Anda di halaman 1dari 106

POTRET GAYA HIDUP HEDONIS DI KALANGAN MAHASISWA

(Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2014 - 2016)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Shabrina Belinda Irawan


NIM: 11141110000057

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
ABSTRAKSI

Penelitian yang berjudul “Potret Gaya Hidup Hedonis di Kalangan


Mahasiswa (Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2014 – 2016)” ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana bentuk
gaya hidup hedonis yang sebenarnya terjadi di kalangan Mahasiswa FISIP UIN
Jakarta yang juga telah menjamur dikalangan masyarakat perkotaan. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk lebih menggali alasan-alasan apa saja yang
menyebabkan gaya hidup hedonis tersebut terjadi di kalangan Mahasiswa FISIP
UIN Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
pengambilan data berupa wawancara secara mendalam (in depth interview) dan
observasi terhadap 7 orang informan yang merupakan Mahasiswa FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun angkatan 2014-2016. Kerangka teori yang
digunakan adalah teori masyarakat konsumeris Jean P. Baudrillard.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk gaya hidup hedonis yang


dilakukan oleh para mahasiswa terdiri dari berbagai aktifitas yang dianggap
berlebihan seperti membeli dan memakai barang branded ke kampus, membawa
kendaraan pribadi, memberikan perhatian yang lebih terhadap penampilan ketika
hendak ke kampus, menghabiskan waktu di mall atau tempat makan mewah dan
terkenal bersama dengan teman-teman entah tujuannya hanya untuk bertemu atau
mengerjakan tugas kuliah serta berbagi informasi tentang kegiatan sehari-hari
yang dilakukan atau barang-barang yang dibeli di media sosial. Dalam penelitian
ini para informan juga menuturkan alasan mereka menjalani gaya hidup hedonis
karena ada faktor internal dari dalam diri dan eksternal dari lingkungan sekitar.
Selain itu, dipaparkan juga berbagai tanggapan mengenai gaya hidup hedonis
dengan korelasinya terhadap ajaran agama Islam menurut para Mahasiswa FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata Kunci: Gaya Hidup, Hedonis, Mahasiswa

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta

alam. Atas berkat dan karunia-Nya. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis

selalu diberikan kesehatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta

salam penulis curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam

menjalankan sunnahnya.

Skripsi ini, penulis susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan, doa,

motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Joharatul Jamilah, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi
4. Ibu Rr. Satiti Shakuntala M.Si., selaku pembimbing skripsi yang penuh

dengan kesabaran, keikhlasan serta perhatiannya telah banyak memberikan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga

akhir.

5. Serta seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah membantu kelancaran dan kemudahan bagi penulis

selama kuliah dan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis, Papa Deddy Irawan dan Mama Ida Yuningsih

yang selalu memanjatkan doa dan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yang selalu memberikan semangat dan bantuan

secara moril maupun materil, semoga Allah selalu melindungi kalian.

Aamiin.

7. Para informan yang merupakan Mahasiswa/I FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2014-2016 yang sudah merelakan waktunya

untuk bertemu dan menjawab dengan sabar pertanyaan-pertanyaan dari

penulis.

8. Teman-teman Bidadari (Novia, Habibah, Azizah dan Fahmaiar),

terimakasih atas motivasi dan pertemanannya dari awal hingga akhir di

kampus. Terima kasih sudah menjadi teman yang selalu dapat diandalkan.

9. Teruntuk teman-teman sepekerjaan di I Can Read Pondok Indah (Nadhira,

Nadya, Veriska dan Aidil). Terima kasih sudah menjadi teman di satu

pekerjaan yang baik dan pengertian.

vii
10. Teman-teman Sosiologi 2014 terutama kelas B. Terima kasih atas

perhatian dan bantuannya selama ini di kelas. Terima kasih juga atas

dramanya. Terima kasih telah menemani penulis beranjak dewasa dan

menjadi lebih bijaksana.

11. Teruntuk Nia Nadia dan Rachmat. Terima kasih sudah menjadi teman

yang baik selama di kampus. Saling menjaga di acara kampus.

12. Panitia FISIP DAYS 2017, terima kasih sudah sangat membantu dalam

mensukseskan acara FISIP DAYS 2017. Terima kasih sudah memaklumi

dan mendengarkan ketua acara kalian ini ya.

13. PMII KOMFISIP 2014 yang sudah menjadi keluarga kedua di kampus.

Yang membantu penulis mengembangkan passion selama di perkuliahan.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang

pernah dilakukan. Semoga karya ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang

bersangkutan dan menjadi semangat untuk penelitian selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 3 Februari 2019

Shabrina Belinda Irawan

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................... iv

ABSTRAKSI ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xi

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
D. Kajian Pustaka .................................................................................... 6
E. Kerangka Teoritis ............................................................................... 14
F. Metode Penelitian ............................................................................... 23

BAB II LOKASI PENELITIAN


A. Sejarah Singkat FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................... 26
B. Profil Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................ 29
C. Karakteristik Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...... 36
D. Profil Informan Penelitian .............................................................40

ix
BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Potret Gaya Hidup Hedonis Mahasiswa FISIP UIN Jakarta .............. 44
B. Alasan Para Mahasiswa Mengikuti Gaya Hidup Hedonis ................. 54
C. Gaya Hidup Hedonis dan Ajaran Agama Islam ................................. 61

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 65
B. Saran ................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiv

LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................................................. xvii

x
DAFTAR GRAFIK

Grafik I.C.1 Jumlah Mahasiswa/I FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2014-2016 ...................................................................................................... 30

Grafik II.C.2 Jumlah Mahasiswa/I FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berdasarkan Jurusan tahun 2014-2016 ............................................................ 31

Grafik III.C.3 Pendidikan Terakhir Orangtua Mahasiswa/I FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta......................................................................................... 32

Grafik IV.C.4 Pendapatan Orangtua Mahasiswa/I FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta ............................................................................................................. 34

Grafik V.C.5 Uang Saku Mahasiswa/I FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ..................... 35

xi
DAFTAR ISTILAH

Branded : Barang-barang bermerek yang memiliki harga mahal

Clubbing : Kegiatan mengunjungi diskotik atau yang berhubungan dengan

“dunia malam”

Follower : Seseorang yang mengikuti atau pengikut suatu trend tertentu

Gadget : Barang-barang teknologi komunikasi

Hangout : Nongkrong atau menghabiskan waktu bersama teman

Image : Gambaran diri

Instagramable : Sesuatu yang berkaitan dengan aplikasi Instagram

KW : Barang tiruan dari barang bermerek terkenal

Label : Pemberian nama atau status seseorang di dalam masyarakat

Media Online : Media non-cetak yang diterbitkan melalui internet

Media Sosial : (atau Sosial Media) ialah sebuah aplikasi yang biasa digunakan untuk

mendapatkan informasi, berhubungan dengan orang-orang di sekitar

melalui jaringan online

Open Minded : Orang-orang yang berpikiran terbuka atau dapat menerima sesuatu

hal baru dengan baik tanpa membandingkan dengan yang sudah ada

Out of the box : Seseorang yang berpikiran tidak umum atau “luar biasa”

Posting : Kegiatan menerbitkan sesuatu ke media sosial

Prestige : (atau prestise) adalah menyatakan status atau kehormatan yang tinggi

di tengah-tengah masyarakat

Range : Jarak

Refreshing : Kegiatan menghibur diri dari aktifitas sehari-hari

Role Model : Untuk menyatakan bahwa seseorang merupakan panutan baik bagi

gaya hidup, pemikiran maupun gaya berpakaian dan lainnya yang

xii
memilki kekuatan untuk mendorong orang lain agar melakukan hal

yang sama dengannya

Social Climber : Individu yang melakukan aktifitas „panjat sosial‟ (numpang tenar)

terhadap orang yang sudah tenar

Touring : Kegiatan berjalan-jalan atau pawai kendaraan bersama teman-teman

satu komunitas

Trend : Untuk menyatakan suatu gaya, biasanya berhubungan dengan suatu

hal masa kini atau yang sedang digunakan oleh banyak orang pada saat

tertentu

Up To Date : Mengikuti hal-hal masa kini

Window Shopping : Kegiatan melihat-lihat barang di Mall atau tempat perbelanjaan tanpa

membelinya

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia telah mendatangkan berbagai hal

yang baru di dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Efek dari adanya

globalisasi ini ialah munculnya modernisasi yang tumbuh di tengah-tengah

kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Proses modernisasi yang ada tidak bisa

disangkal mutlak telah membawa suatu perubahan yang begitu besar di seluruh

dunia. Di Indonesia sendiri hal ini tidak luput penyebarannya. Proses

penyebarannya yang begitu cepat ini didukung oleh bantuan teknologi dan

informasi yang mana dapat diakses secara bebas dan massive di zaman sekarang

ini.

Adanya modernisasi ini turut memberikan dampak pada gaya hidup

masyarakat sehingga menciptakan gaya hidup yang berbeda terlebih pada

masyarakat yang berada di perkotaan. Masyarakat di perkotaan yang notabenenya

memiliki daya beli yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat di luar

daerah tentu yang paling terkena dampak dari adanya modernisasi ini. Pada

masyarakat perkotaan, perilaku konsumerisme bukan hanya sebagai sebuah

“kebiasaan” namun hal ini sudah berkembang menjadi sebuah “budaya” yang

sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

1
Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari apa-apa yang dikonsumsinya, baik

konsumsi barang atau jasa. Konsumsi tidak hanya mencakup kegiatan membeli

sejumlah barang (materi) dari televisi hingga mobil tetapi juga berlaku dalam

kegiatan konsumsi jasa, seperti: pergi ke tempat hiburan dan berbagai kegiatan

sosial (belanja, window shopping, dll). Menurut Assael (1984: 252), gaya hidup

adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time

(activities), what they consider important in their environment (interest), and

what they think of themselves and the world around them (opinions).” Gaya

hidup mencitrakan keberadaan seseorang pada suatu status sosial tertentu.

Misalnya saja pada pilihan mobil, perhiasan, bacaan, rumah, makanan yang

dikonsumsi, tempat hiburan, dan berbagai merek pakaian semua itu sebenarnya

hanyalah simbol dari status sosial tertentu.

Dapat dikatakan, bahwa perilaku atau pola konsumsi seorang individu

dapat mencerminkan gaya hidup yang ia anut. Layaknya di dalam pola konsumsi

seorang individu yang konsumtif, mereka merupakan masyarakat yang suka untuk

membeli suatu barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan namun demi

menaikkan status sosialnya di tengah-tengah masyarakat sekitar maka ia membeli

barang tersebut. Dapat digambarkan, bahwa barang yang dapat menunjukkan

tingginya status sosial seseorang sudah pasti barang-barang mewah (branded).

Selain membeli barang mewah untuk menunjukkan status sosialnya yang lebih

baik dari orang lain, biasanya seorang individu melakukan tindakan konsumtif ini

dengan alasan bahwa mereka ingin memenuhi kesenangan dan kepuasan dirinya

sendiri. Karena, bagi mereka membeli barang mewah atau berlibur ke luar negeri

2
merupakan suatu tindakan yang dapat memberikan kepuasan dan kesenangan

tersendiri bagi diri mereka. Tindakan konsumtif yang dilakukan terus menerus

seperti ini dapat menghantarkan seorang individu terhadap gaya hidup hedonis

yang mana gaya hidup ini terkenal dengan suatu pola hidup yang aktivitasnya

bertujuan untuk mencari kesenangan hidup.

Gaya hidup hedonis merupakan suatu dorongan individu untuk berperilaku

dengan memegang prinsip kesenangan. Sebenarnya, gaya hidup seperti ini sah-sah

saja dilakukan oleh seseorang yang memang mampu untuk menjalani kehidupan

yang seperti ini. Namun, akan menjadi berbahaya apabila dilakukan oleh orang-

orang yang tidak memiliki modal sosial yang memadai. Mereka akan cenderung

melakukan hal-hal yang melanggar norma sosial demi menjalani gaya hidup

hedonis seperti halnya mencuri, merampok, dan lain-lain.

Motivasi hedonis hanya menganggap kesenangan atau rasa sakit yang

dapat memotivasi seseorang. Hal tersebut adalah bentuk yang paling signifikan

dari psikologi hedonis. Nilai-nilai hedonisme menganggap bahwa kesenangan

adalah bernilai (baik) dan semua yang hanya merupakan ketidak senangan

tidaklah bernilai.

Gaya hidup hedonis ini banyak mempengaruhi individu di usia remaja

akhir. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kunto (1999: 87), bahwa remaja

adalah generasi yang paling mudah terpengaruh oleh era globalisasi atau era

modern. Hal ini dikarenakan, di umur mereka yang sudah bukan lagi anak-anak

tetapi belum dapat dikategorikan sebagai orang dewasa ini terjadi proses

3
pencarian jati diri sehingga mereka gampang terpengaruh oleh lingkungan

eksternalnya. Banyak aktivitas yang hanya dilakukan oleh orang yang menjalani

gaya hidup hedonis ini juga dilakukan oleh para remaja akhir seperti lebih senang

menghabiskan waktu di luar rumah untuk mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan,

minatnya tertuju pada barang-barang mewah yang kurang diperlukan dalam

kehidupannya, dan opini yang menganggap bahwa barang-barang tersebut dan

melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menaikkan kepercayaan diri sebab

kesenangan merupakan sasaran utama atau tujuan dari setiap tingkah laku

individu hedonis.

Peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang gaya hidup hedonis di

kalangan Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui bagaimana

mereka menghabiskan waktu nongkrong bersama teman-temannya, dimana

biasanya mereka pergi untuk menghabiskan waktu di akhir pekan, bagaimana

penampilan mereka ketika pergi kuliah apakah mengikuti trend yang ada di

masyarakat atau tidak, atau apakah ia suka membeli barang mahal demi terlihat

lebih baik di mata teman-temannya, dan sebagainya.

Peneliti menemukan hal yang menarik untuk digali pada penelitian yang

berjudul “POTRET GAYA HIDUP HEDONIS DI KALANGAN

MAHASISWA” yakni gaya hidup hedonis dapat kita temukan tidak hanya di

lingkungan orang dewasa yang sudah memiliki pendapatan sendiri namun juga

pada mahasiswa yang notabenenya masih meminta uang untuk jajan kepada orang

tuanya pun kerap ditemukan gaya hidup seperti ini. Karena, para pelakunya

4
berpendapat bahwa hidup di dunia hanya untuk mencari kesenangan sehingga

prinsip-prinsip hidup senang sangat penting bagi mereka. Hal ini serupa dengan

sifat para mahasiswa yang masih suka berhura-hura dan berkumpul bersama

teman untuk mencari kesenangan sehingga dapat dipandang lebih baik di antara

teman-temannya di lingkungan kampus.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana potret gaya hidup hedonis yang ada di lingkungan kampus

jika dilihat pada Mahasiswa FISIP UIN Jakarta?

2. Apa alasan yang mendasari para mahasiswa menjalani gaya hidup

hedonis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir

perkuliahan yang diberikan oleh Universitas sebagai syarat mendapatkan gelar

Sarjana Sosial Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini juga dilakukan atas dasar keingin tahuan peneliti tentang bahasan

yang diteliti yaitu bagaimana bentuk gaya hidup hedonis yang sebenarnya terjadi

di kalangan Mahasiswa FISIP UIN Jakarta yang juga telah menjamur dikalangan

masyarakat perkotaan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk lebih

menggali alasan apa saja yang mendasari para mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk menjalani gaya hidup hedonis tersebut

5
C.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

akademis maupun praktis, yaitu:

a. Manfaat Akademis

Memperkaya khazanah penelitian sosiologi budaya tentang Gaya Hidup Hedonis

yang sedang marak terjadi di lingkungan masyarakat perkotaan khususnya di

lokus penelitian Mahasiswa kampus FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Manfaat Praktis

Memberikan rekomendasi dan mempermudah untuk peneliti selanjutnya yang

ingin meneliti konsep Gaya Hidup Hedonis di kalangan Mahasiswa FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Fatia Nur Azizah dan Endang Sri Indrawati

(2005) dalam jurnal yang berjudul Kontrol Diri dan Gaya Hidup Hedonis pada

Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kontrol diri dengan gaya hidup

hedonis pada mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Sampel penelitian berjumlah 70 orang yang diperoleh dengan menggunakan

metode kuantitatif dengan teknik convinience sampling. Penelitian dilakukan

untuk menguji sebuah hipotesis yakni bahwa individu dengan kontrol diri tinggi

akan mampu mengurangi untuk bergaya hidup hedonis dan sebaliknya individu

dengan kontrol diri rendah maka kemampuan mengontrol kepuasan dan

6
kesenangan pribadi menjadi lemah sehingga akan bergaya hidup hedonis.

Gaya Hidup Hedonis pada Mahasiswa yang Mengunjungi Tempat

Hiburan Malam ditinjau dari Motif Afiliasi oleh Tiara Amalia Ulfah (2003)

berusaha untuk mengungkap adakah korelasi antara mahasiswa bergaya hidup

hedonis dengan “dunia malam”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kuantitatif dengan mengambil sample sebanyak 80 orang mahasiswa berumur 18

sampai 22 tahun yang mengunjungi tempat hiburan malam. Hasil dari penelitian

ini ialah bahwasanya tidak ditemukan hubungan di antara motif afiliasi dengan

gaya hidup hedonis pada mahasiswa yang mengunjungi tempat hiburan malam

yang ditunjukkan dengan nilai rxy= 0,026 dengan p= 0,818 (p>0,05), sehingga

hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

Penelitian lainnya yakni berasal dari Devi Indrawati (2015). Ia meneliti

tentang Pengaruh Citra Merek dan Gaya Hidup Hedonis terhadap

Keputusan Pembelian Jilbab “ZOYA”. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kuantitatif yang mana sample penelitiannya sebanyak 212 responden

yang merupakan anggota Kelompok Hijabers asal Surabaya yakni Hijaber

Surabaya, Kemayu Surabaya, Hijabbe Surabaya yang berusia sekitar 19 tahun.

Hasil dari penelitian ini adalah konsumen “Zoya” cenderung followers dalam

mengikuti perkembangan trend produk jilbab yang dikeluarkan oleh “Zoya”. Hal

ini disebabkan konsumen produk ini ialah remaja atau sosialita atau seseorang

yang memiliki gaya hidup hedonis sehingga mereka mementingkan brand

(merek) dengan pemikiran bahwa pasti akan mendapatkan barang dengan kualitas

7
bagus. Mereka sering menggunakan jilbab tersebut dalam acara berkumpul di

mall, kafe atau tempat tertentu yang bersifat hedon.

Perilaku Hedonisme di Kalangan Mahasiswa oleh Johan Simamora

(2014). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

menganalisis perilaku dan gaya hidup hedonisme Mahasiswa FISIP USU Medan.

Informan penelitian ini berjumlah 10 orang yang berasal dari Mahasiswa FISIP

USU Medan. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan

pedoman wawancara. Unit analisis penelitian meliputi informan kunci dan

informan biasa dari Mahasiwa FISIP USU Medan. Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa menurut pandangan mahasiswa yang kuliah sambil

bekerja, gaya hidup hedonisme tidak menjadi masalah sepanjang tidak

menyusahkan orang lain. Berbeda dengan kelompok mahasiswa yang hanya

kuliah semata dan belum bekerja, perilaku gaya hidup hedonisme menurut

pandangan mereka merupakan gaya hidup yang sudah diwariskan turun temurun

dari orang tua. Alasan utama bergaya hidup hedonisme adalah karena sudah

terbiasa sejak kecil. Hal ini tentunya sesuai dengan fasilitas yang dimiliki orang

tersebut. Tetapi, ada juga mahasiswa yang memberi alasan bergaya hidup

hedonisme karena sudah terlanjur terpengaruh teman, takut dinilai ketinggalan

zaman dan takut kehilangan teman.

Gaya Hidup Hedonis di Kalangan Remaja (Studi Pada Komunitas

Mobil LSC 81 Club) oleh Ratu Aulia Rahamni Bernatta (2017). Penelitian ini

bertujuan untuk mengkaji apa saja alasan yang mendasari remaja dikomunitas

8
mobil LSC 81 Club bergaya hidup hedonis dan juga untuk mengkaji bentuk gaya

hidup hedonis remaja yang bergabung di komunitas mobil LSC 81 Club.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk

mengetahui gaya hidup hedonis dikalangan remaja yang bergabung dikomunitas

mobil LSC 81 Club. Informan dari penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang, yaitu

remaja hedonis yang bergabung dikomunitas mobil LSC 81 Club. Penentuan

informan dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan observasi,

wawancara mendalam (indepth interview), dokumentasi dan studi pustaka sebagai

teknik pengumpulan data. Hasil penelitian ditemukan alasan yang mendasari serta

bentuk gaya hidup hedonis remaja yang bergabung dikomunitas mobil LSC 81

Club. Bentuk dari gaya hidup remaja hedonis yang ada di komunitas mobil LSC

81 Club yaitu diantaranya berpenampilan trendy, menghabiskan waktu luang atau

waktu akhir pekannya diluar rumah, diskotik (clubbing), touring (perjalanan), dan

yang terakhir adalah hobi memodifikasi mobil.

Dari kajian pustaka yang telah dijabarkan oleh peneliti di atas, maka dapat

peneliti sampaikan bahwa gaya hidup hedonis ini tidak hanya dapat dilakukan

oleh masyarakat sosialita kalangan atas saja namun juga sudah mulai dilakukan

oleh para mahasiswa dengan bentuk tindakan hedon yang dapat mereka penuhi.

Individu yang memiliki kontrol diri tinggi akan mampu mengurangi untuk

bergaya hidup hedonis dan sebaliknya individu dengan kontrol diri rendah maka

kemampuan mengontrol kepuasan dan kesenangan pribadi menjadi lemah

sehingga akan bergaya hidup hedonis. (Fatia dan Azizah, 2005:47)

9
Para pelaku gaya hidup hedonis ini kerap kali lebih mementingkan brand

(merk) dari sebuah barang yang akan ia beli karena mereka percaya semakin

bagus brand (merk) suatu barang walaupun harganya akan semakin mahal namun

kualitasnya pun akan semakin bagus sehingga mereka akan menjatuhkan

pilihannya terhadap barang-barang tersebut. (Devi Indrawati, 2015:23)

Pemenuhan kebutuhan pun sekarang sudah mulai bergeser nilainya kepada

penentuan kelas sosial seseorang di suatu lingkungan pergaulannya.

Menurut Douglas dan Isherwood dalam Feathersone (1992:14)

berpendapat, “bahwa dalam masyarakat saat ini barang-barang digunakan untuk

membangun hubungan-hubungan sosial. Barang-barang ini juga yang akan

menentukan prestise, status dan simbol-simbol sosial tertentu bagi pemakainya.”

Maka dari itu, tidaklah heran pada saat sekarang ini seorang individu

menilai individu yang lain berdasarkan dengan barang-barang yang ia miliki.

Seperti apa merek mobilnya, tas mewah apa yang ia gunakan, baju bermerek apa

yang ia kenakan sehari-hari dan lain sebagainya. Menurut Nurist Surayya Ulfa

dalam penelitiannya menyebutkan bahwa barang-barang bermerek tertentu

menunjukkan nilai sosial yang lebih tinggi. Pada barang–barang tersebut

tertempel kode-kode nilai eksklusifitas yang kemudian menjadi pertanda bagi

pemakainya. (Nurist Surayya Ulfa, 2008:2)

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang POTRET GAYA

HIDUP HEDONIS DI KALANGAN MAHASISWA (Studi Kasus: Mahasiswa

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 - 2016). Peneliti ingin

10
meneliti lebih dalam fenomena gaya hidup hedonis dikalangan mahasiswa UIN

dikarenakan UIN merupakan salah satu Universitas Negeri yang populer di daerah

kota metropolitan Jakarta dan berlandaskan agama Islam yang tersebar di dalam

lingkungan kampusnya. Peneliti ingin mengetahui seperti apa fenomena gaya

hidup hedonis di lingkungan Mahasiswa FISIP UIN Jakarta dan apa alasan

mereka menjalani gaya hidup hedonis ini serta bagaimana pandangan mereka

tentang agama Islam yang tidak menganjurkan gaya hidup ini seperti dalam Q.s.

Al-A’raaf:31 yakni, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap

(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan,

sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

• Matriks

Nama Teori Metode Hasil Penelitian Persamaan dan


Penulis & Perbedaan
Judul

Fatia Nur Kontrol Diri Metode Hasil analisis data Persamaan dengan
Azizah dan Kuantitatif menunjukkan penelitian ini terletak
Endang Sri adanya hubungan pada tema penelitian
Indrawati yang negatif dan untuk mengungkap
tentang signifikan antara tentang gaya hidup
Kontrol Diri kontrol diri dengan hedonis di kalangan
dan Gaya gaya hidup hedonis Mahasiswa. Namun,
Hidup pada mahasiswa penelitian yang terlebih
Hedonis Fakultas dahulu dilakukan
pada Ekonomika dan menghubungkannya
Mahasiswa Bisnis Universitas dengan teori kontrol diri
Fakultas Diponegoro. Sema yang ada di ilmu
Ekonomika kin tinggi kontrol Psikologi. Perbedaan
dan Bisnis diri mahasiswa terletak pada subyek

11
Universitas maka semakin penelitian yang dilakukan
Diponegoro rendah gaya hidup pada Mahasiswa di
hedonisnya, dan Universitas Diponegoro
sebaliknya semakin dengan metode penelitian
rendah kontrol Kuantitatif sedangkan
dirinya maka peneliti menggunakan
semakin tinggi metode Kualitatif untuk
gaya hidup hedonis meneliti Mahasiswa di
yang dimiliki. lingkungan kampus
FISIP UIN Jakarta.

Tiara Amalia Motif Metode Hasil dari Persamaan penelitian


Ulfah Afiliasi Kuantitatif penelitian ini ialah terletak pada tema
tentang Gay bahwasanya tidak penelitian yaitu Gaya
a Hidup ditemukan Hidup Hedonis di
Hedonis hubungan di antara kalangan Mahasiswa.
pada motif afiliasi Perbedaannya penelitian
Mahasiswa dengan gaya hidup dilakukan dengan teori
yang hedonis pada Motif Afiliasi dari sudut
Mengunjun mahasiswa yang pandang Psikologis
gi Tempat mengunjungi sedangkan peneliti akan
Hiburan tempat hiburan menggunakan teori
Malam malam. Masyarakat Konsumeris
ditinjau dari sudut pandang
dari Motif Sosiologis.
Afiliasi

12
Devi Citra Merek Metode Pemakai “Zoya” Persamaan dari penelitian
Indrawati Kuantitatif adalah remaja atau yang telah dilakukan
tentang Peng sosialita atau dengan yang akan
aruh Citra seseorang yang peneliti lakukan ialah ada
Merek dan memiliki gaya pada tema penelitian
Gaya Hidup hidup hedonis yang mengangkat tentang
Hedonis dengan memakai gaya hidup hedonis
terhadap barang-barang sedangkan perbedaannya
Keputusan bermerek ada pada subyek yang
Pembelian (branded) yang diteliti yakni konsumen
Jilbab secara tidak suatu barang dari brand
“ZOYA” langsung memiliki tertentu sedangkan
kualitas bagus, peneliti akan meneliti
mereka sering Mahasiswa di lingkungan
menggunakan kampus FISIP UIN
jilbab tersebut Jakarta.
dalam acara
berkumpul di Mall,
Kafe atau tempat
tertentu yang
bersifat hedon.

Johan Habitus Metode Hasil penelitian Persamaan penelitian


Simamora Kualitatif memperlihatkan ialah pada metode
tentang bahwa alasan penelitian yang
Perilaku utama bergaya digunakan yakni metode
Hedonisme hidup hedonisme penelitian Kualitatif lalu
di adalah karena sama-sama akan meneliti
Kalangan sudah kebiasaan gaya hidup hedonis di
Mahasiswa sejak kecil. Hal ini kalangan mahasiswa.
tentunya sesuai Perbedaan ialah pada
dengan fasilitas teori yang digunakan.
yang dimiliki Peneliti terdahulu
menggunakan teori

13
orang tersebut. habitus Bordieu
sedangkan peneliti
menggunakan teori
masyarakat konsumeris
karya Baudrillard.

Ratu Aulia Etika Metode Hasil penelitian Persamaan penelitian


Hedonisme Kualitatif
Rahamni ditemukan alasan terdapat pada tema
Bernatta yang mendasari penelitian yang dipilih
tentang serta bentuk gaya yakni tentang gaya hidup
Gaya hidup hedonis hedonis sedangkan
Hidup remaja yang perbedaannya terletak
Hedonis di bergabung di pada objek penelitian
Kalangan komunitas mobil yang dipilih yakni
Remaja (St LSC 81 Club. komunitas sedangkan
udi Pada peneliti akan meneliti
Komunitas Mahasiswa FISIP UIN
Mobil LSC Jakarta.
81 Club)

E. Kerangka Teoritis

1. Definisi Konseptual

Mahasiswa

Range umur dari para mahasiswa terutama yang termasuk ke dalam

tingkat strata 1 (S1) ini berkisar di antara umur 18 sampai kurang lebih 22 tahun.

Oleh karena itu, mereka yang disebut Mahasiswa sudah bukan lagi termasuk

kategori anak-anak. Mereka adalah remaja akhir yang sudah dapat mengambil

keputusannya sendiri.

14
Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling

melengkapi (Siswoyo, 2007:33). Karena, mahasiswa dianggap sudah bukan siswa

lagi yakni mereka merupakan akademisi yang lebih tinggi kelasnya dibandingkan

dengan ketika mereka masih bersekolah dulu. “Maha” adalah sebuah kata yang

ditambahkan di depan kata “Siswa” bukan semata-mata tidak memiliki arti.

Namun, diharapkan karena mereka mempelajari bidang studi yang sudah sesuai

dengan passion (ketertarikan) individualnya masing-masing sehingga diharapkan

kelak ketika mereka lulus akan menjadi seorang akademisi yang ahli dibidangnya

masing-masing.

Selain itu, mengapa mahasiswa terasa lebih spesial dibandingkan dengan

siswa-siswa di sekolah ialah dikarenakan kerangka berpikir mereka yang sudah

berkembang akibat banyaknya kajian dan diskusi yang telah mereka ikuti

diperkuliahan pun turut mempengaruhi bagaimana mereka berpikir dan bertindak

sehingga banyak dari para mahasiswa ini yang kemudian menjadi “jembatan”

yang menjembatani antara Rakyat dengan Pemerintah.

2. Definisi Operasional

a. Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan definisi tentang Mahasiswa dari berbagai sumber di atas,

dalam penelitian ini kemudian definisinya dibatasi sebagai seorang individu yang

menuntut ilmu di jenjang Perguruan Tinggi. Intelektualitas dalam berpikirnya

jauh lebih terbuka (open-minded) karena telah melalui diskusi dan kajian dari

orang-orang yang ahli dalam bidangnya (Dosen). Mahasiswa yang akan menjadi

subyek penelitian dan dibahas dalam penelitian ini ialah Mahasiswa/i FISIP UIN

15
Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini dilakukan dengan melihat bahwasanya UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan sebuah kampus negeri ternama yang

letaknya berada di tengah-tengah kota metropolitan Jakarta. Modernisasi yang

menciptakan gaya hidup hedonis di kota ini tentunya juga berdampak pada

mahasiswa di dalam lingkungan kampus ini.

b. Gaya Hidup Hedonis

Menurut Assael (1984: 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is

identified by how people spend their time (activities), what they consider

important in their environment (interest), and what they think of themselves and

the world around them (opinions).” Gaya hidup dapat juga disebut sebagai pola-

pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Di

dalam kehidupan sosial, seorang individu bisa saja mempengaruhi konstruk sosial

kelompoknya dalam hal gaya hidup mereka. Gaya hidup yang dianut dalam

sebuah masyarakat belum tentu diterapkan di dalam kehidupan masyarakat yang

lain. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan

berinteraksi di dunia. Gaya hidup seseorang dapat merepresentasikan identitas

dirinya di depan publik. Seorang individu dapat menilai orang lain berdasarkan

dengan gaya hidup yang mereka jalani sehari-hari.

Menurut seorang Profesor Sosiologi di Universitas Durham yaitu David

Chaney (dalam Subandy, 1997:24), bahwa gaya hidup hedonis adalah suatu pola

hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup seperti lebih banyak

menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada

16
keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya serta selalu

ingin menjadi pusat perhatian.

Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih fokus secara mendalam terhadap

Gaya Hidup Hedonis di kalangan Mahasiswa dalam lingkungan kampus FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk itu, harus dibedah terlebih dahulu definisi

sebenarnya dari gaya hidup ini. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani hedone

yang artinya kesenangan atau pleasure dan kata isme paham, nilai, pandangan

atau tindakan yang dianut. Jadi, dapat dikatakan bahwa hedonisme adalah nilai

yang dimiliki individu sehingga perilakunya dimotivasi oleh keinginan untuk

mencapai kesenangan dan menghindari kesakitan (Bentham dikutip dalam

Allport, 1951:65).

Di Indonesia sendiri, khususnya di kota metropolitan seperti Jakarta sudah

tidak asing lagi dengan gaya hidup yang seperti ini. Apalagi, gaya hidup hedonis

ini biasanya dianut oleh para remaja akhir dimana mereka berada dalam proses

pencarian jati diri sehingga lebih mudah bagi mereka untuk ikut terpengaruh

menjalani gaya hidup hedonis yang sedang marak saat ini. Hal tersebut didukung

oleh fakta yang didapat melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Kasali (2016:

157) yang menemukan bahwa mall adalah tempat nongkrong yang paling popular

untuk mengisi waktu luang remaja (30,8%), sedangkan jajan merupakan prioritas

pertama pengeluaran remaja (49,4%), jalan-jalan atau hura-hura (19,8%),

membeli pakaian (2,3%), membeli aksesoris mobil (0,6%), dan ada pula yang

tidak menjawab sebanyak (0,4%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

remaja saat ini lebih berorientasi pada gaya hidup hedonis.

17
Kecanggihan teknologi saat ini banyak dimanfaatkan oleh para selebriti

untuk mengekspos gaya hidup mewahnya baik melalui media cetak (majalah)

maupun media online (portal berita online atau media sosial seperti instagram).

Gaya hidup mewah yang akhir-akhir ini sering ditunjukkan oleh para selebriti

tanah air berupa koleksi barang-barang mewah seperti mobil mewah dan aksesori

yang harganya selangit pun turut mendorong alasan para mahasiswa ini untuk

meniru gaya hidup mewah yang dilakukan oleh para selebriti kesukaannya.

Namun, sebenarnya para selebritas ini banyak yang mengkoleksi barang-barang

mewah tersebut dengan tujuan untuk investasi masa depan.

Para mahasiswa pada saat ini memandang fenomena tersebut dari sudut

pandang yang berbeda. Menurut Ratu Aulia (2017), "…yang mereka lihat bukan

nilai investasinya, namun bentuk gaya hidup yang memunculkan bentuk eksistensi

diri dari seseorang dengan cara ikut-ikutan menggunakan barang-barang mewah

seperti halnya mobil sebagai salah satu bentuk eksistensi diri bukan lagi

menyangkut tentang kebutuhan seseorang. Hal ini, pada akhirnya menyebabkan

para remaja saat ini berbondong-bondong ataupun berlomba-lomba untuk dapat

berperilaku seperti para artis ataupun para kaum elit agar mereka dapat diakui

dan dapat diterima keberadaannya di kelas sosial tertentu.”

3. Kajian Teori

Teori Masyarakat Konsumeris Jean P. Baudrillard

Gaya Hidup Hedonis merupakan representasi gaya hidup dari apa yang

dikenal dengan masyarakat konsumeris. Masyarakat konsumeris ini senang untuk

18
mengkonsumsi berbagai macam barang dari yang mereka butuhkan sampai yang

hanya dikonsumsi karena berbagai macam dorongan eksternal.

Salah satu tokoh postmodernisme dan sosiologi yang terkenal dalam

pembahasannya mengenai masyarakat konsumeris ini adalah Jean P. Baudrillard.

Baudrillard pada tahun 1998 mengeluarkan buku berjudul The Consumer Society:

Myths and Structures yang membahas tentang Masyarakat Konsumeris.

Menurutnya, “Masyarakat dewasa ini sudah menggeser nilai suatu objek yang

dibelinya. Dari yang awalnya suatu objek tersebut memang sesuai dengan

kebutuhannya, sampai sekarang orang sudah tidak lagi memikirkan nilai tukar

dan nilai guna objek tersebut pada dirinya tetapi lebih ke penanda kelas sosial

bagi si individu yang membelinya. Status dan kedudukan seseorang di dalam

suatu masyarakat sangat ditentukan oleh barang yang ia beli dan gunakan.”

(Baudrillad, 1998:50-51)

Hal ini kerap kali ditemukan pada masyarakat yang hobi mengkoleksi

berbagai macam barang berdasarkan “brand” yang melekat pada barang tersebut.

Brand atau Merek yang digandrungi oleh masyarakat di zaman sekarang terutama

para mahasiswa yang bergaya hidup hedonis bukan lagi berasal dari dalam negeri

namun diimpor langsung dari luar negeri. Hal ini seperti yang dituturkan oleh

Ketua Indonesia Fashion Chamber (IFC) yakni Ali Charisma. Ia mengatakan

bahwasanya 60% konsumen Indonesia lebih suka membeli berbagai produk luar

negeri daripada buatan Indonesia. Ia pun mengakui kalau produk asing memiliki

19
kualitas yang baik. (https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180326194751-

33-8635/60, diakses pada 21 Maret 2019)

Oleh karena itu, harga daripada barang-barangnya tentu menyentuh angka

yang dapat dibilang mahal. Namun, sekali lagi bagi mereka yang bergaya hidup

hedonis hal tersebut akan sebanding dengan status dan kedudukan sosial yang

akan mereka dapatkan nantinya.

Bentuk sosialisasi dan afiliasi masyarakat saat ini terutama di sekolah,

kampus dan kantor sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh pola konsumsi.

Keinginan untuk bisa masuk dalam pergaulan sosial, tidak ingin dianggap aneh

atau berbeda, tidak mengalami penolakan, bisa bertahan dan bahkan berupaya

menunjukkan eksistensi diri dalam pergaulan tersebut membuat orang berupaya

menjaga conformity (keselarasan) dalam hidupnya. (Sulusy Audia, 2014:18)

Orang berusaha mengikuti arus pergaulan, dan selalu takut dianggap ’tidak gaul’,

’kuno’, ’katro’, atau ’ndeso’ (Hapsari, 2005:5). Faktor tersebut mendorong pola

konsumsi masyarakat. Untuk bisa masuk dalam ’pergaulan yang luas’, seseorang

harus mempunyai modal minimal pengetahuan tentang barang-barang konsumsi.

Terlebih lagi, jika memilki banyak pengalaman konsumtif tentu saja itu akan

meningkatkan nilai orang tersebut dimata orang-orang di sekitarnya.

Konsumsi, Konsumtif dan Hedonis merupakan 3 buah kata yang sering

disalah artikan penggunaannya bagi banyak orang dikarenakan dianggap memiliki

arti yang sama namun sebenarnya ketiga kata ini memiliki makna yang berbeda.

Dapat dijelaskan bahwa:

20
1. Konsumsi secara harfiah adalah suatu aktifitas memakai atau

menggunakan suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh para

produsen. Konsumsi ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau

menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa,

untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Kegiatan

konsumsi merupakan tindakan pemuasan atas berbagai jenis tuntutan

kebutuhan manusia. Individu yang melakukan kegiatan konsumsi disebut

juga konsumen. Seluruh tipe aktifitas sosial yang orang lakukan sehingga

dapat dipakai untuk mencirikan dan mengenal mereka selain (sebagai

tambahan) apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup. Menurut

Chaney (2003:54), contohnya adalah menghabiskan makanan dan

minuman, memakai baju, menonton TV.

2. Konsumtif diartikan sebagai pemakaian (pembelian) atau pengonsumsian

barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan

menurut tuntutan kebutuhan yang dipentingkan. Oleh karena itu, arti kata

konsumtif adalah boros atau perilaku yang boros yang mengonsumsi

barang atau jasa secara berlebihan. Dalam arti luas, konsumtif adalah

perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan yang lebih

mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala

prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-

mewah. Contohnya adalah membeli handphone jenis terbaru, mengikuti

trend dan membeli gadget yang sedang up to date.

21
3. Hedonis dapat diartikan sebagai aktualisasi tindakan dari masyarakat yang

menganut paham hedonisme dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka

merasa bahwasanya hidup di dunia bertujuan untuk mencapai kesenangan

baik jasmani maupun rohani sehingga mereka akan selalu menemukan

cara untuk mencapainya. Masyarakat hedonis juga menyukai segala hal

yang berhubungan dengan kegiatan konsumtif. Mereka menyukai untuk

tampil lebih baik di depan publik karena akan menaikkan tingkat

kepercayaan diri dan statusnya di tengah-tengah masyarakat.

Dari penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa konsumsi dan konsumtif

ialah suatu tindakan konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara

fokus pada pembelian barang saja sedangkan hedonis tidak hanya mencakup

pembelian barang saja namun juga mencakup aktifitas atau kegiatan, minat serta

opini yang dapat memenuhi kesenangannya.

Perbedaan lainnya ialah bahwa dalam tindakan konsumsi, individu membeli

suatu barang atas dasar untuk memenuhi kebutuhannya saja sedangkan pada

pelaku tindakan konsumtif pembelian suatu barang juga didasarkan pada rasa

gengsi terhadap individu lain sehingga membeli barang yang sebenarnya tidak ia

butuhkan.

Sedangkan, pada pelaku gaya hidup hedonis mereka melakukan tindakan

konsumtif namun tidak semata-mata hanya untuk menaikkan status sosialnya

dimata publik. Hal ini tentunya juga mereka lakukan sebagai cara mereka untuk

memenuhi hasrat dan kesenangan yang ada pada diri mereka. Selain itu, gaya

22
hidup ini pun tidak terpaku hanya pada kegiatan membeli barang saja namun juga

aktifitas mewah lainnya yang tujuannya berhubungan dengan pemenuhan

kepuasan diri.

F. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan

Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. (Moleong, 2002:9) Penelitian akan fokus terhadap fenomena

gaya hidup hedonis di lingkungan mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta serta meneliti alasan yang mendasari mereka untuk menjalani gaya hidup

hedonis ini.

b. Desain Penelitian

Dengan digunakan metode kualitatif ini maka data yang telah didapatkan

diharapkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga

tujuan penelitian dapat dicapai. Desain penelitian kualitatif ini dibagi dalam tiga

tahap, yaitu:

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah analisis terhadap lokus

penelitian, penyusunan rancangan penelitian, penetapan tempat penelitian dan

penyusunan instrumen penelitian.

23
2. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti sebagai pelaksana penelitian sekaligus sebagai human

instrument mencari informasi data yaitu wawancara mendalam pada Mahasiswa

FISIP UIN Jakarta.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara mendalam

terhadap Mahasiswa FISIP UIN Jakarta.

c. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel.

Istilah yang digunakan adalah setting atau tempat penelitian. (Arikunto, 2006:13)

Tempat penelitiannya adalah lingkungan kampus FISIP UIN Jakarta. Waktu

penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus – 9 September 2018.

d. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus

penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Teknik Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan

oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

(Moleong, 2009: 186) Teknik ini dilakukan untuk mengetahui fenomena gaya

24
hidup hedonis dikalangan mahasiswa FISIP UIN Jakarta serta alasan yang

mendasari para mahasiswa melakukan gaya hidup hedonis ini.

2. Teknik Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis,

mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan

pencatatan. (Subagyo, 1997:63) Hasil dari dilakukannya observasi ini adalah

diketahuinya fenomena gaya hidup hedonis yang terjadi di kalangan mahasiswa

kampus FISIP UIN Jakarta. Dalam bentuk kegiatan yang dianggap bermewah-

mewahan oleh para mahasiswa lain seperti berbelanja barang-barang branded atau

nongkrong dan mengerjakan tugas kampus di café atau mall adalah kegiatan

hedon yang kerap kali mahasiswa FISIP UIN Jakarta lakukan.

e. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain. (Sugiyono, 2008: 244)

Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan

Miles and Huberman. Miles and Huberman (2005:76) mengungkapkan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian hingga tuntas.

25
BAB II
LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang kini

berusia 61 tahun berawal dari berdirinya ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama)

pada tahun 1957. Lembaga pendidikan ini telah menjalankan tugasnya sebagai

institusi pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, sebagai institusi riset yang

mendukung proses pengembangan bangsa dan sebagai institusi pengabdian

masyarakat yang terus mendorong program peningkatan kesejahteraan sosial.

Selama setengah abad tersebut, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah

menjadi salah satu Universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat

sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbagi ke dalam

beberapa periode yaitu periode perintisan, periode IAIN Syarif Hidayatullah dan

periode Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Pedoman

Akademik Program Strata 1 2009/2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 5).

Pada periode terakhir, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi diubah

menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

dikeluarkannya Keputusan Presiden RI Nomor 031 tanggal 20 mei 2002. Saat ini,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah memiliki 13 Fakultas

yaitu Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Adab dan

Humaniora (FAH), Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF), Fakultas Syariah dan

Hukum (FSH), Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Fakultas Dirasah

26
Islamiyah (FDI), Fakultas Psikologi (FPSI), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB),

Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Sumber Daya

Alam dan Lingkungan (FSDAL) dan Sekolah Pascasarjana (Pedoman Akademik

Program Strata 1 2009/2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 15).

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta merupakan fakultas termuda di lingkungan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pasalnya, fakultas ini baru didirikan pada

bulan Juli tahun 2009 yang lalu. FISIP terletak di kampus II UIN Jakarta yang

berada di Jalan Kerta Mukti No.3, Cireundeu, Ciputat Timur, Kota Tangerang

Selatan. Lokasinya berada di seberang kampus utama Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat,

Tangerang Selatan. Fakultas ini membuka tiga (3) program studi, yakni:

Sosiologi, Ilmu Politik dan Hubungan Internasional. Semua program studi

tersebut merupakan kelanjutan dari program studi yang telah ada sebelumnya.

Program Studi Sosiologi merupakan reposisi dari program Studi Sosiologi Agama

(SA) dan Program Studi Ilmu Politik adalah pengembangan dari program Studi

Pemikiran Politik Islam (PPI), keduanya berinduk di Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat (FUF). Sementara itu, program Studi Hubungan Internasional (HI) berada

di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS). Oleh karena itu, berdirinya FISIP

UIN Jakarta tahun 2009 lebih merupakan upaya pemantapan dan reorganisasi

kajian-kajian ilmu sosial dilingkungan UIN Jakarta. (Pedoman Akademik

Program Strata 1 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 303)

27
Perkembangan didirikannya FISIP di lingkungan kampus UIN Jakarta ini

sebagai solusi dari berbagai masalah sosial yang marak terjadi di lingkungan

masyarakat. Pesatnya kajian ilmu-ilmu sosial di lingkungan UIN Jakarta didorong

oleh pertumbuhan minat keilmuan civitas akademiknya yang tidak lagi terbatas

pada aspek normatif dan doktriner agama. Jika melihat ke belakang, ketika UIN

Jakarta masih bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta hanya

berporos pada masalah-masalah seputar agama saja namun seiring perkembangan

zaman maka beberapa fakultas ranah keilmuan umum lain pun turut hadir untuk

memfasilitasi minat para civitas akademikanya. Diantaranya adalah Fakultas

Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, dan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

FISIP UIN Jakarta seperti telah dijelaskan di atas bahwa berada di wilayah

kampus II, persis berdampingan dengan kampus Fakultas Psikologi. Selain itu, di

area kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga terdapat kampus Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Sekolah Pascasarjana, Pusat Pengkajian Islam

dan Masyarakat (PPIM), Pusat Bahasa (PB), Center for the Study of Religion and

Culture (CSRC), Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional

(PUSTIKNAS), Syahida Inn, serta beberapa bangunan atau gedung lain di sekitar

lainnya. (Pedoman Akademik Program Strata 1 2011/2012 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta: 20).

Keberadaan FISIP UIN Jakarta juga terbilang cukup istimewa, pasalnya

lahir dari lingkungan institusi agama maka fakultas ini akan membahas masalah

sosial yang ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat dengan berbalutkan

28
warisan keilmuan agama sebagai dasarnya. Selain itu, selayaknya fakultas dalam

lingkungan kampus lainnya FISIP UIN Jakarta juga memiliki beberapa visi dan

misinya tersendiri yakni:

VISI

FISIP UIN Jakarta menjadi fakultas yang unggul di bidang ilmu sosial dan politik

dalam pendidikan-pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat dengan

mengintegrasikan keilmuan, keislaman dan keindonesiaan di tingkat nasional dan

internasional.

MISI

1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan-pengajaran, penelitian dan

pengabdian masyarakat dalam bidang ilmu sosial dan ilmu politik yang

mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.

2. Menyelenggarakan administrasi fakultas berdasarkan prinsip-prinsip tata

kelola yang baik.

3. Melakukan pembinaan mahasiswa dan alumni serta membangun

kerjasama dengan Perguruan Tinggi Nasional dan Internasional serta

memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga sosial dan politik.

B. Profil Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan data pada tahun 2014-2016 jumlah mahasiswa dan mahasiswi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

29
Grafik I.C.1

2014 2015 2016

1774
1608

1558

JUMLAH MAHASISWA/I FISIP UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2018

Grafik tersebut menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa FISIP dari 3

program studi yaitu Sosiologi, Ilmu Politik dan Hubungan Internasional pada

tahun 2014 berjumlah 1608 mahasiswa, pada tahun 2015 berjumlah 1.558

mahasiswa dan di tahun 2016 berjumlah 1774 mahasiswa. Jumlah mahasiswa di

ke-3 tahun tersebut menunjukkan data yang fluktuatif dari jumlah mahasiswa pada

tahun 2014 yang berjumlah 1608 mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi

1558 mahasiswa dan kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2016 menjadi

1608 mahasiswa.

30
Grafik II.C.2

JUMLAH MAHASISWA/I FISIP UIN


JAKARTA BERDASARKAN JURUSAN
Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional

792

705
671
534

477
448

448
439

426

2014 2015 2016

Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2018

Grafik di atas menunjukkan jumlah mahasiswa berdasarkan jurusan dari

tahun 2014-2016 yang menunjukkan bahwa Program Studi Sosiologi pada tiap

tahunnya mengalami penurunan. Dari jumlah mahasiswa di tahun 2014 berjumlah

448 mahasiswa menurun menjadi 439 di tahun 2015 kemudian kembali menurun

pada tahun 2016 menjadi 426 mahasiswa.

Pada program studi Ilmu Politik, jumlah mahasiswanya mengalami

perubahan yang fluktuatif yakni dari jumlah mahasiswa pada tahun 2014 sekitar

534 mahasiswa menjadi 448 mahasiswa di tahun 2015 dan meningkat menjadi

31
477 mahasiswa di tahun 2016. Terakhir, pada program studi Hubungan

Internasional di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jumlah mahasiswa juga

cenderung fluktuatif. Hal ini terlihat pada tahun 2014 terdapat 792 mahasiswa

yang kemudian menurun pada tahun 2015 jumlahnya menjadi 671 mahasiswa lalu

pada tahun 2016 kembali naik jumlahnya menjadi 705 mahasiswa.

Grafik III.C.3

PENDIDIKAN TERAKHIR ORANG TUA


MAHASISWA/I FISIP UIN JAKARTA
Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional

39.2
37.5

29.8
26.6

26
22.8
6.2

2.7
1.54

1.9

1.5

SD SMP SMA PERGURUAN TINGGI

Sumber: Skripsi Divya Ayu Agiska


Hubungan Tingkat Stratifikasi Sosial dengan Gaya Hidup Konsumtif Berbelanja Online
Pada Kalangan Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017

32
Grafik di atas menunjukkan bahwa indikator pendidikan orangtua (ayah

dan ibu) mahasiswa FISIP UIN Jakarta pada kategori lulusan SD nilai

presentasenya berjumlah sekitar 1,54% di program studi Sosiologi, 1,9% di

program studi Ilmu Politik dan 6,2% di program studi Hubungan Internasional.

Sedangkan, untuk kategori lulusan SMP nilai presentasenya berjumlah sekitar 3%

di program studi Sosiologi, 1,5% di program studi Ilmu Politik dan 2,7% di

program studi Hubungan Internasional. Lalu, untuk kategori lulusan SMA nilai

presentasenya berjumlah sekitar 22,6% di program studi Sosiologi, 22,8% di

program studi Ilmu Politik dan 37,5% di program studi Hubungan Internasional.

Terakhir, untuk kategori lulusan Perguruan Tinggi nilai presentasenya berjumlah

sekitar 26% di program studi Sosiologi, 29,8% di program studi Ilmu Politik dan

39,2% di program studi Hubungan Internasional.

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orangtua daripada

mahasiswa/i FISIP UIN Jakarta tingkat pendidikan paling tinggi berada pada 2

kategori yakni lulusan tingkat SMA dan Perguruan Tinggi. Kedua kategori tingkat

lulusan tertinggi ini terdapat paling banyak di program studi Hubungan

Internasional seperti yang dapat kita lihat pada grafik di atas.

33
Grafik IV.C.4

PENDAPATAN ORANGTUA MAHASISWA/I


FISIP UIN JAKARTA
Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional

25
17.7

16.5
15.4
13.5

10.8
0.4

RENDAH MENEGAH TINGGI

Sumber: Skripsi Divya Ayu Agiska


Hubungan Tingkat Stratifikasi Sosial dengan Gaya Hidup Konsumtif Berbelanja Online
Pada Kalangan Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017

Grafik di atas menunjukkan bahwa indikator pendapatan orangtua (ayah

dan ibu) mahasiswa/i FISIP UIN Jakarta pada kategori pendapatan Rendah hanya

terdapat di program studi Hubungan Internasional dengan nilai presentasenya

berjumlah sekitar 0,4%. Sedangkan, untuk kategori pendapatan Menegah nilai

presentasenya berjumlah sekitar 13,5% di program studi Sosiologi, 10,8% di

program studi Ilmu Politik dan 17,7% di program studi Hubungan Internasional.

Lalu, untuk kategori pendapatan Tinggi nilai presentasenya berjumlah sekitar

15,4% di program studi Sosiologi, 16,5% di program studi Ilmu Politik dan 25%

di program studi Hubungan Internasional.

34
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan orangtua

daripada mahasiswa/i FISIP UIN Jakarta rata-rata berada di kategori tingkat

Menengah dan Tinggi. Kedua kategori pendapatan ini berada paling tinggi di

program studi Hubungan Internasional seperti yang dapat kita lihat pada grafik di

atas.

Grafik V.C.5

UANG SAKU MAHASISWA/I FISIP UIN


SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional


26
20

18.5

8.8
8
4.6

3.8
5

KECIL SEDANG BESAR

Sumber: Skripsi Divya Ayu Agiska


Hubungan Tingkat Stratifikasi Sosial dengan Gaya Hidup Konsumtif Berbelanja Online
pada Kalangan Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017

Grafik di atas menunjukkan bahwa indikator uang saku mahasiswa/i FISIP

UIN Jakarta pada kategori kecil nilai presentasenya berjumlah sekitar 5% terdapat

di program studi Sosiologi, 4,6% di program studi Ilmu Politik dan 8% di

program studi Hubungan Internasional. Sedangkan, untuk kategori sedang nilai

35
presentasenya berjumlah sekitar 20% di program studi Sosiologi, 18,5% di

program studi Ilmu Politik dan 26% di program studi Hubungan Internasional.

Lalu, untuk kategori besar nilai presentasenya berjumlah sekitar 3,8% di program

studi Sosiologi, 5% di program studi Ilmu Politik dan 8,8% di program studi

Hubungan Internasional.

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa uang saku daripada

mahasiswa/i FISIP UIN Jakarta paling tinggi berada di kategori tingkat Sedang.

Kategori uang saku Mahasiswa/i ini berada paling tinggi di program studi

Hubungan Internasional seperti yang dapat kita lihat pada grafik di atas.

C. Karakteristik Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah memiliki karakteristik yang

mungkin hampir sama dengan mahasiswa yang berada di kampus lain. Berasal

dari mayoritas umur yang sama, yakni berumur sekitar 18-22 tahun yang berarti

masuk ke kelompok usia remaja akhir. Kelompok usia tersebut, berada di masa

pencarian jati diri. Dikatakan sebagai masa pencarian jati diri karena mereka yang

berada di kelompok remaja akhir ini cenderung untuk berubah-ubah karakternya

demi mencapai tujuan hidupnya yakni menemukan jati diri. Dalam usia ini, para

mahasiswa juga belum memiliki perbedaan karakter yang berarti dengan ketika

mereka berada di jenjang SMA. Dengan kata lain, mereka masih senang untuk

memenuhi kesenangan pribadinya. Gaya hidup yang menonjol dari mereka

diantaranya ialah mereka akan lebih senang untuk menghabiskan waktu di luar

36
bersama dengan teman-teman sebayanya dibandingkan dengan berdiam diri di

rumah.

Selain disibukkan dengan rutinitas kegiatan akademiknya di kampus,

sebagian besar para mahasiswa/i FISIP UIN Jakarta juga disibukkan dengan

kegiatan non-akademiknya masing-masing. Karena, di kampus FISIP terdapat

organisasi internal kampus dalam ranah fakultas seperti SEMA-F (Senat

Mahasiswa) Fakultas, DEMA-F (Dewan Mahasiswa) Fakultas, serta Himpunan

Mahasiswa di setiap program studi seperti HIMASOS (Himpunan Mahasiswa

Sosiologi), HIMAPOL (Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik), dan HIMAHI

(Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional) yang eksistensinya berfungsi

sebagai mediator antara pihak kampus dalam hal ini Dekanat beserta jajarannya

dan Kepala serta Sekretaris Program Studi dengan para Mahasiswa/i FISIP UIN

Jakarta. Dengan adanya organisasi internal ini kehidupan kampus pun agaknya

lebih berwarna dikarenakan banyaknya acara kampus yang diselenggarakan dari

mulai acara akademik seperti Seminar Nasional, Kuliah Umum hingga FYG

(Fisip Youth Government), dan juga acara non-akademik seperti Senjakustik,

FISIP 90’s, dan FISIP DAYS yang diadakan setiap tahun untuk menjadi media

refreshing dari sistem pembelajaran di dalam kelas serta menambah ilmu dari para

pakar atau ahli yang diundang di setiap acaranya. Selain menjadi bagian daripada

audience di setiap acara, para mahasiswa/i FISIP juga aktif dilibatkan secara

langsung menjadi panitia penyelenggaranya sehingga mereka mendapatkan

pengalaman yang berharga dan berguna untuk di masa depan dalam dunia kerja.

37
Tidak hanya dapat bergabung ke dalam organisasi internal saja, namun di

lingkungan kampus FISIP juga terdapat banyak terbentuk organisasi-organisasi

eksternal yang dapat membentuk karakter para mahasiswa/i serta memberikan

wawasan baru mengenai dunia organisasi dan politik kampus. Organisasi

eksternal yang memiliki banyak pengikut yang ada di sekitar kampus UIN Jakarta

diantaranya ialah HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia), PMII (Persatuan

Mahasiswa Islam Indonesia), dan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).

Selain itu, banyak juga terdapat kelompok-kelompok diskusi yang lahir untuk

melatih pola pikir para mahasiswa agar dapat berpikir out of the box ketika

berdiskusi di dalam kelas.

Namun, yang berbeda dari karakteristik mahasiswa/i FISIP UIN Jakarta

ini ialah dari cara berpakaiannya terutama yang terlihat pada para mahasiswi. Hal

ini dikarenakan, kampus UIN mewajibkan para mahasiswinya untuk berpakaian

sopan serta mengenakan hijab (jilbab) di dalam lingkungan kampus. Maka, bagi

mereka yang belum mengenakan hijab pun harus mengikuti peraturan berpakaian

yang telah ditentukan selama mereka berada di lingkungan kampus. Selain itu,

karena kampus ini merupakan satu-satunya kampus negeri berbasiskan agama

Islam di Jakarta maka dari itu terlihat dengan jelas perbandingan pola pikir yang

memang ditanamkan nilai-nilai keagamaan selagi menimba ilmu di kampus.

Walaupun, FISIP pada dasarnya merupakan fakultas yang mengkaji

masalah-masalah sosial masyarakat namun karena berada di lingkungan kampus

UIN maka dari itu juga menyinggung masalah-masalah sosial keagamaan

masyarakat.

38
Lalu, selayaknya mahasiswa yang berada di lingkungan kota metropolitan

maka karakteristik mahasiswa FISIP UIN Jakarta pun terpengaruh oleh gaya

hidup masyarakat perkotaan. Para mahasiswa cenderung memiliki gaya hidup

yang konsumtif dan hedonis. Hal ini dapat dikatakan dengan melihat gaya

berpakaian dan tempat nongkrong para mahasiswa. Gaya berpakaian yang up to

date mengikuti trend masa kini banyak menjadi referensi pilihan mereka ketika

hendak pergi ke kampus. Untuk para mahasiswi sendiri jarang ada yang peneliti

lihat datang ke kampus dengan berpakaian yang santai (memakai kaos dan celana

panjang) karena kebanyakan dari mereka peduli terhadap image (gambaran) yang

akan mereka tampilkan di muka umum sehingga untuk pergi ke kampus saja

mereka pasti sudah menyiapkan pakaian yang terlihat rapi dan kekinian untuk

dipakai.

Selain itu, untuk tempat nongkrong yang mereka pilih akan cenderung

tempat yang nyaman digunakan sampai berjam-jam dan memiliki akses wifi yang

cepat karena selagi mereka nongkrong, mereka akan memanfaatkannya untuk

mengerjakan tugas bersama. Tentunya, tempat-tempat nongkrong ini biasanya

mereka pilih yang tidak terlalu jauh dari kampus karena dikawasan kampus

sendiri sebenarnya sudah banyak tempat-tempat yang menyediakan koneksi wifi

gratis. Namun, banyak juga dari para mahasiswa ini yang mungkin jenuh dengan

tempat-tempat di sekitar kampus tersebut sehingga lebih memilih untuk

mengerjakan tugas atau hanya sekedar nongkrong di mall-mall yang berada di

daerah Bintaro, Pondok Indah dan Gandaria yang notabenenya dekat dengan

lingkungan kampus (Ciputat).

39
Gaya bahasa mahasiswa FISIP UIN Jakarta cenderung sudah mengikuti

zaman alias menggunakan bahasa gaul. Hanya sedikit daripada mereka yang

masih menggunakan bahasa baku atau daerah. Beberapa diantaranya yang masih

mempertahankan gaya bahasa daerah ialah mereka yang merantau dari luar

daerah. Biasanya mereka menggunakan bahasa asal daerahnya untuk

berkomunikasi dengan teman yang berasal dari daerah yang sama.

D. Profil Informan Penelitian

A. Informan 1 (Daffa)
Nama Lengkap : Daffa Daud
Nama Panggilan : Daffa
Jurusan : Ilmu Politik
Angkatan : 2015
Daffa merupakan salah satu mahasiswa jurusan ilmu politik yang mana
sering dianggap oleh teman-teman sekitarnya bergaya hidup hedonis dikarenakan ia
kerap kali membawa kendaraan pribadi yakni mobil atau motor ke kampus. Selain
itu, dari observasi peneliti terhadap Daffa juga ia sering menggunakan pakaian,
sepatu atau tas dari merk terkenal yang mana dapat menunjukkan jika ia senang
mengkoleksi atau membeli barang mewah (branded).
Namun, karena sering diejek oleh teman-temannya karena ia bergaya
hidup hedonis ia pun merasa tidak pede untuk mengungkapkan jumlah pasti uang
sakunya perbulan kepada peneliti serta ia tidak mengakui secara terang-terangan
bahwa ia seorang yang bergaya hidup hedonis.
B. Informan 2 (Amel)
Nama Lengkap : Amalia Hanifa Unsi
Nama Panggilan : Amel
Jurusan : Hubungan Internasional
Angkatan : 2015

40
Amel merupakan mahasiswa jurusan hubungan internasional. Ia saat ini
sedang mengikuti program student exchange di Benua Eropa. Hal ini ia akui
dilakukan untuk menambah dan memperluas wawasannya serta belajar mandiri
karena jauh dari keluarga di Indonesia. Selain itu, di kalangan mahasiswi FISIP
UIN Jakarta angkatan 2015 ia dikenal sebagai anak yang supel dan memiliki
banyak teman. Ia juga kerap kali menghabiskan waktu bersama dengan teman-
teman kampusnya di café atau mall yang ada di bilangan Jakarta.
Banyak yang mengenal Amel sebagai salah satu finalis audisi ajang Puteri
Hijab Indonesia 2016 kota Jakarta. Hal ini tidak lain dikarenakan ia pintar untuk
memadu padankan gaya hijabnya dengan baju-baju bermerk yang trendy dan
kekinian sehingga penampilannya cenderung dominan di tengah-tengah
mahasiswi FISIP UIN Jakarta. Selain itu, ia juga kerap kali menyetir mobil sendiri
ketika hendak pergi baik itu ke kampus maupun jalan-jalan bersama teman.

C. Informan 3 (Riri)
Nama Lengkap : Riri Hadi
Nama Panggilan : Riri
Jurusan : Sosiologi
Angkatan : 2015
Riri merupakan seorang mahasiswa jurusan sosiologi. Ia kerap kali
mengenakan pakaian maupun aksesoris bermerk yang sedang kekinian. Ia
menyukai membeli atau mengkoleksi barang bermerk dikarenakan ia merasa
gengsi apabila tidak memilikinya.
Ia merupakan mahasiswi aktif di lingkungan kampus yang mana ia juga
mengikuti kegiatan baik intra maupun ekstra kampus. Dari observasi peneliti,
teman-teman seangkatannya menganggap bahwa ia bergaya hidup hedonis
dikarenakan ia selalu memilih tempat menghabiskan waktu di luar rumah yang
mana pilihannya antara di café atau mall.

41
D. Informan 4 (Laras)
Nama Lengkap : Laras Narpaduita
Nama Panggilan : Laras
Jurusan : Hubungan Internasional
Angkatan : 2016
Laras merupakan mahasiswa jurusan hubungan internasional. Ia termasuk
mahasiswi aktif baik dalam organ intra maupun ekstra. Saat ini, Laras menjabat
sebagai salah satu anggota SEMA FISIP UIN Jakarta. Laras juga mengaku ia
gemar untuk mengkoleksi barang-barang branded karena barang tersebut dapat
menunjang penampilannya. Barang-barang branded yang kerap ia koleksi adalah
Charles and Keith, Guess, LV, Hush Puppies, Fossil, Coach, Longchamp, Lacoste, Kate
Spade, Zara, Mango, Nike, H&M, Adidas, Uniqlo, Pull & Bear, Forever 21, Magnolia
dan Tommy Hilfiger.
Jika para mahasiswa lain tidak terlalu mementingkan gaya atau
penampilannya ketika ke kampus maka berbeda dengan Laras. Ia sangat detail
dalam memerhatikan penampilannya maka dari itu ia terlihat sering mengenakan
pakaian dari brand ternama ketika berada di kampus.

E. Informan 5 (Allyn)
Nama Lengkap : Allyn Phita Oktaviani
Nama Panggilan : Allyn
Jurusan : Hubungan Internasional
Angkatan : 2014
Allyn merupakan mahasiswa jurusan hubungan internasional. Ia
merupakan salah satu mahasiswi yang telah mengharumkan nama UIN Jakarta
dikancah ajang bergengsi Abang Nona Tangsel 2016. Di ajang tersebut, ia
terpilih sebagai Nona Persahabatan karena ia adalah seorang finalis yang supel
dan dapat bergaul dengan siapa saja pada ajang tersebut.
Dari observasi peneliti pada mahasiswa FISIP UIN Jakarta, Allyn
termasuk yang menjalani gaya hidup hedonis dikarenakan ia kerap kali
mengkoleksi barang-barang branded, nongkrong di tempat mewah bersama

42
dengan teman-temannya lalu ia juga membawa kendaraan pribadi yakni mobil
untuk pergi ke kampus.

F. Informan 6 (Fulki)
Nama Lengkap : Fulki Yuga
Nama Panggilan : Fulki
Jurusan : Sosiologi
Angkatan : 2014
Fulki merupakan seorang mahasiswa jurusan sosiologi. Teman-teman di
sekitarnya sering memanggilnya dengan julukan “mahasiswa hedon”
dikarenakan ia kerap kali membeli barang-barang baru setiap minggunya.
Barang-barang yang ia miliki pun bukan barang yang berharga murah
melainkan barang-barang bermerk (branded) yang berasal dari luar negri.
Fulki mengaku kerap mengkonsumsi barang branded dikarenakan barang-
barang tersebut terjamin kualitasnya sehingga ia pun lebih tertarik untuk
membelinya. Ia pun ke kampus mengendarai kendaraan sendiri yakni motor
NMAX yang ia akui membelinya secara cash.

G. Informan 7 (Sakhna)
Nama Lengkap : Sakhna F Bilad
Nama Panggilan : Sakhna
Jurusan : Hubungan Internasional
Angkatan : 2014
Sakhna merupakan salah satu mahasiswa hubungan internasional angkatan
2014. Selain berprofesi sebagai seorang mahasiswa, ia juga bekerja di dunia
entertainment yakni dibidang Master of Ceremony (MC). Ia kerap kali
memandu acara baik di TV maupun event-event tertentu. Sakhna mengakui
bahwa teman-temannya menganggap ia bergaya hidup hedonis karena ia
sering memakai barang-barang branded untuk menunjang penampilannya di
kampus. Selain itu, ia juga mengendarai mobil ke kampus dan mengikuti
Arisan Dollar bersama dengan teman-teman sepekerjaannya.

43
BAB III

TEMUAN DAN ANALISA DATA

POTRET GAYA HIDUP HEDONIS DI KALANGAN MAHASISWA

(Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2014 - 2016)

A. Potret Gaya Hidup Hedonis Mahasiswa FISIP UIN Jakarta

Sebelum memulai pembahasan mengenai potret gaya hidup hedonis di

kalangan Mahasiswa, perlu untuk membahas terlebih dahulu mengenai

definisi gaya hidup hedonis itu sendiri. Pembahasan ini sebagai pengantar

untuk melihat apa makna sebenarnya dari gaya hidup hedonis ini sebelum

dikaitkan ke dalam ranah kalangan Mahasiswa.

Gaya hidup hedonis merupakan sebuah bentuk gaya hidup yang muncul

setelah terjadinya modernisasi massive di lingkungan masyarakat kita saat ini.

Makna dari gaya hidup hedonis ini sejatinya berbeda bagi setiap masyarakat.

Seperti menurut Fulki, “Makna gaya hidup hedonis mungkin subjektif


berbeda orang bisa jadi berbeda pendapat. Tetapi, yang saya pahami untuk
seseorang dapat dikatakan hedon adalah ketika individu tersebut memiliki
pengeluaran yang mungkin perharinya itu bisa dikatakan berlebihan.”
(Wawancara pada 25 Agustus 2018 )

44
Walaupun setiap masyarakat memiliki perbedaan makna mengenai

gaya hidup hedonis ini, namun konsep awal daripada gaya hidup hedonis ini

ialah sebuah gaya hidup yang menjadikan hidup senang di dunia sebagai

tujuan hidupnya. Bahwa sesuatu yang menyenangkan adalah hal yang baik

dan segala hal yang membuat seorang individu tidak senang adalah hal yang

tidak baik.

Maksud dari hal-hal yang dirasakan menyenangkan di dunia adalah

berorientasi kepada hal-hal yang berhubungan dengan material. Gaya hidup

hedonis cenderung berkaitan dengan budaya konsumtif masyarakat yang pada

saat ini memang senang untuk membeli barang-barang yang akan membuat

mereka berada di posisi lebih hebat atau setara dengan orang-orang yang

berada dikalangan sosialita tersebut dibandingkan dengan barang yang

mereka butuhkan.

Seperti menurut Amalia, “Gaya hidup hedonis yang biasa dilakukan

oleh seseorang kalau menurutku adalah ketika seorang individu tersebut

terlalu konsumtif tanpa melihat kebutuhannya.” (Wawancara pada 10

Agustus 2018 )

Karena identik dengan pengkonsumsian barang atau melakukan aktifitas

mewah, maka gaya hidup ini terlihat hanya dapat dilakukan oleh masyarakat

kelas sosial atas atau masyarakat pada umur dewasa produktif yang sudah

memiliki penghasilan sendiri sehingga memiliki modal sosial yang cukup

45
untuk mengimbangi gaya hidup hedonisnya. Namun, seiring semakin

meluasnya dampak daripada modernisasi dan berkembangnya teknologi saat

ini maka pelaku dari gaya hidup hedonis ini pun kian meluas ke ranah

masyarakat pada kelompok usia remaja akhir (Mahasiswa). Hanya saja,

aktifitas pemenuhannya yang berbeda dengan masyarakat dari kelas sosial

golongan atas.

Menyebarnya gaya hidup hedonis di kalangan mahasiswa ini tentu tidak

lepas daripada adanya fakta bahwa diusianya para mahasiswa ini sedang

dalam masa pencarian jati diri sehingga menjadi lebih sensitif dan peka

terhadap lingkungan pergaulannya. Hal ini kemudian menjadi cukup menarik

karena dapat penulis ungkapkan bahwa kebanyakan dari para Mahasiswa ini

masih bergantung secara keuangan terhadap orangtuanya. Mahasiswa yang

rata-rata berumur 18 sampai dengan 22 tahun ini mayoritas masih

mengandalkan uang jajan pemberian orangtua untuk sekedar membeli barang

kesukaan atau nongkrong bersama teman-teman demi mendukung gaya

hidupnya yang hedonis ini.

Selain bentuk gaya hidup hedonis yang terlihat dari bagaimana cara

masyarakat mengkonsumsi barang-barang mewah ternyata di lapangan

peneliti menemukan bentuk lain dari pengaplikasian gaya hidup hedonis ini.

Di zaman sekarang, mahasiswa yang dianggap hedonis adalah mereka yang

suka untuk memamerkan kegiatan sehari-harinya di media sosial. Seperti

46
halnya yang disampaikan oleh Daffa, “Gaya hidup yang biasa dilakukan oleh

para mahasiswa berbentuk seperti pamer aktivitas yang dilakukan di media

sosialnya masing-masing.” (Wawancara pada 10 Agustus 2018).

Seperti yang diketahui, bahwa modernisasi membawa dampak yang begitu

besar terhadap perkembangan teknologi di tengah-tengah masyarakat dewasa

ini. Media sosial sebagai dampak dari perkembangan teknologi pun mulai

banyak berkontribusi untuk memudahkan aktifitas masyarakat seperti dalam

hal memudahkan komunikasi. Banyak dari masyarakat saat ini yang tidak bisa

jauh dari penggunaan media sosial karena mendapatkan berbagai macam

informasi melalui platform tersebut. Pengguna media sosial mayoritas adalah

remaja termasuk para mahasiswa sehingga banyak dari mereka yang

memanfaatkan fungsi dari media sosial ini untuk membagikan tentang

kegiatan yang dilakukannya sehari-hari dengan maksud agar teman-teman

sebayanya mengetahui kegiatan apa yang sedang dilakukan. Tindakan

membagikan kegiatan sehari-hari melalui media sosial sebenarnya sah-sah

saja untuk dilakukan namun akan berbahaya apabila kita membagikan sesuatu

yang tidak sebenarnya kita lakukan dengan tujuan hanya untuk pamer kepada

orang lain sehingga orang-orang tersebut menganggap bahwasanya kehidupan

kita adalah lebih baik daripada mereka.

Usaha seseorang untuk menjalani gaya hidup hedonis ini bermacam-

macam bentuknya. Namun, yang banyak disayangkan adalah jika seorang

individu dalam suatu lingkungan masyarakat menghalalkan segala cara untuk

47
mencapainya. Seperti yang sering didengar mengenai para pelaku Social

Climber (Panjat Sosial). Individu yang melakukan perbuatan Social Climber

ini biasanya akan bergantung terhadap temannya yang memiliki modal sosial

yang besar atau dapat disebut memiliki keuangan yang berlebih. Selain itu,

ciri-ciri lainnya adalah ia akan senantiasa membeli barang branded namun

yang palsu (kw). Hal ini ia lakukan agar lingkungannya tetap memberikannya

label sebagai orang yang hedon karena bagi mereka yang senantiasa

melakukan usaha ini bahwa menjadi individu yang menjalani gaya hidup

seperti ini sangat penting sebagai salah satu bentuk usaha mereka untuk

dipandang lebih dibandingkan dengan orang yang lain. Prestige seperti ini

yang nantinya akan memberikan power yang lebih terhadap pride (harga diri)

mereka karena bagi mereka hidup di dunia tidak bisa menjadi sama seperti

orang lain mereka senang menjadi pusat perhatian dan berada di posisi atas

sebuah kelas sosial dalam suatu lingkungan masyarakat. Menurut Allyn

mengenai fenomena Social Climber ialah:

“…sebenarnya sangat disayangkan ya bagi orang yang melakukan


kegiatan social climbing itu karena pertama dia menghalalkan segala cara
untuk memenuhi gaya hidup hedonis yang ia jalankan. Contohnya, seperti ada
seorang individu sampai menipu orang lain untuk kesenangan dirinya sendiri
misalnya dia berjualan suatu barang namun dia menipu konsumennya. Tujuan
dari perbuatannya tersebut tidak lain untuk kesenangan individu ini sendiri.
Selain itu, contoh social climber yang lain misalnya dia mengikuti gaya hidup
masa kini yang identik dengan kehidupan malam seperti pergi ke club karena
melihat teman-teman yang lain pergi ke sana padahal dirinya sendiri tidak
memiliki uang. Jadinya, sangat disayangkan sih. Lalu, sekarang kan orang-
orang sudah pintar ya menilai orang lain seperti ada orang yang berpura-pura
mampu agar terlihat keren disosial media padahal kita tau dia tidak seperti itu
dikehidupan nyatanya. Dia sering memposting kehidupan mewahnya disosial
media tapi dikehidupan nyatanya akhir bulan uangnya sudah habis karena
perbuatannya yang ingin dilihat lebih baik dari orang lain tersebut. Intinya,

48
sangat disayangkan aja menghalalkan segala cara demi kesenangan semata
duniawinya.” (Wawancara pada 16 Agustus 2018)

Dari tanggapan di atas mengenai social climber, bahwasanya individu

yang melakukan tindakan gaya hidup hedonis ini merupakan orang yang

hanya mementingkan dirinya sendiri dan ingin dianggap lebih baik atau

setara dengan lingkungannya yang melakukan gaya hidup hedonis ini juga. Ia

tidak memperdulikan keterbatasan modal sosial yang ia miliki yang

terpenting ialah ia dapat hidup dengan mendapatkan pengakuan dari

lingkungan di sekitarnya. Namun, Riri yang merupakan salah satu dari

informan penelitian ini memiliki anggapan lain terkait fenomena social

climber ini bahwasanya:

“Fenomena social climber ini sebetulnya merupakan hal yang biasa


untuk dilakukan sehingga apabila tindakan panjat sosial (social climber) ini
berdampak hanya kepada diri kita sendiri dan tidak berpengaruh apalagi
sampai merugikan orang lain maka sah-sah aja untuk dilakukan.” (Wawancara
pada 16 Agustus 2018)

Masyarakat yang menjalani gaya hidup hedonis ini menyukai segala hal

yang berhubungan dengan kemewahan. Barang-barang mewah, tempat-

tempat mewah hingga hobi mewah pun kerap mereka jalani demi aktualisasi

diri terhadap gaya hidup ini. Seperti yang dikutip dari tokoh Sosiologi yakni

Jean P. Baudrillard mengenai budaya konsumerisme masyarakat saat ini

bahwa menurutnya masyarakat dewasa ini sudah menggeser nilai suatu objek

yang dibelinya. Dari yang awalnya suatu objek tersebut memang sesuai

dengan kebutuhannya sampai sekarang orang sudah tidak lagi memikirkan

nilai tukar dan nilai guna objek tersebut pada dirinya tetapi lebih ke penanda

kelas sosial bagi si individu yang membelinya. Status dan kedudukan

49
seseorang di dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh barang yang ia

beli dan gunakan. (Baudrillad, 1998: 50-51)

Hal ini juga ternyata kerap dijalani oleh para Mahasiswa FISIP UIN

Jakarta yang bergaya hidup hedonis seperti halnya mereka menyukai barang-

barang branded yang tergolong mewah karena berharga lebih tinggi daripada

yang lain. Selain itu, mereka kerap menganggap bahwa barang mewah akan

lebih awet karena secara kualitas lebih bagus sebanding dengan harga yang

diberikan. Untuk mereka yang bergaya hidup hedonis kebiasaan untuk

membeli barang branded tersebut akan sebanding dengan status dan

kedudukan sosial yang akan mereka dapatkan nantinya.

Seperti menurut Riri, “Aku pribadi sih suka banget sama barang bermerk
atau branded gitu ya. Karena biasanya menentukan kualitas juga gitu jadi
tidak cepat rusak kelebihannya. Nah, kalo buat sepatu aku lebih milih buat
beli yang udah terjamin originalitasnya dan merknya yang keren juga.
Soalnya agak mikirin gengsi juga.” (Wawancara pada 16 Agustus 2018)

Untuk mendapatkan barang-barang original (asli) biasanya masyarakat

diharuskan mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Namun, hal ini kemudian

tidak menjadi kendala karena bagi mereka yang menjalani gaya hidup

hedonis ini lebih baik mengeluarkan lebih banyak uang dibanding harus

ketinggalan zaman. Banyak orang yang menilai seseorang dari apa yang dia

pakai sehingga pernyataan yang seperti inilah yang membuat masyarakat di

zaman sekarang berlomba-lomba untuk membeli segala macam barang yang

lagi digemari atau kekinian di tengah masyarakat.

50
Selain terlihat dari kebiasaan masyarakat saat ini untuk mengkonsumsi

barang-barang branded, gaya hidup hedonis yang kerap dijalani oleh

Mahasiswa ialah kebiasaan mereka untuk menghabiskan waktu di luar rumah.

Menghabiskan waktu di luar rumah bersama dengan teman sepergaulan kerap

menjadi pilihan utama yang dipilih oleh para Mahasiswa baik di hari biasa

maupun hari libur. Kerap kali peneliti menemui beberapa Mahasiswa FISIP

UIN Jakarta yang lebih memilih nongkrong terlebih dahulu setelah selesai

jam kuliah dibandingkan langsung pulang ke rumah masing-masing.

Biasanya, mereka berdiskusi tentang materi kuliah yang mereka pelajari di

kelas atau sekedar mengobrol dan bersenda gurau untuk melepas penat.

Kegiatan nongkrong ini sebenarnya sering kita temukan dan bukanlah

sesuatu yang istimewa karena sudah menjadi budaya tersendiri bagi para

Mahasiswa. Namun, ada perbedaan tersendiri yang biasa dilakukan oleh para

Mahasiswa yang menjalani gaya hidup hedonis ini. Mereka mengaku

terkadang setelah pulang kuliah dan pada saat weekend lebih banyak

menghabiskan waktu di luar rumah yakni seperti di Mall atau Cafe. Selain itu,

beberapa dari para narasumber mengaku kerap kali mengerjakan tugas

kuliahnya di Cafe atau Restaurant. Seperti yang disampaikan oleh Sakhna, ia

mengungkapkan bahwa ia lebih memilih mengerjakan tugas kuliah yakni

skripsinya saat ini di Cafe dengan Live Music dibandingkan dengan di rumah

karena ia merasa lebih semangat ketika berada di luar rumah. Jadi, ia bisa

sekaligus berkumpul bersama dengan teman-temannya namun tetap fokus

51
menyelesaikan studinya. Seperti yang ia tuturkan dalam wawancara dengan

peneliti bahwa, “Kalau untuk sekarang-sekarang sih aku jarang hangout ke

Mall kan sekarang aku lagi skripsian paling kalo untuk ketemu temen-temen

di Cafe atau tempat-tempat yang ada Live Musicnya.” (Wawancara pada 9

September 2018)

Selain itu, pemilihan tempat untuk menghabiskan waktu bersama teman-

teman merupakan hal yang penting bagi para Mahasiswa saat ini.

Kebanyakan dari mereka mengaku untuk memilih tempat yang instagramable

dan fancy untuk kepentingan posting di social media mereka masing-masing.

Instagramable merupakan ungkapan bagi suatu tempat yang memiliki

suasana yang menarik dan bagus untuk dijadikan latar foto baik foto diri

maupun foto suasana yang tujuannya dapat menarik perhatian orang lain

ketika di share ke media sosial yakni Instagram atau hanya untuk

memperindah kontennya. Sedangkan, fancy merupakan ungkapan bagi suatu

tempat yang memiliki suasana yang terkesan mewah dan mahal. Pemilihan

tempat yang berorientasi kepada dua hal tersebut menjadi fakta pendukung

bahwa ada andil dari sifat ingin pamer dan menunjukkan kesenangan duniawi

yang dimilikinya kepada orang lain yang merupakan follower (pengikut)

sosial media mereka.

Lalu, mahasiswa ini dikatakan menjalani gaya hidup hedonis yakni

dikarenakan mereka berpakaian up to date atau yang saat ini dapat dikatakan

sebagai kekinian. Ketika mahasiswa/i lainnya menganggap bahwa pergi ke

52
kampus tidak mengharuskan mereka untuk berdandan maka para penganut

gaya hidup ini merasa sebaliknya. Mereka merasa bahwa citra diri

terrepresentasikan dari penampilan luar yakni pakaian yang dikenakan maka

dari itu mereka rela untuk berpenampilan lebih ekstra agar representasi diri

mereka dihadapan mahasiswa lain menjadi lebih baik. Selain itu, hal tersebut

tidak jarang menumbuhkan rasa di diri mereka untuk menjadi role model

(panutan) berpakaian bagi teman-temannya yang lain sehingga semakin

banyak pujian yang datang atas apresiasi orang lain terhadap usahanya

tersebut maka semakin senang lah mereka untuk menciptakan image diri

tersebut.

Membawa mobil atau kendaraan bermotor keluaran terbaru akan

terlihat begitu menonjol di lingkungan kampus FISIP UIN Jakarta. Jadi, tidak

mengherankan apabila ada mahasiswa/i melakukan hal tersebut maka orang

lain akan mengganggap bahwa mereka bergaya hidup hedonis. Hal ini juga

dikarenakan masih banyaknya jumlah mahasiswa yang peneliti lihat di lokasi

penelitian menggunakan transportasi online dan publik. Selain itu,

mempunyai gadget berupa smartphone keluaran luar negeri seharga di atas 5

juta rupiah dan seringnya mereka berlibur ke luar negeri juga merupakan ciri-

ciri mahasiswa bergaya hidup hedonis yang ada di lingkungan kampus FISIP

UIN Jakarta. Hal ini menjadi begitu istimewa karena dibandingkan dengan

para mahasiswa lain di kampus FISIP UIN Jakarta yang tidak seberuntung

mereka kemudian menjadikan mereka begitu menonjol di lingkungannya

tersebut.

53
B. Alasan yang mendasari para mahasiswa mengikuti gaya hidup
hedonis
Menurut Kotler dan Amstrong (2002: 68), gaya hidup seseorang secara

garis besarnya dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari

dalam diri individu (internal) dan faktor dari luar individu (eksternal). Faktor

Internal meliputi Kepribadian dan Motif. Kepribadian dalam konsep ini

menjadi begitu penting karena tindakan dari gaya hidup ini tidak akan

mungkin muncul tanpa adanya dorongan dari dalam. Dorongan yang

dimaksud dalam bentuk keinginan-keinginan pribadi untuk menjadi lebih

unggul dibandingkan dengan orang lain. Kepribadian diri yang impulsif dan

sikap yang konsumtif akan memunculkan gaya hidup hedonis di dalam diri

masyarakat sehingga siapa saja sebenarnya dapat melakukan tindakan gaya

hidup ini. Selain itu, motif juga menjadi alasan internal utama bagi adanya

gaya hidup hedonis pada diri masyarakat. Kebutuhan untuk merasakan

kepuasan dan kebutuhan terhadap prestise individu merupakan motif yang

mendasarinya. Dengan mengikuti gaya hidup hedonis dapat memberikan citra

dan prestise sehingga individu yang mengikuti gaya hidup hedonis

termotivasi agar kebutuhan dan penghargaannya terpenuhi.

Selain itu, dilihat dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Abraham

Maslow bahwasanya memang seorang manusia memiliki keinginan terhadap

kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization) setelah kebutuhan-kebutuhan

dasarnya telah terpenuhi. Aktualisasi diri pada dasarnya dapat dicapai dengan

berbagai macam cara, salah satunya ialah melalui gaya hidup hedonis ini.

54
Ketika seorang individu mampu untuk menjalani gaya hidup hedonis ini

maka akan timbul perasaan Self Fullfilment (kepuasan pada diri sendiri)

sehingga menciptakan image di lingkungan sekitarnya bahwa ia berada di

status sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain karena dapat

memenuhi hal-hal untuk dirinya yang mungkin tidak pernah terbayangkan

oleh orang lain ada kebutuhan seperti itu.

Sedangkan, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang untuk

bergaya hidup hedonis yakni hal-hal di luar dirinya yang merupakan

lingkungan sekitarnya seperti Teman Sepermainan, Keluarga, Kelas Sosial

dan Kebudayaan. Pada hakikatnya, para Mahasiswa di usia remajanya ini

sangat senang untuk bergaul bersama teman sebaya dan membentuk

kelompok pertemanan yang dimana mereka akan lebih bebas untuk

mengekspresikan dirinya dibanding terhadap orang lain. Faktor ini kemudian

akan menjadi penting bagi timbulnya gaya hidup hedonis dalam diri

seseorang karena kelompok ini memberikan pengaruh baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam membentuk kepribadian seseorang. Faktor lain

yakni keluarga juga menjadi landasan bagi seseorang untuk menjalani gaya

hidup hedonis ini dikarenakan keluarga memiliki peranan terbesar dalam

pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Terbentuknya gaya hidup

seseorang biasanya didasari oleh pengamatan dan pengalaman mereka di

dalam keluarganya. Anak-anak akan mengikuti apa yang orang tuanya

lakukan hal ini pun berlaku terhadap gaya hidup. Ketika seorang anak

dimanjakan dengan diberikan segala fasilitas mewah yang orang tuanya

55
punya dan mampu berikan maka ia pun akan menikmatinya dan berusaha

untuk memenuhinya sendiri ketika ia sudah besar.

Faktor eksternal pembentuk gaya hidup hedonis yang lain yakni kelas

sosial. Kelas sosial ini merupakan suatu kelompok yang relatif homogen di

dalam suatu masyarakat dan tersusun ke dalam suatu urutan jenjang yang

dimana dalam setiap jenjangnya memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang

sama. Faktor ini akan bekerja ketika ada seorang individu yang tinggal di

lingkungan kelas sosial yang menjalani gaya hidup hedonis maka akan terjadi

proses penyesuaian dimana untuk dapat bertahan hidup di lingkungan

tersebut maka individu ini harus bisa menyesuaikan dengan kondisi kelas

sosialnya. Selain itu, perilaku seorang individu pun dipengaruhi oleh

kebudayaan yang melekat dalam lingkungannya.

Selain daripada faktor-faktor yang sudah terlebih dahulu dijabarkan,

menurut para informan ada faktor-faktor lain juga yang memicu adanya gaya

hidup hedonis pada diri seseorang. Seperti yang disampaikan oleh Fulki

bahwa, “…munculnya gaya hidup hedonis dikalangan mahasiswa ini ada

karena konstruk sosial yang membentuk pemikiran mereka bahwa kalau mau

dianggap keren di lingkungan masyarakat sekarang ya harus hedon.”

(Wawancara pada 25 Agustus 2018) Para mahasiswa pun agar dapat

beradaptasi dengan lingkungan yang seperti itu, akhirnya mau tidak mau

harus mengikuti konstruk yang diciptakan oleh lingkungan masyarakatnya

sendiri yakni akan menjadi lebih keren apabila mereka menjalani gaya hidup

56
hedonis ini, seperti membawa kendaraan pribadi sendiri ke kampus dan

menghabiskan waktu di tempat-tempat mewah bersama teman-teman.

Adanya konstruk yang diciptakan oleh masyarakat pun sekaligus

membentuk sebuah standar hidup tertentu di tengah-tengah masyarakat

sehingga masyarakat berlomba-lomba untuk berusaha mencapai standar

hidup tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Amel bahwa, “…mahasiswa

menjalani gaya hidup hedonis ini dikarena kan lingkungan yang menerapkan

standar tertentu sehingga individu ini berusaha untuk mencapai standar

lingkungannya tersebut.” (Wawancara pada 10 Agustus 2018)

Hidup secara sederhana tampaknya menjadi hal yang jarang ditemukan

di tengah-tengah masyarakat ibukota saat ini. Hampir seluruh masyarakat

ingin hidup lebih dari cukup dan terkesan mewah. Apalagi, dengan adanya

kemajuan teknologi seperti mudahnya dalam mengakses informasi turut

menjadi faktor pendorong dari adanya gaya hidup hedonis ini. Industri pasar

mulai dari tekstil hingga elektronik memanfaatkan kemajuan teknologi ini

dengan baik seperti untuk mempublikasikan produk yang mereka

perdagangkan.

Cara mempublikasikan produk dagangan saat ini sudah semakin

dipermudah. Beberapa perusahaan memanfaatkan dengan cara memasang

iklan di TV atau radio sebagai alat komunikasi massa namun saat ini tidak

sedikit juga mereka yang mempromosikan barang jualannya di berbagai

57
media sosial yang tersedia atau di beberapa jaringan internet yang dapat

diakses oleh siapa saja sehingga target pemasarannya pun akan semakin luas

dan tepat sasaran.

Selain untuk mempromosikan barang jualannya, industri pasar juga turut

memanfaatkan kemajuan ini untuk terus berinovasi menciptakan suatu hal

yang baru sehingga mau tidak mau para konsumen yakni masyarakat terlebih

yang bergaya hidup hedonis akan terus mengikuti perkembangannya. Seperti

halnya industri elektronik dimana setiap tahunnya akan berinovasi untuk

menciptakan suatu produk baru agar tidak kalah saing dengan produk-produk

keluaran baru. Hal seperti ini sesungguhnya yang juga menumbuhkan budaya

konsumerisme yang kemudian menjadi gaya hidup konsumtif bagi para

masyarakat yang terkena dampaknya.

Peneliti pun juga mendapati beberapa informan yang sama-sama

mengatakan bahwa alasan mengapa Mahasiswa ini menjalani gaya hidup

hedonis ialah dikarenakan adanya modernisasi dan globalisasi yang turut

menjadi alasan yang mendorong adanya gaya hidup hedonis di kalangan

Mahasiswa dewasa ini. Seperti yang diungkapkan oleh Allyn, bahwasanya:

“Dorongan terbesar mahasiswa melakukan gaya hidup hedonis ini


salah satunya adalah Modernisasi. Zaman sekarang yang disebut-sebut sebagai
Zaman Millenial ialah dimana para remaja di zaman ini senang untuk meniru
gaya hidup para influencer di media sosial. Mereka terpengaruh oleh gaya
hidup hedonis yang ditampilkan oleh para influencer ini di platform media
sosialnya masing-masing…” (Wawancara pada 16 Agustus 2018)

58
Begitupun dengan yang diungkapkan oleh Sakhna bahwa, “Globalisasi

merupakan dorongan terbesar mahasiswa untuk menjadi hedon karena

zamannya juga sekarang sudah berubah sehingga para mahasiswa zaman

sekarang apabila ingin terlihat keren maka harus hedon.” (Wawancara pada

9 September 2018)

Modernisasi turut mengubah sistem kehidupan masyarakat dari sistem

kehidupan yang tradisional menjadi modern kemudian turut andilnya

globalisasi yang berperan memperkenalkannya secara global sehingga merata

ke seluruh masyarakat di dunia. Zaman yang telah berubah inilah yang

membuat tidak adanya masyarakat yang mau hidup biasa saja. Mereka juga

ingin merasakan hidup berlebihan dan mencapai kesenangan dalam hidupnya

masing-masing.

Lalu, pengaruh lingkungan pertemanan pun menjadi salah satu alasan bagi

para Mahasiswa ini untuk bergaya hidup hedonis karena pada hakikatnya di

usia remaja mereka cenderung untuk melakukan tindakan yang impulsif

sehingga mereka cenderung untuk berperilaku sesuai dengan lingkungannya.

Dapat dengan mudahnya kita temui di lingkungan kampus FISIP UIN Jakarta

setiap kelompok pertemanan yang ada di dalamnya. Para Mahasiwa ini

cenderung untuk berteman dengan membentuk kelompok pertemanan

sehingga dapat kita lihat juga bahwa gaya hidup setiap individu di dalamnya

terbentuk dari kelompok pertemanan yang ia ikuti.

59
Para Mahasiswa yang mengaku bergaya hidup hedonis ini tidak jarang

yang menyatakan untuk menghabiskan waktu bersama teman, mereka lebih

suka menghabiskan waktu di luar rumah karena hal ini juga sekaligus

menjadi ajang pembuktian diri kepada orang-orang lain di kampusnya bahwa

mereka mampu membiayai gaya hidup hedonisnya. Adanya rasa gengsi dan

tidak mau kalah antar sesama mahasiswa menyebabkan adanya gaya hidup

hedonis ini.

Seperti yang ungkapkan oleh Laras, bahwa dimana ia menghabiskan

waktu bersama teman ialah tergantung dengan siapa ia akan

menghabiskannya. Jika ia pergi dengan teman-teman yang bergaya hidup

“biasa” saja maka ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah

salah satu teman sedangkan jika ia ingin menghabiskan waktu bersama

teman-teman “hedon” nya ia pun akan rela menghabiskan uang yang lebih

banyak untuk hangout di Cafe atau Restaurant di sebuah Mall tertentu.

Seperti yang diungkapkannya dalam wawancara bahwa:

“…aku kalau menghabiskan waktu sama temen-temenku sih beda-beda ya


kak kayak sama temen-temen SMP Negeri aku pasti ngumpulnya di rumah
salah satu dari kita aja tapi kan aku sempet pindah tuh dari SMP Swasta ke
Negeri nah kalo sama temen-temen yang Swasta ini aku lebih hedon sih
nongkrongnya bisa ke Mall/Resto/Cafe…” (Wawancara dengan Laras, 16
Agustus 2018)

Selain lingkungan pertemanan, lingkungan lain yang dekat dengan para

Mahasiswa dan dapat menimbulkan dorongan untuk bergaya hidup hedonis

ialah keluarga yang dimana pada hakikatnya sangat dekat hubungannya

dengan para Mahasiswa sehingga memiliki peluang lebih banyak untuk

60
berpengaruh di dalam gaya hidup mereka. Sebuah keluarga yang memiliki

modal sosial yang lebih dari cukup cenderung untuk membentuk karakter

individu di dalamnya saling bergantung secara keuangan. Sedari kecil,

mereka sudah tidak merasakan kekurangan sehingga ketika ia beranjak

remaja pun akan berusaha untuk tetap mempertahankan hal tersebut. Gaya

hidup yang telah dibentuk di dalam sebuah keluarga pasti akan terus

dijalankan oleh anggota di dalamnya sehingga bagi mereka yang bergaya

hidup hedonis di dalam keluarganya juga turut melaksanakannya ketika ia

berada di luar lingkungan rumah karena hal tersebut sudah menjadi budaya

yang berasal dari keluarganya.

C. Pendapat Mahasiswa Bergaya Hidup Hedonis dan Ajaran Agama


Islam
Gaya hidup hedonis ini lebih dikenal dengan segala hal yang berkaitan

dengan kemewahan. Segala sesuatu yang mewah dianggap sebagai berlebih-

lebihan. Agama Islam mengajarkan kepada setiap umat yang meyakininya

untuk menghindari hal tersebut karena akan mengarahkan kepada ketidak

baikan. Seperti yang dikutip dalam Q.s. Al-A’raaf: 31 yakni, “Hai anak

Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid, makan

dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Lalu, apakah para Mahasiswa

FISIP UIN Jakarta ini mengetahui ajaran agama tersebut dan apakah menurut

mereka gaya hidup hedonis yang mereka lakukan ini adalah bertentangan

dengan ajarannya?

61
Dari hasil wawancara peneliti dengan para informan, dapat diketahui

bahwasanya mereka mengetahui betul ajaran agama Islam yang diyakininya

tersebut bahwa manusia adalah makhluk Allah yang tidak dianjurkan untuk

hidup atau melakukan aktifitas secara berlebihan. Mereka dituntut untuk

hidup secara secukupnya dan berhenti apabila hal tersebut sudah dirasa

terlalu berlebihan. Namun, ada saja yang merasa kurang cukup mendapat

informasi tentang ajaran agama tersebut sehingga memilih untuk mempelajari

dan mendalaminya terlebih dahulu sebelum memberikan pendapat apakah hal

tersebut bertentangan atau tidak dengan ajaran agama Islam. Menurut Amel

bahwa:

“kalau menurutku, gaya hidup hedonis ini kan merupakan konstruk manusia
dan hal yang berlebihan tuh ngga bisa disama ratakan antara satu manusia
dengan manusia yang lain. Jadi, kalo menurut aku hal tersebut akan
bertentangan apabila individu tersebut memaksakan kemampuannya melebihi
apa yang dia mampu.” (Wawancara pada 10 Agustus 2018)

Bergaya hidup mewah merupakan hal yang biasa dijalankan oleh

mahasiswa yang bergaya hidup hedonis. Mereka tentu merasa kegiatan

konsumtifnya adalah sesuatu yang biasa saja dan dapat dilakukan oleh semua

orang. Pada kenyataannya, hal ini tentu bertentangan dengan yang sebenarnya

terjadi bahwa masyarakat yang dapat melakukan gaya hidup ini ialah mereka

yang memiliki modal sosial yang berlebih.

Sedangkan, menurut Riri gaya hidup hedonis sendiri tidak membawa

dampak negatif atau menyebabkan gaya hidup yang menyimpang bagi

seseorang asalkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan diri masing-

62
masing. Hal ini kemudian akan menjadi menyimpang apabila ada seseorang

yang lebih mengutamakan mencukupi kebutuhan tersier (mewah)nya dulu

dibandingkan dengan kebutuhan primer dan sekundernya sebagai seorang

manusia. Kegiatan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang

sebenarnya tidak kita butuhkanlah yang tidak baik dan dia pun tidak

menganjurkan kegiatan tersebut untuk dijalankan baik oleh dirinya maupun

orang lain. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara bahwa,

“…kalo menurut aku asal sesuai sama kemampuan, budget, dan kebutuhan itu
ya oke-oke aja. Nah, yang salah tuh ya kalo misalkan udah budget ngga ada
trus ngga butuh-butuh banget gitu sama barangnya jadi kayak mengutamakan
yang sekunder dibandingkan dengan yang primer. Menghambur-hamburkan
uang padahal kemampuannya terbatas lalu memaksakan membeli hal-hal yang
ngga penting. Nah, itu namanya baru salah buat aku dan juga aku tidak
menganjurkan hal-hal seperti itu ke diriku sendiri.” (Wawancara dengan Riri
pada 16 Agustus 2018)

Lalu menurut Laras, “Definisi hedonisme itu beranggapan bahwa

kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup. Untuk

zaman sekarang itu hal yang sangat realistis tetapi kalau memang sampai

lupa akhirat lah yang menjadi tidak baik.” (Wawancara pada 16 Agustus

2018)

Adanya modernisasi yang mengglobal menyebabkan gaya hidup

hedonisme ini semakin tumbuh di tengah-tengah masyarakat bahkan

mahasiswa saat ini. Namun, kehadirannya sudah tidak lagi dianggap sebagai

sesuatu yang tidak baik karena hal tersebut telah menjadi salah satu budaya

gaya hidup yang mencirikan generasi millenial saat ini. Namun, kembali lagi

ditekankan bahwasanya walaupun kehadirannya sudah tidak lagi menjadi hal

63
yang luar biasa bagi sebagian masyarakat pun apabila hal ini menyebabkan

orang yang menjalaninya sampai melupakan hal-hal yang berhubungan

dengan Tuhannya maka akan menjadi sebuah hal yang tidak baik.

Gaya hidup hedonis menjadi bertentangan dengan ajaran agama Islam

apabila mengarah kepada gaya hidup yang berlebihan dan sudah melebihi

batas wajar. Namun, batas wajar setiap orang pada dasarnya berbeda-beda

disesuaikan dengan faktor modal sosial yang ia miliki untuk mencukupi

kegiatan konsumsinya. Berbeda dengan lingkup mahasiswa. Dikarenakan

mereka masih bergantung terhadap orangtuanya dalam memenuhi

kebutuhannya maka barang-barang yang ia beli akan berdasarkan seizin

orangtua dan mereka lebih memiliki kontrol diri terhadap gaya hidup ini

karena pihak keluarga masih memberikan perhatian terhadap pengeluarannya.

Akan berbeda apabila dibandingkan dengan mahasiswa yang sudah memulai

untuk bekerja. Para mahasiswa biasanya akan mengambil kerja paruh waktu

untuk mengisi waktu luangnya sekaligus menambah uang jajannya. Jika

mereka menggunakan uang yang dimiliki hanya untuk membeli barang yang

dibutuhkan tidaklah termasuk hedon berbeda ketika mereka membeli sebuah

barang yang tergolong mahal atau melakukan kegiatan yang menghabiskan

banyak uang maka hal tersebut menjadi hedonis dan bertentangan dengan

ajaran agama Islam karena termasuk berlebihan dan hanya memikirkan

kesenangan duniawi semata.

64
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan

dari penelitian yang telah dilakukan yakni makna gaya hidup hedonis di kalangan

mahasiswa sudah semakin meluas. Hal ini ditandai dengan dianggapnya

memposting foto atau video yang memperlihatkan tentang kegiatan sehari-hari di

media sosial pribadi sebagai salah satu bentuk tindakan gaya hidup hedonis yang

dilakukan oleh para mahasiswa.

Hal ini sudah meluas maknanya dari apa yang kita kenal selama ini

sebagai tindakan gaya hidup hedonis seperti nongkrong bersama teman-teman di

tempat hits, membawa mobil ke kampus, memakai gadget seharga di atas 5 juta

rupiah dan menggunakan pakaian trendy masa kini ketika berada di lingkungan

kampus. Kegiatan tersebut tentu masih menjadi tolak ukur bagi mahasiswa untuk

dimasukkan ke dalam kategori mahasiswa yang bergaya hidup hedonis dan

tentunya masih mereka lakukan hingga saat ini namun kemudian akibat dari

adanya globalisasi yang membawa modernisasi teknologi lah yang membuat

adanya dampak kemajuan teknologi pada gaya hidup hedonis mahasiswa.

Selain itu, adanya sikap para mahasiswa laki-laki yang lebih sulit

mengakui dirinya bergaya hidup hedonis dikarenakan mereka terlalu gengsi dan

memiliki stigma yang negatif terhadap gaya hidup ini. Hal ini ditambah dengan

65
kepercayaan mereka bahwasanya gaya hidup hedonis hanya cocok untuk

perempuan karena gaya hidup ini identik dengan kegiatan yang bersifat

konsumtif seperti belanja yang biasanya dilakukan oleh para perempuan atau

mahasiswi.

Lalu, para mahasiswa juga menganggap bahwasanya gaya hidup hedonis

yang mereka lakukan ini tidaklah melanggar ajaran agama Islam seperti yang

telah ada di Q.s. Al-A’raaf:31 karena mereka menganggap bahwa yang mereka

jalani selama ini masih dalam batas wajar dan tidak berlebihan dikarenakan

mereka memiliki modal sosial yang berlebih dibandingkan dengan orang lain.

Rata-rata para mahasiswa menjalani gaya hidup hedonis ini bermula dari

diajarkan sedari kecil oleh orang tuanya sehingga terbawa sampai sekarang

maupun karena bergaul dengan teman-teman sepermainan yang menjalani gaya

hidup tersebut sehingga mereka terpengaruh untuk bergaya hidup yang sama.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, penulis menyarankan agar penelitian-

penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dapat menemukan hal baru dari

penelitian yang telah dilakukan oleh penulis ini. Karena, pada dasarnya semakin

berkembangnya zaman ke arah modernisasi ini rasanya tidak akan lepas dari gaya

hidup hedonis ini. Justru, maknanya akan semakin meluas dan bentuk-bentuk

kegiatan yang berhubungan dengan gaya hidup ini pun akan semakin bervariasi

sehingga menarik untuk diteliti.

66
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul, Halim. 2008. Auditing (dasar-dasar Audit Laporan Keuangan).


Yogyakarta: Unit Penerbit dan percetakan STIM YKPN.

Allport, Gordon W. 1951. The Individual and his Religion: a Psychological


Interpretative. New York: The Macmillan Company.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Baudrillard, J.P. (1970, La Societe de Consommation), penerj. Wahyunto, 2009,


dalam Masyarakat Konsumsi, cet. ke-3. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Chaney, David. 1996. Lifestyles (Sebuah Pengantar Komprehensif), penerj. Idy


Subandi Ibrahim. Yogyakarta: Jala Suttra.

Feathersone, Mike. 1992. Consumer Culture and Posmodernism. London: Sage


Publications.

Joko, Subagyo. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.

Lexy J. Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Maslow, Abraham H. 1994. Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan


Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia). Jakarta: PT PBP.

Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. 2005. Qualitative Data Analysis


(terjemahan). Jakarta: UI Press.

Siswoyo, Dwi dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru.

xiv
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Tim Penyusun FISIP UIN Jakarta. 2017. Pedoman Akademik Program Strata 1
2009/2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Press.

Skripsi, Disertasi, Thesis

Bernatta, Ratu Aulia Rahamni.2017. Gaya Hidup Hedonis di Kalangan Remaja


(studi kasus: Komunitas Mobil LSC 81 Club). Bandar Lampung:
Universitas Negeri Lampung Press.

Agiska, Divya Ayu. 2017. Hubungan Tingkat Stratifikasi Sosial dengan Gaya
Hidup Konsumtif Berbelanja Online Pada Kalangan Mahasiswa FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Press.

Ganda, Yahya. 2004. Petunjuk Praktis Cara Mahasiswa Belajar di Perguruan


Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Hapsari, Nurul Yanti. 2005. Tesis: Pengaruh Alasan-Alasan Berbelanja Atribut


Toko dan Karakteristik Demografi terhadap Kesenangan Berbelanja di
Hypermarket. Depok: UI Press.

Hartaji, Damar A. 2012 . Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah


Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Depok: Gunadarma Press.

Kasali, Rhenald. 1998. Membidik Pasar Indonesia; Segmentasi, Targetting, dan


Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Simamora, Johan. 2014. Perilaku Hedonisme di Kalangan Mahasiswa. Medan:


USU Press.

Sakinah. 2002. Media Muslim Muda. Solo: Elfata

Ulfa, Nurist Surayya. 2008. Tesis: Mall sebagai Arena Pembelajaran Kode-kode
Sosial Masyarakat Konsumen Jakarta. Depok: UI Press.

Ulfah, Tiara Amalia. 2003. Gaya Hidup Hedonis pada Mahasiswa yang
Mengunjungi Tempat Hiburan Malam ditinjau dari Motif Afiliasi.
Semarang: USM Press.

xv
Zulkha, Sulusy Audia. 2014. Perilaku Konsumtif Akibat Pengaruh Hedonisme di
Kalangan Mahasiswa Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang.
Malang: UNM Press.

Jurnal

Assael, H. 1984. Consumer Behavior and Marketing Action (second editions).


Boston: Kent Publishing Company.

Azizah, Fatia Nur dan Endang Sri Indrawati. 2015. Jurnal Empati: Kontrol Diri
dan Gaya Hidup Hedonis pada Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro volume 4. Semarang: UNDIP Press.

Indrawati, Devi. 2015. Pengaruh Citra Merek dan Gaya Hidup Hedonis terhadap
Keputusan Pembelian Jilbab “ZOYA”. Surabaya: UNS Press.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi Milenium. Jakarta:


Prehallindo.

Kunto, Yohanes S & Peter Remy P. 2006. Segmentasi gaya hidup pada
mahasiswa program studi pemasaran Universitas Kristen Petra.Vol 1
No.1. Surabaya: UKP Press.

Mowen, John, C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid Kedua.
Jakarta: Erlangga.

Internet

https://www.kbbi.web.id/gaya-2, diakses pada 06 Januari 2018.

https://life.viva.co.id/arsip/259578-gairah-wanita-di-pusat-perbelanjaan, diakses
pada 14 Januari 2019.

https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180326194751-33-8635/60-orang
indonesia-pilih-beli-produk-asing-ketimbang-lokal, diakses pada 21
Maret 2019.

xvi
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Potret Gaya Hidup Hedonis di Kalangan Mahasiwa
(Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 – 2016)

Kriteria Objek yang akan diteliti


1. Mahasiswa/i aktif FISIP UIN Jakarta
2. Mahasiswa/i yang suka hangout / nongkrong bersama teman-temannya di Mall / Cafe / Tempat-
tempat yang sedang Hits dan terbilang Fancy (Mewah)
3. Mahasiwa/i yang berpakaian trendy dan up to date ketika ke kampus
4. Mahasiswa/i yang suka membeli barang mahal dan bermerk
5. Mahasiswa/i yang membawa kendaraan pribadi (mobil) ke kampus
6. Mahasiswa/i yang memakai handphone (hp) yang berharga di atas 5jt rupiah
7. Mahasiswa/i yang memiliki hobi yang mahal (koleksi mobil, koleksi tas branded, arisan
dolar,dll)

Pertanyaan Penelitian
1. Apakah anda mengetahui apa itu Gaya Hidup Hedonis? Dan apakah anda merasa menerapkan
gaya hidup tersebut dalam keseharian anda?
2. Menurut Anda, gaya hidup hedonis yang biasa dilakukan oleh para mahasiswa itu seperti apa?
3. Dimana biasanya anda menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama teman-teman anda?
4. Berapakah uang jajan anda sehari-hari? Apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan anda?
5. Apakah anda menyukai barang-barang ber”merek”? Apakah anda sering untuk membelinya?
Sebutkan brand dari barang bermerk yang suka Anda beli dan biasanya jenis barang yang dibeli
apa? (Baju/Sepatu/Tas/dll)
6. Menurut anda, apakah gaya hidup hedonis ini bertentangan dengan gaya hidup yang diajarkan
dalam agama Islam untuk tidak berlebih-lebihan?
7. Bagaimana Pendapat Anda tentang orang yang menghalalkan segala cara untuk menjalani gaya
hidup hedonis? (Social Climber)
8. Menurut Anda, apa dorongan terbesar dari para Mahasiswa untuk menjalani gaya hidup hedonis
ini?
Transkrip Wawancara dengan Daffa Daud
Mahasiswa Politik - FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wawancara 1
Waktu : Jum’at, 10 Agustus 2018
P: Mulai ya, Hallo Daffa boleh tolong diperkenalkan nama lengkap dan dari jurusan
dan semester berapa di FISIP?
N: Oke, Gue Daffa dari jurusan Politik semester 7 sekarang.
P: Oke, Daf. Apakah lo mengetahui apa itu gaya hidup hedonis? Trus, lo merasa
menerapkan gaya hidup tersebut ngga?
N: Gaya hidup hedonis ya? Hmm.. tau sih gue. Tapi, gue ngga merasa menerapkan
gaya hidup itu sih kak.
P: Oh gamau ngakuin diri sendiri hedonis ya, Daf? Padahal gue direkomendasiin
sama orang-orang loh buat neliti lo (tertawa).
N: (Tertawa) enak aja lo kak, gue biasa aja ah.
P: Trus, menurut lo nih gaya hidup hedonis yang biasa dilakuin sama para
Mahasiswa tuh seperti apasih?
N: Yaa kayak pamer kali ya kak. Pamer aktivitas yang dilakuin ke media sosial.
P: Oke-oke, lanjut ya. Dimana biasanya lo menghabiskan waktu buat kumpul sama
temen-temen lo? kayak hangout gitu biasanya kemana?
N: Kemana ya.. (berpikir) paling kalo main, ke rumah temen gitu sih atau mereka
main ke rumah gue atau ngga gue sama temen-temen gue tuh makan di resto yang
deket dan ngga mahal.
P: Trus, gue lebih kepo dikit ya Daf. Uang jajan lo sehari-hari tuh berapa sih? Trus
cukup ngga buat lo sehari-hari gitu?
N: (Tertawa) Gue takut dijudge deh kak.
P: Santai sih, Daf. Demi gelar gue nih jawab sejujurnya ya (tertawa).
N: Uang jajan gue gak gede kak. Di kampus, gue sehari jajan 50 ribu dan
Alhamdulillahnya sih selama ini cukup-cukup aja tuh uang jajan gue.
P: Ini pencitraan nih jawabnya yakin gue. Kalo liat di Instagram aja lo tukang jalan,
Daf (tertawa).
N: (Tertawa) apaansih kak ngga lah, lo kali tuh jalan mulu.
P: (Tertawa) eh, lo tuh suka sama barang branded ngga sih? Suka beli ngga?
N: Nih, jujur ya kak. Gue tuh orangnya sama sekali ngga mentingin brand kalo beli
sesuatu yang penting nyaman dan gue suka modelnya. Brand tuh ngga terlalu
penting buat gue.
P: Eh, nih ya kan lo tau kan kalo di agama Islam sendiri kita tuh sebagai manusia
dilarang untuk hidup secara berlebih-lebihan. Nah, menurut lo nih ya gaya hidup
hedonis tuh bertentangan dengan ajaran Islam tersebut ngga?
N: Bertentangan lah, Kak. Karena, Allah SWT kan ngga suka sama segala sesuatu
yang berlebihan.
P: Trus, ya Daf. Lo tau ngga tentang Social Climber? Ituloh yang orang
menghalalkan segala cara untuk menjalani gaya hidup hedonis.
N: Oh, iya-iya tau tuh kan banyak (tertawa).
P: Termasuk lo ya? (Bercanda).
N: (Tertawa) enak aja lo kak.
P: Trus, gimana pendapat lo mengenai fenomena si Social Climber itu, Daf?
N: Ya, gimana ya kak? Menurut gue sih berlebihan dan apa ya norak aja gitu ngapain
sih segitu pengennya diliat hedon sama orang lain?
P: (Tertawa) ya kan orang beda-beda, Daf. Bisa aja mereka seperti itu biar diterima
sama lingkungannya, kan?
N: Iya sih, kak. Cuma gue pribadi sih ngga banget deh kayak gitu tuh.
P: Oke-oke gue percaya (tertawa). Terakhir, nih menurut lo dorongan terbesar dari
para Mahasiswa ini menjalani gaya hidup hedonis tuh apa sih Daf?
N: Ya itu sih kalo menurut gue buat pamer. Biar orang-orang tuh tau dia punya apa
trus apa aktivitas dia jadi ya gitu dia share di media sosial.
P: Oke deh selesai, makasih ya, Daffa.
N: Sip, sama sama ya, Kak.

Transkrip Wawancara dengan Amalia Hanifa Unsi


Mahasiswa Hubungan Internasional - FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wawancara 2
Waktu : Jum’at, 10 Agustus 2018
P: Oke Mel, pertama-tama kenalin diri kamu dulu ya. Sebutin nama lengkap, jurusan
dan semester berapa sekarang?
N: Iya, jadi namaku Amalia Hanifa Unsi biasa dipanggil Amel. Aku mahasiswa
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Hubungan Internasional sekarang
aku semester 7.
P: Oke. Pertama-tama aku mau nanya dulu nih, mel. Kamu tau ngga sih tentang gaya
hidup hedonis? Terus, kamu merasa ngga menerapkan gaya hidup tersebut?
N: Kalo ditanya tau apa ngga sih, aku tau ya kak gaya hidup hedonis itu cuma aku sih
ngga merasa menerapkan gaya hidup yang kayak gitu.
P: Terus, kalo menurut kamu sendiri gaya hidup hedonis yang mungkin dilakukan
oleh para Mahasiswa itu biasanya yang kayak gimana, Mel?
N: Hmm.. gaya hidup hedonis yang biasa dilakukan oleh Mahasiswa sih kalo
menurutku ya itu kak ketika seorang individu tersebut terlalu konsumtif tanpa
melihat kebutuhannya.
P: Emang kalo aku boleh tau, kamu kalo hangout sama temen-temen kamu tuh
dimana sih mel biasanya?
N: Aku sih biasanya ngabisin waktu sama temen-temen ya kalo ngga di kosanku, ya
di cafe kak biar cari suasana baru.
P: Iya tuh, aku sering banget liat kamu sama temen-temen kamu di cafe mana gitu
kan kamu suka post di Instagram (tersenyum).
N: (Tertawa) itu sih lagi pada ada uang aja kak kalo kita lagi bokek juga biasanya
ngumpul di kosanku aja.
P: Terus ya, kalo kamu suka nongkrong di cafe gitu berarti uang jajan kamu berapa
nih mel perhari? Cukup ngga buat memenuhi kebutuhan kamu?
N: Uang jajanku ngga banyak kak paling cuma 50ribu sehari itupun udah cukup buat
aku sehari-hari sih.
P: Terus, kamu nih sebagai perempuan ya, aku tau banget pasti suka barang bermerk
kan? (Tertawa) Frekuensi kamu beli barang tersebut kira-kira seberapa sering,
Mel?
N: Suka lah, kak kalo sama barang bermerk. Apalagi, kan kita perempuan ya pasti
gampang tergiur sama barang-barang kayak gitu tapi kalo ditanya seberapa
sering? Ya, aku beli kalo emang butuh aja sih kak.
P: Oh.. Jadi, beli kalo emang butuh aja ya, Mel? (Tersenyum dan mengangguk-
anggukkan kepala).
N: Iya kak, namanya belom punya penghasilan sendiri kan jadi ngga bisa seenaknya
beli-beli aja (tertawa).
P: Biasanya, brand barang bermerk apasih yang sering kamu beli, Mel? Terus, jenis
barangnya apa? Kayak misalkan sepatu/baju/tas/dan lain-lain?
N: Aku sih, biasanya beda-beda gitu kak. Kalo sepatu, aku suka brand kayak Nike,
Adidas, Puma trus kalo tas aku sukanya brand Michael Kors, Guess, Charles and
Keith sama Catch Kidston. Nah, kalo jam tangan tuh brand yang paling sering aku
beli Michael Kors sama Guess kak.
P: Oh iya, Mel. Kamu pasti tau kan dalam ajaran agama Islam sendiri hidup
berlebih-lebihan itu tidak disukai oleh Allah SWT. Nah, kalau menurut kamu nih
apakah gaya hidup hedonis ini bertentangan dengan ajaran agama Islam?
N: Waduh, mulai berat nih kak pertanyaannya (tertawa). Hmm.. (berpikir) kalo
menurutku sih ya gaya hidup hedonis ini kan merupakan konstruk manusia dan
hal yang berlebihan tuh ngga bisa disama ratakan antara satu manusia dengan
manusia yang lain. Jadi, kalo menurut aku hal tersebut akan bertentangan apabila
individu tersebut memaksakan kemampuannya melebihi apa yang dia mampu gitu
kak.
P: Nah, pas banget nih karna kamu bahas di akhir. Aku mau nanya, gimana pendapat
kamu tentang orang yang menghalalkan segala cara untuk menjalani gaya hidup
hedonis atau yang sekarang tuh sering disebut sebagai social climber?
N: Menurutku, sih orang kayak gitu ya belum cukup dewasa kak buat melihat mana
kebutuhan dan mana keinginan sehingga masih mengedepankan sifat
konsumtifnya yang berlebihan gitu kak.
P: Oke, terakhir nih Mel. Menurut kamu apasih dorongan terbesar seorang
mahasiswa sehingga menjalani gaya hidup hedonis ini?
N: Menurutku sih, dorongan terbesar seorang Mahasiswa untuk menjalani gaya hidup
hedonis ini tuh karena lingkungan yang menerapkan standar tertentu sehingga
individu ini tuh berusaha buat mencapai standar lingkungannya tersebut kak.

Transkrip Wawancara dengan Riri Hadi


Mahasiswa Sosiologi - FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wawancara 3
Waktu : Kamis, 16 Agustus 2018
P: Ririi, makasih banget ya mau bantuin aku buat skripsian (tersenyum).
N: Iyaa, kak Shabel sama-sama. Aku seneng bisa bantuin kakak (tersenyum).
P: Oke Ri, kita mulai aja ya interviewnya. Perkenalin diri kamu dari nama, jurusan,
dan semester berapa ya sekarang.
N: Oke, kak. Namaku Riri Hadi mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
semester 7 sekarang.
P: Sebelumnya, aku mau nanya dulu. Kamu tau ngga gaya hidup hedonis?
N: Iya, aku tau kak.
P: Nah, kalo menurut kamu nih gaya hidup hedonis yang mungkin untuk dilakukan
oleh para Mahasiswa tuh seperti apa?
N: Ohhh.. kalau gaya hidup hedonis mahasiswa itu menurut saya misalnya yaa lagi
acara kegiatan kampus kayak KKN tapi dia malah mabuk-mabukkan, ngeganja
gitu-gitu kak atau misalkan waktu lagi jalan-jalan keluar kota dia ngelakuin hal-hal
kayak yang aku sebutin tadi tuh kak. Trus, kalo nongkrong tuh ya pasti maunya ke
cafe yang lagi hits gitu atau ke tempat-tempat yang istilahnya tuh jaman sekarang
“instagram-able” gitu loh kak. Trus, beli barang tuh ya maunya yang branded
walaupun ngga terlalu seleranya dia tapi yang penting tuh bermerek pokoknya yang
kayak gitu-gitu sih kak.
P: Trus, kalo aku boleh lebih tajem lagi ya nanyanya tapi aku udah tau sih kamu bakal
jawab apa nih pasti (tertawa). Apakah kamu merasa menerapkan gaya hidup
tersebut, Ri?
N: (Tertawa) hahaha.. kalo aku personally sih ngga merasa menerapkan gaya hidup
hedonis itu sih kak karna yaa aku kan ngga bisa menilai diri sendiri.
P: (Tertawa) tuhkan pasti ngga mau ngaku padahal banyak orang yang bilang kamu
tuh anaknya hedon.
N: Masa sih, Kak? (tertawa lalu mengernyitkan dahi). Mungkin itu pendapat orang-
orang aja kali ya soalnya kalo aku tuh ngerasanya kalo beli atau menggunakan atau
pergi tuh ya sesuai aja gitu dengan yang dipengenin, butuhin dan sesuai budget
yang aku punya.
P: Oh, gitu yaa (mengangguk-anggukkan kepala). Trus trus, kalo biasanya kamu
menghabiskan waktu bareng temen-temen hangout gitu biasanya dimana, Ri?
N: Kalo aku sih biasanya kumpul sama temen-temen di Amigos Kemang, nonton film
di bioskop, jalan-jalan ke Mall kayak Pejaten Village, PIM trus makan di cafe
sekitar Bogor kayak Two Stories dan cafe-cafe lainnya, Kak.
P: Trus, sekarang aku mau bahas tentang barang branded nih, Ri. Kalo kamu sendiri
suka ngga sih sama barang branded? Trus, kalo emang suka seberapa sering sih
kamu beli barang branded?
N: Aku pribadi sih suka banget kak sama barang bermerek atau branded gitu yaa.
Tapi, kalo buat belinya sih tergantung juga karna ngga semua model tuh bisa sreg
atau bagus menurutku walaupun dia dikeluarin sama brand tertentu. Jadi, misalkan
baju atau tas gitu yang mereknya oke tapi modelnya jelek ya pasti ngga bakal aku
beli juga malah bisa jadi aku lebih milih buat belanja di online shop-online shop
biasa gitu. Tapi kalo dibilang suka ya sukaaa, karna biasanya yaa menentukan
kualitas juga gitu kak ngga cepet rusak sih kelebihannya. Nah, kalo buat sepatu aku
lebih milih buat beli yang udah terjamin originalitasnya dan mereknya yang keren
juga (tertawa) hehehe soalnya agak mikirin gengsi juga sih kak (sambil
menjulurkan lidah).
P: (Tertawa) hahaha tetep ya ada gengsinya.. Kalo brand dari barang bermerk yang
suka kamu beli apa, Ri? Trus, biasanya jenis barang yang dibeli apa dari brand-
brand tersebut?
N: Biasanya kalo sepatu aku belinya di Converse, Vans sama Wakai karna aku suka
sama modelnya trus juga temen-temenku kadang suka mempengaruhi seleraku juga
sih kak. Nah, kalo baju atau kaos gitu biasanya sih aku kalo yang bermerk suka
belinya paling di Zara atau H&M tapi kebanyakan sih aku beli yang ngga ada
mereknya kak maksudnya yang merk lokal gitu yang merk biasa trus kalo tas
biasanya yang biasa-biasa ajaa merk online shop biasa.
P: Trus trus, ini rada personal ya pertanyaannya. Kamu tuh uang jajannya dikasih
perhari apa perbulan gitu, Ri? Trus berapa sih kisaran uang jajan kamu?
N: Kalo uang jajanku tuh perbulan kak dikasih orangtua. Jadi, biasanya buat ongkos
kuliah aja gitu yaa sama keperluan ngampus 1,5jt perbulan. Nah, kalo buat uang
jalan atau pergi main atau apa gitu beda lagii tapi tetep sama perbulannya 1,5jt juga
kak. Tapi, kadang juga aku biasanya dapet uang jajan ngga terduga gitu kak kayak
dari kakakku atau saudara atau ayah ibuku diluar uang jajan bulanan itu kak.
P: Trus, biasanya kalo uang jajan ngga terduga gitu biasanya berapa, Ri?
N: Jumlahnya sih biasanya 500rb cuma ya ngga tentu juga kak hehe
P: Trus dengan uang jajan segitu tuh, cukup ngga sih ri buat memenuhi keperluan
kamu sehari-hari?
N: Ya, kalo menurutku sih cukup-cukup aja kak. Tapi, kalo lagi boros gitu bisa ngga
cukup kayak misalkan kalo lagi ada produk apa gitu ya yang baru misalnya
kosmetik atau eyelash gitu ya aku jadi agak boros (tertawa).
P: Oke, Ri. Sekarang pertanyaannya sedikit nyerempet ke agama ya hehe. Kamu tau
kan, dalam ajaran agama Islam kita dilarang untuk hidup secara berlebih-lebihan.
Nah, menurut kamu apakah gaya hidup hedonis ini bertentangan dengan ajaran
agama Islam?
N: Yaa kalo menurutku sih ya kak, hedonis atau ngganya seseorang kan itu orang lain
yang menilai tapi orang yang diberi “label” tersebut belum tentu merasa dirinya
hedonis. Jadi, ya menurut aku sih itu relatif karena kemampuan orang secara
ekonomi kan juga berbeda-beda ya kak. Kebutuhannya juga berbeda-beda jadi
mereka membeli dan mengeluarkan uang ya sesuai dengan kebutuhan yang mereka
perlukan. Jadi sih, kalo menurut aku asal sesuai sama kemampuan, budget, dan
kebutuhan itu ya oke-oke aja. Kalo menurut agama sih, jujur aku ngga terlalu
paham ya kak tapi buatku sih ya oke-oke aja lah asal sesuai sama kemampuan dan
kebutuhan dan tidak menghamburkan untuk kebutuhan yang tidak diperlukan. Nah,
yang salah tuh ya kalo misalkan udah budget ngga ada trus ngga butuh-butuh
banget gitu sama barangnya jadi kayak mengutamakan yang sekunder
dibandingkan dengan yang primer. Menghambur-hamburkan uang padahal
kemampuannya terbatas trus memaksakan membeli hal-hal yang ngga penting.
Nah, itu namanya baru salah buat aku kak dan buatku juga aku ngga menganjurkan
hal-hal kayak gitu ke diriku sendiri hehehe.
P: Aku mau nanya pendapat kamu tentang fenomena social climber, Ri. Jadi, kalo
kamu ngga tau nih ya social climber itu tuh kayak orang yang istilahnya
menghalalkan segala cara untuk bisa menjalani gaya hidup hedonis ini. Nah,
menurut kamu gimana?
N: Menurut aku sih ngga apa-apa sih selama yang dia lakuin tuh ya untuk dia sendiri,
dampaknya juga buat dia sendiri dan ngga ngerugiin orang lain yang ada di
sekitarnya.
P: Menurut kamu, dorongan terbesar untuk para Mahasiswa ini menjalani gaya hidup
hedonis ini apa?
N: Dorongan terbesarnya sih bisa karna lingkungan pertemanan, ikut-ikutan trend,
gamau kalah sama yang paling utama sih ya mungkin gengsi itu kak.
P: Oke deh, Ri udah semua. Thankyou banget ya udah bantuin aku (tersenyum).
N: Sama-sama, kak Shabel. Semoga membantu ya kak jawabannya. Sukses
(tersenyum).

Transkrip Wawancara dengan Laras Narpaduita


Mahasiswa Hubungan Internasional - FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wawancara 4
Waktu : Kamis, 16 Agustus 2018
P: Hai, ras (tersenyum lalu tertawa). Perkenalin diri kamu dulu ya mulai dari nama,
jurusan dan sekarang semester berapa.
N: Hai Kak Shabel, udah lama banget ya kak ngga ketemu. Oke, perkenalin diri ya
kak. Namaku Laras Narpaduita, aku mahasiswa FISIP jurusan Hubungan
Internasional semester 5 kak sekarang.
P: Oke, Laras. Pertama-tama, aku mau nanya dulu ya apakah kamu mengetahui
tentang gaya hidup hedonis? Lalu, apakah kamu merasa menerapkan gaya hidup
tersebut?
N: Iya, aku tau kak tentang gaya hidup hedonis itu. Tapi, aku sih ngga merasa
menerapkan gaya hidup tersebut dalam kehidupan sehari-hariku kak.
P: Emang kalo menurut kamu tuh gaya hidup hedonis yang mungkin dilakukan oleh
kita nih sebagai individu yang statusnya masih Mahasiswa yang istilahnya belum
ada pendapatan tetap dari “luar” tuh seperti apasih, Ras?
N: Ini maksudnya Mahasiswa secara umum atau Mahasiswa UIN nih, kak?
P: Boleh, Ras. Menurut pandangan kamu ke Mahasiswa UIN.
N: Hmm, mungkin belanjaa barang-barang branded gitu kali ya atau nongkrong di
tempat-tempat yang lumayan pricey.
P: Trus, aku mau nanya dong ras kamu biasanya kalo nongkrong sama temen-temen
kamu tuh dimana sih? Eh, kok aku nanyanya jadi kayak kepo gini ya
kedengerannya (tertawa).
N: (Tertawa) hahaha iya ih kak Shabel kepo deh. Hmm, tergantung temennya siapa
dulu sih kak misalnya temen-temen SD dan SMP waktu di sekolah Swasta pasti
maunya tuh kumpulnya di Mall, Restoran, Cafe. Trus, kan aku pas waktu SMP itu
kebetulan pindah dari SMP Swasta ke Negri kak jadi kalo lagi ngumpul sama
temen-temen SMP Negriku tuh paling di rumah salah satu dari kita gitu nah kalo
sama temen-temen SMA kadang di rumah salah satu dari kita atau kalo ngga ke
Mall, Restoran, Cafe juga begitupun kalo hangout bareng temen-temen kuliah.
Intinya sih menyesuaikan dengan siapa aku bakalan hangout kak, nyamannya kita
dan biasanya kita kemana gituuu.
P: Nah, aku mau nanya nih kamu suka ngga sama barang branded?
N: Sangat suka dong kak tentunya sama barang branded (tertawa). Abis ini aku
dibully nih sama netijen kalo ketauan ngomong gini (bercanda).
P: (Tertawa) hahaha biarkan netijen, Ras. Mereka bebas berkarya sama imajinasinya
(mengibaskan tangan) Biasanya, jenis barang seperti apasih yang kamu beli dan
dari brand apa aja ras?
N: Kalo aku sih biasanya beli tas tuh brandnya Charles and Keith, Guess, LV, Hush
Puppies, Fossil, Coach, Longchamp, Lacoste, Kate Spade, Zara, Mango, dll. Buat
sepatu brand yang sering aku beli tuh kayak Adidas, Nike, Charles and Keith,
Zara, H&M, dll masih ada lagi sih kak cuma aku lupa apa lagi hehe (terkekeh).
Nah, kalo buat baju brand yang paling aku sering beli tuh kayak Uniqlo, H&M,
Pull & Bear, Forever 21, Magnolia, Tommy Hilfiger, dll kak ini juga lupa apa lagi
hehehe.
P: Uang jajan kamu sendiri tuh berapa sih ras perhari ya dikasih orangtuamu?
N: Iya kak, aku biasanya dikasih perhari gitu sama orangtuaku. Hmm, kalo perharinya
sih diitung-itung bisa 100 ribu perhari dan itu udah lebih dari cukup sih kak buatku.
P: Nah, pertanyaan yang ini sedikit serius ya ras siap-siap (tertawa). Kan kamu tau nih
di ajaran agama Islam, kita sebagai manusia tidak diindahkan untuk hidup berlebih-
lebihan. Nah, menurut kamu nih gaya hidup hedonis ini bertentangan ngga sih
dengan ajaran agama yang aku bilang tadi?
N: Wah, berat ya kak pertanyaannya bawa-bawa agama (tertawa). Bertentangan jika
memang dalam konteks yang “berlebihan.” Sebenernya, kan definisi hedonisme itu
beranggapan bahwa kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup
ya.. Untuk zaman sekarang itu hal yang sangat realistis tapi kalo memang sampe
lupa akhirat mah gawat kak hahaha (tertawa).
P: (Tertawa) hahaha amit-amit ya ras jangan sampe ih ngeri (menggelengkan kepala)
Nah, ada nih ras jaman sekarang kan lagi terkenal nih fenomena social climber
dimana seorang individu tuh memaksakan dirinya untuk memiliki gaya hidup
hedonis. So, dia menghalalkan segala cara deh tuh buat menjalani gaya hidup serba
mewah tersebut. Menurut kamu gimana dengan fenomena ini?
N: Menurutku? Nyusahin diri sendiri sih kak, asli. Ujung-ujungnya kayak nyiksa diri
sendiri ya ngga sih? Aku pun punya kenalan beberapa orang yang kayak gitu,
berharap bisa dapet banyak temen yang “berkelas” tapi malah dijauhin setelah
ketauan dia maksa buat hidup setara kayak temen-temennya gitu kak. Kasian sih,
tapi ya dia yang buat dirinya sendiri kayak gitu kaan kak.
P: Terakhir nih ras, menurut kamu apasih dorongan terbesar untuk para Mahasiswa
sehingga mereka menjalani gaya hidup hedonis ini?
N: Kalo menurutku sih, pingin dipandang menjalani hidup enak sama orang lain kak
dan terutama yang sering banyak kasus tentang ini tuh saat orang tersebut pingin
masuk ke kelompok temen-temen yang terlihat hedonis buat dia. Jadi, ya dia maksa
buat bisa setara dengan mereka biar diterima di pertemanan tersebut deh kak.
N: Ada lagi kak, pertanyaannya?
N: Udah, ras yang tadi terakhir hehe makasih banget ya ras udah mau bantuin aku
(tersenyum dan berjabat tangan).
P: Sama sama, kak. Semoga memuaskan dan dapat berguna di skripsi kakaak.”
(tersenyum dan berjabat tangan).

Transkrip Wawancara dengan Allyn Phita Oktaviani


Mahasiswa Hubungan Internasional - FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wawancara 5
Waktu : Kamis, 16 Agustus 2018
P: Test recordernya dulu ya, perkenalin diri kamu dulu ya, Lyn.
N: Apa aja nih aku ngomongnya?
P: Nama, jurusan sama fakultas aja cukup, Lyn.
N: Udah?
P: Udah.
N: Halo (terkekeh), nama saya Allyn Phyta Oktaviani, saya semester 9 ya ampun
(berbisik) di Fakultas Ilmu Hubungan Internasional eee (berpikir sesaat) Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Coba dengerin ya.
P: Oke, bagus kok lyn suaranya kedengeran jelas.
P: Mulai langsung aja ya, Lyn. Sebelumnya, apakah kamu mengetahui tentang gaya
hidup hedonis? Dan apakah kamu merasa menerapkannya di dalam kehidupanmu
sehari-hari?
N: Kalo ditanya, tau apa ngga? Iya, saya mengetahui tentang gaya hidup tersebut dan
kalo ditanya apakah merasa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari hmm
(berpikir sesaat) mungkin iya, mungkin (tersenyum).
P: Nah, menurut kamu gaya hidup hedonis yang mungkin dilakukan oleh Mahasiswa
tuh seperti apa, Lyn?
N: Kalo misalkan ditanya kayak gitu hmm (berpikir sesaat) Kalo buat Mahasiswa sih
paling nongkrong di cafe kali ya, di Coffee Shop, belanja tiap pulang kuliah atau
misalnya tiap minggu. Belanja ke Mall even dia ngga butuh sebenernya gitu kan
tapi beberapa Mahasiswa mungkin ya mau show off ke orang-orang tentang dirinya.
Oh, si Allyn gitu misalnya pake barang branded nih gitu kan diliat sama orang
mungkin itu pokoknya intinya kayak gitu.
P: Emang kamu tuh tipe yang sukanya nongkrong dimana sih lyn kalo sama temen-
temen kamu?
N: (Tertawa) kalo ditanya sama temen-temen kampus gue jarang main sama temen-
temen kampus ya kan karena anak HI yang di kelas gue yang kayak gitu yang itu
(memberi kode) kan anak itu (malu sambil tertawa) anak daerah banget terus gue
jadinya jarang main. Jadinya, gue main sama temen SMA, temen-temen sekitar
rumah atau main sama temen-temen SMP gitu ya biasanya SMA sih lebih banyak
atau sama anak-anak ABNON jadi ya kita ngumpulnya ya paling di Mall atau
misalkan di tempat nongkrong yang di Senopati dan lain-lain gitu.
P: Boleh ngga dimention, lo paling sering nongkrong dimana sama temen-temen?
Exact tempatnya.
N: Kalo nongkrong sama temen-temen SMA gitu-gitu paling Pondok Indah atau
misalkan deretan Senopati paling situ.
P: Nah, ini pertanyaan personal nih, Lyn. Uang jajan kamu yang dikasih sama ortu tuh
sehari bisa berapa? Trus cukup ngga untuk kebutuhan kamu sehari-hari?
N: Sehari kayaknya lebih dari 100 ribu deh, Bel. Kayak gini misalnya kita pergi
makan aja keluar pasti abis lebih dari 50 ribu itu sekali trus itu kalo keluarnya siang
ya belum lagi kalo keluarnya sampe malem berarti kan harus keluar uang lagi buat
makan malem. Nah, kalo mencukupi atau ngga ya kalo dibilang sehari sih cukup
tapi kalo misalkan buat seterusnya sih ngga ya pasti butuh uang lagi.
P: Berarti, itu lo uang jajan yang dikasih sama orangtua tuh sistemnya perhari atau
perbulan?
N: Dulu sih, gue pernah sistem uang jajan perbulan gitu cuma kalo untuk akhir-akhir
ini sih udah ngga pernah kayak gitu lagi. Kalo misalkan ngga ada duit aja gitu gue
mintanya. Kayak misalkan gini, gue mau keluar tapi gue belom gajian gitu
misalnya kan pasti gue minta perhari. Jadi, jatohnya perhari ngga kayak dulu pas
kuliah jaman-jaman semester awal itu gue masih dikasih, Bel. Masih kayak
perbulan jadi sistemnya perbulan-perbulan gitu. Tapi, gue lupa tuh perbulan berapa
kayaknya sih ngga nyampe sejuta seminggu juga. Tekor orangtua gue, kalo kayak
gitu (tertawa).
P: Sekarang bahas tentang barang-barang bermerek ya, Lyn. Kamu sendiri tuh suka
ngga sih sama barang-barang branded? Terus sering beli atau ngga? Jenis barang
brandednya apa yang suka kamu beli?
N: Kalo ditanya suka ya suka banget. Kalo ditanya sering atau ngga, ya sebulan sekali
tuh sering ngga sih?
P: Sebulan sekali? ngga sih.
N: Ngga kan? Ya, itulah pasti sebulan sekali. Trus sebutin barangnya ya? Kalo
misalkan sepatu yang masih bisa gue jangkau sendiri ya itu ada Zara, Charles,
Steve Madden banyak banget perasaan trus apalagi ya gue? (Berpikir) ya pokoknya
itu. Terus, kalo misalnya ditanya sering beli apa? Beli sepatu sih paling sering. Gue
banyak banget sepatu paling banyak itu Charles & Keith sama Steve Madden.
P: Tapi, menurut lo juga penting ngga sih buat beli barang yang branded gitu?
N: Kalo misalkan ditanya penting atau ngga? Ada pentingnya, tapi tergantung
barangnya. Kalo misalkan beli sepatu itu beli yang brandnya misalkan Gucci ya
kan trus kayak YSL pokoknya yang bermerek yang emang nanti akan bisa dijual
lagi. Tas juga gitu. Brand-brand yang kayak Charles & Keith trus Zara kalo yang
kayak gitu kan ngga mungkin buat invest karena kan harganya juga ngga nyampe
belasan juta ya kan kayak Gucci ada gue punya tapi buat dijual tuh kayak ah entar
dulu liat harganya kalo misalkan harganya di bawah 10 juta ya ngapain kecuali
harganya yang ratusan juta Hermes gitu kan baru tuh harganya ratusan juta cuma
kan gue belum mampu (tertawa).
P: Pertanyaan selanjutnya agak menyinggung agama sedikit ya, Lyn.
N: Wih.. UIN banget ya say (tertawa).
P: Jadi, kan dalam agama Islam kita dianjurkan untuk tidak hidup berlebih-lebihan.
Nah, menurut kamu apakah gaya hidup hedonis ini bertentangan dengan ajaran
agama Islam?
N: Kalo ditanya bertentangan atau ngga ya pasti kayaknya iya. Kenapa bilang
kayaknya? Soalnya belum baca hadisnya juga maksudnya belom baca surat atau
hadis terkait itu jadi kurang paham juga tapi kalo misalkan asumsi sendiri gitu kan
pasti itu bertentangan karena Allah sendiri itu kan ga suka yang berlebihan kayak
makan jangan berlebihan misalnya apapun itu jangan yang berlebihan. Kalo
misalkan kita ngga butuh-butuh banget misalnya ditanya “Lyn, minggu ini beli
sepatu ngga?” gue bilang, “Iya” tapi kan kita harus mikir juga harus ngejaga juga
bukan ngejaga sih tapi menahan diri buat ngga ngeluarin budget buat barang yang
kita udah ada. Kayak misalkan kita udah punya sepatu Heels trus kenapa kita beli
lagi? gitu kan karna cewek tuh suka gitu. Sebenernya bukan cewek aja sih cowok
juga suka gitu cuma beda aja kalo cewek kan lebih keliatan. Jadi, menurut aku sih
bertentangan banget gitu.
P: Nah, kan jaman sekarang tuh keliatannya banyak orang yang berusaha untuk
menjadi Social Climber (panjat sosial). Menurut kamu gimana dengan fenomena
tersebut?
N: Kalo menurut saya tentang Social Climber ini sebenernya sangat disayangkan ya
karna ehh pertama dia apa namanya menghalalkan segala cara gitu misalnya dia
sampe nipu orang untuk kesenangan dirinya sendiri kayak yang tadi gue udah
jelasin juga apa namanya misalnya dia sampe jualan dan dia nipu sebenernya
tujuannya buat kesenengan dia sendiri kayak misalnya dia ngikutin gaya hidup
masa kini yang apa-apa harus keluar malem, apa-apa harus ke club gitu kan
misalnya nongkrong di sana di sini misalnya elo ngeliat temen lo nongkrong di
Hatchi lo juga pengen nongkrong di Hatchi tapi lo ngga punya duit misalnya gitu
kan karna setiap malem pasti ada yang harus nongkrong gitu kan. Jadinya, apa ya
sangat disayangkan sih trus sekarang kan orang-orang udah pinter ya menilai orang
gitu loh kayak yaelah ini orang keliatan kali maksudnya ehh fake banget gitu loh
fakenya tuh ehh gimana ya fakenya pura-pura kaya gitu loh padahal sebenernya tuh
lo ngga mampu gitu ya jangan gitu banget. Misalkan lo keliatan di sosmed tajir
banget ya ini orang gini-gini padahal ngga misalnya nih kita berdua, Allyn sama
Shabel misalkan kita berdua nongkrong trus pas pulang gue ngos-ngosan karna gue
udah ngeluarin duit banyak atau misalkan gue udah make kartu kredit trus akhir
bulan gue bingung nih gimana cara buat ngegantinya gitu jadi sangat disayangkan
aja ngehalalin demi kesenangan semata duniawinya. Mendingan kita jadi diri
sendiri biarin orang lain kayak gimana tapi kita apa adanya aja jangan yang kayak
lu ga mampu tapi sok-sokan mampu gitu sih menurut aku.
P: Terakhir nih Lyn, menurut kamu dorongan terbesar dari para Mahasiswa ini tuh
untuk menjalani gaya hidup hedonis kira-kira apa?
N: Kalo misalkan ditanya dorongan terbesarnya tuh apa kayaknya modernisasi karena
semakin kesini apalagi tahun-tahun millenial ya anak-anak millenial banyak banget
social influencer segala macem di sosmed gitu-gitu kan sebenernya kita gatau
kehidupan mereka yang sesungguhnya kayak gimana tapi tuh kita tetep pengen
kayak mereka cuma ya si mahasiswa ini tuh ga mampu kayak yang tadi di bahas di
pertanyaan sebelumnya mereka menghalalkan segala cara misalnya gitu studi
kasusnya seorang mahasiswa jualan baju tapi dia ngga amanah gitu dalam
bisnisnya malah bawa kabur uang orang, barangnya ngga di kirim ke pembelinya
gitu itu kan dorongan juga jadi karna dia pingin mengikuti zaman jadi dia
menghalalkan segala cara gitu loh jadi dorongannya itu adalah modernisasi yang
ada pada saat ini apalagi yang ada sama orang-orang yang millenial kayak anak-
anak yang lahir tahun 2000an ya kan kita liat aja sekarang anak-anak SMP SMA
handphonenya sekarang udah apasih trus udah pake gadget apasih? trus udah
belanja di a b c d segala macem trus di sekolahnya juga sebenernya lingkungan
juga pengaruh Bel. Kayak dari lingkungan tuh bisa kita nilai juga kayak dia
sekolahnya dimana trus lingkungannya seperti apa misalnya kita sekolah di Jakarta
misalnya di Patra deh trus kita juga ngeliat nih orang-orang di Patra tuh kayak
gimana trus orangtuanya mereka tuh kayak gimana karena dia orangtuanya berada
dan lingkungannya pun mendukung mau ngga mau ya dia ngikutin gitu kan dan
sebenernya apa ya dia ngga mampu tapi pura-pura mampu. Di ada-adain gitu jadi
intinya dorongannya adalah Modernisasi. Gitu deeh (terkekeh).

Transkrip Wawancara dengan Fulki Yuga


Mahasiswa Sosiologi - FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wawancara 6
Waktu : Kamis, 25 Agustus 2018
P: Perkenalin diri lo dulu ya dari nama, jurusan dan semester berapa di FISIP.
N: Nama gua Fulki Yuga Fakultasnya Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Sosiologi
semester 9.
P: Oke ki, kita masuk ke pertanyaan yang pertama ya. Sebelumnya, lo tau ngga
tentang gaya hidup hedonis? Dan apakah lo termasuk individu yang
mengaplikasikan gaya hidup ini di kehidupan lo sehari-hari?
N: Hmm.. Gaya hidup hedonis ya? ehh mungkin kalo makna gaya hidup hedonis itu
ehh mungkin subjektif ya beda orang beda pendapat. Tapi, yang gua pahamin hmm
gaya hidup hedonis tuh yang ibaratnya ehh bisa dibilang tuh pengeluaran dia tuh
mungkin ya atau perharinya tuh bisa dikatakan apa ya berlebihan gitu kan ehh yang
seharusnya itu barang-barang ibaratnya barang dia ehh yang ngga terlalu butuh
banget cuman dia kepaksa karna udah suatu kebudayaan atau suatu kebiasaan jadi
dia kayak beli gitu walaupun itu ternyata ngga sebenernya ngga dia ngga butuh
banget. Trus, kalo ditanya gua nerapin gaya hidup itu ehh (berpikir) gua sih
mungkin bisa dibilang ya iya sih karna emang gua masih suka kepancing, apa ya?
Bisa dibilang nafsu gua sendiri gitu untuk beli barang-barang yang sebenernya gua
ga butuh-butuh banget gitu.
P: Nah, kalo menurut lo gaya hidup hedonis yang mungkin untuk diterapkan oleh para
Mahasiswa yang ibaratnya nih uang jajan aja masih dari orangtua tuh seperti apa?
N: Yaa gimana ya? Kalo ehh bisa dibilang ya gaya hidup mahasiswa yang terkesan
dibilang hedonis itu ya bisa dibilang dipaksain sih ya. Karna, kan dia masih dapet
duit tuh dari ya bisa dibilang orang tua lah trus kan dia belom kerja ya tapi gatau
sih kalo yang udah kerja ya. Cuman, kalo yang memang masih dalam apa ya
penanganan orangtua dan dia belom punya penghasilan sendiri ya terkesan gaya
hidupnya maksa gitu loh.
P: Bentuknya kayak gimana?
N: Kalo dalam bentuk bisa jadi ya dia setiap dari kampus sering nongkrong walopun
nongkrongnya bisa dibilang apa ya? Yaa itu kan ngga penting-penting banget gitu
dan ngga terlalu apa ya butuh gitu dan biasanya sekali nongkrong itu ya
pengeluaran dia yang diitung. Yang dimaksud hedonis tuh mungkin dia bisa
menghabiskan yang lebih dari sewajarnya gitu makanya bisa dibilang gaya
hidupnya hedonis. Jadi, pertama mungkin bisa dibilang nongkrong ya
nongkrongnya yang berlebihan atau yang kedua yaa belanja sih mungkin bisa
dibilangkan mahasiswa kan masih sering apa ya nafsunya kan remaja itu masih
labil, dia masih sering apa ya pengaruh dari teman-teman juga kali ya apa ngeliat
teman-temannya apa ada barang-barang baru atau beli barang baru dia kepancing
tuh buat apa ya ikut-ikutan gitu kan supaya ada yang baru juga. Jadi, yang kedua
bisa dibilang ya belanja sih kayak dia setiap hari bisa dibilang belanja gitu.
P: Nah, kalo lo sendiri nih suka nongkrong bareng temen-temen lo dimana ki?
N: Kalo gua biasanya kalo hari-hari kuliah abis jam-jam kuliah tuh ya kan siang ampe
sore mungkin gua nongkrong masih di kampus tuh tapi kalo sabtu-minggu
berhubung kita libur kan jadi keluarnya malem. Nah, kalo hari kuliah tuh siang gua
di kampus nah menjelang ya sore ampe malem ya gua paling pindah sih geser ada
yang kadang-kadang balik tapi ya kadang-kadang ke kedai-kedai kopi gitu kan.
Kebetulan gua sering jaga di kedai (tersenyum), jadi gua main ke situ. Nah, tapi
kalo sabtu - minggu biasanya gua lebih sering ke aah bisa dibilang yaa ke Mall lah
kalo ngga ke Mall ke kedai sih karna gua lagi sering ngopi. Jadi ya, ke Mall kalo
ngga ke Mall di kedai gitu.
P: Boleh disebutin ngga kayak tempat yang paling lo sering banget datengin gitu buat
hangout?
N: Hmm, kalo yang paling sering itu yang pasti hmm ya kayak mall di daerah Bintaro.
Kalo ngga Bintaro, BSD, udah sekitaran situ. Begitu juga kedai kopinya.
P: Kalo uang jajan lo dijatahin perhari atau gimana sama orangtua? Nominalnya
berapa kira-kira? Trus mencukupi ngga kebutuhan lo buat sehari-hari?
N: Gue itu perhari dikasihnya kan ada juga yang perbulan tuh. Nah, kalo gue tuh yang
perhari. Gue tuh biasanya perhari dikasih ehh 100 kalo ngga 150. Itu Perhari. Nah,
kalo dibilang cukup yaa kalo lagi ada kebutuhan yang berlebihan ya gua bisa bilang
ngga cukup karna gua kadang-kadang kalo nongkrong kan yaa bisa dibilang suka
ngikutin nafsu gitu kan dikit-dikit beli rokok, dikit-dikit beliin temen, beliin
makanan gitu-gitu deh. Jadi, kalo bisa dibilang ya ngga lah ga cukup.
P: Trus, lo sendiri tuh suka ngga sih sama barang-barang bermerek?
N: Hmm, barang-barang bermerek ya jelas suka lah gitu. Yang jelas kan apa sekarang
kan juga apa ya barang-barang bermerek itu kan udah dimana-mana gitu. Ya ngga
sekarang juga, cuman sekarang udah banyak barang-barang yang memang
brandnya udah terkenal walaupun apa ngga begitu, apa ya? Banyak orang tau.
Kayak mungkin apa ya? Usaha anak muda tuh kayak distro atau clothingan-
clothingan yang baru dirintis awal juga udah mulai naik daun.
P: Seberapa sering sih kalo gitu lo beli barang-barang bermerek?
N: Nah, kalo ditanya sering ya bisa dibilang hampir semua barang gue ya
bermereklah. Kalo gue mentingin bermerek, soalnya karna pertama ehh karna
harga. Gua mikirnya, kalo harga sama merek sama kualitas tuh ngga ngebohongin.
Ketika lo beli yang kw murah tapi ngga awet ya buat apa? Mendingan sekalian
yang mahal tapi ya awet gitu loh. Lebih baik punya satu tapi asli daripada punya
banyak tapi kw kalo gue sih mikirnya gitu.
P: Trus, jenis barang bermerek yang suka lo beli apa aja?
N: Nah, kalo jenis barangnya ya semua pasti kan dari mulai pakaian sama barang-
barang elektronik juga. Sepatu, baju, tas cuman mungkin intensifnya kuantitasnya
lebih banyak lebih seringnya beli apa. Mungkin, gua lebih sering beli pakaian atas
ya mungkin mulai dari kaos sampe kemeja. Kalo kaos, paling gue belinya kayak di
distro mungkin kalo kaos karna gua sukanya kayak gini mulai dari Tendencies,
Lawless trus Polo buat topi. Kalo sepatu kadang Sport Station, Adidas, Foot Gear
trus Vans kalo celana gua kebetulan bikin sih jadi ya ngga begitu bermerek tapi ya
itu kayak yang tadi gua bilang brand rumahan tapi udah punya cabang dimana-
mana. Di Comic Jeans namanya udah sih itu aja paling kalo barang elektronik mau
beli apaan ya paling HP Xiaomi nih. Jadi, kayak endorse nih (tertawa).
P: Nah, gue mau ngebawa ke agama dulu nih ya bahasannya. Jadi, kan seperti yang
kita tau bahwa dalam ajaran agama Islam sendiri kita sebagai manusia dihimbau
untuk tidak hidup secara berlebih-lebihan ya. Apakah menurut lo gaya hidup
hedonis ini bertentangan dengan ajaran agama Islam?
N: Ya, kalo bisa dibilang bertentangan ya jelas bertentangan. Karena, kita kan hidup
apa ya ibaratnya kalo hedonis itu kan ibaratnya berlebih-lebihan, bermewah-
mewahan, berfoya-foya cuman yaa gimana ya kadang kita ngga bisa munafik juga
lah ngatur hawa nafsu ngeliat sana-sini ketarik kepancing itu ya ngga munafik juga
susah. Mungkin, karna ehh pertama alasannya karna pergaulan juga ya mungkin
bisa dibilang karna pergaulan kanan-kiri juga yang ngebuat diri lo jadi bergaya
hidup hedonis. Berbeda ketika lo kayak mungkin bergaul sama orang yang apa ya
biasa aja gitu kan. Nah yaa, mungkin lebih ke arah kalo ditanya bertentangan ya
jelas bertentangan gitu kan dengan Islam sendiri ya ngga tau kalo di agama-agama
lain ya. Cuman, kalo berbicara bertentangan dengan agama Islam ya bertentangan
banget. Karna, kan kita dilarang gitu untuk apa ya hmm dilarang untuk bisa
dibilang mubazir lah lebih ke arah mubazir gitu kan karna kita kan dalam hidup ya
harusnya sederhana.
P: Lo tau ngga tentang fenomena social climber yang lagi banyak terjadi sekarang ini?
Nah, apa pendapat lo tentang fenomena ini?
N: Wah, parah sih ehh orang ada yang maksa gitu kan menghalalkan segala cara demi
sebuah gaya hidup yang hedonis. Maksud gua, gini loh ketika lo nerima kenyataan
bahwa lo ngga bisa melakukan gaya hidup hedonis ehh yaudah gitu terima aja ehh
boleh ceritain temen? (Sambil berbisik)
P: He eh (mengangguk menyetujui).
N: Jadi, kayak misalkan temen gue gitu. Gue punya temen yang terlahir dari ya maaf-
maaf aja bukannya ngatain. Dia terlahir dari sebuah keluarga yang memang apa ya
bisa dibilang ehh kurang mampu gitu kan. Nyokapnya itu ehh cuma seorang buruh
rumah tangga sedangkan Ayahnya itu cuma buruh tukang jual buah di pasar gitu
nah dia tapi berbeda. Anaknya ini sangat berbeda dengan orangtuanya yang selalu
hidup sederhana dan berusaha mensyukuri yang ada tapi ini anak malah ngga tau
ketularan dari temen-temen lingkungan ya bisa dibilang gaya hidupnya maksa. Dia
selalu berusaha untuk meyakinkan ke temen-temen sekitarnya bahwasanya hidup
gua tuh sebenernya mewah gitu padahal mah faktanya ngga. Dia selalu jalan ke
mall padahal ya gitu apa tuh nyusahin orangtuanya. Gua yakin banget itu pasti
malu banget sih orangtuanya kalo denger dia kayak gitu sedangkan orangtuanya
ngakuin gitu pekerjaannya sebagai buruh rumah tangga, tukang buah tapi secara
bangga yang penting halal gitu cuman kalo anaknya ini ngga tau kenapa bisa sampe
memaksakan kehendak gitu.
P: Nah, pertanyaan terakhir nih. Menurut lo, faktor untuk seseorang bisa menganut
gaya hidup hedonis ini apa aja sih?
N: Ehh faktor bisa dibilang faktor dorongan terbesar yang bisa dibilang Mahasiswa
tuh kenapa sih bisa ngelakuin gaya hidup hedonis? Yang pertama, mungkin ya
emang karna konstruk kali ya. Konstruk di masyarakat negara kita ini sendiri
bahwasanya gaya hidup hedonis itu merupakan sebuah gaya hidup yang memang
harusnya diterapkan atau digunakan setiap manusia. Menjadi sebuah pandangan
yang memang itu harus dilakukan mungkin kalo menurut gue itu. Jadi, faktor atau
indikator hmm seseorang Mahasiswa atau Mahasiswi untuk dikatakan keren untuk
dikatakan hebat dan sebagainya mungkin ya itu untuk menjalankan gaya hidup
hedonis dan kan kalo gaya hidup hedonis kan merupakan sebuah pilihan untuk ya
lu ngejalanin ya terserah ehh ya lu ngga ngejalanin juga terserah ngga ada
ngaruhnya buat orang lain kan. Itu gaya hidup perorangan ehh jadi bisa dibilang
dorongan terbesar itu memang dari kontruk sosial yang sekarang. Nah, yang kedua
mungkin karna apa ya pasar mulai dari pakaian sampai elektronik yang berinovasi
menjadi semakin modern karna adanya modernisasi dan globalisasi jadi mau ngga
mau perusahaan seperti itu berinovasi membuat yang baru. Ya, sekarang kita kalo
dipikir-pikir ngikutin jaman ngga akan ada abisnya kan pasti selalu ada yang baru.
Nah, perusahaan-perusahaan seperti itu kan pasti selalu mengeluarkan yang baru
trus kita tertarik untuk beli trus mereka berinovasi yang lain kemudian kita beli lagi
ya begitu aja seterusnya padahal kan ngga ada gunanya gitu sama aja. Kayak
misalkan pakaian gitu kan yang penting bisa untuk menutupi aurat atau HP yang
penting bisa untuk berkomunikasi. Jadi, kalo menurut gue sih kedua faktor itu yang
paling berpengaruh mendorong seseorang untuk menganut gaya hidup tersebut.
P: Satu pertanyaan lagi nih terakhir. Lo sendiri punya ngga sih hobi yang
membutuhkan pengeluaran yang besar?
N: Gua lebih suka mungkin hedonisnya gua lebih ke arah membeli sesuatu fashion.
Gua lebih suka menghabiskan duit gua untuk fashion dan hobi gue sebenernya sih
bukan hobi ya lebih ke arah usaha ya membuka usaha tapi kalo untuk koleksi
seperti yang gue bilang tadi gue lebih suka koleksi yang berhubungan sama fashion
kayak sepatu, topi, baju, kemeja, celana. Trus, paling membuka kedai kopi karna
memang buka usaha itu kan ngga kecil ya. Perorangan bisa dibilang ada hampir 10
juta kalo mau buka kedai ya sekarang ngga munafik juga lah apa-apa kan butuh
duit jadi ya kalo belum punya duit banyak ya lo harus menggunakannya secara
bijaksana.
P: Oh iya, sama tadi lupa nanya kalo buat beli barang branded sendiri tuh lo punya
budget khusus atau kayak yaudah tiap gue liat yang lucu langsung beli gitu?
N: Kalo gue, kalo bisa dibilang seberapa sering mungkin yang berbau pakaian ya itu
ngga tentu sih bisa dibilang sebulan sekali sih ngga. Cuman, pasti gua beli barang
itu. Ketika gua pengen, gua pasti beli cuman gua lebih sering duit gue yang perhari
bisa langsung abis semuanya ngga ngerti juga bakal apa itu duit jadi gua lebih
sering ngabisin duit gua yang perhari itu di nongkrong sama temen-temen itu ya
mungkin buat rokok itu ya jajan-jajan itu.
P: Oke, cukup. Makasih banget ya ki udah luangin waktunya buat gue wawancara.
N: Iya, Bel sama-sama. Sukses ya buat skripsi lu.

Transkrip Wawancara dengan Sakhna F Bilad


Mahasiswa Hubungan Internasional - FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wawancara 7
Waktu : Minggu, 9 September 2018
P: Ok. Jadi, perkenalin dulu deh nama lo, jurusan dan sekarang semester berapa di
FISIP, Na.
N: Ngakak banget demi apa?
P: Iya, cepetan. Nama terus itu, apa namanya? Jurusan dan semester berapa?
N: Ini udah direkam atau belum?
P: What?
N: Udah direkam?
P: Udah-udah. Lanjut aja.
N: Ok. Halo nama aku Sakhna Fawatihul Bilad. Aku mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta jurusan Hubungan Internasional semester 9.
P: Ok. Sekarang Pertanyaannya ya Sakhna sambil ngobrol. Jadi, kalo menurut Sakhna
sendiri tuh gaya hidup hedonis tuh kayak gimana sih?
N: Hmm… Gaya hidup hedonis tuh kayak gimana ya, Shabel? Mungkin kayak
semuanya tuh serba mewah, apa-apa mementingkan kemewahan jadi mungkin itu
yang diliat sama orang lain hedon. Mungkin itu kali yah.
P: Trus, Sakhna sendiri merasa nggak sih menerapkan gaya hidup itu juga?
N: (Tertawa) Kalo ditanya kayak gitu gak tau juga si cuman kan mungkin kalo diliat
orang iya. Cuman kan orang baru liat dari covernya aja dan kalo misalkan ditanya
sendiri gue hedon apa ngga? Gue bingung sih jawabnya. Mungkin, kalo misalkan
persepsi orang iya kali.
P: Berarti Sakhna kan tadi bilang kalo misalkan gaya hidup hedonis tuh kan orang-
orang yang suka sama barang serba mewah gitu-gitu kan. Nah, kalo Sakhna sendiri
suka gak si sama barang-barang bermerek yang branded gitu? Trus suka beli ngga?
Kira-kira suka mengkonsumsi itu ngga?
N: (Tertawa) ini mau jujur apa ngga?
P: Harus jujur lah gila lo demi kelulusan gue nih.
N: Kalo ditanya suka ngga sama barang-barang branded? Suka. Suka banget Shab.
Mungkin buat semua orang dari yang ekonominya di atas rata-rata sama yang di
bawah rata-rata pun kalo ditawarin barang bagus pasti mau. Trus, kalo ditanya suka
beli atau ngga? Aku suka beli dan memang ada beberapa brand yang suka aku beli.
P: Boleh disebutin ngga merek-mereknya apa?
N: Mereknya… Lagi suka Gucci.
P: Berarti kalo merek Gucci dari tas, baju, sepatu gitu?
N: Kalo baju kayaknya ga punya deh baju Gucci. Tas punya malah lagi sering dipake
trus sama celana.
P: Trus kalo Sakhna ngabisin waktu, hangout sama temen-temen kemana?
N: Jarang sih ke Mall kan sekarang aku lagi skripsian paling kalo untuk ketemu
temen-temen di Cafe atau tempat-tempat yang ada Live Musicnya.
P: Boleh disebutin ngga, biasanya kemana?
N: Paling ke tempat-tempat yang ada Live Musicnya bukan Clubbing ya di daerah
sekitar SCBD atau Senopati.
P: Trus, kalo misalkan Sakhna nih sehari-hari uang jajan dari orangtua berapa?
N: Karna aku udah ada penghasilan sendiri dari luar jadi kadang kalo orangtuaku gak
kasih ya aku gak minta.
P: Kalo gitu pengeluaran kamu kira-kira perminggu tuh berapa?
N: Kalo diitung-itung perhari aku bisa ratusan ribu. Kalo perminggu ya bisa jutaan.
Makanya harus cari uang yang banyak nih.
P: Paling banyak biasanya buat apasih, Na?
N: Kalo uang jajan paling cuma abis ratusan ribu. Jadi, lebih mahal ke barang sih.
P: Jadi, kalo Sakhna beli barang kuantitasnya bisa keitung ngga sih dalam sebulan?
N: Kalo gue orangnya bukan setiap pergi harus beli barang sih. Gue lebih ke tipe yang
setiap ada barang yang gue mau harus beli.
P: Jadi, belum tentu ya sebulan lo beli barang?
N: Iya. Tapi kalo gue naksir barang harus detik itu juga gue beli.
P: Nah, lo tau ngga sih kalo di Islam sendiri melarang kita untuk hidup berlebih-
lebihan? Nah, menurut lo gaya hidup hedonis tuh bertentangan ngga sih dengan
agama Islam?
N: Gue tau banget tuh ajaran agama yang kayak gitu. Menurut gue kalo dia masih
dalam batas wajar ya gapapa. Nah, batas wajar setiap orang ini beda-beda. Kayak
misalkan gini, lo punya pendapatan segini trus lo beli barang lebih murah. Nah, ini
kan berarti lo tidak merugikan orang lain dan tidak melebihi batas kemampuan lo.
Berarti tidak bertentangan. Namun, ketika lo memaksakan dengan gaji yang segitu
trus dia pingin beli barang yang lebih mahal itu menjadikan lo bertentangan dengan
ajaran Islam dan itu kembali lagi ke diri masing-masing.
P: Gaya hidup hedonis di kalangan Mahasiswa menurut lo seperti apa? Dengan
statement bahwa Mahasiswa pada dasarnya uang jajan aja masih minta sama
orangtua. Maka, gaya hidup hedonis seperti apa yang bisa mereka terapkan dalam
hidup sehari-hari?
N: Menurut gue, Mahasiswa yang terlihat hedonis itu yang ke kampus bawa mobil.
Trus, pakaian dan barang-barang yang dia pake dan bawa branded semua.
Termasuk handphone. Nah, sekarang tuh handphone jadi acuan banget tau ya ga?
Apalagi Apple.
P: Trus menurut lo gimana nih kalo ada Mahasiwa yang ekonominya pas-pasan tapi
maksain untuk terlihat hedon? Seperti Social Climber yang “numpang” teman-
teman sosialitanya?
N: Menurut gua ga bagus sih. Kayak buat apa memaksakan sesuatu yang bukan gabisa
dicapai sih tapi belum bisa dicapai karna hal tersebut bukan hanya menyusahkan
dirinya sendiri tapi juga orangtuanya. Harusnya sih setiap manusia tau batasan-
batasan dirinya.
P: Kalo lo sendiri merasa lingkungan pertemanan lo tuh hedonis ngga?
N: Kalo untuk lingkungan kampus gue termasuk orang yang bisa beradaptasi kayak
kalo di Kampus gue ga akan nanya-nanya tentang “eh, tas ini bagus ga? Kalo tas ini
gimana?” Gue akan lebih ngomongin tentang materi kuliah kan karena akan lebih
nyambung. Dan, gue ga pernah milih-milih kalo bertemen. Gue akan bertemen
sama siapa aja tanpa melihat dia anak siapa, anak siapa, dan sebagainya. Jadi, kalo
ditanya lingkungan pertemanan gue di kampus hedon atau ngga sih jawaban gue ya
ngga.
P: Oh iya, gue pernah nih liat lo ngepost di Instagram lo kalo misalkan lo ikut
semacam arisan dolar gitu ya. Nah, kalo boleh tau alasan lo buat ikut arisan dolar
tuh apa sih na?
N: (Tertawa) Itu arisan emang pake dolar beneran. Hmm.. kalo ditanya alesan
sebenernya sih itu buat branding karna gue dan temen-temen gue yang ikutan
arisan itu kan emang kerjanya di lingkungan entertainment semua. Nah, selain itu
tujuan utamanya juga bukan buat show off atau pamer ya tapi lebih ke donasi gitu,
Bel.
P: Terakhir nih na menurut lo faktor-faktor para mahasiswa untuk menganut gaya
hidup hedonis ini apasih?
N: Mungkin Globalisasi atau jamannya aja ngga sih? Sama lingkungan pertemanan
juga. Cuma balik lagi ke diri masing-masing kayak kalo udah tajir ya gaya hidup
kayak gitu seharusnya biasa aja ga sih? Bedanya sama orang yang biasa dan maksa
untuk menjalani gaya hidup itu kan ya itu bukan bagian hidup dia, kan?

Keterangan:
P : Peneliti
N : Narasumber

Anda mungkin juga menyukai