Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
Pekerja Sosial Medis Terhadap Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Kanker
junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah menjadi suri teladan bagi
Skripsi ini, peneliti ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata
Peneliti menyadari skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa adanya
bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak baik itu secara individu
maupun secara umum terutama bimbingan dan pengarahan yang tulus dan ikhlas
dari pembimbing, untuk itu peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
2. Dr. Hj. Roudhonah, MA., Wakil Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
ii
3. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial
5. Ibu Nurhayati Nurbus, SE, M.Si, Dosen Pembimbing Skripsi bagi peneliti,
yang tulus dan ikhlas untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan seluruh Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapatkan keberkahan dari
Allah SWT.
7. Ibu Rolianna Harianja, S.Sos, M.Si Pekerja Sosial Medis Rumah Sakit Kanker
8. Terkhusus untuk kedua Orang tuaku, Ayah Mohammad Nasir dan Mamah
Sutini terima kasih atas semua do’a, kasih sayang, serta rela mendengar keluh
kesah peneliti, hingga tiada hentinya memberikan dukungan moril dan materil
iii
9. Kakakku yang kusayangi, Dessy Wulandari, S.S, yang memberikan
dukungannya serta kasih sayang kepada peneliti sehingga peneliti tidak pernah
10. Keponakanku satu-satunya, Danish Ara Lu’lu yang memberikan canda dan
dan Sabilal Muhtadin. Yang selalu berbagi pengetahuan dan pengalaman serta
kisah-kisah menarik dari zaman kita awal bertemu sampai kita bisa menjadi
sahabat.
waktu dan tenaganya serta menjadi seseorang yang bisa diajak untuk bertukar
13. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Harapan peneliti semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-
besarnya bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya. Peneliti
menyadari dalam penyusunan skripsi ini dirasakan dan ditemui berbagai macam
kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang
Peneliti,
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Advokasi ............................................................................................ 19
1. Pengertian Advokasi .................................................................... 19
2. Prinsip-prinsip Advokasi .............................................................. 22
3. Keterampilan Advokasi (Advocacy Skills)................................... 26
4. Unsur-unsur Pokok Advokasi ...................................................... 28
5. Jenis-jenis Advokasi .................................................................... 32
6. Dinamika Proses Advokasi .......................................................... 34
B. Pekerja Sosial Medis .......................................................................... 36
1. Definisi Pekerja Sosial Medis ...................................................... 36
a. Tujuan Pekerja Sosial Medis ................................................. 38
v
b. Ruang Lingkup Praktek Pekerjaan Sosial
Medis...................................................................................... 38
c. Peran Pekerjaan Sosial di Bidang Kesehatan ......................... 39
C. Kanker ................................................................................................. 43
1. Pengertian Kanker ........................................................................ 43
2. Gejala Kanker .............................................................................. 45
3. Faktor Resiko Terjadinya Kanker ................................................ 46
4. Pencegahan Kanker ...................................................................... 47
5. Pemeriksaan dan Pengobatan Kanker .......................................... 48
6. Jenis-jenis Kanker ........................................................................ 49
vi
c. Klien terinformasikan dengan benar .............................. 75
d. Melaksanakan instruksi dengan ketekunan dan
kompetensi...................................................................... 77
e. Bertindak independen dan mengutamakan
kejujuran ......................................................................... 79
f. Mengutamakan kode etik kerahasiaan klien................... 81
2. Keterampilan Advokasi (Advocacy Skills) ............................ 83
a. Wawancara (Interview) .................................................. 83
b. Ketegasan ....................................................................... 84
c. Negosiasi ........................................................................ 85
d. Manajemen diri............................................................... 86
e. Litigasi dan proses peradilan .......................................... 87
3. Unsur-unsur Pokok Advokasi ................................................ 89
a. Memilih tujuan advokasi ................................................ 89
b. Menggunakan data dan penelitian untuk advokasi ......... 90
c. Mengidentifikasi sasaran advokasi ................................. 90
d. Mengembangkan dan menyampaikan pesan advokasi ... 91
e. Membentuk koalisi ......................................................... 92
f. Membuat presentasi yang persuasif................................ 92
g. Mengumpulkan dana untuk advokasi ............................. 93
h. Mengevaluasi usaha advokasi ........................................ 94
4. Jenis-jenis Advokasi .............................................................. 96
a. Advokasi Kasus .............................................................. 98
b. Advokasi Kelas ............................................................. 100
5. Dinamika Proses Advokasi .................................................. 102
a. Mengidentifikasi masalah ........................................... 102
b. Merumuskan solusi ..................................................... 103
c. Melasanakan kebijakan ............................................... 105
d. Evaluasi ....................................................................... 107
B. Pendukung dan Kendala Dalam Proses Advokasi ..................... 107
a. Pendukung......................................................................... 107
vii
b. Kendala ............................................................................. 110
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial
harapan pasien dari berbagai aspek, yang menyangkut medis dan non medis,
kematian karena suatu penyakit, untuk itu rumah sakit itu sendiri harus
sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan hasil kerja yang dicapai.
atau bisa disebut juga sebagai tim kerja yang mempunyai spesialisasi khusus.
Tim kerja terdiri dari ketua dan beberapa anggota yang di dalamnya terdapat
dokter atau tenaga ahli, contoh, tim kerja instalasi rehabilitasi medik, tim
tersebut di ketuai oleh dokter ahli dan anggota-anggotanya terdiri dari pekerja
1
2
pelayanan rumah sakit akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan
bahwa kesehatan merupakan salah satu hak bagi manusia dan salah satu unsur
fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit
dan kelemahan.1 Sudah jelas pula bahwa kesehatan merupakan salah satu
sakit akan ada banyak efek yang saling berkaitan, misalnya seorang ayah atau
ibu yang merupakan tulang punggung keluarga dalam hal pemberian nafkah
dalam sisi pendapatan. Hal ini juga akan menyebabkan keluarga tersebut
1
Wiku Aminto, Sistem Kesehatan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010) Cet ke-3, h. 6
3
mengeluarkan biaya untuk kebutuhan primer, akan tetapi ada biaya tak
yang biasa mencari nafkah harus berada di rumah sakit. Dimana saat berada
di rumah sakit tentu harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dengan
tidak mampu. Dalam artian, tidak mampu dalam mencari solusi, tidak mampu
dalam pendapatan dan tidak mampu dalam menghadapi masalah yang ada.
Dalam hal ini, kanker merupakan salah satu hal yang sudah menjadi
sebagian orang yang sudah di vonis terkena kanker akan merasa hidupnya
sudah tidak lama lagi dan kehilangan harapan. Menurut konsultan hematologi
Hukom, MHSc, SpPD KHOM bahwa Pasien pada kanker stadium lanjut
sosial, dan rohaniawan itu juga penting. Kehadiran mereka membantu agar
pasien kanker yang mampu hidup lama tidak cuma sekedar hidup namun bisa
2
Benedikta Desideria, Tak Cuma Medis Pasien Kanker Butuh Dukungan Sosial Dan Emosional,
diakses http://health.liputan6.com/read/2126636/tak-cuma-medis-pasien-kanker-butuh-dukungan-
sosial-dan-emosional pada 10 Oktober 2017
4
dan tidak mempunyai harapan. Kondisi ini sayangnya jika tidak ditangani
tingkat emosional yang rapuh akan lebih cepat tertularkan penyakit karena
tingkat kekebalan tubuhnya menurun akibat kondisi emosi yang buruk tadi.
Kondisi emosi yang positif dan penuh pengharapan akan meningkatkan daya
tahan tubuh kita, sedangkan sikap negatif, takut, dan pasrah akan menurunkan
wajar terjadi pada penderita yang baru saja mengetahui diagnosanya. Pada
fase kedua orang ini akan marah dan berkata “mengapa saya?” dimana
biasanya penderita akan muncul rasa marah, tidak bisa menerima mengapa
dirinya bisa menderita penyakit kanker. Pada fase ketiga bersikap menawar,
dimana akan mengatakan “saya rela mati, tetapi kalau boleh berikan saya
waktu sedikit”. Yang hakikatnya mereka merasa putus asa dan pasrah akan
hidupnya. Pada fase keempat adalah depresi dimana orang ini akan
perhatian yang diberikan orang di sekelilingnya. Pada saat ini tidak ada
gunanya mengihibur pasien ini. Dia perlu berdamai dengan dirinya. Terakhir
adalah fase kelima yaitu penerimaan dimana pada fase ini pasien akan
berkata, “baiklah, saya akan hadapi dengan sebaik-baiknya” dan sudah bisa
dijelaskan sebelumnya tidak selalu secara teratur dilalui, dapat saja dilampaui
dengan cepat dari fase 1 ke fase 4, tergantung dari kondisi psikis pasien. 3
Hal lain yang dikhawatirkan oleh pasien dan keluarga bagi penderita
kanker adalah tarif pengobatan yang sangat mahal. Untuk mengobati satu
perhari untuk rawat inapnnya, sedangkan untuk biaya operasi dan satu kali
biaya operasi dan satu kali kemoterapi membutuhkan biaya deposit minimal
sendiri. Seperti halnya yang dijelaskan pada al- Qur’an surat an- Nahl ayat
3
Anonim, Kondisi Psikologis Penderita Kanker, diakses
http://www.purtierplacenta.com/kondisi-psikologis-penderita-kanker/ pada 10 Oktober 2017
4
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, Tarif Pelayanan, diakses http://dharmais.co.id/tarif-
pelayanan/ pada tanggal 3 Oktober 2017
6
seseorang yang mengalami kesulitan, dalam hal ini maka dikaitkan dengan
peran pekerja sosial medis dalam berupaya mengadvokasi calon pasien atau
kurangnya promosi yang diadakan dari pihak rumah sakit, mengenai manfaat
dan kinerja pekerja sosial medis membuat profesi ini sedikit dikenal oleh
masyarakat.
7
Pekerja sosial medis disini memiliki peran yang tidak kalah penting
dengan profesi lainnya yang ada di rumah sakit. Salah satu Rumah Sakit yang
memiliki profesi pekerja sosial medis yaitu Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta. Pekerja sosial medis di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini berperan
beberapa strategi atau rencana sesuai dengan apa yang dialami pasien.
Jakarta”.
B. Tinjauan Pustaka
beberapa sumber buku dan internet yang berhubungan dengan peran pekerja
skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan utama pada skripsi ini,
manajemen kasus yang dilakukan oleh pekerja sosial medis. Mulai dari
dan terminasi. Persamaan dari penelitian ini yaitu terletak pada kinerja
bekerja di luar negeri. Persamaan dari penelitian ini yaitu terletak pada
yang fokus mengenai literatur Peran Pekerja Sosial Medis Terhadap Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Penelitian skripsi ini
pelayanan yang diberikan pekerja sosial medis kepada pasien di rumah sakit.
10
C. Pembatasan Masalah
Jakarta.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
pekerja sosial medis terhadap pasien rawat inap di Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
terhadap pasien.
11
2. Manfaat Praktis
penelitian yang akan datang dalam bidang ilmu kesejahteraan sosial terkait
peran, namun tidak tertutup pula dalam bidang ilmu lainnya. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi para praktisi pekerja sosial medis
G. Metode Penelitian
pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
berbagai kondisi, situasi atau fenomena realitas yang mampu menjadi objek
5
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013. Cet
ke-19, h. 8
12
dilakukan oleh pekerja sosial medis terhadap pasien rawat inap yang
ditujukan kepada pekerja sosial medis dan pasien rawat inap di Rumah Sakit
H. Karakteristik Penelitian
1. Karakteristik Informan
Jakarta.
2. Pemilihan Informan
menjadikan subjek penelitian yaitu pekerja sosial medis pada RS. Kanker
6
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D., h.85
13
Dharmais Jakarta, karena subjek tersebut yang memiliki data dari pasien
3. Jenis Penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
a. Interview (wawancara)
7
Lexy J. Moleong. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2007.
Edisi Revisi. Cet ke-24, h.11
14
dimana pihak yang diajak dalam wawancara akan diminta pendapat dan
b. Dokumentasi
observasi dan wawancara dalam penelitian ini. Hasil dari observasi atau
penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pekerja sosial medis
inap.
5. Instrumen Penelitian
bakal teori dan wawasan yang luas, sehingga peneliti mampu bertanya,
8
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013. Cet
ke-19, h.137
9
Ibid, h. 233
10
Ibid, h. 240
15
menganalisis dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti lebih jelas dan
6. Prosedur Penelitian
a. Tahapan persiapan
kamera.
apa yang akan digali pada informan dan teori yang menjadi landasan
penelitian.
b. Tahapan Pelaksanaan
11
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010. Cet
ke-6, h 8
16
direkam dan data partisipan serta isi wawancara akan dirahasiakan. Hal
7. Analisis Data
angka, tapi berupa catatan pendek, narasi, deskripsi dan cerita. Adapun
12
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013. Cet
ke-19, h. 246-252
17
I. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
Jakarta.
BAB V PENUTUP
dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
pekerja sosial dan kanker serta penjelasan yang lebih mendetail tentang
ketiganya.
A. Advokasi
1. Pengertian advokasi
13
Valerie Miller dan Jane Covey, Pedoman Advokasi: Kerangka Kerja Untuk Perencanaan,
Bertindak dan Refleksi, terj. dari Advocacy Sourcebook: Framework for Planning, Action, and
Reflection oleh Hermoyo, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), Edisi 1, h. 11
18
20
proses bekerja dengan atas nama klien, (1) untuk mendapatkan layanan
atau sumber daya untuk klien yang dinyatakan tidak akan disediakan,
14
Ritu R. Sharma, Pengantar Advokasi Panduan Latihan, terj. dari An Introduction to Advocacy
Training Guide oleh Tim Yayasan Obor Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, IKAPI DKI
dan Yayasan Tifa, 2004), Edisi 1, hal. 7
15
Mark Ezell, Advocacy In The Human Services, Toronto, Canada : Nelson Thomson Learning,
2001. h. 22
21
dibutuhkan.
yang bergantung pada situasi dan kondisi serta latar belakang dimana
banyak makna dan artinya sendiri bagi tiap latar belakang, seperti pada
16
Malcolm Payne, Teori Pekerjaan Sosial Modern, terj. dari Modern Social Work Theory 4th
Edition oleh Susiladiharti, dan Admiral Nelson, (Jakarta: BPSW dan Yogyakarta: Penerbit Samudra
Biru 2016) Edisi 1, h. 249.
22
2. Prinsip-prinsip Advokasi
dalam prosesnya akan ada resistensi, oposisi dan konflik. Tidak ada
bawah ini.
kepada siapa kita bertindak dan apa tujuan advokasi ini dilakukan.
fisik, materi atau efek psikologis. Namun di satu sisi, bertindak atas
yang mendasar. Hal ini yang menjadi tanda besar dalam proses
oleh klien.
klien hadir.
informasi yang kurang baik bagi klien, namun hal itu diperlukan
17
Neil Bateman, Advocacy Skills: A Handbook for Human Service Professionals, ( England :
Ashgate Publishing Limited), h. 26-39
18
IPSPI, Kode Etik Profesi Pekerja Sosial Indonesia, diakses www.ipspi.org pada 30 Maret
2017
26
a. Wawancara (Interview)
b. Ketegasan
c. Negosiasi
d. Manajemen diri
unsur berikut ini yang dijelaskan pada gambar 2.1 merupakan bagian
19
Ibid, h. 61
28
strategi informasi
Koali
Peng si
umpu Tujua
lan n
Dana
Adv
Eval
uasi okas Data
i
Pelak Sasar
sana an
Advo
an Pesa kasi
n
Gambar 2.1
20
Ritu R. Sharma, Pengantar Advokasi Panduan Latihan, terj. dari An Introduction to Advocacy
Training Guide, h. 10-13
29
masyarakat.
e. Membentuk Koalisi
Karen Kay Krist Ashman dan Grafton H. Hull, Jr. dalam bukunya
31
menyebutkan21 :
21
Karen Kay. Krisht – Ashman dan Grafton H. Hull, Jr, Understanding Generalist Practice,
(Chicago: Nelson-Hall, 1999, 2nd ed), hal. 31-32
32
5. Jenis-Jenis Advokasi
a. Advokasi Kasus
atau hak-hak yang harus dipenuhi bagi klien. Dalam Mark Ezell
22
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Coorporate Social Responsibility,
( Bandung: Alfabeta, 2009), cet ke-2, h.166
23
Ibid,.
33
b. Advokasi Kelas
berkuasa25.
24
Mark Ezell, Advocacy In The Human Services…, h. 27
25
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Coorporate Social
Responsibility..., h.166
34
pelaku, gagasan, agenda dan politik yang selalu berubah. Proses ini
26
Mark Ezell, Advocacy In The Human Service...., h.27
27
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Coorporate Social
Responsibility..., h.166
35
28
Edi Suharto, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi, (Jakarta, Badan
Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 113
29
Skidmore, Thackeray, dan Farley. 1994. Introduction to Social Work. UK: Prentice Hall, h.
146
36
relasi-relasi sosial.
meliputi:
Public Health)30.
30
Bracht, Neil F. 1978. Social Work In Health Care: A Guide to Professional Practice. New
York : The Haworth Press, h. 10
37
lain:
lain :
31
Skidmore, Thackeray, dan Farley. 1994. Introduction…, h. 153
38
pelayanan kesehatan32.
32
Bracht, Neil F. 1978…., h. 20-21
33
Ibid, h. 29
39
konflik.
dibutuhkan.
merugikan klien
dibutuhkan.
34
Nuryana, Mu’man. 2000. Pekerjaan Sosial Medik di Rumah Sakit. Bandung : STKS
Press, h. 21-22
43
C. Kanker
1. Pengertian Kanker
berarti udang karang dan merupakan istilah umum untuk ratusan tumor
bahkan di dalam satu organ, jenisnya dapat berbeda satu sama lain.
Kanker yang satu tidak saling berkaitan dengan kanker yang lain, setiap
seperti berbagai penyakit infeksi seperti TBC, flu, bisul, tifus atau
atau bukan, jika memang ada proses peradangan maka perlu diketahui
radang paru-paru, kita perlu mengetahui apakah berasal dari flu, kanker
35
Wim de Jong, Kanker, Apakah itu?, terj. dari Kanker, Wat Heet?! Medische Informatie Over
de Ziekte(n), de Behandeting en de Prognose oleh Astoeti Suharto Heerdjan, (Jakarta: Arcan, 2005)
h. 2
36
Yayasan Kanker Indonesia, Apakah Kanker itu?, diakses
http://yayasankankerindonesia.org/tentang-kanker/ pada tanggal 8 November 2016, pukul 16.44
WIB.
44
sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah
golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah
pertumbuhan sel yang tidak normal (yaitu, tumbuh sangat cepat tidak
menular akan tetapi kanker dapat menjalar dari satu organ ke organ
menjadi momok bagi semua orang, hal ini karena angka kematian
37
Rama Diananda, Mengenal Seluk-Beluk Kanker, (Jakarta: Katahati,2009), Cet.3, h. 15
45
2. Gejala Kanker
dan pada semua gologan umur, namun lebih sering menimpa orang
lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu 38:
a. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau
gangguan.
kanker ini kita bisa melihat adanya faktor utama kanker adalah sebagai
berikut39:
38
Yayasan Kanker Indonesia, Apakah Kanker itu?,….
39
Ibid,.
46
a. Bahan Kimia
berbagai jenis kanker pada perokok dan perokok pasif (orang bukan
perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam
jangka waktu yang lama. Bahan kimia untuk industri serta asap yang
b. Virus
normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab
c. Hormon
d. Makanan
3. Pencegahan Kanker
orang dapat melakukan upaya pencegahan dengan cara hidup sehat dan
a. Mengenai makanan:
terlalu lama
40
Ibid,.
48
dilakukan adalah:
c. Rontgen
kanker:
a. Pembedahan (operasi)
b. Penyinaran (Radio-terapi)
41
Ibid,.
49
f. Transplantasi organ.
g. Stem Cell42
5. Jenis-jenis kanker
b. Kanker payudara
d. Kanker kulit
e. Kanker nasofaring
f. Kanker paru
g. Kanker hati
42
Ibid,.
BAB III
PROFIL LEMBAGA
Indonesia. Sehubungan dengan itu, pada tahun 1988, Bapak Soeharto, selaku
dan diresmikan pada tanggal 30 Oktober 1993. Pada tahun 1998, semenjak
berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU), dan pengelolaan Rumah
50
51
adalah:
pasien kanker.
lama. Sekitar tahun 2005, Rumah Sakit Kanker “Dharmais” kembali berstatus
Dengan didukung tenaga medis dan paramedis yang ahli dan berpengalaman
Kanker.
Visi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” adalah sebagai Rumah Sakit dan Pusat
penyakit kanker.
visi dan misi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Motto Rumah Sakit Kanker
51
52
“Dharmais” adalah “Memberikan layanan dan perawatan yang lebih baik dan
berkesinambungan
Dharmais juga berasal dari berbagai strata ekonomi. Pasien yang termasuk
pengobatan dari pihak asuransi, baik swasta maupun pemerintah. Menurut data
yang didapat dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, pasien yang menggunakan
perawatan.43
(Terlampir)
43
Data diperoleh dari Perpustakaan Bagian Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit
Kanker Dharmais Lt. 5, Jakarta, 22 November 2016
52
53
Salah satu ciri khusus dari rumah sakit kanker ialah melakukan pendekatan
bidang kerja masing-masing instalasi dalam bidang medis pada Rumah Sakit
Kanker “Dharmais”, dibawah ini diuraikan mengenai apa saja kemampuan dan
kegiatannya masing-masing.
kanker.
datang ke RS Kanker).
radiosotope
53
54
kanker
6) Melakukan dokumentasi.
2) Melakukan terapi/pengobatan
54
55
1) Bidang kegiatan
a) Ginekologi
f) Peritoneoskopi
g) Anuskopi
a) Ginekologi
kuretase endoservik
gastroskopi, endoskopi
55
56
Kemampuan:
kemoterapi
Kegiatan:
56
57
tubuhnya.
j. Melakukan dokumentasi
Kemampuan:
Kegiatan:
b. Penatalaksanaan perioperatif :
Kemampuan:
57
58
Kegiatan:
penderita kanker baru dan lama, yang datang dalam keadaaan gawat
pada penderita non kanker yang dating ke rumah sakit serta merujuknya
d. Pada setiap kegiatan di atas dokter jaga harus mengisi catatan medik
penderita.
Kemampuan:
58
59
Kegiatan:
operasi
f. Melakukan dokumentasi
Kemampuan:
Kegiatan:
44
Data diperoleh dari Perpustakaan Bagian Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit
Kanker Dharmais Lt. 5, Jakarta, 22 November 2016
59
60
Kanker “Dharmais”
di masyarakat.
c. Yakin bahwa “do the best” yang dilakukan dengan hati lapang dan
dilandasi rasa ikhlas dengan niat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa,
d. Mulai dari diri sendiri, sekecil apapun, saat ini juga dan tidak menunda-
3. Peranan Lembaga
60
61
4. Fungsi Lembaga
pasien dengan belajar, bermain, berkreasi, berpikir dan tetap aktif. Upaya
pengobatan kanker pada umumnya. Selain itu, tim medis juga melakukan
perawatan rutin untuk semua pasien, baik yang menjalankan rawat inap
5. Falsafah Lembaga
61
62
bawah, tulang punggung dan protesa untuk dapat gerak atas dan bawah.
62
63
KOORDINATOR
MANAJER UNIT
PELAYANAN DAN
PELAYANAN PALIATIF
SARANA
DAN KEDOKTERAN
KOMPLEMENTER
PELAYANAN
KOORDINATOR ADM,
KEU DAN SDM
PELAYANAN MEDIK
PENANGGUNG
FISIOTERAPI JAWAB SDM DAN
DIKLAT
PEKERJA SOSIAL
ROHANIAWAN
PSIKOLOG
Gambar 3.1
63
64
Pada Pasien Rawat Inap, sesuai dengan keputusan Direksi Rumah Sakit Kanker
bertanggung jawab atas seluruh resep & program rehabilitasi medik yang
disusunnya.
2. Setiap pasien akan dilayani oleh dokter spesialis rehabilitasi medik dan
terapis yang bertugas pada hari tersebut, dengan sistem kerja “one patient
one doctor” dan “one patient one therapist”. Apabila dokter/terapis yang
64
65
Rehabilitasi Medik.
10. Terapi dapat dilaksanakan di ruang rawat inap ataupun di poli Instalasi
11. Dilakukan evaluasi program pasien secara priodik bersama tim rehabilitasi,
lanjutan. Bila perlu, konferensi tim dapat mengundang dokter atau disiplin
12. Bila pasien pulang, dengan evaluasi/asesmen ulang oleh Dokter Spesialis
65
66
13. Setiap pasien juga akan dievaluasi dari sudut pandang sosial medis oleh
Pekerja Sosial Medis dan Petugas Kerohanian, secara langsung dengan atau
Medik.
14. Tindakan pelayanan setiap hari dicatat dalam buku register pelayanan Rawat
Inap dan di Billing melalui data entry SIRS Rumah Sakit Kanker Dharmais
17. Pelayanan pasien Timja atau pasien pribadi berlaku ketentuan sesuai dengan
konsultasi dokter dan tindakan terapi, sesuai dengan tarif baku rawat inap
Dharmais.45
Dharmais
45
Data diperoleh dari Perpustakaan Bagian Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit
Kanker Dharmais Lt. 5, Jakarta, 23 November 2016
66
67
Medik. Bantuan Dana juga didapatkan dari pihak Swasta yang diberikan oleh
Indonesia Power pada tahun 2000 sampai dengan sekarang. Dana yang
terkumpul tersebut digunakan untuk bantuan dana sosial bagi pasien yang tidak
c. Gamma Camera
d. CT-scan
a. Linear Accelerator 15 MV
b. Linear Accelerator 20 MV
c. Deep Therapy-stabilipan
d. Hyperthermia
67
68
f. Simulator
k. After loading
a. Operating microscope
b. Electrosurgical unit
c. CO2 Lasser
d. Anaesthestic Machine
g. Defibrillator + monitor
i. Instrument Bedah
b. Servo ventilator
c. Central monitor
e. CO2 Analyzer
68
69
lain:
a. Peralatan laboratorium
lain:
d. Ruang recovery
e. Ruang Isolasi46
Dharmais yaitu:
46
Data diperoleh dari Perpustakaan Bagian Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit
Kanker Dharmais Lt. 5, Jakarta, 23 November 2016
69
70
Mobilmamografi.
47
Data diperoleh dari Perpustakaan Bagian Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit
Kanker Dharmais Lt. 5, Jakarta, 23 November 2016
70
BAB IV
mempunyai peran yang sangat penting dalam mendampingi klien, salah satu
perannya ialah advokasi. Advokasi pekerja sosial medis adalah suatu tindakan
sosial medis juga bermanfaat untuk mendapatkan layanan atau sumber daya
sebutan Ibu Ana selaku pekerja sosial medis di Rumah Sakit Kanker
memecahkan masalah, dimana dalam hal ini pekerja sosial medis dituntut
pasien dan keluarga serta membantu mencari alternatif atas masalah tersebut.
71
72
1. Prinsip-prinsip Advokasi
prinsip advokasi ini yang dilakukan oleh pekerja sosial medis dalam
bertindak dan apa tujuan advokasi ini dilakukan48. Ibu Ana juga
alasan keluarga tidak tega atau ada hal-hal yang dengan kepentingan
keluarga atau alasan khusus seperti rasa takut akan terjadi hal yang
48
BAB II halaman 21
73
dirasakan pula oleh pasien Tn. TA dimana Ibu Ana membantu untuk
pekerja sosial medis dan pasien adalah hal mendasar. Hal ini yang
49
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
50
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
51
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
74
pasien52. Yang dimana hal ini serupa dengan pernyataan Ibu Ana
Dalam hal ini juga dirasakan oleh pasien Tn. TA bahwa Ibu Ana
apalagi ia yang mengalami secara langsung hal ini, maka harus pula
52
BAB II halaman 22
53
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
75
“.... Ibu Ana tetap memberi saya support dan membuat saya
berfikir bahwa orang yang tidak diposisi saya saja mau
mendukung saya, masa saya sendiri tidak ingin berusaha
untuk membahagiakan orang-orang disekeliling saya....” 54
“.... dia selalu menyemangati saya saat ingin menjalani
kemoterapi, bahkan beliau tidak sungkan untuk
menghubungi keluarga saya untuk datang ke rumah sakit
menemani saya ya seperti yang saya bilang dia suka
ngerangkul pasien dan memberikan dorongan semangat.”55
h. Klien terinformasikan dengan benar
bersama pasien56. Dalam hal ini pun terdapat pula pada unsur
oleh Ibu Ana sebagai pekerja sosial medis yaitu untuk mengubah
54
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
55
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
56
BAB II halaman 22-23
57
BAB II halaman 28
76
58
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
59
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
77
dibutuhkan.
serta instruksi yang diberikan oleh pasien. Hal ini serupa dengan
pernyataan Ibu Ana terkait dengan proses pekerja sosial medis yang
60
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
61
BAB II halaman 23
78
62
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
63
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
64
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
79
kurang baik bagi pasien, namun hal itu diperlukan agar pasien
65
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
66
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
67
BAB II halaman 24
80
68
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
81
poin ini pasien merasa aman dalam setiap ucapan yang dikeluarkan
kerahasiaan pasien71.
Etik Profesi Pekerja Sosial pada Bab IV pasal 7 ayat 372 bahwa
dengan lancar.
69
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
70
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
71
BAB II halaman 24
72
BAB II halaman 25
82
rawat. Hal ini dapat diterjemahkan bahwa Tn. TA dan Tn. H merasa
“Awalnya sih gak yakin ya, soalnya kan saya fikir belum
kenal juga masa udah mau cerita macam-macam. Tetapi
setelah dua dan tiga kali ketemu, terus saya juga sudah
mulai merasa nyaman dan tidak canggung lagi, ya akhirnya
coba cerita pelan-pelan....”74
“sejauh ini saya merasa yakin dengan bantuan beliau,
walopun saya belum bisa pulang, saya juga ikut aja gimana
73
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
74
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
83
a. Wawancara (Interview)
ini juga sesuai dengan pernyataan Ibu Ana terkait dengan pernyataan
75
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
76
Bab II halaman 26
84
b. Ketegasan
hak pasien77.
77
Pada Bab II halaman 26
85
tegas dan sangat rendah hati dalam memulai atau menjalin relasi
ruang rawat inap dan menawarkan bantuan jika pasien merasa tidak
terbuka, jika ada salah satu pelayanan rumah sakit yang membuat
c. Negosiasi
dimana upaya negosiasi atau diskusi ini diperlukan jika solusi tidak
juga serupa dengan pernyataan Ibu Ana bahwa pekerja sosial medis
78
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
79
Pada Bab II halaman 26
86
bisa lebih mahal dari tarif yang ditentukan. Namun dengan adanya
d. Manajemen diri
harus mampu dalam hal manajemen diri, hal ini sudah dijelaskan
sebelumnya oleh Neil Bateman pada poin (d) bahwa manajemen diri
bagi pribadi atau pasien81. Hal ini serupa dengan pernyataan Ibu Ana
medis itu sendiri. Berikut pemaparan Ibu Ana secara langsung pada
saat di wawancarai:
80
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
81
Pada Bab II halaman 26
87
ke dalam log book, tidak hanya di log book, PSM juga membuat
sudah dijelaskan oleh Neil Bateman pada poin (f) dimana tindakan
negosiasi langsung atau dalam surat menyurat 83. Hal ini sesuai
82
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
83
Pada Bab II halaman 26
88
pekerja sosial medis, namun proses advokasi akan berhasil dan berjalan
84
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
85
BAB II halaman 27-30
89
Peng Koal
ump isi
Tuju
ul-an
an
Dan
a
Adv
Eval
uasi oka Data
si Sasa
Pela
ksan ran
a Adv
Pesa okas
an n i
Gambar 4.1
wawancara:
86
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
91
Pada poin ini serupa dengan apa yang disampaikan oleh Ibu
manajemen Rumah Sakit terkait BPJS itu sendiri, lalu ada kepala ada
87
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
92
88
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
93
wawancara:
tugas advokasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Ana pada saat
di wawancarai :
89
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
94
kondisinya saat ini. Tn. H juga menambahkan bahwa Ibu Ana juga
90
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
91
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
95
92
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
93
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
96
dalam menyusun langkah yang akan diambil oleh pasien itu sendiri,
94
BAB II halaman 30-31
97
pekerja sosial medis hal tersebut tidak dibatasi dan bisa dilakukan
95
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
98
4. Jenis-jenis Advokasi
a. Advokasi Kasus
96
BAB II halaman 31 – 32
99
berikut:
langsung:
97
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
98
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
100
sama99.
kanker. Hal ini serupa dengan pernyataan Ibu Ana pada saat
99
BAB II halaman 32-33
101
bertemu dengan Ibu Ana bahwa dari kegiatan rutin yang dilakukan
kebutuhan akan nutrisi. Dalam hal ini Ibu Ana membuat ia sadar
100
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
101
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
102
a. Mengidentifikasi masalah
102
Pada BAB II halaman 33
103
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 23 November 2016
103
b. Merumuskan solusi
kekuatan pasien.
104
BAB II halaman 34
105
BAB II halaman 30
104
dalam menyusun langkah yang akan diambil oleh pasien itu sendiri,
pekerja sosial medis hal tersebut tidak dibatasi dan bisa dilakukan
pernyataan Ibu Ana terkait tujuh poin yang merupakan standar awal
106
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
107
BAB II halaman 34
106
dari pekerja sosial medis hal tersebut tidak dibatasi dan bisa
108
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
107
d. Evaluasi
1. Pendukung
manajemen Rumah Sakit terkait BPJS, lalu ada pula Kepala Instalasi
109
BAB II halaman 34
110
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
108
advokasi ini yaitu pekerja sosial medis itu sendiri. Berikut pemaparan
langsung hal ini, maka harus pula memiliki semangat yang luar biasa.
“.... Ibu Ana tetap memberi saya support dan membuat saya
berfikir bahwa orang yang tidak diposisi saya saja mau
mendukung saya, masa saya sendiri tidak ingin berusaha untuk
membahagiakan orang-orang disekeliling saya....” 112
“dukungan yang Ibu Ana berikan dia selalu menyemangati saya
saat ingin menjalani kemoterapi, bahkan beliau tidak sungkan
untuk menghubungi keluarga saya untuk datang ke rumah sakit
menemani saya ya seperti yang saya bilang dia suka ngerangkul
pasien dan memberikan dorongan semangat.”113
Ibu Ana juga mengatakan bahwa pekerja sosial medis berperan
111
Wawancara Pribadi dengan Ibu Roliana Harianja, Jakarta, 30 November 2016
112
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
113
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
109
operasi. Dengan alasan keluarga tidak tega atau ada hal-hal yang
dengan kepentingan keluarga atau alasan khusus seperti rasa takut akan
terjadi hal yang lebih buruk terjadi setelah operasi. Berikut pemaparan
dirasakan pula oleh pasien Tn. TA dimana Ibu Ana membantu untuk
wawancara langsung:
114
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ana, Jakarta, 14 November 2016
115
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
116
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
110
Hal ini serupa dengan pernyataan Ibu Ana terkait dengan proses
yang dimana pekerja sosial medis berperan dalam membantu pasien dan
profesi pekerja sosial medis itu sendiri maksudnya jumlah pasien rawat
inap dan rawat jalan tidak sebanding dengan jumlah pekerja sosial
117
Ibid,.
111
sebelumnya Tn. H merasa putus asa dengan kondisinya pada saat itu,
untuknya. Begitupula yang dialami oleh Tn. TA dimana rasa putus asa
118
Wawancara Pribadi dengan Ibu Roliana Harianja, Jakarta, 30 November 2016
119
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
120
Wawancara Pribadi dengan Tn. TA, Jakarta, 28 November 2016
112
“.... bahkan dengan kondisi saya yang tidak layak ini....” 121
“.... beliau begitu sabar dan ramah mendampingi saya, malahan
saya yang bawel gini masih aja dilayanin hehehe...”122
121
Ibid,.
122
Wawancara Pribadi dengan Tn. H, Jakarta, 25 November 2016
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ini dilihat dari proses pendampingan yang diberikan oleh Ibu Ana selaku
masalah, dimana dalam hal ini pekerja sosial medis dituntut untuk siap
113
114
dilakukan sebelumnya.
diskusi antara pasien dan pekerja sosial medis itu sendiri terkait hal-
hal yang perlu diketahui oleh pasien. Pekerja sosial juga harus
advokasi.
pasien.
B. Saran
baik dari segi fisik, psiko, sosial serta ekonomi pasien. Serta
sosial dalam segala bidang, baik itu di latar panti sosial, rumah sakit
pihak lain dan hasil penelitian ini dapat digunakan juga sebagai
Terhadap Pasien Rawat Jalan dan Peran Pekerja Sosial Dalam Proses
Aminto, Wiku. Sistem Kesehatan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010) Cet
ke-3
Ezell, Mark. Advocacy In The Human Services, Toronto, Canada : Nelson Thomson
Learning, 2001
Jong, Wim de. Kanker, Apakah itu?, terj. dari Kanker, Wat Heet?! Medische
Informatie Over de Ziekte(n), de Behandeting en de Prognose oleh Astoeti
Suharto Heerdjan, (Jakarta: Arcan, 2005)
Kay, Karen Krisht – Ashman dan Grafton H. Hull. Jr, Understanding Generalist
Practice, (Chicago: Nelson-Hall, 1999, 2nd ed)
Miller, Valerie dan Jane Covey. Pedoman Advokasi: Kerangka Kerja Untuk
Perencanaan, Bertindak dan Refleksi, terj. dari Advocacy Sourcebook:
Framework for Planning, Action, and Reflection oleh Hermoyo, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2005), Edisi 1
Nuryana, Mu’man. 2000. Pekerjaan Sosial Medik di Rumah Sakit. Bandung: STKS
Press
Payne, Malcolm. Teori Pekerjaan Sosial Modern, terj. dari Modern Social Work
Theory 4th Edition oleh Susiladiharti, MSW., dan Admiral Nelson, Ph.D.,
(Jakarta: BPSW dan Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru 2016) Edisi 1
Sharma, Ritu R. Pengantar Advokasi Panduan Latihan, terj. dari An Introduction
to Advocacy Training Guide oleh Tim Yayasan Obor Indonesia, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, IKAPI DKI dan Yayasan Tifa, 2004), Edisi 1
Skidmore, Thackeray, dan Farley. 1994. Introduction to Social Work. UK: Prentice
Hall
Suharto, Edi. Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi, (Jakarta,
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004)
Website:
Desideria, Benedikta, Tak Cuma Medis Pasien Kanker Butuh Dukungan Sosial Dan
Emosional, diakses http://health.liputan6.com/read/2126636/tak-cuma-
medis-pasien-kanker-butuh-dukungan-sosial-dan-emosional pada 10
Oktober 2017
IPSPI, Kode Etik Profesi Pekerja Sosial Indonesia, diakses www.ipspi.org pada 30
Maret 2017
2. NIP : 19730210199303200
5. Agama : Kristen
8. Telepon : 0812-9818-7640
9. Pendidikan : - SD PSKD
- SMP PSKD
- SMPS
- S1 Widuri Kessos
5. Dengan proses perkenalan tersebut apa bapak/ibu yakin bahwa PSM dapat
menyelesaikan permasalahan yang sedang bapak/ibu hadapi?
8. Di rumah sakit ada sejumlah penanganan yang harus dilalui bapak/ibu, lalu bagaimana
PSM mengeksplorasi berbagai macam cara yang mungkin digunakan untuk mengatasi
masalah yang bapak/ibu hadapi?
10. Apabila PSM memberikan gambaran mengenai cara mengatasi masalah yang sedang
bapak/ibu alami sekarang, apakah PSM menjelaskan tindakan awal apa yang harus
dilakukan bapak/ibu untuk mendapatkan penanganan yang tepat?
11. Setelah bapak/ibu mendapatkan pilihan mengenai cara mengatasi masalah apakah PSM
menganjurkan agar bapak/ibu berkomitmen dengan pilihan bapak/ibu?
12. Jika bapak/ibu sudah memilih cara yang disarankan oleh PSM apakah bapak/ibu
berkomitmen untuk melanjutkan treatment tersebut ?
13. Apa manfaat yang sangat dirasakan bapak/ibu dengan adanya PSM ?
14. Ada kritik atau saran untuk PSM di IRM RSUP Fatmawati ?
TRANSKRIP WAWANCARA PEKERJA SOSIAL MEDIS
Keterangan : A : Peneliti
B: Informan
Nama : Tn. TA
Usia : 28 tahun
A : Ketika bapak/ibu tahu bahwa kondisi fisik yang sekarang ini sudah tidak dapat berfungsi
secara normal apa yang bapak/ibu rasakan?
B : Saya merasa putus asa dengan kondisi saya, sehingga membuat saya berfikir bahwa
sebaiknya saya menyerah saja dengan kondisi seperti ini.
A : Apakah hal tersebut pernah ditanyakan oleh Bu Ana?
B : Pernah sih waktu itu ada yang datang ke kamar saya dan ternyata itu Pekerja sosial medis,
dan Bu Ana itu menanyakan seputar kondisi saya selama berada di rumah sakit ini.
A : Sejauh mana Bu Ana memberikan penyadaran terhadap permasalahan yang sedang
bapak/ibu hadapi?
B : Awalnya sih saya emang putus asa dengan keadaan saya saat ini, tapi Bu Ana membantu
saya untuk lepas mencurahkan isi hati berupa keluhan atau semacamnya. Bu Ana juga
membantu saya untuk tetap semangat dan yakin bahwa Tuhan tidak akan memberikan
ujian kepada hambanya apabila ia tidak mampu. Jadi ya sebenarnya saya mampu melewati
ini semua meskipun rasanya begitu susah. Bu Ana juga menyadarkan saya tentang hal ini
bukan satu kali atau dua kali saja melainkan beberapa kali bahkan ketika saya dalam posisi
terpuruk.
A : Bagaimana proses perkenalan Bu Ana terhadap bapak/ibu?
B : Bu Ana memperkenalkan dirinya pada saya wktu itu dengan sopan dan santun, menjelaskan
seeperti apa pekerjaannya dan bagaimana perannya dia dalam rumah sakit ini.
A : Dengan proses perkenalan tersebut apa bapak/ibu yakin bahwa Bu Ana dapat
menyelesaikan permasalahan yang sedang bapak/ibu hadapi?
B : Awalnya sih gak yakin ya, soalnya kan saya fikir belum kenal juga masa udah mau cerita
macam-macam. Tetapi setelah dua dan tiga kali ketemu, terus saya juga sudah mulai
merasa nyaman dan tidak canggung lagi, ya akhirnya coba cerita pelan-pelan. Puji Tuhan
saya menjadi lebih yakin untuk menyelesaikan masalah yang saya hadapi.
A : Bagaimana hubungan bapak/ibu terhadap Bu Ana hingga sekarang?
B : Puji Tuhan hubungannya berjalan dengan baik, bahkan sangat baik. Saya juga gak bisa
ngelupain jasanya yang sudah membantu menyadarkan keadaan saya pada waktu itu. Jadi
ya seprti keluarga baru saja.
A : Selama bapak/ibu di rawat bagaimana cara Bu Ana memberikan dukungan terhadap
bapak/ibu?
B : Bu Ana memberikan dukungan kepada saya secara maksimal. Ya maksudnya meskipun
ada momen dimana saya belum ingin cerita tapi Bu Ana tetap memberi saya support dan
membuat saya berfikir bahwa orang yang tidak diposisi saya saja mau mendukung saya
masa saya sendiri tidak ingin berusaha untuk membahagiakan orang-orang disekeliling
saya. Bu Ana juga memberi dukungan dengan cara membantu membangun koneksi
dengan keluarga saya yang awalnya mungkin tidak cukup baik sehingga membuat saya
semakin semangat lagi. Lalu Bu Ana pernah juga menceritakan pengalamannya memiliki
pasien yang kondisinya jauh lebih sulit daripada saya tapi memiliki semangat yang luar
biasa sehingga membuat saya merasa perlu untuk lebih bersyukur dan bersyukur lagi
dengan keadaan saya saat ini.
A : Di rumah sakit ada sejumlah penanganan yang harus dilalui bapak/ibu, lalu bagaimana Bu
Ana mengeksplorasi berbagai macam cara yang mungkin digunakan untuk mengatasi
masalah yang bapak/ibu hadapi?
B : Bu Ana membantu saya mendapatakan solusi lain yang bisa saya lakukan untuk megatasi
masalah saya. Ya kurang lebih Bu Ana mencarikan alternatif dimana mungkn saya akan
mengambil solusi yang diberikan tersebut.
A : Pernahkah bapak/ibu mendiskusikan tentang cara mengatasi masalah yang sedang
bapak/ibu hadapi sekarang ini kepada Bu Ana?
B : Pernah, dengan adanya diskusi itu membuat saya mendapat berbagai macam solusi untuk
mengatasi masalah yang saya hadapi.
A : Apabila Bu Ana memberikan gambaran mengenai cara mengatasi masalah yang sedang
bapak/ibu alami sekarang, apakah Bu Ana menjelaskan tindakan awal apa yang harus
dilakukan bapak/ibu untuk mendapatkan penanganan yang tepat?
B : Ya memang begitu, Bu Ana awalnya juga menjalaskan beberapa hal terkait beberapa
penanganan yang mungkin saya ambil. Bukan sekedar memberikan pilihan saja,
melainkan memberikan penjelasan sampai saya benar-benar mengerti dan punya
keputusan yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang saya hadapi ini.
A : Setelah bapak/ibu mendapatkan pilihan mengenai cara mengatasi masalah apakah Bu Ana
menganjurkan agar bapak/ibu berkomitmen dengan pilihan bapak/ibu?
B : Iya, pastinya begitu. Meskipun Bu Ana memberikan beberapa solusi akan tetapi apabila
saya sudah mengambil satu keputusan untuk penangan saya. Ya saya juga harus komitmen
kecuali dalam penanganan yang saya ambil ini terasa belum memuaskan dan saya
memiliki hak untuk berpindah ke penanganan yang saya anggap pas untuk saya.
A : Jika bapak/ibu sudah memilih cara yang disarankan oleh Bu Ana apakah bapak/ibu
berkomitmen untuk melanjutkan treatment tersebut ?
B : Saya berusaha untuk komitmen dengan treatment yang sudah disarankan Bu Ana karena
bagaimanapun juga ia sudah membantu saya dan menjelaskan kekurangan dan kelebihan
dari treatment yang disarankan, jadi saya pasti usahakan untuk komitmen. Tapi ya apabila
dalam treatment tersebut saya merasa kurang puas saya diizinkan untuk menggantinya atau
meminta untuk lebih meningkatkan kuaitas treatment tersebut sehngga saya tidak perlu
menggantinya.
A : Apa manfaat yang sangat dirasakan bapak/ibu dengan adanya Bu Ana?
B : Saya merasa terbantu dari segi psikis, jadi lebih tenang, santai, tawakal aja gitu. Karena Bu
Ana membantu saya untuk mampu mengerti keadaan diri saya sendiri dengan melihat
kelebihan yang saya miliki dan selalu bersyukur bahwa Tuhan itu memang adil sudah
memberikan saya nikmat yang tidak semua orang diberikan semacam ini.
Nama : Tn. H
Usia : 44 tahun
A : Ketika bapak/ibu tahu bahwa kondisi fisik yang sekarang ini sudah tidak dapat berfungsi
secara normal apa yang bapak/ibu rasakan?
B : awalnya saya tidak begitu mempermasalahkan penyakit yang saya alami ini, saya
beraktifitas seperti biasanya, saya berangkat kerja kaya biasa, makan seperti biasa, yah
pokoknya sehari-hari saya kaya biasa aja kaya orang normal. Namun setelah kurang lebih 2
bulan, saya ngerasa saya cepet lelah, sering banget saya merasa kepala pusing, kadang
muncul, kadang hilang, muncul lagi, hilang lagi sampe seterusnya, saat aktivitias itu juga
saya belum menceritakan ke keluarga, karna saya pikir takut mereka khawatir, kepikiran
deh. Saya awalnya mencoba berobat dulu di puskemas namun puskesmas belom memvonis
saya mengidap kanker tuh, nah selanjutnya puskemas merujuk saya ke rumah sakit dharmais
cek daging atau proses biopsi, setelah itu saya menunggu hasilnya sekitar 1 bulan, baru lah
saya akhirnya divonis mengidap penyakit kanker. Jujur saya merasa putus asa, namun di
satu sisi saya mempunyai keyakinan bahwa saya masih bisa kembali normal (sembuh).
Karena itu saya jadi terus berusaha berobat dan mencari tau segala sebab-sebabnya.
A : Apakah hal tersebut penah ditanyakan oleh Bu Ana?
B : dulu.. malahan saya gak tau apa itu pekerja sosial medis, saya tau Bu Ana itu setelah masuk
rumah sakit kanker dharmais ini, malahan waktu di puskesmas juga gak ada apa itu pekerja
sosial medis. Nah.. setelah saya di rawat inap di rumah sakit ini akhirnya saya bertemu
dengan Bu Ana yang berprofesi sebagai pekerja sosial medis, pada awalnya saya tidak
langsung menanyakan hal ini, namun setelah beberapa kali bertemu dengan Bu Ana,
akhirnya saya memberanikan diri untuk langsung menanyakan apa yang terjadi dengan saya,
beliau begitu sabar dan ramah mendampingi saya, malahan saya yang bawel gini masih aja
dilayanin hehehe. Dari proses bantuin BPJS saya sampai akhirnya dapat kamar semua Bu
Anna yang bantuin saya
A : Sejauh mana Bu Ana memberikan penyadaran terhadap permasalahan yang sedang
bapak/ibu hadapi?
B : Bu Ana memberikan saya banyak pelajaran (edukasi), saya senang dengan beliau, soalnya
suka bikin saya sadar kalo kegiatan saya sebenernya gak sehat, bayangin aja saya tinggal di
lingkungan pabrik dan bekerja dengan jarak yang jauh seterusnya sampai saya lupa dengan
makan saya, ya memang dibalik itu saya berusaha buat anak dan istri juga. Tapi setelah
dapat arahan dari Bu Ana, buat apa nyari duit kalo fisiknya malah sakit, yang ada keluarga
saya juga ikutan sakit, terutama dompet deh juga ikutan sakit hahaha... Bu Ana sering ngasih
saya saran agar mengajak keluarga saya, pas sedang ada penyadaran masalah, jadinya gak
Cuma saya aja yang tau soal penyakit saya tapi istri saya dan anak-anak saya pun juga tau.
A : Bagaimana proses perkenalan Bu Ana terhadap bapak/ibu?
B : waktu pertama kali kenal, saya masih bertanya-tanya siapa dia? Soalnya keliatannya gak
kaya suster tapi juga gak keliatan dokter. Lalu Beliau saat menemui saya langsung
memeperkenalkan diri dengan ramahnya, nanyain kondisi saya, terus soal pelayanan di
rumah sakit, ada yang kurang atau tidak, bahkan sampai nanyain dimana keluarga saya dan
sama siapa saya dibawa ke rumah sakit, lalu setelah cukup sering bertemu barulah saya
menceritakan apa saja masalah yg saya alami. Bu Ana ramah yah orangnya, seneng ngeliat
dia merhatiin saya kalo saya kalau lagi cerita.
A : Dengan proses perkenalan tersebut apa bapak/ibu yakin bahwa Bu Ana dapat
menyelesaikan permasalahan yang sedang bapak/ibu hadapi?
B : sejauh ini saya merasa yakin dengan bantuan beliau, walopun saya belum bisa pulang, saya
juga ikut aja gimana instruksi Bu Ana. Masalah yang saya punya bisa dibantu untuk
diselesaikan dengan sebaik-baiknya, dia selalu mendampingi saya dari awal masuk rumah
sakit sampai nanti saya akan keluar dari rumah sakit.
A : Bagaimana hubungan bapak/ibu terhadap Bu Ana hingga sekarang?
B : hubungan saya baik dengan Bu Ana, beliau rajin kunjungi pasien tiap pagi bahkan yang
dateng duluan buat ngecek kondisi saya dan pasien lain itu bu ana, suster ma dokter aja
masih kalah cepet hehehe.. Bu Ana saya sudah menganggapnya seperti saudara sendiri,
bahkan dengan kondisi saya yang tidak layak ini, beliau suka merangkul dan memberi
semangat kepada saya.
A : Selama bapak/ibu di rawat bagaimana cara Bu Ana memberikan dukungan terhadap
bapak/ibu?
B : dukungan yang Bu Ana berikan dia selalu menyemangati saya saat ingin menjalani
kemoterapi, bahkan beliau tidak sungkan untuk menghubungi keluarga saya untuk datang
ke rumah sakit menemani saya ya seperti yang saya bilang dia suka ngerangkul pasien dan
memeberikan dorongan semangat.
A : Di rumah sakit ada sejumlah penanganan yang harus dilalui bapak/ibu, lalu bagaimana Bu
Ana mengeksplorasi berbagai macam cara yang mungkin digunakan untuk mengatasi
masalah yang bapak/ibu hadapi?
B : Bu Ana dari saya pertama masuk, dia selalu dampingi saya loh, dari bantu proses BPJS
saya, dapetin kamar rawat inap bahkan jika saya sudah diperbolehkan pulang kekampung
beliau gak sungkan buat bantu saya nanti. dalam membantu menangani masalah dan
penyakit saya, dia seperti bisa melihat dari berbagai sisi dari masalah saya yang saya hadapi,
disaat keluarga saya sulit dihubungi, dia justru menghubungi rekan-rekan saya di tempat
kerja untuk bisa membantu dalam permasalahan adminstrasi yang harus dilengkapi di rumah
sakit.
A :Pernahkah bapak/ibu mendiskusikan tentang cara mengatasi masalah yang sedang
bapak/ibu hadapi sekarang ini kepada Bu Ana?
B : iya, saya selalu mendiskusikan masalah saya dengan Bu Ana, beliau selalu memberikan
beberapa solusi dari masalah, tapi dari solusi itu, saya yang menentukannya.
A : Apabila Bu Ana memberikan gambaran mengenai cara mengatasi masalah yang sedang
bapak/ibu alami sekarang, apakah Bu Ana menjelaskan tindakan awal apa yang harus
dilakukan bapak/ibu untuk mendapatkan penanganan yang tepat?
B : iya, Bu Ana selalu memperingatkan di awal-awal, apa yang harus dikerjakan dan tidak
dikerjakan.
A : Setelah bapak/ibu mendapatkan pilihan mengenai cara mengatasi masalah apakah Bu Ana
menganjurkan agar bapak/ibu berkomitmen dengan pilihan bapak/ibu?
B : Bu Ana orangnya suka menghormati segala keputusan saya, bahkan dukungan dan
motivasinya tidak pernah putus.
A : Jika bapak/ibu sudah memilih cara yang disarankan oleh Bu Ana apakah bapak/ibu
berkomitmen untuk melanjutkan treatment tersebut ?
B : Tentu saya harus berkomitmen, soalnya Bu Ana selalu memperingati saya jika ingin
masalah atau penyakit saya bisa teratasi, saya harus komit.
A : Apa manfaat yang sangat dirasakan bapak/ibu dengan adanya Bu Ana?
B : manfaat yang rasakan banyak, hampir gak kehitung, yang saya sangat terbantu dengan
pelayanan yang Bu Ana kasih.
Slip Pembayaran Praktek selama 1 bulan
Surat Balasan MOU dari Pihak Rumah Sakit
FOTO KEGIATAN
Pekerja Sosial Medis berperan sebagai edukator Pekerja Sosial Medis sedang mengadvokasi keluarga
jenazah
Praktikan mengassesmen istri dari Tn. H. Praktikan mengunjungi Rumah Kedua (rumah Singgah)