PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
SUPRIYADI
NPM : 1885201021
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmad dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal dalam memenuhi persyaratan
untuk diseminarkan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Jurusan Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
LAMPUNG dengan judul Proposal : “PEMBINAAN EKSTRAKURIKULER
OLAHRAGA PENCAK SILAT DI SMA MA’ARIF 3 SEKAMPUNG UDIK”.
Proposal ini penulis susun untuk diseminarkan dalam rangka penulisan skripsi
Ulama Lampung.
2. Dr Nur Syamsiah, S.Pd., M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
4. Tri Alim Saputra Hidayat, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II, yang
proposal ini.
data penelitian.
menyelesaikan pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian proposai ini dari mulai awal
sampai dengan selesainya proposal ini, masih jauh dari kata sempurna dan hal ini
antara lain karena keterbatasan peneliti. Meskipun demikian, peneliti berharap semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis hususnya dan pembaca umumnya.
SUPRIYADI
NPM. 188520102
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka fokus masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Berfokus pada Pembinaan Ekstrakurikuler Olahraga Pencak Silat di SMA
Ma’arif 3 Sekampung Udik.
2. Berfokus pada pengelolaan Pembinaan Ekstrakurikuler Olahraga Pencak Silat
di SMA Ma’arif 3 Sekampung Udik.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah di atas, peneliti ingin menanyakan mengenai:
1. Bagaimana proses Pembinaan ekstrakurikuler olahraga Pencak silat di SMA
Ma’arif 3 Sekampung Udik?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk:
1. Mengetahui proses pembinaan ekstrakurikuler olahraga Pencak silat di SMA
Ma’arif 3 Sekampung Udik.
2. Mengetahui pengelolaan pembinaan ekstrakurikuler olahraga Pencak silat di
SMA Ma’arif 3 Sekampung Udik.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat di jadikan sebagai sumber informasi yang dapat di pakai sebagai bahan
masukan pembinaan ekstrakurikuler olahraga Pencak Silat di tingkat
pendidikan sekolah.
2. Dapat di jadikan sebagai acuan untuk meningkatkan prestasi pembinaan
ekstrakurikuler olahraga Pencak silat di tingkat pendidikan sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ekstrakurikuler Seni Beladiri Pencak Silat
a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Kata ekstrakurikuler memiliki arti kegiatan tambahan di luar
rencana pelajaran atau pendidikan tambahan di luar kurikulum. Dengan
demikian, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan
di luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh
kembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki peserta didik.
Potensi yang dikembangkan tersebut baik yang berkaitan dengan
aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun untuk
membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi dan bakat
yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun
pilihan.1
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar
jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah
agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan
kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam
kurikulum.2
Kegiatan ekstrakurikuler menurut Moh. Uzer Usman adalah sebagai
berikut:
Kegiatan belajar yang waktunya di luar waktu yang telah
ditetapkan dalam susunan program seperti kegiatan pengayaan,
perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kegiatan lain
yang bertujuan memantapkan pembentukan kepribadian seperti
kegiatan pramuka, usaha kesehatan sekolah, palang merah indonesia,
olah raga, kesenian, koperasi sekolah dan peringatan hari-hari besar
agama/nasional.3
Berdasarkan referensi di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program
1
Kompri, Manajemen Pendidikan Komponen-Komponen Elementer Kemajuan Sekolah,
(Yogyakarta : Ar-Ruzzmedia, 2015), 224
2
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), 287
3
Moh Uzer Usman, menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), 148
dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan
memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa, selain itu
juga untuk menyalurkan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki
melalui kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya.
4
Kompri, Manajemen Pendidikan Komponen-Komponen Elementer Kemajuan Sekolah, 228
5
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), 287-288
berpangkal pada kegiatan yang dapat menunjang serta dapat
mendukung program intrakurikuler dan program kokurikuler.6
Berdasarkan penjelasan di atas ruang lingkup kegiatan
ekstrakurikuler adalah berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
dan dapat mendukung program intrakurikuler yaitu mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilam melalui
hobi dan minatnya serta pengembangan sikap yang ada dengan program
intrakurikuler dan program kokurikuler.
6
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, 287-288
7
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), 287-288
8
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, 290
2) Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik atau sesaat,
yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan waktu-waktu
tertentu saja.9
Kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua jenis yang dapat
kita lihat dan kita bedakan dari sifatnya, yakni ada yang bersifat
sesaat/periodik dan ada yang bersifat kelanjutan. Dalam hal ini
ekstrakurikuler seni beladiri pencak silat termasuk kedalam jenis
kegiatan yang bersifat berkelanjutan.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat diselenggarakan dalam berbagai
bentuk:
1) Individual, yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan
dalam format yang diikuti oleh peserta didik secara perorang.
2) Kelompok, yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan
dalam format yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta
didik.
3) Gabungan, yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan
dalam format yang diikuti oleh peserta didik antar kelas.
4) Lapangan, yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan
dalam format yang diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta
didik melalui kegiatan di luar sekolah atau kegiatan lapangan.10
Pada kutipan di atas dijelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
diselenggarakan dalam berbagai bentuk, yakni individual yang berarti
perorangan, kelompok yang berarti beberapa individu, gabungan yang
berarti penggabungan siswa antar kelas dan lapangan yang berarti
kegiatan tersebut dilakukan di luar sekolah. Dalam hal ini kegiatan
ekstrakurikuler seni beladiri pencak silat di SMA Ma’arif 3 Sekampung
Udik termasuk kedalam bentuk kegiatan gabungan.
17
Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), 87
mempersiapkan mereka menjadi “jagoan”. Hal inilah yang menjadi
dasar pertimbangan guru pendidikan jasmani menyampaikan materi
falsafah pencak silat, khususnya yang berkaitan dengan pesan-pesan
moral yang terkandung di dalam pembelajaran pencak silat. Materi
pembelajarn pencak silat yang disampaikan kaitannya dengan
pembentukan nilai-nilai moral peserta didik adalah pendalaman nilai-
nilai yang terkandung dalam falsafah pencak silat. Nilai-nilai falsafah
tersebut terangkum dalam dokumen prasetya pencak silat PB IPSI
(1992).18
Selengkapnya bunyi dari “Prasetya Pesilat Indonesia” adalah
sebagai berikut:
1) Kami pesilat Indonesia adalah warga Negara yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur.
2) Kami pesilat Indonesia adalah warga Negara yang membela dan
mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
3) Kami pesilat Indonesia adalah pejuang yang cinta bangsa dan
tanah air Indonesia.
4) Kami pesilat Indonesia adalah pejuang yang menjunjung tinggi
persaudaraan dan persatuan bangsa.
5) Kami pesilat Indonesia adalah pejuang yang senantiasa
mengejar kemajuan dan kepribadian Indonesia.
6) Kami pesilat Indonesia adalah ksatria yang senantiasa
menegakan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
7) Kami pesilat Indonesia adalah ksatria yang tahan uji dalam
menghadapi cobaan dan godaan.19
18
Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), 88
19
Kotot Slamet Hariyadi, Seni Bela Diri Teknik Dasar Pencak Silat Tanding, (Jakarta: PT Dian
Rakyat, 2003), 10
mengingat siswa dijenjang sekolah menengah masih pada tahap
berpikir konkret. Penekanan inti pembelajaran pencak silat adalah pada
pembentukan pribadi yang bermoral.20
20
Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), 88
21
Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), 90
yang terdiri dari jurus-jurus yang saling bergantung saling
menunjang dan saling berhubungan secara fungsional menurut pola
tertentu untuk tujuan beladiri secara total, sedangkan jurus adalah
sistem atau tata beladiri yang terdiri atas teknik teknik sikap dan
gerak yang saling bergantung, saling berhubungan secara
fungsional menurut pola tertentu untuk tujuan khusus yang
merupakan bagian dari identitas beladiri.22
3) Pencak Silat Seni
Ditinjau dari asal teknik dan jurusnya, pencak silat seni dapat
juga dikatakan sebagai pencak silat beladiri yang indah. Pada saat
diperlukan, pencak silat seni memang dapat difungsikan kembali ke
asalnya menjadi pencak silat beladiri. Perbedaan antara pencak silat
seni dan pencak silat beladiri terletak pada nilai, orientasi,
papakem, dan ukuran yang diterapkan dalam proses
pelaksanaannya. Pelaksanaan pencak silat beladiri bernilai teknis,
orientasinya efektif, praktis, taktis, dan pragmatis. Papakemnya
logika, yakni disiplin atau urutan tentang pelaksanaan sesuatu
dengan menggunakan penalaran atau perhitungan akal sehat
ukurannya objektif. Lain halnya dengan pencak silat seni bernilai
estetis yang orientasinya keindahan dalam arti luas, meliputi
keselarasan dan keserasian. Papakemnya estetika, yakni disiplin
atau aturan tentang pelaksanaan sesuatu secara indah, ukurannya
subjektif relatif.23
24
Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), 94
25
Atik Soepandi, Enip Sukanda dkk, Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat,
(Bandung: Beringin Sakti, 1998), 65-66
1) Pencak Silat Sebagai Wahana Pendidikan
Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia
yang bernilai luhur. Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung dalam
jati diri yang meliputi 3 hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu
budaya Indonesia sebagai asal dan coraknya, falsafah budi pekerti
luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya,
pembinaan mental-spiritual/budi pekerti, beladiri, seni, dan
olahraga sebagai aspek integral dari substansinya. Pencak silat yang
dihayati seluruh nilai-nilainya akan mempunyai manfaat yang
besar, bukan saja bagi individu yang mempelajarinya tetapi juga
bagi masyarakat. Pendidikan pada dasarnya adalah pembangunan
sumber daya manusia.26
2) Pencak Silat Sebagai Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan, artinya bahwa
pendidikan jasmani ialah suatu kegiatan yang bersifat mendidik
dengan memanfaatkan kegiatan jasmani termasuk olahraga. Pencak
silat yang pada hakikatnya adalah kegiatan jasmani yang di
dalamnya terkandung aspek olahraga juga merupakan wahana
pendidikan jasmani yang memiliki tujuan tertentu. Tujuan yang
terungkap dari pencak silat sebagai sarana pendidikan jasmani
antara lain: tujuan untuk mencapai kesehatan, tujuan rekreasi, dan
tujuan prestasi. Pencak silat yang wujudnya merupakan peragaan
dan latihan semua jurus dan teknik beladiri dilaksanakan secara
utuh dan eksplisit dengan tujuan untuk memelihara atau
meningkatkan kebugaran, ketangkasan, dan ketahanan jasmani.27
Semarang”.
Wonogiri Tahun 2013/2014”. Dilaksanakannya penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tentang pembinaan pencak silat yang terdiri dari, atlet, pelatih, organisasi,
sarana dan prasarana, dukungan, di perguruan pencak silat se Kabupaten Wonogiri
tahun 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, berupa angka-angka. Teknik yang
digunakan untuk pengambilan data menggunakan teknik triangulasi data antara lain
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data melalui tahap reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian dari artikel penelitian ini adalah 1)
kualitas atlet di perguruan persinas ASAD dikatagorikan tidak baik karena tidak
memperhatikan item anak usia dini. 2) kualitas atlet di perguruan anak naga dapat
dikategorikan tidak baik karena tidak memperhatikan item-item sesuai dengan teori
“sport search”. 3) kualitas atlet di perguruan tapak suci dikatagorikan tidak baik
karena tidak memperhatikan item-item sesuai dengan teori “sport search”. 29
Abdul Rosyid Eddy Hartoyo ”Survei Pembinaan Pencak Silat di Perguruan Pencak Silat Se
29
B. Desain Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan Jenis penelitian
field research yaitu penelitian yang objeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa
yang terjadi pada kelompok masyarakat. Sehingga penelitian ini juga bisa di sebut
penelitian kasus atau study kasus (case study) dengan pendekatan deskriptif
kualitatif.30 Penelitian lapangan ini dilakukan di SMA Ma’arif 3 Sekampung Udik dan
tempat-tempat tertentu. Berkenaan dengan bagaimana upaya Pembinaan
Ekstrakurikuler Olahraga Pencak Silat di SMA Ma’arif 3 Sekampung Udik.
30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,cet. Ke- 15, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), hal. 121
C. Subjek Penelitian
Yang di maksud dengan subjek penelitian adalah sebagai benda, hal atau orang
yang menjadi tempat data di mana variabel penelitian melekat dan yang di
permasalahkan.31
Subjek dari penelitian ini adalah pembinaan ekstrakurikuler, di mana
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka,
dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata
pelajaran dalam kurikulum.32
31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,cet. Ke- 15, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), hal. 115
32
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), 287
33
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, cet.26 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.
157
34
Ibid, h. 159
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang di tetapkan. Untuk mendapatkan data yang akurat,
maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang di pergunakan dalam
penelitian di lapangan sebagai berikut:
1. Observasi/ pengamatan
Observasi adalah metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat
informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian
terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan,
merasakan, yang kemudian di catat seobyektif mungkin.
Dalam penelitian ini peranan pengamat yaitu partisipan sebagai
pengamat, dalam hal ini baik pengamat maupun yang di amati menyadari
perannya. Peneliti sebagai pengamat membatasi diri dalam berpartisipasi
sebagai pengamat, dan responden menyadari bahwa dirinya adalah objek
pengamatan. Oleh karena itu, pengamat mmembatasi aktivitasnya dalam
kelompok responden.35
Metode observasi dalam penelitian ini adalah dengan jalan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian untuk mengetahui karakter percaya diri
siswa khususnya siswa putra melalui kegiatan pencak silat di SMA Ma’arif 3
Sekampung Udik.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
bertatap muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si
peneliti. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh
melalui observasi.36
35
W.Gulo, metodologi penelitian, (Jakarta: PT Grasindo,2002) 116
36
Mardalis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) 64
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis wawancara, yaitu:
a. Wawancara terstruktur
Digunakan sebagai teknik pengumpulan data, yang mana
peneliti telah tau pasti mengenai informasi yang akan diperoleh.
b. Wawancara tidak terstruktur
Merupakan wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusum secara
sistematis dan lengkap dalam proses pengumpulan datanya.37
Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah, Pembina
ekstrakurikuler, pembimbing pencak silat, pelatih pencak silat, wali
kelas IX serta siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat di
SMA Ma’arif 3 Sekampung Udik.
Isi pokok yang ingin digali peneliti dari wawancara sebagai
berikut :
1) Bagaimana proses pelaksanaan ekstrakurikuler beladiri pencak
silat di SMA Ma’arif 3 Sekampung Udik?
2) Bagaimana penanaman karakter percaya diri siswa melalui
ekstrakurikuler beladiri pencak silat di SMA Ma’arif 3
Sekampung Udik?
3) Apa saja hambatan yang terjadi dan solusi yang dilakukan
dalam penanaman karakter percaya diri siswa melalui
ekstrakurikuler beladiri pencak silat di SMA Ma’arif 3
Sekampung Udik?
3. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk arsip-arsip,
foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu
sehingga memberi peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang
pernah terjadi di waktu silam dalam bentuk dokumen.38
Adapun dokumen-dokumen yang dianalisis untuk memahami proses
pelaksanaan ekstrakurikuer beladiri pencak silat Setia Hati antara lain : Visi,
misi, dan tujuan, Struktur Organisasi, Jumlah siswa yang mengikuti
37
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 194-197
38
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, 171
ekstrakurikuler beladiri pencak silat, Sarana prasarana pencak silat, langkah-
langkah proses pelaksanaan, dan cara penanaman karakter percaya diri melalui
ekstrakurikuler beladiri pencak silat di SMA Ma’arif 3 Sekampung Udik.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran.39 Menurut
Sugiono, instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data
yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang
objektif pula.40
Penelitian ini menggunakan instrument angket, untuk konsep-konsep variabel
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Beladiri Pencak Silat
a. Definisi Konsep
Kegiatan ekstrakurikuler seni beladiri pencak silat adalah
kegiatan yang dilakukan di luar jam pembelajaran, pencak silat sendiri
merupakan cabang olahraga yang berupa hasil budaya bangsa
Indonesia untuk membela atau mempertahankan kemandirian dan
manunggal terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk
mencapai keselarasan hidup, meningkatkan Iman dan Taqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional mengenai kegiatan ekstrakurikuler seni
beladiri pencak silat yaitu suatu kegiatan yang mengajarkan tentang
ketangkasan diri yakni fisik, mental spiritual dan karakter.
c. Kisi-kisi Instrumen
Adapun kisi-kisi instrumen kegiatan ekstrakurikuler seni
beladiri pencak silat dapat dilihat dalam tabel berikut:
39
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), 51.
40
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2013), 67
2. Karakter
a. Definisi Konsep
Karakter adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran,
perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk
hidup lainnya
b. Definisi Operasional
Karakter adalah suatu perilaku yang mencerminkan kepribadian
seseorang. Karakter yang baik akan mencerminkan kepribadian
seseorang tersebut dianggap baik, untuk itu perlu ditanamkan dalam
diri kita karakter yang baik. Diantaranya meliputi kejujuran, tanggung
jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli, serta kreatif. Karakter tersebut
diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan
dan keharmonisan dari olah hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.
c. Kisi-kisi Instrumen
Adapun kisi-kisi instrumen karakter siswa secara umum dapat
dilihat dalam tabel berikut:
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah kegiatan yang ditempuh
selama proses penelitian. Penelitian yang dilaksanakan memiliki beberapa tahapan
dalam mencapai hasil penelitian. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terbagi
menjadi 4 (empat) tahapan (Nuraida, 2016).
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti melakukan studi literatur tentang nilai karakter dan asuhan
pencak silat.
b. Peneliti menentukan parameter kriteria tempat penelitian.
c. Peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan yaitu
pedoman wawancara dan observasi, dan Peneliti menyiapkan surat
perijinan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti menyerahkan surat perijinan penelitian kepada tempat
penelitian yang telah ditetapkan sesuai dengan parameter kriteria.
b. Peneliti melakukan wawancara dan observasi dengan mengacu pada
pedoman yang telah disiapkan, dan
c. Peneliti melakukan proses dokumentasi berupa tulisan, foto dan video
selama kegiatan penelitian berlangsung.
3. Tahap Pengumpulan dan Analisis Data
a. Peneliti mengumpulkan hasil dokumentasi.
b. Peneliti memasukkan data hasil dokumentasi penelitian (entry data)
secara terstruktur dan penyederhanaan.
c. Peneliti melakukan pemeriksaan data (editing) penelitian kembali.
d. Peneliti menelaah dan menganalisis hasil dokumentasi yang telah
diperoleh, dan
e. Peneliti melakukan interpretasi hipotesa terhadap hasil penelitian yang
diperoleh.
4. Tahap Penulisan
a. Peneliti menulis, menyusun dan mengorganisir data hasil penelitian
menjadi deskriptif.
b. Peneliti menyajikan hasil penelitian dalam bentuk laporan tugas akhir
penelitian.
H. Analisis Data
Prosedur Analisis data merupakan kegiatan dalam penentuan penegakan
sebuah hipotesa atau menyimpulkan hasil penelitian dengan cara sistematis. Penelitian
ini menggunakan pendekatan analisis data interaktif atau kualitatif deskriptif
berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu sebagai
berikut (Sugiyono, 2017) :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Merangkum atau mereduksi data prioritas dari beberapa data yang
diperoleh dalam proses penelitian. Tujuan proses reduksi yaitu untuk
mempermudah dan menyederhanakan hasil penelitian, sehingga peneliti dapat
fokus pada data yang akan disimpulkan. Sumber data yang dilakukan reduksi
adalah hasil observasi dan wawancara.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data pada penelitian kualitatif dapat ditampilkan dalam
bentuk teks, tabel ataupun grafik dan sejenisnya. Penelitian ini menyajikan
data secara narasi atau deskriptif.
3. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Proses verifikasi merupakan penarikan kesimpulan data penelitian seca
ra benar berdasarkan teori. Proses membangun kebenaran dan akurasi
pada penelitian ini dilakukan dengan mengikuti pedoman observasi dan
wawancara penanaman nilai karakter eskul Pencak Silat.