Anda di halaman 1dari 140

PENERAPAN METODE SUGESTOPEDIA TERHADAP

KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS


VII MTS NURUL HIJRAH, JAKARTA TIMUR

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh
FETI NURAZIZAH
1113013000075

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Feti Nurazizah (NIM: 1113013000075). Penerapan Metode Sugestopedia


Terhadap Keterampilan Menulis Siswa Kelas VII di MTs Nurul Hijrah, Jakarta
Timur.

Penelitian ini membahas tentang bagaimana penerapan metode sugestopedia


terhadap keterampilan menulis cerpen siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah, Jakarta
Timur. Hal yang melatarbelakangi penulisan ini adalah pengalaman penulis ketika
duduk di bangku Sekolah Menengah Atas yang ditugaskan oleh guru untuk membuat
sebuah karangan cerita pendek. Namun penulis dan teman-teman kesulitan dalam
menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan. Sehingga terbesitlah ide penulis untuk
meneliti apakah dengan metode sugestopedia faktor-faktor penyebab kesulitas
menulis cerpen siswa dapat diatasi.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan metode
sugestopedia terhadap keterampilan menulis cerpen siswa kelas VII di MTs Nurul
Hijrah, Jakarta Timur. Penulis melakukan penelitian ini selama satu semester
terhitung dari bulan Juli-November 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Adapun aspek yang dinilai dalam
karangan cerpen siswa yaitu alur, tema, latar, dan sudut pandang yang keempatnya
sama-sama berbobot maksimal 15, kemudian penokohan dan gaya bahasa berbobot
20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode sugestopedia sangat
berpengaruh positif terhadap keterampilan menulis cerpen siswa. Hal ini dibuktikan
dengan hasil akhir nilai rata-rata siswa dalam keterampilan menulis cerpen dengan
penerapan metode sugestopedia adalah 77,4% dengan predikat baik, dibanding nilai
rata-rata siswa sebelum diterapkannya metode tersebut yang hanya mendapat 59,53%
dengan predikat kurang. Perbedaan yang sangat nyata ini dapat menjadi acuan bahwa
metode sugestopedia layak digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa
kelas VII, tetapi harus melihat kondisi, situasi, dan sarana prasarana yang dimiliki
oleh sekolah tersebut.

Kata Kunci: metode sugestopedia, menulis, dan cerpen.

i
ABSTRACT

Feti Nurazizah (NIM: 1113013000075). The Implementation of Suggestopedia


Methods on Students’ Writing Skills at the Seventh Grade of MTs Nurul Hijrah,
Jakarta.

This research discusses about howthe application of suggestopedia methods to


the skill of writing short story grade VII students of Nurul Hijrah, East Jakarta. The
background of this writing is the author’s experiencewhen sitting in high school
bench assigned by the teacher to make a short stories. But author and friends
difficulties in pouring ideas into a paper. So that writer’s idea to investigate is the
suggestopedia methods of the factors that cause the difficulty of writing short stories
of students can be overcome.
This study aims to determine the effectiveness of suggestopedia methods at
the seventh-grade students’ writing skill of short stories in MTs Nurul Hijrah, Jakarta.
The study was conducted by the researcher in a semester, starting from July to
November 2017. The method of the study was a descriptive qualitative method. Data
collection technique was done by interview, observation, and document analysis. The
aspects that were assessed in students’ short stories including the plot, theme,
background, and point of view which the four of them were equally scored 15 at its
maximum, then characterization and the style of language were then scored 20.
The results showed that the implementation of suggestopedia method has a
positive effect on students' writing skill. This was evidenced by the final result of the
average score of the students on the writing skill of short stories which the percentage
of the suggestopedia method implementation is 77.4% with the good predicate,
compared to the average score of students before the implementation of the method
which the percentage was only 59.53% with the less predicate. This significant
difference can be a reference that suggestopedia method is worth to be used in the
learning of short stories writing at the seventh-grade students, however, the condition,
situation, and facilities owned by the school are the point that should be looked up to.

Keywords: suggestopedia method, writing, and short story.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat senantiasa
kita curahkan kepada sayidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah ke zaman ilmiah yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam memotivasi
penulis, yakni:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam tempat mengadu dan berlindung.
2. Umi tersayang Dewi Yanti dan abah tercinta Drs. Abdullah, kasih sayang
kalian yang membuatku bertahan hingga akhir. Nasihat-nasihat yang
diberikan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Makyun Subuki, M.Hum, selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Toto Edidarmo, M.A, selaku seketaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dra. Mahmudah Fitriyah, Z.A, M.Pd, selaku pembimbing akademik
sekaligus pembimbing skripsi yang selalu memberikan pencerahan dan
nasihat-nasihat kepada penulis.
7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
dengan ikhlas telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii
8. Pondok Pesantren Modern Nurul Hijrah, khususnya kelas VII dan Ibunda
Khairiyah S.Ag, yang dengan ikhlas membantu dan meluangkan waktunya
untuk penulis dalam rangka menyelesaikan penelitian.
9. Sahabat saya Nadya Maris Najmi Sakhiyyah dan Nurul Hidayati, yang
telah menjadi penghias dan penasihat kehidupan, serta tempat menampung
keluh kesah penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Kakak dan adik saya Farkhatun Amalina dan Siti Saripah Nur Aulia, yang
telah memberikan semangat serta kasih sayangnya sehingga penulis selalu
termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman PBSI angkatan 2013, khususnya Sarang PBSI yang
telah memberikan berjuta pengalaman dan nilai-nilai kehidupan yang
tidak penulis dapatkan di bangku perkuliahan.
12. Seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini baik pihak
perpustakaan dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis tidak akan mampu membalas jasa-jasa semua pihak yang telah
disebutkan di atas. Hanya doa yang penulis hadiahkan semoga Allah SWT
memberikan penggantinya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna, hal ini karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman penulis. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
penulis lain khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 1 November 2017

Penulis
Ferza

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................5
C. Pembatasan Masalah .....................................................................................6
D. Rumusan Masalah .........................................................................................6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................................6
F. Kegunaan Penelitian......................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Landasan Teori ..............................................................................................8
1. Pengertian Keterampilan Menulis ..........................................................8
2. Jenis-jenis Tulisan .................................................................................12
3. Cerita Pendek ........................................................................................16
4. Metode Sugestopedia ............................................................................21
B. Penelitian Relevan ........................................................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................30
B. Metode Penelitian.........................................................................................30
C. Subjek Penelitian..........................................................................................32
D. Objek Penelitian ..........................................................................................32
E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................32
F. Instrumen Penelitian.....................................................................................35
G. Teknik Analisis Data ....................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Sekolah ................................................................................41
1. Profil MTs Nurul Hijrah Jakarta ............................................................41
2. Visi dan Misi Sekolah ............................................................................41
3. Tujuan Sekolah.......................................................................................42
Jumlah Siswa..........................................................................................44
B. Hasil Penelitian ...........................................................................................45
1. Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar.......................................... 45
2. Hasil Analisis Dokumen ........................................................................49
3. Hasil Wawancara Guru dan Siswa .........................................................80
BAB V PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................86
B. Saran ......................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................88
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek...............35


Tabel 3.2 Uraian Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek ..37
Tabel 4.1 Daftar Subjek Penelitian .......................................44
Tabel 4.2 Data Nilai Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan Sesudah
Menggunakan Metode Sugestopedia ...............................................50
Tabel 4.3 Skor Alur dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan Sesudah
Penggunaan Metode Sugestopedia ...................................................51
Tabel 4.4 Skor Tema dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan Sesudah
Penggunaan Metode Sugestopedia ...................................................58
Tabel 4.5 Skor Penokohan dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan
Sesudah Penggunaan Metode Sugestopedia ....................................61
Tabel 4.6 Skor Latar dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan Sesudah
Penggunaan Metode Sugestopedia ...................................................66
Tabel 4.7 Skor Sudut Pandang dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan
Sesudah Penggunaan Metode Sugestopedia ....................................68
Tabel 4.8 Skor Gaya Bahasa dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan
Sesudah Penggunaan Metode Sugestopedia ....................................73
Tabel 4.9 Presentasi Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Cerpen
dengan Menggunakan Metode Sugestopedia ...................................84

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kegiatan pembelajaran menulis cerpen siswa sebelum menggunakan


metode sugestopedia ...................................................................... 46
Gambar 2 Kegiatan pembelajaran menulis cerpen siswa dengan menggunakan
metode sugestopedia ......................................................................... 48

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Persetujuan Penelitian
Lampiran 4 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Menulis Karangan Cerpen Sebelum
Menggunakan Metode Sugestopedia
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Menulis Karangan Cerpen Sesudah
Menggunakan Metode Sugestopedia
Lampiran 7 Uji Referensi
Lampiran 8 Riwayat Penulis

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik serta penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Bahasa adalah alat komunikasi untuk
berbagi ilmu pengetahuan serta berita tentang dunia. Negara Indonesia terdiri
dari berbagai suku, ras, agama, dan bahasa. Adapun bahasa pemersatu bangsa
adalah bahasa Indonesia. Selain dijadikan bahasa pemersatu, bahasa Indonesia
merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh pelajar di
Indonesia, sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu, mata
pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan
dalam Ujian Nasional dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat sekolah
menengah atas.
Pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya menuntut siswa untuk
menguasai empat keterampilan dasar dalam berbahasa, tetapi siswa dituntut
pula untuk mengusai dasar-dasar sastra Indonesia, di antaranya membuat
cerita pendek. Keempat dasar keterampilan berbahasa ini biasanya
dikolaborasikan dengan pembelajaran sastra seperti puisi, cerpen, maupun
drama karena pada hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia berorientasi
pada pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa adalah belajar
berkomunikasi, sedangkan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia
dan nilai-nilai kemanusiannya. Oleh karena itu, sastra berperan sebagai sarana
penyalur daya imajinasi dan ekpresi siswa secara kreatif.
Berdasarkan pengalaman penulis ketika duduk di bangku sekolah
menengah atas ditugaskan oleh guru bahasa Indonesia untuk membuat cerita

1
2

pendek sebanyak satu lembar HVS. Penulis dan teman-teman pada saat itu
kesulitan dan kebingungan dalam menulis cerita dan menulis kalimat
pertamanya. Kemudian guru itu berkata “Tulislah apa yang ada di dalam
pikiran kalian dan bermainlah dengan imajinasi positif kalian”. Sejak saat
itulah penulis sadar dalam membuat sebuah cerita pendek bukan hanya
kecerdasaan pikiran yang dibutuhkan tetapi daya imajinasi pun perlu diasah
untuk menciptakan sebuah cerita pendek yang berkualitas.
Ada tiga faktor penyebab kesulitan siswa dalam menulis cerita pendek.
Faktor yang pertama adalah faktor yang disebabkan karena siswa mengalami
kesulitan dalam mengekspresikan ide, gagasan, dan pikirannya dalam sebuah
kalimat yang baik, kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf. Kedua
penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
yang kurang efektif yang mengakibatkan komunikasi satu arah, sehingga
membuat para siswa menjadi bosan dan enggan mengikuti pelajaran. Terakhir
adalah kurangnya media pendidikan yang mampu menarik minat belajar siswa
dalam merangsang daya kreativitas siswa. Fenomena ini sungguh
menyedihkan, dan terlebih sering kita jumpai di beberapa sekolah dasar, dan
sekolah menengah.
Berdasarkan pengalaman di atas, penulis tertarik membuat sebuah
kajian penelitian mengenai bagaimana cara peningkatan/penumbuhan daya
imajinasi siswa dalam menulis sebuah cerita pendek. Beralih dari masalah
utama bahwasanya bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang
menjenuhkan dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan
penggunaan metode pembelajaran yang dibuat oleh guru agar pembelajaran
menjadi semakin menarik. Seorang guru dituntut untuk menjadi seorang yang
ahli dalam segala hal agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan SK dan KD, serta pembelajaran tersebut berkesan di dalam ingatan
siswa dalam jangka waktu yang lama. Guru perlu menyusun rancangan
3

pembelajaran yang tepat dan sesuai serta membutuhkan alat bantu guna
mempermudah penyampaian materi dalam kegiatan mengajarnya tersebut.
Strategi pembelajaran merupakan suatu rangkaian rencana kegiatan
yang termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran
disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam sebuah strategi terdapat
juga beberapa komponen-komponen yang mendukung keberhasilan suatu
pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang aktif dan menyenangkan.
Media pembelajaran dapat berupa alam, lingkungan, buku, majalah, atau
televisi sekalipun. Seorang guru hendaknya melakukan analisis terhadap
pertimbangan pemilihan media yang meliputi deskripsi singkat tentang
karekteristik siswa, analisis tujuan yang meliputi kognitif, afektif, dan
psikomotorik, dan analisis bahan ajar, serta ketersediaan atau pengadaan
media pembelajaran.
Seorang guru dituntut memiliki inovasi dan kreativitas dalam setiap
kegiatan belajar mengajar, karena keberhasilan suatu pembelajaran sangat
menekankan pada cara guru itu mengajar. Penggunaan media yang
bermacam-macam sangat membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar,
namun tidak semua media tepat digunakan dalam setiap pembelajaran. Guru
juga harus memilah-milah media apa yang cocok untuk pembelajaran menulis
cerpen dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Teringat pesan dari sang guru, penulis sadar bahwa metode yang
cocok digunakan dalam penulisan cerita pendek adalah metode yang dapat
membangun alam bawah sadar siswa atau imajinasi positif siswa. Maka dari
itu, penulis menggunakan metode sugestopedia dalam penelitian ini.
4

Sugestopedia, sebagai sebuah metode yang pernah menggebrak dunia


pendidikan, memiliki keunggulan dalam hal pemanfaatan gelombang alpha
dan gelombang betha dalam proses pembelajaran. Gelombang alpha
dimanfaatkan untuk menanamkan suggesti pada siswa dan gelombang beta
dimanfaatkan untuk menggairahkan siswa dalam kegiatan belajar. Sugesti
tersebut ditanamkan melalui sumber audio siswa. Metode sugestopedia ini
erat hubungannya dengan media audio, yakni instrument atau musik-musik
yang membuat seseorang merasa lebih rileks/nyaman. “Di dalamnya
terkandung pembelajaran yang menuntut kebebasan alam bawah sadar siswa
untuk berpikir menghasilkan sebuah karya tulis seperti cerpen”.
Pengajaran dengan metode sugestopedia memang dibutuhkan ruangan
dan suasana yang tenang dan damai jauh dari kerumunan orang atau suara-
suara yang sangat mengganggu siswa, serta dengan ruangan yang kedap suara.
Namun, sangat disayangkan untuk mencari sekolah tersebut agak sulit karena
rata-rata sekolah alam hanya sebatas tingkat sekolah dasar saja. Peneliti tetap
memilih sekolah MTs Nurul Hijrah untuk bahan penelitiannya karena letak
sekolah tersebut jauh dari keramaian. Meskipun dalam ruangan kelas tersebut
tidak kedap suara, namun peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk
menghasilkan suasana tersebut dengan mempertahankan pertimbangan salah
satu teori metode sugestopedia. Pemilihan sekolah ini juga didasarkan karena
dalam sekolah ini bahasa yang digunakan sehari-hari oleh siswa adalah bahasa
Inggris dan bahasa Arab, oleh karena itu minat siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia sangat kurang, bahkan sebagian dari siswa lebih bangga
menggunakan kedua bahasa tersebut ketimbang bahasa Indonesia.
Siswa di MTs Nurul Hijrah lebih terlatih dalam keterampilan berbicara
ketimbang keterampilan menulis. Terbukti pada saat perlombaan dan
muhadorah (pidato tiga bahasa) yang diadakan setiap minggunya di sekolah
ini siswa sangat antusias dan fasih dalam berbicara di muka umum, namun
sangat disayangkan dalam penulisan pidato atau ringkasan pidato terdapat
5

banyak kesalahan baik dalam Ejaan Umum Bahasa Indonesia (EUBI) maupun
dalam tanda baca. Hal ini membuktikan bahwa mayoritas siswa di sekolah ini
lebih mencintai berbicara di muka umum ketimbang menulis, padahal dalam
keterampilan menulis siswa akan terampil dan terarah kemampuan
berekspresinya sehingga secara tidak langsung dapat mempertajam
kemampuan berpikir siswa.
Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan
melalui uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak dapat memperoleh
keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan penjelasan guru,
dan mencatat penjelasan guru. Keterampilan menulis cerpen dapat
ditingkatkan melalui kegiatan menulis cerpen secara terus menerus sehingga
akan mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis cerpen. Hasil dan
prestasi dapat meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa,
baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotorik.
Maka peneliti mencoba untuk mengadakan pengajaran di sekolah
tersebut dengan melakukan penerapan metode sugestopedia terhadap
keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas VII.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas maka identifikasi
masalah pada proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
2. Rendahnya kualitas siswa dalam menulis cerita pendek.
3. Rendahnya daya imajinasi siswa terhadap penyusunan pembuatan cerita
pendek.
4. Kurangnya kreativitas guru dalam mengajar bahasa Indonesia.
5. Kurangnya inovasi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran.
6. Penerapan metode sugestopedia dalam pembelajaran menulis cerpen
terbilang baru.
6

C. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah dalam upaya peningkatan daya imajinasi
siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah, Jakarta dalam menulis sebuah cerita
pendek dengan penggunakan metode dan media yang tepat dan efisien, serta
menarik minat siswa. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah metode sugestopedia.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas VII MTs Nurul
Hijrah sebelum menggunakan metode sugestopedia?
2. Bagaimana kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas VII MTs Nurul
Hijrah sesudah menggunakan metode sugestopedia?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk
1. Mengetahui kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas VII MTs
Nurul Hijrah sebelum menggunakan metode sugestopedia.
2. Mengetahui kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas VII MTs
Nurul Hijrah sesudah menggunakan metode sugestopedia.

F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan guru dan mahasiswa
lainnya mengenai cara penumbuhan daya khayal siswa dalam menuliskan
sebuah karangan narasi, serta membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia agar tidak menjenuhkan, khususnya dalam
kegiatan menulis karangan cerita pendek.
7

Adapun hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat


menyumbangkan pemikiran bagi pemecahan masalah yang berhubungan
dengan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya tentang membuat cerita
pendek. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk peneliti
yang lainnya dalam menaggapi masalah kurangnya kualitas siswa dalam
menulis sebuah cerita pendek.
BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Landasan Teori
1. Pengertian Keterampilan Menulis
Kegiatan tulis-menulis seyogyanya sudah tidak asing lagi bagi kita.
Menulis pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian gagasan, ide,
maupun perasaan seseorang ke dalam lambang-lambang tulisan. Namun,
telah dikatakan sebelumnya bahwasanya keterampilan menulis merupakan
keterampilan puncak dalam sebuah siklus pembelajaran berbahasa.
Menulis tidak semudah yang kita bayangkan, karena banyak siswa yang
cenderung lebih mudah menyampaikan pendapatnya secara lisan
ketimbang secara tertulis. Hal ini diyakini oleh Burhan Nurgiyantoro yang
mengemukakan bahwa aktivitas menulis merupakan suatu bentuk
manifestasi kemampuan (atau keterampilan) berbahasa paling akhir
dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengar, berbicara, dan
membaca. Dibanding dengan ketiga kemampuan bahasa lain, kemampuan
menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli yang bersangkutan
sekalipun.1 Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri
yang akan menjadi isi karangan.
Banyak orang yang mempunyai ide-ide bagus dibenaknya sebagai
hasil dari pengamatan, penelitian, dikusi atau membaca. Akan tetapi,
begitu ide tersebut dituangkan secara tertulis maka laporan itu terasa amat
kering, kurang menggigit, dan membosankan. Sejalan dengan itu Donald
Murray mengemukakan bahwa menulis adalah berpikir, bukan suatu

1
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi 2, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 1995), h.294

8
9

tindakan yang terjadi setelah berpikir dilakukan. Menulis seharusnya


menjadi media untuk mengekslorasi dunia masing-masing, suatu usaha
yang boleh terbagi atau tidak terbagi dengan orang lain.2
Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi, keterampilan
menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran, gagasan,
pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan,
atau pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis.3
Menurut Henry Guntur Tarigan, keterampilan menulis adalah salah
satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara
tatap muka dengan pihak lain.4 Sedangkan menurut Ahmad dan Alex
menulis merupakan suatu kegiatan menciptakan suatu catatan atau
informasi pada surat media dengan menggunakan aksara.5
Menurut Didin menulis merupakan proses kreatifitas menuangkan
gagasan ataupun ide yang ada di dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan
dengan tujuan tertentu.6
Berdasarkan dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menulis adalah suatu kegiatan yang mengungkapkan ide,
gagasan, informasi, ataupun perasaan melalui bahasa tulis, dengan
menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa yang
disempurnakan sehingga gagasan, ide, informasi atau buah pikir penulis
dapat dimengerti oleh sang pembaca. Sejalan dengan itu Broto
mengungkapkan kemampuan menulis yang lebih penting adalah

2
Edy Sukardi, Pembelajaran Menulis, (Jakarta: Uhamka Press, 2012), h.1
3
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi, (Jakarta: Depdikbud.1999), h.159
4
Henry Guntur Tarigan. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa. 2008), h.3.
5
Achmad dan Alex, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Erlangga, 2016),
h.62
6
Didin Ridwanuddin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. Pertama, h. 165.
10

kemampuan menulis berdasarkan komposisi atau kemampuan merangkai


bahasa atau mengarang.7
Selain mengemukakan gagasan atau informasi, menulis juga
bertujuan untuk membuat kenangan dalam hidup kita, sebagaimana yang
dikatakan Bambang Suharjono dalam bukunya, “Menulis adalah upaya
untuk menciptakan keabadian, dalam artian seorang bisa meninggalkan
kemanfaatan dalam jangka panjang.”8
Menulis tidak ubahnya dengan melukis, karena keduanya adalah
proses. Menulis dalam prosesnya akan menggunakan kedua belahan otak,
di mana kedua otak tersebut saling mengaitkan antara kata dengan kata,
kalimat, paragraf sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, indah, dan
mudah dipahami.
Menulis merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau angan-
angan atau perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang atau tulisan
yang bermakna. Sebagai sebuah proses menulis melibatkan serangkaian
kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan
pascapenulisan.9
Fase prapenulisan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya terdiri dari memilih topik,
tujuan, sasaran, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka
karangan. Dari kerangka karangan tersebutlah kemudian dilakukan
pengembangan butir demi butir ide yang runtut, logis, dan mudah dibaca
atau dipahami. Setelah penyusunan butir-butir itu selesai kemudian
lakukan penyuntingan.
Telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam komunikasi tulis paling
tidak terdapat empat unsur yang terlibat yaitu penulis sebagai penyampai
7
Broto, Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua Di Sekolah Dasar Berdarkan
Pendekatan Linguistik Konstraktif, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), Cet. Ke-1 , h. 143
8
Bambang Suharjono, Sukses Menjadi Penulis,(Depok: ONCOR Semesta Ilmu, 2012), h. 5
9
Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 7
11

pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan
pembaca sebagai penerima pesan. Komunikasi tulis dalam hal ini sangat
membantu pemahaman dan sikap bagi penulis itu sendiri, bahwa menulis
adalah suatu proses yang kemampuan, pelaksanaan, dan hasilnya
diperoleh secara bertahap artinya untuk menghasilkan tulisan yang baik
dan indah seorang harusnya melakukannya berkali-kali. Dalam hal ini
sangat jarang penulis yang menghasilkan tulisan baik dan indah serta
memuaskan dengan hanya sekali tulis. Jadi dalam hal ini menulis dapat
dikatan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk menuangkan ide atau
gagasan dalam bentuk tulisan dengan dilakukan secara beruntut dan
bertahap secara perlu pengulangan berkali-kali sehingga tulisan dapat
berkualitas.
Adapun menulis sebuah cerpen atau karya sastra perlu
memperhatikan ada dua hal penting yang amat dominan dalam setiap
karya kepengalaman. Kedua hal tersebut adalah daya imajinasi dan daya
kreasi. Daya imajinasi adalah daya “membayangkan” atau
“menghayalkan” segala sesuatu yang pernah menyentuh perasaan atau
singgah dalam pikirannya. Sedangkan daya kreasi adalah daya
“menciptakan” sesuatu yang baru, kemampuan menghadirkan sesuatu
yang lain daripada yang pernah ada. Seorang pengarang harus mampu
menggabungkan imajinasi dan kreativitas untuk mengasilkan karya yang
bagus.
Manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan
makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia dibekali Tuhan
kemampuan berkhayal atau berimajinasi. Setiap orang dapat berkhayal apa
saja atau menjadi apa saja. Presiden, menteri, pilot, doktor atau apapun
sesuai dengan keinginan kita. Kemudian apa yang kita khayalkan dapat
saja ditulis, sehingga jadilah sebuah karya nonfiksi seperti cerpen.
Robohnya Surau Kami karya A.A Navis yang sangat fenomenal adalah
12

sebuah imajinasi beliau yang dapat digabungkan dengan kreativitas


menulisnya sehingga menjadi sebuah karya yang diabadikan sepanjang
zaman. Oleh karena itu menulis sebuah cerita pendek tidak hanya
membutuhkan khayalan yang tinggi tetapi memerlukan keseimbangan
antara khalayan dan kreatifitas serta keahlian menulis seseorang.
Selain itu menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dari
kehidupan ini, di antaranya adalah meningkatkan kecerdasaan,
meningkatkan pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, penumbuhan
keberanian, dan pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan
informasi.10 Sebagaimana yang dikatakan White dan Arndt, “Melalui
kegiatan menulis, seseorang dapat mengutarakan idenya, perasaannya, dan
mempengaruhi serta meyakinkan orang lain.”11 Begitu juga dengan Hedge
menyatakan bahwa keterampilan menulis pada dasarnya diperlukan oleh
siswa, baik untuk pendidikannya, kehidupan sosialnya, maupun pada
kehidupan profesionalnya.12

2. Jenis- Jenis Tulisan


Setiap orang yang hendak menulis pasti memiliki tujuan yang
berbeda-beda. Biasanya tujuan itu mencangkup untuk menceritakan
sesuatu, menjelaskan sesuatu, memberikan petunjuk, atau bahkan untuk
meyakinkan sesuattu. Berdasarkan tujuan tersebut maka sebuah tulisan
dapat diklasifikasi dalam lima jenis yaitu narasi, eksposisi, deskripsi,
argumentasi, dan persuasi.
a. Narasi
Menurut Nikinik narasi adalah suatu bentuk karangan yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca

10
Ibid., h. 6
11
Ron White dan Valerie Arndt, Process Writing, (London: Longman, 1994), h.1
12
Tricia Hedge, Writing. (Oxford: Oxford University Press, 1992), h.8
13

tentang peristiwa pada suatu waktu kepada pembaca.13 Sedangkan


menurut Ismail, narasi adalah cerita. Cerita ini didasarkan pada urutan-
urutan suatu (atau serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam
kejadian itu ada tokoh (atau beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami
atau menghadapi suatu (atau serangkaian) konflik atau tikaian.
Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah
narasi,dan ketiganya secara kesatuan biasa pula disebut plot, atau
alur.14
Sejalan dengan itu Weayer dalam Tarigan menjelaskan bahwa narasi
mencangkup urutan waktu, motif, konflik, titik pandang, dan pusat
minat.15
Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh di atas maka dapat
disimpulkan bahwa narasi adalah sebuah bentuk karangan tulis yang
isinya menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan urutan
waktu yang ada, serta unsur pembangun karangan narasi itu sendiri.
b. Deskripsi
Menurut Finoza, deskripsi adalah bentuk tulisan yang
bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan
jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.16 Senada dengan hal
itu, Nursisto menjelaskan bahwa deskripsi adalah karangan yang
melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga
pembaca dapat mencitrai apa yang dilukiskan sesuai dengan citra
penulisnya.17

13
Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: Mitra
Wacana Media,2013), Cet.ke-12.h. 276
14
Ismail Maharimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2010). Cet.
Ke-9.h. 96
15
Henry Guntur Tarigan,Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008). Ed. Revisi. h. 28
16
Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia,(Jakarta : Diksi Insan Mulia, 2008). h. 247
17
Nursisto, Penuntun Mengarang, ( Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999) h. 40
14

Secara singkat Ismail menjelaskan bahwa deskripsi adalah


pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, suasana
atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya
melalui tulisannya dapat berempati sampai kesimpulan yang sama
dengannya.18
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan
suatu objek atau peristiwa dengan terperinci sehingga si pembaca
seolah merasakan atau melihat langsung apa yang disampaikan oleh
penulis.
c. Ekposisi
Karangan eksposisi atau paparan adalah bentuk karangan yang
memaparkan atau memberitahukan suatu informasi kepada pembaca
dengan tujuan memperluas wawasan pembaca tanpa ada pemaksaan.19
Menurut Semi eksposisi ialah tulisan yang bertujuan memberikan
informasi, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa,
kapan, dan bagaimana.20 Sedangkan menurut Dalman karangan
eksposisi adalah karangan yang menjelaskan atau memaparkan
pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta yang diperkuat
dengan angka, statistic, peta dan grafik, tetapi tidak mempengaruhi
pembaca.21
Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa karangan eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk
memperluas wawasan pembaca dengan pemerolehan data yang akurat
tanpa adanya pemaksaan atau mempengaruhi pembaca.

18
Ismail Marahimin, Op.Cit., h. 45.
19
Ninik M. Kuntarto, Op Cit., h. 289
20
Atar Semi, Dasar-dasar Keterampilan Menulis, (Bandung:Angkasa,2008). Ed.Revisi. h. 61
21
Dalman, Op Cit., h.120
15

d. Argumentasi
Karangan argumentasi adalah bentuk karangan yang berusaha
untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain dengan cara
merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga dapat diketahui
apakah suatu pendapat itu benar atau tidak.22 Menurut Keraf dalam
bukunya Argumentasi dan Narasi mengemukakan bahwa argumentasi
adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk
pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan yang
disampaikan oleh penulisnya. Meyakinkan orang lain dengan jalan
pembuktian, alasan, serta ulasan secara objektif dan meyakinkan.23
Jadi dapat disimpulkan bahwa argumentasi adalah karangan
yang bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca tentang
kebenaran pendapat atau pernyataan yang disampaikan oleh
penulisnya. Meyakinkan orang lain dengan jalan pembuktian, alasan,
serta ulasan secara objektif dan meyakinkan.
e. Persuasi
Karangan persuasi adalah bentuk penyajian karangan yang
berusaha untuk menyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki penulis pada waktu sekarang atau pada waktu yang akan
datang. Tujuan akhir karangan ini adalah kesepakatan.24 Jadi, persuasi
merupakan karangan yang dimaksudkan untuk memperngaruhi sikap
dan pendapat pembaca mengenai hal yang disampaikan penulisnya
agar seolah-olah pembaca percaya bahwa apa yang disampaikan
penulis itu benar. Bentuk karangan persuasi biasanya dapat kita temui
pada baliho, iklan, baliho, dan poster.

22
Ninik M. Kuntarto, Op Cit., h. 301
23
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1985).h.3
24
Ninik, Op.Cit., h. 296
16

3. Cerita Pendek
Dilihat dari jenisnya cerita pendek termasuk dalam jenis karangan
narasi, yakni tulisan yang tujuannya menceritakan kronologis peristiwa
kehidupan manusia. Menurut Dalman narasi merupakan cerita yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk
manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke
waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik
yang disusun secara sistematis.25 Karangan narasi bertujuan untuk
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu
peristiwa yang telah terjadi, serta menyampaikan amanat yang terselubung
kepada pembaca, dengan cara menggerakkan aspek emosi pembaca
seolah-olah ia menyaksikan atau menyalami sendiri apa yang diceritakan.
Cerita pendek merupakan satu diantara jenis karangan narasi
lainnya. Cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya sastra yang
diakui keberadaannya di samping novel, puisi, dan drama. Sesuai dengan
nama dan wujudnya, cerita pendek memang merupakan cerita yang relatif
tidak terlalu panjang dan dapat dibaca dalam waktu singkat, namun bukan
berarti bahwa cerita pendek kurang bernilai sastra.26 Menurut Sumardjo
dalam Sukino mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni,
keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu
kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak
perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral,
dan mengandung suatu arti.27
Dikatakan sebelumnya bahwa cerita pendek merupakan cerita
berbentuk prosa yang relatif pendek. Ukuran pendek di sini dapat diartikan

25
Ibid., h.106
26
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Cerita Pendek Indonesia 1940-1960 Telaah
Struktur, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1995), h.1
27
Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta:
Pustaka Populer LKis Yogyakarta, 2010), h. 142
17

dengan cerita yang dapat dibaca sekali duduk juga karena waktu kurang
dari satu jam. Dikatakan pendek juga karena cerita ini hanya mempunyai
efek tunggal, karakter, plot dan latar yang terbatas, tidak beragam dan
tidak kompleks. Dilihat dari aspek isinya, cerpen adalah cerita fiksi yang
penceritaannya memadat dan memusat pada satu peristiwa atau masalah
ataupun pada satu tokoh dengan kesan tunggal. Dari aspek bentuk cerpen
adalah cerita fiksi yang pendek, yang pada umumnya ditulis antara 1– 30
halaman. Kertas polio dengan pengetikan spasi renggang atau terdiri
antara 500 - 40.000 kata.
Tarigan mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah cerita yang
pendek dan merupakan suatu ide kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan
kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat, dan singkat.
Semua bagian dari sebuah cerpen harus terkait pada satu kesatuan jiwa:
pendek, padat, dan lengkap. Tidak boleh terdapat bagian yang dikatakan
lebih dan bisa dibuang. Adapun menurut Sudjiman cerpen adalah kisah
pendek (kurang dari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberikan kesan
tunggal yang dominan, cerpen memusat pada satu tokoh dalam satu situasi
pada suatu ketika, meskipun persyaratan ini tidak terpenuhi, cerpen yang
efektif terdiri dari tokoh atau sekelompok tokoh lewat lakuan lahir atau
batin terlibat dalam satu situasi tikaian dramatik, yaitu perbenturan antara
kekuatan yang berlawanan merupakan inti cerpen.
Sedangkan menurut tim peneliti Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan memberikan batasan bahwa cerpen itu adalah suatu cerita
tentang sebagian kecil dari kehidupan, tokoh-tokoh yang terbatas
jumlahnya, dan dengan perkembangan cerita yang berpusat pada satu
aspek dari seluruh aspek-aspek lainnya dalam kehidupan.28 Lebih lanjut
Lubis dalam Sukino menyatakan di dalam sebuah cerita pendek harus ada:

28
Ibid., h. 5
18

(1) interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai penghidupan,


baik secara langsung maupun tidak langsung, (2) menimbulkan suatu
hempasan, suatu kesan dalam pikiran pembaca, (3) menimbulkan perasaan
pada pembaca, bahwa pembaca merasa terbawa oleh jalan cerita, dan
cerita pendek pertama-tama menarik perasaan, baru kemudian menarik
pikiran, (4) mengandung rincian dan insiden-insiden yang dipilih dengan
sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran
pembaca.29
Cerpen yang baik memiliki keseluruhan unsur-unsur yang
membangun jalan cerita yang memiliki unsur intrinsic dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan, alur/plot, latar/setting, gaya
bahasa, dan sudut pandang.30 Menurut Burhan untuk membuat sebuah
cerpen perlu diperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen itu
sendiri,seperti tema, alur/plot, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya
bahasa.31 Demikian pula pendapat Taringan yang menilai karya sastra
fiksi dalam enam bidang, yakni tokoh dan penokohan, alur, latar, tema,
bahasa, dan sudut pandang.32
Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menilai karangan cerpen
siswa dalam enam aspek atau unsur tersebut. yakni alur/plot, tema,
penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
a. Alur (plot) merupakan hubungan antarperistiwa yang dikisahkan
sehingga membentuk sebab-akibat, karena plot tidak berurutan secara
kronologis saja. Berbagai pengertian tentang plot yang dikemukakan
orang pun,walaupun berbeda-beda dalam hal perumusan,biasanya

29
Sukino, Op. Cit., h. 144
30
Ibid., h. 146
31
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,2012).h. 12-14
32
Tarigan, Op.Cit.,h. 147
19

mempergunakan kata-kata “kunci” peristiwa-peristiwa yang


33
berhubungan sebab akibat itu.
Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan pada
urutan waktu saja belum merupakan plot. Hal inilah yang biasanya
sering kali disalahartikan oleh siswa. Karena pada dasarnya alur yang
sempurna bersifat padu, unity. Antara peristiwa satu dengan peristiwa
yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan
kemudian, ada hubungannya, ada sifat saling keterkaitan.34
b. Tema, yaitu permasalahan yang diangkat dalam suatu cerita dan
menjadi garis besar permasalahan yang dipaparkan.35
c. Penokohan, salah satu ciri khas cerpen atau karya fiksi yang
mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa
dan kejadian. Tindakan, peristiwa, kejadian, semua itu disusun
bersama-sama sehingga mendapatkan kesan atau efek tunggal.36
Singkat kata penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
d. Latar. Menurut Abrams dalam buku Burhan menyatakan latar atau
setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.37
e. Sudut pandang, dalam karya fiksi mempersoalkan: siapa yang
menceritakan, atau: dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu
dilihat.38

33
Ibid.,h. 112-113
34
Burhan Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 142
35
Edy Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA: Sastra,Prosa, Puisi,
Drama,(Jakarta: PT Mizan Publika, 2010),h.8
36
Dalma,Op. Cit., h. 107
37
Burhan, Op. Cit., h. 216
38
Ibid.,h.246
20

f. Gaya bahasa ialah cara seorang pengarang mengungkapkan suatu


pengertian kata (frase), kelompok kata, dan kalimat.39 Menurut Tarigan
bahasa dalam sebuah tulisan untuk menandai tema seorang tokoh.
Kemudian memperlihatkan hubungan-hubungan dan interaksi-interaksi
sesama tokoh, serta menciptakan nada dan susasana yang tepat guna
sehingga dapat memukau para pembaca.40
Unsur-unsur pembangun cerpen haruslah saling berkaitan satu sama
lain sehingga menghasilkan cerita pendek yang baik, sebagaimana
dikatakan Esten, “Alur yang baik ialah alur yang dapat membantu
mengungkapkan tema dan amanat dari peristiwa-peristiwa serta hubungan
kausalitas (sebab-akibat) antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang
lain”41 Kemudian pada halaman berikutnya ia kembali menengaskan,
“Penokohan yang baik ialah penokohan yang berhasil menggambarkan
tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang
mewakili tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat.”42
Berdasarkan pernyataan Esten di atas dapat disimpulkan sebuah cerpen
yang baik memiliki unsur pembangun yang baik sehingga unsur-unsur
tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi.
Berdasarkan uraian pengertian cerpen di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian cerpen adalah bentuk karya sastra yang relatif pendek
yang penceritaannya memadat dan memusat pada satu peristiwa
kehidupan manusia serta memberikan kesan tunggal kepada para
pembacanya, karena terbentuk dari unsur-unsur pembangun cerpen yang
tunggal, baik tema, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.

39
Mural Esten, Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah, (Bandung: CV Angkasa,2013), h.
28
40
Tarigan, Menulis, Op.Cit., h. 142
41
Ibid., 26
42
Ibid., 27
21

4. Metode Sugestopedia
Metode pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan
guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Metode
pembelajaran semakin berkembang dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, sehingga guru tidak perlu khawatir dan binggung dalam
memilihnya karena setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan
masing-masing sehingga dapat dipadukan dengan materi pembelajaran
siswa. Adapun metode yang saya pilih dalam kegiatan menulis cerpen
adalah metode sugestopedia, telah dikatakan bahwa dalam menulis cerpen
seorang harus mampu mengaitkan antara kreativitas dengan imajinasi.
Selain itu dikatakan pula oleh James W. Pennebakeryang dikutip oleh
Didik bahwasanya menulis secara psikologis sangat bermanfaat. Sebab,
menulis tentang hal-hal negatif akan memberikan pelapasan emosional
yang membangkitkan rasa puas dan lega. Menulis tentang pikiran dan
perasaan terdalam tentang trauma yang mereka alami menghasilkan
suasana hati yang lebih baik, pandangan yang lebih positif, dan kesehatan
fisik yang lebih baik.43
Metode sugestopedia pada dasarnya berawal dari metode
sugestology atau sugestopedia. Landasan yang paling dasar dari metode
sugestopedia adalah manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu
sugesti. Faktor sugesti yang utama adalah pendekatan yang digunakan
guru, kewibawaan, prestise dan wewenang guru yang menerapkan
pendekatan itu, kepercayaan dari pihak siswa terhadap gurunya,
kedwiperasan komunikasi, dan seni (musik).44
Dikatakan pula oleh G. Lozanov yang terkutip dalam jurnal
Internasional Seminar on Quality and Afforrdable Education (ISQAE

43
Didik Komaidi, Panduan Lengkap Menulis Kreatif: Proses, Keterampilan, dan Profesi,
(Yogyakarta: Araska, 2017), h. 48-49
44
Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahuddin, Pembelajaran Bahasa Asing Metode Tradisional dan
Kontemporer, (Jakarta: Bania Publishing, 2010), h. 151
22

2013) karya Eti Fahrianty bahwasanya pengajaran menggunakan metode


sugestopedia memiliki empat prinsip dasar untuk mencapai kesuksesan
dalam pemmbelajan. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut, (1)
adanya kelas yang kondusif. Ruang belajar ditata dengan menggunakan
karpet untuk siswa “lesehan”. (2) Adanya musik. Berdasarkan teknik
superlening music yang temponya lambat dapat menurunkan gelombang
otak dan detak jantung sehingga memicu reaksi yang lebih dalam. (3)
adanya relaksasi. Siswa diajak melakukan relaksasi dengan teknik utama
menarik napas dalam-dalam dan menahannya di perut serta
menghembuskannya lewat mulut. Di samping itu siswa diajak konsentrasi
dan memusatkan pikiran dengan membayangkan sesuatu.(4) Adanya
penghilang sugesti negatif. guru berusaha meningkatkan motivasi siswa
dengan cara menyatakan bahwa siswa harus menghilangkan perasaan
tidak mampu.45
Menurut Tarigan ciri sugestopedia yang paling menonjol dan
mencolok adalah sentralitas atau pemusatan musik dan ritme musik bagi
pembelajaran.46 Cambell mengemukakan bahwa dalam sebuah tinjauan
komprehensif terhadap ratusan studi yang berbasis empiris antara 1972
dan 1992, tiga pendidik yang berasosiasi dengan future of music project
menemukan bahwa pembelajaran musik membantu membaca, bahasa
(termasuk bahasa asing), matematika, dan prestasi akademis keseluruhan.
Para peneliti juga menemukan bahwa musik meningkatkan kreativitas,
memperbaiki kepercayaan diri murid, mengembangkan keterampilan
sosial, dan menaikkan perkembangan keterampilan motorik persepsi dan
perkembangan psikomotor.

45
Eti Fakhrianty, Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan Strategi
Sugestopedia, Jurnal Internasional Seminar on Quality and Afforrdable Education (ISQAE 2013), h.
92.
46
Henry Guntur Tarigan, Metologi Pengajaran Bahasa-2, (Bandung:Angkasa, 1991), h. 90-
91
23

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode


sugestopedia adalah metode pembelajaran bahasa dengan cara
memberikan sugesti melalui lagu untuk merangsang imajinasi siswa.
Pembelajaran bahasa di sini adalah bagaimana siswa menulis sebuah cerita
pendek berdasarkan imajinasinya. Lagu berfungsi sebagai pencipta
suasana sugestif, stimulus, dan sekaligus jembatan bagi siswa untuk
membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian atau peristiwa
berdasarkan tema lagu. Adapun aliran musik yang sangat mudah untuk
membawa kita pada imajinasi atau pembelajaran bisanya adalah musik
berjenis klasik. Respon yang diharapkan muncul dari para siswa berupa
kemampuan melihat gambaran-gambaran kejadian tersebut dengan
imajinasi dan logika yang dimiliki lalu mengungkapkan kembali dengan
menggunakan simbol-simbol verbal.47
Secara singkat teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti
positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar
di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-
poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan
menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Adapun prosedur dan teknik dalam pembelajaran yang
menggunakan metode sugestodia adalah membagi empat jam pelajaran
bahasa Indonesia menjadi tiga bagian yang berbeda sebagaimana di bawah
ini:
Pertama tinjauan lisan, dipakai untuk mengulang bahan pelajaran
hari sebelumnya. Bahan-bahan yang dipelajari sebelumnya dipakai untuk
diskusi oleh guru dan siswa di kelas dalam suatu lingkaran. Diusahakan
seluruh siswa duduk secara nyaman serta dapat melihat semua teman-
temannya secara menyeluruh dan diskusi itu pun berlangsung menyerupai

47
P. Trimantara, Metode Sugesti-Imaji dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu,
Jurnal Pendidikan Penabur, No. 05/th.IV, h. 3.
24

suatu seminar. Sidang ini mencangkup apa yang disebut studi makro dan
studi mikro.48 Dalam diskusi ini diusahakan guru dapat memfasilitasi
siswa dalam memahami arti sebuah cerpen beserta tata cara pembuatannya
dan struktur isinya.
Kedua penyajian bahan baru dan diskusikan. Bahan baru disajikan
dalam konteks membaca dan menyimak sebuah cerpen secara seksama
serta membedahnya secara mendalam oleh guru dan siswa. Kemudian
siswa dibimbing serta dituntut memandang pengalaman yang tertera
dalam bahan baru itu sebagai suatu yang menarik hati dan tidak menuntut
suatu upaya khusus yang memberatkan.
Terakhir kegiatan semedi. Semedi adalah terjemahan dari kata
séance yang berarti pertemuan untuk mencoba berhubungan dengan orang
mati. Kedua bagian sebelumnya tidak jauh berbeda dari metode
pembelajaran yang lain. Yang betul-betul unik dalam metode ini adalah
bagian ketiga yang dinamakan semedi ini, yaitu para siswa duduk dengan
santai seperti sedang melakukan yoga.49
Hal ini senada dengan apa yang dilakukan oleh Diane Larser
Freeman yang menerapkan langsung penerapan metode ini dalam
pengajaran bahasa Inggris di Mesir. Yakni dengan pengajaran yang
seolah-olah siswa diajak berwisata keliling dunia. Guru menempelkan
gambar kota- kota yang indah di dunia, lalu mengajak siswa untuk
melihatnya dan bersemedi kemudian mendengarkan lagu “Violin Concerto
No.5” karya Mozart. Setelah beberapamenit guru tersebut membacakan
dialog dengan kecepatan normal sehingga dialog tersebut di resapi oleh
siswa. 50

48
Aziz Fachrurrozi, Op Cit., h.155
49
Ibid., h. 156
50
Diane Larser Freeman,Techniques and Priciples in Language Teaching, (NewYork:
Oxford University Press,1986), h.73-76.
25

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh


beberapa ahli tersebut maka dapat ditarik benang merah bahwa metode
sugesti imajinasi adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan
musik sebagai alat sentral untuk menciptakan suasana sugestif, stimulus
sehingga mampu menjembatani siswa untuk berimajinasi, membayangkan
gambaran, dan kejadian berdasarkan tema lagu sehingga memungkinkan
siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan disertai
kegembiraan. Melalui penggunaan metode sugestopedia siswa dapat
mengoptimalkan belahan otak kanan sehingga mereka dapat
mengembangkan imajinasinya secara leluasa. Otak adalah raksasa tidur.
Kalau kita mau memaksimalkannya maka otak kita adalah raksasa yang
bisa berbuat apa saja sesuai kemauan pemiliknya. Memanfaatkan otak
kanan dan kiri secara seimbang orang bisa menulis dengan baik. Efek
positif dari kerja otak belahan kanan adalah rangsangan atau dorongan
bagi kerja belahan otak kiri sehingga pada saat bersamaan para siswa juga
dapat mengembangkan logikanya, yang pada akhirnya siswa dapat
menghasilkan bentuk tulisan atau karangan yang baik. Musik yang dipilih
tidak hanya sesuai dengan materi dan tema pembelajaran, tetapi harus
disesuaikan dengan kebutuhan siswa, artinya musik yang dipilih sesuai
dengan selera dan minat siswa. Hal ini berdampak pada proses
pembelajaran bahwa musik yang sesuai dengan selera dan minat siswa
akan menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk
mensugesti siswa dalam mengembangkan imajinasi dan logikanya dengan
baik.
Lebih singkatnya, metode sugestopedia merupakan metode yang
menciptakan suasana pembelajaran keterampilan menulis yang nyaman
dengan cara memberikan sugesti melalui lagu untuk merangsang imajinasi
siswa. Apabila siswa sudah tersugesti maka mereka dapat dengan mudah
berimajinasi atas peristiwa yang dialami orang lain. Sugesti ini akan
26

memudahkan siswa untuk menuangkan imajinasi mereka kedalam


karangan yang berbentuk cerpen. Sejalan dengan itu Didik
mengemukakan bahwa, “Menulislah pada saat awal dengan hati emosi.
Setelah itu, perbaiki tulisan anda dengan pikiran. Kunci pertama dalam
menulis adalah bukan berpikir, melainkan mengungkapkan apa saja yang
dirasakan.”51
Georgi Lezanov menegaskan dalam Nababan bahwa kelas
sugetopedia tidak akan berhasil jika tidak memenuhi tiga criteria
berikut,(1) penekanan yang kuat pada penikmatan dan penganggapan
betapa mudahnya belajar, (2) perpaduan yang mutlak antara faktor-faktor
sadar dan di bawah sadar, dan (3) interaksi yang mesra dan hangat
antarpelajar, yang member kesan mendalam di hati mereka.52
Penerapan pembelajaran menulis dengan metode sugestopedia
memiliki kelebihan dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan
keterampilan menulis. Pemilihan lagu yang bersyair puitis membantu para
siswa memperoleh model dalam pembelajaran kosa kata. Pengembangan
kosakata di sini mengandung pengertian lebih dari sekedar penambahan
kosa kata baru, tetapi lebih pada penempatan konsep-konsep baru dalam
tatanan yang lebih baik atau ke dalaman susunan-susunan tambah.
Sugesti yang diberikan melalui pemutaran lagu dapat merangsang
dan mengondisikan siswa sedemikian rupa sehingga siswa dapat
memberikan respon yang bersifat positif. Penggunaan metode sugesti-
imajinasi tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat
keterampilan menyimak yang rendah. Stimulus yang disampaikan secara
lisan menghendaki adanya keterampilan yang baik. Dengan demikian,
komunikasi yang terjalin bisa diarahkan menuju target yang hendak

51
Didik Komaidi, Op. Cit.,h. 47
52
Sri Utari Subyakto Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1993), h. 59
27

dicapai, yaitu sugesti untuk membangun imajinasi siswa. Metode


sugestopedia sulit digunakan bila siswa cenderung pasif. Metode ini
mensyaratkan adanya keaktifan dari pihak siswa, siswa harus aktif
menerima stimulus dan memberi respon dalam bentuk simbol-simbol
verbal. Jadi dalam hal ini seorang guru harus ekstra aktif dalam melihat
perkembangan siswanya dalam menulis sebuah cerpen.
Berdasarkan uraian di atas metode ini memiliki beberapa kelemahan
yakni biasanya metode ini hanya digunakan dalam kelompok kecil,
dengan jumlah pelajar 12 orang, kemudian harus didukung dengan sarana
dan prasarana yang lengkap, sudah tentu harus mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit, penyajian materi yang sebagian besar berdasarkan tata
bahasa structural sehingga member kesan metode ini sama dengan
metedo-metode lainnya, dan teknik mendengarkan rekaman pada waktu
tidur belum terbukti dapat menambah keterampilan pelajar dengan cepat,
karena ada kemungkinan timbul kelelahan dalam jiwa pelajar karena tidak
dapat istirahat dengan tenang.53
Setiap kelemahan pasti diiringi dengan kelebihannya. Adapun
kelebihan atau kekuatan dari metode ini adalah menumbuhkan kesenangan
dalam diri siswa, dengan tokoh khayalan yang diperankan siswa, dengan
gaya non-evaluatif sang guru dan dengan materi ajar yang menarik,
termasuk penggunaan lagu kalasik. Kesinambungan dan dialog-dialog
yang digunakan efektif membekali siswa dengan dunia khayal di mana di
mana ia dapat berimprovisasi di dalamnya. Jumlah maksimum 12 pelajar
melahirkan suasana santai seakan-akan pelajar tidak berada di dalam
kelas. Dan para siswa bisa memupuk perasaan kerjasama yang kuat antara

53
Aziz Fachrurrozi, Op Cit., h.161
28

mereka sendiri karena mereka saling tolong menolong dalam menyerap


semua pelajaran yang diterima.54
Oleh karena itu seorang guru jika ingin mengambil metode ini harus
mempersiapkan kelas dan pelajar dengan sebaik-baiknya sehingga
kekurangan-kekurangan yang ada pada metode ini dapat diperkecil
kemungkinannya.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian relevan yang saya ambil adalah sebuah skripsi


karya Rendi Pebriana dari Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2015
dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Penerapan
Metode Sugestopedia. Hasil penelitian ini metode sugestopedia mampu
memberikan peningkatan dalam menulis puisi siswa. Adapun persamaan
penelitian relevan dengan penelitian ini adalah penggunaan metode
sugestopedia sebagai alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
kemudian perbedaan yang sangat menonjol dalam penelitian ini dan penelitian
relevan adalah objek yang dituju dalam penelitian. Jika penelitian relevan
menggunakan puisi sebagai objek, sedangkan penelitian ini menjadikan
cerpen sebagai objeknya.
Penelitian relevan yang kedua merupakan sebuah E-Journal pada
tahun 2014 yang ditulis oleh Raja Eka Mei Winda sebagai persyaratan
mengambil gelar S.Pd dengan judul Kemahiran Menulis Cerita Pendek
dengan Meggunakan Media Komik pada Siswa Kelas VII Madrasah
Tsanawiyah Negeri Bintan Timur Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil analisis
data yang diperoleh bahwa kemahiran menulis siswa dengan menggunakan
media komik tergolong sedang, dengan nilai 70,68%. Dilihat dari segi
persentase, siswa memperoleh nilai pada kategori sangat tinggi tidak ada.

54
Ibid., h.160
29

Kategori tinggi 15 siswa (20,27%), kategori sedang 37 siswa (50,00%),


kategori rendah 18 siswa (24,32%), dan kategori sangat rendah 4 siswa
(5,41%). Persamaan yang terjadi pada kedua penelitian ini adalah objek yang
dituju yakni cerpen siswa dan tingkatan sekolah subjek yang akan dikaji yakni
sekolah menengah pertama kelas VII, dan perbedaan yang sangat menonjol
terlihat pada alat/media yang digunakan yakni penelitian relevan
menggunakan media komik sedangkan penelitian ini menggunakan metode
sugestopedia.
Adapun penelitian relevan yang terakhir adalah skripsi milik Ainnur
Ulum Sugiarto mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
Penggunaan Media Iklan Televisi untuk Peningkatan Kemampuan Menulis
Cerpen Siswa Kelas VII SMP PGRI Ciputat Tanggerang Selatan tahun
Pelajaran 2014/2015. Hasil dari penelitian ini adalah menulis cerpen dapat
ditingkatkan dengan menggunakan media iklan (Aqua versi NTT) dengan
presentase 20 % siswa yang masih di bawah KKM (70) dan 80% siswa yang
di atas KKM atau setara dengan 6 siswa yang masih di bawah KKM dari 30
siswa di kelas tersebut. Persamaan yang terjadi penelitian relevan dengan
penelitian ini ada pada subjek dan objek yang diteliti, yakni cerpen karangan
siswa kelas VII, sedangkan perbedaan yang amat terlihat yakni pada media
yang digunakan dalam pembelajaran. Jika penelitian relevan ini menggunakan
ilkan televise sebagai medianya penelitian ini menggunakan media audio atau
music klasik yang mendukung penerapan metode sugestopedia dalam
pembelajaran menulis cerpen sisiwa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penilitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Hijrah, yang
terletak di Jl. Penggilingan Baru III RT 11 RW 04 Kel. Dukuh Kecamatan
Kramat Jati, Provinsi DKI Jakarta. Dipilihnya sekolah tersebut karena melihat
siswanya yang lebih menyukai bahasa Inggris dan bahasa Arab karena
interaksi sehari-hari mereka di luar kelas menggunakan kedua bahasa tersebut,
dan melihat hasil karangan narasi siswa sangat menyedihkan dan kurangnya
mereka dalam berimajinasi, serta melihat metode yang dilakukan oleh sang
guru sangat membosankan. Hal itulah yang membuat siswa di sekolah
tersebut lebih menyukai mata pelajaran lain dibanding dengan mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Penyusunan skripsi ini dilakukan selama enam bulan
terhitung dari bulan Juli hingga akhir November. Sedangkan pengambilan
data penelitian ini dilakukan selama sebulan penuh, terhitung sejak 22
Agustus hingga 22 September 2017 selama satu bulan penuh.

B. Metode Penelitian
Menurut Leedy dan Ormrod dalam Samiaji, metode adalah teknik atau
prosedur yang digunakan untu k mengumpulkan dan menganalisis data yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian atau hipotesis.1 Metode penelitian
merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu penelitian ilmiah.
Keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian banyak
ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat. Agar hasil penelitian yang
ditemukan dapat menjadi pengetahuan yang teruji maka setiap penelitian
harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.

1
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar- dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 5

30
31

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Muhammad mendefinisikan


metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.2 Sejalan dengan itu, masih dalam buku yang sama Breg
mengemukakan “ Refers to the meaning, concepts, definitions, characteristics,
metaphors, symbols, and descriptionsof thigs.” Menurut definisi ini,
penelitian kualitatif ditekankan pada deskripsi objek yang diteliti.3 Menurut
Lexy J. Moleong metode penelitian kualitatif berdasarkan pada pondasi
penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahap-tahap penelitian,
teknik penelitian, kriteria dan teknik pemeriksaan data dan analisis dan
penafsiran data.4
Berpijak dari pendapat para ahli di atas maka peneliti memutuskan
menggunakan penelitian kualitatif, yakni penelitian yang menekankan pada
objek yang diteliti yakni karangan cerpen siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah,
dengan tahap-tahap dan teknik tertentu yang menghasilkan deskripsi berupa
kata-kata tertulis. Penelitian kualitatif yang di dalamnya mengumpulkan data
dengan cara deskriptif kualitatif, dokumen pribadi, catatan lapangan, tingkah
laku subyek, dan lain-lain.5
Mardalis, menyatakan penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-
kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.6 Berdasarkan teori di atas dan latar
belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini, maka peneliti

2
Muhammaad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), Cet. Ke-3, h.
30
3
Ibid., h. 30
4
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 63-64
5
Sukandarrumidi dan Haryanto, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian, ( Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2014), h. 73, cet. Ke- 2
6
Mardalis, Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2017), Cet. Ke-
14, h. 26
32

menggunakan penelitian kualitatif deskriptif yang akan mendeskripsikan,


menganalisis, dan menginterpretasi objek yang diteliti.
Pendekatan kualitatif deskriptif menggunakan beberapa bentuk
pengumpulan data seperti wawancara, observasi, serta analisis dokumen. Data
tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang
memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah
untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan
institusional, sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif. Oleh
karena itu metode kualitatif deskriptif peneliti jadikan sebagai pedoman untuk
menyelesaikan penelitian ini.

C. Subjek Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di awal penelitian ini menentukan
subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah, Jakarta Timur,
yang terdiri 18 siswa, sebelas laki-laki dan tujuh perempuan. Penentuan
subjek berlandaskan silabus kelas VII K13 yang di dalamnya terdapat
pembelajaran menulis cerpen. Pemilihan subjek tidak hanya berlandarkas
kurikulum tetapi juga dikarenakan siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah
berjumlah sedikit, sehingga memungkinkan adanya penerapan metode
sugestopedia dalam pembelajaran.

D. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah karangan cerita pendek siswa kelas VII
MTs Nurul Hijrah. Dalam hal ini kami meneliti mengenai perubahan sebelum
dan sesudah digunakannya metode sugestopedia terhadap karangan cerita
pendek siswa VII MTs Nurul Hijrah.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pemilihan metode penelitian akan menentukan tekni dan alat
pengumpulan data yang digunakan. Secara umum, dalam penelitian kualitatif
33

alat pengumpulan data yang paling sering digunakan adalah wawancara


(termasuk focus group discussion), pengamatan lapangan (termasuk
pengamatan partisipatif), dan telaah dokumen.7 Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini tidak jauh berbeda pada teknik
pengumpulan data kualitatif deskriptif pada umumnya yakni observasi
langsung, analisis dokumen, dan wawancara.
a. Observasi Langsung
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat aktif atau
biasa dikenal sebagai observasi partisipan. Observasi partisipatif dan atau
studi lapangan bertujuan untuk menemukan “habitat” asli para partisipan.
Wolcott dalam Samiaji mengemukakan bahwa peneliti juga harus
“tinggal” bersama para partisipan dan berperan dalam dinamika kehidupan
sehari-hari para partisipan.8
Berdasarkan pengertian di atas, maka selain mengamati proses
pembelajaran, peneliti juga diberikan waktu selama empat jam pelajaran
untuk menerapkan metode sugestopedia kepada siswa kelas VII MTs
Nurul Hijrah. Sehingga, observer terlibat secara langsung dan ikut serta
dalam kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati. 9
Tujuan dari observasi ini adalah untuk menilai proses
pembelajaran siswa sebelum dan sesudah adanya penelitian ini. Selain
mengamati proses pembelajaran peneliti juga mengobservasi keadaan
sekolah baik fisik maupun struktur yang ada di MTs Nurul Hijrah,yakni
berupa visi misi sekolah, data guru dan pegawai, serta foto-foto keadaan
sekolah, guru, dan siswa.

7
Samiaji Sarosa, Op. Cit., h. 37
8
Ibid., h. 56
9
Sukandarrumidi dan Haryanto, Op. Cit., h. 36
34

b. Analisis Dokumen
Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang memiliki posisi
penting dalam penelitian kualitatif. Teknik ini dilakukan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari subjek penelitian, dengan cara
melihat hasil dan nilai cerpen siswa sebelum dan sesudah diadakannya
penelitian ini. Maka dari itu, dokumen yang akan diteliti berupa cerpen
siswa, nilai keterampilan menulis siswa sebelum dan sesudah
menggunakan metode sugestopedia, dan foto kegiatan penerapan metode
sugestopedia di MTs Nurul Hijrah kelas VII.
c. Wawancara
Selain melakukan observasi langsung dan analisis dokumen,
peneliti juga mengadakan wawancara terhadap siswa dan guru untuk
memperoleh hasil yang maksimal, serta melihat seberapa efektif penelitian
ini dilakukan. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data yang
diperoleh melalui observasi.10
Adapun pertanyaan yang akan diajukan peneliti kepada siswa
adalah sebagai berikut,
i. Apakah kamu senang belajar bahasa Indonesia?
ii. Apakah kamu senang membuat cerita pendek?
iii. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai pembelajaran menulis cerpen
menggunakan metode sugestopedia?
iv. Apakah ada perbedaan saat menulis cerpen dengan metode
sugestopedia dengan menulis cerpen tidak menggunakan metode
apapun?
v. Apakah kamu menyukai metode sugestopedia?

10
Mardalis, Op. Cit., h. 64
35

Berikut ini daftar pertanyaan untuk guru bahasa Indonesia kelas


VII di MTs Nurul Hijrah.
i. Apakah ada perbedaan terhadap nilai menulis cerpen siswa ketika
menggunakan metode sugestopedia dengan sebelum
menggunakan metode tersebut?
ii. Bagaimana menurut Ibu mengenai metode sugestopedia ini?
iii. Bagaimanakah kendala metode ini, jika diterapkan di dalam kelas
yang Ibu ajar?
iv. Apakah dengan menggunakan metode sugestopedia dalam
pembelajaran berdampak pada perilaku siswa sehari-hari?

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar memudahkan peneliti dalam mengolah data.
Karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif maka
instrument utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti secara
langsung mengumpulkan data melalui tahapan teknik pengumpulan data yang
telah dikatakan sebelumnya. Selain itu, untuk mendukung krebilitas penelitian
ini maka peneliti membuat instrumen tambahan yakni membuat sebuah
pedoman penilaian tes menulis cerpen guna memudahkan dalam melakukan
penilaian hasil karangan cerita pendek siswa.
Adapun penilaian keterampilan menulis cerpen siswa yang dibuat oleh
peneliti sendiri adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek

No Unsur yang dinilai Skor


1. Alur (plot) 15
2. Tema 15
36

3. Penokohan 20
4. Latar 15
5. Sudut pandang (point of view) 15
6. Gaya bahasa 20
100
Berdasarkan pedoman di atas, terlihat poin penokohan dan gaya
bahasa lebih besar nilainya dari poin yang lainnya, karena setelah
mengadakan observasi secara langsung peneliti mengamati bahwa kesulitan
siswa dalam menulis cerpen yang baik adalah memposisikan seorang tokoh
dengan penggambarann deskripsi watak tokoh itu sendiri, dan gaya bahasa
yang luas cangkupannya. Maka dari itu penokohan dan gaya bahasa lebih
besar dari unsur-unsur pembangun cerpen yang lainnya.
Selain itu, Mural Esten menegaskan, “Penokohan yang baik ialah
penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dan mengembangkan
watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia yang
dikehendaki tema dan amanat.”11 Selain itu Rahmanto menegaskan bahwa
unsur-unsur kebahasaan dalam karangan prosa merupakan sumber bahan yang
cukup luas untuk dipelajari.12
Berdasarkan alasan-alasan di atas maka peneliti memberikan poin
penokohan dan gaya bahasa lebih besar dari unsur-unsur cerpen yang lain.
Untuk mengukur lebih detail kredibilatas pedoman penilaian keterampilan
menulis cerpen di atas, maka peneliti membuat pedoman uraian penilaian
keterampilan menulis cerpen, seperti di bawah ini.

11
Mural Eten, log cit.,
12
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajar Sastra, (Yogyakarta:
Kanisius, 1989), h. 74
37

Tabel 3.2
Uraian Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek yang
Skor Kriteria
Dinilai
Sangat baik atau sempurna: setiap unsur saling
berkaitan, setiap peristiwa saling berkaitan, dan
15-14 tahapan peristiwa digambarkan secara tepat dan
komposisinya sesuai.
Baik: setiap peristiwa saling berkaitan, tahapan
13-11 peristiwa digambarkan secara tepat dan
komposisinya sesuai.
Cukup baik: setiap peristiwa saling berkaitan,
Alur
10-8 meskipun tahapan peristiwa yang digambarkan
komposisinya kurang tepat dan sesuai.
Kurang baik: ada beberapa peristiwa yang tidak
8-6 berkaitan dengan peristiwa lain, tahapan peristiwa
yang digambarkan komposisinya kurang tepat.
Sangat kurang: setiap peristiwa yang diceritakan
5-0 tidak berkaitan dan masih sangat abstrak.

Sangat baik atau sempurna: sangat inovatif, tidak


sama dengan teman lainnya, antara tema dengan
15-14 unsur lainnya saling berkaitan, dan pengambarannya
dijelaskan secara eksplisit.
Baik: inovatif, tidak sama dengan teman lainnya,
13-11 antara tema dengan unsur lainnya saling berkaitan,
dan pengambarannya dijelaskan secara eksplisit.
Tema Cukup baik: antara tema dengan unsur lainnya
10-8 saling berkaitan, dan pengambarannya dijelaskan
secara eksplisit.
Kurang baik: antara tema dengan unsur lainnya
8-6 saling berkaitan, hanya saja pengambarannya kurang
apik.
Sangat kurang: antara tema dengan unsur lain tidak
5-0
ada kaitannya dan masih sangat abstrak.
Sangat baik atau sempurna: sangat sempurna
penggambaran setiap tokoh, baik secara dramatik
20-18 maupun ekspilit, antara penokohan dengan unsur
Penokohan lain saling berkaitan.
Baik: penggambaran setiap tokoh baik dan antara
17-15 penokohan dengan unsur lain saling berkaitan.
38

Aspek yang
Skor Kriteria
Dinilai
Cukup baik: penggambaran tokoh utama saja yang
14-12 baik serta antara penokohan dengan unsur lain saling
berkaitan.
Kurang baik: penggambaran setiap tokoh masih
11-9 kurang dan antara penokohan dengan unsur lain
kurang berkaitan.
Sangat kurang: antara penokohan dengan unsur
8-0 lain tidak ada kaitannya dan penggambaran watak
tokohpun sangat abstrak.
Sangat baik atau sempurna: penggambaran latar
sesuai dengan setiap unsur pembangun cerpen
15-14 lainnya, penggambaran latar menggunakan bahasa
yang indah dan tepat.
Baik: penggambaran latar sesuai dengan setiap
13-11
unsur pembangun cerpen lainnya.
Latar
Cukup baik: penggambaran latar sesuai dengan
10-8 peristiwa yang ada, hanya saja kurang imajinatif
dalam menggambarkan suatu latar.
Kurang baik: kurang imajinatif dalam
8-6
menggambarkan suatu latar cerita.
5-0 Sangat kurang: latar sangat abstrak.
Sangat baik atau sempurna: sangat imajinatif dan
baik dalam menceritakan sebuah kisah, variatif
15-14 dalam memosisikan dirinya sebagai narator, dan tiap
unsur saling berkaitan.
Baik: baik dalam memosisikan dirinya sebagai
13-11
narator, dan tiap unsur saling berkaitan.
Sudut
Cukup baik: cukup baik dalam memosisikan
pandang 10-8
dirinya sebagai narrator.
Kurang baik: kurang baik dan kurang imajinatif
8-6
dalam menceritakan sebuah kisah dalam cerpen.
Sangat kurang: sangat abstrak posisi seorang
5-0 naratornya.

Sangat baik atau sempurna: banyak majas yang


digunakan dengan baik dan tepat, imajinatif dalam
20-18 menggambarkan setiap unsurnya, dan menggunakan
bahasa tulis dengan baik dan benar.
Baik: mulai menggunakan majas dalam karangan
17-15
cerpennya, imajinatif dalam menggambarkan setiap
39

Aspek yang
Skor Kriteria
Dinilai
unsurnya, dan menggunakan bahasa tulis dengan
Gaya bahasa baik dan benar.
Cukup baik: cukup baik dalam menggambarkan
14-12 setiap unsurnya, dan menggunakan bahasa tulis
dengan baik dan benar.
Kurang baik: menggunakan bahasa tulis dengan
11-9
baik dan benar.
8-0 Sangat kurang: masih menggunakan bahasa lisan.
Nb:
1. Komposisi dalam tahapan alur adalah kadar tahapan alur mulai dari penyituasian hingga
penyelesaian sesuai dengan kaidah. Tidak ada kekurangan pdi setiap tahapannya baik
penyituasian, pemunculan masalah, peningkatan masalah, klimaks, dan penyelesaian.
2. Imajinatif dari segi bagaimana siswa menuliskan atau menggambarkan sebuah latar,
sudut pandang, dan gaya bahasa dengan pemilihan diksi yang tidak pada umumnya. Jadi
semakin baik dalam menyiratkan sebuah latar, sudut pandang, dan gaya bahasa, maka
semakin baik pula imajinasi siswa. Hal ini sesuai dengan pemilihan diksi yang ada.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitan ini
dilakukan secara berangsur-angsur, mulai dari observasi pasif dan partisipan,
kemudian menganalisis nilai karangan cerpen siswa hingga diperkuat dengan
wawancara. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan membuat tabel
persentase pedoman tingkat penguasaan siswa dalam menulis cerpen.
Penentuan kriteria penilaian tentang tingkat penguasaan siswa dalam
menulis cerpen dikelompokkan atas lima kriteria penilaian yaitu sangat baik,
baik, cukup, kurang dan sangat kurang.
Adapun kriteria persentase tersebut menurut Ngalim Purwanto
adalah sebagai berikut.13

13
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2013), h. 103
40

Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Bobot Predikat
86 – 100 % A 4 Sangat baik
76 – 85 % B 3 Baik
60 – 75 % C 2 Cukup baik
55 – 59 % D 1 Kurang
Kurang dari 54 % TL 0 Sangat kurang
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Sekolah.


1. Profil MTs Nurul Hijrah Jakarta
a. Nama Sekolah : MTs Nurul Hijrah
b. Alamat Sekolah : Jl. Penggilingan Baru III RT 11 RW 04
Kel. Dukuh Kecamatan Kramat Jati, Provinsi
DKI Jakarta
c. Akreditasi Sekolah : B
d. Tahun berdiri : 28 Mei 2001
e. NSM : 121231750015
f. Kepala Sekolah
i. Nama : H. Sodikun, S.Pd.I
ii. Pendidikan terakhir : S1
iii. No hp : 08111834404
g. Wakil Kepala Sekolah
i. Nama : Puput Riyani, S. Pd.
ii. Pendidikan terakhir : S1
iii. No hp : 081311162761

2. Visi dan Misi Sekolah


Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki visi dan misi yang
berbeda-beda sesuai dengan lingkungan dan cita-cita lembaga itu sendiri.
Adapun misi Madrasah Tsanawiyah Nurul Hijrah adalah “Terwujudnya
Madrasah Tsanawiyah yang beriman, terampil, dan menguasai ilmu
Pengetahuan, serta Teknologi.
Indikator Visi MTs Nurul Hijrah adalah sebagai berikut:
a. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan kurikulum
yang adaptif.
b. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan tenaga
pendidik dan kependidikan yang jujur, profesioanal, terampil, tangguh
dan berkompeten di bidangnya.

41
42

c. Unggul dalam mewujudkan pengembangan standar


prosespembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
d. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan fasilitas
pendidikan.
e. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan peningkatan standar
kelulusan.
f. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan meningkatkan kelembagaan
serta manajemen.
g. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar
pembiayaan.
h. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar
penilaian pendidikan.
Dari visi MTs Nurul Hijrah tersebut, maka ditetapkan misi sebagai
berikut, “Mengusahakan terselenggaranya proses pendidikan yang
bermutu, tertib dan memenuhi standar kompetensi dalam suasana belajar
yang kondusif dan lingkungan yang bersih serta nyaman.”

3. Tujuan Sekolah
Tujuan pendidikan dasar adalah “Meletakan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampiln untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.Berdasarkan rumusan
tersebut, maka MTs Nurul Hijrah mengembangkan rumusan yang lebih
spesifik yang sesuai dengan karakteristiknya.
Berdasarkan rumusan tujuan nasional tersebut, maka standar
kompetensi lulusan MTs Nurul Hijrah dirumuskan sebagai berikut :
a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja.
b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c. Menunjukan sikap percaya diri.
43

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang


lebih luas.
e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkungan nasional.
f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan
sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.
g. Menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
h. Menunjukan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
i. Menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
j. Mendeskripsikan gejala alam dan nasional.
k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
bangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara
Keasatuan Republik Indonesia.
m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.
n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk
berkarya.
o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan
waktu luang.
p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat.
r. Menghargai adanya perbedaan pendapat.
s. Menunjukan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek
sederhana.
t. Menunjukan keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.
44

u. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan


menengah.

Tujuan dan standar kompetensi lulusan tersebut akan diikhtiarkan


ketercapainya oleh MTs Nurul Hijrah dengan menerapkan kurikulum MTs
Nurul Hijrah tahun pelajaran 2016/2017.

4. Jumlah Siswa
Adapun jumlah siswa yang bersekolah di MTs Nurul Hijrah tahun
ajaran 2017/2018 berjumlah 44 siswa yang terdiri dari 18 siswa kelas VII,
11 siswa kelas VIII, dan 15 siswa kelas IX. Adapun data siswa kelas VII
MTs Nurul Hijrah adalah yang menjadi subjek penelitian ini adalah
sebagai berikut.

Tabel 4.1
Data Subjek Penelitian

No. Nama Alamat


1. Ahmad Ali Nasution Jl. Masjid Rt 05/06, Cipayung, Jakarta Timur
2. Amalia S.R Jl. Raya Bogor No.4 Rt 07 Rw 08
3. Andra Yudi Prasetya Kp. Tengah Rt 010 Rw 07 No. 01
4. Annisa Azahra Jl. Hadidji Rt 012 Rw 002 Kel. Rambutan
5. Aksan Fahri Febrian Jl. Beringin Gg. Palem Hijau Rt 01 Rw 01
6. Arsy Nur Farhan Klender, Jakarta Timur
7. Aril Rifki Bogor Rt. 05/01
8. Denisa Wahyu Sukma Jl. Alur Selatan
9. Indah Mutia Aziz Jl.Cibubur 2, Gg. H. Marda Rt.06/03
10. Kaylan Al-Baihaqi Bogor, Bogor Gede
11. Maghfirotul Lisya Pamuang Benda Timur
12. M. Faqih N. Otista Raya, Jakarta Timur
45

13. M.Ilham Rt.08/001 Rambutan, Ciracas


14. M. Sabit Kp. Rambutan Jakarta Timur
15. Nina Nurmala Jl. Lubang Buaya Gg.Lingkar Rt.07/08 No.52
16. Purnama Nur Khomsah Jl. Raya Condet, Cililitan Jakarta Timur
17. Rona Marito Kp. Rambutan Jakarta Timur
18. Yasser Arafat Kp. Pedurenan Rt.01/11

B. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana penerapan metode sugestopedia terhadap
keterampilan menulis cerpen siswa kelas VII di MTs Nurul Hijrah. Untuk
mengetahui bagaimana metode tersebut layak digunakan dalam pembelajaran,
maka penulis melakukan penelitian sesuai dengan tahap-tahap yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya.
Adapun hasil observasi, analisis data, dan wawancara terhadap subyek
dan objek penelitian ini, dapat peneliti uraikan sebagai berikut.

1. Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar


Struktur Kurikulum MTs Nurul Hijrah merupakan pola dan susunan
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada suatu
pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Struktur Kurikulum MTs Nurul
Hijrah disusun berdasarkan KMA No. 207 Tahun 2014 Bahwa
Pelaksanaan Kurikulum Madrasah pada jenjang MI, MTs dan MA
mengunakan standar KTSP namun untuk kelas VII sudah diwajibkan
menggunakan Standar K-13 sesuai KMA 165 tahun 2014.
Sedangkan kegiatan pengembangan diri melalui pembiasaan akhlak
mulia juga dituangkan dalam program pembiasaan yang diarahkan untuk
membentuk budaya Madrasah yang penuh dengan akhlak mulia,
46

membentuk kepribadian yang kuat bagi warga MTs Nurul Hijrah, sesuai
dengan visi dan misinya.
Kegiatan pembelajaran di MTs Nurul Hijrah dimulai pukul 07.00
WIB dan berakhir pukul 13.00, kecuali hari Jumat yang berakhir pukul
10.50, termasuk kegiatan melaksanakan shalat zuhur berjamaah, sebagai
bagian dari pembiasaan akhlak mulia.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari Sabtu
dengan kegiatan yang berbeda-beda, yaitu pramuka, tahfidzul qur’an,
qasidah/ marawis, futsal/ keterampilan, dan muhadhoroh. Selain
mengamati keadaan lingkungan dan kegiatan di sekolah ini, peneliti juga
mengobservasi kegiatan belajar siswa khususnya kelas VII MTs Nurul
Hijrah.
Adapun proses belajar mengajar keterampilan menulis cerpen siswa
kelas VII yang terekam dalam kamera penulis adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Kegitan pembelajaran menulis cerpen sebelum menggunakan


metode sugestopedia
Observasi yang dilakukan penulis adalah mengamati jalannya
pembelajaran selama empat jam di kelas. Pada pembelajaran menulis
cerpen sebelum menggunakan metode sugestopedia, guru memaparkan
dan menjelaskan mengenai pengertian cerpen dan unsur-unsur intrinsiknya
(unsur pembangun) dengan menngunakan metode ceramah. Pembelajaran
terbilang tenang, nyaman, dan sepi. Posisi duduk siswa seperti pada
47

umumnya di sekolah lain, yakni menggunakan meja dan kursi sendiri serta
duduk berdampingan dengan temannya yang lain. Posisi duduk siswa dan
siswi dipisah mengingat sekolah ini merupakan sebuah pesantren modern.
Selama pembelajaran berlangsung suasana kelas terbilang cukup
tenang. Meskipun masih ada satu orang pengganggu di kelas yang sering
bertingkah menjahili teman duduknya. Keaktifan satu orang ini lantas
tidak membuat seorang guru diam saja. Kemudian guru tersebut bertanya
pada siswa itu tentang apa yang telah dijelaskannya. Suasana kembali
hening ketika akhirnya gur bertanya pada setiap murid secara bergantian
dan acak mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru.
Jadi dapat dikatakan meskipun pembelajaran ini menngunakan
metode ceramah satu arah, namun guru juga menyelipkan metode tanya
jawab guna memperdalam pemahaman siswa dan mengetahui seberapa
jauh siswa memahami pembelajaran menulis cerpen. Setelah dua jam
berlalu maka sang guru akhirnya menugaskan siswa dalam menulis cerpen
dengan tema yang mereka pikirkan. Sepuluh menit sebelum waktu
pelajaran habis guru memerintahkan kepada seluruh siswa untuk
mengumpulkan hasil kerja siswa di meja guru. Kemudian pembelajaran
selesai tanpa adanya penguatan dari guru tersebut mengenai pembelajaran
pada saat itu.
Secara keseluruhan pembelajaran menulis cerpen siswa tanpa
menggunakan metode sugestopedia juga sudah aktif terlihat saat kegiatan
tanya jawab tidak tiga orang bertanya pada guru secara bergantian.
Suasana kelas cukup baik. Dari sinilah penulis sadar bahwa siswa kelas
VII MTs Nurul Hijrah merupakan siswa yang seyogyanya penurut dan
takut jika dimarahi oleh guruatau dalam arti mudah diayomi oleh guru.
Minggu kedua penelitian, penulis akhirnya coba menerapkan
metode sugestopedia dalam keterampilan menulis cerpen kelas VII MTs
48

Nurul Hijrah, yakni bertepatan pada tanggal 5 September 2017. Adapun


pembelajaran yang terekam oleh kamera penulis adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Kegiatan Pembelajaran Menulis Cerpen dengan


Menggunakan Metode Sugestopedia
Berdasarkan gambar di atas terlihat jelas sekali perbedaan tempat
yang digunakan dalam pembelajaran menulis karangan cerpen siswa. Pada
tahap sebelum menggunakan metode sugestopedia siswa ditempatkan
dalam ruang kelas sebagaiamana biasanya, namun dalam penerapan
metode sugestopedia peneliti meminta ruangan yang kedap suara dan
nikmat untuk memberikan suasana yang hening, tenang, dan nyaman.
Maka, guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut memberikan alternatif
menggunakan ruang laboratorium IPA yang kedap suara dan jauh dari
ruang kelas pada umumnya sehingga suasana yang diharapkan dalam
pembelajaran metode sugestopedia terpenuhi.
49

Mula-mula siswa diperintahkan duduk lesehan (tanpa kursi) dengan


kedua kaki menyilang dan membuat sebuah lingkaran. Lingkaran tersebut
diusahakan agar tiapsiswa dapat melihatsiswa lainnya. Guru pun ikut serta
duduk dalam lingkaran tersebut sehingga hubungan siswa dan guru terasa
lebih erat. Kemudian guru memulai sebuah diskusi mengenai cerpen yang
telah mereka buat sebelum diterapkannya metode sugestopedi. Sehingga,
siswa tahu letak kesalahannya.
Siswa kemudian diperintahkan untuk menarik mengatur pernafasan
secara terus menerus sehingga semua siswa dapat serempak dan tidak ada
yang bercanda lagi. Ketika kondisi siswa sudah tenang dan rileks maka
guru menyetel musik klasik “Moonlight” by L. Van Beethoven. Guru
mengarahkan agar seluruh siswa fokus dan merasakan menyatu pada
musik tersebut. Setelah itu, guru membacakan sebuah cerpen yang
berjudul Pena yang Dipungut Ayahku Menjadikanku Seorang Sarjana
karya Anang Satria Metere dengan nada dan susasana menyatu dengan
musik tersebut.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa siswa dikondisikan
sedemikian nyaman dan rileks agar musik klasik yang diperdengarkan
siswa dapat merangsang alam bawah sadar siswa. Kemudian setelah
melakukan rileksasi siswa diberikan kebebasan untuk menulis dalam
keadaan apapun (berbaring/tengkurap) atau menyendiri asalkan membuat
mereka nyaman, tenang, dan santai, tentunya masih diiringi musik klasik
“Maid with The Flaxen Hair” by Richard Stoltzman agar membuat mereka
tenang.

2. Hasil Analisis Dokumen


Dijelaskan sebelumnya bahwa menganalisis dokumen merupakan
hal yang terpenting dalam dalam penelitian kualitatif, oleh sebab itu
50

peneliti menganalisis nilai siswa dengan sebenar-benarnya sesuai dengan


pedoman penilaian pada bab sebelumnya.
Adapun hasil analisis nilai cerpen siswa sebelum dan sesudah
menggunakan metode adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2
Data Nilai Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan Sesudah Menggunakan
Metode Sugestopedia

No. Nama Sebelum Sesudah


1. Ahmad Ali Nasution 46 70
2. Amalia S.R 58 78
3. Andra Yudi Prasetya 60 88
4. Annisa Azahra 44 71
5. Aksan Fahri Febrian 57 76
6. Arsy Nur Farhan 49 72
7. Aril Rifki 61 72
8. Denisa Wahyu Sukma 71 86
9. Indah Mutia Aziz 65 81
10. Kaylan Al-Baihaqi 68 80
11. Maghfirotul Lisya 40 63
12. M. Faqih N. 0 95
13. M.Ilham 84 91
14. M. Sabit 69 80
15. Nina Nurmala 57 61
16. Purnama Nur Khomsah 60 84
17. Rona Marito 65 75
18. Yasser Arafat 58 72
Jumlah Skor 1012 1394
Rata-rata Skor 59,53 77,4

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat perbedaan yang sangat


signifikan hasil cerpen siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode
sugestopedia dalam pembelajaran menulis cerpen, yakni mencapai
peningkatan hingga 17,87 point. Nilai rata-rata keterampilan menulis
51

cerpen siswa sebelum menggunkan metode adalah 59,5 yang masih sangat
jauh dari KKM Bahasa Indonesia yakni 70 sedangkan dengan penggunaan
metode ini siswa sudah mencapai hasil yang melebihi KKM yakni 77,4
meskipun jika kita analisis masih ada beberapa siswa yang masih di
bawah KKM.
Agar lebih spesifik peneliti menguraikan hasil analisis dari tiap
unsur-unsur cerpen yang dinilai yakni alur, tema, penokohan, latar, gaya
bahasa, dan sudut pandang. Adapun uraian pertama mengenai alur adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.3
Skor alur dalam Karangan Cerpen Siswa sebelum dan sesudah penggunaan
metode sugestopedia
No. Nama Sebelum Sesudah
1. Ahmad Ali Nasution 6 11
2. Amalia S.R 8 12
3. Andra Yudi Prasetya 11 14
4. Annisa Azahra 5 11
5. Aksan Fahri Febrian 7 11
6. Arsy Nur Farhan 7 11
7. Aril Rifki 9 11
8. Denisa Wahyu Sukma 11 13
9. Indah Mutia Aziz 10 13
10. Kaylan Al-Baihaqi 11 13
11. Maghfirotul Lisya 5 10
12. M. Faqih N. 0 15
13. M.Ilham 13 14
14. M. Sabit 10 13
15. Nina Nurmala 7 10
52

16. Purnama Nur Khomsah 8 14


17. Rona Marito 13 13
18. Yasser Arafat 8 12
Skor 145 198
Nilai Rata-rata 8,53 12,37

Untuk mencapai alur yang sempurna siswa harus mencapai poin 15


dengan ketentuan tiap kejadian atau peristiwa harus memiliki keterkaitan
satu sama lain sehingga menjadi sebuah alur yang sempurna. Sebagaimana
dalam kutipan cerpen Aku dan Harapanku karya Adhe Rizaldi yang
dijadikan contoh dalam pembelajaran menulis cerpen sebelum
menggunakan metode sugestopedia.
“Hari pertama aku bekerja di sebuah warung makan, di dalam
hati aku bertekad untuk berkerja keras supaya bisa membantu
perekonomian keluargaku, setelah aku berkerja aku merasakan bahwa
mencari uang yang halal itu sangat sulit tidak semudah kita
menghambur hamburkannya untuk sekedar barang yang tidak
penting.”
“Setelah beberapa bulan aku berkerja akhirnya aku sudah bisa
mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk hari minggu nanti aku
bawa untuk pulang ke kampung halaman, rasa rinduku terhadap
orangtuaku yang jauh di sana dan sudah mulai terasa aku mencoba
menguatkan diri sendiri”
“Hari minggu yang aku tunggu pun telah tiba rasa rindu yang
memuncak seakan bisa kulepaskan di hari ini, cairan bening itu
menetes tak henti aku terus memeluk orang yang paling berjasa dalam
hidupku ini seorang wanita yang sangat aku hargai dan cintai wanita
itu, adalah ibuku...”1
Berdasarkan kutipan di atas terlihat alur yang digunakan dalam
cerpen ini adalah alur maju. Peristiwa perginya si Aku dengan sahabatnya
hingga samapai sekolah kemudian bertemu murid baru saling berkaitan
erat. Inilah yang diharapkan penulis agar siswa dapat menulis kejadian
dengan kejadian yang sebelumnya dan sesudahnya saling berkaitan.
1
Adhe Rizaldi. Aku dan Harapanku. Cerpen yang lolos moderasi pada tanggal 14 Agustus 2107
53

Berikut analisis penilaian alur tiap karangan cerita pendek siswa


kelas VII MTs Nurul Hijrah.
No. Nama Sebelum Sesudah
Masih sangat abstrak, Pada karangan cerpen ini
karena setiap peristiwa siswa sudah
dalam karangannya jauh mengembangkan
dari keterkaitan, sehingga kemajuan yang sangat
alur tidak terdeteksi. pesat yakni alur yang ia
Sebagaimana kutipan pakai adalah alur maju
berikut, “Pada hari itu aku yang secara kronologis ia
dan teman-temanku bermain deskripsikan secara baik,
1. A. Ali N.
bareng lalu kita semua meskipun penggunaan
bermain sepeda kita semua kata “lalu” masih
jalan-jalan lalu kita semua dominan dalam
pergi ke taman pas di taman karyanya. Tstapi
kita semua bermain bola peristiwa satu dengan
lalu temanku kegebok...” peristiwa yang lainnya
berkaitan tidak seperti
yang sebelumnya.
Meskipun alurnya sudah Alurnya sudah semakin
terlihat, namun karangan ini membaik. Adanya
sangat pendek sehingga peningkatan terhadap tiap
klimaks dari cerpen ini amat peristiwa di dalam cerpen
2. Amalia S.R
tidak terlihat. ini sehingga konflik dan
klimaks yang diangkat
siswa dalam cerita ini
terlihat cukup jelas.
Cukup baik, namun antar- Alur meningkat dua poin,
3. Andra Y. P
peristiwa masih kurang rapi di sini ia sudah rapi
54

dalam penggambarannya. dalam penggambaran tiap


kejadiannya sehingga
hampir memperoleh skor
sempurna pada unsur
alurnya.
Sangat abstrak, karena Cukup baik, meskipun
siswa kemungkinan besar masih ada kekurangan-
masih belum tentang cerpen kekurangan di unsur
sehingga karangan yang ia klimaksnya, serta
4. Annisa A.
tulis seolah-olah seperti penyelesaian maslahnya
curhatan ucapan terima masih terlihat sangat
kasih kepada ke dua orang buru-buru.
tuanya.
Amat sederhana, karena Cukup baik meski pada
tidak ada penguatan pada paragraf ketiga sedikit
5. Aksan Fahri
konflik, klimaks, dan rancu terhadap alur
penyelesaian masalah. sebelumnya.
Siswa sangat sering Cukup baik sudah ada
menggunakan kata “dan” peningkatan meskipun
mungkin yang dimaksud tidak signifikan. Alur di
untuk penggambaran alur sini masih kurang baik
6. Arsy Nur F.
maju, namun deskripsi karena tiap
penggambaran alur masih kejadian/peristiwa
sangat jauh dari kata kurang ditekankan
sempurna. penggambarannya.
Cukup baik, tetapi alur Cukup baik. Klimaks

7. Aril Rifki terasa datar karena sudah terlihat hanya saja


peningkatan klimaks kurang masih kurang apik dalam
55

dijabarkan dengan baik. penceritaan.


Seperti temannya yang lain Sudah baik
ia sudah menggambarkan antarperistiwa saling
alur cukup baik, hanya saja berkaitan satu sama lain
8. Denisa W. S
pada tahap peningkatan dan peningkatan
konflik masih kurang. konflikpun sudah
diperbaikinya.
Sudah baik namun ada alur Sudah baik, meskipun
yang tidak berhubungan ada satu peristiwa yang
9. Indah M. A.
dengan peristiwa atau kurang diberi penekanan.
konflik yang diangkatnya.
Cukup baik, hanya kurang Sudah baik adanya
di beberapa peristiwa yang peningkatan dan
10. Kaylan A.
perlu ditekankan sehingga pembenaran dalam
alur terlihat sempurna. kesalahan sebelumnya.
Sangat abstrak, tidak terlihat Cukup baik namun,
alur apa yang ia gunakan kurang masih kurang
karena dalam karangan ini keterkaitan antar

11. Maghfirotul siswa agaknya kurang peristiwa satu dengan


memahami apa itu cerpen peristiwa yang lainnya.
sehingga ia menulis seolah
curhatan.
Di antara setiap siswa
hanya ini alur yang
memiliki poin sempurna,
12. M. Faqih N.
karena penggambaran
tiap unsurnya baik dan
pengambaran konflik
56

yang diangkat sangat


menyentuh hati.
Sudah baik, apik, dan saling Semakin membaik

13. M. Ilham berkaitan peristiwa demi sehingga alur tahap ini


peristiwanya. terbilang sempurna.
Cukup baik, namun masih Sudah baik dan
terasa “cerita yang tiada memahami bagaiamana
akhirnya” mungkin karena peristiwa satu dengan

14. M. Sabit kekurangan imajinasi dari yang lainnya dapat


siswa tersebut. mencapai akhir yang
baik, tidak menggantung
seperti sebelumnya.
Alurnya masih abstrak Sudah cukup baik, hanya
karena peristiwa demi saja masih kurang
15. Nina N.
peristiwa sulit untuk diambil penekanan pada tahap
keterkaitannya. klimaks.
Meskipun alur terlihat Baik, adanya
cukup baik, namun peningkatan yang
keterkaitan dengan unsur- signifikan karena setiap
Purnama
16.
N.K. unsur lain masih sangat perisiwa dalam cerpen ini
kurang. saling berkaitan satu
sama lain.
Sudah baik terlihat jelas
maju yang dipakainya, Tetap baik, tidak
17. R. Marito
karena ia menceritakannya berubah.
secara kronologis dan baik.
Tidak ada ketertarikan antar Sudah baik namun masih
18. Yasser A.
peristiwa satu dengan kurang penekanan pada
57

peristiwa yang lainnya. puncak konfliknya.


Jika ditarik kesimpulan dari penjabaran analisis alur di atas maka
dapat dinyatakan bahwa sebelum menggunakan metode sugestopedia alur
yang dibuat oleh siswa rata-rata pada penekanan kejadian masih kurang
sempurna dalam cerpennya, sehingga antara peristiwa satu dengan
peristiwa yang lainnya tidak ada keterkaitan satu sama lain, sebagaimana
dalam kutipan cerpen siswa yang berjudul Teman Waktu Kecil karya
Ahmad Ali N. sebelum menggunakan metode sugestopedia,
“Pada hari itu aku dan teman-temanku bareng. Lalu kita semua
bermain sepeda. Kita semua jalan-jalan lalu kita semua pergi ke
taman. Pas di taman kita semua bermain bola lalu temanku kegebok
dengan bola diperutnya. Lalu dia kesakitan terus dia maen lagi. Lalu
temanku ada yang jatuh lalu dia kakinya berdarah lalu kita ajak
pulang ke rumahnya.”2
Berdasarkan penggalan paragraf di atas, kejadian temannya yang
kegebok bola kemudian kesakitan, lalu dia bermain kembali, dan dilanjut
peristiwa baru temannya yang jatuh, lalu berdarah kemudian diajak
pulang sama sekali tidak memiliki satu keterkaitan. Inilah yang biasanya
siswa tulis saat menulis cerpen untuk pertama kalinya.
Pada saat penerapan metode sugestopedia, siswa mulai memahami
sedikit demi sedikit mengenai keterkaitan peristiwa satu dengan yang
lainnya sehingga menjadi alur yang baik. Sebagai contoh cerpen karangan
Andra Yudi P. yang berjudul Sesal di Saat Terakhir,
“Romi adalah anak SMP yang lemah dan berpenampilan
seperti anak culun. Dia sering dibully dan sering iri pada teman-
temannya……..”
“Suatu hari Romi ingin memperbaiki penampilannya, yang
tadinya culun menjadi seperti biasa. Ia melepas kaca matanya dan
rambutnya di style seperti Lionel Messi. Tetapi waktu di sekolah ia
malah tambah di bully dan diledek habis oleh temannya. Ia dianggap
anaeh dan norak .”3

2
Cerpen siswa, Ahmad Ali Nasution, Teman Waktu Kecil. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
3
Cerpen siswa, Andra Yudi Prasetya, Sesal di Saat Akhir. Ditulis tanggal 5 September 2017
58

Alur yang digunakan oleh siswa ini terlihat sudah membaik terlihat
pada awal pemunculan masalah Romi tokoh utama dalam cerita dikatakan
selalu dibully oleh teman-temannya karena penampilannya, dan suatu hari
ia berubah, tetapi perubahannya itu malah menjadi bahan ejekan teman-
temannya. Peristiwa ini saling berkaitan dari awal perkenalan konflik
sampai ke memuncaknya konflik. Siswa sudah mulai memahami
bagaimana cara menggambarkan alur dalam sebuah cerpen dengan benar.
Tidak lagi menggunakan kata lalu untuk menunjukkan alur maju.
Selanjutnya unsur tema dalam karangan cerpen siswa kelas VII MTs
Nurul Hijrah.
Tabel 4.4
Skor tema dalam karangan cerpen siswa sebelum dan sesudah penggunaan
metode sugestopedia
No. Nama Sebelum Sesudah
1. Ahmad Ali Nasution 6 10
2. Amalia S.R 9 12
3. Andra Yudi Prasetya 10 14
4. Annisa Azahra 5 11
5. Aksan Fahri Febrian 9 12
6. Arsy Nur Farhan 7 11
7. Aril Rifki 9 11
8. Denisa Wahyu Sukma 11 12
9. Indah Mutia Aziz 9 12
10. Kaylan Al-Baihaqi 10 12
11. Maghfirotul Lisya 5 10
12. M. Faqih N. - 15
13. M.Ilham 13 14
14. M. Sabit 8 13
59

15. Nina Nurmala 8 10


16. Purnama Nur Khomsah 9 13
17. Rona Marito 11 12
18. Yasser Arafat 10 13
Skor 149 204
Nilai Rata-rata 8,76 12
Perbedaan antara skor antara sebelum dan sesudahnya penerapan
metode sugestopedia terhadap keterampilan menulis cerpen siswa adalah
3,24. Angka ini memang tidak signifikan tetapi sudah mencapai tingkat
keberhasilan pada unsur tema yang keseluruhannya hampir mencapai tema
yang sempurna. Sebelum diterapkannya metode sugestopedia siswa
ditugaskan oleh guru untuk menulis sebuah cerpen dengan tema yang
mereka pilih sendiri. Namun, 50% siswa menuliskan tema mengenai
teman atau persahabatan. Fenomena ini menggambarkan bahwa imajinasi
siswa kelas VII kurang variasi, padahal banyak tema lain yang dapat
diangkat dalam kehidupan sehari-hari.Sebagaimana kutipan cerpen siswa
di bawah ini,
“Pada hari ini aku sedang menulis sebuah karangan cerpen dan
di kelasku ada yg namanya, Kaylan, arsy, Arafat, aksan, dan ali
kalau perempuannya yaitu indah, ninis, Zahra, dan icha aku senang
Bisa Bertemau mereka, Bisa ketawa, Bercanda dan ngelawak.”4
“Aku berharap ketika aku masuk pondok ada orang yang bisa
gantiin saska tapi ternyata gax ada. gak ada yang seasik saska yang
bisa di ajak cerita bareng tapi saska orangnya gak sombong sampai
sekarang aku masih ketemu saska dia negor aku malah ngajak aku
main....”5
Setelah diterapkannya metode sugestopedia tema mulai bervariasi
meski masih saja ada siswa yang menggunakan tema persahabatan atau
teman, tetapi jumlahnya tidaklah sebanyak sebelumnya.

4
Cerpen siswa, Nina Nurmala, Anak Pesantren. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
5
Cerpen siswa, Andra Yudi P, Sahabat. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
60

Adapun tema-tema yang diangkat oleh siswa adalah sebagai berikut.


No. Nama Sebelum Sesudah

1. Ahmad Ali N. Sahabat. Kegiatan 17 Agustus

2. Amalia S.R Sahabat. Hubungan kakak beradik.


Perjuangan seseorang
3. Andra Yudi P. Sahabat.
yang dikucilkan.

4. Annisa Azahra Orang tua. Hadiah ulang tahun.

5. Aksan Fahri F. Sahabat. Banjir bandang.

6. Arsy Nur F. Masa depan. Hari tersial.

7. Aril Rifki Kehidupan di pesantren. Orang tua.

8. Denisa W. S. Sahabat. Orang tua.


Anak kesayangan di
Indah Mutia Orang tua.
9.
Aziz kampungnya.

10. Kaylan A. Kehidupan di pesantren. Impian dan cita-cita.

11. Maghfirotul L. Mimpi masa depan. Sahabat.

12. M. Faqih N. - Wasiat ayah.

13. M.Ilham Hari libur. Anak yang durhaka.

14. M. Sabit Masih abstrak. Bidadari.

15. Nina Nurmala Kehidupan di pesantren. Sahabat.


Petualangan bersama
Purnama Nur Sahabat.
16.
K. sahabat.
Penolong burung yang
17. Rona Marito Ilmu kakek tua.
terluka.
Misteri barang yang
18. Yasser Arafat Mimpi masa depan.
hilang.
Berdasarkan data di atas maka metode ini cukup berhasil untuk
membuat siswa lebih imajinatif dalam hal mengungkapkan tema dan cerita
dalam cerpen. Adapun judul-judul yang variatif dari penerapan metode
61

sugestopedia adalah sebagai berikut, Misteri Barang Hilang karya Yasser


Arafat, Ilmu Kakek Tua karya Rona M., Hari Tersial karya Arsy Nur
Farhan, Banjir Bandang karya Aksan Fakhri, 17 Agustus karya Ali
Nasution, Mempunyai Sepeda Baru karya Annisa Zahra, Anak
Kesayangan di Desaku karya Indah Mutia Aziz, Saya Membenci Kakakku
karya Amalia S.R, dan Si Bungsu Anak Durhaka karya Muhammad Ilham.
Unsur selanjutnya yakni penokohan. Adapun skor siswa pada unsur
tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5
Skor Penokohan dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum Dan Sesudah
Penggunaan Metode Sugestopedia
No. Nama Sebelum Sesudah
1. Ahmad Ali Nasution 8 11
2. Amalia S.R 8 15
3. Andra Yudi Prasetya 11 16
4. Annisa Azahra 8 13
5. Aksan Fahri Febrian 8 11
6. Arsy Nur Farhan 9 14
7. Aril Rifki 8 12
8. Denisa Wahyu Sukma 8 12
9. Indah Mutia Aziz 9 15
10. Kaylan Al-Baihaqi 10 10
11. Maghfirotul Lisya 8 12
12. M. Faqih N. 0 17
13. M.Ilham 15 17
14. M. Sabit 8 13
15. Nina Nurmala 8 10
16. Purnama Nur Khomsah 8 16
17. Rona Marito 9 13
18. Yasser Arafat 8 15
Skor 151 242
Nilai Rata-rata 8,88 13,44
62

Untuk membuat penokohan yang sempurna memanglah sangat sulit


untuk dilakukan siswa kelas VII yang terbilang masih sangat muda dalam
bersikap serta watak yang mereka milikipun masih belum matang. Oleh
karena itu, skor untuk penilaian penokohan lebih besar dari pada unsur
yang lainnya.
Untuk mencapai nilai sempurna dalam unsur penokohan siswa harus
mencapai nilai 20. Namun, dilihat dari tabel di atas nilai penokohan
sebelum diterapkannya metode sugestopedia terlihat amat sangat kurang,
tetapi setelah diterapkannya metode sugestopedia nilai rata-rata unsur
penokohan siswa naik drastis hingga 4,56 poin. Hal ini menunjukkan
bahwa metode tersebut sangat membantu pada unsur penokohan, karena
dengan adanya musik klasik dan suasana hening imajinasi siswa terhadap
tokoh yang ia buat hampir sempurna.
Adapun uraian unsur penokohan siswa dalam karangan cerpen
mereka adalah sebagai berikut.
No Nama Sebelum Sesudah
Abstrak sekali karena Masih kurang penggambaran
setiap tokoh di dalamnya tiap tokohnya, tetapi sudah

1. A. Ali N. bertindak seolah tidak mulai adanya peningkatan


memiliki pendirian atau pada unsur ini meski tidak
watak yang jelas. signifikan.
Sangat kurang, sebab Sudah mulai memberikan
hanya ada dua tokoh penggambaran yang jelas
dalam cerita, tetapi tidak setiap tokoh-tokohnya.
Amalia
2.
S.R bisa dijelaskan
penggambaran spesifik
tokoh tersebut.
Andra Y. Kurang terlihat setiap Sudah apik dalam
3.
P.
63

tokohnya, hanya saja penggambaran tiap


tokoh utama sudah mulai tokohnya. Peningkatan unsur
dilihatkan penggambaran ini sangat signifikan pada
wataknya. karyanya.
Sangat abstrak, karena Masih kurang baik, tetapi
siswa kemungkinan besar tidak abstrak seperti
masih belum tentang sebelumnya.
cerpen sehingga karangan
yang ia tulis seolah-olah
4. Annisa A.
seperti curhatan ucapan
terima kasih kepada ke
dua orang tuanya.
Sehingga tokoh utamanya
pun tidak terlihat siapa.
Sudah mulai Cukup baik meski pada
menggambarkan paragraph ke tiga sedikit
Aksan perwatakan tokoh, hanya rancu terhadap alur
5.
Fahri F.
saja watak yang terlihat sebelumnya.
hanya utamanya saja.
Sangat kurang Cukup baik meski
penggambaran si tokoh, penggambarannya masih
Arsy Nur
6.
F. baik tokoh utama maupun kurang, tetapi sudah mulai
tokoh pendukung. adanya peningkatan.
Masih abstrak. Cukup baik. Tokoh utama
Penggambaran menggenai mulai terlihat penokohannya
7. Aril Rifki
si tokoh tidak terlihat
sama sekali dalam cerpen.
Denisa W. Cukup baik, meski hanya Sudah baik, hanya saja perlu
8.
Sukma
64

tokoh utama saja yang latihan lebih banyaknya lagi


digambarkan dengan baik. untuk menampilkan
penokohan yang sempurna.
Kurang baik, karena Sudah baik, meskipun perlu
masih banyak tokoh yang diperhatikan lagi
Indah
9.
Mutia A. tidak digambarkan penggambaran tiap
perilaku dan wataknya. tokohnya.
Cukup baik, hanya kurang Masih sama seperti
beberapa tokoh yang tidak sebelumnya tokoh masih
10. Kaylan A.
digambarkan dengan baik. kurang digambarkan dengan
baik.
Masih abstrak, karena si Cukup baik meskipun dalam
tokoh hanya menghayal dialog tidak terlihat

11. M. Lisya apa yang ia impikan tanpa perwatakanya tetapi dalam


adanya kepastian. narasi ia menyebutkan
masing-masing watak tokoh.
Sudah amat baik, baik tokoh
utama maupun tokoh
M. Faqih
12.
N. pendukung terlihat betul
perwatakannya.
Sudah baik, hanya saja Sudah baik, sayangnya
pendeskripsian watak kurang adanya penekanan
13. M.Ilham
tokoh kurang detail. dialog yang menggambarkan
penokohan dalam cerpennya.
Abstrak sekali, karena si Cukup baik, meski tidak
tokoh utama hanya semua tokoh digambarkan
14. M. Sabit mendeskripsikan latar apik.
dengan amat baik dan
65

belum terlihat konflik


yang ia angkat. Jadi
perwatakan tokoh pun
tidak terlihat.
Cukup baik meskipun tidak
semuatokoh dipaparkan
Abstrak, sama sekali tidak
bagaimana wataknya, hanya
15. Nina N. terlihat penggambaran
tokoh utama aja yang terlihat
tokohnya.
baik dalam penggambaran
penokohannya.
Masih abstrak, tak Sangat baik, penggambaran
tergambar dengan jelas tokoh selalu terlihat pada
Purnama
16.
N. K penokohan pada setiap dialog-dialog antar tokoh.
tokohnya.
Kurang baik, meski ada
tokoh yang mulai terlihat
perwatakannya tetapi Adanya peningkatan

17. Rona M. semua tokoh pendukung terhadap penggambaran tiap


yang ada dalam cerpennya tokohnya.
seolah tidak mempunyai
watak yang jelas.
Sangat abstrak, karena Cukup baik, meski
dalam cerpen ini sama penokohan yang sempurna
sekali tidak menampakkan terlihat hanya pada tokoh
18. Yasser A.
bagaimana watak, sikap, utama dalam cerpennya.
dan perilaku yang diambil
si tokoh.
66

Berdasarkan uraian di atas, terlihat semua siswa mengalami


kemajuan pada unsur penokohan, baik kemajuan yang signifikan maupun
kemajuan yang hanya setahap saja. Namun, ada seorang siswa yang
sebelum dan sesudah diterapkannya metode sugestopedia nilai pada unsur
penokohan tetap sama. Peneliti mengambil tindakan dengan melakukan
wawancara lebih terhadap siswa tersebut untuk mengetahui mengapa hasil
perolehan nilai pada unsur penokohan tidak berubah.
Berdasarkan wawancara pribadi terhadap siswa tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa kesulitan siswa tersebut adalah tidak memahami cara
penggambaran watak tokoh dengan baik, meski ia sudah
mengimajinasikannya dalam benaknya, namun sulit untuk
mengungkapkannya dalam tulisan.6
Selain bertanya pada siswa penelitipun bertanya pada guru mengenai
fenomena ini, dan sang gurupun memberi jawaban bahwa memang anak
ini memiliki sikap yang dewasa, namun tidak dapat membuka diri pada
teman-temannya. Secara kasat mata ia memiliki kepribadian yang tertutup,
meski tindakannya selalu baik dan dipercaya oleh teman-temannya.
Namun untuk mengapresiasi suasana hatinya sangat jarang terllihat di
kelas.7
Berdasarkan hasil wawancara tambahan tersebut dapat disimpulkan
alasan tidak ubahnya skor nilai penokohan pada siswa baik sebelum
maupun sesudah diterapkannya metode sugestopedia adalah karena
kesulitan siswa dalam menggambarkan tooh yang ia angkat serta watak
siswa sendiri yang memang sulit untuk mengapresiasi suasana atau
keadaan di sekitarnya.
Tabel 4.6

6
Kaylan Al Bayhaqi. Wawancara. Jakarta, 14 September 2017
7
Khairiyah, S.Ag. Wawancara. Jakarta, 14 September 2017
67

Skor Latar dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan Sesudah


Penggunaan Metode Sugestopedia
No. Nama Sebelum Sesudah
1. Ahmad Ali Nasution 11 13
2. Amalia S.R 12 11
3. Andra Yudi Prasetya 10 12
4. Annisa Azahra 6 10
5. Aksan Fahri Febrian 11 13
6. Arsy Nur Farhan 6 12
7. Aril Rifki 12 12
8. Denisa Wahyu Sukma 12 12
9. Indah Mutia Aziz 12 13
10. Kaylan Al-Baihaqi 12 10
11. Maghfirotul Lisya 6 10
12. M. Faqih N. 15
13. M.Ilham 13 15
14. M. Sabit 14 14
15. Nina Nurmala 6 10
16. Purnama Nur Khomsah 12 10
17. Rona Marito 12 12
18. Yasser Arafat 13 15
Skor 180 219
Nilai Rata-rata 10,58 12,16

Berdasarkan tabel di atas skor penilaian latar pada karangan cerpen


siswa naik hanya 1,58 saja. Hal ini dikarenakan sejak awal penulisan
cerpen tanpa menggunakan metode sugestopedia latar yang digambarkan
oleh siswa sudah cukup baik. Terlihat dari 18 siswa empat siswa di
antaranya mendapat skor yang sama baik sebelum dan sesudah
diterapkannya metode sugestopedia. Kemudian delapan siswa naik dua
angka dari sebelumnya, dan empat siswa lagi yang naik secara signifikan
yakni empat angka dari sebelumnya yakni Magfirotul Lisya, Annisa
Azahra, Arsy Nur Farhan, dan Nina Nurmala.
68

Berikut kutipan salah satu siswa yang mendapatkan kenaikan skor


yang drastis.
“Pada waktu itu saya telah lulus dari Ponpes Nurul Hijrah, saya
telah sukses dalam belajar dan orang tua saya bangga terhadap saya
bahwa saya telah lulus dan dapat prestasi yang tinggi, dan setelah
lulus saya dikuliahkan di UI/Universitas Indonesia, dan saya disana
banyak teman campus...”8
Berdasarkan kutipan di atas kita sebagai pembaca bingung
menentukan di mana latar tempat, waktu, dan suasana apa yang terjadi
pada peristiwa tersebut. Kutipan di atas seolah hanya sebuah ungkapan
tentang keinginan atau angan-angan siswa saja. Oleh karena itu, untuk
mengalisis latar yang ada dalam cerpen tersebut agak sulit. Berbeda
dengan cerpennya sesudah diterapkannya metode sugestopedia.
“Pada suatu hari ada seorang anak yang bernama Novel dan
seketika hari itu si Novel dibangunkan ibunya dengan cara disiram,
dan si Novel pun terbangun dan kaget, baju basah, celana basah,
semuanya basah, dan waktu dia melihat jam, dan jam itu
menunjukkan angka 07.00....”9
Berdasarkan penggalan kutipan cerpen di atas siswa sudah terlihat
peningkatan pada unsur latar dalam cerpen. Terlihat latar waktu yang
konkret menunjukkan pukul 07.00, kemudian latar tempat yakni rumah
dan lebih spesifiknya adalah tempat tidur si tokoh utama Novel yakni
dalam penggalan kalimat seketika hari itu si Novel dibangunkan ibunya
yang menunjukkan keberadaan antar tokohnya.
Tabel 4.7
Skor Penilaian Sudut Pandang dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum
dan Sesudah Penggunaan Metode Sugestopedia
No. Nama Sebelum Sesudah
1. Ahmad Ali Nasution 5 11
2. Amalia S.R 9 12
3. Andra Yudi Prasetya 8 14
4. Annisa Azahra 9 10

8
Cerpen siswa, Arsy Nur Farhan, Masa Depan. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
9
Cerpen siswa, Arsy Nur Farhan, Hari Tersial. Ditulis tanggal 5 September 2017
69

5. Aksan Fahri Febrian 10 13


6. Arsy Nur Farhan 9 10
7. Aril Rifki 9 12
8. Denisa Wahyu Sukma 10 13
9. Indah Mutia Aziz 11 12
10. Kaylan Al-Baihaqi 10 13
11. Maghfirotul Lisya 5 9
12. M. Faqih N. 15
13. M.Ilham 13 14
14. M. Sabit 14 13
15. Nina Nurmala 10 10
16. Purnama Nur Khomsah 9 14
17. Rona Marito 10 13
18. Yasser Arafat 12 12
Skor 163 210
Nilai Rata-rata 9,58 12,35
Pada unsur sudut pandang rata-rata kenaikan yang dihasilkan oleh
siswa sebesar 2,77. Seyogyanya kita sudah mengetahui bahwa sudut
pandang terbagi menjadi beberapa macam. Namun, dalam karangan
cerpen siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah banyak memposisikan dirinya
sebagai orang pertama pelaku utama dan orang ketiga serba tahu. Bagi
mereka sebagai narrator lebih mudah memposisikan diri mereka sebagai
pencerita atau orang ketiga serba tahu dan pelaku utama, karena seolah
mereka sedang bercerita kepada temannya atau mitra tuturnya.
Adapun penjabaran alur yang mereka gunakan adalah sebagai
berikut.
No Nama Sebelum Sesudah
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan

1. A. Ali N. orang pertama pelaku dirinya sebagai orang


utama. pertama pelaku utama.
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan
2. Amalia S.R
orang pertama pelaku dirinya sebagai orang
70

utama. pertama pelaku utama.


Memosisikan dirinya sebagai Mulai berkembang
orang pertama pelaku memosisikan dirinya
3. Andra Y. P
utama. sebagai narator atau orang
ketiga serba tahu.
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan

4. Annisa A. orang pertama pelaku dirinya sebagai orang


utama. pertama pelaku utama.
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan
Aksan Fahri orang pertama pelaku dirinya sebagai orang
5.
F.
utama. pertama pelaku utama.
Memosisikan dirinya sebagai Mulai berkembang
orang pertama pelaku memosisikan dirinya
6. Arsy Nur F.
utama. sebagai narator atau orang
ketiga serba tahu.
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan

7. Aril Rifki orang pertama pelaku dirinya sebagai orang


utama. pertama pelaku utama.
Memosisikan dirinya sebagai Mulai berkembang
orang pertama pelaku memosisikan dirinya
8. Denisa W.S.
utama. sebagai narator atau orang
ketiga serba tahu.
Memosisikan dirinya sebagai Mulai berkembang
orang pertama pelaku memosisikan dirinya
9. Indah M. A.
utama. sebagai narator atau orang
ketiga serba tahu.
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan
10. Kaylan A.
orang pertama pelaku dirinya sebagai orang
71

utama. pertama pelaku utama.


Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan

11. M. Lisya orang pertama pelaku dirinya sebagai orang


utama. pertama pelaku utama.
Memosisikan dirinya

12. M. Faqih N. sebagai orang pertama


pelaku utama.
Memosisikan dirinya sebagai Mulai berkembang
orang pertama pelaku memosisikan dirinya
13. M.Ilham
utama. sebagai narator atau orang
ketiga serba tahu.
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan

14. M. Sabit orang pertama pelaku dirinya sebagai orang


utama. pertama pelaku utama.
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan

15. Nina N. orang pertama pelaku dirinya sebagai orang


utama. pertama pelaku utama.
Memosisikan dirinya sebagai Mulai berkembang
orang pertama pelaku memosisikan dirinya
Purnama N.
16.
K. utama. sebagai narator atau orang
ketiga serba tahu.
Memosisikan dirinya sebagai Mulai berkembang
orang pertama pelaku memosisikan dirinya
17. Rona Marito
utama. sebagai narator atau orang
ketiga serba tahu.
Memosisikan dirinya sebagai Masih sama memosisikan

18. Yasser A. orang pertama pelaku dirinya sebagai orang


utama. pertama pelaku utama.
72

Berdasarkan data tersebut semua siswa sebelum menggunakan


metode sugestopedia sudut pandang yang mereka gunakan dalam menulis
cerpen adalah orang pertama pelaku utama. Hal ini sangat terlihat bahwa
imajinasi siswa dalam menghayalkan sebuah cerita yang imajinatif sangat
kurang. Bahkan rata-rata hal yang mereka kisahkan adalah kehidupan
sehari-hari mereka saat berada di pondok pesantren modern Nurul Hijrah.
Hal ini terlihat dari beberapa kutipan cerpen siswa sebagai berikut.
“Disuatu pagi hari aku, dan Ibu dan ayahku bersiap2 untuk
berangkat ke pondok dan semuanya sudah disiap2kan dan aku
bersegera pergi, sesampainya di pondok aku melihat banyak sekali
santri dan aku mempunyai teman baru bernama Kaylan dan aku
bermain dan bercanda tawa dengan dia, dan tak lama waktu adzan
dzuhur sudah berkumandang....”10
“Pada suatu hari ku bertemu Ibu di suasana yang sangat indah.
Ku memeluknya perlahan-lahan kumenagis terdiam dan
memeluknya. Ku hanya berdua di sana ku berjalan-jalan
dengannya....”11
Berbeda dengan sudut pandang siswa yang sudah mulai berinovasi
dari tokoh utama pelaku utama menjadi orang ketiga serba tahu, dan tema
yang diangkat dalam karangan cerpennya pun sudah mulai berkembang
tidak menceritakan dirinya sendiri, sebagaimana dalam kutipan cerpen
siswa sebagai berikut.
“Suatu hari di sebuah desa ada anak bernama Yoga. Dia anak
yg paling di benci oleh suatu desa. Suatu hari itu Yoga bertemu
dengan kakek tua, di pinggir sungai. Dan kakek tua itu berkata,
“wahai anak muda apakah engkau mau menjdai cucuku.”. kata
kakek tua.....”12
Berdasarkan kutipan karangan cerpen di atas terlihat bahwa sudut
pandang yang digunakan siswa untuk menceritakan sebuah cerita mulai

10
Cerpen siswa, Aril Rifki, Masa-masa Di Pondok. Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
11
Cerpen siswa, Indah Mutia Aziz, Ditulis tanggal 22 Agustus 2017
12
Cerpen siswa, Indah Mutia Aziz, Anak Kesayangan Di Desaku. Ditulis tanggal 5 September 2017
73

inovatif, kreatif, dan imajinatif dalam mengangkat sebuah kisah. Tidak


lagi menceritakan tentang diri sendiri melainkan mengkhayalkan apa yang
ada di benak mereka tentang kehidupan fiksi yang mereka bangun dalam
pikiran mereka.
Terakhir penulis akan membahas mengenai gaya bahasa. Telah kita
pahami dan kita ketahui untuk menggunakan gaya bahasa yang sangat luas
dalam kajian bahasa Indonesia sangatlah sulit jika kita terapkan sekaligus
kepada siswa kelas VII yang masih awam mengenal macam-macam gaya
bahasa beserta contohnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan siswa kelas
VII MTs Nurul Hijrah yang sudah diajarkan selama dua pertemuan
menggenai gaya bahasa dapat diterapkan sedikit demi sedikit dalam
karanagan cerpennya. Adapun hasil skor penilaian skor gaya bahasa
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8
Skor Penilaian Gaya Bahasa dalam Karangan Cerpen Siswa Sebelum dan
Sesudah Penggunaan Metode Sugestopedia
No. Nama Sebelum Sesudah
1. Ahmad Ali Nasution 10 14
2. Amalia S.R 11 16
3. Andra Yudi Prasetya 11 16
4. Annisa Azahra 10 14
5. Aksan Fahri Febrian 10 15
6. Arsy Nur Farhan 10 14
7. Aril Rifki 10 14
8. Denisa Wahyu Sukma 14 17
9. Indah Mutia Aziz 14 16
10. Kaylan Al-Baihaqi 12 15
11. Maghfirotul Lisya 11 12
12. M. Faqih N. 0 18
13. M.Ilham 13 17
14. M. Sabit 12 16
15. Nina Nurmala 13 11
16. Purnama Nur Khomsah 13 17
74

17. Rona Marito 10 13


18. Yasser Arafat 11 15
Skor 195 270
Nilai Rata-rata 11,47 15

Berdasarkan tabel di atas meskipun telah diterapkannya metode


sugestopedia untuk mendapat skor maksimum yakni 20 masih
membutuhkan kerja keras lagi dari seorang guru, karena gaya bahasa
memang perlu diajarkan tidak hanya dalam karangan narasi tetapi untuk
karya tulis lainnya baik ilmiah maupun non ilmiah. Walaupun untuk
mendapat skor rata-rata 20 masih sulit tetapi dibandingkan dengan skor
sebelumnya, penerapan metode sugestopedia pada unsur gaya bahasa naik
sekitar 3,53 point. Hal ini dapat dilihat secara keseluruhan perubahan
gaya bahasa siswa dalam karangan cerpen yang mereka buat, sebagai
berikut.
No. Nama Sebelum Sesudah
Penggunaan kata lalu, Masih saja menggunakan
terus, dan pas sangat bahasa lisan dalam
sering diulang dan masih penulisan cerpennya
memakai bahasa lisan seperti pas, diambilin,

1. A. Ali N. pada tiap kalimatnya, dikumpulin, dan masukin.


seperti Kita masih maju Peningkatannya hanya
aja lalu kita bermain sebatas tidak menggulang
kelereng terus aku kata lalu, terus,dan pas
dikalahin. pada karyanya.
Masih menggunakan Sudah ada peningkatan
bahasa lisan seperti cuma hanya saja masih terdapat
2. Amalia S.R
dan ngomong. Bahkan kosakata yang tidak baku
pada judul pun siswa seperti dibeliin, bertabrak
75

menggunakan bahasa lisan tabrakan, dan yg.


Teman Baruku Yang Gak
Jelas.
Masih banyak penggunaan Mulai berkembang
bahasa gaul dalam memposisikan dirinya
penulisan dan penggunaan sebagai narrator atau orang
Andra Yudi bahasa lisan, seperti gax, ketiga serba tahu.
3.
Prasetya
dikirimin, samper, kalo,
ngelanggar, serba apa-
apa bareng, dan donk.
Masih banyak kosa kata Cukup baik, masih banyak
yang tidak baku layaknya kesalahan dalam penulisan
bahasa lisan seperti kosakata asing yang
biyayain, doain, dan sebenarnya sudah ada
Zahranya. Dan masih ada padanannya dalam bahasa
4. Annisa A.
kalimat yang tidak Indonesia seperti sepres,
dipahami maksud atau spress.
tujuannya seperti Zahra
doain ayah tegas demi
bekerja.
Masih banyak kosa kata Sudah baik, sudah
yang tidak baku layaknya menggunakan bahasa tulis
bahasa lisan seperti pada umumnya, hanya saja
Aksan Fahri
5.
F. dikenali, bandel, tidak ada kata yang disingkat-
bandel banget, dan mau singkat seperti yg, dgn, dan
gak mau. tiba2.
Banyak kosa kata yang Masih menggunakan
6. Arsy Nur F.
diulang-ulang seperti dan, bahasa lisan sehari-hari
76

pas, dan engga lama. hanya saja pengulangan


pas engga sudah tidak
ditemukan, tetapi kata dan
masih sering diulangnya.
Masih banyak Sudah baik, namun masih
pengulangan kata dan, dan ada bahasa gaul yang
masih menggunakan terdapat dalam
bahasa lisan dalam bahasa karangannya seperti kata
tulisannya. gua. Kemajuan yang
lainnya adalah penggunaan

7. Aril Rifki peribahasa dalam karyanya


meskipun ada kesalahan
dalam tulisannya yakni
berakit-rakit dahulu
beerenang-renang
ketepian. Kata dahulu
harusnya ke hulu.
Penggunaan kata tidak Sudah baik, hanya saja
tepat dalam dialog dan kurang inovatif
sebutan untuk teman tidak menggunakan majas dan
layak atau hiperbola bahasa yang sederhana.
seperti salah satu

8. Denisa W.S dialognya “Mengapa


kamu menangis wahai
temanku” kata wahai
biasanya digunakan untuk
seorang yang
berkedudukan lebih
77

tinggi.
Sudah baik, namun masih Sudah baik hanya saja
banyak kosa kata yang kesalahannya terdapat pada
yang disingkat penulisan huruf capital
9. Indah M. A
penulisannya seolah setelah petikan yang sering
menulis sms seperti tdk terulang.
dan yg
Sudah baik, kemudian Tetap baik, kemajuan yang
sudah mulai menggunakan ada dalam karangannya

10. Kaylan A. perumpamaan, meskipun adalah penggunaan majas


masih agak kurang rapi seperti hari demi har,
dalam penulisannya. minggu demi minggu.
Sangat bahasa kurang dan Masih kurang, karena gaya
masih membingungkan bahasa lisan masih ia
apa yang dimaksud dalam pergunakan dalam

11. M. Lisya kalimatnya. karangannya, tetapi


maksud yang ia tulis mulai
dapat dipahami oleh
pembaca.
Bahasa tulis yang
digunakan siswa ini amat
baik daripada teman-
temannya. Sudah

12. M. Faqih N. menyelipkan majas


perbandingan, seperti hawa
dingin mulai menembus
pori-pori kulitku...” Tetapi
masih ada sedikit kosa kata
78

yang tidak baku yakni


kecapean, dan penulisam
huruf kapital pada awal
petikan.
Sudah baik, hanya saja Sudah apik dalam
perlu dilatih dalam menggunakan bahasa tulis
penggunaan majas atau hanya saja untuk membuat
kata-kata yang lebih indah kata yang lebih indah ia
13. M.Ilham
lagi padanannya. justru membuat kalimat
tersebut jadi pemborosan
kata seperti, sangat cantik
jelita.
Sangat baik, banyak majas Tetap baik, hanya saja ada
perumpamaan yang kesalahan dalam
14. M. Sabit
digunakan namun masih penulisannya.
kurang dalam penulisan.
Bahasa sehari-hari dan Sudah cukup baik
bahasa lisan, serta bahasa penggunaan bahasa
asing yang sudah ada tulisnya hanya saja perlu
padanannya tetapi tidak ia diperhatikan lagi penulisan
15. Nina N.
gunakan dan penulisannya huruf kapital.
pun salah seperti uti-
utinya, uti Syifa, tanjim,
dan ala.
Masih menggunakan Sudah banyak peningkatan,
bahasa lisan dan siswa mulai menggunakan
Purnama N.
16.
K penulisannya masih bahasa tulis yang baik,
seperti menulis sms singkat, jelas, dan padat.
79

contohnya, tiba**,
gerombolan, teman**ku,
yg, dan dia orangnya.

Banyak kata-kata yang Sudah baik,meski masih


tidak pada tempatnya ada beberapa kekurangan
seperti saya membungkuk tetapi sudah mulai
badanya, sayap yang imajinatif dalam
terkulai penuh darah, dah mengungkapkan sebuah

17. Rona M. selesak. Dan penulisan kalimat dalam ungkapan


yang tidak sesuai dengan pada dialog si tokoh,
EBI (Ejaan Bahasa seperti “Itulah mengapa
Indonesia) seperti di jangan menilai suatu
ambil, menjongkok, kejadian dengan hal yang
taku,dan yg. buruk”
Sudah baik dan mulai Tetap baik, namun ada
menggunakan motto untuk sedikit kekurangan yakni
perumpamaannya seperti pada tulisan Rp 500 dalam
takut mati, jangan hidup. setiap dialognya seperti,

18. Yasser A. Takut hidup, mati “Rp 500, kamu melihat ada
sekalian. Meskipun motto yg mencurigakan gak?”
tersebut agak salah tetapi seharusnya tulisan tersebut
siswa sudah berani ditulisan lima ratus rupiah
mencobanya. saja.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata


kesalahan siswa terjadi pada point gaya bahasa adalah penulisan bahasa
80

lisan sehari-hari dan penyingkatan kata layaknya mengirim sms seperti


kutipan cerpen siswa ini,
“Ketika aku ingin kembali ke kelas. Aku melihat seseorang di
depan pintu kelas, lalu aku tatapin dia. Terus tiba** dia melototin
aku. Disitu aku jadi takut sama dia, karena wajahnya yg
mengerikan....”13
Bahkan ketika sudah diterapkannya metode sugestopedia masih ada
saja kesalahan yang sama, meskipun jumlahnya sudah berkurang seperti
penggunaan kata lalu, dan yang masih sering digunakan oleh siswa dan
penulis yang kurang tepat sebagaimana kutipan cerpen siswa berikut,
“Dan aku bersama Ryan sambil membawa motor yg rusak,
lamanya Aku dan Ryan mencari bengkel yg jarang, dank arena aku
dan Ryan sudah capai, kebetulan ada sebuah gubuk. Aku dan Ryan
memasuki gubuk itu.”14
Berdasarkan kutipan di atas jelas siswa kelas VII masih sangat
kurang dalam penempatan huruf capital, tanda baca, dan bahasa tulisan
sesuai dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Oleh
karena itu, mempelajari gaya bahasa seyogyanya harus dilakukan guru
setiap pertemuan, guna memberikan peningkatan bahasa tulis pada siswa.

3. Hasil Wawancara Guru dan Siswa


Setelah melakukan observasi dan analisis dokumen di atas, peneliti
mengadakan wawancara kepada siswa dan guru mata pelajaran di sekolah
tersebut untuk mendapatkan nilai yang subjektif atau pandangan siswa dan
guru mengenai metode sugestopedia. Berikut hasil wawancara dengan
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs Nurul Hijrah (Khairiyah,
S.Ag).

13
Cerpen siswa, Purnama Nur Khomsah, Teman Baru Ku Yg Gak Jelas. Ditulis tanggal 22 Agustus
2017
14
Cerpen siswa, Aksan Fakhri, Banjir Bandang. Ditulis tanggal 5 September 2017
81

Pertama mengenai pendapat perbedaan mengenai nilai siswa


sebelum dan sesudah diterapkannya metode sugestopedia. Beliau
mengemukakan bahwa, “Perbedaannya sangat terlihat nyata. Sebagian
sebelum menggunakan metode ini siswa kurang begitu berminat untuk
membuat karangan dalam bentuk tulisan khususnya cerpen, karena mereka
merasa kesulitan untuk fokus serta kesulitan dalam mengembangkan daya
imajinasi mereka. Namun, setelah metode ini diterapkan, siswa yang pada
awalnya kurang begitu minat pada akhirnya mampu mengembangkan
daya imajinasi mereka untuk membuat karangan dalam bentuk cerpen. Hal
ini dapat dibuktikan dari hasil karya cerpen siswa beserta nilai yang
diperoleh siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode tersebut.”
Pertanyaan kedua mengenai bagaimana tanggapan guru tentang
metode sugestopedia. Adapun jawaban yang penulis peroleh dari
pertanyaan kedua adalah salah satu faktor yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam menulis cerpen dikarenakan mereka merasa
sulit untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan pikirannya dalam sebuah
kalimat yang baik, kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf. Selain
itu, suasana yang tidak tenang, nyaman, damai, juga mengakibatkan
kesulitan mereka untuk mengekpresikan ide-ide yang sebenarnya sudah
ada pada diri mereka. Dengan adanya metode sugestopedia ini di mana
suasana berubah menjadi tenang, damai, siswa yang pada awalnya merasa
kesulitan untuk menuangkan atau mengeksresikan ide dan gagasan
kemudian daya imajinasi mereka, akhirnya mampu mengembangkan ide,
gagasan, dan pikirannya dalam bentuk tulisan yaitu cerpen. Metode ini
mampu mengeksplorasi daya imajinasi siswa dalam bentuk cerpen.
Pertanyaan ketiga adalah mengenai kendala yang dihadapi oleh guru
ketika menerapkan metode suestopedia dalam pembelajaran. Kendala
yang dihadapi terdapat pada media yang terbatas juga sarana dan
prasarana yang kurang memadai dari pihak sekolah.
82

Terakhir tentang pendapat guru mengenai sikap atau tingkah


perilaku siswa setelah menggunakan metode sugestopedia. Siswa di MTs
Nurul Hijrah ini terbilang siswa yang patuh serta disiplin. Meskipun tidak
semuanya yang demikian. Ada saja siswa yang super aktif atau dalam arti
pandai sekali berbicara di kelas ketika guru sedang mendengarkan, serta
ada siswa yang suka mencari perhatian guru. Dengan adanya metode
sugestopedia ini saya melihat bahwa siswa yang demikian tingkah laku
bisa menuruti tahapa-tahapan atau prosedur pembelajaran menulis cerpen
dengan baik. Meskipun nilai menulis cerpen siswa tersebut masih di
bawah KKM, namun perubahan sikap yang ada dalam siswa dapat
dikatakan mengalami perubahan yang baik. Serta siswa lain yang pendiam
tidak disangka dapat meneteskan air mata ketika peneliti mengatakan kata
terakhirnya mengenai masa depan dan orang tua.
Selain mewawancarai guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut,
penulis juga mewawancarai lima siswa kelas VII mengenai pembelajaran
menulis cerpen dengan menggunakan metode sugestopedia. Dari delapan
belas siswa peneliti mewawancarai lima anak satu yang yang mendapat
nilai paling rendah, satu yang mendapat nilai tertinggi, dan sisanya yang
mendapat nilai sedang atau rata-rata. Adapun hasil wawancaranya adalah
sebagai berikut:
a. Apakah kamu senang belajar bahasa Indonesia?
Dari lima anak yang penulis wawancarai satu siswa menjawab
sangat senang, tiga siswa menjawab senang, dan satu lainnya menjawab
tidak menyukai pembelajaran bahasa Indonesia. Penulis bertanya lebih
lanjut apa alasan dia tidak menyukai pembelajaran bahasa Indonesia,
kemudian ia menjawab karena bahasa Indonesia susah-susah gampang,
terlebih karena harus baca panjang-panjang. Jadi, saya males kak.15

15
Wawancara dengan siswi kelas VII MTs Nurul Hijrah pada tanggal 15 September 2017
83

b. Apakah kamu senang membuat cerita pendek?


Pertanyaan yang kedua ini penulis mendapat jawaban yang sama
yani mereka senang membuat cerpen meskipun ada siswa yang tidak
menyukai pembelajaran bahasa Indonesia tetapi ia tetap menyukai
pembelajaran menulis cerpen di kelas.
c. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai pembelajaran menulis
cerpen menggunakan metode sugestopedia?
Pada pertanyaan yang ketiga ini penulis mendapat jawaban yang
bervariasi sebagai berikut.
No Nama Jawaban
1. M. Faqih Bagus sih, keren.
2. Denisa W.S Seru, gamang berpiki, nyaman
3. Aril Rifki Sedih
4. Indah Mutia Enak, masuk ke otak, lebih menyenangkan
5. Nina Nurmala Enak kak.
Meskipun terlihat bervariasi namun secara keseluruhan tanggapan
siswa mengenai metode sugestopedia dalam pembelajaran adalah positif,
dan dapat membuat suasana hati dan pikiran siswa tenang sehingga mudah
untuk berimajinasi dan berpikir tentang pembuatan menulis karangan
cerpen.
d. Apakah ada perbedaan saat menulis cerpen dengan metode
sugestopedia dengan menulis cerpen tidak menggunakan metode
apapun?
No Nama Jawaban
Kalau pakai metode sugestopedia itu
1. M. Faqih
menulisnya seolah dari hati gitu
Ada kalau pakai metode itu gampang buat
2. Denisa W.S
berpikir dan cepet mendapat imajinasi.
84

Kalau tanpa metode itu biasa aja, tapi kalau


3. Aril Rifki pakai metode sugestopedia membuat sedih
dengan alunan musiknya.
Kalau tanpa metode sugestopedia biasa susah
4. Indah Mutia masuk ke otak, tapi kalau pakai metode itu
gamapang langsung nyerap ke otak
Kalau pakai metode itu lebih enak aja
5. Nina Nurmala
belajarnya kak, tenang gitu.
e. Apakah kamu menyukai metode sugestopedia?
Pertanyaan penutup ini juga mendapat jawaban yang sama oleh
seluruh siswa yakni kelima siswa tersebut menyukai adanya metode ini
karena lebih menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar dan tidak
membosankan.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, baik observasi, analisis dokumen,


dan wawancara, maka dapat disimpulkan presentase nilai siswa dalam
membuat cerita pendek dengan menggunakan metode sugestopedia adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.9
Presentasi nilai siswa dalam pembelajaran metode sugestopedia dalam
penulisan cerpen.
Tingkat
No. Nama Nilai Huruf Predikat
penguasaan
1. Ahmad Ali Nasution 70 % C Cukup baik
2. Amalia S.R 77 % B Baik
3. Andra Yudi Prasetya 88% A Sangat baik
4. Annisa Azahra 71% C Cukup baik
5. Aksan Fahri Febrian 76% B Baik
6. Arsy Nur Farhan 72% C Cukup baik
7. Aril Rifki 72% C Cukup baik
8. Denisa Wahyu Sukma 86% A Sangat baik
9. Indah Mutia Aziz 81% B Baik
85

10. Kaylan Al-Baihaqi 80% B Baik


11. Maghfirotul Lisya 63% C Cukup baik
12. M. Faqih N. 95% A Sangat baik
13. M.Ilham 91% A Sangat baik
14. M. Sabit 80% B Baik
15. Nina Nurmala 61% C Cukup baik
16. Purnama N. Khomsah 84% B Baik
17. Rona Marito 75% C Cukup baik
18. Yasser Arafat 72% C Cukup baik
Rata-rata 77,44% B Baik

Berdasarkan tabel di atas, masih ada dua siswa yang mendapat nilai di
bawah KKM meski sudah menggunakan metode sugestopedia dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kedua siswa tersebut memang agak
tertinggal dalam pembelajaran sehari-hari di kelas dan butuh pendekatan lebih
untuk kedua siswa tersebut. Selain itu, siswa tersebut sering tidak masuk kelas
karena sakit.16

16
Khairiyah, S.Ag. Wawancara. Jakarta, 18 September 2017
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Hasil dari penelitian ini yakni adanya peningkatan kualitas keterampilan
menulis cerpen siswa kelas VII MTs Nurul Hijrah dengan diterapkannya
metode sugestopedia terhadap pembelajaran tersebut.
2. Peningkatan terlihat jelas pada perbandingan nilai rata-rata siswa sebelum
dan sesudah diterapkannya metode tersebut. Setelah diterapkannya metode
sugestopedia nilai rata-rata siswa meningkat hingga 17,87 point.
Meskipun masih ada dua siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM
dikarenakan daya tangkap siswa tersebut kurang dalam pembelajaran
sehari-hari.
3. Nilai rata-rata siswa dalam keterampilan menulis cerpen dengan
penerapan metode sugestopedia adalah 77,44% dengan predikat baik,
dibanding nilai rata-rata siswa sebelum diterapkannya metode tersebut
yang hanya mendapat 59,53% dengan predikat kurang.
4. Perbedaan yang sangat nyata ini dapat menjadi acuan bahwa metode
sugestopedia layak digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa
kelas VII, tetapi harus melihat kondisi, situasi, dan sarana prasarana yang
dimiliki oleh sekolah tersebut.

5. Saran
Berdasarkan tindak lanjut dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran, antara lain:
1. Bagi peneliti lebih memperluas wawasan dan memperdalam teknik
pengelolaan dalam kelas, terutama dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode sugestopedia.

86
87

2. Peneliti harus melihat kondisi psikologis siswa dalan penerapan metode


tersebut agar hasil yang dicapai lebih maksimal.
3. Bagi sekolah, diharapkan dalam proses pembelajaran menggunakan
metode-metode dan media-mediapembelajaran yang lebih beragam agar
siswa tidak merasa bosan dengan prosespembelajaran yang cenderung
monoton sehingga menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan lebih
mudah untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad dan Alex. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Erlangga, 2016.
B. Rahmanto. Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajar Sastra.
Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Broto. Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua Di Sekolah
Dasar Berdarkan Pendekatan Linguistik Konstraktif. Jakarta: Bulan
Bintang, 1980.
Dalman, Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Cerita Pendek Indonesia 1940-
1960 Telaah Struktur, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1995.
Esten, Mural. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: CV
Angkasa, 2013.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahuddin. Pembelajaran Bahasa Asing Metode
Tradisional dan Kontemporer. Jakarta: Bania Publishing, 2010.
Fakhrianty, Eti. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan
Strategi Sugestopedia. Jurnal Internasional Seminar on Quality and
Afforrdable Education ISQAE 2013.
Finoza, Lamudin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
2008.
Hedge, Tricia. Writing. Oxford: Oxford University Press. 1992.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1985.
Komaidi, Didik. Panduan Lengkap Menulis Kreatif: Proses, Keterampilan,
dan Profesi. Yogyakarta: Araska, 2017.
Larser Freeman, Diane. Techniques and Priciples in Language Teaching.
NewYork: Oxford University Press,1986.
Maharimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
2010. Cet. Ke-9.

88
Mardalis. Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:PT Bumi Aksara,
2017.
Muhammaad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
M. Kuntarto, Niknik. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir,
(Jakarta: Mitra Wacana Media. 2013.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi
2, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1995.
------------. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2012.
Nursisto. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999.
P. Trimantara. Metode Sugesti-Imaji dalam Pembelajaran Menulis dengan
Media Lagu, Jurnal Pendidikan Penabur. No. 05/th.IV.
Pebriana, Rendi. “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui
Penerapan Metode Sugestopedia”. Skripsi pada Universitas Pendidikan
Indonesia tahun 2015. Tidak dipublikasikan.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Ridwanuddin, Didin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press, 2015.
Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud, 1999.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar- dasar. Jakarta: PT Indeks,
2012.
Sembodo, Edy. Contekan Pintar Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA:
Sastra,Prosa, Puisi, Drama. Jakarta: PT Mizan Publika, 2010.
Semi, Atar. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung:Angkasa. 2008.
Ed.Revisi.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995.
Sugiarto, Ainnur Ulum. “Penggunaan Media Iklan Televisi untuk Peningkatan
Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII SMP PGRI Ciputat
Tanggerang Selatan tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi pada UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. tidak dipulikasikan.

89
Suharjono, Bambang. Sukses Menjadi Penulis. Depok: Oncor Semesta Ilmu,
2012.
Sukandarrumidi dan Haryanto. Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2014.
Sukardi, Edy. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Uhamka Press, 2012.
Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal.
Yogyakarta: Pustaka Populer LKis Yogyakarta, 2010.
Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 2008.
------------. Metologi Pengajaran Bahasa-2. Bandung:Angkasa. 1991.
Utari Subyakto Nababan, Sri. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 1993.
White, Ron dan Valerie Arndt. Process Writing.London: Longman. 1994.
Winda, Raja Eka Mei. “Kemahiran Menulis Cerita Pendek dengan
Meggunakan Media Komik Pada Siswa Kelas VII Madrasah
Tsanawiyah Negeri Bintan Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi
pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang 2014. Tidak
dipulikasikan.

90
Pena yang Dipungut Ayahku Menjadikanku Seorang Sarjana
Karya Anang Satria Metere

Berawal dari kelulusanku di SMA, di hari itu semua jantung berdebar, aliran darah sangat cepat
mengalir. Rasa cemas melanda semua murid kelas 12. Tapi semua masih bisa melampiaskan
rasa cemas mereka kepada orang tua mereka yang turut serta hadir dalam kegiatan kelulusan itu,
dan hanya akulah yang tidak didampingi oleh kedua orang tuaku.

Ayahku hanya berpesan kepadaku untuk memberi tanda di depan pintu rumah, lulus atau
tidaknya aku dalam menempuh sekolah di SMA. Pesan itu sangat unik dan membuatku sadar
akan apa yang terjadi bila keputusan kelulusan sudah dibacakan. Ayah berkata, “Jika kamu lulus
nak, gantunglah baju seragammu di depan pintu tapi kalau tidak lulus gantunglah sayur daun ubi
di depan pintu, itu menandakan bahwa kamu harus berjualan sayur keliling.” Karena aku lulus
sayur daun ubi yang sudah saya siapkan saya masak sendiri. Lalu baju seragam sudah saya
gantung di depan pintu. Saya sudah tahu kabar ayah dan ibu saya akan pulang tepat pukul 03.00
sore.

Oh iya terlalu jauh cerita yang sudah kalian baca tanpa tahu siapa saya. Nama saya adalah ASM.
Saya terlahir di keluarga yang sederhana dengan pekerjaan ayah pedagang somay di MTs yang
ada di kotaku. Aku mempunyai dua adik dan mereka masih sekolah. Di sinilah aku berpikir
untuk tidak melanjutkan pendidikanku di jenjang kuliah karena kasian adik adikku. Tapi Ayahku
berbeda pendapat denganku. Ayahku hanya lulusan SD dan ingin aku melanjutkan sekolah ke
tingkat perguruan tinggi yang ada di kotaku. Saya mengajukan pertanyaan kepada Ayahku,
“Lantas siapa yang mau bayar uang kuliahku?” Ayahku menjawab, “Sekolah itu di mana-mana
hanya pakai pena kok kamu pusing, kecuali kalau sekolah tidak pakai pena lagi itu baru saya
pusing.” Aku tambah pusing dengan dengan jawaban yang tidak paham sedikit pun, tetapi aku
iyakan saja. Apapun yang terjadi aku terima keputusannya.

Pendaftaran pun dimulai dan ternyata ayahku berutang kepada orang untuk pendaftaranku.

Hari pertama kuliah ayahku berkata, “Kamu lihat gelas kosong di atas meja itu, gelas itu akan
berisi pena dan tidak akan pernah kosong karena sekolah hanya butuh pena.” Aku hanya
tersenyum sambil berpikir apa maksud perkataan ayah.
Nah, sekarang aku sudah semester tujuh,persiapan pengajuan judul skripsi. Kebiasaan teman
kuliahku adalah menghilangkan pena yang dia pinjam, atau dipinjam tidak dikembalikan, atau
tercecer. Tapi tenang di gelas kosong rumah ada banyak pena yang disediakan ayahku. Aku
mengajukan judul tentang pedagang kaki lima. Kemudian yang aku teliti itu adalah ayahku
sendiri. Dan disitu baru aku tahu bahwa yang ada di gelas yang selalu aku ambil bila penaku
hilang adalah pena yang dipungut ayahku di tempat sampah ketika dia pulang berjualan di MTs.
Dia mendatangi semua tempat sampah yang ada di setiap kelas memilih yang masih bisa
digunakan. Di sinilah aku sadar bahwa pena yang dipungut ayahku bisa menjadikanku sarjana.
Dan betul kata beliau bahwa sekolah itu hanya butuh pena.

Dengan tidak sadar aku berlari memeluknya dan mengatakan berhenti untuk mencari pena di
tempat sampah. Karena pena di rumah masih cukup untuk menjadikan aku seorang sarjana. Aku
sarjana karena pena yang dipungut ayahku.
RIWAYAT PENULIS

Feti Nurazizah. Lahir di Jakarta, 22 April 1994. Anak kedua


dari pasangan Bapak Drs. Abdullah dan Ibu Dewi Yanti, yang
merupakan keturunan asli Tegal. Penulis tinggal di Gang.
Mushola Al- Amin Rt 17 Rw 02, Kel. Sidapurna Utara, Kec.
Dukuh Turi, Tegal. Selama menempuh pendidikan sekolah
dasar hingga kuliah penulis berdomisili di Jakarta, tepatnya di
Jl. Tb. Simatupang Rt 08 Rw 03 No. 14A. Kel. Rambutan,
Kec. Ciracas, Jakarta Timur.
Penulis memulai pendidikannya di RA. Al-Akhyar
pada tahun 1999-2000. Kemudian melanjutkan di SDN
Rambutan 03 pagi pada tahun 2000-2006. Selanjutnya
penulis berkesempatan mondok di Pesantren Modern Nurul
Hijrah, Jakarta selama enam tahun yakni 2006-2012. Lulus
dari pondok kemudian dipinta untuk mengabdi setahun di
pondok guna membantu dan mengajar santri di pondok tersebut, dan berkesempatan menjadi
Tata Usaha di MA Nurul Hijrah.
Pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas melalui jalur
Mandiri di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Selain aktif kuliah penulis juga aktif di HMJ PBSI UIN
Syarif Hidayatullah, dengan menjabat ketua KOMINFO periode 2015/2016, dan mengajar
private sejak tahun 2014-2017.
Semoga karya sederhana yang berjudul Penerapan Metode Sugestopedia Terhadap
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII di MTs Nurul HIjrah, Jakarta dapat menjadi batu
loncatan bagi penulis guna mencapai kesuksesan dan cita-citanya, serta memberi manfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai