DI INDONESIA (1942-1945)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
AMANAH
(1111022000055)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan petunjuk dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya yang selalu
alam yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Syukur Alhamdulillah dengan do’a dan usaha
akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, walaupun tentunya
terselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak, baik dukungan moril maupun
materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan
ii
waktunya dalam membimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan.
7. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, selaku dosen penguji I, terima kasih
11. Orang tua tercinta, ayahanda Alm. Dasean dan ibunda Rusmiyati yang
12. Kakak tercinta Suhardi, Anita, Sum Maryanah dan adik tersayang Nur
Atini, yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada penulis agar
keluarga dari Kakak Ipar Lukman dan Dadang Mutohar, terima kasih atas
iii
13. Kepada Guru-guru MA. Miftahul Umam yang telah memberikan
14. Kepada Orang Tua Asuh Ibu Lusi Indriani, Ibu Hj. Nurhayati, Ibu Hj.
keadaan sukses.
17. Dirga Fawakih, Yanti Susilawati, Silpia Ulhaq, Masitah, dan Siti
sahabat yang selalu menemani serta menghibur saat penulis mulai merasa
iv
Semoga Allah SWT selalu membalas segala amal baik kepada pihak yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi lebih baiknya skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini
Amanah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
MUSLIMIN
vi
BAB IV DAMPAK KEBIJAKAN PENDIDIKAN TERHADAP KAUM
MUSLIMIN
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 82
B. Saran .................................................................................................... 83
LAMPIRAN ................................................................................................... 89
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ketat oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan Belanda tahu bahwa melalui
Islam di Indonesia, karena umat Islam sangat membenci orang Barat termasuk
yang murah. Begitu pula pada masa penjajahan Jepang, melalui beberapa
berbeda dengan Belanda yang membuat sekolah berdasarkan kelas sosial2 Jepang
perang Pasifik. Jerman, Itali, dan Jepang3 berhadapan dengan sekutu yang terdiri
1
Harry J. Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa
Pendudukan Jepang (trjmh), (Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya, 1980), h. 59.
2
Sistem pendidikan ini mengakibatkan semakin melebarnya jurang pemisah antara yang
memerintah dengan yang diperintah. Ibid, h. 61.
3
Jepang adalah satu dari 3 negara terkaya di dunia, selain Amerika Serikat dan Jerman.
Wilayahnya yang kecil menyimpan jumlah penduduk yang sangat banyak, menempati urutan
1
2
dari Inggris, Perancis, Rusia, dan Amerika.4 Pada tanggal 7 Desember 1941,
serangan ini, perang Pasifik pun meletus. Dalam waktu kurang dari 5 bulan sejak
Pearl Harbour jatuh, Jepang menguasai hampir seluruh Asia Tenggara, kecuali
Thailand. Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi wilayah jajahan
Jepang.
Jepang telah mengincar Indonesia karena kaya akan sumber daya alamnya
yang sangat dibutuhkan oleh Jepang. Sebelum perang beberapa misi diplomatik
dan dagang Jepang telah beberapa kali berusaha membujuk pemerintah kolonial
Nusantara.5
Sekutu dalam pertempuran di laut Jawa. Hal tersebut dilakukan Jepang agar lebih
ketujuh dunia. Negara yang miskin lahan pertanian ini menyokongnya dengan aneka ragam
industry ,efisiensi dan teknologi Skill, Jepang melesat jauh dengan peradaban yang mengagumkan.
Tercatat sebagai nomor satu dalam industri dan usaha perikanan laut, Jepang adalah penangkap
ikan terbanyak dengan 15% tangkapan dunia. Tidak terbilang betapa luasnya kemajuan yang telah
dicapai setelah Perang Dunia II dan pemboman Hirosima dan Nagasaki, Jepang dapat bangkit
sebagai negara yang berkemampuan teknologi yang dikenal di seluruh dunia. Atlas Global
Indonesia-Dunia:34 Provinsi Di Indonesia Dilengkapi Provinsi Kalimntan Utara untuk SD, SMP,
SMA,& UMUM, (Surabaya: PT. Mitra Agung), h. 99.
4
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 34.
5
Nino Oktorino, Konflik Bersejarah: Ensiklopedi Pendudukan Jepang Di Indonesia,
(Jakarta: PT. Gramedia, 2013), h. IX.
3
dimiliki Indonesia, baik sumber daya ekonomi, sumber daya manusia maupun
sumber daya lainnya.7 Jepang memahami Indonesia dengan mayoritas umat Islam.
Jepang jelas menyadari pentingnya Islam sebagai suatu unsur kekuasaan di desa
Kristen.9 Oleh karena itu, Jepang berusaha untuk memanfaatkan umat Islam
menggalang kerja sama dengan mereka.10 Jepang berharap guru-guru agama dapat
Karena guru merupakan inti dari suksesnya suatu pendidikan, maka gurulah yang
harus dididik terlebih dahulu. Oleh karena itu Jepang pun mengadakan kursus
baik kursus untuk alim ulama maupun guru-guru. Kursus-kursus tersebut mulai
dilakukan pada bulan Juni 1942 di Jakarta, yang diikuti oleh 122 orang guru dari
mengindoktrinasi para guru dengan semangat Jepang dan tujuan Perang Pasifik
6
Oktorino, Konflik Bersejarah, h. X.
7
A.B Lapian (penyunting), Di bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh Dua
Orang yang Mengalami, (Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 1988) h. 85.
8
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit, h. 139.
9
Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945,
(Depok: Komunitas Bambu, 2015) h. 304.
10
Ibid, h. 305.
4
serta Hakko Iciu (delapan Benang dibawah satu atap) yang intinya adalah
Jepang.11
mentalitas dan cara berfikir masyarakat Indonesia dapat diubah dari mentalitas
Oleh karena itu Jepang membuat Shumubu yang merupakan kantor urusan
bersifat politik.13 Oleh karena itu kegiatan umat Islam hanya sebatas masalah
yang banyak dimanfaatkan oleh pemerintah militer Jepang sebagai sarana untuk
yang ada ditutup, dan baru pada akhir april 1942 diputuskan untuk membuka
sekolah Islam dan taman siswa diberikan kemudahan oleh pemerintah Jepang
Perhatian Jepang dicurahkan kepada kaum muda ini karena mereka pada
umumnya memiliki sifat yang giat, penuh semangat, dan biasanya masih diliputi
idealisme. Mereka dianggap belum sempat dipengaruhi alam pikiran Barat. Oleh
karena memiliki sifat-sifat yang demikian, segala propaganda dari pihak Jepang
diduga akan mudah ditanamkan kepada mereka. Salah satu yang dipakai untuk
Jepang.18
Belanda dengan sistem integrasi pendidikan buatan Jepang.19 Pada zaman Belanda
hanya anak-anak pejabat desa dan keluarga kaya yang mampu bersekolah, tetapi
pada zaman Jepang, setiap orang bisa bersekolah karena tidak dipungut biaya. 20
15
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia h. 95.
16
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa, h. 402.
17
A.B. Lapian, (penyunting), Di bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh
Dua Orang Yang Mengalami, h. 92.
18
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 42-43.
19
Oktorino, Konflik Bersejarah, h. X.
20
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa, h. 402.
6
diterapkan Jepang tidak terlepas dari maksud dan tujuan pendidikan untuk
sekolah.
gerik para guru agama dan da’i Islam dihapuskan oleh Jepang, sehingga para guru
menggantikan bahasa Belanda. Tetapi para tokoh Islam tidak begitu saja
moral, dan dengan itu, para tokoh Islam bisa mengemukakan prasyarat kerjasama
dan fasisnya kepada bangsa Indonesia, saat kekalahan yang terus-menerus dalam
peperangan dengan Tentara Sekutu. Jepang melakukan hal tersebut karena Jepang
amat membutuhkan dukungan sumber daya manusia dan logistik untuk keperluan
21
Oktorino, Konflik Bersejarah, h. X.
22
Ahmad Yusuf, Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002 buku 1, (Pekanbaru: Badan
Kesejahteraan Sosial Provinsi Riau, 2004) h. 63.
23
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Kencana Prenadamedia Group,
2014) h. 305.
24
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit, h. 138.
7
memobilisasi umat Islam terutama yang ada di desa-desa untuk membantu Jepang
B. Identifikasi Masalah
Islam di Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, setelah
Jepang berhasil merebut Indonesia dari Belanda, Jepang berusaha agar dapat
bekerja sama dengan kaum muslimin, agar dapat memenangkan perang Pasifik.
Jepang, yaitu,
Indonesia.
25
Nata, Sejarah Pendidikan Islam, h. 306.
8
kaum muslimin di jadikan objek dalam pembuatan kebijakan. Penulis juga akan
menelusuri lebih jauh mengenai dampak dari kebijakan yang dibuat Jepang. Batas
tahun yang digunakan ialah tahun 1942-1945. Dan batasan wilayah yang penulis
antaranya:
Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Indonesia
muslimin di Indonesia
9
E. Manfaat Penelitian
F. Tinjauan Pustaka
memang sudah cukup banyak, namun sepengetahuan penulis belum banyak yang
Utama UIN, tetapi dalam bentuk bukunya tidak ada atau belum penulis temukan
Banyak karya ilmiah yang sudah ditulis terkait dengan Jepang di Indonesia,
antara lain;
Orang Indonesia Tahun 1930—1945”26, yang ditulis oleh Dimas Suryo Subidyo,
tetapi skripsi ini berbeda dengan penulis “Kebijakan Jepang Terhadap Pendidikan
Kaum Muslimin Di Indonesia (1942-1945)” dari judul maupun dari isi skripsi
kebijakan Jepang bagi warga Indonesia yang belajar di Jepang, sedangkan penulis
Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan
Jepang.27 Buku ini membahas tentang Sejarah politik Islam Indonesia, terutama
masa pendudukan Jepang. Dalam buku ini menjelaskan bahwa apapun politik
berbeda dari apa yang ingin dikejar kekuasaan tersebut. Seperti Jepang yang ingin
tetapi pada gilirannya Jepanglah yang dimanfaatkan oleh politisi Islam untuk
26
Dimas Suryo Sudibyo, “Kebijakan Jepang dalam Bidang Pendidikan Terhadap Orang
Indonesia Tahun 1930-1945”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia, Depok, 2009).
27
Harry J Benda. Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa
Pendudukan Jepang (trjmh), (Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya, 1980)
28
Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945,
(Depok: Komunitas Bambu, 2015).
11
masyarakat pribumi yang bertujuan untuk memperoleh sumber daya ekonomi dan
manusia guna mendukung operasi militer militer Jepang. Oleh karena itu, Jepang
bekerja sama dengan seluruh rakyat Indonesia, dengan cara membuat berbagai
tingkah laku mereka. Semua kebiajakan Jepang itu merupakan strategi politik
Jepang untuk menghasilkan nilai budaya dan kepercayaan yang baru. Namun,
sebelumnya.
Indonesia Dalam Arus Sejarah: Perang Dan Revolusi Jilid 6.30 Dalam buku
ini dijelaskan tentang Indonesia di bawah pendudukan Jepang yang terdapat pada
keenam tentang pengendalian politik dan budaya, dan yang ketujuh membahas
29
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2012).
30
Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ad), Indonesia Dalam Arus Sejarah: Perang Dan
Revolusi Jilid 6, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012.
12
tentang gerakan bawah tanah sebuah istilah yang lazim digunakan untuk mereka
yang tidak bersedia bekerja sama dengan rezim berkuasa dan sebaliknya
tanah yaitu, Tan Malaka, dan Amir Sjarifuddin. Dan Dalam Bab III juga
Indonesia pada bab I zaman Jepang yang terbagi kedalam 8 pembahasan, pertama
status Indonesia di kemudian hari, dan yang terakhir mengenai situasi Indonesia
menjelang kemerdekaan.
Dalam penulisan skripsi ini, saya menggunakan dan mengambil konsep dari
Buku Hary J. Benda yang berjudul Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam
32
Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang , tentang politik terhadap Islam
bahwa apapun politik terhadap Islam yang akan dilancarkan oleh kekuasaan non-
Islam, hasilnya senantiasa berbeda dari apa yang ingin dikejar kekuasaan
31
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI :Zaman Jepang dan Republik Indonesia (1942-1998) edisi pemutakhiran, (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 2011).
32
Harry J Benda. Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa
Pendudukan Jepang (trjmh), (Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya, 1980).
13
kebijakn baru yang tujuannya untuk memanfaatkan rakyat Indonesia agar mau
Jepang.
H. Metode Penelitian
dalam hal ini penulis ingin mendiskripsikan atau menjelaskan tentang kebijakan
Jepang terhadap pendidikan kaum muslim di Indonesia. Dalam hal ini metode
yang biasa digunakan dalam penelitian sejarah pada umumnya yaitu, heuristik
atau pengumpulan data, kritik sumber baik intern maupun ektern, interprestasi
atau penafsiran, dan tahap terakhir adalah historiografi atau penulisan sejarah. 34
berupa majalah dan surat kabar yang diterbitkan pada tahun 1942-1945, seperti;
Baroe, Pandji Poestaka, Kan Po (Berita Pemerintah) dan surat kabar Asia Raya.
33
Harry J Benda. Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa
Pendudukan Jepang (trjmh), (Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya, 1980). h. 10
34
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995),
hlm. 89.
14
Tahap berikutnya adalah kritik sumber atau verifikasi, agar diperoleh data
yang absah, setelah melalui fase kritik, di mana penulis sudah menemukan
korelasi dan pemahaman yang baru mengenai tema yang akan dibahas. Setelah itu
dari permasalahan pokok yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini.
I. Sistematika Penulisan
latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, teori dan konsep, tujuan
pemerintah Jepang
bergerak di bidang sosial-budaya.1 Hal tersebut dilakukan agar mereka tetap dapat
menanamkan jiwa nasionalisme terhadap rakyat Indonesia, agar mau berjuang dan
menuntut hak-hak mereka yang telah hilang selama penjajahan, terutama hak
untuk merdeka.
Saat negeri Belanda telah diduduki oleh Jerman pada bulan September
Dalam suasana yang terjepit semacam itu, Pemerintah Belanda berusaha untuk
mengurangi sikap keras mereka terhadap kaum pergerakan dan mengambil jalan
1
Mukhlis Paeni dan Mestika Zed, Perang Pasifik dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda,
dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ad), Indonesia Dalam Arus Sejarah: Perang Dan
Revolusi Jilid 6, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012. h. 5.
2
Ibid. h. 8
16
17
keruntuhannya tetap tidak berubah,3 tetap acuh dan tidak menghiraukan tuntutan-
Dunia II, terutama sejak dibukanya konsultan Jepang di Batavia sejak 1909. Pada
bersedia memperbesar kuota ekspor minyak buminya. Tuntutan ini tidak mungkin
dipenuhi oleh pemerintah Hindia Belanda. Salah satu alasan resmi penolakan itu
ialah karena neraca nilai impor Jepang tidak seimbang dengan nilai ekspor Jepang
jauh dibawah kuota yang diminta Jepang. Selain itu Jepang juga menuntut ekspor
bahan-bahan lain, seperti karet, timah putih biji besi dan biji mangan dengan
jumlah yang juga cukup banyak. Sudah pasti permintaan ini ditolak oleh
pemerintah Belanda.
bawah pimpinan Yoshizawa Kenkichi. Kali ini Jepang menuntut konsesi ladang
minyak seluas 1,7 juta hektar. Pemerintah Belanda akhirnya hanya bersedia
memberi 0,3 hektar juta sebagai langkah awal. Selain itu Jepang juga menuntut
3
Cahyo Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari Kebangkitan
Hingga Kemerdekaan, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995) h. 174.
18
buntu. Dan akhirnya pada 27 Juni 1941 delegasi Jepang kembali kenegerinya.
terhadap pendudukan Jepang atas Indocina. Tindakan Amerika Serikat itu diikuti
oleh Inggris dan kemudian oleh Hindia Belanda. Hubungan Internasional yang
saat meletusnya Perang Pasifik pada awal Desember 1941. Kelompok bisnis yang
pelosok bahwa Jepang sebagai penyelamat Asia dari penjajahan asing, Jepang
4
Gerakan yang cepat dalam bidang politik. www.kamusbesar.com (akses: Rabu, 12
Agustus 2015)
5
Paeni dan Zed, Perang Pasifik dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda, h. 13.
6
Ahmad Yusuf, Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002 buku 1, (Pekanbaru: Badan
Kesejahteraan Sosial Provinsi Riau, 2004) h. 44.
19
rencana serangan rahasia oleh Isoroku Yamamoto pada bulan September 1941.
Nagumo yang diangkat sebagai panglima perang bergerak dari pulau Kuril.
dilancarkan dalam dua gelombang. Gelombang pertama dimulai pukul 07.30 pagi.
Sebanyak 183 pesawat pembom diterbangkan dari kapal induk. Sasarannya adalah
kapal-kapal perang Amerika yang berlabuh disekitar Pulau Ford. Satu jam
militer lainnya, seperti gudang pembekalan dan bahan bakar. Serangan Jepang
terhadap Pearl Harbour berakhir kira-kira pukul 10.00 pagi. Dalam waktu dua
setengah jam, Jepang telah menimbulkan kerugian yang cukup besar pada pihak
Amerika Serikat.8
Serangan Jepang tersebut membuat presiden Amerika marah, dan pada sore
7
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI :Zaman Jepang dan Republik Indonsia (1942-1998) edisi pemutakhiran, (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 2011) h. 1.
8
Paeni dan Zed, Perang Pasifik dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda, h. 13-14.
9
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 2.
20
resmi Indonesia sudah diseret ke dalam perang, walaupun tanpa pernyataan itu
diikuti oleh pendaratan pasukan. Kekuatan udara Jepang lebih hebat dibandingkan
dengan kekuatan udara Hindia Belanda. Serangan pertama dilancarkan dari Davao
Belanda. Sasarannya adalah Tarakan untuk menguasai instalasi minyak kota itu.
Dalam melancarkan serangan ini, Jepang berusaha untuk tidak menjatuhkan bom
di instalasi tersebut. Karena instalasi minyak tersebut sangat berguna bagi Jepang.
Indonesia.
menyampaikan usul penyerahan lokal dari pihak Belanda ini kepada Jenderal
Imamura, tetapi tuntutan Imamura adalah penyerahan total semua pasukan sekutu
ke Jawa. Jika pihak Belanda tidak mengindahkan ultimatum Jepang itu, kota
Bandung akan dibom dari udara. Jenderal Imamura pun mengajukan tuntutan
10
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI,h. 3.
11
Paeni dan Zed, Perang Pasifik dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda, h. 16
21
ditandai dengan ditanda tanganinya kapitulasi Kalijati oleh Ter Poorten yang
mobil truk perang diiringi pasukan Jepang berkendara sepeda. Bendera Merah
berbagai tempat. Kata “Banzai” terucap berulang-ulang dan keras dari mulut
orang Belanda yang muncul di jalan-jalan mendapat hadiah berupa ejekan dan
caci maki. Faktor utama yang menimbulkan simpatik rakyat terhadap Jepang tentu
saja kebencian mereka terhadap Belanda, baik akibat penderitaan yang langsung
Penduduk Jawa meyakini kebenaran dari Ramalan Joyo Boyo yang berisi
bahwa suatu ketika Jawa akan diperintah oleh orang-orang berkulit kuning.
Namun pemerintahan mereka tidak lama, dan mereka akan kembali kenegara
asalnya. Dan Jawa akan diperintah oleh bangsa sendiri. Dalam pandangan rakyat,
orang berkulit kuning tidak lain adalah Jepang.13 Banyak penduduk Jawa yang
12
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 9.
13
Paeni dan Zed, Perang Pasifik dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda, h. 21.
22
Untuk dapat bekerja sama dengan rakyat Indonesia, maka terlebih dahulu
pemerintahan Jepang kaum nasionalis diajak bekerja sama oleh penguasa.15 Selain
melakukan kerja sama dengan kaum nasionalis, Jepang juga melakukan kerja
kepentingan golongan Islam dari pada memenuhi keinginan para elit nasionalis. 17
Jika Jepang berhasil bekerja sama dengan tokoh-tokoh muslim maka secara
otomatis rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam juga akan membantu
Jepang.
14
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 27.
15
Ibid, h. 29.
16
Ibid, hal, 37
17
Harry J Benda. Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa
Pendudukan Jepang,(trjmh), (Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya, 1980) h. 141.
23
dari zaman Hindia Belanda yaitu Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang
didirikan di Surabaya pada tahun 1937 oleh K.H. Mas Mansur dan kawan-kawan.
Jepang memilih MIAI sebagai wadah golongan Islam yang merupakan satu-
satunya organisasi gabungan, yang dimiliki umat Islam, tetapi MIAI baru diakui
oleh Pemerintah Militer Jepang sesudah mengubah anggaran dasar (asas dan
tujuannya). Pada asas dan tujuan MIAI ditambahkan “turut bekerja dengan sekuat
Setelah merubah asas dan tujuannya, maka MIAI baru diakui oleh Jepang dan
Jepang.
muslim tetap mau bekerja sama dengan Jepang karena tujuan Jepang sama dengan
tujuan rakyat Indonesia yaitu membela tanah Air dan menjaganya agar tidak
direbut lagi oleh pihak sekutu, oleh karena itu, tokoh-tokoh muslim berusaha
yaitu:
18
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 38.
24
kaum muslimin oleh Ahmad Yusuf, bahwa perjuangan yang didasarkan atas dasar
keyakinan tak akan sia-sia, dengan cara menguatkan batin dengan pendidikan
19
“Tjara Kerdja Bersama-sama jang Oetama K. H. M, Mansoer”, Soeara Muslimin
Indonesia, (16 Moeharram 1364/1 Djanoeari 2605, No. 1 Th. III).
25
20
“Dasar Perdjoeangan Moeslimin Oleh; Ahmad Joesoef”, Pandji Poestaka,
(Weltevreden: Balai Pustaka,1943).
26
mendirikan Kantor Urusan Agama yang pada zaman Belanda disebut kantor Voor
Sumubu yang dipimpin oleh ulama Islam sendiri, yaitu K.H. Hasyim Asyari dari
Islam di Indonesia. Oleh karena itu ketika Jepang menduduki Indonesia pada
tahun 1942, Jepang berharap dapat bekerja sama dengan kaum muslimin di
Indonesia, dengan cara memberikan peran sosial dan politik yang penting kepada
para pemimpin Islam. Mereka memandang agama sebagai sebuah alat yang
khusus terhadap peran para pemimpin Islam atau alim ulama.22 Karena melalui
para pemimpin Islam, Jepang berharap rakyat Indonesia mau bekerja sama dengan
Jepang.
memobilisasi rakyat Indonesia baik dari kalangan nasionalis sekuler maupun alim
ulama, dengan cara memanfaakan sentimen politik anti Barat. Jepang juga
21
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2012) h. 124.
22
Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945,
(Depok: Komunitas Bambu, 2015) H. 303-304.
23
Organisasi ini disponsori oleh Jawatan Propaganda Sendenbu yang dipimpin oleh
Shimizu Hitoshi dan Ichiki Tatsuo, dua orang Jepang yang mahir berbahasa Indonesia. Ketua
27
pendudukan sekitar april 1942. “Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia,
Nippon Cahaya Asia”.24 Para pemimpin Gerakan Tiga A adalah seorang ahli
propaganda Jepang yaitu Shimizu Hitoshi dan Ichiki Tatsuo. Shimizu dan
dukungan rakyat.25 Salah satu subseksi dari gerakan propaganda Jepang (Gerakan
perhatian kusus dari pemerintah Jepang karena kaum pemuda mudah untuk
dipengaruhi. Salah satu sarana yang dipakai untuk mempengaruhi kaum pemuda
kaum pemuda seperti Barisan Pemuda Asia Raya (BPAR). Yang diresmikan pada
tanggal 11 Juni 1942 dengan dipimpin oleh Dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh. 27
umumnya adalah Mr. R. Samsoedin. Organisasi ini terkenal dengan slogan Cahaya Asia Nippon,
Pelindung Asia Nippon, pemimpin Asia Nippon. Namun usianya singkat karena tidak didukung
oleh para tokoh nasionalis Indonesia maupun pemerintah militer Jepang sendiri. Akhirnya
organisasi ini dibubarkan pada bulan September 1942. Nino Oktorino, Konflik Bersejarah:
Ensiklopedi Pendudukan Jepang Di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2013) h. 33.
24
Imran, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945, h. 51.
25
Benda. Bulan Sabit Dan Matahari Terbit, h. 143.
26
Imran, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945. h. 66.
27
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 43.
28
Selain BPRA, Jepang juga membuat organisasi semi militer yang terdiri dari
militer baik untuk mempertahankan diri maupun untuk menyerang. Mereka adalah
pembantu polisi dengan tugas-tugas kepolisisan seperti penjaga lalu lintas dan
pengaman desa. Keibodan terdiri dari pemuda-pemuda yang berusia berkisar 20-
35 tahun. Jepang berusaha agar badan ini tidak dipengaruhi oleh kaum
pembentukan badan resmi semi militer lainnya, yakni Hizbulloh (tentara Alloh)
Desember 1944.31 Dalam bulan April 1943 dikeluarkan pengumunan yang isinya
mengerahkan pula tenaga perempuan tidak saja untuk kepentingan formal seperti
Fujinkai, tetapi juga untuk kepentingan pemuas nafsu. Mereka itu disebut
perempuan penghibur atau Jugun Ianfu.35 Mereka adalah wanita desa yang masih
lugu, tidak berpendidikan dan berasal dari keluarga yang secara ekonomi sangat
kurang. Namun, ada pula yang berasal dari keluarga terhormat yang terbujuk
Jepang agar tentara Jepang bersemangat dalam bekerja meskipun jauh dari
menjadi Jugun Ianfu telah mengalami penderitaan lahir batin. Hal ini merupakan
salah satu bukti kekejaman Jepang yang memaksa kaum perempuan memenuhi
34
Imran, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945, h. 55.
35
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 68.
36
Abdurrahman(edt), Dari Kurun Niaga Hingga Orde Baru, Bunga Rampai Sejarah
Indonesia, (Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, 2007) h. 64.
30
3. Kebijakan Ekonomi
Wilayah Selatan (yang terbagi menjadi 2 wilayah: wilayah A yang terdiri atas
Malaya, kalimantan Utara, Hindia Belanda dan Filipina dan wilayah B yang
terdiri atas Vietnam, Laos dan Kamboja). Tujuannya yaitu untuk memperoleh
bumi dan juga untuk memotong garis perbekalan musuhnya yang bersumber pada
wilayah tersebut. Rencana Jepang tersebut akan dilaksanakan dalam dua tahap.
Tahap pertama merupakan tahap pengusaan dan tahap kedua merupakan rencana
untuk jangka panjang, yaitu menyusun kembali struktur ekonomi wilayah tersebut
menganggap Indonesia mempunyai potensi ekonomi yang luar biasa. Hal ini
produksi dan prasarana ekonomi, ini dilakukan Belanda agar Jepang tidak dapat
37
Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 3
38
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 75-76.
39
Imran, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945, h. 51.
31
yang disita dari musuh diperketat. Untuk mencegah meningkatnya harga barang
pengendalian harga dan hukuman yang berat bagi yang melanggar. Harta milik
musuh dan harta yang dibiayai dengan modal musuh disita dan menjadi hak milik
pemerintah Jepang.41
mempertahankan nilai gulden atau rupiah Hindia Belanda. Tujuannya ialah agar
mengawasi lalu lintas permodalan dan arus kredit. Di bidang perpajakan diadakan
Ketika perang menginjak tingkat krisis pada tahun 1944 dimana Sekutu
meningkat. Rakyat dituntut untuk menyetor padi dan menaikkan produksi padi,
mereka juga dibebani pekerjaan tambahan yang bersifat wajib, seperti menanam
dan memelihara jarak (tumbuhan liar). Pekerjaan ini mengurangi waktu kerja
petani apalagi banyak di antara mereka dipaksa menjadi Romusa.43 Kebijakan ini
Pada masa penjajahan Jepang jumlah sekolah dasar menurun dari 21.500
menjadi 13.500. jumlah sekolah dasar merosot 30 %, ini karena pada awal
pemerintahan Jepang banyak sekolah yang ditutup, dan dibuka lagi namun tidak
guru-guru menengah yang aktif kira-kira tinggal 5%. Karena sebagian guru-guru
pengajaran dan struktur kurikulum ditujukan kepada keperluan Perang Asia Timur
Raya. Jenis sekolah dikelompokkan menjadi dua bagian utama yaitu sekolah
umum dan sekolah guru.45 Sekolah guru dibuat untuk melatih guru-guru agar
diterapkan dalam bidang pendidikan. Seperti yang disampai dalam majalah soeara
43
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 83.
44
Imran, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945, h. 74.
45
Ibid. h. 75.
33
“... Lihat sadja aliran jang ditempoeh oleh anak-anak kita disekolah-sekolah
ataoe dalam doenia pemuda oemoemnja. Kita lihat boewahnya pendidikan
mereka itoe jang sangat mengherankan. Peroebahan semangat anak-anak
dan pemoeda-pemoeda kita selama tiga tahoen jang belakangan ini
menendjoekan dengan tegas adanja kekoeatan jang loear-biasa dalam
djiwanja bangsa kita. Djiwanj a bangsa Indonesia, jang selaloe dikira oleh
pendjadjah Barat sebagai djiwa-boedak itoe, sebagai disoenglap beroebah
menjadi djiwa perkasa djiwa jang tahoe bertjita-tjita loehoer, asal diberi
kesempatan, asal diberi didikan jang sewadjarnya. Istimewa aliran
kemiliteranlah jang ditanamkan soenggoeh-soenggoeh dalam dadaja anak-
anak dan pemoeda-pemoeda kita itoe....”46
dan hal itu akan tercapai apabila Jepang memenangkan perang dunia II.48
pemberontakan karena adanya unsur Arab dan Pan Islam, oleh karena itu Jepang
melarang penggunaaan bahasa Arab. Namun pada akhir tahun 1942, Jepang
kaum muslim mau menerima kurikulum standar di dalam mata pelajaran non-
agama dan mengajarkan bahasa Jepang disamping bahasa Arab, dengan demikian
46
“Pendidikan di Masa Perang oleh Drs. Moh. Hatta”, Soeara Muslimin Indonesia, (30
Moeharram 1364 /15 Djanoeari 2605, No. 2 Th. 3).
47
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 91-92.
48
Imran, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945, h. 76.
34
Indonesia.49
masyarakat Indonesia dari mentalitas Eropa kepada alam pikir Jepang. Karena
22 April 1942 sekolah yang semula dibekukan dibuka kembali secara berangsur-
swasta pun diizinkan dibuka kembali misalnya sekolah agama Islam, sekolah
mendapatkan pendidikan;
bagi para guru seluruh Jawa. Karena dalam usaha mencapai sasaran pendidikan,
guru memegang peranan yang menentukan, untuk itu gurulah yang harus didik
49
Benda. Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. h. 159-160.
50
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 95.
51
“Pendidikan Bagi Rakyat Oentoek Mentjapai Indonesia Merdeka oleh Drs. Moh.
Hatta”, Soeara Muslimin Indonesia, No. 1 Th. III. (16 Moeharram 1364/ 1 Djanoeari 2605).
35
terlebih dahulu.52 Pada awal zaman Jepang, semua perguruan tinggi ditutup sejak
tahun 1943 ada beberapa yang dibuka kembali, seperti Perguruan Tinggi
penciptaan orang elit (golongan yang lebih sedikit jumlahnya) yang memiliki
kecakapan dan kecerdasan lebih. Kebijakan ini persis seperti yang diharapkan di
Jepang pada awal periode Meiji. Dengan cara ini Jepang sangat berhasil di dalam
media komunikasi massa, baik surat kabar, majalah, radio, film dll, untuk
menyebarkan propaganda Jepang. Surat kabar dan majalah terbit tanpa izin
yang tidak sesuai dengan kehendak Jepang, dilarang. Surat Kabar yang terbit
54
berada di bawah pengawasan badan yang diberi nama Jawa Shinbukai. Jepang
melakukan pengawasan yang ketat terhadap semua alat pemberitaan baik radio,
kantor berita Domei, maupun surat kabar. Selain surat kabar seperti Soeara Asia,
Asia Raya dan lain-lain, diterbitkan juga majalah-majalah seperti Djawa Baroe,
52
Imran, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945. h. 75.
53
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 406.
54
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 99.
55
Ibid, h. 101.
36
Radio juga penting sebagai alat komunikasi massa, dan karena itu
dan sebagainya. Setelah menghentikan semua aktivitas siaran radio swasta dan
ada celah yang dapat ditembus oleh pejuang-pejuang Indonesia yang bekerja di
mengenai kedudukan kedua belah pihak yang terlibat dalam perang Pasifik.
Sarana komunikasi, pers dan radio pada masa pendudukan Jepang memainkan
yang disampaikan wakil ketua Masyumi, Wahid Hasyim, pada tahun terakhir
56
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI. h. 102.
57
Benda. Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. h. 227
37
Lenyapnya bahasa Belanda dari dunia perguruan dan dari pergaulan sehari-
nama atau papan iklan yang berbahasa Belanda diganti dengan yang berbahasa
karena itu di semua sekolah yang dibuka kembali oleh Jepang diberi mata
kursus bahasa Jepang, yang juga mengadakan ujian. Bahkan terdapat pula
juga disiarkan melalui radio dan majalah.58 Selama bulan Ramadhan juga
mendorong komunikasi sosial antar penguasa dan rakyat, serta antara rakyat dari
berbagai daerah.60
58
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI. h. 103.
59
“Sekolah Bahasa Nippon Tinggi” Asia Raya, (Djoem’at Paing, 3 Agoest 2665/25
Roewah 1364)
60
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 412
BAB III
karena itu, untuk dapat mengambil perhatian rakyat Indonesia maka Jepang
memberikan peranan sosial dan politik yang penting kepada para pemimpin Islam.
Sesuatu yang jelas berbeda dari kebijakan Belanda. Ketika tentara Jepang
menduduki Indonesia pada 1942, harapan akan kerja sama dari kaum muslimin
menjadi sebuah kebutuhan yang penting, untuk dapat memenangkan perang dunia
II. Jepang berusaha untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia dengan
1. Kerangka Dasar
Islam adalah alat yang paling paling efektif untuk berkomunikasi dengan
masyarakat. Oleh karena itu, kedudukan alim ulama sangat penting untuk
alim ulama;
“..... Kita haroes tahoe bahwa kalau lapangan baroe soedah terboeka, maka
perloe kita sadar akan kedoedoekan kita, insaf akan kewadjiban jang kita
pikoel dan jakin akan langkah jang kita tindakkan. Djoega dalam
pemebntoekan Djaman Baroe ini, tidak koerang-koerang lapangan jang
haroes dilaloei oleh alim oelama kita. Istimewa sekali daja-oepaja
membesar-besarkan dan menghebat-hebatkan modalnja kaoem Moeslimin
38
39
gagasan tentang pelatihan ini sejak awal tahun 1943, ketika Shumubu masih
dikepalai oleh Kolonel Horie. Persiapan dan pelaksanaan kursus dilakukan oleh
seksi propaganda Shumubu. Kursus pertama diadakan pada bulan Juli 1943.
1
“Alim Olama; Menghadapi Pendidikan Ra’jat”, Soeara Madjelis Islam A’lla Indonesia,
(30 Radjab 1364/1 Agoestoes 2603).
2
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2012) h. 39.
3
“Pendapatan Selama Latihan Oelama oleh H. A Musaddad”, Soeara Madjelis Islam
A’lla Indonesia, 1 Ramadhan 1362 (1 September 2603). h. 11
40
dan pejabat utama yang bertanggung jawab atas kursus alim ulama ini diantaranya
1944, kursus tersebut dipercayakan kepada seksi III (penelitian, kontrol, dan
pengelolaan), yang dipimpim oleh seorang Jepang, Furusawa, seksi inilah yang
menangani persoalan Masyumi dan Hizbulloh.4 Tujuan kursus ini ialah untuk
mendoktrin alim ulama dalam semangat menghadapi perang pasifik dan Hakko
Iciu (delapan benang dibawah satu atap) penguasaan wilayah dunia atas rekayasa
Jepang.
pertama pada Juli 1943, jenis latihan yang serupa diulang kembali pada bulan
berikutnya. Akan tetapi, pada bulan September dan Oktober kursus tersebut
kembali untuk angkatan ketiga pada Desember 1944. Setelah sebulan istirahat,
pusat latihan alim ulama yang permanen didirikan pada bulan Februari 1944 di
Gedung Masyumi di Jakarta dan sejak itu kursus diberikan secara teratur dan rapi,
September 1944) karena alasan yang tidak diketahui, latihan tersebut dihentikan
sejak Juni 1945. Setiap kursus yang mula-mula berlangsung selama empat
minggu, tetapi sejak Februari 1944 dikurangi menjadi hanya tiga minggu.5
diselenggarakan kursus tiga bulan, sejak April 1944, bagi para guru madrasah,
4
Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945,
(Depok: Komunitas Bambu, 2015) h. 322.
5
Ibid. h. 323.
41
yang disebut Latihan Guru Agama bagian II. Guru-guru putri diseluruh Jawa
“para goeroe poetri Sekolah Rakyat dari seluruh Djawa masoek Djakarta
Kjoin Renseisjo. Dan 3 bulan lamanja mereka diberi oleh goeroe Nippon
pengadjaran, misalnja bahasa Nippon jang benar, tata kerama, taiso dsb.
Lihatlah disini, para goeroe poetri tadi, setelah kembali kedesa masing-
masing siboek mengadjarkan moerid-moeridnja.....”7
menentukan. Untuk itu gurulah yang harus dididik terlebih dahulu. 8 Dikabarkan
bahwa rencana kursus ini dibuat atas permintaan yang diajukan pada konferensi
kepala sekolah madrasah pada 20 Januari 1944. Latihan ini lebih diarahkan untuk
dengan fokus pada pelatihan mental, serta lebih menekankan pada aspek militer.
Seleksi ulama yang diundang untuk mengikuti latihan dilakukan oleh kontor
6
“Sekolah Latihan Goeroe Poetri di Djakarta” Djawa Baroe, No Istimewa,(1/3/2603).
7
“Pendidikan Nippon di Desa”, Djawa Baroe, No Istimewa,(6/10/2603).
8
Imran, Amrin, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945, dalam Taufik Abdullah dan
A.B. Lapian (ad), Indonesia Dalam Arus Sejarah: Perang Dan Revolusi Jilid 6, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012. h. 75.
42
c. Mereka yang dapat berbicara dan menulis bahasa Melayu dan salah satu
sebulan.9
Agaknya syarat ketiga tidak mudah dipenuhi oleh banyak ulama pedesaan
karena pada masa itu melek huruf bahasa Melayu agaknya tidak begitu tinggi di
kalangan mereka. Tentang syarat keempat, sulit dipenuhi oleh sejumlah sejumlah
kecil kiai yang sangat terkenal dan populer, seperti pimpinan pesantren besar.
Akan tetapi, bagi sebagian besar alim ulama, hal ini tidak menjadi persoalan.
Selain syarat-syarat di atas, mereka juga harus memiliki pengaruh yang luas,
pengetahuan yang luas, memiliki posisi sosial yang baik, dan tidak memiliki
Jepang, dan para alim ulama juga mendapatkan pula sumbangan untuk nafkah
keluarga selama mengikuti latihan itu, serta mendapatkan fasilitas yang lengkap di
tempat pelatihan.
9
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 323.
10
C. A. 0. Van Nieuwenhuijze, Aspects Of Islam In Post-Colonial Indonesia,(The Hague
and Bandung: W. Van Hoeve LTD, 1958). h. 129.
11
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 324
43
Alim ulama mau mengikuti latihan ulama ini karena sistem dalam pelatihan
ini sama seperti yang telah dijalankan oleh nabi Muhammad SAW. Jika Nabi
pandai dan cerdas untuk menerima pengajaran darinya. Kemudian mereka dikirim
“....Dan latihan ini tidak asing bagi para Alim Oelama karena di dalam
adjaran Islam dan jang telah dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW.
Memang ada jang sepadan dengan latihan, jaitoe djika Nabi Moehammad
SAW hendak menjampaikan adjaran-adjaran Islam kepada sahabat-sahabat
jang ratoesan riboe banjaknja, maka Beliau memilih dahoeloe sahabat-
sahabat jang pandai dan tjerdas oentoek menerima pengajaran, kemudian
mereka itoe mendapat didikan yang istimewa, dan jika sudah dilatih dan
digembleng, mereka kemudian dikirim ketiap-tiap pendjoeroe oentoek
menjampaikan ajaran-ajaran itu....”13
Para alim ulama sudah banyak tahu tentang pengetahuan agama, oleh karena
itu pelajaran-pelajaran yang diterima oleh mereka itu yaitu tentang suasana
peperangan Asia Timur Raya, tujuan bala tentara Dai Nippon, sejarah negeri dan
sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan lain-lain. Kemudian para alim ulama
agar alim ulama tidak ketinggalan zaman, dan menganjurkan kepada murid-
muridnya agar giat bekerja sama untuk mencapai kemuliaan agama, nusa dan
12
“Pendapatan Selama Latihan Oelama oleh H. A Musaddad”, Soeara Madjelis Islam
A’lla Indonesia, 1 Ramadhan 1362 (1 September 2603). h. 11
13
Ibid. h. 11
44
“..... Oleh karena Alim Oelama itoe soedah tjoekoep fasal pengetahuan
agamanja, maka kebanjakan peladjaran2 jang diberikan kepada mereka itoe,
jaitoe tentang soeasana peperangan Asia Timoer Raja dan toedjoen
Balatentara Dai Nippon, disertai sedjarah Negeri dansedjarah kemasoekan
Agama Islam di Indonesia, kesehatan dan perindoestrian dan beberapa
pengalaman. Selain itoe diberi kesempatan bagi alim oelama oentoek
menonton gambar hidoep jang mengandoeng peladjaran dan meloekiskan
kemadjoean didaerah-daerah Asia Timoer Raja dalam lapangan
kemakmoeran dan perindoestrian. Kemoedian para alim oelama berkeliling
melihat sekolah2 didikan pemoeda dan pertanian dan mengoendjoengi
gedoeng Perpoestakaan Islam, simpanan barang-barang koeno dan kantor
tjetak, semoeanja itoe oentoek meloeaskanpemandangan agar soepaja Alim
Oelama tidak ketinggalan dalam dalam menempoeh zaman kemadjoean
sekarang ini, bahkan sebaliknja mengandjoerkan kepada moerid2nja soepaja
giat bekerdja bersama, oentoek mentjapai kemoeliaan Agama, Noesa dan
Bangsa dan beroesaha soenggoeh2dibelakang garis peperangan membantoe
Balatentara Dai Nippon mentjapai kemenangan jang terakhir....”14
2. Peserta Kursus
Jumlah seluruh alim ulama yang menjalani latihan ini diperkirakan lebih
Menurut fakta statistik pada tahun 1943, yang dipersiapkan oleh Gunseikanbu,
jumlah seluruh kiai di Jawa ialah 18.466, dan yang ikut dalam pelatihan berjumlah
1.024 orang. Jadi mereka yang ikut dalam pelatihan mencapai 5,5 % dari jumlah
seluruh kiai.15 Tidak semua kiai yang ikut dalam pelatihan ulama. terutama kiai
yang sudah tua, karena mereka sulit meninggalkan pesantrennya selama pelatihan.
Usia peserta bervariasi dari 21 sampai 64 tahun. Jika seorang kiai seorang
sebagai wakil. Seleksi peserta muda mungkin juga merupakan kebijakan Jepang
1414
“Pendapatan Selama Latihan Oelama oleh H. A Musaddad”, Soeara Madjelis Islam
A’lla Indonesia, 1 Ramadhan 1362 (1 September 2603). h. 11
15
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa, h. 324-325
45
yang disengaja pemerintah mungkin berfikir bahwa meskipun kiai tua dan
berpengalaman lebih berpengaruh dikalangan rakyat, kiai muda bisa lebih aktif
Jepang lebih mengutamakan kiai yang masih muda untuk mengikuti pelatihan,
karena Jepang beranggapan bahwa lebih mudah untuk membentuk idiologi dan
publik di samping mengajar agama Islam, seperti pegawai dan guru sekolah,
utamanya. Kedua mereka yang bekerja dalam usaha sendiri seperti pertanian dan
samping latar blakang pendidikan agama. Hal ini berarti bahwa mereka yang
masyarakat desa, yaitu pada waktu jumlah murid pada umumnya masih sedikit.
sebuah pesantren di daerah mereka, sebagian besar di antaranya pergi dari desa
Kursus-kursus bagi ulama dan kiai dimulai pada bulan Juli 1943. Pada
Namun hal tersebut ditentang oleh para pemimpin Islam, karena bertentangan
dengan Islam. Saikerei adalah pemberian hormat setiap pagi kepada Tenno Haika
ditentang banyak kaum muslim, upacara ini tetap dipaksakan untuk diikuti oleh
sesi-sesi pelatihan para kiai dan ulama yang dibina oleh Jepang.
pada tahun 1943 yang dihadiri 59 kiai dari seluruh Jawa dan Bandung, Amrullah
tetap duduk ketika semua orang bangun berdiri untuk melakukan Seikerei.21
yang dibuka oleh profesor Ozaki, ia menyalahkan kaum muslimin karena tidak
19
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 344-345.
20
Harry J Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa
Pendudukan Jepang(trjmh), (Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya, 1980) h. 156.
21
Ibid. h. 155
47
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh Kiai Mas Mansur (orang yang
juga meminta dukungan kaum muslimin dalam membantu Jepang yang dihadiri
22
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. h. 156-157
23
Ibid. h. 157
24
Nino Oktorino, Konflik Bersejarah: Ensiklopedi Pendudukan Jepang Di Indonesia,
(Jakarta: PT. Gramedia, 2013) h. 102.
25
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit h. 157.
48
a. Kuliah
pengajar Indonesia. Akan tetapi dalam beberapa kasus, pengajar Jepang berbicara
dalam bahasa Jepang tanpa penerjemah. Karena hampir tak seorang alim ulama
yang mengerti bahasa Jepang, muncul keluhan dari para peserta. Tema
pasukan sekutu. Dalam konteks serupa inilah juga dilakukan kuliah-kuliah untuk
dimaksud untuk menggalang kerja sama positif dari alim ulama dengan pihak
kuliah konkret dan praktis diberikan untuk menunjukkan peserta “bagaimana cara
bekerja sama dengan Jepang”. Kerja sama bukan hanya bukan hanya bersifat
spiritual dan moral, tetapi juga berbentuk sumbangan yang lebih praktis dalam
lapangan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, dalam konteks pelatihan teknis
inilah dilakukan banyak latihan seperti pertanian, dalam latihan alim ulama.26
Mata pelajaran yang diberikan kepada mereka antara lain adalah: tujuan-
tujuan besar perang Asia Timur Raya, sejarah Jepang dan Indonesia, Bahasa
Jepang, pelajaran Islam (termasuk sikap Jepang terhadap Islam), Budaya Jepang,
26
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa h. 328.
49
dasar pertahanan.28
Walaupun sebagian isi kursus itu bermuatan propaganda Jepang, para kiai
dan politik, pendalaman ilmu dibidang agama, Al-Qur’an dan tafsir, dan
penyusunan silabus mata pelajaran yang lebih baru untuk pesantren di Jawa.29
b. Tamasya
gemerlapnya ibu kota kepada kiai pedesaan, agar para kiai tidak begitu
seperti museum Nasional (untuk menunjuk sisa-sisa sejarah kerajaan Jawa kuno
Film juga dimanfaatkan dengan baik karena merupakan salah satu media
Jepang dan Bangsa Asia serta peran pengajaran Jepang, film yang mendorong
operasi militer dan menekankan kekuatan militer Jepang, film yang menekankan
27
Nieuwenhuijze, Aspects Of Islam In Post-Colonial Indonesia h. 130.
28
Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia VI :Zaman Jepang dan Republik Indonsia (1942-1998) edisi pemutakhiran, (Jakarta:
PT. Balai Pustaka, 2011) h. 96.
29
Amrin, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945, h. 68.
50
Jepang, seperti pengorbanan diri, kasih sayang ibu, pengorbanan terhadap orang
untuk menonton film pada maret 1943, sebelum program latihan dimulai. Akan
tetapi, undangan ini tidak dihargai karena prasangka mereka terhadap film.
Karena ajaran Islam secara keras melarang pemujaan idola maka muslim Jawa
mempunyai sikap yang negatif terhadap segala macam gambaran visual. Oleh
karena itu, upaya semacam ini tidak diulang sampai dimulainya latihan. Dengan
mereka karena film merupakan media propaganda yang sangat bernilai bagi sektor
pedesaan. Oleh karena itu, bagi para peserta latihan, “menonton film” bukanlah
propagandis.31
zaman Belanda suara dan usulan mereka tidak didengar, dan saat Jepang datang
Dan pendidikan yang disampaikan para ulama tidak hanya sebatas hubungan
lebih banyak dari pada pemerintahan Belanda.34 Sekolah-sekolah Islam dan taman
keseragamana dan persamaan untuk semua kelompok etnis dan kelas sosial.
32
“Islam Dizaman Belanda Oleh; A. Salam Yahja”, Soeara Madjelis Islam A’lla
Indonesia, 14 Sja’ban 1364 (15 Agoestoes 2603). h. 10
33
Amrin, Dibawah Pendudukan Jepang 1942-1945, h. 68.
34
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. h. 161
35
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa, h. 402.
52
dan cara berfikir masyarakat Indonesia dapat diubah dari mentalitas Eropa kepada
pelajaran agama Islam, karena pada masa penjajahan Belanda, hal tersebut tidak
rakyat. Dalam rapat panitia di Serang, Banten, diperoleh hasil bahwa di semua
agama Islam dan memperbolehkan pengajaran agama Islam diluar jam pelajaran
sekolah.
ada ditutup. Sekolah swasta selain dari pada Syutoo Kokumin Gakkoo (Sekolah
izin dan memenuhi syarat-syarat yang berlaku seperti yang telah ditetapkan
38
“Sekolah dan Agama Islam oleh Drs. Moh. Hatta”, Soeara Muslimin Indonesia, (30
Moeharram 1364/15 Djanoeari 2605, No. 2 Th. 3). h. 7.
39
“Osamu Seirei No. 22 Tentang Sekolah Partikoelir” Kan Po (Berita Pemerintah) No.
22 (Tahun II Bulan 7, 2603).
54
Banyak sekolah Islam yang diizinkan untuk dibuka kembali. Namun harus
menerima silabus yang telah disatukan sejak sejak pertengahan tahun1942. Secara
dasar Eropa) Hollandse Inlandse School (HIS, sekolah Pribumi Belanda) dan
Barat dan Pribumi. Sekolah dasar pribumi juga terorganisasikan di bawah sistem
baru dan dibagi menjadi dua tipe. Pertama disebut sekolah pertama atau shoto
kokumin gakko selama tiga tahun dan setara dengan volks school pada zaman
Balanda. Kedua disebut sekolah rakyat atau kokumin gakko yang juga merupakan
seluruh sekolah dasar meningkat 14% sementara jumlah murid meningkat 78%.
Hal yang paling mengejutkan ialah meningkatnya jumlah “sekolah rakyat”. Pada
zaman Belanda hanya anak-anak pejabat desa dan keluarga kaya yang mampu
bersekolah, tetapi pada zaman Jepang setiap orang bisa bersekolah karena tidak
40
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. h. 165-164
41
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa, h. 400.
55
tergantung pada sekolahnya. Namun dalam hal ini, biayanya lebih murah
Pekerjaan praktis (sagyo), Bahasa Jepang, Bahasa Daerah (Jawa, Sunda, atau
menyadari pendidikan bukan saja menjadi kunci menuju Japanisasi yang berhasil,
akan tetapi pendidikan Islam juga memerlukan suatu perhatian khusus di mata
mempunyai dua aspek, yang satu bersifat administratif yang lainnya bersifat
pendidikan.
dibuka kembali setelah 1943, untuk menampung lulusan sekolah dasar.45 Dibuka
Cirebon. Di sekolah tersebut selain diajarkan tentang pertanian dan teknik, juga
42
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 405.
43
Ibid. h. 408.
44
“Kanak-Kanak di Djawa” Djawa Baroe No. Istimewa (1/3/2603).
45
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. h. 160-161.
56
Belanda sejak dulu tidak ada keinginan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia, berbeda dengan Jepang.46 Pada tahun 1944 dibuka Sekolah Tinggi
pembesar Jepang dan Indonesia. yang dimulai pada pukul 10.00. Setelah
“Saya merasa amat gembira sekali pada hari Mi’raj jang dibesarkan oleh
Oemat Islam ini, dapat menghadirioepadjara pemboekaan SEKOLAH
TINGGI ISLAM jang menjadi idaman-idaman Oemat Islam. sekolah Tinggi
Islam ini tentoe akan mengadjarkan ilmoe-ilmoe Agama jang tertinggi di
Indonesia. oleh sebab itoe adalah kewadjibanja mendidik orang-orang jang
tjakap benar oentoek memenoehi panggilan djaman. Dan bekerdja teroes-
meneroes goena mendidik pemimpin oemat Islam soepaja bersatoe-padoe
sebagai rakjatdalam negara merdeka jang akan datang. Dan beroesaha
oentoek menjelenggarakan pendidikan sesoeai negara merdeka dihadapan
mata moesoeh. Peladjaran-peladjaran semoea jang telah diizinkan oentoek
mendjadi mahasiswa djanganlah hanja mendjadi ilmoe jang dalam sadja,
tetapi hendaknja melatih rohani dan djasmani dengan soenggoeh-soenggoeh
46
“Sekolah Pertanian menengah dan Sekolah Teknik menengah” Asia Raya, Senin Legi,
(23 Djoeli 2605/14 Roewah 1364).
47
“Sekolah Tinggi Islam Djakarta (Djakarta Kaikyoo Daigaku)”, Asia Raya, Rebo Legi,
(13 Djoeni 2665/3 Redjab 1361).
57
di Jakarta. Sekolah Tinggi Islam dikepalai oleh Abd. Kahar Muzakkir, sedangkan
“Bagian Yoka:
Goeroe-goero:
H. Abd. Kahar Moezakkir, Bahasa Arab dan hoerof Arab.
Moehammad Rasjidi, Pengetahuan Filsafat.
K.H. Iljas, Al-Qur’an.
Goeroe Istimewa:
Dr. Slamet Iman Santoso, Physiology.
Drs. A. Rameli, Pengetahuan Kesehatan.
Rr. R.M. Priono, Sedjarah Keboedajaan dan bahasa Sanskerta.
Goeroe Bantoe:
Mr. Ali Boediardjo, Kesoesilaan.
Mr. Abd. Karim, Ilmoe Masyarakat
Mr. Soemanang, Ekonomi.
Drs. Bahtiar, Ilmoe Masjarakat.
Mr. St. Takdir Alisjahbana, Bahasa Indonesia.
48
“Oepatjara Pemboekaan: Sekolah Tinggi Islam; Pendidikan Tjalon Pemimpin-
Pemimpin Islam Indonesia”, Soeara Muslimin Indonesia, (19 Djoemadul Achir 1364/19 Djoeni
2605), No. 11 Th. 3.
49
“Sekolah Tinggi Islam jang Pertama di Indonesia” Soeara Muslimin Indonesia, (19
Djoemadul Achir 1364/19 Djoeni 2605), No. 11 Th. 3. h. 13
58
Goeroe bantoe:
M. Zain Djambek, Oesoel.
Sadeli hasan, Bahasa Ibrani dan Soerjani.
Goeroe Bantoe Istiimewa:
H. Moesaddad, Ilmoe perbandingan perbedaan agama-agama.
H. Faried Ma’roef, Tafsir....”50
Calon pelajar Sekolah Tinggi Islam yang telah lulus dalam ujian, untuk
Tinggi Islam. Oleh karena itu, mereka meminta untuk diadakan kursus agar dapat
masuk ke Sekolah Tinggi Islam. Dan akhirnya kursus tersebut diadakan dengan
mereka kepada khalayak seluas mungkin. Selain itu di Jawa bahasa Jepang
50
“Sekolah Tinggi Islam jang Pertama di Indonesia Keterangan jang Berwajib” Soeara
Muslimin Indonesia, (19 Djoemadul Achir 1364/19 Djoeni 2605), No. 11 Th. 3. h. 14
51
“Sekolah Tinggi Islam: Tjalon-tjalon jang Diterima Oentoek Tingkat Pendahuluan”,
Asia Raya (Selasa Pon, 14 Agoest 2665 (6 Ramadhon 1364). No.158
52
“Moerid2 S.M.T Minta Masoek Sekolah Tinggi Islam”, Asia Raya (Selasa Pon, 14
Agoest 2665 (6 Ramadhon 1364). No. 195.
59
dikirim guru-guru dari Jepang. Di sekolah dasar tidak ada orang Jepang. Dan
kursus latihan intensif berjangka pendek. Di pihak lain hal yang lebih penting
disekolah yang diberikan oleh Jepang kepada anak-anak baik teori maupun
praktek menjadi pelajaran berharga bagi mereka. Pelajaran yang diperoleh pada
zaman Jepang merupakan kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi tentara
dimulai sejak 1942, buku-buku pelajaran zaman Belanda seluruhnya dikaji ulang
dan diperbaiki. Kemudian menjelang akhir tahun 1942 diterbitkan 57 jenis buku
pelajaran baru berbahasa Indonesia. Selanjutnya, mulai tahun ajaran baru, April
buku pelajaran yang baru. Tetapi tidak berjalan dengan baik karena sekolah-
sekolah kekurangan tenaga pengajar. Hal ini disebabkan karena adanya perluasan
pendidikan sekolah serta meningkatnya permintaan akan tenaga guru dari sektor-
53
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 411-412.
54
Harnoko Poliman, Darto, Perang Kemerdekaan Kebumen Tahun 1942-1950,
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1986/1987. h. 20
60
untuk kaum romusa karena sebagian besar para romusa buta huruf. Pemerintah
Jepang telah menyediakan asrama untuk para romusa. Di asrama tersebut akan
diadakan rumah sakit dan pengawasan kebersihan dan untuk urusan kesehatan
para romusa. Dan untuk urusan pertanian setiap asramah akan disediakan tanah
pertanian untuk para romusya agar dapat dikelola untuk mencukupi kebutuhan
mereka. Dan untuk pendidikan para romusya, akan diberikan pelajaran agama
oleh para kiai di sekitar asramah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
“.... peladjaran Agama Islam telah moelai diadakan diashrama oleh para kiai
dari tempat-tempat jang berkaitan dengan asramah, jaitoe pada waktoe-
waktoe jang ditetapkan. Soal pendidikan agama ini, menoeroet keterangan
Roomu-Syoorihan, akan diperbanjak..”.56
Selain pelajaran agama, setiap sore diadakan pelajaran membaca angka dan
huruf untuk memberantas buta huruf, pelajaran ini diberikan oleh para sidooin
55
Ibid. h. 414-416
56
“Oesaha Pendidikan Dikalangan Para Roomusya”, Asia Raya, (Djoem’at Paing, 29
Djoeni 2665/19 Redjab 1364).
61
maka pelajaran yang ditekankan kepada mereka ialah seisin (semangat) atau
bushido (jiwa satria) yang meliputi kesetiaan dan bakti kepada tuan atau
bertepatan dengan hari ulang tahun kaisar Jepang, beberapa minggu setelah
pembangunan “Jawa Baru” melatih para pemuda dalam hal kedisiplinan dan
57
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 373.
58
Sainendan memiliki cabang di setiap tingkat wilayah administratif, yaitu dari tingkat
shu hinggu si. Selain itu, dipabrik-pabrik dibentuk pula Sainendan Kojo sementara di daerah
perkebunan dibentuk Seinendan Jigyojo. Sainendan juga memiliki cabang yang beranggotakan
kaum wanita yang disebut Josyi Saenendan (Seinendan Putri). Jumlah seinendan di jawa kira-kira
setengah juta orang. Nino Oktorino, Konflik Bersejarah: Ensiklopedi Pendudukan Jepang Di
Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2013) hal, 104
59
Amrin, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945. h. 52.
62
dari kalangan pemuda pribumi antara usia 17 dan 25 tahun62 (kemudian diubah
menjadi 14-22 tahun). Fungsi pokok Seinendan ialah untuk melatih dan
dan sebagainya.
60
“Latihan Djawa Seinendan”, Djawa Baroe, Nomor Istimewa (5/10/2603).
61
Poesponegoro, dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI. h. 45.
62
Amrin, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945. h. 52
63
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa h. 377.
63
yang lebih pragmatis, seperti peningkatan produksi dan pekerjaan umum, serta
produktif.64
dipengaruhi oleh kaum nasionalis. Oleh karena itulah organisasi ini dibentuk di
64
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa h. 387.
65
“Lahirnja Djawa Keibodan” Djawa Baroe, Nomor Istimewa (5/10/2603).
66
Amrin, Dibawah Pendudukan Jepang 1942-1945. h. 53.
64
seminggu. Sebagian besar yang diusulkan sebagai instruktur latihan adalah guru
sekolah dan guru agama. Latihan secara teratur terdiri dari latihan semi
dan taiso (gerak badan). Akan tetapi di beberapa derah juga diajarkan bahasa
Jepang, karena dalam beberapa hal bahasa Jepang diperlukan dalam istilah teknis
kegiatan-kegiatan keibodan.67
Oktober 1944.
barisan ini disampaikan oleh Saiko Sikikan (panglima Tertinggi) pada 8 Desember
67
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa. h. 388.
68
Majelis Sjoero Moslimin Indonesia, didirikan pada tanggal 22 November 1943 sebagai
wadah untuk memobilisasi umat Islam. Secara resmi ketuanya adalah K.H. Hasyim Asyari.
Masyumi dipercaya untuk mengorganisasikan pelatihan terhadap ulama dan para gutru agam desa
yang sebelumnya dilakukan oleh para pejabat Jepng dari Shumubu. Nino, Konflik Bersejarah h.
71.
69
“Sepatah Kata Tentang Hizboe’llah oleh; H. A. Kahar Moedzakir Shumubu-Jichoo”,
Soeara Muslimin Indonesia, (16 Moeharram 1364/1 Djanoeari 2605), No. 1 Th. III.
70
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam h. 151.
65
1944, berdasarkan permintaan para pemuda Islam. Keputusan ini berbeda dengan
sikap Jepang setahun sebelumnya pada bulan September 1943 mereka menolak
suci akan mendapat dukungan dari para pemuda Islam.71 Hizbullah direncanakan
sebagai korps cadangan bagi Peta, beberapa perwiranya para kiai diberi tugas
membantu bala tentara Jepang, para kiai juga bisa ngajarkan ajaran-ajaran Islam
dan menganjurkan para orang tua untuk mengizinkan anaknya untuk ikut dalam
71
Amrin, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945 h. 54.
72
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. h. 216.
73
“Sepatah Kata Tentang Hizboe’llah oleh; H. A. Kahar Moedzakir Shumubu-Jichoo”,
Soeara Muslimin Indonesia, (16 Moeharram 1364/1 Djanoeari 2605), No. 1 Th. III.
66
Dr. Soekiman salah seorang pemuka PII (Partai Islam Indonesia) juga
74
“Islam Dizaman Belanda Oleh; A. Salam Yahja”, Soeara Madjelis Islam A’lla
Indonesia, (14 Sja’ban 1364 /15 Agoestoes 2603). h 10
75
“Dengan Keberanian dan Pengorbanan Membela Agama dan Tjita-tjita oleh Dr.
Soekiman”, Soeara Muslimin Indonesia, (16 Moeharram 1364/1 Djanoeari 2605), No. 1 Th. III.
67
Selain itu diadakan latihan jasmani yang keras serta kemiliteran. Murid-murid
(Nippon seishin). Hal lain yang harus dilakukan pelajar adalah menyanyikan lagu
kepada istana kaisar di Tokyo Seikerei, dan menghormati bendera Jepang dan
Mereka yang diterima sebagai anggota adalah pemuda yang berusia 17-25
tahun dan belum berkeluarga. Setiap Shu harus mengirimkan 25 calon untuk
Pelatihan dimulai pada Februari 1945 di Cibarusa, Jawa Barat, diikuti oleh
500 orang. Upacara pembukaan pelatihan dihadiri oleh kepala Gunseikan dan
wakil ketua masyumi Wahid hasyim. Kapten Yanagawa, tokoh yang telah
bulan. Setelah selesai mereka kembali kedaerah untuk melatih calon anggota
76
Poesponegoro, dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI. h. 92.
77
Amrin, Di bawah Pendudukan Jepang 1942-1945. h. 55.
BAB IV
pendidikan beraneka ragam. Pada awal pendudukan Jepang, banyak orang tua
yang mulai menyekolahkan anak-anak mereka, hal ini karena Jepang telah
hanya anak laki-laki dan gadis usia sekolah, tetapi orang dewasa juga bersekolah
dan minat terhadap pendidikan harus dihentikan akibat tekanan ekonomi. Para
pelajar banyak yang dikeluarkan dari sekolah karena harus membantu orang tua
serta berbagai program latihan.1 Hal ini terjadi karena Jepang membutuhkan
Meskipun para ulama banyak yang mengikuti Pelatihan Ulama, tetapi tidak
semua para ulama menerima begitu saja kebijakan yang diberikan oleh
Seperti yang terjadi pada bulan Februari 1944, perlawanan serius pertama kaum
1
Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945,
(Depok: Komunitas Bambu, 2015) hal, 404
68
69
meletus di Jawa Barat pada bulan Mei dan Agustus, sejak saat itu dan seterusnya
sehingga rakyak hanya makan singkong yang dijadikan bubur sebagai pengganti
beras. Selain itu banyak orang terpaksa makan umbi badur yang mula-mula harus
beracun. Bonggol pisang juga dimasak untuk dimakan, dan juga daun kelapa yang
disebut “bulung”.3
Rakyat Indonesia yang menjadi romusha sama sekali tidak dibayar atau
dibayar jauh lebih kecil dari pada kontrak. Dan banyak para romusha yang
yang tidak cukup, dan pekerjaan yang terlalu berat, menyebabkan banyak
romusha meninggal dalam jumlah yang besar dalam tempat kerja.4 Hal ini yang
Namun para alim ulama tidak dapat berbuat banyak terutama alim ulama
yang menjadi pegawai Sumuka karena mereka tidak pernah diberikan kekuasaan
2
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2001) h. 420.
3
Anton E Lucas, Peristiwa Tiga Daerah Revolusi dalam Revolusi, (Jakarta: PT. Pustaka
Utama Grafiti, 1989) h. 51.
4
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI :Zaman Jepang dan Republik Indonsia (1942-1998) edisi pemutakhiran, (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 2011) h. 65.
70
umum birokrasi Jepang untuk mengabaikan pegawai non karir mudah dipahami
bahwa pegawai ulama tidak bisa benar-benar dipercaya. Alim ulama tidak pernah
bebas dari kontrol pangreh praja di dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Saat
berpidato ulama selalu didampingi seorang pegawai priyai, selain itu tema-tema
bersama Asia Timur raya” terbukti hanya kata-kata kosong belaka.6 Alim ulama
juga tidak begitu saja menerima kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, seperti
ialah Dr. Abdul Karim Amrullah, Kiai Mas Mansur, dan Abdul Kahar Muzakkir.
Indonesia karena mereka tahu posisi Jepang dalam perang memburuk. 8 Oleh
5
Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa h. 364.
6
Sutrisno Kutoyo, dkk (edt), Sejarah Daerah-Daerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta: PT.
CV. Eka Darma, 1997) h. 300.
7
Harry J. Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa
Pendudukan Jepang(terjemah), (Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya, 1980) h. 157.
8
Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, h. 422.
71
latihan keras, kondisi dan keadaan masyarakat yang buruk, serta pengalaman-
rakyat. Satu contoh ialah perlawanan Peta di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi,
telah menunnjukkan ketidak puasan mereka terhadap realitas sosial yang terjadi.9
seperti pemberontakan yang terjadi di Cot Plieng Bayu, dekat Lhok Seumawe
yang dipimpin oleh Teungku Abdul Jalil, selama setengah hari, Jepang
orang murid Abdul Djalil. Dan Abdul Jalilpun tewas bersama 19 pengikutnya di
dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa pada bulan Februari 1944. Ia menganggap
Jepang musuh bangsanya karena itu mereka tidak mau bekerja sama dengan
penguasa itu.10
9
Cahyo Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari Kebangkitan
Hingga Kemerdekaan, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995) h. 197.
10
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia h. 112.
72
terhitung amat singkat, yakni hanya 3,5 tahun. Namun waktu yang singkat itu
Indonesia, tidak menjadi jaminan bangsa Belnada telah berbuat banyak terhadap
para guru agama dan dai Islam dihapuskan oleh Jepang, sehingga para guru
agama dan da‟i dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh leluasa.11 Umat Islam
Kedua sistem pendidikan Islam yang terdapat pada masa Jepang pada
dasarnya masih sama dengan sistem pendidikan Islam zaman Belanda, yakni di
samping sistem pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga
terdapat sistem pendidikan klasikal sebagai mana yang terdapat pada madrasah,
11
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Kencana Prenadamedia Group,
2014) h. 305.
12
Ibid. h. 308-309.
73
oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta,13 sebagai ketuanya,
yang dibuka secara resmi pada hari Minggu, 8 Juli 1943 bertepatan dengan hari
Isro Mi‟roj Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh Gunseikan serta pembesar-
depan.14
Selain itu bahasa Indonesia dan budi pekerti yang sebelumnya tidak pernah
mengutamakan pendidikan otak saja, kini menjadi pelajaran yang penting, karena
dianggap sebagai dasar yang utama dalam kehidupan manusia, yang diajarkan
disekolah-sekolah umum oleh para alim ulama sesuai dengan pelajaran agama
Islam.
13
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2012 h. 125.
14
Majalah Islam: Soeara Muslimin Indonesia, Djakarta : M.I.A.I, 1943 no 11 th.3 (19
djoemadil Achir 1364/ 1 Djoeni 2605)
15
Imran, Amrin, Dibawah Pendudukan Jepang 1942-1945, dalam Taufik Abdullah dan
A.B. Lapian (ad), Indonesia Dalam Arus Sejarah: Perang Dan Revolusi Jilid 6, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012. h. 76.
74
pendidikan jasmani berupa Taiso (senam pagi ala Jepang) diiringi dengan lagu
seperti sumo, kendo dan base ball diperkenalkan oleh tentara Jepang.17
mulai mengatur pendidikan kaum muslimin, hal ini dilakukan Jepang untuk
agama, yaitu bahasa Jepang dan disiplin Jepang. Penambahan sekolah agama
sekolah swasta.
16
“Pendidikan Boedi pekerti II oleh: R.P Soemaolan”. Pandji Poestaka, Weltevreden: Balai
Pustaka,1943.
17
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI h. 44.
18
“Osamu SeiRei No. 22 Tentang Sekolah Partikoelir” Kan Po (Berita Pemerintah) No. 22
Tahun II Bulan 7, 2603.
75
Begitu pula tablig-tablig kecuali jika isinya berpihak kepada Jepang dan
tentunya meminta izin terlebih dahulu atau disediakan isi tablik oleh Senden Han
kurikulum baru yang berlaku secara umum untuk semua sekolah. Karena Jepang
mengetahui bahwa jalur yang paling inti untuk mempengaruhi bangsa Indonesia
Dalam kurikulum yang baru bahasa Indonesia menjadi pelajaran utama dan
kebudayaan Jepang, dan menjadikan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi. Selama
akibat kerasnya tantangan umat Islam. Karena Jepang menyadari bahwa bahasa
Sistem yang diterapkan oleh Jepang tidak lepas dari maksud dan tujuan
disiplin dan keras. Semua pelajar pria diwajibkan menggundulkan kepala sampai
licin, dan apabila peraturan itu dilanggarmaka pelajar yang tak patuh tersebut akan
19
Ahmad Yusuf, Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002 buku 1, (Pekanbaru: Badan
Kesejahteraan Sosial Provinsi Riau, 2004) h. 110.
20
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit h. 140.
21
Ibid. h. 161.
22
Ibid. h. 159.
76
dihukum sehari penuh yaitu dijemur dibawah sinar matahari. Jika melewati pos-
derajat, kalau hal tersebut dilanggar dan kebetulan didlihat oleh serdadu yang
sangat membutuhkan sumber daya manusia untuk membantu dalam perang dunia
II. Sehingga banyak guru-guru tidak lagi mengajar karena harus bekerja sebagai
pegawai Jepang dan banyak anak-anak yang putus sekolah karena harus
membantu orang tuanya mencari nafkah dan menjadi tenaga kerja akibat
1. Heiho
dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.
Syarat-syarat penerimaan ialah berbadan sehat, berlaku baik, berumur antara 18-
heiho bertugas sebagai pekerja transportasi, logistik, dan konstruksi. Yang lainnya
23
Yusuf, Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002 buku 1. h. 63.
24
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI h. 50.
77
Perekrutan Heiho untuk unit-unit Angkatan Darat Jepang kemudian diikuti oleh
perekrutan kompeiho bagi Kempetai maupun keigun Heiho bagi Angkatan Laut
Jepang, yang terutama bekerja dalam unit penyapu ranjau maupun penjaga
Pada awalnya, Heiho dibentuk terutama dari para tawanan perang bangsa
pangkat tertinggi seorang heiho adalah sersan. Jumlah Heiho diperkirakan ada
42.500 orang, dimana 25.000 orang diantaranya berasal dari Jawa, 2.500 dari
Timor, sementara 15.000 dari daerah lainnya. 25 Karena kaum muslimin belum
mempunyai kesatuan militer jadi ada kemungkinan kaum muslimin juga terlibat
dalam Heiho dilihat dari fakta bahwa bahwa rakyat Indonesia mayoritas beragama
Islam.
Pada tanggal 3 Oktober 1943, ulama Islam bekerja sama dengan pemimpin
kendali tentara Jepang. Karena itu latihan yang diperoleh sepenuhnya menurut
sistem militer.27 Organisasi ini dibuat oleh Jepang agar dapat memobilisasi rakyat
25
Nino Oktorino, Konflik Bersejarah: Ensiklopedi Pendudukan Jepang Di Indonesia.
(Jakarta: PT. Gramedia, 2013) h. 37-39.
26
Sunanto , Sejarah Peradaban Islam Indonesia. h. 125.
27
A.B Lapian (penyunting), Dibawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh Dua
Orang Yang Mengalami, (Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 1988) hal, 63
78
pelatihan
badan manapun.
28
Peter Post, and Elly Touwen-Bouwsma (edt), Japang, Indonesia And The War, The
Netherlands: KITLY Press, 1997.
29
Amrin, Dibawah Pendudukan Jepang 1942-1945h. 63.
30
“Osamu Seirei No.44 Tentang Pembentukan Pasoekan Soeka-rela Oentoek Membela
Tanah Djawa” ”, Djawa Baroe, No Istimewa,6/10/2603. h. 4
79
Tidak seperti Heiho, Peta dipimpin oleh para perwira Indonesia. Para
perwira Jepang di unit mereka hanya bertugas sebagai pelatih atau penasehat. 31
Minat para pemuda untuk memasuki Peta cukup besar, antara lain disebabkan
oleh gencarnya propaganda yang dilancarakan oleh pihak Jepang dan imbauan
bangsawan, priyai, dan rakyat biasa dan kaum muslimin. Karena pada saat Peta
dibnetuk, Islam belum memiliki kesatuan militer sendiri. 32 Sebagian dari mereka
Seinendan.33
Calon perwira Peta dilatih di Bogor pada pusat pelatihan yang disebut Jawa
Bo-ei Giguyun Kanbu Reiseitai, yang kemudian berganti nama menjadi Bo-ei
Jawa, 1.600 di Bali, dan sekitar 20.000 orang di Sumatra (di mana organisasi ini
seperti Heiho, Peta tidak secara resmi menjadi bagian dari balatentara Jepang,
serbuan pihak sekutu, korps perwiranya meliputi para pejabat, para guru, para
31
Oktorino, Konflik Bersejarah h. 92.
32
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. h. 173
33
Oktorino, Konflik Bersejarah. h. 63.
34
Ibid, h. 64.
80
bernama Soedirman, yang nantinya menjadi salah satu seorang tokoh militer
Para anggota Peta diberi pendidikan dan latihan militer dasar seperti baris-
mempergunakan senjata ringan seperti pistol, karabin, senapan mesin ringan dan
juga senapan mesin berat dan motir. Mereka juga diberikan latihan bertempur
yang disebut sentokyoren pada tingkat regu, tingkatan peleton dan tingkatan
kompi.37
berjuang melawan kekuatan yang lebih kuat dan terlatih. Orang Jepang
35
Ricklefs. M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2001) h. 418.
36
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit h. 174-175.
37
M.D, Sagimun, Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Fasisme Jepang, (Jakarta: Inti
Idayu Press, 1985) h. 44.
81
memperlihatkan kepada bangsa Indonesia bahwa sebagai orang Asia mereka tidak
hanya dapat tegak berdiri sebagai bangsa yang merdeka, tetapi juga mampu
Jepang dalam melawan sekutu akhirnya menjadi bumerang bagi kekuatan Jepang
sendiri. Hal ini terlihat pada masa-masa akhir kekuatan militer Jepang di
sekutu. Jepang khawatir, Peta tidak dapat dikendalikan, sedangkan Jepang sudah
sekutu.40 Tentara pembela Tanah Air (Peta) inilah yang menjadi inti dari TNI. 41
38
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI h. 55.
39
Cahyo Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari Kebangkitan
Hingga Kemerdekaan, (Semarang: IK IP Semarang Press, 1995) h. 198.
40
Lapian (penyunting), Dibawah Pendudukan Jepang. h. 59
41
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) h. 151.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bertujuan agar para guru dan ulama dapat mendidik para santrinya, serta dapat
mengajak rakyat Indonesia agar mau membantu Jepang dalam melawan sekutu.
Para ulama dan guru menyampaikan pendidikan yang mereka dapat selama
Ketiga yaitu pendidikan militer bagi santri seperti Hizbullah, dan Peta yang
82
83
berjalan dengan baik. Dan banyak para santri yang putus sekolah karena harus
Tetapi kaum muslimin tidak begitu saja mau dimanfaatkan oleh pemerintah
Jepang, sebaliknya kaum muslimin yang dipimpin oleh alim ulama memanfaatkan
dengan ulama-ulama dari daerah lain, dan mereka manfaatkan untuk menyebarkan
untuk melatih kaum santri dan rakyat Indonesia agar mereka siap untuk merebut
B. Saran
Penulis memahami betul dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat dibutuhkan demi
Untuk generasi selanjutnya akan lebih bagus lagi jika mengkaji lebih
militer pada masa penjajahan Jepang, pelatihan ulama pada masa penjajahan
Sumber Sezaman:
Sumber Majalah:
“Tentara Pembela Tanah Air lahir; Osamu Seirei No.44 Tentang Pembentukan
Pasoekan Soeka-rela Oentoek Membela Tanah Djawa” ”, Djawa Baroe, No
Istimewa,6/10/2603.
“Islam Dizaman Belanda Oleh; A. Salam Yahja”, Soeara Madjelis Islam A’lla
Indonesia, 14 Sja’ban 1364 (15 Agoestoes 2603).
“Dengan Keberanian dan Pengorbanan Membela Agama dan Tjita-tjita oleh Dr.
Soekiman”, Soeara Muslimin Indonesia, 16 Moeharram 1364 (1 Djanoeari
2605), No. 1 Th. III.
“Pendidikan Bagi Rakyat Oentoek Mentjapai Indonesia Merdeka oleh Drs. Moh.
Hatta”, Soeara Muslimin Indonesia, 16 Moeharram 1364 (1 Djanoeari
2605), No. 1 Th. III.
84
85
“Pendidikan di Masa Perang oleh Drs. Moh. Hatta”, Soeara Muslimin Indonesia,
30 Moeharram 1364 (15 Djanoeari 2605), No. 2 Th. 3.
“Sekolah dan Agama Islam oleh Drs. Moh. Hatta”, Soeara Muslimin Indonesia,
30 Moeharram 1364 (15 Djanoeari 2605), No. 2 Th. 3.
“Sekolah Pertanian menengah dan Sekolah Teknik menengah” Asia Raya, Senin
Legi, 23 Djoeli 2605 (14 Roewah 1364).
“Moerid2 S.M.T Minta Masoek Sekolah Tinggi Islam”, Asia Raya , Selasa Pon,
14 Agoest 2665 (6 Ramadhon 1364). No. 195.
“Sekolah Bahasa Nippon Tinggi” Asia Raya, Djoem’at Paing, 3 Agoest 2665 (25
Roewah 1364)
“Sekolah Tinggi Islam Djakarta (Djakarta Kaikyoo Daigaku)”, Asia Raya, Rebo
Legi, 13 Djoeni 2665 (3 Redjab 1361).
86
Sumber Sekunder:
Buku-Buku:
Abdurrahman(adt), Dari Kurun Niaga Hingga Orde Baru, Bunga Rampai Sejarah
Indonesia, Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, 2007.
Anak Agung Dge Agung. Ide, Kenangan Masa Lampau Zaman Kolonial Hindia
Belanda dan Zaman Pendudukan Jepang di Bali, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1993.
Benda. Harry J, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa
Pendudukan Jepang (trjmh), Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya, 1980.
E Lucas. Anton, Peristiwa Tiga Daerah Revolusi dalam Revolusi, Jakarta: PT.
Pustaka Utama Grafiti, 1989.
Joe Lan. Nio, Dalem Tawanan Djepang, Jakarta: Komunitas Bambu, 2008
Ma’arif. Syafi’i, Islam Dan Politik Di Indonesia Pada masa Demokrasi Tepimpin
(1959-1965), Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988.
Paeni, Mukhlis dan Mestika Zed, Perang Pasifik dan Jatuhnya Rezim Kolonial
Belanda, dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ad), Indonesia Dalam
Arus Sejarah: Perang Dan Revolusi Jilid 6, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2012.
Post, Peter and Elly Touwen-Bouwsma (edt), Japang, Indonesia And The War,
The Netherlands: KITLY Press, 1997.
Ricklefs. M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2001.
Skripsi:
Sumber WEB:
Lampiran 1:
1
“Tjara Kerdja Bersama-sama jang Oetama oleh: K.H.M, Mansoer”, Soeara Muslimin Indonesia, (16
Moeharram 1364/1 Djanoeari 2605, No. 1 Th. III).
89
90
Lampiran 2:
91
Pidato Ahmad Yusuf mengenai dasar perjuangan kaum muslimin untuk membantu tentara
Dai Nippon.2
2
“Dasar Perdjoeangan Moeslimin Oleh; Ahmad Joesoef”, Pandji Poestaka, (Weltevreden: Balai
Pustaka,1943).
92
Lampiran 3:
Gambaran Sistem Pendidikan di Indonesia pada Masa Perang yaitu menggunakan sistem
kemiliteran.3
3
“Pendidikan di Masa Perang oleh; Drs. Moh. Hatta”, Soeara Muslimin Indonesia, (30 Moeharram
1364 /15 Djanoeari 2605, No. 2 Th. 3).
93
Lampiran 4
Alim ulama memiliki peranan yang penting dalam pendidikan rakyat Indonesia.4
4
“Alim Olama; Menghadapi Pendidikan Ra’jat”, Soeara Madjelis Islam A’lla Indonesia, (30 Radjab
1364/1 Agoestoes 2603).
94
Lampiran 5:
5
“Pendapatan Selama Latihan Oelama oleh H. A. Musaddad ”, Soeara Madjelis Islam A’lla Indonesia,
1 Ramadhan 1362 (1 September 2603). h. 11
95
Lampiran 6
96
Sekolah Latihan guru-guru putri di Jakarta selama dua bulan, setelah itu mereka kembali lagi
kedaerah masing-masing untuk mengajarkan ilmu yang telah didapat selama latihan.6
6
“Sekolah Latihan Goeroe Poetri di Djakarta” Djawa Baroe, No Istimewa,(1/3/2603).
97
Lampiran 7:
Namun pada sumber lain dijelaskan bahwa kursus untuk guru dilakukan selama 3 bulan,
kemudian guru-guru yang sudah mengikuti kursus kembali kedesa dan mengajarkan ilmu
yang telah mereka dapat kepada murid-muridnya.7
7
“Pendidikan Nippon di Desa”, Djawa Baroe, No Istimewa,(6/10/2603).
98
Lampiran 8:
A.Saleh Yahya memberikan gambaran perbedaan pendidikan Islam pada masa Belanda
dengan pendidikan Islam masa Jepang. 8
8
“Islam Dizaman Belanda Oleh; A. Salam Yahja”, Soeara Madjelis Islam A’lla Indonesia, 14 Sja’ban
1364 (15 Agoestoes 2603).
99
Lampiran 9:
9
Sekolah dan Agama Islam Drs. Moh. Hatta”, Soeara Muslimin Indonesia, (30 Moeharram 1364/15
Djanoeari 2605, No. 2 Th. 3). h. 7
100
Lampiran 10:
Sekolah partikuler selain sekolah pertama, sekolah rakyat dan sekolah perusahaan menengah
dilarang dibuka, kecuali telah memenuhi syarat dan telah diizinkan oleh pejabat yang
bersangkutan10
10
“Osamu Seirei No. 22 Tentang Sekolah Partikoelir” Kan Po (Berita Pemerintah) No. 22 (Tahun II
Bulan 7, 2603).
101
Lampiran 11:
11
“Kanak-Kanak di Djawa” Djawa Baroe No. Istimewa (1/3/2603).
102
Lampiran 12:
12
“Sekolah Tinggi Islam Djakarta (Djakarta Kaikyoo Daigaku)”, Asia Raya, Rebo Legi, (13 Djoeni
2665/3 Redjab 1361).
103
Lampiran 13:
13
“Oepatjara Pemboekaan: Sekolah Tinggi Islam; Pendidikan Tjalon Pemimpin-Pemimpin Islam
Indonesia”, Soeara Muslimin Indonesia, (19 Djoemadul Achir 1364/19 Djoeni 2605), No. 11 Th. 3.
104
lampiran 14:
Banyaknya siswa yang diterima di sekolah Tinggi Islam pada tahap awal berjumlah 49 orang,
35 dari SMT dan 14 dari madrasah..14
14
“Sekolah Tinggi Islam: Tjalon-tjalon jang Diterima Oentoek Tingkat Pendahuluan”, Asia Raya
(Selasa Pon, 14 Agoest 2665 (6 Ramadhon 1364). No.158
105
Lampiran 15:
Selain sekolah Agama pendidikan agama Islam juga diberikan disekolah umum salah satunya
yaitu pendidikan untuk para Romusa.15
15
“Oesaha Pendidikan Dikalangan Para Roomusya”, Asia Raya, (Djoem’at Paing, 29 Djoeni 2665/19
Redjab 1364).
106
Lampiran 16:
16
“Sepatah Kata Tentang Hizboe’llah oleh; H. A. Kahar Moedzakir Shumubu-Jichoo”, Soeara
Muslimin Indonesia, (16 Moeharram 1364/1 Djanoeari 2605), No. 1 Th. III.
107
Lampiran 17:
Peraturan pemerintah Jepang dalam pembentukan pasukan sukarela untuk membela tanahh
Djawa.17
17
“Tentara Pembela Tanah Air lahir; Osamu Seirei No.44 Tentang Pembentukan Pasoekan Soeka-rela
Oentoek Membela Tanah Djawa” ”, Djawa Baroe, No Istimewa,6/10/2603