Skripsi
Oleh:
NIM : 30300117043
terhadap QS al-Muzzammil/73: 6)
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Penyusun,
i
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK
Kampus I : Jl. Sultan Alauddin No. 63 Makassar (0411) 864924, Fax. 864923
Kampus II : Jl. Sultan Alauddin No.36, Romang Polong-Gowa (0411) 841879 Fax 8221400
PERSETUJUAN PEMBIMBING
NIM: 30300117043, mahasiswa Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir pada Fakultas
meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul ‚Na>syi’ah al-
Munaqasyah/Tutup.
Pembimbing I Pembimbing II
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanyalah milik Allah Swt. Rabb yang
mengajarkan manusia segala hal, Rabb yang kasih dan sayang-Nya tiada
penyeselesaian pendidikan pada program strata satu Prodi Ilmu al-Qur’an dan
banyak pihak yang telah berkontribusi secara aktif maupun pasif dalam
membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini. Rasa syukur tak terhingga
kepada Allah Swt. yang memberikan kelancaran bagi peneliti sehingga berada
pada titik terakhir penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti akan
senantiasa memotivasi.
1. Ucapan terima kasih yang tak terhingga peneliti sampaikan kepada kedua
orang tua tercinta, ayahanda Alm. Drs. Andi Rifai dan ibunda Dra.
iv
v
gambaran atas penghargaan dan jasa-jasa beliau. Dengan doa dan restu
semoga keduanya selalu dalam lindungan dan keridaan Allah Swt. dan
saya Andi Ummu Fadilah Rifai, S. Sos. dan Andi Ruhbanullaila Rifai S.
Ag. beserta suaminya serta adik saya Andi Tazkiatul Faqiha Rifai dan
2. Prof. Drs. Hamdan Juhannis, MA., Ph. D. sebagai Rektor UIN Alauddin
Makassar dan Prof. Mardan, M. Ag., Dr. Wahyuddin, M. Hum., Prof. Dr.
Darussalam, M. Ag., Dr. H. Kamaluddin, selaku wakil Rektor I, II, III dan
Filsafat, Dr. Hj. Rahmi D, M. Ag., Dr. Hj. Darmawati H, M. HI., Dr.
Abdullah, S. Aq., M. Ag. selaku wakil Dekan I, II dan III yang senantiasa
membimbing peneliti selama menempuh perkuliahan.
4. Dr. H. Aan Parhani, Lc., M. Ag., Yusran S. Th. I., M. Hum. dan Andi
ketua Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan ketua Prodi Ilmu Hadis
kepada Prof. Dr. H. M. Galib M, MA., dan Dr. Muhsin, S. Ag., M. Th. I.
orang saleh di sisi-Nya, dan kepada Dr. H. Aan Parhani, Lc., M. Ag.
selaku pengganti pembimbing I serta Dr. Abd. Ghany, S. Th. I., M. Th. I.
7. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada direktur Ma’had Aly
M. Ag. dan musyrif Ma’had Aly Tafsir Hadis Khusus ayahanda Dr.
9. Bapak dan ibu kepala perpustakaan UIN Alauddin Makassar beserta staf-
10. Para guru di setiap jenjang sekolah yang telah dilalui/mengajari peneliti di
Tafsir khusus angkatan 2017 maupun Tafsir Hadis Khusus Angkatan XIII
since akhir 2019. Terkhusus kepada Rahayu Alam dan Santi H yang
begitu banyak meluangkan waktu dalam meringankan pekerjaan peneliti
serta menjadi penyemangat hingga saat ini. Juga kepada A. Muh. Azka
Akhirnya, peneliti sangat berterima kasih kepada semua pihak yang tiada
sempat disebutkan namanya satu persatu, semoga uluran tangan yang telah
diberikan bernilai ibadah di sisi Allah Swt. Dan semoga Allah meridai setiap
terdapat dalam skripsi ini. Semoga dengan saran dan kritik tersebut, dapat
membangun peneliti dan diterima di kalangan pembaca yang lebih luas lagi di
masa sekarang maupun yang akan datang. Dengan izin-Nya peneliti berharap
karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan pembaca.
Peneliti,
ix
x
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat
dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ث s\a s\ es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح h}a h} ha (dengan titik di bawah)
خ Kha Kh ka dan ha
د Dal D De
ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)
ر Ra R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy es dan ye
ص s}ad s} es (dengan titik di bawah)
ض d}ad d} de (dengan titik di bawah)
ط t}a t} te (dengan titik di bawah)
ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah)
ع ‘ain ‘ apostrof terbalik
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
هػ Ha H Ha
ء Hamzah ’ Apostrof
ى Ya Y Ye
xi
xii
ء
Hamzah ( ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
Contoh:
ََريْ َب : raiba
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
ََي َ ِم ْ ن
ي : yami>nu
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup
atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’
5. Syaddah (Tasydi>d)
ه ن ِ ّع ََم : nu‚ima
َعَدن و : ‘aduwwun
Jika huruf ىber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
xiv
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf َال
(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf
Contoh:
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
ََشء َْ : syai’un
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau
kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa
Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim
digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara
munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian
Ta’wi>l al-Qur’a>n
Al-Tafsi>r al-Muni>r
9. Lafz} al-Jala>lah ( )هللا
Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya
huruf hamzah.
Contoh:
ِ ِد ْي ننdi>nulla>h لل
ََهللا َِ ِِبbilla>h
Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,
tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri
xvi
didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak
pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf
kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul
referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks
maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Al-Gaza>li>
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu
harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi.
Contoh:
‘Ali> ibn ‘Umar al-Da>r Qut}ni> Abu> Al-H{asan, ditulis menjadi: Abu> Al-H{asan,
B. Daftar Singkatan
‘Ali> ibn ‘Umar al-Da>r Qut}ni>. (bukan: Al-H{asan, ‘Ali> ibn ‘Umar al-Da>r
Beberapa singkatan
Qut}ni> Abu> ) yang dibakukan adalah:
swt. subh}
Nas}r H{a>mid Abu>= Zai> a>nahu> wa
d, ditulis ta‘a>la> Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d,
menjadi:
Nas}r H{ami>d Abu>)
B. Daftar Singkatan
Cet. = Cetakan
H = Hijriah
M = Masehi
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergantian siang dan malam merupakan hal yang mutlak terjadi. Sebagian
maupun situasi di waktu itu yang memberi ketenangan tersendiri, suhu di saat itu
yang memberi ketenangan maupun keheningan di malam itu. Saat semua elemen
itu menyatu, maka malam akan begitu indah. Tidak dapat dipungkiri pula, bahwa
menakutkan.
Namun bagi sebagian orang, ketika seharian terlalui, malam menjadi hal
yang menarik. Banyak cerita yang dapat dirangkai, juga memberikan energi bagi
kehidupan dan memberi ruang untuk berkonsentrasi dalam berpikir dari perasaan
yang campur aduk. Maka sangat tepat menjadikan malam sebagai momen
merefleksi diri. Sebagaimana Allah Swt. bersumpah dengan waktu malam, dan
sesuatu yang agung tidak akan disumpahi kecuali dengan sesuatu yang besar,
1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Hafalan Mudah: Terjemahan & Tajwid Warna
(Jakarta: Cordoba, 2020), h. 595.
2
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 596.
1
2
meningkat pula peluang yang memacu seseorang untuk mencobanya, hal ini
dengan banyaknya ambisi yang dimiliki. Pesatnya kemajuan sejak era teknologi
tawaran kepada Nabi Sulaiman untuk memilih satu dari tiga tawaran; harta, tahta
atau ilmu. Maka Nabi Sulaiman memilih ilmu yang akhirnya menjadikan harta
dan tahta juga terikut. Nabi Sulaiman memiliki semuanya karena memilih opsi
yang tepat. Begitulah manusia, terkait waktu dianjurkan untuk memilih waktu
yang tepat untuk satu aktivitas yang kemudian hari menjadi penarik berbagai
yang berbeda terhadap waktu jika ingin memperoleh hasil terbaik dari segala
yang dilakukan.3
kerasnya bebatuan; kelembaban air; rasa asin air laut; dan lain sebagainya.
Untuk mengungkap lebih jauh informasi di balik semua itu, maka seseorang
3
Dwi Nugroho Hidayanto, Manajemen Waktu: Filosofi-Teori-Implementasi (Cet. I;
Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2019), h. 14-15.
3
yang terlibat di dalamnya, dimana hal-hal baru akan semakin terungkap yang
selama ini menjadi rahasia alam. Mengungkap rahasia alam tentunya tidak
hanya berpacu pada kemampuan indrawi fisik manusia saja, namun diperlukan
perangkat lain berupa kepekaan rasa, ketajaman akal, hidupnya spiritualitas, dan
pengendalian hawa nafsu. Empat perangkat inilah yang sejatinya diasah dan
Selain itu, pada sejarah Islam kita mengenal beberapa peristiwa penting
Alaq/96: 1-5, ayat ini sekaligus menandai pelantikan Nabi Muhammad saw.
sebagai seorang nabi. Kemudian adanya peristiwa Isra’ Mi’raj.5 Yang tidak
keutamaan lailah al-qadr yang lebih baik dari seribu bulan, dan bukannya pada
siang hari Ramadhan.6 Maka ada apa dengan malam sehingga Allah menjadikan
Malam hari masih menjadi rahasia yang gelap bagi umat manusia, apa
4
Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Ridho Allah Tergantung Anda (Cet. I; t.t.: Universitas
Brawijaya Press, 2011), h. 88.
5
Dalam peristiwa isra’ mi’raj Allah Swt. memperjalankan Nabi Muhammad di malam
hari dengan ruh dan jasadnya ke Masjid al-Aqsha. Selanjutnya dinaikkan ke atas langit dengan
jasad dan ruhnya menghadap Allah. Allah berbicara dengannya dan mewajibkan atasnya salat 5
waktu. Peristiwa ini terjadi hanya sekali menurut pendapat yang paling benar. Dikatakan
peristiwa tersebut berlangsung dalam mimpi. Ada juga yang berpendapat bahwa harus dikatakan
Nabi diperjalankan di malam hari tanpa ditentukan apakah tidur atau terjaga. Pendapat lain
mengatakan, perjalanan di Baitul Maqdis dalam keadaan terjaga dan ke langit dalam mimpi. Ada
pula yang mengatakan bahwa Isra’ terjadi dua kali: Sekali dalam keadaan terjaga dan sekali
dalam mimpi. Hanya saja semua sepakat bahwa peristiwa ini terjadi setelah kenabian. Ibnu
Qayyim al-Jauziyah, Za>du al-Ma‘a>d: fi> Hadyi> Khair al-‘Iba>d (Zadul Ma’ad: Bekal Perjalanan
Akhirat), terj. Amiruddin Djalil, Jilid 1 (Cet. VIII; Jakarta: Griya Ilmu, 2017), h. 124.
6
Nasaruddin Umar, Islam Fungsional: Revitalitas & Reaktualitas Nilai-Nilai Keislaman
(Cet. I; Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), h. 66.
4
siangnya yang belum terselesaikan, ada pula yang bangun hanya sekedar
dengan semua rutinitas duniawinya. Maka sudah sangat sewajarnya agar kita
yang sempurna di malam hari adalah tiga hingga empat jam, maka dalam waktu
itu seseorang akan mengalami deep sleep. Sehingga, sebagai seorang muslim
Tuhannya.7
Dari uraian di atas, maka malam hari memiliki nuansa dan nilai tersendiri,
dengan menyusun sebuah judul skripsi ‚Na>syi’ah al-Lail dalam al-Qur’an (Suatu
B. Rumusan Masalah
menghindari persepsi dan interpretasi yang ambigu dan keliru bagi pembaca,
7
Muhammad Syukron Maksum, Bukti Rahmat Allah Tidak Pernah Putus: Resep Agar
Senantiasa Ditolong Allah dalam Kadaan Apapun (t.d.), h. 41.
5
beberapa variable yang mencakup judul penelitian skripsi ini. Adapun judul karya
tulis ilmiah yang peneliti bahas adalah ‚Na>syi’ah al-Lail dalam al-Qur´an (Suatu
1. Na>syi’ah al-Lail
Kata lail berarti malam.8 Pada mulanya, dari segi etimologi al-lail berarti
hitam, karena itu menjadi malam yang memiliki warna hitam, sehingga rambut
yang berwarna hitam dinamai lail.9 Dalam kitab tafsir dijelaskan bahwa malam
hari adalah waktu istirahat dan menenangkan pikiran untuk tidur setelah bekerja
malam yang lebih tepat untuk bangun. Sehingga dari kata ini lahir nasya’a al-
saha>b yang berarti awan meninggi. Yang demikian itu dilihat dari keberadaannya
di udara serta pengaturan-Nya kepada awan tersebut yang meninggi sedikit demi
sedikit.12
na>syi’ah al-lail adalah bangun di waktu malam untuk melaksanakan ibadah yang
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
8
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir: Arab Indonesia Terlengkap (Cet.
XIV; Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 472.
9
1 Jam Sehari Bisa Menghafal Juz Amma (t.d), h. 52.
10
M. Dhuha Abdul Jabbar dan N. Burhanuddin, Ensiklopedia Makna al-Qur’an: Syarah
Alfaazhul Qur’an (t.d), h. 585.
11
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 1416.
12
Abi> al-Qa>sim al-H{usain bin Muh}ammad al-Ma’ru>f bi al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Al-
Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n (Beiru>t: Da>r al-Ma’rifah, 1997), h. 493.
6
2. Al-Qur’an
dlammu).13 Kata qira’ah bermakna menggabungkan huruf dan kata dalam bacaan;
sedangkan kata al-Qur’an memiliki makna yang serupa dengan qira’ah, yaitu
38.14
bukan berasal dari akar kata manapun, dan bukan pula ditulis memakai hamzah,
Qur’an adalah firman Allah Swt. yang diturunkan kepada Rasulullah yang
aspek tatanan hidup manusia, dan merupakan kitab suci umat Islam sehingga
13
Hasbi, Pendidikan Agama Islam Era Modern (Cet. I; Yogyakarta: Leutikaprio, 2019),
h. 23.
14
Rosidin dan Muhammad Gufron, Pendidikan Agama Islam (Cet. I; Malang: Edulitera,
2020), h. 52.
15
Ini menurut al-Syafi’i. Fadlan Kamali Batubara, Metodologi Studi Islam (Cet. I;
Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), h. 52.
16
Manna>’ al-Qat}t}a>n, Maba>his\ fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: Maktabah Wahbah, 2005), h.
15.
7
Adapun al-Qur’an yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah ayat yang
Muzzammil/73: 6.
3. Tafsir Tah}li>li>
berasal dari akar kata الفسر yang mempunyai arti al-baya>n (menerangkan); al-
terminolologi tafsir berarti علم يبحث فيو عن احوال القرآن من حيث داللتو على مراد هللا
َ تعاىل بقدر الطاقة البشر (ilmu yang membahas tentang seluk beluk al-Qur’an dari
segi dalalahnya atas apa yang dikehendaki Allah dari ayat-Nya sesuai dengan
berarti upaya untuk menjelaskan dan mengungkap isi dari ayat-ayat al-Qur’an.19
dengan urutan surah dalam mushaf serta menjelaskan makna yang terkandung di
17
Budiyono Saputro dan Adang Kuswaya, Strategi Pengembangan Model Pembelajaran
Sirsainsdu (Cet. I; Bengkulu: Buku Litersiologi, 2019), h. 5.
18
Sebuah penafsiran bersifat relatif bukan kebenaran mutlak dan aksiomatik. Ahmad
Husnul Hakim, Kaidah Tafsir Berbasis Terapan (Cet. I; Depok: Yayasan Elsiq Tabrok Ar-
Rahman, 2019), h. 4 & 5.
19
Muhammad Yusuf dan Ismail Suardi Wekke, Bahasa Arab Bahasa al-Qur’an (Cet. I;
Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), h. 181.
20
Moch. Tolchah, Aneka Pengkajian Studi al-Qur’an (Cet. I; Yogyakarta: Pelangi
Aksara, 2016), h. 86.
8
penafsiran al-Qur’an dari segala seginya secara berurutan sesuai dengan rentetan
Pada penelitian ini, kajian tah}li>li> yang digunakan oleh peneliti adalah
dengan mengkaji dan menganalisis makna kosakata kunci pada ayat bahasan
dari QS al-Muzzammil/73: 6.
D. Tinjauan Pustaka
Akan tetapi penulis menemukan beberapa karya ilmiah maupun buku-buku yang
antaranya:
1. Buku yang ditulis oleh Mukhammad Yusuf dengan judul ‘Hidup Sukses
dengan Tahajjud’.21 Buku ini khusus membahas salat tahajjud, yang terdiri dari 3
diterimanya salat tahajjud berupa wajah menjadi bercahaya, hati yang mudah
bersyukur, keberkahan dalam rezeki, jauh dari perbuatan dosa. Pada bab ketiga
21
Mukhammad Yusuf, Hidup Sukses dengan Tahajjud (Cet. I; Yogyakarta: Kaktus,
2018).
9
mengangkat kisah-kisah pelaku salat tahajjud. Namun, dalam buku ini masih
memiliki perbedaan dengan apa yang peneliti kaji, sebab yang peneliti kaji
adalah eksistensi dari na>syi’ah al-lail, dengan berangkat dari kajian tafsir
terhadap QS al-Muzzammil/73: 6.
2. Buku yang juga merupakan karya yang cukup masyhur dari Moh. Sholeh
dengan judul ‘Terapi Shalat Tahajjud’.22 Buku ini membahas mengenai salat
imunologik. Namun, dalam buku ini masih memiliki perbedaan dengan apa yang
peneliti kaji, sebab peneliti mengkaji term na>syi’ah al-lail, serta eksistensinya
3. Buku karangan KH. Ahmad Marzuki Hasan dengan judul ‘Shalat Malam
Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Surah al-Muzzammil, Kajian Tematik.’23 Buku ini
malam sebagai penguat jiwa. Maka, antara buku ini dengan penelitian yang
peneliti kaji masih memiliki perbedaan dimana peneliti terlebih dahulu mengkaji
term na>syi’ah al-lail, kemudian melibatkan ilmu sains/psikologi dan kajian tafsir
terhadap QS al-Muzzammil/73: 6.
4. Sebuah artikel dalam jurnal yang disusun oleh Fairuzdzah Ahmad Lothfy
dkk. dengan judul ‘Merungkai Kelebihan Solat Tahajjud dalam Perspektif Sains’.
22
Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud: Menyembuhkan Berbagai Penyakit (Cet. I;
Jakarta: Mizan Publika, 2016).
23
Ahmad Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Surah al-
Muzzammil Kajian Tematik (Cet. I; t.t.: Darul Istiqamah Press, 2004).
10
aliran darah. Akan tetapi pembahasan ini masih memiliki perbedaan dengan apa
yang peneliti kaji, dimana peneliti mengkaji term na>syi’ah al-lail berupa
penelitian yang berangkat dari kajian tafsir khususnya kajian terhadap QS al-
Muzzammil/73: 6.
dan pembagian serta realitas waktu di dunia dan di akhirat, juga memaparkan
manfaat menghargai waktu di dalam al-Qur’an. Perbedaan skripsi ini dengan apa
yang peneliti kaji adalah peneliti membahas term na>syi’ah al-lail dengan
Mental Santri Pondok Pesantren Nurul Huda Lampung’ oleh Agustia Linta
Saputri.25 Skripsi ini membahas pelaksanaan terapi salat tahajjud yang memberi
efek terhadap kesehatan mental dengan berangkat pada penelitian terhadap santri
al-lail yang tidak hanya berupa salat tahajjud, berada dalam QS al-
Muzzammil/73: 6 dengan berangkat dari kajian tafsir dan pendekatan ilmu
sains/psikologi.
24
Luluul Wardah, Konsep Waktu dalam al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik), Skripsi
(Ponorogo, Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir IAIN Ponorogo , 2018).
25
Agustia Linta Saputri, Terapi Shalat Tahajjud Bagi Kesehatan Mental Santri Pondok
Pesantren Nurul Huda Lampung, Skripsi (Lampung, Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
UIN Raden Intan Lampung, 2018).
11
E. Metodologi Penelitian
Metodologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta, metedos, dan logos.
Meta berarti menuju, melalui dan mengikuti, metodos berarti jalan atau cara, dan
logos berarti ilmu.26 Sedangkan ‘penelitian’ dianggap sebagai sinonim dari
‚riset‛ yang merupakan serapan dari kata research, yang merujuk pada aktivitas
yang mengarah pada kegiatan pencarian ulang terhadap suatu objek, yang
hendak mengulas amatan seputar ragam metode yang dapat digunakan dalam
Maka untuk memudahkan dalam mencapai sasaran yang tepat serta sesuai
sebagai berikut:
26
Chuzaimah Batubara, dkk., Handbook Metodologi Studi Islam (Cet. I; Jakarta Timur:
Prenadamedia, 2018), h. 2.
27
Menurut Narbuko dan Achmadi (2004:2) penelitian adalah cara untuk memahami
sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan
masalah itu, yang dilakukan secara cermat sehingga diperoleh hasil pemecahannya. Mukhtazar,
Prosedur Penelitian Pendidikan (Cet. I; Yogyakarta: Absolute Media, 2020), h. 1.
28
Kris H. Timotius, Pengantar Metodologi Penelitian: Pendekatan Manajemen
Pengetahuan untuk Perkembangan Pengetahuan (t.t.: t.p., 2017), h. 5& 4.
29
Chuzaimah Batubara, dkk., Handbook Metodologi Studi Islam, h. 3.
30
Chuzaimah Batubara, dkk., Handbook Metodologi Studi Islam, h. 4.
12
1. Jenis Penelitian
berdasarkan data empiris dengan tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias
pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja.
tah}li>li> (analitis). Metode tah}li>li> yaitu suatu cara berpikir yang didasarkan
31
Merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh
sejumlah individu atau kelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.
Menueut Moleong (2017.6) penelitian jenis ini adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, deskripsi
dalam bentuk kata-kata yang alami dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Umrati
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Teori Konsep dalam Penelitian Pendidikan (Sulawesi
Selatan: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020), h. 7.
32
Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis (Cet. I;
Jakarta: Kencana, 2019), h. 29.
33
Pendekatan non-ilmiah yang kerap digunakan adalah akal sehat, prasangka, intuisi,
penemuan kebetulan dan coba-coba serta pendapat otoritas ilmiah dan pendekatan kritis. Putu
Anom dan Gusti Agung Oka Mahagangga, Handbook Ilmu Parawisata (Cet. I; Jakarta: Kencana,
2019), h. 62.
13
surah dalam al-Qur’an secara berurut yaitu ayat demi ayat disamping
nash al-Qur’an tersebut.37 Beberapa corak tafsir yang tercakup dalam metode
tafsir tah}li>li> adalah tafsir bi al-ma’s\ur, tafsir bi al-ra’yi (tafsir fiqih, sufi,
‘ilmi>, ada>bi ijtima>‘i dan lain lain).38 Dengan pendekatan ini, peneliti melacak
makna na>syi’ah al-lail dan tafsiran dari QS al-Muzzammil/73: 6.
pernyataan atau fakta-fakta dengan cara yang sistematis dan relevan dengan
bertujuan untuk melihat sesuatu secara jelas, konsisten dan saling berkaitan
antara satu fakta dengan fakta yang lain agar dapat diformulasikan dan
34
Mahfudz Junaedi dan Mirza Mahbub Wijaya, Pengembangan Paradigma Keilmuan
perspektif Epistemologi Islam (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2019), h. 218.
35
Ali Al-Sahbuny, Kamus al-Qur’an: Quranic Explorer (t.t.: t.p., 2016), h. 821.
36
Lingkar Kalam, Buku Pintar al-Qur’an: Segala Hal yang Perlu Kita Ketahui tentang al-
Qur’an (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2020), h. 82.
37
Achmad Zayadi, Menuju Islam Moderat (Cet. II; Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2020),
h. 85.
38
Amang Fathurrohman dan Fahmul Iltiham, Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non
Tafsir (Cet. I; t.t.: be-A Publisher melalui lulu.com, 2011), h. 20.
39
Sarinah, Ilmu Sosial Budaya Dasar: di Perguruan Tinggi (Cet. I; Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2019), h. 109.
40
Khumaidi, Paradigma Sains Integratif al-Fa>ra>bi: Pendasaran Filosofis bagi Relasi Sains
(Cet. I; Jakarta Selatan: Sadra Press, 2015), h. 4.
14
ada dua, yaitu objek material dan objek formal.41 Pendekatan ini digunakan
malam.
tidaknya sebuah data dari suatu polusi atau sampel yang telah dilakukan. Metode
pengumpulan data merupakan strategi atau cara yang digunakan oleh peneliti
masalah penelitian yang akan dibahas. Data yang dikumpulkan dapat berupa data
41
Objek material dapat berupa manusia, bumi, antariksa, bahasa, agama dan hukum.
Objek ini perlu diabstraksikan terlebih dahulu untuk menjadikannya sebagi objek material. Ketika
telah membuat abstraksi dari objek material dan telah mampu membedakannya dari yang lain,
maka dituntut untuk lebih memfokuskan pada bagian tertentu dari objek material, fokus pada
bagian tertentu ini dinamai objek formal. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Cet. VI; Jakarta:
Kencana, 2017), h. 47.
42
Asrori, Psikologi Pendidikan: Pendekatan Multidisipliner (Cet. I; Jawa Tengah: Pena
Persada, 2020), h. 3.
43
Sudaryono, Metodo Penelitian Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2016), h. 75.
44
Syofian Siregar, Meode Peneliatian Kuantitatif (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2017), h. 17.
15
primer maupun sekunder,45 yang secara umum penelitian jenis ini merujuk pada
buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya. Studi ini bertujuan untuk mencari
sumber sekunder. Adapun sumber primer yang digunakan adalah kitab suci al-
Qur’an. Dan sumber sekunder yang digunakan adalah kitab-kitab tafsir maupun
buku-buku dan karya tulis yang representatif dengan kajian penelitian. Kitab-
kitab tafsir yang menjadi rujukan peneliti adalah kitab Tafsi>r Mafa>tih} al-
Jala>luddi>n al-Suyu>t}i>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Ibnu Kas\i>r, Tafsi>r al-Ja>mi’
li Ah}ka>m al-Qur’a>n karya Abu Abdillah al-Qurt}ubi>, Tafsi>r Ja>mi’ al-Baya>n karya
Ibnu Jari>r al-T{abari>, Tafsi>r al-Muni>r dan Tafsi>r al-Wasi>t} karangan Wahbah al-
Nurul Qur’an karangan Ayatullah Allamah dan tim ulama. Peneliti juga
Terdapat dua cara dalam pengolahan data atau analisis data, yaitu
45
Wahyudin Darmalaksana, Rekam Proses Kuliah Online Metode Penelitian Hadis (Cet.
I; Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020), h. 64.
46
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), h. 204.
16
Sedangkan dalam ilmu tafsir, ada emapat metode yang biasa digunakan
dalam menafsirkan suatu ayat, yang dalam bahasa arab disebut dengan istilah
t}ariqah dan manhaj. Keempat metode itu meliputi: Ijma>li>, tah}li>li>/tafs}i>li>, muqa>rin
dan metode maud}u>‘i/tematik.48 Maka Pada penelitian ini, peneliti akan
dalam struktur ayat. Adapun mufarada>t bahasan penelitian ini adalah: Inna,
ini, peneliti mengemukakan hubungan antar ayat dalam satu surah, dalam
surah yang berbeda, maupun antar surah bahasan dengan surah yang lain.
47
Julio Warmansyah, Metode Penelitian & Pengolahan Data: Untuk Pengambilan
Keputusan Pada Perusahaan (Cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), h. 5.
48
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Cet. III; Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR, 2016), h. 380.
49
Abdullah Muaz, dkk., Khazanah Mufasir Nusantara (Cet. I; Lebak Bulus: Program
Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir PTIQ, 2020), h. 49.
50
Muhammad Haramain, Prinsip-Prinsip Komunikasi dalam al-Qur’an (Cet. I; Parepare:
IAIN Parepare, 2019), h. 42.
17
na>syi’ah al-lail serta memaparkan hikmah dari na>syi’ah al-lail yang terdapat
dalam QS al-Muzzammil/73: 6.
Sehingga, diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat baik dari segi
ilmiah dan praktis. Kegunaan ilmiah penelitian ini yaitu melengkapi apa yang
51
Abdullah Muaz, dkk., Khazanah Mufasir Nusantara, h. 49.
18
ruhani. Dan juga untuk meraih gelar sarjana S1 (S. Ag) dalam bidang tafsir.
BAB II
TINJAUAN UMUM
bagiannya yang berurutan, dikarenakan ada kejadian setelah kejadian yang lain.
a. Na>syi’ah al-lail adalah jiwa yang tenang di malam hari yaitu orang-orang
yang bangun pada malam hari yakni bangkit dari tempat tidur untuk
beribadah.
b. Na>syi’ah al-lail adalah istilah untuk qiya>m al-lail setelah bangun dari tidur,
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu al-‘Arabi> ‚Jika engkau tidur di awal
malam (baik itu hanya tidur sejenak) kemudian bangun (pada malam itu
juga) maka itu dikatakan sebagai al-nasy’ah, maka daripadanya itu adalah
na>syi’ah al-lail. ‛
c. Ketika seseorang menghendaki untuk melakukan ibadah maupun zikir pada
malam yang gelap gulita baik di dalam rumah maupun di tempat yang
dengan itu hati akan terikat dengan nilai-nilai keruhanian dan Ilahiah.
1
Abu> ‘Abdillah Muh}ammad bin ‘Amr bin al-H}asan bin al-H{usain al-Taimi> al-Ra>zi>,
Mafa>tih} al-Gaib (Cet. III; Beiru>t: Da>r Ihya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, 1420 H), h. 175.
19
20
2. Hakikat Malam
secara terus menerus ataupun malam demikian. Rotasi malam dan siang
merupakan sarana dan wahana bagi kehidupan itu sendiri. Dalam Kamus Besar
pengertian bahwa waktu malam dimulai ketika cahaya matahari tertutupi dengan
kegelapan, cahaya itu hilang dan matahari pun terbenam serta separuh bumi
menjadi gelap.3
menawarkan ketakutan dan keheningan. Di saat orang lain tertidur pulas dalam
Dalam hal ini, terdapat makna literal dari penggunaan kata lailah yaitu malam
yang berarti lawan daripada siang. Makna alegoris (majaz) seperti gelap atau
(taqarrub) kepada Allah. Dalam syair-syair klasik Arab, ungkapan lailah lebih
anagosis kata lailah. Para sufi lebih banyak menghabiskan waktu malamnya
2
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), h. 906.
3
Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Muni>r: fi ‘Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj, Juz 29-
30 (Cet. II; Dimasyq: Da>r al-Fikr, 1998), h. 258.
4
Kamaruddin Hidayat, Psikologi Ibadah (Cet. I; Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2008), h. 104.
21
untuk menaiki tangga (taraqqi) menuju Tuhan. Sebuah kesyukuran bagi mereka
Furqa>n/25: 47.
ِ ِ
َ(٧٤( َّه َار نُ ُش ْوًرا
َ اًت َّو َج َع َل الن ً ََوُى َو الَّذ ْي َج َع َل لَ ُك ُم الَّْي َل لب
ً َاسا َّوالن َّْوَم ُسب
Terjemahnya:
Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur
untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha.6
Dalam ayat ini disebutkan bahwa malam memiliki dua fungsi; Pertama,
sebagai pakaian maksudnya adalah untuk melindungi tubuh dari sengatan terik
matahari maupun dari terjangan angin dan debu. Kedua untuk menutupi aurat
atau bagian-bagian yang dirasakan malu bila dilihat orang. Juga maksudnya
untuk melakukan salat, zikir dan tafakur yang memberikan perlindungan jiwa,
agar batin tidak dalam suasana ketakutan dan kecemasan. Fungsi yang kedua,
sebagai waktu untuk tidur, agar seseorang dapat beristirahat dengan baik.7
adalah panjangnya waktu antara sehabis salat isya sampai salat subuh, yaitu
sekitar pukul 19.00 sampai dengan 04.15 dan akan bergeser sesuai dengan
ketentuan falak Islam, namun perbedaannya tidak begitu mencolok untuk daerah
tropis. Jika ini dijadikan rujukan maka berdasarkan pengertian ayat ‚…bangunlah
(untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuhnya atau
kurang sedikit dari itu. Atau lebih dari (seperdua) itu…‛ ini, malam dibagi
5
Suryadana Liga, Sosiologi Parawisata: Kajian Kepariwisataan dalam Paradigma
Integratif-Transformatif Menuju Wisata Spiritual (t.d.), h. 139.
6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 364.
7
Achmad Chodjim, Misteri Surah Yasin: Mengerti Kekuatan Jantung al-Qur’an dalam
Kehidupan (Cet. I; Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013), h. 281.
22
separuh malam (sekitar pukul 22.00-01.00) dan sepertiga malam (sekitar pukul
01.00-04.00).8
Dalam menjalin hubungan yang lebih intim dengan Allah Swt., maka
malam.
malaikat. ‚Lihatlah kepada hamba-Ku ini yang mau memaksa dirinya qiya>m al-
lail dan mau berdoa kepada-Ku, maka apapun yang diminta hamba-Ku maka ia
akan Aku kabulkan‛ (HR Ahmad dan Ibnu Hibban). Ujian dan musibah atau
nestapa apapun yang tergurat di dunia adalah cara Allah meningkatkan kelas dan
derajat keimanan seorang hamba. Maka bangun malam adalah anugerah Allah
untuk menguatkan jiwa, merapal segala pinta dan tanda kedekatan Sang Khalik
malam), namun bukan hanya sekedar berjaga. Kata al-laya>li di sini berarti
8
Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Ridho Allah Tergantung Anda, h. 84.
9
Alimin Samawa, Rehat, Dengarkan Suara Hatimu (t.d.), h. 242.
10
Agoes Noer Che, Mukjizat 1/3 Malam (Cet. I; Yogyakarta: Laksana, 2018), h. 118.
23
lailah dalam ayat pertama surah al-Isra>’ menunjukkan makna anagosis, yang
lebih menekankan aspek kekuatan spiritual malam (the power of night).11
Bangun malam adalah etika dalam mendekatkan diri yang telah dilakukan
oleh para salihin dan mukhlisin di zaman terdahulu. Alangkah baiknya jika
sebagai umat Islam menjadikan bangun malam sebagai etika di masa sekarang
dan sampai kapanpun. Bangun malam merupakan media untuk mendekatkan diri
manusia. Bangun malam melepaskan ikatan setan yang diletakkan di atas kepala
seseorang yang sedang tidur. Bangun malam mendorong manusia menjadi gesit
dinamis, bernafsu baik serta memperoleh kebaikan. Bangun malam yang disertai
dengan amal baik lainnya sebagai salah satu jalan menuju surga. Serta bangun
paling baik adalah tidur pada sepertiga malam yang pertama dan seperenam yang
terakhir. Ketiga, bangun pada sebagian malam. Caranya tidur separuh malam
yang pertama dan seperenam yang terakhir. Ini merupakan cara yang dilakukan
11
Suryadana Liga, Sosiologi Parawisata: Kajian Kepariwisataan dalam Paradigma
Integratif-Transformatif Menuju Wisata Spiritual, h. 139.
12
Ali Abdul halim Mahmud, Pendidikan Ruhani (Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press,
2000), h. 127.
13
Hadis ini juga terdapat pada sahih Muslim. Muh}ammad bin Isma>‘i>l Abu> ‘Abdillah al-
Bukha>ri> al-Ju’fi>, al-Ja>mi’ al-Musnad al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ir min Umu>r Rasulillah saw. wa
Sunnatihi wa Ayya>mihi: S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz 4, h. 161
24
Artinya:
Salat yang paling dicintai Allah adalah salatnya Da>ud. Beliau tidur pada
separuh malam (yang pertama), bangun pada sepertiganya dan tidur
seperenamnya (yang terakhir). (HR Bukha>ri>).
Keempat, bangun pada seperempat atau seperlimanya. Yang lebih baik
adalah pada separuh yang terakhir. Kelima, tidak memastikan kapan waktunya,
bangunnya. Ada dua cara untuk tingkatan ini: 1) mendirikan salat pada awal
malam. Jika rasa kantuk sudah menyerang, maka dia tidur. Jika pada tengah
malam bangun, maka bisa salat lagi, atau jika memang masih mengantuk maka
salaf. 2) tidur pada awal malam, lalu apabila terbangun dan dirasa tidurnya sudah
cukup, maka salat malam pada sisa malamnya. Keenam, mendirikan salat malam
Adapun waktu yang tepat untuk bangun beribadah pada malam hari ialah,
suara kokok ayam jantan, waktu demikian terjadi setelah pertengahan malam.
14
Ah}mad bin Abdurrah}man bin Qudamah al-Maqdisi> (Ibnu Qudamah), Mukhtas}ar
Minhaj al-Qa>s}idi>n (Minhajul Qashidin), terj. Kathur Suhardi (Cet. XV; Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2009), h. 77.
15
Muslim bin H{ajja>j Abu> al-H{usain al-Qusyairi> al-Naysa>bu>ri>, Al-Musnad al-S{ahi>h al-
Mukhtas\ir , Juz 1 (Beiru>t: Da>r Ihya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.), h. 511.
25
yang paling tepat untuk beribadah di tengah malam adalah akhir waktu malam.
agar tidak merasa bosan atau lemah menempuh perjalanan menuju kepada
Allah.16
Terjemahnya:
Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajjud (sebagai suatu ibadah)
tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat
yang terpuji.17
Ayat ini menunjukkan diperintahkannya bangkit pada sebagian malam,
dan yang lebih utama yaitu pada sebagian malam yang terakhir, ini diperkuat
waktu yang paling baik dan sesuai dengan yang disunnahkan adalah setelah
16
Ah}mad Mus}t}afa Qasim al-T{aht}awi, Lailu al-S{a>lihi>n wa Qas}as} al-‘A<bidi>n (Gairah
Malam: Orang-Orang Shaleh), terj. Achmad Sunarto (Cet. I; Semarang: Pustaka Nuun, 2010), h.
80.
17
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 290.
18
Ahmad Erkan, 4 Shalat Dahsyat (Cet. I; Jakarta: Kaysa Media, 2016), h. 10.
26
separuh malam atau tepatnya sepertiga malam terakhir. Sehingga dengan ukuran
a. Menghindari kemaksiatan.
g. Banyak berzikir pada Allah dan berdoa agar diberi kemudahan untuk
bangun malam.
i. Membiasakan tidur lebih cepat atau tidur siang walau hanya sebentar.
dianjurkan dalam Islam, dan merupakan amalan yang kerap dilaksanakan oleh
hamba-Nya yang saleh. Dengan keberadaan hormon melatonin di malam hari,
Dengan hormon ini pula siklus tidur dan bangun diatur. Sekresi melatonin
dimulai pada malam hari dan berlanjut hingga mencapai puncaknya yaitu pada
19
Hardisman, Riyadhah Jiwa Menyehatkan Raga (Cet. I; Yogyakarta: Bintang Pustaka
Madani, 2021), h. 15.
20
Nasrullah Nurdin, Online Terus Bersama Allah dan Rasul-Nya; Doa’, Zikir, dan
Amalan Harian 24 Jam (Jakarta: Elex Media Komputindo, t.th.), h. 24-25.
27
pukul dua atau tiga dini hari. Namun di sisi lain, terdapat paparan cahaya buatan
proses berjalannya sistem ini. Seperti menonton televisi pada tengah malam dan
oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain sehingga sangat bermanfaat dalam
penuh. Inilah anugerah yang luar biasa yang diberikan Tuhan melalui kesegaran
manusia memiliki jam biologis, apabila pada pukul 23.00 malam sampai sekitar
pukul 03.00 dini hari tubuh tidak diistirahatkan dengan tidur, kondisi kesehatan
waktu tidurnya dan mempercepat waktu bangunnya sekitar 1-2 jam lebih awal
dari biasanya. Karena dengan bangun lebih awal hidup seseorang akan berubah.24
21
Majalah Mata Air: Majalah Sains, Budaya dan Spiritualitas , Edisi 22, h. 32.
22
Alhamuddin, dkk., Agama dan Pecandu Narkoba: Etnografi Terapi Metode Inabah
(Cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015), h. 48.
23
Rena Erlianisyah Putri, Biologicaliosophy (t.t.: t.p., 2014), h. 36.
24
Kazuo Murakami, Jinsei no Ango (Misteri DNA), terj. Andini Rizky ( Cet. I; Jakarta:
Gramedia, 2013), h. 117.
28
aktvitas penting. Secara fisiologi, pusat tidur yang berbeda di otak bertugas
mengatur fungsi fisiologis tidur dikatakan sangat penting bagi kesehatan tubuh.
Aktivitas tidur dapat menyebabkan tubuh menjadi lebih segar dan dapat
menyingkirkan rasa lelah karena rutinitas. Selain itu, aktivitas tidur yang
mental dapat meningkat. Tidur nyenyak juga menyediakan energi untuk rutinitas
keseharian sehingga makin produktif dan aktif. Sebaliknya jika tidak terciptanya
pola tidur yang nyenyak, maka akan mengakibatkan turunnya produktivitas dan
pada pukul 20.00-04.00, dimana pada saat itu tubuh mulai menyerap,
kulit kusam, lesu kronis dan penuaan dini. Maka dengan itu pula kurang tidur
berpikir.26 Dengan kata lain, orang yang begadang sepanjang malam akan
kehilangan semangat. Terlebih jika begadang telah menjadi kebiasaan, maka
seseorang itu akan mengalami berbagai tekanan jiwa dan akan kehilangan
25
Rudy Agung Nugroho, dkk., Myrmecodia: Efek Fisiologi dan Potensi Manfaat (Cet. I:
Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), h. 62.
26
Umar zein dan Emir El Newi, Buku Ajar Ilmu Kesehatan (Cet. I; Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2019), h. 92.
29
muncul adalah berkurangnya konsentrasi. Dia menjadi orang yang tidak mampu
Dikatakan bahwa waktu tidur terbaik di malam hari antara pukul 22.00 sampai
pukul 02.00 dini hari. Pada saat itu, kelenjar pineal di bagian hipofisis anterior
Para ahli sepakat bahwa bangun di tengah malam, setelah jam 02.00 dan
beraktivitas seperti salat akan meningkatkan zat nitrit oksida (NO) dalam darah
yang akan membuang radikal bebas dan racun-racun dari dalam tubuh.28 Semakin
juga menyatakan bahwa tiga jam adalah masa efektif untuk tidur di malam hari,
bermanfaat. Ia menambahkan, pada saat itu energi dalam tubuh manusia berada
dalam kondisi yang rendah juga pada waktu itu medan refleksi begitu bersih dan
27
Ali Wasil el Helwani>, Misahhu Syahri Ramad{an wa Asra>r Al-S{aum min al-Wajhah al-
Isla>miyyah wa al-Ra>hiyah wa al-Riya>d}iyyah (Fasting: a great Medicine), terj. Hadiri, dkk (Cet. I;
Depok: Pustaka Ilman, 2008), h. 146.
28
Veni Hadju, Pesan Dakwah Seorang Profesor (Cet. II; Bogor: Penerbit IPB Press,
2017), h. 5.
29
Pentingnya melatonin bagi manusia adalah sebagai pembersih penyakit lambung,
mengurangi kolestrol pada darah, bekerja untuk mengurangi tekanan darah dan muntah karena
penyakit parkinson, dapat menambah kekebalan tubuh dan mual karena guncangan tidur, dan
kanker serta kondisi kesedihan, juga bekerja untuk memperlambat gejala-gejala ketuaan. Mahir
H{asan Mah}mud, Al-T{ib al-Badil, al-S\imar wa al-A’syab al-Waridat fi al-Qur’a>n al-Kari>m wa al-
Sunnah al-Nabawiyah (Mukjizat Kedokteran Nabi), terj. Hamzah Hasan (Cet. I; Jakarta: Qultum
Media, 2007), h. 114.
30
segar. Dalam tradisi india, kondisi seperti ini disebut sebagai tahap pembentukan
kesadaran yang terjadi pada titik energi ketujuh atau cakra mahkota. Dampaknya
mengendalikan emosi.30
dalam tubuh berjumlah 120 icogram. Namun jumlah tersebut akan semakin
menurun pada rentan usia 20-30 tahun. Selain secara alamiah, pengurangan
tinggi dan sakit kepala. Pada titik tertentu bahkan menyebabkan turunnya sistem
kekebalan tubuh. Kafein yang terkandung di dalam kopi, teh hitam dan soda
Keadaan ini akan membahayakan sel-sel tubuh saat seseorang tengah terjaga.
Dengan demikian, yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur
seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur,
waktu tidur dibagi menjadi dua bagian, yaitu tidur ayam dan tidur lelap.
Sedangkan tidur yang sebenarnya adalah tidur lelap (deep sleep) yang mengikuti
kajian saintis Barat tersebut yaitu selama tiga jam. Dengan waktu tidur yang
30
Ahmad Zacky El-Syafa, Amalan Sunah Pilihan Percepatan Rezeki (t.d.), h. 49.
31
Ahmad Zacky El-Syafa, Amalan Sunah Pilihan Percepatan Rezeki (t.d.), h. 51.
31
melaksanakan ibadah.
dengan zat minyak yang disebut geleocegen pada dinding pembuluh darah
menurunkan tekanan darah yang kerap terjadi saat tidur dalam waktu yang lama
Selain itu, penemuan Dr. Alfred Tomatis dalam buku hasil risetnya yang
mengatakan bahwa indra pendengaran adalah indra yang paling vital bagi
yang dikatakan oleh Fabein dan Grimal (1974) yang menyatakan bahwa suara
bahwa suara yang paling berpengaruh adalah suara manusia sendiri (bukan musik,
malam hari tentu saja memiliki pengaruh pada sel-sel dalam tubuh manusianya.
Hal demikian diperkuat pula dari tinjauan pengamatan Dr. dr. Arman
Yurisaldi yang menemukan bahwa terdapat suatu hubungan antara aliran udara
pernapasan keluar yang mengandung zat CO2 dan proses yang rumit di dalam
32
Al-Tadawi> bi al-S{alah (Dahsyatnya Terapi Shalat), terj. Ubaidillah Saiful Akhyar (Cet.
VIII; Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2013), h. 119.
33
Veni Hadju, Pesan Dakwah Seorang Profesor, h. 7.
32
otak, dan beliau menyimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara pelafalan
huruf pada bacaan zikir maupun bacaan al-Qur’an dan tampilan klinis (kondisi
Allah Swt. memuji hamba-Nya yang bangun pada malam hari untuk
berkunut, bersujud dan terjaga dalam beribadah pada Tuhannya dengan perasaan
‚(Apa arti) pada waktu tengah malam sambil bersujud dan berdiri karena takut
َع ْن،اَّللِ اْلَ َغِّر َّ َوأَِِب َعْب ِد،َ َع ْن أَِِب َسلَ َمة،اب ٍ َع ِن ابْ ِن ِشه،ك
َ
ٍ ِ َعن مال،َاَّلل بن مسلَمة ِ
َ ْ َ ْ َ ُ ْ َّ َحدَّثَنَا َعْب ُد
" يَْن ِزُل َربُّنَا تَبَ َارَك َوتَ َع َاىل ُك َّل لَْي لَ ٍة:ال
َ َصلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق َِّ ول َّ أَِِب ُىَريْ َرةَ َر ِض َي
َّ أ:ُاَّللُ َعْنو
َ اَّلل َ َن َر ُس
34
Arman Yurisaldi Saleh, Berzikir untuk Kesehatan Syaraf (Cet. I; Jakarta: PT Buku
Kita, 2018), h. 49.
35
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 459.
36
Sayyid Abdul A’la al-Sabziwari dan Sayyid Ali Khamenei, S{alah al-Tahajjud wa al-
Tahajjud fi> al-Lail (Shalat Tahajjud: Cara Keluarga Nabi saw.), terj. Irwan Kurniawan (Cet. I;
Bandung: Penerbit Marja, 2020), h. 28.
33
37
Muh}ammad bin Isma>‘i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukha>ri> al-Ju’fi>, Al-Ja>mi’ al-Musnad al-
S{ah}i>h} al-Mukhtas}ir min Umu>r Rasulillah saw. wa Sunnatihi wa Ayya>mihi, Juz 2 (Cet. I; t.t.: Da>r
T{auq al-Naja>h, 1422 H), h. 53.
38
Sulaiman al-Kumayi, Shalat: Penyembahan dan Penyembuhan (t.t.: Erlangga, 2007), h.
158.
39
Kha>lid al-Ra>syid, Duru>s al-Syaikh Kha>lid al-Ra>syid, Juz 17 (t.d.), h. 10.
34
Keutamaan lain dari malam hari juga menjadikan manusia lebih sadar dan
lebih insaf dari perbuatan masa lalu yang kelam dan hitam. Sebagaimana malam
hari banyak menumpahkan air mata tobat para hamba yang menyadari akan
segala dosanya. Sehingga, malam hari adalah waktu yang paling tepat sebagai
ampunan pada waktu sebelum fajar dengan memberikan pujian yang indah. Allah
a. Ibadah salat di tengah malam adalah seutama-utama salat setelah salat lima
waktu.
surga.
40
Nasaruddin Umar, Islam Fungsional: Revitalitas & Reaktualitas Nilai-Nilai Keislaman,
h. 67.
41
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 52.
35
1. Penamaan QS al-Muzzammil
dimana yang dimaksud ialah Nabi Muhammmad saw. Adapun nama surah ini
dijumpai pada ayat pertama. Dalam susunan mushaf utsmani, surah ini
pendapat mengenai 2 ayat dari surah ini yang dianggap sebagai ayat
18 ayat, menurut ulama Bashrah ada 19 ayat dan selain itu ada 20 ayat.3 Ibnu
‘Abba>s dan Qata>dah berbeda pendapat bahwa surah ini adalah surah makkiyah
kecuali dua ayat saja yang diturunkan di kota Madinah, yaitu firman Allah Swt.,
َِ ‚ واصِِب علَى ما ي ُقولُو َن و ْاىجرىم ىجراDan bersabarlah terhadap apa yang
ًَجيال ً ْ َ ْ ُ ُْ َ َ َ َ ْْ َ
mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.‛ (QS al-
firman Allah Swt. di ayat terakhir dari QS al-Muzzammil yaitu ayat ke-20.4
1
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 9 (Cet. III; Depok: Gema Insani, 2019), h. 363.
2
Ibrahi>m bin al-Sari> bin Sahl Abu> Ish}a>q al-Zuja>j, Ma‘a>ni> al-Qur’a>n wa I’ra>bihi (Cet. I;
Beiru>t: ‘A<lim al-Kutub, 1988), h. 239.
3
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, vol. 14
(Cet. V; Jakarta: Lentera Hati, 2012), h. 400.
4
Abi> ‘Abdillah Muh}ammad bin Ah}mad bin Abi> Bakrin al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-
Qur’a>n, Juz 19 (Kairo: Da>r al-Kutub al-Misriyyah, 1964), h. 31.
36
37
disepakati oleh para ulama sebagai surah yang diturunkan sebelum Nabi
Muhammad saw. hijrah ke Madinah. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat 20
dari surah ini pun turun di Mekkah setahun setelah turunnya awal surah. Namun
itu sendiri baru terjadi pada tahun kedua dari hijrah Nabi Muhammad saw. ke
Madinah.
dengan bajunya seperti orang yang hendak melakukan salat. Ada pula yang
Ja’far berkata bahwa pendapat yang paling tepat di antara keduanya adalah
pendapat yang pertama, sebab setelah ayat ini disusul dengan kalimat قُِم
‚الَّْي َلBangunlah (untuk salat) di malam hari.‛ Oleh karena itu, ayat ini merupakan
penjelas bahwa yang dimaksud dengan berselimut adalah berpakaian untuk
mendirikan salat, dan pendapat ini lebih nyata dari segi pemaknaan.5
pula halnya dengan al-Muddas\s\ir. Adapun kegunaan panggilan sementara ini ada
dua macam; yaitu pertama, sikap lembut. Sebab kebiasan orang-orang Arab
apabila ingin bersikap lembut terhadap seseorang yang ingin dipanggilnya dan
dipanggil, maka ia akan dipanggil dengan sebutan yang didasari atas keadaannya
5
Muh}ammad bin Jari>r bin Yazi>d bin Kas\i>r bin Ga>lib al-Amali> Abu> Ja’far al-T{abari>, Ja>mi’
al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur’a>n, Juz 23 (Cet. I; t.t: al-Muassasah al-Risa>lah, 2000), h. 676.
38
saat itu. Sehingga, panggilan Allah Swt. kepada Rasulullah saw. dengan sebutan
muzzammil pada ayat pertama tersirat adanya pencurahan kasih sayang dan sikap
lemah lembut pada panggilan tersebut, agar Rasulullah saw. tidak khawatir
terhadap segala sesuatu. Kedua, adalah untuk memberi peringatan, yakni untuk
seluruh umat muslim yang sedang berselimut dan tidur di malam hari agar
bangun dari tidur mereka dan melaksanakan qiya>m al-lail serta berzikir kepada
Allah Swt. Alasan ayat ini dapat dimaknai untuk seluruh umat muslim, karena
kata yang digunakan adalah kata yang terambil dari perbuatan yang dapat
QS al-Muzzammil yang berkaitan dengan beberapa efek wahyu yang berat bagi
hati Rasulullah saw., diturunkan agar beliau melaksanakan ibadah kepada Allah
Swt. baik pada siang maupun malam hari, guna memperkuat spiritualitas dan
Allah Swt.7
kepada Allah Swt. di waktu siang dan malam agar ruhani dan hubungannya
dengan Allah Swt. menjadi kuat, agar kondisi kekhusyukan dan keikhlasannya
menjadi sempurna, yang menuntut beliau untuk membaca al-Qur’an dengan tartil
memahami maknanya. Selain itu, juga menuntut agar beliau memperbanyak zikir
menyebut asma Allah sehingga hubungan dengan Allah terus berlanjut. Allah
6
Al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, Juz 19, h. 33.
7
Wahbah bin Must}afa al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Wasi>t} al-Zuh}aili>, Juz 3 (Cet. I; Dimasyq:
Da>r al-Fikr, 1442 H), h. 2759.
39
yang di tangan-Nya terdapat kunci-kunci langit dan bumi, agar beliau bersabar
menguatkan jasad dan jiwanya, agar mampu mengemban risalah dan perintah
8
Abi> al-Qa>sim al-H{usain bin Muh}ammad al-Ma’ru>f bi al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Al-Mufrada>t
fi> Gari>b al-Qur’a>n (Beiru>t: Da>r al-Ma’rifah, 1997), h. 493.
9
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur (Cet. II;
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2003), h. 4385.
10
Ayatullah Allamah Kamal Faqih Imani dan tim ulama, Tafsir Nurul Quran: Sebuah
Tafsir Sederhana Menuju Cahaya al-Qur’an, Jilid 17 (Cet. I; Jakarta: Nur al-Huda, 2013), h. 621.
40
Pada akhir surah ini, Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia mengetahui
tentang keadaan nabi dan segolongan sahabat yang melaksanakan salat malam,
dan Allah Swt. telah menetapkan waktu-waktu tertentu pada malam dan siang
menjaga waktu salat mereka pada malam hari, maka Allah memberi kemudahan
Nabi Muhammad menunaikan salat lima waktu dengan khusyuk dan membaca al-
Qur’an apa yang mudah bagi mereka, mengeluarkan hartanya di jalan Allah serta
Muzzammil, niscaya dia tidak akan menghadapi kesulitan di dunia dan akhirat.
Dia akan memperoleh keutamaan dan berkah selama dia menjalankan kewajiban-
kewajiban agamanya.‛12
11
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur, h. 4385.
12
Ayatullah Allamah Kamal Faqih Imani & tim ulama, Tafsir Nurul Quran, Jilid 17, h.
622.
41
س ِ َ والد،ت ِِف رْك َع ٍة ِ وع َّم ي تساءلُو َن والْمرس َال،أَتَى وَال أُقْ ِسم بِي وِم الْ ِقيام ِة ِِف رْكع ٍة
ُ َّم
ْ ُّخا َن َوإذَا الش َ َ َ ْ ُ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َْ ُ َ
ِ ِ
ٍ «ى َذا ََتْليف اب ِن مسع:ال أَبو داود ٍ
)اَّللُ» )رواه ابو داود
َّ ُود َرْحَو َ َ ُ َ ُ َ َ ق،»ت ِِف َرْك َعة ْ ُك ِّوَر
13
ُْ َ ْ ُ
Artinya:
‘Abba>d bin Mu>sa> menyampaikan kepada kami, mengabarkan kepada kami
Isma>‘i>l bin Ja’far, dari Isra>’i>l, dari Abi> Ish}a>q, dari ‘Alqamah dan al-Aswad
meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Ibnu Mas‘u>d dan
berkata, ‘Aku membaca surah-surah yang relatif pendek (al-mufas}s}al)
dalam satu rakaat.’ Lalu Ibnu Mas‘ud bertanya, ‘Apakah kamu tergesa-
gesa dalam membaca al-Qur’an seperti membaca syair, dan apakah kamu
membacanya sangat cepat seperti memilih kurma busuk? padahal Nabi
saw. membaca dua surah yang sepadan (sama panjang) dalam satu rakaat,
yaitu surah al-Rahma>n dan surah al-Najm dalam satu rakaat; Iqtarabat
(surah al-Qamar) dan surah al-Ha>qqah dalam satu rakaat; Surah al-T{u>r dan
surah al-Za>riya>t dalam satu rakaat; Iza> waqa‘at (surah al-Wa>qi‘ah) dan
Nu>n (surah al-Qalam) dalam satu rakaat; Sa’ala Sa>’ilun (surah al-Ma’a>rij)
dan surah al-Na>zi‘a>t dalam satu rakaat; Surah al-Mut}affifi>n dan surah
‘Abasa dalam satu rakaat; Surah al-Mudas}s}ir dan surah al-Muzzammil
dalam satu rakaat; Surah al-Insa>n dan surah al-Qiya>mah dalam satu rakaat;
Surah al-Naba’ dan surah al-Mursala>t dalam satu rakaat serta surah al-
Dukha>n dan surah al-Takwi>r dalam satu rakaat. 14 (HR Abu> Da>ud)
4. Asba>b al-Nuzu>l
menjelaskannya. Salah satu riwayat yang menceritakan bahwa al-Bazza>r dan al-
T{abra>ni> dan Abu> Na‘i>m berkata bahwa kaum Quraisy mengadakan perkumpulan
di Da>r al-Nadwah dan mereka mengatakan, ‚Berilah julukan untuk laki-laki ini
dengannya.‛ Maka di antara mereka ada yang mengajukan usulan, ‚(Dia adalah)
dukun‛ sebagian yang lainnya mengatakan ‚Dia bukan dukun tetapi dia adalah
orang gila‛, yang lainnya lagi mengatakan ‚Dia bukan orang gila, akan tetapi dia
itu tukang sihir‛, maka sebagian yang lainnya mengatakan ‚Dia bukan tukang
sihir‛. Hingga akhirnya hal tersebut sampai kepada Nabi saw., maka beliau
13
Abu> Da>ud Sulaima>n bin al-Asy’as bin Isha>q bin Basyi>r bin syada>d bin ‘Amru al-Azdi ,
\Sunan Abu> Da>ud, Juz 2 (Beiru>t: Al-Maktabah al-‘As\riyyah, t.th.), h. 56.
14
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Keutamaan al-Qur’an dalam Kesaksian Hadis:
Penjelasan Seputar Keutamaan Surah dan Ayat al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: t.p., t.th.), h. 205.
42
turunnya wahyu kepada Nabi saw. yaitu ketika beliau mendengar suara malaikat
dan melihat ke arahnya, beliau diliputi perasaan takut, lalu beliau mendatangi
istrinya Sayyidah Khadijah dan berakata ‚Selimuti aku, selimuti aku‛, yakni
tutupi tubuhku.16 Hal ini terjadi pada Rasulullah ketika Allah memuliakan beliau
Jibril menemui beliau. Rasulullah melihat sesuatu yang belum pernah beliau lihat
sebelumnya dan tidak ada yang mampu bertahan atasnya melainkan hanya para
rasul.17
kurang dari dua pertiga malam...‛ hingga akhir ayat. Bagian kedua ini yang
kedua kaki beliau bengkak. Maka turunlah ayat yang memberikan keringanan
mengenai peribadatan di malam hari pada ayat terakhir dari surah ini.18
15
Lihat QS al-Muzzammil/73: 1dan QS al-Muddas\s\ir/74: 1. ‘Abdurrah}man bin Abi> Bakr
Jala>luddi>n al-Suyu>t}i>, al-Dur al-Mans\ur> fi> al-Tafsi>r al-Ma’s\u>r, Juz 8 (Beiru>t: Da>r al-Fikr, 2011), h.
311-312.
16
Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Wasi>t} al-Zuh}aili>, Juz 3, h. 2761.
17
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-
Manan (Cet. IX; Jakarta: Darul Haq, 2019), h. 385.
18
Sayyid Qut}b Ibra>hi>m H{usain al-Sya>zali>, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, Juz 6 (Cet. XVII; Beiru>t:
Da>r al-Syuru>q, 1412 H), h. 3741.
43
B. Kajian Ayat
ۗ
)٦( اِ َّن َان ِشئَةَ الَّْي ِل ِى َي اَ َش ُّد َوطًْا َّواَقْ َوُم قِْي ًال
Terjemahnya:
Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di
waktu itu) lebih berkesan.19 (QS al-Muzzammil/73: 6)
2. Kajian Kosakata
a. إِ َّن
Kata إِ َّنbermakna ‘sesungguhnya, bahwasanya, sebenarnya’20 kata yang
sebagai kalimat taukid. Kata inna adalah isim, al-mud}af dari kata al-lail.23
b. ََان ِشئَة
Kata ََان ِشئَة (na>syi’ah) terambil dari akar kata نشأ (nasya’a) yang di
19
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Hafalan Mudah: Terjemahan & Tajwid Warna
(Jakarta: Cordoba, 2020), h. 576.
20
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Mahmud Yunus wa Dzurriyah,
2010), h. 50
21
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, vol. 1
(Cet. V; Jakarta: Lentera Hati, 2012), h. 116.
22
Muhammad Ridwan Salam, Panduan Belajar Bahasa Arab: Metode At-Tafshil fi Ilmi
An-Nahwi wa Ash-Sharfi (Cet. I; Sengkang: Maktabah Darul Ilmi, 2019), h. 124.
23
Ah}mad ‘Ubaid al-Da‘a>s, I’ra>b al-Qur’a>n al-Kari>m (Cet. I; Da>r al-Muni>r dan Da>r al-
Fa>ra>bi>: Dimasyq, 1425 H), h. 394.
24
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 14, h. 408.
25
Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyyah al-Qazwi>ni> al-Ra>zi/Abu> al-H{usain, Mu’jam Maqa>yis
al-Lugah, Juz 5 (t.t.: Da>r al-Fikr, 1979), h. 428.
44
na>syi’ah hanya sekali ditemukan dalam al-Qur’an.26 Sedangkan dari akar kata نشأ
terbentuk berbagai derivasinya, yang terulang sebanyak 28 kali pada 14 surah
dalam al-Qur’an.27
‘menjadikan atau menciptakan sesuatu bisa dari sesuatu yang ada dan bisa juga
dari sesuatu yang belum ada’. Adapun masdhar ُن ْشأَة dari jumlah yang di atas
terulang sebanyak 3 kali dalam al-Qur’an pada tiga surah. Adapun bentuk
masdhar إِنْ َشاء disebutkan sebanyak 24 kali dalam 13 surah. Kata insya’
dari segi materi maupun immateri, satu kaum, satu generasi maupun lain
sebagainya.28
Kata النَّ ْشئُا atau ُ\النَّ ْشأَة artinya adalah penciptaan sesuatu dan
mengurusnya.29 Maksudnya adalah waktu malam itu lebih tepat untuk bangun
dan salat. Dari kata tersebut lahirlah kalimat اب َّ َنَ َشأ
ُ الس َح artinya ‘awan itu
Adapun kata na>syi’ah merupakan isim fa>‘il dari akar kata نشأ, yang
wazannya adalah fa>‘il, bentuk muannas\ dan jamak dari kata انشئ. Bisa juga kata
ini sebagai mashdar dengan makna قيام الليل, serta yang dimaksud dari kata ini
26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 14, h. 408.
27
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jilid 2 (Jakarta: Lentera
Hati, 2007), h. 717.
28
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an, Jilid 2, h. 718.
29
Al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n, h. 493.
30
Al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n, h. 493.
45
c. اللَّْي ِل
Kata ini berarti ‘malam’.33 Merupakan bentuk mufrad dengan jamaknya
adalah لَياٌَل.34 Kata al-lail disebut dalam al-Qur’an sebanyak 74 kali. Secara
etimologis, kata ليلberasal dari al-ala, yang pada mulanya berarti ‘gelap/hitam
pekat’. Kemudian berkembang pemakaian kata ini yang mengakibatkan artinya
menjadi beraneka ragam. Seperti sesuatu yang panjang dan hitam disebut dengan
اَلْيَل (al-yal) dan امللَيَّل (mulayyal), dan minuman keras yang berwarna hitam
ُ
disebut أ ُُّم اللَّْيل (ummul-lail), sedangkan minuman keras pada tahap-tahap
pemabukannya disebut dengan لَْي لَى (laila>). Disebut demikian, karena minuman
gelap. Sehingga, dari asal pengertian inilah mereka menyebutkan waktu matahari
terbenam sampai dengan terbitnya fajar sebagai ليل (lail). Adapun secara
31
Muh}ammad bin ‘Abdurrah}i>m S{a>fi, Al-Jadu>l fi> I’ra>b al-Qur’a>n al-Kari>m, Juz 29 (Cet.
IV; Beiru>t: Da>r al-Rasyi>d, 1418 H), 134.
32
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 490.
33
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Cet.
XIV; Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1302.
34
Dhuha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedia Makna al-Qur’an: Syarah
Alfaazhul Qur’an (t.d.), h. 595.
35
Istilah bagi waktu sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar, sebagian pendapat
mengatakan mulai hilangnya mega merah setelah matahari terbenam hingga terbitnya fajar,
karena keberadaan mega merah belum menjadikan situasi hitam gelap. M. Quraish Shihab,
Ensiklopedia al-Qur’an, Jilid 2, h. 505.
36
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an, Jilid 2, h. 506.
46
Muhammad saw. pada malam hari dari Masjid Haram ke Masjid Aqsa.
5) Dalam konteks penerimaan wahyu pada malam hari, seperti pada QS al-
d. َش ُّد
َأ
Kata ini bermakna ‘dahsyat, sangat keras,’37 yang berasal dari akar kata
(د- د- )شyang makna intinya menunjukkan pada ‘kekuatan di dalam sesuatu
yang sulit diuraikan atau dipisah’. 38 Kata َش ُّد
َ أterulang sebanyak 31 kali dalam
al-Qur’an.39 Dari akar kata ini, terbentuk berbagai derivasinya. Adapun verbnya
37
Abdulazeez Abdulraheem, 80 % Qur’anic Words: Classified Word Lists for Easy
Memorization (80 % Kata dalam Qur’an: Daftar Kata ter-Klasifikasi untuk Mempermudah
Hafalan), terj. Tim Yayasan Azmuna (t.d.), h. 14.
38
Al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n, h. 256.
39
Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, Al-Mu’jam al-Mufahras: Li Alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m
(Bandung: t.p., t.th.), h. 478.
47
sedangkan asyaddu ( )أَشَ َُّدberarti ‘lebih kuat, lebih keras. Syadda berarti ikatan
e. ََوطْئًا
Kata ini berasal dari akar kata ََوطَأ yang berarti ‘berjalan di atas,
f. أَقْ َوُم
Kata أَقْ َوُم (aqwam) adalah bentuk superlatif dari kata قومي (qawi>m) yang
berarti ‘lurus’ lagi sempurna memenuhi apa yang diharapkan darinya. Kata ini
pada mulanya merupakan antonim dari kata duduk. Dengan berdiri, manusia
dapat melakukan banyak hal, jauh lebih mudah daripada jika ia duduk atau
berbaring. Dari sini kata tersebut digunakan untuk makna melakukan sesuatu
dengan ‘lebih lurus, lebih baik atau yang paling baik dan yang paling
40
Al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n, h. 256.
41
Ah}mad ibn Muh}ammad al-Khara>t} Abu> Bila>l, Al-Mujtabi> min Masykul I’ra>b al-Qur’a>n
(Madi>nah al-Munawwarah: Majmu’ al-Ma>lik Fahd al-T{iba>’ah al-Mus}haf al-Syari>f, 1426 H), h.
1380.
42
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 1565.
43
Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, Al-Mu’jam al-Mufahras, h. 920.
44
Al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n, h. 526.
45
Al-Khara>t} Abu> Bila>l, Al-Mujtabi> min Masykul I’ra>b al-Qur’a>n, h. 1380.
48
sempurna’.46 Kata aqwam dalam ayat bahasan sebagai isim ma’t}u>f dari kata
asyaddu.47
Penggunaan kata aqwam dalam al-Qur’an terulang sebanyak empat kali
Qur’an bersifat aqwam yang disebabkan oleh redaksi al-Qur’an yang sedemikian
sempurna dan jelas serta kandungannya sesuai dengan fitrah manusia sehingga
282, yang menerangkan bahwa mendatangkan saksi dalam hal utang piutang
g. قِ ًيال
Kata ini berasal dari akar kata قَالyang berarti ‘berkata atau bercakap’.48
ً ِ قmerupakan bentuk masdhar yang berarti ‘perkataan’.
Adapun يال
Kata ini terulang sebanyak dua kali dalam al-Qur’an. Yaitu pada QS al-
3. Munasabah
46
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, vol. 7
(Cet. V; Jakarta: Lentera Hati, 2012), h. 420.
47
Ah}mad ‘Ubaid al-Da‘a>s, I’ra>b al-Qur’a>n al-Kari>m, h. 394.
48
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 1171.
49
Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, Al-Mu’jam al-Mufahras, h. 736.
50
Ah}mad ‘Ubaid al-Da‘a>s, I’ra>b al-Qur’a>n al-Kari>m, h. 394.
51
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur, h. 4385.
49
Sedangkan surah ini ditutup dengan penjelasan bahwa Nabi saw. adalah rasul
yang terakhir.
Nya‛. Sedangkan dalam surah ini Allah Swt. berfirman ‚Salatlah pada
c. Kedua surah ini diawali dengan seruan kepada Nabi saw., dengan permulaan
bangun di waktu malam untuk melaksanakan ibadah setelah tidur adalah lebih
tepat untuk khusyuk dan bacaan di waktu itu lebih berkesan, yakni lebih mudah
dalam memahami maksud al-Qur’an sehingga sesuai dengan hati dan lisan, beban
52
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur, h. 4397.
53
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-
Manan (Cet. IX; Jakarta: Darul Haq, 2019), h. 386.
50
selanjutnya, QS al-Muzzammil/73: 7
seorang mukmin memiliki waktu luang yang panjang sehingga dapat digunakan
untuk tidur maupun istirahat maupun melakukan pekerjaan lain di siang hari,
oleh sebab itu diperintahkan untuk menjadikan malam (na>syi’ah al-lail) sebagai
waktu untuk beribadah.55 Dan juga situasi manusia pada siang hari biasanya
dalam beribadah. Maka malam hari adalah waktu yang paling tepat untuk
selalu berzikir kapan saja baik siang maupun malam hari (firman-Nya QS al-
Muzzammil/73: 8).
beribadah secara terus menerus, namun diperintahkan untuk bekerja dan berkarya
semaksimal mungkin dengan tetap mengingat dan menjadikan Allah sebagai
)١۱۱( آانءَ اللَّْي ِل َوُى ْم يَ ْس ُج ُدو َن َِّ اب أ َُّمةٌ قَائِمةٌ ي ْت لُو َن آَي ِت
َ اَّلل ِ َلَْيسوا سواء ِمن أ َْى ِل الْ ِكت
َ َ َ ْ ً ََ ُ
54
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 574.
55
Al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, Juz 19, h. 42.
56
Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Muni>r: fi ‘Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj, Juz 29-
30 (Cet. II; Dimasyq: Da>r al-Fikr, 1998), h. 194.
51
Terjemahnya:
Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara ahli kitab ada golongan yang
jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka
(juga) bersujud (salat).57
Dari ayat ini menjelaskan bahwa sebagian dari golongan ahli kitab ada
sebagaimana kebiasaan umat mukmin. Kemudian, dalam ayat lain Allah secara
sebagai amalan yang akan mengangkat derajat pelakunya (QS al-Isra>’/17: 79).
hari, ‚Dan bertasbilah kepada-Nya pada malam hari dan setiap selesai salat‛58
4. Tafsiran Ayat
saw. bangkit di malam hari seperti yang diperintahkan pada ayat kedua, dimana
bangun pada malam hari secara khusus lebih berat, yakni lebih berat
menghadirkan kekhusyukan yang lebih besar dibanding pada siang hari, serta
bacaan di waktu itu lebih berkesan dalam artian lebih mudah untuk dipahami dan
dihayati. Sebaliknya, pada siang hari manusia disibukkan dengan aktivitas yang
padat, olehnya itu diperintahkan untuk bangun pada malam hari agar pekerjaan di
Para ulama menafsirkan bahwa kata َ َان ِشئَةmengandung makna ‘waktu atau
saat’, hal ini didasarkan pada kata nasya’a yang berarti ‘sesuatu yang
57
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 64.
58
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 520.
59
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 14, h. 408.
52
berkembang setahap demi setahap’, begitu pula dengan waktu malam yang
terjadi seperti demikian, dari detik ke detik lainnya atau dari menit ke menit
lainnya, dan begitu seterusnya hingga mencapai waktu fajar.60 Adapun ‘A<isyah
r.a. mengatakan bahwa na>syi’ah al-lail adalah bangkit di malam hari setelah
tidur. Beliau mengatakan bahwa, jika seseorang bangkit untuk salat di malam
hari sebelum tidur, maka ia belum melaksanakan maksud dari ayat ini.61
tafsirannya mengutip perkataan Ibnu ‘Abba>s, ‚Siapa yang salat dua rakaat atau
lebih setelah isya, maka ia telah dianggap berada di waktu malam dalam keadaan
sujud dan berdiri di hadapan Allah Swt.‛ Akan tetapi, salat setelah tidur atau
pada saat keheningan malam lebih baik karena suasana semacam itu yang akan
juga, pada masa Rasulullah saw. dan sahabat-sahabat beliau, saat-saat magrib
dan isya adalah saat-saat hening, sebagian besar masyarakat telah berada di
rumah mereka masing-masing bahkan telah beristirahat atau tertidur, maka sama
oleh penerang listrik. Maka sangat wajar jika saat-saat seperti itu telah dianggap
oleh sebagian sahabat sebagai saat dimana salat malam dapat dilaksanakan sebab
telah terciptanya keheningan.62
Ada beberapa penjelasan mengenai na>syi’ah al-lail dari para ulama tafsir.
60
Al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, Juz 19, h. 39.
61
Abu> al-Qa>sim Mahmu>d bin ‘Amru bin Ahmad al-Zamahsyari Ja>rallah, al-Kasysya>f ‘an
Haqa>iq Gawa>mid al-Tanzi>l, Juz 4 (Cet. III; Beiru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1407 H), h. 574.
62
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 14, h. 409.
53
keseluruhan atau setiap peristiwa yang terjadi pada malam hari.63 Sedangkan Ali
ibn Husain mengatakan, bahwa na>syi’ah al-lail berarti waktu antara magrib
hingga isya. Adapun Anas, S{abit, Said ibn Jubair, al-Dhahha>k, al-Hakam dan al-
dalam kata na>syi’ah. Ada juga yang berpendapat bahwa seluruh waktu malam
disebut na>syi’ah, yang diusung oleh ‘Ikrimah, Abu> Miljaz, Muja>hid, Sudi, Ibnu
Zubair dan Ibnu ‘Abba>s.64 Abu> Raja mengatakan bahwa na>syi’ah al-lail ialah
malam setelah waktu isya yang akhir. 65 Dan Zainal ‘A<bidi>n berpendapat bahwa
adalah melakukan salat malam ketika malam hampir selesai. Namun Ibnu ‘Abba>s
pernah mengatakan bahwa salat malam yang dilakukan oleh para sahabat adalah
di awal malam, disebabkan mereka khawatir apabila tidur terlebih dahulu maka
mereka tidak dapat memastikan kapan mereka akan bangun dari tidurnya.
malam hari, karena malam hari terdiri dari beberapa saat. Al-H{asan dan Muja>hid
63
Ibnu Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab, Juz 14 (Kairo: Da>r al-Taufi>qiyyah li al-Tura>s\, 2009), h.
147.
64
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Syifa>’u al-Alil fi> Masa>’il al-Qad}a wa Qadar wa al-H{ikmah
wa al-Ta’li>l (Qadha dan Qadar: Referensi Lengkap tentang Takdir Berdasarkan al-Qur’an dan
hadis/Ibnu Qayyim al-Jauziyyah), terj. Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman (Jakarta: Qisthi
Press, 2016), h. 351.
65
Muh}ammad bin Jari>r bin Yazi>d bin Kas\i>r bin Ga>lib al-Amali> Abu> Ja’far al-T{abari>,
Ja>mi’ al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur’a>n, Juz 23 (Cet. I; t.t: al-Muassasah al-Risa>lah, 2000) h. 683.
66
Abu> ‘Abdillah Muh}ammad bin ‘Amr bin al-H{asan bin al-H{usain al-Taimi> al-Ra>zi>,
Mafa>tih} al-Gaib (Cet. III; Beiru>t: Da>r Ihya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, 1420 H), h. 175.
54
al-H{asan juga menyatakan, bahwa na>syi’ah al-lail adalah seluruh waktu yang
terdapat setelah salat isya. Al-Jauhari> mengatakan bahwa, na>syi’ah al-lail adalah
Ibnu ‘Umar dan Anas bin Ma>lik berpendapat, bahwa na>syi’ah al-lail
adalah waktu antara magrib dan isya. Mereka berpegang pada makna bahasa dari
kata nasya’a, yaitu permulaan. Sehingga dengan itu, makna yang lebih tepat
untuk na>syi’ah al-lail adalah permulaan malam. Pendapat ini diperkuat dengan
sunnah di antara magrib dan isya. Dan ia mengatakan bahwa waktu tersebut
adalah waktu yang disebut dengan na>syi’ah al-lail. Sedangkan ‘At}a>’ dan ‘Ikrimah
berpendapat, bahwa maksud dari permulaan malam tidak harus antara magrib dan
isya. Adapun Ibnu ‘Abba>s, Muja>hid dan beberapa ulama lainnya berpendapat
Pegangan ini adalah dikarenakan malam itu yansya’ (muncul) setelah siang
berlalu. Pendapat inilah yang kemudian lebih diunggulkan oleh Ma>lik bin Anas.
Ditambahkan oleh al-‘Arabi> bahwa makna itulah yang terbias dari kata tersebut
Yang dimaksud pada bahasan ayat ini adalah bahwa sesungguhnya waktu-
waktu malam yang terus bergulir.. namun yang disebutkan pada ayat ini hanyalah
sifatnya saja (yakni bergulir) tanpa menyebutkan isimnya (waktu-waktu). Oleh
karena itu, kata ََان ِشئَة disebutkan dalam bentuk mu’annas\ karena kata tersebut
kembali pada kata sa’aat (waktu-waktu), bukan ليل (malam). Akan tetapi
beberapa ulama berpendapat bahwa, kata ََان ِشئَة adalah bentuk masdhar yang
67
Al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, Juz 19, h. 40.
68
Al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, Juz 19, h. 40.
55
menceritakan kepada kami dari Abu> Usa>mah dari al-A’masy bahwa Anas bin
ً ِق
Ma>lik membaca ayat ini dengan bacaan ‚يال ب
ُ َص َو
ِ
َ إِ َّن َان ِشئَةَ اللَّْي ِل ى َي أ
ْ َش ُّد َوطْئًا َوأ ‛,
dengan kata ‛ َوأَقْ َوُم َقِ ًيالkemudian Anas bin Ma>lik menjawab ‚Sesungguhnya kata
as}wab, aqwam, ahya>’ dan asyba>h maknanya sama saja‛70
ُّوطْئًا
َ َشد
َ أmaksudnya ialah lebih sulit bagi musallin melakukan salat pada
malam hari daripada salat di siang hari, ini disebabkan malam hari adalah waktu
tidur, maka bagi yang mengisinya (malam itu) dengan melakukan ibadah maka ia
telah melawan rintangan yang besar itu.71 Kalimat keterangan Arab asyaddu
wat}’an bermakna kesukaran dan kesulitan saat bangun di waktu malam untuk
mendirikan salat. Kata wat}’an jika dianggap ia terambil dari kata wa>t}’an maka ia
bermakna sesuai. Maka jika demikian, ayat ini berarti ‘waktu-waktu salat malam
adalah yang lebih sesuai.’ Persesuaian yang dimaksud adalah pada bacaan,
pandangan dan penglihatan pelakunya dengan hatinya sendiri yang pada akhirnya
dianggap terambil dari kata wat}i’a maka ia bermakna berat. Maka arti ayat ini
adalah ‘Salat malam pelaksanaannya lebih berat.’ Menurut Quraish Shihab, ayat
ini tidak bermaksud menjelaskan sisi beratnya salat. Karena jika demikian, maka
seakan-akan ayat ini ingin menyatakan bahwa salat malam diperintahkan karena
ia berat. Sehingga, pendapat pertama dianggap oleh beliau lebih tepat walaupun
69
Al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, Juz 19, h. 39.
70
Abi> al-Fida>’ ‘Ima>duddin Isma>‘i>l bin ‘Umar bin Kas\i>r al-Qurasyi> al-Bas}ri> Ibnu Kas\i>r,
Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m (Cet. I; Beiru>t: Da<r ibn H{azm, 2000), h. 1930.
71
Ka>milah binti Muh}ammad bin Ja>sim bin ‘Ali> A<li Jiha>m al-Kawa>ri>, Tafsi>r Gari>b al-
Qur’a>n (Cet. I; t.t.: Da>r bin H{azm, 2008), h. 6.
56
tidak dapat dipungkiri bahwa salat pada malam hari lebih berat dibandingkan
Asyaddu wat}’an yang berarti lebih membekas dan paling tepat untuk
menghasilkan kefokusan dan kesesuaian pendengaran dan hati.73 Kata َوطْئًاyang
dibaca oleh jumhur ulama diambil dari ungkapan ‚isytaddat ‘ala> qaum wat}’ata
sultaha>nihim‛, yang berarti ‘kaum tersebut sangat berat menerima beban yang
dipikulkan kepada mereka’. Di antara maknanya adalah sabda Rasulullah saw:
74
ضَر َ َاللَّ ُه َّم ا ْش ُد ْد َوطْأَت
َ ك َعلَى ُم
Artinya:
Ya Allah, tambahkanlah kekerasan siksa-Mu terhadap bani Mud}ar.
Dan Allah mengabarkan kepada nabi-Nya bahwa pahala dari qiya>m al-lail
tersebut adalah bahwa salat di malam hari lebih berat daripada salat yang
dilakukan pada siang hari, hal ini disebabkan karena waktu malam adalah waktu
untuk tidur dan beristirahat, maka seseorang yang menyibukkan dirinya dengan
sangat berat.76
َ أَقْ َوُمَقِ ًيالialah lebih kuat dan tepat bacaan di waktu itu, yang dibaca fasih
dengan tilawah dari hati dengan suara yang tenang pada waktu malam.77 Adapun
72
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 14, h. 410.
73
Muh}ammad ‘Abd al-Lat}i>f bin al-khat}i>b, Aud}ah al-Tafa>si>r (Cet. VI; t.t: al-Mat}bi‘ah al-
Mas}riyyah wa Maktabatuha>, 1964), h. 716.
74
‘Abd al-Ha>di> bin Muh}ammad bin ‘Abd al-Ha>di> bin Bakri> bin Muh}ammad bin Mahdi>
bin Mu>sa> bin Ju’s\am bin ‘Aji>l, Tah}qi>q al-Tajri>d fi> Syarah Kita>b al-Tauh}i>d, Juz 1 (Cet. I; al-Riya>d}:
Ad}wa>’u al-Salaf 1999), h. 189.
75
Al-Ra>zi>, Mafa>tih} al-Gaib, h. 176.
76
Al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, Juz 19, h. 40.
77
Al-Kawa>ri>, Tafsi>r Gari>b al-Qur’a>n, h. 6.
57
waktu itu lebih kuat untuk mengisi hati dalam memahami al-Qur’an disebabkan
pada malam hari kefokusan pikiran akan muncul sehingga mudah mengisi
kekosongan hati.78 Yang disebabkan pada waktu malam, gangguan akan hiruk
pikuk dunia lebih berkurang, dengan terciptanya suasana hening pada malam hari
maka berpengaruh pula pada keheningan pikiran. Dalam hadis Qudsi Allah
berfirman bahwa pada sepertiga malam Allah Swt. turun ke langit dunia
dengan langit pada waktu malam begitu dekat. Para ilmuwan alam mengatakan
bahwa udara di bumi dipenuhi dengan ether, dan ether di malam hari dapat
Pengaruh ether lebih dekat, hal ini kepada penerimaan kita bahwa ether di
waktu malam lebih jernih daripada siang hari. Maka anjuran-anjuran berdoa dan
keteguhan jiwa, sehingga tidak gentar, takut, dan tidak pula dirundung kedukaan
dalam menghadapi ujian hidup. Jiwa pun tercurahi dengan cahaya yang memberi
sinar bagi alam sekeliling.80 Sebab sejatinya ibadah yang dilakukan pada malam
hari lebih mantap dalam hati dan perkataan yang dilontarkan lebih jelas/fasih,
78
Al-Kawa>ri>, Tafsi>r Gari>b al-Qur’a>n, h. 6.
79
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 9, h. 366.
80
Hamka, Perkembangan dan Pemurnian Tasawuf (Cet. I; Jakarta: Republika Penerbit,
2016), h. 141.
81
Lajnah Ulama al-Azhar, Al-Muntakhib fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m (Cet. IIIX; Mesir:
Al-Majelis al-A’la Lisysyu‘un al-Isla>miyyah, 1995), h. 862.
58
terhadap hati dan lebih jelas bacaannya, karena kosongnya hati dari kesibukan
dunia.82 Salah satunya adalah zikir. Zikir merupakan proses pendalaman. Ia turun
dari lidah menuju hati, dari hati menuju jiwa. Di dalam bahasa Arab istilah zikir
pengulangan yang bersifat mekanis. Saat makna dan kekuatan kata-kata tersebut
dan persatuan spiritual lainnya. Inilah yang disebut zikir hati. Ibnu Humaid
malam guna melakukan ibadah dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya akan
mil plasma dan akan berkurang presentasinya di waktu sore hingga menjadi 7
mikrogram/100 mil plasma.84 Ibadah yang dilakukan sekitar pukul 02.00 sampai
dampak pada aspek psikomotorik yang didukung dengan suasana waktu yang
82
Hikmat Basyir, dkk., Al-Tafsi>r al-Muyassar (Cet. II; Madi>nah al-Munawwarah:
Majmu’ al-Ma>lik Fahd li T{iba>’ah al-Mus}haf al-Syari>f, 2009), h. 574.
83
Al-T{abari>, Ja>mi’ al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur’a>n, Juz 23, h. 685.
84
Cortizon adalah zat aktif yang memberikan gairah pada badan dan menggiatkan secara
umum serta menambahkan kadar gula pada darah sehingga dapat menambah energi pada badan.
Ah}mad bin Sa>lim Badwaila>n, Al-Tada>wi> bi al-S{alah (Dahsyatnya Terapi Shalat), terj. Ubaidillah
Saiful Akhyar (Cet. VIII; Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2013), h. 118.
59
mempunyai suhu dan kepekatan udara sedang dalam kondisi yang paling jernih.
paling cepat dan munajat pada saat itu adalah paling baik dan paling mudah
komponen biologik dalam tubuh dan berkaitan erat dengan fungsi fisiologi
tubuh), bahwa sekitar pukul 04.00 manusia berada pada titik yang paling lemah
dan paling peka terhadap serangan penyakit dan kematian. Maka dengan
beraktivitas yang teratur pada rentang waktu tersebut akan melatih fisik
dipengaruhi oleh perubahan kualitas udara, seperti perubahan suhu, tekanan dan
kandungan ion. Kualitas udara yang baik dan nyaman akan mendorong tubuh
menjalani hidup dengan penuh semangat, sedangkan kualitas udara yang buruk,
panas dan tidak segar akan menurunkan semangat dalam beraktivitas.86 Adapun
tidur panjang yang berlangsung beberapa jam dalam satu waktu dapat
sesak nafas. Hal ini karena tidur berarti diam (tanpa pergerakan) secara mutlak,
sehingga tidur yang terlalu lama akan mengakibatkan kegagalan zat-zat minyak
pada dinding pembuluh darah, di antaranya gangguan urat darah pada jantung
(coronary). Bangun pada akhir malam menjadi salah satu pencegahan terhadap
85
Alhamuddin, dkk., Agama dan Pecandu Narkoba: Etnografi Terapi Metode Inabah
(Cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015), h. 120.
86
Rajendra Kartawiria, Raih 5 Mukjizat (Jakarta: Mizan, 2013), h. 4.
87
Ah}mad bin Sa>lim Badwaila>n, Al-Tada>wi> bi al-S{ala>h (Dahsyatnya Terapi Shalat), terj.
Ubaidillah Saiful Akhyar, h. 117.
60
bisikan untuk tidur dan tarikan ranjang, setelah bekerja seharian adalah lebih
tepat dan lebih menyemangatkan badan. Akan tetapi, ungkapan ini adalah untuk
menyatakan kekuatan ruh, sambutan terhadap seruan Allah dan merasakan kesan
yang mendalam sehingga hati merasa tenang dan jinak kepada-Nya. Oleh karena
itu, bacaan pada waktu itu lebih berkesan, dan zikir pada waktu itu lebih terasa
manisnya, salat pada waktu itu lebih terasa kekhusyukannya, dan bermunajat
pada waktu itu terasa terenungkan isinya. Salat dan zikir serta bermunajat pada
memancarkan cahaya ke dalam hati, yang terkadang tidak dijumpai dalam ibadah
pada siang hari. Allah menciptakan hati manusia dan mengetahui jalan-jalan
memberikan kesan kepadanya, Ia mengetahui waktu yang tepat dimana hati akan
terbuka dan lebih siap, dan Allah tahu sebab-sebab dan cara-cara yang lebih
Selama ini endorfin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya.
gabungan dari endogenous dan morphine, zat yang merupakan unsur dari protein
yang diproduksi oleh sel-sel tubuh serta sistem syaraf manusia. Kemunculan
endorfin dalam tubuh bisa dipicu melalui berbagai kegiatan, seperti menarik
napas yang dalam, relaksasi serta meditasi atau zikir maupun salat. Bahkan
88
Sayyid Qut}b Ibra>hi>m H}usain al-Sya>zali>, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, Juz 6, h. 3745.
61
endorfin sebagai zat yang diproduski oleh tubuh manusia sendiri dianggap
89
Agus Mustafa, Jangan Asal Ikut-ikutan Hisab & Rukyat , h. 143.
BAB IV
Amalan yang dimaksud berupa peribadatan terhadap Allah dengan hati yang
ikhlas sebagai sarana penguat spiritual dan meditasi mencapai hubungan dengan-
Nya. Yakni berupa salat malam, zikir, tartil dan tadabbur al-Qur’an serta
bermunajat kepada-Nya.
1. Qiya>m al-Lail
Pada bentuk ini, na>syi’ah al-lail disebutkan dengan qiya>m al-lail. Allah
1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Hafalan Mudah: Terjemahan & Tajwid Warna
(Jakarta: Cordoba, 2020), h. 574.
62
63
kemanjaan malam untuk menunaikan salat malam yaitu salat tahajjud, baik di
waktu setengah dari malam maupun kurang atau lebih dari waktu itu atau dapat
juga ditambah hingga dua pertiga malam. Tidak hanya sebatas itu, perintah
untuk qiya>m al-lail yang bermakna menghidupkan malam dengan aktivitas yang
bernilai ibadah, seperti zikir dan munajat. Sehingga dari pengertian yang luas
tersebut menjadikan wanita yang dalam masa haid juga dapat menghidupkan
mendekatkan diri kepada Allah Swt. (taqarrub). Ibadah ini merupakan rutinitas
para salihin sekaligus menjadi pelebur dosa. Disampaikan dalam hadis Rasulullah
2
Nabi>l Sa’id al-Di>n Sali>m Jarra>r, Zawa>’id al-Ama>li> wa al-Fuwa>id wa al-Ma’a>jim wa al-
Musyaikha>t ‘ala> al-Kutub al-Sittah wa al-Muwat}t}a’ wa Musnad al-Ima>m Ah}mad, Juz 3 (Cet. I;
t.t: Ad}wa>u al-Salaf, 2007), h. 132.
64
Terjemahnya:
atau lebih dari (seperdua) itu. Bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-
lahan.3
Maksudnya ialah pada malam hari (salat/di luar salat) diperintahkan
untuk membaca al-Qur’an dengan tenang, perlahan, seksama sehingga bacaan al-
dari bacaan yang dibaca. Setiap huruf al-Qur’an dilantukan dengan jelas sesuai
dengan kaidah makha>rij al-huru>f maupun kaidah tajwid lainnya dari perangkat
Artinya:
Tadabur ialah perenungan terhadap lafal-lafal untuk sampai kepada
kandungan-kandungan maknanya.
Pada bentuk ini, na>syi’ah al-lail dengan melakukan zikir maupun munajat.
3
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 574.
4
Muh}ammad bin ‘Abd al-Ba>qi> bin Yusuf al-Zarqa>ni> al-Mis}ri> al-Azhari>, Syarah al-
Zarqa>ni> ‘ala> Muwat}t}a’ al-Ima>m Ma>lik, Juz 2 (Cet. I; Kairo: Maktabah al-S\iqafa>h al-Di>niyyah,
2003), h. 7.
5
Muh}ammad bin S{a>leh} bin Muh}ammad al-‘Us\aimi>n, Us{u>l fi> al-Tafsi>r, Juz I (Cet. I; t.t.:
Al-maktabah al-Isla>miyyah, 2001), h. 23.
65
ۗ
(٨) َّل اِلَْي ِو تَْبتِْي ًال َ ِّاس َم َرب
ْ ك َوتَبَ ت ْ َواذْ ُك ِر
Terjemahnya:
Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh
hati.6
Perintah selanjutnya adalah perintah untuk berzikir maupun berdoa
dengan menyebut nama-Nya yang agung baik di siang maupun malam hari
dengan penuh ketekunan. Baik dalam waktu salat maupun di luar dari itu.
al-lail berarti juga di dalamnya telah mencakup beberapa bentuk ibadah, seperti;
zikir, salat malam, munajat, tartil al-Qur’an dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas, sangat tepat jika menjadikan malam sebagai sarana
beribadah baik ibadah salat, membaca al-Qur’an dengan tartil maupun zikir.
setiap detiknya. Maka ketika melakukan zikir kepada Allah akan merasakan
untuk kembali kepada Allah dengan melakukan segala ketaatan dan merasa takut
digunakan untuk bangun malam melakukan segala macam ibadah yang dapat
mendekatkan diri kepada Tuhan itu lebih sesuai antara hati dan lisan, dan bacaan
al-Qur’an pada waktu itu lebih berkesan. Yakni, akan lebih berkesan bagi orang
membacanya di waktu siang. Karena pada siang hari setiap orang melakukan
berbagai aktifitas duniawi dan kebisingan di waktu itu tidak dapat dihindari.7
6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 574.
7
Abi> al-Fida>’ ‘Ima>duddin Isma>‘i>l bin ‘Umar bin Kas\i>r al-Qurasyi> al-Bas}ri> Ibnu Kas\i>r,
Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m (Cet. I; Beiru>t: Da>r ibn H{azm, 2000), h. 1930.
66
Sebagaimana 1 siklus jantung kira-kira terjadi selama 1 detik. Jika dalam sehari,
pada kondisi istirahat jantung berdetak sebanyak 60-80 kali permenit atau sama
dengan 100.000 kali perhari.8 Darah mengalir melalui pembuluh arteri dengan
melalui pembuluh vena.9 Kemudian manusia rata-rata bernapas sekitar 17-30 ribu
kali perhari, pada manusia dewasa normalnya bernapas sebanyak 12-16 kali
permenit dalam keadaan beristirahat.10 Maka tidur adalah istirahat yang tepat,
karena tidur merupakan proses pemulihan tubuh yang baik, dimana saat itu
sel-sel dalam tubuh sehingga ketika terbangun tubuh akan lebih segar dan otak
kembali berfungsi dengan baik dan normal.11 Dengan demikian, sangatlah tepat
tidur, dimana pikiran yang rileks dan segar akan memudahkan seseorang dalam
8
Nurida Finahari, Interaksi Dinamis Sistem Kardiorespirasi (Cet. I; Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2015), h. 3.
9
Paryono, Anatomi Fisiologi Untuk Terapis (Cet. I; Surabaya: Kenaka Media, 2020), h.
120.
10
Dewi Nur Halimah, Buku Panduan Materi Ilmu Pengetahuan Alam (Cet. I; Jawa
Tengah: Pustaka Rumah Cinta, 2020), h. 270.
11
Hans Tandra, Dari Diabetes Menuju Ginjal (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018),
h. 126.
67
Selain itu, bangun pada malam hari menjadikan energi dalam tubuh
seseorang berada dalam kondisi yang rendah. Hal ini berdampak pada
emosinya. Disamping itu, udara terasa segar dan oksigen masuk ke dalam paru-
Pada saat malam hari, suasana lebih hening karena gelombang otak dalam
keadaan alpha (8-12 kali/detik). Sehingga saat-saat seperti ini akan menghasilkan
kekhusyukan. Gelombang alpha terjadi saat akan tidur dan setelah tidur, juga
terjadi saat beribadah dengan khusyuk maupun terjadi pada kondisi normal orang
menguras energi otak. Gelombang ini dikenal sebagai pintu gerbang menuju
sangat khusyuk. Maka dengannya, seseorang dapat mengingat mimpi pada saat
Terdapat pula gelombang theta yang terjadi ketika seseorang tidur, bermimpi
12
Gelombang ini adalah jenis yang frekuensinya sedikit lebih lamban daripada
gelombang betha, kisaran 8-12 Hz. Gelombang ini terkait dengan kondisi pikiran yang rileks dan
santai. Supriyo Ki Temurose, Salat Mencerdaskan Otak dan Memuliakan Manusia (Cet. I;
Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2017), h. 88.
13
Gelombang theta adalah gelombang otak yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar
dengan kisaran frekuensi 4-8 Hz. Pikiran bawah sadar menyimpan berbagai informasi. Dengan
kata lain, pikiran ini lebih cerdas, bijaksana dan lebih cepat dibanding dengan pikiran sadar.
Kemampuan pikiran bawah sadar jauh lebih unggul dalam hal kemampuan persepsi, konseptual,
emosi maupun dalam hal kemampuan respons. Supriyo Ki Temurose, Salat Mencerdaskan Otak
dan Memuliakan Manusia, h. 87.
68
Selain itu dalam kajian psikologi, seseorang yang terbiasa bangun malam
lalu merenungkan makna dan tujuan hidup dalam suasana hati dan pikiran yang
quotient) akan semakin tajam sehingga seseorang yang bangun malam tersebut
menjadi lebih bijak (wise), ia akan lebih mampu mengendalikan dirinya di tengah
curahan kasih-Nya selalu dirasakan dalam setiap detak jantung dan langkah
kakinya.14
ibadah salat malam, maka seseorang itu tengah berada dalam kondisi layaknya
orang yang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. Ini akan
untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah serta menjalin hubungan yang
harmonis dengan sesamanya. Tak hanya itu, pada saat matahari terbenam,
kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah
besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. Hormon
inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam amino triptofan dalam jumlah
besar pula. Namun, salat malam tidak hanya memberikan pengaruh pada posisi
mengangkat takbir secara tidak langsung akan membuat rongga toraks dalam
dalamnya, juga ada kesegaran yang dirasakan ketika seseorang dapat menghirup
14
Kamaruddin Hidayat, Psikologi Ibadah (Cet. I; Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2008), h. 105.
69
menyembuhkan berbagai macam penyakit, hal ini terjadi karena pada saat
penyakit. Proses pengeluaran zat endorfin yang dilakukan oleh otak dapat
meredakan rasa sakit dan terjadi saat dalam keadaan terjaga maupun saat bangun
dari tidur, dimana pengeluaran endorfin lebih banyak terjadi ketika dalam
hormon kortisol. Hormon ini merupakan hormon yang terlibat dan dipengaruhi
dalam sistem fisiologis seperti stres. Hormon ini memiliki efek anti inflamasi
respon inflamatori, dimana kadar tertinggi hormon ini ada pada pagi hari dan
kadar terendahnya ada pada tengah malam, keadaan malam dengan rutinitas yang
Manfaat lainnya dalam hal pembakaran kalori panas pada badan, yaitu
rata-rata 10 kalori dalam setiap rakaat dan ini berdampak pada berkurangnya
tekanan darah.17 Selain itu, salat malam juga sangat berpengaruh pada
15
Kedua hormon ini (beta-endorfin dan serotonin) adalah jenis hormon baik yang
meningkatkan kualitas kesehatan manusia, baik secara fisik maupun psikis. Endorfin adalah jenis
hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitary di otak manusia saat seseorang mengalami rasa
senang dan bahagia. Di antaranya muncul sebagai akibat dari perasaan ikhlas dan damai
seseorang yang berzikir dan melakukan salat dengan khusyuk. Hormon ini bertindak seperti
morfin. Bahkan dikatakan 200 kali lebih kuat daripada morfin. Agus Mustafa, Jangan Asal Ikut-
ikutan Hisab & Rukyat (Surabaya: Padma Press, t.th.), h. 142.
16
Joyce M Black dan Jane Hokanson Hawks, Medicial Surgical Nursing: Endocrine
Systems Disordes (Singapore: Elsevier, t.th.), h. 9.
17
Al-Tadawi bi al-S{alah (Dahsyatnya Terapi Shalat), terj. Ubaidillah Saiful Akhyar (Cet.
VIII; Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2013), h. 119.
70
tubuh dan menghindarkan dari penyakit jantung, mencegah stres dan penyakit
kanker, sebagai terapi otot dan tulang serta dapat menjaga kesehatan lambung.
Maka salat tahajjud adalah ibadah yang tepat dalam hal ini.
Selain itu, membaca al-Qur’an dengan tartil juga membawa manfaat bagi
membuat jiwa lebih tenang dan lebih menikmati hidup, mengurangi tingkat stres,
pikiran lebih kreatif dan lateral serta meningkatkan ingatan secara signifikan.18
dengan tajwid dan intonasi yang tepat akan memberikan sentuhan kepada sel-sel
dalam tubuh termasuk menormalkan sel-sel yang sakit.19 Sebuah suara yang
keluar dari tenggorokan akan ke udara dan kemudian masuk melewati telinga dan
dapat memberi rangsangan kepada sel. Al-Qur’an yang tersusun secara sistematik
dengan irama dan pengulangan kata yang serasi ternyata memiliki informasi yang
spesifik pada setiap ayatnya. Dengan informasi yang spesifik ini bisa membuat
sel yang sakit menjadi sembuh.20 Maka, suatu perpaduan yang sempurna lagi
indah manakala tartil al-Qur’an dilantunkan pada sepertiga malam yang terakhir.
hari akan mengeluarkan CO2 saat udara diembuskan keluar mulut, hal ini
18
Abdul Wafi dan Imroatul Mufidah, Dosenku, Mahasiswa Saya (t.t.: Duta Media
Publishing, 2020), h. 120.
19
Veni Hadju, Pesan Dakwah Seorang Profesor (Cet. II; Bogor: Penerbit IPB Press,
2017), h. 7.
20
Veni Hadju, Pesan Dakwah Seorang Profesor, h. 35.
71
didasarkan pada terdapatnya huruf-huruf jahr pada lafaz zikir maupun lafaz-lafaz
al-Qur’an yang mengakibatkan udara dapat keluar dari dalam paru-paru melalui
akan menjadikan aliran CO2 yang keluar dari pernapasan lebih banyak terutama
CO2 dalam otak secara teratur menurun jumlahnya. Secara kimiawi, hal ini
Pengeluaran udara yang banyak dari paru-paru ini akan memengaruhi kandungan
CO2 dalam darah yang beredar keseluruh tubuh. Pengecilan diameter pembuluh
darah hanya terjadi sesaat, karena keadaan itu akan menurunkan jumlah aliran
darah pada jaringan otak. Namun tubuh secara otomatis akan memunculkan
menguap.21
Dari uraian di atas, ditemukan bahwa pada waktu sahur atau sepertiga
malam terakhir akan terjadi peningkatan kadar gula secara mendadak bagi
mendadak, sehingga bangun pada malam hari dapat menjaga dari kram otak,
serangan jantung, mengurangi pembekuan darah saat tidur panjang dan penyebab
lain yang dapat mengakibatkan terjadinya pembekuan darah, dengan catatan ada
kegiatan yang dapat merefleksikan tubuh yang dilakukan saat bangun pada
malam hari.
fungsi optimalnya (jarak pandang mata terbatas, materi yang didengar menjadi
limit, penciuman menciut dan aktivitas gerak menjadi minim). Pada malam hari,
21
Arman Yurisaldi Saleh, Berzikir untuk Kesehatan Syaraf (Cet. I; Jakarta: PT Buku
Kita, 2018), h. 59-60.
72
namun pada dasarnya sadar, dan ia semakin sadar dalam kesadarannya. Dengan
effect bagi penguasaan hawa nafsunya, sehingga dominasi hawa nafsu yang
kurang terpuji menurut Islam seperti amarah, lawwamah dan sufiyah mampu
Bangun malam juga menjadi salah satu jalan yang paling ekfektif dalam
dapat terasah dengan baik dapat dilakukan dengan meniru pola yang dilakukan
Muzzammil ayat 1-9.23 Menurut pola ini, adanya orientasi vertikal kepada
Tuhan, pelatihan spiritual dilakukan dengan bangun di malam hari untuk salat
(tahajjud), membaca al-Qur’an dengan tartil dan menyebut nama Tuhan (zikir),
beribadah dengan ikhlas bukan atas dasar keterpaksaan, serta menjadikan Allah
Malam hari dipilih sebagai salah satu pelatihan spiritual karena keheningan dan
menjalani pelatihan spiritual ini bergantung pada kuat dan mendalamnya kesan
22
Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Ridho Allah Tergantung anda, h. 88.
23
Muhammad Andri Setiawan dan Karyono Ibnu Ahmad, Pengantar Bimbingan dan
Konseling Pendekatan Qur’ani: Dalam Berbagai Kekhasan Setting Kehidupan (Cet. I;
Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), h. 98.
24
Sanerya Hendrawan, Spiritual Management: From Personal Eblightenment Towards
God Corporate Governance (Cet. I; Bandung: Mizan Pustaka, 2009), h. 112.
73
penting untuk memberi kesan yang menyenangkan bagi yang dijumpai, respon
yang baik dan gerakan tubuh juga sangat penting.25 Hal inilah yang seharusnya
pekerti.
kerangka ini perintah agama untuk melakukan ibadah mahdhoh (ritual) seperti
salat, zikir dan lain sebagainya yang merupakan jalan untuk mendekatkan
hubungan diri dengan Allah Swt. Kedekatan dengan Allah akan melahirkan
kesadaran akan makna hidup dan dengan itu akan membuahkan kesalehan sosial.
Tuhannya dan kesalehan sosial yang terjalin dalam hubungan manusia dengan
sesama dalam alam semesta, bukan semata-sama hal yang berdiri sendiri-
sendiri.26
dan kegelisahan yang ada di hati, hati menjadi lapang, serta menghilangkan
25
Muhammad Andri Setiawan dan Karyono Ibnu Ahmad, Pengantar Bimbingan dan
Konseling Pendekatan Qur’ani: Dalam Berbagai Kekhasan Setting, h. 101.
26
Ida Fauziyah, Geliat Perempuan Pasca-Reformasi: Agama, Politik, Gerakan Sosial
(Cet. I; Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2015), h. 230.
74
perasaan takut yang tertanam pada jiwa sehingga ketenangan akan selalu
diraih.27 Selain itu, bangun malam juga menumbuhkan jiwa juang pada diri
tantangan hidup, bahkan optimisme juang lebih bergelora pada setiap langkah
jiwanya.28
Artinya:
‘Abdullah bin Yu>suf menceritakan kepada kami, bahwa Ma>lik
mengabarkan kepada kami, dari Abi> al-Zina>d, dari al-A’raj, dari Abi>
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Setan mengikat tiga simpul
di tengkuk kepala manusia saat ia tidur. Pada setiap simpul ia memukul dan
mengucapkan kalimat ‘kamu akan melewati malam yang panjang, olehnya
itu tidurlah’. Maka jika ia bangun dari tidur dan mengingat Allah, simpul
pertama lepas. Jika berwudu, simpul kedua terlepas. Jika ia melaksanakan
salat, simpul ketiga terlepas sehingga bangun dengan perasaan yang
semangat lagi segar dan hati yang baik. Jika tidak demikian, maka di pagi
hari ia bangun dengan hati yang muram dan dalam keadaan malas.30
27
Ali Akbar bin Aqil dan M. Abdullah Charis, 5 Amalan Penyuci Hati (Cet. I; Jakarta:
QultumMedia, 2016), h. 244-246.
28
Hal ini sejalan dengan pemikiran KH. Ahmad Marzuki Hasan dan penemuan Prof. Dr.
Dadang hawari, yang menyatakan bahwa zikir merupakan bentuk komitmen keagamaan
seseorang yang menjadi unsur penyembuh penyakit atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam,
dan juga sebagai psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri seseorang serta
optimisme.
29
Muhammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukha>ri> al-Ju’fi>, al-Ja>mi’ al-Musnad al-S{ah}i>h}
al-Mukhtas}ir min Umu>r Rasulillah saw. wa Sunnatih wa Ayya>mih, Juz 2, h. 52.
30
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Al-T{ibbu al-Nabawi> (Ath-Thibbu An-Nabawi), terj. Abu
Firly (Cet. I; Yogyakarta: DIVA press, 2020), h. 273.
75
kerinduan, ketenangan dan kehusyukan. Suasana batin seperti ini sangat sulit
diwujudkan di siang hari. Seolah-olah yang lebih aktif di siang hari ialah unsur
manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sedangkan di malam hari yang lebih
aktif ialah unsur emosional-spiritual dan femininitas seseorang dan hal ini
seseorang tapi gagal membangun dirinya sebagai hamba yang baik maka itu akan
menjadi hal yang sia-sia belaka. Hal yang sama juga terjadi sebaliknya.31
31
Nasaruddin Umar, Islam Fungsional: Revitalitas & Reaktualitas Nilai-Nilai Keislaman,
h. 66.
32
Jarot Wijanarko, Maksimalkan Otak Anak Anda: Multiple Intelligences-Kecerdasan
Majemuk Tips Menjadikan Anak Cerdas (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia, t.th.), h. 16.
76
1. اش ُّدَوطْئًا
Juga dapat bermakna kesan kuat dan abadi yang masuk ke dalam jiwa
manusia. Istilah tersebut juga dapat diartikan sebagai keharmonisan yang dialami
hati, penglihatan dan pendengaran manusia, yang terwujud pada waktu ibadah
tersebut.34 Asyaddu wat}’an berarti lebih berenergi atau lebih kuat perihal dampak
atau kejadian.
Waktu malam lebih kuat mengisi jiwa mengingat waktu itu merupakan
malam lebih kuat dalam mengisi jiwa. Artinya, suasana khidmat pada dini hari
dapat menghadirkan kekhusyukan hati dan batin sehingga cahaya Ilahi lebih
mudah memasuki ruang kalbu. Komunikasi yang lebih intens dengan Sang
Pada ayat bahasan ini menggambarkan bahwa apa yang dihadirkan oleh
seorang hamba dalam melakukan ibadah di malam hari adalah lebih kuat bagi
33
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 206.
34
Ayatullah Allamah Kamal Faqih Imani dan Tim Ulama, An Enlightening Commentary
into The Light of The Holy Qur’an, vol. 17 (Tafsir Nurul Qur’an: Sebuah Tafsir Sederhana
Menuju Cahaya al-Qur’an), terj. Ali Yahya, Jilid 17 (Cet. I; Jakarta: Nur al-Huda, 2013), h. 630.
35
Abdul Hadi, KH. Hasyim Asyari (Cet. I; Yogyakarta : Diva Press, 2018), h. 65.
77
pendengaran dan hati serta lebih mudah untuk memperoleh pemahaman atas
dengan mengeluarkan suara pada malam hari (menampakkan apa yang kamu
Sehingga, amalan yang dilakukan pada malam hari lebih menyentuh hati
sebab ketenangan yang tercipta pada waktu malam, tanpa ada gangguan akan
kebisingan suara. Tidak hanya sebatas itu, dengan bangun malam dapat lebih
yang digalinya di waktu tersebut, ingatannya semakin tajam dan lebih kuat
2. ًل
َ أقْومَق ْي
Bentuk kata sifat komparatif Arab aqwama, seakar dengan kata qiya>m
(bangun), yang bermakna ‘lebih kokoh, lebih lurus’. Bentuk kata kerja pasif Arab
pengaruh yang berbeda jika dibandingkan dengan siang hari. Keheningan malam
tersebut membuat setiap kata begitu bermakna dan setiap kalimat begitu
36
Abu> Muh}ammad Sah\l bin ‘Abdullah bin Yu>nus bin Rafi>’i al-Tustari>, Tafsi>r al-Tustari>
(Cet. I; Beiru>t: Da>r al-Kutub al-‘Alamiyyah, 1423 H), h. 180.
37
Abdul Hadi, KH. Hasyim Asyari, h. 65.
78
merenungi dan membaca al-Qur’an. Ucapan lebih tepat dan bacaannya lebih
mantap disebabkan kehadiran hati pada saat itu, kemudian lebih seimbang dan
Begitu juga dengan proses belajar yang dilakukan di waktu malam akan
lebih mudah untuk diingat dan dipahami, karena malam adalah waktu yang
sunyi, tenang, dan badan merasa segar setelah beristirahat (tidur) sehingga
membuat tubuh dan pikiran dalam kondisi nyaman, yang membuat manusianya
dapat berkonsentrasi dengan baik. Anjuran ini bukan sekedar anjuran biasa tanpa
adanya pembuktian. Namun, kesuksesan para ulama pada zaman terdahulu dalam
menulis beberapa kitab mereka yang kemudian menjadi karya besar dan
pemabatas tembok yang tidak cukup tinggi. Aku sering mendengar rintihan di
sepanjang malam tanpa henti. Atau terkadang aku mendengar dengungan bacaan
diragukan lagi, bahwa membaca al-Qur’an dengan tartil, penuh penghayatan dan
perenungan pada akhir malam atau di saat semua manusia tertidur dengan pulas
dan suasana begitu sunyi, maka pasti akan memengaruhi jiwa dan menenangkan
hati.40
keutamaan salat/ibadah di malam hari dan di waktu fajar. Saat itu, pikiran
38
Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Muni>r: fi ‘Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj, Juz 29-
30, h. 194.
39
Ahmad Erkan, 4 Shalat Dahsyat (Cet. I; Jakarta: Kaysa Media, 2016), h. 3.
40
Badar bin Nas}ir al-Badar, Halu Salaf ma‘a al-Qur’a>n (Kisah Kaum Salaf Bersama al-
Qur’an) terj. Dudi Rosyadi (Cet. I; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2017), h. 562.
79
manusia tidak begitu sibuk dengan urusan duniawi dan karenanya dapat
bahwa jiwa manusia pada dasarnya memang disiapkan untuk beribadah kepada
Allah Swt. dan zikir mengingat-Nya. Pada ayat ke-7 merefleksikan fakta bahwa
41
Ayatullah Allamah Kamal Faqih Imani dan Tim Ulama, An Enlightening Commentary
into The Light of The Holy Qur’an, vol. 17 (Tafsir Nurul Qur’an: Sebuah Tafsir Sederhana
Menuju Cahaya al-Qur’an), terj. Ali Yahya, Jilid 17, h. 630.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
hari.
tadabur dan tartil al-Qur’an, zikir dan penyerahan diri kepada Sang
(NO) dalam darah yang akan membuang radikal bebas dari dalam tubuh,
masuk ke dalam tubuh, mengingat bahwa pada saat itu udara yang dihirup
80
81
ini disebabkan suasana yang hening lagi sejuk, ditambah dengan tidur
yang cukup sebelum bangun malam menjadikan tubuh dan pikiran berada
hari, ini berdasarkan pada kesulitan yang dihadapi pada saat siang hari
dan progress yang tepat untuk diri manusianya. Selanjutnya, malam hari
merasa adalah makhluk yang lemah, biasa dan tidak memilki daya
secara khusus agar dirinya dapat melakukan intropeksi secara baik dan
khusyuk. Maka, bangun malam adalah pergerakan yang tepat dalam
menciptakan hubungan yang lebih intim dengan Sang Pencipta. Selain itu
juga, bangun malam dapat mengokohkan jiwa. Hal ini akan berpengaruh
khidmat dan tenang, sehingga memperoleh: a)ًوطئا أش ّد, yaitu amalan
salat malam, tartil dan tadabur al-Qur’an serta zikir maupun munajat yang
dengan pemahaman hati. b) أَقْ َوُم قِ ًيال, yaitu keheningan di malam hari
terasa bermakna dan setiap kalimatnya lebih mudah untuk dipahami dan
menjadikan seseorang lebih berenergi. Hormon ini dapat dihasilkan ketika tidur,
namun lebih banyak dihasilkan saat terjaga dengan keadaan rileks. Disamping itu
ketuaan. Dan juga pada malam hari gelombang otak dalam keadaan alpha
memahami setiap apa yang dipelajari di waktu malam tersebut, sehingga sangat
bermanfaat bagi pelajar untuk mendaraskan hafalan atau pelajaran di waktu
83
malam setelah melakukan ibadah kepada Allah, karena mendekatkan diri kepada
yang lain.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan nilai bacaan, sehingga masih
dan mengkaji bahasan tentang na>syi’ah al-lail, terutama pada bahasan yang lebih
Al-Qur’an al-Kari>m
‘Abd al-Ba>qi>, Muhammad Fu’a>d. Al-Mu’jam al-Mufahras: Li Alfa>z} al-Qur’a>n al-
Kari>m. Bandung: t.p., t.th.
‘Abd al-Ha>di>>, bin Muh}ammad bin ‘Abd al-Ha>di> bin Bakri> bin Muh}ammad bin
Mahdi> bin Mu>sa> bin Ju’s\am bin ‘Aji>l. Tahqi>q al-Tajri>d fi> Syarah Kita>b
al-Tauh}i>d, Juz 1. Cet. I; al-Riya>d}: Ad}wa>’u al-Salaf, 1999.
1 Jam Sehari Bisa Menghafal Juz Amma (t.d)
Abdulraheem, Abdulazeez. 80 % Qur’anic Words: Classified Word Lists for Easy
Memorization (80 % Kata dalam Qur’an: Daftar Kata ter-Klasifikasi
untuk Mempermudah Hafalan), terj. Tim Yayasan Azmuna. t.d.
Abu> Bila>l, Ah}mad ibn Muh}ammad al-Khara>t}. Al-Mujtabi> min Masykul I’ra>b al-
Qur’a>n. Madi>nah al-Munawwarah: Majmu’ al-Ma>lik Fahd al-T{iba>’ah al-
Mus}haf al-Syari>f, 1426 H.
Al-As}faha>ni, Abi> al-Qa>sim al-H{usain bin Muh}ammad al-Ma’ru>f bi al-Ra>gib. Al-
Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n. Beiru>t: Da>r al-Ma’rifah, 1997.
Al-Azdi, Abu> Da>ud Sulaima>n bin al-Asy’as bin Isha>q bin Basyi>r bin syada>d bin
‘Amru. \Sunan Abu> Da>ud, Juz 2. Beiru>t: Al-Maktabah al-‘As\riyyah, t.th.
Al-Azhari>, Muh}ammad bin ‘Abd al-Ba>qi> bin Yusuf al-Zarqa>ni> al-Mis}ri>, Syarah al-
Zarqa>ni> ‘ala> Muwat}t}a’ al-Ima>m Ma>lik, Juz 2. Cet. I; Kairo: Maktabah al-S\iqafa>h
al-Di>niyyah, 2003.
Alhamuddin, dkk. Agama dan Pecandu Narkoba: Etnografi Terapi Metode
Inabah. Cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015.
Anom, Putu dan Gusti Agung Oka Mahagangga. Handbook Ilmu Parawisata.
Cet. I; Jakarta: Kencana, 2019.
Asrori. Psikologi Pendidikan: Pendekatan Multidisipliner. Cet. I; Jawa Tengah:
Pena Persada, 2020.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Cet. VI; Jakarta: Kencana, 2017.
Al-Badar, Badar bin Nas}ir. Halu Salaf ma‘a al-Qur’a>n (Kisah Kaum Salaf
Bersama al-Qur’an) terj. Dudi Rosyadi. Cet. I; Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2017.
Badwaila>n, Ah}mad bin Sa>lim. Al-Tada>wi> bi al-S{alah. Dahsyatnya Terapi Shalat),
terj. Ubaidillah Saiful Akhyar. Cet. VIII; Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2013.
Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Cet. III; Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR, 2016.
Basyir, Hikmat, dkk. Al-Tafsi>r al-Muyassar. Cet. II; Madi>nah al-Munawwarah:
Majmu’ al-Ma>lik Fahd li T{iba>’ah al-Mus}haf al-Syari>f, 2009.
Batubara, Chuzaimah, dkk. Handbook Metodologi Studi Islam. Cet. I; Jakarta
Timur: Prenadamedia, 2018.
84
85
El Helwani>, Ali Wasil. Misahhu Syahri Ramad{an wa Asra>r Al-S{aum min al-
Wajhah al-Isla>miyyah wa al-Ra>hiyah wa al-Riya>d}iyyah (Fasting: a great
Medicine), terj. Hadiri, dkk. Cet. I; Depok: Pustaka Ilman, 2008.
Hendrawan, Sanerya. Spiritual Management: From Personal Eblightenment
Towards God Corporate Governance. Cet. I; Bandung: Mizan Pustaka,
2009.
Hidayanto, Dwi Nugroho. Manajemen Waktu: Filosofi-Teori-Implementasi. Cet.
I; Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2019.
Hidayat, Kamaruddin. Psikologi Ibadah. Cet. I; Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2008.
Ibnu Kas\i>r, Abi> al-Fida>’ ‘Ima>duddin Isma>‘i>l bin ‘Umar bin Kas\i>r al-Qurasyi> al-
Bas}ri>. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Cet. I; Beiru>t: Da><r ibn H{azm, 2000.
Imani, Ayatullah Allamah Kamal Faqih dan tim ulama. Tafsir Nurul Quran:
Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya al-Qur’an, Jilid 17. Cet. I;
Jakarta: Nur al-Huda, 2013.
Jabbar, M. Dhuha Abdul dan N. Burhanuddin. Ensiklopedia Makna al-Qur’an:
Syarah Alfaazhul Qur’an. t.d.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. Za>du al-Ma‘a>d: fi> Hadyi> Khair al-‘Iba>d (Zadul
Ma’ad: Bekal Perjalanan Akhirat), terj. Amiruddin Djalil, Jilid 1. Cet.
VIII; Jakarta: Griya Ilmu, 2017.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. Al-T{ibbu al-Nabawi>. (Ath-Thibbu An-Nabawi), terj.
Abu Firly. Cet. I; Yogyakarta: DIVA press, 2020.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. Syifa>’u al-Alil fi> Masa>’il al-Qad}a wa Qadar wa al-
H{ikmah wa al-Ta’li>l (Qadha dan Qadar: Referensi Lengkap tentang
Takdir Berdasarkan al-Qur’an dan hadis/Ibnu Qayyim al-Jauziyyah), terj.
Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman. Jakarta: Qisthi Press, 2016.
Jiha>m al-Kawa>ri>, Ka>milah binti Muh}ammad bin Ja>sim bin ‘Ali> a>li. Tafsi>r Gari>b
al-Qur’a>n. Cet. I; t.t.: Da>r ibn H{azm, 2008.
Al-Ju’fi>, Muhammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukha>ri>. Al-Ja>mi’ al-Musnad
al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ir min Umu>r Rasulillah saw. wa Sunnatih wa
Ayya>mih, Juz 2. Cet. I; t.t.: Da>r T{auq al-Naja>h, 1422 H.
Al-Ju’fi>, Muhammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukha>ri>. Al-Ja>mi’ al Musnad
al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ir min Umu>r Rasulillah saw. wa Sunnatih wa
Ayya>mih: S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz 4. Cet. I; t.t.: Da>r T{auq al-Naja>h, 1422 H.
Junaedi, Mahfudz dan Mirza Mahbub Wijaya. Pengembangan Paradigma
Keilmuan perspektif Epistemologi Islam. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2019.
Kalam, Lingkar. Buku Pintar al-Qur’an: Segala Hal yang Perlu Kita Ketahui
tentang al-Qur’an. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2020.
Kartawaria, Rajendra. Raih 5 Mukjizat. Jakarta: Mizan, 2013.
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an Hafalan Mudah: Terjemahan & Tajwid
Warna. Jakarta: Cordoba, 2020.
Khumaidi. Paradigma Sains Integratif al-Fa>ra>bi: Pendasaran Filosofis bagi Relasi
Sains. Cet. I; Jakarta Selatan: Sadra Press, 2015.
87
Al-‘Us\aimi>n Muh}ammad bin S{a>leh} bin Muh}ammad. Us{ul> fi> al-Tafsi>r, Juz I. Cet.
I; t.t.: Al-maktabah al-Isla>miyyah, 2001.
Umar, Nasaruddin. Islam Fungsional: Revitalitas & Reaktualitas Nilai-Nilai
Keislaman. Cet. I; Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.
Wafi, Abdul dan Imroatul Mufidah, Dosenku, Mahasiswa Saya. t.t.: Duta Media
Publishing, 2020.
Wardah, Luluul. Konsep Waktu dalam al-Qur’an. (Studi Tafsir Tematik),
Skripsi. Ponorogo, Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir IAIN Ponorogo ,
2018.
Warmansyah, Julio. Metode Penelitian & Pengolahan Data: Untuk Pengambilan
Keputusan Pada Perusahaan. Cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020.
Wijanarko, Jarot. Maksimalkan Otak Anak Anda: Multiple Intelligences-
Kecerdasan Majemuk Tips Menjadikan Anak Cerdas. Jakarta: Keluarga
Indonesia Bahagia, t.th.
Wijaya, Umrati Hengki. Analisis Data Kualitatif: Teori Konsep dalam Penelitian
Pendidikan. Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Mahmud Yunus wa Dzurriyah,
2010.
Yusuf, Muhammad dan Ismail Suardi Wekke. Bahasa Arab Bahasa al-Qur’an.
Cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.
Yusuf, Mukhammad. Hidup Sukses dengan Tahajjud. Cet. I; Yogyakarta: Kaktus,
2018.
Al-Zamahsyari Ja>rallah, Abu al-Qa>sim Mahmu>d bin ‘Amru bin Ahmad. al-
Kasysya>f ‘an Haqa>iq Gawa>mid al-Tanzi>l, Juz 4. Cet. III; Beiru>t: Da>r al-
Kita>b al-‘Arabi>, 1407 H.
Zayadi, Achmad. Menuju Islam Moderat. Cet. II; Yogyakarta: Cantrik Pustaka,
2020.
Zein, Umar dan Emir El Newi. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Cet. I; Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2019.
Al-Zuh}aili>, Wahbah bin Must}afa. Al-Tafsi>r al-Wasi>t} al-Zuh}aili>, Juz 3. Cet. I;
Dimasyq: Da>r al-Fikr, 1442 H.
Al-Zuh}aili>, Wahbah. Al-Tafsi>r al-Muni>r: fi ‘Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj,
Juz 29-30. Cet. II; Dimasyq: Da>r al-Fikr, 1998.
Al-Zuja>j, Ibrahi>m bin al-Sari> bin Sahl Abu> Ish}a>q. Ma‘a>ni> al-Qur’a>n wa I’ra>bihi.
Cet. I; Beiru>t: ‘A<lim al-Kutub, 1988.