Anda di halaman 1dari 142

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

PELATIH DAN ANGGOTA FUTSAL RIVERSIDE

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
Anjar Prihantoro
NIM. 11170510000142

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H / 2
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
PELATIH DAN ANGGOTA FUTSAL RIVERSIDE

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Oleh
Anjar Prihantoro
NIM. 11170510000142

Pembimbing,

Kalsum Minangsih, M.A.


NIP. 197704242007102002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H / 2022 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini berjudul “KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PELATIH DAN
ANGGOTA FUTSAL RIVERSIDE” telah diujikan dalam sidang
munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2018. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial
(S.Sos) pada jurusan Komunikasi dan Penyaran Islam.
Jakarta, Oktober 2022

Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Armawati Arbi, M.Si. Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A.


NIP. 196502071991032002 NIP. 198306102009122001

Penguji I, Penguji II,

Dosen 1 Dosen 2
NIP. NIP.

Pembimbing,

Kalsum Minangsih, M.A.


NIP. 197704242007102002

v
ABSTRAK

Banyak jalan menuju Mekkah. Begitu juga banyak cara


untuk berdakwah. Dakwah bisa dilakukan tidak hanya di mimbar,
melainkan juga seribu cara lainnya. Di Eropa, masyarakat Muslim
bisa lebih diterima lewat suri teladan seorang pemain sepakbola.
Mengingat di negara Inggris, yang menurut laporan LSM Hope
Not Hate, 35% penduduknya terpapar Islamofobia, suporter
bolanya malah menyerukan ingin masuk Islam bila Mo Salah terus
mencetak gol. Ini menunjukan bahwa berdakwah bukan hanya bisa
melalui lisan (dakwah bi al-lisan), tetapi juga bisa melalui
tindakan (dakwah bi al-hal).

Atas kesadaran itu, penulis ingin meneliti lebih jauh


bagaimana sepakbola bisa digunakan untuk menanamkan nilai-
nilai dakwah, terutama yang melalui teladan. Untuk itu, penulis
memilih sebuah tim sepakbola untuk dikaji, yaitu tim futsal MAN
12 Jakarta, yang biasa dikenal dengan Riverside.

Sebagaimana Abdul Basit, dalam bukunya Wacana


Dakwah Kontemporer merumuskan bahwa ada lima nilai dakwah,
yaitu nilai kedisiplinan, nilai kebersihan, nilai kerja keras, nilai
kejujuran, dan nilai kompetisi. Ini menarik untuk dicari tahu, sebab
mungkin, dari penanaman nilai-nilai itu, bakal muncul Mo Salah
berikutnya yang berdakwah melalui perbuatan dan suri teladan.
Kata kunci : nilai dakwah, futsal, dakwah bi al hal, komunikasi
antar pribadi, motivasi

vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, Puji Syukur
peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang tanpa henti
memberikan kenikmatan, keberkahan, kekuatan, kesabaran dan
ilmu pengetahuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas
penelitian skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa
Allah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suri
tauladan di kehidupan ini, yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang tercerahkan dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini.
Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini peneliti
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc.,
M.A. Sebagai rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M. Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi, Dr. Siti Napsiah, S. Ag,
sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin
Noor, M.Ag Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, serta Cecep Castrawijaya, M. A selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Dr. Edi
Amin,M.A sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.

ix
4. Umi Kalsum Minangsih, M.A. sebagai dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan
senantiasa membimbing saya untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Banyak sekali pelajaran serta
pengalaman yang saya dapat.
5. Bu Umi Musyarrofah, M.A. sebagai penasihat akademik
yang selalu memberikan pemikiran serta saran terbaik
untuk perkuliahan dan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan
serta pengalamannya kepada peneliti. Peneliti berharap
semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi
peneliti dan masyarakat luas, seperti halnya yang
dilakukan oleh guru-guru sekalian.
7. Segenap staff perpustakaan dan staff akademik yang
telah memberikan pelayanan kepada peneliti sehingga
peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan.
8. Keluarga yang sangat saya cintai, kedua orang tua
tercinta, Ibu Pipit Karyati dan Bapak Sugiyanto, yang
selalu memberikan dan mendukung segala yang terbaik
untuk anak-anaknya, serta adik saya tercinta Zahra
Amalia yang lebih banyak ngeselinnya dibanding
ngedukungnya.
9. Akademi Futsal Riverside yang telah menerima peneliti,
serta tempat berlatih yang selalu memberikan ilmu-ilmu
yang hebat. Khususnya kepada Bang Didit selaku
pelatih dari akademi futsal ini.
10. Keluarga Besar Aestec Wedding, yang telah memberi
saya kesempatan untuk bekerja bersama kalian. Tanpa
Aestec mungkin saya tidak bisa melanjutkan
perkuliahan ini, karena ekonomi dan pandemi.
11. Paguyuban Jamkos, yang telah menjadi tempat saya
berkeluh kesah dan selalu mengingatkan saya untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
12. Majelis Ilmu Subulussalam, yang selalu memberikan
pencerahan ketika keadaan saya sedang terpuruk, dan
iman sedang naik turun.
13. Last but not least, I wanna thank me, for believing in me,
for doing all this hard work, for having no days off, for
never quitting, for just being me at all times.

Jakarta, Oktober 2022

Anjar Prihantoro
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................. vii


KATA PENGANTAR ................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................... xii
BAB I ........................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah........................................................... 10
C. Batasan Masalah ................................................................ 11
D. Rumusan Masalah .............................................................. 12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 13
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 16
G. Metode Penelitian .............................................................. 24
H. Sistematika Penulisan ........................................................ 29
BAB II ......................................................................................... 31
KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 31
A. Landasan Teori ................................................................ 31
I. Konsep ...................................................................... 31
a. Dakwah ................................................................ 31
b. Nilai-Nilai Dakwah ............................................. 35
c. Komunikasi.......................................................... 37
d. Komunikasi Antar Pribadi ................................... 39
e. Futsal ................................................................... 42
II. Teori ......................................................................... 44
III. Pendekatan ............................................................... 48
B. Kajian Pustaka................................................................. 55

xii
C. Kerangka Berpikir ........................................................... 65
BAB III ....................................................................................... 66
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ......................... 66
A. Profil Tim Futsal Riverside ............................................. 66
B. Profil MAN 12 Jakarta .................................................... 70
C. Profil Pelatih Tim Futsal ................................................. 76
BAB IV ....................................................................................... 80
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...................................... 80
A. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kedisiplinan ..................... 80
B. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kejujuran .......................... 85
C. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kerja Keras ....................... 87
D. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kebersihan ........................ 90
E. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kompetisi ......................... 93

BAB V......................................................................................... 95
PEMBAHASAN ......................................................................... 95
BAB VI ..................................................................................... 115
PENUTUP ................................................................................. 115
A. Kesimpulan ................................................................... 115
B. Saran .............................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 117
LAMPIRAN .............................................................................. 122
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kegiatan Khataman Kitab Kuning.............................. 70


Gambar 3.2. MAN 12 Jakarta ketika menjadi Rumah Tahfiz ........... 71
Gambar 3.3. Rendy, Husna, dan Neneng di Al Azhar Kairo ............ 72
Gambar 3.4. Tim Paskibraka MAN 12 Jakarta ............................... 73
Gambar 3.5. Talitha Ferina, anggota Paskibraka DKI Jakarta .......... 73
Gambar 3.6. Kegiatan Bulan Bahasa tahun 2019 ............................ 74
Gambar 3.7. Tim KIR MAN 12 Jakarta ........................................ 75
Gambar 3.8. Aditya Pratama Ramadhan, Pelatih Futsal Riverside ... 76
Gambar 3.9. Kontroversi Materazzi dan Zidane............................. 78
Gambar 4.1. Anggota tim Riverside yang sedang mendapat sanksi .. 83
Gambar 4.2. Anggota Tim Riverside sholat berjamaah ................... 84
Gambar 4.3. Anggota Tim Riverside mengerjakan PR di lapangan .. 85
Gambar 4.4. Anggota Tim Riverside menunjukkan rasa sportif ....... 87
Gambar 4.5. Anggota Tim Riverside berlatih ................................. 89
Gambar 4.6. Anggota Tim Riverside sedang berwudhu................... 91
Gambar 4.7. Anggota Tim Riverside bertanding di Liga AAFI
Tangerang 2022 ............................................................................. 95

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdakwah tidak melulu mesti di atas mimbar.
Tidak selalu harus melalui ceramah, atau kata-kata
menggurui. Dakwah bisa hadir di mana saja. Dakwah bisa
diselipkan dalam bentuk apa saja. Sunan Kalijaga,
misalnya, menyebarkan nilai-nilai ke-Islaman lewat
tembang-tembang dan pertunjukan wayang kulit.1
Sementara sutradara Ismail Basbeth, di era kemajuan
teknologi ini menyajikan masalah-masalah ke-Islaman
lewat salah satu filmnya yang berjudul Mencari Hilal.2
Di media sosial, dinamika dakwah tak kalah riuh
terjadi. Akun-akun berorientasi dakwah tumbuh subur,
salah satunya akun dakwah NU Online binaan Nahdlatul
Ulama. NU Online secara rutin memanfaatkan berbagai
platform medsos untuk menyebarkan narasi-narasi ke-
Islaman yang sejuk. Dari mulai menggunakan bentuk
visual lewat akun Instagram @nuonline_id, lewat audio

1
Dani Ismantoko, “Puritanisme Islam: Memurnikan Ajaran atau Arabisasi?”
Geotimes, 19 Juli 2019. Artikel ini dapat diakses di:
https://geotimes.co.id/opini/puritanisme-islam-memurnikan-ajaran-
atauarabisasi/
2
Ade Irwansyah, “Islam Indonesia di Mencari Hilal dan Surga yang Tak
Dirindukan”. Liputan 6, 22 Juli 2015. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.liputan6.com/showbiz/read/2276967/islam-indonesia-di-mencari-
hilal-dan-surga-yang-tak-dirindukan
BAB I - Pendahuluan

siniar (podcast) di Spotify, lewat audiovisual di kanal


YouTube, juga berbagai peron medsos lainnya.
Tetapi, di luar itu semua, ada juga bentuk dakwah
yang tak kalah penting. Dakwah yang tak terucap, yaitu
dakwah yang tercermin melalui sikap dan perbuatan.
Dakwah macam ini disebut sebagai dakwah bi al-hal, yaitu
dakwah melalui teladan dan tindakan nyata.3 Sebagaimana
Rasulullah SAW juga bukan hanya bersabda, tetapi juga
memberi contoh. Seperti yang terkandung dalam firman
Allah SWT dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 21 yang
artinya :
ٰ ْ ‫ّٰللا َو ْال َي ْو َم‬
‫اْلخِ َر َوذَك ََر‬ َ ‫سنَةٌ ِِّل َم ْن َكانَ َي ْر ُجوا ه‬
َ ‫ّٰللا اُس َْوة ٌ َح‬ ُ ‫لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم ِف ْي َر‬
ِ ‫س ْو ِل ه‬
‫ّٰللا َكثِي ًْر ۗا‬
َ‫ه‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu)bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.”
Teladan itu salah satunya tercatat dalam sebuah
hadits riwayat Al-Hakim dalam kitab Mustadrak.
Dikisahkan, seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin
Sanah menagih pinjaman kurma kepada Rasulullah SAW,
padahal pinjaman itu belum jatuh tempo. Zaid menarik
ujung jubah dan selendang Rasulullah SAW hingga
tercekik, seraya menagih hutang itu dengan wajah yang
keras.

3
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 11

2
BAB I - Pendahuluan

Melihat itu, Umar bin Khattab marah dan membuat


takut si Yahudi. Umar meminta izin kepada Rasulullah
SAW untuk menebas kepala Zaid. Tetapi Rasulullah SAW
malah memberi Zaid bonus kurma sebanyak dua puluh sha’
diluar pinjamannya. Bonus itu diberikan sebagai ganti
karena Umar telah membuat takut si Yahudi.
Menyaksikan teladan Rasulullah SAW itu, Zaid bin
Sanah si pendeta Yahudi pun seketika memeluk agama
Islam. Sungguh kisah yang menggetarkan, walaupun ini
hanya secuil bukti betapa mulianya Rasulullah SAW, juga
secuil bukti bahwa satu teladan lebih berharga ketimbang
seribu ucapan.
Ini menandakan bahwa dakwah bi al-hal adalah
dakwah yang begitu efektif. Sebuah metode dakwah yang
mesti lebih banyak hadir di keseharian hidup kita kini.
Sebab dakwah melalui teladan lah yang paling mungkin
untuk dilakukan di lingkup mana saja.
Mohamed Salah, misalnya, pemain sepakbola
berseragam Liverpool FC ini hampir tak pernah berdakwah
melalui lisan (dakwah bi al-lisan), atau pun tulisan (dakwah
bi al-qalam), tetapi nilai-nilai ke-Islaman lekat terkandung
dalam dirinya. Ia tak pernah mengonsumsi alkohol4, ia rajin

4
Bergas Brillianto, “Mo Salah dan para Pemain Muslim di Panggung Premier
League”. Kumparan, 27 April 2018. Artikel ini dapat diakses di:
https://kumparan.com/kumparanbola/mo-salah-dan-para-pemain-muslim-di-
panggung-premier-league/full

3
BAB I - Pendahuluan

mengaji5, ia rajin menunaikan sholat di masjid6, ia juga


rajin menjaga wudhunya bahkan sebelum bertanding.7
Bukan hanya itu, ketika rumah keluarganya
dirampok dan perampok itu tertangkap, ayah Mo Salah
ingin perampok itu dipenjara, tetapi Salah malah
membebaskannya. Lebih mengharukan lagi, ia juga
memberi perampok itu sejumlah uang serta mencarikannya
pekerjaan yang halal.8
Di momen lain, seorang gelandangan bernama
David Craig bercerita kepada media The Sun, bahwa ketika
mengisi bensin di dekat Stadiun Anfield, Mo Salah
memberinya uang sebesar 100 pound, atau sekitar Rp. 1,9
juta.9 Mo Salah juga diketahui pernah menyumbang 2,5

5
Septian Tambunan, “Fenomena Mohamed Salah, Rajin Mengaji dan Tak
Pernah Tinggalkan Shaat, Kini Bikin Rekor Baru di Liga Inggris”. Grid Pop, 27
April 2019. Artikel ini dapat diakses di:
https://pop.grid.id/read/301708810/fenomena-mohamed-salah-rajin-mengaji-
dan-tak-pernah-tinggalkan-shalat-kini-bikin-rekor-baru-di-liga-inggris
6
Djanti Virantika, “Sisi Religius Mohamed Salah, Rajin ke Masjid hingga
Gemar Bersedekah”. Okezone, 17 Mei 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://bola.okezone.com/read/2020/05/17/45/2215318/sisi-religius-mohamed-
salah-rajin-ke-masjid-hingga-gemar-bersedekah
7
Hasional Gultom, “Klopp Ungkap Kebiasaan Mohamed Salah Berwudhu
Sebelum Berlaga”. Tribun News, 28 April 2018. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.tribunnews.com/superskor/2018/04/28/klopp-ungkap-kebiasaan-
mohamed-salah-berwudhu-sebelum-berlaga
8
Nugrahenny Untari, “3 Aksi Mo Salah yang Bikin Hati Bergetar”. Indosport,
27 Mei 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.indosport.com/sepakbola/20200527/3-aksi-mo-salah-yang-bikin-
hati-bergetar-termasuk-tolong-pencuri
9
Tim Hikmah, “Liverpool punya Mo Salah yang Rajin Sedekah dan Taat
Ibadah”. Detik, 7 Oktober 2020. Artikel ini dapat diakses di:

4
BAB I - Pendahuluan

juta pound, atau sekitar Rp. 44 miliar, ke National Cancer


Institute Kairo, pada 2019 lalu.10
Itu baru sedikit teladan Mo Salah yang diketahui
publik, yang menandakan ia gemar besedekah. Di
lapangan, atas kebaikan sikap yang melegenda dan
kemampuannya membawa Liverpool memenangi laga
demi laga, hampir setiap The Reds bertanding ada seruan
yang menarik dari pendukung Liverpool; “Mo Sa-la-la-la-
lah, Mo Sa-la-la-la-lah, if he’s good enough for you, he’s
good enough for me, if he scores another few, then I’ll be
Muslim too. He’s sitting in the mosque, that’s where I want
to be.”
Mengharukan, tentu saja. Di negara yang, menurut
laporan LSM Hope Not Hate, 35% penduduknya terpapar
Islamofobia11, seruan ingin menjadi mualaf malah
bergelora dari stadiun ke stadiun. Penyebabnya satu:
teladan Mo Salah yang menginspirasi.
Janji bakal berbondong-bondong ke masjid dalam
seruan pendukung Liverpool itu pun nampaknya tidak
berlebihan. Seperti yang diakui Dr. Abdul Hamid,

https://sport.detik.com/sepakbola/gila-bola/d-5203312/liverpool-punya-mo-
salah-yang-rajin-sedekah-dan-taat-ibadah
10
Nugrahenny Untari, “3 Aksi Mo Salah yang Bikin Hati Bergetar”. Indosport,
27 Mei 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.indosport.com/sepakbola/20200527/3-aksi-mo-salah-yang-bikin-
hati-bergetar-termasuk-tolong-pencuri
11
Faisal Irfani, “Saat Inggris Harus Berjuang Mengatasi Islamofobia”. Tirto, 20
Februari 2019. Artikel ini dapat diakses di:
https://tirto.id/saat-inggris-harus-berjuang-mengatasi-islamofobia-dhos

5
BAB I - Pendahuluan

pengurus Masjid Sheikh Abdullah Quilliam di kota


Liverpool; “Semakin banyak pemuda mengunjungi masjid
ini dan datang salat Jumat karena Mo Salah berada di sini.”
Puncaknya, ketika Mo Salah berhasil membawa
Liverpool FC menjuarai Liga Champions pada 2019, dan
juara Liga Inggris musim 2019-2020 lalu, tak ada minuman
beralkohol di panggung perayaan.12 Semata-mata untuk
menghargai Mo Salah dan pemain beragama muslim
lainnya. Sebuah kebiasaan baru yang diadaptasi oleh klub
itu berkat nilai-nilai Islami yang ditunjukan Salah.
Tak ayal, atas pengaruhnya mengubah citra Islam
di tanah Eropa menjadi lebih diterima, pemerintah Arab
Saudi sampai menjadikannya Duta Islam untuk Eropa, dan
memberi Mo Salah sepetak tanah di kota Mekkah.13 Ini
penghargaan yang menarik, sebab Mo Salah
berkewarganegaraan Mesir. Namun ternyata, pengaruhnya
dalam mengubah citra Islam itu sampai diganjar lintas
negara.
Dari sedikit kisah-kisah itu kita bisa melihat
bagaimana Mo Salah, lewat dakwah bi al-hal berhasil
menyentuh hati penduduk Eropa dan fans-fans bola untuk

12
Redaksi, “Hormati Salah dan Mane, Liverpool Pesta Juara Tanpa Alkohol”.
CNN Indonesia, 19 Desember 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20201219183710-147-
584247/hormati-salah-dan-mane-liverpool-pesta-juara-tanpa-alkohol
13
Surya Sumirat, “Mohamed Salah Dapat Hadiah Sebidang Tanah di Mekkah”.
CNN Indonesia, 26 April 2018. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20180426005304-142-
293631/mohamed-salah-dapat-hadiah-sebidang-tanah-di-mekkah

6
BAB I - Pendahuluan

melihat ajaran Islam menggunakan kacamata yang lebih


jernih. Ini menandakan bahwa teladan bisa jauh lebih
bermakna ketimbang kata-kata, juga menandakan bahwa
sepakbola adalah ruang berdakwah yang tak kalah efektif.
Atas kesadaran itu, penulis ingin meneliti lebih jauh
bagaimana sepakbola bisa digunakan untuk menamankan
nilai-nilai dakwah, terutama yang melalui teladan. Untuk
itu, penulis memilih sebuah tim sepakbola untuk dikaji,
yaitu tim futsal dari MAN 12 Jakarta.
Tim futsal yang dijuluki Riverside ini mulai
kembali aktif sejak tahun 2008. Mereka sempat menjadi
Juara 2 dalam kompetisi 94 Cup tahun 2010, tetapi
kemudian mengalami puasa gelar. Barulah sejak tongkat
kepelatihan dipegang oleh Aditya Pratama Ramadhan
mulai Januari 2012, Riverside meraih prestasi-prestasi
baru. Di mulai dari kembali menjadi Juara 2 dalam gelaran
94 Cup tahun 2012. Kemudian Juara 3 Pekan Raya
Psikologi - Mercu Buana Cup tahun 2016, Juara 2 Jaksa
Cup tahun 2018, Juara 4 Jaksa Cup tahun 2019, dan
terakhir meraih Juara 2 pada turnamen Pelita 2 Cup tahun
2019.
Membawa tim Riverside menjadi juara di tahun
pertama melatih tentu dibutuhkan pendekatan komunikasi
antar pribadi yang jitu. Sebab tiap pemain perlu dirangkul
dan didekati dengan cara yang beragam, mereka perlu
diberi dukungan dan motivasi masing-masing, hal itu
membuat keberhasilan Didit menjadi menarik juga untuk

7
BAB I - Pendahuluan

dikaji. Sebagaimana Jalaludin Rakhmat berteori, bahwa


keberhasilan komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh
tiga faktor, yaitu kepercayaan, dukungan, dan
keterbukaan.14 Apakah Didit memberikan ketiga hal itu
kepada anggota tim Riverside? Penelitian ini juga bakal
menjawab soal itu.
Di sisi lain, secara kasat mata, kita bisa mengetahui
bahwa tim futsal Riverside lahir di lingkungan Islami, yaitu
MAN 12 Jakarta, yang sehari-hari pelajarnya akrab dengan
nilai-nilai ke-Islaman. Aditya Pratama Ramadhan, atau
yang biasa oleh tim futsalnya disapa dengan Bang Didit,
juga alumni dari sekolah itu. Lebih lagi, Didit juga alumni
dari kampus UIN Syarif Hidayatullah, yang juga sama-
sama lekat nilai ke-Islamannya. Pertanyaanya, apakah
lingkungan dan latar belakang pelatih yang Islami itu turut
tertanam pada diri individu maupun keseluruhan tim yang
dilatih? Apakah Didit, sebagai pelatih,
mengimplementasikan nilai-nilai dakwah dalam sesi
latihannya? Itu yang akan coba penulis uraikan dalam
penelitian ini.
Sebagaimana Abdul Basit, dalam bukunya Wacana
Dakwah Kontemporer merumuskan bahwa sekurang-
kurangnya ada lima nilai dakwah, yaitu nilai kedisiplinan,
nilai kebersihan, nilai kerja keras, nilai kejujuran, dan nilai

14
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 125

8
BAB I - Pendahuluan

kompetisi.15 Apakah kelima nilai itu ditanamkan pula oleh


Didit kepada anggota-anggota tim futsalnya? Ini menarik
untuk dicari tahu jawabannya. Sebab mungkin, dari
penanaman nilai-nilai itu, bakal muncul Mo Salah lain,
yang sukses mengubah lapangan sepakbola menjadi medan
dakwah.

15
Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2006), hal. 144

9
BAB I - Pendahuluan

B. Identifikasi Masalah
Telah digunakannya berbagai media untuk
berdakwah secara lisan maupun tulisan mengusik hati
penulis untuk mencari tahu; mungkinkah masih ada sarana
lain yang belum digunakan secara luas? Mungkinkah
dakwah non-lisan dan non-tulisan mendapatkan perhatian
serupa dari para pendakwah? Kasus Mo Salah dan
membaiknya citra Islam di Eropa karena permain
sepakbola yang beliau lakukan menjawab itu. Namun
pertanyaannya, bagaimana cara untuk menduplikasikan
kesuksesan Mo Salah di lingkungan terdekat kita?
Dari pertanyaan itu timbul lah masalah yang ingin
penulis jawab dengan kasus yang dekat dengan kehidupan
penulis; yaitu sebagai alumni MAN 12 Jakarta, sebagai
mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah,
juga sebagai mantan anggota tim futsal Riverside.
Dengan latar belakang penulis itu, masalah yang
ingin penulis identifikasi adalah: bagaimana kelima nilai
dakwah ditanamkan oleh pelatih tim futsal Riverside?
Bagaimana anggota tim merespon nilai-nilai dakwah itu?
Apakah terdapat kelima nilai dakwah itu dalam sesi latihan,
hari pertandingan, juga momen juara tim futsal Riverside?
Ketiga masalah ini yang akan penulis jabarkan dalam
penelitian ini.

10
BAB I - Pendahuluan

C. Batasan Masalah
Penelitian ini secara khusus hanya akan berfokus
mengobservasi nilai-nilai dakwah yang diterapkan oleh
pelatih tim fustal Riverside kepada anggota timnya.
Terutama, mengenai lima nilai dakwah sebagaimana yang
telah dirumuskan oleh Abdul Basit dalam bukunya yang
berjudul Wacana Dakwah Kontemporer.
Tetapi secara umum, penelitian ini juga akan
mencoba mengurai sepak terjang tim futsal Riverside
dengan segala prestasinya, latar belakang ke-Islaman dari
tim futsal Riverside, juga latar belakang ke-Islaman dari
pelatihnya. Sebab bagaimana pun, interaksi yang terjadi
antara tim futsal dan pelatih tidak bisa lepas dari latar
belakang mereka sebagai seorang Muslim.
Sebagai tambahan, penelitian ini juga akan
membahas hal lain yang tidak kalah penting, yaitu
bagaimana dakwah bi al-hal ditunjukan dalam tiap sesi
latihan, pertandingan, maupun panggung juara, oleh pelatih
maupun tim futsal Riverside.
Tambahan lainnya, penelitian ini juga akan sedikit
berbicara mengenai komunikasi antar pribadi yang terjadi
antara pelatih dan individu-individu dalam tim futsal
Riverside, semata-mata untuk mengungkap apakah ada
kepercayaan, dukugan, dan keterbukaan di antara pelatih
dan tim yang memacu tim itu menjadi berprestasi.

11
BAB I - Pendahuluan

D. Rumusan Masalah
Mengingat dalam judul penelitian ini terdapat dua
elemen utama yang penulis sorot, yaitu elemen nilai
dakwah dan elemen komunikasi antar pribadi (antara
pelatih dan individu dalam tim futsal), maka penulis juga
merumuskan dua pertanyaan besar yang wajib terjawab
dalam penelitian ini.
Dua rumusan masalah itu antara lain:
1. Bagaimana penerapan nilai dakwah kedisiplinan,
kebersihan, kerja keras, kejujuran, dan kompetisi dalam
proses pelatihan dan pertandingan di tim futsal
Riverside?
2. Bagaimana penerapan tiga faktor keberhasilan
komunikasi antar pribadi (kepercayaan, dukungan, dan
keterbukaan) dalam memupuk harmonisasi antara
pelatih dengan individu-individu dalam tim futsal?

12
BAB I - Pendahuluan

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini dibuat dengan
tujuan untuk mencari tahu apakah ada ranah dakwah
lain, terutama diluar dakwah bi al-lisan dan dakwah bi
al-qalam yang dapat dimanfaatkan secara efektif oleh
seorang da’i. Sebab jangan sampai para pendakwah
hanya menyebarkan ajaran Islam di mimbar-mimbar,
lantas melupakan mereka yang jauh dari majelis ilmu.
Untuk itu, dakwah mesti diselipkan pada setiap ranah
kehidupan kita.
Secara khusus, penelitian ini juga dilaksanakan
untuk mencari tahu bagaimana pelatih
mengimplementasikan nilai-nilai dakwah dalam sesi
latihan maupun hari pertandingan kepada tim futsal
Riverside.

2. Manfaat Penelitian
Selain tujuan, pelaksanaan penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan manfaat akademis
maupun praktis. Manfaat-manfaat itu antara lain:

a. Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian ini secara akademis
dapat dimanfaatkan sebagai tambahan literasi
yang memperdalam studi nilai-nilai dakwah,

13
BAB I - Pendahuluan

khususnya yang terjadi melalui komunikasi antar


pribadi.
Terutama untuk menunjukan secara
saintifik, bagaimana faktor kepercayaan,
dukungan, dan keterbukaan dapat digunakan
untuk memupuk hubungan yang baik antara
seorang pelatih dan tim didikannya, baik didikan
mengenai keterampilan bermain bola, maupun
didikan mengenai nilai-nilai ke-Islaman.

b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini secara praktis
dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi
mengenai beberapa hal.
Pertama, sebagai kajian mendalam
mengenai tim futsal MAN 12 Jakarta (Riverside),
terlebih mengenai latar belakang ke-Islaman dan
nilai-nilai dakwah yang tercermin dalam timnya.
Kedua, sebagai panduan dan tambahan
informasi mengenai penelitian mendatang yang
juga ingin membahas soal nilai-nilai dakwah
maupun komunikasi antar pribadi. Sehingga
kajian dengan tema ini bisa terus berkembang.
Ketiga, sebagai pengingat bahwa dakwah
tidak melulu mesti dilakukan melalui lisan
maupun tulisan, tetapi juga bisa ditunjukan
melalui teladan. Dengan begitu, mad’u tidak akan

14
BAB I - Pendahuluan

merasa jenuh atau muak, tetapi malah merasa


terinspirasi.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

15
BAB I - Pendahuluan

Ide penelitian ini tentunya tidak muncul dari ruang


kosong, melainkan terinspirasi dari penelitian-penelitian
terdahulu. Sebagaimana pepatah mengatakan, tak ada yang
baru di bawah matahari. Bisa dikatakan, penelitian ini
adalah lanjutan dari penelitian-penelitan terdahulu untuk
menguji kembali apakah teori dan metode terdahulu masih
relevan atau tidak. Kajian-kajian terdahulu itu antara lain:

Tabel 1.1.
Tinjauan Kajian Terdahulu

No. Kajian Terdahulu Persamaan & Perbedaan

Metode Dakwah Ustadz Dr. Persamaan:


Umay Maryunani, MA di Pondok
Penelitian Dera dan penelitian ini
Pesantren Darul Amal
memiliki kesamaan pada objek
Sukabumi, tahun 2011, oleh
penelitiannya, yaitu sama-sama meneliti soal
Dera Desember, mahasiswa
dakwah. Dera memfokuskan penelitiannya
program studi Komunikasi
terhadap metode yang digunakan oleh Ustad
Penyiaran Islam dari UIN Syarif
Umay sebagai pendakwah, yaitu metode al-
1 Hidayatullah Jakarta
hikmah (kebijaksanaan), al-mau’idzatil
hasanah (nasihat yang baik), dan al-
mujadalah bi al-lati hiya ahsan (berdebat
dengan cara yang lebih baik).
Ketiga metode dakwah yang
digunakan Dera itu adalah metode dakwah
berbasis lisan (dawah bi al-lisan).

16
BAB I - Pendahuluan

Perbedaan:

Sementara penelitian ini, meskipun


juga meneliti mengenai dakwah, tidak
memfokuskan kajiannya terhadap metode
dakwah yang digunakan, melainkan pada
nilai-nilai dakwah. Dengan kata lain, Dera
meneliti mengenai cara berdakwah,
sementara penelitian ini akan mengkaji hasil
dari berdakwah, yaitu nilai-nilai yang bakal
tertanam.
Nilai-Nilai Dakwah dalam Persamaan:
Strategi Komunikasi Pemasaran
Persamaan penelitian Rialdi dengan
Swalaya Tip Top, tahun 2018,
penelitian ini juga terletak pada objek yang
oleh Rialdi Pratama,
dikaji, yaitu mengenai nilai-nilai dakwah
mahasiswa program studi
yang terkandung dalam kegiatan sehari-hari.
Komunikasi Penyiaran Islam dari
Penelitian Rialdi mengenai nilai-nilai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dakwah dalam kegiatan berdagang dan
2 melayani pelanggan, sementara penelitian ini
mengenai nilai-nilai dakwah dalam kegiatan
futsal.
Kesamaan lainnya, baik penelitian
Rialdi maupun penelitian ini sama-sama
menggunakan pendekatan 5 nilai-nilai
dakwah milik Abdul Basit, walaupun dalam
penelitian Rialdi, pembahasan mengenai itu

17
BAB I - Pendahuluan

tidak terlalu fokus dan bersifat sebagai


tambahan informasi saja.
Perbedaan:

Sementara perbedaan besarnya


terletak pada teori yang digunakan.
Penelitian Rialdi menggunakan teori delapan
strategi komunikasi milik Kotler dan Keller,
sementara penelitian ini menggunakan teori
tiga faktor keberhasilan komunikasi antar
pribadi milik Jalaludin Rakhmat.
Dari perbedaan teori itu tentu
penelitian akan berfokus pada hal yang
berbeda pula, penelitian Rialdi fokus
menjelaskan cara menggunakan nilai dakwah
itu, sementara penelitian ini mencari tahu
apakah keberhasilan penyebaran nilai
dakwah yang terjadi dikarenakan faktor-
faktor penentu itu?
Nilai-Nilai Dakwah Persamaan:
dalam Komunikasi Antara
Dari beberapa kajian terdahulu yang
Pelatih dan Pemain Sepakbola di
menginspirasi penelitian ini, penelitian Jordi
Sekolah Sepak Bola Metro
lah yang paling banyak memiliki kesamaan.
3 Kelurahan Kukusan Kecamatan
Pertama, yang paling kentara, ialah penelitian
Beji Kota Depok, tahun 2018,
kami sama-sama meninjau nilai-nilai dakwah
oleh Jordi Moenalsyah,
yang terjadi dalam ranah olahraga, Jordi
mahasiswa program studi
meneliti sepakbola, sementara penelitian ini

18
BAB I - Pendahuluan

Komunikasi Penyiaran Islam meneliti futsal. Kemiripan objek penelitian


dari UIN Syarif Hidayatullah itu adalah salah satu cara untuk menguji
Jakarta. apakah sebuah teori bisa berlaku pada dua
cabang olahraga yang mirip?
Persamaan lainnya terletak pada
pendekatan yang digunakan, yaitu sama-
sama menerapkan pendekatan 5 nilai-nilai
dakwah milik Abdul Basit. Lewat kesamaan
pendekatan ini pula nilai-nilai dakwah milik
Abdul Basit iu bisa diuji apakah masih
relevan atau tidak dengan realitas yang
terjadi saat ini.
Perbedaan:

Sementara itu, perbedaan mendasar


dari penelitian ini dengan penelitian Jordi,
selain dari objeknya yang berbeda, adalah
teori yang digunakan berbeda pula.
Penelitian Jordi menggunakan teori SCMR
(source, message, channel, receiver) milik
David K. Berlo, dan fokus mengkaji
bagaimana alur informasi terjadi pada tim
sepakbola Metro Kukusan, sementara
penelitian ini menggunakan teori 3 faktor
keberhasilan komunikasi antar pribadi milik
Jalaludin Rakhmat untuk meninjau apakah
ada tiga faktor itu dibalik keberhasilan tim

19
BAB I - Pendahuluan

Riverside baik dalam segi prestasi maupun


aktualisasi nilai-nilai dakwah dalah
keberlangsunan timnya.
Metode Dakwah Alfie Alfandy di Persamaan:
Kalangan Pemuda dalam
Persamaan antara penelitian Hilman
Komunitas Bikers Dakwah
dengan penelitian ini hanya sedikit, yaitu
Melalui Pendekatan Komunikasi
sama-sama meneliti soal dakwah. Tetapi,
Persuasif, tahun 2019, oleh
Hilman memfokuskan penelitiannya untuk
Ahmad Hilman Zulfahmi,
mengkaji strategi komunikasi persuasif
mahasiswa program studi
dalam kegiatan dakwah yang dilakukan oleh
Komunikasi Penyiaran Islam
Ustadz Alfie Alfandy.
dari UIN Syarif Hidayatullah
Dalam penelitiannya, Hilman
Jakarta.
menggunakan pendekatan strategi
komunikasi dakwah milik Wahyu Ilahi, yang
4
menekankan tindakan dakwah dilakukan
melalui 4 cara, yaitu asosiasi, integrasi,
ganjaran-hukuman, dan icing.
Perbedaan:

Sementara itu, berbeda dari fokus


penelitian Hilman yang meninjau strategi
dakwah itu, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, penelitian ini hanya berfokus
untuk mencari keberadaan faktor
keberhasilan dalam tertanamnya nilai-nilai
dakwah pada kegiatan tim futsal Riverside.

20
BAB I - Pendahuluan

Perbedaan lainnya, jenis dakwah


yang diteliti dalam penelitian Hilman ialah
dakwah bi al-lisan, sementara penelitian ini
mencoba memfokuskan diri untuk mengkaji
upaya-upaya dakwah pada tim futsal
Riverside yang dilakukan melalui dakwah bi
al-hal, yaitu dakwah yang melalui teladan.
Aktualisasi Nilai-Nilai Dakwah Persamaan:
dalam Kegiatan Paduan Suara
Penelitian Husni, selama penulis
Psikologi Universitas Islam
menyusun penelitian ini, bisa jadi adalah
Negeri Syarif Hidayatullah
penelitian terbaru yang dilakukan mahasiswa
Jakarta Melalui Komunikasi
Komunikasi Penyiaraan Islam mengenai
Antar Pribadi, tahun 2020, oleh
nilai-nilai dakwah, tetapi bukan berarti
Husni Baidhawi, mahasiswa
penelitian mengenai kajian nilai-nilai
program studi Komunikasi
dakwah ini mesti berhenti di sana. Untuk
Penyiaran Islam dari UIN Syarif
itulah penulis juga melakukan penelitian
Hidayatullah Jakarta
5 serupa, sehingga kami sebagai mahasiswa
Komunikasi Penyiaraan Islam bisa terus
mengembangkan cabang keilmuan ini.
Selain kesamaan objeknya, yaitu
sama-sama meneliti nilai-nilai dakwah,
penelitian Husni dan penelitian ini juga
sama-sama menggunakan pendekatan lima
nilai-nilai dakwah milik Abdul Basit. Ini
terjadi karena pendekatan Abdul Basit lah
yang paling cocok digunakan untuk mengkaji

21
BAB I - Pendahuluan

penerapan nilai-nilai dakwah yang terjadi


dalam sebuah komunitas kompetitif.
Seperti yang kita tahu, Husni meneliti
kelompok Paduan Suara Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah yang telah mengikuti
berbagai ajang lomba, sementara penelitian
ini meneliti tim futsal Riverside yang tak
kalah kompetitif. Kecocokan pendekatan
Abdul Basit sendiri dengan kedua penelitian
ini adalah Abdul merumuskan poin
kompetitif sebagai satu dari lima nilai
dakwah yang ia cetuskan. Nilai dakwah
kompetitif itulah yang amat relevan dengan
kondisi tim futsal Riverside dan kelompok
Paduan Suara Psikologi UIN Jakarta.
Perbedaan:

Sementara perbedaan mendasar


antara penelitian Husni dan penelitian ini
terletak pada presentase gender objek
penelitiannya. Tim futsal Riverside diisi oleh
hampir seluruhnya laki-laki, sementara
kelompok Paduan Suara Psikologi UIN
Jakarta mayoritas anggotanya ialah
perempuan. Apakah perbedaan gender dari
objek penelitian ini akan memberikan
perbedaan hasil penelitian antara penelitian

22
BAB I - Pendahuluan

Husni dan penelitian ini? Pertanyaan ini juga


menarik untuk sedikit dipaparkan pada bab
pembahasan penelitian ini.
Perbedaan lainnya, penelitian Husni
tidak begitu menjelaskan menggunakan teori
apa untuk memaparkan penanaman nilai-
nilai dakwahnya, sementara penelitian ini
akan menggunakan teori faktor keberhasilan
komunikasi antar pribadi milik Jalaludin
Rakhmat untuk menjelaskan temuan-
temuannya kelak.

G. Metode Penelitian

23
BAB I - Pendahuluan

Metode penelitian yang penulis gunakan terdiri dari


beberapa hal, yaitu subjek dan objek penelitian, pendekatan
dan metode penelitian, teknik pengumpulan data,
pengolahan data, dan teknik analisis data. Rincian dari
metode-metode itu adalah sebagai berikut:

1. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah pelatih dan
tim futsal Riverside sebagai pelaku komunikasi antar
pribadi, sementara objek penelitiannya adalah segala
nilai-nilai dakwah, baik dari penyampaian maupun
penerapannya yang dilakukan oleh pelatih maupun tim
Riverside. Terutama nilai-nilai dakwah sebagaimana
yang telah dirumuskan oleh Abdul Basit dan
digambarkan oeh penulis dalam tabel sebelumnya.
Selain itu, untuk tambahan, akan diteliti juga
referensi ke-Islaman yang digunakan selama
penanaman dan penerapan nilai-nilai dakwah itu.

2. Pendekatan dan Metode Penelitian


Metode penelitian yang akan digunakan adalah
metode kualitatif. Lewat metode kualitatif penelitian
ini akan mencoba menjabarkan nilai-nilai dakwah
yang disampaikan dan diterapkan dalam tindakan
komunikasi antar pribadi antara pelatih dan tim futsal
Riverside.

24
BAB I - Pendahuluan

Sedangkan pendekatan nilai-nilai dakwah yang


digunakan sendiri yaitu nilai-nilai dakwah universal
yang dirumuskan oleh Abdul Basit. Metode
pendekatan nilai-nilai dakwah Abdul Basit amat cocok
untuk digunakan dalam penelitian ini sebab
rumusannya begitu praktis sehingga mudah
diaplikasikan ke dalam sebuah kelompok yang
kompeitif, terlebih nilai-nilai dakwah universal dari
Abdul Basit juga memasukan nilai kompetisi sebagai
nilai utama.

3. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini akan menggunakan tiga teknik
pengumpulan data, yaitu melalui observasi,
wawancara, dan analisis dokumen. Penjabarannya
adalah sebagai berikut :

a. Observasi
Penelitian ini akan mengobservasi sesi
latihan dan pertandingan dari tim futsal Riverside,
baik yang belum terjadi maupun yang sudah
terjadi, baik secara langsung, maupun video-video
yang ada. Observasi juga dilakukan secara
personal kepada beberapa anggota tim dan salah
satu pelatih terutama Bang Didit, observasi yang
dilakukan personal itu ialah mengenai bagaimana

25
BAB I - Pendahuluan

nilai-nilai dakwah tercermin dalam kehidupan


sehari-hari mereka.

b. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
dengan membagi narasumber menjadi 3 kategori,
yaitu narasumber dari bidang futsal untuk
menggali olahraga ini secara umum, narasumber
di bidang dakwah untuk menggali bagaimana teori
nilai-nilai dakwah dan realitasnya, serta
narasumber di bidang komunikasi untuk menggali
komunikasi antar pribadi yang terjadi antara tim
futsal dan pelatih Riverside.
Narasumber dari setiap bidang minimal
berjumlah 3 orang terdiri dari narasumber kunci,
narasumber utama, dan narasumber tambahan.
Hal ini dilakukan demi memenuhi syarat
triangulasi agar hasil penelitian lebih akurat dan
tidak hanya berasal dari satu sumber saja.
Wawancara sendiri kebanyakan akan
dilakukan secara daring, terutama lewat aplikasi
percakapan WhatsApp maupun aplikasi obrolan
video Zoom, sebab penelitian ini dilaksanakan di
masa pandemi.

26
BAB I - Pendahuluan

c. Analisis Dokumen
Dokumen yang akan dicari dan dianalisis antara
lain:
a) Dokumen mengenai futsal ataupun
sepakbola, terutama mengnai inspirasi-
inspirasi kebaikan dari olahraga ini.
b) Kajian-kajian mengenai nilai-nilai dakwah
juga mengenai dakwah keseluruhan.
c) Kajian-kajian mengenai komunikasi antar
pribadi juga mengenai komunikasi
umumnya.
d) Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan ketiga
hal di atas (a, b, dan c).
e) Artikel-artikel yang berkaitan dengan
ketiga hal di atas.
f) Video-video yang berkaitan dengan ketiga
hal di atas.

4. Pengolahan Data
Setelah melewati proses reduksi, data akan
diolah ke dalam tabel dan bagan. Hal ini dilakukan
untuk mengkategorisasi jenis serta bentuk data.
Dengan demikian, data akan lebih mudah dikerjakan
ketika dalam proses analisis. Pengelompokan data
yang dilakukan bisa dikategorisasi berdasarkan
tanggal, karakteristik informan, atau lokasi penelitian.

27
BAB I - Pendahuluan

Pengolahan data ini akan dilakukan dalam bab


temuan penelitian dan bab pembahsan.

5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis Miles dan
Huberman yang mencangkup transkrip wawancara,
reduksi data, analisis, interpretasi, dan triangulasi.16
Kelima tahap itu akan diterapkan terhadap seluruh data
yang didapat dalam penelitian. Sebagai catatan, tahap
triangulasi akan diperketat agar hasil analisis memiliki
keabsahan yang kuat.
Sedangkan pendekatan yang digunakan
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya adalah
pendekatan nilai-nilai dakwah universal milikAbdul
Basit yang tidak hanya fokus kepada nilai-nilai
dakwah Islami yang bersumber dari Alquran dan
Hadits, juga memakai kacamata yang lebih umum
karena mencampurkannya dengan nilai-nilai dakwah
yang bersumber dari norma dan akal pikiran.

16
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 2009, hal. 339

28
BAB I - Pendahuluan

H. Sistematika Penulisan
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor nomor 507
tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,
bagian tengah skripsi ini disusun ke dalam enam bab yang
terdiri dari:

BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjadi dasar dan pedoman yang melandasi
disusunnya skripsi ini. Bab ini terdiri dari latar belakang,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA


Bab ini menjadi kumpulan catatan penelitian-
penelitian dan teori-teori terdahulu yang memiliki
keterhubungan dan dapat menjadi tumpuan atas
tersusunnya penelitian ini.

BAB III: GAMBARAN UMUM LATAR


PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan secara rinci mengenai
gambaran teknis, geografis, historis, maupun sosial budaya
mengenai tim futsal Riverside dan pelatihnya.

BAB IV: DATA DAN TEMUAN PENELITIAN


Bab ini akan menampilkan berbagai data dan
temuan baik dari hasil wawancara, observasi, maupun studi
literasi yang dilakukan dalam rangka menyusun penelitian
ini.

BAB V: PEMBAHASAN
Bab ini akan mengkaji dan mengurai segala
keterkaitan dari bab-bab sebelumnya. Terutama menjawab

29
BAB I - Pendahuluan

hal-hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian


ini.

BAB VI: SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN


Bab ini akan menjadi penutup dari bagian tengah
skripsi ini. Terdiri dari simpulan, implikasi, serta saran
yang bisa dipetik dari keseluruhan penelitian ini.

30
BAB II – Kajian Pustaka

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Penulis membagi landasan teori dari penelitian ini
menjadi tiga bagian, yaitu konsep, teori, dan pendekatan.
Masing-masing memiliki fungsinya sendiri untuk
menjelaskan aspek-aspek yang berbeda dari penelitian ini.
Bagian konsep akan digunakan untuk mendefinisikan
istilah-istilah utama yang bakal dibahas dalam penelitian
ini. Bagian teori bakal dipakai untuk menjelaskan temuan-
temuan penelitian dalam kaca mata saintifik. Sementara
bagian pendekatan akan digunakan sebagai kerangka
pemikiran untuk menganalisis temuan supaya dapat
membuahkan hasil penelitian yang sesuai dengan metode
yang telah teruji.
Berikut landasan teori yang digunakan sesuai
pembagian ketiga aspek itu:

I. Konsep
a. Dakwah
Secara bahasa, dakwah berasal dari bahasa
Arab, yaitu da’wah yang artinya panggilan, seruan,
atau ajakan. Sementara secara istilah, ada banyak
sekali pengertian dakwah, salah satunya Hamzah
Yaqub meringkas bahwa dakwah adalah kegiatan

31
BAB II – Kajian Pustaka

mengajak dengan hikmah kebijaksanaan untuk


mengikuti petunjuk Allah SWT dan Rasulnya.1
Sementara secara umum, orang yang
melakukan dakwah biasa disebut dengan da’i.
Sementara target dakwah biasa disebut dengan
mad’u. Perintah untuk melakukan dakwah sendiri
tercantum dalam Alquran surat Ali Imran ayat 104,
yang artinya :
َ َْ‫ن ْم ْن ُك ْْم ا ُ َّمةْ َّيدْع ُْونَْ الَى ْال َخيْرْ َو َيأ ْ ُم ُر ْونَْ ب ْال َم ْع ُر ْوفْ َو َي ْن َه ْون‬
ْ‫عن‬ ْْ ‫َو ْلتَ ُك‬
ٰۤ
َْ‫ْال ُم ْنكَرْْۗ َواُول ِٕىكَْ هُ ُْم ْال ُم ْفل ُح ْون‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat (Jadilah kamu umat) yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”
Dari cara penyampaiannya, kurang lebih
ada 3 besar metode dakwah, yaitu dakwah bi al-
lisan, dakwah bi al-qalam, dan dakwah bi al hal.
Dakwah bi al-lisan ialah dakwah yang
disampaikan melalui perkataan. Bentuknya bisa
berupa ceramah, tanya jawab, siaran video, dialog
film, tembang lagu, dan segala bentuk komunikasi

1
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
hal. 16

32
BAB II – Kajian Pustaka

verbal lainnya yang disampaikan secara langsung


maupun tidak langsung.2
Sementara dakwah bi al-qalam ialah
dakwah yang disampaikan melalui tulisan.
Bentuknya bisa berupa tulisan di dalam kitab, buku,
majalah, surat kabar, koran, artikel internet, novel,
puisi, komik, unggahan media sosial, dan segala
macam pesan teks yang memungkinkan untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah.3
Terakhir, dakwah bi al-hal, yaitu dakwah
yang ditunjukan melalui tindakan dan perbuatan.
Berbeda dari dua jenis dakwah sebelumnya,
dakwah ini dilakukan melalui aksi nyata. Melalui
teladan, serta inspirasi. Misalnya dengan menolong
sesama, membela kemanusiaan, mendirikan
sekolah, atau berprilaku baik yang mencerminkan
seorang muslim.4
Dalam buku Komunikasi Dakwah, Wahyu
Ilaihi menjelaskan bahwa secara khusus, tujuan
dakwah bisa dilihat dari dua segi, pertama dari segi
mitra dakwah, dan kedua dari segi pesan.5

2
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: LIPI UIN
Jakarta, 2010), hal. 42
3
Syamsul Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 11
4
Wahyu Ilaihi, Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 176
5
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
hal. 39

33
BAB II – Kajian Pustaka

Dari segi mitra dakwah, tujuan dakwah


dapat dilihat dari empat perspektif, yaitu tujuan
untuk perseorangan, tujuan untuk keluarga, tujuan
untuk masyarakat, dan tujuan untuk umat manusia
di seluruh dunia. Tujuan perseorangan dari
dakwah adalah tercidptanya pribadi muslim dengan
iman yang kuat, berprilaku sesuai Alquran dan
Hadits, juga berakhlak baik. Tujuan untuk
keluarga dari dakwah ialah membangun keluarga
yang berbahagia, penuh cinta dan kasih antara
anggota keluarga. Tujuan untuk masyarakat dari
dakwah ialah terciptanya masyarakat yang makmur
dan sesuai jati diri Islam yang rahmatan lil alamin.
Tujuan umat manusia dari dakwah adalah
hidupnya manusia di seluruh dunia dengan penuh
kedamaian dan ketenangan, tegaknya keadilan,
adanya persamaan hak dan kewajiban, serta
menghilangkan segala diskriminasi dan eksploitasi,
juga saling tolong menolong dan menghormati.
Dari segi pesan, tujuan dakwah dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu tujuan akidah, dan tujuan
hukum. Tujuan akidah dari dakwah ialah
menanamkan keimanan yang mantap di setiap hati
manusia mengenai ajaran-ajaran Islam. Sementara
tujuan hukum dari dakwah adalah membuat
seorang muslim memiliki pribadi yang luhur, sifat-
sifat terpuji, serta menjauhi sifat-sifat tercela.

34
BAB II – Kajian Pustaka

b. Nilai-Nilai Dakwah
Secara sederhana, nilai-nilai dakwah artinya
pandangan-pandangan Islam yang mesti dijaga
dalam kegiatan dakwah. Pandangan itu bersumber
dari dua hal, yaitu sumber ilahiah, dan sumber
duniawi.6 Sumber ilahian berasal dari Alquran dan
Hadits, sementara sumber duniawi berasal dari
pemikiran (ra’yu), norma adat, juga realita alam.7
Dari kulminasi sumber ilahiah dan sumber
duniawi itu dirumuskanlah dua perangkat nilai-nilai
dakwah. Yaitu nilai dakwah Islamiah, dan nilai
dakwah universal.
Nilai dakwah Islamiyah terdiri dari tiga,
yaitu akidah, akhlak, dan syariat. Nilai dakwah
akidah maksudnya ialah dakwah mesti
menumbuhkan akidah dalam diri seseorang. Akidah
sendiri artinya adalah kepercayaan dan keyakinan di
hati manusia atas kebenaran Allah SWT, dan segala
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Sebagai

6
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Grafindo, 2001), hal. 141
7
Abu Ahmadi, MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 203

35
BAB II – Kajian Pustaka

mana firman Allah SWT dalam surat An-Najm ayat


3 sampai 4, yang artinya :
ٌ ‫) ا ِْن ه َُو ا اَِّل َو ْح‬3( ‫ع ِن ْال َه ٰوى‬
)4( ‫ي ي ُّْوحٰ ۙى‬ َ ‫َو َما يَ ْنطِ ُق‬
“(3) Dan tiadalah yang diucapkan itu
(Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. (4)
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).”
Dari ayat itu kita mesti mengimani dan
percaya bahwa apa-apa yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW ialah berasal dari Allah SWT
sendiri, bukan karangan apalagi rekayasa dari Nabi
Muhammad.8
Sementara nilai dakwah akhlak artinya
adalah sebuah tindakan dakwah mesti menanamkan
sikap dan budi pekerti yang baik pada diri seseorang.
Terutama untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.9
Terakhir, nilai dakwah syariah artinya
dakwah mesti mengajak orang untuk menaati
peraturan-peraturan yang diciptakan oleh Allah
SWT, serta menjauhi segala larangannya. Seperti
yang telah tercantum dalam Alquran dan Hadits.10
Sedangkan nilai-nilai dakwah universal,
sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Abdul

8
Thoyib Sahputra, Aqidah Akhlak (Semarang: Toha Putra, 1994), hal. 3
9
Thoyib Sahputra, Aqidah Akhlak (Semarang: Toha Putra, 1994), hal. 52
10
Isa Anshary, Mujahid Dakwah (Bandung: Diponegoro, 1984). Hal. 151

36
BAB II – Kajian Pustaka

Basit, mesti mencangkup 5 hal, yaitu nilai


kedisiplinan, nilai kejujuran, nilai kerja keras,
nilai kebersihan, dan nilai kompetisi. Pendekatan
yang dirumuskan oleh Abdul Basit ini penulis
jadikan sebagai pendekatan penelitian, untuk itu
rincian penjelasannya akan penulis paparkan pada
sub bab F. Landasan Teori – III. Pendekatan.

c. Komunikasi
Tentu banyak sekali definisi dari
komunikasi, yang berbeda-beda di setiap bidang
komunikasi turunannya. Meski begitu, bapak ilmu
komunikasi dunia, yaitu Harold D. Lasswell
mengartikan, bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan untuk menimbulkan efek
tertentu. Dari situlah dikenal istilah who says what
in which channel to whom with what effect?.11
Istilah itu sendiri memiliki beberapa unsur,
yaitu who yang artinya pemberi pesan, atau biasa
disebut dengan komunikator, lalu what atau
pesannya sendiri, lalu channel yang berarti saluran
atau sarana pesan itu disampaikan, lalu whom yang
adalah penerima pesan atau biasa disebut
komunikan, serta effect yang artinya timbal balik
dari pesan yang telah tersampaikan.

11
Harold Lasswell, The Structure and Function of Comunication in Society
(New York: Harper and Row, 1948), hal. 37

37
BAB II – Kajian Pustaka

Dalam komunikasi dakwah, timbal balik


yang diharapkan ialah tercapainya ketiga hal dalam
sub bab sebelumnya, yaitu akidah yang benar, ahlak
yang baik, dan kehidupan yang sesuai syariat.
Sementara dalam komunikasi dakwah,
komunikatornya disebut sebagai da’i, dan
komunikannya disebut sebagai mad’u.
Di luar proses penyampaian pesan dari
seorang komunikator kepada komunikan, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa besar
timbal balik yang diciptakan dari sebuah tindakan
komunikasi. Faktor komunikasi jtu antara lain
faktor lingkungan fisik, faktor lingkungan sosial,
faktor prikologis, dan faktor situasi.12
Faktor lingkungan fisik adalah keadaan
fisik atau geografis di antara komunikator dan
komunikan. Apakah ada halangan seperti ketiadaan
alat komunikasi? Atau apakah ada kebisingan di
tempat berkomunikasi hingga pesan jadi kabur?
Faktor lingkungan sosial adalah keadaan
sosial yang ada di antara komunikator dan
komunika. Apakah komunikator dan komunikan
menganut norma, adat, maupun budaya yang sama?
Apakah komunikator berada pada status ekonomi
dan kompas politik yang sama?

12
Onong Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005) hal. 32

38
BAB II – Kajian Pustaka

Faktor psikologis adalah keadaan psikis


baik si komunikator maupun si komunikan. Apakah
keduanya tengah berada dalam kondisi psikologis
yang memungkinkan untuk berkomunikasi? Apakah
keduanya memiliki kesamaan perasaan dan
preferensi untuk bisa mengkomunikasikan suatu hal
dengan baik? Apakah keduanya memiliki
pengetahuan dan referensi yang sama?
Sementara faktor situasi adalah keadaan
waktu disaat sebuah tindakan komunikasi dilakukan.
Apakah waktu yang dipilih untuk berkomunikasi
sudat tepat?

d. Komunikasi Antar Pribadi


Komunikasi antar pribadi sendiri adalah
komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih.
Dengan catatan, dilakukan secara intim, bukan
secara massal. Catatan lainnya, komunikasi antar
pribadi biasanya dilakukan secara langsung atau
bertatap muka sehingga pesan yang disampaikan
dapat saat itu juga didiskusikan.13 Maka dari itu,
umpan balik seketika adalah hal yang penting dari
sebuah komunikasi antar pribadi.

13
Onong Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007), hal. 63

39
BAB II – Kajian Pustaka

Dalam bukunya Psikologi Komunikasi dan


Tabligh, Armawati Arbi menjelaskan bahwa
komunikasi antar pribadi (KAP) sejalan dengan
dakwah, ini ditandai dengan KAP bisa diaplikasikan
untuk mengenal dan menilai mad’u dengan cermat
agar seorang da’i mampu melakukan pendekatan,
kaderisasi, dan jalinan persahabatan dengan mad’u-
nya.14
Komunikasi antar pribadi sendiri,
berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi dua jenis.
Yaitu komunikasi diadik dan komunikasi triadik.
Komunikasi diadik adalah KAP yang dijalankan
oleh dua orang, yaitu seorang komunikaor sebagai
penyampai pesan, dan seorang komunikan sebagai
penerima pesan.15 Sementara dalam komunikasi
triadik komunikannya berjumlah dua orang,
sementara komunikatornya satu orang.
Komunikasi antar pribadi yang baik bakal
berakhir menjadi hubungan antar pribadi. Lalu
bagaimaa sebuah komunikasi bisa menjadi suatu
hubungan? Jalaludin Rakhmat menjelaskan, bahwa
untuk mencapai itu seorang komunikator dan

14
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta: Amzah, 2012),
hal. 138
15
Onong Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007), hal. 63

40
BAB II – Kajian Pustaka

seorang komunikan perlu melewati dua tahap. Yaitu


tahap perkenalan dan tahap peneguhan
hubungan.16
Tahap perkenalan adalah momen awal
komunikasi antar komunikator dan komunikan.
Pada tahap ini, supaya sebuah komunikasi dapat
berlanjut menjadi sebuah jalinan hubungan, seorang
komunikatr perlu memberi kesan pertama yang
bagus, penampilan yang menarik, juga sikap yang
baik.
Sementara dalam tahap peneguhan
hubungan, komunikasi bertransformasi menjadi
hubungan ketika sudah memiliki empat faktor.
Pertama, munculnya keakraban dan pemenuhan
kebutuhan rasa kasih sayang. Kedua, adanya kontrol
antar kedua belah pihak. Ketiga, adanya respon dan
stimulus yang tetap di antara keduanya. Terakhir dan
yang paling penting adalah munculnya keserasian
suasana emosional dalam percakapan yang
berlangsung antara komunikator an komunikan.17

16
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 126
17
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 126

41
BAB II – Kajian Pustaka

e. Futsal
Futsal atau yang dulunya disebut dengan
footsal bisa dibilang adalah bentuk mini dari
sepakbola, walaupun atas keminimalisiran itu
muncul peraturan-peraturan yang berbeda antara
futsal dan sepakbola.
Mulanya, futsal diciptakan pada tahun 1930
di Uruguay, ketika seorang guru olahraga bernama
Juan Carlos Ceriani ingin melaksanakan
pertandingan sepakbola di dalam ruangan untuk
sekadar berhura-hura. Ketika itu, Juan berniat
mengunakan lapangan bola basket di sekolahnya.
Kemudian tak lama setelah itu, permainan
sepakbola di dalam ruangan ini ia ajukan untuk
digelar dalam kompetisi olahraga yang disponsori
oleh organisasi pemuda kristiani YMCA.18 Ajang
pertama futsal itu pun mendapat banyak sorotan
dan mulai diduplikasi di berbagai tempat. Ia
menyebar tidak hanya ke seluruh Uruguay, tetapi
juga mulai dimainkan banyak orang di sepenjuru
Amerika Latin.
Bahkan, banyak legenda sepakbola dunia
dari Amerika Latin yang lebih dulu mengasah
kemampuannya dalam olahraga futsal sebelum

18
Redaksi,ْ “Historyْ ofْ Futsal”.ْ USْ Futsal,ْ 1ْ Januariْ 2000.ْ Artikelْ iniْ dapatْ
diakses di:
http://futsal.com/history-of-futsal-/

42
BAB II – Kajian Pustaka

menjadi atlet sepakbola profesional. Mereka antara


lain Pele, Zico, Socrates, Bebeto, Romario,
Ronaldo, Neymar, dan banyak bintang lainnya.19
Kompetisi internasional pertama futsal
digelar pada tahun 1965 dalam gelaran South
American Cup, dan Paraguay keluar sebagai juara
pertama dalam sejarah futsal di Amerika Latin itu.
Sedangkan piala dunia futsal sendiri baru digelar
pada tahun 1982 di Brazil, tuan rumah itu pun
keluar menjadi juara futsal pertama di dunia. Tujuh
tahun kemudian, penyelenggara piala dunia futsal
pertama yang bernama FIFUSA itu pun bergabung
ke organisasi sepakbola dunia FIFA. Hingga kini,
olahraga fustal masih menjadi cabang olahraga
yang diurus oleh FIFA. Maka memang tak salah
bila menyebut futsal sebagai sepakbola versi
mini.20
Sementara perbedaan antara futsal dan
sepakbola, yang paling signifikan adalah dari
jumlah pemainnya. Sebuah tim futsal terdiri dari 5
orang pemain inti dan 9 orang pemain cadangan,
sementara tim sepakbola berjumlah 11 pemain inti

19
BenْSmith,ْ“WorldْCup 2014: Futsal – theْgameْbehindْBrazil’sْsuperstars”.ْ
BBC Sport, 2 Juli 2014. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.bbc.com/sport/football/27980859
20
Redaksi,ْ “Historyْ ofْ Futsal”.ْ USْ Futsal,ْ 1ْ Januariْ 2000.ْ Artikelْ iniْ dapatْ
diakses di:
http://futsal.com/history-of-futsal-/

43
BAB II – Kajian Pustaka

dan 14 pemain cadangan. Luas lapangannya juga


tentu berbeda, futsal luasnya 25 meter x 16 meter,
sementara sepakbola luasnya 100 - 110 meter x 64
– 75 meter.
Perbedaan lainnya ada pada saat bola
keluar, pada futsal dilakukan tendangan ke dalam,
sedangkan pada sepabola dilakukan lemparan ke
dalam. Waktu pertandingannya pun berbeda, futsal
2 x 20 menit, sedangkan sepakbola 2 x 45 menit.
Dalam futsal juga tidak terdapat offside
sebagaimana yang tercantum dalam peraturan
sepakbola.21
Selebihnya, futsal dan sepakbola hampir
identik, untuk itulah selain soal futsal, penulis juga
bakal menggunakan studi kasus-kasus mengenai
sepakbola untuk memaparkan beberapa poin
penting dalam penelitian ini.

II. Teori
Untuk menjelaskan temuan-temuan penulis
mengenai keberhasilan komunikasi antar pribadi yang
terjadi antara pelatih dan tim futsal Riverside, penulis
bakal menggunakan sebuah teori dari Jalaludin
Rakhmat, yaitu teori bahwa keberhasilan komunikasi

21
VanyaْKarunia,ْ“ApaْPerbedaanْFutsalْdanْSepakbola?”.ْKompas,ْ6ْOktoberْ
2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/06/170000669/

44
BAB II – Kajian Pustaka

antar pribadi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu


kepercayaan, dukungan, dan keterbukaan.22
Dalam teori ini, Kang Jalal menekankan bahwa
agar sebuah komunikasi antar pribadi dapat berhasil
menjadi hubungan antar pribadi yang berkelanjutan,
diperlukan upaya untuk memberikan 3 faktor kepada
seorang komunikan.
Pertama, memberi kepercayaan. Memberi
kepercayaan dan meraih kepercayaan adalah kunci
membangun hubungan antar pribadi. Sebab
kepercayaan ialah tumpuan untuk mengambil keputusan
apakah hubungan seseorang dengan orang lainnya bisa
berlanjut atau tidak. Sebagaimana Eric Schwitzgebel
menjelaskan bahwa kepercayaan ialah kemauan
seseorang untuk bertumpu pada orang lain, dimana
seseorang itu memiliki keyakinan pada orang lain
tersebut.23
Melalui faktor kepercayaan ini, kita bisa melihat
hubungan timbal balik antara pelatih dan tim futsal
Riverside apakah di antara mereka terdapat rasa
kepercayaan? Apakah ada pemberian kepercayaan yang
cukup dari pelatih kepada tim, begitu juga sebaliknya?

22
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 125
23
Eric Schwitzgebel, Belief - Stanford Encyclopedia of Philosophy (California:
Stanford Edu, 14 Agustus 2006). Jurnal ini dapat diakses di:
https://plato.stanford.edu/entries/belief/

45
BAB II – Kajian Pustaka

Apakah kepercayaan yang membuat tim Riverside dapat


meraih prestasi? Apakah kepercayaan yang membuat
tim Riverside turut mengaplikasikan nilai-nilai dakwah?
Melalui teori Jalaludin ini pertanyaan itu akan terjawab
dalam penelitian ini.
Kedua, memberi dukungan. Memberi
dukungan atau perilaku suportif adalah bagaimana
seorang komunikator berupaya untuk memenuhi
kebutuhan moril maupun materil untuk mendorong
orang lain melakukan suatu kegiatan.24 Cohen dan Syme
merumuskan bahwa terdapat tiga jenis dukungan, yaitu
dukungan instrumental, dukungan emosional, dan
dukungan informasi.25
Dukungan instrumental adalah dukungan
berupa fasilitas atau materi yang diberikan secara
langsung. Dalam futsal dukungan ini bisa dilihat secara
nyata lewat pemberian kaus tim, asupan gizi, pelatihan
fisik, dan bentuk fasilitas maupun materi lainnya.
Sementara dukungan emosional adalah pemberian
dukungan dalam bentuk ekspresi empati atau perasaan,
misalnya dengan mendengarkan keluh kesah, bersikap
terbuka, berusaha memahami, dan memberi perhatian.
Kemudian dukungan informasi adalah dukungan yang

24
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), hal. 296
25
Cohen, S. & Syme S.L., Social Support (London: Academia, 1985), hal. 26

46
BAB II – Kajian Pustaka

diberikan dalam bentuk penjelasan mengenai situasi


atau masalah tertentu. Dukungan ini biasanya muncul
dalam bentuk nasihat, petunjuk, masukan, atau tips dan
trik tertentu.
Terakhir, yang ketiga, yaitu memberi
keterbukaan. Memberi keterbukaan adalah bagaimana
seorang komunikator bisa mengungkapkan informasi,
perasaan, pendapat, pikiran, maupun keinginan kepada
komunikan dengan sejernih-jernihnya, begitu juga
dengan sebaliknya. Prager menekankan bahwa memberi
keterbukaan adalah dasar dari hubungan yang akrab.26
Dalam bukunya Teori Komunikasi Antar
Pribadi, Budyatna mengungkap bahwa hal yang biasa
dibagi dalam tindakan membuka diri ada 9, yaitu tentang
sikap, tentang opini, tentang orang-orang terdekat,
tentang seks, tentang kebiasaan, tentang keadaan fisik,
tentang tujuan hidup pribadi, tentang pengalaman hidup,
dan tentang perasaan.27
Kesembilan hal itu lah yang akan dijadikan
indikator tentang seberapa jauh pelatih membuka diri
kepada timnya, begitu juga timnya membuka diri
kepada pelatih.

26
Karen J. Prager, Intimacy Status; Its Relationship to Locus of Control, Self-
Disclosure, and Anxiety in Adults dalam jurnal Personality and Social
Psychology Bulletin (New York: Sage Publications, 1986), hal 91-109
27
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antar Pribadi (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 67-74

47
BAB II – Kajian Pustaka

III. Pendekatan
Dalam penelitian ini, pendekatan berfungsi
sebagai kerangka pembedah masalah penelitian. Untuk
itulah rumusan masalah dalam penelitian ini tak lepas
dari pendekatan yang digunakan. Pendekatan penelitian
itu antara lain pendekatan nilai-nilai dakwah
universal yang dicetuskan oleh Abdul Basit dalam
bukunya Wacana Dakwah Kontemporer
Pada buku itu dijelaskan bahwa nilai-nilai
dakwah universal adalah nilai kedisiplinan, nilai
kejujuruan, nilai kerja keras, nilai kebersihan, dan
nilai kompetisi.28 Kelima nilai ini lah yang bakal dicari
dalam tindakan komunikasi antar pribadi antara pelatih
dan tim futsal Riverside.
Pertama, nilai kedisiplinan. Dalam Islam,
kedisiplinan adalah nilai yang utama. Sebab Islam amat
menghargai waktu, bahkan Allah SWT sendiri
bersumpah demi waktu dalam Alquran surat Al-‘Asr
yang artinya :

ِ ٰ‫ص ِلح‬
‫ت‬ َ ‫) ا اَِّل الا ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو‬2( ‫سانَ لَ ِف ْي ُخس ْۙر‬
ّٰ ‫عمِ لُوا ال‬ ِ ْ ‫) ا اِن‬1( ‫ص ۙ ِر‬
َ ‫اَّل ْن‬ ْ ‫َو ْال َع‬
)3( ࣖ ‫صب ِْر‬ ‫ص ْوا ِبال ا‬ ِ ‫ص ْوا ِب ْال َح‬
َ ‫ق ەۙ َوت ََوا‬ َ ‫َوت ََوا‬

28
Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), hal. 144

48
BAB II – Kajian Pustaka

“(1) Demi masa. (2) Sungguh, manusia berada


dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran.”
Mengutip tafsir Jalalain, “Demi masa” atau ayat
1 dari surat itu maknanya ialah agar orang-orang yang
beriman memerhatikan soal waktu, yaitu dengan
memanfaatkannya sebaik-baiknya untuk berbuat hal-hal
yang terpuji sesuai ajaran Islam.29 Ini sejalan dengan
tiga aspek kedisiplinan menurut Robins, yaitu disiplin
waktu, disiplin peraturan, dan disiplin tanggung jawab.30
Ketiga aspek kedisplinan itulah yang akan penelitian ini
cari dalam kegiatan sehari-hari yang dilakuka oleh tim
Riverside.
Kedua, nilai kejujuran. Dalam Islam,
kejujuran ibarat mahkota yang meninggikan derajat. Ia
menjadi sikap yang diwajibkan ad pada diri seorang
muslim, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam
Alquran surat Al-Ahzab ayat 70, yang artinya :

)70( ‫س ِد ْيد ۙاا‬ َ ّٰ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الا ِذيْنَ ٰا َمنُوا اتاقُوا‬


َ ‫ّٰللا َوقُ ْولُ ْوا قَ ْو اَّل‬

29
Mahfudz Fauzi, Tafsir Surat Al-Ashr (Salatiga: IAIN Salatiga, 2017), hal. 29
30
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendiik Anak di Zaman
Global (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 238

49
BAB II – Kajian Pustaka

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah


kamu kepada Allah dan katakan lah perkataan yang
benar.”
Sementara karakter jujur dalam bentuk nyatanya
menurut Dharma dapat ditandai oleh tiga hal. Pertama,
melakukan sesuatu demi kebenaran dan kemaslahatan
bersama. Kedua, berkata apa adanya dan tidak
berbohong. Ketiga, adanya kesamaan antara yang
diucapkan dengan yang dipikirkan dalam hati.31 Ketiga
karakter kejujuran ini lah yang juga akan coba dicari
dalam karakter pelatih maupun pemain dari tim futsal
Riverside, terutama kejujuran di lapangan futsal dalam
rangka menjungjung suportifitas.
Ketiga, nilai kerja keras. Menurut Mustari,
dalam bukunya Nilai Karakter Refleksi untuk
Pendidikan, sikap kerja keras ialah tindakan untuk
memenuhi tiga hal. Pertama, menyelesaikan tugas
sesuai waktu yang disepakati. Kedua, menggunakan
segala upaya dan kemampuan yang ada untuk mencapai
sasaran. Ketiga, mencari solusi pemecahan masalah dari
berbagai hambatan yang ditemui. Dalam olahraga futsal,
nilai kerja keras ini dapat tercermin dengan bagaimana
tim dan pelatih berupaya semaksimal mungkin untuk
memenangkan setiap pertandingan, yang mana

31
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
hal. 17

50
BAB II – Kajian Pustaka

upayanya bukan hanya ketika di lapangan, tetapi juga di


masa-masa berlatih.
Kerja keras dan sikap tidak mudah menyerah
ketika menghadapi hambatan dan tantangan sendiri
telah diperintahkan oleh Allah SWT dalam Alquran
surat Al-Insyirah ayat 5 sampai 7, yang artinya :

)7( ْ‫ص ۙب‬


َ ‫) فَ ِاذَا فَ َر ْغتَ فَا ْن‬6( ‫) ا اِن َم َع ْالعُس ِْر يُس اْر ۗا‬5( ‫فَا اِن َم َع ْالعُس ِْر يُس اْر ۙا‬

“(5) Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada


kemudahan, (6) sesungguhnya beserta kesulitan itu ada
kemudahan. (7) Maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain).”
Janji Allah SWT untuk memberikan kemudahan
bagi mereka yang bekerja keras dan berlapangdada
sampai diucapkan berulang dalam ayat 5 dan 6, ini
menandakan bahwa memang setiap hambatan ada jalan
keluarnya, untuk itulah kita harus selalu bekerja keras
menyelesaikan setiap masalah.
Keempat, nilai kebersihan. Dalam budaya
Muslim terkenal istilah kebersihan adalah sebagian dari
iman, ini menunjukan betapa Islam menganjukan
pengikutnya untuk selalu menerapkan nilai-nilai
kebersihan dalam diri. Baik kebersihan jasmani,
maupun kebersihan rohani. Sebagaimana yang telah
difirmankan oleh Allah SWT dalam Alquran surat Al-
Baqarah ayat 222, yang artinya :

51
BAB II – Kajian Pustaka

ۙ ِ ‫س ۤا َء فِى ْال َمحِ ي‬


‫ْض َو ََّل‬ َ ِ‫ْض ۗ قُ ْل ه َُو اَذا ۙى فَا ْعت َِزلُوا الن‬ ِ ‫ع ِن ْال َمحِ ي‬
َ َ‫َويَسْـَٔلُ ْونَك‬
ُ ‫ط اه ْرنَ فَأْت ُ ْوه اُن مِ ْن َحي‬
ّٰ ‫ْث ا َ َم َر ُك ُم‬
َ ّٰ ‫ّٰللاُ ۗ اِ ان‬
‫ّٰللا‬ ْ َ‫ت َ ْق َرب ُْوه اُن َحتّٰى ي‬
َ َ ‫ط ُه ْرنَ ۚ فَ ِاذَا ت‬
َ َ ‫يُحِ بُّ الت ا اوابِيْنَ َويُحِ بُّ ا ْل ُمت‬
)222( َ‫ط ِه ِريْن‬
”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang bertobat dan ia mencintai orang-orang yang suci
(bersih, baik dari jasmani maupun rohani).”
Dari ayat itu, kebersihan yang bakal ditinjau dari
kegiatan tim futsal Riverside adalah tentang bagaimana
tim itu menjaga kebersihan diri, kebersihan lingkungan,
serta kebersihan hati, baik selama pertandingan maupun
sesi latihan.
Kelima dan terakhir, nilai kompetisi.
Kompetisi secara istilah artinya usaha untuk
menunjukan keunggulan. Dalam turnamen futsal,
semangat kompetisi atau semangat bertanding adalah
keniscayaan, sebab setiap tim akan berlomba-lomba
menjadi yang paling unggul di antara lainnya demi
meraih gelar juara.
Tetapi sebetulnya, kompetisi tidak selalu terjadi
antara kita dan lawan bertanding, tetapi juga bisa lebih
personal. Sebagaimana Oemar Hamalik dalam bukunya
Psikologi Belajar Mengajar menggambarkan bahwa
kompetisi ada tiga jenis. Pertama, kompetisi
interpersonal, yaitu antara individu dengan individu
lainnya. Kedua, kompetisi kelompok, yaitu antara
kelompok individu dengan kelompok individu lainnya.

52
BAB II – Kajian Pustaka

Ketiga, kompetisi dengan diri sendiri.32 Ketiga jenis


kompetisi ini sama-sama memiliki satu tujuan, yaitu
untuk mengembangkan diri dan menjadi lebih baik.
Semangat kompetisi seperti itu juga
diperintahkan oleh Allah SWT dalam Alquran surat Al-
Baqarah ayat 148, yang artinya :
ِ ْ ‫ت اَيْنَ َما ت َ ُك ْونُ ْوا يَأ‬
ّٰ ‫ت بِ ُك ُم‬
ُ‫ّٰللا‬ ِ ۗ ‫َو ِل ُكل ِو ْج َهةٌ ه َُو ُم َو ِل ْي َها فَا ْستَبِقُوا ْال َخي ْٰر‬
َ ‫ع ٰلى ُك ِل‬
)148( ‫ش ْيء قَ ِدي ٌْر‬ َ ّٰ ‫َجمِ ْيعاا ۗ ا اِن‬
َ ‫ّٰللا‬
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)
yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lomba
lah dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian
pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.”
Maka dari lima nilai dakwah itu, aspek-asoek
yang bakar dicari dari tim futsal Riverside dan
pelatihnya, bila dirangkum dapat digambarkan melalui
tabel di halaman selanjutnya :

32
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru
Aglesindo, 2010), hal. 185

53
BAB II – Kajian Pustaka

Tabel 2.1.
Nilai-Nlai Dakwah Abdul Basit dalam Penelitian Ini

No. Nilai Dakwah Aspek yang akan diteliti


I. Disiplin waktu
1 Nilai Kedisiplinan II. Disiplin peraturan
III. Disiplin Tanggung jawab
I. Menjunjung kebenaran dan
maslahat
II. Berkata apa adanya dan tidak
2 Nilai Kejujuran
berdusta
III. Sejalannya ucapan, perbuatan, dan
perasaan
I. Menyelesailan tugas sesuai
kesepakatan
II. Menggunakan segala upaya dan
3 Nilai Kerja Keras
kemampuan untuk mencapai target
III. Bersikap solutif atas hambatan dan
permasalahan yang terjadi
I. Kebersihan diri jasmani
4 Nilai Kebersihan II. Kebersihan diri rohani
III. Kebersihan lingkungan
I. Kompetisi antar pribadi
5 Nilai Kompetisi II. Kompetisi antar kelompok
III. Kompetisi dengan diri sendiri

54
BAB II – Kajian Pustaka

B. Kajian Pustaka
Pengetahuan tidak muncul dari ruang kosong. Ia
berasal dari pemikiran-pemikiran sebelumnya, dikaji
ulang, dan melahirkan pemikiran-pemikiran sesudahnya.
Begitu juga dengan pengetahuan yang ada dalam penelitian
ini. Semata-mata berasal dari hasil mengkaji pustaka-
pustaka terdahulu, yang kemudian penulis coba uji dan
terapkan kepada masalah yang penulis teliti. Sederhananya,
penelitian ini bertumpu pada berbagai referensi pustaka.
Maka daripada itu, berbagai referensi dan rujukan
dalam penelitian ini akan penulis cantumkan dalam
footnote dan daftar pustaka. Referensi itu sendiri berasal
dari berbagai sumber, ada yang penulis dapatkan dari buku,
ada yang penulis dapatkan dari jurnal, ada yang penulis
dapatkan dari modul, ada yang penulis dapatkan dari artikel
di media massa, juga ada yang penulis dapatkan dari rilisan
data dari lembaga yang penulis anggap kredibel.
Namun demikian, hanya ada 10 pustaka utama yang
penulis pilih. Kesepuluh pustaka ini lah yang akan menjadi
pedoman utama penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini. Lantas kesepuluhnya akan penulis bahas dan jelaskan
secara ringkas dalam sub bab kajian pustaka ini. Berikut
kesepuluh pustaka utama yang penulis gunakan:

55
BAB II – Kajian Pustaka

1. Buku berjudul “Psikologi Komunikasi dan Tabligh”


karya Armawati Arbi
Sebagai salah satu buku paling penting yang
membahas mengenai komunikasi antar pribadi (KAP),
buku ini tentu jadi pilihan utama penulis untuk
menopang penelitian ini. Terlebih, pembahasannya
hampir sama dengan penelitian ini, yaitu bagaimana
menggunakan psikologi komunikasi untuk
menanamkan pesan-pesan dakwah kepada mad’u.
Yang mana dalam kasus penelitian ini mad’u-nya
adalah tim futsal Riverside, sementara pendakwahnya
adalah sang pelatih.
Kelebihan buku ini adalah di setiap ujung bab-
nya ditampilan tabel-tabel metodik yang bisa penulis
terapkan di berbagai kasus. Dalam hal ini, penulis
menerapkan tabel mengenai cara mengenal dan menilai
mad’u dengan cermat agar seorang da’i mampu
melakukan pendekatan, kaderisasi, dan jalinan
persahabatan dengan mad’u.
Tabel itu akan penulis gunakan untuk melihat
bagaimana pelatih tim futsal Riverside melakukan
pendekatan, kaderisasi, dan jalinan persahabatan
dengan seluruh anggota tim futsal Riverside. Buku ini
juga banyak menggunakan dalil-dalil Alquran untuk
mendasari argumen-argumennya, sehingga banyak ayat
yang bisa penulis kutip dan terapkan untuk penelitian
ini pula.

56
BAB II – Kajian Pustaka

2. Buku berjudul “Komunikasi Dakwah” karya


Wahyu Ilaihi
Setelah penulis baca berulang-ulang, buku
setebal 216 halaman ini penulis nobatkan sebagai buku
mengenai kajian komunikasi dakwah yang paling lugas
tetapi lengkap. Wahyu Ilaihi berhasil merangkum
segala aspek dan dimenensi dari komunikasi, dakwah,
dan komunikasi dakwah dengan ringkas tetapi detil.
Hampir semua yang penulis butuhkan untuk menulis
penelitian ini ada pada buku ini. Terutama mengenai
bagaimana melakukan tindakan dakwah kepada mad’u.
Yang mana Wahyu jelaskan bisa melalui 4 cara, yaitu
asosiasi, integrasi, ganjaran-hukuman, dan icing.
Dari keempat cara itu, keempat-empatnya akan
penulis lihat dalam dinamika antara pelatih tim futsal
Riverside dengan anggota timnya. Untuk kemudian
penulis simpulkan kelak apkah pelatih tim futsal
Riverside melakukan keempat hal itu?
Selain itu, yang menjadi sorotan dan jarang
ditemukan pada buku lainnya ialah bagaimana buku ini
menjelaskan tujuan dakwah ditinjau dari dua sisi, yaitu
dari mitra dakwahnya dan dari pesannya. Yang mana
dari segi mitra dakwahnya Wahyu membagi tujuan itu
menjadi empat tujuan, yaitu tujuan perseorangan,
tujuan untuk keluarga, tujuan untuk masyarakat, dan
tujuan untuk umat manusia. Sementara objek dan
subjek penelitian ini sendiri termasuk dalam salah

57
BAB II – Kajian Pustaka

satunya, yaitu tujuan untuk masyarakat, lebih rinci lagi


adalah untuk lingkungan komunitas futsal tim
Riverside. Sementara dari segi pesan, Wahyu membagi
menjadi dua tujuan, yaitu tujuan akidah dan tujuan
hukum, dan kembali lagi pertanyaannya, apakah
dakwah antara pelatih dan tim futsal di Riverside
mencangkup kedua tujuan itu? Buku ini akan
membantu penulis untuk sedikit mengurainya.

3. Buku berjudul “Ilmu Komunikasi: Teori dan


Praktek” karya Onong Effendy
Ilmu yang bakal penulis kutip dari buku ini ialah
mengenai faktor komunikasi. Lebih rinci lagi mengnai
faktor komunikasi yang mempengaruhi seberapa besar
timbal balik yang diciptakan dari sebuah tindakan
komunikasi. Penulis membutuhkan pembahasan
mngenai faktor-faktor komunikasi itu untuk mencari
tahu apakah keberhasilan komunikasi antara tim
Riverside dan pelatihnya selama ini sampai
menghasilkan banyak prestasi ialah karena memenuhi
faktor-faktor itu?
Sementara faktor-faktor itu sendiri menurut
Onong antara lain ada faktor lingkungan fisik, faktor
lingkungan sosial, faktor psikologis, dan faktor situasi.
Apakah empat faktor itu secara de facto dimanfaatkan
oleh pelatih tim futsal Riverside? Penelitian ini juga
akan sedkit menguliknya berdasarkan buku ini.

58
BAB II – Kajian Pustaka

4. Buku berjudul “Teori Komunikasi: Media,


Teknologi, dan Masyarakat” karya David Holmes
Hampir semua penelitian di jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Syarif
Hidayatullah dan di jurusan komunikasi di kampus
lainnya akrab dengan buku ini. Buku ini seakan
menjadi kitab suci bagi insan komunikasi di negeri ini.
Sebab isinya berhasil merangkul segala teori
komunikasi baik dari era media awal, media kedua,
sampai media baru.
Selain itu, buku ini juga banyak melakukan
kritik terhadap teori-teori sebelumnya, sehingga
penulis bisa mendapat tambahan pandangan mengenai
teori-teori tersebut dan dapat menerapkannya dalam
penelitian ini secara relevan dan berimbang.
Dalam dinamika komunikasi antar pribadinya,
tidak bisa dipungkiri bahwa ada kalanya pelatih tim
Riverside dan anggota timnya menggunakan teknologi
komunikasi. Untuk itu buku ini akan penulis jadikan
pedoman untuk menjelaskan mengenai fenomena-
fenomena komunikasi di antara mereka yang
menggunakan media dan teknologi.
Terutama yang terjadi melalui aplikasi
konversasi WhatsApp, sebab aplikasi ini lah yang
paling sering digunakan untuk melakukan komunikasi
antar pribadi di antara mereka.

59
BAB II – Kajian Pustaka

5. Buku berjudul “Psikologi Komunikasi” karya


Jalaludin Rakhmat
Semasa hidupnya Jalaludin Rakhmat telah
menjadi berbagai hal besar, salah satunya menjadi
bapak psikologi komunikasi di negeri ini. Maka
menjadikan buku ini sebagai pedoman pnelitian yang
mengandung psikologi komunikasi adalah sebuah
keniscayaan.
Bagaimana tidak? Dalam buku ini Kang Jalal
berhasil membuat pedoman bagaimana kita bisa
mengaplikasikan psikologi komnikasi sebagai jalan
keluar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di
kehidupan.
Dalam penelitian ini sendiri, permasalahan
kehidupan yang akan penulis cari jalan keluarnya
melalui pedoman yang ada di buku Kang Jalal ialah
mengenai bagaimana cara melakukan komunikasi antar
pribadi yang baik.
Di buku ini beliau menjelaskan bahwa ada tiga
hal yang harus dipenuhi untuk mencapai itu, yaitu
memberikan kepercayaan, dukungan, dan
keterbukaann. Dengan demikian, ketiga hal itulah yang
akan penulis utamakan untuk dicari dalam dinamika
keseharian antara pelatih dan anggota tim futsal
Riverside.

60
BAB II – Kajian Pustaka

6. Buku berjudul “Simulakra Sepakbola” karya Zen


RS
Karena penulis hampir tidak bisa menemukan
buku yang membahas futsal secara filosofis, maka
penulis memutuskan untuk menggunakan sebuah buku
sepakbola yang sungguh bernas ini. Dalam buku
Simulakra Sepakbola, Zen RS berhasil menunjukan
bahwa sepakbola, sebagaimana futsal, bisa menjadi
ladang tekstual yang sangat terbuka untuk dijelajahi.
Buku ini membuat penulis dapat memandang
olahraga bersama si kulit bundar menjadi sebuah hal
yang filosofis dan mengandung banyak makna di
dalamnya. Sepakbola jadi terasa bukan hanya
sepakbola, ada sejarah panjang di situ, ada ilmu sosial,
juga ada berbagai kejadian puitik yang tercipta di
lapangannya.
Atas dasar pendekatan itu pula penulis akan
menjelaskan futsal di penelitian ini. Yaitu
menjelaskannya dengan tekstual dan kontekstual,
mencari hal-hal puitik yang mungkin terjadi, dan
menghubungkannya dengan secajah panjang manusida
dan keilmuan sosial.
Sebab bagaimana pun, olahraga bukanlah hanya
sekedar olahraga. Melainkan bagaimana kita bisa
mengenal diri sendiri dan berhubungan dengan orang
lain. Olahraga adalah penyatu dan penyambung lidah
masyarakat.

61
BAB II – Kajian Pustaka

7. Buku berjudul “Metode Penelitian Kualitatif”


karya Lexy Moleong
Fungsi buku ini adalah untuk mejadi pedoman
penulis bagaimana melaksanakan penelitian ini. Sebab
dalam buku ini sudah diatur tentang tata cara, urutan,
dan proses melakukan penelitian kualitatif yang baik.
Berbagai cara dan tahapan juga sudah dijelaskan
dengan detil, sehingga bisa menjadi buku petunjuk
yang lengkap.
Dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana
sebuah penelitian kualitatif dapat membuka
kemungkinan-kemngkinan yang tak teduga, menggali
hal-hal yang belum muncul, dan menyorot fenomena-
fenomena yang terlupakan. Sebagaimana olahraga
futsal yang cenderung lebih sedikit mendapat perhatia
bila dibandingkan dengan olahraga sepakbola.
Untuk itulah dengan semangat yang ada di buku
ini dan segala tata caranya penulis ingin mengangkat
bagaamana olahraga futsal tak kalah pentingnya
dibandingkan sepakbola, dan tak kalah efektifnya untuk
dijadikan sarana untuk berdakwah.

8. Buku berjudul “Futsal for Winners: Taktik dan


Variasi Latihan Futsal” karya Timo Scheunemann
Walaupun dijadikan sebagai pustaka utama oleh
penulis, tidak banyak isi buku ini yang akan penulis
tampilkan dalam penelitian ini. Sebab penulis

62
BAB II – Kajian Pustaka

menjadikan buku ini hanya untuk menjadi pedoman


untuk menjelaskan istilah-istilah, tata cara, dan taktik
maupun variasi permainan yang ada dalam olahraga
futsal. Sebab penulis merasa perlu untuk mempunyai
rujukan tertulis dan tercetak mengenai itu semua.
Selain itu, berbagai taktik dan variasi yang di
jelaskan dalam buku ini akan penulis coba cari tahu
apakah benar-benar terjadi dalam dinamika perfutsalan
di tim Riverdale? Sebab nanti penulis akan mengamati
bagaimana mereka bertanding dan melakukan sesi
latihannya.

9. Buku berjudul “The Structure and Function of


Comunication in Society” karya Harold Lasswell
Tak lengkap rasanya bila melakukan kajian di
bidang ilmu komunikasi bila tidak menjadikan bapak
ilmu komunikasi dunia menjadi salah satu rujukannya.
Di buku yang sangat mendasar dan menjadi salah satu
peletak batu pertama keilmuan komunikasi ini, penulis
bakal mengutip berbagai definisi dan istilah mendasar
di bidang ilmu komunikasi melalui buku ini.
Terutama mengenai struktur dan fungsi
komunikasi dalam bermasyarakat. Terlebih, Lasswell
sendiri banyak menggabungkan pemikiran Sigmun
Freud dalam menjelaskan fenomena-fenomena
komunikasi yang terjadi, sebagaimana kita tahu,
Sigmun Freud adalah bapak analisis psikologis dunia

63
BAB II – Kajian Pustaka

yang temuan-temuannya telah memengaruhi berbagai


bidang keilmuan hingga hari ini. Atas dasar itu bisa
dibilang ilmu komunikasinya Lasswell ialah ilmu
komunikasi yang mengedepankan aspek psikologis,
sehingga amat sesuai untuk digunakan dalam penelitian
ini yang mana akan mencoba menjelaskan mengenai
penanaman nilai-nilai dakwah itu secara psikologis.

10. Buku berjudul “Wacana Dakwah Kontemporer”


karya Abdul Basit
Buku terakhir ini adalah buku yang paling
utama, sebab teori Abdul Basit lah yang penuliis
gunakan menjadi teori utama dalam penelitian ini.
Teori itu adalah teori lima nilai dakwah, yaitu nilai
dakwah kedisiplinan, nilai dakwah kebersihan, nilai
dakwah kerja keras, nilai dakwah kejujuran, dan nilai
dakwah kompetisi.
Kelima nilai dakwah milih Abdul Basit itulah
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini.
Sebab itu menjadi hal utama yang akan dicari dalam
dinamika hubungan komunikasi antar pribadi di antara
pelatih dan anggota tim futsal Riverside.
Selain itu, dalam teori Abdul Basit ini ada nilai
kompetisi, yang mana sangat cocok untuk diterapkan
kepada objek penelitian yang kompetitif, seperti tim
futsal yang selalu bertanding dan mencoba untuk
menjadi juara.

64
BAB II – Kajian Pustaka

C. Kerangka Berpikir
Penulis merumuskan bahwa keranga berpikir dalam
penelitian ini bila divisualisasikan akan tampak
sebagaimana yang ada pada bagan 2.1. Kerangka
Berpikir berikut:

Pelatih Riverside Tim Futsal


(Didit) Riverside

Terjadi komunikasi antar pribadi (KAP), apakah


ada nilai-nilai dakwah dalam KAP keduanya?

Untuk menjawabnya, KAP diantara


keduanya diteliti melalui observasi langsung
dan tidak langsung, juga melalui wawancara

Muncul lah temuan-temuan

Temuan mengenai Temuan mengenai


nilai-nilai dakwah KAP

Temuan inti (nilai-nilai dakwah) Temuan lainnya (KAP) dijelaskan


dikaji menggunakan pendekatan sekilas menggunakan teori
5 Nilai-Nilai Dakwah Universal keberhasilan KAP milik
milik Abdul Basit Jalaludin Rakhmat

Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai


Kedisiplinan Kejujuran Kerja Keras Kebersihan Kompetisi

Hasil temuan dikaji menggunakan


konsep, teori, dan model

Kemudian ditarik kesimpulan & saran

65
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Profil Tim Futsal Riverside


Sejak kembali aktif dari tahun 2008, tim futsal
MAN 12 Jakarta yang dijuluki Riverside ini telah
menorehkan segudang prestasi. Baik di tingkat regional
maupun nasional. Pada tahun 2010 misalnya, mereka
berhasil menjadi Juara 2 dalam kompetisi tingkat nasional
94 Cup. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 2012
mereka kembali menjadi Juara 2 dalam kompetisi yang
sama. Lalu menjadi Juara 3 dalam Mercu Buana Cup tahun
2016, Juara 2 Jaksa Cup pada tahun 2018, Juara 4 Jaksa
Cup pada tahun 2019, dan terakhir menjadi Juara 2 pada
turnamen Pelita 2 Cup tahun 2019.
Namun, prestasi terbesar Riverside justru bukan
tercermin dari berbagai gelar juara itu, melainkan
bagaimana tim ini mengaplikasikan nilai-nilai dakwah
dalam kegiatan sehari-harinya, baik ketika berlatih maupun
bertanding. Nilai dakwah itu antara lain nilai kedisiplinan,
kebersihan, kerja keras, kejujuran, dan kompetisi.
Nilai kerja keras misalnya tercermin dalam
tingginya frekuensi latihan yang dilakukan Riverside.
Dalam satu bulan, tim futsal ini bisa berlatih antara 10
sampai 16 kali latihan. Dengan setiap sesinya terdiri dari
90 sampai 120 menit. Dengan kata lain, bisa sampai
seminggu 3 kali, dan setiap minggunya bisa sampai 360

66
menit. Tentu ini adalah jadwal yang cukup berat mengingat
tim ini ialah tim tingkat sekolah, yang mana para
pemainnya masih memiliki kewajiban untuk belajar dan
beibadah. Tetapi, para anggota tim tetap menjalaninya
dengan rutin. Mereka biasa berlatih di beberapa tempat,
seperti lapangan futsal milik sekolah dan lapangan futsal
sewaan. Di mana saja latihan itu digelar, para pemain tetap
diwajibkan untuk tidak meninggalkan ibadah dan belajar.
Ada cara unik yang dipertahankan pelatih Riverside
dalam memilih pemain utama dalam sebuah pertandingan,
yaitu bukan berdasarkan keahliannya, melainkan jumlah
latihannya. Sebab pelatih percaya, kerja keras bisa
mengalahkan bakat alami.
Dalam setiap sesi latihan sendiri yang biasa
dilakukan adalah basic training, functional training,
advance training, dan game situation. Dari keempat sesi itu
setelah dilihat siapa yang paling rajin barulah bisa dipilah
siapa yang rajin juga menonjol dalam setiap sesi latihan.
Tetapi tetap, yang paling rajin bekerja keraslah yang
diprioritaskan oleh pelatih.
Cara unik lainnya yang dijalankan pelatih dalam
membina Riverside ialah pelatih tidak memiliki pemain
unggulan. Sebab pelatih mengganggap semua anggota
timnya punya kesempatan yang sama, tak peduli seberapa
jagonya dia bermain bola, tetap yang paling rajin bekerja
keraslah yang akan pelatih pilih. Tentu dengan begini, tim
jadi tidak akan mengandalkan beberapa gelintir orang saja,

67
tetapi bisa sama-sama tumbuh menorehkan prestasi. Adil
satu sama lain.
Di sisi lain, tim Riverside menganggap bukan
hanya sesi latihan yang penting, tetapi juga sesi bonding
antar pemain. Agar semakin kompak, pelatih kerap kali
mengajak seluruh anggota tim untuk mengadakan acara
kekeluargaan bersama-sama. Misalnya melakukan wisata
atau menginap bersama. Itu semata-mata dilakukan akan
setiap anggota pemain dapat memiliki rasa persaudaraan
dan kekeluargaan. Selain itu Riverside juga rutin
menggelar evaluasi bulanan untuk mengapresiasi apa-apa
yang sudah dilakukan, dan mencari strategi untuk meraih
apa-apa yang hendak diraih tim. Teriutama untuk
menyatukan visi misi, tujuan dan keinginan yang sama.
Pelatih mengijinkan para pemain untuk mengkritiknya dan
memberi masukan untum kebaikan bersama. Hal ini
terbilang unik mengingat biasanya sebuah tim olahraga
bergantung kepada pelatih dan pelatih sepenuhnya
menguasai tim. Tetapi di Riverside, pelatih dan anggota tim
dianggap setara dan boleh saling memperbaiki satu sama
lain. Biasanya dibuka juga sesi curhat agar setiap pemain
bisa menyampaikan unek-uneknya masing-masing, boleh
mengenai tim ataupun kehidupan pribadi. Ini yang
membuat tim Riverside begitu kompak antar sesama
pemainnya.
Di Riverside juga diwajibkan untuk memperhatikan
sesama anggota tim, supaya bisa saling tolong menolong

68
bila ada yang mengalami kesulitan. Bantuan moril dan
materil biasanya diberikan kepada anggota tim yang
membutuhkan. Sebab pelatih menganggap bahwa ini
bukan sekedar tim futsal, melainkan keluarga untuk
tumbuh bersama.
Pelatih berharap dengan begitu, prestasi bisa
menjadi bonus, sementara tujuan utamanya adalah
memupuk persaudaraan dan tumbuh bersama sebagai satu
tim. Semoga Riverside bisa tumbuh dan membuahkan
berbagai prestasi baru.

69
B. Profil MAN 12 Jakarta
Terletak di Jalan Raya Duri Kosambi no. 3
Cengkareng, MAN 12 Jakarta menjadi salah satu sekolah
negeri unggulan di Jakarta Barat. Terutama dalam prestasi
siswa-siswinya di bidang keagamaan. Sejak melaksanakan
pembelajaran dari tahun 1997, MAN 12 Jakarta telah
mencetak lulusan-lulusam yang bukan hanya memiliki
wawasan keduniaan yang luas, tetapi juga bekal
keagamaan yang mumpuni. Hal ini diimplementasikan
lewat program unggulan MAN 12 Jakarta, yaitu tahfiz
quran dan hapalan kitab kuning. Kedua program itu adalah
program wajib bagi seluruh pelajar di MAN 12 Jakarta.

Gambar 3.1
Kegiatan Khataman Kitab Kuning
Setiap harinya pun siswa-siswi MAN 12 Jakarta
melaksanakan tadarus One Day One Juz. Dengan
komitmen dan konsistensi menghapal Alquran sebesar itu,
MAN 12 Jakarta dikenal sebagai salah satu Rumah Tahfiz

70
terkemuka di Jakarta, yang setiap tahunnya meluluskan
ratusan hafidz baru dari kalangan pelajar maupun umum.

Gambar 3.2
MAN 12 Jakarta ketika menjadi Rumah Tahfiz

Tidak hanya di bidang agama, di bidang teknologi


pun MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang unggul. Hal ini
salah satunya dibuktikan oleh tim robotik MAN 12 Jakarta
yang berhasil menjadi Juara Pertama dalam Kejuaraan
Jakarta Robotic Games (JRG) tahun 2021 kategori Sumo
Senior 1 Kg.1
Tak ayal, keseimbangan antara ilmu keagamaan
dan teknologi yang ditekankan oleh MAN 12 Jakarta pun
menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di kancah
global. Rendy, Asmaul Husna, dan Neneng, misalnya,
alumni dari MAN 12 Jakarta ini hanyalah beberapa contoh

1
Redaksi MAN 12 Jakarta, “Juara! Jakarta Robotic Games”. MAN 12 Jakarta,
21
https://man12jakarta.com/berita/detail/juara-jakarta-robotic-games-jrg

71
alumni yang mampu melanjutkan studinya di universitas
keislaman bergengsi di dunia, mereka berhasil
menyelesaikan studi di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir,
pada bulan Oktober 2019 yang lalu.2

Gambar 3.3
Rendy, Husna, dan Neneng di Al Azhar Kairo

Selain ketiga lulusan Al-Azhar dan kelompok


robotik itu, MAN 12 Jakarta juga tersohor oleh berbagai
ekstrakulikuler lainnya yang tidak kalah berprestasi.
Misalnya Paskibraka MAN 12 Jakarta yang pada 17 Maret
2019 lalu menjadi Juara Pertama Danton, Juara Kedua
Pasukan, Juara Pertama PBB, Juara Pertama Bangor,
sekaligus Juara Umum di ajang Lomba Paskibraka Sepulau
Jawa.

2
Akun Instagram MAN 12 Jakarta, 5 Oktober 2019.
https://www.instagram.com/p/B3PSBILHgrG/

72
Gambar 3.4
Tim Paskibraka MAN 12 Jakarta

Bahkan Talitha Ferina, salah satu siswi MAN 12


Jakarta, berhasil terpilih menjadi anggota paskibraka
Bendera Pusaka tingkat provinsi DKI Jakarta.

Gambar 3.5
Talitha Ferina, anggota Paskibraka tingkat DKI Jakarta

Di bidang literasi, MAN 12 Jakarta rutin


mengadakan bulan bahasa untuk memupuk semangat
kecintaan terhadap bahasa persatuan, yaitu bahasa

73
Indonesia, acara ini adalah acara tahunan yang telah
berlangsung selama 8 tahun terakhir.

Gambar 3.6
Kegiatan Bulan Bahasa tahun 2019

Sementara di bidang akademik, MAN 12 Jakarta


juga berhasil mencetak prestasi yang mentereng. Pada
tahun ini misalnya, Tim KIR (Kelompok Ilmiah Remaja)
MAN 12 Jakarta berhasil menjadi Juara Pertama IPA
Perseorang, Juara Pertama IPA Kelompok, dan Juara
Harapan Pertama IPS Perorangan seprovinsi DKI Jakarta.

74
Gambar 3.7
Tim KIR MAN 12 Jakarta

Segala prestasi itu bisa diraih berkat MAN 12


Jakarta yang menjalankan visi sekolahnya, yaitu
melahirkan generasi yang intelek, inovatif, dan Islami.
Selain visi itu, MAN 12 Jakarta juga memiliki misi
sekolah, yaitu (1) menyiapkan calon pemimpin umat di
masa depan yang mampu berkompetisi secara global dalam
segala bidang kehidupan, (2) menyelenggarakan proses
pendidikan yang kondusif, modern, dan inspiratif, serta
mampu mengembangkan kreativitas peserta didik, (3)
menumbuhkembangkan sikap, perilaku, dan amaliah
terpuji melaluli pembinaan yang Islami.
Dari segudang prestasi keduniaan dan keagamaan
yang dimiliki oleh MAN 12 Jakarta itu, agaknya visi dan
misi sekolah itu telah terwujud. Belum lagi bila mengingat
ada prestasi lain yang dimiliki sekolah ini, yang amat sesuai
dengan visi dan misi itu, yaitu tentang bagaimana tim futsal
MAN 12 Jakarta yang bernama Riverside mengaplikasikan

75
nilai-nilai dakwah dalam kegiataan sehari-harinya, baik
saat berlatih maupun bertanding. Maka prestasi itulah yang
akan dibahas dalam penelitian ini.
C. Profil Pelatih Tim Futsal
Tim futsal Riverside mencapai kejayaannya setelah
Aditya Pratama Ramadhan, yang biasa dipanggil dengan
Didit, mulai melatih tim itu sejak Januari 2012. Sudah 5
trofi yang diraih Riverside bersama Didit, dan akan terus
bertambah. Meski demikian, bukan itu pretasi terbesar
Didit.

Gambar 3.8
Aditya Pratama Ramadhan, Pelatih Futsal Riverside

Sebagai lulusan MAN 12 Jakarta dan alumni UIN


Syarif Hidayatullah, pretasi terbesar didit ialah bagaimana
ia menerapkan nilai-nilai ke-Islaman dalam keseharian tim
futsal Riverside. Kepada anggota timnya ia menerapkan 5
nilai dakwah, yaitu kedisiplinan, kebersihan, kerja keras,
kejujuran, dan kompetisi. Mengenai kelima hal itu akan

76
saya jelaskan lebih rinci dalam Bab IV – Data dan
Temuan Penelitian.
Kecintaan Didit kepada futsal dan sepakbola
berawal sejak usia dini. Dahulu, ia adalah anak yang
pemalu. Ia bahkan mengakui bahwa ia terbilang sulit
memiliki teman di masa kecilnya. Tetapi semua itu berubah
ketika Didit bermain bola.
Hari pertama Didit bermain bola adalah hari
pertama ia berhasil mendapatkan teman. Teman-teman
barunya itu takjub atas bakat alami yang dimiliki Didit.
Hari itu, Didit banyak mencetak gol meski sebelumnya ia
tak pernah bermain si kulit bundar sekali pun. Bagi teman-
teman kecilnya, Didit adalah si anak ajaib.
Sejak saat itu Didit semakin sering bermain bola
bersama teman-temannya, ia pun kerap kali diajak teman-
temannya mengikuti kompetisi antar kampung dan
mendapatkan sejumlah uang. Meski demikian, Didit tidak
pernah peduli bayarannya dari bermain tarkam, dia hanya
ingin punya lebih banyak teman, kenal lebih banyak orang,
juga hidup dengan sehat. Seperti idolanya Zinedine Zidane,
pemain sepakbola dari Perancis yang terkenal ramah dan
dicintai teman-temannya.
Tak ayal, pertandingan sepakbola dunia yang
paling membekas di benak Didit ialah final piala dunia
tahun 2006, ketika Zinedine Zidane yang ramah ternyata
bisa hilang kendali. Dalam final antara Perancis dan Italia
itu terjadi sebuah insiden antara Zidane dan bek Italia,

77
Marco Materazzi. Zidane yang merasa Materazzi
menghina ibu dan adik perempuannya menjatuhkan si bek
itu dengan sebuah sundulan ke dada. Itu harga yang harus
dibayar Materazzi akibat menghina keluarga Zidane. Di
momen itu, ketika menonton kejadian itu Didit ikut geram
dan berjanji dia tidak akan pernah mengumpat, menghina,
dan berkata kasar ketika bermain bola. Bagi Didit,
sepakbola dan futsal seharusnya bukan jadi ajang mencari
musuh, melainkan memperluas silaturahmi.

Gambar 3.9
Materazzi yang menghina keluarga Zidane dihadiahi sebuah sundulan

Hal itu juga ia terapkan ketika ia mulai melatih tim


Riverside, salah satu golden rule yang diterapkan Didit
kepada timnya ialah dilarang keras berkata kasar selama
bertanding maupun berlatih. Baginya, membuat
pertandingan senyaman dan semenyenangkan mungkin
bagi semua orang adalah hal nomor satu yang musti
diwujudkan. Sebab sepakbola adalah simbol persahabatan

78
baginya. Menghargai lawan dan kawan adalah sebuah
kewajiban. Untuk itu Didit selalu mewajibkan sesi
bersalaman dan berpelukan antar sesama tim dan dengan
tim lawan setelah bertanding.
Sementara itu, kecintaan Didit terhadap futsal
berawal ketika olahraga itu mulai diterima orang Indonesia.
Didit yang sebelumnya lebih sering bermain bola, menjadi
turut bermain futsal. Baginya futsal terasa lebih memacu
adrenalin, sebab lapangan yang lebih kecil memungkinkan
dirinya untuk berinteraksi lebih padat bersama pemain
lawan. Benturan lebih sering terjadi, untuk iu Didit selalu
bersikap santai dan meminta maaf kepada lawannya, tak
peduli siapa yang salah.
Didit juga menganggap daya tarik futsal justru
berada pada kesederhanaannya. Tidak perlu ada lapangan
yang luas, di mana pun permainan bisa dilakukan.
Mengingat menurutnya di kota Jakarta sudah amat sulit
membuat lapangan sepakbola baru. Sehingga Futsal
menjadi jalan alternatif yang tak kalah menyenangkan.
Rasa senang kepada futsal itu mencapai puncaknya
ketika Didit menonton pertandingan final World Cup
Futsal tahun 2012, ketika itu tim kesayangannya, tim futsal
Spanyol mesti berhadapan dengan tim yang amat kuat,
yaitu tim futsal Brasil. Sebagai fans berat Jordi Torres si
penyerang asal Spanyol, pertandingan final itu membuat
hati Didit berkecamuk. Bagaimana tidak, Spanyol
ketinggalan satu kosong saat itu. Lantas Torras

79
menyamakan kedudukan di menit 30, dan kawan satu
timnya, Aicardo ikut menambah keunggulan di menit 31.
Kedudukan pun berubah menjadi Spanyol memimpin
dengan skor 2 lawan 1. Nahas, Didit yang sudah merasa
senang harus tiba-tiba kecewa ketika Brasil berhasil
menambah dua gol dan mengakhiri pertandingan dengan
skor 2-3 untuk kemenangan Brasil. Meski begitu, Didit
mengaku puas sebab dapat melihat Torras bermain
maksimal dan banyak menyerang. Bagi Didit, di hari itu
Spanyol hanya kurang beruntung. Mengingat gol penentuu
terjadi di babak pertambahan waktu.
Dari pertandingan itu Didit sadar untuk tidak
merasa aman sampai peluit pertandingan usai telah ditiup.
Itu ia tanamkan keapada tim futsal Riverside yang mana
Didit meminta seluruh anggota tim untuk tidak
menurunkan tempo permainan apapun yang terjadi.
Dengan kata lain, Didit tidak mau anak-anak didiknya
cepat merasa puas. Didit mau mereka memiliki jiwa
kompetitif yang kuat.
Kini, setelah meraih beberapa gelar bersama
Riverside, Didit masih punya mimpi-mimpi lainnya.
Seperti menjadi juara pertama tingkat regional dan
nasional. Juga dapat rutin berlatih di lapangan tipe V3.
Terakhir yang terpenting, Didit mau apa yang anggota tim
dapatkan darinya dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dan
bisa disebarkan dan menjadi ladang amal yang tak

80
berkesudahan. Semoga mimpi-mimpi Didit itu dapat
terwujud.

81
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada Bab II – Kajian Pustaka penulis telah


menjelaskan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan 5
Nilai-Nilai Dakwah Universal milik Abdul Basit. Maka
berdasarkan model pendekatan itu, penulis membagi data dan
temuan penelitian ini ke dalam 5 sub-bab. Yaitu temuan nilai-
nilai dakwah kedisplinan, temuan nilai-nilai dakwah
kejujuran, temuan nilai-nilai dakwah kerja keras, temuan
nilai-nilai dakwah kebersihan, dan temuan nilai-nilai
dakwah kompetisi.

Berikut data dan temuan penelitian yang berhasil


penulis raih melalui metode observasi dan wawancara :

A. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kedisiplinan


Penulis menemukan beberapa nilai-nilai dakwah
kedisiplinan yang diamalkan oleh pelatih dan anggota tim
Riverside. Pertama nilai-nilai dakwah kedisiplinan dalam
bentuk konsistensi. Konsistensi ini dapat dilihat dari tim
Riverside yang memiliki jadwal latihan yang rutin. Yaitu,
sebanyak 8 sampai 16 kali latihan setiap bulannya. Dengan
kata lain, bisa sampai 4 kali seminggu bila sedang
mengikuti kompetisi. Tentu ini adalah latihan yang berat
yang turut menjadi salah satu nilai-nilai kerja keras, meski
begitu selain konsistensi, nilai-nilai kedisiplinan dalam
latihan rutin itu juga terkandung dalam sanksi bila ada

81
pemain yang terlambat datang latihan. Sanksi itu antara
lain berlari keliling lapangan setelah sesi latihan selesai,
lama waktu berlarinya adalah sesuai dengan jumlah menit
keterlambatan.
Didit mengaku, sengaja menerapkan sanksi itu
supaya para anggota tim Riverside lebih menghargai
waktu. Selain itu menurutnya, itu juga merupakan sanksi
yang adil, sebab beratnya sanksi tergantung seberapa
lalainya anggota tim. Selain itu, sanksi yang diberikan juga
sanksi yang membangun. Sebab Didit yakin, dengan berlari
keliling lapangan, bukan hanya pemain akan lebih sehat
dan kuat, tetapi juga menjadi ajang untuk teman-teman satu
timnya menyemangati yang terkena sanksi. Juga hiburan
bagi mereka yang baru saja menyelesaikan latihan.
Yazid, salah satu anggota tim Riverside misalnya
juga mengaku, ia malah senang ketika diberi sanksi, sebab
teman-temannya tidak meninggalkannya dilapangan,
melainkan menunggunya selesai berlari terlebih dahulu dan
menyemangatinya. Ia jadi merasa tidak enak kepada
teman-temannya dan berusaha untuk datang tepat waktu di
sesi latihan berikutnya. Dari hitungan Didit, ia ingat Yazid
hanya terlambat datang latihan sebanyak 2 kali, sisanya ia
selalu tepat waktu, terutama setelah diberi sanksi.

82
Gambar 4.1
Anggota tim Riverside yang sedang mendapat sanksi

Kedua, nilai-nilai dakwah kedisiplinan juga


terdapat dalam ajakan pelatih tim Riverside untuk tidak
meninggalkan sholat 5 waktu. Setiap mendengarkan azan,
sesi latihan akan segera dihentikan. Anggota tim juga
biasanya baru pulang setelah sholat berjamaah. Sebab
menurut Didit, sholat berjamaah bukan hanya ibadah yang
habluminallah, tetapi juga yang habluminasnas. Sebab ada
ukhuwah di sana. Ada persatuan. Juga ada rasa
kekeluargaan sebab dilakukan secara bersama-sama.
Sebelum sesi latihan pun Didit selalu bertanya kepada
anggota timnya, sudah sholat apa belum? Bila belum, Didit
mewajibkan anggotanya untuk sholat terlebih dahulu baru
boleh mengikuti sesi latihan. Ini adalah bentuk kedisiplinan
yang tinggi dalam beribadah yang diterapkan dalam
keseharian tim futsal Riverside.

83
Gambar 4.2
Anggota Tim Riverside sholat berjamaah

Ketiga, nilai dakwah kedisiplinan juga ditemukan


dalam ajakan Didit kepada anggota timnya untuk tidak
melupakan kegiatan belajar. Sebab bagaimana pun Didit
sadar bahwa anggota tim Riverside adalah pelajar. Untuk
itu, Didit memberi dispensasi bagi anggota tim yang ada
tugas kelompok untuk tidak mengikuti sesi latihan. Didit
juga selalu mengingatkan kepada anggota timnya untuk
mengerjakan pekerjaan rumah di hari pertama pekerjaan
rumah itu diberikan, dengan begitu pekerjaan rumah tidak
akan terbengkalai dan bisa dikumpulkan tepat waktu.
Selain itu, mengingat ada 2 angkatan dalam satu tim futsal,
Didit biasanya mengajak kaka kelas membantu adik
kelasnya dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan

84
tidak jarang ada sesi mengerjakan pekerjaan rumah
bersama-sama selepas latihan di lapangan. Bagi Didit,
momen seperti ini selain dapat mempermudah
mengerjakan pekerjaan rumah juga dapat semakin
memupuk semangat kekompakan di antara sesama tim,
baik bagi yang seangkatan maupun antar angkatan.

Gambar 4.3
Anggota Tim Riverside mengerjakan PR di lapangan

B. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kejujuran


Nilai-nilai dakwah kejujuran yang diterapkan
dalam keseharian tim Riverside dapat dilihat dari beberapa
hal mendasar. Pertama, pelatih Riverside melarang anggota
timnya untuk melakukan diving. Diving atau berpura-pura
terjatuh dan kesakitan setelah dijegal lawan adalah salah
satu tindakan berbohong. Untuk itu Didit melarangnya
dengan keras. Didit mengajarkan kepada para pemainnya
bahwa lebih baik kalah terhormat ketimbang menang
dengan licik. Merasa sakitlah bila memang lawan

85
menjegalmu dengan kasar, tetapi bila berpura-pura sakit
padahal tidak merasa apa-apa, Didit menganggap itu
sebagai tindakan seorang pecundang. Bagi Didit, selain
merusak keindahan pertandingan, diving juga merusak
semangat persaudaraan antar tim. Ini bertolakbelakang
dengan prinsip Didit yang menjadi atlet futsal dan
sepakbola untuk menambah teman.
Kedua, nilai-nilai dakwah kejujuran juga terpancar
lewat dorongan pelatih kepada para pemain untuk selalu
mengakui bila terjadi handsball kepada mereka. Sama
seperti ketika pelatih melarang anggota tim unutk
melakukan diving, langkah ini dilakukan juga karena
prinsip pelatih yang ingin setiap kemenangan berasal dari
kejujuran. Dengan mengakui handsball, bukan hanya nama
tim akan menjadi baik dan tersohor sebagai tim yang
suportif, tetapi juga tim akan mendapat respect dari lawan,
begitu pengakuan Didit.
Ketiga, masih serupa dengan kedua hal
sebelumnya, pelatih tim Riverside juga melarang untuk
sengaja menciderai pemain lawan. Baginya, bermain kasar
hanya akan menimbulkan permusuhan dan memusnahkan
keseruan permainan. Mencederai lawan bukan hanya
berbahaya dan menyakiti, tetapi juga dapat merengggut
masa depan pemain lawan. Untuk itu, Didit selalu
menekankan untuk bermain secara berhati-hati dan
mengetahui batasan, juga menahan emosi.

86
Gambar 4.4
Anggota Tim Riverside menunjukkan rasa sportif/ fairplay

Ketiga larangan dan dorongan itu Didit tanamkan


bukan hanya untuk membuat para pemain Riverside
bermain jujur, tetapi juga agar setiap kemenangan yang
diraih Riverside menjadi sebuah keberkahan. Tidak
mengapa kalah, aku Didit, yang penting sudah berusaha
semaksimal mungkin dan berbuat jujur.
Sebab kemenangan bukanlah segalanya, tetapi yang
segalanya adalah keberkahan dalam setiap pertandingan.
Juga, yang segalanya adalah pengalaman yang diraih dan
prosesnya.

C. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kerja Keras


Mimpi untuk menjadi juara hanya bisa diraih
dengan kerja keras. Didit paham betul soal ini, sehingga ia
menanamkan nilai-nilai dakwah kerja keras dalam sesi
latihan maupun pertandingan yang dilakukan oleh tim
Riverside. Apa saja nilai-nilai dakwah kerja keras itu?

87
Pertama, nilai-nilai dakwah kerja keras dapat
dilihat dari bagaimana tim Riverside selalu memiliki target.
Pemberian target adalah sebuah bentuk tindakan kerja
keras. Sebab dengan adanya target, akan ada usaha untuk
mencapainya. Didit membuat beberapa bentuk target.
Yaitu target bulanan dan target tahunan. Dalam target
bulanan, Didit menargetkan untuk timnya bisa melakukan
sesi latihan sebanyak minimal 8 kali setiap bulannya, atau
2 kali seminggu. Target ini sengaja Didit berikan agar
pemain bisa setiap minggunya tidak berhenti bermain
futsal. Dengan melakukan latihan rutin seperti ini ia
menargetkan agar otot-otot pemain tidak kaku dan
semangatnya terus terjaga. Lebih kerja kerasnya, setiap
mengikuti kompetisi, sesi latihan tim Riverside akan
ditambah. Bisa sampai dua kali lipat menjadi 4 kali
seminggu. Didit menganggap, dengan melakukan itu tim
jadi bisa memberikan kemampuannya yang maksimal.
Selain target bulanan, ada juga target tahunan yang
diberikan Didit, yaitu tim Riverside ditargetkan untuk
setiap tahunnya minimal mengikuti 2 kompetisi. Dengan
begitu selalu ada tujuan dari latihan, yaitu untuk menjadi
juara kompetisi
Kedua, nilai-nilai dakwah kerja keras dapat dilihat
dari membuat inovasi. Yaitu di setiap latihan, Didit
berusaha untuk memberikan teknik-teknik baru agar para
pemain semakin berkembang. Biasanya, sebelum

88
mempraktekan di lapangan, teknik-teknik itu Didit
tunjukan dalam bentuk video yang ia kirim melalu grup
WhatsApp tim. Pemberian teknik baru itu selalu
berkembang, maksudnya, semakin hari teknik yang
diberikan akan semakin susah, mengikuti apakah pemain
sudah menguasai teknik sebelumnya. Misalnya, bila di sesi
latihan sebelumnya Didit memberikan teknik passing
bawah dasar, maka minggu depannya Didit akan
memberikan teknik passing bawah dengan tipuan. Begitu
seterusnya sampai para pemain menguasai teknik-teknik
yang ada.

Gambar 4.5
Anggota Tim Riverside berlatih

Ketiga, nilai-nilai kerja keras yang dapat ditemukan


ialah bagaimana pelatih Riverside memberikan variasi
latihan. Pemberian variasi latihan adalah bentuk upaya
kerja keras dan ikhtiar agar para pemain dapat bisa
beradaptasi dalam setiap kondisi. Variasi latihan yang
diterapkan oleh Didit antara lain basic training, functional

89
training, dan game situation. Dalam basic training Didit
mengajarkan bagaimana teknik-teknik dasar bermain
futsal, seperti passing, dribling, shot, dan lainnya.
Sementara dalam functional training para pemain di latih
berdasarkan posisi masing-masing, seperti kiper, anchor,
flank, dan pivot. Terakhir, dalam game situation training,
variasi latihannya yaitu para pemain ditempatkan untuk
menghadapi keadaan-keadaan tertentu dalam sebuah
permainan, misalnya bagaimana melakukan counter-
attack, bagaimana melakukan full-defense, dan lain
sebagainya.

D. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kebersihan


Sebagaimana yang kita tahu, kebersihan adalah
sebagian dari iman. Dalam budaya Islam, kebersihan
teramat dianjurkan dan mesti dijaga. Bahkan Allah SWT
berfirman dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 222, yang
artinya, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang bertobat dan ia mencintai orang-orang yang suci
(bersih, baik dari jasmani maupun rohani)
Mengaplikasikan ayat itu, Didit mendorong para
anggota tim Riverside untuk menjaga kebersihan jasmani
dan rohani. Hal ini dapat dilihat dalam upaya-upaya
sebagai berikut:
Pertama, Didit sebagai pelatih Riverside
mewajibkan untuk menjaga kebersihan seragam tim,
terutama kaus kaki. Bagi Didit, kebersihan kaus kaki

90
amatlah penting, karena dalam permainan futsal, kaki lah
yang paling banyak bergerak dan berkeringat. Ia juga selalu
mengingatkan tentang betapa pentingnya mencuci sepatu
futsal dengan rutin, sebab kebersihan sepatu futsal dan kaus
kaki baginya amat menentukan kenyamanan para pemain
dalam berlatih maupun bertanding.
Kedua, untuk upaya menjaga kebersihan rohani,
Didit melarang keras para pemainnya berkata kasar di
lapangan, baik dalam sesi latihan maupun pertandingan.
Bagi Didit, berkata kasar bukan hanya akan mengotori
rohani diri sendiri, tetapi juga rohani orang lain. Sebab kita
tidak pernah tahu isi hati seseorang, kita tidak pernah tahu
apakah seseorang sakit hati atau biasa saja dengan kita.
Untuk menjaga perasaan orang itulah Didit melarang keras
penggunaan kata-kata kasar.

Gambar 4.6
Anggota Tim Riverside sedang berwudhu

91
Ketiga, Didit menganjurkan para pemainnya untuk
selalu menjaga wudhu. Bagi Didit, berwudhu itu selain
dapat membersihkan tubuh juga dapat menyegarkan
rohani. Dengan begitu, pemain akan lebih tenang dalam
melaksanakan sesi latihan maupun pertandingan. Dengan
berwudhu, Didit berharap para pemain dapat lebih bisa
menjaga tempramennya.
Keempat, Didit mewajibkan para pemain Riverside
untuk membersihkan lapangan dan areal lapangan sebelum
dan sesudah sesi latihan. Didit ingin para pemain
menganggap lapangan futsal di sekolahnya itu adalah
rumah,untuk itu harus dijaga kebersihannya sebagaimana
rumah sendiri. Didit juga tidak mau lapangan menjadi
kotor setelah sesi latihan, untuk itu Didit melarang para
pemain untuk meninggalkan sampah di lapangan.
Terutama sampah plastik.
Kelima, Didit juga mewajibkan para pemain untuk
berdoa bersama sesudah dan sebelum sesi pertandingan
maupun sesi latihan. Dengan berdoa dan melibatkan Allah
SWT dalam setiap sesi latihan maupun pertandingan Didit
berharap agar para pemainnya selalu ingat bahwa setiap
perbuatan yang dilakukan di lapangan, baik atau buruk
akan diganjar oleh Allah SWT sesuai porsinya, sehingga
dengan bergitu Didit ingin para pemain tidak melakukan
perbuatan buruk, Didit ingin para pemain Riverside
senantiasa dapat menjaga hati dan pikiran serta

92
perbuatannya. Sehingga menjadi pemain yag memiliki
kebersihan rohani.

E. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kompetisi


Pada tim Riverside, terdapat tiga bentuk kompetisi,
yaitu kompetisi dengan tim lawan, kompetisi dengan
sesama anggota tim, juga kompetisi dengan diri sendiri.
Kompetisi dengan tim lawan sudah jelas terjadi dalam
pertandingan, yaitu memperebutkan siapa pemenangnya.
Sementara kompetisi dengan sesama tim ialah ketika sama-
sama bersaing untuk menampilkan yang terbaik.
Sedangkan kompetisi dengan diri sendiri adalah ketika
berusaha lebih baik dari hari sebelumnya. Ketiga hal itu
adalah kepanjangan tangan dari nilai-nilai dakwah
kompetisi yang ditunjukan oleh tim Riverside. Lalu apa
bentuk nyatanya?
Pertama dalam segi kompetisi antara sesama
anggota tim Riverside, terjadi salah satunya ketika pelatih
menentukan pemain inti atau pemain starting. Uniknya, di
tim Riverside bukan dipilih dari siapa yang paling jago,
melainkan pemain inti itu dipilih berdasarkan jumlah
latihan dari para pemain. Didit menganggap, dengan cara
memilih berdasarkan jumlah latihan ini akan didapat siapa
yang paling siap bertanding. Sebab bagi Didit, kemenangan
ada pada mereka yang bersiap diri. Ini juga untuk
menunjukan keadilan dari pelatih, sebab yang lebih banyak
berlatih adalah mereka yang lebih bekerja keras.

93
Kedua, nilai dakwah kompetisi juga terjadi dalam
pemilihan kapten. Seorang kapten di tim dipilih
berdasarkan siapa yang paling siap. Didit menjelaskan,
indikator kesiapan itu dilihat berdasarkan siapa pemain
yang paling rajin berlatih dan paling bisa mengajak kawan-
kawannya untuk berlatih. Sistem ini hampir serupa dengan
cara Didit menentukan pemain inti, bedanya di sini Didit
mencari siapa pemain Riverside yang paling dihormati oleh
pemain lainnya.
Ketiga, nilai dakwah kompetisi kepada diri sendiri
terjadi dalam sesi evaluasi perorangan. Dalam sesi ini Didit
menjelaskan kepada masing-masing pemain apa saja yang
masih harus ditingkatkan dalam diri masing-masing,
dengan memberitahu kelemahan-kelemahan yang ada,
Didit berharap pemainnya dapat berlatih lebih keras dan
bisa memperbaiki itu.
Keempat, nilai dakwah kompetisi dapat dilihat dari
Didit yang menekankan bahwa tidak ada lawan yang sulit,
kesulitan itu hanya ada di pikiran. Dengan kata lain Didit
menanamkan agar para pemainnya selalu percaya diri tidak
peduli seberat apapun lawan yang dihadapi. Yang penting
terus berusaha memberikan yang terbaik dari diri sendiri.

94
Gambar 4.7
Anggota Tim Riverside bertanding di Liga AAFI Tangerang 2022

Kelima, nilai dakwah kompetisi yang terakhir ialah


bagaimana tim Riverside selalu mengikuti kompetisi setiap
tahunnya. Juga melakukan sesi pertandingan sparing
dengan tim lainnya. Ini dilakukan selain untuk meraih gelar
juara juga untuk mencari tahu sudah sejauh mana
kemampuan tim Riverside, karena hanya lewat
pertandingan lah hasil latihan itu bisa terlihat secara nyata.

95
BAB V – Pembahasan

BAB V
PEMBAHASAN

Seperti yang sudah tercantum dalam Surat Keputusan


Rektor nomor 507 tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah, Bab 5 berfungsi sebagai pembahasan final yang mengkaji
temuan-temuan yang ada dengan teori yang digunakan.
Pembahasan itu ditujukan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian ini. Dalam rumusan masalah, penulis telah
menargetkan 2 pertanyaan besar untuk di jawab. Pertama,
bagaimana penerapan nilai dakwah kedisiplinan, kebersihan, kerja
keras, kejujuran, dan kompetisi dalam proses pelatihan dan
pertandingan di tim futsal Riverside? Pertayaan kedua,
bagaimana penggunaan tiga faktor keberhasilan komunikasi antar
pribadi (kepercayaan, dukungan, dan keterbukaan) dalam
memupuk harmonisasi antara pelatih dengan individu-individu
dalam tim futsal?
Pertanyaan pertama sudah terjawab dengan rinci dalam
Bab IV – Data dan Temuan Penelitian, untuk itu, Bab –
Pembahasan ini akan penulis khususkan untuk menjawab
pertanyaan kedua. Terutama menjawabnya berdasarkan data dan
temuan penelitian yang sudah disuguhkan dalam Bab IV – Data
dan Temuan Penelitian.
Maka daripada itu, bab ini akan membahas apakah nilai-
nilai dakwah kedisiplinan, kebersihan, kerja keras, kejujuran, dan
kompetisi yang ditemukan dalam tim Riverside telah

96
BAB V – Pembahasan

memenuhi faktor keberhasilan komunikasi antara pemain dan


pelatihnya? Berikut pembasahannya:

A. Bagaimana Faktor Kepercayaan Digunakan untuk


Menanamkan Nilai-Nilai Dakwah di Tim Riverside?
Sebagaimana yang telah dijabarkan oleh Jalaludin
Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi, kepercayaan
ialah satu dari tiga faktor yang dapat menentukan keberhasilan
komunikasi antar pribadi.1 Sementara itu, dalam Bab IV – Data
dan Temuan Penelitian, telah terjabarkan bahwa kelima nilai-
nilai dakwah versi Abdul Basit telah berhasil ditanamkan
dalam diri masing-masing anggota tim Riverside. Oleh
karenanya, menjadi penting untuk mencari tahu apakah faktor
kepercayaan turut andil dalam membuat nilai-nilai dakwah itu
berhasil tertanam. Apa saja bukti faktor kepercayaan ada pada
komunikasi antar pribadi mereka? Berikut penjelasannya;
Pertama, pelatih tim Riverside melarang anggota tim
untuk melakukan diving, tidak mengakui handsball, dan
mencederai lawan dengan sengaja. Pelarangan itu dilakukan
atas kepercayaan Didit sebagai pelatih bahwa timnya mampu
memenangkan pertandingan tanpa melakukan cara-cara licik.
Bryk dan Schneider mengategorikan kepercayaan macam ini
sebagai kepercayaan relasional (relational trust), yaitu

1
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 125

97
BAB V – Pembahasan

kepercayaan yang kuat, tanpa syarat, yang didasari harapan


bahwa kepercayaan itu akan membuahkan sesuatu.2
Ini persis sebagaimana dengan yang terjadi pada kasus
pelarangan berbuat licik dalam pertandingan. Pelarangan itu
berasal dari kepercayaan yang kuat, bahwa tim Riverside
punya kemampuan yang cukup untuk menang tanpa berbuat
licik. Kepercayaan itu tanpa syarat, sebab Didit menekankan
lebih baik kalah terhormat ketimbang menang dengan cara
licik. Itu artinya, kepercayaan untuk tidak berbuat licik itu
datang tanpa diiringi dengan kewajiban untuk selalu menang.
Kejujuran yang utama, kemenangan hanyalah bonus untuk
mereka yang lebih siap bertanding.
Kepercayaan itu juga didasari harapan untuk
menghasilkan sesuatu, dalam kasus ini Didit berharap dengan
memberi kepercayaan untuk tidak berbuat licik itu para pemain
Riverside dapat memperpanjang tali persaudaraan dengan
setiap tim lawan yang mereka hadapi. Sebab kembali lagi,
Didit sebagai pelatih ingin sepakbola menyatukan dan
memperkenalkan orang banyak satu sama lain, bukan malah
menciptakan permusuhan. Dari sini kita dapat melihat
bagaimana kepercayaan digunakan Didit untuk menanamkan
nilai dakwah kejujuran.
Kedua, pelatih tim Riverside memberikan kepercayaan
kepada pemain yang paling rajin berlatih untuk menjadi
pemain inti. Prioritisasi adalah bentuk kepercayaan yang

2
Anthony Bryk, & Barbara Schneider, Trust in Schools: A Core Resource for
Improvement (New York: Russel Sage Foundation, 2002), hal. 27

98
BAB V – Pembahasan

diberikan pelatih kepada pemain bahwa mereka yang paling


giatlah yang paling pantas dan paling siap untuk bertanding.
Jika merujuk pada 3 kategori kepercayaan versi Bryk &
Scheiner, yaitu kepercayaan organik, kepercayaan kontrak, dan
kepercayaan relasional, prioritisasi yang terjadi ini masuk ke
dalam kepercayaan kontrak, yaitu kepercayaan yang didasari
hubungan timbal balik, sebab akibat, dan perjanjian.3
Timbal balik dalam prioritiasi ini yaitu ketika mereka
yang terpilih menjadi pemain inti adalah mereka yang paling
banyak meluangkan waktunya untuk berlatih, waktu yang
diluangkan ialah bentuk pengorbanan, sementara dipilih
menjadi pemain inti adalah ganjaran. Adanya pengorbanan dan
ganjaran adalah ciri utama adanya hubungan timbal balik.
Sementara itu, sebab akibat dari kepercayaan ini juga
serupa, yaitu pengorbanan waktu itu adalah sebabnya,
sementara ganjaran mendapat kesempatan menjadi pemain inti
adalah akibatnya.
Begitu juga dengan perjanjian, perjanjian dapat dilihat
ketika pelatih menjanjikan bahwa pemain inti akan dipilih
berdasarkan jumlah latihan. Dengan adanya timbal balik, sebab
akibat, dan perjanjian itu maka telah sah bahwa kepercayaan
dalam bentuk prioritisasi ini adalah jenis kepercayaan kontrak.
Dari situ kita dapat melihat bagaimana prioritisasi ini
digunakan Didit untuk menanamkan nilai-nilai dakwah, yaitu
nilai dakwah kompetisi. Sebab dengan menggunakan sistem

3
Anthony Bryk, & Barbara Schneider, Trust in Schools: A Core Resource for
Improvement (New York: Russel Sage Foundation, 2002), hal. 32

99
BAB V – Pembahasan

prioritisasi sesuai jumlah frekuensi berlatih, para pemain akan


bersemangat untuk berkompetisi satu sama lain agar terpilih
menjadi pemain inti. Ini adalah sistem yang adil, sebab
pemilihan tidak dilakukan berdasarkan fisik maupun keahlian,
melainkan dipilih berdasarkan siapa yang kemauan berlatihnya
paling keras. Itu adalah sebenar-benarnya nilai dakwah
kompetisi, sebab adil dan inklusif.
Ketiga, faktor kepercayaan dapat dilihat dalam
kegiatan belajar bersama yang kerap terjadi selepas sesi
latihan. Sebagaimana kita tahu, sebagai pelajar, para pemain
Riverside tidak lepas dari tanggung jawab mereka untuk
belajar dan mengerjakan tugas. Itu membuat mereka acap kali
menggelar kegiatan belajar bersama selepas sesi latihan. Pada
kegiatan belajar bersama, ada faktor kepercayaan yang tumbuh
antar pemain Riverside, yaitu ketika mereka saling bergantian
mengajarkan mata pelajaran yang belum dimengerti di kelas.
Kepercayaan ini khususnya tumbuh di antara kaka kelas dan
adik kelas. Sebab tim Riverside terdiri dari keduanya.
Biasanya, adik kelas bertanya kepada kaka kelas mengenai hal
yang belum dimengerti, tetapi tidak jarang pula sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan ciri kepercayaan relasional yang
dikemukakan oleh Yang dan Lim, yaitu ketergantungan satu
sama lain untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masing-
masing.4 Ketergantungan itu muncul dalam bentuk saling

4
Sung-Un Yang & Joon Soo Lim, Journal of Public Relations Research Volume
21 Issue 3: The Effects of Blog-Mediated Public Relations on Relational Trust
(Abingdon: Taylor Francis, 2008), hal 345

100
BAB V – Pembahasan

membantu untuk menyelesaikan tugas sekolah. Sementara


pemenuhan kebutuhannya adalah menyelesaikan tugas sekolah
itu sendiri.
Dengan mendorong para pemain Riverside untuk
belajar bersama selepas latihan, secara tidak langsung pelatih
telah menggunakan faktor kepercayaan untuk menanamkan
salah satu nilai dakwah, yaitu nilai dakwah kedisiplinan.
Terutama kedisiplinan untuk tetap menjalankan tugas mereka
sebagai pelajar, yaitu belajar.

B. Bagaimana Faktor Dukungan Digunakan untuk


Menanamkan Nilai-Nilai Dakwah di Tim Riverside?
Selain faktor kepercayaan, Jalaludin Rakhmat juga
mengemukakan bahwa faktor dukungan juga menjadi salah
satu penentu keberhasilan komunikasi antar pribadi. Thomas
Ashby Wills dalam bukunya Social Support and In terpersonal
Relationship mengemukakan bahwa ada empat jenis
dukungan, yaitu dukungan emosional (emotional support),
dukungan materil (tangible support), dukungan informatif
(informational support), dan dukungan kehadiran
(companionship support).5 Bentuk dukungan apa saja kah yang
digunakan oleh pelatih Riverside untuk menanamkan nilai-
nilai dakwah di tim Riverside? Berikut pembahasannya;
Pertama, pelatih memberi motivasi pada setiap sesi
latihan maupun sesi pertandingan. Sebagaimana yang telah

5
Thomas Ashby Wills, Social Support and Interpersonal Relationsips (New
York: Sage Publication, 1991), hal. 268

101
BAB V – Pembahasan

dijelaskan sebelumnya, tim Riverside adalah tim yang cukup


kompetitif. Terbukti, setiap tahunnya ada target kompetisi
yang mesti diikuti. Juga target latihan yang mesti dicapai. Itu
menandakan tim Riverside telah mengamalkan nilai dakwah
kompetisi. Keberhasilan pengamalan nilai dakwah kompetisi
itu tak lain berkat dari pemberian motivasi. Didit, sebagai
pelatih, menilai, tanpa diberi motivasi yang cukup tak mungkin
para pemain mau bersusah payah mengikuti latihan maupun
pertandingan.
Pemberian motivasi itu sendiri termasuk dalam
dukungan emosional, yang mana ciri-cirinya adalah adanya
upaya untuk membuat lawan bicara merasa bahwa dirinya
berharga.6 Upaya itu ditunjukan ketika pelatih memotivasi dan
memberitahu bahwa setiap anggota tim punya kemampuan
yang cukup untuk memenangkan pertandingan. Dengan
memberikan dukungan emosional itu maka para pemain akan
merasa bahwa dirinya berharga dan percaya diri bahwa mereka
mampu mengalahkan lawannya.
Maka dari situ kita bisa melihat bagaimana pelatih
Riverside menggunakan faktor dukungan untuk menanamkan
nilai-nilai dakwah, yaitu nilai dakwah kompetisi.
Kedua, bentuk dukungan dapat dilihat dari adanya
pemberian teknik-teknik futsal terbaru. Sebagaimana yang
telah dipaparkan dalam Bab IV – Data dan Temuan Penelitian,

6
M.L. Slevin dkk, British Journal of Cancer: Emotional Support for Cancer
Patients: What Do Patients Really Want? (London: Nature Research, 1996), hal
1275

102
BAB V – Pembahasan

setiap minggunya, sebelum praktek latihan di lapangan, Didit


sebagai pelatih menunjukan teknik-teknik futsal dalam bentuk
video dan menjelaskannya secara detil, Didit juga membuka
sesi tanya jawab, setelah itu barulah mereka mempraktekannya
di lapangan.
Pemberian teknik-teknik baru setiap minggunya ini
dalam bentuk dukungan yang dikemukakan Thomas Wills
masuk ke dalam dukungan informatif. Yaitu dukungan yang
muncul dalam bentuk pemberian nasihat, tuntunan, anjuran,
atau informasi yang bernilai guna bagi seseorang. Informasi itu
sendiri diberikan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah
atau mengembangkan diri.7
Dalam hal ini, dukungan muncul dalam bentuk
tuntunan dan informasi bernilai guna, yaitu tuntunan mengenai
bagaiamana menggunakan teknik futsal untuk menghadapi
situasi di lapangan, sementara informasi itu bernilai guna sebab
teknik-teknik itu dapat digunakan ketika hendak bertanding
melawan tim lawan.
Dari sini kita bisa melihat bagaimana Didit sebagai
pelatih tim Riverside menggunakan faktor dukungan untuk
menanamkan dua nilai-nilai dakwah, yaitu nilai dakwah kerja
keras, dan nilai dakwah kompetisi. Nilai dakwah kerja
kerasnya ada dalam bentuk belajar teknik baru di sesi latihan,
sementara nilai dakwah kompetisinya adalah ketika teknik ini

7
Neal Krause, Social Support, Stress, and Well-Being (Oxford: Oxford
Academic), hal. 514

103
BAB V – Pembahasan

digunakan untuk bertanding dan mencoba mengalahkan tim


lawan.
Ketiga, diadakannya sesi bonding antar pemain dan
pelatih. Sebagaimana yang telah sedikit disinggung dalam Bab
III – Gambaran Umum Latar Belakang bagian A. Profil
Tim Riverside, ditemukan bahwa ada kebiasaan bonding di
luar sesi latihan. Bonding itu biasanya dilakukan dalam bentuk
wisata atau menginap bersama. Acara bonding ini sendiri tidak
perlu mewah, bisa hanya sebatas menginap di salah satu rumah
anggota tim, bermain playstation bersama, atau cucurak di
tempat wisata murah terdekat. Didit mengaku, sengaja
mengadakan sesi bonding agar antar pemain dan antar pemain
dengan pelatih dapat memiliki rasa persaudaraan dan
kekeluargaan. Ini juga dilakukan untuk mendinginkan
ketegangan-ketegangan selama sesi latihan maupun
pertandingan. Karena sebagai manusia Didit menyadari pasti
akan ada kesalahan, kekesalan, dan miskomunikasi di
lapangan, sehingga tali silaturahmi harus sesalu kembali
dieratkan dengan kegiatan-kegiatan santai yang sifatnya
bersenang-senang agar sesama tim maupun dengan pelatih bisa
terus menjalin keakraban.
Sesi bonding ini dalam faktor dukungan termasuk
dalam companionship support atau dukungan kehadiran. Yaitu
dukungan yang dilakukan dalam bentuk pemberian perasaan

104
BAB V – Pembahasan

diterima dalam suatu kelompok, juga dukungan dalam bentuk


penciptaan rasa kebersamaan.8
Sesi bonding ini sendiri adalah bentuk penciptaan rasa
kebersamaan, dan mengajak seluruh anggota tim untuk
mengikuti sesi bonding adalah bentuk pemberian perasaan
diterima dalam tim Riverside.
Dari situ kita bisa melihat bagaimana pelatih
menggunakan sesi bonding sebagai faktor dukungan untuk
menanamkan nilai-nilai dakwah, yaitu kebersihan, tepatnya
lagi kebersihan rohani. Sebagaimana yang sudah dijelaskan
dalam Bab II – Kajian Pustaka, nilai dakwah kebersihan dalam
Islam itu ada dua, yaitu kebersihan jasmani dan kebersihan
rohani, seperti yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam
Alquran surat Al-Baqarah ayat 222, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertobat dan ia mencintai orang-orang yang suci (bersih, baik
dari jasmani maupun rohani).”
Penjagaan kebersihan rohani itu muncul dalam bentuk
bonding yang salah satunya ditujukan untuk mendinginkan
suasana di lapangan, supaya bila ada rasa kesal yang disimpan
dapat mencair, lantas tali silaturahmi bisa terus dijaga.

8
Bert Uchino, Social Support and Physical Health: Understanding the Health
Consequences of Relationship (New Haven: Yale University Press), hal. 17

105
BAB V – Pembahasan

C. Bagaimana Faktor Keterbukaan Digunakan untuk


Menanamkan Nilai-Nilai Dakwah di Tim Riverside?
Terakhir, ada lagi satu faktor yang tak kalah
menentukan perihal berhasil tidaknya sebuah komunikasi antar
pribadi. Faktor terakhir yang dikemukakan oleh Jalaludin
Rakhmat itu adalah faktor keterbukaan. Sebagaimana yang
telah dijelaskan pada Bab II – Kajian Pustaka, hal penting yang
terdapat dalam faktor keterbukaan adalah bagaimana
keterbukaan bisa menjadi dasar dari hubungan yang akrab.9
Keakraban sendiri adalah kunci dari komunikasi antar pribadi
yang jernih.
Budyatna dalam bukunya Teori Komunikasi Antar
Pribadi mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang bisa
dibagi dalam tindakan keterbukaan, yaitu membuka diri soal
sikap, membuka diri soal opini, membuka diri soal hubungan
dengan orang-orang terdekat, membuka diri soal seks,
membuka diri soal kebiasaan, membuka diri soal keadaan fisik,
membuka diri soal tujuan hidup pribadi, membuka diri soal
pengalaman hidup, dan membuka diri soal perasaan.10 Lantas
dari kesemilan jenis itu, keterbukaan jenis apa saja yang terjadi
dalam komunikasi antar pribadi di antara pelatih dan anggota
tim Riverside maupun antara sesama anggota tim Riverside?
Berikut pembahasan dari penulis;

9
Karen J. Prager, Intimacy Status; Its Relationship to Locus of Control, Self-
Disclosure, and Anxiety in Adults dalam jurnal Personality and Social
Psychology Bulletin (New York: Sage Publications, 1986), hal 91-109
10
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antar Pribadi (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 67-74

106
BAB V – Pembahasan

Pertama, adanya sesi evaluasi mingguan dan bulanan.


Sesi evaluasi adalah momen di mana pelatih mengapresiasi
capaian-capaian para pemain, dan memberi masukan pada
kekurangan-kekurangan para pemain. Di sini pelatih
menjelaskan secara detil teknik-teknik apa saja yang mesti
ditingkatkan, juga memberitahu mereka mengenai sudah
sejauh mana keahlian masing-masing anggota tim. Pada sesi
evaluasi ini juga para pemain diminta untuk mengeluarkan
keluh kesah dan unek-uneknya agar seluruh anggota tim dapat
mengerti kesulitan masing-masing. Bisa saling memahami, dan
bahu membahu menghadapi masalah yang ada. Output yang
ingin diraih dari sesi evaluasi ini ada dua, yaitu peningkatan
keahlian bermain futsal dan peningkatan intensitas keakraban
satu sama lain.
Sementara itu, pengadaan sesi evaluasi ini jika
dikaitkan dengan 9 jenis bentuk keterbukaan yang
dikemukakan oleh Budyatna, termasuk dalam jenis membuka
diri soal opini dan membuka diri soal sikap. Membuka diri soal
opini artinya berusaha menyampaikan pendapat atau penilaian
kita terhadap suatu masalah. Sedangkan membuka diri soal
sikap artinya berusaha menyampaikan pandangan kita terhadap
perilaku seseorang.
Membuka diri soal opini terletak pada penilaian pelatih
terhadap seberapa jauh sebuah teknik futsal telah dikuasai
pemain. Masalah-masalah teknis apa saja yang dimiliki
pemain, dan bagaimana cara menghadapinya. Dengan kata
lain, membuka diri soal opini lebih bersifat objektif dan teknis,

107
BAB V – Pembahasan

bukan subjektif dan personal. Sebab dalam kasus ini yang


dinilai adalah kemampuan tekniknya.
Sementara itu, membuka diri soal sikap terletak pada
pengungkapan pandangan mengenai perasaan satu pemain
terhadap perilaku pemain lain. Pembukaan diri soal sikap
biasanya disampaikan dalam bentuk unek-unek atau
sanjungan. Tergantung yang disampaikan bernada negatif atau
positif. Sehingga pembukaan diri soal sikap lebih bersifat
subjektif dan personal.
Dalam kasus sesi evaluasi ini, ada dua nilai dakwah
yang ditanamkan melalui faktor keterbukaan. Yaitu nilai
dakwah kompetisi dan nilai dakwah kebersihan.
Sesi evaluasi, sebagai tindakan dari faktor keterbukaan,
secara langsung berpengaruh dalam menanamkan nilai dakwah
kompetisi. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, dalam
sesi evaluasi kekurangan para pemain dikoreksi dan
diintrospeksi, sehingga para pemain bisa menjadi lebih baik
lagi, dan lebih bisa bersaing dan lebih kompetitif lagi.
Sementara itu, sesi evaluasi, sebagai tindakan dari
faktor keterbukaan secara langsung juga berpengaruh dalam
menanamkan nilai dakwah kebersihan. Yaitu kebersihan
rohani atau kebersihan hati. Sebab melalui sesi evaluasi, para
pemain bisa menyampaikan keluh kesahnya kepada pelatih dan
pemain lain, sehingga bila ada permasalahan dan unek-unek
bisa langsung diintrospeksi, saling memaafkan, dan
menyelesaikan masalahan dengan semangat kekeluargaan.

108
BAB V – Pembahasan

Maka sesi evaluasi ini lah yang menjadi salah satu bukti
bagaimana Didit menggunakan faktor keterbukaan untuk
menanamkan nilai dakwah kompetisi dan nilai dakwah
kebersihan.
Kedua, sesi curhat personal. Sesi curhat, atau curahan
hati, adalah kesediaan pelatih untuk mendengarkan masalah
pribadi dari para pemain. Sesi curhat ini terjadi begitu saja
tanpa dijadwalkan. Siapa saja bisa curhat mengenai apa saja
kepada pelatih. Ini adalah momen intim, personal, dan kadang
rahasia antara pelatih dan pemain. Ini yang membedakan tim
Riverside dengan tim lainnya, sebab pelatih bersedia menjadi
teman di luar lapangan.
Didit, sebagai pelatih, mengatakan, “Mendengarkan
curhatan dan keluh kesah mereka sudah tugas saya sebagai
kakak mereka di dalam tim. Hal terkecil yang bisa saya lakukan
dan berikan kepada mereka adalah mempersilahkan mereka
bercerita apa saja, sebab saya ingin mendengarkan, dan syukur-
syukur mungkin saya juga bisa membantu.”
Bila dikaitkan dengan 9 jenis bentuk keterbukaan yang
dikemukakan oleh Budyatna, sesi curhat personal ini termasuk
ke dalam jenis membuka diri soal hubungan dengan orang-
orang terdekat, membuka diri soal tujuan hidup pribadi, dan
membuka diri soal perasaan.
Membuka diri soal hubungan dengan orang-orang
terdekat dapat ditemukan ketika seorang anggota tim Riverside
menceritakan dinamika hubungan personalnya dengan orang
lain. Didit mengaku, paling sering para pemain Riverside

109
BAB V – Pembahasan

curhat mengenai perempuan yang ditaksir, atau pacar. Didit


menyadari, di usia belia para anggota tim tentu memiliki hasrat
ketertarikan kepada lawan jenis. Didit juga sadar mereka butuh
panduan dan bimbingan agar bisa bersikap sewajarnya dan
tetap menjaga diri sendiri dan orang lain. Tetapi tidak jarang,
mereka juga menceritakan soal orangtua atau temannya.
Semuanya tetap Didit dengarkan.
Membuka diri soal tujuan hidup pribadi dapat
ditemukan ketika anggota tim ada yang menceritakan impian
dan cita-citanya kepada pelatih. Didit mengatakan, paling
sering mereka meminta saran atau curhat mengenai akan
hendak kemana berkuliah setelah lulus dari MAN 12 Jakarta.
Biasanya, Didit menyarankan mereka untuk menyesuaikan
pilihan dengan minat dan kemampuan mereka, juga tidak
menyianyiakan kesempatan snmptn dengan memilih
universitas yang sulit dijangkau. Selain itu Didit juga memberi
dorongan agar ia terus berusaha bekerja keras agar dapa
bersaing mendapatkan universitas yang diinginkan.
Membuka diri soal perasaan dapat ditemukan ketika
anggota tim ada yang menceritakan secara personal mengenai
keadaan emosionalnya. Biasanya yang diceritakan ialah ketika
seorang anggota tim merasa kesal kepada orang lain, atau
merasa kesal kepada hal-hal yang terjadi di kehidupannya. Bila
terjadi hal seperti ini Didit biasanya berusaha untuk tidak
menggurui, melainkan memosisikan dirinya sama dengan
anggoa tim yang curhat, yaitu turut berempati dan bersimpati
kepadanya.

110
BAB V – Pembahasan

Ketiga jenis keterbukaan di atas turut andil


menanamkan nilai-nilai dakwah. Membuka diri soal hubungan
dengan orang-orang terdekat dan membuka diri soal perasaan
menanamkan nilai dakwah kebersihan, yaitu kebersihan hati.
Sementara membuka diri soal tujuan hidup pribadi
menanamkan nilai dakwah kompetisi dan kerja keras.
Ketiga, sesi kritik dan saran untuk pelatih. Pada sesi
ini, Didit sebagai pelatih meminta kritik dan masukan dari
seluruh anggota tim Riverside. Ia meminta untuk diberitahu
apa saja yang masih kurang dan apa yang diinginkan anggota
tim Riverside dari dirinya.
Didit mengadakan sesi ini semata-mata agar kinerjanya
bisa meningkat dan dapat memberikan yang terbaik kepada
tim. Biasanya, masukan dari tim adalah mereka ingin Didit
lebih banyak mengadakan sparing melawan tim mana saja.
Didit menjelaskan kepada mereka, sparing itu penting, tetapi
latihan teknik juga tidak kalah penting. Sehingga dari situ Didit
berusaha untuk menyeimbangkan keduanya.
Bila dikaitkan dengan 9 jenis bentuk keterbukaan yang
dikemukakan oleh Budyatna, sesi kritik dan saran untuk pelatih
ini masuk ke dalam jenis membuka diri soal opini. Opininya
adalah dalam bentuk saran dan kritik dari para pemain tentang
apa yang mesti diperbanyak dalam kegiatan Riverside, yang
mana mayoritas para pemain biasanya ingin sekali lebih
banyak diadakan sparing dengan tim lawan.
Sesi kritik dan saran, sebagaitindakan dari faktor
keterbukaan juga berpengaruh dalam menanamkan nilai-nilai

111
BAB V – Pembahasan

dakwah. Yaitu nilai dakwah kejujuran dan nilai dakwah


kompetisi.
Nilai dakwah kejujurannya dapat ditemukan ketika
para pemain bisa jujur kepada pelatih menganai apa yang
mereka butuhkan dan inginkan. Sementara nilai dakwah
kompetisinya dapat ditemukan ketika masukan-masukan dari
para pemain itu digunakan pelatih untuk meningkatkan daya
saing tim agar lebih baik lagi.
Dari ketiga contoh di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor keterbukaan juga ditemukan dalam tim Riverside,
tepatnya paling sering digunakan pelatih untuk menanamkan
nilai dakwah kebersihan, nilai dakwah kompetisi, dan nilai
dakwah kejujuran.

112
BAB V – Pembahasan

D. Rangkuman
Untuk memudahkan pengambilan kesimpulan di bab
selanjutnya, ketiga pembahasan, dari A sampai C di atas dapat
dirangkum dalam sebuah tabel di bawah ini:

5.1. Tabel Rangkuman Pembahasan


Faktor
Nilai
keberhasilan
Jenis Dakwah
No. KAP versi Kasus di Riverside
Faktor yang
Jalaludin
Ditanamkan
Rahmat
Kepercayaan Melarang anggota tim diving, Kejujuran
relasional tidak mengakui handsball,
mencederai lawan dengan sengaja.
Kepercayaan Prioritisasi pemain inti untuk Kerja keras,
1 Kepercayaan
kontrak mereka yang paling banyak kompetisi
mengikuti latihan.
Kepercayaan Belajar bersama. Kedisiplinan
relasional
Dukungan Pemberian motivasi. Kompetisi
emosional
Dukungan Pemberian materi dan teknik futsal Kerja keras,
2 Dukungan
informatif setiap latihan. kompetisi
Dukungan Sesi bonding. Kebersihan
kehadiran (rohani)
3 Keterbukaan Keterbukaan Sesi evaluasi pemain Kompetisi,
opini, kebersihan
(rohani)

113
BAB V – Pembahasan

keterbukaan
sikap
Keterbukaan Sesi curhat personal Kompetisi,
hubungan kerja keras
dengan
orang lain,
keterbukaan
tujuan hidup
pribadi,
keterbukaan
perasaan
Keterbukaan Sesi kritik dan saran untuk pelatih Kejujuran,
opini kompetisi

114
BAB VI – Penutup

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertama, terbukti bahwa pelatih tim Riverside,
yaitu Didit, menerapkan dan menggunakan faktor-faktor
keberhasilan komunikasi antar pribadi milik Jalaludin
Rakhmat, yaitu kepercayaan, dukungan, dan keterbukaan
untuk menanamkan nilai-nilai dakwah kepada tim futsal
yang ia bina. Nilai-nilai dakwah yang ia tanamkan antara
lain nilai dakwah kedisiplinan, nilai dakwah kejujuran,
nilai dakwah kerja keras, nilai dakwah kebersihan, dan nilai
dakwah kompetisi.
Kedua, terbukti pula bahwa nilai-nilai dakwah telah
tertanam di dalam diri para anggota tim Riverside, ini bisa
dilihat dari adanya kelima nilai dakwah itu dalam
keseluruhan kegiatan tim, baik di lapangan dalam sesi
latihan, maupun pertandingan, juga diluar lapangan dalam
aktivitas sosial dan kehidupan sehari-hari mereka.
Ketiga, terbukti juga bahwa faktor-faktor
keberhasilan KAP itulah yang membuat nilai-nilai dakwah
bisa tertanam dalam diri anggota tim Riverside.

115
BAB VI – Penutup

B. Saran
Nilai-nilai dakwah yang diterapkan dalam diri
anggota tim Riverside telah terbukti dapat membawa
mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Berprestasi dan
menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran, kerja keras,
kompetisi, dan kebersihan. Maka daripada itu, marilah kita
juga turut menanamkan nilai-nilai dakwah itu dalam diri
kita. Supaya kita bisa turut menjadi pribadi yang lebih baik,
menjadi pribadi yang memiliki ciri mukmin sejati dalam
diri.
Selain itu, dalam kehidupan sosial, utamanya ketika
berkomunikasi dengan orang lain, marilah kita gunakan
faktor-faktor keberhasilan KAP, yaitu kepercayaan,
dukungan, dan keterbukan, suppaya kita senantiasa dapat
berhasil menjalin silaturahmi yang erat dengan orang lain.
Melalui kepercayaan kita bisa dapat mengenal lebih
dekat dengan orang lain. Melalui dukungan kita bisa
membantu satu sama lain. Serta melalui keterbukaan kita
bisa membawa diri kita lebih baik di depan orang lain.
Dengan begitu kita bisa meiliki kehidupan antar pribadi
yang menyenangkan dan menenangkan. Dapat dekat dan
diterima oleh siapapun.

116
Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

I. Karya Akademis

Ahmadi, Abu. (1994). MKDU Dasar-Dasar PAI untuk


Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara.

Amin, Syamul. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

Anshary, Isa. (1984). Mujahid Dakwah. Bandung:


Diponegoro.

Arbi, Armawati. (2012). Psikologi Komunikasi dan


Tabligh. Jakarta: Amzah.

Basit, Abdul. (2006). Wacana Dakwah Kontemporer.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budyatna, Muhammad. (2011). Teori Komunikasi


Antar Pribadi. Jakarta: Kencana.

Cohen, S. & Syme, S. (1985). Social Support. London:


Academia.

Effendy, Onong. (2005). Ilmu Komunikasi: Teori dan


Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong. (2007). Ilmu, Teori, dan Filsafat


Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Fauzi, Mahfudz. (2017). Tafsir Surat Al-Ashr. Salatiga:


IAIN Salatiga.

Hamalik, Oemar. (2010). Psikologi Belajar Mengajar.


Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

117
Daftar Pustaka

Ilahi, Wahyu. (2010). Komunikasi Dakwah. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Ilahi, Wahyu. (2007). Pengantar Sejarah Dakwah.


Jakarta: Kencana.

Kemendikbud. (2018). Kamus Bebas Bahasa


Indonesia. Retrieved from
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/

Kesuma, Dharma. (2011). Pendidikan Karakter.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Koesoema, Doni. (2010). Pendidikan Karakter:


Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grasindo.

Lasswell, Harold. (1984). The Structure and Function


of Comunication in Society. New York: Harper
and Row.

Munir, Samsul. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Kesehatan


dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Prager, Karen. (1986). Intimacy Status; Its Relationship


to Locus of Control, Self-Disclosure, and Anxiety
in Adults - Personality and Social Psychology
Bulletin. New York: Sage.

Rakhmat, Jalaludin. (2005). Psikologi Komunikasi.


Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rubinan & Masturi, Ade. (2010). Pengantar Ilmu
Dakwah. Jakarta: LIPI UIN Jakarta.

118
Daftar Pustaka

Sahputra, Thoyib. (1994). Aqidah Akhlak. Semarang:


Toha Putra.

Saputra, Wahidin. (2001). Pengantar Ilmu Dakwah.


Jakarta: Grafindo.

Schwitzgebel, Eric. (2006). Belief – Stanford


Encyclopedia of Philosophy. California: Stanford
Edu. Jurnal ini dapat diakses di:
https://plato.stanford.edu/entries/belief/

Silalahi, Ulber. (2006). Metode Penelitian Sosial.


Bandung: Unpar Press.

II. Artikel Daring

Brillianto, Bergas. “Mo Salah dan para Pemain Muslim


di Panggung Premier League”. Kumparan, 27
April 2018. Artikel ini dapat diakses di:
https://kumparan.com/kumparanbola/mo-
salah-dan-para-pemain-muslim-di-panggung-
premier-league/full

Gultom, Hasional. “Klopp Ungkap Kebiasaan


Mohamed Salah Berwudhu Sebelum Berlaga”.
Tribun News, 28 April 2018. Artikel ini dapat
diakses di:
https://www.tribunnews.com/superskor/2018/0
4/28/klopp-ungkap-kebiasaan-mohamed-salah-
berwudhu-sebelum-berlaga

Irfani, Faisal. “Saat Inggris Harus Berjuang Mengatasi


Islamofobia”. Tirto, 20 Februari 2019. Artikel ini
dapat diakses di: https://tirto.id/saat-inggris-
harus-berjuang-mengatasi-islamofobia-dhos

119
Daftar Pustaka

Irwansyah, Ade. “Islam Indonesia di Mencari Hilal dan


Surga yang Tak Dirindukan”. Liputan 6, 22 Juli
2015. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.liputan6.com/showbiz/read/22769
67/islam-indonesia-di-mencari-hilal-dan-surga-
yang-tak-dirindukan

Ismantoko, Dani. “Puritanisme Islam: Memurnikan


Ajaran atau Arabisasi?” Geotimes, 19 Juli 2019.
Artikel ini dapat diakses di:
https://geotimes.co.id/opini/puritanisme-islam-
memurnikan-ajaran-atauarabisasi/

Karunia, Vanya. “Apa Perbedaan Futsal dan


Sepakbola?”. Kompas, 6 Oktober 2020. Artikel
ini dapat diakses di:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/
06/170000669/

Redaksi, “Hormati Salah dan Mane, Liverpool Pesta


Juara Tanpa Alkohol”. CNN Indonesia, 19
Desember 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20201
219183710-147-584247/hormati-salah-dan-
mane-liverpool-pesta-juara-tanpa-alkohol

Redaksi, “History of Futsal”. US Futsal, 1 Januari 2000.


Artikel ini dapat diakses di:
http://futsal.com/history-of-futsal-/

Smith, Ben. “World Cup 2014: Futsal – the game


behind Brazil’s superstars”. BBC Sport, 2 Juli
2014. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.bbc.com/sport/football/27980859

120
Daftar Pustaka

Sumirat, Surya. “Mohamed Salah Dapat Hadiah


Sebidang Tanah di Mekkah”. CNN Indonesia, 26
April 2018. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20180
426005304-142-293631/mohamed-salah-dapat-
hadiah-sebidang-tanah-di-mekkah

Tambunan, Septian. “Fenomena Mohamed Salah,


Rajin Mengaji dan Tak Pernah Tinggalkan Shaat,
Kini Bikin Rekor Baru di Liga Inggris”. Grid Pop,
27 April 2019. Artikel ini dapat diakses di:
https://pop.grid.id/read/301708810/fenomena-
mohamed-salah-rajin-mengaji-dan-tak-pernah-
tinggalkan-shalat-kini-bikin-rekor-baru-di-liga-
inggris

Tim Hikmah, “Liverpool punya Mo Salah yang Rajin


Sedekah dan Taat Ibadah”. Detik, 7 Oktober
2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://sport.detik.com/sepakbola/gila-bola/d-
5203312/liverpool-punya-mo-salah-yang-rajin-
sedekah-dan-taat-ibadah

Untari, Nugrahenny.“3 Aksi Mo Salah yang Bikin Hati


Bergetar”. Indosport, 27 Mei 2020. Artikel ini
dapat diakses di:
https://www.indosport.com/sepakbola/2020052
7/3-aksi-mo-salah-yang-bikin-hati-bergetar-
termasuk-tolong-pencuri

Virantika, Djanti. “Sisi Religius Mohamed Salah, Rajin


ke Masjid hingga Gemar Bersedekah”. Okezone,
17 Mei 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://bola.okezone.com/read/2020/05/17/45/
2215318/sisi-religius-mohamed-salah-rajin-ke-
masjid-hingga-gemar-bersedekah

121
LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA DENGAN PELATIH FUTSAL,


ADITYA PRATAMA RAMADHAN
HARI/TANGGAL : SENIN, 30 AGUSTUS 2021
TEMPAT : LAPANGAN FUTSAL KAO, CIPONDOH,
TANGERANG.
WAKTU : 19:00
1. Bagaimana latar belakang anda sebagai pelatih futsal?
Sejak usia 4 tahun saya menyukai futsal/sepak bola
karena itu adalah permainan paling sederhana yang saya
lakukan ketika masih anak-anak. Sebenarnya basic saya
adalah sepakbola, bukan futsal. Bahkan dari kecil sampai
lulus kuliah pun saya lebih aktif bermain sepakbola.
Namun karena olahraga tersebut jarang ada di sekolah,
akhirnya saya mulai beradaptasi ke futsal. Lalu pada tahun
2012, saya diminta untuk melatih futsal MAN 12. Karena
setelah saya lulus, kebetulan selama 2 tahun futsal MAN
12 sudah tidak ada yang melatih. Akhirnya, saya terima
tawaran tersebut, dan yaudah saya kuliah sambil melatih
futsal MAN 12 sampai sekarang.
2. Apa yang memutuskan anda untuk membuat akademi
futsal?
Saya jatuh cinta dengan olahraga ini sejak melihat
pertandingan antara Spanyol vs Brazil World Cup Futsal
Final 2012. Kemudian perkembangan futsal Indonesia
dalam 15 tahun ini juga sangat pesat, walau masih sebatas

122
kuantitas tapi jelas mengarah ke hal yang baik. Event futsal
dari level SD, SMP, SMA, Mahasiswa, Akademi hingga
Liga Profesional sudah ada, walau saya lihat masih sebatas
ada dan belum mampu menciptakan banyak hal. Tujuan
saya membuat akademi ini adalah sebagai jembatan untuk
membantu temen-temen alumni atau yang masih
bersekolah di MAN 12 yang ingin serius menjadi atlet
futsal profesional.
3. Dalam melatih, apakah penting menanamkan nilai-nilai
dakwah untuk para anggota Riverside?
Bagi saya itu sangat penting, sama seperti
pendidikan formal, pendidikan dan pengetahuan agama itu
sangat penting dah harus beriringan dengan kehidupan kita.
Dalam membentuk perilaku, harus didasari dengan nilai-
nilai agama, baik didalam maupun diluar lapangan.
4. Jika nilai-nilai dakwah itu penting, apa saja nilai-nilai
dakwah yang telah diberikan pada para pemain di Akademi
Futsal Riverside?
Untuk mengawali latihan kami biasakan untuk
berdoa, lalu saat berlatih kami tanamkan untuk melakukan
hal-hal yang baik pula, kejujuran dan nilai untuk selalu
bekerja keras. Setelah mengawali latihan atau bertanding
dengan berdoa, maka kita biasakan untuk selalu mengucap
syukur dari hasil yang diraih, apapun hasil yang
didapatkan.
5. Bagaimana metode anda untuk menanamkan nilai-nilai
dakwah?

123
Ya saya mencotohkan hal-hal baik tersebut. Di sini
juga kan ada pengajian setiap malam sabtu bareng alumni-
alumni. Saya sampaikan dalam ceramah tersebut, nilai-
nilai dakwah, lalu saya kaitkan dengan futsal.
6. Adakah pengaruh dari dakwah yang anda berikan kepada
para pemain?
Tentu ada, tujuan saya yang sebenarnya ya, agar
hal-hal baik yang kami tanam dan contohkan bisa
diaplikasikan lagi di kehidupan mereka, agar mereka
terbiasa melakukan hal-hal tersebut. Terutama dari segi
perilaku mereka.

HASIL WAWANCARA DENGAN ANGGOTA FUTSAL


RIVERSIDE, HILMAWAN
HARI/TANGGAL : SENIN, 30 AGUSTUS 2021
TEMPAT : LAPANGAN FUTSAL KAO, CIPONDOH,
TANGERANG.
WAKTU : 19:00
1. Sejak kapan aktif di Akademi Futsal Riverside?
Sejak umur 17 tahun sekitar tahun 2018, waktu itu gabung
futsal biar main futsalnya ga sembarangan, ga nyeker,
karena kalau main futsal sambil nyeker suka kapalan. Terus
kita juga jadi lebih paham tentang cara bermain futsal yang
bener karena ada pelatihnya, terus juga kita bisa ikut
berkompetisi gitu.
2. Kenapa memilih Akademi Futsal Riverside?

124
Memilih Akademi Futsal Riverside karena relasinya
banyak yang kesini, kaya alumni-alumni juga pada gabung
kesini. Ya sekalian silaturahmi biar nyambung terus.
3. Selain mengajarkan futsal, apakah pelatih di sini juga
mengajarkan hal?
Tentu, karena Bang Didit juga mengajarkan kami untuk
berperilaku, khususnya dalam berlatih dan bermain sepak
bola.
4. Bagaimana menurut anda tentang nilai-nilai dakwah islam
dalam futsal?
Saya mulai tahu bahwa ada nilai-nilai dakwah dalam futsal
semenjak masuk ke akademi futsal ini, Bang Didit
mengajarkan banyak hal tentang nilai-nilai dakwah dalam
futsal di Akademi Futsal ini.
5. Nilai-nilai dakwah apa saja yang kamu dapatkan?
Banyak, terutama tentang harus selalu berdoa dan
bersyukur. Bang Didit juga sering mengajak agar kami
untuk sholat berjamaah di masjid yang ada di dekat
lapangan latihan.
6. Apakah pelatih mengajarkan atau mencotohkan nilai-nilai
dakwah itu dengan baik?
Tentu, saya bisa bermain futsal karena diajarkan dan
dicontohkan oleh Bang Didit, sama juga dengan hal-hal
baik yang dia ajarkan. Lalu kita praktekkan untuk hal
didalam maupun diluar lapangan.

125
LAMPIRAN FOTO

126
SK RIVERSIDE FF DI LIGA AAFI TANGERANG

127
Anggota tim Riverside yang sedang mendapat sanksi

Anggota Tim Riverside sholat berjamaah

128
Anggota Tim Riverside mengerjakan PR di lapangan

Anggota Tim Riverside menunjukkan rasa sportif/ fairplay

129
Anggota Tim Riverside berlatih

Anggota Tim Riverside bertanding di Liga AAFI Tangerang 2022

130

Anda mungkin juga menyukai