Anda di halaman 1dari 196

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING

TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA


PADA KONSEP KALOR

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
ROSIANA
1110016300017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ABSTRAK

Rosiana (1110016300017). “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training


Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Kalor”. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.

Implementasi Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa


dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta berorientasi pada pendekatan
saintifik yang menginspirasi siswa untuk berpikir secara kritis. Namun,
keterampilan berpikir kritis belum dibiasakan di sekolah. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Penelitian ini dilaksanakan
di SMA Negeri 9 Bekasi tahun ajaran 2014/2015. Metode penelitian ini
menggunakan metode eksperimen semu dengan non-equivalent control group
design. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, di mana
kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran
inquiry training dan X MIA 2 sebagai kelas kontrol menggunakan pembelajaran
Kurikulum 2013. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes keterampilan
berpikir kritis dalam bentuk tes subjektif (esai) dan non-tes berupa lembar
observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training. Instrumen tes
dianalisis dengan uji t-pasangan, sedangkan instrumen non-tes dianalisis secara
kualitatif dan dikonversi ke dalam bentuk kuantitatif. Berdasarkan analisis data,
hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, di
mana thitung = 12,59 dan ttabel pada taraf signifikan 5% (n = 39) sebesar 2,02. Nilai
thitung > ttabel sehingga H0 ditolak. Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian, penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry training dapat mempengaruhi
dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, khususnya pada indikator
dalam menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan).

Kata Kunci: model pembelajaran inquiry training, pembelajaran kurikulum


2013, keterampilan berpikir kritis, konsep kalor

iv
ABSTRACT

Rosiana (1110016300017). “The Effect of Inquiry Training Learning Models to


Critical Thinking Skill of Students on Heat Concept”. Skripsi of Physics
Education Program, Science Education Departement, Faculty of Tarbiya and
Teaching Sciences, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Implementation of Curriculum 2013 is purposed to develop potentials of students


in attitude, knowledge, and skill, to be oriented on scientific approach that
inspires students think critically. But, critical thinking skill is not yet habituated in
schools. The aim of this research was to know the influence of inquiry training
learning model to critical thinking skill of students on heat concept. This research
was carried out at SMA Negeri 9 Bekasi year 2014/2015. The method of this
research used quasi-experiment with non-equivalent control group design. The
technique of sampling used purposive sampling, where class of X MIA 3 as
experiment group used inquiry training learning model and X MIA 2 as control
group used Curriculum 2013 learning. Instruments in this research used test of
critical thinking skill in type of subjective test (essay) and non-test in type of
observation checklist of inquiry training learning model implementation.
Instrument of test was analyzed by t-paired test, whereas non-test was analyzed
qualitatively and been converted into quantitative form. Based on data analysis,
the results of research showed that there was an influence of inquiry training
learning model to critical thinking skill of students on heat concept, where ttest =
12,59 and ttabel in significance level 5% (n = 39) was 2,02. Value of ttest > ttabel so
H0 was rejected. Average of experiment group was higher than average of control
group. Finally, this research could be conclude that inquiry training model could
influence and improve critical thinking skill of students, especially in indicator of
describing definition form such as operational (formulation).

Keyword: inquiry training learning models, curriculum 2013 learning,


critical thinking skill, heat concept

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Pada Konsep Kalor” sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd). Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita, baginda pejuang Islam Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari jaman kebodohan menuju jaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Begitu juga kepada seluruh keluarganya, para sahabatnya, serta
pengikut ajarannya yang setia hingga akhir jaman.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini melibatkan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing,
memberikan arahan, saran-saran yang bermanfaat, serta nasehat bagi penulis
dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.
5. Devi Solehat, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah membimbing,
memberikan arahan, saran-saran yang bermanfaat, serta nasehat bagi penulis
dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.
6. Dra. Hj. Etty Kusmiaty, MM., selaku Kepala SMA Negeri 9 Bekasi yang
telah memberikan kesempatan untuk penulis melaksanakan penelitian skripsi
ini.

vi
7. Agus Setiawan, M.Pd., selaku guru bidang studi fisika kelas X SMA Negeri 9
Bekasi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
di dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
8. Kusrini, M.Pd., beserta seluruh guru dan staf SMA Negeri 9 Bekasi yang
telah bersedia memberikan arahan dan dukungan kepada penulis di dalam
pelaksanaan penelitian skripsi ini.
9. Seluruh siswa-siswi SMA Negeri 9 Bekasi, terutama kelas X MIA 3 dan X
MIA 2, yang telah bekerjasama dan membantu penulis di dalam pelaksanaan
penelitian skripsi ini.
10. Teman-teman Pendidikan Fisika 2010 seperjuangan: Nur, Enong, Dewi,
Asria, Ike, dll., yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan
pemikirannya.
11. Secara khusus, penulis juga menyampaikan banyak terimakasih pada kedua
orangtua tercinta, yaitu Ayahanda Roin Abdullah dan Ibunda Eroh, yang
senantiasa mengiringi langkah penulis dengan untaian doa, pengorbanan,
serta dukungan motovasi dan materi dengan penuh keikhlasan dan harapan.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, mudah-mudahan
bantuan, bimbingan, semangat doa yang telah diberikan menjadi pintu
datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak.
Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, secara terbuka penulis menerima setiap kritik dan
saran yang bersifat membangun sebagai pijakan penulis ke depan menjadi lebih
baik dari sekarang. Walaupun demikian, penulis tetap berharap semoga penelitian
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.

Jakarta, Maret 2015

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH…………………… ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI……………………………… iii
ABSTRAK…………………………………………………………………… iv
ABSTRACK………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 4
C. Pembatasan Masalah………………………………………… 4
D. Perumusan Masalah…………………………………………… 4
E. Tujuan Penelitian……………………………………………… 5
F. Manfaat Penelitian…………………………………………… 5

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS


PENELITIAN…………………………………………………… 6
A. Kajian Teoritis………………………………………………… 6
1. Model Pembelajaran Inquiry Training…………………… 6
2. Keterampilan Berpikir Kritis……………………………… 15
3. Konsep Kalor……………………………………………… 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………… 30
C. Kerangka Berpikir…………………………………………… 31
D. Hipotesis Penelitian…………………………………………… 33

viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 34
A. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………… 34
B. Metode dan Desain Penelitian………………………………… 34
C. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………… 35
D. Teknik Pengambilan Sampel………………………………… 35
E. Variabel Penelitian…………………………………………… 35
F. Prosedur Penelitian…………………………………………… 35
G. Teknik Pengumpulan Data…………………………………… 38
H. Instrumen Penelitian…………………………………………… 38
I. Kalibrasi Instrumen Penelitian………………………………… 38
J. Teknik Analisis Data………………………………………… 42
K. Hipotesis Statistik……………………………………………… 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………… 45


A. Hasil Penelitian………………………………………………… 45
B. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………… 56

BAB V PENUTUP………………………………………………………… 64
A. Kesimpulan…………………………………………………… 64
B. Saran…………………………………………………………… 64

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan perubahan wujud benda…………………………………23


Gambar 2.2 Angin laut dan darat terjadi melalui konveksi alami udara…… 27
Gambar 2.3 Konveksi paksa pada sistem pendingin mobil………………… 28
Gambar 2.4 Bagan kerangka berpikir……………………………………… 33
Gambar 3.1 Bagan prosedur penelitian…………………………………… 37
Gambar 4.1 Perbandingan pretest dan posttest kelas eksperimen………… 46
Gambar 4.2 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest
dan posttest kelas eksperimen………………………………… 47
Gambar 4.3 Perbandingan pretest dan posttest kelas kontrol……………… 49
Gambar 4.4 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest
dan posttest kelas kontrol……………………………………… 50
Gambar 4.5 Histogram persentase keterlaksanaan model pembelajaran inquiry
training………………………………………………………… 51
Gambar 4.6 Analisis perbandingan indikator keterampilan berpikir kritis
berdasarkan N-gain kelas eksperimen dan kontrol…………… 56

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Non-equivalent control group design………………………… 34


Tabel 3.2 Hasil uji validitas instrumen…………………………………… 39
Tabel 3.3 Hasil uji reliabilitas instrumen………………………………… 40
Tabel 3.4 Hasil uji daya pembeda instrumen…………………………… 41
Tabel 3.5 Hasil uji tingkat kesukaran instrumen………………………… 42
Tabel 4.1 Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen…… 52
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol………… 52
Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas pretest dan posttest…………………… 53
Tabel 4.4 Hasil perhitungan uji hipotesis kelas eksperimen…………… 54
Tabel 4.5 Hasil perhitungan uji hipotesis kelas kontrol………………… 54
Tabel 4.6 Hasil uji N-gain kelas eksperimen dan kontrol……………… 55

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen


Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa
Lampiran 4 Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry
training
Lampiran 5 Kisi-kisi uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Lampiran 6 Uji validitas instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Lampiran 7 Uji

xii
3

banyak siswa yang mengalami kesalahan konsep sehingga siswa mengalami


kesulitan dalam memecahkan persoalan yang berhubungan dengan materi
tersebut. Hal ini disebabkan siswa belum dilibatkan secara aktif untuk mencari
konsepnya sendiri, di mana mereka hanya belajar menghafalkan teori dan rumus
untuk mengerjakan soal-soal latihan, tidak pernah bereksplorasi secara mendalam
ataupun melaksanakan eksperimen. Kegiatan pembelajaran fisika masih
didominasi oleh pendekatan konvensional melalui metode ceramah. Akibatnya,
kegiatan pembelajaran fisika menjadi berpusat pada guru (teacher centered),
pasif, serta belum dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis.
Padahal, Kurikulum 2013 sendiri menuntut siswa agar mendapatkan pengalaman
belajar melalui pendekatan saintifik, tidak hanya dengan pendekatan
konvensional.
Oleh karena itu, maka pembelajaran fisika di sekolah tersebut perlu
menggunakan model pembelajaran yang tepat, yaitu model pembelajaran yang
berorientasi pada pendekatan saintifik, serta mampu meningkatkan proses mental,
rasa ingin tahu, dan berpikir logis-kritis siswa. Salah satu model yang mampu
meningkatkan hal-hal tersebut yaitu model pembelajaran inquiry training. Model
pembelajaran ini mengajarkan para siswa untuk memahami proses meneliti dan
menerangkan suatu kejadian. Kesadaran siswa terhadap proses inkuiri dapat
ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan prosedur pemecahan masalah
secara ilmiah. Selain itu, dapat diajarkan pada siswa bahwa segala pengetahuan itu
bersifat sementara. Oleh karena itu, siswa harus disadarkan bahwa pendapat orang
lain dapat memperkaya pengetahuan yang dimiliki. 6 Jadi, penggunaan model
pembelajaran inquiry training ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan
siswa dalam berpikir kritis.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Kalor.”

6
Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.76.
4

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kebiasaan berpikir kritis belum ditradisikan secara maksimal di sekolah.
2. Siswa-siswi SMA Negeri 9 Bekasi rata-rata belum dibiasakan berpikir secara
kritis dalam pembelajaran fisika.
3. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan yang
berhubungan dengan materi kalor.
4. Siswa belum dilibatkan secara aktif untuk mencari konsepnya sendiri karena
kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan konvensional.

C. Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk
diteliti karena keterbatasan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
perlu dilakukan pembatasan masalah, yaitu keterampilan berpikir kritis siswa
dinilai berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis Ennis berupa
mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk menilai kemungkinan jawaban;
Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian; membuat generalisasi;
mengutamakan penerapan prinsip-prinsip yang dapat diterima; menjelaskan
bentuk definisi; menuliskan asumsi yang dibutuhkan; mempertimbangkan dan
memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi); serta
mengintegrasikan keterampilan berpikir kritis dalam membuat dan
mempertahankan keputusan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model
pembelajaran inquiry training?
5

3. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model


pembelajaran inquiry training berdasarkan indikatornya?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada
konsep kalor, mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui
model pembelajaran inquiry training, serta mengetahui sejauh mana penguasaan
keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan indikatornya melalui model
pembelajaran inquiry training.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti,
siswa, dan guru. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan informasi tentang pengaruh model
pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa, serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
3. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teoritis
1. Model Pembelajaran Inquiry Training
a. Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 1 Dengan
demikian, jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dapat dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran inkuiri yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis.
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi. 2 Dengan demikian, dalam
mencari atau memahami informasi, manusia akan melakukan suatu proses yang
dinamakan dengan proses inkuiri.
Dalam inkuiri, seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist),
melakukan eksperimen, dan mampu melakukan proses mental berinkuiri. 3 Jadi,
kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki oleh seorang ilmuwan harus
digunakan oleh seorang siswa dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri.
Rutherford dan Ahlgren dalam Zulfiani, dkk., menyatakan pengertian
scientific inquiry (inkuiri ilmiah) tidak begitu saja diambil dari konteks
penyelidikan tertentu. Namun, inkuiri ilmiah lebih tepat dikaitkan dengan
tahapan-tahapan tindakan para saintis yang mengarahkan mereka pada

1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006), h.196.
2
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2013),
cet.6, h.166.
3
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.3, h.219.

6
7

pengetahuan ilmiah. 4 Dengan demikian, kemampuan inkuiri ilmiah dapat dilatih


pada setiap orang dari segala sesuatu yang menarik dalam kehidupannya sehari-
hari walaupun inkuiri ilmiah seolah-olah dikaitkan dengan sebagian tindakan
saintis profesional.
Dalam kegiatan ilmiah, para saintis melakukan pengamatan,
menemukan masalah, melakukan hipotesis, bereksperimen, mengumpulkan data
berdasarkan instrumen yang dibuatnya, dan membuat kesimpulan. Tahapan-
tahapan ini sering disebut metode ilmiah. Sementara itu, proses inkuiri
menekankan pada pengembangan pertanyaan pada setiap tahap dari metode
ilmiah. 5 Jadi, pengembangan pertanyaan dari metode ilmiah ditekankan dalam
bentuk proses inkuiri di mana metode ilmiah itu sendiri biasa dilakukan oleh para
saintis.
Melalui rangkaian kegiatan ini, para saintis dapat menemukan teori
baru yang menjadi pengetahuan baru. Metode ilmiah memberikan struktur
sistematis untuk pemprosesan informasi inkuiri yang menempatkan guru dan
siswa dalam pola informasi ilmuwan. 6 Dengan demikian, struktur sistematis yang
dilakukan oleh para saintis dapat diberikan dalam pemrosesan informasi inkuiri
pada guru dan siswa yang ditempatkan seperti dalam pola informasi ilmuwan
dalam bentuk metode ilmiah sehingga teori baru yang menjadi pengetahuan baru
dapat ditemukan.
Keller dalam Zulfiani, dkk., menyatakan bahwa adanya hubungan
inquiry dengan inquired. Bila dikaitkan dengan proses belajar mengajar maka
inquiry mengacu pada siswa sebagai penemu pengetahuan dan inquired mengacu
pada apa yang akan ditemukan (pengetahuan). 7 Jadi, siswa yang bertindak sebagai
penemu pengetahuan melakukan inkuiri dalam proses belajar mengajar dan
pengetahuan tersebut merupakan hasil dari inkuiri.

4
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.120.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid.
8

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang


melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis,
logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri. 8 Jadi, agar siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan cara mencari dan menyelidiki sesuatu, baik benda, manusia, atau
peristiwa, secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, maka siswa dapat
melaksanakan pembelajaran inkuiri karena pembelajaran ini melibatkan seluruh
kemampuan siswa secara maksimal.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto, menyatakan
bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. 9 Dengan demikian, agar siswa dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, maka mereka dapat
melaksanakan suatu kegiatan belajar dengan cara mencari dan menyelidiki sesuatu
secara sistematis, kritis, logis, dan analisis melalui pembelajaran inkuiri yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal.
Pada dasarnya, inkuiri adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Karena itu, inkuiri menuntut siswa berpikir. Inkuiri melibatkan mereka dalam
kegiatan intelektual dalam memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang
bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui inkuiri siswa
dibiasakan untuk berpikir produktif, analitis, dan kritis. 10 Jadi, kegiatan intelektual
yang menuntut kemampuan berpikir produkti, analitis, dan kritis siswa dilibatkan
dalam pembelajaran inkuiri sehingga pengalaman belajar siswa diproses menjadi
suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.

8
Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2011), cet.1, h.25.
9
Trianto, Loc.Cit.
10
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif,
(Yogyakarta: Diva Press, 2012), cet.12, h.159.
9

Menurut Kourilsky dalam Hamalik, menyatakan bahwa pengajaran


berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana
kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban
terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan
11
struktural kelompok. Dengan demikian, jawaban-jawaban terhadap isi
pertanyaan harus dicari dan dipecahkan oleh kelompok siswa di dalam
pembelajaran inkuiri melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan
struktural kelompok.
Menurut Feletti dalam Wardoyo, “inquiry based learning is an
orientation towards learning that is flex inquiry based learning and open and
draws upon the varied skills and resources… This includes an inter-disciplinary
approach to learning and problem-solving, critical thinking and assumption of
responsibility by students for their own learning.” 12 Feletti, seperti yang dikutip
oleh Wardoyo, berpandangan bahwa kekritisan berpikir seseorang akan sangat
menentukan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses inquiry learning.
Dengan melakukan proses berpikir kritis, individu akan menemukan beragam
penyelesaian masalah yang dihadapi terkait pembelajaran yang berlangsung. 13
Jadi, selama proses pembelajaran berlangsung, berbagai penyelesaian masalah
yang dihadapi akan ditemukan oleh siswa dengan melakukan proses berpikir kritis
sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran inkuiri akan
sangat ditentukan oleh tingkat kekritisan berpikir seseorang.
Dalam penerapan pembelajaran inkuiri, siswa dituntut melakukan
eksplorasi diri secara maksimal. Eksplorasi ini memiliki fungsi untuk
membangkitkan pelbagai potensi atau kemampuan yang ada di dalam diri
sehingga dapat membantu menemukan sesuatu yang baru di dalam proses
pembelajaran. 14 Dengan demikian, pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa
untuk menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran karena

11
Oemar Hamalik, Op.Cit., h.220.
12
Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, (Bandung: Alfabeta, 2013),
cet.1, h.65.
13
Ibid.
14
Ibid., h.66.
10

seluruh potensi atau kemampuan yang ada dalam diri siswa dibangkitkan di dalam
pembelajaran inkuiri secara tidak langsung.

b. Model Pembelajaran Inquiry Training


Model pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran
yang melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori. Model
pembelajaran ini bertitik tolak dari suatu keyakinan tentang kebebasan siswa
dalam rangka perkembangan siswa secara independent. 15 Dengan demikian, gaya
belajar siswa dalam memahami suatu teori yang berawal dari fakta dapat dilatih di
dalam model pembelajaran inquiry training ini karena siswa diberikan kebebasan
dalam rangka perkembangan siswa agar mandiri.
Model pembelajaran inquiry training dikembangkan seorang tokoh
yang bernama Richard Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak adalah
individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. 16 Jadi, atas dasar rasa
ingin tahu seorang individu yang diyakini oleh Suchman, maka beliau
mengembangkan model pembelajaran inquiry training ini.
Tujuan model pembelajaran inquiry training ini yakni untuk mengajar
para siswa memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. 17 Dengan
demikian, proses meneliti yang dipahami serta dijelaskan oleh siswa mengenai
suatu kejadian tersebut merupakan suatu tujuan dari model pembelajaran inquiry
training ini.
Menurut Suchman dalam Wena, menyatakan bahwa kesadaran siswa
terhadap proses inkuiri dapat ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan
prosedur pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, dapat diajarkan pada siswa
bahwa segala pengetahuan itu bersifat sementara dan dapat berubah dengan
munculnya teori-teori baru. Oleh karena itu, siswa harus disadarkan bahwa

15
Riska Puspandini, Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan 5E
Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 7
Malang Tahun Ajaran 2013/2014, diakses pada 19 Januari 2015, h.2, (jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel05B4C0D70BEC68E4CDCEC5E2A0203542.pdf).
16
Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Op.Cit., h.24.
17
Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.76.
11
12

dalam belajar, toleransi ambiguitas dan hakikat tentatif pengetahuan. 21

Hal tersebut didapat dari partisipasi aktif siswa dalam rangkaian


kegiatan hands-on sehingga menumbuhkan pertanyaan dan siswa akan mencari
14

kreatif, dan keterampilan siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran inquiry


training.
Dalam melaksanakan model pembelajaran inquiry training ini, Joice
dan Weil, seperti yang dikutip oleh Wena, membagi sintaks model pembelajaran
ini dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut. 30
a. Penyajian masalah (confrontation with problem)
Pada tahap ini, pengajar menyajikan suatu masalah dan menerangkan
prosedur inkuiri pada siswa.
b. Pengumpulan data verifikasi (data gathering-verification)
Dalam tahap ini, siswa didorong untuk mau berusaha mengumpulkan
informasi mengenai kejadian yang mereka lihat atau alami.
c. Pengumpulan data eksperimen (data gathering-experimentation)
Dalam hal ini, siswa melakukan eksperimen dengan memasukkan hal-hal
(variabel) baru, untuk melihat apakah akan terjadi perubahan. Dalam tahap ini
siswa pun dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hampir serupa
dengan hipotesis.
d. Organisasi data dan formulasi kesimpulan (organization, formulating, and
explanation)
Dalam tahap ini, siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data untuk
membuat suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang telah
disajikan.
e. Analisis proses inkuiri (analysis of the inquiry process)
Dalam tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola inkuiri yang telah
mereka jalani, yaitu dengan menentukan pertanyaan mana yang paling
produktif (menghasilkan data yang paling relevan) atau tipe informasi yang
sebenarnya mereka butuhkan, tetapi tidak mereka dapatkan. Tahap ini penting
untuk memperbaiki proses inkuiri itu sendiri.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tahapan model pembelajaran inquiry
training ini memiliki lima tahapan, yaitu penyajian masalah, pengumpulan data

30
Made Wena, Op.Cit., h.77-78.
15

verifikasi, pengumpulan data eksperimen, organisasi data dan formulasi


kesimpulan, serta analisis proses inkuiri.
Agar model pembelajaran ini dapat berjalan lancar dan memberi hasil
yang optimal, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut. 31
a. Interaksi pengajar-siswa. Proses inkuiri ini harus ditandai dengan kerja sama
yang baik atara pengajar-siswa, kebebasan siswa untuk menyatakan pendapat
atau mengajukan pertanyaan, serta persamaan hak antara pengajar dan siswa
dalam mengemukakan pendapat.
b. Peran pengajar. Menurut Diptoadi, dalam model ini pengajar mempunyai
beberapa tugas yang penting, yaitu:
1) mengarahkan pertanyaan siswa,
2) menciptakan suasana kebebasan ilmiah di mana siswa tidak merasa
dinilai pada waktu mengemukakan pendapatnya,
3) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan teoritis yang lebih jelas
dengan mengemukakan bukti yang menunjang, dan
4) meningkatkan interaksi antarsiswa.
Dengan demikian, model pembelajaran inquiry training ini menuntut
adanya kerja sama dan persamaan hak antara siswa dengan guru, serta
membebaskan siswa dalam menyatakan pendapat atau mengajukan pertanyaan.

2. Keterampilan Berpikir Kritis


Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat
kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan
penalaran, dan membuat keputusan. 32 Menurut de Bono dalam Kuswana, berpikir
merupakan keterampilan beroperasinya tindakan kecerdasan dan pengalaman. 33
Dengan demikian, semua tindakan kecerdasan dan pengalaman melibatkan
keterampilan berpikir.

31
Ibid., h.79.
32
Adi Afri Anto, R Wakhid Akhdinirwanto, dan Siska Desy Fatmaryanti, Pemanfaatan
Model Pembelajaran Problem Posing untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di
Smp Negeri 27 Purworejo, Radiasi Vol.2 No.1, t.t, h.5.
33
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif: Perkembangan Ragam Berpikir,
(Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012), cet.1, h.186.
16

Berpikir kiritis adalah proses mental untuk menganalisis informasi.


Informasi didapatkan melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan
34
membaca. Jadi, segala informasi yang didapatkan dan dianalisis dari
pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan membaca dapat dikatakan sebagai
kegiatan berpikir kritis.
Berpikir kritis merupakan penilaian kritis terhadap kebenaran fenomena
atau fakta. Setiap orang memiliki potensi berpikir kritis yang dapat dikembangkan
secara optimal dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. 35 Dengan demikian,
pada dasarnya berpikir kritis dimiliki oleh setiap orang dan dapat dikembangkan
secara optimal dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Satu di antara banyak
cara yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, yakni dengan
memberikan penilaian secara kritis terhadap suatu kebenaran fenomena atau fakta.
Berpikir kritis menurut Heger dan Kaye dalam Muhhibin Syah ialah
berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada
pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu dan
melakukan atau menghindari sesuatu. Tujuan dari berpikir kritis, yakni untuk
mencapai pemahaman yang mendalam. Berpikir kritis dapat digunakan untuk saat
memecahkan masalah, mengambil tindakan moral, dan mengambil keputusan. 36
Jadi, dalam pengambilan keputusan atas dasar kepercayaan atau strategi
melakukan sesuatu, seperti saat memecahkan masalah atau mengambil tindakan
moral dan keputusan, seseorang dapat memusatkan cara berpikirnya dengan
penuh pertimbangan akal sehat dan menggunakan kemampuan berpikir kritisnya.
Pemahaman yang mendalam dapat dicapai melalui berpikir kritis.
Menurut Beyer, seperti yang dikutip oleh Afrizon, berpikir kritis adalah
sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi
validitas sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian). 37

34
Adi Afri Anto, R Wakhid Akhdinirwanto, dan Siska Desy Fatmaryanti, Loc.Cit.
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Renol Afrizon, Ratnawulan, dan Ahmad Fauzi, Peningkatan Perilaku Berkarakter dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-
Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1,
2012, h.10.
17

Dengan demikian, dalam mengevaluasi atau menilai sesuatu, seseorang akan


menggunakan cara berpikirnya secara kritis.
Screven dan Paul serta Angelo dalam Afrizon, memandang berpikir
kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau
dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi
sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi. 38 Jadi, berpikir kritis akan
menuntun proses berpikir dan berketerampilan seseorang dalam menuju pada
kepercayaan dan aksi.
Rudinow dan Barry dalam Afrizon, berpendapat bahwa berpikir kritis
adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan
yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk
menganalisis, menguji dan mengevaluasi. 39 Dengan demikian, seseorang dapat
dikatakan berpikir kritis jika sebuah basis kepercayaan-kepercayaan dan rasional,
serta serangkaian standar dan prosedur dalam proses menganalisis, menguji, dan
mengevaluasi sesuatu ditekankan selama proses berpikirnya.
Menurut Halpern dalam Kuswana, menggunakan definisi kerja dengan
berpikir kritis sebagai penggunaan keterampilan kognitif atau strategi yang
meningkatkan probabilitas hasil yang diinginkan. Berpikir adalah tujuan,
beralasan, dan tujuan yang diarahkan, dan efektif untuk konteks dan jenis
pemikiran tugas tertentu.40 Jadi, berpikir kritis merupakan tujuan, beralasan, dan
tujuan yang diarahkan serta efektif dengan menggunakan keterampilan kognitif
atau strategi.
Menurut Paul dalam Kuswana, berpikir kritis merupakan suatu disiplin
berpikir mandiri yang mencontohkan kesempurnaan berpikir sesuai dengan mode
tertentu atau ranah berpikir. 41 Dengan demikian, kesempurnaan berpikir seseorang
yang sesuai dengan ranah berpikir dapat mencerminkan keterampilan berpikir
kritis orang tersebut.

38
Ibid.
39
Ibid.
40
Wowo Sunaryo Kuswana, Op.Cit., h.187.
41
Ibid., h.205.
18

Sejak 1962, pemikiran Ennis, mengenai taksonomi berpikir kritis,


disposisi, dan kecakapan khususnya yang digunakan pada pelatihan terus
berkembang. Definisi yang diajukan cenderung tetap walaupun terus
dikembangkan, yaitu: “Berpikir kritis adalah berpikir yang wajar dan reflektif
yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini atau dilakukan.” 42
Dengan demikian, jika seseorang memutuskan sesuatu berdasarkan apa yang
harus diyakini atau dilakukan, maka orang tersebut berpikir secara kritis.
Pemikiran Ennis tampaknya termasuk pada berpikir kreatif. Menurut
pandangannya, berpikir kritis tidak setara dengan berpikir tingkat tinggi karena
berpikir kritis melibatkan disposisi. 43 Enam kriteria dalam menilai satu himpunan
disposisi berpikir kritis, yaitu simplicity (penyederhanaan); comprehensiveness
(kelengkapan); value (nilai); comprehensibility (dipahami); conformity of its
language to our everyday meanings (kesesuaian bahasanya untuk makna sehari-
hari); dan fitting of subordinates (if any) under superordinates (pemasangan
pemikiran bawahan di bawah atasan jika dimungkinkan). 44 Jadi, konsep disposisi
dilibatkan dalam keterampilan berpikir kritis sehingga berpikir kritis ini tidak
setara dengan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis merupakan salah satu bentuk
dari berpikir produktif.
Taksonomi versi 1998 terdiri dari tiga kecenderungan utama (dengan
subkategori) disposisi dan lima belas kemampuan disajikan sebagai daftar
(beberapa dengan subkategori) untuk menyediakan isi kurikulum berpikir kritis.
Ennis mengungkapkan bahwa terdapat dua belas indikator dan beberapa sub
indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aspek, serta
terdapat satu aspek tambahan dengan tiga indikator kemampuan yang membantu
(auxiliary abilities). Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut: 45
a. Memberikan klarifikasi sederhana (basic clarification)
1) Memfokuskan pada pertanyaan

42
Ibid., h.196.
43
Ibid.
44
Ibid., h. 197.
45
Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking
Dispositions and Abilities, diakses pada 4 Februari 2015, h.2-4,
(faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinking_51711_000.pdf)
19

a) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan


b) Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk menilai
kemungkinan jawaban
c) Menjaga pertanyaan dan keadaan dalam pikiran
2) Menganalisis argumen
a) Mengidentifikasi kesimpulan
b) Mengidentifikasi alasan atau pendapat
c) Menganggap atau mengidentifikasi asumsi sederhana
d) Mengidentifikasi dan menangani penyimpangan (irrelevance)
e) Melihat struktur argumen
f) Meringkas
3) Menanyakan dan menjawab klarifikasi dan/atau pertanyaan menantang
a) Mengapa?
b) Apa intinya?
c) Apa yang anda maksud?
d) Apa contohnya?
e) Apa yang bukan contohnya?
f) Bagaimana menerapkannya pada kasus tersebut?
g) Apa perbedaan yang membuatnya?
h) Apa faktanya?
i) Benarkah yang anda katakan: ……………?
j) Dapatkah anda mengatakannya lebih tentang hal tersebut?
b. Dua dasar untuk keputusan (two basic for a decision)
4) Menilai kredibilitas sumber
a) Keahlian
b) Kekurangan konflik yang penting (interest)
c) Kesepakatan dengan sumber lain
d) Reputasi
e) Penggunaan prosedur yang tersedia
f) Mengetahui risiko terhadap reputasi
g) Kemampuan memberikan alasan
20

h) Kebiasaan berhati-hati
5) Mengobservasi dan menilai laporan observasi
a) Sedikit simpulan dilibatkan
b) Interval waktu yang singkat antara observasi dan laporan
c) Dilaporkan oleh pengamat
d) Ketentuan laporan
e) Bukti-bukti yang menguatkan
f) Kemungkinan dari bukti-bukti yang menguatkan
g) Akses yang baik
h) Penggunaan teknologi yang kompeten
i) Kepuasan observer
c. Kesimpulan (inference)
6) Deduksi dan menilai deduksi
a) Kelompok yang logis
b) Kondisi yang logis
c) Interpretasi istilah yang logis
d) Memenuhi syarat alasan deduktif
7) Membuat kesimpulan (induksi)
a) Membuat generalisasi
b) Mengemukakan hipotesis
8) Membuat dan menilai pertimbangan nilai keputusan
a) Latar belakang fakta
b) Konsekuensi menerima atau menolak keputusan
c) Mengutamakan penerapan prinsip yang dapat diterima
d) Alternatif
e) Menyeimbangkan, menimbang, memutuskan
d. Memberikan klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification)
9) Mendefinisikan istilah dan menilai definisi
a) Bentuk definisi
b) Fungsi definisional (tindakan)
c) Isi definisi
21

d) Mengidentifikasi dan menangani dalih


10) Melengkapi asumsi yang tidak dinyatakan
a) Rasa peyoratif (keragu-raguan atau kepalsuan)
b) Menuliskan: anggapan, asumsi yang dibutuhkan, atau asumsi yang
digunakan
e. Membuat pengandaian dan integrasi (supposition and integration)
11) Mempertimbangkan dan memberikan alasan dari pendapat, alasan,
asumsi, posisi, dan saran lain yang tidak disepakati atau diragukan, tanpa
membiarkan ketidaksepakatan dan keraguan mengganggu pemikiran
(berpikir yang disangka benar)
12) Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan
mempertahankan keputusan
f. Kemampuan yang membantu (auxiliary abilities), bukan termasuk dari aturan
berpikir kritis tetapi sangat bermanfaat
13) Berproses pada aturan sistematis yang disesuaikan dengan keadaan
a) Mengikuti tahapan pemecahan masalah
b) Memonitor pemikiran sendiri (terlibat dalam metakognitif)
c) Menggunakan daftar pemikiran kritis yang layak
14) Menjadi sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan derajat
pengalaman orang lain
15) Menggunakan strategi retorika yang sesuai dalam diskusi dan presentasi
(lisan dan tulisan), termasuk menggunakan dan bereaksi terhadap label
kekeliruan pada aturan sistematis
Dengan demikian, jika seseorang menggunakan keterampilan
berpikirnya secara kritis, maka orang tersebut dapat memberikan penjelasan
sederhana, menggunakan keterampilan dasarnya, menyimpulkan, memberikan
penjelasan lebih lanjut, membuat pengandaian dan mengintegrasikan semua
keterampilan berpikir kritis, serta ditambah dengan keterampilan tambahan dalam
berpikir kritis.
22

3. Konsep Kalor
a. Kalor sebagai Transfer Energi
Kalor mengalir dengan sendirinya dari suatu benda yang temperaturnya
lebih tinggi ke benda lain dengan temperatur yang lebih rendah. Satuan yang
umum untuk kalor, yang masih digunakan sekarang, dinamakan kalori. Satuan
yang lebih sering digunakan dari kalori adalah kilokalori (kkal), yang besarnya
1000 kalori. Kadangkala satu kilokalori disebut Kalori (dengan huruf K besar). 46
Jadi, kalor mengacu pada transfer energi dari satu benda ke yang lainnya karena
adanya perbedaan temperatur.
James Prescott Joule (1818-1889) melakukan sejumlah percobaan yang
penting untuk menetapkan bahwa kalor, seperti kerja, mempresentasikan transfer
energi. Joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang dilakukan selalu
ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. Secara kuantitatif, kerja 4,186
joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor, dikenal dengan tara kalor
mekanik. 47 Dengan demikian, kalor dan energi kadangkala juga dinyatakan dalam
kalori atau kilokalori, di mana 1 kal = 4,186 J yang merupakan jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan 1 g air sebesar 1Co.

b. Kalor Jenis
Besar kalor Q yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur zat tertentu
sebanding dengan massa m zat tersebut dan dengan perubahan temperatur ∆T. Hal
ini dapat dinyatakan dalam persamaan, 48
𝑄𝑄 = 𝑚𝑚𝑚𝑚 ∆𝑇𝑇 …………………………(2.1)
di mana c adalah besaran karakteristik dari zat tersebut, yang disebut kalor jenis.
Karena c = Q/m∆T, kalor jenis dinyatakan dalam satuan J/kg.Co (satuan SI yang
sesuai) atau kkal/kg.Co. Jadi, kalor jenis, c, dari zat didefinisikan sebagai energi
(atau kalor) yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur massa satuan zat
sebesar 1 derajat.

46
Douglas C Giancoli, Fisika, Edisi 5, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h.489.
47
Ibid.
48
Ibid., h.492.
23

c. Konservasi Energi
Ketika bagian-bagian yang berbeda dari sistem yang terisolasi berada
pada temperatur yang berbeda, kalor akan mengalir dari bagian dengan temperatur
yang lebih tinggi ke bagian dengan temperatur lebih rendah. Jadi, konservasi
energi memainkan peranan penting: kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem
sama dengan kalor yang didapat oleh bagian yang lain: 49
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 …………(2.2)
Pertukaran energi tersebut merupakan dasar teknik yang dikenal dengan
nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. 50
Dengan demikian, ketika kalor mengalir di dalam sistem yang terisolasi,
konservasi energi memberitahu kita bahwa kalor yang diterima oleh satu bagian
sistem sama dengan kalor yang dikeluarkan oleh bagian sistem yang lain.
Konservasi energi pada pertukaran kalor, seperti yang ditunjukkan oleh
Persamaan (2.2), pertama kali diukur oleh Joseph Black (1728-1799), seorang
ilmuwan Inggris. Oleh karena itu, Persamaan (2.2) dikenal sebagai asas Black.

d. Kalor Laten
Ketika suatu zat berubah wujud dari padat ke cair, atau dari cair ke gas,
sejumlah tertentu energi terlibat pada perubahan wujud. Kalor yang dibutuhkan
untuk mengubah 1,0 kg zat dari padat menjadi cair disebut kalor lebur. Kalor
yang dibutuhkan untuk mengubah suatu zat dari cair ke uap disebut kalor
penguapan. 51

Gambar 2.1 Bagan perubahan wujud benda

49
Ibid., h.494.
50
Ibid., h.495.
51
Ibid., h.497.
24

Kalor penguapan dan lebur juga mengacu pada jumlah kalor yang
dilepaskan oleh zat ketika berubah dari gas ke cair, atau dari cair ke padat. Nilai-
nilai untuk kalor lebur dan kalor penguapan, yang disebut juga kalor laten. Kalor
yang terlibat dalam perubahan wujud tidak hanya bergantung pada kalor laten,
tetapi juga pada massa total zat tersebut. Sehingga, 52
𝑄𝑄 = 𝑚𝑚𝑚𝑚 …………………………(2.3)
di mana L adalah kalor laten proses dan zat tertentu, m adalah massa zat, dan Q
adalah kalor yang dibutuhkan atau dikeluarkan selama perubahan wujud. Jadi,
pertukaran energi terjadi, tanpa perubahan temperatur, ketika zat berubah wujud.
Kalor laten untuk mengubah cairan menjadi gas diperlukan tidak hanya
pada titik didih. Air juga dapat berubah dari wujud cair ke gas bahkan pada
temperatur ruangan. Proses ini disebut penguapan. Ketika air menguap, air akan
mendingin, karena energi yang dibutuhkan (kalor laten untuk penguapan) datang
dari air itu sendiri.
Penguapan air dari kulit merupakan satu dari metode penting yang
digunakan tubuh untuk mengendalikan temperaturnya. Ketika temperatur darah
naik sedikit di atas normal, kelenjar hypothalamus mendeteksi naiknya temperatur
ini dan mengirimkan sinyal ke kelenjar keringat untuk menaikkan produksinya.
Energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air ini berasal dari tubuh, dan dengan
demikian tubuh menjadi dingin.
Ketika tubuh kita berkeringat karena berolahraga, janganlah berdiri di
tempat yang aliran anginnya kuat. Aliran angin yang kuat akan menghasilkan
pendinginan lebih pada penguapan keringat dan menyebabkan turunnya ketahanan
tubuh kita terhadap infeksi. Akibatnya, tubuh mudah terserang penyakit.
Kita dapat menggunakan teori kinetik untuk memahami mengapa
dibutuhkan energi untuk meleburkan atau menguapkan suatu zat. Diketahui
bahwa pada saat benda berada pada wujud padat, molekulnya terletak teratur.
Pada saat melebur, energi dibutuhkan untuk mencegah energi potensial molekul
dan bukan untuk menaikkan energi kinetik. Setelah molekul lepas dari gaya tarik

52
Ibid., h.498.
25

tarik-menariknya, mereka dapat bebas bergerak sehingga ketika benda diberi kalor
akan digunakan untuk menaikkan energi kinetik dan temperatur benda meningkat.
Pada saat menguap, energi dibutuhkan untuk mencegah agar tidak berdekatan den
terlepas ke fase gas. Pada umumnya, kalor pengupaan lebih besar dibandingkan
kalor peleburan karena jarak rata-rata antarmolekul menjadi jauh lebih besar.
Suatu zat kadang-kadang dapat berubah wujud dari padat langsung
menjadi gas. Proses ini dinamakan menyublim. Sebagai contoh, karbon dioksida
cair hanya ada pada tekanan yang lebih rendah dari 5 × 105 Pa (kira-kira 5 atm),
padahal karbon dioksida padat dapat menyublim pada tekanan atmosfer (1 atm).
Oleh karena itu, pada keadaan normal, karbon dioksida padat (disebut es kering)
jika diberi kalor langsung berubah menjadi gas karbon dioksida tanpa melalui
wujud cair.
Peristiwa menyublim dimanfaatkan orang dalam teknik pengeringan
beku (freeze drying) untuk mengawetkan produk makanan, bunga, dan plasma
darah. Mula-mula produk makanan diawetkan dengan membekukan kandungan
airnya pada pada temperatur yang rendah. Kemudian, es yang terkurung dalam
produk makanan diuapkan dengan cara mengurangi tekanan sehingga es langsung
menyublim menjadi uap air. Uap air ini dialirkan ke luar dari tempat pengeringan
sehingga tinggallah produk makanan kering tanpa kehilangan kandungan zat-zat
penting (bau dan citarasa). Oleh karena kering, produk makanan tidak mudah
membusuk. Kelak, jika produk makanan hendak digunakan, kondisinya dapat
dipulihkan dengan menambah air.

e. Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan
tiga cara, yaitu dengan konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi kalor pada
banyak zat dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul-molekul.
Tumbukan molekul mentransfer energi gerakan termal ke sepanjang benda.
Konduksi atau kecepatan aliran kalor dinyatakan oleh hubungan, 53

53
Ibid., h.501.
26

∆𝑄𝑄 𝑇𝑇1 −𝑇𝑇2


= 𝑘𝑘𝑘𝑘 …………………………(2.4)
∆𝑡𝑡 𝑙𝑙

di mana A adalah luas penampang lintang benda, l adalah jarak antara kedua
ujung, yang mempunyai temperatur T1 dan T2, dan k adalah konstanta pembanding
yang disebut konduktivitas termal, yang merupakan karakteristik zat tersebut. Zat-
zat di mana k besar, menghantarkan kalor dengan cepat dan dinamakan konduktor
yang baik, sedangkan zat-zat yang memiliki k yang kecil merupakan penghantar
kalor yang buruk dan dengan demikian dinamakan isolator. 54 Jadi, zat bukan
logam umumnya bukan penghantar kalor yang baik (isolator), termasuk air dan
udara. Udara sebagai penghantar kalor yang buruk telah sering kita manfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari. Ketika udara malam hari terasa dingin, kita tidur
dengan menggunakan selimut. Udara yang terperangkap di antara tubuh dan
selimut berfungsi sebagai isolator kalor, yang akan menghambat perpindahan
kalor dari tubuh ke udara dingin di luar selimut. Akibatnya, tubuh kita tetap
hangat.
Dengan demikian, pada konduksi, energi ditransfer dari molekul atau
elektron dengan energi kinetik yang lebih tinggi ke tetangganya yang mempunyai
energi kinetik yang lebih rendah ketika mereka bertumbukan. Kita dengan mudah
menemukan manfaat konduktor dan isolator dalam keseharian, seperti pada panci
untuk memasak atau pada setrika listrik.
Konveksi adalah proses di mana kalor ditransfer dengan pergerakan
molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika konduksi melibatkan molekul
yang hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan bertumbukan, maka konveksi
55
melibatkan pergerakan partikel dalam jarak yang besar. Jadi, konveksi
merupakan transfer energi dengan cara perpindahan massa menempuh jarak yang
cukup jauh.
Proses konveksi ini dapat diamati pada air yang dimasak di atas
kompor. Air yang berada di dasar wadah mendapatkan kalor dari nyala api secara
konduksi. Kemudian temperatur air di dasar wadah akan bertambah dan
volumenya juga bertambah. Pertambahan volume ini menebabkan massa jenis air

54
Ibid., h.502.
55
Ibid., h.504.
27

menjadi lebih kecil dibandingkan dengan air yang ada di bagian atas sehingga air
menjadi lebih ringan lalu bergerak ke atas. Perpindahan tersebut meninggalkan
tempat kosong yang langsung diisi oleh air yang belum panas (massa jenis besar).
Hal ini terus terjadi sampai air terus bergerak dan berputar. Jadi, perpindahan
panas secara konveksi disebabkan oleh perbedaan massa jenis pada fluida. Angin
laut dan angin darat merupakan satu di antara contoh dari konveksi udara secara
alami.

Gambar 2.2 Angin laut dan angin darat terjadi melalui konveksi alami udara

Selain terdapat proses konveksi alami, terdapat juga proses konveksi


paksa. Dalam konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi langsung diarahkan ke
tujuannya oleh sebuah peniup (blower) atau pompa. Satu di antara contoh dari
konveksi paksa yaitu pada sistem pendingin mobil, di mana air diedarkan di
dalam pipa-pipa air oleh bantuan sebuah pompa air (water pump). Panas mesin
yang tidak dikehendaki dibawa oleh sirkulasi air menuju ke radiator. Di dalam
sirip-sirip radiator ini air hangat didinginkan oleh udara. Air yang dingin kembali
menuju pipa-pipa air yang bersentuhan dengan blok-blok mesin untuk mengulang
siklus berikutnya. Perlu diperhatikan bahwa radiator berfungsi sebagai penukar
kalor (heat exchanger). Jadi, fungsi radiator yaitu menjaga temperatur mesin agar
tidak melampaui batas desain, sehingga mesin tidak rusak karena pemanasan
lebih. Oleh karena itu, pemilik mobil harus selalu memeriksa apakah volume air
radiatornya cukup atau tidak. Mengapa air yang digunakan sebagai fluida?
Jawabannya adalah karena air mempunyai kalor jenis yang besar sehingga mampu
mengambil kalor yang cukup besar.
28

Gambar 2.3 Konveksi paksa pada sistem pendingin mobil

Semua kehidupan di bumi ini bergantung pada transfer energi dari


matahari, dan energi ini ditransfer ke bumi melalui ruang yang hampa (atau
hampir hampa). Bentuk transfer energi ini dalam kalor dinamakan radiasi. Radiasi
pada intinya terdiri dari gelombang elektromagnetik. 56 Dengan demikian, radiasi
merupakan transfer energi oleh gelombang elektromagnetik yang tidak
membutuhkan adanya materi, seperti dari matahari.
Kecepatan sebuah benda meradiasikan energi (∆Q/∆t) dinyatakan
melalui hubungan,
∆𝑄𝑄
= 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑇𝑇 4 …………………………(2.5)
∆𝑡𝑡

Di mana A luas permukaan benda dan T temperatur mutlak suatu benda.


Persamaan ini disebut persamaan Stefan-Boltzmann, dan σ merupakan konstanta
universal yang disebut konstanta Stefan-Boltzmann yang memiliki nilai 5,67 × 10-
8
W/m2.K4. 57
Faktor e, disebut emisivitas, merupakan bilangan antara 0 dan 1 yang
merupakan karakteristik materi. Permukaan yang sangat hitam, mempunyai
emisivitas yang mendekati 1, sementara permukaan yang mengkilat mempunyai e
yang mendekati 0. Permukaan mengkilat tidak hanya memancarkan radiasi, tetapi
juga menyerap radiasi. Dengan demikian, penyerap yang baik juga merupakan
pemancar yang baik. 58 Aplikasi prinsip tersebut dapat ditemukan pada termos air

56
Ibid., h.507.
57
Ibid.
58
Ibid.
29

panas di mana permukaan dalam termos selalu diberi lapisan perak mengkilap
untuk mengurangi radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan dinding
termos. Permukaan mengkilap tersebut merupakan penyerap dan pemancar kalor
yang buruk.
Jadi, semua benda memancarkan energi dengan jumlah yang sebanding
dengan pangkat empat temperatur Kelvinnya dan dengan luas permukaannya.
Energi yang dipancarkan (atau diserap) juga bergantung pada sifat permukaan
yang dikarakteristikan oleh emisivitas, e.
Satu di antara contoh dari pemanfaatan radiasi di dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu pada sistem perapian rumah. Sebagian besar kalor pada perapian
rumah akan naik ke atas cerobong asap karena dibawa oleh konveksi udara.
Tubuh kita merasa hangat karena penjalaran kalor ke samping dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Dengan kata lain, tubuh kita merasa hangat karena
penghantaran kalor secara radiasi. Contoh lainnya yaitu pada perangkat panel
surya (solar panel) yang digunakan untuk menyerap radiasi dari Matahari. Panel
surya terdiri dari wadah logam berongga yang dicat hitam dengan panel depan
terbuat dari kaca. Kalor radiasi dari Matahari diserap oleh permukaan hitam dan
dihantarkan secara konduksi melalui logam.
Benda apapun tidak hanya memancarkan energi dengan radiasi, tetapi
juga menyerap energi yang diradiasikan oleh benda lain. Jika sebuah benda
dengan emisivitas e dan luas A berada pada temperatur T1, benda ini meradiasikan
energi dengan kecepatan eσAT14. Jika benda tersebut dikelilingi oleh lingkungan
dengan temperatur T2 dan emisivitas tinggi, kecepatan radiasi energi oleh
sekitarnya sebanding dengan T24, dan kecepatan energi yang diserap oleh benda
sebanding dengan T24. Kecepatan total aliran kalor radiasi dari benda dinyatakan
dengan persamaan,
∆𝑄𝑄
= 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒(𝑇𝑇14 − 𝑇𝑇24 ) …………………………(2.6)
∆𝑡𝑡

di mana A adalah luas permukaan benda, T1 adalah temperaturnya dan e


emisivitasnya (pada temperatur T1), dan T2 adalah temperatur sekelilingnya. 59

59
Ibid.
33

Kurikulum 2013 mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta


berorientasi pada pendekatan saintifik;
Keterampilan berpikir kritis memperhatikan kemampuan kognitif dan sikap;
Keterampilan berpikir kritis belum ditradisikan di sekolah-sekolah dan siswa
belum dilibatkan secara aktif untuk mencari konsepnya sendiri.

Pembelajaran bersifat teacher centered, pasif, dan belum meningkatkan


keterampilan berpikir kritis

Dibutuhkan model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifik


dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis, yaitu model pembelajaran
inquiry training

Pembelajaran menjadi aktif dan meningkatkan keterampilan berpiki kritis

Gambar 2.4 Bagan kerangka berpikir

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemilihan pokok masalah dan kajian teoritis yang
melandasi penelitian ini, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “Model pembelajaran inquiry training berpengaruh terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2014/2015 di SMA Negeri 9 Bekasi.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
experiment. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. 1
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
equivalent control group design. Pada desain ini, kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random. 2
Tabel 3.1 Non-equivalent control group design
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 XE O2
Kontrol O1 XK O2

Keterangan:
O1 = Pre-test yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol sebelum
perlakuan
O2 = Post-test yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol setelah
perlakuan
XE = Perlakuan di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
inquiry training
XK = Perlakuan di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan
Kurikulum 2013

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2009), cet.2, h.114.
2
Ibid., h.116.

34
35

C. Populasi dan Sampel Penelitian


3
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 9 Bekasi. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 4 Sampel penelitian ini adalah dua kelas
X di SMA Negeri 9 Bekasi, yaitu kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan X
MIA 2 sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampling yang dilakukan pada penelitian adalah secara
purposive sampling. Purposive sampling atau sampel bertujuan dilakukan dengan
cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena
beberapa pertimbangan. 5

E. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
6
suatu penelitian. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab,
variabel bebas, atau independent variable (X), sedangkan variabel akibat disebut
variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel terikat, atau dependent variable
(Y). 7 Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah model pembelajaran inquiry
training, sedangkan variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah keterampilan
berpikir kritis.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:

3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 2010,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.14, h.173.
4
Ibid., h.174.
5
Ibid., h.183.
6
Ibid., h.161.
7
Ibid., h.162.
36

1. Tahap persiapan, meliputi:


a. Merumuskan masalah penelitian.
b. Melakukan studi literatur tentang penelitian.
c. Pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
d. Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian.
e. Membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah
dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran dengan model pembelajaran
yang diujikan. Kemudian mempersiapkan modul, desain alat evaluasi,
serta segala hal yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran di
kelas eksperimen.
f. Menguji coba instrumen, menganalisis hasil uji coba instrumen, dan
memperbaiki instrumen.
2. Tahap pelaksanaan, meliputi:
a. Mengelompokkan sampel penelitian menjadi dua kelas, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
b. Memberikan tes awal (pretest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
akan disampaikan.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training.
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas kontrol dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum
2013.
e. Memberikan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui keterampilan berpikir
kritis siswa.
f. Membandingkan antara hasil pretest dan posttest untuk menentukan
apakah ada perbedaan yang muncul. Jika sekiranya perbedaan itu ada,
37

maka hal itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang
diberikan.
3. Tahap akhir, meliputi:
a. Analisis data.
b. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari
pengolahan data.

Perumusan masalah

Model pembelajaran inquiry training

Penyusunan RPP model Penyusunan instrumen


pembelajaran inquiry training

Uji coba instrumen dan revisi

Pretest

Penerapan model

Posttest

Analisis data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Bagan prosedur penelitian


38

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan tes dan observasi. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.8 Sedangkan
observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, di dalam pengertian
psikologis, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra. 9

H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya
10
lebih baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan berpikir kritis dalam bentuk tes subjektif (esai) yang diberikan
kepada sampel sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Data
penunjang pada penelitian ini adalah data observasi keterlaksanaan model
pembelajaran inquiry training dengan menggunakan instrumen berupa lembar
observasi.

I. Kalibrasi Instrumen Penelitian


Sebelum instrumen diberikan kepada sampel yang sebenarnya, terlebih
dahulu instrumen diuji cobakan di luar kelas sampel dengan tujuan untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal
instrumen tes keterampilan berpikir kritis.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. 11 Teknik yang digunakan untuk

8
Ibid., h.193.
9
Ibid., h.199.
10
Ibid., h.203.
11
Ibid., h.211.
39

mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan


oleh Pearson. 12 Rumus yang digunakan dalam menghitung besarnya validitas
butir soal adalah sebagai berikut. 13
𝑁𝑁Σ𝑋𝑋𝑋𝑋 −(Σ𝑋𝑋)(Σ𝑌𝑌)
𝑟𝑟𝑋𝑋𝑋𝑋 = …………………(3.1)
�[𝑁𝑁Σ 𝑋𝑋 2 −(Σ𝑋𝑋) 2 ][𝑁𝑁Σ 𝑌𝑌 2 −(Σ𝑌𝑌)2 ]

Di mana:
rXY = koefisien korelasi Pearson
X = butir setiap soal
Y = jumlah skor setiap siswa
N = jumlah siswa
Cara penafsiran harga koefisien korelasi yaitu membandingkan
koefisien korelasi butir soal (rhitung) dengan koefisien korelasi product moment
(rtabel). Butir soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel pada taraf signifikan α = 0,05.
rtabel untuk n = 37 adalah 0,325 yang artinya jika validitas soal≥ 0,325 maka soal
valid, begitu sebaliknya. Berikut merupakan hasil uji validitas dalam penelitian
ini, sedangkan tabel analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 3.2 Hasil uji validitas instrumen
Statistik
Jumlah Soal 16
Jumlah Siswa 37
Nomor Soal Valid 3, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 15
Jumlah Soal Valid 8

2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan. 14 Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen tes
ini adalah rumus Alpha sebagai berikut. 15

12
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011), h.69.
13
Ibid., h.72.
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Op.Cit., h.221.
15
Ibid., h.239.
40

𝑘𝑘 Σ𝜎𝜎𝑏𝑏2
𝑟𝑟11 = �(𝑘𝑘−1)� �1 − � …………………………(3.2)
𝜎𝜎𝑡𝑡2

Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσb2 = jumlah varians butir
σt2 = varians total
Cara penafsiran harga koefisien reliabilitas yaitu membandingkan
koefisien reliabilitas butir soal (r11) dengan rtabel. Instrumen soal dikatakan reliabel
jika r11 > rtabel pada taraf signifikan α = 0,05. rtabel untuk n = 37 adalah 0,325 yang
artinya jika reliabilitas soal≥ 0,325 maka soal reliabel, begitu sebaliknya. Berikut
merupakan hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini, sedangkan tabel analisis
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 3.3 Hasil uji reliabilitas instrumen
Statistik
Tipe Soal r11 Kesimpulan
A 0,489 Reliabel
B 0,609 Reliabel

3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta didik yang
kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi). Rumus untung menghitung daya
pembeda soal adalah sebagai berikut. 16
𝑋𝑋�𝐾𝐾𝐾𝐾−𝑋𝑋�𝐾𝐾𝐾𝐾
𝐷𝐷𝐷𝐷 = ……………………… (3.3)
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀

Keterangan:
DP = daya pembeda
XKA = rata-rata kelas atas
XKB = rata-rata kelas bawah
Skor maks = skor maksimum

16
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h.133.
41

Penafsiran daya pembeda soal dengan kriteria seperti berikut. 17


0,40 ke atas = sangat baik
0,30 – 0,39 = baik
0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu perbaikan
0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang
Berikut merupakan hasil uji daya pembeda soal dalam penelitian ini,
sedangkan untuk tabel analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 3.4 Hasil uji daya pembeda instrumen
Kategori Soal Jumlah Soal Persentase (%)
Sangat baik 5 31,25 %
Baik 2 12,50 %
Cukup 3 18,75 %
Kurang baik 6 37,50 %
Jumlah 16 100 %

4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. 18
Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut. 19
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 = …………(3.4)
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

Indeks tingkat kesukaran soal dinyatakan dengan kriteria sebagai


berikut.20
0,00 – 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah
Berikut merupakan hasil uji tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini,
sedangkan untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

17
Ibid.
18
Ibid., h.134.
19
Ibid., h.135.
20
Ibid.
42

Tabel 3.5 Hasil uji tingkat kesukaran instrumen


Kategori Soal Jumlah Soal Persentase (%)
Sukar 9 56,25 %
Sedang 7 43,75 %
Mudah 0 0%
Jumlah 16 100 %

J. Teknik Analisis Data


Setelah data-data terkumpul, maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis Data
Uji prasyarat dalam teknik analisis data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Chi-Kuadrat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:21
(𝑂𝑂−𝐸𝐸) 2
𝜒𝜒 2 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = ∑ � � …………………………(3.5)
𝐸𝐸

Apabila χ2hitung ≥ χ2tabel, artinya data berdistribusi tidak normal dan


apabila χ2hitung ≤ χ2tabel, artinya data berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas
Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians digunakan untuk
menguji apakah kedua data tersebut homogen, yaitu dengan membandingkan
kedua variansnya. 22 Uji homogenitas yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Fisher, yaitu dengan menggunakan rumus: 23
𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝐹𝐹ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = …………………………(3.6)
𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

Keterangan:

21
Harinaldi, Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, (Jakarta: Erlangga, 2005),
h.198.
22
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, Edisi kedua, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), h.133.
23
Ibid., h.134.
43

Apabila Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima, berarti data berasal dari data
yang homogen. Sedangkan, apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, berarti data
tidak berasal dari data yang homogen.

2. Uji Statistik
Berdasarkan uji prasyarat yang dilakukan, maka uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut jika:
a. Sampel berdistribusi normal, maka menggunakan uji t-pasangan. Populasi
yang saling tergantung (dependent population) dapat dicontohkan dengan
suatu kelompok yang ditinjau sifatnya sebelum dan sesudah mendapatkan
perlakuan terhadap sifat yang ditinjau tersebut. Rumusnya adalah: 24
𝑑𝑑�−𝜇𝜇 𝑑𝑑
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑠𝑠𝑑𝑑 …………………………(3.7)

√𝑛𝑛

Keterangan:
d = Perbedaan nilai pasangan data (sebelum dan sesudah diberi perlakuan)
= x1 – x2
sd = Standar deviasi
n = Jumlah sampel kelas
b. Sampel tidak berdistribusi normal, maka menggunakan uji peringkat bertanda
Wilcoxon. Uji ini menggunakan arah dan besar perbedaan untuk mengatahui
apakah benar-benar terdapat perbedaan pada data ordinal pasangan tersebut. 25

3. Uji N-gain
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
melalui model pembelajaran inquiry training, teknik analisis data yang dapat
digunakan pada penelitian ini adalah dengan uji N-gain dengan persamaan: 26
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 −𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑁𝑁 − 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 = …………(3.8)
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 −𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝

24
Harinaldi, Op.Cit., h.178.
25
Ibid., h.230.
26
Joko Purwanto dan Binti Uswatun Hasanah, Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri
Tipe Pictorial Riddle dengan Integrasi-Interkoneksi pada Materi Suhu dan Kalor terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA, Jurnal Kaunia Vol.X No.2, 2014, h.119.
44

N-gain dikatakan tinggi jika N-gain ≥ 0,7. Jika N-gain besarnya antara 0,3 sampai
0,7 maka termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan N-gain besarnya di
bawah 0,3 maka termasuk ke dalam kategori rendah.

K. Hipotesis Statistik
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, maka dapat
dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : µd = 0
H1 : µd ≠ 0
Jika analisis data dengan uji t-pasangan, maka penarikan kesimpulan
dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai thitung dan ttabel pada taraf
signifikan 5%. Apabila thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, begitu
sebaliknya. Namun, jika analisis data dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon,
maka penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan antara Thitung
dan Ttabel pada taraf signifikan 5%. Jika Thitung peringkat positif > Ttabel atau Thitung
peringkat negatif < Ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, begitu sebaliknya. µd
rata-rata perubahan nilai pretest dan posttest siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berikut ini merupakan penjabaran hasil penelitian tentang pengaruh
model pembelajran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa
pada konsep kalor, baik dari hasil deskripsi data maupun hasil pengujian hipotesis
penelitian.
1. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
a. Pretest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest
keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dari 39 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas eksperimen adalah
22 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 22 sampai 28
sebanyak 2 orang (5,13%), sedangkan nilai tertingginya adalah 59 dengan jumlah
siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 57 sampai 63 sebanyak 1 orang
(2,56%). Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 43,13 sehingga siswa
yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 25 orang (64,10%), sedangkan
siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 14 orang (35,90%).
Modus dari pretest kelas eksperimen adalah 44 dan 47, sedangkan mediannya
adalah 44. Rentang nilai pretest kelas eksperimen sebesar 37, standar deviasi
sebesar 8,14, dan varian sebesar 66,32. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 13.

b. Posttest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen


Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest
keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dari 39 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas eksperimen
adalah 47 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 47
sampai 53 sebanyak 1 orang (2,56%), sedangkan nilai tertingginya adalah 88
dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 82 sampai 88

45
46

sebanyak 5 orang (12,82%). Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar


71,18 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 22 orang
(56,41%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 17
orang (43,59%). Modus dari posttest kelas eksperimen adalah 56, 78, dan 88,
sedangkan mediannya adalah 72. Rentang nilai posttest kelas eksperimen sebesar
41, standar deviasi sebesar 11,74, dan varian sebesar 137,94. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil tes keterampilan
berpikir kritis sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran kelas
eksperimen.

Perbandingan nilai pretest-posttest kelas eksperimen


160
140
120
100
Nilai

80
60
40
20
0
Standar
Terendah Tertinggi Rata-rata Modus Median Rentang Varian
deviasi
Pretest 22 59 43,13 47 44 37 8,14 66,32
Posttest 47 88 71,18 88 72 41 11,74 137,94

Deskripsi data statistik

Gambar 4.1 Perbandingan pretest dan posttest kelas eksperimen

c. Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest-


posttest kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis
indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest di kelas
eksperimen yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Indikator
keterampilan berpikir kritis terendah pada saat pretest adalah menjelaskan bentuk
definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor pada butir soal
nomor 2, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat
47

pretest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan


Asas Black pada butir soal nomor 3. Sementara itu, indikator keterampilan
berpikir kritis terendah pada saat posttest adalah mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang
peristiwa perubahan wujud benda pada butir soal nomor 5, sedangkan indikator
keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat posttest adalah menjelaskan bentuk
definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor pada butir soal
nomor 2. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasilanalisis indikator
keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas eksperimen.

Analisis indikator keterampilan berpikir kritis


berdasarkan pretest-posttest kelas eksperimen

12

10
Rata-rata nilai

0
A.1.b B.4.a C.7.a C.8.c D.9.a D.10.b E.11 E.12
Pretest 2,804 6,971 7,212 7,292 0,561 8,093 6,01 4,006
Posttest 4,247 9,455 9,776 9,295 10,016 9,535 9,936 9,135

Indikator keterampilan berpikir kritis

Gambar 4.2 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis


berdasarkan pretest dan posttest kelas eksperimen
Keterangan
A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
jawaban
B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian
C.7.a: Membuat generalisasi
C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima
D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan)
D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
48

E.11: Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat


pengandaian posisi (kondisi)
E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan
mempertahankan keputusan

2. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol


a. Pretest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest
keterampilan berpikir kritis kelas kontrol dari 36 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas kontrol adalah 41
dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 41 sampai 44
sebanyak 1 orang (2,78%), sedangkan nilai tertingginya adalah 62 dengan jumlah
siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 61 sampai 64 sebanyak 1 orang
(2,78%). Nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 52,17 sehingga siswa yang
mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 16 orang (44,44%), sedangkan siswa
yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 20 orang (55,56%). Modus dari
pretest kelas kontrol adalah 50, sedangkan mediannya adalah 50. Rentang nilai
pretest kelas kontrol sebesar 21, standar deviasi sebesar 4,91, dan varian sebesar
24,12. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.

b. Posttest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol


Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest
keterampilan berpikir kritis kelas kontrol dari 36 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas kontrol adalah 41
dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 41 sampai 48
sebanyak 1 orang (2,78%), sedangkan nilai tertingginya adalah 88 dengan jumlah
siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 81 sampai 88 sebanyak 1 orang
(2,78%). Nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 62,50 sehingga siswa yang
mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 17 orang (47,22%), sedangkan siswa
yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 19 orang (52,78%). Modus dari
posttest kelas kontrol adalah 62, sedangkan mediannya adalah 62. Rentang nilai
49

posttest kelas kontrol sebesar 47, standar deviasi sebesar 8,84, dan varian sebesar
78,16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil tes keterampilan
berpikir kritis sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran kelas
kontrol.

Perbandingan pretest-posttest kelas kontrol

100
90
80
70
60
Nilai

50
40
30
20
10
0
Standar
Terendah Tertinggi Rata-rata Modus Median Rentang Varian
deviasi
Pretest 41 62 52,17 50 50 21 4,91 24,12
Posttest 41 88 62,5 62 62 47 8,841 78,16

Deskripsi data statistik

Gambar 4.3 Perbandingan pretest dan posttest kelas kontrol

c. Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest-


posttest kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis
indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest di kelas
kontrol yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Indikator
keterampilan berpikir kritis terendah pada saat pretest adalah mengintegrasikan
kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan yang
terkait denganperistiwa perpindahan kalor pada butir soal nomor 4, sedangkan
indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat pretest adalah
menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black pada
butir soal nomor 3. Sementara itu, indikator keterampilan berpikir kritis terendah
pada saat posttest adalah mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud
50

benda pada butir soal nomor 5, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis
tertinggi pada saat posttest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai
dengan pernyataan Asas Black pada butir soal nomor 3. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil analisis indikator
keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas kontrol.

Analisis indikator keterampilan berpikir kritis


berdasarkan pretest-posttest kelas kontrol

12
10
8
Rata-rata

6
4
2
0
A.1.b B.4.a C.7.a C.8.c D.9.a D.10.b E.11 E.12
Pretest 3,733 7,378 6,684 8,767 4,34 9,201 7,813 3,385
Posttest 4,34 9,809 8,333 9,115 7,378 9,983 8,333 5,642

Indikator keterampilan berpikir kritis

Gambar 4.4 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis


berdasarkan pretest dan posttest kelas kontrol
Keterangan
A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
jawaban
B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian
C.7.a: Membuat generalisasi
C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima
D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan)
D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
E.11: Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat
pengandaian posisi (kondisi)
E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan
mempertahankan keputusan
51

3. Hasil Analisis Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran


Inquiry Training
Berdasarkan hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan model
pembelajaran inquiry training di kelas eksperimen yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Kegiatan pembelajaran fisika pada konsep kalor
dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan. Setiap pertemuan memiliki lima tahapan
yang dijabarkan menjadi tiga belas sub tahapan. Rata-rata persentase
keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training di kelas eksperimen sebesar
92,20% atau dapat dikatakan baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 15. Berikut ini merupakan histogram persentase dari lembar observasi
keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training yang dilaksanakan dalam tiga
kali pertemuan.

Keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training

100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
Persentase

50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
I II III
Keterlaksanaan 93,33% 93,33% 89,93%

Pertemuan

Gambar 4.5 Histogram persentase keterlaksanaan model pembelajaran


inquiry training

4. Pengujian Hipotesis
Berikut ini merupakan analisis data yang meliputi uji prasyarat analisis
statistik dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, uji hipotesis
dengan menggunakan uji t-pasangan, serta uji N-gain.
52

a. Uji prasyarat analisis data


1) Uji normalitas
Uji prasyarat melalui pengujian normalitas dilakukan terhadap dua buah
data yaitu data nilai pretest dan posttest. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji Chi-Kuadrat. Uji chi-kuadrat dapat dilakukan untuk
memeriksa apakah suatu pengumpulan data terdeskripsi secara baik oleh suatu
distribusi normal, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal apabila
χ2hitung ≤ χ2tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk lebih jelasnya, hasil uji
normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.1 di
bawah, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Tabel 4.1 Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen
Data Statistik Pretest Posttest
Jumlah siswa (n) 39 39
Rata-rata (x) 43,13 71,18
Standar deviasi (S) 8,14 11,74
χ2hitung 6,19 9,24
χ2tabel 11,07 11,07
Kesimpulan Normal Normal

Sementara itu, hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol
Data Statistik Pretest Posttest
Jumlah siswa (n) 36 36
Rata-rata (x) 52,17 62,50
Standar deviasi (S) 4,91 8,84
χ2hitung 7,50 9,78
χ2tabel 11,07 11,07
Kesimpulan Normal Normal

2) Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai
pretest dan posttest, baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dalam
penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Uji Fisher dapat
53

dilakukan untuk melihat apakah keterampilan berpikir kritis siswa dari kelas
eksperimen dan kontrol homogen atau tidak, dengan ketentuan bahwa data
homogen apabila Fhitung ≤ Ftabel dengan df1 = k – 1 = 2 – 1 = 1, df2 = n – k = 75 – 2
= 73, dan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk lebih jelasnya, hasil uji homogenitas
dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini, sedangkan perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 17.
Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas pretest dan posttest
Pretest Posttest
Data Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Jumlah 39 36 39 36
Varian 66,32 24,12 139,13 78,16
Fhitung 2,75 1,78
Ftabel 3,98 3,98
Kesimpulan Homogen Homogen

b. Uji hipotesis
Setelah melakukan perhitungan uji prasyarat melalui uji normalitas
yang menggunakan uji chi-kuadrat, maka didapatkan kesimpulan bahwa data
pretest dan posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal.
Karena data berdistribusi normal, selanjutnya, untuk melihat pengaruh model
pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada
konsep kalor, maka cara menghitungnya adalah dengan menggunakan rumus uji t-
pasangan, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.
Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah rata-rata
nilai perubahan dari pretest dan posttest (d), standar deviasi (Sd), dan jumlah
sampel (n). Dari perhitungan uji t-pasangan pada Lampiran 20, diperoleh thitung
untuk perubahan nilai pretest dan posttest kelas eksperimen sebesar 12,59. Uji
hipotesis yang telah diajukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel
dengan n = 39, didapatkan harga untuk thitung pada taraf signifikasi 5% adalah
2,02. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0 jika
thitung > ttabel. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak pada taraf signifikasi 5%.
Artinya, terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
54

keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil perhitungan uji hipotesis kelas eksperimen
Kelompok Sampel Perubahan rata-rata thitung ttabel Kesimpulan
Pretest 39
28,41 12,59 2,02 Tolak H0
Posttest 39

Sementara itu, dari perhitungan uji t-pasangan pada Lampiran 18,


diperoleh thitung untuk perubahan nilai pretest dan posttest kelas kontrol sebesar
7,43. Uji hipotesis yang telah diajukan dengan membandingkan nilai thitung dengan
ttabel dengan n = 36, didapatkan harga untuk thitung pada taraf signifikasi 5% adalah
2,03. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0 jika
thitung > ttabel. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak pada taraf signifikasi 5%.
Artinya, terdapat pengaruh pembelajaran Kurikulum 2013 terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil perhitungan uji hipotesis kelas kontrol
Kelompok Sampel Perubahan rata-rata thitung ttabel Kesimpulan
Pretest 36
11,72 7,43 2,03 Tolak H0
Posttest 36

c. Uji N-gain
Berdasarkan hasil perhitungan uji N-gain pada Lampiran 19, diperoleh
rata-rata nilai N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,49 yang diinterpretasikan
bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen berada
pada tingkat sedang. Sedangkan rata-rata N-gain untuk kelas kontrol sebesar 0,23
yang diinterpretasikan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa di kelas kontrol
berada pada tingkat rendah. Dengan demikian, keterampilan berpikir kritis siswa
yang telah melaksanakan model pembelajaran inquiry training lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang tidak melaksanakan model pembelajaran
tersebut. Untuk lebih jelasnya tentang hasil uji N-gain kelas eksperimen dan
kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut.
55

Tabel 4.6 Hasil uji N-gain kelas eksperimen dan kontrol


Kelas N-gain Keterangan
Eksperimen 0,49 Sedang
Kontrol 0,23 Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis


indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain di kelas eksperimen
maupun kontrol yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. N-gain dari
indikator keterampilan berpikir kritis terendah kelas eksperimen sebesar 0,13
dengan indikator mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud
benda pada butir soal nomor 5, sedangkan N-gain dari indikator keterampilan
berpikir kritis tertinggi kelas eksperimen sebesar 0,74 dengan indikator
menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan
kalor pada butir soal nomor 2. Sementara itu, N-gain dari indikator keterampilan
berpikir kritis terendah kelas kontrol sebesar 0,02 dengan indikator penerapan
prinsip-prinsip yang dapat diterima terkait dengan peristiwa perpindahan kalor
pada butir soal nomor 7, sedangkan N-gain dari indikator keterampilan berpikir
kritis tertinggi kelas kontrol sebesar 0,32 dengan indikator keahlian dalam
mengetahui peristiwa yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud benda pada
butir soal nomor 6. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Berikut ini merupakan histogram hasil analisis indikator keterampilan
berpikir kritis berdasarkan N-gain kelas eksperimen dan kontrol yang dapat dilihat
pada Gambar 4.6.
56

Perbandingan keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain kelas


eksperimen dan kontrol

0,800
0,700
0,600
Rata-rata N-gain

0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
A.1.b B.4.a C.7.a C.8.c D.9.a D.10.b E.11 E.12
Eksperimen 0,134 0,427 0,364 0,241 0,743 0,271 0,452 0,522
Kontrol 0,070 0,315 0,214 0,019 0,244 0,312 0,133 0,252

Indikator keterampilan berpikir kritis

Gambar 4.6 Analisis perbandingan indikator keterampilan berpikir kritis


berdasarkanN-gain kelas eksperimen dan kontrol
Keterangan
A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
jawaban
B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian
C.7.a: Membuat generalisasi
C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima
D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan)
D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
E.11: Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat
pengandaian posisi (kondisi)
E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan
mempertahankan keputusan

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil temuan yang diperoleh selama penelitian adalah terdapat
pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir
kritis siswa pada konsep kalor. Model pembelajaran inquiry training yang
digunakan di kelas eksperimen dapat mempengaruhi keterampilan berpikir kritis
57

siswa jauh lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian hipotesis yang menggunakan uji t-pasangan hasil pretest dan posttest
kelas eksperimen pada taraf 5% lebih besar dibandingkan dengan hasil pretest dan
posttest kelas kontrol, yaitu 12,59 untuk kelas eksperimen dan 7,43 untuk kelas
kontrol. Meskipun demikian, dua kelas tersebut sama-sama berhasil dalam
mempengaruhi keterampilan berpikir kritis.
Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran inquiry training juga jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran sesuai
dengan Kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian N-gain
terhadap data pretest dan posttest, baik dari kelas eksperimen maupun dari kelas
kontrol. Nilai rata-rata N-gain yang didapat dari pretest dan posttest kelas
eksperimen adalah sebesar 0,49 di mana hal ini dapat diinterpretasikan bahwa
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model
pembelajaran inquiry training berada pada taraf sedang. Sedangkan, nilai rata-rata
N-gain yang didapat dari pretest dan posttest kelas kontrol adalah sebesar 0,23 di
mana hal ini dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan ketereampilan berpikir
kritis siswa yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013
berada pada taraf rendah.
Sementara itu, interpretasi berdasarkan uji homogenitas data pretest
dari kelas eksperimen dan kontrol dapat disimpulkan bahwa secara umum
keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dilakukannya pembelajaran dari dua
kelas tersebut adalah sama. Begitu juga dengan uji homogenitas data posttest yang
dapat disimpulkan bahwa secara umum keterampilan berpikir kritis siswa sesudah
dilakukannya pembelajaran dari dua tersebut adalah sama.
Akan tetapi, apabila dipahami secara mendalam maka hasil perhitungan
uji homogenitas antara pretest dan posttest cukup berbeda. Koefisien homogenitas
nilai pretest jauh lebih besar dibandingkan dengan koefisien homogenitas nilai
posttest. Hal ini dikarenakan nilai-nilai pretest siswa lebih beragam dibandingkan
dengan nilai-nilai posttest siswa. Makna “beragam” di sini memiliki maksud
58

bahwa rentang nilai pretest kelas eksperimen yang besarnya 37 lebih luas
dibandingkan dengan rentang nilai pretest kelas kontrol yang besarnya hanya 21
di mana rata-rata nilai pretest kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan
kelas kontrol sehingga nilai kelas eksperimen tersebut tidak dapat mencapai kelas
63

metode Training Inquiry Model dengan bantuan KWL Chart pada mata kuliah
Konstruksi Bangunan Gedung mahasiswa program studi Pendidikan Teknik
Bangunan Universitas Sebelas Maret dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa
7
ditinjau dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Jadi,
peningkatan pencapaian siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat
meningkat karena pembelajaran siswa diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training.

7
Tutut Prasetiyanti, Sutrisno, dan Anis Rahmawati, Pembelajaran Training Inquiry
Model dengan Bantuan KWL Chart terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Teknik
Bangunan Universitas Sebelas Maret dalam Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Gedung, diakses
pada 4 Desember 2014, h.12, (jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ptb/article/download/3349/2349).
BAB V
PENUTUP

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran
inquiry training berada pada kategori sedang.
3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran
inquiry training pada indikator menjelaskan bentuk definisi berupa
operasional (persamaan) tinggi; pada indikator menilai kredibilitas sumber
berdasarkan keahlian, membuat generalisasi, mempertimbangkan dan
memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi), dan
mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan
mempertahankan keputusan sedang; serta pada indikator mengidentifikasi
atau merumuskan kriterian untuk mempertimbangkan jawaban, menerapkan
prinsip-prinsip yang dapat diterima, dan menuliskan asumsi yang dibutuhkan
rendah.

D. Saran
Mengacu pada hasil kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan
saran-saran sebagai berikut.
1. Model pembelajaran inquiry training merupakan salah satu model
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifik dan dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan demikian, model
pembelajaran inquiry training dapat dijadikan salah satu alternatif model
pembelajaran dalam pembelajaran fisika.

64
65

2. Pelaksanaan model pembelajaran inquiry training membutuhkan waktu yang


cukup banyak. Jadi, sebaiknya pengalokasian waktu kegiatan pembelajaran
pada RPP dibuat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizon, Renol, dkk. Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan


Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran
IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal
Penelitian Pembelajaran Fisika 1, 2012.
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya, 2011.
Anto, Adi Afri, dkk. Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Posing untuk
Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di Smp Negeri 27
Purworejo. Radiasi Vol.2 No.1, t.t.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013.
Arifudin, M Achya. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Interplus. 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
2010. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
----------. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara,
2011.
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press, 2012.
Azizah, Aulia dan Parmin. Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan
Meneliti Mahasiswa. UNNES Science Educational Journal Vol.1 No.1,
2012.
Ennis, Robert H. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking
Dispositions and Abilities.
faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThin
king_51711_000.pdf. 4 Februari 2015.
Fauziah, Resti, dkk. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi
Pembelajaran Berbasis Masalah. Invotec Vol.IX No.2, 2013.
Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

66
Harinaldi. Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga,
2005.
Kanginan, Marthen. Fisika 1 untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2006.
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Kognitif: Perkembangan Berpikir.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013.
Prasetiyanti, Tutut, dkk. Pembelajaran Training Inquiry Model dengan Bantuan
KWL Chart terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Teknik
Bangunan Universitas Sebelas Maret dalam Mata Kuliah Konstruksi
Bangunan Gedung.
jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ptb/article/download/3349/2349. 4
Desember 2014.
Purwanto, Joko dan Binti Uswatun Hasanah. Efektifitas Model Pembelajaran
Inkuiri Tipe Pictorial Riddle dengan Integrasi-Interkoneksi pada Materi
Suhu dan Kalor terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal
Kaunia Vol.X No.2, 2014.
Puspandini, Riska. Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
dan 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika
Siswa Kelas X Sma Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014. jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel05B4C0D70BEC68E4CDCEC5E2A020
3542.pdf. 19 Januari 2015.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta, 2009.
Syahbana, Ali. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Jurnal Edumatika
Vol.2 No.1, 2012.

67
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana, 2013.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik Edisi kedua.
Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Wardoyo, Sigit Mangun. Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung: Alfabeta,
2013.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.

68
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester :X/2
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Kalor
Konsep : Kalor dan Asas Black
Pertemuan : ke-1
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

69
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas
kalor.
C. Indikator Pembelajaran
3.8.1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan peristiwa pencampuran zat (Asas Black).
3.8.2 Membuat generalisasi tentang kalor dan Asas Black berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di kehidupan
sehari-hari.
3.8.3 Menjelaskan istilah maupun asumsi yang terkait dengan kalor dan Asas Black.
3.8.4 Menerapkan prinsip-prinsip yang terkait dengan kalor dan Asas Black dalam memecahkan masalah.
4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black dalam percobaan.
4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan peristiwa pencampuran zat (Asas Black).
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
• Memberikan penjelasan tentang kalor dan Asas Black.
• Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan Asas Black.
• Membuat generalisasi tentang kalor dan Asas Black berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di dalam kehidupan
sehari-hari.
• Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black.
• Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black yang ada di dalam
kehidupan sehari-hari.

70
E. Materi Pembelajaran

Suhu dan Kalor

Suhu Kalor

Suhu Pemuaian Kalor, Energi Perubahan Perpindahan


Termal, Asas Black Kalor
Wujud
Kapasitas
Kalor, Kalor
Jenis

Konduksi Konveksi Radiasi

• Kalor atau panas merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Satuan SI untuk kalor adalah joule dan kilokalori.
Kalor berhubungan dengan energi termal, kapasitas kalor, dan kalor jenis.
• Energi termal merupakan energi total yang dimiliki suatu benda, baik energi kinetik maupun energi potensial. Kapasitas kalor
merupakan jumlah kalor yang dibutuhkan suatu benda dalam menaikkan suhu sebesar 1oC. Kalor jenis merupakan jumlah kalor yang
dibutuhkan 1 kg benda dalam menaikkan suhu sebesar 1oC.
• Asas Black merupakan suatu prinsip pencampuran dua zat atau lebih suatu benda yang ditemukan oleh Joseph Black, yang berbunyi
“Jumlah kalor yang dilepaskan suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda yang lain.” Persamaan: Qlepas = Qterima
• Asas Black dimanfaatkan untuk mengetahui kalor jenis suatu bahan atau benda.

71
F. Model Pembelajaran
• Model pembelajaran : Model pembelajaran latihan inkuiri (inquiry training).
G. Alat dan Sumber Pembelajaran
• Alat/Bahan :

72
• Menyajikan permasalahan yang terkait dengan • Memahami permasalahan yang terkait dengan
kalor dan Asas Black dengan menampilkan kalor dan Asas Black yang terdapat pada gambar
gambar contoh makanan (besar dan kecil) dan contoh makanan (besar dan kecil) dan orang
orang demam demam
Pengumpulan Data Verifikasi Pengumpulan Data Verifikasi
• Membimbing siswa untuk mengumpulkan • Melakukan pengumpulan informasi atau data-data
informasi atau data-data tentang kalor dan Asas tentang kalor dan Asas Black melalui studi
Black melalui studi pustaka dari berbagai pustaka dari berbagai referensi (buku, internet,
referensi (buku, internet, dll) dll)
Pengumpulan Data Eksperimen Pengumpulan Data Eksperimen
• Membimbing siswa dalam melakukan eksperimen • Melakukan eksperimen tentang kalor dan Asas
tentang kalor dan Asas Black Black
• Membimbing siswa dalam mengatur data atau • Melakukan pengaturan data atau pengontrolan
variabel, seperti memanaskan sendok, memilih variabel, seperti memanaskan sendok, memilih
gelas ukur, menentukan jumlah air, dll gelas ukur, menentukan jumlah air, dll
• Membimbing dan mengarahkan pertanyaan- • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait
pertanyaan tentang kalor dan Asas Black dari dengan eksperimen kalor dan Asas Black yang
siswa dilakukan
• Membimbing siswa dalam mengamati perubahan • Mencatat dan menganalisis hasil eksperimen kalor
yang terjadi selama eksperimen kalor dan Asas dan Asas Black
Black
• Menumbuhkan dan meningkatkan interaksi • Berinteraksi dan bekerja sama dengan anggota
antarsiswa kelompok dalam menyelesaikan tugas
pembelajaran
Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan
• Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksperimen
data atau hasil eksperimen kalor dan Asas Black kalor dan Asas Black

73
• Membimbing siswa untuk membuat suatu • Membuat suatu kesimpulan tentang kalor dan Asas
kesimpulan tentang kalor dan Asas Black Black
Analisis Proses Inkuiri Analisis Proses Inkuiri
• Membimbing siswa untuk memahami pola-pola • Memahami pola-pola eksperimen yang telah
eksperimen yang telah dilakukan dilakukan
• Membimbing siswa untuk menganalisis tahap- • Menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah
tahap inkuiri yang telah dilaksanakan dilakukan
• Membimbing siswa dalam melihat kesalahan- • Menganalisis kesalahan-kesalahan yang mungkin
kesalahan yang mungkin terjadi selama terjadi dalam proses inkuiri
eksperimen
Kesimpulan Kesimpulan
• Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang kalor dan Asas
tentang kalor dan Asas Black Black
Evaluasi Evaluasi
Kegiatan Penutup • Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang • Menjawab soal-soal tes yang diberikan oleh guru
(20 menit) telah dipelajari secara tertulis atau lisan
• Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup
pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran
pembelajaran

I. Penilaian Hasil Belajar


• Teknik Penilaian : Tes
• Bentuk Tes : Tes uraian
• Contoh Soal :
No Soal Jawaban Penilaian
1 Makanan yang lebih kecil atau Makanan yang lebih besar membutuhkan kalor Jawaban benar, alasan benar,

74
yang lebih besar, yang akan yang lebih besar. Karena kalor berbanding relevan: 4
membutuhkan waktu yang lama lurus dengan massa suatu benda. Sehingga Jawaban benar, alasan benar,
untuk matang? Jelaskan! membutuhkan waktu yang lama untuk matang, tidak relevan: 3
dengan catatan api yang digunakan sama besar. Jawaban benar, alasan salah: 2
Jawaban salah: 1
Tidak menjawab: 0
2 Artikel pada internet menyarankan Hal tersebut tidak benar. Karena sesuai dengan Jawaban benar, alasan benar,
bahwa jika seseorang demam prinsip Asas Black, maka panas seseorang yang relevan: 4
sebaiknya dikompres dengan sedang demam harus diturunkan atau Jawaban benar, alasan benar,
menggunakan air hangat. Apakah dilepaskan, dan diserap oleh benda yang lebih tidak relevan: 3
menurut pendapatmu hal tersebut dingin, seperti air dingin atau es. Jawaban benar, alasan salah: 2
benar? Jelaskan! Jawaban salah: 1
Tidak menjawab: 0
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 =
8

Bekasi, Januari 2015


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa

Agus Setiawan, M.Pd Rosiana

75
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester :X/2
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Kalor
Konsep : Perubahan Wujud
Pertemuan : ke-2
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

76
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas
kalor.
C. Indikator Pembelajaran
3.8.1 Mengenali jenis-jenis perubahan wujud dan menganalisis faktor-faktor yang memperngaruhi perubahan wujud benda.
3.8.2 Menggeneralisasi suatu kesimpulan tentang peristiwa perubahan wujud berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang
ada di dalam kehidupan sehari-hari.
3.8.3 Menjelaskan istilah maupun asumsi yang terkait dengan perubahan wujud benda.
4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa perubahan wujud dalam percobaan.
4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
• Memberikan penjelasan tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda.
• Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa perubahan wujud.
• Membuat generalisasi tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada
di dalam kehidupan sehari-hari.
• Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan Asas Black.
• Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan Asas Black di dalam kehidupan sehari-hari.

77
E. Materi Pembelajaran

Suhu dan Kalor

Suhu Kalor

Suhu Pemuaian Kalor, Energi Perubahan Perpindahan


Termal, Asas Black Kalor
Wujud
Kapasitas
Kalor, Kalor
Jenis

Konduksi Konveksi Radiasi

• Dalam fisika, perubahan wujud ditandai dengan perubahan suatu benda dari satu medium (fasa) ke medium (fasa) lainnya, dan sifatnya
reversibel atau dapat kembali ke bentuk awal. Perubahan wujud tersebut di antaranya adalah mencair (padat→cair), membeku
(cair→padat), menguap (cair→gas), mengembun (gas→cair), menyublim (padat→gas), dan mengkristal (gas→padat).
• Banyak contoh peristiwa perubahan wujud di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya es yang mencair, pembuatan es, air yang habis jika
dimasak terus-menerus, embun pagi, kamper yang menyublim, pembuatan garam, dll.
F. Model Pembelajaran
• Model pembelajaran : Model pembelajaran latihan inkuiri (inquiry training).

78
G. Alat dan Sumber Pembelajaran
• Alat/Bahan : Sendok makan, lilin, es batu, korek api, air, kamper.
• Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Guru Siswa
Motivasi Motivasi
• Membuka pelajaran dengan berdoa dan • Berdoa sebelum belajar
memfokuskan perhatian siswa serta memberikan
motivasi untuk belajar
Apersepsi Apersepsi
Kegiatan Pendahuluan
• Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
(15 menit)
dengan perubahan wujud, “Apakah yang akan
terjadi jika air dimasak terus-menerus di atas
kompor? Mengapa hal tersebut dapat terjadi?”
• Menyampaikan tujuan pembelajaran • Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
guru
Penyajian Masalah Penyajian Masalah
• Membimbing siswa dalam membentuk kelompok • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
yang terdiri dari 8 orang
Kegiatan Inti • Menyajikan permasalahan yang terkait dengan • Memahami permasalahan yang terkait dengan
(100 menit) peristiwa perubahan wujud dengan menampilkan Asas Black yang terdapat pada gambar contoh
gambar contoh es di kutub yang mencair
Pengumpulan Data Verifikasi Pengumpulan Data Verifikasi
• Membimbing siswa dalam mengumpulkan • Melakukan pengumpulan informasi atau data-data

79
informasi atau data-data tentang peristiwa tentang peristiwa perubahan wujud melalui studi
perubahan wujud melalui studi pustaka dari pustaka dari berbagai referensi (buku, internet,
berbagai referensi (buku, internet, dll) dll)
Pengumpulan Data Eksperimen Pengumpulan Data Eksperimen
• Membimbing siswa dalam melakukan eksperimen • Melakukan eksperimen tentang perubahan wujud:
tentang perubahan wujud: mencair, menguap, dan mencair, menguap, dan menyublim
menyublim
• Membimbing siswa dalam mengatur data atau • Melakukan pengaturan data atau pengontrolan
variabel, seperti mengisi sendok dengan es batu variabel, seperti mengisi sendok dengan es batu
atau air, memanaskannya, membakar kamper, dll atau air, memanaskannya, membakar kamper, dll
• Membimbing dan mengarahkan pertanyaan- • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait
pertanyaan tentang perubahan wujud benda dari dengan eksperimen perubahan wujud benda yang
siswa dilakukan
• Membimbing siswa dalam mengamati perubahan • Mencatat dan menganalisis hasil eksperimen
yang terjadi selama eksperimen perubahan wujud perubahan wujud benda
• Menumbuhkan dan meningkatkan interaksi • Berinteraksi dan bekerja sama dengan anggota
antarsiswa kelompok dalam menyelesaikan tugas
pembelajaran
Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan
• Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksperimen
data atau hasil eksperimen perubahan wujud perubahan wujud
• Membimbing siswa dalam membuat suatu • Membuat suatu kesimpulan tentang perubahan
kesimpulan tentang perubahan wujud wujud
Analisis Proses Inkuiri Analisis Proses Inkuiri
• Membimbing siswa untuk memahami pola-pola • Memahami pola-pola eksperimen yang telah
eksperimen yang telah dilakukan dilakukan
• Membimbing siswa untuk menganalisis tahap- • Menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah

80
tahap inkuiri yang telah dilaksanakan dilakukan
• Membimbing siswa dalam melihat kesalahan- • Menganalisis kesalahan-kesalahan yang mungkin
kesalahan yang mungkin terjadi selama terjadi dalam proses inkuiri
eksperimen
Kesimpulan Kesimpulan
• Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang peristiwa
tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda perubahan wujud suatu benda
Evaluasi Evaluasi
Kegiatan Penutup
• Memberikan tes kepada siswa tentang konsep • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh
(20 menit)
perubahan wujud yang telah dipelajari guru
• Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup
pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran
pembelajaran

I. Penilaian Hasil Belajar


• Teknik Penilaian : Tes
• Bentuk Tes : Tes uraian
• Contoh Soal :
No Soal Jawaban Penilaian
1 Sebutkan persamaan dan persamaan dari Persamaan: habisnya kamper yang Terdapat 5 kata kunci.
peristiwa habisnya kamper yang disimpan di lemari dengan terbentuknya Jadi, skor maksimal soal nomor
disimpan dengan terbentuknya salju! salju adalah terjadinya kedua peristiwa 1 adalah 5 poin.
tersebut sama-sama membutuhkan kalor
laten untuk berubah bentuk atau fasa.
Perbedaan: habisnya kamper yang
disimpan di lemari dikarenakan adanya

81
proses menyublim yang mengubah
kamper padat menjadi gas dan proses ini
bersifat menyerap kalor, sedangkan
terbentuknya salju dikarenakan adanya
proses mengkristal yang mengubah udara
menjadi butiran salju dan proses ini
bersifat melepas kalor.
2 Sebutkan proses perubahan wujud benda! • Mencair: melelehnya es karena panas Menyebutkan 3 golongan
Berikan contohnya! Membeku: membuat es perubahan wujud yang masih
• Menguap: air yang dimasak terus- dalam perubahan fasa yang
menerus akan habis sama.
Mengembun: terbentuknya embun pagi Jadi skor maksimal soal nomor 2
• Menyublim: kamper yang habis jika adalah 3 poin.
lama disimpan dilemari
Mengkristal: membuat garam
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 =
8

Bekasi, Januari 2015


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa

Agus Setiawan, M.Pd Rosiana

82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester :X/2
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Kalor
Konsep : Perpindahan Kalor
Pertemuan : ke-3
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

83
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas
kalor.
C. Indikator Pembelajaran
3.8.1 Mengenali jenis-jenis perpindahan kalor dan menganalisis faktor-faktor yang memperngaruhi perpindahan kalor.
3.8.2 Menerapkan prinsip-prinsip tentang perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
3.8.3 Mendefinisikan istilah-istilah yang terkait dengan perpindahan kalor.
4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip perpindahan kalor dalam percobaan.
4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
• Memberikan penjelasan tentang perpindahan kalor.
• Mengenali jenis-jenis perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
• Membuat generalisasi tentang perpindahan kalor berdasarkan peristiwa-peristiwa perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
• Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan perpindahan kalor.
• Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.

84
E. Materi Pembelajaran

Suhu dan Kalor

Suhu Kalor

Suhu Pemuaian Kalor, Energi Perubahan Perpindahan


Termal, Asas Black Kalor
Wujud
Kapasitas
Kalor, Kalor
Jenis

Konduksi Konveksi Radiasi

• Kalor berpindahan dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
• Konduksi terjadi pada medium padat, konveksi terjadi pada medium cair dan gas, sedangkan radiasi terjadi tanpa memerlukan medium.
• Contoh perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari, misalnya terjadi saat mencelupkan sendok logam ke dalam sup yang panas,
memasak air atau makanan, terjadinya angin laut dan angin darat, saat menjemur pakaian, dan sebagainya.
F. Model Pembelajaran
• Model pembelajaran : Model pembelajaran latihan inkuiri (inquiry training).
G. Alat dan Sumber Pembelajaran
• Alat/Bahan : Sendok makan, sendok teh, karton hitam dan putih, margarin, lilin, korek api, tisu, air.

85
• Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Guru Siswa
Motivasi Motivasi
• Membuka pelajaran dengan berdoa dan • Berdoa sebelum belajar
memfokuskan perhatian siswa serta memberikan
motivasi untuk belajar
Apersepsi Apersepsi
Kegiatan Pendahuluan
• Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
(15 menit)
dengan prinsip perpindahan kalor, “Mengapa kita
menggunakan kain ketika mengangkat panci yang
baru selesai digunakan untuk memasak?”
• Menyampaikan tujuan pembelajaran • Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
guru
Penyajian Masalah Penyajian Masalah
• Membimbing siswa dalam membentuk kelompok • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
yang terdiri dari 8 orang
• Menyajikan permasalahan yang terkait dengan • Memahami permasalahan yang terkait dengan
perpindahan kalor dengan menampilkan gambar perpindahan kalor yang terdapat pada gambar
Kegiatan Inti contoh konveksi dan radiasi contoh
(100 menit) Pengumpulan Data Verifikasi Pengumpulan Data Verifikasi
• Membimbing siswa dalam mengumpulkan • Melakukan pengumpulan informasi atau data-data
informasi atau data-data tentang perpindahan tentang perpindahan kalor melalui studi pustaka
kalor melalui studi pustaka dari berbagai referensi dari berbagai referensi (buku, internet, dll)
(buku, internet, dll)

86
Pengumpulan Data Eksperimen Pengumpulan Data Eksperimen
• Membimbing siswa dalam melakukan eksperimen • Melakukan eksperimen tentang perpindahan kalor
tentang perpindahan kalor
• Membimbing siswa dalam mengatur data atau • Melakukan pengaturan data atau pengontrolan
variabel, seperti memilih sendok yang akan variabel, seperti memilih sendok yang akan
digunakan, mengoleskan margarin, maupun digunakan, mengoleskan margarin, maupun
memanaskannya memanaskannya
• Membimbing dan mengarahkan pertanyaan- • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait
pertanyaan tentang perpindahan kalor dari siswa dengan eksperimen perpindahan kalor yang
dilakukan
• Membimbing siswa dalam mengamati perubahan • Mencatat dan menganalisis hasil eksperimen
yang terjadi selama eksperimen perpindahan kalor perpindahan kalor
• Menumbuhkan dan meningkatkan interaksi • Berinteraksi dan bekerja sama dengan anggota
antarsiswa kelompok dalam menyelesaikan tugas
pembelajaran
Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan
• Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksperimen
data atau hasil eksperimen perpindahan kalor perpindahan kalor
• Membimbing siswa dalam membuat suatu • Membuat suatu kesimpulan tentang perpindahan
kesimpulan tentang prinsip perpindahan kalor kalor
Analisis Proses Inkuiri Analisis Proses Inkuiri
• Membimbing siswa dalam memahami pola-pola • Memahami pola-pola eksperimen yang telah
eksperimen yang telah dilakukan dilakukan
• Membimbing siswa dalam menganalisis tahap- • Menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah
tahap inkuiri yang telah dilaksanakan dilakukan
• Membimbing siswa dalam melihat kesalahan- • Menganalisis kesalahan-kesalahan yang mungkin
kesalahan yang mungkin terjadi selama terjadi dalam proses inkuiri

87
eksperimen
Kesimpulan Kesimpulan
• Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang prinsip
tentang prinsip perpindahan kalor perpindahan kalor
Evaluasi Evaluasi
Kegiatan Penutup • Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh
(20 menit) telah dipelajari secara tertulis atau lisan guru
• Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup
pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran
pembelajaran

I. Penilaian Hasil Belajar


• Teknik penilaian : Tes
• Bentuk tes : Tes secara lisan
• Contoh soal
No Soal Jawaban Penilaian
1 Jelaskan maksud dari konduksi, • Konduksi: laju aliran kalor pada medium padat • Konduksi memiliki 6 kata
konveksi, dan radiasi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu, serta kunci
berdasarkan dari rumusnya dipengaruhi oleh konduktivitas bahan, luas • Konveksi memiliki 6 kata
masing-masing! permukaan, dan panjang benda. kunci
• Konveksi: laju aliran kalor yang terjadi pada • Radiasi memiliki 5 kata kunci
medium cair dan gas karena adanya perbedaan Jadi, skor maksimal soal nomor 1
suhu, serta dipengaruhi jenis bahan dan luas adalah 17 poin.
permukaan.
• Radiasi: laju aliran kalor tanpa memerlukan
medium yang terjadi karena adanya perbedaan

88
suhu, serta dipengaruhi emisivitas bahan dan
luas permukaan.
2 Berdasarkan prinsip perpindahan Sesuai dengan prinsip konduksi, agar aman maka Soal nomor 2 memiliki 7 kata
kalor, apa saja pertimbanganmu pilih sodet yang terbuat dari bahan yang sulit kunci. Jadi, skor maksimalnya
ketika membeli sodet dan wajan mudah menghantarkan panas, tahan terhadap adalah 7 poin.
agar barang-barang tersebut perubahan suhu, tebal, dan panjang. Untuk wajan
aman digunakan dan kinerjanya agar makanan dapat cepat matang, maka pilih
maksimal? permukaan wajan yang terbuat dari bahan yang
mudah menghantarkan panas, sensitif dengan
perubahan suhu, dan lebar,
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 =
24

Bekasi, Januari 2015


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa

Agus Setiawan, M.Pd Rosiana

89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester :X/2
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Kalor
Konsep : Kalor dan Asas Black
Pertemuan : ke-1
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

90
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas
kalor.
C. Indikator Pembelajaran
3.8.1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan peristiwa pencampuran zat (Asas Black).
3.8.2 Membuat generalisasi tentang kalor dan Asas Black berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di kehidupan
sehari-hari.
3.8.3 Menjelaskan istilah maupun asumsi yang terkait dengan kalor dan Asas Black.
3.8.4 Menerapkan prinsip-prinsip yang terkait dengan kalor dan Asas Black dalam memecahkan masalah.
4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black dalam percobaan.
4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan peristiwa pencampuran zat (Asas Black).
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
• Memberikan penjelasan tentang kalor dan Asas Black.
• Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan Asas Black.
• Membuat generalisasi tentang kalor dan Asas Black berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di dalam kehidupan
sehari-hari.
• Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black.
• Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black yang ada di dalam
kehidupan sehari-hari.

91
E. Materi Pembelajaran

Suhu dan Kalor

Suhu Kalor

Suhu Pemuaian Kalor, Energi Perubahan Perpindahan


Termal, Asas Black Kalor
Wujud
Kapasitas
Kalor, Kalor
Jenis

Konduksi Konveksi Radiasi

• Kalor atau panas merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Satuan SI untuk kalor adalah joule dan kilokalori.
Kalor berhubungan dengan energi termal, kapasitas kalor, dan kalor jenis.
• Energi termal merupakan energi total yang dimiliki suatu benda, baik energi kinetik maupun energi potensial. Kapasitas kalor
merupakan jumlah kalor yang dibutuhkan suatu benda dalam menaikkan suhu sebesar 1oC. Kalor jenis merupakan jumlah kalor yang
dibutuhkan 1 kg benda dalam menaikkan suhu sebesar 1oC.
• Asas Black merupakan suatu prinsip pencampuran dua zat atau lebih suatu benda yang ditemukan oleh Joseph Black, yang berbunyi
“Jumlah kalor yang dilepaskan suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda yang lain.” Persamaan: Qlepas = Qterima
• Asas Black dimanfaatkan untuk mengetahui kalor jenis suatu bahan atau benda.

92
F. Metode Pembelajaran
• Metode pembelajaran : Tanya-jawab, diskusi kelompok, eksperimen
G. Alat dan Sumber Pembelajaran
• Alat/Bahan : Sendok, lilin, air biasa, gelas kaca, air panas.
• Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Guru Siswa
Motivasi Motivasi
• Membuka pelajaran dengan berdoa dan • Berdoa sebelum belajar
memfokuskan perhatian siswa serta memberikan
motivasi untuk belajar
Apersepsi Apersepsi
• Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
Kegiatan Pendahuluan dengan kalor dan Asas Black, “Mengapa kita
(15 menit) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memasak air yang banyak dibandingkan dengan
memasak air yang sedikit? Mengapa kita harus
mencampurkan air panas dan air dingin jika kita
ingin mandi air hangat?”
• Menyampaikan tujuan pembelajaran • Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
guru
Mengamati Mengamati
Kegiatan Inti
• Membimbing siswa dalam membentuk kelompok • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
(100 menit)
yang terdiri dari 8 orang

93
• Menyajikan gambar contoh yang terkait dengan • Mengamati gambar contoh tentang kalor dan Asas
kalor dan Asas Black, seperti makanan (besar dan Black yang disajikan oleh guru
kecil) dan orang demam
Bertanya Bertanya
• Mempersilahkan siswa untuk melakukan tanya- • Melakukan tanya-jawab dengan siswa lain atau
jawab antar-siswa atau siswa-guru terkait dengan dengan guru terkait dengan kalor dan Asas Black
kalor dan Asas Black pada gambar yang telah pada gambar yang telah disajikan
disajikan
Eksplorasi Eksplorasi
• Mempersilahkan siswa untuk mengeksplorasi • Mengeksplorasi hal yang terkait dengan kalor dan
berbagai hal yang terkait dengan kalor dan Asas Asas Black, melalui studi pustaka atau
Black, melalui studi pustaka dari berbagai sumber eksperimen
atau dengan melakukan eksperimen
• Membimbing siswa selama mengeksplorasi hal- • Mencatat hasil eksplorasi dari studi pustaka atau
hal yang terkait dengan kalor dan Asas Black eksperimen tentang kalor dan Asas Black
Asosiasi Asosiasi
• Meminta siswa untuk berdiskusi dalam membahas • Melakukan diskusi kelompok
hasil eksplorasi tentang kalor dan Asas Black
secara berkelompok
• Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksplorasi
data atau hasil eksplorasi hal-hal yang terkait hal-hal yang terkait dengan kalor dan Asas Black
dengan kalor dan Asas Black
Komunikasi Komunikasi
• Meminta setiap perwakilan kelompok untuk • Mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya,
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok lain mendengarkan
sedangkan kelompok lain mendengarkan
• Membimbing setiap kelompok untuk memahami • Memahami dan membandingkan hasil diskusi

94
dan membandingkan hasil diskusi kelompoknya kelompoknya dengan kelompok lain
dengan kelompok lain
Kesimpulan Kesimpulan
• Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang kalor dan Asas
tentang kalor dan Asas Black Black
Evaluasi Evaluasi
Kegiatan Penutup • Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh
(20 menit) telah dipelajari secara tertulis atau lisan guru
• Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup
pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran
pembelajaran

I. Penilaian Hasil Belajar


• Teknik Penilaian : Tes
• Bentuk Tes : Tes uraian
• Contoh Soal :
No Soal Jawaban Penilaian
1 Makanan yang lebih kecil atau yang lebih Makanan yang lebih besar membutuhkan Jawaban benar, alasan benar,
besar, yang akan membutuhkan waktu kalor yang lebih besar. Karena kalor relevan: 4
yang lama untuk matang? Jelaskan! berbanding lurus dengan massa suatu Jawaban benar, alasan benar,
benda. Sehingga membutuhkan waktu tidak relevan: 3
yang lama untuk matang, dengan catatan Jawaban benar, alasan salah: 2
api yang digunakan sama besar. Jawaban salah: 1
Tidak menjawab: 0
2 Artikel pada internet menyarankan bahwa Hal tersebut tidak benar. Karena sesuai Jawaban benar, alasan benar,
jika seseorang demam sebaiknya dengan prinsip Asas Black, maka panas relevan: 4

95
dikompres dengan menggunakan air seseorang yang sedang demam harus Jawaban benar, alasan benar,
hangat. Apakah menurut pendapatmu hal diturunkan atau dilepaskan, dan diserap tidak relevan: 3
tersebut benar? Jelaskan! oleh benda yang lebih dingin, seperti air Jawaban benar, alasan salah: 2
dingin atau es. Jawaban salah: 1
Tidak menjawab: 0
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 =
8

Bekasi, Januari 2015


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa

Agus Setiawan, M.Pd Rosiana

96
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester :X/2
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Kalor
Konsep : Perubahan Wujud
Pertemuan : ke-2
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

97
D. Materi Pembelajaran

• Dalam fisika, perubahan wujud ditandai dengan perubahan suatu benda dari satu medium (fasa) ke medium (fasa) lainnya, dan sifatnya

99
telah disajikan
Eksplorasi Eksplorasi
• Mempersilahkan siswa untuk mengeksplorasi • Mengeksplorasi hal yang terkait dengan peristiwa
berbagai hal yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud melalui studi pustaka atau
perubahan wujud melalui studi pustaka dari eksperimen
berbagai sumber atau dengan melakukan
eksperimen
• Membimbing siswa selama mengeksplorasi hal- • Mencatat hasil eksplorasi dari studi pustaka atau
hal yang terkait dengan perubahan wujud eksperimen tentang peristiwa perubahan wujud
Asosiasi Asosiasi
• Meminta siswa untuk berdiskusi dalam membahas • Melakukan diskusi kelompok
hasil eksplorasi tentang peristiwa perubahan
wujud secara berkelompok
• Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksplorasi
data atau hasil eksplorasi hal-hal yang terkait hal-hal yang terkait dengan peristiwa perubahan
dengan peristiwa perubahan wujud wujud
Komunikasi Komunikasi
• Meminta setiap perwakilan kelompok untuk • Mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya,
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok lain mendengarkan
sedangkan kelompok lain mendengarkan
• Membimbing setiap kelompok untuk memahami • Memahami dan membandingkan hasil diskusi
dan membandingkan hasil diskusi kelompoknya kelompoknya dengan kelompok lain
dengan kelompok lain
Kesimpulan Kesimpulan
• Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang peristiwa
Kegiatan Penutup
tentang peristiwa perubahan wujud perubahan wujud
(20 menit)

101
Evaluasi Evaluasi
• Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh
telah dipelajari secara tertulis atau lisan guru
• Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup
pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran
pembelajaran

H. Penilaian Hasil Belajar


• Teknik Penilaian : Tes
• Bentuk Tes : Tes uraian
• Contoh Soal :
No Soal Jawaban Penilaian
1 Sebutkan persamaan dan persamaan dari Persamaan: habisnya kamper yang Terdapat 5 kata kunci.
peristiwa habisnya kamper yang disimpan di lemari dengan terbentuknya Jadi, skor maksimal soal nomor
disimpan dengan terbentuknya salju! salju adalah terjadinya kedua peristiwa 1 adalah 5 poin.
tersebut sama-sama membutuhkan kalor
laten untuk berubah bentuk atau fasa.
Perbedaan: habisnya kamper yang
disimpan di lemari dikarenakan adanya
proses menyublim yang mengubah
kamper padat menjadi gas dan proses ini
bersifat menyerap kalor, sedangkan
terbentuknya salju dikarenakan adanya
proses mengkristal yang mengubah udara
menjadi butiran salju dan proses ini
bersifat melepas kalor.

102
2 Sebutkan proses perubahan wujud benda! • Mencair: melelehnya es karena panas Menyebutkan 3 golongan
Berikan contohnya! Membeku: membuat es perubahan wujud yang masih
• Menguap: air yang dimasak terus- dalam perubahan fasa yang
menerus akan habis sama.
Mengembun: terbentuknya embun pagi Jadi skor maksimal soal nomor 2
• Menyublim: kamper yang habis jika adalah 3 poin.
lama disimpan dilemari
Mengkristal: membuat garam
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 =
8

Bekasi, Januari 2015


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa

Agus Setiawan, M.Pd Rosiana

103
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester :X/2
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Kalor
Konsep : Kalor dan Asas Black
Pertemuan : ke-3
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

104
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas
kalor.
C. Indikator Pembelajaran
3.8.1 Mengenali jenis-jenis perpindahan kalor dan menganalisis faktor-faktor yang memperngaruhi perpindahan kalor.
3.8.2 Menerapkan prinsip-prinsip tentang perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
3.8.3 M endefinisikan istilah-istilah yang terkait dengan perpindahan kalor.
4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip perpindahan kalor dalam percobaan.
4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
• Memberikan penjelasan tentang perpindahan kalor.
• Mengenali jenis-jenis perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
• Membuat generalisasi tentang perpindahan kalor berdasarkan peristiwa-peristiwa perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
• Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan perpindahan kalor.
• Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.

105
E. Materi Pembelajaran

Suhu dan Kalor

Suhu Kalor

Suhu Pemuaian Kalor, Energi Perubahan Perpindahan


Termal, Asas Black Kalor
Wujud
Kapasitas
Kalor, Kalor
Jenis

Konduksi Konveksi Radiasi

• Kalor berpindahan dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
• Konduksi terjadi pada medium padat, konveksi terjadi pada medium cair dan gas, sedangkan radiasi terjadi tanpa memerlukan medium.
• Contoh perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari, misalnya terjadi saat mencelupkan sendok logam ke dalam sup yang panas,
memasak air atau makanan, terjadinya angin laut dan angin darat, saat menjemur pakaian, dan sebagainya.
F. Metode Pembelajaran
• Metode pembelajaran : Tanya-jawab, diskusi kelompok, eksperimen
G. Alat dan Sumber Pembelajaran
• Alat/Bahan : Sendok makan, sendok teh, karton hitam dan putih, margarin, lilin, korek api, tisu, air.

106
• Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Guru Siswa
Motivasi Motivasi
• Membuka pelajaran dengan berdoa dan • Berdoa sebelum belajar
memfokuskan perhatian siswa serta memberikan
motivasi untuk belajar
Apersepsi Apersepsi
Kegiatan Pendahuluan
• Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
(15 menit)
dengan prinsip perpindahan kalor, “Mengapa kita
menggunakan kain ketika mengangkat panci yang
baru selesai digunakan untuk memasak?”
• Menyampaikan tujuan pembelajaran • Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
guru
Mengamati Mengamati
• Membimbing siswa dalam membentuk kelompok • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
yang terdiri dari 8 orang
• Menyajikan gambar contoh yang terkait dengan • Mengamati gambar contoh tentang prinsip
prinsip perpindahan kalor, seperti gambar perpindahan kalor yang disajikan oleh guru
Kegiatan Inti konveksi dan radiasi
(100 menit) Bertanya Bertanya
• Mempersilahkan siswa untuk melakukan tanya- • Melakukan tanya-jawab dengan siswa lain atau
jawab antar-siswa atau siswa-guru terkait dengan dengan guru terkait dengan prinsip perpindahan
prinsip perpindahan kalor pada gambar yang telah kalor pada gambar yang telah disajikan
disajikan

107
Eksplorasi Eksplorasi
• Mempersilahkan siswa untuk mengeksplorasi • Mengeksplorasi hal yang terkait dengan prinsip
berbagai hal yang terkait dengan prinsip perpindahan kalor melalui studi pustaka atau
perpindahan kalor melalui studi pustaka dari eksperimen
berbagai sumber atau dengan melakukan
eksperimen
• Membimbing siswa selama mengeksplorasi hal- • Mencatat hasil eksplorasi dari studi pustaka atau
hal yang terkait dengan perpindahan kalor eksperimen tentang perpindahan kalor
Asosiasi Asosiasi
• Meminta siswa untuk berdiskusi dalam membahas • Melakukan diskusi kelompok
hasil eksplorasi tentang prinsip perpindahan kalor
secara berkelompok
• Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksplorasi
data atau hasil eksplorasi hal-hal yang terkait hal-hal yang terkait dengan prinsip perpindahan
dengan prinsip perpindahan kalor kalor
Komunikasi Komunikasi
• Meminta setiap perwakilan kelompok untuk • Mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya,
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok lain mendengarkan
sedangkan kelompok lain mendengarkan
• Membimbing setiap kelompok untuk memahami • Memahami dan membandingkan hasil diskusi
dan membandingkan hasil diskusi kelompoknya kelompoknya dengan kelompok lain
dengan kelompok lain
Kesimpulan Kesimpulan
• Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang prinsip
Kegiatan Penutup tentang prinsip perpindahan kalor perpindahan kalor
(20 menit) Evaluasi Evaluasi
• Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh

108
telah dipelajari secara tertulis atau lisan guru
• Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup
pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran
pembelajaran

I. Penilaian Hasil Belajar


• Teknik Penilaian : Tes
• Bentuk Tes : Tes uraian
• Contoh Soal :
No Soal Jawaban Penilaian
1 Jelaskan maksud dari konduksi, • Konduksi: laju aliran kalor pada medium padat • Konduksi memiliki 6 kata
konveksi, dan radiasi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu, serta kunci
berdasarkan dari rumusnya dipengaruhi oleh konduktivitas bahan, luas • Konveksi memiliki 6 kata
masing-masing! permukaan, dan panjang benda. kunci
• Konveksi: laju aliran kalor yang terjadi pada • Radiasi memiliki 5 kata kunci
medium cair dan gas karena adanya perbedaan Jadi, skor maksimal soal nomor 1
suhu, serta dipengaruhi jenis bahan dan luas adalah 17 poin.
permukaan.
• Radiasi: laju aliran kalor tanpa memerlukan
medium yang terjadi karena adanya perbedaan
suhu, serta dipengaruhi emisivitas bahan dan
luas permukaan.

109
2 Berdasarkan prinsip perpindahan Sesuai dengan prinsip konduksi, agar aman maka Soal nomor 2 memiliki 7 kata
kalor, apa saja pertimbanganmu pilih sodet yang terbuat dari bahan yang sulit kunci. Jadi, skor maksimalnya
ketika membeli sodet dan wajan mudah menghantarkan panas, tahan terhadap adalah 7 poin.
agar barang-barang tersebut perubahan suhu, tebal, dan panjang. Untuk wajan
aman digunakan dan kinerjanya agar makanan dapat cepat matang, maka pilih
maksimal? permukaan wajan yang terbuat dari bahan yang
mudah menghantarkan panas, sensitif dengan
perubahan suhu, dan lebar,
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 =
24

Bekasi, Januari 2015


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa

Agus Setiawan, M.Pd Rosiana

110
Konsep : Kalor dan Asas Black

Hari/Tanggal :

Kelompok :

Nama Anggota : 1. 5.

2. 6.

3. 7.

4. 8.

Menganalisis hubungan kalor dengan massa, kalor jenis,


TUJUAN
dan perubahan suhu, serta membuktikan teori Asas
Black.

DASAR TEORI: Kalor

Pernahkah kamu memperhatikan penjual mie ayam akan memperbesar nyala


kompornya saat mereka menambahkan mie ke dalam panci rebusnya? Mengapa
demikian? Hal itu dikarenakan saat menambahkan mie ke dalam panci rebus, maka
secara otomatis massa di dalam panci akan bertambah juga, sehingga dibutuhkan
kalor yang lebih besar pula untuk memanaskannya. Inilah salah satu hubungan
kalor dengan massa benda.

HIPOTESIS

Bagaimana hubungan kalor dengan kalor jenis dan perubahan suhu suatu benda?…
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

DASAR TEORI: Asas Black

Pernahkah kamu meminum air hangat? Bagaimana cara mendapatkannya?


Hal yang pasti kamu lakukan adalah mencampurkan air panas dengan air dingin
hingga panasnya sesuai dengan keinginanmu. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

111
Gambar 1. Pencampuran dua zat dengan uhs be
Air hangat yang kamu dapatkan dari pencampuran antara air panas dan air
dingin tersebut sebenarnya terjadi karena air panas yang bersuhu tinggi
melepaskan kalor ke air dingin, sedangkan air dingin yang bersuhu rendah
menerima kalor dari air panas. Itulah salah satu contoh dari prinsip pencampuran
zat yang dikenal dengan Asas Black .

HIPOTESIS

Menurut pendapatmu, bagaimana kondisi suhu air hangat tersebut? Jelaskan!


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

ALAT DAN BAHAN

Kalor: Asas Black:

Dua buah sendok makan (besi) Dua gelas kaca ukuran kecil
Dua buah lilin + korek api Satu gelas kaca ukuran besar
Air Air panas
Sendok makan

PROSEDUR: Kalor
Bagian 1
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Panaskan sendok pertama dengan memegang seluruh bagian sendok,
sedangkan sendok kedua dengan meletakkannya di dalam laci (loker) meja
kayu! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 2
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Panaskan salah satu sendok dengan membakar bagian kepala sendok di
atas api lilin!

112
• Bandingkan panas sendok yang telah dipanaskan dan sendok normal
dengan cara menyentuhnya! Catat hasilnya!
Bagian 3
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Tuangkan air ke dalam masing-masing sendok dalam jumlah yang berbeda!
• Panaskan air tersebut dengan membakar bagian kepala sendok di atas api
lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!

DISKUSIKANLAH!!!

• Dari percobaan kalor bagian 1, apakah sendok yang dipegang atau yang
diletakkan di dalam laci (loker) meja kayu, yang terasa lebih panas? Mengapa
demikian? Jelaskan! ………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Dari percobaan kalor bagian 2, apakah sendok normal atau yang dibakar, yang
terasa lebih panas? Mengapa demikian? Jelaskan! ………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Dari percobaan kalor bagian 3, apakah dalam jumlah sedikit atau banyak, air
pada sendok yang lebih cepat mengering? Mengapa demikian? Jelaskan!…………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Identifikasilah faktor penyebab mengeringnya air dan panas sendok
berdasarkan kondisi dari tiga pertanyaan sebelumnya pada kotak berikut!

Faktor penyebab keringnya air dan


panas sendok: Susunlah persamaannya!
1. ………………………………………………………… 𝑄𝑄 = ……………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………

113
PROSEDUR: Asas Black

• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!


• Berilah label pada gelas kaca! A untuk gelas kaca kecil pertama, B untuk gelas
kaca kecil kedua, dan C untuk gelas kaca besar.
• Isilah gelas A dan C dengan air panas sebanyak lima sendok makan, sedangkan
gelas B diisi dengan air panas hingga penuh, seperti gambar berikut! Catatan :
Gelas harus dipegang oleh kedua tangan selama beberapa detik agar dapat
merasakan perubahan yang terjadi, baik sebelum ataupun setelah
menuangkan air panas ke dalam gelas.

Gel
(keci
as A l) Gel
(keci
as B l) Gel
(bes
as C ar)
• Amatilah setiap perubahan yang terjadi dan catat hasilnya!

DISKUSIKANLAH!!!

a. Bagaimana kondisi awal suhu gelas A? Bagaimana kondisi suhu gelas A setelah
air panas dituangkan ke dalamnya? Jelaskan! …………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
b. Bagaimana kondisi awal suhu gelas B? Bagaimana kondisi suhu gelas B setelah
air panas dituangkan ke dalamnya? Jelaskan! …………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
c. Bagaimana kondisi awal suhu gelas C? Bagaimana kondisi suhu gelas C setelah
air panas dituangkan ke dalamnya? Jelaskan! …………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
d. Menurut pendapatmu, apakah yang sebenarnya terjadi ketika air panas
digabungkan (dituangkan) ke dalam gelas? Jelaskan! ……………………………………………

114
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
e. Tulislah persamaan dari gabungan (pencampuran) air panas dengan gelas! ………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
f. Berdasarkan pertanyaan a, b, dan c, identifikasilah alat atau bahan apa yang
menyerap atau melepas kalor pada tabel berikut ini!
Menyerap kalor …
Gelas A
Melepas kalor …
Menyerap kalor …
Gelas B
Melepas kalor …
Menyerap kalor …
Gelas C
Melepas kalor …
g. Berdasarkan percobaan tersebut, gelas ukur mana yang air panasnya dapat
diminum pertama? Mengapa? ……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
h. Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, dapatkah kamu

115
ALAT DAN BAHAN

• Dua buah sendok makan • Air


• Dua buah lilin + korek api • Kamper
• Es batu PROSEDUR
Bagian 1
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Bakarlah kamper di atas api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 2
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Isilah salah satu sendok dengan sedikit es batu, sedangkan di sendok lain
lebih banyak!
• Panaskan es batu dengan cara membakar masing-masing bagian kepala
sendok di atas api lilin! Perhatikan apa yang terjadi dan catat hasilnya!
Bagian 3
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Letakkan es batu pada salah satu sendok, sedangkan air pada sendok lain!
• Panaskan es batu dan air dengan membakar masing-masing bagian kepala
sendok di atas api lilin! Perhatikan apa yang terjadi dan catat hasilnya!

DISKUSIKANLAH!!!

• Pada saat membakar kamper, apa yang terjadi pada kamper? Proses apakah
itu? Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Pada saat memanaskan es batu, apa yang terjadi pada es batu? Proses apakah
itu? Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Pada saat memanaskan air, apa yang terjadi pada air? Proses apakah itu?
Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………

117
• Dari percobaan perubahan wujud bagian 2, apakah es batu yang lebih banyak
atau yang lebih sedikit, manakah yang mencair lebih cepat? Mengapa
demikian? Jelaskan!………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Dari percobaan perubahan wujud bagian 3, apakah saat es batu mulai mencair
atau saat air mulai menguap, manakah yang terjadi lebih cepat? Mengapa
demikian? Jelaskan!………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Identifikasilah faktor penyebab mencairnya es atau menguapnya air
berdasarkan tiap kondisi dari dua pertanyaan sebelumnya pada kotak di
bawah ini!
Faktor penyebab mencairnya es
Susunlah persamaannya!
atau menguapnya air:
1. ………………………………………………………… 𝑄𝑄 = ……………………………
2. …………………………………………………………

• Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, jelaskan kembali peristiwa


perubahan wujud beserta contohnya! ………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………

118
Konsep : Perpindahan Kalor

Hari/Tanggal :

Kelompok :

Nama Anggota : 1. 5.

2. 6.

3. 7.

4. 8.

Menganalisis faktor-faktor perpindahan kalor secara


TUJUAN
konduksi, konveksi, dan radiasi.

DASAR TEORI

Saat kamu memasak air menggunakan panci, apa yang kamu rasakan ketika
memegang handle pancinya? Apakah kamu merasakan panas? Padahal handle panci
tersebut tidak terkena api secara langsung. Mengapa demikian?

Gambar 1. Jen
-jeis isn perpd
in ahan kalro a
s at memaa
s k air

Hal tersebut dikarenakan adanya kalor yang berpindah dari bawah panci
ke handle panci saat api memanaskannya. Perpindahan kalor seperti itu disebut
dengan perpd
in ahan kalro e
s cara kod
n u i.s Kalor dapat berp
k
konduksi dengan cepat tergantung pada bahan dan bentuk benda. Selain itu, saat
memasak air juga terdapat perpindahan kalor secara konveksi dan radiasi.

119
HIPOTESIS

• Menurut pendapatmu, bahan apa saja yang dapat menjadi panas dengan
cepat?………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………

ALAT DAN BAHAN

• Dua buah sendok teh besi • Margarin


• Satu buah sendok makan besi • Dua buah lilin + korek api
• Satu buah sendok makan plastik • Air
• Karton hitam dan putih • Tisu

PROSEDUR: Konduksi
Bagian 1
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Oleskan margarin sama rata pada lengkungan luar sendok teh dan sendok
makan!
• Panaskan dua jenis sendok tersebut dengan membakar ujung-ujungnya
pada api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 2
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Oleskan margarin sama rata pada lengkungan luar sendok teh normal dan
sendok teh yang telah dipanaskan! Perhatikan apa yang terjadi dan catat
hasilnya!
Bagian 3
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Oleskan margarin sama rata pada lengkungan luar sendok logam (besi)
dan sendok plastik!
• Panaskan dua jenis sendok tersebut dengan membakar ujung-ujungnya
pada api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 4
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
• Oleskan margarin secara merata dan secara menggumpal pada lengkungan
luar sendok teh!
• Panaskan dua jenis sendok tersebut dengan membakar ujung-ujungnya
pada api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!

120
DISKUSIKANLAH!!!

• Dari percobaan konduksi bagian 1, apakah pada sendok makan atau sendok
teh, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Dari percobaan konduksi bagian 2, apakah pada sendok panas atau sendok
dingin, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Dari percobaan konduksi bagian 3, apakah pada sendok logam (besi) atau
sendok plastik, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian?
Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Dari percobaan konduksi bagian 4, apakah secara merata atau secara
menggumpal, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian?
Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Identifikasilah faktor penyebab melelehnya margarin berdasarkan tiap
kondisi dari empat pertanyaan sebelumnya pada kotak berikut ini!

Faktor penyebab yang berbanding Faktor penyebab yang berbanding


lurus dengan waktu (t): terbalik dengan waktu (t):
1. ………………………………………………………… 1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………

Susunlah persamaannya!
𝑄𝑄
= ……………………………
𝑡𝑡

121
DISKUSIKANLAH!!!

• Dari percobaan radiasi bagian 1, apakah secara merata atau secara


menggumpal, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian?
Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Dari percobaan radiasi bagian 2, apakah pada sendok panas atau sendok
dingin, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Dari percobaan radiasi bagian 3, Apakah pada karton hitam atau karton
putih, air lebih cepat mengering? Mengapa demikian? Jelaskan! ………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Identifikasilah faktor penyebab meleleh atau mengeringnya air dan margarin
berdasarkan tiap kondisi dari tiga pertanyaan sebelumnya pada kotak berikut
ini!

Faktor penyebab yang berbanding


terbalik dengan waktu (t): Susunlah persamaannya!
1. ………………………………………………………… 𝑄𝑄
= ……………………………
2. ………………………………………………………… 𝑡𝑡
3. …………………………………………………………

• Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, dapatkah kamu


menjelaskan kembali definisi dari radiasi? ……………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………

124
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN
MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI ()

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester : X (Sepuluh) / 2 (Dua)
Mata Pelajaran : Fisika
Pertemuan : ke-1
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

Terlaksana
Tahap-Tahap Kegiatan Pembelajaran Keterangan
Ya Tidak
Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri
dari 8 orang
Penyajian Masalah Guru menyajikan permasalahan yang terkait dengan kalor dan Asas
Black dengan menampilkan gambar contoh makanan (besar dan
kecil)dan orang demam
Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi atau data-
Pengumpulan Data
data tentang kalor dan Asas Black melalui studi pustaka dari berbagai
Verifikasi
referensi (buku, internet, dll)
Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen tentang kalor
dan Asas Black
Guru membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel, seperti
memanaskan sendok, memilih gelas ukur, menentukan jumlah air, dll
Pengumpulan Data
Guru membimbing dan mengarahkan pertanyaan-pertanyaan tentang
Eksperimen
kalor dan Asas Black dari siswa
Guru membimbing siswa dalam mengamati perubahan yang terjadi
selama eksperimen kalor dan Asas Black
Guru menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antarsiswa

125
Guru membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil
Organisasi Data dan eksperimen kalor dan Asas Black
Formulasi Kesimpulan Guru membimbing siswa untuk membuat suatu kesimpulan tentang
kalor dan Asas Black
Guru membimbing siswa untuk memahami pola-pola eksperimen yang
telah dilakukan
Guru membimbing siswa untuk menganalisis tahap-tahap inkuiri yang
Analisis Proses Inkuiri
telah dilaksanakan
Guru membimbing siswa dalam melihat kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi selama eksperimen

Bekasi, Januari 2015


Guru Mata Pelajaran

Agus Setiawan, M.Pd

126
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN
MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI ()

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester : X (Sepuluh) / 2 (Dua)
Mata Pelajaran : Fisika
Pertemuan : ke-2
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

Terlaksana
Tahap-Tahap Kegiatan Pembelajaran Keterangan
Ya Tidak
Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang
terdiri dari 8 orang
Penyajian Masalah Guru menyajikan permasalahan yang terkait dengan peristiwa
perubahan wujud dengan menampilkan gambar contoh es di
kutub yang mencair
Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi
Pengumpulan Data
atau data-data tentang peristiwa perubahan wujud melalui
Verifikasi
studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll)
Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen
tentang perubahan wujud: mencair, menguap, dan menyublim
Guru membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel,
seperti mengisi sendok dengan es batu atau air,
Pengumpulan Data
memanaskannya, membakar kamper, dll
Eksperimen
Guru membimbing dan mengarahkan pertanyaan-pertanyaan
tentang perubahan wujud benda dari siswa
Guru membimbing siswa dalam mengamati perubahan yang
terjadi selama eksperimen perubahan wujud

127
Guru menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antarsiswa
Guru membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data
Organisasi Data dan atau hasil eksperimen perubahan wujud
Formulasi Kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat suatu kesimpulan
tentang perubahan wujud
Guru membimbing siswa untuk memahami pola-pola
eksperimen yang telah dilakukan
Guru membimbing siswa untuk menganalisis tahap-tahap
Analisis Proses Inkuiri
inkuiri yang telah dilaksanakan
Guru membimbing siswa dalam melihat kesalahan-kesalahan
yang mungkin terjadi selama eksperimen

Bekasi, Januari 2015


Guru Mata Pelajaran

Agus Setiawan, M.Pd

128
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN
MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI ()

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bekasi


Kelas/Semester : X (Sepuluh) / 2 (Dua)
Mata Pelajaran : Fisika
Pertemuan : ke-3
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

Terlaksana
Tahap-Tahap Kegiatan Pembelajaran Keterangan
Ya Tidak
Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri
dari 8 orang
Penyajian Masalah
Guru menyajikan permasalahan yang terkait dengan perpindahan kalor
dengan menampilkan gambar contoh konveksi dan radiasi
Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi atau data-
Pengumpulan Data
data tentang perpindahan kalor melalui studi pustaka dari berbagai
Verifikasi
referensi (buku, internet, dll)
Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen tentang
perpindahan kalor
Guru membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel, seperti
memilih sendok yang akan digunakan, mengoleskan margarin,
Pengumpulan Data memanaskannya, dll
Eksperimen Guru membimbing dan mengarahkan pertanyaan-pertanyaan tentang
perpindahan kalor dari siswa
Guru membimbing siswa dalam mengamati perubahan yang terjadi
selama eksperimen perpindahan kalor
Guru menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antarsiswa

129
Guru membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil
Organisasi Data dan eksperimen perpindahan kalor
Formulasi Kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat suatu kesimpulan tentang
perpindahan kalor
Guru membimbing siswa dalam memahami pola-pola eksperimen yang
telah dilakukan
Guru membimbing siswa dalam menganalisis tahap-tahap inkuiri yang
Analisis Proses Inkuiri
telah dilaksanakan
Guru membimbing siswa dalam melihat kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi selama eksperimen

Bekasi, Januari 2015


Guru Mata Pelajaran

Agus Setiawan, M.Pd

130
No
Aspek Berpikir Sub Aspek Indikator Pedoman
Soal Soal dan Jawaban
Kritis Berpikir Kritis (Kode) Penskoran
(Tipe)
Memberikan Memfokuskan pada Mengidentifikasi 1 Soal: 4 = Menuliskan kata
klarifikasi pertanyaan atau merumuskan (A) Perhatikan grafik perubahan wujud balok es kunci, kriteria
sederhana (basic kriteria untuk menjadi uap di bawah ini! lengkap
clarification) mempertimbangkan 3 = Menuliskan kata
jawaban yang kunci, kriteria
mungkin tentang kurang lengkap;
peristiwa perubahan atau menuliskan
wujud benda kriteria lengkap
(A.1.b) 2 = Menuliskan kata
Berdasarkan grafik di atas, bagian manakah kunci, kriteria tidak
yang dipengaruhi kalor laten? Berikan ada; atau
alasannya! menuliskan kriteria
kurang lengkap
Jawaban: 1 = Menuliskan
Kata kunci: jawaban tanpa kata
Bagian B-C dan D-E kunci, kriteria
Kriteria: 0 = Tidak
Persamaan perubahan wujud Q = mL; tidak menuliskan jawaban
ada perubahan suhu; mencairkan balok es
menjadi air atau menguapkan air menjadi
gas.
9 Soal: 4 = Menuliskan kata
(B) Perhatikan grafik perubahan wujud balok es kunci, kriteria

131
menjadi uap di bawah ini! lengkap

3 = Menuliskan kata
kunci, kriteria
kurang lengkap;
atau menuliskan
kriteria lengkap
Berdasarkan grafik tersebut, faktor apa yang 2 = Menuliskan kata
mempengaruhi perubahan wujud di bagian kunci, kriteria tidak
tersebut? Berikan alasannya! ada; atau
menuliskan kriteria
Jawaban: kurang lengkap
Kata kunci: 1 = Menuliskan
Kalor laten jawaban tanpa kata
Kriteria: kunci, kriteria
Tidak ada perubahan suhu; garis D-E 0 = Tidak
mendatar pada grafik; terjadi proses menuliskan jawaban
pengapan yang mengubah air menjadi gas.
Dua dasar untuk Menilai kredibilitas Keahlian dalam 2 Soal: 4 = Menuliskan kata
keputusan (two sumber mengetahui (A) Perhatikan gambar berikut! kunci, kriteria
basic for a peristiwa yang lengkap
decision) terkait dengan
peristiwa perubahan
wujud benda
(B.4.a)

132
Berdasarkan gambar siklus hidrogen di atas, 2 = Menuliskan kata
perubahan wujud apa saja yang dapat terjadi? kunci, kriteria tidak
Berikan alasannya! ada; atau
menuliskan kriteria
Jawaban: kurang lengkap
Kata kunci: 1 = Menuliskan
1. Menguap; jawaban tanpa kata
2. Mengembun; kunci, kriteria
3. Mencair
Kriteria: 0 = Tidak
1. Air laut berubah menjadi uap air menuliskan jawaban
(cair→gas)
2. Uap air berubah menjadi butir-butir air
hujan dalam bentuk awan hujan (gas→air)
3. Salju berubah menjadi air dan kembali ke
laut (padat→cair)
10 Soal: 4 = Menuliskan
(B) Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh dari semua contoh dari
peristiwa perubahan wujud yang ada di setiap kategori
sekitarmu! 3 = Menuliskan
salah satu contoh
Jawaban: dari setiap kategori
1. Mencair-membeku 2 = Menuliskan
a. Lilin yang semakin lama menjadi kecil salah satu contoh
saat dipakai, es yang diletakkan di dari salah satu
udara terbuka dalam suhu ruangan, dll kategori
= mencair = padat→cair 1 = Tidak
b. Air yang didinginkan di freezer, menyebutkan

133
membuat es krim, dll = membeku = contoh, hanya
cair→padat menyebutkan proses
2. Menguap-mengembun perubahan wujud
a. Memasak air hingga mendidih, air laut 0 = Tidak
yang terkena cahaya matahari dalam menuliskan jawaban
waktu yang cukup lama, dll = menguap
= cair→gas
b. Uap air yang mendingin, embun pagi
hari, dll = mengembun = gas→cair
3. Menyublim-mengkristal
a. Kamper yang disimpan di lemari
semakin lama menjadi habis, dll =
menyublim = padat→gas
b. Uap air yang menjadi salju, pembuatan
garam di laut, dll = mengkristal =
gas→padat
Kesimpulan Membuat Membuat 3 Soal: 4 = Menuliskan kata
(inference) kesimpulan (induksi) generalisasi tentang (A) Berikut ini merupakan data jumlah kalor (Q) kunci, kriteria
hubungan kalor, yang dibutuhkan untuk memasak sejumlah lengkap
kapasitas kalor, air (m) hingga mendidih.
kalor jenis, massa, Air A B C D E 3 = Menuliskan kata
atau perubahan m (gr) 100 200 250 500 1000 kunci, kriteria
suhu Q (J) 42 84 105 210 420 kurang lengkap;
(C.7.a) Berdasarkan data di atas, apa yang dapat
atau menuliskan
kamu simpulkan mengenai hubungan massa
kriteria lengkap

134
dan kalor? 2 = Menuliskan kata
kunci, kriteria tidak
Jawaban: ada; atau
Kata kunci: menuliskan kriteria
Hubungan kalor dengan massa adalah kurang lengkap
berbanding lurus. 1 = Menuliskan
Kriteria: jawaban tanpa kata
Jika massa suatu benda (air) besar, maka kunci, kriteria
kalor yang dibutuhkan benda tersebut juga
besar, atau sebaliknya. 0 = Tidak
Menuliskan kata atau pasangan kata kalor- menuliskan jawaban
massa; besar-besar, banyak-banyak, atau
lain-lain; dibutuhkan.
11 Soal: 4 = Menuliskan kata
(B) Berikut ini merupakan data besarnya suhu kunci, kriteria
yang harus dinaikkan (∆T) dalam memasak lengkap
air untuk mendapatkan kalor sebesar 1
Kalori.
3 = Menuliskan kata
Air A B C D E kunci, kriteria
m (gr) 1000 200 100 40 20
T (oC)
kurang lengkap;
1 5 10 25 50
atau menuliskan
Berdasarkan data di atas, apa yang dapat kriteria lengkap
kamu simpulkan mengenai hubungan massa 2 = Menuliskan kata
dan perubahan suhu? kunci, kriteria tidak
ada; atau
Jawaban: menuliskan kriteria
kurang lengkap

135
Kata kunci: 1 = Menuliskan
Hubungan massa dan perubahan suhu dalam jawaban tanpa kata
kalor adalah berbanding terbalik. kunci, kriteria
Kriteria:
Jika massa suatu benda (air) besar, maka 0 = Tidak
suhu benda yang dinaikkan kecil, atau menuliskan jawaban
sebaliknya.
Menuliskan kata atau pasangan kata massa-
suhu; besar-kecil, banyak-sedikit, atau lain-
lain; dinaikkan.
Membuat dan Penerapan prinsip- 4 Soal: 4 = Kriteria jawaban
menilaipertimbangan prinsip yang dapat (A) Salah satu cara perpindahan kalor adalah lengkap
nilai keputusan diterima terkait dengan konduksi. Konduksi bergantung pada 3 = Ada dua kriteria
dengan peristiwa jenis bahan, luas permukaan, dan panjang jawaban
perpindahan kalor suatu benda, serta hanya terjadi jika ada 2 = Ada satu kriteria
(C.8.c) perbedaan suhu. Dengan menggunakan jawaban
prinsip tersebut, sebaiknya spatula yang 1 = Menuliskan
bagaimana agar dapat menghindarkan kita jawaban, tidak
panas saat menggoreng makanan? Jelaskan! sesuai kriteria
0 = Tidak
Jawaban: menuliskan jawaban
Faktor yang mempengaruhi perpindahan
kalor secara konduksi = konduktivitas
termal, perubahan suhu, luas permukaan, dan
panjang benda.
Kriteria:
Terbuat dari bahan yang tidak mudah
menghantarkan panas (isolator); tidak sensitif

136
terhadap perubahan suhu; mempunyai ukuran
yang cukup besar.
12 Soal: 4 = Menuliskan kata
(B) Di bawah ini merupakan pengaduk yang kunci, kriteria
dapat digunakan untuk memasak mie instan. lengkap
3 = Menuliskan kata
kunci, kriteria
kurang lengkap;
D atau menuliskan
B
A E kriteria lengkap
C 2 = Menuliskan kata
kunci, kriteria tidak
Berdasarkan prinsip perpindahan kalor secara ada; atau
konduksi, pengaduk mana yang paling aman menuliskan kriteria
saat digunakan? Berikan alasannya! kurang lengkap
1 = Menuliskan
Jawaban: jawaban tanpa kata
Kata kunci: kunci, kriteria
Pengaduk C 0 = Tidak
Kriteria: menuliskan jawaban
Terbuat dari kayu; isolator atau tidak
menghantarkan panas;tidak sensitif terhadap
perubahan suhu; mempunyai ukuran yang
lebih panjang dan tebal jika dibandingkan
dengan isolator lain (pengaduk D).
Memberikan Mendefinisikan Bentuk definisi 5 Soal: 4 = Kriteria jawaban
klarifikasi lebih istilah dan menilai berupa operasional (A) ∆𝑄𝑄 𝑘𝑘 𝐴𝐴 ∆𝑇𝑇
Persamaan ∆𝑡𝑡 = 𝑙𝑙 merupakan persamaan lengkap
lanjut (advanced definisi (persamaan) dari 3 = Ada dua kriteria

137
clarification) perpindahan kalor dari konduksi. Dapatkah kamu jawaban
(D.9.a) mendefinisikan makna konduksi sesuai 2 = Ada satu kriteria
dengan persamaan tersebut? Jelaskan! jawaban
1 = Menuliskan
Jawaban: jawaban, tidak
Konduksi merupakan perpindahan kalor atau sesuai kriteria
laju aliran kalor pada benda (medium) padat 0 = Tidak
karena adanya perubahan suhu, serta menuliskan jawaban
dipengaruhi oleh jenis bahan, ukuran dan
bentuk suatu benda.
13 Soal: 4 = Kriteria jawaban
(B) Laju aliran kalor terjadi karena adanya lengkap
perbedaan suhu pada medium padat, serta 3 = Ada dua kriteria
dipengaruhi oleh jenis bahan,ukuran dan jawaban
bentuk benda dinamakan…. 2 = Ada satu kriteria
Tuliskanlah persamaan dan keterangannya? jawaban
1 = Menuliskan
Jawaban: jawaban, tidak
Kriteria: sesuai kriteria
Istilah: konduksi 0 = Tidak
∆𝑄𝑄 𝑘𝑘𝑘𝑘 ∆𝑇𝑇
Persamaan konduksi: = menuliskan jawaban
∆𝑡𝑡 𝑙𝑙
Keterangan: Q/
Melengkapi asumsi Menuliskan asumsi 6 Soal: 4 = Menuliskan kata
yang tidak yang dibutuhkan (A) Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor kunci, kriteria
dinyatakan sesuai dengan yang dilepas suatu benda sama dengan lengkap

138
pernyataan Asas jumlah kalor yang diserap oleh benda 3 = Menuliskan kata
Black lainnya. Menurut pendapatmu, yang kunci, kriteria
(D.10.b) manakah yang akan mengalami penurunan kurang lengkap;
suhu jika teh panas dituangkan ke dalam atau menuliskan
gelas kaca? Berikan alasannya! kriteria lengkap
2 = Menuliskan kata
Jawaban: kunci, kriteria tidak
Kata kunci: ada; atau
Teh panas menuliskan kriteria
Kriteria: kurang lengkap
Teh panas melepas kalor; gelas menyerap 1 = Menuliskan
atau menerima kalor; suhu teh lebih tinggi jawaban tanpa kata
daripada suhu gelas, atau sebaliknya; terjadi kunci, kriteria
penurunan suhu teh; terjadi kenaikan suhu 0 = Tidak
gelas. menuliskan jawaban

14 Soal: 4 = Menuliskan kata


(B) Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor kunci, kriteria
yang dilepas suatu benda sama dengan lengkap
jumlah kalor yang diserap oleh benda 3 = Menuliskan kata
lainnya. Budi menuangkan sedikit air ke kunci, kriteria
dalam gelas kaca. Menurut pendapatmu, kurang lengkap;
apakah air itu panas atau dingin, jika gelas atau menuliskan
tersebut dapat melepas kalor? Berikan kriteria lengkap
alasannya! 2 = Menuliskan kata
kunci, kriteria tidak
Jawaban: ada; atau
Kata kunci: menuliskan kriteria

139
Air dingin kurang lengkap
Kriteria: 1 = Menuliskan
Sedikit air dingin menyerap atau menerima jawaban tanpa kata
kalor; suhu air dingin lebih rendah daripada kunci, kriteria
gelas, atau sebaliknya, gelas melepas kalor. 0 = Tidak
menuliskan jawaban
Membuat Mempertimbangkan Mempertimbangkan 7 Soal: 4 = Menuliskan kata
pengandaian dan dan memberikan dan memberikan (A) Jika saat kamu haus dan menghadapi kondisi kunci, kriteria
integrasi alasan dari pendapat, alasan dengan di mana hanya ada air panas, seperti pilihan lengkap
(supposition and alasan, asumsi, membuat pada gambar berikut.
integration) posisi, dan saran lain pengandaian posisi
yang tidak disepakati (kondisi) yang 3 = Menuliskan kata
atau diragukan, terkait dengan Asas kunci, kriteria
tanpa membiarkan Black kurang lengkap;
ketidaksepakatan (E.11) atau menuliskan
dan keraguan kriteria lengkap
mengganggu 2 = Menuliskan kata
pemikiran kunci, kriteria tidak
A B
o o ada; atau
50 cc air 75 C 00 cc 75 C
menuliskan kriteria
150 g gelas 25oC
kurang lengkap
Hal apa yang akan kamu lakukan untuk
1 = Menuliskan
menghilangkan hausmu? Berikan alasannya!
jawaban tanpa kata
kunci, kriteria
Jawaban:
Kata kunci:

140
Gambar A
Kriteria:
Gabungan sedikit air panas dan gelas
memiliki suhu setimbang yang sedikit lebih
rendah daripada gabungan banyak air panas
dan gelas; penurunan suhu pada gambar A
lebih besar daripada penurunan suhu pada

141
notebook lebih awet karena membuat
mesinnya tidak cepat panas. Apakah hal
tersebut baik dan efisien dibandingkan
dengan meletakkannya langsung di lantai

143
144
145
147
148
Validitas Reliabilitas
Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
= 0,325 = 0,325 Kesimpulan
No Tipe Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket
1 0,290 Invalid 0,250 Cukup 0,439 Sedang Tidak dipakai
2 0,252 Invalid 0,100 Kurang baik 0,378 Sedang Tidak dipakai
3 0,599 Valid 0,425 Sangat baik 0,419 Sedang Pakai
4 0,194 Invalid Reliabel 0,075 Kurang baik 0,209 Sukar Tidak dipakai
A 0,489
5 0,588 Valid (Cukup) 0,525 Sangat baik 0,358 Sedang Pakai
6 0,730 Valid 0,400 Sangat baik 0,500 Sedang Pakai
7 0,120 Invalid 0,050 Kurang baik 0,209 Sukar Tidak dipakai
8 0,431 Valid 0,200 Cukup 0,230 Sukar Pakai, Perbaiki
9 0,816 Valid 0,450 Sangat baik 0,196 Sukar Pakai
10 0,549 Valid 0,350 Baik 0,351 Sedang Pakai
11 0,243 Invalid 0,175 Kurang baik 0,230 Sukar Tidak dipakai
12 0,708 Valid Reliabel 0,375 Baik 0,534 Sedang Pakai
B 0,609
13 0,223 Invalid (Baik) 0,200 Cukup 0,264 Sukar Tidak dipakai
14 0,170 Invalid 0,050 Kurang baik 0,149 Sukar Tidak dipakai
15 0,819 Valid 0,400 Sangat baik 0,182 Sukar Pakai
16 0,172 Invalid 0,000 Kurang baik 0,169 Sukar Tidak dipakai

149
Aspek No Soal pada
Sub Aspek Berpikir Indikator Tipe
No Berpikir Soal
Kritis (Kode) (No Soal)
Kritis
1 Memberikan Memfokuskan pada Mengidentifikasi A Perhatikan grafik perubahan wujud balok es -
klarifikasi pertanyaan atau merumuskan (1) menjadi uap di bawah ini!
sederhana kriteria untuk
(basic mempertimbangkan
clarification) jawaban yang
mungkin tentang
peristiwa perubahan
wujud benda
(A.1.b)
Berdasarkan grafik di atas, bagian manakah
yang dipengaruhi kalor laten? Berikan
alasannya!
B* Perhatikan grafik perubahan wujud balok es 5
(9) menjadi uap di bawah ini!
?

Berdasarkan grafik tersebut, faktor apa yang


mempengaruhi perubahan wujud di bagian
tersebut? Berikan alasannya!

150
2 Dua dasar Menilai kredibilitas Keahlian dalam A Perhatikan gambar berikut! -
untuk sumber mengetahui (2)
keputusan (two peristiwa yang
basic for a terkait dengan
decision) peristiwa perubahan
wujud benda
(B.4.a)
Berdasarkan gambar siklus hidrogen di atas,
perubahan wujud apa saja yang dapat
terjadi? Berikan alasannya!
B* Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh dari 6
(10) peristiwa perubahan wujud yang ada di
sekitarmu!
3 Kesimpulan Membuat Membuat A* Berikut ini merupakan data jumlah kalor (Q) 1
(inference) kesimpulan (induksi) generalisasi tentang (3) yang dibutuhkan untuk memasak sejumlah
hubungan kalor, air (m) hingga mendidih.
kapasitas kalor, kalor Air A B C D E
jenis, massa, atau m (gr) 100 200 250 500 1000
Q (J) 42 84 105 210 420
perubahan suhu
Berdasarkan data di atas, apa yang dapat
(C.7.a)
kamu simpulkan mengenai hubungan massa
dan kalor?
B Berikut ini merupakan data besarnya suhu -
(11) yang harus dinaikkan (∆T) dalam memasak
air untuk mendapatkan kalor sebesar 1
Kalori.
Air A B C D E
m (gr) 1000 200 100 40 20
T (oC) 1 5 10 25 50

151
Berdasarkan data di atas, apa yang dapat
kamu simpulkan mengenai hubungan massa
dan perubahan suhu?
4 Membuat dan Penerapan prinsip- A Salah satu cara perpindahan kalor adalah -
menilaipertimbangan prinsip yang dapat (4) dengan konduksi. Konduksi bergantung
nilai keputusan diterima terkait pada jenis bahan, luas permukaan, dan
dengan peristiwa panjang suatu benda, serta hanya terjadi jika
perpindahan kalor ada perbedaan suhu. Dengan menggunakan
(C.8.c) prinsip tersebut, sebaiknya spatula yang
bagaimana agar dapat menghindarkan kita
panas saat menggoreng makanan? Jelaskan!
B* Di bawah ini merupakan pengaduk yang 7
(12) dapat digunakan untuk memasak mie instan.

B D E

C
A

Berdasarkan prinsip perpindahan kalor


secara konduksi, pengaduk mana yang
paling aman saat digunakan? Berikan
alasannya!
5 Memberikan Mendefinisikan Bentuk definisi A* ∆𝑄𝑄 𝑘𝑘 𝐴𝐴 ∆𝑇𝑇 2
Persamaan = merupakan
∆𝑡𝑡 𝑙𝑙
klarifikasi istilah dan menilai berupa operasional (5)

152
lebih lanjut definisi (persamaan) dari persamaan dari konduksi. Dapatkah kamu
(advanced perpindahan kalor mendefinisikan makna konduksi sesuai
clarification) (D.9.a) dengan persamaan tersebut? Jelaskan!
B Laju aliran kalor terjadi karena adanya -
(13) perbedaan suhu pada medium padat, serta
dipengaruhi oleh jenis bahan, luas
penampang, dan panjang benda
dinamakan….
Tuliskanlah persamaan dan keterangannya?
6 Melengkapi asumsi Menuliskan asumsi A* Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor 3
yang tidak yang dibutuhkan (6) yang dilepas suatu benda sama dengan
dinyatakan sesuai dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda
pernyataan Asas lainnya. Menurut pendapatmu, yang
Black manakah yang akan mengalami penurunan
(D.10.b) suhu jika teh panas dituangkan ke dalam
gelas kaca? Berikan alasannya!
B Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor -
(14) yang dilepas suatu benda sama dengan
jumlah kalor yang diserap oleh benda
lainnya. Budi menuangkan sedikit air ke
dalam gelas kaca. Menurut pendapatmu,
apakah air itu panas atau dingin, jika gelas
tersebut dapat melepas kalor? Berikan
alasannya!
7 Membuat Mempertimbangkan Mempertimbangkan A Pada saat kamu haus dan menghadapi -
pengandaian dan memberikan dan memberikan (7) kondisi di mana hanya ada air panas, seperti
dan integrasi alasan dari pendapat, alasan dengan pilihan pada gambar berikut.

153
(supposition alasan, asumsi, membuat
and posisi, dan saran lain pengandaian posisi
integration) yang tidak disepakati (kondisi) yang
atau diragukan, terkait dengan Asas
tanpa membiarkan Black
ketidaksepakatan (E.11)
dan keraguan
mengganggu
pemikiran
A B
o
50 cc air 75 C 200 cc 75oC
150 g gelas 25oC

Hal apa yang akan kamu lakukan untuk


menghilangkan hausmu? Berikan alasannya!
B* Pada saat kamu haus dan menghadapi 8
kondisi di mana hanya ada air panas di
(15) sekitarmu, seperti pilihan pada gambar
berikut.

50 cc air 75oC
Gelas A (kecil) Gelas B (besar)

154
Hal apa yang akan kamu lakukan untuk
menghilangkan hausmu? Gelas mana yang
akan kamu pilih? Berikan alasannya!
8 Mengintegrasikan Mengintegrasikan A* Keramik merupakan salah satu penghantar 4
kemampuan lain dan kemampuan berpikir (8) kalor yang baik. Menurutmu, lebih baik
disposisi dalam kritis dalam menggunakan cooling pad atau
membuat dan membuat dan meletakkannya di lantai, ketika kamu
mempertahankan mempertahankan menggunakan notebook dalam jangka waktu
keputusan keputusan yang yang lama? Berikan alasannya!
terkait dengan B Ada orang yang mengatakan bahwa -
peristiwa (16) penggunaan cooling pad dapat membuat
perpindahan kalor notebook lebih awet karena membuat
(E.12) mesinnya tidak cepat panas. Apakah hal
tersebut baik dan efisien dibandingkan
dengan meletakkannya langsung di lantai
keramik? Berikan alasannya!

(*) = Soal yang valid atau dipakai

155
1. Berikut ini merupakan data jumlah kalor (Q) yang dibutuhkan untuk memasak sejumlah air (m) hingga mendidih.
Air A B C D E
m (gr) 100 200 250 500 1000
Q (J) 42 84 105 210 420
Berdasarkan data di atas, apa yang dapat kamu simpulkan mengenai hubungan massa dan kalor?
∆𝑄𝑄 𝑘𝑘 𝐴𝐴 ∆𝑇𝑇
2. Persamaan = merupakan persamaan dari konduksi. Dapatkah kamu mendefinisikan makna konduksi sesuai dengan persamaan
∆𝑡𝑡 𝑙𝑙

tersebut? Jelaskan!
3. Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor yang dilepas suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda lainnya. Menurut
pendapatmu, yang manakah yang akan mengalami penurunan suhu jika teh panas dituangkan ke dalam gelas kaca? Berikan alasannya!
4. Keramik merupakan salah satu penghantar kalor yang baik. Menurutmu, lebih baik dan efisien menggunakan cooling pad atau
meletakkannya di lantai, ketika kamu menggunakan notebook dalam jangka waktu yang lama? Berikan alasannya!
5. Perhatikan grafik perubahan wujud balok es menjadi uap di bawah ini!

Berdasarkan grafik tersebut, faktor apa yang mempengaruhi peristiwa perubahan wujud di bagian tersebut? Berikan alasannya!

156
6. Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh dari peristiwa perubahan wujud yang ada di sekitarmu!
7. Di bawah ini merupakan pengaduk yang dapat digunakan untuk memasak mie instan.

Berdasarkan prinsip perpindahan kalor secara konduksi, pengaduk mana yang paling aman saat digunakan? Berikan alasannya!
8. Pada saat kamu haus dan menghadapi kondisi di mana hanya ada air panas di sekitarmu, seperti pilihan pada gambar berikut.

50 cc air 75oC

Gelas A (kecil) Gelas B (besar)

Hal apa yang akan kamu lakukan untuk menghilangkan hausmu? Gelas mana yang akan kamu pilih? Berikan alasannya!

157
B. kelas eksperimen ( )
1. Rentang (R)
R = Xmax – Xmin = 59 – 22 = 37
2. Banyaknya kelas
Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 1 + 5,251 = 6,251
3. Interval kelas
Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 37 / 6 = 6,167 (pembulatan ke atas)
22 – 28 43 – 49
29 – 35 50 – 56
36 – 42 57 – 63
4. Distribusi frekuensi pretest kelas eksperimen
Interval
22 – 28 2 25 50 -18,128 328,632 657,264
29 – 35 6 32 192 -11,128 123,837 743,022
36 – 42 6 39 234 -4,128 17,042 102,252
43 – 49 18 46 828 2,872 8,247 148,450
50 – 56 6 53 318 9,872 97,452 584,714
57 – 63 1 60 60 16,872 284,657 284,658
Jumlah 39 1682 2520,359

5. Diagram batang-daun pretest kelas eksperimen


≤31 =5 5 00033 = 5
3 444 =3 5 6 =1
4 111111444444444 = 15 ≥59 =1
4 777777777 =9
6. Mean (x)

7. Standar deviasi (S) dan varian (S2)

Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 2520,359


𝑆𝑆 = � =� = 8,144
𝑛𝑛 − 1 39 − 1

𝑆𝑆 2 = (8,144)2 = 66,325
8. Median = 44
9. Modus = 44 dan 47

159
C. kelas eksperimen ( )
1. Rentang (R)
R = Xmax – Xmin = 88 – 47 = 41
2. Banyaknya kelas
Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 1 + 5,251 = 6,251
3. Interval kelas
Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 41 / 6 = 6,833
47 – 53 68 – 74
54 – 60 75 – 81
61 – 67 82 - 88
4. Distribusi frekuensi posttest kelas eksperimen
Interval
47 – 53 4 50 200 -21,179 448,571 1794,283
54 – 60 5 57 285 -14,179 201,058 1005,289
61 – 67 5 64 320 -7,179 51,545 257,725
68 – 74 6 71 426 -0,179 0,032 0,193
75 – 81 10 78 780 6,821 46,519 465,194
82 - 88 9 85 765 13,821 191,007 1719,059
Jumlah 39 2776 5241,744

5. Diagram batang-daun posttest kelas eksperimen


4 7 =1 7 222 =3
5 033 =3 7 5588888 =7
5 66666 = 5 8 1114444 =7
6 222 =3 8 88888 =5
6 66999 = 5
6. Mean (x)
5241,744 / 39 = 71,179
7. Simpangan baku (S) dan varian (S2)

Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 5241,744


𝑆𝑆 = � =� = 11,745
𝑛𝑛 − 1 39 − 1

𝑆𝑆 2 = (11,795)2 = 139,131
8. Median = 72
9. Modus = 56, 78, dan 88

160
D. Perubahan nilai kelas eksperimen ()
1. Rentang (R)
R = Xmax – Xmin = 62 – 0 = 62
2. Banyaknya kelas
Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 1 + 5,251 = 6,251
3. Interval kelas
Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 62 / 6 = 10,333 (pembulatan ke atas)
0 – 10 33 – 43
11 – 21 44 – 54
22 – 32 55 – 65
4. Distribusi frekuensi perubahan nilai pretest-posttest kelas eksperimen
Interval
0 – 10 4 5 20 -23,410 548,040 2192,16
11 – 21 7 16 144 -12,410 154,014 1386,13
22 – 32 4 27 297 -1,410 1,989 21,87705
33 – 43 4 38 342 9,590 91,963 827,6686
44 – 54 11 49 245 20,590 423,938 2119,688
55 – 65 9 60 60 31,590 997,912 997,9119
Jumlah 39 1108 7545,436

5. Diagram batang-daun perubahan nilai pretest-posttest kelas eksperimen


0 0399 =4 4 00011477 =8
1 225566689 =9 5 04 =2
2 2225555 =7 6 2 =1
3 11117778 =8
6. Mean (x)

7. Simpangan baku (S)dan varian (S2)

Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 7545,436


𝑆𝑆 = � =� = 14,091
𝑛𝑛 − 1 39 − 1

𝑆𝑆 2 = (14,091)2 = 198,556
8. Median = 25
9. Modus = 25 dan 31

161
A. Nilai Kelas Kontrol
Tabel nilai ( ) dan ( ) kelas kontrol

162
B. Kelas Kontrol ( )
1. Rentang (R)
R = Xmax – Xmin = 62 – 41 = 21
2. Banyaknya kelas
Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 5,136 = 6,136
3. Interval kelas
Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 21 / 6 = 3,5
41 – 44 53 – 56
45 – 48 57 – 60
49 – 52 61 – 64
4. Distribusi frekuensi pretest kelas kontrol
Interval
41 – 44 3 42,5 127,5 -9,667 93,444 280,333
45 – 48 6 46,5 279 -5,667 32,111 192,667
49 – 52 6 50,5 303 -1,667 2,778 16,667
53 – 56 16 54,5 872 2,333 5,444 87,111
57 – 60 4 58,5 234 6,333 40,111 160,444
61 – 64 1 62,5 62,5 10,333 106,778 106,778
Jumlah 36 1878 844,000

5. Diagram batang-daun pretest kelas kontrol


4 144444 =6 5 666666999 =9
4 777 =3 6 2 =1
5 00000000000333333 = 17
6. Mean (x)

7. Simpangan baku (S) dan varian (S2)

Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 844


𝑆𝑆 = � =� = 4,911
𝑛𝑛 − 1 36 − 1

𝑆𝑆 2 = (4,911)2 = 24,118
8. Median = 50
9. Modus = 50

163
C. Kelas Kontrol ( )
1. Rentang (R)
R = Xmax – Xmin = 88 – 41 = 47
2. Banyaknya kelas
Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 5,136 = 6,136
3. Interval kelas
Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 47 / 6 = 7,833
41 – 48 65 – 72
49 – 56 73 – 80
57 – 64 81 – 88
4. Distribusi frekuensi posttest kelas kontrol
Interval
41 – 48 3 44,5 133,5 -18 324 972
49 – 56 5 52,5 262,5 -10 100 500
57 – 64 11 60,5 665,5 -2 4 44
65 – 72 15 68,5 1027,5 6 36 540
73 – 80 1 76,5 76,5 14 196 196
81 – 88 1 84,5 84,5 22 484 484
Jumlah 36 2250 2736

5. Diagram batang-daun posttest kelas kontrol


≤41 =1 6 6666669999999 = 13
4 77 =2 7 22 =2
5 003 =3 7 5 =1
5 66999 =5 ≥88 =1
6 22222222 =8
6. Mean (x)

7. Simpangan baku (S) dan varian (S2)

Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 2736


𝑆𝑆 = � =� = 8,841
𝑛𝑛 − 1 36 − 1

𝑆𝑆 2 = (8,841)2 = 78,163
8. Median = 62
9. Modus = 62

164
D. Perubahan Nilai Kelas Kontrol ()
1. Rentang (R)
R = Xmax – Xmin = 35 – (-12) = 47
2. Banyaknya kelas
Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 5,136 = 6,136
3. Interval kelas
Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 47 / 6 = 7,833
-12 – -5 12 – 19
-4 – 3 20 – 27
4 – 11 28 – 35
4. Distribusi frekuensi perubahan nilai pretest-posttest kelas kontrol
Interval
-12 – -5 3 -8,5 -25,5 -20,222 408,938 1226,815
-4 – 3 3 -0,5 -1,5 -12,222 149,383 448,148
4 – 11 9 7,5 67,5 -4,222 17,827 160,444
12 – 19 15 15,5 232,5 3,778 14,272 214,074
20 – 27 5 23,5 117,5 11,778 138,716 693,580
28 – 35 1 31,5 31,5 19,778 391,160 391,160
Jumlah 36 422 3134,222

5. Diagram batang-daun perubahan nilai pretest-posttest kelas kontrol


≤-12 =2 1 2223 =4
-0 9 =1 1 55666666899 = 11
-0 3 =1 2 222 =3
0 03 =2 2 55 =2
0 666677999 =9 ≥35 =1
6. Mean (x)

7. Simpangan baku (S) dan varian (S2)

Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 3134,222


𝑆𝑆 = � =� = 9,463
𝑛𝑛 − 1 36 − 1

𝑆𝑆 2 = (9,463)2 = 89,548
8. Median = 12,5
9. Modus = 16

165
nalisis lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran

Jumlah sub
Pertemuan Tahapan ke- Terlaksana Persentase Total
tahapan
1 2 2 100,00%
2 1 1 100,00%
I 3 5 5 100,00% 93,33%
4 2 2 100,00%
5 3 2 66,67%
1 2 2 100,00%
2 1 1 100,00%
II 3 5 5 100,00% 93,33%
4 2 2 100,00%
5 3 2 66,67%
1 2 2 100,00%
2 1 1 100,00%
III 3 5 4 80,00% 89,93%
4 2 2 100,00%
5 3 2 66,67%
Rata-rata 92,20%

Dengan demikian, tingkat keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training


selama tiga kali pertemuan dapat dikatakan sangat baik atau mendekati taraf 100%.
Keterangan:
Tahapan ke-1: Penyajian masalah
Tahapan ke-2: Pengumpulan data verifikasi
Tahapan ke-3: Pengumpulan data eksperimen
Tahapan ke-4: Organisasi data dan formulasi kesimpulan
Tahapan ke-5: Analisis proses inkuiri

166
A. Uji normalitas perubahan nilai kelas eksperimen
Batas Z batas Luas Z [(Oi-
Interval Z tabel Ei Oi
kelas kelas tabel Ei)2]/Ei
-0,5 -2,05 0,0202
0 – 10 0,0818 3,1902 4 0,206
10,5 -1,27 0,1020
11 – 21 0,2101 8,1939 9 0,079
21,5 -0,49 0,3121
22 – 32 0,3020 11,7780 11 0,051
32,5 0,29 0,6141
33 – 43 0,2436 9,5004 9 0,026
43,5 1,07 0,8577
44 – 54 0,1101 4,2939 5 0,116
54,5 1,85 0,9678
55 – 65 0,0286 1,1154 1 0,012
65,5 2,63 0,9964
Jumlah 0,491

2 2
Dari perhitungan, diketahui bahwa hitung sebesar 0,491, sedangkan tabel pada
2 2
taraf signifikan 5% dan df = kelas – 1 = 6 – 1 = 5 adalah 11,070 atau hitung < tabel. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Keterangan:
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 −𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• 𝑍𝑍 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 =
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

• 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 − 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘


• 𝐸𝐸𝐸𝐸 = 𝑛𝑛 × 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

167
B. Uji normalitas perubahan nilai kelas kontrol
Batas Z batas Luas Z [(Oi-
Interval Z tabel Ei Oi
kelas kelas tabel Ei)2]/Ei
-12,5 -2,56 0,0052
-12 – -5 0,0384 1,3824 3 1,893
-4,5 -1,71 0,0436
-4 – 3 0,1486 5,3496 3 1,032
3,5 -0,87 0,1922
4 – 11 0,2998 10,7928 9 0,298
11,5 -0,02 0,4920
12 – 19 0,3019 10,8684 15 1,571
19,5 0,82 0,7939
20 – 27 0,1586 5,7096 5 0,088
27,5 1,67 0,9525
28 – 35 0,0415 1,4940 1 0,163
35,5 2,51 0,9940
Jumlah 5e f* 355re f* 52

168
C. Uji t-pasangan - kelas eksperimen
𝑑𝑑̅ − 𝜇𝜇𝑑𝑑
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑠𝑠
𝑑𝑑
√𝑛𝑛

170
F. Uji kelas kontrol
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑁𝑁 − 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 =
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝

Dari perhitungan, diketahui bahwa rata-rata N-gain pretest-posttest kelas


eksperimen sebesar 0,227 yang artinya peningkatan keterampilan berpikir siswa kelas
eksperimen berada pada taraf rendah.

172
Keterangan:
Kode Indikator Indikator Keterampilan Berpikir Kritis No Butir Soal
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
A.1.b 5
tentang peristiwa perubahan wujud benda
Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud
B.4.a 6
benda
Membuat generalisasi tentang hubungan kalor, kapasitas kalor, kalor jenis, massa, atau perubahan
C.7.a 1
suhu
C.8.c Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima terkait dengan peristiwa perpindahan kalor 7
D.9.a Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor 2
D.10.b Menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black 3
Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi) yang
E.11 8
terkait dengan Asas Black
Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan
E.12 4
yang terkait dengan peristiwa perpindahan kalor

173
A. Kelas Eksperimen

174

Anda mungkin juga menyukai