendekatan ke terapi
seperti apa ya pak? kelompok tetapi memang kelompoknya itu
lebih tertutup jadi sesuai dengan konselor
yang sama, jadi kelompok ini memiliki
konselor yang sama paling banyak
anggotanya 4 orang. Di grup ini karena
rekan sebaya dan karena memang tujuannya
untuk diskusi supaya input dan satu sama
lain saling memberikan, rekan sebaya disini
adalah karena satu permasalahan dan satu
tujuan untuk pulih.
2. Lalu yang dibahas saat statik Jadi yang dibahas itu biasanya tema
group itu apa sih biasanya besarnya datang dari konselor, atau bisa kita
pak? lempar ke mereka.. temanya sedikit banyak
tentang kepulihan, selain kepulihan disini
juga bisa tentang yang lain setelah mereka
selesai rehabilitasi. Diskusi disini
didampingi oleh konselor dan konselor
sendiri itu sebagai fasilitator.
3. Selanjutnya ada program Kalo personal time itu adalah waktu mereka
personal time, apa sih yang melakukan kewajiban-kewajiban pribadi
dimaksud personal time ini mereka, baik dari merapihkan tempat tidur,
pak? kamar, baju dan sebagainya.
4. Bagaimana dengan program Kalo family day ini berbeda dengan jenguk,
family day? kalo jenguk itu visit.. jadi kalo family ini,
berbentuk kegiatan kita tunjukan untuk
keluarga, klien, juga kita sebagai pemberi
pelayan tujuannya untuk mempererat kita
satu sama lain sebagai kelompok dukungan
jadi peran keluarga juga penting, saat
berkumpul ada materi yang kita berikan
sebagai edukasi, apa itu adiksi, bagaimana
cara mengatasinya.. waktunya itu sendiri
biasanya setelah lebaran atau sebelum puasa
yang sudah pasti.
5. Lalu kemudian ada proses Assessment ada beberapa yang kita lakukan,
assessment, apa saja yang tujuannya itu juga untuk mendiaknosa,
dilakukan saat melakukan apapun alatnya yang kita pakai tujuannya ya
assessment? untuk mendiaknosa. Seperti adiksi seferity
index (ASI) ini adalah standar internasional,
untuk mengetahui tingkat keparahan
menggunakannya dan permasalahan apa
saja yang menyerta, biasanya kan jika
menggunakan zat itu ada masalah yang
menyerta lainnya seperti dari medis,
keluarga dll, untuk menjadi alat ukur kita
memberikan terapi. Dan juga ada
assessment yang lain, seperti bunuh diri jadi
untuk mendeteksi ada riwayat bunuh diri
jadi disini kita bisa mengantisipasi disini.
Supaya kita punya dasar untuk memberikan
terapi, makanya dibutuhkan assessment.
6. Konseling individu ini Konseling disini dilakukan klien dengan
dilakukan dengan siapa yak konselornya, konseling individu ini
pak? Lalu saat konseling itu dilakukan berbeda-beda karena setiap klien
apa saja yang dilakukan? berbeda bentuk terapinya bisa berbeda-beda
makanya topiknya juga berbeda karena
setiap orang punya masalah yang gak sama
kan.. jadi konseling individu itu kita
sesuaikan dengan permasalah klien yang
sudah kita ketahui melalui assessment biar
berkesinambungan konteknya gak keluar
dari permasalahannya biasanya dari
permasalahan dari penggunaanya terus
mungkin ada permasalahan, faktor pemicu
kenapa dia menggunakan, atau pola
penggunaannya atau strategi mencegah
penggunaan, strategi mencegah
kekambuhan atau bisa juga tentang dampak-
dampaknya. Lebih banyak itu kita lihat
masalah penggunaannya dulu, bisa juga
masalah keluarga tapi kita hanya bisa
mendengarkan.
7. Kemudian setalahIya sudah pasti klien ikut serta, kita
assessment, intervensi sepertimerancang intervensi bersama klien karena
apa yang diberikan? Apakah klien harus tau mengapa intervensi tersebut
klien diikut sertakan? diberikan sama dia dan setelah mengetahui
masalahnya dari assessment kita
merekomendasikan intervensinya klien juga
lebih tau kenapa dapet bantuannya seperti
ini, karena memang permasalahannya
seperti ini.
8. Yang dimaksud family Kalo family support group ini yang kita
support group itu apa ya ketahui masalah adiksi ini harus ditangani
pak? secara komperhensif, jadi pendekatannya
bukan hanya dari kita aja nih pemberi
layanan tapi perlu adanya dukungan
keluarga, dukungan sosial yang baik juga
berperan juga. Jadi ini adalah kelompok
dukungan keluarga, jadi bukan hanya
masalah dari klien saja makanya keluarga
itu terpengaruh akibat adanya anggota
keluarga ada yang menggunakan baik secara
psikologis, emosional bahkan sampe peran
dikeluarga bisa jadi berantakan menjadi
malfunction. Selain mereka lebih paham
masalah adiksi, tentunya mereka perlu
dukungan sesame keluarga dengan keluarga
sesama untuk membantu mereka, kalo klien
punya kelompok dukungan juga maka
keluarga juga perlu kelompok dukungannya.
Biasanya dilakukan di kantor pusat, setiap
hari selasa atau rabu kita bekerja sama
dengan yayasan keluarga pengasih
Indonesia, jadi yang dilakukan tidak hanya
sharing dan menggunakan praktisi juga
untuk jadi pembicara.
9. Selanjutnya program self helf Nah itu kelompok bantu diri atau kelompok
group itu bagaimana pak? dukungan yang ditujukan untuk klien, jadi
orang-orang yang sudah pulih untuk
menjaga tetap pulih mereka perlu kelompok
dukungan untuk bantu diri dari situlah
mereka ada untuk membantu satu sama lain
nah jadi untuk masalah adiksi ini maka
perlu dirawat supaya gak kambuh maka
perlu adanya kelompok dukungan namanya
kelompok bantu diri itu fungsinya untuk
mengingatkan, berbagi pengalaman
bagaimana mengatasi masalah-masalah
setelah selesai dari rehab nah sudah diluar
tantangannya banyak misalnya gak gampak
cari kerja bosenlah, makanya butuh
kelompok ini. Salah satunya adalah
kelompok Narcotic Anonymous.
10. Apakah materi-materi yang Itu semua tergantung, jadi kita liat dulu dia
ada dalam program harus klien rawat jalan atau rawat inap. Jadi
semua diikuti oleh klien? terapi-terapi itu terjadwal dan diharapkan
memang klien untuk mengikuti terapi
kelompok ini seperti 12 langkah, cbt,
pencegahan kekambuhan, art therapy dll.
11. Lalu terapi-terapi yang ada Kalo pencegahan kekambuhan itu ada yang
disini diberikannya seperti sifatnya edukatif dan ada yang
apa? mengembangkan keterampilan mereka
supaya mereka tidak kambuh, misalnya
bagaimana caranya menghadapi rasa
menagih, bagaimana caranya melakukan
strategi penolakan, dan mengidentifikasi
rasa nagihnya itu kambuh. Diisi oleh staff
kita disini.
Kelompok psikoedukasi, materinya tentang
adiksi atau bahaya dari adiksi.
Kelompok terapi life skill, meningkatkan
keterampilan mereka kaya manajemen
waktu, rasa marah, stress, bagaimana
melakukan perencanaan, berkomunikasi
dengan baik.
Lalu ada terapi seni, ada terapi seni yang
memang berkaitan langsung dengan seni
yang dijadikan terapi untuk adiksi, ada yang
sifatnya untuk rekreasional itu kita jalankan
dua-duanya, kalo terapi seni itu kita yang
mengadakan dan yang rekreasional itu
dipilih oleh mereka dan kita didiskusikan.
12. Terapi seni itu kegiatannya Kalo itu ada yang namanya art feeling itu
apa pak? jenis terapi seni yang menggunakan
medianya melukis, jadi dari hasil lukisan itu
baik dari segi warna gambar itu bisa kita
evaluasi jadi bisa lebih tau ada
permasalahan apa untuk kedepannya bisa
dibantu.
13. Untuk mengetahui itu Kita panggil ahli yang mengerti tentang itu,
bagaimana cara melihatnya? yang jelas dari pemilihan warna, bentuk,
dan tebal tipisnya arsiran gambar.
14. Apakah ada kendala dan Yaa gimana ya, kalo kendala dan hambatan
hambatan selama menjadi ya pasti ada tapi ya memang harus
konselor? dihadepin.
15. Lalu apa sih tujuan dari Ya tujuannya pasti mereka sudah tidak
kapeta sendiri dalam menggunakan lagi, total abstinens.. tidak
rehabilitasi? menggunakan zat dan alkohol apapun itu.
16. Dan apa harapan bapak Ya saya gak menuntut dia apa-apa, yang
sebagai konselor terhadap penting bisa pulih aja. Kalo udah pulih kan
klien? terserah deh tuh dia bisa ngapain aja, bisa
ngembangin bakat dia jalanin hobi dia.
17. Kemudian hasil yang Kalo yang bisa kita lakukan, kita melakukan
diperoleh setelah rehabilitasi assessment lanjutan dan itu menjadi bahan
apa pak? evaluasi.. dan memakai assessment ASI,
nah dilanjutan ini dibulan ke 6 seperti apa,
Apakah sudah meningkat atau belom,
walaupun udah pulih tapi masih ada yang
harus diperbaikin kita kasih tau ke klien.
Karena kalo udah diluar ya itu jadi tanggung
jawab pribadi dan sudah tidak difasilitasi
lagi.
TRANSKIP WAWANCARA
PEKERJA SOSIAL
9. Kegiatan apa saja yang diberikan kepada klien agar klien mampu kembali
ke lingkungan mereka?
Sesi yang dibawakan oleh Pekerja Sosial Terapi Psikoedukasi yang dibawakan oleh
Staff