SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
menempuh ujian sarjana pendidikan
oleh
SITI BAGJA MUAWANAH
NIM 2222100145
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN SKRIPSI
Nim : 2222100145
Menyatakan
Dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat adalah benar hasil karya
sendiri/bukan jiplakan dari skripsi/penelitian orang lain. Jika suatu hari terbukti saya
berbohong atas pernyataan yang telah dibuat ini, saya bersedia kesarjanaan saya
dicabut dan atau diproses secara hukum.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran, tanggung jawab
dan penghormatan setinggi-tinginya terhadap asas-asas intelektual dan akademis.
iii
Motto
Kecerdasan bukanlah satu-satunya keberhasilan, akan tetapi kesungguhan,
keuletan, dan kesabaran adalah kunci yang dapat digunakan untuk membuka pintu
gerbang kesuksesan.
(Nunuk Wulandari)
Mungkin kita pernah takut atau benci terhadap sesuatu. Padahal mungkin saja
sesuatu itu adalah hal terbaik untuk kita. Maka terimalah segala ketetapan Allah
SWT karena Dia selalu memberikan semua hal terbaik untuk hambaNya.
Penulis mempersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua tercinta dan
adik-adik tersayang, sebagai kado kecil atas semua perngorbanan yang
telah mereka lakukan.
iv
ABSTRAK
Siti Bagja Muawanah. 2014. Kajian Struktural Model A. J. Greimas pada Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di Kelas XI SMA.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesimpang-siuran informasi mengenai siapa tokoh
utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mencari
tahu siapa tokoh utama pada novel Ronggeng Dukuh Paruk. (2) mencari tahu dapat
atau tidak hasil penelitian ini digunakah untuk bahan apresiasi sastra di SMA.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kulitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode babat, deskripsi, dan riset kepustakaan.
Teknik analisis data menggunakan teori struktural model A. J. Greimas. Data dalam
penelitian ini adalah keseluruhan elemen yang berasal dari hasil pencatatan mengenai
objek, gejala, serta kejadian-kejadian atau peristiwa yang terdapat dalam novel RDP.
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu sumber data utama dan
sumber data tambahan. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah novel RDP
sedangkan data tambahannya yaitu buku-buku yang berkaitan dengan teori sastra,
serta pustaka lain yang menunjang penelitian ini. Simpulan penelitian ini yakni: (1)
skema aktan dapat digunakan untuk melihat tokoh utama pada novel Ronggeng
Dukuh Paruk. (2) tokoh utama pada novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah Rasus. Hal
tersebut, terlihat pada kuantitas kebermaknaan yang dimiliki tokoh Rasus. Rasus
banyak beraksi dalam cerita, sebagaimana yang tergambar dalam skema aktan. (3)
jumlah aktan yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk sebanyak 18 buah
aktan. Kedelapan belas aktan tersebut, lima aktan mengalami zeroisasi, dan 13 aktan
mempunyai fungsi peran yang utuh. Selain itu, ada aktan-aktan yang satu fungsi
dapat menempati beberapa peran. Ada pula aktan-aktan yang satu peran memerankan
satu fungsi. (4) novel Ronggeng Dukuh Paruk dapat dijadikan sebagai bahan apresiasi
sastra di SMA. Hal ini mengacu pada kriteria pemilihan bahan ajar menurut
Rahmanto (1988:27) yang mencangkup aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang
budaya.
Kata Kunci: Novel, kajian struktural model A. J. Greimas, dan bahan apresiasi sastra
di SMA.
v
KATA PENGANTAR
Allah SWT yang selalu memberikan kasih sayang dan segala hal terbaik dalam hidup
penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas akhir ini sesuai dengan target
menghampiri. Salawat beserta salam penulis curah limpahkan kepada suri tauladan
yang sangat cerdas yakni nabi Muhammad SAW. Beliau adalah suri tauladan terbaik
di setiap waktu, termasuk saat penulis berjuang sekuat tenaga menyelesaikan skripsi
yang berjudul Kajian Struktural Model A. J. Greimas pada Novel Ronggeng Dukuh
SMA ini.
Selain itu, pada kesempatan kali ini izinkanlah penulis dengan segala
dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan do’a, pengorbanan, kasih sayang
2. Bapak Arip Senjaya, S.Pd., M.Phil., selaku pembimbing I dalam penulisan dan
penyusunan skripsi ini yang telah memberikan arahan dan bimbingannya kepada
vi
3. Bapak Ahmad Supena, S.Pd., M.A., selaku pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, kritik, dan sarannya dengan tulus kepada penulis dalam
4. Ibu Ade Husnul Mawaddah, M.Hum., selaku dosen di Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah menginspirasi penulis untuk lulus tepat
waktu.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu baik dan memberikan
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah mendidik, memberikan ilmu, dan
Suarja, Andi Sutrisna, Adi Sutiawan, dan Alwanudin— yang telah memberikan
8. Nenek, bibi, dan mamang penulis yang telah bersedia mengurus dan
yang selalu menjadi inspirasi penulis untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
vii
10. Sahabat-sahabat penulis, Lusiana Syarifah, Mulya Tiara Fauziah, dan Widya
Gusvita yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan penulis, serta telah
terutama Ela Srikandi, Anisatul farihah, Nani Wahyuni, Saduri Dagul, Desma
Yuliadi Saputra, Arif Rahman Hakim, Fajar Timur, Tb. Rahmat, Mutiara
Ramdani, dan Agustia Afriyani yang telah ikut mewarnai hidup penulis dengan
caranya masing-masing.
12. Teman-teman Diksatrasia angkatan 2010 dan angkatan lainnya yang sama-sama
13. Kak Niduparas Erlang dan Kak Wahyu Arya yang telah mengizinkan penulis
14. UKM Cafe Ide yang berkenan mengizinkan penulis berada di saungnya selama
penulis bimbingan.
15. Bapak Dodi Firmansyah, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
16. Bapak Drs. H. Suherman, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
17. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
viii
Semoga amal baik dan seluruh dukungan yang telah mereka berikan kepada
pendidikan memengaruhi kualitas skripsi ini. Namun, setidaknya inilah hasil kerja
keras dan kesungguhan penulis dalam beberapa bulan terakhir. Penulis hanya dapat
menghibur diri dengan sebuah pribahasa yang berbunyi “Tak ada gading yang tak
retak”. Seperti pepatah tersebut, penelitian yang telah penulis lakukan ini pun tak
sempurna, bahkan kesalahan dan kekeliruan sangat mungkin terjadi. Jadi, kritik dan
penelitian kecil ini dapat berguna, khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................................ x
BAB 1 PENDAHULUAN
x
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
xi
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
pengirim/penerima. Informasi itu dapat benar, dapat pula tidak benar; dapat berupa
fakta, dapat pula berupa imajinasi. Kedua teks yang demikian biasanya dikelompokan
Karya fiksi merujuk pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang
bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh
2010:2). Pendapat tersebut, mengindikasikan bahwa karya fiksi identik dengan karya
sastra.
Karya sastra yang berbentuk tulisan tercipta untuk menjadi objek bacaan bagi
pembaca. Salah satu karya sastra berbentuk tulisan yaitu novel. Novel banyak dibaca
oleh masyarakat, sehingga beberapa novel diangkat menjadi sebuah film, misalnya
novel Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-Ayat Cinta, Negeri Lima Menara, Laskar
Pelangi, Sang Pemimpi, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Ronggeng Dukuh Paruk
(Selanjutnya RDP).
1
2
Novel yang disebut terakhir kiprahnya tidak bisa diragukan lagi. Saat diangkat
ke layar lebar dengan judul Sang Penari, film ini meraih tiga penghargaan sekaligus.
Selain itu, ketika novel ini belum diangkat ke layar lebar, RDP sudah mengundang
perhatian para pencinta sastra Indonesia, baik pembaca, kritikus, maupun peneliti
sastra atau kalangan akademisi. Bahkan, RDP sering mendapat pujian dari mereka.
Ahmad Tohari bisa sangat lancar mendongeng. Latar, peristiwa, dan tokoh-tokoh
yang terdiri atas orang-orang desa yang sederhana digambarkannya dengan menarik,
Pendapat lain diungkapkan oleh Meier (dalam Tohari, 2003:ii) RDP berhasil
mengungkapkan suatu kisah yang disajikan dengan cara yang menggugah perasaan
ingin tahu, suatu masalah yang bagi kita pun sangat lazim. Namun, yang paling
mengasyikkan dari RDP adalah gambaran tandas yang berhasil dibangkitkan Ahmad
Tohari, yang mengikis khayalan indah kita tentang kehidupan pedesaan di Jawa.
sangat menarik ceritanya sehingga ia menerjemahkan ketiga novel RDP yang dibiayai
oleh Japan Fondation. Selain itu, menurut Damhauser (dalam Tohari, 2003:ii) RDP
menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa jurusan sastra Asia Timur. Bahkan, lebih dari
50 skripsi dan tesis di Universitas Leiden Belanda dan Lund University Swedia, telah
lahir melalui pengkajian novel RDP ini. RDP pun hingga kini telah diterjemahkan ke
3
dalam empat bahasa asing yakni Jepang, Jerman, Belanda, dan Inggris, serta bahasa
Novel RDP yang terdiri atas Catatan Buat Emak (CBE), Lintang Kemukus
Dini Hari (LKDH), dan Jentera Bianglala (JB) ini, tetap eksis selama berpuluh-puluh
tahun. Hal tersebut terlihat dari kenyataan bahwa RDP sudah mengalami beberapa
kali cetak ulang yakni pada tahun 1984, 1986, 1999, 2003, 2007, 2009 dan 2011.
Fakta ini memunculkan keingintahuan penulis tentang RDP, selain yang telah
dikemukakan oleh ahli-ahli di atas. Oleh karena itu, penulis kemudian mencari tahu
menemukan tulisan Imron yang berjudul Eksistensi Ahmad Tohari dan Ronggeng
Dukuh Pauk (RDP) dalam Jagat Sastra Indonesia. Pada halaman 19 Imron
Salah satu keistimewaan yang penulis temukan pada novel RDP setelah
adanya nilai-nilai keislaman dan pendidikan yang dapat ditelusuri melalui tokoh
Rasus. Nilai-nilai ini terbungkus rapi oleh nilai-nilai lain yang sejak lama sudah
terlanjur melekat pada novel ini yakni nilai seks, pesundalan, kebodohan,
Keistimewaan novel RDP yang lain juga mewujud pada penokohannya. Hal
ini terlihat pada artikel Endarmoko (dalam Horison, 1984:12), menurutnya Porsi
Srintil terlalu kecil dibanding dengan Rasus. Terlalu kecil mengingat nama Srintil
ditunjukkan oleh frekuensi keterlibatan kedua tokoh tersebut dalam cerita yang sama
pada “Aku”. Sementara itu, Srintil lebih bertindak sebagai tokoh bawahan yang
seorang lelaki muda yang memperoleh kesadaran dari luar lingkungannya untuk
menilai secara kritis lingkungannya sendiri. Jadi, Srintil jelas mewakili bentuk
kehidupan lelaki muda itu, yang kelak dianggapnya kurang sesuai dengan nuraninya.
sana baru menyadari eksistensinya. Novel ini baru menampilkan proses eksist-nya
seorang tokoh.
bertindak sebagai pencerita (sudut pandang orang pertama) tampil dengan segala
pikiran dan sikapnya sehingga wajarlah jika Rasus adalah tokoh utama dalam RDP.
Sebagai tokoh utama, pikiran dan tindakan Rasus sangat menentukan kelanjutan alur
novel tersebut.
5
berjudul Watak Tokoh Utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari dan Implikasi Pembelajarannya di SMA. Hasil yang diperoleh Haryati dari
penelitiannya itu yakni: Srintil merupakan seorang perempuan yang masih muda yang
memiliki tubuh indah dengan didukung wajahnya yang sangat cantik, seksi, ramah,
baik, dan juga bersifat keibuan. Simpulan yang seperti itu secara tidak langsung
berarti bahwa Haryati menganggap Srintil adalah tokoh utama novel Ronggeng
Dukuh Paruk.
pengetahuan tentang siapa tokoh utama dalam novel akan memudahkan kita
sebagian besar cerita dan ada yang tokoh-tokoh yang dimunculkan sekali atau
beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif
pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita (central character,
pendapat Endarmoko dan Haryati tentang tokoh utama RDP berbeda. Hal itu, karena
buku yang mereka acu berbeda, sehingga kedominanan tokohnya pun berbeda.
Endarmoko menggunakan buku RDP yang masih berdiri sendiri, sehingga jelas pada
buku tersebut hanya Rasus yang dominan, sedangkan Haryati menggunakan buku
6
RDP yang merupakan penyatuan dari RDP/CBE, LKDH, dan JB, sehingga tokoh
Srintil yang dominan. Namun, tetap saja ada masalah yakni perbedaan pendapat
perbedaan cara pandang dalam menentukan kedominanan tokoh yang mereka anggap
sebagai tokoh utama. Hal tersebut membuat pembaca semakin bertanya-tanya saat
utama tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak langsung ditunjuk dalam setiap
bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat berkaitan, atau dapat
Pada novel RDP, ada kalanya Rasus yang dominan dan Srintil masih ada
kaitannya dengan cerita—pada buku pertama—, dan ada kalanya Srintil yang
dominan, akan tetapi Rasus tetap hadir lewat pembicaaan tokoh-tokoh lain. Hal
tersebut menimbulkan pertanyaan: Siapa sebenarnya tokoh utama dalam novel RDP,
Rasus, Srintil, atau Rasus dan Srintil? Teori apakah yang dapat digunakan untuk
melihat siapa tokoh utama dalam novel RDP? Bagian novel yang manakah yang
sebagai pendekatan dalam mengkaji novel RDP. Adapun cara penggunaan struktural
7
model A. J. Greimas pada penelitian ini mengikuti cara yang digunakan oleh
merupakan analisis yang sangat bermanfaat sebab unsur-unsur karya sastra dibahas
tokoh-tokoh dalam cerita dari awal sampai akhir, dan cara penggunaan struktural A.
Kurikulum 2013 tidak menyebutkan secara jelas tentang tujuan pembelajaran untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut Mahsun pelajaran bahasa Indonesia pada
Lebih lanjut, Mahsun menjelaskan bahwa teks dalam Kurikulum 2013 tidak diartikan
hanya sebagai teks tertulis, melainkan juga dapat berwujud teks lisan, bahkan
Ini perbedaan yang sangat mendasar dari kurikulum 2013. Bahasa Indonesia
benar-benar dijadikan sarana pengembangan kemampuan berpikir siswa dari SD
sampai SMA, kurikulum Bahasa Indonesia diajarkan dengan berbasis teks.
(http://edukasi.kompas, diunduh pada 30 April 2014, pukul 12:56 WIB).
8
Dasar pada satuan pendidikan SMA, pembelajaran sastra, khususnya novel, cukup
keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan
2013: 10)—. Terutama terkait dengan Kompetensi Inti ketiga yaitu pengetahuan yang
novel, apalagi yang berbau unsur seks guru perlu menyeleksi novel tersebut
berdasarkan kriteria pemilihan bahan ajar apresiasi sastra yang ada. Adapun hal yang
paling penting adalah aspek psikologi. Psikologi siswa SMA berada pada masa penuh
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini akan mengkaji
lebih lanjut mengenai skema aktan A. J. Greimas pada novel Ronggeng Dukuh Paruk
karya Ahmad Tohari. Adapun judul penelitian ini yakni “Kajian Struktural Model A.
J. Greimas pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Rencana
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga penelitian tidak meluas dari
objek yang sudah ditentukan sebelumnya. Selain itu, fokus penelitian juga berfungsi
agar memudahkan cara kerja dalam melakukan analisis. Pembatasan juga dilakukan
Maka fokus penelitian ini yaitu penggunaan skema aktan untuk melihat tokoh
utama pada novel Ronggeng Dukuh Paruk dan bahan apresiasi sastra di SMA.
1. Dapatkah skema aktan digunakan untuk melihat tokoh utama pada novel
2. Dapatkah hasil penelitian ini digunakan untuk bahan apresiasi sastra di SMA?
10
sebagai berikut.
1. Mencari tahu siapa tokoh utama pada novel Ronggeng Dukuh Paruk.
2. Mencari tahu dapat atau tidak hasil penelitian ini digunakah untuk bahan apresiasi
sastra di SMA.
Segala sesuatu pasti memiliki manfaat, begitu pula sebuah penelitian. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
tinjauan struktural.
2. Manfaat Praktis
pembaca (skripsi).
11
menjadikan RDP sebagai objek penelitian. Hal ini terlihat dari beberapa penelitian
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ela Solehatul Kamila (2013) dalam
skripsinya yang berjudul Analisis Struktural Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya
unsur karya sastra dalam hal ini adalah novel dengan unsur-unsur pembangun karya
sastra seperti tema, alur, sudut pandang, tokoh, latar dan gaya bahasa, sehingga
unsur tersebut memeroleh suatu kesatuan dan semua unsur tersebut saling
unsur-unsur intrinsik novel saja. Penulis menyebutkan tokoh, tema, alur, latar, sudut
pandang, gaya bahasa, pandangan tokoh Srintil terhadap tradisi ronggeng, dan
12
secara sekilas.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2010) dalam skripsinya yang
berjudul Watak Tokoh Utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Universitas Pancasakti Tegal ini menyebutkan bahwa tokoh utama Srintil dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari merupakan seorang perempuan
yang masih muda yang memiliki tubuh indah dengan didukung wajahnya yang sangat
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Andi Dwi Handoko (2010) dalam
skripsinya yang berjudul Novel Orang-orang Proyek dan Kaitannya dengan Trilogi
Genetik). Simpulan dari penelitian alumnus Universitas Sebelas Maret Surakarta ini
menyebutkan bahwa: (1) ada keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel Orang-
orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk; (2) pandangan dunia Ahmad
Tohari dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk adalah
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan nilai moral; dan (3) struktur sosial dalam novel
Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk dibagi menjadi dua,
yakni institusi pemerintahan dan religi serta ada homologi antara struktur teks dan
13
struktur sosial dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh
Paruk.
membahas novel RDP. Namun, fokus penelitian mereka berbeda-beda. Kamila fokus
pada unsur intrinsik pada karya sastra yang berdiri sendiri dan hubungan antarunsur
karya sastra, Haryati fokus pada watak tokoh utama yang menurutnya adalah Srintil,
dan Handoko fokus pada keterkaitan antara novel RDP dengan novel Orang-orang
Proyek. Jadi, dapat dikatakan bahwa orisinilitas penelitian yang berjudul “Kajian
Struktural Model A. J. Greimas pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad
dipertanggungjawabkan.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Novel
Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek
daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya hanya
mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari
suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang pokok-pokok saja.
Perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak sampai pada
Wahyuningtyas, 2010:46).
Sebutan novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali novella (yang
dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti “sebuah barang baru
yang kecil”, dan kemudian diartikan sebagai “cerita yang pendek dalam bentuk
“Novel” diartikan sebagai “Suatu cerita prosa yang fiktif dengan panjangnya tertentu,
yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang refresentatif
dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau kusut”.
14
15
dari pengertian novel menurut Abrams dan The American College Dictionary. Kedua
sumber ini menyatakan bahwa novel adalah cerita yang berbentuk prosa, sedangkan
perbedaannya terlihat pada pendapat Santoso dan Wahyuningtyas dan Abrams. Jika
Santoso dan Wahyuningtyas mengungkapkan bahwa novel lebih panjang dari cerita
pendek maka Abrams menyatakan bahwa novel adalah cerita pendek berbentuk
prosa.
berbentuk prosa yang lebih panjang dari cerpen. Masalah panjang novel penulis
2010:36).
yang ada dalam dunia ini mempunyai struktur. Sesuatu dikatakan mempunyai
16
struktur apabila ia membentuk suatu kesatuan yang utuh, bukan merupakan jumlah
dengan persepsi dan deskripsi struktur. Dunia ini pada hakikatnya lebih mmerupakan
bahwa segala sesuatu yang ada dalam dunia ini mempunyai struktur, sedangkan
menurut Hawkes dalam Jabrohim strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia
memiliki struktur. Srtuktur ini saling berkaitan antara struktur yang satu dengan
Greimas adalah peneliti sastra dari Prancis penganut teori struktural (Teeuw
dalam linguistik yang berasal dari Ferdiand de Saussure (Hawkes dalam jabrohim,
Jabrohim, 1996:11), Greimas menerapkan teorinya dalam dongeng atau cerita rakyat
atau semantik struktural pada 1966 (Selden, 1996:61). Sebenarnya teori ini
Propp memusatkan pada sebuah jenis tunggal, Greimas berusaha sampai pada “tata
bahasa” naratif yang universal dengan menerapkan padanya analisis semantik atas
struktur kalimat (Selden, 1996:61). Tiga puluh satu fungsi dasar analisis Propp
penyelenggaraan, dan struktur yang bersifat pemutusan (Ratna, 2009:13). Selain itu,
biner yang meliputi enam actants (Selden, 1996:61). Greimas pada gilirannya lebih
mementingkan aksi dibandingkan dengan pelaku. Menurut Greimas tidak ada subjek
18
di balik wacana yang ada hanyalah subjek, manusia semu yang dibentuk oleh
Greimas. Aktan adalah pelaku tindakan, aktan merupakan peran yang hadir dalam
tindakan, yang dapat ditempati oleh segala macam entitas. Aktan berbeda dengan
tokoh. Ia berada dalam struktur batin suatu teks. Sementara itu, tokoh adalah tampilan
suatu makhluk hidup (orang atau sesuatu yang dipersonifikasikan), sedangkan pelaku
tindakan bukan hanya manusia, melainkan segala macam entitas dapat dapat juga
menjadi pelaku tindakan: benda, binatang (baik yang merupakan personifikasi atau
bukan), institusi, perasaan, dan nilai-nilai. Jadi, yang disebut kekuatan untuk
mengambil tindakan adalah segala sesuatu yang turut mengambil bagian dalam
Menurut Zaimar (2014:39) seorang tokoh, dapat hadir sebagai latar belakang,
“untuk menampakkan cerita seperti sesuatu yang nyata”, tetapi ia dapat pula
adanya enam peran aktan dalam cerita yaitu pengirim, penerima, subjek, objek,
penolong, dan penentang. Berbeda dari tokoh yang biasanya diteliti sebagai manusia,
lingkungannya, maka aktan hanya diteliti dalam hubungannya dengan tindakan yang
sesuatu atau seseorang yang menjadi motor penggerak cerita. Dia yang menentukan
objek yang diinginkannya dia juga memanggil sang pahlawan (le héros) untuk
mencari dan mendapatkan objek tersebut. Objek adalah Sesuatu yang diinginkan. Dia
merupakan objek yang dicari. Subjek adalah yang dipanggil oleh pengirim untuk
mencari dan mendapatkan objek yang diinginkan. Penentang adalah sesuatu atau
objek. Penerima adalah sesuatu atau seseorang yang menerima objek yang didapat
fungsi sintaksis naratif masing-masing aktan. Tanda panah dari pengirim mengarah
artinya bahwa sesuatu yang menjadi objek yang dicari oleh subjek yang diinginkan
oleh pengirim diberikan kepada penerima. Tanda panah dari penolong ke subjek
tugas subjek. Tanda panah dari penentang ke subjek artinya bahwa penentang
Menurut Suwondo (dalam Jabrohim, 1996:14), berkaitan dengan hal itu di antara
pengirim dan penerima terdapat suatu komunikasi, di antara pengirim dan objek
terdapat tujuan, di antara pengirim dan subjek terdapat perjanjian, di antara subjek
dan objek terdapat usaha, dan di antara penolong dan penentang terdapat bantuan atau
tanggapan.
2. Beberapa aktor dapat bersama-sama menempati salah satu peran aktan. Misalnya
3. Peran aktan dapat ditempati, bukan saja oleh manusia, akan tetapi dapat juga
ditempai oleh binatang, bahkan kadang-kadang oleh benda atau sesuatu yang
4. Suatu cerita yang kompleks memiliki banyak cerita yang saling berkaitan.
Berkaitan dengan hal ini, aktor dapat menempati peran yang berbeda dalam alur
yang berbeda. Misalnya, aktor yang menempati peran pahlawan dalam alur
21
pertama, dapat menempati peran pengirim di dalam alur yang berikutnya (Fossion
Semua orang yang akan menjadi guru sastra, sebaiknya memiliki pengetahuan
mengenai syarat-syarat dalam mengapresiasi sastra. Selain itu, guru juga perlu
Berdasarkan uraian di atas, berikut ini dituliskan kriteria pemilihan bahan ajar
1. Aspek Bahasa
yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain, seperti cara penulisan yang dicapai si
pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan itu, dan kelompok pembaca
yang ingin dicapai pengarang. Artinya, bahan pemelajaran yang akan diberikan
2. Aspek Psikologi
tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Ketika memilih bahan pemelajaran,
seorang guru yang telah mempelajari psikologi perkembangan akan lebih mudah
memilih bahan pemelajaran sastra karena guru mengetahui minat dan keengganan
siswa dalam mempelajari suatu bahan pemelajaran sastra. Jika bahan pemelajaran
tersebut sesuai dengan kematangan siswa, maka siswa akan lebih mudah menguasai
dan memahami pelajaran tersebut. Sebaliknya jika tidak sesuai dengan kematangan
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih
Tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja
Biasanya siswa akan lebih tertarik pada karya-karya sastra yang erat
hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu
sekitar. Jadi, seorang guru hendaknya memilih bahan pemelajaran sastra dengan
Novel dalam silabus SMA yang sesuai kurikulum 2013 hanya dipelajari di
dua kelas, salah satunya yakni di kelas XI. Adapun novel di kelas tersebut diajarkan
atau film.
rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP yang dibuat, seorang guru diharapkan dapat
manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam
silabus.
yang akan dilakukan oleh guru dan peserta didik/siswa selama proses belajar
maksimal.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah jalan atau cara yang digunakan dalam kegiatan
penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan objek
dahulu, maka seorang peneliti akan menemukan jalan yang mudah dalam melakukan
penelitian karena dalam suatu metode penelitian akan terpapar secara jelas tentang
penelitian yang memusatkan pada deskripsi yang lengkap dan mendalam atas
bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi. Penyediaan data dilakukan untuk
kepentingan analisis. Kemudian, analisis data dimulai tepat pada saat penyediaan data
tertentu yang relevan selesai dilakukan dan analisis yang sama diakhiri manakala
kaidah yang berkenaan dengan objek yang menjadi masalah itu telah ditemukan
(Sudaryanto, 1988:6).
26
27
tanpa data penelitian tidak akan dapat dilakukan. Menurut Komariah dan Santomi
(2010:103) pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
deskripsi, dan riset kepustakaan. Metode babat, adalah metode yang dipergunakan
untuk memperoleh data dengan cara membaca keseluruhan teks atau literatur yang
menjadi objek penelitian lalu mencatat data yang ditemukan ke dalam kartu data yang
telah disediakan terlebih dahulu (Jabrohim, 1996:23). Metode ini digunakan untuk
memperoleh kutipan-kutipan atau hal-hal penting yang ada dalam novel RDP.
Catatan yang diperoleh ini kemudian dikembangkan secara lebih jauh dalam
pembahasan dan pengolahan data. Metode deskripsi, adalah metode yang digunakan
untuk mencari data dengan jalan mendeskripsikan data yang telah diperoleh
28
mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Metode riset kepustakaan, adalah metode
yang digunakan untuk mencari dan menelaah berbagai buku sebagai bahan pustaka
Analisis data adalah suatu fase penelitian kualitatif yang sangat penting
karena melalui analisis data ini peneliti dapat memperoleh wujud dari penelitian yang
jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau dengan lebih
Greimas, yang terkenal dengan nama teori struktural naratif. Teori tersebut,
menganalisis karya prosa fiksi berdasar pada struktur cerita. Adapun analisis struktur
aktan merupakan konsep dasar langkah kerja teori ini. Analisis struktur aktan pada
dalam novel RDP. Setiap satuan cerita kecil yang memenuhi kriteria sebuah aktan
kemudian membentuk sebuah skema aktan. Peran tokoh dimasukkan ke dalam fungsi
aktan. Fungsi-fungsi tersebut kemudian membentuk satuan cerita kecil. Satuan cerita
29
kecil (aktan) diuraikan berdasarkan karakter peran dalam aktan. Siapakah subjek,
objek, pengirim, penerima, penolong, dan penentangnya. Karsa apa yang dikirimkan
menginginkan objek, dan mengapa penentang tidak suka dengan usaha subjek dan
3.3.1 Data
bahan yang dimaksud bukan bahan mentah, melainkan bahan jadi. Bahan itu
diharapkan menjadi dasar sehingga objek penelitian dapat dijelaskan, karena di dalam
bahan itu terdapat objek penelitian yang dimaksud. Diolahnya bahan itu diharapkan
dapat diketahui hakikat objek penelitian. Jadi, dengan rumusan lain, data pada
Data dalam penelitian ini adalah keseluruhan elemen yang berasal dari hasil
terdapat dalam novel RDP. Keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lain; antara
30
adanya satu bagian dari objek yang dapat dipandang mewakili objek penelitian.
penelitian. Menurut Arikunto (2010:172) sumber data penelitian adalah subjek dari
mana data diperoleh. Batasan lain dikemukakan Lofland dalam Moleong (2006:157),
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama
dalam penelitian ini adalah novel RDP sedangkan data tambahannya yaitu buku-buku
yang berkaitan dengan teori sastra, serta pustaka lain yang menunjang penelitian ini.
Sesuai dengan hal yang dikemukakan di atas, sumber data yang akan
1. Aktan I
Rasus, Rasus,
Warta, dan Singkong Warta, dan
Darsun Darsun
Tanah yang
Air kencing Rasus, Warta, keras dan
dan Darsun membatu
Rasus, Warta dan Darsun (pengirim) ingin mencabut singkong (objek). Oleh
karena itu, Rasus, Warta dan Darsun (subjek) mendorong diri mereka untuk berusaha
melakukannya. Namun, usaha mereka dipersulit oleh kondisi tanah yang keras dan
menemukan ide untuk mengencingi tanah yang keras dan membantu itu. Air kencing
(penolong) membuat tanah menjadi basah sehingga mereka dapat mencabut singkong
tersebut. Singkong yang didapat kemudian segera dimakan oleh Rasus, Warta, dan
Darsun (penerima). Ide yang dikemukakan Rasus dapat dilihat pada kutipan berikut.
31
32
“Sudah, sudah kalian tolol,” ujar Rasus tak sabar.” Kita kencingi beramai-
ramai pangkal batang singkong ini. Kalau gagal juga, sungguh bajingan.” (Tohari,
2011:11).
Ide yang dikemukakan Rasus kepada Warta dan Darsun itu menjadi awal
secara bersama sehingga tanah yang keras itu menjadi basah dan singkong dapat
dicabut.
2. Aktan II
Keinginan
Daun Bacang Srintil
Srintil
Rasus
Ø Ø
bacang dan memetik beberapa lembar daunnya. Daun yang sudah diterima Srintil
yang lebih baik daripada badongan dari daun nangka. Hal tersebut terlihat pada
Rasus diminta oleh Srintil untuk memetik daun bacang sebagai bahan untuk
membuat badongan yang lebih bagus daripada badongan dari daun nangka. Rasus
mencari daun itu dan setelah didapat ia segera memetiknya. Rasus berpikir dengan
3. Aktan III
Musik tiruan
Keinginan
untuk iringan Srintil
Srintil
menari
melakukannya. Setelah beberapa saat lamanya mengiringi Srintil menari, ketiga anak
lelaki itu merasakan mulutnya pegal (penentang). Mereka akan berhenti kalau Srintil
tidak mendahuluinya dengan upah berupa ciuman (penolong). Upah yang telah
diterima oleh Rasus, Warta, dan Darsun membuat mereka patuh untuk kembali
mengiringi Srintil (penerima) menari. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini.
Setelah bicara sesuai kutipan pertama srintil menari dan terus menari tanpa
lelah. Sementara ketiga anak lelaki yang mengiringinya sudah kelelahan. Rasa pegal
mereka untuk membuat tiruan musik lagi. Rasus, Warta, dan Darsun bersedia asalkan
Srintil memberi upah. Srintil pun dengan sigap berinisiatif memberikan upah berupa
ciuman kepada mereka bertiga. Upah itu yang kemudian menggerakan ketiga anak
4. Aktan IV
Rasus
Keris Kyai Ketidakperdulian
Jaran Srintil
Guyang
menemukan ide untuk memberikan Keris Kyai Jaran Guyang (penolong) kepada
Boleh jadi karena aku merasa begitu tersiksa maka kutemukan jalan untuk
memperoleh kembali perhatian Srintil. Acap kali kudengar orang berceloteh bila
Srintil habis menarikan tari Baladewa. Kata mereka, tubuh Srintil masih
terlampau kecil bagi kerisnya yang terselip di punggung. Celoteh semacam ini
membuka jalan karena di rumahku ada sebuah keris kecil tinggalan Ayah.
(Tohari, 2011:39).
36
Rasus sangat merasa tersiksa karena Srintil yang telah menjadi ronggeng tidak
Srintil. Berbagai upaya sudah ia lakukan, akan tetapi belum berhasil. Rasus baru
mendapat ide setelah mendengar celoteh orang-orang tentang keris yang digunakan
Srintil saat menari Baladewa. Keris itu terlalu besar untuk tubuh Srintil yang masih
kecil. Rasus kemudian terpikir untuk memberikan keris kecil peninggalan ayahnya
kepada Srintil. Keris itu yang kemudian membuat Srintil kembali memberikan
5. Aktan V
Menjadi
Keinginan Srintil Srintil
ronggeng
oleh Srintil (subjek) meski harus menjalani upacara pemandian dan bukak-klambu
(penentang). Namun, adat, Kartareja, Nyai Kartareja, Sakarya, Nyai Sakarya, dan
37
“Dan engkau tahu bahwa aku senang menjadi ronggeng, bukan?” (Tohari,
2011:54).
“Aku tak mengerti, Rasus. Yang jelas aku seorang ronggeng. Siapa pun yang
akan menjadi ronggeng harus mengalami malam bukak-klambu. Kau sudah tahu
itu, bukan?” (Tohari, 2011:55).
hanya tahu bahwa siapa pun yang akan menjadi ronggeng harus menjalani malam
6. Aktan VI
Keutuhan citra
seorang
Rasus perempuan Rasus
sebagai
kecintaan atau
emak
emak atau kecintaan (objek). Namun, hal itu akan segera hilang karena Srintil
tidak berhasil. Kegagalan ini membuat hati Rasus getir. Kegetirannya ini terobati
dengan penyerahan virginitas Srintil kepadanya (penolong). Hal tersebut terlihat pada
Sesudah berlangsung malam bukak-klambu, Srintil tidak suci lagi. Soal dia
kehilangan keperawanannya tidak begitu berat kurasakan. Tetapi Srintil sebagai
cermin tempat aku mencari bayangan Emak menjadi baur dan bahkan hancur
berkeping. (Tohari, 2011:53).
Aku percaya, suasana gelap dapat mengubah nilai yang berlaku pada pribadi-
pribadi. Orang berpikir lebih primitif dalam suasana tanpa cahaya. Dan sebuah
prilaku primitif memang terjadi kemudian antara aku dan Srintil. (Tohari,
2011:76).
Rasus yang sudah lama membangun citra emaknya pada diri Srintil harus
akan pantas lagi dijadikan sebagai cermin tempat Rasus mencari bayangan Emaknya.
Bagaimana mungkin seorang perempuan yang diwisuda oleh laki-laki yang mampu
Rasus memantau proses sayembara itu dari awal hingga akhir. Ia tahu bahwa
pemenangnya mungkin adalah Dower atau Sulam yang sedang bertengkar di dalam
rumah Kartareja. Saat mengintip itu Rasus melihat ada seoseorang yang keluar dari
39
rumah itu. Ia tahu itu Srintil, maka ia mengendap-ngendap mengikuti orang itu.
Srintil yang menyadari ada seseorang yang mengikutinya terkejut, akan tetapi
akhirnya ia memeluk Rasus dan berkata bahwa ia takut pada dua orang pemuda yang
ada di dalam dan ia merasa lebih baik menyerahkan keperawannnya kepada Rasus.
7. Aktan VII
Kiriman bahan
makanan yang Rasus, Sersan
belum juga tiba, Slamet, dan
persediaan yang Berburu kijang dua orang
sudah menipis, atau babi hutan tentara
dan jatah untuk
membeli daging
segar yang
sudah habis.
Kegagalan
Rasus, Sersan
Sersan Slamet
Ular Sanca Slamet, dan
dalam
dua orang
mengeksekusi
tentara
kijang
Kiriman bahan makanan yang belum juga tiba, persediaan yang sudah
menipis, dan jatah untuk membeli daging segar yang sudah habis (pengirim)
membuat Sersan Slamet memutuskan untuk berburu kijang atau babi hutan (objek).
Ketika melakukan perburuan ini Sersan Slamet ditemani oleh Rasus dan dua orang
seekor ular sanca (penolong) dapat ditaklukan, sehingga Sersan Slamet, Rasus, dan
dua orang tentara (penerima) berhasil mendapatkan daging segar. Hal tersebut
Saat sampai di hutan perburuan memang langsung dimulai, akan tetapi Rasus
merasa kecewa karena tiga tentara yang berburu bersamanya ternyata tidak
berempat hanya mampu mendapat seeor ular sanca sebesar paha yang sedang
bergulung di atas pohon. Buruan utama mereka yakni kijang dan babi hutan tidak
didapat. Babi hutan memang sempat terlihat, akan tetapi Sersan Slamet yang menjadi
algojo gagal mengeksekusi buruannya, sedangkan kijang memang sama sekali tidak
terlihat.
41
8. Aktan VIII
Meledakan Rasus
Rasus kepala mantri
Batu cadas,
Sersan Slamet
tonggak kayu, Rasus
dan tentara
belati, dan bedil
mantri yang ia maksud hanya ada dalam angan-angan, ia mencari sebongkah batu
cadas, kemudian batu itu ia letakan di atas tonggak kayu, lalu dengan pisau batu itu
diukir, dan dengan bedil (penolong) batu itu diledakan. Ketika melaksanakan
keinginan itu Rasus (Subjek) merasa takut kepada Sersan Slamet dan dua orang
tentara (penentang). Rasa takutnya itu kalah oleh tekad yang ada, sehingga ia tetap
karena telah meledakan batu cadas yang dianggapnya sebagai kepala mantri. Hal
Aku mempunyai musuh bebuyutan yang meski hanya merajalela dalam angan-
angan, namun sudah sekian lama aku ingin menghancurkan kepalanya hingga
berkeping-keping. (Tohari, 2011:96).
42
seorang mantri yang telah membawa emaknya setelah emaknya selamat dari racun
tempe bokek. Rasus sudah lama ingin menghancurkan kepala mantra itu agar
emaknya dapat bebas. Keinginan itu terealisasi di hutan. Ia membuat tiruan kepala
mantri dari batu cadas yang diletakan di atas kayu. Lalu ia menembak batu cadas
9. Aktan IX
Rasus, Kopral
Pujo, Sersan
Sersan Slamet Mencegah Slamet, dua
perampokan teman Kopral
Pujo, dan
masyarakat
Dukuh Paruk
Kekurangan
Sersan Slamet Rasus dan
senjata dan
dan dua orang Kopral Pujo
kekurangan
tentara
pasukan
sampai tiga orang untuk mengawasi rumah-rumah penduduk yang diduga menyimpan
emas. Salah satu daerah yang diawasi yakni Dukuh Paruk. Namun, karena
kekurangan personil maka Rasus ditugaskan menemani Kopral Pujo (subjek) untuk
mencegah perampokan (objek) di daerah tersebut. Pada saat perampok datang, usaha
43
Rasus dan Kopral Pujo dihambat oleh kekurangan senjata dan kekurangan pasukan
(penentang). Beruntung pada saat terakhir, datang Sersan Slamet dan dua orang
Rasus, Kopral Pujo, Sersan Slamet, dua orang tentara, dan masyarakat Dukuh Paruk
terbebas dari perampok tersebut. Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini
Bersama Kopral Pujo aku mendapat bagian mengawasi Dukuh Paruk. Karena aku
sangat mengenal pedukuhan itu, kata Sersan Slamet member alasan. Di Dukuh
Paruk ada tersimpan emas. Di mana lagi kalau bukan di rumah Srintil. (Tohari,
2011:99).
jumlah tentara terbatas, maka Sersan Slamet memerintahkan Rasus untuk menemani
10. Aktan X
Bayi dan
Srintil
perkawinan
Srintil
dari Rasus
Srintil Pengetahuan
Harta Srintil
Rasus tentang
dunia luar
44
Dengar, Rasus, aku akan berhenti menjadi ronggeng karena aku ingin menjadi
istri seorang tentara; engkaulah orangnya. (Tohari, 2011:105).
Tetapi sebagai anak Dukuh Paruk yang telah tahu banyak akan dunia luar, aku
mempuanyai seribu alasan untuk dipertimbangkan, bahkan untuk menolak
permintaan Srintil. Srintil boleh mendapatkan apa-apa dariku selain bayi dan
perkawinan. (Tohari, 2011:105-106).
menjadi seorang istri kepada Rasus. Namun, Rasus yang sudah tahu banyak akan
dunia luar Rasus mempunyai banyak hal untuk dipertimbangkan, termasuk menolak
keinginan Srintil. Bagi Rasus kini, Srintil boleh mendapatkan apapun darinya selain
11. Aktan XI
Srintil (pengirim) ingin memiliki bayi (objek). Srintil (subjek) berusaha agar
indung telur dalam perutnya (penentang) membuat Srintil tersiksa. Beruntung saat
Srintil merana secara jiwa dan raga, si kecil Goder anak Tampi (penolong) hadir
membawa keajaiban, sehingga air susu Srintil keluar. Keadaan yang demikian,
Srintil tersenyum. Kali ini senyumnya disertai oleh kontraksi kelenjar teteknya
sendiri serta rangsangan aneh pada urat-urat rahim. Tiba-tiba hasrat hendak
memeluk seorang bayi mendesaknya demikian kuat. Hampir pada saat yang sama
rasa cemas karena mungkin Nyai Kartareja dengan caranya sendiri telah
mematikan indung telur dalam perutnya membuat ronggeng itu sesak napas.
(Tohari, 2011:118).
Ketika kali pertama Srintil sadar teteknya mengeluarkan air susu maka dia berurai
air mata. Namun semangat hidupnya bangkit segera. (Tohari, 2011:139).
rangsangan aneh pada urat-urat rahim. Keinginannya untuk memiliki seorang bayi
kian menggebu. Namun, rasa cemas seketika muncul bersamaan saat ia memikirkan
bahwa Nyai Kartareja dengan caranya sendiri mungkin telah mematikan indung telur
46
dalam perutnya. Hal itu membuat Srintil sesak nafas dan bersedih. Kesedihan ini baru
berakhir saat Goder hadir dan puting susunya mengeluarkan susu. Semangat hidup
Marsusi, Nyai
Kartareja,
Kartareja,
Sakum,
Ø Srintil
Tampi,
Sakarya, Nyai
Sakarya, pak
Ranu, Indang
ronggeng
ajakan untuk meronggeng atau melayani nafsu lelaki. Namun, Marsusi, Kartareja,
Nyai Kartareja, Sakarya, Nyai Sakarya, Tampi, Sakum, Pak ranu, dan indang
usaha Srintil, sehingga Srintil (penerima) terpaksa meronggeng kembali. Hal tersebut
Perubahan yang terjadi atas diri Srintil, cucunya, sangat mengganggu pikirannya.
Perihal Srintil menampik seorang laki-laki yang ingin memakainya tidak begitu
memusingkannya. Masalahnya bagaimana jadinya bila Srintil tetap menghindar
dari panggung pentas. (Tohari, 2011:158).
“Bocah bagus, aku mau menari lagi. Boleh, kan? Ah, kau tak usah khawatir.
Aku tetap emakmu. Kau tetap anakku yang paling bagus!” (Tohari, 2011:168).
wanita lawan kelelakian membuat beban pikiran pada kakeknya, Sakarya. Perihal
memusingkan kakeknya. Namun, bila Srintil tetap menghindar dari panggung pentas
itu akan menjadi masalah. Bagi Sakarya dan masyarakat, Dukuh Paruk tanpa seorang
ronggeng adalah Dukuh paruk yang kehilangan pamornya; Dukuh Paruk akan mati.
Oleh karena itu, berbabagai upaya dilakukan agar Srintil bersedia kembali
Sentika, Nyai
Sentika, dan
Gowok bagi
Sentika anak-anaknya
Waras
yang lain
Perginya
Sentika beserta Kelelakian
keluarga dari Srintil Waras yang
rumahnya hilang
48
menjadi gowok bagi waras (objek). Saat Srintil memulai pekerjaannya, Sentika, Nyai
Sentika, dan seluruh keluarganya (penolong) pergi dari rumahnya untuk memberi
keleluasaan kepada Srintil dan Waras dalam melakukan penjajakan. Keadaan yang
demikian, ternyata tidak mebuat usaha Srintil berjalan mulus. Kelelakian Waras yang
“Dan, aku akan mengundang baginya seorang gowok yang cantik.” (Tohari,
2011:201).
Srintil harus menelan ludah berkali-kali karena harus meyakini keadaan Waras;
dia benar-benar hilang dari dunia kelelakian dan Srintil pasti tak sanggup lagi
menemukannya kembali. (Tohari, 2011:224).
Sentika mempunyai kaul bahwa kalau Waras anaknya waras hingga dewasa,
gowok yang cantik. Demi memenuhi kaulnya itu ia datang ke Dukuh paruk untuk
lancer, akan tetapi saat menjadi gowok Srintil harus menerima kekecewaan
Ø Srintil Ø
(pengirim) membuat orang Dukuh Paruk mengikuti ajakan Bakar untuk kembali
semangat yang luar biasa. Perbuatannya itu ditujukan untuk melampiaskan murka.
Setelah Bakar menemui mereka, orang Dukuh Paruk menemukan cara untuk
rapat-rapat propaganda. Srintil pun kembali menari dengan semangat luar biasa….
50
Dengan tarian yang lebih berani dan menantang Srintil merasa sedang membalas
serangan orang-orang bercaping hijau atas nama Dukuh Paruk, atas nama arwah Ki
Secamenggala.
15. Aktan XV
Pulang ke Rasus
Rasus
Dukuh Paruk
Tekad yang
Rasus Komandan
kuat
neneknya dan melihat keadaan kampungnya yang terbawa arus geger politik
September 1965. Rasus (subjek) beberapa kali minta izin untuk pulang, akan tetapi
komandan (penentang) tidak mengizinkannya pergi. Hal itu karena situasi sedang
limbung, sehingga tentara diharuskan siaga penuh. Namun, berkat tekadnya yang
sebagai gantinya bibir Rasus pecah dipukul komandan. Berikut ini kutipannya.
Aku harus pulang melihat Nenek, melihat bagaimana Dukuh Paruk sekarang.
Itulah pikiran Rasus selama berhari-hari. Sekian kali Rasus minta izin komandan
hendak menengok Dukuh Paruk, namun sekian kali pula keinginannya ditolak.
Situasi yang demikian limbung tak menentu, keadaan darurat perang yang
diberlakukan diseluruh negeri, menjadikan tentara harus dalam keadaan siaga
penuh. Hak cuti dihapuskan untuk sementara waktu. (Tohari, 2011:249).
“Dipukul komandan. Aku baru diizinkannya menengok Nenek bila bibirku
sudah pecah.” (Tohari, 2011:252).
51
Rasus ingin pulang untuk menengok nenek dan kampung halamannya, akan
tetapi komandan tidak mengizinkannya. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan yang
waktu itu sedang limbung atau darurat perang. Hak cuti yang biasanya dimiliki oleh
para tentara pun untuk sementara waktu dihapuskan. Namun, keinginan Rasus tidak
yang geram memukul bibir Rasus hingga pecah dan sebagai gantinya rasus mendapat
izin untuk pulang ke Dukuh Paruk. Kisahnya ini ia ceritakan kepada Sersan Pujo.
Sakarya dan Sakum (pengirim) meminta Rasus (subjek) untuk menolong atau
selesai setelah ia teringat wajah orang Dukuh Paruk, akhirnya Rasus (penerima) dapat
bertemu dengan Srintil. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini.
Wajah orang Dukuh Paruk muncul satu demi satu di mata Rasus. Sakum,
seniman calung yang keropos kedua matanya, hadir paling lama. Sakum, dan
hanya dia yang bisa berterus terang agar Rasus mengembalikan Srintil ke
52
Dukuh Paruk dan mengawininya. Aku tak lupa siapa kalian dan bagaimana
kalian berdua dulu. Itu kata-kata Sakum yang kembali berdenging di telinga
Rasus. Kemudian muncul Sakarya. Kamitua Dukuh Paruk itu sudah lama
menginjak usia renta. Apabila semua orang Dukuh Paruk menjadikan Srintil
sebagai cendera hidup mereka, maka lebih-lebih Sakarya. Dia adalah kakek
Srintil yang memelihara Srintil sejak bayi, sejak kedua orang tua ronggeng itu
mati termakan racun tempe bongkek. Bagi Sakarya, Srintil adalah tali
panyambung keberadaannya. Lalu Sersan Pujo kelihatan dalam angannya.
Pikirkanlah sekali lagi bila Saudara hendak meneruskan niat ini! (Tohari,
2011:266).
Rasus bingung sekali setelah menerima saran dari Sersan Pujo. Ia bingung
memikirkan hal yang harus ia lakukan. Di satu sisi ia ingin memenuhi permintaan
orang-orang Dukuh Paruk untuk mencari Srintil, sementara di sisilain ia juga takut
Menjadi
Srintil
Srintil wanita
somahan
Marsusi, Nyai
Kartareja,
Ø Srintil
Tamir, dan
Bajus
Nyai Kartareja, Tamir dan Bajus (penentang) mempengaruhi Srintil untuk kembali ke
Nyai Kartareja, dan Tamir Srintil dengan mudah berpegang teguh pada keinginannya,
akan tetapi semua menjadi sulit saat Srintil menghadapi Bajus. Pergolakan batin
Srintil kian menggebu saat Bajus seolah akan membantu mewujudkan keinginannya
walaupun pada akhirnya justru Bajuslah yang meninggalkan luka teramat dalam,
sehingga akhirnya Srintil (penerima) menjadi gila. Hal tersebut terlihat pada kutipan
berikut ini.
somahan yang tidak tercapai. Bahkan kegagalan ini terjadi dengan cara yang
menyakitkan. Bagaimana tidak saat ia berusaha keras untuk menjadi seorang ibu
rumah tangga dan keinginannya itu seolah hampir tercapai karena ada lelaki istimewa
di sampingnya. Lelaki itu malah menyuruh Srintil untuk melayani nafsu seorang
Kartareja, Nyai
Menikahi Rasus
Sakarya, dan
Srintil
Sakum
Profesi Rasus
sebagai
Rasus
Rasa Cinta tentara dan
Srintil yang
bekas tahanan
untuk menikasi Srintil (objek). Rasus yang sebenarnya masih memili rasa cinta
(penolong) terhadap Srintil ada keinginan yang sama. Namun, profesi Rasus sebagai
tentara dan Srintil yang bekas tahanan (penentang) membuat Rasus (penerima)
bimbang. Kebimbangan ini baru berakhir saat Rasus dengan jujur menjawab
pertanyaan pegawai rumah sakit jiwa yang akan menangani Srintil. Rasus mengakui
bahwa Srintil adalah calon istrinya. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini.
gangguan kejiwaan. Padahal sudah jauh-jauh hari Sakum, Nyai Sakarya, dan
buah. Semua aktan ini mewakili cerita dari awal sampai akhir. Adapun kedelapan
1. Aktan I
Rasus, Rasus,
Warta, dan Singkong Warta, dan
Darsun Darsun
2. Aktan II
Rasus
Ø Ø
3. Aktan III
Musik tiruan
Keinginan
untuk iringan Srintil
Srintil
menari
4. Aktan IV
Perhatian
Rasus Rasus
Srintil
57
Rasus
Keris Kyai
Ketidakpedulian
Jaran
Srintil
Guyang
5. Aktan V
Menjadi
Keinginan Srintil Srintil
ronggeng
6. Aktan VI
Keutuhan citra
seorang
Rasus perempuan Rasus
sebagai
kecintaan atau
emak
58
7. Aktan VII
Kiriman bahan
makanan yang Rasus, Sersan
belum juga tiba, Slamet, dan
persediaan yang Berburu kijang dua orang
sudah menipis, atau babi hutan tentara
dan jatah untuk
membeli daging
segar yang
sudah habis.
Kegagalan
Rasus, Sersan
Sersan Slamet
Ular Sanca Slamet, dan
dalam
dua orang
mengeksekusi
tentara
kijang
8. Aktan VIII
Meledakan Rasus
Rasus kepala mantri
59
Batu cadas,
Sersan Slamet
tonggak kayu, Rasus
dan tentara
belati, dan bedil
9. Aktan IX
Rasus, Kopral
Pujo, Sersan
Sersan Slamet Mencegah Slamet, dua
perampokan teman Kopral
Pujo, dan
masyarakat
Dukuh Paruk
Kekurangan
Sersan Slamet Rasus dan
senjata dan
dan dua orang Kopral Pujo
kekurangan
tentara
pasukan
10. Aktan X
Bayi dan
Srintil
perkawinan
Srintil
dari Rasus
Srintil Pengetahuan
Harta Srintil
Rasus tentang
dunia luar
60
11. Aktan XI
Nyai
Kartareja
Tampi, Goder, Srintil telah
dan air susu mematikan
yang keluar indung telur
dalam
perutnya
Marsusi, Nyai
Kartareja,
Kartareja,
Sakum,
Ø Srintil
Tampi,
Sakarya, Nyai
Sakarya, pak
Ranu, Indang
ronggeng
61
Sentika, Nyai
Sentika, dan
Gowok bagi
Sentika anak-anaknya
Waras
yang lain
Perginya
Sentika beserta Kelelakian
keluarga dari Srintil Waras yang
rumahnya hilang
Ø Srintil Ø
15. Aktan XV
Pulang ke Rasus
Rasus
Dukuh Paruk
62
Menjadi
Srintil
Srintil wanita
somahan
Marsusi, Nyai
Kartareja,
Ø Srintil
Tamir, dan
Bajus
Kartareja, Nyai
Menikahi Rasus
Sakarya, dan
Srintil
Sakum
63
Profesi Rasus
sebagai
Rasus
Rasa Cinta tentara dan
Srintil yang
bekas tahanan
sebanyak lima aktan. Aktan yang mempunyai fungsi zero tersebut adalah aktan II
pada fungsi penolong dan penentang, aktan XII pada fungsi penolong, aktan XIV
pada fungsi penolong dan penentang, aktan XVI pada fungsi penolong, dan aktan
XVII pada fungsi penolong. Fungsi zero pada fungsi penolong berjumlah lima fungsi
dan pada fungsi penentang berjumlah dua fungsi. Jadi, aktan yang tidak mengalami
zeroisasi fungsi sebanyak 13 aktan dan jumlah keseluruhan fungsi yang tidak zero
berikut: fungsi pengirim sebanyak 18 buah, fungsi objek sebanyak 18 buah, fungsi
Korelasi aktan-aktan membentuk aktan utama dimulai dari aktan VI. Aktan
VI ini mempunyai objek keutuhan citra seorang perempuan sebagai emak atau
kecintaan. Terhadap objek tersebut ada keinginan dari Rasus yakni agar Srintil tidak
64
Penentang pada aktan X adalah pengetahuan Rasus tentang dunia luar. Jika dalam
sebagai emak atau kecintaan, dalam aktan X diceritakan bahwa Rasus memiliki
pengetahuan tentang dunia luar. Ini berarti Rasus meninggalkan Dukuh Paruk, karena
kegagalannya memperoleh keinginannya pada aktan VI. Rasus pergi dari Dukuh
Paruk karena ia kecewa dengan pedukuhan itu yang telah menghancurkan cermin
ronggeng.
pengetahuannya. Ia menjadi seorang tentara dan menjadi cerdas. Saat menjadi tentara
Rasus memperoleh kemapanan, akan tetapi neneknya, Srintil, dan orang-orang dukuh
paruk tetap ada di hatinya. Ini terlihat pada objek di aktan XV. Objek di aktan XV
yaitu pulang ke dukuh Paruk. Artinya Rasus ingin pulang ke Dukuh Paruk untuk
melihat neneknya dan keadaan kampungnya yang terbawa arus geger politik
September 1965. Geger politik ini menyebabkan Srintil ditahan dan orang-orang
Dukuh Paruk meminta Rasus untuk menolong atau menemukan Srintil. Permintaan
mereka terlihat pada objek di aktan XVI. Objeknya yaitu menolong dan menemukan
bertugas menjadi tentara. Tekad itu sedemikian kuat hingga pernikahan dengan
Srintil yang sebenarnya ia inginkan terus ditundanya sebagaimana yang terlihat pada
aktan XVIII. Rangkuman cerita dari keseluruhan aktan itu jika dibuat skema aktan
Gambaran diri
emak pada diri Meninggalkan
Srintil yang Dukuh Paruk
Rasus
dibangun Rasus dan
dan Srintil yang pengetahuan
menjadi akan dunia luar
ronggeng
Nenek Rasus,
Rasus Srintil dan
Ø orang-orang
Dukuh Paruk
Gambaran diri emak pada diri Srintil yang dibangun Rasus dan Srintil yang
dan memperoleh pengetahuan akan dunia luar (objek). Namun, nenek Rasus, Srintil,
dan orang-orang Dukuh Paruk (penentang) menyuruh Rasus untuk menikahi Srintil
dan kembali tinggal di Dukuh Paruk. Rasus tidak terpengaruh sampai akhirnya Rasus
(penerima) menerima kesediahan luar biasa saat ia melihat Srintil gila. Pada saat itu
ia baru sadar bahwa ia mencintai Srintil. Ia juga tidak cocok menjadi tentara dan akan
66
berada di Dukuh Paruk untuk membimbing orang-orang di dusun itu pada nilai baru
Dari hasil analisis di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh utama dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah Rasus. Terlihat pada kuantitas kebermaknaan
yang dimiliki tokoh Rasus. Rasus banyak beraksi dalam cerita, sebagaimana yang
tergambar dalam skema aktan. Seperti yang dikatakan Endarmoko (dalam Horison,
perkembangan watak Rasus daripada Srintil. Segala sesuatu terpusat pada “Aku”.
Sementara itu, Srintil lebih bertindak sebagai tokoh bawahan yang dimanfaatkan
sebagai latar. Pada dasarnya Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan seorang lelaki
muda yang memperoleh kesadaran dari luar lingkungannya untuk menilai secara
kritis lingkungannya sendiri. Jadi, Srintil jelas mewakili bentuk kehidupan lelaki
muda itu, yang kelak dianggapnya kurang sesuai dengan nuraninya. Lebih lanjut
baru menyadari eksistensinya. Novel ini baru menampilkan proses eksist-nya seorang
tokoh. Sesuai pendapat Yudiono (2003:25-26) bahwa Rasus yang bertindak sebagai
pencerita (sudut pandang orang pertama) tampil dengan segala pikiran dan sikapnya
sehingga wajarlah jika rasus adalah tokoh utama dalam RDP. Sebagai tokoh utama,
pikiran dan tindakan Rasus sangat menentukan kelanjutan alur novel tersebut.
67
yang mencangkup aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya, novel
Ronggeng Dukuh Paruk ini layak dijadikan sebagai bahan ajar SMA.
Pada aspek bahasa, novel Ronggeng Dukuh Paruk memiliki cara penyampaian
yang lugas dan mudah dipahami. Jadi, siswa SMA akan mudah membaca dan
kematangan siswa. Siswa SMA termasuk pada tahap psikologi tahap realistik (13
sampai 16 tahun) yang sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar
terjadi dan tahap generalisasi (umur 16 sampai selajutnya) yang sudah tidak lagi
hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan
Pada tahap latar belakang budaya, memang kurang sesuai bila digunakan
untuk siswa SMA yang tidak berbudaya jawa. Budaya jawa yang ada pada novel
Ronggeng Dukuh Paruk sangat kental, sehingga bagi siswa SMA yang belum
68
mengerti budaya jawa akan terasa sulit. Para siswa biasanya akan lebih tertarik pada
karya-karya sastra yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka.
(RPP)
A. Kompetensi Inti
Tuhan Yang Maha Esa. Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra
pergaulan dunia.
2. Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara
69
bahasa dan sastra yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
peradaban dunia.
Indikator:
dunia.
70
dunia.
dunia.
Indikator:
Indikator:
atau film.
Indikator:
71
C. Tujuan Pembelajaran
norma-norma bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
norma-norma bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
norma-norma bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Resensi
2. Unsur-unsur Resensi
1. Pendekatan : Saintifik
Media :
1. Teks resensi
Sumber Belajar :
G. Kegiatan Pembelajaran:
1. Pembukaan
ingin tahu).
sebelumnya
materi pelajaran kali ini, dilanjutkan dengan tanya jawab tentang novel.
2. Inti
a. Mengamati:
b. Menanya:
c. Mengeksplorasi:
novel
d. Mengasosiasikan:
e. Mengomunikasikan:
memberikan tanggapan
3. Penutup
terstruktur (TMTT).
H. Penilaian
penilaian penilaian
pembelajaran pengamatan
pembelajaran pengamatan
pembelajaran pengamatan
pembelajaran pengamatan
b. Instrumen penilaian
1. Pengamatan sikap
siswa 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
76
melakukan kegiatan
ajeg/konsisten
2. Tes tertulis
- Tes uraian
seksama teks
resensi!
77
2) Susunlah
langkah-
langkah
merensi
novel!
resensi unsur-unsur
drama!
3. Tes produk
Pedoman penskoran:
Aspek Skor
Paruk:
a) resensi lengkap 5
Skor Maksimal 5
78
Skor Maksimal
5.1 Simpulan
Setelah semua tahap dalam penelitian ini dilakukan, dari mulai mencari latar
berikut.
1. Skema aktan dapat digunakan untuk melihat tokoh utama pada novel Ronggeng
Dukuh Paruk.
2. Tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah Rasus. Hal tersebut,
terlihat pada kuantitas kebermaknaan yang dimiliki tokoh Rasus. Rasus banyak
3. Jumlah aktan yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk sebanyak 18
buah aktan. Kedelapan belas aktan tersebut, lima aktan mengalami zeroisasi, dan
13 aktan mempunyai fungsi peran yang utuh. Selain itu, ada aktan-aktan yang
satu fungsi dapat menempati beberapa peran. Ada pula aktan-aktan yang satu
4. Novel Ronggeng Dukuh Paruk dapat dijadikan sebagai bahan apresiasi sastra di
SMA. Hal ini mengacu pada kriteria pemilihan bahan ajar menurut Rahmanto
(1988:27) yang mencangkup aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.
79
80
Pada aspek bahan ajar ini, perlu diperhatikan lebih dalam mengenai aspek
psikologi, karena psikologi siswa SMA adalah psikologi yang sedang ingin tahu
dan ingin mencoba. Jadi, penggunaan novel RDP sebagai bahan ajar atau novel-
novel yang mengandung unsur seks yang lainnya harap disertai dengan
pendampingan khusus agar apa yang ditangap dan diikuti oleh siswa adalah hal
5.2 Saran
Greimas, skema aktan dan memperoleh simpulan seperti tersebut di atas, penulis
1. Bagi peneliti RDP, dapat melengkapi penelitian ini dengan melanjutkannya pada
analisis skema fungsional dan segi empat semiotik A. J. Greimas, sebab penelitian
model A. J. Greimas pada penelitian cerpen, drama, dan puisi naratif. Penelitian
pada novel seperti yang penulis lakukan mungkin terasa sulit saat menentukan
para pembaca dalam memahami novel, sehingga penelitian ini perlu dilakukan
Pendidikan.
4. Bagi guru, gunakanlah hasil penelitian yang ada sebagai bahan apresiasi sastra
agar contoh-contoh karya sastra yang diberikan kepada siswa lebih bervariasi.
buku-buku dan sumber referensi lainnya, agar saat peserta didik sedang
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma'ruf, Ali Imron. Ahmad Tohari dan Ronggeng Dukuh Paruk: Eksistensinya
dalam Jagat Sastra Indonesia. Artikel.
Endarmoko, Eko. (1984, Januari, 01). Ronggeng Dukuh Paruk Dilihat dari
Penokohan. Horison, vol XVIII, 16.
Handoko, Andi Dwi. 2010. Novel Orang-orang Proyek dan Kaitannya dengan
Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari (Analisis
Strukturalisme Genetik). (Skripsi). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.
FKIP. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak diterbitkan.
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=14225 (diunduh
pada Kamis 18 Maret 2014, pukul 10:30 WIB).
Haryati. 2010. Watak Tokoh Utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya
Ahmad Tohari dan Implikasi Pembelajarannya di SMA. (Skripsi).
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Pancasakti Tegal. Tidak diterbitkan.
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=14225 (diunduh
Kamis 18 Maret 2014, pukul 11:00 WIB)
Http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/16/03203676/Pelajaran.Bahasa.Beruba
h.Arah, (diunduh pada 30 April 2014, pukul 12:56 WIB).
Jabrohim. 1996. Pasar dalam Perspektif Greimas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santoso, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan
Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tohari, Ahmad. 2003. Rongeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tohari, Ahmad. 2011. Rongeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yudiono, K.S. 2003. Ahmad Tohari Karya dan Dunianya. Jakarta: Grasindo.
Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. 2014. Semiotika dalam Analisis Karya Sastra.
Depok: Komodo Books.
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Siti memulai pendidikannya di SDN Kuluk Leugeut pada tahun 1998 dan
Ciomas, lulus di tahun 2010. Pada tahun yang sama, Siti melanjutkan
tahun 2014.
Kelulusan di universitas adalah prestasi di mata Siti. Saat hal ini terjadi
Siti sangat bersyukur karena dengan segala pengorbanan dan perjuangan, akhirnya
ia sampai pada titik puncak harapan ibunya. Ibu penulis tidak tamat SD, akan
tetapi beliau menyuruh anaknya untuk sekolah yang tinggi, bahkan beliau rela
sudah menghadap Allah SWT. Namun, semangat beliau melekat di dada penulis,
sehingga penulis bertekad untuk melakukan hal yang sama, yakni memberikan
pendidikan yang terbaik kepada kelima adiknya yang kini masih ada.