SKRIPSI
Oleh
NOVIKA SARI
NPM. 1402040077
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
hidayah dan karunia yang telah diberikan kepada peneliti. Satu dari sekian banyak
skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Personifikasi Novel Jejak Kala
Karya Anindita S.Thayf”. Shalawat teriring salam kita hadiahkan kepada Nabi
Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam yang telah membawa umat manusia dari
alam kegelapan menuju alam yang terang benderang dan dari zaman kebodohan
hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Skripsi ini
disusun guna memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Peneliti sadar bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dalam
penelitian ini peneliti dapat banyak masukan dan bimbingan moril maupun materil
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang
ii
Ayahanda saya tercinta Kosim dan ibunda tersayang Suhartini yang
memberis doa restu atas keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini. Disisi lain,
Utara.
Utara.
- Ibu Fitriani Lubis, S.Pd, M.Pd., selaku dosen penguji yang telah
iii
- Kepada seluruh dosen dan Staf pegawai biro Program Studi
selama ini.
dukungannya.
selalu memberi dukungan yang sangat luar biasa untuk peneliti selama
Samroh Aini Pohan S.E, Kak Diana S.E, Kak Marina Silalahi
S.Pd, Vera Silalahi S.Ak, Permata Dewi S.E, Nova Hardiani dan
skripsi ini.
iv
Akhirnya dengan kerendahan hati, peneliti mengharapkan semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua dan mendapat keberkahan dari Allah Subhanahu
Wata’ala.
Peneliti
Novika Sari
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................... i
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
a. Kejujuran ................................................................................ 10
b. Sopan-santun .......................................................................... 11
vi
c. Menarik .................................................................................. 12
b. Metafora ........................................................................................ 19
e. Alusi .............................................................................................. 20
f. Eponim .......................................................................................... 21
g. Efitet .............................................................................................. 21
h. Sinekdoke ...................................................................................... 21
i. Metonimia ..................................................................................... 21
j. Antonomasia.................................................................................. 22
k. Hipalase ......................................................................................... 22
m. Safire ............................................................................................. 23
n. Inuendo .......................................................................................... 24
o. Antifrasis ....................................................................................... 24
vii
5 Biografi Pengarang ............................................................................... 27
6 Sinopsis Novel...................................................................................... 28
B. Bentuk Gaya Bahasa Personifikasi Dalam Novel Jejak Kala Karya Anindita
S.Thayf……………………. ..................................................................... 41
C. Makna Gaya Bahasa Personifikasi Dalam Novel Jejak Kala Karya Anindita
S.Thayf……………………. ..................................................................... 44
viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 50
A. Simpulan ................................................................................................... 50
B. Saran ......................................................................................................... 50
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
karya sastra. Oleh sebab itu, pada zaman modern ini kedudukan sastra dianggap
imajinatif. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam,
bukan sekadar cerita khayal dari pengarang saja, melainkan wujud dari proses
kreativitas pengarang ketika menggali dan menuangkan ide yang ada dalam
pikirannya.
Didalam dunia sastra ada yang namanya pembaca, tanpa pembaca sastra
bukanlah sesuatu yang menarik, pembaca disini memiliki tugas, sebagai pemberi
tanggapan, komentar pembaca tersebut yang memberi nilai terhadap suatu karya
sastra apakah sebuah karya sastra tersebut bagus untuk dibaca atau tidak.
Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra memegang peranan penting
Persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan
menjadi topik utama” (2006:6). Lebih lanjut, untuk menghasilkan novel yang
1
2
Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra.
Bahasa dalam karya sastra mengandung unsur keindahan. Keindahan adalah aspek
dari estetika. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Zulfahnur dkk (1996),
bahwa sastra merupakan karya seni yang berunsur keindahan. Keindahan dalam
novel dibangun oleh pengarang melalui seni kata. Seni kata atau seni bahasa
berupa kata-kata yang indah terwujud dari ekspresi jiwa. Hal tersebut senada
dengan pendapat Nurgiyanto (2005), “Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan
dengan cat warna. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, dan sarana yang
mengandung nilai lebih untuk dijadikan sebuah karya. Sebagai salah satu unsur
pesan dalam sastra. Dengan demikian, sebuah novel dikatakan menarik apabila
Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang menarik
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk
mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu
penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu
3
Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi
ketakutan kami.
Seperti halnya dengan simile dan metafora, personifikasi mengandung
perbandingan dengan suatu hal yang lain, maka dalam penginsanan hal yang lain
itu adalah benda-benda mati yang bertindak dan berbuat seperti manusia, atau
dan kalimat seindah mungkin. Keindahan inilah yang membuat status pengarang
4
menjadi tinggi atau tidak. Dalam mengolah kata atau kalimat, mereka biasanya
secara tidak langsung akan menggunakan berbagai macam gaya bahasa seperti
dan lain-lain. Karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti Novel Jejak Kala
Pada novel yang dikarang oleh Anindita S.Thayf ini menceritakan Kala,
seorang gadis miskin yang harus rela kehilangan masa kecilnya karena harus
membantu ibunya mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kala
melakukan hal-hal lain selayaknya anak seusia dengannya. Nasib lalu membawa
Kala pada kehidupan kota besar. Dari seorang pembantu, Kala beralih menjadi
pengasuh anak bagi sebuah keluarga menengah. Di kota Kala juga berkesempatan
untuk mengenyam pendidikan sekalipun hanya tamatan SMP. Tahun demi tahun
berlalu, usianya pun sudah dibilang matang tidak seperti kanak-kanak lagi.
kini Ibunya telah tiada. Di kampung halaman ia tinggal dengan Kemi dan keluarga
kecilnya dan mereka hidup sederhana. Sampai akhirnya Kala sakit-sakitan dan
karya Anindita S.Thayf sebagai bahan penelitian skripsi, dan penelitian ini
5
mengambil judul “Analisis Gaya Bahasa Personifikasi Novel Jejak Kala Karya
Anindita S.Thayf”.
B. Identifikasi Masalah
yang diidentifikasi:
2. Terdapat makna gaya bahasa personifikasi yang belum jelas pada novel
Anindita S.Thayf.
C. Batasan Masalah
masalah yang nantinya akan menjadi bahasan dari penelitian ini, penelitian ini
akan membahas bentuk dan makna gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
ingin dicapai. Tujuan itu selanjutnya akan mengarahkan pada pelaksanaan yang
sistematis. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka arah tujuan yang akan dilakukan
tidak tearah karena tidak tahu apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut.
Untuk lebih jelasnya peneliti menguraikan tujuan yang akan dicapai dalam
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoritis dan secara
praktis.
1. Manfaat Teoretis
wacana.
7
2. Manfaat Praktis
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Kerangka Teoretis
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk
mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu
penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu
Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau
bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya
pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.
Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata
secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah
wacana secara keseluruhan. Malahan nada yang tersirat di balik sebuah wacana
termasuk pula persoalan gaya bahasa. Jadi jangkauan gaya bahasa sebenarnya
sangat luas, tidak hanya mencakup unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-
8
9
Walaupun kata style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani sudah
mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang
terkenal, yaitu:
menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang
(b) Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang
memiliki gaya dan ada karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya,
aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya
yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada karya yang memiliki gaya
yang kuat ada yang lemah, ada yang memiliki gaya yang yang baik ada yang
Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya
adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku,
berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima pengertian ini, maka kita dapat
menulisnya lain daripada kebanyakan orang”, “Cara jalannya lain dari yang lain”,
yang memang sama artinya dengan “gaya berpakaian”, “gaya menulis” dan “gaya
berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan watak,
dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya
10
bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya
bahasa yang baik dari gaya bahasa yang buruk? Sebuah gaya bahasa yang baik
a. Kejujuran
Hidup manusia hanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi
sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita sendiri. Namun tidak ada jalan lain
bagi mereka yang ingin jujur dan bertindak jujur. Bila orang hanya mencari
yang menjijikkan.
kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur
dan tak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit, adalah jalan untuk
balik rangkaian kata-kata yang kabur dan jaringan kalimat yang berbelit-belit tak
kata-kata yang kabur dan “hebat”; nya. Di pihak lain, pemakaian bahasa yang
berbelit-belit menandakan bahwa pembicara atau penulis tidak tahu apa yang akan
kata-kata hampa.
Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan bergaul. Sebab itu, ia harus
b. Sopan-santun
menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa
dengan basa-basi dalam pergaulan masyarakat beradab. Bukan itu! Rasa hormat
pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan.
untuk mendengar atau membaca sesuatu secara panjang lebar, kalau hal itu bisa
efesien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara
c. Menarik
langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya mengandalkan kedua (atau ketiga)
kaidah tersebut di atas, maka bahasa yang digunakan masih terasa tawar, tidak
menarik. Sebab itu, sebuah gaya bahasa harus pula menarik. Sebuah gaya yang
menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang
sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal
(imajinasi).
pilihan kata. Untuk itu, seorang penulis perlu memiliki kekayaan dalam kosa kata,
struktur morfologis. Humor yang sehat berarti gaya bahasa itu mengandung
tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat. Vitalitas dan daya khayal
sebab itu, sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat
dibedakan, pertama, dilihat dari segi nonbahasa, dan kedua dilihat dari segi
bahasanya sendiri. Untuk melihat gaya secara luas, maka pembagian berdasarkan
keterampilan, maka uraian mengenai gaya dilihat dari aspek kebahasaan akan
lebih diperlukan.
a. Segi Nonbahasa
unsur. Pada dasarnya style dapat dibagi atas tujuh pokok sebagai berikut:
(2) Berdasarkan Masa: gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal
tertentu. Misalnya ada gaya lama, gaya klasik, gaya sastra modern, dan
sebagainya.
dalam arti alat komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan situasi sosial
dalam bahasa Jerman akan memiliki gaya yang berlainan, bila ditulis
Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya: filsafat, ilmiah (hukum, teknik,
(5) Berdasarkan Tempat: gaya ini mendapat namanya dari lokasi geografis,
bahasanya. Ada gaya Jakarta, gaya Jogya, ada gaya Medan, Ujung
(6) Berdasarkan Hadirin: seperti halnya dengan subyek, maka hadirin atau
pengarang. Ada gaya popular atau gaya demagog yang cocok untuk rakyat
15
banyak. Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana atau
lingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok
sarkastik, gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis atau
Analisa atas sebuah karangan dapat dilihat dari ketujuh macam jenis gaya
tersebut di atas.
b. Segi Bahasa
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka
gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang
dipergunakan, yaitu:
atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti
16
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Kelompok pertama dalam
contoh berikut termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk
Perbandingan biasa mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang
sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal
(2) Perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara kedua hal tersebut.
(3) Perhatikan konteks di mana ciri-ciri kedua hal itu diketemukan. Jika tidak
analogi dipakai dengan pengertian proporsi; sebab itu, anologi hanya menyatakan
17
analog dengan 9 dan 12. Secara lebih umum dapat dikatakan bahwa hubungan
antara x dan y sebagai analog dengan hubungan antara nx dan ny. Dalam
kuantitas yang tidak diketahui dapat ditetapkan bila diberikan relasinya dengan
sebagai kemiripan atau relasi identitas antara dua pasangan istilah berdasarkan
sejumlah besar cirri yang sama. Sedangkan dalam pegertian kualitatif, analogi
menyatakan kemiripan hubungan sifat antara dua perangkat istilah. Dalam arti
yang lebih luas ini, analogi lalu berkembang menjadi kiasan. Gagasan-gagasan
kualitatif ini. Hal ini tampak jelas dari seringnya orang mempergunakan
Penggunaan metaforis dari kata manis dalam frasa lagu yang manis adalah
suatu ringakasan dari analogi yang berbunyi: lagu ini merangsang telinga dengan
Ungkapan Ibu Pertiwi mengandung pula analogi yang berarti: hubungan antara
Tanah Air dengan rakyatnya sama seperti hubungan seorang ibu dengan anak-
anaknya. Analogi kualitatif ini juga dipakai untuk menciptakan istilah baru
kepala pasukan, mata angin; sayap pesawat terbang, kapal terbang; kapal
18
terbang analog dengan kapal laut, yaitu seperti kapal laut berlayar di laut, maka
kapal terbang berlayar di udara. Analogi juga dipakai dalam hubungan dengan
tata bahasa, yaitu membuat istilah-istilah baru berdasarkan bentuk yang sudah
ada. Berdasarkan bentuk tuna karya dibentuk tuna wisma, tuna susila, tuna netra,
perangkat istilah diterima sebagai kesamaan antara istilah-istilah itu sendiri. Sebab
itu, makna istilah analogi menjadi luas dan akhirnya mengandung arti kesamaan
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya
yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama,
b. Metafora
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah
kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-
nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas
tersurat.
manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel dipakai untuk
menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk
ajaran moral atau budi pekerti. Fabel menyampaikan suatu prinsip tingkah laku
merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati
Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi
ketakutan kami.
Matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba disana.
Kulihat ada bulan di kotamu lalu turun di bawah pohon belimbing depan
rumahmu barangkali ia menyeka mimpimu.
Seperti halnya dengan simile dan metafora, personifikasi mengandung
perbandingan dengan suatu hal yang lain, maka dalam penginsanan hal yang lain
itu adalah benda-benda mati yang bertindak dan berbuat seperti manusia, atau
e. Alusi
antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi
dalam kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra yang terkenal.
21
f. Eponim
Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan
sifat itu.
g. Epitet
Epitet (epiteta) adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau
ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa
barang.
h. Sinekdoke
semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk
i. Metonimia
metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang
22
yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan
kulitnya, dan sebagainya. Metonimia dengan demikian adalah suatu bentuk dari
sinekdoke.
j. Antonomasia
berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar
k. Hipalase
sebuah kata yang lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah
suatu kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan.
Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura.
Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin
mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang
yang besar. Entah dengan sengaja atau tidak, rangkaian kata-kata yang
dipergunakan itu mengingkari maksud yang sebenarnya. Sebab itu, ironi akan
23
berhasil kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di balik
rangkaian kata-katanya.
diturunkan dari nama suatu aliran filsafat Yunani yang mula-mula mengajarkan
pengendalian diri dan kebebasan. Tetapi kemudian mereka menjadi kritikus yang
sinisme dianggap lebih keras dari ironi, namun kadang-kadang masih sukar
diadakan perbedaan antara keduanya. Bila contoh mengenai ironi di atas diubah,
maka akan dijumpai gaya yang lebih bersifat sinis. Dengan kata lain, sinisme
Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme.
Ia adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir.
Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah
bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar. Kata
sarkasme diturunkan dari kata Yunani sarkasmos, yang lebih jauh diturunkan dari
m. Satire
Ironi sering kali tidak harus ditafsirkan dari sebuah kalimat atau acuan,
tetapi harus diturunkan dari suatu uraian yang panjang. Dalam hal terakhir ini,
24
pembaca yang tidak kritis atau yang sederhana pengetahuannya, bisa sampai
penulis, atau berbeda dengan apa yang dapat ditangkap oleh pembaca kritis.
Untuk memahami apakah bacaan bersifat ironis atau tidak, pembaca atau
baris atau nada-nada suara, bukan hanya pada pernyataan yang eksplisit itu.
arti harfiahnya.
satire. Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang penuh
atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire
n. Inuendo
sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering
o. Antifrasis
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau
kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
25
mengetahui atau dihadapkan pada kenyataan bahwa yang datang adalah seorang
yang cebol, bahwa yang dihadapi adalah seorang koruptor atau penjahat, maka
kedua contoh itu jelas disebut antifrasis. Kalau tidak diketahui secara pasti, maka
3. Hakikat Novel
Kokasih (2003:223) Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti
‘sebuah barang baru yang kecil. Kemudian kata itu diartikan sebagai sebuah karya
sastra dalam bentuk prosa. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi
prosa dalam ukuran luas”. Ukuran yang luas disini dapat berarti cerita dengan plot
(alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita
yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun “ukuran luas” di sini
juga tidak mutlak demikian, mungkin yang luas hanya salah satu unsure fiksinya
26
saja, misalnya temanya, sedang karakter setting dan lain-lainnya hanya satu saja.
Istilah novel sama dengan istilah roman. Kata novel berasal dari Italia yang
menjadi tiga golongan, yakni novel percintaan, novel petualangan, dan novel
fantasi. Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara
dalam novel jenis ini, maka pengembaraannya hampir stereotip atau kurang
berperan.
mendalam dan disajikan dengan halus. Jadi, novel merupakan sebuah karya fiksi
yang mengungkapkan cerita manusia yang disajikan dengan bahasa yang estetis,
dan bernilai etis. Novel merupakan cermin keadaan masyarakat pada suatu masa
yang disampaikan oleh pengarang melalui sebuah bahasa yang tertata dengan
mendalam serta disajikan luar biasa, karena kejadian itu tercipta dari suatu konflik
Novel fantasi adalah bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan serba
tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini menggunakan
karakter yang tidak realistis, setting dan plot yang juga tidak wajar untuk
menyampaikan ide-ide penulisnya. Jenis novel ini mementingkan ide, konsep, dan
27
gagasan sastrawannya yang hanya dapat jelas kalau diutarakan dalam bentuk
4. Hakikat Novelet
panjangnya antara novel dan cerita pendek. Bentuk novelet juga sering disebut
sebagai cerita pendek yang panjang saja. Beda novelet dengan cerita pendek
adalah novelet lebih luas cakupannya, baik dalam plot, tema, dan unsur-unsur
yang lain. Beda novelet dengan novel adalah bahwa novelet lebih pendek dari
novel dan dimaksudkan untuk dibaca dalam sekali duduk untuk mencapai efek
tunggal bagi pembacanya. dalam praktik ukuran tebal novelet sekitar 60 sampai
100 halaman, sedang cerita pendek sekitar 5 sampai 15 halaman, dan novel sekitar
majalah, tetapi terlalu tipis untuk dicetak dalam bentuk buku berkulit tebal.
dimana-mana.
5. Biografi Pengarang
pertama kali dengan buku sejak usia taman kanak-kanak hingga sekarang.
karena sudah bosan menunggu lamaran kerjanya diterima. Tanah Tabu adalah
28
novelnya yang meraih juara pertama dalam sayembara menulis novel Dewan
dilanda grogi kalau diminta bicara di depan umum. Guna mendukung kegiatan
berkhayal dan proses menulisnya, kini dia tinggal di Lereng Merapi yang sepi dan
6. Sinopsis Novel
Kala, seorang gadis miskin yang harus rela kehilangan masa kecilnya
karena harus membantu ibunya mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Kala tinggal di suatu rumah dengan ibu dan seorang kakak perempuan
bernama Kemi. Kemi bekerja sebagai penjaga toko, sedangkan ibu dan Kala
bekerja di rumah Pak Dukuh sebagai pembantu. Kala tidak sempat menikmati
perjalanan melintasi hutan, bekerja keras sepanjang hari, dan baru kembali pulang
ketika matahari telah berangkat tidur. Sekalipun Kala harus bekerja keras, namun
Kenyataannya dalam hati Kala, ia ingin bebas bermain kapanpun seperti anak-
anak yang lain, bisa bersekolah. Tanpa harus bekerja, apalagi bekerja sebagai
pembantu, yang tergolong pekerjaan yang berat dan sangat menguras tenaga bagi
Pekerjaan yang selalu menanti di pagi hari adalah menyiapkan air untuk
mandi semua anggota keluarga yang ada di rumah Pak Dukuh. Keluarga Pak
Dukuh terdiri dari 5 orang yaitu Pak Dukuh, Bu Dukuh, Kak Salma, Ano, dan
Kei. Diantara semuanya Bu Dukuh dan Kak Salmalah yang memiliki sikap ramah
kepada Kala. Mereka selalu perhatian kepadanya tidak seperti yang lain, hanya
marah-marah dan menyuruh ini-itu. Bu Dukuh dan Kak Salma tidak pernah
menumpuk. Didalam rumah itu juga ada si Ano, tukang masak di rumah itu. Ano
memiliki sikap yang cuek dan pemarah tanpa sebab, banyak orang bilang itulah
yang menyebabkan sampai saat ini ia belum menikah dan di juluki perawan tua.
Nasib lalu membawa Kala pada kehidupan kota besar. Dari seorang
pembantu di keluarga Pak Dukuh di desanya, Kala beralih menjadi pengasuh anak
akan kemampuannya yang dibawah standart. Maka ia dengan ijin dari Kak Tien
jauh dari tempat tinggal Kala di kota. Di besarkan di kota bersama keluarga Kak
Banar dan Kak Tien, Kala bertumbuh menjadi gadis yang berkarakter. Tahun
demi tahun berlalu, usianya pun sudah dibilang matang tidak seperti kanak-kanak
terhadap lawan jenis yang menghadirkan bara-bara cinta dalam hati Kala. Jatuh
cinta pertama kali pada seorang ajudan di tempat ia bekerja mengenalkan Kala
pada rasa sakit akan sebuah cinta yang tak terbalas. Entah trauma atau memang
30
suratan takdir, hingga usia senja Kala tak juga menemukan tempat yang tepat bagi
pelabuhan hatinya.
Suatu ketika, keluarga Kak Banar dan Kak Tien terancam keutuhannya.
Kak Banar sedang berselingkuh dengan perempuan lain. Sejak itu Kak Tien
memutuskan untuk pergi dari rumah dan tinggal bersama Is, anak semata
wayangnya yang kini telah berkeluarga. Kak Banar yang dulu menjadi pejabat
kepolisian dengan karier yang bagus, kini harus meratapi nasibnya. Seperti roda
yang berputar, kini kejayaannya telah runtuh. Rumah besar yang ditempatinya pun
telah berpindah tangan ke orang lain. Sekarang Kak Banar tinggal dengan
selingkuhannya yang kini telah menjadi istri kedua Kak Banar. Kala yang dulu
menjadi pembantu di rumah Kak Banar pun, pindah ke rumah Is dan bekerja
disana. Beberapa tahun kemudian, entah karena apa Kak Banar mengajak rujuk
Kak Tien. Awalnya tidak ada yang setuju namun tekad bulat dari Kak Banar dan
kebahagiaan, Kak Banar dan Kak Tien mengalami kecelakaan dan seketika mati
di tempat kejadian. Kala sangat terpukul akan nasib yang di alami oleh
bersama majikannya akan hilang dan kesedihannya akan lenyap. Namun ternyata
sesampainya di kampung, Kala harus menerima kenyataan kalau kini Ibunya telah
tiada. Dan kejadian inilah yang menyebabkan Kala di salahkan atas meninggalnya
Ibunya oleh Kemi karena Kala dalam beberapa tahun tidak pernah pulang ke
31
Kemi dan keluarga kecilnya dan mereka hidup sederhana. Sampai akhirnya Kala
B. Kerangka Konseptual
bahasa personifikasi.
Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra memegang peranan penting
Persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan
kemanusiaan. Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang
dalam menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya
yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik
32
pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin
C. Pernyataan Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan selama enam bulan yaitu terhitung dari bulan
Oktober sampai Maret 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.1
33
34
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah novel Jejak Kala karya Anindita S.thayf
penerbit Andi, yang terdiri dari 194 halaman. Data penunjang penelitian ini
diperoleh dari buku atau tulisan yang bermanfaat untuk mendapatkan teori
2. Data Penelitian
Data penelitian ini adalah hal yang menyangkut penggunaan gaya bahasa
personifikasi pada novel Jejak Kala karya Anindita S.Thayf. Data dalam
penelitian ini berupa kalimat yang terdapat pada novel Jejak Kala karya Anindita
yang relevan sebagai data pendukung. Data penelitian ini berasal dari novel Jejak
3. Penerbit : Andi
5. Ukuran : 13 x 19 cm
6. Cetakan ke : Ke-1
8. ISBN : 978-979-29-0658-5
C. Metode Penelitian
penting dalam sebuah penelitian. Hal ini penting dalam sebuah penelitian karena
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Menurut Arikunto (2013:203) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
36
menganalisis gaya bahasa personifikasi pada novel Jejak Kala karya Anindita
D. Variabel Penelitian
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
Dalam penelitian ini ada variabel penelitian yang harus dijelaskan agar
pembahasannya lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah
37
ditetapkan. Variabel yang akan diteliti adalah gaya bahasa personifikasi yang
E. Instrumen Penelitian
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
Pengumpulan data dari novel Jejak Kala karya Anindita S.Thayf. Penelitian ini
bermanfaat dan berpengaruh bagi pembaca. Untuk lebih jelasnya dilihat pada
Tabel 3.2
No Bentuk Makna
1.
2.
38
3.
4.
5.
penelitian ini menggunakan metode simak dan catat, metode simak penelitian ini
menyimak novel Jejak Kala karya Anindita S.Thayf untuk mencari bentuk dan
makna gaya bahasa personifikasi. Teknik catat dalam penelitian ini digunakan
untuk mencatat hasil menyimak novel Jejak Kala berupa bentuk dan makna gaya
bahasa personifikasi.
cermat isi novel Jejak Kala karya Anindita S.Thayf sebagai objek
penelitian.
gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada novel Jejak Kala karya
Anindita S.Thayf.
bahasa personifikasi.
BAB IV
novel jejak kala karya Anindita S.Thayf, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1
No Bentuk Makna
4. Ujung sapu lidi itu kembali Sapu lidi dapat mencakar-cakar seperti
tanah.
naik. hidup.
40
41
jauh. hidup.
makhluk hidup.
makhluk hidup
Anindita S.Thayf
dalam novel Jejak Kala karya Anindita S.Thayf. Personifikasi adalah semacam
yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Hasil analisis dalam
novel Jejak Kala karya Anindita S.Thayf terdapat 30 data gaya bahasa
(JK, 6).
42
5. Bulan baru mulai merangkak naik ketika gelap telah benar-benar datang
(JK, 35).
43
untuk bayi yang baru belajar bergerak dengan bertumpu pada tangan dan
lutut.
9. Mobil itu seperti terbang di atas jalan abu-abu yang lurus, tapi terkadang
burung.
10. Di atas, langit menawarkan biru yang lain, safir (JK, 99).
seorang pedagang.
Anindita S.Thayf
Kala karya Anindita S.Thayf, selanjutnya peneliti akan melakukan analisis makna
yang terdapat dalam gaya bahasa personifikasi. Berikut beberapa contoh hasil
analisis makna gaya bahasa personifikasi dalam novel Jejak Kala karya Anindita
S.Thayf.
(JK, 6).
45
ingin disampaikan oleh penulis novel yaitu api obor yang bergerak-gerak
Makna denotasi dari kata meliuk-liuk genit yaitu bergaya-gaya atau banyak
disampaikan oleh penulis novel yaitu Kala tahu matahari akan terbit
untuk orang.
ingin disampaikan oleh penulis novel yaitu ketika Kala menaruh timba di
Makna denotasi dari kata bibir yaitu mulut sebelah bawah dan atas yang
5. Bulan baru mulai merangkak naik ketika gelap telah benar-benar datang
(JK, 35).
Kalimat bulan baru mulai merangkak naik di atas dapat diketahui terdapat
ingin disampaikan oleh penulis novel yaitu bulan baru mulai bergerak naik
jauh.
Makna denotasi dari kata berdiri angkuh yaitu sifat suka memandang
rendah kepada orang lain, tinggi hati atau sombong yang diperuntukkan
untuk orang.
yang ingin disampaikan oleh penulis novel yaitu sebuah gunung yang
Makna denotasi dari kata menusuk yaitu mencoblos atau menikam dengan
9. Mobil itu seperti terbang di atas jalan abu-abu yang lurus, tapi terkadang
Kalimat mobil itu seperti terbang di atas dapat diketahui terdapat makna
disampaikan oleh penulis novel yaitu mobil itu seperti melayang di atas
Makna denotasi dari kata terbang yaitu bergerak atau melayang di udara
sebagainya.
10. Di atas, langit menawarkan biru yang lain, safir (JK, 99).
ingin disampaikan oleh penulis novel yaitu langit menampakan warna biru
yang lain.
49
personifikasi dalam novel Jejak Kala karya Anindita S.Thayf mengandung makna
konotatif. Makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sebenarnya yang
kalimat yang memiliki kata yang maknanya sesuai dengan makna yang
pemakai bahasa. Makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan
pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu sedangkan
makna denotasi ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang
menyertainya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat pribadi dan
khusus, sedangkan makna denotasi adalah makna yang bersifat umum. Memilih
konotatif adalah masalah yang jauh lebih berat bila dibandingkan dengan memilih
denotasi. Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan
Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa dalam novel Jejak Kala
memperindah kata-kata yang ada dalam karya sastra. Kata-kata ini dipilih untuk
BAB V
A. Simpulan
sebagai berikut:
B. Saran
gaya bahasa novel Jejak Kala karya Anindita S.Thayf. Dengan gaya
50
51
guru dapat membantu siswa untuk lebih semangat dan tertarik dalam
lain untuk mengadakan penelitian terhadap novel ini. Peneliti lain juga
dapat meneliti novel ini dari unsur gaya bahasa selain personifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, Dian Maya Setia, Sumawarti dan Atikah Anindyarini. 2012. Gaya
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Alfabeta.
Gramedia.
DATA PRIBADI
Riwayat Pendidikan
Demikianlah daftar riwayat hidup ini ditulis dengan benar untuk menjadi
keperluan penelitian.
Novika Sari
KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN
SAIA KARYA DJENAR MAESA AYU (Feminisme Marxis)
SKRIPSI
NUR LISA
105114005
i
KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN
SAIA KARYA DJENAR MAESA AYU
(FEMINISME MARXIS)
SKRIPSI
NUR LISA
105114005
ii
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa, skripsi ini adalah benar hasil karya saya
sendiri, bukan karya orang lain ataupun plagiat. Jika dikemudian hari terbukti
bahwa, skripsi ini bukan hasil karya sendiri maka saya bersedia dituntut di
pengadilan dan bersedia menanggung resiko hukum yang akan ditimbulkan serta
bersedia status kesarjanaan saya dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesadar-sadarnya tanpa
ada paksaan dari pihak manapun dan sebagai rasa tanggung jawab terhadap
skripsi yang telah saya pertahankan di depan panitia Ujian Skripsi.
Nur Lisa
NIM 105114005
iii
2017
iv
v
MOTO
-Christoper Colombus-
vi
PERSEMBAHAN
Kurangkai karya ini tanpa mengenal lelah sebagai bukti betapa besarnya rasa cinta
vii
ABSTRAK
Nur Lisa. 2017. “ Kedudukan Perempuan dalam Kumpulan Cerpen SAIA karya
Djenar Maesa Ayu (Feminisme Marxis)”. Skripsi. Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar,
(dibimbing oleh Dr. Juanda, M. Hum dan Dr. Andi Agussalim Aj., M. Hum).
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kedudukan perempuan dan dampak
kedudukan perempuan terhadap eksistensi perempuan dalam Kumpulan Cerpen
SAIA karya Djenar Maesa Ayu (Feminisme Marxis). Penelitian ini termasuk
penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen
SAIA karya Djenar Maesa Ayu yang diterbitkan oleh PT. Graedia Pustaka Utama,
di Jakarata pada tahun 2014 cetakan pertama dengan tebal 139 halaman. Data
dalam penelitian ini adalah pernyataan atau kalimat yang tertuang dalam teks
SAIA karya Djenar Maesa Ayu yang mendeskripsikan kedudukan perempuan dan
dampaknya terhadap eksistensi perempuan menurut kajian feminisme Marxis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedudukan perempuan dalam kumpulan
cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu dapat dilihat dari dua aspek: kedudukan
perempuan dalam keluarga, kedudukan perempuan dalam masyarakat. Kedudukan
perempuan ini dalam pandangan Marxis merupakan posisi subordinat atau berada
dalam kekuasaan laki-laki karena laki-laki yang menguasai materi sehingga
perempuan harus bergantung pada laki-laki. Dalam lingkup keluarga atau rumah
tangga, kedudukan perempuan adalah sebagai istri sedangkan dalam masyarakat
kedudukan perempuan sebagai tenaga kerja yang memikul beban ganda. Dalam
pandangan Feminisme Marxis, kedudukan perempuan ini merupakan posisi
subordinat dari laki-laki. Hal disebabkan oleh adanya sistem kapitalisme dalam
masyarakat yang kemudian berdampak pada eksistensi perempuan dengan
menimbulkan keterasingan dalam diri perempuan atau biasa disebut alienasi. Hal
ini terjadi karena adanya diskriminasi terhadap perempuan.
viii
KATA PENGANTAR
atas limpahan rahmat, kasih sayang serta ridho-Nyalah sehingga skripsi yang
Maesa Ayu (Feminisme Marxis)” dapat terselesaikan. Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia
pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra,
laporan hasil penelitian ini banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi, namun
berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, antara lain dalam bentuk bimbingan,
arahan dan saran. Sehubungan dengan hal itu, sudah sepantasnya pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Juanda, M.Hum.,
mengarahkan, dan memberi saran kepada penulis mulai dari penulisan proposal
sampai selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Hajrah, S.S., M.Pd. sebagai penguji I, Suarni Syam Saguni, S.S., M.Hum. sebagai
penguji II yang bersedia memberikan kritik dan saran pada skripsi ini sehingga
9
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Muhammad Saleh,
S.Pd., M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Syamsudduha,
M.Hum., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Syarifuddin Dollah,
M.Pd., Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar, Prof. Dr.
H. Husain Syam M TP, Rektor Universitas Negeri Makassar dan seluruh staf yang
telah membantu dan memberi kemudahan kepada penulis dalam mengurus segala
Segenap cinta dan hormat penulis ucapkan kepada kedua orang tua,
Ayahanda Arung dan Ibunda Rosmiati, S.Pd.AUD. Terima kasih atas segenap doa
dalam sujudnya untuk kesuksesan Ananda. Saudaraku tersayang Nur Lisna, S.Si.
Herawati Nur, Rahmawati, Ilmia Rajab dan semua teman-teman yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu. Terima kasih telah menorehkan cerita indah selama
kasih atas dukungan dan waktu untuk menemani perjuangan penulis hingga saat
ini.
kesempurnaan hanya milik Allah Swt, manusia tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan. Untuk segala kesalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini,
mohon dimaafkan.
10
Akhir kata semoga Allah Swt memberikan imbalan dan balasan yang
setimpal atas segala baik budi yang tulus dan ikhlas dari segala pihak yang
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iv
MOTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
12
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 33
A. Simpulan .............................................................................................. 60
B. Saran ..................................................................................................... 60
LAMPIRAN I ................................................................................................. 64
LAMPIRAN II ................................................................................................. 79
LAMPIRAN IV ................................................................................................ 87
RIWAYAT HIDUP
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pada dasarnya sama dan sederajat sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT. Manusia dibekali dengan hati dan pikiran yang membedakannya
dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Baik laki-laki maupun perempuan
diberikan kedudukan yang setara di hadapan Allah, karena sejatinya laki-laki dan
perempuan diciptakan dari zat yang sama, yaitu dari tanah. Dijelaskan dalam Q.S.
Al-Hajj (22) ayat 5 bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setetes mani,
menjadi darah, lalu segumpal daging, ditempatkan di dalam rahim dan terlahir
sebagai bayi kemudian dikaruniai usia hingga ia diwafatkan. Maka dari itu, sudah
seharusnya laki-laki dan perempuan memiliki posisi dan kedudukan yang setara
dalam kehidupan tanpa harus ada pihak yang dimarjinalisasikan dan didominasi,
dan perempuan sebagai manusia biasa dalam dimensi sosial, namun tetap
sebagainya, yang tentu tidak bisa dilakukan laki-laki. Sedangkan laki-laki tetap
pada kodratnya, tidak bisa hamil dan menyusui, tetapi bertanggung jawab atas
14
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 3 menegaskan bahwa
setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan
sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat,
jaminan, perlindungan, dan perlakuan hukum yang adil serta berhak atas hak asasi
Hal ini memperjelas bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
semua perempuan yang beruntung dan mendapatkan keadilan atas hak mereka
sebagai perempuan.
diskriminasi dan diperlakukan tidak adil oleh laki-laki dan budaya yang
sebelah mata karena status sosial, terutama perempuan dari kelas sosial menengah
seperti pelecehan seksual dan tindak kekerasan lainnya. Dalam kehidupan rumah
15
laki-laki yang menghasilkan materi sehingga perempuan sebagai istri harus
penghasilan. Hal ini menyebabkan perempuan harus tunduk dan patuh kepada
sosial masyarakat. Hal ini juga digambarkan dengan jelas dalam karya sastra
dan imajinasinya dalam mengolah fakta sosial menjadi sebuah tulisan yang indah
dan menarik untuk dibaca dengan makna yang tersirat di dalamnya. Sumardjo
(1994:30) mengungkapkan bahwa sastra membaca fakta yang ada, sehingga dapat
dikatakan bahwa karya sastra adalah kenyataan (realitas) sosial yang mengalami
Salah satu bentuk karya sastra yang sering dijumpai adalah cerpen. Cerpen
(cerita pendek) merupakan salah satu genre karya sastra yang berbentuk prosa
16
fiksi. Cerpen hadir sebagai medium untuk menggambarkan realitas sosial yang
diolah secara kreatif oleh pengarang. Pengarang biasanya menulis cerpen sesuai
dengan kisah nyata yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dikemas
Kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu pertama kali diterbitkan
oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama, Januari 2014. Kumpulan cerpen ini akan
peneliti gunakan sebagai objek untuk diteliti. Dalam kumpulan cerpen SAIA
terdapat lima belas judul cerpen. Namun, peneliti hanya mengkaji tujuh cerpen
saja. Ketujuh judul cerpen tersebut adalah: “Dan Lalu, Nol-Dream Land, Kulihat
Awan, Fantasi Dunia, Gadis Korek Api, Dewi Sialan, Mata Telanjang. Cerpen-
norma moral karena tema yang diangkat dalam karyanya dominan tentang tubuh
dan seksualitas. Beberapa karya Djenar mendapat apresiasi yang cukup bagus dan
masuk dalam deretan daftar buku best seller. Namun, dibalik kesuksesan itu tidak
sedikit pula kritikan yang diterima. Salah satunya adalah pandangan Katrin
Bandel yang diungkapkan dalam bukunya yang berjudul Sastra, Perempuan dan
Seks. Menurut Katrin, Djenar merupakan salah satu dari sekian banyak penulis
kekurangan(Bandel, 2006:138).
17
Dalam kumpulan cerpen ini Djenar menggambarkan bagaimana
Dalam lingkungan keluarga pun, perempuan sebagai istri atau anak lebih
berpeluang mengalami diskriminasi. Terlebih lagi jika status sosial mereka dari
kelas sosial menengah ke bawah. Sebagai istri, perempuan harus rela dipoligami
atas keinginan suami. Sebagai anak, perempuan harus rela menjadi jaminan atas
Kumpulan cerpen SAIA menarik untuk diteliti karena tema dalam cerpen-
realitas kehidupan masyarakat sekarang ini. Dari realitas tersebut pembaca dapat
melihat sisi kelam dari kehidupan perempuan yang kurang beruntung dengan latar
kehidupan sosial. Salah satu penelitian tersebut adalah tesis penelitian yang
18
dilakukan oleh Muhamad Adji, (2009) dengan judul penelitian Konstruksi Relasi
Laki-laki dan Perempuan dalam Sistem Patriarki (Kajian Terhadap Karya Djenar
yang dalam berbagai cara dan media selalu mengobjektivikasi atau mendudukkan
perempuan dalam posisinya sebagai the other dalam relasi dengan laki-laki.
cerpen Djenar Maesa Ayu dengan menggunakan pendekatan yang sama yaitu
feminisme. Akan tetapi, penulis memfokuskan pada teori feminisme Marxis yang
patriarki.
telah dilakukan oleh Eva Kartika Ayu Ningrum (2016) dengan fokus penelitian
tindak diskriminasi gender. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dalam
bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan sebab dari penelitian ini kita bisa
19
melihat sisi lain dari kehidupan perempuan yang jauh dari kesan ideal yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
feminisme Marxis.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
masyarakat.
20
2. Manfaat Praktis
tentang karya-karya sastra yang berhubungan dengan tema perempuan dan dapat
E. Sistematika Penulisan
dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir. Bab III
Metode Penelitian mencakup desain penelitian dan defenisi operasional, data dan
sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Analisis
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
dengan masalah yang diteliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan
1. Sastra
sebagai karya sastra dan sebagai ilmu sastra, yang merupakan salah satu cabang
seni yang bermediakan bahasa, karya sastra dipandang sebagai karya imajinatif.
belles letters (“tulisan yang indah dan sopan”, barasal dari bahasa Prancis), kurang
lebih menyerupai pengertian susastra (Wellek & Warren, dalam Wiyatmi, 2011 :
14 ).
Sastra juga dapat dikatakan sebagai interpretasi pengarang yang hidup dan
22
pada saat berada di tengah masyarakat, seketika itu pula ia di pandang menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, ketika sastrawan mengusung
kebebasan kreasinya dan kemudian menjelma dalam bentuk karya sastra, seketika
itu pula ia berhadapan dengan aturan, moral, etika dan konvensi yang hidup dalam
disampaikan secara khas, dan mengandung pesan yang bersifat relatif dengan
masyarakat.
2. Prosa
Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita bebas, tidak terikat oleh
rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa
sehari-hari. Menurut isinya, prosa dibagi menjadi dua yaitu, prosa fiksi dan
nonfiksi. Prosa fiksi adalah suatu cerita atau kisahan yang bertolak dari imajinasi
berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang tetapi berisi hal-hal yang berupa
Prosa fiksi terbagi atas beberapa bentuk seperti roman, novel, dan cerpen.
isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu
sendiri, sedangkan prosa nonfiksi atau biasa disebut karangan semi ilmiah juga
23
terbagi atas beberapa bentuk seperti: artikel, tajuk rencana, opini, biografi, tips,
2009: 2) mengatakan bahwa istilah fiksi berarti cerita rekaan atau cerita khayalan
karena fiksi merupakan karya naratif yang isinya mengarah pada kebenaran. Jadi,
dalam cerita fiksi tidak diceritakan keadaan yang sesungguhnya melainkan hanya
cerita rekaan pengarang. Dengan demikian, cerita yang ada dalam karya fiksi
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lewis (dalam
Nurgiyantoro, 2009: 2) bahwa fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang
bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang
Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya
kehidupan manusia.
Salah satu jenis karya sastra yang termasuk dalam jenis prosa fiksi adalah
digunakan, karena hal inilah salah satu pembeda antara cerpen dengan novel
ataupun roman. Seperti yang dikemukakan oleh Esten (1989: 12), bahwa cerpen
24
adalah pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia
Hanya suatu lintasan dari secercah kehidupan manusia yang terjadi pada suatu
waktu.
terperinci yang diwujudkan dengan metode bercerita yang dilakonkan oleh tokoh-
tokoh dalam cerita tersebut. Oleh karena itu, dalam cerpen, peristiwa dan kejadian
a. Pengertian Feminisme
perspektif yang terpusat pada wanita. Teori ini terpusat pada wanita dalam tiga
hal. Pertama, sasaran utama studinya adalah situasi dan pengalaman wanita dalam
sentral; artinya, mencoba melihat dunia khusus dari sudut pandang wanita
terhadap dunia sosial. Ketiga, teori feminis dikembangkan oleh pemikir kritis dan
doktrin persamaan hak bagi perempuan yang menjadi gerakan yang terorganisasi
25
untuk mencapai hak asasi perempuan, dengan sebuah ideologi transformasi sosial
serta merta lahir sebagai sebuah ideologi baru dalam masyarakat. Feminisme lahir
sebagai bentuk upaya perlawanan atas berbagai upaya kontrol laki-laki atas
masalah kemanusiaan.
26
inisiatif sendiri untuk memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut dalam
berbagai gerakan.
tentang konsep seks dan konsep gender. Menurut Fakih (1997:7-9) pengertian
seks atau jenis kelamin merupakan dua pembagian jenis kelamin yang ditentukan
berdasarkan biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Seks secara
permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau lebih sering
disebut kodrat atau ketentuan Tuhan. Berbeda dengan seks, gender merupakan
sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dibentuk,
ajaran keagamaan maupun negara. Konsep gender menyangkut semua hal yang
dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa berubah baik
dari waktu ke waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, maupun dari suatu kelas ke
kelas lain.
stereotip atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih
panjang dan lebih banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender.
27
b. Ragam Feminisme
perempuan dengan laki-laki sebagai warga sipil. Karena itu, gerakan feminisme
liberal lebih ditekankan pada hak-hak suaranya di dalam wilayah publik. Aliran
ini menolak segala bentuk diskriminasi. Hal ini diharapkan mampu membawa
kesetaraan bagi perempuan dalam semua institusi publik agar isu-isu tentang
28
pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi karena sistem patriarki.
perempuan bukan semata-mata karena faktor biologis tetapi lebih disebabkan oleh
dalam jiwa seorang perempuan. Bagi feminis psikoanalisis, fokus pada peran
seksualitas dalam opresi terhadap perempuan muncul dari teori Freud. Sedangkan
melihat opresi terhadap perempuan karena keliyanannya (the other) sebagai objek
sesuatu yang harus ditolak, tetapi justru harus dirangkul. Mereka mengklain
29
bahwa keliyanan (the other) perempuan memungkinkan individu perempuan
untuk mundur dan kemudian mengkritisi norma, nilai, dan praktik-praktik yang
feminisme multikultural dan global, akar dari keterpecahan Diri lebih bersifat
kultural daripada seksual dan sastrawi. Dalam hal ini, bentuk imperialisme yang
dilakukan bangsa kulit putih telah membangun konsep diri bangsa terjajah,
identitas bangsa kulit putih. Sementara kebanyakan aliran pemikiran feminis lebih
konsepsi yang paling luas dan paling menuntut atas hubungan Diri dengan yang
bersifat patriarki.
4. Feminisme Marxis
untuk dilakukan. Hal ini dikemukakan oleh Tong dalam bukunya Feminist
30
Telah bertahun-tahun saya menjadi yakin bahwa perbedaan antara
dua kelompok pemikiran ini lebih merupakan masalah penekanan
daripada masalah substansi. Feminis Marxis cenderung untuk
menunjukkan penghargaan mereka langsung kepada Marx, Engels,
dan pemikir abad 19 lain. Mereka juga cenderung untuk
mengidetifikasi kelasisme dan bukan seksisme sebagai penyebab
utama opresi terhadap perempuan. Sebaliknya, feminisme sosialis
tampaknya lebih dipengaruhi oleh pemikir abad 20, seperti Louis
Althusser dan Jurgen Habermas. Lebih dari itu, feminisme sosialis
juga menegaskan bahwa penyebab fundamental opresi terhadap
perempuan bukanlah “kelasisme” atau “seksisme”, melainkan suatu
keterkaitan yang sangat rumit antara kapitalisme dan patriarki. Pada
analisis akhir, perbedaan antara feminisme Marxis dan sosialis
tidaklah sepenting yang mereka yakini bersama. Feminisme Marxis
dan sosialis percaya bahwa opresi terhadap perempuan bukanlah
hasil dari tindakan satu individu, melainkan produk dari struktur
politik, sosial, dan ekonomi tempat individu itu hidup (Tong, 2010:
139).
hubungan kekuasaan dan hubungan pertukaran (Tong, 2010 : 141). Hal ini dapat
Seorang pekerja akan terus bekerja untuk mendapatkan upah, sedangkan majikan
akan terus memaksa pekerjanya untuk bekerja lebih keras tanpa ada kemungkinan
ada pilihan bebas yang dapat diambil oleh pekerja. Majikan memonopoli alat
produksi, karena itu pekerja harus memilih antara dieksploitasi atau tidak punya
31
pekerjaan sama sekali. Atas dasar pemikiran ini, feminis Marxis berpendapat
bahwa pada kondisi dimana seseorang tidak mempunyai hal berharga untuk dijual
lagi lebih dari dan diluar tubuhnya, kekuatan tawarnya di pasar menjadi terbatas.
Gilnam, dalam salah satu tulisannya yang berjudul Women and Economic (dalam
berdasar pada masalah ekonomi daripada sosial dan budaya. Hal ini juga dapat
diri sendiri, maka mereka akan bergantung pada laki-laki. Sebagai konsekuensi
(Apriani, 2013:5)
ideologi liberal yang mengklaim perempuan menjadi pelacur dan ibu pinjaman
karena mereka menyukai pekerjaan ini daripada pekerjaan lain. Tetapi, feminis
32
yang miskin, buta huruf, dan tidak mempunyai keahlian memilih untuk menjual
pelayanan seksual atau reproduksi, yang lebih mungkin adalah keputusan itu
lain.
buruh yang diasingkan dari pekerjaannya, dari dirinya, dan dari kemanusiaan
itu sendiri, begitu juga pelacur. Menjual diri baik sebagai istri maupun
yang sama terjadi pada buruh. Menurut analisis tradisional Marxis, pelacur yang
atas atau kelas menengah. Selama masih ada laki-laki yang mempunyai cukup
uang untuk membeli pelayanan seksual perempuan, dan selama masih ada
perempuan yang membutuhkan uang dan tanpa keahlian yang dapat dipasarkan,
33
menghidupi diri dan dalam banyak kasus menghidupi anak-anaknya. Karena itu,
tidak akan mempunyai akses terhadap pekerjaan yang bermakna dengan upah
yang layak, hingga sistem kapitalis yang menjadi dasar eksploitasi mereka
menciptakan jurang yang dalam (kelas) antara dua kelompok yaitu pekerja
(miskin dan tidak memiliki properti) dan majikan (hidup dalam kemewahan).
Ketika dua kelompok ini, yang punya dan yang tidak, menjadi sadar akan dirinya
sebagai kelas maka perjuangan kelas secara tidak terhindarkan akan timbul dan
pada akhirnya melucuti sistem yang menghasilkan kelas ini. Kelas tidak begitu
saja muncul. Kelas muncul secara perlahan-lahan dibentuk oleh orang-orang yang
berbagi kebutuhan dan keinginan yang sama. Dengan kata lain, kelas sosial adalah
sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh
posisi tertentu dalam proses produksi. Setiap golongan sosial yang mempunyai
kedudukan spesifik dalam proses produksi, tetapi dengan pengertian bahwa ciri
sebagai kelas baru terpenuhi secara sempurna apabila golongan itu juga
34
dalam jumlah. Kesadaran kelas menyebabkan orang-orang yang tereksploitasi
untuk percaya bahwa mereka bebas untuk bertindak dan berbicara sama seperti
dapat dipahami konsep penting lain dalam teori feminisme Marxis, yaitu alienasi.
yang secara dalam mengakibatkan perasaan yang terpecah belah. Sesuatu yang
Seseorang teralienasi jika mengalami hidup sebagai sesuatu yang tidak bermakna,
menganggap dirinya sendiri tidak berarti, atau tidak mampu mempertahankan rasa
a. Teralienasi dari produk kerja, artinya manusia sebagai kelas pekerja bukan
menentukan komoditi yang ingin dan tidak ingin dihasilkan, tetapi hasil dari
pekerjaan mereka juga direbut. Pekerja tidak bisa menentukan kapan, dimana,
b. Teralienasi dari diri mereka sendiri, artinya ketika pekerjaan dialami sebagai
sesuatu yang tidak menyenangkan dan harus dilalui sesegera mungkin, maka
35
c. Teralienasi dari manusia lainnya, artinya para pekerja akan memandang satu
d. Teralienasi dari alam, artinya jenis dan kondisi pekerjaan membuat pekerja
Friedrich Engels dalam bukunya The Origin of the Family (dalam Tong,
dan politik. Poin utamanya, tetap bahwa apapun status perempuan di masa lalu,
status itu diperoleh dari posisinya di dalam rumah tangga, pusat produksi primitif.
dianggap pentingnya pekerjaan dan produksi laki-laki, bukan saja nilai dan
kekuatan hukum karena perempuan tidak mempunyai akses yang kuat atas
36
properti bila dibandingkan dengan laki-laki. Keadaan ini menimbulkan suatu
saling melengkapi mengalami penurunan arti. Kondisi ini cukup dilematis karena
mengandung ide yang bertentangan dengan hukum alam atas persekutuan laki-laki
untuk menyebut sistem yang membuat perempuan tetap dikuasai melalui berbagai
perempuan dan perempuan adalah bagian dari milik laki-laki. Dengan demikian,
terciptalah konstruksi sosial yang tersusun sebagai kontrol atas perempuan dan
37
sudah menjadi alamiah, karena cara pandang ini sudah berlaku secara umum
generasi ke generasi. Karena itu pula, cara pandang terhadap perempuan yang
beranggapan bahwa kaum perempuan secara kodrati memang lebih lemah dari
juga menandai lahirnya sistem kelas. Dalam menjelaskan sistem patriarki, Engels
mencoba memulainya dari kelahiran sistem kelas. Dalam masyarakat yang masih
liar, kepemilikan harta benda secara pribadi masih belum ada. Lebih tepatnya lagi,
masih belum dimungkinkan karena taraf teknologi pada waktu itu belum
harus dicari setiap hari, sementara harta yang dimiliki masih sebatas alat-alat
pada permulaan manusia. Dia menganggap gejala bahwa laki-laki harus pergi
yang terberi. Pandangan Engels hampir serupa dengan pandangan Talcot Parsons
yang menyatakan bahwa pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan di mana
38
melakukan tugas domestik merupakan pembagian tugas yang berlangsung secara
seksual memperjelas fungsi suami dan istri dalam keluarga inti, dan ini
yang tampak sebagai jenis pekerjaan Ada dalam dirinya sendiri, seperti memasak,
yang tampak sebagai bagian dari kategori Ada untuk dirinya sendiri, seperti
berburu dan berkelahi, yang sebagian besar dari pekerjaan itu membutuhkan alat
Pembagian kerja dinilai mulai tidak wajar ketika dalam suatu titik sejarah
titik ini, keahlian untuk memelihara ternak berhasil dikembangkan. Tanah pun
menjadi sesuatu yang penting ketika teknik untuk bercocok tanam ditemukan.
Karena laki-laki adalah orang yang diserahi tugas untuk mengurus alat-alat
secara berlebihan. Dari sini pula kemudian timbul keinginan laki-laki untuk
menguasai perempuan. Sejak saat itu perempuan tidak lagi memiliki fungsinya
sendiri, tetapi bekerja sesuai keinginan laki-laki. Dari sinilah akhirnya muncul
sistem patriarki, seperti yang disampaikan Engels. Sejak waktu itu perempuan
1981: 23)
39
Pembagian kerja seksual yang tadinya bersifat hubungan timbal balik dan
fungsinya dalam ranah domestik. Sementara itu laki-laki menguasai ranah publik.
laki-laki.
tangga pribadi ke dalam tempat kerja publik, perempuan yang kebanyakan tidak
degan pekerjaan laki-laki menurut teori Engels adalah suatu kegagalan memahami
faktor penentu dalam sejarah, pada akhirnya adalah produksi dan reproduksi yang
paling dekat. Hal ini merupakan sifat yang mempunyai dua sisi: si satu sisi,
40
produksi alat untuk eksistensi, makanan, pakaian, dan rumah serta alat-alat yang
kelangsungan hidup spesies. Itulah tatanan sosial yang menentukan kedua jenis
bekerja dengan upah rendah di tempat kerja. Marx dan Engels memprediksi
bahwa di bawah kapitalisme, seluruh kelas pekerja termasuk perempuan dan anak-
anak di atas usia yang sangat rendah, harus menjadi bagian dari sumber daya
Dengan tidak ada lagi yang tersisa di dalam rumah tangga untuk mereproduksi
kekuatan kerja laki-laki kelas pekerja, laki-laki dan juga perempuan serta
sendiri untuk konsumsi. Revolusi proletar akan menjadi mudah untuk dipicu,
karena hampir semua kelas pekerja merasakan akibat langsung dari eksploitasi ini.
perempuan dan anak-anak kelas pekerja akan mejadi dari pasar tenaga kerja,
keduanya gagal menyadari bahwa sebagai korban dari kesadaran semu, orang-
41
perlahan-lahan mengembalikan anak-anak dan perempuan dari sumber daya
manusia dalam upaya meniru kehidupan gaya borjuis. Hukum revormis liberal
melarang anak- anak di tempat kerja dan membatasi jumlah jam kerja perempuan,
terutama perempuan hamil. Pada saat yang sama, serikat pekerja berusaha
kerja, mereka diminta untuk melakukan pekerjaan yang setara dengan pekerjaan
tetapi lebih sering perempuan yang sudah menikah tinggal dirumah bersama anak-
pembebasan perempuan.
menurut Beston, perempuan adalah “kelas manusia” yang bertanggung jawab atas
42
produksi nilai guna sederhana dalam kegiatan yang diasosiasikan dengan rumah
dan keluarga.
tidak berarti bahwa pekerjaannya lebih mudah daripada pekerjaan yang dihasilkan
anak, masuknya ia ke pasar tenaga kerja akan merupakan langlah menjauh, bukan
menuju pembebasan.
43
pekerjaan rumah tangga bukanlah bahwa hal itu akan membebaskan perempuan
dari pekerjaan rumah tangga, melainkan karena hal itu memungkinkan sotiap
orang untuk menyadari betapa sulitnya pekerjaan rumah tangga, masyarakat tidak
akan lagi mempunyai dasar bagi opresi terhadap perempuan sebagai orang-orang
rumah tangga pribadi serta pengasuhan anak adalah satu-satunya faktor yang akan
Maria Dalla Costa serta Selma James menyampaikan klaim Marxis yang
Tidak seorang pun perempuan harus memasuki sumber daya produktif, karena
perempuan sudah berada di dalamnya bahkan jika tidak ada seorang pun yang
semua jeis pekerjaan lain yang kemudian diekstraksi mejadi nilai surplus. Dengan
menyediakan bagi pekerja masa kini bukan saja makanan dan pakaian, melainkan
juga kenyamanan emosional dan domestik, maka perempuan menjaga roda mesin
Dalla Costa dan James mengajukan agar negara (pemerintah dan majikan),
dan bukan laki-laki secara individu (suami, ayah, kekasih), membayar upah
kepada ibu rumah tangga karena kapital pada akhirnya mengambil keuntungan
44
perempuan atas pekerjaan rumah tangga, negara tidak akan mampu
Pendukung upah atas pekerjaan rumah tangga yakin bahwa upah tidak
perlu berbentuk uang. Upah atas pekerjaan rumah tangga dapat diberikan dalam
dilakukan di dalam rumah, atau di dalam bentuk pengasuhan anak bagi ibu yang
yang diterima laki-laki dalam pekerjaan yang setara. Gerakan ini merupakan
kesempatan untuk memastikan upah yang lebih baik bagi perempuan dan juga
membayar sebagian orang dengan upah yang tinggi dan sebagian yang lain
pada poin nilai untuk empat komponen yang ditemukan pada kebanyakan
pekerjaan. (1) pengetahuan dan keahlian, atau jumlah informasi atau keahlian
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, (2) tuntutan mental, atau sejauh
45
atau jumlah pengawasan yang dituntut dari pekerjaan itu, (4) kondisi kerja, atau
yaitu akses terhadap kemiskinan dan akses terhadap nilai kerja. Hampir setengah
dari keluarga miskin dikepalai oleh seorang perempuan yang tidak menikah. Jika
perempuan yang menerima upah dibayar sesuai dengan nilai pekerjaannya, maka
perempuan ini mungkin akan dapat menghidupi diri dan keluarganya secara layak
tanpa dipaksa dengan berbagai cara untuk menggantungkan hidupnya kepada laki-
6. Kerangka Pikir
diteliti. Karya sastra terbagi atas tiga, yaitu puisi, prosa fiksi, dan drama. Salah
satu jenis dari prosa fiksi adalah cerpen. Adapun judul cerpen yang dijadikan
sebagai objek dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen SAIA karya karya
Djenar Maesa Ayu. Dalam menganalisis kumpulan cerpen SAIA karya Djenar
kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Dengan berdasar pada pandangan
ini, peneliti akan menganalisis kumpulan cerpen SAIA karya Djena Maesa Ayu
46
sehingga ditemukan hasil tentang bagaimana kedudukan perempuan dalam cerpen
berikut ini :
Karya Sastra
Puisi Drama
Prosa Fiksi
Kumpulan Cerpen
SAIA karya Djenar
Maesa Ayu.
Pendekatan Feminisme
Marxis
Analisis
Temuan / Hasil
47
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal yang
berkaitan dengan cara kerja dalam mendapatkan data sampai menarik kesimpulan.
A. Fokus Penelitian
dalam masalah penelitian. Fokus peneliti yang dimaksud dalam penelitian ini
B. Desain Penelitian
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Dalam hal ini, peneliti mendeskripsikan data-data berupa kata, frasa, dan
kalimat yang terdapat dalam kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu.
48
C. Definisi Istilah
gender.
pertukaran.
5. Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang secara umum dalam
49
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang
berkaitan dengan penelitian. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
berupa kutipan-kutipan teks baik yang bersifat naratif maupun dialog yang berisi
menghadapi realitas sosialdalam kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah Kumpulan Cerpen SAIA karya
Djenar Maesa Ayu (2014) cetakan pertama dengan tebal 139 halaman yang
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian. Oleh karena itu, untuk
menjaring semua data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian digunakan
1. Teknik Dokumentasi
menyimpan data atau informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan
penelitian ini.
50
2. Teknik Baca
Teknik baca dilakukan dengan membaca literatur dan sumber data utama
penelitian, yaitu kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu secara seksama.
3. Teknik Catat
dengan masalah penelitian dalam kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu
(baik tertuang dalam kata, kalimat ataupun paragraf) dalam kertas yang telah
disiapkan.
kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui prosedur sebagai
berikut:
perempuan dalam kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu dengan
feminisme Marxis.
51
4. Mendeskripsikan hasil interpretasi yaitu data yang telah diinterpretasi
analisis. Pada tahap ini akan dipaparkan korpus data yang sudah
umum.
52
BAB IV
Pada bab ini, peneliti menguraikan hasil analisis dan pembahasan terhadap
kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu dengan menggunakan kajian
feminisme Marxis dalam dua bagian. Pada bagian pertama, penyajian analisis data
Djenar Maesa Ayu. Pada bagian kedua adalah pembahasan hasil penelitian yang
Berdasarkan ulasan pada latar belakang dan teori, penelitian ini mengkaji
kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu dengan menggunakan kajian
feminisme Marxis.
Maesa Ayu
penting, mengingat laki-laki dimungkinkan tidak akan bersedia mengurus dua hal
sekaligus yakni urusan domestik dan publik. Dalam hubungannya dengan laki-
53
laki, perempuan lebih banyak berperan sebagai sosok yang berada di belakang
ranah domestik, sedangkan laki-laki dalam ranah publik. Secara ekonomi, laki-
tidak mendapat penghasilan. Hal ini menyebabkan perempuan sebagai ibu rumah
Fenomena ini dapat kita lihat dalam kumpulan cerpen Djenar Maesa Ayu dalam
kutipan berikut:
tidak harmonis. Tokoh Lalu, sebagai tokoh utama dalam cerpen selalu mendapat
perlakuan tidak menyenangkan dari ibunya. Ibu Lalu terpaksa harus menikah
diusianya yang masih muda demi menutupi utang orangtuanya. Itu pun sebagai
istri ketiga. Ibu Lalu tak kuasa menolak walau hatinya meradang. Hal ini
membuat Ibu Lalu dendam terhadap orang tuanya, terlebih kepada suaminya yang
jarang pulang ke rumah karena istri keempatnya sedang hamil dan uang yang
diberikan pun semakin ala kadarnya. Kebencian ibu Lalu ini kemudian ia
lampiaskan kepada anaknya, Lalu. Ibu Lalu sering menghukum Lalu atas
kesalahan kecil yang ia anggap besar. Ia bahkan tidak segan- segan melakukan
kekerasan fisik terhadap Lalu. Lalu yang beranjak dewasa tanpa kasih sayang
54
ibunya pun akhirnya tenggelam dalam pergaulan bebas. Kehidupan Lalu menjadi
tak terarah. Pada akhirnya, kematian menjadi pilihan akhir atas kemerdekaannya.
Dalam cerpen ini terdapat dua tokoh perempuan, yaitu Lalu dan Ibu Lalu.
Kedudukan Ibu Lalu dalam rumah tangga adalah sebagai seorang istri. Istri adalah
cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu yang menunjukkan kedudukan perempuan
sebagai istri.
“Ibu Lalu dipersunting pada usia muda. Itu pun sebagai istri ketiga. Kisah
klasik tentang kesulitan ekonomi yang membuat kedua orangtuanya dililit
utang. Tak punya pilihan, direlakannyalah sang anak semata wayang. Ibu
Lalu tak berdaya menentang. Walau jauh dalam lubuk hatinya meradang”.
(SAIA, 9)
sebagai suatu hubungan pertukaran dan hubungan kekuasaan, dalam hal ini
tagihan utang orangtuanya. Kedudukan Ibu Lalu sebagai seorang anak dalam
merupakan posisi yang subordinat atau bawahan. Hal ini sebabkan karena secara
“Dan lebih benci lagi setiap kali ibu Lalu tidak hanya mencaci-maki, tapi
juga melayangkan tamparan hanya karena masalah-masalah yang ia
55
anggap besar. Mendapat nilai buruk dalam pelajaran Aljabar. Menyisihkan
uang jajan agar bisa secara diam-diam membeli gitar. Berteman dengan
anak-anak yang dianggap berasal dari keluarga tak terpelajar.
Padahal Dan tahu kalau penyebab semua itu adalah selain suami ibu Lalu
jarang pulang, uang yang diberikan pada mereka pun semakin ala
kadarnya.” (SAIA, 11)
Pada kutipan ini, ibu Lalu digambarkan sebagai seorang istri yang tidak
berada di bawah kuasa laki-laki. Sebagai istri yang hanya bekerja di rumah
”Dan benci setiap kali ibu Lalu mencaci maki Lalu hanya untuk masalah-
masalah kecil. Lupa di mana menaruh pencil. Lupa kapan harus
menggunakan sendok besar atau kecil. Kebanyakan ngemil.
Padahal Dan tahu kalau penyebab semua itu adalah suami ibu Lalu sudah
jarang sekali pulang dikarenakan istri keempatnya sedang hamil.”(SAIA,
11)
Laki-laki diperbolehkan memiliki istri lebih dari satu, sedangkan perempuan tidak
diperbolehan. Dalam cerpen ini, ibu Lalu hanya bisa menerima dengan terpaksa
“Padahal Dan tahu kalau penyebab semua itu adalah selain suami ibu
Lalu sudah jarang pulang dan memberikan uang, ibu Lalu juga tak bisa
memperkarakannya secara hukum tanpa adanya akta pernikahan. (SAIA,
12)
56
lingkup rumah tangga, laki-laki (suami) adalah kepala keluarga yang harus
mencari nafkah. Sedangkan kedudukan perempuan adalah sebagai istri yang harus
dalam ranah publik dan perempuan menjalankan fungsinya dalam ranah domestik
sosial.
berjudul Dewi Sialan. Dalam cerpen ini digambarkan tentang adanya pembagian
“Awalnya saya juga tak paham. Saya mencoba menyibukkan diri jika
suami pulang larut malam. Memperhatikan gerak-gerik ikan dikolam.
Konon hal ini bisa membuat hati yang gundah berubah menjadi tenteram.
Mencoba resep masakan kesukaan suami, cumi lada garam. Belajar
menyulam. Menonton acara televisi yang nyaris seragam. Minum obat
tidur 0,25 miligram”. (SAIA, 118)
“Saya juga tetap tak paham. Saat suami mendapat dinas luar kota hingga
bermalam-malam. Saya mencoba menyibukkan diri dengan kedua anak
kami yang kebutuhannya beragam. Yang laki-laki minta dibelikan
mainan kapal selam. Yang perempuan minta dibelikan iPhone agar bisa
main Instagram. Jika keduanya sudah mendapatka apa yang mereka
inginkan, biasanya kebersamaan tak lagi bisa saya enyam. Di balik pintu
kamar, mereka tenggelam. Jika diganggu, mereka geram. Saya kembali
memperhatikan gerak-gerik ikan di kolam. Mencoba resep masakan
suami, sup tom yam. Meneruskan menyulam. Menonton acara televisi
atau berita-berita yang membuat geram. Minum obat tidur 0,5 miligram.”
57
Kutipan ini juga menggambarkan tentang peran istri dalam menjalankan
tugasnya dalam rumah tangga yang diidentikan dengan perempuan yaitu menjahit,
memasak, mengurus rumah dan merawat anak, sedangkan pekerjaan suami adalah
kehidupan perempuan sebagai kelas pekerja, dalam arti perempuan dapat bekerja
pekerja akan terus bekerja untuk mendapatkan upah, sedangkan majikan (pemilik
modal) akan terus memaksa pekerjanya untuk bekerja lebih keras untuk
58
“Suara detak jarum jam di dalam kepala Nayla mengentak apa yang
sebelumnya terjadi. Terlambat bangun karena menunggu suami yang tak
kunjung pulang meski waktu sudah menginjak dini hari. Efek kopi yang
membuatnya beberapa kali harus mondar-mandir kamar mandi. Mesin
mobil yang sempat ngadat karena kurang aki. Bersabar menunggu
bantuan satpam kompleks untuk mendorong mobil karena sedang makan
pagi. Alhasil ia terpaksa menghabiskan waktu perjalanan dari rumahnya
yang terletak di wilayah Bekasi. Hanya 45 menit sampai Jakarta dengan
perhitungan laju lambat 30 km : 40 km/jam = 45 menit yang tertulis di
brosur pengembangan perumahan itu ternyata hanya benar-benar terjadi
jika ia berangkat lebih awal”. (SAIA, 18)
seorang istri, Nayla harus mengerjakan segala pekerjaan rumah dan melayani
masyarakat, maka ia harus tunduk dan patuh terhadap aturan yang telah
ditetapkan. Seorang pekerja yang tidak bersedia untuk menerima perintah tidak
akan bekerja terlalu sering. Dengan demikian, sifat-sifat seseorang dibentuk oleh
59
“Tik-tok, tik-tok. “Halo, Nit. Udah denger? Sinyal di lantai sepuluh gak
bagus ternyata.” Tik-tok, tik-tok. “Iya, lo masih di tangga?” Tik-tok, tik-
tok. “Iya, di lantai sebelas nih. Nunggu lift lebih lama. Penuh melulu.
“Tik-tok, tik-tok. “Mending lo balik aja deh Nay.” Tik-tok, tik-tok. “Hah?
Maksud lo?” Tik-tok, tik-tok. “ Ceritanya panjang. Yang pasti Bos marah
besar karena lo ga datang tepat waktu.” Tik-tok, tik-tok. “Nit, mana
pernah sih sebelumnya gue telat? Hari ini gue bener-bener sial aja.
Makanya gue baru bisa jelasin klo udah ketemu.” Tik-tok, tik-tok. “Nay,
please, pulang aja deh.” Tik-tok, tik-tok. “Nit, gue udah bela-belain naik
tangga darurat. Masa gue harus balik lagi sih?” Tik-tok, tik-tok. “Jujur
deh, Nay. Pasti lo ada masalah keluarga lagi kan? Tik-tok, tik-tok. “Ya
ampun, Nit. Ga ada apa-apa, sumpah! Suami gue lagi ga da di rumah
kok!” Tik-tok, tik-tok. “Tapi si Bos ga percaya Nay. Katanya mending
urus dulu deh urusan keluarga lo, daripada ngerugiin perusahaan.” (SAIA,
40)
untuk mengambil peran dalam masyarakat untuk bekerja pada lingkup publik
sebagai ibu rumah tangga yang harus menjalankan perannya sebagai istri untuk
mengurus segala urusan rumah tangga. Hal ini menyebabkan eksistensinya dalam
laki-laki sebagai kepala keluarga yang bekerja di luar rumah untuk mencari
nafkah memberikan kebebasan untuk menjelajah dunia luar. Dalam arti, laki-laki
memiliki akses yang lebih luas dalam ranah publik. Hal ini digambarkan dalam
“Saya mulai sedikit paham. Ketika suami tidak mengatakan apa pun tapi
tidak pulang hingga bermalam-malam. Ketika menyibukkan diri dengan
kedua anak kaki yang malah berbuntut geram. Ketika gerak-gerik ikan di
kolam tak lagi membuat hati tenteram. Ketika tak juga berhasil
menyulam. Tak juga berhasil mendapat kesempatan agar suami
mencicipi masakan yang dilatih secara diam-diam. Dan, ketika teman
yang biasanya memberikan obat tidur ta lagi tingggal diam.”
60
“Katanya, ia ketemu suami saya di kelab malam.
Saya paham.
Katanya, ia melihat mobil suami saya di motel temaram.
Saya diam.
Kata suami saya ia akan bermalam.
Saya paham tapi tak lagi tinggal diam.
Saya melakukan apa yang belum pernah saya lakukan.
Apa kalian paham?
Kata suami saya, saya keterlaluan. Saya tak paham.” (SAIA, 119)
tangga. Laki-laki yang memegang kendali atas ekonomi keluarga, dalam arti
suami yang memperoleh penghasilan memiliki akses yang lebih luas dalam
waktunya bekerja di dalam rumah hanya bisa menunggu dan menerima perlakuan
konsekuensi yang akan dihadapinya. Hal ini juga di jelaskan dalam cerpen Dewi
“Saya mulai keberatan saat suami ingin bermalam. Saya mulai berani
mengatakan kalau teman saya pernah bertemu dengannya di kelab
malam. Saya mulai berani mempermasalahkan benar tidaknya pengakuan
seorang teman yang pernah melihat mobilnya parkir di sebuah hotel
temaram. Saya mulai memeriksa pesan-pesan di dalam ponselnya secara
diam-diam. Saya pun mulai tahu, jika suami saya berkencan dengan
seorang Dewi Malam.
Tinggalkan atau ceraikan!
Suami saya tak mau paham.” (SAIA, 119)
Dalam kutipan ini dapat kita lihat bahwa ketika perempuan mencoba untuk
memperjuangkan haknya sebagai istri yang sah dimata hukum, sementara laki-laki
tetap pada kekuasaannya maka perceraian menjadi jalan akhir bagi rumah
tangganya. Dalam hal ini, perempuan akan menjadi pihak yang dirugikan. Dari
61
segi ekonomi, perempuan yang sebelumnya bergantung kepada suami karena
memulai untuk menghidupi dirinya sendiri. Dari segi sosial, dampak terhadap
karya Djenar Maesa Ayu juga terdapat pada cerpen yang berjudul Mata Telanjang
(SAIA, 121). Feminisme Marxis menganggap bahwa jika seorang perempuan yang
miskin, buta huruf, dan tidak memiliki keahlian memilih untuk menjual tubuhnya,
keputusan itu bukan semata-mata keputusan yang bebas. Secara sederhana dapat
“Tak rela sebenarnya tubuh ini digelar. Mereka seperti para rahib suci
yang dengan gembira mempersembahkan seorang perawan sebagi korban
di atas altar. Setiap kegembiraan selalu memerlukan korban! Batinku
dengan jantung berdebar. Di mata mereka, tubuhku barangkali serupa
mawar yang dalam kegelapan perlahan mekar. Kemolekannya membuat
mata mereka nanar. Atau mungkin bagi ereka aku tak lebih ular
penggoda Adam untuk menikmati suasana yang tak boleh dilanggar”.
(SAIA, 122)
uang dan tidak memiliki keahlian untuk dipasarkan, maka ia akan menjual
tubuhnya.
62
dipukuli atau dibenturkan kepalanya ke meja, aku hanya terisak dalam
kegelapan. Ketika suamiku pulang mabuk, aku pura-pura memejamkan
memasuki kegelapan. Ketika seorang laki-laki meletakkan segepok uang
sembari menyeringai, aku belajar sabar dalam kegelapan. Maka, aku
memaafkan diriku, ketika tubuhku dipertontonkan. Aku memaafkan
diriku, yang rela dicumbu demi mndapatka bayaran. Ak u memaafkan
diriku, atas tubuh yang kulacurkan demi menanggung hidup orang orang
yang ku cintai yang mengggantungkan sepenuhnya harapan”. (SAIA,
127).
pandangan Marxis, selama masih ada laki-laki yang mempunyai cukup uang
untuk membeli pelayanan seksual perempuan, dan selama masih ada perempuan
perempuan tersebut akan memilih untuk menjual tubuhnya untuk menghidupi diri,
menjadi lebih rendah dari pada laki-laki. Dalam teori ekonomi marxis yang
sebagai pemilik modal karena laki-laki yang lebih memiliki akses dalam ranah
63
Konsep Marxis atas dampak kapitalisme sebagai penyebab subordinasi
secara terpisah. Seseorang teralienasi jika mengalami hidup sebagai sesuatu yang
tidak bermakna, menganggap dirinya sendiri tidak berarti, atau tidak mampu
keutuhannya dalam empat cara, yaitu teralienasi dari produk kerjanya, teralienasi
dari dirinya sendiri, teralienasi dari manusia lainnya, dan teralienasi dari alam.
kerjanya, maka perempuan juga teralienasi dari produk yang dihasilkannya yaitu
dan berhias diri untuk menyenangkan dirinya, tapi pada kenyataannya adalah ia
Telanjang :
“Aku perlahan naik ke panggung dengan gerak kaki yang tenang tapi
mengundang. Daya pikat seorang penari telanjang dimulai dari
kemunculannya. Begitu aku mampu membuat puluhan mata itu terpesona
pada liukanku, selanjutnya tinggal memainkan rasa penasaran mereka.
64
Menggoda imajinasi mereka. Saat itulah mereka menjadi sekawanan
serigala dengan mata tak sabar ingin menyerang. Setiap liukan menjadi
pemandangan yang tak akan pernah dibiarkan lewat begitu saja oleh mata
jalang.” (SAIA, 122)
memberikan penghargaan atas kerja kerasnya. Ia akan mendapat upah atas tubuh
dari tubuhnya, karena apa yang dilakukannya bukan karena keinginannya. Tapi
kasus ini perempuan menukar tubuhnya dengan uang dari orang-orang yang
berkuasa.
65
lawan – lawan politiknya sudah bisa mengendus hubungannya dengan
Nay.” Ini terlalu beresiko,”katanya. Ia memintaku untuk mengoordinasi
gerakan razia ke tempat-tempat maksiat. Ia sudah menghubungi beberapa
organisasi yang siap bergerak, asal bayarannya cocok.” (SAIA, 131)
Keterasingan diri perempuan juga terdapat dalam cerpen Dan Lalu. Cerpen
ini menceritakan tentang keluarga yang jauh dari kesan harmonis. Berikut kutipan
dalam cerpen:
“Tak ada yang lebih kelam daripada dendam seorang anak kepada
orangtuanya. Tapi tak ada yang lebih kejam daripada dendam seorang
anak yang dilampiaskan kepada keturunannya.
Dan tak ada yang lebih seram dari pada dendam seorang anak kepada
orangtuanya yang dilampiaskan kepada keturunannya, yang
menyebabkan sang korban menghukum dirinya.(SAIA,14)
orangtuanya. Peran orangtua yang seharusnya mendidik dan merawat anak tidak
kekuasaan dan pertukaran, Ibu Lalu harus menikah untuk menutupi utang
66
orangtuanya. Pernikahan ibu Lalu sebagai bentuk pertukaran atas kebutuhan
lampiaskan kepada anaknya. Hal inilah yang menyebabkan sang anak kehilangan
“Kita dilahirkan ini bukan untuk merdeka! Kalau iya, dari awal kita bisa
nentuin mau dilahirkan atau enggak. Nah, ini, milih dilahirin siapa aja
kita gak mampu. Mati dengan cara apa nantinya pun kita gak pernah tau,
masih juga ngomongin bahagia. Merdeka. Taik!”(SAIA, 14)
sendiri. Sang anak menjadi kehilangan kepercayaan terhadap dirinya sendiri akan
keberadaannya. Sebagai akhir dari eksistensi sang anak adalah dengan kematian
“Eh, sadar gak kamu berapa sering waktu lagi enak-enak tidur kita harus
bangun kencing? Kita semua terperangkap di dalam tubuh brengsek ini.
Kalo mau merdeka, ya mesti mati!
Dan terkesiap. Seketika ia merasa siap. Lalu memang seharusnya mati.
Jika tidak, tak akan pernah ada kata “Dan” dalam kamus hidupnya nanti.
Kalimat itu membuat dan ngeri. Serta –merta dibenturkannya kepala Lalu
ke arah tembok berkali-kali. Warna merah merona pada tembok yang
semula pasi. Dan pun segera menyadari Lalu mati, saat darahnya
mengalir di wajah Dan sendiri.
Dan lalu, tak ada lagi kemudian. Yang tinggal hanya pertanyaan. Apakah
kematian adalah kekalahan atau kemenangan. Memenjarakan atau
memerdekakan.”(SAIA,15)
67
ranah publik, karena ia bisa bekerja sebagaimana laki-laki bekerja untuk
teralienasi dari manusia lainnya, dalam artian para pekerja akan memandang satu
dorong-dorongan agar bisa tepat waktu. Hal ini disebabkan karena para pekerja
harus beradaptasi untuk memenuhi tuntutan pekerjaan tertentu. Dengan kata lain,
pekerja dibentuk oleh lingkungan pekerjaan. Para pekerja harus tunduk pada
Dari kutipan ini dapat kita lihat bahwa eksistensi Nayla sebagai seorang
pekerja terputus karena adanya pemecatan. Hal ini kemudian membuat Nayla
68
sendiri. Nayla memandang hidupnya sebagai sesuatu yang tidak bermakna.
hari. Kondisi ini semakin membuat Nayla menganggap dirinya tidak berarti dan
B. Pembahasan
SAIA karya Djenar Maesa ayu serta dampak kapitalisme terhadap eksistensi
hubungan pertukaran atau hubungan kekuasaan. Oleh karena itu, hasil dan temuan
69
1. Kedudukan perempuan dalam kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa
Ayu.
Dari analisis cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu, hasil yang ditemukan
adalah kedudukan perempuan dalam keluarga sebagai istri merupakan posisi yang
istri harus tunduk dan patuh pada suami. Perempuan menghabiskan seluruh
dari suaminya. Sedangkan kedudukan suami sebagai kepala rumah tangga yang
70
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Eva
kumpulan Cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu: Tinjauan Sastra Feminis dan
Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”, dengan fokus analisis pada
Dalam cerpen Dan Lalu, kedudukan perempuan sebagai istri berada dalam
lebih mementingkan istri keempatnya yang sedang hamil dan hanya memberikan
Hal ini juga digambarkan dalam cerpen Dewi Sialan. Sebagai seorang istri,
tokoh Saya dalam cerpen Dewi Sialan menunjukkan adanya pembagian kerja
berdasarkan gender. Seorang istri hanya bekerja pada wilayah domestik atau
alienasi.
terpisah. Seseorang teralienasi jika mengalami hidup sebagai sesuatu yang tidak
71
bermakna, menganggap dirinya sendiri tidak berarti, atau tidak mampu
perempuan dalam cerpen mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya
Tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa Ayu
istri ataupun sebagai anak cenderung mendapat perlakuan tidak adil dari laki-laki.
Ketika perempuan mencoba mengambil peran dalam lingkup publik pun tidak
karena perempuan tidak bisa terlepas dari tugas domestiknya, sehingga ketika
perempuan bekerja di luar rumah maka pekerjaannya akan bertambah. Kondisi ini
termasuk dalam salah satu bentuk ketidakadilan gender, Double Bunker (beban
ganda) yaitu salah satu jenis kelamin mendapat pekerjaan lebih banyak dari jenis
kelamin lainnya.
eksistensinya sebagai wanita karir. Tapi disisi lain, Nayla juga adalah seorang istri
72
Situasi ini menunjukkan bahwa ketika perempuan memutuskan untuk bekerja
ganda perempuan yang harus bekerja dalam ranah domestik dan ranah publik. Hal
ini dialami oleh Nayla. Sebagai seorang istri yang harus menunggu suaminya,
dianggap hanya akan merugikan perusahaan dan lebih baik mengutamakan urusan
perempuan lebih pantas bekerja dalam ranah domestik yang identik dengan sifat
lainnya.
73
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dari pembahasan pada uraian bab IV, penulis menarik
kesimpulan yaitu:
Ayu dapat dibagi menjadi dua yaitu perempuan sebagai ibu rumah tangga dan
dipandang secara terpisah. Dalam kumpulan cerpen SAIA karya Djenar Maesa
Ayu, alienasi yang dialami oleh tokoh perempuan terbagi tiga yaitu,
teralienasi dari produk kerja, teralienasi dari diri sendiri, dan teralienasi dari
orang lain.
B. Saran
74
2. Bagi pembaca, hendaknya dapat memahami makna yang terkandung dalam
75
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Fajar 2013. Berbagi Pandangan Mengenai Gender dan Feminis. (On
Line). (http://www.portal.FISIP-unmul.ac.id/pdf diakses 9 September
2015)
Angkasa.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta :
Kencana.
76
Sugihastuti. 2010. Gender dan Inferioritas Perempuan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Wiyatmi. 2013. Kritik Sastra Feminis : Teori dan Aplikasinya dalam Sastra
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
77
RIWAYAT HIDUP
Bontomatene dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama pula penulis
Kepulauan Selayar dengan memilih jurusan IPA dan tamat pada tahun 2010.
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra dengan program studi Bahasa dan Sastra
Indonesia.
78
MAKNA PUISI WIJI THUKUL DALAM FILM “ISTIRAHATLAH
SAUSSURE
SKRIPSI
Oleh:
Adi Ari Hamzah
NIM: 211015036
Pembimbing::
Dr. Iswahyudi, M.Ag
NIP. 197903072003121003
1
ABSTRAK
Adi Ari Hamzah, 2019, Makna Puisi Wiji Thukul Dalam Film “Istirahatlah
KataKata” Dengan Pendekatan Semiotika Ferdinand De Saussure, Skripsi.
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuludin Adan dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, Pembimbing Dr. Iswahyudi, M. Ag.
2
3
4
5
6
DAFTAR ISI
7
2. Struktur Puisi ...................................................................................... 21
a. Tema ............................................................................................... 21
b. Perasaan (feeling) ........................................................................... 22
c. Nada dan Suasana ........................................................................... 22
d. Amanat (pesan) .............................................................................. 23
B. FILM ......................................................................................................... 24
1. Pengertian Film ................................................................................... 24
2. Jenis-jenis Film ................................................................................... 26
a. Film Dokumenter............................................................................ 26
b. Film Fiksi ....................................................................................... 28
1) Cerita dan Plot ........................................................................... 29
2) Hubungan Naratif dengan Ruang .............................................. 30
3) Hubungan Naratif dengan Waktu.............................................. 30
4) Batasan Informasi Cerita ........................................................... 31
C. TEORI SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE ............................ 31
1. Pengertian dan Macam-macam Semiotika.......................................... 33
2. Posisi Semiotika (Semiotikan dan Semiologi) .................................... 33
3. Dasar-dasar Semiologi …………………. .......................................... 35
a. Signifient dan Signified ………….. ............................................... 35
b. Langue dan Parole …………… ..................................................... 37
c. Singkronik dan Diakronik …… ..................................................... 38
d. Sintagmatik dan Paradigmatik ....................................................... 38
e. Elemen-elemen De Saussure .......................................................... 39
BAB III PUISIS WIJI TUKUL DALAM FILM ISTIRAHATLAH KATA-KATA
A. Biografi Wiji Thukul ................................................................................. 43
B. Film Istirahatlah Kata-Kata ....................................................................... 46
1. Alur Cerita Film Wiji Thukul ............................................................... 47
2. Pemeran Film Istirahatlah Kata-Kata .................................................... 49
a. Gunawan Maryanto........................................................................... 49
b. Marissa Anita .................................................................................... 49
c. Melanie Subono ................................................................................ 50
8
3. Penghargaan Film Istirahatlah Kata-kata .............................................. 50
a. Penghargaan Film Internasional ....................................................... 50
b. Film Non Bioskop Terbaik ............................................................... 50
c. Sutradara Terbaik .............................................................................. 51
d. Pemeran Utama Laki-laki Terbaik ................................................... 51
C. Puisi Wiji Thukul .......................................................................................52
1. Puisi Istirahatlah Kata-kata ....................................................................52
2. Puisi Tanpa Judul ...................................................................................54
BAB IV MAKNA PUISI WIJI THUKUL DALAM FILM ISTIRAHATLAH
KATA-KATA DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA FERDINAND DE
SAUSURE
A. Struktur Puisi Wiji Thukul Dalam Film Istirahatlah Kata-kata ................ 55
1. Puisi Istirahatlah Kata-kata ................................................................. 57
a. Tema Puisi Istirahatlah Kata-kata .................................................. 57
b. Perasaan (feeling) Puisi Istirahatlah Kata-kata............................... 57
c. Nada dan Suasana Puisi Istirahatlah Kata-kata .............................. 57
d. Amanat (Pesan) Puisi Istirahatlah Kata-kata .................................. 58
1) Bait Pertama Perenungan Terhadap Ketidakadilan Sosial ..... 58
2) Bait Kedua Evaluasi dan Strategi Gerakan ............................. 59
3) Bait Ketiga Bergerak dan Menghimpun Kekuatan ................. 60
2. Puisi Tanpa Judul ................................................................................ 61
a. Tema Puisi Tanpa Judul ................................................................. 61
b. Perasaan (feeling) Puisi Tanpa Judul ............................................. 61
c. Nada dan Suasana Puisi Tanpa Judul ............................................. 61
d. Amanat (Pesan) Puisi Tanpa Judul ................................................ 62
1) Bait Pertama Ketidakadilan Sosial ......................................... 63
2) Bait Kedua Penindasan Terhadap Rakyat ............................... 63
3) Bait Ketiga Intimidasi Terhadap Masyarakat ......................... 64
B. Analisis Makna Puisi Wiji Thukul ............................................................ 65
1. Perlawanan Atas Tindakan Orde Baru ................................................ 65
2. Ketidakadilan Sosial ........................................................................... 67
9
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 71
B. SARAN ..................................................................................................... 73
C. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 74
D. BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 76
10
BAB I
PENDAHULUAN
Hal tersebut yang menjadi titik dasar perbedaan antara puisi dengan prosa. Dalam
menikmati atau membaca sebuah puisi tidak jarang ditemukan analisis yang lebih
Di dalam sebuah puisi salah satu unsur yang penting adalah diksi. Diksi
merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan dalam penciptaan puisi.
Seorang penyair ketika menulis puisi tentu akan sangat memperhatikan diksiyang
akan dia gunakan karena dari diksi itulah makna dan maksud puisi akan dibingkai
dan pada akhirnya akan dinikmati oleh pembaca. Dalam memilih diksi dengan
tepat, penyair atau penulis puisi harus mengerti dan menguasai dengan baik
sebuah bahasa atau kata-kata dalam puisi yang disusun sedemikian rupa dapat
Makna yang dilukiskan dalam sebuah puisi berupa makna kias melalui
lambang dan kias melalui lambang dan kiasan. Oleh sebab itu pembaca puisi
1
Sukristi, Struktur Puisi Sajak Ibu Karya Wiji Thukul dan Implementasi dalam Pembelajaran
SMA Kelas X Semester 1 (Skripsi, Universitas Sanata Darma Yogjakarta, 2011),1.
11
baca. Saat ini puisi telah merambah pada banyak hal termasuk dalam dunia
pendidikan.
atau makna pada puisi itu sendiri. Mengartikan sebuah puisi memerlukan
penghayatan yang sangat dalam dan cermat. Hal itu disebabkan karena puisi
berbeda dengan prosa. Menganalisis puisi dapat dikatakan sebagai hal yang cukup
sulit karena didalam sebuah puisi mengandung makna yang tersirat yang
menuntut pembaca harus dapat menginterpretasikan bahasa didalam puisi agar dia
Didalam membahas sebuah puisi hal-hal yang dapat kita lakukan adalah
dengan menganalisis unsur-unsur yang sangat detail baik dari unsur struktur batin
Keuinikan puisi Wiji Tukul Pertama Puisi protes yang tertuang dalam
sesuatu yang apa adanya, terlebih lagi hal tersebut merupakan sesuatu yang
ketidakadilan itu. Sajak-sajaknya tidak ditujukan untuk penguasa saja, tetapi juga
2
Ibid., 1.
12
sebagai jalan keluar bagi orang-orang yang tertindas. Perasaan masyarakat yang
Wiji Thukul mampu membawa amanat atau keinginan rakyat. Di dalam negeri
Encourage Award yang pertama pada tahun 1991 bersama penyair W.S. Rendra
Kedua Puisi Wiji Thukul yang ditulis dengan bahasa yang sederhana dapat
dengan mudah dipahami oleh banyak orang. Oleh karena itu pembaca dapat
dan instrumen HAM yang lain, tetapi sadar atau tidak sadar, dia telah berjuang
dalam memajukan nilai kemanusiaan yang menjadi awal dan akhir dari kemajuan
intensitasnya dalam bidang seni berpuisi menjadikan sebagai figur yang sangat
Wiji Thukul saja, tetapi lebih pada karya sastra yang dihasilkannya. Pandangan ini
keras oleh banyak kalangan, terutama oleh pihak pemerintah. Banyak seniman di
masa Orde Baru tidak setuju pada sikap Wiji Thukul. Mereka mengganggap seni
13
tak bisa dicampuradukkan dengan politik. Seni untuk seni dan politik hanya
mengotori kesuciannya.3
aneh, absurd, janggal dan membingungkan antara golongan kaya dan miskin,
momok hiyong dan rakyat, saling menindas yang menjadi biasa di bumi
Indonesia. Pembaruan yang ditawarkan Wiji Thukul di sini adalah visinya pada
nasib kemanusiaan dan pantas dicatat dalam sejarah sastra Indonesia modern
akan sebuah masa silam yang kelam dan akibatnya masih kita rasakan hingga kini.
Sebuah rezim yang membawa banyak penderitaan fisik dan luka batin tidak saja
Keunggulan puisi dari Wiji Thukul dalam film Istirahatlah kata-kata tak
dalam puisinya. Thukul memang sosok manusia unik. Wiji Thukul orisinil,
cerdas, dan blak-blakan. Thukul sangat gila membaca, dari buku-buku loakan,
berpuisi, mengorganisir buruh dan petani. juga aktif berorganisasi. Ketika banyak
seniman koleganya masih gamang untuk terlibat dalam perjuangan politik, Thukul
berseru: seniman adalah korban dari sistem yang anti demokrasi, untuk itu
3
Hanata Oksinata, Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul
(Skripsi, Universitas Sebelas Maret 2010), 8.
4
Ibid,. 9.
14
seniman harus ikut merebut kemerdekaannya sendiri. Thukul tak jeri kendati
Indonesia bagi pemuda, melihat puisi yang disajikan Wiji Thukul mempunyai arti
yang membangun jiwa bangsa. Puisi yang terdapat di dalam film Istirahatlah
Kata-Kata merupakan salah satu puisi untuk merefleksikan para pemuda untuk
bagi penulis yang menjadi pembeda didalam karya-karya novel puisi lainya
merupakan isi puisi wiji thukul cenderung meyadarkan kaum buruh dan
bertemakan pemuda atau nasionalisme hari ini yang sedang populer di televisi
atau bioskop Indonesia. Pertama film diklaim sebagai cara yang menarik untuk
belajar sejarah negara Indonesia. Menjadi keluarga orang yang hilang Kasus ini
menurut pembaca amati sebagian besar cerita ini justru tidak banyak dipelajari
dalam materi pelajaran sejarah di sekolah. Kedua dengan film Istirahatlah kata-
kata ini penonton dari kalangan generasi muda diharapkan terpicu melakukan
gerakan positif untuk membela hak asasi manusia. Karena itulah film ini dibuat
Agar para penyair dapat membaca sejarah. Ketiga film menceritakan keluarga
yang ditinggal dan menjaga orang yang dicintai. Tentang kesepian saat berada
jauh dari keluarga dan sahabat. Dalam konteks yang lebih luas ini cara untuk
15
Penuh pengorbanan, penuh kehilangan. Film Istirahatlah kata-kata sudah tayang
Intenational Film Festival ke-69 di Swiss, dan Busan International Film Festival
ke-21.
ada dalam Film tersebut sebagai referensi pengamalan isi puisi. Dengan
pendekatan analisis semiologi, peneliti ingin menggali tanda yang ada dalam
kehidupan manusia melalui film tersebut serta makna dibalik tanda tersebut.
Indonesia, baik dalam skala kecil, sedang bahkan sampai besar, masih menjadi
rasa sakit untuk keluarga dan sahabat perjuanganya. Sebagai pemuda yang suka
dengan puisi-puisi dan karya Wiji Thukul tentang kritik dan kekuatan kata
tersebut merasa tergugah untuk menghidupkan kembali rasa jiwa dan semangat
menggetarkann yali Orde Baru. Istrinya Sipon (Marissa Anita) serta anaknya
geriknya diawasi. Wiji pun melarikan diri Ke Pontianak selama delapan bulan
ditemukan.
16
Dalam film tersebut, dengan pendekatan Semiologi berusaha menggali
makna-makna penting yang ada dalam film tersebut sebagai referensi makna puisi
tanda-tanda pesan yang ada dalam kehidupan manusia melalui film tersebut serta
personal, tentang semiotika dan teori semiologis, serta penerapan teori-teori ini
pada media massa, budaya populer, seni, dan budaya pada umumnya.6
realitas, selalu masuk ke makna, tidak berhenti pada fakta. Semiotika penting
untuk dipahami karena membantu kita untuk tidak mencerna realitas sebagaimana
manusia. Kita hidup di dunia tanda dan kita tidak akan dapat memahaminya
kecuali dengan cara membongkar realitas tanda tersebut sehingga terungkap apa
yang ada dibaliknya karena informasi atau makna sesuatu tidak tampak begitu saja
dalam realitas.
B. Rumusan Masalah
berikut yaitu:
5
http:/www.setara.institute.org/en/category/galleries/indicators (diaksespada13 Februari2018), 2.
6
Richard Harland, Superstrukturalis (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 174.
17
1. Bagaimana Struktur Puisi Wiji Thukul dalam film “Istirahatlah Kata-
Kata”?
Kata”?
C. Tujuan Penelitian
bertujuan untuk:
Kata”.
Kata”.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: Pertama, manfaat teoritis
ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta sebagai tambahan referensi bahan
pustaka, khususnya penelitian tentang film, sastra, puisi dan juga semiotika.
Kedua, manfaat praktis hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat
menjadi jawaban untuk aktivis puisi khususnya penyair dan seniman secara umum
E. Telaah Pustaka
Dalam film Istirahatlah Kata-Kata belum ada yang meneliti karena film
baru dibuat pada tahun 2016 dan tayang di Indonesia pada tahun 2017. Film
Istirahatlah Kata-Kata ini baru pertama kali sebagai bahan penelitian untuk
18
dijadikan bahan Skripsi. Sebelumnya ada beberapa mahasiswa yang membuat
penelitian namun tentang Karya Puisi Wiji Thukul untuk dijadikan sebagai bahan
Skripsi.
masa Orde Baru dalam Kumpulan Puisi Nyayian Akar Rumput Karya Wiji Thukul
sekolah Jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan keguruan (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) 2015. Hasil
penelitian skripsi ini yakni melalui kata-kata yang ada dalam puisi kemudian
melihat kontek Orde Baru untuk pembuatan puisi. Wiji Thukul secara singkat
memperjuangakan rakyat buruh. Perbedaan skripsi ini dengan yang akan saya
teliti terletak pada studi Deskriptif Kualitatif yang digunakan oleh pembuat skripsi
kualitatif, selain itu objek dan teori Semiotika yang digunakan juga berbeda.7
Sanata Darma Yogjakarta 2011, Struktur puisi “SAJAK IBU” Karya Wiji Thukul
Hasil analisis Skripsi ini lebih pada penelitian struktural kesatu strukturfisik.
Diksi dalam puisi Sajak Ibu menggunakan bahasa sehari-hari dan sudah diberi
makna khusus oleh penyair sehingga pembaca menjadi lebih mudah memahami
isi puisi, kata–kata yang mendukung puisi tersebut adalah kata-kata yang memiliki
7
Dimas Albiyan Yudha Nurhakiki. Buruh Indonesia Pada Masa Orde Barudalam Kumpulan Puisi
Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di Sekolah Jurusan Bahasa dan Sastra Indunesia Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (Universitas Islam Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 ), 1-2.
19
makna menambah variasi kata dalam puisi ”Sajak Ibu”. Perbedaannya adalah
Skripsi ini lebih pada penggalian data dilapangan sedangkan pembahasan saya
Surakarta, Universitas Sebelas Maret 2010. Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi
Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul (Kajian Resepsi Sastra). Penelitian
Skripsi kritik social ini disampaikan pengarang secara implisit, yakni melalui
secara eksplisit, yakni dengan memahami isi atau makna totalitas dari cerpen
tersebut. Perbedaannya adalah Skripsi ini lebih kepada kritiknya terhadapat karya
luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati unsur budaya yang
terbukti bahwa peran yang dimainkan oleh film dalam memenuhi kebutuhan
8
Sukristi, Struktur Puisi Sajak Ibu Karya Wiji Thukul dan Implementasi dalam Pembelajaran
SMA Kelas X Semester 1 (Skripsi, Universitas Sanata Darma Yogjakarta, 2011), 1.
9
Hanata Oksinata. Kritik Social dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul
(Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010), vi.
10
Yoyon Mudjiono “Kajian semiotika dalam film”, diakses dari
https://www.google.co.id/search?client=ucwebb&channel=sb&q=jurnal+tentang+film+pdf&oq=ju
rnal+tentang+film&aqs=mobile-gws-lite.1.0I5 diakses pada tanggal 14 Februari 2018, pukul
20.16.
20
F. Metodologi Penelitian
kualitatif adalah metodologi penelitian berdasarkan pada data dan sumber data,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti
kualitatif dengan salah satu ciri pokoknya adalah peneliti sebagai alat penelitian.
Khususnya analisis data dari ciri khasnya sudah dimulai sejak awal pengumpulan
data.11
Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpulan data. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
a. Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan
11
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2015), 15.
12
Ibid,. 308.
21
b. Data Sekunder
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
a. Metode observasi
perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu
dan keadaan tertentu. Dalam penelitian ini menggunkan penelitian non pertisipatif
(pasif) yakni dalam melakukan pengamatan peneliti tidak terlibat secara aktif.
Artinya peneliti tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan subjek penelitian dan tidak
13
Ibid., 308.
22
sosial yang mereka ciptakan, baik dengan sesama subjek penelitian maupun
b. Metode dokumentasi
sumber tertulis, seperti arsip, dokumen resmi, buku, tulisan-tulisan pada situs
semiologi dan menganalisis makna puisi yang terdapat dalam film (Istirahatlah
hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar
14
Djunaidi Ghony, Metode penelitian kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 165.
15
Hamidi, Metodologi Penelitian Kualitati (Malang: UMM Press, 2004), 72.
16
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006), 239.
23
data dalam proses ini dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber. Selanjutnya ialah mereduksi data, lalu dilakukan penafsiran data atau
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang kan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceitakan kepada orang lain.17
semiotika model Ferdinand de Saussure. Bagi Saussure ciri utama tanda bahasa
adalah tidak dapat dicari pada wicara, tetapi dalam hubungannya dengan unsur-
perannya dan aturan mainnya). Berasal dari bahasa yunani „semion‟ yang berarti
sebagainya. Salah satu area yang paling penting dalam semiotika Ferdinand de
Saussure dalam studinya adalah tentang Sign (tanda), Signifier (yang menandai),
17
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2015), 334.
18
Richard Harland, Superstrukturalis (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 182.
19
https://pakarkomunikasi.com/teori-semiologi-ferdinand-de-saussure (diakses pada 19 Februari
2018 ). 1.
24
Selanjutnya yang menjadi perhatian Saussure adalah konsep tanda
adalah hubungan diantara mata rantai dalam suatu rangkaian ujaran. Hubungan ini
disebutin praesentia karena butir-butir yang dihubungkan itu ada bersama dalam
wicara. Suatu sintagma dapat berupa satuan berurutan apa saja yang jelas batasan
rangkaian ujaran biasanya orang teringat pada satuan bahasa lain karena kesatuan
itu berupa atau berbeda (sinonim atau antonim) dari yang lain dalam bentuk dan
struktur urutannya jelas, mana subjek, mana objek, mana predikatnya. Jadi
G. Sistematika Pembahasan
sistematis sehingga penjabaran yang ada dapat dipahami dengan baik, maka
penulis membagi pembahasan menjadi lima bab, dan masing-masing bab terbagi
20
Richard Harland, Superstrukturalis (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 174.
21
Ibid., 186.
25
Bab I, Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang
Puisi, Jenis-Jenis Puisi, Konsep Makna Puisi, Pengertian Film, Jenis-Jenis Film,
Kata).
Bab ini berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dalam pokok permasalahan
dan saran-saran.
26
BAB II
A. Puisi
1. Pengertian puisi
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa puisi adalah ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.22
terikat. Keterbatasan puisi tersebut berdasarkan keterikatan atas (1) Banyak baris
dalam tiap bait, (2) Banyak kata dalam tiap baris (3) Banyak Suku kata dalam tiap
baris,(4) Rima, dan (5) Irama.23 Apabila dilihat dari pengertian di atas, maka
pengertian tersebut sudah tidak cocok lagi dengan wujud puisi zaman
27
atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembantu”, karena lewat puisi pada
bahwa puisi merupakan rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.
perhatikan bahwa kata poeisis secara etimologi tidak lain artinya dari pada hanya
“pembuatan” saja, tidak khas untuk seni) dapat pula di berikan sebagai
berangsur-angsur. Baik dalam dunia klasik dengan karya seni sebagai bentuk
puisi memiliki ciri tersendiri yakni kemampuanya mengungkap lebih intensif dan
banyak ketimbang kemampuan yang dimiliki oleh bahasa biasa yang cenderung
bersifat jelas dan tidak mengandung dimensi ambigu.Hari ini Jakarta berawan
24
Aminudin, pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: Sinar baru Algesindo, 2004), Cet,V,
134.
25
Pradopo,Pengkajian Puisi, 6-7.
26
A. Teeuw, Sastra dan ilmu sastra, Pengantar Teori Sastra (Jakarta Pusat: PT Dunia Pusaka
Jaya, 1984), Cet.1,158.
28
harga kebutuhan pokok menjelang puasa naik kereta Argo Lawu jurusan Solo-
yang terpenting dari puisi adalah puitis. Sesuatu disebut puitis bila hal itu
Secara umum bila hal menimbulkan keharuan disebut puitis. Dalam hal ini puitik
bukanlah referensi, acuan diluar ungkapan bahasa itu yang terpenting, tetapi kata-
kata, pemakaian bahasa itu sendiri yang menjadi pusat perhatian itu walaupun
asonansi,29 aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi, dengan pemilihan
bahasa dan sebagainya.30 Diantara kemungkinan cara yang disediakan oleh sistem
bahasa, dalam bahasa puitik dipilih kemungkinan yang dari segi tertentu
tetapi pula dalam skema mantra seperti dalam kidung dan kekawin, yang
27
Siswanto, Metode penelitian Sastra, Analisis Struktur Puisi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
23-24.
28
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu, 74.
29
Aliterasi adalah ulangan bunyi konsonan yang biasanya terdapat awalan Kata yang berurutan
untuk mencapai efek keindahan bunyi, sedangkanAsonansi adalah ulangan bunyi vocal yang
berurutan, runtun vocal.Lihat: Abdul Rozak Zaidan, Kamus Istilah Sastra (Jakarta: Balai
Pustaka,2004), 26&36.
30
Pradopo, Pengajian Puisi, 13.
29
mempunyai kesejajaran, antara larik dengan larik, antara pupuh dengan pupuh dan
oleh cipta, rasa dan karsa ini dekat pengertiannya dengan kebijaksanaan, kearifan,
mengarah pada tujuan manusia hidup didunia. Demikian pula dengan penelitian
jenis sastra seperti puisi misalnya, pokoknya diambil dari teori yang
(utile dan dulce) sebagai tujuan dari fungsi karya sastra, tetap merupakan tolak
ukur sastra.33 Nilai-nilai itu munculkan hikmah-hikmah yang dalam dari suatu
Nilai puisi tersebut juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka
31
A.Teeuw, Sastra dan ilmu, 76-77.
32
Pradopo, Pengajian Puisi, 10.
33
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu, 8.
34
Aminudin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, 197.
30
2. Struktur puisi
hendak disampaikan penyair. LA. Ricard menyebut makna atau struktur batin itu
dengan istilah hakikat puisi, ada empat unsur hakikat puisi, yakni, tema (sense),
perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone). Dan
amanat (intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa
penyair.
a. Tema
Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair,
sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan kuat itu berupa
hubunganya antara penyair dengan tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan. Jika
desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema
maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau hati yang
kuat juga dapat melahirkan tema cinta, atau tema kedukaan hati karena cinta.
tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas,
obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan
(penyair), tetapi obyektif (bagi semua penafsir) dan lugas (tidak dibuat-buat).35
35
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta: Erlangga,1997), 106.
31
b. Perasaan (feeling)
dihayati pembaca. Tema yang sama akan dituturkan perasaan penyair secara
berbeda, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Menghadapi tema
Apabila ada seseorang bicara, kita menangkap apa yang dibicarakan dan
hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini
disebut nada puisi. Sering kali puisi bernada santai karena penyair bersikap santai
kepada pembaca. Hal ini dapat kita jumpai dalam puisi-puisi mbeling. Jika nada
merupakan sikap penyair kepada pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat
psikologis yang ditimbulkan itu terhadap pembaca. Sikap pencipta yang dapat kita
tangkap dari sajak, cerita atau drama disebut nada. Jika kita bicara tentang sikap
penyair, maka kita berbicara tentang nada.38 Nada duka yang diciptakan penyair
dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair,
36
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, 121.
37
S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-Percetakan Arnoldus,
Cet. II, 1974), 88.
38
Ibid., 89.
32
dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religious
d. Amanat (pesan)
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita
memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang
dalam empat orientasi. Pertama karya sastra sebagai tiruan alam atau
penggambaran alam. Kedua karya sastra sebagai media untuk mencapai tujuan
suatu sistem tanda yang menyimpan makna, maka ia akan memiliki kemampuan
Max Havelar (Multatuli), Uncle tom Cabin (Beecher Stower), dan sajak-sajak
bangsa india dari penjajahan inggris dan Uncle Tom Rabin menginspirasi gerakan
39
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, 125.
40
Ibid., 130.
33
anti perbudakan di Amerika Serikat. Dapat disebut juga sajak-sajak cinta tanah
air Mohammad Tamin dan Ki Hajar Dewantara yang ikut memupuk rasa
masyarkat.
B. Film
1. Pengertian Film
1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang
umum memberikan penjelasan yang berbeda, yaitu film adalah gambar hidup.
Penjelasan ini sama dengan pendapat Horntby, yang menganggap film adalah
motion picture.43
film dan sinema. Films berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya,
semisal sosial politik dan kebudayaan. Di Yunani film dikenal dengan istilah
41
MH Abrams, A Glossary Of Literary Lamps, Holt Rinehart and Winston (New York, first
edition, 1981), 39
42
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor: GhaliaIndonesia, 2015), 91.
43
Sri Purnawati, Teknik Pembuatan Film (Surabaya: Iranti Mitra Utama,2009), 3.
34
bersaudara). Cinemathophie secara harfiah berarti cinema (gerak), tho atau phytos
adalah cahaya, sedangkan graphie berarti tulisan atau gambar. Jadi, yang
berasal dari bahasa Inggris, yaitu movies. Berasal dari kata move, artinya gambar
gambar bergerak (motion pictures) yang di proyeksikan, saat itu kamera adalah
kenyataan yang ada dari budaya modern. Secara cerdas, Lumiere menamakan
bergerak) dan graphien (to write ataumenulis). To write in motion adalah istilah
yang merujuk pada sifat peralatan itu sendiri dan sebuah pengandaian yang
membandingkan penggunaan peralatan tersebut untuk menulis. Saat ini ada tiga
istilah yang menonjol dalam bahasa Inggris, yaitu film, cinema, dan movie.45
Film merupakan penemuan teknologi yang baru muncul pada akhir abad
kesembilan belas, tetapi secara fungsi dan isi film tidaklah terlalu baru. Film
menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan ataupun sajian teknis
“penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan
44
Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, 91.
45
Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di
Indonesia Kontemporer, 190.
35
menikmati waktu yang senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota
keluarga.46
2. Jenis-Jenis Film
Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter dan
fiksi. Pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya, yakni naratif (cerita) dan
a. Film Dokumenter
Film dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Lumiere bersaudara yang dibuat sekitar tahun 1890-an dan berkisah tentang
kembali digunakan oleh kreator film dan kritikus film asal Inggris John Grierson
untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat bahwa
realitas.47
Kunci utama dari film dokumenter adalah terkait penyajian data. Film
dokumenter berhubungan dengan orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata,
bukan suatu peristiwa atau kejadian yang di buat. Film dokumenter dapat
digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan, seperti informasi atau berita,
sebagainya.
metode. Pertama, film dokumenter dapat merekam secara langsung pada saat
46
Dennis McQuail, Mass Communication Theory, Second Edition (Jakarta: Erlangga, 1996), 13.
47
Heru Effendy, Mari Membuat Film (Jakarta: Erlangga, 2009), 3.
36
peristiwa tersebut terjadi. Produksi film dokumenter jenis ini dapat dibuat dalam
yang akan diangkat dalam film. Kedua, film dokumenter dapat merekonstruksi
ulang sebuah peristiwa yang pernah terjadi. Produksi film dokumenter jenis ini
namun tetap saja kreator film tidak dapat mengontrol akting serta pergerakan para
pemainnya. Film ini juga berisi wawancara yang menjelaskan secara rinci sebuah
peristiwa serta apa yang mereka pikirkan dan rasakan pada saat itu.
dapat di dramatisir, maka film dokumenter akan mempunyai daya tarik. Raymond
kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik, dan dilihat dari
isinya”.48
serta otentitas terhadap peristiwa yang akan direkam. Umumnya film dokumenter
memiliki bentuk sederhana dan jarang menggunakan efek visual. Selain itu,
penggunaan efek suara serta ilustrasi musik juga jarang digunakan. Dalam
48
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003), 214-125.
37
memberikan informasi pada penontonnya, film dokumenter sering menggunakan
interview (wawancara).
tetapi terdapat perbedaan yang mendasar, yakni para kreator film fiksi umumnya
kreator film dokumenter lebih terfokus untuk mendukung subyeknya (isi atau
tema).49
b. Film Fiksi
Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari
sisi cerita, film fiksi sering menggunakan rekaan dai luar kejadian nyata dan
memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Dari struktur
Film cerita atau fiksi adalah film yang dibuat berdasarkan kisah fiktif.
Film fiksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu film cerita pendek dan film
panjang. Perbedaan yang paling spesifik dari keduanya adalah masalah durasi
film. Film cerita pendek berdurasi di bawah 60 menit, sedangkan film cerita
panjang pada umumnya berdurasi 90-120 menit atau lebih.51 Cerita dalam jenis
penutupan, serta pola pengembangan yang jelas. Dalam proses produksinya, film
fiksi relatif lebih kompleks dari pada dua jenis film lainnya, baik pada masa pra-
38
film fiksi melibatkan banyak kru yang sangat banyak. Persiapan teknis maupun
non teknis seperti lokasi syuting serta setting dipersiapkan secara matang, baik
Struktur dalam film fiksi selalu berupa narasi, yang dibuat dalam tiga
Skenario dapat berupa adaptasi dari novel, cerita pendek, atau cerita yang ditulis
produksi (editing) ketika semua bagian film yang pengambilan gambarnya tidak
Film fiksi berada di tengah-tengah dua kutub, nyata dan abstrak. Sering
dari kejadian nyata. Sedangkan di film abstrak, kreator film fiksi terkadang
menggunakan cerita dan latar abstrak dalam film-filmnya. Latar atau setting
Dalam unsur naratif ada beberapa bagian yang saling berhubungan, yaitu:
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang tersaji dalam film maupun tidak.55
Sebuah film dibangun atas alur cerita tertentu. Apakah alur maju ataukah alur
mundur (flash back). Alur cerita biasa apabila jalan cerita dalam film disusun
52
Pratista, Memahami Film, 6.
53
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), 134.
54
Ibid., 6-7.
55
Pratista, Memahami Film, 184.
39
berdasarkan waktu yang berurutan, sedangkan flash back adalah jika cerita
diawali dengan masa kini kemudian kembali ke masa lalu.56 Sedangkat plot
adalah rangkaian peristiwa dalam film yang di sajikan pada penonton secara
Hukum kausalitas merupakan dasar dari naratif yang terikat dalam sebuah
ruang. Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang. Ruang adalah
tempat di mana para pelaku cerita bergerak dan beraktifitas. Sebuah film
umumnya terjadi pada suatu tempat dengan dimensi ruang yang jelas. seperti di
lokasi yang sesungguhnya (nyata) atau dapat pula fiktif (rekaan). Film cerita pada
umumnya mengambil latar belakang lokasi yang nyata. Dalam sebuah adegan
pembuka sering kali diberi keterangan teks di mana cerita film tersebut diambil.
Hal tersebut dilakukan untuk memberi penjelasan kepada penonton saat menonton
sebuah film.58
yang terikat oleh waktu. Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur
waktu. Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif sebuah
56
Purnawati, Teknik Pembuatan Film, 11.
57
Pratista,Memahami Film, 190.
58
Ibid., 35.
59
Ibid., 36.
40
4) Batasan informasi cerita.
sebuah film. Seorang kreator film memiliki kontrol atau pilihan terhadap batasan
informasi cerita. Apakah saat ini penonton perlu mengetahui sebuah informasi
Sementara Saussure tidak puas dengan ini. Dia mengatakan bahwa perbandingan
semacam itu hanya menjawab dari mana satu bahasa berasal dan tidak menjawab
apa itu bahasa. Baginya yang terpenting adalah memahami sistem bahasa hari ini
Pada tahun 1978 ketika berussia 21 tahun (dua satu tahun sebelum
Karyanya yang berjudul Memoire sur le systeme primitive des voyelles dans les
60
Ibid., 39.
23
Richard Harland, Superstrukturalisme (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 174.
41
Indo-Eropa merupakan bukti cemerlangan itu dan dalam usia semuda itu ia sudah
dianggap tokoh besar dalam bidang ini. Karya ini merupakan contoh yang sangat
bahwa vokal-vokal panjang berasal dari vocal pendek dan luncuran. Ia sampai
kepada rumusan itu dengan membuat analisis fonologis atas pola-pola morfologis
(Hipotesis ini dibuktikan kebenarannya ketika bahasa Hati ditemukan pada tahun
sumbangannya dalam linguistik umum (perlu kita catat bahwa ia termasyur karena
Sanserkerta, Gotik, dan Jerman Tinggi kuno serta linguistik komparatif Indo-
Eropa di Ecole Pratique des Hautes Etudes Universitas Paris Sejak ia berumur 24,
kemudian menjadi ahli linguitik besar seperti Meillet dan Grammon). Namun, ia
umum karena guru besar yang bersangkutan, yakni Joseph Wertheimer, berhenti
42
tahun 1913. Tiga seri kuliah yang diberi judul Cours de Linguistique Generale
harfiah terjemahan judul itu ialah Pelajaran Linguistik Umum, tetapi terjemahan
judul itu ialah pelajaran Linguistik Umum tetapi terjemahan yang wajar tentulah
Secara etimologis istilah semiotik berasal dari kata yunani semeion tang
berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar
yang lain.
sebagai tanda, mengartikan semiotik sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang
(the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu
sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna. Jika kita mengikuti
Charles S. Pierce, maka semiotika tidak lain dari pada sebuah nama lain bagi
62
Ferdinand de Saussure, Pengantar Linguistik Umum (Gadjah Mada Universitas Press,1988), 4.
43
sementara bagi Ferdinand de Saussure, Semiologi aalah sebuah ilmu umum
kepada ilmu tentang tanda-tanda (the science of signs) tanpa adanya perbedaan
menurut Hawkes adalah bahwa istilah semiologi lebih banyak dikenal di Eropa
dipakai oleh para penutur bahasa Inggris atau mereka yang mewarisi tradisi
Peircian.64
kita mengikuti Charles Morris seorang filsuf yang menaruh ilmu tentang tanda-
semiotika yang mengkaji “hubungan formal diantara disatu tanda dengan tanda-
63
Kris Budiman, Semiotika Visual Jalasutra Anggota KPAI (Yogyagkarta,September.2011),3.
64
Ibid., 3-4.
44
tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena hubungan-hubungan formal ini
yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksudkan dengan designate adalah makna
melatari tuturan.65
3. Dasar-dasar Semiologi
pembentuk tanda yang tidak bisa dipisahkan peranannya satu sama lain.
Signifiant, atau disebut juga signifier, merupakan hal-hal yang tertangkap oleh
pikiran kita seperti citra bunyi, gambaran visual, dan lain sebagainya.66
makna atau kesan yang ada dalam pikiran kita terhadap apa yang tertangkap.
Jika ditinjau dari segi linguistik yang merupakan dasar dari konsep
45
“pintu”. Pintu secara signifiant merupakan komponen dari kupulan huruf yaitu p-
i-n-t-u, sedangkan secara signifie dapat dipahami sebagai sesuatu ruang yang
mengubungkan suatu ruang dengan ruang lain. Kombinasi dari Signifiant dan
signifie ini yang kemudian membentuk tanda atas “pintu”, bukan sekedar benda
Signified adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi
Signified adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan
apa yang ditulis atau dibaca. Sedangkan Signifier adalah aspek mental dari bahasa.
Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret kedua
unsur tadi tidak bisa dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi ini:
Signified dan Signifier. Suatu Signfied tanpa Signifier tidak berarti apa-apa.
signified. Signified dan signifier merupakan keatuan, seperti dua sisi dari sehelai
kertas.68
wenang. Arbirtrer karena setiap tanda memiliki referensi terhadap suatu objek
tanpa kita ketahui alasan ataupun latar belakangnya. Kita misalnya, tidak tahu
mengapa batu disebut batu, bukan air. Atau mengapa buah mangga, yang
bentuknya lonjong dan bulat, dinamai buah mangga dan bukan pisang.69
Kita tidak mempunyai alasan yang jelas dan pasti mengapa seekor
binatang berkaki empat yang dapat berlari kencang atau citra binatang itu dalam
68
Richard Harland, Superstrukturalis (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 175-178.
69
Muhammad Al-Fayyadl, Derida (Yogyakarta: Lkis, 2005), 36.
46
pikiran kita (yang disebut konsep) kita sebut dengan istilah kuda, padahal orang
suatu ilmu yang otonom, di mana fenomena bahasa dapat dianalisis dan dijelaskan
tanpa mendasarkan diri atas apa pun yang letaknya diluar bahasa. Dengan kata
lain, kita bisa melakukan analisis bahasa hanya dengan mengurai struktur-struktur
internal dalam bahasa secara objektif. Pada sistem tanda ini, kita melihat bahwa
Langue adalah sistem bahasa dan sistem abstrak yang digunakan secara
kolektif seolah disepakati bersama oleh semua pengguna bahasa, serta menjadi
adalah praktik berbahsa dalam bentuk ujaran individu dalam masyarakat pada satu
dan menjadi acuan masyarakat dalam berbahasa, dan juga berperan sebagai sistem
ucapan bahasa ini kemudian disebut sebagai parole. Parole satu individu dengan
individu lainya bisa saja berbeda-beda karena realisasi dan penerapannya bisa
70
Ibid., 37.
71
Richard Harland, Superstrukturalis (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 177.
72
https://pakarkomunikasi.com/teori-semiologi-ferdinand-de-saussure (diakses pada 19 Februari
2018), 1.
47
c. Sinkronik dan Diakronik
menghiraukan diakronik. Kedua istilah ini bersal dari bahasa Yunani kronos
(waktu) dan dua awalan syn- dan dia- masing-masing berarti “bersama” dan
“melalui”. Maka dari itu sinkronik dapat dijelaskan sebagai “bertepatan menurut
Bahasa dapat dipahami menurut dua sudut pandang itu: sinkronik dan
diakronik. Kita dapat menyelidiki suatu bahasa sebagai sistem yang berfungsi
pada saat yang tertentu (dan dengan demikian tidak memperhatikan bagaimana
bahasa itu telah berkembang sampai keadaan saat itu) dan kita dapat menyoroti
Dengan itu telah dibuka jalan untuk studi yang kemudian disebut struktural. Itu
diakronis.74
juga muncul dalam hubungan yang diberikan oleh bahasa pada setiap kata-kata di
73
Richard Harland, Superstrukturalis (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 185.
74
Ibid., 186.
48
dalamnya, yakni hubungan asosiatif atau bisa dikenal denga istilah paradigmatik
sintagmatik sebuah kata adalah hubungan yang dimilikinya dengan kata-kata yang
dapat berada di depannya atau dibelakanganya dalam sebuah kalimat, seperti yang
terdapat di antara kata “makan” dengan kata “saya dan “pisang”. Dan kata ini
Hubungan sintagmatik ini juga pada hubungan antara dua kata, dimana
kata yang pertama dapat muncul sebagai subjek bagi kata yang kedua, seperti
sehingga dapat terbentuk rangkaina kata yang bermakna. “dia makan” dan “sungai
mengalir”. Hubungan semacam ini tidak ada di antara kata “makan” dan
“mengalir”, sehingga kalau kita rangkai menjadi “makan mengalir”, maka kata-
kata ini tidak memiliki makna apa-apa atau kita tidak mengerti maknanya.
Demikian juga halnya jika kita buat kalimat “dia sungai”. Kalimat ini juga tidak
bermakna, karena tidak terdapat relasi sintagmatik antara kata “dia” dan kata
abjad orang-orang bisu dan tuli, upacara-upacara simbolik, bentuk sopan santun,
75
Ibid.,186-187.
49
pengembangan linguistik secara umum. Dalam teori Saussure memiliki dua unsur
yang tidak bisa dipisahkan, yakni Signifier (penanda), dan Signified (pertanda).
Hubungan antara Signifier (Penanda) dan Signified (pertanda) ini dibagi menjadi
tiga yaitu:
a. Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang
peraturan.
mekmaknai tanda:
Sign
Composed Of
sign) of meaning
melakukan pemilahan antara apa yang disebut Signifier (penanda) dan Signifier
(pertanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna
50
(aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulisan atau apa yang
konsep aspek metal dari bahasa. Hubungan tentang keberadaan fisik tanda dan
arbiter, artinya hubungan anatara wujud formal dan acuanya bersifat “semaunya”
manusia tidak bisa menjelaskan mengapa hewan berwujud anjing tidak dapat
disebut „Anjing‟ dalam suatu bahasa bukan „katak‟ misalnya, bahwa bunyi ucapan
„Anjing‟ itu pada hewan tertentu, hal itu terjadi karena masyarakat pemakai
(tanda) bahasa menyepakati demikian. Kesepakatan itu dapat saja tidak berlaku
dalam masyarakat (bahasa) yang lain yang telah memiliki kesepakatan sendiri.
51
BAB III
KATA
Puisi merupakan karya sastra yang terdiri dari kumpulan kata-kata yang
mengandung makna yang diciptakan oleh seseorang yang disebut penyair. Puisi
Puisi bersifat bebas tidak terikat dan dapat diaplikasikan dalam berbagai hal
lain sebagainya.
Puisi Istirahatlah Kata-Kata adalah salah satu bentuk karya sastra puisi
yang ditulis oleh penyair bernama Wiji Thukul. Meski ditulis pada tahun 1997,
namun hingga saat ini puisi tersebut masih dapat dinikmati dan dikenang
layar lebar. Dalam film Istirahatlah Kata-Kata terdapat dua puisi karya Wiji
terhadap ketidakadilan sosial yang dirasakan oleh Wiji Thukul pada masa orde
baru yang dipimpin oleh Presiden Repubik Indonesia yang kedu yakni Soeharto.
Film ini dibuat untuk mengingat kembali karya sosok penyair Wiji Thukul. Film
yang dilatar belakangi dari sebuah karya puisi di Indonesia masih terbilang jarang
dan bahkan belum pernah ada. Meskipun tidak pernah ditayangkan di bioskop,
namun film ini banyak mendapat apreasi dari banyak seniman di Indonesia.
52
A. Biografi Wiji Thukul
Wiji Widodo atau yang akrab disapa dengan Wiji Thukul lahir pada
dilahirkan dari keluarga tukang becak. Sebagai anak tertua dari tiga bersaudara
pada tahun 1979, lalu masuk Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMK I)
(1982).
53
76
Selanjutnya Wiji Thukul bekerja sebagai penjual koran, hingga pada suatu
antik menjadi tukang pelitur. Sebagai tukang pelitur, Wiji Thukul telah dikenal
sebagai penyair pelo (cadel) yang sering mendeklamasikan puisinya untuk teman-
teman sekerjanya.77
Wiji Thukul mulai menulis puisi sejak ia masih duduk di bangku Sekolah
Dasar, sedangkan ketertarikan pada dunia teater di mulai ketika dia duduk
dibangku SMP. Lewat seorang teman sekolahnya dia berhasil ikut sebuah
kelompok teater, yang bernama Teater Jagat (singkatan dari jagalan tengah).
Bersama dengan rekannya di Teater Jagat tersebut, dia keluar masuk kampung
untuk ngamen puisi dengan iringan berbagai instrument music seperti, rebana,
gong, suling, kantongan, gitar dan sebagainya. Ngamen seperti itu tidak hanya
dilakukannya di wilayah Solo, tetapi juga sampai ke daerah Jogja, Klaten hingga
Surabaya. Di tahun 1988 ia pernah menjadi wartawan masa kini, meski cuma tiga
bulan. Puisi-puisinya berhasil diterbitkan di media cetak baik dalam dan luar
Post, Merdeka, Inside Indonesia (Australia), Tanah Air (Belanda), dan juga di
Dibandingkan dengan yang dimuat dalam media cetak, masih ada banyak lagi
sajak-sajak Wiji Thukul yang tersebar dalam bentuk foto kopi, yang dibawa oleh
76
Wiji Thukul, Aku Ingin Jadi Peluru (Perpustakaan Nasional RI, Magelang. 2004), 221.
77
Ibid., 221.
44
teman-temannya dan orang-orang yang mengaguminnya. Selain menulis puisi,
Wiji Thukul menikah dengan seorang wanita bernama Dyah Sujirah atau
yang lebih dikenal dengan nama Sipon. Keduanya dikaruniai dua orang anak yang
bernama Fitri Nganti Wani dan Fajar Merah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup,
membuka usaha jahit pakaian, juga menerima pesanan sablonan kaos, tas, dan
menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis untuk anak-anak. Dia juga pernah
diterbitkan oleh Taman Budaya Surkarta (TBS) pada tahun 1992, ia juga pernah
diundang untuk membaca puisi oleh Goethe Institut di aula kedutaan Besar
ada di Jakarta.
tekstil tersebut. Wiji Thukul juga ikut bergabung dengan aksi perjuangan petani di
78
Ibid., 221.
79
Ibid., 222.
45
Ngawi (1994), ia juga pernah memimpin pemogokan buruh di PT Sritex (1995).
Hak petani dan hak buruh adalah hak asasi manusia yang harus dibela dan di
kritis, Wiji ikut terlibat memperjuangkan kebebasan hak warga sipil melalui aksi-
aksi yang dilakukan di jalanan yang ada di berbagai kota di Pulau Jawa.
diberikan oleh Wetheim Stiching di Negera Belanda. Bersama penyair lain W.S
Rendra, Wiji Thukul adalah salah satu penerima award pertama sejak yayasan itu
itu, pada tahun 2002 ia memperoleh Yap Thiam Hien Award yang ke-10 atas
menjadi salah satu korban dari “asap” politik Orde Baru yang sampai saat ini
berjuang. Yosep Anggi Noen, selaku sutradara dalam film ini, membebaskan diri
80
Ibid., 222-223.
81
Ibid., 223.
46
dari konsep film aksi yang kerap dipenuhi dengan drama dan romantisme
percintaan .82
Jika dibandingkan dengan film Gie (2005), yang menceritakan kisah Soe
Hok Gie, sebagai seorang aktivis China yang terlibat dalam keruntuhan masa orde
lama. Istirahatlah Kata-Kata tampak sebagai suatu Film yang tidak istimewa,
tidak dipenuhi dengan percakapan inspiratif untuk dapat dijadikan kutipan oleh
generasi milenial. Tidak ada kepentingan politik yang tersaji menegangkan, atau
antara Wiji Thukul dengan Sipon istrinya, hanya dihadirkan melalui sensualitas
Film ini dibuka dengan sebuah narasi yang menerangkan tentang awal
82
https://indonesiana.tempo.co/read/107112/2017/01/21/kgiaji/Istirahatlahkata-kata-wiji-thukul-
dalam-belunggu-kebebasan, 1.
83
Ibid., 2.
47
perundang-undangan, setelah adanya keputusan bahwa Negara hanya mengakui
1996, hingga terjadi kerusuhan. Dari Solo tempat tinggal Wiji Thukul dan Sipon,
menuju Pontianak dan Sungai Kapuas. Bersama seorang dosen bernama Thomas,
ternyata lebih menakutkan melarikan diri dan bersembunyi seperti ini dari pada
Film ini menggambarkan kondisi militer di era Orde Baru yang bersikap
kampung kecil dengan sepatu boots dan celana tentara itu tidak pernah jelas ke
mana tujuannya. Dia seperti orang yang sedikit memiliki gangguan jiwa dan suka
olehnya. Tokoh tentara yang menjadi pelanggan tukang cukur rambut Mahmoud
baru dengan nama Paul. Ketika sudah duduk dan siap dicukur oleh Mahmoud,
tentara harus didahulukan. Tentara ini dengan santai berkata bahwa merupakan
sebuah kehormatan dapat mecukur rambut tentara, maka semestinya tidak perlu
48
bersifat semena-mena kepada masyarakat. Bukan mengayomi rakyat kecil, tapi
Nuansa yang tergambar dalam film sangat sunyi. Film ini tidak banyak
menampilkan adegan dengan dialog panjang dan tempat yang berpindah pindah.
Mereka menyajikan gambaran film yang banyak mengandung makna dan arti dari
sebuah perjuangan di tengah kegaduhan yang terjadi suasana tak bisa bebas pergi
kemana saja karena telah diawasi pemerintahan. Dari Wiji Thukul yang dulu
mengucapkannya lewat puisi sudah dianggap subversive. Tidak hanya itu saja
a. Gunawan Maryanto
salah satu pemain dalam film Istirahatlah Kata Kata.84 Gunawan Maryanto
84
https://id.m.wikipedia.org./wiki/Gunawan_Maryanto, 1.
49
Gambar 2: Foto Film Istirahatlah Kata-Kata
b. Marissa Anita
1983. Dia adalah seorang Jurnalis, Presenter berita dan salah satu Aktris
Indonesia. Dia berperan menjadi Istri Wiji Thukul sebagai Sipon dalam
c. Melanie Subono
Istirahatlah Kata-Kata.86
85
https:/id.m.wikipedia.org/wiki/Marissa_Anita, 1.
86
https:/id.m.wikipedia.org/wiki/Melanie_Subono, 1.
50
Gambar 4: Foto Film Istirahatlah Kata-Kata
Busan International Film Festival pada tahun yang sama, dan menyusul
festival-festival lainnya.87
menang sebagai film non bioskop terbaik dalam ajang Apresiasi Film
lebih dari 60 menit yang bermuatan nilai budaya dan kearifan lokal atau
c. Sutradara Terbaik
87
https://www.brilio.net/film/5-prestasi-film-istirahatlah-kata-kata-ini, 1.
88
Ibid., 2.
51
Sutradara film Istirahatlah Kata-kata, Yosep Anggi Noen juga
tahun 2017.89
kategori pemeran aktor terbaik di ajang yang sama pada tahun 2017. Aktor
film lainnya. Film ini dinilai paling sederhana sekaligus unggul secara
Puisi-puisi Wiji Thukul adalah karya yang tercipta lewat realitas yang
89
Ibid., 3.
90
Ibid., 4.
91
Ibid., 5.
52
kemanusiaan. Sehingga kita dapat meneladani semangat perlawanan terhadap
tumbang. Hal yang paling jelas untuk menjawab situasi sosial adalah dengan jalan
menyerang sebuah kekuatan besar tanpa adanya basis kekuatan, strategi, serta
Semangat itu kemudian direfleksikan dalam sebuah karya berbentuk puisi yang
1. Istirahatlah Kata-Kata
Jangan menyembur-nyembur
Orang-orang bisu
53
Tidurlah, kata-kata
Menghimpun tuntutan-tuntutan
Bersama tindakan
Bikin perhitungan
Puisi “Tanpa Judul” yang tercipta dari situasi di tengah pelarian Wiji
spontanitas gagasan dari sebuah kabar yang berasal dari kampung halaman.
menulis puisi dengan tenang tanpa melihat kondisi dan situasi meski tengah
menjadi buronan. Ketidakadilan sosial yang terjadi tidak hanya pada masyarakat
tetapi keluarga dan buku-bukunya juga dirampas. Puisi ini cenderung mempunyai
kritik terhadap orde baru. Tiap kata dalam puisi Wiji Thukul menambah
92
https://www.youtube.com/watch?v=KZhcEYr2dp4&t=3410s. detik 06:34
54
solidaritas dan membangun kekuatan demi sebuah satu kesatuan untuk bersam.
2. Tanpa judul
Pada anak-anakku
93
Ibid, detik 36:22.
55
BAB IV
SAUSSURE
Pembahasan pada bab empat terkait dengan makna puisi yang terdapat
dalam Film Istirahatlah Kata Kata. Pendekatan yang dipakai adalah Ferdinand de
signification. Pendekatan tersebut untuk mencari makna dari puisi yang terdapat
dalam film. Puisi tersebut antara lain berjudul, “Istirahatlah Kata-Kata” dan puisi
keinginan, pengharapan dan pengungkapan. Begitu juga, setiap hal yang ingin
diungkapkan tidak secara gamblang oleh Wiji Thukul dalam kegelisah dan
Oleh sebab itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi obyektif (bagi semua
56
94
yang ikut diekspresikan dan ikut dihayati oleh pembaca. Tema yang sama akan
dituturkan lewat perasaan penyair secara berbeda, sehingga hasil puisi yang
menangkap apa yang dibicarakan dan suara ketika berbicara yang kadang-kadang
sikap penyair, maka berbicara tentang nada.97 Nada duka yang diciptakan penyair
dapat menimbulkan suasana iba hati bagi pembaca. Nada kritik yang diberikan
oleh penyair sehingga dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada
puisi tersebut. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk
94
Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta: Erlangga,1997), 106.
95
Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, 121.
96
S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-Percetakan Arnoldus,
Cet.II, 1974), 88.
97
Ibid,. 89.
98
Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, 125.
57
menciptakan puisi. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan juga berada
Ferdinand de Saussure, yang digunakan untuk memaknai puisi yang diambil dari
perlawanan dan kritik atas penindasan yang dilakukan pada masa orde baru.
adalah puisi yang lahir dari sebuah situasi yang tengah mengemuka kala itu,
besar tanpa adanya basis kekuatan, strategi, serta persatuan antar kelompok
gerakan.
c. Nada dan suasana dalam kondisi penindasan yang terjadi pada puisi
ketidakadilan yang terjadi semasa orde baru. Puisi ini bersikap menyidir atas
99
Ibid., 130.
58
ketidakadilan yang didapat dari pemerintahan orde baru. Dengan kata lain
menjadi empat yaitu: pertama karya puisi ini menjadi simbol perlawanan
dari penindasan orde baru. Kedua karya puisi ini merupakan tindakan atas
menyadarkan atas ketidakadilan yang diterima oleh rakyat. Ketiga puisi ini
Wiji Thukul demi terciptanya demokrasi dan negara yang menjujung tinggi
59
dalam sunyi yang berarti tidak melakukan
meringis. apa-apa.
f. Simbol Refleksi gerakan yang dijalankan berangkat dari salah satu tesis
Makna yang dapat diambil dari puisi tersebut adalah ketika Jangan
diambil dari dialektika bahwa diampun adalah bergerak. Demikian juga, kata
Istirahat bukan berarti diam tetapi melakukan strategi dan kembali melakukan
100
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 126.
60
menghimpun tuntutan- mengandung makna
kelompok-kelompok
belom menjalani
konsolidasi-konsolidasi.
kembali strategi yang harus dilakukan kedepan. Selain itu, secara objektif
101
Ibid., 126.
61
Makna yang diambil dari kata Tidurlah kata-kata kita bangkit nanti
ketidakadilan orde baru. Wiji Thukul dan para sahabat merumuskan gerakan
berhenti, namun
justru akan
dilanjutkan dengan
mengucapkan,
bersama tindakan,
bikin perhitungan.
62
a. Ikon nanti kita akan mengucapkan, bersama tindakan, bikin perhitungan
yang lebih dahsyat. Makna ini tersirat dari bait ke-4, nanti kita akan
Makna yang terdapat dalam puisi dari kata mengucapkan bersama dan
menunjukan kekuatan dari himpunan dan akan kembali bangkit demi masyarakat
demokrasi.
a. Tema gagasan pokok dalam puisi Tanpa Judul ini adalah Kuterima kabar
dari kampoeng dilihat dari pembuatan puisi ini pada tanggal 11 Agustus
102
Ibid., 126.
63
b. Perasaan (feeling) yang terjadi saat pembuatan puisi ini Thukul sedang
c. Nada dan suasana dalam bait puisi rumahku kalian geledah dan bukuku
d. Amanat (pesan) yang terdapat dalam puisi Wiji Thukul terbagi menjadi
empat yaitu: pertama karya puisi ini menjadi simbol ketidakadilan sosial
dari tentara yang dilakukan semasa orde baru. Kedua karya puisi ini
melakukan perampokan kepada rakyat. Ketiga puisi ini tercipta dari pelarian
Wiji Thukul ketika menjadi buronan dan mendapatkan kabar dari kampung
merupakan sikap dari Wiji Thukul demi terciptanya masyarakat yang adil
Pemerintahan ada bukan untuk memeras dan melanggar Hak Asasi Manusia
Dari puisi Wiji Thukul tidak terdapat kebebasan pengarang atau penyair
64
untuk mengeluarkan aspirasinya. Represif merupakan metode yang
Hal ini Nampak jelas tergambar dalam puisi (tanpa judul) Wiji Thukul.
buku kau jarah,Tapi ucapkan banyak terima kasih, Karena kalian sudah
65
b. Indeks Ketidakadilan sosial
Makna yang terdapat dari puisi Tanpa Judul berkata Terima kasih karena
seorang keluarga. Pesan puisi ini adalah perampasan hak rakyat dan
103
Ibid., 126.
66
a. Ikon Kalian telah mengajari anak-anakku, membentuk kata penindasan
sejak dini, Ini tak diajarkan, disekolahan tapi rezim ini, sudah
baru yang bersifat otoriter dan mengakibatkan masyarakat semakin melawan atas
tidak akan
dilupakan oleh
masyarakat
104
Ibid., 126.
67
Indonesia.
c. Simbol yang terjadi penguasa yang sombong dan tidak adil, membuat
Makna yang dapat diambil dari puisi tersebut adalah Intimidasi dari
aparatur negara keadaan dimana para tentara selalu menembak, melanggar HAM
dan belaku tidak adil. Pelanggaran tersebut menggunakan cara kekerasan secara
mempunyai makna implisit, seperti yang terdapat dalam bait di bawah ini:
Jangan menyembur-nyembur
Orang-orang bisu
Pertama, refleksi gerakan yang telah dijalankan berangkat dari salah satu
tesis dasar dialektika bahwa diam pun adalah gerak. Demikian pula makna
105
Ibid., 126.
68
Sebaliknya, yang diistirahatkan sebagai teriakan kata-kata kritik terhadap
evalusi atas langkah-langkah yang sejauh ini telah di lakukan. Untuk mengukur
seberapa kekuatan kelompok Wiji Thukul dan sebesar apa kekuatan musuh, serta
Tidurlah, kata-kata
kembali srategi yang akan dilakukan ke depan. Selain itu, secara objektif perlu
di antara berbagai daerah yang kala itu belum menjalin konsolidasi. Persatuan
lawan yang masa itu begitu kokoh dalam kekuasaan dan ditopang secara penuh
oleh struktur yang sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari penggalan bait keempat
dihancurkan.”
Menghimpun tuntutan-tuntutan
69
Bersama tindakan
Bikin perhitungan
Ketiga, perjuangan yang tidak pernah berhenti dan akan terus dilanjutkan.
Istirahat bukan berarti berhenti, namun justru akan dilanjutkan dengan kekuatan
yang lebih dahsyat. Makna ini tersirat dari bait ke-4, “nanti kita akan
kata-kata yang akan kembali menyerang namun berwujud dalam satu tindakan
nyata. Secara faktual memang begitu adanya, setelah tahun 80-an perjuangan
Wiji Thukul sendiri pada tahun 1996 juga ikut menggagas berdirinya
rakyat yang menentang kediktatoran orde baru. Hingga jatuhnya Soeharto pada
bulan Mei 1998. Istirahat bukan berarti menyudahi, istirahat bermakna menghela
2. Ketidakadilan Sosial
Jika dilihat dari tanggal pembuatan puisi pada 11 Agustus 1996. Maka,
menunjukan waktu itu Thukul dalam masa pelarianya yang pertama. Awal
70
puisi karya Wiji Thukul yang mengandung banyak makna konfrontasi itulah yang
(Sipon) dan kedua orang anaknya Wani dan Fajar Merah, untuk bertemu
tidak memanusiakan manusia hal ini cukup ironis jika dilihat dari peristiwa
Pada anak-anakku
Bait kedua diawali dengan tapi aku ucapkan terima kasih. Hal tersebut
justru ditanggapi dengan ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih tersebut
Aparat bersikap tidak adil terhadap warga Indonesia yang menajaga keamanan
negara namun malah bertindak sebagai bentuk penindasan. Dari bait itu Wiji
71
disaksikan keluarga dan tetangga-tetangganya justru membenarkan kesewenang-
Bait selanjutnya, yaitu ini tidak diajarkan di sekolahan. Lirik ini bermakna
dapat dikatakan sebagai hegemoni pemerintah orde baru terhadap rakyat. Banyak
yang memutar balikan atau bahkan menutup-nutupi sejarah. Salah satunya dengan
referensi sejarah.
kepada kita semua. Kata ini bermakna kekejaman militer dan pemerintahan orde
kepada masyarakat. Teror demi teror yang dirasakan para aktivis pada umumnya
dan teror yang dirasakan oleh keluarga Wiji Thukul pada khususnya. Teror
tersebut berbau militerisme seperti yang tertuang dari bait selanjutnya, setiap hari
72
dalam menangani prahara aktivis yang berkonfrontasi sangatlah besar. Bahkan tak
dimana-mana bahwa aparat terus mengawasi para aktivis yang menjadi target
kekejaman yang tidak pernah ditulis. Penculikan juga penyiksaan memang terjadi
dan ditulis dalam buku-buku sejarah Indonesia. Peristiwa kejam tersebut justru
mempunyai pesan, makna perasaan bahwa Wiji Thukul merasa di terror, melihat
73
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hasil pembacaan struktur puisi Wiji Thukul dalam Film Istirahatlah kata-
kata yang memliki dua arti perlawanan dan ketidakadilan sosial Tema
Wiji Thukul dalam puisi ini mempunyai arti kontemplasi yang mendalam
yang diberikan oleh aparat militer orde baru untuk mengintimidasi dan
74
B. Saran
pembuat puisi yang belum mempunyai arti dalam narasi puisinya maka
3. Dalam membaca dan mendengar puisi sebaiknya tidak merasa pasif karena
film terjadi karena adanya sebuah karya puisi maupun novel. Tetapi yang
kita lakukan harus bersikap aktif, kritis dan solutif supaya mengetahui arah
suatu film dan mengetahui suatu makna dalam puisi tersebut. Hal tersebut
75
DAFTAR PUSTAKA
76
Muhammad Al-Fayyadl, Derida (Yogyakarta: Lkis, 2005).
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2015).
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2003).
S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-
Percetakan Arnoldus, 1974), Cet.II.
Sri Purnawati, Teknik Pembuatan Film (Surabaya:Iranti Mitra Utama,
2009).
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2015).
Sukristi, Struktur Puisi Sajak Ibu Karya Wiji Thukul dan Implementasi
dalam Pembelajaran SMA Kelas X Semester 1 (Skripsi, Universitas Sanata
Darma Yogjakarta, 2011).
Hanata Oksinata, Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi
Peluru Karya Wiji Thukul (Skripsi, Universitas Sebelas Maret 2010).
Dimas Albiyan Yudha Nurhakiki. Buruh Indonesia Pada Masa Orde
Barudalam Kumpulan Puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
Jurusan Bahasa dan Sastra Indunesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(Universitas Islam Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 ).
https:// pakar komunikasi.com/teori-semiologi-ferdinand de saussure
(diakses pada 19 Februari 2018).
http:/www.setara.institute.org/en/category/galleries/indicators (diakses
pada13 Februari 2018).
Yoyon Mudjiono “ Kajian Semiotika dalam Film”, diakses dari
https://www.google.co.id/search?client=ucwebb&channel=sb&q=jurnal+tentang+
film+pdf&oq=jurnal+tentang+film&aqs=mobile-gws-lite.1.0I5 (diakses pada
tanggal 14 Februari 2018, pukul 20.16 WIB.)
77
BIOGRAFI PENULIS
Adi Ari Hamzah, lahir di Jepara pada 28 November 1994. Putra keempat
dari enam bersaudara. Senang membaca, dan membuat puisi. Dari kecil terbiasa
hidup mandiri dan jauh dari orang tua. Masa kecil hingga remaja, ku habiskan
di SDN 07 Joglo Jakarta Barat, melanjutkan dijenjang SMP Sumpah Pemuda dan
tetapi, bekerja menjadi seorang karyawan toko di Alfamidi dan Lawson selama 1
tahun. Lalu berganti profesi sebagai pelayan di sebuah Restoran Thailand selama
Tinggi atas ajakan paman saya yang menjadi salah satu dosen disana.
dipercaya menjadi pemimpin group hadroh Maghad Ulil Absor selama 2 semester.
menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Program Study (HMPS) ketika IAIN masih
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah. Selama berada di KPI, saya aktif di
78
Dakwah Indonesia (Amdin). Di hampir berakhirnya pendidikan saya di IAIN
Ponorogo saya menjabat sebagai Wakil Ketua Dema IAIN Ponorogo. Dan saya
juga aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler PMII Rayon Farid Esack Komisariat
Ponorogo adalah, mengikuti Study Program Mobility dari Kemenag selama satu
79