Anda di halaman 1dari 184

ANALISIS KESULITAN GURU BIOLOGI SMA DALAM

MENGEMBANGKAN MODUL AJAR PADA KURIKULUM


MERDEKA DI SEKOLAH PENGGERAK TEMANGGUNG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan

Oleh

Fikri Rachman

1810305082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
TAHUN 2023
i
ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Watch your thoughts for they become word, watch your word for they become
actions, watch your actions for they become habits, watch your habits for they
become your character, and watch your character for it becomes your destiny ”
(Margaret Thatcher)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas ridho-Nya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan terkhusus kepada:

1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Triwibowo Sugeng dan Ibu Sugiyati atas
segala cinta dan kasih sayangnya yang selalu mengalir dalam membesarkan saya
sampai bisa menyandang gelar sarjana. Bersama doa dan dukungannya yang
tidak pernah terputus menjadi sumber kekuatan bagi saya untuk terus melangkah
demi mengukir masa depan yang lebih indah. Teruntuk bapak dan ibuku, semoga
kalian bangga dengan pencapaian anak laki-lakimu.
2. Kakakku tercinta Meika Wibawati, Ririn Monica Candra, Ancas Asri
Wulandari, Ruslan Hulu, Agus Apriawan yang selalu memberikan semangat,
motivasi dan dukungan materiil untuk saya dapat menyelesaikan studi ini.
3. Adik saya tersayang Raisa Aqila Zahra Hulu dan Aprilia Kanzia Ramadhani
yang menjadi penyemangat serta hiburan ketika lelah dalam mengerjakan
skripsi.
4. Almamaterku Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tidar yang
kubanggakan, terima kasih atas pembelajarannya sebagai bekal hidup saya di
masa yang akan datang.

iv
ABSTRAK

Rachman, Fikri (2023). “Analisis Kesulitan Guru Biologi SMA dalam


Mengembangkan Modul Ajar pada Kurikulum Merdeka di Sekolah
Penggerak Temanggung”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar. Pembimbing
I Ericka Darmawan, M,Pd. Pembimbing II Ika Sukmawati, M.Pd.
Kata Kunci: Modul Ajar, Kesulitan Mengembangkan Modul Ajar, Faktor
Kesulitan Guru, Sekolah Penggerak, Kurikulum Merdeka

Kebijakan baru yang tercantum dalam kurikulum merdeka tentu ada beberapa aspek
yang berbeda. Perbedaan disini salah satunya terdapat pada perangkat ajar. Pada
kurikulum merdeka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disebut sebagai modul
ajar. Para guru dapat memilih atau bahkan memodifikasi sendiri modul ajar yang
yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat.Pengembangan modul ajar perlu
dilakukan guru, karena kedudukan modul ajar yang begitu penting yaitu sebagai
pedoman guru dalam proses pembelajaran. Namun, pada kenyataanya masih
banyak guru yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan modul ajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dialami guru biologi SMA
dalam mengembangkan modul ajar pada kurikulum merdeka di sekolah penggerak
temanggung. Harapan dengan disusunnya penelitian ini, dapat memberikan
gambaran dan informasi mengenai kesulitan apa saja yang dialami guru biologi
dalam mengembangkan modul ajar dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kesulitan guru biologi dalam mengembangkan modul ajar pada sekolah penggerak
di Kabupaten Temanggung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Subjek penelitian yang diambil yaitu populasi guru biologi kelas X dan
XI pada SMA 2 Temanggung, SMA 1 Candiroto, dan SMA 1 Pringsurat. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian meliputi observasi,
wawancara, dan angket. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan guru
biologi dalam mengembangkan modul ajar yaitu 45%. Tingkat kesulitan terdapat
pada indikator analisis dan pemetaan kebutuhan peserta didik, menentukan dimensi
profil pelajar pancasila, kejelasan tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi
ajar, menentukan model pembelajaran, menentukan dan melaksanakan asesmen,
evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut modul ajar, serta kesulitan dalam
menganalisis capaian pembelajaran yang akan diturunkan menjadi modul ajar.
Faktor-faktor yang menjadi kesulitan guru biologi dalam mengembangkan modul
ajar kurikulum merdeka pada sekolah penggerak yaitu (1) Banyaknya Peserta
Didik, (2) Kesulitan Membaca CP, (3) Materi Yang Begitu Singkat Dan Tidak
Tersistematis, (4) Keterbatasan Waktu, (5) Minimnya Referensi Pelaksanaan
Asesmen, (6) Tingkat Penguasaan Teknologi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kesulitan guru biologi SMA dalam mengembangkan modul ajar pada
kurikulum merdeka di sekolah penggerak Temanggung tergolong dalam kategori
“cukup” yang didukung oleh beberapa faktor yang melandasi kesulitan
pengembangan modul ajar kurikulum merdeka.

v
ABSTRACT

Rachman, Fikri (2023). "An Analysis of The Difficulties of High School Biology
Teachers in Developing Teaching Modules in The Independent
Curriculum at The Temanggung Driving School". Thesis. Biology
Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,
Tidar University. Advisor I Ericka Darmawan, M.Pd. Advisor II Ika
Sukmawati, M.Pd.

Keywords: Teaching Modules, Difficulties in Developing Teaching Modules,


Teacher Difficulty Factors, Driving Schools, Independent Curriculum.

The new policies listed in the independent curriculum have several different
aspects. One of the differences here is in the teaching tools. In the independent
curriculum, the Learning Implementation Plan is referred to as the teaching
module. Teachers can choose or modify the teaching modules provided by the
central government. The development of teaching modules needs to be done by the
teachers, since the position of teaching modules is so important, namely as a
teacher's guide in the learning process. However, in reality, many teachers
experience difficulties in developing teaching modules. This study aims to
determine the difficulties experienced by high school biology teachers in developing
teaching modules for the independent curriculum at the School Mover in
Temanggung. It was hoped that the preparation of this research, it could provide
an overview and information regarding the difficulties experienced by biology
teachers in developing teaching modules and the factors that cause difficulties for
biology teachers in developing teaching modules at School Mover in Temanggung
Regency. This study used qualitative research methods. The research subjects were
the population of biology teachers in classes X and XI at SMA 2 Temanggung, SMA
1 Candiroto, and SMA 1 Pringsurat. Data collection techniques used in research
include observation, interviews, and questionnaires. The results of this study
showed that the difficulties of biology teachers in developing teaching modules
were 45%. The level of difficulty is found in the indicators of analyzing and mapping
the needs of students, determining the dimensions of the Pancasila student profile,
clarity of learning objectives, organizing teaching materials, determining learning
models, determining and carrying out assessments, evaluating learning, and
following up on teaching modules, as well as difficulties in analyzing learning
outcomes that will be reduced to a teaching module. The factors that become a
difficulty for biology teachers in developing independent curriculum teaching
modules at School Mover are (1) the number of students, (2) difficulty reading CP,
(3) material that is so short and not systematic, (4) time constraints, (5) The lack of
references for the implementation of the assessment, and (6) the level of mastery of
technology. Thus, it can be concluded that the difficulties of high school biology
teachers in developing teaching modules in the independent curriculum at the
Temanggung driving school belong to the "sufficient" category, which is supported

vi
by several factors that underlie the difficulties in developing independent
curriculum teaching modules.

vii
PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya.

Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Kesulitan Guru Biologi SMA Dalam Mengembangkan Modul Ajar Pada

Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak Temanggung”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada Dr.

Ericka Darmawan, M.Pd dan Ika Sukmawati, M.Pd selaku dosen pembimbing yang

selalu memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dan masukan kepada peneliti

sejak awal pembuatan skripsi sampai selesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah

membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:

1. Dr. Ahmad Muhlisin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tidar, yang telah memberikan kesempatan serta arahan

selama pendidikan, penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Ika Sukmawati, M.Pd. selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar yang telah

memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

viii
3. Shefa Dwi Jayanti, M.Pd. dan Dr. Setiyo Prajoko, M.Pd. selaku validator ahli

yang telah besedia serta meluangkan waktunya dalam melakukan validasi

instrumen penelitian yang telah saya buat.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Tidar, yang telah banyak memberikan bimbingan

dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Tidar, yang telah membantu dalam proses administrasi.

6. Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum SMAN 2 Temanggung, SMAN 1

Candiroto, dan SMAN 1 Pringsurat yang telah memberikan bantuan dan

kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Guru Biologi SMAN 2 Temanggung, SMAN 1 Candiroto, SMAN 1 Pringsurat

sebagai sekolah penggerak di Temanggung yang telah meluangkan waktu untuk

membantu memberikan informasi penting dan membimbing dalam pelaksanaan

penelitian.

8. Kedua orang tuaku tercinta untuk setiap lantunan doa, cinta, nasihat, dukungan,

kasih sayang dan semuanya yang selalu mengiringi langkahku. Dan kakakku

tersayang yang turut memberikan semangat dan mendoakan untuk

keberhasilanku.

9. Seluruh keluarga tersayang yang senantiasa mendoakan dan memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

ix
10. Kepada Wahyu Putri Ambar Arum yang telah memberikan waktu, tenaga serta

pikiran untuk saya serta telah menemani dalam penyusunan skripsi ini. Saya

harap kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

11. Teman saya Wimba Kamaludin yang sudah membantu dalam pelaksanaan

penelitian, serta terima kasih atas fasilitas, dukungan materiil dan waktu yang

selalu diberikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Keluarga Magelang sekaligus rekan baik saya selama di Magelang Ambar

Gautama, Rizki Wahyuda, Evan Revandi, Ici, Felix Alexander, Pepi, Jawat,

Rizki kleng, Gilang Gondrong, Marwan.

13. Teman-teman yang selalu menanyakan mengenai wisuda saya, terimakasih

karena membuat saya menjadi semangat dan termotivasi dalam penulisan

skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan tulus

dan ikhlas memberikan doa dan motivasi sehingga dapat terselesaikannya

skripsi ini.

Magelang, 10 Juli 2023

Fikri Rachman

x
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ i


PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
PRAKATA ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 6
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 6
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ....................... 9
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 9
2.1.1 Kurikulum........................................................................................ 9
2.1.2 Kurikulum Merdeka ........................................................................ 9
2.1.3 Sekolah Penggerak ........................................................................ 11
2.1.4 Peranan Guru Biologi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka . 13
2.1.5 Modul Ajar .................................................................................... 15
2.1.6 Penelitian yang Relevan ................................................................ 19
2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 24
3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 24
3.2 Subjek Penelitian .................................................................................. 24
xi
3.3 Data dan Sumber Data .......................................................................... 25
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 26
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 28
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 34
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 34
4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Kesulitan Guru Biologi Dalam
Mengembangkan Modul Ajar Kurikulum Merdeka Pada Sekolah
Penggerak ...................................................................................... 35
4.1.2 Hasil Penelitian Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Kesulitan Guru Biologi Dalam Mengembangkan Modul Ajar
Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak Temanggung ............ 43
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 46
4.2.1 Kesulitan Guru Biologi Dalam Mengembangkan Modul Ajar
Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak Temanggung ............ 46
4.2.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kesulitan Guru
Biologi Dalam Mengembangkan Modul Ajar Kurikulum Merdeka di
Sekolah Penggerak Temanggung .................................................. 54
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 61
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 61
5.2 Implikasi ............................................................................................... 61
5.3 Saran ...................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64

LAMPIRAN .......................................................................................................... 70

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tingkat Skor Angket ............................................................................. 31


Tabel 3.2 Kriteria Deskriptif Persentase ............................................................... 32
Tabel 4.3 Waktu Penelitian ................................................................................... 35
Tabel 4.4 Data Observasi Komponen Modul Ajar................................................ 36
Tabel 4.5 Data Observasi Pemetaan Kebutuhan Peserta Didik ............................ 37
Tabel 4.6 Data Observasi Menentukan Dimensi Profil ........................................ 37
Tabel 4.7 Data Observasi Kejelasan Tujuan Pembelajaran .................................. 38
Tabel 4.8 Data Observasi Pengorganisasian Materi ............................................. 38
Tabel 4.9 Data Observasi Menentukan Model Pembelajaran ............................... 39
Tabel 4.10 Data Observasi Kerincian Langkah-langkah Pembelajaran................ 40
Tabel 4.11 Data Observasi Menentukan dan Melaksanakan Asesmen................. 40
Tabel 4.12 Data Observasi Evaluasi Pembelajaran dan Tindak Lanjut Modul Ajar
............................................................................................................................... 41
Tabel 4.13 Data Angket Kesulitan Guru Biologi Dalam Mengembangkan Modul
Ajar di Sekolah Penggerak Temanggung .............................................................. 41

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................ 23


Gambar 5.1 Observasi di SMAN 2 Temanggung ............................................... 195
Gambar 5.2 Observasi di SMAN 1 Candiroto .................................................... 195
Gambar 5.3 Wawancara dan pengisian angket oleh Lia Agustina, S.P,d. .......... 195
Gambar 5.4 Observasi di SMAN 1 Pringsurat .................................................... 195
Gambar 5.6 Observasi di SMAN 1 Pringsurat .................................................... 195
Gambar 5.5 Wawancara dan pengisian angket oleh Fitri Resmiyani, S.P,d. ...... 195
Gambar 5.7 Wawancara dan pengisian angket oleh Ali Imron dan Heri Santoso.
............................................................................................................................. 195

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Data Validasi Observasi ...................................................... 71


Lampiran 2. Lembar hasil validasi wawancara ..................................................... 75
Lampiran 3. Lembar Data Validasi Angket .......................................................... 81
Lampiran 4. Reduksi Data Wawancara dan Observasi ......................................... 87
Lampiran 5. Penyajian Data Wawancara dan Observasi .................................... 105
Lampiran 6. Penarikan Kesimpulan .................................................................... 107
Lampiran 7. Analisis Data Angket ...................................................................... 109
Lampiran 8. Transkrip Observasi ........................................................................ 110
Lampiran 9. Transkrip Wawancara ..................................................................... 122
Lampiran 10. Transkrip Angket .......................................................................... 134
Lampiran 11. Modul Ajar Subjek 1 .................................................................... 146
Lampiran 12. Modul Ajar Subjek 2 .................................................................... 150
Lampiran 13. Modul Ajar Subjek 3 .................................................................... 154
Lampiran 14. Modul Ajar Subjek 4 .................................................................... 165
Lampiran 15. Modul Ajar Subjek 5 .................................................................... 171
Lampiran 16. Modul Ajar Subjek 6 .................................................................... 176
Lampiran 17. Surat Izin Observasi...................................................................... 188
Lampiran 18. Surat Izin Penelitian...................................................................... 191
Lampiran 19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................... 194

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan kebijakan sistem pendidikan merupakan suatu tuntutan yang harus

dilakukan demi perbaikan kualitas sumber daya manusia pada suatu bangsa (Afista

dan Huda, 2020). Pada dasarnya kedudukan sistem pendidikan menjadi pondasi

utama dalam suatu pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam sistem

pendidikan. Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan atau pemikiran cemerlang

dalam dunia pendidikan yang memiliki ciri-ciri baru dibandingkan dengan yang

telah ada sebelumnya (Ningsih, 2014). Dalam hal ini yang dimaksud inovasi dalam

sistem pendidikan yaitu kurikulum.

Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan

sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

pada berbagai jenis dan tingkat sekolah (Pranata, 2020). Tujuan pendidikan dan

pelaksanaan proses belajar mengajar akan tercipta ketika kurikulum sudah

digunakan. Menurut Wahyudin (2014) kurikulum mempunyai peran dalam

kegiatan belajar mengajar, input peserta didik, kompetensi pendidik tersebut adalah

sebagai pemberi arah untuk tercapainya tujuan pendidikan tertentu, sehingga dapat

dikatakan kurikulum merupakan suatu yang esensial dalam pendidikan.

Begitu pentingnya kurikulum dalam bidang pendidikan karena menjadi tujuan

dan pedoman dalam pelaksanaan belajar mengajar. Melihat kedudukan kurikulum

yang begitu penting maka upaya penyempurnaan kurikulum terus dilakukan oleh

pemerintah. Penyempurnaan kurikulum bertujuan untuk mengoptimalisasi

1
2

pendidikan serta mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif, relevan,

dan mutakhir mengikuti perkembangan zaman (Ningsih, 2014).

Kurikulum merdeka merupakan pengganti kurikulum sebelumnya yaitu

kurikulum 2013. Nadiem Makarim selaku Menteri Kemendikbud Ristek secara

tegas menyebutkan bahwa konsep kurikulum merdeka merupakan usaha untuk

mewujudkan kemerdekaan dalam belajar dan kemerdekan dalam berpikir.

Kurikulum merdeka sebagai pilihan rekonstruksi pembelajaran yang ditetapkan

oleh pemerintah melalui kemendikbud ristek dengan menerbitkan kebijakan-

kebijakan baru mengenai pengembangan atau rekonstruksi kurikulum merdeka

(Cantika, 2022). Sehingga dengan kebijakan barunya kurikulum merdeka untuk

mewujudkan kemerdekaan dalam belajar.

Kurikulum merdeka memiliki kelebihan dari kurikulum sebelumnya yaitu

kurikulum 2013, salah satunya kelebihan dari kurikulum merdeka dalam

pelaksanaannya lebih fleksibel dibandingkan dengan kurikulum 2013. Pada

kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya yang rutin dan dilakukan setiap

minggu serta mengutamakan kegiatan di dalam kelas (Rahmadhani, 2022).

Kurikulum merdeka diharapkan menjadi suatu inovasi yang membawa dampak

kemajuan dalam pendidikan di Indonesia.

Kebijakan baru yang tercantum dalam kurikulum merdeka tentu ada beberapa

aspek yang berbeda. Perbedaan disini salah satunya terdapat pada perangkat ajar.

Pada kurikulum merdeka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disebut sebagai

modul ajar. Modul ajar merupakan perangkat pembelajaran atau rancangan

pembelajaran yang berlandaskan pada kurikulum yang diaplikasikan dengan tujuan

untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan (Nurdyansyah, 2018).


3

Modul ajar sendiri suatu implementasi dari Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang

dikembangkan dari Capaian Pembelajaran (CP) dengan profil pelajar pancasila

sebagai sasarannya. Modul ajar juga mempertimbangkan tentang hal yang

dipelajari dengan tujuan pembelajaran yang jelas. Menurut Nesri (2020) modul ajar

mempunyai peran utama bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan

demikian guru perlu mengetahui dan memahami konsep dari modul ajar yang akan

di kembangkan dengan maksud agar saat melakukan proses pembelajaran menjadi

lebih menarik dan bermakna.

Para guru dapat memilih atau bahkan memodifikasi sendiri modul ajar yang

yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat (Syahriah, 2022). Akan tetapi,

modifikasi yang dilakukan harus sesuai dengan koridor serta menyesuaikan modul

ajar dengan karakter dan kondisi peserta didik serta lingkungan. Menurut panduan

pembelajaran dan asesmen, tujuan dari pengembangan modul ajar untuk

menjadikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, serta memandu

para pendidik untuk menjalankan proses pembelajaran (Syahria, 2022). Dengan

demikian guru tidak hanya bergantung dengan modul ajar yang disediakan oleh

pemerintah, namun perlu melakukan pengembangan pada modul ajar.

Secara ideal, guru perlu menyusun modul ajar dengan maksimal. Ini sesuai

dengan pernyataan Armanto (2022), implementasi kebijakan merdeka belajar

mendorong peran guru baik dalam pengembangan kurikulum maupun dalam proses

pembelajaran. Guru harus mampu menjadi tutor, fasilitator, dan pemberi inspirasi

bagi peserta didik sehingga bisa memotivasi peserta didik dalam implementasi

kurikulum merdeka (Savitri, 2020). Selanjutnya, Wahyudin (2014)

mengungkapkan kompetensi guru adalah sebagai pemberi arah untuk tercapainya


4

tujuan pendidikan tertentu. Guru memiliki peran penting dalam proses

pembelajaran, sehingga guru perlu memahami konsep serta langkah-langkah dalam

mengembangan modul ajar yang menjadi sebuah pedoman proses pembelajaran.

Pengembangan modul ajar perlu dilakukan guru, karena kedudukan modul ajar

yang begitu penting yaitu sebagai pedoman guru dalam proses pembelajaran.

Namun, pada kenyataanya masih banyak guru yang mengalami kesulitan dalam

mengembangkan modul ajar. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang telah

dilakukan Rahimah (2022), bahwa kemampuan guru-guru dalam merancang modul

ajar kurikulum merdeka masih terbilang rendah. Hal ini dikarenakan masih di awal

pelaksanaan kurikulum merdeka serta rendahnya upaya guru dalam mencari

informasi.

Merujuk hasil observasi yang dilakukan Rahimah (2022), maka perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut terutama pada guru yang ada di sekolah penggerak.

Hal ini dikarenakan sekolah penggerak sebagai contoh bagi sekolah lain dalam

mengimplementasikan kurikulum merdeka. Sekolah Penggerak merupakan hal

pokok dari implementasi kurikulum merdeka. Selain bertanggung jawab pada

kebutuhan peserta didik, sekolah penggerak diharapkan dapat memberikan praktik

baik dalam implementasi kurikulum merdeka bagi sekolah lain. Lebih lanjut

Patilima (2022) mengungkapkan, bahwasanya sekolah penggerak dalam kurikulum

merdeka diharapkan menjadi contoh dan menjadi rujukan bagi sekolah lain, terkait

pengembangan modul ajar pada kurikulum merdeka. Maka sudah seharusnya guru

yang tergabung dalam sekolah penggerak memiliki andil besar salah satunya dalam

mengembangkan modul ajar.


5

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan di sekolah

SMAN 2 Temanggung, SMAN 1 Pringsurat, dan SMAN 1 Candiroto yang

merupakan sekolah penggerak di Temanggung, didapatkan informasi bahwa

seluruh guru biologi sudah melakukan pengembangan pada modul ajar. Namun

masih terdapat kesulitan yang dialami guru biologi dalam mengembangkan modul

ajar. Faktor kesulitan yang dialami guru di ketiga sekolah tersebut yaitu kurikulum

merdeka baru berjalan 2 tahun sehingga guru perlu adaptasi untuk memahami

dalam mengembangkan modul ajar, keterbatasan waktu untuk merancang modul

dan evaluasi modul ajar yang akan dikembangkan serta banyaknya jumlah peserta

didik sehingga kesulitan untuk memahami karakter dari masing-masing peserta

didik.

Mengembangkan modul ajar tentu akan membuat pembelajaran lebih berkesan,

sebaliknya apabila tidak mengembangkan modul ajar akan menyebabkan proses

dalam pembelajaran menjadi monoton, sehingga pembelajaran menjadi kurang

berkesan. Guru akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran untuk

meningkatkan pembelajaran yang efektif jika tidak disandingkan dengan modul ajar

yang lengkap serta peserta didik sulit memahami materi karena apa yang

disampaikan guru tidak sistematis (Maulida, 2022). Dalam hal ini guru perlu

melakukan dan memahami konsep serta sistematika pengembangan modul ajar,

apalagi ketiga sekolah tersebut merupakan Sekolah Penggerak yang akan menjadi

contoh bagi sekolah lain salah satunya dalam mengembangkan modul ajar.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui

lebih lanjut kesulitan yang dialami guru biologi dalam mengembangkan modul ajar

serta faktor penyebabnya. Harapan dengan disusunnya penelitian ini dapat


6

memberikan gambaran dan informasi mengenai kesulitan yang dialami guru biologi

dalam mengembangkan modul ajar serta faktor-faktor penyebabnya. Sehingga

penelitian yang akan disusun berjudul “Analisis Kesulitan Guru Biologi SMA

dalam Mengembangkan Modul Ajar pada Kurikulum Merdeka di Sekolah

Penggerak Temanggung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Sekolah penggerak baru berjalan dua tahun semenjak perubahan kurikulum

baru menjadi kurikulum merdeka yang menyebabkan terbatasnya informasi,

sehingga guru perlu adaptasi dalam memahami pengembangan modul ajar.

2. Sekolah penggerak menjadi contoh bagi sekolah lain, terutama dalam

mengembangkan modul ajar. Namun, kenyataanya guru biologi SMA di

Sekolah Penggerak Temanggung masih mengalami kesulitan dalam

mengembangkan modul ajar.

3. Terbatasnya ketersediaan waktu bagi guru dalam mengembangkan dan

mengevaluasi modul ajar.

4. Banyaknya jumlah peserta didik yang harus dipahami karakter setiap

individunya oleh guru, sehingga menyulitkan dalam pengembangan modul ajar

yang sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didik.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka

peneliti memberikan batasan penelitian adalah sebagai berikut.


7

1. Masalah yang dikaji adalah kesulitan guru biologi SMA dalam

mengembangkan modul ajar kurikulum merdeka fase E di kelas X, fase F XI.

2. Mengkaji faktor-faktor penyebab kesulitan guru biologi SMA dalam


mengembangkan modul ajar kurikulum merdeka fase E di kelas X, fase F XI.

3. Penelitian dilakukan di sekolah SMAN 2 Temanggung, SMAN 1 Candiroto,


dan SMAN 1 Pringsurat yang merupakan Sekolah Penggerak di Temanggung.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apa saja kesulitan yang dialami guru biologi SMA dalam mengembangkan

modul Ajar pada kurikulum merdeka di Sekolah Penggerak Temanggung?

2. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan yang dialami guru

biologi SMA dalam mengembangkan modul ajar pada kurikulum merdeka di

Sekolah Penggerak Temanggung?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami guru biologi dalam

mengembangkan modul ajar pada kurikulum merdeka di Sekolah Penggerak

Temanggung.

2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kesulitan yang dialami guru

biologi dalam mengembangkan modul ajar pada kurikulum merdeka di

Sekolah Penggerak Temanggung.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritik
8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan

dalam mengetahui kesulitan yang dialami guru dalam mengembangkan modul

ajar dan dapat memperkaya kepustakaan ilmiah.

2. Manfaat praktik

a. Bagi guru

Menjadi informasi mengenai langkah-langkah dalam mengembangkan modul

ajar yang sesuai, serta sebagai acuan dalam memberikan gambaran hasil dan

informasi tentang kesulitan guru dalam mengembangkan modul ajar.

b. Bagi sekolah

Dapat memberikan informasi tentang kesulitan yang dialami guru biologi dalam

mengembangkan modul ajar, serta diharapkan sebagai masukan bagi sekolah

untuk mengevaluasi guru dalam mengembangkan modul ajar di Sekolah

Penggerak Temanggung.

c. Bagi peneliti

Mendapatkan wawasan, pengalaman, gambaran informasi mengenai kesulitan

yang dialami guru biologi dalam mengembangkan modul ajar, serta dapat

dijadikan sebagai sumber rujukan atau referensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kurikulum

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 dikemukakan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu curir dan curere yang

merupakan istilah bagi tempat berpacu dan berlari (Oktaviani dan Wulandari,

2019). Dengan kata lain, rute tersebut harus dipatuhi dan dilalui oleh para

kompetitor sebuah perlombaan (Sabariah, dkk., 2022). Kurikulum dengan demikian

adalah seperangkat rencana pembelajaran yang terstruktur dan terencana yang

terdiri dari isi dan materi-materi pelajaran. Dalam makna yang lebih luas,

kurikulum merupakan seperangkat nilai yang dirancang yang kemudian

ditransformasikan kepada subjek didik, baik nilai-nilai kognitif, afektif serta

psikomotor.

2.1.2 Kurikulum Merdeka

Salah satu program yang diinovasikan menteri pendidikan dan kebudayaan

Nadiem Makarim adalah merdeka belajar. Esensi merdeka belajar adalah menggali

potensi terbesar guru maupun peserta didik untuk berinovasi serta meningkatkan

kualitas pembelajaran (Saleh, 2020). Merdeka belajar memiliki tujuan agar guru

dan peserta didik dapat memiliki suasana yang menyenangkan saat pembelajaran.

Selain itu, guru memiliki keleluasaan dalam memilih perangkat ajar sehingga

pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

9
10

Merdeka belajar dapat dipahami sebagai merdeka berpikir, merdeka, berkarya,

dan menghormati atau merespons perubahan yang terjadi (Nasution, 2022). Dalam

konsep kurikulum merdeka belajar guru dan peserta didik secara bersama-sama

akan menciptakan konsep pembelajaran yang lebih aktif dan produktif bagi guru

maupun peserta didik (Manalu dkk., 2022). Guru tidak lagi mendominasi dalam

aspek pembelajaran, akan tetapi peserta didik juga terlibat aktif dalam

pembelajaran. Dalam hal ini bukan berarti guru tidak memiliki peran yang besar,

guru tetap menjadi subjek penting dalam menunjang keberhasilan dalam

pendidikan, karena kemerdekaan berpikir ditentukan oleh guru.

Kurikulum merdeka dalam kebijakannya memiliki prinsip-prinsip yang

tersendiri yang telah ditetapkan, prinsip-prinsip dalam kurikulum merdeka tentu

berbeda dengan prinsip-prinsip pada kurikulum sebelumnya. Menurut Vharely

(2022) prinsip-prinsip dalam kurikulum merdeka adalah sebagai berikut.

1. Perubahan USBN menjadi ujian asesmen, yang bertujuan sebagai menilai

peserta didik secara tes tertulis atau dapat menggunakan penilaian lain yang

sifatnya lebih menyeluruh seperti penugasan.

2. Perubahan Ujian Nasional menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei

karakter.

3. Perubahan rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal dengan modul

ajar.

4. Dalam penerimaan peserta didik baru, sistem zonasi diperluas.

Pengembangan kurikulum merdeka diharapkan menjadi sebuah rancangan

yang fleksibel dan berfokus pada materi esensial yang berbasis proyek untuk

mengembangan keterampilan dalam tiap individu peserta didik. Kurikulum


11

merdeka dibentuk dengan berlandaskan tujuan dan standar pendidikan nasional,

mengembangangkan profil pelajar pancsila yang ada di dalamnya. Menurut

Hattarina., dkk (2022) terdapat karakteristik besar yang terdapat pada kurikulum

merdeka adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran berbasis proyek dengan orientasi pengembangan soft skill dan

profil pelajar pancasila.

2. Pembelajaran berorientasi pada materi esensial sehingga diharapkan

tersedianya waktu yang cukup dalam mengembangkan kompetensi dasar.

3. Guru memiliki fleksibilitas dalam menghadirkan pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan peserta didik.

2.1.3 Sekolah Penggerak

Sekolah Penggerak adalah sebutan bagi sekolah hasil seleksi dan telah

memenuhi persyaratan dan lulus seleksi (Anwar, 2023). Sekolah penggerak adalah

sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar peserta didik secara

holistik dengan mewujudkan profil pelajar pancasila yang mencakup kompetensi

kognitif (literasi dan numerasi) serta non kognitif (karakter) yang diawali dengan

SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).

Program Sekolah Penggerak terdiri dari lima intervensi yang saling terkait dan

tidak bisa dipisahkan. Menurut Syafi’i (2022) terdapat lima intervensi pada

Program Sekolah Penggerak adalah sebagai berikut.

1. Pendampingan konsultatif dan asimetris

2. Penguatan SDM sekolah

3. Pembelajaran dengan paradigma baru

4. Perencanaan berbasis data


12

5. Digitalisasi sekolah

Menurut Syafi’i (2022) terdapat 5 aspek ruang lingkup Sekolah Penggerak

adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran. Sekolah akan menerapkan pembelajaran dengan paradigma baru

dengan model capaian pembelajaran yang lebih sederhana dan holistik. Guru

akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan

kapasitasnya dalam menerapkan pembelajaran dengan paradigma baru.

2. Manajemen Sekolah. Program Sekolah Penggerak juga menyasar peningkatan

kompetensi kepala sekolah. Kepala sekolah menyelenggarakan manajemen

sekolah yang berpihak kepada pembelajaran melalui pelatihan instructional

leadership¸ pendampingan, dan konsultasi. Selain itu peningkatan kapasitas

juga mencakup pelatihan dan pendampingan guru untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

3. Program Sekolah Penggerak akan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi

digital untuk memudahkan kinerja kepala sekolah dan guru.

4. Evaluasi diri dan perencanaan berbasis bukti. Program Sekolah Penggerak

menyediakan data tentang hasil belajar peserta didik, serta pendampingan

dalam memaknai dan memanfaatkan data tersebut untuk melakukan

perencanaan program dan anggaran.

5. Kemitraan antara pemerintah pusat dan daerah melalui pendampingan

konsultatif dan asimetris. Dalam lingkup daerah, program Sekolah Penggerak

juga akan meningkatkan kompetensi pengawas agar mampu mendampingi

kepala sekolah dan guru dalam pengelolaan sekolah untuk meningkatkan hasil

belajar peserta didik.


13

2.1.4 Peranan Guru Biologi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

Guru merupakan profesi yang memiliki tugas utama untuk mendidik,

membimbing, melatih, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

(Matnuh, 2017). Biologi merupakan salah satu ilmu sains yang mempelajari tentang

makhluk hidup dan lingkunganya (Pantiwati, 2016). Sehingga guru biologi

merupakan seorang pendidik profesional yang ahli dalam bidang biologi. Mengajar

pelajaran biologi tidak cukup jika hanya mengetahui tentang makhluk hidup saja.

Namun juga harus memiliki pengetahuan mengenai metode ilmiah dan dapat

mengimplementasikan pengetahuan tersebut serta memiliki sifat kritis dan peka

terhadap fenomena yang terjadi (Sukaesih, 2017).

Guru sebagai tenaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan. Profesi

guru telah mendapat pengakuan oleh Undang- Undang Sisdiknas No. 20/2003.

Menurut Salim (2021) bahwa guru adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi,

serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sehingga guru

merupakan profesi yang berkualifikasi sebagai dalam menyelenggarakan

pendidikan yang mendapat pengakuan oleh Undang-Undang.

Guru menjadi ujung tombak pelaksanaan berbagai macam program pendidikan

melalui kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu memahami setiap

perubahan kurikulum yang berlaku. Silahudin (2014) menyatakan bahwa seorang

guru diharapkan mampu melakukan proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum

yang berlaku. Lebih lanjut Sadewa (2022) menjelaskan bahwa berhasil atau

tidaknya penerapan kurikulum tergantung pada kompetensi guru untuk memahami

kurikulum yang berlaku.


14

Dalam menjalankan kurikulum merdeka guru sebagai penggerak merdeka

belajar yang berarti guru ditekankan mampu untuk bersikap aktif, kreatif dan

inovatif serta terampil. Arviansyah dan Shagena (2022) mengatakan bahwa guru

sebagai penggerak belajar tidak hanya bisa mengajar dengan efektif, namun juga

bisa menciptakan suasana pembelajaran yang baik melalui pendekatan emosional

dengan peserta didik. Dalam hal ini guru di kurikulum merdeka memiliki peran

untuk membuat suasana kelas efektif serta membuat peserta didik merasa baik,

aman dan nyaman saat proses pembelajaran berlangsung.

Peranan guru pada hakikatnya yaitu sebagai pendidik, namun dalam

kebijakannya dalam kurikulum tentu ada peranan khusus. Implementasi kurikulum

merdeka memiliki kriteria tersendiri dalam kebijakannya bagi guru. Adapun

peranan guru dalam mengembangkan kurikulum merdeka belajar adalah sebagai

berikut (Dhani, 2020).

a. Merumuskan tujuan spesifik pembelajaran sesuai dengan tujuan kurikulum dan

karakteristik mata pelajaran dan peserta didik serta keadaan kelas.

b. Mendesain proses pembelajaran yang secara efektif dapat membantu peserta

didik mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah ditetapkan.

c. Melaksanakan proses pembelajaran sebagai implementasi kurikulum.

d. Melaksanakan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.

e. Melaksanakan evaluasi terhadap interaksi komponen-komponen kurikulum

yang telah diimplementasikan.


15

2.1.5 Modul Ajar

a. Hakikat Modul Ajar

Modul ajar adalah sejumlah alat atau sarana media, metode, petunjuk, dan

pedoman yang dirancang secara sistematis dan menarik (Rahimah, 2022).

Sehingga modul ajar dapat dikatakan sebagai pedoman guru dalam

pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Modul ajar disusun sesuai dengan

fase atau tahap perkembangan peserta didik, mempertimbangkan apa yang

akan dipelajari agar pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dalam modul ajar pada kurikulum merdeka terdapat beberapa konsep yang

menjadi landasan pada modul ajar. Menurut Wijayanti (2022) terdapat konsep

modul ajar pada kurikulum adalah sebagai berikut.

1) Modul ajar sebagai sejumlah alat/sarana media/sarana media, metode,

petunjuk, dan pedoman yang dirancang secara sistematis dan menarik.

2) Modul ajar dianggap sebagai implementasi dari alur tujuan pembelajaran

yang dikembangkan dari capaian pembelajaran dengan profil pelajar pancasila

sebagai sasaran.

3) Modul ajar dilengkapi dengan komponen yang menjadi dasar dalam proses

penyusunan.

4) Komponen modul ajar di dalam panduan diperlukan sebagai kelengkapan

persiapan pembelajaran.

5) Komponen modul ajar bisa ditambahkan sesuai dengan mata pelajaran dan

kebutuhan.
16

b. Prinsip modul ajar

Dalam modul ajar terdapat beberapa kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Marlina (2023) terdapat 4 kriteria yang harus dimiliki modul ajar

kurikulum merdeka adalah sebagai berikut.

1) Esensial

Pemahaman konsep dari mata pelajaran melalui pengalaman belajar dan lintas

disiplin.

2) Menarik, bermakna, dan menantang

Menumbuhkan minat belajar bagi setiap peserta didik. Berhubungan dengan

pengalaman dan pengetahuan yang sebelumnya dimiliki peserta didik,

sehingga tidak terlalu kompleks, dan tidak terlalu mudah pada tahap usianya.

3) Relevan dan kontekstual

Berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peserta

didik sebelumnya, dan sesuai konteks di tempat dan situasi peserta didik

berada.

4) Berkesinambungan

Terdapat keterkaitan antara alur kegiatan dengan fase belajar peserta didik.

c. Komponen dan langkah-langkah mengembangkan modul ajar

Modul ajar dilengkapi dengan komponen yang menjadi hal fundamental dalam

proses penyusunan. Komponen modul ajar dalam panduan dibutuhkan untuk

kelengkapan persiapan pembelajaran. Selain itu dalam mengembangkan modul

ajar harus melalui beberapa prosedur. Adapun komponen dan prosedur

pengembangan modul ajar menurut Maulida (2022) Informasi umum,


17

komponen inti, komponen lampiran pada komponen informasi umum meliputi

beberapa poin adalah sebagai berikut.

1) Identitas penulis, institusi asal, tahun dibentuknya modul ajar, jenjang

sekolah, kelas, dan alokasi waktu.

2) Kompetensi awal. yaitu bentuk kalimat pernyataan mengenai keterampilan

dan pengetahuan peserta didik sebelum mempelajari materi.

3) Profil pelajar pancasila. Bertujuan sebagai pembentukan karakter peserta

didik

4) Sarana dan prasarana. sebagai fasilitas dan media yang dibutuhkan guru dan

peserta didik guna menunjang proses pembelajaran.

5) Target peserta didik. Guru dapat membuat modul ajar sesuai dengan kondisi

psikologis peserta didik.

6) Model pembelajaran. Guru dapat menggunakan model pembelajaran sesuai

dengan materi dan kelas.

Sementara pada komponen inti meliputi beberapa poin adalah sebagai berikut.

1) Tujuan pembelajaran.

2) Pemahaman bermakna.

3) Pertanyaan pemantik.

4) Langkah-langkah pembelajaran atau kegiatan pembelajaran.

5) Asesmen pembelajaran.

6) Remedial dan pengayaan.

Menurut Maulida (2022) terdapat beberapa langkah-langkah dalam melakukan

pengembangan modul ajar pada kurikulum merdeka adalah sebagai berikut.


18

1) Melakukan analisis pada peserta didik, guru, dan satuan pendidikan terkait

situasi dan kebutuhanya. Pada tahap ini guru melakukan identifikasi apa saja

permasalahan yang muncul dalam pembelajaran seperti kondisi dan

kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga modul ajar yang akan

di rancang menjadi akurat dengan masalah yang ada dalam pembelajaran.

2) Melakukan asesmen diagnostik pada peserta didik mengenai kondisi dan

kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran. Pada tahap ini guru akan

melakukan identifikasi kesiapan dari setiap individu peserta didik sebelum

memasuki pembelajaran dalam kelas. Guru melakukan asesmen ini bertujuan

untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan peserta didik.

3) Melakukan identifikasi dan menentukan entitas dari profil pelajar pancasila

yang akan dicapai. Pada tahap ini guru dapat mengidentifikasikan kebutuhan

peserta didik dan beracuan dengan pendidikan karakter. Pada hakikatnya

profil pelajar pancasila dapat dicapai dengan projek. Oleh karena itu guru

dapat merancang dimensi program profil pancasila dan alokasi waktu.

4) Mengembangkan modul ajar yang beracuan dari alur tujuan pembelajaran.

Alur tersebut berdasarkan dengan capaian pembelajaran. Esensi dari tahapan

ini sama halnya seperti mengembangkan materi pada rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

5) Mendesain jenis, teknik, dan instrumen asesmen. Pada tahap ini guru

menentukan instrumen yang dapat digunakan untuk asesmen yang beracuan

pada tiga instrumen asesmen nasional diantaranya asesmen kompetensi

minimum, survei karakter, dan survei lingkungan belajar.

6) Modul ajar berlandaskan komponen-komponen yang telah di rencanakan.


19

7) Guru dapat menentukan komponen-komponen secara esensial berdasarkan

kebutuhan pembelajaran. Beberapa komponen yang ada dapat digunakan

sesuai kebutuhan peserta didik.

8) Komponen esensial dapat diselaraskan dalam kegiatan.

9) Setelah tahapan sebelumnya sudah dilakukan, maka modul siap digunakan.

10) Evaluasi modul.

2.1.6 Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan referensi pada penelitian ini, maka peneliti mengambil beberapa

rujukan dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis kesulitan yang

dialami guru biologi dalam mengembangkan modul ajar. Beberapa referensi antara

lain, penelitian yang dilakukan Erni (2019) dan Nurasiah (2018), menunjukan

bahwa guru mengalami kesulitan dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran,

guru mengalami kesulitan dalam menentukan metode yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik dan materi ajar, guru mengalami kesulitan dalam

membuat media sendiri, guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan materi ajar

dengan peserta didik.

Penelitian yang dilakukan Rindayati, dkk., (2022), menunjukan bahwa

mahapeserta didik calon guru kesulitan dalam mengembangkan modul ajar,

tergambar pada kesulitan dalam menyesuaikan materi, kesulitan dalam menentukan

media yang sesuai dengan materi dan ketersediaan fasilitas yang mendukung,

kesulitan dalam menyambungkan materi dengan subtema. Kondisi ini

memunculkan anggapan dari mahapeserta didik calon guru bahwa akan lebih baik

jika mengembangkan modul ajar masih menerapkan sistem tematik.


20

Penelitian yang dilakukan Nurcahyono dan Putra (2022), menjelaskan

mengenai hambatan yang dialami guru saat mengimplementasikan kurikulum

merdeka. Hambatan yang dialami guru dibedakan menjadi 3 fase yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hambatan pada fase perencanaan seperti

kurangnya pemahaman cara menurunkan Capaian Pembelajaran menjadi Tujuan

Pembelajaran, heterogenitas peserta didik didalam kelas, kurangnya referensi

model pembelajaran pembelajaran berdiferensiasi, keterbatasan sarana dan

prasarana, keterbatasan pengetahuan awal dan materi pelajaran. Hambatan pada

fase pelaksanaan seperti mengaitkan materi pelajaran dengan pengetahuan yang

relevan, menggunakan pertanyaan pembuka yang dapat menstimulasi pemikiran

peserta didik, mendorong peserta didik untuk aktif dalam bertanya, memberikan

umpan balik yang mampu mendorong peserta didik untuk semangat belajar.

Hambatan pada fase evaluasi seperti paradigma asesmen pendahuluan yang belum

selesai, keterbatasan mengidentifikasi proses pembelajaran, keterbatasan

pemahaman penilaian formatif.

Penelitian yang dilakukan Kurniati (2023), menunjukan bahwa guru belum

memahami esensi dari setiap komponen (Capaian Pembelajaran, Tujuan

Pembelajaran, dan Alur Tujuan Pembelajaran). Selain itu, guru kesulitan seperti,

menentukan metode yang sesuai dengan tujuan kurikulum merdeka dan materi yang

akan dipelajari, kesulitan dalam mengidentifikasi kondisi peserta didik serta

melakukan asesmen diagnostik. Guru menyatakan bahwa tidak mudah dalam

menyusun soal untuk mendapatkan jawaban sebagai bahan pertimbangan

pembelajaran. Selain itu hambatan guru dalam pelaksanaan asesmen diagnostik

dikarenakan kesulitan dalam menganalisis hasil asesmen secara cepat dan tepat.
21

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai kesulitan guru dalam

mengembangkan perangkat ajar serta dengan adanya perubahan pada perangkat ajar

menjadi modul ajar pada kurikulum merdeka. maka sangat mendukung untuk

dilakukan penelitian mengenai “Analisis Kesulitan Guru Biologi SMA Dalam

Mengembangkan Modul Ajar Pada Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak

Temanggung”.

2.2 Kerangka Berpikir

Tujuan guru dalam pembelajarannya yaitu memberikan alur pembelajaran

yang tepat guna menciptakan pembelajaran yang efektif, kondusif serta bermakna.

Peserta didik akan mendapatkan sesuatu bermakna apabila dalam proses

pembelajaran dikemas dengan baik yang diharapkan mendapatkan output yang

berkualitas. Dalam hal ini pengembangkan modul ajar diperlukan terutama

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

Dalam definisi modul ajar adalah sebagai alur atau acuan yang nantinya akan

dilaksanakan pada proses pembelajaran. Seorang guru perlu membuat modul ajar

untuk dijadikan pedoman selama proses pembelajaran, dengan hal ini guru akan

mengerti misi apa saja yang nanti akan dilakukan saat proses pembelajaran

berlangsung. Sehingga harapannya output dari pembelajaran tercapai. Oleh karena

itu guru perlu paham langkah-langkah dalam mengembangan modul ajar.

Namun pada kenyataannya masih terdapat guru yang mengalami kesulitan

dalam mengembangkan modul aja. Hal ini disebabkan karena kurikulum merdeka

masih terbilang baru sehingga guru tidak cukup banyak memahami alur dalam

pengembangan modul ajar, sehingga guru mengalami kesulitan dalam


22

mengembangkan modul ajar. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada

gambar 2.1.
23

Perubahan kurikulum dari kurikulum 2013


menjadi kurikulum merdeka

Implementasi kurikulum merdeka

Implementasi kurikulum merdeka


Perubahan perangkat ajar salah telah dilakukan terutama pada
satu nya RPP menjadi modul ajar sekolah yang mendapat program
Sekolah Penggerak

Guru biologi SMA di Sekolah Penggerak


berpotensi mengalami kesulitan dalam
mengembangkan modul ajar

Fakta dilapangan guru belum Kondisi ideal guru harus mampu


sepenuhnya adaptasi untuk beradaptasi terutama dalam
memahami pengembangan modul mengembangkan modul ajar, guru
ajar, keterbatasan waktu guru dapat mengembangkan modul ajar
untuk mengembangkan dan sesuai kondisi lingkungan, guru
mengevaluasi modul ajar, mampu mengupayakan
banyaknya jumlah peserta didik pembelajaran berdiferensiasi di
yang harus dipahami setiap dalam modul ajar yang akan
individunya dikembangkan

Analisis kesulitan yang dialami


guru biologi SMA dalam
mengembangkan modul ajar dan
faktor penyebabnya

Guru perlu membuat dokumen


Guru mengalami pemetaan kebutuhan peserta didik,
kesulitan dalam mengembangkan materi ajar
mengembangkan menggunakan sumber bahan ajar
modul ajar lainnya, melakukan model
pembelajaran berdiferensiasi.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti mengamati, mendeskripsikan, dan menganalisis

fenomena yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan tanpa ada intervensi

apapun. Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu deskriptif.

Menurut Sugiyono (2017) dalam penelitian kualitatif deskriptif peneliti sebagai

instrumen. Jenis penelitian ini mempunyai tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Prasko, 2016).

Penelitian kualitatif tidak akan menghasilkan penemuan-penemuan yang akan

dicapai apabila menggunakan metode statistik atau dengan kuantitatif

(Sukmadinata, 2017). Penelitian kualitatif deskriptif merupakan suatu teknik yang

menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul

dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi saat

ini, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan

sebenarnya (Krisyantono, 2007). Sehingga pada penelitian ini peneliti

menggunakan metode kualitatif deskriptif, karena peneliti hanya mendeskripsikan

informasi yang diperoleh sesuai dengan fakta dilapangan mengenai kesulitan yang

dialami guru biologi terhadap modul ajar.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dapat diartikan sebagai seseorang yang dapat memberikan

suatu informasi mengenai permasalahan yang terjadi yang berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan. Jika berbicara tentang subjek penelitian, sebetulnya

berbicara tentang unit analisa, yaitu subjek menjadi sasaran penelitian. Dalam

24
25

penelitian kualitatif, subjek penelitian sering kali dikenal dengan istilah informan.

Informan merupakan orang yang dipercaya menjadi narasumber atau sumber

informasi oleh peneliti yang akan memberikan informasi secara akurat untuk

melengkapi data penelitian (Hardani dkk, 2020). Sehingga melalui informan akan

didapatkan sebuah data sesuai dengan target penelitian yang disusun oleh peneliti.

Adapun subjek penelitian ini yaitu guru biologi yang mengajar pada sekolah

penggerak di Temanggung, diantaranya SMA 2 Temanggung, SMAN 1 Candiroto,

dan SMA 1 Pringsurat. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi guru biologi

kelas X dan XI pada SMA 2 Temanggung , SMA 1 Candiroto, dan SMA 1

Pringsurat. Pada penelitian ini menggunakan subjek guru fase E kelas X dan fase F

XI. Objek penelitian ini yaitu modul ajar yang disusun oleh guru biologi SMA 2

Temanggung, SMA 1 Candiroto, SMA 1 Pringsurat.

3.3 Data dan Sumber Data

Data merupakan sumber informasi yang akan dijadikan sebagai dasar

menjawab masalah penelitian. Sumber data adalah subjek tempat asal data

diperoleh, dapat berupa bahan pustaka, atau orang (informan atau responden)

(Mahmud, 2011). Adapun beberapa sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi:

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian yang sudah dibuat

sebelumnya. Data primer dianggap lebih akurat karena data ini disajikan secara

terperinci (Supomo, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data

penelitian dari hasil observasi, wawancara, dan pengisian angket yang diisi
26

langsung oleh guru biologi di SMA 2 Temanggung, SMA 1 Candiroto, dan SMA

1 Pringsurat dengan menggunakan pedoman yang telah dibuat.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperlukan dan dikumpulkan orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Kurniawati,

2018). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder melalui

pengumpulan dokumen. Adapun dokumen yang dimaksud adalah berupa Modul

Ajar dan Capaian Pembelajaran guru biologi di SMA 2 Temanggung, SMA 1

Candiroto, dan SMA 1 Pringsurat.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian merupakan unsur terpenting

dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data

(Kurniawati, 2018). Dengan demikian, instrumen harus relevan dengan masalah

aspek yang diteliti agar memperoleh data yang akurat. Pada penelitian ini Instrumen

yang akan digunakan yaitu:

a. Lembar observasi

Pedoman observasi digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data terkait

langkah-langkah yang telah dilakukan oleh guru biologi dalam mengembangkan

modul ajar. Dalam penelitian ini observasi melibatkan objek dan subjek. Objek

berupa modul ajar guru, dan subjeknya guru SMA Biologi kelas X dan XI dalam

pembelajaran.
27

b. Lembar wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data. Pelaksanaan

dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai. Pada

penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka, artinya

tidak terbatas dan tidak terikat jawabanya. Pedoman wawancara digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan informasi dan data dari informan melalui tanya

jawab dengan pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya.

c. Angket

Angket digunakan untuk mengerucutkan data terkait kesulitan yang dialami

guru biologi dalam mengembangkan modul ajar di Sekolah Penggerak

Temanggung yang kemudian diisi langsung oleh subjek penelitian tanpa ada

intervensi peneliti. Pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang

sebelumnya perlu dilakukan validasi ahli oleh validator. Tujuan melakukan

validasi instrumen agar instrumen yang digunakan layak sesuai dengan kondisi

dilapangan. Sehingga data yang di dapat sesuai dengan target peneliti.

Validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukan ketepatan dan

kesahihan suatu instrumen (Imam, 2018). Instrumen dapat dikatakan valid atau

sahih apabila instrumen tersebut memiliki validitas tinggi. Sebaliknya,

instrumen dapat dikatakan kurang valid apabila instrumen tersebut memiliki

validitas yang rendah (Setyosari, 2016).

Validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat instrumen

penelitian terlebih dahulu oleh peneliti kemudian mengajukan instrumen

tersebut untuk diujikan kevalidannya oleh validator ahli. Validator ahli ini

adalah dua dosen program studi pendidikan biologi yang memiliki keahlian
28

dibidang pengembangan perangkat ajar kurikulum merdeka. Adapun aspek-

aspek penilaian yang divalidasi sebagai berikut: 1). Aspek penilaian pada

pedoman observasi, format bahasa, format pedoman observasi yang mudah

dipahami peneliti, kesesuaian pedoman observasi dengan tujuan observasi; 2).

Aspek penilaian pada pedoman wawancara, kejelasan pedoman yang

dirumuskan, ketepatan yang dapat menjawab tujuan penelitian, isi yang dapat

menggali informasi; 3). Aspek penilaian pada Angket, kejelasan butir dan

petunjuk pengisian, ketepatan pertanyaan, relevansi (Muslich, 2010). Lembar

hasil validasi instrumen dapat dilihat pada lampiran 1, 2, dan 3.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan sebuah data atau informasi yang terstruktur, sistematis dan akurat

sehingga kebenaran informasi yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang telah divalidasi

oleh validator sebelumnya. Instrumen penelitian yang digunakan peneliti yaitu:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran secara fakta mengenai

suatu fenomena atau kejadian. Pada penelitian ini, peneliti mengamati secara

langsung mengenai langkah-langkah mengembangkan. Observasi dilakukan

melalui pengamatan modul ajar yang telah dikembangkan oleh guru dengan

perangkat ajar seperti Capaian Pembelajaran, Modul Ajar, dan dokumen

pendukung lainnya, serta melakukan pengamatan melalui tanya jawab mengenai

aktivitas guru dalam lingkungan sekolah. bentuk instrumen yang digunakan

untuk observasi adalah menggunakan pedoman observasi berupa checklist.


29

Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya mengenai langkah-langkah

dalam mengembangkan modul ajar.

b. Wawancara

Wawancara merupakan aktivitas tanya jawab dalam penelitian dan akan

dijawab oleh informan. Aktivitas wawancara dilakukan guna mendapatkan

informasi-informasi yang kemudian informasi yang didapatkan diolah menjadi

sebuah data. Pertanyaan wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui

jawaban dan faktor penyebab kesulitan yang dialami guru dalam pengembangan

modul ajar.

c. Angket

Pada penelitian ini pedoman angket digunakan untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan kesulitan guru dalam mengembangkan modul ajar. Dengan

menggunakan instrumen angket bertujuan untuk mengerucutkan data mengenai

apa saja kesulitan yang dialami guru biologi dalam mengembangkan modul ajar.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk angket tertutup karena

pilihan jawaban yang sudah tersedia. Adapun pilihan jawaban yang tersedia

yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak

pernah (TP).

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengumpulan data dengan menggunakan

instrumen penelitian, kemudian data yang sudah diperoleh melalui proses

pengumpulan data, digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, penelitian dilakukan dengan cara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga data yang dihasilkan jenuh
30

(Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini untuk menganalisis data peneliti

menggunakan model Miles dan Huberman (1984).

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa: aktivitas dalam analisis kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sampai datanya mencapai tahap jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduksi, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun langkah-

langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data yaitu:

a. Reduksi data

Mereduksi data merupakan tahap merangkum data, memilah hal-hal yang

pokok, mengorientasikan pada hal yang penting sesuai kebutuhan peneliti.

Sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data berikutnya, dan mencarinya bila

diperlukan (Sugiyono, 2012). Adapun data yang direduksi diperoleh melalui

observasi dan wawancara. Jawaban yang tidak mengarah pada kesulitan yang

dialami guru dalam mengembangkan modul ajar tidak akan dipakai atau

dianalisis lebih lanjut supaya peneliti tidak mengalami kesulitan dalam membuat

kesimpulan.

b. Penyajian data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan (Rijali, 2019). Penyajian data akan menjadikan data yang

terorganisasi, tersusun secara sistematis dan berkorelasi dengan tujuan

penelitian. Teks yang yang bersifat naratif adalah yang paling sering digunakan

dalam menyajikan data pada penelitian kualitatif.


31

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan data yang telah terorganisasi kemudian

disimpulkan sehingga makna data dapat diketahui dalam bentuk narasi dan

argumentasi. Pada penelitian kualitatif kesimpulan tidak akan ditarik sampai

proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang telah direncanakan perlu

dilakukan verifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali dengan

meninjau ulang melalui catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang

lebih tepat.

d. Angket

Pada penelitian ini kedudukan angket dalam analisis data bertujuan untuk

memperoleh tanggapan mengenai kesulitan dalam mengembangkan modul ajar

pada kurikulum merdeka. Pada penelitian ini menggunakan skala likert adapun

langkah-langkah yang disebutkan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut:

1) Menghitung jawaban item dengan memberikan tingkat-tingkat skor untuk

masing-masing jawaban, adapun bobot skor untuk angket sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tingkat Skor Angket


No Pilihan Jawaban Bobot Nilai
1 Jawaban selalu 1
2 Jawaban sering 2
3 Jawaban kadang kadang 3
4 Jawaban jarang 4
5 Jawaban tidak pernah 5

2) Skor yang diperoleh selanjutnya dimasukan kedalam bentuk persentase yang

disebut dengan analisis deskriptif. Adapun rumus yang digunakan yaitu


32

Keterangan:

n = Jumlah skor yang diperoleh responden


N = Jumlah skor yang semestinya diperoleh responden
P = Persentase
3) Kemudian menghitung jumlah persentase rata-rata responden

4) Hasil perhitungan yang diperoleh lalu ditafsirkan dengan kalimat bersifat

kualitatif. Menurut Arikunto (2006) untuk menafsirkan persentase yang

diperoleh digunakan kriteria, namun dalam penelitian ini, kriteria dari Arikunto

(2006) dilakukan modifikasi terlebih dahulu. Sehingga kriteria berbentuk

menjadi negatif. Semakin tinggi skor yang didapat maka memproleh kriteria

sangat rendah, sebaliknya semakin rendah skor yang didapat maka memperoleh

kriteria sangat tinggi. Adapun kriteria deskriptif persentase dapat dilihat pada

tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Deskriptif Persentase


Persentase (%) Kriteria
81-100 Sangat rendah
61-80 Rendah
41-60 Cukup
21-40 Tinggi
0-20 Sangat tinggi

Pada tabel 3.2 merupakan kriteria yang merujuk tingkat kesulitan yang dialami

guru biologi pada aspek pengembangan modul ajar pada kurikulum merdeka.

Adapun kriteria diantaranya tinggi sekali, tinggi, cukup, rendah, dan rendah sekali.

Pada kriteria sangat rendah menunjukan bahwa guru tidak memiliki kesulitan dalam

mengembangkan modul ajar. Pada kriteria rendah menunjukan bahwa guru

memiliki sedikit kesulitan dalam mengembangkan modul ajar yang masih dapat
33

dikontrol oleh guru. Pada kriteria cukup menunjukan bahwa guru biologi

mengalami kesulitan yang berpengaruh dalam pengembangan modul ajar. Pada

kriteria tinggi menunjukan bahwa guru mengalami kesulitan yang berpengaruh

dalam mengembangkan modul ajar. Pada kriteria sangat tinggi menunjukan bahwa

guru mengalami kesulitan yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan modul

ajar.
DAFTAR PUSTAKA

Adha, A. S., & Gusti, A. (2023). Perbandingan Efektivitas Kurikulum 2013 dan
Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
008 Samarinda Ulu. Indopedia. Jurnal Inovasi Pembelajaran dan
Pendidikan, 1(2), 340-345.
Afista, Y., & Huda, S. A. A. (2020). Analisis Kesiapan Guru PAI dalam
Menyongsong Kebijakan Merdeka Belajar. JoEMS (Journal of Education
and Management Studies), 3(6), 53-60.
Anwar, R. N. (2023). Pelatihan Penyusunan Modul Ajar Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila pada Satuan Pendidikan Program Sekolah Penggerak.
Jurnal Gembira: Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 102-109.
Ardianti, Y., & Amalia, N. (2022). Kurikulum Merdeka: Pemaknaan Merdeka
dalam Perencanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan, 6(3), 399-407.
Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Aritonang, I. B., & Armanto, D. (2022). Peran Guru Dalam Merdeka Belajar untuk
Meningkatkan Pembelajaran Matematika Peserta didik di Era Pandemic
Covid-19. Prosiding Pendidikan Dasar, 1(1), 302-311.
Arviansyah, M. R., & Shagena, A. (2022). Efektivitas dan Peran Guru dalam
Kurikulum Merdeka Belajar. Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 17(1),
40-50.
Ayundasari, L. (2022). Implementasi pendekatan multidimensional dalam
pembelajaran sejarah Kurikulum Merdeka. Sejarah dan Budaya: Jurnal
Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 16(1), 225-234.
Cantika, V. M. (2022). Prosedur Pengembangan Kurikulum (kajian literatur
manajemen inovasi kurikulum). Inovasi Kurikulum, 19(2), 171-184.
Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah
Dasar. Jurnal Education FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090.
Efyanto, D. (2021). Analisis Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar pada
Kurikulum SMK (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Malang).
Erni. (2019). Analisis Kemampuan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5(2), 60-65.
Faiz, A., Pratama, A., & Kurniawaty, I. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam
Program Guru Penggerak pada Modul 2.1. Jurnal Basicedu, 6(2), 2846–
2853.
Fibra, N. P., & Indrawadi, J. (2021). Kendala-Kendala dalam Penyusunan dan
Pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Program Merdeka
Belajar. Journal of Education, Cultural and Politics, 1(2), 70-76.

64
65

Fitrianti, L. (2018). Prinsip Kontinuitas dalam Evaluasi Proses Pembelajaran. Al-


Ishlah: Jurnal Pendidikan, 10(1), 89-102.
Hardani, H., Andriani, H., Fardani, R.A., Ustiawaty, J., Utami, E. F., Sukmadana,
D. J., & Istiqomah, R. R. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Hattarina, S., Saila, N., Faradilla, A., Putri, D. R., & Putri, R. G. A. (2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Lembaga Pendidikan. In
Seminar Nasional Sosial, Sains, Pendidikan, Humaniora (Senassdra), 1(1),
181-192.
Hehakaya, E., & Pollatu, D. (2022). Problematika Guru Dalam
Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan Didaxei.
3(5), 394-408.
Hidayati, Z., & Nurdi, N. (2023). Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum
Merdeka dalam Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di Sekolah
Dasar. Cendekia, 15(01), 30-41.
Ihsan, M. (2022). Kesiapan Guru Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar. Publikasi Pips, 1(1), 37-46.
Imam A, K. W. (2018). Analisis Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan
Soal Cerita Berdasarkan Prosedur Newman (Doctoral dissertation,
University of Muhammadiyah Malang).
Imrotin, I., & Sari, I. N. (2022). Kesiapan Guru Bahasa Indonesia Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dalam Menghadapi Program Merdeka
Belajar. Jurnal Guru Indonesia, 2(1), 9-19.
Ishak, I., Mustami, M. K., & Baharuddin, B. (2022). Analisis Kebijakan
Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui Sistem Zonasi Di SMP Negeri 2
Sungguminasa Kabupaten Gowa. Nazzama: Journal of Management
Education, 1(2), 157-170.
Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta, Kencana.
Kurniati, L., & Kusumawati, R. (2023). Analisis Kesiapan Guru SMP di Demak
dalam Penerapan Kurikulum Merdeka. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 2(6),
2683-2692.
Kurniawati, S. (2018). Analisis Kesulitan Guru IPA Biologi dalam
Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata
Pelajaran IPA Biologi MTS Negeri Kelara Kab. Jeneponto Provinsi
Sulawesi Selatan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar).
Mahmudah, I. (2023). Analisis Kesulitan Mahasiswa Pendidikan Guru MI dalam
Menyusun Perencanaan Pembelajaran Kurikulum Merdeka. MIDA: Jurnal
Pendidikan Dasar Islam, 6(2), 191-203.
Manalu, J. B., Sitohang, P., & Henrika, N. H. (2022). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar. Prosiding Pendidikan Dasar,
1(1), 80-86.
66

Marlina, E. (2023). Pembinaan Penyusunan Modul Ajar Kurikulum Merdeka


Belajar pada Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP). Journal of
Community Dedication, 3(1), 88-97.
Marisana, D., Iskandar, S., & Kurniawan, D. T. (2023). Penggunaan Platform
Merdeka Mengajar untuk Meningkatkan Kompetensi Guru di Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 7(1), 139-150.
Marwa, M., Munirah, M., Angriani, A. D., Suharti, S., Sriyanti, A., & Rosdiana, R.
(2020). Peran Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Kelas
IV pada Masa Pandemi Covid-19. Auladuna: Jurnal Pendidikan Dasar
Islam, 7(2), 215-227.
Matnuh, H. (2017). Perlindungan Hukum Profesionalisme Guru. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 7(2), 46-50.
Maulida, U. (2022). Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum
Merdeka. Tarbawi: Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam, 5(2), 130-138.
Miladiah, S. S., Sugandi, N., & Sulastini, R. (2023). Analisis Penerapan Kurikulum
Merdeka di SMP Bina Taruna Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmiah Mandala
Education, 9(1), 312-318.
Miles, M.B & Huberman A.M. (1984). Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Muhammad Rizal, N., Iqbal, M., & Zahriyanti, E. (2022). Kompetensi Guru PAUD
dalam Mengimplementasikan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah
Penggerak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(6), 6924-
6939.
Muhdi, A. (2022). Problematika Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SDN 2
Kuntili Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Jurnal
Kependidikan, 10(2), 287-300.
Muslich, M. (2010). Text Book Writing: Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan, dan
Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nasution, S. W. (2022). Asesmen Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah
Dasar. Prosiding Pendidikan Dasar, 1(1), 135-142.
Nesri, F. D. P., & Kristanto, Y. D. (2020). Pengembangan Modul Ajar Berbantuan
Teknologi untuk Mengembangkan Kecakapan Abad 21 Peserta
Didik.AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 9(3),
480-492.
Ningsih, U. (2014). Analisis Kesulitan Guru Matematika Kelas Vii dalam
Menerapkan Kurikulum 2013 di SMP N 12 Surakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Nurasiah. (2018). Kesulitan Guru dalam Membuat Perangkat Pembelajaran di
Sekolah Dasar Negeri Lamreung Gugus 38. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Unsyiah, Vol. 3 (3):101-105.
67

Nurcahyono, N. A., & Putra, J. D. (2022). Hambatan Guru Matematika dalam


Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Wacana
Akademika: Majalah Ilmiah Kependidikan, 6(3), 377-384.
Nurdyansyah, N. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan
Alam bagi Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
Oktavia, F. T. A., & Qudsiyah, K. (2023). Problematika Penerapan Kurikulum
Merdeka Belajar pada Pembelajaran Matematika di SMK Negeri 2
Pacitan. Jurnal Edumatic: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 14-23.
Oktaviani, N. M., & Wulandari, I. (2019). Problematika Penerapan Kurikulum
2013 di Sekolah Dasar. Yogyakarta: K-Media.
Pantiwati, Y. (2016). Hakekat Asesmen Autentik dan Penerapannya dalam
Pembelajaran Biologi. JEMS: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, 1(1),
18-27.
Patilima, S. (2022). Sekolah Penggerak sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 0(0), 228-
236.
Pranata, J., & Wijoyo, H. (2020). Analisis Upaya Mengembangkan Kurikulum
Sekolah Minggu Buddha (SMB) Taman Lumbini Tebango Lombok Utara.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan,Vol. 2, pp. 778-786).
Prasko, P., Santoso, B., & Sutomo, B. (2016). Penyuluhan Metode Audio Visual
dan Demonstrasi terhadap Pengetahuan Menyikat Gigi pada Anak Sekolah
Dasar. Jurnal kesehatan gigi, 3(2), 53-57.
Prihatini, A. (2022). Citra Kurikulum Baru: Kesiapan Guru dalam Menerapkan
Kurikulum Merdeka. Ghancaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 1(2), 58-70.
Pujiarti, E., Amiruddin, A., Sari, R., Purba, F. D., Ahmadi, K. D., & Mulya, S.
(2023). Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan
Kompetensi Profesionalisme Guru di SMKS 2 Taman Peserta Didik
Pematangsiantar. Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran:
JPPP, 4(1), 11-18.
Purtadi, S. (2009). Analisis Miskonsepsi Konsep Laju dan Kesetimbangan Kimia
pada Peserta Didik SMA. Makalah Seminar Nasional MIPA, Yogyakarta,
UNY.
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila dalam Impelementasi Kurikulum Prototipe di
Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3613–
3625.
Rahimah, R. (2022). Peningkatan Kemampuan Guru SMP Negeri 10 Kota
Tebingtinggi dalam Menyusun Modul Ajar Kurikulum Merdeka melalui
Kegiatan Pendampingan Tahun Ajaran 2021/2022. ANSIRU PAI:
Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam, 6(1), 92-106.
68

Rani, N., & Mujianto, G. (2023). Peningkatan Hasil Belajar IPAS Materi
Transformasi Energi melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Kelas IV Sekolah Dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 8(1), 1529-1543.
Rijali, A. (2019). Analisis Data Kualitatif. Alhadharah: Jurnal Ilmu
Dakwah, 17(33), 81-95.
Rindayati, E., Putri, C. A. D., & Damariswara, R. (2022). Kesulitan Calon Pendidik
dalam Mengembangkan Perangkat Pembelajaran pada Kurikulum
Merdeka. PTK: Jurnal Tindakan Kelas, 3(1), 18-27.
Rosadi, H. Y., & Andriyani, D. F. (2021). Tantangan Menjadi Guru BK dengan
Kurikulum Merdeka Belajar di Masa Pandemi COVID-19. Prosiding
Konstelasi Ilmiah Mahapeserta didik Unissula (KIMU) Klaster Humaniora,
1(69), 5-24.
Sabariah, H., Ridha, Z., & Khairudin, Y. M. (2022). Sosialisasi Kurikulum 2013,
Kurikulum Merdeka Belajar dan RPP di SD IT Makmuniyyah Tanjung Pura
Langkat. Jurnal Akses, 14(1), 1-9.
Sadewa, M. A. (2022). Meninjau Kurikulum Prototipe melalui Pendekatan
Integrasi-Interkoneksi Prof M Amin Abdullah. Jurnal Pendidikan dan
Konseling, 4(1), 266-280.
Saleh, M. (2020). Merdeka Belajar di Tengah Pandemi Covid-19. In Prosiding
Seminar Nasional Hardiknas, 8(1), 51-56.
Salim, N. (2012). Implementasi Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Guru SMP
Negeri 4 Kabupaten Magetan. (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).
Sari, A. D. P. (2023). The Teacher Constraints In Implementation of Independent
Curriculum at SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar Tahun 2022.
Jurnal Ilmiah Mahapeserta didik Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 8(2), 60-
68.
Sasmita, E., & Darmansyah, D. (2022). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kendala
Guru dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka (Studi Kasus: Sdn 21 Koto
Tuo, Kec. Baso). Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 5545-
5549.
Savitri, D. I. (2020). Peran Guru SD di Kawasan Perbatasan pada Era Pembelajaran
5.0 dan Merdeka Belajar. In Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 1(2),
274-279.
Setyosari, H. P. (2016). Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta:
Prenada Media.
Sinsyi, M. M., & Setiadi, Y. (2021, November). Perbedaan Kualitas Sekolah
Unggulan di Kabupaten Banyuwangi Setelah diberlakukannya Sistem
Zonasi Studi Kasus di SMPN 1 Banyuwangi. In Seminar Nasional Official
Statistics, 2021, (1), 705-714.
69

Silahuddin, S. (2014). Kurikulum dalam Perspektif Pendidikan Islam (Antara


Harapan Dan Kenyataan). Jurnal Mudarrisuna: Media kajian pendidikan
agama Islam, 4(2), 331-355.
Sitanggang, H. I., Hutauruk, A. J., Sinaga, S. J., & Situmorang, A. S. (2023).
Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka pada Materi
Persamaan Linear di Kelas VII SMP Negeri 13 Medan. Innovative: Journal
of Social Science Research, 3(2), 5049-5059.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung,
Indonesia: Alfabeta.
Sukaesih, S., Ridlo, S., & Saptono, S. (2017). Profil Kemampuan Pedagogical
Content Knowledge (PCK) Calon Guru Biologi. Lembaran Ilmu
Kependidikan, 46(2), 68-74.
Sukomardojo, T. (2023). Mewujudkan Pendidikan Untuk Semua: Studi
Implementasi Pendidikan Inklusif di Indonesia. Jurnal Birokrasi &
Pemerintahan Daerah, 5(2), 205-214.
Supomo, B. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen.
Yogyakarta: BPFE.
Syafi’i, F. F. (2022). Merdeka Belajar: Sekolah Penggerak. In Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Dasar, 8(5), 46-47.
Syahria, N. (2022). Pengembangan Modul Ajar Kurikulum Merdeka Mata
Pelajaran Bahasa Inggris SMK Kota Surabaya. Gramaswara, 2(2), 49-62.
Vhalery, R., Setyastanto, A. M., & Leksono, A. W. (2022). Kurikulum Merdeka
Belajar Kampus Merdeka: Sebuah Kajian Literatur. Research and
Development Journal of Education, 8(1), 185-201.
Widiastini, N. K., Sutama, I. M., & Sudiana, I. N. (2023). Penerapan Merdeka
Belajar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Bahasa Indonesia, 12(1), 13-23.
Wahyudin. (2014). Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Wijayanti, R. W., Yusron, R. M., Hermanto, D., & Novitasari, A. T. (2022).
Pengenalan Kurikulum Merdeka Belajar pada Peserta Didik Pondok
Pesantren Menggunakan Modul Ajar. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat Nusantara, 3(2), 782-788.
Yulianti, M., Anggraini, D. L., Nurfaizah, S., & Pandiangan, A. P. B. (2022). Peran
Guru dalam Mengembangan Kurikulum Merdeka. Jurnal Ilmu Pendidikan
dan Sosial, 1(3), 290-298.
Zulaiha, S., Meisin, M., & Meldina, T. (2022). Problematika Guru dalam
Menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar. Terampil: Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Dasar, 9(2), 163-177.
70

LAMPIRAN
71

Lampiran 1. Lembar Data Validasi Observasi


1. Shefa Dwi Jayanti R, M.Pd.
72
73

2. Dr. Setiyo Prajoko, M.Pd.


74
75

Lampiran 2. Lembar hasil validasi wawancara


1. Shefa Dwi Jayanti R, M.Pd.
76
77
78

2. Dr. Setiyo Prajoko, M.Pd.


79
80
81

Lampiran 3. Lembar Data Validasi Angket


1. Shefa Dwi Jayanti R, M.Pd.
82
83
84

2. Dr. Setiyo Prajoko, M.Pd.


85
86
Lampiran 4. Reduksi Data Wawancara dan Observasi

No Subjek Variabel Pertanyaan Informasi Sumber Hasil Reduksi


1 Subjek 1 Pengetahuan guru Menurut Bapak/ Pada modul ajar kurikulum Wawancara Guru sudah
mengenai modul Ibu perbedaan merdeka tidak ada KI KD memahami perbedaan
ajar perangkat ajar lagi perangkat ajar
kurikulum kurikulum merdeka
merdeka dengan dengan kurikulum
kurikulum 2013? sebelumnya, urgensi
Subjek 2 Perbedaan dari segi Wawancara dalam
perangkat ajar. Pada mengembangkan
kurikulum merdeka ada modul ajar serta
beberapa perangkat ajar komponen dalam
diantaranya Capaian modul ajar.
Pembelajaran, Tujuan
Pembelajaran, dan Alur
Tujuan pembelajaran
Subjek 3 Perbedaannya banyak, Wawancara
terutama pada komponen
dalam modul ajar
Subjek 4 Adanya pembelajaran Wawancara
berdiferensiasi
Subjek 5 Pada kurikulum merdeka Wawancara
adanya pembelajaran
berdiferensiasi yang perlu

87
dicantumkan dalam modul
ajar
Subjek 6 Banyaknya istilah baru Wawancara
pada modul ajar kurikulum
merdeka
2 Subjek 1 Menurut bapak/ Perlu Karena diberi Wawancara
ibu apakah perlu kebebasan untuk
mengembangkan menyesuaikan kebutuhan
Subjek 2 modul ajar? Apa Iya perlu, dan harus sesuai Wawancara
alasannya? dengan kondisi yang ada
Subjek 3 Perlu karena mengikuti Wawancara
kondisi sekitar
Subjek 4 Perlu, supaya sesuai dan Wawancara
tercapai tujuan
pembelajarannya
Subjek 5 Perlu, karena berbasis Wawancara
merdeka belajar
Subjek 6 Perlu, melihat karakter Wawancara
peserta didik yang berbeda
setiap individunya
3 Subjek 1 Menurut bapak/ Komponen umum, Wawancara
ibu apa saja komponen inti, dan
komponen yang lampiran
ada dalam modul Guru mencantumkan Observasi
ajar? tujuan pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, dan
asesmen.

88
Subjek 2 Pertanyaan pemantik dan Wawancara
prasyarat menjadi
komponen wajib
Guru mencantumkan Observasi
tujuan pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, dan
asesmen.
Subjek 3 Komponen utama, inti, dan Wawancara
lampiran
Guru mencantumkan Observasi
tujuan pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, dan
asesmen.
Subjek 4 Komponen utama, inti, dan Wawancara
lampiran
Guru mencantumkan Observasi
tujuan pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, dan
asesmen.
Subjek 5 Utama, inti, lampiran dan Wawancara
asesmen
Guru mencantumkan Observasi
tujuan pembelajaran,
langkah-langkah

89
pembelajaran, dan
asesmen.
Subjek 6 Komponen utama, inti dan Wawancara
lampiran
Guru mencantumkan Observasi
tujuan pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, dan
asesmen.
4 Subjek 1 Langkah- langkah Apakah bapak/ Iya, terkadang kami hanya Wawancara Melaksanakan
dalam ibu kesulitan melihat peserta didik pada asesmen diagnosis dan
mengembangkan dalam saat proses pembelajaran memetakan kebutuhan
modul ajar menganalisis Guru melakukan asesmen Observasi peserta didik dinilai
kondisi diagnosis dan tidak sulit karena
kebutuhan membuat dokumen banyaknya jumlah
peserta didik? pemetaan peserta didik. peserta didik, serta
Subjek 2 Jika iya, apa saja Iya, karena peserta didik Wawancara dengan adanya sistem
faktornya? yang semakin beragam zonasi membuat guru
dengan adanya sistem kesulitan dalam
zonasi memetakan kebutuhan
Guru melakukan asesmen Observasi peserta didik
diagnosis dan membuat
dokumen pemetaan peserta
didik.
Subjek 3 Iya, karena waktu yang Wawancara
terbatas untuk melakukan
pemetaan kebutuhan
peserta didik

90
Guru melakukan asesmen Observasi
diagnosis dan tidak
membuat dokumen
pemetaan peserta didik
Subjek 4 Iya,karena belum adanya Wawancara
moving class
Guru tidak melakukan Observasi
asesmen diagnosis dan
tidak membuat dokumen
pemetaan peserta didik
Subjek 5 Tidak Wawancara
Guru tidak melakukan Observasi
asesmen diagnosis dan
tidak membuat dokumen
pemetaan peserta didik
Subjek 6 Iya, apalagi saya guru satu- Wawancara
satunya sehingga saya
mengajar semua kelas
Guru melakukan asesmen Observasi
diagnosis dan guru tidak
membuat dokumen
pemetaan peserta didik
5 Subjek 1 Apakah bapak/ Iya, karena bingung Wawancara Guru mengalami
ibu kesulitan semisal memilih profil kesulitan dalam
untuk pelajar pancasila mandiri. menentukan dimensi
menentukan Mandiri yang dimaksud profil pelajar pancasila
dimensi profil seperti apa karena guru menilai

91
pelajar pancasila? Guru mencantumkan Observasi standard dari dimensi
Jika iya, apa saja dimensi profil pelajar profil pancasila tidak
faktornya? pancasila dan guru ada, kesulitan karena
menentukan dimensi profil harus menyesuaikan
pancasila yang karakter peserta didik
memungkinkan untuk dan materi ajar serta
dikembangkan tidak menelaah
Subjek 2 Tidak, tinggal menentukan Wawancara dimensi yang
saja yang sekiranya cocok memungkinkan untuk
dengan materi dikembangkan.
Guru mencantumkan Observasi
dimensi profil pelajar
pancasila dan guru
menentukan dimensi profil
pelajar pancasila yang
memungkinkan untuk
dikembangkan.
Subjek 3 Tidak, karena diberi Wawancara
kebebasan
Guru mencantumkan Observasi
dimensi profil pelajar
pancasila dan guru
menentukan dimensi profil
pelajar pancasila yang
memungkinkan untuk
dikembangkan.

92
Subjek 4 Iya, karena pendamping Wawancara
proyek berbeda dengan
guru mata pelajaran
Guru mencantumkan Observasi
dimensi profil pelajar
pancasila dan guru
menentukan dimensi profil
pelajar pancasila yang
memungkinkan untuk
dikembangkan.
Subjek 5 Iya, karena harus Wawancara
menentukan yang mungkin
harus dikembangkan
Guru mencantumkan Observasi
dimensi profil pelajar
pancasila dan guru
menentukan dimensi profil
pelajar pancasila yang
memungkinkan untuk
dikembangkan.
Subjek 6 Iya, karena menyesuaikan Wawancara
topic materi juga
Guru mencantumkan Observasi
dimensi profil pelajar
pancasila dan guru
menentukan dimensi profil
pelajar pancasila yang

93
memungkinkan untuk
dikembangkan.
6 Subjek 1 Apakah bapak/ Iya, karena adanya materi Wawancara Guru merasa kesulitan
ibu kesulitan prasyarat kompetensi awal dan
dalam Guru menentukan tujuan Observasi tujuan pembelajaran
menentukan pembelajaran dan tujuan karena adanya materi
kompetensi awal pembelajaran sesuai prasyarat yang bahan
dan menentukan dengan CP, namun tidak materinya tidak ada
tujuan mencantumkan kompetensi dalam buku yang
pembelajaran? awal diberikan oleh
Subjek 2 Jika iya, apa saja Iya, karena materi yang Wawancara pemerintah, tidak
faktor terlalu singkat lengkapnya materi
kesulitannya? Guru menentukan tujuan Observasi yang diberikan serta
pembelajaran dan tujuan guru kesulitan dalam
pembelajaran sesuai menentukan tujuan
dengan CP, serta pembelajaran yang
mencantumkan kompetensi beracuan pada ATP
awal yang telah
Subjek 3 Iya, karena materi yang Wawancara dikembangkan dari CP
tidak sinkron
Guru menentukan tujuan Observasi
pembelajaran dan tujuan
pembelajaran sesuai
dengan CP, serta
mencantumkan kompetensi
awal

94
Subjek 4 Iya, terutama untuk kelas Wawancara
X karena masih awal dan
kami harus meraba-raba
Guru menentukan tujuan Observasi
pembelajaran dan tujuan
pembelajaran sesuai
dengan CP, serta
mencantumkan kompetensi
awal
Subjek 5 Iya, karena tidak ada Wawancara
batasan yang mutlak dari
materi itu sendiri
Guru menentukan tujuan Observasi
pembelajaran dan tujuan
pembelajaran sesuai
dengan CP, namun tidak
mencantumkan kompetensi
awal
Subjek 6 Iya, karena menganalisis Wawancara
capaian pembelajaran yang
bersifat naratif
Guru menentukan tujuan Observasi
pembelajaran dan tujuan
pembelajaran sesuai
dengan CP, serta
mencantumkan kompetensi
awal

95
7 Subjek 1 Apakah bapak/ Iya, karena materi pada Wawancara Guru menilai materi
ibu kesulitan kurikulum terlalu general yang ada pada
dalam dan tidak spesifik kurikulum merdeka
menyajikan Guru menyajikan materi Observasi terlalu general dan
materi secara dalam bentuk butir-butir tidak tersistematis,
runtut dan sesuai materi secara runtut dan guru kesulitan dalam
dengan alokasi sistematis. mengalokasikan waktu
waktu?Jika iya, Guru tidak menyajikan tiap tahap karena
apa saja materi ajar sesuai dengan waktu banyak
faktornya? alokasi waktu digunakan untuk
Subjek 2 Iya, karena alokasi waktu Wawancara proyek nantinya.
habis dengan adanya
proyek
Guru menyajikan materi Observasi
dalam bentuk butir-butir
materi secara runtut dan
sistematis
Guru menyajikan materi
sesuai dengan alokasi
waktu
Subjek 3 Iya, karena sulit untuk Wawancara
membreakdown capaian
pembelajaran menjadi
tujuan pembelajaran
Guru menyajikan materi Observasi
dalam bentuk butir-butir
materi secara runtut dan
sistematis

96
Guru menyajikan materi
sesuai dengan alokasi
waktu
Subjek 4 Iya, terutama pada kelas XI Wawancara
karena materi nya sangat
banyak dan padat sekali
Guru menyajikan materi Observasi
dalam bentuk butir-butir
materi secara runtut dan
sistematis
Guru menyajikan materi
sesuai dengan alokasi
waktu
Subjek 5 Iya, karena waktu habis di Wawancara
proyek
Guru menyajikan materi Observasi
dalam bentuk butir-butir
materi secara runtut dan
sistematis
Guru menyajikan materi
sesuai dengan alokasi
waktu
Subjek 6 Iya, seringkali tidak sesuai Wawancara
dengan apa yang telah
direncanakan. Jadi kami
seringkali improve
Guru menyajikan materi Observasi
dalam bentuk butir-butir

97
materi secara runtut dan
sistematis
Guru menyajikan materi
sesuai dengan alokasi
waktu
8 Subjek 1 Apakah bapak/ Iya, terutama pada materi Wawancara Guru kesulitan dalam
ibu kesulitan tertentu menetukan model
dalam Guru menentukan model Observasi pembelajaran
menentukan pembelajaran sesuai dikarenakan
(model dengan kemampuan dasar memepertimbangkan
pembelajaran, peserta didik. sarana dan prasarana,
media Guru menentukan model guru merasa kesulitan
pembelajaran, pembelajaran berdasarkan untuk menggunakan
dan materi ajar) ketersediaan sarana belajar. media pembelajaran
sesuai dengan Guru menentukan model yang berbasis
karakter peserta pembelajaran sesuai teknologi, harus
didik? dengan karakter materi melihat masing-
pelajaran masing peserta didik.
Subjek 2 Iya, karena Wawancara
memepertimbangkan
sarana dan prasarana
Guru menentukan model Observasi
pembelajaran sesuai
dengan kemampuan dasar
peserta didik.
Guru menentukan model
pembelajaran berdasarkan
ketersediaan sarana belajar.

98
Guru menentukan model
pembelajaran sesuai
dengan karakter materi
pelajaran
Subjek 3 Iya, karena kondisi peserta Wawancara
didik yang berbeda-beda
Guru tidak menentukan Observasi
model pembelajaran sesuai
dengan kemampuan dasar
peserta didik
Guru menentukan model
pembelajaran berdasarkan
ketersediaan sarana belajar
Guru menentukan model
pembelajaran sesuai
dengan karakter materi
pelajaran
Subjek 4 Iya, sulit menyamakan tiap Wawancara
peserta didik
Guru tidak menentukan Observasi
model pembelajaran sesuai
dengan kemampuan dasar
peserta didik
Guru menentukan model
pembelajaran berdasarkan
ketersediaan sarana belajar
Guru menentukan model
pembelajaran sesuai

99
dengan karakter materi
pelajaran
Subjek 5 Iya, karena gaya belajar Wawancara
tiap peserta didik yang
berbeda-beda
Guru tidak menentukan Observasi
model pembelajaran sesuai
dengan kemampuan dasar
peserta didik
Guru menentukan model
pembelajaran berdasarkan
ketersediaan sarana belajar
Guru menentukan model
pembelajaran sesuai
dengan karakter materi
pelajaran
Subjek 6 Iya, keheterogenan peserta Wawancara
didik serta adanya sistem
zonasi
Guru menentukan model Observasi
pembelajaran sesuai
dengan kemampuan dasar
peserta didik
Guru menentukan model
pembelajaran berdasarkan
ketersediaan sarana belajar
Guru menentukan model

100
pembelajaran sesuai
dengan karakter materi
pelajaran
9 Subjek 1 Apakah bapak/ Iya, apalagi pada Wawancara Guru menilai kesulitan
ibu kesulitan kurikulum merdeka dalam membuat
dalam mengutamakan sumatif indikator asesmen
melaksanakan bukan formatif sehingga guru tidak
teknik asesmen Guru menggunakan teknik Observasi membuat indikator
dan membuat asesmen sesuai dengan asesmen hal ini
indikator tujuan pembelajaran dan disebabkan tidak ada
penilaian sesuai guru membuat indikator standar minimal
dengan tujuan penilaian. (KKM), belum
Subjek 2 pembelajaran? Iya, apalagi asesmen Wawancara mengetahui perbedaan
Jika iya, apa saja diagnosis, harus membuat asesmen formatif dan
faktornya? pemetaan dan selalu sumatif sehingga guru
upload bukti setiap 3 bulan mengalami salah
Guru menggunakan teknik Observasi konsep mengenai
asesmen sesuai dengan asesmen yang
tujuan pembelajaran dan dikedepankan pada
guru tidak membuat kurikulum merdeka
indikator penilaian
Subjek 3 Iya, karena masih kurang Wawancara
paham pelaksanaan
asesmen formatif dan
sumatif
Guru menggunakan teknik Observasi
asesmen sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan

101
guru membuat indikator
penilaian
Subjek 4 Tidak begitu Wawancara
Guru menggunakan teknik Observasi
asesmen sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan
guru membuat indikator
penilaian
Subjek 5 Iya, namun kami mengikuti Wawancara
indikator pada kurikulum
2013
Guru menggunakan teknik Observasi
asesmen sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan
guru membuat indikator
penilaian
Subjek 6 Iya, karena sudah tidak ada Wawancara
KKM
Guru menggunakan teknik Observasi
asesmen sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan
guru membuat indikator
penilaian
10 Subjek 1 Apakah bapak/ Iya karena waktu yang Wawancara Guru mengalami
ibu kesulitan terbatas ketika ingin kesulitan dalam tindak
dalam tindak mengevaluasi lanjut modul ajar dan
lanjut modul ajar Guru melakukan evaluasi Observasi evaluasi pembelajaran

102
dan evaluasi pembelajaran dan guru dikarenakan waktu
pembelajaran? melakukan tindak lanjut yang terbatas,
Jika iya, apa saja modul ajar secara berkala kesibukan ke sekolah
Subjek 2 faktornya? Iya, karena waktu kami Wawancara lain karena sebagai
habis di sekolah lain sekolah penggerak.
sebagai narasumber Selain itu untuk
Guru melakukan evaluasi Observasi breakdown capaian
pembelajaran dan guru pembelajaran
melakukan tindak lanjut menguras waktu
modul ajar secara berkala
Subjek 3 Iya, terutama pada soal Wawancara
prasyarat.
Guru melakukan evaluasi Observasi
pembelajaran dan guru
melakukan tindak lanjut
modul ajar secara berkala
Subjek 4 Iya, karena habis waktu Wawancara
dalam menganalisis
Capaian Pembelajaran
Guru tidak melakukan Observasi
evaluasi pembelajaran dan
guru melakukan tindak
lanjut modul ajar secara
berkala
Subjek 5 Iya, masalah waktu Wawancara
menjadi kendala kami
Guru tidak melakukan Observasi
evaluasi pembelajaran dan

103
guru melakukan tindak
lanjut modul ajar secara
berkala
Subjek 6 Iya, karena kendala waktu Wawancara
Guru melakukan evaluasi Observasi
pembelajaran dan guru
melakukan tindak lanjut
modul ajar secara berkala

104
Lampiran 5. Penyajian Data Wawancara dan Observasi
Langkah-langkah dalam mengembangkan  Analisis dan pemetaan kebutuhan  guru tidak membuat dokumen
modul ajar kurikulum merdeka peserta didik pemetaan kebutuhan peserta didik
 menentukan dimensi profil pelajar  guru kesulitan untuk menentukan
pancasila dimensi profil pelajar pancasila
sesuai dengan materi tertentu
 guru kesulitan karena pendamping
proyek dan guru mata pelajaran
berbeda
 Kejelasan tujuan pembelajaran  guru kesulitan dalam menentukan
tujuan pembelajaran yang
beracuan pada ATP yang telah
dikembangkan dari CP
 Guru kesulitan dengan adanya
materi prasyarat yang tidak sesuai
dengan isi pada buku ajar
 Guru tidak membuat kompetensi
awal/prasyarat
 Pengorganisasian materi ajar  Guru kesulitan dalam menentukan
alokasi waktu
 Guru kesulitan untuk
mengembangkan materi
 Guru kesulitan untuk
menyinkronkan materi
 Guru tidak menyajikan materi ajar
sesuai dengan alokasi waktu

105
 Menentukan model pembelajaran  Guru kesulitan menggunakan
media pembelajaran berbasis
teknologi
 Guru kesulitan untuk memilih
model pembelajaran yang sesuai
(karakter peserta didik, materi,
sarana dan prasarana)
 Guru tidak menentukan model
pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dasar peserta didik
 Menentukan dan melaksanakan  Guru tidak membuat indikator
asesmen penilaian
 Kurang paham urgensi asesmen
formatif dan sumatif
 Evaluasi pembelajaran dan tindak  Guru tidak melakukan evaluasi
lanjut modul ajar pembelajaran
 Kesulitan dalam manajemen
waktu

106
Lampiran 6. Penarikan Kesimpulan
No Variabel Indikator Deskripsi
1 Pengetahuan guru Pengertian, urgensi, perbedaan, Semua guru sudah memahami pengertian, urgensi,
mengenai modul ajar komponen perbedaan, dan komponen dari modul ajar
2 Langkah-langkah dalam Analisis dan pemetaan kebutuhan Guru tidak membuat dokumen pemetaan kebutuhan
mengembangkan modul peserta didik peserta didik
ajar Menentukan dimensi profil Guru kesulitan menentukan dimensi profil pelajar
pancasila pancasila yang memungkinkan untuk dikembangkan serta
guru mata pelajaran dan pendamping proyek tidak sama
yang menyebabkan guru harus menyinkronkan
Kejelasan tujuan pembelajaran Guru kesulitan menentukan tujuan pembelajaran yang
diturunkan dari Alur Tujuan Pembelajaran dan Capaian
pembelajaran
Pengorganisasian materi ajar Guru tidak membuat alokasi waktu pembelajaran serta
guru kesulitan untuk mengembangkan materi ajar yang
bersifat abstrak dan tidak tersistematis dari buku bahan
ajar yang diberikan dari pemerintah
Menentukan model pembelajaran Guru kesulitan menentukan model pembelajaran yang
sesuai dengan karakter peserta didik dan materi
Menentukan dan melaksanakan Guru tidak membuat indikator penilaian serta guru masih
asesmen kurang paham mengenai asesmen formatif dan sumatif.

Evaluasi pembelajaran dan tindak Keterbatasan waktu guru untuk mengevaluasi


lanjut modul ajar pembelajaran sehingga dalam menindaklanjuti modul ajar
tidak maksimal

107
Analisis capaian pembelajaran Guru kesulitan membaca Capaian Pembelajaran yang
yang akan diturunkan menjadi bersifat naratif
modul ajar

108
Lampiran 7. Analisis Data Angket

No Variabel Indikator Nomor Total Persentase Kriteria Kesulitan


soal skor
1. Langkah-langkah dalam Analisis dan pemetaan 3 12 40% Tinggi
mengembangkan modul kebutuhan peserta didik
ajar Menentukan dimensi profil 4 16 53% Cukup
pelajar pancasila
Kejelasan tujuan pembelajaran 5, 6 20 33% Tinggi
Pengorganisasian materi ajar 2, 7, 8 32 36% Tinggi
Menentukan model 9, 10 27 45% Cukup
pembelajaran
Kerincian langkah-langkah 11 23 77% Rendah
pembelajaran
Menentukan dan melaksanakan 12, 13 24 40% Tinggi
asesmen
Evaluasi pembelajaran dan 14 13 43% Cukup
tindak lanjut modul ajar
Analisis capaian pembelajaran 1 12 40% Tinggi
yang akan diturunkan menjadi
modul ajar
Rata-rata 45% Cukup

109
110

Lampiran 8. Transkrip Observasi


1.Oktania Nur’aeni T, S.Pd.
111
112

2. Afnita Budi Astuti, S.T.


113
114

3. Lia Agustina, S.Pd.


115
116

4. Heri Santoso, S.Pd.


117
118

5. Ali Imron, S.Pd.


119
120

6. Fitri Resmiyani, S.Pd.


121
122

Lampiran 9. Transkrip Wawancara


1.Oktania Nur’aeni T, S,Pd.
123
124

2. Afnita Budi Astuti, S.Pd.


125
126

3. Lia Agustina, S.Pd.


127
128

4. Heri Santoso, S.Pd.


129
130

5. Ali Imron, S.Pd.


131
132

6. Fitri Resmiyani, S.Pd.


133
134

Lampiran 10. Transkrip Angket


1.Oktania Nur’aeni T, S.Pd.
135
136

2. Afnita Budi Astuti, S.Pd.


137
138

3. Lia Agustina, S.Pd.


139
140

4. Heri Santoso, S.Pd.


141
142

5. Ali Imron, S.Pd.


143
144

6. Fitri Resmiyani, S.Pd.


145
Lampiran 11. Modul Ajar Subjek 1

146
147
148
149
Lampiran 12. Modul Ajar Subjek 2

150
151
152
153
Lampiran 13. Modul Ajar Subjek 3

154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
Lampiran 14. Modul Ajar Subjek 4

165
166
167
168
169
170
Lampiran 15. Modul Ajar Subjek 5

171
172
173
174
175
Lampiran 16. Modul Ajar Subjek 6

176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188

Lampiran 17. Surat Izin Observasi


189
190
191

Lampiran 18. Surat Izin Penelitian


192
193
194

Lampiran 19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian


195
196
197

DOKUMENTASI

Gambar 5.2 Observasi di Gambar 5.1 Observasi di


SMAN 1 Candirototo SMAN 2 Temanggung

Gambar 5.4 Observasi di Gambar 5.3 Wawancara dan


SMAN 1 Pringsurat pengisisan angket oleh Lia
Agustina, S.Pd.
198

Gambar 5.6 Wawancara dan


Gambar 5.5 Observasi
pengisisan angket oleh Fitri
di SMAN 1 Pringsurat
Resmiyani, S.Pd.

Gambar 5.7 Wawancara dan


pengisisan angket oleh Ali
Imron dan Heri Santoso.

Anda mungkin juga menyukai