Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

Identifikasi Faktor Pendukung dan Penghambat Keterlaksanaan Praktikum


IPA Biologi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu
Kabupaten Kepulauan Selayar

DEMMANYAI
1314040010

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk paling sempurna yang diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa, namun dalam menjalani proses kehidupan banyak
dihadapkan pada masalah dan tantangan. Manusia diciptakan dengan
sempurna agar mampu berpikir dan bertindak untuk menyelesaikan masalah
dan tantangan yang ada. Kemampuan menyelesaikan masalah dan tantangan
didapatkan melalui proses pendidikan. Menurut Suparlan (2012), pendidikan
secara hakiki dapat diartikan sebagai proses pembentukan kompetensi, bukan
sekedar transfer pengetahuan oleh guru kepada peserta didik.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup masa depan suatu bangsa. Pendidikan sebagai usaha
sadar yang sengaja dirancangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang orientasinya adalah pelakasanaan pembangunan.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam konteks ini, tujuan
pendidikan merupakan komponen sistem pendidikan yang menempati
kedudukan dan berfungsi sentral. Itu sebabnya, setiap tenaga kependidikan
perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan, agar berupaya
melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditentukan (Hamalik, 2007).
Laju dan perkembangan IPTEK yang pesat memacu setiap bangsa
atau negara untuk mencari format pendidikan yang lebih ideal atau
disesuaikan dengan zamannya. Menurut Suparlan (2012), masalah pendidikan
yang mendasar adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna
bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik yang berakibat hilangnya
kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Permasalahan yang
ditemukan pada proses pembelajaran, dipandang sebagai fenomena yang
memberikan kesadaran bagi guru untuk selalu memberikan inovasi-inovasi
dalam pemilihan dan penggunaan model dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya tidak hanya menyampaikan
informasi terhadap siswa, tetapi juga dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif sehingga siswa tertarik dan dapat belajar (Mulyasa, 2007: 17). Salah
satu usaha dalam menyelesaikan masalah pendidikan adalah diterapkannya
oleh para ahli pendidikan kurikulum 2013 yang lebih mendorong
pembelajaran konstruktivisme melalui pendekatan pembelajaran berorientasi
pada peserta didik.
Berkaitan dengan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
yang tercantum dala pembukaan UUD 1945, pemerintah telah melakukan
banyak usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini
tampak dari salah satu usaha yang dilakukan dengan adanya jalur pendidikan
Sekolah Menengah Pertama yang gratis bagi seluruh peserta didik. Sekolah
Menengah Pertama sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu
memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik yang nantinya
dapat digunakan oleh peserta didik sebagai bekal dalam menjalani
kehidupannya. Harapan ini tentunya tidak lepas dari kesiapan sekolah dalam
melaksanakan seluruh sistem pendidikan yang diperlukan.
Salah satu mata pelajaran yang ada pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama adalah mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA pada mata pelajaran
Biologi dapat dieksplor melalui metode eksperimen. Kelompok pembelajaran
IPA hakikatnya adalah produk, proses, sikap, dan teknologi. Oleh karena,
sebagai bagian dari proses pendidikan nasional, pembelajaran IPA sebaiknya
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry). Metode yang tepat
untuk merealisasikan pendekatan tersebut adalah eksperimen. Eksperimen
merupakan cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan atau
praktikum (Khamidah dan Aprilia, 2014: 5).
Praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik, aktif, kreatif, inovatif dan
kejujuran ilmiah dalam menghadapi suatu masalah. Kegiatan praktikum
sangat sesuai untuk memfasilitasi siswa belajar melalui pengalaman
langsung. Praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapatkan gambaran dalam keadaan yang nyata tentang apa yang
diperoleh dalam teori dan kontak inderawi. Selain itu, dalam kegiatan
praktikum siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggungjawab
terhadap hasilnya (Hastuti, 2013: 1-2). Kegiatan praktikum untuk SMP
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan konsep baru bagi siswa
yang didasarkan pada konsep yang telah ada dan dirumuskan oleh para ahli.
Apabila ditinjau dari segi peserta didik, maka kegiatan praktikum adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menemukan konsep, dan bila ditinjau dari segi
ahli maka kegiatan praktikum adalah proses verifikasi konsep.
Terlaksananya kegiatan praktikum ditunjang dari laboratorium dan
beberapa unsur lainnya. Untuk mengetahui tentang terlaksananya kegiatan
praktikum dapat dilihat dari (1) frekuensi pelaksanaan praktikum, (2) minat
siswa terhadap praktikum, (3) waktu pelaksanaan praktikum, dan (4)
persiapan dan pelaksanaan praktikum (Hasruddin dan Rezeqi, 2012: 28).
Dalam pelaksanaan praktikum sangat dipengaruhi oleh faktor ekstern pada
faktor sekolah, dimana faktor sekolah yang kurang mendukung dapat
menghambat pelaksanaan kegiatan praktikum siswa di sekolah. Contohnya
dapat kita lihat pada faktor sekolah bagian alat pelajaran dan waktu sekolah.
Jika alat pelajaran dalam pelaksanaan praktikum seperti ketersediaan alat dan
bahan praktikum tidak terpenuhi maka siswa tidak dapat melaksanakan
praktikum. Bila waktu yang disediakan sekolah untuk melaksanakan kegiatan
praktikum terbatas, maka kegiatan praktikum pun tidak akan berjalan dengan
maksimal karena kegiatan praktikum memerlukan waktu yang berbeda-beda,
ada yang membutuhkan waktu yang singkat dan ada yang membutuhkan
waktu yang relatif cukup lama, maka pelaksanaan praktikum tidak bisa
diberikan waktu yang seadanya. Perlu waktu yang khusus untuk
melaksanakan kegiatan praktikum. Ketersediaan penuntun praktikum juga
dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan praktikum.
Berdasarkan penelitian Atnur, Lufri, dan Sumarmin (2014: 2), bahwa
keterlaksanaan kegiatan praktikum pada kelas VIII SMP Negeri di
Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang, persentase jawaban guru yang
paling dominan yaitu 76,92% dan persentase jawaban siswa yang paling
dominan yaitu 60%. Hal ini menunjukkan belum optimalnya kegiatan
praktikum di SMP Negeri di Kecamatan Lubuk Begalung.
Berdasarkan penelitian Muhrah (2003), tingkat keterlaksanaan
praktikum IPA Biologi di SMPN 1 Pare-Pare masih tergolong rendah yakni
hanya 64,58%. Keterlaksanaan praktikum di SMPN 1 Pare-Pare masih ada
yang belum terlaksana yaitu: di kelas IX ada 11 unit, kelas VIII ada 14 unit
dan kelas VII ada 19 unit. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan-
hambatan dalam keterlaksanaannya. Ada tujuh jenis hambatan yang
menyebabkan tidak terlaksananya praktikum, yang paling tinggi tingkat
hambatannya adalah: Karena tidak adanya laboran dengan persentase
38,24%. Penelitian Alfrida (2003) menunjukkan bahwa pelaksanaan
praktikum IPA Biologi di SMPN se-kecamatan Makale Kabupaten Tana
Toraja termasuk kategori kurang. Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam
pelaksanaan praktikum IPA Biologi adalah alokasi waktu yang tidak cukup,
kurangnya kemampuan dan kreatifitas guru dan dana yang sangat terbatas.
Keterlaksanaan praktikum IPA Biologi di sekolah-sekolah khusus di
bangku Sekolah Menengah Pertama harus dilaksanakan secara intensif sesuai
dengan tuntutan kurikulum. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
dan penemuan konsep bagi peserta didik melalui kegiatan praktikum.
Menyadari bahwa keterlaksanaan praktikum IPA Biologi di sekolah-sekolah
masih belum terlaksana dengan baik, untuk itu keterlaksanaan praktikum IPA
Biologi masih perlu untuk ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis tertarik untuk meneliti Faktor yang Menghambat dan Mendukung
Keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada Sekolah Menengah Pertama di
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan
Selayar?
2. Apa saja faktor yang mendukung keterlaksanaan praktikum IPA Biologi
pada SMP di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar?
3. Apa saja faktor yang menghambat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi
pada Negeri di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar?
4. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh guru dan sekolah dalam
menangani hambatan keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada SMP di
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada
Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung keterlaksanaan
praktikum IPA Biologi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat keterlaksanaan
praktikum IPA Biologi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.
4. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam
menangani hambatan pelaksanaan praktikum IPA Biologi pada Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan
Selayar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi dalam rangka peningkatan dan pengembangan
keterlaksanaan praktikum IPA Biologi di sekolah.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru IPA Biologi untuk meningkatkan sarana
daan prasarana dalam keterlaksanaan praktikum di sekolah.
3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya,
khususnya bagi yang mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian
ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kurikulum 2013
Sejak kemerdekaan 1945, Indonesia telah mengalami sebelas kali
perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum, antara lain, bertujuan untuk
menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Namun, setiap kali perubahan kurikulum
dilakukan, selalu saja disambut pro dan kontra. Kurikulum 2013 menuai
banyak kritik dan protes. Kritik dan protes datang dari berbagai kalangan
menyangkut isi dan kemasan kurikulum, kesiapan guru dan lain-lain. Tulisan
ini mencoba memberikan salah satu solusi terhadap masalah-masalah
implementasi kurikulum 2013. Indonesia sudah mengalami beberapa kali
perubahan kurikulum.
Menurut Suparlan (2012), kurikulum pertama Indonesia adalah
Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu, istilah kurikulum belum digunakan.
Kemudian, Rencana Pelajaran 1947 ini dirubah menjadi Rencana Pelajaran
1950. Selanjutnya diganti dengan Rencana Pelajaran 1958. Rencana pelajaran
ini kemudian direvisi menjadi Rencana Pelajaran 1964. Setelah itu rencana
pelajaran ini diganti menjadi Kurikulum 1968. Sejak inilah istilah rencana
pelajaranyang sudah digunakan selama bertahun-tahun berganti nama
menjadi kurikulum. Kemudian, kurikulum ini dirubah lagi menjadi
Kurikulum 1975. Selanjutnya, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 dan terakhir Kurikulum 2013.
Kurikulum baru ini yang rencana pelaksanaannya menghabiskan
anggaran hingga 2,49 triliun telah menuai banyak kritik, termasuk dari
kalangan aktivis, antara lain, karena membuang sains dan menggantikannya
dengan pendidikan kewarganegaraan (civics) dan pelajaran agama. Jadi,
kurikulum baru ini lebih banyak muatan pendidikan kebangsaan dan agama,
sedangkan sains atau IPA akan digabung ke dalam dua mata pelajaran
tersebut. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh,
yang dikutip oleh berbagai media massa, tidak lucu mengintegrasikan
pendidikan kebangsaan dan pendidikan agama dengan pelajaran kimia dan ini
akan membuat anak menjadi lebih kreatif.
Kurikulum 2013, sebagaimana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
telah jelaskan, merupakan perbaikan dari kurikulum 2004 dan 2006, yang
merupakan kurikulum berbasis sekolah dan berbasis kompetensi. Namun,
guru masih sedang mempelajari bagaimana melaksanakan kurikulum 2006.
Sangat disesalkan, kebanyakan guru dan masyarakat umum tidak
diinformasikan apa yang sebenarnya tidak beres dengan kurikulum 2006.
Pemerintah seharusnya telah mempublikasikan data hasil evaluasi untuk
mengidentifikasikan aspek mana kurikulum 2013 yang bermasalah. Data
semacam itu akan membuat perubahan kurikulum lebih masuk akal.
Menurut Hoy dan Hoy (2009), sekolah-sekolah dibangun untuk proses
belajar mengajar, sedangkan kegiatan lainnya hanya merupakan penunjang
bagi terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan baik. Sekarang, definisi
kepemimpinan pengajaran telah meluas kepada keterlibatan yang lebih dalam
ke urusan utama persekolahan, yaitu belajar mengajar. Perhatian telah
berubah dari mengajar ke pembelajaran, dan sebagian orang telah
mengusulkan istilah “pemimpin pembelajaran” sebagai pengganti "pemimpin
pengajaran".
2. Hakikat Ilmu Biologi
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat
memperoleh pengalaman yang bermakna (Sudargo, 2009). Pembelajaran
biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses
pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.
Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses
belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan
lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar Hamalik,
2010).
Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan
dengan ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu
pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari
berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan
biologi berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai
hasil dari proses keilmuan biologi(Widodo, dkk. 2006).
Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses
untuk menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri
berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu
dapat diidentifikasikan melalui objek, benda alam, persoalan/gejala yang
ditunjukkan oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep-
konsep biologi. Proses pembelajaran biologi merupakan penciptaan situasi
dan kondisi yang kondusif sehingga terjadi interaksi antara subjek didik
dengan objek belajarnya yang berupa makhluk hidup dan segala aspek
kehidupannya. Melalui interaksi antara subjek didik dengan objek belajar
dapat menyebabkan perkembangan proses mental dan sensori motorik
yang optimal pada diri siswa.
Berdasarkan kurikulum, mata pelajaran biologi dikembangkan
melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan
penyelesaian masalah bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan pemahaman dalam bidang lainnya. Mata pelajaran IPA di
SMP menekankan pada fenomena alam dan penerapannya meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk
hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan
perubahan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.
2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ
tumbuhan, hewan dan manusia serta penerapannya dalam konsep sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
3. Proses yang tejadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas,
evolusi, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
4. Pembelajaran biologi di sekolah menengah juga harus memperhatikan
karakteristik perkembangan peserta didik yang sedang berada pada
periode operasi formal. Periode ini yang berkembang pada peserta didik
adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami hal-hal
yang bersifat imajinatif (dari abstrak menuju konkrit). Dalam hal ini
harus diperhatikan karena peserta didik mempunyai kemampuan
berpikir yang berbeda satu sama lain.
3. Tinjauan Umum tentang Praktikum
Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam pembelajaran biologi, karena dengan kegiatan ini akan diperoleh
pengalaman yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Didalam proses pembelajaran alat-alat laboratorium dapat dimanfaatkan
sebagai media atau sarana baik di laboratorium, kelas maupun dibawa
keluar kelas/lingkungan, dengan keterampilan proses, siswa bukan hanya
menjadi lebih terampil tetapi juga mempengaruhi pembentukan sikap
ilmiah dan juga pencapaian hasil pengetahuannya (Sanjaya, 2006).
Alasan pentingnya kegiatan praktikum sains yaitu
membangkitkan motivasi belajar IPA Biologi, mengembangkan
keterampilan dasar melalui eksperimen, wahana belajar penelitian ilmiah,
menunjang materi pelajaran. Praktikum sering dikaitkan dengan beberapa
tujuan yaitu untuk memotivasi siswa sebab kegiatan praktikum pada
umumnya menarik bagi siswa sehingga mereka lebih termotivasi untuk
belajar sains, untuk mengajarkan keterampilan dasar ilmiah, untuk
meningkatkan pemahaman konsep, untuk memahami dan menggunakan
metode ilmiah, untuk mengembangkan sikap-sikap ilmiah (Widodo dkk,
2006).
Fungsi kegiatan praktikum yaitu memahami proses sains, yang
diharapkan mampu menunjang pemahaman siswa tentang konsep-konsep
atau prinsip-prinsip sains. Siswa dilatih dalam kegiatan praktikum untuk
bekeja ilmiah dalam memahami fenomena dan peristiwa melalui
observasi, eksperimentasi serta kegiatan empiris. Macam- macam bentuk
praktikum yaitu bentuk praktikum latihan, bentuk praktikum bersifat
investigasi (penyelildikan) dan bentuk praktikum bersifat member
pengalaman. Kegiatan praktikum mulai dari perencanaan praktikum,
proses pelaksanaan kegiatan praktikum {tahapan dalam proses
pelaksanaan praktikum yaitu: tahapan pendahuluan, tahapan kerja
(pelaksanaan) dan tahap penutup} (Sudargo, 2009).
Salah satu fasilitas praktikum yang vital adalah penuntun
praktikum. “Penuntun praktikum merupakan fasilitas praktikum yang
sudah digunakan sejak lama” (Rustaman, 2003). Penuntun praktikum
ditujukan untuk membantu dan menuntun peserta didik agar dapat
bekerja secara kontinu dan terarah. Penuntun praktikum digunakan
sebagai panduan tahapan-tahapan kerja praktikum bagi siswa maupun
bagi guru sendiri.
4. Pelaksanaan Paktikum IPA Biologi
Pada pembelajaran biologi praktikum merupakan bagian integral
dari bagian kegiatan proses mengajar, karena dapat melatih,
mempertimbangkan serta memberikan pemahaman yang lebih terhadap
fakta yang diperoleh, mampu melakukan eksperimen dalam memecahkan
masalah, memupuk dan mengembangkan sikap ilmiah, mengembangkan
minat belajar yang diungkapkan dengan rasa ingin tahu, menambah
pengalaman dan meningkatkan keterampilan. Hal tersebut menunjukkan
betapa pentingnya peranan praktikum untuk mencapai tujuan pendidikan
biologi sehingga proses belajar mengajar dapat ditingkatkan dan
melibatkan siswa secara aktif sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Hal
ini berguna untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh siswa
seperti kemampuan observasi, menafsirkan sejumlah data, kemampuan
merencanakan percobaan, dan kemampuan mengajukan dugaan atau
hipotesis (Rustaman, 2003). Selain melibatkan siswa secara aktif,
pembelajaran biologi hendaknya dapat meningkatkan pemahaman siswa,
terutama pada konsep-konsep yang abstrak agar pembelajaran lebih
bermakna.
Kegiatan praktikum bertujuan agar siswa mendapat kesempatan
untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang
diperoleh dari teori. Melihat betapa pentingnya kegiatan praktikum, maka
tiap-tiap sekolah sudah seharusnya melaksanakan praktikum. Jika guru
sering melaksanakan praktikum menunjukkan bahwa guru tersebut telah
berusaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat membangkitkan
motivasi belajar dan memberikan pengalaman yang nyata bagi siswanya,
selain itu melalui kegiatan praktikum maka akan terjadi proses berpikir
yang melibatkan kegiatan mental.
Menurut Sanjaya (2006) keberhasilan pelaksanaan praktikum
dalam pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah faktor sekolah, guru, siswa dan fasilitas. Guru merupakan salah
satu faktor utama yang menunjang minat belajar siswa, cara mengajar
guru yang baik akan menimbulkan minat dan rasa suka siswa terhadap
pelajaran biologi. Pembelajaran yang efektif untuk pelajaran biologi yaitu
belajar teori yang kemudian disusul oleh praktikum untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Ismet, 2004). Untuk
faktor siswa, pada kenyataannya antara siswa yang satu dengan yang lain
memiliki kemampuan melaksanakan praktikum yang berbeda-beda.
Woolnough dalam Rustaman dkk, (2003) mengemukakan bahwa bentuk
praktikum bisa berupa latihan, investigasi (penyelidikan) atau bersifat
pengalaman. Bentuk praktikum yang dipilih hendaknya disesuaikan
dengan aspek tujuan dari praktikum yang diinginkan.
5. Pengelolaan Laboratorium
Sebuah kegiatan praktikum yang dilaksanakan membutuhkan suatu
tempat yang disebut laboratorium. Menurut Budiono (2005) dalam kamus
lengkap bahasa indonesia, laboratorium adalah tempat untuk mengadakan
percobaan (penyelidikan dan sebagainya), segala sesuatu yang
berhubungan dengan ilmu fisika, kimia dan sebagainya. Agar praktikum
dapat terlaksana dengan baik, maka pengelolaan laboratorium sangatlah
diperlukan. Pengelolaan laboratorium sering juga disebut manajemen
laboratorium yaitu suatu usaha untuk mengelola laboratorium berdasarkan
konsep manajemen baku. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik
sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya.
Sebuah laboratorium membutuhkan pengelola yang profesional
dan terampil dalam segala kegiatan yang ada di laboratorium. Para
pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan
keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung
jawabnya dan kesematan laboratorium serta mendayagunakan
laboratorium sehingga pada saat pelaksanaan praktikum bisa berjalan
secara optimal. Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek
yaitu sebagai perencanaan, penataan, pengadministrasian, pengamanan,
perawatan dan pengawasan.
6. Hambatan dalam Pelaksanaan Praktikum IPA Biologi
Pelaksanaan praktikum juga memiliki beberapa kendala atau
hambatan. Menurut Sunardi (2002) kendala pelaksanaan praktikum antara
lain:
1. Adanya sekolah yang memiliki ruang laboratorium dengan kondisi
tidak terawat.
2. Guru kurang memiliki pengalaman untuk dapat memanfaatkan
laboratorium sebagai sarana pembelajaran diperlukan pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan. Dalam hal ini belum tentu semua guru
memiliki pengalaman yang cukup untuk memanfaatkan laboratorium.
Sedangkan menurut Indarto (2002) kendala pelaksanaan praktikum
diantaranya:
1. Guru belum benar-benar mampu menguasai materi dan keterampilan.
2. Tidak semua pokok bahasan biologi dapat dipraktikkan dan tidak
semua diajarkan dengan metode praktik.
3. Alat-alat dan bahan yang mahal harganya dapat menghambat untuk
melakukan praktik.
4. Kelengkapan alat dan bahan di laboratorium biologi tidak sesuai
standar.
5. Waktu yang diperlukan untuk praktikum terlalu banyak, sehingga
kadang dilaksanakan diluar jam sekolah.
7. Pokok-Pokok Materi Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Semester
Ganjil
B. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tidak lepas dari
pelaksanaan praktikum sebagai penunjang dalam meningkatkan daya nalar
peserta didik dan pengembangan konsep IPA Biologi di sekolah, dalam hal
ini konsep IPA Biologi diharapkan dapat memadukan dan menyeimbangkan
antara teori dengan praktikum. Pelaksanaan praktikum IPA Biologi dengan
baik sangat diharapkan bagi setiap guru IPA Biologi agar tujuan pendidikan
dalam kurikulum dapat tercapai. Laboratorium memiliki peranan yang sangat
diperlukan dalam pembelajaran IPA Biologi untuk melaksanakan praktikum
sesuai dengan tuntunan kurikulum 2013.
Keterlaksanaan praktikum erat kaitannya dengan ketersediaan segala
sarana dan prasarana penunjang, diantaranya ketersediaan alat dan bahan
praktikum serta penunjang lainnya. Konsep IPA Biologi harus dipadukan
dengan kegiatan praktikum. Eksperimen atau percobaan merupakan suatu
proses yang dilakukan secara bertahap, dimana dalam hal ini seorang peneliti
ataupun praktikan dituntut terampil, ulet dan berhati-hati dalam
melaksanakannya.
Keterlaksanaan praktikum IPA Biologi sangatlah menunjang proses
pembelajaran di dalam ruang kelas, dimana peserta didik dapat belajar
langsung dan mandiri serta menemukan sendiri hal-hal yang ingin
diketahuinya. Praktikum IPA Biologi dapat terlaksana seutuhnya, namun
tidak menutup kemungkinan adanya hambatan yang dialami selama proses
kegiatan berlangsung. Terlaksananya praktikum IPA Biologi diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik terutama pada teori atau
materi yang dianggap tinggi tingkat kesulitannya dalam proses belajar
mengajar di kelas.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif bersifat survei yang
bertujuan untuk menggambarkan tentang keterlaksanaan praktikum IPA
Biologi pada SMP di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Sselayar.
B. Variabel Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dalam penelitian ini ada tiga variabel yang diamati yaitu :
Keterlaksanaan praktikum IPA Biologi, faktor pendukung keterlaksanaan
praktikum IPA Biologi dan faktor penghambat keterlaksanaan praktikum IPA
Biologi pada SMP di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.
C. Definisi Operasional Variabel
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang variabel penelitian,
maka perlu didefinisikan secara operasiona yaitu:
1. Keterlaksanaan praktikum IPA Biologi didefinisikan sebagai
terlaksananya unit praktikum dengan baik dan lancar sesuai dengan
tuntunan kurikulum 2013, karena tersedianya alat, bahan, waktu serta
peserta didik dan guru IPA Biologi baik yang dilaksanakan di
laboratorium, kelas, halaman sekolah maupun lingkungan sekitar.
2. Faktor pendukung keterlaksanaan praktikum IPA Biologi didefinisikan
sebagai segala kondisi yang mendukung terlaksanannya setiap unit
praktikum.
3. Faktor penghambat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi didefinisikan
sebagai segala kondisi yang menyebabkan tidak terlaksananya setiap unit
praktikum.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah semua guru IPA Biologi dan siswa
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar.
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan diantaranya ialah:
a. Melakukan kunjungan ke sekolah untuk mengidentifikasi masalah yang
ada pada sekolah. Selanjutnya peneliti merumuskan masalah yang akan
diteliti berdasarkan hasil kunjungan.
b. Membuat batasan-batasan masalah dan menentukan ruang lingkup
masalah yang diteliti.
c. Mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti.
d. Mengurus surat-surat yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan di antaranya adalah:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket pada siswa
kelas VIII dan guru IPA Biologi tiap sekolah, melakukan wawancara
langsung dengan kepala sekolah dan guru IPA Biologi tiap sekolah
serta observasi langsung ke laboratorium untuk mengamati keadaan
laboratorium beserta perlengkapannya.
b. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui proses pengumpulan data selanjutnya
dianalisis untuk memperoleh hasil berupa persentase keterlaksanaan
praktikum tiap sekolah.
3. Laporan Penelitian
Untuk kepentingan publikasi, maka penelitian ini dilaporkan kepada
orang-orang yang berkepentingan dalam bentuk skripsi.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga jenis instrumen, yakni:
1. Angket
Angket adalah alat untuk mengumpulkan data,angket adalah daftar
pertanyaan,yang sering disebutkan secara umum dengan nama kuesioner.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner,atau daftar
pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap,ini yang membedakan
dengan daftar pertanyaan interview. Ada dua jenis angket yang
digunakan, angket pertama untuk siswa digunakan untuk mengetahui
terlaksananya setiap unit praktikum. Angket kedua untuk guru digunakan
untuk mengetahui terlaksananya setiap unti praktikum serta faktor-faktor
yang menjadi penghambat tidak terlaksananya praktikum.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang kegiatan
praktikum yang dilakukan dan bagaimana pelaksanaan praktikum
tersebut. Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah dan Guru IPA
Biologi tiap sekolah untuk memperoleh data mengenai pengelolaan
laboratorium, persiapan pelaksanaan praktikum, waktu pelaksanaan
praktikum dan laporan serta evaluasi pelaksanaan praktikum.
3. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang fundamental
dan sangat penting dalam semua penelitian kualitatif Observasi
dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan praktikum di laboratorium,
ketersediaan perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan untuk
praktikum
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pengumpulan data berupa angket yang
terdiri atas dua jenis. Angket pertama untuk siswa digunakan untuk
mengetahui apakah setiap unit terealisasi dalam pelaksanaannya di
laboratorium dan sudah sesuai dengan tujuan dari tiap unit praktikum. Angket
yang kedua untuk guru mata pelajaran IPA Biologi yang digunakan untuk
memperoleh data tentang pelaksanaan praktikum beserta dengan faktor
pendukung dan penghambatnya. Selain pembagian angket juga dilakukan
wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru IPA Biologi mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan kegiatan praktikum IPA Biologi serta observasi
tentang kondisi laboratorium. Observasi langsung ke laboratorium juga
dilakukan untuk mengamati secara langsung bagaimana pelaksanaan
praktium dan ketersediaan serta kondisi alat-alat di laboratorium.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dalam
bentuk persentase. Untuk mengetahui persentase keseluruhan praktikum yang
terlaksana digunakan rumus sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎
x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚

Anda mungkin juga menyukai