Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


SISWA KELAS V BUDI LUHUR ELEMENTARY
MATERI EKOSISTEM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Syahla Nada Arvella
(11150183000009)

Oleh :
Syahla Nada Arvella_11150183000009

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEMAMPUAN


BERPIKIR KRITIS SISWA MI/SD KELAS V MATERI EKOSISTEM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
Syahla Nada Arvella
11150183000009

Yang mengesahkan, Pembimbing

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Syahla Nada Arvella
NIM : 11150183000009
Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Alamat : Jl. Reformasi 4 Rt01/01 No.80 Pondok Aren
Tangerang Selatan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Learning Cycle 5e Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Mi/Sd Kelas V Materi Ekosistem” adalah
benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Dosen Pembimbing : Rohmat Widiyanto, M.Pd.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensinya apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya saya
sendiri.
ABSTRAK

SYAHLA NADA ARVELLA (11150183000009), Pengaruh Model Learning


Cycle 5E Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa kelas V Budi Luhur
Kindergarten & Elementary Materi Ekosistem. Skripsi Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
learning cycle 5E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V Budi Luhur
Kindergarten & Elementary materi ekosistem, Tahun Ajaran 2018/2019. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan
desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Subyek penelitian ini
adalah 40 orang siswa yang terdiri dari 19 orang siswa untuk kelas eksperimen dan
21 siswa untuk kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, tes yang
digunakan berupa lembar pengayaan berupa soal essai.
Hasil penelitian menunjukkan, nilai rata-rata kelas post test kemampuan berpikir
kelas eksperimen yaitu 86,15 dan rata-rata post test kelas kontrol 75,19. Hasil
penelitian berdasarkan hasil post test kemampuan berpikir kritis terdapat perbedaan
signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh peningkatan berpikir kritis dengan menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle 5E siswa kelas V Budi Luhur Kindergarten &
Elementary Pondok Aren.
Kata kunci : Learning Cycle 5E, Kemampuan Berpikir Kritis, Ekosistem

i
ABSTRACT

SYAHLA NADA ARVELLA (11150183000009), The Influence of model


Learning Cycle 5E to critical Thinking ability in Class V Students of Budiluhur
kindergarten & Elementary in learning about Ecosystem. Thesis Madrasah
Ibtidaiyah Teacher Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher
Training, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta.

The purpose of this study was to determine the effect of using cycle 5E learning
model on the critical thinking ability of ecosystem in fifth grade students of in
Budiluhur kindergarten & Elementary Academic Year 2019/2020. The method used
in this study is a quasi-experimental method with The Nonequivalent Control Group
Design research design. The subjects of this study were 40 students consisting of 19
students for the experimental class and 21 students for the control class. Data
collection techniques using the test, the test used is the enrichment sheet. Data
analysis techniques used in this study are the validity test, reliability test, the level
of difficulty test, differentiation test, normality test, homogeneity test, influence test
and hypothesis test.

After the treatmen was given to the both of the group then the result of posttest
average score of critikal thinking ability obtained that the experimental group is
86,15 and control is 75,19, based on the average posttest score , the result of this
research showed that there is significant difference in the critical thinking ability
between experimental group and control group. In conclusion that there are the
influence of Cycle 5E learning model towards critical thinking ability of the fifth
grade student of Budiluhur Kindergarten & Elementary in Learning about
Ecosystem.

Key word : Learning Cycle 5E, Critical Thinking, Ecosystem

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuaniaNya,
akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Kemampuan Berpikir Krits
Siswa kelas V, di Budiluhur Kindergarten & Elementary school(Kuasi Eksperimen)
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi strata I
(SI) untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Neger Syarif
Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, arahan, dan
bimbingan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasi khususnya penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan


Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru


Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

4. Rohmat Widiyanto,M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah


memberikan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
arahan serta motivator yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan maksimal.

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam


Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen-dosen jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah mendidik dan
mengajarkan ilmu yang bermanfaat.

iii
6. Kepala Budiluhur Kindergarten & Elementary school, yang telah memberi
izin untuk dilaksanakannya observasi awal penelitian serta para wali kelas
V yang telah memberikan dukungan dan waktu untuk melaksanakan
observasi.

7. Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan staff


Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ayah dan Ibu tercinta, Amir Machmud, S.E dan Rachmalia, S.Pd yang
telah memberikan kasih sayang, doa restu, motivasi, dukungan moril dan
materil serta didikan yang keras hingga menjadikan penulis seperti hari ini.

9. Indra Saputra Damanik yang selama ini membuat saya senang dan sedih,
sehingga saya menjadi perempuan yang kuat seperti sekarang.

10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


(PGMI) angkatan 2015 yang banyak memberikan warna selama kuliah.

11. Teman-teman perempuan seperjuangan KKN 101 Nisa, Putre, Sara, Arsil,
Cici, Iin yang selalu memberikan canda tawa sehingga membuat saya
senang bersama mereka

12. Teman-teman PLP Sandra, Maya dan Indah yang setia mengerjakan tugas
bersama-sama.

Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang namanya
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal
penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulis di masa
yang akan datang.

Tangerang Selatan, 14 Januari 2010

Syahla Nada Arvella

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Indentifikasi Masalah ...................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ........................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................... 7
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .......................................... 7
A. Deskripsi Teoritik ............................................................................................ 7
1. Berfikir Kritis ..............................................................................................7
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ........................................................ 12
3. Model Learning Cycle 5E ........................................................................ 13

a. Konsep Model Learning Cycle 5E ...................................................... 13

b. Tahap-tahap Learning Cycle 5E ...................................................... 14


4. Ekosistem ......................................................................................... 15
B. Hasil Penelitian yang relevan .......................................................... 25
C. Kerangka Berfikir ........................................................................... 28
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 30
BAB III ................................................................................................................. 31
METODELOGI PENELITIAN ......................................................................... 31
v
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 31
B. Metode dan Desain Penelitian ........................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 32
1. Populasi ........................................................................................... 32
2. Sampel ............................................................................................. 33
D. Variable Penelitian ............................................................................ 33
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 33
F. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 35
G. Uji Coba Instrumen Tes .................................................................... 36
1. Validalitas ........................................................................................ 36
2. Reliabilitas........................................................................................ 38
3. Uji Tingkat Kesukaran Soal ............................................................. 39
4. Daya Pembeda .................................................................................. 41
H. Teknik Analisis Data ..........................................................................42
1. Uji Prasyarat...................................................................................... 42
2. Uji Hipotesis .................................................................................... 44
I. Hipotesis Statistik .................................................................................... 45
BAB IV ................................................................................................................. 48
Hasil Penelitian dan Pembahasan ..................................................................... 48
A. Profil Sekolah ............................................................................................... 48
B. Deskripsi Data .............................................................................................. 48
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................................. 58
2. Uji Hipotesis ............................................................................................... 59
BAB V ................................................................................................................... 78
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 78
A. Kesimpulan ............................................................................................... 78
B. Saran-saran ................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 82

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Time Line Penelitian ............................................................................ 31


Tabel 3.2 Desain Penelitian................................................................................... 32
Tabel 3.3 Validasi Instrumen ................................................................................ 37
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ................................................................................. 37
Tabel 3.5 Tingakat Reliabilitas Instrumen ............................................................ 39
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Reliabilitas .................................................................. 39
Tabel 3.7 Nilai Tingkat Kesukaran ....................................................................... 40
Tabel 3.8 Data Uji Tingkat Kesukaran ................................................................. 40
Tabel 3.9 Daya Pembeda Instrumen ..................................................................... 41
Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................... 41
Tabel 4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................................ 49
Tabel 4.2 Nilai Posttest kelas Eksperimen dan Kontrol ........................................ 49
Tabel 4.3 Deskripsi data nilai Pretest kelas Kontrol dan Eksperimen .................. 50
Tabel 4.4 Frekuensi nilai Pretest kelas Eksperimen.............................................. 51
Tabel 4.5 Frekuensi nilai Pretest Kelas Kontrol ................................................... 52
Tabel 4.6 Frekuensi nilai Posttest kelas Eksperimen dan Kontrol ........................ 54
Tabel 4.7 Frekuensi nilai Posttest kelas Eksperimen ............................................ 55
Tabel 4.8 Frekuensi Nilai Posttest kelas Kontrol ................................................. 56
Tabel 4.9 Hail Uji Normalitas kelas Eksperimen dan Kontrol ............................. 58
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Posttest .......................................................... 59
Tabel 4.11 Hasil uji Hipotesis Idependent sampel T-test Pretest .......................... 60
Tabel 4.12 Hail Uji Hopotesis Idependent sampel T-test Posttest ........................ 61

vii
DAFTAR GRAFIK
Gafik 4.1 Nilai Pretest Eksperimen Eksperimen................................................... 52
Gafik 4.2 Nilai Pretest Kelas Kontrol ................................................................... 53
Gafik 4. 3 Nilai Posttest Kelas Eksperimen .......................................................... 56
Gafik 4.4 Nilai Posttest Kelas Kontrol .................................................................. 57

viii
DAFTAR GAMBAR
gambar 4.1 soal Pretest dan Posttest Indikator Mengidentifikasi ........................ 61
gambar 4.2 Jawaban Pretest kelas Eksperimen dan Kontrol................................. 62
gambar 4.3 Jawaban posttest kelas Eksperimen .................................................. 62
gambar 4.4 Jawaban Posttest kelas Kontrol .......................................................... 63
gambar 4.5 soal Pretest dan posttest indikator mengidentifikasi .......................... 63
gambar 4.6 jawaban pretest kelas eksperimen dan kontrol ................................... 64
gambar 4.7 jawaban posttest kelas ....................................................................... 64
gambar 4.8 Jawban Posttest kelas ......................................................................... 65
gambar 4.9 Soal Pretest dan Posttest indikator Clarity ......................................... 65
gambar 4.10 Jawaban Pretest kelas Kontrol dan kelas Eksperimen ..................... 66
gambar 4.11 Jawaban posttest Kelas ..................................................................... 66
gambar 4.12 Jawaban posttest kelas...................................................................... 67
gambar 4.13 Soal Pretest dan Posttest Indikator menganalisis ............................. 67
gambar 4.14 Jawaban Pretest kelas Kontrol dan kelas Ekeperimen ..................... 68
gambar 4.15 Jawaban Posttest kelas .................................................................... 68
gambar 4.16 Jawaban Posttest kelas ..................................................................... 68
gambar 4.17 soal Pretest dan Posttest Indikator menganalisis ............................. 69
gambar 4.18 Jawaban Pretest kelas Eksperimen dan kontrol ............................... 69
gambar 4.19 Jawaban Posttest kelas ..................................................................... 69
gambar 4.20 Jawaban Posttest kelas .................................................................... 70
gambar 4.21 Soal Pretest dan Posttest Indikator Inference ................................... 70
gambar 4.22 Jawaban Pretest kelas Kontrol dan kelas Eksperimen ..................... 70
gambar 4.23 Jawaban Posttest kelas ..................................................................... 71
gambar 4.24 Jawaban Posttest kelas ..................................................................... 71
gambar 4.25 Soal Pretest dan Posttest Indikator Eksplikasi ................................. 72
gambar 4.26 Jawaban Posttest kelas ..................................................................... 72
gambar 4.27 Jawaban Posttest kelas ..................................................................... 72
gambar 4.28 Soal Pretest dan Posttest Indikator Eksplikasi ................................ 73
gambar 4.29 Jawaban Pretest kelas Eksperimen dan kontrol ............................... 73
gambar 4.30 Jawaban Pretest kelas ....................................................................... 74
Gambar4.31 Jawaban Posttest kelas ..................................................................... 74

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rpp Kelas Eksperimen ...................................................................... 82


Lampiran 2 Rpp Kelas Kontrol ........................................................................... 109
Lampiran 3 Rpp Project ...................................................................................... 136
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ........................................................................ 146
Lampiran 5 Pedoman Wawancara ...................................................................... 150
Lampiran 6 Pedoman Observasi ......................................................................... 152
Lampiran 7 Nilai Evaluasi ................................................................................. 155
Lampiran 8 Kisi-kisi Instrument ......................................................................... 157
Lampiran 9 Soal Pretest Posttest ......................................................................... 177
Lampiran 10 Rubrik penilaian ............................................................................ 182
Lampiran 11 Penilaian ........................................................................................ 197
Lampiran 12 Lampiran ........................................................................................ 202

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, apalagi saat ini
abad ke 21 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Sehingga
pemerintah menggencarkan pendidikan bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dengan
pasar global. Oleh karena itu sistem pendidikan perlu membekali dengan skill abada
ke 21 atau sering dikenal dengan HOT (High Thinking Order).

HOT (High Thinking Order) meliputi kemampuan atau keterampilan berpikir seperti
kreatif, inovatif, berpikir kritis, pemecahan masalah dan membuat keputusan.
Kemampuan HOT (High Thinking Order) perlu diasah sejak usia dini, pendidikan
formal merupakan salah satu sarana untuk membangun sumber daya manusia yang
berkualitas. Salah satu cara seseorang menjadi berkualitas yaitu dengan cara
bersekolah. sekolah adalah suatu lembaga pendidikan, yaitu lembaga yang
menyelenggarakan fungsi pendidikan. 1 Dalam hal ini tujuan pendidikan Indonesia
tertera dalam Undang-undang Nomer 20 tahun 2003 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta beradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan
Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi
warga negara yang berdemokrasi serta bertanggung jawab.2

1
Abd. Rahman A. Ghani, Metodelogi Penelitian Tidakan Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2016).cet.ke-1,h.1
2
Tim Penyusun Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun2003, (Jakarta:Direktorat Jendral
Pendidikan Indonesia),hlm.2
1
2

‫س ِح‬ ‫ف‬
ْ ‫ي‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ح‬ ‫س‬ ‫ف‬
ْ ‫ا‬ ‫ف‬
َ ِ
‫س‬ ِ‫س ح وا ِِف ا لْم ج ال‬َّ ‫ف‬
َ َ‫ت‬ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫ل‬
َ ‫يل‬ ِ‫ا أَيُّ ه ا ا لَّذِ ين آم ن وا إِذَ ا ق‬
َ َ ُ َ َ َ ُ ْ َ َُ َ َ
‫ين أُوتُوا‬ ِ َّ ِ ِ َّ َّ ‫اَّلل لَكُ م ۖ وإِذَ ا قِيل ا نْش زوا فَا نْش زوا ي رفَ ِع‬
َ ‫ين آمَ نُوا م نْ ُك ْم َوا ل ذ‬ َ ‫اَّللُ ا ل ذ‬ َْ ُُ ُُ َ َ ْ ُ َّ
ِ َّ ‫ات ۚ و‬ ٍ ‫ا لْ عِلْ م د رج‬
‫اَّللُ ِبَا تَ عْ َم لُو َن َخ بِير‬ َ َ ََ َ
“Niscaya allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara mu dan orang-
prang yang diberikan ilmu pengetahuan beberapa derajat”(Q.S Al Mujadalah :11)3

Sekolah merupakan pendidikan formal sebagai sarana untuk membagun sumber daya
manusia yang berkualitas. Selain itu sekolah diharapkan mampu membangun
kemampuan High Thinking Order yang salah satunya merupakan kemampuan berpikir
kritis. Mata pelajaran yang kaitannya dengan berpikir kritis adalah Ilmu pengetahuan
Alam (IPA). Mata pelajaran IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk berpikir kritis. 4 Mata pelajaran ini, siswa dihadapkan pada
suatu masalah yang mendorong siswa untuk mencari dan menyelidiki jawaban dari
suatu permasalahan yang ada. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual
dimana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan
pemikiran yang reflektif, independen, jernih, dan rasional.5 Tujuan dari berpikir kritis
adalah agar siswa tidak hanya menerima begitu saja materi pembelajaran yang diterima
sebelumnya tetapi dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi pada tanggal 8 dan 11 Agustus


2019 (lampiran halaman 150 dan 152 ), yang dilakukan kepada guru dan siswa kelas
V Sekolah Budi Luhur Elementary, ditemukan bahwa pembelajaran IPA di kelas masih
teacher centered sehingga siswa kurang aktif dan hanya menerima pembelajaran yang
diberikan oleh guru, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa belum terasah dengan
baik. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi, hal ini
dikarenakan terdapat beberapa guru yang tidak sesuai dengan jurusannya saat kuliah
dan kurang pelatihan untuk mengembangkan model, strategi , serta pemanfaatan media
pembelajaran, Sehingga siswa mudah bosan dan proses transfer ilmu dalam
pembelajaran IPA masih cenderung dengan penguasaan konsep menghafal. Padahal
dengan memaksimalkan penggunaan media serta alat peraga membantu mempermudah

3
Mushaf AR-Rasyid, Alquran,(Jakarta: al-hadi Media kreasi).2015.cet.ke2.
4
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT.Indeks,2011),h.4. 5 Deti
Ahmatika, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Pendekatan Inquiri/Discovery”. Jurnal
Euclid, vol.3,No.1.h2
3

pemahaman siswa, rasa percaya diri, dan dapat berani memngkritisi pelajaran yang
diterimanya.

Permasalahan lainnya yaitu minat siswa terhadap pembelajaran IPA,


dikarenakan mata pelajaran ini banyak materi yang harus dihapal membuat siswa
kurang tertarik dalam pembelajaran ini, sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam
pembelajaran, padahal IPA merupakan pelajaran yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam degan melakuakn observasi dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan yang ada dengan demikian perlu diterapkan


pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif. Misalnya dengan mengamati,
mengidentifikasi lingkungan sekitar, kegiatan siswa yang dapat melatih siswa untuk
dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan, sehingga pembelajaran dapat bermakna
dan dapat meningkatkan berpikir kritis siswa.

Model pembelajaran untuk pelajaran IPA yang cukup untuk menjawab


permasalahan tersebut yaitu Model Pembelajaran Learning Cycle 5E. Learning cycle
5E salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dan diterapkan dalam
pembelajaran karena model ini berbasis pada kerja dan kegiatan memperluas konsep.
Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar yang
lebih baik dan meningkatkan keterampilan berpikir karena model ini berpusat pada
siswa, sehingga membantu siswa menemukan diri mereka sendiri, menjelajahi pikiran
mereka sendiri, dan siswa dapat belajar bagaimana berpikir lebih baik, dan kritis. 5
Melalui kegiatan tersebut siswa dituntut untuk ikut terlibat dalam pembelajaran,
sehingga pemahaman dan pengalaman siswa dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diketahui bahwa penerapan


model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat digunakan sebagai alternatif strategi
pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam memahami pelajaran IPA dan
mengembangkan berpikir kritis, khususnya pada materi

Ekosistem. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “PENGARUH


MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP BERPIKIR KRITIS
SISWA KELAS V BUDI LUHUR ELEMENTARY PADA MATA PELAJARAN
IPA MATERI EKOSISTEM”.

5
R. Marfilinda.,dkk, The Effect of 7E Learning Cycle Model, Journal of Teaching and
Learning in Elementary Education (JTLEE) Vol 3 No. 1, February 2020, h.84
4

A. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka indentifikasi masalahnya
antara lain :

1. Kegiatan belajar mengajar IPA masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang
berkesempatan untuk berpikir kritis.

2. Kegiatan belajar IPA masih dengan cenderung menghafal materi, sehingga


pembelajaran kurang bermakna sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran.

3. Metode dan model pembelajaran kurang variatif sehingga membuat siswa bosan.

4. Belum maksimal dalam menggunakan media tau alat peraga penunjang


pembelajaran IPA, sehingga materi pembelajaran tidak maksimal terserap siswa.

B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, batasan masalah dibatasi pada poin yang
berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar IPA, kurang terlibat aktifnya siswa dalam
pembelajaran, dan kegiatan belajar yang belum memfasilitasi siswa untuk berpikir
kritis, agar penelitian ini terarah maka peneliti membatasi ruang lingkup sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Model Learning Cycle 5E untuk
kelas Eksperimen dan pembelajaran dengan model konvensional untuk kelas
kontrol

2. Hasil belajar yang dinilai peneliti adalah kemampuan berpikir kritis siswa
pada materi ekosistem

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan tersebut,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh Model
Learning Cycle 5E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan Model


Learning Cycle 5E dengan siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah
dengan bantuan Power Point.
5

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, maka diharapkan penulisan ini mempunyai manfaat,
diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat hasil penelitian diantaranya :

a. Memberikan pengetahuan tentang model pembelajaran yang sesuai dengan


perkembangan zaman padan jenjang Sekolah Dasar

b. Memberikan pengetahuan tentang meningkatkan Berpikir Kritis Anak pada


matapelajaran IPA

c. Sebagai pegangan referensi untuk penelitian selanjutnya

2. Manfaat Praktis

a. Guru

Dapat digunakan sebagai strategi dalam pembelajaran untuk meningkatkan


berpikir kritis siswa.
b. Siswa

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

c. Sekolah

Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik
1. Berpikir Kritis
Berbicara tentang berpikir kritis, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang
berfikir. Momon, sebagaimana yang dikutip dalam kamus Oxford

Advanced Learner’s Dictionary, istilah thinking salah satunya diartikan,


“ideas or opinions about something” pemikiran itu adalah idea atau
opini, dengan kata lain, orang yang berfikir adalah orang yang memiliki
idea atau opini mengenai sesuatu. 6 Selanjutnya Edward De Bono
mendefiniskan berfikir sebagai keterampilan mental yang memadukan
kecerdasan dengan pengalaman. 7

Kata “kritis” sebagaimana yang disebutkan Wowo Sunaryo dalam


bukunya yang berjudul Taksonomi Berpikir dalam konteks ini tidak
berarti “penolakan” atau “negatif”, ada juga yang positif dan berguna,
misalnya merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah pribadi yang
kompleks, berunding dengan kelompok tentang tindakan apa yang harus
diambil, atau menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan
secara ilmiah dalam menguji suatu hipotesis.8

Berpikir kritis dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, seperti
seorang guru yang dapat mengambil keputusan atau memecahkan
masalah ketika salah satu siswanya mempunyai masalah dalam
sekolahnya, dan disaat itulah guru harus mencari tahu apa yang harus
dipercaya atau apa yang harus dilakukan untuk melakukan segala sesuatu
secara wajar. Dalam hal ini seorang guru harus berpikir secara kritis.
untuk menghadapi hal tersebut, maka dari itu berpikir merupakan cara
mengambil keputusan dalam hidup.

6
Momon Sudarma, mengebangkan Keterampilan Berfikir Kreatif,(Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada 2016) Cet.Ke-2, h.37.
7
Bono De Edward, Revolusi Berfikir, (Bandung: Kaifa 2007), h.24
8
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir,( Bandung:PT Remaja Rosdakarya 2011),h.20.
6
7

McPeck mendefinisikan berpikir kritis sebagai “ketepatan penggunaan


skeptis reflektif dari suatu masalah, yang dipertimbangkan sebagai wilayah
permasalahan sesuai dengan disiplin materi.”9

Selanjutnya enis juga berpendapat bahwa berpikir kritis pada dasarnya


tergantung pada dua disposisi. Pertama , perhatian untuk “bisa melakukan
dengan benar” sejauh mungkin dan kepedulian untuk menjalin posisi jujur
dan kejelasan. Kedua, tergantung pada proses evaluasi (menerapkan kriteria
untuk menilai kemungkinan jawaban), baik secara implisit maupun
eksplisit.10

Jhon Dewey sebagai bapak filusuf, psikolog dan edukator Amerika,


menamakan berpikir krtitis sebagai ’berpikir reflektif’ dan
mendefinisikannya sebagai pertimbangan yang aktif, persisten (terus
menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan
yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang
mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi
kecendrungannya.11

Edward Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1)suatu sikap


mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan pengalam seseorang (2) pengetahuan tentang
metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis (3) semacam
keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut, berpikir kritis
menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan
asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan
lanjutan yang diakibatkan.12

Robert Ennis merupakan salah satu kontributor terkenal bagi


perkembangan tradisi berpikir kritis yang sudah beredar luas, ia selalu
meneliti dan mempelajari bagaimana beroikir kritis berkembang dan
mendefiniskan berpikir kritis sebagai :

9
Ibid,h.21.
10
Ibid.
11
Fisher, Berpikir Kritis: sebuah Pengantar,(Jakarta:Erlangga 2008),h.2
12
Ibid,.
8

“berpikir kritis sebagai pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.”13
Berpikir sangat penting bagi manusia, karena dengan berpikir seseorang
dapat memperoleh ilmu pengetahuan, menghasilkan sesuatu yang baru dan
dapat menarik kesimpulan.

Richad Paul mendefinisikan berpikir kritis adalah mode berpikir


mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir
meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan
standarstandar intelektual padanya.15

Michael Scriven mendefinisikan “berpikir kritis sebagai interpretasi


dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap Observasi dan komunikasi,
informasi dan argumentasi.”14

Dari penjelasan yang dipaparkan oleh beberapa ahli, penulis


menyimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan kualitas berpikir yang
dimiliki seseorang dengan memperhatikan bukti pendukungnya secara
mendalam, terus menerus lalu disimpulkan berupa penjelasan yang rasional
dan pemecahan masalah.

Dalam Sumarmo, 2012 yang dikutip juga diartikel eka prihatini dkk.,
memaparkan bahwa kemampuan berpikir kritis meliputi kemampuan
untuk:15

1. menganalisis dan mengevaluasi argumen dan bukti,


2. menyusun klarifikasi,
3. membuat pertimbangan yang bernilai,
4. menyusun penjelasan berdasarkan data yang relevan dan tidak relevan,

5. mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi.


Dalam Julita, 2014 yang dikutip juga diartikel Eka Prihatini dkk., ada enam
unsur dasar dalam berpikir kritis yang dikenal dengan singkatan FRISCO

13
Ibid.,h.4 15
Ibid.
14
Ibid.,h.10
15
Eka prihartini.dkk.Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis Menggunakan
pendekatan open ended, 2013,h.60.
9

(Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview). Adapun


penjelasan dari FRSICO adalah sebagai berikut.16

1. Focus (fokus), artinya memusatkan perhatian terhadap pengambilan


keputusan dari permasalahan yang ada.

2. Reason (alasan), memberikan alasan rasional terhadap keputusan yang


diambil.

3. Inference (simpulan), membuat simpulan yang berdasarkan bukti yang


meyakinkan dengan cara mengidentifikasi berbagai argumen atau
anggapan dan mencari alternatif pemecahan, serta tetap
mempertimbangan situasi dan bukti yang ada.

4. Situation (situasi), memahami kunci dari permasalahan yang


menyebabkan suatu keadaan atau situasi.

5. Clarity (kejelasan), memberikan penjelasan tentang makna dari istilah-


istilah yang digunakan.

6. Overview (memeriksa kembali), melakukan pemeriksaan ulang secara


menyeluruh untuk mengetahui ketepatan keputusan yang sudah
diambil.

Seseorang dikatakan berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa indikator.


Indikator kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan Facione
diuraikan menjadi beberapa subskill seperti pada Tabel I (Fithriyah,
2016:583)17. 1. Interpretasi

Dapat menuliskan makna permasalahan dengan jelas dan tepat.


2. Analisis
Dapat menuliskan hubungan konsep-konsep yag digunakan dalam
menyelesaikan soal

3. Evaluasi
Berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dalam
mengidentifikasi atau mencari tau seluk beluk sesuatu secara
mendasar.

16
Ibid.
17
Wahyu , fikri. Analisis kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran fisika untuk pokok
bahasan vektor siswa kelas x sma negeri 4 lubuklinggau, sumatera selatan. Berkala Fisika
Indonesia. Volume 10 Nomor 1.2018.
10

4. Inferensi
Dapat menarik kesimpulan dari apa yang ditanyakan secara logis
5. Eksplikasi
Dapat menuliskan hasil akhir
6. Regulasi Diri
Dapat me-review jawaban yang diberikan atau dituliskan.
Dari banyaknya indikator berpikir kritis penulis hanya mengambil 5 indikator
saja berdasarkan Eka Prihatini dkk, diantaranya:

1. Mengidentifikasi
Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan,
mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi
dari “kebutuhan” lapangan.

2. Clarity (kejelasan) memberikan penjelasan tentang makna dari istilah-


istilah yang digunakan

3. Menganalisis
Analisis diartikan sebagai kemampuan memecahkan atau
menguraikan suatu materi atau informasi menjadi
komponenkomponen yang lebih kecil sehingga lebih mudah
dipahami.

4. Inference (Simpulan) membuat simpulan yang berdasarkan bukti yang


meyakinkan dengan cara mengidentifikasi berbagai argumen atau
anggapan dan mencari alternatif pemecahan, serta tetap
mempertimbangan situasi dan bukti yang ada.

5. Eksplikasi
Dapat menuliskan hasil akhir.
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang dikenal dengan sains
merupakan pelajaran yang wajib ditingkatan sekolah dasar, dimana
pembelajaran ini mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
dengan melakukan observasi, eksperimen atau sebagainya.

Nash dalam bukunya “The Nature of Science” mengatakan bahwa


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu metode untuk
mengamati alam dengan cara menghubungkan suatu fenomena dengan
fenomena lainnya sehingga menghasilkan pemikiran baru tentang objek
11

yang diteliti. 18 Sedangkan menurut Samtawo Ipa membahas tentang


gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada
hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.19

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam


merupakan ilmu yang membahas tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam yang dirangkai dari hasil eksperimen, observasi, sehingga
membentuk suatu prespektif yang baru tentang segala sesuatu yang
diamati.

Hakikatnya program pengajaran IPA ditingkat Sekolah Dasar


mampu menarik minat peserta didik terhadap dunia yang menjadi tempat
tinggal mereka. Ada beberapa pendekatan dan model pembelajaran IPA
yang dapat menarik minat peserta didik, diantaranya yaitu pembelajaran
yang menggunakan pendekatan lingkungan dan model belajar melalui
pengalaman langsung (learning by doing).20

Pedekatan dan model pembelajaran ini dirasa lebih efektif dalam


menyampaikan materi mengenai pembelajaran IPA dibandingkan dengan
model ceramah di kelas, karena pendekatan lingkungan dan model
pembelajaran learning by doing dapat memperkuat daya ingat anak serta
dapat menghemat biaya karena media pembelajaran yang digunakan ada
di lingkungan sekitar. Samatowa juga menyebutkan bahwa pembelajaran
semacam ini dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan kepedulian peserta
didik kepada lingkungan, mengembangkan life skills, serta peserta didik
dapat mengamati objek yang dipelajari secara konkret.21

Maka dari itu tujuan pembelajaran IPA untuk menumbuhkan sikap siswa
terhadap kepedulian lingkungan dengan mengaitkan pada kegiatan
sehari-harinya serta diharapkan pembelajaran IPA ini dapat
meningkatkan berpikir kritis siswa.

3. Model Learning Cycle 5E


a. Konsep Model Learning Cycle 5E
Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini
disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

18
Momon Sudarma,op.cit.,h.3.
19
Ibid,.
20
Usman Samatowa, op. cit., h. 5
21
Ibid,.h.104.
12

22
siswa (student centered). Model siklus belajar pertama kali
dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum
Improvement Study) Sains di Amerika Serikat, pada awalnya LC hanya
terdiri atas tiga fase, yaitu Eksplorsi, pengenalan konsep dan
penerapan konsep.25 Menurut Soebagio, dkk yang dikutip oleh Nina
Agustyaningrum dalam bahan penelitiannya bahwa learning cycle
merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa
menemukan konsep sendiri atau memantapkan konsep yang dipelajari,
mencegah terjadinya kesalahan konsep, dan memberikan peluang
kepada siswa untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari
pada situasi baru. Implementasi model pembelajaran learning cycle
dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivisme dimana
pengetahuan dibangunpada diri peserta didik. Beberapa keuntungan
diterapkannya model pembelajaran learning cycle adalah (1)
Pembelajaran bersifat student centered; (2) Informasi baru dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (3) Orientasi
pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah; (4) Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna
karena mengutamakan pengalaman nyata;

(5)Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung


menghafal; dan (6)Membentuk siswa yang aktif, kritis, dan kreatif23

b. Tahap-tahap Learning Cycle 5E


Langkah-langkah dalam setiap tahap pembelajaran learning cycle 5E
dijelaskan oleh Anthony W. Lorsbach sebagai berikut:24

1. Engagement.
Pada tahap ini guru menyiapkan atau mengondisikan siswa untuk
belajar, membangkitkan minat siswa pada pelajaran IPA, dan
melakukan tanya jawab dalam mengeksplorasi pengetahuan awal
siswa.

22
Sri Astutik, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar (learning
cycle 5e) berbasis eksperimen pada pembelajaran sains di SDN Patrang I jember”, jurnal pendidikan
sekolah dasar, vol.1, no.2, September 2012, h.144 25Usman Samatowa, op. cit.,h.72.
23
Nina Agustyaningrum, Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunkasi Matematis Siswa kels XI B SMP Negeri 2 Sleman “makalah
Seminar Nasional Matematika dan pendidikan matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika UNY,3 Desember 2011.h.6 Tersedia Online (https://eprints.uny.ac.id/7389/1/p-34.pdf)
24
Ibid,.h.7
13

2. Exploration.
Pada tahap ini siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
untuk mempelajari konsep sendiri dari berbagai sumber yang dimiliki
dan mendiskusikan dengan teman kelompoknya. Dalam hal ini guru
berperan sebagai fasilitator.

3. Explanation.
Tahap ini merupakan tahap diskusi klasikal. Pada tahap ini siswa
menjelaskan konsep hasil temuan kelompoknya dengan kata-kata
mereka sendiri, menunjukkan bukti dan klarifikasi dari penjelasan
mereka, serta membandingkan argumen yang mereka miliki dengan
argumen dari siswa lain;

4. Elaboration
Pada tahap ini siswa mengaplikasikan konsep yang mereka dapatkan
untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah; dan

5. Evaluation.
Evaluasi dapat dilakukan melalui pemberian tes (quiz) atau
openended question di akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.

4. Ekosistem
1. Pengertian Ekosistem
Istilah ekosistem pertama-tama diusulkan oleh ahli ekologi bangsa
Inggris A.G Tansley dalam tahun 1935, tetapi tentunya konsep itu
25
tidak berarti sesuatu yang baru. Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran
energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. 26 Ekosistem
terbagi atas dua yaitu benda hidup (biotik) dan benda tak hidup
(abiotik), kedua benda itu saling berinteraksi dan membentuk sebuah
ekosistem di alam ini, dalam berinteraksi memerlukan energi yang
cukup besar, sumber energi terbesar dalam ekosistem adalah matahari.

25
Eugene P. Odum, Dasar- dasar Ekologi, Jilid III,( Yogyakarta: UGM Press,1993), Cet.3,
h.11
26
Arif Zulfikri, Dasar-dasar Ilmu Lingkungan,(Jakarta Selatan: Salemba Teknik,2014),h.
14

Bagian dari abiotik yaitu suhu,cahaya, air, udara, tanah. Sedangkan


bagian biotik yaitu hewan, tumbuha, manusia.

Ekosistem terdiri dari semua makhluk hidup di daerah tertentu,


bersama semua komponen tak-hidup dalam lingkungan yang
berinteraksi dengan makhluk hidup, misalnya air, tanah, gas-gas di
atmosfer, dan cahaya.27 Ekosistem dapat dipahami melalui beberapa
bagian. Misalnya danau, hutan, kolam yang membentuk satu kesatuan
dan mempunyai fungsional masing-masing dapat dikatakan pula
sebagai ekosistem. Sehingg dapat dikatakan bahwa ekosistem
merupakan hubungan antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup
yang menempati wilayah tertentu yang saling berhubungan satu sama

lain

2. Satuan-satuan Ekosistem
a. Individu
Istilah individu berasal dari bahasa latin, yaitu in yang berarti tidak dan
dividus yang berarti dapat dibagi. Jadi, yang dimaksud dengan individu
adalah makhluk hidup yang berdiri sendiri yang secara fisiologi
bersifat bebas atau tidak mempunyai hubungan dengan sesamanya.
Individu juga disebut satuan makhluk hidup tunggal. Contohnya
seperti seekor kucing, seekor kuda, sebatang pohon mangga, sebatang
pohon pisang dan seorang manusia.

b. Populasi
Suatu Populasi terdiri dari semua individu dari suatu spesies yang
hidup dalam batas-batas daerah tertentu.28 Dengan kata lain populasi
berasal dari sekumpulan individu dengan spesies yang sama yang
menempati wilayah tertentu. Contohnya semua semut yang ada di
sarang disebut populasi semut.

c. Komunitas komunitas yaitu sekelompok populasi dari berbagai jenis


organisme di suatu daerah tertentu. 29 Sebuah komunitas terdiri dari
populasipopulasi semua spesies jenis organisme yang hidup dan
berinteraksi dalam suatu wilayah, sehingga menjadi unit fungsional yang

27
Jane B. Reece, Neil A. Campbell, BIOLOGI, Jilid I,( Jakarta: Erlangga, 2010), edisi 8, h.4
28
Ibid.h.4
29
Ibid.h.4
15

mempunyai struktur yang pasti30 Sebuah komunitas terdiri dari Contoh


komunitas misalnya, sawah bterdapat macam-macam makhluk hidup
yaitu, padi, belalang, burung, gulma.

3. Aliran Energi Ekosistem


Proses utama dalam ekosistem adalah proses makan-memakan yang
dilakukan oleh komponen-komponen utama, yaitu produsesan, konsumen
dekomposer.34 Interaksi komponen-komponen ekosistem terbagi atas tiga
macam diantaranya, aliran energi, rantai makanan, dan piramida ekologi.

a. Aliran energi
Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan
suatu pekerjaan, energi diperoleh organisme dari makanan yang
dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas hidupnya. 31
Matahari merupakan penyumbang utama dalam aliran energi,
yang diberikan kepada tumbuhan hijau untuk melakukan
fotosintesis. Organisem dapat dibagi menjadi dua, yaitu
organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dan
organismen yang tidak mampu mengolah makanannya sendiri.
Jadi aliran energi itu dapat terjadi jika setiap organisme hidup
menkonsumsi makanannya.

b. Rantai makanan
Rantai makanan (Food Chain) merupakan proses makan
memakan antara organisme dengan organisme lain dalam
komunitas, yang yang menjalani proses perpindahan energi dari
produser, konsumer dan dekomposer.36 Rantai makanan terdiri
dari berbagai macam tingkatan yang disebut trofik, tingkatan yang
pertama berupa produsen yang dapat membuat makanannya
sendiri seperti tumbuhna hijau. Selanjutnya terdapat konsumen
yang memakan produsen, konsumen terdiri dari beberapa
tingkatan yang berupa herbivora, omnivora, dan karnivora, yang
terakhir merupakan dekomposer yang berupa mikroba bertugas
untuk penguraian.

30
Sundowo Harminto, Biologi Umum, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,2017),h.8.4 34
Dasumiati,dkk,Biologi Dasar, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2008), h.202
31
Nana Jumhana,dkk.,Konsep Dasra Biologi Untuk SD, (Bandung:Upi Press,2006)h.380 36
Ibid,h.203
16

c. Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk
piramida ekologi. Ada 3 macam piramida ekologi diantaranya
piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.32

1) Piramida jumlah
Dalam piramida jumlah, organisme dalam piramida tersebut
dapat diketahui banyak atau sedikitnya jumlah dari setiap
komponen. Seperti orgsnime di tingkat trofik pertama biasanya
melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga
dan selanjutnya makin berkurang. Hal ini dapat dikatakan
jumlah tumbuhan lebih banyak dibandingkan herbivora, dan
demikian pula herbivora lebih banyak dari karnivora tingkat 1.

2) Piramida biomassa
Biomassa adalah ukuran berat materi hidup diwaktu tertentu.33
Untuk mengukur biomassa ditiap trofik msks rsts-rsts berat
organisme ditiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah
organisme ditiap tingkat diperkirakan. Piramida biomassa ini
berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh
organisme dihabitat tertentu, dan diukur dalam gram.

3) Piramida Energi
Piramida energi dibuat dengan berdasarkan observasi yang
dilakukan dalam waktu yang lama, piramida energi dapat
memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi
dalam ekosistem.

4. Hubungan antara Ekosistem


a. Hubungan Makanan

Dalam eksosistem terdapat hubungan makanan antara makhluk hidup


sekitar, berdasarkan jenis makanannya dibedakan menjadi Herbivora,
Karnivora, Omnivora, Scavenger, dan detrivor34

32
Ibid,h.38
33
Ibid.h.381
34
Istamar Syamsuri, dkk. Ipa Biologi untuk SLTP, jilid1, ( Jakarta: Erlangga, 2001) h. 165
17

1) herbivora merupakan pemakan tumbuhan, dimana dalam rantai


makanan herbivora berada pada tingkatan konsumen 1, karena
hebivora pemakan produsen. Contoh dari herbivora yaitu, kambing,
sapi.

2) Karnivora artinya pemakan daging, semua konsumen II dan


seterusnya merupakan karnivora, hewan ini disebut juga predator
karena memburu mangsanya. Contoh karnivora diantaranya ular,
elang, kodok, harimau.

3) Omnivora artinya pemakan segala. Hewan omnivor bisa memakan


tumbuhan, daging. Hewan omnivor biasanya mendominasi
ekosistem, terkecuali jika ekosistem telah terganggu. Contoh
omnivor dintaranya manusia, monyet, beruang, siamang.

b. Hubungan Interaksi

Dalam ekosistem terdapat hubugan interaksi antara makhluk hidup untuk


melakukan hidup bersama-sama yang disebut simbiosis.

Simbiosis terbagi atas bermacam-macam diantaranya adalah :

1. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan interaksi antara 2 spesises yang
salah satunya mendapatkan untung, yang satunya tidak mendapatkan
untung maupun rugi. Contohnya adalah ikan hiu dan ikan remora,
pohon anggrek dengan inangnya

2. Mutualisme
Mutualisme merupakan hubungan interaksi antara 2 spesies yang
keduanya mendapatkan untng. Contohnya adalah kupu-kupu dengan
bunga, kerbau yang memakan kutu burung jalak.

3. Parasitisme
Parasitisme merupakan hubungan interaksi antara 2 spesies yang
salah satunya mendapatkan kerugian dan yang satunya mendapatkan
untung. Contohnya kutu rambut yang mendapatkan makanan dari
kepala manusi.

5. Tipe-tipe Ekosistem
18

Berdasarkan jenisnya ekosistem terbagi atas dua macam, yaitu ekosistem


darat dan ekosistem perairan. Ekosistem darat bisa berupa savana, hutan,
bioma dan lainnya. Sedangkan ekosistem perairan bisa berupa air tawar
dan air laut.

a. Ekosistem Darat

Ekositem darat darat merupakan ekosistem yang ada didaratan. Ekosistem


ini terdiri dari berbagai maca bentuk diantaranya:

1. Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis merupakan hutan yang memiliki pohon yang
tinggi-tinggi dan sangat beragam spesienya. Vegetasinya sangat rapat
sehingga jarang cahaya yang masuk sampai kedasar hutan. Cabang-
caban pohon selalu penuh dengan tubuhnan liana dan epifit.
Keanekaragaman kehidupan hewan juga amat besar, sebagian spesies
hewan terdiri dari mamalia, reptil, unggas yang hidup juga di hutan
ini.

2. Padang Rumput
Presipitasi tahunan di adang rumput rata-rata 20 inci (50cm)
pertahun. Pada saat panas cuaca akan sangat panas sedangkan saat
musim digin cuaca akan terasa sangat dingin. Banyaknya rumput
dapat digunakan untuk bahan makan ternak. Vertebrata dominan di
padang rumput ini adalah ungulata herbivora yang bergerak cepat.
Savana merupakan salah satu golongan padang rumput. Savana
adalah sabuk padang rumput lebar dengan sediki semak dan pohon
yang tebagi-bagi.35

3. Padang pasir
Curah hujan tahunan di padang pasir kurang dari 10 inci, dalam
beberapa tahun. Daerah tersebut berada dikelembaban yang rendah
dan memungkinkan sinar matahari mencapai permukaan tanah
sehingga tanah cepat panas pada siang hari.41 Tumbuhan yang berada
di daerah padang pasir biasanya memiliki ciri yang khusus seperti
akar yang panjang untuk digunakan sebagai alat mencari air kedaerah

35
Cecie starr,dkk.,Biologi,(Jakarta:Salemba Teknik,2009),h.497
41
Ibid,h.495
19

yang terdapat airnya, lalu terdapat duru atau rambut halus yang
digunakan untuk menjaga kelembaban pada siang hari. Sedangkan
fauna padang pasir juga memiliki adaptasi yang hewannya dapat
menyimpan cadangan air untuk waktu jangka panjang.

4. Taiga
Taiga yaitu daerah yang terdiri dari spesies koniver yang tumbuh di
tempat terdingin dari daerah iklim hutan.36 Spesies koniver itu berupa
tubuhan yang berdaun seperti jarum, seperti cemara, dan pinus.

5. Tundra
Daerah yang terdapat diantara daerah taiga dan kutub yang terdiri dari
beberapa pepohonan dengan padang terbuka.37

b. Ekosistem Air

Ekosistek air atau akuatik di bumi ini kurang lebih mencapai 75%.
Ekosistem air dibumi ini terbagi atas ekosistem laut dan ekosistem air
tawar,diantaranya :

1. Ekosistem laut
Ekosistem laut terdiri dari 3 bagian yaitu ekosistem laut dangkal,
ekosistem laut terbuka, ekosistem laut dalam. Ekosistem laut dangka
biasanya terapat hanya dipinggir pantai saya tetapi memiliki banyak
spesies, ekosistem laut terbuka yaitu ekosistem yang memiliki
kedalaman 100 m, dan mempunyai banyak plankton. Sedangkan
ekosistem laut dalam yaitu ekosistem yang memiliki kedalaman 100
m, dan hanya memiliki organisme tertentu karena cahaya matahari
tidak bisa menembus kedalaman air.

2. Ekosistem air tawar

Ekosistem air tawar di bumi ini berupa, sungai, dan danau. Danau
memnutipi permukaan di bumi lebih besar dibandingkan sungai.
Berdasarkan zona ekosistemnya, danau terbagi atas 3 yaitu danau
dangkal, danau perairan terbuka, dan danau dalam:38

36
Opcit,Sundowo Harminto,h.89
37
Ibid
38
Ibid,h.8.11
20

6. Peranan Manusia dalam Ekosistem


Populasi kehidupan manusia di bumi kini semakin bertumbuh pesat,
setiap kegiatan dan aktivitas manusiapun dilakukan di bumi yang
merupakan tempat ekosistem berlangsung. Hal ini telah mengganggu
dinamika ekosistem, walaupun perusakannya hanya di salah satu tempat,
tetapi kerugian ekologinya dapat menyebar secara luas dan global.
Berikut merupakan masalah yang terjadi pada ekosistem, diantarannya:39

a. Gangguan Manusia Terhadap Siklus Kimia aktivitas manusia


seringkali mengganggu siklus kimia (nutrien), dengan cara mengambil
siklus kimia dari satu biosfer ke biosfer lain, yang dapat
mengakibatkan kekurangan, kelebihan bahkan gangguan alamiah
siklus kimia disuatu tempat. Dampak yang timbul dari siklus nutrien
ini diantaranya adalah :40

1. Dampak pertanian terhadap siklus nutrien


Salah satu kerusakan yang dilakukan oleh kegiatan manusia
terhadap siklus kimia (nutrien) adalah pertanian. Pertanian
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk kebutuhan pangan
manusia, tetapi dengan pertanian ini juga dapat menimbulkan
masalah kerusakan ekosistem.

Dimana pupuk yang digunakan petani mengandung unsur senyawa


Nitrogen dan Nitrogen Oksida yang memiliki efek samping,
Nitrogen Oksida ini dapat menyebabkan pemanasan di atmosefer
yang dapat menyebabkna hujan asam diberbagai ekosistem.

Nitrogen yang mengalir juga dapat mencemarkan aliran yang dapat


merangsang pertumbuhan alga dan bakteri.

2. Eutrofikasi Danau yang Dipercepat


Aktivitas manusia telah mengganggu ekosistem di air tawar, seperti
pembuangan limbah rumah tangga, limbah pabrik, aliran
pembuangan kotoran ternak serta aktivitas perkotaan yang selalu
membebani aliran air, sungai, danau. Dalam hal ini pada bagian
daerah yang dangkal dapat terjadi penumpukan gulma, yang dapat

39
Ari Widodo, dkk, Materi Kulkuler BIOLOGI SMP,(Jakarta: Universitas Terbuka,2008)
edisi I, h.3.51
40
Ibid,h.3.52
21

menimbulkan peningkatannya produksi oksigen pada siang hari dan


mengurangi jumlah oksigen pada malam hari akibat respirasi pleh
prganisme yang sangat banyak.

b. Terkontaminasinya Racun Pada Tingkat-tingkat Trofik

Manusia pada dasarnya setiap waktu mengeluarkan zat kimia beracun


pada hidupnya, yang dibuang ke ekosistem dimana sebelumnya zat
tersebut tidak terdapat di lingkungan ekosistem, bahkan tidak
memperhatikan keadaan sekitar saat pembuangan zat beracun. Zat
tersebut diurai oleh microorganisme yang dapat menyebabkan zat
tersebut mengendap di lingkukan dengan waktu yang sangat lama.
Dengan demikian racun tersebut akan terkontaminasi pada jaring-
jaring makanan lalu akan terakumulasi oleh organisme termasuk
manusia yang akan mengkonsumsinya.

c. Aktivitas Manusia Menyebabkan Perubahan Komposisi Atmosfer

Selain mengeluarkan zat kimia beracun, manusia pun sering kali


mengeluarkan gas beracun yang tidak dapat di serap oleh atmosfer dan
tanpa disadari dapat merbah komposisi dari atmosfer tersebut, dimana
sekarang ini peningkatan kadar CO meningkat di bumi yang
merupakan salah satu faktor dari perusakan atmosfer.

1. Emisi CO₂ dan Efek Rumah Kaca


Peningkatan konsentrasi CO mulai meningkat sejak revolusi
industri, dimana banyak sekali penggunaan bahan bakar fosil dan
penebangan kayu. Salah satu pengaruh jangka panjang peningkatan
CO adalah pengaruh panas bumi. Meskipun CO dan uap air tembuh
cahaya, tetapi CO dan uap air dapat menyerap banyak radiasi dan
inframerah yang dipantulkan dari bumi kemudian dipantulkan
kembali kearah bumi, proses ini dinamakna efek rumah kaca. Dari
kejadian pemanasan bumi yang akan terjadi adalah pencairan es di
kutub yang akan menaikan kedalaman laut sehingga
menenggelamkan daerah daratan. Selain itu juga perubahan curah
hujan dan perubahan iklim yang tidak menentu.

d. Manusia Mengubah Habitat dan Mengurangi Keanekaragaman


22

Perilaku manusia yang merusak ekosistem alami sudah sangat


mengkhawatirkan. Perusakan ekosistem yang dikonversi menjadi
lahan pertania, perkebunan, dan tempat tinggal menyebabkan
perusakan kealamian ekosistem, karena kegiatan tersebut dapat
merusak habitat. Selain perusakan ekosistem di daratan, manusia juga
bisa merusak ekosistem laut. Seperti halnya nelayan yang mengambil
ikan dengan menggunakan pukat harimau, dalam hal tersebut yang
hancur bukan hanya ikan, tetapi terumbu karang, dan hewaan lain yang
habitatnya di dalam laut.

e. Perilaku untuk Menjaga Ekosistem

Aktivitas manusia telah mengganggu ekosistem di bumi ini, dalam hal


ini gangguan-gangguan perusakan telah dirasakan oleh manusia
sendiri, mulai dari cuaca yang ekstrim, ikan di perairan mulai
berkurang. Maka dari itu sebagai manusia yang bertempat tinggal di
bumi ini seharusnya dapat ,elestarikan ekosistem dengan cara
mengkelola sumber daya alam yang ada

1.Sumber daya alam terbatas sehingga perlu dilestarikan dan dihemat


penggunaannya
2. Sumber daya alam untuk semua Makhluk hidup, bukan untuk
kepentingan manusia. Oleh sebab itu, manusia harus sadar kalau
dirinya tergantung pada makhluk lain.

3.Manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,


menggunakan ilmu dan teknologi hendaknya digunakan untuk
usaha-usaha pembaruan dan pelestarian sumber daya alam

4.pemanfaatan sumber daya alam jangan boros, tetapi diupayakan


pemakaiannya sehemat mungkin.

B. Hasil Penelitian yang relevan


Tabel 2.1
Penelitian terdahulu

NO. Variable persamaan perbedaan Hasil penelitian


23

1. Keefektifan Model Hasil Belajar Keefektifan model


Model Pembelajara pembelajaran Learning
n Learning
Pembelajaran Cycle 5E didasarkan
Cycle 5E
Learning Cycle pada pengujian hipotesis
5e Terhadap dengan menggunakan
Hasil Belajar Ipa uji-t yang diperoleh t-
hitung sebesar 2.776889,
harga t-hitung tersebut
lebih besar dari ttabel
sebesar

1.671. Keefektifan
model pembelajaran
Learning Cycle 5E juga
didukung dengan
perhitungan N-gain, skor
N-gain kelas eksperimen
sebesar

0.30942 berada pada


NO. Variable persamaan perbedaan Hasil penelitian

kategori sedang
sedangkan kelas kontrol
sebesar 0.050197 berada
pada kategori rendah.
Simpulan yang didapat
yaitu model
pembelajaran Learning
Cycle 5E lebih efektif
dibandingkan model
pembelajaran
konvensional pada hasil
belajar IPA siswa kelas
IV SD Gugus Kartini
24

Jepara.41

2. Pengaruh Model Cycle 5E Motivasi Berdasarkan analisis


Pembelajaran Belajar data secara kuantitatif
dengan menggunakan
Learning Cycle
rumus Theta dapat
5e Terhadap ditarik kesimpulan
Motivasi Belajar bahwa “Ada pengaruh
positif yang cukup atau
Siswa
sedang yaitu sebesar
0,46712 dari Model
Learning Cycle 5E
terhadap Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Sejarah

NO. Variable persamaan perbedaan Hasil penelitian

41
Eriwinda Widyanawati, keefektifan model pembelajaran learning cycle 5e terhadap hasil
belajar ipa materi perubahan lingkungan pada siswa kelas iv sd gugus kartini
jepara.(Jepara:UNESA,2016),h.viii.
25

Kelas X IPS SMA


Negeri 1 Tanjung
Bintang Tahun Ajaran

2016/201742
3. Keefektifan Learning Hail Belajar Hasil penelitian
Model Cycle 5E IPA menunjukkan bahwa
Pembelajaran hasil posttest dengan
Learning Cycle model pembelajaran
5e Terhadap Learning Cycle 5E lebih
Hasil Belajar Ipa tinggi dibandingkan
hasil posttest dengan
model pembelajaran
konvensional.

Keefektifan model
pembelajaran Learning
Cycle 5E didasarkan
pada pengujian hipotesis
dengan menggunakan
uji-t yang diperoleh t-
hitung sebesar 2.776889,
harga t-hitung tersebut
lebih besar dari ttabel
sebesar

1.671. Keefektifan
model pembelajaran
Learning Cycle 5E juga
didukung dengan
perhitungan N-gain,

NO. Variable persamaan perbedaan Hasil penelitian

42
Wahyu Triana Wati, pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas x ips sma negeri 1 tanjung
bintang.(Lampung:UNILA),h.tidak disebutkan
26

skor N-gain kelas


eksperimen sebesar
0.30942 berada pada
kategori sedang
sedangkan kelas kontrol
sebesar 0.050197 berada
pada kategori rendah.

C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran IPA dirasakan oleh peserta didik sebagai sebuah
pembelajaran yang dilakukan dengan cara menghafal, dan pembelajaran
yang dapat dikatakan sangat membosankan, karena peserta didik dihadapkan
pada teks bacaan yang berisikan materi pembelajaran. Maka dari itu untuk
mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan model pembelajaran yang
sesuai dengan konsep.

Penggunaan model pembelajaran Cycle 5E diyakini dapat


mempermudah pembelajaran IPA untuk siswa. Karena model pembelajaran
ini berpusat pada siswa sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
Penggunaan teknik Konvensional seperi mencatat, menulis, dan ceramah
yang dapat dibilang kurang tepat karena kurangnya interaksi siswa dengan
guru sehingga siswa kurang fokus dalam pembelajaran. Maka dari itu
kurangnya penerimaan materi pada setiap pembelajaran berlangsung. Model
pembelajaran Cycle 5E yang terstruktur dalam 5 tahap yaitu: Pembangkit
Minat (Engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (Explanation),
Elaboration, Evaluation, digunakan sebagai sarana mengantarkan
pembentukan kepahaman siswa serta meningkatkan kemampuan berpikir
kritis.
27

Bagan 3.1
Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA di Budiluhur


Elementary Pondok aren menggunakan
Kurikulum K13 plus bilingual

Proses Pembelajaran bersifat Teacher


Centered sehingga siswa kurang terlibat
aktif dalam pembelajaran

Proses Pembelejaran menggunakan Indikator Berpikir


model pembelajaran Learning Cycle 5E Kritis

ENGAGMENT MENGIDENTIFIKASI

EXPLORATION MENGANALISIS

EXPLANATION
CLARITY

ELABORATION INFERENCE

EVALUTION EKSPLIKASI
28

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka
hipotesis penelitian ini adalah :

H : Tidak dapat pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap


kemampuan berpikir kritis siswa kelas V Budi Luhur Elementary materi
Ekositem

H : Terdapat pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap


kemampuan berpikir kritis siswa kelas V Budi Luhur Elementary materi
Ekositem
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di sekolah SD Budi Luhur Bintaro, yang berada di
Jalan raya Jombang Kecamatan Pondok Aren Tangerang Selatan.

Waktu penelitian mulai dari 7 Oktober-14 Oktober 2019. Tabel


3. 1

Timeline Penelitian

Waktu Kegiatan
Bulan Agustus 2019 Observasi awal di SD Budi Luhur Pondok Aren
Bulan Maret 2019 Penyusunan instrumen penelitian Berpikir Kritis
Bulan April 2019 Seminar Proposal, bimbingan
Bulan Oktober - November Penelitian, Penyusunan skripsi dan pengolahan
2019 data penelitian

Bulan 2020 Sidang Skripsi (Munaqosah)


Bulan 2020 Wisuda

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode yang digunakan penelitian ini menggunakan Metode Quasi
Eksperimen atau eksperimen semu yaitu suatu jenis eksperimen yang
mempunyai kelompok kontrol, namun tidak berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel lain yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.43

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah


PretestPosttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua
kelompok yang dipilih secara Random, kemudian diberi pretest untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.44

43
Ibid., h. 86
44
Ibid., h. 85
29
30

Berikut adalah tabel penelitian Pretest-Posttest Control Group Design


:

Tabel 3.2
Desain Penelitian
Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhir
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2

O1 = Tes Awal (Pretest) kelas eskperimen dan kelas kontrol


X = Perlakuan/treatment yang diberikan di kelas eskperimen
menggunakan Model pembelajaran Learning Cycle 5E

O2 = Tes Akhir (Posttest) kelas eskperimen dan kelas kontrol

Pada desain ini terdapat dua kelompok, kelompok pertama diberikan


perlakuan berupa model Learning Cycle 5E (X) atau disebut sebagai kelas
Eksperimen, dan kelompok kedua yaitu kelas yang tidak diubah model
pembelajarannya yaitu dengan model konvensional yang biasa dipakai
dalam keshariannya, yaitu model teachercenter (ceramah) (-) kelompok ini
disebut sebagai kelas kontrol . Kemudian kelompok tersebut diberikan
Pretest (O1) dan postest(O2).

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian”. 45 Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SD Budi Luhur Bintaro dengan jumlah 273 siswa.

2. Sampel
“Sampling adalah sebagian atau wakil Populasi yang diteliti”. 46 Sampel
yang diambil dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas 5A dan 5B,
kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang relatif sama, sehingga
penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan secara simple random

45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka
Cipta,2013),h.173.
46
Ibid.,h.174
53
Ibid.,h.161.
31

sampling. Pengundian dengan kertas, kertas tersebut di tuliskan kelas 5A


dan 5B. Untuk nama kelas yang keluar pertama saat pengundian (kocok)
dijadikan kelas eksperimen, dan nama yang keluar kedua dijadikan kelas
kontrol. Hasil pengundian yang keluar pertama adalah kelas 5B dengan
19 siswa maka kelas tersebut menjadi kelas eksperimen, sedangkan yang
keluar kedua adalah kelas 5A dengan 21 siswa menjadi kelas kontrol.
Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini 2 kelas yaitu:

a. Kelas Eksperimen yaitu kelas 5B dengan 19 siswa, laki-laki 12 orang


dan perempuan 9 orang. dalam pembelajaran IPA diberikan perlakuan
Model Learning Cyle 5E.

b. Kelas Kontrol yaitu kelas 5B dengan 21 Siswa, laki-laki 11 orang dan


perempuan 10 orang. Dalam pembelajaran IPA tidak diberikan
perlakuan hanya metode ceramah saja.

D. Variable Penelitian
“Variable adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian”.53 Variable dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi
dua yaitu variabel bebas (X) variabel terikat (Y). Variable Bebas (X) :
Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Variabel Terikat (Y) : Berpikir
Kritis

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik mengumpulkan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.47Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan iteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.48 Tes
dalam penelitain ini untuk mengukur Berpikir Kritis siswa setelah
dilakukannya model pembelajaran Learning Cycle 5E, apakah ada
peningkatan atau tidak. Tes yang digunakan adalah testertulis berbentuk
essay.

47
Sugiyono, Op.cit , hal.253
48
Suharsimi, Op.cit, hal.193
32

2. Non-Tes
Teknik non-tes dilakukan untuk pencapaian dalam peneleitian, adapun
teknik non-tes diantaranya sebagai berikut: a. Wawancara

Istilah wawancara (interview) diartikan sebagai tukar menukar


pandangan antara dua orang atau lebih, kemudian istilah itu
berkembang menjadi sebagai metode pengumpulan data atau
informasi dengan cara tanya jawab sepihak, dikerjakan secara sistemik
dan berlandasan pada tujuan penyelidikan.49

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui


pembelajaran yang selama ini berlangsung di sekolah, berkaitan
dengan kurikulum, strategi, media, yang digunakan guru dalam
pembelajaran berlangsung, dan menegtahui permasalahan dalam
pembelajaran IPA, meliputi KKM serta kemampuan berpikir kritis
siswa.

b. Observasi observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan


suatu obyek, secara sistematik fenomena yang diselidiki. 50 Dalam
observasi ini yang dilihat pada pembelajaran di dalam kelas untuk
mengamati keterlaksanaan pembelajaran di kelas yang disesuaikan
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Apakah sesuai atau tidak
pembelajaran yang dilakukan atau perlu ditingkatkan lagi.

F. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. 51 Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :

1. Instrumen tes
Tes dalam penelitian ini adalah tes tulis dalam bentuk soal essay
dan porject siswa. Tes ini merujuk pada kisi-kisi di lampiran 8 halaman
167. Sebelum divalidasi jumlah soal sebanyak 15 soal, tes dilakukan
sebanyak dua kali, yang pertama sebelum diberikan perlakuan (pre-
test) untuk mengetahui kemampuan awal siswa, yang kedua setelah

49
Arief Subyantoro & Fx.Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta:Andi,
2007), h.97.
50
Sukandarrumidi, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Perss,2008),h.35
51
Sugiyono, Op.cit , hal.114
33

diberikan perlakuan (post-test) untuk mengetahui perbedaan


kemampuan setelah diberikan perlakuan. Lalu kedua hasil tersebut
dibandingkan apakah ada pengaruh atau tidak dari model pembelajaran
Cycle 5E,

2. Non-Test
Instrumen non-test yang digunakan adalah wawancara dan observasi,
kegiatan wawancara dilakukan pada saat pra-penelitia, begitu juga
dengan observasi. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti kepada
sumber data.

a) Lembar Wawancara
Wawancara dilakukan pada pra penelitian, wawancara ini
dilakukan oleh peneliti dengan respondennya adalah guru IPA
kelas 5A dan 5B. Peneliti membacakan soal sesuai dengan
pedoman wawancara dan guru tersebut menjawabnya.
Pedoman wawancara terdapat di lampiran hal 150 terdiri dari
10 soal.

b) Lembar Observasi

Observasi dilakukan pada pra penelitian, observasi ini


dilakukan oleh peneliti yang mengamati kegiatan pembelajaran
di dalam kelas, observasi ini dilakukan sesuai dengan pedoman
Observasi yang terdapat di lampiran 5 hal 152. Observasi diisi
langsung oleh peneliti sesuai apa yang dilihat saat observasi di
dalam kelas.

c) Lembar Penilaian Siswa


Lembar penilaian siswa diambil dari penilaian pada saat PTS
(penilaian tengah semester) mata pelajaran IPA, lembar
penilaian siswa ini untuk mengetahui nilai rata-rata dari kelas
A dan B. Penilaian ini diberikan langsung oleh wali kelas.
Lembar penilaian siswa terdapat di lampiran hal 155 setelah
dihitung rata-rata dari seluruh anak, kelas 5A dan 5B memiliki
nilai rata-rata yang hampir sama.

G. Uji Coba Instrumen Tes


Uji coba Instrumen tes dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kualitas instrumen dalam penelitian. Uji coba Instrumen dilakukan untuk
34

mendapatkan data yang Valid, Raliable dan Obyektif. Hal ini diuraikan
sebagai berikut :

1. Validalitas
Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
mampu mengukur apa yang ingin diukur.52

Rumus Uji Validitas korelasi Product Moment:

Keterangan :
n = Jumlah Responden
X = Skor variabel (jawaban responden)
Y = Skor total dari variabel ( jawaban reponden)

Untuk mempermudah perhitungan uji validitas, maka peneliti


menggunakan bantuan AnatesV4. Indikator dikatakan valid apabila
nilai rhitung > rtabel dengan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Adapun
tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validasi instrumen
sebagai berikut.53

Tabel 3.3
Interpretasi validasi instrumen

Koefesien Korelasi Korelasi


0.90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,70 ≤ r ≤ 0,90 Tinggi
0,40 ≤ r ≤ 0,70 Cukup
0,20 ≤ r ≤ 0.40 Rendah
r ≤ 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan di kelas VI dengan


n = 20, maka dapat ditentukan rtabel =0,444 item soal dikatakan valid
apabila rhitung > 0,444 pada pengujian soal essay yang terdiri dari 15
butir soal, terdapat 12 soal yang valid dan 3 soal tidak valid.

Berikut adalah tabel hasil Uji Validitas pengolahan Annates :

52
Syofian Siregar.Metode Penelitian Kuantitatif,(Jakarta:DKU Print,2013),h.46
53
A.Muri Yusuf, Assesment dan Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Prenadamedia Grup).h,68
35

Tabel 3.4
Hasil Pengolahan Uji Validitas

Nomor Pearson Nilai Sig. Ket.


Soal Correlation

1 -0,026 1,00 -
2 0,490 2,19 Signifikan
3 0,512 1,50 Signifikan
4 0,059 - -
5 0,511 1,63 Signifikan
6 0,774 2,55 Sangat signifikan
7 0,625 2,89 Sangat signifikan
8 0,611 1,63 Sangat signifikan
9 0,355 3,09 -
10 0,680 4,06 Sangat signifikan
11 0,598 2,39 Signifikan
12 0,683 4,82 Sangat signifikan
13 0,552 2,01 Signifikan
14 0,703 3,20 Sangat signifikan
15 0,699 8,55 Sangat signifikan

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan dengan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang
sama pula. 54 Uji reliabilitas biasanya dilakukan oleh pembimbing
untuk melihat keseluruhan aktivitas peneliti dalam melaksanakan
penelitiannya.

Rumus reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu :

Keterangan

54
Ibid.,h.55
36

r11 = reliabilitas Instrumen keseluruhan k =


banyaknya butir pertanyaan atau soal

= Jumlah Varian Butir


= Varian Total

Untuk mempermudah perhitungan uji reliabilitas maka peneliti


menggunakan bantuan AnatesV4 dengan kriteria interprestasi nilai r
yang diujikan menurut Theodore Colton:5556 Tabel 3.5

Interpretasi Tingkat Reliabilitas Instrumen


Nilai koefesien Korelasi Interpretasi

0,00-0,25 Sangat rendah

0.26- 0,50 Rendah

0,51 – 0.75 Sedang

0,76- <1,00 Tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas diperoleh nilai rt = 0,79.


Berdasarkan Interpretasi Tingkat Reliabilitas Instrumen nilai 0,79
berada dikisaran 0,76 <1,00, maka dari 12 butir soal yang dinyatakan
valid, memiliki tingkat reliabilitas pada kategori tinggi. Tabel 3.6

Hasil Pengolahan Data Pengujian Reliabilitas


Reliabilitas N of items
0,76 12
Sumber : Pengolahan AnatesV4

3. Uji Tingkat Kesukaran Soal


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar, bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu
soal disebut indeks kesukaran, rumus mencari indek kesukaran antara
lain:57

55
Julius H. Lolombulon, Statistika bagi penelitian pendidikan,(Yogyakarta: Andi
56
).h.353
57
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi
Aksara,2016)h.223
37

Dimana
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran suatu butir soal diinteroretasikan dalam kriteria
sebagai berikut:58

Tabel 3.7
Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi

0.00 – 0.30 Sukar


0.31 – 0.70 Sedang
0.71 – 1.00 Mudah

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran, dari 15 soal yang


diujikan nomor 1,3 dan 8 memiliki taraf kesukaran soal pada kategori
sangat mudah, nomor 2,5,7,11 memiliki taraf kesukaran soal pada
kategori mudah dan pada nomor 6,10,12,13,14,15 memiliki taraf
kesukaran soal pada kategori sedang. Tabel 3.8

Hasil Pengolahan Data Uji Tingkat Kesukaran Soal

Nomor Nilai Tingkat Kesukaran Keterangan


Soal
2 84,00 Mudah
3 94,00 Sangat mudah
5 72,00 Mudah
6 54,00 Sedang
7 76,00 Mudah
8 88,00 Sangat mudah
10 42,00 Sedang
11 80,00 Mudah
12 48,00 Sedang
13 66,00 Sedang
14 54,00 Sedang

58
Ibid,h.225
38

15 68,00 Sedang
Sumber : Pengolahan AnnatesV4

4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
59
dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk
mengetahui daya pembeda soal akan diuji menggunakan software
AnatesV4. Kriteria indek yang digunakan daya pembeda disjikan
pada tabek berikut:60

Tabel 3.9
Kriteria Indeks Daya Pembeda Instrumen
Nilai Interpretasi Daya Pembeda
0.00 – 0.20 Jelek
0.21 – 0.40 Cukup
0.41 – 0.70 Baik
0.71 – 1.00 Baik sekali

Dari perhitungan daya pembeda menggunakan AnatesV4 dari 15


soal yang diujikan dan terdapat 2 soal yang baik sekali, nomor 10
baik, 1 nomor cukup, dan 2 nomor jelek. Data tersebut dapat dilihat
dari tabel 3.10.

Tabel 3.10
Hasil Pengolahan Data Uji Daya Pembeda
Nomor Pearson Ket.
Soal Correlation

1 -0,026 Jelek
2 0,490 Baik
3 0,512 Baik
4 0,059 Jelek
5 0,511 Baik

59
Ibid,h.226
60
Ibid,h.232
39

6 0,774 Baik sekali


7 0,625 Baik
8 0,611 Baik
9 0,355 Cukup
10 0,680 Baik
11 0,598 Baik
12 0,683 Baik
13 0,552 Baik
14 0,703 Baik sekali
15 0,699 Baik
Sumber : Pengolahan Data AnnatesV4

H. Teknik Analisis Data


Pada penelitian kuantitatif kegiatan analisis data meliputi pengolahan data
dan penyajian data, melakukan perhitungan untuk mendeskripsikan data
dan melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik.61

1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian untuk mengetahui apakah populasi
62
data berdistribusi normal atau tidak. Data yang diambil dalam
penelitian ini merupakan hasil pretest dan posttest. Data tersebut
kemudian di analisis, bila data berdistribusi normal, maka dapat
digunakan uji statistik berjenis parametrik. Sedangkan bila data tidak
berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik nonparametrik. Data
tersebut dapat dikatakan normalitas atau normal jika signifikansi (α) =
0,05. Analisis data ini dilakukan menggunakan program SPSS 17
dengan menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov. Langkah- langkah
uji

Kolmogorov Smirnov sebagai berikut:63 1)


Hipotesis

H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribuski normal

61
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2013),h.12
62
Ibid.,h.153.
63
Ibid.
40

2) Taraf signifikan
Taraf signifkan (α) = 0,05 3)
Kaidah pengujian

H0 diterima, jika Dhitung ≤ Dtabel(α,n1,n2)


H0 ditolak, jika Dhitung >Dtabel(α,n1,n2)
4) Rumus

Z=

5) Menentukan nilai Dtabel


Untuk mengetahui nilai Dtabel dapat diketahui dengan melihat
kolmogov-smrnov dengan ketentuan D(α,n-1)

6) Membandingkan Dtabel dan Dhitung


7) Membuat keputusan
b. Uji Homogenitas
Pengujian Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah
objek mempunyai varian yang sama, bila objek yang memiliki
varian yang sama maka uji anova tidak dapa diberlakukan 64
Tahapan Uji Homogenitas adalah sebagai berikut:65

1) Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan varian dari beberapa kelompok
data

Ha : Ada perbedaan varian dari beberapa kelompok data


2) Hipotesis model statistik
H
Ha :
3) Taraf signifikan
Penelitian tingkat kepercayaan 95% atau α=5%
4) Menghitung Fhitung dan Ftabel
a) Membuat tabel penolong
b) Nilai rata-rata

c) nilai varian kelompok sempel

64
Ibid.,h.167
65
Ibid.,h.168
41

d) nilai Fhitung

Fhitung

e) Nilai Ftabel

Ftabel (α,v1n-1’v2n-1)
5) Kriteria Penilaian
6) Jika: Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukannya uji normalitas dan uji homogenitas, tahap
selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis. Jika hasil uji normalitas
signifikan atau data dari masing-masing kelompok eksperimen dan
kontrol bernistibusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan yaitu
uji-t dengan taraf signifikan α=0,05.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum uji t dilakukan yaitu
:

a. Data masing-masing berdistribusi normal


b. Data dipilih secara acak
c. Data masing-masing homogen
Rumus yang digunakan untuk uji-t Fisher’s adalah :
𝑋̅ 1 −𝑋̅ 2
=
𝛴 𝜒 21 +𝛴 𝜒 22
√ 1 1
thitung 𝑛 ( 𝑛 −1 )

keterangan
𝑋̅ = 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝛴𝜒²₁𝑑𝑎𝑛𝛴𝜒²₂ = Jumlah Kuadrat Sampel
n dan n = Jumlah anggota sampel

untuk memutuskan output yang dihasilkan pada tabel Independent


Sampel Test dari nilai Sig. (2-tailed) baris Equal Variances Assumed
jika varians data homogen, dan Equal Variances not Assumed jika
varians data tidak homogen.

I. Hipotesis Statistik
Dalam penelitian ini hipotesis statistik yang digunakan adalah :

H0 : μ1 ≤ 𝜇2 H1 : μ1 > 𝜇2
42

Keterangan:
µ1 : Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis sebelum dilakukan treatment

µ2 : Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis sesudah dilakukan treatment

H0 : Tidak ada pengaruh Model Learning cycle 5E Terhadap kemampuan


Berpikir Kritis Siswa kelas V.

H1 : Ada pengaruh pengaruh Model Learning cycle 5E Terhadap kemampuan


Berpikir Kritis kelas V.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data tentang kemampuan berpikir kritis di kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 5E, kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol yang model pembelajarannya menggunakan model
konvensional. Sehingga pada saat posttest kemampuan berpikir kritis siswa eksperimen
dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Learning Cycle 5E berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa kelas V Budiluhur Kindergaten & Elementary pada materi Ekosistem.

B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang berlangsung di sekolah budiluhur, terdapat beberapa
saran yang terkait dari penelitia, diantaranya :

1. Bagi siswa diharapkan aktif dalam setiap pembelajaran dan mandiri untuk mencari
materi setiap pembelajaran.

2. Bagi guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E


sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle


5E dapat dikembangkan dengan materi lainnya atau pokok bahasan lainnya.

71
DAFTAR PUSTAKA
Achdisty, Noordyana Mega. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa
melalui pedekatan Meta Cognitive Instruction, jurnal pendidikan matematika STKIP
Garut, 2016.

Agustyaningrum, Nina. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk


Meningkatkan Kemampuan Komunkasi Matematis Siswa kels XI B SMP Negeri 2
Sleman “makalah Seminar Nasional Matematika dan pendidikan matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika UNY,3 Desember 2011.h.6 Tersedia Online
(https://eprints.uny.ac.id/7389/1/p-34.pdf).

Ahmatika, Deti. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Pendekatan


Inquiri/Discovery. Jurnal Euclid, vol.3.

Arikunto,Suharsimi.Dasar-DasarEvaluasiPendidikan,Jakarta:BumiAksara,2016.

Arikunto,Suharsimi.Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:Rineka


Cipta,2013.

Ar-Rasyid Mushaf, Alquran, Jakarta: al-hadi Media kreasi, cetke2,2015.

Astutik,Sri “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar (learning cycle
5e) berbasis eksperimen pada pembelajaran sains di SDN
Patrang I jember”, jurnal pendidikan sekolah dasar, vol.1, no.2, September 2012.

Dasumiati,dkk,Biologi Dasar, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2008.

H. Lolombulon, Julius. Statistika bagi penelitian pendidikan,Yogyakarta: Andi 2017.

Harmint,Sundowo. Biologi Umum, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,20017

Jumhana, Nana.dkk. Konsep Dasra Biologi Untuk SD, Bandung:Upi Press,2006.

Muri A.Yusuf. Assesment dan Evaluasi Pendidikan,Jakarta: Prenadamedia Grup

Odum, Eugene P. Dasar- dasar Ekologi, Jilid III,( Yogyakarta: UGM Press, Cet.3, 1993.

Rahman, Abd. A. Ghani, Metodelogi Penelitian Tidakan Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, cet.ke-1, 2016.

Reece, Jane B. dan Campbell, Neil A. BIOLOGI, Jilid I, Jakarta: Erlangga, edisi 8, 2010.

72
Siregar, Syofian.Metode Penelitian Kuantitatif,Jakarta:DKU Print,2013. Starr, Cecie.

dkk.,Biologi,Jakarta:Salemba Teknik,2009.

Sugiyono. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: alfabeta, 2007.

Sukandarrumidi, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian,Yogyakarta:Gadjah Mada


University Perss,2008.

Suryana,S. Permasalahan Mutu Pendidikan dalam Perspepektif Pembangunan Pendidikan,


journal edukasi, 2017.

Syamsuri, Istamar. dkk. Ipa Biologi untuk SLTP, jilid1 Jakarta: Erlangga, 2001.

Tim Penyusun Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun2003, Jakarta: Direktorat


Jendral Pendidikan Indonesia.

Triana, Wati wahyu. pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas x ips sma negeri 1 tanjung
bintang.Lampung:UNILA.

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta: PT.Indeks,2011.

Wahyu & fikri. Analisis kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran fisika untuk pokok
bahasan vektor siswa kelas x sma negeri 4 lubuklinggau, sumatera selatan. Berkala
Fisika Indonesia. Volume 10 Nomor 1.2018.

Widyanawati, Eriwinda. keefektifan model pembelajaran learning cycle 5e terhadap hasil


belajar ipa materi perubahan lingkungan pada siswa kelas iv sd gugus kartini
jepara,Jepara:UNESA,2016.

Zulfikri, Arif. Dasar-dasar Ilmu Lingkungan, Jakarta Selatan: Salemba Teknik, 2014.

73
213

LAMPIRAN 13

BIODATA PENULIS

Syahla Nada Arvella, NIM.11150183000009,


Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis lahir di Tangerang 24 April 1997. Merupakan


puteri pertama dari Bapak Amir Machmuda dan Ibu
Ramaliah.

Penulias telah menepuh pendidikan dasar di SD Negeri Pondok Aren IV Pada tahun
2003-2009. Pndidiakn Menengah Pertama di SMPN 12 Tangerang Selatan pada
tahun 2009-2012, dan melanjutkan Pendidikan Menegah Atas di SMA Negeri 11
Tangerang Selatan pada tahun 2012-2015. Pendidikan Strata 1 ditempuh di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) pada tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai