Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kelangsungan

hidup masa depan suatu bangsa. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sengaja

dirancangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

yang orientasinya adalah pelakasanaan pembangunan. Salah satu usaha untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran

di sekolah. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan komponen sistem

pendidikan yang menempati kedudukan dan berfungsi sentral. Itu sebabnya, setiap

tenaga kependidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan, agar

berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan

yang telah ditentukan (Hamalik, 2007).

Laju dan perkembangan IPTEK yang pesat memacu setiap bangsa atau

negara untuk mencari format pendidikan yang lebih ideal atau disesuaikan dengan

zamannya. Menurut Suparlan (2012), masalah pendidikan yang mendasar adalah

berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan pribadi

dan watak peserta didik yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan

makna hakiki kehidupan. Permasalahan yang ditemukan pada proses

pembelajaran, dipandang sebagai fenomena yang memberikan kesadaran bagi

guru untuk selalu memberikan inovasi-inovasi dalam pemilihan dan penggunaan

model dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya

1
tidak hanya menyampaikan informasi terhadap siswa, tetapi juga dapat

menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga siswa tertarik dan dapat

belajar (Mulyasa, 2007: 17). Salah satu usaha dalam menyelesaikan masalah

pendidikan adalah diterapkannya oleh para ahli pendidikan kurikulum 2013 yang

lebih mendorong pembelajaran konstruktivisme melalui pendekatan pembelajaran

berorientasi pada peserta didik.

Salah satu mata pelajaran yang ada pada jenjang Sekolah Menengah

Pertama adalah mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA pada mata pelajaran

Biologi dapat dieksplor melalui metode eksperimen. Kelompok pembelajaran IPA

hakikatnya adalah produk, proses, sikap, dan teknologi. Oleh karena, sebagai

bagian dari proses pendidikan nasional, pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan

secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry). Metode yang tepat untuk merealisasikan

pendekatan tersebut adalah eksperimen. Eksperimen merupakan cara penyajian

pelajaran dengan menggunakan percobaan atau praktikum (Khamidah dan Aprilia,

2014: 5).

Praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat

menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik, aktif, kreatif, inovatif dan kejujuran

ilmiah dalam menghadapi suatu masalah. Kegiatan praktikum sangat sesuai untuk

memfasilitasi siswa belajar melalui pengalaman langsung. Praktikum memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan gambaran dalam keadaan yang

nyata tentang apa yang diperoleh dalam teori dan kontak inderawi. Selain itu,

dalam kegiatan praktikum siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi

harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggungjawab

2
terhadap hasilnya (Hastuti, 2013: 1-2). Kegiatan praktikum untuk SMP adalah

kegiatan yang dilakukan untuk menemukan konsep baru bagi siswa yang

didasarkan pada konsep yang telah ada dan dirumuskan oleh para ahli. Apabila

ditinjau dari segi peserta didik, maka kegiatan praktikum adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menemukan konsep, dan bila ditinjau dari segi ahli maka

kegiatan praktikum adalah proses verifikasi konsep.

Terlaksananya kegiatan praktikum ditunjang dari laboratorium dan

beberapa unsur lainnya. Untuk mengetahui tentang terlaksananya kegiatan

praktikum dapat dilihat dari (1) frekuensi pelaksanaan praktikum, (2) minat siswa

terhadap praktikum, (3) waktu pelaksanaan praktikum, dan (4) persiapan dan

pelaksanaan praktikum (Hasruddin dan Rezeqi, 2012: 28). Selain itu, laporan hasil

praktikum juga perlu sebagai bukti bahwa praktikum tersebut telah dilaksanakan

dan dilaporkan hasilnya dalam bentuk laporan. Dalam pelaksanaan praktikum

sangat dipengaruhi oleh faktor ekstern pada faktor sekolah, dimana faktor sekolah

yang kurang mendukung dapat menghambat pelaksanaan kegiatan praktikum

siswa di sekolah. Contohnya dapat kita lihat pada faktor sekolah bagian alat

pelajaran dan waktu sekolah. Jika alat pelajaran dalam pelaksanaan praktikum

seperti ketersediaan alat dan bahan praktikum tidak terpenuhi maka siswa tidak

dapat melaksanakan praktikum. Bila waktu yang disediakan sekolah untuk

melaksanakan kegiatan praktikum terbatas, maka kegiatan praktikum pun tidak

akan berjalan dengan maksimal karena kegiatan praktikum memerlukan waktu

yang berbeda-beda, ada yang membutuhkan waktu yang singkat dan ada yang

membutuhkan waktu yang relatif cukup lama, maka pelaksanaan praktikum tidak

3
bisa diberikan waktu yang seadanya. Perlu waktu yang khusus untuk

melaksanakan kegiatan praktikum. Ketersediaan penuntun praktikum juga dapat

menjadi hambatan dalam pelaksanaan praktikum.

Berdasarkan penelitian Muhrah (2003), tingkat keterlaksanaan praktikum

IPA Biologi di SMPN 1 Pare-Pare masih tergolong rendah yakni hanya 64,58%.

Keterlaksanaan praktikum di SMPN 1 Pare-Pare masih ada yang belum terlaksana

yaitu: di kelas IX ada 11 unit, kelas VIII ada 14 unit dan kelas VII ada 19 unit.

Hal ini disebabkan karena adanya hambatan-hambatan dalam keterlaksanaannya.

Ada tujuh jenis hambatan yang menyebabkan tidak terlaksananya praktikum, yang

paling tinggi tingkat hambatannya adalah: Karena tidak adanya laboran dengan

persentase 38,24%. Penelitian Alfrida (2003) menunjukkan bahwa pelaksanaan

praktikum IPA Biologi di SMPN se-kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja

termasuk kategori kurang. Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam

pelaksanaan praktikum IPA Biologi adalah alokasi waktu yang tidak cukup,

kurangnya kemampuan dan kreatifitas guru dan dana yang sangat terbatas.

Keterlaksanaan praktikum IPA Biologi di sekolah-sekolah khusus di

bangku Sekolah Menengah Pertama harus dilaksanakan secara intensif sesuai

dengan tuntutan kurikulum. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan

penemuan konsep bagi peserta didik melalui kegiatan praktikum. Menyadari

bahwa keterlaksanaan praktikum IPA Biologi di sekolah-sekolah masih belum

terlaksana dengan baik, untuk itu keterlaksanaan praktikum IPA Biologi masih

perlu untuk ditingkatkan dengan memberikan berbagai solusi untuk mengatasi

faktor yang menghambat terlaksananya kegiatan praktikum. Berdasarkan uraian di

4
atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Faktor yang Menghambat dan

Mendukung Keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada Sekolah Menengah

Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada Sekolah

Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar?

2. Apa saja faktor yang mendukung keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada

SMP di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar?

3. Apa saja faktor yang menghambat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada

Negeri di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar?

4. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh guru dan sekolah dalam menangani

hambatan keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada SMP di Kecamatan

Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada

Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan

Selayar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung keterlaksanaan praktikum

IPA Biologi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

5
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat keterlaksanaan praktikum

IPA Biologi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam

menangani hambatan pelaksanaan praktikum IPA Biologi pada Sekolah

Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi dalam rangka peningkatan dan pengembangan

keterlaksanaan praktikum IPA Biologi di sekolah.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru IPA Biologi untuk meningkatkan sarana

daan prasarana dalam keterlaksanaan praktikum di sekolah.

3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya,

khususnya bagi yang mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Ilmu Biologi

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha

sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman

yang bermakna (Sudargo, 2009). Pembelajaran biologi di sekolah menengah

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam

penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami

sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan

dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar

Hamalik, 2010).

Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan

ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang

mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan

tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta

maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi(Widodo, dkk.

2006).

Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk

menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan

7
sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu dapat

diidentifikasikan melalui objek, benda alam, persoalan/gejala yang ditunjukkan

oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep-konsep biologi.

Proses pembelajaran biologi merupakan penciptaan situasi dan kondisi yang

kondusif sehingga terjadi interaksi antara subjek didik dengan objek belajarnya

yang berupa makhluk hidup dan segala aspek kehidupannya. Melalui interaksi

antara subjek didik dengan objek belajar dapat menyebabkan perkembangan

proses mental dan sensori motorik yang optimal pada diri siswa.

Berdasarkan kurikulum, mata pelajaran biologi dikembangkan melalui

kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan penyelesaian masalah bersifat

kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam

bidang lainnya. Mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada fenomena alam dan

penerapannya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup,

hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan perubahan energi,

peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan,

hewan dan manusia serta penerapannya dalam konsep sains, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

3. Proses yang tejadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,

bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

8
4. Pembelajaran biologi di sekolah menengah juga harus memperhatikan

karakteristik perkembangan peserta didik yang sedang berada pada periode

operasi formal. Periode ini yang berkembang pada peserta didik adalah

kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami hal-hal yang bersifat

imajinatif (dari abstrak menuju konkrit). Dalam hal ini harus diperhatikan

karena peserta didik mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda satu sama

lain.

2. Tinjauan Umum tentang Praktikum

Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

pembelajaran biologi, karena dengan kegiatan ini akan diperoleh pengalaman

yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Didalam proses

pembelajaran alat-alat laboratorium dapat dimanfaatkan sebagai media atau sarana

baik di laboratorium, kelas maupun dibawa keluar kelas/lingkungan, dengan

keterampilan proses, siswa bukan hanya menjadi lebih terampil tetapi juga

mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah dan juga pencapaian hasil

pengetahuannya (Sanjaya, 2006).

Alasan pentingnya kegiatan praktikum sains yaitu membangkitkan

motivasi belajar IPA Biologi, mengembangkan keterampilan dasar melalui

eksperimen, wahana belajar penelitian ilmiah, menunjang materi pelajaran.

Praktikum sering dikaitkan dengan beberapa tujuan yaitu untuk memotivasi siswa

sebab kegiatan praktikum pada umumnya menarik bagi siswa sehingga mereka

lebih termotivasi untuk belajar sains, untuk mengajarkan keterampilan dasar

ilmiah, untuk meningkatkan pemahaman konsep, untuk memahami dan

9
menggunakan metode ilmiah, untuk mengembangkan sikap-sikap ilmiah (Widodo

dkk, 2006).

Fungsi kegiatan praktikum yaitu memahami proses sains, yang

diharapkan mampu menunjang pemahaman siswa tentang konsep-konsep atau

prinsip-prinsip sains. Siswa dilatih dalam kegiatan praktikum untuk bekeja ilmiah

dalam memahami fenomena dan peristiwa melalui observasi, eksperimentasi

serta kegiatan empiris. Macam- macam bentuk praktikum yaitu bentuk praktikum

latihan, bentuk praktikum bersifat investigasi (penyelildikan) dan bentuk

praktikum bersifat member pengalaman. Kegiatan praktikum mulai dari

perencanaan praktikum, proses pelaksanaan kegiatan praktikum {tahapan dalam

proses pelaksanaan praktikum yaitu: tahapan pendahuluan, tahapan kerja

(pelaksanaan) dan tahap penutup} (Sudargo, 2009).

Salah satu fasilitas praktikum yang vital adalah penuntun praktikum.

“Penuntun praktikum merupakan fasilitas praktikum yang sudah digunakan sejak

lama” (Rustaman, 2003). Penuntun praktikum ditujukan untuk membantu dan

menuntun peserta didik agar dapat bekerja secara kontinu dan terarah. Penuntun

praktikum digunakan sebagai panduan tahapan-tahapan kerja praktikum bagi

siswa maupun bagi guru sendiri.

3. Pelaksanaan Paktikum IPA Biologi

Pada pembelajaran biologi praktikum merupakan bagian integral dari

bagian kegiatan proses mengajar, karena dapat melatih, mempertimbangkan serta

memberikan pemahaman yang lebih terhadap fakta yang diperoleh, mampu

melakukan eksperimen dalam memecahkan masalah, memupuk dan

10
mengembangkan sikap ilmiah, mengembangkan minat belajar yang diungkapkan

dengan rasa ingin tahu, menambah pengalaman dan meningkatkan keterampilan.

Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan praktikum untuk mencapai

tujuan pendidikan biologi sehingga proses belajar mengajar dapat ditingkatkan

dan melibatkan siswa secara aktif sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Hal ini

berguna untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh siswa seperti

kemampuan observasi, menafsirkan sejumlah data, kemampuan merencanakan

percobaan, dan kemampuan mengajukan dugaan atau hipotesis (Rustaman, 2003).

Selain melibatkan siswa secara aktif, pembelajaran biologi hendaknya dapat

meningkatkan pemahaman siswa, terutama pada konsep-konsep yang abstrak agar

pembelajaran lebih bermakna.

Kegiatan praktikum bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk

menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori.

Melihat betapa pentingnya kegiatan praktikum, maka tiap-tiap sekolah sudah

seharusnya melaksanakan praktikum. Jika guru sering melaksanakan praktikum

menunjukkan bahwa guru tersebut telah berusaha untuk mewujudkan

pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar dan memberikan

pengalaman yang nyata bagi siswanya, selain itu melalui kegiatan praktikum

maka akan terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental.

Menurut Sanjaya (2006) keberhasilan pelaksanaan praktikum dalam

pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor

sekolah, guru, siswa dan fasilitas. Guru merupakan salah satu faktor utama yang

menunjang minat belajar siswa, cara mengajar guru yang baik akan menimbulkan

11
minat dan rasa suka siswa terhadap pelajaran biologi. Pembelajaran yang efektif

untuk pelajaran biologi yaitu belajar teori yang kemudian disusul oleh praktikum

untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Ismet, 2004).

Untuk faktor siswa, pada kenyataannya antara siswa yang satu dengan yang lain

memiliki kemampuan melaksanakan praktikum yang berbeda-beda. Woolnough

dalam Rustaman dkk, (2003) mengemukakan bahwa bentuk praktikum bisa

berupa latihan, investigasi (penyelidikan) atau bersifat pengalaman. Bentuk

praktikum yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan aspek tujuan dari

praktikum yang diinginkan.

4. Pengelolaan Laboratorium

Sebuah kegiatan praktikum yang dilaksanakan membutuhkan suatu

tempat yang disebut laboratorium. Menurut Budiono (2005) dalam kamus

lengkap bahasa indonesia, laboratorium adalah tempat untuk mengadakan

percobaan (penyelidikan dan sebagainya), segala sesuatu yang berhubungan

dengan ilmu fisika, kimia dan sebagainya. Agar praktikum dapat terlaksana

dengan baik, maka pengelolaan laboratorium sangatlah diperlukan.

Pengelolaan laboratorium sering juga disebut manajemen laboratorium yaitu

suatu usaha untuk mengelola laboratorium berdasarkan konsep manajemen

baku. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh

beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Sebuah laboratorium membutuhkan pengelola yang profesional dan

terampil dalam segala kegiatan yang ada di laboratorium. Para pengelola

laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di

12
laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya dan kesematan

laboratorium serta mendayagunakan laboratorium sehingga pada saat

pelaksanaan praktikum bisa berjalan secara optimal. Dalam pengelolaan

laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai perencanaan, penataan,

pengadministrasian, pengamanan, perawatan dan pengawasan.

5. Hambatan dalam Pelaksanaan Praktikum IPA Biologi

Pelaksanaan praktikum juga memiliki beberapa kendala atau

hambatan. Menurut Sunardi (2002) kendala pelaksanaan praktikum antara

lain:

1. Adanya sekolah yang memiliki ruang laboratorium dengan kondisi tidak

terawat.

2. Guru kurang memiliki pengalaman untuk dapat memanfaatkan

laboratorium sebagai sarana pembelajaran diperlukan pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan. Dalam hal ini belum tentu semua guru

memiliki pengalaman yang cukup untuk memanfaatkan laboratorium.

Menurut Indarto (2002) kendala pelaksanaan praktikum diantaranya:

1. Guru belum benar-benar mampu menguasai materi dan keterampilan.

2. Tidak semua pokok bahasan biologi dapat dipraktikkan dan tidak semua

diajarkan dengan metode praktik.

3. Alat-alat dan bahan yang mahal harganya dapat menghambat untuk

melakukan praktik.

4. Kelengkapan alat dan bahan di laboratorium biologi tidak sesuai standar.

13
5. Waktu yang diperlukan untuk praktikum terlalu banyak, sehingga kadang

dilaksanakan diluar jam sekolah.

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada hakikatnya dibangun atas

dasar produk ilmiah dan proses ilmiah. Proses ilmiah diartikan bahwa semua

kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan alam dan menemukan

pengetahuan baru untuk menambah konsep yang telah ada sebelumnya,

sedangkan produk ilmiah diartikan sebagai hasil dari proses yang berupa

pengetahuan yang akan diterapkan dan diajarkan dalam kelas maupun luar kelas

untuk penyebaran pengetahuan. Pengetahuan tentang gejala-gejala alam dapat

diperoleh peserta didik melalui pembelajaran IPA di sekolah, baik itu melalui

teori ataupun praktikum. Hasil belajar IPA peserta didik tidak hanya didasarkan

pada penilaian teori saja tetapi keterampilan peserta didik dalam melaksanakan

praktikum juga menjadi bahan penilaian sehingga pembelajaran IPA di sekolah

harus menyeimbangkan antara teori dan pelaksanaan praktikum.

Keterlaksanaan praktikum erat kaitannya dengan ketersediaan segala

sarana dan prasarana penunjang, diantaranya ketersediaan alat dan bahan

praktikum serta penunjang lainnya. Praktikum dapat dilaksanakan di

laboratorium, dalam kelas dan juga lingkungan. Konsep IPA Biologi harus

dipadukan dengan kegiatan praktikum sebab keterlaksanaan praktikum IPA

Biologi sangatlah menunjang proses pembelajaran di dalam ruang kelas, dimana

peserta didik dapat belajar langsung dan mandiri serta menemukan sendiri hal-hal

yang ingin diketahuinya. Peran praktikum dalam pembelajaran adalah dapat

14
mendukung siswa untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir.

Pelaksanaan praktikum dapat merangsang siswa untuk aktif dalam memecahkan

masalah, berpikir kritis dalam menganalisis permasalahan dan fakta yang ada,

serta menemukan konsep dan prinsip, sehingga tercipta kegiatan belajar yang

lebih bermakna dengan suasana belajar yang kondusif.

Praktikum IPA Biologi dalam pelaksanaanya didukung oleh berbagai hal,

seperti tersedianya penuntun praktikum, alat dan bahan praktikum, waktu serta

dana yang mencukupi. Kemampuan dan kemauan guru juga menjadi hal yang

sangat menunjang dalam pelaksanaan praktikum di sekolah. Praktikum dapat

terlaksana dengan baik apabila unsur yang mendukung juga tersedia, namun

apabila salah satu unsur tidak tersedia maka keterlaksanaan praktikum akan

menjadi terhambat sehingga guru perlu memiliki solusi bagi praktikum yang tidak

terlaksana di sekolah.

15
Pembelajaran IPA Biologi

Produk Ilmiah Proses Ilmiah

Pengetahuan dan Keterampilan

Metode Ilmiah (Praktikum)

Terlaksana Tidak Terlaksana

Faktor Pendukung Faktor Penghambat

Solusi

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif bersifat survei yang

bertujuan untuk menggambarkan tentang keterlaksanaan praktikum IPA Biologi

pada SMP di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

B. Variabel Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dalam penelitian ini ada empat variabel yang diamati yaitu : Keterlaksanaan

praktikum IPA Biologi, faktor pendukung keterlaksanaan praktikum IPA Biologi

dan faktor penghambat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi pada SMP di

Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar serta solusi yang diberikan

oleh guru untuk praktikum yang tidak terlaksana.

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang variabel penelitian,

maka perlu didefinisikan secara operasional yaitu:

1. Keterlaksanaan praktikum IPA Biologi didefinisikan sebagai terlaksananya

unit praktikum dengan baik dan lancar sesuai dengan tuntunan kurikulum,

karena tersedianya alat, bahan, waktu serta peserta didik dan guru IPA Biologi

baik yang dilaksanakan di laboratorium, kelas, halaman sekolah maupun

lingkungan sekitar.

17
2. Faktor pendukung keterlaksanaan praktikum IPA Biologi didefinisikan

sebagai segala kondisi yang mendukung terlaksanannya setiap unit praktikum.

3. Faktor penghambat keterlaksanaan praktikum IPA Biologi didefinisikan

sebagai segala kondisi yang menyebabkan tidak terlaksananya setiap unit

praktikum.

4. Solusi yang diberikan guru untuk praktikum yang tidak terlaksana

didefinisikan sebagai segala jalan keluar yang digunakan oleh guru untuk

memberikan pemahaman materi yang tidak dilaksanakan praktikumnya.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru IPA Biologi dan siswa Sekolah

Menengah Pertama di Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan diantaranya ialah:

a. Melakukan kunjungan ke sekolah untuk mengidentifikasi masalah yang ada

pada sekolah. Selanjutnya peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti

berdasarkan hasil kunjungan.

b. Membuat batasan-batasan masalah dan menentukan ruang lingkup masalah

yang diteliti.

c. Mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah yang

akan diteliti.

d. Mengurus surat-surat yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

18
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan di antaranya adalah:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket pada siswa dan

guru IPA Biologi tiap sekolah. Angket yang disebar untuk siswa berbeda

dengan angket yang disebar untuk guru. Angket untuk siswa digunakan untuk

mengetahui terlaksananya praktikum sedangkan angket untuk guru digunakan

untuk mengetahui hambatan terlaksananya praktikum. Peneliti juga

melakukan wawancara langsung dengan kepala sekolah dan guru IPA Biologi

tiap sekolah serta observasi langsung ke laboratorium untuk mengamati

keadaan laboratorium beserta perlengkapannya.

b. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui proses pengumpulan data selanjutnya dianalisis

untuk memperoleh hasil berupa persentase keterlaksanaan praktikum tiap

sekolah.

3. Laporan Penelitian

Untuk kepentingan publikasi, maka penelitian ini dilaporkan kepada orang-

orang yang berkepentingan dalam bentuk skripsi.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga jenis instrumen, yakni:

1. Angket

Angket adalah alat untuk mengumpulkan data,angket adalah daftar

pertanyaan,yang sering disebutkan secara umum dengan nama kuesioner.

Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner,atau daftar pertanyaan

19
tersebut cukup terperinci dan lengkap, ini yang membedakan dengan daftar

pertanyaan interview. Ada dua jenis angket yang digunakan, angket pertama

untuk siswa digunakan untuk mengetahui terlaksananya setiap unit praktikum.

Angket kedua untuk guru digunakan untuk mengetahui terlaksananya setiap

unit praktikum serta faktor-faktor yang menjadi penghambat tidak

terlaksananya praktikum.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang kegiatan praktikum yang

dilakukan dan bagaimana pelaksanaan praktikum tersebut. Wawancara

dilakukan dengan Kepala Sekolah dan Guru IPA Biologi tiap sekolah untuk

memperoleh data mengenai pengelolaan laboratorium, persiapan pelaksanaan

praktikum, waktu pelaksanaan praktikum dan laporan serta evaluasi

pelaksanaan praktikum.

3. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang fundamental dan

sangat penting dalam semua penelitian kualitatif Observasi dilakukan untuk

mengetahui keterlaksanaan praktikum di laboratorium, ketersediaan

perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pengumpulan data berupa angket yang terdiri

atas dua jenis. Angket pertama untuk siswa digunakan untuk mengetahui apakah

setiap unit terealisasi dalam pelaksanaannya di laboratorium dan sudah sesuai

dengan tujuan dari tiap unit praktikum. Angket yang kedua untuk guru mata

20
pelajaran IPA Biologi yang digunakan untuk memperoleh data tentang

pelaksanaan praktikum beserta dengan faktor pendukung dan penghambatnya.

Selain pembagian angket juga dilakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan

Guru IPA Biologi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

praktikum IPA Biologi serta observasi tentang kondisi laboratorium. Observasi

langsung ke laboratorium juga dilakukan untuk mengamati secara langsung

bagaimana pelaksanaan praktium dan ketersediaan serta kondisi alat-alat di

laboratorium.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dalam bentuk

persentase. Untuk mengetahui persentase keseluruhan praktikum yang terlaksana

digunakan rumus sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎


x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚

21

Anda mungkin juga menyukai