Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS KURIKULUM DARI MASA KE MASA


(Kurikulum 1984, Kurikulum 1998, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum 2013)

Dr. SUDARMIANI, M.Pd

DISUSUN OLEH
HAMAM SAEROJI

PASCA SARJANA PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


UNIVERSITAS PGRI MADIUN
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa


atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugasMakalah
ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Dosen mata uliah
Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada
kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat
dan menggali ilmu.

Terimakasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang diberikan sehingga


kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangandalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Madiun, Oktober 2021

Penyusun

HAMAM SAEROJI,S.Pd
ANALISIS KURIKULUM DARI MASA KE MASA
(Kurikulum 1984, Kurikulum 1998, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum 2013)
Hamam Saeroji

A. PENDAHULUAN
Untuk mengembangkan system nilai yang ada pada kehidupan
berbangsa dan bernegara, maka kunci pertama yang diperhatikan adalah
dengan pelaksanaan pendidikannya yang dibangun dari berbagai aspek secara
seimbang baik dari sisi pemberian ilmu pengetahuan (ranah kognitif),
pembentukan sikap (ranah afektif), sisi perilaku (ranah psikomotor) dan
kepribadian bagi peserta didik.1 Maka dari itu, membangun pendidikan pada
ketiga ranah atau aspek dan kepribadian tersebut adalah sebuah keharusan
bagi pemerintah jika menginginkan generasi penerusnya mampu berada dalam
tatanan nilai yang komprehensif sesuai dengan system nilai yang dianut
negera.
Untuk mengetahui seberapa baik sebuah pendidikan dari suatu bangsa
dalam membentuk system nilai, maka pada umumnya bisa dilihat dari seperti
apa desain kurikulum yang digunakan, sebab kurikulum adalah blueprint dari
sebuah pendidikan. Kurikulum dikatakan efektif dengan salah satu cirinya
ialah saat kurikulum tersebut mampu menyiapkan output atau lulusan yang
sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Maka tidak heran apabila
kemudian menjadi sebuah keharusan saat dalam mengembangkan dan
melakukan pembaharun pada kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat.
Kurikulum harus bersifat antisipatif dan adaptif (mampu menyesuaikan
diri) terhadap perubahan masyarakat itu sendiri, sehingga kurikulum dituntut
selalu dinamis mengikuti perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan,
serta cenderung mengalami perubahan, perbaikan bahkan pembaharuan terus

1
Sujarwo, Reorientasi Pengembangan Pendidikan di Era Global, diakses pada
http://pakguruonline,pendidikan.net, diakses pada hari Sabtu tanggal 23 Oktober 2021 pukul 23:40
WIB
menerus. Dengan kata lainmasyarakat terus berubah dan berbenah begitupun
kurikulum juga harus berbubah dan berbenah.2
Dalam sejarah kurikulum Nasional di Indonesia, kurikulum sudah
mengalami beberapa perubahan baik dalam orientasi, pendekatan bahkan
filosofinya. Terjadinya perubahan kurikulum tersebut bukan sebagai suatu
yang mengherankan, sebab seperti salah satu prinsipnya yakni prinsip
relevansi, maka sebuah kurikulum harus mempu secara dinamis untuk bisa
menyesuaikand engan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat
dimana kurikulum tersebut dilaksanakan.3
Dengan memegang teguh pada prinsip ini, maka output yang dihasilkan
dari sebuah proses aktualisasi kurikulum bisa secara cepat dan tepat
berinteraksi dan beradapatsi dengan zamannya. Di dalam tulisan ini akan
dibahas lebih lanjut bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia dari
masa ke masa yakni kurikulum 1984, 1998, KBK, KTSP atau kurikulum
2006, dan kurikulum 2013.

B. PEMBAHASAN
1. Analisis Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach, walaupun yang
diutamakan pendekatan proses, tetapi factor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juba sering disebut dengan kurikulum 1975 yang
disempurnakan. Posisi peserta didik ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar peserta didik Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).4 Maka dari itu, CBSA
adalah pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk terlibat secara
aktif. Keterlibatan disini lebih ditekankan pada keterlibatan aktif mental
2
Muhammad Kristiawan, Analisis Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
(Bengkulu: FKIP Univ. Bengkulu, 2019), hlm. 173
3
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengmbangan Kurikulum, Teori dan Praktik (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 79
4
Muhammad Kristiawan, Ibid., hlm. 178
siswa, walaupun juga tidak mengesampingkan keterlibatan fisik dan
intelektual.
Selain berpusat pada peserta didik dalam CBSA, kurikulum ini
juga berorientasi kepada tujuan instruksional. Artinya bahwa apa yang
disampaikan dan dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas harus
mengacu pada tujuan yang ditetapkan karena asumsi dasarnya adalah
bahwa pemberian pengalaman belajar di dalam kelas sangatlah terbatas
sehingga proses pembelajaran harus benar-benar fungsional dan efektif
untuk mencapai tujuan ynag ditetapkan. Oleh karena itu, sebelum
menentukan materi maupun proses pembelajaran, maka guru harus
merumuskan terlebih dahulu tujuan yang diharapkan dari serangkaian
proses yang akan dilakukan.5
Dalam kurikulum ini, materi disampaikan dengan model sekuens
semakin meluas seperti sebuah spiral. Sebagaimana dikatakan
Sukmadinata model ini dikembangkan oleh Bruner
(1960) yang memusatkan bahan ajar pada topik atau pokok bahasan
tertentu.6 Dari pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan diperdalam.
Pokok bahasan biasanya dipilih sesuatu yang popular dan sederhana,
kemudian diperdalam dan diperluas dengan materi yang lebih komplek.
Materi atau bahan pelajaran disampaikan dalam bentuk mata pelajaran.
Adapun salah satu contoh Struktur Kurikulum 1984 untuk Madrasah
Ibtidaiyah (Tingkat Dasar) adalah Qur’an-Hadits, Aqidah-Akhlak, Fiqih,
Sejarah Islam, Bahasa Arab, PMP, PSPB, Bahasa Indonesia, Ilmu
Pengetahuan sosial, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Olah Raga dan
Kesehatan, Pendidikan Jasmani, Keterampilan Khusus, dan Bahasa Daerah
dengan jumlah jam pelajaran 29 jam (untuk kelas 1, 2 dan 3) dan 40 jam
(untuk kelas 4, 5 dan 6).7

5
Hendra, “Kurikulum dan Pendidikan di Indonesia: Proses Mencari Arah Pendidikan
yang Ideal di Indonesia atau Hegemoni Kepentingan Penguasa Semata” Jurnal Pemikiran
Sosioligi, vol. 2, no. 1, Mei 2013, hlm. 78
6
Sukmadinata, Nana Syaodih, Op. Cit., hlm. 106
7
Muhammad Nurhalim, “Analisis Perkambangan Kurikulum di Indonesia (Sebuah
Tinjauan Desain dan Pendekatan)” Jurnal INSANIA, Vol. 16, no. 3, Septembar-Desember 20
Berdasarkan penjelasan tentang kurikulum 1984, maka dapat
dianalisis dengan hasil seperti berikut Dalam kurikulum 1984, struktur
maupun pendekatannya sudah mulai berbeda dari dua kurikulum
sebelumnya yakni kurikulum 1968 dan 1975. Dalam kurikulum ini
pendekatan yang dipakai adalah pendekatan matapelajaran tetapi dengan
menggunakan keterampilan proses (cara belajar siswa aktif).
Dari pendekatan tersebut, secara teori penggunaan pendekatan ini
akan memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan. Kelemahan dari
kurikulum ini adalah: (1) pemahaman siswa terhadap matapelajaran akan
terpisah-pisah karenasetiap mata pelajaran berdiri sendiri-sendiri, (2)
dalam pelaksanaannya keterampilan proses memerlukan berbagai keahlian
guru tetapi pada kenyataannnya kualitas guru belum memadahi sehingga
ketrampilan proses yang coba diangkat oleh kurikulum ini tidak bisa
berjalan secara maksimal, (3) membutuhkan dana yang cukup besar
terutama di dalam penyediaan media pembelajaran, dan (4) dengan fokus
pada keterampilan proses atau keaktifan belajar siswa, maka sering kali
guru tidak terfokus pada pencapaian hasil sehingga pengukuran hasil
belajar siswa kurang begitu jelas dapat diukur.
Sedangkan keunggulan secara teori adalah (1) Siswa diberi kebebasan
untuk menemukan pengetahuan sendiri-sendiri, (2) siswa tidak dijustice
dengan satu nilai yaitu nilai hasil saja tetapi nilai siswa juga diambil dari
proses pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa dapat dievaluasi
secara adil baik proses maupun hasil, dan (3) akan lebih mengaktifkan
guru untuk melakukan-melakukan inovasi-inovasi pembelajaran karena
dalam kurikulum ini menuntut guru yang professional dan berkembang
sesuai dengan tuntutan keadaan siswa yang proaktif.

2. Analisis Kurikulum 1994


Pada dasarnya kurikulum 1994 merupakan kurikulum penyempurnaan
dari kurikulum 1984. Dalam proses pembelajarannya kurikulum 1994
masih memakai pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), tetapi telah
mengenal istilah istilah life skill atau pendidikan kecakapan hidup.
Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dikatakan Sukamara yang
mengutip Depdiknas, adalah suatu kecakapan yang harus dimiliki
seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan
wajar tanpa merasa tertekan, kemudian dengan kecakapan tersebut siswa
secara proaktif dan kreatif dapat mencari serta menemukan solusi dri
setiap permasalahan sehingga mampu mengatasinya.8
Berkaitan dengan lifeskill ini, Susiwi menjelaskan bahwa ada dua
macam kecakapan hidup yaitu : (1) Kecakapan Hidup Generik (General
life skill, GLS) yang terdiri dari Kecakapan Personal (Personal Skill),
Kecakapan Berpikir (Thinking Skill), Kecakapan Sosial (Social Skill), dan
(2) Kecakapan Hidup Spesifik (Specific life skill, SLS) yang terdiri dari
Kecakapan Akademik (Academic Skill) dan Kecakapan Vokasional/
Kejuruan (Vocational Skill).9
Dalam kurikulum 1994, kurikulum ditetapkan oleh pemerintah
untuk setiap wilayah di Indonesia, artinya kurikulum ini bersifat
sentralistis. Materi pelajaran cukup banyak yang terdiri dari: (1)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan; (2) Pendidikan agama; (3)
Bahasa Indonesia; (4) Matematika; (5) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (6)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); (7) Kerajinan Tangan dan Kesenian; (8)
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan; (9) Bahasa Inggris, dan (10) Muatan
Lokal (sejumlah mata pelajaran). Isi kurikulum secara umum terdiri atas
80% muatan inti dan 20% muatan lokal (muatan nasional dan daerah). Dan
kurikulum ini pernah mengalami pemangkasan materi overlopping dengan
suplemen 1999 sebagai penguatan dari materi yang terpangkas. Setiap
mata pelajaran tersebut disampaikan secara terpisah. Dalam
pengorganisasian materi, pengorganisasian lebih bersifat sekuens logis dan
psikologis. Sebagaimana dikatakan Sukmadinata, sekuens logis bahan ajar

8
Dian, Sukamara, Implementasi Program Lifeskill dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
pada Jalur Sekolah (Bandung: Sejahtera. 2007), hlm. 22
9
Susiwi, Kecakapan Hidup (Life Skill), Handout” Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran Kimia (Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2007), hlm. 89
dimulai dari yang sederhana ke yang komplek, dari yang nyata ke yang
abstrak, dari benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, sedangkan
menurut sekuens psikologis materi pembelajaran dari keseluruhan kepada
bagian.10
Adapun proses pembelajaran seperti halnya dalam pendekatan CBSA,
maka kegiatan pembelajaran dibuat sedemikian rupa agar peserta didik
dapat aktif berproses dalam pembelajaran baik secara intelektual, mental,
maupun fisik. Dan dalam prosesnya seringkali diadakan pengulangan-
pengulangan bagi materi-materi yang dianggap sulit. Ide kurikulum ini
sebenarnya ingin menggabungkan antara siswa aktif dan berpusat pada
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan secara teoritis terikati dengan kurikulum
1994, maka dapat kita analisis bahwa kurikulum 1994 secara umum adalah
proses penyempurnaan dari kurikulum 1984. Kurikulum 1994 lebih
berorientasi pada mata pelajaran, dan diorganisasikan ke dalam mata
pelajarna yang terpisah-pisah sehingga sering disebut dengan Separate
Subject Matter. Dari desain yang ditawarkan kurikulum ini ada beberapa
kelemahan dan keunggulan yang muncul. Kelemahan yang munculd dari
kurikulum ini adalah (1) karena garis-garis program pembelajaran pada
kurikulum ini diorganisasikan ke dalam mata pelajaran sesuai dengan
disiplin keilmuan, maka hal ini dapat berakibat pada menghilangkan
kesatuan bidang studi yang mengakibatkan adanya perolehan yang tidak
integral pada siswa, (2) Materi kurikulum yang seragam untuk setiap
lembaga pendidikan maka akan mematikan potennsdaerah yang beraneka
ragam yang sebetulnya memanfaatkan lembaga pendidikan untuk
mengoptimalkan potensi daerah tersebut, dan dengan adanya keseragaman
ini akan menghilangkan keunikan setiap daerah karena pada kenyataannya
setiap daerah,memiliki karakteristik yang berbeda-beda, (3) Adanya saling
ketergantungan antar pokok bahasan antar materi pelajaran sehingga
apabila tidak dilakukan dengan team teachig maka tidak terjadi

10
Sukmadinata, Nana Syaodih, Op.Cit., hlm. 106
pemahaman yang utuh pada diri siswa (4) karena materi pembelajaran
disusun lebih bersifat kepada penguasaan materi pembelajaran atau
pengetahuan maka dengan susunan ini akan menjadikan pengetahuan yang
diperoleh siswa tidak sesuai dengan pengalaman kehidupan sehari-hari
peserta didik, dan (5) Karena terlalu banyknya bahan pelajaran yang harus
disampaikan maka seringkali tidak sesuai dengan waktu belajar yang
disediakan oleh sekolah. Sedangkan kelebihannya adalah lebih
memudahkan guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran,
memudahkan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, akan
lebih mengaktifkan peran siswa.
Saat kurikulum 1994 diaplikasikan, ternyata banyak kritik yang
terjadi, hal ini disebabkan oleh beban belajar peserta didik dinilai terlalu
berat, dari muatan nasional hingga muatan local.
3. Analisis Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum 2004 sering disebut dengan Kurikulum Berbasis
Kompentensi (KBK), karena seluruh proses pendidikan di sekolah
ditetapkan dengan standar berdasarkan kompetensi yang dikembangkan
oleh Badanm Standar Nsional Pendidikan (BSNP). 11 Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah
yang mesti dicapai peserta didik. KBK bertujuan untuk mengeksplorasi
kemampuan peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa yang telah
dipelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. KBK berupaya
untuk mengkondisikan setiap peserta didik supaya memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak sehingga proses penyamapaian pembelajarannya
harus bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan faktor kemampuan,
lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai
kecakapan kinerja, intinya KBK berorientasi pada filosofi
kontruktivisme.12

11
Muhammad Nurhalim, Op.Cit., hlm. 345
12
Muhammad Kristiawan, Op.Cit., hlm. 188
Adapun komponen pokok yang terkandung dalam kurikulum ini
adalah (1). Kurikulum dan hasil belajar (KHB) yang memuat
pengembangan kompetensi peserta didik, (2). Penilaian berbasis kelas
(PBK) yang memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian
berkelanjutan yang akurat dan konsisten, (3). Kegiatan belajar mengajar
(KBM) yang memuat gagasan pokok tentang pembelajaran untuk
pencapaian kompetensi dan gabungan ilmu paedagogis dan androgogis,
(4). Kurikulum berbasis sekolah yang memuat berbagai pola
pemberdayaan tenaga kependidikan dan pengembangan sistem informasi
kurikulum.
Kurikulum 2004 atau yang kemudian disebut KBK, memiliki
beberapa karakteristik sebagaimana yang disebutkan oleh Mulyasa seperti
di bawah ini:13
a. System belajar dengan modul atau panduan yang secara rinci
dapat dipelajari siswa secara mandiri
b. Menggunakan keseluruhan sumber belajar baik yang
direncanakan (learning resources by design) maupun yang
dimanfaatkan (learning resources by utilization)
c. Pengalaman lapangan yang melibatkan lingkungan sekolah dan
msyarakat
d. Strategi individual personal dengan memandang bahwa setiap
individu adalah unik dan berbeda-bedsa sehingga perlu
penanganan yang berbeda pula
e. Kemudahan belajar yang dilakukan dengan kombinasi antara
pembelajaran personal individual, pengalaman, lapangan dan
pembelajaran term, dan
f. Belajar tuntas (mastery learning) sehingga tidak ada siswa yang
tidak menguasai kompetensi yang ditetapkan.

13
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Prkatis (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 43
Sedangkan sebagaimana Sukamara dari apa yang disampaikan oleh
Depdiknas, bahwa karakteristik KBK ini adalah:14
a. Menekankan pencapaian kompetensi individual dan klasikal,
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman,
c. Menggunakan vareasi metode pembelajaran
d. Sumber belajar yang digunakan adalah setiap setiap sumber yang
memenuhi unsur edukatif
e. Menggunakan penilaian proses dan hasil untuk pencapaian
kompetensi.
Implementasi KBK menggunakan konsep BBE yang berorientasi
pada life skill (BBE LS) dan berupaya untuk mendayagunakan seluruh
potensi sumber belajar yang dimiliki oleh sekolah atau di sekitar sekolah. 15
Orientasi life skill ini sedikit berbeda dengan orientasi life skill
pada kurikulum 1994 karena life skill pada kurikulum 2008 ini
telah ditekankan pada pengintegrasian secara utuh dan
menyeluruh aspek-aspek potensi serta kualifikasi belajar siswa
bak berkenaan dengan aspek jasmani maupun rohani, dengan
menggunakan pendekatan akal, hati dan naluri sertapendekatan
scientism dan eskapistik.16
Jika dilihat dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kurikulum berbasis kompetensi merupakan ssuatu model kurikulum yang
memfokuskan sasarannya kepada kemampuan atau penguasaan
kompetensi dalam bidang-bidang praktis sehingga kurikulum berbasis
kompetensi adalah model kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum
teknologi.

14
Dian Sukamara, Implementasi Program Lifeskill dalam Kurikulum Brbasis Kompentis
pada Jalur Sekolah (Bandung: Mughni Sejahtera, 2007), hlm. 42
15
Mulyasa, Op.Cit., hlm. 27
16
Dian Sukamara, Ibid., hlm. 30-31
Secara teoritis telah dijelaskan mengenai bagaimana karakteristik
dari kurikulum 2004 atau KBK, adapun hasil analisis dari kurikulum
tersebut adalah sebagai berikut:
Kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
merupakan suatu model kurikulum yang menfokuskan sasarannya kepada
kemampuan atau penguasaan kompetensi dalam bidan-bidang praktis
terutama bidang pekerjaan. Oleh karena itu, maka kurikulum berbasis
kompetensi merupakan model kurikulum yang dikembangkan dari
Kurikulum teknologi. Dari desain yang ditawarkan kurikulum ini terdapat
beberapa kelemahan dan kelebihan. Kelemahan secara teoritis dari
kurikulum ini adalah:
a. Siswa hanya diajak berfikir praktis sehingga akan menciptakan
manusia-manusia individualis dan materialias,
b. Akan sangat menyita waktu banyak untuk menyelesaikan satu materi
dengan prakteknya sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa sangat
terbatas
c. Kurang mengoptimalkan pengembangan bidang analisis siswa
karena bersifat pragmatis. Adapun keunggulan dari kurikulum ini
adalah akan membiasakan guru dan peserta didik yang terampil
dalam bidangnya, membiasakan siswa selalu mencapai kompetensi
yang ditetapkan karena berprinsip pada pembelajaran tuntas, dan
menjadikan setiap lulusan memperoleh paling tidak standar
ketuntasan minimal.
4. Analisis Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 sering disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Sebagaimana dijelaskan oleh BSNP bahwa KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan.17 KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat

17
BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: BSNP, 2006), hlm. 5
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Dalam KTSP ini, setiap
satuan pendidikan berhak dan diiberi otonom seluas luasnya untuk
mengembangkan kurikulumnya. Sekolah memiliki wewenang luas untuk
mengembangkan secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing sekolah.
Mulyasa sendiri menyebutkan bahwa kurikulum 2006 memiliki
kehasan sendiri, yakni KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi,
potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah atau darah, sosial budaya
masyarakat setempat dan, karaktersitik peserta didik dari satuan
pendiddikan. Selain itu Kurikulum dikembangkan oleh Satuan Pendidikan
bersama dengan Komite Sekolah berdasarkan kerangka dasar kurikulum
dan kompetensi lulusan di bawah supervisi pendidikan kota/kabupaten
atau departemen agama, serta Mengacu kepada Standar Nasional
Pendidikan.18
Muhammad Eurhalim Jika dilihat dari konsep dasar BBE tersebut,
kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu model kurikulum yang
menfokuskan sasarannya kepada kemampuan atau penguasaan kompetensi
dalam bidan-bidang praktis sehingga kurikulum berbasis kompetensi
merupakan model kurikulum yang dikembangkan dari Kurikulum
Teknologis. Kurikulum Tahun 2006 Kurikulum 2006 sering disebut
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan
kelanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Sebagaimana dijelaskan oleh BSNP bahwa KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus.19 Dalam KTSP ini, setiap satuan
pendidikan berhak dan diiberi otonom seluas-luasnya untuk

18
Mulyasa, Op.Cit., hlm. 20
19
BSNP, Ibid., hlm. 5
mengembangkan kurikulumnya. Sekolah memiliki wewenang luas untuk
mengembangkan secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing sekolah.
Kurikulum ini sebagaimana dikatakan Mulyasa mempunyai
kekhasan tersendiri, yaitu:20 (1) KTSP dikembangkan sesuai dengan
kondisi, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik dari satuan
pendidikan tersebut, (2) Kurikulum dikembangkan oleh SatuanPendidikan
bersama dengan Komite Sekolah berdasarkan kerangkadasar kurikulum
dan kompetensi lulusan di bawah supervisi pendidikan kota/kabupaten
atau departemen agama, (3) Mengacu kepada Standar Nasional
Pendidikan. Guna menjabarkan setiap kompetensi dalam pembelajaran,
maka sekolah atau guru harus mencermati beberapa hal, yaitu: (1) Standar
Kompetensi lulusan (SKL) harus selaras dan serasi dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), (2) SKKD harus
dijabarkan ke dalam indikator, (3) Pembelajaran harus direncanakan dan
dikembangkan berdasarkan standar proses secara matang, (4)
Pembelajaran harus menggambarkan tiga standar, yaitu standar isi, standar
proses dan standar penilaian, (5) Penilaian perlu memperhatikan
keseimbangan antar berbagai aspek yang dinilai (kognitif, afektif,
psikomotor) dengan mengacu standar penilaian yang ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Setelah penjabaran secara teoritis dan praktik terkait dengan
kurikulum 2006, maka dapat dianalisis bahwa Kurikulum 2006 atau
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Konsep yang ditawarkan
dalam kurikulum ini memposisikan setiap satuan pendidikan untuk
mengembangkan sendiri-sendiri potensi yang dimiliki. Sehingga akan
muncul kelebihan sekaligus kelemahan dari kurikulum ini adalah akan
terjadi kesenjangan antar sekolah, disisi lain akan tercipta sekolah-sekolah

20
Mulyasa, Op.Cit., hlm. 20
yang unggul tetapi disisi lain juga akan semakin tercipta sekolah-sekolah
yang kurang bermutu karena kekurangan kemampuan dan sumberdaya
yang dimiliki. Satu lagi kelemahan dari kurikulum ini adalah, dalam
pelaksanannya kurikulum ini harus dilaksanakan berdasarkan delapan
satandar pendidikan nasional yaitu standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan
standar penilaian pendidikan, tetapi pada kenyataannya pemerintah baru
menetapkan dua standar yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Selain itu dengan berbasis kompetensi maka kurikulum ini akan mencetak
manusia yang kompeten tetapi disisi lain akan mencetak manusia yang
pragmatis, dan mungkin juga individuals.
5. Analisis Kurikulum 2013 (K 13)
Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi
kekurangan kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum
2013 disusun dengan mengembangkan dan memperkuat sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang. Penekanan
pembelajaran diarahkan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan sosial sesuai dengan
kerakteristik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diharapkan akan
menumbuhkan budaya keagamaan (religious culture) di sekolah.
Perubahan Kurikulum 2013 merupakan wujud pengembangan dan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya kurikulum KTSP tahun 2006
yang dalam implementasinya dijumpai beberapa masalah yaitu (1) Konten
kurikulum terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata
pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya
melampaui tingkat perkembangan usia anak, (2) Belum sepenuhnya
berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, (3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistic domain
sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (4) Beberapa kompetensi yang
dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan misalnya pendidikan
karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan
hard skills, kewirausahaan belum terakomodasi di dalam kurikulum, (5)
Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi
pada
tingkat lokal, nasional, maupun global, (6) Standar proses pembelajaran
belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga
membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru. (7) Standar penilaian belum
mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan
belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala, dan (8)
Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar
tidak menimbulkan multitafsir. 21
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 ini adalah
penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman
dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian
beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan
dengan apa yang dihasilkan. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum
2013 diyakini sebagai langkah strategis dalam menyiapkan dan
menghadapi tantangan globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa
depan.22
Kurikulum 2013 penting dirumuskan karena menurut persepsi
masyarakat, kurikulum lama terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif,
beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter. Kemudian
munculnya fenomena negatif yang mengemuka seperti perkelahian antar
pelajar, narkoba, korupsi, plagiarism, kecurangan dalam ujian, dan gejolak
masyarakat. Terakhir karena adanya perkembangan pengetahuan dan
pedagogi yaitu neorologi, psikologi, dan observation based discovery
learning dan collaborative learning.

21
Muhammad Kristiawan, Op.Cit., hlm.
22
Imam Machli, “Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia
Emas Tahun 2045” Jurnal Pendidikan Islam, vol 3, no. 1 (1970), hlm. 71
Filosofi Kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan
Indonesia yang Produktif, Kreatif, Inovatif, Afektif melalui penguatan
Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan yang terintegrasi dengan langkah-
langkah pembelajaran pendekatan ilmiah 1) mengamati; 2) menanya; 3)
mencoba; 4) menalar; 5) mencipta; dan 6) mengkomunikasikan. Empat
perubahan dalam Kurikulum 2013 yaitu 1) konsep kurikulum; 2) buku
yang dipakai; 3) proses pembelajaran; dan 4) proses penilaian. Untuk
konsep kurikulum yaitu seimbang antara hardskill dan softskill, dimulai
dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar
penilaian.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kehadiran kurikulum 2013 diharapkan bisa melengkapi kekurangan-
kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013
disusun dengan mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara berimbang. Penerapan kurikulum dlam proses
pembelajarna yang bisa memberi pengaruh terhadap perubahan perilaku
peserta didik. Mengimplementasikan kurikulum secara efektif, diperlukan
kesiapan guru, baik kesiapan administrasi pembelajaran, maupun kesiapan
mentas. Hal ini dikarenakan dalam implementasi kurikulum sangat
mungkin terjadi munculnya perbedaan antara perencanaan dengan realitas
yang sifatnya local dan kontekstual. Jika dilihat kondisi di lapangan masih
banyak ditemui guru yang belum siap dengan aspek-aspek dalam
kurikulum 2013, sehingga mengakibatkan dalam proses
pengimplementasiannya kurang maksimal.
C. PENUTUP
Untuk menghasilkan sebuah proses pendidikan yang unggul, maka setiap
kurikulum harus ditata dan dikembangkan dengan sesuai ke butuhan
masyarakat sehingga kurikulum dituntut selalu dinamis mengikuti
perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan, mengalami perubahan,
perbaikan bahkan pembaharuan terus menerus. Dalam sejarah perkembangan
kurikulum Nasional di Indonesia, pemerintah telah beberapa kali melakukan
perubahan baik dalam desain maupun pendekatannya yaitu pada tahun tahun
1947, 1950, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994 suplemen 1999, 2004, dan 2006
hingga ke kurikulum 2013.
Kalau dilihat dari perkembangan kurikulum tersebut, terdapat dua
karakteristik utama yang dapat menandai perubahan yaitu dari desain model
sentralistik (administrative model) menuju desain model desentralistik
(grassroot model) dan dari teacher centerd menuju student centered. Setiap
desain kurikulum dari waktu kewaktu selalu terdapat keunggulan dan
kelemahan. Tetapi bukan itu sebenarnya yang harus menjadi fokus utama.
Yang seharusnya menjadi fokus utama dari sebuah kurikulum adalah
bagaimana menyiapkan peserta didiknya agar mampu menghadapi dan
menyongsong kehidupannya menjadi lebih baik, bijaksana dan kreatif tanpa
harus mengikis kearifan budaya dan norma yang dimiliki bangsa.

16
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. 2006

Dian, Sukamara. Implementasi Program Lifeskill dalam Kurikulum Berbasis


Kompetensi pada Jalur Sekolah. Bandung: Sejahtera. 2007

Hendra. “Kurikulum dan Pendidikan di Indonesia: Proses Mencari Arah


Pendidikan yang Ideal di Indonesia atau Hegemoni Kepentingan
Penguasa Semata”. Jurnal Pemikiran Sosioligi. Vol. 2. No. 1. Mei
(2013)

Kristiawan, Muhammad. “Analisis Pengembangan Kurikulum dan


Pembelajaran”. Bengkulu: FKIP Univ. Bengkulu. (2019)

Machli, Imam. “Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong


Indonesia Emas Tahun 2045”. Jurnal Pendidikan Islam. Vol 3. No. 1
(1970)

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Prkatis.


Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006

Nana Syaodih, Sukmadinata. Pengmbangan Kurikulum, Teori dan Praktik.


Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007

Nurhalim, Muhammad. “Analisis Perkambangan Kurikulum di Indonesia (Sebuah


Tinjauan Desain dan Pendekatan)”. Jurnal INSANIA. Vol. 16. No. 3.
Septembar-Desember (2021)

Susiwi. Kecakapan Hidup (Life Skill), Handout” Mata Kuliah Perencanaan


Pembelajaran Kimia. Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia. 2007

Sujarwo. Reorientasi Pengembangan Pendidikan di Era Global, diakses pada


http://pakguruonline,pendidikan.net. diakses pada hari Sabtu tanggal 23
Oktober 2021 pukul 23:40 WIB

17

Anda mungkin juga menyukai