Anda di halaman 1dari 33

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING PADA MATERI


PERTUMBUHAN DAN PEKEMBANGAN TUMBUHAN

OLEH :

1. Enggelitha Selvi 201959080


Ondikeleuw
2. Fransiska Ferlin Lettu 201959011
3. Lissa Imbiri 201959043
4. Naema Klarita Imbiri 201959048
5. Paskalina Clara Inden 201959003
6. Ristika Sari 201959010
7. Roi Ulunggi 201959023
8. Stela Tupamahu 201959006
9. Tarsisius Ricarlos 201959034
10. Yairus Maer 201959040
11. Yuliana Persila 201959060
Maninemwarba

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAPUA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat dan rahmatnya yang memberikan kesehatan dan nikmatnya kepada kami
sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang di
rencanakan. Proposal yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan
Menerapkan Model Problem Based Learning Pada Materi Pertumbuhan dan
Perkembangan” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar
Mengajar

Kami berterima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah ini yang telah
memberikan arahan dalam pembuatan proposal ini dan semua yang berperan dalam
penyusunan proposal dan pembuatan video pembelajaran kami.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan proposal


pembelajaran ini, namun kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini selanjutnya. Kiranya apa yang di
rencanakan dalam proposal ini dapat berjalan dengan baik.

Manokwari, 13 April 2022

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan


keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun masyarakat.
Penekanan pendidikan dibanding dengan pengajaran terletak pada pembentukan
kesadaran dan kepribadian individu atau masyarakat di selain transfer ilmu dan
keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan
nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi
berikutnya, sehingga mereka betul-betul siap menyongsong masa depan kehidupan
bangsa dan negara yang lebih cerah. Nurkholis ( 2013).
Pentingnya pendidikan sebagai upaya untuk dilakukan secara sadar berguna
untuk menambah segala macam pengetahuan dan wawasan serta pengalaman dalam
menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas kearah depan
yang lebih baik. Dengan pendidikan akan mengembangkan intelektualitas supaya
cepat dan tepat dalam mencernah semua gejala yang ada dan menentukan pilihan
dengan baik. Pendidikan akan menciptakan seseorang yang berkualitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu
cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara tepat dan cepat di dalam
berbagai lingkungan dengan akhlak yang mulia. Adawiyah Rabiatul (2015).
Proses pembelajaran merupakan kegiatan fundamental dalam proses
pendidikan yang mana terjadinya proses belajar yang tidak terlepas dari proses
mengajar. Proses pengajaran dan pembelajaran dalam konteks pendidikan formal
merupakan usaha sadar dan sengaja serta terorganisir secara baik, guru untuk
mencapai tujuan institusional yang diemban oleh lembaga yang menjelaskan misi
pendidikan. Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan
siswa (peserta didik). (Iskandar, 2009).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan membenahi
keseluruhan proses belajar mengajar. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar
tersebut terjadi interaksi antara berbagai komponen pendidikan. Masing-masing
komponen pendidikan saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dengan yang lainnya, salah satunya adalah hasil belajar siswa.
(Sulistyawati, 2014).
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikapsikap, apresiasi dan keterampilan. Suprijono (2012). Selanjutnya Supratiknya
(2012) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas
berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti
proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari
Bloom yang secara garis besar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotor.
Dalam proses belajar mengajar yang terselenggara di suatu lembaga formal
(sekolah), sering terjadi perbedaan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Secara global,
ada tiga macam faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: (1) faktor internal
diantaranya aspek jasmani dan rohani, faktor jasmani seperti kondisi tubuh dan faktor
rohani seperti tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat
siswa dan motivasi siswa. (2) faktor eksternal seperti kondisi lingkungan di sekeliling
siswa, (3) faktor pendekatan belajar siswa (approach to learning), merupakan jenis
upaya belajar siswa yang mencakup strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi
satu dengan yang lain. (Muhibbin, 2010).
Biologi merupakan salah satu bidang yang menduduki peranan yang penting
dalam dunia pendidikan. Hal ini dilihat karena jam pelajaran lebih banyak dari mata
pelajaran yang lain. Pelajaran biologi sudah dilaksanakan dalam kegiatan pendidikan
dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pelajaran biologi tidak
hanya dikuasai dengan mendengarkan dan mencatat saja, tetapi partisipasi siswa
dalam kegiatan lain seperti bertanya, mengerjakan latihan, serta mengeluarkan ide
atau gagasan ini juga sangat di perlukan. Hal ini berkaitan dengan metode yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran tersebut. (Lestari, 2016).
Cooperative Learning adalah suatu metode pembelajaran atau strategi dalam
belajar dan mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan membuat sejumlah
kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang bertujuan untuk saling
memotivasi antar anggotanya untuk saling membantu agar tujuan dapat tercapai
secara maksimal. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau
suku yang berbeda (heterogen). Pembelajaran kooperatif dikenal sebagai
pembelajaran secara berkelompok. Akan tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar
belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara
anggota kelompok.

1.2 Batasan Masalah

Luasnya lingkup permasalahan, tidak semua masalah yang diidentifikasi


dijadikan bahan kajian sehingga penelitian ini berfokus sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model


cooperative learning.
2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
3. Peningkatan hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar pada aspek kognitif, hasil belajar pada aspek afektif, dan psikomotor.

1.3 Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana


meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
cooperative learning pada materi pertumbuhan dan perkembangan?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

1.5 Manfaat Pembelajaran

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut :

1. Bagi peserta didik.

Penelitian diharapkan bisa dapat memberikan dorongan bagi peserta didik


sehingga menjadi lebih giat untuk belajar demi pencapaian hasil yang
lebih optimal.

2. Bagi guru

Sebagai bahan informasi kepada guru mata pelajaran sehingga guru dapat
merancang proses pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
lebih giat dalam belajar.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Belajar

Belajar adalah perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya


adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Syaiful dan
Aswan (2014).
R. Gange (Susanto, 2013) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan
mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Burton (Susanto, 2013) berpendapat bahwa perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih maju berinteraksi dengan
lingkungannya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar menurut Gagne bahwa belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian
belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar yaitu: proses,
perubahan perilaku, dan pengalaman.
1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya
aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang
lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar
itu). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang
dapat diamati guru adalah manivestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai
akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
2. Perubahan Perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang
belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa
pengetahuan keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami; dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi
antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Contoh lingkungan fisik ialah: buku, alat peraga, dan
alam sekitar. Contoh lingkungan sosial, antara lain: guru, siswa,
pustakawan, dan kepala sekolah.

2.1.1 Tujuan Belajar

Usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan


(kondisi) belajar yang lebih kondusif. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri
atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling
mempengaruhi. Komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
materi yang ingin diajar, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam
hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar
mengajar yang tersedia. Sardiman (2011).

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

1. Faktor Internal
Faktor intern di sini akan di bahas menjadi tiga faktor yakni faktor
jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. Daryanto (2009). Sehat
berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau
bebas dari penyakit, kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan seseorang akan terganggu, selain itu ia akan cepat
lelah, kurang semangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah kurang
darah ataupun ada gangguan-gangguan (kelainan- kelainan) fungsi alat
inderanya serta tubuhnya. Agar seorang dapat belajar dengan baik, kesehatan
badannya harus tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-
ketentuan bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, dan ibadah.
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh (badan). Cacat itu dapat berupa buta, setengah
buta, setengah tuli, patah kaki dan patah tangan, lumpuh, dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga nmempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajar
juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga
pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatanya.
Faktor-faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar adalah: intelegensi, perhatian, minat.
a. Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi yang
sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah, walaupun
begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti
berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu
proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempegaruhinya,
sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di atas faktor yang lain, jika
faktor yang lain itu besifat menghambat (berpengaruh negatif) terhadap
belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya, siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar. Jika
ia belajar dengan baik artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang
efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah,
psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberikan pengaruh yang positif.
Jika siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapatkan
pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
b. Perhatian.
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek, (benda/hal) atau sekumpulan
objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang di pelajari. Jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak
lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan
pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya.
c. Minat.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan
perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama)
dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, dan dari situ di peroleh
keputusan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang pelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya, ia segan
untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan
pelajaran yang menarik minat lebih mudah di pelajari dan disimpan, karena
minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa yang kurang berminat
terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar
dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan
serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya
denganbahan pelajaran yang dipelajari itu.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor. Yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
a. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor Sekolah.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat.
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat
yang semuanya mempengaruhi belajar anak.
d. Prinsip Belajar.
Prinsip Belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik
dengan pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi
dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan
berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan
Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.

2.1.3 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan dimiliki siswa setelah


menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil
belajar yang diteliti dalam penelitian ini ialah hasil belajar kognitif IPS yang
mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif ialah tes.
Hasil belajar ialah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor
setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang
diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima
materi pelajaran. Dimyati Dan Mudjiono (2006).
Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. 1.) Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip atau metode, 2.) Pemahaman, mencakup
kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari,. 3.) Penerapan,
mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah
yang nyata dan baru misalnya menggunakan prinsip, 4.) Analisis mencakup
kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur
keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi masalah menjadi
bagian yang telah kecil, 5.) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola
baru, misalnya kemampuan menyusun suatu program. 6.) Evaluasi mencakup
kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu,
misalnya kemampuan menilai hasil ulangan.

2.1.4 Ciri-Ciri Hasil Belajar

Ciri-Ciri Belajar Menurut Surya dalam Rusman.(2015) Surya menyampaikan


bahwa terdapat 8 ciri-ciri dari belajar ;

1. Perubahan yang didasari dan disengaja (intensional).

Ciri tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku


yang disadari atau disengaja oleh individu tersebut. Dia juga menyadari hasil
dari perubahan tersebut. Individu tersebut memahami bahwa telah terjadi
peningkatan pengetahuan atau keterampilan dari hasil iya belajar.

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinu)


Perubahan yang berkesinambungan memiliki arti bahwa perubahan yang
terjadi pada individu merupakan perubahan lanjutan dari keterampilan,
pengetahuan yang telah dia miliki sebelumnya.

3. Perubahan yang fungsional

Hasil dari perubahan belajar adalah perubahan yang fungsional, artinya


hasil dari perubahan tersebut berguna. Hasil perubahan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan masa sekarang atau yang akan datang.

4. Perubahan yang bersifat positif.

Belajar adalah terjadinya perubahan pada diri individu, perubahan


tersebut harus bersifat positif atau kearah kebaikan. Jika sebaliknya maka itu
bukan belajar.

5. Perubahan Bersifat Aktif

Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi pada individu akibat
belajar diperoleh dari kegiatan aktif individu tersebut untuk mendapatkan
hasil dari perubahan tersebut.

6. Perubahan yang bersifat permanen.

Hasil belajar merupakan hasil yang permanen. Jadi orang dikatakan belajar
jika dia memperoleh perubahan tingkah laku yang sifatnya permanen
(bertahan lama).

7. Perubahan yang terjadi berarah atau bertujuan.

Seseorang dikatakan belajar jika ia sadar, termasuk dikatakan sadar jika


ia punya tujuan. Jadi belajaar harus terarah untuk meraih tujuan.

8. Perubahan prilaku secara keseluruhan.


Maksudnya adalah bahwa hasil dari belajar mempengaruhi perubahan secara
keseluruhan individu. Tidak hanya pengetahuannya yang berubah, tetapi juga
keterampilan dan sikapnya.

2.2 Model Pembelajaran Koperatif.


Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning adalah suatu metode
pembelajaran atau strategi dalam belajar dan mengajar yang menekankan pada sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan
membuat sejumlah kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang bertujuan
untuk saling memotivasi antar anggotanya untuk saling membantu agar tujuan dapat
tercapai secara maksimal. Suprijono (2013) secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-
pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk
membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan


sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang
berbeda (heterogen). Pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran secara
berkelompok. Akan tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau
kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas
yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka
dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.

Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas


bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Teori yang mendasari pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.


Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu
pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan
mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan
yang ada dan merevisinya bila perlu. Menurut Slavin dalam Rusman (2012),
pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif
dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam
suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.

Dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator


yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa,
tetapi harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai
pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan
bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi yang melibatkan partisipasi siswa


dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Hayati, 2012). Dalam sistem
belajar yang kooperatif, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar
untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa
belajar dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.
Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan siswa yang dilakukan dengan cara
berkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
(Sanjaya, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (Rusman, 2012) menyatakan


bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
toleransi dan menghargai pendapat orang lain, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa
dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan
pengalaman.

2.2.1 Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif


Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lestari, 2016) :
1) Pembelajaran secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
Bagian ini memuat fungsi manajemen sebagai perencanaan
pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan, fungsi manajemen sebagai
organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran
berjalan dengan efektif, fungsi manajemen sebagai kontrol
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun
non tes.
3) Kemauan bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kerja sama
perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.
4) Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama dipraktikan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian,
siswa didorong untuk mampu berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Menurut Depdiknas. dalam Tukiran Taniredja, dkk, (2011) Model
Pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran
penting yaitu :
Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas – tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi
siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Memberi
peluang agar siswa dapat menerima teman – temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan latar belajar. Perbedaan itu tersebut antara lain perbedaan suku, agama,
kemampuan akademik dan tingkat sosial. Mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan sosial siswa yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya,
mengemukakan pendapat dan lain sebagainya.

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran kooperatife mempunyai beberapa tujuan ,diantaranya


adalah :

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model


kooperatife ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep yang sulit.
2) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai perbedaan latar belakang.
3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagai tugas, aktif
bertanya menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam
kelompok.
Laugren (1994) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat pembelajaran
kooperatife bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah yaitu :
1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
3) Memperbaiki Sikap terhadap IPA dan sekolah
4) Memperbaiki kehadiran
5) Angka putus sekolah menjadi rendah
6) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
7) Perilaku menggangu menjadi lebih kecil
8) Konflik antar pribadi menjadi berkurang
9) Sikap apati berkurang
10) Pemahaman yang lebih besar
11) Meningatkan motivasi lebih besar
12) Hasil belajar lebih tinggi
13) Retensi lebih lama
14) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

2.2.4 Keunggulan dan kelemahan Cooperative Learning

Model pembelajaran cooperative learning atau strategi pembelajaran


kooperatif (SPK) memiliki beberapa keunggulan di antaranya :

1) Peserta didik tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan diri untuk berpikir sendiri dalam mencari
informasi dari berbagai sumber
2) Dapat mengembangkan kemampuan untuk menggungkapkan pendapat
3) Dapat membantu anak untuk tanggap pada orang lain dan menyadari
kekurangannya dan tenggang rasa
4) Dapat membantu peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar
5) Dapat meningkatkan prestasi akademik, kemampuan sosial dan
mengembangkan ketrampilan mengatur waktu
6) Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguji
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik dan berlatih
memecahkan masalah
7) Dapat meningkatkan motivasi untuk belajar.

Disamping mempunyai kelebihan, model pembelajaran cooperative learning


juga mempunyai kelemahan yaitu :

1) Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama


2) Bagi peserta didik yang merasa pandai, mereka dapat merasa
terhambat oleh peserta didik yang kurang pandai
3) Guru perlu memberikan perhatian dan pengawasan yang lebih
efektif agar proses belajar dalam kelompok dapat berjalan
4) Keberhasilan dalam usaha mengembangkan kesadaran dan
keterampilan bekerjasama dalam kelompok memerlukan waktu
yang cukup lama.

2.2.5 Evaluasi Belajar Cooperative Learning


Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk
menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Sedangkan
evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran yang meliputi
pengumpulan data dan informasi, pengolahan data yang diperoleh, dan pertimbangan
untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta
setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan. Evaluasi hasil belajar pada cooperative learning memberikan dua
nilai kepada peserta didik, yaitu nilai pribadi dan nilai kelompok. Peserta didik saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, setelah mengerjakan tes
sendiri-sendiri mereka menerima nilai pribadi. Nilai kelompok dapat diperoleh
dengan cara setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka
sendiri. Peserta didik yang pandai maupun kurang pandai, mempunyai kesempatan
yang sama.
Untuk memberikan kontribusi, peserta didik yang kurang pandai tidak perlu
merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga bisa memberikan
sumbangan. Bahkan mereka akan lebih semangat untuk meningkatkan kontribusi
mereka, sehingga mereka perlu menaikkan nilai pribadi mereka dengan berusaha
lebih giat lagi.

2.3 Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan Kelas XII


1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran (volume, massa, tinggi, atau
panjang) yang permanen dan bersifat tidak balik (irreversible). Proses ini bersifat
kuantitatif artinya dapat dinyatakan dengan satuan bilangan. Contoh: Tinggi tanaman
10 cm Biji Kecambah Tanaman muda. Contoh proses pertumbuhan pada tumbuhan
yaitu :
 Penambahan tinggi tanaman.
 Penambahan diameter batang
 Penambahan jumlah daun
 Penambahan luas akar

Ada dua macam pertumbuhan sebagai berikut :

Pertumbuhan pertama adalah primer yaitu pertumbuhan yang disebabkan oleh


titik tumbuh primer. Titik tumbuh primer adalah titik tumbuh yang terdapat pada
ujung akar dan ujung batang. Pada pertumbuhan primer terjadi proses pertumbuhan
akar, batang, dan daun menjadi lebih tinggi atau lebih panjang.

Pertumbuhan kedua yaitu pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang


disebabkan oleh kegiatan cambium yang bersifat meristematik, selselnya selalu
membelah pertumbuhan sekunder hanya terjadi pada pertumbuhan yang berkambium
(dikotil dan gymnospermae).

2) Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat
yang lebih sempurna. Perkembangan tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Contoh proses perkembangan adalah pembuahan, perkecambahan, penuaan, dan
pematangan buah.

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan


Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan:
1) Faktor luar (eksternal), merupakan segala kondisi lingkungan di
sekitar tumbuhan. Faktor luar dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan pada tumbuhan, antara lain makanan (nutrisi),
air, suhu, kelembapan, oksigen, dan cahaya.
2) Faktor dalam (internal), merupakan faktor-faktor yang berasal dari
dalam tumbuhan. Faktor dalam dapat berupa faktor intraseluler
(gen) dan faktor interseluler (hormon). Faktor eksternal yang
memengaruhi pertumbuhan adalah :
 Makanan (Nutrisi) Makanan merupakan sumber energi dan
sumber materi untuk menyintesis berbagai komponen sel.
Nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan tidak hanya karbon
dioksida dan air, tetapi juga elemen-elemen makanan lainnya.
Elemen yang diperlukan tumbuhan ada dua macam, yaitu
makroelemen dan mikroelemen. 1) Makroelemen, merupakan
elemen yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Ada sembilan
makroelemen atau unsur utama bahan organik, yaitu karbon,
oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur, fosfor, kalsium, kalium,
dan magnesium. 2) Mikroelemen, merupakan elemen yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Ada delapan unsur
mikroelemen, yaitu zat besi, klor, tembaga, magnesium, seng,
molibdenum, boron, dan nikel. Elemen-elemen mikro
berfungsi sebagai kofaktor reaksi enzimatik dalam tumbuhan.
Faktor Internal
a. Gen (Substansi Hereditas)
Gen juga berfungsi untuk mengontrol reaksi kimia di dalam sel,
misalnya sintesis protein. Pembentukan protein yang merupakan
bagian dasar penyusun tubuh tumbuhan, dikendalikan oleh gen
secara langsung. Dengan kata lain, gen dapat mengatur pola
pertumbuhan melalui sifat yang diturunkan dan sintesis-sintesis
yang dikendalikannya.
b. Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani, hormaein yang berarti
menggiatkan. Hormon merupakan regulator pertumbuhan yang
sangat esensial. Hormon dibuat pada satu bagian tumbuhan, tetapi
respons pertumbuhan terjadi di bagian tumbuhan lain, misalnya di
akar, batang, atau daun. Hormon tumbuhan yang telah dikenal
antara lain auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat, dan kalin.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini


adalah :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil


belajar siswa kelas XII pada materi pertumbuhan dan perkembangan
pada tumbuhan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mempunyai
ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adanya
kesepakatan yang dilakukan oleh sejumlah siswa dalam suatu kelompok belajar
dengan kelompok lainnya misalnya kelompok belajar diskusi, materi pembelajaran
jauh dari kebutuhan siswa, dan kegiatan belajar berpusat pada guru, sehingga kian
membingungkan apa yang siswa inginkan. Dimana menggunakan strategi pemecahan
masalah memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pembelajaran inovatif
yang di coba dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Jenis penelitian ini dibuat
dalam beberapa siklus, dimana setiap pelaksanaan siklus meliputi planning
(perencanaan), action (tindakan) observation (pengamatan), dan reflection (refleksi)
Darmadi ( 2015) bentuk dari desain atau rancangan penelitian adalah sebagai
berikut:rancangan atau perencana awal, sebelum mengadakan penelitian penulis
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk
didalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Dan rancangan atau
rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi, penulis membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Darmadi menjelaskan PTK
melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas
sebagai berikut:
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian sikluskegiatan.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sma dari seorang guru.

Jenis penelitian terdapat berbagai macam, antara lain desain penelitian


Kemmis Dan Taggart, Jhon Elliot, Kurt Lewin, Hopkins Dan Mc Kunan. Model yang
digunakan pada penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Jhon Elliot.
Konsep pokok tindakan model Jhon Elliot terdiri dari empat komponen yaitu:
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi.

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan pembelajaran akan di lakukan pada bulan Mei semester genap
tahun ajaran 2021/2022 di ruang kelas Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Papua.
3.3 Subjek Penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII MIA
(anggota kelompok 4)
3.4 Rancangan Penelitian
Sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan, peneliti terlebih
dahulu membuat rancangan penelitian agar penelitian yang akan dilaksanakan dan
dapat dikelola dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model
cooperative learning.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan
bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim
dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
Gambar 3.1
Metode Penelitan Tindakan Kelas

Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi SIKLUS 1

Pengamatan
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara rinci
prosedur penelitian tindakan ini sebagai berikut:

a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Merencanakan proses pelaksanaan cooperative learning
dengan metode ceramah dan tanya jawab pada materi
pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
b) Mengembangkan skenario model pembelajaran dengan
membuat RPP
c) Menyusun lembar observasi siswa
d) Menyusun kuis
2) Pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu
melaksanakan proses pembelajaran cooperative learning dengan
metode diskusi dan tanya jawab pada mata pelajaran BIOLOGI
materi pokok Pertumbuhan dan perkembangan Tumbuhan yang
telah direncanakan diantaranya:
a) Guru membuka pelajaran. Menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik.
b) Menyampaikan materi pokok pertumbuhan dan
pekembangan tumbuhan
c) Memberikan motivasi kepada peserta didik dengan
mencontohkan pertumbuhan dan perkembangan pada
manusia (anak-dewasa) dan memberikan apersepsi berupa
pertanyaan terkait ilustrasi yang diberikan
d) Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok
kooperatif yang heterogen. Peserta didik mengamati
gambar proses pertumbuhan dan perkembangan
e) Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok
kooperatif yang heterogen. Peserta didik mengamati
gambar proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
f) Peserta didik diminta untuk bertanya. Peserta didik
dibagikan LKPD. Peserta didik diberikan kesempatan
untuk bertanya tentang diskusi kelompok yang akan
dilakukan
g) Dipandu LKPD “Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan”, peserta didik diminta untuk mengamati
gambar yang di sajikan di dalam LKPD. Peserta didik
mencatat perubahan yang terjadi pada tumbuhan dari biji
hingga tumbuhan dewasa
h) Peserta didik diminta untuk berdiskusi serta menganalisis
hasil pengamatan yang dipandu oleh LKPD. Peserta didik
dibimbing oleh guru untuk melakukan diskusi
i) Peserta didik menyimpulkan hasil diskusi yang telah
dilakukan dan menjawab pertanyaan yang ada di LKPD.
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi dan di
tanggapi oleh kelompok lain.
j) Penutup. Peserta didik memberikan simpulan dari
pembelajaran hari ini bersama guru dan mengevaluasi hasil
belajar peserta didik. Melakukan refleksi bersama dengan
peserta didik. Memberikan pujian kepada peserta didik
yang memiliki kinerja yang baik. Peserta didik ditugaskan
untuk mempelajari materi pertumbuhan dan perkembangan
hewan. Peserta didik memimpin doa dan memberikan
salam penutup
3) Observasi
Mengamati keaktifan peserta didik pada proses pelaksanaan
pembelajaran dengan model cooperative learning dengan metode
diskusi dan tanya jawab pada mata pelajaran Biologi materi
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
4) Refleksi
a) Meneliti hasil kerja peserta didik terhadap LKPD yang
diberikan.
b) Menganalisis hasil diskusi untuk membuat kesimpulan
sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:
1) Data tentang keaktifan peserta didik.
2) Data tentang kerjasama peserta didik.
3) Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru.
4) Data tentang evaluasi hasil belajar peserta didik.

2. Teknik Pengumpulan Data


1) Metode ObservasI
Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek
penelitian. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data
dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas
peserta didik dalam proses pelaksanaan pembelajaran mata
pelajaran BIOLOG materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan
Tunbuhan di kelas XII sebelum dan sesudah menggunakan
cooperative learning dengan metode diskusi dan tanya jawab.
2) Metode Tes
Metode tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang
mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor
angka. Metode tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah menggunakan model cooperative
learning dengan metode diskusi dan tanya jawab pada mata
pelajaran BIOLOGI materi pokok Pertumbuhan dan
Perkembangan Tumbuhan di kelas XII MIA sebagai bentuk
evaluasi.
3) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai seluk
beluk proses pembelajaran mata pelajaran BIOLOGI materi
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan di kelas XII MIA
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning
dengan metode diskusi dan tanya jawab seperti RPP, LOS, LKPD
dan daftar nama peserta didik.

3.6 Teknik Analisis Data


Kemudian data-data yang diperoleh dari penelitian, baik melalui pengamatan,
tes atau menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif
untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap
siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran mata pelajaran biologi
materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan kelas XII IPA setelah
menerapkan model cooperative learning dengan metode diskusi dan tanya jawab.
Adapun teknik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-data
yang disajikan berdasarkan angak-angka maka menggunakan analisis deskriptif
persentase dengan rumus sebagai berikut:

Skor yang dicapai


Persentase = x100%
Jumlah peserta didik

3.7 Instrument Penelitian


Instrumen yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat keberhasilan peserta
didik adalah:
1. Instrumen evaluasi Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh
data hasil belajar yang telah diberikan kepada siswa. Sedang bentuk
tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda
sebanyak 20 soal, dimana setiap item yang benar nilai 5, dan salah 0.
Tabel 3.1 Contoh Tabel Model Penilaian Hasil Belajar

No Nama Nilai Ketuntasan

2. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh
observer. Lembar observasi berisi tentang aktivitas perserta didik
dalam pembelajaran
Tabel 3.2
Contoh Tabel Lembar Observasi

No Nama Aspek Jumlah Aktivitas


Pengamatan

Keterangan :
A. Peserta didik berminat dalam proses pembelajaran
B. Perserta didik aktif mencari jawaban
C. Peserta didik aktif dalam kerja kelompok
D. Peserta didik aktif dalam mengomentari kelompok lain

3.8 Indikator Keberhasilan


Sedangkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian pendidikan ini
apabila:
1. Meningkatnya hasil belajar mata pelajaran Biologi materi pokok
Pertumbuhan Perkembangan Tumbuhan ditandai rata-rata yang dicapai
diatas KKM 75 sebanyak 80% dari jumlah peserta didik.
2. Adanya peningkatan keaktifan belajar peserta didik pada kategori sangat
aktif dan aktif yang mencapai 90%

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, dkk. Oktober 2012. “Studi motivasi siswa SMP dan sederajat di kota makasar
pada mata pelajaran IPA Biologi”. Jurnal bionature, volume 13, nomor 2
Baehaqi, M. Syofyan. 2019. “ Peningkatan Hasil Belajar Materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan Makhluk Hidup Dengan Media Pop Up Book Pada Siswa Kelas
III MI Muhammadiyah Blondo Magelang”. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah: Institur Agama Islam Negeri Salatiga

Basrowi, Suwandi. 2008. “Prosedur Penelitian Tindakan Kelas”. (Anggota IKAPI:


Ghalia Indonesia) hlm.28

Deni. 2020. “Upaya Meningkatkan Perhatian Belajar” Kementerian Riset dan


Teknologi Pendidikan Tinggi: Universitas Pendidikan Indonesia
Elsa, S. 2020. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pictures And Picture
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Pada Materi Siklus Makhluk
Hidup Di Kelas IV SDN 28 Mancani”. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar: Universitas Cokroaminoto Palopo.
Ferdiani, D. 2018. “Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Materi Pertumbuhan dan Perkembangan.
Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang”, volume 1, no. 2.

Nurkholis. 2015, Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Tekhnologi: Jurnal


Kependidikan, volume 2, no. 1.

Harisandy, R. 2015. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran
Pengendalian Daya Tegangan Rendah SMK 1 Sedayu Melalui Model
Kooperatif Tipe G1 (Group Investigation)”. Skripsi. Universitas negeri
yogyakarta.
Lestari, Ajeng. 2016. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pictures And
Picture Untuk meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPA
2 SMA Negeri 10 Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi”. [Skripsi].
Program studi Pendidikan Biologi: Universitas Sanata Dharma.

Margono, S. “Metodologi Penelitian Pendidikan”. ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004),


hlm. 158 & 170

Pratama, S. Hendry. 2018. “Peningkatan Hasil Belajar dan Kerja Sama Dalam Mata
Pelajaran IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa
Kelas III B SDN Condongcatur”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma.

Rabiatul, A. 2015. “Peranan Konselor Dalam Pelayanan Pendekatan Khusus


Bimbingan dan Konseling Terhadap Pembinaan Tingkah Laku Siswa di
Madrasah Tsanawiyah Muwallimat Yapewi Banjarmasin”. ISSN 2460-9722,
Jurnal Mahasiswa BK AN-NUR, volume 2, no. 1.
Santo, S. 2009. “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap
Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Virus Pada Siswa Kelas X MAN 2
Banjarnegara”. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Sugiono. 2007. “Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D”. (Bandung : Alfabeta), hlm. 203.
Suharsismi, A. 2006. “Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktik”. ( Jakarta:
Rineka Cipta), hlm. 231.

Suharsimi, A. 2009. “Penelitian Tindakan Kelas”. ( Jakarta: PT.Bumi Aksara), hlm.


16 & 63.

Suprijono dan supratiknya, “Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa
Dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII A MTs
Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Ajaran 2012/2013. Universitas ahmad
dahlan.
Syafnidawaty. 2020. ”Model Pembelajaran Cooperative Learning. Universitas
Raharja

Yulistyawati, E. 2014. “Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan”.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai