SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
PUTRI UTAMI
NIM 11150161000083
iv
ABSTRACT
This study aimed to analyze the effect of cooperative learning models application
on student’s Biology learning. The method used is a meta-analysis that is a narrative
review or systematic review by analizing research results that have been published
nationally related to the use of cooperative learning models for Biology learning.
The analysis sample was fifteen accredited national minimum journals of Sinta-3
published between 2010-2019 at the middle and high school levels, which discussed
experimental research on the use of cooperative learning models for Biology
learning. The research instrument was in coding data that summarized data and
journal information. Based on the analysis of the overall effect size value obtained
an average value of 0.30 which means that in the large effects category. The
findings of the analysis also showed that the cooperative learning model influences
and effective in terms of the level of education, the region, the dependent variable
and the types of methods used. The conclusion is the cooperative learning model is
more effectively used in Biology learning compared to the conventional learning
model in this study.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang mengizinkan skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik pada waktu yang terbaik. Melalui proses
pengerjaan skripsi ini, penulis menemukan dan merasakan banyak rahmat, berkat
dan nikmat jasmani dan rohani yang telah Allah limpahkan. Shalawat beserta salam
semoga tetap tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW beserta keluarga,
para sahabat dan seluruh umat beliau di seluruh alam semesta.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1) Jurusan Pendidikan Biologi di Fakultas
Ilmu Tarbuyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini berjudul “Meta-Analisis Pengggunaan Model Kooperatif dalam
Pembelajaran Biologi”.
Penulis menerima banyak saran, petunjuk, bimbingan dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ribuan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M. Ag. selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta;
2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing II
yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan
motivasi untuk mendorong penulis agar melakukan penelitian dan penulisan
skripsi sebaik mungkin;
3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, memberi masukan dan
arahan serta motivasi kepada penulis dari awal hingga akhir penyelesaian
skripsi ini;
5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberi nasihat, arahan dan bimbingan selama masa aktif
perkuliahan;
vi
6. Bapak Zainul Ma’arif dan Mamak Wiwik Zuliyatin, dua orang pahlawan
terhebat dalam hidup penulis. Penulis bersyukur telah ditakdirkan menjadi
buah cinta Bapak dan Mamak, yang selalu menerima segala kekurangan
penulis tanpa penghakiman yang menyakiti. Berkat dukungan moril dan
materi, serta dorongan semangat dan guyuran doa dan restu yang tidak
pernah putus, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan;
7. Abdullah Arif Wibowo, Ahmad Radlit Nasrullah, M. Fajar Rahmatullah dan
Mega Aulia Putri D, malaikat kesayangan yang menjadi pelipur di tengah
penatnya proses pengerjaan skripsi;
8. Maknyik, nenek satu-satunya yang masih mampu dan tidak pernah putus
memberikan doa dan dukungan penuh untuk kesuksesan penulis termasuk
dalam penyelesaian skripsi ini;
9. Mbah Dok, Mbah Nang, dan Mbah Hadhir, nenek dan para kakek yang telah
tenang di alam sana, doa penulis selalu menyertai para beliau. Penulis yakin
restu dan kasih sayang para beliau senantiasa mengalir untuk penulis;
10. Seluruh keluarga dari pihak Bapak dan Mamak, penopang utama warna
dalam kehidupan penulis;
11. Sobat Rucika pentolan Avec3na, musuh yang menjadi saudara dari masa
pesantren sampai sekarang, Hazimatul Layyinah, Jayanti Nurpanca F, Ihda
Juita Putriyani, Andi Dewi Mahardika, Nur Izzatul M, Risma Arsyida R,
Hilyatuz Zakiya dan Azka Amalia S. Mereka telah menemani penulis
melewati masa bahagia dan kelam yang silih berganti datang, tanpa mereka
mungkin kehidupan penulis tidak akan bermakna. Mereka adalah rumah
untuk penulis pulang saat merantau di Ciputat;
12. Seluruh anggota Avec3na, saudara-saudara yang mengajarkan banyak hal
dalam ikatan persaudaraan;
13. Alumni MI Mu’awanah Tahun 2009 dan Alumni MTs. Tarbiyatut Tholabah
Tahun 2012, teman-teman dalam menghabiskan waktu dan membuat
kenangan;
14. Teman-teman MIMOSA, yang telah menciptakan canda, tawa dan air mata
ketika bersama-sama melewati masa perkuliahan;
vii
15. Teman-teman RAKERKAB KKN 112, yang menemani penulis dalam
melewati masa pengabdian dengan penuh suka cita;
16. Seluruh senior, teman seangkatan dan junior di WASIAT Jakarta, yang
menjadi wadah penampung kerinduan masa pesantren dan sekolah
menengah;
17. Saudara-saudara di FORMALA JABODETABEK, yang telah menjadi
keluarga sedaerah yang penuh kesan;
18. Seluruh anggota ALFORA dan keluarga Al-Nahdlah, sebagai rumah ketika
merindukan pesantren masa aliyah;
19. Teman-teman POSTAR, yang mengajarkan banyak hal mengenai kesenian,
organisasi dan beberapa pelajaran kehidupan;
20. Seluruh orang-orang yang pernah mewarnai kehidupan penulis, teman-
teman offline dan online penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu.
Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa
yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang
jauh lebih baik dari-Nya. Aamiin.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 35
B. Metode Peneltian .................................................................................. 35
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35
D. Instrumen Penulisan ............................................................................. 36
E. Tahapan Penulisan .............................................................................. 37
F. Pengumpulan Data ............................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 38
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ..................................................................................... 40
1. Data Hasil Pengelompokan Effect Size Secara Keseluruhan ........ 41
2. Data Hasil Pengelompokan Effect Size Berdasarkan Jenjang
Pendidikan ..................................................................................... 42
3. Data Hasil Pengelompokan Effect Size Berdasarkan Wilayah ...... 43
4. Data Hasil Pengelompokan Effect Size Berdasarkan Variabel yang
Terikat ........................................................................................... 44
5. Data Hasil Pengelompokan Effect Size Berdasarkan Jenis Metode
Kooperatif ..................................................................................... 46
B. Pembahasan ......................................................................................... 48
1. Effect Size Model Pembelajaran Kooperatif Secara Keseluruhan . 49
2. Effect Size Berdasarkan Jenjang Pendidikan ................................. 50
3. Effect Size Berdasarkan Wilayah .................................................. 52
4. Effect Size Berdasarkan Variabel Terikat ...................................... 54
5. Effect Size Jenis Metode Kooperatif ............................................. 59
C. Keterbatasan ........................................................................................ 62
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 64
B. Saran .................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting
yang menyebabkan keberhasilan pembangunan secara keseluruhan. Kualitas
sumber daya manusia ditentukan oleh pendidikan yang berkualitas. Melalui
pendidikan, suatu bangsa dapat membangun peradaban unggul yang menjadi
identitas bangsa itu sendiri. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.1
Pembelajaran Biologi adalah bagian dari pembelajaran sains, yaitu satu
bagian sistem pendidikan yang memegang peranan penting untuk pendidikan.
Hakikat pembelajaran Biologi adalah pengembangan kompetensi siswa melalui
pemberian pengalaman secara langsung agar siswa dapat menjelajahi dan
memahami diri sendiri dan alam sekitar secara ilmiah.2 Hal ini seiring dengan
tujuan pembelajaran Biologi yaitu untuk mengembangkan potensi siswa agar
menjadi manusia unggul yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab.3 Tujuan
tersebut diaplikasikan melalui kompetensi inti yang disematkan dalam mata
pelajaran Biologi, meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
keterampilan.
Prestasi siswa dalam pembelajaran Biologi masih tergolong rendah.
Pernyataan tersebut berdasarkan hasil temuan PISA (Programme for International
1
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 1.
2
Zulfiani, Tonik Feronika dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.46.
3
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 1.
1
2
4
Hasil Riset Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam
PISA 2015, h. 4.
5
Hasil Riset Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam
PISA for Development Assesment and Analytical Framework: Reading, Mathematic and Science
2017, h.92.
6
Mifathul Huda, Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), cet. 12, h.29.
3
kooperatif dilakukan dengan cara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator
aktivitas siswa, sedangkan siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Artinya
dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh
siswa, dan siswa bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya.7
Pengamatan pendahuluan dilakukan peneliti dengan mengamati berkas data
penelitian yang paling banyak dilakukan dan dipublikasikan dalam berbagai jurnal
nasional yang terakreditasi. Hasilnya, peneliti menemukan lebih dari tujuh puluh
judul penelitian model pembelajaran kooperatif dalam materi IPA dan Biologi yang
dipublikasikan dalam rentang tahun 2010-2019. Model pembelajaran kooperatif
memiliki banyak tipe yang variatif dan menarik sehingga banyak diajukan sebagai
model pembelajaran alternatif dari model tradisional yang diterapkan oleh guru di
sekolah. Model pembelajaran kooperatif adalah model yang tepat digunakan untuk
mengasah dan mengukur kemampuan siswa serta dapat melibatkan siswa secara
aktif. Kesimpulan rata-rata penelitian mengenai model pembelajan kooperatif
memiliki dampak positif bagi siswa.
Data dari berbagai penelitian terdahulu dalam bidang pendidikan tersedia
cukup melimpah dalam bentuk jurnal-jurnal terpublikasi dan juga skripsi-skripsi
mahasiswa dari berbagai kampus yang tersebar di Indonesia. Sayangnya tidak
banyak penelitian dan kajian terhadap hasil-hasil penelitian untuk merangkum dan
menguji kembali keefektifan hasil suatu tema penelitian. Penelitian berdasarkan
data-data yang sudah ada dapat menghasilkan suatu teori baru mengenai tema yang
diteliti, selain itu hasilnya juga dapat digunakan sebagai penguatan hasil penelitian
sebelumnya. Penelitian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian meta-analisis.
Meta-analisis adalah metode telaah sistematik yang disertai teknik statistik
untuk menghitung kesimpulan beberapa hasil penelitian.8 Penelitian ini
7
Isjoni, Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2016), cet. 8, h. 5.
8
Sopiyudin Dahlan, Pengantar Meta-Analisis Seri 12: Disertai Aplikasi Meta-Analisis
dengan Menggunakan Program Excel, (Jakarta: PT. Epidemiologi Indonesia, 2012), h. 4.
4
menggunakan pustaka, buku ataupun jurnal sebagai sumber datanya.9 Peneliti akan
mengambil beberapa penelitian yang memiliki satu topik atau tema yang sama
dalam penelitian ini. Metode ini digunakan untuk meringkas, merangkum dan
memperoleh intisari hasil temuan dari sejumlah penelitian. Johnson dan beberapa
rekannya (1981) mempublikasikan hasil meta-analisis terhadap 122 studi yang
meneliti pengaruh-pengaruh pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan
individualistik terhadap prestasi belajar siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat memberikan pencapaian dan produktivitas yang
lebih tinggi daripada pembelajaran kompetitif dan individualistik.10 Caroline Lual
Hilk (2013) melakukan penelitian meta-analisis lain terhadap 231 studi mengenai
efek pembelajaran kooperatif, pembelajaran kompetitif dan pembelajaran
individualistik terhadap prestasi dan hubungan pertemanan sebaya. Hasilnya
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif signifikan secara statistik dan
memiliki hasil yang positif bila dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan
pembelajaran individualistik.11
Beberapa penelitian meta-analisis yang telah dilakukan menyasar bidang
kajian di berbagai jenjang pendidikan dan beberapa mata pelajaran. Namun, sampai
saat ini belum ada penelitian meta-analisis terbaru khususnya mengenai model
pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran Biologi di jenjang pendidikan
menengah. Berangkat dari masalah dan latar belakang tersebut, akhirnya peneliti
melakukan penelitian meta-analisis jurnal nasional terakreditasi untuk melihat
besar pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk diterapkan
secara keseluruhan, dengan judul penelitian “Meta-Analisis Penggunaan Model
Kooperatif dalam Pembelajaran Biologi”.
9
Syamsul Hadi, Metode Penelitian Kuantitaif untuk Akuntansi Keuangan, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006), h. 24.
10
Huda, op.cit., h.13
11
Caroline Lual Hilk, “Effects of Cooperative, Competitive, and Individualistic Learning
Structures on College Student Achievement and Peer Relationships: A Series of Meta-Analyses”,
Disertasi pada The University of Minnesota, Minnesota, 2013, h. 90, tidak dipublikasikan.
5
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, meliputi:
1. Model pembelajaran kooperatif banyak digunakan sebagai alternatif
pembelajaran dalam mata pelajaran Biologi.
2. Belum ada penelitian meta-analisis terbaru mengenai penggunaan model
pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran Biologi di jenjang pendidikan
menengah.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Subjek penelitian berupa jurnal nasional terakreditasi dan dipublikasikan
dalam rentang tahun 2010- 2019.
2. Judul penelitian dalam jurnal yang dianalisis mengenai penelitian
eksperimen penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran Biologi.
3. Efektivitas pembelajaran kooperatif ditinjau dari jenjang pendidikan,
wilayah, variabel terikat dan jenis metode kooperatif dalam pembelajaran
Biologi.
D. Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana besar pengaruh model pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran Biologi secara keseluruhan?
2. Bagaimana besar pengaruh model pembelajaran kooperatif berdasarkan
jenjang pendidikan?
3. Bagaimana besar pengaruh model pembelajaran kooperatif berdasarkan
wilayah?
4. Bagaimana besar pengaruh model pembelajaran kooperatif berdasarkan
variabel terikat?
5. Bagaimana besar pengaruh model pembelajaran kooperatif berdasarkan
penggunaan jenis metode pembelajaran kooperatif?
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besar pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif terhadap pembelajaran Biologi siswa
secara keseluruhan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk memberi
informasi kepada Program Studi Pendidikan Biologi mengenai database artikel
pada jurnal nasional yang terutama berkaitan dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif, sehingga dapat diolah atau dimanfaatkan dengan baik.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Deskripsi Teoristis
1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Konsep Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik
Jean Piaget dan Vygotsky merupakan pelopor teori belajar konstruktivistik.
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar berarti membangun, yaitu dengan
melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya siswa dapat membangun atau
menyusun sendiri pemahamannya. Teori belajar yang berhubungan dengan cara
seseorang memperoleh pengetahuan yang menekankan pada penemuan makna
adalah pengertian teori konstruktivistik. Perolehan pengetahuan tersebut melalui
informasi dalam struktur kognitif yang telah ada dari hasil perolehan sebelumnya
yang tersimpan dalam memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan
pengetahuan baru.1
Konstruktivisme banyak digunakan dalam pendidikan sains terutama dalam
tataran penelitian sejak tahun 1980. Banyak muncul di Indonesia usaha-usaha untuk
menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran. Departemen
Pendidikan Nasional juga secara khusus menyebutkan bahwa pinsip-prinsip
konstruktivisme hendaknya diperhatikan dan diterapkan dalam pelaksanaan
pembelajaran sains di sekolah. Konstruktivisme menyatakan bahwa pembelajaran
hendaknya berjalan mengikuti suatu tahapan tertentu, yaitu pendahuluan,
eksplorasi, restrukturisasi, aplikasi, dan review.2 Sebagai sebuah teori tentang
bagaimana pengetahuan terbentuk, konstruktivisme mempunyai pandangan
tertentu tentang pengetahuan.
Secara garis besar ada tiga prinsip dasar yang merupakan inti pandangan
konstruktivisme tentang pengetahuan. Prinsip pertama adalah pengetahuan
merupakan hasil konstruksi manusia dan bukan sepenuhnya representasi suatu
1
Zulfiani, Tonik Feronika dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.119.
2
Widodo, A, dan Nurhayati, L., ”Tahapan Pembelajaran yang Konstruktivis: Bagaimanakah
Pembelajaran Sains di Sekolah?”, Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA,
Bandung, 10 September 2005, h.4.
7
8
fenomena atau benda. Fenomena atau benda bersifat obyektif, namun observasi dan
interpretasi terhadap suatu fenomena atau benda dipengaruhi oleh subyektivitas
pengamat. Prinsip kedua yakni pengetahuan merupakan hasil konstruksi sosial.
Konteks sosial tertentu membentuk dan mempengaruhi pengetahuan. Prinsip
ketiga, pengetahuan bersifat tentatif. Sebagai konstruksi manusia, kebenaran
pengetahuan tidaklah mutlak tetapi bersifat tentatif dan senantiasa berubah. Sejarah
telah membuktikan bahwa sesuatu yang diyakini “benar” pada suatu masa ternyata
“salah” di masa selanjutnya. Sebagai konsekuensi dari ketiga prinsip dasar
sebagaimana diuraikan di atas, konstruktivisme juga mempunyai pandangan
tentang belajar dan mengajar.
Lima hal penting berkaitan dengan belajar dan mengajar berdasarkan
sejumlah literatur tentang konstruktivisme, yaitu 1) Pembelajar telah memiliki
pengetahuan awal. Hakikatnya tidak ada pembelajar yang otaknya benar-benar
kosong. Pengatahuan awal yang dimiliki pembelajar memainkan peran penting
ketika dia belajar tentang sesuatu hal yang ada kaitannya dengan apa yang telah
diketahui; 2) Belajar merupakan proses pengkonstruksian suatu pengatahuan
berdasarkan pengatahuan yang telah dimiliki. Pembelajar mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri karena pengetahuan tidak dapat ditransfer dari suatu
sumber ke penerima; 3) Belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar. Karena
pembelajar telah memiliki pengetahuan awal, maka belajar adalah proses
mengubah pengetahuan awal siswa sehingga bisa berkembang menjadi suatu
konstruk pengetahuan yang lebih besar; 4) Proses pengkonstruksian pengetahuan
berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu. Berdasarkan fakta bahwa individu
tidak terpisah dari individu lainnya, maka interaksi dan lingkungan sosial
memainkan peran penting dalam proses tersebut, sekalipun proses
pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam otak masing-masing individu; 5)
Pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Tidak ada seorangpun
yang bisa “mengatur” proses berpikir orang lain, oleh karena itu guru atau siapapun
tidak dapat memaksa siswa untuk belajar. Guru hanyalah menyiapkan kondisi yang
9
memungkinkan siswa untuk belajar, namun hasil yang baik dari proses belajar
tergantung sepenuhnya pada diri pembelajar itu sendiri.3
Literatur tentang pembelajaran yang berbasis konstruktivisme
mengindikasikan bahwa lingkungan (fisik, sosial dan emosional) dan tahapan
pembelajaran yang konstruktivis diperlukan dalam proses pembelajaran
konstruktivistik. Berdasarkan sejumlah literatur, pembelajaran yang konstruktivis
terdiri dari lima tahapan yang saling berurutan, yaitu pendahuluan, eksplorasi,
restrukturasi, aplikasi dan review.4 Tahapan tersebut disajikan dengan lebih rinci
dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tahapan dan Proses Pelaksanaan Pembelajaran Konstruktivistik
Tahapan Pembelajaran Konstruktivis Proses Pelaksanaan
3
Ibid., h. 3.
4
Ibid., h. 4.
10
5
Zulfiani, op.cit., h.117.
6
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi dan Masyarakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005), h.
119.
7
Isjoni, Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2016), cet. 8, h. 50.
8
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harmianto, Model-model Pembelajaran
Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 56.
11
9
Mifathul Huda, Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), cet. 12, h.29.
10
Isjoni, Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2016), cet. 8, h. 5.
11
Huda, op. cit., h. 3.
12
12
Ibid., h.vii.
13
Ibid., h.53.
14
Taniredja, op. cit., h. 60.
15
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok:
Rajagrafindo, 2018), Cet. 7, h. 211.
13
16
Zulfiani, op.cit. h. 132.
14
elemen dasar dan ketentuan pokok yang membuat pembelajaran kooperatif lebih
produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan individual.17
Pembelajaran kooperatif dipandang sebagai sarana ampuh untuk
memotivasi pembelajaran dan memberikan pengaruh positif terhadap iklim ruang
kelas yang pada saatnya akan turut mendorong pencapaian yang lebih besar,
meningkatkan sikap-sikap positif dan harga diri yang lebih dalam, mengembangkan
kemampuan-kemampuan kolaboratif yang lebih baik, dan mendorong motivasi
sosial yang lebih besar kepada orang lain yang membutuhkan.18
17
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara,
2018), Cet. 11, h. 190.
18
Huda, op.cit., h. 65.
19
Zulfiani, op.cit., 131-132.
15
sejumlah metode pembelajaran kooperatif yang semakin popular hinga saat ini.
Slavin (1995) membagi beberapa metode pembelajaran kooperatif yang paling
sering digunakan dan banyak diteliti ke dalam tiga kategori, yaitu metode Student
Team Learning, metode Supported Cooperative Learning, dan metode informal.
Metode Student Team Learning dilibatkan pada lebih dari separuh
penelitian tentang pembelajaran kooperatif. Metode ini didasarkan pada prinsip
bahwa siswa harus belajar bersama dan bertanggung jawab atas pembelajarannya
sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Metode ini juga
menekankan pentingnya tujuan dan kesuksesan kelompok yang dapat dicapai hanya
jika seluruh anggota kelompok mempelajari materi yang ditugaskan.20 Metode
Student Team Learning meliputi metode Student Team-Achievment Division
(STAD), Teams-Games-Tournament (TGT) dan Jigsaw II.
Metode Student Team Learning yang pertama adalah STAD. STAD
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan
paling baik digunakan untuk guru yang baru menggunakan pembelajaran
21
kooperatif. STAD memiliki lima tahapan pelaksanaan yaitu tahap penyajian
materi, tahap kegiatan kelompok, tahap tes individual, tahap perhitungan skor
perkembangan individu, dan tahap pemberian penghargaan kelompok.22
Pengelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan, gender, ras dan etnis
dilakukan dalam praktek STAD.23 Setelah pengelompokan dilakukan, setiap siswa
mempelajari materi bersama secara berkelompok. Kemudian diuji secara individual
melalui kuis-kuis. Skor yang diperoleh oleh kelompok ditentukan dari perolehan
nilai kuis individu setiap anggota. Setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai
maksimal agar kelompoknya mendapat nilai yang tinggi. Slavin menyatakan bahwa
metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi pelajaran, termasuk sains
yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban.
20
Huda, op.cit., h. 114.
21
Robert A. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Terj. dari Cooperative
Learning: Theory, Research and Practice oleh Narulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2008), h.
143.
22
Isjoni, op. cit., h. 51.
23
Huda, op. cit., h. 116.
16
Metode selanjutnya adalah TGT. Secara umum TGT hampir sama dengan
STAD, kecuali satu yaitu TGT menggunakan turnamen akademik, menggunakan
kuis dan sistem skor kemajuan individu. Para siswa berlomba untuk menjadi
perwakilan tim dimana setiap anggota dalam tim memiliki kinerja akdemik yang
sebelumnya setara.24 Setelah belajar dalam kelompoknya masing-masing siswa
akan dipertemukan dengan siswa yang setingkat kemampuannya dalam suatu
pertandingan yang dikenal dengan istilah “tournament table” yang diadakan setiap
akhir unit pokok bahasan materi.25 Kelebihan dari TGT adalah mengakrabkan dan
menantang siswa sehingga menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
Rancangan aktivitas belajar yang dipadukan dalam permainan kelompok model
TGT memungkinkan siswa dapat belajar dengan lebih rileks.26 Sedangkan
kelemahan TGT adalah waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan perlombaan
relatif lama dan sulitnya mengontrol siswa selama proses pelaksanaan
perlombaan.27
Metode Student Team Learning terakhir adalah Jigsaw II. Metode Jigsaw
pertama kali dikembangkan oleh Aronson pada tahun 1975. Metode ini kemudian
diadopsi dan dimodifikasi oleh Robert A. Slavin.28 Metode ini menerapkan bahwa
setiap kelompok berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok.
Penghargaan tersebut diperoleh berdasarkan hasil kinerja individu masing-masing
anggota. Teknis pelaksanaannya pertama setiap kelompok disajikan informasi
materi yang sama. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk
menjadi ahli dari suatu aspek materi.29 Setiap siswa memperoleh kesempatan
belajar secara keseluruhan konsep sebelum siswa belajar bagiannya untuk menjadi
ahli. Kemudian setiap kelompok menunjuk satu orang ahli yang akan bergabung
dalam kelompok gabungan yang terdiri dari perwakilan masing-masing kelompok.
24
Slavin, op.cit., h. 163.
25
Taniredja, op. cit., h. 67.
26
Muhammad Fathurrohman, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Yogjakarta: AR-Ruz
Media, 2015), h. 55.
27
Widya Kusuma Amaningrum, Sri Mulyani Endan Susilowati dan Ning Setiati,
“Efektivitas TGT dengan Quick and Smart Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa”, Journal of
Biology Education, Vol. 5 (3), 2016, h. 287.
28
Huda, op. cit., h. 118.
29
Fathurrohman, op.cit., h. 65.
17
Kelompok gabungan ini disebut dengan kelompok ahli, akan mendiskusikan materi
tersebut dengan lebih mendalam. Kemudian mereka kembali kepada kelompok asal
masing-masing dan menyampaikan setiap detail informasi yang telah siswa
dapatkan di dalam kelompok ahli. Setelah itu setiap anggota diuji menggunakan
kuis. Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil kuis ini akan menentukan skor
kelompok.
Metode Jigsaw II mengutamakan tanggung jawab kelompok serta melatih
komunikasi antar siswa di kelompoknya agar dapat memecahkan masalah yang ada.
Selain itu metode ini melatih siswa untuk disiplin terhadap pengaturan waktu
selama berdiskusi dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa terhadap suatu
materi.30
Kelompok metode pembelajaran dalam pembagian Slavin berikutnya
adalah kategori metode-metode Supported Cooperative Learning. Metode
Supported Cooperative Learning digagas oleh beberapa peneliti, termasuk dua
peneliti sepsialis yang sudah banyak menerbitkan buku tentang model kooperatif,
David Johnson dan Robert Johnson.31 Metode pembelajaran kooperatif metode
Supported Cooperative Learning terbagi ke dalam sepuluh metode. Metode
tersebut antara lain Learning Together (LT) – Circle of Learning (CL), Jigsaw,
Jigsaw III, Cooperative Learning Structure (CLS), Group Investigation (GI),
Complex Instruction (CI), Team Accelerated Instruction (TAI), Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC), Structured Dyadic Methods (SDM),
dan Listen-Say-Arrange (LSA).
Metode Supported Cooperative Learning pertama adalah Learning
Together (LT) – Circle of Learning (CL). David Johnson dan Robert Johnson pada
tahun 1975 menerbitkan sebuah buku berjudul Learning Together and Along:
Cooperation, Competition, and Individualization. Setelah buku tersebut terbit, LT
menjadi salah satu metode pembelajaran kooperatif yang saat itu popular. Bersama
Hulubec dan Roy, Johnson dan Johnson kembali menerbitkan buku baru pada tahun
30
Brendyani Eka Setyowati, Arif Widiyatmoko dan Sarwi, “Efektivitas Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Karakter Siswa”, Unnes Science Education Journal, Vo. 4 (3), 2015, h. 983.
31
Huda, op. cit., h. 119.
18
1984 dengan judul Circe of Learning, dimana istilah tersebut menjadi pengganti
istilah LT. Akan tetapi kedua istilah tersebut sama-sama memiliki Teknik
pelaksanaan yang tidak jauh berbeda. Metode LT-CL ini menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok diminta untuk menghasilkan
satu produk kelompok. Setiap kelompok diharapkan bisa membangun dan menilai
sendiri hasil kerja kelompoknya. Setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk
memastikan bahwa kelompoknya kompak dalam diskusi dan mengerjakan soal.32
Guru bertugas mengawasi kegiatan kelompok. Pelaksanaan LT-CL tidak ada
kompetisi baik antar anggota maupun antar kelompok. Jika menemukan kesulitan,
setiap anggota diminta meminta bantuan kepada anggota kelompoknya terlebih
dahulu sebelum meminta bantuan kepada guru. Penghargaan diberikan berdasarkan
performa masing-masing anggota dan performa kelompok mereka. Penghargaan
dapat berupa pujian, nilai akademik atau lainnya.33
Metode kedua adalah Jigsaw. Metode Jigsaw I atau hanya biasa disebut
Jigsaw, pertama kali dikembangkan Aronson pada tahun 1975. Metode ini
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan lima
orang. Keanggotaan kelompok harus heterogen agar mengoptimalkan manfaat
belajar kelompok.34 Guru harus menentukan keanggotaan setiap kelompok, untuk
menghindari anggota homogen dalam suatu kelompok apabila siswa diberi
kebebasan memilih anggotanya masing-masing. Jigsaw dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman tentang materi-materi yang sudah ada dalam buku teks
maupun informasi tambahan lainnya yang diperoleh dari sumber bebas.35
Tahapan metode Jigsaw dimulai dengan pemberian informasi tentang satu
topik dari materi pelajaran saat itu kepada masing-masing kelompok. Kemudian
masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda. Setelah
itu, setiap anggota berkumpul dengan anggota kelompok lainnya berdasarkan
32
Fathurrohman, op.cit., h. 68.
33
Huda, op.cit., h. 120.
34
Isjoni, op. cit., h. 54.
35
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan konten
dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam, Terj. dari Strategic and Models for Teacher: Teaching
Content and Thinking Skills Sixth Edition oleh Satrio Wahono, (Jakarta: PT. Indeks, 2012), h. 138.
19
bagian materi yang telah ditentukan. Kemudian kelompok ini berdiskusi dan setelah
selesai, kembali ke kelompok semula untuk menjelaskan materi yang telah
didapatkan. Tahap akhir adalah pengujian. Guru memberikan kuis kepada setiap
anggota untuk dikerjakan sendiri-sendiri. Skor yang diperoleh oleh setiap anggota
akan menentukan skor kelompoknya.36
Metode ini dapat digunakan dalam mata pelajaran sains, sosial, bahasa dan
37
agama. Selain itu, metode ini juga sesuai digunakan untuk seluruh jenjang
pendidikan. Manfaat dari metode ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bekerjasama dan bergotong royong untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Metode Student Team Learning ketiga adalah metode Jigsaw III. Metode
Jigsaw III ini dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1990. Tidak ada perbedaan
yang menonjol antara seluruh metode Jigsaw dalam tata laksana dan prosedurnya
masing-masing. Hanya saja dalam Jigsaw III Kagan berfokus pada penerapannya
di kelas-kelas bilingual. Umumnya praktek Jigsaw III menggunakan Bahasa Inggris
untuk materi, bahan, lembar kerja dan kuisnya, yang berarti berbeda dengan dua
metode jigsaw sebelumnya yang dapat digunakan dalam seluruh mata pelajaran.38
Metode keempat adalah Cooperative Learning Structure (CLS). Lebih
dikenal sebagai metode struktural pembelajaran kooperatif, CSL dikembangkan
oleh Spencer Kagan pada tahun 1990. CSL dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Struktur-struktur ini sebenarnya lebih mirip sebagai sebuah pola
pengelolaan kelas pembelajaran kooperatif dari pada sebagai suatu metode
tersendiri. Artinya, Kagan menghendaki suatu interaksi antar struktur jika
pembelajaran kooperatif diterapkan di kelas. Terdapat lima belas struktur
pembelajaran kooperatif CLS yang memiliki fungsi akademik dan sosial masing-
masing.39 Beberapa struktur pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Kagan
36
Huda, loc. cit., h. 121.
37
Evi Roviati, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajat Biologi dengan Pengantar Bahasa Inggris pada Siswa
SMA RSBI”, Jurnal Scientiae Educatia, Vol. 1(1), 2012, h. 5.
38
Huda, op. cit., h. 122.
39
Fathurroman, op.cit., h. 69.
20
40
Huda, op. cit., h. 123.
41
Ibid.
42
Fathurrohman, op.cit., h. 69.
43
Ibid., h. 71.
44
Isjoni, op. cit., h. 59.
21
45
Huda, op. cit., h. 124.
46
Ibid., h. 126.
47
Ibid.
48
Slavin, op. cit., h. 200.
22
pra-penilaian dan kuis. Setiap siswa dalam pembelajaran CIRC bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide
untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga membentuk
pemahaman dan pengalaman belajar yang lama.49
Metode kesembilan adalah metode Structured Dyadic Methods (SDM).
Secara umum, setiap metode pembelajaran kooperatif dibentuk dalam kelompok
kecil yang beranggotakan empat sampai lima siswa. Namun metode SDM berbeda
dengan metode-metode kooperatif lainnya, karena metode ini hanya melibatkan dua
anggota saja dalam satu kelompok. Teknis pelaksanaannya juga terstruktur, di mana
satu siswa bertindak sebagai guru dan siswa lain berperan sebagai siswa. Mereka
diminta untuk mempelajari prosedur-prosedur tertentu atau meringkas informasi-
informasi penting dari sebuah buku. Belajar berpasangan secara terstruktur
dipercaya dapat menjadi metode efektif dalam meningkatkan pembelajaran siswa.
Hingga saat ini, metode-metode belajar berpasangan tersebut sering digunakan di
sekolah-sekolah formal maupun informal.50
Metode Student Team Learning terakhir adalah Listen-Say-Arrange (LSA).
Metode ini menuntun siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran,
dimana akan terdapat komunikasi dan partisipasi positif antar siswa dalam
kelompoknya. Metode ini melibatkan tiga tahap dasar. Pertama adalah listen, yaitu
mendengarkan beberapa kunci dari konsep tertentu. Kedua adalah say, yaitu
mengatakan informasi mengenai kata-kata kunci yang telah didengarnya. Terakhir
adalah arrange, yaitu menyusun semua kata kunci yang ada menjadi sebuah
bahasan konsep yang utuh serta menyeluruh. Nugroho (2010) menyatakan bahwa
metode LSA dalam kegiatan pembelajarannya menyajikan siswa seacara efektif
untuk berproses meningkatkan kemampuan dalam memahami materi kompetensi
dengan menikmati proses pembelajaran dan menumbuhkan motivasi belajar
sehingga membuat pembelajaran terasa lebih dalam serta hasil kegiatan belajar
49
Siti Marpuah, Margareta Rahayuningsih dan Sri Sukaesih, “Efektivitas Model
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan Mind Mapping”,
Unnes Journal of Biology Education, Vol. 4 (3), 2015, h. 245.
50
Huda, op. cit., h. 128.
23
yang berjalan optimal.51 Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penerapan metode LSA, yaitu kondisi dan tempat siswa harus sesuai dengan materi
yang akan dipelajari. Selai itu, metode ini tidak cocok digunakan dalam kelas
dengan jumlah siswa yang banyak, karena dapat menjadikan bimbingan guru
kurang maksimal.
Kelompok metode pembelajaran dalam pembagian Slavin berikutnya
adalah kategori metode informal. Ada banyak aktivitas pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan dari metode-metode pengajaran tradisional yang banyak
diminati oleh sebagian guru.52 Beberapa metode informal pembelajaran kooperatif
yang paling banyak digunakan adalah Spontaneous Group Discussion (SGD),
Numbered Heads Together (NHT), Team Product (TP), Cooperative Review (CR),
Think-Pair-Share (TPS), Discussion-Group (DG) – Group Project (GP), dan
Cooperative Script (CS).
Metode pertama dalam metode informal adalah SGD. Guru akan mudah
memberikan instruksi kepada siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu,
seperti mencari makna sesuatu, mencari alasan tentang peristiwa tertentu, atau
memecahkan suatu masalah jika siswa diminta duduk berpasangan atau
berkelompok. Diskusi kelompok dalam metode ini dilakukan dengan spontan tanpa
perencanaan. Teknik pelaksanaannya juga sederhana, yaitu meminta siswa untuk
berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu. Setelah itu satu persatu kelompok
maju mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Meskipun dilaksanakan
dengan spontan, guru harus tetap memperhatikan lima elemen pembelajaran
kooperatif selama diskusi berlangsung.53
Metode kedua adalah Number Heads Together (NHT). Metode
pembelajaran kooperatif NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan.54 Pada dasarnya
51
Reni Ernawati, Uus Toharudin dan Yusuf Ibrahim, “Penerapan Model Pembelajaran
Aktif-Kooperatif Tipe LSA Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMA pada Subkonsep
Sistem Imun Manusia”, Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi (BiosferJPB), Vol. 10, 2017, h. 15.
52
Huda, op.cit., h. 129.
53
Ibid.
54
Lusia Retno Yuliani, R. Susanti dan Siti Harmina Bintari, “Penerapan Model
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem
Ekskresi”, Journal of Biology Education, Vol. 7 (2), 2018, h. 210.
24
metode NHT adalah varian dari diskusi kelompok.55 NHT adalah suatu metode
pembelajaran yang mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan
melaporkan informasi yang didapat dari berbagai sumber yang dipresentasikan di
depan kelas.56 NHT dilakukan dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat
satu kelompok, kemudian diberikan satu materi yang harus didiskusikan. Setelah
itu secara acak guru memanggil nomor dari siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan setiap siswa benar-benar
terlibat dalam diskusi. Metode ini memberikan siswa kesempatan untuk saling
berbagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, metode ini
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.57
Metode ketiga adalah metode Team Product (TP). Setiap kelompok diminta
untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu, sehingga metode ini dinamakan Team
Product. Setiap hal yang dilakukan oleh masing-masing kelompok harus berbentuk
produk, baik itu abstrak maupun konkret. Guru dapat memberikan peran atau tugas
yang berbeda-beda pada masing-masing anggota dalam setiap kelompok dalam
menciptakan produk untuk memastikan adanya tanggung jawab individu.58
Metode keempat adalah metode Cooperative Review (CR). Metode ini
biasanya dilaksanakan menjelang ujian. Siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling mengajukan pertanyaan yang mencerminkan poin-
poin utama dari materi pelajaran. Setelah itu, mereka diminta untuk menuliskan
pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mengajukannya kepada kelompok lain.
Kelompok yang mengajukan pertanyaan dan kelompok yang diberi pertanyaan
akan mendapat nilai bila dapat menjawab dengan benar. Metode CR ini juga dapat
dilaksanakan dengan guru memberi pertanyaan dan kelompok-kelompok kecil
memberi jawaban. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang memiliki
jawaban yang bisa dikembangkan lebih dari satu kali, bukan pertanyaan yang
memiliki satu jawaban yang mutlak.59
55
Huda, op. cit., h. 130.
56
Fathurrohman, op.cit., h. 82.
57
Isjoni, op. cit., h. 78.
58
Huda, loc. cit.
59
Huda, op. cit., h. 131.
25
60
Slavin, op. cit., h. 257.
61
Huda, op. cit., h. 132.
62
Ibid., h. 133.
63
Ibid.
64
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016), Cet. 15, h. 145.
26
untuk dibaca dan dibuat ringkasan. Selanjutnya ditetapkan satu siswa yang berperan
sebagai pembicara dan satu siswa sebagai pendengar yang menyimak dan
mengoreksi ide-ide yang disampaikan oleh siswa yang berperan sebagai pembicara.
Kemudian kedua siswa bertukar peran dan membuat kesimpulan Bersama-sama.
65
Isjoni, op. cit., h. 23.
27
menjadi lebih peduli dan menerima latar belakang teman-temannya dan akan
terbangun rasa ketergantungan positif dalam proses belajarnya.66 Guru tidak bisa
memaksakan siswa untuk memiliki sikap toleransi, kepercayaan dan persahabatan
di antara siswa lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Melalui
pembelajaran kooperatif, siswa dengan sendirinya akan membangun sikap
toleransi, kepercayaan dan persahabatan dengan siswa lain yang memiliki latar
belakang heterogen. Hal tersebut adalah salah satu manfaat besar yang dapat
diambil dari penerapan model pembelajaran kooperatif. 67
Keunggulan model pembelajaran kooperatif menurut Jarolemik dan Parker
adalah: 1) saling ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam
merespon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan kelas, 4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5) terjalinnya
hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan 6) memiliki
banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan.68
Selain keunggulan, metode pembelajaran kooperatif juga memiliki
kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif yang pertama adalah, guru
harus mempersiapkan pembelajaran secara matang yang tentu pelaksanaannya
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. Kedua adalah
membutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar. Sedangkan kondisi di sekolah tidak
seluruhnya mendukung adanya fasilitas, alat dan biaya tersebut. Kelemahan ketiga
adalah adanya kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, sehingga banyak yang melenceng
dari waktu yang telah ditentukan. Kelemahan keempat adalah terkadang dominasi
seseorang mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif saat diskusi kelas
berlangsung.69 Selain keempat kelemahan tersebut, keberhasilan metode
pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
66
Huda, op.cit., h. 66.
67
Eggen, op.cit., h. 153.
68
Isjoni, op. cit., h. 24.
69
Isjoni, op. cit., h. 25.
28
memerlukan pembiasaan dan periode waktu yang panjang yang tidak mungkin
tercapai melalui satu kali penerapan, dengan kata lain pengulangan penggunaan
pembelajaran kooperatif diperlukan.70
2. Konsep Meta-Analisis
a. Pengertian Meta-Analisis
Karl Pearson pada tahun 1904 mengenalkan meta-analisis sebagai metode
penelitian untuk kajian di bidang kesehatan atau pengobatan. Namun dalam
perkembangannya meta-analisis sebagai jenis dan metode penelitian digunakan
untuk mengkaji berbagai masalah atau topik dalam berbagai bidang. Meta-analisis
dalam dunia pendidikan mulai dilakukan sekitar tahun 1970-an oleh Gene Glass,
Frank L. Schmidt dan John E. Hunter. Gene Glass pada tahun 1976
mendeklarasikan pentingnya melakukan penelitian meta-analisis dalam bidang
pendidikan berdasarkan melimpahnya hasil studi bidang pendidikan yang tidak
ditindaklanjuti. Saat itu literasi mengenai meta-analisis dalam bidang pendidikan
belum memadai.71 Meta-analisis merupakan metode telaah sistematik yang disertai
teknik statistik untuk menghitung kesimpulan beberapa hasil penelitian. 72 Glass
mendefinisikan meta-analisis sebagai analisis statistik dari kumpulan banyak hasil
penelitian individu sebagai pengintegrasian hasil temuan.73
Meta-analisis yang dikemukakan oleh Glass memiliki beberapa
karakteristik yang dapat dijadikan acuan, antara lain 1) meta-analisis mencakup
penelitian ulasan, 2) meta analisis mengaplikasikan statistik dari ringkasan hasil
statistik penelitian, bukan berupa data mentah, 3) meta-analisis mencakup studi atau
penelitian dalam jumlah besar, 4) meta-analisis berfokus pada ukuran efek
perlakukan, bukan hanya signifikansi statistik saja, dan 5) meta-analisis mencakup
hubungan antara komponen penelitian dengan hasilnya.74 Saat ini meta-analisis
70
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), Cet. 12, h. 251.
71
James A. Kulik dan Chen-Lin C. Kulik, “The Concept of Meta-Analysis”, International
Journal of Educational Research, Vol. 13, 1989, p. 228.
72
Sopiyudin Dahlan, Pengantar Meta-Analisis Seri 12: Disertai Aplikasi Meta-Analisis
dengan Menggunakan Program Excel, (Jakarta: PT. Epidemiologi Indonesia, 2012), h. 4.
73
Kulik, loc. cit.
74
Ibid., h. 229.
29
paling banyak digunakan untuk uji klinis. Hal ini dapat dimengerti, karena uji klinis
desainnya lebih baku dan memberikan bukti hubungan kausal yang paling kuat.
Namun, meta-analisis juga dapat dilakukan terhadap berbagai studi observasional
untuk menghasilkan kesimpulan dari penggabungan hasil penelitian tersebut.75
Penelitian meta-analisis disebut juga penelitian meta atau meta research.
Penelitian ini menggunakan pustaka, buku ataupun jurnal sebagai sumber
datanya.76 Peneliti akan mengambil beberapa penelitian yang memiliki satu topik
atau tema yang sama dalam penelitian ini. Metode ini digunakan untuk meringkas,
merangkum dan memperoleh intisari hasil temuan dari sejumlah penelitian. Meta-
analisis dapat bersifat kuantitatif dan merupakan suatu analisis statistik untuk
memperoleh serangkaian informasi yang berasal dari sejumlah data dari penelitian-
penelitian sebelumnya.77
Dilihat dari prosesnya, meta-analisis merupakan suatu studi observasional
retrospektif, dalam arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan
manipulasi eksperimental. Proses perencanaan penelitian meta-analisis dimulai
dengan 1) perumusan masalah, 2) pengumpulan dan penilaian data, 3) analisis dan
penafsiran data dan, 4) laporan penelitian.78 Perumusan masalah adalah langkah
awal dari setiap jenis penelitian. Secara garis besar, dalam perumusan masalah
peneliti harus menentukan penelitian yang akan digunakan. Penelitian yang akan
digunakan harus memiliki prosedur perlakukan, kontrol dan percobaan serta
memiliki ukuran hasil penelitian yang sama.79 Selanjutnya adalah pengumpulan
data. Data meta-analisis yang dikumpulkan terdiri dari kumpulan isi penelitian dan
indeks ekstraksi kuantitatif dari karakteristik penelitian dan besarnya efek.80
Selanjutnya data dikumpulkan dan disusun dalam bentuk lembar pengkodean.
75
Ricvan Dana Nindrea, Pengantar Langkah-langkah Praktis Studi Meta Analisis,
(Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2016), h. 9.
76
Syamsul Hadi, Metode Penelitian Kuantitaif untuk Akuntansi Keuangan, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006), h. 24.
77
Boisandi dan Handy Darmawan, “Meta Analisis Pengaruh Penerapan Pembelajaran
Berbasis Konstruktivisme pada Materi Fisika di Kalimantan Barat”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-Biruni, Vol.06, 2017, h. 180.
78
Larry V. Hedges, James A. Shymansky, dan George Woodworth, A Practical Guide to
Modern Methods of Meta-Analysis, (Washington DC: National Science Foundation, 1989), p. 11.
79
Ibid., h. 13.
80
Ibid., h. 16.
30
81
Ibid., h. 28.
82
Nindrea, op. cit., h. 10.
83
Ibid.
84
Catherine O. Fritsz, Peter E. Moris dan Jennifer J. Richler, “Effect Size Estimates:
Current Use, Calculations, and Interpretation”, Journal of Experimental Psychology: General, Vol.
141, 2012, p. 2.
85
Ibid., h. 4.
31
86
Nindrea, op. cit., h.13.
87
Ibid.
88
Ibid., h.14
32
89
Ibid., h.15
90
Huda, op.cit, h. 13.
91
Kadir, “Meta-Analisis Efektivitas Penerapan Problem Solving dalam Pembelajaran
Sains-Matematika” dalam Prosiding Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta, 2013), h.136.
33
bawah rata-rata dan median empiris, hal ini berarti kecenderungan data effect size
berada di bawah rata-rata empiris.92
Penelitian meta-analisis selanjutnya dilakukan oleh Boisandi dan Handy
Darmawan (2017) tentang pengaruh penerapan pembelajaran berbasis
konstruktivisme pada materi fisika, mengungkapkan bahwa rerata pembelajaran
berbasis konstruktivisme ditinjau dari jenjang pendidikan subjek penelitian
berkategori baik. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rerata hasil
belajar dan respon siswa dari pembelajaran berbasis konstruktivisme ditinjau dari
pemberian tindakan berkategori baik dan rerata pengaruh pembelajaran berbasis
konstruktivisme terhadap variable terikat subjek penelitian berkategori baik.93
C. Kerangka Berpikir
Interpretasi
92
Kadir, “Meta-Analysis of The Effect of Learning Intervention Toward Mathematic
Thinking on Research and Publication of Students”, Tarbiyah Journal of Education in Muslim
Society, Vol.4, 2017, h. 169.
93
Darmawan. op. cit., h. 184.
34
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, hipotesis penelitiannya adalah model
pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran
Biologi secara keseluruhan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
dengan unit hasil penelitian dalam bentuk jurnal nasional. Waktu efektif
pelaksanaan penelitian mulai dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2019.
B. Metode Penelitian
Meta-analisis merupakan metode telaah sistematik yang disertai teknik
statistik untuk menghitung kesimpulan beberapa hasil penelitian.1 Penelitian meta-
analisis disebut juga penelitian meta atau meta research. Penelitian ini
menggunakan pustaka, buku ataupun jurnal sebagai sumber datanya.2 Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah meta-analisis, yaitu review
naratif atau review sistematik dengan menganalisis hasil-hasil penelitian yang telah
dipublikasikan secara nasional yang berkaitan dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran Biologi.3
1
Sopiyudin Dahlan, Pengantar Meta-Analisis Seri 12: Disertai Aplikasi Meta-Analisis
dengan Menggunakan Program Excel, (Jakarta: PT. Epidemiologi Indonesia, 2012), h. 4.
2
Syamsul Hadi, Metode Penelitian Kuantitaif untuk Akuntansi Keuangan, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006), h. 24.
3
Bahrul Hayat, “Statistical Meta-Analysis” Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta, Jakarta, p. 5, not published.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), Cet. 15, h. 173.
5
Ibid., h. 174.
35
36
Indonesia; (3) penelitian dilakukan dalam rentang tahun 2010-2019; (4) subyek
penelitian berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Biologi; (5) penelitian dilakukan pada jenjang
pendidikan SMP dan SMA; (6) artikel dipublikasikan dalam jurnal yang
terakreditasi minimal sinta-3 mengacu pada data akreditasi jurnal oleh Kementrian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemeristekdikti)
dalam website www.sinta2.ristekdikti.go.id; Adapun kriteria yang ditentukan oleh
Kemeristekdikti mengenai akreditasi jurnal tertuang dalam Pedoman Akreditasi
Jurnal Ilmiah Tahun 2018 yaitu; Sinta-1 adalah jurnal terakreditasi A dengan nilai
85-100 atau terindeks Scopus; Sinta-2 yaitu jurnal terakreditasi B dengan nilai 70-
85; Sinta-3 adalah jurnal yang sudah melakukan evaluasi dan diverifikasi dengan
nilai 60-70;6 (7) isi artikel memenuhi data yang dibutuhkan dalam menghitung
effect size.
D. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang
diinginkan disebut instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembaran pemberian kode (coding data). Variabel-variabel
yang digunakan untuk pemberian kode dalam menjaring informasi mengenai besar
pengaruh (effect size) pada penelitian meta-analisis sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Kadir, yaitu (1) data artikel yang terdiri dari nama peneliti, judul
penelitian, nama jurnal dan tahun publikasi; (2) karakteristik sampel berupa tempat
penelitian, subjek penelitian dan sampel penelitian; (3) variable, desain dan
instrument berupa variable independen dan dependen, desain penelitian dan
pengujian hipotesis; (4) intervensi pembelajaran kelas eksperimen dan kelas
kontrol; (5) effect size; dan (6) rerata effect size.7 Instrumen yang digunakan telah
6
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi, Pedoman Akreditasi Jurnal Ilmiah 2018, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2018),
Cet. 1, h. iii.
7
Kadir, “Meta-Analisis Pengaruh Intervensi Pembelajaran Terhadap Kemampuan
Berpikir Matematis pada Penelitian dan Publikasi Dosen-Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” Laporan Hasil Penelitian Pengembangan Tata
37
divalidasi oleh ahli sekaligus dosen pembimbing skripsi, yaitu Dr. Kadir, M.Pd dan
Dr. Yanti Herlanti, M.Pd.
E. Tahapan Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini disesuaikan dengan langkah-langkah meta-
analisis dalam penelitian sosial yang diusulkan oleh Noel A. Card, yaitu 1)
Melakukan tinjauan pustaka atau memperbanyak literatur untuk menentukan
perumusan masalah penelitian. Topik yang diteliti dari rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran Biologi; 2) Mencari laporan penelitian atau artikel yang relevan atau
berkaitan dengan topik yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan dengan
menentukan unit penelitian yang akan dijadikan sumber data. Unit penelitian yang
digunakan adalah artikel dalam jurnal yang dipublikasikan secara nasional dengan
batasan yang telah ditentukan. Pencarian artikel dari unit tersebut dilakukan secara
online melalui situs jaringan jurnal-jurnal terkait; 3) Mempelajari dan menilai
artikel untuk mencari bagian yang akan diteliti. Peneliti membaca judul artikel dan
abstrak yang mencakup tujuan dan metode penelitian untuk menyeleksi artikel
dengan menyesuaikan kepada rumusan masalah; 4) Menganalisis dan menafsirkan
artikel. Beberapa artikel yang sudah diseleksi dianalisis dan didikaji, serta
dikelompokkan dan dibandingkan berdasarkan kategori yang dapat ditemukan dari
laporan-laporan tersebut. Analisis artikel dilakukan secara teliti terhadap masing-
masing artikel sehingga diketahui kelemahan dan keunggulannya; 5) Menyusun
hasil laporan. Setelah seluruh tahap penelitian dilakukan, maka akan didapatkan
kesimpulan penelitian meta-analisis.8
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan mencari artikel yang
relevan atau berkaitan dengan topik yang akan diteliti dalam situs jaringan internet.
Kelola Kelembagaan pada Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h.38, tidak dipublikasikan.
8
Noel A. Card, Applied Meta-Analysis for Social Science Research, (New York: The
Guildfor Press, 2012), p. 9-11.
38
Data yang dikumpulkan adalah data-data penelitian yang sesuai dengan variabel
yang dibutuhkan, sebagaimana tertera dalam lembar pengkodean. Hasil data
tersebut selanjutnya dibagi sesuai kelompok berdasarkan data tentang rata-rata sub
penelitian tiap-tiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta simpangan
baku dari masing-masing sub-penelitian. Peneliti menemukan lebih dari tujuh puluh
artikel bertema pembelajaran kooperatif. Seluruh artikel yang ditemukan telah
memenuhi sebagian kriteria sampel, yaitu penelitian yang dilakukan di Indonesia
pada rentang tahun 2010-2019, yang ditulis oleh peneliti umum maupun mahasiswa
yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran Biologi pada jenjang SMP dan SMA.
Tujuh puluh artikel tersebut kemudian diseleksi akreditasi jurnalnya pada
batas minimal sinta-3, sehingga mengerucut menjadi empat puluh delapan artikel.
Merujuk pada variabel dalam lembar pengkodean, empat puluh delapan artikel
tersebut kemudian dianalisis isinya dan diseleksi sesuai data yang dibutuhkan untuk
menghitung effect size-nya. Setelah melewati seluruh proses seleksi pemenuhan
kriteria sampel, hanya tersisa lima belas artikel yang dapat dianalisis lebih lanjut
dan digunakan sebagai data laporan penelitian yang dihitung effect size-nya
2
𝑡2
2
ή =𝑟 = 2
𝑡 + 𝑑𝑏
9
Kadir, Statistika Terapan Edisi Ketiga, (Jakarta: Raja Grafindo, 2018), Cet. 4, h. 300.
39
Anova-1 jalan. Analisis komparasi dengan teknik analisis Anova-1 jalan digunakan
untuk menghitung effect size dari penelitian eksperimen yang melibatkan lebih dari
dua kelompok. Rumus yang digunakan yaitu:
Kriteria yang digunakan untuk membentuk interpretasi terhadap hasil effect size
menggunakan acuan sebagai berikut:12
Efek kecil : 0.01 2 ≤ 0.09
Efek sedang : 0.09 2 ≤ 0.25
Efek besar : 2 ˃0.25
10
Kadir, “Meta-Analysis of the Effect of Learning Intervention Toward Mathematical
Thinking on Research and Publication of Students”, Tarbiya Journal of Education in Muslim
Society, 4(2), 2017, h.165.
11
Catherine O. Fritsz, Peter E. Moris dan Jennifer J. Richler, “Effect Size Estimates:
Current Use, Calculations, and Interpretation”, Journal of Experimental Psychology: General, Vol.
141, 2012, p. 7.
12
Kadir, loc. cit., h.300.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian-penelitian yang dianalisis berjumlah lima belas buah. Penelitian
yang digunakan diambil dari berbagai artikel pada jurnal yang dipublikasikan
secara nasional yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Setelah
melakukan analisis terhahap artikel-artikel tersebut, hasil penelitian kemudian
dikelompokkan dan ditemukan lima puluh dua sub-unit analisis sebagaimana dalam
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Pengelompokan Unit Analisis Artikel
Jumlah Unit
Kelompok Analisis Unit Analisis Analisis
(Unit)
SMP 6
Jenjang Pendidikan
SMA 9
Hasil Belajar 9
Kemampuan Berpikir Analisis 1
Keterampilan Metakognitif 1
Kemampuan Kognitif 3
Karakter Siswa 1
Variabel Terikat
Pemahaman Konsep 1
KemampuanBerpikir Kritis 2
Sikap Peduli Lingkungan 1
Aktivitas Sosial 1
Keterampilan Sosial 2
Jigsaw 3
Jigsaw II 1
Think Pair and Share (TPS) 2
Team Games Tournament (TGT) 2
Numbered Heads Together (NHT) 2
Cooperative Integrated Reading and
Jenis Metode 1
Composition (CIRC)
Kooperatif
Group Investigation (GI) 1
Student Team Achievement Division
1
(STAD) + Group Investigation (GI)
Listen-Say-Arrange (LSA) 1
Cooperative Script (CS) + Think Pair
1
and Share (TPS)
Jumlah Keseluruhan Unit Analisis 52
40
41
Temuan data yang terangkum pada Tabel 4.3 memperoleh rata-rata effect
size dalam kategori besar yaitu 0,42 dengan simpangan baku sebesar 0,38. Dari data
yang terangkum mengungkapkan bahwa rata-rata effect size model pembelajaran
kooperatif tertinggi terdapat pada jenjang pendidikan SMP, disusul jenjang
pendidikan SMA. Jika dilihat dari koefisien simpangan baku yang diperoleh, maka
data besar pengaruh jenjang pendidikan SMA lebih konsisten dari pada besar
pengaruh jenjang pendidikan SMP.
1
Kadir, Statistika Terapan Edisi Ketiga, (Jakarta: Raja Grafindo, 2018), Cet. 4, h. 300.
43
Penjabaran Tabel 4.5 menjelaskan bahwa rata-rata effect size dan simpangan baku
model pembelajaran kooperatif berdasarkan variabel terikat adalah 0,34 dan 0,16.
Tabel 4.5 Data Pengelompokan Effect Size Berdasarkan Variabel Terikat
Statistik
Variabel Terikat N Rerata
SD
η2
Keterampilan Sosial 2 0,82 0,25
Kemampuan
2 0,73 0,38
Berpikir Kritis
Kemampuan
3 0,49 0,46
Kognitif
Aktivitas Siswa 1 0,43 0
Hasil Belajar 9 0,28 0,53
Karakter Siswa 1 0,21 0
Kemampuan
1 0,12 0
Berpikir Analisis
Sikap Peduli
1 0,10 0
Lingkungan
Keterampilan
1 0,07 0
Metakognitif
Pemahaman Konsep 1 0,07 0
Mean 0,34 0,16
Hasil analisis data sebagaimana Tabel 4.5 juga menunjukkan bahwa rata-
rata effect size model pembelajaran kooperatif pada variabel terikat dari tertinggi ke
terendah adalah keterampilan sosial, kemampuan berpikir kritis, kemampuan
kognitif, aktivitas siswa, hasil belajar, karakter siswa, kemampuan berpikir analisis,
sikap peduli lingkungan, pemahaman konsep dan kemampuan metakognitif.
Variabel terikat yang sebarannya paling konsisten adalah kemampuan berpikir
analisis, keterampilan kognitif, karakter siswa, pemahaman konsep, dan sikap
peduli lingkungan. Sedangkan sebaran yang paling tidak konsisten adalah hasil
belajar. Hal ini berarti meskipun hasil belajar memiliki rerata besar pengaruh yang
masuk dalam kategori besar, akan tetapi sebarannya kurang konsisten. Sehingga
meskipun variabel terikat keterampilan sosial adalah sub-unit yang besaran efeknya
paling besar, tetapi peneyabaran datanya kurang konsisten.
46
Cooperative Script
(CS) + Think Pair and 1 0,99 0
Share (TPS)
Numbered Heads
2 0,77 0,67
Together (NHT)
Think Pair and Share
2 0,51 0,56
(TPS)
Listen-Say-Arrange
1 0,38 0
(LSA)
Cooperative
Integrated Reading
1 0,33 0
and Composition
(CIRC)
Team Games
2 0,29 0,10
Tournament (TGT)
Jigsaw 3 0,25 0,23
Group Investigation
1 0,17 0
(GI)
Jigsaw II `1 0,14 0
Student Team
Achievement Division
1 0,10 0
(STAD) + Group
Investigation (GI)
Mean 0,39 0,16
48
B. Pembahasan
Setiap tahun hasil penelitian di bidang pendidikan yang mengambil tema
model pembelajarn kooperatif dibukukan melalui laporan penelitian dan publikasi
media berupa jurnal telah dilakukan sejak paruh pertama abad dua puluh sampai
sekarang. Penelitian tersebut dapat berupa eksperimen, deskriptif, korelasi dan
sebagainya. Data mengenai hasil penelitian model pembelajaran kooperatif sangat
melimpah, tetapi penelitian lanjutan mengenai data-data tersebut belum banyak
dilakukan. Sedangkan data-data penelitian model pembelajaran kooperatif
membutuhkan penelitian lanjutan untuk menilai dan mengevaluasi hasil
penelitiannya, sehingga dapat menilai dan menguatkan hasil penelitian tersebut.
Atas dasar tersebut, penelitian meta-analisis mengenai penggunaan model
pembelajaran kooperatif dilakukan untuk menilai dan mengevaluasi penelitian-
penelitian sebelumnya.
49
2
Boisandi dan Handy Darmawan, “Meta Analisis Pengaruh Penerapan Pembelajaran
Berbasis Konstruktivisme pada Materi Fisika di Kalimantan Barat”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-Biruni, Vol.06, 2017, h. 184.
50
3
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2015), Cet. 14, h. 33.
4
Miftahul Huda, Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajara, 2017), cet. 12, h. 295.
5
Ibid., h. 298.
51
minat pribadi dan sifat kompetitif yang tinggi. Sehingga wajar bila siswa SMA
cenderung lebih menghargai penghargaan individu dibanding pencapaian hasil
kelompok.
Meski jenjang SMP memiliki rata-rata besar pengaruh yang tinggi, namun
penyebaran datanya lebih jauh menyimpang dari rata-rata data besar pengaruh
keseluruhan dari pada tingkat SMA. Artinya pengaruh model pembelajaran
kooperatif terhadap hasil dan dari satu perlakuan ke perlakuan lain pada kelompok
eksperimen jenjang SMP tidak konsisten, dengan demikian besar pengaruh pada
jenjang SMP memiliki nilai tinggi tapi kurang efektif digunakan.
Pemikiran sosial seorang anak dipengaruhi kematangan kognitifnya6
Berdasarkan teori tersebut dapat ditarik hubungan antara hasil pembelajaran
kooperatif dengan jenjang pendidikan. Bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan
seorang siswa, maka semakin efektif hasil pembelajarannya. Karena kematangan
kognitif seorang siswa dapat dibentuk melalui proses belajar yang terus-menerus,
sehingga seorang siswa yang sudah berada di jenjang pendidikan lebih tinggi lebih
memungkinkan untuk memiliki kematangan kognitif yang lebih tinggi pula.
Sehingga meskipun siswa SMA rata-rata memiliki sikap yang cenderung
individual, namun kematangan kognitif akibat proses belajar yang terus-menerus
lebih tinggi dari siswa SMP.
Secara umum siswa pada jenjang SMA juga memiliki kematangan
emosional yang lebih tinggi dari pada siswa pada jenjang SMP, karena kematangan
emosi diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang dialami oleh individu. Siswa
pada jenjang SMA tentu memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan
dengan siswa SMP. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yuli
Riwayati pada tahun 2006, yang menyatakan bahwa tingkat kematangan emosi
seseorang berbanding lurus dengan tingginya tingkat pendidikan.7 Maka
berdasarkan hasil penelitian meta-analisis ini, dapat ditarik kesimpulan yang sejalan
dengan inti pembelajaran kooperatif yang berupa kerja kelompok antar siswa yang
6
Ibid., h. 36.
7
Dwi Yuli Riwayati, “Perbedaan Kematangan Emosi pada Wanita Usia 25-35 Tahun
Ditinjau dari Tingkat Pendidikan dan Usia Memasuki Perkawinan” Skripsi pada Universitas Negeri
Semarang, Semarang, 2006, h.88, tidak dipublikasikan.
52
terdiri dari berbagai macam latar belakang yang heterogen, siswa pada jenjang
SMA lebih siap dan lebih mampu menerima dan menjalankan proses pembelajaran
kooperatif.
Jawa. Hal tersebut memungkinkan nilai besar pengaruh Kalimantan menjadi lebih
tinggi dari Jawa, karena kompleksitas metode pembelajaran yang digunakan
mempengaruhi nilai besar pengaruh.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa metode yang digunakan di pulau Jawa
beragam dan kompleks. Salah satu metode yang komplek tersebut adalah metode
Group Investigation (GI). Langkah-langkah penerapan metode GI secara berurutan
adalah seleksi topik, merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan sintesis,
penyajian hasil akhir dan evaluasi.8 Metode GI dijalankan dengan cara siswa
memilih sub topik yang akan dipelajari dan topik yang biasanya telah ditentukan
guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar
berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai belajar
dengan berbagai sumber belajar baik di dalam atau pun di luar sekolah. Setelah
proses pelaksanaan belajar selesai siswa menganalisis, menyimpulkan, dan
membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan
kelas.9 Dilihat dari langkah-langkah penerapannya, metode GI memiliki tingkat
kompleksitas yang tinggi dibandingkan dengan beberapa metode kooperatif yang
lain. Sejalan dengan Wibowo (2011), yang melakukan penelitian dengan
membandingkan metode GI dengan metode Think-Pair-Share (TPS). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan
metode GI lebih baik dibandingkan hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan
metode TPS.10
Temuan analisis ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan model
pembelajaran kooperatif memiliki besar pengaruh yang tinggi pada beberapa
wilayah di Indonesia, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model
8
Muhammad Fathurrohman, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Ar-Ruz
Media, 2015), h. 71.
9
Isjoni, Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2016), h. 59.
10
Sigit Wibowo, “Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) dan Think-Pair-Share (TPS)”,
Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, 2011, h. 62,
tidak dipublikasikan.
54
lingkungan individu tersebut dengan cara yang baik dan tepat.11 Keterampilan
sosial merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa untuk
berinteraksi dengan sekitarnya. Kemampuan untuk bekerjasama dengan penuh
pengertian, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi dua arah merupakan
bagian dari keterampilan sosial yang sangat dibutuhkan dalam menjalin hubungan
yang harmonis.12 Keterampilan sosial siswa dapat diasah selama proses
pembelajaran berlangsung. Salah satu model pembelajaran yang sangat mendukung
terjadinya proses pembentukan keterampilan sosial adalah model pembelajaran
kooperatif. Karena dalam tahapan pelaksanaannya, model kooperatif membagi
siswa dalam kelompok yang heterogen. Selain itu, model kooperatif menekankan
pada kerja sama kelompok untuk mencapai nilai atau hasil yang diinginkan. Hal
tersebut tentu sangat berpotensi meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui
tuntutat kerja sama yang dilakukan. Sejalan dengan hasil penelitian Lestari dan
Linuwih (2012), bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan keterampilan siswa
akibat dari proses kerja sama yang telah dilakukan.13
Variabel selanjutnya yang memiliki nilai besar pengaruh tertinggi adalah
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir seseorang dalam
bertanggungjawab dan membuat keputusan yang dapat dipercaya yang
mempengaruhi hidup seseorang dengan memasukkan penilaian dan berpikir
multilogik sebagai sebuah kebutuhan untuk menerapkan dan menggabungkan
konsep dalam situasi tertentu adalah pengertian dari kemampuan berpikir kritis.14
Berpikir kritis mencakup kompetensi kognitif dan personal, yang berinteraksi satu
dengan lain. Penerapan sintaks model kooperatif mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan belajar secara berkelompok dan memunculkan sifat
11
Ramdhani N., Standarisasi Skala Tingkah Laku Sosial, Laporan Penelitian, (Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM, 1991), h. 15.
12
Ni Nyoman dan Nur Hayati, Permainan Tradisional Jawa Gerak dan Lagu untuk
Menstimulasi Keterampilan Sosial Anak Usia Dini, Artikel (Yogyakarta: UNY, 2012), h. 1.
13
R. Lestari, dan R. Linuwih, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair
Checks Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Social Skill Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, Vol.8, 2012, h. 194.
14
Didimus Tanah Boleng, “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script dan Think-
Pair-Share terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Sikap Sosial, dan Hasil Belajar Kognitif Biologi
Siswa SMA Multietnis”, Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 2 (2), 2014, h. 77.
56
demokratis, ulet dan pada beberapa metode tertentu dapat mengasah ketajaman
analisis siswa. Hal tersebut tentu akan berdampak terhadap kemampuan siswa
dalam membuat kesimpulan dan memilih alternative pemecahan masalah tertentu
dalam pembelajaran Biologi. Penenlitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) juga
menyimpulkan bahwa siswa yang proses pembelajarnya menggunakan model
kooperatif mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan cara
konvesional.15
Kemampuan kognitif siswa merupakan variabel selanjutnya yang memiliki
nilai besar pengaruh yang tinggi. Kemampuan kognitif adalah kemampuan
konseptual siswa yang berhubungan dengan pengolahan, pengalaman dan
keyakinan individu tentang suatu objek.16 Metode konvensional yang banyak
digunakan oleh guru untuk melakukan proses pembelajaran menyebabkan
rendahnya kemampuan kognitif siswa.17 Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif siswa adalah model kooperatif, di mana
pembelajaran dilakukan secara efektif dan potensi yang dimiliki siswa
dimaksimalkan. Melalui model kooperatif siswa diberikan pengalaman untuk
mengolah informasi yang diberikan oleh guru bersama dengan kelompoknya.
Selain itu, siswa diberikan pengalaman untuk menambah informasi dengan
berdiskusi dan memecahkan masalah secara mandiri. Sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Muthi’ah dkk (2018) bahwa model pembelajaran
kooperatif memiliki hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan kognitif
siswa.18
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai besar pengaruh variabel aktivitas
siswa memiliki nilai yang tinggi, yaitu 0,43. Model pembelajaran kooperatif
15
Wahyu Hidayat, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik
Siswa SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW)” Makalah disajikan dalam
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 02 Juni 2012, h. 9.
16
Boleng, op.cit., h. 78.
17
Amrina Muthi’ah, Yenny Anwar dan Lucia Maria Santoso, “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Sosial di
Sekolah Menengah Atas”, Edusains, Vol 10(1), 2018, h, 59.
18
Ibid., h.64.
57
meningkatkan keaktifan siswa karena dalam tahapannya model ini berpusat pada
siswa, sedangkan guru hanya membimbing apabila diperlukan.19 Dalam penerapan
model kooperatif, siswa merupakan pusat kegiatan pembelajaran. Bersama
kelompoknya yang heterogen, siswa mengolah informasi dan mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan secara mandiri. Amaningrum dkk (2016) dalam penelitiannya
juga menyatakan bahwa model kooperatif efektif digunakan untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran Biologi.20
Hasil belajar adalah variabel terikat yang paling banyak diteliti dalam
artikel-artikel yang dianalisis. Hasil belajar adalah bagian terpenting dalam
pembelajaran, dan merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Tindak mengajar dari aspek guru diakhiri dengan penilaian hasil belajar,
sedangkan dari aspek siswa hasil belajar merupakan hasil yang didapat dari
berakhirnya proses belajar.21 Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil belajar
memiliki nilai besar pengaruh yang tinggi, yaitu sebesar 0,28. Model kooperatif
meningatkan hasil belajar siswa melalui aktivitas kelompok. Dalam penerapannya,
model kooperatif tidak menerapkan sistem kompetensi melainkan kerja sama agar
seluruh anggota mencapai hasil yang dituju. Melalui proses tersebut, siswa dapat
saling membantu untuk meningkatkan hasil belajar satu sama lain. Selain itu, model
kooperatif dapat dilakukan melalui berbagai metode yang mudah dan
menyenangkan, sehingga dapat menarik minat siswa dalam menyerap informasi
yang disampaikan. Ernawati dkk (2017) menyatakan dalam penelitiannya, bahwa
terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif.22
19
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok:
Rajagrafindo, 2018), Cet. 7, h. 211.
20
Widya Kusuma Amaningrum, Sri Mulyani Endang Susilowati, dan Ning Setiati,
“Efektivitas TGT dengan Quick and Smart Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa” Journal of
Biology Education, Vol. 5(3), 2016, h. 292
21
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung:
Rosdakarya, 2012), h. 298.
22
Reni Ernawati, Uus Toharudin, dan Yusuf Ibrahim, “Penerapan Model Pembelajaran
Aktif-Kooperatif Tipe LSA Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMA padaSubkonsep Sistem
Imun Manusia” Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 10(2), 2017, h. 27.
58
23
Siti Aisyah dan Syaiful Ridlo, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Jigsaw dan Problem
Based Learning terhadap Skor Keterampilan Metakognitif Siswa pada Mata Pelajaran Biologi”,
Unnes Journal Bioloy Education, Vol.4 (1), 2015, h. 23.
24
Yanti Herlanti, “Kesadaran Metakognitif dan Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik
Sekolah Menengah Atas dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar Kelulusan pada Kurikulum
2013”, Cakrawala Pendidikan, No.3, 2016, h. 358.
25
Deny Setiawan dan Herawati Susilo, “Peningkatan Keterampilan Metakognitif
Mahasiswa Program Studi Biologi Melalui Penerapan Jurnal Belajar dengan Strategi Jogsaw Dipadu
PBL Berbasis Lesson Study pada Matakuliah Biologi Umum”, Makalah disampaikan pada
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang, 21 Maret 2015, h. 367.
26
Syah, op.cit., h. 145.
59
menekankan pada kerjasama yang intens antar siswa. Siswa saling berdiskusi,
saling menyimak dan mengoreksi jawaban yang disampaikan oleh siswa lain.
Penerapan metode ini tidak membutuhkan waktu dan fasilitas yang komplek,
sehingga sangat efektif diterapkan untuk meningatkan pembelajarn siswa. Andriani
dkk (2013) menyebutkan bahwa metode CS cenderung meningkatkan keterampilan
siswa dibandingkan dengan penggunaan model konvensional.27 Sedangkan Husen
dkk (2017) menyebutkan bahwa metode TPS yang dipadukan dengan metode
pembelajaran lainnya baik dalam meningkatkan kemampuan siswa.28
Metode pembelajaran yang memiliki besar pengaruh tertinggi selanjutnya
adalah NHT, yaitu suatu metode pembelajaran yang mengedepankan aktivitas
siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi yang didapat dari
berbagai sumber yang dipresentasikan di depan kelas.29 Penerapan NHT dalam
pembelajaran dilakukan dengan cara yang sederhana dan juga tidak memerlukan
peralatan yang kompleks. Metode ini memaksimalkan akuntabilitas individu dalam
diskusi kelompok, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
berbagi ide, mendorong untuk meningkatkan semangat kerja sama dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat. Fase penomoran dalam NHT
mengondisikan individu untuk lebih berkonsentrasi pada pembelajaran.
Kemudahan dalam penerapan NHT membuat metode ini cukup efektif dan
memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan siswa dibandingkan dengan
metode konvensional. Sejalan dengan hasil penelitian Muiyati dkk (2017) bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif metode NHT meningkatkan motivasi,
aktivitas dan hasil belajar siswa.30
27
Nurul Iva Andriani, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA di Kota Malang”
Skripsi pada Universitas Negeri Malang, Malang, 2013, h. 8, tidak dipublikasikan.
28
Abu Husen, Sri Endah Indriwati, dan Umie Lestari, “Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Melalui Implementasi Problem Based Learning
Dipadu Think Pair Share” Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Vol. 2(6),
2017, h. 859.
29
Muhammad Fathurrohman, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Yogjakarta: AR-Ruz
Media, 2015), h. 82.
30
Muliyati M, Rachmawaty Muchtar, Yusminah Hala dan Oslan Jumadi, “Peningkatan
Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered
Head Together pada Peserta Didik Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Masamba”, UNM Journal of
Biological Education, Vol. 1(1), 2017, h. 13.
61
C. Keterbatasan
Penelitian yang diambil dan dianalisis merupakan penelitian kuasi
eksperimental, sehingga peneliti tidak dapat mengontrol kemungkinan adanya
variabel luar yang terlibat dan mempengaruhi penelitian dalam sampel penelitian
31
Zulfiani, Tonik Feronika dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.143.
32
Huda, op. cit., h. 122.
33
Ibid., h. 123.
62
yang diambil. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ruswana (2005), yang
menyebutkan bahwa meta-analisis yang dilakukan terhadap studi observasional,
akan mengundang lebih banyak masalah baik dalam metodologi maupun perangkat
statistika yang digunakan, karena bias lebih mengancam pada studi observasional
dibanding pada uji klinis.34 Oleh karena itu, peneliti harus teliti dan hati-hati dalam
melaporkan hasil penelitian.
Penelitian pendahuluan dilakukan oleh peneliti untuk menemukan artikel-
artikel yang memiliki tema penelitian penggunaan model pembelajaran kooperatif.
Peneliti berhasil menemukan lebih dari tujuh puluh artikel jurnal, namun hanya bisa
menganalisis lima belas artikel yang memenuhi kriteria. Jurnal-jurnal yang tidak
memenuhi kriteria, sebagian besar bukan karena reputasi atau akreditasi jurnalnya
yang kurang dari sinta-3, tetapi sebagian besar tereliminasi dari proses analisis
karena dalam isinya tidak ada angka atau hasil statistik yang dibutuhkan untuk
menghitung effect size. Komponen statistika penelitian berupa jumlah sampel,
standart deviasi atau simpangan baku dan hasil uji hipotesis menjadi hal dasar yang
harus ada dan ditampilkan dalam setiap jurnal penelitian eksperimen, tetapi di
lapangan banyak ditemukan jurnal-jurnal yang tidak mencantumkan bagian
statistika tersebut. Bahkan peneliti menemukan ada beberapa jurnal yang tabel
perhitungan statistikanya tidak ditampilkan sebagaimana mestinya. Tabel yang
seharusnya menjadi salah satu informasi penting dalam laporan penelitian tersebut,
dihilangkan beberapa bagian pentingnya.
Peneliti juga banyak menemukan ketidaksesuaian isi jurnal dengan judul
penelitian, sehingga meskipun dalam judul penelitian disebutkan ada beberapa
variabel terikat yang diteliti, namun isinya tidak menunjukkan hasil perhitungan
statistik dari variabel tersebut. Temuan tersebut menjadikan data yang dapat diolah
menjadi lebih sedikit dari pada yang seharusnya. Akibat dari sedikitnya data yang
treverivikasi adalah hasil penelitian nilai effect size berdasarkan wilayah tidak dapat
dijadikan acuan mewakili data seluruh Indonesia. Artikel yang terverivikasi lebih
banyak berasal dari Jawa, sedangkan artikel yang berasal dari Sumatera dan
34
Ruswana Anwar, Meta-Analisis, 2019, h.2, diakses dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/05/meta_analisis.pdf.
63
Kalimantan masing-masing hanyalah satu dan dua artikel. Selain itu, hasil meta-
analisis terkait wilayah perlu memperhatikan keakuratan dalam menganalisis
sehingga tidak ada kesalahan pengambilan kesimpulan.
Sebagaimana telah diungkapkan walaupun penelitian meta-analisis ini
memiliki keterbatasan dan kelemahan, namun hasil meta-analisis ini telah
mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam
pembelajaran memberikan pengaruh terhadap siswa pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Seluruh kelemahan dan kekurangan dalam
penelitian ini memberikan dorongan kepada peneliti untuk lebih teliti dalam
mengambil data dan menganalisisnya. Hal tersebut sebagaimana keterbatasan yang
dinyatakan oleh Kadir dkk (2013) dalam penelitian meta-analisis, bahwa adanya
kelemahan dalam penelitian dapat memperingatkan peneliti untuk hati-hati dalam
menafsirkan hasil meta-analisis.35
35
Kadir, Burhanuddin Milama, dan Khairunnisa, Meta-Analisis Efektivitas Pendekatan
Problem Solving dalam Pembelajaran Sains dan Matematika, (Tangerang Selatan: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.66.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Temuan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif secara keseluruhan mampu meningkatkan hasil
belajar Biologi siswa pada kelompok eksperimen dari kelompok kontrol,
dengan effect size 0,36 yang berarti dalam kategori besar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang
lebih efektif dan patut diterapkan dalam pembelajaran Biologi. Model
pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan pembelajaran Biologi siswa.
2. Aspek jenjang pendidikan dalam analisis penerapan model pembelajaran
kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa. Nilai besar
pengaruh jenjang SMP adalah 0,48 dan SMA adalah 0,35, yang berarti kedua
jenjang pendidikan tersebut memiliki besar pengaruh yang masuk dalam
kategori efek besar.
3. Besar pengaruh pembelajaran kooperatif ditinjau dari segi wilayah masuk
dalam kategori besar dengan harga effect size 1,12 di Kalimantan, 0,51 di
Sumatera dan 0,33 di Jawa. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif pada seluruh wilayah yang diteliti mampu
meningkatkan hasil belajar Biologi siswa pada kelompok eksperimen.
4. Penggunaan model pembelajaran kooperatif ditinjau dari variabel terikat
memiliki pengaruh yang lebih efektif terhadap hasil belajar dibandingkan
dengan model pembelajaran lain pada kelompok kontrol. Rata-rata besar
pengaruh model pembelajaran kooperatif pada variabel terikat sebesar 0,34.
Hasil besar pengaruh variabel terikat tertinggi ke terendah adalah keterampilan
sosial, kemampuan berpikir kritis, kemampuan kognitif, aktivitas siswa, hasil
belajar, karakter siswa, kemampuan berpikir analisis, sikap peduli lingkungan,
pemahaman konsep dan kemampuan metakognitif.
64
65
B. Saran
Rata-rata besar pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif
terhadap pembelajaran Biologi termasuk dalam kategori besar. Walaupun hasilnya
demikian, berdasarkan proses dan temuan penelitan meta-analisis yang telah
dilakukan menunjukkan adanya beberapa kekurangan. Sehingga peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai upaya perbaikan dalam penelitian-penelitian
serupa di masa mendatang sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif efektif digunakan dalam proses pembelajaran
Biologi, namun guru harus menyesuaikan materi dengan jenis metode dan
ketersediaan fasilitas yang digunakan sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
2. Penelitian meta-analisis hendaknya dilakukan dengan teliti dan detail, sehingga
dapat meminimalisir terjadinya bias data. Pemilihan artikel penelitian juga
dilakukan dengan seksama dan data penelitian yang dirangkum harus lengkap
sehingga kualitas penelitian meta-analisis yang dilakukan dapat dikategorikan
baik.
3. Pengambilan sampel penelitian sebaiknya diambil dari lebih banyak sumber
jurnal yang diterbitkan baik secara online maupun offline. Semakin banyak
sampel yang digunakan dalam suatu penelitian, maka semakin baik kualitas
penelitian tersebut dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan sampel
yang sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
A. Card, Noel. Applied Meta-Analysis for Social Science Research. New York: The
Guildfor Press, 2012.
Aisyah, Siti., dan Syaiful Ridlo. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Jigsaw dan
Problem Based Learning terhadap Skor Keterampilan Metakognitif Siswa
pada Mata Pelajaran Biologi”, Unnes Journal Bioloy Education, Vol.4 (1),
2015. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index/php.u pada 05
Agustus 2019 pukul 09.05 WIB.
Amaningrum, Widya Kusuma., Sri Mulyani Endan Susilowati, dan Ning Setiati.
Efektivitas TGT dengan Quick and Smart Terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa. Journal of Biology Education, 5, 2016. Diakses dari
http://journal.unnes.ac.id/sju/index/php.ujbe pada 15 Agustus 2019 pukul
21.04 WIB.
Amaningrum, Widya Kusuma., Sri Mulyani Endang Susilowati, dan Ning Setiati.
“Efektivitas TGT dengan Quick and Smart Terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa”. Journal of Biology Education, Vol. 5(3), 2016. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe pada 30 Desember 2019
pukul 07.11 WIB.
Andriani, Nurul Iva. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI
SMA di Kota Malang”. Skripsi pada Universitas Negeri Malang, Malang,
2013. Tidak dipublikasikan. Diakses dari
http://mulok.library.um.ac.id/home.php?mod=b&cat=1 pada 26 Desember
2019 pukul 13.08 WIB.
Anwar, Ruswana. “Meta-Analisis”, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/05/meta_analisis.pdf, 07 Oktober 2019 pukul 10.25
WIB.
Ari, Widodo dan Nurhayati, L., “Tahapan Pembelajaran yang Konstruktivis:
Bagaimanakah Pembelajaran Sains di Sekolah?”,Paper disajikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan IPA. . 10 September. Bandung, 2005. Diakses
dari http://widodo.staf.upi.edu/files/2011/03/2005-Tahapan-pembelajaran-
konstruktivis.pdf pada 13 Mei 2019 pukul 12.00 WIB.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Rosdakarya, 2012.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. 15, 2013.
Boisandi dan Handy Darmawan. Meta Analisis Pengaruh Penerapan Pembelajaran
Berbasis Konstruktivisme pada Materi Fisika di Kalimantan Barat. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, Vol.06, 2017, h. 180. Diakses dari
66
67
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/article/view/1762 pada
05 Februari 2019 pukul 09.00 WIB.
Boleng, Didimus Tanah. “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script dan
Think-Pair-Share terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Sikap Sosial, dan
Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Multietnis”. Jurnal Pendidikan
Sains, Vol. 2 (2), 2014. Diakses dari http://journal.um.ac.id/index.php/jps/
pada 30 Desember 2019 pukul 07.11 WIB.
Dahlan, Sopiyudin. Pengantar Meta-Analisis Seri 12: Disertai Aplikasi Meta-
Analisis dengan Menggunakan Program Excel. Jakarta: PT. Epidemiologi
Indonesia, 2012.
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Pedoman Akreditasi Jurnal Ilmiah 2018.
Jakarta: Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 2018. Diakses dari
https://risbang.ristekdikti.go.id/publication/pedoman-akreditasi-jurnal-
2018/ pada tanggal 26 Desember 2019 pukul 10.50 WIB.
Eggen, Paul., dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam, Terj. dari Strategic and
Models for Teacher: Teaching Content and Thinking Skills Sixth Edition
oleh Satrio Wahono. Jakarta: PT. Indeks, 2012.
Ernawati, Reni., Uus Toharudin, dan Yusuf Ibrahim. Penerapan Model
Pembelajaran Aktif-Kooperatif Tipe LSA Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa SMA pada Subkonsep Sistem Imun Manusia. Biosfer: Jurnal
Pendidikan Biologi (BiosferJPB), 10, 2017. Diakses dari
http://journal.unj.ac.id.unj/index.php/biosfer/index pada 15 Agustus 2019
pukul 22.14 WIB.
Fathurrohman, Muhammad. Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogjakarta: AR-
Ruz Media, 2015.
Fritsz, Catherine O., Peter E. Moris, dan Jennifer J. Richler. Effect Size Estimates:
Current Use, Calculations, and Interpretation. Journal of Experimental
Psychology: General. 141, 2012. Diakses dari
https://pdfs.semanticscholar.org/63ea/7f6c0ded688aa717e1a6d35496569e
1f8cb5.pdf pada 15 Agustus 2019 pukul 20.07 WIB.
Hadi, Syamsul. Metode Penelitian Kuantitaif untuk Akuntansi Keuangan.
Yogyakarta: Ekonisia, 2006.
Hasil Riset Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
dalam PISA 2015. Diakses dari https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-
results-in-focus.pdf pada 05 Agustus 2019 pukul 07.40 WIB.
68
Slavin, Robert A. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Terj. dari
Cooperative Learning: Theory, Research and Practice oleh Narulita
Yusron. Bandung: Nusa Media, 2008.
Suprijono. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, Cet. 15, 2016.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Depok: Rajagrafindo Persada, Cet.14, 2015.
Taniredja, Tukiran., Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto. Model-model
Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara,
2018.
Wibowo, Sigit. Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) dan
Think-Pair-Share (TPS). Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, 2011, tidak dipublikasikan.
Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2584/1/SIGIT%
20WIBOWO-FITK.pdf pada 05 Januar 2020 pukul 22.00 WIB.
Yuliani, Lusia Retno., R. Susanti, dan Siti Harmina Bintari. Penerapan Model
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Sistem Ekskresi. Journal of Biology Education, 7, 2018.
Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index/php.ujbe pada 13 Mei
2019 pukul 21.09 WIB.
Zulfiani, Tonik Feronika, dan Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Lampiran 1
LEMBAR DATA PENGKODEAN ARTIKEL
72
73
Semarang,
Indonesia
5. Tahun Terbit:
2015
6. Kode Jurnal:
A4
1. Nama 1. Tempat 1. Variabel Menggunakan Menggunakan Diketahui: 0,138
Penelitian: Penelitian: Bebas: model metode diskusi t0 A = 2,22
Brendyani Eka SMPN 1 Penerapan pembelajaran dan tugas t0 B = 4,09
Setyowati, Arif Bergas, Model kooperatif tipe n = 67
Widiyatmoko, Semarang, Jawa Pembelajaran Jigsaw II db = 65
Sarwi Tengah Kooperatif berbantuan
2. Judul 2. Subjek Jigsaw II LKS Ditanya:
Penelitian: Penelitian: Berbantuan Effect Size (η2)
Efektivitas Kelas VII LKS
Model SMPN 1 2. Variabel
Pembelajaran Bergas, Terikat:
5
Kooperatif Semarang Pemahaman
Jigsaw II 3. Sampel Konsep dan Dijawab:
Berbantuan Penelitian: Karakter Effect Size (η2)
LKS untuk - Kelas VII D Siswa A = 0,071
Meningkatkan 33 Orang 3. Desain: B = 0,205
Pemahaman Siswa Nonequivalen
Konsep dan - Kelas VII C t Control Keterangan:
Karakter Siswa Orang 34 Group Design -A = Pemahaman
3. Nama Jurnal: Siswa 4. Pengujian Konsep
Hipotesis: -B = Karakter Siswa
78
SMP Negeri 6
Mojokerto,
Indonesia.
5. Tahun Terbit:
2017
6. Kode Jurnal:
A6
1. Nama 1. Tempat 1. Variabel Menggunakan Menggunakan Diketahui: 0,104
Penelitian: Penelitian: Bebas: model model JK (A) = 252,326
Lussana Rossita SMAN 3 Model pembelajaran pembelajaran JK (B) = 1528,799
Dewi Sukoharjo Pembelajaran kooperatif tipe kooperatif tipe JK (AB) = 131,222
2. Judul 2. Subjek Student Team Student Team Group JK (D) = 7611,394
Penelitian: Penelitian: Achievement Achievement Investigation JK (T) = 9523,741
Pembelajaran Kelas X SMAN Divisions Divisions (GI)
Student Team 3 Sukoharjo (STAD) dan (STAD) Ditanya:
Achievement 3. Sampel Group Effect Size (η2)
Divisions Penelitian: Investigation
7 (STAD) dan - (GI)
Group 2. Variabel
Investigation Terikat:
(GI) pada Sikap Peduli
Materi Pokok Lingkungan
Ekosistem 3. Desain:
Ditinjau dari Penelitian
Sikap Peduli Faktoral
Lingkungan Dijawab:
Siswa Effect Size (η2)
A = 0,032
81
6. Kode Jurnal:
A10
1. Nama 1. Tempat 1. Variabel Menggunakan Menggunakan Diketahui: 0,509
Penelitian: Penelitian: Bebas: model model t0 A = 5,573
Amrina SMAN 15 Model pembelajaran pembelajaran t0 B = 9,490
Muthi’ah, Palembang, Pembelajaran kooperatif tipe konvensional n = 53
Yenny Anwar, Sumatera Kooperatif Jigsaw db = 51
Lucia Maria Selatan Tipe Jigsaw
Santoso 2. Subjek 2. Variabel Ditanya:
2. Judul Penelitian: Terikat: Effect Size (η2)
Penelitian: Kelas XI IPA Kemampuan
Pengaruh SMAN 15 Kognitif dan
Penerapan Palembang Keterampilan
Model 3. Sampel Sosial
Pembelajaran Penelitian: 3. Desain: Dijawab:
11 Effect Size (η2)
Kooperatif Tipe 53 orang Nonequivale
Jigsaw Siswa nt Control A = 0,379
Terhadap Group B = 0,639
Kemampuan Design
Kognitif dan 4. Pengujian Keterangan:
Keterampilan Hipotesis: -A = Kemampuan
Sosial di Uji-t Kognitif
Sekolah -B = Keterampilan
Menengah Atas Sosial
3. Nama Jurnal:
Edusains
86
4. Institusi:
Universitas
Sriwijaya,
Palembang
5. Tahun Terbit:
2018
6. Kode Jurnal:
A11
1. Nama 1. Tempat 1. Variabel Menggunakan Menggunakan Diketahui: 0,384
Penelitian: Penelitian: Bebas: model model t0 A = 4,85
Reni Ernawati, SMAN 10 Penerapan pembelajaran pembelajaran t0 B = 8,54
Uus Toharudin, Bandung, Model kooperatif tipe konvensional n = 71
Yusuf Ibrahim Jawa Barat Pembelajara LSA db = 69
2. Judul 2. Subjek n Aktif-
Penelitian: Penelitian: Kooperatif
Penerapan Kelas XI IPA Tipe LSA Ditanya:
Model SMAN 10 2. Variabel Effect Size (η2)
Pembelajaran Bandung Terikat:
12
Aktif- 3. Sampel Hasil Belajar
Kooperatif Penelitian: 3. Desain:
Tipe LSA (34+37) orang Static Group Dijawab:
terhadap Siswa Pretest- Effect Size (η2)
Peningkatan Posttest A = 0,254
Hasil Belajar Design B = 0,514
Siswa SMA 4. Pengujian
pada Subkonsep Hipotesis:
Sistem Imun Uji-t
Manusia
87
Universitas
Indraprasta
PGRI
5. Tahun Terbit:
2017
6. Kode Jurnal:
A13
1. Nama 1. Tempat 1. Variabel Menggunakan Menggunakan Diketahui: 0,322
Penelitian: Penelitian: Bebas: model moedel t0 A = 5,02
Marti, SMP Model pembelajaran pembelajaran n = 55
Syamswisna, Rehoboth Pembelajaran kooperatif tipe konvensional db = 53
Ruqiah Ganda Bengkayang, Kooperatif NHT dengan
Putri Panjaitan Kalimantan Tipe NHT Media Visual
2. Judul Barat dengan Ditanya:
Penelitian: 2. Subjek Media Visual Effect Size (η2)
Efektivitas Penelitian: 2. Variabel
Pembelajaran Kelas VII Terikat:
14 Kooperatif Tipe SMP Hasil Belajar
NHT Rehoboth 3. Desain:
(Numbered 3. Sampel Nonequivale Dijawab:
Heads Penelitian: nt Effect Size (η2)
Together) (28+27) orang Control A = 0,322
dengan Media Siswa Group
Visual Design Keterangan:
Terhadap Hasil 4. Pengujian A = Hasil Belajar
Belajar Siswa Hipotesis:
pada Materi Uji-t
Organisasi
90
Kehidupan di
Kelas VII SMP
Rehoboth
3. Nama Jurnal:
Jurnal
Pendidikan
Matematika dan
IPA
4. Institusi:
Program Studi
P. Biologi,
FKIP,
Universitas
Tanjungpura
Pontianak
5. Tahun Terbit:
2014
6. Kode Jurnal:
A14
Kalimantan
Timur
5. Tahun Terbit:
2018
6. Kode Jurnal:
A15
Yang memvalidasi,
93
Lampiran 2
LEMBAR DATA ARTIKEL TERVERIFIKASI
No. Judul Artikel Peneliti Institut Jurnal Link dan Akreditasi
Journal of Biology
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Ika Nurdayanti, Sri Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Berpikir Berpasangan https://journal.unnes.ac.i
Mulyani Endang FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
1. Berempat dengan Bantuan d/sju/index.php/ujbe
Susilowati, Sri Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 1
Catatan Terbimbing Materi S3 HI-13 H5-Index 12
Sukaesih Indonesia (1), Halaman 60-65,
Pengelolaan Lingkungan
Tahun 2012
Journal of Biology
Efektivitas Model
Siti Marpuah, Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Pembelajaran Cooperative https://journal.unnes.ac.i
Margareta FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
2. Integrated Reading and d/sju/index.php/ujbe
Rahayuningsih, Sri Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 4
Composition (CIRC) dengan S3 HI-13 H5-Index 12
Sukaesih Indonesia (3), Halaman 244-
Mind Mapping
250, Tahun 2015
Pengaruh Penerapan Model Biosfer: Jurnal
Pembelajaran Group Pendidikan Biologi, Pendidikan Biologi,
Ade Suryanda, Eka
Investigation (GI) terhadap Fakultas MIPA, ISSN : 26143984 | http://journal.unj.ac.id/un
3. Putri Azrai, Nares
Kemampuan Berpikir Analisis Universitas Negeri PISSN : 08532451, j/index.php/biosfer/index
Wari
Siswa pada Materi Pencemaran Jakarta Vol. 9 (2), Halaman S2 HI-6 H5-Index 6
Lingkungan 37-44, Tahun 2016
Pengaruh Strategi Journal of Biology
Pembelajaran Jigsaw dan Jurusan Biologi, Education, ISSN :
https://journal.unnes.ac.i
Problem Based Learning Siti Aisyah, Syaiful FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
4. d/sju/index.php/ujbe
terhadap Skor Keterampilan Ridlo Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 4
S3 HI-13 H5-Index 12
Metakognitif Siswa pada Mata Indonesia (1), Halaman 22-28,
Pelajaran Biologi Tahun 2015
94
Lampiran 3
LEMBAR DATA ARTIKEL PENELITIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SECARA KESELURUHAN
No. Judul Artikel Peneliti Institut Jurnal Link dan Akreditasi
Journal of Biology
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Ika Nurdayanti, Sri Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Berpikir Berpasangan https://journal.unnes.ac.i
Mulyani Endang FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
1. Berempat dengan Bantuan d/sju/index.php/ujbe
Susilowati, Sri Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 1
Catatan Terbimbing Materi S3 HI-13 H5-Index 12
Sukaesih Indonesia (1), Halaman 60-65,
Pengelolaan Lingkungan
Tahun 2012
Journal of Biology
Efektivitas Model
Siti Marpuah, Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Pembelajaran Cooperative https://journal.unnes.ac.i
Margareta FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
2. Integrated Reading and d/sju/index.php/ujbe
Rahayuningsih, Sri Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 4
Composition (CIRC) dengan S3 HI-13 H5-Index 12
Sukaesih Indonesia (3), Halaman 244-
Mind Mapping
250, Tahun 2015
Pengaruh Penerapan Model Biosfer: Jurnal
Pembelajaran Group Pendidikan Biologi, Pendidikan Biologi,
Ade Suryanda, Eka
Investigation (GI) terhadap Fakultas MIPA, ISSN : 26143984 | http://journal.unj.ac.id/un
3. Putri Azrai, Nares
Kemampuan Berpikir Analisis Universitas Negeri PISSN : 08532451, j/index.php/biosfer/index
Wari
Siswa pada Materi Pencemaran Jakarta Vol. 9 (2), Halaman S2 HI-6 H5-Index 6
Lingkungan 37-44, Tahun 2016
Pengaruh Strategi Journal of Biology
Pembelajaran Jigsaw dan Jurusan Biologi, Education, ISSN :
https://journal.unnes.ac.i
Problem Based Learning Siti Aisyah, Syaiful FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
4. d/sju/index.php/ujbe
terhadap Skor Keterampilan Ridlo Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 4
S3 HI-13 H5-Index 12
Metakognitif Siswa pada Mata Indonesia (1), Halaman 22-28,
Pelajaran Biologi Tahun 2015
98
Journal of Biology
Pembelajaran Materi
Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Arthropoda dengan Nur Zubaidah, https://journal.unnes.ac.i
FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
16. Menggunakan Model Kukuh santosa, Nur d/sju/index.php/ujbe
Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 1
Investigasi Kelompok pada Rahayu Utami S3 HI-13 H5-Index 12
Indonesia (1), Halaman 26-32,
Kelas X
Tahun 2012
Journal of Biology
Penerapan Pembelajaran Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Ema Aprilia Handini, https://journal.unnes.ac.i
Kooperatif Jigsaw Berbantuan FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
18. Aditya Marianti, d/sju/index.php/ujbe
Slide Presentation Materi Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 1
Endah Peniati S3 HI-13 H5-Index 12
Jaringan Hewan Indonesia (2), Halaman 144-
150, Tahun 2012
102
Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia
Peningkatan Hasil Belajar IPA
(Indonesian Journal
Melalui Pembelajaran
SMP Negeri 2 Jepara, of Science https://journal.unnes.ac.i
Kooperatif Berbasis
19. N. Imamah Jawa Tengah, Education), ISSN : d/nju/index.php/jpii
Konstruktivisme Dipadukan
Indonesia 2089-4392 | PISSN : S1 HI-25 H5-Index 24
dengan Video Animasi Materi
-, Vol. 1 (1),
Sistem Kehidupan Tumbuhan
Halaman 32-36,
Tahun 2012
Journal of Biology
Penggunaan Model Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Irma Paramita, Nur https://journal.unnes.ac.i
Cooperative Learning Type FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
20. Rahayu Utami, Wiwi d/sju/index.php/ujbe
Make-a-Match terhadap Hasil Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 1
Isnaeni S3 HI-13 H5-Index 12
Belajar Sistem Gerak Indonesia (3), Halaman 287-
294, Tahun 2012
Bioma: Jurnal Ilmiah
Biologi, ISSN :
Make a Match in Cooperative Guru Mata Pelajaran http://journal.upgris.ac.id
20865481 | PISSN :
21. Learning untuk Meningkatkan Ririn Masrikhah Biologi, SMA Negeri /index.php/bioma/index
20865481, Vol. 3 (2),
Pemahaman Materi Protista 4 Semarang S3 HI-4 H5-Index 4
Halaman 76-89,
Tahun 2014
Jurnal Pendidikan
Program Studi PGSD Biologi Indonesia,
Penerapan Strategi Numbered http://ejournal.umm.ac.id
Muhammad Mifta Universitas ISSN : 2442-3750 |
22. Head Together dalam Setting /index.php/jpbi/index
Fausan Muhammadiyah PISSN : 2527-6204,
Model Pembelajaran STAD S2 HI-10 H5-Index 10
Makassar Vol. 2 (2), Halaman
154-160, Tahun 2016
103
Journal of Biology
Penerapan Model
Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Pembelajaran Numbered Lusia Retno Yuliani, https://journal.unnes.ac.i
FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
23. Heads Together (NHT) R. Susanti, Siti d/sju/index.php/ujbe
Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 7
terhadap Hasil Belajar Siswa Harnina Bintari S3 HI-13 H5-Index 12
Indonesia (2), Halaman 209-
pada Materi Sistem Ekskresi
215, Tahun 2018
Formatif: Jurnal
Penerapan Model Ilmiah Pendidikan
Program Studi https://journal.lppmunind
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIPA, ISSN :
Pendidikan ra.ac.id/index.php/Forma
24. Numbered Heads Together Muhamad Firdaus 25025457 | PISSN :
Matematika IKIP tif/index
(NHT) Ditinjau dari Aktivitas 25025457, Vol. 6 (2),
PGRI Pontianak S3 HI-13 H5-Index 13
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Halaman 93-99,
Tahun 2016
Journal of Biology
Pengaruh Model Pembelajaran
Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Kooperatif Tipe Snowball Umi Hanum, https://journal.unnes.ac.i
FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
25. Throwing terhadap Hasil Supriyanto, Retno d/sju/index.php/ujbe
Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 4
Belajar Peserta Didik pada Sri Iswari S3 HI-13 H5-Index 12
Indonesia (2), Halaman 173-
Materi Sistem Ekskresi
178, Tahun 2015
Perbedaan Kemampuan
Berpikir Analisis Siswa Biosfer: Jurnal
Melalui Pembelajaran Model Jurusan Biologi, Pendidikan Biologi,
Indah Dwiphayanti, http://journal.unj.ac.id/un
Assurance, Relevance, Interest, FMIPA Universitas ISSN : 26143984 |
27. Reduk Nilawarni, j/index.php/biosfer/index
Assesment, Satisfaction Negeri Jakarta, PISSN : 08532451,
Erna Heryanti S2 HI-6 H5-Index 6
Dengan Student Team- Indonesia Vol. 8 (2), Halaman
Achievement Division pada 39-45, Tahun 2015
Pencemaran Lingkungan
Biosfer: Jurnal
Upaya Meningkatkan Hasil
Pendidikan Biologi,
Belajar Biologi Melalui Model SMAN 40 Jakarta, http://journal.unj.ac.id/un
Rochadi Arif ISSN : 26143984 |
28. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jalan Budi Mulia, j/index.php/biosfer/index
Purnawan PISSN : 08532451,
Student Teams Achievement Pademangan, Jakarta S2 HI-6 H5-Index 6
Vol. 7 (1), Halaman
Division (STAD)
58-63, Tahun 2014
MTs Negeri I
Lampung Tengah,
Jurnal Inovasi
Jalan Negara No.712
Pengaruh Publikasi Tugas Pendidikan IPA,
Yukum Jaya, https://journal.uny.ac.id/i
Melalui STAD terhadap Kerja Dzawati Muttaqiyah, ISSN : 2477-4820 |
29. Lampung Tengah, ndex.php/jipi
Sama, Kreativitas, dan Prestasi Indyah Sulistyo Arty PISSN : 2477-4820,
Indonesia. Dan S2 HI-9 H5-Index 9
Belajar IPA Vol. 2 (1), Halaman
Jurusan Pendidikan
12-23, Tahun 2016
Kimia, Universitas
Negeri Yogyakarta
105
Journal of Biology
Efektivitas Kunci Determinasi Jurusan Biologi, Education, ISSN :
Niken Kusumarini, https://journal.unnes.ac.i
Bergambar dengan Penerapan FMIPA Universitas 2540-833x | PISSN :
31. Eling Purwantoyo , d/sju/index.php/ujbe
Model STAD pada Materi Negeri Semarang, 2252-6579, Vol. 1
Chasnah S3 HI-13 H5-Index 12
Plantae Indonesia (1), Halaman 20-25,
Tahun 2012
Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia
Jurusan Pendidikan (Indonesian Journal
Pembelajaran Biologi Model
Biologi FKIP of Science https://journal.unnes.ac.i
STAD dan TGT Ditinjau dari
32. N.D. Muldayanti Universitas Education), ISSN : d/nju/index.php/jpii
Keingintahuan dan Minat
Muhammadiyah 2089-4392 | PISSN : S1 HI-25 H5-Index 24
Belajar Siswa
Pontianak -, Vol. 2 (1),
Halaman 12-17,
Tahun 2013
106
Biosfer: Jurnal
Pengaruh Model Pembelajaran Pendidikan Biologi,
Eva Novika Sari, http://journal.unj.ac.id/un
Kooperatif Teknik Two Stay ISSN : 26143984 |
37. Reduk Nilawarni, - j/index.php/biosfer/index
Two Stray (TSTS) terhadap PISSN : 08532451,
Erna Heryanti S2 HI-6 H5-Index 6
Hasil Bealajar Biologi Siswa Vol. 7 (1), Halaman
25-29, Tahun 2014
Jurnal Pendidikan
Peningkatan Karakter dan
Program Studi Biologi, ISSN :
Hasil Belajar Biologi Siswa http://journal2.um.ac.id/i
Lidya Yanuarta, Joko Pendidikan Biologi, 25409271 | PISSN :
38. SMP Melalui Model ndex.php/jpb
Waluyo, Suratno FKIP Universitas 20856873, Vol. 6 (2),
Pembelajaran Think Talk Write S3 HI-2 H5-Index 2
Jember Halaman 100-107,
Dipadu Talking Stick
Tahun 2015
Formatif: Jurnal
Program Studi
Ilmiah Pendidikan
Pengaruh Model Pembelajaran Pendidikan https://journal.lppmunind
MIPA, ISSN :
Kooperatif terhadap Noviyani Florentina. Matematika, Fakultas ra.ac.id/index.php/Forma
39. 25025457 | PISSN :
Kemampuan Berpikir Kreatif Leonard Teknik, Matematika, tif/index
25025457, Vol. 7 (2),
Matematis Siswa dan IPA Universitas S3 HI-13 H5-Index 13
Halaman 96-106,
Indraprasta PGRI
Tahun 2017
Program Pasca Journal of Innovative:
Pembelajaran Laju Reaksi Sarjana Pendidikan Science Education,
https://journal.unnes.ac.i
Model Kooperatif Tipe STAD Rina Pradiyanti, Edy Ilmu Pengetahuan ISSN : 2502-4523 |
40. d/sju/index.php/jise
untuk Meningkatkan Cahyono, Supartono Alam Universitas PISSN : 2502-4523,
S3 HI-7 H5-Index 7
Efektivitas Belajar Siswa Negeri Semarang Vol. 2 (1), Halaman
Indonesia 49-56, Tahun 2013
108
Jurnal Pendidikan
Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika dan IPA,
Siswa Menggunakan Model http://jurnal.untan.ac.id/i
SMP Negeri 21 ISSN: 25797530 |
45. Pembelajaran Kooperatif Tipe Yunie Nurhazannah ndex.php/PMP
Pontianak PISSN: 20860234,
Student Team Achievement S3 HI-7 H5-Index 7
Vol. 8 (2), Halaman
Division (STAD)
50-59, Tahun 2017
Jurnal Pendidikan
Penerapan Pembelajaran Program Studi
Biologi Indonesia,
Kooperatif dengan Metode Diyah Ariska Fitari, Pendidikan Biologi http://ejournal.umm.ac.id
ISSN: 2442-3750
46. Problem Solving Rr Eko Susetyarini, FKIP Universtias /index.php/jpbi/index
PISSN: 2527-6204,
Meningkatkan Hasil Belajar Sukarsono Muhammadiyah S2 HI-10 H5-Index 10
Vol. 1 (1), Halaman
IPA SMP Malang
99-108
Jurnal Penelitian
Pengaruh Model Pembelajaran Program Studi Pendidikan IPA (JPP-
Kooperatif NHT dan STAD I. G. M. R. Aryana, Magister Pendidikan IPA), ISSN : 2407- http://jppipa.unram.ac.id/
47. terhadap Hasil Belajar A. Al Idrus, A. IPA, Program 795X | PISSN : 2460- index.php/jppipa/index
Pengetahuan Biologi Siswa Harjono Pascasarjana, 2582, Vol. 2 (2), S3 HI-3 H5-Index 3
SMA Negeri 2 Gerung Universitas Mataram Halaman 23-38,
Tahun 2016
Department of
Biology Education,
Jurnal Pendidikan
The Activeness, Critical, and Universitas
Biologi Indonesia,
Creative Thinking Skills of Rusdi Hasan, Muhammadiyah http://ejournal.umm.ac.id
ISSN: 2442-3750
48. Students in The Lesson Study- Marheny Lukitasari, Bengkulu, /index.php/jpbi/index
PISSN: 2527-6204,
Based Inquiry and Cooperative Sri Utami, Anizar Department of S2 HI-10 H5-Index 10
Vol. 5 (1), Halaman
Learning Biology Education,
77-84, Tahun 2019
Universitas PGRI
Madiun, Madrasah
110
Aliyah Negeri 2 of
Bengkulu
Quangga: Jurnal
Pendidikan dan
Pengaruh Model Pembelajaran Jasmine Salabeela Prodi Pendidikan
Biologi. p-ISSN: https://journal.uniku.ac.i
Kooperatif Tipe Jigsaw Rumpaka, Taupik Biologi, FKIP
49. 1907-3089 e-ISSN: d/index.php/quagga
terhadap Penguasaan Konsep Sopyan, Romdah Universitas Galuh
2651-5869, Vol. 11 S4 HI-3 H5-Index 3
dan Aktivitas Belajar Romansyah Ciamis
(2), Halaman 79-82,
Tahun 2019
Implementasi Model
Quangga: Jurnal
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Pendidikan dan
Group Investigation terhadap Program Studi
Melinda Meliyasari, Biologi. p-ISSN: https://journal.uniku.ac.i
Kemampuan Berpikir Kreatif Pendidikan Biologi
50. Anna Fitri Hindriana, 1907-3089 e-ISSN: d/index.php/quagga
Siswa pada Konsep FKIP Universitas
Haruji Setianugraha 2651-5869, Vol. 7 S4 HI-3 H5-Index 3
Pencemaran Lingkungan di Kuningan
(2), Halaman 18-22,
Kelas X SMA Negeri 2
Tahun 2015
Kuningan
Program Studi
Peningkatan Kreativitas Siswa Biodik: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi,
SMP Wisata Sanur Melalui Pendidikan Biologi, https://online-
Fakultas Keguruan
Penerapan Model Dewa Ayu Sri ISSN: 2580-0922 journal.unja.ac.id/index.
51. dan Ilmu Pendidikan
Pembelajaran Group Ratnani PISSN: 2460-2612, php/biodik
Universitas
Investigation (GI) Berbasis Vol. 5 (2), Halaman S4 HI-5 H5-Index 5
Mahasaraswati
Media Mind Mapping 150-163, Tahun 2019
Denpasar
111
Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Biodik: Jurnal Ilmiah
Program Pascasarjana
Heads Together (NHT) Pendidikan Biologi, https://online-
Muhsin Chatib, Pendidikan Biologi
Berbantuan Aplikasi Moodle ISSN: 2580-0922 journal.unja.ac.id/index.
52. Saleh Hidayat, Universitas
untuk Meningkatkan Hasil PISSN: 2460-2612, php/biodik
Rusdy A. Siroj Muhammadiyah
Belajar Kognitif Peserta Didik Vol. 5 (1), Halaman S4 HI-5 H5-Index 5
Palembang
di SMA Negeri Titian Teras 68-80, Tahun 2019
Jambi
Upaya Meningkatkan Aktivitas Biodik: Jurnal Ilmiah
https://online-
dan Prestasi pada Bidang Studi SMA Negeri 2 Muara Pendidikan Biologi,
journal.unja.ac.id/index.
53. Biologi Melalui Metode Sulastiyo Bungo Jambi ISSN: 2580-0922,
php/biodik
Pembelajaran Kooperatif Tipe Indonesia Vol. 5 (2), Hal. 121-
S4 HI-5 H5-Index 5
STAD 130, Tahun 2019
Didaktika Biologi:
SMA Negeri 6 OKU, Jurnal Penelitian
Pengembangan Model http://jurnal.um-
Kabupaten Ogan Pendidikan Biologi,
Pembelajaran Nobibasisku palembang.ac.id/index.p
54. Yunis Andriani Komering Ulu ISSN : 2579-7352 |
pada Mata Pelajaran Biologi di hp/dikbio
(OKU), Sumatera PISSN : 2549-5267,
SMA Negeri 6 OKU S4 H-I 2 H5-Index 2
Selatan Vol. 1 (1), Halaman
11-18, Tahun 2017
Jurnal Pendidikan
Pengaruh Model Pembelajaran Prodi Pendidikan
Biologi, ISSN : https://jurnal.unimed.ac.i
Inkuiri dan Kooperatif Hutri Purnama Sary Biologi Pascasarjana
25023810 | PISSN : d/2012/index.php/JPB/is
55. terhadap Kemampuan Kognitif Lubis, Ely Djulia, Universitas Negeri
20862245, Vol. 5 (3), sue/archive
Siswa pada Materi Animalia di Syahmi Edi Medan, Sumatera
Halaman 167-173, S4 H-I 4 H5-Index 4
SMA Negeri 11 Medan Utara
Tahun 2016
112
116
117
118
119
120
121
122
123
Lampiran 5
LEMBAR UJI PLAGIARISME
124