MAKALAH
Disusun Oleh:
(221320000711)
MAKALAH
Disusun Oleh:
(221320000711)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang sudah melimpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia”
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yushinta Eka Farida M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membantu penulis baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan penulis atas makalah yang ditulis ini semoga bisa menambah wawasan bagi
para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan pengetahuan bagi
para pembaca. Mungkin dalam makalah ini terdapat kesalahan yang tidak penulis ketahui.
Maka dari itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
BAB I
BAB II
1. “Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah
Air Indonesia.”
2. “Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, Bangsa
Indonesia.”
3. “Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.
Pada poin ketiga, alih-alih menggunakan frasa berbahasa satu, akan tetapi justru
menggunakan klausa menjunjung bahasa persatuan. Hal tersebut dilakukan karena para
pendiri bangsa sadar akan potensi bahasa daerah yang jumlahnya sangat banyak di
Indonesia. Jika frasa “berbahasa satu” digunakan seperti pada poin pertama dan kedua,
dikhawatirkan akan membunuh bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Oleh sebab itu, salah
satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai jembatan bagi perbedaan bahasa-bahasa
daerah di wilayah Indonesia. Dengan kata lain adalah sebagai bahasa nasional.2
1
Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), hlm.29.
2
Moh.Siddik, et al, Bahasa Indonesia Akademik (Samarinda: Pusat MPK-LP3M Universitas Mulawarman,
2020), hlm.3.
3
Ibid, hlm.4.
6
5
Hani Subakti, et al, Asas Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021), hlm.7.
6
Ibid, hlm.8.
7
Ibid, hlm.8.
8
Hani Subakti, et al, Asas Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021), hlm.9.
7
9
Ibid, hlm.10.
10
Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), hlm.35.
11
Siti Ansoriyah, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hlm.20.
8
adalah salah satu alat yang membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga memiliki ciri dan jati diri yang dapat membedakan dari
kebudayaan daerah. Bahasa Indonesia menjadi tonggak utama kebudayaan nasional
dengan menggunakan dan mengembangkan bahasa dapat mengembangkan nilai-nilai
dan sosial budaya Indonesia.12
Penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidak dapat pula
mengabaikan Indonesia, karena salah salah satu fungsi bahasa adalah pengembangan
pengetahuan dan teknologi modern yang umumnya menggunakan bahasa asing.untuk
itulah bahasa Indonesia harus memiliki kemampuan untuk menyerap, memadankan
kosakata yang datang dari negara asing, sehingga diharapkan pemodernan bahasa
Indonesia akan terpakai di masyarakat, dan tentu harus mempertimbangkan dampak
pemanfaatannya bagi bangsa dan negara.13
“Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya udah tau,
bukan? Kalau kagak tau yang kebacut, gitu aja”.
Kalimat yang semacam itu juga tidak pernah kita jumpai pada waktu kita membaca
surat-surat dinas, dokumen-dokumen resmi, dan peraturan-peraturan pemerintah.
Di sisi lain, pada waktu kita berkenalan dengan seseorang yang berasal dari
daerah atau suku yang berbeda, pernahkah kita memakai kata-kata seperti ‘kepingin’,
‘paling banter’, ‘kesusu’ dan ‘mblayu’? apabila kita menginginkan tercapainya tujuan
komunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti oleh
lawan bicara kita sebagaimana contoh diatas. Kita juga tidak akan menggunakan
struktur-struktur kalimat yang membuat mereka kurang memahami maksudnya.
Yang menjadi masalah sekarang ialah apakah ada perbedaan ujud antara
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi sebagaimana yang kita dengar dan kita
baca pada contoh diatas, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sebagaimana
yang pernah juga kita lakukan pada saat berkenalan dengan seseorang lain daerah atau
lain suku? Perbedaan secara khusus memang ada, misalnya penggunaan kosakata dan
istilah. Hal ini disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda. Dalam lapangan
politik diperlukan kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata yang diperlukan
dalam lapangan administrasi. Begitu juga dalam lapangan ekonomi, sosial, dan yang
lain-lain. Akan tetapi, secara umum terdapat kesamaan. Semuanya menggunakan
12
Siti Ansoriyah, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hlm.21.
13
Ibid, hlm.22.
9
bahasa yang berciri baku. Dalam lapangan dan situasi diatas tidak pernah digunakan,
misalnya, struktur kata ‘kasih tahu’ (untuk memberitahukan), ‘bikin bersih’ (untuk
membersihkan), ‘dia orang’ (untuk mereka), ‘dia punya harga’ (untuk harganya), dan
kata ‘situ’ (untuk saudara, anda, dan sebagainya), ‘kenapa’ (untuk mengapa), ‘bilang’
(untuk mengatakan), ‘nggak’ (untuk tidak), ‘gini’ (untuk begini), dan kata-kata lain
yang dianggap kurang atau tidak baku.14
14
Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), hlm.36.
15
Ibid, hlm.37.
16
Ibid, hlm.38.
10
negara. Perbedaan itu terlihat pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab kita
terhadap pemakaian fungsi itu.
Kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi dipakai
sebagai alat penghubung antarsuku, misalnya, karena kita sebagai bangsa Indonesia
yang hidup di wilayah tanah air Indonesia. Sehubungan dengan itu, apabila ada orang
yang berbangsa lain yang menetap di wilayah Indonesia dan mahir berbahasa
Indonesia, dia tidak mempunyai tanggung jawab moral untuk menggunakan bahasa
Indonesia sebagai fungsi tersebut. Jadi seseorang menggunakan bahasa Indonesia
sebagai penghubung antarsuku, karena dia berbangsa Indonesia yang menetap di
wilayah Indonesia, sedangkan seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang menjalankan tugas-
tugas ‘pembangunan’ Indonesia.17
17
Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), hlm.39.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dibuat penulis berdasarkan materi yang disajikan adalah
pentingnya kita memahami kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia baik sebagi
bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara / resmi. Dengan memahami hal
tersebut kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita dapat menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara /
resmi.
3.2 Saran
Saran penulis kepada pembaca adalah bacalah dengan seksama dan cobalah
memahami lebih dalam tentang kedudukan dan fungsi bahasa.
12
DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Masnur.2010.