Makalah ini disusun guna memenuhi ujian akhir semester mata kuliah
pengembangan kurikulum
Penyusun :
Mohammad Bilal Adam Malik 168320700016
Dengan meneyabuta nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang Penyusun panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada Penyusun sehingga Penyusun bisa
menyelesaikan makalah kurikulum tentang perbedaan kurikulum.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah pengembangan
kurikulum di program studi pendidikan teknologi informasi fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan. Selanjutnya penulias mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Ria Wulandari, M.Pd. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan bimbingan dan arahan kapada
penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini bias bermanfaat bagi para pembaca,
semoga bisa menambah wawasan maupun pengetahuan.
Kepada seluruh pembaca yang bersedia memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangungun dalam penyempurnaan makalah ini, dengan buka tangan
selebar-lebarnya untuk apresiasi tersebut dengan hati yang terbuka dan ucapan
terima kasih.
Penyusun
Bab I
Pendahuluan
Pengembangan CBSA
Cara Belajar Siswa Aktif sendiri memiliki pengembangan cara pembelajaran
yang dicapai, seorang guru mengajarkan sesuatu sebagaimana sesuatu itu
diajarkan sampai saat ini,
Active Learning merupakan alternative untuk mendapatkan hasil
berbeda, karena Active Learning merupakan pendekatan yang sesuai dengan
cara kerja otak. Bukan berarti keaktifan bukan sekedar belajar berkelompok.
Setidaknya belajar mengaktifkan secara fisik, social emosional, dan mental.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah tipe khusus
dari aktivitas kelompok yang mengupayakan untuk mengembangkan antara
kemampuan belajar dan kemampuan social dengan memasukan tiga
konsep/komponen ke dalam pembelajaran yaitu penghargaan kelompok.
Pembelajaran konstektual (contextual teaching and learning)
pembelajaran yang diawali dengan sajian atau Tanya jawab lisan yang ramah
dan terbuka terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk secara aktif terlihat dalam
pengalaman belajarnya dan dapat melatih keterampilan berfikir siswa.
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) model
pembelajaran yang menuntut pengajar dan peserta didik mengembangkan
pertanyaan penuntun.
Pembelajaran kuantum (quantum teaching and learning) model
pembelajaran dengan enam kerangka pembelajaran (TANDURI) serta
memperhatikan lingkungan belajar siswa dan dibutuhkan peran serta guru
sebagai quantum teacher untuk mendayagunakan kemampuannya.
II.II. KBK
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau biasa disebut
kurikulum 2004 merupakan salah satu bentuk inovasi kurikulum karena
adanya semanngat dari reformasi pendidikan. Di awali dengan kebijakan
pemerintahan dalam pemerintahan daerah atau dikenal dengan otonomi
daerah UU Nomor 22 tahun 1999, dengan munvulnya kebijakan
pemerintahan tersebut didorong oleh perubahan dan tuntutan kebutuhan
masyarakat dalam globalisasi yang ditandai dengan munculnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang beitu pesat sehingga penuh persaingan pada
segi dan aspek apapun. Maka dari itu setiap individu harus memiliki
kompetensi yang handa dalam berbagai bidang seperti sesuai dengan minat,
bakat, dan kemampuannya.
II.III. KTSP
Perkembangan dan perubahan yang terjadi waktu ke waktu
dalam dunia pendidikan di Indonesia, membuat kurikulum KBK memiliki
penyempurnaan perbaikan kurikulum baru, penyempurnaan tersebut
mengacu pada Undang-undang Nomo 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, beserta Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai
kurikulum penerus Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau merupakan
penjabaran lebih lanjut dan sekaligus sebagai evaluasi daripada KBK pada
tingkat-tingkat satuan pendidikan. Dengan demikian KTSP adalah
implementasi dari KBK pada tingkat satuan pendidikan tertentu.
Kelemahan KTSP
1. Kurangnya SDM yang diharap mampu untuk menjabarkan KTSP, pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada dan minimnya kualitas guru dan
sekolah.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komperhensif
baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran
akan berdampak berkurangnya pendapat guru. Sulit untuk memenuhi
kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk
mendapat tunjangan profesi.
II.IV. K13