Anda di halaman 1dari 106

PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI

PENGAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP


YAPIA (Yayasan Pendidikan Al-Hidayah) Ciputat

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


(S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh
REFNITA
NIM. 105018200692

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI
PENGAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP
YAPIA (Yayasan Pendidikan Al-Hidayah) Ciputat

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


(S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh
REFNITA
NIM. 105018200692

Di bawah Bimbingan

Drs. Syafril M.Pd


NIP. 19460601 196705 1 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
ABSTRAK

Refnita (105018200692). Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh


Kepala Sekolah di SMP YAPIA Ciputat ( Penelitian langsung di
SMP YAPIA Ciputat ). Skripasi di bawah Bimbingan Syafril M. Pd.
Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen
Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan


Supervisi Pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat, yang
menyangkut pada : (1) Pemberian pengarahan kepada para guru; (2) Pemberian
bimbingan kepada guru; (3) Kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru;
(4) Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan para guru; (5) Pemberian motivasi
kepada guru.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan
study kasus. Penelitian ini dilaksankan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2009.
Informan dan sampel penelitian adalah seluruh guru yang ada di SMP YAPIA
Ciputat yang berjumlah 24 responden. Teknik pengambilan data untuk pendekatan
kualitatif ini menggunakan teknik observasi dan penyebaran angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

Supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah menurut para guru di
SMP YAPIA Ciputat berdasarkan indikator telah terlaksana dengan Baik. Adapun
perhitungan hasil dari setiap indikator adalah (1) Pemberian pengarahan
kepada guru menunjukkan 76,6%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah
telah memberikan pengarahan yang baik kepada para guru. (2) Pemberian
bimbingan kepada guru menunjukkan 79,9%, dengan demikian bahwa Kepala
Sekolah telah memberikab bimbingan yang baik kepada para guru. (3) Kegiatan
pengawasan terhadap kegiatan para guru menunjukkan 80,28%, dengan
demikian bahwa Kepala Sekolah telah melakukan kegiatan pengawasan yang baik
terhadap kegiatan para guru. (4) Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan
guru menunjukkan bahwa 85,8%, dengan demikian menunjukkan bahwa
Kepala Sekolah telah melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap
kegiatan para guru. (5) Pemberian motivasi terhadap para guru menunjukkan
bahwa 81,3%, dengan demikian Kepala Sekolah telah memberikan motivaasi-
motivasi kepada para guru dalam menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah.

i
KATA PENGANTAR

Tak ada yang patut penulis sampaikan kecuali rasa syukur yang tak
terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan taufik
serta hidayah, sehingga tanpa terasa penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala Sekolah
di SMP YAPIA (Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah) Ciputat”, yang
merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan
Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan dan fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah menuntun umatnya
dahulu dari jaman yang penuh dengan kesesatan ke jaman yang terang benderang
menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Selesainya skripsi ini, tentunya tidak luput dari bantuan pihak-pihak yang
telah banyak membantu baik secara moril maupun materil yang tidak mampu
penulis lupakan jasa-jasanya karena pengorbanan mereka semua, maka ingin
rasanya penulis mencurahkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya.
2. Bapak Rusdy Zakarya, M.Ed, M. Phil Ketua Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Drs. Syafril M.Pd Dosen Pembimbing skripsi yang dengan sabar
dan tulus, dalam membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
disela-sela kesibukan beliau untuk memberikan bimbingannya kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

ii
5. Bapak Abd. Rozak A. Sag, M.Si Dosen Penasehat Akademik yang telah
memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini.
6. Bapak Syaripulloh M.Si Dosen pembimbing PPKT yang telah banyak
memberikan saran-saran bagi penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi
ini.
7. Bapak Badri, S.Ag, Kepala SMP YAPIA Ciputat beserta seluruh guru dan
staf jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin
untuk mengadakan penelitian di SMP YAPIA Ciputat tersebut dan
bersedia memberikan data-data yang penulis butuhkan dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Keluargaku terutama untuk kedua orang tuaku ayahanda Ramadin dan
ibunda Mariana yang telah memberikan doa serta restunya dan memenuhi
segala kebutuhan yang penulis perlukan hingga menyelesaikan penelitian
ini dan untuk kakakku Reflina serta adikku Rahmat Hidayat terima kasih
atas segala pengertiannya.
9. Sobat-sobatku seperjuangan (Dwi, Dewi, Tsulis) yang telah membantu
memberikan semangat, pendapat dan kritiknya kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Untuk Aa qu, terima kasih banyak atas segala bantuan dan kasih
sayangnya, aku sayang kamu
Hanya harapan dan doa yang dapat disampaikan kepada semua pihak yang
telah bekerjasama dalam membantu penulis guna menyelasikan skripsi ini agar
mendapatkan balasan yang sberlipat ganda dari Allah SWT. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi isi, bahasa maupun penulisannya, maka
dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik
yang membangun.
Jakarta, Maret 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4
D. Perumusan Masalah .................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II KERANGKA TEORI, BERFIKIR DAN HIPOTESIS


A. Pengertian Teori .......................................................................... 6
1. Hakikat Supervisi .................................................................. 6
a. Pengertian Supervisi........................................................ 6
b. Supervisi Akademik ........................................................ 8
c. Tujuan Supervisi Pengajaran........................................... 11
d. Fungsi Supervisi Pengajaran ........................................... 15
e. Prinsip-prinsip Supervisi Pengajaran .............................. 17
f. Dimensi-dimensi Substasi Supervisi Akademik. ............ 21
g. Teknik-teknik Supevisi Pengajaran................................. 28
2. Pendekatan terhadap Supervisi Pengajaran........................... 31
3. Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Sekolah......................... 33
4. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik ........................ 35
5. Perbaikan Program Supervisi Akademik .............................. 35
6. Media, Sarana, dan Sumber .................................................. 36
7. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru............................ 36

iv
8. Kendala-kendala Pelaksanaan Supervisi............................... 38
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tujuan Penelitian ........................................................................ 41
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 41
C. Metode Penelitian ...................................................................... 41
D. Sumber Data Penelitian............................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 42
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 46
B. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 46
1. Karakteristik Responden ...................................................... 46
2. Data Hasil Angket ................................................................. 48
C. Interpretasi Data .......................................................................... 66

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 68
B. Saran ........................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70


LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Hal
1 Kisi-Kisi Angket Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di
SMP YAPIA Ciputat...................................................................... 41
.2 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert ........................ 44
.3 Interpretasi Nilai Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di
SMP YAPIA Ciputat...................................................................... 45
4 Jenis Kelamin Responden Guru SMP YAPIA Ciputat Tahun
Ajaran 2009/2010........................................................................... 47
5 Pangkat/jabatan Responden Guru SMP YAPIA Ciputat Tahun
Ajaran 2009/2010........................................................................... 47
6 Memberikan arahan kepada guru dalam menyusun materi
pembelajaran .................................................................................. 48
7 Mengarahkan guru dalam melakukan analisis penilaian KBM ..... 49
8 Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat program
kerja tahunan .................................................................................. 50
9 Memberikan bimbingan dalam membuat satuan pembelajaran..... 50
10 Membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran...................................................... 51
11 Membantu guru dalam membuat tugas dan tanggung jawab di
sekolah ........................................................................................... 51
12 Membantu guru dalam pembagian tugas mengajar di sekolah ...... 52
13 Memberikan bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data 52
14 Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat peraturan
di sekolah ....................................................................................... 53
15 Memberikan bimbingan kepada guru dalam menganalisis hasil
evaluasi........................................................................................... 53
16 Memberikan bimbingan kepada guru dalam mengatur
adminisratsi di sekolah................................................................... 54

vi
17 Memberikan bimbingan dalam merencanakan alat evaluasi untuk
mengukur keberhasilan program sekolah....................................... 54
18 Memberikan bimbingan tentang cara berkomunikasi yang efektif
dengan para siswa .......................................................................... 55
19 Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan
pembelajaran di kelas..................................................................... 55
20 Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan
komunikasi dengan para siswa di kelas ......................................... 56
21 Mengawasi program kerja yang di buat oleh guru di kelas ........... 57
22 Mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas............................... 58
23 Membuat diskusi untuk para guru demi kemajuan program
sekolah ........................................................................................... 58
24 Memberikan kesempatan kepad aguru untuk berpartisipasi dalam
menetapkan kebijakan demi kemajuan pendidikan di sekolah ...... 59
25 Memberikan penilaian terhadap tugas yang diberikan kepada
guru di sekolah ............................................................................... 59
26 Memberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan program
perbaikan KBM bagi para guru...................................................... 60
27 Membantu guru dalam menciptakan iklim dan suasana yang
kondusif di sekolah ........................................................................ 60
28 Melatih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang dapat
mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah ................................. 61
29 Membantu perbaikan kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan program sekolah ..................................................... 61
30 Memberikan program tahunan yang di buat oleh guru dalam
kegiatan pengajaran di sekolah ...................................................... 62
31 Membantu guru dalam menentukan bahan pengayaan bidang
studi ............................................................................................... 62
32 Membantu pra guru dalam menyusun program semester sekolah . 63

vii
33 Membahas hasil evaluasi program sekolah untuk menentukan
program sekolah selanjutnya.......................................................... 64
34 Memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan
kinerjanya....................................................................................... 65
35 Dalam rapat sekolah kepala sekolah memberikan motivasi
kepada guru untuk dapat mengembangkan pengajaran yang
kreatif kepada siswa di sekolah...................................................... 65
36 Prosentase perhitungan nilai rata-rata ............................................ 67

viii
SURAT PERNYATAAN KARYA PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Refnita
NIM : 105018200692
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Jurusan : Kependidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2010


Penulis

Refnita

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Departemen Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa perubahan dan
pengembangan aspek kehidupan perlu ditanggapi oleh kinerja pendidikan
yang profesional dan bermutu tinggi. Profesionalitas guru yang baik itu sangat
diperlukan untuk mendukung terciptanya iklim pendidikan yang efektif serta
dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia
Dunia pendidikan saat ini dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan,
di lihat dari banyaknya permasalahan pendidikan yang sampai saat ini belum
dapat terselesaikan seperti mutu pendidikan yang rendah, minimnya
profesionalisme tenaga pendidik, rendahnya sistem manajemen pendidikan
sekolah, anggaran pendidikan yang tidak relevan, hingga kurangnya relevansi
tenaga pendidik terhadap anak didiknya. Dari permasalahan-permasalahan di
atas sangatlah mempengaruhi baik buruknya sistem pendidikan di Indonesia.
Dari permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia ini,
dibutuhkan perubahan-perubahan yang signifikan seperti dalam kegiatan
belajar mengajar dan kinerja pendidikan yang harus diawasi dan di bimbing
oleh seorang supervisi pengajaran. Karena menurut Piet A Sahertian
“Supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia
sekolah untuk memelihara dan mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan
cara langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha

1
2

meningkatkan proses mengajar siswa” 1 . Dengan demikian, supervisi


pengajaran dapat diartikan proses yang digunakan oleh personalia pendidikan
(supervisior)
Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan
masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ciri utama supervisi
adalah perubahan dalam rangka peningkatan efektivitas dan efisiensi proses
belajar mengajar secara terus menerus.
Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar
mengontrol atau melihat apakah segala kegiatan pembelajaran telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana, akan tetapi lebih dari itu. Supervisi
dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas, mencakup kondisi-
kondisi atau syarat-syarat personil maupun material yang diperlukan guna
terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Ada beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan untuk lebih
memudahkan jalannya kegiatan supervisi. Teknik-teknik supervisi terbagi atas
teknik supervisi yang bersifat individual maupun kelompok. Pemilihan teknik
supervisi disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, tempat dan juga
waktu, jumlah dan sifat orang yang akan di supervisi serta guru (tenaga
pengajar) juga perlu menjadi pertimbangan dalam melakukan supervisi.
Proses bantuan, arahan dan bimbingan bagi para guru ini merupakan tugas
dan tanggung jawab supervisi pengajaran, maka dari itu seorang supervisor
pengajaran harus dapat meneliti, mengamati dan mencari syarat-syarat yang
diperlukan dalam upaya perbaikan dan mengembangkan diri dalam
profesinya. Idealnya suatu supervisi dilakukan secara profesional dalam upaya
pengembangan lembaga pendidikan.
Pada lembaga sekolah yang saya teliti yaitu SMP YAPIA CIPUTAT yang
memiliki Visi :

1
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya
:Usaha Nasional, 1981), hal.
3

Unggul dalam kualitas belajar dan berkarya, kokoh dalam IMTAQ dan
serasi dalam kebersamaan” dan adapun Misinya yaitu :
1. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan.
2. Mewujudkan pengembangan standar pencapaian ketuntasan belajar
dan peningkatan standar kelulusan tiap tahunnya.
3. Mewujudkan pendidikan dan tenaga kependidikan yang jujur,
Professional, terampil dan tangguh.
4. Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel, partisifatif dan
objektif.
Dari visi dan misi di atas peneliti melihat ada beberapa masalah yang
bertolak belakang dengan misi sekolah tersebut, serta permasalahan ketika
proses belajar mengajar berlangsung diantaranya yaitu :
1. Banyaknya siswa yang tidak mengikuti tata tertib dalam berpakaian
seperti ada beberapa anak didik yang tidak menggunakan atribut
sekolah (bet dan topi), serta siswa yang terlambat datang ke sekolah
2. Banyak siswa yang keluar kelas ketika proses belajar mengajar
berlangsung
3. Ada beberapa guru meninggalkan ruang kelas dan menyuruh anak-
anak untuk mencatat
Dari permasalahan-permasalahan yang ada di SMP YAPIA Ciputat ini,
diperlukan supervisi pengajaran dalam mewujudkan kondisi pendidikan yang
baik dan mengembangkan perilaku guru yang diperlukan dalam pencapaian
tujuan pendidikan yang optimal.
Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas, maka penulis ingin
mengkaji secara deskriptif dan empiris mengenai “BAGAIMANA
PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI PENGAJARAN OLEH
KEPALA SEKOLAH DI SMP YAPIA CIPUTAT”
4

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka ada
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang ada di
sekolah tersebut ?
2. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi mengajar
guru ?
3. Metode apa yang digunakan pengajar atau guru di sekolah tersebut ?
4. Bagaimana pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran di SMP YAPIA
Ciputat ?
5. Kendala apa saja yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kegiatan
supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah ?

C. Pembatasan masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis
membatasi permasalahan tersebut yaitu “Pelaksanaan kegiatan supervisi
pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat”

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan
masalah tersebut dengan “Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Supervisi
Pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat”

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan
khasanah keilmuan terkait dengan pelaksanaan kegiatan supervisi
pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat.
2. Secara Praktis
5

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :


a. Mahasiswa dan program studi sebagai masukan atau informasi tentang
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan
supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP
YAPIA Ciputat
b. Kepala Sekolah, sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan
mutu supervisi pendidikan dan pengajaran di sekolah
c. Guru, sebagai bahan informasi dalam meningkatkan keterampilan dan
kemampuan dalam mengajar
d. Peneliti lanjut, dapat memberikan gambaran yang jelas dan nyata
tentang kontribusi penerapan supervisi pengajaran dalam
meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
BAB II
KERANGKA TEORI, BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Pengertian Teori
1. Hakikat Supervisi
a. Pengertian Supervisi
Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan
vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi
secara etimologis, Supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian
itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang
melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. 2
Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam
menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar
mengajar yang lebih baik kita sebut Supervisor.
Dalam bukunya Good Carter, Dictionary of Education, supervisi
adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru
dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran,
termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,

2
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1994) hal. 1

6
7

bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi


3
pengajaran.
Menurut H. Burton dan Leo J. Bruckner, supervisi adalah suatu
teknik yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. 4 Sedangkan menurut Kimball Wiles,
mendefinisikan supervisi yaitu bantuan dalam perkembangan dari
belajar mengajar yang baik. 5
Menurut Ngalim Purwanto, .supervisi adalah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 6
Glickman dalam Ibrahim Bafadal mendefinisikan Supervisi
Pengajaran adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar
demi pencapaian tujuan pengajaran. Moh Rifai’i mendefinisikan
supervisi pengajaran adalah tahapan/fase dalam administrasi sekolah,
terutama mengenai keberhasilan dalam usaha mencapai harapan/tujuan
tertentu dalam pengajaran. 7 Menurut pendapat Harris dalam Piet A.
Sahertian Supervisi Pengajaran adalah apa yang dilakukan oleh
petugas sekolah terhadap stafnya untuk memelihara (maintain) atau
mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah yang langsung berpengaruh
terhadap proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar
siswa. 8

3
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan,
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 17
4
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan Administrasi pendidikan,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1981) cet Ke-1. H. 68
5
Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Konep Dasar dan Tekink Supervisi Pendidikan,
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 18
6
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 76
7
M. Moh. Rifa’i, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1986) ,h. 125-126
8
Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Inservice Education (Jakarta : Rineka Cipta, 1992) ,hal. 57
8

Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin


untuk membantu guru-guru, orang yang dipimpin agar menjadi guru
(personil) yang cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan
efektivitas proses belajar mengajar disekolah. 9 Jadi, supervisi adalah
sebagai suatu usaha layanan dan bantuan berupa bimbingan dari atasan
(kepala sekolah) kepada personil sekolah (guru-guru) dan petugas sekolah
lainnya. Supervisor sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai
stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan
pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain itu
juga supervisi diharapkan mampu membawa dampak perkembangan yang
baik bagi kemajuan proses pengajaran melalui peningkatan kurikulum
yang ada di sekolah sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan mutu
pendidikan.

b. Supervisi Akademik
Glickman (1981), mendefinisikan supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. (Daresh,
1989). Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama
sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari
penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas
dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses

9
Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989). Cet.
Ke-1 hal.104
9

pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses


pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan
prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi
kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,
merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik.
Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam
pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan
guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara
mengembangkannya.
Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk
kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya: Apa yang sebenarnya terjadi
di dalam kelas?, Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan
muridmurid di dalam kelas?, Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan
aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid?, Apa yang
telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, Apa
kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?.
Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh
informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah
melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau
kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan
perancangan dan pelaksanaan pengebangan kemampuannya. Dengan
demikian, melalui supervisi akademik guru akan semakin mampu
memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Alfonso, Firth, dan Neville
(1981) menegaskan Instructional supervision is herein defined as:
behavior officially designed by the organization that directly affects
teacher behavior in such a way to facilitate pupil learning and achieve the
10

goals of organization. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga


konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik.
1) Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan
mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan
ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara
terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan
perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang
baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat
kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta
karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi
akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989).
2) Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu
mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain
tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang
mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik
merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka
alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan
guru.
3) Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu
memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Secara rinci, tujuan
supervise akademik akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.
Supervisor pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan
“pengawas”. Supervisor, lebih berperan sebagai “gurunya guru” yang
siap membantu kesulitan guru dalam mengajar. Supervisor pengajaran
bukanlah seorang pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan guru.
Oliva (1984) mengemukakan peran supervisor yang utama, ada empat
hal, yaitu: (a) sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan program-
program dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja
11

guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai


pelaksanaan programnya; (b) sebagai konsultan, supervisor harus memiliki
kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi
pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat
membantu guru baik secara individual maupun kelompok; (c) sebagai
pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus memiliki
kemampuan memimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan
berbagai bentuk kegiatan kelompok; dan (d) sebagai evaluator, supervisor
harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi
pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan
penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.
c. Tujuan Supervisi pengajaran
Dalam melakukan suatu pekerjaan orang yang terlibat dalam pekerjaan itu
harus mengetahui dengan jelas apakah tujuan pekerjaan itu, yaitu apa yang
hendak dicapai. Dibidang pendidikan dan pengajaran seorang supervisor
pendidikan harus mempunyai pengetahuan yang cukup jelas tentang apakah
tujuan supervisi itu. Tujuan umum supervisi pendidikan adalah memperbaiki
situasi belajar mengajar, baik belajar para siswa, maupun situasi mengajar
guru. 10
Secara umum tujuan supervisi pengajaran adalah untuk membentuk
kepemimpinan dalam menjamin kelangsungan dan ketetapan penyesuaian
kembali dalam program pendidikan yang berlangsung dari masa ke masa, dari
tingkat ke ting kat dalam suatu sistem, dan dari pengalaman belajar yang satu
ke pengalaman belajar yang lain. 11
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-

10
Imam Soepandi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, (Jakarta : 1998), hal. 65
11
Wijono, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Departemen Penidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan,(Jakarta : 1989), hal.223
12

muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas


akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980).
Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara
sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan
keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen
(commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru,
sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas
pembelajaran akan meningkat. Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) ada
tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

1) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru


mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami aka
demik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan
menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
2) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa
13

dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru


sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya,
maupun dengan sebagian murid-muridnya.
3) Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh
(commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981) Supervisi akademik yang baik
adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multitujuan
tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya
memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan
lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik
akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti
perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan
perilaku belajar murid yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981)
menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik sebagaimana
gambar di bawah ini.

Sumber: Alfonso, RJ., Firth, G.R., & Neville, R.F.1981. Instructional


Supervision, A Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc., p. 45.

Gambar tersebut di bawah ini memperjelas kita dalam memahami sistem


pengaruh perilaku supervisi akademik. Perilaku supervisi akademik secara
langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti,
melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru
sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar.
14

Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi


perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan
akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih
baik.
Supervisi pendidikan tidak lain adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
siswa dan dari sini sekaligus menyiapkan bagi perkembangan masyarakat. 12
Amatembun merumuskan tujuan supervisi pendidikan (dalam
hubungannya dengan tujuan pendidikan nasional) yaitu membina orang-orang
yang disupervisi menjadi manusia-manusia pembangunan yang dewasa yang
berpancasila. 13
Yusak Burhanuddin mengemukakan bahwa tujuan supervisi pendidikan
adalah dalam rangka mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik
melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, secara rinci sebagai
berikut:
a) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar mengajar
b) Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
c) Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil optimal.
d) Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya
e) Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan,
kekurangan, dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang
dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh. 14
Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya bertujuan
memperbaiki proses belajar mengajar secara total.15 Dalam hal ini bahwa
tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu mengajar guru, akan tetapi
juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk pengadaan
fasilitas yang menunjang kelancaran pembelajaran, meningkatkan mutu
pengetahuan dan keterampilan guru, memberikan bimbingan dan pembinaan

12
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan
(Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hal. 294
13
N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun Para Penilik Pengawas dan Guru-
guru (Bandung : Suri, 2000), Edisi ke-5, hal. 26
14
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka Setia) cet. Ke-
1, h. 100
15
Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 77
15

dalam pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar


dan teknik evaluasi pengajaran
d. Fungsi Supervisi
Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses kerjasama
hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan melalui tindakan-
tindakan yang nyata. Begitu juga seorang supervisor dalam merealisasikan
program supervisinya memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus
dijalankan secara sistematis.
Menurut W.H. Burton dan Leo. J. Bruckner sebagaimana dikutip oleh Piet
A. Sahertian menjelaskan bahwa fungsi utama supervisi adalah menilai dan
memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta
didik. 16
Menurut Swearingen, terdapat 8 (delapan) hal yang menjadi fungsi
supervisi pendidikan yakni:
1) Mengkoordinasikan semua usaha sekolah
2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3) Memperluas pengalaman guru-guru
4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus
6) Menganalisis situasi belajar mengajar
7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
8) Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
mengajar guru-guru. 17

Sesuai dengan fungsinya, supervisi harus bisa mengoordinasikan semua


usaha-usaha yang ada dilingkungan sekolah. Ia bisa mencakup usaha setiap
guru dalam mengaktualisasikan diri dan ikut memperbaiki kegiatan-kegiatan
sekolah.
Dengan demikian perlu dikoordinasikan secara terarah agar benar-benar
mendukung kelancaran program secara keseluruhan. Usaha-usaha tersebut
baik dibidang administrasi maupun edukatif, membutuhkan keterampilan

16
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka
Cipta 2000), Cet. Ke-1. h.21
17
Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan
(Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hal. 26
16

supervisor untuk mengkoordinasikannya, agar terpadu dengan sasaran yang


ingin dicapai.
Oteng Sutisna mengemukakan beberapa fungsi supervisi :
1) Sebagai penggerak perubahan
2) Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran
3) Sebagai keterampilan dalam hubungan manusia
4) Sebagai kepemimpinan kooperatif. 18
Supervisi sebagai penggerak perubahan ditujukan untuk menghasilkan
perubahan manusia kearah yang dikehendaki, kemudian kegiatan supervisi
harus disusun dalam suatu program yang merupakan kesatuan yang
direncanakan dengan teliti dan ditujukan kepada perbaikan pembelajaran.
Made Pidarta menyebutkan fusngsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua
bagaian besar yaitu :
a) Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili
pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu
perkembangan individu para siswa
b) Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar
dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan
masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat
serta mempelopori kemajuan masyarakat. 19
Fungsi kepemimpinan kepala sekolah bertindak sebagai pencipta
hubungan yang harmonis dikalangan guru-guru dan karyawan, pendorong bagi
kepribadian guru dan karyawan sebagai pelaksana kegiatan belajar, pelaksana
dalam pengawasan, dan pelaksana dalam penempatan atau pemberian tugas
dan tanggung jawab terhadap guru dan karyawan.
Fungsi pembinaan berarti kepala sekolah meningkatkan kemampuan
profesi guru dalam bidang pengajaran, bimbingan dan penyuluhan dalam
bidang pengelolaan kelas. Sedangkan fungsi pengawasan diartikan sebagai
membina pengertian melalui komunikasi dua arah lebih menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan program kerja.

18
Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk
Praktek Profesional, (Bandung : Angkasa 1989), Edisi Ke-5, hal. 235-242
19
Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara 1992),
cet ke 1 hal.15
17

Jadi dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa inti
dari fungsi supervisi pendidikan adalah ditujukan untuk perbaikan dan
peningkatan pembelajaran.
e. Prinsip-prinsip Supervisi Pengajaran
Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam
melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi sebagai
berikut:
1) Ilmiah (scientific) yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
a) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu
b) Objektif, artinya yang di dapat berdasarkan pada observasi nyata,
bukan tafsiran pribadi
c) Menggunakan alat/instrument yang dapat memberikan informasi
sebagai umpan balik untuk mengadakan penelitian terhadap proses
belajar mengajar
2) Demokratis
Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan yang
kuat, serta sanggup menerima pendapat orang lain
3) Kooperatif
Seluruh staf sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha bersama
dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4) Konstruktif dan kreatif
Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan
suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat mengembangkan
potensi-potensinya. 20
Di samping prinsip itu dapat dibedakan juga prinsip positif dan prinsip
negatif.
1) Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti
a) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif
b) Supervisi harus kreatif dan konstruktif
c) Supervisi harus scientific dan efektif
d) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman kepada guru-guru
e) Supervisi harus berdasarkan kenyataan
f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada guru mengadakan Self
Evolution. 21
2) Prinsip Negatif, yaitu prinsip yang tidak patut kita ikuti
a) Seorang supervisior tidak boleh bersifat otoriter
b) Seorang supervisior tidak boleh mencari kesalahan kepada guru-guru

20
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan
(Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hal. 30-31
21
Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 42-43
18

c) Seorang supervisior bukan inspektur yang ditugaskan memeriksa


apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan dilaksanakan
dengan baik
d) Seorang supervisior tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari
pada guru
e) Seorang supervisior tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal
kecil dalam cara guru mengajar
f) Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami
kegagalan. 22

Bila prinsip-prinsip diatas diterima maka perlu diubah sikap para


pemimpin pendidikan yang hanya memaksa bawahannya, menakut-nakuti dan
melumpuhkan kreatifitas dari anggota staf. Sikap korektif harus diganti
dengan sikap kreatif yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana
orang merasa aman dan tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Konsep dan tujuan supervisi akademik, sebagaimana dikemukakan oleh
para pakar supervisi akademik di muka, memang tampak idealis bagi para
praktisi supervisi akademik (kepala sekolah). Namun, memang demikianlah
seharusnya kenyataan normatif konsep dasarnya. Para kepala sekolah baik
suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam
melaksanakan supervisi akademik. Adanya problema dan kendala tersebut
sedikit banyak bisa diatasi apabila dalam pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah menerapkan prinsip-prinsip supervisi akademik. Akhir-akhir
ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori supervisi akademik
sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. Beberapa istilah,
seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort), dan proses
kelompok (group process) telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan
konsep supervisi akademik. Pembahasannya sematamata untuk menunjukkan
kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari
sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan.
Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru)
harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses
supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian darinya. Semua
ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus

22
Soekarto Indra Fachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta : Ghalia
Indonesia), Cet. Ke-3, hal.75-76
19

direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolahsekolah. Selain


tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan
dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik,
yaitu sebagai berikut.
1) Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan
yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus
bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini
bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara super-
visor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki
sifatsifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar,
antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972).
2) Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi
akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu
waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik
merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program
sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973). Apabila guru telah
berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas
supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini
logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan
berkembang.
3) Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh
mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervise
akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus
melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan
program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada
guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncanakan,
dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru,
kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi
supervisor.
20

4) Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan.


Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam system
perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku
tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem perilaku
akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku pengembangan
konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981).
5) Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara
integral. Dengan demikian, maka program supervisi akademik integral
dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan
prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor
dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd, 1972).
6) Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik
harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun
mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil
analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini tiada
lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervise akademik,
berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi
guru, sebagaimana telah dijelaskan di muka.
7) Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah
sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam
proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian
unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari
kesalahankesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan
pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan
problem-problem akademik yang dihadapi.
8) Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan
mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif.
Objectivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi
akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan
profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program
supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran
21

yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur


seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
f. Dimensi-dimensi Substasi Supervisi Akademik.
Para pakar pendidikan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan
bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai.
Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya
memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang
dipersyaratkan. Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan
dan motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan
bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi
dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi
kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak
memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Selaras
dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh Glickman
(1981). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Proto tipe guru yang terbaik, menurut teori ini, adalah guru
prototipe profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe
profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan
motivasi kerja tinggi (high level of commitment).
Penjelasan di atas memberikan implikasi khusus kepada apa seharusnya
program supervisi akademik. Supervisi akademik yang baik harus mampu
membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi,
baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
dan kompetensi sosial. Oleh karena itu supervisi akademik harus menyentuh
pada pengembangan seluruh kompetensi guru. Sehubungan dengan
pengembangan kedua dimensi ini, menurut Neagley (1980) terdapat dua aspek
yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya,
pelaksanaannya, maupun penilaiannya. Pertama, apa yang disebutkan dengan
substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan
disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru
yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk
22

pada kompetensi yang harus dikuasai guru. Penguasaannya merupakan


sokongan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran.Ada
empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi
akademik, yaitu yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik,
professional, dan sosial. Aspek substansi pertama dan kedua
merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang
hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan
guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa
luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi
yang diajarkannya. Kedua, apa yang disebut dengan professional development
competency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi).
Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda
dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana
mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan
tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi
pelajaran, dan teknik akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat
aspek substansi ini belumlah cukup. Seorang guru harus mampu menerapkan
pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bias mengerjakan
(can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-
tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau
mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru
harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri.
Sedangkan bilamana merujuk kepada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru dan harus dijadikan perhatian pengawas dalam melakukan
supervisi akademik, yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik,
professional, dan sosial. Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang
mampu menghantarkan guru-guru menjadi semakin kompeten
23

1) Observasi Kelas
Observasi kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan
supervisi pembelajaran karena dapat melihat kegiatan guru, murid, dan
masalah yang timbul.
a) Perencanaan
Kepala sekolah merencanakan dalam menyusun program dalam satu
semester atau tahunan. Program tidak terlalu kaku, tergantung dari jumlah
guru yang perlu di observasi. Ada tiga macam observasi yaitu dengan
pemberitahuan, tanpa pemberitahuan, dan atas undangan.
b) Mekanisme Observasi
(1) Persiapan yang diperhatikan:
- Guru diberi tahu kepala sekolah bahwa kepala sekolah akan
mengadakan observasi
- Kesepakatan kepala sekolah dan guru tolok ukur tentang apa yang
diobservasi.
(2) Sikap observer di dalam kelas
- Memberi salam kepada guru yang mengajar.
- Mencari tempat duduk yang tidak mencolok.
- Tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas.
- Mencatat setiap kegiatan.
- Bila ada memakai alat elektronika: tape recorder, kamera.
- Mempersiapakan isian berupa check list.
(3) Membicarakan hasil observasi
Hasil yang dicatat dibicarakan dengan guru, ada beberapa hal yang
perlu dikemukakan:
- Kepala sekolah mempersiapkan( bisa bertanya pada nara sumber
atau perpustakaan).
- Waktu percakapan.
- Tempat percakapan.
- Sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan.
- Percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi.
24

- Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat.


- Kelemahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam
memperbaiki kelemahan.
- Saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis.
- Kesepakatan perbaikan disepakati bersama dengan menyenangkan.
(4) Laporan percakapan
- Hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru
yang telah diobservasi.
- Isi dokumen dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh,
catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran.
2) Saling Mengunjungi
Dalam kegiatan belajar mengajar sudah ada wadah dari kegiatan untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan pembelajaran guru-
guru antara lain:
- Untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP)
- Untuk tingkat Sekolah Dasar adalah Pusat Kegiatan Guru (PKG)
3) Demonstrasi Mengajar
Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang benar
dalam praktek mengajar karena mengajar menurut Siswoyo (1997), sebagai
seni dan filsuf. Menurut pendapat di atas mengajar dalam pekerjaan di sekolah
bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi
pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang
dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik.
Selain itu dapat juga menggunakan kamera yang sederhana dan hasilnya
dapat dilihat dengan TV Multi media. Yang perlu dipersiapkan:
a) Guru yang mengajar harus memberikan persiapan.
b) Kamera diletakkan di tempat strategis sehingga aktivitas guru siswa
terlihat dan tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran.
c) Kepala sekolah dan guru melihat proses pembelajaran.
25

d) Hasil rekaman dapat dilihat dengan TV Multi media dan ditonton bersama
kepala sekolah maupun guru-guru yang lain.
e) Guru-guru dan kepala sekolah memberikan komentar.
f) Hasil diskusi-diskusi tersebut untuk perbaikan mengajar guru yang
bersangkutan.
4) Supervisi Klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Perbedaannya
dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaannya ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran dan kemudian langsung diusahan perbaikan kekurangan dan
kelemahan tersebut.
Menurut Made Pidarta(1992),supervisi klinis diberlakukan bagi guru-guru
yang sangat lemah dalam melaksanakan tugasnya. Untuk memperbaikinya
tidak cukup dilakukan satu atau dua kali supervisi, melainkan dibutuhkan
serentetan supervisi untuk memperbaiki satu persatu kelemahannya.
Pelaksanaan supervisi klinis menurut La Sulo (1987), mengemukakan ciri-
ciri supervisi sebagai berikut:
a) Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau
instruksi.
b) Kesepakatan antara guru dan supervisior tentang apa yang dikaji dan jenis
keterampilan yang paling penting (diskusi guru dengan supervisior).
c) Instrumen dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dengan
supervisor
d) Guru melakukan persiapan dengan aspek kelemahan-kelemahan yang akan
diperbaiki. Bila perlu berlatih di luar sekolah
e) Pelaksanaannya seperti teknik observasi kelas
f) Balikan diberikan dengan segera dan bersifat objektif
g) guru hendaknya dapat menganalisa penampilannya
h) Supervisior lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada
memerintah atau mengarahkan
i) Supervisior dan guru dalam keadaan suasana intim dan terbuka
26

j) Supervisi dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan


perbaikan keterampilan pembelajaran
5) Kaji Tindak
Sebagaimana namanya, penelitian aksi atau action research, merupakan
paduan antara aksi (tindakan, action) dan penelitian (research). Aksi yang
sekaligus penelitian yang mengandung aksi. Jenis metode penelitian ini dapat
dilaksanakan di sekolah untuk memecahkan permasalahan pendidikan antara
lain bagaimana siswa rajin mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Fokus utama kaji tindak adalah mendorong para praktisi untuk meneliti
dan terlibat dalam praktek penelitiannya sendiri. Hasil penelitiannya dipakai
sendiri oleh peneliti dan orang lain yang membutuhkan. Kaji tindak bersifat
partisipatif, karena melibatkan guru dalam penelitiannya sendiri dan
kolaborator, karena kaji tindak melibatkan orang-orang lain sebagai bagian
dari suatu penelitian dan hasilnya dapat dinikmati bersama. Sehingga peran
kepala sekolah dapat mendorong guru-guru dalam memperbaiki pembelajaran.
Menurut Sungkowo (2004), kaji tindak (action research) dapat digunakan
untuk guru-guru dalam membantu pembelajaran dan menolong membantu
dalam penulisan karya ilmiah.
Pada umumnya pelaksanaan Kaji tindak ditujukan untuk :
a) Meningkatkan kualitas, seperti kualitas pembelajaran, kualitas siswa,
kualitas kerjasama, kualitas bertanya.
b) Meningkatkan efektivitas, seperti siswa memahami apa yang diterangkan
guru, siswa malaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan.
c) Meningkatkan efisiensi guru, seperti dapat memanfaatkan metode, stategi
dan penilaian pembelajaran.
Menurut Kemmi (1995), Kaji tindak dirumuskan dalam empat tahap
yaitu: tahap perencanaan, tahap aksi atau pelaksanaan tindakan, tahap
pengamatan, tahap evaluasi dan refleksi/umpan balik.
27

a) Tahap Perencanaan:
Yang dimaksud tahap perencanaan adalah penelitian rencana kegiatan
yang akan dilakukan. Untuk dapat menyusun rencana tersebut, ada
beberapa kegiatan yang harus dilalui:
- Menemukan problem.
- Rencana pertemuan selama satu semester (32 pertemuan).
- Kegiatan yang belum dilaksanakan sebelumnya.
- Mengembangkan hipotesis.
Untuk menemukan dan merumuskan problem kegiatan yang perlu
dilaksanakan, antara lain :
- Meningkatkan kemampuan siswa betanya
- Meningkatkan gemar membaca
- Meningkatkan nilai rapor dalam pembelajaran tertentu
- Memanfaatkan buku-buku perpustakaan
Kegiatan hipotesis dirumuskan antara lain :
- Pokok bahasan yang akan dilakukan
- Rencana bagaimana aksi akan dilakukan (urutan kegiatan, waktu
pelaksanaan dan bahan yang diperlukan)
- Syarat Kolaborator dirumuskan antara lain :
- Teman guru-guru (kalu bisa sejenis)
- Yang sudah memiliki pengalaman mengajar
b) Tahap Pelaksanaan
Peneliti memulai melaksanakan apa yang direncanakan sebelumnya
dan kolabulator yang duduk di bangku belakang mengamati dan mencatat
dengan sikap netral. Hasil catatan tersebut berupa catatan lapangan dan
sebaiknya dengan dokumen tape recorder atau yang lainnya.
c) Tahap Refleksi
Hasil dari diskusi bersama kolabulator untuk mengadakan refleksi
tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru tentang upaya kesungguhan
guru atau kelemahan-kelemahan selama pelaksanaan tindakan akan
dijadikan dasar dalam membuat perbaikan perencanaan siklus kedua.
28

Kemungkinan siklus kedua muncul permasalahan yang harus dipecahkan.


Permasalahan pertama diperbaiki bersama sehingga fokus penelitian akan
bertambah
d) Laporan Penelitian
Agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh pihak lain baik guru,
pejabat pendidikan dan yang lain, maka hasil penelitian harus
dikomunikasikan lewat pelaporan. Laporan hasil penelitian kaji tindak
terdiri dari :
- Gagasan umum.
- Perumusan masalah.
- Perencanaan penelitian kaji tindak.
- Pelaksanaan penelitian kaji tindak.
- Monitoring.
- Evaluasi dan refleksi.
- Saran dan rekomendasi.
g. Teknik-teknik Supevisi Pengajaran
Dalam usaha meningkatkan program sekolah, kepala sekolah sebagai
supervisor dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi
pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan
agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai.
Teknik supervisi pendidikan berarti cara-cara khusus yang digunakan
untuk menyelesaikan tugas supervisi dalam mencapai tujuan tertentu. 23
Hendyat Soetopo membagi teknik supervisi menjadi empat bagian yaitu
Teknik Kelompok, Teknik Perorangan, Teknik langsung, dan Teknik Tidak
Langsung. 24 Kemudian Ibrahim Bafadal mengemukakan teknik supervisi itu
bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual
dan teknik supervisi kelompok. 25

23
Hariwung.A.J, Supervisi Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan 1989, hal.147
24
Hendyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 44-45
25
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 45
29

Adapun dalam hal ini ada beberapa teknik dalam Supervisi antara lain:
1) Kunjungan kelas
Kunjungan kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan
supervisi pembelajaran Karena dapat melihat kegiatan guru, murid dan
masalah yang timbul
2) Pembicaraan individual
Pembicaraan individual merupakan teknik yang sangat penting karena
pengawas untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan
dengan masalah-masalah profesionalnya.
3) Diskusi kelompok
Dalam hal ini adalah suatu kegiatan di mana kelompok orang yang
berkumpul dalam situasi bertatap muka dan melalui interaksi lisan
bertukar informasi atau berusaha untuk mencapai suatu keputusan tentang
masalah bersama.
4) Demonstrasi mengajar
Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang
benar dalam praktek mengajar karena mengajar menurut Siswoyo (1997)
sebagai seni dan filusuf. Menurut pendapat diatas mengajar dalam
pekerjaan disekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala
sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan
dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang
pembelajaran yang baik
5) Kunjungan kelas antar guru
Bahwa kunjungan kelas yang dilakukan guru-guru di antara mereka
sendiri adalah efektif dan sukai di mana biasanya direnakan atas
permintaan guru-guru. Teknik ini lebih efektif lagi jika tiap observasi
diikuti oleh suatu analisis yang berhati-hati.
6) Pengembangan kurikulum
Pentingnya relevansi kurikulum dengan kebutuhan murid dan
masyarakat bagi memelihara dan meningkatkan kualiatas pendidikan.
7) Buletin Supervisi
Ini merupakan alat komunikasi yang efektif, hal ini biasanya berupa
pengumuman-pengumuman, analisis presentasi dalam pertemuan-
pertemuan organisasi dan lain-lain.
8) Perpustakaan profesional
Perpustakaan ini merupakan sumber informasi yang sangat membantu
kepada pertumbuhan profesional personil pengajar di sekolah.
9) Lokarkarya
Lokarkarya menyediakan kesempatan untuk kerjasama, untuk
mempertemukan ide-ide, untuk mendiskusikan masalah-masalah bersama
dan profesional dalam berbagai bidang studi.
10) Survey sekolah-masyarakat 26

26
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 268-270
30

Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah supervisi yang


dilakukan secara individual. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan yaitu
1) Mengadakan Kunjungan Kelas (Class room Visitation)
Ada 3 macam kunjungan kelas
a) Kunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation), supervisor tiba-
tiba datang kekelas tanpa diberitahu terlebih dahulu.
b) Kunjungan dengan cara memberitahu terlebih dahulu (announced
visitation)
c) Kunjungan atas undangan
2) Mengadakan kunjungan observasi kelas (Observation Visit).
3) Mengadakan wawancara perseorangan (Individual Interview).
4) Mengadakan wawancara kelompok (Group Interview) 27
Sedangkan teknik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Bentuk-bentuk teknik
yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang paling pokok adalah :
1) Dengan mengadakan pertemuan atau rapat dengan guru-guru untuk
membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan hasil
belajar siswa.
2) Mengadakan dan membimbing diskusi kelompok diantara guru-guru
bidang studi.
3) Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran
yang sesuai dengan bidangnya. 28

Adapun teknik kelompok diantaranya yang umum dikenal adalah :


1) Pertemuan orientasi bagi guru baru.
2) Kepanitiaan
3) Rapat Guru
4) Diskusi
5) Tukar menukar pengalaman (sharing of experience).
6) Loka Karya (workshop)
7) Diskusi Panel
8) Seminar
9) Simposium. 29
Teknik langsung adalah teknik yang digunakan secara langsung seperti
penyelenggaraan rapat guru, workshop, kunjungan kelas, mengadakan

27
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet ke 1,
hal. 54-56
28
Ngalim Purwanto,Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 122
29
Piet A. Sahertian, Konep Dasar dan Tekink Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2000), cet ke-1, hal 86-114
31

converence. Sedangkan teknik tidak langsung adalah teknik yang dilakukan


secara tidak langsung misalnya melalui bulletin board, questioner.
Teknik lisan adalah supervisi yang dilakukan secara tatap muka misalnya,
supervisor mendiskusikan hasil observasi yang dilakukan guru, rapat dengan
guru membicarakan hasil evaluasi belajar. Sedangkan teknik tulisan adalah
supervisi yang dilakukan dengan menggunakan tulisan misalnya dalam
kegiatan observasi untuk memperoleh data yang objektif tentang situasi
belajar mengajar, supervise menggunakan alat-alat observasi berbentuk chek-
list atau daftar sejumlah pertanyaan (evaluatif chek-list)

2. Pendekatan terhadap Supervisi Pengajaran


Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh
supervisor pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi usia
dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan guru.
Karena itu, supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan
karakteritik guru yang dihadapinya. Apabila pendekatan yang digunakan tidak
sesuai, maka kegiatan supervisi kemungkinan tidak akan berjalan dengan
efektif.
Sergiovanni (1982), mengemukakan berbagai pendekatan supervisi, antara
lain (a) supervisi ilmiah (scientific supervision), (b) supervisi klinis (clinical
supervision), (c) supervisi artistik, (d) integrasi di antara ketiga pendekatan
tersebut.
a. Supervisi Ilmiah
John D. McNeil (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga pandangan
mengenai supervisi ilmiah sebagai berikut :
Pertama, supervisi ilmiah dipandang sebagai kegiatan supervisi yang
dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia
industri. Menurut pandangan ini, kekurang berhasilan guru dalam
mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan pengaturan serta pedoman-
pedoman kerja yang disusun untuk guru. Oleh karena itu, melalui
32

pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar


dapat dilakukan perbaikan secara tepat.
Kedua, supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah
dan metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian
permasalahan yang dihadapi guru di dalam mengajar. Supervisor dan guru
bersama-sama mengadopsi kebiasaan eksperimen dan mencoba berbagai
prosedur baru serta mengamati hasilnya dalam pembelajaran.
Ketiga, supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology.
Maksudnya setiap penilaian atau judgment terhadap baik buruknya
seorang guru dalam mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan
analisis statistik yang ditemukan dalam action research terhadap problem
pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Intinya supervisor dan guru harus
mengumpulkan data yang cukup dan menarik kesimpulan mengenai
problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data yang dikumpulkan.
Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi, di mana seorang
guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai tidak atas
dasar opini semata.
Keempat, pandangan tersebut tentunya sampai batas tertentu saat ini
masih relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki
pedoman yang baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan.
Demikian pula pendapat bahwa guru harus dibiasakan melakukan
penelitian untuk memecahkan problem mengajarnya secara ilmiah, dapat
pula diadopsi. Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan sikap
supervisor, di mana ia harus mengacu pada data yang cukup untuk menilai
dan membina guru.
b. Supervisi Artistik
Supervisi artistik dapat dikatakan sebagai antitesa terhadap supervisi
ilmiah. Supervisi ini bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan
semata-mata sebagai science tapi juga merupakan suatu art. Oleh karena
itu pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru
juga harus mempertimbangkan dimensi tersebut.
33

Elliot W. Eisner (1982) menyatkan bahwa yang dimaksud dengan


pendekatan supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada
sensitivitas, perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi
segala aspek yang terjadi di kelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang
ekspresif, puitis serta ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru
agar melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas.
Dalam supervisi ini, instrumen utamanya bukanlah alat ukur atau pedoman
observasi, melainkan manusia itu sendiri yang memiliki perasaan terhadap
apa yang terjadi. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan (suasana) kependidikan di sekolah.
Dari pengertian tersebut, mungkin dapat dianalogikan dengan
pendekatan penelitian. Supervisi ilmiah paradigmanya identik dengan
penelitian kuantitatif sementara itu supervisi artistik lebih dekat dengan
pendekatan penelitian kualitatif.
c. Supervisi Klinis
Supervisi klinis berangkat dari cara pandang kedokteran, yaitu untuk
mengobati penyakit, harus terlebih dahulu diketahui apa penyakitnya.
Inilah yang harus dilakukan oleh supervisor terhadap guru apabila ia
hendak membantu meningkatkan kualitas pembelajaran mereka.
Supervisi klinis dilakukan melalui tahapan-tahapan: (a) pra observasi,
yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor dengan guru
mengenai apa yang akan diamati dan diperbaiki dari pengajaran yang
dilakukan, (b) observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar
sesuai dengan fokus yang telah disepakati, (c) analisis, dilakukan secara
bersamasama oleh supervisor dengan guru terhadap hasil pengamatan, dan
(d) perumusan langkah-langkah perbaikan, dan pembuatan rencana untuk
perbaikan.

3. Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Sekolah


Salah satu tugas pokok kepala sekolah, selain sebagai administrator adalah
juga sebagai supervisor (Mulyasa, 2003). Tugas ini termasuk dalam kapasitas
34

kepala sekolah sebagai instructional leader. Dalam kenyataannya,


pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah, sebagaimana pengawas, juga
masih terfokus pada pengawasan administrasi. Pada umumnya kepala sekolah
akan melakukan supervisi pengajaran pada guru melalui kunjungan kelas,
apabila dia mendapat laporan mengenai kinerja guru yang kurang baik, atau
berbeda dari teman-temannya. Bahkan seringkali dijumpai, seorang kepala
sekolah melakukan supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru dengan cara mengintip dari balik pintu atau jendela, agar tidak
diketahui. Perilaku kepala sekolah tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya
(Jawa) yaitu pekewuh yang dipersepsikan secara salah. Dalam pemahaman
yang salah tersebut, apabila kepala sekolah melakukan supervisi kunjungan
kelas dan mengamati PBM yang dilakukan guru, maka ia dianggap tidak
percaya pada kemampuan guru. Hal ini akan menimbulan konflik dalam
hubungan guru dengan kepala sekolah.
Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pengajaran berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis kebutuhan di
atas, kepala sekolah menganalisis setiap tujuan untuk menentukan
bentukbentuk teknik dan media supervisi akademik yang akan digunakan.
Menurut Gwynn (1961), teknik-teknik supervisi bila dikelompokkan menjadi
dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi
kelompok. Tujuan pengembangan strategi dan media supervisi akademik ini
adalah sebagai berikut.
a. Mendaftar pembinaan-pembinaan keterampilan pengajaran yang akan
dilakukan dengan menggunakan teknik supervisi individual.
b. Mendaftar pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan
melalui teknik supervisi kelompok.
c. Mendaftar mengidentifikasi dan memilih teknik dan media supervise yang
siap digunakan untuk membina keterampilan pengajaran guru yang
diperlukan.
Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik, mulailah
dilakukan pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan
35

teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan. Mengenai teknik-


teknik supervisi, baik yang individual maupun kelompok, dan medianya akan
diuraikan secara khusus pada akhir bab ini.

4. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik


Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat
keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik, penilaian
merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang
dicapai dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Tujuan penilaian
pembinaan keterampilan pembelajaran adalah untuk: (1) menentukan apakah
pengajar (guru) telah mencapai kriteria pengukuran sebagaimana dinyatakan
dalam tujuan pembinaan, dan (2) untuk menentukan validitas teknik
pembinaan dan komponen-komponennya dalam rangka perbaikan proses
pembinaan berikutnya. Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan
program penilaian adalah bahwa penilaian harus mengukur performansi atau
perilaku yang dispesifikasi pada tujuan supervisi akademik guru. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut.1) Katakan dengan jelas teknik-teknik
penilaian. 2) Tulislah masing-masing tujuan. 3) Pilihlah atau kembangkan
instrumen-instrumen pengukuran yang secara efektif bisa menilai hasil yang
telah dispesifikasi. 4) Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya. 5)
Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya.

5. Perbaikan Program Supervisi Akademik


Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru
adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai
dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai
berikut.
a. Me-review rangkuman hasil penilaian. b. Apabila ternyata tujuan
pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak dicapai, maka sebaiknya
dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru
yang menjadi tujuan pembinaan. c. Apabila ternyata memang tujuannya belum
tercapaim maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik
36

guru untuk masa berikutnya. d. Mengimplementasikan program pembinaan


yang telah dirancang kembali pada masa berikutnya.

6. Media, Sarana, dan Sumber


Dalam setiap pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan
menggunakan teknik supervisi akademik tertentu diperlukan media, sarana,
maupun sumber-sumber tertentu. Apabila digunakan teknik buletin supervise
dalam membina keterampilan pembelajaran guru, maka diperlukan bulletin
sebagai media atau sumbernya. Apabila digunakan teknik darmawisata dan
membina guru maka diperlukan tempat tertentu sebagai sumber belajarnya.
Apabila digunakan perpustakaan jabatan sebagai pusat pembinaan
keterampilan pembelajaran guru maka diperlukan buku-buku, ruang khusus,
dan sarana khusus, sebagai sarana dan sumber belajar. Demikianlah seterusnya
untuk teknik-teknik supervisi akademik lainnya, semuanya memerlukan
media, sarana, dan sumber sebagai penunjang pelaksanaannya.

7. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru


Pada bab awal telah ditegaskan bahwa esensial supervisi akademik itu
sama sekali bukan mengukur unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan bagaimana membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalnya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak
bisa terlepas dari pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan
dalam proses supervisi pembelajaran (Sergiovanni, 1987). Prinsip dasar ini
tampak jelas sekali pada langkah-langkah pembinaan keterampilan
pembelajaran guru. Menurut Marks, Stoops dan Stoops, sebagaimana telah
dibahas di muka, di mana salah satu langkahnya berupa analisis kebutuhan.
Esensial langkah atau fase analisis kebutuhan ini adalah mengukur
pengetahuan dan kemampuan untuk menentukan pengetahuan dan
kemampuan mana pada guru yang harus dibina. Ini berarti dalam setiap
37

merencanakan dan memprogram supervisi akademik selalu diperlukan


instrumen pengukuran.
Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun kemampuan, bila
berupa tes-tes tertentu yang secara valid dan reliabel bisa mengukur
pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Khusus untuk mengukur kemampuan guru, karena lebih berbentuk
performansi atau perilaku (behavioral), biasanya digunakan instrument
observasi yang mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah
valid dan reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor Apabila
kepala sekolah ingin mengembangkan sendiri instrumen observasi maka
disarankan agar merujuk kepada jenis-jenis kemampuan pembelajaran yang
menang harus dimiliki oleh guru. Setiap jenis kemampuan yang
dikembangkan dalam instrumen observasi harus disediakan skala pengukuran.
Ada bermacam-macam skala pengukuran, misalnya skala tigas, skala lima,
dan skala tujuh. Apabila digunakan skala tiga, maka bentuknya menjadi tidak
mampu (1) cukup mampu (2) dan mampu (3). Apabila digunakan skala lima,
maka bentuknya menjadi sangat kurang mampu (1) kurang mampu (2) cukup
mampu (3) mampu (4) dan sangat mampu (5). Nantinya apabila telah
digunakan, maka semakin kecil skor kemampuannya (kategori
kemampuannya) berarti semakin perlu dibina. Semakin rendah skornya berarti
guru semakin tidak mampu mengelola proses pembelajaran.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI pernah mengembangkan satu
instrumen pengukuran yang disebut dengan Alat Penilaian Kemampuan Guru
(APKG). APKG ini merupakan instrumen yang kembangkan dan resmi
digunakan untuk mengukur kemampuan guru yang bersifat generic essensial.
Dikatakan generic karena kemampuan tersebut secara umum harus
dimiliki oleh setiap guru bidang studi apapun. Dikatakan essential karena
kemampuan tersebut merupakan kemampuan-kemampuan yang penting saja.
Ini tidak berarti bahwa kemampuan yang lain tidak perlu melainkan masih
38

sangat diperlukan hanya harus diukur melalui instrumen lainnya (Depdikbud,


1982).

8. Kendala-kendala Pelaksanaan Supervisi


Kendala pelaksanaan supervisi yang ideal dapat dikategorikan dalam dua
aspek, yaitu struktur dan kultur. Pada aspek struktur birokrasi pendidikan di
Indonesia ditemukan kendala antara lain sebagai berikut Pertama, secara
legal yang ada dalam nomenklatur adalah jabatan pengawas bukan
supervisor. Hal ini mengindikasikan paradigma berpikir tentang pendidikan
yang masih dekat dengan era inspeksi. Kedua, lingkup tugas jabatan pengawas
lebih menekankan pada pengawasan administrasti yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan guru. Asumsi yang digunakan adalah apabila administrasinya baik,
maka pengajaran di sekolah tersebut juga baik. Inilah asumsi yang keliru.
Ketiga, rasio jumlah pengawas dengan sekolah dan guru yang harus
dibina/diawasi sangat tidak ideal. Di daerah-daerah luar pula Jawa misalnya,
seorang pengawas harus menempuh puluhan bahkan ratusan kilo meter untuk
mencapai sekolah yang diawasinya; dan Keempat, persyaratan kompetensi,
pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi terhadap jabatan
pengawas juga belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap
pentingnya implementasi supervisi pada ruh pedidikan, yaitu interaksi belajar
mengajar di kelas.
Pada aspek kultural dijumpai kendala antara lain : Pertama, para
pengambil kebijakan tentang pendidikan belum berpikir tentang
pengembangan budaya mutu dalam pendidikan. Apabila dicermati, maka mutu
pendidikan yang diminta oleh customers sebenarnya justru terletak pada
kualitas interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru. Hal ini belum
menjadi komitmen para pengambil kebijakan, juga tentu saja para leksana di
lapangan. Kedua, nilai budaya interaksi sosial yang kurang positif, dibawa
dalam interaksi fungsional dan profesional antara pengawas, kepala sekolah
dan guru. Budaya ewuh-pakewuh, menjadikan pengawas atau kepala sekolah
tidak mau “masuk terlalu jauh” pada wilayah guru. Ketiga, budaya
39

paternalistik, menjadikan guru tidak terbuka dan membangun hubungan


professional yang akrab dengan kepala sekolah dan pengawas. Guru
menganggap mereka sebagai “atasan” sebaliknya pengawas menganggap
kepala sekolah dan guru sebagai “bawahan”. Inilah yang menjadikan tidak
terciptanya rapport atau kedekatan hubungan yang menjadi syarat
pelaksanaan supervisi.

B. Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan belajar mengajar kinerja kepala sekolah sangatlah penting
guna menunjang kegiatan para guru dan siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan
usaha yang sungguh-sungguh dari kepala sekolah agar kinerja guru maksimal
dalam mendidik siswa-siswinya.
Supervisi pengajaran yang dilakukan di sekolah yaitu oleh kepala sekolah
yang utama, ada empat hal, yaitu: (a) sebagai koordinator, berperan
mengkoordinasikan program-program dan bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat
laporan mengenai pelaksanaan programnya; (b) sebagai konsultan, supervisor
harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum,
metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat
membantu guru baik secara individual maupun kelompok; (c) sebagai
pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus memiliki kemampuan
me-mimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai ben-
tuk kegiatan kelompok; dan (d) sebagai evaluator, supervisor harus dapat
memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan
pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan
pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.
Dengan kata lain supervisor yang baik akan mendorong guru untuk
meningkatkan kinerjanya. Sehingga, akan meningkatkan kinerja guru dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik, serta
dapat menghasilkan lulusan yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, jika
40

supervisi sekolah buruk, maka kinerja guru akan rendah, serta mutu lulusan
yang dihasilkan pun kurang baik. Peran supervisi pengajaran dalam
mewujudkan kinerja guru dan anak didik sangatlah besar, mengingat dengan
supervisi yang baik, diharapkan mampu mempengaruhi dan menggerakan para
guru guna meningkatkan kinerjanya serta menghasilkan lulusan yang mampu
bersaing dalam ranah pendidikan yang lebih tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian di SMP YAPIA CIPUTAT ini
yaitu guna mengetahui pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran oleh kepala
sekolah di SMP YAPIA Ciputat.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertempat di SMP YAPIA CIPUTAT. Adapun
jangka waktu penelitiannya adalah 4 (empat) bulan, tepatnya pada bulan Maret
sampai dengan bulan Juni tahun 2009.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah
penelitian yang di lakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap
suatu organisasi lembaga atau gejala tertentu.

D. Sumber data Penelitian


Data penelitian ini diambil di beberapa sumber data yang berkaitan dengan
penelitian ini. Adapun jumlah guru yang terdapat di sekolah ini sebayak 24
orang, maka penulis mengambil sampel dari keseluruhan guru yang terdapat di
SMP YAPIA Ciputat.

41
42

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan di antaranya:
1. Observasi
Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat
melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran di
SMP YAPIA Ciputat
2. Angket
Teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang
mendukung. dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner
atau angket.
Adapun angket yang dipilih adalah berupa angket tertutup, guna
mengetahui tentang pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran. Angket di
susun berdasarkan penjabaran dan indicator pelaksanaan supervisi
pengajaran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan sebagai pendukung atas hasil observasi.
Adapun dokumentasi yang di ambil dari sekolah tersebut adalah berupa
sejarah sekolah, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, sarana
prasarana serta dokumen-dokumen pendukung lainnya yang menunjang
penelitian ini.
Tabel 1
Kisi-Kisi Angket Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala
Sekolah di SMP YAPIA Ciputat
Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
Pelaksanaan 1. Pemberian pengarahan 8, 16 2
Kegiatan kepada guru mengenai
Supervisi metode yang digunakan
Pengajaran dalam pengajaran
2. Pemberian bimbingan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 14, 13
kepada guru mengenai 15, 17, 18, 28, 29
pembuatan satuan
43

pembelajaran dan RPP


3. Kegiatan pengawasan 9, 10, 11, 12, 13, 20, 12
terhadap kegiatan para 22, 23, 25, 26, 27,
guru dalam pengajaran di 30
kelas
4. Kegiatan pengevaluasian 21 1
terhadap kegiatan guru
dalam proses pengajaran
siswa

5. Pemberian motivasi 9, 24 2
kepada guru
dalampeningkatan
kefektifan pengajaran.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipergunakan untuk mengukur pelaksanaan kegiatan
supervisi pengajaran oleh kepala sekolah adalah kuesioner yang didasarkan
atas sistem penilaian skala Likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang
digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik),
seperti sikap, pendapat dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok
orang. 30 Metode ini merupakan penskalaan pernyataan sikap yang
menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
Jumlah alternatif respon yang ada dalam skala Likert ada 5 jenis (selalu,
sering, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam penyusunan skala
persepsi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan variabel yang akan diteliti, yaitu pelaksanaan kegiatan
supervisi pengajaran di SMP YAPIA Ciputat.

30
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),
hal. 72.
44

2. Menentukan dimensi dan indikator dari variabel.


3. Menyusun kisi-kisi.
4. Menyusun pernyataan-pernyataan disertai alternatif jawabannya.
5. Menentukan kriteria penskoran alternatif jawaban yaitu dengan
menggunakan skala Likert dengan lima pilihan.
Tabel 2
Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert
No. Alternatif Jawaban Skor
1. Selalu (SL) 5
2. Sering (SR) 4
3. Kadang-kadang (KD) 3
4. Pernah (P) 2
5. Tidak Pernah (TP) 1

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh, agar data-
data tersebut dapat dipahami, bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi
juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Langkah-langkah
yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah
editing. Semua angket atau kuesioner harus diteliti satu persatu tentang
kelengakapan pengisian dan kejelasan penulisannya agar terhindar dari
kesalahan dan kekeliruan.
2. Skoring
Tahap selanjutnya adalah memberikan skor butir-butir pernyataan yang
terdapat dalam angket. Pemberian skor ini dilakukan dengan
memperhatikan jenis data yang ada.
3. Tabulating
45

Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data-data yang sudah


terkumpul lalu diberi skor, setelah itu dibuat tabel distribusi frekuensi
dengan rumus:
f
P = X 100%
N

Keterangan:
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = Angka persentase 31

Sedangkan untuk mengukur pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran


di SMP YAPIA Ciputat dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3
Interpretasi Nilai Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di SMP
YAPIA Ciputat
No Interval Skor Kategori
1. 76 – 100 % Baik
2. 56 – 75 % Cukup Baik
3. 41 – 55 % Kurang Baik
4. 40 % Tidak Baik

31
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), Cet. Ke-15, h. 43.
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Sekolah


Lembaga pendidikan SMP YAPIA Ciputat adalah Sekolah Menengah
Pertama yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-
Hidayah. Yayasan Al-Hidayah sendiri berdiri sejak tahun 1926 yang didirikan
oleh K.H. Moch. Noor.
SMP YAPIA Ciputat tepat berdiri dan beroperasional sejak tahun 1983.
Sekolah ini sekarang telah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap
dengan jumlah siswa yang terus berkembang, SMP YAPIA Ciputat telah
memiliki tempat sendiri dengan alamat Jl. RE. Martadinata No.7 Cipayung
Ciputat 15411.
Adapun jumlah guru yang ada di sekolah ini adalah 24 guru dan dengan
jumlah peserta didik sebanyak 280siswa.

B. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Karakteristik Responden
Adapun karakteristik responden yang dimaksud meliputi jenis kelamin
serta pangkat/golongan.
a. Jenis Kelamin
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

46
47

Tabel 4
Jenis Kelamin Responden Guru SMP YAPIA Ciputat
Tahun Ajaran 2009/2010
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 13 54,17
2 Perempuan 11 45,83
Jumlah 24 100

Dari tabel 1 menunjukan bahwa dari 24 responden, terdapat 13


orang guru laki-laki (54,17%), sedangkan guru perempuan sebanyak
11 responden (45,83%). Dengan demikian distribusi guru di SMP
YAPIA CIputat ini telah cukup memperhatikan gender.
b. Pangkat/jabatan
Jumlah responden berdasarkan pangkat/jabatan dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 5
Pangkat/jabatan Responden Guru SMP YAPIA Ciputat
Tahun Ajaran 2009/2010
No Pangkat/Golongan Frekuensi Persentase (%)
1 Penata/Pengatur 4 16,67
2 Wali kelas VII 2 8,33
3 Wali kelas VIII 3 12,5
4 Wali kelas IX 3 12,5
5 Pengajar bidang studi 12 50
Jumlah 24 100

Dari tabel 2 menunjukan bahwa dari 24 responden, terdapat 4


orang guru dengan pangkat/jabatan pengatur (16,67%), 2 orang guru
dengan pangkat/jabatan wali kelas VII (8,33%), 3 orang guru dengan
pangkat/jabatan wali kelas VIII (12,5%), 3 orang guru dengan
pangkat/jabatan wali kelas IX (12,5%) dan 12 orang guru dengan
pangkat/jabatan pengajar bidang studi (50%).
48

2. Data Hasil Angket


Berdasarkan data yang ada, penulis mengelompokkan data menjadi 5
indikator yaitu: pemberian pengarahan kepada guru, pemberian bimbingan
kepada guru, kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru, kegiatan
pengevaluasian terhadap kegiatan para guru dan pemberian motivasi
kepada para guru.
a. Indikator pemberian pengarahan kepada guru
Indikator pemberian pengarahan kepada guru ditunjukan pada
angket item 8 dan 16, yaitu mencakup memberikan arahan kepada guru
dalam menyusun materi pembelajaran di kelas dan mengarahkan guru
dalam melakukan analisis penilaian selama KBM berlangsung yang
ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel 6
Memberikan arahan kepada guru dalam menyusun materi
pembelajaran
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 6 25%
Sering 14 58,33%
Kadang-kadang 2 8,33%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 25% responden


menyatakan selalu, sebesar 58,33% menyatakan sering, sedangkan
8,33% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
responden menyatakan pernah serta tidak pernah. Dengan demikian,
menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan
pengarahan kepada guru dalam menyusun materi pembelajaran di
kelas.
49

Tabel 7
Mengarahkan guru dalam melakukan analisis penilaian KBM
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 5 20,83%
Sering 9 37,5%
Kadang-kadang 9 37,5%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 20,83% responden


menyatakan selalu, sebesar 37,5% menyatakan sering dan kadang-
kadang, sedangkan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah.
Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering
memberikan pengarahan kepada guru dalam menganalisis penilaian
selama KBM berlangsung.
b. Indikator pemberian bimbingan kepada guru
Indikator pemberian bimbingan kepada guru ditunjukan pada
angket item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 14, 15, 17, 18, 28 dan 29, yaitu
mencakup memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat
program kerja tahunan, membuat satuan pembelajaran, membantu guru
dalam mengorganisir materi pelajaran, membuat tugas dan tanggung
jawab serta pembagian tugas mengajar di sekolah, memberikan
bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data, membuat
peraturan di sekolah, menganalisis hasil evaluasi yang dilakukan di
sekolah, mengatur kurikulum di sekolah, merencanakan alat evaluasi
untuk mengukur keberhasilan program sekolah, memberikan
bimbingan tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan siswa,
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dan melakukan komunikasi
pembelajaran dengan para siswa di kelas yang ditampilkan pada tabel-
tabel berikut:
50

Tabel 8
Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat program
kerja tahunan
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 10 41,67%
Sering 8 33,33%
Kadang-kadang 5 20,83%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 41,67% responden


menyatakan selalu, sebesar 33,33% menyatakan sering, sedangkan
20,83% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut
sebagian besar guru, kepala sekolah selalu memberikan bimbingan
kepada guru dalam membuat program kerja tahunan.
Tabel 9
Memberikan bimbingan dalam membuat satuan pembelajaran
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 8 33,33%
Sering 12 50%
Kadang-kadang 3 12,5%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 33,33% responden


menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan 12,5%
responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden
menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar
51

guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan dalam membuat


satuan pembelajaran.
Tabel 10
Membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 10 41,66%
Sering 12 50%
Kadang-kadang 1 4,17%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 41,66% responden


menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering dan hanya 4,17%
responden menyatakan kadang-kadang serta tidak pernah. Dengan
demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering
membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran.
Tabel 11
Membantu guru dalam membuat tugas dan tanggung jawab
administrasi pengajaran di kelas
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 9 37,5%
Sering 12 50%
Kadang-kadang 3 12,5%
Pernah - 0%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 37,5% responden
menyatakan selalu, sedangkan sebesar 50% menyatakan sering dan
52

hanya 12,5% responden menyatakan kadang-kadang. Dengan


demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering
membantu guru dalam membuat tugas dan tanggung jawab di sekolah.
Tabel 12
Membantu guru dalam pembagian jadwal tugas mengajar di kelas
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 11 45,83%
Sering 12 50%
Kadang-kadang - 0%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 45,83% responden


menyatakan selalu, sedangkan sebesar 50% menyatakan sering dan
hanya 4,17% responden menyatakan pernah. Dengan demikian,
menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering membantu guru
dalam pembagian tugas mengajar di sekolah.
Tabel 13
Memberikan bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data
berdasarkan materi pengajaran
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 1 4,17%
Sering 12 50%
Kadang-kadang 8 33,33%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah 2 8,33%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 4,17% responden


menyatakan selalu dan pernah, sebesar 50% menyatakan sering,
sedangkan sebesar 33,33% menyatakan kadang-kadang dan hanya
53

8,33% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian,


menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan
bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data.
Tabel 14
Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat peraturan
kedisiplinan pengajaran di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 15 62,49%
Sering 6 25%
Kadang-kadang 1 4,17%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 62,49% responden


menyatakan selalu, sedangkan sebesar 25% menyatakan sering dan
hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang, pernah serta
tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala
sekolah selalu memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat
peraturan di sekolah.
Tabel 15
Memberikan bimbingan kepada guru dalam menganalisis hasil
evaluasi
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 4 16,67%
Sering 12 50%
Kadang-kadang 7 29,16%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 16,67% responden
menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan
29,16% menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden
54

menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar


guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan kepada guru dalam
menganalisis hasil evaluasi yang dilakukan di sekolah.
Tabel 16
Memberikan bimbingan kepada guru dalam mengatur program
admintrasi di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 5 20,83%
Sering 11 45,83%
Kadang-kadang 7 29,17%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 20,83% responden


menyatakan selalu, sebesar 45,83% menyatakan sering, sedangkan
29,17% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut
sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan
kepada guru dalam mengatur kurikulum di sekolah.
Tabel 17
Memberikan bimbingan dalam merencanakan alat evaluasi untuk
mengukur keberhasilan program sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 2 8,33%
Sering 8 33,33%
Kadang-kadang 12 50%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 8,33% responden
menyatakan selalu, sebesar 33,33% menyatakan sering, sedangkan
50% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
55

responden menyatakan pernah serta tidak pernah. Dengan demikian,


menurut sebagian besar guru, kepala sekolah kadan-kadang
memberikan bimbingan dalam merencanakan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan program sekolah.
Tabel 18
Memberikan bimbingan tentang cara berkomunikasi yang efektif
dengan para siswa
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 1 4,17%
Sering 13 54,16%
Kadang-kadang 8 33,33%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 4,17% responden


menyatakan selalu, pernah dan tidak pernah, sedangkan sebesar
54,16% menyatakan sering dan 33,33% responden menyatakan
kadang-kadang. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru,
kepala sekolah sering memberikan bimbingan tentang cara
berkomunikasi yang efektif dengan para siswa.
Tabel 19
Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan
pembelajaran di kelas
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 12 50%
Sering 10 41,66%
Kadang-kadang 1 4,17%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%
56

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 50% responden


menyatakan selalu, sedangkan sebesar 41,66% menyatakan sering dan
hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang serta tidak
pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala
sekolah selalu memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di kelas.
Tabel 20
Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan
komunikasi dengan para siswa di kelas
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 8 33,33%
Sering 12 50%
Kadang-kadang 2 8,33%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 33,33% responden


menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan 8,33%
menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan
pernah serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar
guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan kepada guru dalam
melakukan komunikasi dengan para siswa di kelas.
c. Indikator kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru
Indikator kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru
ditunjukan pada angket item 9, 10, 11, 12, 13, 20, 22, 23, 25, 26, 27
dan 30, yaitu mencakup mengawasi program kerja yang dibuat oleh
guru, kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas, membuat diskusi untuk para guru demi
kemajuan program sekolah, memberikan kesempatan kepada guru
untuk berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan demi kemajuan
57

pendidikan di sekolah, memberikan penilaian terhadap tugas yang


diberikan kepada guru di sekolah, memberikan pembinaan mengenai
teknik penyusunan program perbaikan KBM bagi para guru,
membantu guru dalam menciptakan iklim atau suasana yang kondusif
di sekolah, melatih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang
dapat mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah, membantu perbaiki
kesalahan yang dilakukan oleh para guru dalam melaksanakan
program sekolah, memberikan program tahunan sekolah yang dibuat
oleh guru, membantu guru dalam menentukan bahan pengayaan bidang
studi dan membantu para guru dalam menyusun program semester di
sekolah yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel 21
Mengawasi program kerja yang dibuat oleh guru di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 2 8,33%
Sering 13 54,17%
Kadang-kadang 7 29,16%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 8,33% responden


menyatakan selalu, sebesar 54,17% menyatakan sering, sedangkan
29,16% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
responden menyatakan pernah serta tidak pernah. Dengan demikian,
menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering mengawasi
program kerja yang dibuat oleh guru.
58

Tabel 22
Mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 7 29,17%
Sering 11 45,83%
Kadang-kadang 5 20,83%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 29,17% responden


menyatakan selalu, sebesar 45,83% menyatakan sering, sedangkan
20,83% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut
sebagian besar guru, kepala sekolah sering mengawasi kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas.
Tabel 23
Membuat diskusi untuk para guru demi kemajuan program
sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 9 37,5%
Sering 10 41,66%
Kadang-kadang 4 16,67%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 37,5% responden


menyatakan selalu, sebesar 41,66% menyatakan sering sedangkan
16,67% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
59

responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut


sebagian besar guru, kepala sekolah sering membuat diskusi untuk
para guru demi kemajuan program sekolah.
Tabel 24
Memberikan kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam
menetapkan kebijakan demi kemajuan pendidikan di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 5 20,83%
Sering 7 29,17%
Kadang-kadang 11 45,83%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 20,83% responden


menyatakan selalu, 29,17% menyatakan sering, sedangkan 45,83%
responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden
yang menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian
besar guru, kepala sekolah kadang-kadang memberikan kesempatan
kepada guru untuk berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan demi
kemajuan pendidikan di sekolah.
Tabel 25
Memberikan penilaian terhadapp tugas yang diberikan kepada
guru di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 6 25%
Sering 16 66,66%
Kadang-kadang 1 4,17%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 25% responden
menyatakan selalu, sedangkan sebesar 66,66% menyatakan sering dan
60

hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang dserta tidak


pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala
sekolah sering memberikan penilaian terhadap tugas yang diberikan
kepada guru.
Tabel 26
Memberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan program
perbaikan KBM bagi para guru
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 3 12,5%
Sering 12 50%
Kadang-kadang 8 33,33%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 12,5% responden


menyatakan selalu, 50% menyatakan sering, sedangkan 33,33%
menyatakan kadang-kadang, dan hanya 4,17% menyatakan tidak
pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala
sekolah sering memberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan
program perbaikan KBM bagi para guru.
Tabel 27
Membantu guru dalam menciptakan iklim dan suasana yang
kondusif di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 13 54,17%
Sering 8 33,33%
Kadang-kadang 3 12,5%
Pernah - 0%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 24 100%
61

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 54,17% responden


menyatakan selalu, sedangkan sebesar 33,33% menyatakan sering dan
hanya 12,5% responden menyatakan kadang-kadang. Dengan
demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu
membantu guru dalam menciptakan iklim atau suasana yang kondusif
di sekolah.
Tabel 28
Melataih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang dapat
mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 10 41,67%
Sering 10 41,67%
Kadang-kadang 3 12,5%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,16%
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 41,67% responden
menyatakan selalu dan sering, sedangkan 12,5% menyatakan kadang-
kadang, dan hanya 4,16% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian,
menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu melatih guru untuk
menyusun instrumen penilaian yang dapat mengukur kemajuan kinerja
guru di sekolah.
Tabel 29
Membantu perbaiki kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan program sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 8 33,33%
Sering 14 58,33%
Kadang-kadang 1 4,17%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%
62

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 33,33% responden


menyatakan selalu, sedangkan sebesar 58,33% menyatakan sering dan
hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang serta tidak
pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala
sekolah sering membantu perbaiki kesalahan yang dilakukan oleh para
guru dalam melaksanakan program sekolah.
Tabel 30
Memberikan program tahunan yang dibuat oleh guru dalam
kegiatan pengajaran di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 8 33,33%
Sering 8 33,33%
Kadang-kadang 7 29,17%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 33,33% responden
menyatakan selalu dan sering, sedangkan 29,17% responden
menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan
tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala
sekolah selalu memberikan program tahunan sekolah yang dibuat oleh
guru.
Tabel 31
Membantu guru dalam menentukan bahan pengayaan
bidang studi
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 6 25%
Sering 14 58,33%
Kadang-kadang 2 8,33%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%
63

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 25% responden


menyatakan selalu, sebesar 58,33% menyatakan sering, sedangkan
8,33% menyatakan kadang-kadang dan 4,17% responden menyatakan
pernah serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar
guru, kepala sekolah sering membantu guru dalam mennentukan bahan
pengayaan bidang studi.
Tabel 32
Membantu para guru dalam menyusun
program semester di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 15 62,5%
Sering 8 33,33%
Kadang-kadang - 0%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 62,5% responden
menyatakan selalu, sedangkan sebesar 33,33% menyatakan sering dan
hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian,
menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu membantu para
guru dalam menyusun program semester di sekolah.
d. Indikator kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan guru
Indikator kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan guru
ditunjukan pada angket item 21, yaitu membahas hasil evaluasi
program sekolah untuk menentukan program sekolah selanjutnya yang
ditampilkan pada table berikut:
64

Tabel 33
Membahas hasil evaluasi program sekolah untuk menentukan
program sekolah selanjutnya
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 12 50%
Sering 9 37,5%
Kadang-kadang 2 8,33%
Pernah - 0%
Tidak Pernah 1 4,17%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 50% responden


menyatakan selalu, sebesar 37,5% responden menyatakan sering,
sedangkan 8,33% menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut
sebagian besar guru, kepala sekolah selalu membahas hasil evaluasi
program sekolah untuk menentukan program sekolah selanjutnya.
e. Indikator pemberian motivasi kepada guru
Indikator pemberian motivasi kepada guru ditunjukan pada angket
item 19 dan 24, yaitu mencakup memberikan motivasi kepada guru
untuk meningkatkan kinerjanya dan dalam rapat sekolah kepala
sekolah memberikan motivasi kepada guru untuk dapat
mengembangkan pengajaran yang kreatif kepada siswa di sekolah
yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
65

Tabel 34
Memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan
kenerjanya
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 3 12,5%
Sering 12 50%
Kadang-kadang 8 33,33%
Pernah 1 4,17%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 24 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 12,5% responden


menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan
33,33% menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden
menyatakan pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru,
kepala sekolah sering memberikan motivasi kepada guru untuk
meningkatkan kinerjanya.
Tabel 35
Dalam rapat sekolah kepala sekolah memberikan motivasi kepada
guru untuk dapat mngembangkan pengajaran yang kreatif
kepada siswa di sekolah
Kategori F Prosentase (%)
Selalu 12 50%
Sering 10 41,67%
Kadang-kadang 2 8,33%
Pernah - 0%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 50% responden
menyatakan selalu, sedangkan sebesar 41,67% menyatakan sering dan
hanya 8,33% responden menyatakan kadang-kadang. Dengan
66

demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu


memberikan motivasi kepada guru untuk dapat mngembangkan
pengajaran yang kreatif kepada siswa di sekolah.

C. Interpretasi Data
Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif,
yang perlu dibahas adalah nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing aspek yang diteliti
berdasarkan tanggapan responden.
Dalam memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh
digunakan pedoman interpretasi yaitu:
1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%.
2. Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75%.
3. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55%.
4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%.
Untuk menentukan presentase, digunakan perhitungan sederhana dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan
mengembalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.
2. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian.
3. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus:
P = NS x 100%
NH
Berikut sajian data hasil penyebaran angket terhadap 24 responden. Dari
hasil penyebaran angket tersebut diperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan
supervisi pengajaran di SMP YAPIA Ciputat yang terdiri dari 5 aspek, yaitu:
aspek pemberian pengarahan kepada guru terdiri atas 2 item pernyataan
dengan skor 184, aspek pemberian bimbingan kepada guru terdiri atas 13 item
pernyataan dengan skor 1236, aspek kegiatan pengawasan terhadap kegiatan
para guru terdiri atas 12 item pernyataan dengan skor 1166, aspek kegiatan
67

pengevaluasian terhadap kegiatan guru terdiri atas 1 item pernyataan dengan


skor 103, aspek pemberian motivasi kepada guru terdiri atas 2 item pernyataan
dengan skor 195. Selanjutnya data tersebut lebih jelas dapat dilihat pada table
33 di bawah ini:
Tabel 35
Perhitungan Nilai Rata-rata
Aspek Penelitian F Nilai Nilai Skor NS X100% Kategori
Harapan (NS) Nilai
(NH)
1. Pemberian 184 2X5 = 10 184:24 = 7,67 76,6% Baik
pengarahan
kepada guru
2. Pemberian 1237 13X5 = 65 1237:24 = 51,54 79,29% Baik
bimbingan
kepada guru
3. Kegiatan 1156 12X5 = 60 1166:24 = 48,17 80,28% Baik
pengawasan
terhadap
kegiatan para
guru
4. Kegiatan 103 1X5 = 5 103:24 = 4,29 85,8% Baik
pengevaluasian
terhadap
kegiatan guru
5. Pemberian 195 2X5 = 10 195:24 = 8,13 81,3% Baik
motivasi
kepada guru
RATA-RATA 80,7% BAIK
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa
pelaksanaan supervisi pengajaran yang di lakukan oleh kepala sekolah di SMP
YAPIA Ciputat ini telah memenuhi standar keberhasilan, karena kepala
sekolah sering melakukan pengontrolan, pembinaan, pelaksanaan dan
pengevaluasian kepada seluruh pihak khususnya guru untuk membenahi
segala kekurangan-kekurangan yang ada pada dewan guru dan membina guru-
guru untuk dapat terus aktif, tanggap, profesional dalam menjalankan seluruh
tugas-tugasnya.
Supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah menurut para
guru di SMP YAPIA Ciputat berdasarkan indikator telah terlaksana dengan
Baik. Adapun perhitungan hasil dari setiap indikator adalah (1) Pemberian
pengarahan kepada guru menunjukkan 76,6%, dengan demikian bahwa
Kepala Sekolah telah memberikan pengarahan yang baik kepada para guru. (2)
Pemberian bimbingan kepada guru menunjukkan 79,9%, dengan
demikian bahwa Kepala Sekolah telah memberikan bimbingan yang baik
kepada para guru. (3) Kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru
menunjukkan 80,28%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah
melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap kegiatan para guru. (4)
Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan guru menunjukkan bahwa
85,8%, dengan demikian menunjukkan bahwa Kepala Sekolah telah

68
69

melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap kegiatan para guru. (5)
Pemberian motivasi terhadap para guru menunjukkan bahwa 81,3%,
dengan demikian Kepala Sekolah telah memberikan motivaasi-motivasi
kepada para guru dalam menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah.
Kepala sekolah di SMP ini, tidak otoriter dalam melaksanakan tugas-
tugasnya, beliau selalu menerima saran dan kritikan yang membangun dari
seluruh pihak, sehingga sekolah ini menjadi sekolah yang demokratis dalam
membangun dan menciptakan siswa-siswi yang kreatif, inovatif dan mampu
bersaing dengan sekolah lainnya.

B. Saran
Adapun saran penulis dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan supervise
pengajaran di SMP YAPIA Ciputat ini adalah :
1. Kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya lebih meningkatkan
tanggungjawabnya terhadap semua kegiatan pendidikan disekolah
sehingga aktivitas supervisi berjalan secara efektif dan efisien dengan
meningkatkan kegiatan supervisi pengajaran melalui perencanaan yang
matang.
2. Kepala sekolah hendaknya dapat mengambil suatu kebijakan dan
keputusan yang baik terutama terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
dalam pengajaran dengan memanfaatkan hasil supervisi yang lebih dahulu
dibicarakan bersama.
3. Kepala sekolah hendaknya lebih meningkatkan kebijakan mengenai
jadwal program pengajaran
4. Kepala sekolah lebih mengoptimalkan lagi kinerjanya agar kualitas
pendidikan disekolah tersebut menjadi lebih baik melalui supervisi yang
bersifat kemitraan.
Dengan demikian, dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya campur
tangan yang baik dari kepala sekolah selaku supervisior internal dalam
meningkat kualitas sekolah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan Administrasi


pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1981

Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan


Jakarta : Bumi Aksara, 1994

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga


Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta 1998

Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989

Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,


Jakarta Bumi Aksara, 1998

Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina


Profesional Guru, Jakarta : Rineka Cipta,1979

Imam Soepandi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Universitas Jember


Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta : 1998

N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun Para Penilik Pengawas dan


Guru-guru, Bandung : Suri, 2000

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Remaja


Rosdakarya, 2000

Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk
Praktek Profesional, Bandung : Angkasa 1989

Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,
Surabaya :Usaha Nasional, 1981

Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar,


Jakarta : Bumi Aksara, 1994

Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan (Fungsi dan Tanggung Jawab


Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah.
Semarang : IKKIP Press

70
71

Soekarto Indra Fachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, Jakarta :


Ghalia Indonesia

Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, Bandung : CV. Pustaka Setia

Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara 1996


DAFTAR REFERENSI

No No footnote Halaman Halaman Paraf


skripsi referensi Pembimbing
1. Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik 2 18
Supervisi Pendidikan, (Jakarta :Rineka Cipta,2000),cet ke-
1,hal.18
2. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka 6 1
Perbaikan Situasi Belajar Mengajarr, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1994) hal. 1
3. Piet. A. Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi 7 17
Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal
17
4. Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman 7 68
penyelenggaraan Administrasi pendidikan, (Surabaya :
Usaha Nasional, 1981) cet Ke-1. hal.68
5. Piet A. Sahertian, Konep Dasar dan Tekink Supervisi 7 18
Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal
18
6. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi 7 76
Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 76
7. M. Moh. Rifa’i, Administrasi Pendidikan, (Bandung 7 125-126
: Jemmars, 1986) ,h. 125-126
8. Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi 7 57
Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Education
(Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hal.57
9. Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, (Jakarta : 8 104
CV. Haji Masagung, 1989). Cet. Ke-7 hal.104
10. Imam Soepandi, Dasar-dasar Administrasi 10 65
Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakarta : 1998), hal. 65
11. Wijono, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 11 223
Departemen Penidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan,(Jakarta : 1989), hal.223
12. Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen Dan 11 295
Kepemimpinan Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1994),
hal. 295
13. N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun 11 26
Para Penilik Pengawas dan Guru-guru (Bandung : Suri,
2000), Edisi ke-7, hal. 26
14. Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, 11 100
(Bandung : CV. Pustaka Setia) cet. Ke-1, h. 100
15. Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi 11 77
Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 77
16. Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik 12 21
Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2000), Cet.
Ke-1. h.21
17. Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Prinsip dan 12 26
teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional,
1981), hal. 26
18. Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi 13 235-242
Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek Profesional,
(Bandung : Angkasa 1985), Edisi Ke-1, hal. 235-242
19. Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi 13 15
Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara 1992), cet ke 1 hal.15
20. Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Prinsip dan 14 30-31
teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional,
1981), hal. 30
21. Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, 15 42-43
Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi
Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 42-43

22 Soekarto Indra Fachrudi, Bagaimana Memimpin 15 75-76


Sekolah Yang Baik, (Jakarta : Ghalia Indonesia), Cet. Ke-3,
hal.75-76
23. Hariwung.A.J, Supervisi Pendidikan, Departemen 21 147
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan 1989, hal.147
24. Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, 21 44-45
Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi
Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 44-45

25. Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, (Jakarta : 21 45


Bumi Aksara, 1992), hal. 45
26. Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, (Bandung: 22 268-270
Angkasa, 1993), hal. 268-270
27. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, 23 54-56
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet ke 1, hal. 54-56
28. Ngalim Purwanto,Administrasi dan Supervisi 23 122
Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 122
29. Piet A. Sahertian, Konep Dasar dan Tekink Supervisi 23 86-114
Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal
86-114
30 Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 34 72
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 72.
31 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, 35 43
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-15, h.
43.

Jakarta, 18 Februari 2010

(Refnita)
UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI
PENGAJARAN DI SMP YAPIA CIPUTAT” yang disusun oleh Refnita. NIM 105018200692 Program Studi Manajemen
Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh Sekertaris Jurusan
pada tanggal 18 Februari 2010

Jakarta, 18 Februari 2010


Sekertaris Jurusan

Mu’arif SAM M.Pd


19650717 1994031 005
UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI
PENGAJARAN DI SMP YAPIA CIPTAT” yang disusun oleh Refnita NIM 105018200692 Program Studi Manajemen Pendidikan
Jurusan Kependidikan Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal
18 februari 2010.

Jakarta, 18 Februari 2010


Dosen Pembimbing

Drs. Syafril M. Pd
19460601 196705 1 001
A. Visi dan Misi Sekolah
1. Visi SMP YAPIA Ciputat
a. Terunggul dalam prestasi
b. Teladan dalam bersikap dan bertindak
c. Konsisten dalam menjalankan ajaran agama

2. Misi SMP YAPIA Ciputat


a. Mewujudkan peningkatan kualitas/mutu lulusan
b. Mewujudkan meningktan jumlah lulusan yang masuk SMA/SMK Negeri
c. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air
d. Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak
serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan
e. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.

3. Tujuan Sekolah dalam 5 (lima) Tahun


a. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan
bakat peserta didik
c. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik
d. Mempersiapkan pserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang
mandiri dan berguna
e. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut

B. Deskripsi Sekolah
1. Struktur Organisasi SMP YAPIA Ciputat
Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan
penuh kesadaran. Di dalamnya terdapat kumpulan orang yang saling berpengaruh
satu sama lain dengan baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur
SMP YAPIA Ciputat memiliki jenjang kerja dan kewenangan yang terorganisir.
SMP YAPIA Ciputat dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh
2 (dua) orang wakil kepala sekolah yang masing-masing meliputi:
a. Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum.
b. Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan.
Selain itu, dibantu pula oleh guru khusus bimbingan dan konseling, kepala
urusan tata usaha dan sejumlah seksi-seksi lainnya. Untuk operasional kesiswaan
dibantu oleh dewan guru serta wali kelas. Skema struktur organisasi SMP YAPIA
Ciputat.
Sususnan Pengurus
Ketua Yayasan : H. M. Anwar Nur, S. Ag
Ka. Bid. Pendidikan : Drs. Yasmin
Kepala Sekolah : Badri, S. Ag
Waka Kurikulum : Siti Suryani
Waka Kesiswaan : Muhamad Idrus, S. Pd.I
SUSUNAN ORGANISASI
SMP YAPIA CIPUTAT
TAHUN AJARAN 2009/2010

Komite Sekolah Kepala Sekolah

Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Info & Data Keuangan Administrasi

Koord. Perpus Koord.lab. IPA Koord.Pramuka Koord.PMR Koord.lab.Kom

Guru Mata Pelajaran Koord. BK / BP

Wali Kelas VII Wali Kelas VIII Wali Kelas IX

Siswa

a. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP YAPIA Ciputat cukup lengkap
dalam rangka menunjang terlaksananya proses pembelajaran, baik yang berbentuk
fisik maupun non fisik, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat
terwujud. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki adalah sebagai berikut:
1) Ruang Kelas
2) Ruang Guru
3) Ruang Tata Usaha
4) Ruang Kepala Sekolah
5) Perpustakaan
6) Laboratorium Komputer
7) Sarana Olahraga
8) Koperasi Sekolah
9) Ruang Administrasi Keuangan
10) Kantin
11) Kamar Mandi Guru dan Siswa
12) Satuan Pengamanan (SATPAM)
b. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
1) Keadaan Guru dan Karyawan
SMP YAPIA Ciputat adalah suatu lembaga yayasan pendidikan, dimana
setiap guru yang mengajar harus memiliki persyaratan formal dan kredibilitas
serta kepribadian yang tinggi. Karena seorang guru akan merelakan dirinya
untuk menerima dan memikul sebagian dari tanggung jawab pendidik yang
semestinya harus ditunaikan oleh orang tua.
Guru-guru yang mengajar di SMP YAPIA Ciputat berjumlah 24 orang,
sedangkan jumlah karyawan yang ada di SMP YAPIA Ciputat berjumlah 5
orang. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

Data Keadaan Guru SMP YAPIA Ciputat


No Nama Guru Pendidikan Jabatan Mengajar Mata
Pelajaran
1 Badri, S.Ag S1 – UMJ Kepsek PAI & IPS

2 Siti Suryani, S.Pd S1 – UIN Kurikulum Matematika &


IPA Terpadu
3 Muhamad Idrus, S.Pd.I S1 – STAI Kesiswaan Bahasa Inggris
Fatahilah
4 Drs. Yasmin S1 – IAIN Guru B. Arab/Al-
Bandung Qur’an
5 Drs. Sukoco S1 – IAIN Guru PKN & IPS
Bandung
6 Endang Hidayat A.Md D2 – IKIP Jakarta Guru Matematika
7 Umaeroh, S.Pd S1 – STKIP Guru Jasa Pembukuan
Purnama
8 Ade Laily Suryani, S.Ag S1 – IAIN Guru PKN
Bandung
9 Imron, S.P S1 – IKIP Jakarta Guru Matematika

10 Supardi, B S1 – IAIN Jakarta Guru B. Indonesia

11 Dra. Maryanah S1–UHAMKA Guru IPS

12 Drs. Ruslan A. Gani S1 – IKIP Jakarta Guru Seni Budaya

13 Lukman Hakim, A.Md D3 – UNJ Guru Penjas

14 Dra. Wiwin Alawiyah S1 – IAIN Jakarta Guru PPKN

15 Via Aprilian SN SMA Guru TIK

16 Hafidulloh, S.Pd S1–UNINDRA Guru B. Inggris


Jakarta
17 Dewi Aprianti, A.Md S1 – BSI Guru TIK

18 Sulhah Saidah, S.Ag S1 – UMJ Guru PAI

19 Rini Eva Susanti, S.Pd S1 – UNJ Guru IPA

20 Madhani, S.Pd S1 – IKIP Guru B. Indonesia


Muhammadiyah
21 Maryanah Azizah, S.Pd S1 – STKIP Guru IPS
Purnama
22 Afifudin S1 – STKIP Guru Seni Budaya
Purnama
23 Ari Mutya Wulansari S1 – STKIP Guru B. Indonesia
Purnama
24 Wahyudin SMA BK Penjaskes
Data Keadaan Karyawan SMP YAPIA Ciputat
No Nama Karyawan Pendidikan Jabatan
1 Muhamad Sodikin SMA Staf Bag. Administrasi
2 Nuryanah Samidah SMA Staf Bag. Keuangan
3 Rodiah SMA Staf Bag. Administrasi Umum
4 Awaludin SD Pet. Keamanan & Kebersihan
5 Andri Irawan SMA Pet. Kebersihan/Pesuruh
6 Didi Awaludin SMA Pet. Kebersihan/Pesuruh

2) Keadaan Siswa
Peserta didik (murid) adalah faktor yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar, sebab peserta didik merupakan subjek yang mendukung
keberhasilan kebuah pendidikan penunjang lainnya.
Keadaan siswa SMP YAPIA Ciputat, berdasarkan data statistik tahun
ajaran 2009/2010 berjumlah 280 orang.
Data Keadaan Siswa SMP YAPIA Ciputat
SISWA
KELAS
LAKI –LAKI PEREMPUAN JUMLAH
VII 44 34 78
VIII 42 52 94
IX 67 41 108
JUMLAH 153 127 280

c. Kurikulum SMP YAPIA Ciputat


Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
potensi dan kondisi daerah dari satuan pendidikan peserta didik. Oleh sebab
itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah tersebut.
Kurikulum SMP YAPIA Ciputat disusun dengan mengacu pada Standar
Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan model-model pembelajaran atau program
yang disusun oleh Pusat Kurikulum menjadi kegiatan-kegiatan operasional,
siap dilaksanakan sesuai dengan karakteristik daerah dan berorientasi pada
peserta didik.
SMP YAPIA Ciputat menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), sudah mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran
2007/2008 untuk kelas VII. Sedangkan untuk Tahun Pelajaran 2009/2010,
SMP YAPIA Ciputat telah menerapkan untuk semua kelas, yaitu VII, VIII,
dan IX, karena sudah ada kesamaan dalam penggunaan Kurikulum, maka
mulai tahun 2008/2009 lalu, terjadi persamaan dalam penggunaan jam
perminggu dan waktu belajar. Demikian juga dalam hal masuk sekolah, kelas
VII, VIII dan IX bisa masuk pagi semua. Hari yang digunakan pun sama,
yaitu Senin sampai Jumat antara 6-8 jam pelajaran dan hari Sabtu hanya 4 jam
pelajaran. Sisa waktu di hari Sabtu digunakan untuk berbagai kegiatan Ekstra
Kurikuler atau Pengembangan Diri.

d. Kegiatan Ekstrakulikuler
a) Pramuka
b) Palang Merah Remaja (PMR)
c) Paskibra
d) Futsal
e) Volley
f) Marawis
g) Karya Ilmiah Remaja (KIR)

2. Program Kerja Tahunan


a. Kegiatan awal tahun.
1) Merencanakan kebutuhan guru setiap mata pelajaran.
2) Pembagian tugas mengajar.
3) Menyusun program pengajaran, jadwal pelajaran kalender pendidikan.
4) Menyusun kebutuhan buku pelajaran, buku pegangan guru.
5) Menyusun alat-alat pelajaran.
6) Mengadakan rapat guru.
b. Kegiatan harian.
1) Memeriksa daftar hadir guru, tenaga teknis dan TU.
2) Memeriksa program pengajaran persiapan lainnya yang menunjang proses
belajar mengajar.
3) Menyelesaikan surat – surat.
4) Mengatasi hambatan berlangsungnya proses belajar-mengajar.
5) Mengatasi kasus yang terjadi.
c. Kegiatan mingguan.
1) Melaksanakan upacara hari senin dan hari-hari besar.
2) Memeriksa agenda dan menyelesaikan surat-surat.
3) Memeriksa keuangan sekolah.
4) Mengatur penyediaan keperluan perlengkapan kantor.
d. Kegiatan bulanan.
- Melaksanakan pemeriksaan umum terhadap :
1) Guru kelas dan daftar hadir guru.
2) Kumpulan program pengajaran.
e. Kegiatan semester.
1) Menyelenggarakan perbaikan alat–alat sekolah.
2) Pengisian buku induk.
3) Persiapan ulangan umum.
4) Persiapan kegiatan akhir semester.
f. Kegiatan akhir semester.
1) Menyelenggarakan penutupan buku inventaris dan keuangan.
2) Menyelenggarakan Ulangan umum.
3) Menyelenggarakan kenaikan kelas.
4) Menyelenggarakan KBM.

- PROGRAM STRATEGIS
a. Pengembangan isi kurikulum.
b. Peningkatan SDM pendidikan dan tenaga kependidikan.
c. Peningkatan atau pengembangan standar proses.
d. Peningkatan atau pengembangan fasilitas pendidikan.
e. Peningkatan standar kelulusan.
f. Peningkatan mutu kelembagaan manajemen.
g. Peningkatan standar pembiayaan.
h. Pengembangan standar penilaian.

- STRATEGI PERENCANAAN ATAU PENCAPAIAN


a. Program: Pengembangan Isi Kurikulum.
- Strategi pelaksanaan program adalah Workshop tentang:
1) Pengembangan kurikulum satuan pendidikan.
2) Pengembangan silabus.
3) Pengembangan pemetaan KTSP.
4) Pengembangan RPP.
b. Program: Pengembangan dan peningkatan SDM pendidik dan tenaga
kependidikan.
- Strategi pelaksanaan program adalah:
1) Pengembangan profesionalitas guru.
2) Peningkatan kompetensi guru.
3) Peningkatan kompetensi tenaga TU.
4) Pelaksanaan Monev oleh kepala sekolah terhadap guru dan TU.
5) Peningkatan kualitas tenaga kependidikan.
c. Program: Peningkatan Standar Proses.
- Strategi pelaksanaan adalah:
1) Pengembangan metode pengajaran untuk semua mata pelajaran.
2) Pengembangan strategi pembelajaran.
3) Pengembangan strategi penilaian.
4) Pengembangan bahan, sumber pembelajaran.
d. Program: Pengembangan/peningkatan fasilitas pendidikan.
- Strategi pelaksanaan adalah:
1) Peningkatan dan pengembangan media pembeajaran.
2) Pengembangan sarana pendidikan.
3) Pengembangan prasarana pendidikan.
4) Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif.
e. Program: Peningkatan standar kelulusan.
- Strategi pelaksanaan adalah:
1) Mengembangkan standar pencapaian ketuntasan kompetensi.
2) Meningkatkan standar kelulusan tiap tahunnya.
3) Mengembangkan kejuaraan lomba-lomba akademik dan non akademik.
f. Program: Peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen.
- Strateginya pelaksanaan adalah:
1) Mengembangkan dan melengkapi administrasi sekolah.
2) Implementasi MBS.
3) Pelaksanaan Monev oleh sekolah tentang kinerja sekolah.
4) Melaksanakan supervisi klinis oleh kepala sekolah.
5) Pengembangan sekolah menuju ketercapaian SPM.
6) Penggalangan partisipasi masyarakat (pemberdayaan komite sekolah
untuk merealisasikan tugasnya).
7) Membuat jaringan informasi akademik di internet sekolah (SIM).
8) Membuat jaringn kerja secara vertikal dan horizontal.
9) Implementasi model manajemen : POAC dan model lainnya yang
mengacu pada aspek-aspek manajemen standar pendidikan.
g. Program: Pengembangan standar pembiayaan.
- Strategi pelaksanaan adalah:
1) Mengembangkan jalinan kerja dengan penyandang dana.
2) Menggalang dana dari berbagai sumber.
3) Memberdayakan potensi sekolah dan lingkungan.
4) Menciptakan sistim subsidi silang.
h. Program: Pengembangan standar penilaian pendidikan.
- Strategi pelaksanaan adalah:
1) Mengembangkan perangkat model-model penilaian pembelajaran.
2) Implementasi model evaluasi pembelajaran: UH, Ulangan tengah
semester, Ulangan akhir semester, Ulangan kenaikan kelas.
3) Mengembangkan instrumen atau perangkat soal-soal untuk berbagai
model evaluasi.
4) Mengembangkan pedoman evaluasi.
5) Mengembangkan lomba-lomba, uji coba, latih tanding, dll dalam
peningkatan standar nilai.
6) Menerapkan model-model pembelajarn bagi anak: berprestasi dan
kelompok anak lainnya.

- HASIL YANG DIHARAPKAN


a. Terealisasinya penyelenggaraan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
b. Terealisasinya penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang professional,
jujur, disiplin, berwawasan kedepan dan berkompeten di bidangnya.
c. Terealisasinya penyediaan sarana, prasarana dan media pendidikan yang lengkap
dan mutakhir.
d. Terealisasinya penyedian bahan dan sumber belajar yang lengkap dan Upto date.
e. Terealisasinya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang handal.
f. Terealisasinya keadaan warga sekolah yang jujur, sopan, taat beribadah dan
menghormati sesame.
g. Terealisasinya lulusan yang memiliki budi pekerti luhur dan mencapai nilai rata-
rata 8,5.
h. Terealisasinya penyelenggaraan lomba-lomba akademik.
i. Terealisasinya penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu, merata, relevan dan
efisien sesuai dengan SNP.
j. Terealisasinya perangkat silabus kelas VII-IX semua mata pelajaran.
k. Terealisasinya perangkat RPP kelas VII-IX semua mata pelajaran.
l. Terealisasinya perangkat pemetaan KD, aspek penilaian, alat/media pembelajaran
semua mata pelajaran kelas VII-IX.
m. Terealisasinya perangkat sistem penilaian yang otentik.
n. Terealisasinya perangkat kurikulum satuan pendidikan yang lengkap, mutakhir
dan berwawasan kedepan.
o. Terealisasinya perangkat kurikulum muatan lokal kelas VII-IX semua mata
pelajaran yang lengkap, mutakhir dan berwawasan kedepan.

- MONOTORING DAN EVALUASI (MONEV)


a. Mewujudkan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan dan hasil-
hasilnya.
b. Mewujudkan supervisi klinis KTSP (membuat instrumen, memvalidasi,
melaksanakan, menganalisa, membuat laporan dan menindak lanjuti).
c. Mewujudkan supervisi klinis CTL dan lainnya.
d. Mewujudkan evaluasi kinerja sekolah setiap tengah semester, akhir semester dan
akhir tahun (menentukan tim, membuat instrumen, memvalidasi, melaksanakan,
menganalisa, membuat laporan dan menindak lanjuti).
ANGKET
PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI PENGAJARAN OLEH
KEPALA SEKOLAH DI SMP YAPIA CIPUTAT

Nama :
Jenis Kelamin :

PETUNJUK
Berilah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ibu guru.

(SL) : Selalu (KD) : Kadang-kadang (TP) : Tidak Pernah


(SR) : Sering (P) : Pernah

No Pernyataan SL SR KD P TP
1. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan kepada guru dalam membuat
program kerja tahunan
2. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan untuk membuat satuan
pembelajaran
3. Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru
dalam mengorganisir materi pelajaran yang
akan digunakan dalam pembelajaran
4. Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru
dalam membuat tugas dan tanggung jawab
di sekolah
5. Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru
dalam pembagian tugas mengajar di
sekolah
6. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan kepada guru dalam mencari
sumber data
7. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan kepada guru dalam membuat
peraturan di sekolah
8. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
arahan kepada guru dalam menyusun materi
pengajarann di kelas
9. Bapak/ibu kepala sekolah mengawasi
program kerja yang di buat oleh guru di
sekolah
10. Bapak/ibu kepala sekolah mengawasi
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas
11. Bapak/ibu kepala sekolah membuat diskusi
untuk para guru demi kemajuan program
sekolah
12. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan
13. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
penilaian terhadap tugas yang diberikan
kepada guru di sekolah
14. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan kepada guru dalam menganalisis
hasil evaluasi yang dilakukan di sekolah
15. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan kepada guru dalam mengatur
kurikulum di sekolah
16. Bapak/ibu kepala sekolah mengarahkan
guru dalam melakukan analisis penilaian
selama KBM berlangsung
17. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan dalam merencanakan alat
evaluasi yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan program sekolah
18. Bapak/ibu kepala sekolah meberikan
bimbinga tentang cara berkomunikasi yang
efektif dengan para siswa
19. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
motivasi kepada guru untuk meningkatkan
kinerjanya
20. Bapak/ibu kepala sekolah meberikan
pembinaan mengenai teknik penyusunan
program perbaikan KBM bagi para guru
21. Bapak/ibu kepala sekolah membahas hasil
evaluasi program sekolah untuk
menentukan program sekolah selanjutnya
22. Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru
dalam menciptakan iklim atau suasana yang
kondusif di sekolah
23. Bapak/ibu kepala sekolah melatih guru
untuk menyusun instrumen penilaian yang
dapat mengukur kemajuan kinerja guru di
sekolah
24. Dalam rapat sekolah, Bapak/ibu kepala
sekolah memberikan motivasi kepada guru
untuk dapat mengembangkan pengajaran
yang kreatif kepada siswa di sekolah
25. Bapak/ibu kepala sekolah membantu
memperbaiki kesalahan yang dilakukan
oleh guru dalam melaksanakan program
sekolah
26. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
pengawasan terhadap program tahunan
sekolah yang di buat oleh guru
27. Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru
dalam menentukan bahan pengayaan
bidang study
28. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan kepada guru dalam melakukan
kegiatan pengajaran di kelas
29. Bapak/ibu kepala sekolah memberikan
bimbingan kepada guru dalam membuat
RPP
30. Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru
dalam menyusun program akhir tahun
pengajaran pada kls 3
PANDUAN OBSERVASI

1. Kondisi Lingkungan Sekolah


A. Profil Sekolah
B. Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah : SMP YAPIA Ciputat
2. Alamat Sekolah : Jl RE Martadinatha No 7 Cipayung Ciputat
Tahun Berdiri : 1983
2. Mengamati Keadaan guru
A. Jumlah dan Keadaan Guru
B. Data Statistik Tenaga Pengajar
3. Mengamati Keadaan Siswa
A. Jumlah Peserta Didik
B. Kegiatan-Kegiatan Sekolah
4. Mengamati Keadaan Sarana dan Prasarana
A. Jumlah Ruang Kelas : 14
B. Ruang Guru :1
C. Ruang Tata Usaha :1
D. Ruang Kepala Sekolah :1
E. Perpustakaan :1
F. Laboratorium Komputer :1
G. Sarana Olah Raga :1
H. Koperasi Sekolah :1
I. Ruang Administrasi :1
J. Kantin :1
K. WC Guru :1
L. WC Siswa :1
M. SATPAM :1
5. Sasaran Adminstrasi Sarana Ruang
1. Bangku Siswa
2. Meja Siswa
3. Meja Guru
4. Bangku Guru
5. Lemari
6. Papan Tulis
7. Kipas Angin

Anda mungkin juga menyukai