Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-
syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
RINI MARYANI
NIM 106013000315
Rini Maryani
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas limpahan rahmat, nikmat, dan
hidayah Allah SWT dengan kemudahan-Nya penulis berhasil menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umatnya keluar dari zaman jahiliyah ke zaman cahaya
islami yang terang benderang.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik karena adanya
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu,
sebagai ungkapan rasa hormat yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, Z.A, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia sekaligus sebagai Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. E. Kusnadi Dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan
nasehat-nasehat yang berguna untuk penulis.
4. Bapak Hilmi Akmal, M.Hum. yang telah bersedia meluangkan waktunya saat
penulis bertanya mengenai campur kode dalam sosiolinguistik.
5. Ibu Rosyida Erowati, M.Hum. dan para dosen lainnya yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan yang berguna kepada penulis.
6. Pimpinan dan karyawan perpustakaan FITK, perpustakaan UIN Jakarta, yang
telah memberi kemudahan bagi penulis dalam memperoleh informasi.
7. Kedua orang tua (Ayahanda Edi Suparno dan Ibunda Rosih), atas segala
bentuk cintanya kepada ananda yang selalu memberikan doa, motivasi,
bantuan moril maupun materil, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-
Nya kepada keluarga kita.
ii
8. Kakak-kakakku, Agus Susanto, S.Pd.I dan Rina Maryana serta segenap
keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan bantuan moril maupun
materil yang tak terhingga kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan, Rara, Vevi, Qori, Yanti, Ais, Yeti, Puji, Yudi,
Hastri, Iyom, dan Diah. Kenangan bersama kalian tidak akan aku lupa,
semoga kesuksesan dan kebahagiaan selalu menyertai kita, amiiin.
10. Teman-teman angkatan 2006 dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya untuk
penulis.
Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu
dengan kebaikan dan ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal di sisi
Allah SWT. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini
berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi siapa saja
yang membacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalalah ....................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
E. Metodologi penelitian ................................................................ 5
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
iv
BAB III BIOGRAFI PENULIS DAN SINOPSIS NOVEL KETIKA CINTA
BERTASBIH
A. Biografi Habiburrahman El Shirazy .......................................... 32
B. Sinopsis Novel ........................................................................... 35
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 109
B. Saran .......................................................................................... 110
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika
kita mendengarkan lagu yang merdu, menonton film yang bagus, membaca cerita
yang menarik dan bercakap-cakap dengan keluarga dan teman, saat itulah kita
menikmati bahasa. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya manusia dan
kehidupannya seandainya bahasa tidak dikaruniakan oleh Allah Swt kepada
manusia. Oleh sebab itu, bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan.
Namun, banyak orang tidak memperhatikan bahasa, barangkali karena akrabnya
manusia dengan bahasa. Bloomfield dalam bukunya language menyatakan bahwa
manusia jarang sekali memperhatikan bahasa dan lebih menganggapnya sebagai
hal yang biasa tidak ubahnya seperti kita bernafas atau berjalan. Padahal pengaruh
bahasa sangat luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dengan
binatang.1
Binatang berkomunikasi serta bertindak satu sama lain dengan beberapa
bunyi suara saja, sebagaimana anjing hanya membuat dua atau tiga macam suara,
misalnya menggonggong, menggeram, memeking sehingga dapat menyebabkan
anjing lain melakukan perbuatan hanya dengan beberapa tanda yang berbeda-beda
itu, burung-burung dapat mengucapkan kicauan peringatan bila menghadapi
bahaya dan beberapa hewan lain seperti kera dapat mengeluarkan teriakan yang
berbeda-beda bila ingin mengekspresikan tanda bahaya, kesenangan atau
ketakutan. Akan tetapi, alat komunikasi yang beraneka ragam itu tidak bersifat
artikulatoris dan simbolis sehingga berbeda dari bahasa manusia. Manusia telah
diberikan Allah Swt alat-alat ujar (organ of speech) sehingga manusia dapat
berkomunikasi dengan mengeluarkan bunyi-bunyi ujaran berbeda dan mempunyai
1
Leonardo Bloomfield, Language, (Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, 1995), h. 1.
1
2
susunan dan arti yang sempurna. Singkatnya, bahasa manusia memiliki bunyi-
bunyi yang berbeda dan berbeda pula artinya.
Manusia dijuluki dengan bermacam-macam istilah seperti homo sapiens
yang berarti ‗makhluk berpikir‘. Menurut Ernest Cassier dalam Robert Sibarani
mengatakan manusia sebagai animal symbolicium yang secara umum mempunyai
cakupan yang lebih luas daripada homo sapiens yaitu makhluk berpikir, sebab
dalam kegiatan berpikirnya manusia harus menggunakan bahasa, tanpa
kemampuan berbahasa, kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak dapat
dilakukan.2 Manusia juga dijuluki homo sosio yang berarti makhluk
bermasyarakat, masyarakat itu sendiri terdiri dari individu-individu yang secara
keseluruhan saling berinteraksi, mempengaruhi dan saling bergantung. Dalam
bermasyarakat inilah manusia tidak terlepas dengan kegiatan komunikasi dengan
manusia lainnya, hal ini menunjukkan bahwa fungsi sosial bahasa adalah sebagai
alat komunikasi.
Saat berinteraksi antarmanusia dengan manusia lainnya, pada keadaan
tertentu akan didapati manusia yang mampu berbicara lebih dari satu bahasa,
disebut dengan istilah bilingual atau bahkan ada manusia yang multilingual. Di
Indonesia pada umumnya adalah masyarakat bilingual, yaitu menggunakan
bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama,
banyak juga yang multilingual atau masyarakat aneka bahasa (multilingual
society), yaitu masyarakat yang menggunakan beberapa bahasa, baik
menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan juga bahasa asing lainnya,
masyarakat demikian terjadi karena beberapa etnik ikut membentuk masyarakat,
sehingga dari segi etnik bisa dikatakan sebagai masyarakat majemuk (plural
society), masyarakat demikian sekarang merajarela di dunia menjadi universal.
Faktor masyarakat bilingual atau bahkan multilingual bisa disebabkan oleh
beberapa sebab. Misalnya perkawinan, anak-anak yang berasal dari perkawinan
campur –beda bangsa dan bahasa— sangat mungkin mampu memahami dan
menggunakan beberapa bahasa yang berbeda. Faktor migrasi, yaitu perpindahan
penduduk yang menyebabkan keanekabahasaan, kelompok kecil yang bermigrasi
2
Robert Sibarani, Hakikat Bahasa, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), h. 87.
3
ke daerah atau negara lain tentu saja menyebabkan bahasa ibu mereka tidak
berfungsi di daerah baru. Selain itu, faktor pendidikan. Sekolah biasanya
mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak yang menyebabkan si anak menjadi
bilingual atau bahkan multilingual, misalnya pada zaman Belanda di Indonesia
anak-anak tidak diizinkan memakai bahasa daerah bahkan pengantarnya harus
bahasa Belanda. Begitu pula dengan zaman sekarang, anak-anak yang belajar di
pesantren diwajibkan berbahasa pengantar bahasa Inggris bahkan bahasa Arab
sehingga sangat mungkin si anak menguasai beberapa bahasa asing. Bahkan orang
yang belajar di luar negeri harus mampu menyesuaikan diri dengan bahasa
tertentu tempat ia menuntut ilmu, orang demikian menjadi bilingual atau
multilingual.
Pada masyarakat terbuka, artinya para anggota masyarakat dapat
menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih
masyarakat, hidup bersama-sama dan berpengaruh terhadap masyarakat bahasa
lain, maka akan terjadi apa yang disebut kontak bahasa. Hal yang paling menonjol
yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa adalah terdapatnya bilingualisme dan
multilingualsime dengan berbagai macam peristiwa bahasa misalnya alih kode
dan campur kode. Peristiwa campur kode atau bahkan alih kode yang biasa terjadi
dalam komunikasi percakapan lisan, juga dapat terjadi pada percakapan atau
dialog (bahasa lisan yang dituliskan) antartokoh dalam novel atau karya sastra
lainnya. Seorang penulis novel yang sering melakukan campur kode dalam
mengisi dialog-dialog tokohnya adalah Habiburrahman El Shirazy. Pada novelnya
yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih selain sering terjadi peristiwa campur kode
dialog para tokohnya sering pula terjadi campur kode bentuk deskripsi, yaitu
penulis sendiri melakukan peristiwa campur kode dalam menggambarkan cerita
kepada pembaca, sehingga kemultilingualannya mempengaruhi karya sastranya.
Peristiwa campur kode bukan hanya pada karya Habiburrahman El
Shirazy, menurut sepengetahuan peneliti, para penulis novel yang juga pernah
melakukan peristiwa campur kode dalam karyanya, baik itu campur kode bahasa
daerah ataupun bahasa asing di antaranya, Umar Kayam dalam karyanya “Para
Priyayi‖, Mas Marco Kartodikromo dalam karyanya ―Student Hidjo‖, Helvy
4
Tiana Rosa ―Ketika Mas Gagah Berubah”, Andrea Hirata ―Edensor‖, dan Fira
Basuki dalam karyanya “Pintu”.
Pemilihan novel Ketika Cinta Bertasbih sebagai objek penelitian
berdasarkan beberapa alasan. Pertama, Novel Ketika Cinta Bertasbih dikarang
oleh salah satu sastrawan terkenal sekaligus sebagai dai yang telah menghasilkan
novel-novel yang digemari pembaca, novel Ketika Cinta Bertasbih juga sarat
dengan perjuangan hidup, cinta, dan nilai-nilai moral dan agama yang berguna
bagi pembaca terutama generasi muda. Kedua, penulis adalah seorang
multilingual menguasai bahasa Jawa sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua, bahkan menguasai bahasa Arab sebagai bahasa ketiga.
Kemampuan penulis menguasai bahasa Arab dilatarbelakangi oleh faktor
pendidikan penulis yang meraih gelar S1 di Kairo—Mesir, faktor pendidikan
penulislah yang mempengaruhi kemampuan berbahasa penulis terhadap hasil
karyanya, terutama dalam menuliskan dialog tokoh-tokohnya. Ketiga, Novel
Ketika Cinta Bertasbih berdasarkan temuan peneliti, penulis sering memunculkan
beberapa peristiwa kebahasaan, yaitu bahasa daerah (Jawa), bahasa asing (Arab
dan Inggris) yang berupa campur kode baik berbentuk dialog antartokoh maupun
bentuk deskripsi.
Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy merupakan
novel dwilogi pembangun jiwa yang sangat menarik, peneliti tertarik untuk
menganalisis peristiwa campur kode pada novel tersebut, yaitu campur kode
dalam deskripsi cerita dan campur kode dialog tokoh yang meliputi penyisipan
unsur yang berwujud kata, frasa, klausa, baster, kata ulang, dan ungkapan atau
idiom, baik campur kode bahasa asing (Arab dan Inggris) maupun campur kode
bahasa daerah (Jawa).
2. Bagaimanakah fungsi campur kode dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui wujud campur kode dalam novel Ketika Cinta Bertasbih
karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Untuk mengetahui fungsi terjadinya campur kode dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat baik yang bersifat
teoretis maupun praktis.
Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah keilmuan Bahasa Indonesia.
Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Mata Kuliah kajian
sosiolinguistik.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi keilmuan Bahasa
Indonesia di Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian
selanjutnya.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang
dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan
simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan
6
keadaan.3 Penelitian ini berjudul ―Analisis Campur kode pada novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy‖, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara)
berlangsung.4 Tujuan metode deskriptif untuk menggambarkan suatu keadaan
sebagaimana adanya, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar
bukan angka-angka. Penggunaan metode deskriptif dimaksudkan penulis untuk
memberikan gambaran tentang campur kode dan fungsi campur kode dalam novel
Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Bentuk yang digunakan
pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor
metode kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilakunya dapat diamati.5 Pada
penelitian ini digunakan bentuk kualitatif karena penelitian ini menganalisis dan
menggambarkan tentang campur kode dan fungsi campur kode dalam novel
Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan peneliti adalah analisis dokumen, yaitu
novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, dan studi
kepustakaan. Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian.6 Selain itu, peneliti mempelajari, mendalami, menganalisis dokumen,
mengklasifikasikan data dari dokumen, menulis data hasil temuan serta peneliti
juga membaca buku-buku kebahasaan yang berkaitan dengan sosiolinguistik
dengan bahasan campur kode, mencari sumber referensi di internet, dan membaca
sejumlah literatur lainnya yang relevan.
3
Syamsuddin AR., M.S Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 14.
4
Consuelo dkk, penerjemah: Alimuddin Tuwu, Pengantar metode Penelitian, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1993), h. 71.
5
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 4.
6
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor, 2004), h. 3.
7
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Ketika
Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy yang banyak terdapat campur
kode bahasa asing (Arab dan Inggris) dan campur kode bahasa daerah (Jawa)
dalam teks dialognya.
Identitas novel tersebut adalah:
Judul Novel : Ketika Cinta Bertasbih
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Penerbit Republika
Kota : Jakarta
Cetakan : Ketika Cinta Bertasbih 1, Cet. ke-2 (2007),
Ketika Cinta Bertasbih 2, Cet. Ke-6 (2008)
Tebal : Ketika Cinta Bertasbih 1, tebal 477 halaman
: Ketika Cinta Bertasbih 2, tebal 406 halaman
4. Prosedur Penelitian
a. Membaca novel
b. Mencermati novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy
yang di dalamnya terdapat campur kode
c. Menandai bahasa yang termasuk campur kode
d. Menganalisis fungsi campur kode dalam novel dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy
e. Mengklasifikasikan data campur kode baik berupa kata, frasa, klausa, kata
ulang, baster, dan ungkapan.
f. Menulis data hasil klasifikasi
g. Memberikan simpulan tentang campur kode dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy
8
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat/fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar memudahkan pengumpulan data dan hasilnya baik.
Instrumen yang digunakan peneliti adalah dengan kartu data.
penulis novel
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang sosiolinguistik bahasan campur kode sebagai bahan
panduan, peneliti mengacu pada penelitian terdahulu di antaranya skripsi Etik
Yuliati mahasiswa Universitas Sebelas Maret Fakultas Sastra dan Seni Rupa,
C0106024, berjudul ―Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Dolanan Geni
Karya Suwandi Endraswara (Analisis Sosiolinguistik)‖, hal ini berbeda, jika yang
dilakukan saudari Etik Yuliati, tentang alih kode dan campur kode dalam cerbung
(cerita bersambung) dengan campur kode bahasa daerah (Jawa) saja yang diteliti,
sedangkan peneliti melakukan penelitian tentang campur kode dalam novel
dengan bahasan bukan hanya campur kode bahasa daerah (Jawa) tetapi juga
bahasan campur kode bahasa asing (Arab dan Inggris) dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
Skripsi Ratna Maulidini mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas
Sastra, A2A002035, yang berjudul ―Campur Kode sebagai Strategi Komunikasi
9
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang terdiri dari beberapa bab, yaitu:
Bab 1 pendahuluan, berisi: Latar belakang, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan penelitian yang terdiri atas: manfaat teoretis dan
manfaat praktis. Metodologi penelitian, meliputi metode penelitian, teknik
penelitian, sumber data, prosedur penelitian, instrumen penelitian, selanjutnya
adalah sistematika penulisan.
10
A. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai
makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat tidak ada kegiatan manusia yang
tidak disertai oleh bahasa. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi
untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, tanpa bahasa hidup kita akan terasa
sunyi sepi tanpa makna. Bagi linguistik–ilmu yang khusus mempelajari bahasa—
yang dimaksudkan dengan bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati
untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam
bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Menurut Finocchiarno bahasa adalah satu simbol vokal yang arbitrer,
memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu atau orang lain yang
telah mempelajari sistem kebudayaan tersebut untuk berkomunikasi atau
berinteraksi. Pei dan Gaynor mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem
komunikasi dengan bunyi, yaitu lewat alat ujaran dan pendengaran, antara orang-
orang dari kelompok atau masyarakat tertentu dengan mempergunakan simbol-
simbol vokal yang arbitrer dan konvensional.1
Pakar linguistik struktural dengan tokoh Bloomfield berpendapat bahwa
bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang
(arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling
berhubungan dan berinteraksi. 2 Abdul Chaer mengatakan tentang hakikat bahasa,
bahwa hakikat bahasa itu ada 12 butir, yaitu bahasa adalah sistem, bahasa adalah
lambang, bahasa adalah bunyi, bahasa bersifat arbitrer, bahasa itu bermakna,
bahasa bersifat konvensional, bahasa bersifat unik, bahasa bersifat universal,
1
Liliana Muliastuti dan Krisanjaya, Linguistik Umum, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), h. 1.5—1.6.
2
Sumarsono dan Paina Partana, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Sabda bekerjasama dengan
Pustaka Pelajar), Cet. Ke-2, h. 18.
11
12
bahasa bersifat produktif, bahasa bersifat dinamis, bahasa bervariasi, dan bahasa
manusiawi.
Bahasa merupakan suatu sistem mempunyai aturan-aturan yang saling
bergantung dan mengandung struktur unsur-unsur yang bisa dianalisis secara
terpisah-pisah. Orang berbahasa mengeluarkan bunyi-bunyi yang berurutan
membentuk suatu struktur tertentu. Bunyi-bunyi itu merupakan lambang, yaitu
melambangkan makna yang bersembunyi di balik bunyi itu. Pengertian sederetan
bunyi itu melambangkan suatu makna bergantung pada kesepakatan atau konvensi
anggota masyarakat pemakainya. Hubungan antara bunyi dan makna itu tidak ada
aturannya, jadi sewenang-wenang. Tetapi, karena bahasa itu mempunyai sistem,
tiap anggota masyarakat terikat pada aturan sistem itu, yang sama-sama dipenuhi.
Kridalaksana dan Djoko Kencono dalam Chaer menyatakan bahwa bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. 3
Pendapat di atas hampir semua menyatakan bahwa bahasa adalah alat
komunikasi dan berinteraksi, yang bersifat arbitrer, konvensional, dan merupakan
lambang bunyi. hal inilah yang merupakan ciri-ciri dari bahasa. Mempelajari
bahasa dan mengkaji bahasa merupakan hal penting dilakukan oleh manusia
karena secara langsung akan melestarikan dan menginventarisasikan bahasa
tersebut. Dengan mempelajari dan melakukan pengkajian terhadap bahasa, akan
menghindari manusia dari kepunahan bahasa4.
B. Fungsi Bahasa
Bahasa mempunyai fungsi penting bagi manusia, terutama fungsi
komunikatif yaitu alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga
perasaan. Fungsi-fungsi bahasa itu, antara lain dapat dilihat dari sudut penutur,
pendengar, kode, topik, dan amanat pembicaraan.
3
Liliana Muliastuti dan Krisanjaya, Op. Cit., h. 1.6.
4
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama,
2007), h. 2—3.
13
Dilihat dari segi penutur, maka bahasa itu berfungsi sebagai personal atau
pribadi, menurut Halliday dan Finnocchiaro, Jakobson menyebutkannya sebagai
fungsi emotif. Maksudnya penutur menyatakan sikap terhadap apa yang
dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa,
tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam
hal ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah,
atau gembira.
Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi
direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar, menurut Finnocchiaro,
sedangkan Halliday menyebutkan sebagai fungsi instrumental. Fungsi
instrumental melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa
tertentu terjadi.5 Jakobson menyebutkan fungsi retorikal. Di sini bahasa tidak
hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang
sesuai dengan yang dimau pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan,
maupun rayuan.
Dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar maka bahasa disini
berfungsi fatik, Jakobson dan Finnocchiarno menyebutnya interpersonal; Halliday
menyebutnya interactional, yaitu fungsinya menjalin hubungan, memelihara,
memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan
yang digunakannya biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa,
pamit, atau menanyakan keadaan keluarga. Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya
juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyum, gelengan kepala, gerak-
gerik tangan, air muka, dan kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut yang
disertai unsur paralinguistik tidak mempunyai arti, dalam arti memberikan
informasi, tetapi membangun kontak sosial antara para partisipan dalam
pertuturan itu.
Dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial
menurut Finnocchiaro, Halliday menyebutnya sebgai refresentational; jakobson
menyebutkan fungsi kognitif, ada juga yang menyebutkan fungsi denotatif atau
5
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 5.
14
fungsi informatif. Di sini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan
objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya
pada umumnya. Fungsi referensial inilah yang melahirkan paham tradisional
bahwa bahasa itu adalah untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana
pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya. Misalnya ungkapan ―Ibu
dosen itu cantik sekali‖ atau ―Gedung perpustakaan itu baru dibangun. Adalah
contoh penggunaan bahasa yang berfungsi referensial.
Dilihat dari segi kode yang digunakan, maka bahasa itu berfungsi
metalingual, metalinguistik, menurut Jakobson dan Finnocchiaro. Yakni bahasa
itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Fungsi di sini bahasa itu
digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat
dalam proses pembelajaran bahasa, dimana kaidah-kaidah atau aturan-aturan
bahasa dijelaskan dengan bahasa.
Dilihat dari segi amanat (message) yang akan disampaikan maka bahasa
itu berfungsi imajinatif, menurut Halliday dan Finnocchiaro. Jakobson
menyebutkan sebagai fungsi poetic speech. Sesungguhnya bahasa itu dapat
digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan baik yang
sebenarnya, maupun yang hanya imajinasi (khayalan, rekaan) saja. Fungsi
imajinatif ini biasanya berupa karya seni, (puisi, cerita, dongeng, lelucon) yang
digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya. 6
C. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan
linguistik. Sosiologi adalah kajian objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam
masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam
masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi,
berlangsung, dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
6
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), h. 14—17.
15
7
Aslinda dan Leni Syafyahya, Op. Cit., h. 6.
8
Sumarsono dan Paina Partana, Op. Cit., h. 2.
16
D. Masyarakat Bahasa
Ciri bahasa yang telah disebutkan bahwa bahasa itu manusiawi, dengan
kata lain semua manusia di dunia sama-sama berbudaya dengan fasilitas bahasa.
Kajian bahasa yang menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan
masyarakat adalah pemakainya disebut sosiolinguistik.
Fishman dalam Alwasilah berpendapat bahwa masyarakat bahasa
(masyarakat ujar) adalah suatu masyarakat yang semua anggotanya memiliki
bersama paling tidak satu ragam ujaran dan norma-norma untuk pemakaiannya
yang cocok. Suatu masyarakat ujar bisa jadi sempit satu jaringan interaksi
tertutup, keseluruhan anggotanya menganggap satu sama lainnya berada dalam
9
R. Kunjana Rahardi, Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 16.
17
10
A. Chaedar Alwasilah, Sosiologi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), h. 42—43.
18
E. Campur Kode
Sebelum membahas campur kode, ada baiknya kita mengetahui pengertian
kode. Kode biasanya berbentuk variasi bahasa yang secara nyata dipakai
berkomunikasi anggota suatu masyarakat bahasa. Kode bahasa ialah sistem
bahasa dalam suatu masyarakat.
Campur kode merupakan terjemahan dan padanan istilah code mixing
dalam bahasa Inggris. Nababan menjelaskan campur kode adalah suatu keadaan
berbahasa lain yaitu bilamana orang mencampur dua (atau lebih bahasa) atau
ragam dalam suatu tindak berbahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu
dalam situasi berbahasa itu menuntut percampuran bahasa itu.11 Campur kode
terjadi apabila seorang penutur bahasa, misalnya bahasa Indonesia memasukkan
unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia. Dengan
kata lain, seseorang yang berbicara dengan kode utama bahasa Indonesia yang
memiliki fungsi keotonomiannya, sedangkan kode bahasa daerah yang terlibat
11
P.W.J Nababan, Sosiolinguistik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 32.
19
12
Abdul Syukur Ibrahim dan Suparno, Sosiolinguistik, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), Cet. Ke-6, h. 4.16.
13
Abdul Chaer dan Leonie Aguistina, Op. Cit., h. 115.
20
Beberapa wujud campur kode adalah dapat berupa penyisipan kata, frasa,
klausa, penyisipan ungkapan atau idom, dan penyisipan baster (gabungan
pembentukan asli dan asing).14
1. Kata
Kata dalam tataran morfologi adalah satuan gramatikal yang bebas dan
terkecil. Dalam tataran sintaksis kata dibagi dua yaitu kata penuh dan kata tugas.
Kata penuh (fullword) adalah kata yang termasuk kategori nomina, verba,
ajektiva, adverbial, dan numeralia, sebagai kata penuh memiliki makna leksikal
masing-masing dan mengalami proses morfologi. Sebaliknya, kata tugas adalah
kata yang berkategori preposisi dan konjungsi, tidak mengalami proses morfologi
dan merupakan kelas tertutup, dalam pertuturan tidak dapat berdiri sendiri.15
2. Frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dan
tidak memiliki unsur predikat. Pembentukan frasa itu harus berupa morfem bebas,
bukan berupa morfem terikat. Contoh belum makan dan tanah tinggi adalah frasa,
sedangkan tata boga dan interlokal bukan frasa, karena boga dan inter adalah
morfem terikat.
3. Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berbentuk rangkaian kata-kata yang
berkontruksi predikatif, di dalam klausa ada kata atau frasa yang berfungsi
sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan
sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa
ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat
tidak wajib.16
4. Idiom
Idiom adalah bahasa yang telah teradatkan, artinya, bahasa yang sudah
biasa dipakai seperti itu dalam suatu bahasa oleh para pemakainya. Idiom ini
sudah tidak dapat lagi menanyakan mengapa begitu kata itu dipakai, mengapa
14
http://anaksastra.blogspot.com/2009/02/alih-kode-dan-campur-kode.html, diakses
tanggal 13 Oktober 2010.
15
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, h. 219.
16
Abdul Chaer, ibid., h.231.
21
begitu susunannya atau mengapa begitu artinya. Hubungan makna idiom itu
bukanlah makna sebenarnya kata itu, idiom tidak dapat diartikan secara harfiah ke
dalam bahasa lain.17 Idiom dewasa ini dalam bahasa Indonesia disebut dengan
istilah ungkapan. Unsur suatu idiom membentuk kesatuan yang padu. Idiom harus
muncul seperti itu, tidak boleh dikurang-kurangi karena seperti dikatakan tadi
sudah merupakan bahasa teradatkan.
5. Baster (Pembentukan Asli dan Asing)
Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda,
membentuk satu makna. Istilah bentuk baster mengacu pada bentuk campuran
antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang digunakan dalam kalimat bahasa
Indonesia yang merupakan bahasa inti.18 misalnya handphon-nya, dairy-nya, me-
murajaah, di-ghosob dan lain-lain.
6. Perulangan Kata
Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan
mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi
fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Misalnya,
sepeda-sepeda diulang seluruhnya tanpa variasi fonem dan tanpa kombinasi afiks.
memukul-mukul diulang sebagaian; gerak-gerik diulang seluruhnya dengan variasi
fonem buah-buahan diulang seluruhnya dengan kombinasi afiks.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada fenomena
campur kode adalah seorang penutur pada dasarnya menggunakan sebuah varian
suatu bahasa. Pada penggunaan itu, dia menggunakan serpihan-serpihan kode dari
bahasa yang lain. Serpihan-serpihan unsur bahasa tersebut dapat berupa kata
sampai klausa, dapat juga berupa kata ulang, idiom maupun baster.
Menurut Suwito dalam Dwi Sutana, ciri-ciri campur kode ditandai dengan
adanya hubungan timbal balik antara peran dan fungsi kebahasaan berarti apa
yang hendak dicapai penutur dengan tuturannya. Berdasarkan pendapat Suwito
17
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III, (Jakarta: PT Gramedia, 1993),
Cet. Ke-2, h. 47—48.
18
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13466/1/08E01506.pdf,
Mayerni Sitepu, Skripsi: Campur Kode dalam Majalah Aneka Yes, (Medan, Universitas Sumatra
Selatan, 2007), h. 34. Diakses tanggal 13 Februari 2010.
22
tersebut, Dwi Sutana membagi beberapa fungsi campur kode yaitu (1) untuk
penghormatan, (2) untuk menegaskan suatu maksud tertentu, (3) untuk
menunjukkan identitas diri, dan (4) karena pengaruh materi pembicaraan.19
Ciri-ciri yang menonjol dalam campur kode adalah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi berbahasa formal jarang terjadi campur kode, kalau
terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan
yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu
memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing.20 Dalam
bahasa tulisan, hal ini kita nyatakan dengan mencetak miring atau
mengarisbawahi kata/ungkapan bahasa asing yang bersangkutan. Kadang-kadang
terdapat juga campur kode ini bila pembicara ingin memamerkan
―keterpelajarannya‖ atau kedudukannya.
Campur kode merupakan fenomena yang terjadi karena masuknya
serpihan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain. Hal ini tidak berarti
bahwa tidak ada sebab terjadinya campur kode. Ada kemungkinan campur kode
terjadi karena faktor individu, seperti ingin menunjukkan status, peran, dan
kepakaran. Ada juga kemungkinan sebab kurangnya unsur bahasa yang
digunakan.
F. Pengertian Novel
Fiksi merupakan sebuah cerita, terkandung di dalamnya tujuan
memberikan hiburan kepada pembaca, di samping adanya tujuan estetis, membaca
sebuah fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan
batin. Novel dan cerita pendek dalam kesastraan Inggris dan Amerika disebut
karya fiksi.
Novel sebutan dalam bahasa Inggris –dan inilah yang kemudian masuk ke
Indonesia— berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman
novelle), secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil, dan
kemudian kemudian diartikan sebagai ‗cerita pendek dalam bentuk prosa‘.
19
Etik Yuliati, Skripsi: Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Dolanan Geni
Karya Suwardi Endraswara, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010), h. 31.
20
Aslinda dan Leni Syafyahya, Op. Cit., h. 87.
23
Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan
istilah Indonesia novelet (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi
yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak juga terlalu pendek.21
Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas,
ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks,
suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa
yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak sifat setiap pelaku.22
Istilah novel dikenal di Indonesia setelah kemerdekaan, yakni setelah
sastrawan Indonesia banyak beralih kepada bacaan-bacaan yang berbahasa
Inggris. Novel dan cerpen merupakan bentuk kesusastraan yang secara
perbandingan adalah baru. Ia baru dikenal masyarakat kita kira-kira sejak
setengah abad yang lalu. Di negera Barat juga masih baru jika dibandingkan
dengan bentuk-bentuk yang lain, seperti puisi yang sudah dikenal sejak dua ribu
tahun lalu, sedang fiksi ini di sana baru dikenal sejak dua ratus tahun yang lalu.
Namun, masa hidupnya yang muda itu, ia telah mengalami perkembangan pesat.23
Novel Indonesia secara resmi muncul setelah terbitnya buku Si Jamin dan
Si Johan, tahun 1919, oleh Marari Siregar, yang merupakan novel saduran dari
novel Belanda, kemudian pada tahun berikutnya terbit novel Azab dan Sengsara
oleh pengarang yang sama; sejak itu mulailah berkembang sastra fiksi yang
dinamai novel dalam khazanah sastra Indonesia.
Edgar Allan Poe sastrawan kenamaan dari Amerika membedakan antara
cerpen dan novel, ia mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai
dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam
suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Dari segi
panjang cerita, novel jauh lebih panjang dari pada cerpen. Oleh karena itu, novel
21
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h. 9—10.
22
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), Edisi ke-3, h. 788.
23
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 33.
24
24
H.B. Jassin, Tifa Penyair dan Daerahnya, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), Cet ke-7, h.
78—79.
25
Widjojo dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI
Press, 2006), h. 41.
25
26
Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2001), Cet. Ke-3,
h. 45.
26
penting-penting saja, yang disusun menurut sistem dan urutan-urutan logis objek
yang diamati itu.
Setiap benda, setiap tempat, setiap suasana tentu mempunyai urutan-urutan
sendiri. Misalnya jika kita mendeskripsikan rangakain kereta api, maka urutan
logisnya pastilah dari depan, lokomotifnya, ke belakang, gerbong-gerbong yang
mengekori lokomotif tadi. Jika kita mengembangkan pengamatan atau observasi
kita menurut ruang, artinya dari satu ruang atau ke ruang atau sisi lainnya, maka
deskripsi ini dikatan sebgai deskripsi dengan pengembangan ruang atau spasi. Jika
kita mendeskripsikan suatu proses, cara menanak nasi misalnya, maka dengan
sendirinya harus mengikuti tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan, kita
mengembangkan deskripsi bentuk lain yang kita namakan pengembangan waktu.
2. Deskripsi Impresionistis
Deskripsi impresonistis bisa juga disebut deskripsi stimulatif, adalah untuk
menggambarkan impresi penulisnya, atau untuk menstimulir pembacanya.
Berbeda dengan deskripsi ekspositori yang biasanya hanya terikat pada objek dan
proses yang dideskripsikannya. Deskripsi impresionistis ini lebih menekankan
impresi atau kesan penulisnya ketika melakukan observasi.
Deskripsi ekspositoris memakai urutan logika atau urutan-urutan peristiwa
objek yang dideskripsikan itu, maka dalam deskripsi impresionistis urutan-urutan
yang dipakai adalah menurut kuat lemahnya kesan penulis terhadap bagian-bagian
objek itu. Seseorang yang mendeskripsikan kamar asrama tempat temannya
tinggal dan bermaksud menonjolkan kejorokan yang dilihatnya di sana mulai
dengan bau yang diciumnya lalu ke penglihatan yaitu apa yang dilihatnya di sana
kemudian beralih ke pencahayaan di dalam kamar. Urutan-urutan deskripsi
impresionistis bisa saja mulai dari yang kurang jorok berangsur-angsur ke yang
paling jorok, dan diakhiri dengan bau.27
Jakob Sumardjo dalam bukunya Catatan Kecil Menulis Cerpen
menjelaskan dua teknik sebuah karya fiksi (jenis karya fiksi menurut bahasan
beliau adalah cerpen) diceritakan kepada pembaca, yaitu menggunakan teknik
naratif dan teknik dramatik. Teknik naratif berpusat pada si pencerita semua
27
Ismail Marahimin, Ibid., h. 46—47.
27
peristiwa dikisahkan melalui mata si pencerita dengan teknik ini penulis ibarat
bercerita kepada pendengar, mula-mula begini, lalu begini dan akhirnya begini.
Mungkin pendengar cerita terpesona karena cara bercerita penulis memang
menarik. Teknik kedua adalah teknik dramatik, penulis cerita ibaratnya ingin
menceritakan sebuah peristiwa kepada pendengar-pendengarnya, tetapi bukan
melalui mulut si pencerita, peristiwa itu penulis cerita lukiskan dengan peragaan
drama, yaitu menghadirkan peristiwa dalam teknik tersebut.28 Penulis cerita
menciptakan kembali peristiwa di depan pendengar, efek yang tajam yang dapat
diberikan oleh pengarang adalah apabila teknik dramatik lebih diutamakan
daripada teknik naratif, dalam teknik naratif penulis cerita bercerita berdasarkan
persepsinya sendiri, teknik ini tak jarang dijumpai komentar cerita: ―dengan
perasaan sedih ia duduk lemas di kursi‖, atau ia tertawa karena bahagia‖,
pernyatan-pernyataan ―ia bahagia‖, ―Didit amat sedih‖ jelas kurang memberikan
kesan kepada pembaca, pembaca lebih banyak diminta untuk ―mendengarkan‖
daripada menyaksikan‖. Sedangkan teknik dramatik tugas pengarang adalah
menyajikan gambaran-gambaran konkret tanpa komentar langsung dari
pengarang. Konkritisasi adegan dilakukan dengan melukiskan adegan-adegan
yang sebanyak mungkin terserap oleh indera pembaca. Teknik dramatik, pembaca
tidak hanya diajak melihat apa yang terjadi, tetapi dimana peristiwa itu terjadi
lengkap dengan letak, keadaan cahaya, bau-bauan yang ada di tempat kejadian.
Pada prinsipnya teknik dramatik adalah melukiskan peristiwa seperti apa
adanya, pembaca diminta menyaksikan sendiri, seperti kita menghadapi peristiwa
dalam panggung teater, seperti kita diajak menonton film, pembaca bisa melihat,
mendengar, membau, meraba apa yang terjadi, pembaca tidak dibiarkan hanya
mendengarkan apa yang kita ceritakan. Keunikan penggambaran watak, tempat
kejadian cerita, suasana yang dilakukan dengan teknik dramatik lebih mencekam
ingatan pembacanya. Tugas sastrawan bukan ―bercerita‖ belaka, melainkan
28
Jakob Sumardjo, Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2007), Cet. ke-4, h.150.
28
29
Ismail Marahimin, Op.Cit., h. 104.
29
H. Jenis-Jenis Novel
Novel dilihat dari segi mutu dibedakan atas novel populer dan novel literer
atau novel serius. Murphy menggolongkan novel atas novel horor, novel absurd,
novel picisan. Berikut ini penjelasan novel-novel tersebut:
1. Novel populer
Novel populer merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan
problema kehidupan yang berkisah pada cinta asmara yang bertujuan menghibur.
Novel jenis ini populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya
pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan
selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer
tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha
meresapi hakikat kehidupan. Sebab, jika demikian halnya, novel populer akan
menjadi berat, dan berubah menjadi novel serius dan boleh jadi akan ditinggalkan
pembacanya. Biasanya novel populer bersifat sementara, cepat ketinggalan
zaman, dan tidak memaksa orang lain untuk membacanya lagi, biasanya cepat
dilupakan orang, apalagi muncul novel-novel baru yang lebih populer pada masa
sesudahnya.
Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena ia
memang semata-mata menyampaikan cerita. Masalah yang diceritakan pun
ringan-ringan, tetapi aktual dan menarik. Kisah percintaan antara pria tampan
dengan wanita cantik secara umum cukup menarik, mampu membuai pembaca
remaja yang memang sedang mengalami masa peka. Novel populer lebih
mengejar selera pembaca, komersil, ia tidak akan menceritakan sesuatu yang
bersifat serius hal itu akan berkurang jumlah penggemarnya. Oleh karena itu, agar
cerita mudah dipahami, plot segaja dibuat lancar dan sederhana. Perwatakan tokoh
tidak berkembang. Sebagaimana dikatakan oleh sapardi Djoko Damono, tokoh-
30
tokoh adalah tokoh yang tidak berkembang kejiwaannya dari awal hingga akhir
cerita. Berbagai unsur cerita seperti plot, tema, karakter, latar, dan lain-lain
biasanya bersifat stereotip, tidak mengutamakan adanya unsur-unsur
pembaharuan. Hal demikian, memang mempermudah pembaca semata-mata
mencari hiburan belaka.30 Contoh novel jenis ini adalah Karmila, Badai Pasti
Berlalu (Marga T), Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu (Ashadi Siregar),
dan novel-novel karya Mira W.
2. Novel Serius/Literer
Novel literer adalah novel bermutu sastra, novel literer menyajikan
persoalan-persoalan kehidupan manusia secara serius. Di samping memberikan
hiburan, novel serius juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman berharga
kepada pembaca, atau paling tidak mengajak meresapi dan merenungkan secara
lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Masalah
percintaan banyak juga diangkat ke dalam novel serius. Namun, ia bukan satu-
satunya masalah yang penting dan menarik untuk diungkap. Masalah kehidupan
amat kompleks, bukan sekedar cinta asmara, melainkan juga hubungan sosial,
ketuhanan, maut, takut, cemas, dan bahkan masalah cinta itu pun dapat ditujukan
terhadap berbagai hal, misalnya cinta kepada orang tua, saudara, tanah air dan
lain-lain. Masalah percintaan (asmara) dalam karya fiksi memang tampak penting,
terutama untuk memperlancar cerita. Namun, barangkali, masalah pokok yang
ingin diugkap pengarang justru di luar percintaan itu sendiri.
Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru dengan
cara pengucapan yang baru pula. Singkatnya: unsur kebaruan diutamakan. Dalam
novel serius tidak akan terjadi sesuatu yang bersifat stereotip, atau paling tidak
pengarang menghindarinya. Novel serius mengambil realitas kehidupan ini
sebagai model, kemudian menciptakan sebuah ―dunia-baru‖ lewat penampilan
cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Contoh novel serius adalah
Belenngu (Armijn Pane), Hariamau-Harimau (Muchtar Lubis), Pada Sebuah
Kapal (N.H Dini).
30
Burhan Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 18—20.
31
3. Novel Picisan
Novel picisan isinya cenderung mengeksploitasi selera dengan suguhan
cerita yang mengisahkan cinta asmara yang menjurus ke pornografi. Novel ini
mempunyai ciri-ciri bertemakan cinta asmara yang berselera rendah, ceritanya
cenderung cabul, alurnya datar (arogresif), jalan ceritanya ringan dan mudah
diikuti pembaca, menggunakan bahasa yang aktual, bertujuan komersil. Novel-
novel karya Abdullah Harahap dan Motinggo Busye digolongkan ke dalam novel
picisan.
4. Novel Absurd
Novel absurd merupakan sejenis fiksi yang ceritanya menyimpang dari
logika biasa, irrasional, realitas bercampur angan-angan dan mimpi, dan
surrealism. Tokoh-tokoh ceritanya ―anti tokoh‖ seperti orang mati bisa hidup
kembali, mayat dapat berbicara dan lain-lain. Contoh novel Sobar (karya Putu
Wijaya) yang mengisahkan dua orang sahabat yang berkelahi. Salah seorang
membunuh temannya, tetapi yang terkapar mayatnya sendiri.
5. Novel Horor
Novel horor (Gothic Fiction) merupakan cerita yang melukiskan kejadian-
kejadian yang bersifat horor, seperti drakula penghisap darah, hantu-hantu
gentayangan, kuburan keramat, dan berbagai keajaiban supranatural yang berbaur
dengan kekerasan, kekejaman, kekacauan, dan kematian.31
31
Widjojo dan Endang Hidayat, Op. Cit., h. 44.
BAB III
BIOGRAFI PENULIS
DAN SINOPSIS NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
32
33
Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks
Keresidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS
Surakarta, 1994). Ia juga pemenang pertama lomba pidato bahasa Arab se-Jateng
dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Meraih Juara I lomba baca
puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta (1994).
Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi
acara Syharil Quran setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5
dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K
Jateng (1995) dengan judul tulisan “Analisis Dampak Film Laga Terhadap
Kepribadian Remaja”. Beberapa penghargaan bergengsi lain berhasil diraihnya
antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005 dan IBF
Award 2006.
Selama di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan
menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana
(gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul ‘Alim Wa Thaghiyyah,
2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca Insanniyah al
Islam dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok
Kajian MISYKATI Kairo, 1998). Berkesempatan menjadi Ketua TIM Kodifikasi
dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu Menara “Nafas Peradaban” (diterbitkan
oleh ICMI Orsat Kairo, 2000).
Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (GIP,
2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005),
Rihlah ilallah (Era Intermedia, 2004), dan lain-lain. Cerpen-cerpennya dimuat
dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA,
2002), Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004), dan lain-lain. Beberapa
tulisannya pernah menghiasi Republika, Annida, Jurnal Sastra dan Budaya
Kinanah, Jurnal Justisia, dan lain-lain.1
1
Habiburrahman El Shirazy, Ketika Cinta Bertasih 1, (Jakarta: Republika, 2007),
Cet. Ke-8, h. 475—476.
34
itu. Seiring waktu berjalan, ada hal yang membuat Azzam sering bingung dengan
pertanyaan ibunya. Tentang kapan Azzam akan menikah. Saat ini hatinya sedang
berpihak wanita yang bernama Anna Althafunnisa. Akan tetapi wanita tersebut
telah dilamar oleh sahabatnya sendiri yakni Furqon. Azzam diperkenalkan oleh
sorang gadis yang bernama Vivi dan sempat melakukan pertunangan, sebelum
acara pernikahan mereka berlangsung, Azzam beserta ibunya mendapatkan
musibah kecelakaan yang mengakibatkan Azzam harus kehilangan Ibu tercintanya
selama-lamanya. Azzam sendiri luka parah sehingga acara pernikahannya dengan
Vivi ditunda sampai Azzam sembuh, tidak lama kemudian Azzam mendapatkan
surat dari Vivi bahwa Vivi telah menikah dengan pria pilihan orangtuanya.
Cerita berlanjut kepada Furqon, sampai akhirnya Furqon mengakui bahwa
dirinya terkena suatu penyakit, Furqon dan Anna sepakat untuk bercerai.
Beberapa hari kemudian Azzam menemui dan meminta kyai yang tidak lain
adalah ayah Anna sendiri untuk mencarikan jodoh untuknya. Kyai tersebut sempat
menolak karena beliau tidak sanggup sebab anak gadisnya sendiri sudah gagal
dalam berumah tangga, tetapi kyai tersebut akhirnya menceritakan tentang
seorang wanita yang tidak lain anaknya sendiri, yaitu Anna Althafunnisa.
Akhirnya Anna pun dilamar dan dinikahi Azzam pada hari itu juga. Kisah ini
berakhir menjadi cerita yang bahagia, mereka berdua pun menjadi pasangan yang
amat serasi.
BAB IV
ANALISIS DATA
Pada bab IV ini membahas mengenai wujud campur kode dan fungsi
campur kode novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
Menurut penggunaannya campur kode pada novel ini dibedakan atas campur kode
deskripsi dan campur kode bentuk dialog. Campur kode deskripsi adalah campur
kode yang dilakukan penulis novel dalam menyampaikan cerita, bertujuan
menggambarkan latar, peristiwa maupun keadaan tokoh kepada pembaca,
sedangkan campur kode bentuk dialog, yaitu campur kode yang menyajikan
percakapan atau dialog tokoh/antartokoh, bertujuan untuk membuat cerita menjadi
lebih hidup dan mempertajam warna lokal tokoh-tokoh saat percakapan
antartokoh berlangsung. Campur kode deskripsi dan campur kode bentuk dialog
terjadi, baik pada novel pertama dari episode 1—30 maupun pada novel kedua
dari episode 1—29.
Unsur-unsur kebahasaan yang terdapat pada novel Ketika Cinta Bertasbih
karya Habiburrahman El Shirazy terdiri dari kata, frasa, klausa, baster, kata ulang,
dan idiom atau ungkapan. Berikut campur kode novel Ketika Cinta Bertasbih
karya Habiburrahman El Shirazy.
Tabel 1
A. Wujud Campur Kode berbentuk Kata
No. Teks Analisis
1 ―Aku salut lho ada mahasiswa Peristiwa di samping adalah
mandiri seperti Mas insinyur‖. peristiwa campur kode kata bentuk dialog
Puji Eliana. yang dilakukan oleh tokoh Eliana,
(HBE, KCB1: 38) masuknya unsur bahasa Jawa ‗mas‘ ke
dalam tuturan bahasa Indonesia, fungsi
campur kode tersebut adalah penutur
(Eliana) menghormati lawan tuturnya
(Azzam).
38
39
berbahasa arab.
19 Furqan: ―Eliana aku lihat Peristiwa di samping adalah
sudah berusaha fair dan jujur‖. peristiwa campur kode kata bentuk dialog
(HBE, KCB1: 107) yang dilakukan tokoh Furqan, masuknya
unsur bahasa Inggris ‗fair‘ ke dalam
tuturan bahasa Indonesia, yang berarti
‗terang-terangan. Fungsi campur kode
tersebut penutur (Furqan) mencari jalan
termudah menyampaikan maksud tanpa
mengurangi maksud isi pembicaraan
kepada lawan tutur (Azzam).
20 Azzam: ―Ya sudah. Kalau Peristiwa di samping adalah campur
begitu istikharah saja‖. (HBE, kode kata bentuk dialog yang dilakukan
KCB1: 109) tokoh Azzam, masuknya unsur bahasa
Arab ‗istikharah‘ ke dalam tuturan bahasa
Indonesia. Fungsi campur kode tersebut
adalah kebutuhan kosakata, kata tersebut
sudah umum digunakan umat islam
sehingga orang lebih mengerti maksud
dan maknanya dengan sendirinya.
21 Azzam: ―…dalam buku-buku Peristiwa di samping adalah campur
fikih pelajaran pertama pasti kode kata bentuk dialog yang dilakukan
tentang thaharah. Tentang tokoh Azzam, masuknya unsur bahasa
bersuci‖. Arab ‗thaharah‘ ke dalam tuturan bahasa
(HBE, KCB1: 113) Indonesia, yang berarti ‗bersuci‘. Fungsi
campur kode tersebut adalah kebutuhan
kosakata, kata tersebut sudah umum
digunakan umat islam sehingga orang
lebih mengerti maksud dan maknanya
dengan sendirinya.
45
punya janji chatting dengan peristiwa campur kode kata bentuk dialog
adikku yang kuliah di UNDIP yang dilakukan tokoh Abduh, masuknya
Semarang. unsur bahasa Inggris ‗chatting‘ ke dalam
(HBE, KCB1: 387) tuturan bahasa Indonesia. Fungsi campur
kode tersebut adalah kebutuhan kosakata,
unsur tersebut merupakan hal umum yang
biasa digunakan sehingga orang-orang
mengerti maksud dan maknanya dengan
sendirinya.
78 …ia telah membayar lunas. Itu Peristiwa di samping adalah
ia lakukan agar ia peristiwa campur kode kata bentuk
mendapatkan seat. Bulan deskripsi, masuknya unsur bahasa Inggris
Agustus adalah bulan ‗seat‘ ke dalam teks bahasa Indonesia
mahasiswa banyak pulang. yang bermakna ‗tempat duduk‘. Fungsi
(HBE, KCB1: 406) campur kode tersebut adalah kebutuhan
kosakata, unsur tersebut merupakan hal
umum yang biasa digunakan sehingga
orang-orang mengerti maksud dan
maknanya dengan sendirinya.
79 Adil Ramadhan menjelaskan Peristiwa di samping adalah
bahwa khasyyah adalah rasa peristiwa campur kode kata bentuk
takut kepda Allah yang disertai deskripsi, masuknya unsur bahasa Arab
mengagungkan Allah. ‗khasyyah‘ ke dalam teks bahasa
(HBE, KCB1: 415) Indonesia. Fungsi campur kode tersebut
adalah pengarang menggambarkan Adil
Ramadhan sedang membicarakan topik
tertentu berkaitan dengan khassyyah.
80 …Rio dan teman-temannya Peristiwa di samping adalah
sedang ikut mukhayyam yang peristiwa campur kode kata bentuk
diadakan oleh Universitas Al deskripsi, masuknya unsur bahasa Arab
62
kebluk!” kau ini sudah akil peristiwa campur kode kata, masuknya
baligh Na!...‖ unsur bahasa Jawa ‗kebluk‘ ke dalam
(HBE, KCB2: 39) tuturan bahasa Indonesia yang bermakna
‗tidur dari waktu pagi hingga siang‘.
Fungsi campur kode tersebut adalah
penutur (Azzam) mempermudah
menyampaikan maksud kepada lawan
tutur.
88 Hampir bersamaan mereka Peristiwa di samping adalah
berdua membaca istirja. masing-masing peristiwa campur kode
89 “kita takziah ke sana sekarang kata bentuk deskripsi, dan yang kedua
mbak‖ bentuk dialog, masuknya unsur bahasa
(HBE, KCB2: 44) Arab istirja‘ dan ‗takziah‘ ke dalam teks
dan tuturan bahasa Indonesia. Fungsi
campur kode tersebut adalah kebutuhan
kosakata, unsur tersebut merupakan hal
umum yang biasa digunakan orang-orang
ketika ada orang yang meninggal
sehingga orang-orang sudah mengerti
maknanya dengan sendirinya.
90 Husna diam mendengarkan. Peristiwa di samping adalah
Kematian selalu menjadi ibrah peristiwa campur kode kata bentuk
baginya. deskripsi, masuknya unsur bahasa Arab
(HBE, KCB2: 45) ‗ibrah‘ ke dalam teks bahasa Indonesia
yang berarti ‗contoh‘. Fungsi campur
kode tersebut adalah mempermudah
menyampaikan maksud kepada pembaca.
91 Husna: ―Baiklah, kalau ayah Peristiwa di samping adalah
tidak mau membelikan maka peristiwa campur kode kata bentuk dialog
Husna akan minggat. yang dilakukan tokoh Husna, masuknya
65
Jawa.
95 Zumrah: ―…da ekonomi Peristiwa di samping adalah
kelurga sedang susah- peristiwa campur kode kata bentuk dialog
susahnya. Aku manut sama yang dilakukan tokoh Zumrah,
orang tua. masuknya unsur bahasa Jawa‗manut‘ ke
(HBE, KCB2: 77) dalam tuturan bahasa Indonesia yang
berarti ‗nurut‘. Fungsi campur kode
tersebut adalah penutur (Zumrah)
menunjukkan identitas bahwa ia penutur
Jawa.
96 Tayangan kedua adalah acara Peristiwa di samping adalah
di Graha Bhakti Budaya TIM peristiwa campur kode kata bentuk
yang di siarkan secara live se- deskripsi, masuknya unsur bahasa Inggris
Indonesia. ‗live‘ ke dalam teks bahasa Indonesia
(HBE, KCB2: 133) yang berarti ‗langsung‘. Fungsi campur
kode tersebut adalah mempermudah
menyampaikan maksud pengarang
kepada pembaca.
97 ―Berita wawancara itu lagi Peristiwa di samping adalah
ya?‖ tanya Bu Nafis pada peristiwa campur kode kata bentuk
putrinya sambil membawa deskripsi, masuknya unsur bahasa
sepiring mendoan. Jawa‗mendoan‘ ke dalam teks bahasa
(HBE, KCB2: 136) Indonesia. Fungsi campur kode tersebut
adalah kebutuhan kosakata, kata tersebut
merupakan nama makanan bahan dasar
tempe goreng yang umum dan biasa
dikonsumsi masyarakat Jawa.
98 ―Mbak Eliana, ini cethol asli Peristiwa di samping adalah
waduk Cengklik. Sangat gurih peristiwa campur kode kata bentuk dialog
rasanya. Sangat pas untuk lauk yang dilakukan tokoh Lia, masuknya
67
Anna: ―Baik Mas, akan aku unsur bahasa Arab ‗arjuk‘ ke dalam
dengar. Tapi mendengar tuturan bahasa Indonesia yang bermakna
pengakuanmu itu hatiku sudah ‗aku berharap padamu‘. Fungsi campur
sakit‖ kode tersebut adalah penutur (Furqan)
(HBE, KCB2: 310) memperhalus tuturan kepada lawan tutur
(Anna) agar Anna mau mendengarkan
penjelasannya.
108 Furqan: ―kami sama sekali Peristiwa di samping adalah
tidak perlu ishlah. Malah akan peristiwa campur kode kata bentuk dialog
semakin menyiksa dua keluarga yang dilakukan tokoh Furqan, masuknya
saja…‖ unsur bahasa Arab ‗ishlah‘ ke dalam
(HBE, KCB2: 328) tuturan bahasa Indonesia yang berarti
‗perdamaian‘. Fungsi campur kode
tersebut adalah Penutur (Furqan)
mempermudah menyampaikan maksud.
109 …Mimpi yang shadiq, yang Peristiwa di samping adalah
benar, yang merupakan bagian peristiwa campur kode kata bentuk
dari kenabian. Itu terjadi deskripsi, masuknya unsur bahasa
karena mereka benar-benar Arab‗shadiq‘ ke dalam teks bahasa
adalah pewaris nabi… Indonesia ‗benar‘. Fungsi campur kode
(HBE, KCB2: 330) tersebut adalah pengarang mempertegas
maksud.
110 ―…apa ada dalam kitab kuning Peristiwa di samping adalah
yang memastikan bahwa kalau peristiwa campur kode kata bentuk dialog
ada orang mandi sebelum yang dilakukan tokoh Anna, masuknya
subuh pasti Jinabat, pasti baru unsur bahasa Arab ‗jinabat‘ ke dalam
saja melakukan hal itu?‖ tuturan bahasa Indonesia yang bermakna
Jawab Anna. ‗mandi hadas besar‘. Fungsi campur kode
(HBE, KCB2: 337) tersebut adalah penutur (Anna)
mempermudah menyampaikan maksud.
70
Berdasarkan tabel di atas campur kode bentuk dialog para tokoh terdapat
50 data, sedangkan bentuk deskripsi terdapat 64 data, campur kode deskripsi lebih
dominan dibandingkan dengan campur kode dialog hal ini terjadi karena penulis
novel terbawa arus kemultilingualannya sehingga mempengaruhi karya sastra
yang dibuatnya. Jumlah keseluruhan wujud campur kode kata adalah 114 data,
terdiri dari 24 campur kode berbahasa Jawa, yaitu ditunjukkan pada nomor 1, 2, 5,
8, 12, 26, 31, 42, 55, 61, 73, 83, 87, 91, 92, 94, 95, 97, 98, 101, 102, 103, 104,
105. Campur kode bahasa Arab terdapat 54 data, ditunjunkkan pada nomor 9, 10,
11, 14, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30, 33, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44,
45, 48, 50, 54, 56, 59, 64, 67, 68, 72, 74, 75, 79, 80, 81, 84, 85, 88, 89, 90, 99,
100, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112. Sedangkan campur kode bahasa Inggris
36 data, yaitu pada nomor 3, 4, 6, 7, 13, 15, 16, 19, 28, 32, 34, 36, 46, 47, 49, 51,
52, 53, 57, 58, 60, 62, 63, 65, 69, 70, 71, 76, 77, 78, 82, 86, 93, 96, 113, 114.
Fungsi campur kode wujud kata terdiri dari, (1) menghormati lawan tutur
terdapat 7 data, terdapat pada nomor 1, 2, 26, 41, 45, 50, 106. (2) kebutuhan
kosakata terdapat 36 data, ditunjukkan pada nomor 10, 13, 14, 17, 20, 21, 22, 23,
24, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 40, 43, 44, 49, 54, 58, 59, 60, 65, 66, 68, 75, 77, 78,
81, 88, 89, 97, 98, 114. (3) yang berfungsi sebagai mempermudah menyampaikan
maksud ada 35 data ditunjukkan pada nomor 4, 5, 15, 16, 19, 28, 30, 39, 46, 47,
51, 56, 63, 64, 67, 70, 71, 74, 76, 82, 84, 86, 87, 90, 91, 96, 101, 108, 110, 111,
112. (4) membicarakan topik tertentu terdapat 7 data, ditunjukkan pada nomor 72,
79, 99, 102, 103, 104, 105. (5) menunjukkan identitas terdiri dari 8 data, pada
nomor 12, 31, 42, 55, 92, 94, 95, 100. (6) menunujukkan keterpelajaran terdapat
11 data ditunjukkan pada nomor 6, 11, 18, 25, 38, 48, 53, 69, 80, 93, 113. (7)
72
mempertegas sesuatu terdiri dari 6 data, pada nomor 3, 9, 57, 62, 73, 109. (8)
fungsi memperhalus tuturan terdapat 5 data, 27, 61, 83, 85, 107. (9) berfungsi
menunjukkan keakraban terdapat 2 data yaitu pada nomor 7 dan 52. (10) pengisi
dan penyambung kalimat terdapat 1 data yaitu nomor 9.
Tabel 2
B. Wujud Campur Kode Berbentuk Frasa
No. Teks Analisis
1 Astagfirullah! Ia beristigfar Peristiwa di samping adalah
(HBE, KCB1: 38) peristiwa campur kode frasa bentuk
deskripsi,, masuknya unsur bahasa Arab
‗Astagfirullah‘ ke dalam teks bahasa
Indonesia bermakna ‗mohom ampun‘.
Fungsi campur kode tersebut adalah
kebutuhan kosakata yaitu frasa yang biasa
diucapkan umat islam untuk menyesali
perbuatan.
2 Azzam bertasbih, Peristiwa di samping adalah
―Subhanallah, Maha Suci peristiwa campur kode frasa bentuk
Allah yang telah menciptakan dialog yang dilakukan oleh tokoh Azzam,
alam seindah ini‖ masuknya unsur bahasa Arab
(HBE, KCB1: 40) ‗Subhanallah‘ berarti ‗maha suci Allah‘
dalam tuturan bahasa Indonesia. Fungsi
campur kode tersebut adalah kebutuhan
kosakata yaitu frasa ‗Subhanallah‘ biasa
digunakan umat islam ketika melihat
kebesaran ciptaan Allah.
3 ―Baik Pak, mari Pak, Peristiwa di samping adalah
assalamu‟alaikum‖ kata peristiwa campur kode frasa bentuk
Azzam. dialog yang dilakukan tokoh Azzam,
73
PaK Ali: ―Habasy takanat‖ dialog yang dilakukan tokoh Pak Ali,
Azzam: ―yang benar Pak? ditandai dengan masuknya unsur bahasa
Masak gadis selangsing dia Arab ‗habasy takanat.‘ fungsi campur
suka habasyi takanat?” kode tersebut adalah kebutuhan kosakata,
(HBE, KCB1: 100) penutur (Pak Ali) menyebutkan makanan
khas mesir yang juga biasa dikonsumsi
oleh orang-orang mesir dan tidak ada
padanannya dalam bahasa Indonesia.
14 Tiara: ―Yuk kita keluar. Kita ke Peristiwa di samping adalah
Hadiqah Dauliyah…‖ peristiwa campur kode frasa bentuk
(HBE, KCB1: 135) dialog yang dilakukan tokoh Tiara,
masuknya unsur bahasa Arab ‗Hadiqah
Dauliyah‘ ke dalam tuturan bahasa
Indonesia. Fungsi campur kode tersebut
adalah kebutuhan kosakata, penutur
(Tiara) menyebutkan sebuah taman kota
Mesir yang bernama ‗Hadiqah Dauliyah‘.
15 Azzam: ―…percayalah, siapa Peristiwa di samping adalah
jodohmu sudah ditulis di peristiwa campur kode frasa bentuk
Lauhul Mahfudz…‖ dialog yang dilakukan tokoh Azzam.
(HBE, KCB1: 138) masuknya unsur bahasa Arab ‗Lauhul
Mahfudz‘ ke dalam tuturan bahasa
Indonesia. Fungsi campur kode tersebut
adalah kebutuhan kosakata, penutur
(Azzam) mngucapkan hal umum yang
biasa digunakan umat Islam mengenai
sesuatu yang berhubungan dengan takdir.
16 ..mereka sebut Hadiqah Peristiwa di samping adalah
Dauliyah, artinya Internasional peristiwa campur kode frasa bentuk
Garden, Taman Internasionl. deskripsi, masuknya unsur bahasa Inggris
77
Pada tabel di atas campur kode bentuk dialog terdapat 37 data, campur
kode deskripsi 15 data. Campur kode dominan adalah campur kode bentuk dialog
sehingga terlihat cerita menjadi lebih hidup yang ditimbulkan dari ketajaman
warna lokal/dialek pada percakapan tokoh-tokohnya. Jumlah keseluruhan unsur
campur kode berwujud frasa terdapat 52 data, terdiri dari campur kode bahasa
Jawa berjumlah 4 data, ditunjukkan pada nomor 19, 42, 48, dan 49. Campur kode
bahasa Arab terdapat 27 data, yaitu pada nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10. 11, 12, 13, 14,
15, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 30, 32, 35, 36, 41, 43, 51. Campur kode bahasa
Inggris terdapat 21 data, ditunjukkan pada nomor 5, 7, 9, 16, 17, 23, 25, 29, 31,
33, 34, 37, 38, 40, 43, 44, 45, 46, 47, 50, 52.
Fungsi campur kode wujud frasa terdiri dari, (1) menghormati lawan tutur
terdapat 1 data yaitu pada nomor 32. (2) kebutuhan kosakata terdapat 29 data,
89
ditunjukkan pada nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21,
24, 26, 30, 31, 35, 37, 38, 39, 40, 43, 46, 51. (3) mempermudah menyampaikan
maksud terdapat 8 data, ditunjukkan pada nomor 8, 33, 34, 36, 45, 47, 50, dan 52.
(4) membicarakan suatu topik terdapat 3 data, ditunjukkan pada nomor, 5, 16, 29.
(5) menunjukkan identitas terdapat 4, data yaitu pada nomor 22, 27, 28, dan 42.
(6) menunjukkan keterpelajaran terdapat 3 data, yaitu pada nomor 23, 25, 44. (7)
mempertegas sesuatu terdapat 2 data, yaitu pada nomor 41 dan 49. (8)
memeperhalus tuturan terdapat 2 data pula, yaitu ditunjukkan pada nomor 19, dan
48. Sedangkan wujud campur kode frasa dengan fungsi menunjukkan keakraban
dan sebagai pengisi dan penyambung kalimat tidak peneliti temukan.
Tabel 3
Berdasarkan tabel di atas terdapat 14 data campur kode bentuk dialog yang
dilakakukan para tokoh dan 2 data campur kode deskripsi yang dilakukan
pengarang. Campur kode dominan adalah campur kode bentuk dialog sehingga
terlihat cerita menjadi lebih hidup yang ditimbulkan dari ketajaman warna
lokal/dialek pada percakapan tokoh-tokohnya. Jumlah keseluruhan wujud campur
kode klausa terdapat 16 data. 2 data campur kode bahasa Jawa terdapat pada
nomor 8 dan 10. Campur kode bahasa Arab terdapat 12 data, pada nomor 1, 3, 5,
6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16 dan campur kode bahasa Inggris terdapat 2 data yaitu
pada nomor 2 dan 4.
Fungsi campur kode wujud klausa terdiri, (1) kebutuhan kosakata terdapat
7 data yaitu pada nomor 1, 2, 5, 11, 12, 13, 15. (2) mencari jalan termudah
menyampaikan maksud dan Fungsi (4) membicarakan topik tertentu masing-
masing terdapat 1 data, yaitu masing-masing pada nomor 16 dan 4. (5)
menunjukkan identitas terdapat 2 data, yaitu pada nomor 8 dan 10. Fungsi
menunjukkan keterpelajaran 1 data yaitu pada nomor 2, fungsi mempertegas
sesuatu 3 data, yaitu pada nomor 6, 7, 9. Fungsi menunjukkan keakraban terdapat
1 data yaitu pada nomor 14. Fungsi menghormati lawan tutur, pengisi dan
penyambung kalimat tidak peneliti temukan pada wujud campur kode klausa.
Tabel 4
D. Wujud Campur Kode Berbentuk Kata Ulang
(Azzam).
2 Furqan: ―…kalau aku batalkan Peristiwa di samping adalah
lamaranku dan aku memilih peristiwa campur kode kata ulang bentuk
Eliana yang sudah jelas dialog yang dilakukan tokoh Furqan,
mengejarku aku takut dianggap masuknya unsur bahasa jawa ‗plin-plan‘
lelaki plin-plan‖. ke dalam tuturan bahasa Indonesia.
(HBE, KCB1: 108) Fungsi campur tersebut penutur (Furqan)
mencari jalan termudah menyampaikan
maksud tanpa mengurangi maksud
sesungguhnya.
3 Di milist-milist kalangan Peristiwa di samping adalah
mahasiswa Indonesia di Cairo peristiwa campur kode kata ulang bentuk
terkirim puluhan tahniah dan deskripsi, masuknya unsur bahasa Inggris
ucapan selamat. ‗milist-milist‘ ke dalam teks bahasa
(HBE, KCB1: 349) Indonesia. Fungsi campur kode tersebut
adalah kebutuhan kosakata, unsur
tersebut adalah hal yang sudah umum dan
biasa dikenal oleh masyarakat.
4 Ibu Siti: Oh Nak Husna. Peristiwa di samping adalah
Monggo-monggo masuk Na. peristiwa campur kode kata ulang bentuk
Ada acara di pesanteren ya? dialog yang dilakukan tokoh Ibu Siti,
Husna: iya Bu. Kok Ibu tahu?‖ masuknya unsur bahasa Jawa ‗monggo-
(HBE, KCB2: 58) monggo‘ ke dalam tuturan bahasa
Indonesia. Fungsi campur kode tersebut
adalah menunjukkan identitas bahwa Si
Ibu Siti adalah seorang penutur Jawa.
5 Azzam: ―jujur Pak Kiai, saya Peristiwa di samping adalah
tidak siap‖ peristiwa campur kode kata ulang bentuk
Pak Kiai: ―Sudah, kamu jangan dialog yang dilakukan tokoh pak Kiai,
mbulet-mbulet. Ayo ikut aku masuknya unsur bahasa Jawa ‗mbulet-
97
Tabel 5
Berdasarkan tabel di atas campur kode bentuk dialog para tokoh terdapat
11 data, campur kode bentuk deskripsi 13 data. Campur kode deskripsi lebih
dominan dibandingkan dengan campur kode dialog hal ini terjadi karena penulis
novel terbawa arus kemultilingualannya sehingga mempengaruhi karya sastra
yang dibuatnya. Jumlah keseluruhan wujud campur kode baster terdapat 24 data,
2 data campur kode baster bahasa Jawa, pada nomor 12 dan 20. Campur kode
wujud baster dengan bahasa Arab terdapat 11 data, yaitu pada nomor 1, 2, 4, 8, 9,
13, 14, 16, 19, 21, 22. Campur kode wujud baster dengan bahasa Inggris 11 data
pada nomor 3, 5, 6, 7, 10, 11, 15, 17, 18, 23, 24.
Fungsi campur kode pada wujud baster ialah (1) kebutuhan kosakata
sebanyak 12 data, pada nomor 1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 13,15, 18, 23, 24. (2) fungsi
yang menunjukkan keterpelajaran terdapat 1 data pada nomor 5. (3) fungsi
memudahkan menyampaikan maksud terdapat 10 data, yaitu pada nomor 6, 8, 11,
12, 14, 16, 17, 19, 20, 22. (4) membicarakan topik tertentu terdapat 1 data pada
nomor 21. Peneliti tidak menemukan fungsi menghormati lawan tutur,
menunjukkan identitas, mempertegas sesuatu, memperhalus tuturan, menunjukkan
keakraban dan pengisi dan penyambung kalimat pada wujud campur kode baster.
Tabel 6
F. Wujud Campur Kode Berbentuk Idiom atau Ungkapan
Dari tabel di atas terdapat 7 data campur kode bentuk dialog dan 1 data
campur kode bentuk deskripsi. Campur kode dominan adalah campur kode bentuk
dialog sehingga terlihat cerita menjadi lebih hidup yang ditimbulkan dari
ketajaman warna lokal/dialek pada percakapan tokoh-tokohnya. Jumlah
keseluruhan wujud campur kode ungkapan atau idiom adalah 8 data, 5 data
campur kode bahasa Jawa yaitu pada nomor 4, 5, 6, 7 dan 3 data campur kode
bahasa Arab ditunjukkan pada nomor 2, 3, 9. Wujud campur kode ungkapan
bahasa Inggris tidak ditemukan.
Fungsi campur kode ungkapan, yaitu (1) mempermudah menyampaikan
maksud terdapat 4 data yaitu pada nomor 1, 4, 7, 8. (2) menunjukkan
keterpelajaran 1 data, pada nomor 2. (3) kebutuhan kosakata 1 data, pada nomor
3.dan (4) membicarakan topik tertentu 2 data, yaitu pada nomor 5 dan 6. Tidak
ditemukan oleh peneliti fungsi campur kode mengormati lawan tutur,
menunjukkan identitas, mempertegas sesuatu, memperhalus tuturan, menunjukkan
keakraban, dan pengisi dan penyambung kalimat.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data tentang campur kode dalam novel dwilogi Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Campur kode dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El
Shirazy berjumlah 219 data. Campur kode dominan adalah campur kode
bahasa Arab, terdapat 107 data, hal ini karena pengarang novel mampu
berbahasa arab dan novel ini adalah novel islami yang sering menggunakan
serpihan-serpihan keislaman. Sedangkan campur kode bahasa Inggris dan
Jawa masing-masing 71 dan 41 data. Campur kode terbanyak yaitu berwujud
kata, terdapat 114 data, yaitu 24 data campur kode bahasa Jawa, 54 data
campur kode bahasa Arab, 36 data bahasa Inggris. Campur kode berwujud
frasa terdapat 52 data, terdapat 4 campur kode bahasa Jawa, 27 campur kode
bahasa Arab, dan 21 campur kode bahasa Inggris. Campur kode berwujud
klausa terdapat 16 data, 2 campur kode bahasa Jawa, 12 campur kode bahasa
Arab, dan 2 campur kode bahasa Inggris. Berwujud kata ulang terdapat 5
data, 4 campur kode bahasa Arab, dan 1 campur kode bahasa Inggris. Campur
kode berwujud baster 24 data, 2 campur kode bahasa Jawa, 11 campur kode
bahasa Arab, dan 11 pula campur kode bahasa Inggris. Campur kode
berwujud ungkapan atau idiom terdapat 8 data, 5 data campur kode bahasa
Jawa, 3 data campur kode bahasa Arab. Campur kode dalam penulisan novel
dapat dibagi menurut penggunaannya, yaitu bentuk deskripsi dan bentuk
dialog. Dalam bentuk deskripsi cerita bertujuan menggambarkan latar,
peristiwa, dan tokoh. Sedangkan, campur kode bentuk dialog bertujuan
menyajikan percakapan tokoh/antartokoh. Pada wujud kata, campur kode
deskripsi terdapat 64 data dan bentuk dialog sebanyak 50 data, wujud campur
kode frasa campur kode deskripsi sebanyak 15 data dan campur kode dialog
37 data. Pada wujud klausa campur kode deskripsi terdapat 2 data sedangkan
bentuk dialog terdapat 14 data, pada wujud campur kode kata ulang campur
109
110
kode deskripsi terdapat 1 data saja sedangkan bentuk dialog terdapat 4 data,
campur kode wujud baster terdapat 13 data campur kode deskripsi dan 11
data campur kode bentuk dialog, wujud campur kode ungkapan bentuk
deskripsi terdapat 1 data sedangkan bentuk dialog terdapat 7 data.
2. Fungsi yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam novel dwilogi
Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah (1) karena
menghormati lawan tutur, (2) karena kebutuhan kosakata, (3) karena ingin
mencari jalan termudah menyampaikan maksud, (4) karena membicarakan
topik tertentu, (5) menunjukkan identitas, (6) menunjukkan keterpelajaran,
(7) mempertegas sesuatu, (8) memperhalus tuturan, (9) menunjukkan
keakraban, dan (10) sebagai pengisi dan penyambung kalimat. Fungsi campur
kode dominan adalah kebutuhan kosakata yang terdapat pada campur kode
wujud kata sebanyak 36 data karena campur kode (serpihan bahasa) tersebut
biasa dikenal masyarakat umum khususnya untuk umat Islam.
B. Saran
1. Penelitian ini membahas bahasa campur kode dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, memang menarik campur kode
yang terjadi dalam novel ini yaitu berupa penyisipan serpihan-serpihan, baik
itu kata, frasa, klausa, kata ulang, baster, maupun idiom atau ungkapan yang
berasal dari bahasa asing (bahasa Arab dan Inggris) maupun bahasa daerah
(Jawa). Namun, campur kode bukanlah kebiasaan yang turut melestarikan
bahasa Indonesia, dikhawatirkan akan menggeser fungsi bahasa Indonesia.
Dalam kasus-kasus tertentu campur kode tidak dapat dihindari yaitu jika
serpihan unsur asing atau daerah tidak dimiliki padanan kata dalam bahasa
Indonesia.
2. Penggunaan campur kode dalam penulisan novel dapat diterima dalam bentuk
dialog, yang memang membutuhkan bahasa tulis-lisan yang hidup. Namun,
dalam bentuk deskripsi seorang penulis perlu berhati-hati agar tidak sekedar
mencampurkan begitu saja ragam lisan (campur kode) ke dalam ragam tulis
111
(sastra) dan lebih bersifat eksploratif dalam penggunaaan bahsa tulis lisan
(dialog). Hendaknya kita semua juga perlu berhati-hati dalam menggunakan
bahasa Indonesia, terutama saat situasi formal yang mengharuskan untuk
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama bagi semua pihak yang
bergelut di dunia pendidikan bahasa Indonesia. Diharapkan pada penelitian
berikutnya agar melakukan penelitian yang lebih luas lagi tentang kajian
campur kode.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III, Jakarta: PT. Gramedia, Cet.
Ke-2, 1993.
Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, Cet. Ke-4, 1994.
112
113
Marahimin, Ismail. Menulis Secara Populer, Jakarta: Pustaka Jaya, Cet. Ke-3,
2001.
Muliastuti, Liliana dan Krisanjaya, Linguistik Umum, Jakarta: Universitas
Terbuka, Cet. Ke-3, 2007.
Muslich, Masnur Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, Cet. Ke-5, 2005.
Putrayasa, Ida Bagus. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), Bandung:
Refika Aditama, 2007.
Rahardi, R. Kunjana. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.