Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Anissa Yuniar
NIM. 11160130000040
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wrb.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
tepat waktu. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang dengan suri tauladannya.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mencurahkan segenap pikiran, memberikan dorongan, bantuan baik material
maupun spiritual. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku sekretaris Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Didah Nurhamidah, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan masukan bagi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
iii
5. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. dan Dr. Hindun, M.Pd. selaku
penguji satu dan penguji dua yang telah memberikan arahan dan saran
selama sidang munaqasah.
6. Dr. Nuryani, M.A., selaku dosen penasehat akademik yang telah
memberikan pengarahan sejak awal proses perkuliahan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan motivasi selama penulis
menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Momon Mujiburrahman, M.A., selaku Kepala Sekolah MTs
Pembangunan UIN Jakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
9. Ibu Fitri Hera Febriana, S.Pd., selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia
yang telah membantu dan memberi dukungan serta saran kepada penulis
selama penelitian berlangsung.
10. Peserta didik MTs Pembangunan UIN Jakarta terutama seluruh murid
kelas VII G atas kerja sama dan semangat selama penelitian berlangsung.
11. Teristimewa untuk orang tua, Bapak Namin dan Mamah Ellina yang tiada
hentinya memberikan doa, cinta, dukungan, materi, nasihat, motivasi,
saran, dan semangat yang sangat luar biasa kepada penulis setiap
waktunya.
12. Elvina Mutia Agustin, S.Pd., dan Shalahuddin Al-Ayyubi, S.Pd.I., kakak
penulis yang selalu memberikan dukungan, doa, dan bimbingannya selama
perkuliahan dan pengerjaan skripsi.
13. Raida Basimah Fakhirah dan Rania Basimah Fakhirah, keponakan
tersayang penulis yang selalu memberi semangat dan sebagai penghibur
selama penulis menyelesaikan skripsi.
14. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2016, khususnya PBSI kelas B yang selalu menjaga kekompakan
untuk terus selalu bersama dan saling membantu dalam proses belajar di
kampus.
iv
15. Perempuan-perempuan luar biasa, Farhatun Fitriah, Aida Rahma, Dahlia
Diah Novitasari, Litteu Nur El Lailatie, Nur Hikmah Salsabilah, Euis
Fajriyani, Anggita Nur Cahyani, dan Filzah Awdean yang selalu bersedia
berbagi cerita, cinta, kasih sayang, ruang, waktu, tenaga, serta pikirannya
kepada penulis setiap waktunya.
16. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya,
terima kasih atas semangat dan bantuannya kepada penulis, semoga Allah
SWT membalasnya dengan balasan yang setimpal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Amin.
Wassalamualaikum wr.wb.
Anissa Yuniar
v
DAFTAR ISI
vi
1. Pengertian Membaca .............................................................................. 18
2. Tujuan Membaca .................................................................................... 19
3. Manfaat Membaca .................................................................................. 20
4. Membaca Pemahaman ............................................................................ 21
E. Fabel ........................................................................................................... 23
1. Unsur-Unsur Fabel ................................................................................. 24
F. Penelitian Relevan ...................................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31
B. Metode Penelitian....................................................................................... 31
C. Objek dan Sumber Penelitian ..................................................................... 32
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 42
A. Profil Sekolah ............................................................................................. 42
1. Sejarah Singkat Sekolah ......................................................................... 42
2. Identitas Sekolah .................................................................................... 45
3. Visi, Misi, dan Tujuan ............................................................................ 46
4. Guru dan Tenaga Kependidikan ............................................................. 48
B. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian ...................................................... 53
1. Deskripsi Proses Penerapan Model Cooperative Learning Think Pair
Share Berbantuan Media YouTube dalam Pembelajaran Fabel Siswa Kelas
VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta ......................................................... 53
2. Analisis Unsur Intrinsik Fabel “Semut dan Belalang” Siswa Kelas VII-G
MTs Pembangunan UIN Jakarta .................................................................... 54
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 98
A. Simpulan .................................................................................................... 98
B. Saran ........................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 4.18 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nashwa Kanitha Aziizah 78
Tabel 4.19 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nesya Khairunnisa 80
Tabel 4.20 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Rameyza Afrahalya 81
Tabel 4.21 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Rayyan Fahrezi Suwarna 83
Tabel 4.22 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Shafa Zianka Quamila A 85
Tabel 4.23 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Syahira Nabila Hafizh 86
Tabel 4.24 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Visatrio Daffa 88
Tabel 4.25 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Zahra Mahira Syahri N 90
Tabel 4.26 Rekapitulasi Nilai Hasil Analisis Unsur Intrinsik Fabel Siswa
Kelas VII-G Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube 92
Tabel 4.27 Rekapitulasi Nilai Hasil Analisis Unsur Intrinsik Fabel Siswa
Kelas VII-G Tanpa Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube
94
ix
DAFTAR GAMBAR
Tabel 4.1 Penilaian Tes Siswa Kelas VII-G dalam Analisis Unsur Instrinsik
Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube 96
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
center diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, baik berupa
hard skills maupun soft skills.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013, yaitu di mana peserta
didik menjadi pusat pembelajaran (student center) dengan membentuk peserta
didik ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 6 orang secara
heterogen, baik dari kemampuan, jenis kelamin, dan ras yang berbeda. Model
pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa macam, salah satunya yaitu
pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Tipe pembelajaran kooperatif
think pair share memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja
sama untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, dan guna
mencapai tujuan yang telah disepakati.
Ciri khas pembelajaran kooperatif think pair share memiliki tujuan
yaitu peserta didik diharapkan dapat memahami suatu materi dengan baik,
karena peserta didik terlebih dahulu diberikan waktu berpikir untuk
memecahkan suatu masalah secara individu, kemudian melakukan diskusi
dengan kelompoknya. Peserta didik diharapkan dapat aktif selama kegiatan
belajar mengajar berlagsung. Selain itu, tipe kooperatif ini juga memiliki
tujuan untuk keterampilan sosial yakni, mengajarkan peserta didik untuk
berani mengeluarkan pendapat, saling menghormati pendapat yang berbeda
dengan pandangannya, serta saling bekerja sama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe think pair share ialah
diawali dengan peserta didik untuk berpikir (think) secara individu terkait
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, kemudian peserta didik berdiskusi
secara berpasangan ataupun berkelompok untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru. Setelah itu, peserta didik diminta guru untuk berbagi
(share) hasil diskusi yang telah dilakukan bersama pasangannya kepada
seluruh peserta didik di kelas. Penerapan model pembelajaran kooperatif
think pair share diharapkan untuk dapat memotivasi, serta peserta didik dapat
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
3
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran dengan
materi yang akan diajarkan.
2. Guru kurang tepat dalam menggunakan media pembelajaran dengan
materi yang akan diajarkan.
3. Cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube sebagai
salah satu model dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013.
4. Siswa kurang tepat dalam menentukan unsur-unsur intrinsik yang
terkandung di dalam cerita fabel. .
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar lebih terarah pada ruang
lingkup peneliti membatasi masalah yang akan dibahas tentang penggunaan
model pembelajaran cooperative learning think pair share berbantuan media
YouTube yang berjudul fabel “Semut dan Belalang” yang berdurasi 8 menit
55 detik. Kelas yang diteliti yaitu kelas VII-G semester genap MTs
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2019/2020. Adapun siswa mencari unsur
intrinsik yang terkandung dalam fabel yang ditayangkan oleh guru.
D. Rumusan Masalah
Berkenaan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penggunaan model
pembelajaran cooperative learning think pair share berbantuan media
YouTube yang digunakan guru terhadap pembelajaran fabel di kelas VII
semester genap MTs Pembangunan UIN Jakarta?
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah menjelaskan mengenai penggunaan model pembelajaran cooperative
learning think pair share berbantuan media YouTube yang digunakan oleh
guru terhadap pembelajaran fabel kelas VII semester genap.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengembangkan kajian ilmu pengetahuan untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran
cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan, antara lain:
a. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi bagi para guru. khususnya dalam meningkatkan kualitasnya
dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan, tentang
penggunaan model pembelajaran cooperative learning think pair share
berbantuan media YouTube pada pelajaran bahasa Indonesia.
b. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi bagi para guru dan siswa, bahwa model pembelajaran
cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube
mampu meningkatkan pemahaman mengenai pembelajaran fabel.
c. Peneliti
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Kooperatif
1
Syahidin, Model Pembelajaran Teori dan Praktik dalam Proses Pembelajaran,
(Ciputat: CV. Iltizam Media, 2018), h. 20.
8
9
2
Leli Halimah, Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru yang
Excellent di Abad ke-21, (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), h. 306.
3
Syahidin, Op. Cit., h. 32-33.
10
5
Isrok‟atun dan Amelia Rosmala, Model-Model Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2018), h. 158.
6
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2017), h. 208.
7
Esti Widiawati, Metode dan Model Pembelajaran, (Pati: CV Al Qalam Media Lestari,
2017), h. 92.
8
Aris Shoimin, Op. Cit., h. 209.
12
9
Isrok‟atun dan Amelia Rosmala, Op. Cit., h. 160-161.
13
10
Ibid., h. 161.
14
C. Media
Istilah “media” sering dikaitkan dengan kata “teknologi” yang berasal
dari bahasa latin yaitu tekne yang berarti dalam bahasa Inggris art dan logos
yang berarti ilmu. Kata media sendiri berasal dari bahasa Latin medius yang
berarti tengah, perantara atau pengantar.12 Dalam bahasa Arab, kata media
disebut wasail yang merupakan jama‟ dari wasilah yang berarti tengah. Kata
tengah sendiri memiliki arti berada di antara dua sisi. Berdasarkan posisi
11
Aris Shoimin, Op. Cit., h. 211.
12
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 3-5.
15
13
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008), h. 6.
14
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM:
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h. 75.
15
Ibid., h. 77.
16
Ibid., h. 76.
17
Ega Rima Wati, Ragam Media Pembelajaran Visual-Audio Visual-Komputer-Power
Poit-Internet-Interactive Video, (Jakarta: Kata Pena, 2016), h.51-55.
16
18
Munadi, Op. Cit., h. 56.
19
Arsyad, Op. Cit., h. 2.
17
3. YouTube
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempegaruhi hasil
belajar siswa, sebagaimana yang telah dijabarkan di atas mengenai
maanfaat media audiovisual. Hal ini pun juga sejalan dengan pendapat
Hamalik, bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan minat, motivasi, dan rangsangan siswa
terhadap pelajaran, serta membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa.21
Salah satu situs yang sedang populer dan digemari saat ini di dunia
internet yaitu YouTube. YouTube merupakan sebuah situs web video
sharing (berbagi video) yang dapat memuat, menonton, dan berbagi klip
video bagi para penggunanya secara gratis. YouTube didirikan pada tahun
2005 oleh Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim, ketiganya
merupakan mantan karyawan PayPal (website online komersial). Saat ini,
YouTube menjadi situs penyumbang video online paling dominan di
Amerika Serikat dan bahkan dunia dengan menguasai 43% pasar.
Diperkirakan 20 jam durasi video diunggah ke YouTube setiap menitnya
dengan 6 miliar penonton per hari.22
Pada tahun 2012 YouTube masuk ke Indonesia, dan menjadikan
Indonesia sebagai negara ke-46 di dunia yang resmi memiliki domain
negaranya sendiri (youtube.co.id). YouTube memiliki sebuah program
20
Munadi, Op. Cit., h. 127.
21
Arsyad, Op. Cit., h. 15.
22
Fatty Faiqah, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, “YouTube Sebagai Sarana
Komunikasi Bagi Komunitas Makassarvidgram”, Jurnal Komunikasi KAREBA, Vol. 5, 2016, h.
261.
18
D. Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca sebagai salah satu dari empat aspek keterampilan
berbahasa, mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.
Membaca juga merupakan satu bagian dari komunikasi tulisan. Melalui
kegiatan membaca, seseorang dapat menambah pengetahuan dan informasi
dari bahan bacaannya. Kegiatan membaca merupakan salah satu kegiatan
yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga peserta
didik memiliki kemampuan dan pengalaman membaca dari bermacam-
macam teks, selain itu peserta didik dapat meningkatkan daya nalarnya.
Membaca menurut Hodgson adalah suatu proses yang digunakan
dan dipergunakan oleh pembaca untuk menemukan makna yang
terkandung di dalam pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
kata-kata.24 Membaca adalah suatu proses untuk memahami yang tersirat
23
Yessi Nurita Labas dan Daisy Indira Yasmine, “Komodifikasi di Era Masyarakat
Jejaring Studi Kasus YouTube Indonesia”, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4, 2017, h. 108.
24
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2008), h. 7.
19
2. Tujuan Membaca
Membaca memiliki tujuan utama yaitu untuk mencari dan
memperoleh informasi, mamahami makna dan isi bacaan. Selain itu,
menurut Anderson membaca juga mempunyai tujuan yang lainnya, yaitu:
a. Membaca untuk memperoleh fakta-fakta
Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang dilakukan penulis dan hal-hal yang dibuat penulis.Selain itu, juga
untuk memecahkan masalah yang dibuat penulis.
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama
Membaca untuk mengetahui topik yang baik dan menarik, mengetahui
hal-hal yang dialami penulis, dan merangkum hal-hal yang dilakukan
penulis untuk mencapaitujuannya.
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan cerita
Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada
setiap cerita, kejadian awal, kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap
kejadian dibuat untuk memcahkan masalah.
d. Membaca untuk menyimpulkan
Membaca untuk mengetahui sesuatu yang hendak ditunjukkan oleh
penulis, serta mengetahui keberhasilan atau kegagalan penulis.
25
Ibid., h. 8.
26
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. 2, h. 5.
20
3. Manfaat Membaca
a. Merangsang sel-sel otak
Membaca merupakan proses berpikir. Membaca akan
merangsang sel-sel otak manusia, karena dengan membaca kita akan
menyerap ide dan pengalaman orang lain. Semakin banyak bacaaan
yang telah dibaca maka akan semakin memperbesar volume otak.
b. Menumbuhkan daya cipta
Membaca adalah kegiatan yang dapat menambah wawasan,
pandangan, dan pengalaman orang lain. Untuk sebagian orang, setelah
melakukan kegiatan membaca akan ada keinginan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan dapat melakukan perubahan.
c. Meningkatkan perbendaharaan kata
Kegiatan membaca akan membuat seseorang menyerap kosakata
dan menambah pengetahuan bahasa. Selain itu, dapat memperlancar
komunikasi baik lisan maupun tulisan.
d. Membantu mengekspresikan pemikiran
Membaca dapat membantu seseorang dalam kegiatan menulis.
Kegiatan menulis bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, karena
27
Ibid., h. 9-11.
21
4. Membaca Pemahaman
28
Y. Budi Artati, Terampil Membaca, (Klaten: PT Intan Perwira, 2008), h. 2-3.
29
Tarigan, Op. Cit., h. 58.
30
Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2012), h. 60.
31
Francoise Grellet, Developing Reading Skills, (New York: Cambridge University Press,
2010), h. 3.
32
Dalman, Op. Cit., h. 87.
22
33
Abidin, Op. Cit., h. 60.
23
E. Fabel
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 dikenal
dengan pembelajaran berbasis teks, bertujuan agar siswa dapat memproduksi
dan menggunkan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Kurikulum
2013 menekankan pentingnya keseimbangan antara kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum ini juga menuntut siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator.
Penggunaan kurikulum ini mengharuskan guru untuk menumbuhkan kembali
minat membaca siswa, yang dapat berpengaruh pada produktivitas siswa
dalam kegiatan menulis turun pula.
Fabel termasuk salah satu bentuk prosa rakyat. Prosa rakyat
merupakan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat suatu daerah dan
menjadi salah satu kekayaan daerah tersebut. Isi cerita rakyat sebagian besar
merupakan cerita khayalan, namun di dalam cerita rakyat tersebut terdapat
pesan moral yang berisi nasihat-nasihat.
Fabel dalam arti leksikal yaitu cerita yang menggambarkan watak dan
perilaku manusia yang tokohnya merupakan binatang, dan terdapat
pendidikan moral di dalam isi cerita.34
Hal ini sejalan dengan pendapat H. J. Blackham, “Fable is narrative
fiction in the past tense. A very early definition of the Aesopic fable was, „a
fictitious story picturing a truth‟. The „picturing‟ implies a methaphorical
34
Sugihastuti, Sastra Anak: Teori dan Apresiasi, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), h.
14.
24
1. Unsur-Unsur Fabel
a. Tokoh
Menurut Burhan Nurgiyantoro tokoh cerita merupakan pelaku
yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi. Dalam cerita
fiksi anak salah satunya yaitu fabel, tokoh yang dihadirkan tidak hanya
tokoh binatang, namun dimunculkan juga tokoh manusia. Biasanya,
tokoh manusia akan dimunculkan bersama dengan tokoh binatang, dan
terjadi percakapan antara binatang dan manusia yang dapat diterima
secara wajar oleh anak. Pemunculan tokoh dalam fiksi anak juga
digunakan sebagai sarana untuk memberikan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam cerita.37
Terdapat jenis tokoh cerita fiksi anak yaitu tokoh protagonis dan
tokoh antagonis. Cerita fiksi menjadi lebih menarik dan mencekam
35
H. J. Blackham, The Fable as Literature, (London: Bloomsbury Academic, 2013), h.
xi.
36
Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakrta:
Gajah Mada University Press, 2013), Cet. 3, h. 191.
37
Ibid., h. 222-223.
25
b. Alur
Alur menurut Yelland adalah suatu urutan cerita atau peristiwa
yang teratur dan teroganisir.39 Menurut Burhan Nurgiyantoro alur
merupakan lebih dari sekadar jalan cerita, alur berkaitan dengan
masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu digerakkan,
dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan
menarik, namun terjaga kelogisan dan dan kelancaran ceritanya.40
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa alur
merupakan sebuah rangkaian cerita yang mengatur suatu peristiwa dan
kemunculan tokoh agar menjadi satu kesatuan cerita yang padu.
Fabel termasuk genre teks narasi. Teks narasi adalah ragam teks
yang bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa secara kronologis
sebagai hiburan.41 Sebagai teks narasi, fabel memiliki rangkaian cerita
yang menarik dan banyak terkandung nilai-nilai moral. Alur pada fabel
umumnya alur maju. Alur maju merupakan dari awal dimulainya cerita
38
Ibid., h. 226.
39
Furqonul Azies dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar, (Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 68.
40
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 237.
41
Budi Waluyo, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan MTs, (Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018), h. 171.
26
c. Latar
Menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, latar atau setting
dapat dipahami sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian
tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa di dalam cerita.43 Cerita fiksi anak harus jelas mengenai
waktu dan tempat kejadian peristiwa, hal ini bertujuan agar si anak
dapat memahami isi cerita dengan baik dan mampu mengembangkan
imajinasinya.
Menurut Burhan Nurgiyantoro, latar tempat dapat dipahami
sebagai tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita fiksi. Latar waktu
dipahami sebagai kapan berlangsungnya berbagai peristiwa diceritakan
dalam cerita fiksi. Latar sosial dapat dipahami sebagai keadaan sosial
yang diangkat ke dalam cerita.44
d. Tema
Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa tema sebuah cerita
fiksi merupakan gagasan utama atau makna utama cerita.45 Sastra anak
mengangkat tema yang merupakan kebenaran tentang kehidupan yang
diyakini oleh penulisnya. Kebenaran diceritakan melalui tokoh, alur,
atau lainnya. Tema sangat berkaitan erat dengan tokoh dan alur, karena
hakikatnya cerita fiksi adalah cerita tentang kehidupan tokoh, dan tokoh
pun pasti terdapat konflik dalam kehidupannya, konflik adalah urusan
alur.46
42
Titik Harsiati, Agus Trianto, dan E. Kosasih, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h. 202.
43
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2012), h. 216.
44
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 251-253.
45
Ibid., h. 260.
46
Ibid., h. 261.
27
e. Amanat
Amanat dapat dipahami sebagai sesuatu pesan dari penulis yang
ingin disampaikan untuk pembaca. Cerita fiksi ditulis sebagai salah satu
alternatif memberikan pendidikan kepada anak melalui bacaan.
Pendidikan ini dapat disampaikan melalui tokoh-tokoh cerita yang
dijadikan sebagai pahlawan atau hero, baik melalui dialog ataupun
tingkah laku untuk menunjukan kebenaran kehidupan yang diidealkan
oleh penulis.47
Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa dalam cerita fiksi
haruslah mengandung ideologi yang dapat secara langsung ataupun
tidak langsung mengakui bahwa kebenaran haruslah diperjuangkan dan
dimenangkan.48
f. Sudut Pandang
Menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, “Sudut pandang
merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai
sarana menampilkan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah teks fiksi kepada pembaca”.49
Menurut Burhan Nurgiyantoro sudut pandang adalah sebuah
cara atau strategi yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan
cerita dan gagasannya.50 Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan cara atau gaya
penceritaan yang dipilih pengarang untuk mengisahkan ceritanya.
Sudut pandang biasanya dibagi menjadi dua macam, yaitu sudut
pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang
orang pertama menampilkan tokoh “aku” sebagai pusat pengisahan
dalam cerita. Sedangkan, sudut pandang orang ketiga menampilkan
tokoh “dia” sebagai pusat pengisahan dalam cerita.
47
Ibid., h. 265.
48
Ibid., h. 266.
49
Ibid., h. 269.
50
Ibid., h. 269.
28
F. Penelitian Relevan
Berikut ini hasil penelitian yang relevan dari beberapa jurnal dan
skripsi dengan mengangkat tema yang hampir sama, antara lain:
1. Rosi Nur Akbar, Ermawati Arief, dan Ena Noveria, “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Terhadap Keterampilan
Menulis Teks Cerita Moral/Fabel Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Solok
Selatan”. Jurnal Tahun 2017 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Negeri Padang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share tersebut terhadap keterampilan menulis teks cerita
moral/fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Solok Selatan. Hasil
penelitian, nilai rata-rata siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Solok Selatan
dalam keterampilan menulis teks cerita moral/fabel sebelum menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berada pada lebih dari
cukup (LdC) dengan rata-rata 74,74. Sedangkan, nilai rata-rata siswa
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
berada pada kualifikasi baik (B) yaitu 81,25. Berdasarkan uji-t,
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap keterampilan
menulis teks cerita moral/fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Solok
Selatan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rosi Nur Akbar,
Ermawati Arief, dan Ena Noveria dengan penelitian ini adalah sama-sama
memakai model pembelajaran kooperatif think pair share. Adapun
perbedaan penelitian Rosi Nur Akbar, Ermawati Arief, dan Ena Noveria
dengan skripsi ini adalah:
a. Penelitian Rosi Nur Akbar, Ermawati Arief, dan Ena Noveria dilakukan
pada tahun 2017, sedangkan penelitian ini dilakukan tahun 2020.
b. Metode penelitian yang digunakan oleh Rosi Nur Akbar, Ermawati
Arief, dan Ena Noveria yaitu metode kuantitatif, sedangkan penelitian
ini menggunakan kualitatif.
29
c. Objek yang dikaji dalam penelitian Rosi Nur Akbar, Ermawati Arief,
dan Ena Noveria adalah keterampilan menulis teks cerita moral/fabel,
sedangkan pada penelitian ini menganalisis unsur instrinsik yang
terkandung dalam fabel.
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah merupakan kegiatan
penelitian yang berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empriris,
dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-
cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis berarti proses yang digunakan penelitian menggunakan langkah-
langkah tertentu yang bersifat logis.1
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.2 Hal ini sejalan menurut Virginia Braun dan
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), Cet. 20, h.2.
2
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 36.
31
32
3
Virginia Braun dan Victoria Clarke, Succesful Qualitative Research, (California: SAGE
Publications, 2013), h. 3.
4
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014), Cet. 2, h. 47.
5
Sugiyono, Op. Cit., h. 82.
33
Tabel 3.1
NO KELAS L P JUMLAH
1 VII A 14 11 25
2 VII B 14 10 24
3 VII C 15 9 24
4 VII D 17 8 25
5 VII E 9 16 25
6 VII F 11 15 26
7 VII G 8 16 24
8 VII H 12 13 25
Total Peserta Didik 100 98 198
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu,
peneliti juga harus divalidasi mengenai pemahaman terhadap metode
kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta
kesiapan dan bekal memasuki lapangan.7 Dalam penelitian kualitatif segala
sesuatu yang dicari dari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya,
sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan
penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
memasuki objek penelitian.8
Peneliti sebagai instrumen penelitian berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data,
6
Ibid., h.236.
7
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2014), Cet. 9, h. 59.
8
Ibid., h. 60.
34
2. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Wawancara digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.15 Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan kepada guru Bahasa Indonesia yang mengajar
kelas VII G di MTs Pembangunan UIN Jakarta. Berikut adalah daftar
pertanyaan wawancara kepada guru kelas VII MTs Pembangunan UIN
Jakarta.
Tabel 3.2
15
Arikunto, Op. Cit., h. 198.
36
Tabel 3.3
3. Dokumentasi
Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh
foto-foto atau karya tulis akademik yang telah ada.16 Imam Suprayogo
dalam Mahmud menjelaskan bahwa, dokumen merupakan bahan tertulis
yang berkaitan dengan peristiwa tertentu. Dokumen dapat berupa rekaman,
dokumen tertulis, rekaman gambar, dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan peristiwa tersebut.17 Dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini berupa foto sebagai bukti dalam pengambilan data dan untuk
menggambarkan situasi di dalam kelas. Selain itu, lembar kerja siswa
menganalisis unsur intrinsik fabel.
4. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.18 Tes
dilakukan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran cooperative
think pair share berbantuan media YouTube untuk menganalisis unsur
intrinsik fabel “Semut dan Belalang”. Tes dilakukan secara individu dan
penilaian tes tersebut berdasarkan tingkat pemahaman siswa dalam
menganalisis unsur intrinsik.
16
Sugiyono, Op. Cit., h. 83.
17
Mahmud, Op. Cit., h. 184.
18
Arikunto, h. 193.
38
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.19
Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di
lapangan, dan kemudian datanya dianalisis berupa nonstatistik namun berupa
kata-kata. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri
sendiri sebagai alat.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif
kualitatif, guna mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis unsur
intrinsik fabel dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative think
pair share berbantuan YouTube. Teknik analisis data yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Penyajian Data
Proses penyajian data menunjukkan peneliti untuk mendeskripsikan
sekumpulan informasi tersusun yang menuntut peneliti untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan
dalam bentuk teks naratif maupun dalam bentuk bagan atau grafik. Melalui
proses ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang terjadi dan apa
yang harus dilakukan. Artinya bahwa peneliti meneruskan analisisnya atau
mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan
tersebut.
19
Sugiyono, Op. Cit., h. 244.
39
Tabel 3.4
1. Tema
Tokoh dan
2.
Penokohan
3. Alur
30 ×100
4. Latar
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat
Tabel 3.5
Rubrik Penilaian Unsur Intrinsik Fabel
No. Aspek Kriteria Skor
Tidak ada unsur yang benar 1
Ada sedikit unsur yang benar 2
Jumlah unsur benar dan salah kurang
3
1. Tema lebih seimbang
Ketepatan tinggi dengan sedikit
4
kesalahan
Tanpa kesalahan 5
2. Tokoh dan Tidak ada unsur yang benar 1
20
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi,
(Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2016), Cet. 7, h. 414.
21
Titik Harsiati, Agus Trianto, dan E. Kosasih, Bahasa Indonesia: Buku Guru, (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h. 31.
40
22
Nurgiyantoro, Op.Cit., h. 243.
41
Keterangan:
= Simbol rata-rata hitung (mean)
∑X = Jumlah seluruh skor peserta didik
N = Jumlah peserta didik
3. Tahap Akhir
Tahap akhir dalam analisis data kualitatif merupakan tahap
pembuatan kesimpulan terhadap data-data yang telah diperoleh peneliti.
Peneliti harus menyadari bahwa pembuatan kesimpulan ini tidak hanya
berdasarkan penafsiraan sendiri secara subjektif, namun harus melibatkan
pandangan informan. Peneliti menyimpulkan hasil analisis data sesuai
dengan metode analisis data di atas.
23
Ibid., h. 277.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah
42
43
2. Identitas Sekolah
a. Identitas Sekolah
Nama Satuan : MTs Pembangunan UIN Jakarta
NPSN : 20178245
Jenjang Pendidikan : SMP/MTs
Status Sekolah : Swasta
b. Lokasi Sekolah
Alamat : Jl. Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Desa/Kelurahan : Pondok Pinang
Kecamatan : Kebayoran Lama
RT/RW : 003/006
Kode Pos : 15419
d. Kontak Sekolah
Nomor Telepon : 0217402172 / 7401143
46
c. Tujuan
1) Terselenggaranya pendidikan dasar dan menengah yang akan
melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan
kompetitif dan keunggulan komparatif.
2) Terwujudnya peserta didik yang memiliki keseimbangan antara
kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan dan kepedulian sosial.
3) Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan
keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap
kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian
Indonesia dan kemampuan potensi anak.
4) Tersedianya pendidik sebagai tenaga profesional yang menguasai
bidang keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan
komprehensif serta memiliki kemampuan untuk mengajarkannya
(teaching skill), berkepribadian pedagogis, dan berakhlak mulia.
5) Tersedianya tenaga kependidikan profesional yang dalam
melaksanakan tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan yang
relevan, memiliki etos kerja, loyalitas, dan dedikasi yang tinggi yang
dilandasi akhlak mulia.
6) Tersedianya sarana prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapat
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat belajar
seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai
pusat pembelajaran.
7) Terwujudnya peserta didik yang mandiri yang mampu melakukan
team work melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun
ekstrakulikuler.
48
Perguruan
No. Nama Pendidikan Program Studi
Tinggi
Pend. Agama
1. Abdul Mutaqin, S.Ag. S-1 UIN Jakarta
Islam
Penelitian dan
2 Agus Wahyudi, M.Pd S-2 UHAMKA Evaluasi
Pendidikan
Pend. Agama
5 Alipiah, S.Pd.I. S-1 UIN Jakarta
Islam
6 Andri Sulistiyanto, S.Pd. S-1 IKIP Madiun BK
7 Aqsol Aziz, M.A. S-2 UMJ Studi Islam
8 Devi Suci Fitriah, S.Pd. S-1 UNJ Pend. Seni
Pend. Bahasa
9 Dewi Nurpitriyani, S.Pd. S-1 UIN Jakarta Inggris
IKIP Adm.
10 Dra. Hj. Sumarji S-1
Yogyakarta Pendidikan
11 Dra. Retno RPL. S-1 IKIP JKT BK
Pend. Bahasa
12 Drs. H.M. Fuad Kasa S-1 IAIN JKT
Indonesia
13 Drs. Miran S-1 IAIN JKT Pend. IPS
Pend. Agama
14 Drs. Misro S-1 IAIN JKT
Islam
Pend. Bahasa
15 Drs. Syukri A. Gani S-1 IAIN JKT
49
Inggris
Drs.H. Cecep
16 S-2 UMJ Studi Islam
Khaeruddin, MA.
17 Dry Muharma, M.Pd. S-2 UNINDRA Pend. IPS
18 Elfa Sofiah, S.Pd. S-1 UIN Pend. Fisika
Fahmi Wiko Saputra, Pend. Bahasa
19 S-1 UIN Jakarta
S.Pd. Arab
20 Fairus Qamila, S.Pd. S-1 UNJ Pend. Biologi
Pend. Bahasa
21 Fitri Hera Febriana, S-1 UIN Jakarta Dan Sastra
S.Pd. Indonesia
22 Fitriyanti, S.T S-1 S-1ITI Teknik Kimia
STAI Al
23 H. Darul Janin, M.Pd. S-2 Hikmah Pend. Islam
Jakarta
24 H. Djamalludin, M.Pd. S-2 UHAMKA Penelitian dan
Evaluasi
Pendidikan
25 Hani Inayati, S.Psi. S-1 UIN Psikologi
Pend. Bahasa
26 Hanifah Hifni, S.Pd. S-1 UIN Jakarta
Inggris
Sains
27 Ir. Eha Soriha, M.Si S-2 UIN Jakarta
Psikologi
Pend. Agama
28 Jaenal Mutaqin, S.Pd.I. S-1 UIN Jakarta
Islam
Khaironi Agustini, Pend. Agama
29 S-1 UIN Jakarta
S.Pd.I. Islam
Ilmu Agama
30 M. Idham Khalid, M.Ag. S-2 IIQ
Islam
31 Mardi, MA. S-2 UMJ Pend. Islam
Pend.
32 Maulidati Sabat, S.Pd. S-1 UNES
Ekonomi
Momon Mujiburahman.
33 S-2 UMJ Pend. Islam
MA.
Pend.
34 Nia Kurniawan, S.Pd. S-1 UPI Bandung Kepelatihan
Olahraga
50
b. Tenaga Kependidikan
Tabel 4.2
Tenaga Kependidikan MTs Pembangunan UIN Jakarta
Perguruan
No. Pendidikan Unit Kerja
Nama Tinggi
Satuan
1. Abdul Ropik SMA SMA
Pengaman
Baskara Satuan
2 Agus Siswanto SMK
Depok Pengaman
3 Ahmad Jayadi, S.IP. S-1 UIN Pustakawan
SMA
4 Arif Rahman SMA Sejahtera 1 Teknisi
Depok
Karya Satuan
5 Arvi Yunaedi SMK Wijaya
Pengaman
Kusuma
STIEI Banda
6 Bukhari, S.E. S-1 Umum
Aceh
Muhammadi Satuan
7 Elisa SMA y
Pengaman
ah 1
STIBA Nusa
8 Epony Rahmat, S.S. S-1 Umum
Mandiri
9 Heni Tusniati, S.E. S-1 UPN Keuangan
Veteran
SMKN 2
10 Karto SMA Care Staff
Subang
Luthfi Arqam Dalili,
11 S-1 UIN Jakarta Laboran
S.Si.
12 M. Ahsanul Umam SMA MAN 3 Kesiswaan
52
MAN
13 M. Diky Iswanto, S.E. SMA Umum
Lamongan
14 Mahrobi SMA STM Teknisi
SMK Bina
18 Muhammad Riza Ali SMA Pengemudi
Informatika
19 Muhlisin SMA PaketC Care Staff
PKBM Satuan
21 Rifki SMA Negeri
Pengaman
31
PKBM Ki
22 Sayidi Sauri SMA Hajar Care Staff
Dewanto
ro
Satuan
23 Septiadi SMA SMA Paket
C Pengaman
24 Solehudin SMA PaketC Care Staff
6) Share (Pembuktian)
Salah seorang siswa diminta untuk tampil di depan dan membacakan
hasil diskusinya mengenai pengertian dan ciri teks fabel. Kemudian, guru
dan siswa menanggapi sesuai dengan konsep fabel dan indikator yang
telah ditetapkan.
7) Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan terkait pembelajaran fabel.
8) Penugasan
Siswa mencari unsur-unsur pembangun fabel berdasarkan video yang
berjudul “Semut dan Belalang”. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes tertulis yang terdiri dari enam soal untuk pemahaman
menganalisis unsur intrinsik cerpen.
Tabel 4.3
Aspek Penilaian Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Fabel
Tokoh dan
2.
Penokohan
3. Alur
30 ×100
4. Latar
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat
3. Alur √
4. Latar √
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 90
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
1. Tema √
√
Tokoh dan
2.
Penokohan
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 73,33
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
4. Latar √
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
cerita fabel “Semut dan Belalang”. Amanat yang dituliskan oleh peserta
didik, yaitu “kita tidak boleh menyepelekan apa yang sedang dilakukan
seseorang untuk keberhasilan. Janganlah bermalas-malasan jika ingin
mendapatkan apa yang kita mau”. Fabel “Semut dan Belalang”
mengajarkan kepada penonton bahwa usaha tidak akan menghianati
hasil, hal ini terbukti dari tokoh semut kecil yang tetap mengumpulkan
makanan di saat musim panas untuk persiapan musim dingin, walaupun
mendapat ejekan dari belalang.
6. Nama : Aska
Tabel 4.9
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aska
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 93.33
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 70
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 86,66
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 93,33
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
72
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
analisis alur cerita yang ditulis oleh peserta didik adalah alur maju.
Keempat, mengenai latar cerita. Peserta didik sudah memahami dalam
analisis latar cerita, namun terdapat kesalahan dalam analisis latar
suasana yakni senang dan tegang. Hasil analisis latar lainnya sudah
tepat yaitu latar tempat (hutan) dan latar waktu (musim panas dan
dingin). Berdasarkan analisis tersebut, skor yang didapatkan oleh
peserta didik adalah 4.
Kelima, mengenai sudut pandang. Skor 5 untuk analisis sudut
pandang, karena peserta didik sudah memami dalam analisis sudut
pandang sebuah cerita. Hasil analisis sudut pandang peserta didik yaitu
sudut pandang orang ketiga. Keenam, mengenai amanat cerita. Hasil
analisis amanat yang ditulis peserta didik adalah jangan bermalas-
malas. Peserta didik sudah mampu dalam analisis amanat cerita, namun
kurang penjelasan mengenai dampak yang terjadi jika setelah jangan
bermalas-malas.
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
75
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 70
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 66,66
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
78
1. Tema √
√
Tokoh dan
2.
Penokohan
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 90
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
1. Tema √
√
Tokoh dan
2.
Penokohan
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
81
2
Wawancara dengan Rameyza Afrahalya Melalui Seluler, Depok: 6 November 2020,
Pukul 18.59.
82
1. Tema √
√
Tokoh dan
2. ×100
Penokohan 30
= 90
3. Alur √
4. Latar √
3
Ibid.,Wawancara dengan Rameyza Afrahalya.
83
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
1. Tema √
√
Tokoh dan
2.
Penokohan
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 80
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
1. Tema √
√
Tokoh dan
2. ×100
Penokohan 30
= 60
3. Alur √
4. Latar √
86
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
amanat yang terkandung dalam fabel. Amanat yang ditulis oleh peserta
didik adalah jangan bermalas-malasan walaupun suasana lagi nyaman.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan peserta didik,
peserta didik mengatakan bahwa dirinya menyukai model pembelajaran
TPS dan penggunaan media YouTube dalam pembelajaran unsur
intrinsik fabel. Hal tersebut dapat dibuktikan saat peserta didik
menjawab pertanyaan dengan mengatakan, “Menurut saya cocok dan
lebih jelas belajar secara diskusi, karena bisa tanya jawab dan bisa
bahas langsung materi yang kurang jelas”, namun peserta didik juga
mengatakan bahwa dirinya kurang teliti dalam menganalisis “saya
kurang teliti saja dengan jawabannya. Jadi saya perlu penjelasan lagi
miss”.4
1. Tema √
√
Tokoh dan
2.
Penokohan
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 90
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
4
Wawancara dengan Syahira Nabila Hafizh Melalui Seluler, Depok: 6 November 2020,
Pukul 18.59.
88
1. Tema √
√
Tokoh dan
2.
Penokohan
3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 80
√
Sudut
5.
Pandang
6. Amanat √
Tabel 4.26
Rekapitulasi Nilai Hasil Analisis Unsur Intrinsik Fabel Siswa Kelas VII-G
Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube
Rayyan Fahrezi 90
19. 5 4 5 4 5 4 Baik Sekali
Suwarna
Shafa Zianka 80
20. 1 5 5 4 5 4 Baik
Quamila Ardiatna N
Shannaz Medina -
21. - - - - - - -
Asdianty
Syahira Nabila 60
22. 1 3 5 3 1 5 Cukup
Hafizh
23. Visatrio Daffa 5 4 5 4 5 4 90 Baik Sekali
Zahra Mahira Syahri 80
24. 1 5 5 4 5 4 Baik
Noor
Jumlah 1739,93
Keterangan:
I : Tema
III : Alur
IV : Latar
V : Sudut Pandang
VI : Amanat
= = = 79,08
93
Nilai rata-rata siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta dalam
menganalisis unsur intrinsik dengan penerapan model cooperative think pair
share berbantuan media YouTube adalah 79,08 dan dapat dibulatkan menjadi 79.
Nilai rata-rata tersebut jika dilihat dariklasifikasi membaca pemahaman untuk
analisis unsur intrinsik sebagaimana teori Burhan Nurgiyantoro, maka masuk
dalam kategori baik. Hasil rekapitulasi nilai peserta didik kelas VII-G juga
memperlihatkan bahwa mayoritas peserta didik mendapat nilai yang melampaui
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75. Hal tersebut dapat membuktikan
bahwa secara umum peserta didik mampu menganalisis unsur intrinsik fabel
dengan penerapan model cooperative think pair share berbantuan YouTube.
Tabel 4.27
Rekapitulasi Nilai Hasil Analisis Unsur Intrinsik Fabel Siswa Kelas VII-G
Tanpa Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube
Jayarahmadi
= = = 73,33
Nilai rata-rata siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta dalam
menganalisis unsur intrinsik tanpa menggunakan model cooperative think pair
share berbantuan media YouTube adalah 73,33 dan dapat dibulatkan menjadi 73.
Nilai rata-rata tersebut jika dilihat dari klasifikasi membaca pemahaman untuk
analisis unsur intrinsik sebagaimana teori Burhan Nurgiyantoro, maka masuk
dalam kategori cukup.
Tabel 4.28
7 Siswa 7 Siswa
8 Siswa
nilai-nilai tersebut: satu orang mendapat nilai 60, 66,66, dan 86,66, dua orang
mendapat nilai 70, 80, dan 93,33, tiga orang mendapat nilai 73,33, empat orang
mendapat nilai 90, dan enam orang mendapat nilai 76,66.
Nilai rata-rata siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta dalam
menganalisis unsur intrinsik dengan penerapan model cooperative think pair
share berbantuan media YouTube adalah 79 (baik), sedangkan nilai rata-rata
siswa yang tidak menggunakan model TPS dan media YouTube adalah 73
(cukup). Berdasarkan analisis data di atas, penggunaan model cooperative
learning think pair share berbantuan media YouTube sangat berguna terhadap
kemampuan analisis unsur intrinsik teks fabel peserta didik kelas VII-G MTs
Pembangunan UIN Jakarta tahun pelajaran 2019/2020.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada guru Bahasa Indonesia. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa
penggunaan model cooperative learning think pair share berbantuan YouTube
terbilang efektif dan dapat meningkatkan daya tarik peserta didik.
Pernah, itu waktu itu pernah saya terapkan dulu di kelas 8 materinya itu
materi teks eksplanasi. Nah eee tapi model pembelajaran ini cuma saya
gunakan sekali karena waktu itu ada kendala di waktu yaa, karena kan
pembelajarannya kalo pakai cooperative think pair share itu misalkan
harus berpasangan, kemudian setelah berpasangan itu nanti eee ke
pasangan yang lain untuk menjelaskan. Nah disitu disesuaikan juga sama
materi dan pertemuannya. Jadi waktu itu saya hanya pakai sekali karena
untuk mengefektifkan juga dan untuk memvariasikan jadinya saya hanya
gunakan waktu itu sekali saja, tapi alhamdulillah model itu cukup apa
cukup efektif yaa jadi membuat anak-anak itu lebih aktif dan lebih banyak
mencari sendiri gitu.
Menurut saya, untuk media pembelajaran video di kanal YouTube itu
sangat membantu sekali untuk guru-guru, karena siswa lebih senang
menggunakan media audiovisual. Karena selain ada tulisannya, ada juga
suaranya, kemudian kita juga variasikan gambar-gambarnya jadi
pembelajaran pun bisa lebih menyenangkan, tidak melulu harus guru yang
berceramah atau menjelaskan ya, karena terkadang kalo dengan media
97
video itu banyak pertanyaan atau konsep yang akhirnya ditemukan sendiri
oleh siswa. Itu menurut saya yang terakhir, jadi sangat membantu sekali.5
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada Ibu Fitri Hera Febriana, S.Pd.,
selaku guru pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beliau, bahwasanya dalam proses pembelajaran yang menggunakan model dan
media pembelajaran dapat menarik minat belajar peserta didik, peserta didik dapat
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta peserta didik lebih
berpikir kritis melalui pertanyaan-pertanyaan atau konsep yang ditemukan oleh
peserta didik.
5
Wawancara dengan Ibu Fitri Hera Febriana Melalui Zoom, Depok: 18 November 2020,
Pukul 13.50.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
model cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube
dapat digunakan dalam pembelajaran fabel. Hal ini dibuktikan dengan
perolehan nilai rata-rata siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta
memperoleh nilai 79, yang termasuk ke dalam kategori B (baik). Berikut
perincian perolehan nilai peserta didik yang masuk ke dalam kategori A/baik
sekali dengan persentase 32%, peserta didik yang masuk ke dalam kategori
B/baik dengan persentase 36%, dan terdapat peserta didik masuk ke dalam
kategori C/cukup dengan persentase 32%. Sedangkan, tanpa menggunakan
model cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube
mendapatkan nilai rata-rata 73, yang termasuk ke dalam kategori C (cukup).
Peneliti juga mendapatkan hasil wawancara peserta didik bahwa penggunaan
model TPS berbantuan media YouTube dapat memudahkan peserta didik
dalam memahami materi, dan kegiatan belajar menjadi lebih menarik.
Penggunaan model cooperative learning think pair share berbantuan
media YouTube dalam kanal YouTube “Cerita Kartun Anak Anak Bahasa
Indonesia” yang berjudul “Semut dan Belalang” menggunakan tiga tahapan
pembelajaran yaitu think (berpikir), pair (berpasangan), dan share (berbagi).
Penggunaan model TPS berbantuan media YouTube memiliki hasil yang
sangat baik, di mana setiap tahapan memiliki manfaat bagi peserta didik.
Think, peserta didik dapat berpikir kritis. Pair dan share dapat meningkatkan
keterampilan sosial bagi peserta ddik. Selain itu, penggunaan model ini dapat
merangsang semangat, daya tarik, serta motivasi peserta didik.
98
99
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang diuraikan di atas, maka beberapa saran
yang penulis kemukakan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa model cooperative learning think
pair share dan media YouTube dapat bermanfaat untuk menstimulus dan
membangkitkan semangat, serta dapat menjadikan peserta didik untuk
berpikir kritis melalui pertanyaan-pertanyaan atau konsep yang ditemukan
oleh peserta didik setelah menonton video yang ditayangkan.
2. Kepada guru Bahasa Indonesia yang akan menggunakan model
cooperative learning think pair share sebaiknya diperhatikan penggunaan
waktunya.
3. Kepada guru Bahasa Indonesia diharapkan dapat lebih memahami peserta
didiknya, sehingga dapat melihat potensi yang ada dalam peserta didik
untuk dapat memilih media dan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan dan motivasi belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Azies, Furqonul dan Abdul Hasim. Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2010.
Labas, Yessi Nurita dan Daisy Indira Yasmine. Komodifikasi di Era Masyarakat
Jejaring Studi Kasus YouTube Indonesia. Jurnal Pemikiran Sosiologi. 4,
2017.
100
101
Waluyo, Budi. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan MTs. Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018.
No.
Kelas/Semester : VII/Genap
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Indikator
3.16 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang
dibaca dan didengar
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu memahami pengertian fabel
2. Siswa mampu memahami ciri-ciri teks fabel
3. Siswa mampu menganalisis unsur-unsur teks fabel
D. Media Pembelajaran
1. Laptop
2. Proyektor
3. ATK
4. Budi Waluyo. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan
MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018.
1. Guru menjelaskan pengertian, ciri-ciri teks fabel, dan unsur intrinsik teks
fabel.
2. Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan terkait pembelajaran fabel.
3. Siswa mencari unsur intrinsik fabel yang berjudul “Empat Ekor Lembu”.
No.
Kelas/Semester : VII/Genap
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Indikator
3.16 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang
dibaca dan didengar
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu memahami pengertian fabel
2. Siswa mampu memahami ciri-ciri teks fabel
3. Siswa mampu menganalisis unsur-unsur teks fabel
D. Media Pembelajaran
1. Laptop
2. Proyektor
3. ATK
4. Budi Waluyo. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan
MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018.
1) Think (Berpikir)
a. Guru memberikan motivasi dan membuka wacana mengenai fabel
dengan menanyakan apa itu cerita fabel dan siswa diminta untuk
menyebutkan cerita fabel yang pernah dibacanya. Guru menjelaskan
manfaat nilai moral yang terkandung dalam fabel untuk kehidupan
sehari-hari.
b. Guru memperlihatkan contoh teks fabel dan meminta siswa untuk
menyimpulkan pengertian dan ciri teks fabel yang terkandung di dalam
fabel berdasarkan video yang berjudul “Semut dan Belalang”.
2) Pair (Berpasangan)
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk siswa
mendiskusikan pengertian, ciri, dan unsur pembangun fabel.
b. Siswa diminta menuliskan pengertian dan ciri teks fabel berdasarkan
yang telah didiskusikan bersama kelompoknya.
3) Share (Pembuktian)
Salah seorang siswa diminta untuk tampil di depan dan membacakan
hasil diskusinya mengenai pengertian dan ciri teks fabel. Kemudian, guru
dan siswa menanggapi sesuai dengan konsep fabel dan indikator yang
telah ditetapkan.
4) Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan terkait pembelajaran fabel.
5) Penugasan
Siswa mencari unsur-unsur pembangun fabel berdasarkan video yang
berjudul “Semut dan Belalang”. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes tertulis yang terdiri dari enam soal untuk pemahaman menganalisis
unsur intrinsik cerpen.
F. Penilaian
1. Sikap : Observasi
2. Pengetahuan : Tes Tulis
3. Keterampilan : Produk
Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Apakah kamu suka membaca? Saya suka baca tapi tergantung alur
cerita sama genrenya sih karena kan
eee buku kan macam-macam gitu
genrenya, eee tapi ada beberapa
genre yang menurut saya yang
kayak bosen buat saya kayak engga
seru gitu bacanya jadi kurang
menarik, tapi kalo genre yang saya
suka saya baca.
2. Adakah kesulitan yang kamu Saya ada beberapa yang sulit, ada
hadapi saat melakukan analisis beberapa juga yang engga sulit. Nah
unsur intrinsik fabel? kalo saya itu kesulitannya tuh di
milih temanya, eee latar ceritanya
sama menyebutkan tokohnya, tapi
kalo untuk tokohnya itu sebenernya
eee engga terlalu sulit sih cuma saya
kadang-kadang tuh ada beberapa
tokoh yang cuma sedikit gitu kan
munculnya di cerita itu, jadi saya
kira dia tuh engga masuk ke cerita
itu eee maksudnya engga keitung
tokoh cuma figuran doang gitu. Nah
kalo tema itu kan saya kayak eee
kayak menurut saya itu dia bisa
masuk ke tema yang ini, bisajuga
masuk ke tema yang itu, jadi saya
bingung untuk nentuin temanya.
3. Apakah pelajaran bahasa Indonesia Nah kalo saya lebih suka ke tugas
menjadi lebih mudah dipahami yang kerja kelompok itu sih dari
dengan menggunakan model pada yang individu, karena eee
cooperative think pair share? karena ngerjain itu jadi lebih
menyenangkan gitu eee jadi engga
bosen gitu ngerjain tugas, udah gitu
juga lebih gampang karena kan
diskusi tapi sebenernya kadang-
kadang eee ada beberapa murid
yang kalo kerja kelompok itu jadi
malah buang-buang waktu, jadinya
main-main gitu jadinya tugasnya
engga selesai, tapi kalo saya lebih
sukanya kerja kelompok asalkan eee
bener-bener ngerjain, bener-bener
diskusi bareng, engga ada yang eee
engga ada yang males-malesan di
kelompok doang.
4. Menggunakan media YouTube, Iya sih kalo pake media video
apakah kamu menjadi lebih tertarik YouTube itu kayak lebih menarik,
mengikuti pelajaran bahasa soalnya kan kayak itu kayak sesuatu
Indonesia? yang baru yang jarang dilakuin gitu
maksudnya kayak kalo di sekolah
kan pake buku terus jadinya kayak
terlalu monoton, tapi kalo pake
media gitu jadinya lebih antusias sih
meratiinnya dan engga bosen juga
kayak yang lebih menarik, lebih
seru.
5. Apakah model cooperative think Iya cocok. Kalo menurut saya sih
pair share berbantuan media sebenernya pake media video
YouTube cocok untuk YouTube itu lebih menyenangkan
pembelajaran fabel? dan lebih gampang juga sih kalo
untuk pembelajaran fabel dan
nentuin unsurnya, karena eee
misalkan nih dibandingkan sama
fabel ceita fabel yang bener-bener
engga ada gambarnya kan, kadang
ada yaa fabel yang ada gambarnya.
Nah kalo dibandingkan sama fabel
yang engga ada gambarnya yang
bener-bener cuma tulisan doang itu
kayak kita cuma ada bayangan
doang gitu, tapi kalo nonton itu
lebih gampang gitu nentuin
unsurnya karena kayak kita bener-
bener liat latarnya itu gimana,
bener-bener tau temanya itu gimana,
dia ceria atau sedih, kalo cerita
doang itu tuh kayak itu cuma
dibayangan kita doang, tapi kalo
film itu kita bener-bener liat gitu apa
yang terjadi di ceritanya.
3. Hasil Wawancara dengan Syahira Nabila Hafizh