Anda di halaman 1dari 154

PEMANFAATAN MEDIA PREZI TERHADAP

PEMBELAJARAN MENCERITAKAN KEMBALI


TEKS BIOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS X
SMA IT INSAN MADANI 8 TANGERANG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi


Salah Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh

Dini Tri Hastuti


11150130000076

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PEMANFAATAN MEDIA PREZI TERHADAP PEMBELAJARAN


MENCERITAKAN KEMBALI
TEKS BIOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS X
SMA IT INSAN MADANI 8 TANGERANG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Skripsi
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendididikan (S.Pd.)

Oleh:

Dini Tri Hastuti

11150130000076

Menyetujui

Dosen Pembimbing Skripsi

Nur Syamsiyah, M.Pd.

NIP. 19831021 201503 3 002

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ABSTRAK

DINI TRI HASTUTI. NIM: 11150130000076. Skripsi “Pemanfaatan Media


Prezi terhadap Pembelajaran Menceritakan Kembali Teks Biografi Peserta Didik
Kelas X SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2019/2020”.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen
Pembimbing: Nur Syamsiah, M.Pd. 2020.

Skripsi ini meneliti tentang pemanfaatan media prezi terhadap


pembelajaran menceritakan kembali teks biografi peserta didik kelas X. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran media prezi terhadap
pembelajaran menceritakan kembali teks biografi pada peserta didik kelas X-
MIPA SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2019/2020.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam Terpadu Insan Madani 8


Tangerang Selatan. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini terhitung dari
bulan Maret 2019 sampai bulan Maret 2020. Pengambilan data penelitian
dilakukan pada peserta didik kelas X-MIPA yang berjumlah 30 orang, tahun
pelajaran 2019/2020. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media prezi dapat


membantu memperbaiki nilai peserta didik dalam menceritakan kembali teks
biografi. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil penilaian kemampuan berbicara
peserta didik. Hasil nilai peserta didik ketika menceritakan kembali sebelum
menggunakan media prezi memperoleh tingkat penguasaan nilai terendah 50 dan
nilai tertinggi 75 dengan nilai rata-rata 65. Kemudian hasil nilai terendah peserta
didik setelah menggunakan media prezi adalah 62,5 dan nilai tertinggi 100 dengan
nilai rata-rata 78, sehingga dapat dikatakan peserta didik mampu menceritakan
kembali teks biografi dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa media prezi dapat
membantu proses pembelajaran menjadi lebih baik.

Kata Kunci: media prezi, menceritakan kembali, teks biografi.

i
ABSTRACT

DINI TRI HASTUTI. NIM: 11150130000076. Thesis "Utilization of Prezi


Media on Learning Retells Biography Texts of Class X Students of SMA IT Insan
Madani 8 Tangerang Selatan 2019/2020 Academic Year". Indonesian Language
and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training,
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervisor: Nur Syamsiah,
M.Pd. 2020

This thesis examines the use of prezi media for learning to retell
biographical texts of class X students. This study aims to identify and describe the
role of prezi media in learning to retell biographical texts in class X-MIPA
students at SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan in the school year
2019/2020.

This research was conducted at Insan Madani 8 Tangerang Selatan Islamic


Integrated High School. The time used in this study was from March 2019 to
March 2020. The research data collection was carried out on 30 students of class
X-MIPA, 2019/2020 academic year. The research method used is descriptive
qualitative.

The results showed that the use of prezi media could help improve
students' scores in retelling biographical texts. This increase can be seen from the
results of the assessment of students' speaking skills. The results of the students
'scores when retelling before using prezi media obtained the lowest mastery level
of 50 and the highest score of 75 with an average value of 65. Then the results of
the lowest score of students after using prezi media were 62.5 and the highest
score was 100 with an average value of 78, so it could be said that students were
able to tell the biographical text well. This proves that prezi media can help the
learning process be better.

Keywords: prezi media, retelling, biographical text.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin. Puji serta syukur ke hadirat Allah Swt. yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
selesai sesuai waktu yang diharapkan. Salawat dan salam selalu tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad saw. sebagai suri tauladan bagi kita semua.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan menyelesaikan studi S1 Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi
Pemanfaatan Media Prezi terhadap Pembelajaran Menceritakan Kembali Teks
Biografi Peserta Didik kelas X SMA IT Insan Madani 8 Pondok Aren Tahun
Pelajaran 2019/2020.
Penulis menyadari, skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah mencurahkan segenap pikiran, memberikan dorongan, bantuan baik
material maupun spiritual. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen
pembimbing akademik dari awal hingga akhir masa perkuliahan yang
telah memberikan motivasi serta bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Nur Syamsiyah, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya, memberi arahan dengan penuh kesabaran dan

iii
keikhlasan, serta dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini
sampai selesai.
5. Seluruh dosen dan staf FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak
membantu dan memberikan ilmu pengetahuan serta pengalaman kepada
penulis selama perkuliahan.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan dengan baik
semasa penulis menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Drs. Abas, M.Pd., M.Si., selaku kepala sekolah SMA IT Insan Madani 8
Tangerang Selatan dan Susi Susilawati, S.Pd., selaku wakil kepala sekolah
SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian.
8. Utami Parahaya, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
X-MIPA SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan, Nur Halimah, S.Pd.,
selaku wali kelas X-MIPA, serta seluruh guru dan staf yang telah
membantu kelancaran dan memberikan dukungan kepada penulis selama
melakukan pengambilan data.
9. Peserta didik SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan terutama seluruh
peserta didik kelas X-MIPA atas kerja sama dan semangatnya selama
pengambilan data berlangsung.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Bapak Yadi dan Ibu Sutini
yang tiada hentinya memberikan dukungan doa, materi, nasihat, motivasi,
kasih sayang dan cinta yang besar, serta kesabaran dan pengertiannya
kepada penulis.
11. Kakak serta adik tersayang penulis, Angga Yulistya Aryadi, Nungki
Wijayadi, Dyah Pratiwi, Purwandari, Tika Oktaviani, dan Kinandira Putri
Aryadi yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, dan sebagai
penghibur selama penulis menyelesaikan skripsi.
12. Sahabat-sahabat penulis, Nikmatus Saniyah, Siti Ma’usarah, Syarifah
Aulia, dan Laras Oktavia yang selalu memberikan doa, dukungan, dan

iv
membantu penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan
penulisan skripsi.
13. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2015, khususnya PBSI Kelas B yang selalu menjaga
kekompakan dan saling membantu serta mendoakan selama proses
perkuliahan berlangsung.
14. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,
yang telah memberikan doa, dukungan semangat dan bantuannya kepada
penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi.
Penulis berdoa dan berharap agar semua pihak yang telah memberikan doa,
dukungan, semangat, serta bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini,
mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, baik teknis maupun isi materi penulisan, karena keterbatasan ilmu. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikannya. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca, serta menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam dunia
pendidikan.

Tangerang, 03 Maret 2020

Dini Tri Hastuti

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ......................................................................................................i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORETIS ................................................................ 7
A. Hakikat Media Pembelajaran .............................................................. 7
1. Pengertian Media Pembelajaran .............................................. 7
2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran ................................................. 9
3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran .............................. 11
4. Klasifikasi Media Pembelajaran ............................................ 13
5. Multimedia Berbasis Komputer ............................................. 16
B. Hakikat Multimedia Prezi .................................................................. 19
1. Pengertian Multimedia Prezi.................................................. 19
2. Sejarah Munculnya Prezi ....................................................... 21
3. Menu Prezi ............................................................................. 22
4. Kelebihan dan Kekurangan Prezi........................................... 23
C. Hakikat Berbicara............................................................................... 24
1. Pengertian Berbicara .............................................................. 24

vi
2. Tujuan Berbicara .................................................................... 26
3. Faktor-Faktor Penunjang Berbicara ....................................... 28
4. Faktor-Faktor Penghambat Berbicara .................................... 30
5. Bentuk-Bentuk Kompetensi Berbicara .................................. 32
D. Hakikat Keterampilan Menceritakan Kembali................................... 34
1. Pengertian Bercerita ............................................................... 34
2. Pengertian Menceritakan Kembali ......................................... 36
3. Manfaat Bercerita ................................................................... 38
4. Aspek Penilaian Kemampuan Bercerita................................. 38
E. Hakikat Teks Biografi ........................................................................ 39
1. Pengertian Teks Biografi........................................................ 39
2. Struktur Teks Biografi............................................................ 41
3. Kaidah Kebahasaan Teks Biografi ......................................... 42
F. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 47
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 47
B. Metode Penelitian............................................................................... 47
C. Subjek Penelitian................................................................................ 50
D. Objek Penelitian ................................................................................. 51
E. Instrumen Penelitian........................................................................... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 52
1. Observasi ................................................................................ 52
2. Wawancara ............................................................................. 53
3. Tes .......................................................................................... 56
4. Dokumentasi .......................................................................... 61
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 61
1. Reduksi Data .......................................................................... 62
2. Penyajian Data ....................................................................... 62
3. Conclusion Drawing/Verification .......................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 64
A. Profil Sekolah ..................................................................................... 64

vii
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ......................................................... 69
C. Analisis Data ...................................................................................... 71
D. Deskripsi Hasil Tes Sebelum Menggunakan Media Prezi ................ 124
E. Deskripsi Hasil Tes Sesudah Menggunakan Media Prezi ................ 126
F. Perbandingan Nilai Hasil Tes Menceritakan Kembali
Teks Biografi Sebelum Menggunakan Media Prezi ......................... 128
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 131
A. Simpulan ........................................................................................... 131
B. Saran .................................................................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 133
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 136
RIWAYAT PENULIS

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru


Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Peserta Didik
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali Teks
Biografi
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Tingkat Penguasaan Siswa Teori Ngalim
Purwanto
Tabel 4.1 Data Pendidik
Tabel 4.2 Tenaga Kependidikan
Tabel 4.3 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 1
Tabel 4.4 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 2
Tabel 4.5 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 3
Tabel 4.6 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 4
Tabel 4.7 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 5
Tabel 4.8 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 6
Tabel 4.9 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 7
Tabel 4.10 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 8
Tabel 4.11 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 9

ix
Tabel 4.12 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 10
Tabel 4.13 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 11
Tabel 4.14 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 12
Tabel 4.15 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 13
Tabel 4.16 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 14
Tabel 4.17 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 15
Tabel 4.18 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 16
Tabel 4.19 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 17
Tabel 4.20 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 18
Tabel 4.21 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 19
Tabel 4.22 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 20
Tabel 4.23 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 21
Tabel 4.24 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 22
Tabel 4.25 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 23
Tabel 4.26 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 24
Tabel 4.27 Hasil Analisis Keterampilan Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik No. 25
Tabel 4.28 Nilai Hasil Menceritakan Kembali Teks Biografi Sebelum
Menggunakan Media Prezi

x
Tabel 4.29 Nilai Hasil Menceritakan Kembali Teks Biografi Sesudah
Menggunakan Media Prezi
Tabel 4.30 Perbandingan Nilai Kemampuan Menceritakan Kembali Teks
Biografi Peserta Didik Kelas X-MIPA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 3 : Hasil Wawancara Guru

Lampiran 4 : Hasil Wawancara Peserta Didik

Lampiran 5 : Dokumentasi Kegiatan Belajar Mengajar

Lampiran 6 : Media Prezi

Lampiran 7 : Transkrip Hasil Tes Menceritakan Kembali Peserta Didik

Lampiran 8 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian.

Lampiran 10 : Surat Pernyataan Penelitian dari Sekolah

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam
kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan memperoleh
pengetahuan serta keterampilan baru sebagai modal untuk menjalani
kehidupannya dalam bermasyarakat. Salah satu cara yang dapat ditempuh
untuk memperoleh pendidikan adalah dengan mengikuti pendidikan
formal. Pendidikan formal merupakan jenis pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang dilaksanakan di sekolah dengan syarat-syarat tertentu
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya
memuat proses pembelajaran antara guru dengan peserta didik.
Pembelajaran bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran wajib di setiap
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat
perguruan tinggi di Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan
untuk mengembangkan pengetahuan serta keterampilan berkomunikasi
yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat,
menempuh pendidikan, dan di dunia kerja nantinya. Pembelajaran bahasa
Indonesia memiliki empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Penguasaan empat aspek keterampilan tersebut
berbeda pada setiap orang. Penelitian ini berfokus pada keterampilan
berbicara.
Berbicara merupakan modal utama dalam berkomunikasi dan
memegang peranan penting dalam kehidupan sosial manusia. Berbicara
memegang peranan penting karena dalam kehidupan sehari-hari, seseorang
yang memiliki kemampuan berbicara yang baik akan mudah
menyampaikan isi hati, pikiran, dan gagasannya secara lisan kepada orang
lain yang membuat orang lain percaya atau yakin dengan perkataanya,
sehingga orang tersebut akan mudah mengikuti kehendaknya.

1
2

Melatih keterampilan berbicara pada peserta didik, diperlukan


latihan, praktik, dan pengarahan yang tepat secara terus-menerus. Di
dalam kurikulum 2013 terdapat beberapa teks yang harus memiliki hasil
penilaian yang baik dalam hal pemilihan diksi maupun penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Sesuai dengan silabus bahasa Indonesia
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat, terdapat Standar
Kompetensi (SK) yaitu berbicara, yang dikhususkan pada kompetensi
dasar menceritakan kembali hal-hal yang dapat diteladani. Salah satu teks
yang harus peserta didik ceritakan kembali adalah teks biografi. Penulis
memilih teks biografi karena teks ini mudah untuk dipelajari dan dalam
teks biografi terdapat kejadian-kejadian luar biasa yang dialami dalam
hidup tokoh-tokoh penting atau terkenal di dunia dunia, sehingga dapat
menjadi inspirasi dan motivasi bagi yang membacanya.
Berdasarkan pengalaman penulis pada saat mengikuti kegiatan
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di MTsN 13 Jakarta, ditemukan
beberapa permasalahan yang menjadi penyebab peserta didik belum
menguasai keterampilan berbicara dengan baik, khususnya dalam kegiatan
menceritakan kembali sebuah informasi. Permasalahan tersebut
merupakan permasalahan umum yang sepertinya banyak ditemui juga di
sekolah-sekolah lain.
Permasalahan yang pertama, muncul dari pihak peserta didik.
Kurangnya minat siswa dalam memerhatikan dan menyimak materi yang
disampaikan oleh guru menyebabkan interaksi belajar mengajar menjadi
tidak efektif dan efisien. Minimnya penguasaan kosa kata pada peserta
didik juga menyebabkan mereka kesulitan untuk menceritakan kembali
informasi yang sebelumnya telah mereka simak atau baca. Selain itu,
kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh peserta didik membuat
mereka tidak maksimal saat berbicara pada kegiatan presentasi di depan
kelas. Peserta didik juga lebih banyak menggunakan bahasa yang tidak
baku saat menceritakan kembali sebuah informasi.
3

Permasalahan yang kedua muncul dari pihak guru. Cara


menyampaikan materi yang monoton dari pendidik membuat peserta didik
menjadi jenuh dan tidak tertarik memerhatikan materi yang sedang
dipelajari. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan tidak
bervariasi menyebabkan peserta didik kurang maksimal menyerap materi
yang disampaikan oleh pendidik. Selain itu, penggunaan media yang
kreatif dan inovatif saat kegiatan belajar mengajar belum dimaksimalkan
oleh sang pendidik, padahal peran pendidik dalam menentukan pilihan
penggunaan media yang tepat sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran sangatlah penting. Media yang tepat dan sesuai dengan
materi dapat menunjang hasil pembelajaran dengan baik.
Menurut Arsyad, media pembelajaran diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media pembelajaran
merupakan komponen penting dalam belajar bersama agar tujuan dapat
dicapai secara optimal. Media pembelajaran merupakan alat atau sarana
yang dapat memperlancar proses belajar mengajar. Media berfungsi
sebagai alat penyalur komunikasi yang dapat menunjang pembelajaran
yang dilaksanakan antara guru dan siswa.1 Media pembelajaran mampu
membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik dan bervariasi,
maka dari itu pendidik masa kini dituntut untuk mampu menghadirkan dan
menggunakan media-media yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Salah satu contoh media pembelajaran masa kini yang dapat digunakan
sebagai pilihan adalah media prezi.
Prezi adalah sebuah perangkat lunak untuk presentasi berbasis
internet (SaaS). Selain untuk presentasi prezi juga dapat digunakan sebagai
alat untuk mengeksplorasi dan berbagi ide di atas kanvas virtual. Prezi
menjadi unggul karena program ini menggunakan en:Zooming User
Interface (ZUI), yang memungkinkan penggunaan prezi untuk
memperbesar dan memperkecil tampilan media presentasi mereka. Pada

1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 3.
4

prezi, teks, gambar, video, dan media presentasi lainnya ditempatkan di


atas kanvas presentasi, dan dapat dikelompokkan dalam bingkai-bingkai
yang telah disediakan. Pengguna kemudian menentukan ukuran relatif dan
posisi antara semua obyek presentasi dan dapat mengitari serta menyorot
obyek-obyek tersebut.2 Dengan menerapkan media prezi ini, diharapkan
dapat membuat peserta didik lebih termotivasi, bergairah, berminat dan
dapat meningkatkan aktivitas belajarnya sehingga dapat dengan mudah
memahami materi yang disampaikan oleh pendidik.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Media
Prezi terhadap Pembelajaran Menceritakan Kembali Teks Biografi
Peserta Didik Kelas X SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan Tahun
Pelajaran 2019/2020.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Rendahnya minat siswa dalam memahami materi menceritakan
kembali teks biografi.
2. Kemampuan menceritakan kembali merupakan sebuah kemampuan
yang dianggap sulit untuk dikuasai oleh sebagian peserta didik.
3. Belum tepatnya metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh
guru.
4. Media pembelajaran belum dimanfaatkan secara optimal.
5. Pemanfaatan media Prezi sebagai alternatif untuk meningkatkan
kemampuan menceritakan kembali teks biografi peserta didik kelas X
SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan.

2
Zurrahma Rusyfian, Prezi Solusi Presentasi Masa Kini, (Bandung: Informatika
Bandung, 2016), hlm. 2.
5

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pemanfaatan
media prezi terhadap pembelajaran menceritakan kembali teks biografi
pada peserta didik kelas X SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran 2019/2020.

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
pemanfaatan media prezi terhadap pembelajaran menceritakan kembali
teks biografi pada peserta didik kelas X SMA IT Insan Madani 8
Tangerang Selatan tahun pelajaran 2019/2020?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pemanfaatan media media
prezi terhadap keterampilan menceritakan kembali isi teks biografi
pada peserta didik kelas X-MIPA SMA IT Insan Madani 8 Tangerang
Selatan tahun pelajaran 2019/2020.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat berperan sebagai
sumbangsih untuk proses belajar mengajar yang lebih baik.
Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa pemilihan media
pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh terhadap keterampilan
peserta didik khususnya pada keterampilan menceritakan kembali
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
b. Manfaat Praktis:
1) Bagi Sekolah
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka
memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah bahwa
6

pembelajaran berbicara, khususnya menceritakan ulang teks


biografi dapat menggunakan media prezi sebagai bahan
pencapaian hasil belajar yang maksimal.
2) Bagi Peserta Didik
Penggunaan media pembelajaran prezi diharapkan dapat
menjadi sebuah inovasi baru bagi peserta didik, sehingga dapat
meningkatkan keaktifan dan minat belajarnya selama kegiatan
pembelajaran.
3) Bagi Guru
Pemanfaatan media pembelajaran prezi dapat
meningkatkan kreativitas guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Penggunaan media ini juga membuat guru
terampil menggunakan model pembelajaran yang variatif.
4) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media ketika nanti
menjadi guru. Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat
mengembangkan kreatifitas untuk terus mencari dan
menemukan media yang lebih efektif untuk meningkatkan
keterampilan menceritakan ulang teks biografi.
BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Hakikat Media Pembelajaran


1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang
dapat memengaruhi proses belajar mengajar di kelas. Semakin inovatif
media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik, maka semakin
baik pula penerimaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang
sedang dipelajari.
Heinich berpendapat bahwa media adalah alat saluran komunikasi.
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara
antara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan
tercetak (prinred materials), komputer, dan infrastruktur. Contoh
media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika
membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran1
Gerlach & Ely menyatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-
alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.2
Sependapat dengan pandangan Gerlach, Gagne juga menyatakan
bahwa media pembelajaran adalah pelbagai komponen yang ada dalam
1
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.
159.
2
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 3.

7
8

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.3 Leslie J


Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah alat-alat fisik
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film,
rekaman video, dan lain sebagainya. Briggs juga menyatakan bahwa
media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta
didik supaya terjadi proses belajar.4
Rossi dan Breidle mendefinisikan media pembelajaran sebagai
seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan
seperti radio, televisi, buku, koran majalah dan sebagainya. Rossi
berpendapat bahwa alat-alat semacam radio dan televisi kalau
digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media
pembelajaran. Bagi Rossi media itu sama dengan alat-alat fisik yang
mengandung informasi dan pesan pendidikan. Pendapat Rossi itu juga
dikemukakan oleh AECT yang menjelaskan media sebagai segala
bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan5
Suryani dan Agung menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu
guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar
ke penerima pesan belajar (siswa). Sedangkan NEA mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk
cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Sementara itu, Latuheru menyatakan bahwa media pembelajaran
adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan maksud agar proses komunikasi pendidikan antara

3
Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016),
h. 60.
4
Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Jogjakarta: Diva Perss, 2011), h.
14.
5
Sanjaya, op. cit., h. 58.
9

guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya
guna.6
Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah alat bantu atau perantara yang
digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan pesan, informasi,
dan materi pelajaran kepada peserta didik untuk dapat merangsang
pikiran dan menarik minat peserta didik terhadap materi yang sedang
dipelajari.

2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran


Gerlach & Elly mengemukakan tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang
efisien) melakukannya.
a. Ciri Fiksiatif (Fixiative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali
dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket
komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya
(direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat
direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri
fiksiatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau
objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa
mengenal waktu.
Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian
atau objek yang telah direkam atau disimpulkan dengan format
media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang
kejadiannya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat

6
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Ombak,
2012), h. 136-137.
10

diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran.


Prosedur laboratoriun yang rumit dapat direkam dan diatur untuk
kemudian direproduksi berapa kali pun pada saat diperlukan.
Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian
dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan
maupun secara kelompok.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan
karena media memiliki ciri manipulative. Kejadian yang memakan
waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua
atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse
recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong
kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik
rekaman fotografi tersebut. Di samping dapat dipercepat, proses
loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan
kemampuan manipulatif dari media. Demikian pula, suatu aksi
gerakan dapat direkam dengan foto kamera untuk foto. Pada
rekaman hidup (video, motion film) kejadian dapat diputar mundur.
Media (rekaman video atau audio) dapat diedit sehingga guru
hanya menampilkan bagian-bagian penting/utama dari ceramah,
pidato, atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagian-bagian
yang tidak diperlukan. Kemampuan media dan ciri manipulative
memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi
kesalahan dalam pengaturan urutan kejadian atau pemotongan
bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan
penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan
menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang
tidak diinginkan.
c. Ciri Distiributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
11

kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan


stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas
atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah
tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio,
disket computer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang
diinginkan kapan saja.7

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran


Rusman berpendapat bahwa media pembelajaran memiliki fungsi
yang sangat stategis dalam pembelajaran. Seringkali terjadi banyaknya
siswa yang tidak atau kurang memahami materi pelajaran yang
disampaikan guru atau pembentukan kompetensi yang diberikan pada
siswa dikarenakan ketiadaan atau kurang optimalnya pemberdayaan
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Beberapa fungsi
media pembelajaran menurut Rusman di antaranya:
a. Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Media
pembelajaran merupakan alat batu yang dapat memperjelas,
mempermudah, mempercepat penyampaian pesan atau materi
pelajaran kepada para siswa, sehingga inti materi pelajaran secara
utuh dapat disampaikan pada para siswa.
b. Sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran. Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang mana di dalamnya memiliki sub-sub
komponen di antaranya adalah komponen media pembelajaran.
Dengan demikian media pembelajaran merupakan sub komponen
yang dapat menentukan keberhasilan proses maupun hasil
pembelajaran.
c. Sebagai pengarah dalam pembelajaran. Salah satu fungsi dari
media pembelajaran adalah sebagai pengarah pesan atau materi apa

7
Arsyad, op. cit., h. 12-14.
12

yang akan disampaikan, atau kompetensi apa yang akan


dikembangkan untuk dimiliki siswa.
d. Sebagai permainan atau membangkitkan perhatian dan motivasi
siswa. Media pembelajaran dapat membangkitkan perhatian dan
motivasi siswa dalam belajar, karena media pembelajaran dapat
mengakomodasi semua kecakapan siswa dalam belajar. Media
pembelajaran dapat memberikan bantuan pemahaman pada siswa
yang kurang memiliki kecakapan mendengar atau melihat atau
yang kurang memiliki konsentrasi dalam belajar. Dapat pula alat
bantu pembelajaran ini menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih
langsung antara murid dengan sumber belajar.
e. Meningkatkan hasil dan proses pembelajaran. Secara kualitas dan
kuantitas media pembelajaran sangat memberikan kontribusi
terhadap hasil maupun proses pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam penggunaan media pembelajaran harus memperhatian
rambu-rambu mekanisme media pembelajaran.
f. Mengurangi terjadinya verbalisme. Dalam pembelajaran sering
terjadi siswa mengalami verbalisme karena apa yang diterangkan
atau dijelaskan guru lebih bersifat abstrak atau tidak ada wujud,
tidak ada ilustrasi nyata atau salah contoh, sehingga siswa hanya
bisa mengatakan tetapi tidak memahami bentuk, wujud, dan
karakteristik objek. Dengan demikian media pembelajaran dapat
berfungsi sebagai alat yang efektif dalam memperjelas pesan yang
disampaikan.
g. Mengalami keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.
Sering terjadi dalam pembelajaran menjelaskan objek pembelaran
yang sifatnya sangat luas, besar, atau sempit, kecil atau bahaya,
sehingga memerlukan alat bantu untuk menjelaskan, mendekatkan
pada objek yang dimaksud.8

8
Rusman, op. cit., h. 162-163.
13

Dale mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat


memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Berikut ini manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar menurut Sudjana & Rivai.
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau
guru mengajar pada setiap jam.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemostrasikan, memerankan dan lain-
lain.9
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa fungsi dan manfaat dari media pembelajaran adalah sebagai alat
bantu dalam proses pembelajaran agar penyampaian materi menjadi
lebih jelas dan mampu menarik perhatian peserta didik sehingga
peserta didik dapat memahami dan menguasai materi serta dapat
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru.

4. Klasifikasi Media Pembelajaran


Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
tergantung dari sudut mana melihatnya. Berikut ini klasifikasi media
pembelajaran menurut Wina Sanjaya.10

9
Arsyad, op. cit., h. 24-25.
10
Sanjaya, op. cit., h. 118-119.
14

a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:


1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,
atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio,
tape recorder, kaset, piringan hitam dan rekaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Beberapa hal yang termasuk ke
dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media
grafis dan lain sebagainya.
3) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat,
seperti misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide
suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap
lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur
jenis media yang pertama dan kedua.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi
ke dalam:
1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti
radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari
hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak
tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
2) Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu seperti film slide, film, video dan lain sebagainya.
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi
ke dalam:
1) Media yang diproyeksikan seperti film slide, film stripe,
transparansi, komputer dan lain sebagainya. Jenis media yang
demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film
proyektor untuk memproyeksikan film slide, Overhead
Projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi, LCD
untuk memproyeksikan komputer. Tanpa dukungan alat
15

proyeksi semacam ini, maka media semacam ini akan kurang


berfungsi.
2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan,
radio, dan lain sebagainya dan berbagai bentuk media grafis
lainnya.
Klasfikasi media pembelajaran juga dikemukakan oleh Rusman,
menurutnya terdapat lima jenis media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran, yaitu:
1) Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan indera penglihatan yang terdiri atas media yang
dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan
yang biasanya berupa gambar diam atau gambar bergerak.
2) Media Audio
Media audio merupakan media yang mengandung pesan
dalam bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan para peserta didik untuk mempelajari
bahan ajar. Contoh dari media audio ini adalah program kaset suara
dan program radio.
3) Media Audio-Visual
Media audio-visual merupakan kombinasi audio dan visual
atau biasa disebut media pandang-dengar. Contoh dari media
audio-visual adalah program video/televisi pendidikan,
video/televisi instruksional, dan program slide suara (sound slide).
4) Kelompok Media Penyaji
Media kelompok penyaji ini sebagaimana diungkapkan
Donald T. Tosti dan John R. Ball dikelompokkan ke dalam tujuh
jenis, yaitu:
a) Kelompok kesatu: grafis, bahan cetak, dan gambar diam
b) Kelompok kedua: media proyeksi diam
c) Kelompok ketiga: media audio
16

d) Kelompok keempat: media visual


e) Kelompok kelima: media gambar hidup/film
f) Kelompok keenam: media televisi
g) Kelompok ketujuh: multi media
5) Media Objek dan Media Interaktif Berbasis Komputer
Media objek merupakan media tiga dimensi yang
menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan
melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya, bentuknya,
beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya.
Media ini dapa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu media objek
sebenarnya dan media objek pengganti. Sedangkan media interaktif
berbasis komputer adalah program interaktif dalam pembelajaran
komputer.11
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa klasifikasi media yang dapat digunakan oleh guru untuk
menunjang proses pembelajaran yaitu: media visual, media audio-
visual, media penyaji, serta media objek dan media interaktif berbasis
komputer.

5. Multimedia Berbasis Komputer


a. Pengertian Multimedia Berbasis Komputer
Rusman berpendapat bahwa saat ini teknologi komputer
tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan
pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana
belajar multimedia yang memungkinkan mahasiswa membuat
desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian
multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi
yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk
menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah
tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat

11
Rusman, op. cit., h. 143.
17

mengombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan


pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media
teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi
pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan
animasi.12
Munir mengungkapkan bahwa multimedia berhubungan
dengan penggunaan lebih dari satu macam media untuk
menyampaikan informasi. Multimedia berasal dari kata multi dan
media. Multi berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti
banyak atau bermacam-macam. Sedangkan kata media berasal dari
bahasa Latin, yaitu medium yang berarti perantara atau sesuatu
yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau
membawa sesuatu. Kata medium dalam American Heritage
Electronic Dictionary (1991) diartikan sebagai alat untuk
mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Berdasarkan
itu multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media
(format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik,
sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang telah dikemas
menjadi file digital (komputerisasi), digunakan untuk
menyampaikan atau menghantarkan pesan kepada publik.13
Sementara itu, definisi multimedia menurut Haffost dalam
Feldmans adalah suatu sistem komputer yang terdiri dari hardware
dan software yang memberikan kemudahan untuk menggabungkan
gambar, video, fotografi, grafik dan animasi dengan suara, teks,
dan data yang dikendalikan dengan program komputer. Sejalan
dengan hal tersebut, Jayant, dkk dalam Infotech menyatakan bahwa
multimedia adalah dasar dari teknologi modern yang meliputi
suara, teks, video, gambar, dan data.14

12
Rusman, op. cit., h. 146.
13
Munir, Multimedia: Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 2-3.
14
Rusman, op. cit., h. 149.
18

b. Bentuk-bentuk Penggunaan Multimedia Berbasis Komputer


Rusman menyatakan beberapa bentuk penggunaan
komputer sebagai multimedia yang dapat digunakan dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Penggunaan Multimedia Presentasi
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan
materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam
pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak
di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan
multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup
besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua
unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan
sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga
mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa.
Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe
visual, auditif, maupun kinestetik. Penggunaan perangkat lunak
perancang presentasi seperti Microsoft Power Point, Corel
Presentation, hingga perkembangan perangkat lunak terbaru
seperti Macromedia Flash MX dan Direktor MX.
Berbagai perangkat lunak tersebut memungkinkan
presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan
sangat menarik karena didukung oleh perkembangan sejumlah
perangkat keras sebagai penunjangnya.
2) CD Multimedia Interaktif
CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di
sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa
terutama komputer. Sifat media ini selain interaktif juga
bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap
yang meliputi sound, animasi, video, teks, dan grafis.. 15

15
Rusman, op. cit., h. 147-149.
19

B. Hakikat Multimedia Prezi


1. Pengertian Multimedia Prezi
Prezi adalah sebuah perangkat lunak untuk presentasi berbasis
internet (SaaS). Selain untuk presentasi, prezi juga dapat digunakan
sebagai alat untuk mengeksplorasi dan berbagi ide di atas kanvas
virtual. Prezi menjadi unggul karena program ini menggunakan
en:Zooming User Interface (ZUI), yang memungkinkan pengguna
prezi untuk memperbesar dan memperkecil tampilan media presentasi
mereka.16
Brian dan Alyson dalam penelitiannya mengungkapkan,“Prezi is
an online presentation service provider that offers different types of
accounts and options for creating and storing digital presentations.
Traditional presentation software requires preparing a linear story
line using a storyboard approach. Prezi, on the other hand, allows for
both a linear and a free-flowing presentation of a story line. Like
traditional presentation software, prezi has the capability of
integrating text, images, animation, audio, and video seamlessly into a
single presentation.”17

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa prezi adalah


penyedia layanan presentasi daring yang menawarkan berbagai jenis
akun dan pilihan untuk membuat dan menyimpan presentasi digital.
Perangkat lunak presentasi tradisional harus menyiapkan alur cerita
linier menggunakan pendekatan storyboard. Prezi memungkinkan
untuk membuat presentasi dengan dua cara, yaitu secara linear dan non
linear. Seperti perangkat lunak presentasi tradisional, prezi memiliki
kemampuan mengintegrasikan teks, gambar, animasi, audio, dan video
mulus menjadi satu presentasi.
Diamond juga mengemukakan, “Prezi describes itself as a digital
storytelling tool. Most slide programs dictate a process. They’re set up
to organize material for a presenter to talk about in a linear fashion,
which is great for the presenter but not always great for the audience.
Prezi, on the other hand, uses content to create a story line. With prezi,

16
Zurrahma Rusyfian, Prezi: Solusi Presentasi Masa Kini, (Bandung: Informatika, 2016),
h. 2.
17
Brian E. Perron and Alyson G., A Review of a Presentation Technology: Prezi,
Research on Social Work Practice, 2010, p. 1.
20

the organization of the material doesn’t dictate a particular process —


the story does.”18

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa prezi


mendefinisikan dirinya sendiri sebagai sebuah alat untuk bercerita
secara digital. Sebagian besar program presentasi menampilkan suatu
proses. Program-program tersebut dirancang untuk mengatur materi
untuk dapat ditampilkan secara linear oleh pembicara, yang mana hal
tersebut bagus untuk pembicara tetapi tidak selalu bagus untuk
pendengarnya. Prezi, di sisi lain, menggunakan konten untuk membuat
suatu rangkaian cerita. Dengan prezi, penataan materi tidak
menampilkan sebuah proses tertentu, melainkan sebuah cerita.
Prezi digunakan sebagai alat untuk membuat presentasi dalam
bentuk linier maupun non-linier, yaitu presentasi terstruktur sebagai
contoh dari presentasi linier, atau presentasi berbentuk peta pikiran
(mind-map). Pada prezi, teks, gambar, video, dan media presentasi
lainnya ditempatkan di atas kanvas presentasi, dan dapat
dikelompokkan dalam bingkai-bingkai yang telah disediakan.
Pengguna kemudian menentukan ukuran relatif dan posisi antara
semua obyek presentasi dan dapat mengitari serta menyorot obyek-
obyek tersebut. Untuk membuat presentasi linier, pengguna dapat
membangun jalur navigasi presentasi yang telah ditentukan
sebelumnya.19
Harvey dan Barringer berpendapat bahwa prezi adalah sebuah
presentasi yang dapat membantu untuk menyampaikan pesan yang
kompleks menjadi menarik dengan cara yang dinamis. Prezi juga
merupakan sebuah software presentasi perangkat lunak “berbasis
flash” dan memberi kebebasan pada pengguna untuk membuat sebuah

18
Stephanie Diamond, Prezi for Dummies, (Indianapolis: Wiley Publishing Inc., 2010), p.
10.
19
Muh. Rais, “Pengaruh Penggunaan Multimedia Presentasi Berbasis Prezi dan Gaya
Belajar terhadap Kemampuan Mengingat Konsep”, Jurnal Mekom, Vol.2 No.1, 2015, h. 12.
21

presentasi yang dinamis yang terlihat berbeda dengan slide show


powerpoint pada umumnya.20

2. Sejarah Munculnya Prezi


Prezi pada awalnya dikembangkan oleh arsitek Hungaria bernama
Adam Somlai-Fischer sebagai alat visualisasi arsitektur. Misi yang
dinyatakan oleh prezi adalah untuk “membuat berbagi ide menjadi
lebih menarik”, dan prezi sengaja dibuat untuk menjadi alat untuk
mengembangkan dan berbagi ide dalam bentuk visual yang bersifat
naratif.
Adam Somlai-Fischer adalah seorang arsitek dan seniman yang
telah berkutat dengan presentasi yang dapat diperbesar dan diperkecil
sejak tahun 2001. Adam menemukan bahwa en:Zooming User
Interface (ZUI) memungkinkan ia untuk mengeksplorasi gambaran
besar dari sebuah denah lantai atau instalasi dan kemudian
memperbesar detail-detail dari denah lantai tersebut. Karena pada saat
itu belum tersedia editor presentasi ZIU yang tersedia secara
komersial, setiap presentasi ZIU yang ia kembangkan harus ia buat
secara manual.
Pada tahun 2007, Peter Halascy, seorang profesor dari Universitas
Teknologi Budapest berhasil meyakinkan Adam untuk
mengembangkan editor ZIU agar dapat digunakan oleh umum. Setelah
membuat prototipe dari ZIU editor tersebut, mereka merekrut
wirausahawan ketiga, yaitu Peter Arvai, untuk bergabung sebagai
CEO- untuk membantu dalam meluncurkan produk dan
perusahaannya. Prezi kemudian diluncurkan pada bulan April tahun
2009 di Budapest. Peluncuran tersebut mengundang investasi dari
TED Conferences and Sunstone Capital.21

20
Surani dan Dina Ampera, “Pengembangan Media Pembelajaran Prezi Pada Mata
Pelajaran Membuat Pola di Smk Awal Karya Pembangunan Galang”, Jurnal Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Vol. 19 No. 1, 2017, h. 15.
21
Rusyfian, op. cit., h. 2-4.
22

3. Menu Prezi
Menu utama pada Prezi interface disebut dengan istilah Menu
Gelembung (Bubble Menu) , yang terdiri dari lima konten utama.
Dengan mengetahui cara menavigasi menu gelembung pada prezi
dapat membantu pengguna untuk membuat presentasi yang menarik.
Berikut ini adalah konten utama pada menu gelembung prezi.22

Tools dalam Prezi


Gunakan gelembung ini Untuk melakukan ini
Write Mengetik teks, menyisipkan pranala
web, dan mengakses ikon
Transformation Zebra yang dapat
memindahkan, mengatur ukuran, dan
memutar konten.
Insert Mengunggah berkas media dan
memasukkan bentuk-bentuk seperti
panah, garis bebas, atau tembolok
Frame Menyisipkan “wadah” di sekeliling
konten presentasi untuk
mengelompokkan konten. Wadah yang
tersedia adalah braket, lingkaran,
segitiga, dan tersembunyi.
Path Mengatur tampilan navigasi satu per
satu, menangkap tampilan dalam
sebuah bingkai (wadah), atau
menghapus seluruh alur, dan
memulainya dari awal.

22
Stephanie Diamond, Prezi For Dummies Cheat Seet,
https://www.dummies.com/software/other-software/prezi-for-dummies-cheat-sheet/, diakses pada
tanggal 24 Agustus 2019 pukul 14.41 WIB.
23

Colors and Fonts Menerapkan gaya-gaya presentasi


tertentu. Masing-masing gaya memiliki
pemilihan huruf dan warna di
dalamnya.

4. Kelebihan dan Kekurangan Prezi


Brian dan Alyson dalam penelitiannya mengungkapkan, “Prezi can
be used as a tool for creating dynamic and informative presentations.
Unlike many existing presentation tools, Prezi allows users to work on
and access their presentation tools require content to fit within the
boundaries of a slide, where as prezi allows users to prepare and
present content of virtually any size. The presenter can focus on
different elements by using the zooming and panning features. This can
save a significant amount of time in preparing a presentation, and
such capabilities can also help the audience view big picture concepts
and specific details, which can greatly aid in comprehension and
retention of information.”23
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa prezi dapat
digunakan sebagai alat untuk menciptakan presentasi yang dinamis dan
informatif. Tidak seperti banyak alat presentasi yang ada, prezi
memungkinkan pengguna untuk mengerjakan dan mengakses
presentasi mereka secara online, serta di komputer lokal mereka. Alat
presentasi lainnya membutuhkan konten agar sesuai dengan batas
slide, sedangkan prezi memungkinkan pengguna untuk menyiapkan
dan menyajikan konten hampir pada semua ukuran. Presenter dapat
fokus pada unsur-unsur yang berbeda dengan menggunakan fitur
(zooming and panning). Hal tersebut dapat mengefektifkan waktu
dalam mempersiapkan presentasi, dan kemampuan seperti itu juga
dapat membantu penonton untuk melihat konsep gambar secara besar,
detail, dan spesifik yang dapat membantu dalam pemahaman dan
penyimpanan informasi.
Brian dan Alyson dalam penelitiannya juga mengungkapkan, “In
our experience, the prezi website is intuitive and has several tutorials
and options to hel[ users get started with this technology. However,
23
Brian E. Perron and Alyson G., op. cit., p. 2.
24

users who are not skilled at working with different file types and
navigating websites may find prezi confusing at first. At the time of
writing this review, prezi does not offer live technical problems
loading prezi if their system (i.e., hardware and software) is not up to
date. prezi is a subscription-based service, and some features may not
be affordable to all persons or organizations. The free account option
that prezi offers still requires that users have access to an updated
computer with an Internet connection, which may not always be
available to some participants.”24

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa situs web prezi


bersifat intuitif dan memiliki beberapa tutorial dan pilihan untuk
membantu pengguna untuk memulai menggunakan teknologi ini.
Namun, pengguna yang tidak terampil mengoperasikan berbagai jenis
file dan menavigasi situs web mungkin merasa prezi membingungkan
pada awalnya. Selain itu, beberapa pengguna mungkin mengalami
masalah saat memuat prezi jika sistem mereka (perangkat keras dan
perangkat lunak) tidak mutakhir. Prezi adalah layanan berbasis
langganan, dan beberapa fitur mungkin tidak terjangkau untuk semua
orang atau organisasi. Pilihan akun gratis yang ditawarkan prezi masih
mengharuskan pengguna memiliki akses ke komputer yang diperbarui
dengan koneksi Internet, yang mungkin tidak selalu tersedia untuk
beberapa pengguna.

C. Hakikat Berbicara
1. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan
menyimak, dan masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar
dipelajari. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan dari
batasan ini, dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem

24
Ibid.
25

tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible)


yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia untuk
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik,
dan lingusitik sedemikian ekstensif, sehingga secara luas, berbicara
dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi
keperluan kontrol sosial.25
Elvi Susanti mengemukakan bahwa keterampilan berbicara
merupakan keterampilan yang mekanistik. Semakin banyak berlatih,
semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada
seseorang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses
latihan. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar mengemukakan bahwa
keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus
sitem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan,
perasaan, dan keinginan kepada orang lain.26
Mulgrave menyatakan bahwa berbicara lebih daripada hanya
sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar atau penyimak. 27
Mudini dan Salamat Purba berpendapat bahwa pada hakikatnya
berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam
bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.28

25
Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1979), h. 3-16.
26
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 3-4.
27
Tarigan, op. cit., h. 16.
28
Mudini dan Salamat Purba, Pembelajaran Berbicara-KKG, (Jakarta: Depdiknas, 2009),
h. 4
26

Sependapat dengan pandangan beberapa ahli di atas, Asep


Supriyana menyatakan bahwa berbicara merupakan keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, melalui kemampuan
berbicara, seseorang menyampaikan pengalaman, pikiran, ide kreatif,
dan pendapatnya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Kemampuan berbicara seseorang ditentukan dengan
tingkat penguasaannya terhadap topik pembicaraan dan kebahasaan.29

2. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan isi pikiran secara efektif, pembicara harus memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan terhadap
pendengarnya. Di samping itu, pembicara harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari situasi pembicaraan, baik secara umum
maupun perseorangan.30
Pada dasarnya, berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu: (1)
memberitahukan, melaporkan (to inform); (2) menjamu, menghibur (to
entertain); (3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to
persuade). Dari tiga tujuan umum berbicara tersebut, jika diuraikan,
dapat dibedakan menjadi lima tujuan berbicara. Kelima tujuan itu akan
diuraikan sebagai berikut.
1) Menghibur
Tujuan berbicara untuk menghibur biasanya dilakukan oleh
pelawak, pemain dagelan, seperti Srimulat dan sebagainya.
Suasana pembicaraan biasanya santai, rileks, penuh canda, dan
menyenangkan. Sesuai dengan namanya, dalam berbicara untuk
menghibur pendengar, pembicara biasanya menarik perhatian
pendengar dan menimbulkan perasaan terhibur pada diri pendengar

29
Yeti Mulyati, dkk., Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), h. 6.3.
30
I Nengah Suandi, dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia: Berorientasi Integrasi
Nasional dan Harmoni Sosial, (Modul Tidak Diterbitkan), (Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha, 2013), h. 129.
27

dengan berbagai cara, seperti: humor, spontanitas, dan kisah-kisah


jenaka.
2) Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan banyak sekali
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara untuk tujuan
menginformasikan dilakukan apabila pembicara ingin melaporkan,
menjelaskan suatu proses, menguraikan, menafsirkan atau
menginterpretasikan suatu hal, memberi atau menanamkan suatu
pengetahuan, menjelaskan kaitan atau hubungan antara benda-
benda, hal atau peristiwa.
3) Menstimulasikan
Dalam berbicara dengan tujuan menstimulasi, pembicara
berusaha membangkitkan inspirasi, kemauan, atau minat
pendengar untuk melakukan sesuatu. Berbicara untuk tujuan
menstimulasi jauh lebih kompleks daripada berbicara untuk
menginformasikan dan menghibur. Pembicara harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang memadai. Pembicara harus
benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan
cita-cita pendengarnya. Berdasarkan keadaan itulah pembicara
masuk menstimulasi, membangkitkan semangat dan emosi
pendengar, sehingga pendengar tergerak untuk melakukan atau
mengerjakan sesuatu yang dikendaki pembicara.
4) Meyakinkan
Dalam berbicara untuk tujuan meyakinkan, pembicara
berupaya meyakinkan pendengar akan sesuatu. Melalui
pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah,
misalnya dari sikap menolak menjadi menerima. Melalui
pembicara yang terampil dan meyakinkan yang disertai dengan
bukti, fakta, contoh, dan ilustrasi yang mengena, akhirnya sikap
pendengar dapat diubah dari tidak setuju menjadi setuju.
28

5) Menggerakkan
Dalam berbicara dengan tujuan menggerakkan, pembicara
berupaya agar mampu menggerakkan pendengar untuk mau
berbuat, bertindak, atau bereaksi seperti yang dikehendaki oleh
pembicara. Berbicara dengan tujuan menggerakkan merupakan
kelanjutan atau perkembangan dari berbicara dengan tujuan
meyakinkan, karena untuk menggerakkan pendengar agar berbuat
atau bertindak, pembicara harus mampu meyakinkan pendengar
terlebih dahulu. Setelah pendengar yakin, lebih lanjut pembicara
berupaya membakar emosi pendengar, sehingga akhirnya
pendengar terdengar untuk berbuat atau bertindak. Dalam berbicara
untuk tujuan menggerakkan, pembicara dituntut untuk berwibawa
sebagai panutan, atau tokoh idola di masyarakat.31

3. Faktor-faktor Penunjang Berbicara


Untuk memiliki kemampuan berbicara yang baik, maka penting
bagi pembicara untuk mengetahui berbagai faktor yang dapat
menunjang kemampuan berbicara. Berikut ini beberapa faktor
penunjang kemampuan berbicara menurut Elvi Susanti.
1) Pengetahuan
Seorang pembicara penting untuk memiliki pengetahuan,
baik yang berkaitan dengan kebahasaan maupun materi berbicara.
Pengetahuan dan wawasan pembicara sangat diperlukan dalam
berbicara. Kedalaman dan bobot gagasan yang diungkapkan sangat
ditentuan oleh pengetahuan dan wawasan pembicara. Dengan
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dapat menjadikan
pembicara lebih percaya diri dan dapat mengatur irama
pembicaraan.

31
I Nengah Suandi, dkk., op. cit., h. 130-131.
29

2) Kesiapan Mental
Kemampuan berbicara tidak hanya didukung oleh
kemampuan intelegensi, tetapi juga harus didukung oleh kesiapan
mental. Dalam berbicara, ada sesuatu yang ingin dikemukakan oleh
seorang pembicara kepada pendengar. Sesuatu yang dikemukakan
tersebut tidak akan muncul dengan sempurna kalau tidak didukung
oleh kesiapan mental.
3) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
a. Membangun Kepercayaan Diri
Ketakutan adalah reaksi spontan dari tekanan luar dan
dalam dari seseorang saat berbicara di depan khalayak ramai,
yang perlu dilakukan adalah menemukan tujuan yang realistis,
hal ini paling mendasar untuk dilakukan dalam upaya
membangun rasa percaya diri.
b. Menghilangkan Pikiran Negatif
Imajinasi sangat ampuh membunuh rasa takut, ketika rasa
takut menghantui berimajinasilah seolah-olah menjadi
pembicara yang profesional. Saat seseorang akan berbicara
maka ia harus mengeluarkan segala pikiran negatif tersebut dari
kepalanya, jangan pesimis dulu dalam menghadapi keadaan
negatif atau blok negatif dalam pikiran anda.
4) Bahasa Tubuh
Pidato yang efektif menyempurnakan pidato melalui bahasa
tubuh yang alami. Bahasa tubuh yang tak alami atau gerakan yang
dibuat-buat mengimplikasikan ketidaktulusan hati dan
mengganggu jalanya pidato atau presentasi. Gerak fisik yang alami
secara nyata akan memperjelas nilai penyampaian pidato karena
memberikan poin-poin (pokok pidato) yang diutarakan. Bahasa
tubuh yang dapat digunakan oleh pembicara adalah tatapan mata
dan gerak isyarat.
30

5) Pengelolaan Suara
Anggap saja tubuh seorang pembicara sebuah pabrik dan
audiens adalah konsumen yang membutuhkan produk, jadi
pembicara perlu memproduksi suara yang baik supaya konsumen
puas. Karakter dan kualitas suara yang baik adalah sebagai berikut:
a) Menyenangkan untuk didengar.
b) Dinamis, memberikan impresi penuh tenaga dan kekuatan.
c) Ekspresif, kaya akan suara
d) Jelas, segar, dan punya power kuat untuk didengar.
e) Mengalir, wajar, dan tidak dibuat-buat.
6) Penguasaan Topik
Berhasil atau tidaknya seseorang berbicara di depan publik
berpengaruh pada sedalam apa pembicara menguasai materi yang
akan disampaikannya.32

4. Faktor-Faktor Penghambat Berbicara


Berbicara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setiap orang
untuk berkomunikasi. Kemampuan untuk berbicara di depan umum
memang tidak dimiliki oleh semua orang. Kemampuan ini dapat
dimiliki oleh semua orang jika melalui proses belajar dan berlatih
secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses
belajar pun masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan, hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang merupakan hambatan
dalam kegiatan berbicara. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
menyebabkan hambatan dalam berbicara.
1) Faktor Fisik
Faktor fisik memiliki dua penyebab, yaitu:
a. Faktor yang berada pada partisipan itu sendiri, misalnya organ
bicara kurang sempurna, dan pancaindera tidak berfungsi
dengan semestinya.

32
Susanti, op. cit., h. 14-20.
31

b. Faktor yang berasal dari luar partisipan, misalnya suara gaduh


yang ditimbulkan oleh berbagai sumber, kondisi ruangan dan
sebagainya.
2) Faktor Media
Sujanto mengungkapkan bahwa komunikasi dibatasi pada
berbicara, maka media yang dimaksud adalah bahasa ragam lisan.
Gangguan/hambatan yang mungkin timbuk dan mengacaukan
komunikasi bersumber pada dua faktor, yaitu:
a. Faktor linguistik
Gangguan/hambatan dari kebahasaan ini dapat mempunyai
bentengan dari ketidakpahaman makna beberapa kata atau
istilah, ungkapan serta bentuk-bentuk kebahasaan lainnya
sehingga tidak mengenal media itu sama sekali. Misalnya sama
sekali tidak mengerti bahasa yang dipergunakannya, sehingga
sama sekali tidak komunikatif.
b. Faktor non-linguistik
Gangguan/hambatan dari segi ini dibedakan lagi atas dua
sumber, yaitu mengenai “lagu”, tekanan, irama, dan ucapan
mengenai “body language” atau isyarat gerak bagian-bagian
tubuh, seperti perubahan air muka, pandangan mata, gerakan
kepala, dan tangan.

3) Faktor Psikologis
Pengiriman dan penerimaan pesan dapat dipengaruhi juga
oleh kejiwaan para peserta komunikasi. Apalagi jika ketika ingin
berbicara, psikologi pembicara mengalami gangguan/hambatan
yang terkadang mungkin tidak disengaja, seperti keadaan marah,
sedih, takut, enggan, buruk sangka, terkejut, dan maksud kurang
terpuji dapat mengganggu keaslian maksud dari pesan tersebut.
Faktor psikologis yang menjadi hambatan terbesar saat
berbicara adalah nervous,gugup/takut, dan blank. Keadaan ini
32

biasanya semakin memuncak ketika akan berbicara di depan


umum.33

5. Bentuk-Bentuk Kompetensi Berbicara


Nurgiyantoro berpendapat bahwa ada banyak tugas yang dapat
diberikan kepada peserta didik untuk mengukur kompetensi
berbicaranya dalam bahasa target. Apapun yang dipilih haruslah yang
memungkinkan peserta didik untuk tidak saja mengekspresikan
kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan,
pikiran, perasaan, atau menyampaikan informasi. Dengan demikian,
tes tersebut bersifat fungsional, di samping dapat juga menangkap
kemampuan peserta didik berbicara dalam bahasa yang bersangkutan
mendekati pemakaiannya secara normal. Selain itu, pemberian tugas
hendaklah juga dilakukan dengan cara yang menarik-menyenangkan
agar peserta uji tidak merasa tertekan dan dapat mengungkapkan
kompetensi berbahasanya secara normal dan maksimal. Berikut ini
bentuk-bentuk tugas kompetensi dalam berbicara.
a) Berbicara Berdasarkan Gambar
Untuk mengungkap kemampuan berbicara peserta didik
dalam suatu bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan
yang baik. Rangsang gambar yang dapat dipakai sebagai rangsang
berbicara dapat dikelompokkan ke dalam gambar objek dan
gambar cerita. Gambar objek merupakan gambar tentang objek
tertentu yang berdiri sendiri seperti binatang, kendaraan, pakaian,
alam, dan berbagai objek lainnya yang kehadirannya tidak
memerlukan bantuan objek gambar yang lain. Sedangkan gambar
cerita adalah gambar susun yang terdiri dari sejumlah panel
gambar yang saling berkaitan secara keseluruhan membentuk
sebuah cerita.

33
Susanti, op. cit., h. 20-22.
33

b) Berbicara Berdasarkan Rangsang Suara


Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim
dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau
rekaman yang sengaja dibuat untuk maksud tersebut. Program
radio yang dimaksud dapat bermacam, misalnya siaran berita,
sandiwara atau program-program lain yang layak.
c) Berbicara Berdasarkan Rangsang Visual dan Suara
Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara
merupakan gabungan antara berbicara berdasarkan gambar dan
suara pada penjelasan sebelumnya. Namun, wujud visual yang
dimaksud sebenarnya lebih dari sekedar gambar. Selain wujud
gambar diam, ia juga berupa gambar gerak dan gambar aktivitas.
Contoh rangsang yang dimaksud yang paling banyak dikenal
adalah siaran televisi, video, atau berbagai bentuk rekaman sejenis.
d) Bercerita
Tugas bercerita yang dimaksudkan di sini ada kemiripan
dengan tugas bercerita berdasarkan beberapa rangsang di atas,
namun lebih luas cakupannya. Ia dapat berdasarkan “rangsang” apa
saja tergantung perintah guru. Tugas ini dalam jenis asesmen
otentik berupa tugas menceritakan kembali teks atau cerita
(retelling text or story). Jadi, rangsang yang dijadikan bahan untuk
bercerita dapat berupa buku yang sudah di baca, berbagai cerita
(fiksi dan cerita lama), berbagai pengalaman, dan lain-lain.
e) Wawancara
Wawancara (oral iterview) barangkali merupakan teknik
yang paling banyak dipergunakan untuk menilai kompetensi
berbicara seseorang dalam suatu bahasa. Wawancara biasanya
dilakukan terhadap seorang pembelajar yang kompetensi berbahasa
lisannya, sudah cukup memadai sehingga memungkinkan untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam bahasa itu.
Wawancara dimaksudkan untuk menilai kompetensi berbahasa
34

peserta uji melalui pertanyaan tentang berbagai masalah


keseharian.
f) Berdiskusi dan Berdebat
Tugas berbicara yang dimaksudkan dalam bagian ini adalah
berdiskusi, berdebat, berdialog, dan berseminar. Kegiatan tersebut
merupakan tugas-tugas berbicara yang paling tidak melibatkan dua
orang pembicara. Bahkan, dalam berseminar lazimnya diikuti
banyak peserta, walau belum tentu semuanya mau dan dapat
berbicara.
g) Berpidato
Untuk melatih kemampuan peserta didik mengungkapkan
gagasan dalam bahasa yang tepat dan cermat, tugas berpidato baik
untuk diajarkan dan diujikan di sekolah. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran (dan tes) bahasa di sekolah, tugas berpidato dapat
berwujud dalam permainan simulasi. Misalnya, peserta didik
bersimulasi sebagai kepala sekolah yang berpidato dalam upacara
bendera, menyambut tahun ajaran baru, hari sumpah pemuda, dan
sebagainya.34

D. Hakikat Keterampilan Menceritakan Kembali


1. Pengertian Bercerita
Segala kegiatan atau aktivitas dilakukan dengan tujuan tertentu.
Cerita adalah uraian, gambaran atau deskripsi tentang peristiwa atau
kejadian tertentu. Hidayat menyatakan bahwa bercerita merupakan
aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan,
pengalaman, atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun
hasil rekaan.35

34
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Komputer,
(Yogyakarta: BPFE, 2016), h. 443-462.
35
Aprianti Yafita Rahayu, Penerapan Kegiatan Bercerita: Anak Usia TK, (Jakarta: PT.
Indeks, 2013), h. 80.
35

Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu menyampaikan


gambaran atau deskripsi tentang kejadian tertentu. Artinya bercerita
merupakan kegiatan mendeskripsikan pengalaman atau kejadian yang
telah dialaminya. Bercerita juga merupakan proses kreatif anak-anak.
Dalam proses perkembangannya, cerita tidak hanya mengaktifkan
aspek-aspek intelektual tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi,
emosi, seni, fantasi, dan imajinasi, yang tidak hanya mengutamakan
otak kiri saja. Cerita menawarkan kesempatan kepada anak untuk
menginterpretasikan pengalaman langsung yang dialami anak.36
Heroman dan Jones mengemukakan bahwa bercerita merupakan
salah satu seni, bentuk hiburan, dan pandangan tertua yang telah
dipercayai nilainya dari generasi ke generasi berikutnya. Selain itu,
bercerita juga merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang secara
lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang
harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau dongeng untuk
didengarkan dengan rasa yang menyenangkan.37
Issa dalam penelitiannya mengungkapkan, “Too early in the past,
people of all cultures have used stories to help them explain a practice,
a belief, or a natural phenomenon. It is a universal means of
communicating cultural traditions and values, as well as a vehicle for
passing on information about history, science, government, and
politics. Some stories are new; others have been handed down from the
ancients. Regardless of the origin of stories, storytelling is unique and
a dynamic interaction between the teller and the listener.”.38

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa sejak zaman dahulu


bercerita telah digunakan oleh orang-orang dari berbagai lapisan
budaya untuk membantu mereka dalam menjelaskan praktik,
kepercayaan, atau fenomena alam. Bercerita adalah cara yang
universal untuk berkomunikasi mengenai tradisi dan nilai-nilai budaya,

36
Ibid.,
37
Aprianti Yafita Rahayu, op. cit., h. 80-81.
38
Osama Issa, “Research: The Art of Storytelling”, National Center For The
Distinguished, Syiria, 2016, p. 3.
36

serta sebagai wahana untuk menyampaikan informasi tentang sejarah,


sains, pemerintahan, dan politik.
Sementara itu, Serrat dalam penelitiannya mengungkapkan,
“Storytelling is the vivid description of ideas, beliefs, personal
experiences, and life-lessons through stories or narratives that evoke
powerful emotions and insights.”39

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa bercerita adalah


deskripsi yang jelas tentang ide, kepercayaan, pengalaman pribadi, dan
pelajaran hidup melalui cerita atau narasi yang membangkitkan emosi
serta wawasan yang kuat.
2. Pengertian Menceritakan Kembali
Majid berpendapat bahwa salah satu tujuan bercerita pada tingkat
pertama adalah mengukur kemampuan siswa untuk mengungkapkan
ide dan apa-apa yang diketahuinya dari sebuah cerita. Pengungkapan
cerita bisa dilakukan secara lisan saja, atau dengan lisan dan gerakan
tubuh serta ekspresi jiwa, yaitu memeragakan sambil bercerita.40
Stoutz mengemukakan, “Retelling is a skill that calls on students
to tell the story again in their own words in the correct order. In order
to do this, students must remember the story, pick out the important
pieces, and tell the story once again in the correct order.”41

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa menceritakan


kembali adalah keterampilan yang meminta siswa untuk menceritakan
kembali sebuah cerita dengan kata-kata mereka sendiri dalam urutan
yang benar. Untuk dapat melakukan kegiatan ini, siswa harus
mengingat cerita, memilih bagian-bagian penting, dan menceritakan
kembali cerita tersebut urutan yang benar
Kissner mengungkapkan, “Retelling is an oral activity in which a
reader explains the main ideas of the text also, a powerful classroom

39
Olivier Serrat, “Storytelling”, Asian Development Bank: Knowledge Solutions, Manila
, 2008, p. 1.
40
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terj. dari Al-Qisasah fi al-Tarbiyah
oleh Neneng Yanti Kh. dan Iip Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), h. 55.
41
Sarah Stoutz, “Retelling Using Different Methods”, Education Masters. Paper 199,
2011, p. 4.
37

tool for building comprehension. In this technique a reader retells the


story of reading by using his or her own words”.42

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa menceritakan


kembali adalah kegiatan lisan di mana pembaca juga menjelaskan ide-
ide utama yang terdapat pada teks, model pembelajaran yang tepat
untuk untuk membangun pemahaman. Dalam teknik ini, pembaca
menceritakan kembali kisah yang telah dibacanya dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
Isbell juga mengungkapkan, “Retelling stories encourages children
to use their imagination, expand their ideas, ad create visual images
as they transfer the plot to a new setting, include different charactes,
or add new voices.”43

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa menceritakan


kembali sebuah cerita dapat mendorong anak-anak untuk
menggunakan imajinasi mereka, memperluas ide-ide mereka, dan
membuat gambar visual ketika mereka mentransfer plot ke pengaturan
baru, memasukkan karakter yang berbeda, atau menambahkan suara
baru.
Sementara itu, Doug Stevenson mengungkapkan bahwa “Latihan
storytelling atau menyampaikan cerita sama saja seperti mengasah
kemampuan komunikasi.” Menurutnya, storytelling adalah
keterampilan berbicara yang sangat bermanfaat baik saat mengajar,
pertemuan bisnis, wawancara, ataupun kehidupan sehari-hari.44

42
Maryam Rohani dan Behzad Pourgharib, “The Impact of Retelling Technique on
Reading Comprehension of Iranian High School Student”, Journal of Language Science &
Linguistics. Vol. 3 (1), 1-4, 2015, p. 1.
43
Rebecca T. Isbell, Telling and Retelling Stories: Learning Language and Literacy,
https://www.naeyc.org/sites/default/files/globallyshared/downloads/PDFs/resources/pubs/isbell_ar
ticle_march_2002.pdf, diakses pada tanggal 4 September 2019 pukul 08.27 WIB.
44
Oh Su Hyang, Bicara Itu Ada Seninya: Rahasia Komunikasi yang Efektif, Terj. dari The
Secret Habits to Master Your Art of Speaking oleh Asti Ningsih, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer,
2018), h. 16.
38

3. Manfaat Bercerita
Manfaat pada kegiatan bercerita adalah dapat membantu anak
mengembangkan kosakata, kemampuan berbicara, mengekspresikan
cerita yang disampaikan sesuai karakteristik tokoh, serta melatih
keberanian anak untuk tampil di depan umum. Hal ini sesuai dengan
kurikulum bahwa kegiatan bercerita bermanfaat untuk:
1) Menyalurkan ekspresi anak dalam kegiatan yang menyenangkan;
2) Mendorong aktivitas, inisiatif, dan kreativitas anak agar
berpartisipasi dalam kegiatan, memahami isi cerita yang
dibacakan;
3) dan membantu anak menghilangkan rasa rendah diri, murung,
malu, dan segan untuk tampil di depan teman atau orang lain.
Musrifoh menyatakan bahwa manfaat dari kegiatan bercerita
adalah mengasah imajinasi anak, mengembangkan kemampuan
berbahasa, aspek sosial, aspek moral, kesadaran beragama, aspek
emosi, semangat berprestasi, dan melatih konsentrasi anak.
Yudha mengemukakan pula bahwa manfaat dari kegiatan bercerita
antara lain, cerita mampu melatih daya konsentrasi anak, melatih anak-
anak berasosiasi, mengasah kreativitas anak, sebagai media
bersosialisasi, menumbuhkan kepercayaan dalam diri, melatih untuk
berpikir kritis dan sistematis, dan melatih kemampuan berbahasa.45

4. Aspek Penilaian Kemampuan Bercerita


Seorang pendongeng yang baik adalah yang mengetahui aspek apa
saja yang menjadi dasar penilaian bercerita. Dalam bercerita, ada
beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Kegiatan bercerita tergolong
dalam kegiatan berbicara, maka Arsjad dan Mukti mengatakan, bahwa
ada beberapa faktor yang menjadikan kegiatan berbicara menjadi
efektif yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan.

45
Rahayu, op. cit., h. 81-82.
39

a) Aspek Kebahasaan
Aspek kebahasaan artinya aspek-aspek yang menjadi faktor
keefektifan saat berbicara dengan memerhatikan bahasa. Dalam
ilmu bahasa, terdapat ilmu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
dan pragmatik. Dalam kegiatan berbicara, hal-hal tersebut menjadi
penting untuk diperhatikan, terutama pada pengucapan, tekanan,
nada, intonasi, pilihan kata, dan struktur kalimat.
b) Aspek Non-kebahasaan
Arsjad dan Mukti menyatakan bahwa faktor kebahasaan
perlu ditanamkan lebih dulu. Meki alat penyampaiannya bahasa,
namun aspek non-kebahasaan ini penting diperhatikan lebih awal.
Kecenderungan sikap atau etitude yang kurang berterima
mengakibatkan proses komunikasi tidak berjalan dengan baik.
Arsjad dan Mukti menyatakan pula bahwa faktor non-
kebahasaan yang perlu diperhatikan antara lain: sikap, pandangan,
kesediaan, gerak-gerik dan mimik, kenyaringan, kelancaran,
penalaran, dan penguasaan topik.46

E. Hakikat Teks Biografi


1. Pengertian Teks Biografi
Biografi adalah buku yang berisi riwayat hidup seseorang, tentu
saja tidak semua aspek kehidupan dan peristiwa dikisahkan, melainkan
dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang perlu dan menarik untuk
diketahui oleh orang lain, atau pada hal-hal tertentu yang “mempunyai
nilai jual”. Biografi memberikan kejelasan tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan tokoh yang dibiografikan sepanjang hayat atau
sampai biografi tersebut ditulis. Biografi dapat pula dipergunakan
untuk menguraikan sikap dan pandangan tokoh yang bersangkutan,

46
Aries Setia Nugraha, “Peningkatan Kemampuan Bercerita dengan Menggunakan Alat
Peraga Pada Mahasiswa yang Praktik di Laboratorium Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Tahun Pelajaran 2016/2017”, Literasi: Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah, Vol. 7, No.2, 2017, h. 156.
40

mengklarifikasikan pandangan orang yang selama ini dinilai salah,


atau sebaliknya untuk memberitahukan sesuatu yang selama ini belum
diketahui orang.47
Lukens berpendapat bahwa biografi (biography) adalah sejarah
hidup seseorang Lukens mengungkapkan bahwa biografi mengandung
tiga aspek esensial, yaitu fakta, konsep, dan tone. Sebagai sebuah
konsep, biografi merupakan bacaan yang berharga yang mengisahkan
seorang tokoh tentang apa yang telah dilakukan, didemonstrasikan,
ditemukan, yang membuat tokoh tersebut menjadi signifikan, lebih
signifian daripada rata-rata orang lain.48
Fuad mengungkapkan bahwa teks biografi merupakan riwayat
hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Penulis sebagai pemilik
hak atas kekayaan intelektual atas penulisannya bertanggung jawab
atas risiko hukum buku tersebut, sementara tokoh yang ditulis hanya
sebagai narasumber. Pendekatan dalam teks biografi adalah penulis
sebagai orang ketiga.49
Wahono, Mafrukhi, dan Sawali mengungkapkan bahwa teks
biografi adalah teks yang bersifat faktual yang artinya apa yang
disampaikan berdasarkan fakta-fakta. Fakta tersebut berupa identitas
tokoh, keistimewaan, perjuangan, kesuksesan, rintangan, dan pelajaran
hidup tokoh. Teks biografi memuat banyak hal tentang kehidupan
tokoh. Hal yang paling menonjol dalam teks biografi adalah
keistimewaan dari sang tokoh.50
Biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang
lain. Dalam biografi disajikan sejarah hidup, pengalaman-pengalaman,
sampai kisah sukses orang yang sedang diulas. Dalam biografi pada

47
Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2005), h. 29.
48
Ibid., h. 394.
49
Pipit Dewi Puspitasari, Sarwiji Suwandi, dan Raheni Suhita, “Penerapan Model
Pembelajaran Think Talk Write dalam Pembelajaran Menceritakan Kembali Isi Teks Biografi
Dengan Media Cetak”, Basastra Jurnal Penelitian Bahasa Sastra Indonedia dan Pengajarannya,
Vol.6, No.1, (Solo: Universitas Sebelas Maret, 2018), h. 234.
50
Ibid.,
41

umumnya menampilkan tokoh-tokoh terkenal, orang sukses atau orang


telah berperan besar dalam suatu hal yang menyangkut kehidupan
orang banyak.51

2. Struktur Teks Biografi


Teks biografi termasuk ke dalam jenis teks narasi. Oleh karena itu,
struktur teks biografi juga sama dengan teks cerita ulang lainnya
seperti cerpen dan hikayat, yaitu: orientasi, kejadian penting, dan
reorientasi.
a) Orientasi
Orientasi atau setting berisi informasi mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa yang akan diceritakan selanjutnya untuk
membantu pendengar/pembaca. Informasi yang dimaksud
berkenaan dengan perihal siapa, kapan, di mana, dan bagaimana.
b) Kejadian Penting
Kejadian penting berisi rangkaian peristiwa yang disusun secara
kronologis, menurut ukuran waktu, yang meliputi kejadian-
kejadian utama yang dialami tokoh. Dalam bagian ini mungkin
pula disertakan komentar-komentar pencerita pada beberapa
bagiannya.
c) Reorientasi
Reorientasi berisi komentar evaluatif atau pernyataan simpulan
mengenai rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya.
Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin ada atau tidak ada di
dalam teks biografi.52

51
Suherli, dkk., Bahasa Indonesia Untuk Siswa: SMA/MA/SMK/MAK Kelas X , (Jakarta:
Balitbang Kemdikbud, 2016), h. 215.
52
Suherli, dkk., loc. cit.
42

3. Kaidah Kebahasaan Teks Biografi


Tim Kemendikbud mengungkapkan bahwa teks biografi
menggunakan beberapa kaidah kebahasaan yang dominan sebagai
berikut.
a) Menggunakan kata ganti orang ketiga tunggal ia atau dia atau
beliau. Kata ganti ini digunakan secara bervariasi dengan
penyebutan nama tokoh atau panggilan tokoh.
b) Banyak menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh.
Contoh: belajar, membaca, berjalan, melempar.
c) Banyak menggunakan kata deskriptif untuk memberikan informasi
secara rinci tentang sifat-sifat tokoh. Kata-kata yang dimaksud,
contoh: kata sifat untuk mendeskripsikan watak tokoh antara lain
genius, rajin, ulet. Dalam melakukan deskripsi, seringkali
penggunaan kata sifat didahului oleh kopulatif adalah, merupakan.
d) Banyak menggunakan kata kerja pasif untuk menjelaskan peristiwa
yang dialami tokoh sebagai subjek untuk diceritakan. Contoh:
diberi, ditugaskan, dipilih.
e) Banyak menggunakan kata kerja mental dalam rangka
penggambaran peran tokoh.
f) Banyak menggunakan kata sambung, kata depan, ataupun nomina
yang berkenaan urutan dengan waktu. Contoh: sebelum, sudah,
pada saat, kemudian, selanjutnya, sampai, hingga, pada tanggal,
nantinya,selama, saat itu.
Tim Kemendikbud menyatakan bahwa kaidah-kaidah kebahasan
tersebut terkait dengan pola pengembangan teks cerita ulang yang pada
umumnya bersifat kronologis.53

53
Suherli, dkk., op. cit., h. 235.
43

F. Penelitian yang Relevan


Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis yaitu sebagai berikut:
Widya Dwi Mariana, (2018) “Pembelajaran Menceritakan Kembali
Isi Teks Biografi dengan Menggunakan Media Poster di Kelas X SMA
PGRI 1 Bandung Tahun Pelajaran 2017/2018” (Skripsi: Universitas
Pasundan Bandung). Tujuan penelitian milik Widya ini adalah untuk
mengetahui kemampuannya dan peserta didik serta keefektifan media
poster pada pelakasanaan pembelajaran menceritakan kembali isi teks
biografi pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Metode penelitian
yang digunakan oleh Widya adalah metode eksperimen dan kontrol jenis
one group pretest posttest design dengan teknik penelitian observasi, uji
coba, dan tes.
Adapun hasil penelitiannya adalah: 1) Widya mampu
merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran menceritakan
kembali isi teks biografi dengan menggunakan media poste di kelas X
SMA PGRI 1 Bandung. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang diperolehnya sebesar 3,7
dan termasuk ke dalam kategori sangat baik (A); 2) Peserta didik di kelas
X MIPA 2 SMA PGRI 1 Bandung mampu menceritakan kembali isi teks
biografi. Hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata pretes sebesar 30 dan nilai
rata-rata postes 6.2 atau peningkatan sebesar 9,38%; 3) Media poster
efektif digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali isi teks
biografi. Hal ini dibuktikan dengan uji statistik t hitung ≥ t tabel yaitu 11,2
> 2,04 dalam tingkat kepercayaan 95 % dengan taraf signifikan 5 % dan
derajat kebebasan 29.54
Jika dianalisis perbedaan dan persamaannya dengan penelitian
yang akan dilakukan penulis yaitu terdapat perbedaan pada tahun

54
Widya Dwi Mariana, “Pembelajaran Menceritakan Kembali Isi Teks Biografi Dengan
Menggunakan Media Poster di Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Pelajaran 2017/2018”,
Skripsi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan Bandung, 2018, tidak
dipublikasikan.
44

dilakukannya penelitian, lokasi, waktu penelitian, dan media pembelajaran


yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Widya
menggunakan media pembelajaran poster, sedangkan media pembelajaran
yang akan digunakan oleh penulis adalah prezi. Persamaan antara
penelitian Widya dengan penelitian yang akan dilakukan penulis terletak
pada objek penelitiannya yaitu, pembelajaran menceritakan kembali isi
teks biografi.
Mardini Dwikencana Chaerunnisa, (2018) “Pengaruh Penggunaan
Media Prezi terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 6 Tangerang
Selatan”, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
Penelitian milik Mardini ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media prezi terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 6
Tangerang Selatan.
Metode penelitian yang digunakan oleh Mardini adalah kuasi
eksperimen dengan desain Pre-test Post-test control group design. Adapun
hasil penelitian milik Mardini menunjukan bahwa terdapat pengaruh dari
penggunaan media prezi terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 6
Tangerang Selatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t. diperoleh nilai t
hitung sebesar 0,115 yang lebih besar dari t tabel 0,036. Selain itu, nilai
rata-rata hasil belajar siswa di kelas VIII-1 yang berjumlah 36 sebagai
kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran prezi bernilai
92,78 lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa tanpa
menggunakan media prezi yang bernilai 72,50. Dengan selisih kenaikan
nilai rata-rata kelas ekperimen dan kontrol sebesar 20,28.55 Jika dianalisis
perbedaan dan persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis yaitu terdapat perbedaan pada tahun dilakukannya penelitian,
lokasi, waktu, subjek dan objek penelitian.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mardini, objek penelitiannya
adalah pengaruh penggunaan media prezi terhadap hasil belajar siswa serta
55
Mardini Dwikencana Chaerunnisa, “Pengaruh Penggunaan Media Prezi terhadap Hasil
Belajar Siswa di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan”, Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, tidak dipublikasikan.
45

subjeknya adalah siswa di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan. Sementara


objek pada penelitian yang akan dilakukan penulis adalah pemanfaatan
media prezi terhadap keterampilan menceritakan kembali isi teks biografi
serta subjeknya adalah peserta didik kelas X-MIPA SMA IT Insan Madani
8 Tangerang Selatan. Persamaan antara penelitian milik Mardani dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis terletak pada media pembelajaran
yang digunakan, yaitu media prezi.
Mulus Muhammad, (2017) “Pembelajaran Menceritakan Kembali
Isi Teks Biografi dengan Media Gambar di Kelas X SMKN 15 Bandung
Tahun Pelajaran 2016/2017”, (Skripsi: Universitas Pasundan Bandung).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian milik Muhammad
adalah eksperimen yang pelaksanaannya menggunakan jenis eksperimen
kuasi dengan desain the one group pretest-postest.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad adalah sebagai
berikut; 1) ia mampu merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi dengan menggunakan
media gambar. Hal ini terbukti dari rata-rata nilai persiapan dan
pelaksanaan pembelajaran sebesar 3,3. 2) Peserta didik kelas X PS 2
SMKN 15 Kota Bandung mampu menceritakan kembali isi teks biografi
dengan menggunakan media gambar. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai
rata-rata pretes 38,06 dan nilai rata-rata postes 72,27. Jadi, ada
peningkatan sebesar 34,21. Perolehan dari nilai rata-rata sikap yaitu
sebesar 3,2. 3) Media gambar efektif digunakan dalam pembelajaran
menceritakan kembali isi teks biografi kelas X PS 2 SMKN 15 Kota
Bandung. Hal ini terbukti berdasarkan hasil uji statistik t hitung > t tabel,
yakni 27,58 > 2,04 dalam tingkat kepercayaan 95% dengan taraf signifikan
5% dan derajat kebebasan 20.56
Perbedaan yang terdapat pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Muhammad dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah
56
Mulus Muhammad, “Pembelajaran Menceritakan Kembali Isi Teks Biografi dengan
Media Gambar di Kelas X SMKN 15 Bandung Tahun Pelajaran 2016/2017”, Skripsi pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan Bandung, 2017, tidak dipublikasikan.
46

perbedaan pada tahun dilakukannya penelitian, lokasi, waktu penelitian,


dan media pembelajaran yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad menggunakan media pembelajaran gambar, sedangkan
media pembelajaran yang akan digunakan oleh penulis adalah prezi.
Persamaan antara penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis terletak pada objek penelitiannya
yaitu, pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi.
Penjabaran mengenai tiga penelitian di atas menunjukkan tidak ada
penelitian sejenis yang dilakukan oleh penelitian terdahulu. Penelitian
pemanfaatan media prezi pada pembelajaran menceritakan kembali teks
biografi ini pertama kali dilakukan oleh peneliti.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam Terpadu Insan
Madani 8 yang terletak di Jalan Japos Raya No. 79, Jurang Mangu
Barat, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
terhitung dari bulan Maret 2019 sampai bulan September 2020.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Secara umum, metode penelitian
didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur,
sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis.
Dikatakan sebagai 'kegiatan ilmiah' karena penelitian dengan aspek
ilmu pengetahuan dan teori. Dikatakan “terencana” karena penelitian
harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dana dan
aksesibilitas terhadap tempat dan data.59 Terdapat dua metode
penelitian yang sering digunakan pada suatu penelitian. Metode
penelitian yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah metode
kualitatif.
Denzin dan Licoln (2009) menyatakan bahwa kata kualitatif
menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji
secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas,
atau frekuensinya. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian

59
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis Karakteristik dan Keunggulannya,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2010), h. 5.

47
48

dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki


suatu fenomena sosial dan masalah manusia.60
Nana Syaodih mengatakan bahwa penelitian kualitatif (Qualitative
research) adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu peneliti
membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau
dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan
pengamatan seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang
mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam,
serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.61
Creswell menyatakan penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian
kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna
(perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu, landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.62
Sementara itu menurut Lodico, Spaulding, dan Voegtle peneliti
kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya
bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.
Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada
pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah

60
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta, Kencana, 2012), h. 32-33.
61
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 60.
62
Noor, op. cit., h. 34.
49

studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan


dihasilkan dari setting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan
sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah (legitimate).63
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif merupakan suatu metode yang dapat digunakan
untuk mengetahui dan memahami suatu fenomena yang diteliti.
Peneliti memutuskan menggunakan penelitian kualitatif dengan data
pada penelitian ini akan disampaikan dalam bentuk deskriptif.
Wina Sanjaya berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif
adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara
utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang
terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga
tergambarkan ciri, karakter, sift, dan model dari fenomena tersebut.64
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
menggambarakan atau menjelaskan secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu.65
Lexy J. Moleong mengatakan bahwa penelitian deskriptif
merupakan laporan penelitian kualitatif akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data
tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen
resmi lainnya.66
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian deskriptif merupakan metode yang mengungkapkan fakta
penelitian secara apa adanya dengan memberikan gambaran pada
proses penyajian data penelitian.

63
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Press,
2010), hlm. 2.
64
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidkan: Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta: Kencana,
2013), hlm. 47.
65
Ibid., h. 59.
66
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2017), h.11.
50

Berikut adalah langkah-langkah penelitian sebelum dan sesudah


penggunaan media pembelajaran prezi dalam pembelajaran
menceritakan kembali isi teks biografi. Pertama adalah langkah
sebelum diterapkannya model pembelajaran. Sebelum siswa
ditugaskan untuk menceritakan kembali isi teks biografi, peneliti
menjelaskan terlebih dahulu materi teks biografi. Setelah penjelasan
selesai, peneliti bersama siswa menyepakati teks biografi yang akan
diceritakan kembali, kemudian siswa diberikan kesempatan untuk
menghafal selama 15 menit. Setelah itu, peneliti memanggil siswa
secara acak untuk menceritakan kembali teks biografi di depan kelas
dan sekaligus dilakukan pengambilan nilai sebelum penggunaan media
pembelajaran prezi.
Kedua, langkah penggunaan media pembelajaran prezi dalam
pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi. Langkah
pertama, yaitu peneliti menjelaskan terlebih dahulu fungsi dan
ketentuan penggunaan media pembelajaran prezi dalam pembelajaran
menceritakan kembali. Langkah kedua, peneliti menampilkan materi
teks biografi pada media prezi di depan kelas. Langkah ketiga, peneliti
memerintahkan siswa untuk menyimak dan menuliskan hal-hal penting
yang terdapat dalam teks biografi yang ditampilkan. Langkah keempat,
peneliti memberikan kesempatan kepada siswa selama 15 menit untuk
menghafal kembali isi teks biografi yang telah ditulisnya tadi. Langkah
terakhir, yaitu siswa dipanggil secara acak untuk menceritakan
kembali isi teks biografi sekaligus dilakukan pengambilan nilai
sesudah penggunaan media pembelajaran prezi.

C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X-MIPA
SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2019/2020 yang berjumlah 30 orang, terdiri dari 25 peserta didik
perempuan dan 5 peserta didk laki-laki. Alasan peneliti memilih
51

peserta didik kelas X-MIPA sebagai subjek penelitian karena


mendapatkan saran dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

D. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pemanfaatan media prezi terhadap
pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi pada peserta didik
kelas X-MIPA SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan. Penelitian
yang dilakukan terkait perubahan sebelum dan sesudah digunakannya
media pembelajaran prezi terhadap keterampilan menceritakan
kembali isi teks biografi pada peserta didik kelas X-MIPA SMA IT
Insan Madani 8 Tangerang Selatan.

E. Instrumen Penilaian
W. Gulo menyatakan bahwa untuk menggunakan cara yang telah
ditentukan (pengamatan, wawancara, kuesioner, dokumenter)
dibutuhkan alat yang dipakai untuk mengumpulkan data. Alat itulah
yang disebut dengan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah
pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar
pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari
responden.67 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif,
maka instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti
secara langsung mengumpulkan data melalui tahapan teknik
pengumpulan data yang telah disebutkan sebelumnya. Guna
mendukung kredibilitas penelitian ini, peneliti membuat instrumen
penelitian tambahan yaitu membuat sebuah pedoman penilaian tes
lisan yang bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
penilaian terhadap penampilan menceritakan kembali isi teks biografi
oleh siswa.

67
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010),
h. 83.
52

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Cara
mengumpulkan data pada umumnya menggunakan teknik: wawancara
(interview), angket (questioner), pengamatan (observation), studi
dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Peneliti pada
penelitian ini ingin mengetahui keterampilan menceritakan kembali isi
teks biografi pada saat sebelum dan sesudah penggunaan media
pembelajaran prezi. Teknik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Observasi
Garayibah menyatakan bahwa observasi atau pengamatan
dapat didefinisikan sebagai “perhatian yang terfokus terhadap
kejadian, gejala, atau sesuatu”. Adapun observasi ilmiah adalah
“perhatian terfokus terhaddap gejala, kejadian atau sesuatu dengan
maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor
penyebabnya, dan menemukan kaidah-kaidah yang
mengaturnya”.68
Ngalim Purwanto menyatakan bahwa observasi ialah
metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan
secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara atau
metode tersebut pada umumnya ditandai oleh pengamatan tentang
apa yang benar-benar dilakukan oleh individu, dan membuat
pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai apa yang
diamati.69
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
observasi merupakan pengamatan terhadap data penelitian yang
dilakukan secara langsung dan sistematis.
68
Emzir, op. cit., h. 38.
69
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), h. 149.
53

Tujuan dari observasi pada penelitian ini adalah untuk


menilai proses pembelajaran siswa sebelum dan sesudah
dilakukannya penelitian ini. Selain mengamati proses
pembelajaran, peneliti juga melakukan observasi keadaan sekolah
baik fisik maupun struktur dari SMA IT Insan Madani 8 Tangerang
Selatan berupa visi misi sekolah, data guru dan pegawai.

2. Wawancara
Hasan berpendapat bahwa wawancara dapat didefinisikan
sebagai “interaksi bahasa” yang berlangsung antara dua orang
dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang
melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada
orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan
keyakinannya.70
Peneliti melakukan wawancara dengan peserta didik dan
guru bidang studi Bahasa Indonesia dengan mengajukan
pertanyaan terkait materi teks biografi dan penggunaan media
prezi. Hasil dari wawancara tersebut untuk mengetahui tanggapan
mengenai penggunaan media pembelajaran prezi dalam
pembelajaran menceritakan kembali teks biografi.
Berikut ini pertanyaan yang peneliti ajukan kepada peserta
didik.71
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai pelajaran
bahasa Indonesia?
2 Apakah kamu senang menceritakan

70
Emzir, op. cit., h. 50.
71
Vika Popy Yuliana Putri, “Penggunaan Media Video Akun Instagram 5.Min.Crafts
terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur pada Peserta Didik Kelas VII SMP Kharisma
Bangsa School Of Global Education Tangerang Tahun Pelajaran 2019/2020”, Skripsi pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019,
tidak dipublikasikan.
54

kembali isi teks biografi?


3 Apa kesulitan yang kamu hadapi
saat menceritakan kembali teks
biografi?
4 Tahukah kamu mengenai media
prezi?
5 Apakah pelajaran bahasa Indonesia
menjadi lebih mudah dipahami
dengan menggunakan media?
6 Bagaimana pendapat kamu
mengenai penggunaan media prezi
sebagai media pembelajaran teks
biografi?
7 Apakah dengan menggunakan
media prezi ini membuat kamu
menjadi lebih tertarik mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia?
8 Apakah kamu merasakan adanya
perbedaan saat menceritakan
kembali isi teks biografi
menggunakan media prezi dan saat
tidak menggunakan media
pembelajaran apapun?
55

Berikut ini daftar pertanyaan untuk guru Bahasa Indonesia


kelas X-Adminsitrasi Perkantoran 1 SMK Kartika X-2 Jakarta
Selatan.72

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana menurut Ibu antusiasme
peserta didik terhadap pelajaran
Bahasa Indonesia?
2 Apakah sebelumnya Ibu sudah
pernah menggunakan media prezi
dalam pembelajaran menceritakan
kembali, khususnya teks biografi?
3 Bagaimana pendapat Ibu mengenai
penerapan media prezi terhadap
pembelajaran menceritakan
kembali teks biografi?
4 Menurut Ibu, apakah kedepannya
media prezi ini bisa digunakan
sebagai media dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia?

5 Apakah kendala yang akan


ditemukan jika media pembelajaran
ini diterapkan di dalam kelas yang
Ibu ajar?

72
Vika Popy Yuliana Putri, “Penggunaan Media Video Akun Instagram 5.Min.Crafts
terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur pada Peserta Didik Kelas VII SMP Kharisma
Bangsa School Of Global Education Tangerang Tahun Pelajaran 2019/2020”, Skripsi pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019,
tidak dipublikasikan.
56

3. Tes
Mahmud berpendapat bahwa tes adalah rangkaian
pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.73 Jenis tes yang
digunakan pada penelitian ini adalah tes kemampuan hasil belajar,
yaitu tes terhadap keterampilan menceritakan kembali isi teks
biografi peserta didik kelas X-MIPA SMA IT Insan Madani 8
Tangerang Selatan sebelum dan sesudah penggunaan media
pembelajaran prezi.
Berikut ini kriteria penilaian untuk kegiatan menceritakan
kembali yang akan peneliti gunakan pada saat sebelum dan
sesudah diterapkannya media pembelajaran prezi.74

Penilaian Tugas Menceritakan Kembali

No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan Kriteria


Penilaian
1 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan unsur
orientasi dalam teks orientasi secara lengkap
biografi dalam teks biografi berupa
informasi mengenai latar
belakang kisah atau
peristiwa. Informasi yang
dimaksud berkenaan
dengan ihwal siapa, kapan,
di mana, dan mengapa.

73
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Raya, 2011), h. 185.
74
Nurgiyantoro, op. cit., h. 443-462.
57

(Sangat Tepat)
3 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan tiga
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan dua
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan dua
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Kurang Tepat)
2 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan
peristiwa dalam peristiwa penting yang
teks biografi dialami tokoh dalam teks
biografi secara lengkap dan
berurutan.
(Sangat Tepat)
3 Apabila peserta didik
58

mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara lengkap
namun tidak berurutan.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara tidak
lengkap namun berurutan.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara tidak
lengkap dan tidak
berurutan.
(Kurang Tepat)
3 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan
reorientasi dalam reorientasi dalam teks
teks biografi biografi berupa komentar
evaluatif atau pernyataan
kesimpulan mengenai
rangkaian peristiwa yang
telah diceritakan
sebelumnya secara lengkap.
59

(Sangat Baik)
3 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
reorientasi dalam teks
biografi berupa komentar
evaluatif atau pernyataan
kesimpulan mengenai
rangkaian peristiwa yang
telah diceritakan
sebelumnya secara tidak
lengkap. (Baik)
4 Kelancaran dan 4 Apabila peserta didik
kelantangan dalam mampu menceritakan
menceritakan kembali teks biografi
kembali teks dengan lancar dan lantang.
biografi (Sangat Tepat)
3 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
kembali teks biografi
dengan lancar tetapi tidak
lantang.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
kembali teks biografi
dengan lantang tetapi tidak
lancar.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik
menceritakan kembali teks
60

biografi dengan tidak lancar


dan tidak lantang.
(Kurang Tepat)
TOTAL
Keterangan:

Skor Siswa = (𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓 : 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑴𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎) X 100

Adapun penentuan kriteria penilaian tentang tingkat


penguasaan siswa dalam menceritakan kembali isi teks biografi
adalah dengan melakukan pengelompokkan atas lima kriteria
penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.
Berikut ini kriteria persentase menurut Ngalim Purwanto
yang akan peneliti gunakan untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa dalam menceritakan kembali isi teks biografi.75

Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Tingkat Nilai Huruf Bobot Predikat


Penguasaan
86-100 % A 4 Sangat Baik
76-85 % B 3 Baik
60-75 % C 2 Cukup Baik
55-59 % D 1 Kurang
Kurang dari 54 TL 0 Sangat
% Kurang

Peneliti mengolah data hasil tes keterampilan menceritakan


kembali isi teks biografi peserta didik kelas X-MIPA SMA IT
Insan Madani 8 Tangerang Selatan sebelum dan sesudah
75
Purwanto, op.cit., h. 103
61

penggunaan media pembelajaran prezi menggunakan rumus


sebagai berikut:

P = (𝒇 : 𝑵) X 100%

Keterangan:
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyak individu)
P = Angka Persentase76

4. Dokumentasi
Juliansyah Noor berpendapat bahwa sejumlah besar fakta
dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.
Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan
harian, cendera mata, laporan, artefak, dan foto. Sifat utama data
ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang
kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di
waktu silam. Secara detail, bahan dokumenter terbagi menjadi
beberapa macam, yaitu autobiografi, surat pribadi, buku atau
catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau
swasta, data di server atau flashdisk, dan data yang tersimpan di
web site.77
Peneliti melakukan dokumentasi terhadap pengambilan
nilai kemampuan menceritakan kembali peserta didik berupa
perekaman suara, hasil wawancara, dan foto saat proses penelitian
berlangsung.

G. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik
analisis deskriptif kualitatif. Sugiyono menyatakan bahwa analisis data
76
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 43.
77
Noor, op. cit., h. 141.
62

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang


diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.78
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display,
dan conclusion drawing/verification.79 Berikut ini langkah-langkah
dalam menganalis data dalam penelitian kualitatif menurut model
Miles dan Huberman:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan dan selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
Cara peneliti dalam mereduksi data berupa rekaman hasil
menceritakan kembali teks biografi BJ Habibie, yaitu dengan
mengubahnya ke dalam bentuk transkrip terlebih dahulu.
Selanjutnya, membaca dengan teliti hasil transkrip tersebut.
Kemudian, peneliti menandai hasil transkrip peserta didik yang
memiliki kriteria sangat tepat, kriteria tepat dan cukup, serta
kriteria kurang tepat.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

78
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 89.
79
Sugiyono, op. cit., h. 92-99.
63

kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman


menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.
Pada tahap penyajian data yang peneliti lakukan adalah
mendeskripsikan hasil menceritakan kembali peserta didik
berdasarkan tabel kriteria penilaian menceritakan kembali teks
biografi.
3. Conclusion Drawing / Verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dibuat
berdasarkan nilai hasil menceritakan kembali teks biografi peserta
didik sebelum menggunakan media dan saat menggunakan media
prezi.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Pemanfaatan media prezi dapat membantu memperbaiki nilai peserta
didik dalam menceritakan kembali teks biografi. Alasan tersebut
semakin kuat karena seluruh nilai akhir peserta didik lebih besar ketika
menggunakan media prezi.
2. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil penilaian tes peserta didik.
Hasil nilai peserta didik ketika menceritakan kembali sebelum
menggunakan media prezi diporeleh nilai terendah 50 dan nilai
tertinggi 75, sedangkan nilai peserta didik ketika menceritakan
kembali teks biografi dengan menggunakan media prezi memperoleh
nilai terendah 62,5 dan nilai tertinggi 100. Dari peningkatan nilai
tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik mampu menceritakan
kembali teks biografi dengan baik.
3. Peneliti juga mendapatkan hasil bahwa pemanfaatan media prezi
dalam pembelajaran menceritakan kembali teks biografi dapat
membantu proses pembelajaran menjadi lebih baik. Hal tersebut
dibuktikan dengan wawancara peserta didik yang mengatakan bahwa
penggunaan media prezi membuat kegiatan pembelajaran menjadi
lebih mudah dipahami karena dilengkapi dengan gambar-gambar dan
tampilan teks yang menarik sehingga peserta didik mudah mengingat
informasi dan peristiwa penting yang dialami tokoh dalam teks
biografi.

131
132

B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini di antaranya:
1. Hendaknya guru dapat memilih media pembelajaran yang tepat
sehingga dapat menarik minat peserta didik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik
2. Guru diharapkan dapat selalu berinovasi untuk menyajikan media baru
sehingga peserta didik tidak bosan dan dapat berpartisipasi aktif di
dalam kegiatan pembelajaran.
3. Hendaknya sekolah dapat membantu guru untuk memfasilitasi media
pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
4. Hendaknya guru dapat menggunakan media prezi dalam materi
pembelajaran Bahasa Indonesia agar penyampaian materi menjadi
lebih mudah dan menarik.
5. Hendaknya guru dan peserta didik dapat bekerja sama membuat
presentasi menggunakan media prezi dalam proses pembelajaran
untuk melatih kreatifitas dan menjalin kerjasama yang baik antar
peserta didik dan guru.
6. Hendaknya guru dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada
peserta didik agar lebih percaya diri dalam mengungkapkan kembali
informasi yang sudah peserta didik baca.
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul Aziz Abdul. Mendidik Anak Dengan Cerita, Terjemahan, Syarif
Hade Masyah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Diamond, Stephanie. Prezi for Dummies. Indianapolis: Wiley Publishing Inc,


2010.

------------------------. Prezi For Dummies Cheat Seet,


https://www.dummies.com/software/other-software/prezi-for-dummies-
cheat-sheet/, 24 Agustus 2019.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press,


2010.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,


2010.

Hyang, Oh Su. Bicara Itu Ada Seninya: Rahasia Komunikasi yang Efektif.
(Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2018.

Indriana,Dina. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Perss,


2011.

Isbell, Rebecca T. “Telling and Retelling Stories: Learning Language and


Literacy”, https://www.naeyc.org/sites/default/files/globally-
shared/downloads/PDFs/resources/pubs/isbell_article_march_2002.pdf. 4
September 2019.

Issa, Ossama. “Research: The Art of Storytelling”. National Center For The
Distinguished, Syiria, 2016.

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Raya, 2011.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2017.

Mudini dan Salamat Purba. Pembelajaran Berbicara-KKG. Jakarta: Depdiknas,


2009.

Mulyati, Yeti. dkk. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka, 2014.

133
134

Munir. Multimedia: Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta,


2012.

Nugraha, Aries Setia. “Peningkatan Kemampuan Bercerita dengan Menggunakan


Alat Peraga Pada Mahasiswa yang Praktik di Laboratorium Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Literasi: Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah,
Volume 7 Nomor 2, 2017.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya


Ilmiah. Jakarta: Kencana, 2012.

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Komputer.


Yogyakarta: BPFE, 2016.

------------------------. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2013.

Perron, E. Brian and Alyson G. “A Review of a Presentation Technology: Prezi,


Research on Social Work Practic”,
https://www.researchgate.net/profile/Brian_Perron2/publication/4892737
9_A_Review_of_a_Presentation_Technology_Prezi/links/5cdc89be299bf1
4d959c4507/A-Review-of-a-Presentation-Technology-
Prezi.pdf?origin=publication_detail, 24 Agustus 2019.

Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Puspitasari, Pipit Dewi. dkk. “Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write
dalam Pembelajaran Menceritakan Kembali Isi Teks Biografi Dengan
Media Cetak”. Basastra Jurnal Penelitian Bahasa Sastra Indonedia dan
Pengajarannya, Volume 6 Nomor 1. Solo: Universitas Sebelas Maret,
2018.

Rais, Muh. “Pengaruh Penggunaan Multimedia Presentasi Berbasis Prezi dan


Gaya Belajar Terhadap Kemampuan Mengingat Konsep”. Jurnal
Mekom.Volume 2 Nomor 1, 2015.

Rahayu, Aprianti Yafita. Anak Usia TK: Menumbuhkan Kepercayaan Diri


Melalui Kegiatan Bercerita. Jakarta: PT. Indeks, 2013.

Rusman. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta,


2013.

Rusyfian, Zurrahma. Prezi: Solusi Presentasi Masa Kini. Bandung: Informatika,


2016.
135

Rohani, Maryam dan Behzad Pourgharib. “The Impact of Retelling Technique on


Reading Comprehension of Iranian High School Student”, Journal of
Language Science & Linguistics. Volume. 3 (1), 1-4, 2015.

Sanjaya, Wina. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group,


2016.

------------------------. Penelitian Pendidkan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:


Kencana, 2013.

Semiawan, Conny R. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Grasindo, 2010.

Serrat, Olivier. “Storytelling”. Asian Development Bank: Knowledge Solutions,


Manila, 2008

Stoutz, Sarah. “Retelling Using Different Methods”. Education Masters. Paper


199, 2011.

Suandi, I Nengah . dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia: Berorientasi


Integrasi Nasional dan Harmoni Sosial, (Modul Tidak Diterbitkan).
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2013.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2006.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.

Suherli. dkk. Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X/Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi. Jakarta: Balitbang Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2013.

Surani dan Dina Ampera. “Pengembangan Media Pembelajaran Prezi Pada Mata
Pelajaran Membuat Pola Di Smk Awal Karya Pembangunan Galang”.
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Volume 19 Nomor 1, 2017.

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:


Ombak, 2012.

Susanti, Elvi. Keterampilan Berbicara. Depok: Rajawali Pers, 2018.

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa Bandung, 1979.
136

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 3 : Hasil Wawancara Guru

Lampiran 4 : Hasil Wawancara Peserta Didik

Lampiran 5 : Dokumentasi Kegiatan Belajar Mengajar

Lampiran 6 : Media Prezi

Lampiran 7 : Transkrip Hasil Tes Menceritakan Kembali Peserta Didik

Lampiran 8 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian.

Lampiran 10 : Surat Pernyataan Penelitian dari Sekolah


137
138
139
140
141
142
143

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Pertemuan Pertama (Sebelum Menggunakan Media Prezi)

Satuan Pendidikan : SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : X (Sepuluh)
Semester : Genap
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Biografi
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian yang tampak
mata).
KI 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji, dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
144

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


No Kompetensi Dasar No Indikator Pencapaian
Kompetensi
4.14 Mengungkapkan kembali hal- 4.14.2 Menceritakan kembali isi
hal yang dapat diteladani dari teks biografi dengan bahasa
tokoh yang terdapat dalam teks sendiri
biografi yang dibaca secara
tertulis

C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik
diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi peristiwa penting yang dialami tokoh dalam teks biografi
dengan tepat melalui lisan atau tulisan.
2. Menemukan hal-hal yang dapat diteladani dalam teks biografi dengan
tepat melalui tulisan
3. Menceritakan kembali isi teks biografi yang telah dibaca menggunakan
bahasa sendiri dengan tepat

D. Materi Pembelajaran
1. Definisi biografi
Biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang
lain. Dalam biografi disajikan sejarah hidup, pengalaman-pengalaman,
sampai kisah sukses orang-orang yang sedang diulas. Dalam biografi pada
umumnya menampilkan tokoh-tokoh terkenal, orang sukses atau orang
yang telah berperan besar dalam suatu hal yang menyangkut kehidupan
orang banyak.

2. Struktur biografi
Teks biografi termasuk teks narasi. Struktur teks biografi adalah sebagai
berikut.
145

a) Orientasi atau setting (aim), berisi informasi mengenai latar belakang


kisah atau peristiwa yang akan diceritakan selanjutnya untuk
membantu pendengar/pembaca. Informasi yang dimaksud berkenaan
dengan ihwal siapa, kapan, di mana, dan mengapa.
b) Kejadian penting (important event, record of events), berisi rangkaian
peristiwa yang disusun secara kronologis, menurut urutan waktu, yang
meliputi kejadian-kejadian utama yang dialami tokoh. Dalam bagian
ini mungkin pula disertakan komentarkomentar pencerita pada
beberapa bagiannya.
c) Reorientasi, berisi komentar evaluatif atau pernyataan kesimpulan
mengenai rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya.
Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin ada atau tidak ada di
dalam suatu cerita ulang.

3. Teks biografi B. J. Habibie


Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, (lahir
di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 – meninggal di Jakarta, 11
September 2019 pada umur 83 tahun adalah Presiden Republik
Indonesia yang ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil
Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J.
Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan
Presiden pada tanggal 21 Mei 1998. B. J. Habibie merupakan Wakil
Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. Dari
sekian banyak Presiden Indonesia, B. J. Habibie merupakan satu-satunya
Presiden yang berasal dari etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan
Ayahnya yang berasal dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa dari ibunya
yang berasal dari Yogyakarta
B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara,
pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.
Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian yang berasal dari
etnis Gorontalo sedangkan ibunya dari etnis Jawa. Alwi Abdul Jalil
146

Habibie (Ayah dari B.J. Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu
marga asli dalam struktur sosial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di
Gorontalo. Sementara itu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (Ibu dari B.J.
Habibie) merupakan anak seorang dokter spesialis mata di Jogjakarta, dan
ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
Marga Habibie dicatat secara historis berasal dari wilayah Kabila, sebuah
daerah di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Dari silsilah
keluarga, kakek dari B.J. Habibie merupakan seorang pemuka agama,
anggota majelis peradilan agama serta salah satu pemangku adat
Gorontalo yang tersohor pada saat itu. Keluarga besar Habibie di
Gorontalo terkenal gemar beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah yang
banyak, serta memiliki perkebunan kopi. Sewaktu kecil, Habibie pernah
berkunjung ke Gorontalo untuk mengikuti proses khitanan dan upacara
adat yang dilakukan sesuai syariat islam dan adat istiadat Gorontalo.
Pada awalnya, kisah cinta antara Habibie dan Ainun bermula sejak
masih remaja, ketika keduanya masih duduk di bangku Sekolah Menengah
Pertama. Namun, keduanya baru saling memperhatikan ketika sama-sama
bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa Barat. Komunikasi
mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan kuliah dan bekerja
di Jerman, sementara Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12
Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung. Akad nikah Habibie dan Ainun
digelar secara adat dan budaya Jawa, sedangkan resepsi pernikahan digelar
keesokan harinya dengan adat dan budaya Gorontalo di Hotel Preanger.
Ketika menikah dengan Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua pilihan,
memilih untuk tetap bekerja di rumah sakit anak-anak di Hamburg atau
berperan serta berkarya di belakang layar sebagai istri dan ibu rumah
tangga. Setelah berdiskusi dengan Habibie, Ainun pun akhirnya memilih
opsi yang kedua. Dari pernikahan keduanya, Habibie dan Ainun dikaruniai
dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.
147

B. J. Habibie pernah menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas


Kristen Dago. Habibie kemudian belajar tentang keilmuan teknik mesin di
Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut
Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965, Habibie
melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat
terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom
ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan
predikat summa cum laude.
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah
perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Pada tahun
1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan Presiden Soeharto.
Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan
Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie
saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginannya untuk
mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-
lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan
teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT.
IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara
agraris dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, ketika
menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih
secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember 1990.
Puncak karir Habibie terjadi pada tahun 1998, di mana saat itu ia
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober
1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7
(menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet
Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca
pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan
maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia.
148

Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera


membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas
negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga
membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada
kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan
landasan kukuh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli
atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling
penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi
daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde
Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan
Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai
macam kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro
menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai
dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila
Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis
waktunya". Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa
pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini
bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa "sebelum Presiden memangku jabatan maka Presiden harus
mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".
Setelah ia tidak menjabat lagi sebagai Presiden, Habibie sempat
tinggal dan menetap di Jerman. Tetapi, ketika era kepresidenan Susilo
Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasihat Presiden untuk
mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang
didirikannya Habibie Center dan akhirnya menetap dan berdomisili di
Indonesia.
149

Kontribusi besar Habibie bagi bangsa ini pun tetap tercurahkan


ketika masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Habibie aktif
memberikan masukan dan gagasan pembangunan bagi pengembangan
sumber daya manusia di Indonesia. Kesibukan lain dari B. J. Habibie
adalah mengurusi industri pesawat terbang yang sedang dikembangkannya
di Batam. Habibie menjabat sebagai Komisaris Utama dari PT. Regio
Aviasi Industri, sebuah perusahaan perancang pesawat terbang R-80 dan
kemudian menyerahkan pucuk pimpinan perusahaan tersebut kepada
anaknya, Ilham Habibie.
Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto pada tanggal
11 September 2019 pukul 18.05 WIB karena gagal jantung. Sebelumnya,
Habibie telah menjalani perawatan intensif sejak 1 September 2019.
Sebelum dimakamkan, pada malam hari jenazah B.J. Habibie dibawa dari
RSPAD menuju ke kediaman Habibie-Ainun di Jalan Patra Kuningan XIII
Blok L15/7 No.5, kawasan Patra Kuningan untuk disemayamkan. Ia
kemudian dimakamkan di samping istrinya yaitu Hasri Ainun
Besari di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120 pada tanggal 12
September 2019 pukul 14.00 WIB. Upacara pemakaman dihadiri oleh
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sebagai inspektur upacara.

4. Indikator Penilaian Menceritakan Kembali Teks Biografi


a) Ketepatan menceritakan orientasi yang terdapat pada teks biografi
b) Ketepatan menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang tertuang
pada teks biografi
c) Ketepatan menceritakan reorientasi yang terdapat pada teks biografi
d) Kelancaran dan kelantangan dalam menceritakan kembali teks biografi

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Learning
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
150

3. Metode : Ceramah

F. Media Pembelajaran
1. LCD Projector
2. Laptop

G. Sumber Belajar
1. Suherli, dkk. 2016. Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK
Kelas X Revisi Tahun 2016.
2. Nihil Obstat. 2015. Buku Guru Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK
Kelas X Revisi Tahun 2015.
3. Internet

H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 (2 x 45 Menit) Nilai Karakter Alokasi
(PPK), Literasi, Waktu
4C, HOTS
A. Pendahuluan/Kegiatan Awal Religius 10 menit
1. Guru mengawali proses pembelajaran
dengan salam dan berdoa
2. Mengondisikan kelas dan siswa untuk
siap dalam kegiatan belajar
3. Peserta didik merespon salam tanda
mensyukuri anugerah Tuhan dan
saling mendoakan
4. Peserta didik merespon pertanyaan
dari guru berhubungan dengan
pembelajaran sebelumnya (tanya
jawab)
5. Peserta didik menyimak kompetensi
dan tujuan pembelajaran yang akan
151

dicapai manfaatnya dalam kehidupan


sehari-hari
6. Peserta didik mendiskusikan
informasi dengan proaktif tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya
dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Peserta didk menerima
informasi tentang hal-hal yang akan
dipelajari, metode dan media, langkah
pembelajaran dan penilaian
pembelajaran
B. Kegiatan Inti/Kegiatan Pembelajaran Literasi 25 menit
Mengamati
1. Peserta didik mengamati tayangan
prezi tentang materi teks biografi
2. Peserta didik mengamati guru
menjelaskan apa yang dimaksud
dengan teks biografi
3. Peserta didik mengamati struktur teks
biografi
4. Peserta didik mengamati pola
penyajian teks biografi
5. Peserta didik mengamati langkah-
langkah menceritakan kembali teks
biografi
Menanya Rasa ingin tahu 10 menit
1. Guru memberikan kesempatan untuk
siswa bertanya
2. Peserta didik bertanya tentang teks
biografi
152

3. Peserta didik bertanya tentang


struktur teks biografi
4. Peserta didik bertanya tentang
langkah-langkah menceritakan
kembali teks biografi
Mengumpulkan Informasi 20 menit
1. Masing-masing peserta didik mencari Kerja Sama
informasi melalui diskusi bersama (Collaborative)
teman sebangkunya tentang: langkah-
langkah menceritakan kembali teks
biografi Berpikir kritis
2. Peserta didik mengidentifikasi teks (Critical
biografi yang telah dibaca thinking)
3. Peserta didik mengidentifikasi
peristiwa penting yang dialami tokoh
dalam teks biografi yang telah dibaca
4. Peserta didik menuliskan kembali teks
biografi menggunakan bahasa sendiri
berdasarkan peristiwa-peristiwa
penting yang dialami tokoh dalam
teks biografi yang telah dibaca
Menalar Kreativitas 10 menit
1. Peserta didik menentukan peristiwa (Creativity)
penting apa saja yang dialami tokoh
dari teks biografi yang telah dibaca
2. Peserta didik menghafalkan teks
biografi tokoh yang telah diubah
menggunakan bahasa sendiri
Mengomunikasikan Komunikatif 10 menit
1. Peserta didik menceritakan kembali (Communicative)
153

teks biografi menggunakan bahasa


sendiri
2. Menanggapi hasil presentasi antar
peserta didik
3. Menyimpulkan hasil diskusi
mengenai isi teks biografi
C. Kegiatan Penutup HOTS 5 menit
1. Membuat rangkuman/simpulan
pelajaran.
2. Melaksanakan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan.
3. Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran
4. Melakukan penilaian
5. Memberikan tugas kepada peserta
didik untuk menceritakan kembali
teks biografi tokoh idola secara
tertulis.
6. Menyampaikan rencana pembelajaran
yang akan dilakukan selanjutnya.
7. Menutup kegiatan bekajar mengajar

I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan
b. Penilaian Pengetahuan : Penugasan
c. Penilaian Keterampilan : Tes lisan
2. Bentuk Penilaian
a. Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
b. Penugasan : lembar penilaian
c. Tes Lisan : lembar penilaian
154

J. Instrumen Penilaian
a. Penilaian Keterampilan

No Indikator Teknik Bentuk Instrumen


Pencapaian Penilaian Penilaian
Kompetensi
1 Menceritakan Tes Lisan Lembar Ceritakanlah
kembali isi teks Penilaian kembali
biografi BJ Habibie dengan
menggunakan
bahasa
sendiri
biografi BJ
Habibie, dan
presentasikan
di depan
kelas.

b. Pedoman Penilaian Hasil Menceritakan Kembali Teks Biografi

No Aspek Yang Dinilai Skor Keterangan Kriteria


Penilaian
1 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan unsur
orientasi dalam teks orientasi secara lengkap
biografi dalam teks biografi berupa
informasi mengenai latar
155

belakang kisah atau


peristiwa. Informasi yang
dimaksud berkenaan
dengan ihwal siapa, kapan,
di mana, dan mengapa.
(Sangat Tepat)
3 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan tiga
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan dua
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan dua
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Kurang Tepat)
2 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan
peristiwa dalam teks peristiwa penting yang
156

biografi dialami tokoh dalam teks


biografi secara lengkap dan
berurutan.
(Sangat Tepat)
3 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara lengkap
namun tidak berurutan.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara tidak
lengkap namun berurutan.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara tidak
lengkap dan tidak
berurutan.
(Kurang Tepat)
3 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan
reorientasi dalam reorientasi dalam teks
teks biografi biografi berupa komentar
157

evaluatif atau pernyataan


kesimpulan mengenai
rangkaian peristiwa yang
telah diceritakan
sebelumnya secara lengkap.
(Sangat Baik)
3 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
reorientasi dalam teks
biografi berupa komentar
evaluatif atau pernyataan
kesimpulan mengenai
rangkaian peristiwa yang
telah diceritakan
sebelumnya secara tidak
lengkap. (Baik)
4 Kelancaran dan 4 Apabila peserta didik
kelantangan dalam mampu menceritakan
menceritakan kembali teks biografi
kembali teks biografi dengan lancar dan lantang.
(Sangat Tepat)
3 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
kembali teks biografi
dengan lancar tetapi tidak
lantang.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
kembali teks biografi
158

dengan lantang tetapi tidak


lancar.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik
menceritakan kembali teks
biografi dengan tidak lancar
dan tidak lantang.
(Kurang Tepat)
TOTAL 16

c. Lembar Penilaian Hasil Menceritakan Kembali Teks Biografi

No Nama Aspek Penilaian Jumlah


Peserta Orientasi Peristiwa Reorientasi Kelantangan Skor
Didik Penting dan
Kelancaran
1
2
3
4
5

Penghitungan nilai akhir menceritakan kembali teks biografi


Skor Siswa = (𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓 : 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑴𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎) × 100

d. Kriteria Penilaian Menceritakan Kembali Teks Biografi

Tingkat Nilai Huruf Bobot Predikat


Penguasaan
86-100 % A 4 Sangat Baik
159

76-85 % B 3 Baik
60-75 % C 2 Cukup Baik
55-59 % D 1 Kurang
Kurang dari 54 TL 0 Sangat
% Kurang

Tangerang, 29 November 2019


Mengetahui,
Guru Pamong Mata Pelajaran Peneliti

Utami Parahaya, S.Pd. Dini Tri Hastuti


160

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Pertemuan Kedua (Menggunakan Media Prezi)

Satuan Pendidikan : SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : X (Sepuluh)
Semester : Genap
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Biografi
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian yang tampak
mata).
KI 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji, dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
161

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


No Kompetensi Dasar No Indikator Pencapaian
Kompetensi
4.14 Mengungkapkan kembali hal- 4.14.2 Menceritakan kembali isi
hal yang dapat diteladani dari teks biografi dengan bahasa
tokoh yang terdapat dalam teks sendiri
biografi yang dibaca secara
tertulis

C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik
diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi peristiwa penting yang dialami tokoh dalam teks biografi
dengan tepat melalui lisan atau tulisan.
2. Menemukan hal-hal yang dapat diteladani dalam teks biografi dengan
tepat melalui tulisan
3. Menceritakan kembali isi teks biografi yang telah dibaca menggunakan
bahasa sendiri dengan tepat

D. Materi Pembelajaran
1. Definisi biografi
Biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang
lain. Dalam biografi disajikan sejarah hidup, pengalaman-pengalaman,
sampai kisah sukses orang-orang yang sedang diulas. Dalam biografi pada
umumnya menampilkan tokoh-tokoh terkenal, orang sukses atau orang
yang telah berperan besar dalam suatu hal yang menyangkut kehidupan
orang banyak.
162

2. Struktur biografi
Teks biografi termasuk teks narasi. Struktur teks biografi adalah sebagai
berikut.
a) Orientasi atau setting (aim), berisi informasi mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa yang akan diceritakan selanjutnya untuk
membantu pendengar/pembaca. Informasi yang dimaksud berkenaan
dengan ihwal siapa, kapan, di mana, dan mengapa.
b) Kejadian penting (important event, record of events), berisi rangkaian
peristiwa yang disusun secara kronologis, menurut urutan waktu, yang
meliputi kejadian-kejadian utama yang dialami tokoh. Dalam bagian
ini mungkin pula disertakan komentarkomentar pencerita pada
beberapa bagiannya.
c) Reorientasi, berisi komentar evaluatif atau pernyataan kesimpulan
mengenai rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya.
Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin ada atau tidak ada di
dalam suatu cerita ulang.

3. Teks biografi B. J. Habibie


Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, (lahir
di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 – meninggal di Jakarta, 11
September 2019 pada umur 83 tahun adalah Presiden Republik
Indonesia yang ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil
Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J.
Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan
Presiden pada tanggal 21 Mei 1998. B. J. Habibie merupakan Wakil
Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. Dari
sekian banyak Presiden Indonesia, B. J. Habibie merupakan satu-satunya
Presiden yang berasal dari etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan
Ayahnya yang berasal dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa dari ibunya
yang berasal dari Yogyakarta
163

B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara,


pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.
Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian yang berasal dari
etnis Gorontalo sedangkan ibunya dari etnis Jawa. Alwi Abdul Jalil
Habibie (Ayah dari B.J. Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu
marga asli dalam struktur sosial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di
Gorontalo. Sementara itu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (Ibu dari B.J.
Habibie) merupakan anak seorang dokter spesialis mata di Jogjakarta, dan
ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
Marga Habibie dicatat secara historis berasal dari wilayah Kabila, sebuah
daerah di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Dari silsilah
keluarga, kakek dari B.J. Habibie merupakan seorang pemuka agama,
anggota majelis peradilan agama serta salah satu pemangku adat
Gorontalo yang tersohor pada saat itu. Keluarga besar Habibie di
Gorontalo terkenal gemar beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah yang
banyak, serta memiliki perkebunan kopi. Sewaktu kecil, Habibie pernah
berkunjung ke Gorontalo untuk mengikuti proses khitanan dan upacara
adat yang dilakukan sesuai syariat islam dan adat istiadat Gorontalo.
Pada awalnya, kisah cinta antara Habibie dan Ainun bermula sejak
masih remaja, ketika keduanya masih duduk di bangku Sekolah Menengah
Pertama. Namun, keduanya baru saling memperhatikan ketika sama-sama
bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa Barat. Komunikasi
mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan kuliah dan bekerja
di Jerman, sementara Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12
Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung. Akad nikah Habibie dan Ainun
digelar secara adat dan budaya Jawa, sedangkan resepsi pernikahan digelar
keesokan harinya dengan adat dan budaya Gorontalo di Hotel Preanger.
Ketika menikah dengan Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua pilihan,
memilih untuk tetap bekerja di rumah sakit anak-anak di Hamburg atau
164

berperan serta berkarya di belakang layar sebagai istri dan ibu rumah
tangga. Setelah berdiskusi dengan Habibie, Ainun pun akhirnya memilih
opsi yang kedua. Dari pernikahan keduanya, Habibie dan Ainun dikaruniai
dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.
B. J. Habibie pernah menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas
Kristen Dago. Habibie kemudian belajar tentang keilmuan teknik mesin di
Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut
Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965, Habibie
melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat
terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom
ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan
predikat summa cum laude.
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah
perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Pada tahun
1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan Presiden Soeharto.
Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan
Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie
saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginannya untuk
mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-
lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan
teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT.
IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara
agraris dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, ketika
menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih
secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember 1990.
Puncak karir Habibie terjadi pada tahun 1998, dimana saat itu ia
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober
1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7
165

(menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet


Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca
pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan
maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia.
Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera
membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas
negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga
membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada
kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan
landasan kukuh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli
atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling
penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi
daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde
Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan
Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai
macam kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro
menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai
dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila
Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis
waktunya". Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa
pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini
bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa "sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus
mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".
166

Setelah ia tidak menjabat lagi sebagai Presiden, Habibie sempat


tinggal dan menetap di Jerman. Tetapi, ketika era kepresidenan Susilo
Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasihat Presiden untuk
mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang
didirikannya Habibie Center dan akhirnya menetap dan berdomisili di
Indonesia.
Kontribusi besar Habibie bagi bangsa ini pun tetap tercurahkan
ketika masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Habibie aktif
memberikan masukan dan gagasan pembangunan bagi pengembangan
sumber daya manusia di Indonesia. Kesibukan lain dari B. J. Habibie
adalah mengurusi industri pesawat terbang yang sedang dikembangkannya
di Batam. Habibie menjabat sebagai Komisaris Utama dari PT. Regio
Aviasi Industri, sebuah perusahaan perancang pesawat terbang R-80 dan
kemudian menyerahkan pucuk pimpinan perusahaan tersebut kepada
anaknya, Ilham Habibie.
Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto pada tanggal
11 September 2019 pukul 18.05 WIB karena gagal jantung. Sebelumnya,
Habibie telah menjalani perawatan intensif sejak 1 September 2019.
Sebelum Dimakamkan, pada malam hari Jenazah B.J. Habibie dibawa dari
RSPAD menuju ke kediaman Habibie-Ainun di Jalan Patra Kuningan XIII
Blok L15/7 No.5, kawasan Patra Kuningan untuk disemayamkan. Ia
kemudian dimakamkan di samping istrinya yaitu Hasri Ainun
Besari di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120 pada tanggal 12
September 2019 pukul 14.00 WIB. Upacara pemakaman dihadiri oleh
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sebagai inspektur upacara.

4. Indikator Penilaian Menceritakan Kembali Teks Biografi


a) Ketepatan menceritakan orientasi yang terdapat pada teks biografi
b) Ketepatan menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang tertuang
pada teks biografi
c) Ketepatan menceritakan reorientasi yang terdapat pada teks biografi
167

d) Kelancaran dan kelantangan dalam menceritakan kembali teks biografi

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Learning
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
3. Metode : Presentasi dan ceramah

F. Media Pembelajaran
1. LCD Projector
2. Laptop
3. Bahan Tayang Prezi Materi Teks Biografi

G. Sumber Belajar
1. Suherli, dkk. 2016. Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK
Kelas X Revisi Tahun 2016.
2. Nihil Obstat. 2015. Buku Guru Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK
Kelas X Revisi Tahun 2015.
3. Internet.

H. Langkah-langkah Pembelajaran

2. Pertemuan Ke-2 (2 x 40 Nilai Karakter Alokasi Waktu


Menit) (PPK), Literasi,
4C, HOTS
A. Pendahuluan/Kegiatan Awal Religius 10 menit
1. Guru mengawali proses
pembelajaran dengan salam
dan berdoa
2. Mengondisikan kelas dan
siswa untuk siap dalam
kegiatan belajar
168

3. Peserta didik merespon salam


tanda mensyukuri anugerah
Tuhan dan saling mendoakan
4. Peserta didik merespon
pertanyaan dari guru
berhubungan dengan
pembelajaran sebelumnya
(tanya jawab)
5. Peserta didik menyimak
kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari
6. Peserta didik mendiskusikan
informasi dengan proaktif
tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya
dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Peserta
didk menerima informasi
tentang hal-hal yang akan
dipelajari, metode dan media,
langkah pembelajaran dan
penilaian pembelajaran
B. Kegiatan Inti/Kegiatan Literasi 25 menit
Pembelajaran
Mengamati
1. Peserta didik mengamati
tayangan prezi tentang materi
teks biografi
2. Peserta didik mengamati guru
169

menjelaskan apa yang


dimaksud dengan teks biografi
3. Peserta didik mengamati
struktur teks biografi
4. Peserta didik mengamati pola
penyajian teks biografi
5. Peserta didik mengamati
langkah-langkah menceritakan
kembali teks biografi
Menanya Rasa ingin tahu 10 menit
1. Guru memberikan kesempatan
untuk siswa bertanya
2. Peserta didik bertanya tentang
teks biografi
3. Peserta didik bertanya tentang
struktur teks biografi
4. Peserta didik bertanya tentang
langkah-langkah menceritakan
kembali teks biografi
Mengumpulkan Informasi 20 menit
1. Masing-masing peserta didik Kerja Sama
mencari informasi melalui (Collaborative)
diskusi bersama teman
sebangkunya tentang: langkah-
langkah menceritakan kembali Berpikir kritis
teks biografi (Critical
2. Peserta didik mengidentifikasi thinking)
teks biografi yang telah dibaca
3. Peserta didik mengidentifikasi
peristiwa penting yang dialami
170

tokoh dalam teks biografi yang


telah dibaca
4. Peserta didik menuliskan
kembali teks biografi
menggunakan bahasa sendiri
berdasarkan peristiwa-
peristiwa penting yang dialami
tokoh dalam teks biografi yang
telah dibaca
Menalar Kreativitas 10 menit
1. Peserta didik menentukan (Creativity)
peristiwa penting apa saja yang
dialami tokoh dari teks biografi
yang telah dibaca
2. Peserta didik menghafalkan
teks biografi tokoh yang telah
diubah menggunakan bahasa
sendiri
Mengomunikasikan Komunikatif 10 menit
1. Peserta didik menceritakan (Communicative)
kembali teks biografi
menggunakan bahasa sendiri
2. Menanggapi hasil presentasi
antar peserta didik
3. Menyimpulkan hasil diskusi
mengenai isi teks biografi
C. Kegiatan Penutup HOTS 5 menit
1. Membuat rangkuman/simpulan
pelajaran.
2. Melaksanakan refleksi
171

terhadap kegiatan yang sudah


dilaksanakan.
3. Memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil
pembelajaran
4. Melakukan penilaian
5. Memberikan tugas kepada
peserta didik untuk
menceritakan kembali teks
biografi tokoh idola secara
tertulis.
6. Menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya.
7. Menutup kegiatan belajar
mengajar

I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan
b. Penilaian Pengetahuan : Penugasan
c. Penilaian Keterampilan : Tes lisan

2. Bentuk Penilaian
a. Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
b. Penugasan : lembar penilaian
c. Tes Lisan : lembar penilaian
172

J. Instrumen Penilaian
a. Penilaian Keterampilan

No Indikator Teknik Bentuk Instrumen


Pencapaian Penilaian Penilaian
Kompetensi
1 Menceritakan Tes Lisan Lembar Ceritakanlah
kembali isi teks Penilaian kembali
biografi BJ Habibie dengan
dari materi yang menggunakan
ditayangkan melalui bahasa
media Prezi. sendiri
biografi BJ
Habibie, dan
presentasikan
di depan
kelas.

b. Pedoman Penilaian Hasil Menceritakan Kembali Teks Biografi


No Aspek Yang Dinilai Skor Keterangan Kriteria
Penilaian
1 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan unsur
orientasi dalam teks orientasi secara lengkap
biografi dalam teks biografi berupa
informasi mengenai latar
belakang kisah atau
peristiwa. Informasi yang
dimaksud berkenaan
dengan ihwal siapa, kapan,
173

di mana, dan mengapa.


(Sangat Tepat)
3 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan tiga
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan dua
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik hanya
mampu menceritakan dua
unsur orientasi dalam teks
biografi berupa informasi
mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa.
(Kurang Tepat)
2 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan
peristiwa dalam teks peristiwa penting yang
biografi dialami tokoh dalam teks
biografi secara lengkap dan
berurutan.
(Sangat Tepat)
174

3 Apabila peserta didik


mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara lengkap
namun tidak berurutan.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara tidak
lengkap namun berurutan.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam teks
biografi secara tidak
lengkap dan tidak
berurutan.
(Kurang Tepat)
3 Ketepatan 4 Apabila peserta didik
menceritakan mampu menceritakan
reorientasi dalam reorientasi dalam teks
teks biografi biografi berupa komentar
evaluatif atau pernyataan
kesimpulan mengenai
rangkaian peristiwa yang
telah diceritakan
175

sebelumnya secara lengkap.


(Sangat Baik)
3 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
reorientasi dalam teks
biografi berupa komentar
evaluatif atau pernyataan
kesimpulan mengenai
rangkaian peristiwa yang
telah diceritakan
sebelumnya secara tidak
lengkap. (Baik)
4 Kelancaran dan 4 Apabila peserta didik
kelantangan dalam mampu menceritakan
menceritakan kembali teks biografi
kembali teks biografi dengan lancar dan lantang.
(Sangat Tepat)
3 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
kembali teks biografi
dengan lancar tetapi tidak
lantang.
(Tepat)
2 Apabila peserta didik
mampu menceritakan
kembali teks biografi
dengan lantang tetapi tidak
lancar.
(Cukup Tepat)
1 Apabila peserta didik
176

menceritakan kembali teks


biografi dengan tidak lancar
dan tidak lantang.
(Kurang Tepat)
TOTAL 16

c. Lembar Penilaian Hasil Menceritakan Kembali Teks Biografi

No Nama Aspek Penilaian Jumlah


Peserta Orientasi Peristiwa Reorientasi Kelantangan Skor
Didik Penting dan
Kelancaran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Penghitungan nilai akhir menceritakan kembali teks biografi


Skor Siswa = (𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓 : 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑴𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎) × 100
177

d. Kriteria Penilaian Menceritakan Kembali Teks Biografi

Tingkat Nilai Huruf Bobot Predikat


Penguasaan
86-100 % A 4 Sangat Baik
76-85 % B 3 Baik
60-75 % C 2 Cukup Baik
55-59 % D 1 Kurang
Kurang dari 54 TL 0 Sangat
% Kurang

Tangerang, 30 November 2019

Mengetahui,
Guru Pamong Mata Pelajaran Peneliti

Utami Parahaya, S.Pd. Dini Tri Hastuti


178

Lampiran 3

HASIL WAWANCARA GURU BAHASA INDONESIA

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana menurut Ibu antusiasme Antusiasme mereka sih beda-beda ya.
peserta didik terhadap pelajaran Sebagian siswa ada yang punya
bahasa Indonesia? antusiasme tinggi dalam menyimak, ada
juga yang kurang berantusias saat
pelajaran berlangsung.
2 Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah Oh kalau untuk prezi ini saya baru
menggunakan media prezi dalam dengar ya. Jadi saya belum pernah
pembelajaran menceritakan kembali, menggunakan media prezi ini dalam
khususnya teks biografi? pembelajaran bahasa Indonesia.
3 Bagaimana pendapat Ibu mengenai Setelah melihat penggunaannya dalam
penerapan media prezi terhadap kegiatan pembelajaran tadi, menurut
pembelajaran menceritakan kembali saya media prezi ini bagus ya. Karena
teks biografi? media ini bisa membuat presentasi
materi jadi lebih menarik dan siswa juga
jadinya mudah paham dengan materi
yang dijelaskan.
4 Menurut Ibu, apakah kedepannya Bisa saja ya, kalau memang sarana dan
media prezi ini bisa digunakan prasarana di ruang kelas mendukung
sebagai media dalam pembelajaran karena ini kan harus tersambung internet
Bahasa Indonesia? yah.

5 Adakah kendala yang akan ditemukan Mungkin kalau saya karena belum
jika media pembelajaran ini pernah tahu media ini sebelumnya, jadi
diterapkan di dalam kelas yang Ibu harus belajar dulu untuk membuatnya ya
ajar? sebelum dipakai di kelas yang saya ajar.
Karena selama ini saya hanya membuat
presentasi dengan power point saja.
179

Lampiran 4

HASIL WAWANCARA DENGAN PESERTA DIDIK

1. Hasil Wawancara dengan Naila Syifani Az-zahra


No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai pelajaran Kurang suka, karena kadang
bahasa Indonesia? pelajarannya ngebosenin.
2 Apakah kamu senang Mmmm gak terlalu suka sih kak.
menceritakan kembali isi teks
biografi?
3 Apa kesulitan yang kamu hadapi Susah buat nyampein kata-kata, terus
saat menceritakan kembali teks malu ngomong di depan kelas.
biografi?
4 Tahukah kamu mengenai media Belum tahu.
prezi?
5 Apakah pelajaran bahasa Iya.
Indonesia menjadi lebih mudah
dipahami dengan menggunakan
media?
6 Bagaimana pendapat kamu Jadi lebih jelas materinya.
mengenai penggunaan media prezi
dalam pembelajaran teks biografi?
7 Apakah kamu merasakan adanya Ada. Kalau pake prezi materinya jadi
perbedaan saat menceritakan mudah dipahamin, kalau gak pake
kembali teks biografi media jadi kurang jelas.
menggunakan media prezi dan saat
tidak menggunakan media
pembelajaran apapun?
180

2. Hasil Wawancara dengan Angela Prisca


No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai pelajaran Suka.
bahasa Indonesia?
2 Apakah kamu senang Nggak terlalu seneng.
menceritakan kembali isi teks
biografi?
3 Apa kesulitan yang kamu hadapi Susah ngafalinnya.
saat menceritakan kembali teks
biografi?
4 Tahukah kamu mengenai media Nggak tahu.
prezi?
5 Apakah pelajaran bahasa Iya sih jadi lebih mudah.
Indonesia menjadi lebih mudah
dipahami dengan menggunakan
media?
6 Bagaimana pendapat kamu Bagus kak.
mengenai penggunaan media prezi
dalam pembelajaran teks biografi?
7 Apakah kamu merasakan adanya Ada, kalo pakai prezi pelajarannya
perbedaan saat menceritakan jadi lebih jelas. Kalo gak pakai
kembali isi teks biografi media, bingung mahaminnya.
menggunakan media prezi dan saat
tidak menggunakan media
pembelajaran apapun?

3. Hasil Wawancara dengan Wulan Safitri


No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai pelajaran Lumayan suka.
bahasa Indonesia?
181

2 Apakah kamu senang Seneng, soalnya saya suka baca


menceritakan kembali isi teks biografi. Tapi biografi tentang orang-
biografi? orang yang sukses.
3 Apa kesulitan yang kamu hadapi Nyebutin peristiwa pentingnya.
saat menceritakan kembali teks
biografi?
4 Tahukah kamu mengenai media Baru tahu.
prezi?
5 Apakah pelajaran bahasa Pasti jadi lebih mudah kak.
Indonesia menjadi lebih mudah
dipahami dengan menggunakan
media?
6 Bagaimana pendapat kamu Jadi tertarik ngikutin pelajarannya.
mengenai penggunaan media prezi
dalam pembelajaran teks biografi?
7 Apakah kamu merasakan adanya Ada. Kalo pake prezi, belajarnya jadi
perbedaan saat menceritakan enak soalnya ada gambarnya.
kembali isi teks biografi
menggunakan media prezi dan saat
tidak menggunakan media
pembelajaran apapun?

4. Hasil Wawancara dengan Zahro Musyarofah


No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai pelajaran Suka.
bahasa Indonesia?
2 Apakah kamu senang Nggak terlalu.
menceritakan kembali isi teks
biografi?
182

3 Apa kesulitan yang kamu hadapi Kadang kalo ngomong di depan


saat menceritakan kembali teks kelas suka lupa kak.
biografi?
4 Apakah sebelumnya kamu sudah Belum.
tahu mengenai media prezi?
5 Apakah pelajaran bahasa Mmmm iya.
Indonesia menjadi lebih mudah
dipahami dengan menggunakan
media?
6 Bagaimana pendapat kamu Bagus kak.
mengenai penggunaan media prezi
dalam pembelajaran teks biografi?
7 Apakah kamu merasakan adanya Ada. Kalo pake prezi teks biografi
perbedaan saat menceritakan nya enak dibaca soalnya ada foto-
kembali isi teks biografi fotonya.
menggunakan media prezi dan saat
tidak menggunakan media
pembelajaran apapun?

5. Hasil Wawancara dengan Diana Saputri


No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai pelajaran Enggak.
bahasa Indonesia?
2 Apakah kamu senang Enggak.
menceritakan kembali isi teks
biografi?
3 Apa kesulitan yang kamu hadapi Malu kak.
saat menceritakan kembali teks
biografi?
4 Tahukah kamu mengenai media Belum tahu.
183

prezi?
5 Apakah pelajaran bahasa Iya.
Indonesia menjadi lebih mudah
dipahami dengan menggunakan
media?
6 Bagaimana pendapat kamu Bagus, jadi mudah penjelasannya.
mengenai penggunaan media prezi
sebagai media pembelajaran teks
biografi?
7 Apakah kamu merasakan adanya Iya. Sebelum pake media, susah buat
perbedaan saat menceritakan nyatet peristiwanya. Kalau pake
kembali isi teks biografi prezi jadi mudah.
menggunakan media prezi dan saat
tidak menggunakan media
pembelajaran apapun?

6. Hasil Wawancara dengan Iyis Nurul Puada


No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai pelajaran Kurang.
bahasa Indonesia?
2 Apakah kamu senang Enggak.
menceritakan kembali isi teks
biografi?
3 Apa kesulitan yang kamu hadapi Susah ngafalinnya kak.
saat menceritakan kembali teks
biografi?
4 Tahukah kamu mengenai media Belum.
prezi?
5 Apakah pelajaran bahasa Iya.
184

Indonesia menjadi lebih mudah


dipahami dengan menggunakan
media?
6 Bagaimana pendapat kamu Enak kak, jadi mudah penjelasannya.
mengenai penggunaan media prezi
sebagai media pembelajaran teks
biografi?
7 Apakah kamu merasakan adanya Iya. Waktu pake prezi lebih mudah
perbedaan saat menceritakan nangkep materinya dibandingkan ga
kembali isi teks biografi pake media.
menggunakan media prezi dan saat
tidak menggunakan media
pembelajaran apapun?

7. Hasil Wawancara dengan Nur Laila


No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu menyukai pelajaran Kurang.
bahasa Indonesia?
2 Apakah kamu senang Enggak terlalu.
menceritakan kembali isi teks
biografi?
3 Apa kesulitan yang kamu hadapi Ngga hafal dan malu.
saat menceritakan kembali teks
biografi?
4 Tahukah kamu mengenai media Belum tahu.
prezi?
5 Apakah pelajaran bahasa Iya.
Indonesia menjadi lebih mudah
dipahami dengan menggunakan
media?
185

6 Bagaimana pendapat kamu Bagus kak.


mengenai penggunaan media prezi
sebagai media pembelajaran teks
biografi?
7 Apakah kamu merasakan adanya Iya. Sebelum pakai media kan cuma
perbedaan saat menceritakan lihat teks di buku, kalo pakai prezi
kembali isi teks biografi ada foto perjalanan hidup si
menggunakan media prezi dan saat tokohnya.
tidak menggunakan media
pembelajaran apapun?
186

Lampiran 5
187
188
189

Lampiran 6
190
191
192
193
194
195
196
197
198

Lampiran 7
Transkrip Hasil Tes Menceritakan Kembali Teks Biografi
199
200
201
202

Lampiran 8
203
204

Lampiran 9
205
206

RIWAYAT PENULIS

Dini Tri Hastuti atau yang biasa dipanggil


Diyas, lahir di Jakarta pada 4 April 1997. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara
pasangan Bapak Yadi dan Ibu Sutini. Penulis
bertempat tinggal di Jl. KP. Pondok Aren RT 09/RW
01 No. 11, Kelurahan Pondok Betung, Kecamatan
Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.
Penulis mengawali pendidikan di TK Permata
Indah pada tahun 2002, kemudian melanjutkan
pendidikan di SDN 04 Pesanggrahan Jakarta pada tahun 2003 hingga tahun 2009.
Lalu, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri
235 Jakarta Selatan pada tahun 2009 sampai 2012, kemudian dilanjutkan dengan
pendidikan di SMKS Kartika pada tahun 2012 hingga 2015. Setelah itu penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Penulis mengambil skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Media Prezi
terhadap Pembelajaran Menceritakan Kembali Teks Biografi Peserta Didik
Kelas X SMA IT Insan Madani 8 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2019/2020”.

Anda mungkin juga menyukai