Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
RETNO PUSPARANI
NIM: 11150150000097
i
ABSTRACT
Based on the results of the study, it was found that: (1) The application of the
student code of ethics to students of the Faculty of Tarbiyah and Teacher Training
has been applied almost comprehensively in the campus environment, that most
students have dressed in accordance with the applicable Islamic code of ethics and
Islamic law, they are aware of wearing clothes that are in accordance with the
guidelines and codes of conduct for teacher students in the information board of the
dress code of students of FITK. (2) There are 4 (four) factors that influence the
student's style of dress, that is, factors of oneself, family, campus organization and
peers. That is, from each of the various styles of student dress there are all factors
and important roles of the surrounding environment. (3) Fashion style that is in
accordance with the code of ethics that students have applied now is not as direct as
it is now, but there is a change in fashion style.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT, karena segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tidak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan jahiliyah menuju
jalan yang terang benderang dengan Agama Islam yang dibawanya menjadi
penyelamat dan mengantarkan pemeluknya menuju kedamaian di dunia maupun di
akhirat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi
selama penyelesaian skripsi ini, namun atas kemudahan yang senantiasa Allah SWT
berikan dan motivasi serta dukungan dari berbagai pihak penulis dapat mengatasi
kesulitan tersebut. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan
skripsi ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak
Andri Noor Andriansyah selaku Sekertaris Jurusan.
4. Ibu Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si selaku dosen pembimbing satu yang telah
meluangkan waktu dan telah membantu menyelesaikan penyusunan skripsi dari
awal sampai akhir.
5. Bapak Drs. H, Syaripulloh, M.Si selaku dosen pembimbing dua yang telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, kritik,
dan saran bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
iii
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan seluruh Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama masa
perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.
7. Kedua orang tua saya yang saya banggakan, Mama dan Bapa yang selalu
memberikan motivasi dan mendukung saya dalam mengerjakan skripsi, juga
terimakasih kepada adik saya Caca yang telah memberikan dukungan dalam
mengerjakan skripsi ini.
8. Partner saya, Dimas Wisa Fadholi terimakasih atas waktu dan perhatianya kepada
penulis selama masa kuliah dan masa selama mengerjakan skripsi, juga terima
kasih sudah memberikan semangat serta motivasi dan sahabat saya Retno
Sariwening yang selalu menghibur saya dalam keadaan apapun.
9. Teman-teman yang saya sangat sayangi sejak awal perkuliahan, Diamar, Ajeng,
Selvi, Dwiky, Mail, Irfan, Deri, Restu, Putri, Dinda, Umay, Ilfi, Jidah, Tahsya dan
Nabila, yang selalu memberi keceriaan dan momen-momen bahagia selama masa
perkuliahan.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan
2015 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan khususnya kelas Sosiologi
terimakasih untuk selama ini telah memberikan arti dalam kehidupan perkuliahan
mohon maaf tidak bisa disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa pertemanan
kita, tetap kompak selalu dan terus jalin tali silaturrahmi.
11. Terimakasih kepada partisipan teman-teman mahasiswa yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu serta mendukung peneliti untuk menyelesaikan skripsi
ini.
12. Terimakasih juga kepada partisipan staf FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah meluangkan waktu dan mendukung peneliti untuk menyelesaikan
skripsi ini.
iv
13. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan informasi
yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga penelitian
in dapat bermanfaat bagi penulis khususna dan bagi para pembaca pada umumnya
dan dapat memberikan kontribusi dalam pendidikan.
Penulis
Retno Pusparani
v
DAFTAR ISI
vi
7. Kode Etik ...................................................................................................... 20
6. Gaya Busana atau Fashion ........................................................................... 24
B. Penelitian yang Relevan ................................................................................... 26
C. Kerangka Berpikir ............................................................................................ 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 35
1. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
B. Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................................. 36
C. Sumber Data dan Jenis Data ............................................................................ 37
1. Data dan Sumber Data .................................................................................. 37
D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................ 40
1. Wawancara ................................................................................................... 40
2. Observasi ...................................................................................................... 43
3. Dokumentasi ................................................................................................. 44
E. Analisis Data ................................................................................................... 45
1. Reduksi Data ................................................................................................ 45
2. Penyajian Data .............................................................................................. 45
3. Kesimpulan atau Verifikasi .......................................................................... 46
F. Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 49
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................. 49
1. Letak Geografis ............................................................................................ 49
2. Profil Singkat Fakultas ................................................................................. 49
3. Visi dan Misi ................................................................................................ 53
4. Sarana dan Prasarana .................................................................................... 54
5. Konsep Kode Etik ........................................................................................ 56
B. Penerapan Kode Etik Mahasiswa Terhadap Gaya Berbusana di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan ........................................................................................... 57
1. Pemahaman Mengenai Kode Etik Berbusana .............................................. 57
vii
2. Ragam Gaya Berbusana Mahasiswa FITK................................................... 60
3. Keadaan Busana Mahasiswa Saat Ini ........................................................... 65
C. Penerapan Sanksi Terhadap Pelanggaran Kode Etik ....................................... 68
1. Penerapan Sanksi Ringan Pada Pelanggaran Gaya Busana Mahasiswa ...... 68
D. Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Berbusana ....................................... 71
1. Faktor Internal .............................................................................................. 71
2. Faktor Eksternal ........................................................................................... 76
3. Perubahan Gaya Berbusana Selama Kuliah Di FITK .................................. 79
E. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 84
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................ 86
1. Kesimpulan ...................................................................................................... 86
2. Implikasi ........................................................................................................... 87
3. Saran ................................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 89
Lampiran-lampiran .................................................................................................. 93
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti
bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk
selalu berkembang didalamnya. Pendidikan tidak akan ada habisnya. Pendidikan
secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan
diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Kita dididik
dan diharapkan menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan Negara.
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu
kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh
dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-
orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota profesi dan organisasi
tersebut. Kode etik profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam
menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang
1
2
1
Soetjipto dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), hlm. 32.
3
2
Pedoman Akademik Program Strata Satu Tahun 2018/2019, hlm.107.
4
Gambar 1.1
Kode Etik Mahasiswa
Kategori sanksi ringan hanya berupa teguran lisan dan tertulis, dari
pernyataan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof Dr Yusron Razak:
Tata tertib berbusana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sudah ada
bentuk informasinya dipapan pada setiap lantai fakultas, diantaranya berisi:
Tabel 1.1
Tata tertib berbusana dan penampilan mahasiswi FITK
Tertib busana dan penampilan Tertib busana dan penampilan
mahasiswi FITK: mahasiswa FITK:
1) Memakai busana muslimah 1) Rambut tidak gondrong
(berjilbab) 2) Tidak memakai aksesoris wanita
2) Baju dan celana panjang 3) Tidak boleh memakai celana jeans
3) Baju dan celana tidak ketat 4) Baju dan celana tidak sobek
4) Baju dan celana tidak transparan 5) Tidak memakai kaos oblong
5) Tidak diperkenankan memakai 6) Maupun kaos berkerah
celana jeans Beralas kaki tertutup/bersepatu
6) Mahasiswi dianjurkan memakai rok
panjang
7) Beralas kaki tertutup/bersepatu
Tata tertib berbusana mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan telah
ditetapkan pada tahun 2002 dengan keputusan rektor berdasarkan usulan dekan
fakultas dan atau direktur SPS setelah memperhatikan rekomendasi tim khusus
yang terdiri atas berbagai unsur baik di tingkat fakultas, SPS maupun universitas.
Sanksi mahasiswa yang melanggar ketentuan non-akademik, hukum dan moral
dapat dikenakan sanksi berupa teguran, peringatan keras, skorsing dalam jangka
3
Nanang Syaikhu. Berita Senat FITK, (https://www.uinjkt.ac.id/id/mahasiwa-yang-
melanggar-kem-akan-dikenai-surat-tilang/). Diakses pada tanggal 30 Januari 2020 jam 23.20.
6
Berpakaian sesuai syariat Islam hukumnya wajib bagi seluruh umat muslim.
Namun budaya berpakaian sesuai syariat Islam pun saat ini sudah memudar, anak
muda mulai terpengaruh oleh budaya pakaian dari barat. Perkembangan dalam
berbusana sejalan dengan perkembangan peradaban manusia yang terkait dengan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Semakin tinggi tingkat kebudayaan
manusia, maka semakin tinggi pula tingkat pemikiran manusia. Kebudayaan
bersifat akumulasi, maksudnya semakin lama akan semakin bertambah kaya
seperti pemikirannya, kreatifitasnya, dan keterampilannya dari sejak zaman
primitif sampai saat ini dan ke depan.5 Dalam memakai pakaian, seseorang selalu
mengikuti perkembangan mode yang selalu berjalan up to date, sedangkan mode
pakaian akan terpengaruh perubahan budaya serta perkembangan peradaban.
4
Pedoman Akademik, op.cit., hlm. 91.
5
Arifah A. Riyanto, Sejarah dan Perkembangan Busana, (Bandung: Dinas Pendidikan
provinsi Jawa Barat, 2005), hlm,10.
6
Buya Jilan, Berita Senat FITK, (https://www.uinjkt.ac.id/id/bekali-maba-studi-tepat-waktu-
fitk-gelar-student-days/). Diakses pada tanggal 30 Januari 2020 jam 23.30.
7
hadapan kita. Aurat yang semestinya kita tutup janganlah kita umbar-umbar.
Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal
ini berkaitan dengan budaya setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan
memakai pakaian dengan model apapun, selama pakaian tersebut memenuhi
persyaratan sebagai penutup aurat.
Berbusana yang sesuai dengan kode etik memperhatikan sopan dan tidaknya
dalam berbusana. Hal tersebut mengingat bahwa kampus merupakan lembaga
resmi pendidikan. Sehingga dalam tata berbusana dan pemakaian atribut
kelembagaan tersebut juga harus ditonjolkan. Karena hal tersebut adalah
sebagai identitas suatu lembaga. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan
lembaga pendidikan Islam, sehingga semua atribut yang dipakai oleh civitas
akademika harus mencerminkan nilai-nilai Islam, terutama dalam berbusana.
Sebagai mahasiswa atau mahasiswi harus memperhatikan kode etik kampus
sebagai landasan berpijak selama masa pendidikan. Dalam tata tertib berbusana
sudah ada ketentuannya, kesemuanya adalah untuk menjunjung nama baik
almamater dan Islam sebagai landasan berpikir dan bertindak.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat, terdapat masalah-masalah yang
berkaitan dengan penelitian ini. Masalah tersebut diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Belum semua mahasiswa FITK menerapkan kode etik mahasiswa
2. Ditemukan mahasiswa FITK yang gaya berbusananya tidak sesuai dengan
kode etik mahasiswa
3. Tata tertib busana mahasiswa FITK belum diterapkan secara menyeluruh
4. Kategori sanksi yang berlaku yaitu sanksi ringan hanya berupa teguran lisan
dan tertulis
C. Pembatasan Masalah
Setelah peneliti memaparkan identifikasi masalah yang terjadi, agar
penelitian ini tidak meluas, maka peneliti membatasi permasalahan pada
penerapan kode etik mahasiswa pada gaya berbusana mahasiswa Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Program Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Perumusan Masalah
Agar dapat memfokuskan penelitian yang dilakukan, peneliti membuat
beberapa pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan kode etik mahasiswa terhadap gaya berbusana
mahasiswa FITK?
2. Bagaimana penerapan sanksi terhadap pelanggaran kode etik berbusana di
FITK?
3. Faktor yang mempengaruhi gaya berbusana selama berkuliah di FITK?
9
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di uraikan sebelumnya, maka
terdapat beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk menggambarkan penerapan kode etik mahasiswa terhadap gaya
berbusana mahasiswa FITK.
2. Untuk mengetahui penerapan sanksi terhadap pelanggaran kode etik
berbusana di FITK.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi gaya berbusana selama
berkuliah di FITK.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai penerapan kode etik mahasiswa terhadap gaya
berbusana mahasiswa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ini diharapkan
memiliki beberapa manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan:
Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang
pendidikan, khususnya tentang kode etik mahasiswa dan dalam
pelaksanaan tata tertib akademik.
b. Bagi Mahasiswa:
Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan tentang kode
etik mahasiswa khusunya tata tertib busana FITK.
c. Bagi Peneliti:
Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
penerapan kode etik mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan:
Sebagai informasi untuk pihak lembaga dalam menentukan kebijakan-
kebijakan pelanggaran kode etik mahasiswa serta melakukan upaya untuk
10
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1
I.B. Wirawan, Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. (Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2012) , hlm. 98.
2
Thomas W. Champbell, Tujuh Teori Sosial, (Yogyakarta: Kasinius, 1994), hlm. 203.
3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm. 352.
11
12
4
I.B. Wirawan, Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. (Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama, 2012) , hlm. 101.
5
Ibid, hlm.101.
13
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem social yang terdiri
atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu
dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi dalam satu bagian akan
membawa perubahan pula terhadap perubahan lain. Asumsi dasarnya adalah
bahwa setiap struktur dalam sistem social, fungsional terhadap yang lain.
Sebaliknya kalau ada fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan
hilang sendirinya. Tujuan utama pemuatan teori structural fungsional
menganggap masyarakat terintegrasi atas dasar kata sepakat anggota-
anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Pendapat umum ini
memiliki daya yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan
kepentingan di antara para anggota masyarakat. Masyarakat sebagai suatu
sistem sosial, secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk ekuilibrum
(persetujuan diantara keduanya).6
6
Ibid., hlm. 40.
14
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen
yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan
yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap
bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah setiap struktur dalam sistem sosial
fungsional saling seimbang terhadap yang lain. Sebaliknya, kalau tidak
fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya.
Menurut Lawer, teori ini mendasarkan pada tujuh asumsi, yaitu:7
1. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri
atas bagian-bagian yang saling berinteraksi.
2. Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat
timbal balik.
3. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis; penyesuaian yang ada tidak perlu
banyak mengubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh.
4. Integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada, sehingga di
masyarakat senantiasa timbul ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-
penyimpangan, tetapi ketegangan dan penyimpangan ini akan
dinetralisasi lewat proses pelembagaan.
5. Perubahan-perubahan akan berjalan secara gradual dan perlahan-lahan
sebagai suatu proses adaptasi dan penyesuaian.
6. Perubahan merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh adanya
diferensiasi dan inovasi.
7. Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang sama.8
3. Kedisiplinan
Disiplin berasal dari bahasa latin yaitu disciplina yang berarti latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Menurut
7
Ibid., hlm. 40.
8
Ibid., hlm. 41.
15
Santoso disiplin berasal dari disciple (dalam bahas inggris) berarti pengikut
atau murid. Pengikut atau murid wajib mengetahui dan menaati tata tertib
sehingga disiplin lebih dikenal dengan tata tertib dari pada pengertian aslinya
dan menurut Poerwadarminta disiplin adalah latihan bathin dan watak dengan
maksud agar segala perubahan yang dilakukan menunjukkan tata tertib,
mentaati ketentuan atau aturan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Mahasiswa
9
Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta: PT. Pratnya Praminto, 2004),
hlm. 75.
10
Elly M. Setiadi dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), hlm. 81.
16
11
Damar A Hartaji. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan
Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
17
terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya, dan
terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru.12
5. Penampilan Diri
Penampilan adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang,
dan juga meupakan sarana komunikasi antara seorang individu dengan
individu lainnya. Tampil menarik dapat menjadi salah satu kunci sukses
dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Orang lain akan merasa nyaman,
betah, dan senang dengan penampilan diri yang enak dipandang mata.
Berpenampilan menarik bukan berati mewah, tetapi tergantung pada diri
individu itu sendiri dalam kaitannya pengembangan diri seutuhnya secara
baik. Penampilan mengandung pengertian, diantaranya (1) enak dan menarik
dipandang mata, (2) kesempurnaan penampilan dalam warna, (3) proporsi
tubuh yang simetris yang menimbulkan kesan menarik. Dengan kata lain,
suatu penampilan akan terlihat menarik manakala penampilan itu pleasing
atau berbentuk sempurna dalam pengertian proporsi dari setiap bagian
terstuktur secara harmonis.13 Usaha yang dapat dilakukan untuk dapat
berpenampilan menarik meliputi:
a. Sikap atau pembawaan
Sikap yang baik akan menimbulkan kesan yang baik pula. Dalam hal
ini, penampilan fisik seseorang memegang peranan penting melalui cara
berjalan, cara berbicara, cara makan, cara duduk, cara berdiri.
b. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh
Hal yang terkait dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh adalah: (1)
cara memandang, yaitu pandangan mata saat melihat atau berbicara dengan
12
Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta: PT. Pratnya Praminto,
2004), hlm. 76.
13
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali, 2002), hlm. 35.
18
lawan bicara. (2) Sikap tubuh, meliputi sikap kepala (tegak), sikap wajah
(alis mata, bibir).
c. Berbicara
Untuk dapat berbicara dengan baik dituntut bahasa tubuh yang sesuai
dengan pembicaraan yang dilakukan. Suara juga harus disesuaikan dengan
kondisi waktu, tempat, maupun inti pembicaraan. Misal: jika pembicaraan
mengandung makna kemarahan maka ekspresi wajah, intonasi suara juga
menyelaraskan dalam keadaan gusar.
d. Kesehatan
Kesehatan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan
diusahakan agar memberikan penampilan segar dan prima.
e. Kebersihan dan kerapian
Merupakan hal penting yang diperhatikan dan dihindarkan karena
akan mengganggu penampilan secara keseluruhan.14
f. Tata busana
Busana tidak saja berfungsi sebagai pelindung tubuh dan penutup
bagian tertentu pada tubuh, akan tetapi busana mempunyai fungsi lain
yaitu memperindah diri. Kemampuan seseorang untuk dapat berbusana
dengan tepat dan baik akan menampilkan kesan positif yang berkaitan
erat dengan gairah hidup, sehingga menambah percaya hidup. Berbusana
dengan baik akan menampilkan pribadi yang menarik pula.15
6. Syariat Islam
14
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), hlm. 103.
15
Ibid., hlm. 103.
19
1. Al-Libas (bentuk jamak dari kata Al-Lubsu), yang berarti segala sesuatu
yang menutup tubuh. Kata ini digunakan Al-Quran untuk menunjukkan
pakaian lahir dan batin.
2. Ats-Tsiyah (bentuk jamak dari Ats-Tsaubu), yang berarti kembalinya
sesuatu pada keadaan semula yaitu tertutup.
3. Az-Sarabil yang berarti pakaian apapun jenis bahannya.
aurat seorang muslimah adalah seluruh bagian tubuh kecuali wajah dan
telapak tangan.
7. Kode Etik
a. Pengertian Kode Etik
Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai dan juga aturan profesional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar, baik, apa yang tidak
benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa
18
Abu Malik Kamal, Fiqh Sunnah Lin Nissa. (Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2016).
21
saja yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan
perbuatan apa yang harus dihindari.19
Atau secara singkatnya definisi kode etik yaitu suatu pola aturan, tata
cara, tanda, pedoman etis ketika melakukan suatu kegiatan atau suatu
pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman berperilaku. Pengertian kode etik yang lainnya yaitu, merupakan
suatu bentuk aturan yang tertulis, yang secara sistematik dengan sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan ketika dibutuhkan
dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi berbagai macam
tindakan yang secara umum dinilai menyimpang dari kode etik tersebut.
Tujuan kode etik yaitu supaya profesional memberikan jasa yang
sebaik-baiknya kepada para pemakai atau para nasabahnya. Dengan adanya
kode etik akan melindungi perbuatan dari yang tidak profesional. Ketaatan
tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan yang naluriah,
yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa serta perilaku tenaga profesional.
Jadi ketaatan tersebut terbentuk dari masing-masing orang bukan karena
suatu paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa jika dia
melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi
dia sendiri.
Kode etik bukanlah merupakan kode yang kaku karena akibat
perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah
tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Seperti misalnya kode etik tentang
euthanasia (mati atas kehendak sendiri), sejak dahulu belum tercantum
dalam kode etik kedokteran tapi kini sudah dicantumkan. Kode etik sendiri
disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing dari profesi
mempunyai kode etik tersendiri. Seperti misalnya kode etik guru,
pustakawan, dokter, pengacara dan sebagainya. Pelanggaran kode etik
19
Adams, dkk; Etika Profesi, (Jakarta: Gramedia, 2007), hlm. 65.
22
tidaklah diadili oleh pengadilan, sebab melanggar kode etik tidak selalu
berarti melanggar hukum. Sebagai contohnya untuk PGRI (Persatuan Guru
Republik Indonesia) terdapat kode etik keguruan. Jika seorang guru
dianggap telah melanggar kode etik tersebut, maka guru diperiksa oleh
Majelis Kode Etik Keguruan Indonesia, bukan diperiksa oleh pengadilan.
Sering kali kita mendengar tentang istilah kode etik, akan tetapi
terkadang masih belum kita ketahui arti kode etik yang sesungguhnya.
Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional
secara tertulis yang dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar, serta
apa yang tidak benar dan juga tidak baik bagi profesional. Secara singkat
pengertian kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman
etis di dalam melakukan suatu kegiatan ataupun suatu pekerjaan. Kode
etik berhubungan dengan perilaku seseorang.
Pengertian kode etik lainnya adalah suatu aturan yang tertulis, secara
sistematik dengan sengaja di buat, berdasarkan prinsip-prinsip moral yang
ada serta ketika dibutuhkan bisa di fungsikan sebagai alat yang dapat
digunakan menghakimi berbagai macam dari tindakan yang pada umumnya
dinilai menyimpang dari kode etik yang ada. Dalam pembentukannya, kode
etik tentu memiliki tujuan didalamnya yaitu, agar profesional dapat
memberikan jasa dengan sebaik-baiknya kepada para pemakai ataupun
para nasabahnya, sebagai pelindung dari perbuatan yang tidak profesional.
Ketaatan dari tenaga profesional terhadap kode etik yang ada
merupakan sebuah ketaatan yang naluriah. Penyelewengan atau
penyimpangan terhadap norma yang ditetapkan dan diterima oleh
sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu
profesi itu dimata masyarakat dinamakan pelanggaran terhadap kode etik
profesi. Kode etik bagi sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga
diucapkan oleh para pejabat Negara.
23
Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh.
Artinya, tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya.
Berdasarkan pengertian kode etik, dibutuhkan sanksi keras terhadap
pelanggar sumpah dan kode etik profesi. Bahkan, apabila memenuhi unsur
adanya tindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar sumpah
dan kode etik itu harus diseret ke pengadilan. Kita memang harus memiliki
keberanian untuk lebih bersikap tegas terhadap penyalahgunaan profesi.
Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan tebang pilih dalam
menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus
ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak
memiliki kekebalan di bidang hukum. Kita harus mengakhiri praktik-
praktik curang dan penuh manipulatif dari sebagian elite masyarakat. Ini
penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan
Bangsa yang bermartabat. Pelanggaran kode etik profesi merupakan
pelanggaran yang dilakukan oleh sekelompok profesi yang tidak
mencerminkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata
masyarakat. Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-
masing profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter,
guru, pustakawan, pengacara, Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh
pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar
hukum.20
Berapa penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa, ada pun
yang menjadi penyebab mengapa terjadi pelanggaran kode etik yaitu;
1. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat
2. Organisasi profesi tidak di lengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan
20
Ibid., hlm. 68.
24
21
Ibid., hlm. 70.
22
A. Riyanto, Teori Busana, (Bandung: Yapemdo, 2003), hlm. 88.
25
tidak terlalu banyak dan apa adanya. Sedangkan wanita sekarang memiliki
peranan yang penting dalam kehidupan keluarga maupun sosial.
Wanita tidak lagi identik dengan rumah dan dapur, sekarang banyak
wanita yang turut serta membantu perekonomian keluarga dengan bekerja
sebagai wanita karier atau menjadi pembisnis. Dari situlah muncul fashion
yang menunjang kebutuhan sehari-hari, karier dan pekerjaan wanita.
Dengan demikian wanita bisa berpenampilan modis dan trendy sesuai
dengan kepribadian dan karakternya masing-masing.
c. Manfaat Gaya Busana
Ada beberapa manfaat dalam kehidupan sehari-hari diantaranya ialah
sebagai berikut:
1. Memberikan rasa percaya diri: Secara psikologis setiap wanita yang
penampilannya menarik dan nyaman lebih memiliki percaya diri
dibandingkan dengan wanita yang penampilannya tidak menarik. Rasa
percaya diri mempengaruhi semangat dalam mengerjakan berbagai
macam pekerjaan dan berakitivitas.
2. Memberikan daya tarik tersendiri: Menggunakan pakaian dan
berpenampilan menarik bisa memberikan daya tarik yang memikat.
Apalagi jika dipadu dengan sopan dan ramah akan memunculkan aura
yang menarik membuat orang merasa nyaman saat bicara dan dekat
dengan kalian.
3. Membuat bahagia: Memanjakan diri sendiri tidak hanya dengan belanja
pakaian dan barang-barang baru. Namun rasa kepuasan menggunakan
fashion yang menjadi perhatian bisa membuat perasaan bahagia.23
23
Agus Sachari, Desain Gaya dan Realitas, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm. 56.
26
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.
Hasil dari penelitian ini adalah penerapan gaya berbusana mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat berdasarkan kode etik mahasiswa menunjukkan
bahwa sebagian besar belum sepenuhnya terlaksana, terbukti dengan
mayoritas mahasiswa yang belum berbusana sesuai dengan kode etik
mahasiswa. Gaya berbusana mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ada
sekitar 45% yang sesuai dan 55% yang tidak sesuai dengan kode etik
mahasiswa. Dari prosentase tersebut lebih banyak gaya berbusana mahasiswa
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang tidak sesuai dengan kode etik
mahasiswa dikarenakan sanksi belum berjalan dan tidak ditegakkan, hal itu
juga karena tidak semua dosen punya kepeduliaan untuk menegakkannya.
Table 2.1
Penelitian Relevan
No Ringkasan & Hasil Penelitian Persamaan & Perbedaan
1. Nama Peneliti: Hany Sabrina Persamaan: Penelitian ini dengan
Mumtaz Aziz (2016) penelitian saya sama-sama ingin
Judul: Respon Mahasiswa Tentang mengetahui penerapan kode etik
Kode Etik Berpakaian Di Fakultas mahasiswa
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perbedaaan: Penelitian ini
Ringkasan: Bertujuan untuk bertujuan untuk mengetahui
mengetahui respon mahasiswa respon mahasiswa sedangkan
tentang kode etik berpakaian di penelitian saya untuk mengetahui
kampus terutama Fakultas Dakwah penerapan kode etik berbusana.
dan Ilmu Komunikasi
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kategori respon mahasiwa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi terhadap Kode Etik
berpakaian di UIN Syarif
29
24
Skripsi Hany Sabrina Mumtaz Aziz Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayarullah Jakarta tahun 2016 dengan judul Respon Mahasiswa Tentang Kode Etik Berpakaian Di
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
30
25
Skripsi Nur Hidayat tahun 2015 dengan judul Pendidikan Karakter dan Etika Berbusana
(Studi Kasus Terhadap Etika Berbusana Mahasiswa Prodi PGMI.
26
Skripsi Lola Rizkila Nur tahun 2007 dengan judul Respon Mahasiswa Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Penggunaan Jilbab Sebagai Pakaian Kampus
(Studi Komparasi Antara Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi.
31
Judul: Analisis Penerapan Kode Etik sama tentang kode etik mahasiswa
Mahasiswa terhadap Gaya Berbusana dan gaya berbusana
Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya Menurut Tindakan Sosial Perbedaan: Penelitian ini lebih
Max Weber dan Islam : Studi Kasus berfokus kepada analisis
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat penerapannya yang tidak
Ringkasan: Untuk mengetahui diterapkan secara maksimal.
penerapan gaya berbusana Penelitian yang saya buat
mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan berfokus pada penerapan kode
Filsafat berdasarkan KEM dan etik mahasiswa dengan gaya
mengetahui penerapannya terhadap berbusananya.
gaya berbusana mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat menurut
tindakan sosial Max Weber.
Hasil: Penerapan gaya berbusana
mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat berdasarkan kode etik
mahasiswa menunjukkan bahwa
sebagian besar belum sepenuhnya
terlaksana, terbukti dengan mayoritas
mahasiswa yang belum berbusana
sesuai dengan kode etik mahasiswa.
Gaya berbusana mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat ada sekitar
45% yang sesuai dan 55% yang tidak
sesuai dengan kode etik mahasiswa.
Dari prosentase tersebut lebih
banyak gaya berbusana mahasiswa
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
yang tidak sesuai dengan kode etik
mahasiswa dikarenakan sanksi belum
berjalan dan tidak ditegakkan, hal itu
juga karena tidak semua dosen punya
kepeduliaan untuk menegakkannya.27
27
Skripsi Kiki Rizkiatul Afifah Jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2016 dengan judul Analisis Penerapan Kode
32
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan dan diambil kerangka pemikiran sebagai
berikut. Pada umumnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan adalah Fakultas
yang mencetak calon-calon guru, baik calon guru yang mengajar dari tingkatan
PAUD sampai dengan tingkatan SMA (sekolah menengah atas). Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan mempunyai kode etik yang paling utama mengenai
penampilan yakni kode etik berbusana, sebagaimana seorang guru
penampilannya harus dapat dijadikan contoh oleh murid-muridnya. Maka dari itu
untuk mengingatkan dan dijadikan sebagai pedoman berbusana dibuatlah Kode
Etik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Keputusan Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 469 Tahun 2016 BAB IV Pasal 5 Ayat 3
yang berbunyi “melanggar standar busana, tata cara berbusana dan
berpenampilan”. Pacuan tata cara berbusana mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan adalah sebagai berikut:
Etik Mahasiswa terhadap Gaya Berbusana Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Menurut Tindakan
Sosial Max Weber dan Islam : Studi Kasus Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
33
Tabel 2.2
Tertib Busana Mahasiswa FITK
Tertib busana dan penampilan mahasiswa Tertib busana dan penampilan mahasiswi
FITK: FITK:
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Bulan
No Kegiatan Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
1. Studi Pendahuluan
2. Penyusunan
observasi dan
perencanaan
penelitian
3. Merumuskan
instrument penelitian
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan dan
analisis data
penelitian
6. Penyusunan laporan
penelitian
7 Penyerahan skripsi
8. Sidang munaqosah
35
36
1
Syamsir Salam, dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), hlm. 30.
2
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Press, 2011),
hlm.2.
3
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 329.
37
untuk memahami secara efektif bagaimana orang, kejadian, latar alami (social
setting) itu beroprasi atau berfungsi sesuai dengan konteksnya.4
Desain studi kasus yang digunakan peneliti adalah desain kasus tunggal.
Terdapat tiga rasional untuk desain studi kasus tunggal. Pertama, ingat bahwa
studi kasus analog dengan eksperimen tunggal, dan banyak kondisi-kondisi yang
sama yang membenarkan eksperimen tunggal juga membenarkan studi kasus
tunggal. Karenanya, sebuah rasional untuk kasus tungal ialah manakala kasus
tersebut menyatakan kasus penting dalam mrnguji suatu teori yang telah disusun
dengan baik. Kedua, untuk kasus tunggal ialah kasus tersebut menyajikan suatu
kasus ekstrem atau unik. Ketiga, studi kasus tunggal adalah kasus penyingkapan
itu sendiri. ketiga rasional di atas merupakan alasan-alasan utama bagi
penyelenggaraan studi kasus tunggal.5
4
Muri Yusuf, op.cit., h. 339.
5
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, (Jakarta; PT Raja Grafindo, 2014), hlm.47.
6
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),
hlm.82.
38
B. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung
yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip arsip resmi.7 Data
sekunder yang diperoleh adalah data berupa dokumen atau berkas sebagai
penunjang penelitian, yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan
dengan objek kajian penelitian ini, adapaun data dan berkas dokumen
7
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), hlm.36.
40
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), hlm.317.
9
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya, (Jakarta:
Grasindo, 2010), hlm. 134.
41
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Tabel 3.4
Instrumen Wawancara
No Daftar Pertanyaan Sumber Data
1. 1. Apa yang anda ketahui tentang kode etik
mahasiswa terutama kode etik berbusana? Mahasiswa
2. Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana FITK (12)
mahasiswa FITK?
3. Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan
kode etik berbusana mahasiswa yang sudah
ditetapkan?
4. Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana
seperti ini?
5. Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai
dengan syariat Islam dan menurut anda apakah
gaya berbusana (muslimah/muslimin) anda sudah
sesuai dengan syariat Islam?
6. Menurut anda apakah kode etik berbusana
mahasiswa sudah diterapakan bagi sebagian
mahasiswa?
7. Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya
berbusana seperti apakah yang disebut sudah
menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
8. Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak
menerapkan kode etik berbusana mahasiswa?
9. Apakah ada perubahan gaya berbusana anda selama
kuliah?
Daftar Pertanyaan Sumber Data
2. 1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang kode etik
berbusana yang berlaku di FITK?
2. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang gaya busana Staf FITK
mahasiswa FITK?
3. Apakah menurut bapak/ibu gaya berbusana
mahasiswa FITK sudah sesuai dengan kode etik
berbusana yang ditetapkan fakultas?
4. Menurut bapak/ibu apakah sanksi telah ditetapkan
dan berlaku bagi mahasiswa yang berbusana tidak
sesuai kode etik?
5. Bagaimanakah cara yang ampuh agar mahasiswa
yang berbusana tidak sesuai kode etik dapat
berbusana yang sesuai dengan apa yang ditetapkan
FITK?
43
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung.10 Peneliti melakukan kegiatan observasi selama dua
hari dalam satu minggu dan dilakukan selama dua minggu, pada minggu
pertama hari selasa 24 September 2019 di FITK Ciputat dan Gedung PPG
Sawangan peneliti mengamati keadaan gaya berbusana mahasiswa, kemudian
di hari selanjutnya rabu 25 September 2019 di FITK Ciputat dan Gedung PPG
Sawangan, peneliti mengamati kesesuaian penerapan gaya berbusana
mahasiswa. Di minggu berikutnya pada hari senin 30 September 2019 FITK
Ciputat dan Gedung PPG Sawangan peneliti mengamati gaya berbusana
individu dengan kelompok pertemanannya, kemudian di hari berikutnya pada
hari selasa 1 Oktober 2019 FITK Ciputat peneliti mengamati mahasiswa yang
lalu lalang pada lorong dan tangga yang terdapat poster tata tertib berbusana
mahasiswa.
Observasi partisipatif adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian.11 Karena peneliti ingin mendapatkan data yang mendalam terkait
mengenai penerapan kode etik mahasiswa terhadap gaya berbusana
mahasiswa FITK. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kondisi sosial dari objek yang diteliti, peneliti melihat dan mengamati
mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terkait
penerapan kode etik yang ada di Fakultas.
10
Sudaryono. Metodologi Penelitian. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2017), hlm 216
11
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 458.
44
Tabel 3.5
Pedoman Observasi Penelitian
3. Dokumentasi
Teknik studi dokumentasi, digunakan untuk mempelajari berbagai sumber
dokumentasi. Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk mengungkapkan
peristiwa, objek dan tindakan-tindakan yang dapat menambah pemahaman
peneliti terhadap gejala-gejala masalah yang diteliti.12 Dalam penelitian ini,
menggunakan dokumen tertulis, meliputi lembar Kode Etik Mahasiswa dan
tata tertib busana mahasiswa FITK.
Tabel 3.6
Kisi-kisi Dokumentasi Penelitian
No Dokumen Yang Diperlukan Sumber
1. Data Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pustipanda
Keguruan (Data Sekunder)
2. Kode Etik Mahasiswa Buku Pedoman
Akademik
3. Tata tertib busana mahasiswa FITK Poster tata tertib
12
Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 26.
45
E. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkip, wawancara, observasi, catatan lapangan, dokumen, foto, dan material
lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang data yang telah
dikumpulkan, sehingga memungkinkan temuan penelitian dapat disajikan dan
diinformasikan kepada orang lain.13 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
versi Miles dan Hubermen, mengemukakan bahwa model Miles dan Hubermen
terdapat 3 (tiga) tahap:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian pekerjaan mengumpulkan data bagi penelitian kualiatif harus
langsung diikuti dengan pekerjaan menulis, mengedit, mengklasifikasi,
mereduksi, dan menyajikan data, serta menarik kesimpulan dengan cara
membandingkan sebagai analisis data kualitatif.14
Pada penelitian ini peneliti melakukan tahap reduksi data dengan cara
menyusun transkip wawancara partisipan kemudian setelah wawancara
peneliti transkip, peneliti merangkum isi dari wawancara, memilih hal-hal
tertentu dan memotong isi wawancara yang menurut peneliti tidak perlu.
Kemudian setelah melakukan rangkuman data tersebut, peneliti melakukan
member checking dengan cara meminta partisipan untuk membaca lagi hasil
dari transkip wawancara.
2. Penyajian Data
Data yang tercatat di lapangan selanjutnya diorganisasikan dan disajikan
dalam bentuk teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya
dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang
13
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Preadamedia Group, 2014), hlm. 400.
14
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasia, 1996), hlm. 30.
46
Gambar 3.1
Model Interaktif Miles and Huberman
15
Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017), hlm. 133.
16
Ibid., hlm. 135.
47
Gambar 3.2
Triangulasi Data
17
Sugiyono. op.cit., hlm.373.
48
Sumber: www.google.com
49
50
Rifa’i, MA, Ph.D (2011-2012 dan 2013-2015), Prof. Dr. Ahmad Thib
Raya, MA (2015-2019).1
1
https://fitk.uinjkt.ac.id
53
Saat ini, FITK memiliki 12 prodi, baik prodi keagamaan maupun prodi
umum. Jumlah mahasiswanya mencapai lebih dari 5.000 orang. imbuh
Fauzan. Menurut Rektor, pembangunan Gedung PPG/LPTK sendiri
awalnya dibangun untuk memfasilitasi ruang perkuliahan mahasiswa UIN
Jakarta sekaligus mengakomodasi pelatihan pendidik dan tenaga
kependidikan madrasah yang dipercayakan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta. Diketahui, Kementerian Agama RI
melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4736 tahun 2017
menetapkan FITK UIN Jakarta sebagai LPTK penyelenggara sertifikasi.
Pembangunan gedung PPG/LPTK sendiri telah dilakukan secara resmi
sejak 7 Agustus 2015. Pembangunan gedung yang berada persis di lintasan
Ciputat-Bogor tersebut diproyeksikan membutuhkan dana sekira Rp 217
miliar. Namun seiring pengetatan anggaran, pembangunannya sempat
tertunda sebelum kemudian dilanjutkan kembali. Pembangunan kembali
gedung, sambung Rektor, dilakukan dengan menyalurkan pembiayaan dari
dana PNBP UIN Jakarta sekurangnya Rp 80 miliar. Dengan demikian,
jelasnya, gedung dengan spesifikasi 9 lantai dan 52 lokal untuk
perkuliahan, laboratorium, ruang program studi, ruang dosen dan karyawan
bisa kembali dilanjutkan.2
2
https://www.uinjkt.ac.id/
54
3
https://fitk.uinjkt.ac.id/
4
Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, “Tata Ruang”
(http://lib.fitk.uinjkt.ac.id/fasilitas/ruang-baca.html)
55
Terdapat tiga ujuan dari kode etik, yang pertama agar terciptanya suasana
yang kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang kedua terpeliharanya harkat, martabat dan
kewibawaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai perguruan tinggi Islam,
dan yang ketiga untuk menjadikan sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai sarjana muslim yang berakhlak mulia, unggul, kompetitif, profesional
dan berintegrasi tinggi.
Isi kode etik mahasiswa yaitu terdiri atas sambutan Pembantu Rektor
Bidang Kemahasiswaan, 11 (sebelas) bab dan 15 (lima belas) pasal. Kode etik
mahasiswa dilengkapi dengan SOP pemberian sanksi kode etik Mahasiswa.
Sambutan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan berisi latar belakang,
pokok pikiran dari kode etik mahasiswa: Bab 1 : Ketentuan Umum, Bab 2 :
Maksud dan Tujuan, Bab 3 : Hak dan Kewajiban, Bab 4 : Bentuk
Pelanggaran, Bab 5 : Kategori Sanksi, Bab 6 : Penerapan Kategori Sanksi,
Bab 7 : Proses Penerapan Sanksi, Bab 8 : Sidang Mahkamah Etik Mahasiswa,
Bab 9 : Monitoring dan Evaluasi, Bab 10 : Anggaran, Bab 11 : Penutup5
5
Lampiran Keputusan Rektor, Kode Etik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, No.
469 Th.2016
57
seharusnya dianggap paham dengan apa yang menjadi peraturan yang harus
dipatuhi demi ketertiban bersama.
Mahasiswa yang sadar tentang pemahaman kode etik, aturan dan tata cara
menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dari dalam dirinya
sendiri harus sudah paham terutama dalam kode etik berbusana, karena bagi
mahasiswa terutama fakultas keguruan dalam berpenampilan itu salah satu
faktor penting. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan mencetak dan
menghasilkan calon-calon guru yang dari segi keilmuan serta berpenampilan
harus selaras dengan almamater fakultas terutama Universitas. Seperti yang
diutarakan beberapa mahasiswa yang saya wawancara ini
“yang saya ketahui tentang kode etik itu lebih menjuru ke bagaimana
cara kita berbusana, baik itu perempuan maupun laki-laki dan untuk di
FITK sendiri pun tidak diwajibkan namun dianjurkan menggunakan
rok dan celana boleh asal tidak ketat dan transparan, alas kaki harus
tertutup, sedangkan untuk pemakaian celana jeans tidak diperbolehkan
namun masih banyak teman-teman mahasiswa yang
menggunakannya”6
Jadi menurut pendapat Naiya, kode etik berbusana itu menjuru ke
bagaimana cara kita berbusana, baik perempuan maupun laki-laki sendiri pun
sudah memiliki aturannya masing-masing. Di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan memiliki standar berpakaian yang berbeda dibanding Fakultas lain
yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena FITK adalah fakultas
yang mencetak dan melahirkan calon guru, sehingga dalam berpakaian pun
harus mencerminkan layaknya seorang guru. Seperti yang ada pada peraturan,
apa yang dikatakan Naiya seperti pada point nomor (3) baju dan celana tidak
ketat (4) baju dan celana tidak transparan (5) tidak diperkenankan
menggunakan jeans (6) mahasiswi dianjurkan memakai rok panjang (7)
beralas kaki tertutup/bersepatu. Dari ke tujuh poin pada peraturan kode etik
6
Wawancara dengan Naiya Mahasiswa Jurusan PAI. Tgl 3 September 2019
59
“kode etik itu aturan yang biasanya dibuat oleh institusi, kalau ini
kampus berarti aturan yang dibuat oleh kampus tersebut, kalau kode
etik berbusana FITK karena kita sendiri adalah mahasiswa yang
digaungkan menjadi guru busananya setau aku tuh yang pertama tidak
boleh pake celana jeans, ga boleh menggunakan pakaian yang ketat,
harus pakai rok terus juga bajunya harus baju yang berbahan rapi”8
7
Wawancara dengan Pak Furqon Staf Bagian Umum. Tgl 16 September 2019
8
Wawancara dengan Regita Mahasiswa Prodi P.Bio. Tgl 10 September 2019
9
Wawancara dengan Febri Mahasiswa Jurusan PIPS. Tgl 3 September 2019
10
Wawancara dengan Sarah Mahasiswa Prodi PKim. Tgl 4 September 2019
60
Menurut Sarah kode etik itu dibuat sebagai aturan, aturan sendiri dibuat
untuk ditaati bagi siapapun yang ada, apalagi mengenai kode etik di kampus
yang sudah jelas dibuat untuk warga kampus terutama mahasiswa sebagai tata
cara berpakaian yang sesuai dengan apa yang sudah ada dalam aturan. Nita
pun menyampaikan hal yang sama,
“kode etik mahasiswa itu bisa dibilang aturan, tata tertib atau rules-
rules kita sebagai mahasiswa di UIN terutama di FITK, sejauh ini aku
ngeliatnya kalo di FITK tuh karena kita fakultas pendidikan ya
harusnya berpakaian rapi, pakai rok bagi perempuan dan kita kan
calon guru artinya gaboleh semena-mena dalam berpakaian, gimana
pun nanti seorang guru pasti diguguh dan ditiru muridnya jadinya sih
kalo dalam berpakaian ya harus sopan contohnya memakai rok
ataupun celana bahan dan buang jauh-jauh celana jeans”11
Berdasarkan kesimpulan dari hasil wawancara dan observasi di atas
bahwa kondisi mahasiswa dengan pemahaman kode etik itu sediripun sudah
berbanding lurus. Mereka mengetahui bagian dari tata tertib berpakaian yang
sudah ada. Karena dari jawaban narasumber rata-rata mereka sudah
memahami apa yang sudah menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
mahasiswa lebih khusus mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Jadi untuk sebagian mahasiswa menjaga penampilan sebagai mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sudah menjadi konsekuensi dan
kewajiban dari ketika dirinya memilih untuk masuk di fakultas keguruan.
11
Wawancara dengan Nita Mahasiswa Jurusan PBI. Tgl 4 September 2019
61
mahasiswa menggunakan busana yang sesuai dengan kode etik itu dengan
tujuan untuk melatih mahasiswa sebagai calon guru, seperti yang diungkapkan
oleh salah satu narasumber,
“gaya berbusananya itu di FITK pakaiannya lebih muslimah dan sopan
dibanding mahasiswa fakultas lain karena kita kan fakultas keguruan
yang otomatis mencetak calon guru, yang aku lihat sihh lebih dominan
ke pakaian gamis, rok-rok ya pokonya yang terlihat muslimah gitu tapi
selain itu ada sih jurusan yang mahasiswanya dominan tidak
berpakaian seperti itu, karena masih terlihat yang kuliah menggunakan
jeans dan kaos oblong gitu”12
Menurut Febri gaya berbusana mahasiswa di FITK lebih muslimah
dibanding mahasiswa fakultas lain walaupun masih ada mahasiswa yang
belum berbusana sesuai dengan kode etik yang berlaku. Tidak jauh berbeda
dengan apa yang dikatakan Regita,
“kalau selama ini yaa dari yang aku lihat 80% mahasiswa-mahasiswa
sehari-hari di FITK itu udah sesuai lah dengan kode etik yang tertera
dan udah mematuhi lah istilahnya sebagai mahasiswa calon guru
selebihnya yang 20% yang bandel-bandel lah yang masih pake celana
jeans bajunya agak ketat gitu, tapi selebihnya udah sangat mematuhi
kok apalagi di jurusan aku itu bener-bener gak boleh karena dari
dosennya sendiri itu ngelaran mahasiswanya ikut dalam proses
kegiatan kuliah kalau pakaiannya gak rapi apalagi kalo ada yang pake
celana jeans”13
Menurut Regita sebagian besar busana yang dikenakan mahasiswa sudah
sesuai dengan aturan dan tata tertib berpakaian yang sudah ditetapkan
ditambah lagi dengan aturan yang dibuat dosennya bahwa mahasiswanya
wajib menggunakan pakaian rapi dan melarang penggunaan celana jeans,
namun sebagian kecil lainnya masih ada yang belum berbusana sesuai dengan
kode etik. Hal ini wajar terjadi karena tidak semua mahasiswa nyaman
menggunakan busana yang sesuai kode etik walaupun itu termasuk tindakan
yang melanggar, seperti apa yang disampaikan oleh narasumber Hilda;
12
Wawancara dengan Febri Mahasiswa Jurusan PIPS. Tgl 3 September 2019
13
Wawancara dengan Regita Mahasiswa Prodi P.Bio. Tgl 10 September 2019
62
“kalau di FITK sendiri sih yang saya lihat tidak dominan kemana-
mana namun lebih random, dan yang saya lihat itu kode etik
dijalankan dengan mahasiswa-mahasiwa yang tidak menjuru kepada
kode etik itu sendiri sih tetapi yang bagaimana menurut mereka pantas
digunakan dan pantas dilihat oleh orang lain, fashion itu menurut aku
ya penggambaran siapa diri kita, karna sebagus apapun pakaian yang
kita gunakan kalau kita merasa tidak pantas atau tidak nyaman itu
sama aja ngerugiin kita”15
Jadi menurut Hilda dan Naiya berbusana itu senyaman si pengguna
busana itu, yang penting penggunaan busana itu masih berbusana yang selaras
dan pantas dengan lingkungan dimana dia berada. Lalu dari hasil observasi
yang saya lakukan hampir sama dengan yang dikatakan Asih bahwa,
“secara umum sih gabisa di generalisasiin ya, kalo aku sih ngeliatnya
perjurusan, nih ya misal di lantai 6-7 itu kan anak-anak mipa ya rata-
rata dan hampir semuanya menggunakan busana yang sangat rapi dan
sangat sopan dan sesuai dengan kode etik, nah trus turun ke bawah
lantai 5 itu kan anak ips dan mp nah ini yang sering saya lihat masih
banyak mahasiswanya terlihat masih pake celana jeans dan agak
jarang berbusana gamis ataupun rok-rok gitu ya walaupun sebagian
juga ada sih”16
Menurut Asih, di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan itu sendiri
memiliki tingkat dominansi atau ciri khas yang tinggi, itu terbagi dalam tiap
jurusan. Program studi yang menjurus pada ilmu alam dan sains memiliki
dominan mahasiswa yang berbusana lebih muslimah dibanding program studi
ilmu social. Pengaruh ini bisa terjadi karena faktor lingkungan mahasiswa itu
14
Wawancara dengan Naiya Mahasiswa Jurusan PAI. Tgl 3 September 2019
15
Wawancara dengan Hilda Mahasiswa Prodi PFis. Tgl 4 September 2019
16
Wawancara dengan Asih Mahasiswa Jurusan PMTK. Tgl 5 September 2019
63
sendiri. Apa yang dikatakan Asih selaras dengan observasi atau pengamatan
yang peneliti lakukan selama melakukan penelitian bahwa sebagian
mahasiswa yang dominan memakai busana santai adalah mahasiswa program
studi ilmu sosial dan manajemen pendidikan karena ketika peneliti teliti pada
salah satu narasumber dari jurusan tersebut ialah;
“kebanyakan berbusana santai sih, mereka emang masih merasa kalau
mereka tuh belum pantas berpakaian yang sesuai dengan kode etik,
karna kita juga menyesuaikan dulu dengan sifat dan perilaku kita yang
bersosialisasi”17
“suka aja busana santai, dari pribadi saya sendiri emang gak terlalu
suka pakaian yang terlalu formal kaya kemeja dan celana bahan gitu”18
Jadi menurut Febri dan Fatih dari mereka memiliki karakteristik
berbusana yang hampir sama, yaitu sama-sama senang menggunakan busana
santai, namun pada dasarnya mereka masih berbusana yang sesuai dengan
kode etik yang ada. Namun bagi sebagian narasumber mengatakan bahwa
macam-macam busana mahasiswa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
ialah beragam seperti yang di katakana,
“mahasiswa FITK gaya berbusananya beragam, di mulai dari yang
biasa aja dan bisa dibilang gak rapi, terus yang agak rapi sampai yang
rapi banget pun banyak”19
“gaya berbusana di FITK sendiri tuh beragam ya, ada yang udah
mencerminkan guru banget, ada yang masih setengah-setengah dan
ada pula ada juga yang belum”20
Pertama, pemahaman keagamaan. Dalam berbusana sebagian berpegang
teguh pada ajaran Islam bahwa menutup aurat rapat-rapat, tidak memakai
busana transparan atau ketat merupakan perintah dalam al-Qur’an maupun
hadîts. Di samping itu, sebagai tuntutan moral Islam, yang akan membawa
17
Wawancara dengan Febri Mahasiswa Jurusan PIPS. Tgl 3 September 2019
18
Wawancara dengan Fatih Mahasiswa Jurusan MP. Tgl 9 September 2019
19
Wawancara dengan Dimas Mahasiswa Jurusan PBA. Tgl 9 September 2019
20
Wawancara dengan Annisa Mahasiswa Jurusan PBSI. Tgl 5 September 2019
64
Keguruan dominan dengan busana sesuai dengan kode etik dan sebagian
masih belum menerapkannya dengan baik.
22
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
hlm. 112.
23
Ibid., hlm.262
66
“pakaian santai kayak hoodie atau kaos enak digunakan kemana aja
kak, kadang kalo berpakaian terlalu rapi suka gak nyaman dan gak
pede buat ke tempat-tempat asik gitu”25
Menurut Dimas dan Fatih pakaian yang santai membuatnya nyaman
berpergian kemana saja, namun bagi Dimas rambutnya yang agak
gondrong masih menjadi sedikit permasalahan karena di kode etik sendiri
mahasiswa tidak boleh gondrong, sedangkan menurut Fatih berpakaian
rapih maupun sesuai dengan kode etik itu sulit untuk di sandingkan dalam
suasana santai. Sedangkan menurut Eka;
24
Wawancara dengan Dimas Mahasiswa Jurusan PBA. Tgl 9 September 2019
25
Wawancara dengan Fatih Mahasiswa Jurusan MP. Tgl 9 September 2019
67
“setau aku berbusana yang sesuai dengan syariat Islam itu sudah
sesuai dengan tata cara berbusana yang telah ditetapkan FITK ini,
karena seperti dalil pun perempuan tidak boleh menyerupai laki-laki
begitupun sebaliknya, karena menurut kesehatan juga pemakaian
celana jeans yang sering pun ga bagus buat kesehatan, apalagi bagi
kita perempuan itu tidak baik untuk rahim kita, dan aku sendiri pun
insyaalloh sudah berpakaian sesuai syariat Islam karena aku ga pernah
pake celana jeans setiap hari kalo beraktivitas di luar aku pun pake
gamis atau rok dan kerudungku juga panjang”29
Kalau menurut Asih, berbusana sesuai dengan syariat Islam pun telah
diterapkan dalam kode etik berbusana mahasiswa, jadi apabila kita telah
mengikuti dan menerapkan kode etik yang telah diterapkan maka secara
otomatis kita akan berbusana sesuai dengan syariat Islam.
29
Wawancara dengan Asih Mahasiswa Jurusan PMTK. Tgl 5 September 2019
69
kategori sanksi ringan”. Sanksi dari pelanggaran kode etik dengan sanksi
ringan ialah berupa teguran lisan atau tertulis.
Maka sebagaimana yang telah diatur oleh kode etik mahasiswa
seharusnya kita sudah harus tau dan paham bahwa setiap pelanggaran yang
dilakukan dikenakan sanksi walaupun hanya sanksi ringan. Nyatanya
sebagian besar mahasiswa sudah mengetahui betul kode etik yang ada, namun
terkadang penerapannya saja yang belum dilaksanakan secara menyeluruh.
Seperti jawaban narasumber yang sudah peneliti teliti;
“sudah diterapkan sih namun terkadang masih ada yang melanggarnya,
tidak banyak sih, karena kaka kelas adik kelas maupun teman-teman
sendiri pun sudah mengetahui bagaimana sih cara berbusana yang pantas
dan yang enak dilihat”30
“sudah menerapkan, kalau saya presentasi kan yang sudah sesuai dengan
kode etik dan syariat Islam ya 80% lah sisanya yang masih belum sadar
dengan adanya kode etik itu”31
“sebagian besar sudah, tapi sebagian juga banyak yang belum, kaya saya
dan kebanyakan temen-temen saya pun gaya berbusananya sejenis
dengan saya”32
“sudah sih, malahan sebagian besar dan dominan mahasiswa FITK itu
menggunakan busana yang tertutup, sopan, rapi dan sebagian besar pun
berpakaian syar’i dan sisanya yang minoritas atau sebagian kecil aja yang
masih belum menerapkan kode etik berbusana yang telah ditetapkan”33
“seperti yang tadi saya bilang, sebagian besar bahkan menurut saya 80%
dari seluruh mahasiswa FITK sudah menerapkan busana sesuai dengan
kode etik namun sebagian kecil mahasiswanya belum sehingga perlu di
tekankan lagi agar seluruh mahasiswa menerapkan kode etik tersebut”34
“sebagian besar sih udah, tapi masih ada aja yang belum tergerak untuk
berbusana selayaknya calon seorang guru”35
30
Wawancara dengan Naiya Mahasiswa Jurusan PAI. Tgl 3 September 2019
31
Wawancara dengan Febri Mahasiswa Jurusan PIPS. Tgl 3 September 2019
32
Wawancara dengan Fatih Mahasiswa Jurusan MP. Tgl 9 September 2019
33
Wawancara dengan Elisa Mahasiswa Jurusan PGMI. Tgl 10 September 2019
34
Wawancara dengan Regita Mahasiswa Jurusan PBio. Tgl 10 September 2019
35
Wawancara dengan Asih Mahasiswa Jurusan PMTK. Tgl 5 September 2019
70
“sejauh ini sih yang aku rasain Alhamdulillah sebagian besar mahasiswa
sudah menerapkannya sih walaupun diluar itu mungkin mereka tidak
mengikuti kode etik namun yak arena kesadaran mereka sendiri sebagai
calon guru”36
“menurut aku sih udah karena sebagian banyak mahasiswa di FITK itu
sudah berbusana rapi dan sopan”37
“sebagian udah sihh, sebagian lagi belum tapi dominan mahasiswa FITK
sudah berbusana rapi dan sopan”38
“sebagian besar yang aku liat sih udah, ya sebagian kecilnya aja sih yang
belum mengikuti aturan kode etik yang dibuat”39
“sebagian sudah karna di FITK sendiri dominan mahasiswanya berbusana
sesuai dengan apa yang sudah tertera di tata cara berpakaiannya, sisanya
minoritas aja sih yang belum sesuai”40
“sudah sih, karena yang selama ini saya lihat mayoritas mahasiswa FITK
itu busananya sudah rapi dan sopan, yang membedakannya kan cuma
gaya berbusananya aja ada yang ketat ada yang longgar, ada yang pendek
ada yang panjang gitu”41
Jadi kesimpulan dari semua jawaban narasumber, bahwa sebagian besar
mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sudah mengetahui dan
menerapkan busana yang sesuai dengan kode etik. Hal ini dilihat dari
bagaimana cara mahasiswa menggunakan busana dalam kegiatan belajar
mengajar di kampus, mereka paham busana apa yang pantas di gunakan saat
ke kampus, saat melaksakan perkuliahan bahkan saat ke kampus hanya untuk
mendatangi suatu kegiatan.
Ini juga yang membuat mahasiswa tidak begitu memperhatikan
penerapan sanksi apabila berbusana tidak sesuai dengan kode etik, karena
penerapan sanksinya hanya berupa sanksi ringan dimana tindakan untuk
36
Wawancara dengan Sarah Mahasiswa Jurusan PKim. Tgl 4 September 2019
37
Wawancara dengan Eka Mahasiswa Jurusan PIAUD. Tgl 6 September 2019
38
Wawancara dengan Hilda Mahasiswa Jurusan PFis. Tgl 6 September 2019
39
Wawancara dengan Nita Mahasiswa Jurusan PBI. Tgl 4 September 2019
40
Wawancara dengan Anisa Mahasiswa Jurusan PBSI. Tgl 5 September 2019
41
Wawancara dengan Dimas Mahasiswa Jurusan PBA. Tgl 9 September 2019
71
sanksi ringan tersebut adalah teguran lisan dan tertulis. Namun ini juga tidak
begitu diberlakukan bagi semua pihak yang berhak menerapkan sanksi
tersebut.
Seperti yang dikatakan Warek Bidang Kemahasiswaan, “penyusunan
juklak/juknis tersebut selanjutnya akan menjadi panduan bagi para penegak
hukum di lapangan. Mereka adalah unsur karyawan, dosen, serta para pejabat
kampus lain, baik di tingkat universitas maupun fakultas dan jurusan” namun
belum dilaksanakan secara maksimal.
Dari pengamatan peniliti, banyak juga dosen yang menerapkan
kepentingan berbusana, bagi peneliti pun selama kuliah sering merasakan
peraturan yang dibuat dosen bahwa mahasiswa harus berbusana sesuai
dengan tata tertib berbusana. Seperti yang ditegaskan Bapak Iwan
Purwanto, selama dalam mata kuliahnya mahasiswa dilarang
menggunakan celana jeans, lalu pada mata kuliah Bapak Maman
mahasiswa perempuan wajib menggunakan rok dan kaos kaki,
selanjutnya pada mata kuliah Ibu Jakiatin mahasiswi wajib menggunakan
ciput (dalaman kerudung).
maupun eksternal. Faktor ini muncul didasari oleh kebiasaan yang kita
lakukan, entah karena murni dari dalam diri maupun pengaruh orang lain.
Dengan adanya banyak status dan peranan, maka di masyarakat terdapat
suatu hierarki status, yaitu status hanya mempunyai arti dalam masyarakat
apabila ditinjau dari status yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Karena
manusia adalah anggota dari banyak kelompok, maka dalam setiap kelompok
ia mempunyai status dan peran tertentu. Karena banyaknya peranan yang
harus dipenuhi, maka mudah terjadi pertentangan peranan atau roleconflic,
yaitu apabila seseorang dengan status tertentu di kelompok satu, mengambil
peranan lebih tinggi terhadap orang yang sama dalam kelompok yang lain.42
Dalam penelitian wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan,
faktor intern yang mempengaruhi gaya berbusana mahasiswa diantaranya:
a. Diri Sendiri
Diri sendiri atau kepribadian sangat berperan penting dalam
membangun gaya berbusana seseorang. Hal ini dikarenakan gaya anda
dalam berbusana juga mencerminkan bagaimana kepribadian anda yang
sebenarnya. Percaya atau tidak seseorang dengan kepribadian ceria lebih
sering menggunakan pakaian yang bermotif dan berwarna terang,
sedangkan seseorang dengan kepribadian pemalu cenderung lebih
menyukai pakaian yang berwarna kalem dan netral ataupun monoton.
Menurut Wilson (Dalam Rahmat, 2001), struktur biologis manusia
seperti genetika, sistem syaraf dan sistem hormonal sangat mempengaruhi
perilaku manusia. Seperti struktur genetik mempengaruhi kecerdasan,
kemampuan sensasi dan emosional, Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak
dan proses pengolahan informasi dalam jiwa manusia, sedangkan sistem
42
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung : Bina
Cipta,1979), hlm.94.
73
43
Dewi Sukartik. Maret 2015. Efek Penerapan Kode Etik Mahasiswa UIN Suska Riau
Terhadap Perilaku Sosial-Budaya Mahasiswa; Jurnal Risalah. Vol. 26, No. 1. Hlm,19.
44
Wawancara dengan Naiya Mahasiswa Jurusan PAI. Tgl.3 September 2019
74
“karena kita ini calon guru yah, jadinya harus ada kesadaran sih dari
dalam diri sendiri harus berpakaian yang seperti apa, harus rapi dan
sopan gitu dan sebagai calon guru kita harus membiasakan diri sih
buat pake pakaian rapi agar enak dilihat gitu dan di contoh sama
murid-murid kita nanti”45
Menurut Eka, kesadaran karna kita calon guru itu sangat penting
karena jika kesadaran dari dalam diri kita sudah timbul maka menggunakan
pakaian seperti apapun yang sudah ada di peraturan maka tidak akan berat
melaksanakannya.
“Gaya busana mahasiswa FITK selama ini baik-baik saja, sebagian
sudah sesuai dengan standar yang berlaku, sebagian kecil masih ada
juga yang masih berbusana dengan semaunya dan tidak mencerminkan
mahasiswa keguruan namun tidak ada yang begitu nyeleneh dan
nyentrik, jadi selama mahasiswa itu berbusana dengan sopan dan tau
aturan maka sah-sah saja”46
Menurut Pak Furqon sendiri pun, asal busana yang dipakai mahasiswa
itu sopan dan tetap pada aturan maka tidak ada masalah.
Faktor lain terhadap diri sendiri namun tidak dasar kesadaran sebagai
calon guru melainkan karena nyaman dengan gaya berbusana yang
mencerminkan pribadinya diungkapkan oleh beberapa narasumber;
“suka aja sih, dari pribadi saya sendiri emang gak terlalu suka pakaian
yang terlalu formal kaya kemeja dan celana bahan gitu”47
“faktor yang pertama sih kepercayaan diri, karena aku belum pede aja
kalau pakai pakaian yang sesuai dan harus mengikuti kode etik karena
belum biasa juga si, terus faktor lain itu karena banyak temen yang
pakai baju juga gak sesuai gitu jadi makin ikutan aja dan gak mau
berubah dan kebawa”48
“faktor utamanya sih senyamannya aja ya, jadi kalau saya lagi nyaman
pakai baju rapi ya saya rapi dan juga kalau lagi pengen pakai pakaian
santai gitu ya pakai baju semaunya aja”49
45
Wawancara dengan Eka Mahasiswa Jurusan PIAUD. Tgl 4 September 2019
46
Wawancara dengan Pak Furqon Staf Bagian Umum. Tgl 16 September 2019
47
Wawancara dengan Fatih Mahasiswa Jurusan MP. Tgl 9 September 2019
48
Wawancara dengan Nita Mahasiswa Jurusan PBI. Tgl 4 September 2019
49
Wawancara dengan Annisa Mahasiswa Jurusan PBSI. Tgl 5 September 2019
75
b. Keluarga
Keluarga memiliki peranan yang besar terhadap kepribadian dan gaya
berbusana bagi seseorang, karna sedari kecil seorang anak mencontoh apa-
apa yang dilakukan oleh orang tuanya, terutama dalam hal berpakaian.
Tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang meniru busana yang
digunakan orang tuanya, baik secara alamiah maupun dorongan atau
tuntutan dari orangtuanya itu sendiri. Seperti yang dikatakan narasumber
satu ini;
““sederhananya sih aku sering banget itu yang ke lantai 5 didepan
kajur kan ada kaca besar yang ada tulisannya “sudahkah saya
berpenampilan layaknya seorang guru?” nah disitu aku bisa liat diri
aku udah belom sih penampilan aku kayak seorang guru, nah selain itu
kan sebenenarnya kita sebagai mahasiswa pun diluar dari kode etik
atau peraturan yang ada kan seharusnya juga sudah mengerti dong
gimana berpakaian yang sesuai dan pantas untuk kita kenakan trus
dikuatkan lagi dengan kita di fakultas keguruan yang otomatis akan
menjadi seorang guru maka dari situ ya perlahan tumbuh aja sih dari
dalam diri aku sendiri
faktor lain yang aku dapetin selanjutnya sih dari keluarga ya karena
aku sedari kecil pun emang sudah dibiasain pake kerudung gitu trus
selalu dibimbing dan ditegur sama umi aku
faktor lain juga aku masuk organisasi LDK karena aku ngerasa
nyaman aja masuk komunitas yang selalu berbagi tentang menjadi
muslim seutuhnya gitu, disamping itu karena banyak senior aku juga
50
Wawancara dengan Dimas Mahasiswa Jurusan PBA. Tgl 9 September 2019
76
yang ngajak tapi gak paksaan sih yak arena kau pengen aja dan juga
ada dukungan baik dari mereka gitu”51
Menurut Sarah, busana yang ia pakai adalah hasil bimbingan kedua
orang tuanya sejak kecil, sedari kecil ia sudah dibiasakan dengan pakaian
muslim sehingga ia sudah terbiasa menggunakannya. Kemudian selain itu
ia memang sudah memiliki kesadaran sebagai mahasiswa keguruan.
Jadi gaya berbusana seseorang datang dari faktor oleh bagaimana ia
berbusana sejak kecil, karena keluarga terutama orang tua adalah sebagai
panutan anaknya dalam melaksanakan hal-hal baik maupun sebaliknya.
2. Faktor Eksternal
Adalah faktor yang asalnya dari luar diri seseorang atau indvidu. Faktor
ini meliputi lingkungan di sekitar termasuk orang-orang terdekat.
a. Organisasi Kampus
Organisasi kampus adalah wadah bagi setiap mahasiswa yang ingin
menuangkan ide, gagasan maupun tempat pencarian pengalaman.
Organisasi kampus ada 2 (dua) macam, organisasi intra dan organisasi
ekstra. Organisasi kampus memiliki peran yang cukup besar bagi pribadi
mahasiswanya, dimana di tempat itu mahasiswa dilatih agar mampu untuk
mengunggulkan organisasi yang di jalaninya. Narasumber ini menjadikan
organisasi kampus sebagai faktor penting dalam ia berbusana;
“faktor lain juga aku masuk organisasi LDK karena aku ngerasa
nyaman aja masuk komunitas yang selalu berbagi tentang menjadi
muslim seutuhnya gitu, disamping itu karena banyak senior aku juga
yang ngajak tapi gak paksaan sih yak arena kau pengen aja dan juga
ada dukungan baik dari mereka gitu”52
LDK (Lembaga Dakwah Kampus) adalah organisasi dalam lingkup
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang telah berdiri sejak tahun 1996,
51
Wawancara dengan Sarah Mahasiswa Prodi PKim. Tgl 4 September 2019
52
Wawancara dengan Sarah Mahasiswa Prodi PKim. Tgl 4 September 2019
77
menjadi salah satu faktor terpenting Sarah dalam berbusana yang sesuai
dengan syariat Islam. Ia merasa organisasinya itu sangat mendukung dalam
berbusana yang sesuai dengan syariat Islam.
“pakaian yang sesuai syariat Islam tuh memang gak ada dalil yang
jelas sih namun yang jelas itu pastinya menutup aurat wanita dan aurat
wanita pun seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan ya, dan itu
tuh bentuk kasih saying Allah untuk hambanya agar hambanya
dijauhkan dari perbuatan yang tidak diinginkan karena saking
mulianya perempuan itu Allah ingin ia bisa menjaga bentuk dan lekuk
tubunya dan Allah sendiri pun sudah menjelaskannya disurat An-nisa
dan berbusana sopan itu harusya bukan karna kode etik tapi harusnya
tuh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi umat muslim,
Alhamdulillah aku sendiri sudah dan berusaha untuk istiqomah dalam
berbusana seperti ini”
Menurutnya pakaian yang dipakai itu tidak hanya sekedar rapi atau
sopan namun kita tetap harus mempertimbangkan dengan kewajiban kita
sebagai muslim dan ajaran agama yang telah ada. Selain Sarah ada Asih
juga yang merasa organisasi LDK termasuk dalam faktor utamanya dalam
berbusana;
“faktor lainnya adalah organisasi yaitu LDK karena aku tertarik aja
dan termotivasi liat kakak senior yang memakai busananya tuh
tertutup, gaada paksaan juga dan itu emang keinginan aku karna dulu
pas aku masuk UIN cita-cita aku buat mengubah penampilan aku jadi
lebih tertutup”53
Asih beranggapan bahwa organisasi LDK membawa stigma positif
yang membuatnya tertarik untuk bergabung kemudian dia perlahan
merubah penampilan termasuk gaya berbusananya dengan Syar’i dan
sesuai dengan syariat Islam.
Jadi bagi sebagian mahasiswa yang aktif dalam kegiatan kampus dan
aktif dalam organisasi tertentu, sebuah organisasi dapat menjadi faktor
yang mempengaruhi bagaimana ia berbusana. Karena bagi mahasiswa yang
53
Wawancara dengan Asih Mahasiswa Jurusan PMTK. Tgl 5 September 2019
78
b. Teman Sebaya
Teman sebaya memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi
cara berpakaian seseorang, karena ketika anda melihat teman anda begitu
menarik dengan gaya yang ia gunakan maka secara otomatis anda akan
memiliki perasaan ingin mencoba gaya seperti itu.
Hal ini juga didukung oleh konsep faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi. Menurut Rahman (2004) Persepsi lebih bersifat psikologis oleh
karena itu ada beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah
perhatian yang selektif. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan
menerima banyak sekali ransangan dari lingkungannya. Tapi tidak semua
ransangan yang diterimanya. Tiap individu akan memusatkan perhatiannya
pada ransangan tertentu, sehingga objek atau gejala lain tidak akan tampak
sebagai objek pengamatan. Artinya aspek biologis juga menentukan
seseorang berprilaku di lingkungan dimana dia berada. 54 Seperti yang
dikatakan narasumber ini;
“karena nyaman aja sih, terus belum biasa menggunakan pakaian-
pakaian yang sangat tertutup jadi belum siap aja dan teman-teman juga
masih sama dan jarang ada yang mengingatkan juga jadi masih
berbusana yang semaunya aja”55
54
Ibid,. hlm,19.
55
Wawancara dengan Elisa Mahasiswa Jurusan PGMI. Tgl 10 September 2019
79
“kalau dari diri sendiri merasa bersalah aja gitu kalo misalnya
melanggar, sisanya ya tuntutan aja sihh kadang dari faktor lingkungan
pertemanan, karena dijurusanku itu kebanyakan bahkan hampir semua
mahasiswa itu pakai baju yang sangat rapi sopan bahkan rapi, apalagi
kalau lagi matkul, praktikum, ketemu dosen itu tuh wajib banget
berpakaian rapi”56
Menurut Regita, lingkungan berpakaian yang di gunakan teman-teman
sepermainannya membuatnya merasa malu ketika tidak menyesuaikan
mereka. Karena tuntutan dari dosen pun sama, sehingga ia harus berbusana
yang rapi sesuai dengan kode etik. Tidak jauh beda seperti yang dikatakan
Hilda;
“faktor utama sih dari pribadi aku sendiri ya yang belum mau buat
berbusana yang sesuai dengan kode etik apalagi sesuai dengan syariat
Islam, kedua sih aku ngerasanya faktor lingkungan kuat banget apalagi
temen-temen main ya bawa pengaruh banget”57
Menurutnya faktor teman itu sangat kuat dan berpengaruh besar sehingga
ia pun masih menyesuaikan dengan teman tentang bagimana cara ia
berbusana. Jadi, faktor terakhir yang menjadi pengaruh bagaimana seseorang
berbusana adalah teman sebayanya, karena teman sebaya menjadi cerminan
sebagaimana ia biasa sehari-hari menggunakan busana, secara otomatis bagi
sebagian orang apabila melihat teman sebaya menggunakan busana yang
menarik maka ia pun akan menirunya
56
Wawancara dengan Regita Mahasiswa Prodi P.Bio. Tgl 10 September 2019
57
Wawancara dengan Hilda Mahasiswa Prodi PFis. Tgl 4 September 2019
80
“ada, waktu awal mahasiswa baru masih sering banget pake celana
kaos trus seenaknya aja, tapi makin kesini makin agak dibenerin dikit
gaya berbusananya trus dicoba agar sering pake rok, kecuali kalo
kekampus hanya ada rapat biasanya aku pake celana jeans sama kaos
aja gitu yang penting sopan”60
58
Nur Hidayat. 2015. Pendidikan Karakter dan Etika Berbusana (Studi Kasus Terhadap Etika
Berbusana Mahasiswa Prodi PGMI); Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 09; No. 01. Hlm,67.
59
Wawancara dengan Naiya Mahasiswa Jurusan PAI. Tgl 3 September 2019
60
Wawancara dengan Febri Mahasiswa Jurusan PIPS. Tgl 3 September 2019
81
“jelas ada banyak, itu dari yang dulu suka dan hobi banget pake kaos
oblong hampir setiap hari, tapi kalo sekarang udah mulai agak sering
pake kemeja atau flannel trus suka juga pake celana bahan tapi yang
model skinny gitu, lain kalo dulu setiap harinya pake jeans”61
“iya ada banget, dulu sebelum masuk UIN aku tuh masih suka pake
jeans dan kerudung aku masih seadanya banget terus pas masuk UIN
aku lebih banyak obser sih ngeliat senior-senior dan temen-temen
yang pakaiannya itu tertutup banget aku jadi kaya tergerak aja buat
pelan-pelan berbaikin penampilan aku, ga langsung berubah sih tapi ya
bertahap gitu, karena pas kuliah di UIN itu suasananya mendukung
banget buat berbusana kaya gini, kalo pas aku SMA kan masih agak
ragu gitu pake pakaian yang syar’i”62
“ada, aku tuh termasuk orang yang santai banget kalau masalah
berpakaian malah awal-awal kuliah tuh selalu dan hampir sering
banget pake kaos gitu kalo kuliah trus masih suka pake calana dulu,
namun kesini-sini kenal temen temen lain sering sharing tentang baju
juga jadi mulai berubah gimana berpakaian yang pantas sebagai
seorang calon guru”63
Jadi mahasiswa yang perubahan gaya berbusananya kearah kemajuan
adalah mahasiswa yang dahulunya berbusana tidak sesuai kode etik
namun lama-lama menyadari dan mulai merubah gaya berbusananya
sesuai dengan kode etik. Namun hal ini tidak serta merta langsung mereka
lakukan, melainkan mereka bertahap dalam melakukannya.
61
Wawancara dengan Fatih Mahasiswa Jurusan MP. Tgl 9 September 2019
62
Wawancara dengan Asih Mahasiswa Jurusan PMTK. Tgl 5 September 2019
63
Wawancara dengan Eka Mahasiswa Jurusan PIAUD. Tgl 4 September 2019
82
“ada perubahan tapi gak banyak, dulu sering banget pakai kaos biasa
gitu terus pernah ditegur dosen jadinya sekarang pakainya flannel
sama kemeja-kemeja polos aja sih”65
“kalo perubahan sih gaada yang signifikan banget karena dari semester
1 pun aku udah suka pakai rok tapi atasannya masih sering pakai kaos,
nah kesini-sini aku mulai sering pakai kemeja karna kalo pake kaos
kaya kurang pantes aja gitu sebagai mahasiswa keguruan”66
“perubahan ada sih sedikit, kalau dulu sukanya pakai celana jeans dan
kaos, sekarang lebih seneng aja pakai celana bahan dengan kemeja-
kemeja blous, walaupun masih suka pakai jeans juga, kadang pun saya
suka menggunakan rok ya itu balik lagi dari kemauan saya aja sih”67
64
Wawancara dengan Sarah Mahasiswa Jurusan PKim. Tgl 4 September 2019
65
Wawancara dengan Dimas Mahasiswa Jurusan PBA. Tgl 9 September 2019
66
Wawancara dengan Regita Mahasiswa Jurusan PBio. Tgl 10 September 2019
67
Wawancara dengan Annisa Mahasiswa Jurusan PBSI. Tgl 5 September 2019
68
Wawancara dengan Elisa Mahasiswa Jurusan PGMI. Tgl 10 September 2019
83
“ada sihh, tapi kalo aku perubahannya malah ke arah yang kurang baik
ya hehe, dulu waktu awal-awal semester itu sering banget pakai rok,
gamis dan busana-busana yang sopan tapi makin kesini makin ngerasa
nyantai aja dalam berpakaian jarang banget lagi pakai rok-rok gitu
apalagi gamis”69
Dalam artian Hilda, jarang menggunakan rok ataupun gamis
melinkan ia menggunakan celana jeans.
“ada perubahan tapi perubahan yang menurun sih, awal semester
pertama itu selalu pakai rok dan kemeja karena dulu masih takut-takut
gitu tapi makin kesini karena makin mengenal dunia kampus dan tau
celahnya jadi berpakaian yang seenaknya aja”70
Berbeda dengan sebelumnya, perubahan gaya busana yang terjadi pada
2 (dua) narasumber saya adalah perubahan ke arah kurang baik yaitu
mereka mengalami perubahan gaya berbusana dari yang dulu berbusana
sesuai dengan kode etik, namun semakin lama malah berubah ke busana
yang tidak sesuai dengan tata tertib busana FITK.
Dari adanya kode etik mahasiswa, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan memiliki jawaban yang sama yaitu bahwa sebagian besar mahasiswa
sudah menerapkan gaya berbusana sesuai dengan kode etik yang ada. Karena pada
dasarnya mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan memiliki kesadaran
tinggi terhadap gaya berbusananya, terlebih dengan adanya kode etik yang berlaku.
69
Wawancara dengan Hilda Mahasiswa Jurusan PFis. Tgl 4 September 2019
70
Wawancara dengan Nita Mahasiswa Jurusan PBI. Tgl 4 September 2019
84
Lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan syarat dengan busana yang lebih
rapi dibandingkan lingkungan fakultas lain, ini mencerminkan bahwa lingkungan
FITK patut dijadikan sebagai contoh bagi adanya kode etik yang diterapkan
khususnya kode etik tentang gaya berbusana mahasiswa.
Dalam upaya menerapkan kode etik berpakaian di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, fakultas dengan sangat jelas sudah memberikan informasi yang jelas
dengan adanya poster pada setiap lantai, sehingga seluruh mahasiswa pasti tau apa
kewajiban berbusana sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Pemasangan poster itu juga sebagai upaya pihak fakultkas untuk meningkatkan
kesadaran mahasiswa menggunakan busana yang sesuai dan telah ditetapkan,
sehingga penerapannya dapat selaras dengan aturannya.
E. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan di lapangan saat
penelitian. Adapun keterbatasan tersebut antara lain :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu intansi, yaitu pada mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan saja. Oleh karena itu, untuk penelitian
selanjutnya dapat dilakukan pada beberapa fakultas lain di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk membandingkan bagaimana penerapan kode etik
terhadap gaya berbusana di fakultas lain.
2. Peneliti hanya berfokus pada dampak penerapan kode etik terhadap gaya
berbusana mahasiswa Fakultas Ilmu Tariyah dan Keguruan, sedangkan kode
etik tidak hanya tentang busana.
3. Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan kurang terbuka ketika
peneliti wawancara sehingga peneliti kurang mendapatkan informasi yang
lebih luas lagi.
BAB V
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dan dituangkan dalam
bab-bab sebelumnya, maka dalam bab terakhir dari skripsi ini penulis akan
menyampaikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Penerapan kode etik mahasiswa terhadap gaya berbusana mahasiswa/i
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terbukti sudah diterapkan oleh
mahasiswa FITK. Artinya bahwa mahasiswa sudah berbusana yang sesuai
dengan kode etik dan syariat Islam yang berlaku, mereka secara sadar
menggunakan busana yang sesuai dengan pedoman dan tata tertib busana
bagi mahasiswa keguruan, seperti yang sudah tertera pada papan informasi
tata tertib berbusana mahasiswa/i FITK. Terdapat 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi bagaimana gaya berbusana mahasiswa yaitu, faktor dari diri
sendiri, keluarga, organisasi kampus dan teman sebaya.
Sanksi bagi mahasiswa yang melanggar kode etik gaya berbusana hanya
berupa sanksi ringan dimana penerapan sanksi tersebut hanya berupa teguran
lisan dan tertulis. Sanksi ini dapat diterapkan oleh penegak hukum lapangan
seperti unsur karyawan, dosen dan pejabat kampus lainnya, namun pada
kenyataannya penerapannya masih sangat kurang ditegakkan, kurangnya
penerapan teguran lisan dan tertulis kepada mahasiswa yang berbusana tidak
sesuai dengan tata tertib busana.
Faktor yang mempengaruhi bagaimana gaya berbusana mahasiswa yaitu
faktor internal dan eksternal, faktor internal berasal dari diri sendiri dan
keluarga sedangkan faktor eksternalnya berasal dari organisasi kampus dan
teman sebaya. Artinya, dari setiap ragam gaya berbusana mahasiswa
semuanya terdapat faktor dan peranan penting dari lingkungan sekitarnya,
peranan penting yang pertama datang dari diri sendiri, karena gaya seseorang
86
87
2. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya terkait
dengan penerapan kode etik mahasiswa terhadap gaya berbusana mahasiswa
di FITK. Berikut merupakan temuan yang diperoleh, implikasi dari hasil
penelitian ini adalah:
1. Adanya tata tertib busana dijadikan mahasiswa sebagai patokan
mahasiswa dalam berbusana terutama saat proses belajar mengajar di
kampus.
2. Penegak hukum lapangan seperti unsur karyawan, dosen dan pejabat
kampus lainnya tegas dalam menerapkan sanksi, memberi teguran secara
lisan dan tulisan kepada mahasiswa yang busananya tidak sesuai dengan
kode etik dan tata tertib busana.
3. Saran
Setelah peneliti melakukan pemaparan mengenai kesimpulan dan
implikasi di atas, sebagai tindak lanjut bersama dengan ini peneliti
menyampaikan saran untuk dapat menjadi masukan bagi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dalam upaya penerapan kode etik
88
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Kamal, Abu Malik. 2016. Fiqh Sunnah Lin Nissa. Depok: Pustaka Khazanah
Fawa’id,
Karzun, Ahmad Hasan. 2000. Adab Berpakaian Pemuda Islam. Jakarta, Darul Falah.
Prijodarminto, Soegeng. 2004. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: PT. Pratnya
Praminto.
90
Setiadi, Elly M. dkk. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin.. 2006 Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press.
Susanto, Astrid S. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina
Cipta
Usman, Husaini dkk. 2017. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Wirawan, I.B. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: PT Kharisma
Putra Utama.
Yin, Robert K. 2014. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta; PT Raja Grafindo,
Yusuf, Muri. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Jurnal
Ida Suryani Wijaya. 2012. Etika Berbusana Mahasiswa STAIN Samarinda (Studi
kasus terhadap penerapan Keputusan Ketua STAIN Samarinda nomor: 19 tahun 2002
tentang Etika Pergaulan dan Berbusana Mahasiswa STAIN Samarinda); Jurnal
STAIN Samarida. Vol. IV No. 1. Hlm, 88-89.
Nur Hidayat. 2015. Pendidikan Karakter dan Etika Berbusana (Studi Kasus Terhadap
Etika Berbusana Mahasiswa Prodi PGMI); Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol.
09; No. 01. Hlm,67.
Dewi Sukartik. Maret 2015. Efek Penerapan Kode Etik Mahasiswa UIN Suska Riau
Terhadap Perilaku Sosial-Budaya Mahasiswa; Jurnal Risalah. Vol. 26, No. 1. Hlm,19.
92
Jurnal Pesona Dasar Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal 65-78
ISSN: 2337-9227 dengan judul Sopan Santun Berpakaian dalam Islam oleh Syarifah
Habibah (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP
Unsyiah)
Website
https://www.uinjkt.ac.id/
https://fitk.uinjkt.ac.id/
Lampiran Keputusan Rektor, Kode Etik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
NO. 469 Th.2016
Lampiran Keputusan Rektor, Kode Etik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
NO. 469 Th.2016
93
Lampiran-lampiran
94
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama kode etik
berbusana?
…………………………………………………………………………
……………
2. Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa FITK?
…………………………………………………………………………
…………...
3. Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
…………………………………………………………………………
……………
4. Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
…………………………………………………………………………
……………
5. Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai dengan syariat Islam
dan menurut anda apakah gaya berbusana (muslimah/muslimin) anda
sudah sesuai dengan syariat Islam?
95
…………………………………………………………………………
……………
6. Menurut anda apakah kode etik berbusana mahasiswa sudah
diterapakan bagi sebagian mahasiswa?
…………………………………………………………………………
……………
7. Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya berbusana seperti apakah
yang disebut sudah menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
…………………………………………………………………………
……………
8. Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak menerapkan kode etik
berbusana mahasiswa?
…………………………………………………………………………
……………
9. Apakah ada perubahan gaya berbusana anda selama kuliah?
…………………………………………………………………………
……………
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang kode etik berbusana yang berlaku
di FITK?
…………………………………………………………………………
……………
96
…………………………………………………………………………
97
Wawancara ke : 1 (Satu)
Hari Tanggal : 3 September 2019
Nama : Naiya Masyitoh
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : yang saya ketahui tentang kode etik itu lebih menjuru ke
bagaimana cara kita berbusana, baik itu perempuan maupun laki-laki dan
untuk di FITK sendiri pun tidak diwajibkan namun dianjurkan menggunakan
rok dan celana boleh asal tidak ketat dan transparan, alas kaki harus
tertutup, sedangkan untuk pemakaian celana jeans tidak diperbolehkan
namun masih banyak teman-teman mahasiswa yang menggunakannya
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : kalau di FITK sendiri sih yang saya lihat tidak dominan
kemana-mana namun lebih random, dan yang saya lihat itu kode etik
dijalankan dengan mahasiswa-mahasiwa yang tidak menjuru kepada kode
etik itu sendiri sih tetapi yang bagaimana menurut mereka pantas digunakan
dan pantas dilihat oleh orang lain
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : gaya busana saya sendiri sih tidak melihat ke kode etik pun
saya berusaha untuk berbusana sepantasnya dan memang di UIN sendiri
khususnya di FITK kode etiknya sudah terpampang jelas dan kalau saya
merasa sih saya sudah sesuai
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
98
Narasumber : faktor keinginan dan dorongan dari diri sendiri sih yang
ingin menjaga diri dengan berpakaian seperti ini dan penggunaan busana
saya ini tuh bertahap tidak langsung berbusana syar’i seperti ini karena yang
saya rasakan gini loh, kan kita berbusana itu melihat kanan kiri kita juga dan
fokus kita ke fashion seperti apa pun kita bakalan mengikuti kan dan saya
sendiri pun bertahap karena melihat teman-teman sekitar berpakaian seperti
ini jadi dalam hati saya tuh bilang “ohh pantesnya pake pakaian seperti ini
ya” khususnya kita kan anak FITK
5. Pewawancara : Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai dengan
syariat Islam dan menurut anda apakah gaya berbusana (muslimah/muslimin)
anda sudah sesuai dengan syariat Islam?
Narasumber : yang saya ketahui berbusana sesuai syariat Islam adalah
berpakaian yang menurut aurat kita, dan saya sendiri pun jika dibilang sesuai
tidaknya saya pun berusaha untuk menyesuaikan, nah di Islam sendiri pun
ada yang berkata kalau pakaian sesuai syariat islam pun ada yang harus
sampai menutup punggung tangan dan memakai cadar namun menurut saya
sendiri berpakaian menurut syariat Islam pun harus benar-benar menutup
namun tidak semua kecuali muka dan telapak tangan, dan yang lebih jelasnya
lagi kalau perempuan menggunakan jilbab yang menutup dadanya
6. Pewawancara : Menurut anda apakah kode etik berbusana mahasiswa sudah
diterapakan bagi sebagian mahasiswa?
Narasumber : sudah diterapkan sih namun terkadang masih ada yang
melanggarnya, tidak banyak sih, karena kaka kelas adik kelas maupun teman-
teman sendiri pun sudah mengetahui bagaimana sih cara berbusana yang
pantas dan yang enak dilihat
7. Pewawancara : Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya berbusana seperti
apakah yang disebut sudah menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
Narasumber : gaya busana yang sudah ditetapkan sesuai dengan kode etik
yang berlaku, seperti tidak menggunakan jeans apabila perkuliahan,
99
kemudian memakai sepatu, karna masih ada teman saya pun kalau kuliah
masih menggunakan kaos
8. Pewawancara : Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak menerapkan kode
etik berbusana mahasiswa?
Narasumber : biasanya sih mereka yang berbusana seperti itu karena
mereka suka, mereka nyaman dan percaya diri apalagi bila memang itu
sudah dari dorongan dirinya sendiri, teman-teman saya pun seperti itu,
mungkin ada alasan lain yang lebih pribadi namun menurut saya tetap
kenyamanan dalam berpakaian sih yang menjadi alasan utama mereka
9. Pewawancara : Apakah ada perubahan gaya berbusana anda selama kuliah?
Narasumber : ada, waktu masih awal kuliah saya masih suka menggunakan
kaos namun bawahan saya tetap rok, tetapi makin kesini saya mulai tidak
menggunakan kaos melainkan menggunakan kemeja atau yang paling sering
menggunakan gamis
100
Wawancara ke : 2 (Dua)
Hari Tanggal : 3 September 2019
Nama : Febri Nurhayati
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik itu peraturan yang harus di patuhi yang dibuat oleh
suatu institusi, jadi kalo kita melanggar kode etik maka kita melanggar
peraturan yang udah dibuat, nah kalau kode etik berpakaian sendiri berarti
artinya peraturan menggunakan busana saat kita berada dikampus
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : gaya berbusananya itu di FITK pakaiannya lebih muslimah
dan sopan dibanding mahasiswa fakultas lain karena kita kan fakultas
keguruan yang otomatis mencetak calon guru, yang aku lihat sihh lebih
dominan ke pakaian gamis, rok-rok ya pokonya yang terlihat muslimah gitu
tapi selain itu ada sih jurusan yang mahasiswanya dominan tidak berpakaian
seperti itu, karena masih terlihat yang kuliah menggunakan jeans dan kaos
oblong gitu
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : belum, karena kalo aku sendiri sih berpakaian seperti itu
tergantung dari dosen yang mengajar pada saat perkuliahan, karena ada
beberapa dosen yang membiarkan mahasiswa yang menggunakan pakaian
semaunya namun ada juga dosen yang sangat melarang mahasiswa yang
memakai jeans dan mewajibkan untuk memakai rok atau celana bahan,
101
karena aku sendiri pun masih lihat dosen siapa yang akan mengajar terus
menyesuaikan dengan gaya berbusana aku pada hari itu
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
Narasumber : faktornya banyak, kaya belum percaya diri dan masih berasa
ribet aja gitu kalo harus pake kerudung panjang karna aku kalo pake
kerudung kan ya udah gini di slemparin ke samping
5. Pewawancara : Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai dengan
syariat Islam dan menurut anda apakah gaya berbusana (muslimah/muslimin)
anda sudah sesuai dengan syariat Islam?
Narasumber : yang pastinya si yang menutup aurat ya, yang gak ngetat dan
sopan karena perempuan itu kan banyak ya auratnya dan disarankan sih buat
gak menunjukan lekuk tubuhnya, terus yang menutup dada tapi dan kalo aku
sendiri sih memang belum sesuai dengan syariat Islam karna percuma sih
menutup aurat namun kelakuan atau bicara kita tuh gak sesuai dengan
busana muslim yang kita gunakan lebih baik sih perbaiki sikap dulu kalo aku
mah
6. Pewawancara : Menurut anda apakah kode etik berbusana mahasiswa sudah
diterapakan bagi sebagian mahasiswa?
Narasumber : sudah menerapkan sih, kalau saya presentasi kan yang sudah
sesuai dengan kode etik dan syariat Islam ya 80% lah sisanya yang masih
belum sadar dengan adanya kode etik itu
7. Pewawancara : Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya berbusana seperti
apakah yang disebut sudah menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
Narasumber : yang sesuai dengan kode etik yang ada dikampus, memakai
rok dan kemeja, gamis, celana bahan dan yang paling penting sih ga pakai
sandal
8. Pewawancara : Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak menerapkan kode
etik berbusana mahasiswa?
102
Narasumber : alasan mereka kurang lebih sama sih, pernah suatu waktu
sharing tentang gaya berbusana gini, kebanyakan sih mereka emang masih
merasa kalau mereka tuh belum pantas berpakaian yang sesuai dengan kode
etik soalnya kan kita calon guru ya, karna kita juga menyesuaikan dulu
dengan sifat dan perilaku kita jadi kayanya aku sama temen-temen yang
belum sesuai itu lebih milih untuk memperbaiki diri dulu
9. Pewawancara: Apakah ada perubahan gaya berbusana anda selama kuliah?
Narasumber : ada, waktu awal mahasiswa baru masih sering banget pake
celana kaos trus seenaknya aja, tapi makin kesini makin agak dibenerin dikit
gaya berbusananya trus dicoba agar sering pake rok, kecuali kalo kekampus
hanya ada rapat biasanya aku pake celana jeans sama kaos aja gitu kak yang
penting sopan
103
Wawancara ke : 3 (Tiga)
Hari Tanggal : 9 September 2019
Nama : Muhammad Fatih
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki–Laki
Jurusan : Manajemen Pendidikan
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik itu sama dengan peraturan atau tata cara dalam
melakukan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kode etik
berbusana itu berati peraturan dalam berpakaian yang benar sesuai dengan
peraturan, dan kalau di FITK seperti berpakaian yang sopan, harus tertutup
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : gaya di FITK itu untuk perempuan seharusnya tertutup wajib
berjilbab, memakai baju yang bukan kaos, memakai rok atau celana bahan
dan yang laki-laki tidak memakai kaos oblong tidak memakai celana jeans
bersepatu dan rambut tidak gondrong
3. Pewawancara: Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : terkadang belum, terkadang mengikuti aturan tapi seringan
tidak sih, tergantung dan kondisonal dosen juga sih soalnya ada dosen yang
pearturannya ketat ada juga dosen yang tidak memperdulikan penampilan
mahasiswanya
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
Narasumber : suka aja sih, dari pribadi saya sendiri emang gak terlalu suka
pakaian yang terlalu formal kaya kemeja dan celana bahan gitu
104
Wawancara ke : 4 (Empat)
Hari Tanggal : 10 September 2019
Nama : Elisa Fauziah
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik itu tata cara dalam menjalankan aturan, kalau kode
etik berbusana lebih kepada cara mahasiswa berbusana dengan tata cara dan
aturan yang ada yang telah diatur oleh fakultas
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : gaya berbusana mahasiswa tarbiyah itu seharusnya rapi,
sopan, wajib memakai rok dan tidak boleh menggunakan jeans bagi
perempuan tapi realitanya masih ada yang berpakaian tidak seperti yang
sudah ditetapkan
3. Pewawancara: Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : belum sihh karena aku masih sering banget pake celana
jeans, baju yang agak kurang panjang dan jarang banget namanya pake rok
apalagi gamis
4. Pewawancara: Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
Narasumber : karena nyaman aja sih, terus belum biasa menggunakan
pakaian-pakaian yang sangat tertutup jadi belum siap aja dan teman-teman
juga masih sama dan jarang ada yang mengingatkan juga jadi masih
berbusana yang semaunya aja
106
Wawancara ke : 5 (Lima)
Hari Tanggal : 10 September 2019
Nama : Regita Nurani
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Biologi
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik itu aturan yang biasanya dibuat oleh institusi, kalau
ini kampus berarti aturan yang dibuat oleh kampus tersebut, kalau kode etik
berbusana FITK karena kita sendiri adalah mahasiswa yang digaungkan
menjadi guru busananya setau aku tuh yang pertama tidak boleh pake celana
jeans, ga boleh menggunakan pakaian yang ketat, harus pakai rok terus juga
bajunya harus baju yang berbahan rapi
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : kalau selama ini yaa dari yang aku lihat 80% mahasiswa-
mahasiswa sehari-hari di FITK itu udah sesuai lah dengan kode etik yang
tertera dan udah mematuhi lah istilahnya sebagai mahasiswa calon guru
selebihnya yang 20% yang bandel-bandel lah yang masih pake celana jeans
bajunya agak ketat gitu, tapi selebihnya udah sangat mematuhi kok apalagi di
jurusan aku itu bener-bener gak boleh karena dari dosennya sendiri itu
ngelaran mahasiswanya ikut dalam proses kegiatan kuliah kalau pakaiannya
gak rapi apalagi kalo ada yang pake celana jeans
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
108
Narasumber : pede sih aku udah sesuai dengan aturan yang ada di FITK
karena suka takut aja sih ga bisa masuk kelas saat perkuliahan kalo gak
berbusana yang sesuai
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
Narasumber : kalau dari diri sendiri merasa bersalah aja gitu kalo
misalnya melanggar, sisanya ya tuntutan aja sihh kadang dari faktor
lingkungan pertemanan, karena dijurusanku itu kebanyakan bahkan hampir
semua mahasiswa itu pakai baju yang sangat rapi sopan bahkan rapi, apalagi
kalau lagi matkul, praktikum, ketemu dosen itu tuh wajib banget berpakaian
rapi
5. Pewawancara : Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai dengan
syariat Islam dan menurut anda apakah gaya berbusana (muslimah/muslimin)
anda sudah sesuai dengan syariat Islam?
Narasumber : berbusana sesuai syariat Islam sih paling utama harus pakai
rok karena Allah sendiri melarang kan kalau perempuan menyerupai lelaki
gitu, terus pakaiannya gak ngetat dan gak nerawang, kalau aku sendiri sih
belum begitu sesuai syariat Islam walaupun aku sehari-hari kekampus selalu
pakai rok, kerudung aku masih agak kurang panjang dan kadang masih pake
baju yang lengannya agak kurang panjang juga
6. Pewawancara : Menurut anda apakah kode etik berbusana mahasiswa sudah
diterapakan bagi sebagian mahasiswa?
Narasumber : seperti yang tadi saya bilang, sebagian besar bahkan
menurut saya 80% dari seluruh mahasiswa FITK sudah menerapkan busana
sesuai dengan kode etik namun sebagian kecil mahasiswanya belum sehingga
perlu di tekankan lagi agar seluruh mahasiswa menerapkan kode etik
tersebut
7. Pewawancara : Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya berbusana seperti
apakah yang disebut sudah menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
109
Narasumber : karena sudah ada kode etik kan yaa berati mahasiswa yang
baik dan benar adalah mahasiswa yang berbusananya sudah sesuai dengan
kode etik yang berlaku jadi kita semua mahasiswa itu seragam dan kompak
pakai rok dan gaada lagi yang pake jeans
8. Pewawancara : Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak menerapkan kode
etik berbusana mahasiswa?
Narasumber : kalo misalnya aku tanya temen ku dari jurusan lain kenapa
sih masih suka pakai jeans kekampus pasti jawabannya itu karna dia nyaman
aja pake pakaian seperti itu dan emang pengen gaya begini dan kadang
alasan mereka karna mereka kuliah itu bawa motor jadi kalo pakai rok itu
suka ribet
9. Pewawancara : Apakah ada perubahan gaya berbusana anda selama kuliah?
Narasumber : kalo perubahan sih gaada yang signifikan banget karena
dari semester 1 pun aku udah suka pakai rok tapi atasannya masih sering
pakai kaos, nah kesini-sini aku mulai sering pakai kemeja karna kalo pake
kaos kaya kurang pantes aja gitu sebagai mahasiswa keguruan
110
Wawancara ke : 6 (Enam)
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik itu yang pertama adalah aturan atau tata cara
dalam kita beretika dalam instutsi yang sedang kita jalankan, kalau kode etik
berbusana yang ada di fakultas ini yang selama ini saya pahami itu tentang
berbusana dengan menggunakan rok, baju yang menutup sampai atas
dengkul, kerudungnya juga menutupi dada
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : secara umum sih gabisa di generalisasiin ya, kalo aku sih
ngeliatnya perjurusan, nih ya misal di lantai 6-7 itu kan anak-anak mipa ya
rata-rata dan hampir semuanya menggunakan busana yang sangat rapi dan
sangat sopan dan sesuai dengan kode etik, nah trus turun ke bawah lantai 5
itu kan anak ips dan mp nah ini yang sering saya lihat masih banyak
mahasiswanya terlihat masih pake celana jeans dan agak jarang berbusana
gamis ataupun rok-rok gitu ya walaupun sebagian juga ada sih
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : sudah sihh, sesuai yang ada di papan setiap lantai itu karena
aku sendiri pun ga suka pake celana jeans
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
111
Wawancara ke : 7 (Tujuh)
Hari Tanggal : 6 September 2019
Nama : Sarah Mutia
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Kimia
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik itu kan dibuat sama kampus ya, jadi kode etik
artinya aturan yang udah dibuat kampus untuk ditaati dan diterapkan sama
mahasiswanya, kaya rule of life dalam hidup gitu, kalo misal kode etik busana
ada berarti itu dibuat sebagai tujuan kampus untuk mahasiswa tentang
bagaimana cara berpakaian mahasiswa dan menurut aku bagus sih apalagi
kita kan di keguruan ya pasti kode etik itu dibuat dengan tujuan yang jelas
yaitu biar kita berpenampilan sopan dan rapi sih
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : secara umum dan kalo kita berkaca dan berpatokan sama
kode etik sih emang belum seluruhnya diterapkan mahasiswa FITK sih
apalagi kalo dilihat dari mahasiswa fakultas lain yang melihat dan
menganggap kalo fakultas keguruan tuh pasti mahasiswanya rapi-rapi
pakaiannya, nah disitu berarti kita sudah ke brand dong sebagai mahasiswa
calon guru tuh pakaiannya rapi sesuai dengan julukannya nah tapi
kenyataannya pun belum sepenuhnya itu seluruh mahasiswa berbusana sesuai
dengan kode etik yang di tetapkan
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
114
Narasumber : kalo diliat secara fisikli sih aku ngerasa sudah sesuai dengan
kode etik
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
Narasumber : sederhananya sih aku sering banget itu yang ke lantai 5
didepan kajur kan ada kaca besar yang ada tulisannya “sudahkah saya
berpenampilan layaknya seorang guru?” nah disitu aku bisa liat diri aku
udah belom sih penampilan aku kayak seorang guru, nah selain itu kan
sebenenarnya kita sebagai mahasiswa pun diluar dari kode etik atau
peraturan yang ada kan seharusnya juga sudah mengerti dong gimana
berpakaian yang sesuai dan pantas untuk kita kenakan trus dikuatkan lagi
dengan kita di fakultas keguruan yang otomatis akan menjadi seorang guru
maka dari situ ya perlahan tumbuh aja sih dari dalam diri aku sendiri
faktor lain yang aku dapetin selanjutnya sih dari keluarga ya karena aku
sedari kecil pun emang sudah dibiasain pake kerudung gitu trus selalu
dibimbing dan ditegur sama umi aku
faktor lain juga aku masuk organisasi LDK karena aku ngerasa nyaman aja
masuk komunitas yang selalu berbagi tentang menjadi muslim seutuhnya gitu,
disamping itu karena banyak senior aku juga yang ngajak tapi gak paksaan
sih yak arena kau pengen aja dan juga ada dukungan baik dari mereka gitu
5. Pewawancara : Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai dengan
syariat Islam dan menurut anda apakah gaya berbusana (muslimah/muslimin)
anda sudah sesuai dengan syariat Islam?
Narasumber : pakaian yang sesuai syariat Islam tuh memang gak ada dalil
yang jelas sih namun yang jelas itu pastinya menutup aurat wanita dan aurat
wanita pun seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan ya, dan itu tuh
bentuk kasih saying Allah untuk hambanya agar hambanya dijauhkan dari
perbuatan yang tidak diinginkan karena saking mulianya perempuan itu Allah
ingin ia bisa menjaga bentuk dan lekuk tubunya dan Allah sendiri pun sudah
menjelaskannya disurat An-nisa dan berbusana sopan itu harusya bukan
115
karna kode etik tapi harusnya tuh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi
umat muslim, Alhamdulillah aku sendiri sudah dan berusaha untuk istiqomah
dalam berbusana seperti ini
6. Pewawancara : Menurut anda apakah kode etik berbusana mahasiswa sudah
diterapakan bagi sebagian mahasiswa?
Narasumber : sejauh ini sih yang aku rasain Alhamdulillah sebagian besar
mahasiswa sudah menerapkannya sih walaupun diluar itu mungkin mereka
tidak mengikuti kode etik namun yak arena kesadaran mereka sendiri sebagai
calon guru
7. Pewawancara : Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya berbusana seperti
apakah yang disebut sudah menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
Narasumber : gaya berbusananya yang sesuai dengan tata cara yang sudah
diterapkan itu, dan terus berkaca lah kira-kira kita sudah pantas atau belum
berbusana seperti yang kita gunakan saat ini
8. Pewawancara : Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak menerapkan kode
etik berbusana mahasiswa?
Narasumber : biasanya sih karena kebiasaan mereka yang terbawa nyaman
dengan busana seperti itu sehingga sulit sih mengubahnya kalo gak dari
dalam dirinya sendiri dan dia memang mau berubah, kalo temen ku sih aku
tanya dia kayak gitu karna perjalanan dari rumah ke kampus agak jauh dan
harus naik motor jadi gak begitu membahayakan aja pake jeans itu apalagi
kalau lagi macet dan katanya sih banyak juga kejadian kecelakaan karna
pengendaranya itu pakai pakaian panjang yang kadang dia gak sadar atau
kurang hati-hati gitu dengan rok panjangnya
9. Pewawancara : Apakah ada perubahan gaya berbusana anda selama kuliah?
Narasumber : enggak sih karena aku dari dulu emang gini-gini aja, dan
emang udah dibiasain sama orang tua, perubahannya paling hanya sekedar
perubahan warna-warna bajunya, yang dulu masih senang warna-warna
yang mencolok sekarang lebih ke yang warna-warna netral aja gitu
116
Wawancara ke : 8 (Delapan)
Hari Tanggal : 6 September 2019
Nama : Eka Fauziah
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik adalah aturan yang berlaku pada institusi terutama
kita kan lagi kuliah di UIN ya berati aturan yang ada disini terutama FITK
sendiri, dan kode etik berpakaian sendiri artinya aturan kita dalam
berpakaian selama berkuliah di FITK ini
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : secara umum sih di FITK sendiri sebagian dan hampir
banyak mahasiswa yang sudah pakai rok ya karena emang udah aturannya
kan kita sebagai mahasiswa keguruan, tapi sebagian lagi mahasiswanya
masih ada yang suka pake celana jeans harusnya kan ngga boleh
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : eka sendiri sih sudah merasa iya, karena saya pun
berpakaian yang pantas dan sopan, namun kalo dalam kategori yang sesuai
dengan aturan yang berlaku kayanya sih belum sepenuhnya tapi kalo untuk
pakai rok sih setiap hari saya pakai rok dan jarang bahkan gapernah ke
kampus pakai celana jeans
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
117
Narasumber : karena kita ini calon guru yah, jadinya harus ada kesadaran
sih dari dalam diri sendiri harus berpakaian yang seperti apa, harus rapi dan
sopan gitu dan sebagai calon guru kita harus membiasakan diri sih buat pake
pakaian rapi agar enak dilihat gitu dan di contoh sama murid-murid kita
nanti
5. Pewawancara : Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai dengan
syariat Islam dan menurut anda apakah gaya berbusana (muslimah/muslimin)
anda sudah sesuai dengan syariat Islam?
Narasumber : Islam menuntut kita apalagi sebagai wanita ya untuk
berpakaian yang menutup aurat, sedangkan aurat wanita sendiri pun seluruh
tubuh kecuali muka dan telapak tangan, nah kalaupun kita belum bisa
berpakaian sesuai itu setidaknya kita tidak berpakaian yang ketat dan
transparan agar tidak mengundang orang lain melihat tubuh kita. Kadang
sebenernya aku sih sering ya berpakaian yang agak panjang gitu, tapi kalau
lagi gak terburu-buru tapi kalau lagi datang gitu rasa malesnya yaudah pake
pakaian yang semau aku aja gitu tapi tetep gaakan pake jeans aku kalo
kekampus ya pokoknya sesuai mood aja deh lagi pengennya berpakaian
seperti apa dan aku sendiri pun belum sepenuhnya sesuai sih dengan pakaian
yang syariat Islam itu
6. Pewawancara : Menurut anda apakah kode etik berbusana mahasiswa sudah
diterapakan bagi sebagian mahasiswa?
Narasumber : menurut aku sih udah karena sebagian banyak mahasiswa di
FITK itu sudah berbusana rapi dan sopan
7. Pewawancara : Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya berbusana seperti
apakah yang disebut sudah menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
Narasumber : sederhana aja sih menurut aku kaya pakai kemeja trus rok
dan kerudung panjang dengan hiasan bros gitu yang bikin kesan kita lebih
enak aja dilihat, dan di papan tata cara berpakaian yang sudah ada di setiap
118
lantai kampus itu ya kaya gitu, itu kan dibuat untuk kita sebagai calon guru
tuh pantasnya pakaiannya kaya gitu loh
8. Pewawancara : Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak menerapkan kode
etik berbusana mahasiswa?
Narasumber : kayanya sih mereka ngerasa ribet aja gitu kalo harus pakai
rok, kaya temen aku kebanyakan yang berangkat kuliahnya bawa motor itu
suka takut aja katanya kalo roknya itu ngeribetin, sebagian temen aku sih
tetep dikampus ganti rok kalo ada perkuliahan jadi pake jeansnya itu saat dia
ngendarain motor aja
9. Pewawancara : Apakah ada perubahan gaya berbusana anda selama kuliah?
Narasumber : ada, aku tuh termasuk orang yang santai banget kalau
masalah berpakaian malah awal-awal kuliah tuh selalu dan hampir sering
banget pake kaos gitu kalo kuliah trus masih suka pake calana dulu, namun
kesini-sini kenal temen temen lain sering sharing tentang baju juga jadi mulai
berubah gimana berpakaian yang pantas sebagai seorang calon guru
119
Wawancara ke : 9 (Sembilan)
Hari Tanggal : 6 September 2019
Nama : Hilda Wardah Hafidz
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Fisika
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik mahasiswa itu bisa dibilang aturan, tata tertib atau
rules-rules kita sebagai mahasiswa di UIN terutama di FITK, sejauh ini aku
ngeliatnya kalo di FITK tuh karena kita fakultas pendidikan ya harusnya
berpakaian rapi, pakai rok bagi perempuan dan kita kan calon guru artinya
gaboleh semena-mena dalam berpakaian, gimana pun nanti seorang guru
pasti diguguh dan ditiru muridnya jadinya sih kalo dalam berpakaian ya
harus sopan contohnya memakai rok ataupun celana bahan dan buang jauh-
jauh celana jeans
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : kalo keseluruhan dari mahasiswa FITK beda-beda sih
berpakaiannya, ada yang mengikuti rules dari kode etik itu ada juga yang
masih menyimpang dan itu sih balik lagi ke pribadi masing-masing
mahasiswa
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : kadang sih, aku selama ini kalau pakai busana yang sesuai
kode etik kalo lagi menyesuaikan mata kuliah dan dosennya aja soalnya ada
dosen yang emang mewajibkan banget buat pakai baju yang rapi tapi ada
120
dosen juga yang gak mementingkan pakaian mahasiswanya jadi aku masih
suka tergantung lagi mata kuliah dengan dosen siapa yang mengajar gitu
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
Narasumber : faktor utama sih dari pribadi aku sendiri ya yang belum mau
buat berbusana yang sesuai dengan kode etik apalagi sesuai dengan syariat
Islam, kedua sih aku ngerasanya faktor lingkungan kuat banget apalagi
temen-temen main ya bawa pengaruh banget
5. Pewawancara : Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai dengan
syariat Islam dan menurut anda apakah gaya berbusana (muslimah/muslimin)
anda sudah sesuai dengan syariat Islam?
Narasumber : berpakaian sesuai dengan syariat Islam pasti kan harus
menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan kan karna aurat
wanita pun kaya gitu, kalau mengikuti aturan tata cara berpakaian FITK ya
itu sesuai dengan syariat Islam tapi aku sendiri sejauh ini pun belum yang
seperti itu karna masih sering banget berpakaian yang semau aku
6. Pewawancara : Menurut anda apakah kode etik berbusana mahasiswa sudah
diterapakan bagi sebagian mahasiswa?
Narasumber : sebagian udah sihh, sebagian lagi belum tapi dominan
mahasiswa FITK sudah berbusana rapi dan sopan
7. Pewawancara : Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya berbusana seperti
apakah yang disebut sudah menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
Narasumber : yang di aturan kode etik berbusana itu tuh udah pas banget,
sebagai seorang calon guru dan mahasiswa yang almamater keguruannya
dari Islam itu sih udah masuk banget berpakaian seperti itu
8. Pewawancara : Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak menerapkan kode
etik berbusana mahasiswa?
Narasumber : kalau yang aku liat sih mahasiswa yang belum menerapkan
busana sesuai kode etik karena mereka ngerasa kaya gak jelas aja gitu sanksi
yang kita dapat kalau gak berbusana seperti itu tuh apa, jadi makanya selama
121
ini mungkin mereka dan aku pun sendiri jadi masih leluasa aja berbusana
yang tidak sesuai kode etik karena emang belum dapet sanksi yang buat jera
agar kita berbusana yang sesuai dengan aturan yang ada
9. Pewawancara : Apakah ada perubahan gaya berbusana anda selama kuliah?
Narasumber : ada sihh, tapi kalo aku perubahannya malah ke arah yang
kurang baik ya hehe, dulu waktu awal-awal semester itu sering banget pakai
rok, gamis dan busana-busana yang sopan tapi makin kesini makin ngerasa
nyantai aja dalam berpakaian jarang banget lagi pakai rok-rok gitu apalagi
gamis
122
Wawancara ke : 10 (Sepuluh)
Hari Tanggal : 6 September 2019
Nama : Nita Anggraini
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik yang mencakup semua aturan, tata cara dalam
melaksanakan kegiatan kita sekarang kan kuliah jadi aturan selama kita
kuliah di UIN ini, dan kalau kode etik berbusana sendiri berarti memiliki
artian dalam aturan berpakaian kita selama menjadi mahasiswa FITK ini
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : secara umum sih ada yang mengikuti ada juga yang belum
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : sepenuhnya sih belum, karena belum biasa pakai baju yang
sesuai banget dengann kode etik dan juga karena masih sering banget nih
pake pakaian yang gak longgar, masih hobi pakai jeans dan jarang banget
pake rok paling kalau mau pake rok tuh kalau ada urusan bertemu dosen
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
Narasumber : faktor yang pertama sih kepercayaan diri, karena aku belum
pede aja kalau pakai pakaian yang sesuai dan harus mengikuti kode etik
karena belum biasa juga si, terus faktor lain itu karena banyak temen yang
pakai baju juga gak sesuai gitu jadi makin ikutan aja dan gak mau berubah
dan kebawa
123
Wawancara ke : 11 (Sebelas)
Hari Tanggal : 1 September 2019
Nama : Annisa Widya
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik itu artinya aturan yang harus di patuhi oleh
seseorang dimana dia sedang berada, kalau kita sebagai mahasiswa berarti
kita harus mengikuti standar aturan yang telah kampus buat yang harus kita
patuhi, kode etik berbusana pun harusnya juga seperti itu, dibuat dengan
tujuan untuk mengarahkan kita agar berbusana yang sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : gaya berbusana di FITK sendiri tuh beragam ya, ada yang
udah mencerminkan guru banget, ada yang masih setengah-setengah dan ada
pula ada juga yang belum
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : kalau saya sendiri sih termasuk yang setengah-setengah ya,
kadang kekampus pakai rok, kadang pakai gamis kadang juga suka pake
jeans, kalo saya lebih fleksibel aja sih tergantung juga saya mau ngapain
kekampusnya, kalau memang sehari itu full ada kuliah saya mengusahakan
agar berpakaian yang lebih rapi namun kalau hanya satu mata kuliah saya
lebih sering pakai pakaian santai aja sih
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
125
Narasumber : faktor utamanya sih senyamannya aja ya, jadi kalau saya lagi
nyaman pakai baju rapi ya saya rapi dan juga kalau lagi pengen pakai
pakaian santai gitu ya pakai baju semaunya aja
5. Pewawancara : Apa yang anda ketahui dengan berbusana sesuai dengan
syariat Islam dan menurut anda apakah gaya berbusana (muslimah/muslimin)
anda sudah sesuai dengan syariat Islam?
Narasumber : setau saya berbusana sesuai dengan syariat Islam yaitu
berbusana yang menutup aurat, kalau untuk wanita kan auratnya seluruh
tubuh kecuali muka dan telapak tangan jadi menyesuaikan itu, dan kalau laki-
laki kan hanya sebatas dari perut sampai bawah dengkul jadi ya
menyesuaikan dengan itu, dan saya sendiri pun belum berbusana yang sesuai
syariat Islam
6. Pewawancara : Menurut anda apakah kode etik berbusana mahasiswa sudah
diterapakan bagi sebagian mahasiswa?
Narasumber : sebagian sudah karna di FITK sendiri dominan
mahasiswanya berbusana sesuai dengan apa yang sudah tertera di tata cara
berpakaiannya, sisanya minoritas aja sih yang belum sesuai
7. Pewawancara : Lalu mahasiswa yang menggunakan gaya berbusana seperti
apakah yang disebut sudah menerapkan kode etik berpakaian mahasiswa?
Narasumber : mahasiswa yang cara berpakaiannya sudah sama ya minimal
sudah tau apa saja yang dianjurkan, seperti tidak menggunakan jeans, selalu
menggunakan sepatu
8. Pewawancara : Menurut anda apa alasan mahasiswa tidak menerapkan kode
etik berbusana mahasiswa?
Narasumber : mahasiswa yang tidak menerapkan kode etik menurut saya
sih ya karena kemaun mereka sendiri, kesadaran mereka sebagai mahasiswa
keguruannya masih rendah dan bisa jadi faktor keluarga yang kurang
mendukung maksudnya tidak pernah mengingatkan bahwasanya kalau
menjadi calon guru itu pantasnya berbusana yang seperti apa
126
1. Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang kode etik mahasiswa terutama
kode etik berbusana?
Narasumber : kode etik itu peraturan, kalau kode etik mahasiswa artinya
peraturan yang dibuat dekan untuk mahasiswanya, kalau kode etik berbusana
itu aturan bagaimana cara kita berbusana yang baik dan benar sesuai
dengan keguruan kita
2. Pewawancara : Bagaimana menurut anda tentang gaya berbusana mahasiswa
FITK?
Narasumber : mahasiswa FITK gaya berbusananya beragam, di mulai dari
yang biasa aja dan bisa dibilang gak rapi, terus yang agak rapi sampai yang
rapi banget pun banyak
3. Pewawancara : Apakah gaya berbusana anda sudah selaras dengan kode etik
berbusana mahasiswa yang sudah ditetapkan?
Narasumber : belum, karena saya sendiri pun kalau kekampus masih pakai
jeans, ya gimana ya cowo kalau pake celana bahan yang gombrong gitu aneh
aja keliatannya, palingan saya sih pake celana chino gitu kak tapi yang gak
terlalu ngetat dan pake flannel atau kemeja polos gitu, kalau pun pake kaos
kadang saya luarannya pake jaket jeans
4. Pewawancara : Apa faktor anda menggunakan gaya berbusana seperti ini?
Narasumber : faktornya sih karena pede aja ya, soalnya sehari-hari kan
pakaiannya emang kaya gini, justru kalau pake celana bahan gitu kadang ga
pede dan malah biking ga nyaman
128
yang penting sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak aneh-aneh saya rasa
gaya busana mahasiswa tarbiyah sih sudah baik
4. Pewawancara : Menurut bapak/ibu apakah sanksi telah ditetapkan dan
berlaku bagi mahasiswa yang berbusana tidak sesuai kode etik?
Narasumber : Sebenarnya kan kalau sebagai umat muslim diperintahkan
untuk menutup aurat maka masing-masing mahasiswa harusnya dalam
mendefinisikan dan mengamalkannya sebagai perintah langsung yang tidak
perlu ditegur orang lain, apalagi dalam instansi seperti ini untuk dosen pun
dalam melakukan peneguran harus bersifat personal karena busana itu kan
sifatnya pribadi, dan yang lain apalagi hanya sebatas pegawai biasa tidak
memiliki hak untuk melaksanakan sanksi ringan tersebut. Karena dalam pasal
yang dijelaskan itu pun tidak disebutkan siapa yang akan melaksanakan sanksi
ringan tersebut sehingga tidak ada hak penuh terhadap siapa saja untuk
melakukan sanksi ringan
5. Pewawancara : Bagaimana kah cara yang ampuh agar mahasiswa yang
berbusana tidak sesuai kode etik dapat berbusana yang sesuai dengan apa yang
ditetapkan FITK?
Narasumber : Itu sih balik lagi ke masing-masing pribadi mahasiswa
karena gaya busana itu sifatnya pribadi dan bagi siapapun berhak untuk
berbusana seperti apa saja yang menurut mereka nyaman, namun yang perlu
ditekankan disini kan kita sebagai civitas akademika yang berselimutkan Islam
maka kita harus menghormati dan menjalankan peraturan yang sudah tertera
dan menjadi konsekuensi kita
131
LEMBAR OBSERVASI
Tempat :
Observer/peneliti :
Tanggal :
Deskripsi :
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan dalam penerapan kode etik terhadap gaya
berbusana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yaitu:
DOKUMENTASI
BIOGRAFI PENULIS