Anda di halaman 1dari 146

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL

NOVEL “TANAH TABU” KARYA ANINDITA S. THAYF

SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI SMA

SKRIPSI

OLEH

SITI KHOLIFAH

NIM A1B117045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

JANUARI, 2021
ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL

NOVEL “TANAH TABU” KARYA ANINDITA S. THAYF

SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Jambi

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Siti Kholifah

NIM A1B117045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

JANUARI, 2021
MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai

(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Allah lah hendaknya kamu berharap.”

(QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Jangan pergi mengikuti kemana jalan akan berujung.

Buat jalanmu sendiri dan tinggalkanlah jejak”

(Penulis)

Kupersembahkan skripsi ini untuk ayahanda dan ibunda tercinta yang dengan
perjuangan kerasnya telah mengantar aku untuk meraih ilmu. Semoga aku dapat
membahagiakan mereka dan membalas semua perjuangan mereka. Cinta kasih
mereka ibarat cahaya yang menerangiku ketika malam. Petunjuk arah saat jalanku
buntu, pengobar semangatku dalam mengarungi kehidupan dan menggapai cita-cita.
vi
ABSTRAK

Kholifah, Siti. 2021. Analisis Nilai-Nilai Sosial Novel “Tanah Tabu” Karya Anindita
S. Thayf Serta Kaitannya dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA:
Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, FKIP Universitas Jambi,
Pembimbing: (I) Dra. Hj. Yusra D., M.Pd., (II) Drs. Eddy Pahar Harahap,
M.Pd.

Kata Kunci: novel, nilai-nilai sosial, kaitan dengan pembelajaran.


Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai
sosial yang terdapat dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf, dan (2)
mendeskripsikan kaitan novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf dengan
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif serta menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Objek penelitian ini adalah nilai-nilai sosial dalam novel Tanah Tabu
karya Anindita S. Thayf. Data dalam penelitian ini berupa paparan bahasa yaitu
kutipan kata, kalimat, dan paragraf yang terdapat dalam novel. Sumber data penelitian
ini adalah novel “Tanah Tabu” karya Anindita S. Thayf ditambah dengan rekaman
suara hasil wawancara bersama narasumber.
Hasil penelitian ini memuat nilai-nilai sosial berupa: Nilai sosial bertanggung
jawab, nilai sosial kasih sayang, nilai sosial peduli nasib orang lain, nilai sosial suka
memberi nasihat, nilai sosial kerja sama, nilai sosial suka menolong, nilai sosial suka
mendoakan orang lain, dan nilai sosial kerukunan. Hasil penelitian ini dapat
diterapkan pada siswa SMA kelas XI dan XII. Kompetensi Dasar yang digunakan
yaitu 3.11 Menganalisis pesan dari satu buku fiksi yang dibaca, 4.11 Menyusun ulasan
terhadap pesan dari satu buku fiksi yang dibaca dan 3.9 Menganalisis isi dan
kebahasaan novel.
Nilai-nilai sosial dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf dapat dijadikan
sebagai bahan ajar bahasa Indonesia di SMA, yakni menyadarkan peserta didik
mengenai sikap nilai sosial yang dapat diambil sebagai contoh untuk diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Peneliti lain diharapkan bisa mengkaji nilai-nilai lain yang
terdapat dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf seperti nilai pendidikan,
nilai religi dan nilai moral.

vii
KATA PENGANTAR

Selesainya penelitian yang dilakukan sampai terwujud menjadi skripsi ini tidak

akan pernah dapat diraih tanpa rahmat dari Allah Subhanahuwataala. Untuk itu, sudah

sepantasnya puji syukur penulis sampai kehadirat Allah Subhanahuwataala, atas segala

rahmat-Nya. Begitu pula kepada berbagai pihak yang telah membantu, dalam

kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih, terutama kepada Ibu Dra. Hj. Yusra

D., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang dengan ketelitian, kesabaran, dan hatinya

yang lembut dalam menasihati penulis tetapi kritis dan cemerlang dalam berfikir telah

menggugah penulis untuk tidak menyerah memperbaiki kesalahan dan kekeliruan

yang masih muncul dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Tuhan tetap memberikan

yang terbaik untuk beliau.

Begitu juga Bapak Drs. Eddy Pahar Harahap, M.Pd. yang dengan kesabaran,

keikhlasan, dan sifat kebapakannya telah membimbing dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini. Semua itu akan penulis kenang

sebagai bekal di masa mendatang.

Bapak Imam Suwardi W., M.Pd., Bapak Drs. H. Larlen, M.Pd., Bapak Drs.

Aripuddin, M.Hum., Bapak Dr. Maizar Karim, M.Hum., Bapak Priyanto, S.Pd.,

M.Pd., terima kasih atas saran dan kritikan yang telah diberikan dalam seminar

proposal dan ujian skripsi. Semoga ilmu kekritisan Bapak-bapak membuat skripsi ini

lebih sempurna.

Untuk Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PBS FKIP

Universitas Jambi yang telah membagi ilmunya, penulis sampaikan rasa terima kasih

yang dalam. Semoga semuanya menjadi amal ibadah yang baik. Tidak lupa rasa haru

dan terima kasih penulis sampaikan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi

viii
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni, Wakil Dekan Bidang Akademik, serta Dekan FKIP Universitas

Jambi yang selalu memberikan kemudahan dan pengarahan kepada mahasiswanya,

terutama dalam proses perizinan penelitian dan pengesahan skripsi ini.

Secara khusus kepada kedua orang tua tercinta yang tiada hentinya mendoakan

dan memberi perhatian untuk kesuksesan, penulis sampaikan terima kasih yang sangat

mendalam. Semoga jerih payah beliau mendapatkan imbalan dari Yang Khalik dan

telah memperkuat keyakinan penulis bahwa tanpa beliau penulis tidak akan pernah ada

dan tidak akan pernah berhasil.

Jambi, Januari 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORETIK
2.1 Novel ......................................................................................... 9
2.2. Unsur-Unsur Novel ................................................................ 10
2.3 Hakikat Nilai Sosial ................................................................ 13
2.4 Pendekatan Sosiologi Sastra ................................................... 18
2.5 Penelitian Yang Relevan ......................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode .......................................................... 23
3.2 Objek Penelitian ...................................................................... 23
3.3 Data dan Sumber Data ............................................................ 24
3.4 Pengumpulan Data .................................................................. 24
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................ 25
3.6 Analisis Data ............................................................................ 35
3.7 Keabsahan Data ....................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 37
4.2 Kaitannya dengan Pembelajaran ............................................ 70
4.3 Pembahasan ............................................................................. 70
4.4 Nilai-Nilai yang Umumnya Bisa Diterapkan di Sekolah .... 76

x
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI SARAN
5.1 Simpulan .................................................................................. 78
5.2 Saran ......................................................................................... 79
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Instrumen Penelitian untuk Rumusan Masalah Pertama ....................... 26


Tabel 2. Instrumen Penelitian untuk Rumusan Masalah Kedua.......................... 34

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian untuk Rumusan Masalah Pertama ................ 82


Lampiran 2. Instrumen Penelitian untuk Rumusan Masalah Ke Dua ................ 128
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara ........................................................ 129
Lampiran 4. Dokumentasi Wawancara ................................................................ 132
Lampiran 5. Riwayat Hidup ................................................................................. 133

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap

lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang

indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang

ada. Sastra sebagai karya fiksi berisi pengalaman yang lebih mendalam, bukan

hanya sekedar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari

kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam

pikirannya. Karya sastra diharapkan mampu memberikan kepuasan estetik dan

intelektual bagi masyarakat pembaca. Akan tetapi, sering terjadi bahwa karya

sastra tidak dapat dipahami dan dinikmati sepenuhnya oleh sebagian besar

masyarakat pembaca (Waluyo dalam Aulia, 2017:126). Selain itu, karya sastra

berbeda dengan teori-teori, tidak hanya berbicara kepada intelek pembacanya

melainkan secara keseluruhan kepribadiannya. Dalam hal ini, karya sastra dapat

dikatakan sebagai bagian integral yang penting dari proses sosial dan kebudayaan.

Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan

imajinasi yang terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam

kehidupan manusia dapat mengisi “kebahagiaan jiwa” karena membaca karya

sastra bukan saja memberikan hiburan, tetapi juga dapat memberikan pencerahan

jiwa. Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat.

Dengan membaca karya sastra, nilai-nilai tertentu akan meresap secara tidak

langsung dibalik alur atau jalinan cerita yang secara apik ditampilkan (Salda

1
2

Yanti, 2015:1). Selain memberikan hiburan dan pendidikan, karya sastra juga

dapat mempengaruhi pembaca lewat isi dan maknanya. Karya sastra menerima

pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh sosial

terhadap masyarakat (Semi dalam Adampe, 2015:4).

Karya sastra umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi

kehidupan pengarang. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi

pada diri pengarang ataupun dari luar diri pengarang (realita sosial). Melalui karya

sastra pengarang berusaha memaparkan suka duka kehidupan pengarang yang

telah dialami. Selain itu, karya sastra juga menyuguhkan gambaran kehidupan

yang menyangkut persoalan sosial dalam masyarakat.

Karya sastra memiliki makna yang dihasilkan dari pengamatan terhadap

kehidupan yang diciptakan oleh pengarang atau sastrawan itu baik berupa novel,

cerpen, puisi, ataupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami, dan

dimanfaatkan oleh masyarakat. Novel akan menjadi sangat penting keberadaannya

sebagai media penyampai pesan dan nilai yang terkandung dalam sebuah novel

tidak hanya berupa nilai sosial namun juga memuat nilai pendidikan, nilai

religious, dan nilai budaya.

Linda Sari dkk (dalam Nurgiyantoro 2019:56) menyatakan “Novel adalah

karya sastra yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih

mendalam dan disajikan dengan halus. Novel merupakan salah satu karya sastra

yang berisi berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh secara sistematis dengan

menampilkan unsur cerita yang paling lengkap. Novel sebagai sebuah karya sastra

yang mengungkapkan kisahan-kisahan tentang masalah kehidupan. Konten cerita

dalam novel merupakan cerminan kehidupan yang memiliki nilai-nilai yang


3

menjadi pelajaran hidup bagi pembacanya. Salah satu nilai yang terdapat dalam

novel adalah nilai sosial”. Green (dalam Sauri, 2020:39) menjelaskan “Nilai sosial

adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.

Nilai sosial adalah nilai yang melekat pada sebuah objek, karena adanya emosi

atau perasaan seseorang terhadap objek tersebut”.

Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf merupakan novel yang

mendapat penghargaan sebagai juara satu dalam Sayembara Penulisan Novel

Dewan Kesenian Jakarta tahun 2008. Penulis yang lahir di Makasar 5 April 1978

ini beberapa kali telah menjuarai seyembara menulis. Sekitar 10 buku sudah

dilahirkannya. Anandita S. Thayf memulai riwayat kerja sebagai penulis cerita

pendek anak-anak. Novel anak-anak yang berjudul Keajaiban Ila mendapat

penghargaan sebagai juara satu pada Sayembara Menulis Novel Anak 2005 dan

nominator Mizam Award 2006 untuk kategori “Cerita Anak dengan Ending

Terbaik”. Kini Anindita S. Thayf lebih dikenal sebagai penulis novel sastra. Novel

karyanya berjudul Jejak Kala mendapat penghargaan sebagai Pemenang Harapan

I pada Lomba Penulisan Novel Inspirasi Penerbit Andi 2008. Novel ini terpilih

sebagai Peraih Penghargaan Sastra dari Pusat Bahasa Provinsi DIY Yogyakarta

pada tahun 2010. Adapun cerita bersambungnya, Ulin, terpilih sebagai pemenang

I dalam Sayembara Mengarang Cerber Femina 2012. Kemudian novel yang

berjudul Tanah Tabu diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Dalang

Publisher, salah satu penerbit Amerika Serikat, dengan judul Daughters Of

Papua.

Novel Tanah Tabu menarik perhatian bagi juri yang menilainya. Salah

satu juri Dewan Kesenian Jakarta 2008, yakni Seno Gumira Ajidarma, dalam
4

cover belakang novel Tanah Tabu, memaparkan bahwa Tanah Tabu menarik

bukan saja penguasaan materi penulisan yang baik, dan komposisinya, tetapi juga

urgensi masalah, yang membuatnya sangat penting.

Novel ini merupakan salah satu novel yang menceritakan tanah Papua

yang erat dengan nuansa kekuasaan, baik kekuasaan yang ditimbulkan oleh

masyarakat Papua maupun kekuasaan yang ditimbulkan oleh para pendatang.

Dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf menampilkan secara tersirat

melalui nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat Papua, antara lain pada aspek

pendidikan. Pendidikan bagi kaum perempuan di Papua bukanlah prioritas utama.

Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah pada sektor

pendidikan serta adanya indikasi bahwa para pendatang juga ikut memanipulasi

kebodohan masyarakat pribumi Papua. Sehingga hal ini bisa berpengaruh besar

terhadap stagnasi pendidikan, yaitu kondisi pendidikan yang tidak berkembang

atau dalam keadaan terhenti.

Beban penindasan mau tak mau harus diterima oleh masyarakat pribumi

Papua. Kekondusifan wilayahnya yang diusik oleh kehadiran para tamu yang

serakah. Kekayaan alam yang terus menerus dieksploitasi menyebabkan rusaknya

hutan dan punahnya berbagai ekositem yang ada. Para pendatang secara bertahap

melakukan ekspansi dengan terus membuka lahan di wilayah-wilayah yang

berpotensi untuk dijadikan area pertambangan dan menggusur perkampungan.

Sementara di sisi lain perekonomian pribumi tidak mengalami peningkatan,

sehingga terjadi adanya kesenjangan sosial antara pendatang dan masyarakat

pribumi. Para pendatang memang membawa perubahan dan modernisasi, namun

dua hal itu ternyata tidak dirasakan manfaatnya bagi kehidupan penduduk asli

4
5

Papua. Di tengah tempat yang justru terus menerus dipoles menjadi semakin

modern dan indah, masyarakat Papua justru tetap menderita, miskin terkena

penyakit, dan bencana, salah satunya dikarenakan sungai yang tercemar akibat

limbah dari pabrik tambang emas yang berdiri megah di tengah-tengah mereka.

Selain membongkar berbagai ketimpangan sosial yang terjadi di Papua,

novel ini mengisyaratkan bahwa Papua berada dalam keterpurukan, baik yang

disebabkan oleh hadirnya para pendatang maupun kentalnya budaya patriarki

yang sudah melekat pada masyarakat pribumi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk

menganalisis novel Tanah Tabu. Namun dalam penelitian ini, peneliti fokus pada

satu nilai yaitu nilai-nilai sosial. Alasan dipilihnya dari segi nilai sosial karena

pembaca selaku peneliti menemukan pembelajaran berharga dan manfaat yang

banyak dalam novel ini karena dalam novel ini banyak mendidik dan mengajarkan

cara bertingkah laku yang baik dalam hidup bermasyarakat sehingga membuat

hidup pengarang bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Hal inilah

yang kemudian membuat penelitian ini tepat untuk dikaji menggunakan kajian

sosiologi, karena akar dari problematika yang terjadi dalam novel ialah kehidupan

sosial masyarakat Papua.

Mengingat masyarakat Indonesia saat ini mulai merosotnya nilai-nilai

sosial yang sudah menjadi budaya Indonesia seperti hilangnya hidup berkasih

sayang, bertanggung jawab, kerukunan, suka menolong, peduli nasib orang lain

dan sebagainya. Hal ini juga diperkuat oleh Kosasih (dalam Pitasari dkk, 2018:3)

bahwa “Nilai- nilai sosial berkaitan dengan tata laku hubungan antara sesama

manusia (kemasyarakatan)”.

5
6

Pentingnya mengkaji nilai sosial dalam novel karena sesuai fungsi sastra

adalah merangsang pembaca untuk mengenali, menghayati, menganalisis, dan

merumuskan nilai-nilai kemanusiaan. Secara halus nilai-nilai itu menjadi terjaga

dan berkembang dalam diri pembaca. Pada akhirnya nilai-nilai itu menjadi

motivasi dan stabilitas kepribadian dan perilakunya (Muhardi dan Hasanuddin

dalam Saputra dkk, 2012:2).

Kajian dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mempertajam analisis

serta memperluas pola pikir mahasiswa sebagai masyarakat intelektual agar peka

terhadap berbagai persoalan yang tengah terjadi baik dalam ranah mikro hingga

makro, karena tema yang diangkat dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S.

Thayf adalah kehidupan sosial masyarakat Papua. Nilai sosial dalam novel

tersebut dapat dijadikan bahan interpretasi bagi siswa Sekolah Menengah Atas

dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Dalam penelitian ini

penulis dapat mengaitkan nilai-nilai sosial dalam novel Tanah Tabu dengan

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Hasil penelitian ini dapat diterapkan

pada siswa SMA kelas XI dan XII. Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu 3.11

Menganalisis pesan dari satu buku fiksi yang dibaca, 4.11 Menyusun ulasan

terhadap pesan dari satu buku fiksi yang dibaca dan 3.9 Menganalisis isi dan

kebahasaan novel. Peneliti mengaitkan dengan KD ini karena KD ini cocok

dengan penelitian yang dilakukan.

6
7

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel Tanah Tabu karya

Anindita S. Thayf?

2. Bagaimana kaitan novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf dengan

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam

novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf.

2. Mendeskripsikan kaitan novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf

dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif dalam pengembangan nilai-nilai sosial dan menambah referensi

pendidikan di bidang sastra.

b) Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menembah wawasan bagi peneliti agar

dapat mengambil nilai-nilai positif, khususnya ialah nilai-nilai sosial yang

terkandung di dalam sebuah novel.

2) Bagi Pendidikan

7
8

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dan wacana keilmuan yang

menunjang proses pendidikan dan dapat menjadi salah satu acuan untuk

penelitian lain yang relavan di masa mendatang.

3) Bagi Dunia Sastra

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam memahami nilai-

nilai sosial yang terkandung dalam karya sastra, terutama novel terlebih

bagi penikmat karya sastra, khususnya bagi penikmat novel.

8
BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Novel

Nurgiyantoro (2013:5) menyatakan “Novel sebagai sebuah karya fiksi

menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan,

dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti

peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang

kesemuanya juga bersifat imajinatif”. Kesemuanya itu walau bersifat

noneksistensial, karena dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang, dibuat mirip,

diimitasikan dan atau dianalogikan dengan kehidupan dunia nyata lengkap dengan

peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya sehingga tampak seperti sungguh ada dan

terjadi terlihat berjalan dengan sitem koherensinya sendiri.

Linda Sari dkk (dalam Nurgiyantoro 2019:56) menyatakan “Novel adalah

karya sastra yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih

mendalam dan disajikan dengan halus. Novel merupakan salah satu karya sastra

yang berisi berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh secara sistematis dengan

menampilkan unsur cerita yang paling lengkap. Novel sebagai sebuah karya sastra

yang mengungkapkan kisahan-kisahan tentang masalah kehidupan”.

Pengertian novel dalam pandangan H.B. Jassin (dalam Kurniasari dkk,

2019:46) menyebutkan “Novel sebagai karangan prosa yang bersifat cerita yang

menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang”.

Sudjiman (dalam Irma, 2017:1) mengatakan “Novel adalah prosa rekaan

yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar

secara tersusun”. Novel sebagai karya imajinatif mengungkapkan berbagai aspek

9
10

kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus, novel tidak hanya

sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan

meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan

ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah

suatu cerita fiksi yang terdiri dari tokoh, tema, alur, latar. Novel merupakan

bagian dari karya sastra yang berbentuk fiksi atau cerita rekaan, namun ada pula

merupakan kisah nyata. Novel menggambarkan atau melukiskan kehidupan

tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur.

2.2 Unsur-Unsur Novel

Prosa fiksi atau novel dibangun dengan dua unsur yaitu unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik.

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik ialah sebuah unsur yang gunanya untuk membangun

sebuah karya sastra atau karangan novel yang dari dalam yang akan mewujudkan

suatu struktur karya sastra, seperti: tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar,

sudut pandang, gaya bahasa yang digunakan dan amanat. Unsur intrinsik

merupakan unsur-unsur yang secara langsung ikut serta dalam membangun cerita

hal ini didukung oleh pendapat Nurgiyantoro (dalam Hermawan dkk, 2019:14)

“Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, unsur

secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Unsur intrinsik

sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun

cerita. Unsur yang dimaksud yaitu peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar,

sudut pandang, pencitraan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain sebagainya”.
11

Menurut ismawati (dalam Hermawan dkk, 2019:14) menyatakan “Sebagai

cipta sastra yang kompleks, fiksi mengandung berbagai unsur, antara lain

keindahan, kontemplasi yang berhubungan dengan nilai atau renungan, media

pemaparan, dan unsur-unsur intrinsik yang berhubungan dengan ciri fiksi sebagai

suatu teks sastra”. Berikut adalah unsur intrinsik tersebut: 1) tokoh, 2) tema, 3)

setting, 4) plot, 5) amanat.

Unsur intrinsik merupakan unsur pembangunan yang terkandung di dalam

suatu karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik merupakan struktur yang menjadi

pondasi awal sebuah karya sastra. Pada umumnya unsur intrinsik terdiri dari tema,

tokoh dan penokohan, latar, bahasa, dan amanat (Hasanudin dalam Hermawan

dkk, 2019:14).

Menurut Tarigan (dalam Hermawan dkk, 2019:14) menyatakan “Unsur

intrinsik memiliki beberapa butir maka nampak adanya persamaan dan perbedaan

mengenai kuantitas unsur-unsur fiksi itu. Untuk keperluan kita ketiganya akan

digabungkan menjadi satu kesatuan yang bulat. Dengan demikian unsur-unsur

fiksi yang akan diperbincangkan mencakup 1) tema, 2) ketegangan dan

pembayangan, 3) alur, 4) pelukisan tokoh, 5) konflik, 6) kesegaran dan konflik, 7)

latar, 8) pusat, 9) kesatuan, 10) logika dan lain sebagainya”.

Dari beberapa pengertian dan butir unsur intrinsik di atas, maka peneliti

mengambil pendapat Nurgiyantoro untuk dijadikan bahan acuan dalam penelitian

serta mengambil beberapa pengertian dari pendapat ahli lain dikarenakan

kebutuhan peneliti yang belum cukup dari pendapat Nurgiyantoro. Pemilihan

tersebut bukan hanya unsur intrinsik yang lengkap dari pendapat Nurgiyantoro

tetapi juga sesuai dengan pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas. Berikut

11
12

merupakan pemaparan mengenai unsur intrinsik novel yang akan dianalisis oleh

peneliti.

1) Tema

Menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Hermawan dkk, 2019:15) “Tema

merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang

terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut

persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan”.

Mendeskripsikan tema sebagai ide sebuah cerita, pengarang dalam menulis

ceritanya bukan sekedar mau bercerita tetapi mengatakan sesuatu pada

pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa sesuatu masalah kehidupan,

pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini

(Sudardjo dalam Hermawan dkk, 2019:15).

Menurut Nurgiyantoro (dalam Hermawan dkk, 2019:15) “Pada hakikatnya

merupakan makna yang dikandung cerita atau makna cerita. Makna cerita dalam

sebuah karya fiksi, mungkin saja lebih dari satu, atau lebih tepatnya. Dalam karya

sastra tema dibagi menjadi dua yaitu tema mayor (utama) dan minor (tambahan)”.

a. Tema mayor/utama makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar

umum karya itu.

b. Tema minor/tambahan makna yang terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita

dapat diidentifikasi sebagai makna bagian.

2) Amanat

Amanat adalah pesan yang akan disampaikan melalui cerita. Amanat baru

dapat ditemukan setelah pembaca menyelesaikan seluruh cerita yang dibacanya.

Amanat biasanya berupa nilai-nilai yang dititipkan penulis cerita kepada

12
13

pembacanya. Sekecil apapun nilai dalam cerita pasti ada (Ismawati dalam

Hermawan dkk, 2019:16).

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik yaitu yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian

terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi karya sastra.

Meliputi unsur biografi pengarang akan turut menentukan corak karya yang

dihasilkannya. Unsur psikologi baik yang berupa psikologi pengarang (yang

mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip

psikologi dalam karya. Selain itu keadaan di lingkungan pengarang seperti

ekonomi, politik, pendidikan dan sosial.

Yang dimaksud dengan segi ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang

berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra

tersebut. Misalnya faktor-faktor sosial politik saat sastra itu diciptakan, faktor

ekonomi, faktor latar belakang kehidupan pengarang, faktor ilmu jiwa, dan

sebagainya (Tjahjono dalam Nurhasanah, 2018:25).

2.3 Hakikat Nilai Sosial

Green (dalam Sauri, 2020:39) menjelaskan “Nilai sosial adalah kesadaran

yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek. Nilai sosial adalah

nilai yang melekat pada sebuah objek, karena adanya emosi atau perasaan

seseorang terhadap objek tersebut”.

Nilai sosial adalah sesuatu yang menjadi ukuran dan penelitian pantas

tidaknya suatu sikap yang ditujukan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai ini

memperlihatkan sejauh mana hubungan seorang individu dengan individu lainnya

terjalin sebagai anggota masyarakat. Nilai sosial sangat nyata dalam aktivitas

13
14

bermasyarakat. Nilai sosial tersebut dapat berupa nilai gotong royong, ikut serta

dalam kegiatan musyawarah, kepatuhan, kesetiaaan, dan lain sebagainya (Aisah,

2015:5).

Nilai sosial merupakan seperangkat sikap individu yang dihargai sebagai

suatu kebenaran dan dijadikan standar bertingkah laku guna memperoleh

kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis (Raven dalam Robingah,

2013:6).

Menurut Hendropuspito (dalam Aisyah dkk, 2016:39), “Nilai sosial adalah

segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional

bagi perkembangan kehidupan manusia”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah

karya sastra pasti terkandung nilai-nilai kehidupan yang berlaku pada masyarakat

di mana karya sastra tersebut diciptakan. Nilai-nilai tersebut menggambarkan

norma, tradisi, aturan, dan kepercayaan yang dianut atau dilakukan pada suatu

masyarakat. Nilai-nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu

ynag lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseoranag harus bersikap,

bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu

juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakat Indonesia yang sangat

beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah suatu yang sangat penting

untuk menjaga keseimbangan masyarakat.

Adapun nilai-nilai yang menyangkut tentang nilai sosial adalah nilai

perilaku yang menggambarkan suatu tindakan masyarakat, nilai tingkah laku yang

menggambarkan suatu kebiasaan dalam lingkungan masyarakat, serta nilai sikap

14
15

yang secara umum menggambarkan kepribadian suatu masyarakat dalam

lingkungannya (Alfin dalam Aisah, 2015:5).

2.3.1 Macam-Macam Nilai Sosial

1. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab adalah sikap di mana seseorang dimintai

penjelasan mengenai apa yang telah diperbuat, tidak hanya menjawab tapi

tidak juga mengelak (Aisyah dkk, 2016:5).

2. Kasih Sayang

Kasih sayang menciptakan kerja sama di antara manusia. Bila

kasih sayang tidak ada maka tidak akan terwujud persaudaraan di antara

manusia, tak seorang pun yang merasa memiliki tanggung jawab terhadap

orang lain, keadilan dan pengorbanan akan menjadi hal yang absurd

utopis. Oleh karena itu, sikap kasih sayang sesama manusia, khususnya

dalam dunia pengajaran dan pendidikan, adalah hal esensial. Di samping

itu, kasih sayang juga menyebabkan keselamatan jasmani dan rohani,

menjadi solusi tepat dalam memperbaiki perilaku amoral yang

mengharmoniskan hubungan manusia (Erfan dalam Aisah, 2015:6).

3. Peduli Nasib Orang Lain

Peduli adalah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam

persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita. Orang yang

peduli kepada nasib orang lain adalah mereka yang terpanggil melakukan

sesuatu dalam rangka memberi inspirasi kebaikan kepada lingkungan

sekitar (Aisah, 2015:6).

4. Suka Memberi Nasihat

15
16

Selain nasihat dari orang lain, menasihati orang lain pun tidak ada

salahnya, karena tidak secara langsung memberikan solusi dan kebaikan

dalam diri akan tersalurkan. Nasihat yang diberikan pun harus masuk akal

dan nyambung supaya dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh

orang yang menerima nasihat kita. Dengan mendengarkan nasihat dari

orang lain, maka masalah akan dicerna terlebih dahulu hingga

mendapatkan jalan keluar untuk menyelesaikan hambatan yang ada di

dalam kehidupan bermasyarakat, paling tidak ada dua hal yang perlu

diperhatikan. Pertama, berilah nasihat dalam bentuk yang paling baik, dan

nasihat tersebut hendaknya diterima menurut bentuknya. Kedua, dengan

menasihatinya secara diam-diam berarti telah menghormati dan

memperbaikinya (Abdilah dalam Aisah, 2015:6).

5. Kerja Sama

Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok

manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja

sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai

suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut

dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim

yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan

diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu

diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya

dapat terlaksana dengan baik (Rafian dalam Aisah, 2015:5).

6. Suka Menolong

16
17

Manusia adalah makhluk sosial, dia tak bisa hidup seorang diri,

atau mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat (Abdilah dalam

Aisah, 2015:6). Suka menolong merupakan kebiasaan yang mengarah

pada kebaikan hati seorang individu yang muncul dari kesadaran diri

sendiri sebagai makhluk ciptaan Tuhan agar wajib menolong sesama,

apalagi yang sedang mengalami kesulitan. Jika kesulitan menimpa orang

yang ada di sekitar kita, baik orang yang kita kenal, maupun orang yang

tidak kita kenal, maka suatu saat bantuan akan datang dari orang yang

pernah kita tolong atau orang yang baru pertama kita jumpai. Dengan

menolong orang lain kita akan mendapatkan kepuasan yang amat sangat,

kebahagiaan yang tak terkira, juga rasa bahwa kita ada dan berguna bagi

orang lain.

7. Suka Mendoakan Orang Lain

Mendoakan orang lain merupakan perilaku yang terpuji, karena

secara tidak langsung memberikan kekuatan kepadanya dalam menghadapi

persoalan yang dialami. Selain itu, untuk melepaskan beban yang

terpendam dalam diri kita secara perlahan-lahan dengan membantu orang

lain yang kesusahan termasuk mengabulkan doanya untuk meingankan

bebannya dengan mendoakannya. Ketika kita mendoakan orang lain tanpa

ia ketahui, maka akan kebaikan dari doa kita yakni, doa tersebut akan

diaminkan oleh malaikat, dan malaikat akan mendoakan kita pula

(Abdillah dalam Aisah, 2015:7).

17
18

8. Kerukunan

Kerukunan dalam keluarga, sekolah ataupun bermasyarakat akan

mengurangi salah paham karena semua orang nyaman dengan ketenangan

hidup. Jika terbiasa merasakan hidup rukun dalam keluarga, maka

kehidupan bergaul dalam masyarakat akan jauh dari rasa permusuhan dan

perselisihan. Dengan rukun dan pengertian maka kehidupan akan selalu

damai, permasalahan pun akan mudah diselesaikan jika hidup rukun akan

tercipta dalam kehidupan. Kerukunan akan membawa kita pada

kebersamaan dan persatuan. Jika hidup rukun tercipta maka perpecahan

akan mudah dihindari karena merasa yang satu dengan yang lainnya sudah

saling memahami. Selain itu, kerusuhan akan mudah diredakan karena

hidup rukun secara otomatis menguntungkan semua pihak. Kerukunan

dalam kehidupan akan dapat melahirkan karya-karya besar yang

bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya konflik

pertikaian dapat menimbulkan kerusakan dibumi. Manusia sebagai

makhluk sosial membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan

dapat terpenuhi jika nili-nilai kerukunan tumbuh dan berkembang di

tengah-tengah masyarakat (Ribka dalam Aisah, 2015:6).

2.4 Pendekatan Sosiologi Sastra

Sosiologi Sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam

kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan

dengan kenyataan dalam hal ini karya sastra dikonsumsikan secara imajinatif,

tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya dan

18
19

karya sastra bukan semata-mata merupakan gejala individual tetapi gejala sosial

(Ratna dalam Aulia, 2017:127).

Sosiologi sastra, menurut Damono (dalam Rokhmansyah, 2014:147)

merupakan pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan. Menurut Ratna (dalam Rokhmansyah, 2014:147-148) ada

sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan dalam

rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat,

antara lain: (1) pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek

kemasyarakatannya; (2) pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan

aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya; (3) pemahaman terhadap

karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakangi;

(4) sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra dengan

masyarakat;dan (5) sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi

antara sastra dengan masyarakat.

Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya, bukan sesuatu

segi khusus masyarakat. Sosiologi berhubungan dengan studi interaksi dan

interelasi antara manusia, syarat-syaratnya, dan akibat-akibatnya. Sosiologi sastra

dengan sendirinya mempelajari masyarakat Indonesia. Mempelajari sifat

hubungan antar anggota masyarakat sastra dan dengan demikian mengetahui

sebab-sebab terciptanya hubungan yang demikian itu tadi dan segala akibatnya

(Sumardjo dalam Rokhmansyah, 2014:149).

19
20

2.5 Penelitian Yang Relavan

Penelitian yang serupa pernah dilakukan Robingah (2013) dengan judul

Nilai-nilai Sosial dalam Novel Jala Karya Titis Basino: Tinjauan Sosiologi Sastra

dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar di SMA. Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa tema dari novel Jala Karya Titis Basino adalah kehidupan sosial

masyarakat urban yang miskin di perkampungan kumuh sepanjang bantaran

sungai. Alur dibuat dengan alur maju, tokoh utama adalah Mariati, sedangkan

tokoh minor adalah Pamuji dan Juwita. Latar tempat di Jakarta, Bekasi, dan

Brebes. Latar waktu sekitar tahun 1984 hingga masa reformasi tahun 1998. Latar

sosial menggambarkan kawasan pinggiran sungai di Jakarta. Nilai sosial yang

terdapat dalam novel Jala, yaitu nilai kasih sayang, nilai tanggug jawab, dan nilai

keserasian hidup. Nilai kasih sayang terdiri dari cinta dan kasih sayang,

pengabdian, tolong-menolong, kekeluargaan, dan kepedulian. Nilai sosial

tanggung jawab terdiri dari rasa menerima dan memiliki, pelaksanaan kewajiban,

dan kedisiplinan. Selanjutnya ada nilai keserasian hidup yang terdiri dari nilai

keadilan, toleransi, kerjasama, dan demokrasi. Implikasi nilai-nilai sosial dalam

novel Jala karya Titis Basino dalam pembelajaran sastra di SMA didasarkan

standar kompetensi membaca yang termuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI. Standar

kompetensi ini menuntut siswa mampu menggunakan berbagai teknik membaca

untuk memahami wacana karya sastra. Kompetensi dasar yang harus dicapai

adalah siswa mampu membandingkan unsure intrinsik dan ekstrinsik novel. Nilai

sosial yang dapat dijadikan tauladan adalah nilai kasih sayang, tanggung jawab,

dan keserasian hidup dalam bermasyarakat.

20
21

Selain itu, terdapat juga penelitian oleh Sauri (2020) yang melakukan

penelitian berjudul Nilai-nilai Sosial dalam Novel Hujan Karya Tere Liye Sebagai

Bahan Pembelajaran Kajian Prosa Pada Mahasiswa Program Studi

DIKSASTRASIADA Universitas Mathla’ul Anwar Banten. Penelitian ini

mendeskripsikan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere

Liye. Metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji novel Hujan karya Tere

Liye adalah metode kualitatif deskriptif. Objek penelitian ini adalah nilai-nilai

sosial dalam novel Hujan karya Tere Liye yang diterbitkan oleh PT Gramedia

Pustaka Utama tahun 2016. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

nilai sosial yang terdapat dalam novel tersebut yaitu nilai tolong menolong,

kekeluargaan, kesetiaan, kepedulian, tanggung jawab, disiplin, empati, keserasian

hidup, toleransi kerjasama dan demokrasi. Hasil analisis nilai-nilai sosial dalam

novel Hujan karya Tere Liye dapat dijadikan sebagai alternatif bahan

pembelajaran kajian prosa pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

dan Daerah Universitas Mathla’ul Anwar Banten.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Miladiyah (2014) dengan judul

Nilai Sosial dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa nilai sosial dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari

berkaitan dengan kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat Pagaten. Nilai

sosial tersebut yaitu, hubungan manusia dengan masyarakat yang digambarkan

ketika seseorang berguna bagi lingkungannya, nilai sosial ini, diantaranya: agama,

musyawarah, gotong-royong, tolong-menolong, saling memaafkan, kasih sayang,

dan tanggung jawab. Berdasarkan nilai sosial tersebut berkaitan dengan

21
22

pengajaran sastra di SMA yang terdapat di kurikulum 2013 dengan Kompetensi

Dasar menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, tanggung jawab dalam

menggunakan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan hasil analisis

teks novel serta memahami struktur dan kaidah teks novel baik melalui lisan

maupun tulisan. Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya memiliki persamaan

dan perbedaan, persamaannya, yaitu sama-sama meneliti nilai-nilai sosial di

dalam novel, sedangkan perbedaannya terletak pada novel yang diteliti.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.

Menurut Moleong (2005: 87) penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian

yang menghasilkan data deskriptif dari sumber data yang diamati. Menurut Ratna

(dalam Nurhuda dkk,2017:105) bahwa penyajian dan penafsiran metode kualitatif

yakni dalam bentuk deskriptif. Dalam hal ini, analisis novel Tanah Tabu karya

Anindita S. Thayf dikatakan penelitian kualitatif karena data yang dikumpulkan

berupa kalimat, paragraf, dan bukan angka. Penelitian yang dilakukan ini

termasuk penelitian studi kasus yang terpancang untuk menggambarkan secara

cermat nilai-nilai sosial dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yaitu pendekatan

dalam menganalisis karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan untuk mengetahui makna totalitas, suatu karya sastra juga

berupaya untuk menemukan keterjalinan antar pengarang, pembaca, dan kondisi

sosial budaya dengan karya sastra.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah unsur yang sama-sama dengan sasaran penelitian

yang membentuk data dan konteks data. Objek penelitian ini adalah nilai-nilai

sosial dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf yang merupakan novel

yang medapatkan juara satu dalam Sayembara Penulisan Novel Dewan Kesenian

Jakarta tahun 2008.

23
24

3.3 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa paparan bahasa (teks tertulis) yaitu kutipan

kata, kalimat, dan paragraf yang terdapat dalam novel “Tanah Tabu” karya

Anindita S. Thayf ditambah dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan

narasumber yang bernama Mercy P. Sokoy untuk bahan perbandingan nilai-nilai

sosial yang didapat dengan kondisi masyarakat Papua di lapangan. Yang mana

narasumber ini adalah mahasiswa Universitas Jambi yang berasal dari provinsi

Papua.

Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel “Tanah Tabu” karya

Anindita S. Thayf yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama tahun 2009

dengan tebal 192 halaman ditambah dengan rekaman suara hasil wawancara

bersama narasumber.

3.4 Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

pustaka, simak, dan catat yakni dengan membaca dan mencatat hal-hal penting

yang berhubungan dengan novel “Tanah Tabu” karya Anindita S. Thayf atau dari

berbagai sumber literatur yang bekorelasi dengan novel “Tanah Tabu” serta nilai

sosial tersebut. Data diperoleh dalam bentuk tulisan, maka harus dibaca,

dipelajari, hal-hal penting dicatat kemudian disimpulkan dan mempelajari sumber

tulisan yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dan acuan dalam hubungan

dengan objek yang akan diteliti. Data dalam penelitian ini adalah novel Tanah

Tabu karya Anindita S. Thayf.

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut.


25

1. Membaca secara keseluruhan novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf

secara teliti, kritis, dan berulang-ulang.

2. Menandai dan mencatat data berdasarkan permasalahan yang berhubungan

dengan nilai-nilai sosial.

3. Data dideskripsikan berdasarkan permasalahan yang ada dalam novel

Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf sesuai dengan yang akan diteliti,

yakni bentuk-bentuk nilai sosial yang terdapat dalam novel tersebut.

4. Membuat simpulan.

5. Melakukan wawancara dan menghubungkan simpulan dengan pandangan

salah satu masyarakat Papua.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang berupa

pengumpulan data yang sifatnya dokumen yaitu buku-buku, jurnal-jurnal yang

berkenaan dengan bahan yang diteliti dan menggunakan alat berupa tabel yang

berisi kolom dengan penjelasan nomor, kisi-kisi nilai, kutipan, dan analisis data.

Peneliti sebagai instrumen melakukan penelitian dengan pengamatan penuh

terhadap nilai-nilai sosial dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf.

Format tabel data sebagai berikut:

25
26

Tabel 1. Instrumen Penelitian untuk Rumusan Masalah Pertama

No Macam-Macam Kisi-Kisi Nilai Kutipan Analisis

Nilai Sosial

1 Bertanggung Sikap seseorang Ketika itu, Mabel Kutipan di atas

Jawab dimintai berhadapan dengan menceritakan

Bertanggung penjelasan apa seorang paitua Mabel sebagai

jawab adalah sikap yang diperbuat. pemabuk yang seorang ibu

di mana seseorang Bertanggung mencoba menyiksa bertanggung jawab

dimintai penjelasan jawab tidak kedua anaknya. kepada anaknya

mengenai apa yang menjawab dan Anak-anak malang yang sedang

telah diperbuat, tidak mengelak. yang wajahnya dikejar oleh paitua

tidak hanya berlepotan air mata pemabuk. Mabel

menjawab tapi dan ingus itu berlari melindungi kedua

tidak juga kearah Mabel yang anaknya di balik

mengelak (Aisyah kebetulan sedang tubuhnya agar

dkk, 2016:5). menyapu halaman. tidak ditangkap dan

Mereka pun disiksa oleh paitua

disembunyikan yang sedang

Mabel di balik mabuk tersebut.

punggungnya, Hal ini

sementara bapak membuktikan rasa

mereka memburu tanggung jawab

dari belakang. Di yang tinggi

hadapan Mabel yang terhadap dirinya

26
27

sebesar gunung, aku sendiri sebagai

melihat dengan mata seorang ibu yang

kepalaku paitua harus mampu

pemabuk itu melindungi

berusaha menggapai anaknya apalagi

anak-anaknya tanpa dari hal yang bisa

menyentuh tubuh membahayakan

Mabel, tetapi gagal anak-anaknya.

(Tanah

Tabu,2009:12)

2 Kasih Sayang Menciptakan

Kasih sayang kasih sayang antar

menciptakan kerja manusia.

sama di antara

manusia. Bila kasih Kasih sayang

sayang tidak ada menyebabkan

maka tidak akan keselamatan

terwujud jasmani, dapat

persaudaraan di memperbaiki

antara manusia, tak perilaku amoral

seorang pun yang dan saling

merasa memiliki menghormati.

tanggung jawab

terhadap orang

27
28

lain, keadilan dan

pengorbanan akan

menjadi hal yang

absurd

utopis…..(Erfan

dalam Aisah,

2015:6).

3 Peduli Nasib Sikap kepedulian

Orang Lain diri untuk

Peduli adalah melibatkan diri

sikap keberpihakan dalam persoalan.

kita untuk

melibatkan diri

dalam persoalan, Memberikan

keadaan atau inspirasi kebaikan

kondisi yang terjadi pada lingkungan.

di sekitar kita.

Orang yang peduli

kepada nasib orang

lain adalah mereka

yang terpanggil

melakukan sesuatu

dalam rangka

28
29

memberi inspirasi

kebaikan kepada

lingkungan sekitar

(Aisah, 2015:6).

4 Suka Memberi Memberikan

Nasihat solusi dan

Selain nasihat kebaikan.

dari orang lain,

menasihati orang Nasihat yang

lain pun tidak ada diberikan harus

salahnya, karena masuk akal.

tidak secara

langsung Memberi nasihat

memberikan solusi dalam bentuk

dan kebaikan memperbaiki

dalam diri akan kesalahan yang

tersalurkan….. dilakukan oleh

(Abdilah dalam orang yang

Aisah, 2015:6). menerima nasihat

kita.

29
30

Pertama, berilah

nasihat yang

paling baik, dan

hendaknya dapat

diterima.

Kedua,

menasihati secara

diam-diam berarti

telah

menghormati dan

memperbaikinya.

5 Kerja Sama Usaha bersama

Suatu usaha agar tercapai

bersama antara tujuan bersama.

orang perorangan

atau kelompok

manusia untuk

30
31

mencapai suatu

atau beberapa

tujuan

bersama…..(Rafian

dalam Aisah,

2015:5).

6 Suka Menolong Kebiasaan yang

Manusia mengarah pada

adalah makhluk kebaikan hati

sosial, dia tak bisa seseorang yang

hidup seorang diri, muncul dari

atau mengasingkan kesadaran diri

diri dari kehidupan sendiri.

bermasyarakat

(Abdilah dalam Timbul rasa

Aisah, 2015:6). kepuasan karena

berguna bagi

orang lain.

7 Suka Mendoakan Merupakan

Orang Lain perilaku terpuji

Mendoakan yang memberikan

orang lain kekuatan.

31
32

merupakan Membantu

perilaku yang melepaskan beban

terpuji, karena orang lain dengan

secara tidak cara mendoakan.

langsung

memberikan

kekuatan

kepadanya dalam

menghadapi

persoalan yang

dialami…..(Abdilla

h dalam Aisah,

2015:7).

8 Kerukunan Menimbulkan

Kerukunan kerukunan dalam

dalam keluarga, keluarga, sekolah,

sekolah ataupun masyarakat

bermasyarakat sehingga muncul

akan mengurangi kenyamanan dan

salah paham karena ketenangan.

semua orang Karena terbiasa

nyaman dengan hidup rukun maka

ketenangan hidup. dijauhkan dari

Jika terbiasa segala

32
33

merasakan hidup permusuhan.

rukun dalam

keluarga, maka
Kerukunan
kehidupan bergaul
membawa
dalam masyarakat
kebersamaan dan
akan jauh dari rasa
persatuan.
permusuhan dan
Karena rukun
perselisihan.
maka lahirlah
Dengan rukun dan
karya besar yang
pengertian maka
bermanfaat.
kehidupan akan

selalu damai,

permasalahan pun

akan mudah

diselesaikan jika

hidup rukun akan

tercipta dalam

kehidupan…..(Rib

ka dalam Aisah,

2015:6).

33
34

Tabel 2. Instrumen Penelitian untuk Rumusan Masalah Kedua

No Kompetensi Dasar Indikator Kaitannya

3.11 Menganalisis

pesan dari satu buku Bertanggung Jawab

fiksi yang dibaca.

4.11 Menyusun ulasan

terhadap pesan dari Kasih Sayang

satu buku fiksi yang

dibaca

3.9 Menganalisis isi Peduli Nasib

dan kebahasaan novel. Orang Lain

Suka Memberi Nasihat

Kerja Sama

Suka Menolong

Suka Mendoakan

34
35

Orang Lain

Kerukunan

3.6 Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam

proses penelitian, karena inilah penelitian akan tampak. Analisis data mencakup

seluruh kegiatan mengklasifikasikan, menganalisa, memaknai dan menarik

kesimpulan dari semua data yang terkumpul. Oleh karena itu, perlu menggunakan

dasar pemikiran untuk menentukan pilihan-pilihan teknik analisis yang

digunakan.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis novel Tanah Tabu karya

Anindita S. Thayf dalam penelitian ini adalah teknik analisis data secara dialektik

yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam novel

dengan mengintegrasikan ke dalam satu kesatuan makna. Teknik dialektika

merupakan metode yang menggabungkan unsur-unsur implisit menjadi

keseluruhan atau kesatuan makna, yang akan dicapai dengan beberapa langkah

yaitu menganalisis dan mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam novel,

(Goldman dalam Robingah, 2013: 8). Adapun langkah yang dilakukan peneliti

dalam menganalisis data sebagai berikut:

1) Peneliti membaca dan memahami sumber data tentang nilai-nilai sosial

dalam novel Tanah Tabu karya Anindita Thayf.

35
36

2) Peneliti menyajikan dan menganalisis data sesuai dengan aspek nilai-nilai

sosial dalam novel Tanah Tabu karya Anindita Thayf. Langkah ini

merupakan sajian data.

3) Peneliti memeriksa data dan menafsirkan data terklasifikasi dan

terindentifikasi dalam usaha menentukan kesatuan, kepaduan dan

hubungan antar data sehingga diperoleh jawaban utuh menyeluruh tentang

nilai-nilai sosial dalam novel Tanah Tabu karya Anindita Thayf. Langkah

ini merupakan penarikan kesimpulan.

4) Apabila langkah (1, 2, dan 3) dipandang belum mencukupi, peneliti

kembali mengulang langkah (1, 2, dan 3) untuk mendapatkan gambaran

hasil secara utuh menyeluruh.

3.7 Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat

multiperspektif. Artinya, untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak

hanya satu cara pandang (Sutopo dalam Robingah, 2013:8).

Triangulasi berarti suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan

dengan cara memanfaatkan hal-hal (data) lain untuk pengecekan atau

perbandingan data (Moleong dalam Hadi, 2016:2).

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah peneliti mengumpulkan data tentang nilai-nilai sosial novel Tanah

Tabu karya Anindita S. Thayf, nilai-nilai sosial yang ditemukan ialah: nilai sosial

bertanggung jawab, nilai sosial kasih sayang, nilai sosial peduli nasib orang lain,

nilai sosial suka memberi nasihat, nilai sosial kerja sama, nilai sosial suka

menolong, nilai sosial suka mendoakan orang lain, dan nilai sosial kerukunan.

4.1.1 Nilai-Nilai Sosial dalam Novel Tanah Tabu Karya Anindita S. Thayf

1. Bertanggung Jawab

Dalam novel Tanah Tabu terdapat sosok perempuan yang bertanggung

jawab sebagai seorang ibu. Berikut kutipan perempuan yang bertanggung jawab

sebagai seorang ibu.

Ketika itu, Mabel berhadapan dengan seorang paitua pemabuk yang


mencoba menyiksa kedua anaknya. Anak-anak malang yang wajahnya
berlepotan air mata dan ingus itu berlari kearah Mabel yang kebetulan
sedang menyapu halaman. Mereka pun disembunyikan Mabel di balik
punggungnya, sementara bapak mereka memburu dari belakang. Di hadapan
Mabel yang sebesar gunung, aku melihat dengan mata kepalaku paitua
pemabuk itu berusaha menggapai anak-anaknya tanpa menyentuh tubuh
Mabel, tetapi gagal (Tanah Tabu,2009:12).
Kutipan di atas menceritakan Mabel sebagai seorang ibu bertanggung jawab

kepada anaknya yang sedang dikejar oleh paitua pemabuk. Mabel melindungi

kedua anaknya di balik tubuhnya agar tidak ditangkap dan disiksa oleh paitua

yang sedang mabuk tersebut. Hal ini membuktikan rasa tanggung jawab yang

37
38

tinggi terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu yang harus mampu melindungi

anaknya apalagi dari hal yang bisa membahayakan anak-anaknya.

Selain itu, dalam novel Tanah Tabu juga menggambarkan sosok Mabel

yang bertanggung jawab sebagai anak piaraan Tuan Piet dan Nyonya Hermine.

Nilai sosial bertanggung jawab tersebut terdapat dalam kutipan.

Mabel lantas berjaga di pintu depan, sementara pintu belakang yang tertutup
telah diganjalnya dengan kursi dan berkarung-karung beras, gula, dan
garam, yang dipindahkannya dari gudang. Mabel merasa menjaga Nyonya
Hermine dan anaknya adalah sebuah kewajiban (Tanah Tabu, 2009: 91).

Berdasarkan kutipan tersebut, menggambarkan adanya tanggung jawab

Mabel terhadap keselamatan Nyonya Hermine dan anaknya. Mabel melakukan

segala cara demi melindungi Nyonya Hermine dan anaknya. Walaupun dia

seorang perempuan namun dia tetap bertanggung jawab demi keselamatan

mereka.

Selain itu, ada pula tanggung jawab yang dilakukan oleh Mabel sebagai

seorang istri dan Johanis sebagai seorang suami dalam sebuah rumah tangga,

berikut kutipan tanggung jawab suami istri tersebut.

“Pada tiga tahun awal perkawinan mereka, kehidupan keluarga Mabel dan
Pace Mauwe begitu damai dan bahagia. Mereka tidak pernah bertengkar,
apalagi berkelahi. Sebagai istri, Mabel tahu betul tugasnya dan senantiasa
mengerjakan semuanya sebaik mungkin. Dia mengurus rumah, suaminya,
Johanis, juga kebun-kebun mereka. Dia juga selalu menyempatkan diri
membuat noken baru, menganyam keranjang, bahkan tak pernah
membiarkan tempat sagu sampai kosong. Sedangkan Pace Mauwe suami
yang bertanggung jawab, penyayang, dan perhatian. Dia juga seorang
pekerja keras dan pemburu yang tangkas” (Tanah Tabu, 2019: 108-109).
39

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Mabel telah bertanggung jawab

sebagai seorang istri yang harus mengurus rumah, suaminya, bahkan juga

mengurus kebun mereka. Begitupun suaminya Johanis juga telah bertanggung

jawab sebagai seorang suami yang harus bekerja keras dan memburu demi

keluarganya.

Dalam novel Tanah Tabu juga terdapat nilai sosial tanggung jawab yang

dimiliki oleh Yosi sahabat Leksi.

Dia tidak diperbolehkan bermain oleh ibunya karena harus mengurus


adiknya yang nomor tiga, Kaye, yang sedang sakit. “Kaye masih panas,
Leksi. Kata mamaku, aku harus menjaganya dan tidak boleh keluar rumah,
apalagi bermain” (Tanah Tabu, 2009: 118).

Dalam kutipan tersebut, menjelaskan bahwa Yosi bertanggung jawab

sebagai seorang kakak dia harus menjaga serta mengurus adiknya yang sedang

sakit. Dia merelakan waktu bermainnya demi menjaga adiknya.

Kemudian nilai sosial bertanggung jawab yang terakhir dimiliki oleh Mace

seorang perempuan yang kuat dan hebat, berikut kutipannya.

Meskipun goyah-kutahu itu pasti-tetapi toh dia telah berusaha semampunya.


Mencoba menjalani hari seperti biasa tanpa terganggu pandangan dan
sindiran sinis para tetangga. Mengatasi tangisan Leksi yang tak henti sejak
pagi hingga pagi lagi dengan sabar. Bahkan tetap bekerja di kebun walau
sesekali kutemukan dia berhenti sejenak untuk menangis. Bagiku, hal
tersebut sudah hebat. Dia memang perempuan yang kuat, dan harus tetap
kuat seperti pesan Mabel sebelum orang-orang itu membawanya (Tanah
Tabu,2009:183).

Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa Mace bertanggung jawab sebagai

seorang ibu yang harus mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapi dalam

39
40

keluarganya. Ia harus mampu mengatasi tangisan Leksi anaknya yang tak henti-

hentinya serta harus tetap bekerja seperti hari biasanya meskipun suasana hati dan

pikirannya sedang tidak baik-baik saja.

2. Kasih Sayang

Tokoh Mabel dalam novel Tanah Tabu memiliki nilai kasih sayang, nilai ini

ditunjukkan ketika dia menyayangi serta perhatian kepada Kwee yang merupakan

tokoh babi dalan novel tersebut seperti menyayangi anaknya sendiri.

“Aku masak tumis bunga papaya. Kau pasti suka, kan?” ujar Mabel tanpa
melihatku. Aku mengeluarkan suara senang dan segera berlalu. Aku tidak
pernah mau membuat Mabel-ku marah. Tidak pernah sekali pun. Dia selalu
baik dan perhatian kepadaku. Memperlakukanku layaknya keturunannya
sendiri dengan sayang (Thayf, 2009: 11).

Kasih sayang Mabel tidak hanya ditunjukkan kepada Kwee saja, dia juga

begitu menyayangi anak-anaknya. Kasih sayang Mabel terlihat ketika paitua

pemabuk mencoba menyakiti kedua anaknya, dengan sigap dia melindungi

anaknya dari jangkauan paitua pemabuk tersebut.

Ketika itu, Mabel berhadapan dengan seorang paitua pemabuk yang


mencoba menyiksa kedua anaknya. Anak-anak malang yang wajahnya
berlepotan air mata dan ingus itu berlari kearah Mabel yang kebetulan
sedang menyapu halaman. Mereka pun disembunyikan Mabel di balik
punggungnya, sementara bapak mereka memburu dari belakang. Di hadapan
Mabel yang sebesar gunung, aku melihat dengan mata kepalaku paitua
pemabuk itu berusaha menggapai anak-anaknya tanpa menyentuh tubuh
Mabel, tetapi gagal (Thayf, 2009: 12).

Tokoh Mace dalam novel Tanah Tabu memiliki nilai kasih sayang, nilai

tersebut dibuktikan dengan cara Mace mengurus serta membesarkan anaknya serta

tokoh Kwee hewan piaraan seperti anaknya sendiri. Dia tidak membedakan kasih

sayang antara anaknya dan Kwee. Mace selalu berlaku adil dengan mereka.

40
41

Sejak kecil, Mace-lah yang mengurus dan membesarkanku. Tidak kurasakan


ada beda kasih sayang yang dicurahkannya untukku dan Leksi, anaknya
sendiri. Sepiring makanan untuk Leksi, sepiring juga untukku. Leksi
dibuainya dalam pelukan, aku diusapnya dengan kasih sayang. Leksi diajak
jalan-jalan, aku pun diikutkannya serta (Thayf, 2009: 13).

Tokoh Kwee menunjukkan kasih sayangnya terhadap Leksi dengan cara

tidak ingin melihat leksi kesulitan apalagi hanya karena dia. Dia rela ditinggal di

rumah walaupun sebenarnya dia sangat ingin bermain dengan Leksi.

Aku tahu Leksi sebenarnya ingin mengajakku, tetapi sebersit ketakutan


terpancar jelas dari matanya. Dia takut dihukum. Dan aku tidak ingin
membuat Leksi-ku tercinta mendapat kesulitan (Thayf, 2009: 15).

Tokoh Leksi menunjukkan nilai kasih sayang dengan dibuktikan oleh

tindakan. Dia merelakan waktu bermainnya untuk bersekolah semata-mata ingin

membuat Mace dan Mabel bahagia. Dia juga berjanji untuk menjadi anak yang

cerdas namun tidak secerdas Bapaknya dengan kata lain, dia tidak ingin nama

Bapaknya hadir lagi di tengah-tengah keluarganya yang membuat Mace dan

Mabel sedih dan murung.

Aku bersedia menyerahkan separuh waktu bermainku untuk bersekolah


semata demi membuat keceriaan terbit lagi di wajah Mace dan Mabel, yang
bertahan murung sejak menyebut nama Bapak. Dalam hati, tanpa setahu
mereka, aku berjanji untuk tidak lagi membuat diriku secerdas Bapak atau
menyamai Bapak dalam hal lain supaya namanya tidak akan pernah hadir
lagi di antara kami dan merampas senyum kami (Thayf, 2009: 18).

Mabel menunjukkan nilai kasih sayang pada Leksi dengan tindakannya. Dia

selalu bekerja keras untuk membiayai hidup keluarganya terutama Leksi cucunya.

Mabel ingin Leksi menjadi anak yang sehat dan gemuk seperti dirinya. Karena

masa muda Mabel pernah merasakan makan yang enak seperti roti, keju, dan susu

jadi dia ingin cucunya juga merasakan makanan yang pernah dia rasakan.

41
42

“Semua makanan itulah yang membuatku bisa segemuk ini, walaupun


sekarang hanya bisa makan keladi, sagu, ubi, atau sesekali daging kalau ada
yang berpesta. Karena itu, aku akan bekerja sekeras mungkin untuk
membelikanmu roti, keju, dan susu. Sabar saja, Nak. Aku akan membuatmu
segemuk dia.” Lalu mata Mabel menatap Kwee dengan pandangan penuh
arti (Thayf, 2009: 29).

Tidak hanya itu, Mabel juga berpesan pada Pum untuk menjaga Leksi,

karena dia khawatir cucunya masih sangat kecil dan rapuh untuk bertahan

menjalani kehidupan dunia yang begitu kejam.

“Kau jaga dia, Pum. Dia masih terlalu rapuh untuk bertahan di dunia yang
kejam ini” (Thayf, 2009: 32).

Tidak hanya Mabel yang menunjukkan nilai kasih sayang namun tokoh Pum

juga menunjukkan nilai kasih sayang kepada Leksi. Kasih sayang Pum

ditunjukkan dengan cara selalu setia menjaga dan juga menemani Leksi, bahkan

dia juga sering menemani Leksi walaupun hanya sekedar untuk bermain.

Leksi-ku sayang. Leksi-ku tercinta. Kau tidurlah yang nyenyak dan mimpi
indah. Untuk hari ini, aku akan setia di sini menjagamu. Sedangkan untuk
esok hari dan seterusnya, semoga aku masih bisa terus mendampingimu
seperti sekarang. Namun jika tidak, ku tahu Tuhan Besar di Atas sana akan
selalu menjagamu. Percayalah (Thayf, 2009: 37).

Kasih sayang Pum juga ditunjukkan kepada Mabel, Pum tidak hanya setia

menemani dan menjaga Leksi, namun dia juga setia menemani Mabel ke mana

pun Mabel pergi. Bahkan ketika Mabel sakit parah Pum setia menemaninya.

Kata orang-orang, sebelum ada aku, Pum adalah bayangan Mabel. Ke mana
pun dia pergi, Pum pasti ada di sekitarnya. Bahkan saat aku telah lahir,
selagi Mabel terkena sakit malaria parah dan sempat menginap di rumah
sakit, Pum ikut menemani (Thayf, 2009: 38).

Tokoh Yosi dalam novel Tanah Tabu menunjukkan nilai kasih sayang, nilai

tersebut dibuktikan dengan pembelaannya pikiran buruk Leksi tentang mamanya.

42
43

Dia menolak saran Leksi untuk memberikan perlawanan terhadap mamanya jika

dimarahi tanpa kesalahan yang berarti, karena dia tahu penderitaan yang dialami

oleh mamanya untuk itu dia tidak ingin menambah beban mamanya lagi.

“Jangan salahkan mamaku, Leksi. Dia juga menderita kalau kau tahu”
(Thayf, 2009: 42).

Dibalik sikap Mama Helda yang selalu kasar dengan Yosi, dia sebenarnya

sangat menyayangi Yosi. Dia tidak ingin putrinya menjadi sasaran kemarahan

suaminya. Bahkan dia merelakan tubuhnya ditendang oleh suaminya hanya untuk

melindungi putrinya.

Kakiku mulai melangkah maju. Di tangan kananku sudah ada sandalku yang
sebelah. Tirai kamar sudah kukuak lebar. Saat itulah Mama menunjukkan
kecintaannya kepadaku. Dia…. Dia merelakan tubuhnya ditendang Pace,
yang emosinya kambuh lagi karena mengira aku sudah berani melawannya
(Thayf, 2009: 47).

Seganas-ganasnya Pum dia tidak pernah menyakiti pasangan serta anak-

anaknya. Dia begitu menyayangi pasangan serta anak-anaknya. Untuk itu, dia

tidak suka jika melihat seorang Mama tanpa daya dihajar oleh suaminya sendiri.

Karena seorang suami sejatinya adalah memberikan perlindungan serta

kenyamanan untuk keluarganya. Dia sangat menolak keras dengan kebiasaan

kasar tersebut.

Aku sadar kebiasaan itu salah. Ikut merasa tersakiti jika melihat seorang
Mama yang tanpa daya dihajar suaminya. Asal kau tahu, seganas-ganasnya
aku dahulu, tidak pernah sekali pun aku menyakiti ibu anak-anakku. Tanya
saja Mabel sangat tahu itu. Aku menyayangi dan melindungi pasanganku,
pun anak-anakku (Thayf, 2009: 51).

Nilai kasih sayang tidak hanya ditunjukkan oleh Mabel saja, namun Mace

juga menunjukkan kasih sayang terhadap keluarganya. Nilai tersebut dibuktikan

43
44

dengan cara Mace yang ikut serta membantu Mabel mencari nafkah untuk

membiayai sekolah Leksi dan kebutuhan keluarga.

Karena itulah Mabel rela banting tulang bekerja apa saja untuk membiayai
sekolah Leksi dan memenuhi semua kebutuhannya. Tentu saja, Mace juga
ikut membantu; menggarap kebun sayur dan petatas milik Mabel sejak pagi
hingga siang, lantas berjualan dipasar sampai sore pecah. Sedangkan Mabel
berjualan kapur dan pinang yang dibuat dan dikumpulkannya sendiri,
meskipun bukan dia yang mengambil pinang dari pohonnya, setelah
sebelumnya membereskan pekerjaan rumah (Thayf, 2009: 52).

Pum menunjukkan nilai kasih sayangnya terhadap Leksi dan Kwee. Nilai

tersebut dibuktikan dengan tindakan Pum yang selalu mejaga Leksi dan Kwee dari

hal-hal yang membahayakan mereka.

Ah, sudahlah. Terserah apa katanya. Yang penting siang ini semua berjalan
baik-baik saja. aku berhasil menjaga Leksi dan Kwee satu hari lagi (Thayf,
2009: 57).

Leksi begitu menyayangi Kwee, kasih sayang Leksi dibuktikan dengan

tindakan Leksi membersihkan tubuh Kwee yang basah terkena guyuran air kotor

karena ada sebuah mobil yang mencipratinya dengan air kubangan yang

memenuhi jalan. Dengan sabar Leksi membersihkan tubuh Kwee dengan tangan

mungilnya, membuat amarah Kwee sedikit mengendur.

Leksi mencoba membersihkan tubuhku dengan sepasang tangan mungilnya.


Aku tersentuh. Marahku sedikit mengendur (Thayf, 2009: 62).

Kemudian kasih sayang Mabel kembali ditunjukkan kepada cucunya Leksi,

ia ingin memasak ayam untuk Leksi karena cucu kesayangannya itu sangat

menginginkan masakan ayam, bahkan Mabel selalu mengingat kata-kata cucu

kesayangannya itu. Semangat Mabel berjualan sayur di pasar tidak putus walau

diusianya yang sudah tua hanya demi cucu dan keluarganya.

44
45

“akan kumasak ayam untukmu. Kau pernah bilang ingin makan ayam
bukan? Seperti yang pernah kau lihat disantap orang-orang di warung ruko
sana. Aku masih ingat kata-katamu, Nak” (Thayf, 2009: 65).

Begitu besar kasih sayang mabel pada cucunya, bahkan dia menyuruh Leksi

untuk menghabiskan pinangnya. Dia ingin cucunya bisa makan enak dengan

sepuasnya, bahkan dia ingin membelikan telur dan juga ayam untuk cucu

kesayangannya.

“Oh, habiskan saja, Nak. Habiskan. Makan semuanya sepuasmu. Sebab


sebentar lagi kita akan dapat uang dari hasil jual sayur. Sebentar lagi bukan
hanya pinang yang kau makan sampai puas, tapi juga telur. Atau mungkin
ayam, kalau harganya bisa ku tawar sedikit. Ya, ya, ayam. Aku juga sudah
lama tidak makan ayam. Sudah lupa bagaimana rasanya. Ah, ayam” (Thayf,
2009: 67).

Wibawa, kebaikan serta kasih sayang Tuan Piet dan Nyonya Hermine juga

ditunjukkan dalam novel Tanah Tabu, kasih sayang mereka dibuktikan dengan

tindakan mereka memberikan kehidupan yang layak, termasuk pakaian, makanan,

serta pendidikan kepada Mabel. Mereka tidak membedakan antara manusia yang

berkulit putih ataupun hitam, di mata mereka manusia itu sama harus saling

mencintai dan mengasihi.

Mabel akan tinggal bersama mereka dan diberikan kehidupan yang layak,
termasuk pakaian, makanan, dan pendidikan. Dia berjanji tidak akan
menelantarkan Mabel; Mabel akan diperlakukan dengan layak meskipun
warna kulit mereka berbeda. “Karena di mata Sang Pencipta kita semua
sama. Bersaudara. Berkeluarga. Yang harus saling mencintai dan mengasihi
sebagai sesama manusia” (Thayf, 2009: 87).

Nyonya Hermine kembali menunjukkan kasih sayangnya kepada Mabel

dengan memandikan Mabel serta memberi Mabel pakaian baru. Walaupun belum

begitu mengenal Mabel, Nyonya Hermine begitu baik serta menyayangi Mabel

45
46

seperti anaknya sendiri. Dengan sabar Nyonya Hermine menjelaskan kepada

Mabel kegunaan setiap barang dan perkakas baru yang ada di rumah.

Mabel menjadi lebih bersinar setelah Nyonya Hermine menggosok seluruh


tubuhnya kersa-keras dengan sabun dan handuk, tanpa memedulikan
teriakan takut dan kesakitan Mabel, pada hari pertama setibanya di
Mindiptana. Usai dimandikan, dia diberi pakaian baru (Thayf, 2009: 89).

Tidak hanya Nyonya Hermine yang menunjukkan kasih sayangnya pada

Mabel, namun Tuan Piet juga begitu menyayangi Mabel. Nyonya Hermine malah

menyuruh Mabel menggunakan seluruh halaman belakang untuk berkebun ketika

Mabel meminta izin memakai sedikit halamannya, sedangkan Tuan Piet malah

menyumbangkan beberapa kantong bibit buah labu kepada Mabel.

Tanpa disangka-sangka, perempuan berambut mengkilap itu justru


menyuruh Mabel menggunakan seluruh halaman belakang. Tuan Piet malah
menyumbang beberapa kantong bibit buah labu yang dibelinya entah dari
siapa (Thayf, 2009: 90).

Kasih sayang Nyonya Hermine dan Tuan Piet tidak hanya sebatas

memberikan pakaian, makanan tapi kasih sayang mereka juga dibuktikan dengan

dukungan kepada Mabel untuk belajar serta membaca buku, bahkan mereka

mengizinkan Mabel untuk menambah waktu luangnya pada akhir pekan supaya

Mabel bisa menghabiskan waktunya hanya untuk membaca buku.

Tuan Piet dan Nyonya Hermine mendukung ketertarikan Mabel pada buku.
Mereka menambah waktu luangnya pada akhir pekan, dan membiarkan
Mabel menghabiskannya dengan hanya membaca buku di kamar atau teras
depan (Thayf, 2009: 98).

Tokoh Pace Johanis juga memiliki nilai kasih sayang, nilai tersebut

dibuktikan dengan tindakan Pace yang selalu perhatian dengan istrinya. Ia adalah

sosok suami yang baik bagi Mabel, tidak hanya pekerja keras dan pemburu

tangkas Pace Johanis begitu perhatian dengan istrinya bahkan selama awal

46
47

pernikahan mereka tidak pernah bertengkar. Namun kasih sayang tersebut tidak

bertahan lama, nilai tersebut hilang dan digantikan oleh sikap yang kasar kepada

keluarganya.

“Pada tiga tahun awal perkawinan mereka, kehidupan keluarga Mabel dan
Pace Mauwe begitu damai dan bahagia. Mereka tidak pernah bertengkar,
apalagi berkelahi. Sebagai istri, Mabel tahu betul tugasnya dan senantiasa
mengerjakan semuanya sebaik mungkin. Dia mengurus rumah, suaminya,
Johanis, juga kebun-kebun mereka. Dia juga selalu menyempatkan diri
membuat noken baru, menganyam keranjang, bahkan tak pernah
membiarkan tempat sagu sampai kosong. Sedangkan Pace Mauwe suami
yang bertanggung jawab, penyayang, dan perhatian. Dia juga seorang
pekerja keras dan pemburu yang tangkas” (Thayf, 2009: 108-109).

Yosi adalah teman bermain Leksi, meski diusianya yang masih kecil dia

begitu menanamkan nilai kasih sayang dalam dirinya. Nilai tersebut dibuktikan

dengan cara dia menjaga serta merawat adiknya yang sedang sakit dengan penuh

kesabaran, meski sebenarnya dia masih ingin bermain bersama Leksi. Dia juga

begitu menyayangi mamanya hingga tidak ingin membuat mamanya kerepotan.

Dia tidak diperbolehkan bermain oleh ibunya karena harus mengurus


adiknya yang nomor tiga, Kaye, yang sedang sakit. “Kaye masih panas,
Leksi. Kata mamaku, aku harus menjaganya dan tidak boleh keluar rumah,
apalagi bermain”.
Yosi begitu sabar dan perhatian. Setiap kali Kaye berulah, tidak pernah ku
lihat dia mencubit atau membentak adik bungsunya itu. Yosi hanya
berusaha membujuk semampunya. Membelikan gula-gula jika dia sedang
punya uang atau membiarkan Kaye menjadi pengganggu keasyikannya
bermain (Thayf, 2009: 118-119).

Bagi Mabel, Mama Kori lebih seperti saudara yang tidak dimilikinya.

Perempuan itu adalah tempat ketika Mabel membutuhkan semangat. Kasih sayang

Mama Kori dibuktikan dengan cara dia yang selalu ada dan setia menemani

Mabel ketika tertimpa musibah. Bahkan Mama Kori dan Mabel tidur berpelukan

untuk melepas rindu karena telah lama tidak berjumpa.

47
48

Semalam, Mama Kori dan Mabel tidur berpelukan di atas tikar lusuh yang
digelar di ruang depan rumah kami yang sempit (Thayf, 2009: 136).

Leksi begitu menyayangi sahabatnya Yosi. Nilai kasih sayang tersebut

ditunjukkan dengan cara Leksi yang begitu khawatir dengan keadaan sahabatnya

yang sudah lama tidak terlihat. Bahkan Leksi sampai sakit karena memikirkan

keadaan sahabatnya yang sudah lama tidak muncul dihadapannya.

Aku benar-benar kehilangan Yosi. Hal itu membuatku sangat sedih. Aku
juga tidak bisa tidur dan belajar. Aku selalu ingat kata-katanya yang berjanji
untuk bermain bersama. Aku juga selalu ingat wajah cerahnya jika berhasil
memenangi permainan. Selama berhari-hari, aku lebih suka termenung
sendiri sambil menatap pagar rumah Yosi (Thayf, 2009: 140).

Nilai kasih sayang juga dimiliki oleh tokoh Leksi, nilai tersebut dibuktikan

dengan tindakannya untuk mengunjungi sahabatnya yang sudah lama tidak

bertemu. Setelah dia sembuh dari sakit, akhirnya dia diajak Mabel untuk

mengunjungi Yosi. Leksi begitu bahagia karena akhirnya dia akan bertemu

dengan sahabatnya. Dia meminta beberapa kaus dan stiker milik Mabel untuk

diberikan kepada sahabatnya.

“Pilih saja kaus yang kau sukai, Nak. Kalau mau, kau ambil saja semuanya.
Tidak apa-apa.
Tanpa merasa perlu mengerti maksud perkataan Mabel, keesokan harinya,
kujejali kantong plastik hitam di tangan ku dengan beberapa lembar kaus
pembagian milik Mabel dan sejumlah stiker. Rencananya, semua itu akan
kuberikan kepada Yosi dan adik-adiknya” (Thayf, 2009: 144).

Mabel menunjukkan nilai kasih sayang kepada Mama Helda yang sudah

dianggap seperti anaknya sendiri. Nilai tersebut dibuktikan dengan tindakan serta

sikap Mabel kepada Mama Helda, tanpa sungkan dia menumpahkan gelora

keibuannya. Bahkan tidak hanya memberikan kalimat-kalimat bujukan Mabel

48
49

juga tidak enggan untuk mencium kening serta memeluk Mama Helda dan

menumpahkan air mata bersama.

Adapun Mabel yang sejak lama menganggap Mama Helda sebagai anaknya
sendiri tanpa sungkan menumpahkan seluruh gelora keibuannya. Pucuk
kepala Mama Helda diciuminya, begitu pun kedua belah pipi perempuan itu
yang dibasahi air mata, sembari menyanyikan kalimat bujukan. Kedua
perempuan itu lantas berpelukan sangat lama. Mereka berbagi air mata
seakan sadar nasib mereka hampir sama (Thayf, 2009: 151).

Meski dalam novel Tanah Tabu, tokoh Ayah dan Kakak tertua Mabel tidak

banyak disebutkan, namun mereka memiliki nilai kasih sayang. Nilai tersebut

dibuktikan dengan tindakan mereka rela mengorbankan nyawa hanya demi

membela kehormatan suku dan Mabel.

Ayah dan kakak tertua Mabel menyerahkan napasnya yang terakhir pada
hari itu. Mereka tewas demi membela kehormatan suku dan Mabel (Thayf,
2009: 154).

Dalam novel Tanah Tabu, nilai kasih sayang kembali ditunjukkan oleh

tokoh Mabel. Nilai tersebut dibuktikan dengan cara Mabel memberikan semangat

serta dukungannya untuk Mama Helda agar tetap tegar menjalani kehidupan yang

penuh dengan rintangan.

“Tapi kita harus tetap kuat, Helda. Jangan menyerah. Terus berjuang demi
anak-cucu kita. Mereka harus mendapatkan kehidupan yang lebih baik jadi
tegarlah, Nak” (Thayf, 2009: 155).

Tokoh Pum dalam novel Tanah Tabu sering diceritakan sebagai sosok

anjing yang bersikap keras namun, dia juga menampilkan nilai kasih sayang

dalam diriya. Nilai tersebut dibuktikan ketika dia tidak ingin melihat Kwee terluka

hanya karena ingin membantunya. Selama hidupnya dia bersikap keras kepada

Kwee semata-mata hanya untuk menempa Kwee agar bisa menjadi lebih berani

dan tidak pemalas. Dia juga sangat menyayangi Mabel, Mace dan juga Leksi.

49
50

Oh, Kwee. Mungkin belum terlambat untukmu mengetahui betapa aku juga
tak ingin kehilanganmu. Mungkin selama ini aku bersikap terlalu keras
kepadamu, tetapi semua itu punya tujuan. Aku ingin menempamu agar lebih
berani dan tidak pemalas. Kita memang berbeda, tetapi tetap satu keluarga.
Kau, Mabel, Mace, dan Leksi.
Kau pergi saja, Kwee. Jaga Mace dan Leksi baik-baik.
Tidak! Aku tidak mau pergi sendiri.
Sudahlah, jangan membantah. Dan jangan menangis! Mereka datang
(Thayf, 2009: 189).

3. Peduli Nasib Orang Lain

Peduli nasib orang lain merupakan sikap kepedulian diri untuk melibatkan

diri dalam persoalan. Tokoh Kwee memiliki nilai tersebut, dibuktikan ketika dia

rela diam di rumah agar Leksi tidak di hukum serta dia tidak ingin membuat Leksi

mendapat kesulitan. Untuk itu, dia rela ditingal walaupun sebenarnya dia ingin

ikut bersamanya.

Aku tahu Leksi sebenarnya ingin mengajakku, tetapi sebersit ketakutan


terpancar jelas dari matanya. Dia takut dihukum. Dan aku tidak ingin
membuat Leksi-ku tercinta mendapat kesulitan (Thayf, 2009: 15).

Tidak hanya Kwee, tokoh Leksi juga memiliki nilai peduli nasib orang lain.

Nilai tersebut dibuktikan dengan keterlibatannya rela menyerahkan separuh waktu

bermain untuk bersekolah agar keceriaan dan kebahagiaan terbit lagi di wajah

Mace dan Mabel.

Aku bersedia menyerahkan separuh waktu bermainku untuk bersekolah


semata demi membuat keceriaan terbit lagi di wajah Mace dan Mabel, yang
bertahan murung sejak menyebut nama Bapak. Dalam hati, tanpa setahu
mereka, aku berjanji untuk tidak lagi membuat diriku secerdas Bapak atau
menyamai Bapak dalam hal lain supaya namanya tidak akan pernah hadir
lagi di antara kami dan merampas senyum kami (Thayf, 2009: 18).
Sahabat Leksi, dengan kepolosan dia menyatakan kepeduliannya terhadap

Leksi agar menutup lubang atap sekolahnya yang bocor agar tidak banjir, ketika

50
51

Leksi menceritakan keadaan sekolah yang kurang baik karena atap kelasnya yang

bolong dan sering basah ketika hujan turun.

“seseorang harus menutup lubang itu dengan sesuatu, Leksi, sebelum


kelasmu menjadi sumur,” saran Yosi penuh dengan kepedulian (Thayf,
2009: 20).

Mace memiliki masalalu yang buruk, sebagai seorang ibu Mace berharap

anaknya bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dari dirinya, bisa menjadi anak

yang pintar serta membanggakan orang tua. Untuk itu, Mace selalu mendukung

anaknya untuk bersekolah.

Sebagai ibu, Mace berharap aku tumbuh menjadi seorang gadis yang
bernasib baik dan terpelajar (Thayf, 2009: 24).

Nilai peduli nasib orang lain juga dimiliki oleh tokoh Pum. Dalam novel

Tanah Tabu, Pum seperti bayangan Mabel. Pum selalu setia menemani Mabel,

bahkan saat Mabel sedang sakit parah Pum ada untuk menemaninya.

Kata orang-orang, sebelum ada aku, Pum adalah bayangan Mabel. Ke mana
pun dia pergi, Pum pasti ada di sekitarnya. Bahkan saat aku telah lahir,
selagi Mabel terkena sakit malaria parah dan sempat menginap di rumah
sakit, Pum ikut menemani (Thayf, 2009: 38).

Leksi sebagai sahabat Yosi sangat memperdulikan sahabatnya, apalagi

ketika dia melihat sahabatnya yang selalu dimarahi oleh ibunya tanpa alasan yang

jelas. Kepedulian Leksi, menyuruh Yosi untuk memberi pembelaan jika sewaktu -

waktu dimarahi tanpa alasan yang pasti, karena dia tidak suka jika melihat

sahabatnya selalu dimarahi.

Kukatakan dia harus membela diri jika dimarahi tanpa kesalahan yang
berarti (Thayf, 2009: 42).

51
52

Tidak hanya Leksi yang memperdulikan nasib orang lain, Yosi juga sangat

peduli terhadap orang lain terutama ibunya. Dia rela melibatkan diri untuk

membela ibunya yang sedang disiksa oleh Pacenya.

Kakiku mulai melangkah maju. Di tangan kananku sudah ada sandalku yang
sebelah. Tirai kamar sudah kukuak lebar. Saat itulah Mama menunjukkan
kecintaannya kepadaku. Dia…. Dia merelakan tubuhnya ditendang Pace,
yang emosinya kambuh lagi karena mengira aku sudah berani melawannya
(Thayf, 2009: 47).

Walaupun usia Leksi yang masih kecil, dia sangat menanamkan nilai

kepedulian terhadap orang lain terutama pada Macenya. Diusia kanak-kanak

seharusnya hanya memikirkan bermain dan bermain, namun Leksi berbeda dari

anak-anak pada umumnya. Dia lebih memperdulikan untuk membantu Macenya

berjualan dibandingkan sibuk bermain.

Dia ingin menjenguk Mace, yang mungkin saja sedang butuh bantuan,
sebab hari ini jualannya cukup banyak (Thayf, 2009: 49).

Setelah itu, Mabel dan Mace sebagai orang tua yang harus membiayai

sekolah Leksi sangat memperdulikan masa depan Leksi. Mereka bekerja keras

untuk mengais rezeki demi membiayai sekolah Leksi dan memenuhi kebutuhan

keluarga. Semua itu telah dijelaskan oleh tokoh Pum dalam novel Tanah Tabu.

Karena itulah Mabel rela banting tulang bekerja apa saja untuk membiayai
sekolah Leksi dan memenuhi semua kebutuhannya. Tentu saja, Mace juga
ikut membantu; menggarap kebun sayur dan petatas milik Mabel sejak pagi
hingga siang, lantas berjualan dipasar sampai sore pecah. Sedangkan Mabel
berjualan kapur dan pinang yang dibuat dan dikumpulkannya sendiri,
meskipun bukan dia yang mengambil pinang dari pohonnya, setelah
sebelumnya membereskan pekerjaan rumah (Thayf, 2009: 52).

Mabel begitu menanamkan nilai peduli terhadap nasib orang lain dalam

dirinya. Nilai itu dibuktikan dengan keterlibatan dia dengan masalah yang dialami

52
53

oleh Mama Helda. Bukan maksud ikut campur dalam rumah tangga orang lain,

namun Mabel hanya ingin menyampaikan kepeduliannya kepada Mama Helda

yang telalu menyepelekan bahwa kematian tiga anaknya bukanlah masalah bagi

dirinya karena dia masih memiliki lima anak.

“Itu bukan pertanda sayang, Helda-ku. Tapi teguran supaya kau dan paitua-
mu mau mengubah diri dan berusaha memperbaiki kehidupan kalian. Jangan
hanya terus menghasilkan anak, lalu disia-siakan. Karena jika tidak, lima
yang tersisa akan diambilNya satu per satu, hingga meninggalkan kalian
berdua yang meratap malang. Percayalah kepadaku, Helda. Pada kata-
kataku. Bukan kepada orang yang bilang banyak anak, banyak rezeki,
kecuali kau berniat memeras keringat mereka untuk membiayai kehidupan
kalian” (Thayf, 2009: 56).

Leksi sangat mengkhawatirkan Kwee, apalagi saat dia hampir tertabrak

mobil. Kepedulian Leksi terlihat ketika dia membersihkan tubuh mungil Kwee

yang basah karena terkena air kubangan.

“Mobilnya melaju sangat cepat. Aku juga kaget. Tapi untunglah kau tidak
apa-apa, Kwee.”
Leksi mencoba membersihkan tubuhku dengan sepasang tangan mungilnya.
Aku tersentuh. Marahku sedikit mengendur (Thayf, 2009: 62).

Sebagai seorang ibu, Mace sangat mengkhawatirkan nasib anaknya Leksi.

Apalagi saat tahu Leksi diam-diam menyelinap pergi ke tepi jalan besar. Dia tidak

ingin Leksi terkena masalah besar jika dia terlalu sering mengunjungi jalan besar

itu. Untuk itu, dia meminta Leksi berjanji agar tidak mengulanginya.

“Kau benar, Leksi. Di ujung jalan besar sana semua yang tidak baik
berkumpul jadi satu. Karena itu, maukah kau berjanji kepadaku untuk
berhenti menyelinap diam-diam dan pergi ke tepi jalan itu lagi?” (Thayf,
2009: 78).

Tuan Piet dan kelompoknya mengadakan pertemuan dengan kepala suku

dan para laki-laki yang ada di Lembah Baliem untuk membicarakan rencana

53
54

mereka untuk membangun pos pemerintahan dan lapangan penerbangan kecil.

Semua yang mereka rencanakan semata-mata untuk mendatangkan kebaikan bagi

masyarakat sekaligus sebagai warisan untuk anak-cucu mereka kelak. Begitu baik

dan peduli Tuan Piet pada masyarakat di Lembah Baliem.

“Agar kalian tahu, semua itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita,
sekaligus sebagai warisan besar yang sangat membanggakan bagi anak-cucu
kita nanti” (Thayf, 2009: 86).

Meskipun warna kulit mereka berbeda, Nyonya Hermine dan Tuan Piet

begitu peduli dengan Mabel. Dibuktikan dengan kebaikan hati mereka

mengizinkan Mabel menggunakan seluruh halaman belakang, bahkan Tuan Piet

memberikan bibit buah labu kepada Mabel ketika dia meminta izin memakai

separuh halaman untuk berkebun.

Tanpa disangka-sangka, perempuan berambut mengkilap itu justru


menyuruh Mabel menggunakan seluruh halaman belakang. Tuan Piet malah
menyumbang beberapa kantong bibit buah labu yang dibelinya entah dari
siapa (Thyaf, 2009: 90).

untuk melindungi Nyonya Hermine dan anaknya. Meskipun dia wanita,

Ketika terjadi sebuah keributan di desa yang terletak tidak jauh dari daerah tempat

tinggal Nyonya Hermine dan Tuan Piet membuat Tuan Piet begitu kacau. Pagi-

pagi sekali Tuan Piet keluar rumah bersama beberapa laki-laki bersenjata. Karena

keributan tersebut membuat Nyonya Hermine takut dan Khawatir akan terjadi

sesuatu pada suaminya. Sebagai orang satu-satunya yang harus menjaga Nyonya

Hermine, Mabel melakukan berbagai cara kepedulian Mabel pada Nyonya

Hermine tak mengenal rasa takut.

Mabel lantas berjaga di pintu depan, sementara pintu belakang yang tertutup
telah diganjalnya dengan kursi dan berkarung-karung beras, gula, dan

54
55

garam, yang dipindahkannya dari gudang. Mabel merasa menjaga Nyonya


Hermine dan anaknya adalah sebuah kewajiban (Thyaf, 2009: 91).

Peduli nasib orang lain bukan hanya kepada orang yang sudah kita kenal.

Namun sebagai masyarakat sosial kita harus saling peduli pada sesama. Seperti

yang dilakukan oleh Nyonya Hermine pada saat melihat seorang ibu-ibu

melakukan percobaan bunuh diri, dia mencoba membujuk si ibu agar

mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu.

Namun, usaha Nyonya Hermine tidak didengarkan oleh sang ibu sampai akhirnya

si ibu tersebut memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Di tengah keriuhan, sempat kudengar beberapa pendatang berkulit putih,


termasuk Nyonya Hermine, berusaha membujuk si Ibu. Mereka berseru
bahwa pada Hari Natal yang penuh kegembiraan ini sebaiknya setiap
masalah dilupakan dahulu. “Natal adalah saatnya berbagi cinta dan kasih!”
begitu teriak Nyonya Hermine sambil menjadikan kedua tangannya corong,
“jadi alangkah baiknya jika Anda membicarakan baik-baik masalah Anda
dengan keluarga di rumah” (Thyaf, 2009: 94).

Lagi-lagi kepedulian tokoh Nyonya Hermine dan Tuan Piet dalam novel

Tanah Tabu tersebut dipaparkan dengan sangat jelas. Mereka mendukung

ketertarikan Mabel pada buku. Bahkan mereka menambah waktu luangnya diakhir

pekan agar bisa menghabiskan waktunya hanya membaca buku di kamar atau

teras depan. Mereka begitu memperdulikan nasib Mabel, dengan cara seperti itu

bisa membantu Mabel untuk mendapatkan ilmu.

Tuan Piet dan Nyonya Hermine mendukung ketertarikan Mabel pada buku.
Mereka menambah waktu luangnya pada akhir pekan, dan membiarkan
Mabel menghabiskannya dengan hanya membaca buku di kamar atau teras
depan.
“Jadi syukurilah keadaanmu sekarang, Anabel. Jangan berpikir yang
macam-macam. Jalani saja yang ada di depan mata. Aku dan suamiku hanya
memberikan yang terbaik untukmu. Percayalah” (Thyaf, 2009: 98-99).

55
56

Yosi memang masih berusia kanak-kanak, namun dia dituntut menjadi

dewasa karena keadaan. Dia sangat memperdulikan ibunya apalagi adik-adiknya.

Dia rela meninggalkan waktu bermainnya hanya untuk menjaga dan merawat

adiknya yang sedang sakit. Bahkan dia begitu sabar menhadapi adiknya yang

sering kali berulah.

Dia tidak diperbolehkan bermain oleh ibunya karena harus mengurus


adiknya yang nomor tiga, Kaye, yang sedang sakit. “Kaye masih panas,
Leksi. Kata mamaku, aku harus menjaganya dan tidak boleh keluar rumah,
apalagi bermain.”
Yosi begitu sabar dan perhatian. Setiap kali Kaye berulah, tidak pernah ku
lihat dia mencubit atau membentak adik bungsunya itu. Yosi hanya
berusaha membujuk semampunya. Membelikan gula-gula jika dia sedang
punya uang atau membiarkan Kaye menjadi pengganggu keasyikannya
bermain (Thyaf, 2009: 118-119).

Kekhawatiran adalah bentuk kepedulian tokoh Leksi kembali dihadirkan

saat sahabatnya Yosi tidak kunjung menemuinya untuk bermain bersama. Dia

khawatir akan kesehatan Kaye dan Yosi. Bahkan Leksi mengancam tidak akan

sekolah jika tidak diberitahu di mana keberadaan Yosi.

“Dia bilang akan bermain bersamaku hari ini. Katanya, Kaye pasti sudah
sembuh karena hanya sakit panas. Memangnya sakit Kaye makin parahkan?
Atau Yosi ikut-ikutan sakit juga?” (Thayf, 2009: 133).

Mace dan Mabel sangat peduli dengan Leksi. Kepedulian tersebut kembali

dimunculkan ketika Leksi sakit karena sangat merindukan Yosi. Mace dan Mabel

menyuruh Leksi beristirahat agar keadaannya membaik, setelah itu baru Mabel

mengajak Leksi untuk menemui Yosi.

“Jangan membantah, Leksi. Istirahat saja dulu yang banyak. Kata Mabel,
dia akan mengajakmu bertemu Yosi kalau kau sudah sembuh nanti.”
“Percayalah kepada Mabel-mu. Dia sangat khawatir melihatmu sakit”
(Thyaf, 2009: 141).

56
57

Kemudian sikap kepedulian seorang ayah dan kakak tertua Mabel

dibuktikan dengan pengorbanan mereka dalam membela kehormatan suku dan

Mabel, bahkan peperangan antar suku tersebut yang membuat ayah dan kakak

tertua Mabel menyerahkan napasnya yang terakhir.

Ayah dan kakak tertua Mabel menyerahkan napasnya yang terakhir pada
hari itu. Mereka tewas demi membela kehormatan suku dan Mabel (Thyaf,
2009: 154).

Mabel yang sudah menganggap Mama Helda seperti anaknya sendiri sangat

memperdulikan nasib Mama Helda, walaupun Mama Helda sempat menjauhi

Mabel tak membuat Mabel putus asa untuk menunjukkan kepeduliannya.

Kepeduliannya kembali ditunjukkan ketika Mama Helda mendapatkan masalah. Ia

memberikan motivasi agar Mama Helda bisa mendapatkan kekuatan untuk

menjalani kehidupan yang begitu berat demi mendapatkan kehidupan dimasa yang

lebih baik.

“Tapi kita harus tetap kuat, Helda. Jangan menyerah. Terus berjuang demi
anak-cucu kita. Mereka harus mendapatkan kehidupan yang lebih baik jadi
tegarlah, Nak” (Thyaf, 2009: 155).

Setelah peristiwa yang sangat mengejutkan terjadi pada Mabel membuat

Mace, Leksi, Pum, dan Kwee sangat khawatir. Kekhawatiran tersebut membuat

mereka tidak bisa tidur karena memikirkan bagaimana nasib Mabel. Mereka takut

peristiwa masa lalu kembali dialami oleh Mabel, peristiwa yang membuat Mabel

mendapat siksaan dari sekelompok laki-laki bersenjata.

Malam ini tidak ada satu pun mata yang tertidur. Semuanya dipaksa
membelalak meski mulut tak henti menguap. Aku tahu semuanya sedang
memikirkan nasib Mabel (Thyaf, 2009: 178).

57
58

Tidak semua orang peduli terhadap nasib orang lain, namun ada beberapa

teman Mabel yang berjualan di pasar menunjukkan kepeduliannya pada Mace,

Leksi dan terutama pada Mabel. Mereka menyempatkan diri untuk menjenguk

keadaan Mace dan Leksi sembari membawakan makanan. Mereka juga

mendoakan Mabel supaya Mabel baik-baik saja dan segera pulang.

Orang-orang baik hati-begitu kusebut mereka karena berani mengetuk pintu


rumah kami ketika yang lain justru takut mendekat-mampir hanya semenit-
dua menit sekedar untuk menjenguk keadaan Mace dan Leksi, sembari
membawakan makanan. Dari mulut mereka yang terucap tentu hanya
harapan dan doa semoga Mabel baik-baik saja dan segera pulang.
“Siapa tahu nasib baik akan berpihak kepada Mabel, dan dia akan
dipulangkan tidak lama lagi,” begitu ungkap paitua penjual labu, teman
Mabel di pasar yang semalam datang dengan menggendong dua buah labu
raksasa (Thyaf, 2009: 185).

Kepedulian tokoh Pum kembali dimunculkan dalam novel Tanah Tabu.

Nilai peduli nasib orang lain tersebut mucul ketika peristiwa menyeramkan terjadi

pada Mabel. Pum yang sudah lama menemani Mabel tidak rela melihat Mabel

disiksa oleh sekelompok laki-laki bersenjata. Tanpa pikir panjang Pum keluar dari

persembunyiannya untuk menyelamatkan Mabel, bahkan dia rela melukai

tubuhnya demi menolong Mabel, namun usahanya untuk menyelamatkan Mabel

gagal. Pum terluka karena dilempar dengan batu besar.

Sialan! Aku harus bertindak. Tidak bisa kubiarkan mereka semena-mena


begitu pada seorang perempuan tua. Aku pun mulai mengamuk.
Kutabrakkan tubuhku ke pagar kawat, yang kutahu mampu kuterobos
karena tampaknya tidak terpasang kuat. Sekali lagi. Lagi dan lagi. Dan
seketika usahaku hampir berhasil, mataku yang terlalu terpaku pada sosok
Mabel di tanah lapang sana terlambat menyadari jika beberapa orang tengah
lari ke arahku. Masing-masing tampak membawa senjata (Thyaf, 2009:
188).

58
59

Diakhir cerita, nilai peduli nasib orang lain juga di tunjukkan oleh tokoh

Kwee. Nilai tersebut dibuktikan dengan keterlibatan tokoh Kwee pada persoalan

yang dialami oleh Mabel dan Pum. Kwee datang untuk membantu Pum dan

Mabel namun usahanya juga sia-sia mereka bertiga berakhir terluka karena

sekelompok laki-laki bersenjata.

Iya, Pum. Ini aku. maaf, aku melanggar janji. Aku datang karena diminta
Leksi. Dia terus menangis mencarimu, Pum. Dia takut kehilanganmu, begitu
pun aku. ayo kita pergi dari sini. Ayo! Tapi kepalaku terluka, Kwee.
Tenang saja. kau akan kubantu.
Oh, Kwee. Mungkin belum terlambat untukmu mengetahui betapa aku juga
tak ingin kehilanganmu. Mungkin selama ini aku bersikap terlalu keras
kepadamu, tetapi semua itu punya tujuan. Aku ingin menempamu agar lebih
berani dan tidak pemalas. Kita memang berbeda, tetapi tetap satu keluarga.
Kau, Mabel, Mace, dan Leksi.
Kau pergi saja, Kwee. Jaga Mace dan Leksi baik-baik.
Tidak! Aku tidak mau pergi sendiri.
Sudahlah, jangan membantah. Dan jangan menangis! Mereka datang
(Thyaf, 2009: 188-189).

4. Suka Memberi Nasihat

Memberi nasihat sama saja memberikan solusi dan kebaikan. Seperti yang

dilakukan oleh tokoh Mace dan Mabel yang memberikan nasihat pada Leksi agar

rajin bersekolah. Sebagai orang tua mereka ingin masa depan anak cucunya

menjadi lebih baik. Nilai tersebut bisa dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Kau akan pintar membaca, menulis, dan berhitung, Nak. Dengan begitu,
tidak ada lagi penjaga warung nakal yang akan mengambil uang gula-
gulamu,”
“Dan orang pintar bisa membuat hidupnya menjadi lebih baik. Lebih
makmur dan kaya. Asal kau tahu, itulah mimpi tertinggi setiap orang di
dunia ini,”
“Nah, itu dia! Dengarkan kata Mace-mu baik-baik. Orangtua selalu paling
tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Makanya kau harus bersekolah”
sambung Mabel mendukung pernyataan Mace, masih dengan nada yang
manis (Thayf, 2009: 15-16).

59
60

Nilai suka memberi nasihat kembali di muculkan pada tokoh Mabel. Mabel

memberi nasihat Leksi, ia mengatakan jika ada orang yang datang dan bilang akan

membuatnya kaya jangan diterima, tapi jika ada yang datang dan bilang akan

memberinya ilmu sambut dengan baik karena ilmu lebih berharga daripada uang.

Mabel memberi nasihat seperti itu pada Leksi agar cucunya mengerti betapa

berharganya sebuah ilmu. Nilai tersebut bisa dilihat pada kutipan berikut.

“Kalau ada orang yang datang kepadamu dan bilang dia akan membuatmu
jadi lebih kaya, banting saja pintu di depan hidungnya. Tapi kalau orang itu
bilang dia akan membuatmu lebih pintar dan maju, suruh dia masuk. Kita
boleh menolak uang karena bisa saja ada setan yang bersembunyi di situ.
Namun hanya orang bodoh yang menolak diberi ilmu cuma-cuma. Ilmu itu
jauh lebih berharga daripada uang, Nak. Ingat itu” (Thayf, 2009: 26).

Leksi yang usianya masih kecil namun memiliki kebiasaan yang buruk. Ia

suka menguping pembicaraan orang dewasa. Kebiasaan tersebut tidak disukai

oleh Mace. Sampai akhirnya Mace menasihati Leksi agar tidak mengulangi

kebiasaan tersebut, karena menguping pembicaraan orang dewasa bukanlah

tindakan yang baik. Jika ketahuan mereka akan memarahi siapapun yang lancang

menguping pembicaraannya.

“Jangan suka menguping pembicaraan orang dewasa, Leksi! Tidak baik.


Kau juga bisa kena marah atau pukul mereka kalau ketahuan” (Thayf, 2009:
29).

Melihat kehidupan keluarga Mama Helda yang kurang baik, di mana Mama

Helda yang suka menyia-nyiakan anak namun suka menghasilkan anak hampir

setiap tahunnya. Bahkan Yosi yang ingin bersekolah tidak diizinkannya karena

harus membantu mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Sedangkan suaminya

suka main kasar pada istri dan suka minum-minum hingga larut malam.membuat

60
61

Mabel tidak bisa diam dan akhirnya menasihati Mama Helda agar bisa

memperbaiki kehidupan mereka menjadi lebih baik.

“Itu bukan pertanda sayang, Helda-ku. Tapi teguran supaya kau dan paitua-
mu mau mengubah diri dan berusaha memperbaiki kehidupan kalian. Jangan
hanya terus menghasilkan anak, lalu disia-siakan. Karena jika tidak, lima
yang tersisa akan diambilNya satu per satu, hingga meninggalkan kalian
berdua yang meratap malang. Percayalah kepadaku, Helda. Pada kata-
kataku. Bukan kepada orang yang bilang banyak anak, banyak rezeki,
kecuali kau berniat memeras keringat mereka untuk membiayai kehidupan
kalian” (Thayf, 2009: 56).

Berdasarkan permasalahan yang sedang dialami oleh ibu Yosi membuat

Mama Kori menasihati Mace yang sempat menanyakan apakah memang takdir

perempuan hanya untuk ditindas, lalu Mama Kori memberi nasihat bahwa takdir

hidup perempuan itu ada pada tangannya sendiri. Takdir akan berakhir buruk jika

kita sebagai perempuan tidak berhati-hati dalam menjaga langkah.

“Tepat sekali kata-kata Mabel-mu itu, Nak. Takdir adalah peta buta
kehidupan yang kau tentukan sendiri arah dan beloknya berdasarkan tujuan
hidupmu. Takdir akan berakhir buruk jika kau tidak berhati-hati menjaga
langkah” (Thayf, 2009: 136).

Peristiwa buruk yang menimpa Mabel membuat Mabel meninggalkan

nasihat untuk Leksi, dia menyuruh cucunya untuk rajin bersekolah agar tidak buta

warna hingga bisa ditipu dan jangan pula buta hati agar tidak menyakiti orang lain

apalagi orang yang lebih tua. Nilai tersebut bisa dilihat dari kutipan berikut.

“Jangan menangis, Lisbeth! Jadilah perempuan yang kuat untukku. Dan


Leksi! Berjanjilah untuk rajin bersekolah, Nak. Jangan jadi buta warna
seperti Mabel-mu ini hingga kau bisa ditipu. Jangan pula jadi buta hati
seperti mereka, yang tega menipu dan menyakiti kita. Jaga diri kalian. Aku
pasti pulang!” (Thayf, 2009: 177-178).

61
62

5. Kerja Sama

Kerja Sama merupakan nilai yang diusahakan bersama agar tercapai tujuan

bersama. Seperti yang dilakukan oleh Mabel dan Mace dalam novel Tanah Tabu,

mereka bekerja sama mencari uang untuk membiayai sekolah Leksi dan

memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam novel tersebut Mace bekerja menggarap

kebun sayur serta berjualan di pasar sampai sore sedangkan Mabel berjualan

kapur dan pinang.

Karena itulah Mabel rela banting tulang bekerja apa saja untuk membiayai
sekolah Leksi dan memenuhi semua kebutuhannya. Tentu saja, Mace juga
ikut membantu; menggarap kebun sayur dan petatas milik Mabel sejak pagi
hingga siang, lantas berjualan di pasar sampai sore pecah. Sedangkan Mabel
berjualan kapur dan pinang yang dibuat dan dikumpulkannya sendiri,
meskipun bukan dia yang mengambil pinang dari pohonnya, setelah
sebelumnya membereskan pekerjaan rumah (Thayf, 2009: 52).

Pada tahun pertama setelah kedatangan Tuan Piet dan kelompoknya, mulai

ada kesibukan di sana-sini. Mereka bekerja sama dan saling membagi pekerjaan

agar pos pemerintahan dan lapangan terbang kecil yang dibangun di Lembah

Baliem cepat selesai. Para laki-laki menebang pohon dengan kapak sedangkan

para perempuan mengangkat batu dalam noken.

Para laki-laki menebang pohon dengan kapak. Para perempuan mengangkat


batu dalam noken.
Tentu saja untuk kepentingan bersama, begitu jelas Tuan Piet pada
pertemuan dengan kepala suku dan para lelaki tersebut, termasuk ayah
Mabel. Mereka akan membangun “pos pemerintahan” dan “lapangan
terbang kecil” (Thayf, 2009: 86).

Nilai kerja sama juga dilakukan oleh Leksi dan Kwee, mereka bekerja sama

untuk membuntuti Mabel karena mereka curiga dengan Mabel yang sering keluar

tanpa memberitahu kemana ia akan pergi. Mereka mengatur strategi agar Pum

tidak tahu kalau mereka telah merencanakan hal tersebut.

62
63

“Kwee. Bagaimana kalau besok kita buntuti Mabel? Aku akan pura-pura ke
sekolah, tapi sebenarnya hanya sampai di pasar. Jika sudah agak siang, aku
akan kembali lagi dan bersembunyi di rumah Yosi. Nah, begitu Mabel
pergi, kau jemput aku, lantas kita ikuti mereka dari jauh saja, biar Pum tidak
tahu. Kau mau, kan?”. Tentu saja, Leksi-ku sayang. Kau selalu bisa
mengandalkanku (Thayf, 2009: 102).

Awalnya kehidupan keluarga Mabel dan Pace Mauwe sangat damai dan

bahagia. Sebagai pasangan suami istri mereka selalu bekerja sama membagi

pekerjaan. Sebagai seorang istri, Mabel menjalankan tugasnya mengurus rumah,

suami, dan mengurus kebun-kebun mereka. Sedangkan Pace Mauwe sebagai

seorang kepala rumah tangga, dia adalah suami yang pekerja keras dan pemburu

yang tangkas.

“Pada tiga tahun awal perkawinan mereka, kehidupan keluarga Mabel dan
Pace Mauwe begitu damai dan bahagia. Mereka tidak pernah bertengkar,
apalagi berkelahi. Sebagai istri, Mabel tahu betul tugasnya dan senantiasa
mengerjakan semuanya sebaik mungkin. Dia mengurus rumah, suaminya,
Johanis, juga kebun-kebun mereka. Dia juga selalu menyempatkan diri
membuat noken baru, menganyam keranjang, bahkan tak pernah
membiarkan tempat sagu sampai kosong. Sedangkan Pace Mauwe suami
yang bertanggung jawab, penyayang, dan perhatian. Dia juga seorang
pekerja keras dan pemburu yang tangkas” (Thayf, 2009: 108).

6. Suka Menolong

Suka Menolong merupakan kebiasaan yang mengarah pada kebaikan hati

seseorang yang muncul dari kesadaran diri sendiri. Tokoh Yosi dalam novel

Tanah Tabu memiliki nilai suka menolong. Nilai tersebut dibuktikan dengan

kesadaran dirinya untuk menjaga tiga adiknya yang masih kecil serta membantu

ibunya yang sedang hamil besar. Walaupun diusianya yang masih kecil dia

terbentuk menjadi anak yang baik hati. Dia begitu sabar menghadapi kenakalan

adik-adiknya serta ocehan-ocehan ibunya.

63
64

Yosi tidak diizinkan bersekolah karena dia anak perempuan, yang harus
menjaga tiga adiknya yang masih kecil dan membantu ibunya yang sedang
hamil besar, di rumah dan kebun (Thayf, 2009: 20).

Tidak hanya Yosi, Leksi sahabatnya juga suka menolong orang lain. Nilai

tersebut dibuktikan dengan tindakan Leksi yang ingin membantu ibunya berjualan

di pasar. Dia sadar bahwa ibunya pasti butuh bantuannya ketika jualan di pasar

cukup banyak untuk itu, dia mengajak Pum pergi ke pasar.

Dia ingin menjenguk Mace, yang mungkin saja sedang butuh bantuan,
sebab hari ini jualannya cukup banyak (Thayf, 2009: 49).

Dalam novel Tanah Tabu, Mace juga memiliki nilai suka menolong. Nilai

tersebut dengan jelas dinyataan oleh Pum bahwa Mace suka menolong Mabel

untuk menggarap kebun serta berjualan di pasar sampai sore semua itu demi

membiayai sekolah anaknya dan memenuhi kebutuhan keluarganya.

Karena itulah Mabel rela banting tulang bekerja apa saja untuk membiayai
sekolah Leksi dan memenuhi semua kebutuhannya. Tentu saja, Mace juga
ikut membantu; menggarap kebun sayur dan petatas milik Mabel sejak pagi
hingga siang, lantas berjualan di pasar sampai sore pecah. Sedangkan Mabel
berjualan kapur dan pinang yang dibuat dan dikumpulkannya sendiri,
meskipun bukan dia yang mengambil pinang dari pohonnya, setelah
sebelumnya membereskan pekerjaan rumah (Thayf, 2009: 52).

Kemudian Mabel yang merupakan tokoh utama dalam novel Tanah Tabu

juga memiliki nilai suka menolong. Nilai tersebut dibuktikan dengan penjelasan

Pum bahwa Mabel sengaja libur berjualan pinang untuk membantu Mace

berjualan sayur di pasar.

Waktu itu kebetulan hari panen petatas dan cabai. Mabel sengaja libur
berjualan pinang di pinggir jalan, sebaliknya membantu Mace di pasar
(Thayf, 2009: 170).

64
65

Nilai suka menolong terakhir dimiliki oleh Kwee, dalam novel tersebut

menjelaskan bahwa Kwee rela melanggar janji hanya untuk menolong Pum yang

sedang terluka karena ingin menyelamatkan Mabel. Namun, usaha Kwee untuk

menolong Pum tidak berjalan baik. Mereka berdua berakhir terluka karena

sekelompok laki-laki bersenjata berhasil membuat mereka tak berdaya.

Iya, Pum. Ini aku. maaf, aku melanggar janji. Aku datang karena diminta
Leksi. Dia terus menangis mencarimu, Pum. Dia takut kehilanganmu, begitu
pun aku. ayo kita pergi dari sini. Ayo! Tapi kepalaku terluka, Kwee. Tenang
saja. kau akan kubantu (Thayf, 2009: 188).

7. Suka Mendoakan Orang Lain

Mendoakan orang lain merupakan perilaku yang mampu memberikan

kekuatan. Seperti yang dilakukan oleh Pum, ketika semua orang sudah terlelap

dalam mimpinya masing-masing dia memandangi Leksi kecil dengan penuh cinta

serta mendoakan Leksi agar selalu dijaga oleh Tuhan Besar.

Leksi-ku sayang. Leksi-ku tercinta. Kau tidurlah yang nyenyak dan mimpi
indah. Untuk hari ini, aku akan setia di sini menjagamu. Sedangkan untuk
esok hari dan seterusnya, semoga aku masih bisa terus mendampingimu
seperti sekarang. Namun jika tidak, ku tahu Tuhan Besar di Atas sana akan
selalu menjagamu. Percayalah (Thayf, 2009: 37).

Tidak hanya Pum yang suka mendoakan orang lain, namun Mama Helda

dan Yosi juga mendoakan keselamatan Pace supaya Pace bisa pulang dengan

selamat. Malam itu sedang ramai-ramainya kejadian tentang orang yang ditangkap

tiba-tiba. Peristiwa itulah yang membuat Mama Helda dan Yosi sangat

mengkhawatirkan Pacenya.

“Saat itu, aku langsung tahu kalau Pace belum pulang. Padahal cerita
tentang orang-orang yang ditangkap tiba-tiba di tengah malam sedang
ramai-ramainya. Mama pasti berdoa karena itu. Untuk keselamatan Pace.
Supaya Pace pulang selamat dan kita semua baik-baik saja. Aku ingat kalau
ikut berdoa juga malam itu” (Thayf, 2009: 45).

65
66

Kemudian, Pace Gerson juga merupakan tokoh yang suka mendoakan orang

lain. Nilai itu dibuktikan dengan ungkapan Pace Gerson yang mendoakan Mabel

supaya diberi kesehatan dan kekuatan. Semua itu terjadi berawal dari Leksi yang

menceritakan bahwa akhir-akhir ini Mabel kelihatan lebih lelah dari biasanya.

“Semoga dia selalu diberi kesehatan dan kekuatan,” demikian doanya saat
kubilang Mabel sering tampak kelelahan beberapa hari terakhir (Thayf,
2009: 162).

Tokoh terakhir yang suka mendoakan orang lain ialah Paitua penjual labu

teman Mabel di pasar. Di saat semua orang lain menjauhi keluarga Mabel justru

Paitua penjual labu tersebut malah bertamu sekedar untuk menjenguk keadaan

Mace dan Leksi. Paitua tersebut mendoakan Mabel semoga keajaiban Tete Manis

terjadi pada Mabel bahkan dia membawakan dua buah labu raksasa untuk Mace

dan Leksi.

Orang-orang baik hati-begitu kusebut mereka karena berani mengetuk pintu


rumah kami ketika yang lain justru takut mendekat-mampir hanya semenit-
dua menit sekedar untuk menjenguk keadaan Mace dan Leksi, sembari
membawakan makanan. Dari mulut mereka yang terucap tentu hanya
harapan dan doa semoga Mabel baik-baik saja dan segera pulang.
“Siapa tahu nasib baik akan berpihak kepada Mabel, dan dia akan
dipulangkan tidak lama lagi,” begitu ungkap paitua penjual labu, teman
Mabel di pasar yang semalam datang dengan menggendong dua buah labu
raksasa.
“Kalau begitu kita berdoa saja semoga keajaiban Tete Manis terjadi pada
Mabel dan menyentuh hati orang-orang itu” (Thayf, 2009: 185).

8. Kerukunan

Kerukunan dalam keluarga, sekolah ataupun bermasyarakat akan

mengurangi salah paham karena semua orang nyaman dengan ketenagan hidup.

Seperti kerukunan dalam novel Tanah Tabu ini salah satunya ialah kerukunan

dalam keluarga. Kerukunan ini dibuktikan dengan kehidupan damai yang dijalani

66
67

oleh keluarga Mabel. Mereka selalu bercanda dan tertawa kala sedang bersama.

nilai tersebut bisa dilihat dari kutipan berikut.

“Aduh. Lisbeth! Anakmu sungguh cerdas! Benar-benar cerdas,” terdengar


Mabel berteriak di sela tawa geli dan bunyi tepukan tangannya yang
memukul-mukul pahanya sendiri (Thayf, 2009: 18).

Kemudian kerukunan juga diterapkan oleh Pum dan Mabel. Mereka selalu

bersama-sama bahkan ketika Mabel sedang sakit Pum rela menemaninya.

Kerukunan mereka memunculkan kenyamanan dan ketenangan.

Agar kau tahu, aku dan Mabel terhubung satu ikatan tak kasat mata yang
lebih kuat daripada sebuah ikatan persahabatan atau persaudaraan. Ikatan
yang ditempa tawa dan air mata, keringat dan darah, melintasi jarak waktu
puluhan tahun yang tidak mudah. Ikatan itu semakin kuat ketika kami
berjauhan, dan semakin mengikat ketika berdekatan. Bisa pula kukatakan,
aku dan Mabel ibarat sepasang anak kembar yang tidak hanya berbagi rahim
tetapi juga nyawa (Thayf, 2009: 32).

Kerukunan juga diperlihatkan dalam tokoh Pum dan Mama Helda.

Meskipun mereka belum lama mengenal namun mereka sudah akrab, bahkan Pum

lah yang sering menemani Mama Helda bermain sebelum Mama Helda memiliki

anak.

Layaknya anak-anak, Mama Helda juga masih senang bermain. Dan akulah
teman pertamanya di tempat ini (Thayf, 2009: 53).

Setelah itu, kerukunan kembali dimunculkan dalam tokoh Tuan Piet dan

Nyonya Hermine dengan para penduduk Lembah Baliem. Meskipun Tuan Piet

merupakan kelompok pendatang, mereka telah membuat para penduduk di

Lembah Baliem merasa nyaman. Dengan menyampaikan beberapa tujuan yang

akan mendatangkan kebaikan bersama, membuat para penduduk Lembah Baliem

senang yang tak terbendung.

67
68

Tuan Piet Van de Wissel dan Nyonya Hermine Stappen adalah sepasang
suami-istri Belanda yang ramah. Tuan Piet memperkenalkan diri sebagai
pemimpin kelompok para pendatang. Mabel belum penah melihat ayahnya
bersemangat seperti itu terhadap orang asing. Dari kata-kata dan
ekspresinya, Mabel tahu ayahnya telah jatuh hati pada kebaikan mereka,
apalagi ketika cukup banyak benda baru diberikan kepadanya (Thayf, 2009:
85).

Kerukunan selanjutnya dimunculkan pada tokoh Nyonya Hermine. Nilai itu

muncul ketika dia meminta Mabel untuk dijadikan anak asuhnya. Dia akan

mengajak Mabel tinggal bersamanya dan akan memberi Mabel kehidupan yang

layak, termasuk pakaian dan makanan. Dia akan melakukan Mabel dengan layak

meskipun kulit mereka berbeda. Karena sejatinya manusia itu sama, bersaudara

dan berkeluarga yang harus mencintai dan mengasihi.

“Karena di mata Sang Pencipta kita semua sama. Bersaudara. Berkeluarga.


Yang harus saling mencintai dan mengasihi sebagai sesama manusia”
(Thayf, 2009: 87).

Di manokwari, tokoh Nyonya Hermine kembali menunjukkan nilai

kerukunan. Nilai tersebut dibuktikan dengan keramahannya menyapa setiap orang

yang dipapasinya dengan mengucapkan selamat natal dan orang-orang yang

disapa pun menjawab dengan kalimat yang sama. Meskipun tidak saling kenal

kerukunan mereka dalam bermasyarakat sangat baik sehingga membawa sebuah

persatuan.

Dengan riang, perempuan Belanda itu, akan menyapa setiap orang yang
dipapasinya dengan berseru, “Selamat natal!” dan orang yang disapa serta-
merta menjawabnya dengan kalimat yang sama (Thayf, 2009: 93-94).

Awal pernikahan Mabel dengan Pace Mauwe menunjukkan keluarga yang

rukun dan damai. Mereka tidak pernah bertengkar apalagi berkelahi. Mabel

sebagai seorang istri menjalankan kewajibannya sebagai mana mestinya begitu

68
69

pun dengan Pace Mauwe sebagai seorang suami dia menjadi suami yang

bertanggung jawab. Seperti yang diungkapkan oleh tokoh Kwee.

“Pada tiga tahun awal perkawinan mereka, kehidupan keluarga Mabel dan
Pace Mauwe begitu damai dan bahagia. Mereka tidak pernah bertengkar,
apalagi berkelahi. Sebagai istri, Mabel tahu betul tugasnya dan senantiasa
mengerjakan semuanya sebaik mungkin. Dia mengurus rumah, suaminya,
Johanis, juga kebun-kebun mereka. Dia juga selalu menyempatkan diri
membuat noken baru, menganyam keranjang, bahkan tak pernah
membiarkan tempat sagu sampai kosong. Sedangkan Pace Mauwe suami
yang bertanggung jawab, penyayang, dan perhatian. Dia juga seorang
pekerja keras dan pemburu yang tangkas” (Thayf, 2009: 109).

Hubungan persahabatan Leksi dan Yosi begitu rukun. Mereka selalu

bermain bersama bahkan mereka suka berbagi cerita tentang kehidupan yang

mereka jalani. Mereka tidak pernah berselisih apalagi sampai berkelahi.

“Aku pulang dulu,” desisnya sangat enggan, menjauh dari arena permainan,
sebelum kemudian melayangkan senyum pamit kepadaku sambil
melambaikan tangan perpisahan untuk hari itu (Thayf, 2009: 114).

Kemudian, nilai kerukunan dalam novel Tanah Tabu juga dimunculkan

pada tokoh Mama Kori dengan keluarga Mabel. Mama Kori merupakan sahabat

lama Mabel yang dulu pernah tinggal bertetangga dengan Mabel sebelum Mabel

pindah. Mereka sudah lama berpisah hingga puluhan tahun sejak Mabel

meninggalakan rumahnya, pertemuannya di rumah Mabel membuat mereka

melepaskan kerinduan yang sudah lama terpendam. Mereka bercerita hingga

menimbulkan tawa.

Tamu kami kali ini adalah tamu Mabel. Dia baru datang dari Biak. Ketika
bertemu, kedua perempuan tua itu langsung saling bertukar sapa dalam
teriak, sebelum kemudian berpelukan dan berbagi tangis cukup lama.
Siang itu rumah lebih ceria dari biasanya. Mama Kori ternyata tidak hanya
membawa banyak oleh-oleh, tetapi juga cerita untuk ditertawakan bersama,
meski ada pula yang membuatku terkejut (Thayf, 2009: 119-120).

69
70

4.2 Kaitan Novel Tanah Tabu Karya Anindita S. Thayf dengan Pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMA

Hasil penelitian nilai-nilai sosial dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S.

Thayf dapat diimplementasikan ke dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMA, yakni dapat menyadarkan peserta didik mengenai sikap nilai sosial yang

dapat diambil sebagai contoh untuk dijadikan tauladan adalah nilai bertanggung

jawab, kasih sayang, peduli nasib orang lain, suka memberi nasihat, kerja sama,

suka menolong, suka mendoakan orang lain, dan kerukunan dalam bermasyarakat.

Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada siswa SMA kelas XI dan XII.

Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu 3.11 Menganalisis pesan dari satu buku

fiksi yang dibaca, 4.11 Menyusun ulasan terhadap pesan dari satu buku fiksi yang

dibaca dan 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel. Kompetensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD) Bahasa Indonesia SMA Kelas XI dan XII dimuat dalam

Kemendikbud Tahun 2016.

Dengan membaca dan memahami novel tersebut diharapkan peseta didik

mampu meneladani nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya sehingga

mampu membentuk kepribadian yang positif dalam berinteraksi dengan

lingkungan sosial.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Nilai-Nilai Sosial dalam Novel Tanah Tabu Karya Anindita S. Thayf

1. Bertanggung Jawab

Salah satu nilai sosial bertanggung jawab yang ditemukan ialah ditunjukkan

oleh tokoh Mabel yang melindungi kedua anaknya di balik tubuhnya agar tidak

ditangkap dan disiksa oleh paitua yang sedang mabuk tersebut. Jika dikaitkan

70
71

dengan teori menurut Aisyah dkk (2016: 5) “Bertanggung jawab adalah sikap di

mana seseorang dimintai penjelasan mengenai apa yang telah diperbuat, tidak

hanya menjawab tapi tidak juga mengelak”. Sehingga rasa tanggung jawab yang

dimunculkan dalam novel ini adalah rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap

dirinya sendiri sebagai seorang ibu yang harus mampu melindungi anaknya

apalagi dari hal yang bisa membahayakan anak-anaknya.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang didapatkan dari narasumber

yang pernah menjumpai masyarakat Papua, ada seorang laki-laki yang suka

minum-minuman keras dan suka bermain kasar pada keluarganya. Menurut

narasumber jika ada sebagai seorang ibu yang mendapatkan kekerasan maka akan

membela diri dan melindungi anaknya.

2. Kasih Sayang

Salah satu nilai sosial kasih sayang yang ditemukan ada pada tokoh Leksi

yang menunjukkan nilai kasih sayang dengan dibuktikan oleh tindakan. Dia

merelakan waktu bermainnya untuk bersekolah semata-mata ingin membuat Mace

dan Mabel bahagia. Dia juga berjanji untuk menjadi anak yang cerdas namun

tidak secerdas Bapaknya dengan kata lain, dia tidak ingin nama Bapaknya hadir

lagi di tengah-tengah keluarganya yang membuat Mace dan Mabel sedih dan

murung. Jika dikaitkan dengan teori Erfan (dalam Aisah, 2015: 6) menyatakan

“Kasih sayang menciptakan kerja sama di antara manusia. Bila kasih sayang tidak

ada maka tidak akan terwujud persaudaraan di antara manusia”. Sehingga kasih

sayang yang dimunculkan dalam novel ini adalah kasih sayang seorang cucu

kepada ibu dan neneknya, dia hanya ingin membuat ibu dan neneknya bahagia.

71
72

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang di dapatkan dari

narasumber yang pernah dijumpai di masyarakat Papua, ada seorang anak yang

berusaha menimba ilmu semata-mata ingin membuat ibunya bangga dan bahagia.

3. Peduli Nasib Orang Lain

Salah satu nilai peduli nasib orang lain yang ditemukan pada tokoh Mace

yang memiliki masalalu yang buruk, sebagai seorang ibu Mace berharap anaknya

bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dari dirinya, bisa menjadi anak yang

pintar serta membanggakan orang tua. Untuk itu, Mace selalu mendukung

anaknya untuk bersekolah. Jika dikaitkan dengan teori menurut Aisah, (2015: 6)

yang menyatakan “Peduli adalah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri

dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita. Orang yang

peduli kepada nasib orang lain adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu

dalam rangka memberi inspirasi kebaikan kepada lingkungan sekitar”. Sehingga

nilai peduli nasib orang lain yang dimunculkan dalam novel ini adalah kepedulian

seorang ibu terhadap anaknya, agar anaknya rajin bersekolah supaya menjadi anak

yang pintar dan menjalani kehidupan yang lebih baik dari dirinya.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang didapatkan dari narasumber

yang pernah dijumpai di masyarakat Papua, ada seorang ibu yang rela banting

tulang hanya untuk menyekolahkan anak-anaknya dan akhirnya anak-anaknya

bisa menjadi orang yang sukses. Itulah bentuk kepedulian seorang ibu kepada

anaknya.

4. Suka Memberi Nasihat

Salah satu nilai sosial suka memberi nasihat ditemukan pada tokoh Mabel.

Mabel memberi nasihat Leksi, ia mengatakan jika ada orang yang datang dan

72
73

bilang akan membuatnya kaya jangan diterima, tapi jika ada yang datang dan

bilang akan memberinya ilmu sambut dengan baik karena ilmu lebih berharga

daripada uang. Mabel memberi nasihat seperti itu pada Leksi agar cucunya

mengerti betapa berharganya sebuah ilmu. Jika dikaitkan dengan teori menurut

Abdilah (dalam Aisah, 2015: 6) menyatakan “Selain nasihat dari orang lain,

menasihati orang lain pun tidak ada salahnya, karena tidak secara langsung

memberikan solusi dan kebaikan dalam diri akan tersalurkan”. Sehingga nilai suka

memberi nasihat yang dimunculkan dalam novel ini adalah nasihat seorang ibu

yang mengatakan kepada anaknya bahwa ilmu itu lebih penting dibandingkan

sebuah kekayaan.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang didapatkan dari

narasumber yang pernah dialami secara pribadi oleh narasumber yang pernah

mendapatkan nasihat dari ibunya untuk fokus pada pendidikan karena pendidikan

itu penting.

5. Kerja Sama

Salah satu nilai sosial kerja sama ditemukan pada tokoh Mabel dan Mace,

mereka bekerja sama mencari uang untuk membiayai sekolah Leksi dan

memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam novel tersebut Mace bekerja menggarap

kebun sayur serta berjualan di pasar sampai sore sedangkan Mabel berjualan

kapur dan pinang. Jika dikaitkan dengan teori menurut Rafian (dalam Aisah,

2015:5) menyatakan “Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama”.

Sehingga nilai sosial kerja sama yang dimunculkan dalam novel ini adalah bentuk

73
74

kerja sama antar keluarga yang mencari uang untuk membiayai kehidupan mereka

sehari-hari.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang didapatkan dari narasumber

yang pernah dijumpai di masyarakat Papua, bahwa nilai sosial kerja sama

memang sering diterapkan di masyarakat Papua. Tidak hanya kerja sama dalam

keluarga namun dalam kehidupan bermasyarakat mereka kerap sekali menerapkan

nilai sosial kerja sama, contohnya ketika ada acara mereka akan kerja sama

membantu satu sama lain untuk mempersiapkan acara tersebut.

6. Suka Menolong

Salah satu nilai sosial suka menolong ditemukan pada tokoh Yosi, nilai

tersebut dibuktikan dengan kesadaran dirinya untuk menjaga tiga adiknya yang

masih kecil serta membantu ibunya yang sedang hamil besar. Walaupun diusianya

yang masih kecil dia terbentuk menjadi anak yang baik hati. Dia begitu sabar

menghadapi kenakalan adik-adiknya serta ocehan-ocehan ibunya. Jika dikaitkan

dengan teori menurut Abdilah (dalam Aisah, 2015:6) menyatakan “Manusia

adalah makhluk sosial, dia tak bisa hidup seorang diri, atau mengasingkan diri

dari kehidupan bermasyarakat”. Sehingga nilai sosial suka menolong yang

dimunculkan dalam novel ini adalah suatu sikap seorang anak yang membantu

ibunya agar pekerjaan ibunya tidak terlalu banyak.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang didapatkan dari narasumber

yang pernah dijumpai di masayarakat Papua, bahwa ada seorang anak yang suka

menolong pekerajaan ibunya dirumah agar pekerjaan ibunya tidak terlalu banyak.

74
75

7. Suka Mendoakan Orang Lain

Salah satu nilai sosial suka mendoakan orang lain ditemukan pada tokoh

Mama Helda dan Yosi, mereka mendoakan keselamatan Pace supaya Pace bisa

pulang dengan selamat. Malam itu sedang ramai-ramainya kejadian tentang orang

yang ditangkap tiba-tiba. Peristiwa itulah yang membuat Mama Helda dan Yosi

sangat mengkhawatirkan Pacenya. Jika dikaitkan dengan teori Abdillah (dalam

Aisah, 2015:7) menyatakan “Mendoakan orang lain merupakan perilaku yang

terpuji, karena secara tidak langsung memberikan kekuatan kepadanya dalam

menghadapi persoalan yang dialami”. Sehingga nilai sosial suka mendoakan

orang lain dimunculkan dalam novel ini adalah suatu sikap seorang istri yang

mendoakan suaminya saat suaminya berada diluar rumah agar pulang dengan

selamat.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang didapatkan dari narasumber,

yang menurut narasumber jika manusia mempunyai hubungan kekerabatan

apalagi keluarga mereka akan mendoakan satu sama lain.

8. Kerukunan

Salah satu nilai sosial kerukunan ditemukan pada tokoh pendatang yaitu

Tuan Piet dan Nyonya Hermine dengan para penduduk Lembah Baliem.

Meskipun Tuan Piet merupakan kelompok pendatang, mereka telah membuat para

penduduk di Lembah Baliem merasa nyaman. Dengan menyampaikan beberapa

tujuan yang akan mendatangkan kebaikan bersama, membuat para penduduk

Lembah Baliem senang yang tak terbendung. Jika dikaitkan dengan teori menurut

Ribka (dalam Aisah, 2015: 6) menyatakan “Kerukunan dalam keluarga, sekolah

ataupun bermasyarakat akan mengurangi salah paham karena semua orang

75
76

nyaman dengan ketenangan hidup”. Sehingga nilai sosial dimunculkan dalam

novel ini adalah bentuk kerukunan antara pendatang dengan masyarakat Papua,

mereka menunjukkan sikap kerukunan pada siapapun pendatang apalagi yang

membawa kebaikan untuk masyarakat Papua.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang didapatkan dari narasumber

yang dijumpai di masyarakat Papua, bahwa masyarakat Papua memang selalu

menyambut para pendatang dengan baik apalagi lagi para pendatang yang

membawa kebaikan bagi masyarakat Papua.

4.4 Nilai-Nilai yang Umumnya Bisa Diterapkan Di Lingkungan Sekolah

1. Bertanggung Jawab

Nilai sosial bertanggung jawab diterapkan pada peserta didik karena dalam

proses belajar mengajar nantinya peserta didik akan lebih bertanggung jawab

dalam menyelesaikan pekerjaan dan tugas-tugas yang dimilikinya.

2. Peduli Nasib Orang Lain

Nilai sosial peduli nasib orang lain dapat diterapkan di lingkungan sekolah

karena mempunyai manfaat agar siswa nantinya akan punya rasa empati pada

temannya ketika temannya sedang sakit atau kesulitan.

3. Kerja Sama

Nilai kerja sama diterapkan di lingkungan sekolah karena dapat

menumbuhkan rasa kerja sama antar siswa terutama tugas yang menuntut siswa

untuk bekerja secara berkelompok atau sama-sama, sehingga saat proses belajar

tersebut mampu menyelasaikan secara bersama.

76
77

4. Suka Menolong

Nilai suka menolong diterapkan di lingkungan sekolah karena dapat

bermanfaat untuk mengembangkan sikap empati peserta didik untuk bisa

membantu temannya, guru atau siapa pun yang membutuhkan pertolongannya.

5. Kerukunan

Nilai sosial kerukunan bermanfaat diterapkan di lingkungan pendidikan

karena agar siswa dapat membangun perdamaian di antara mereka baik ketika

sedang belajar atau sedang bergaul, sehingga ketika terjadi konflik-konflik kecil

mereka tidak saling menyalahkan dan bertengkar serta membangun suasana yang

rukun.

77
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ditemukan nilai-nilai sosial

novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf yaitu nilai bertanggung jawab, nilai

kasih sayang, nilai peduli nasib orang lain, nilai suka memberi nasihat, nilai kerja

sama, nilai suka menolong, nilai suka mendoakan orang lain, dan nilai kerukunan.

Berdasarkan delapan nilai sosial yang ditemukan dalam novel Tanah Tabu

karya Anindita S. Thayf nilai sosial yang paling dominan muncul ialah nilai sosial

kasih sayang. Ini didukung dengan tema yang terdapat dalam novel ini yaitu

sebuah perjuangan tokoh perempuan yang ingin mendapatkan kebebasan serta

keberanian menolak ketertindasan yang dilakukan oleh suami mereka, serta tetap

membesarkan anaknya dengan cinta dan kasih sayang. Dan nilai sosial kasih

sayang juga terdapat pada amanat yang ingin disampaikan dalam novel Tanah

Tabu karya Anindita S, Thayf ialah jangan menjadi perempuan sebagai objek

penindasan, sebagai seorang perempuan kita harus bisa membela diri serta berhak

berpendidikan tinggi untuk menentukan tujuan hidup yang lebih baik.

Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada siswa SMA kelas XI dan XII.

Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu 3.11 Menganalisis pesan dari satu buku

fiksi yang dibaca, 4.11 Menyusun ulasan terhadap pesan dari satu buku fiksi yang

dibaca dan 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel.

78
79

5.2 Saran

Beberapa saran perlu disampaikan pada peneliti lain, masyarakat umum,

pendidik, dan peserta didik. Yang pertama, peneliti lain diharapkan bisa mengkaji

nilai-nilai lain yang terdapat dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf

seperti nilai pendidikan, nilai religi dan nilai moral. Yang ke dua, nilai-nilai sosial

dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf dapat dijadikan sebagai bahan

ajar bahasa Indonesia di SMA, yakni dapat menyadarkan peserta didik mengenai

sikap nilai sosial yang dapat diambil sebagai contoh untuk dijadikan tauladan

adalah nilai bertanggung jawab, kasih sayang, peduli nasib orang lain, suka

memberi nasihat, kerja sama, suka menolong, suka mendoakan orang lain, dan

kerukunan dalam bermasyarakat. Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada siswa

SMA kelas XI dan XII. Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu 3.11

Menganalisis pesan dari satu buku fiksi yang dibaca, 4.11 Menyusun ulasan

terhadap pesan dari satu buku fiksi yang dibaca dan 3.9 Menganalisis isi dan

kebahasaan novel. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Bahasa

Indonesia SMA Kelas XI dan XII dimuat dalam Kemendikbud Tahun 2016. Yang

ke tiga, siswa diharapkan mampu mengambil nilai-nilai positif dari novel Tanah

Tabu karya Anindita S. Thayf yang mereka baca untuk diterapkan dalam

kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR RUJUKAN

Adam, Azma. 2015. Karakter Tokoh dalam Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau
Merah Karya Tere Liye. Jurnal Humanika. Volume 3, Nomor 15,
Desember 2015.
Adampe, Yolanda. 2015. Tinjauan Sosiologis Terhadap Novel Detik Terakhir
Karya Alberthiene Endah. Jurnal Elektronik Fakultas Sastra
Universitas SAM Ratulangi. Volume 3, Nomor 2.
Aisyah, Siti, Jaya dan Surastina. 2016. Nilai-nilai Sosial Novel Sordam Karya
Suhunan Situmorang. Jurnal Lentera Pendidikan LPPM UM
METRO. Volume 1, Nomor 1, Juni 2016.
Aisah, Susianti. 2015. Nilai-nilai Sosial yang Terkandung dalam Cerita Rakyat
“Ence Sulaiman” pada Masyarakat Tomia. Jurnal Humanika.
Volume 3, Nomor 15, Desember 2015.
Aulia, Novi. 2017. Nilai Sosial dalam Novel Jala Karya Titis Basino dan
Implikasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Jurnal Ilmiah
Edukasi & Sosial. Volume 8, Nomor 2, September 2017.
Hadi, Sumasno. 2016. Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif pada
Skripsi. Jurnal Ilmu Pendidikan. Nomor 1, Juni 2016.
Hermawan, Shandi. 2019. Pemanfaatan Hasil Analisis Novel Seruni Karya
Almas Sufeeya Sebagai Bahan Ajar SMA. Jurnal Prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bale Bandung.
Volume 12, Nomor 1, April 2019.
Irma, Nurika. Pendekatan Sosiologi Sastra dan Nilai-nilai Pendidikan dalam
Novel Punakawan Menggugat Karya Ardian Kresna. Jurnal Bindo
Sastra. Volume 1, Nomor 1.
Kurniasari, Aprilia, Sholehhudin dan Setiyono. 2019. Analisis Sosiologi Sastra
Novel Sunyi Nirmala Karya Ashadi Siregar dan Hubungannya
dengan Pembelajaran di SMA. Jurnal GENRE. Volume 1, Nomor 1,
Agustus 2019.
Miladiyah, Humaeroh. 2014. Nilai Sosial dalam Novel Kubah Karya Ahmad
Tohari dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Moleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Nurhasanah, 2018. Analisis Unsur Ekstrinsik Novel “Merry Riana-Mimpi Sejuta
Dolar” Karya Alberthiene Endah dan Pemanfaatannya Sebagai
Bahan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bale Bandung.
Volume 11, Nomor 1, April 2018.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pitasari, Lian, Muslihah dan Lazuardi. 2018. Nilai Sosial dalam Novel Ibu, Doa
yang Hilang Karya Bagas D. Bawono. Jurnal Kajian Bahasa, Sastra
dan Pengajaran (KIBASP). Volume 1, Nomor 2, Juni 2018.

80
81

Robingah, S. 2013. Nilai-nilai Sosial dalam Novel Jala Karya Titis Basino:
Tinjauan Sosiologi Sastra dan Impikasinya Sebagai Bahan Ajar
Sastra di SMA. Skripi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra; Pengenalan Awal
Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saputra,Wahyu, Atmazaki dan Abdurahman. 2012. Nilai-Nilai Sosial dalam
Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 1, Nomor 1,
September 2012.
Sari, Linda, Agustina dan Lubis. 2019. Nilai-nilai Sosial dalam Novel Tentang
Kamu Karya Tere Liye Kajian Sosiologi Sastra. Jurnal Ilmiah
Korpus. Volume 3, Nomor 1, April 2019.
Sauri, Sopyan. 2020. Nilai-nilai Sosial dalam Novel Hujan Karya Tere Liye
Sebagai Bahan Pembelajaran Kajian Prosa Pada Mahasiswa Program
Studi DIKSATRASIADA Universitas Mathla’ul Anwar Banten.
Jurnal Literasi. Volume 4, Nomor 1, April 2020.
Siswanto, Thayf. 2009. Tanah Tabu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yanti, Salda. 2015. Religiositas Islam dalam Novel Ratu Yang Bersujud Karya
Amrizal Mochamad Mahdavi. Jurnal Humanika. Volume 3, Nomor
15, Desember 2015.
82

Lampiran 1
Instrumen Penelitian untuk Rumusan Masalah Pertama

No Macam-Macam Kisi-Kisi Nilai Kutipan Analisis


Nilai Sosial
1 Bertanggung Sikap seseorang Ketika itu, Mabel Kutipan di atas
Jawab dimintai berhadapan dengan menceritakan Mabel
Bertanggung penjelasan apa seorang paitua sebagai seorang ibu
jawab adalah sikap yang diperbuat. pemabuk yang bertanggung jawab
di mana seseorang mencoba menyiksa kepada anaknya yang
dimintai penjelasan kedua anaknya. sedang dikejar oleh
mengenai apa yang Anak-anak malang paitua pemabuk.
telah diperbuat, yang wajahnya Mabel melindungi
tidak hanya berlepotan air mata kedua anaknya di
menjawab tapi tidak dan ingus itu berlari balik tubuhnya agar
juga mengelak kearah Mabel yang tidak ditangkap dan
(Aisyah dkk, kebetulan sedang disiksa oleh paitua
2016:5). menyapu halaman. yang sedang mabuk
Mereka pun tersebut. Hal ini
disembunyikan membuktikan rasa
Mabel di balik tanggung jawab yang
punggungnya, tinggi terhadap dirinya
sementara bapak sendiri sebagai
mereka memburu seorang ibu yang
dari belakang. Di harus mampu
hadapan Mabel yang melindungi anaknya
sebesar gunung, aku apalagi dari hal yang
melihat dengan mata bisa membahayakan
kepalaku paitua anak-anaknya.
pemabuk itu
berusaha menggapai
anak-anaknya tanpa
menyentuh tubuh
Mabel, tetapi gagal
(Tanah
Tabu,2009:12).

Mabel lantas berjaga


di pintu depan, Berdasarkan
sementara pintu kutipan tersebut,
Bertanggung belakang yang menggambarkan
jawab tidak tertutup telah adanya tanggung
menjawab dan diganjalnya dengan jawab Mabel terhadap
tidak mengelak. kursi dan berkarung- keselamatan Nyonya
karung beras, gula, Hermine dan anaknya.
dan garam, yang Mabel melakukan
dipindahkannya dari segala cara demi
gudang. Mabel melindungi Nyonya

82
83

merasa menjaga Hermine dan anaknya.


Nyonya Hermine Walaupun dia seorang
dan anaknya adalah perempuan namun dia
sebuah kewajiban tetap bertanggung
(Tanah Tabu, 2009: jawab demi
91). keselamatan mereka.

“Pada tiga tahun Dari kutipan tersebut,


awal perkawinan terlihat bahwa Mabel
mereka, kehidupan telah bertanggung
keluarga Mabel dan jawab sebagai seorang
Pace Mauwe begitu istri yang harus
damai dan bahagia. mengurus rumah,
Mereka tidak pernah suaminya, bahkan
bertengkar, apalagi juga mengurus kebun
berkelahi. Sebagai mereka. Begitupun
istri, Mabel tahu suaminya Johanis juga
betul tugasnya dan telah bertanggung
senantiasa jawab sebagai seorang
mengerjakan suami yang harus
semuanya sebaik bekerja keras dan
mungkin. Dia memburu demi
mengurus rumah, keluarganya.
suaminya, Johanis,
juga kebun-kebun
mereka. Dia juga
selalu
menyempatkan diri
membuat noken
baru, menganyam
keranjang, bahkan
tak pernah
membiarkan tempat
sagu sampai kosong.
Sedangkan Pace
Mauwe suami yang
bertanggung jawab,
penyayang, dan
perhatian. Dia juga
seorang pekerja
keras dan pemburu
yang tangkas”
(Tanah Tabu, 2019:
108-109).

83
84

Dia tidak Dalam kutipan


diperbolehkan tersebut, menjelaskan
bermain oleh ibunya bahwa Yosi
karena harus bertanggung jawab
mengurus adiknya sebagai seorang kakak
yang nomor tiga, dia harus menjaga
Kaye, yang sedang serta mengurus
sakit. “Kaye masih adiknya yang sedang
panas, Leksi. Kata sakit. Dia merelakan
mamaku, aku harus waktu bermainnya
menjaganya dan demi menjaga
tidak boleh keluar adiknya.
rumah, apalagi
bermain” (Tanah
Tabu, 2009: 118).

Meskipun goyah- Dari kutipan


kutahu itu pasti- tersebut dijelaskan
tetapi toh dia telah bahwa Mace
berusaha bertanggung jawab
semampunya. sebagai seorang ibu
Mencoba menjalani yang harus mampu
hari seperti biasa mengatasi masalah
tanpa terganggu yang sedang dihadapi
pandangan dan dalam keluarganya. Ia
sindiran sinis para harus mampu
tetangga. Mengatasi mengatasi tangisan
tangisan Leksi yang Leksi anaknya yang
tak henti sejak pagi tak henti-hentinya
hingga pagi lagi serta harus tetap
dengan sabar. bekerja seperti hari
Bahkan tetap bekerja biasanya meskipun
di kebun walau suasana hati dan
sesekali kutemukan pikirannya sedang
dia berhenti sejenak tidak baik-baik saja.
untuk menangis.
Bagiku, hal tersebut
sudah hebat. Dia
memang perempuan
yang kuat, dan harus
tetap kuat seperti
pesan Mabel
sebelum orang-
orang itu
membawanya
(Tanah
Tabu,2009:183).

84
85

2 Kasih Sayang Menciptakan “Aku masak tumis Tokoh Mabel


Kasih sayang kasih sayang bunga papaya. Kau dalam novel Tanah
menciptakan kerja antar manusia. pasti suka, kan?” Tabu memiliki nilai
sama di antara ujar Mabel tanpa kasih sayang, nilai ini
manusia. Bila kasih melihatku. Aku ditunjukkan ketika dia
sayang tidak ada mengeluarkan suara menyayangi serta
maka tidak akan senang dan segera perhatian kepada
terwujud berlalu. Aku tidak Kwee yang
persaudaraan di pernah mau merupakan tokoh babi
antara manusia, tak membuat Mabel-ku dalan novel tersebut
seorang pun yang marah. Tidak pernah seperti menyayangi
merasa memiliki sekali pun. Dia anaknya sendiri.
tanggung jawab selalu baik dan
terhadap orang lain, perhatian kepadaku.
keadilan dan Memperlakukanku
pengorbanan akan layaknya
menjadi hal yang keturunannya sendiri
absurd dengan sayang
utopis…..(Erfan (Thayf, 2009: 11).
dalam Aisah,
2015:6). Ketika itu, Mabel Kasih sayang
berhadapan dengan Mabel tidak hanya
seorang paitua ditunjukkan kepada
pemabuk yang Kwee saja, dia juga
mencoba menyiksa begitu menyayangi
kedua anaknya. anak-anaknya. Kasih
Anak-anak malang sayang Mabel terlihat
yang wajahnya ketika paitua pemabuk
berlepotan air mata mencoba menyakiti
dan ingus itu berlari kedua anaknya,
kearah Mabel yang dengan sigap dia
kebetulan sedang melindungi anaknya
menyapu halaman. dari jangkauan paitua
Mereka pun pemabuk tersebut.
disembunyikan
Mabel di balik
punggungnya,
sementara bapak
mereka memburu
dari belakang. Di
hadapan Mabel yang
sebesar gunung, aku
melihat dengan mata
kepalaku paitua
pemabuk itu
berusaha menggapai
anak-anaknya tanpa
menyentuh tubuh

85
86

Mabel, tetapi gagal


(Thayf, 2009: 12).

Sejak kecil, Mace- Tokoh Mace


lah yang mengurus dalam novel Tanah
dan Tabu memiliki nilai
membesarkanku. kasih sayang, nilai
Tidak kurasakan ada tersebut dibuktikan
beda kasih sayang dengan cara Mace
yang dicurahkannya mengurus serta
untukku dan Leksi, membesarkan anaknya
anaknya sendiri. serta tokoh Kwee
Sepiring makanan hewan piaraan seperti
untuk Leksi, anaknya sendiri. Dia
sepiring juga tidak membedakan
untukku. Leksi kasih sayang antara
dibuainya dalam anaknya dan Kwee.
pelukan, aku Mace selalu berlaku
diusapnya dengan adil dengan mereka.
kasih sayang. Leksi
diajak jalan-jalan,
aku pun
diikutkannya serta
(Thayf, 2009: 13).

Aku tahu Leksi Tokoh Kwee


sebenarnya ingin menunjukkan kasih
mengajakku, tetapi sayangnya terhadap
sebersit ketakutan Leksi dengan cara
terpancar jelas dari tidak ingin melihat
matanya. Dia takut leksi kesulitan apalagi
dihukum. Dan aku hanya karena dia. Dia
tidak ingin membuat rela ditinggal di rumah
Leksi-ku tercinta walaupun sebenarnya
mendapat kesulitan dia sangat ingin
(Thayf, 2009: 15). bermain dengan Leksi.

Kasih sayang Aku bersedia Tokoh Leksi


menyebabkan menyerahkan menunjukkan nilai
keselamatan separuh waktu kasih sayang dengan
jasmani, dapat bermainku untuk dibuktikan oleh
memperbaiki bersekolah semata tindakan. Dia
perilaku amoral demi membuat merelakan waktu
dan saling keceriaan terbit lagi bermainnya untuk
menghormati. di wajah Mace dan bersekolah semata-
Mabel, yang mata ingin membuat
bertahan murung Mace dan Mabel

86
87

sejak menyebut bahagia. Dia juga


nama Bapak. Dalam berjanji untuk menjadi
hati, tanpa setahu anak yang cerdas
mereka, aku berjanji namun tidak secerdas
untuk tidak lagi Bapaknya dengan kata
membuat diriku lain, dia tidak ingin
secerdas Bapak atau nama Bapaknya hadir
menyamai Bapak lagi di tengah-tengah
dalam hal lain keluarganya yang
supaya namanya membuat Mace dan
tidak akan pernah Mabel sedih dan
hadir lagi di antara murung.
kami dan merampas
senyum kami
(Thayf, 2009: 18).

“Semua makanan Mabel


itulah yang menunjukkan nilai
membuatku bisa kasih sayang pada
segemuk ini, Leksi dengan
walaupun sekarang tindakannya. Dia
hanya bisa makan selalu bekerja keras
keladi, sagu, ubi, untuk membiayai
atau sesekali daging hidup keluarganya
kalau ada yang terutama Leksi
berpesta. Karena itu, cucunya. Mabel ingin
aku akan bekerja Leksi menjadi anak
sekeras mungkin yang sehat dan gemuk
untuk seperti dirinya. Karena
membelikanmu roti, masa muda Mabel
keju, dan susu. pernah merasakan
Sabar saja, Nak. makan yang enak
Aku akan seperti roti, keju, dan
membuatmu susu jadi dia ingin
segemuk dia.” Lalu cucunya juga
mata Mabel menatap merasakan makanan
Kwee dengan yang pernah dia
pandangan penuh rasakan.
arti (Thayf, 2009:
29).

“Kau jaga dia, Pum. Tidak hanya itu,


Dia masih terlalu Mabel juga berpesan
rapuh untuk pada Pum untuk
bertahan di dunia menjaga Leksi, karena
yang kejam ini” dia khawatir cucunya
(Thayf, 2009: 32). masih sangat kecil dan
rapuh untuk bertahan

87
88

menjalani kehidupan
dunia yang begitu
kejam.

Leksi-ku sayang. Tidak hanya


Leksi-ku tercinta. Mabel yang
Kau tidurlah yang menunjukkan nilai
nyenyak dan mimpi kasih sayang namun
indah. Untuk hari tokoh Pum juga
ini, aku akan setia di menunjukkan nilai
sini menjagamu. kasih sayang kepada
Sedangkan untuk Leksi. Kasih sayang
esok hari dan Pum ditunjukkan
seterusnya, semoga dengan cara selalu
aku masih bisa terus setia menjaga dan juga
mendampingimu menemani Leksi,
seperti sekarang. bahkan dia juga sering
Namun jika tidak, ku menemani Leksi
tahu Tuhan Besar di walaupun hanya
Atas sana akan sekedar untuk
selalu menjagamu. bermain.
Percayalah (Thayf,
2009: 37).

Kata orang-orang, Kasih sayang


sebelum ada aku, Pum juga ditunjukkan
Pum adalah kepada Mabel, Pum
bayangan Mabel. Ke tidak hanya setia
mana pun dia pergi, menemani dan
Pum pasti ada di menjaga Leksi, namun
sekitarnya. Bahkan dia juga setia
saat aku telah lahir, menemani Mabel ke
selagi Mabel terkena mana pun Mabel
sakit malaria parah pergi. Bahkan ketika
dan sempat Mabel sakit parah
menginap di rumah Pum setia
sakit, Pum ikut menemaninya.
menemani (Thayf,
2009: 38).

“Jangan salahkan Tokoh Yosi


mamaku, Leksi. Dia dalam novel Tanah
juga menderita kalau Tabu menunjukkan
kau tahu” (Thayf, nilai kasih sayang,

88
89

2009: 42). nilai tersebut


dibuktikan dengan
pembelaannya pikiran
buruk Leksi tentang
mamanya. Dia
menolak saran Leksi
untuk memberikan
perlawanan terhadap
mamanya jika
dimarahi tanpa
kesalahan yang
berarti, karena dia
tahu penderitaan yang
dialami oleh mamanya
untuk itu dia tidak
ingin menambah
beban mamanya lagi.

Kakiku mulai Dibalik sikap


melangkah maju. Di Mama Helda yang
tangan kananku selalu kasar dengan
sudah ada sandalku Yosi, dia sebenarnya
yang sebelah. Tirai sangat menyayangi
kamar sudah kukuak Yosi. Dia tidak ingin
lebar. Saat itulah putrinya menjadi
Mama menunjukkan sasaran kemarahan
kecintaannya suaminya. Bahkan dia
kepadaku. Dia…. merelakan tubuhnya
Dia merelakan ditendang oleh
tubuhnya ditendang suaminya hanya untuk
Pace, yang emosinya melindungi putrinya.
kambuh lagi karena
mengira aku sudah
berani melawannya
(Thayf, 2009: 47).

Aku sadar kebiasaan Seganas-


itu salah. Ikut ganasnya Pum dia
merasa tersakiti jika tidak pernah
melihat seorang menyakiti pasangan
Mama yang tanpa serta anak-anaknya.
daya dihajar Dia begitu
suaminya. Asal kau menyayangi pasangan
tahu, seganas- serta anak-anaknya.
ganasnya aku Untuk itu, dia tidak
dahulu, tidak pernah suka jika melihat
sekali pun aku seorang Mama tanpa
menyakiti ibu anak- daya dihajar oleh

89
90

anakku. Tanya saja suaminya sendiri.


Mabel sangat tahu Karena seorang suami
itu. Aku menyayangi sejatinya adalah
dan melindungi memberikan
pasanganku, pun perlindungan serta
anak-anakku (Thayf, kenyamanan untuk
2009: 51). keluarganya. Dia
sangat menolak keras
dengan kebiasaan
kasar tersebut.

Karena itulah Mabel Nilai kasih


rela banting tulang sayang tidak hanya
bekerja apa saja ditunjukkan oleh
untuk membiayai Mabel saja, namun
sekolah Leksi dan Mace juga
memenuhi semua menunjukkan kasih
kebutuhannya. Tentu sayang terhadap
saja, Mace juga ikut keluarganya. Nilai
membantu; tersebut dibuktikan
menggarap kebun dengan cara Mace
sayur dan petatas yang ikut serta
milik Mabel sejak membantu Mabel
pagi hingga siang, mencari nafkah untuk
lantas berjualan membiayai sekolah
dipasar sampai sore Leksi dan kebutuhan
pecah. Sedangkan keluarga.
Mabel berjualan
kapur dan pinang
yang dibuat dan
dikumpulkannya
sendiri, meskipun
bukan dia yang
mengambil pinang
dari pohonnya,
setelah sebelumnya
membereskan
pekerjaan rumah
(Thayf, 2009: 52).

Ah, sudahlah. Pum


Terserah apa menunjukkan nilai
katanya. Yang kasih sayangnya
penting siang ini terhadap Leksi dan
semua berjalan baik- Kwee. Nilai tersebut
baik saja. aku dibuktikan dengan
berhasil menjaga tindakan Pum yang
Leksi dan Kwee satu selalu mejaga Leksi

90
91

hari lagi (Thayf, dan Kwee dari hal-hal


2009: 57). yang membahayakan
mereka.

Leksi mencoba Leksi begitu


membersihkan menyayangi Kwee,
tubuhku dengan kasih sayang Leksi
sepasang tangan dibuktikan dengan
mungilnya. Aku tindakan Leksi
tersentuh. Marahku membersihkan tubuh
sedikit mengendur Kwee yang basah
(Thayf, 2009: 62). terkena guyuran air
kotor karena ada
sebuah mobil yang
mencipratinya dengan
air kubangan yang
memenuhi jalan.
Dengan sabar Leksi
membersihkan tubuh
Kwee dengan tangan
mungilnya, membuat
amarah Kwee sedikit
mengendur.

“akan kumasak Kemudian kasih


ayam untukmu. Kau sayang Mabel kembali
pernah bilang ingin ditunjukkan kepada
makan ayam bukan? cucunya Leksi, ia
Seperti yang pernah ingin memasak ayam
kau lihat disantap untuk Leksi karena
orang-orang di cucu kesayangannya
warung ruko sana. itu sangat
Aku masih ingat menginginkan
kata-katamu, Nak” masakan ayam,
(Thayf, 2009: 65). bahkan Mabel selalu
mengingat kata-kata
cucu kesayangannya
itu. Semangat Mabel
berjualan sayur di
pasar tidak putus
walau diusianya yang
sudah tua hanya demi
cucu dan keluarganya.

“Oh, habiskan saja, Begitu besar


Nak. Habiskan. kasih sayang mabel
Makan semuanya pada cucunya, bahkan

91
92

sepuasmu. Sebab dia menyuruh Leksi


sebentar lagi kita untuk menghabiskan
akan dapat uang dari pinangnya. Dia ingin
hasil jual sayur. cucunya bisa makan
Sebentar lagi bukan enak dengan
hanya pinang yang sepuasnya, bahkan dia
kau makan sampai ingin membelikan
puas, tapi juga telur. telur dan juga ayam
Atau mungkin ayam, untuk cucu
kalau harganya bisa kesayangannya.
ku tawar sedikit. Ya,
ya, ayam. Aku juga
sudah lama tidak
makan ayam. Sudah
lupa bagaimana
rasanya. Ah, ayam”
(Thayf, 2009: 67).

Mabel akan tinggal Wibawa,


bersama mereka dan kebaikan serta kasih
diberikan kehidupan sayang Tuan Piet dan
yang layak, Nyonya Hermine juga
termasuk pakaian, ditunjukkan dalam
makanan, dan novel Tanah Tabu,
pendidikan. Dia kasih sayang mereka
berjanji tidak akan dibuktikan dengan
menelantarkan tindakan mereka
Mabel; Mabel akan memberikan
diperlakukan dengan kehidupan yang layak,
layak meskipun termasuk pakaian,
warna kulit mereka makanan, serta
berbeda. “Karena di pendidikan kepada
mata Sang Pencipta Mabel. Mereka tidak
kita semua sama. membedakan antara
Bersaudara. manusia yang berkulit
Berkeluarga. Yang putih ataupun hitam,
harus saling di mata mereka
mencintai dan manusia itu sama
mengasihi sebagai harus saling mencintai
sesama manusia” dan mengasihi.
(Thayf, 2009: 87).

Mabel menjadi lebih Nyonya


bersinar setelah Hermine kembali
Nyonya Hermine menunjukkan kasih
menggosok seluruh sayangnya kepada
tubuhnya kersa- Mabel dengan

92
93

keras dengan sabun memandikan Mabel


dan handuk, tanpa serta memberi Mabel
memedulikan pakaian baru.
teriakan takut dan Walaupun belum
kesakitan Mabel, begitu mengenal
pada hari pertama Mabel, Nyonya
setibanya di Hermine begitu baik
Mindiptana. Usai serta menyayangi
dimandikan, dia Mabel seperti anaknya
diberi pakaian baru sendiri. Dengan sabar
(Thayf, 2009: 89). Nyonya Hermine
menjelaskan kepada
Mabel kegunaan
setiap barang dan
perkakas baru yang
ada di rumah.

Tanpa disangka- Tidak hanya


sangka, perempuan Nyonya Hermine yang
berambut mengkilap menunjukkan kasih
itu justru menyuruh sayangnya pada
Mabel menggunakan Mabel, namun Tuan
seluruh halaman Piet juga begitu
belakang. Tuan Piet menyayangi Mabel.
malah menyumbang Nyonya Hermine
beberapa kantong malah menyuruh
bibit buah labu yang Mabel menggunakan
dibelinya entah dari seluruh halaman
siapa (Thayf, 2009: belakang untuk
90). berkebun ketika
Mabel meminta izin
memakai sedikit
halamannya,
sedangkan Tuan Piet
malah
menyumbangkan
beberapa kantong
bibit buah labu kepada
Mabel.

93
94

Tuan Piet dan Kasih sayang


Nyonya Hermine Nyonya Hermine dan
mendukung Tuan Piet tidak hanya
ketertarikan Mabel sebatas memberikan
pada buku. Mereka pakaian, makanan tapi
menambah waktu kasih sayang mereka
luangnya pada akhir juga dibuktikan
pekan, dan dengan dukungan
membiarkan Mabel kepada Mabel untuk
menghabiskannya belajar serta membaca
dengan hanya buku, bahkan mereka
membaca buku di mengizinkan Mabel
kamar atau teras untuk menambah
depan (Thayf, 2009: waktu luangnya pada
98). akhir pekan supaya
Mabel bisa
menghabiskan
waktunya hanya untuk
membaca buku.

“Pada tiga tahun Tokoh Pace


awal perkawinan Johanis juga memiliki
mereka, kehidupan nilai kasih sayang,
keluarga Mabel dan nilai tersebut
Pace Mauwe begitu dibuktikan dengan
damai dan bahagia. tindakan Pace yang
Mereka tidak pernah selalu perhatian
bertengkar, apalagi dengan istrinya. Ia
berkelahi. Sebagai adalah sosok suami
istri, Mabel tahu yang baik bagi Mabel,
betul tugasnya dan tidak hanya pekerja
senantiasa keras dan pemburu
mengerjakan tangkas Pace Johanis
semuanya sebaik begitu perhatian
mungkin. Dia dengan istrinya
mengurus rumah, bahkan selama awal
suaminya, Johanis, pernikahan mereka
juga kebun-kebun tidak pernah
mereka. Dia juga bertengkar. Namun
selalu kasih sayang tersebut
menyempatkan diri tidak bertahan lama,
membuat noken nilai tersebut hilang
baru, menganyam dan digantikan oleh
keranjang, bahkan sikap yang kasar
tak pernah kepada keluarganya.
membiarkan tempat

94
95

sagu sampai kosong.


Sedangkan Pace
Mauwe suami yang
bertanggung jawab,
penyayang, dan
perhatian. Dia juga
seorang pekerja
keras dan pemburu
yang tangkas”
(Thayf, 2009: 108-
109).

Dia tidak Yosi adalah


diperbolehkan teman bermain Leksi,
bermain oleh ibunya meski diusianya yang
karena harus masih kecil dia begitu
mengurus adiknya menanamkan nilai
yang nomor tiga, kasih sayang dalam
Kaye, yang sedang dirinya. Nilai tersebut
sakit. “Kaye masih dibuktikan dengan
panas, Leksi. Kata cara dia menjaga serta
mamaku, aku harus merawat adiknya yang
menjaganya dan sedang sakit dengan
tidak boleh keluar penuh kesabaran,
rumah, apalagi meski sebenarnya dia
bermain.” masih ingin bermain
Yosi begitu sabar bersama Leksi. Dia
dan perhatian. Setiap juga begitu
kali Kaye berulah, menyayangi mamanya
tidak pernah ku lihat hingga tidak ingin
dia mencubit atau membuat mamanya
membentak adik kerepotan.
bungsunya itu. Yosi
hanya berusaha
membujuk
semampunya.
Membelikan gula-
gula jika dia sedang
punya uang atau
membiarkan Kaye
menjadi pengganggu
keasyikannya
bermain (Thyaf,
2009: 118-119).

Semalam, Mama Bagi Mabel,


Kori dan Mabel tidur Mama Kori lebih
berpelukan di atas seperti saudara yang

95
96

tikar lusuh yang tidak dimilikinya.


digelar di ruang Perempuan itu adalah
depan rumah kami tempat ketika Mabel
yang sempit (Thayf, membutuhkan
2009: 136). semangat. Kasih
sayang Mama Kori
dibuktikan dengan
cara dia yang selalu
ada dan setia
menemani Mabel
ketika tertimpa
musibah. Bahkan
Mama Kori dan Mabel
tidur berpelukan untuk
melepas rindu karena
telah lama tidak
berjumpa.

Aku benar-benar Leksi begitu


kehilangan Yosi. menyayangi
Hal itu membuatku sahabatnya Yosi. Nilai
sangat sedih. Aku kasih sayang tersebut
juga tidak bisa tidur ditunjukkan dengan
dan belajar. Aku cara Leksi yang begitu
selalu ingat kata- khawatir dengan
katanya yang keadaan sahabatnya
berjanji untuk yang sudah lama tidak
bermain bersama. terlihat. Bahkan Leksi
Aku juga selalu sampai sakit karena
ingat wajah memikirkan keadaan
cerahnya jika sahabatnya yang
berhasil memenangi sudah lama tidak
permainan. Selama muncul dihadapannya.
berhari-hari, aku
lebih suka
termenung sendiri
sambil menatap
pagar rumah Yosi
(Thayf, 2009: 140).

“Pilih saja kaus Nilai kasih


yang kau sukai, sayang juga dimiliki
Nak. Kalau mau, oleh tokoh Leksi, nilai
kau ambil saja tersebut dibuktikan
semuanya. Tidak dengan tindakannya
apa-apa. untuk mengunjungi
Tanpa merasa perlu sahabatnya yang
mengerti maksud sudah lama tidak

96
97

perkataan Mabel, bertemu. Setelah dia


keesokan harinya, sembuh dari sakit,
kujejali kantong akhirnya dia diajak
plastik hitam di Mabel untuk
tangan ku dengan mengunjungi Yosi.
beberapa lembar Leksi begitu bahagia
kaus pembagian karena akhirnya dia
milik Mabel dan akan bertemu dengan
sejumlah stiker. sahabatnya. Dia
Rencananya, semua meminta beberapa
itu akan kuberikan kaus dan stiker milik
kepada Yosi dan Mabel untuk diberikan
adik-adiknya” kepada sahabatnya.
(Thayf, 2009: 144).

Adapun Mabel yang Mabel


sejak lama menunjukkan nilai
menganggap Mama kasih sayang kepada
Helda sebagai Mama Helda yang
anaknya sendiri sudah dianggap
tanpa sungkan seperti anaknya
menumpahkan sendiri. Nilai tersebut
seluruh gelora dibuktikan dengan
keibuannya. Pucuk tindakan serta sikap
kepala Mama Helda Mabel kepada Mama
diciuminya, begitu Helda, tanpa sungkan
pun kedua belah pipi dia menumpahkan
perempuan itu yang gelora keibuannya.
dibasahi air mata, Bahkan tidak hanya
sembari memberikan kalimat-
menyanyikan kalimat bujukan
kalimat bujukan. Mabel juga tidak
Kedua perempuan enggan untuk
itu lantas berpelukan mencium kening serta
sangat lama. Mereka memeluk Mama
berbagi air mata Helda dan
seakan sadar nasib menumpahkan air
mereka hampir sama mata bersama.
(Thayf, 2009: 151).

Ayah dan kakak Meski dalam


tertua Mabel novel Tanah Tabu,
menyerahkan tokoh Ayah dan
napasnya yang Kakak tertua Mabel
terakhir pada hari tidak banyak
itu. Mereka tewas disebutkan, namun
demi membela mereka memiliki nilai
kehormatan suku kasih sayang. Nilai

97
98

dan Mabel (Thayf, tersebut dibuktikan


2009: 154). dengan tindakan
. mereka rela
mengorbankan nyawa
hanya demi membela
kehormatan suku dan
Mabel.

“Tapi kita harus Dalam novel


tetap kuat, Helda. Tanah Tabu, nilai
Jangan menyerah. kasih sayang kembali
Terus berjuang demi ditunjukkan oleh
anak-cucu kita. tokoh Mabel. Nilai
Mereka harus tersebut dibuktikan
mendapatkan dengan cara Mabel
kehidupan yang memberikan semangat
lebih baik jadi serta dukungannya
tegarlah, Nak” untuk Mama Helda
(Thayf, 2009: 155). agar tetap tegar
menjalani kehidupan
yang penuh dengan
rintangan.

98
99

Oh, Kwee. Mungkin Tokoh Pum


belum terlambat dalam novel Tanah
untukmu Tabu sering
mengetahui betapa diceritakan sebagai
aku juga tak ingin sosok anjing yang
kehilanganmu. bersikap keras namun,
Mungkin selama ini dia juga menampilkan
aku bersikap terlalu nilai kasih sayang
keras kepadamu, dalam diriya. Nilai
tetapi semua itu tersebut dibuktikan
punya tujuan. Aku ketika dia tidak ingin
ingin menempamu melihat Kwee terluka
agar lebih berani hanya karena ingin
dan tidak pemalas. membantunya. Selama
Kita memang hidupnya dia bersikap
berbeda, tetapi tetap keras kepada Kwee
satu keluarga. Kau, semata-mata hanya
Mabel, Mace, dan untuk menempa Kwee
Leksi. agar bisa menjadi
Kau pergi saja, lebih berani dan tidak
Kwee. Jaga Mace pemalas. Dia juga
dan Leksi baik-baik. sangat menyayangi
Tidak! Aku tidak Mabel, Mace dan juga
mau pergi sendiri. Leksi.
Sudahlah, jangan
membantah. Dan
jangan menangis!
Mereka datang
(Thayf, 2009: 189).

3 Peduli Nasib Orang Sikap kepedulian Aku tahu Leksi Peduli nasib orang
Lain diri untuk sebenarnya ingin lain merupakan sikap
Peduli adalah melibatkan diri mengajakku, tetapi kepedulian diri untuk
sikap keberpihakan dalam persoalan. sebersit ketakutan melibatkan diri dalam
kita untuk terpancar jelas dari persoalan. Tokoh
melibatkan diri matanya. Dia takut Kwee memiliki nilai
dalam persoalan, dihukum. Dan aku tersebut, dibuktikan
keadaan atau kondisi tidak ingin membuat ketika dia rela diam di
yang terjadi di Leksi-ku tercinta rumah agar Leksi
sekitar kita. Orang mendapat kesulitan tidak di hukum serta
yang peduli kepada (Thayf, 2009: 15). dia tidak ingin
nasib orang lain membuat Leksi
adalah mereka yang mendapat kesulitan.
terpanggil Untuk itu, dia rela
melakukan sesuatu ditingal walaupun
dalam rangka sebenarnya dia ingin
memberi inspirasi ikut bersamanya.
kebaikan kepada

99
100

lingkungan sekitar Aku bersedia Tidak hanya


(Aisah, 2015:6). menyerahkan Kwee, tokoh Leksi
separuh waktu juga memiliki nilai
bermainku untuk peduli nasib orang
bersekolah semata lain. Nilai tersebut
demi membuat dibuktikan dengan
keceriaan terbit lagi keterlibatannya rela
di wajah Mace dan menyerahkan separuh
Mabel, yang waktu bermain untuk
bertahan murung bersekolah agar
sejak menyebut keceriaan dan
nama Bapak. Dalam kebahagiaan terbit lagi
hati, tanpa setahu di wajah Mace dan
mereka, aku berjanji Mabel.
untuk tidak lagi
membuat diriku
secerdas Bapak atau
menyamai Bapak
dalam hal lain
supaya namanya
tidak akan pernah
hadir lagi di antara
kami dan merampas
senyum kami
(Thayf, 2009: 18).

“seseorang harus Sahabat Leksi,


menutup lubang itu dengan kepolosan dia
dengan sesuatu, menyatakan
Leksi, sebelum kepeduliannya
kelasmu menjadi terhadap Leksi agar
sumur,” saran Yosi menutup lubang atap
penuh dengan sekolahnya yang
kepedulian (Thayf, bocor agar tidak
2009: 20). banjir, ketika Leksi
menceritakan keadaan
sekolah yang kurang
baik karena atap
kelasnya yang bolong
dan sering basah
ketika hujan turun.

Sebagai ibu, Mace Mace memiliki


berharap aku masalalu yang buruk,
tumbuh menjadi sebagai seorang ibu
seorang gadis yang Mace berharap
bernasib baik dan anaknya bisa
terpelajar (Thayf, menjalani kehidupan

100
101

2009: 24). yang lebih baik dari


dirinya, bisa menjadi
anak yang pintar serta
membanggakan orang
tua. Untuk itu, Mace
selalu mendukung
anaknya untuk
bersekolah.

Kata orang-orang, Nilai peduli nasib


sebelum ada aku, orang lain juga
Pum adalah dimiliki oleh tokoh
bayangan Mabel. Ke Pum. Dalam novel
mana pun dia pergi, Tanah Tabu, Pum
Pum pasti ada di seperti bayangan
sekitarnya. Bahkan Mabel. Pum selalu
saat aku telah lahir, setia menemani
selagi Mabel terkena Mabel, bahkan saat
sakit malaria parah Mabel sedang sakit
dan sempat parah Pum ada untuk
menginap di rumah menemaninya.
sakit, Pum ikut
menemani (Thayf,
2009: 38).

Kukatakan dia harus Leksi sebagai


membela diri jika sahabat Yosi sangat
dimarahi tanpa memperdulikan
kesalahan yang sahabatnya, apalagi
berarti (Thayf, 2009: ketika dia melihat
42). sahabatnya yang
selalu dimarahi oleh
ibunya tanpa alasan
yang jelas. Kepedulian
Leksi, menyuruh Yosi
untuk memberi
pembelaan jika
sewaktu-waktu
dimarahi tanpa alasan
yang pasti, karena dia
tidak suka jika melihat
sahabatnya selalu
dimarahi.

Kakiku mulai Tidak hanya


melangkah maju. Di Leksi yang
tangan kananku memperdulikan nasib
sudah ada sandalku orang lain, Yosi juga

101
102

yang sebelah. Tirai sangat peduli terhadap


kamar sudah kukuak orang lain terutama
lebar. Saat itulah ibunya. Dia rela
Mama menunjukkan melibatkan diri untuk
kecintaannya membela ibunya yang
kepadaku. Dia…. sedang disiksa oleh
Dia merelakan Pacenya.
tubuhnya ditendang
Pace, yang
emosinya kambuh
lagi karena mengira
aku sudah berani
melawannya (Thayf,
2009: 47).

Dia ingin Walaupun usia


menjenguk Mace, Leksi yang masih
yang mungkin saja kecil, dia sangat
sedang butuh menanamkan nilai
bantuan, sebab hari kepedulian terhadap
ini jualannya cukup orang lain terutama
banyak (Thayf, pada Macenya. Diusia
2009: 49). kanak-kanak
seharusnya hanya
memikirkan bermain
dan bermain, namun
Leksi berbeda dari
anak-anak pada
umumnya. Dia lebih
memperdulikan untuk
membantu Macenya
berjualan
dibandingkan sibuk
bermain.

Karena itulah Mabel Setelah itu,


rela banting tulang Mabel dan Mace
bekerja apa saja sebagai orang tua
untuk membiayai yang harus membiayai
sekolah Leksi dan sekolah Leksi sangat
memenuhi semua memperdulikan masa
kebutuhannya. depan Leksi. Mereka
Tentu saja, Mace bekerja keras untuk
juga ikut membantu; mengais rezeki demi
menggarap kebun membiayai sekolah
sayur dan petatas Leksi dan memenuhi
milik Mabel sejak kebutuhan keluarga.
pagi hingga siang, Semua itu telah

102
103

lantas berjualan dijelaskan oleh tokoh


dipasar sampai sore Pum dalam novel
pecah. Sedangkan Tanah Tabu.
Mabel berjualan
kapur dan pinang
yang dibuat dan
dikumpulkannya
sendiri, meskipun
bukan dia yang
mengambil pinang
dari pohonnya,
setelah sebelumnya
membereskan
pekerjaan rumah
(Thayf, 2009: 52).

“Itu bukan pertanda Mabel begitu


sayang, Helda-ku. menanamkan nilai
Tapi teguran supaya peduli terhadap nasib
kau dan paitua-mu orang lain dalam
mau mengubah diri dirinya. Nilai itu
dan berusaha dibuktikan dengan
memperbaiki keterlibatan dia
kehidupan kalian. dengan masalah yang
Jangan hanya terus dialami oleh Mama
menghasilkan anak, Helda. Bukan maksud
lalu disia-siakan. ikut campur dalam
Karena jika tidak, rumah tangga orang
lima yang tersisa lain, namun Mabel
akan diambilNya hanya ingin
satu per satu, hingga menyampaikan
meninggalkan kalian kepeduliannya kepada
berdua yang meratap Mama Helda yang
malang. Percayalah telalu menyepelekan
kepadaku, Helda. bahwa kematian tiga
Pada kata-kataku. anaknya bukanlah
Bukan kepada orang masalah bagi dirinya
yang bilang banyak karena dia masih
anak, banyak rezeki, memiliki lima anak.
kecuali kau berniat
memeras keringat
mereka untuk
membiayai
kehidupan kalian”
(Thayf, 2009: 56).

“Mobilnya melaju Leksi sangat


sangat cepat. Aku mengkhawatirkan

103
104

juga kaget. Tapi Kwee, apalagi saat dia


untunglah kau tidak hampir tertabrak
apa-apa, Kwee.” mobil. Kepedulian
Leksi mencoba Leksi terlihat ketika
membersihkan dia membersihkan
tubuhku dengan tubuh mungil Kwee
sepasang tangan yang basah karena
mungilnya. Aku terkena air kubangan.
tersentuh. Marahku
sedikit mengendur
(Thayf, 2009: 62).

“Kau benar, Leksi. Sebagai seorang


Di ujung jalan besar ibu, Mace sangat
sana semua yang mengkhawatirkan
tidak baik nasib anaknya Leksi.
berkumpul jadi satu. Apalagi saat tahu
Karena itu, maukah Leksi diam-diam
kau berjanji menyelinap pergi ke
kepadaku untuk tepi jalan besar. Dia
berhenti menyelinap tidak ingin Leksi
diam-diam dan pergi terkena masalah besar
ke tepi jalan itu jika dia terlalu sering
lagi?” (Thayf, 2009: mengunjungi jalan
78). besar itu. Untuk itu,
dia meminta Leksi
berjanji agar tidak
mengulanginya.

“Agar kalian tahu, Tuan Piet dan


semua itu akan kelompoknya
mendatangkan mengadakan
kebaikan bagi kita, pertemuan dengan
sekaligus sebagai kepala suku dan para
warisan besar yang laki-laki yang ada di
sangat Lembah Baliem untuk
membanggakan bagi membicarakan
anak-cucu kita rencana mereka untuk
nanti” (Thayf, 2009: membangun pos
86). pemerintahan dan
lapangan penerbangan
kecil. Semua yang
mereka rencanakan
semata-mata untuk
mendatangkan
kebaikan bagi
masyarakat sekaligus
sebagai warisan untuk

104
105

anak-cucu mereka
kelak. Begitu baik dan
peduli Tuan Piet pada
masyarakat di Lembah
Baliem.

Tanpa disangka- Meskipun warna


sangka, perempuan kulit mereka berbeda,
berambut mengkilap Nyonya Hermine dan
itu justru menyuruh Tuan Piet begitu
Mabel peduli dengan Mabel.
menggunakan Dibuktikan dengan
seluruh halaman kebaikan hati mereka
belakang. Tuan Piet mengizinkan Mabel
malah menyumbang menggunakan seluruh
beberapa kantong halaman belakang,
bibit buah labu yang bahkan Tuan Piet
dibelinya entah dari memberikan bibit
siapa (Thyaf, 2009: buah labu kepada
90). Mabel ketika dia
meminta izin
memakai separuh
halaman untuk
berkebun.

Mabel lantas untuk


berjaga di pintu melindungi Nyonya
depan, sementara Hermine dan anaknya.
pintu belakang yang Meskipun dia wanita,
tertutup telah Ketika terjadi sebuah
diganjalnya dengan keributan di desa yang
kursi dan berkarung- terletak tidak jauh dari
karung beras, gula, daerah tempat tinggal
dan garam, yang Nyonya Hermine dan
dipindahkannya dari Tuan Piet membuat
gudang. Mabel Tuan Piet begitu
merasa menjaga kacau. Pagi-pagi
Nyonya Hermine sekali Tuan Piet
dan anaknya adalah keluar rumah bersama
sebuah kewajiban beberapa laki-laki
(Thyaf, 2009: 91). bersenjata. Karena
keributan tersebut
membuat Nyonya
Hermine takut dan
Khawatir akan terjadi
sesuatu pada
suaminya. Sebagai
orang satu-satunya

105
106

yang harus menjaga


Nyonya Hermine,
Mabel melakukan
berbagai cara
kepedulian Mabel
pada Nyonya Hermine
tak mengenal rasa
takut.

Di tengah keriuhan, Peduli nasib


sempat kudengar orang lain bukan
beberapa pendatang hanya kepada orang
berkulit putih, yang sudah kita kenal.
termasuk Nyonya Namun sebagai
Hermine, berusaha masyarakat sosial kita
membujuk si Ibu. harus saling peduli
Mereka berseru pada sesama. Seperti
bahwa pada Hari yang dilakukan oleh
Natal yang penuh Nyonya Hermine pada
kegembiraan ini saat melihat seorang
sebaiknya setiap ibu-ibu melakukan
masalah dilupakan percobaan bunuh diri,
dahulu. “Natal dia mencoba
adalah saatnya membujuk si ibu agar
berbagi cinta dan mengurungkan
kasih!” begitu teriak niatnya untuk
Nyonya Hermine mengakhiri hidupnya
sambil menjadikan dengan cara seperti
kedua tangannya itu. Namun, usaha
corong, “jadi Nyonya Hermine
alangkah baiknya tidak didengarkan
jika Anda oleh sang ibu sampai
membicarakan baik- akhirnya si ibu
baik masalah Anda tersebut memilih
dengan keluarga di untuk mengakhiri
rumah” (Thyaf, hidupnya.
2009: 94).

Tuan Piet dan Lagi-lagi


Nyonya Hermine kepedulian tokoh
mendukung Nyonya Hermine dan
ketertarikan Mabel Tuan Piet dalam novel
pada buku. Mereka Tanah Tabu tersebut
menambah waktu dipaparkan dengan
luangnya pada akhir sangat jelas. Mereka
pekan, dan mendukung
membiarkan Mabel ketertarikan Mabel
menghabiskannya pada buku. Bahkan

106
107

dengan hanya mereka menambah


membaca buku di waktu luangnya
kamar atau teras diakhir pekan agar
depan. bisa menghabiskan
“Jadi syukurilah waktunya hanya
keadaanmu membaca buku di
sekarang, Anabel. kamar atau teras
Jangan berpikir yang depan. Mereka begitu
macam-macam. memperdulikan nasib
Jalani saja yang ada Mabel, dengan cara
di depan mata. Aku seperti itu bisa
dan suamiku hanya membantu Mabel
memberikan yang untuk mendapatkan
terbaik untukmu. ilmu.
Percayalah” (Thyaf,
2009: 98-99).

Dia tidak Yosi memang


diperbolehkan masih berusia kanak-
bermain oleh ibunya kanak, namun dia
karena harus dituntut menjadi
mengurus adiknya dewasa karena
yang nomor tiga, keadaan. Dia sangat
Kaye, yang sedang memperdulikan
sakit. “Kaye masih ibunya apalagi adik-
panas, Leksi. Kata adiknya. Dia rela
mamaku, aku harus meninggalkan waktu
menjaganya dan bermainnya hanya
tidak boleh keluar untuk menjaga dan
rumah, apalagi merawat adiknya yang
bermain.” sedang sakit. Bahkan
Yosi begitu sabar dia begitu sabar
dan perhatian. menhadapi adiknya
Setiap kali Kaye yang sering kali
berulah, tidak berulah.
pernah ku lihat dia
mencubit atau
membentak adik
bungsunya itu. Yosi
hanya berusaha
membujuk
semampunya.
Membelikan gula-
gula jika dia sedang
punya uang atau
membiarkan Kaye
menjadi pengganggu
keasyikannya

107
108

bermain (Thyaf,
2009: 118-119).

“Dia bilang akan Kekhawatiran


bermain bersamaku adalah bentuk
hari ini. Katanya, kepedulian tokoh
Kaye pasti sudah Leksi kembali
sembuh karena dihadirkan saat
hanya sakit panas. sahabatnya Yosi tidak
Memangnya sakit kunjung menemuinya
Kaye makin untuk bermain
parahkan? Atau bersama. Dia khawatir
Yosi ikut-ikutan akan kesehatan Kaye
sakit juga?” (Thayf, dan Yosi. Bahkan
2009: 133). Leksi mengancam
tidak akan sekolah
jika tidak diberitahu di
mana keberadaan
Yosi.

“Jangan Mace dan Mabel


Memberikan membantah, Leksi. sangat peduli dengan
inspirasi Istirahat saja dulu Leksi. Kepedulian
kebaikan pada yang banyak. Kata tersebut kembali
lingkungan. Mabel, dia akan dimunculkan ketika
mengajakmu Leksi sakit karena
bertemu Yosi kalau sangat merindukan
kau sudah sembuh Yosi. Mace dan Mabel
nanti.” “Percayalah menyuruh Leksi
kepada Mabel-mu. beristirahat agar
Dia sangat khawatir keadaannya membaik,
melihatmu sakit” setelah itu baru Mabel
(Thyaf, 2009: 141). mengajak Leksi untuk
menemui Yosi.

Ayah dan kakak Kemudian sikap


tertua Mabel kepedulian seorang
menyerahkan ayah dan kakak tertua
napasnya yang Mabel dibuktikan
terakhir pada hari dengan pengorbanan
itu. Mereka tewas mereka dalam
demi membela membela kehormatan
kehormatan suku suku dan Mabel,
dan Mabel (Thyaf, bahkan peperangan
2009: 154). antar suku tersebut
yang membuat ayah
dan kakak tertua
Mabel menyerahkan

108
109

napasnya yang
terakhir.

“Tapi kita harus Mabel yang


tetap kuat, Helda. sudah menganggap
Jangan menyerah. Mama Helda seperti
Terus berjuang demi anaknya sendiri sangat
anak-cucu kita. memperdulikan nasib
Mereka harus Mama Helda,
mendapatkan walaupun Mama
kehidupan yang Helda sempat
lebih baik jadi menjauhi Mabel tak
tegarlah, Nak” membuat Mabel putus
(Thyaf, 2009: 155). asa untuk
menunjukkan
kepeduliannya.
Kepeduliannya
kembali ditunjukkan
ketika Mama Helda
mendapatkan masalah.
Ia memberikan
motivasi agar Mama
Helda bisa
mendapatkan
kekuatan untuk
menjalani kehidupan
yang begitu berat
demi mendapatkan
kehidupan dimasa
yang lebih baik.

Malam ini tidak ada Setelah


satu pun mata yang peristiwa yang sangat
tertidur. Semuanya mengejutkan terjadi
dipaksa membelalak pada Mabel membuat
meski mulut tak Mace, Leksi, Pum,
henti menguap. Aku dan Kwee sangat
tahu semuanya khawatir.
sedang memikirkan Kekhawatiran tersebut
nasib Mabel (Thyaf, membuat mereka
2009: 178). tidak bisa tidur karena
memikirkan
bagaimana nasib
Mabel. Mereka takut
peristiwa masa lalu
kembali dialami oleh
Mabel, peristiwa yang
membuat Mabel

109
110

mendapat siksaan dari


sekelompok laki-laki
bersenjata.

Orang-orang baik Tidak semua


hati-begitu kusebut orang peduli terhadap
mereka karena nasib orang lain,
berani mengetuk namun ada beberapa
pintu rumah kami teman Mabel yang
ketika yang lain berjualan di pasar
justru takut menunjukkan
mendekat-mampir kepeduliannya pada
hanya semenit-dua Mace, Leksi dan
menit sekedar untuk terutama pada Mabel.
menjenguk keadaan Mereka
Mace dan Leksi, menyempatkan diri
sembari untuk menjenguk
membawakan keadaan Mace dan
makanan. Dari Leksi sembari
mulut mereka yang membawakan
terucap tentu hanya makanan. Mereka juga
harapan dan doa mendoakan Mabel
semoga Mabel baik- supaya Mabel baik-
baik saja dan segera baik saja dan segera
pulang. pulang.
“Siapa tahu nasib
baik akan berpihak
kepada Mabel, dan
dia akan
dipulangkan tidak
lama lagi,” begitu
ungkap paitua
penjual labu, teman
Mabel di pasar yang
semalam datang
dengan
menggendong dua
buah labu raksasa
(Thyaf, 2009: 185).

110
111

Sialan! Aku harus Kepedulian


bertindak. Tidak tokoh Pum kembali
bisa kubiarkan dimunculkan dalam
mereka semena- novel Tanah Tabu.
mena begitu pada Nilai peduli nasib
seorang perempuan orang lain tersebut
tua. Aku pun mulai mucul ketika peristiwa
mengamuk. menyeramkan terjadi
Kutabrakkan pada Mabel. Pum
tubuhku ke pagar yang sudah lama
kawat, yang kutahu menemani Mabel
mampu kuterobos tidak rela melihat
karena tampaknya Mabel disiksa oleh
tidak terpasang kuat. sekelompok laki-laki
Sekali lagi. Lagi dan bersenjata. Tanpa
lagi. Dan seketika pikir panjang Pum
usahaku hampir keluar dari
berhasil, mataku persembunyiannya
yang terlalu terpaku untuk menyelamatkan
pada sosok Mabel di Mabel, bahkan dia
tanah lapang sana rela melukai tubuhnya
terlambat menyadari demi menolong
jika beberapa orang Mabel, namun
tengah lari ke usahanya untuk
arahku. Masing- menyelamatkan Mabel
masing tampak gagal. Pum terluka
membawa senjata karena dilempar
(Thyaf, 2009: 188). dengan batu besar.

Iya, Pum. Ini aku. Diakhir cerita,


maaf, aku melanggar nilai peduli nasib
janji. Aku datang orang lain juga di
karena diminta tunjukkan oleh tokoh
Leksi. Dia terus Kwee. Nilai tersebut

111
112

menangis dibuktikan dengan


mencarimu, Pum. keterlibatan tokoh
Dia takut Kwee pada persoalan
kehilanganmu, yang dialami oleh
begitu pun aku. ayo Mabel dan Pum.
kita pergi dari sini. Kwee datang untuk
Ayo! Tapi kepalaku membantu Pum dan
terluka, Kwee. Mabel namun
Tenang saja. kau usahanya juga sia-sia
akan kubantu. mereka bertiga
Oh, Kwee. Mungkin berakhir terluka
belum terlambat karena sekelompok
untukmu mengetahui laki-laki bersenjata.
betapa aku juga tak
ingin kehilanganmu.
Mungkin selama ini
aku bersikap terlalu
keras kepadamu,
tetapi semua itu
punya tujuan. Aku
ingin menempamu
agar lebih berani dan
tidak pemalas. Kita
memang berbeda,
tetapi tetap satu
keluarga. Kau,
Mabel, Mace, dan
Leksi.
Kau pergi saja,
Kwee. Jaga Mace
dan Leksi baik-baik.
Tidak! Aku tidak
mau pergi sendiri.
Sudahlah, jangan
membantah. Dan
jangan menangis!
Mereka datang
(Thyaf, 2009: 188-
189).

4 Suka Memberi Memberikan “Kau akan pintar Memberi nasihat


Nasihat solusi dan membaca, menulis, sama saja memberikan
Selain nasihat kebaikan. dan berhitung, Nak. solusi dan kebaikan.
dari orang lain, Dengan begitu, tidak Seperti yang
menasihati orang ada lagi penjaga dilakukan oleh tokoh
lain pun tidak ada warung nakal yang Mace dan Mabel yang
salahnya, karena akan mengambil memberikan nasihat
tidak secara uang gula-gulamu,” pada Leksi agar rajin

112
113

langsung “Dan orang pintar bersekolah. Sebagai


memberikan solusi bisa membuat orang tua mereka
dan kebaikan dalam hidupnya menjadi ingin masa depan anak
diri akan lebih baik. Lebih cucunya menjadi lebih
tersalurkan….. makmur dan kaya. baik. Nilai tersebut
(Abdilah dalam Asal kau tahu, itulah bisa dilihat dari
Aisah, 2015:6). mimpi tertinggi kutipan sebagai
setiap orang di dunia berikut.
ini,”
“Nah, itu dia!
Dengarkan kata
Mace-mu baik-baik.
Orangtua selalu
paling tahu apa yang
terbaik untuk
anaknya. Makanya
kau harus
bersekolah”
sambung Mabel
mendukung
pernyataan Mace,
masih dengan nada
yang manis (Thayf,
2009: 15-16).

“Kalau ada orang Nilai suka


yang datang memberi nasihat
kepadamu dan kembali di muculkan
bilang dia akan pada tokoh Mabel.
membuatmu jadi Mabel memberi
lebih kaya, banting nasihat Leksi, ia
saja pintu di depan mengatakan jika ada
hidungnya. Tapi orang yang datang dan
kalau orang itu bilang akan
bilang dia akan membuatnya kaya
membuatmu lebih jangan diterima, tapi
pintar dan maju, jika ada yang datang
suruh dia masuk. dan bilang akan
Kita boleh menolak memberinya ilmu
uang karena bisa sambut dengan baik
saja ada setan yang karena ilmu lebih
bersembunyi di situ. berharga daripada
Namun hanya orang uang. Mabel memberi
bodoh yang menolak nasihat seperti itu
diberi ilmu cuma- pada Leksi agar
cuma. Ilmu itu jauh cucunya mengerti
lebih berharga betapa berharganya
daripada uang, Nak. sebuah ilmu. Nilai

113
114

Ingat itu” (Thayf, tersebut bisa dilihat


2009: 26). pada kutipan berikut.

“Jangan suka Leksi yang


menguping usianya masih kecil
pembicaraan orang namun memiliki
dewasa, Leksi! kebiasaan yang buruk.
Tidak baik. Kau Ia suka menguping
juga bisa kena pembicaraan orang
marah atau pukul dewasa. Kebiasaan
mereka kalau tersebut tidak disukai
ketahuan” (Thayf, oleh Mace. Sampai
2009: 29). akhirnya Mace
menasihati Leksi agar
tidak mengulangi
kebiasaan tersebut,
karena menguping
pembicaraan orang
dewasa bukanlah
tindakan yang baik.
Jika ketahuan mereka
akan memarahi
siapapun yang lancang
menguping
pembicaraannya.

“Itu bukan pertanda Melihat


Nasihat yang sayang, Helda-ku. kehidupan keluarga
diberikan harus Tapi teguran supaya Mama Helda yang
masuk akal. kau dan paitua-mu kurang baik, di mana
mau mengubah diri Mama Helda yang
dan berusaha suka menyia-nyiakan
memperbaiki anak namun suka
kehidupan kalian. menghasilkan anak
Jangan hanya terus hampir setiap
menghasilkan anak, tahunnya. Bahkan
lalu disia-siakan. Yosi yang ingin
Karena jika tidak, bersekolah tidak
lima yang tersisa diizinkannya karena
akan diambilNya harus membantu
satu per satu, hingga mengurus adik-
meninggalkan kalian adiknya yang masih
berdua yang meratap kecil. Sedangkan
malang. Percayalah suaminya suka main
kepadaku, Helda. kasar pada istri dan
Pada kata-kataku. suka minum-minum
Bukan kepada orang hingga larut
yang bilang banyak malam.membuat

114
115

anak, banyak rezeki, Mabel tidak bisa diam


kecuali kau berniat dan akhirnya
memeras keringat menasihati Mama
mereka untuk Helda agar bisa
membiayai memperbaiki
kehidupan kalian” kehidupan mereka
(Thayf, 2009: 56). menjadi lebih baik.

“Tepat sekali kata- Berdasarkan


kata Mabel-mu itu, permasalahan yang
Nak. Takdir adalah sedang dialami oleh
peta buta kehidupan ibu Yosi membuat
yang kau tentukan Mama Kori
sendiri arah dan menasihati Mace yang
beloknya sempat menanyakan
berdasarkan tujuan apakah memang takdir
hidupmu. Takdir perempuan hanya
akan berakhir buruk untuk ditindas, lalu
jika kau tidak Mama Kori memberi
berhati-hati menjaga nasihat bahwa takdir
langkah” (Thayf, hidup perempuan itu
2009: 136). ada pada tangannya
sendiri. Takdir akan
berakhir buruk jika
kita sebagai
perempuan tidak
berhati-hati dalam
menjaga langkah.

“Jangan menangis, Peristiwa buruk


Lisbeth! Jadilah yang menimpa Mabel
Memberi nasihat perempuan yang membuat Mabel
dalam bentuk kuat untukku. Dan meninggalkan nasihat
memperbaiki Leksi! Berjanjilah untuk Leksi, dia
kesalahan yang untuk rajin menyuruh cucunya
dilakukan oleh bersekolah, Nak. untuk rajin bersekolah
orang yang Jangan jadi buta agar tidak buta warna
menerima warna seperti hingga bisa ditipu dan
nasihat kita. Mabel-mu ini jangan pula buta hati
hingga kau bisa agar tidak menyakiti
ditipu. Jangan pula orang lain apalagi
jadi buta hati seperti orang yang lebih tua.
mereka, yang tega Nilai tersebut bisa

115
116

Pertama, berilah menipu dan dilihat dari kutipan


nasihat yang menyakiti kita. Jaga berikut.
paling baik, dan diri kalian. Aku
hendaknya dapat pasti pulang!”
diterima. (Thayf, 2009: 177-
178).

Kedua,
menasihati
secara diam-
diam berarti
telah
menghormati
dan
memperbaikinya.

5 Kerja Sama Usaha bersama Karena itulah Mabel Kerja Sama


Suatu usaha agar tercapai rela banting tulang merupakan nilai yang
bersama antara tujuan bersama. bekerja apa saja diusahakan bersama
orang perorangan untuk membiayai agar tercapai tujuan
atau kelompok sekolah Leksi dan bersama. Seperti yang
manusia untuk memenuhi semua dilakukan oleh Mabel
mencapai suatu atau kebutuhannya. dan Mace dalam novel
beberapa tujuan Tentu saja, Mace Tanah Tabu, mereka
bersama…..(Rafian juga ikut membantu; bekerja sama mencari
dalam Aisah, menggarap kebun uang untuk
2015:5). sayur dan petatas membiayai sekolah
milik Mabel sejak Leksi dan memenuhi
pagi hingga siang, kebutuhan keluarga.

116
117

lantas berjualan di Dalam novel tersebut


pasar sampai sore Mace bekerja
pecah. Sedangkan menggarap kebun
Mabel berjualan sayur serta berjualan
kapur dan pinang di pasar sampai sore
yang dibuat dan sedangkan Mabel
dikumpulkannya berjualan kapur dan
sendiri, meskipun pinang.
bukan dia yang
mengambil pinang
dari pohonnya,
setelah sebelumnya
membereskan
pekerjaan rumah
(Thayf, 2009: 52).

Para laki-laki Pada tahun


menebang pohon pertama setelah
dengan kapak. Para kedatangan Tuan Piet
perempuan dan kelompoknya,
mengangkat batu mulai ada kesibukan
dalam noken. di sana-sini. Mereka
Tentu saja untuk bekerja sama dan
kepentingan saling membagi
bersama, begitu jelas pekerjaan agar pos
Tuan Piet pada pemerintahan dan
pertemuan dengan lapangan terbang kecil
kepala suku dan para yang dibangun di
lelaki tersebut, Lembah Baliem cepat
termasuk ayah selesai. Para laki-laki
Mabel. Mereka akan menebang pohon
membangun “pos dengan kapak
pemerintahan” dan sedangkan para
“lapangan terbang perempuan
kecil” (Thayf, 2009: mengangkat batu
86). dalam noken.

“Kwee. Bagaimana Nilai kerja sama


kalau besok kita juga dilakukan oleh
buntuti Mabel? Aku Leksi dan Kwee,
akan pura-pura ke mereka bekerja sama
sekolah, tapi untuk membuntuti
sebenarnya hanya Mabel karena mereka
sampai di pasar. Jika curiga dengan Mabel
sudah agak siang, yang sering keluar
aku akan kembali tanpa memberitahu
lagi dan kemana ia akan pergi.
bersembunyi di Mereka mengatur

117
118

rumah Yosi. Nah, strategi agar Pum


begitu Mabel pergi, tidak tahu kalau
kau jemput aku, mereka telah
lantas kita ikuti merencanakan hal
mereka dari jauh tersebut.
saja, biar Pum tidak
tahu. Kau mau,
kan?”. Tentu saja,
Leksi-ku sayang.
Kau selalu bisa
mengandalkanku
(Thayf, 2009: 102).

“Pada tiga tahun Awalnya


awal perkawinan kehidupan keluarga
mereka, kehidupan Mabel dan Pace
keluarga Mabel dan Mauwe sangat damai
Pace Mauwe begitu dan bahagia. Sebagai
damai dan bahagia. pasangan suami istri
Mereka tidak pernah mereka selalu bekerja
bertengkar, apalagi sama membagi
berkelahi. Sebagai pekerjaan. Sebagai
istri, Mabel tahu seorang istri, Mabel
betul tugasnya dan menjalankan tugasnya
senantiasa mengurus rumah,
mengerjakan suami, dan mengurus
semuanya sebaik kebun-kebun mereka.
mungkin. Dia Sedangkan Pace
mengurus rumah, Mauwe sebagai
suaminya, Johanis, seorang kepala rumah
juga kebun-kebun tangga, dia adalah
mereka. Dia juga suami yang pekerja
selalu keras dan pemburu
menyempatkan diri yang tangkas.
membuat noken
baru, menganyam
keranjang, bahkan
tak pernah
membiarkan tempat
sagu sampai kosong.
Sedangkan Pace
Mauwe suami yang
bertanggung jawab,
penyayang, dan
perhatian. Dia juga
seorang pekerja
keras dan pemburu
yang tangkas”

118
119

(Thayf, 2009: 108)

6 Suka Menolong Kebiasaan yang Yosi tidak diizinkan Tokoh Yosi


Manusia adalah mengarah pada bersekolah karena dalam novel Tanah
makhluk sosial, dia kebaikan hati dia anak perempuan, Tabu memiliki nilai
tak bisa hidup seseorang yang yang harus menjaga suka menolong. Nilai
seorang diri, atau muncul dari tiga adiknya yang tersebut dibuktikan
mengasingkan diri kesadaran diri masih kecil dan dengan kesadaran
dari kehidupan sendiri. membantu ibunya dirinya untuk menjaga
bermasyarakat yang sedang hamil tiga adiknya yang
(Abdilah dalam besar, di rumah dan masih kecil serta
Aisah, 2015:6). kebun (Thayf, 2009: membantu ibunya
20). yang sedang hamil
besar. Walaupun
diusianya yang masih
kecil dia terbentuk
menjadi anak yang
baik hati oleh
keadaan. Dia begitu
sabar menghadapi
kenakalan adik-
adiknya serta ocehan-
ocehan ibunya.

Dia ingin Tidak hanya


menjenguk Mace, Yosi, Leksi
yang mungkin saja sahabatnya juga suka
sedang butuh menolong orang lain.
bantuan, sebab hari Nilai tersebut
ini jualannya cukup dibuktikan dengan
banyak (Thayf, tindakan Leksi yang
2009: 49). ingin membantu
ibunya berjualan di
pasar. Dia sadar
bahwa ibunya pasti
butuh bantuannya
ketika jualan di pasar
cukup banyak untuk
itu, dia mengajak Pum
pergi ke pasar.

Karena itulah Mabel Dalam novel


Timbul rasa rela banting tulang Tanah Tabu, Mace
bekerja apa saja juga memiliki nilai
kepuasan karena
berguna bagi untuk membiayai suka menolong. Nilai
sekolah Leksi dan tersebut dengan jelas

119
120

orang lain. memenuhi semua dinyataan oleh Pum


kebutuhannya. bahwa Mace suka
Tentu saja, Mace menolong Mabel
juga ikut membantu; untuk menggarap
menggarap kebun kebun serta berjualan
sayur dan petatas di pasar sampai sore
milik Mabel sejak semua itu demi
pagi hingga siang, membiayai sekolah
lantas berjualan di anaknya dan
pasar sampai sore memenuhi kebutuhan
pecah. Sedangkan keluarganya.
Mabel berjualan
kapur dan pinang
yang dibuat dan
dikumpulkannya
sendiri, meskipun
bukan dia yang
mengambil pinang
dari pohonnya,
setelah sebelumnya
membereskan
pekerjaan rumah
(Thayf, 2009: 52).

Waktu itu kebetulan Kemudian


hari panen petatas Mabel yang
dan cabai. Mabel merupakan tokoh
sengaja libur utama dalam novel
berjualan pinang di Tanah Tabu juga
pinggir jalan, memiliki nilai suka
sebaliknya menolong. Nilai
membantu Mace di tersebut dibuktikan
pasar (Thayf, 2009: dengan penjelasan
170). Pum bahwa Mabel
sengaja libur berjualan
pinang untuk
membantu Mace
berjualan sayur di
pasar.

Iya, Pum. Ini aku. Nilai suka


maaf, aku menolong terakhir
melanggar janji. dimiliki oleh Kwee,
Aku datang karena dalam novel tersebut
diminta Leksi. Dia menjelaskan bahwa
terus menangis Kwee rela melanggar
mencarimu, Pum. janji hanya untuk
Dia takut menolong Pum yang

120
121

kehilanganmu, sedang terluka karena


begitu pun aku. ayo ingin menyelamatkan
kita pergi dari sini. Mabel. Namun, usaha
Ayo! Tapi kepalaku Kwee untuk menolong
terluka, Kwee. Pum tidak berjalan
Tenang saja. kau baik. Mereka berdua
akan kubantu berakhir terluka
(Thayf, 2009: 188). karena sekelompok
laki-laki bersenjata
berhasil membuat
mereka tak berdaya.

7 Suka Mendoakan Merupakan Leksi-ku sayang. Mendoakan


Orang Lain perilaku terpuji Leksi-ku tercinta. orang lain merupakan
Mendoakan yang Kau tidurlah yang perilaku yang mampu
orang lain memberikan nyenyak dan mimpi memberikan kekuatan.
merupakan perilaku kekuatan. indah. Untuk hari Seperti yang
yang terpuji, karena ini, aku akan setia di dilakukan oleh Pum,
secara tidak sini menjagamu. ketika semua orang
langsung Sedangkan untuk sudah terlelap dalam
memberikan esok hari dan mimpinya masing-
kekuatan kepadanya seterusnya, semoga masing dia
dalam menghadapi aku masih bisa terus memandangi Leksi
persoalan yang mendampingimu kecil dengan penuh
dialami…..(Abdillah seperti sekarang. cinta serta mendoakan
dalam Aisah, Namun jika tidak, Leksi agar selalu
2015:7). ku tahu Tuhan Besar dijaga oleh Tuhan
di Atas sana akan Besar.
selalu menjagamu.
Percayalah (Thayf,
2009: 37).

“Saat itu, aku Tidak hanya


langsung tahu kalau Pum yang suka
Pace belum pulang. mendoakan orang lain,
Padahal cerita namun Mama Helda
tentang orang-orang dan Yosi juga
yang ditangkap tiba- mendoakan
tiba di tengah keselamatan Pace
malam sedang supaya Pace bisa
ramai-ramainya. pulang dengan
Mama pasti berdoa selamat. Malam itu
karena itu. Untuk sedang ramai-
keselamatan Pace. ramainya kejadian
Supaya Pace pulang tentang orang yang
selamat dan kita ditangkap tiba-tiba.
semua baik-baik Peristiwa itulah yang
saja. Aku ingat membuat Mama

121
122

kalau ikut berdoa Helda dan Yosi sangat


juga malam itu” mengkhawatirkan
(Thayf, 2009: 45). Pacenya.

“Semoga dia selalu Kemudian, Pace


diberi kesehatan dan Gerson juga
kekuatan,” demikian merupakan tokoh
Membantu doanya saat yang suka mendoakan
melepaskan kubilang Mabel orang lain. Nilai itu
beban orang lain sering tampak dibuktikan dengan
dengan cara kelelahan beberapa ungkapan Pace
mendoakan. hari terakhir (Thayf, Gerson yang
2009: 162). mendoakan Mabel
supaya diberi
kesehatan dan
kekuatan. Semua itu
terjadi berawal dari
Leksi yang
menceritakan bahwa
akhir-akhir ini Mabel
kelihatan lebih lelah
dari biasanya.

Orang-orang baik Tokoh terakhir


hati-begitu kusebut yang suka mendoakan
mereka karena orang lain ialah Paitua
berani mengetuk penjual labu teman
pintu rumah kami Mabel di pasar. Di
ketika yang lain saat semua orang lain
justru takut menjauhi keluarga
mendekat-mampir Mabel justru Paitua
hanya semenit-dua penjual labu tersebut
menit sekedar untuk malah bertamu
menjenguk keadaan sekedar untuk
Mace dan Leksi, menjenguk keadaan
sembari Mace dan Leksi.
membawakan Paitua tersebut
makanan. Dari mendoakan Mabel
mulut mereka yang semoga keajaiban
terucap tentu hanya Tete Manis terjadi
harapan dan doa pada Mabel bahkan
semoga Mabel baik- dia membawakan dua
baik saja dan segera buah labu raksasa
pulang. untuk Mace dan
“Siapa tahu nasib Leksi.
baik akan berpihak
kepada Mabel, dan
dia akan

122
123

dipulangkan tidak
lama lagi,” begitu
ungkap paitua
penjual labu, teman
Mabel di pasar yang
semalam datang
dengan
menggendong dua
buah labu raksasa.
“Kalau begitu kita
berdoa saja semoga
keajaiban Tete
Manis terjadi pada
Mabel dan
menyentuh hati
orang-orang itu”
(Thayf, 2009: 185).

8 Kerukunan Menimbulkan “Aduh. Lisbeth! Kerukunan


Kerukunan kerukunan dalam Anakmu sungguh dalam keluarga,
dalam keluarga, keluarga, cerdas! Benar-benar sekolah ataupun
sekolah ataupun sekolah, cerdas,” terdengar bermasyarakat akan
bermasyarakat akan masyarakat Mabel berteriak di mengurangi salah
mengurangi salah sehingga muncul sela tawa geli dan paham karena semua
paham karena semua kenyamanan dan bunyi tepukan orang nyaman dengan
orang nyaman ketenangan. tangannya yang ketenagan hidup.
dengan ketenangan memukul-mukul Seperti kerukunan
hidup. Jika terbiasa pahanya sendiri dalam novel Tanah
merasakan hidup (Thayf, 2009: 18). Tabu ini salah satunya
rukun dalam ialah kerukunan dalam
keluarga, maka keluarga. Kerukunan
kehidupan bergaul ini dibuktikan dengan
dalam masyarakat kehidupan damai yang
akan jauh dari rasa dijalani oleh keluarga
permusuhan dan Mabel. Mereka selalu
perselisihan. Dengan bercanda dan tertawa
rukun dan kala sedang bersama.
pengertian maka nilai tersebut bisa
kehidupan akan dilihat dari kutipan
selalu damai, berikut.
permasalahan pun
akan mudah Agar kau tahu, aku Kemudian
diselesaikan jika dan Mabel kerukunan juga
hidup rukun akan terhubung satu diterapkan oleh Pum
tercipta dalam ikatan tak kasat dan Mabel. Mereka
kehidupan…..(Ribka mata yang lebih kuat selalu bersama-sama
dalam Aisah, daripada sebuah bahkan ketika Mabel

123
124

2015:6). ikatan persahabatan sedang sakit Pum rela


atau persaudaraan. menemaninya.
Ikatan yang ditempa Kerukunan mereka
tawa dan air mata, memunculkan
keringat dan darah, kenyamanan dan
melintasi jarak ketenangan.
waktu puluhan tahun
yang tidak mudah.
Ikatan itu semakin
kuat ketika kami
berjauhan, dan
semakin mengikat
ketika berdekatan.
Bisa pula kukatakan,
aku dan Mabel
ibarat sepasang anak
kembar yang tidak
hanya berbagi rahim
tetapi juga nyawa
(Thayf, 2009: 32).

Layaknya anak- Kerukunan juga


anak, Mama Helda diperlihatkan dalam
juga masih senang tokoh Pum dan Mama
bermain. Dan akulah Helda. Meskipun
teman pertamanya di mereka belum lama
tempat ini (Thayf, mengenal namun
2009: 53). mereka sudah akrab,
bahkan Pum lah yang
sering menemani
Mama Helda bermain
sebelum Mama Helda
memiliki anak.

Tuan Piet Van de Setelah itu,


Wissel dan Nyonya kerukunan kembali
Karena terbiasa
Hermine Stappen dimunculkan dalam
hidup rukun
adalah sepasang tokoh Tuan Piet dan
maka dijauhkan
suami-istri Belanda Nyonya Hermine
dari segala
yang ramah. Tuan dengan para penduduk
permusuhan.
Piet Lembah Baliem.
memperkenalkan Meskipun Tuan Piet
diri sebagai merupakan kelompok
pemimpin kelompok pendatang, mereka
para pendatang. telah membuat para
Mabel belum penah penduduk di Lembah
melihat ayahnya Baliem merasa
bersemangat seperti nyaman. Dengan

124
125

itu terhadap orang menyampaikan


asing. Dari kata-kata beberapa tujuan yang
dan ekspresinya, akan mendatangkan
Mabel tahu ayahnya kebaikan bersama,
telah jatuh hati pada membuat para
kebaikan mereka, penduduk Lembah
apalagi ketika cukup Baliem senang yang
banyak benda baru tak terbendung.
diberikan kepadanya
(Thayf, 2009: 85).

“Karena di mata Kerukunan


Sang Pencipta kita selanjutnya
semua sama. dimunculkan pada
Bersaudara. tokoh Nyonya
Berkeluarga. Yang Hermine. Nilai itu
harus saling muncul ketika dia
mencintai dan meminta Mabel untuk
mengasihi sebagai dijadikan anak
sesama manusia” asuhnya. Dia akan
(Thayf, 2009: 87). mengajak Mabel
tinggal bersamanya
dan akan memberi
Mabel kehidupan
yang layak, termasuk
pakaian dan makanan.
Dia akan melakukan
Mabel dengan layak
meskipun kulit
mereka berbeda.
Karena sejatinya
manusia itu sama,
bersaudara dan
berkeluarga yang
harus mencintai dan
mengasihi.

Dengan riang, Di manokwari,


perempuan Belanda tokoh Nyonya
itu, akan menyapa Hermine kembali
setiap orang yang menunjukkan nilai
dipapasinya dengan kerukunan. Nilai
berseru, “Selamat tersebut dibuktikan
natal!” dan orang dengan keramahannya
yang disapa serta- menyapa setiap orang
merta menjawabnya yang dipapasinya
dengan kalimat yang dengan mengucapkan
sama (Thayf, 2009: selamat natal dan

125
126

93-94). orang-orang yang


disapa pun menjawab
dengan kalimat yang
sama. Meskipun tidak
saling kenal
kerukunan mereka
dalam bermasyarakat
sangat baik sehingga
membawa sebuah
persatuan.

Kerukunan “Pada tiga tahun Awal


membawa awal perkawinan pernikahan Mabel
kebersamaan dan mereka, kehidupan dengan Pace Mauwe
persatuan. keluarga Mabel dan menunjukkan keluarga
Pace Mauwe begitu yang rukun dan
damai dan bahagia. damai. Mereka tidak
Mereka tidak pernah pernah bertengkar
bertengkar, apalagi apalagi berkelahi.
berkelahi. Sebagai Mabel sebagai
istri, Mabel tahu seorang istri
betul tugasnya dan menjalankan
senantiasa kewajibannya sebagai
mengerjakan mana mestinya begitu
semuanya sebaik pun dengan Pace
mungkin. Dia Mauwe sebagai
mengurus rumah, seorang suami dia
suaminya, Johanis, menjadi suami yang
juga kebun-kebun bertanggung jawab.
mereka. Dia juga Seperti yang
selalu diungkapkan oleh
menyempatkan diri tokoh Kwee.
membuat noken
baru, menganyam
keranjang, bahkan
tak pernah
membiarkan tempat
sagu sampai kosong.
Sedangkan Pace
Mauwe suami yang
bertanggung jawab,
penyayang, dan
perhatian. Dia juga
seorang pekerja
keras dan pemburu
yang tangkas”
(Thayf, 2009: 109).

126
127

“Aku pulang dulu,” Hubungan


desisnya sangat persahabatan Leksi
enggan, menjauh dan Yosi begitu
dari arena rukun. Mereka selalu
permainan, sebelum bermain bersama
kemudian bahkan mereka suka
melayangkan berbagi cerita tentang
senyum pamit kehidupan yang
kepadaku sambil mereka jalani. Mereka
melambaikan tangan tidak pernah berselisih
perpisahan untuk apalagi sampai
hari itu (Thayf, berkelahi.
2009: 114).

Tamu kami kali ini Kemudian, nilai


Karena rukun adalah tamu Mabel. kerukunan dalam
maka lahirlah Dia baru datang dari novel Tanah Tabu
karya besar yang Biak. Ketika juga dimunculkan
bermanfaat. bertemu, kedua pada tokoh Mama
perempuan tua itu Kori dengan keluarga
langsung saling Mabel. Mama Kori
bertukar sapa dalam merupakan sahabat
teriak, sebelum lama Mabel yang dulu
kemudian pernah tinggal
berpelukan dan bertetangga dengan
berbagi tangis cukup Mabel sebelum Mabel
lama. pindah. Mereka sudah
Siang itu rumah lama berpisah hingga
lebih ceria dari puluhan tahun sejak
biasanya. Mama Mabel meninggalakan
Kori ternyata tidak rumahnya,
hanya membawa pertemuannya di
banyak oleh-oleh, rumah Mabel
tetapi juga cerita membuat mereka
untuk ditertawakan melepaskan kerinduan
bersama, meski ada yang sudah lama
pula yang terpendam. Mereka
membuatku terkejut bercerita hingga
(Thayf, 2009: 119- menimbulkan tawa.
120).

127
128

Lampiran 2
Instrumen Penelitian untuk Rumusan Masalah Kedua

No Kompetensi Dasar Indikator Kaitannya

3.11 Menganalisis Hasil penelitian nilai-nilai


pesan dari satu buku Bertanggung Jawab sosial dalam novel Tanah Tabu
fiksi yang dibaca. karya Anindita S. Thayf dapat
4.11 Menyusun ulasan diimplementasikan ke dalam
terhadap pesan dari pembelajaran Bahasa Indonesia di
satu buku fiksi yang Kasih Sayang SMA, yakni dapat menyadarkan
dibaca peserta didik mengenai sikap nilai
3.9 Menganalisis isi sosial yang dapat diambil sebagai
dan kebahasaan novel. contoh untuk dijadikan tauladan
Peduli Nasib adalah nilai bertanggung jawab,
Orang Lain kasih sayang, peduli nasib orang
lain, suka memberi nasihat, kerja
sama, suka menolong, suka
mendoakan orang lain, dan
Suka Memberi Nasihat kerukunan dalam bermasyarakat.
Hasil penelitian ini dapat
diterapkan pada siswa SMA kelas
XI dan XII. Kompetensi Dasar
Kerja Sama yang digunakan yaitu 3.11
Menganalisis pesan dari satu buku
fiksi yang dibaca, 4.11 Menyusun
ulasan terhadap pesan dari satu
Suka Menolong buku fiksi yang dibaca dan 3.9
Menganalisis isi dan kebahasaan
novel. Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) Bahasa
Suka Mendoakan Indonesia SMA Kelas XI dan XII
Orang Lain dimuat dalam Kemendikbud
Tahun 2016.
Dengan membaca dan
memahami novel tersebut
diharapkan peseta didik mampu
meneladani nilai-nilai positif yang
Kerukunan terkandung di dalamnya sehingga
mampu membentuk kepribadian
yang positif dalam berinteraksi
dengan lingkungan sosial.

128
129

Lampiran 3

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan


masalah pada penelitian yang berjudul Analisis Nilai-Nilai Sosial Novel “Tanah
Tabu” Karya Anindita S. Thayf Serta Kaitannya dengan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA. Berikut daftar pertanyaan wawancara untuk
menjawab rumusan masalah bagaimana nilai-nilai sosial yang terdapat dalam
novel “Tanah Tabu” Karya Anindita S. Thayf.

Tanggal : 11 Januari 2021


Waktu : 13.00-14.00
Lokasi Wawancara : Perumahan Valencia Blok J No. 39
Narasumber : Mercy P. Sokoy
Usia : 21 Tahun
Asal : Sentani Jayapura Papua
Pekerjaan : Mahasiswa

1. Dalam novel Tanah Tabu, saya menemukan kutipan yang mengandung nilai
sosial tanggung jawab. Bentuk tanggung jawabnya ialah menggambarkan
tokoh Mabel sebagai seorang ibu bertanggung jawab kepada anaknya yang
sedang dikejar oleh paitua pemabuk. Mabel melindungi kedua anaknya di
balik tubuhnya agar tidak ditangkap dan disiksa oleh paitua yang sedang
mabuk tersebut. Hal ini membuktikan rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu yang harus mampu melindungi
anaknya apalagi dari hal yang bisa membahayakan anak-anaknya. Bagaimana
pandangan Anda sebagai masyarakat Papua soal ini dan apakah Anda pernah
berhadapan atau melihat langsung situasi seperti ini ?
2. Dalam novel Tanah Tabu, saya menemukan kutipan yang mengandung nilai
sosial kasih sayang. Bentuk nilai kasih sayang tersebut digambarkan tokoh
Leksi menunjukkan nilai kasih sayang dengan dibuktikan oleh tindakan. Dia
merelakan waktu bermainnya untuk bersekolah semata-mata ingin membuat
Mace dan Mabel bahagia. Dia juga berjanji untuk menjadi anak yang cerdas

129
130

namun tidak secerdas Bapaknya dengan kata lain, dia tidak ingin nama
Bapaknya hadir lagi di tengah-tengah keluarganya yang membuat Mace dan
Mabel sedih dan murung. Bagaimana pandangan Anda sebagai masyarakat
Papua soal ini dan apakah Anda pernah berhadapan atau melihat langsung
situasi seperti ini ?
3. Dalam novel Tanah Tabu, saya menemukan kutipan yang mengandung nilai
sosial peduli nasib orang lain. Bentuk nilai sosial peduli nasib orang lain
tersebut ialah digambarkan tokoh Mace yang memiliki masalalu buruk,
sebagai seorang ibu, Mace berharap anaknya bisa menjalani kehidupan yang
lebih baik dari dirinya, bisa menjadi anak yang pintar serta membanggakan
orang tua. Untuk itu, Mace selalu mendukung anaknya untuk bersekolah.
Bagaimana pandangan Anda sebagai masyarakat Papua soal ini dan apakah
Anda pernah berhadapan atau melihat langsung situasi seperti ini ?
4. Dalam novel Tanah Tabu, saya menemukan kutipan yang mengandung nilai
sosial suka memberi nasihat. Bentuk nilai dari suka memberi nasihat tersebut
ditunjukkan tokoh Mabel yang memberi nasihat Leksi, ia mengatakan jika
ada orang yang datang dan bilang akan membuatnya kaya jangan diterima,
tapi jika ada yang datang dan bilang akan memberinya ilmu sambut dengan
baik karena ilmu lebih berharga daripada uang. Mabel memberi nasihat
seperti itu pada Leksi agar cucunya mengerti betapa berharganya sebuah
ilmu. Bagaimana pandangan Anda sebagai masyarakat Papua soal ini dan
apakah Anda pernah berhadapan atau melihat langsung situasi seperti ini ?
5. Dalam novel Tanah Tabu, saya menemukan kutipan yang mengandung nilai
sosial kerja sama. Bentuk nilai kerja sama tersebut ialah seperti yang
dilakukan oleh Mabel dan Mace dalam novel Tanah Tabu, mereka bekerja
sama mencari uang untuk membiayai sekolah Leksi dan memenuhi kebutuhan
keluarga. Dalam novel tersebut Mace bekerja menggarap kebun sayur serta
berjualan di pasar sampai sore sedangkan Mabel berjualan kapur dan pinang.
Bagaimana pandangan Anda sebagai masyarakat Papua soal ini dan apakah
Anda pernah berhadapan atau melihat langsung situasi seperti ini ?
6. Dalam novel Tanah Tabu, saya menemukan kutipan yang mengandung nilai
sosial suka menolong. Bentuk nilai sosial suka menolong tersebut dibuktikan

130
131

dengan kesadaran dirinya untuk menjaga tiga adiknya yang masih kecil serta
membantu ibunya yang sedang hamil besar. Walaupun diusianya yang masih
kecil dia terbentuk menjadi anak yang baik hati. Dia begitu sabar menghadapi
kenakalan adik-adiknya serta ocehan-ocehan ibunya. Bagaimana pandangan
Anda sebagai masyarakat Papua soal ini dan apakah Anda pernah berhadapan
atau melihat langsung situasi seperti ini ?
7. Dalam novel Tanah Tabu, saya menemukan kutipan yang mengandung nilai
sosial suka mendoakan orang lain. Bentuk nilai sosial suka mendoakan orang
lain tersebut ditunjukkan oleh Mama Helda dan Yosi yang mendoakan
keselamatan Pace supaya Pace bisa pulang dengan selamat. Malam itu sedang
ramai-ramainya kejadian tentang orang yang ditangkap tiba-tiba. Peristiwa
itulah yang membuat Mama Helda dan Yosi sangat mengkhawatirkan
Pacenya. Bagaimana pandangan Anda sebagai masyarakat Papua soal ini dan
apakah Anda pernah berhadapan atau melihat langsung situasi seperti ini ?
8. Dalam novel Tanah Tabu, saya menemukan kutipan yang mengandung nilai
sosial kerukunan. Bentuk nilai sosial kerukunan tersebut digambarkan oleh
tokoh Tuan Piet yang merupakan kelompok pendatang, mereka telah
membuat para penduduk di Lembah Baliem merasa nyaman. Dengan
menyampaikan beberapa tujuan yang akan mendatangkan kebaikan bersama,
membuat para penduduk Lembah Baliem senang yang tak terbendung.
Bagaimana pandangan Anda sebagai masyarakat Papua soal ini dan apakah
Anda pernah berhadapan atau melihat langsung situasi seperti ini ?

131
132

Lampiran 4

Dokumentasi Wawancara

132
133

RIWAYAT HIDUP

Siti Kholifah dilahirkan di Bangko pada 07 Maret 1998. Ia anak kelima


dari enam bersaudara, pasangan Bapak Simun dan Ibu Wakini. Ia memulai
pendidikan di SD 101/I Wonosari Tebing Tinggi, Kecamatan Maro Sebo Ulu,
Kabupaten Batanghari, selanjutnya ia melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama di SMP 31 Batanghari, pada tingkat Sekolah Menengah Atas
ia menempuh pendidikan di SMA N 7 Batanghari. Pada tahun 2017, ia
melanjutkan pendidikan ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jambi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia merupakan pilihannya untuk mengembangkan kreativitas
sastra yang telah ada dalam dirinya. Kreativitas dan jiwa sastra yang ada dalam
dirinya ternyata cukup berkembang karena selama mengikuti perkuliahan di
program studi yang menjadi pilihannya, ia sering terlibat dalam pementasan
teater. Tak terhitung pementasan teater yang pernah ia ikuti, semua ini tidak
terlepas dari rasa percaya diri, kegigihan, dan kemauan kerasnya untuk meraih
yang terbaik dengan iringan doa dan kepasrahan diri terhadap yang Khalik.

133

Anda mungkin juga menyukai