Anda di halaman 1dari 169

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING THINK

PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA YOUTUBE DALAM


PEMBELAJARAN FABEL SISWA KELAS VII MTS
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN PELAJARAN
2019/2020

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Anissa Yuniar

NIM. 11160130000040

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
ABSTRAK

Anissa Yuniar (NIM: 11160130000040). Model Cooperative Learning Think


Pair Share Berbantuan Media YouTube dalam Pembelajaran Fabel Siswa
Kelas VII MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2019/2020.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020. Dosen
Pembimbing: Didah Nurhamidah, M.Pd.
Penelitian ini membahas tentang penggunaan model pembelajaran
cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube dalam
pembelajaran fabel. Penelitian dilaksanakan pada peserta didik kelas VII semester
genap tahun pelajaran 2019/2020. Tempat penelitian berada di MTs Pembangunan
UIN Jakarta, Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
mengenai penggunaan model pembelajaran cooperative learning think pair share
berbantuan media YouTube yang digunakan oleh guru terhadap pembelajaran
fabel kelas VII semester genap.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan beberapa cara, seperti
observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Aspek yang dinilai dalam penelitian
ini adalah hasil analisis unsur intrinsik yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur,
latar, sudut pandang, dan amanat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata peserta didik
kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta dalam menganalisis unsur intrinsik
fabel dengan menggunakan model cooperative learning think pair share
berbantuan media YouTube yaitu 79, maka masuk ke dalam kategori baik.
Sedangkan, kemampuan rata-rata peserta didik dalam menganalisis unsur intrinsik
tanpa menggunakan model cooperative learning think pair share berbantuan
media YouTube yaitu 73, maka masuk ke dalam kategori cukup. Berdasarkan data
tersebut, maka model cooperative learning think pair share berbantuan media
YouTube efektif untuk digunakan dalam pembelajaran.
Kata kunci: Analisis Unsur Intrinsik, Fabel, Media YouTube, Model cooperative
learning think pair share.

i
ABSTRACT

Anissa Yuniar (NIM: 11160130000040). Think Pair Share Cooperative


Learning Model Assisted by YouTube Media in Fable Learning for Class VII
Students of MTs Pembangunan UIN Jakarta Academic Year 2019/2020.
Thesis. Department of Indonesian Language and Literature Education. Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta, 2020. Advisor: Didah Nurhamidah, M.Pd.
This study discusses the use of the cooperative learning model of think
pair share assisted by YouTube media in learning fable. The research was carried
out on grade VII students in the even semester of the 2019/2020 school year. The
research site is at MTs Pembangunan UIN Jakarta, South Jakarta. This study aims
to explain the use of the cooperative learning model think pair share assisted by
YouTube media which is used by teacher for fable learning class VII even
semester.
The method used in this research is descriptive qualitative. Data collection
techniques in research use several ways, such as observation, interviews,
documentation, and tests. The aspects assessed in this study are the results of the
analysis of the intrinsic elements, namely themes, characters and
characterizations, plot, setting, point of view, and mandate.
The result of research shows that on the average, the VII-G MTS
Pembangunan Jakarta can also be identified as the cooperative learning think pair
share with youtube as a model is 79. As for the average ability of the student to
analyze intrinsic elements without the use of the model cooperative learning think
pair share with youtube media is 73, it falls into quite a category. Based on the
data, the model cooperative learning think pair share offers youtube media help
effectively for use in learning.
Keywords: Intrinsic Element Analysis, YouTube media, Cooperative learning
think pair share model, Fable.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wrb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
tepat waktu. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang dengan suri tauladannya.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan menyelesaikan studi S1 Jurusan


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Model
Cooperative Learning Think Pair Share Berbantuan Media YouTube dalam
Pembelajaran Fabel Siswa Kelas VII MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun
Pelajaran 2019/2020.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mencurahkan segenap pikiran, memberikan dorongan, bantuan baik material
maupun spiritual. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku sekretaris Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Didah Nurhamidah, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan masukan bagi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.

iii
5. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. dan Dr. Hindun, M.Pd. selaku
penguji satu dan penguji dua yang telah memberikan arahan dan saran
selama sidang munaqasah.
6. Dr. Nuryani, M.A., selaku dosen penasehat akademik yang telah
memberikan pengarahan sejak awal proses perkuliahan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan motivasi selama penulis
menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Momon Mujiburrahman, M.A., selaku Kepala Sekolah MTs
Pembangunan UIN Jakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
9. Ibu Fitri Hera Febriana, S.Pd., selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia
yang telah membantu dan memberi dukungan serta saran kepada penulis
selama penelitian berlangsung.
10. Peserta didik MTs Pembangunan UIN Jakarta terutama seluruh murid
kelas VII G atas kerja sama dan semangat selama penelitian berlangsung.
11. Teristimewa untuk orang tua, Bapak Namin dan Mamah Ellina yang tiada
hentinya memberikan doa, cinta, dukungan, materi, nasihat, motivasi,
saran, dan semangat yang sangat luar biasa kepada penulis setiap
waktunya.
12. Elvina Mutia Agustin, S.Pd., dan Shalahuddin Al-Ayyubi, S.Pd.I., kakak
penulis yang selalu memberikan dukungan, doa, dan bimbingannya selama
perkuliahan dan pengerjaan skripsi.
13. Raida Basimah Fakhirah dan Rania Basimah Fakhirah, keponakan
tersayang penulis yang selalu memberi semangat dan sebagai penghibur
selama penulis menyelesaikan skripsi.
14. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2016, khususnya PBSI kelas B yang selalu menjaga kekompakan
untuk terus selalu bersama dan saling membantu dalam proses belajar di
kampus.

iv
15. Perempuan-perempuan luar biasa, Farhatun Fitriah, Aida Rahma, Dahlia
Diah Novitasari, Litteu Nur El Lailatie, Nur Hikmah Salsabilah, Euis
Fajriyani, Anggita Nur Cahyani, dan Filzah Awdean yang selalu bersedia
berbagi cerita, cinta, kasih sayang, ruang, waktu, tenaga, serta pikirannya
kepada penulis setiap waktunya.
16. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya,
terima kasih atas semangat dan bantuannya kepada penulis, semoga Allah
SWT membalasnya dengan balasan yang setimpal.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Amin.
Wassalamualaikum wr.wb.

Jakarta, 21 November 2020

Anissa Yuniar

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 8
A. Pembelajaran Kooperatif .............................................................................. 8
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 8
2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif ............................................................ 9
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif .......................................... 10
B. Model Cooperative Laerning Think Pair Share ........................................ 10
1. Pengertian Cooperative Learning Think Pair Share .............................. 10
2. Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Share ................................. 12
3. Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share .............................. 13
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Think Pair Share. 14
C. Media.......................................................................................................... 14
1. Pengertian Media Audiovisual ............................................................... 15
2. Manfaat Media Audiovisual ................................................................... 16
3. YouTube ................................................................................................. 17
D. Membaca .................................................................................................... 18

vi
1. Pengertian Membaca .............................................................................. 18
2. Tujuan Membaca .................................................................................... 19
3. Manfaat Membaca .................................................................................. 20
4. Membaca Pemahaman ............................................................................ 21
E. Fabel ........................................................................................................... 23
1. Unsur-Unsur Fabel ................................................................................. 24
F. Penelitian Relevan ...................................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31
B. Metode Penelitian....................................................................................... 31
C. Objek dan Sumber Penelitian ..................................................................... 32
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 42
A. Profil Sekolah ............................................................................................. 42
1. Sejarah Singkat Sekolah ......................................................................... 42
2. Identitas Sekolah .................................................................................... 45
3. Visi, Misi, dan Tujuan ............................................................................ 46
4. Guru dan Tenaga Kependidikan ............................................................. 48
B. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian ...................................................... 53
1. Deskripsi Proses Penerapan Model Cooperative Learning Think Pair
Share Berbantuan Media YouTube dalam Pembelajaran Fabel Siswa Kelas
VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta ......................................................... 53
2. Analisis Unsur Intrinsik Fabel “Semut dan Belalang” Siswa Kelas VII-G
MTs Pembangunan UIN Jakarta .................................................................... 54
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 98
A. Simpulan .................................................................................................... 98
B. Saran ........................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas VII 32


Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Guru 34
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Siswa 35
Tabel 3.4 Aspek Penilaian Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik 38
Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Unsur Intrinsik Fabel 39
Tabel 3.6 Penentuan Kriterian dengan Perhitungan Rentang Nilai 41
Tabel 4.1 Guru MTs Pembangunan UIN Jakarta 48
Tabel 4.2 Tenaga Kependidikan MTs Pembangunan UIN Jakarta 51
Tabel 4.3 Aspek Penilaian Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik 56
Tabel 4.4 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Abyan Ikram Muhammad 56
Tabel 4.5 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aldi Adian Husain 58
Tabel 4.6 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aliya Azzahra Muchni 60
Tabel 4.7 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Amalia Ervi Rahmadini 61
Tabel 4.8 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aqila Humaira Arrasy 63
Tabel 4.9 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aska 64
Tabel 4.10 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Danindra Rachma Anjani 66
Tabel 4.11 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Khlarisya Alya M 67
Tabel 4.12 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Latifa Maiza Azyb 69
Tabel 4.13 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Mohammad Atandra D 71
Tabel 4.14 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Muhammad Fahrur H 72
Tabel 4.15 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Muhammad Qafka A 74
Tabel 4.16 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nabila Khairunnisa W 75
Tabel 4.17 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nashwa Aqeela Shahab 77

viii
Tabel 4.18 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nashwa Kanitha Aziizah 78
Tabel 4.19 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nesya Khairunnisa 80
Tabel 4.20 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Rameyza Afrahalya 81
Tabel 4.21 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Rayyan Fahrezi Suwarna 83
Tabel 4.22 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Shafa Zianka Quamila A 85
Tabel 4.23 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Syahira Nabila Hafizh 86
Tabel 4.24 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Visatrio Daffa 88
Tabel 4.25 Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Zahra Mahira Syahri N 90
Tabel 4.26 Rekapitulasi Nilai Hasil Analisis Unsur Intrinsik Fabel Siswa
Kelas VII-G Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube 92
Tabel 4.27 Rekapitulasi Nilai Hasil Analisis Unsur Intrinsik Fabel Siswa
Kelas VII-G Tanpa Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube
94

ix
DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.1 Penilaian Tes Siswa Kelas VII-G dalam Analisis Unsur Instrinsik
Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube 96

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Lampiran 2 : Hasil Analisis Peserta Didik
Lampiran 3 : Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Lampiran 4 : Hasil Wawancara Peserta Didik
Lampiran 5 : Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 6 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 : Lembar Uji Referensi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan di sekolah merupakan salah satu yang penting dalam
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, terutama bagi sumber daya manusia
Indonesia. Sumber daya manusia yang diharapkan yaitu seseorang yang
memiliki kecerdasan, berketerampilan, serta bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peran serta pendidik untuk
mencapai semua tujuan yang dicita-citakan. Pendidik adalah orang yang
mampu melaksanakan program pendidikan yang ada, serta mampu
berhadapan langsung kepada peserta didik untuk memberikan dan
melaksanakan program pembelajaran, bimbingan, pelatihan, penelitian, dan
untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan.
Syarat menjadi seorang pendidik tidaklah mudah, terutama bagi
seorang guru yang profesional. Seorang guru yang profesional harus mampu
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik, sehingga peserta didik diharapkan mampu memiliki keterampilan yang
utuh bukan hanya pengetahuan saja, tetapi juga mencakup afektif, kognitif,
dan psikomotoriknya.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang juga
bertujuan untuk mengembangkan peserta didik pada aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Peserta didik diharapkan mampu memiliki wawasan,
sikap, dan keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga
untuk mencapai tujuan tersebut dalam pembelajaran pendidikan bahasa
Indonesia peranan guru sangat penting, karena keberhasilan proses
pembelajaran secara umum sangat ditentukan oleh faktor guru, walaupun saat
ini sudah menggunakan pendekatan student center namun guru harus tetap
mendampingi peserta didik. Menggunakan model pembelajaran student

1
2

center diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, baik berupa
hard skills maupun soft skills.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013, yaitu di mana peserta
didik menjadi pusat pembelajaran (student center) dengan membentuk peserta
didik ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 6 orang secara
heterogen, baik dari kemampuan, jenis kelamin, dan ras yang berbeda. Model
pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa macam, salah satunya yaitu
pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Tipe pembelajaran kooperatif
think pair share memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja
sama untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, dan guna
mencapai tujuan yang telah disepakati.
Ciri khas pembelajaran kooperatif think pair share memiliki tujuan
yaitu peserta didik diharapkan dapat memahami suatu materi dengan baik,
karena peserta didik terlebih dahulu diberikan waktu berpikir untuk
memecahkan suatu masalah secara individu, kemudian melakukan diskusi
dengan kelompoknya. Peserta didik diharapkan dapat aktif selama kegiatan
belajar mengajar berlagsung. Selain itu, tipe kooperatif ini juga memiliki
tujuan untuk keterampilan sosial yakni, mengajarkan peserta didik untuk
berani mengeluarkan pendapat, saling menghormati pendapat yang berbeda
dengan pandangannya, serta saling bekerja sama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe think pair share ialah
diawali dengan peserta didik untuk berpikir (think) secara individu terkait
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, kemudian peserta didik berdiskusi
secara berpasangan ataupun berkelompok untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru. Setelah itu, peserta didik diminta guru untuk berbagi
(share) hasil diskusi yang telah dilakukan bersama pasangannya kepada
seluruh peserta didik di kelas. Penerapan model pembelajaran kooperatif
think pair share diharapkan untuk dapat memotivasi, serta peserta didik dapat
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
3

Penggunaan media dalam proses pembelajaran juga dapat menarik


minat belajar peserta didik. Media pembelajaran terdiri dari beberapa bentuk,
dan salah satunya adalah media audiovisual. Media audiovisual merupakan
media yang menggabungkan media audio dan visual, sehingga media ini
melibatkan indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan pengertian
tersebut, media audiovisual diharapkan mampu membangkitkan motivasi
belajar peserta didik dan menarik fokus perhatian peserta didik.
Salah satu macam media audiovisual yang dapat digunakan pada
zaman digital ini ialah media yang berada dalam salah satu situs web yang
bernama YouTube. YouTube merupakan salah satu situs web yang digunakan
untuk berbagi video. Peserta didik tentunya sudah tidak asing dengan
YouTube karena situs ini termasuk salah satu situs kesukaan dan sering
dikunjungi oleh pengguna internet. YouTube memiliki video yang beraneka
ragam dan berbagai informasi, tentu saja terdapat kekurangan dari
penggunaannya yaitu terdapat situs yang tidak diperkenankan untuk anak-
anak. Kemajuan dunia teknologi informasi ini dapat dimanfaatkan oleh guru
dalam pembelajaran. Penggunaan media YouTube untuk penugasan peserta
didik diharapkan mampu menarik minat, perhatian peserta didik saat
pembelejaran berlangsung, dan dapat mengembangkan pikiran, pendapat, serta
imajinasi peserta didik.
Peneliti menggunakan video cerita fabel yang tersedia dalam kanal
YouTube “Cerita Kartun Anak Anak Bahasa Indonesia”. Yang berjudul fabel
Semut dan Belalang. Pemilihan cerita fabel Semut dan Belalang
dilatarbelakangi karena nilai moral yang terkandung di dalam cerita tersebut
mudah diserap oleh peserta didik kelas VII. Hal ini disebabkan peserta didik
kelas VII merupakan masa peralihan siswa dari SD ke SMP. Nilai-nilai moral
yang terkandung dalam cerita fabel Semut dan Belalang diantaranya, yakni
tolong menolong, kerja sama dan sikap anti bullying.
Fabel merupakan salah satu prosa rakyat yang diajarkan kepada siswa
SMP/MTs kelas VII semeter genap. Fabel adalah cerita yang menggunakan
binatang sebagai tokohnya, dan binatang tersebut dipersonifikasikan
4

berperilaku seperti manusia, misalnya berbicara, bersekolah, dan lainnya. Di


dalam teks fabel terdapat nilai moral yang diyakini oleh penulis dan
masyarakat, baik secara tersurat maupun tersirat dalam teks. Kegiatan
membaca pemahaman yang dilakukan dalam membaca teks fabel akan
melatih siswa untuk menemukan unsur-unsur intrinsik teks fabel. Melalui
membaca pemahaman siswa diharapkan mampu menemukan makna yang
terkandung di dalam teks, serta nilai moral yang dapat dijadikan dalam
kehidupan bersosial. Selain itu, siswa mampu menceritakan kembali cerita
fabel, baik secara lisan maupun tertulis.
Namun, pada kenyataannya di lapangan, tidak sedikit siswa yang
masih belum memahami pengertian dan unsur pembangun cerita fabel
sehingga siswa juga tidak bisa menentukan unsur pembangun fabel dengan
baik. Hal itu dapat disebabkan oleh kurangnya strategi guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa
Indonesia. Pelajaran yang sering dianggap membosankan sehingga dapat
menjadi pelajaran yang menyenangkan jika seorang guru dapat menggunakan
model dan media pembelajaran yang benar. Dalam hal ini, guru harus
mencari model dan media yang cocok dengan materi yang akan diajarkan.
Menurut peneliti materi fabel paling cocok menggunakan model
pembelajaran cooperative learning think pair share berbantuan media
audiovisual yaitu sebuah situs yang bernama YouTube.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk
mengkaji model cooperative learning think pair share berbantuan media
YouTube lebih lanjut, melalui sebuah penelitian yang berjudul “Model
Cooperative Learning Think Pair Share Berbantuan Media YouTube dalam
Pembelajaran Fabel Siswa Kelas VII MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun
Pelajaran 2019/2020”.
5

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran dengan
materi yang akan diajarkan.
2. Guru kurang tepat dalam menggunakan media pembelajaran dengan
materi yang akan diajarkan.
3. Cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube sebagai
salah satu model dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013.
4. Siswa kurang tepat dalam menentukan unsur-unsur intrinsik yang
terkandung di dalam cerita fabel. .

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar lebih terarah pada ruang
lingkup peneliti membatasi masalah yang akan dibahas tentang penggunaan
model pembelajaran cooperative learning think pair share berbantuan media
YouTube yang berjudul fabel “Semut dan Belalang” yang berdurasi 8 menit
55 detik. Kelas yang diteliti yaitu kelas VII-G semester genap MTs
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2019/2020. Adapun siswa mencari unsur
intrinsik yang terkandung dalam fabel yang ditayangkan oleh guru.

D. Rumusan Masalah
Berkenaan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penggunaan model
pembelajaran cooperative learning think pair share berbantuan media
YouTube yang digunakan guru terhadap pembelajaran fabel di kelas VII
semester genap MTs Pembangunan UIN Jakarta?
6

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah menjelaskan mengenai penggunaan model pembelajaran cooperative
learning think pair share berbantuan media YouTube yang digunakan oleh
guru terhadap pembelajaran fabel kelas VII semester genap.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengembangkan kajian ilmu pengetahuan untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran
cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan, antara lain:
a. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi bagi para guru. khususnya dalam meningkatkan kualitasnya
dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan, tentang
penggunaan model pembelajaran cooperative learning think pair share
berbantuan media YouTube pada pelajaran bahasa Indonesia.
b. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi bagi para guru dan siswa, bahwa model pembelajaran
cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube
mampu meningkatkan pemahaman mengenai pembelajaran fabel.
c. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi


ilmiah untuk kepentingan penelitian yang berkaitan dengan model
7

pembelajaran cooperative learning think pair share berbantuan media


YouTube di masa mendatang.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan untuk
memanusiakan manusia. Dalam proses belajar mengajar terdapat pendidik
dan peserta didik. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat
dikatakan apabila pendidik dan peserta didik sama-sama berperan aktif
dalam prosesnya guna mencapai tujuan yang telah disepakati.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menyajikan sebuah model
pembelajaran yang bernama cooperative think pair share. Model ini
dianggap yang paling relevan dengan materi yang akan dijadikan variabel
dalam penelitian, yaitu fabel, serta media YouTube yang digunakan saat
proses penugasan siswa.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang berarti
bersifat kerja sama. Secara sederhana pembelajaran kooperatif dalah
pembelajaran yang bersifat kerja sama antara peserta didik. Menurut Siti
Halimah, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
dilakukan dengan cara membagi peserta didik ke dalam kelompok secara
heterogen, peserta didik saling bekerja sama dalam memecahkan masalah
yang ada untuk mencapai tujuan bersama.1
Model cooperative learning menurut Slavin merupakan suatu
model pembelajaran di mana peserta didik tidak hanya melakukan belajar,
namun juga bekerja sama. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil yang

1
Syahidin, Model Pembelajaran Teori dan Praktik dalam Proses Pembelajaran,
(Ciputat: CV. Iltizam Media, 2018), h. 20.

8
9

anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur yang bersifat


heterogen.2
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilakukan
dengan cara berdiskusi secara berpasangan maupun berkelompok, peserta
didik akan dibagi dalam kelompok secara heterogen, baik dari kemampuan
dalam memecahkan masalah, gender, dan lainnya. Kelompok untuk
berdiskusi merupakan kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang
peserta didik.

2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat bagi peserta
didik, antara lain:3
a. Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
Pembelajaran kooperatif dapat memberi manfaat yang baik bagi
semua peserta didik, di mana peserta didik saling membantu dalam
kegiatan diskusi. Peserta didik yang sudah memahami topik yang
dipelajari, akan membantu dan menjelaskan peserta didik lainnya yang
belum memahami. Kegiatan peserta didik sebagai tutor untuk
temannya, dapat meningkatkan kemampuan akademiknya karena
sebagai membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam dalam materi
tersebut.
b. Sebagai penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan peluang kepada
peserta didik yang berbeda latar belakang dan kemampuan untuk
berdiskusi, saling bergantung satu sama lain dalam memecahkan
masalah, dan dapat menimbulkan untuk saling menghargai satu sama
lainnya.

2
Leli Halimah, Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru yang
Excellent di Abad ke-21, (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), h. 306.
3
Syahidin, Op. Cit., h. 32-33.
10

c. Pengembangan keterampilan sosial


Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada peserta didik
untuk bekerja sama dan berkolaborasi. Katerampilan ini sangat penting
untuk dimiliki di dalam masyarakat, karena banyak pekerjaan orang
dewasa sebagian besar dilakukan dalam suatu organisasi yang saling
bergantung satu sama lainnya dan masyarakat yang secara budaya juga
semakin beragam.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif


Menurut Arends terdapat enam langkah utama pembelajaran
kooperatif, antara lain:4
a. Fase persiapan, yaitu fase di mana guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi peserta didik.
b. Fase penyajian materi, yaitu fase di mana guru menyajikan materi
kepada peserta didik.
c. Fase kegiatan kelompok, yaitu fase di mana guru mengorganisasikan
peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Fase penugasan, yaitu kegiatan guru memberikan bimbingan kepada
kelompok belajar pada saat peserta didik mengerjakan tugas-tugasnya.
e. Fase evaluasi, yaitu fase pemberian evaluasi yang menuntut masing-
masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di hadapan guru dan
teman sekelasnya.
f. Fase penghargaan, yaitu fase di mana guru memberikan penghargaan
atas upaya dan prestasi yang dicapai oleh setiap kelompok.

B. Model Cooperative Laerning Think Pair Share

1. Pengertian Cooperative Learning Think Pair Share


Model TPS (think pair share) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. Model TPS dikembangkan oleh Frank Lyman di
4
Leli Halimah, Op. Cit., h. 316.
11

Universitas of Maryland pada tahun 1981, dengan gagasan waktu „tunggu


atau berpikir‟. Think pair share menurut Isrok‟atun dan Amelia Rosmala
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang memiliki variasi
pola diskusi, di mana siswa melakukan kegiatan berpikir, berdiskusi
dengan kelompoknya, dan sharing antarkelompok terhadap hasil yang
diperoleh.5
Think pair share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespon siswa lain, serta saling
bantu antarsiswa.6
Model pembelajaran TPS merupakan salah satu metode kooperatif
yang melibatkan aktivitas siswa dalam berpikir ilmiah secara berpasangan,
di mana siswa saling berbagi dengan temannya.7 Think pair share
memiliki prosedur yang secara jelas memberi siswa waktu untuk berpikir,
menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Penggunaan model ini,
siswa diharapkan mampu bekerja, saling membantu, dan saling bergantung
antaranggota kelompoknya secara kooperatif. Terdapat keterampilan-
keterampilan sosial dalam proses pembelajaran TPS, antara lain:8
1. Keterampilan sosial siswa meliputi dua aspek yaitu aspek bertanya dan
aspek menyampaikan ide atau pendapat.
2. Keterampilan sosial aspek bekerja sama siswa dengan teman dalam satu
kelompoknya.
3. Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik, dalam hal
mendengarkan guru, mendengarkan pendapat teman sekelompoknya,
dan mendengarkan siswa dari kelompok lain saat sedang presentasi.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa model
think pair share merupakan salah model pembelajaran kooperatif di mana

5
Isrok‟atun dan Amelia Rosmala, Model-Model Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2018), h. 158.
6
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2017), h. 208.
7
Esti Widiawati, Metode dan Model Pembelajaran, (Pati: CV Al Qalam Media Lestari,
2017), h. 92.
8
Aris Shoimin, Op. Cit., h. 209.
12

siswa diberikan waktu untuk berpikir secara individu, kemudian siswa


melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya. Siswa dapat membagi
hasil dari masalah yang telah dipecahkan tersebut kepada seluruh anggota
kelas. Model TPS dapat melatih siswa untuk berani memberikan pendapat
dan menghargai pendapat siswa lainnya.

2. Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Share


Menurut Huda, terdapat beberapa kelebihan penerapan model
pembelajaran TPS, yaitu:9
a. Model Pembelajaran TPS dapat memungkinkan siswa untuk bekerja
sendiri dan bekerja sama dengan siswa lain. Bekerja sendiri atau
individu dapat mengembangkan proses berpikir dan pemahaman siswa,
dikarenakan siswa akan berusaha untuk memahami masalah melalui
pengetahuan yang dimilikinya, dan akan memberikan solusi masalah
tersebut menggunakan bahasa sendiri. Di sisi lain, kegiatan bekerja
sama dengan siswa lain dalam satu kelompok dapat mengembangkan
keterampilan dalam menyampaikan pendapat, baik dalam tulisan
maupun lisan, dapat menumbuhkan sikap saling membantu serta saling
menghargai pendapat siswa lain.
b. Mampu meningkatkan partisipasi siswa. Model pembelajaran TPS,
dapat membuat seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam berpikir
mengenai konsep materi dari suatu masalah. Partisipasi ini bermanfaat
untuk siswa dapat lebih memahami suatu konsep materi yang telah
didiskusikan oleh siswa.
c. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
partisipasi mereka kepada siswa lain. Melalui pembelajaran TPS,
setiap siswa memberikan partisipasinya kepada siswa lain dalam
kegiatan berdikusi. Siswa dapat bertukar pikiran atau pendapat yang

9
Isrok‟atun dan Amelia Rosmala, Op. Cit., h. 160-161.
13

dapat menambah wawasan siswa. Kegiatan diskusi ini dapat


mengembangkan rasa kepercayaan diri siswa.

Secara sederhana model think pair share memiliki beberapa


kelebihan, yaitu peserta didik mampu berpikir secara kritis dan dapat
memahami materi, baik secara individu maupun berkelompok. Model
pembelajaran TPS juga memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berani mengeluarkan pendapat, serta menghargai pendapat anggota
lainnya. Selain itu, peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif ketika
pembelajaran berlangsung. Peserta didik dapat saling bertukar pikiran dan
pendapat yang dapat menambah wawasannya.

3. Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share


Menurut Lie model Pembelajaran TPS juga memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya sebagai berikut:10
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, atau dibutuhkan
banyak sumber daya manusia untuk memonitor kelompok belajar TPS.
Selama penerapan model pembelajaran TPS memerlukan cukup banyak
sumber daya manusia untuk memantau kegiatan siswa berdiskusi
antarkelompok. Sumber daya manusia yang dibutuhkan yakni mampu
mengerti konsep suatu materi ajar yang dijadikan topik pelajaran
selama diskusi. Mencari sumber daya manusia yang cukup banyak
tersebut bukan suatu pekerjaan yang mudah.
b. Adanya perselisihan. Dalam kegiatan berkelompok, mungkin saja
terdapat suatu perbedaan hasil dan pemikiran siswa. Kegiatan
berkelompok seperti ini rentan memunculkan suatu perselisihan
antarkelompok, dikarenakan setiap kelompok berharap hasil diskusi
mereka yang dianggap benar dibandingkan dengan kelompok lainnya.

10
Ibid., h. 161.
14

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Think Pair Share


Model pembelajaran TPS memiliki tiga tahapan pembelajaran
yakni sebagai berikut:11
a. Think (berpikir)
Pada tahap awal, guru memberikan pertanyan kepada siswa terkait di
dalam kehidupannya yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari. Selanjutnya, siswa diberikan tugas belajar seputar topik
tersebut. Setiap siswa diberikan waktu untuk memikirkan dan
mengerjakan tugas tersebut secara individu terlebih dahulu.
b. Pair (berpasangan)
Pada tahap ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Setiap
kelompok mendiskusikan ide dan pemikirannya bersama-sama.
Lamanya waktu diskusi ditetapkan berdasarkan pemahaman guru
terhadap siswanya, sifat pertanyaannya, dan jadwal pembelajaran.
c. Share (berbagi)
Tahap akhir yakni siswa berbagi hasil diskusinya ke seluruh kelas atau
ke kelompok lainnya. Pada tahap ini, siswa seluruh kelas akan
memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai
ungkapan mengenai konsep yang sama namun dengan cara yang
berbeda oleh individu berbeda.

C. Media
Istilah “media” sering dikaitkan dengan kata “teknologi” yang berasal
dari bahasa latin yaitu tekne yang berarti dalam bahasa Inggris art dan logos
yang berarti ilmu. Kata media sendiri berasal dari bahasa Latin medius yang
berarti tengah, perantara atau pengantar.12 Dalam bahasa Arab, kata media
disebut wasail yang merupakan jama‟ dari wasilah yang berarti tengah. Kata
tengah sendiri memiliki arti berada di antara dua sisi. Berdasarkan posisi

11
Aris Shoimin, Op. Cit., h. 211.
12
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 3-5.
15

tersebut yang berada di tengah, sehingga dapat juga disebut sebagai


penghubung yaitu yang menghubungkan sesuatu hal dari sisi satu ke sisi
lainnya.13
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh penggunaan
media, namun saat ini media masih jarang digunakan dalam proses belajar
mengajar sehingga dapat menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang
bermakna bagi peserta didik.14 Penggunaan media dalam proses pembelajaran
diharapkan dapat menjadikan peserta didik menjadi aktif dalam kegiatan
pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba,
menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya.15
Menurut Gadner juga Uno Hamzah, siswa dapat belajar dengan baik
dan memahami pelajaran dengan mudah bila menggunakan metode yang
sesuai dengan gaya belajar mereka (gaya belajar mendengar, melihat, dan
bergerak atau melakukan).16 Pemanfaatan media YouTube diharapkan
mampu menarik minat siswa dalam proses pembelajaran, karena saat ini
siswa sangat akrab dengan dunia teknologi dan informasi.

1. Pengertian Media Audiovisual


Media pembelajaran audiovisual merupakan perantara atau
penyampai pesan pembelajaran yang mengandung unsur visual dan suara,
sehingga menggunakan lebih dari satu indera dalam pemanfaatannya.
Media audiovisual dianggap memiliki kemampuan lebih baik dan menarik,
karena tidak hanya berupa suara namun juga berupa sebuah gambar yang
dapat bergerak. Media audiovisual yang digunakan yaitu film dan video,
kedua media tersebut umumnya digunakan untuk tujuan hiburan,
dokumentasi, serta pendidikan.17 Sejalan dengan pengertian media

13
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008), h. 6.
14
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM:
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h. 75.
15
Ibid., h. 77.
16
Ibid., h. 76.
17
Ega Rima Wati, Ragam Media Pembelajaran Visual-Audio Visual-Komputer-Power
Poit-Internet-Interactive Video, (Jakarta: Kata Pena, 2016), h.51-55.
16

audiovisual menurut Yudhi Munadi, media audiovisual merupakan media


yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan dalam satu proses.18
Berdasarkan dua pengertian tersebut, media audiovisual merupakan
gabungan antara media suara dan visual dalam satu proses.
Media audiovisual sangat baik dan cocok digunakan dalam proses
pembelajaran terutama untuk pelajaran Bahasa Indonesia materi manusia.
Penggunaan media dapat meningkatkan minat dan antusiasme siswa
selama kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih aktif dan kreatif
dalam menghasilkan suatu tulisan. Terciptanya suasana pembelajaran yang
menyenangkan untuk siswa maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pembelajaran dengan media audiovisual sangat tepat digunakan dalam
pembelajaran fabel.

2. Manfaat Media Audiovisual


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
berkembang sehingga mendorong pendidikan untuk memberikan
pembaharuan dan pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar.
Para guru dituntut agar mampu menggunakan teknologi yang sesuai
dengan perkembangan zaman, guna menunjang pembelajaran di kelas.
Selain itu, guru juga diharapkan mampu mengembangkan keterampilan
membuat media pembelajaran untuk proses belajar mengajar demi
tercapainya tujuan pembelajaran.19 Secara umum, manfaat penggunaan
media audiovisual adalah dapat membuat proses pembelajaran menjadi
lebih menarik sehingga dapat menambah motivasi siswa, dan proses
belajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja. Hal ini sejalan dengan
pendapat Yudhi Munadi, yaitu:
a. Dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
b. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
c. Mengembangkan pikiran, pendapat, dan imajinasi para siswa.

18
Munadi, Op. Cit., h. 56.
19
Arsyad, Op. Cit., h. 2.
17

d. Pesan yang disampaikan dapat cepat dan diingat.


e. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, serta mampu
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon para
siswa.
f. Dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa.20

3. YouTube
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempegaruhi hasil
belajar siswa, sebagaimana yang telah dijabarkan di atas mengenai
maanfaat media audiovisual. Hal ini pun juga sejalan dengan pendapat
Hamalik, bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan minat, motivasi, dan rangsangan siswa
terhadap pelajaran, serta membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa.21
Salah satu situs yang sedang populer dan digemari saat ini di dunia
internet yaitu YouTube. YouTube merupakan sebuah situs web video
sharing (berbagi video) yang dapat memuat, menonton, dan berbagi klip
video bagi para penggunanya secara gratis. YouTube didirikan pada tahun
2005 oleh Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim, ketiganya
merupakan mantan karyawan PayPal (website online komersial). Saat ini,
YouTube menjadi situs penyumbang video online paling dominan di
Amerika Serikat dan bahkan dunia dengan menguasai 43% pasar.
Diperkirakan 20 jam durasi video diunggah ke YouTube setiap menitnya
dengan 6 miliar penonton per hari.22
Pada tahun 2012 YouTube masuk ke Indonesia, dan menjadikan
Indonesia sebagai negara ke-46 di dunia yang resmi memiliki domain
negaranya sendiri (youtube.co.id). YouTube memiliki sebuah program

20
Munadi, Op. Cit., h. 127.
21
Arsyad, Op. Cit., h. 15.
22
Fatty Faiqah, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, “YouTube Sebagai Sarana
Komunikasi Bagi Komunitas Makassarvidgram”, Jurnal Komunikasi KAREBA, Vol. 5, 2016, h.
261.
18

yang bernama YouTube Partnership Program, program ini dirancang


khusus untuk kreator yang bergabung dengan YouTube. Langkah pertama
yang dilakukan untuk bergabung adalah memiliki akun Google untuk
membuat kanal YouTube dan akun Adsense untuk menerima
pembayaran.23
Salah satu program partnership YouTube adalah kanal YouTube
“Cerita Kartun Anak Anak Bahasa Indonesia”. Kanal YouTube ini
memiliki 1,71 juta subscriber. Kanal YouTube ini memiliki konten untuk
anak-anak yaitu cerita dongeng, cerita fabel, cerita princess disney, dan
lainnya. Sesuai dengan nama kanal YouTubenya, cerita yang ditayangkan
menggunakan bahasa Indonesia.

D. Membaca

1. Pengertian Membaca
Membaca sebagai salah satu dari empat aspek keterampilan
berbahasa, mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.
Membaca juga merupakan satu bagian dari komunikasi tulisan. Melalui
kegiatan membaca, seseorang dapat menambah pengetahuan dan informasi
dari bahan bacaannya. Kegiatan membaca merupakan salah satu kegiatan
yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga peserta
didik memiliki kemampuan dan pengalaman membaca dari bermacam-
macam teks, selain itu peserta didik dapat meningkatkan daya nalarnya.
Membaca menurut Hodgson adalah suatu proses yang digunakan
dan dipergunakan oleh pembaca untuk menemukan makna yang
terkandung di dalam pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
kata-kata.24 Membaca adalah suatu proses untuk memahami yang tersirat

23
Yessi Nurita Labas dan Daisy Indira Yasmine, “Komodifikasi di Era Masyarakat
Jejaring Studi Kasus YouTube Indonesia”, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4, 2017, h. 108.
24
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2008), h. 7.
19

dalam yang tersurat, melihat pikiran, gagasan yang terkandung di dalam


kata-kata yang tertulis.25
Menurut Dalman, membaca merupakan suatu kegiatan atau proses
kognitif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dan memahami isi
teks.26
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian membaca, maka
dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses untuk
memahami makna, gagasan yang hendak disampaikan penulis di dalam isi
teks.

2. Tujuan Membaca
Membaca memiliki tujuan utama yaitu untuk mencari dan
memperoleh informasi, mamahami makna dan isi bacaan. Selain itu,
menurut Anderson membaca juga mempunyai tujuan yang lainnya, yaitu:
a. Membaca untuk memperoleh fakta-fakta
Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang dilakukan penulis dan hal-hal yang dibuat penulis.Selain itu, juga
untuk memecahkan masalah yang dibuat penulis.
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama
Membaca untuk mengetahui topik yang baik dan menarik, mengetahui
hal-hal yang dialami penulis, dan merangkum hal-hal yang dilakukan
penulis untuk mencapaitujuannya.
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan cerita
Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada
setiap cerita, kejadian awal, kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap
kejadian dibuat untuk memcahkan masalah.
d. Membaca untuk menyimpulkan
Membaca untuk mengetahui sesuatu yang hendak ditunjukkan oleh
penulis, serta mengetahui keberhasilan atau kegagalan penulis.
25
Ibid., h. 8.
26
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. 2, h. 5.
20

e. Membaca untuk mengelompokkan


Membaca untuk menemukan dan mengetahui hal-hal yang tidak wahar
penulis, mengetahui kejadian lucu dalam cerita, dan mengetahui
kebenaran atau tidaknya cerita itu.
f. Membaca menilai
Membaca untuk menemukan apakah penulis berhasil, dan apakah kita
ingin berbuat atau bekerja seperti penulis dalam cerita itu.
g. Membaca untuk membandingkan
Membaca untuk menemukan bagaimana caranya penulis berubah, dan
mengetahui bagaimana dua cerita memiliki persamaan.27

3. Manfaat Membaca
a. Merangsang sel-sel otak
Membaca merupakan proses berpikir. Membaca akan
merangsang sel-sel otak manusia, karena dengan membaca kita akan
menyerap ide dan pengalaman orang lain. Semakin banyak bacaaan
yang telah dibaca maka akan semakin memperbesar volume otak.
b. Menumbuhkan daya cipta
Membaca adalah kegiatan yang dapat menambah wawasan,
pandangan, dan pengalaman orang lain. Untuk sebagian orang, setelah
melakukan kegiatan membaca akan ada keinginan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan dapat melakukan perubahan.
c. Meningkatkan perbendaharaan kata
Kegiatan membaca akan membuat seseorang menyerap kosakata
dan menambah pengetahuan bahasa. Selain itu, dapat memperlancar
komunikasi baik lisan maupun tulisan.
d. Membantu mengekspresikan pemikiran
Membaca dapat membantu seseorang dalam kegiatan menulis.
Kegiatan menulis bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, karena

27
Ibid., h. 9-11.
21

menulis memerlukan penguasaan materi, pemilihan kata, dan


penyusunan kalimat. Membaca dapat mempengaruhi baik buruknya
tulisan, semakin baik tulisan seseorang maka dapat dipastikan bahwa
semakin banyak bacaan yang telah dibacanya.28

4. Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca Pemahaman


Membaca pemahaman menurut Tarigan adalah sejenis membaca
yang memiliki tujuan untuk memahami standar kesastraan, resensi
kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi.29 Abidin memaparkan bahwa
membaca pemahaman merupakan suatu proses sungguh-sunguh yang
dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna
yang terkandung dalam sebuah teks.30
Francoise Grellet dalam bukunya yang berjudul Developing
Reading Skills menjelaskan bahwa, “reading comprehension is
understanding a written text means extracting the required information
from it as effeciently as possible”.31 Berdasarkan penjelasan tersebut,
membaca pemahaman merupakan memahami teks tertulis yang
mencakup informasi yang dibutuhkan dari teks tersebut secara efisien.
Hal ini sejalan dengan pendapat Dalman, membaca pemahaman adalah
membaca secara kognitif (membaca untuk memahami), sehingga si
pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan
cara membuat rangkuman yang menggunakan bahasa sendiri dan
mampu menyampaikan kembali dengan lisan maupun tulisan.32
Kegiatan membaca pemahaman minimalnya melibatkan dua
keterampilan dasar membaca, yakni keterampilam visual dan

28
Y. Budi Artati, Terampil Membaca, (Klaten: PT Intan Perwira, 2008), h. 2-3.
29
Tarigan, Op. Cit., h. 58.
30
Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2012), h. 60.
31
Francoise Grellet, Developing Reading Skills, (New York: Cambridge University Press,
2010), h. 3.
32
Dalman, Op. Cit., h. 87.
22

keterampilan kognitif. Keterampilan visual merupakan keterampilan


membaca lambang-lambang bahasa tulis dalam teks, dan keterampilan
kognitif merupakan keterampilan memaknai informasi dan pesan yang
terdapat di dalam teks. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang menuntut
untuk memahami isi bacaan secara mendalam.

b. Indikasi Membaca Pemahaman


Terdapat beberapa indikasi yang perlu diperhatikan dalam
membaca pemahaman guna menentukan ketercapaian tujuan
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:33
1) Melakukan
Pembaca memberikan respon secara fisik terhadap perintah
membaca.
2) Memilih
Pembaca memilih alternatif bukti pemahaman, baik secara lisan
maupun tulisan.
3) Mengalihkan
Pembaca mampu menyampaikan secara lisan apa yang telah
dibacanya.
4) Menjawab
Pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan.
5) Mempertimbangkan
Pembaca mampu menggarisbawahi atau mencatat pesan-pesan
penting yang terkandung dalam bacaan.
6) Memperluas
Pembaca mampu memperluas bacaan atau minimalnya mampu
menyusun bagian akhir cerita (khusus untuk bacaan fiksi).
7) Menduplikasi

33
Abidin, Op. Cit., h. 60.
23

Pembaca mampu membuat wacana serupa dengan wacana yang


dibacanya (menulis cerita berdasarkan versi pembaca).
8) Modeling
Pembaca mampu memainkan peran cerita yang dibacanya.
9) Mengubah
Pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana lain
yang mengindikasikan adanya pemrosesan informasi.

E. Fabel
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 dikenal
dengan pembelajaran berbasis teks, bertujuan agar siswa dapat memproduksi
dan menggunkan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Kurikulum
2013 menekankan pentingnya keseimbangan antara kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum ini juga menuntut siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator.
Penggunaan kurikulum ini mengharuskan guru untuk menumbuhkan kembali
minat membaca siswa, yang dapat berpengaruh pada produktivitas siswa
dalam kegiatan menulis turun pula.
Fabel termasuk salah satu bentuk prosa rakyat. Prosa rakyat
merupakan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat suatu daerah dan
menjadi salah satu kekayaan daerah tersebut. Isi cerita rakyat sebagian besar
merupakan cerita khayalan, namun di dalam cerita rakyat tersebut terdapat
pesan moral yang berisi nasihat-nasihat.
Fabel dalam arti leksikal yaitu cerita yang menggambarkan watak dan
perilaku manusia yang tokohnya merupakan binatang, dan terdapat
pendidikan moral di dalam isi cerita.34
Hal ini sejalan dengan pendapat H. J. Blackham, “Fable is narrative
fiction in the past tense. A very early definition of the Aesopic fable was, „a
fictitious story picturing a truth‟. The „picturing‟ implies a methaphorical

34
Sugihastuti, Sastra Anak: Teori dan Apresiasi, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), h.
14.
24

representation of the „truth‟, so that a fable is basically a metaphor”.35


Berdasarkan pengertian tersebut, fabel adalah fiksi naratif dalam bentuk
lampau. Aesopic mendefinisikan fabel sebagai cerita fiktif yang
„menggambarkan realita kehidupan‟. Menggambarkan di sini menyiratkan
representasi metaforis dari kebenaran. Pada dasarnya, fabel merupakan
metafora.
Menurut Burhan Nurgiyantoro, “Fabel merupakan kisah tentang
manusia dan kemanusiaan yang juga ditunjukan kepada manusia, tetapi
dengan komunitas perbinatangan”.36
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fabel
merupakan cerita yang mengajarkan nilai-nilai moral melalui tokoh yang
berupa binatang. Binatang tersebut dipersonifikasikan berperilaku seperti
manusia.

1. Unsur-Unsur Fabel

a. Tokoh
Menurut Burhan Nurgiyantoro tokoh cerita merupakan pelaku
yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi. Dalam cerita
fiksi anak salah satunya yaitu fabel, tokoh yang dihadirkan tidak hanya
tokoh binatang, namun dimunculkan juga tokoh manusia. Biasanya,
tokoh manusia akan dimunculkan bersama dengan tokoh binatang, dan
terjadi percakapan antara binatang dan manusia yang dapat diterima
secara wajar oleh anak. Pemunculan tokoh dalam fiksi anak juga
digunakan sebagai sarana untuk memberikan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam cerita.37
Terdapat jenis tokoh cerita fiksi anak yaitu tokoh protagonis dan
tokoh antagonis. Cerita fiksi menjadi lebih menarik dan mencekam

35
H. J. Blackham, The Fable as Literature, (London: Bloomsbury Academic, 2013), h.
xi.
36
Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakrta:
Gajah Mada University Press, 2013), Cet. 3, h. 191.
37
Ibid., h. 222-223.
25

karena terjadi pertentangan di antara kedua tokoh. Pertentangan yang


umumnya terjadi dalam cerita anak adalah antara tokoh berkarakter
baik dan tokoh berkarakter jahat.
Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa tokoh protagonis
adalah tokoh pembawa misi kebenaran dan nilai-nilai moral. Tokoh
protagonis yang biasanya dijadikan sebagai hero atau pahlawan karena
membawa nilai-nilai yang menjadi idealisme pembaca. Sedangkan,
tokoh antagonis merupakan tokoh pembawa kejahatan atau malapetaka.
Tokoh antagonis yang sering menjadi tokoh yang disikapi antipati oleh
pembaca.38

b. Alur
Alur menurut Yelland adalah suatu urutan cerita atau peristiwa
yang teratur dan teroganisir.39 Menurut Burhan Nurgiyantoro alur
merupakan lebih dari sekadar jalan cerita, alur berkaitan dengan
masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu digerakkan,
dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan
menarik, namun terjaga kelogisan dan dan kelancaran ceritanya.40
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa alur
merupakan sebuah rangkaian cerita yang mengatur suatu peristiwa dan
kemunculan tokoh agar menjadi satu kesatuan cerita yang padu.
Fabel termasuk genre teks narasi. Teks narasi adalah ragam teks
yang bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa secara kronologis
sebagai hiburan.41 Sebagai teks narasi, fabel memiliki rangkaian cerita
yang menarik dan banyak terkandung nilai-nilai moral. Alur pada fabel
umumnya alur maju. Alur maju merupakan dari awal dimulainya cerita

38
Ibid., h. 226.
39
Furqonul Azies dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar, (Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 68.
40
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 237.
41
Budi Waluyo, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan MTs, (Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018), h. 171.
26

terus bergerak maju hingga terjadi akibat dari peristiwa sebelumnya


(konflik).42

c. Latar
Menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, latar atau setting
dapat dipahami sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian
tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa di dalam cerita.43 Cerita fiksi anak harus jelas mengenai
waktu dan tempat kejadian peristiwa, hal ini bertujuan agar si anak
dapat memahami isi cerita dengan baik dan mampu mengembangkan
imajinasinya.
Menurut Burhan Nurgiyantoro, latar tempat dapat dipahami
sebagai tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita fiksi. Latar waktu
dipahami sebagai kapan berlangsungnya berbagai peristiwa diceritakan
dalam cerita fiksi. Latar sosial dapat dipahami sebagai keadaan sosial
yang diangkat ke dalam cerita.44

d. Tema
Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa tema sebuah cerita
fiksi merupakan gagasan utama atau makna utama cerita.45 Sastra anak
mengangkat tema yang merupakan kebenaran tentang kehidupan yang
diyakini oleh penulisnya. Kebenaran diceritakan melalui tokoh, alur,
atau lainnya. Tema sangat berkaitan erat dengan tokoh dan alur, karena
hakikatnya cerita fiksi adalah cerita tentang kehidupan tokoh, dan tokoh
pun pasti terdapat konflik dalam kehidupannya, konflik adalah urusan
alur.46

42
Titik Harsiati, Agus Trianto, dan E. Kosasih, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h. 202.
43
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2012), h. 216.
44
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 251-253.
45
Ibid., h. 260.
46
Ibid., h. 261.
27

e. Amanat
Amanat dapat dipahami sebagai sesuatu pesan dari penulis yang
ingin disampaikan untuk pembaca. Cerita fiksi ditulis sebagai salah satu
alternatif memberikan pendidikan kepada anak melalui bacaan.
Pendidikan ini dapat disampaikan melalui tokoh-tokoh cerita yang
dijadikan sebagai pahlawan atau hero, baik melalui dialog ataupun
tingkah laku untuk menunjukan kebenaran kehidupan yang diidealkan
oleh penulis.47
Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa dalam cerita fiksi
haruslah mengandung ideologi yang dapat secara langsung ataupun
tidak langsung mengakui bahwa kebenaran haruslah diperjuangkan dan
dimenangkan.48

f. Sudut Pandang
Menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, “Sudut pandang
merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai
sarana menampilkan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah teks fiksi kepada pembaca”.49
Menurut Burhan Nurgiyantoro sudut pandang adalah sebuah
cara atau strategi yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan
cerita dan gagasannya.50 Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan cara atau gaya
penceritaan yang dipilih pengarang untuk mengisahkan ceritanya.
Sudut pandang biasanya dibagi menjadi dua macam, yaitu sudut
pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang
orang pertama menampilkan tokoh “aku” sebagai pusat pengisahan
dalam cerita. Sedangkan, sudut pandang orang ketiga menampilkan
tokoh “dia” sebagai pusat pengisahan dalam cerita.

47
Ibid., h. 265.
48
Ibid., h. 266.
49
Ibid., h. 269.
50
Ibid., h. 269.
28

F. Penelitian Relevan
Berikut ini hasil penelitian yang relevan dari beberapa jurnal dan
skripsi dengan mengangkat tema yang hampir sama, antara lain:
1. Rosi Nur Akbar, Ermawati Arief, dan Ena Noveria, “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Terhadap Keterampilan
Menulis Teks Cerita Moral/Fabel Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Solok
Selatan”. Jurnal Tahun 2017 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Negeri Padang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share tersebut terhadap keterampilan menulis teks cerita
moral/fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Solok Selatan. Hasil
penelitian, nilai rata-rata siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Solok Selatan
dalam keterampilan menulis teks cerita moral/fabel sebelum menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berada pada lebih dari
cukup (LdC) dengan rata-rata 74,74. Sedangkan, nilai rata-rata siswa
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
berada pada kualifikasi baik (B) yaitu 81,25. Berdasarkan uji-t,
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap keterampilan
menulis teks cerita moral/fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Solok
Selatan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rosi Nur Akbar,
Ermawati Arief, dan Ena Noveria dengan penelitian ini adalah sama-sama
memakai model pembelajaran kooperatif think pair share. Adapun
perbedaan penelitian Rosi Nur Akbar, Ermawati Arief, dan Ena Noveria
dengan skripsi ini adalah:
a. Penelitian Rosi Nur Akbar, Ermawati Arief, dan Ena Noveria dilakukan
pada tahun 2017, sedangkan penelitian ini dilakukan tahun 2020.
b. Metode penelitian yang digunakan oleh Rosi Nur Akbar, Ermawati
Arief, dan Ena Noveria yaitu metode kuantitatif, sedangkan penelitian
ini menggunakan kualitatif.
29

c. Objek yang dikaji dalam penelitian Rosi Nur Akbar, Ermawati Arief,
dan Ena Noveria adalah keterampilan menulis teks cerita moral/fabel,
sedangkan pada penelitian ini menganalisis unsur instrinsik yang
terkandung dalam fabel.

2. Leli Yanti, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair


Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Kubus
dan Balok di Kelas VIII MTs Al-Jihad Medan Tahun Pelajaran
2017/2018”. Skripsi Tahun 2018 Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi kubus
dan balok di kelas VIII MTs Al-Jihad Medan Tahun Pelajaran 2017/2018.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa kelas yang diajar menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) diperoleh
rata-rata 85,7 dan standar deviasi 7,5 dan kelas yang diajarkan dengan
pembelajaran ekspositori diperoleh rata-rata 68,16 dan standar deviasi
8,403. Hasil dari uji hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memberikan pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi kubus
dan balok di kelas VIII MTs Al-Jihad Medan Tahun Pelajaran 2017/2018.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Leli Yanti dengan penelitian ini
adalah sama-sama memakai model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Adapun perbedaan penelitian Leli Yanti dengan skripsi ini adalah:
a. Penelitian Leli Yanti dilakukan pada tahun 2018, sedangkan penelitian
ini dilakukan tahun 2020.
b. Metode penelitian yang digunakan oleh Leli Yanti yaitu metode
kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan kualitatif.
c. Objek yang dikaji dalam penelitian Leli Yanti adalah materi kubus dan
balok, sedangkan pada penelitian ini menggunakan materi cerita fabel.
30

3. Eneng Saripah, “Penggunaan Mosel Pembelajaran Cooperative Think Pair


Share Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun Siswa Kelas VII-3 MTs
Al-Atiqiyah Sukabumi Tahun Pelajaran 2018/2019”. Skripsi tahun 2020
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penggunaan model pembelajaran cooperative think pair share
terhadap keterampilan menyimak pantun siswa kelas VII-3 MTs Al-
Atiqiyah Sukabumi. Hasil penelitian, model kooperatif think pair and
share dapat membantu siswa dalam keterampilan menyimak pantun. Hal
ini terlihat dari hasil analisis siswa, yaitu tedapat empat belas siswa yang
memperoleh nilai pada kategori baik sekali, sembilan siswa yang
memperoleh nilai kategori baik, tujuh orang siswa yang mendapat kategori
cukup, dan tidak ada siswa yang masuk kategori kurang. Persamaan
penelitian yang dilakukan oleh Eneng Saripah dengan penelitian ini adalah
sama-sama memakai model cooperative think pair share dan metode
penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Adapun perbedaan
penelitian Eneng Saripah dengan skripsi ini adalah:
a. Penelitian Eneng Saripah dilakukan hanya menggunakan model
cooperative think pair share saja, sedangkan penelitian menggunakan
model cooperative think pair share berbantuan media YouTube.
b. Objek yang dikaji dalam penelitian Eneng Saripah adalah pantun,
sedangkan pada penelitian ini menggunakan materi cerita fabel.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta pada
kelas VII G yang terletak di lantai 4, yang berlokasi di Jl. Ibnu Taimia IV
Kompleks Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan dari bulan Februari 2020 hingga
bulan November 2020.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah merupakan kegiatan
penelitian yang berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empriris,
dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-
cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis berarti proses yang digunakan penelitian menggunakan langkah-
langkah tertentu yang bersifat logis.1
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.2 Hal ini sejalan menurut Virginia Braun dan

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), Cet. 20, h.2.
2
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 36.

31
32

Victoria Clarke yaitu, qualitative research is that uses words as data,


collected and aalysed in all sorts of ways.3
Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas
sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek
penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari
fenomena tersebut.4 Penelitian deskriptif kualitatif menggunakan beberapa
bentuk pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dokumentasi, serta
tes. Data tersebut dianalisis secara mendalam, maka metode deskriptif
kualitatif peneliti jadikan sebagai pedoman untuk menyelesaikan penelitian
ini.

C. Objek dan Sumber Penelitian


Objek dalam penelitian ini adalah unsur pembangun cerita fabel yang
ditulis peserta didik kelas VII G MTs Pembangunan UIN Jakarta. Pemilihan
cerita fabel sebagai objek dalam penelitian ini untuk melihat membaca
pehaman unsur pembangun fabel peserta didik kelas VII G MTs
Pembangunan UIN Jakarta dengan menggunakan model cooperative think
pair share berbantuan media YouTube dalam saluran “Cerita Kartun Anak
Anak Bahasa Indonesia” yang berjudul fabel “Semut dan Belalang”. Subjek
penelitian ini adalah 24 peserta didik kelas VII G MTs Pembangunan UIN
Jakarta yang terdiri dari 8 laki-laki dan 16 perempuan.
Alasan peneliti memilih kelas VII G MTs Pembangunan UIN Jakarta,
karena penelitian skripsi ini menggunakan metode pengambilan sampel acak
sederhana (simple random sampling), artinya peneliti mengambil sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.5 Dalam penggunaan metode ini, setiap anggota populasi memiliki

3
Virginia Braun dan Victoria Clarke, Succesful Qualitative Research, (California: SAGE
Publications, 2013), h. 3.
4
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014), Cet. 2, h. 47.
5
Sugiyono, Op. Cit., h. 82.
33

kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.6 Kemudian, pemilihan


kelas VII G sebagai objek penelitian, karena peserta didik kelas VII G
memiliki semangat yang tinggi, dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Tabel 3.1

Jumlah Peserta Didik Kelas VII

NO KELAS L P JUMLAH
1 VII A 14 11 25
2 VII B 14 10 24
3 VII C 15 9 24
4 VII D 17 8 25
5 VII E 9 16 25
6 VII F 11 15 26
7 VII G 8 16 24
8 VII H 12 13 25
Total Peserta Didik 100 98 198

D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu,
peneliti juga harus divalidasi mengenai pemahaman terhadap metode
kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta
kesiapan dan bekal memasuki lapangan.7 Dalam penelitian kualitatif segala
sesuatu yang dicari dari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya,
sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan
penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
memasuki objek penelitian.8
Peneliti sebagai instrumen penelitian berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data,

6
Ibid., h.236.
7
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2014), Cet. 9, h. 59.
8
Ibid., h. 60.
34

menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat


kesimpulan atas temuannya. Selain peneliti sebagai instrumen utama,
digunakan pula instrumen pendukung lainnya, yaitu tes/penugasan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah cara yang digunakan penulis untuk
mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data
penelitian.9 Secara sederhana, teknik pengumpulan data merupakan cara yang
digunakan penulis untuk mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung maupun tidak langsung tentang hal-hal yang diamati, dan
kemudian mencatatnya pada alat observasi.10 Observasi dapat dilakukan
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.11
Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau
fenomena secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang
telah dirumuskan.12
Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara partisipan.
Observasi partisipan berarti peneliti turut serta mengambil bagian dalam
kehidupan atau kegiatan sehari-hari dari orang yang sedang diamati atau
yang dijadikan sebagai sumber penelitian.13 Hal ini juga disampaikan oleh
Sari Wahyuni yaitu, participant observation is one of the most demanding
methods. It requires the researcher to become a participant in the culture
or context being observed,14 yang bermakna bahwa peneliti dituntut untuk
melakukan pengamatan langsung terhadap konteks yang diteliti. Peneliti
9
Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), h. 41.
10
Sanjaya, Op. Cit., h. 270.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. 14, h. 200.
12
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 168.
13
Ibid., h. 168.
14
Sari Wahyuni, Qualitative Research Method: Theory and Practice, (Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2012), h. 22.
35

turut mengamati proses pembelajaran menganalisis unsur intrinsik fabel


yang dilakukan oleh siswa.

2. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Wawancara digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.15 Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan kepada guru Bahasa Indonesia yang mengajar
kelas VII G di MTs Pembangunan UIN Jakarta. Berikut adalah daftar
pertanyaan wawancara kepada guru kelas VII MTs Pembangunan UIN
Jakarta.

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara Guru

No. Pertanyaan Jawaban


1. Model pembelajaran apa saja yang selama ini
Ibu terapkan di dalam kelas?
2. Apakah Ibu pernah menggunakan model
pembelajaran cooperative think pair share
dalam pembelajaran membaca pemahaman?

3. Menurut Ibu seberapa penting penggunaan


model pembelajaran?

4. Selain model, apakah Ibu pernah


menggunakan bantuan media untuk
pembelajaran membaca pemahaman?

5. Media pembelajaran seperti apa yang pernah


Ibu gunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia?

15
Arikunto, Op. Cit., h. 198.
36

6. Menurut Ibu seberapa penting penggunaan


media pembelajaran?

7. Apakah Ibu pernah menggunakan media


video YouTube dalam pembelajaran
membaca pemahaman, khususnya unsur
instrinsik fabel?

8. Kesulitan apa yang Ibu alami dalam


pembelajaran analisis unsur intrinsik fabel?

9. Bagaimana hasil belajar siswa jika


menggunakan model dan media
pembelajaran?

10. Bagaimana pendapat Ibu mengenai media


video di kanal YouTube sebagai media
pembelajaran?

Tabel 3.3

Pedoman Wawancara Siswa

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah kamu suka membaca?

2. Adakah kesulitan yang kamu hadapi saat


melakukan analisis unsur intrinsik fabel?
3. Apakah pelajaran bahasa Indonesia menjadi
lebih mudah dipahami dengan menggunakan
model cooperative think pair share?
4. Menggunakan media YouTube, apakah kamu
menjadi lebih tertarik mengikuti pelajaran
bahasa Indonesia?
5. Apakah model cooperative think pair share
berbantuan media YouTube cocok untuk
pembelajaran fabel?
37

3. Dokumentasi
Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh
foto-foto atau karya tulis akademik yang telah ada.16 Imam Suprayogo
dalam Mahmud menjelaskan bahwa, dokumen merupakan bahan tertulis
yang berkaitan dengan peristiwa tertentu. Dokumen dapat berupa rekaman,
dokumen tertulis, rekaman gambar, dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan peristiwa tersebut.17 Dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini berupa foto sebagai bukti dalam pengambilan data dan untuk
menggambarkan situasi di dalam kelas. Selain itu, lembar kerja siswa
menganalisis unsur intrinsik fabel.

4. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.18 Tes
dilakukan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran cooperative
think pair share berbantuan media YouTube untuk menganalisis unsur
intrinsik fabel “Semut dan Belalang”. Tes dilakukan secara individu dan
penilaian tes tersebut berdasarkan tingkat pemahaman siswa dalam
menganalisis unsur intrinsik.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

16
Sugiyono, Op. Cit., h. 83.
17
Mahmud, Op. Cit., h. 184.
18
Arikunto, h. 193.
38

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.19
Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di
lapangan, dan kemudian datanya dianalisis berupa nonstatistik namun berupa
kata-kata. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri
sendiri sebagai alat.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif
kualitatif, guna mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis unsur
intrinsik fabel dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative think
pair share berbantuan YouTube. Teknik analisis data yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Penyajian Data
Proses penyajian data menunjukkan peneliti untuk mendeskripsikan
sekumpulan informasi tersusun yang menuntut peneliti untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan
dalam bentuk teks naratif maupun dalam bentuk bagan atau grafik. Melalui
proses ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang terjadi dan apa
yang harus dilakukan. Artinya bahwa peneliti meneruskan analisisnya atau
mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan
tersebut.

2. Analisis Data Tes


a. Menentukan nilai yang menggambarkan taraf kemampuan peserta didik
ecara inidividual, dengan aspek penilaian kemampuan menganalisis
unsur intrinsik fabel menggunakan model cooperative think pair share
berbantuan media YouTube dalam kanal YouTube “Cerita Kartun Anak
Anak Bahasa Indonesia”.

19
Sugiyono, Op. Cit., h. 244.
39

Tabel 3.4

Aspek Penilaian Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Fabel20

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal

1. Tema

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur
30 ×100
4. Latar

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat

Skor akhir21 = × 100

Tabel 3.5
Rubrik Penilaian Unsur Intrinsik Fabel
No. Aspek Kriteria Skor
Tidak ada unsur yang benar 1
Ada sedikit unsur yang benar 2
Jumlah unsur benar dan salah kurang
3
1. Tema lebih seimbang
Ketepatan tinggi dengan sedikit
4
kesalahan
Tanpa kesalahan 5
2. Tokoh dan Tidak ada unsur yang benar 1

20
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi,
(Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2016), Cet. 7, h. 414.
21
Titik Harsiati, Agus Trianto, dan E. Kosasih, Bahasa Indonesia: Buku Guru, (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h. 31.
40

penokohan Ada sedikit unsur yang benar 2


Jumlah unsur benar dan salah kurang
3
lebih seimbang
Ketepatan tinggi dengan sedikit
4
kesalahan
Tanpa kesalahan 5
Tidak ada unsur yang benar 1
Ada sedikit unsur yang benar 2
Jumlah unsur benar dan salah kurang
3
3. Alur lebih seimbang
Ketepatan tinggi dengan sedikit
4
kesalahan
Tanpa kesalahan 5
Tidak ada unsur yang benar 1
Ada sedikit unsur yang benar 2
Jumlah unsur benar dan salah kurang
3
4. Latar lebih seimbang
Ketepatan tinggi dengan sedikit
4
kesalahan
Tanpa kesalahan 5
Tidak ada unsur yang benar 1
Ada sedikit unsur yang benar 2
Jumlah unsur benar dan salah kurang
5. 3
Sudut Pandang lebih seimbang
Ketepatan tinggi dengan sedikit
4
kesalahan
Tanpa kesalahan 5
Tidak ada unsur yang benar 1
Ada sedikit unsur yang benar 2
Jumlah unsur benar dan salah kurang
3
6. Amanat lebih seimbang
Ketepatan tinggi dengan sedikit
4
kesalahan
Tanpa kesalahan 5

b. Menentukan rata-rata (Mean)


Peneliti menggunakan rumus perhitungan mean dari data
distribusi tunggal berdasarkan Burhan Nurgiyantoro, yaitu menjumlah
seluruh skor, kemudian dibagi dengan jumlah subjek.22

22
Nurgiyantoro, Op.Cit., h. 243.
41

Keterangan:
= Simbol rata-rata hitung (mean)
∑X = Jumlah seluruh skor peserta didik
N = Jumlah peserta didik

c. Penentuan kriteria dengan perhitungan persentase


Tabel 3.6
Penentuan Kriteria dengan Perhitungan Rentang Nilai23
Interval Presentase Tingkat
No. Kategori
Penugasan
1. Baik Sekali (A) 86-100

2. Baik (B) 76-85

3. Cukup (C) 56-75

4. Kurang (D) 10-55

3. Tahap Akhir
Tahap akhir dalam analisis data kualitatif merupakan tahap
pembuatan kesimpulan terhadap data-data yang telah diperoleh peneliti.
Peneliti harus menyadari bahwa pembuatan kesimpulan ini tidak hanya
berdasarkan penafsiraan sendiri secara subjektif, namun harus melibatkan
pandangan informan. Peneliti menyimpulkan hasil analisis data sesuai
dengan metode analisis data di atas.

23
Ibid., h. 277.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Sekolah

1. Sejarah Singkat Sekolah


Lahirnya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta berawal dari
keinginan akan adanya lembaga pendidikan Islam yang representative dari
para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah
Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).
Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai
dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu
Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserah-terimakan
dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta
Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Ibtidaiyah. Jumlah peserta didiknya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43
orang, Kelas II: 8 orang, dan kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan belajar
mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah yang
kemudian ditetapkan sebagai „Hari Kelahiran‟ Madrasah Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Tsanawiyah. Peserta didik angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli
1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama
dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.

42
43

Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,


sejak awal Sesptember 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan
dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas
Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah
Pembangunan sebagai „madrasah laboratorium‟ Fakultas Tarbiyah IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai
Madrasah Pilot Proyek Percontohan (yakni madrasah dengan kurikulum
yang bermuatan pendidikan umum dan agama sehingga lulusan madrasah
dapat melanjutkan ke sekolah umum sederajat) oleh Departemen Agama RI
melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI Nomor:
Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut, kemudian diselenggarakan
kegiatan penataran penulisan modul dan uji coba pembelajaran dengan
sistem modul. Empat modul bidang studi Al-Quran Hadits, Bahasa Arab,
Bahasa Indonesia, dan Matematika telah diujicobakan sampai dengan tahun
1985.
Mulai tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang pembinaan dan
pengelolaan Madrasah Pembangunan dilimpahkan kepada Yayasan Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pengembanan sebagai „madrasah laboratorium‟‟
dilaksanakan bersama-sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tahun Pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka
tingkat Aliyah. Peserta didik yang diterima pertama kali sebanyak 32 orang
terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. Setelah empat tahun berjalan,
berkenaan dengan kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan (khususnya
Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA Pembangunan
tidak menerima pendaftaran peserta didik baru lagi. Tahun 1996/1997,
sebanyak 31 orang peserta didik terakhir lulus dari MA Pembangunan IAIN
Jakarta.
44

Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi


Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun
2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama
menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Tahun pelaharan 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Jumlah
peserta didik pertama yang diterima adalah 47 peserta didik terbagi dalam 2
rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade A
kategori Memuaskan, sama dengan perolehan MI dan MTs.
Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar
Nasional (MSN) di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi DKI Jakarta dengan SK Nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008
dan Madrasah Aliyah pun telah diverifikasi MSN pada 25 Desember 2010.
Tahun 2011 Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta kembali mengukuhkan
status MSN melalui Surat Keputusan Nomor:
Kw.09.4/1/HK.005/2293/2011.
Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 telah dimulai rintisan program
bilingual di tingkat Tsanawiyah yang secara intens dievaluasi dan
disempurnakan.
Pada Tahun Pelajaran 2015/2016 MA Pembangunan UIN Jakarta
mebuka Kelas Bahasa dengan program utamanya penguasaan TOEFL
(peserta didik kelas X) dan IELTS (peserta didik kelas XI). Dan pada tahun
pelajaran 2016/2017 MA Pembangunan UIN Jakarta telah dicanangkan
sebagai Madrasah Berbasis Riset. Pada aspek manajemen Madrasah
Pembangunan UIN mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu (SMM)
dan telah memperoleh sertifikat ISQ 9001:2008 No.QSC:00836 untuk
pelayanan pendidikan pada seluruh satuan pendidilkan.
45

2. Identitas Sekolah
a. Identitas Sekolah
Nama Satuan : MTs Pembangunan UIN Jakarta
NPSN : 20178245
Jenjang Pendidikan : SMP/MTs
Status Sekolah : Swasta

b. Lokasi Sekolah
Alamat : Jl. Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Desa/Kelurahan : Pondok Pinang
Kecamatan : Kebayoran Lama
RT/RW : 003/006
Kode Pos : 15419

c. Data Pelengkap Sekolah


Kepemilikan : Yayasan
SK Pendirian Sekolah : Ada
Tanggal SK Pendirian : 1997
Status Kepemilikan : Yayasan
SK Izin Operasional : Ada
Tanggal SK Operasional :1997
SK Akreditasi : Ada
Tanggal Akreditasi : Juli 2019 (Terbaru)
Nama Bank : Bank Syariah Mandiri
Cabang/KCP Unit : Ciputat
Rekening Atas Nama : Yayasan Syarif Hidayatullah
Luas Tanah Milik : 16.790

d. Kontak Sekolah
Nomor Telepon : 0217402172 / 7401143
46

Nomor Fax : 0217421156


Email : humas@mpuin-jkt.sch.id
Website : www.mpuin-jkt.sch.id

3. Visi, Misi, dan Tujuan


a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan terkemuka dalam pembinaan
keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi
peserta didik.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang akan
melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan
kompetitif dan keunggulan komparatif.
2) Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terbentuk
keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan
jasmani peserta didik serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas,
kuat, dan sehat.
3) Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi paada pembinaan
keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap
kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian
Indonesia.
4) Melakukan pembinaan tenaga pendidik sebagai tenaga profesional
yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar, kepribadian
pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia.
5) Melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang profesional yang
menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang
tinggi, serta kepribadian yang Islami.
6) Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar
mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik
umtuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga
madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran.
47

7) Melakukan pembinaan kemandirian dan team work melalui berbagai


aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.

c. Tujuan
1) Terselenggaranya pendidikan dasar dan menengah yang akan
melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan
kompetitif dan keunggulan komparatif.
2) Terwujudnya peserta didik yang memiliki keseimbangan antara
kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan dan kepedulian sosial.
3) Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan
keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap
kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian
Indonesia dan kemampuan potensi anak.
4) Tersedianya pendidik sebagai tenaga profesional yang menguasai
bidang keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan
komprehensif serta memiliki kemampuan untuk mengajarkannya
(teaching skill), berkepribadian pedagogis, dan berakhlak mulia.
5) Tersedianya tenaga kependidikan profesional yang dalam
melaksanakan tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan yang
relevan, memiliki etos kerja, loyalitas, dan dedikasi yang tinggi yang
dilandasi akhlak mulia.
6) Tersedianya sarana prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapat
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat belajar
seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai
pusat pembelajaran.
7) Terwujudnya peserta didik yang mandiri yang mampu melakukan
team work melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun
ekstrakulikuler.
48

4. Guru dan Tenaga Kependidikan


a. Guru
Tabel 4.1
Guru MTs Pembangunan UIN Jakarta

Perguruan
No. Nama Pendidikan Program Studi
Tinggi
Pend. Agama
1. Abdul Mutaqin, S.Ag. S-1 UIN Jakarta
Islam
Penelitian dan
2 Agus Wahyudi, M.Pd S-2 UHAMKA Evaluasi
Pendidikan

Ahmad Sandy Rizani,


3 S-1 UIN Jakarta Pend. Fisika
S.Pd
STAI Al
4 Ahmad Zaki, S.H. S-1 Azhari Ahwal al
Cianjur Syakhsyiyyah

Pend. Agama
5 Alipiah, S.Pd.I. S-1 UIN Jakarta
Islam
6 Andri Sulistiyanto, S.Pd. S-1 IKIP Madiun BK
7 Aqsol Aziz, M.A. S-2 UMJ Studi Islam
8 Devi Suci Fitriah, S.Pd. S-1 UNJ Pend. Seni
Pend. Bahasa
9 Dewi Nurpitriyani, S.Pd. S-1 UIN Jakarta Inggris
IKIP Adm.
10 Dra. Hj. Sumarji S-1
Yogyakarta Pendidikan
11 Dra. Retno RPL. S-1 IKIP JKT BK
Pend. Bahasa
12 Drs. H.M. Fuad Kasa S-1 IAIN JKT
Indonesia
13 Drs. Miran S-1 IAIN JKT Pend. IPS
Pend. Agama
14 Drs. Misro S-1 IAIN JKT
Islam
Pend. Bahasa
15 Drs. Syukri A. Gani S-1 IAIN JKT
49

Inggris
Drs.H. Cecep
16 S-2 UMJ Studi Islam
Khaeruddin, MA.
17 Dry Muharma, M.Pd. S-2 UNINDRA Pend. IPS
18 Elfa Sofiah, S.Pd. S-1 UIN Pend. Fisika
Fahmi Wiko Saputra, Pend. Bahasa
19 S-1 UIN Jakarta
S.Pd. Arab
20 Fairus Qamila, S.Pd. S-1 UNJ Pend. Biologi
Pend. Bahasa
21 Fitri Hera Febriana, S-1 UIN Jakarta Dan Sastra
S.Pd. Indonesia
22 Fitriyanti, S.T S-1 S-1ITI Teknik Kimia
STAI Al
23 H. Darul Janin, M.Pd. S-2 Hikmah Pend. Islam
Jakarta
24 H. Djamalludin, M.Pd. S-2 UHAMKA Penelitian dan
Evaluasi
Pendidikan
25 Hani Inayati, S.Psi. S-1 UIN Psikologi
Pend. Bahasa
26 Hanifah Hifni, S.Pd. S-1 UIN Jakarta
Inggris
Sains
27 Ir. Eha Soriha, M.Si S-2 UIN Jakarta
Psikologi
Pend. Agama
28 Jaenal Mutaqin, S.Pd.I. S-1 UIN Jakarta
Islam
Khaironi Agustini, Pend. Agama
29 S-1 UIN Jakarta
S.Pd.I. Islam
Ilmu Agama
30 M. Idham Khalid, M.Ag. S-2 IIQ
Islam
31 Mardi, MA. S-2 UMJ Pend. Islam
Pend.
32 Maulidati Sabat, S.Pd. S-1 UNES
Ekonomi
Momon Mujiburahman.
33 S-2 UMJ Pend. Islam
MA.
Pend.
34 Nia Kurniawan, S.Pd. S-1 UPI Bandung Kepelatihan
Olahraga
50

35 Nur Alfi Laili, S.Pd. S-1 UIN Jakarta Pend. IPS


Pend. Bahasa
36 Purwaningsih, S.Pd. S-1 UNJ Dan Sastra
Indonesia
Pend.
Ratih Nurul
Pancasila dan
37 Annisa, S.Pd. S-1 UNJ
Kewarganegar
Aan
38 Romli, S.Ag. S-1 STAI Pend. Agama
Masilatul Islam
Falah
Pend.
39 Saiful Akbar, M.Pd. S-2 UNINDRA Matematika
dan Ipa
40 Samsul Ariyadi, S.Th.I. S-1 PTIQ
Pendidikan
41 Saroni, S.Pd. S-1 UNJ
Kepelatihan
Teknik
42 Sodikin, S.Kom. S-1 UIN
Informatika
Suheri Anggara Putra, Pend. Bahasa
43 S-2 ISID Gontor
S.Pd.I., M.M. Arab
Pend.
44 Tajul Arif, S.Si S-1 UNPAD
Matematika
Pend.
45 Wildah, S.Pd. S-1 IKIP MJ
Matematika
Pend. Bahasa
46 Wiwin Wiwitri, S.Pd. S-1 UIN Jakarta
Inggris
Pend. Bahasa
47 Yayah Robiah, S.Pd. S-1 UHAMKA
Inggris
Pend.
48 Suta Wijaya, S.Pd. S-1 UIN Jakarta
Matematika
49 Mayuriko Olivia P, S.Pd. S-1 UIN Jakarta Pend. Fisika
50 Afni Nurul Ikhsan, S.Pd. S-1 UIN Jakarta Pend. Bahasa
Indonesia
51

b. Tenaga Kependidikan
Tabel 4.2
Tenaga Kependidikan MTs Pembangunan UIN Jakarta

Perguruan
No. Pendidikan Unit Kerja
Nama Tinggi
Satuan
1. Abdul Ropik SMA SMA
Pengaman
Baskara Satuan
2 Agus Siswanto SMK
Depok Pengaman
3 Ahmad Jayadi, S.IP. S-1 UIN Pustakawan

SMA
4 Arif Rahman SMA Sejahtera 1 Teknisi
Depok
Karya Satuan
5 Arvi Yunaedi SMK Wijaya
Pengaman
Kusuma
STIEI Banda
6 Bukhari, S.E. S-1 Umum
Aceh
Muhammadi Satuan
7 Elisa SMA y
Pengaman
ah 1
STIBA Nusa
8 Epony Rahmat, S.S. S-1 Umum
Mandiri
9 Heni Tusniati, S.E. S-1 UPN Keuangan
Veteran

SMKN 2
10 Karto SMA Care Staff
Subang
Luthfi Arqam Dalili,
11 S-1 UIN Jakarta Laboran
S.Si.
12 M. Ahsanul Umam SMA MAN 3 Kesiswaan
52

MAN
13 M. Diky Iswanto, S.E. SMA Umum
Lamongan
14 Mahrobi SMA STM Teknisi

15 Maradona, SE. S-1 Gunadarma Keuangan

16 Mochammad Ilyas SMA SMA Care Staff

17 Muhammad Nur SMA PaketC Care Staff

SMK Bina
18 Muhammad Riza Ali SMA Pengemudi
Informatika
19 Muhlisin SMA PaketC Care Staff

20 Novia Maulida, A.Md. D-3 AMIK BSI Keuangan

PKBM Satuan
21 Rifki SMA Negeri
Pengaman
31
PKBM Ki
22 Sayidi Sauri SMA Hajar Care Staff
Dewanto
ro
Satuan
23 Septiadi SMA SMA Paket
C Pengaman
24 Solehudin SMA PaketC Care Staff

25 Sunardi, S.Kom S-1 UNINDRA Kesiswaan


53

B. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian

1. Deskripsi Proses Penerapan Model Cooperative Learning Think Pair


Share Berbantuan Media YouTube dalam Pembelajaran Fabel Siswa
Kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta
Cara yang dipakai dalam proses pengambilan data analisis unsur
intrinsik fabel yaitu dengan menggunakan model cooperative learning think
pair share berbantuan media YouTube dalam kanal YouTube “Cerita
Kartun Anak Anak Bahasa Indonesia” yang berjudul fabel Semut dan
Belalang. Peneliti mengambil data pada 10 Februari sampai 14 Februari
2020 di kelas VII G MTs Pembangunan UIN Jakarta. Proses kegiatan
belajar sebagai berikut:
1) Guru dan peserta didik berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas.
2) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka, kemudian memeriksa
kehadiran peserta didik.
3) Guru menjelaskan mengenai materi yang akan diberikan dan model
pembelajaran yang akan digunakan.
4) Think (Berpikir)
a. Guru memberikan motivasi dan membuka wacana mengenai fabel
dengan menanyakan apa itu cerita fabel dan siswa diminta untuk
menyebutkan cerita fabel yang pernah dibacanya. Guru menjelaskan
manfaat nilai moral yang terkandung dalam fabel untuk kehidupan
sehari-hari.
b. Guru memperlihatkan contoh teks fabel dan meminta siswa untuk
menyimpulkan pengertian dan ciri teks fabel yang terkandung di
dalam fabel berdasarkan video yang berjudul “Semut dan Belalang”.
5) Pair (Berpasangan)
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk siswa
mendiskusikan pengertian dan ciri teks fabel.
b. Siswa diminta menuliskan mengenai pengertian dan ciri teks fabel
berdasarkan yang telah didiskusikan bersama kelompoknya.
54

6) Share (Pembuktian)
Salah seorang siswa diminta untuk tampil di depan dan membacakan
hasil diskusinya mengenai pengertian dan ciri teks fabel. Kemudian, guru
dan siswa menanggapi sesuai dengan konsep fabel dan indikator yang
telah ditetapkan.
7) Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan terkait pembelajaran fabel.
8) Penugasan
Siswa mencari unsur-unsur pembangun fabel berdasarkan video yang
berjudul “Semut dan Belalang”. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes tertulis yang terdiri dari enam soal untuk pemahaman
menganalisis unsur intrinsik cerpen.

2. Analisis Unsur Intrinsik Fabel “Semut dan Belalang” Siswa Kelas


VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta
Analisis data dan pembahasan disajikan dalam bentuk tabel analisis
data. Berikut ini merupakan hasil analisis data peserta didik dalam
menganalisis unsur intrinsik fabel dengan menggunakan model cooperative
learning think pair share berbantuan media YouTube dalam kanal “Cerita
Kartun Anak Anak Bahasa Indonesia” yang berjudul fabel “Semut dan
Belalang”. Analisis unsur pembangun fabel terdiri dari skor 1-5, yaitu tidak
ada unsur yang benar (1), ada sedikit unsur yang benar (2), jumlah unsur
yang benar dan salah kurang lebih sama (3), ketepatan tinggi dengan sedikit
kesalahan (4), dan tanpa kesalahan (5).
55

Tabel 4.3
Aspek Penilaian Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Fabel

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur
30 ×100
4. Latar

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat

Kemudian, skor peserta didik tersebut akan dikategorikan yaitu


kategori baik sekali (A) jika interval persentase tingkat penguasaan berada
di angka 86 sampai 100. Kemudian, peserta didik masuk dalam kategori
baik (B) jika interval persentase tingkat penguasaan berada di antara 76
sampai 85. Kategori cukup (C) jika peserta didik memiliki interval
persentase tingkat penguasaan pada angka 56 sampai 75. Dan, kategori
kurag (D) jika peserta didik memiliki interval persentase tingkat penguasaan
antara nilai 10 sampai 55.

1. Nama : Abyan Ikram Muhammad


Tabel 4.4
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Abyan Ikram Muhammad

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √
√ ×100
Tokoh dan 30
2. = 73,33
Penokohan
56

3. Alur √

4. Latar √

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 22. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 73,3%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori cukup. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema yang ditulis oleh peserta didik ialah
mendapatkan skor 5. Peserta didik sudah termasuk sangat baik dalam
menentukan tema dari fabel “Semut dan Belalang” yaitu “saling
membantu". Tema dari fabel “Semut dan Belalang” adalah tolong
menolong ataupun saling membantu, dalam fabel ini menceritakan
mengenai kisah semut kecil dan kelompoknya yang memilih untuk
membantu belalang yang sudah tidak berdaya di saat musim dingin
tiba. Sebelumnya, belalang pun membantu semut untuk memindahkan
makanan yang terjatuh dari punggungnya. Kedua, mengenai tokoh dan
penokohan. Peserta didik mendapatkan skor 4, hal ini dikarenakan
terdapat kesalahan dalam penokohan. Tokoh belalang merupakan tokoh
antagonis, namun peserta didik menjawabnya tokoh protagonis.
Ketiga, mengenai alur. Peserta didik sudah memahami mengenai
alur cerita “Semut dan Belalang” yaitu alur maju, maka mendapatkan
skor 5. Keempat, mengenai latar cerita. Peserta didik mendapatkan skor
2, dikarenakan hanya menyebutkan latar tempat yakni hutan tanpa
menyebutkan jenis latar waktu dan suasana.
Kelima, mengenai sudut pandang. Sudut pandang yang ditulis
oleh peserta didik yakni sudut pandang orang ketiga. Skor yang
didapatkan ialah 5, karena peserta didik sudah mampu menganalisis
57

sudut pandang cerita fabel “Semut dan Belalang”. Keenam, mengenai


amanat yang terkandung di dalam cerita. Peserta didik mendapatkan
skor 1 yaitu tidak ada unsur yang benar, karena peserta didik tidak
menuliskan hasil analisis jawabannya.

2. Nama : Aldi Adian Husaini


Tabel 4.5
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aldi Adian Husaini

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 90

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 27. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 93,33%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik sekali. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan
aspek penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatkan skor 5,
karena peserta didik sudah memahami dengan sangat baik tema yang
terkandung dalam cerita fabel “Semut dan Belalang”. Peserta didik
menuliskan hasil analisisnya yakni tolong menolong dan bekerja keras.
Fabel “Semut dan Belalang” mengangkat tema tolong menolong antar
sesama binatang tanpa terkecuali, termasuk belalang yang pernah
58

mengejek semut kecil. Kedua, mengenai tokoh dan penokohan. Skor


yang didapatkan oleh peserta didik adalah 4. Skor tersebut didapatkan
karena hasil analisis yang dilakukan peserta didik masih kurang tepat.
Peserta didik tidak menyebutkan dan menjelaskan mengenai tokoh ratu
semut, dan terdapat kekeliruan dalam analisis penokohan tokoh tupai.
Ketiga, mengenai alur. Analisis yang dilakukan oleh peserta
didik dalam menentukan alur cerita mendapatkan skor 5. Peserta didik
sudah memahami mengenai jalannya alur sebuah cerita. Keempat,
mengenai latar. Peserta didik mendapatkan skor 3 dalam melakukan
analisis latar, hal ini dikarenakan peserta didik kurang tepat dalam
menentukan latar suasana (sengsara) dan latar waktu. Latar waktu yang
dituliskan kurang tepat yakni siang hari, sedangkan dalam fabel “Semut
dan Belalang” latar waktu yang tepat yaitu musim panas dan musim
dingin.
Kelima, mengenai sudut pandang. Peserta didik sudah
memahami sudut pandang fabel tersebut yaitu orang ketiga, sehingga
skor yang didapatkan 5. Keenam, mengenai amanat. Skor untuk amanat
fabel “Semut dan Belalang” adalah 5. Peserta didik menuliskan hasil
analisisnya yakni, ketika kita bersenang-senang, jangan lupa akan hari
esok dan kita harus kerja keras dan saling tolong. Fabel “Semut dan
Belalang” mengandung nilai moral salah satunya terletak pada tokoh
belalang. Tokoh belalang hanya bersenang-senang tanpa memikirkan
hari musim dingin yang akan datang, dimana makanan yaitu dedaunan
tertutup oleh salju.

3. Nama : Aliya Azzahra Muchni


Tabel 4.6
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aliya Azzahra Muchni

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
59

1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 23. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 76,66 %, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Skor 1 didapatkan oleh peserta didik,
karena hasil analisis tema untuk fabel yang berjudul “Semut dan
Belalang” kurang tepat. Hasil analisis tema yang ditulis oleh peserta
didik adalah belalang yang pemalas dan semut yang rajin. Kedua,
mengenai tokoh dan penokohan. Peserta didik mendapatkan skor 4,
karena peserta didik hanya menyebutkan nama tokoh tupai dan ratu
semut namun tidak menjelaskan perwatakan tokoh-tokoh tersebut.
Adapun, untuk menentukan tokoh dan penokohan semut dan belalang
sudah tepat.
Ketiga, mengenai alur. Berdasarkan hasil analisis alur yang
dilakukan peserta didik maka skor yang didapatkan adalah 5. Peserta
didik sudah memahami jalannya sebuah cerita fabel, analisis alur yang
ditulis oleh peserta didik adalah alur maju. Keempat, mengenai latar
cerita. Skor 4 untuk analisis latar cerita, karena peserta didik hanya
menyebutkan latar tempat (hutan) dan latar waktu (musim panas).
Kelima, mengenai sudut pandang. Peserta didik sudah mampu
dan memahami sudut pandang penceritaan fabel “Semut dan Belalang”
60

yaitu sudut pandang ke 3. Skor yang didapatkan peserta didik untuk


analisis sudut pandang yaitu 5. Keenam, mengenai amanat cerita.
Peserta didik mendapatkan skor 4 untuk analisis amanat, hal ini
dikarenakan peserta didik tidak menjelaskan mengenai dampak yang
akan terjadi jika telah melakukan sesuatu, guna lebih tersampaikan
pesan moral yang terkandung. Peserta didik menuliskan hasil
analisisnya yakni, jangan lah bermalas-malasan.

4. Nama : Amalia Ervi Rahmadini


Tabel 4.7
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Amalia Ervi Rahmadini

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 73,33

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 22. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 73,3%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori cukup. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatkan skor 1,
karena hasil analisis tema untuk fabel yang berjudul “Semut dan
Belalang” kurang tepat. Hasil analisis tema yang ditulis oleh peserta
61

didik adalah kebaikan. Kedua, mengenai tokoh dan penokohan. Peserta


didik mendapatkan skor 3 untuk analisis tokoh dan penokohan. Hal ini
dikarenakan, peserta didik peserta didik hanya menyebutkan dan
menjelaskan mengenai tokoh dan penokohan belalang dan semut.
Ketiga, mengenai alur. Skor untuk analisis alur cerita fabel
“Semut dan Belalang” adalah 5. Peserta didik sudah memahami alur
cerita fabel tersebut yaitu alur maju. Keempat, mengenai latar cerita.
Peserta didik hanya menjelaskan mengenai latar tempat dan latar waktu,
sehingga mendapatkan skor 3 untuk analisis latar. Hasil analisis yang
ditulis peserta didik yakni latar tempat (hutan) dan latar waktu (musim
panas, dingin).
Kelima, mengenai sudut pandang. Peserta didik sudah mampu
dan memahami analisis sudut pandang penceritaan. Hasil analisis untuk
sudut pandang penceritaan fabel “Semut dan Belalang” adalah sudut
pandang orang ketiga. Keenam, mengenai amanat yang terkandung
dalam cerita. Skor untuk analisis amanat cerita yang telah dilakukan
peserta didik adalah 4. Hasil analisis yang telah ditulis peserta didik
adalah jangan bermalas-malasan. Analisis amanat yang telah dilakukan
peserta didik sudah tepat, namun akan lebih baik jika peserta didik
menjelaskan mengenai efek dari jangan bermalas-malasan.

5. Nama : Aqila Humaira Arrasy


Tabel 4.8
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aqila Humaira Arrasy

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan ×100
2. 30
Penokohan = 73,33
3. Alur √
62

4. Latar √

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 22. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 73,33%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori cukup. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema cerita fabel. Peserta didik
mendapatkan skor 1 untuk tema, dikarenakan peserta didik belum
mampu untuk menentukan tema yang terkandung. Tema yang
dituliskan oleh peserta didik adalah penyesalan belalang terhadap apa
yang dilakukannya terhadap semut. Sedangkan, tema untuk fabel
“Semut dan Belalang” adalah tolong menolong. Kedua, mengenai tokoh
dan penokohan. Skor yang didapatkan oleh peserta didik adalah 4. Skor
tersebut didapatkan karena hasil analisis yang dilakukan peserta didik
masih kurang tepat. Peserta didik tidak menyebutkan dan menjelaskan
mengenai karakter tokoh ratu semut dan tupai.
Ketiga, mengenai alur cerita. Peserta didik mendapatkan skor 5,
karena sudah mampu menentukan jalannya alur cerita fabel tersebut
yaitu alur maju. Keempat, mengenai latar. Peserta didik mendapatkan
skor 2 untuk latar. Hal ini dikarenakan peserta didik hanya menuliskan
latar tempat yakni hutan, tanpa menjelaskan latar lainnya.
Kelima, mengenai sudut pandang. Sudut pandang yang ditulis
oleh peserta didik yakni sudut pandang orang ketiga. Skor yang
didapatkan ialah 5, karena peserta didik sudah mampu menganalisis
sudut pandang cerita fabel “Semut dan Belalang”. Keenam, mengenenai
amanat cerita. Skor yang didapatan peserta didik ialah 5, peserta sudah
mampu mendapatkan amanat atau pesan moral yang disampaikan oleh
63

cerita fabel “Semut dan Belalang”. Amanat yang dituliskan oleh peserta
didik, yaitu “kita tidak boleh menyepelekan apa yang sedang dilakukan
seseorang untuk keberhasilan. Janganlah bermalas-malasan jika ingin
mendapatkan apa yang kita mau”. Fabel “Semut dan Belalang”
mengajarkan kepada penonton bahwa usaha tidak akan menghianati
hasil, hal ini terbukti dari tokoh semut kecil yang tetap mengumpulkan
makanan di saat musim panas untuk persiapan musim dingin, walaupun
mendapat ejekan dari belalang.

6. Nama : Aska
Tabel 4.9
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Aska

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 23. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 76,66%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Tema yang ditulis peserta didik
mendapatkan skor 5. Peserta didik sudah termasuk sangat baik dalam
64

menentukan tema dari fabel “Semut dan Belalang” yaitu saling


membantu dan persahabatan. Fabel “Semut dan Belalang”
menceritakan mengenai rombongan binatang yang saling membantu,
contohnya tokoh belalang yang mengejek semut karena saat musim
panas hanya mengumpulkan makanan tanpat bersenang-senang, namun
kemudian belalang membantu memindahkan makanan yang terjatuh ke
punggung semut kecil. Kedua, mengenai tokoh dan penokohan. Peserta
didik mendapatkan skor 4 untuk analisis tokoh dan penokohan. Skor
tersebut didapatkan karena peserta didik tidak menyebutkan dan
menjelaskan perwatakan tokoh ratu semut.
Ketiga, mengenai alur cerita. Peserta didik sudah mampu
menganalisis alur fabel “Semut dan Belalang” yaitu alur maju, sehingga
mendapatkan skor 5 untuk alur. Keempat, mengenai latar cerita fabel.
Peserta didik mendapatkan skor 4, hal ini karena terdapat kesalahan
dalam analisis latar suasana. Latar suasa yang dituliskan oleh peserta
didik ialah kedinginan.
Kelima, mengenai sudut pandang. Peserta didik mendapatkan
skor 1 untuk sudut pandang, dikarenakan peserta didik tidak
menuliskan hasil analisisnya mengenai sudut pandang. Keenam,
mengenai amanat cerita fabel. Skor yang didapatkan peserta didik ialah
4, dikarenakan peserta didik tidak menjelaskan mengenai dampak yang
akan terjadi jika telah melakukan sesuatu. Peserta didik menuliskan
hasil analisis amanat cerita yakni, jangan males-malesan. Fabel ini
memiliki nilai moral atau amanat yaitu bahwa rasa malas hanya akan
membawa kesengsaraan di masa depan. Hal ini, dilihat dari tokoh
belalang yang hanya bermalas-malasan dan bernyanyi saat musim
panas, kemudian saat musim dingin tiba ia tidak mempunyai persiapan
apapun.
65

7. Nama : Danindra Rachma Anjani


Tabel 4.10
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Danindra Rachma Anjani

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 23. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 76,66%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatkan skor 3,
dikarenakan kurang tepat dalam melakukan analisis. Hasil analisis yang
ditulis oleh peserta didik adalah bantuan semut, sedangkan tema untuk
fabel “Semut dan Belalang” yakni tolong menolong. Kedua, mengenai
tokoh dan penokohan. Hasil yang didapatkan untuk analisis tokoh dan
penokohan adalah 4. Hal ini dikarenakan, peserta didik tidak
menyebutkan tokoh dan menjelaskan perwatakan tokoh ratu semut,
serta terdapat kesalahan dalam menentukan perwatakan tokoh tupai.
Ketiga, mengenai alur cerita. Hasil analisis yang dilakukan oleh
peserta didik dalam menganalisis alur cerita mendapatkan skor 5. Hasil
yang ditulis adalah alur maju, hal ini membuktikan bahwa peserta didik
66

sudah memahami dalam menentukan alur cerita. Keempat, mengenai


latar cerita. Peserta didik mendapatkan skor 2 untuk analisis latar.
Peserta didik menyebutkan latar tempat dan suasana, namun hanya
analisis latar tempat yang tepat jawabannya (hutan). Untuk analisis latar
suasana, peserta didik masih kurang tepat yaitu senang, dingin.
Kelima, mengenai hasil analisis sudut pandang yang
mendapatkan skor 5. Peserta didik sudah mampu dalam menentukan
sudut pandang penceritaan yaitu sudut pandang ke tiga. Keenam,
mengenai analisis amanat. Skor yang didapatkan adalah 4. Hal ini,
dikarenakan peserta didik tidak menjelaskan mengenai dampak yang
akan terjadi jika telah melakukan sesuatu, guna lebih tersampaikan
amanat yang terkandung. Peserta didik menuliskan hasil analisisnya
adalah jangan bermalas-malasan.

8. Nama : Khlarisya Alya Mukhbita Jayarahmadi


Tabel 4.11
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Khlarisya Alya Mukhbita J.

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 93.33

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 28. Hal ini berarti peserta
67

didik mampu mengerjakan 93,33%, artinya peserta didik masuk ke


dalam kategori baik sekali. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan
aspek penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Skor yang didapatkan peserta didik
adalah 5. Peserta didik telah memahami untuk analisis tema yang
terkandung dalam fabel yang berjudul “Semut dan Belalang”. Hasil
analisis yang ditulis oleh peserta didik adalah bekerja keras dan tolong
menolong. Kedua, mengenai tokoh dan penokohan. Peserta didik sudah
mampu dalam menyebutkan dan menjelaskan perwatakan tokoh, namun
terdapat kesalah dalam menganalisis perwatakan tokoh tupai yaitu
antagonis, dan tidak menyebutkan tokoh dan perwatakan tokoh ratu
semut.
Ketiga, mengenai alur cerita fabel “Semut dan Belalang” yaitu
mendapatkan skor 5. Alur yang dituliskan oleh peserta didik,
berdasarkan analisis tersebut peserta didik sudah mampu memahami
alur cerita yaitu alur maju. Keempat, mengenai latar cerita. Peserta
didik sudah memahami dalam analisis latar tempat (hutan) dan latar
waktu (musim panas). Namun, peserta didik tidak menganalisis latar
suasana, sehingga mendapatkan skor 4 untuk analisis latar.
Kelima, mengenai analisis sudut pandang yang mendapatkan
skor 5. Hal ini, peserta didik sudah memahami dalam analisis sudut
pandang fabel “Semut dan Belalang” adalah sudut pandang orang
ketiga. Keenam, mengenai amanat cerita. Hasil analisis amanat yang
telah ditulis oleh peserta didik adalah jangan bermalas-malasan dan
selalu pikirkan masa depan. Berdasarkan analisis tersebut skor yang
didapatkan adalah 5, karena peserta didik sudah mampu menemukan
amanat yang terkandung dalam fabel.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan peserta didik,
peserta didik mengatakan bahwa dirinya menyukai model pembelajaran
TPS dan penggunaan media YouTube dalam pembelajaran unsur
intrinsik fabel. Hal tersebut dapat dibuktikan saat peserta didik
68

menjawab pertanyaan dengan mengatakan, “kita bisa memahami unsur


instrinsik di dalam eee cerita atau film itu bu, jadi eee ya gitu terus abis
itu kita bisa langsung tau alurnya gimana, isinya gimana pokoknya
seru deh ka kalo misalkan diskusi sama nonton YouTube.” Jawaban
tersebut berpengaruh pada hasil analisis peserta didik yang sangat baik
karena peserta didik menyukai penggunaan model dan media
pembelajaran yang dipakai.1

9. Nama : Latifa Maiza Azyb


Tabel 4.12
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Latifa Maiza Azyb

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 70

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 21. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 70%, artinya peserta didik masuk ke dalam
kategori baik sekali. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema cerita fabel. Peserta didik
mendapatkan skor 1 untuk analisis tema, dikarenakan peserta didik
1
Wawancara dengan Khlarisya Alya Mukhbita Jayarahmadi Melalui Seluler, Depok: 6
November 2020, Pukul 18.59.
69

belum mampu untuk menentukan tema yang terkandung. Tema yang


dituliskan oleh peserta didik adalah bekerja keras. Sedangkan, tema
untuk fabel “Semut dan Belalang” adalah tolong menolong. Kedua,
mengenai tokoh dan penokohan. Skor 4 didapatkan peserta didik, hal
ini dikarenakan hasil analisis peserta didik terdapat kesalahan dalam
menentukan perwatakan tokoh tupai, dan untuk analisis tokoh lainnya
beserta perwatakannya sudah tepat.
Ketiga, mengenai alur cerita. Peserta didik sudah mampu dalam
menentukan alur cerita fabel “Semut dan Belalang” yaitu alur maju.
Skor 5 yang didapatkan untuk analisis latar cerita. Keempat, mengenai
latar cerita. Skor 2 didapatkan peserta didik untuk analisis latar, hal ini
dikarenakan peserta didik hanya menuliskan mengenai latar tempat
yaitu hutan. Peserta didik tidak menjelaskan untuk latar waktu dan
suasana.
Kelima, mengenai sudut pandang. Hasil analisis peserta didik
untuk sudut pandang adalah sudut pandang orang ketiga. Berdasarkan
hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik sudah
memahami dalam menentukan sudut pandang dan mendapatkan skor 5.
Keenam, mengenai amanat. Hasil analisis yang ditulis oleh peserta
didik adalah harus bekerja keras dan tidak bermalas-malasan. Peserta
didik sudah tepat dalam analisis amanat yang terkandung dalam fabel,
namun tidak menjelaskan mengenai dampak yang ditimbulkan setelah
bekerja keras dan tidak bermalas-malasan. Penjelasan efek tersebut
sangat penting karena pembaca dapat dengan mudah untuk memahami
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
70

10. Nama : Mohammad Atandra Denaya


Tabel 4.13
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Mohammad Atandra Denaya

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 86,66

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 26. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 86,66%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik sekali. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan
aspek penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema fabel “Semut dan Belalang”. Tema
yang telah dianalisis oleh peserta didik mendapatkan skor 5. Peserta
didik sudah memahami dalam melakukan analisis tema, tema yang
dituliskan oleh peserta didik ialah tolong menolong dan bekerja keras.
Kedua, mengenai tokoh dan penokohan. Peserta didik dalam analisis
tokoh dan penokohan fabel “Semut dan Belalang” mendapatkan skor 3.
Hal ini dikarenakan, peserta didik tidak menyebutkan dan menjelaskan
mengenai tokoh tupai dan ratu semut.
Ketiga, mengenai alur cerita. Peserta didik mendapatkan skor 5
untuk analisis alur. Analisis alur cerita fabel “Semut dan Belalang”
yang telah dilakukan peserta didik sudah sangat tepat yaitu alur maju.
71

Keempat, mengenai latar cerita. Peserta didik menganalisis latar tempat


dan waktu. Latar tempat yang dituliskan peserta didik sudah tepat yakni
hutan, namun untuk latar waktu yang dituliskan kurang tepat yaitu
siang hari. Latar waktu “Semut dan Belalang” mempunyai latar waktu
yang spesifik yaitu musim panas dan musim dingin. Skor yang
didapatkan peserta didik untuk latar yaitu 4, karena kurang tepat dalam
analisis latar waktu dan tidak melakukan analisis latar suasana.
Kelima, mengenai sudut pandang. Peserta didik mendapatkan
skor 5, karena sudah mampu dan memehami dalam melakukan analisis
sudut pandang yaitu sudut pandang orang ketiga. Keenam, mengenai
amanat cerita. Skor untuk analisis amanat yaitu 5, peserta didik sudah
mampu memahami amanat yang terkandung di dalam cerita. Amanat
yang dituliskan peserta didik yakni, kita tidak boleh sombong atas apa
yang ada, dan kita harus ingat hari esok.

11. Nama : Muhammad Fahrur Hariz


Tabel 4.14
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Muhammad Fahrur Hariz

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 93,33

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √
72

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 28. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 93,33%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik sekali. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan
aspek penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatakan skor 5
untuk analisis tema, karena sudah mampu dan tepat dalam menentukan
tema fabel tersebut. Hasil analisis tema yang dituliskan oleh peserta
didik yakni, tolong menolong dan saling membantu. Kedua, mengenai
tokoh dan penokohan. Terdapat kesalahan dalam melakukan analisis
penokohan belalang, jadi skor yang didapatkan adalah 4.
Ketiga, mengenai alur cerita. Peserta didik sudah mampu
menganalisis alur fabel “Semut dan Belalang” yaitu alur maju, sehingga
mendapatkan skor 5 untuk analisis alur cerita. Keempat, mengenai latar.
Analisis latar yang dilakukan peserta didik mendapatkan skor 4. Hal ini
dikarenakan terdapat kesalahan dalam analisis latar suasana. Hasil
analisis yang dituliskan oleh peserta didik unuk latar suasana adalah
damai.
Kelima, mengenai sudut pandang. Skor 5 didapatkan peserta
didik untuk analisis sudut pandang. Peserta didik sudah memahami
sudut pandang penceritaan jadi mampu melakukan analisis sudut
pandang dengan baik. Sudut pandang yang dituliskan oleh peserta didik
adalah sudut pandang orang ketiga. Keenam, mengenai amanat cerita.
Peserta mendapatkan skor 5, karena mampu memahami amanat yang
terkandung dalam fabel. Amanat yang ditulis oleh peserta didik adalah
pikirilah masa depanmu, jangan bermalas-malasan dan saling
menolonglah satu sama lain.
73

12. Nama : Muhammad Qafka Athallah Triatmoko


Tabel 4.15
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Muhammad Qafka Athallah T.

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 23. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 76,66%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Hasil analisis tema yang sudah
dilakukan peserta didik mendapatkan skor 1. Hal ini dikarenakan
peserta didik belum mampu untuk menentukan tema yang terkandung
di dalam fabel “Semut dan Belalang”. Tema yang ditulis oleh peserta
didik adalah persahabatn. Kedua, mengenai tokoh dan penokohan. Skor
4 untuk analisis tokoh dan penokohan. Peserta didik sudah memahami
dalam analisis tokoh dan penokohan, namun terdapat satu tokoh yang
tidak disebutkan dan dijelaskan perwatakannya yaitu tokoh ratu semut.
Ketiga, mengenai alur cerita. Peserta didik sudah memahami
jalannya sebuah cerita fabel, hal ini terbukti dari hasil analisis alur yang
dilakukan peserta didik untuk fabel “Semut dan Belalang”. Hasil
74

analisis alur cerita yang ditulis oleh peserta didik adalah alur maju.
Keempat, mengenai latar cerita. Peserta didik sudah memahami dalam
analisis latar cerita, namun terdapat kesalahan dalam analisis latar
suasana yakni senang dan tegang. Hasil analisis latar lainnya sudah
tepat yaitu latar tempat (hutan) dan latar waktu (musim panas dan
dingin). Berdasarkan analisis tersebut, skor yang didapatkan oleh
peserta didik adalah 4.
Kelima, mengenai sudut pandang. Skor 5 untuk analisis sudut
pandang, karena peserta didik sudah memami dalam analisis sudut
pandang sebuah cerita. Hasil analisis sudut pandang peserta didik yaitu
sudut pandang orang ketiga. Keenam, mengenai amanat cerita. Hasil
analisis amanat yang ditulis peserta didik adalah jangan bermalas-
malas. Peserta didik sudah mampu dalam analisis amanat cerita, namun
kurang penjelasan mengenai dampak yang terjadi jika setelah jangan
bermalas-malas.

13. Nama : Nabila Khairunnisa W


Tabel 4.16
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nabila Khairunnisa W

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √
75

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 23. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 76,66%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatkan skor 1.
Peserta didik belum memahami dalam analisis suatu tema yang
terkandung dalam suatu fabel. Analisis tema yang dituliskan oleh
peserta didik adalah persahabatan semut dan belalang. Kedua,
mengenai tokoh dan penokohan mendapatkan skor 4. Terdapat
kesalahan dalam melakukan analisis watak tokoh tupai (antagonis),
namun untuk penokohan tokoh lainnya sudah tepat.
Ketiga, mengenai alur. Peserta didik mendapatkan skor 5,
karena sudah memahami jalannya sebuah cerita. Hasil analisis alur
yang telah dilakukan peserta didik adalah alur maju. Keempat,
mengenai latar cerita. Skor untuk analisis latar adalah 4. Peserta didik
sudah mampu dan memahami dalam melakukan analisis alur, namun
terdapat kesalahan untuk latar suasa. Latar suasana yang dituliskan
peserta didik, yakni senang dan sedih.
Kelima, mengenai sudut pandang. Sudut pandang yang telah
dianalisis oleh peserta didik mendapatkan skor 5. Peserta didik sudah
mampu dalam menganalisis sudut pandang penceritaan. Keenam,
mengenai amanat. Peserta didik mendapatkan skor 4 untuk analisis
amanat. Hasil analisis amanat yang ditulis peserta didik adalah kita
tidak boleh sombong dan bermalas-malasan.
76

14. Nama : Nashwa Aqeela Shahab


Tabel 4.17
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nashwa Aqeela Shahab

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 70

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 21. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 70%, artinya peserta didik masuk ke dalam
kategori cukup. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek penilaian
yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Skor 1 didapatkan oleh peserta didik,
karena hasil analisis tema untuk fabel yang berjudul “Semut dan
Belalang” kurang tepat. Hasil analisis tema yang ditulis oleh peserta
didik adalah kebaikan. Kedua, mengenai hasil analisis tokoh dan
penokohan yang telah dilakukan oleh peserta didik mendapatkan skor 3.
Hal ini dikarenakan analisis penokohan yang telah dilakukan peserta
didik masih kurang tepat yakni belalang (pemarah), semut (rajin), tupai
(pemarah). Selain itu, peserta didikjuga tidak menyebutkan tokoh ratu
semut serta perwatakannya.
Ketiga, mengenai alur cerita. Hasil analisis alur cerita fabel
“Semut dan Belalang” yang telah ditulis oleh peserta didik adalah alur
77

maju. Berdasarkan hasil analisis tersebut skor 5 yang didapatkan oleh


peserta didik untuk alur. Keempat, mengenai latar cerita. Peserta didik
mendapatkan skor 2 untuk analisis latar, dikarenakan peserta didik
hanya menyebutkan latar tempat yaitu hutan. Adapun untuk latar
lainnya yaitu latar waktu dan latar suasana tidak dijelaskan peserta
didik.
Kelima, mengenai sudut pandang. Skor untuk analisis sudut
pandang yang dilakukan oleh peserta didik adalah 5. Peserta didik
sudah mampu dan memahami dalam menganalisis sudut pandang cerita
fabel “Semut dan Belalang” yakni sudut pandang orang ketiga.
Keenam, mengenai amanat cerita. Peserta didik sudah mampu dalam
menentukan amanat yang terkandung dalam cerita. Hasil analisis
amanat yang ditulis oleh peserta didik adalah janganlah jadi sombong
dan berbaiklah kepada orang lain dan jangan jadi pemalas.

15. Nama : Nashwa Kanitha Aziizah


Tabel 4.18
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nashwa Kanitha Aziizah

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal
1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 66,66

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √
78

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 20. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 66,66%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori cukup. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatkan skor 1,
karena kurang tepat dalam menganalisis tema. Hasil analisis tema yang
telah ditulis oleh peserta didik adalah kebaikan, sedangkan tema untuk
fabel yang berjudul “Semut dan Belalang” yakni tolong menolong
ataupun pelajaran hidup. Kedua, mengenai tokoh dan penokohan
mendapatkan skor 3. Hasil analisis tokoh yang telah ditulis oleh peserta
didik yaitu belalang, semut, dan tupai, namun tidak menyebutkan
mengenai ratu semut. Adapun untuk penokohan yang sudah dianalisis,
peserta didik masih kurang mampu untuk menentukan perwatakan
tokoh.
Ketiga, mengenai alur cerita fabel “Semut dan Belalang” yaitu
mendapatkan skor 5. Alur yang dituliskan oleh peserta didik,
berdasarkan analisis tersebut peserta didik sudah mampu memahami
alur atau jalannya cerita yaitu alur maju. Keempat, mengenai latar
cerita. Skor yang didapatkan peserta didik adalah 2. Hal ini
dikarenakan, peseta didik hanya menyebutkan latar tempat (hutan dan
rumah semut), sedangkan untuk latar waktu terdapat kesalahan dalam
analisis yakni musim hujan. Latar suasana tidak dianalisis oleh peserta
didik.
Kelima, mengenai sudut pandang. Peserta didik sudah mampu
dalam menganalisis sudut pandang yaitu sudut pandang orang ketiga
yang serba tahu. Berdasarkan analisis tersebut skor untuk sudut
pandang yang didapatkan adalah 5. Keenam, mengenai amanat. Skor 4
untuk analisis amanat yang terkandung dalam cerita. Hasil yang ditulis
oleh peserta didik adalah jangan bermalas-malasan.
79

16. Nama : Nesya Khairunisa


Tabel 4.19
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Nesya Khairunisa

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal

1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 90

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 27. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 90%, artinya peserta didik masuk ke dalam
kategori baik sekali. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Hasil analisis tema peserta didik
mendapatkan skor 5. Peserta didik sudah memahami dalam melakukan
analisis tema fabel “Semut dan Belalang” adalah saling membantu.
Fabel “Semut dan Belalang” menceritakan mengenai biatang yang tetap
membantu binatang lainnya, walaupun binatang tersebut sudah
mengejeknya. Kedua, mengenai analisis tokoh dan penokohan yang
mendapatkan skor 4. Peserta didik kurang tepat dalam menjelaskan
mengenai perwatakan tokoh tupai, hasil analisis tokoh tupai ditulis oleh
peserta didik merupakan tokoh yang memiliki watak pemarah,
80

Ketiga, mengenai alur. Peserta didik sudah mampu dalam


memahami dan analisis jalannya sebuah cerita, skor yang didapatkan
untuk alur adalah 5. Hasil analisis alur yang ditulis oleh peserta didik
adalah alur maju. Keempat, mengenai latar cerita. Skor 4 untuk analisis
latar, karena peserta didik tidak menganalisis latar suasana. Namun,
untuk latar lainnya peserta didik sudah tepat melakukan analisis, yakni
latar waktu (musim dingin) dan latar tempat (di bawah pohon, hutan).
Kelima, mengenai sudut pandang. Sudut pandang hasil analisis
peserta didik sangat tepat yaitu sudut pandang orang ke tiga. Skor yang
didapatkan untuk sudut pandang adalah 5. Keenam, mengenai hasil
analisis amanat yang dilakukan peserta didik mendapatkan skor 4. Hal
ini, dikarenakan peserta didik tidak menjelaskan mengenai dampak
yang akan terjadi jika telah melakukan sesuatu, guna lebih
tersampaikan amanat yang terkandung. Peserta didik menuliskan hasil
analisisnya yaitu jangan malas.

17. Nama : Rameyza Afrahalya


Tabel 4.20
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Rameyza Afrahalya

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal

1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 76,66

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √
81

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 23. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 76,66%, artinya peserta didik masuk ke
dalam kategori baik. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.

Pertama, mengenai tema. Peserta didik belum mampu dan


memahami dalam menentukan sebuah tema cerita, skor yang
didapatkan adalah 1. Hasil analisis tema yang telah dilakukan oleh
peserta didik adalah kebaikan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan peserta didik, peserta didik mengatakan bahwa dirinya
mengalami kesulitan dalam menentukan tema cerita “Saya ada
beberapa yang sulit, ada beberapa juga yang engga sulit. Nah kalo
saya itu kesulitannya tuh di milih temanya”.2 Kedua, mengenai tokoh
dan penokohan. Skor 3 untuk analisis tokoh dan penokohan, karena
peserta didik kurang tepat dalam menentukan perwatakan setiap tokoh
yaitu belalang (pemalas), semut (rajin), dan tupai (pemarah). Selain itu,
peserta didik juga tidak menyebutkan dan menjelaskan tokoh ratu
semut.
Ketiga, mengenai alur cerita. Analisis yang dilakukan oleh
peserta didik dalam menentukan alur cerita mendapatkan skor 5.
Peserta didik sudah memahami mengenai jalannya alur sebuah cerita.
Keempat, mengenai latar cerita. Hasil analisis latar yang ditulis oleh
peserta didik adalah latar tempat (hutan) dan latar waktu (musim
dingin). Peserta didik tidak menyebutkan analisis latar suasana,
berdasarkan hasil analisis latar cerita yang telah dilakukan, maka skor
yang didapatkan adalah 4.
Kelima, mengenai sudut pandang. Sudut pandang yang ditulis
oleh peserta didik yakni sudut pandang orang ketiga. Skor yang
didapatkan ialah 5, karena peserta didik sudah mampu menganalisis

2
Wawancara dengan Rameyza Afrahalya Melalui Seluler, Depok: 6 November 2020,
Pukul 18.59.
82

sudut pandang cerita fabel “Semut dan Belalang”. Keenam, mengenenai


amanat cerita. Skor yang didapatan peserta didik ialah 5, peserta sudah
mampu mendapatkan amanat atau pesan moral yang disampaikan oleh
cerita fabel “Semut dan Belalang”. Amanat yang dituliskan oleh peserta
didik, yaitu “janganlah sombong dan berbaiklah kepada orang
walaupun orang itu tidak baik, dan jangan bermalas-malasan”.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan peserta didik,
peserta didik mengatakan bahwa dirinya menyukai model pembelajaran
TPS dan penggunaan media YouTube dalam pembelajaran unsur
intrinsik fabel. Hal tersebut dapat dibuktikan saat peserta didik
menjawab pertanyaan dengan mengatakan, “Nah kalo saya lebih suka
ke tugas yang kerja kelompok itu sih dari pada yang individu” dan
“kalo pake media gitu jadinya lebih antusias sih meratiinnya dan engga
bosen juga kayak yang lebih menarik, lebih seru”. Jawaban tersebut
berpengaruh pada hasil analisis peserta didik yang termasuk dalam
kategori baik karena peserta didik menyukai penggunaan model dan
media pembelajaran yang dipakai.3

18. Nama : Rayyan Fahrezi Suwarna


Tabel 4.21
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Rayyan Fahrezi Suwarna

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal

1. Tema √

Tokoh dan
2. ×100
Penokohan 30
= 90
3. Alur √

4. Latar √

3
Ibid.,Wawancara dengan Rameyza Afrahalya.
83


Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 27. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 90%, artinya peserta didik masuk ke dalam
kategori baik sekali. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatkan skor 5
untuk analisis tema, karena sudah memahami tema dari fabel yang
berjudul “Semut dan Belalang”. Hasil analisis tema yang ditulis peserta
didik yakni saling membantu. Kedua, mengenai tokoh dan penokohan.
Skor yang didapatkan oleh peserta didik adalah 4. Skor tersebut
didapatkan karena hasil analisis mengenai penokohan belalang yang
dilakukan peserta didik masih kurang tepat. Hasil yang dituliskan
peserta didik adalah tokoh belalang memiliki perwatakan yang
protagonis.
Ketiga, mengenai alur cerita. Skor yang didapatkan peserta didik
adalah 5. Peserta didik sudah memahami jalan cerita fabel “Semut dan
Belalang” yaitu alur maju. Keempat, mengenai latar cerita “Semut dan
Belalang” mendapatkan skor 4. Peserta didik sudah mampu memahami
mengenai latar tempat (hutan) dan latar waktu (musim panas dan
musim dingin). Namun, terdapat kesalahan dalam melakukan analisis
latar suasana yaitu damai.
Kelima, mengenai sudut pandang. Peserta didik sudah
memahami mengenai sudut pandang, yaitu sudut pandang orang ketiga.
Hasil analisis sudut pandang yang sudah dilakukan peserta didik
mendapatkan skor 5. Keenam, mengenai amanat cerita. Skor yang
didapatkan untuk analisis amanat adalah 4. Hasil analisis amanat yang
84

ditulis oleh peserta didik yakni jangan bermalas-malasan. Peserta didik


tidak menjelaskan dampak yang terjadi jika bermalas-malasan.

19. Nama : Shafa Zianka Quamila Ardiatna N


Tabel 4.22
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Shafa Zianka Quamila Ardiatna

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal

1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 80

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 24. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 80%, artinya peserta didik masuk ke dalam
kategori baik. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek penilaian
yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatkan skor 1,
karena belum mampu dan memahami tema dalam sebuah cerita fabel.
Hasil analisis tema yang ditulis oleh peserta didik adalah persiapan
musim dingin dan musim panas. Kedua, mengenai tokoh dan
penokohan. Peserta didik sudah memahami perwatakan tokoh dengan
sangat baik, serta dapat menyebutkan toko-tokohh yang terdapat dalam
fabel “Semut dan Belalang” dengan lengkap. Hasil analisis tokoh dan
85

penokohan peserta didik, yakni belalang (antagonis), semut


(protagonis), ratu semut (protagonis), dan tupai (protagonis).
Ketiga, mengenai alur cerita. Peserta didik sudah memahami
mengenai jalan cerita sebuah fabel, sehingga mendapatkan skor 5. Hasil
analisis mengenai alur cerita yang teah dilakukan peserta didik adalah
alur maju. Keempat, mengenai latar cerita. Skor untuk analisis latar
waktu, latar tempat, dan latar suasana adalah 4. Peserta didik tidak
melakukan analisis pada latar suasana. Hasil analisis yang ditulis adalah
latar tempat (hutan, sarang semut) dan latar waktu (musim panas dan
musim dingin).
Kelima, mengenai sudut pandang. Analisis sudut pandang
mendapatkan skor 5. Peserta didik sudah mampu dan memahami dalam
menentukan sudut pandang fabel “Semut dan Belalang” adalah sudut
pandang orang ketiga. Keenam, mengenai amanat yang terkandung
dalam cerita. Skor yang didapatkan adalah 4, karena peserta didik
hanya menuliskan hasil analisis kita harus rajin, namun tidak
menjelaskan mengenai dampak yang akan terjadi jika kita telah rajin.

20. Nama : Syahira Nabila Hafizh


Tabel 4.23
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Syahira Nabila Hafizh

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal

1. Tema √

Tokoh dan
2. ×100
Penokohan 30
= 60
3. Alur √

4. Latar √
86


Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 18. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 60%, artinya peserta didik masuk ke dalam
kategori cukup. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek penilaian
yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik belum mampu dan
memahami dalam menentukan sebuah tema cerita, skor yang
didapatkan adalah 1. Hasil analisis tema yang telah dilakukan oleh
peserta didik adalah belalang pemalas. Kedua, mengenai tokoh dan
penokohan. Skor 3 untuk analisis tokoh dan penokohan, karena peserta
didik kurang tepat dalam menentukan perwatakan setiap tokoh yaitu
belalang (mengejek semut kecil), semut kecil (khawatir), tupai
(terganggu), ratu semut (membantu)
Ketiga, mengenai alur. Peserta didik sudah mampu dalam
menentukan alur cerita, sehingga mendapatkan skor 5. Hasil analisis
alur cerita fabel “Semut dan Belalang” yang ditulis peserta didik adalah
alur maju. Keempat, mengenai latar cerita. Skor yang didapatkan untuk
analisis alur adalah 3. Hal ini dikarenakan peserta didik kurang mampu
dalam menganalisis latar cerita. Hasil analisis latar yang ditulis oleh
peserta didik adalah latar tempat (kebun, hutan), namun kurang tepat
dalam penulisan latar waktu (pagi, panas, dan dingin). Peserta didik
tidak menyebutkan latar suasana.
Kelima, mengenai sudut pandang. Peserta didik kurang mampu
dalam menganalisis sudut pandang, sehingga mendapatkan skor 1.
Berdasarkan hasil analisis yang ditulis oleh peserta didik adalah
belalang yang tidak peduli dan bermalas-malasan. Keenam, mengenai
amanat cerita. Peserta mendapatkan skor 5, karena mampu memahami
87

amanat yang terkandung dalam fabel. Amanat yang ditulis oleh peserta
didik adalah jangan bermalas-malasan walaupun suasana lagi nyaman.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan peserta didik,
peserta didik mengatakan bahwa dirinya menyukai model pembelajaran
TPS dan penggunaan media YouTube dalam pembelajaran unsur
intrinsik fabel. Hal tersebut dapat dibuktikan saat peserta didik
menjawab pertanyaan dengan mengatakan, “Menurut saya cocok dan
lebih jelas belajar secara diskusi, karena bisa tanya jawab dan bisa
bahas langsung materi yang kurang jelas”, namun peserta didik juga
mengatakan bahwa dirinya kurang teliti dalam menganalisis “saya
kurang teliti saja dengan jawabannya. Jadi saya perlu penjelasan lagi
miss”.4

21. Nama : Visatrio Daffa


Tabel 4.24
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Visatrio Daffa

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal

1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 90

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

4
Wawancara dengan Syahira Nabila Hafizh Melalui Seluler, Depok: 6 November 2020,
Pukul 18.59.
88

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 27. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 90%, artinya peserta didik masuk ke dalam
kategori baik sekali. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek
penilaian yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Tema yang dituliskan oleh peserta
didik yaitu saling membantu. Berdasarkan hasil analisis tema yang telah
dilakukan, maka peserta didik mendapatkan skor 5. Hal ini, karena
peserta didik sudah mampu dan memahami tema yang terkandung
dalam cerita fabel. Kedua, mengenai tokoh dan penokohan. Hasil
analisis peserta didik mengenai tokoh dan penokohan yaitu
mendapatkan skor 4. Peserta didik sudah mampu menyebutkan tokoh
dan menjelaskan perwatakan tokoh, namun terdapat satu tokoh yang
tidak dituliskan oleh peserta didik yaitu tokoh tupai.
Ketiga, mengenai alur cerita. Skor yang didapatkan yaitu 5,
peserta didik sudah memahami dalam analisis alur. Alur cerita fabel
“Semut dan Belalang” yakni alur maju. Keempat, mengenai latar cerita
fabel. Peserta didik mendapatkan skor 4, hal ini karena terdapat
kesalahan dalam analisis latar suasana. Latar suasa yang dituliskan oleh
peserta didik ialah dingin. Latar tempat dan latar waktu yang dituliskan
oleh peserta didik sudah tepat yaitu hutan dan musim panas, musim
dingin.
Kelima, mengenai sudut pandang. Sudut pandang hasil analisis
peserta didik sangat tepat yaitu sudut pandang orang ke tiga. Skor yang
didapatkan untuk sudut pandang adalah 5. Keenam, mengenai amanat
cerita. Peserta didik mendapatkan skor 4 untuk analisis amanat, hal ini
dikarenakan peserta didik tidak menjelaskan mengenai dampak yang
akan terjadi jika telah melakukan sesuatu, guna lebih tersampaikan
pesan moral yang terkandung. Peserta didik menuliskan hasil
analisisnya yakni, jangan bermalas-malasan.
89

22. Nama : Zahra Mahira Syahri Noor


Tabel 4.25
Penilaian Analisis Unsur Intrinsik Zahra Mahira Syahri Noor

Rentang Skor Jumlah


Aspek
No. Skor Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5 Maksimal

1. Tema √

Tokoh dan
2.
Penokohan

3. Alur √
×100
30
4. Latar √ = 80

Sudut
5.
Pandang

6. Amanat √

Berdasarkan hasil penelitian unsur intrinsik fabel “Semut dan


Belalang” peserta didik memperoleh skor 24. Hal ini berarti peserta
didik mampu mengerjakan 80%, artinya peserta didik masuk ke dalam
kategori baik. Hasil tersebut diuraikan sesuai dengan aspek penilaian
yang digunakan.
Pertama, mengenai tema. Peserta didik mendapatkan skor 1
untuk tema, dikarenakan peserta didik belum mampu untuk
menentukan tema yang terkandung. Tema yang dituliskan oleh peserta
didik adalah perisapan musim dingin. Sedangkan, tema untuk fabel
“Semut dan Belalang” adalah tolong menolong/pelajaran hidup. Kedua,
mengenai tokoh dan penokohan. Kedua, mengenai tokoh dan
penokohan. Peserta didik sudah sangat mampu dalam menganalisis
tokoh serta penokohan, skor yang didapatkan yaitu 5.
Ketiga, mengenai alur cerita fabel “Semut dan Belalang” yaitu
mendapatkan skor 5. Alur yang dituliskan oleh peserta didik,
90

berdasarkan analisis tersebut peserta didik sudah mampu memahami


alur atau jalannya cerita. Keempat, mengenai latar. Peserta didik
mendapatkan skor 4 untuk latar cerita. Hasil analisis yang dituliskan
peserta didik hanya menyebutkan latar waktu (musim dingin dan panas)
dan latar tempat (hutan). Latar suasana tidak dijelaskan oleh peserta
didik.
Kelima, mengenai sudut pandang. Sudut pandang yang telah
dianalisis peserta didik mendapatkan skor 5, peserta didik telah mampu
dan memahami analisi mengenai sudut pandang. Keenam, mengenai
amanat yaitu memiliki skor 4. Hasil analisis yang ditulis oleh peserta
didik adalah janganlah bermalas-malasan. Peserta didik sudah tepat
dalam analisis amanat yang terkandung dalam fabel, namun tidak
menjelaskan mengenai dampak yang ditimbulkan jika tidak bermalas-
malasan.
91

Tabel 4.26
Rekapitulasi Nilai Hasil Analisis Unsur Intrinsik Fabel Siswa Kelas VII-G
Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube

Komponen Penilaian Unsur


No. Nama Siswa Intrinsik Fabel Jumlah Predikat
I II III IV V VI
Abyan Ikram 73,33
1. 5 4 5 2 5 1 Cukup
Muhammad
2. Aldi Adian Husaini 5 4 5 4 5 5 90 Baik Sekali
Aliya Azzahra 76,66
3. 1 4 5 4 5 4 Baik
Muchni
Amalia Ervi 73,33
4. 1 3 5 4 5 4 Cukup
Rahmadini
Aqila Humaira 73,33
5. 1 4 5 2 5 5 Cukup
Arrasy
6. Aska 5 4 5 4 1 4 76,66 Baik
Athaya Fathii -
7. - - - - - - -
Zulkarnain
Danindra Rachma 76,66
8. 3 4 5 2 5 4 Baik
Anjani
Khlarisya Alya
9. Mukhbita 5 4 5 4 5 5 93,33 Baik Sekali
Jayarahmadi
10. Latifa Maiza Azyb 1 4 5 2 5 4 70 Cukup
Mohammad Atandra 86,66
11. 5 3 5 3 5 5 Baik Sekali
Denaya
Muhammad Fahrur 93,33
12. 5 4 5 4 5 5 Baik Sekali
Hariz
Muhammad Qafka 76,66
13. 1 4 5 4 5 4 Baik
Athallah Triatmoko
Nabila Khairunnisa 76,66
14. 1 4 5 4 5 4 Baik
W
Nashwa Aqeela 70
15. 1 3 5 2 5 5 Cukup
Shahab
Nashwa Kanitha 66,66
16. 1 3 5 2 5 4 Cukup
Aziizah
17. Nesya Khairunisa 5 4 5 4 5 4 90 Baik Sekali

18. Rameyza Afrahalya 1 3 5 4 5 5 76,66 Baik


92

Rayyan Fahrezi 90
19. 5 4 5 4 5 4 Baik Sekali
Suwarna
Shafa Zianka 80
20. 1 5 5 4 5 4 Baik
Quamila Ardiatna N
Shannaz Medina -
21. - - - - - - -
Asdianty
Syahira Nabila 60
22. 1 3 5 3 1 5 Cukup
Hafizh
23. Visatrio Daffa 5 4 5 4 5 4 90 Baik Sekali
Zahra Mahira Syahri 80
24. 1 5 5 4 5 4 Baik
Noor
Jumlah 1739,93

Nilai Rata-Rata = 79,08

Keterangan:

I : Tema

II : Tokoh dan Penokohan

III : Alur

IV : Latar

V : Sudut Pandang

VI : Amanat

Nilai Rata-Rata Keseluruhan Siswa

Nilai rata-rata keseluruhan siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN


Jakarta dalam menganalisis unsur intrinsik fabel “Semut dan Belalang” dengan
penerapan model cooperative think pair share berbantuan media YouTube, yaitu
sebagai berikut:

= = = 79,08
93

Nilai rata-rata siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta dalam
menganalisis unsur intrinsik dengan penerapan model cooperative think pair
share berbantuan media YouTube adalah 79,08 dan dapat dibulatkan menjadi 79.
Nilai rata-rata tersebut jika dilihat dariklasifikasi membaca pemahaman untuk
analisis unsur intrinsik sebagaimana teori Burhan Nurgiyantoro, maka masuk
dalam kategori baik. Hasil rekapitulasi nilai peserta didik kelas VII-G juga
memperlihatkan bahwa mayoritas peserta didik mendapat nilai yang melampaui
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75. Hal tersebut dapat membuktikan
bahwa secara umum peserta didik mampu menganalisis unsur intrinsik fabel
dengan penerapan model cooperative think pair share berbantuan YouTube.

Tabel 4.27
Rekapitulasi Nilai Hasil Analisis Unsur Intrinsik Fabel Siswa Kelas VII-G
Tanpa Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube

Komponen Penilaian Unsur


Intrinsik Fabel
No. Nama Siswa Total Predikat
I II III IV V VI
Abyan Ikram
1. 1 5 5 4 5 1 70 Cukup
Muhammad
2. Aldi Adian Husaini 1 4 5 5 5 3 76,66 Baik
Aliya Azzahra
3. 5 3 5 2 1 4 66,66 Baik
Muchni
Amalia Ervi
4. 5 3 5 1 5 3 73,33 Cukup
Rahmadini
Aqila Humaira
5. 5 5 5 2 5 5 90 Baik Sekali
Arrasy
6. Aska 1 5 5 2 5 3 70 Cukup
Athaya Fathii
7. - - - - - - - -
Zulkarnain
Danindra Rachma
8. 5 4 5 4 5 1 80 Baik Sekali
Anjani
Khlarisya Alya
9. 1 3 5 2 5 3 63,33 Cukup
Mukhbita
94

Jayarahmadi

10. Latifa Maiza Azyb - - - - - - - -


Mohammad Atandra
11. 5 3 5 5 5 2 66,66 Cukup
Denaya
Muhammad Fahrur
12. 5 3 5 5 5 2 83,33 Baik Sekali
Hariz
Muhammad Qafka
13. 1 3 5 2 5 2 60 Cukup
Athallah Triatmoko
Nabila Khairunnisa
14. 5 4 5 4 5 1 80 Baik Sekali
W
Nashwa Aqeela
15. 5 3 5 2 5 2 73,33 Cukup
Shahab
Nashwa Kanitha
16. 5 3 5 2 5 2 73,33 Cukup
Aziizah
17. Nesya Khairunisa 5 4 5 4 5 2 83,33 Baik Sekali

18. Rameyza Afrahalya 5 3 5 2 5 2 73,33 Cukup


Rayyan Fahrezi
19. 1 5 5 4 5 2 73,33 Cukup
Suwarna
Shafa Zianka
20. 1 3 5 4 5 3 70 Cukup
Quamila Ardiatna N
Shannaz Medina
21. 5 5 5 4 5 1 83,33 Baik Sekali
Asdianty
Syahira Nabila
22. 5 3 5 2 3 1 60 Cukup
Hafizh
23. Visatrio Daffa 1 3 5 5 5 3 73,33 Baik
Zahra Mahira Syahri
24. 1 5 5 2 5 4 73,33 Baik
Noor
Jumlah 1616.61

Nilai Rata-Rata = 73,48

Nilai Rata-Rata Keseluruhan Siswa

Nilai rata-rata keseluruhan siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN


Jakarta dalam menganalisis unsur intrinsik fabel “Empat Ekor Lembu”, yaitu
sebagai berikut:
95

= = = 73,33

Nilai rata-rata siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta dalam
menganalisis unsur intrinsik tanpa menggunakan model cooperative think pair
share berbantuan media YouTube adalah 73,33 dan dapat dibulatkan menjadi 73.
Nilai rata-rata tersebut jika dilihat dari klasifikasi membaca pemahaman untuk
analisis unsur intrinsik sebagaimana teori Burhan Nurgiyantoro, maka masuk
dalam kategori cukup.

Tabel 4.28

Penilaian Tes Siswa Kelas VII-G dalam Analisis Unsur Instrinsik


Menggunakan Model TPS Berbantuan Media YouTube

7 Siswa 7 Siswa

8 Siswa

Baik Sekali Baik Cukup

Diagram di atas menunjukkan bahwa kelas VII G yang berjumlah 24


orang, namun terdapat 2 peserta didik yang tidak hadir saat proses pembelajaran.
Sebanyak 7 peserta didik yang masuk ke dalam kategori baik sekali. Kemudian,
sebanyak 8 peserta didik masuk ke dalam kategori baik, dan terdapat 7 peserta
didik masuk ke dalam kategori cukup. Perolehan nilai peserta didik di kelas VII G
MTs Pembangunan UIN Jakarta berada dalam rentang 60-93,33. Berikut rincian
96

nilai-nilai tersebut: satu orang mendapat nilai 60, 66,66, dan 86,66, dua orang
mendapat nilai 70, 80, dan 93,33, tiga orang mendapat nilai 73,33, empat orang
mendapat nilai 90, dan enam orang mendapat nilai 76,66.

Nilai rata-rata siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta dalam
menganalisis unsur intrinsik dengan penerapan model cooperative think pair
share berbantuan media YouTube adalah 79 (baik), sedangkan nilai rata-rata
siswa yang tidak menggunakan model TPS dan media YouTube adalah 73
(cukup). Berdasarkan analisis data di atas, penggunaan model cooperative
learning think pair share berbantuan media YouTube sangat berguna terhadap
kemampuan analisis unsur intrinsik teks fabel peserta didik kelas VII-G MTs
Pembangunan UIN Jakarta tahun pelajaran 2019/2020.

Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada guru Bahasa Indonesia. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa
penggunaan model cooperative learning think pair share berbantuan YouTube
terbilang efektif dan dapat meningkatkan daya tarik peserta didik.

Pernah, itu waktu itu pernah saya terapkan dulu di kelas 8 materinya itu
materi teks eksplanasi. Nah eee tapi model pembelajaran ini cuma saya
gunakan sekali karena waktu itu ada kendala di waktu yaa, karena kan
pembelajarannya kalo pakai cooperative think pair share itu misalkan
harus berpasangan, kemudian setelah berpasangan itu nanti eee ke
pasangan yang lain untuk menjelaskan. Nah disitu disesuaikan juga sama
materi dan pertemuannya. Jadi waktu itu saya hanya pakai sekali karena
untuk mengefektifkan juga dan untuk memvariasikan jadinya saya hanya
gunakan waktu itu sekali saja, tapi alhamdulillah model itu cukup apa
cukup efektif yaa jadi membuat anak-anak itu lebih aktif dan lebih banyak
mencari sendiri gitu.
Menurut saya, untuk media pembelajaran video di kanal YouTube itu
sangat membantu sekali untuk guru-guru, karena siswa lebih senang
menggunakan media audiovisual. Karena selain ada tulisannya, ada juga
suaranya, kemudian kita juga variasikan gambar-gambarnya jadi
pembelajaran pun bisa lebih menyenangkan, tidak melulu harus guru yang
berceramah atau menjelaskan ya, karena terkadang kalo dengan media
97

video itu banyak pertanyaan atau konsep yang akhirnya ditemukan sendiri
oleh siswa. Itu menurut saya yang terakhir, jadi sangat membantu sekali.5
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada Ibu Fitri Hera Febriana, S.Pd.,
selaku guru pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beliau, bahwasanya dalam proses pembelajaran yang menggunakan model dan
media pembelajaran dapat menarik minat belajar peserta didik, peserta didik dapat
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta peserta didik lebih
berpikir kritis melalui pertanyaan-pertanyaan atau konsep yang ditemukan oleh
peserta didik.

5
Wawancara dengan Ibu Fitri Hera Febriana Melalui Zoom, Depok: 18 November 2020,
Pukul 13.50.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
model cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube
dapat digunakan dalam pembelajaran fabel. Hal ini dibuktikan dengan
perolehan nilai rata-rata siswa kelas VII-G MTs Pembangunan UIN Jakarta
memperoleh nilai 79, yang termasuk ke dalam kategori B (baik). Berikut
perincian perolehan nilai peserta didik yang masuk ke dalam kategori A/baik
sekali dengan persentase 32%, peserta didik yang masuk ke dalam kategori
B/baik dengan persentase 36%, dan terdapat peserta didik masuk ke dalam
kategori C/cukup dengan persentase 32%. Sedangkan, tanpa menggunakan
model cooperative learning think pair share berbantuan media YouTube
mendapatkan nilai rata-rata 73, yang termasuk ke dalam kategori C (cukup).
Peneliti juga mendapatkan hasil wawancara peserta didik bahwa penggunaan
model TPS berbantuan media YouTube dapat memudahkan peserta didik
dalam memahami materi, dan kegiatan belajar menjadi lebih menarik.
Penggunaan model cooperative learning think pair share berbantuan
media YouTube dalam kanal YouTube “Cerita Kartun Anak Anak Bahasa
Indonesia” yang berjudul “Semut dan Belalang” menggunakan tiga tahapan
pembelajaran yaitu think (berpikir), pair (berpasangan), dan share (berbagi).
Penggunaan model TPS berbantuan media YouTube memiliki hasil yang
sangat baik, di mana setiap tahapan memiliki manfaat bagi peserta didik.
Think, peserta didik dapat berpikir kritis. Pair dan share dapat meningkatkan
keterampilan sosial bagi peserta ddik. Selain itu, penggunaan model ini dapat
merangsang semangat, daya tarik, serta motivasi peserta didik.

98
99

B. Saran
Berdasarkan simpulan yang diuraikan di atas, maka beberapa saran
yang penulis kemukakan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa model cooperative learning think
pair share dan media YouTube dapat bermanfaat untuk menstimulus dan
membangkitkan semangat, serta dapat menjadikan peserta didik untuk
berpikir kritis melalui pertanyaan-pertanyaan atau konsep yang ditemukan
oleh peserta didik setelah menonton video yang ditayangkan.
2. Kepada guru Bahasa Indonesia yang akan menggunakan model
cooperative learning think pair share sebaiknya diperhatikan penggunaan
waktunya.
3. Kepada guru Bahasa Indonesia diharapkan dapat lebih memahami peserta
didiknya, sehingga dapat melihat potensi yang ada dalam peserta didik
untuk dapat memilih media dan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan dan motivasi belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:


PT Refika Aditama, 2012.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta, Cet. 14, 2010.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.

Artati, Y. Budi. Terampil Membaca. Klaten: PT Intan Perwira, 2008.

Azies, Furqonul dan Abdul Hasim. Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2010.

Blackham, H. J. The Fable as Literature. London: Bloomsbury Academic, 2013.

Braun, Virginia dan Victoria Clarke. Succesful Qualitative Research. California:


SAGE Publications, 2013.

Dalman. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 2, 2014.

Faiqah, Fatty., dkk. YouTube Sebagai Sarana Komunikasi Bagi Komunitas


Makassarvidgram. Jurnal Komunikasi KAREBA. 5, 2016.

Grellet, Francoise. Developing Reading Skills. New York: Cambridge University


Press, 2010.

Halimah, Leli. Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru


yang Excellent di Abad ke-21. Bandung: PT Refika Aditama. 2017.

Harsiati, Titik., dkk. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan, 2017.

-----------. Bahasa Indonesia: Buku Guru. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan, 2017b.

Isrok‟atun dan Amelia Rosmala. Model-Model Pembelajaran Matematika.


Jakarta: Bumi Aksara, 2018.

Labas, Yessi Nurita dan Daisy Indira Yasmine. Komodifikasi di Era Masyarakat
Jejaring Studi Kasus YouTube Indonesia. Jurnal Pemikiran Sosiologi. 4,
2017.

100
101

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung


Persada Press, 2008.

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.


Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, Cet. 7, 2016.

Nurgiyantoro, Burhan. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.


Yogyakrta: Gajah Mada University Press, Cet. 3, 2013.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press, 2012.

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group, Cet. 2, 2014.

Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.

Sugihastuti. Sastra Anak: Teori dan Apresiasi. Yogyakarta: Penerbit Ombak,


2015.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif: Bandung: Alfabeta, Cet. 9, 2014a.

-----------. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, Cet. 20, 2014b.

Suwartono. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2014.

Syahidin. Model Pembelajaran Teori dan Praktik dalam Proses Pembelajaran.


Ciputat: CV. Iltizam Media, 2018.

Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa Bandung, 2008.

Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM:


Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik.
Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Wahyuni, Sari. Qualitative Research Method: Theory and Practice. Jakarta:


Penerbit Salemba Empat, 2012.
102

Waluyo, Budi. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan MTs. Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018.

Wati, Ega Rima. Ragam Media Pembelajaran Visual-Audio Visual-Komputer-


Power Poit-Internet-Interactive Video. Jakarta: Kata Pena, 2016.

Widiawati, Esti. Metode dan Model Pembelajaran. Pati: CV Al Qalam Media


Lestari, 2017.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

No.

Sekolah : MTs Pembangunan UIN Jakarta

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/Genap

Materi Pokok : Prosa Rakyat (Fabel)

Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2x40 menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Indikator
3.16 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang
dibaca dan didengar

4.16 Memerankan isi fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan


didengar

C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu memahami pengertian fabel
2. Siswa mampu memahami ciri-ciri teks fabel
3. Siswa mampu menganalisis unsur-unsur teks fabel

D. Media Pembelajaran
1. Laptop
2. Proyektor
3. ATK
4. Budi Waluyo. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan
MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018.

E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Pendahuluan (10 menit)
1. Guru dan peserta didik berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas.
2. Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka, kemudian memeriksa
kehadiran peserta didik.
3. Guru menjelaskan mengenai materi yang akan diberikan.

Kegiatan Inti (60 menit)

1. Guru menjelaskan pengertian, ciri-ciri teks fabel, dan unsur intrinsik teks
fabel.
2. Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan terkait pembelajaran fabel.
3. Siswa mencari unsur intrinsik fabel yang berjudul “Empat Ekor Lembu”.

Penutup (10 menit)


1. Peserta didik mendengarkan arahan guru untuk materi pada pertemuan
berikutnya.
2. Guru dan peserta didik mengucapkan hamdalah bersama untuk menutup
pembelajaran.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

No.

Sekolah : MTs Pembangunan UIN Jakarta

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/Genap

Materi Pokok : Prosa Rakyat (Fabel)

Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2x40 menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Indikator
3.16 Menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang
dibaca dan didengar

4.16 Memerankan isi fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan


didengar

C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu memahami pengertian fabel
2. Siswa mampu memahami ciri-ciri teks fabel
3. Siswa mampu menganalisis unsur-unsur teks fabel

D. Media Pembelajaran
1. Laptop
2. Proyektor
3. ATK
4. Budi Waluyo. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas VII SMP dan
MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018.

E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Pendahuluan (10 menit)
1. Guru dan peserta didik berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas.
2. Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka, kemudian memeriksa
kehadiran peserta didik.
3. Guru menjelaskan mengenai materi yang akan diberikan dan model
pembelajaran yang akan digunakan.

Kegiatan Inti (60 menit)

1) Think (Berpikir)
a. Guru memberikan motivasi dan membuka wacana mengenai fabel
dengan menanyakan apa itu cerita fabel dan siswa diminta untuk
menyebutkan cerita fabel yang pernah dibacanya. Guru menjelaskan
manfaat nilai moral yang terkandung dalam fabel untuk kehidupan
sehari-hari.
b. Guru memperlihatkan contoh teks fabel dan meminta siswa untuk
menyimpulkan pengertian dan ciri teks fabel yang terkandung di dalam
fabel berdasarkan video yang berjudul “Semut dan Belalang”.
2) Pair (Berpasangan)
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk siswa
mendiskusikan pengertian, ciri, dan unsur pembangun fabel.
b. Siswa diminta menuliskan pengertian dan ciri teks fabel berdasarkan
yang telah didiskusikan bersama kelompoknya.
3) Share (Pembuktian)
Salah seorang siswa diminta untuk tampil di depan dan membacakan
hasil diskusinya mengenai pengertian dan ciri teks fabel. Kemudian, guru
dan siswa menanggapi sesuai dengan konsep fabel dan indikator yang
telah ditetapkan.
4) Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan terkait pembelajaran fabel.
5) Penugasan
Siswa mencari unsur-unsur pembangun fabel berdasarkan video yang
berjudul “Semut dan Belalang”. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes tertulis yang terdiri dari enam soal untuk pemahaman menganalisis
unsur intrinsik cerpen.

Penutup (10 menit)


1. Peserta didik mendengarkan arahan guru untuk materi pada pertemuan
berikutnya.
2. Guru dan peserta didik mengucapkan hamdalah bersama untuk menutup
pembelajaran.

F. Penilaian
1. Sikap : Observasi
2. Pengetahuan : Tes Tulis
3. Keterampilan : Produk
Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

No. Pertanyaan Jawaban


1. Model pembelajaran Biasanya model pembelajaran yang saya
apa saja yang selama ini terapkan di dalam kelas itu, eee tidak hanya di
Ibu terapkan di dalam kelas 7 ya, tapi 7 maupun di kelas 8 biasanya
kelas? ada tiga model karena mengacu pada
kurikulum 2013 yaitu discovery learning,
kemudian problem based learning, sama
project based learning. Kenapa tiga model
itu, karena ketiga model itu cukup efektif
diterapkan sesuai dengan karakter peserta
didik yang ada di MP.
2. Apakah Ibu pernah Pernah, itu waktu itu pernah saya terapkan
menggunakan model dulu di kelas 8 materinya itu materi teks
pembelajaran eksplanasi. Nah eee tapi model pembelajaran
cooperative think pair ini cuma saya gunakan sekali karena waktu
share dalam itu ada kendala di waktu yaa, karena kan
pembelajaran membaca pembelajarannya kalo pakai cooperative think
pemahaman? pair share itu misalkan harus berpasangan,
kemudian setelah berpasangan itu nanti eee ke
pasangan yang lain untuk menjelaskan. Nah
disitu disesuaikan juga sama materi dan
pertemuannya. Jadi waktu itu saya hanya
pakai sekali karena untuk mengefektifkan
juga dan untuk memvariasikan jadinya saya
hanya gunakan waktu itu sekali saja, tapi
alhamdulillah model itu cukup apa cukup
efektif yaa jadi membuat anak-anak itu lebih
aktif dan lebih banyak mencari sendiri gitu.
3. Menurut Ibu seberapa Menurut saya, sangat penting sekali karena
penting penggunaan model pembelajaran itu untuk memudahkan
model pembelajaran? kita sebagai guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas, karena kalo misalnya
kita menggunakan model pembelajaran jadi
sudah jelas langkah-langkahnya yang
ditempuh itu seperti apa, kemudian
disesuaikan juga dengan waktunya, lalu
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai,
dan yang lainnya ya termasuk misalnya
karakter siswanya, kemudian selain itu juga
model pembelajaran eee penting sekali karena
untuk memudahkan siswa memahami materi,
serta mendorong semangat belajar dari siswa,
dan membuat mereka itu semakin tertarik
mengikuti KBM di kelas apalagi kalo
misalkan model pembelajarannya itu mmm
digunakan dengan berbagai macam model
yaa, diganti-ganti.
4. Selain model, apakah Tentu saja pakai yaa, pakai media
Ibu pernah pembelajaran karena model sama media itu
menggunakan bantuan saling berkaitan ya, tidak bisa terpisahkan.
media untuk Jadi tentunya pakai media pembelajaran.
pembelajaran membaca
pemahaman?
5. Media pembelajaran Kalau media pembelajaran apa saja yang
seperti apa yang pernah digunakan, lebih sering biasanya
Ibu gunakan dalam menggunakan media audiovisual terutama
pembelajaran bahasa misalnya untuk kelas 7. Karena kalau media
Indonesia? audiovisual jadi anak-anak itu lebih tertarik
karena bisa melihat gambarnya secara
langsung, dan juga bisa mendengarkan media
pembelajarannya secara langsung. Jadi saya
sih biasanya meggunakan video atau
medianya berbentuk audiovisual.
6. Menurut Ibu seberapa Sama, seperti tadi model pembelajaran
penting penggunaan tentunya sangat penting sekali media
media pembelajaran? pelajaran, apalagi kita sudah masuk
kurikulum 2013 yaa. Tentunya media sangat
penting sekali digunakan untuk alat bantu kita
melancarkan kegiatan belajar mengajar agar
pembelajarannya tercapai dengan baik, terus
media juga bisa membantu guru untuk
memperkaya wawasan siswa dengan aneka
macam bentuk dan jenis media pembelajaran
yang digunakan tentunya eee bisa
memberikan sumber ilmu pengetahuan,
sehingga pembelajaran lebih menyeangkan
dan lebih variasi yaa.
7. Apakah Ibu pernah Eee tentunya pernah ya, karena media
menggunakan media YouTube itu lebih efektif digunakan sehingga
video YouTube dalam siswa bisa secara langsung memahami
pembelajaran membaca pembelajaran. Apalagi di kemarin di materi
pemahaman, khususnya unsur intrinsik fabel jadi kalo misalnya kita
unsur instrinsik fabel? tampilkan bentuk audiovisualnya cerita
fabelnya jadi anak-anak langsung tertarik,
kemudian dari situ pun bisa menggali apa saja
yang harus kita terangkan tapi anak-anak
nanti akan muncul pertanyaan-pertanyaan
ataupun sehingga mereka bisa tau ohh ini
tokohnya binatang yaa kalau fabel gitu.

8. Kesulitan apa yang Ibu Nah, untuk kesulitannya ketika mengajarkan


alami dalam anak-anak dibagian unsur intrinsik fabel itu
pembelajaran analisis mungkin dari unsur tema yaa, karena anak-
unsur intrinsik fabel? anak masih bingung apalagi untuk kelas 7 kan
masih peralihan ya dari SD ke kelas 7, jadi
mereka masih bingung “bu temanya itu
seperti apa?”. Jadi masih kita harus bimbing
terlebih dahulu atau kita berikan clue temanya
itu tentang apa, baru mereka akan engeh
sendiri “ohh iya ternyata temanya emang ini
ya bu” gitu. Kalau misalnya untuk yang
lainnya seperti tokoh atau watak eee mereka
bisa menentukan sendiri, karena mungkin
waktu SD pernah belajar tentang itu. Dan
selain tema juga mungkin alurnya kali yaa,
karena mereka masih bingung contoh dari
alur maju atau alur mundur, tapi karena di sini
yang dibahasnya teks fabel biasanya teks
fabel alurnya maju yaa kecuali teks cerpen
atau teks novel. Jadi saya tekankan ke mereka
kalau misalnya alur tidak perlu dipusingkan
atau engga perlu bingung, karena teks fabel
biasanya selalu maju alurnya. Nah, Latar
suasananya juga masih bingung, mungkin
karena mereka waktu SD belum sedalam itu
untuk menganalisis unsur intrinsik dari cerita.
9. Bagaimana hasil belajar Tentunya untuk hasil belajar siswa sendiri
siswa jika justru lebih baik ya eee atau lebih bagus
menggunakan model dibandingkan tidak menggunakan model dan
dan media media pembelajaran. Karena di sini tadi kalau
pembelajaran? kita menggunakan model dan media
pembelajaran tentunya mereka akan tertarik,
jadi mereka semangat belajarnya sehingga
itupun berpengaruh pada hasil belajar mereka.
Terus mereka pun jadi langsung memahami
materinya, karena model dan medianya pun
digunakan secara bervariasi. Ataupun
misalnya mereka yang eee nilainya masih
kurang bagus, karena mungkin mereka kurang
teliti aja, selebihnya sih hasilnya rata-rata
lebih baik ya menggunakan model dan media
pembelajaran.

10. Bagaimana pendapat Menurut saya, untuk media pembelajaran


Ibu mengenai media video di kanal YouTube itu sangat membantu
video di kanal YouTube sekali untuk guru-guru, karena siswa lebih
sebagai media senang menggunakan media audiovisual.
pembelajaran? Karena selain ada tulisannya, ada juga
suaranya, kemudian kita juga variasikan
gambar-gambarnya jadi pembelajaran pun
bisa lebih menyenangkan, tidak melulu harus
guru yang berceramah atau menjelaskan ya,
karena terkadang kalo dengan media video itu
banyak pertanyaan atau konsep yang akhirnya
ditemukan sendiri oleh siswa. Itu menurut
saya yang terakhir, jadi sangat membantu
sekali.
Hasil Wawancara dengan Peserta Didik

1. Hasil Wawancara dengan Khlarisya Alya Mukhbita Jayarahmadi

No. Pertanyaan Jawaban


1. Apakah kamu suka membaca? Saya mmm engga terlalu suka baca,
tapi kalau misalkannya eee menarik
untuk saya baca, pasti bakalan saya
baca.
2. Adakah kesulitan yang kamu Kalo untuk kesulitan analisis sih
hadapi saat melakukan analisis kayaknya engga ada bu.
unsur intrinsik fabel?
3. Apakah pelajaran bahasa Indonesia Lebih mudah bu, karena kan setiap
menjadi lebih mudah dipahami pemikiran orang kan berbeda-beda,
dengan menggunakan model jadi kita pas diskusi itu kita bisa eee
cooperative think pair share? berpenda bebas berpendapat abis itu
menyatukan pendapat-pendapat
masing-masing, terus abis itu
menjelaskannya lebih mudah karena
eee pake bahasa teman gitu bu.
4. Menggunakan media YouTube, Kalo aku sih lebih tertarik ke media
apakah kamu menjadi lebih tertarik YouTube bu, karena kalo misalnya
mengikuti pelajaran bahasa media YouTube kita bisa sambil
Indonesia? nonton bareng-bareng terus juga
lebih mudah memahaminya bu.
5. Apakah model cooperative think Kalo menurut aku sih sangat cocok
pair share berbantuan media bu, karena kalo misalkan berdiskusi
YouTube cocok untuk sama pakai media YouTube itu kita
pembelajaran fabel? bisa memahami unsur instrinsik di
dalam eee cerita atau film itu bu,
jadi eee ya gitu terus abis itu kita
bisa langsung tau alurnya gimana,
isinya gimana pokoknya seru deh ka
kalo misalkan diskusi sama nonton
YouTube.
2. Hasil Wawancara dengan Rameyza Afrahalya

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah kamu suka membaca? Saya suka baca tapi tergantung alur
cerita sama genrenya sih karena kan
eee buku kan macam-macam gitu
genrenya, eee tapi ada beberapa
genre yang menurut saya yang
kayak bosen buat saya kayak engga
seru gitu bacanya jadi kurang
menarik, tapi kalo genre yang saya
suka saya baca.
2. Adakah kesulitan yang kamu Saya ada beberapa yang sulit, ada
hadapi saat melakukan analisis beberapa juga yang engga sulit. Nah
unsur intrinsik fabel? kalo saya itu kesulitannya tuh di
milih temanya, eee latar ceritanya
sama menyebutkan tokohnya, tapi
kalo untuk tokohnya itu sebenernya
eee engga terlalu sulit sih cuma saya
kadang-kadang tuh ada beberapa
tokoh yang cuma sedikit gitu kan
munculnya di cerita itu, jadi saya
kira dia tuh engga masuk ke cerita
itu eee maksudnya engga keitung
tokoh cuma figuran doang gitu. Nah
kalo tema itu kan saya kayak eee
kayak menurut saya itu dia bisa
masuk ke tema yang ini, bisajuga
masuk ke tema yang itu, jadi saya
bingung untuk nentuin temanya.
3. Apakah pelajaran bahasa Indonesia Nah kalo saya lebih suka ke tugas
menjadi lebih mudah dipahami yang kerja kelompok itu sih dari
dengan menggunakan model pada yang individu, karena eee
cooperative think pair share? karena ngerjain itu jadi lebih
menyenangkan gitu eee jadi engga
bosen gitu ngerjain tugas, udah gitu
juga lebih gampang karena kan
diskusi tapi sebenernya kadang-
kadang eee ada beberapa murid
yang kalo kerja kelompok itu jadi
malah buang-buang waktu, jadinya
main-main gitu jadinya tugasnya
engga selesai, tapi kalo saya lebih
sukanya kerja kelompok asalkan eee
bener-bener ngerjain, bener-bener
diskusi bareng, engga ada yang eee
engga ada yang males-malesan di
kelompok doang.
4. Menggunakan media YouTube, Iya sih kalo pake media video
apakah kamu menjadi lebih tertarik YouTube itu kayak lebih menarik,
mengikuti pelajaran bahasa soalnya kan kayak itu kayak sesuatu
Indonesia? yang baru yang jarang dilakuin gitu
maksudnya kayak kalo di sekolah
kan pake buku terus jadinya kayak
terlalu monoton, tapi kalo pake
media gitu jadinya lebih antusias sih
meratiinnya dan engga bosen juga
kayak yang lebih menarik, lebih
seru.
5. Apakah model cooperative think Iya cocok. Kalo menurut saya sih
pair share berbantuan media sebenernya pake media video
YouTube cocok untuk YouTube itu lebih menyenangkan
pembelajaran fabel? dan lebih gampang juga sih kalo
untuk pembelajaran fabel dan
nentuin unsurnya, karena eee
misalkan nih dibandingkan sama
fabel ceita fabel yang bener-bener
engga ada gambarnya kan, kadang
ada yaa fabel yang ada gambarnya.
Nah kalo dibandingkan sama fabel
yang engga ada gambarnya yang
bener-bener cuma tulisan doang itu
kayak kita cuma ada bayangan
doang gitu, tapi kalo nonton itu
lebih gampang gitu nentuin
unsurnya karena kayak kita bener-
bener liat latarnya itu gimana,
bener-bener tau temanya itu gimana,
dia ceria atau sedih, kalo cerita
doang itu tuh kayak itu cuma
dibayangan kita doang, tapi kalo
film itu kita bener-bener liat gitu apa
yang terjadi di ceritanya.
3. Hasil Wawancara dengan Syahira Nabila Hafizh

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah kamu suka membaca? Iya, kadang-kadang saya suka


membaca buku
2. Adakah kesulitan yang kamu Iya miss, saya biasanya suka
hadapi saat melakukan analisis kesulitan di bagian-bagian tokoh,
unsur intrinsik fabel? alur, latar cerita fabel, dan saya
kurang teliti saja dengan
jawabannya. Jadi saya perlu
penjelasan lagi miss.
3. Apakah pelajaran bahasa Indonesia Iya menurut saya sangat
menjadi lebih mudah dipahami memudahkan karena dapat bekerja
dengan menggunakan model sama dengan teman dan lebih fokus
cooperative think pair share? lagi miss belajarnya.
4. Menggunakan media YouTube, Iya, saya lebih tertarik dengan
apakah kamu menjadi lebih tertarik media video karena biasanya lebih
mengikuti pelajaran bahasa jelas lagi kalo memahami
Indonesia? penjelasannya.
5. Apakah model cooperative think Menurut saya cocok dan lebih jelas
pair share berbantuan media belajar secara diskusi, karena bisa
YouTube cocok untuk tanya jawab dan bisa bahas
pembelajaran fabel? langsung materi yang kurang jelas.
DOKUMENTASI KEGIATAN
RIWAYAT PENULIS

Anissa Yuniar atau yang biasa dipanggil


Anissa, lahir di Jakarta pada 12 Januari 1999.
Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara pasangan Bapak Namin Iskandar dan
Ibu Ellina. Penulis bertempat tinggal di Jl. Cinere
Raya No. 16 RT 001 RW 007, Kelurahan Cinere,
Kecamatan Cinere, Kota Depok.

Penulis mengawali pendidikan di RA


Hidayatusshibyan pada tahun 2003, kemudian
melanjutkan di MI Hidayatul Athfal pada tahun 2004 hingga tahun 2010. Lalu,
penulis melanjutkan pendidikan sekolah pertama di MTs Negeri 19 Jakarta pada
tahun 2010 hingga tahun 2013, kemudian ke jenjang SLTA yakni di MA Negeri
11 Jakarta pada tahun 2013 hingga tahun 2016. Setelah itu, penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis mengawali karirnya sebagai guru les privat. Penulis


menyelesaikan S-1 dengan menulis judul skripsi “Penggunaan Model Cooperative
Learning Think Pair Share Berbantuan Media YouTube dalam Pembelajaran
Fabel Siswa Kelas VII MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran
2019/2020”. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail pribadinya:
anissayuniar12@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai