Anda di halaman 1dari 98

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP PROSES

PEMBELAJARAN MAHASISWA PENGENALAN LAPANGAN


PERSEKOLAHAN (PLP) PENDIDIKAN KIMIA
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh :

MUHAMMAD RASULI

11150162000019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ii
PERNYATAAN KARYA SENDIRI

iii
ABSTRAK

Muhammad Rasuli (NIM: 11150162000019). “Persepsi Guru Pamong


terhadap Proses Pembelajaran Mahasiswa Pengenalan Lapangan
Persekolahan (PLP) Pendidikan Kimia”. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Guru Pamong terhadap Proses
Pembelajaran Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan
Kimia. Penelitian ini diambil dari penilaian guru pamong pada kegiatan belajar
mengajar (KBM) yang dilakukan mahasiswa PLP Pendidikan kimia pada T.A.
2021/2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling
yang berupa purposive sampling. Purposive Sampling digunakan berdasarkan
area sekolah yang berada diwilayah Jabodetabek. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif. Hasil penelitian secara kuantitatif dijelaskan berdasarkan nilai
persentase masing-masing dimensi. Adapun nilai persentase untuk dimensi
persepsi yang terdiri dari tiga aspek diperoleh nilai persentase 96,6% dengan
kategori sangat baik. Sedangkan untuk dimensi proses pembelajaran mahasiswa
PLP yang terdiri dari sepuluh aspek diperoleh hasil sebesar 96,5% dengan
kategori sangat baik. Dari kedua aspek tersebut diperoleh nilai persentase akhir
sebesar 96,55% yang termasuk kategori sangat baik, sehingga dengan kategori
sangat baik tersebut mahasiswa PLP telah menunjukkan salah satu penilaian
sebagai seorang calon guru yang baik.

Kata Kunci: persepsi guru pamong, proses pembelajaran, PLP.

iv
ABSTRACT

Muhammad Rasuli (NIM: 11150162000019). “Teachers' Perceptions of the


Learning Process of Students of School Field Introduction (PLP) Chemistry
Education”. Skripsi, Chemistry Education Study Program, Faculty of Tarbiya
and Teacher’s Training, Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.

This study aims to determine the Teachers' Perceptions of the Student Learning
Process of School Field Introduction (PLP) Chemistry Education. This study was
taken from the assessment of civil servant teachers on teaching and learning
activities (KBM) conducted by PLP Chemistry Education students at T.A.
2021/2022. The method used in this study is a descriptive approach. The sampling
technique used is random sampling in the form of purposive sampling. The
purposive sampling used is based on the school area in the Jabodetabek area. The
instrument used in this research is a questionnaire. The data analysis technique
used is descriptive analysis. The results of the research are quantitatively
explained based on the percentage value of each dimension. The percentage value
for the perception dimension which consists of three aspects is obtained by a
percentage value of 96.6% with a very good category. As for the dimensions of the
PLP student learning process which consists of ten aspects, the results are 96.5%
in the very good category. From these two aspects, the final percentage value of
96.55% is included in the very good category, so that with the very good category,
PLP students have shown one assessment as a good teacher candidate.

Keywords: Teachers' Perceptions, learning process, PLP.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim..

Assalaamu’alaikum Wr. Wb..

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas

limpahan nikmat yang begitu banyak dari-Nya, terutama nikmat Iman, nikmat

Islam dan nikmat sehat wa’aafiyat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi

sesuai dengan harapan yang berjudul “Persepsi Guru Pamong terhadap Proses

Pembelajaran Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan

Kimia”.

Shalawat beriringkan salam penulis haturkan kepada junjungan agung

yakni baginda yang mulia, Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan

sahabat-sahabatnya yang telah membawa kita semua dari zaman Jahiliyah menuju

zaman Islamiyah yang penuh dengan cahaya kebenaran dan kebaikan seperti yang

kita rasakan saat ini. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang

mendapatkan syafa’at darinya kelak di yaumul-qiyamah nanti. Aamiin Yaa

Robbal’aalamiin.

Dalam menulis skripsi ini, penulis banyak menemui rintangan, godaan,

halangan dan tantangan, akan tetapi atas bantuan, support dan motivasi dari

banyak pihak yang turut berpartisipasi, skripsi ini akhirnya dapat selesai sesuai

dengan harapan penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak

terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi
2. Bapak Dr. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Kimia dan Dosen Penasihat Akademik (PA) yang telah

memberikan arahan, motivasi dan dukungan serta perhatiannya kepada

penulis.

3. Ibu Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, support dan perhatiannya kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

4. Salamah Agung, M.A., Ph.D., selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan teknis dan support kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., selaku validator ahli instrumen. Terima kasih

atas motivasi, saran dan masukkan dalam membantu penulis Menyusun

instrumen penelitian.

6. Seluruh dosen dan jajaran Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa hormat.

Terimakasih banyak atas segala ilmu dan kebaikan bapak dan ibu sekalian

selama penulis menuntut ilmu di Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, semoga ilmu dan kebaikan yang bapak ibu berikan

mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT dan ilmu tersebut menjadi

berkah bagi penulis.

7. Teruntuk kedua orang tua yang penulis cintai dan sayangi mak dan bak yaitu

Bapak Azwardi dan Ibu Nurmala, yang telah membesarkan, mendidik,

vii
mendo’akan dan mengajarkan banyak hal kepada penulis dengan penuh cinta,

rasa sabar serta kasih sayang. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan

memberikan kesehatan serta rahmat kasih sayang-Nya kepada mak dan bak

sebagaimana kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

8. Tak lupa pula teruntuk kakakku udo Juliansyah dan adikku Septiana yang

selalu mendukung dan mendoakan penulis selama penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2015 yang sama-sama sedang

berjuang untuk menyelesaikan skripsi dan saling merangkul dan

menyemangati satu sama lain.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

membantu hingga tersusunnya skripsi ini tanpa mengurangi rasa hormat.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan-kebaikan dari semua

pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Masih terdapat

kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Karena itu, kritik dan sarannya yang

bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis demi perbaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan masukan bagi banyak orang

demi meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia. Aamiin..

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb..

Jakarta, 15 Juli 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. ii
PERNYATAAN KARYA SENDIRI..................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 9
A. Kajian Teori .............................................................................................. 9
B. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 31
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 38
B. Metode Penelitian ................................................................................... 38
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 41
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 41
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 45
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 47
A. Deskripsi Responden .............................................................................. 47
B. Hasil Penelitian....................................................................................... 49
C. Pembahasan ............................................................................................ 53
BAB V PENUTUP................................................................................................ 75

ix
A. Kesimpulan ............................................................................................. 75
B. Saran ....................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................. 37


Gambar 4.1 Diagram Jumlah Sekolah Berdasarkan Wilayah ............................... 47
Gambar 4.2 Diagram Jumlah Guru Pamong Berdasarkan Wilayah ..................... 48
Gambar 4.3 Diagram Jumlah Mahasiswa PLP Berdasarkan Wilayah .................. 48

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Dimensi Persepsi Guru.......................................................................... 42


Tabel 3.2 Dimensi Proses Pembelajaran ............................................................... 44
Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor ...................................................................... 45
Tabel 4.1 Data Deskriptif Persepsi Guru Pamong ................................................ 49
Tabel 4.2 Data Deskriptif Proses Pembelajaran .................................................... 50

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah bekal hidup bagi peserta didik, yang diajarkan

untuk membuat mereka siap menghadapi tantangan baik di saat sekarang

maupun di waktu nanti, tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia

dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera, dan

bahagia menurut konsep hidup mereka (Hakim, 2020).

Sekolah memiliki peranan yang sangat penting untuk membentuk

kepribadian, watak dan moral peserta didik, dibarengi dengan penanaman

nilai agama, agar bisa tercipta insan yang religius. Maka dari itu, harus ada

pendidikan yang mampu memadukan pendidikan sekolah, keluarga, dan

lingkungan secara seimbang, sehingga kebiasaan anak di rumah, di

lingkungan, dan di lingkungan sekolah bisa terjalin suatu komunikasi yang

baik pada orang tua dan guru untuk pembentukan pendidikan karakter pada

anak, meningkatkan kecerdasan, keterampilan dan potensi yang ada anak

didik (Prastiyo et al., 2022).

Kriteria pendidikan yang berhasil dapat dilihat dari produktivitas

dan kualitas. kalau dilihat dari segi produktivitas: maksimalnya kegiatan

pembelajaran, penelitian, karya nyata, pengabdian dan lain-lain. Jika dilihat

pada segi kualitas: dalam konteks latar belakang dari sekolah, peserta didik,

proses pembelajaran, tingkat kelulusan, kemandirian dalam bekerja dan

berinovasi setelah lulus dan dapat menunjukkan sikap menjadi warga

1
2

negara yang baik setelah lulus dari sekolah. Keberhasilan dalam dunia

Pendidikan tidak lepas dari peranan seorang guru sebagai pendidik karena

seorang guru yang akan berinteraksi kepada peserta didik langsung, maka

sudah seharusnya secara ideal seorang guru yang akan menjadi

pendidik/guru harus memiliki keterampilan dan kemampuan dalam

mendidik atau disebut kompetensi.

Kompetensi guru sebagai pendidik dapat diartikan sebagai

kemampuan ideal atau maksimal yang mereka miliki ketika akan

menyelenggarakan suatu proses pembelajaran (Fatoni, 2020). Pendidik dan

tenaga kependidikan (PTK) harus mendorong dirinya untuk belajar dan

terus berkembang untuk memiliki dan menguasai empat komponen dari

kompetensi yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,

kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional (Nurjanati, et al.,

2018). Kompetensi pedagogik pada guru berupa kemampuan mengelola

pembelajaran terkait perancangan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

(KBM), pemahaman dan evaluasi pada hasil belajar siswa serta

pengembangan dalam proses aktualisasi potensi yang ada pada peserta

didik. Kompetensi kepribadian pada guru berupa kepribadian yang

tercermin dengan baik, stabil dalam psikologis, dewasa dalam bertindak

maupun berpikir, berwibawa, bijaksana dalam mengambil keputusan,

berakhlak mulia, dapat menjadi teladan untuk peserta didik. Kompetensi

sosial pada guru berupa cara guru komunikasi dan berinteraksi dengan

efektif kepada sesama guru, peserta didik, staf kependidikan, kepada


3

orangtua atau wali murid, dan dengan masyarakat di lingkungan sekitar

sekolah. Kompetensi profesional guru berupa kemampuan guru dalam

menguasai materi atau konten dalam pembelajaran dengan maksimal

meliputi penguasaan terhadap kurikulum pelajaran, pokok keilmuan,

struktur dan metodologi dari keilmuan yang terkait (Dwintari, 2017).

Pendidikan merupakan sebuah sistem terbuka yang tidak terlepas

dari suatu permasalahan, seperti masalah makro yang terjadi secara

menyeluruh yang dialami hampir semua lembaga pendidikan pada proses

pembelajarannya, masalah ini muncul disebabkan karena adanya

keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan infrastruktur teknologi

informasi, namun seperti masalah kurikulum, masalah pendidikan,

administrasi pendidikan dan sebagainya, masalah ini disebut dengan

masalah mikro (Afifah, 2015).

Dalam melaksanakan pembenahan pada ranah pendidikan untuk

program S1, LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan)

mendesain sebuah program yang disebut Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) (Sadikin & Siburian, 2019). Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) merupakan satu bentuk program atau kegiatan yang

terkait pendidikan prajabatan guru/pendidik yang didesain atau dibuat

khusus untuk mengembangkan dan membentuk sumber daya profesional di

dunia pendidikan, agar setelah selesai dari program tersebut mereka selaku

calon pendidik mampu untuk menjadi seorang guru yang siap dalam

mengemban amanah dan tanggung jawabnya sebagai guru. Ketika


4

mahasiswa melakukan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) akan

memiliki banyak tantangan yang dapat mempengaruhi kesuksesannya

ketika menjalankan proses pembelajaran, hal tersebut dapat menjadi

gambaran ketika nanti menjadi seorang guru yang sesungguhnya.

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) dalam pelaksanaannya

akan melibatkan guru yang bertugas secara khusus untuk membimbing dan

mengarahkan mahasiswa praktikan Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP) yang berhubungan dengan penyelenggaraan proses pembelajaran,

model pembelajaran yang digunakan mahasiswa saat mengajar,

memberikan penilaian dan tugas saat melaksanakan kegiatan tersebut,

dalam hal ini menjadi tugas seseorang yang disebut Guru Pamong

(Dwijayanti, 2018).

SMA/MA sederajat merupakan salah satu sekolah tempat

menampung mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, dimana mahasiswa mendapatkan tugas dan

tanggung jawab melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM, serta

mengerjakan sejumlah tugas yang berhubungan dengan administrasi. Sifat

mata kuliah Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) sebagai bentuk

penerapan riset dan pengabdian sebagai calon guru/pendidik kepada

masyarakat serta praktik lapangan dengan macam-macam program akan

tetapi, yang perlu menjadi fokus disini adalah praktikan dapat memahami

bahwa sekolah adalah institusi pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan dengan komprehensif.


5

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) yang diadakan oleh

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), terbilang program mata

kuliah baru yang memiliki perbedaan dari sebelumnya yakni, PPKT

(Praktik Profesi Keguruan Terpadu), berdasarkan penilaian dari mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan Kimia angkatan

2018, mengenai persoalan ini delapan dari sepuluh orang mahasiswa masih

menemukan kendala saat pelaksanaan Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP).

Sebagai peserta Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) yang

terbaru yaitu mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2018 terkait penerapan

mata kuliah microteacing, tujuh dari sepuluh orang mahasiswa mengatakan

bahwa penerapan mata kuliah ini dengan kondisi dilapangan saat mengajar

yang jauh berbeda, sehingga mahasiswa masih kurang persiapan dalam

proses pembelajaran Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di kelas,

begitupun dari guru pamong yang masih kurang dalam mendampingi

mahasiswa saat proses pembelajaran Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP), pada persoalan ini perlu dilakukan penelitian tentang pelaksanaan

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) ini.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti selaku alumni (PLP)

merasa perlu melakukan penelitian ini, dengan mengangkat judul dalam

penelitian ini yaitu, “Persepsi Guru Pamong Terhadap Proses

Pembelajaran Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)

Pendidikan Kimia”, penelitian pada proses pembelajaran Pengenalan


6

Lapangan Persekolahan (PLP) yang dilakukan mahasiswa Pendidikan

Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2018 dalam Tahun Ajaran

2021/2022”. Persepsi Guru Pamong merupakan bagian penting karena

berkaitan dengan penilaian yang akan diberikan Guru Pamong kepada

mahasiswa. Penilaian ini merupakan bentuk tanggapan dari persepsi Guru

Pamong setelah mengamati mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP) dalam melaksanakan proses pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) sebagai program mata

kuliah terbaru yang sebelumnya adalah PPKT (Praktik Profesi

Keguruan Terpadu) sehingga mahasiswa masih menemui kendala

dalam pelaksanaannya.

2. Pengalaman Microteacing yang masih kurang sesuai dengan realita

proses pembelajaran di sekolah, membuat kurangnya kesiapan

mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Angkatan 2018

dalam proses pembelajaran di kelas,

3. Kurangnya pendampingan dari guru pamong terhadap mahasiswa saat

proses pembelajaran Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP).


7

C. Pembatasan Masalah

Peneliti menetapkan batasan masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Penelitian dilakukan hanya pada guru-guru Pamong Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP) Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2018 di SMA/MA sederajat di

wilayah Jabodetabek.

2. Kajian terbatas pada Proses Pembelajaran yang dilakukan Mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan Kimia UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang menjadi pokok pada penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Persepsi Guru Pamong Terhadap Proses

Pembelajaran Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP) Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

Ajaran 2021/2022?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal berikut:

1. Persepsi Guru Pamong Terhadap Proses Pembelajaran Mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan Kimia UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Ajaran 2021/2022.


8

F. Manfaat Penelitian

Adapun dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan

manfaat atau kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi Guru Pamong

● Menjadikan sarana penyalur aspirasi Guru Pamong untuk proses

pembelajaran.

2. Bagi Mahasiswa

● Menjadi bahan evaluasi dan motivasi dalam Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) agar lebih baik kedepannya.

3. Bagi Fakultas

● Menjadi pertimbangan dan evaluasi dalam membina dan

mempersiapkan Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Persepsi

Persepsi berasal dari kata “perception” yang memiliki arti respon,

penglihatan, kekuatan merespon atau menanggapi sesuatu dengan proses

pengindraan lalu dikirim ke otak (Irham, 2019). Persepsi adalah pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Prastiyo et al., 2022).

Persepsi adalah proses seseorang dalam menggunakan ilmu

pengetahuan yang dimiliki untuk menggambarkan suatu objek yang

dipersepsi. Pengetahuan dapat diperoleh seseorang dengan persepsi,

kemudian seseorang dapat menafsirkan suatu objek dengan pengetahuan

tersebut yang menghasilkan tanggapan dan penilaian terhadap suatu objek

sebagai respon dari mempersepsikan sesuatu (Fitrianasari, 2015).

Menurut Riva’i (2006, hal. 359) memberikan pengertian bahwa

persepsi merupakan tanggapan atau respon langsung terhadap sesuatu

melalui penginderaan untuk mengetahui sesuatu hal tersebut. Adapun

tahapan seseorang dalam mengalami persepsi dimulai dengan penginderaan

untuk mengenali sesuatu objek dengan melihat dan mendengar berarti

persepsi itu didahului oleh proses penginderaan. Sarwono (2010, hal. 39),

memberikan penjelasan bahwa membeda-bedakan, memfokuskan,

mengelompokkan suatu objek adalah bentuk persepsi. Persepsi menurut

9
10

Sabri (1993, hal. 45), merupakan suatu aktivitas rohani atau jiwa, dengan

kemampuan penginderaannya seseorang dapat mengetahui tentang suatu

rangsangan yang ia terima, yang kemudian seseorang dapat mengenali

objeknya. Kemudian Mutmainah (1999, hal. 71) menjelaskan tentang

kemampuan seseorang dalam menginterpretasikan atau memahami suatu

message dengan alat indra yang kita miliki merupakan pengertian dari

persepsi. Dengan mempersepsikan sesuatu seseorang melakukan perubahan

dari sensasi yang diterima menjadi suatu informasi, mendapatkan suatu

pengetahuan yang baru. Alaslan (2021), juga berpendapat bahwa

pengalaman tentang suatu objek, peristiwa yang diterima dimana memiliki

hubungan keterkaitan, yang disimpulkan menjadi suatu pesan dan informasi

merupakan bentuk persepsi.

Persepsi juga berasal dari kata yang sama “perception” pada kamus

Psikologi yang memiliki arti proses dalam mengingat atau mengenali

sesuatu (Drever, 1988, hal. 338).

Dalam berinteraksi dengan manusia khususnya dengan lingkungan

sosialnya, setiap individu memiliki persepsi yang berbeda dalam

menanggapi, memahami dan memaknai suatu objek yang dirasakan dan

dilihat. Persepsi setiap individu berasal dari stimulus atau rangsangan yang

diterimanya. Dalam psikologi, proses sensasi dan persepsi berbeda. Sensasi

adalah penerimaan rangsang melalui panca indera. Sedangkan persepsi

adalah mengartikan stimulus yang sudah ada di otak (Sugihartono et al,

2007, hal. 8). Maka persepsi merupakan keadaan yang terintegrasi dalam
11

diri setiap orang terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi pada

hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam

memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk

memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu

pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2009, hal. 141).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu

proses pemahaman seseorang dari hasil interaksinya dengan orang lain

dalam lingkungan yang berupa pendapat dan penelitian dirinya terhadap

apa yang diterima dan ditangkapnya selama melakukan kegiatan atau

pekerjaan di lingkungan tersebut. Dengan adanya persepsi, maka baik

buruknya seseorang atau suatu objek dapat diketahui dengan jelas sesuai

dengan keadaan yang terjadi.

2. Indikator Persepsi

Berikut indikator-indikator persepsi yang dikemukakan oleh

Walgito (2004, hal. 70), meliputi:

a) Penerimaan pada Rangsangan

Rangsangan yang diterima oleh seluruh panca indera secara

Bersama-sama maupun masing-masing,

b) Pemahaman atau Pengertian

Respon indera tersebut kemudian dikirim dan diproses oleh

otak dengan mengelola informasi, membandingkan,


12

menggolongkan, dan menginterpretasikan menjadi sebuah makna

atau pemahaman.

c) Penilaian atau Evaluasi

Setelah seseorang mencerna informasi menjadi suatu

pemahaman atau makna, barulah informasi tersebut masuk pada

tahap membandingkan, mengklasifikasikan terhadap standar yang

seseorang miliki, karena setiap orang memiliki standar dalam

menilai suatu informasi yang ia miliki, maka persepsi setiap orang

tidak akan sama.

Menurut Hamka (2002, hal. 101-106) indikator persepsi ada

dua macam, yaitu:

a) Menyerap

Stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera,

masuk ke dalam otak, mendapat tempat, sehingga disitu terjadi

proses analisis, diklasifikasi dan diorganisir dengan pengalaman-

pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya, karena itu

penyerapan itu bersifat individual, berbeda satu sama lain meskipun

stimulus yang diserap sama.

b) Mengerti atau memahami

Indikator adanya persepsi sebagai hasil proses klasifikasi

dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis

berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman

tersebut juga bersifat subjektif, berbeda-beda bagi setiap individu.


13

Sedangkan, indikator-indikator persepsi guru menurut

Kiptiah dalam Suryani & Tripalupi (2021), dikembangkan dari

aspek-aspek berikut ini:

a) Kognitif (Pengetahuan)

Respons kognitif terkait dengan pengetahuan, keterampilan,

dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons tersebut timbul

apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau

dipersepsikan oleh khalayak.

b) Afektif (Sikap)

Respons afektif berhubungan dengan sikap, dan penilaian

seseorang terhadap sesuatu. Hal tersebut timbul apabila ada

perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c) Konatif (Tindakan)

Respons konatif berhubungan dengan perilaku nyata atau

tindakan seseorang yang meliputi tindakan kegiatan, atau kebiasaan

berperilaku. Respons tersebut menunjukkan intensitas sikap yaitu

kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek

sikap.

3. Guru

a. Definisi Guru

Guru adalah seseorang yang berkontribusi langsung dalam kegiatan

belajar mengajar dalam suatu pembelajaran yang memiliki keinginan untuk

mengetahui baik dan buruknya suatu kegiatan pembelajaran yang


14

diselenggarakan. Evaluasi dalam pembelajaran merupakan bentuk kegiatan

dalam mengetahui suatu informasi tentang baik dan buruknya

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2009).

Di dalam UU No.14 Tahun 2005, yang mengatur tentang Guru dan

Dosen, di dalamnya terdapat pengertian dari Guru yaitu ialah tenaga

pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar,

membimbing, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan menengah

(Prastiyo et al., 2022).

Guru pamong merupakan guru yang bertugas mendampingi

mahasiswa praktikan selama PPL di sekolah latihan dan merupakan guru

kelas terkait dengan bidang studi yang ditekuni oleh praktikan (Mukhibad

dan Susilowati, 2010, hal. 113).

b. Tugas dan peranan Guru

Seorang guru memegang peranan yang sangat penting dalam dunia

pendidikan. Menurut Habel (2015, hal. 15) Peran merupakan aspek dinamis

dari kedudukan atau status. Apabila seseorang menjalankan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan

suatu peran. Seperti halnya guru dan peserta didik, guru memiliki peranan

yang sangat penting di dalam dunia pendidikan khususnya pada saat

kegiatan belajar mengajar, karena pada dasarnya peserta didik memerlukan

peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan diri

dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Tanpa adanya


15

bimbingan dan arahan dari guru mustahil jika seorang peserta didik dapat

mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini berdasar pada

pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan

bantuan dari orang lain untuk mencukupi semua kebutuhannya.

Guru, memiliki beberapa peran yang harus dimunculkan pada saat

kegiatan belajar mengajar. Menurut Amri, (2013, hal. 30) Guru memiliki

peran dalam aktivitas pembelajaran, yaitu sebagai :

1) Korektor

Guru menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah,

dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah

evaluator.

2) Inspirator

Guru memberikan inspirasi kepada siswa mengenai cara belajar

yang baik.

3) Informator

Guru memberikan informasi yang baik dan efektif mengenai materi

yang telah diprogramkan serta informasi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

4) Organisator

Guru berperan mengelola berbagai kegiatan akademik baik

intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas

dan efisiensi anak didik.

5) Motivator
16

Guru dituntut untuk dapat mendorong anak didiknya agar

senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar.

6) Inisiator

Guru menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan

pengajaran.

7) Fasilitator

Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan

anak didik dapat belajar secara optimal.

8) Pembimbing

Guru memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam

menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar.

9) Demonstrator

Guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan secara

didaktis, sehingga anak didik dapat memahami pelajaran secara

optimal.

10) Pengelola kelas

Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas

adalah tempat berhimpun guru dan siswa.

11) Mediator

Guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah dalam

proses pembelajaran peserta didik.

12) Supervisor
17

Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara

kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat optimal.

13) Evaluator

Guru dituntut untuk mampu menilai produk pembelajaran serta

proses pembelajaran.

c. Kompetensi Guru

Menurut Barlow (1985), kompetensi guru adalah the ability of a

teacher to responsibly perform his or her duties appropriately yang

memiliki arti, kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru untuk

melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab (Purnomo, 2019,

hal. 184). Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam

penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka

pembinaan dan pengembangan tenaga guru (Yulmasita Bagou & Suking,

2020).

Sedangkan, kompetensi profesionalisme guru memiliki makna yaitu

kewenangan dan kemampuan/kompetensi guru untuk melaksanakan

tugasnya dengan baik (Purnomo, 2019, hal. 185).

Menurut Nurhadi (2017, hal. 27), “kompetensi guru profesional

meliputi 4 kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,

sosial, dan kompetensi profesional”. Kompetensi yang harus dimiliki

seorang guru dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas: kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional,


18

maka dengan mempunyai empat kompetensi tersebut, seorang guru atau

tenaga pendidik dapat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM)

dengan lancar sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sebelum guru

tersebut melangsungkan pembelajaran (Suriansyah, 2014, hal. 243).

1. Kompetensi Pedagogik

Pedagogik berasal dari kata “pedagogical” (mengenai ilmu

pendidikan). Pedagogik berkaitan kompetensi untuk menguasai ilmu

pendidikan sebagai dasar untuk proses pendidikan. Dengan penguasaan

kompetensi ini maka guru dapat memberikan pelayanan khususnya pada

peserta didik melalui proses pembelajaran yang optimal. Kompetensi

pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan

karakteristik siswa dilihat dari pelbagai aspek seperti moral, emosional dan

intelektual (Nurhadi, 2017, hal. 28).

Untuk itu, kompetensi pedagogik ini dibagi menjadi sepuluh

kompetensi inti atau sub kompetensi yang seharusnya dikuasai guru, yaitu:

a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,

sosial, kultural, emosional, dan intelektual; b) Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; c) Mengembangkan

kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu; d)

Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; e) Memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; f)

Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; g) Berkomunikasi


19

secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; h)

Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; i)

Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran; j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran (Habibullah, 2012).

2. Kompetensi Kepribadian

Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu

“personality”. Kata personality sendiri berasal dari bahasa latin pesona,

yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan

atau pertunjukan (Nurhadi, 2017, hal. 29). Kompetensi kepribadian adalah

kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang

kelak harus memiliki nilai-nilai moral yang luhur terpuji sehingga dalam

sikapnya sehari-hari akan terpancar keindahan apabila dalam sikap

pergaulan, pertemanan, dan juga ketika melaksanakan tugas dalam

pembelajaran. Guru akan bertambah berwibawa apabila pembelajaran

disertai nilai-nilai luhur terpuji dan mencerminkan guru yang digugu dan

ditiru (Hatta, 2018, Hal. 19).

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial guru berkaitan dengan bagaimana seorang guru

mampu menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitarnya

pada waktu membawa tugasnya sebagai guru (Hatta, 2018, Hal. 31).

4. Kompetensi Profesional
20

Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru

dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran serta kemampuan

guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni dan budaya yang diampunya. Guru mempunyai tugas untuk

mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,

untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus

selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan

(Nurhadi, 2017, hal. 38).

5. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)

TPACK adalah kerangka kerja/kerangka teoritis untuk mendesain

model pembelajaran dengan mengintegrasikan tiga aspek utama yaitu

teknologi, pedagogi, dan content, dimana menyangkut pengetahuan guru

dalam memfasilitasi pembelajaran siswa dari konten tertentu melalui

pendekatan pedagogik dan teknologi (Hidayati et al., 2019).

Lebih lanjut, dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru

dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies) psikologis,

yang meliputi :

1) Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta)

2) Kompetensi afektif ( kecakapan ranah rasa)

3) Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa) (Purnomo, 2019,

hal. 186).

Menurut Haryanti (2010) mengemukakan bahwa “kompetensi guru

profesional adalah kemampuan keterampilan personal, keilmuan, teknologi,


21

sosial, dan spiritual yang secara kaffah (menyeluruh) membentuk

kompetensi standar profesi guru untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya

secara maksimal karena memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya”

(Yulmasita Bagou & Suking, 2020).

Kompri (2015, hal. 142) menekankan bahwa guru efektif dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu: memiliki

kemampuan dalam menguasai iklim belajar, memiliki kemampuan dalam

menguasai strategi manajemen pembelajaran, memiliki kemampuan dalam

pemberian umpan balik dan penguatan, memiliki kemampuan dalam rangka

pengembangan diri seperti mampu menerapkan kurikulum dan metode

mengajar yang efektif.

4. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik untuk

mencapai tujuan pembelajaran yaitu suatu deskripsi mengenai tingkah laku

yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran

(Hamalik, 2004).

Dalam bukunya “Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru”,

Djamarah (1994, hal. 79) menyatakan: “bahwa ada tiga tahapan yang harus

dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu persiapan/perencanaan,

pelaksanaan, dan tahap penilaian/evaluasi”.

Menurut Asrial, dkk., dalam Sadikin & Siburian (2019) komponen-

komponen pembelajaran yang meliputi persiapan kegiatan belajar


22

mengajar, proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi proses dan hasil

belajar, pelaporan hasil belajar, pengelolaan pendidikan, kegiatan

administrasi pendidikan, serta hubungan masyarakat.

Ditambahkan oleh Depag RI dalam Suryosubroto (2002), belajar-

mengajar sebagai proses dapat mengandung dua pengertian yaitu tahapan

atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan dapat juga berarti sebagai rentetan

kegiatan perencanaan guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi.

“Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan” (Majid, 2009, hal. 15).

Empat aspek yang terdapat pada standar proses pendidikan untuk

Pendidikan dasar maupun menengah yaitu:

a) Perencanaan Pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau silabus adalah

bentuk perencanaan atau persiapan pada pembelajaran, yang

berlandaskan pada standar isi serta disesuaikan dengan pendekatan

pembelajaran yang digunakan. Perencanaan pembelajaran dapat

meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan

sumber belajar dan media, perangkat penilaian pembelajaran, dan

skenario pembelajaran.

b) Pelaksanaan Proses Pembelajaran.

Dari interaksi antara murid dan tenaga pendidik akan muncul

pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar yang efektif, baik, dan


23

efisien. Tiga tahap dalam pelaksanaannya meliputi: a) kegiatan

pendahuluan/persiapan; b) kegiatan inti/pokok; c) kegiatan penutup.

c) Penilaian Proses Pembelajaran.

Penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan dapat dilakukan

oleh tenaga pendidik dalam menilai pelaksanaan proses pembelajaran.

Penilaian pada aspek kognitif/pengetahuan dapat berupa penugasan,

ujian lisan maupun tulis. Dengan penilaian diri, observasi, dan penilaian

teman sejawat dapat digunakan untuk penilaian pada aspek sikap siswa,

kemudian ujian praktik, penugasan proyek, portofolio, dan hasil karya

siswa dapat digunakan untuk penilaian keterampilan siswa.

d) Pengawasan Pembelajaran.

Dengan supervisi, pemantauan kinerja siswa, evaluasi, sebagai

bentuk tindakan berkala maupun berkelanjutan adalah bentuk

pengawasan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, yang bisa

dilakukan oleh seluruh tenaga pendidik di sekolah baik guru, kepala

sekolah maupun pengawas yang secara khusus ditugaskan atau ditunjuk

(Kemendikbud, 2016).

Dari uraian di atas dapat dirangkum, sebagai calon

guru/pendidik mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)

harus mempunyai kemampuan untuk menyelenggarakan proses

pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, karena selaku tenaga

pendidik menjadi ujung tombak yang sangat krusial dalam mendidik

siswa, termasuk mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu kegiatan


24

belajar sebagai bentuk aktivitas yang nyata dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) di kelas. Adapun kemampuan guru dalam

menyelenggarakan proses pembelajaran dapat berupa kegiatan

membuka pelajaran, penguasaan materi, kemampuan menyampaikan

materi dengan baik, dapat mengelola kelas, dapat menggunakan TIK

dalam pembelajaran, dan menutup pelajaran.

5. Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

a. Latar Belakang

Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat (1) menyatakan bahwa Guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah Undang-Undang (UU) No. 14 Th. 2005.

Pada Pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya

Pasal 9 menyatakan bahwa kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau

program diploma empat.

Berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen maka penyiapan calon pendidik selanjutnya diatur
25

di dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

(Permenristekdikti) Nomor 55 tahun 2017 tentang Standar Nasional

Pendidikan Guru (SN Dikgu). Pendidikan guru sebagaimana dijelaskan

pada Standar Nasional Pendidikan Guru (SN Dikgu) meliputi Program

Sarjana Pendidikan dan Program Pendidikan Profesi Guru.

Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Guru (SN

Dikgu) Pasal 1 Ayat (4) Program Sarjana Pendidikan adalah program

pendidikan akademik untuk menghasilkan sarjana pendidikan yang

diselenggarakan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).

Selanjutnya pasal 5 menyatakan bahwa Program Pendidikan Profesi Guru

yang selanjutnya disebut Program PPG adalah program pendidikan yang

diselenggarakan setelah program sarjana atau sarjana terapan untuk

mendapatkan sertifikat pendidik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah.

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagaimana

dinyatakan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen Pasal 1 Ayat (14) adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh

pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan/atau pendidikan menengah serta untuk menyelenggarakan dan

mengembangkan ilmu kependidikan dan non kependidikan.

Implikasi dari berbagai peraturan perundangan yang terkait dengan

guru dan pendidikan, hal yang paling mendasar adalah perubahan,


26

pengembangan, dan penyesuaian adalah kurikulum untuk penyiapan guru

profesional, khususnya kurikulum pendidikan Program Sarjana Pendidikan.

Kurikulum pendidikan Program Sarjana Pendidikan yang bermutu, akan

menghasilkan lulusan calon pendidik yang bermutu. Calon pendidik yang

bermutu akan dapat mengikuti Program PPG dengan baik, dan akhirnya

akan dihasilkan luaran sebagai guru profesional.

Menyikapi berbagai perundangan di atas, maka model

pengembangan kurikulum pendidikan guru dilakukan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

Pertama, keutuhan penguasaan kompetensi yang terkait dengan

akademik kependidikan dan akademik bidang studi. Dan jika

memungkinkan keutuhan untuk pendidikan akademik dan pendidikan

profesi, mulai dari perekrutan, pendidikan akademik, dan pendidikan

profesi. Namun jika tidak memungkinkan terintegrasi antara pendidikan

akademik dan pendidikan profesi, maka keutuhan antara akademik

kependidikan dan akademik bidang studi adalah mutlak.

Kedua, Keterkaitan mengajar dan belajar. Prinsip ini menunjukkan

bahwa bagaimana cara guru mengajar harus didasarkan pada pemahaman

tentang bagaimana peserta didik sebenarnya belajar dalam lingkungannya.

Dengan demikian, penguasaan teori, metode, strategi pembelajaran yang

mendidik dalam perkuliahan di kelas harus dikaitkan dan dipadukan dengan

bagaimana peserta didik belajar di sekolah dengan segenap latar belakang

sosial-kulturalnya. Oleh karena itu, pada struktur kurikulum pendidikan


27

akademik untuk calon guru harus menempatkan pemajanan awal (early

exposure), yaitu pemberian pengalaman sedini mungkin kepada calon guru

dengan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) atau internship di

sekolah mitra secara berjenjang.

Ketiga, adanya koherensi antar konten kurikulum. Koherensi

mengandung arti keterpaduan (integrated), keterkaitan (connectedness),

dan relevansi (relevance). Koherensi dalam konten kurikulum pendidikan

guru bermakna adanya keterkaitan di antara kelompok mata kuliah bidang

studi (content knowledge), kelompok mata kuliah yang berkaitan dengan

pengetahuan tentang metode pembelajaran secara umum (general

pedagogical knowledge) yang berlaku untuk semua bidang studi tertentu

(content specific pedagogical knowledge), pengetahuan dan keterampilan

dalam pengembangan kurikulum (curricular knowledge), pengetahuan dan

keterampilan dalam pemilihan dan pengembangan alat penilaian

(assessment and evaluation), pengetahuan tentang konteks pendidikan

(knowledge of educational context), serta didukung dengan pengetahuan

dan keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam proses

pembelajaran (information technology). Selain koherensi internal,

kurikulum untuk Program Sarjana Pendidikan harus memperhatikan pula

keterkaitan antar konten, baik pedagogi umum, pedagogi khusus maupun

konten mata kuliah keahlian dan keterampilan dengan realitas

pembelajaran di kelas sehingga terbangun keterkaitan kurikulum program


28

studi dengan kebutuhan akan pembelajaran di kelas atau sekolah

(university-school curriculum linkage).

Dari kerangka pikir tersebut dapat dinyatakan bahwa penyiapan

guru profesional harus disiapkan mulai dari jenjang akademik baik pada

tataran akademik di kampus maupun pengenalan lapangan sedini mungkin

pada seting nyata (latar otentik) di sekolah atau lembaga pendidikan

lainnya. Hal ini dimaksudkan agar sedini mungkin calon pendidik

memahami, mengetahui, menghayati, menjiwai, dan memiliki kemampuan

kritis dan analitis terhadap profesinya kelak. Untuk itulah, seluruh

mahasiswa Program Sarjana Pendidikan wajib mengikuti tahapan

pemagangan penyiapan calon guru profesional melalui Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP).

b. Pengertian

Sebagaimana dinyatakan pada Permenristekdikti Nomor 55 tahun

2017 Pasal 1 butir 8, Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) adalah

proses pengamatan/observasi dan pemagangan yang dilakukan mahasiswa

Program Sarjana Pendidikan untuk mempelajari aspek pembelajaran dan

pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan.

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) adalah suatu tahapan

dalam proses penyiapan guru profesional pada jenjang Program Sarjana

Pendidikan, berupa penugasan kepada mahasiswa untuk

mengimplementasikan hasil belajar melalui pengamatan pada Pengenalan


29

Lapangan Persekolahan (PLP) I kemudian melakukan proses pembelajaran

pada Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) II di sekolah/lembaga

pendidikan, latihan mengembangkan perangkat pembelajaran, dan belajar

mengajar terbimbing, serta disertai tindakan reflektif di bawah bimbingan

dan pengawasan dosen pembimbing dan guru pamong secara berjenjang.

c. Landasan

1) Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

2) Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen.

3) Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

tentang Guru.

6) Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.


30

8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Konselor.

9) Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan

Tinggi.

10) Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Nomor 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru.

d. Kode Etik Guru Indonesia

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyadari bahwa

pendidikan merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, bangsa dan tanah air, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru

Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merasa

turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu

mahasiswa FITK sebagai calon guru dituntut untuk melaksanakan kode etik

guru Indonesia sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk

membentuk manusia pembangunan yang berpancasila

2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan

kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.


31

3. Guru melakukan komunikasi terutama dalam memperoleh

informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari

segala bentuk penyalahgunaan

4. Guru menciptakan suasana kehidupan madrasah/ sekolah dan

memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya

bagi kepentingan anak didik

5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar

madrasah atau sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas

untuk kepentingan kependidikan.

6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha

mengembangkan dan meningkatkan mutu professional.

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru,

baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan

keseluruhannya.

8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan

meningkatkan mutu organisasi guru profesi sebagai sarana

pengabdiannya Guru melaksanakan segala ketentuan yang

merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan (

Ridwanudin, 2022, hal. 1-5).

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu dan dianggap relevan dengan penelitian ini

sehingga dapat dijadikan acuan adalah sebagai berikut:


32

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Sadikin & Jodion Siburian (2019)

dengan judul “Analisis pelaksanaan Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) FKIP Universitas Jambi bidang studi pendidikan

biologi di SMA PGRI Jambi”. Hasil Penelitian tersebut adalah

penelitian mengungkapkan bahwa pelaksanaan Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) di SMA PGRI Jambi cukup baik. Proses

pelaksanaan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di SMA PGRI

Jambi cukup baik namun belum maksimal. Sebagian kegiatan sudah

sesuai panduan, namun sebagian kegiatan belum sesuai panduan.

Kegiatan yang sudah tepat adalah mengenal lingkungan sekolah,

kegiatan administrasi pendidikan, penyusunan silabus, RPP,

menentukan metode, media dan model pembelajaran, namun contoh

dari guru pamong tidak ada. Kegiatan penilaian, analisis nilai,

penentuan jam efektif, program tahunan dan program semester tidak

diajarkan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Niken Ayu Larasati pada tahun (2012)

dengan judul “Persepsi Guru Pembimbing Terhadap Proses

Pembelajaran Mahasiswa Praktik KKN-PPL Universitas Negeri

Yogyakarta Di SMK PIRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.

Hasil penelitian tersebut menerangkan bahwa persepsi Guru

Pembimbing pada proses pembelajaran mahasiswa Praktik KKN-PPL

Universitas Negeri Yogyakarta Di SMK PIRI 1 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2012/2013 memberikan penilaian yang positif dengan kategori


33

sedang dan tinggi yakni dengan total persentase 73,08%, sedangkan

sebanyak 26,92% termasuk dalam kategori rendah hal ini dikarenakan

mahasiswa praktik belum memiliki pengalaman mengajar dan kurang

menguasai komponen-komponen dalam pelaksanaan pembelajaran

terutama dalam kemampuan menguasai dan menyampaikan materi

sehingga interaksi dengan peserta didik belum maksimal.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Endri Bagus Prastiyo, dkk. pada tahun

(2022) dengan judul“Persepsi Guru Terhadap Proses Pembelajaran

Dalam Jaringan (Daring) Studi Pada Sekolah Menengah Pertama

Islam Terpadu Al Madinah Tanjungpinang”. Hasil pada penelitian ini

menunjukkan adanya persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi

positif dari guru yakni selaku pendidik merasa lebih santai dan tidak

perlu mengeluarkan tenaga lebih dalam mengajar. Guru menjadi lebih

cepat beradaptasi dan belajar ilmu baru tentang penggunaan teknologi

untuk pembelajaran daring. Persepsi negatif dari guru pada penelitian

ini, guru merasa kurang efektifnya pembelajaran daring karena tidak

dapat memantau aktivitas siswa secara langsung dalam belajar.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Astutik, dkk. pada tahun (2022)

Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP Universitas

Sebelas Maret Surakarta, dengan judul, “Guru Dan Proses

Pendidikan Dalam Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-

19”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode

kualitatif yang memerlukan perolehan data yang mendalam,


34

kemudian dengan menggunakan pendekatan studi kasus, data yang

diperoleh menunjukkan hasil penelitian bahwa meskipun terdapat

kendala dan keterbatasan dalam proses pembelajaran di rumah,

pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu alternatif dalam

memenuhi kebutuhan pendidikan siswa selama pandemi Covid-19.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Dilla Octavianingrum, dkk. pada tahun

(2014) dengan judul “Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi

Mengajar Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan Pendidikan

Administrasi Perkantoran Fkip Uns Tahun 2013/2014” (Studi Kasus

Di Smk Bidang Bisnis Dan Manajemen Se-Kota Surakarta). Hasil

penelitian tersebut menerangkan bahwa Persepsi guru pamong

terhadap kompetensi mengajar mahasiswa PPL PAP FKIP UNS di

SMK Bidang Bisnis dan Manajemen se-Kota Surakarta tahun Ajaran

2013/2014 memberikan penilaian yang positif dengan kategori

sedang.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Prabaningrum pada tahun (2007)

dengan judul “Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi

Mahasiswa PPL” (Studi kasus pada guru-guru SMA dan SMK di

Kabupaten Sleman). Hasil penelitian tersebut menerangkan bahwa

Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Mahasiswa PPL di

Kabupaten Sleman tahun Ajaran 2006/2007 memberikan Penilaian


35

yang positif yang memperlihatkan adanya perbedaan antara Persepsi

Guru Pamong.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Maba pada tahun (2017) dengan judul

“Teacher’s perception on the implementation of the assessment

process in 2013 curriculum”). Hasil penelitian tersebut menerangkan

Penilaian yang positif bahwa sebagian besar guru menyatakan

penilaian pada kurikulum 2013 sudah cukup baik karena memberikan

penilaian sikap yang meliputi aspek spiritual dan sosial, aspek

pengetahuan, dan aspek keterampilan.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Brenda Kay Hardman, University of

South Florida tahun (2011) dengan judul “Teacher's Perception of

their Principal's Leadership Style and the Effects on Student

Achievement in Improving and non-improving schools”. Hasil

penelitian tersebut menerangkan dalam Analisis regresi subskala

MLQ untuk setiap gaya kepemimpinan seperti yang dirasakan oleh

guru dan status sekolah dengan prestasi siswa menemukan bahwa

stimulasi intelektual subskala transformasional dan status sekolah

memiliki pengaruh statistik hubungan positif yang signifikan dengan

prestasi belajar siswa. Demografi guru diperiksa dalam kaitannya

dengan persepsi gaya kepemimpinan dan status sekolah. Analisis

regresi berganda menemukan bahwa hanya tahun ini di sekolah yang

signifikan dalam bagaimana mereka memandang gaya kepemimpinan


36

kepala sekolah dalam penghindaran transformasional atau pasif.

Tidak ada variabel demografis yang signifikan untuk gaya

transaksional atau status sekolah. Secara keseluruhan, guru merasa

puas dengan gaya dan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah. Guru

paling sering menyebut budaya sekolah memiliki pengaruh terhadap

prestasi siswa baik di sekolah yang berkembang maupun yang tidak

berkembang.

C. Kerangka Berpikir

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian ini, dibuatlah

satu kerangka berpikir, bahwa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)

sebagai program mata kuliah terbaru yang sebelumnya adalah PPKT

(Praktik Profesi Keguruan Terpadu) yang diselenggarakan oleh Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, khususnya bagian Lab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) terdiri dari PLP I dan PLP II, yang dimana dalam PLP II ini

mencakup proses pembelajaran di sekolah Mitra. Dalam proses

pembelajaran yang dilaksanakan Mahasiswa Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) Pendidikan Kimia 2018 masih terdapat banyak

kekurangan, sehingga proses pembelajaran dikelas belum maksimal,

salah-satu penyebabnya adalah Pengalaman Microteacing yang masih

kurang sesuai dengan realita proses pembelajaran di sekolah, yang

membuat kurangnya kesiapan mahasiswa Pengenalan Lapangan


37

Persekolahan (PLP) Angkatan 2018 dalam proses pembelajaran di kelas,

kemudian kurangnya pendampingan dari guru pamong terhadap

mahasiswa saat Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Penelitian ini

diharapkan mampu menjadi masukan bagi mahasiswa dan pihak

penyelenggara Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan

Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terutama dalam menyelenggarakan proses

pembelajaran di kelas saat Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)

berlangsung. Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan di atas

bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar

2.1

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung yaitu pada bulan Mei-Juli 2022 pada

guru-guru Pamong Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang berada di SMA/MA sederajat di wilayah Jabodetabek yang

menjadi mitra Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP).

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan atau model deskriptif,

berdasarkan penilaian langsung dari guru pamong saat mahasiswa

melakukan proses pembelajaran di kelas. Menurut Abdullah (2018, hal. 1),

Penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui keberadaan variabel mandiri, tanpa membuat perbandingan

atau tidak menghubungkan dengan variabel yang lain.

Fenomena yang dideskripsikan bisa alamiah, buatan atau rekayasa

manusia, bentuk aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan,

perbedaan fenomena lain, sikap, sifat individu, pandangan sehingga

ditemukan pengetahuan yang luas terhadap suatu objek pada suatu masa

tertentu. Metode penelitian deskriptif biasanya digunakan untuk meneliti

status sekelompok manusia atau objek, suatu kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Abdullah,

Hal. 2).

38
39

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013, hal. 80) wilayah secara umum yang

meliputi subjek maupun objek yang memiliki karakteristik atau ciri khas

dan kualitas khusus yang ditentukan oleh seorang peneliti untuk diteliti dan

dipelajari yang nantinya dapat diperoleh suatu kesimpulan merupakan

makna dari populasi. Populasi tidak terbatas pada manusia saja akan tetapi

dapat berupa benda atau objek lain yang berada di alam, juga tidak hanya

sekedar hitungan jumlah melainkan karakteristik yang ada pada suatu objek

maupun subjek. Contohnya kita akan melakukan suatu penelitian di kampus

a, maka kampus a tersebut adalah populasi.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah Guru pamong

Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Program Studi

Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2018 pada

Tahun Ajaran 2021/2022 yang berada di wilayah Jabodetabek.

2. Sampel

Bagian dari jumlah dan karakteristik atau ciri khas yang ada pada

populasi disebut sampel. Sampel dapat mewakili atau merepresentasikan

populasi dengan kesimpulan yang bisa berlaku padanya, apabila sampel

terlalu besar dan luas sehingga peneliti terkendala untuk meneliti secara

keseluruhan, baik terkendala jarak, waktu, tenaga maupun material untuk


40

menelitinya dengan adanya keterwakilan sampel untuk setiap populasi yang

diteliti (Sugiyono, 2013, hal. 81).

Teknik dalam pengambilan sampel disebut juga Teknik sampling

(Sugiyono, 2013, hal. 81). Teknik sampling pada dasarnya dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability

Sampling. Probability sampling meliputi: simple random, proportionate

stratified random, disproportionate stratified random, dan area random.

Non-probability sampling meliputi: sampling sistematis, sampling kuota,

sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh. dan snowball

sampling (Sugiyono, 2013, hal. 82).

Dalam Penelitian ini, Menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik

Purposive Sampling memiliki pengertian yaitu, teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang

kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli

makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka

sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik (Sugiyono, 2013, hal.

85). Sampel dalam penelitian ini, yaitu : Guru Pamong mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Program Studi Pendidikan

Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2018 pada Tahun Ajaran

2021/2022 yang berada di SMA/MA sederajat di wilayah Jabodetabek.


41

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara pengumpulan data

yakni dengan menggunakan angket untuk mengumpulkan data primer. Data

pada angket akan didapat setelah usai menjabarkan dimensi/variabel yang

terukur menjadi indikator-indikator kemudian dijadikan sebagai tolak ukur

dalam menyusun pernyataan yang hendak diajukan kepada responden.

Seperangkat pernyataan tertulis (angket) dibuat menjadi angket online

dalam bentuk google form yang kemudian dapat dijawab oleh responden

(Sugiyono, 2013, hal. 298).

Tautan atau link, pada angket yang telah dibuat dalam bentuk google

form yakni https://bit.ly/AngketPenilaianGuruPamongPLP, dapat disebar

melalui personal chat (pc) kepada guru pamong Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) Pendidikan Kimia 2018 Tahun Ajaran 2021/2022

dengan mengirimkan link angket dalam bentuk google form tersebut melalui

pesan WhatsApp.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

angket, untuk mengukur persepsi guru pamong yang diadaptasi dari dimensi

persepsi guru menurut Kiptiah dalam Suryani & Tripalupi (2021) yang

terdiri dari aspek: Kognitif (Pengetahuan), Afektif (Sikap) dan Konatif

(Tindakan).
42

Agar angket yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dapat

dibuat dan disusun dengan baik maka dimensi tersebut diatas yang terdiri

dari tiga aspek harus dijabarkan ke dalam bentuk indikator-indikator yang

rinci. Adapun dimensi, aspek, indikator-indikator yang kemudian dijadikan

instrumen untuk meneliti terdapat pada:

Tabel 3.1 Dimensi Persepsi Guru

Aspek Definisi Indikator-indikator

Kognitif Respon kognitif terkait a. Pengetahuan tentang

(Pengetahuan) dengan pengetahuan dan proses pembelajaran.

informasi terhadap sesuatu. b. Pemahaman

Respons dapat muncul jika mengenai proses

terdapat suatu perubahan pembelajaran.

pada informasi yang c. Pemahaman

dipersepsikan atau mengenai aspek-

dipahami. aspek dalam proses

pembelajaran.

d. Pemahaman tentang

pengaplikasian proses

pembelajaran.

Afektif (Sikap) Respon afektif a. Penilaian terhadap

berhubungan dengan sikap, proses pembelajaran.

dan penilaian seseorang


43

terhadap sesuatu. Hal b. Keyakinan tentang

tersebut timbul apabila ada proses pembelajaran

perubahan pada apa yang yang efektif bagi

disenangi khalayak guru dan siswa.

terhadap sesuatu.

Konatif Respon konatif a. Keinginan untuk

(Tindakan) berhubungan dengan melakukan inovasi

tindakan nyata seseorang, dalam memberikan

yaitu tindakan atau materi dalam proses

kebiasaan berperilaku. pembelajaran.

Respons konatif b. Keinginan untuk

menunjukkan intensitas selalu profesional

sikap seseorang dan dalam melakukan

kecenderungan berperilaku proses pembelajaran.

atau bertindak terhadap

objek sikap.

(Suryani & Tripalupi, 2021).

Kemudian, instrumen penilaian yang digunakan untuk menilai

proses pembelajaran mahasiswa pada saat melaksanakan mata kuliah

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) diadaptasi dari Ridwanudin

(2022, hal. 24) dalam buku Panduan pelaksanaan Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) terbaru, yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Instrumen penilaian


44

tersebut meliputi Praktik Mengajar yang terdiri dari indikator-indikator

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Dimensi Proses Pembelajaran

Dimensi Aspek dan Indikator-indikator

Proses a) Membuka Pembelajaran;

Pembelajaran b) Kegiatan Inti Pembelajaran, yang terdiri dari :

1. Penguasaan materi pelajaran,

2. Kemampuan dalam melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran sesuai dengan

pendekatan scientific (Model 5 M),

3. Menunjukkan kemampuan

mengelola/memfasilitasi kelas,

4. Pemanfaatan sumber belajar/media

pembelajaran,

5. Kemampuan memilih media yang sesuai

dengan karakteristik pembelajaran,

6. Kemampuan menggunakan media secara

efektif dan efisien,

7. Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran,

8. Penggunaan bahasa lisan dan tulis secara

jelas, baik, dan benar,


45

9. Menunjukkan gaya (gesture) yang sesuai

dalam pembelajaran;

c) Menutup Pembelajaran, yang terdiri dari:

1. Membuat rangkuman.

(Ridwanudin, 2022, hal. 24).

Dari dimensi persepsi guru menurut Kiptiah dalam Suryani &

Tripalupi (2021) dan mengadaptasi form penilaian praktik mengajar dari

Ridwanudin (2022, hal. 24), dalam buku panduan Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) terbaru inilah, kemudian penulis gunakan sebagai

acuan dalam mengembangkan angket pada penelitian ini, yang digunakan

untuk mengumpulkan data sesuai kebutuhan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data pada Penelitian ini, yang menggunakan pendekatan

atau model deskriptif menggunakan rumus perhitungan dalam Rosna (2016)

sebagai berikut:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Persentase = × 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Mengkonversi data Kuantitatif dalam skor persentase yang diperoleh

menjadi model deskriptif berdasarkan kategori penilaian skala lima menurut

Riduwan (2007, hal. 12)

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor


46

Rentang Persentase Skor


Kategori
yang diperoleh

81%-100% Sangat Baik

61%-80% Baik

41%-60% Cukup Baik

21%-40% Kurang Baik

0%-20% Sangat Kurang Baik

(Riduwan, 2007, hal. 15).


BAB IV
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Responden

1. Berdasarkan Wilayah dan Jumlah Sekolah

1; 5%
5; 25%

1; 5%
1; 5%
12; 60%

DKI Jakarta Bogor Depok Tangerang Raya Bekasi

Gambar 4.1 Diagram Jumlah Sekolah Berdasarkan Wilayah

Jumlah sekolah yang menjadi responden di wilayah DKI Jakarta ada 5

sekolah, wilayah Bogor ada 1 sekolah, wilayah Depok ada 1 sekolah,

wilayah Tangerang Raya ada 12 sekolah, wilayah Bekasi ada 1 sekolah.

47
48

2. Berdasarkan Wilayah dan Jumlah Guru Pamong

1; 4%
5; 22%

2; 9%
1; 4%
14; 61%

DKI Jakarta Bogor Depok Tangerang Raya Bekasi

Gambar 4.2 Diagram Jumlah Guru Pamong Berdasarkan Wilayah

Jumlah Guru Pamong yang menjadi responden di wilayah DKI Jakarta ada

5 guru, wilayah Bogor ada 2 guru, wilayah Depok ada 1 guru, wilayah

Tangerang Raya ada 14 guru, wilayah Bekasi ada 1 guru.

3. Berdasarkan Wilayah dan Mahasiswa PLP

1; 3%
7; 21%

2; 6%
1; 3%

22; 67%

DKI Jakarta Bogor Depok Tangerang Raya Bekasi

Gambar 4.3 Diagram Jumlah Mahasiswa PLP Berdasarkan Wilayah


49

Jumlah Mahasiswa PLP yang menjadi responden di wilayah DKI Jakarta

ada 7 mahasiswa, wilayah Bogor ada 2 mahasiswa, wilayah Depok ada 1

mahasiswa, wilayah Tangerang Raya ada 22 mahasiswa, wilayah Bekasi

ada 1 mahasiswa.

B. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian untuk dimensi Persepsi Guru Pamong pada

Proses Pembelajaran Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)

Pendidikan Kimia disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Deskriptif Persepsi Guru Pamong

(Persentase) Nilai Nilai


Dimensi Aspek SD
% Minimum Maksimum

Persepsi
Kognitif 96,44 70 100 6,06
Guru

Afektif 96,57 70 100 5,97

Konatif 96,75 70 100 6,1

(x̄):
Rata-rata: 96,6
6,04

Data hasil penelitian untuk dimensi Proses Pembelajaran Mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan Kimia disajikan

sebagai berikut:
50

Tabel 4.2 Data Deskriptif Proses Pembelajaran

Nilai Nilai
(Persentase)
Dimensi Aspek Mini Maks SD
%
mum imum

Proses
1. Membuka
Pembelaja 97 70 100 5,8
pelajaran
ran

2. Menunjukkan

penguasaan
97 70 100 5,43
materi

pembelajaran

3. Memperlihatk

an atau

menunjukkan

kemampuan

dalam
95 70 100 6,79
menyelenggar

akan tahapan

pembelajaran

berdasarkan

Scientific
51

Approach

(Model 5 M)

4. Menunjukkan

atau

memperlihatk

an

kemampuan
96 70 100 5,53
memilih

media yang

sesuai dengan

karakteristik

pembelajaran

5. Menunjukkan

atau

memperlihatk 96 70 100 5,68

an

kemampuan
52

menggunakan

media secara

efektif dan

efisien

6. Memanfaatka

n TIK dalam 97 70 100 6,49

pembelajaran

7. Menunjukkan

kemampuan

mengelola/me 96 70 100 5,75

mfasilitasi

kelas

8. Menggunakan

bahasa lisan

dan tulis
6,18
dengan jelas, 97 70 100

baik, dan

benar

9. Menunjukkan

atau
97 70 100 6,17
memperlihatk

an gaya
53

(gesture) yang

sesuai

10. Menutup

pembelajaran

dengan 97 70 100 6,26

membuat

rangkuman

(x̄):
Rata-rata: 96,5
6,01

Sumber: data penelitian diolah, 2022

Nilai standard deviation (SD) adalah nilai yang digunakan untuk

menentukan persebaran data dalam suatu sampel dan melihat seberapa dekat

data-data tersebut dengan nilai mean (x̄). Semakin besar nilai standard

deviation (SD) maka semakin beragam nilai-nilai pada item atau semakin

tidak akurat dengan mean, sebaliknya semakin kecil standard deviation

(SD) maka semakin serupa nilai-nilai pada item atau semakin akurat dengan

mean (Meiryani, 2021). Dalam penelitian ini nilai standar deviasinya (SD)

lebih kecil daripada nilai mean/rata-rata (x̄) persentase (%) pada kedua

dimensi penelitian.

C. Pembahasan

1. Persepsi Guru Pamong

a. Aspek Kognitif (Pengetahuan)


54

Dari data hasil penelitian aspek kognitif pada persepsi guru

pamong terhadap pembelajaran mahasiswa Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) menunjukkan nilai persentase sebesar 96,44%.

Dalam kategori interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15), maka

pada aspek kognitif pada persepsi guru pamong termasuk kedalam

kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa, mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah melakukan atau

menerapkan aspek kognitif terkait dengan pengetahuan mengenai

pembelajaran kimia di kelas dengan sangat baik. Dengan demikian,

mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) tersebut telah

dapat menunjukkan respons yang ditandai dengan adanya suatu

perubahan pada apa yang dipersepsikan dan dipahami guru pamong.

Menurut Purnomo (2019, hal. 189), kompetensi kognitif

merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap calon guru

dan guru profesional, ia mengandung bermacam-macam pengetahuan

baik yang bersifat deklaratif maupun yang bersifat prosedural. Menurut

Lawson (1991), kompetensi kognitif lain yang perlu dimiliki seorang

guru adalah kemampuan mentransfer strategi kognitif kepada para siswa

agar dapat belajar secara efisien dan efektif. Guru diharapkan mampu

mengubah pilihan kebiasaan belajar (cognitive preference) siswa yang

bermotif ekstrinsik menjadi preferensi kognitif yang bermotif intrinsik.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruslan (2014),

menunjukkan hasil bahwa aspek kognitif pada guru memiliki peran dan
55

fungsi yang penting dalam pembelajaran pada siswa di SMP Aisyiyah

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

b. Aspek Afektif (Sikap)

Untuk aspek afektif menunjukkan data hasil penelitian pada

persepsi guru pamong pada proses pembelajaran mahasiswa Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP) menunjukkan nilai persentase sebesar

96,57% dalam kategori interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal.

15), berada dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan

bahwa mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah

memperlihatkan respons pada aspek afektif yang terkait dengan unsur

sikap, dan penilaian pada pembelajaran pada siswa di kelas. Hal ini

dapat terlihat apabila terdapat perubahan dengan sesuatu yang disenangi

guru pamong pada sikap yang dilakukan oleh mahasiswa Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP) pada saat memberikan pembelajaran

kepada siswa.

Menurut Purnomo (2019, hal. 191), kompetensi pada aspek

afektif ini mencakup semua fenomena emosi dan perasaan, cinta,

senang, benci, dan sedih, berkaitan sikap yang menyangkut diri sendiri

maupun terhadap orang lain. Kompetensi ini bersifat abstrak dan sangat

sulit untuk diidentifikasi atau diukur . Kompetensi pada aspek afektif

merupakan hal yang sering atau penting sebagai objek penelitian dan

bahasan pada ranah psikologi pendidikan karena berkaitan dengan sikap


56

dan perasaan diri dalam profesi keguruan. Menurut teori tersebut, dapat

diartikan bahwa guru pamong mempersepsikan mahasiswa Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP) telah dapat memperlihatkan perasaan dan

emosi pada saat mengajar siswa dikelas dengan sangat baik.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2014),

Guru perlu mengetahui ranah afektif kepada siswa untuk memudahkan

pemberian materi pembelajaran. sikap tersebut diantaranya: sikap moral,

tanggung jawab, rasa hormat, keadilan, keberanian, kejujuran, rasa

kebangsaan, disiplin diri, toleransi, ketekunan, percaya diri, kesopanan,

kerajinan, dan kematangan sikap kepada siswa. Dalam penelitian

Setiawati (2020), menunjukkan hasil bahwa: penilaian afektif

berpengaruh terhadap pembelajaran.

c. Aspek Konatif (Tindakan)

Dari data hasil penelitian aspek konatif pada persepsi guru

pamong terhadap proses pembelajaran mahasiswa Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP) menunjukkan nilai persentase sebesar

96,75% berdasarkan kategori interpretasi skor menurut Riduwan (2007,

hal. 15) menunjukkan kategori sangat baik. Dalam hal ini, mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah menerapkan respons

konatif yang berhubungan dengan perilaku nyata atau tindakan saat

melakukan pengajaran di kelas. Respons tersebut menunjukkan

intensitas sikap yaitu kecenderungan bertindak atau berperilaku dari


57

guru pamong terhadap objek sikap tindakan mahasiswa Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP) saat mengajar siswa.

Menurut Azwar (2011), mengatakan bahwa komponen konatif

atau kecenderungan bertindak (berperilaku) dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu

dan dalam situasi menghadapi stimulus tertentu, banyak ditentukan oleh

kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan

kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual.

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2021),

menunjukkan bahwa pada aspek konatif menunjukan respon kategori

kuat dengan persentase sebesar 79,16%. Menurut hasil penelitian

Herwanto (2019), Aspek Psikomotorik dalam pembelajaran berdasarkan

pertimbangan guru dalam memberikan penilaian menjadi paling tinggi

yang dilakukan dalam proses penilaian pembelajaran sebanyak 36,95%.

Dapat disimpulkan bahwa pada ketiga aspek tersebut diperoleh

nilai persentase 96,6% dengan kategori sangat baik. Menurut Sarwono

(2010), persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran,

pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi berlangsung pada

saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh

organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam otak (Listyana,

2015). Pada hakikatnya persepsi merupakan suatu interelasi dari

berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut


58

Baron dan Byrne Myers, dalam Barus (2020), menyatakan bahwa ada

tiga komponen yang membentuk struktur persepsi, yaitu: komponen

kognitif (Perseptual), komponen Afektif (komponen emosional), dan

komponen konatif (komponen perilaku). Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Suryani (2021), tentang persepsi guru terhadap proses

pembelajaran berada dalam kategori baik.

2. Penilaian Proses Pembelajaran Mahasiswa Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP) oleh guru Pamong

a. Membuka Pelajaran

Dari data hasil penelitian pada aspek membuka pelajaran pada

persepsi guru pamong terhadap proses pembelajaran mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP) pendidikan kimia menunjukkan nilai persentase sebesar 97%

berdasarkan kategori interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15)

menunjukkan kategori sangat baik. Dalam hal ini, mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah menerapkan kegiatan

membuka pelajaran yang berhubungan dengan melakukan kegiatan

apersepsi, menyampaikan indikator pencapaian kompetensi, memotivasi

siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran saat

melakukan pengajaran di kelas.

Menurut Saud (2012), keterampilan membuka kegiatan

pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk


59

mempersiapkan mental dan menimbulkan perhatian anak saat

pembelajaran (Hayati, 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Armayanti (2014), hasil

yang dicapai dalam penelitian ini yaitu guru telah menerapkan

keterampilan membuka pembelajaran dengan baik dalam hal: guru telah

memberikan semangat dan antusias kepada siswa saat pembelajaran,

guru telah menimbulkan rasa ingin tahu kepada siswa, guru telah

menyampaikan tujuan dengan jelas dan suara yang lantang, guru

menyampaikan apersepsi kepada siswa saat pembelajaran, guru telah

mengusahakan kesinambungan dengan cara menanyakan kembali materi

yang sudah diajarkan kemarin. Hasil penelitian yang dilakukan Hayati

(2017), menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam membuka yang

telah diterapkan dengan baik dalam pembelajaran.

b. Menunjukkan Penguasaan Materi Pembelajaran

Dari data hasil penelitian pada aspek Menunjukkan penguasaan

materi pembelajaran pada persepsi guru pamong terhadap proses

pembelajaran mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)

pendidikan kimia menunjukkan nilai persentase sebesar 97%

berdasarkan kategori interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15)

menunjukkan kategori sangat baik. Pada konteks ini mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah menampilkan

penguasaan materi pembelajaran dengan sangat baik dalam hal


60

penguasaan konten pembelajaran, dapat menghubungkan dengan

pengetahuan yang terkait, dapat menghubungkan konten dengan

fenomena di kehidupan nyata, menyampaikan konten dengan logika atau

retorika yang terstruktur, komunikatif, dan ilmiah, saat mengajar dikelas.

Menurut Mulkeis (2012), pokok penting dalam mengajar yang

akan disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan

pengertian dari materi atau konten pelajaran. Agar kegiatan pembelajaran

di kelas bisa berjalan dengan lancar dan efektif maka seorang guru harus

menguasai konten pelajaran dengan baik. Mengikuti seminar, kursus,

forum diskusi guru, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan

konten yang akan disampaikan seperti: buku paket yang menjadi

landasan guru dalam mengajar, modul, lembar kerja dan siswa (LKS),

juga belajar dari konten digital baik berupa audio maupun video yang

terkait dengan konten pembelajaran merupakan bentuk usaha dari

seorang tenaga pendidik (guru) untuk terus belajar agar dapat menguasai

ilmu yang akan disampaikan kepada murid ketika kegiatan belajar

mengajar dilaksanakan. Mendorong murid-murid untuk aktif berdiskusi,

membentuk kelompok-kelompok kecil ketika belajar dikelas dapat

menambah penguasaan konten pelajaran pada siswa.

Faktor penguasaan materi ajar yang dapat memampukan guru

dalam mengkomunikasikan materi pembelajarannya. Penguasaan materi

oleh guru akan tampak dalam perilaku nyata ketika ia mengajar yang

akan tampak pada kemampuan guru dalam menjelaskan,


61

mengorganisasikan materi pembelajaran, dan sikap guru. Semakin baik

penguasaan materi pembelajaran oleh guru, maka kemampuan guru

dalam menjelaskan dan mengorganisasikan materi pembelajaran juga

semakin baik. Dengan demikian kinerja guru, salah satunya dipengaruhi

oleh penguasaan materi pembelajaran. Untuk dapat menguasai materi

pembelajaran dengan mudah, guru perlu memperbanyak membaca,

mempelajari, mendalami, dan mengkaji materi pembelajaran yang ada

dalam buku teks maupun buku pelajaran (Tuerah, 2015).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Mulkeis (2012),

menunjukkan hasil analisis data dalam kemampuan guru menguasai

konten pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kota

Padangsidimpuan dengan hasil kategori sedang dengan nilai 66,67%.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Tuerah (2015), menunjukkan hasil

pengujian bahwa terdapat pengaruh langsung yang positif dalam

penguasaan materi pembelajaran pada kinerja guru.

c. Memperlihatkan kemampuan dalam melakukan tahapan

pembelajaran berdasarkan Scientific Approach (Model 5 M)

Dari data hasil penelitian pada aspek ini pada persepsi guru

pamong terhadap proses pembelajaran mahasiswa Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) pendidikan kimia menunjukkan nilai persentase

sebesar 95% berdasarkan kategori interpretasi skor menurut Riduwan

(2007, hal. 15) menunjukkan kategori sangat baik. Pada konteks ini
62

mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah

memperlihatkan kemampuan dalam menyelenggarakan tahapan

pembelajaran berdasarkan Scientific Approach (Model 5 M) dengan

sangat baik yang berhubungan dengan melaksanakan pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk melakukan pengamatan, melaksanakan

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menanya, Melaksanakan

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mencoba, melaksanakan

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk melakukan penalaran,

melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk

mengkomunikasikan dalam pembelajaran saat kegiatan belajar mengajar

di kelas.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-

tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan

(Anjarsari, 2019).

Dalam penelitian Rostika (2019), diperoleh hasil penelitian yang

dapat disimpulkan bahwa: pada umumnya guru telah memahami

pendekatan saintifik, tetapi belum memahami cara

mengimplementasikan pendekatan tersebut. Hasil kajian dalam

penelitian Banawi (2019), menunjukkan bahwa pendekatan saintifik


63

dapat digunakan secara bersama-sama dengan model pembelajaran, lima

tahapan pendekatan saintifik dapat disinergikan dengan sintaks model

pembelajaran yang ada.

d. Menunjukkan Kemampuan Memilih Media yang sesuai dengan

Karakteristik Pembelajaran

Dari data hasil penelitian pada aspek Menunjukkan kemampuan

memilih media yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran pada

persepsi guru pamong terhadap proses pembelajaran mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) pendidikan kimia

menunjukkan nilai persentase sebesar 96% berdasarkan kategori

interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15) menunjukkan kategori

sangat baik. Pada aspek ini mahasiswa Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) telah Menunjukkan keterampilan dalam

menggunakan sumber belajar/media pembelajaran, menghasilkan pesan

yang menarik dari penggunaan sumber belajar, melibatkan siswa dalam

pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran saat kegiatan belajar

mengajar di kelas berlangsung.

Media pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu

proses pembelajaran sehingga arti pesan yang disampaikan menjadi lebih

jelas dan tujuan pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar dapat

tercapai dengan efektif dan efisien (Nurrita, 2018).


64

Menurut Prastya (2016), kompetensi yang harus dimiliki guru

dalam memilih media pembelajaran, diantaranya: media sebagai alat

komunikasi guna mengefektifkan proses kegiatan belajar mengajar,

fungsi media dalam mencapai tujuan pendidikan, seluk-beluk proses

belajar, hubungan antara metode mengajar dan media pengajaran,

pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, nilai dan manfaat media

pembelajaran serta penggunaan media pembelajaran. Tujuan seorang

guru memilih media pembelajaran antara lain: untuk

mendemonstrasikan, menjadikan siswa merasa akrab dengan media

tersebut, memberi gambaran atau penjelasan tentang materi secara lebih

konkrit, dan membuktikan bahwa media pembelajaran dapat berbuat

lebih dari yang bisa dilakukan, adapun dasar pertimbangan untuk

memilih media sangatlah sederhana, yakni memenuhi kebutuhan atau

tidak untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam penelitian Prastya (2016), menunjukkan bahwa guru yang

dapat memilih media pembelajaran dengan tepat berdampak positif

terhadap pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara maksimal, ditunjukkan melalui pencapaian hasil belajar siswa

yang memuaskan. Dengan pemilihan dan penggunaan media

pembelajaran yang tepat diyakini bahwa siswa mudah dan cepat

memahami materi yang disampaikan guru. Dengan adanya media

pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa, proses

belajar mengajar menjadi mudah dan menarik sehingga siswa dapat


65

mengerti dan memahami pelajaran dengan mudah, efisiensi belajar siswa

dapat meningkat karena sesuai dengan tujuan pembelajaran, membantu

konsentrasi belajar siswa karena media pembelajaran yang menarik

dimana sesuai dengan kebutuhan siswa, meningkatkan motivasi belajar

siswa karena perhatian siswa terhadap pelajaran dapat meningkat,

memberikan pengalaman menyeluruh dalam belajar sehingga siswa

dapat memahami secara nyata dari materi yang diberikan lebih mengerti

materi secara keseluruhan, siswa terlibat dalam proses pembelajaran

sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, siswa memiliki

kesempatan melakukan kreativitas dan mengembangkan potensi yang

dimiliki (Nurrita, 2018).

e. Menunjukkan Kemampuan Menggunakan Media secara Efektif dan

Efisien

Dari data hasil penelitian pada aspek Menunjukkan kemampuan

menggunakan media secara efektif dan efisien pada persepsi guru

pamong terhadap proses pembelajaran mahasiswa (PLP) pendidikan

kimia menunjukkan nilai persentase sebesar 96% berdasarkan kategori

interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15) menunjukkan kategori

sangat baik. Pada tahap ini mahasiswa Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) telah menunjukkan keterampilan dalam

menggunakan sumber belajar atau media dalam pembelajaran dengan

efektif dan efisien sehingga memicu keterlibatan siswa dalam


66

pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran dengan sangat baik

ketika pembelajaran di kelas.

Media pembelajaran merupakan faktor penting dalam

peningkatan kualitas pembelajaran, kecermatan dan ketepatan guru

dalam pemilihan media akan menunjang efektivitas dan efisiensi

kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Kegiatan pembelajaran

menjadi menarik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, dan

perhatian siswa menjadi terpusat kepada topik yang dibahas

(Padmaningrum, 2018). Menurut Prastya (2016), keefektifan berkenaan

hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses

pencapaian hasil dalam proses belajar mengajar sehingga, keefektifan

dalam penggunaan media pembelajaran, meliputi apakah dengan

menggunakan media pembelajaran tersebut pelajaran dapat diserap

dengan mudah oleh anak didik, sedangkan efisiensi meliputi apakah

dengan menggunakan biaya, tenaga yang dikeluarkan dapat ditekan

seminimal mungkin.

Dalam penelitian Prastya (2016), menunjukkan bahwa guru yang

dapat memilih media pembelajaran dengan tepat, pembelajaran menjadi

efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Ini

ditunjukkan melalui pencapaian hasil belajar siswa yang memuaskan.

Dengan pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat

diyakini bahwa siswa mudah dan cepat memahami materi yang

disampaikan guru. Kemudian, dalam penelitian yang dilakukan oleh


67

Shoimah (2020), menunjukkan adanya peningkatan yang cukup

signifikan pada aktivitas belajar dan pemahaman konsep pecahan dan

operasi pecahan dalam pelajaran matematika setelah guru menggunakan

media pembelajaran dengan efektif dan efisien.

f. Memanfaatkan TIK dalam Pembelajaran

Dari data hasil penelitian pada aspek memanfaatkan TIK dalam

pembelajaran pada persepsi guru pamong terhadap proses pembelajaran

mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) pendidikan kimia

menunjukkan nilai persentase sebesar 97% berdasarkan kategori

interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15) menunjukkan kategori

sangat baik. Dalam aspek ini mahasiswa Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) telah memanfaatkan teknologi, informasi dan

komunikasi (TIK) dalam pembelajaran dengan sangat baik ketika

pembelajaran di kelas.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengelolaan, rekayasa,

pemerosesan, transfer informasi antar media merupakan makna dari

Teknologi, informasi dan komunikasi (TIK). Penggunaan Teknologi,

informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran merupakan faktor

external yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran yang dapat

mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang dapat

diakses dengan mudah tanpa terkendala waktu dan jarak. Pemanfaatan

teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) ini merupakan suatu wadah


68

yang dapat digunakan guru dalam mengajar dan mendidik siswa. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dalam belajar untuk peserta

didik atau murid secara khusus dan Dengan demikian dapat

meningkatkan kualitas pendidikan secara otomatis (Anshori, 2019).

Jenis-jenis sumber dan media pembelajaran berbasis TIK lainnya yang

dapat dimanfaatkan oleh guru sekolah dasar dalam proses pembelajaran

antara lain yaitu (1) Komputer, (2) LCD Projector, (3) Internet, (4) E-

mail, dan (5) Presentasi Power Point (Dewi, 2019).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anshori (2019),

pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran

menjadi berkualitas dan tepat sasaran. Pada era digital ini dengan adanya

internet seorang murid atau pelajar bisa mengakses bahan pembelajaran

baik berupa video, audio, e-book dengan mudah baik secara gratis

ataupun berlangganan sehingga pembelajaran dapat terlaksana tanpa

terkendala waktu dan jarak untuk mendapatkannya. Penelitian yang

dilakukan oleh Istiyarti (2014), hasil kajian menunjukkan bahwa

pentingnya penerapan TIK bagi dunia pendidikan di Indonesia agar dapat

menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas serta menguasai

teknologi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Amalia (2020),

bahwa dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) dapat membuat proses pembelajaran di sekolah dasar berkualitas.

g. Menunjukkan Kemampuan Mengelola/Memfasilitasi Kelas


69

Dari data hasil penelitian pada aspek menunjukkan kemampuan

mengelola/memfasilitasi kelas pada persepsi guru pamong terhadap

proses pembelajaran mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP) pendidikan kimia menunjukkan nilai persentase sebesar 96%

berdasarkan kategori interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15)

menunjukkan kategori sangat baik. Dalam aspek ini mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah memperlihatkan

kemampuan mengelola atau memfasilitasi kelas dengan sangat baik,

dalam pembelajaran dengan sangat baik ketika pembelajaran di kelas.

Menurut Kumara, dkk (2012), lingkungan belajar yang tentram,

kondusif, nyaman dan berdampak positif hanya bisa diciptakan dengan

kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang pendidik

dengan baik. Menurut Rejeki (2019), Kemampuan guru dalam mengelola

kelas yaitu menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang

menyenangkan, mempersiapkan sarana dan prasarana, mengatur ruang

belajar dan mengatur waktu guna mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan

fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan

sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas (Astrini, 2015).

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Rejeki (2019),

menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan guru

dalam mengelola kelas dan pembelajaran efektif. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Hernawati (2017), hasil pengolahan data


70

menunjukkan bahwa 54,8% Hasil Belajar IPA dapat dipengaruhi secara

bersama-sama oleh kemampuan guru mengelola pembelajaran dan

motivasi belajar saat di kelas. Dalam penelitian Kumara, dkk (2012) juga

menunjukkan hasil bahwa kemampuan mengelola atau memfasilitasi

kelas yang dimiliki oleh seorang pendidik dalam hal ini guru merupakan

suatu kompetensi yang penting, dibuktikan dengan pembelajaran dapat

berjalan dengan baik dan memiliki hasil yang sesuai dengan harapan.

h. Menggunakan Bahasa Lisan dan Tulis Secara Jelas, Baik, dan Benar

Dari data hasil penelitian pada aspek menggunakan bahasa lisan

dan tulis secara jelas, baik, dan benar pada persepsi guru pamong

terhadap proses pembelajaran mahasiswa Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) pendidikan kimia menunjukkan nilai persentase

sebesar 97% berdasarkan kategori interpretasi skor menurut Riduwan

(2007, hal. 15) menunjukkan kategori sangat baik. Dalam aspek ini

mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah memakai

bahasa lisan dengan tepat dan baik, memakai bahasa tulis dengan baik

dan benar saat berlangsungnya pembelajaran di kelas.

Menjadi fasilitator atau pendamping peserta didik adalah salah

satu tugas yang utama bagi seorang guru saat mengajar, hal ini menuntut

seorang guru untuk memiliki kecakapan dalam berinteraksi dan

berkomunikasi baik tulis maupun lisan kepada murid-murid dikelas guna

memaksimalkan transfer ilmu, kebiasaan berkomunikasi dan berinteraksi


71

yang baik kepada peserta didik dapat mempengaruhi pola atau kebiasaan

murid ketika berkomunikasi tanpa disadari (Sari, 2015). Seorang guru

diharapkan dapat menyampaikan idenya secara singkat, jelas, lengkap

dan benar, serta tertata, sejalan dengan hal itu keberhasilan dalam

menjalankan proses belajar mengajar di kelas tergantung pada berbagai

faktor, salah satunya adalah bahasa yang digunakan oleh guru (Diana,

2022).

i. Menunjukkan Gaya (Gesture) yang Sesuai

Dari data hasil penelitian pada aspek menunjukkan gaya (gesture)

yang sesuai pada persepsi guru pamong terhadap proses pembelajaran

mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) pendidikan kimia

menunjukkan nilai persentase sebesar 97% berdasarkan kategori

interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15) menunjukkan kategori

sangat baik. Pada tahap ini mahasiswa Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) telah memperlihatkan gaya (gesture) yang sesuai

dalam pembelajaran dengan sangat baik ketika melakukan kegiatan

belajar mengajar di kelas.

Menurut Wahyuningsih (2018) penerapan gesture yang sesuai

dalam mengelola pembelajaran di kelas merupakan salah satu hal yang

bagus untuk diimplementasikan sebagai bentuk komunikasi non-verbal

kepada peserta didik dalam menyampaikan pesan.


72

Dalam penelitian Elvierayani (2018), berkaitan dengan

penerapan gesture yang tepat dalam pembelajaran memberikan dampak

yang positif kepada peserta didik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Putra (2016), “Memantapkan penerapan gestur calon guru dalam

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan mengajar pada mata

kuliah micro teaching mahasiswa semester VI Pendidikan Guru Paud

Undiksha” menunjukkan hasil Pada tahap pra siklus persentase gestur

guru hanya 76,14%, kemudian terjadi peningkatan pada siklus pertama

menjadi 80,45% dan terjadi peningkatan yang signifikan pada siklus

kedua menjadi 90,82% dan sudah berada pada kategori tinggi.

j. Menutup Pembelajaran dengan Membuat Rangkuman

Dari data hasil penelitian pada aspek menutup pembelajaran

dengan membuat rangkuman pada persepsi guru pamong terhadap proses

pembelajaran mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)

pendidikan kimia menunjukkan nilai persentase sebesar 97%

berdasarkan kategori interpretasi skor menurut Riduwan (2007, hal. 15)

menunjukkan kategori sangat baik. Pada aspek ini mahasiswa

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) telah menerapkan proses

menutup pembelajaran dengan sangat baik yang berhubungan dengan

memberikan refleksi dengan melibatkan murid, membuat rangkuman,

memberi tugas atau arahan sebagai bentuk follow up untuk remedial

dalam pembelajaran saat mengajar dikelas.


73

Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman anak terhadap

materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran

(Hayati, 2017). Menurut pendapat Mulyasa (2010), dalam menutup

pelajaran ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru, yaitu:

membuat kesimpulan tentang sesuatu yang telah dipelajari, bisa

dilakukan oleh guru sendiri atau oleh siswa dengan request dari guru,

kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur

pemahaman siswa setelah belajar. Memberikan tugas kepada siswa

sesuai dengan materi yang telah dipelajari berikut dengan pendalaman

materi yang perlu dipelajari untuk pertemuan selanjutnya (Sani, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan Hayati (2017), memperlihatkan

keterampilan guru dalam menutup telah diterapkan dengan oleh tenaga

pendidik (guru) baik dalam pembelajaran. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Nurlaela (2020), tentang keterampilan menutup

pembelajaran telah diterapkan dengan baik, meliputi dua unsur yaitu: (a)

review yaitu menyimpulkan materi baik berupa tulisan dalam

pembelajaran dengan baik, kemudian memberikan waktu dan

kesempatan untuk siswa bertanya, (b) evaluation yaitu dengan

memberikan tugas tertulis untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran

yang telah diikuti siswa.

Dapat disimpulkan bahwa pada kesepuluh aspek tersebut

diperoleh nilai persentase sebesar 96,5% dengan kategori sangat baik.


74

aspek-aspek tersebut diambil dari Ridwanudin (2022, hal. 24), dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggambarkan proses

mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) dalam praktek

mengajar. Menurut Ridwanudin (2022, hal. 24), kesepuluh aspek

tersebut apabila telah dilakukan dan mendapat penilaian yang baik dari

guru pamong, maka mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan

(PLP) telah menunjukkan salah satu penilaian sebagai seorang calon guru

yang baik.

Dalam penelitian ini, diperoleh nilai persentase akhir sebesar

96,55% pada “Persepsi Guru Pamong Terhadap Proses Pembelajaran

Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan

Kimia” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Ajaran 2021/2022

sehingga dengan hasil tersebut termasuk dalam kategori sangat baik.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan

dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil penelitian pada Persepsi Guru Pamong Terhadap Proses Pembelajaran

Mahasiswa Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pendidikan Kimia

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Ajaran 2021/2022 diperoleh hasil

yang termasuk dalam kategori sangat baik.

B. Saran

Pada penelitian ini, peneliti mengakui masih terdapat kekurangan

sehingga disarankan pada penelitian selanjutnya antara lain:

1. Menambah jumlah sampel dan memperluas jangkauan populasi dalam

penelitian.

2. Melakukan wawancara, menambah jumlah dimensi dan aspek dalam

penelitian.

3. Proses persiapan mahasiswa sebelum melakukan Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP) lebih diperhatikan.

75
76

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah K. (2018). Beberapa Metodologi dalam Penelitian Pendidikan dan


Manajemen. Gowa: Gunadarma Ilmu.

Afifah, N. (2015). Problematika Pendidikan di Indonesia (Telaah dari Aspek


Pembelajaran). Jurnal Pendidikan, 1(Vol. 1 Januari 2015: Jurnal
Pendidikan),41–74.https://unimuda.e-
journal.id/jurnalpendidikan/article/view/148

Alaslan, A. (2021). Persepsi Masyarakat Dan Kepemimpinan Perempuan. Jurnal


OTONOMI- STIA TRINITAS. Vol.10

Amalia, I. (2020). Menggunakan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik)


Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Konseling (JPDK), 2(2), 152–155. https://doi.org/10.31004/jpdk.v2i1.900

Amri, Sofan. (2013). Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum


2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Anjarsari, E. (2019). Faktor Permasalahan Pendekatan Saintifik 5M Dalam


Pembelajaran Matematika Di Sma. Vygotsky, 1(1), 12.
https://doi.org/10.30736/vj.v1i1.88

Anshori, S. (2019). Pemanfaatan TIK sebagai Sumber dan Media Pembelajaran di


Sekolah. Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya, 3(3), 10–20.

Astrini. (2015). Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas Dalam Diskusi


Kelompok Dengan Motivasi Belajar Siswa.
77

Astutik, D., Yuhastina, Y., Ghufronudin, G., & Parahita, B. N. (2022). Guru Dan
Proses Pendidikan Dalam Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-
19. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 12(1), 46–54.
https://doi.org/10.24246/j.js.2022.v12.i1.p46-54

Azwar S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. November, 51–63.

Banawi, A. (2019). Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Sintaks


Discovery/Inquiry Learning, Based Learning, Project Based Learning.
Biosel: Biology Science and Education, 8(1), 90.
https://doi.org/10.33477/bs.v8i1.850

Debi Angelina Br Barus. (2020). Work From Home Pada Masa Pandemi Covid-19
Ditinjau Dari Persepsi Guru Di Kabupaten Sikka Maumere Nusa Tenggara
Timur. Psychopedia Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan
Karawang, 5(2), 9–16. https://doi.org/10.36805/psychopedia.v5i2.1231

Dewi, S. Z. (2019). Penggunaan TIK sebagai Sumber dan Media Pembelajaran


Inovatif di Sekolah Dasar. Indonesian Journal of Primary Education, 2(2),
48. https://doi.org/10.17509/ijpe.v2i2.15100

Diana, R. E. (2022). Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Direktif


Guru Bahasa Indonesia pada Proses Pembelajaran di SMP. Jurnal Basicedu,
6(3), 4940–4952. https;//jbasic.org/index.php/basicedu

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.


Surabaya: Usaha Nasional.

Drever, J. (1988). Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara.


78

Dwijayanti, K. (2018). Peran Guru pamong dan Dosen Pembimbing Terhadap


Keberhasilan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa PJKR UTP
Surakarta 2017. JURNAL ILMIAH PENJAS (Penelitian, Pendidikan dan
Pengajaran), 4(3).

Dwintari, J. W. (2017). Kompetensi kepribadian guru dalam pembelajaran


pendidikan kewarganegaraan berbasis penguatan pendidikan
karakter. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 7(2), 51-57.

Elvierayani, R. R., & Susanti, I. (2018). Gesture Representasional Guru Sebagai


Komunikasi Dan Strategi Dalam Pembelajaran Konsep Matematika Siswa
Tunarungu Sekolah Dasar Luar Biasa Lamongan. Jurnal Reforma, 7(1), 46.
https://doi.org/10.30736/rfma.v7i1.47

Fatoni, A. (2020). Wawasan Pendidikan (Pendidikan dan Pendidik). Mida: Jurnal


Pendidikan Dasar Islam, 3(1), 65-79.

Fitrianasari, H. (2015). Persepsi Guru Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan


Inklusif Sesuai Latar Pendidikan. Jurnal Pendidikan Khusus, 7(2).

Habel. (2015). Peran Guru Kelas Membangun Perilaku Sosial Siswa Kelas V
Sekolah Dasar 005 Di Desa Setarap Kecamatan Malinau Selatan Hilir
Kabupaten Malinau. EJurnal Sosiatri-Sosiologi, 3(2), 14–27.

Habibullah, A. (2012). KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU. EDUKASI: Jurnal


Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan, 10(3).
https://doi.org/10.32729/edukasi.v10i3.169

Hakim, A. (2020). Teori Pendidikan Seumur Hidup Dan Pendidikan Untuk Semua.
Jurnal Pendidikan Kreatif, I, 61–72.
79

Hamalik, Oemar. (2004). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamka. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hatta, Hs. (2018). Empat Kompetensi Untuk Membangun Profesionalisme Guru.


Sidoarjo: Nizamia Learning Center .

Hidayati, N., Setyosari, P., & Soepriyanto, Y. (2019). Kompetensi Technological


Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Guru SOSHUM Setingkat
SMA. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 1(4), 291–298.

Irham, M. (2019). Analisis Persepsi Dosen Terhadap Perbankan Syariah (Studi


Kasus Dosen Fakultas Ekonomi UMN). AT-TAWASSUTH: Jurnal
Ekonomi Islam, 4(2), 436-456. http://dx.doi.org/10.30829/ajei.v4i2.6490

Istiyarti. (2014). Pemanfaatan TIK Untuk Pembelajaran. 9–25.

Kay Hardman, B., & Theses, G. (2011). Scholar Commons Teacher’s Perception
of their Principal’s Leadership Style and the Effects on Student Achievement
in Improving and non-improving schools Scholar Commons Citation.
January.
http://scholarcommons.usf.edu/etdhttp://scholarcommons.usf.edu/etd/3726

Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar


Proses Pendidikan Dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.

Kompri. (2016). Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset.
80

Kumara, Amitya, E. A., dkk. (2012). Program “Menciptakan Kelas Bersahabat”


“Creating Friendly Classroom” Programme and. Intervensi Psikologi, 4(2),
191–209.

Larasati, N. A., & Fathony, R. A. (2013). Persepsi Guru Pembimbing terhadap


Proses Pembelajaran Mahasiswa PPL UNY di SMK Kota Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan
Kejuruan, 21(4), 295-300. https://doi.org/10.21831/jptk.v21i4.9455

Listyana. (2015). Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penanggalan Jawa


Dalam Penentuan Waktu Pernikahan (Studi Kasus Desa Jonggrang
Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Tahun 2013). Agastya: Jurnal
Sejarah Dan Pembelajarannya, 5(01), 118.
https://doi.org/10.25273/ajsp.v5i01.898

Maba, W. (2017). Teacher’s perception on the implementation of the assessment


process in 2013 curriculum. International journal of social sciences and
humanities, 1(2), 1–9. https://doi.org/10.29332/ijssh.v1n2.26

Majid, Abdul. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Meiryani. (2021) “Memahami Nilai Standard Deviation (Standar Deviasi) Dalam


Penelitian Ilmiah”. https://accounting.binus.ac.id/2021/08/12/memahami-
nilai-standard-deviation-standar-deviasi-dalam-penelitian-ilmiah/ diakses
23 Juli 2022 pada pukul 22.40 WIB

Mukhibad, H dan Susilowati, N. (2010). Studi Evaluasi Kompetensi Mengajar


Mahasiswa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Jurusan Akuntansi
Universitas Negeri Semarang. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, 39 (2),
112-124.
81

Mulkeis. (2012). Efektifitas Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam Di Smp


Negeri se Kota Padangsidimpuan Tesis Oleh Mulkeis NIM : 10 Pedi 2124
Program Studi : Guru Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Islam
Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri.

Mutmainah, Nina, Fauzi, M. (1997). Psikologi Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nurrita, T. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa. MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Hadist, Syari’ah
dan Tarbiyah, 3(1), 171. https://doi.org/10.33511/misykat.v3n1.171

Nurhadi, Ali. (2017). Profesi Keguruan. Kuningan: Goresan Pena.

Nurjanati, D., Martono, T., & Sawiji, H. (2018). Pengaruh kompetensi pedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian terhadap profesionalisme guru SMA
Kabupaten Klaten tahun ajaran 2017/2018. Jurnal Ilmu Manajemen, 15(1),
1-11.

Octavianingrum, D. (2014). Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi


Mengajar Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan Pendidikan
Administrasi Perkantoran Fkip Uns Tahun 2013/2014 (Studi Kasus Di Smk
Bidang Bisnis Dan Manajemen Se-Kota Surakarta).

Padmaningrum, R. T. (2018). UNY PPM. Pemilihan Dan Penggunaan Media


Dalam Proses Pembelajaran, September, 1–7.

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti)


Nomor 55 tahun 2017 tentang Standar Nasional Pendidikan Guru.

Prabaningrum, E. (2007). persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi


82

Mahasiswa PPL.

Prastiyo, E. B., Arfa, D., & Tuti, S. W. (2022). Persepsi Guru Terhadap Proses
Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring). Equilibrium: Jurnal Pendidikan,
10(1), 96–102. https://doi.org/10.26618/equilibrium.v10i1.6567

Prastya, A. (2016). Strategi Pemilihan Media Pembelajaran Bagi Seorang Guru.


Prosiding Temu Ilmiah Nasional Guru VIII Tahun 2016: Tantangan
Profesionalisme Guru di Era Digital, VIII(November), 294–302.
http://repository.ut.ac.id/id/eprint/6518

Purnomo, Halim. (2019). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: LP3M Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta.

Purnomo, Sapto & Waluyo. (2014). Httpsmedia. Neliti. Commediapublications


271394-Analisis-Peran-Guru-Dalam-Menanamkan-Ran-Dd7C6131.Pdf.
5(1), 56–65.

Putra, I. K. A. (2016). Memantapkan Penerapan Gestur Calon Guru Dalam


Pembelajaran Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengajar Pada Mata
Kuliah Micro Teaching Mahasiswa Semester VI PGPAUD UNDIKSHA.
Jurnal Santiaji Pendidikan, 6(2), 197–209.

Rahayu, T. E., Haki Pranata, O., & Ganda, N. (2021). PEDADIDAKTIKA: JURNAL
ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR, Respon Siswa Sekolah
Dasar terhadap Program Belajar dari Rumah (BDR) di TVRI. All rights
reserved, 8(2), 333–343.
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index

Rejeki, N. S., & Suwardi, S. (2019). Pengaruh Kemampuan Guru Dalam Mengelola
Kelas Terhadap Pembelajaran Efektif Di Taman Kanak-Kanak. Jurnal Anak
83

Usia Dini Holistik Integratif (AUDHI), 2(1), 37.


https://doi.org/10.36722/jaudhi.v2i1.579

Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta.

Ridwanudin, Dindin. (2022). Buku Panduan Program Pengenalan Lapangan


Persekolahan (PLP) Program Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: FITK UIN
Jakarta.

Riva’i, Veithzal. (2006). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Rosna, A. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran


Kooperatif Pada Mata Pelajar IPA di kelas IV SD Terpencil Bainaa Barat.
Jurnal Kreatif Tadulako Online, 04(6), 235–246.

Rostika, D., & Prihantini, P. (2019). Pemahaman Guru Tentang Pendekatan


Saintifik Dan Implikasinya Dalam Penerapan Pembelajaran Di Sekolah
Dasar. Edu Humaniora Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 11(1), 86.
https://doi.org/10.17509/eh.v11i1.14443

Sabri, Alisuf. (2013). Psikologi Umum dan Perkembangannya. Jakarta: CV.


Pedoman Ilmu Jaya.

Sadikin, A., & Siburian, J. (2019). Analisis pelaksanaan Pengenalan Lapangan


Persekolahan (PLP) FKIP Universitas Jambi bidang studi pendidikan
biologi di SMA PGRI Jambi. BIOEDUSCIENCE: Jurnal Pendidikan
Biologi dan Sains, 3(2), 90–99. https://doi.org/10.29405/j.bes/3290-993562
84

Sani, M. (2012). Kegiatan Menutup Pelajaran. Journal of Accounting and Business


Education, 1(3). https://doi.org/10.26675/jabe.v1i3.6031

Sari, A. F. (2015). Pengembangan Keterampilan Berbahasa Calon Guru


Matematika. Riset Pendidikan, 1(1), 65–72.

Sarwono, Sarlito W.(2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Shoimah, R. N. (2020). Penggunaan Media Pembelajaran Konkrit Untuk


Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Pemahaman Konsep Pecahan Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas III Mi Ma’arif Nu Sukodadi-
Lamongan. Bioedukasi Jurnal Pendidikan Biologi, 91, 1–13.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Suriansyah, Ahmad, dkk. (2014). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Suryani, N. N. A., & Tripalupi, L. E. (2021). Persepsi Guru Terhadap Proses


Pembelajaran Daring Pada Masa (Pandemi Covid-19) di SMP Negeri 1
Sawan. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 13(2), 340.
https://doi.org/10.23887/jjpe.v13i2.35761

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka


Cipta.

Thoha, M. (2009). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.
85

Tuerah, R. M. S. (2015). Penguasaan Materi Pembelajaran , Manajemen Dan


Komitmen Menjalankan Tugas Berkorelasi Pada Kinerja Guru SD Di Kota
Tomohon. Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, 1(2), 137–154.

Ummi Hayati, Aswandi, D. M. (2017). Keterampilan Guru Dalam Membuka Dan


Menutup Kegiatan Pembelajaran Di TK. Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini FKIP UNTAN, Pontianak, 4(1), 724–732.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Wahyuningsih, K. D., Sujana, I. W., & Tirtayani, L. A. (2018). Pengaruh Penerapan


Gesture Guru Terhadap Perilaku Disiplin Anak Kelompok B. e-Journal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 33–42.

Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Yulmasita Bagou, D., & Suking, A. (2020). Analisis Kompetensi Profesional Guru.
Jambura Journal of Educational Management, 1(September), 122–130.
https://doi.org/10.37411/jjem.v1i2.522

Anda mungkin juga menyukai