Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh
FETI NURAZIZAH
1113013000075
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat senantiasa
kita curahkan kepada sayidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah ke zaman ilmiah yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam memotivasi
penulis, yakni:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam tempat mengadu dan berlindung.
2. Umi tersayang Dewi Yanti dan abah tercinta Drs. Abdullah, kasih sayang
kalian yang membuatku bertahan hingga akhir. Nasihat-nasihat yang
diberikan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Makyun Subuki, M.Hum, selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Toto Edidarmo, M.A, selaku seketaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dra. Mahmudah Fitriyah, Z.A, M.Pd, selaku pembimbing akademik
sekaligus pembimbing skripsi yang selalu memberikan pencerahan dan
nasihat-nasihat kepada penulis.
7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
dengan ikhlas telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
8. Pondok Pesantren Modern Nurul Hijrah, khususnya kelas VII dan Ibunda
Khairiyah S.Ag, yang dengan ikhlas membantu dan meluangkan waktunya
untuk penulis dalam rangka menyelesaikan penelitian.
9. Sahabat saya Nadya Maris Najmi Sakhiyyah dan Nurul Hidayati, yang
telah menjadi penghias dan penasihat kehidupan, serta tempat menampung
keluh kesah penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Kakak dan adik saya Farkhatun Amalina dan Siti Saripah Nur Aulia, yang
telah memberikan semangat serta kasih sayangnya sehingga penulis selalu
termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman PBSI angkatan 2013, khususnya Sarang PBSI yang
telah memberikan berjuta pengalaman dan nilai-nilai kehidupan yang
tidak penulis dapatkan di bangku perkuliahan.
12. Seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini baik pihak
perpustakaan dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis tidak akan mampu membalas jasa-jasa semua pihak yang telah
disebutkan di atas. Hanya doa yang penulis hadiahkan semoga Allah SWT
memberikan penggantinya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna, hal ini karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman penulis. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
penulis lain khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
Ferza
iv
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pendek sebanyak satu lembar HVS. Penulis dan teman-teman pada saat itu
kesulitan dan kebingungan dalam menulis cerita dan menulis kalimat
pertamanya. Kemudian guru itu berkata “Tulislah apa yang ada di dalam
pikiran kalian dan bermainlah dengan imajinasi positif kalian”. Sejak saat
itulah penulis sadar dalam membuat sebuah cerita pendek bukan hanya
kecerdasaan pikiran yang dibutuhkan tetapi daya imajinasi pun perlu diasah
untuk menciptakan sebuah cerita pendek yang berkualitas.
Ada tiga faktor penyebab kesulitan siswa dalam menulis cerita pendek.
Faktor yang pertama adalah faktor yang disebabkan karena siswa mengalami
kesulitan dalam mengekspresikan ide, gagasan, dan pikirannya dalam sebuah
kalimat yang baik, kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf. Kedua
penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
yang kurang efektif yang mengakibatkan komunikasi satu arah, sehingga
membuat para siswa menjadi bosan dan enggan mengikuti pelajaran. Terakhir
adalah kurangnya media pendidikan yang mampu menarik minat belajar siswa
dalam merangsang daya kreativitas siswa. Fenomena ini sungguh
menyedihkan, dan terlebih sering kita jumpai di beberapa sekolah dasar, dan
sekolah menengah.
Berdasarkan pengalaman di atas, penulis tertarik membuat sebuah
kajian penelitian mengenai bagaimana cara peningkatan/penumbuhan daya
imajinasi siswa dalam menulis sebuah cerita pendek. Beralih dari masalah
utama bahwasanya bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang
menjenuhkan dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan
penggunaan metode pembelajaran yang dibuat oleh guru agar pembelajaran
menjadi semakin menarik. Seorang guru dituntut untuk menjadi seorang yang
ahli dalam segala hal agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan SK dan KD, serta pembelajaran tersebut berkesan di dalam ingatan
siswa dalam jangka waktu yang lama. Guru perlu menyusun rancangan
3
pembelajaran yang tepat dan sesuai serta membutuhkan alat bantu guna
mempermudah penyampaian materi dalam kegiatan mengajarnya tersebut.
Strategi pembelajaran merupakan suatu rangkaian rencana kegiatan
yang termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran
disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam sebuah strategi terdapat
juga beberapa komponen-komponen yang mendukung keberhasilan suatu
pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang aktif dan menyenangkan.
Media pembelajaran dapat berupa alam, lingkungan, buku, majalah, atau
televisi sekalipun. Seorang guru hendaknya melakukan analisis terhadap
pertimbangan pemilihan media yang meliputi deskripsi singkat tentang
karekteristik siswa, analisis tujuan yang meliputi kognitif, afektif, dan
psikomotorik, dan analisis bahan ajar, serta ketersediaan atau pengadaan
media pembelajaran.
Seorang guru dituntut memiliki inovasi dan kreativitas dalam setiap
kegiatan belajar mengajar, karena keberhasilan suatu pembelajaran sangat
menekankan pada cara guru itu mengajar. Penggunaan media yang
bermacam-macam sangat membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar,
namun tidak semua media tepat digunakan dalam setiap pembelajaran. Guru
juga harus memilah-milah media apa yang cocok untuk pembelajaran menulis
cerpen dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Teringat pesan dari sang guru, penulis sadar bahwa metode yang
cocok digunakan dalam penulisan cerita pendek adalah metode yang dapat
membangun alam bawah sadar siswa atau imajinasi positif siswa. Maka dari
itu, penulis menggunakan metode sugestopedia dalam penelitian ini.
4
banyak kesalahan baik dalam Ejaan Umum Bahasa Indonesia (EUBI) maupun
dalam tanda baca. Hal ini membuktikan bahwa mayoritas siswa di sekolah ini
lebih mencintai berbicara di muka umum ketimbang menulis, padahal dalam
keterampilan menulis siswa akan terampil dan terarah kemampuan
berekspresinya sehingga secara tidak langsung dapat mempertajam
kemampuan berpikir siswa.
Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan
melalui uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak dapat memperoleh
keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan penjelasan guru,
dan mencatat penjelasan guru. Keterampilan menulis cerpen dapat
ditingkatkan melalui kegiatan menulis cerpen secara terus menerus sehingga
akan mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis cerpen. Hasil dan
prestasi dapat meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa,
baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotorik.
Maka peneliti mencoba untuk mengadakan pengajaran di sekolah
tersebut dengan melakukan penerapan metode sugestopedia terhadap
keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas VII.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas maka identifikasi
masalah pada proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
2. Rendahnya kualitas siswa dalam menulis cerita pendek.
3. Rendahnya daya imajinasi siswa terhadap penyusunan pembuatan cerita
pendek.
4. Kurangnya kreativitas guru dalam mengajar bahasa Indonesia.
5. Kurangnya inovasi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran.
6. Penerapan metode sugestopedia dalam pembelajaran menulis cerpen
terbilang baru.
6
C. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah dalam upaya peningkatan daya imajinasi
siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah, Jakarta dalam menulis sebuah cerita
pendek dengan penggunakan metode dan media yang tepat dan efisien, serta
menarik minat siswa. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah metode sugestopedia.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas VII MTs Nurul
Hijrah sebelum menggunakan metode sugestopedia?
2. Bagaimana kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas VII MTs Nurul
Hijrah sesudah menggunakan metode sugestopedia?
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan guru dan mahasiswa
lainnya mengenai cara penumbuhan daya khayal siswa dalam menuliskan
sebuah karangan narasi, serta membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia agar tidak menjenuhkan, khususnya dalam
kegiatan menulis karangan cerita pendek.
7
LANDASAN TEORETIS
A. Landasan Teori
1. Pengertian Keterampilan Menulis
Kegiatan tulis-menulis seyogyanya sudah tidak asing lagi bagi kita.
Menulis pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian gagasan, ide,
maupun perasaan seseorang ke dalam lambang-lambang tulisan. Namun,
telah dikatakan sebelumnya bahwasanya keterampilan menulis merupakan
keterampilan puncak dalam sebuah siklus pembelajaran berbahasa.
Menulis tidak semudah yang kita bayangkan, karena banyak siswa yang
cenderung lebih mudah menyampaikan pendapatnya secara lisan
ketimbang secara tertulis. Hal ini diyakini oleh Burhan Nurgiyantoro yang
mengemukakan bahwa aktivitas menulis merupakan suatu bentuk
manifestasi kemampuan (atau keterampilan) berbahasa paling akhir
dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengar, berbicara, dan
membaca. Dibanding dengan ketiga kemampuan bahasa lain, kemampuan
menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli yang bersangkutan
sekalipun.1 Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri
yang akan menjadi isi karangan.
Banyak orang yang mempunyai ide-ide bagus dibenaknya sebagai
hasil dari pengamatan, penelitian, dikusi atau membaca. Akan tetapi,
begitu ide tersebut dituangkan secara tertulis maka laporan itu terasa amat
kering, kurang menggigit, dan membosankan. Sejalan dengan itu Donald
Murray mengemukakan bahwa menulis adalah berpikir, bukan suatu
1
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi 2, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 1995), h.294
8
9
2
Edy Sukardi, Pembelajaran Menulis, (Jakarta: Uhamka Press, 2012), h.1
3
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi, (Jakarta: Depdikbud.1999), h.159
4
Henry Guntur Tarigan. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa. 2008), h.3.
5
Achmad dan Alex, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Erlangga, 2016),
h.62
6
Didin Ridwanuddin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. Pertama, h. 165.
10
pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan
pembaca sebagai penerima pesan. Komunikasi tulis dalam hal ini sangat
membantu pemahaman dan sikap bagi penulis itu sendiri, bahwa menulis
adalah suatu proses yang kemampuan, pelaksanaan, dan hasilnya
diperoleh secara bertahap artinya untuk menghasilkan tulisan yang baik
dan indah seorang harusnya melakukannya berkali-kali. Dalam hal ini
sangat jarang penulis yang menghasilkan tulisan baik dan indah serta
memuaskan dengan hanya sekali tulis. Jadi dalam hal ini menulis dapat
dikatan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk menuangkan ide atau
gagasan dalam bentuk tulisan dengan dilakukan secara beruntut dan
bertahap secara perlu pengulangan berkali-kali sehingga tulisan dapat
berkualitas.
Adapun menulis sebuah cerpen atau karya sastra perlu
memperhatikan ada dua hal penting yang amat dominan dalam setiap
karya kepengalaman. Kedua hal tersebut adalah daya imajinasi dan daya
kreasi. Daya imajinasi adalah daya “membayangkan” atau
“menghayalkan” segala sesuatu yang pernah menyentuh perasaan atau
singgah dalam pikirannya. Sedangkan daya kreasi adalah daya
“menciptakan” sesuatu yang baru, kemampuan menghadirkan sesuatu
yang lain daripada yang pernah ada. Seorang pengarang harus mampu
menggabungkan imajinasi dan kreativitas untuk mengasilkan karya yang
bagus.
Manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan
makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia dibekali Tuhan
kemampuan berkhayal atau berimajinasi. Setiap orang dapat berkhayal apa
saja atau menjadi apa saja. Presiden, menteri, pilot, doktor atau apapun
sesuai dengan keinginan kita. Kemudian apa yang kita khayalkan dapat
saja ditulis, sehingga jadilah sebuah karya nonfiksi seperti cerpen.
Robohnya Surau Kami karya A.A Navis yang sangat fenomenal adalah
12
10
Ibid., h. 6
11
Ron White dan Valerie Arndt, Process Writing, (London: Longman, 1994), h.1
12
Tricia Hedge, Writing. (Oxford: Oxford University Press, 1992), h.8
13
13
Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: Mitra
Wacana Media,2013), Cet.ke-12.h. 276
14
Ismail Maharimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2010). Cet.
Ke-9.h. 96
15
Henry Guntur Tarigan,Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008). Ed. Revisi. h. 28
16
Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia,(Jakarta : Diksi Insan Mulia, 2008). h. 247
17
Nursisto, Penuntun Mengarang, ( Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999) h. 40
14
18
Ismail Marahimin, Op.Cit., h. 45.
19
Ninik M. Kuntarto, Op Cit., h. 289
20
Atar Semi, Dasar-dasar Keterampilan Menulis, (Bandung:Angkasa,2008). Ed.Revisi. h. 61
21
Dalman, Op Cit., h.120
15
d. Argumentasi
Karangan argumentasi adalah bentuk karangan yang berusaha
untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain dengan cara
merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga dapat diketahui
apakah suatu pendapat itu benar atau tidak.22 Menurut Keraf dalam
bukunya Argumentasi dan Narasi mengemukakan bahwa argumentasi
adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk
pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan yang
disampaikan oleh penulisnya. Meyakinkan orang lain dengan jalan
pembuktian, alasan, serta ulasan secara objektif dan meyakinkan.23
Jadi dapat disimpulkan bahwa argumentasi adalah karangan
yang bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca tentang
kebenaran pendapat atau pernyataan yang disampaikan oleh
penulisnya. Meyakinkan orang lain dengan jalan pembuktian, alasan,
serta ulasan secara objektif dan meyakinkan.
e. Persuasi
Karangan persuasi adalah bentuk penyajian karangan yang
berusaha untuk menyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki penulis pada waktu sekarang atau pada waktu yang akan
datang. Tujuan akhir karangan ini adalah kesepakatan.24 Jadi, persuasi
merupakan karangan yang dimaksudkan untuk memperngaruhi sikap
dan pendapat pembaca mengenai hal yang disampaikan penulisnya
agar seolah-olah pembaca percaya bahwa apa yang disampaikan
penulis itu benar. Bentuk karangan persuasi biasanya dapat kita temui
pada baliho, iklan, baliho, dan poster.
22
Ninik M. Kuntarto, Op Cit., h. 301
23
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1985).h.3
24
Ninik, Op.Cit., h. 296
16
3. Cerita Pendek
Dilihat dari jenisnya cerita pendek termasuk dalam jenis karangan
narasi, yakni tulisan yang tujuannya menceritakan kronologis peristiwa
kehidupan manusia. Menurut Dalman narasi merupakan cerita yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk
manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke
waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik
yang disusun secara sistematis.25 Karangan narasi bertujuan untuk
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu
peristiwa yang telah terjadi, serta menyampaikan amanat yang terselubung
kepada pembaca, dengan cara menggerakkan aspek emosi pembaca
seolah-olah ia menyaksikan atau menyalami sendiri apa yang diceritakan.
Cerita pendek merupakan satu diantara jenis karangan narasi
lainnya. Cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya sastra yang
diakui keberadaannya di samping novel, puisi, dan drama. Sesuai dengan
nama dan wujudnya, cerita pendek memang merupakan cerita yang relatif
tidak terlalu panjang dan dapat dibaca dalam waktu singkat, namun bukan
berarti bahwa cerita pendek kurang bernilai sastra.26 Menurut Sumardjo
dalam Sukino mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni,
keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu
kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak
perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral,
dan mengandung suatu arti.27
Dikatakan sebelumnya bahwa cerita pendek merupakan cerita
berbentuk prosa yang relatif pendek. Ukuran pendek di sini dapat diartikan
25
Ibid., h.106
26
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Cerita Pendek Indonesia 1940-1960 Telaah
Struktur, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1995), h.1
27
Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta:
Pustaka Populer LKis Yogyakarta, 2010), h. 142
17
dengan cerita yang dapat dibaca sekali duduk juga karena waktu kurang
dari satu jam. Dikatakan pendek juga karena cerita ini hanya mempunyai
efek tunggal, karakter, plot dan latar yang terbatas, tidak beragam dan
tidak kompleks. Dilihat dari aspek isinya, cerpen adalah cerita fiksi yang
penceritaannya memadat dan memusat pada satu peristiwa atau masalah
ataupun pada satu tokoh dengan kesan tunggal. Dari aspek bentuk cerpen
adalah cerita fiksi yang pendek, yang pada umumnya ditulis antara 1– 30
halaman. Kertas polio dengan pengetikan spasi renggang atau terdiri
antara 500 - 40.000 kata.
Tarigan mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah cerita yang
pendek dan merupakan suatu ide kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan
kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat, dan singkat.
Semua bagian dari sebuah cerpen harus terkait pada satu kesatuan jiwa:
pendek, padat, dan lengkap. Tidak boleh terdapat bagian yang dikatakan
lebih dan bisa dibuang. Adapun menurut Sudjiman cerpen adalah kisah
pendek (kurang dari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberikan kesan
tunggal yang dominan, cerpen memusat pada satu tokoh dalam satu situasi
pada suatu ketika, meskipun persyaratan ini tidak terpenuhi, cerpen yang
efektif terdiri dari tokoh atau sekelompok tokoh lewat lakuan lahir atau
batin terlibat dalam satu situasi tikaian dramatik, yaitu perbenturan antara
kekuatan yang berlawanan merupakan inti cerpen.
Sedangkan menurut tim peneliti Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan memberikan batasan bahwa cerpen itu adalah suatu cerita
tentang sebagian kecil dari kehidupan, tokoh-tokoh yang terbatas
jumlahnya, dan dengan perkembangan cerita yang berpusat pada satu
aspek dari seluruh aspek-aspek lainnya dalam kehidupan.28 Lebih lanjut
Lubis dalam Sukino menyatakan di dalam sebuah cerita pendek harus ada:
28
Ibid., h. 5
18
29
Sukino, Op. Cit., h. 144
30
Ibid., h. 146
31
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,2012).h. 12-14
32
Tarigan, Op.Cit.,h. 147
19
33
Ibid.,h. 112-113
34
Burhan Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 142
35
Edy Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA: Sastra,Prosa, Puisi,
Drama,(Jakarta: PT Mizan Publika, 2010),h.8
36
Dalma,Op. Cit., h. 107
37
Burhan, Op. Cit., h. 216
38
Ibid.,h.246
20
39
Mural Esten, Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah, (Bandung: CV Angkasa,2013), h.
28
40
Tarigan, Menulis, Op.Cit., h. 142
41
Ibid., 26
42
Ibid., 27
21
4. Metode Sugestopedia
Metode pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan
guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Metode
pembelajaran semakin berkembang dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, sehingga guru tidak perlu khawatir dan binggung dalam
memilihnya karena setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan
masing-masing sehingga dapat dipadukan dengan materi pembelajaran
siswa. Adapun metode yang saya pilih dalam kegiatan menulis cerpen
adalah metode sugestopedia, telah dikatakan bahwa dalam menulis cerpen
seorang harus mampu mengaitkan antara kreativitas dengan imajinasi.
Selain itu dikatakan pula oleh James W. Pennebakeryang dikutip oleh
Didik bahwasanya menulis secara psikologis sangat bermanfaat. Sebab,
menulis tentang hal-hal negatif akan memberikan pelapasan emosional
yang membangkitkan rasa puas dan lega. Menulis tentang pikiran dan
perasaan terdalam tentang trauma yang mereka alami menghasilkan
suasana hati yang lebih baik, pandangan yang lebih positif, dan kesehatan
fisik yang lebih baik.43
Metode sugestopedia pada dasarnya berawal dari metode
sugestology atau sugestopedia. Landasan yang paling dasar dari metode
sugestopedia adalah manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu
sugesti. Faktor sugesti yang utama adalah pendekatan yang digunakan
guru, kewibawaan, prestise dan wewenang guru yang menerapkan
pendekatan itu, kepercayaan dari pihak siswa terhadap gurunya,
kedwiperasan komunikasi, dan seni (musik).44
Dikatakan pula oleh G. Lozanov yang terkutip dalam jurnal
Internasional Seminar on Quality and Afforrdable Education (ISQAE
43
Didik Komaidi, Panduan Lengkap Menulis Kreatif: Proses, Keterampilan, dan Profesi,
(Yogyakarta: Araska, 2017), h. 48-49
44
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahuddin, Pembelajaran Bahasa Asing Metode Tradisional dan
Kontemporer, (Jakarta: Bania Publishing, 2010), h. 151
22
45
Eti Fakhrianty, Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan Strategi
Sugestopedia, Jurnal Internasional Seminar on Quality and Afforrdable Education (ISQAE 2013), h.
92.
46
Henry Guntur Tarigan, Metologi Pengajaran Bahasa-2, (Bandung:Angkasa, 1991), h. 90-
91
23
47
P. Trimantara, Metode Sugesti-Imaji dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu,
Jurnal Pendidikan Penabur, No. 05/th.IV, h. 3.
24
suatu seminar. Sidang ini mencangkup apa yang disebut studi makro dan
studi mikro.48 Dalam diskusi ini diusahakan guru dapat memfasilitasi
siswa dalam memahami arti sebuah cerpen beserta tata cara pembuatannya
dan struktur isinya.
Kedua penyajian bahan baru dan diskusikan. Bahan baru disajikan
dalam konteks membaca dan menyimak sebuah cerpen secara seksama
serta membedahnya secara mendalam oleh guru dan siswa. Kemudian
siswa dibimbing serta dituntut memandang pengalaman yang tertera
dalam bahan baru itu sebagai suatu yang menarik hati dan tidak menuntut
suatu upaya khusus yang memberatkan.
Terakhir kegiatan semedi. Semedi adalah terjemahan dari kata
séance yang berarti pertemuan untuk mencoba berhubungan dengan orang
mati. Kedua bagian sebelumnya tidak jauh berbeda dari metode
pembelajaran yang lain. Yang betul-betul unik dalam metode ini adalah
bagian ketiga yang dinamakan semedi ini, yaitu para siswa duduk dengan
santai seperti sedang melakukan yoga.49
Hal ini senada dengan apa yang dilakukan oleh Diane Larser
Freeman yang menerapkan langsung penerapan metode ini dalam
pengajaran bahasa Inggris di Mesir. Yakni dengan pengajaran yang
seolah-olah siswa diajak berwisata keliling dunia. Guru menempelkan
gambar kota- kota yang indah di dunia, lalu mengajak siswa untuk
melihatnya dan bersemedi kemudian mendengarkan lagu “Violin Concerto
No.5” karya Mozart. Setelah beberapamenit guru tersebut membacakan
dialog dengan kecepatan normal sehingga dialog tersebut di resapi oleh
siswa. 50
48
Aziz Fachrurrozi, Op Cit., h.155
49
Ibid., h. 156
50
Diane Larser Freeman,Techniques and Priciples in Language Teaching, (NewYork:
Oxford University Press,1986), h.73-76.
25
51
Didik Komaidi, Op. Cit.,h. 47
52
Sri Utari Subyakto Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1993), h. 59
27
53
Aziz Fachrurrozi, Op Cit., h.161
28
54
Ibid., h.160
29
B. Metode Penelitian
Menurut Leedy dan Ormrod dalam Samiaji, metode adalah teknik atau
prosedur yang digunakan untu k mengumpulkan dan menganalisis data yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian atau hipotesis.1 Metode penelitian
merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu penelitian ilmiah.
Keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian banyak
ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat. Agar hasil penelitian yang
ditemukan dapat menjadi pengetahuan yang teruji maka setiap penelitian
harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.
1
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar- dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 5
30
31
2
Muhammaad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), Cet. Ke-3, h.
30
3
Ibid., h. 30
4
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 63-64
5
Sukandarrumidi dan Haryanto, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian, ( Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2014), h. 73, cet. Ke- 2
6
Mardalis, Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2017), Cet. Ke-
14, h. 26
32
C. Subjek Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di awal penelitian ini menentukan
subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah, Jakarta Timur,
yang terdiri 18 siswa, sebelas laki-laki dan tujuh perempuan. Penentuan
subjek berlandaskan silabus kelas VII K13 yang di dalamnya terdapat
pembelajaran menulis cerpen. Pemilihan subjek tidak hanya berlandarkas
kurikulum tetapi juga dikarenakan siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah
berjumlah sedikit, sehingga memungkinkan adanya penerapan metode
sugestopedia dalam pembelajaran.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah karangan cerita pendek siswa kelas VII
MTs Nurul Hijrah. Dalam hal ini kami meneliti mengenai perubahan sebelum
dan sesudah digunakannya metode sugestopedia terhadap karangan cerita
pendek siswa VII MTs Nurul Hijrah.
7
Samiaji Sarosa, Op. Cit., h. 37
8
Ibid., h. 56
9
Sukandarrumidi dan Haryanto, Op. Cit., h. 36
34
b. Analisis Dokumen
Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang memiliki posisi
penting dalam penelitian kualitatif. Teknik ini dilakukan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari subjek penelitian, dengan cara
melihat hasil dan nilai cerpen siswa sebelum dan sesudah diadakannya
penelitian ini. Maka dari itu, dokumen yang akan diteliti berupa cerpen
siswa, nilai keterampilan menulis siswa sebelum dan sesudah
menggunakan metode sugestopedia, dan foto kegiatan penerapan metode
sugestopedia di MTs Nurul Hijrah kelas VII.
c. Wawancara
Selain melakukan observasi langsung dan analisis dokumen,
peneliti juga mengadakan wawancara terhadap siswa dan guru untuk
memperoleh hasil yang maksimal, serta melihat seberapa efektif penelitian
ini dilakukan. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data yang
diperoleh melalui observasi.10
Adapun pertanyaan yang akan diajukan peneliti kepada siswa
adalah sebagai berikut,
i. Apakah kamu senang belajar bahasa Indonesia?
ii. Apakah kamu senang membuat cerita pendek?
iii. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai pembelajaran menulis cerpen
menggunakan metode sugestopedia?
iv. Apakah ada perbedaan saat menulis cerpen dengan metode
sugestopedia dengan menulis cerpen tidak menggunakan metode
apapun?
v. Apakah kamu menyukai metode sugestopedia?
10
Mardalis, Op. Cit., h. 64
35
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar memudahkan peneliti dalam mengolah data.
Karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif maka
instrument utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti secara
langsung mengumpulkan data melalui tahapan teknik pengumpulan data yang
telah dikatakan sebelumnya. Selain itu, untuk mendukung krebilitas penelitian
ini maka peneliti membuat instrumen tambahan yakni membuat sebuah
pedoman penilaian tes menulis cerpen guna memudahkan dalam melakukan
penilaian hasil karangan cerita pendek siswa.
Adapun penilaian keterampilan menulis cerpen siswa yang dibuat oleh
peneliti sendiri adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek
3. Penokohan 20
4. Latar 15
5. Sudut pandang (point of view) 15
6. Gaya bahasa 20
100
Berdasarkan pedoman di atas, terlihat poin penokohan dan gaya
bahasa lebih besar nilainya dari poin yang lainnya, karena setelah
mengadakan observasi secara langsung peneliti mengamati bahwa kesulitan
siswa dalam menulis cerpen yang baik adalah memposisikan seorang tokoh
dengan penggambarann deskripsi watak tokoh itu sendiri, dan gaya bahasa
yang luas cangkupannya. Maka dari itu penokohan dan gaya bahasa lebih
besar dari unsur-unsur pembangun cerpen yang lainnya.
Selain itu, Mural Esten menegaskan, “Penokohan yang baik ialah
penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dan mengembangkan
watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia yang
dikehendaki tema dan amanat.”11 Selain itu Rahmanto menegaskan bahwa
unsur-unsur kebahasaan dalam karangan prosa merupakan sumber bahan yang
cukup luas untuk dipelajari.12
Berdasarkan alasan-alasan di atas maka peneliti memberikan poin
penokohan dan gaya bahasa lebih besar dari unsur-unsur cerpen yang lain.
Untuk mengukur lebih detail kredibilatas pedoman penilaian keterampilan
menulis cerpen di atas, maka peneliti membuat pedoman uraian penilaian
keterampilan menulis cerpen, seperti di bawah ini.
11
Mural Eten, log cit.,
12
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajar Sastra, (Yogyakarta:
Kanisius, 1989), h. 74
37
Tabel 3.2
Uraian Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek yang
Skor Kriteria
Dinilai
Sangat baik atau sempurna: setiap unsur saling
berkaitan, setiap peristiwa saling berkaitan, dan
15-14 tahapan peristiwa digambarkan secara tepat dan
komposisinya sesuai.
Baik: setiap peristiwa saling berkaitan, tahapan
13-11 peristiwa digambarkan secara tepat dan
komposisinya sesuai.
Cukup baik: setiap peristiwa saling berkaitan,
Alur
10-8 meskipun tahapan peristiwa yang digambarkan
komposisinya kurang tepat dan sesuai.
Kurang baik: ada beberapa peristiwa yang tidak
8-6 berkaitan dengan peristiwa lain, tahapan peristiwa
yang digambarkan komposisinya kurang tepat.
Sangat kurang: setiap peristiwa yang diceritakan
5-0 tidak berkaitan dan masih sangat abstrak.
Aspek yang
Skor Kriteria
Dinilai
Cukup baik: penggambaran tokoh utama saja yang
14-12 baik serta antara penokohan dengan unsur lain saling
berkaitan.
Kurang baik: penggambaran setiap tokoh masih
11-9 kurang dan antara penokohan dengan unsur lain
kurang berkaitan.
Sangat kurang: antara penokohan dengan unsur
8-0 lain tidak ada kaitannya dan penggambaran watak
tokohpun sangat abstrak.
Sangat baik atau sempurna: penggambaran latar
sesuai dengan setiap unsur pembangun cerpen
15-14 lainnya, penggambaran latar menggunakan bahasa
yang indah dan tepat.
Baik: penggambaran latar sesuai dengan setiap
13-11
unsur pembangun cerpen lainnya.
Latar
Cukup baik: penggambaran latar sesuai dengan
10-8 peristiwa yang ada, hanya saja kurang imajinatif
dalam menggambarkan suatu latar.
Kurang baik: kurang imajinatif dalam
8-6
menggambarkan suatu latar cerita.
5-0 Sangat kurang: latar sangat abstrak.
Sangat baik atau sempurna: sangat imajinatif dan
baik dalam menceritakan sebuah kisah, variatif
15-14 dalam memosisikan dirinya sebagai narator, dan tiap
unsur saling berkaitan.
Baik: baik dalam memosisikan dirinya sebagai
13-11
narator, dan tiap unsur saling berkaitan.
Sudut
Cukup baik: cukup baik dalam memosisikan
pandang 10-8
dirinya sebagai narrator.
Kurang baik: kurang baik dan kurang imajinatif
8-6
dalam menceritakan sebuah kisah dalam cerpen.
Sangat kurang: sangat abstrak posisi seorang
5-0 naratornya.
Aspek yang
Skor Kriteria
Dinilai
unsurnya, dan menggunakan bahasa tulis dengan
Gaya bahasa baik dan benar.
Cukup baik: cukup baik dalam menggambarkan
14-12 setiap unsurnya, dan menggunakan bahasa tulis
dengan baik dan benar.
Kurang baik: menggunakan bahasa tulis dengan
11-9
baik dan benar.
8-0 Sangat kurang: masih menggunakan bahasa lisan.
Nb:
1. Komposisi dalam tahapan alur adalah kadar tahapan alur mulai dari penyituasian hingga
penyelesaian sesuai dengan kaidah. Tidak ada kekurangan pdi setiap tahapannya baik
penyituasian, pemunculan masalah, peningkatan masalah, klimaks, dan penyelesaian.
2. Imajinatif dari segi bagaimana siswa menuliskan atau menggambarkan sebuah latar,
sudut pandang, dan gaya bahasa dengan pemilihan diksi yang tidak pada umumnya. Jadi
semakin baik dalam menyiratkan sebuah latar, sudut pandang, dan gaya bahasa, maka
semakin baik pula imajinasi siswa. Hal ini sesuai dengan pemilihan diksi yang ada.
13
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2013), h. 103
40
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Predikat
86 – 100 % A 4 Sangat baik
76 – 85 % B 3 Baik
60 – 75 % C 2 Cukup baik
55 – 59 % D 1 Kurang
Kurang dari 54 % TL 0 Sangat kurang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
41
42
3. Tujuan Sekolah
Tujuan pendidikan dasar adalah “Meletakan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampiln untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.Berdasarkan rumusan
tersebut, maka MTs Nurul Hijrah mengembangkan rumusan yang lebih
spesifik yang sesuai dengan karakteristiknya.
Berdasarkan rumusan tujuan nasional tersebut, maka standar
kompetensi lulusan MTs Nurul Hijrah dirumuskan sebagai berikut :
a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja.
b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c. Menunjukan sikap percaya diri.
43
4. Jumlah Siswa
Adapun jumlah siswa yang bersekolah di MTs Nurul Hijrah tahun
ajaran 2017/2018 berjumlah 44 siswa yang terdiri dari 18 siswa kelas VII,
11 siswa kelas VIII, dan 15 siswa kelas IX. Adapun data siswa kelas VII
MTs Nurul Hijrah adalah yang menjadi subjek penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.1
Data Subjek Penelitian
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana penerapan metode sugestopedia terhadap
keterampilan menulis cerpen siswa kelas VII di MTs Nurul Hijrah. Untuk
mengetahui bagaimana metode tersebut layak digunakan dalam pembelajaran,
maka penulis melakukan penelitian sesuai dengan tahap-tahap yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya.
Adapun hasil observasi, analisis data, dan wawancara terhadap subyek
dan objek penelitian ini, dapat peneliti uraikan sebagai berikut.
membentuk kepribadian yang kuat bagi warga MTs Nurul Hijrah, sesuai
dengan visi dan misinya.
Kegiatan pembelajaran di MTs Nurul Hijrah dimulai pukul 07.00
WIB dan berakhir pukul 13.00, kecuali hari Jumat yang berakhir pukul
10.50, termasuk kegiatan melaksanakan shalat zuhur berjamaah, sebagai
bagian dari pembiasaan akhlak mulia.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari Sabtu
dengan kegiatan yang berbeda-beda, yaitu pramuka, tahfidzul qur’an,
qasidah/ marawis, futsal/ keterampilan, dan muhadhoroh. Selain
mengamati keadaan lingkungan dan kegiatan di sekolah ini, peneliti juga
mengobservasi kegiatan belajar siswa khususnya kelas VII MTs Nurul
Hijrah.
Adapun proses belajar mengajar keterampilan menulis cerpen siswa
kelas VII yang terekam dalam kamera penulis adalah sebagai berikut.
umumnya di sekolah lain, yakni menggunakan meja dan kursi sendiri serta
duduk berdampingan dengan temannya yang lain. Posisi duduk siswa dan
siswi dipisah mengingat sekolah ini merupakan sebuah pesantren modern.
Selama pembelajaran berlangsung suasana kelas terbilang cukup
tenang. Meskipun masih ada satu orang pengganggu di kelas yang sering
bertingkah menjahili teman duduknya. Keaktifan satu orang ini lantas
tidak membuat seorang guru diam saja. Kemudian guru tersebut bertanya
pada siswa itu tentang apa yang telah dijelaskannya. Suasana kembali
hening ketika akhirnya gur bertanya pada setiap murid secara bergantian
dan acak mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru.
Jadi dapat dikatakan meskipun pembelajaran ini menngunakan
metode ceramah satu arah, namun guru juga menyelipkan metode tanya
jawab guna memperdalam pemahaman siswa dan mengetahui seberapa
jauh siswa memahami pembelajaran menulis cerpen. Setelah dua jam
berlalu maka sang guru akhirnya menugaskan siswa dalam menulis cerpen
dengan tema yang mereka pikirkan. Sepuluh menit sebelum waktu
pelajaran habis guru memerintahkan kepada seluruh siswa untuk
mengumpulkan hasil kerja siswa di meja guru. Kemudian pembelajaran
selesai tanpa adanya penguatan dari guru tersebut mengenai pembelajaran
pada saat itu.
Secara keseluruhan pembelajaran menulis cerpen siswa tanpa
menggunakan metode sugestopedia juga sudah aktif terlihat saat kegiatan
tanya jawab tidak tiga orang bertanya pada guru secara bergantian.
Suasana kelas cukup baik. Dari sinilah penulis sadar bahwa siswa kelas
VII MTs Nurul Hijrah merupakan siswa yang seyogyanya penurut dan
takut jika dimarahi oleh guruatau dalam arti mudah diayomi oleh guru.
Minggu kedua penelitian, penulis akhirnya coba menerapkan
metode sugestopedia dalam keterampilan menulis cerpen kelas VII MTs
48
Tabel 4.2
Data Nilai Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan Sesudah Menggunakan
Metode Sugestopedia
cerpen siswa sebelum menggunkan metode adalah 59,5 yang masih sangat
jauh dari KKM Bahasa Indonesia yakni 70 sedangkan dengan penggunaan
metode ini siswa sudah mencapai hasil yang melebihi KKM yakni 77,4
meskipun jika kita analisis masih ada beberapa siswa yang masih di
bawah KKM.
Agar lebih spesifik peneliti menguraikan hasil analisis dari tiap
unsur-unsur cerpen yang dinilai yakni alur, tema, penokohan, latar, gaya
bahasa, dan sudut pandang. Adapun uraian pertama mengenai alur adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.3
Skor alur dalam Karangan Cerpen Siswa sebelum dan sesudah penggunaan
metode sugestopedia
No. Nama Sebelum Sesudah
1. Ahmad Ali Nasution 6 11
2. Amalia S.R 8 12
3. Andra Yudi Prasetya 11 14
4. Annisa Azahra 5 11
5. Aksan Fahri Febrian 7 11
6. Arsy Nur Farhan 7 11
7. Aril Rifki 9 11
8. Denisa Wahyu Sukma 11 13
9. Indah Mutia Aziz 10 13
10. Kaylan Al-Baihaqi 11 13
11. Maghfirotul Lisya 5 10
12. M. Faqih N. 0 15
13. M.Ilham 13 14
14. M. Sabit 10 13
15. Nina Nurmala 7 10
52
2
Cerpen siswa, Ahmad Ali Nasution, Teman Waktu Kecil. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
3
Cerpen siswa, Andra Yudi Prasetya, Sesal di Saat Akhir. Ditulis tanggal 5 September 2017
58
Alur yang digunakan oleh siswa ini terlihat sudah membaik terlihat
pada awal pemunculan masalah Romi tokoh utama dalam cerita dikatakan
selalu dibully oleh teman-temannya karena penampilannya, dan suatu hari
ia berubah, tetapi perubahannya itu malah menjadi bahan ejekan teman-
temannya. Peristiwa ini saling berkaitan dari awal perkenalan konflik
sampai ke memuncaknya konflik. Siswa sudah mulai memahami
bagaimana cara menggambarkan alur dalam sebuah cerpen dengan benar.
Tidak lagi menggunakan kata lalu untuk menunjukkan alur maju.
Selanjutnya unsur tema dalam karangan cerpen siswa kelas VII MTs
Nurul Hijrah.
Tabel 4.4
Skor tema dalam karangan cerpen siswa sebelum dan sesudah penggunaan
metode sugestopedia
No. Nama Sebelum Sesudah
1. Ahmad Ali Nasution 6 10
2. Amalia S.R 9 12
3. Andra Yudi Prasetya 10 14
4. Annisa Azahra 5 11
5. Aksan Fahri Febrian 9 12
6. Arsy Nur Farhan 7 11
7. Aril Rifki 9 11
8. Denisa Wahyu Sukma 11 12
9. Indah Mutia Aziz 9 12
10. Kaylan Al-Baihaqi 10 12
11. Maghfirotul Lisya 5 10
12. M. Faqih N. - 15
13. M.Ilham 13 14
14. M. Sabit 8 13
59
4
Cerpen siswa, Nina Nurmala, Anak Pesantren. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
5
Cerpen siswa, Andra Yudi P, Sahabat. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
60
6
Kaylan Al Bayhaqi. Wawancara. Jakarta, 14 September 2017
7
Khairiyah, S.Ag. Wawancara. Jakarta, 14 September 2017
67
8
Cerpen siswa, Arsy Nur Farhan, Masa Depan. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
9
Cerpen siswa, Arsy Nur Farhan, Hari Tersial. Ditulis tanggal 5 September 2017
69
10
Cerpen siswa, Aril Rifki, Masa-masa Di Pondok. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
11
Cerpen siswa, Indah Mutia Aziz, Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
12
Cerpen siswa, Indah Mutia Aziz, Anak Kesayangan Di Desaku. Ditulis tanggal 5 September 2017
73
tinggi.
Sudah baik, namun masih Sudah baik hanya saja
banyak kosa kata yang kesalahannya terdapat pada
yang disingkat penulisan huruf capital
9. Indah M. A
penulisannya seolah setelah petikan yang sering
menulis sms seperti tdk terulang.
dan yg
Sudah baik, kemudian Tetap baik, kemajuan yang
sudah mulai menggunakan ada dalam karangannya
contohnya, tiba**,
gerombolan, teman**ku,
yg, dan dia orangnya.
18. Yasser A. Takut hidup, mati “Rp 500, kamu melihat ada
sekalian. Meskipun motto yg mencurigakan gak?”
tersebut agak salah tetapi seharusnya tulisan tersebut
siswa sudah berani ditulisan lima ratus rupiah
mencobanya. saja.
13
Cerpen siswa, Purnama Nur Khomsah, Teman Baru Ku Yg Gak Jelas. Ditulis tanggal 22 Agustus
2017
14
Cerpen siswa, Aksan Fakhri, Banjir Bandang. Ditulis tanggal 5 September 2017
81
15
Wawancara dengan siswi kelas VII MTs Nurul Hijrah pada tanggal 15 September 2017
83
Berdasarkan tabel di atas, masih ada dua siswa yang mendapat nilai di
bawah KKM meski sudah menggunakan metode sugestopedia dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kedua siswa tersebut memang agak
tertinggal dalam pembelajaran sehari-hari di kelas dan butuh pendekatan lebih
untuk kedua siswa tersebut. Selain itu, siswa tersebut sering tidak masuk kelas
karena sakit.16
16
Khairiyah, S.Ag. Wawancara. Jakarta, 18 September 2017
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Hasil dari penelitian ini yakni adanya peningkatan kualitas keterampilan
menulis cerpen siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah dengan diterapkannya
metode sugestopedia terhadap pembelajaran tersebut.
2. Peningkatan terlihat jelas pada perbandingan nilai rata-rata siswa sebelum
dan sesudah diterapkannya metode tersebut. Setelah diterapkannya metode
sugestopedia nilai rata-rata siswa meningkat hingga 17,87 point.
Meskipun masih ada dua siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM
dikarenakan daya tangkap siswa tersebut kurang dalam pembelajaran
sehari-hari.
3. Nilai rata-rata siswa dalam keterampilan menulis cerpen dengan
penerapan metode sugestopedia adalah 77,44% dengan predikat baik,
dibanding nilai rata-rata siswa sebelum diterapkannya metode tersebut
yang hanya mendapat 59,53% dengan predikat kurang.
4. Perbedaan yang sangat nyata ini dapat menjadi acuan bahwa metode
sugestopedia layak digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa
kelas VII, tetapi harus melihat kondisi, situasi, dan sarana prasarana yang
dimiliki oleh sekolah tersebut.
5. Saran
Berdasarkan tindak lanjut dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran, antara lain:
1. Bagi peneliti lebih memperluas wawasan dan memperdalam teknik
pengelolaan dalam kelas, terutama dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode sugestopedia.
86
87
88
Mardalis. Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:PT Bumi Aksara,
2017.
Muhammaad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
M. Kuntarto, Niknik. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir,
(Jakarta: Mitra Wacana Media. 2013.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi
2, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1995.
------------. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2012.
Nursisto. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999.
P. Trimantara. Metode Sugesti-Imaji dalam Pembelajaran Menulis dengan
Media Lagu, Jurnal Pendidikan Penabur. No. 05/th.IV.
Pebriana, Rendi. “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui
Penerapan Metode Sugestopedia”. Skripsi pada Universitas Pendidikan
Indonesia tahun 2015. Tidak dipublikasikan.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Ridwanuddin, Didin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press, 2015.
Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud, 1999.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar- dasar. Jakarta: PT Indeks,
2012.
Sembodo, Edy. Contekan Pintar Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA:
Sastra,Prosa, Puisi, Drama. Jakarta: PT Mizan Publika, 2010.
Semi, Atar. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung:Angkasa. 2008.
Ed.Revisi.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995.
Sugiarto, Ainnur Ulum. “Penggunaan Media Iklan Televisi untuk Peningkatan
Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII SMP PGRI Ciputat
Tanggerang Selatan tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi pada UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. tidak dipulikasikan.
89
Suharjono, Bambang. Sukses Menjadi Penulis. Depok: Oncor Semesta Ilmu,
2012.
Sukandarrumidi dan Haryanto. Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2014.
Sukardi, Edy. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Uhamka Press, 2012.
Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal.
Yogyakarta: Pustaka Populer LKis Yogyakarta, 2010.
Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 2008.
------------. Metologi Pengajaran Bahasa-2. Bandung:Angkasa. 1991.
Utari Subyakto Nababan, Sri. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 1993.
White, Ron dan Valerie Arndt. Process Writing.London: Longman. 1994.
Winda, Raja Eka Mei. “Kemahiran Menulis Cerita Pendek dengan
Meggunakan Media Komik Pada Siswa Kelas VII Madrasah
Tsanawiyah Negeri Bintan Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi
pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang 2014. Tidak
dipulikasikan.
90
Pena yang Dipungut Ayahku Menjadikanku Seorang Sarjana
Karya Anang Satria Metere
Berawal dari kelulusanku di SMA, di hari itu semua jantung berdebar, aliran darah sangat cepat
mengalir. Rasa cemas melanda semua murid kelas 12. Tapi semua masih bisa melampiaskan
rasa cemas mereka kepada orang tua mereka yang turut serta hadir dalam kegiatan kelulusan itu,
dan hanya akulah yang tidak didampingi oleh kedua orang tuaku.
Ayahku hanya berpesan kepadaku untuk memberi tanda di depan pintu rumah, lulus atau
tidaknya aku dalam menempuh sekolah di SMA. Pesan itu sangat unik dan membuatku sadar
akan apa yang terjadi bila keputusan kelulusan sudah dibacakan. Ayah berkata, “Jika kamu lulus
nak, gantunglah baju seragammu di depan pintu tapi kalau tidak lulus gantunglah sayur daun ubi
di depan pintu, itu menandakan bahwa kamu harus berjualan sayur keliling.” Karena aku lulus
sayur daun ubi yang sudah saya siapkan saya masak sendiri. Lalu baju seragam sudah saya
gantung di depan pintu. Saya sudah tahu kabar ayah dan ibu saya akan pulang tepat pukul 03.00
sore.
Oh iya terlalu jauh cerita yang sudah kalian baca tanpa tahu siapa saya. Nama saya adalah ASM.
Saya terlahir di keluarga yang sederhana dengan pekerjaan ayah pedagang somay di MTs yang
ada di kotaku. Aku mempunyai dua adik dan mereka masih sekolah. Di sinilah aku berpikir
untuk tidak melanjutkan pendidikanku di jenjang kuliah karena kasian adik adikku. Tapi Ayahku
berbeda pendapat denganku. Ayahku hanya lulusan SD dan ingin aku melanjutkan sekolah ke
tingkat perguruan tinggi yang ada di kotaku. Saya mengajukan pertanyaan kepada Ayahku,
“Lantas siapa yang mau bayar uang kuliahku?” Ayahku menjawab, “Sekolah itu di mana-mana
hanya pakai pena kok kamu pusing, kecuali kalau sekolah tidak pakai pena lagi itu baru saya
pusing.” Aku tambah pusing dengan dengan jawaban yang tidak paham sedikit pun, tetapi aku
iyakan saja. Apapun yang terjadi aku terima keputusannya.
Pendaftaran pun dimulai dan ternyata ayahku berutang kepada orang untuk pendaftaranku.
Hari pertama kuliah ayahku berkata, “Kamu lihat gelas kosong di atas meja itu, gelas itu akan
berisi pena dan tidak akan pernah kosong karena sekolah hanya butuh pena.” Aku hanya
tersenyum sambil berpikir apa maksud perkataan ayah.
Nah, sekarang aku sudah semester tujuh,persiapan pengajuan judul skripsi. Kebiasaan teman
kuliahku adalah menghilangkan pena yang dia pinjam, atau dipinjam tidak dikembalikan, atau
tercecer. Tapi tenang di gelas kosong rumah ada banyak pena yang disediakan ayahku. Aku
mengajukan judul tentang pedagang kaki lima. Kemudian yang aku teliti itu adalah ayahku
sendiri. Dan disitu baru aku tahu bahwa yang ada di gelas yang selalu aku ambil bila penaku
hilang adalah pena yang dipungut ayahku di tempat sampah ketika dia pulang berjualan di MTs.
Dia mendatangi semua tempat sampah yang ada di setiap kelas memilih yang masih bisa
digunakan. Di sinilah aku sadar bahwa pena yang dipungut ayahku bisa menjadikanku sarjana.
Dan betul kata beliau bahwa sekolah itu hanya butuh pena.
Dengan tidak sadar aku berlari memeluknya dan mengatakan berhenti untuk mencari pena di
tempat sampah. Karena pena di rumah masih cukup untuk menjadikan aku seorang sarjana. Aku
sarjana karena pena yang dipungut ayahku.
RIWAYAT PENULIS