Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh:
Sifa Fauziah
NIM: 107022001785
2011 M/1433 H
i
SEJARAH PERIG,MBAI\IGAN PENDIDIKAN ISLAM DI
THAILAND SELATAN.(PATANI) PADA ABAD
KE XVfl sampai )O( M
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum,)
Oleh
SIFA FAUZIAH
NIM: 107022001785
Pembimbing
t4*
Dr. Parliaduug,an Sireear. IvI.Ae.
JAKARTA
.. )
20tt}.|.n433 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Sidang Munaqasyah
Anggota
w'7/
Drs. H. M. Maoruf Misbah. MA
NIP. 19s91222L99103 1 003 27 199203 I 001
Pembimbing
(rt"?^
I)r. Parlindunsan Siregar. M.As
NIP. 19590115199403 100 2
LEMBAR PERNYATAAII
1. Slaipsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana dalam jenjang Strata satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan dari jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
SIFA FAUZIAH
i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah SWT semata.
dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi
dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun
materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih
atas kerjasamanya dan dorongannya. Rasa terimah kasih yang begitu tinggi saya
sampaikan kepada :
1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam dan Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan
5. Seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Ibunda Hj. Suhaya yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil
ii
7. Suamiku Saefudin Anwar S.Kom yang senantiasa memberi dorongan, bantuan
secepatnya menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa teman-teman SPI ’07 yang
persembahkan karya ini dan secara khusus berdo’a untuk ayahku tercinta
H. Mawih Jana (alm). Rasa cinta dan kasih sayangnya yang belum sempat
ananda balas, namun tidak akan pernah penulis lupakan. Allahummaghfir lahu
Amin!
Sifa Fauziah
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................... 6
C. Tujuan dan Penulisan Penelitian ................................................. 6
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
E. Metode Penelitian ........................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan .................................................................10
iv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 52
B. Saran ........................................................................................ 53
v
BAB I
PENDAHULUAN
diketahui dengan pasti, demikian juga di Patani (Thailand Selatan), tetapi terdapat
beberapa catatan sejarah yang menurut Ahmad Umar “bahwa pendidikan pondok
tradisional mulai ada di Patani sejak kedatangan agama Islam di bumi Patani
kemudian dikembangkan oleh rakyat Patani selama 300 tahun sebelum Raja
Patani Sultan Ismail Syah memeluk agama Islam (1488-1511)”1. Setelah baginda
memeluk agama Islam anggota keluarga dan pembesar istana turut memeluk
Islam, sejak itu mulailah Islam berkembang di Patani secara terang-terangan dan
1
Ahmad Umar Chapakia, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan
Thailand 1902-2002, (Malaysia, UKM, 2000), cet. Ke-1. hal. 25
2
Ahmad Umar Chapakia, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan
Thailand 1902-2002... hal. 40
1
2
mencapai puncak kemajuan, kemakmuran dan kemewahan. Tetapi keadaan itu tak
berlanjut seterusnya, karena pemerintah Thailand iri hati atas kemakmuran yang
dinikmati Patani selama abad ke-17 dan di bagian pertama abad ke-18. Sakit hati
Ayuttaya (Ibu kota Thailand dulu) pada tahun 1563. Thailand melancarkan
Patani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik
karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal,
Muhammad Zain bin Mustafa al-Fathani, Syeikh Abdul Qadir bin Mustafa al-
Fathani, Syeikh Nik Mat Kecik al-Fathani dan Syeikh Abdur Rahman Gudang al-
Fathani. Beberapa kitab Arab Jawi (Menggunakan Bahasa Melayu yang ditulis
dengan bahasa arab/pegon) sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah
Mathla’ al-Badrain (mempelajari Fiqih) karya Muhammad bin Ismail Daudi al-
Fathani, kitab al-Jauhar al-Mauhub (mempelajari ilmu Tauhid) karya Syeikh Wan
Ali bin Abdur Rahman, dan kitab Lum’ah al-Aurad (mempelajari ilmu Tahqiq)
intelektual, spiritual, emosi, dan fisik.4 Pendidikan Islam tradisioanl seperti sistem
Islam.5
cita Islam serta aspirasi mereka untuk mewujudkan cita-cita itu. Para ulama yang
memberi bimbingan dan pelajaran di pondok juga berfungsi sebagai model segala
keutamaan Islam dan wawasan-wawasan etis bagi santri dan orang-orang di luar
pondok.6
sejak abad ke-17 dengan institusi seperti madrasah dan masjid. Masjid bukan
hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga pusat pengajian dan penyebaran
agama Islam.
pondok. Pondok berasal dari bahasa Arab “Funduq” artinya “bangunan untuk
3
M. Darwam Rahardjo, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat
Pattani, (Jakarta: LP3ES, 1988), hal. 138-139
4
Taufik Abdullah (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta:
LP3ES, 1998), hal. 409
5
Taufik Abdullah (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara... hal. 41
6
M. Darwam Rahardjo, Islam di Muangthai: Nasionalisme Melayu Masyarakat
Pattani... hal. 138-139
4
agama Islam.7
ini berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang sangat berhajat kepada ilmu
masing-masing di antaranya:
menengah
Wan Husein Sanawi adalah seorang ulama dan hafiz dari kampung sena
tanah Melayu. Nama lengkap beliau ialah Al-Allamah Al-Hafiz Wan Husain as-
Sanawi al-Fathani bin Ali. Wan Husein as-Sanawi selain menghafal AL-Qur’an
30 juz, beliau juga mempunyai banyak ilmu. Ilmu yang dimiliki Wan Husein
Maka dari itu banyak ilmu yang telah beliau kuasai. Kemudian beliau memilih
7
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1994), hal. 92
8
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 97
5
terdapat di sana. Jika Maulana Malik Ibrahim (pelopor wali songo) merupakan
Huseinlah orangnya.
bawah pimpinan Wah Husein yang dikenal di Kelantan dengan gelar “Tok
Masjid” karena beliaulah yang dikatakan sebagai pendiri Masjid Teluk Manak.
(lulusan dari Azhar, Mesir) menjadi imam masjid. Disamping menjadi imam,
beliau juga mengajar agama di Masjid Wadi al-Hussein kampung Teluk Manak.
Semasa Haji Abdul Hamid (ayah Pak Da Duku) menjadi imam, suasana
9
Haji Abdul Halim Bashah (Abhar), Raja Campa & Dinasti Jembal Dalam Patani
Besar, (Kelantan: Pustaka Reka, 1994), hal. 63-65
10
Haji Abdul Halim Bashah (Abhar), Raja Campa & Dinasti Jembal Dalam
Patani Besar... hal. 67-70
6
sebagai berikut:
Secara praktis tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat hasil karya
tulis (skripsi) sebagai syarat memperoleh gelar S.Hum (Sarjana Humaniora) pada
Jakarta. Tujuan dalam penelitian ini secara sientifik, karena sampai saat ini belum
Selatan (Patani).
Pendidikan Islam
D. Tinjauan Pustaka
Telah banyak karya tulis baik dalam bentuk buku maupun skripsi yang
antaranya:
budaya, ekonomi, dan pendidikan. Buku tersebut sangat bagus sebagai pegangan
ulama 1945-1957, upaya integrasi pemerintah: 1957-1973, sehingga buku ini saya
jadikan salah satu rujukan yang terpenting, karena dalam buku ini telah banyak
membahas mengenai latar belakang Islam di Thailand dan pendidikan yang ada di
Thailand Selatan.
2. Buku ”Minoriti Muslim Cabaran dan Harapan Menjelang abad ke 21” yang
ditulis oleh Wan Kamal Mujani. Buku ini membantu saya dalam penyusunan
skripsi ini, karena banyak hal yang berkaitan seperti, bagaimana perjuangan dan
8
3. Buku ”Pengantar Sejarah Patani” cetakan pertama yang ditulis oleh Ahmad
Fathy al-Fatani pada tahun 1944 yang membahas tentang kondisi patani sebelum
yang telah ditulis oleh Wira Tahe, Jurusan SPI Fakultas Adab dan Humaniora.
Skripsi ini telah membahas perjuangan Haji Sulong dalam mengangkat harkat dan
sumber tersebut hanya sebatas mengenai sejarah awal hingga kejatuhan kerajaan
pondok pesanrten.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
atau gejala-gejala sosial yang ada. Metode penelitian analitis deskriptif memiliki
dianalisis.
mendeskripsikan secara rinci tentang objek penulisan ini dan bisa dilakukan tanpa
Tehnik penulisan pada skripsi ini merujuk pada buku : Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) CEQDA UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, cet 2 Tahun 2007 dan buku-buku yang berhubungan dengan metodelogi
penelitan.
a. Interview; sebagai salah satu sumber dalam penulisan skripsi ini, karena
penulis telah mendapatkan izin dari salah satu orang Thailand, untuk membantu
sebagai judul skripsi. Dia bernama Khairi Abdi yang berasal dari Patani dan
4. Tipe Pendekatan
F. Sistematika Penulisan
menggunakan sistematika atau pembabakan skripsi ini dibagi menjadi lima bab.
Terhadap Kebijakan Pemerintah Thailand, Kelompok Umat Islam Patani yang Pro
11
Patani.
Daftar Pustaka
BAB II
Patani, sejak abad ke-17 dengan institusi seperti madrasah dan masjid. Masjid
bukan hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga pusat pengajian dan
pondok. Pondok berasal dari bahasa Arab “Funduq” artinya “bangunan untuk
agama Islam.1
ini berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang sangat berhajat kepada ilmu
berkembang sejalan dengan sejarah perjalanan bangsa tersebut. Seperti hal itu
juga yang dialami oleh umat Islam Patani, sepanjang masa ini harus menghadapi
1
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1994), hal. 92
2
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 97
12
13
mencari jalan yang terbaik dan bertindak selayaknya sesuai dengan perkembangan
perkembangan yang berbeda antara satu sama lain. Karena tergantung pada
memerintah bagian Patani. Ketika itu di Krisik menjadi tempat tumpuan bagi
yaitu ada pergantian sistem pemerintah negara dari sistem Monarki Absolut
kepada sistem Monarki Konstitusi. Di bawah sistem ini umat Islam Patani
Sehubungan dengan itu, “di Patani telah muncul seorang figur pemimpin yang
politikus, sebelumnya beliau tinggal di kota Mekah. Pada tahun 1927 beliau
3
Farid Mat Zain, Minoriti Muslim di Thailand, (Selangor: L, Minda Bandar Baru
Bangi, 1998), hal. 12
14
institusi pendidikan agama yang bercorak baru. Sistem pendidikan pondok yang
menjadi tradisi masyarakat Patani perlu ada perubahan dari segi struktur dan
organisasinya.
mencari dana. Akhirnya sekolah diselesaikan juga pada tahun 1933 dibuka secara
Patani. Ia adalah sebuah sekolah model baru yang bukan saja memiliki tingkatan
mata pelajaran dan bersistem kelas, tetapi juga menjadi istimewa karena adanya
karena keterbatasan sumber. Mungkin saja tidak terlalu jauh dari buku-buku
agama yang dipelajari oleh masyarakat umum Patani. Namun beliau sendiri sangat
“Sekalipun sekolah ini disambut baik oleh masyarakat Patani dan memberi
harapan bagi anak didik bangsa Patani, akan tetapi sangat disayangkan setelah
4
Ismail, Che Daud, Tokoh-tokoh Ulama Semenanjung Melayu (1), (Malaysia:
Majlis Ulama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1998), hal. 89
5
Nik Anwari Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954,
(Selangor: UKM Bangi, 1999), hal. 24
15
berdirinya tiga tahun kemudian ditutup oleh pemerintah Thai. Lantaran diduga
(kebangsaan)”6. Bagaimana pun hal ini merupakan peristiwa bersejarah bagi dunia
bernama Phibul Songkram telah mengambil alih teraju pemerintah Siam. Beliau
dikenal seorang nasionalisme yang ingin melihat Siam muncul sebagai sebuah
Ratananiyom” (dasar adat rezim Thai). “Dengan program ini beliau percaya
konsep nasionalisme. Sejalan dengan itu, Phibul menggantikan nama negara Siam
12 kawasan seluruh negeri Thai. Sementara empat propinsi selatan atau Petani,
termasuk ke dalam Kawasan Pendidikan II. Dari rencana ini pemerintah berupaya
pendidikan agama ini akan membawa kepada kurangnya mutu pendidikan agama.
hasilnya dengan sebagian pondok bersedia mengubah statusnya dan sebagian lagi
berprinsip keras tidak ingin diubah apapun resikonya. Maka dengan demikian
sampai sekarang di Patani terdapat dua corak lembaga pendidikan Islam, yaitu
Pendidikan Islam).
Patani yaitu pada abad ke-15, pendidikan dasar bermula di kalangan masyarakat
utama yang harus dilalui oleh setiap anggota masyarakat. Pendidikan AL-Qur’an
terpenting di Patani. Dalam hal ini Patani menjadi pusat pendidikan agama Islam
yang terkenal di selatan Thailand dan semenanjung tanah melayu pada waktu itu.
Melayu, berkupiah putih, dan menggunakan tulisan Jawi dan buku-buku Jawi.
Akta “Rong Rean Son Saksana Islam” (Sekolah swasta pendidikan Islam), sejak
itu pendidikan Islam mengalami perubahan, dari pondok kepada madrasah yang
Pada akhir 1970 sekolah agama yang mempunyai dua sistem menjadi
mempunyai dua sistem pelajaran, agama dan umum. Pondok bentuk tradisional
pada tahun 1980 M, minat masyarakat tertumpu kepada sekolah agama yang besar
dan mempunyai dua sistem pelajaran serta sarana lengkap sebagian besar tenaga
Surau dan Masjid sejak dari dulu telah memegang peranan penting dalam
8
Ahmad Umar Chapakia, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan
Thailand 1902-2002, (Malaysia, UKM, 2000), cet. Ke-1. hal. 82
9
Seni Madakakul, Sejarah Patani (Bangkok Majlis Agama Islam Bangkok, 1996),
hal. 43
18
penyebaran agama Islam di Patani. Melalui lembaga tersebut para ulama dapat
Di siang hari pun Surau dan Masjid di Patani tetap merupakan lembaga
agama yang masih aktif sebagai lembaga pendidikan agama walaupun sudah ada
belajar berzanji, belajar menjadi imam sholat, serta melaksanakan sholat jama’ah.
2. Pondok Tradisional
utama yang diamalkan di pondok. Di sini Tuan-tuan Guru bukan hanya sebagai
seorang tenaga pengajar, akan tetapi sebagai qudwah (teladan) bagi pelajar-
masa. Sehingga pelajar tersebut mampu untuk membaca kitab sendiri. Serta
mampu berdiri sendiri dan keluar sebagai seorang Tuan Guru untuk
para sejarawan memperkirakan lembaga ini sudah ada seiring dengan penyebaran
pesantren lain di Nusantara, baik dari segi latar belakang, pembentukan pondok
Modern.
3. Madrasah
Al-Maarif al-Wathaniyah al-Fathani, pada tahun 1933, walaupun aktif hanya tiga
tahun namun hal ini tentunya sudah merupakan pedoman bagi pertumbuhan
kegiatan diatur oleh pemerintah Thai melalui Pusat Pendidikan Kawasan II, di
propinsi Yala.
10
Sistem Talaqqi adalah belajar ilmu agama secara langsung kepada guru yang
bersangkutan.
11
Sistem Turath adalah belajar ilmu agama dengan menggunakan kitab-kitab yang
tersedia di madrasah.
20
yaitu:
Pertama, Metode Sorogan, kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang
berarti ’sodoran atau yang disodorkan’. Maksudnya suatu metode belajar secara
interaksi saling mengenal di antara keduanya. Seorang kiai atau guru menghadapi
santri satu persatu secara bergantian. Pelaksanaannya, santri yang banyak itu
yang bersangkutan dapat membaca dan mengerti serta mendalami isi kitab.
mana dalam pengajian, kitab yang dibaca oleh kiai hanya satu, sedangkan para
santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak
bacaan kiai. Orientasi pengajaran secara bandungan ini, lebih banyak pada
pengertian dan kesadaran kepada santri bahwa pengajian itu merupakan kewajiban
bagi mukhalaf. Kiai dalam hal ini memandang penyelenggaran pengajian halaqah
Ketiga, Metode Weton, istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang
diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton tidak merupakan pengajian rutin
21
harian, tetapi dilaksanakannya pada saat-saat tertentu, misalnya pada setiap selesai
shalat jum’at dan sebagainya. Peserta pengajian weton tidak harus membawa
kitab, karena apa yang dibicarakan kiai tidak bisa dipastikan, cara penyampaian
kiai kepada peserta pengajian bermacam-macam, ada yang dengan diberi makna,
Pondok itu didirikan di tanah milik tok guru atau sebagainya, dibeli sendiri dan
sebagian lagi dimiliki oleh masyarakat dan menyerahkan kepada tok guru.
semasa berada di institusi pengajian itu, biasanya didirikan oleh pelajar. Oleh
karena itu pelajar mempunyai hak yang sama, baik menjual atau mewakafkannya
Ketiga, Balai atau Masjid merupakan pusat kegiatan, disinilah tok guru
akan melaksanakan kegiatan mengajar kepada para pelajar dan kadang kala
12
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RagrafindoPersada,
1996), hal. 52
22
sendiri. Walaupun kedudukannya yang dihormati itu mendapat sedekah, infaq dan
zaman serta pengalaman kiai, telah memberi angin baru dalam pertumbuhan dan
Sejajar dengan kedudukan Patani sebagai pusat tamadun Islam di era akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19, pertumbuhan dan perkembangan pondok
institusi pendidikan Islam yang telah membawa harum nama Patani sebagai pusat
ulama yang termasyhur. Pondok dalam fungsinya telah banyak memberi jasa
13
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 96
14
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 97
23
1. Bagian Agama :
1980.
2. Bagian Umum :
pembaharuan 1990).
pembaharuan 1990).
Secara umum sekolah yang masih aktif sekarang ini bisa dibagikan kepada
tiga bentuk yaitu: pertama, Sekolah pendidikan agama Islam berbentuk sekolah 15
24
(1), Kedua, Sekolah pendidikan agama Islam berbentuk sekolah 15 (2), Ketiga,
1. Masa Belajar
dengan 6 semester.
belajar perminggu harus menempuh waktu lebih banyak lima kali dari
waktu biasa.
kurang dari 6 hari. Perhari tidak kurang 4 kali tatap muka, setiap kali
15
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 102
25
2. Beban Studi
Bagi materi yang memakai masa belajar 2 kali tatap muka perminggu,
persemester harus memiliki beban 1 SKS. Bagi materi yang memiliki waktu tatap
muka banyak atau kurang dari 2 kali tatap muka dalam seminggu, persemester,
a) Siswa harus mengambil beban studi mata pelajaran wajib dan mata
Departemen Pendidikan.
4. Pengevaluasian Pendidikan
a) Siswa harus mengabiskan mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan
b) Harus memiliki SKS mata pelajaran wajib agama, bahasa Arab, bahasa
16
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 103
26
keseluruhan masa belajar pada tahun ajaran dan harus menyelesaikan tujuan
17
Samnakngan, Seksatikan Cangwad Pattani, Khamul Rongrian Ekkachun
Sonsasana Islam Cangwad Caidein Paktai (Teks Bahasa Thai), hal. 28
BAB III
Patani yang penulis maksud dalam bahasan ini bukanlah suatu propinsi
sekarang, tetapi Patani di sini (dengan „t‟ satu) adalah sebuah Negeri Kerajaan
Melayu yang pernah berdaulat pada masa dahulu, memiliki daerah terdiri dari
wilayah propinsi Narathiwat, Yala, Pattani, Setun dan sebagian dari pada propinsi
Kerajaan Melayu Patani tersebut sejak 1902 M, telah dihapus dan diakui oleh
“Kerajaan Melayu Patani terletak di antara garis lintang 7.00 – 5.37 dan garis
bujur 99.50 – 102.30, keluasan bumi Patani ialah 15.000 Km persegi dan keluasan
1
Ahmad Umar Capakia, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam Selatan
Thailand 1902-2002, (Malaysia, UKM, 2000), hal. 29
27
28
setiap wilayah ialah 1.940 Km persegi, Jala 4.521 Km persegi, Narathiwat 4.475
Km persegi, Setun 2.470 Km persegi dan sebagian dari wilayah Songhla yaitu
Tibor, Chana dan Sebayor 1.594 Km persegi.”2 Geografi Patani adalah bumi yang
sebelah selatan dengan Malaysia, dan bagian barat perbatasan degan Laut
Mengikuti Hikayat Patani, Rajanya Phaya Tu Nakpa mengidap penyakit kulit dan
sudah tidak ada dukun yang sanggup mengobatinya. Akhirnya terdapat seorang
“Syaikh dari kampung Pasai Aceh bernama Syaikh Said sanggup mengobatinya
Islam. Raja pun setuju. Setelah beberapa kali penyakitnya sembuh dan berulang
kali menyalahi janji, baginda pun pada akhirnya memeluk agama Islam (1457 M)
dengan Sultan Ismail Syah dan nama anaknya juga diganti yaitu Sultan Muzaffar
Syah (Krub Pichai Paina), Siti Aisyah (Tengku Maha Chai) dan Sultan Mansyur
Syah (Maha Chai Pailang). Penyebaran agama Islam di kalangan rakyat jelata
secara individu melalui para pedagang muslim dari Arab dan Persia lebih kurang
rakyat, maka tersebarlah Islam di seluruh Negeri Patani, dan dipanggil Negeri
2
Ahmad Umar Capakia, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam Selatan
Thailand 1902-2002... hal. 37
3
Ahmad Fathi A-Fathoni, Pengantar Sejarah Patani, (Alor Setar: Pustaka
Darusalam, 1994), hal. 12
29
Patani Darussalam bermula dari Sultan Ismail Syah. Kerajaan Melayu Patani
diperintah oleh dua dinasti: pertama, Dinasti Sri Wangsa dan kedua, Dinasti
Kelantan.”4
Pada abad ke-16, Patani menjadi sebuah kerajaan termasyhur dan dikenal
yang terkemuka di Asia Tenggara. “Banyak pedagang dari timur dan barat datang
berniaga di Patani. Dikunjungi oleh pedagang Portugis, Cina, Jepang dan Siam,
kemudian datang pula orang Belanda berniaga di Patani dan pada 1611 M.
kerajaan Patani berada pada kemajuan dan kemakmuran. Patani menjadi pusat
perdagangan yang pesat. Ketika itu, Ayudhaya (Kerajaan Siam) pun tidak dapat
perniagaan, Patani juga terkenal sebagai pusat perkembangan agama Islam yang
Ayudhaya telah beberapa kali melancarkan serangan pada negeri Patani tetapi
tidak berjaya. Kemenangan Patani ini disebabkan oleh pertahanannya yang kuat.
“Walau bagaimanapun, serangan Kerajaan Siam pada 1785, zaman Dinasti Chakri
atau Rama I telah berjaya menundukkan kekuasaan Patani dengan paksa. Dengan
4
Ahmad Fathi A-Fathoni, Pengantar Sejarah Patani... hal. 45
5
Ahmad Umar Capakia, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam Selatan
Thailand 1902-2002... hal. 35
30
itu kerajaan Patani berada dibawah taklukan kerajaan Siam (Thailand) sampai saat
ini”6
Lamidin seorang pembesar keturunan Raja Bendang Badan menjadi Raja Patani,
Patani dari kekuasaan Siam. Pada tahun 1791, syeikh Ahamad Kamal dari kota
suci Mekkah telah kembali ke Tanah Jawi untuk membela Patani. Sultan Abdullah
persiapan tentara Patani. Kemudian terjadilah peperangan antara Patani dan Siam,
dalam peristiwa itu sungguh pun Patani memberikan tantangan hebat, namun
Patani dalam suasana aman buat beberapa waktu. Menjelang tahun 1808 muncul
dalam perkara yang berkaitan dengan adat istiadat Melayu. Dalam keadaan seperti
6
Ahmad Umar Capakia, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam Selatan
Thailand 1902-2002... hal.35
31
pemerintahan Siam. Dan terjadi pula seri peperangan menetang Siam, kali ini
Patani ke dalam suatu unit pemerintahan yang dikenal dengan Kawasan Tujuh
Wilayah, di bawah peraturan ini kerajaan negeri tidak lagi mempunyai kuasa
otonomi dan dengan itu juga rakyat Patani akan kehilangan kedaulatan mereka.”8
berkembang sejalan dengan sejarah perjalanan bangsa tersebut. Hal itu juga yang
dialami oleh Patani. Sepanjang masa ini harus menghadapi berbagai gejolakan dan
7
Ahmad Fathi A-Fathoni, Pengantar Sejarah Patani... hal. 58
8
Nik Anwari Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954,
(Selangor: UKM Bangi, 1999), hal. 24
32
menghapus kebudayaan mereka. Oleh karena itu, maka rakyat Patani enggan
Sehubungan dengan itu, “di Patani telah muncul seorang figur pemimpin
yang penuh kharismatik, yaitu H. Solong Tuan Mina, seorang ulama sekaligus
politikus, sebelumnya beliau tinggal di kota Mekah. Pada tahun 1927 beliau
bernama Phibul Songkram telah mengambil alih teraju pemerintah Siam. Beliau
dikenal seorang nasionalisme yang ingin melihat Siam muncul sebagai sebuah
Ratananiyom” (dasar adat rezim Thai). “Dengan program ini beliau percaya
konsep nasionalisme. Sejalan dengan itu, Phibul menggantikan nama negara Siam
12 kawasan seluruh negeri Thai. Sementara empat propinsi selatan atau Petani,
termasuk ke dalam Kawasan Pendidikan II. Dari rencana ini pemerintah berupaya
9
Farid Mat Zain, Minoriti Muslim di Thailand, (Selangor: L, Minda Bandar Baru
Bangi, 1998), hal.12
10
Ismail, Che Daud, Tokoh-tokoh Ulama Semenanjung Melayu (1), Malaysia:
Majlis Ulama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1998, hal.89
11
Nik Anwari Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954... h.24
33
hasilnya dengan sebagian pondok bersedia merubah statusnya dan sebagian lagi
berprinsip keras tidak ingin diubah apapun resikonya. Maka dengan demikian
sampai sekarang di Patani terdapat dua corak lembaga pendidikan Islam, yaitu
Islam).12
Islam di Patani
Haji Sulong adalah seorang tokoh ulama Patani yang memimpin masyarakat
oleh perdana Mentri Pibul Songgram, sehingga Haji Sulong terkenal. Haji Sulong
ulama yang terlibat dalam politik dan menentang keras terhadap campur tangan
adalah seorang guru pengajar dengan mendirikan sebuah madrasah al-Maarif al-
wathaniyah dan sebagai seorang ulama dalam ilmu tafsir dan ilmu Ushuluddin.
Namun tidak berjalan lama, madrasah yang didirikan oleh Haji Sulong tersebut
kemudian ditutup oleh pemerintah Thai karena diduga berbahaya dan mempunyai
12
Nik Anwari Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954... h. 35
34
Akhirnya selain beliau melaksanakan dakwah Islam juga terlibat dalam masalah
politik.
khususnya Patani, Yala dan Narathiwat yang paling banyak di Patani, disana
disebut pondok. Namun pondok ini berfungsi sebagai institusi pengajian agama
terkenal.
baru pada abad ke-16. Terlepas dari kondisi itu, pondok Patani mengirimkan
Daud bin Abdullah al-Fatani (abad ke-19), Ahmad bin Muhammad al-Fatani
(abad ke-20). Mereka juga punya pondok sebagai asas untuk memainkan peranan
diperoleh, sekolah ini adalah sekolah agama yang pertama yang pernah didirikan
di Patani. Walaupun demikian, masyarakat Patani yang pada waktu itu, malah
13
Azyumardi Azra, Pondok Patani, Republika, 2 February 2006
35
sampai sekarang pun, lebih mengenal institusi pondok sebagai tempat belajar
agama.14
latihan berbaris.15 Para pemerhati beranggap bahwa ada maksud lain bagi Haji
diperkenalkan kepada masyarakat Patani ini. Keadaan ini menjadi lebih dipahami
ini ditakdirkan tidak berusia lama. Setelah berjalan antara 2 hingga 3 tahun,
sekolah ini menerima perintah penutupan dari pihak berkuasa kerajaan Thai yang
nasioanal yang diterapkan oleh Pemerintah Thai, karena mereka merasa bahwa itu
adalah usaha awal pihak pemerintah untuk mensiamkan mereka. Lagi pula bahasa
14
Al-Fathoni Ahmad Fatah, Ulama Besar patani, (Malaysia: UKM 2001), hal. 143
15
Muhammad Kamal K. Zaman, Fathoni 13 Ogos, (Kelantan: 1996), hal. 8
16
Al-Fathoni Fathy, Pengantar Sejarah Patani... hal. 83
17
Sahanah Saemae, “Dampak Transformasi Pendidikan Islam Pondok
Tradisional ke Pondok Modern di Thailand Selatan”... hal. 49
36
Dalam keadaan seperti itu, membuat pemerintah Thai berfikir ekstra keras,
Apapun yang diusahakan oleh pemerintah Thai pada masa itu tidak membuahkan
kemarahan orang-orang Melayu. Oleh karena itu pemerintah mengambil kebijakan baru
yang lebih strategis. “Pada tahun 1961, pemerintah mulai turut campur tangan
18
Taufik Abdullah (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,
(Jakarta: LP3ES, 1988), hal. 266
19
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1994), hal. 98
37
Pendidikan Islam, maka semua hal kependidikan agama Islam di Patani berada di
target utama dari usaha integrasi. Pondok pesantren lembaga pendidikan yang
20
Farid Mat Zain, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 67
38
di Patani bukanlah hal yang baru”.21 Mengadakan pendidikan bagi orang Melayu
pendidikan yang ketinggalan zaman, tidak modern. Hal ini akan menjadi ancaman
bagi pembangunan dan keamanan negara. Untuk itu, pondok perlu dilaksanakan
Negeri, pemimpin dan tokoh-tokoh Islam. Inti dari pertemuan tersebut membahas
pondok serta membuat papan nama pondok. Ketiga, memperbaikan cara belajar
bahasa Thai dan mengadakan materi kejuruan sesuai dengan kebutuhan dan
21
Saiful Muzani (ed.), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,
(Jakarta: Pustaka, 1993), hal. 330
22
Saiful Muzani (ed.), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara…
hal. 344
23
Saiful Muzani (ed.), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara…
hal 348
39
Sebagai lanjutan atas hasil rapat tersebut, kemudian pada tahun 1961
Departemen Pendidikan menerapkan peraturan kependidikan, isi dari
peraturan tersebut adalah : Pertama, pondok mana yang berminat ingin
memperbaikan kegiatannya, harap mengajukan permohonan pendaftaran
pada pemerintah. Kedua, pondok mana yang menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar lebih baik, maka akan mendapat bantuan dari Departemen
Pendidikan.
Berdasarkan pada hasil keputusan rapat pada tahun 1960 dan peraturan
kemudian pada tahun yang sama itu juga pemerintah Thai langsung menerapkan
pondok di seluruh Patani, guna untuk mengetahui berapa jumlah pondok yang
mentrasformsikan diri menjadi skolah swasta, dimana pemerintah Thai ikut serta
24
Ahmad Umar Capakia, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam Selatan
Thailand 1902-2002... hal. 57
40
pendidikan umum, semua admistrator propinsi, baik para gubernur maupun para
Siam.
dalam masalah pendidikan modern. Sistem baru ini mempunyai beberapa tujuan
kelompok agama dan etnis, sebagai cerminan dan tujuan sistem pendidikan
dasar pendidikan pada 1921. Warga negara yang telah menyelesaikan pendidikan
Arab dan Melayu telah dipaksa tukar ke dalam bahasa Thai sebagai ganti.
25
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 263
26
Taufik Abdullah (ed), Tradisi dan kebangkitan Islam di Asia Tenggara... hal. 266
42
BAB IV
PEMERINTAH THAILAND
Patani telah jatuh ke dalam kekuasaan Thai secara resmi pada tahun 1902.
Pemerintah selalu menerapkan berbagai kebijakan guna mengisi masa transisi itu
demi tercapai misi asimilasi dan proses siamisasi terhadap rakyat Patani. Pendidikan
nasional selalu menjadi alat penting yang digunakan oleh pemerintah Thai untuk
untuk meluaskan penggunaan bahasa Thai di kalangan umat Islam Patani. Orang
Sebagai reaksinya rakyat Patani bangkit memberontak pada tahun 1923 di Kampung
Belukar Samak. Pemberontakan ini atas tindakan kekuasaan Siam yang mau
1
Farid Mat Zain, Minoritas Muslim di Thailand, (Selanggor: Lminda Bandar Baru
Bangi, 1898), hal. 67
2
Nik Anwari Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954, (Selangor:
UKM Bangi, 1999), hal. 24
43
Patani, Narathiwat, Yala, dan Setun. Selain dari itu Pusat Pendidikan Kawasan II
berikut: “Pusat Pendidikan Kawasan II, Propinsi Yala harus mementingkan terhadap
penanaman, pembinaan kepada setiap individu (warga) agar bersemangat rasa bangga
sebagai warga negara Thai, cinta tanah air, dan turut berpartisipasi dalam bagian
Oleh karena itu, pada tahun 1961, pemerintah sarit Tanarat mengeluarkan
suatu kebijakan untuk mengubah pondok tradisional kepada pondok modern atau
Sekolah Pondok Swasta. Ada laporan mengatakan bahwa institusi pondok di Patani
wilayah ini mempunyai dampak ekonomi, sosial-budaya bagi golongan Melayu dan
hal di atas bukan hanya menebarkan kebudayaan dan idiologi nasional Siam kepada
pondok.
Semenjak Patani dinyatakan sah menjadi sebagaian dari negara Thai, maka
direncanakan dengan langkah awal yang ditempuh adalah penghapusan status Raja
3
Sahanah Saemae, “Dampak Transformasi Pendidikan Islam Pondok
Tradisional ke Pondok Modern di Thailand Selatan” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah
Institusi Ilmu Al-Quran, (Jakarta : Perpustakaan IIQ Jakarta, 2005), hal. 63-71
44
Asimilasi sosial-budaya.
itu, terdapat tantangan keras di kalangan rakyat Patani, karena mereka menganggap
pendidikan Islam di sekolah dasar. Inti dari tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
4
Farid Mat Zain, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 131
45
pelestarian kebudayan Melayu, khususnya mengenai bahasa Melayu. Hal ini bisa
1968 pemerintah memutuskan bahwa semua pondok yang telah terdaftar harus
masyarakat dan para ulama. Sebagaimana dijelaskan dalam buku pembangunan dan
penyebaran bahasa Thai dan pengurangan peran bahasa Melayu telah menghasilkan
opini yang keras di antara orang-orang Melayu yang takut dengan musnahnya
“Bagai orang-orang Melayu Patani, bahwa bahasa Melayu bukan hanya alat
5
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1994), hal. 40
6
Surin Pisuan. hal. 146
7
Saiful Muzani (ed.), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara... hal.
330
46
dengan kebesaran komunitas mereka di masa lalu, sebagai negara yang merdeka dan
berupaya keras merubah lembaga pondok yang menjadi ladang penyemaian benih-
“Pada hari ini ramai orang Islam Patani beranggapan bahwa dasar perubahan
pondok ke sekolah swasta pendidikan Islam pada hakikatnya tidak lebih daripada
pendidikan Islam yang telah membawa harum nama Patani sebagai pusat kegiatan
Islam di Semenanjung Tanah Melayu dan telah mencetak beberapa ulama yang
nilai-nilai Islam. Sebagai institusi kemasyarakatan, pondok juga selalu membina dan
membimbing masyarakat Patani ke arah kemajuan sosial, membentuk pola fikir dan
8
Ahmad Fathi A-Fathoni, Pengantar Sejarah Patani, (Alor Setar: Pustaka Darusalam,
1994), hal. 339
9
Ahmad Fathi A-Fathoni, Pengantar Sejarah Patani... hal. 206
47
dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.
Kendatipun demikian bukan berarti pondok luput dari berbagai permasalahan dan
menerus.
Telah diakui di kalangan pejabat tinggi dan pemerintah Thai, bahwa secara
berada di dalam titik yang paling rendah kalau dibandingkan dengan kawasan lain di
seluruh negeri. Penduduk di kawasan tersebut tidak tertarik dalam bidang pendidikan
umum.10
Perencanaan yang diberlakukan oleh pemerintah Thai ketika itu tidak ada
respon dari masyarakat Patani, mereka tidak peduli dan berkeberatan tentang program
pendidikan nasional yang di wajibkan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, tujuan
bahwa pada tahun 1966 – seterusnya pondok tradisional yang ada di Patani sebagian
besar dengan rasa terpaksa harus ikut arus perubahan sesuai dengan kebijakan
pemerintah dalam urusan lembaga miliknya, kemudian satu demi satu telah tutup
dengan sendiri karena dia tidak ikut mendaftarkan kepada pihak pemerintah dan
10
Ahmad Fathi A-Fathoni, Pengantar Sejarah Patani... hal. 209
48
murid semakin hari semakin berkurang. Bagi pondok yang daftar memang masih
dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.
Kendatipun demikian bukan berarti pondok luput dari berbagai permasalahan dan
Bagi pondok yang terdaftar memang masih eksis tetapi muncul kekhawatiran
penduduk Patani akan dampak yang buruk dari proses tersebut terhadap budaya
Dampak Negatif :
sekarang lebih senang berbicara dengan bahasa Thai daripada bahasa asli tepatnya
yaitu bahasa Melayu. “Sehingga biasa di rumah orang tua berbicara bahasa Melayu
pondok diganti dengan bahasa Thai, beberapa orang tua sama anaknya terpaksa
11
Ahmad Fathi A-Fathoni, Pengantar Sejarah Patani.... hal. 345
49
menggunakan bahasa Thai karena anaknya sudah lupa bahasa Melayu. Disamping itu,
cara berpakaian sehari-hari lebih cenderung meniru cara orang-orang Siam dan
Barat.”
sistem pendidikan dan sistem yang lain, maka santri dapat belajar dari banyak
sumber. Jadi kelihatannya cara mereka bertolak belakang dengan budaya dan adat
istiadat orang Melayu Patani. Semakin hari peran mereka lebih dominan daripada
Hampir seluruh pondok di Patani sudah tidak ada metode sorogan langsung
dari kiai setelah menyelenggarakan jenis pendidikan formal umum dan pendidikan
sekuler karena pelajaran ini kebanyakan diajar oleh guru yang dengan pandai menarik
perhatian emosional siswa sehingga “hasil evaluasi secara keseluruhan jumlah siswa-
Dampak Positif :
12
Sahanah Saemae, “Dampak Transformasi Pendidikan Islam Pondok
Tradisional ke Pondok Modern di Thailand Selatan”... hal. 70
50
pendidikan di Patani. Sedangkan masalahnya atau dampak negatif dan maksud yang
berselumbung tidak mudah diketahui oleh masyarakat awam. Dampak positif adalah
sebagai berikut :
siswi semakin bertambah, berarti semakin didorong dan dikontrol oleh pemerintah
terhadap pondok tersebut semakin bertambah jumlah siswa. Karena pihak pondok
mendapat bantuan keuangan dengan jumlah yang banyak, jika jumlah siswa semakin
bertambah. Dengan asumsi perorang siswa dibantu oleh pemerintah 2.000 Bath
pertahun.
Karena selain pemasukan dari usaha-usaha, pondok mendapat bantuan dana dari
pemerintah dengan jumlah tahap awal sebanyak 10.000 Bath dan setiap periode atau
pertahun setiap siswa mendapat subsidi 2.000 Bath, dan mengirim bantuan tenaga
guru minimal 1 orang sesuai dengan jumlah siswa dan mendapat subsidi lain sesuai
“Dengan bantuan tersebut, pihak pondok mampu memberi gaji pegawai dan
ustaz-ustazah dengan jumlah yang wajar dan sama dengan standar gaji guru yang
ditetapkan pemerintah.”
hidup selama pendidikan dengan jumlah sebesar 3.000 Bath perbulan sehingga
selesai belajar di pondok dan modal tersebut dapat diperpanjang jika meneruskan
pendidikan tinggi atau universitas khusus dalam negeri sampai selesai kuliah. Dana
tahun selesai kuliah dengan cicilan jumlah uang pokok plus bunga 1 %.13
13
Sahanah Saemae, “Dampak Transformasi Pendidikan Islam Pondok Tradisional ke
Pondok Modern di Thailand Selatan”... hal. 73
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kedatangan agama Islam di bumi Patani kemudian dikelola oleh rakyat Patani selama
300 tahun sebelum Raja Patani Sultan Ismail Syah memeluk agama Islam (1488-
1511)”. Setelah baginda memeluk agama Islam anggota keluarga dan pembesar istana
turut memeluk Islam, sejak itu mulailah Islam berkembang di Patani secara terang-
Darusalam.
Qur’an, pengajian Al-Qur’an ini dilaksnakan di Mushola (Balai Syah), Masjid dan
pondok. Sejak itu di Patani pondok mulai didirikan, pondok menjadi institusi
dan agama Islam. Di daerah Patani (Thailad Selatan), lembaga pondok telah tumbuh
memberi bimbingan dan pelajaran di pondok juga berfungsi sebagai model segala
keutamaan dan wawasan-wawasan etis bagi santri dan orang-orang di luar pondok.
53
B. Saran
panjang. Awal muncul dari abad ke-17 M, memberikan gambaran kepada kita bahwa
tak cukup rasanya untuk menjelaskan sejarah pendidikan Islam di Patani, dengan
Penulis merasakan bahwa, apa-apa yang disampaikan dalam skripsi ini masih
begitu kurang. Dan masih diperlukan data-data yang lebih banyak lagi, juga
memberikan kesempatan kepada penulis lain yang ingin mengangkat tentang sejarah
Pendidikan Islam di Thailand Selatan. Karena dengan kritik dan saran yang
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, (ed.), Tradisi dan kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta:
LP3ES, 1988
Al-Fathoni, Ahmad, Fathy, Pengantar Sejarah Patani, Malaysia: Pustaka Imam Press
Berhad, Kota Baru, 2001
A. Malek. Mohd, Zambire, Patani dalam Tamadun Melayu, Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1994
Che Daud, Ismail, Tokoh-tokoh Ulama Semenanjung Melayu (1), Malaysia: Majlis
Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1998
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ragrafindo Persada, 1996
Ibrahim, Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, Kelantan: Majelis Agama Islam
Kelantan, 1987
Jalil, Abdul bin Borhan, Sejarah Islam ke Nusantara, Kuala Lumpur: Amal, 1994
Madakakul, Seni, Sejarah Patani, Bangkok: Majelis Agama Islam Bangkok, 1996
Mat Zain, Farid, Minoriti Muslim di Thailand, Malaysia: Minda, Selangor, 1998
Mujani, Wan Kamal, Minoriti Muslim Cabaran dan Harapan Menjelang abad ke 21,
Bengi: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2002
Nik Mahmud, Nik Anwar, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954, Selangor:
UKM Bangi, 1999
Said, Zainal Abisin, Kebijakan Publik, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2004
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004
http://ms.wikipedia.org/wiki/Langkasuka
http://www.geocities.com/prawat_patani/patanilupa_malay.htm