SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk
Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum)
Disusun Oleh:
Ali Fasya
NIM 11150220000039
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
PERANAN KH MUHSIN SALIM DALAM
MENTRANSMISIKAN ILMU QIRA’AT SAB’AH DI
JAKARTA SELATAN (1986-2012)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk
Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Ali Fasya
NIM: 11150220000039
Pembimbing,
H. Nurhasan, MA
NIP. 19690724 199703 1 001
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul PERANAN KH MUHSIN SALIM DALAM
MENTRANSMISIKAN ILMU QIRA’AT SAB’AH DI
JAKARTA SELATAN (1986-2012) telah diujikan dalam sidang
skripsi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 November 2019. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah dan Peradaban
Islam.
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
H. Nurhasan, MA
NIP. 19690724 199703 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 11150220000039
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya
saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan
analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun
saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila
terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk
menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
ALI FASYA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-Nya serta kelimpahan rahmat sehingga penulis dapat
menyelasaikan skripsi ini. Banyaknya rintangan dan hambatan
yang penulis hadapi dalam merampungkan skripsi yang berjudul;
Peranan KH Muhsin Salim dalam Mentransmisikan Ilmu
Qira’at Sab’ah di Jakarta Selatan (1986 - 2012). Namun,
semua rintangan dan hambatan itu dapat terlewati sedikit demi
sedikit dengan usaha dan kerja keras. Oleh sebab itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada mereka
semua, diantaranya:
i
seminar proposal hingga selesainya skripsi ini, terima
kasih sedalam-dalamnya.
5. Bapak H. Nurhasan, M.A. selaku dosen pembimbing yang
memberikan banyak masukan serta saran kepada penulis
untuk terus mencari sumber primer dalam penulisan
sejarah, serta segala kemudahan yang penulis dapatkan
ketika menjadi mahasiswa bimbingan beliau.
6. Bapak Dr. Abd. Wahid Hasyim dan Bapak Dr. Saidun
Derani selaku dosen penguji skripsi yang telah
memperbaiki isi skripsi penulis menjadi lebih baik.
7. Kepada narasumber Dr. KH. Sobron Zayyan, MA, Ustadz
Sabeni Hamid, Ustadz Dasril terkhusus Dr. KH. M.
Muhsin Salim, MA selaku narasumber utama yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk penulis
wawancarai.
8. Kepada Alwalid Abi Basuni, S.Ag dan Ummi Kartini
yang saya sayangi dan cintai, nenek tercinta Hj. Sofiyah
yang selalu memberikan dukungan setiap hari baik moril
maupun materil yang tak terhingga sehingga menjadikan
penulis menjadi pribadi yang mandiri dan bersemangat
untuk mencapai cita-cita. Juga mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kiai-kiai-ku tercinta, KH. Suherman Mukhtar, S.Hi. MA,
Dr. KH. Sobron Zayyan, MA yang mengajarkan penulis
berbagai macam ilmu dan mendukung penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
ii
10. Kakak-kakakku, Farid Samarbani, S.T, Lubqi Azhari,
S.Kom, Annisa Maulina, S.Pd, Dessy Ikhda Korina, S.Pd,
dan keponakanku M. Alfi Zain, Naira Fadla, M. Zuhdi
Nur yang mereka selalu mendukung penulis dan membuat
penulis merasa bersemangat setiap harinya.
11. Kepada teman-teman santri dan Asatidz dari Al-Isyraq
Jakarta dan Al-Qur‘aniyyah Tang-Sel. Khususnya saudara
Robbi Ahmadi, S.H, Adnan Rasyid, S.H, Nidzomuddin
yang selalu memotivasi dan mendukung penulis.
12. Kepada teman-teman seperjuangan di SPI 2015 terkhusus,
yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu,
namun penulis merasa harus berterimakasih kepada
Dzunnurain, Khalil Bisri, M. Ardhi, M. Yasin Adha,
Ahmad Rivaldi, Fikriansyah, Arif Muhayyan, Nicko
Pandawa, Ahmad Sulthon, Ulya Azmi, Ali Fahmi, Ridho,
Muklis Bogor, Muklis KW, Ocha, Tati, Intan, Yana, Aida,
Mita, Rizka, Nova, Hanah, Ole, Memey, Zizah, Tripuji,
Ami, Nurul, Sita, mereka semua adalah sahabat yang
banyak membantu dan menemani penulis selama masa
perkuliahan ini.
Wassalamu’alaikum Wr.wb.
iii
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Peranan KH. Muhsin Salim
dalam Mentransmisikan Ilmu Qira‟at Sab‟ah di Jakarta Selatan
(1986-2012). Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
bagaimana peranan KH Muhsin Salim dalam transmisi ilmu
qira‘at sab‘ah di Jakarta Selatan? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut menggunakan metode historis dengan pendekatan sejarah
sosiologis. Sumber yang digunakan antara lain dari studi
lapangan dan studi literatur. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini yakni menggunakan teori agensi yang
diperkenalkan oleh Anthony Giddens. Hasil yang didapatkan
dalam penelitian ini bahwa peranan KH. Muhsin Salim dalam
perkembangan ilmu qira‘at di Jakarta sangat besar pertama,
mulai dari mengajar di rumahnya, majelis-majelis yang ada di
Jakarta dan di tempat mengajarnya seperti PTIQ dan LBIQ.
Kedua, Ia juga membuat buku tentang qira‘at sab‘ah untuk
mempermudah dalam segi pemahaman. Ketiga, mengkaderisasi
murid-muridnya yang sekarang ini ada yang tersebar di Jakarta
Selatan, Jakarta Barat dan Tangerang Selatan, yang mereka
mempunyai lembaga Alqurannya sendiri.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 6
C. Sumber Sejarah Primer ........................................................... 7
D. Signifikansi dan Hasil yang diharapkan ................................. 7
E. Literature Review ................................................................... 8
F. Metode, Pendekatan, dan Teori .............................................. 9
G. Kerangka Berpikir ................................................................ 13
BAB II BIOGRAFI KH MUHSIN SALIM ........................................... 16
A. Muhsin Salim Kecil dan Keluarga........................................ 16
B. Latar Belakang Pendidikan ................................................... 17
C. Ketokohan KH. Muhsin Salim ............................................. 19
D. Guru-guru Agama ................................................................. 21
BAB III GAMBARAN UMUM QIRA’AT SAB’AH............................. 24
A. Pengertian Qira‘at Sab‘ah..................................................... 24
B. Munculnya Formulasi Qira‘at Sab‘ah .................................. 26
C. Imam Qira‘at Tujuh serta Perawinya.................................... 30
BAB IV PERANAN KH MUHSIN SALIM DALAM TRANSMISI ILMU
QIRA’AT SAB’AH DI JAKARTA SELATAN ..................... 32
A. Qira‘at Sab‘ah di Jakarta Selatan.......................................... 32
B. Sepak Terjang KH Muhsin Salim......................................... 36
1. Membuat Buku Qira‘at Sab‘ah ........................................ 37
v
2. Mengajarkan Qira‘at Sab‘ah di Majelis-majelis .............. 40
3. Mengkaderisasi Murid-muridnya .................................... 41
C. Pengabdian KH. Muhsin Salim ............................................ 43
1. Di PTIQ Jakarta ............................................................... 43
2. Di LBIQ Jakarta ............................................................... 43
3. Di Rumahnya ................................................................... 44
D. Sanad Kitab Qira‘at Sab‘ah Asy-Syathibiyyah KH Muhsin
Salim ..................................................................................... 46
E. Tehnik KH Muhsin dalam Transmisi Ilmu Qira‘at .............. 48
1. Talaqqi ............................................................................. 48
2. Tradisi Nadzoman ............................................................ 51
3. Kitab-kitab Rujukan Qira‘at Sab‘ah ................................ 52
BAB V PENUTUP .................................................................................. 56
A. Kesimpulan ........................................................................... 56
B. Saran ..................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58
LAMPIRAN .................................................................................................. 63
vi
DAFTAR TABEL
1.1 Karir KH.Muhsin Salim ketika di NTB, Lombok ..................... 64
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Wawancara penulis dengan Dr. KH. Muhammad
Muhsin Salim di PTIQ ........................................... 77
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena ragam artikulasi lafal Alquran sudah terjadi
sejak masa Nabi Muhammad SAW.1 Ragam artikulasi dalam
lafal Alquran ini dilatarbelakangi oleh berbedanya dialek pada
setiap kabilah Arab yang mempunyai ciri khas masing-masing.2
Melihat kondisi sosial-masyarakat seperti itu, maka Rasulullah
SAW memohon kepada Allah SWT dalam sabdanya, yakni untuk
tidak menurunkan Alquran dengan satu huruf saja. Dalam
keterangan hadist tersebut, dikatakan bahwa Alquran diturunkan
dengan tujuh huruf (sab‟a ahruf)3, oleh sebab itu turunya tujuh
macam huruf inilah yang nantinya akan menjadi embrio ilmu
qira‘at di dalam dunia Islam. Dari masa ke masa, ragam artikulasi
lafal Alquran ini semakin berkembang mulai di kalangan sahabat,
tabi‘in, pengikut tabi‘in, ulama imam-imam madzhab dan sampai
sekarang.
Pada penyebarannya dalam bentuk ilmu, qira‘at sab‘ah
pertama kali masuk ke Indonesia pada 1911, dibawa oleh seorang
ulama berdarah Jawa yang belajar di Timur Tengah pada 1888
dan kembali ke tanah air pada 1911, Ia bernama Syaikh
1
Muhammad Ahsin Sakho, ―Qira‘at Sab‘ah di Indonesia‖ (Makalah
dipresentasikan di acara Qira‘at sab‘ah dan Tafsir Bahasa Indonesia, IPQAH
DKI, t.t.).
2
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara (Jakarta:
Pustaka STAINU, 2008), 21.
3
Muhammad bin Isa al-Turmudzi, Sunan Al-Turmudzi, vol. 7, 2944
(Beirut: Dar Ihya Turast al-‘Arabi, t.t), 194.
1
2
4
Syaikh Muhammad Munawwir lahir di Kauman, Yogyakarta pada
tahun 1870 dan wafat tahun 1941. Ia adalah seorang santri. Ketika di Indonesia
ia belajar ilmu-ilmu keislaman kepada ulama-ulama masyhur seperti KH
Maksum Bangkalan, KH Kholil Bangkalan, KH Sholih Darat dan KH
Abdurrahman Watucongkol. Setelah ia menimba ilmu di Indonesia, pada tahun
1888 Syekh Munawwir meneruskan belajar-nya di Makkah selama 16 tahun
dan 5 tahun di Madinah. Selama belajar di dua kota suci itu, ia banyak
memperdalam ilmu Alquran diantaranya tafsir dan qira‘at sab‘ah. Kemudian
pada tahun 1911 Syaikh Munawwir kembali ke Krapyak Yogyakarta, ia
mendirikan majelis pengajian dan mendirikan pesantren, yang sekarang
dikenal dengan nama pondok pesantren al-Munawwir Krapyak. Ia dikenal
sebagai ulama Jawa pertama yang berhasil menguasai ilmu qira‘at sab‘ah
dikarenakan sangat ahlinya ia dalam bidang ilmu tersebut. Wawan Djunaedi,
Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara (Jakarta: Pustaka STAINU, 2008),
188–192.
5
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara (Jakarta:
Pustaka STAINU, 2008), 189.
6
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat
(Bandung: Mizan, 1999). 109
7
Mutawatir adalah periwayatan oleh sejumlah besar perawi yang secara
adat, mustahil mereka bersepakat untuk berdusta. Artinya sejumlah besar
perawi itu memberikan keyakinan yang mantap terhadap apa yang mereka
riwayatkan, dan mustahil mereka bersepakat untuk berdusta, mulai dari awal
sanad sampai akhir sanad, yakni sampai ke Rasulullah SAW. Abdul Majid
Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), 2.
3
8
Ustadz Dasril, murid KH. Muhsin Salim, wawancara, Jakarta, 14
Maret 2019 pukul 21.00 WIB
9
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam Dalam Sejarah dan
Kebudayaan Melayu (Bandung: Mizan, 1990), 33.
4
10
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abab XVII & XVIII (Jakarta: Kencana, 2013), XXV.
11
Ustadz Sabeni Hamid, murid KH. Muhsin Salim dan juga direktur
Yayasan Majelis Studi al-Qur‘an (MSQ) Jakarta, wawancara, Jakarta, 13
Maret 2019 pukul 21.40 WIB
5
12
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB
6
13
Ustadz Hawasyi, Murid KH. Ahsin Sakho, pada 30 Januari pukul
10.15 WIB
14
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB
7
E. Literature Review
1. ―Metodologi Pengajaran Qira'at Sab‗ah Studi Observasi di
Pondok Pesantren Yanbu‗ul Qur'an dan Dar Al-Qur'an‖
Artikel ini ditulis oleh Urwah dari jurnal ―Suhuf‖. Di dalam
jurnal ini, selain membahas tentang metodologi pengajaran
qira‘at sab‘ah, di jurnal ini juga membahas tentang awal
munculnya formula qira‘at sab‘ah dan juga terdapat profil
pondok pesantren KH Arwani. Ia adalah salah satu ulama
Nusantara yang mengarang kitab tentang qira‘at sab‘ah
yang berjudul Faidhul-Barakat fi Sab‟il-Qira‟at.15
2. ―Tradisi Qira‘at al-Qur‘an : Resepsi Atas Kitab Faidhul
Barakat fi Sab‘il Qira‘at Karya KH Muhamad Arwani bin
Muhamad Amin al-Qudsi‖ jurnal ini ditulis oleh Ade
Chariri Fashichul Lisan dari jurnal ―Misykat‖. Di dalam
jurnal ini lebih spesifik membahas tentang KH. Arwani
15
Urwah, ―Metodologi Pengajaran Qira‘at Sab‗ah Studi Observasi di
Pondok Pesantren Yanbu‗ul Qur‘an dan Dar Al-Qur‘an,‖ Suhuf , Vol 5, no. 2
(2012): 145–168.
9
16
Ade Chariri Fashichul Lisan, ―Trasdisi Qira'at al-Qur'an : Resepsi
Atas Kitab Faidhul Barakat Fi Sab‘il Qira‘at Karya K.H. Muhamad Arwani
Bin Muhamad Amin Al-Qudsi,‖ Misykat, Vol 2, no. 1 (2018): 89–112.
17
M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah; Sebuah
Pengantar (Jakarta: Kencana, 2014), 106.
10
18
Nyong Eka Teguh Iman Santosa, Sejarah Intelektual Sebuah
Pengantar (Sidoarjo: Uru Anna Books, 2014), 67–68.
19
Nyong Eka Teguh Iman Santosa, Sejarah Intelektual Sebuah
Pengantar (Sidoarjo: Uru Anna Books, 2014), 38.
20
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi,
ke-2. (Jakarta: Prenada, 2014), 9.
21
M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah; Sebuah
Pengantar (Jakarta: Kencana, 2014), 122.
11
22
Anthony Giddens, The Constitution of Society (U.K: Polity Press,
1984), 5.
23
Anthony Giddens, The Constitution of Society (U.K: Polity Press,
1984), 6-7
12
24
Chris Barker, Cultural Studies Teori Dan Praktik, diterjemahkan
oleh. Nurhadi (Bantul: Kreasi Wacana, 2009), 91.
25
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abab XVII & XVIII (Jakarta: Kencana, 2013), XXIV-XXV
13
G. Kerangka Berpikir
ilmu qira‘at sab‘ah di DKI Jakarta khususnya di Jakarta
Selatan belumlah membumi seperti sekarang. Ilmu qira‘at sab‘ah
di Jakarta Selatan pertama kali diperkenalkan oleh lembaga
Perguruan Tinggi Alqur‘an (PTIQ) yang ketika itu mengkontrak
Syaikh/guru dari Timur Tengah, Mesir. PTIQ mengkontrak
Syaikh dari Mesir selama lebih kurang 10 tahun dimulai sejak
tahun 1983. Ilmu qira‘at sab‘ah belum terlalu tersebar luas dan
hanya mahasiswa lembaga tersebut saja yang mengetahui dan
mempelajarinya. Ilmu qira‘at sab‘ah kemudian mulai
26
Dien Majid, Pengantar Ilmu Sejarah (Ciputat: UIN Jakarta Press,
2013), 119.
27
Fakultas Adab dan Humaniora, Pedoman Penulisan Proposal
Skripsi/Tesis Program Studi Sejarah Dan Peradaban Islam (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2018).
14
Pendekatan Sosiologis
Temuan
Teori Agensi (Anthony Giddens)
Peranan KH. Muhsin Salim dalam perkembangan ilmu qira‘at di Jakarta sangat besar pertama,
mulai dari mengajar di rumahnya, majelis-majelis yang ada di Jakarta dan di tempat mengajarnya
seperti PTIQ dan LBIQ. Kedua, Ia juga membuat buku tentang qira‘at sab‘ah untuk
mempermudah dalam segi pemahaman. Ketiga, mengkaderisasi murid-muridnya yang sekarang
ini ada yang tersebar di Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Tangerang Selatan, yang mereka
mempunyai lembaga Alqurannya sendiri.
BAB II
BIOGRAFI KH MUHSIN SALIM
A. Muhsin Salim Kecil dan Keluarga
28
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
29
KH. Muhsin Salim, selaku sumber utama dan guru besar qira‘at
sab‘ah di PTIQ Jakarta, wawancara, Jakarta Selatan, 9 September 2019 pukul
10.00 WIB
16
17
30
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
18
31
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
32
KH. Muhsin Salim, selaku sumber utama dan guru besar qira‘at
sab‘ah di PTIQ Jakarta, wawancara, Jakarta Selatan, 9 September 2019 pukul
10.00 WIB
33
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
34
Lima faktor yang dapat mengendalikan perkembangan sejarah
diantaranya, para dewa, rencana besar Allah, gagasan-gagasan besar, tokoh-
tokoh dan keadaan sosial ekonomi. Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh
dan Penulisan Biografi, ke-2. (Jakarta: Prenada, 2014), 9–10.
35
Moeflih Hasbullah dan Dedi Supriadi, Filsafat Sejarah (Bandung:
CV. PustakaCeria, 2012), 58–62.
20
36
Integritas, karya-karya, dan pemikiranya. Syahrin Harahap,
Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi, ke-2. (Jakarta: Prenada,
2014)
37
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi,
ke-2. (Jakarta: Prenada, 2014), 8.
38
Ilmu Nagham adalah mempelajari cara/metode di dalam
menyenandungkan/ melagukan/memperindah suara pada tilawatil Qur`an.
Lihat Muhsin Salim, Ilmu Nagham Al-Qur‟an (Jakarta: PT. Kebayoran Widya
Ripta, 2004), 1.
21
bernama Ibrahim Hosen. Pada saat yang sama pula, Kiai Muhsin
diangkat menjadi dosen di IIQ Jakarta mulai tahun 1976 – 1979.39
Sekembalinya kiai Muhsin ke NTB kampung halamannya, ia
mendapatkan kepercayaan karir dalam beberapa bidang (lihat
tabel 1.1).40
Kiai Muhsin kembali pindah ke Jakarta pada 1986 karena
mendapatkan kepercayaan karirnya (lihat tabel 1.2).41 Dari sepak
terjangnya ini dapat membuktikan bahwa kiai Muhsin adalah
tokoh penting khususnya yang berkaitan dengan ilmu qira‘at. Ia
banyak aktif dalam bidang Alquran dan organisasi-organisasi
kepemerintahan. Seseorang dapat dikatakan tokoh penting itu
harus mempunyai karya-karya baik tertulis maupun tidak.
Pembahasannya ini akan dibahas pada sub-bab selanjutnya.
D. Guru-guru Agama
Hj. Mahyuni adalah seseorang yang menjadi madrasah
pertama bagi Muhsin Salim. Muhsin Salim ketika usia empat
tahun pun sudah diajarkan ilmu Alquran oleh ayahandanya, tuan
guru KH Muhammad Salim yang seorang tokoh ulama, ia pun
belajar ke majelis murid-murid ayahandanya di desa tempat ia
tinggal. Muhsin Salim lahir dan hidup dalam keluarga yang
agamis dan berpendidikan sehingga ayahandanya pun
39
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
40
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
41
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
22
42
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
23
43
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
BAB III
GAMBARAN UMUM QIRA’AT SAB’AH
A. Pengertian Qira’at Sab’ah
44
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis
(Jakarta: Pustaka Amani, 2001), 357.
45
al-Dimasyqi, Ibrazul Ma‟ani Min Hirz al-‟Amani Fil Qira‟at al-Sab‟
Li al-Imam al- Syathibi (Mesir: Maktbah Mushthafa Albani al-Halabi wa
Auladuhu, t.t), 12.
24
25
46
Istilah qira‟ah sab‟ah dalam terminologi Arab yang sering
disebutkan dengan menggunakan istilah al-qira‟atus-sab‟, al-qira‟atus-
sab‟iyyah, atau sab‟al-qira‟at. Demikianlah susunan yang benar menurut tata
bahasa Arab. Adapun redaksi yang berbunyi qira‟at sab‟ah atau qira‟ah al-
sab‟ah, sebagaimana yang tercantum di atas, tidak bisa dikategorikan sebagai
istilah yang tepat jika dilihat dari perspektif bahasa Arab. Berdasarkan
reasoning seperti inilah istilah qira‟at sab‟ah bisa dibenarkan dari sudut
panadang gramatika Arab, dan istilah inilah yang akan dipergunakan dalam
penelitian ini untuk menyebut konsep tentang qira‘at tujuh yang menjadi salah
satu variabel pembahasan. Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di
Nusantara (Jakarta: Pustaka STAINU, 2008), 8-9.
47
Muhammad bin Isa al-Turmudzi, Sunan Al-Turmudzi, vol. 7 (Beirut:
Dar Ihya Turast al-‘Arabi, t.t), hadist nomor 2944. 194.
26
48
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara (Jakarta:
Pustaka STAINU, 2008), 7.
49
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara (Jakarta:
Pustaka STAINU, 2008), 23.
50
Muhammad Ali Al-Sabuni, At-Tibyan Fii „Ulum al-Qur‟an (Jakarta:
Dinamika Berkah Utama, 1985), 229.
27
51
Kurang lebih ada dua puluh satu orang sahabat yang telah
meriwayatkan hadist ini. Hal Ini memberikan keyakinan kepada umat muslim
bahwa terjadinya perbedaan qira‘at itu benar-benar dari Allah (bersifat tauqifi)
dan bukan dibuat-buat oleh Nabi Muhammad SAW. Manna‘ Al-Qattan, Nuzul
Al-Qur‟an Ala Sab‟ah Ahruf (Kairo: Maktabah Wahbah, t.t), 20.
52
Abdul Wadud Kasyful, ―Menelusuri Historitas Qira‘at Al-Qur‘an,‖
Jurnal Syahadah Vol. 3, no. No. 1 (2015): 95–96.
28
53
Mustofa, ―Pembakuan Qira‘at ‗Asim Riwayat Hafs dalam Sejarah
dan Jejaknya di Indonesia,‖ Suhuf Vol. 4, no. No. 2 (2011): 224.
54
Abdul Moqsith Ghazali, Metodologi Studi Al-Qur‟an (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2009), 18.
29
55
Ali Ahmadi, ―Al-Qira‘at dan Orisinalitas al-Qur‘an,‖ Al-Insan Vol.
1, no. No. 1 (2005).
56
Mustofa, ―Pembakuan Qira‘at ‗Asim Riwayat Hafs dalam Sejarah
dan Jejaknya di Indonesia,‖ Suhuf Vol. 4, no. No. 2 (2011): 224.
57
Ghazali, Metodologi Studi Al-Qur‟an, 18.
58
Ibrahim al-Ibyari, Tarikh Al-Qur‟an (Mesir: Darul-Kitab al-Misri,
1991), 139.
30
1) Imam Nafi‘
Nama lengkapnya ialah Nafi‘ bin Abdurrahman bin Abu
Nu‘aim Al-Laisi, lahir tahun 70 H dan wafat tahun 169 H di
Madinah.Perawi Imam Nafi adalah: (1) Qalun dan (2) Warsy.
59
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara (Jakarta:
Pustaka STAINU, 2008), 5-6.
31
5) Imam Hamzah
Nama lengkapnya Hamzah bin Hubaib Az-Zayyat, lahir
tahun 80 H dan wafat di Halwan tahun 156 H. Perawinya Imam
Hamzah adalah: (1) Khalaf (2) Khalad.
6) Imam ‘Ashim
Nama lengkapnya Abu Bakar bin Abun Najud Al-Asadi,
wafat di Kufah tahun 128 H. Perwainya Imam ‘Ashim adalah: (1)
Syu‘bah (2) Hafs.
7) Imam Al-Kisa‘i
Nama lengkapnya Abul Hasan Ali bin Hamzah Al-Kisai,
wafat tahun 189 H. Perawinya Imam Al-Kisai adalah : (1) Abu
Al-Haris (2) Ad-Duri Al-Kisa‘i.60
60
Ahmad Fathoni, Kaidah Qira‟at Tujuh, Jilid 2 (Jakarta: Institut PTIQ
dan Institut Al-Qur‘an (IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Press, t.t), 6–10.
BAB IV
PERANAN KH MUHSIN SALIM DALAM TRANSMISI
ILMU QIRA’AT SAB’AH DI JAKARTA SELATAN
A. Qira’at Sab’ah di Jakarta Selatan
61
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB.
32
33
62
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara (Jakarta:
Pustaka STAINU, 2008), 188-192.
63
KH Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB.
34
64
KH Muhsin Salim, selaku sumber utama dan guru besar qira‘ah
sab‘ah di PTIQ Jakarta, wawancara, Jakarta Selatan, 9 September 2019 pukul
10.00 WIB.
65
KH Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB
35
66
KH Muhsin Salim, selaku sumber utama dan guru besar qira‘at
sab‘ah di PTIQ Jakarta, wawancara, Jakarta Selatan, 9 September 2019 pukul
10.00 WIB.
67
KH Ahsin Sakho, selaku guru besar di UIN Jakarta dan juga dosen
qira‘at qab‘ah di IIQ Jakarta, wawancara, Tangerang Selatan, 7 Maret 2019
pukul 08.30 WIB.
36
Jakarta dan sekitarnya . Satu alasan lagi yakni karena penulis pun
hanya memfokuskan pembahasan tentang kyai Muhsin Salim.
68
Karya-karyanya dapat dilihat di tabel 1.3.
69
karirnya dapat dilihat di tabel 1.2.
37
70
KH. Muhsin Salim, selaku sumber utama dan guru besar qira‘at
sab‘ah di PTIQ Jakarta, wawancara, Jakarta Selatan, 9 September 2019 pukul
10.00 WIB. Sebagaimana yang dikatakan Ustadz Sabeni Hamid, salah satu
dari murid-murid KH Muhsin Salim dan juga direktur Yayasan Majelis Studi
al-Qur‘an (MSQ) Jakarta, wawancara, Jakarta, 13 Maret 2019 pukul 21.40
WIB
71
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi,
ke-2. (Jakarta: Prenada, 2014), 9.
38
72
Ustadz Sabeni Hamid, murid KH Muhsin Salim dan juga direktur
Yayasan Majelis Studi al-Qur‘an (MSQ) Jakarta, wawancara, Jakarta, 13
Maret 2019 pukul 21.40 WIB
73
Ulama modernis adalah ulama yang karyanya ditulis dalam bahasa
Indonesia ataupun terjemahan dari kitab klasik. Adapun ulama tradisional
adalah ulama yang karyanya ditulis dalam bahasa Arab, karena dianggap dapat
menambah nilai kehormatannya. Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning:
Pesantren dan Tarekat,(Bandung: Mizan, 1998), 19-20.
39
74
KH. Muhsin Salim, selaku sumber utama dan guru besar qira‘ah
sab‘ah di PTIQ Jakarta, wawancara, Jakarta Selatan, 9 September 2019 pukul
10.00 WIB
40
75
KH. Muhsin Salim, selaku sumber utama dan guru besar qira‘ah
sab‘ah di PTIQ Jakarta, wawancara, Jakarta Selatan, 9 September 2019 pukul
10.00 WIB
76
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‘an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
41
3. Mengkaderisasi Murid-muridnya
77
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB. Penjelasan ini juga sama dengan apa yang dikatakan
oleh Ustadz Sabeni,Ustadz Dasril dan yang lainnya.
42
78
Ustadz Sabeni Hamid, murid KH. Muhsin Salim dan juga direktur
Yayasan Majelis Studi al-Qur‘an (MSQ) Jakarta, wawancara, Jakarta, 13
Maret 2019 pukul 21.40 WIB
79
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB.
80
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB.
43
81
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB.
82
Ristek Dikti, ―Rekap Pelaporan PDDIKTI Mahasiswa Institut PTIQ
Jakarta, Jakarta Selatan,‖ 2019,
https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/homerekap/MjEyMDI3/0/1.
44
83
Damanudin Ibnu Majani, ―Perkembangan Peserta Pembelajaran Di
LBIQ,‖.
45
84
KH. Sobron Zayyan ini adalah salah satu dari Sembilan muird utama
kyai Muhsin yang mendapatkan sanad qira‘at sab‘ah musalsal sekaligus
dipercayakan untuk meneruskan estafet penyebaran dan pengajaran qiraat
sab‘ah. Sekarang KH. Sobron sudah memiliki lembaga pendidikan non-formal
(pesantren) dan lembaga formal (mulai dari tinggat sekolah dasar sama tinggal
menengah atas) yang kurikulumnya berlandaskan Alquran. Didalamnya juga
diajakarkan qira‘at sab‘ah, nagham Alquran dan tahfidz Alquran. lembaga
pendidikannya beralamat di Jl. Pondok Pesantren, Ceger, Pondok Aren,
Tangerang Selatan.
85
Ustadz Dasril, murid KH. Muhsin Salim, wawancara, Jakarta, 14
Maret 2019 pukul 21.00 WIB
46
86
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). i.
47
87
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007).
88
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh
Imam Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis
Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007).
48
89
Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah, Teori, Metode, Contoh
Aplikasi, 1st ed. (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 73.
90
Tsiqah dalam istilah ilmu hadist ialah terpercaya, amanah, taqwa.
Adapun maksud tsiqah di sini adalah terpercaya dalam menyampaikan ilmu
dan tidak berdusta.
91
Dhabith menurut istilah dalam ilmu hadist ialah orang yang memiliki
ingatan dan hafalan yang sempurna. ia memahami dan hafal dengan baik apa
yang diriwayatkannya itu, serta mampumenyampaikan hafalan itu kapan saja
ia kehendaki. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits (Bandung: Angkasa,
1987), 179.
92
Cucu Susianti, ―Efektivitas Metode Talaqqi dalam Meningkatkan
Kemampuan Menghapal Al-Qur‘an Anak Usia Dini,‖ Tunas Siliwangi vol 2
(2016): 12.
49
93
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara (Jakarta:
Pustaka STAINU, 2008), 184-185.
94
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB
50
95
KH. Sobron Zayyan, murid KH. Muhsin Salim dan juga pimpinan
pondok pesantren al-Qur‘aniyyah, wawancara, Tangerang Selatan, 24 Februari
2019 pukul 16.30 WIB
96
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan
Tarekat,(Bandung: Mizan, 1999). 18.
97
Ustadz Sabeni Hamid, murid KH. Muhsin Salim dan juga direktur
Yayasan Majelis Studi al-Qur‘an (MSQ) Jakarta, wawancara, Jakarta, 13
Maret 2019 pukul 21.40 WIB
98
Ustadz Dasril, murid KH. Muhsin Salim, wawancara, Jakarta, 14
Maret 2019 pukul 21.00 WIB
51
99
Sanad musalsal ialah sanad yang apabila seorang santri
mendapatkannya, maka secara otomatis namanya akan tercantum dalam
jaringan nama perawi qira‘at. Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di
Nusantara (Jakarta: Pustaka STAINU, 2008), 183.
100
Tata Sukayat, ―Nadzom Sebagai Media Pendidikan dan Dakwah,‖
Cendikia Vol.15 (2017): 344.
101
Umar Bukhory, ―Resepsi Pondok Pesantren di Madura Terhadap
Kitab Bergenre Nadzom,‖ Okara Vol. 2 (2011): 14.
52
102
Bahar ialah istilah dari ilmu ‗arudh yang berartian wazan
(timbangan) tertentu yang dijadikan pola dalam menggubah syi'ir arab.
Nawawi dan Yani‘ah Wardani, Ilmu ‟Arudh Teori Dan Aplikasi (Jakarta:
Wardah Press, 2011). 27.
103
Adapun ilmu „arudh adalah ilmu yang membahas pola-pola syi‘ir
Arab untuk mengetahui wazan yang benar dan yang salah. Nawawi dan
Yani‘ah Wardani, Ilmu ‘Arudh Teori Dan Aplikasi (Jakarta: Wardah Press,
2011). 17.
104
Ade Chariri Fashichul Lisan, ―Trasdisi Qira'at al-Qur'an : Resepsi
Atas Kitab Faidhul Barakat Fi Sab‘il Qira‘at Karya K.H. Muhamad Arwani
Bin Muhamad Amin Al-Qudsi,‖ Misykat 2, no. 1 (2018): 93.
105
Kitab Kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab,
Melayu, Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan
aksara Arab, yang selain ditulis oleh ulama Timur Tengah, juga ditulis oleh
ulama Indonesia sendiri. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan
53
107
Imalah secara istilah adalah mencondongkan bacaan harakat fathah
pada harakat kasrah sekitar dua pertiganya sehingga awal bunyi bacaannya
berbunyi A kemudian diimalahkan menjadi berbunyi E . Muhsin Salim, Ilmu
Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh Imam Qiraat dalam Thariq
Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis Kajian Ilmu-ilmu Al-
Qur‘an, 2007). 61.
108
Saktah adalah berhenti sejenak tanpa nafas sekitar satu alif lamanya.
Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh Imam
Qiraat dalam Thariq Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis Kajian
Ilmu-ilmu Al-Qur‘an, 2007). 59.
109
isymam secara istilah adalah mengkombinasikan harakat fathah
dengan harakat dhammah disertai monyong bibirnya. Muhsin Salim, Ilmu
Qiraat Tujuh: Bacaan Al-Qur‟an Menurut Tujuh Imam Qiraat dalam Thariq
Asy Syathibiyyah, Cetakan Ke-1. (Jakarta: Majelis Kajian Ilmu-ilmu Al-
Qur‘an, 2007). 63.
110
Ustadz Dasril, salah satu dari 9 murid utama KH. Muhsin Salim,
wawancara, Jakarta, 14 Maret 2019 pukul 21.00 WIB
111
Ustadz Dasril, salah satu dari 9 murid utama KH. Muhsin Salim,
wawancara, Jakarta, 14 Maret 2019 pukul 21.00 WIB
55
112
al-Nawawi, Terjemah Syarah Shahih Muslim, diterjemahkan oleh.
Wawan Djunaedi, Cet 1 (Jakarta: Mustaqim, 2003), 181. Lihat juga M.
Syuhudi Isma‘il, Metodologi Penelitian Hadist Nabi (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), 24.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
56
57
B. Saran
Penelitian mengenai qira‘at sab‘ah ini masih banyak
kekurangan di sana sini. Penulis berharap kepada pembaca agar
menelusuri lebih jauh tentang persebaran dan perkembangan
qira‘at sab‘ah yang ada di bumi Indonesia sehingga nantinya
penelitian tentang qira‘at sab‘ah ini menjadi kajian yang
komprehensif terkait korelasinya terhadap peradaban Islam di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
58
59
Dokumen:
Dokumen Sanad milik KH. Muhsin Salim 9 September 2019
pukul 10.00 WIB. Jakarta Selatan.
Dokumen sanad milik Ustadz Dasril selaku Murid KH. Muhsin
Salim. pada 14 Maret 2019. Tangerang Selatan.
Dokumen sanad milik KH. Sobron Zayyan selaku Murid KH.
Muhsin Salim. pada 24 Februari 2019, Tangerang Selatan.
Dokumen sanad milik Ustad Sabeni hamid selaku Murid KH.
Muhsin Salim. pada 13 Maret 2019. Jakarta Barat.
Sumber Lisan:
63
64
3 Peserta Alquran
Peserta Bhs. Arab
2
Peserta Arab Qur'ani
1
0 0 0,5 0,27 0,7 0,8
0
1986 1990 1994 2004 2008 2012
113
Dokumentasi Statistik LBIQ
74
84
85
Tiap angkatan itu sekitar 70 sampai 100 orang bahkan lebih yang
lulus dari pondok ini dan itu sudah 12 angkatan dari wawancara
saat ini. Berarti bisa dibayangkan mereka yang sudah belajar
qira‘at begitu menyebar di mana-mana dan mulai dari situlah
menyebar ke pondok-pondok pesantren, menyebar ke masyarakat
dan tidak bisa dibendung lagi bahwa kita lihat nanti 10-20 tahun
ilmu qira‘at sangat pesat nanti perkembangannya di Indonesia
melalui santri-santri yang menyebar di seluruh Indonesia.
Penulis: siapa saja 9 murid utama KH. Muhsin Salim dan mulai
kapan kyai (anda) belajar dengannya?
dan yang terakhir adalah ust Dasril. Dari 9 orang itu yang
mendapatkan ijazah sanad, kemudian sampai saat ini mereka juga
menyebarkan ilmu qira‘at kepada murid-muridnya masing-
masing. Kita bisa pastikan dari Pon-Pes Al-Quraniyyah banyak
yang sudah menguasai dan memahami tentang perkembangan
ilmu qiraat terutama yang berkaitan tentang qaidah ushuliyyah.
Qaidah ushuliyah ini perlu dipelajari karena ini menyangkut
tentang kaidah-kaidah yang harus diketahui oleh para qari untuk
memperdalam ilmu qiraat dari masing-masing imam dan riwayat
yang ada.
Dan saya (ust sabeni), saya banyak belajar dari beliau (Dr
Muhsin), dan kalau di kampus (PTIQ) saya belajar oleh Dr.
Fathoni yang berasal dari Jawa, kalau KH. Muhsin itu berasal
96
dari Lombok, dan KH. Ahsin Sakho dari Cirebon. Mereka ini
dididik oleh ulama timur tengah sehingga sekarang mereka ini
menjadi guru besar.
di rumah belau sampai tahun 2009, dan itu bukan di PTIQ, akan
tetapi suatu majlis di rumah beliau. Setiap seminggu sekali.
Kemudian pindah di IPQAH Jakarta Selatan dari tahun 2009-
2012.