Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH,

SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) BERBANTU STRATEGI


UNDERLINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN LITERASI PESERTA DIDIK SMP NEGERI 18 KUPANG

PROPOSAL PENELITIAN

MELKHIAS SODAK
2001040070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA NUSA CENDANA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas berkat penyertaan dan penyelenggaraanNya penulis masih diberikan kesempatan untuk
menyusun dan menyelesaikan proposal yang berjudul “Penaruh Penerapan Model
Pembelejaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) Berbantu Strategi Underline” dengan
baik .

Proposal ini dibuat, dengan tujuan untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis dan tingkat literasi peserta didik dengan menerapkan
model pembelajaran SSCS berbantu strategi Underline. Jika hal ini tidak diatasi dengan baik,
maka Peserta Didik akan kesulitan untuk belajar di tahap selanjutnya. Oleh karena itu,
penelitian ini berguna untuk guru dalam mengantisipasi gejala dan faktor penyebab
rendahnya kemampaun berpikir kritis dan tingkat literasi peserta didik.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan proposal ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, baik itu bantuan secara moril maupun material, secara langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
limpah terima kasih kepada Ibu Dr. Yusnaeni, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing 1
dan Ibu Ivo Basri K, S.Si., M,Pd., selaku Dosen Pembimbing 2 yang sudah membimbing
dan membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang dipaparkan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan untuk mewujudkan karya tulis yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata
semoga proposal ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kupang, 2024

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi tiap individu seperti yang
termuat dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pendidikan merupakan suatu
usaha yang dilaksanakan secara sadar serta terencana untuk dapat mewujudkan
terciptanya suasana kegiatan proses pembelajaran yang menjadikan siswa aktif
didalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga dapat memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, dapat memiliki sikap pengendalian diri, memiliki kecerdasan serta ahlak
mulia dan keterampilan yang dapat berguna bagi dirinya, bagi masyarakat, bangsa
serta negara. Terlihat dari pengertian diatas, pendidikan merupakan upaya yang
terorganisir, berencana dan berlangsung secara terus menerus kearah mendidik
manusia atau membina anak menjadi manusia yang berkualitas.

Penyelenggaraan pendidikan menghadapi berbagai tantangan permasalahan, salah


satunya adalah masalah peningkatan kualitas. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satu faktornya adalah guru. Guru berperan penting dalam proses
pembelajaran, dengan guru sebagai fasilitator untuk siswa.
Keberhasilan guru sebagai fasilitator terletak pada cara menyampaikan materi
pembelajaran yang tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan menguasai materi yang
akan disampaikan. Adapun faktor faktor lain yang harus dikuasainya sehingga dalam
proses penyampaian materi efektif dan professional oleh seorang guru yaitu
kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-
menerus sehingga memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu
(Depdiknas, 2003). Terdapat 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional yang diperoleh dari
pendidikan profesi. Keempat kompetensi itu harus berkembang dalam kepribadian
seorang guru, dengan harapan guru yang memiliki empat kompetensi tersebut dapat
menerapkan keterampilan dan kemampuannya dalam mengajar secara efektif dan
professional.
Mengenai kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik, seorang guru harus
mempersiapkan atau merencanakan setiap program Pelajaran dengan baik, terdidik
dan mampu memilih metode yang efektif dalam menghasilkan pembelajaran yang
diinginkan. Salah satu solusinya ialah menggunakan metode dan strategi
pembelajaran yang efektif dan tepat sesuai materi dalam proses mengajar.
Belajar Ilmu Biologi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diharapkan dapat
menjadi sarana bagi siswa untuk belajar tentang diri sendiri dan sekitarnya. Pada
tingkat SMP pembelajaran Biologi dirancang untuk menempatkan dasar-dasar dan
prinsip-prinsip yang kemudian diterapkan dilingkungan sekitar. Pembelajaran Biologi
di SMP dilaksanakan secara inquiri untuk mengembangkan kemampuan
berpikir/belajar dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup. Pembelajaran Biologi di SMP menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan, proses dan sikap Ilmiah. Melalui konsep Biologi, siswa SMP
diharapkan dapat memanfaatkan alam secara bijakasana, untuk menghasilkan produk
ilmiah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Biologi adalah ilmu yang
mempelajari gejala-gejala alam yang dapat dirumuskan kebenarannnya secara
empiris. Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi memberikan
pengertian bahwa Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.
Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Kajian awal berdasarkan hasil observasi yang dialakukan Peneliti di SMP N 18
Kota Kupang, pencapaian pembelajaran Biologi kelas VIII, untuk pengembangan
materi system gerak pada manusia ditemukan bahwa kemampuan berpikir krtis dan
literasi siswa masih rendah. Hal ini dapat terlihat dengan jelas pada saat siswa sedang
menyelesaikan soal-soal biologi melibatkan kegiatan diskusi pada pembelajaran.
Selain itu, siswa SMP juga masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal Biologi tentang system gerak pada manusia. Rendahnya pemahaman serta
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Biologi yang melibatakan metode
ceramah dan tanya jawab, berdampak pula pada hasil belajar. Selain itu, metode
pembelajaran Biologi yang digunakan peneliti saat mengajarkan materi ini yakni
masih terpusat pada guru (teacher oriented), sementara siswa cenderung pasif.
Menurut hasil pengamatan saya, penyebab rendahnya keampuan berpikir kritis dan
literasi siswa ini yakni, sebagian besar siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran Biologi hanya mendengarkan semua hal yang diperintahkan oleh guru,
sehingga selama pembelajaran siswa hanya menerima suatu materi yang sudah jadi,
siswa tidak ikut berfikir dan menggunakan pengalaman belajarnya. Diakhir
pembelajaran, hasil kerja siswa hanya sebatas mengenal system gerak pada manusia
secara umum dalam bentuk yang sudah jadi, tanpa mengetahui system gerak pada
manusia itu terjadi.
Pengetahuan dasar mengenai pembelajaran Biologi yang telah dikuasai siswa akan
membantu untuk memahami dan menguasai konsep system gerak manusia. Konsep
yang dipelajari sebelumnya akan menjadi modal untuk mempelajari konsep
selanjutnya. Jika siswa pada awalnya mempelajari dengan konsep yang salah, maka
untuk penerapan konsep itu pada pengetahuan lebih lanjut akan salah juga. Hal
tersebut akan menimbulkan berbagai macam kesalahan, sehingga dapat dikatakan
bahwa sistem pengajaran yang demikian mengakibat siswa tidak berpartisipasi aktif
dalam dalam pembelajaran, sehingga dikhawatirkan siswa tidak dapat meningkatkan
aktivitas belajar biologi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
litersinya.
Dari hasil kajian diatas, peneliti mencoba mencari beberapa penelitian yang mirip
dengan penelitian ini didapatkan, 1) Penelitian yang dilakukan Anita Novianti, Epon
Ningrum, Mamat Ruhimat dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran
Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Peserta Didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung pada tahun 2013. 2) Penelitian
yang dilakukan Meky Saputra dengan judul penelitian penerapan model SSCS dengan
metode experiment pada konsep fuida statis untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik di kelas XI IPA 1 SMAN 4 Kota Bengkulu pada tahun 2014. Dari kedua
penelitian di peneliti meenemukan sebuah kebaruan dan perbedaan dari ariabel terikat
maupun variabel bebasnya.
Didalam pembelajaran, guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang
menarik yang sebelumnya tidak pernah diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan
daya tarik belajar siswa yang berakibat pada peningkatan kemampuan berpikir kritis
dan literasi siswa tersebut. Cara untuk menciptakan pembelajaran yang menarik
adalah dengan memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan efektif.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dan dapat digunakan untuk menarik
perhatian siswa dan menciptakan suasana baru dalam pembelajaran adalah model
SSCS berbantuan strategi underleaning pada kelas VIII dengan materi Sistem Gerak
pada Manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan literasi
Peserta Didik SMP Negeri 18 Kupang dengan menerapkan model pembelajaran
Search, Solve, Create and Share (SSCS) berbantu strategi Underline?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
literasi siswa dengan penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
(SSCS) berbantu strategi Underline di SMP Negeri 18 Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan uraian-uraian terdahulu maka hasil penelitian Quasi Eksperimen ini
diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis:
a) Manfaat bagi peneliti

Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan


model pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create and Share) berbantu strategi
underline untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan literasi peserta
didik.
b) Manfaat bagi siswa
Dapat membantu peserta didik agar lebih aktif dalam proses
pembelajaran serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan literasinya.
c) Manfaat bagi sekolah
Bila penelitian ini selesai dilaksanakan di sekolah, dalam hal ini SMP
Negeri 18 Kota Kupang, dapat mengambil manfaat dengan adanya
peningkatan kemampuan berpkir krits dan literasi siswa dan dapat dijadikan
sebagai masukan data serta rujukan dalam mengambil suatu keputusan dalam
proses pembelajaran di masa yang akan datang.

1.5 Definisi Operasional


1. Model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS)
Model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) adalah model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan di rancang
untuk mengembangkan dan menerapkan konsep Ilmu-ilmu pengetahuan dan
keterampilan berpikir kritis.
2. Strategi underline
3. Kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir dengan tujuan untuk membuat
keputusan- keputusan yang dapat di pertanggungjawabkan mengenai apa yang
diyakini dan apa yang akan dilakukan.
4. Literasi peserta didik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran SSCS Berbantu Strategi Underline

2.1.1 Pengertian model pembelajaran


Menurut (Trianto, 2014) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
(Huda, 2014) menyatakan “model pembelajaran adalah sebagai
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum,
mendesain materi-materi intruksional, dan memandu proses pengajaran
di ruang kelas atau setting yang berbeda”. Artinya, kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan saat mengajar harus sesuai
dengan model pembelajaran yang digunakan (Harefa et al., 2022).
2.1.2 Kegunaan model pembelajaran
Menurut Arsyad (2015) manfaat praktis pembelajaran yang
disimpulkan dari pendapat beberapa ahli, adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Model pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat meninbulkan motivasi
belajar, interaksi yang lebih langsung antar siswa dan
lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar
sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Model pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang, dan waktu.
d. Model pembelajaran dapat memberikan kesamaaan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di
lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadi interaksi
langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
misalnya melalui karya wisata, kunjung-kunjungan ke
museum atau kebun binatang. Kunjungan atau karya wisata
ke tempat-tempat tertentu juga merupakan media yang
ampuh untuk menunjang materi pembelajaran yang akan
disampaikan pada siswa. Sehingga siswa senang dalam
belajar, dengan kata lain bermain sambil belajar.
2.1.3 Jenis-jenis model pembelajaran
Jenis-jenis model pembelajaran sebagai berikut:
a. Model pembelajaran inquiry
Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis serta
analitis kepada peserta didik agar mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan secara mandiri melalui
penyelidikan ilmiah.
b. Model pembelajaran kontekstual
Merupakan model dengan konsep belajar yang membuat guru
untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik,
peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya monoton dan
mencatat.
c. Model pembelajaran ekspositori
Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok
peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi secara
optimal.Dalam model pengajaran ekspositori seorang pendidik harus
memberikan penjelasan atau menerangkan kepada peserta didik
dengan cara berceramah. Sehingga menyebabkan arah
pembelajarannya monoton karena sangat ditentukan oleh kepiawaian
ceramah guru
2.1.4 Model pembeleajaran SSCS
Salah satu model pembelajarannya adalah Search, Solve, Create, And
Share (SSCS) yang merupakan bagian dari model pembelajaran Problem
Solving yang mana kedua model ini sama-sama berbasis masalah. Model
pembelajaran SSCS diha rapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar
siswa dan membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga,
siswa tidak hanya menerima pembelajaran saja dari guru, tetapi juga dapat
meng gali dan menunjukan kelebihan yang dimiliki pada diri masing-masing
siswa. Model pembelajaran SSCS adalah model yang menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dirancang untuk mengembangkan dan
menerapkan konsep-konsep ilmu pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis
siswa, melibatkan banyak siswa dalam mengeksplorasi situasi yang baru,
mengingat perta nyaan yang menarik, dan memecahkan masalah yang
realistis. Penggunaan model pembelajaran SSCS ini membuat siswa lebih aktif
terlibat dalam penggunaan konsep dan terbiasa melakukan berpikir tingkat
ting gi, dan model ini dapat membantu guru dalam meng gambarkan
pemikiran yang kreatif.
Langkah-langkah model pembelajaran SSCS terdiri dari 4 fase yaitu:
Fase Search, yaitu meng gali pengetahuan awal, mengamati dan
menganalisa informasi yang diketahui, menyimpulkan masalah dengan
membuat pertanyaan-pertanyaan, dan meng generalisasikan in formasi
sehingga timbul ide yang mungkin diguna kan untuk menyel
esaikan masalah. 2) fase Solve, yaitu menentukan kriteria yang
akan digunakan dalam memilih beberapa alternatif, mem buat dugaan
mengenai beberapa solusi yang dapat digunakan, memikirkan segala
kemungkinan yang terjadi saat menggunakan solusi tersebut, dan mem
buat perencanaan penyelesaian masalah (didalamnya termasuk
menentukan solusi yang akan digunakan).
3) Fase Create, menyelesaikan masalah sesuai ren cana yang telah
dibuat, meyakinkan diri untuk meng uji kembali solusi yang telah didapat,
menggam barkan proses penyelesaian masalah, dan menyiap kan apa yang
akan dibuat untuk dipresentasikan.
4) Fase Share, yaitu menyajikan solusi kepada teman yang lain,
mempromosikan solusi yang telah dibuat, mengevaluasi tanggapan dari teman
yang lain dan merefleksikan keaktifan sebagai problem solver setelah
menerima umpan balik dari guru dan teman yang lain Keunggulan model
SSCS bagi siswa dianta ranya: 1) kesempatan untuk memperoleh pengalaman
langsung pada proses pemecahan masalah, 2) kesem patan untuk mempelajari
dan memantapkan konsep konsep fisika dengan cara yang lebih bermakna, 3)
mengolah informasi dari fisika, 4) menggunakan keterampilan berfikir tingkat
tinggi, 5) mengembang kan metode ilmiah dengan menggunakan peralatan
peralatan laboratorium atau alat sederhana melalui eksperimen untuk
mengembangkan minat terhadap pelajaran fisika, 6) memberi pengalaman
bagaimana pengetahuan sains diperoleh dan berkembang, 7) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk ber tanggungjawab terhadap proses
pembelajaran, 8) bekerja sama dengan orang lain, dan 9) menetapkan
pengetahuan tentang grafik, pengolahan data, me nyampaikan ide dalam
bahasa yang baik dan kete rampilan yang lain dalam suatu sistem keintegrasi
atau holistik (Rhozy et al., 2016).
2.1.5 Strategi underline
Penelitian tentang manfaat strategi belajar menggarisbawahi (underline)
dimulai sejak buku menjadi murah dan hampir setiap siswa memilikinya,
apalagi ketika hadir teknologi berlangsung, dan dengan makrostrukturlah
maka pengingatan kembali dan pembuatan ringkasan bisa terlaksana.
Makrostruktur dipercaya mampu membimbing siswa melaksanakan proses
encoding, mengingat kembali, dan memproduksi intisari dari teks. Oleh
karenanya makrostruktur merupakan prasyarat utama agar diperoleh
pemahaman global yang komprehensif terhadap sebuah teks. Pertanyaannya
adalah pada kelas berapa makrostruktur bisa diajarkan kepada peserta didik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peserta didik pada usia sekolah
menengah mengalami kesulitan membuat ringkasan tertulis pada teks
pelajaran. Peserta didik ini mengalami kesulitan membangun makrostruktur
karena mereka kesulitan menemukan informasi penting atau gagasan penting
dalam teks Pelajaran (Rhozy et al., 2016) .
2.2 Berpikir Kritis

2.2.1 Pengertian Berpikir Kritis


2.2.2 Faktor- fakto yang mempengaruhi kemampaun berpikir kritis
2.3 Literasi peserta didik

2.4 Materi sistem peredaran darah pada manusia

2.5 Penelitian Terdahulu

Sebelum adanya kegiatan penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian yang
telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan model pembelajaran SSCS
pada beberapa mata pelajaran yang berbeda maupun dengan mata pelajaran yang
sama. penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan Anita Novianti, Epon Ningrum, Mamat Ruhimat
dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create,
and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik
Kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung pada tahun 2013, di peroleh hasil
penelitian: (1) Model pembelajaran SSCS bisa untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran mendukung keefektifan dalam belajar yang menggambarkan
tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan dari tindakan pertama, kedua,
dan ketiga mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. (2)
meningkatnya pemahaman konsep yang dimiliki oleh peserta didik di tiap
indikator dan terus meningkat di tiap tindakannya. Perbedaan pada penelitian
ini terletak pada variabel Y dan persamaan terletak pada variabel X.
2. Penelitian yang dilakukan Meky Saputra dengan judul penelitian penerapan
model SSCS dengan metode experiment pada konsep fuida statis untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas XI IPA 1 SMAN 4 Kota
Bengkulu pada tahun 2014, diperoleh hasil penelitiandari ketuntasan belajar
kognitif peserta didik pada siklus I yaitu 79,6yang kemudian mengalami
peningkatan pada siklus II yaitu 84,2 dan pada siklus III sebesar 89,5. Hasil
dari ketuntasan belajar psikomotorik peserta didik pada siklus I yaitu 9,8yang
kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 10,4 dan pada siklus III
sebesar 10,7. Hasil dari ketuntasan belajar aspek afektif peserta didik pada
siklus I yaitu 9,85 yang kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu
10,3 dan pada siklus III sebesar 10,7. Daya serap peserta didik siklus I 79,6%
meningkat pada siklus II menjadi 84,2% dan 89,5% pada siklus III. Hasil dari
ketuntasan belajar klasik peserta didik pada siklus I yaitu 79,4% yang
kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 91,2% dan pada siklus
III sebesar 100% Hasil tersebut memperlihatkan bahwa model SSCS jika
diterapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen bisa
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik. Perbedaan pada
penelitian ini terletak pada variabel x dan y yang digunakan. Sedangkan
persamaannya terletak pada metode pembeajaran yang digunakan yaitu SSCS.

2.6 Kerangka Berpikir

Mengacu pada latar belakang diatas terhadap peningkatan kemampuan


berpikir kritis dan literasi siswa kelas VIII SMP N 18 Kota Kupang, pada mata
pelajaran Biologi materi sistem gerak pada manusia masih rendah. Pembelajaran
yang dilakukan masih cenderung monoton atau guru pada saat mengajar hanya
menggunakan metode ceramah, dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
sehingga menyebabkan kemampuannya dalam berpikir kritis dan tigkat literasinyaa
masih rendah.
Penggunaan model pembelajaran SSCS dapat mendorong keaktifan dalam diri
siswa dan melatih siswa untuk memberikan pengalaman praktis yang dapat
membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat. Melalui penggunaan
model SSCS ini, maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan literasi
siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka penelitian Quasi
Eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut.
2.7 Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah pernyataan atau tuduhan bahwa sementara masalah


penelitian yang kebenarannya masih lemah/belum tentu benar sehingga harus diuji
secarae mpiris (Erwan Agus Purwanto & Dyath Ratih Sulistiyastuti, 2018).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
literasi peserta didik dalam penerapan model pembelajaran SSCS berbantu strategi
Underline”.

1. Kemampuan berpikir kritis pesrta didik


H1= kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum penerapan model
pembelajaran SSCS berbantu strategi Underline berbeda secara signifikan.

Ho = kemampua berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah penerapan


model pembelajarn SSCS
BAB III
MOTODE PENELITIAN
Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). (Hunaepi et al., 2016)
menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas dipandang sebagai bentuk penelitian
peningkatan kualitas pembelajaran yang paling tepat, karena selain sebagai peneliti
guru juga bertindak sebagai pelaksana proses pembelajaran, sehingga tahu betul
permasalahan yang dihadapi dan kondisi ideal yang ingin dicapai. Hasil-hasil
penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru selanjutnya diaktualisasikan dalam
bentuk laporan tertulis mengikuti kaidah-kaidah penulisan ilmiah dan hasilnya akan
dapat berupa karya tulis ilmiah. Tidak sampai di sini, guru selanjutnya dapat
mempublikasi tulisan hasil penelitian ke dalam jurnal ilmiah, baik lokal, nasional ter-
ISSN, nasional terakreditasi, maupun internasional. Melalui publikasi ilmiah, guru
telah dapat mendesiminasikan hasil riset mereka dan dapat menjadi referensi bagi
guru atau peneliti lain dalam pengembangan keilmuan berbasis riset.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 18 Kupang pada semester


genap tahun ajaran 2023/2024 bulan Januari-Februari.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII A dan VIII B SMP
Negeri 18 Kupang yang berjumlah 40 Orang.

Prosedur Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Analisis Data

Krtieria Keberhasilan Tindakan

Anda mungkin juga menyukai