Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Anjar Prihantoro
NIM. 11170510000142
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh
Anjar Prihantoro
NIM. 11170510000142
Pembimbing,
Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dosen 1 Dosen 2
NIP. NIP.
Pembimbing,
v
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, Puji Syukur
peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang tanpa henti
memberikan kenikmatan, keberkahan, kekuatan, kesabaran dan
ilmu pengetahuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas
penelitian skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa
Allah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suri
tauladan di kehidupan ini, yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang tercerahkan dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini.
Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini peneliti
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc.,
M.A. Sebagai rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M. Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi, Dr. Siti Napsiah, S. Ag,
sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin
Noor, M.Ag Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, serta Cecep Castrawijaya, M. A selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Dr. Edi
Amin,M.A sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
ix
4. Umi Kalsum Minangsih, M.A. sebagai dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan
senantiasa membimbing saya untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Banyak sekali pelajaran serta
pengalaman yang saya dapat.
5. Bu Umi Musyarrofah, M.A. sebagai penasihat akademik
yang selalu memberikan pemikiran serta saran terbaik
untuk perkuliahan dan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan
serta pengalamannya kepada peneliti. Peneliti berharap
semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi
peneliti dan masyarakat luas, seperti halnya yang
dilakukan oleh guru-guru sekalian.
7. Segenap staff perpustakaan dan staff akademik yang
telah memberikan pelayanan kepada peneliti sehingga
peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan.
8. Keluarga yang sangat saya cintai, kedua orang tua
tercinta, Ibu Pipit Karyati dan Bapak Sugiyanto, yang
selalu memberikan dan mendukung segala yang terbaik
untuk anak-anaknya, serta adik saya tercinta Zahra
Amalia yang lebih banyak ngeselinnya dibanding
ngedukungnya.
9. Akademi Futsal Riverside yang telah menerima peneliti,
serta tempat berlatih yang selalu memberikan ilmu-ilmu
yang hebat. Khususnya kepada Bang Didit selaku
pelatih dari akademi futsal ini.
10. Keluarga Besar Aestec Wedding, yang telah memberi
saya kesempatan untuk bekerja bersama kalian. Tanpa
Aestec mungkin saya tidak bisa melanjutkan
perkuliahan ini, karena ekonomi dan pandemi.
11. Paguyuban Jamkos, yang telah menjadi tempat saya
berkeluh kesah dan selalu mengingatkan saya untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
12. Majelis Ilmu Subulussalam, yang selalu memberikan
pencerahan ketika keadaan saya sedang terpuruk, dan
iman sedang naik turun.
13. Last but not least, I wanna thank me, for believing in me,
for doing all this hard work, for having no days off, for
never quitting, for just being me at all times.
Anjar Prihantoro
DAFTAR ISI
xii
C. Kerangka Berpikir ........................................................... 65
BAB III ....................................................................................... 66
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ......................... 66
A. Profil Tim Futsal Riverside ............................................. 66
B. Profil MAN 12 Jakarta .................................................... 70
C. Profil Pelatih Tim Futsal ................................................. 76
BAB IV ....................................................................................... 80
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...................................... 80
A. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kedisiplinan ..................... 80
B. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kejujuran .......................... 85
C. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kerja Keras ....................... 87
D. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kebersihan ........................ 90
E. Temuan Nilai-Nilai Dakwah Kompetisi ......................... 93
BAB V......................................................................................... 95
PEMBAHASAN ......................................................................... 95
BAB VI ..................................................................................... 115
PENUTUP ................................................................................. 115
A. Kesimpulan ................................................................... 115
B. Saran .............................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 117
LAMPIRAN .............................................................................. 122
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdakwah tidak melulu mesti di atas mimbar.
Tidak selalu harus melalui ceramah, atau kata-kata
menggurui. Dakwah bisa hadir di mana saja. Dakwah bisa
diselipkan dalam bentuk apa saja. Sunan Kalijaga,
misalnya, menyebarkan nilai-nilai ke-Islaman lewat
tembang-tembang dan pertunjukan wayang kulit.1
Sementara sutradara Ismail Basbeth, di era kemajuan
teknologi ini menyajikan masalah-masalah ke-Islaman
lewat salah satu filmnya yang berjudul Mencari Hilal.2
Di media sosial, dinamika dakwah tak kalah riuh
terjadi. Akun-akun berorientasi dakwah tumbuh subur,
salah satunya akun dakwah NU Online binaan Nahdlatul
Ulama. NU Online secara rutin memanfaatkan berbagai
platform medsos untuk menyebarkan narasi-narasi ke-
Islaman yang sejuk. Dari mulai menggunakan bentuk
visual lewat akun Instagram @nuonline_id, lewat audio
1
Dani Ismantoko, “Puritanisme Islam: Memurnikan Ajaran atau Arabisasi?”
Geotimes, 19 Juli 2019. Artikel ini dapat diakses di:
https://geotimes.co.id/opini/puritanisme-islam-memurnikan-ajaran-
atauarabisasi/
2
Ade Irwansyah, “Islam Indonesia di Mencari Hilal dan Surga yang Tak
Dirindukan”. Liputan 6, 22 Juli 2015. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.liputan6.com/showbiz/read/2276967/islam-indonesia-di-mencari-
hilal-dan-surga-yang-tak-dirindukan
BAB I - Pendahuluan
3
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 11
2
BAB I - Pendahuluan
4
Bergas Brillianto, “Mo Salah dan para Pemain Muslim di Panggung Premier
League”. Kumparan, 27 April 2018. Artikel ini dapat diakses di:
https://kumparan.com/kumparanbola/mo-salah-dan-para-pemain-muslim-di-
panggung-premier-league/full
3
BAB I - Pendahuluan
5
Septian Tambunan, “Fenomena Mohamed Salah, Rajin Mengaji dan Tak
Pernah Tinggalkan Shaat, Kini Bikin Rekor Baru di Liga Inggris”. Grid Pop, 27
April 2019. Artikel ini dapat diakses di:
https://pop.grid.id/read/301708810/fenomena-mohamed-salah-rajin-mengaji-
dan-tak-pernah-tinggalkan-shalat-kini-bikin-rekor-baru-di-liga-inggris
6
Djanti Virantika, “Sisi Religius Mohamed Salah, Rajin ke Masjid hingga
Gemar Bersedekah”. Okezone, 17 Mei 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://bola.okezone.com/read/2020/05/17/45/2215318/sisi-religius-mohamed-
salah-rajin-ke-masjid-hingga-gemar-bersedekah
7
Hasional Gultom, “Klopp Ungkap Kebiasaan Mohamed Salah Berwudhu
Sebelum Berlaga”. Tribun News, 28 April 2018. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.tribunnews.com/superskor/2018/04/28/klopp-ungkap-kebiasaan-
mohamed-salah-berwudhu-sebelum-berlaga
8
Nugrahenny Untari, “3 Aksi Mo Salah yang Bikin Hati Bergetar”. Indosport,
27 Mei 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.indosport.com/sepakbola/20200527/3-aksi-mo-salah-yang-bikin-
hati-bergetar-termasuk-tolong-pencuri
9
Tim Hikmah, “Liverpool punya Mo Salah yang Rajin Sedekah dan Taat
Ibadah”. Detik, 7 Oktober 2020. Artikel ini dapat diakses di:
4
BAB I - Pendahuluan
https://sport.detik.com/sepakbola/gila-bola/d-5203312/liverpool-punya-mo-
salah-yang-rajin-sedekah-dan-taat-ibadah
10
Nugrahenny Untari, “3 Aksi Mo Salah yang Bikin Hati Bergetar”. Indosport,
27 Mei 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.indosport.com/sepakbola/20200527/3-aksi-mo-salah-yang-bikin-
hati-bergetar-termasuk-tolong-pencuri
11
Faisal Irfani, “Saat Inggris Harus Berjuang Mengatasi Islamofobia”. Tirto, 20
Februari 2019. Artikel ini dapat diakses di:
https://tirto.id/saat-inggris-harus-berjuang-mengatasi-islamofobia-dhos
5
BAB I - Pendahuluan
12
Redaksi, “Hormati Salah dan Mane, Liverpool Pesta Juara Tanpa Alkohol”.
CNN Indonesia, 19 Desember 2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20201219183710-147-
584247/hormati-salah-dan-mane-liverpool-pesta-juara-tanpa-alkohol
13
Surya Sumirat, “Mohamed Salah Dapat Hadiah Sebidang Tanah di Mekkah”.
CNN Indonesia, 26 April 2018. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20180426005304-142-
293631/mohamed-salah-dapat-hadiah-sebidang-tanah-di-mekkah
6
BAB I - Pendahuluan
7
BAB I - Pendahuluan
14
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 125
8
BAB I - Pendahuluan
15
Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2006), hal. 144
9
BAB I - Pendahuluan
B. Identifikasi Masalah
Telah digunakannya berbagai media untuk
berdakwah secara lisan maupun tulisan mengusik hati
penulis untuk mencari tahu; mungkinkah masih ada sarana
lain yang belum digunakan secara luas? Mungkinkah
dakwah non-lisan dan non-tulisan mendapatkan perhatian
serupa dari para pendakwah? Kasus Mo Salah dan
membaiknya citra Islam di Eropa karena permain
sepakbola yang beliau lakukan menjawab itu. Namun
pertanyaannya, bagaimana cara untuk menduplikasikan
kesuksesan Mo Salah di lingkungan terdekat kita?
Dari pertanyaan itu timbul lah masalah yang ingin
penulis jawab dengan kasus yang dekat dengan kehidupan
penulis; yaitu sebagai alumni MAN 12 Jakarta, sebagai
mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah,
juga sebagai mantan anggota tim futsal Riverside.
Dengan latar belakang penulis itu, masalah yang
ingin penulis identifikasi adalah: bagaimana kelima nilai
dakwah ditanamkan oleh pelatih tim futsal Riverside?
Bagaimana anggota tim merespon nilai-nilai dakwah itu?
Apakah terdapat kelima nilai dakwah itu dalam sesi latihan,
hari pertandingan, juga momen juara tim futsal Riverside?
Ketiga masalah ini yang akan penulis jabarkan dalam
penelitian ini.
10
BAB I - Pendahuluan
C. Batasan Masalah
Penelitian ini secara khusus hanya akan berfokus
mengobservasi nilai-nilai dakwah yang diterapkan oleh
pelatih tim fustal Riverside kepada anggota timnya.
Terutama, mengenai lima nilai dakwah sebagaimana yang
telah dirumuskan oleh Abdul Basit dalam bukunya yang
berjudul Wacana Dakwah Kontemporer.
Tetapi secara umum, penelitian ini juga akan
mencoba mengurai sepak terjang tim futsal Riverside
dengan segala prestasinya, latar belakang ke-Islaman dari
tim futsal Riverside, juga latar belakang ke-Islaman dari
pelatihnya. Sebab bagaimana pun, interaksi yang terjadi
antara tim futsal dan pelatih tidak bisa lepas dari latar
belakang mereka sebagai seorang Muslim.
Sebagai tambahan, penelitian ini juga akan
membahas hal lain yang tidak kalah penting, yaitu
bagaimana dakwah bi al-hal ditunjukan dalam tiap sesi
latihan, pertandingan, maupun panggung juara, oleh pelatih
maupun tim futsal Riverside.
Tambahan lainnya, penelitian ini juga akan sedikit
berbicara mengenai komunikasi antar pribadi yang terjadi
antara pelatih dan individu-individu dalam tim futsal
Riverside, semata-mata untuk mengungkap apakah ada
kepercayaan, dukugan, dan keterbukaan di antara pelatih
dan tim yang memacu tim itu menjadi berprestasi.
11
BAB I - Pendahuluan
D. Rumusan Masalah
Mengingat dalam judul penelitian ini terdapat dua
elemen utama yang penulis sorot, yaitu elemen nilai
dakwah dan elemen komunikasi antar pribadi (antara
pelatih dan individu dalam tim futsal), maka penulis juga
merumuskan dua pertanyaan besar yang wajib terjawab
dalam penelitian ini.
Dua rumusan masalah itu antara lain:
1. Bagaimana penerapan nilai dakwah kedisiplinan,
kebersihan, kerja keras, kejujuran, dan kompetisi dalam
proses pelatihan dan pertandingan di tim futsal
Riverside?
2. Bagaimana penerapan tiga faktor keberhasilan
komunikasi antar pribadi (kepercayaan, dukungan, dan
keterbukaan) dalam memupuk harmonisasi antara
pelatih dengan individu-individu dalam tim futsal?
12
BAB I - Pendahuluan
2. Manfaat Penelitian
Selain tujuan, pelaksanaan penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan manfaat akademis
maupun praktis. Manfaat-manfaat itu antara lain:
a. Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian ini secara akademis
dapat dimanfaatkan sebagai tambahan literasi
yang memperdalam studi nilai-nilai dakwah,
13
BAB I - Pendahuluan
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini secara praktis
dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi
mengenai beberapa hal.
Pertama, sebagai kajian mendalam
mengenai tim futsal MAN 12 Jakarta (Riverside),
terlebih mengenai latar belakang ke-Islaman dan
nilai-nilai dakwah yang tercermin dalam timnya.
Kedua, sebagai panduan dan tambahan
informasi mengenai penelitian mendatang yang
juga ingin membahas soal nilai-nilai dakwah
maupun komunikasi antar pribadi. Sehingga
kajian dengan tema ini bisa terus berkembang.
Ketiga, sebagai pengingat bahwa dakwah
tidak melulu mesti dilakukan melalui lisan
maupun tulisan, tetapi juga bisa ditunjukan
melalui teladan. Dengan begitu, mad’u tidak akan
14
BAB I - Pendahuluan
15
BAB I - Pendahuluan
Tabel 1.1.
Tinjauan Kajian Terdahulu
16
BAB I - Pendahuluan
Perbedaan:
17
BAB I - Pendahuluan
18
BAB I - Pendahuluan
19
BAB I - Pendahuluan
20
BAB I - Pendahuluan
21
BAB I - Pendahuluan
22
BAB I - Pendahuluan
G. Metode Penelitian
23
BAB I - Pendahuluan
24
BAB I - Pendahuluan
a. Observasi
Penelitian ini akan mengobservasi sesi
latihan dan pertandingan dari tim futsal Riverside,
baik yang belum terjadi maupun yang sudah
terjadi, baik secara langsung, maupun video-video
yang ada. Observasi juga dilakukan secara
personal kepada beberapa anggota tim dan salah
satu pelatih terutama Bang Didit, observasi yang
dilakukan personal itu ialah mengenai bagaimana
25
BAB I - Pendahuluan
b. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
dengan membagi narasumber menjadi 3 kategori,
yaitu narasumber dari bidang futsal untuk
menggali olahraga ini secara umum, narasumber
di bidang dakwah untuk menggali bagaimana teori
nilai-nilai dakwah dan realitasnya, serta
narasumber di bidang komunikasi untuk menggali
komunikasi antar pribadi yang terjadi antara tim
futsal dan pelatih Riverside.
Narasumber dari setiap bidang minimal
berjumlah 3 orang terdiri dari narasumber kunci,
narasumber utama, dan narasumber tambahan.
Hal ini dilakukan demi memenuhi syarat
triangulasi agar hasil penelitian lebih akurat dan
tidak hanya berasal dari satu sumber saja.
Wawancara sendiri kebanyakan akan
dilakukan secara daring, terutama lewat aplikasi
percakapan WhatsApp maupun aplikasi obrolan
video Zoom, sebab penelitian ini dilaksanakan di
masa pandemi.
26
BAB I - Pendahuluan
c. Analisis Dokumen
Dokumen yang akan dicari dan dianalisis antara
lain:
a) Dokumen mengenai futsal ataupun
sepakbola, terutama mengnai inspirasi-
inspirasi kebaikan dari olahraga ini.
b) Kajian-kajian mengenai nilai-nilai dakwah
juga mengenai dakwah keseluruhan.
c) Kajian-kajian mengenai komunikasi antar
pribadi juga mengenai komunikasi
umumnya.
d) Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan ketiga
hal di atas (a, b, dan c).
e) Artikel-artikel yang berkaitan dengan
ketiga hal di atas.
f) Video-video yang berkaitan dengan ketiga
hal di atas.
4. Pengolahan Data
Setelah melewati proses reduksi, data akan
diolah ke dalam tabel dan bagan. Hal ini dilakukan
untuk mengkategorisasi jenis serta bentuk data.
Dengan demikian, data akan lebih mudah dikerjakan
ketika dalam proses analisis. Pengelompokan data
yang dilakukan bisa dikategorisasi berdasarkan
tanggal, karakteristik informan, atau lokasi penelitian.
27
BAB I - Pendahuluan
16
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 2009, hal. 339
28
BAB I - Pendahuluan
H. Sistematika Penulisan
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor nomor 507
tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,
bagian tengah skripsi ini disusun ke dalam enam bab yang
terdiri dari:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjadi dasar dan pedoman yang melandasi
disusunnya skripsi ini. Bab ini terdiri dari latar belakang,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB V: PEMBAHASAN
Bab ini akan mengkaji dan mengurai segala
keterkaitan dari bab-bab sebelumnya. Terutama menjawab
29
BAB I - Pendahuluan
30
BAB II – Kajian Pustaka
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Penulis membagi landasan teori dari penelitian ini
menjadi tiga bagian, yaitu konsep, teori, dan pendekatan.
Masing-masing memiliki fungsinya sendiri untuk
menjelaskan aspek-aspek yang berbeda dari penelitian ini.
Bagian konsep akan digunakan untuk mendefinisikan
istilah-istilah utama yang bakal dibahas dalam penelitian
ini. Bagian teori bakal dipakai untuk menjelaskan temuan-
temuan penelitian dalam kaca mata saintifik. Sementara
bagian pendekatan akan digunakan sebagai kerangka
pemikiran untuk menganalisis temuan supaya dapat
membuahkan hasil penelitian yang sesuai dengan metode
yang telah teruji.
Berikut landasan teori yang digunakan sesuai
pembagian ketiga aspek itu:
I. Konsep
a. Dakwah
Secara bahasa, dakwah berasal dari bahasa
Arab, yaitu da’wah yang artinya panggilan, seruan,
atau ajakan. Sementara secara istilah, ada banyak
sekali pengertian dakwah, salah satunya Hamzah
Yaqub meringkas bahwa dakwah adalah kegiatan
31
BAB II – Kajian Pustaka
1
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
hal. 16
32
BAB II – Kajian Pustaka
2
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: LIPI UIN
Jakarta, 2010), hal. 42
3
Syamsul Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 11
4
Wahyu Ilaihi, Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 176
5
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
hal. 39
33
BAB II – Kajian Pustaka
34
BAB II – Kajian Pustaka
b. Nilai-Nilai Dakwah
Secara sederhana, nilai-nilai dakwah artinya
pandangan-pandangan Islam yang mesti dijaga
dalam kegiatan dakwah. Pandangan itu bersumber
dari dua hal, yaitu sumber ilahiah, dan sumber
duniawi.6 Sumber ilahian berasal dari Alquran dan
Hadits, sementara sumber duniawi berasal dari
pemikiran (ra’yu), norma adat, juga realita alam.7
Dari kulminasi sumber ilahiah dan sumber
duniawi itu dirumuskanlah dua perangkat nilai-nilai
dakwah. Yaitu nilai dakwah Islamiah, dan nilai
dakwah universal.
Nilai dakwah Islamiyah terdiri dari tiga,
yaitu akidah, akhlak, dan syariat. Nilai dakwah
akidah maksudnya ialah dakwah mesti
menumbuhkan akidah dalam diri seseorang. Akidah
sendiri artinya adalah kepercayaan dan keyakinan di
hati manusia atas kebenaran Allah SWT, dan segala
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Sebagai
6
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Grafindo, 2001), hal. 141
7
Abu Ahmadi, MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 203
35
BAB II – Kajian Pustaka
8
Thoyib Sahputra, Aqidah Akhlak (Semarang: Toha Putra, 1994), hal. 3
9
Thoyib Sahputra, Aqidah Akhlak (Semarang: Toha Putra, 1994), hal. 52
10
Isa Anshary, Mujahid Dakwah (Bandung: Diponegoro, 1984). Hal. 151
36
BAB II – Kajian Pustaka
c. Komunikasi
Tentu banyak sekali definisi dari
komunikasi, yang berbeda-beda di setiap bidang
komunikasi turunannya. Meski begitu, bapak ilmu
komunikasi dunia, yaitu Harold D. Lasswell
mengartikan, bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan untuk menimbulkan efek
tertentu. Dari situlah dikenal istilah who says what
in which channel to whom with what effect?.11
Istilah itu sendiri memiliki beberapa unsur,
yaitu who yang artinya pemberi pesan, atau biasa
disebut dengan komunikator, lalu what atau
pesannya sendiri, lalu channel yang berarti saluran
atau sarana pesan itu disampaikan, lalu whom yang
adalah penerima pesan atau biasa disebut
komunikan, serta effect yang artinya timbal balik
dari pesan yang telah tersampaikan.
11
Harold Lasswell, The Structure and Function of Comunication in Society
(New York: Harper and Row, 1948), hal. 37
37
BAB II – Kajian Pustaka
12
Onong Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005) hal. 32
38
BAB II – Kajian Pustaka
13
Onong Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007), hal. 63
39
BAB II – Kajian Pustaka
14
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta: Amzah, 2012),
hal. 138
15
Onong Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007), hal. 63
40
BAB II – Kajian Pustaka
16
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 126
17
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 126
41
BAB II – Kajian Pustaka
e. Futsal
Futsal atau yang dulunya disebut dengan
footsal bisa dibilang adalah bentuk mini dari
sepakbola, walaupun atas keminimalisiran itu
muncul peraturan-peraturan yang berbeda antara
futsal dan sepakbola.
Mulanya, futsal diciptakan pada tahun 1930
di Uruguay, ketika seorang guru olahraga bernama
Juan Carlos Ceriani ingin melaksanakan
pertandingan sepakbola di dalam ruangan untuk
sekadar berhura-hura. Ketika itu, Juan berniat
mengunakan lapangan bola basket di sekolahnya.
Kemudian tak lama setelah itu, permainan
sepakbola di dalam ruangan ini ia ajukan untuk
digelar dalam kompetisi olahraga yang disponsori
oleh organisasi pemuda kristiani YMCA.18 Ajang
pertama futsal itu pun mendapat banyak sorotan
dan mulai diduplikasi di berbagai tempat. Ia
menyebar tidak hanya ke seluruh Uruguay, tetapi
juga mulai dimainkan banyak orang di sepenjuru
Amerika Latin.
Bahkan, banyak legenda sepakbola dunia
dari Amerika Latin yang lebih dulu mengasah
kemampuannya dalam olahraga futsal sebelum
18
Redaksi,ْ “Historyْ ofْ Futsal”.ْ USْ Futsal,ْ 1ْ Januariْ 2000.ْ Artikelْ iniْ dapatْ
diakses di:
http://futsal.com/history-of-futsal-/
42
BAB II – Kajian Pustaka
19
BenْSmith,ْ“WorldْCup 2014: Futsal – theْgameْbehindْBrazil’sْsuperstars”.ْ
BBC Sport, 2 Juli 2014. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.bbc.com/sport/football/27980859
20
Redaksi,ْ “Historyْ ofْ Futsal”.ْ USْ Futsal,ْ 1ْ Januariْ 2000.ْ Artikelْ iniْ dapatْ
diakses di:
http://futsal.com/history-of-futsal-/
43
BAB II – Kajian Pustaka
II. Teori
Untuk menjelaskan temuan-temuan penulis
mengenai keberhasilan komunikasi antar pribadi yang
terjadi antara pelatih dan tim futsal Riverside, penulis
bakal menggunakan sebuah teori dari Jalaludin
Rakhmat, yaitu teori bahwa keberhasilan komunikasi
21
VanyaْKarunia,ْ“ApaْPerbedaanْFutsalْdanْSepakbola?”.ْKompas,ْ6ْOktoberْ
2020. Artikel ini dapat diakses di:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/06/170000669/
44
BAB II – Kajian Pustaka
22
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 125
23
Eric Schwitzgebel, Belief - Stanford Encyclopedia of Philosophy (California:
Stanford Edu, 14 Agustus 2006). Jurnal ini dapat diakses di:
https://plato.stanford.edu/entries/belief/
45
BAB II – Kajian Pustaka
24
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), hal. 296
25
Cohen, S. & Syme S.L., Social Support (London: Academia, 1985), hal. 26
46
BAB II – Kajian Pustaka
26
Karen J. Prager, Intimacy Status; Its Relationship to Locus of Control, Self-
Disclosure, and Anxiety in Adults dalam jurnal Personality and Social
Psychology Bulletin (New York: Sage Publications, 1986), hal 91-109
27
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antar Pribadi (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 67-74
47
BAB II – Kajian Pustaka
III. Pendekatan
Dalam penelitian ini, pendekatan berfungsi
sebagai kerangka pembedah masalah penelitian. Untuk
itulah rumusan masalah dalam penelitian ini tak lepas
dari pendekatan yang digunakan. Pendekatan penelitian
itu antara lain pendekatan nilai-nilai dakwah
universal yang dicetuskan oleh Abdul Basit dalam
bukunya Wacana Dakwah Kontemporer
Pada buku itu dijelaskan bahwa nilai-nilai
dakwah universal adalah nilai kedisiplinan, nilai
kejujuruan, nilai kerja keras, nilai kebersihan, dan
nilai kompetisi.28 Kelima nilai ini lah yang bakal dicari
dalam tindakan komunikasi antar pribadi antara pelatih
dan tim futsal Riverside.
Pertama, nilai kedisiplinan. Dalam Islam,
kedisiplinan adalah nilai yang utama. Sebab Islam amat
menghargai waktu, bahkan Allah SWT sendiri
bersumpah demi waktu dalam Alquran surat Al-‘Asr
yang artinya :
ِ ٰص ِلح
ت َ ) ا اَِّل الا ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو2( سانَ لَ ِف ْي ُخس ْۙر
ّٰ عمِ لُوا ال ِ ْ ) ا اِن1( ص ۙ ِر
َ اَّل ْن ْ َو ْال َع
)3( ࣖ صب ِْر ص ْوا ِبال ا ِ ص ْوا ِب ْال َح
َ ق ەۙ َوت ََوا َ َوت ََوا
28
Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), hal. 144
48
BAB II – Kajian Pustaka
29
Mahfudz Fauzi, Tafsir Surat Al-Ashr (Salatiga: IAIN Salatiga, 2017), hal. 29
30
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendiik Anak di Zaman
Global (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 238
49
BAB II – Kajian Pustaka
31
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
hal. 17
50
BAB II – Kajian Pustaka
51
BAB II – Kajian Pustaka
52
BAB II – Kajian Pustaka
32
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru
Aglesindo, 2010), hal. 185
53
BAB II – Kajian Pustaka
Tabel 2.1.
Nilai-Nlai Dakwah Abdul Basit dalam Penelitian Ini
54
BAB II – Kajian Pustaka
B. Kajian Pustaka
Pengetahuan tidak muncul dari ruang kosong. Ia
berasal dari pemikiran-pemikiran sebelumnya, dikaji
ulang, dan melahirkan pemikiran-pemikiran sesudahnya.
Begitu juga dengan pengetahuan yang ada dalam penelitian
ini. Semata-mata berasal dari hasil mengkaji pustaka-
pustaka terdahulu, yang kemudian penulis coba uji dan
terapkan kepada masalah yang penulis teliti. Sederhananya,
penelitian ini bertumpu pada berbagai referensi pustaka.
Maka daripada itu, berbagai referensi dan rujukan
dalam penelitian ini akan penulis cantumkan dalam
footnote dan daftar pustaka. Referensi itu sendiri berasal
dari berbagai sumber, ada yang penulis dapatkan dari buku,
ada yang penulis dapatkan dari jurnal, ada yang penulis
dapatkan dari modul, ada yang penulis dapatkan dari artikel
di media massa, juga ada yang penulis dapatkan dari rilisan
data dari lembaga yang penulis anggap kredibel.
Namun demikian, hanya ada 10 pustaka utama yang
penulis pilih. Kesepuluh pustaka ini lah yang akan menjadi
pedoman utama penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini. Lantas kesepuluhnya akan penulis bahas dan jelaskan
secara ringkas dalam sub bab kajian pustaka ini. Berikut
kesepuluh pustaka utama yang penulis gunakan:
55
BAB II – Kajian Pustaka
56
BAB II – Kajian Pustaka
57
BAB II – Kajian Pustaka
58
BAB II – Kajian Pustaka
59
BAB II – Kajian Pustaka
60
BAB II – Kajian Pustaka
61
BAB II – Kajian Pustaka
62
BAB II – Kajian Pustaka
63
BAB II – Kajian Pustaka
64
BAB II – Kajian Pustaka
C. Kerangka Berpikir
Penulis merumuskan bahwa keranga berpikir dalam
penelitian ini bila divisualisasikan akan tampak
sebagaimana yang ada pada bagan 2.1. Kerangka
Berpikir berikut:
65
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
66
menit. Tentu ini adalah jadwal yang cukup berat mengingat
tim ini ialah tim tingkat sekolah, yang mana para
pemainnya masih memiliki kewajiban untuk belajar dan
beibadah. Tetapi, para anggota tim tetap menjalaninya
dengan rutin. Mereka biasa berlatih di beberapa tempat,
seperti lapangan futsal milik sekolah dan lapangan futsal
sewaan. Di mana saja latihan itu digelar, para pemain tetap
diwajibkan untuk tidak meninggalkan ibadah dan belajar.
Ada cara unik yang dipertahankan pelatih Riverside
dalam memilih pemain utama dalam sebuah pertandingan,
yaitu bukan berdasarkan keahliannya, melainkan jumlah
latihannya. Sebab pelatih percaya, kerja keras bisa
mengalahkan bakat alami.
Dalam setiap sesi latihan sendiri yang biasa
dilakukan adalah basic training, functional training,
advance training, dan game situation. Dari keempat sesi itu
setelah dilihat siapa yang paling rajin barulah bisa dipilah
siapa yang rajin juga menonjol dalam setiap sesi latihan.
Tetapi tetap, yang paling rajin bekerja keraslah yang
diprioritaskan oleh pelatih.
Cara unik lainnya yang dijalankan pelatih dalam
membina Riverside ialah pelatih tidak memiliki pemain
unggulan. Sebab pelatih mengganggap semua anggota
timnya punya kesempatan yang sama, tak peduli seberapa
jagonya dia bermain bola, tetap yang paling rajin bekerja
keraslah yang akan pelatih pilih. Tentu dengan begini, tim
jadi tidak akan mengandalkan beberapa gelintir orang saja,
67
tetapi bisa sama-sama tumbuh menorehkan prestasi. Adil
satu sama lain.
Di sisi lain, tim Riverside menganggap bukan
hanya sesi latihan yang penting, tetapi juga sesi bonding
antar pemain. Agar semakin kompak, pelatih kerap kali
mengajak seluruh anggota tim untuk mengadakan acara
kekeluargaan bersama-sama. Misalnya melakukan wisata
atau menginap bersama. Itu semata-mata dilakukan akan
setiap anggota pemain dapat memiliki rasa persaudaraan
dan kekeluargaan. Selain itu Riverside juga rutin
menggelar evaluasi bulanan untuk mengapresiasi apa-apa
yang sudah dilakukan, dan mencari strategi untuk meraih
apa-apa yang hendak diraih tim. Teriutama untuk
menyatukan visi misi, tujuan dan keinginan yang sama.
Pelatih mengijinkan para pemain untuk mengkritiknya dan
memberi masukan untum kebaikan bersama. Hal ini
terbilang unik mengingat biasanya sebuah tim olahraga
bergantung kepada pelatih dan pelatih sepenuhnya
menguasai tim. Tetapi di Riverside, pelatih dan anggota tim
dianggap setara dan boleh saling memperbaiki satu sama
lain. Biasanya dibuka juga sesi curhat agar setiap pemain
bisa menyampaikan unek-uneknya masing-masing, boleh
mengenai tim ataupun kehidupan pribadi. Ini yang
membuat tim Riverside begitu kompak antar sesama
pemainnya.
Di Riverside juga diwajibkan untuk memperhatikan
sesama anggota tim, supaya bisa saling tolong menolong
68
bila ada yang mengalami kesulitan. Bantuan moril dan
materil biasanya diberikan kepada anggota tim yang
membutuhkan. Sebab pelatih menganggap bahwa ini
bukan sekedar tim futsal, melainkan keluarga untuk
tumbuh bersama.
Pelatih berharap dengan begitu, prestasi bisa
menjadi bonus, sementara tujuan utamanya adalah
memupuk persaudaraan dan tumbuh bersama sebagai satu
tim. Semoga Riverside bisa tumbuh dan membuahkan
berbagai prestasi baru.
69
B. Profil MAN 12 Jakarta
Terletak di Jalan Raya Duri Kosambi no. 3
Cengkareng, MAN 12 Jakarta menjadi salah satu sekolah
negeri unggulan di Jakarta Barat. Terutama dalam prestasi
siswa-siswinya di bidang keagamaan. Sejak melaksanakan
pembelajaran dari tahun 1997, MAN 12 Jakarta telah
mencetak lulusan-lulusam yang bukan hanya memiliki
wawasan keduniaan yang luas, tetapi juga bekal
keagamaan yang mumpuni. Hal ini diimplementasikan
lewat program unggulan MAN 12 Jakarta, yaitu tahfiz
quran dan hapalan kitab kuning. Kedua program itu adalah
program wajib bagi seluruh pelajar di MAN 12 Jakarta.
Gambar 3.1
Kegiatan Khataman Kitab Kuning
Setiap harinya pun siswa-siswi MAN 12 Jakarta
melaksanakan tadarus One Day One Juz. Dengan
komitmen dan konsistensi menghapal Alquran sebesar itu,
MAN 12 Jakarta dikenal sebagai salah satu Rumah Tahfiz
70
terkemuka di Jakarta, yang setiap tahunnya meluluskan
ratusan hafidz baru dari kalangan pelajar maupun umum.
Gambar 3.2
MAN 12 Jakarta ketika menjadi Rumah Tahfiz
1
Redaksi MAN 12 Jakarta, “Juara! Jakarta Robotic Games”. MAN 12 Jakarta,
21
https://man12jakarta.com/berita/detail/juara-jakarta-robotic-games-jrg
71
alumni yang mampu melanjutkan studinya di universitas
keislaman bergengsi di dunia, mereka berhasil
menyelesaikan studi di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir,
pada bulan Oktober 2019 yang lalu.2
Gambar 3.3
Rendy, Husna, dan Neneng di Al Azhar Kairo
2
Akun Instagram MAN 12 Jakarta, 5 Oktober 2019.
https://www.instagram.com/p/B3PSBILHgrG/
72
Gambar 3.4
Tim Paskibraka MAN 12 Jakarta
Gambar 3.5
Talitha Ferina, anggota Paskibraka tingkat DKI Jakarta
73
Indonesia, acara ini adalah acara tahunan yang telah
berlangsung selama 8 tahun terakhir.
Gambar 3.6
Kegiatan Bulan Bahasa tahun 2019
74
Gambar 3.7
Tim KIR MAN 12 Jakarta
75
nilai-nilai dakwah dalam kegiataan sehari-harinya, baik
saat berlatih maupun bertanding. Maka prestasi itulah yang
akan dibahas dalam penelitian ini.
C. Profil Pelatih Tim Futsal
Tim futsal Riverside mencapai kejayaannya setelah
Aditya Pratama Ramadhan, yang biasa dipanggil dengan
Didit, mulai melatih tim itu sejak Januari 2012. Sudah 5
trofi yang diraih Riverside bersama Didit, dan akan terus
bertambah. Meski demikian, bukan itu pretasi terbesar
Didit.
Gambar 3.8
Aditya Pratama Ramadhan, Pelatih Futsal Riverside
76
saya jelaskan lebih rinci dalam Bab IV – Data dan
Temuan Penelitian.
Kecintaan Didit kepada futsal dan sepakbola
berawal sejak usia dini. Dahulu, ia adalah anak yang
pemalu. Ia bahkan mengakui bahwa ia terbilang sulit
memiliki teman di masa kecilnya. Tetapi semua itu berubah
ketika Didit bermain bola.
Hari pertama Didit bermain bola adalah hari
pertama ia berhasil mendapatkan teman. Teman-teman
barunya itu takjub atas bakat alami yang dimiliki Didit.
Hari itu, Didit banyak mencetak gol meski sebelumnya ia
tak pernah bermain si kulit bundar sekali pun. Bagi teman-
teman kecilnya, Didit adalah si anak ajaib.
Sejak saat itu Didit semakin sering bermain bola
bersama teman-temannya, ia pun kerap kali diajak teman-
temannya mengikuti kompetisi antar kampung dan
mendapatkan sejumlah uang. Meski demikian, Didit tidak
pernah peduli bayarannya dari bermain tarkam, dia hanya
ingin punya lebih banyak teman, kenal lebih banyak orang,
juga hidup dengan sehat. Seperti idolanya Zinedine Zidane,
pemain sepakbola dari Perancis yang terkenal ramah dan
dicintai teman-temannya.
Tak ayal, pertandingan sepakbola dunia yang
paling membekas di benak Didit ialah final piala dunia
tahun 2006, ketika Zinedine Zidane yang ramah ternyata
bisa hilang kendali. Dalam final antara Perancis dan Italia
itu terjadi sebuah insiden antara Zidane dan bek Italia,
77
Marco Materazzi. Zidane yang merasa Materazzi
menghina ibu dan adik perempuannya menjatuhkan si bek
itu dengan sebuah sundulan ke dada. Itu harga yang harus
dibayar Materazzi akibat menghina keluarga Zidane. Di
momen itu, ketika menonton kejadian itu Didit ikut geram
dan berjanji dia tidak akan pernah mengumpat, menghina,
dan berkata kasar ketika bermain bola. Bagi Didit,
sepakbola dan futsal seharusnya bukan jadi ajang mencari
musuh, melainkan memperluas silaturahmi.
Gambar 3.9
Materazzi yang menghina keluarga Zidane dihadiahi sebuah sundulan
78
baginya. Menghargai lawan dan kawan adalah sebuah
kewajiban. Untuk itu Didit selalu mewajibkan sesi
bersalaman dan berpelukan antar sesama tim dan dengan
tim lawan setelah bertanding.
Sementara itu, kecintaan Didit terhadap futsal
berawal ketika olahraga itu mulai diterima orang Indonesia.
Didit yang sebelumnya lebih sering bermain bola, menjadi
turut bermain futsal. Baginya futsal terasa lebih memacu
adrenalin, sebab lapangan yang lebih kecil memungkinkan
dirinya untuk berinteraksi lebih padat bersama pemain
lawan. Benturan lebih sering terjadi, untuk iu Didit selalu
bersikap santai dan meminta maaf kepada lawannya, tak
peduli siapa yang salah.
Didit juga menganggap daya tarik futsal justru
berada pada kesederhanaannya. Tidak perlu ada lapangan
yang luas, di mana pun permainan bisa dilakukan.
Mengingat menurutnya di kota Jakarta sudah amat sulit
membuat lapangan sepakbola baru. Sehingga Futsal
menjadi jalan alternatif yang tak kalah menyenangkan.
Rasa senang kepada futsal itu mencapai puncaknya
ketika Didit menonton pertandingan final World Cup
Futsal tahun 2012, ketika itu tim kesayangannya, tim futsal
Spanyol mesti berhadapan dengan tim yang amat kuat,
yaitu tim futsal Brasil. Sebagai fans berat Jordi Torres si
penyerang asal Spanyol, pertandingan final itu membuat
hati Didit berkecamuk. Bagaimana tidak, Spanyol
ketinggalan satu kosong saat itu. Lantas Torras
79
menyamakan kedudukan di menit 30, dan kawan satu
timnya, Aicardo ikut menambah keunggulan di menit 31.
Kedudukan pun berubah menjadi Spanyol memimpin
dengan skor 2 lawan 1. Nahas, Didit yang sudah merasa
senang harus tiba-tiba kecewa ketika Brasil berhasil
menambah dua gol dan mengakhiri pertandingan dengan
skor 2-3 untuk kemenangan Brasil. Meski begitu, Didit
mengaku puas sebab dapat melihat Torras bermain
maksimal dan banyak menyerang. Bagi Didit, di hari itu
Spanyol hanya kurang beruntung. Mengingat gol penentuu
terjadi di babak pertambahan waktu.
Dari pertandingan itu Didit sadar untuk tidak
merasa aman sampai peluit pertandingan usai telah ditiup.
Itu ia tanamkan keapada tim futsal Riverside yang mana
Didit meminta seluruh anggota tim untuk tidak
menurunkan tempo permainan apapun yang terjadi.
Dengan kata lain, Didit tidak mau anak-anak didiknya
cepat merasa puas. Didit mau mereka memiliki jiwa
kompetitif yang kuat.
Kini, setelah meraih beberapa gelar bersama
Riverside, Didit masih punya mimpi-mimpi lainnya.
Seperti menjadi juara pertama tingkat regional dan
nasional. Juga dapat rutin berlatih di lapangan tipe V3.
Terakhir yang terpenting, Didit mau apa yang anggota tim
dapatkan darinya dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dan
bisa disebarkan dan menjadi ladang amal yang tak
80
berkesudahan. Semoga mimpi-mimpi Didit itu dapat
terwujud.
81
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
81
pemain yang terlambat datang latihan. Sanksi itu antara
lain berlari keliling lapangan setelah sesi latihan selesai,
lama waktu berlarinya adalah sesuai dengan jumlah menit
keterlambatan.
Didit mengaku, sengaja menerapkan sanksi itu
supaya para anggota tim Riverside lebih menghargai
waktu. Selain itu menurutnya, itu juga merupakan sanksi
yang adil, sebab beratnya sanksi tergantung seberapa
lalainya anggota tim. Selain itu, sanksi yang diberikan juga
sanksi yang membangun. Sebab Didit yakin, dengan berlari
keliling lapangan, bukan hanya pemain akan lebih sehat
dan kuat, tetapi juga menjadi ajang untuk teman-teman satu
timnya menyemangati yang terkena sanksi. Juga hiburan
bagi mereka yang baru saja menyelesaikan latihan.
Yazid, salah satu anggota tim Riverside misalnya
juga mengaku, ia malah senang ketika diberi sanksi, sebab
teman-temannya tidak meninggalkannya dilapangan,
melainkan menunggunya selesai berlari terlebih dahulu dan
menyemangatinya. Ia jadi merasa tidak enak kepada
teman-temannya dan berusaha untuk datang tepat waktu di
sesi latihan berikutnya. Dari hitungan Didit, ia ingat Yazid
hanya terlambat datang latihan sebanyak 2 kali, sisanya ia
selalu tepat waktu, terutama setelah diberi sanksi.
82
Gambar 4.1
Anggota tim Riverside yang sedang mendapat sanksi
83
Gambar 4.2
Anggota Tim Riverside sholat berjamaah
84
tidak jarang ada sesi mengerjakan pekerjaan rumah
bersama-sama selepas latihan di lapangan. Bagi Didit,
momen seperti ini selain dapat mempermudah
mengerjakan pekerjaan rumah juga dapat semakin
memupuk semangat kekompakan di antara sesama tim,
baik bagi yang seangkatan maupun antar angkatan.
Gambar 4.3
Anggota Tim Riverside mengerjakan PR di lapangan
85
menjegalmu dengan kasar, tetapi bila berpura-pura sakit
padahal tidak merasa apa-apa, Didit menganggap itu
sebagai tindakan seorang pecundang. Bagi Didit, selain
merusak keindahan pertandingan, diving juga merusak
semangat persaudaraan antar tim. Ini bertolakbelakang
dengan prinsip Didit yang menjadi atlet futsal dan
sepakbola untuk menambah teman.
Kedua, nilai-nilai dakwah kejujuran juga terpancar
lewat dorongan pelatih kepada para pemain untuk selalu
mengakui bila terjadi handsball kepada mereka. Sama
seperti ketika pelatih melarang anggota tim unutk
melakukan diving, langkah ini dilakukan juga karena
prinsip pelatih yang ingin setiap kemenangan berasal dari
kejujuran. Dengan mengakui handsball, bukan hanya nama
tim akan menjadi baik dan tersohor sebagai tim yang
suportif, tetapi juga tim akan mendapat respect dari lawan,
begitu pengakuan Didit.
Ketiga, masih serupa dengan kedua hal
sebelumnya, pelatih tim Riverside juga melarang untuk
sengaja menciderai pemain lawan. Baginya, bermain kasar
hanya akan menimbulkan permusuhan dan memusnahkan
keseruan permainan. Mencederai lawan bukan hanya
berbahaya dan menyakiti, tetapi juga dapat merengggut
masa depan pemain lawan. Untuk itu, Didit selalu
menekankan untuk bermain secara berhati-hati dan
mengetahui batasan, juga menahan emosi.
86
Gambar 4.4
Anggota Tim Riverside menunjukkan rasa sportif/ fairplay
87
Pertama, nilai-nilai dakwah kerja keras dapat
dilihat dari bagaimana tim Riverside selalu memiliki target.
Pemberian target adalah sebuah bentuk tindakan kerja
keras. Sebab dengan adanya target, akan ada usaha untuk
mencapainya. Didit membuat beberapa bentuk target.
Yaitu target bulanan dan target tahunan. Dalam target
bulanan, Didit menargetkan untuk timnya bisa melakukan
sesi latihan sebanyak minimal 8 kali setiap bulannya, atau
2 kali seminggu. Target ini sengaja Didit berikan agar
pemain bisa setiap minggunya tidak berhenti bermain
futsal. Dengan melakukan latihan rutin seperti ini ia
menargetkan agar otot-otot pemain tidak kaku dan
semangatnya terus terjaga. Lebih kerja kerasnya, setiap
mengikuti kompetisi, sesi latihan tim Riverside akan
ditambah. Bisa sampai dua kali lipat menjadi 4 kali
seminggu. Didit menganggap, dengan melakukan itu tim
jadi bisa memberikan kemampuannya yang maksimal.
Selain target bulanan, ada juga target tahunan yang
diberikan Didit, yaitu tim Riverside ditargetkan untuk
setiap tahunnya minimal mengikuti 2 kompetisi. Dengan
begitu selalu ada tujuan dari latihan, yaitu untuk menjadi
juara kompetisi
Kedua, nilai-nilai dakwah kerja keras dapat dilihat
dari membuat inovasi. Yaitu di setiap latihan, Didit
berusaha untuk memberikan teknik-teknik baru agar para
pemain semakin berkembang. Biasanya, sebelum
88
mempraktekan di lapangan, teknik-teknik itu Didit
tunjukan dalam bentuk video yang ia kirim melalu grup
WhatsApp tim. Pemberian teknik baru itu selalu
berkembang, maksudnya, semakin hari teknik yang
diberikan akan semakin susah, mengikuti apakah pemain
sudah menguasai teknik sebelumnya. Misalnya, bila di sesi
latihan sebelumnya Didit memberikan teknik passing
bawah dasar, maka minggu depannya Didit akan
memberikan teknik passing bawah dengan tipuan. Begitu
seterusnya sampai para pemain menguasai teknik-teknik
yang ada.
Gambar 4.5
Anggota Tim Riverside berlatih
89
training, dan game situation. Dalam basic training Didit
mengajarkan bagaimana teknik-teknik dasar bermain
futsal, seperti passing, dribling, shot, dan lainnya.
Sementara dalam functional training para pemain di latih
berdasarkan posisi masing-masing, seperti kiper, anchor,
flank, dan pivot. Terakhir, dalam game situation training,
variasi latihannya yaitu para pemain ditempatkan untuk
menghadapi keadaan-keadaan tertentu dalam sebuah
permainan, misalnya bagaimana melakukan counter-
attack, bagaimana melakukan full-defense, dan lain
sebagainya.
90
amatlah penting, karena dalam permainan futsal, kaki lah
yang paling banyak bergerak dan berkeringat. Ia juga selalu
mengingatkan tentang betapa pentingnya mencuci sepatu
futsal dengan rutin, sebab kebersihan sepatu futsal dan kaus
kaki baginya amat menentukan kenyamanan para pemain
dalam berlatih maupun bertanding.
Kedua, untuk upaya menjaga kebersihan rohani,
Didit melarang keras para pemainnya berkata kasar di
lapangan, baik dalam sesi latihan maupun pertandingan.
Bagi Didit, berkata kasar bukan hanya akan mengotori
rohani diri sendiri, tetapi juga rohani orang lain. Sebab kita
tidak pernah tahu isi hati seseorang, kita tidak pernah tahu
apakah seseorang sakit hati atau biasa saja dengan kita.
Untuk menjaga perasaan orang itulah Didit melarang keras
penggunaan kata-kata kasar.
Gambar 4.6
Anggota Tim Riverside sedang berwudhu
91
Ketiga, Didit menganjurkan para pemainnya untuk
selalu menjaga wudhu. Bagi Didit, berwudhu itu selain
dapat membersihkan tubuh juga dapat menyegarkan
rohani. Dengan begitu, pemain akan lebih tenang dalam
melaksanakan sesi latihan maupun pertandingan. Dengan
berwudhu, Didit berharap para pemain dapat lebih bisa
menjaga tempramennya.
Keempat, Didit mewajibkan para pemain Riverside
untuk membersihkan lapangan dan areal lapangan sebelum
dan sesudah sesi latihan. Didit ingin para pemain
menganggap lapangan futsal di sekolahnya itu adalah
rumah,untuk itu harus dijaga kebersihannya sebagaimana
rumah sendiri. Didit juga tidak mau lapangan menjadi
kotor setelah sesi latihan, untuk itu Didit melarang para
pemain untuk meninggalkan sampah di lapangan.
Terutama sampah plastik.
Kelima, Didit juga mewajibkan para pemain untuk
berdoa bersama sesudah dan sebelum sesi pertandingan
maupun sesi latihan. Dengan berdoa dan melibatkan Allah
SWT dalam setiap sesi latihan maupun pertandingan Didit
berharap agar para pemainnya selalu ingat bahwa setiap
perbuatan yang dilakukan di lapangan, baik atau buruk
akan diganjar oleh Allah SWT sesuai porsinya, sehingga
dengan bergitu Didit ingin para pemain tidak melakukan
perbuatan buruk, Didit ingin para pemain Riverside
senantiasa dapat menjaga hati dan pikiran serta
92
perbuatannya. Sehingga menjadi pemain yag memiliki
kebersihan rohani.
93
Kedua, nilai dakwah kompetisi juga terjadi dalam
pemilihan kapten. Seorang kapten di tim dipilih
berdasarkan siapa yang paling siap. Didit menjelaskan,
indikator kesiapan itu dilihat berdasarkan siapa pemain
yang paling rajin berlatih dan paling bisa mengajak kawan-
kawannya untuk berlatih. Sistem ini hampir serupa dengan
cara Didit menentukan pemain inti, bedanya di sini Didit
mencari siapa pemain Riverside yang paling dihormati oleh
pemain lainnya.
Ketiga, nilai dakwah kompetisi kepada diri sendiri
terjadi dalam sesi evaluasi perorangan. Dalam sesi ini Didit
menjelaskan kepada masing-masing pemain apa saja yang
masih harus ditingkatkan dalam diri masing-masing,
dengan memberitahu kelemahan-kelemahan yang ada,
Didit berharap pemainnya dapat berlatih lebih keras dan
bisa memperbaiki itu.
Keempat, nilai dakwah kompetisi dapat dilihat dari
Didit yang menekankan bahwa tidak ada lawan yang sulit,
kesulitan itu hanya ada di pikiran. Dengan kata lain Didit
menanamkan agar para pemainnya selalu percaya diri tidak
peduli seberat apapun lawan yang dihadapi. Yang penting
terus berusaha memberikan yang terbaik dari diri sendiri.
94
Gambar 4.7
Anggota Tim Riverside bertanding di Liga AAFI Tangerang 2022
95
BAB V – Pembahasan
BAB V
PEMBAHASAN
96
BAB V – Pembahasan
1
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 125
97
BAB V – Pembahasan
2
Anthony Bryk, & Barbara Schneider, Trust in Schools: A Core Resource for
Improvement (New York: Russel Sage Foundation, 2002), hal. 27
98
BAB V – Pembahasan
3
Anthony Bryk, & Barbara Schneider, Trust in Schools: A Core Resource for
Improvement (New York: Russel Sage Foundation, 2002), hal. 32
99
BAB V – Pembahasan
4
Sung-Un Yang & Joon Soo Lim, Journal of Public Relations Research Volume
21 Issue 3: The Effects of Blog-Mediated Public Relations on Relational Trust
(Abingdon: Taylor Francis, 2008), hal 345
100
BAB V – Pembahasan
5
Thomas Ashby Wills, Social Support and Interpersonal Relationsips (New
York: Sage Publication, 1991), hal. 268
101
BAB V – Pembahasan
6
M.L. Slevin dkk, British Journal of Cancer: Emotional Support for Cancer
Patients: What Do Patients Really Want? (London: Nature Research, 1996), hal
1275
102
BAB V – Pembahasan
7
Neal Krause, Social Support, Stress, and Well-Being (Oxford: Oxford
Academic), hal. 514
103
BAB V – Pembahasan
104
BAB V – Pembahasan
8
Bert Uchino, Social Support and Physical Health: Understanding the Health
Consequences of Relationship (New Haven: Yale University Press), hal. 17
105
BAB V – Pembahasan
9
Karen J. Prager, Intimacy Status; Its Relationship to Locus of Control, Self-
Disclosure, and Anxiety in Adults dalam jurnal Personality and Social
Psychology Bulletin (New York: Sage Publications, 1986), hal 91-109
10
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antar Pribadi (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 67-74
106
BAB V – Pembahasan
107
BAB V – Pembahasan
108
BAB V – Pembahasan
Maka sesi evaluasi ini lah yang menjadi salah satu bukti
bagaimana Didit menggunakan faktor keterbukaan untuk
menanamkan nilai dakwah kompetisi dan nilai dakwah
kebersihan.
Kedua, sesi curhat personal. Sesi curhat, atau curahan
hati, adalah kesediaan pelatih untuk mendengarkan masalah
pribadi dari para pemain. Sesi curhat ini terjadi begitu saja
tanpa dijadwalkan. Siapa saja bisa curhat mengenai apa saja
kepada pelatih. Ini adalah momen intim, personal, dan kadang
rahasia antara pelatih dan pemain. Ini yang membedakan tim
Riverside dengan tim lainnya, sebab pelatih bersedia menjadi
teman di luar lapangan.
Didit, sebagai pelatih, mengatakan, “Mendengarkan
curhatan dan keluh kesah mereka sudah tugas saya sebagai
kakak mereka di dalam tim. Hal terkecil yang bisa saya lakukan
dan berikan kepada mereka adalah mempersilahkan mereka
bercerita apa saja, sebab saya ingin mendengarkan, dan syukur-
syukur mungkin saya juga bisa membantu.”
Bila dikaitkan dengan 9 jenis bentuk keterbukaan yang
dikemukakan oleh Budyatna, sesi curhat personal ini termasuk
ke dalam jenis membuka diri soal hubungan dengan orang-
orang terdekat, membuka diri soal tujuan hidup pribadi, dan
membuka diri soal perasaan.
Membuka diri soal hubungan dengan orang-orang
terdekat dapat ditemukan ketika seorang anggota tim Riverside
menceritakan dinamika hubungan personalnya dengan orang
lain. Didit mengaku, paling sering para pemain Riverside
109
BAB V – Pembahasan
110
BAB V – Pembahasan
111
BAB V – Pembahasan
112
BAB V – Pembahasan
D. Rangkuman
Untuk memudahkan pengambilan kesimpulan di bab
selanjutnya, ketiga pembahasan, dari A sampai C di atas dapat
dirangkum dalam sebuah tabel di bawah ini:
113
BAB V – Pembahasan
keterbukaan
sikap
Keterbukaan Sesi curhat personal Kompetisi,
hubungan kerja keras
dengan
orang lain,
keterbukaan
tujuan hidup
pribadi,
keterbukaan
perasaan
Keterbukaan Sesi kritik dan saran untuk pelatih Kejujuran,
opini kompetisi
114
BAB VI – Penutup
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertama, terbukti bahwa pelatih tim Riverside,
yaitu Didit, menerapkan dan menggunakan faktor-faktor
keberhasilan komunikasi antar pribadi milik Jalaludin
Rakhmat, yaitu kepercayaan, dukungan, dan keterbukaan
untuk menanamkan nilai-nilai dakwah kepada tim futsal
yang ia bina. Nilai-nilai dakwah yang ia tanamkan antara
lain nilai dakwah kedisiplinan, nilai dakwah kejujuran,
nilai dakwah kerja keras, nilai dakwah kebersihan, dan nilai
dakwah kompetisi.
Kedua, terbukti pula bahwa nilai-nilai dakwah telah
tertanam di dalam diri para anggota tim Riverside, ini bisa
dilihat dari adanya kelima nilai dakwah itu dalam
keseluruhan kegiatan tim, baik di lapangan dalam sesi
latihan, maupun pertandingan, juga diluar lapangan dalam
aktivitas sosial dan kehidupan sehari-hari mereka.
Ketiga, terbukti juga bahwa faktor-faktor
keberhasilan KAP itulah yang membuat nilai-nilai dakwah
bisa tertanam dalam diri anggota tim Riverside.
115
BAB VI – Penutup
B. Saran
Nilai-nilai dakwah yang diterapkan dalam diri
anggota tim Riverside telah terbukti dapat membawa
mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Berprestasi dan
menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran, kerja keras,
kompetisi, dan kebersihan. Maka daripada itu, marilah kita
juga turut menanamkan nilai-nilai dakwah itu dalam diri
kita. Supaya kita bisa turut menjadi pribadi yang lebih baik,
menjadi pribadi yang memiliki ciri mukmin sejati dalam
diri.
Selain itu, dalam kehidupan sosial, utamanya ketika
berkomunikasi dengan orang lain, marilah kita gunakan
faktor-faktor keberhasilan KAP, yaitu kepercayaan,
dukungan, dan keterbukan, suppaya kita senantiasa dapat
berhasil menjalin silaturahmi yang erat dengan orang lain.
Melalui kepercayaan kita bisa dapat mengenal lebih
dekat dengan orang lain. Melalui dukungan kita bisa
membantu satu sama lain. Serta melalui keterbukaan kita
bisa membawa diri kita lebih baik di depan orang lain.
Dengan begitu kita bisa meiliki kehidupan antar pribadi
yang menyenangkan dan menenangkan. Dapat dekat dan
diterima oleh siapapun.
116
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
I. Karya Akademis
117
Daftar Pustaka
118
Daftar Pustaka
119
Daftar Pustaka
120
Daftar Pustaka
121
LAMPIRAN
122
kuantitas tapi jelas mengarah ke hal yang baik. Event futsal
dari level SD, SMP, SMA, Mahasiswa, Akademi hingga
Liga Profesional sudah ada, walau saya lihat masih sebatas
ada dan belum mampu menciptakan banyak hal. Tujuan
saya membuat akademi ini adalah sebagai jembatan untuk
membantu temen-temen alumni atau yang masih
bersekolah di MAN 12 yang ingin serius menjadi atlet
futsal profesional.
3. Dalam melatih, apakah penting menanamkan nilai-nilai
dakwah untuk para anggota Riverside?
Bagi saya itu sangat penting, sama seperti
pendidikan formal, pendidikan dan pengetahuan agama itu
sangat penting dah harus beriringan dengan kehidupan kita.
Dalam membentuk perilaku, harus didasari dengan nilai-
nilai agama, baik didalam maupun diluar lapangan.
4. Jika nilai-nilai dakwah itu penting, apa saja nilai-nilai
dakwah yang telah diberikan pada para pemain di Akademi
Futsal Riverside?
Untuk mengawali latihan kami biasakan untuk
berdoa, lalu saat berlatih kami tanamkan untuk melakukan
hal-hal yang baik pula, kejujuran dan nilai untuk selalu
bekerja keras. Setelah mengawali latihan atau bertanding
dengan berdoa, maka kita biasakan untuk selalu mengucap
syukur dari hasil yang diraih, apapun hasil yang
didapatkan.
5. Bagaimana metode anda untuk menanamkan nilai-nilai
dakwah?
123
Ya saya mencotohkan hal-hal baik tersebut. Di sini
juga kan ada pengajian setiap malam sabtu bareng alumni-
alumni. Saya sampaikan dalam ceramah tersebut, nilai-
nilai dakwah, lalu saya kaitkan dengan futsal.
6. Adakah pengaruh dari dakwah yang anda berikan kepada
para pemain?
Tentu ada, tujuan saya yang sebenarnya ya, agar
hal-hal baik yang kami tanam dan contohkan bisa
diaplikasikan lagi di kehidupan mereka, agar mereka
terbiasa melakukan hal-hal tersebut. Terutama dari segi
perilaku mereka.
124
Memilih Akademi Futsal Riverside karena relasinya
banyak yang kesini, kaya alumni-alumni juga pada gabung
kesini. Ya sekalian silaturahmi biar nyambung terus.
3. Selain mengajarkan futsal, apakah pelatih di sini juga
mengajarkan hal?
Tentu, karena Bang Didit juga mengajarkan kami untuk
berperilaku, khususnya dalam berlatih dan bermain sepak
bola.
4. Bagaimana menurut anda tentang nilai-nilai dakwah islam
dalam futsal?
Saya mulai tahu bahwa ada nilai-nilai dakwah dalam futsal
semenjak masuk ke akademi futsal ini, Bang Didit
mengajarkan banyak hal tentang nilai-nilai dakwah dalam
futsal di Akademi Futsal ini.
5. Nilai-nilai dakwah apa saja yang kamu dapatkan?
Banyak, terutama tentang harus selalu berdoa dan
bersyukur. Bang Didit juga sering mengajak agar kami
untuk sholat berjamaah di masjid yang ada di dekat
lapangan latihan.
6. Apakah pelatih mengajarkan atau mencotohkan nilai-nilai
dakwah itu dengan baik?
Tentu, saya bisa bermain futsal karena diajarkan dan
dicontohkan oleh Bang Didit, sama juga dengan hal-hal
baik yang dia ajarkan. Lalu kita praktekkan untuk hal
didalam maupun diluar lapangan.
125
LAMPIRAN FOTO
126
SK RIVERSIDE FF DI LIGA AAFI TANGERANG
127
Anggota tim Riverside yang sedang mendapat sanksi
128
Anggota Tim Riverside mengerjakan PR di lapangan
129
Anggota Tim Riverside berlatih
130