Anda di halaman 1dari 99

PROBLEMATIKA SISWA KELAS X DALAM MENULIS PUISI

DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH


LIMBUNG KECAMATAN BAJENG
KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

HASMAWATI
105331100216

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
MOTO

Bukan kesulitan yang membuat kita takut,

Tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit.

~Ali bin Abi Tholib~

Apapun yang terjadi tetaplah bernapas.

~Spongebob Squarpans~

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena

kepadaNyalah kami menyembah dan kepadaNyalah kami mohon pertolongan.

Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada Ayah dan Ibuku yang selalu

memberikan motivasi dalam hidupku.


ABSTRAK

Hasmawati. 2020 “Problematika Siswa kelas X dalam menulis puisi di Madrasah


Aliyah Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa tahun
ajaran 2020/2021”. Skripsi. Dibimbing oleh Suwadah Rimang, dan Asis Nojeng.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problematika yang dihadapi
siswa kelas X di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa dalam Menulis Puisi. Metode yang digunakan adalah metode
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru Bahasa
Indonesia kelas X IPA Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
problematika siswa kelas X dalam menulis puisi di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Dapat
disimpulkan bahwa 1) terdapat problematika dalam menentukan diksi,
problematika tersebut mengenai hubungan antarkatanya yang masih kurang tepat
dan juga pengelolaan katanya masih kurang menarik. 2) terdapat problematika
dalam wujud visual puisi, yaitu seperti tipografi kurang menarik dan ejaan pada
tulisan puisi peserta didik. 3) terdapat problematika dalam menentukan suasana
pada hasil tulisan puisi peserta didik. 4) terdapat problematika dalam penggunaan
bahasa figuratif yang merupakan ciri khas sebuah puisi. 5) terdapat problematika
dalam rima, sehingga puisi yang ditulis peserta didik terlihat biasa-biasa saja dan
kurang indah untuk dilihat.

Kata Kunci : Problematika Siswa, Menulis Puisi


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., karena rahmat

dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan

penyusunan skripsi ini. Demikian pula salam dan salawat atas junjungan

Nabi Besar Muhammad Saw, yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam

yang tetap istiqamah dijalan yang penuh rahmat.

Skripsi ini berjudul Problematika Siswa kelas X dalam Menulis Puisi di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Muhammadiyah Makassar. Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis mengucapkan

terima kasih kepada Ayahanda Ramma’. dan Ibunda Lima’, atas jerih payahnya

telah mengikhlaskan segalanya disertai doa yang selalu mengiringi setiap langkah

penulis dalam menggapai cita-cita.

Begitu pula penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bunda

Dr. St. Suwadah Rimang, M. Hum., selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Asis

Nojeng, M. Pd., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing dan memotivasi mulai dari penulisan usulan penelitian hingga

penyelesaian skripsi. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse., M. Ag. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan untuk menimba


ilmu selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Erwin Akib,

M. Pd., P. hD, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan izin melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Ibu Dr.

Munirah., M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, atas segala

bantuannya dalam kegiatan administrasi perkuliahan maupun dalam proses

perkuliahan. Segenap dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mendidik

dan membelajarkan serta memberikan ilmu kepada penulis selama duduk

dibangku kuliah.

Bapak Ruli Irawan, S. Pd., Kepala Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Limbung beserta pengajar dan pegawai yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Limbung, khususnya Ibu Sitti Aeniyah, S. Pd, guru kelas X IPA.

Saudara-saudaraku Kasmawati, S. Pd., Mirawati, dan Rindi Atika, yang

selalu memberikan dukungan dan menjadi motivasi tersendiri buat penulis.

Teman-teman keluarga besar Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya

Aisyah Rabiatul, Ibma Yunita, Siti Inda Jaya yang telah berpartisipasi membantu

penulis sehingga skripsi ini dapat terwujud dan umumnya seluruh angkatan 2016.

Saudara-saudari mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar terima

kasih atas kebersamaannya selama ini.

Akhirnya, terima kasih pula penulis ucapkan kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan yang tidak dapat ditulis satu persatu. Atas segala
bimbingan dan dorongan yang penulis terima dari semua pihak, hanya kepada

Allah Swt, penulis memohon semoga segala bantuan yang telah diberikan bernilai

ibadah di sisiNya, dan semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua. Amin.

Makassar, 10 September 2020

Hasmawati
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ...................................................................................... v
MOTO……… .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Penelitian................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 7


A. Kajian Pustaka ....................................................................................... 7
1. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 7
2. Pengertian Problematika .................................................................. 9
3. Menulis ........................................................................................... 11
4. Puisi ................................................................................................. 18
5. Menulis Puisi................................................................................... 22
6. Proses Pembelajaran Menulis Puisi ................................................ 26
B. Kerangka Pikir ...................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 32


A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 32
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................................ 32
C. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................... 33
D. Sumber Data .......................................................................................... 34
E. Instrumen Penelitian.............................................................................. 34
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 41

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 41


B. Pembahasan .......................................................................................... 51

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 62

A. Kesimpulan .......................................................................................... 62
B. Saran .................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64


LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan berbahasa menyangkut empat aspek keterampilan,

yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan

membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut sangat

penting dipelajari dan dikuasai oleh siswa di sekolah. Salah satu

keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh siswa adalah keterampilan

menulis.

Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang

sangat penting diajarkan kepada siswa. Selain itu, keterampilan menulis

memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tarigan

(2013: 3), mengemukakan bahwa menulis merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Penulis secara tidak

langsung dapat berkomunikasi dengan pembaca untuk menyampaikan

gagasan penulis dengan menggunakan media bahasa yang dilengkapi dengan

unsur suprasegmental.

Kegiatan menulis merupakan suatu kegiatan yang sulit di antara keempat

keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan karena

ketidakbiasaannya dalam menulis dan tidak ada gambaran ataupun ide untuk

ditulis serta berbagai hal lainnya. Seseorang yang ingin menulis dibutuhkan

terlebih dahulu harus memiliki ide atau gagasan yang matang dalam
menulis. Selain itu, keterampilan menulis membutuhkan persiapan yang

matang di dalam persiapannya. Seorang penulis juga dituntut memiliki daya

kreativitas yang tinggi dalam berpikir supaya dapat menghasilkan suatu

karya yang bagus dan bermutu.

Menulis karya sastra memang merupakan suatu kegiatan yang paling

sulit, karena dibutuhkan ide, imajinasi, dan kreativitas yang cukup tinggi

karena sastra berhubungan dengan karya-karya fiksi, baik itu prosa, puisi

dan drama. Menulis sebuah karya sastra dibutuhkan keterampilan, agar

karya tulis yang dihasilkan bermutu dan berkualitas. Bagi penulis pemula

menulis karya sastra sangatlah sulit. Ini disebabkan oleh ketidakbiasaan

dalam menulis, apalagi tulisan yang dihasilkan adalah yang berkaitan

dengan karya sastra.

Karya sastra merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan

pikiran, gagasan, pemahaman, tanggapan, dan perasaan penciptanya tentang

kehidupan dengan bahasa imajinatif dan emosional. Menurut Mursel Esten

dalam Rimang (2011: 2), bahwa sastra atau kesustraan adalah pengungkapan

dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan

masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif

terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Sebagian siswa, baik di jenjang SMP ataupun SMA, kebanyakan

mengeluh apabilah harus berhadapan dengan pembelajaran sastra. Terlebih

lagi jika pembelajaran sastra tersebut sampai pada kegiatan menulis. Para

siswa yang kurang menyukai pembelajaran sastra tentunya akan merasa


kesulitan dalam kegiatan menulis sastra, baik menulis puisi, prosa dan

drama.

Pembelajaran menulis puisi sangat penting dan bermanfaat bagi siswa

karena dapat menstimulusi otak sehingga siswa mampu berfikir kreatif dan

simpatik terhadap lingkungan sekitarnya. Namun, dalam kenyataannya,

berdasarkan observasi yang peneliti lakukan sebelumnya, ternyata tidak

semua siswa dapat menulis puisi dengan mudah. Terkadang ada siswa yang

sangat lambat dalam menulis puisi karena daya imajinasinya kurang.

Sehingga muncul dalam pemikiran mereka bahwa kegiatan menulis puisi

adalah kegiatan yang sulit. Siswa juga seringkali kesulitan dalam

menentukan diksi kata yang tepat ke dalam puisinya. Pemikiran tersebut

membuat siswa kesulitan dalam menulis puisi.

Siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis puisi dapat menyebabkan

rendahnya hasil menulis puisi siswa. Penelitian yang pernah dilakukan oleh

Mentari Muliati Bunda tentang kemampuan menulis puisi bebas siswa kelas

VII SMP Negeri 1 Pangsit Kabupaten Sidenreng Rappang. Hasil

penelitiannya menyatakan bahwa siswa belum mampu atau belum memadai

dalam menulis puisi. Oleh karena itu, pasti ketidakmampuan dan belum

memadainya siswa dalam menulis puisi dapat disebabkan oleh berbagai

masalah contohnya sulit mencari diksi kata. Masalah siswa dalam menulis

puisi adalah suatu masalah yang dihadapi siswa dalam mengekspresikan

daya imajinasinya ke dalam tulisan yang berbentuk puisi.


Kemampuan menulis puisi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

dari siswa itu sendiri, guru, dan lingkungan. Faktor dari diri siswa itu sendiri

dapat mempengaruhi kemampuan menulis puisi siswa karena ketika dirinya

sendiri yang tidak mempunyai motivasi yang kuat dan cara pandang mereka

terhadap menulis puisi yang dianggap sulit, maka akan mempengaruhi

kemampuan siswa dalam menulis puisi.

Perlu diketahui bahwa peran guru juga sangat penting dalam

keberhasilan sebuah pembelajaran. Oleh karena itu, ketika siswa mengalami

masalah dalam proses pembelajaran itu karena kurang variatifnya penyajian

materi pengajaran yang dilakukan oleh guru. Masalah yang menyebabkan

sulitnya siswa dalam menulis puisi, sudah semestinya diketahui oleh guru

agar pembelajaran menulis puisi dapat sesuai dengan tujuan kurikulum.

Penilaian puisi siswa oleh guru saat ini masih kurang memperhatikan

beberapa aspek (indikator) yang harus ada dalam puisi.

Guru kadang hanya menilai karya puisi siswa berdasarkan keindahan

tulisan dan bentuk (tipografi). Hal itu mengakibatkan guru kurang memahami

problem dalam setiap cipta puisi siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar

sangat ditentukan oleh kompetensi guru dalam mengelolah pembelajaran.

Penelitian mengenai problematika dalam menulis puisi ini terbilang

sangat jarang dilakukan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai problematika dalam menulis puisi. Dengan adanya

penelitian ini, nantinya diharapkan dapat sedikit memberi gambaran ataupun

informasi kepada pembaca ataupun peneliti yang lain.


Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah peneliti paparkan

sebelumnya, membuat peneliti sangat perlu mengetahui faktor-faktor apa saja

yang menyebabkan siswa sulit dalam menulis sastra khususnya dalam

menulis puisi. Maka dari itu, peneliti mengangkat judul tentang

Problematika siswa kelas X dalam menulis puisi di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa karena tidak

semua siswa dapat dengan mudah menulis puisi. Masih ada siswa yang masih

kesulitan dalam menulis puisi. Problem tersebut perlu diketahui supaya

proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan

kurikulum yang telah ditetapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini

adalah bagaimanakah Problematika yang dihadapi siswa kelas X di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dalam

menulis puisi ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada di atas, penelitian ini

memiliki tujuan untuk mengetahui Problematika yang dihadapi siswa kelas X

di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa dalam menulis puisi.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Dapat mengetahui Problematika yang dihadapi siswa di dalam

menulis puisi, dan dari Problematika tersebut guru dapat menentukan

strategi belajar yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi

siswa.

2. Bagi siswa

Dapat mengembangkan kemampuan siswa di bidang menulis,

khususnya menulis puisi.

3. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan mengenai Problematika yang

dialami oleh siswa dalam menulis puisi, dan dapat juga dijadikan pembe

lajaran ketika telah menjadi tenaga pendidik.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

Penelitian Yulianti, tahun 2014 dalam skripsi yang berjudul “Problematika

siswa dalam menulis naskah drama di SMP Negeri 01 Pondok kelapa

Bengkulu Tengah”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa problematika yang

dihadapi siswa dalam menulis naskah drama yaitu kurangnya penjelasan guru

mengenai alur drama, sehingga siswa masih belum memahami menulis naskah

drama dengan menggunakan alur yang baik, kurangnya pemahaman siswa

terhadap penokohan dan perwatakan, siswa kurang memahami cara membuat

dialog atau percakapan yang baik. Dialog yang dibuat bukan berbentuk

percakapan, melainkan seperti bercerita (narasi). Selain itu, percakapan pada

dialog tidak disertai dengan tanda baca, dan permasalahan lainnya.

Penelitian terdahulu oleh Yulianti di atas relevan dengan penelitian penulis

karena pembelajaran yang diteliti sama-sama menggunakan pembelajaran

menulis dan materinya juga mencakup tentang menulis karya sastra. Akan

tetapi, yang membedakannya yaitu penulis meneliti tentang menulis khusus

puisi sedangkan penelitian terdahulu meneliti tentang menulis khusus drama.

7
Penelitian Bunda, tahun 2017. Dalam skripsi yang berjudul “Kemampuan

Menulis Puisi Bebas Siswa Kelas VII SMP Negeri Pangsit Kabupaten

Sidenreng Rappang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif ekspor faktor

dengan subjek penelitian yaitu kelas VII.6 yang berjumlah 29 orang,

dilaksanakan pada semester ganjil, tepatnya pada tanggal 18 November 2016

dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes

unjuk kerja (menulis puisi), sedangkan tekhnik analisis data yang digunakan

adalah statistic deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas

VII SMP Negeri 1 Pangsit Kabupaten Sidenreng Rappang dikategorikan

belum mampu atau belum memadai.

Penelitian terdahulu oleh Bunda di atas relevan dengan penelitian penulis

karena pembelajaran yang diteliti sama-sama menggunakan materi

pembelajaran tentang menulis puisi, yang membedakannya yaitu penelitian

penulis membahas tentang problematika siswa dalam menulis puisi sedangkan

penelitian terdahulu meneliti tentang kemampuan menulis puisi bebas.

Penelitian Hastiyanti, tahun 2017. Dalam Skripsi yang berjudul

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Ilustrasi Musik pada

Kelas IX MTs. Al-Abrar Biringbulu. Penelitian ini tergolong penelitian

tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Prosedur

penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan reflex.

Teknik pengumpulan data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Subjek

penelitian ini, yaitu siswa kelas IX MTs. Guppi Al-Abrar Biringbulu sebanyak

20 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan menulis puisi


siswa dapat dilakukan dengan menggunakan media ilustrasi musik. Terbukti

dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari hasil siklus I dan siklus II,

bahwa hasil data dari siklus I ke siklus II telah meningkat. Hasil tes siklus I

diperoleh skor rata-rata sebesar 69 dalam kategori cukup sementara pada

siklus II diperoleh skor rata-rata sebesar 82,25. Jadi, dari siklus I ke siklus II

terjadi peningkatan 13,25%.

Penelitian terdahulu oleh Hastianti di atas relevan dengan penelitian

penulis karena pembelajaran yang diteliti sama-sama menggunakan materi

pembelajaran tentang menulis puisi. Namun, yang membedakannya yaitu

terletak pada media yang digunakan, serta penelitian penulis menggunakan

metode kualitatif saja sedangkan penelitian terdahulu menggunakan metode

kuantitatif dan kualitatif.

2. Pengertian Problematika

Menurut Oktavia (2014: 7), ketika berbicara mengenai masalah atau

problem, maka yang muncul dipikiran adalah permasalahan mengenai suatu

topik tertentu. Dalam setiap pembelajaran, tentu akan menghadapi yang

namanya problematika atau permasalahan. Permasalahan-permasalahan

tersebut tentunya memerlukan pemecahan atau penyelesaian yang baik, begitu

juga dalam hal pembelajaran. Proses belajar mengajar di sekolah tentunya

banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi baik dari guru, siswa,

maupun lingkungan di sekitarnya.

Istilah masalah/problem berasal dari bahasa inggris yaitu “problematic”

yang artinya permasalahan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia,


masalah/problem berarti hal yang belum dapat dipecahkan atau yang

menimbulkan masalah (Depdikbud, 2002: 276). Masalah adalah suatu kendala

atau persoalan yang harus dipecahkan. Dengan kata lain, masalah merupakan

kesenjangan antara kenyataan dengan sesuatu yang diharapkan dengan baik,

agar mencapai hasil yang maksimal. Jadi, problematika adalah masalah atau

permasalahan yang belum dapat terselesaikan, hingga terjadi kesenjangan

antara harapan dan kenyataan yang dihadapi.

Hampir setiap siswa mengalami masalah dalam proses pembelajaran yang

sedang berlangsung. Djumhur dan Surya dalam Aisyah (2016: 6),

mengemukakan bahwa jenis masalah yang dialami siswa sekurang-kurangnya

dapat digolongkan atas enam kelompok masalah, yaitu:

a. Masalah pengajaran atau belajar adalah problem yang dialami seseorang

sehubungan dengan kegiatan pengajaran (proses belajar mengajar).

b. Masalah pendidikan yakni masalah atau kesulitan yang dialami seseorang

dalam situasi pendidikan pada umumnya.

c. Masalah pekerjaan ialah masalah-masalah yang timbul dalam diri individu

dalam menempatkan diri dengan pekerjaan.

d. Masalah penggunaan waktu senggang adalah persoalan-persoalan yang

dialami oleh individu yang berhubungan dengan bagaimana cara

menggunakan waktu luangnya sehingga berisi dengan kegiatan-kegiatan

yang bermanfaat bagi dirinya. Dalam hal ini individu sering mengalami

masalah.
e. Masalah sosial yang dimaksud adalah masalah-masalah yang dialami

individu sehubungan dengan individu lain, dan bagaimana dia bahagia

berada dalam kelompoknya.

f. Masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami oleh seseorang

disebabkan oleh keadaan yang ada dalam diri sendiri dan sifatnya sangat

kompleks.

Dari pembagian jenis masalah di atas membuat peneliti dapat menentukan

jenis masalahnya. Peneliti memfokuskan pada masalah pertama yaitu masalah

pengajaran yaitu masalah yang dialami seseorang yang berhubungan dengan

kegiatan pembelajaran (proses belajar mengajar).

3. Menulis

a. Pengertian Menulis

Tarigan (2013: 3 ), mengemukakan bahwa menulis merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menurut Semi

(2007:14), mengungkapkan bahwa menulis adalah suatu proses kreatif

memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Khasanah (2011:

11), menyatakan bahwa menulis adalah sebagai suatu kemampuan seseorang

untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-

pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak

dibaca dan dapat dipahami orang lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang di dalamnya terdapat proses melahirkan ide, gagasan, pikiran


atau pengetahuan ke dalam bentuk tulisan yang kemudian menghasilkan

aktivitas berupa bahasa yang mampu dipahami orang lain atau pembaca.

b. Tujuan Menulis

Dalam kegiatan menulis, seorang penulis memiliki tujuan tersendiri untuk

menuangkan ide atau gagasannya. Hugo Hartig dalam Tarigan (2013: 25),

tujuan dari menulis adalah:

1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama

sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas dasar

kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan

buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

2) Altruistic purpose ( tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,

menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca

memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup

para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasive)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran

gagasan yang diutarakan.

4) Informatioanal purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/

penerangan kepada para pembaca.

5) Self-expressive purpose ( tujuan pernyataan diri)


Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang

pengarang kepada para pembaca.

6) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi

“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan

dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal,

seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-

nilai kesenian.

7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang

dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta

meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri

agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

c. Manfaat Menulis

Selain penulis memiliki tujuan tersendiri dalam menulis, Penulis juga

dapat mendapatkan manfaat dari kegiatan menulis. Komaidi (2011:9)

mengemukakan bahwa terdapat beberapa manfaat di dalam kegiatan menulis,

yaitu:

1) Menulis dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam

melihat realitas di sekitar.

2) Menulis mendorong kita untuk menambah wawasan dengan mencari

referensi buku, makalah, koran, dan sejenisnya.


3) Menulis dapat melatih kita untuk menyusun pemikiran dan argumen

secara runtut, sistematis, dan logis.

4) Dengan menulis, hasil tulisan dapat dimuat oleh media massa atau

diterbitkan oleh suatu penerbit. Sehingga kita bisa mendapatkan kepuasan

secara batin karena tulisannya dianggap bermanfaat bagi orang lain.

5) Dengan menulis, tulisan kita dapat dibaca oleh orang banyak, sehingga

seorang penulis bisa menjadi populer dan dikenal oleh para pembaca.

Popularitas terkadang membuat seseorang merasa puas dan dihargai orang

lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis yaitu dapat menimbulkan

rasa ingin tahu, menambah wawasan, melatih rasa kepekaan, menuntun

seseorang dalam berargumen secara sistematis, logis dan realita. Manfaat

menulis lainnya selain disebutkan di atas yaitu seseorang yang gemar menulis

akan menjadi lebih perfeksionis di bidang ilmu yang digeluti, karena semakin

gemar kita menulis maka hasil karya tulis kita semakin sistematis dan

tentunya akan dimuat di media massa atau dipenerbit sehingga seseorang

mendapatkan kepuasan tersendiri karena tulisannya dibaca dan bermanfaat

bagi orang lain.

Seseorang yang menganggap bahwa menulis itu sulit tentunya memiliki

berbagai alasan. Terlebih lagi pada penulis pemula yang ingin mencoba

menghasilkan sebuah karya melalui sebuah tulisan. Begitu banyak kesulitan

dan problematika yang dihadapi seorang calon penulis ketika akan memulai

menulis. Rokhman dalam Internet (2015), mengemukakan terdapat beberapa


kendala yang umum ditemui oleh penulis pemula, yaitu rasa malas mencari

referensi, krisis ide, kurang latihan, takut salah, takut gagal, dan

finansial/honorarium. Jadi menjadi seorang penulis itu juga melewati berbagai

kesulitan dan problem, terlebih bagi penulis pemula pasti mengalami kesulitan

tetapi ketika ingin betul-betul menjadi penulis maka semua kesulitan itu akan

dihadapinya demi untuk menjadi penulis.

d. Ciri-ciri menulis

Tarigan (2013: 7) merumuskan bagaimana ciri-ciri tulisan yang baik

sebagai berikut:

1) Jujur, tidak memalsukan ide yang akan ditulis.

2) Jelas, tulisan harus jelas dan tidak membingungkan pembaca.

3) Singkat, tuliskan informasi yang penting dan jangan terlalu berbelit-belit.

4) Keanekaragaman, memiliki struktur kalimat yang beragam.

Menulis bukanlah hal yang mudah, karena ada kriteria penulisan yang

baik. Sebagaimana menurut Tarigan bila sebuah tulisan itu baik maka harus

ada 4 ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, bila ciri-ciri penulisan yang baik

tidak terpenuhi maka informasi yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca

akan terhambat atau bahkan tidak tersampaikan.

Kegiatan menulis tidak secara langsung dapat terjadi begitu saja. Menulis

merupakan aktivitas yang membutuhkan proses. Dalam kegiatan menulis, ada

tahapan-tahapan yang harus dilalui seseorang agar tulisan tersebut berkualitas.

Akhadiah (2012:3), membagi langkah-langkah menulis menjadi tiga tahapan,

yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.


1) Tahap prapenulisan.

Tahap prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau persiapan dalam

kegiatan menulis.

2) Tahap penulisan

Tahap penulisan ini adalah membahas setiap butir yang ada di dalam

kerangka yang disusun sebelumnya.

3) Tahap revisi

Tahap revisi merupakan tahap untuk meneliti atau memeriksa secara

menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,

kalimat, paragraf, daftar pustaka, dan sebagainya dalam penulisan.

e. Kriteria penilaian tulisan

Kriteria holistik yang dikemukakan oleh Ommogie dalam Restu (2019)

yaitu:

1) Isi paragraf dengan alternatif penilaian:

a) Bermakna, menarik, tepat, jalan pikiran baik,

b) Pada umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga terjadi

banyak pengulangan,

c) Pengembangan kurang relevan dengan isi yang diminta,

d) isi paragraf tidak relevan dengan isi yang diminta, dan

e) Tidak tampak usaha membuat paragraf yang bermakna.

2) Organisasi Paragraf dengan Alternatif Penilaian:

a) Paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik, organisasi

meyakinkan, alur paragraf mudah dimengerti,


b) Ada usaha menyusun paragraf yang baik, tapi batas ide paragraf tidak

jelas,

c) Fakta tersusun dalam paragraf dengan baik, tetapi agak berbelit-belit,

d) Urutan paragraf sulit diikuti, sulit dipahami, dan

e) Paragraf tidak terencana dengan baik.

3) Penggunaan ejaan tanda baca dengan alternatif penilaian:

a) Pemakaian ejaan dan tanda baca baik sekali, Penulisan suku kata

semua benar,

b) Ada kesalahan ejaan dan tanda baca,

c) Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca, tetapi masih dapat dipahami,

d) Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali, dan

e) Pengunaan ejaan dan tanda baca serba salah.

4) Penggunaan bahasa dengan alternatif pelatihan:

a) Kalimat benar, cermat meskipun sedikit ada kesalahan tata bahasa,

b) Kalimat lancar, cermat, tetapi ada beberapa kesalahan tata bahasa

menyebabkan kalimat menjadi rancu,

c) Kesalahan tata bahasa yang cukup prinsipiel sehingga menyebabkan

kalimat tidak gramatikal,

d) Ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami, dan

e) Kalimat dalam paragraf tidak dapat dipahami.

5) Pilihan kata dengan alternatif penilaian:

a) Pemakaian kata lancar, tepat, tidak bermakna ganda,

b) Kata yang digunakan jelas, tetapi tidak jelas penggunaannya,


c) Kata kurang jelas, dan kurang jelas penggunaannya

d) Banyak kata yang digunakan, tetapi menyebabkan kalimat sulit

dipahami, dan

e) Pemakaian kata yang tidak tepat, bentuk kata semua salah.

4. Puisi

a. Pengertian Puisi

Secara etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani Poeima yang berarti

membuat atau Poesis yang berarti “pembuatan”. Dalam bahasa inggris disebut

dengan Poem atau poetry. Kusnadi (2008: 1), menyatakan bahwa puisi berarti

pembuatan karena menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia.

Kosasih (2012: 97), menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang

menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi

disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam puisi

disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa.

Yunus (2015: 59), puisi sering disebut sebagai seni merangkai kata yang di

dalamnya menyiratkan hubungan tanda dengan makna. Puisi sangat berkaitan

dengan kata, karena kata merupakan unsur yang penting untuk

mengungkapkan keindahan dan makna yang ingin disampaikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi

adalah salah satu karya sastra yang diciptakan dengan menggunakan kata-kata

indah yang kaya makna yang dituangkan ke dalam wujud bahasa.

b. Ciri-ciri Puisi

Toyidin (2013: 59) menyatakan ciri-ciri puisi yaitu:


1) Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.

2) Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan

diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.

3) Bentuk tulisannya berbait-bait, namun ada pula yang yang satu bait. (unsur

formal) irama adalah unsur nonformalnya.

4) Tiap bait terdiri dari baris-baris.

5) Isi puisi biasanya berupa ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang

berdasarkan pada pengalaman dan bersifat imajinatif.

c. Unsur-unsur Puisi

Dalam membuat puisi yang perlu diperhatikan yaitu unsur-unsur puisi.

Unsur-unsur puisi berfungsi untuk membangun puisi. Unsur-unsur pembangun

tersebut saling terkait karena tidak dapat berdiri sendiri tanpa mengaitkan

unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Kosasih (2012: 97)

mengungkapkan bahwa secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi menjadi

dua macam. Adapun kedua unsur tersebut yaitu:

1) Unsur Fisik

Unsur fisik adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik (tersirat)

dalam susunan kata-katanya. Struktur puisi terdiri dari beberapa macam, yaitu

a. Diksi (Pilihan Kata)

Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan

yang cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna,

susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam

baris dan baitnya.


b. Pengimajinasian

Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat

menimbulkan khayalan atau imajinasi. Imaji bisa muncul pada diri

seseorang, apabilah seseorang itu mau memikirkan dan mengimajinasikan

sesuatu yang dibacanya melalui perasaan.

c. Kata Konkret

Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus

diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka seolah-olah

pembaca melihat, mendengar atau merasakan apa yang dilukiskan penyair.

Kata konkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi

secara konotatif tidak sama karena disesuaikan dengan kondisi dan situasi

pemakainya.

d. Bahasa Figuratif (Majas)

Majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan

sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas

adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu

dengan cara yang tidak biasa, seperti secara tidak langsung

mengungkapkan makna kata atau bahasanya bermakna kias.

e. Rima/Ritma

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi, dengan adanya rima

suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanpun lebih kuat.

f. Tatap Wajah (Tipografi)


Tipografi merupakan pembeda yang penting antar puisi dengan

prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan

berbentuk bait.

2) Unsur Batin

Unsur batin adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak secara

langsung dalam penulisan kata-katanya.

Struktur batin puisi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang digunakan penyair dalam

puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam

puisinya.

b) Perasaan

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi

perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu bisa berupa kerinduan, kegelisa-

han atau pengagungan kepada kekasih, alam atau sang Khalik.

c) Nada dan suasana

Nada adalah bunyi yang memiliki getaran teratur tiap diksi, nada

dalam puisi menimbulkan efek tertentu kepada pembaca. Suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu. Suasana

adalah akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca.

d) Amanat

Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan

oleh pengarang melalui karyanya. Amanat yang hendak disampaikan


penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada

puisi itu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi terbagi menjadi

dua yaitu unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik terdiri atas beberapa

bagian, yaitu diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif

(majas), rima/ritme, dan tatap wajah (tipografi). Sedangkan unsur batin

terdiri atas beberapa bagian yaitu tema, perasaan, nada dan suasana serta

amanat.

5. Menulis puisi

Menulis puisi adalah salah satu cara untuk mencurahkan perasaan, pikiran,

pengalaman, kesan terhadap suatu masalah, kejadian dan kenyataan di sekitar

kita dengan menggunakan susunan kata yang indah dan bermakna bagi

pembaca.

Rimang (2011: 76) menyatakan bahwa berikut ini akan dijelaskan

beberapa langkah praktis dalam menulis puisi dengan mempertimbangkan

berbagai unsur pembangun puisi yang ada, yaitu:

1) Perlu memahami Aliran

Aliran dalam sastra Indonesia dikenal sangat banyak. Seperti, Aliran

realisme, naturalisme, ekspresionisme, idealisme, romantisme,

impresionisme, dan lain sebagainya. Aliran ini akan memandu saudara

untuk menentukan pilihan sehingga tepat dalam menentukan penulisan

sebuah puisi.

2) Perlu Memahami Tema


Tema dalam penulisan puisi merupakan masalah apa yang diangkat di

dalam puisi. Jika kita mengamati puisi-puisi yang bersebaran dan

bertebaran di media massa atau puisi yang dihasilkan oleh para penyair

kita dalam berbagai bentuk penerbitan, tema yang diangkat mencakup (a)

sosial, (b) politik, (c) adat, (d) religius/keagamaan, (e) keluarga, (f)

nasionalisme, (g) kekerasan dan HAM, (h) cinta dan remaja, (i) cinta dan

perselingkuhan, (j) hukum, (k) misteri, (l) horor, dan (m) komedi.

3) Perlunya Imajinasi

Imajinasi dalam menuangkan ide ke dalam puisi adalah sesuatu yang

mutlak yang harus dimiliki oleh seorang penyair, karena puisi

sesungguhnya merupakan realitas imajinatif, imajinasi sendiri sering

didefinisikan sebagai kemampuan daya khayal manusia untuk

menggambarkan sesuatu dalam angan-angannya secara cermat dan hidup.

Penulisan sebuah pusi dikenal beberapa wujud imajinasi yang lebih

dikenal dengan citra. Menurut Buhan Nurgiantora imaji atau citraan itu

sendiri merupakan gambaran pengalaman indra yang diungkapkan melalui

bahasa. Ada lima jenis citraan.

1) Citraan penglihatan (visual imagery), ialah citraan yang dihasilkan

oleh penglihatan.

2) Citraan Pendengaran (audio imagery), ialah citraan yang ditimbulkan

oleh pendengaran.

3) Citraan gerakan, ialah citraan yang dihasilkan dengan asosiasi-asosiasi

intelektual.
4) Citraan penciuman, ialah citraan yang ditimbulkan oleh penciuman.

5) Citraan perabaan, ialah citraan yang dihasilkan oleh perabaan.

4) Menemukan Ide

Ide atau ilham itu ibarat bunga api, percikan parfum yang menebarkan

gelora imajinasi. Pengalaman penyair dalam memperoleh ide (ilham)

memang beragam. Mereka ada yang memperoleh melalui merenung,

membaca puisi karya orang lain, pengalaman pribadi, membaca berita, dan

lain sebagainya.

5) Perlunya mengeramkan ide

Pada tahap ini merupakan persiapan untuk mewujudkan ide atau

gagasan yang telah dikandung, yang melintas-lintas, menari-nari,

menggawang-gawang, membayang, dan yang ditimang-timang. Inkubasi

akan dapat menetaskan karya yang dapat dibanggakan.

6) Pilihlah cara pengucapan

Cara pengucapan merupakan kekhasan sorang penyair, ada yang

cenderung pengucapan puisinya pada gaya pamfletis, seperti Darmanto,

atau Liris Sapardi Djoko Djamono, pengucapan balada, dan lain

sebagainya.

7) Manfaatkanlah Gaya Bahasa

Salah satu sarana dalam mewujudkan estetika adalah gaya bahasa,

karena gaya bahasa merupakan sarana strategis yang banyak dipilih

penyair untuk mengungkapkan pengalaman jiwa ke dalam karyanya.


Menulis puisi diperlukan langkah-langkah agar memudahkan penulis

membuat puisi. Wardoyo (2013: 73) mengemukakan bahwa langkah-langkah

dalam menulis puisi dapat diawali dengan tiga proses, yaitu:

a. Mencari Ide

Mencari ide adalah sumber tulisan. Oleh karena itu, untuk menulis puisi,

seorang penyair harus memiliki ide yang dapat diekspresikan melalui puisi.

Ide seseorang dapat bersumber dari pengalaman (fakta empiris), sesuatu yang

berkesan atau momentum (fakta individual), dan juga dapat bersumber dari

imajinasi (fakta imajinasi). Pencarian atau penggalian ide dapat dilakukan oleh

penyair dengan melakukan refleksi perenungan terhadap segala aktivitas yang

melibatkan proses pengindraan.

b. Mengendapkan atau perenungan ide

Mengendapkan atau perenungan ide adalah ide yang telah ada kemudian

dimatangkan agar dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih sempurna

dan lebih matang. Proses pengendapan atau perenungan ide adalah hal yang

sangat penting untuk dikembangkan dan direnungkan terkait dengan kata atau

diksi yang akan digunakan, ini merupakan cara dalam menciptakan puisi yang

penuh makna, puitis, dan terasa mampu mewakili perasaan kita.

c. Memainkan kata

Tahap memainkan kata adalah proses menciptakan dan menulis puisi

dengan menuangkan segala ide yang sudah ada dalam diri seseorang ke dalam
bentuk tulisan puisi dengan memilih kata-kata yang digunakan sebagai bahan

dalam menulis puisi.

langkah-langkah penulisan puisi di atas menjelaskan bahwa hal pertama

yang harus dilakukan dalam menulis puisi yaitu dengan mencari ide untuk

tulisan, namun untuk mencari ide dalam menulis puisi masih sulit dilakukan.

Seringkali kesulitan terjadi dalam tahap awal menulis puisi. Hal ini menjadi

alasan seseorang menjadi malas untuk menulis. Kesulitan ditahap-tahap awal

akan mempengaruhi tahapan-tahapan selanjutnya dalam menulis puisi.

6. Proses Pembelajaran Menulis Puisi

a. Pembelajaran sastra

Trianto (2009: 17), mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aspek

kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.

Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna

yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang

guru mengajar siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari penjelasan tersebut jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan

interaksi antara seorang guru dan peserta didik terjadi komunikasi (transfer)

yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan.

Sastra secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta, berakar kata sas-

yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau intruksi; dan

akhiran –tra yang menunjukkan alat, sarana, sehingga sastra berarti alat untuk

mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Dalam bahasa Jawa
kuno sastra mendapat prefiks su- yang berarti baik, indah, sehingga menjadi

susatra yang berarti alat untuk mengajarkan siswa kepada hal-hal baik dan

indah. Dalam bahasa Indonesia kata susastra ditambah dengan konfiks ke-an

yang menunjuk pada kumpulan hal yang berkaitan dengan alat untuk

mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran yang baik.

Fananie (2000: 6) yang berpijak pada pendapat Mukarovsky memberi

pengertian sastra berdasarkan aspek estetika bahasa dan estetika makna, yakni

sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

emosi yang spontan mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang

didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Estetika bahasa biasanya

diungkapkan melalui aspek puitis atau poetic function, sedangkan estetika

makna dapat terungkap melalui aspek deep structure.

Jadi, sastra adalah karya seni bermedia bahasa sebagai sarana untuk

mengajar atau memberi petunjuk. Oleh karena itu, dapat pula diartikan bahwa

sastra adalah seni bahasa yang digunakan untuk menyampaikan ajaran. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra adalah sebuah pendidikan yang

mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan

proses kreatif sastra. Kompetensi apresiasi sastra diasah untuk meningkatkan

kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra. Peserta didik terajak

secara langsung untuk membaca, memahami, menganilisis, dan menikmati

karya sastra. Sehingga siswa dapat secara langsung berkenalan dengan sastra.

b. Pembelajaran Menulis Puisi


Menurut Wardoyo (2013: 73), proses penulisan puisi disebut sebagai

proses kreatif, cara-cara yang ditempuh oleh seseorang dalam menulis puisi

mulai dari mendapatkan ide untuk ditulis menjadi sebuah puisi yang utuh.

Proses penulisan tersebut mulai dilakukan dengan upaya penemuan hal-hal

yang belum pernah ditemukan oleh orang lain. Oleh karena itu, proses

penulisan dilakukan dengan kreatif. Wardoyo (2013: 73) juga mengungkapkan

terdapat beberapa proses kreatif, yaitu:

a. Mencari ide

Ide adalah sumber tulisan, tanpa ide seseorang tidak akan dapat

melakukan apapun. Oleh karena itu, untuk menulis puisi seseorang harus

mempunyai ide. Ide seseorang dapat bersumber dari pengalaman, sesuatu

yang berkesan atau momentum, dan juga dapat bersumber dari imajinasi.

b. Mengendapkan atau perenungan ide

Seorang panyair membutuhkan proses pengendapan atau

perenungan ide, mengendapkan ide artinya ide yang telah ada kemudian

dimatangkan agar dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih

sempurna. Proses pengendapan dapat dilakukan oleh penyair dengan

membuat coretan-coretan dalam bentuk tulisan, ada juga penyair yang

mengendapkan ide dengan cara merenungkan ide tersebut selama berjam-

jam dan kemudian menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.

c. Penulisan

Proses penulisan yaitu proses menuangkan atau menumpahkan

segala ide yang sudah mengendap dalam diri kita ke dalam bentuk tulisan.
d. Editing dan revisi

Hasil tulisan yang telah diselesaikan oleh penyair secara utuh,

bukan berarti tulisan tersebut telah selesai secara sempurna. Oleh karena

itu, perlu adanya proses penyempurnaan tulisan sebelum dipublikasikan.

Proses editing dan revisi adalah proses perbaikan bentuk hasil tulisan yang

diciptakan.

Jadi dalam proses penulisan puisi, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan yaitu: mencari ide, mengendapkan atau perenungan ide, penulisan,

editing dan revisi. Keempat proses kreatif ini saling terkait untuk menghasilkan

karya tulis yang baik. Oleh karena itu, keempat proses kreatif ini sangat penting

dalam penulisan puisi karena sangat membantu menciptakan karya yang

berkualitas.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia tidak luput dari keempat

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat

keterampilan ini saling terkait satu sama lain. Keterampilan menulis sangat

penting dalam proses pembelajaran karena menulis merupakan keterampilan

berbahasa yang paling terakhir yang dapat dijadikan tolak ukur penilaian

pengetahuan siswa. Keterampilan menulis dalam penulisan karya sastra sangat

dibutuhkan atau sangat penting, karena karya sastra adalah hasil cipta manusia

yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, tanggapan, dan perasaan


penciptanya tentang kehidupan dengan bahasa imajinatif dan emosional yang

dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

Jenis-jenis karya sastra yaitu drama, prosa fiksi, dan puisi. Dalam menulis

aspek kesastraan, siswa diharapkan mampu menulis kreatif. Salah satu contoh

pembelajaran menulis yang penting diajarkan kepada siswa adalah menulis

kreatif yang mengandung unsur imajinasi seperti puisi. Berbagai pemikiran

yang melandasi penelitian ini, bahwa menulis merupakan salah satu jenis

kegiatan apresiasi sastra yang tidak dapat diabaikan kehadirannya. Namun,

fakta membuktikan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu menulis

puisi dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya latihan menulis puisi bagi

siswa baik di rumah maupun di sekolah, serta kemampuan siswa untuk

menyusun konsep-konsep yang ada dalam pikiran mereka secara apik.

Pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah untuk memperoleh

gambaran yang jelas tentang problematika siswa kelas X dalam menulis puisi

di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa. Hasil tulisan siswa akan dianalisis dengan kriteria yang telah

ditetapkan sehingga memperoleh data informasi tentang masalah siswa dalam

menulis puisi. Kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:


Bagan Kerangka Pikir

Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia

Keterampilan Keterampilan Keterampilan Keterampilan


Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Karya Sastra

Puisi Prosa Fiksi Drama

Problematika Siswa
dalam Menulis Puisi

Analisis

Temuan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang tergolong

penelitian lapangan (field research) yang dalam pengumpulan datanya

dilakukan secara langsung di sekolah. Menurut Moleong (2007: 6), metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah.

Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu

peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut

perspektif peneliti sendiri. Peneliti bertujuan menggambarkan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat, serta hubungan yang

teliti untuk mencocokkan antara realita dengan teori yang berlaku. Oleh

karena itu, penelitian ini memusatkan perhatian kepada masalah-masalah

aktual, sebagaimana adanya pada masa saat penelitian dilakukan.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Subjek dalam penelitian ini adalah

siswa kelas X di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa. Siswa kelas X di Madrasah Aliyah Muhammadiyah


Limbung terdiri atas dua kelas, yaitu kelas X IPA dan kelas X IPS. Dalam

Penelitian ini yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa

kelas X IPA. Penelitian ini hanya fokus pada satu kelas saja supaya peneliti

dapat dengan mudah melakukan penelitian.

C. Deskripsi Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang diamati dalam penelitian ini adalah problematika

siswa dalam menulis puisi. Problematika siswa dalam menulis puisi adalah

suatu permasalahan yang dihadapi siswa dalam mengekspresikan daya

imajinasinya ke dalam sebuah tulisan yang berbentuk puisi.

D. Sumber Data

Menurut Suharsini ( 2010: 175), sumber data adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara

dalam mengumpulkan datanya, maka sumber data tersebut responden, yaitu

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan

tertulis ataupun lisan. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis sumber data

yakni data primer dan data sekunder. Di bawah ini akan dijelaskan maksud

kedua jenis data tersebut, yaitu:

1. Data primer

Dalam penelitian ini yang dimaksud sumber data primer adalah guru

bahasa Indonesia dan siswa kelas X IPA.

2. Data sekunder

Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh

penulis serta bisa juga dari hasil wawancara. Jadi, sumber data sekunder
ini berasal dari orang lain atau dari dokumen-dokumen, catatan data, dan

hasil penelitian sebelumnya serta buku-buku yang berkaitan dengan yang

diteliti.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 160), instrumen adalah alat yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Instrumen dalam penelitian

ini yaitu:

1. Lembar Observasi

Lembar Observasi yaitu alat yang digunakan dengan mengamati

secara langsung baik berupa gambar ataupun kegiatan subjek penelitian

dalam proses pembelajaran, yang kemudian dikembangkan untuk

mengetahui problem siswa dalam pembelajaran menulis puisi.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara yaitu berisi tentang kerangka dan garis besar

pokok-pokok masalah yang dijadikan sebagai dasar dalam mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada responden penelitian. Pedoman ini

merupakan pedoman yang digunakan selama proses mewawancarai subjek

penelitian untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang apa,

mengapa, dan bagaimana yang berkaitan dengan permasalahan yang

diberikan.

3. Smartphone (Telepon Pintar)

Samrtphone adalah telepon genggam atau telepon pintar

seluler yang dilengkapi dengan fitur yang mutakhir dan


berkemampuan tinggi layaknya sebuah komputer. Smartphone dapat

juga diartikan sebagai sebuah telepon genggam yang bekerja dengan

menggunakan perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan

hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi.

Smartphone dipilih sebagai salah satu alat penunjang

penelitian karena sehubung dengan adanya covid 19, maka penelitian

ini dilakukan secara daring. Smartphone memungkinkan

menghubungkan seseorang antara satu dengan beberapa orang

sekaligus tanpa harus bertemu secara langsung. Selain itu,

smartphone atau telepon pintar juga memiliki berbagai aplikasi

penyedia layanan daring yang sangat membantu peneliti untuk

melakukan penelitian daring.

4. Whatsapp Grup

Whatsapp messenger adalah aplikasi pesan untuk ponsel cerdas.

Whatsapp messenger merupakan aplikasi pesan lintas platform yang

memungkinkan kita bertukar pesan tanpa pulsa, karena whatsapp

messenger menggunakan paket data internet. Dikarenakan covid 19, maka

penelitian dengan cara bertatap muka tidak memungkinkan dilakukan.

Oleh karena itu, peneliti memilih whatsapp grup sebagai salah satu alat

bantu penelitian online/daring.

5. Zoom Meeting

Zoom meeting merupakan aplikasi komunikasi dengan

menggunakan video. Aplikasi tersebut dapat digunakan dalam berbagai


perangkat seluler, desktop, hingga telepon dan sistem ruang. Pada

umumnya, para pengguna menggunakan aplikasi ini untuk melakukan

meeting hingga konferensi video dan audio. Berbagai fitur penunjang

penelitian yang terdapat dalam aplikasi zoom meeting yaitu, video dan

audio, alat kolaborasi bawaan. Beberapa pengguna dapat berbagi layar

secara bersamaan dan ikut menulis catatan untuk pertemuan yang lebih

interaktif dengan alat kolaborasi dari aplikasi zoom.

Terkait keamanannya, para pengguna tidak perlu meragukannya

lagi. Pasalnya, aplikasi ini telah disokong dengan end to end enecryotion

untuk seluruh rapat yang telah diagendakan melalui aplikasi zoom. Selain

itu, ada pula perlindungan kata sandi hingga keamanan pengguna menjadi

lebih aman. Rekaman dan transkip sementara itu, para pengguna juga

dapat merekam dan menyimpannya diperangkat masing-masing yang

digunakan atau pada akun cloud. Dengan adanya fitur-fitur penunjang,

diharapkan aplikasi zoom meeting dapat mempermudah peneliti dalam

melakukan penelitian online di tengah wabah covid 19.

6. Dokumentasi

Cara yang digunakan peneliti untuk dokumentasi yaitu dengan

mengumpulkan gambar-gambar berupa foto dan lembar pekerjaan siswa

kelas X IPA

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik

sebagai berikut:
1. Observasi

Observasi adalah pengambilan data dengan melakukan pengamatan serta

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki

dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian. Observasi yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif. Jadi dalam penelitian

ini peneliti ke tempat kegiatan yang akan diamati, tetapi tidak ikut terlibat

dalam kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas, peneliti hanya sebagai

pengamat dan menggunakan catatan lapangan saja.

2. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan kepada subjek penelitian untuk dijawab secara lisan.

Peneliti melaksanakan kegiatan wawancara dengan efektif, artinya kegiatan

wawancara dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dan mendapatkan

hasil sebanyak-banyaknya serta bahasa yang digunakan harus jelas dan

terarah. Suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh objektif dan dapat

dipercaya. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan siswa dan guru sebagai

subjek wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar

hasil tulisan puisi siswa, dan pengambilan gambar (foto). Gambar yang

diambil sebagai sumber data dapat memperjelas data yang diperoleh.


Pengambilan gambar dilakukan pada saat proses belajar mengajar

berlangsung.

G. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Musfah (2016: 62), mengatakan analisis data

yang akan digunakan dalam penelitian kualitatif adalah model analisis data

mengalir (flow model). Sejumlah langkah analisis terdapat dalam model ini,

yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Jadi, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

melalui teknik-teknik sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang

terkait dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.

2. Reduksi Data

Tahap ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstraksian, dan penstranspormasian data kasar yang diambil dari

lapangan. Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan

penyeragaman segala bentuk data menjadi bentuk tulisan yang akan dianalisis.

3. Penyajian Data

Pada tahap ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian. Sugiyono

(2017: 95) menyatakan yang paling sering digunakan untuk penyajian data

adalah dengan teks yang bersifat naratif. Sajian data memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya dengan

berdasarkan apa yang dipahami. Fenomena sosial bersifat kompleks dan

dinamis. Sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan

setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan

data. Pola-pola yang ditemukan dan telah didukung oleh data-data selama

penelitian akan menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut

selanjutnya disajikan pada laporan akhir penelitia.

4. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti membandingkan data-data yang sudah didapat

dengan data-data hasil observasi, wawancara, tulisan puisi siswa dan informan

lainnya yang bertujuan untuk menarik kesimpulan. Selanjutnya data yang

telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk

mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Kegiatan awal yang dilakukan pada peneltian ini adalah menemui staf tata usaha

kemudian diarahkan untuk bertemu dengan kepala sekolah, dan guru kelas X IPA di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung yang dilaksanakan pada tanggal 18

Agustus 2020 pada masa pandemik Covid-19, sehingga proses belajar mengajar

dilakukan secara daring. Pada pertemuan awal, peneliti membicarakan tentang

rencana penelitian yang akan dilaksanakan dan melakukan konsultasi dengan guru

kelas X IPA di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung. Setelah konsultasi

dengan guru bahasa Indonesia. Peneliti diarahkan untuk melakukan penelitian secara

daring.

Pada hasil penelitian ini, peneliti akan menguraikan data-data mengenai

problematika siswa kelas X IPA dalam menulis puisi di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Limbung kecamatan bajeng Kabupaten Gowa. Berdasarkan hasil

observasi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung. Peneliti mengamati bahwa

pembelajaran sastra dalam proses belajar mengajar kurang berjalan dengan efektif.

Hal ini disebabkan karena buku dan referensi sebagai modal utama para siswa masih

terbatas dan metode pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru masih

menggunakan metode ceramah sehingga tidak ada feedback dari siswa, inila yang

menyebabkan siswa mudah bosan dalam proses pembelajaran.


Media yang digunakan juga hanya bergantung pada buku paket sehingga siswa

mudah bosan dan kurang kreatif. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti

melihat bahwa siswa masih belum mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal

ini terlihat terhadap respon siswa pada saat guru menjelaskan materi, hanya beberapa

siswa yang hadir dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa masih terbiasa

menggunakan bahasa daerah pada saat pembelajaran bahasa Indonesia. Inilah yang

mempengaruhi sehingga siswa kesulitan dalam pengelolaan kata pada hasil

tulisannya.

Peneliti juga melihat cara mengajar guru yang kurang efektif karena setelah guru

membuka pembelajaran beliau langsung menjelaskan materi pembelajaran tanpa

memberikan pertanyaan sekitar seputar pembelajaran yang sudah dipelajari

sebelumnya. Seharusnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai

pembelajaran yang telah dipelajari, sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya

dengan baik, karena setiap siswa memiliki potensi yang berbeda-beda dalam

mengingat dan mengulang pembelajaran yang telah mereka pelajari.

Wawancara pada penelitian ini dilaksanakan setelah pembelajaran selesai. Hal ini

dilakukan dengan tujuan agar pembelajaran tidak terganggu. Wawancara

dimaksudkan untuk mengetahui problematika siswa dalam menulis puisi. Proses

wawancara dilakukan secara daring melalui aplikasi whatsapp dengan cara

memberikan pertanyaan-pertanyaan secara individu kepada siswa. Beberapa hal yang

ditanyakan dalam wawancara adalah sebagai berikut:


1) Bagaimanakah menurut anda mengenai pembelajaran daring (online) dalam

pembelajaran menulis puisi?

2) Apa sajakah kesulitan yang anda alami pada saat menulis puisi?

3) Apakah anda tidak terganggu menulis puisi pada lingkungan sekitar anda?

4) Apakah anda menyukai pembelajaran menulis puisi? jelaskan!

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, peneliti menemukan

beberapa problematika siswa dalam menulis puisi. Hal ini dapat dilihat karena salah

satu siswa mengungkapkan bahwa mereka tidak memegang buku paket, mereka tidak

mendapatkan buku karena minimnya buku paket dan hanya guru yang memegang

buku paket pada pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, siswa mengungkapkan

bahwa mereka kesulitan dalam menentukan tema, judul puisi, siswa kesulitan dalam

pengelolaan kata/diksi, dan siswa merasa kesulitan pada teknik penulisan puisi.

Karena pembelajaran yang dilakukan di rumah akibat covid-19, siswa

mengungkapkan merasa terganggu ketika menulis puisi di rumah. Hal ini

dikarenakan diganggu oleh adiknya ketika menulis puisi.

Kegiatan menulis puisi memang memerlukan suasana yang nyaman, karena

menulis puisi merupakan suatu kegiatan yang sangat menggali kreativitas siswa.

Belum lagi metode dan media yang digunakan oleh guru dalam mengajar masih

kurang kreatif sehingga beberapa siswa mudah bosan dan siswa tidak terlalu

menyukai pembelajaran menulis puisi. Dalam hal ini, tidak heran jika siswa kesulitan

dalam menulis puisi karena kurang kreatifnya guru dalam melakukan proses belajar
mengajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, semua komponen

yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah harus turut memberikan

dukungan. Baik dari media, sumber belajar maupun cara mengajar yang baik.

Komponen-komponen yang terkait tersebut harus diupayakan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa sehingga dapat mewujudkan proses belajar mengajar yang

diharapkan.

Seperti yang telah diketahui bahwa dalam menulis puisi ada beberapa unsur yang

harus diperhatikan. Unsur-unsur puisi berfungsi untuk memberikan keindahan dan

memberikan kesan tersendiri bagi pembacanya. Kosasih (2012: 97) mengungkapkan

bahwa secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua macam. Adapun

kedua unsur tersebut yaitu: unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik terdiri atas; diksi,

pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritma, dan tatap wajah

(tipografi). Sedangkan unsur batin terdiri atas; tema, perasaan, nada dan suasana, dan

amanat.

Berdasarkan hasil tulisan siswa, peneliti mengamati terdapat problematika siswa

dalam menulis puisi. Problematika siswa dalam menulis puisi dapat dikelompokkan

ke dalam beberapa aspek, yaitu problematika siswa dalam menentukan diksi,

problematika dalam menentukan visual puisi, problematika dalam menentukan

suasana, problematika dalam penggunaan bahasa figuratif, dan problematika dalam

rima. Peneliti memberikan inisial (P) kepada setiap siswa dan diikuti dengan nomor
urut sesuai yang ada di absen kelasnya, yaitu P(1), P(2), P(3), P(4), P(5), P(6), P(7),

P(8), P(9), P(10), P(11), P(12), P(13), P(14),P(15),P(16),P(17), dan P(18).

1. Problematika siswa dalam menentukan diksi

Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa, peneliti melihat ada beberapa

siswa yang memiliki problematika dalam menentukan diksi yaitu puisi karya

P(2), P(5), P(12), P(13), P(15), P(16), dan P(18). Problematika tersebut yaitu

dapat dilihat dari hubungan dan pengelolaan katanya yang kurang tepat.

Seperti contoh berikut:

Gagal adalah awal kesuksesan


Kata-kata yang kudapat dari seorang
Ilmuan ini bukan janji ataupun mimpi
Pasti sukses akan terjadi aku berdoa,
berusaha dan percaya selama masih
hidup kemungkinan pastilah bisa
(P(12))

Ibu…kau yang melahirkanku, merawatku,


memberi kasih sayang kepadaku. kau yang memberi
asi kepada anakmu dan kaupula yang membesarkanku mulai kecil
sampai sebesar ini.
(P(18))
Dapat dilihat dari kedua penggalan puisi di atas, puisi tersebut sama-sama

belum memiliki hubungan antarkata yang tepat, ini disebabkan oleh tidak

jelasnya baris pada puisi tersebut, sehingga ketika dibaca puisi tersebut

menjadi tidak padu, karena setiap kata yang dituangkan dalam bait-bait puisi

erat kaitannya dengan makna, nada dan irama serta keselarasan bunyi. Puisi di

atas seharusnya ditulis seperti sebagai berikut:


Gagal adalah awal dari kesuksesan
Kata-kata yang ku dapat dari seorang ilmuan
Ini bukan janji ataupun mimpi
Pasti sukses akan terjadi
Aku berdoa, berusaha, dan percaya
Selama masih hidup
Kita pastilah bisa
(P(12)
Ibu…
Kau yang melahirkanku, merawatku, memberi kasih sayang kepadaku
Kau yang memberi asi kepada anakmu ini
Kaupula yang membesarkanku mulai kecil sampai sebesar ini
(P(18)

Selain memiliki problematika dari hubungan antarkatanya, pada puisi

siswa juga terdapat pengelolaan katanya yang kurang tepat. Sebagaimana

contoh di bawah ini:

Semangat teganah seperti batu karang.


Keraskan segala usaha kita, jangan hanya suara kita.
Karena usaha tak menghianati hasil kita.
((P(5))
Bersabar menghadapi tingkah laku kami
Sabarmu tidak dapat dibeli dengan
Emas ataupun uang
(P(2))
Guruku…
Tanpamu aku tidak bisa bagaimana cara menulis
Tanpamu aku tak akan mengerti arti sekolah.
(P(2))

Penggalan kedua puisi di atas, dapat dilihat bahwa pengelolaan

katanya masih kurang tepat. Contoh pada P(2), dapat dilihat pada baris kedua

yaitu “ pada kata “dibeli”, kata yang digunakan seharusnya yaitu kata”

ditukar”. Kata ini lebih cocok disandingkan dengan kata-kata sebelum dan
sesudahnya. Sedangkan pada puisi P(2) terlihat pada baris kedua yaitu

“tanpamu aku tidak bisa bagaimana cara menulis”. Pada baris tersebut terlihat

ambigu, seharusnya yaitu “ tanpamu aku tidak bisa tau bagaimana cara

menulis”. Hal inilah yang menyebabkan sehingga maksud yang akan

disampaikan kepada pembaca belum bisa tersampaikan dengan baik. Puisi di

atas seharusnya ditulis seperti sebagai berikut:

Semangat dan tegaklah seperti batu karang


Keraskan segala usaha
Jangan hanya suara saja
Karena usaha tak menghianati hasil
(P(5)

Bersabar menghadapi tingkah laku kami


Sabarmu tidak dapat ditukar dengan emas ataupun uang
(P(2)

Guruku…
Tanpamu aku tidak bisa tau bagaimana cara menulis
Tanpamu aku tak akan mengerti arti sekolah
(P(2)

Jadi, dapat dilihat bahwa ketika pengelolaan katanya bagus maka pesan

yang ingin disampaikan kepada pembaca juga akan lebih mudah untuk

dipahami.

2. Problematika siswa dalam wujud visual puisi siswa

Berdasarkan hasil puisi siswa, peneliti melihat ada beberapa siswa yang

memiliki prolematika dari wujud visualnya. Siswa yang memiliki

problematika dalam wujud visual puisinya, yaitu P(1), P(3), P(5), P(9), P(10),
P(11), P(12), P(15), P(16), P(17), dan P(18). Namun, dalam wujud visual

tulisan puisi siswa terdapat problematika tipografi yang beragam, yaitu

problematika dalam penggunaan tipografi yang kurang menarik dan

problematika dari tipografi dari segi ejaan. Problematika tersebut dapat dilihat

di bawah ini:

Sahabat engkaulah teman terbaikku


menemani saat suka maupun duka
senantiasa menolongku dikala sedang susah
(P (17))

Jika dilihat penggalan puisi di atas belum memiliki tipografi yang

menarik, karena puisi di atas masih menggunakan tipografi yang sangat biasa,

sehingga puisi tersebut belum terlihat indah dan menarik. Selain itu, jika

dilihat puisi karya P(1) terdapat kesalahan dari segi tipografi ejaan yaitu kata

“terimah kasih gururku”, dan “mengajarkan ku”. Kata yang seharusnya adalah

“terima kasih guruku”. Terdapat juga kesalahan ejaan pada puisi P(3) yaitu

pada kata “se isi”, dan “tempu”. Kata yang seharusnya yaitu “seisi” dan

“tempuh”. Dapat juga dilihat pada puisi P(5) terdapat kesalahan dalam ejaan

yaitu kata “tekat” dan “Negri”. Kata yang seharusnya yaitu “tekad” dan

Negeri”.

3. Problematika siswa dalam menentukan suasan pada puisi

Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa, peneliti melihat ada beberapa

siswa yang memiliki problematika dalam menentukan suasana pada puisi


yang ditulisnya. Problematika tersebut adalah karya P(12), P(13), P(15), dan

P(18). Sebagaimana penggalan puisi di bawah ini:

Gagal adalah awal kesuksesan


Kata-kata yang ku dapat dari seorang
Ilmuan ini bukan janji ataupun mimpi
Pasti sukses akan terjadi aku berdoa,
Berusaha dan percaya selama masih
Hidup kemungkinan pastilah bisa
(P (12)

Pada puisi di atas, puisi tersebut belum mampu membuat pembaca

terhanyut ke dalam suasana puisi yang ingin disampaikan. Hal ini disebabkan

oleh hubungan antarkatanya yang kurang tepat, sehingga berpengaruh

terhadap nada yang akan dihasilkan untuk menimbulkan suasana yang ingin

diciptakan. puisi di atas seharusnya ditulis seperti sebagai berikut:

Gagal adalah awal dari kesuksesan


Kata-kata yang ku dapat dari seorang ilmuan
Ini bukan janji ataupun mimpi
Pasti sukses akan terjadi
Aku berdoa, berusaha, dan percaya
Selama masih hidup
Kita pastilah bisa
(P(12)

Pada puisi di atas telah memiliki hubungan antarkata yang bagus,


sehingga pembaca dapat dengan mudah merasakan suasana yang terdapat
dalam puisi tersebut.

4. Problematika dalam penggunaan bahasa figuratif

Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa, peneliti melihat ada beberapa

siswa yang belum mampu menggunakan bahasa figuratif sebagai ciri khas
puisi, yaitu: puisi P(1), P(2), P(5), P(8), P(9), P(11), P(12), P(13), P(14),

P(15), P(16), P(17), dan P(18). Problematika tersebut dapat dilihat pada pusi

di bawah ini:

Pulpenku
Pulpenku memang murah dan tidak mahal
Tapi bagiku pulpenku itu teramat berharga
Karena dengannya aku belajar merangkai aksara
(P(14))

perkenalkan namaku adalah alam


aku adalah tempat bagi flora dan fauna
di mana bagi hewan-hewan aku adalah rumah mereka
tempat mereka bertumbuh dan berkembang biak, dan mencari makan
melakukan semua aktivitas kehidupan alam
(P(8)

Dari kedua puisi di atas, dapat dilihat bahwa puisi tersebut belum

menunjukkan adanya penggunaan bahasa figuratif sebagai ciri khas puisi,

sehingga puisi tersebut terlihat seperti pada halnya prosa. Hal ini terlihat pada

puisi (P(14)) pada kata “pulpenku”. Pada kata tersebut bukanlah kata figuratif,

kata tersebut hanyalah kata-kata biasa yang umum digunakan pada kehidupan

sehari-hari.

5. Problematika dalam rima

Berdasarka hasil tulisan puisi siswa, peneliti melihat ada siswa yang

belum mampu menggunakan rima yang indah dalam puisi yang ditulisnya,

yaitu terlihat dari puisi karya P(2), P(4), P(6), P(7), P(8), P(9), P(10), P(11),

P(12), P(13), P(14), P(15), P(16), P(17), dan P(18). Problematika dalam

penggunaan verifikasi dapat dilihat dari contoh di bawah ini:


Telah lama waktu yang kita jalani bersama
Saling membantu dan menolong.
Persahabatan kita tak akan lenyap
Meskipun dimakan waktu
(P(17))
Sabar guru
Bersabar menghadapi tingkah laku kami
Sabarmu tidak bisa dibeli dengan
Emas ataupun uang
(P(2))
Berdasarkan puisi di atas, dapat dilihat bahwa belum ada penggunaan rima,

karena puisi di atas tidak terdapat pengulangan bunyi yang berfungsi untuk

memperindah puisi, karena bunyi pada akhir baris yang tidak sama. Contoh pada

puisi P(17), sebagaimana baris pertama bunyi akhirnya –ma, sedangkan baris

kedua bunyi akhirnya –ng, dan pada baris ketiga bunyi akhirnya –ap. Kalimat

dengan bunyi akhir –u terdapat pada baris keempat. Inilah yang menyebabkan

bunyi yang dihasilkan tidak beraturan, sehingga ketika dibaca puisi tersebut tidak

menghasilkan bunyi yang indah untuk didengar.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai problematika siswa kelas X IPA dalam

menulis puisi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung, telah dijumpai berbagai

macam problematika siswa dalam menulis puisi. Puisi memiliki unsur-unsur di

dalamnya, fungsi dari unsur-unsur tersebut adalah untuk memberikan keindahan dan

memberikan kesan tersendiri bagi pembacanya. Sedangkan Kosasih (2012: 97)

mengungkapkan bahwa secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua

macam. Adapun kedua unsur tersebut yaitu:


1. Unsur Fisik

a. Diksi (Pilihan Kata)

Berdasarkan data mengenai problematika siswa dalam menulis puisi, peneliti

telah mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa dari 18 siswa 38,8% siswa

memiliki problematika dalam menentukan diksi. Problematika tersebut

disebabkan karena siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah pada saat

pembelajaran berlangsung, sehingga pengelolaan kata pada puisinya masih

memiliki kesalahan. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, siswa

mengungkapkan bahwa mereka kesulitan dalam menentukan diksi pada tulisan

puisinya. Sebagaimana pada puisi siswa sebagai berikut:

Semangat tegaklah seperti batu karang.


Keraskan segala usaha kita, jangan hanya suara kita.
Karena usaha tak menghianati hasil kita (P((2))
Berdasarkan puisi di atas pengelolaan diksi katanya masih kurang tepat karena

siswa masih memasukkan dialek bahasa daerahnya. Hal ini terjadi karena siswa

masih terbiasa menggunakan bahasa daerah sehingga terbawa kepenulisan

puisinya. Padahal diksi merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan

dalam penulisan puisi. Sebagaimana yang dikemukakan Kosasih bahwa diksi atau

pilihan kata merupakan dasar atau inti pembangun puisi, sehingga diksi memiliki

peran yang sangat penting dalam proses menulis puisi. Selain itu, menurut

Waluyo (2003: 72) diksi merupakan kata-kata yang terdapat dalam puisi yang

telah dipilih dan disusun oleh penyair dengan mempertimbangkan maknanya,


komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata-kata itu ditengah konteks

kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi.

Berdasarkan pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa diksi

merupakan hal yang sangat diutamakan dalam menulis sebuah puisi. Ketepatan

penulis dalam pemilihan kata dapat menjadi kekuatan utama dalam puisi yang

ditulisnya.

b. Pengimajinasian

Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa sudah mampu menggunakan

pengimajinasian dalam puisi yang mereka tulis. Namun, pengimajinasian yang

digunakan masih dalam taraf dasar, karena siswa pada jenjang Madrasah/SMA

belum memiliki pengalaman yang lebih untuk menulis puisi yang tinggi akan

imaji.

Matahari telah memancarkan sinar


Membunuh malam yang sunyi
Rasa lelah letih
Telah pergi menemani malam
(P(4))

Berdasarkan penggalan pada puisi di atas, dapat dilihat bahwa puisi tersebut

menggunakan pengimajinasian atau citra penglihatan ini terlihat dari kata

“matahari telah memancarkan sinar”. Pada puisi di atas masih pada taraf dasar.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sayuti bahwa pengimajinasian atau citraan

adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan gambaran-gambaran

angan atau imajinasi. Pradopo (dalam Wiyatmi, 2006: 68) mengemukakan bahwa
citraan adalah gambaran-gambaran dalam pikiran dan bahasa yang

menggambarkannya. Jadi pengimajinasian atau citraan dalam puisi adalah

gambaran angan yang terbentuk dan diekspresikan melalui media bahasa yang

merupakan hasil pengalaman indra manusia.

2. Kata Konkret

Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperjelas. Jika

penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka seolah-olah pembaca melihat,

mendengar atau merasakan apa yang dilukiskan penyair.

Berdasarkan semua hasil tulisan puisi siswa, secara keseluruhan siswa sudah

mampu menggunakan kata konkret dalam puisinya. Sehingga pembaca sudah

mampu membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan

dalam setiap puisi yang ditulis. Dapat dilihat dari puisi siswa sebagai berikut:

Masa tetap berlanjut


Rindu ini terbengkalai
Kepadanya yang teduh
Jauh dari risau
Aku di sini rindu
Tak kuasa tahan bisu
Berucap tapi semu
Aku hanya ingin bersua denganmu
Walau hanya khayalan semu
(P(10))

Pada puisi di atas dalam setiap katanya bisa dikatakan sudah sangat konkret.

Ini dapat dibuktikan ketika puisi di atas dibaca. Seolah-olah pembaca melihat,

mendengar atau merasakan apa yang dilukiskan penyair. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Kosasih bahwa untuk membangkitkan imaji pembaca, kata-

kata harus diperjelas. Selain itu Wicaksono (2014:25) mengungkapkan bahwa

kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk

menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk

membangkitkan imaji pembaca.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat simpulkan bahwa jika penulis

mahir memperkonkret kata-kata maka pembaca akan merasa seolah-olah dapat

melihat, mendengar, atau merasakan apa yang lukiskan oleh penyair.

3. Bahasa Figuratif (Majas)

Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa, peneliti mendapatkan hasil yang

menunjukkan bahwa dari 18 jumlah siswa terdapat 72,2% siswa memiliki

problematika dalam penggunaan bahasa figuratif. Problematika tersebut

disebabkan karena adanya siswa yang kurang menyukai pembelajaran menulis

puisi. Menulis puisi pada dasarnya harus didasari oleh keinginan seorang penulis,

karena menulis puisi sangat membutuhkan daya khayal (imajinasi) yang tinggi,

dan penulis memang dituntut untuk mampu menggunakan bahasa figuratif dalam

tulisan puisinya. Sebagaimana contoh puisi siswa di bawah ini:

Ibu
Sembilan bulan kau mengandung
Hingga aku dilahirkan
Kau mendidikku
Membesarkanku sampai sekarang
(P(11))
Berdasarkan dari penggalan puisi di atas, dapat dilihat bahwa masih belum

ada bahasa-bahasa figuratif yang terdapat di dalam puisi tersebut. Kata-kata yang

digunakanpun merupakan kata-kata yang umum dipakai. Sehingga terlihat biasa

saja. Sebagaimana Kosasih mengemukakan bahwa bahasa figuratif ialah bahasa

yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan

dengan benda atau kata lain. Bahasa figuratif atau bahasa kiasan yang digunakan

oleh penyair memiliki peranan penting sebagai upaya penyair dalam

menggandakan makna dalam sajaknya. Sayuti (2002:195) menyatakan bahwa

bahasa kias dalam puisi berfungsi sebagai sarana pengedepanan sesuatu yang

berdimensi jamak dalam bentuk yang sesingkat-singkatnya.

Sedangkan menurut Abrams (dalam Wiyatmi, 2006: 64) bahasa kias sebagai

salah satu kepuitisan berfungsi agar sesuatu yang digambarkan dalam puisi

menjadi jelas, hidup, intensif, dan menarik. Menurut Pradopo (dalam Suryaman,

2012: 50), mengungkapkan bahwa bahasa figuratif terdiri atas

perbandingan/perumpamaan, metafora, personifikasi, hiperbola, metonimia,

sinekdoki, dan allegori.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif adalah bahasa kias yang

digunakan penyair dalam puisi yang ditulisnya yang memiliki peran penting agar

puisi yang dihasilkan dapat lebih jelas, hidup, intensif, dan lebih menarik.

4. Rima

Berdasarkan hasil tulisan puisi, mengenai problematika siswa dalam menulis

puisi, peneliti telah mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa dari 18 jumlah
siswa terdapat 83,3% siswa memiliki problematika dalam menggunakan rima.

Problematika tersebut disebabkan karena siswa belum terlalu memahami

mengenai rima, sebagaimana diketahui rima adalah segala sesuatu berkaitan

dengan teknik seorang penulis dalam menyusun kata pada tiap bait dan barisnya,

sehingga ketika dibaca puisi akan menjadi sesuatu yang lebih indah untuk dibaca

dan didengar. Pada saat wawancara siswa mengungkapkan bahwa mereka

memang sangatlah kesulitan dalam teknik penulisan puisi. Sebagaimana contoh

puisi siswa di bawah ini:

Telah lama waktu yang kita jalani bersama


Saling membantu dan menolong.
Persahabatan kita tak akan lenyap
Meskipun dimakan waktu
(P(17))
Berdasarkan penggalan puisi di atas, dapat dilihat bahwa pada penggunaan

rima pada puisi tersebut masih sangat tidak beraturan, sehingga ketika puisi

dibaca hal yang dihasilkan menjadi sesuatu yang begitu biasa-biasa saja. Bunyi

yang dihasilkan tidak beraturan pada setiap akhir baris. Sehingga tidak

menghasilkan bunyi yang indah karena tidak beraturannya bunyi pada tiap akhir

baris. Sebagaimana baris pertama bunyi akhirnya –ma, sedangkan baris kedua

bunyi akhirnya –ng, dan pada baris ketiga bunyi akhirnya –ap. Kalimat dengan

bunyi akhir –u terdapat pada baris keempat.

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Kosasih bahwa rima adalah suatu

pengulangan bunyi yang ada dalam sebuah puisi. Selain itu, Jabrohim (2009:53-

54), mengemukakan bahwa rima adalah suatu pengulangan bunyi dalam setiap
baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau bahkan juga terdapat pada

keseluruhan baris atau bait puisi yang ditulisnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

rima merupakan salah satu aspek bunyi yang membantu menciptakan sebuah

musikalitas di dalam puisi yang dapat memperindah puisi yang diciptakan

penulis.

5. Wujud Visual Puisi

Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa, peneliti mendapatkan hasil yang

menunjukkan bahwa dari 18 jumlah siswa terdapat 61,1% siswa mengalami

problematika dalam wujud visual puisi. Hal ini disebabkan karena siswa masih

belum memahami apa itu wujud visual puisi karena kurangnya membaca.

Sehingga siswa mengalami problem pada tipografi dan ejaan dalam tulisan

puisinya yang ditulisnya. Sebagaimana contoh puisi siswa di bawah ini:

Ibu…kau yang melahirkanku, merawatku,


Memberi kasih sayang kepadaku. kau yang memberi
Asi kepada anakmu dan kaupula yang membesarkanku mulai kecil sampai
sebesar ini.
(P(18))

Berdasarkan puisi di atas, peneliti dapat simpulkan bahwa larik/ baris pada

bait tersebut tidak jelas sehingga pembaca bingung di mana memulai dan di

bagian mana akhir dari larik atau baris pada puisi tersebut. Seperti yang telah

dikemukakan oleh Kosasih bahwa tipografi merupakan suatu pembeda yang

sangat penting antar puisi dengan prosa dan drama. Selain itu, menurut Sayuti

(2002:329), tipografi adalah bentuk visual puisi yang berupa tata huruf dan tata

baris dalam puisi. Jadi dapat disimpulkan bahwa wujud visual puisi harus benar-
benar diperhatikan dalam penulisan puisi karena wujud visual merupakan hal

pertama yang dilihat oleh pembaca.

3) Unsur Batin

e) Tema

Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa, peneliti mendapatkan hasil yang

menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menentukan tema pada puisi yang

ditulisnya. Sehingga pembaca mampu menemukan tema pada puisi yang

dibacanya. Sebagaimana contoh puisi siswa di bawah ini:

Permataku….
Ke mana lagi engkau akan ku cari
Seisi dunia telah aku datangi untuk mencarimu
Dan tak aku temui secuil berita pun tentangmu
(P(3))

Berdasarkan penggalan puisi di atas, dapat dilihat bahwa tema dari puisi

tersebut yaitu tentang kehilangan. Pembaca akan langsung dapat menemukan

tema yang terdapat dalam puisi tersebut ketika puisinya dibaca secara sungguh-

sungguh. Sebagaimana Aminuddin (2009:150), mengungkapkan bahwa tema

adalah pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya.

Selain itu, menurut Waluyo (2005:17), tema adalah gagasan pokok yang

dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tema

adalah suatu hal yang sangat penting dalam penulisan puisi karena puisi adalah

gagasan pokok dari sebuah puisi yang ditulis.

f) Perasaan/Rasa
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair.

Bentuk ekspresi itu bisa berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada

kekasih, alam atau sang Khalik. Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa, peneliti

menemukan hasil yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan tulisan puisi

siswa sudah mampu membuat pembaca merasakan apa yang ingin

disampaikannya. Hal ini terlihat disetiap tulisan puisi siswa. Sebagaimana contoh

puisi siswa di bawah ini:

Permataku ….
Engkau telah pergi meninggalkan kesan
Kesan yang tidak dapat aku lupakan
Engkau telah pergi meninggalkan kenangan
Kenangan yang tidak dapat aku temui dari orang lain..
(P(3))

Berdasarkan puisi di atas, dapat dilihat bahwa pada puisi tersebut sudah

mampu membuat pembaca merasakan apa yang ingin disampaikan yaitu penulis

merasakan perasaan sedih karena ditinggalkan oleh sang kekasih. Seperti yang

dikemukakan oleh Kosasih bahwa puisi merupakan karya sastra yang paling

mewakili ekspresi perasaan. Selain itu, Menurut Djojosuroto (2005:26)

menyatakan bahwa dalam puisi dapat mengungkapkan perasaan penyair. Jadi

dapat peneliti simpulkan bahwa dalam menulis puisi penulis harus bisa menulis

sebuah puisi yang mampu membuat para pembaca dapat merasakan apa yang

dirasakan penulis dalam puisinya.

g) Suasana
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu. Suasana

adalah akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca. Berdasarkan

hasil tulisan puisi siswa, peneliti menemukan hasil yang menunjukkan bahwa dari

18 jumlah siswa terdapat 22,2% siswa mengalami problematika dalam

menentukan suasana pada tulisan puisinya. Hal ini disebabkan karena siswa

dalam tulisan puisinya tidak padu dalam pengelolaan katanya dan hubungan

antarkatanya kurang tepat, sehingga suasana yang ingin disampaikan menjadi

tidak tercipta dan tidak begitu dapat dirasakan oleh pembaca. Sebagaimana

contoh puisi siswa di bawah ini:

Derita siang dan malam menimpamu


Tak sedetikpun kau mengeluh
Dan yang selalu kau berkata
Padaku aku menyayangimu
Sekarang dan waktu aku tak
Lagi bersamamu aku menyayangimu
anakku dengan ketulusan hatiku
(P(15))
Berdasarkan penggalan puisi di atas, dapat dilihat bahwa puisi P(15) belum

mampu menciptakan membangkitkan suasana yang ingin disampaikan kepada

pembaca karena pengelolaan katanya tidak padu. Sebagaimana dikemukakan

Jabrohim (2009:66), mengemukakan bahwa suasana merupakan keadaan jiwa

pembaca setelah membaca puisi tersebut, atau dampak psikologis yang

ditimbulkan puisi tersebut terhadap pembaca.

h) Amanat
Berdasarkan hasil tulisan puisi siswa, peneliti menemukan hasil yang

menunjukkan bahwa secara keseluruhan tulisan puisi siswa sudah mampu

menciptakan amanat yang dapat dipahami oleh pembaca. Sebagaimana contoh

puisi siswa di bawah ini:

Hadirkan kursi bukan untuk jadi rebutan


Tapi tempat untuk berbicara
Mewakili kaum tani yang tertindas
Dan para pengarung ombak yang terluka
Hadirkan kursi bukan untuk kepentingan
Supaya perut natural tak lagi kembung
Dan mulut masih mengoceh untuk perut yang kelaparan
Karena masih banyak terkumpul karung
Dan baju koyak tergeletak dibibir jalan
Menunggu kalian yang bersuara atas nama rakyat
(P(7))

Berdasarkan puisi di atas, dapat dilihat bahwa siswa sudah mampu

menciptakan amanat yang dapat dipahami oleh pembaca. Sebagaimana puisi

tersebut memberikan pesan kepada pemerintah supaya dapat memimpin dengan

baik dan dapat menepati janji yang telah dijanjikan kepada rakyat. Sebagaimana

dikemukakan oleh Wardoyo (2013:53), bahwa amanat adalah ajaran moral atau

pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. selain itu,

menurut Waluyo (2009:67), mengemukakan bahwa amanat tersirat dibalik kata-

kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang diuangkapkan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang secara tersirat ingin

disampaikan penulis kepada pembaca melalui puisi yang ditulisnya.

BAB V
PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya mengenai hasil penelitian dan

pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa problematika siswa kelas X

IPA di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung dalam menulis puisi,

problematika tersebut yaitu:

1. Problematika dalam menentukan diksi, problematika tersebut mengenai hubungan

antarkatanya yang masih kurang tepat dan juga pengelolaan katanya masih kurang

menarik.

2. Problematika dalam wujud visual puisi, yaitu seperti tipografi kurang menarik

dan ejaan pada tulisan puisi siswa.

3. Problematika dalam menentukan suasana pada hasil tulisan puisi siswa.

4. Problematika dalam penggunaan bahasa figuratif yang merupakan ciri khas

sebuah puisi.

5. Problematika dalam rima sehingga puisi yang ditulis siswa terlihat biasa-biasa

saja dan kurang indah untuk dilihat.

B. Saran

Berdasarkan berbagai macam problematika siswa dalam menulis puisi yang telah

diuraikan dalam penelitian ini, maka saran dari peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru

Guru disarankan menggunakan metode serta media pembelajaran yang kreatif

dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran menulis puisi.

2. Bagi Siswa

Berdasarkan hasil penelitian mengenai problematika siswa dalam menulis

puisi, ternyata masih banyak problem yang dihadapi siswa dalam menulis puisi,

terutama dari rima, wujud visual puisi, dan figuratif puisi. siswa disarankan

untuk dapat memahami apa saja unsur-unsur pembangun dalam puisi dengan

baik, agar puisi yang dihasilkan dapat membuat pembaca lebih paham dan

puisinya juga bisa lebih menarik untuk dibaca.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, Sabarti dkk. 2012. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Aisyah, Airin. 2016. Problematika Penulisan Puisi Siswa Kelas VII J SMP N 5 Kota
Jambi Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi tidak diterbitkan. Jambi:
Universitas Jambi.

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bunda, M.M . 2017. Kemampuan Menulis Puisi Bebas siswa kelas VII SMP Negeri 1
Pangsit Kabupaten Sidenreng Rappang. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta; Muhammadiyah University


Press.

Tarigan, H.G. 2013. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Hastiyanti. 2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Ilustrasi


Musik pada Siswa Kelas IX MTs. Guppi Al-Abrar Biringbulu. Skripsi tidak
diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Jabrohim, dkk. 2009. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Komaidi, Didik. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif Teori dan Praktek.

Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.


Khasanah, Umi. 2011. Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Bebas
Menggunakan Mind Map untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Soka
UPT Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: UNY.FIP.
Kusnadi, Wasrie. 2008. Kumpulan Peribahasa disertai Pantun dan Puisi.
Yogyakarta: Lingkar Media.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Munirah. 2018. Evaluasi Keterampilan Berbahasa Indonesia. Berkah Utami.

Musfah, Jejen. 2016. Tips Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Fajar.

Oktavia, W.C. 2014. Problematika Siswa Kelas X dalam Menulis Puisi di SMA
Negeri 6 Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun
Ajaran 2013/2014. Skripsi tidak diterbitkan. Bengkulu: Universitas
Bengkulu.

Restu, Arwini. 2019. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui


Media Berita Dengan Metode Terbimbing Pada Siswa Kelas X SMK
Selayar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Rokhman. 2015. Kendala Menulis Bagi Penulis Pemula. (Online).


(https://www.kompasiana.com/omank/5619bdd3c1afbd0b048b4567/kendal
a-menulis-bagi-penulis-pemula). Diakses 9 Januari 2020.

Rimang, S.S. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aura Pustaka.

Sayuti, Suminto. 2002. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media

Semi, A. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:


Alfabeta.

Suharsini. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka


Cipta.

Suryaman, Maman, dkk. 2012. Puisi Indonesia. Yogyakarta: Ombak

Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika
Aditama.

Toyidin. 2013. Sastra Indonesia Puisi Prosa Drama. Subang: CV. Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.
Waluyo, Herman. 2003. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiwa. Jakarta:
Gramedia

2005. Apresiasi Puisi Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta:


Gramedia

Wardoyo, Sigit. 2013. Teknik Menulis Puisi. Jakarta: Graha Ilmu.

Wicaksono, Andri. 2014. Menulis kreatif sastra: dan beberapa model


pembelajarannya. Yogyakarta: Garuda Waca

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Yulianti, Santi. 2014. Problematika Siswa dalam Menulis Naskah Drama di SMP
Negeri 01 Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. Skripsi tidak diterbitkan.
Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Yunus, S . 2015. Kompetensi Menulis Kreatif. Bogor: Ghalia Indonesia.
L
A
M
P
I
R
A
N
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
1 Alfi Safira P(1)

No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik


2 Amiratul Istiqamah P(2)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
3 Andhika P(3)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik

4 Dimas Andrian P(4)

No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik


5 Erni Esti Rahayu P(5)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
6 Fadhilah Ainur Zahra P(6)

No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik


7 Ikram P(7)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
8 Khaerana Muthia Alim P(8)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
9 Muh Irham Gani P(9)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
10 Mutmainnah P(10)

No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik


11 Natasya P(11)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
12 Nur Annisa M P(12)

No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik


13 Nur Syamsinar P(13)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik

14 Nurfadhila Musdah P(14)

No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik


15 Rahmadani P(15)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
16 Ruqayah P(16)

No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik


17 ST. Aisyah P(17)
No Nama Siswa Inisial Nama Peserta Didik
18 Umniya Nur Faadiyah P(18)
INSTRUMENT WAWANCARA

5) Bagaimana menurut anda mengenai pembelajaran daring (online) dalam

pembelajaran menulis puisi?

6) Apa saja kesulitan yang anda alami pada saat menulis puisi?

7) Apakah anda tidak terganggu menulis puisi dengan lingkungan sekitar anda?

8) Apakah anda menyukai pembelajaran menulis puisi? jelaskan!

HASIL WAWANCARA

a. Hasil wawancara dengan Erni Esti Rahayu

1. Menurut saya pembelajaran yang kita lakukan pada saat pandemik ini sedikit

terganggu karena saya sebagai peserta didik tidak dapat mendengarkan

penjelasan secara langsung dari guru dan itu menyebabkan ada diantara kami

yang sedikit kurag mengerti.

2. Kesulitan saya dalam menulis puisi yaitu kesulitan dalam menentukan judul

dan kesulitan dalam merangkai kata/diksi dalam menulis puisi

3. Tidak, karena dilingkungan saya justru bisa mendapat inspirasi.

4. Saya sangat menyukai karena dapat mengajari kita cara merangkai kata

menjadikannya suatu kalimat dan melatih otak kita untuk selalu berfikir pada

saat diberi tugas membuat puisi.

b. Hasil wawancara dengan Rahmadani

1. Alhamdulillah baik dan lancar. Namun kesulitan memahami materi karena

tidak adanya buku paket.


2. Kesuliatan saya yaitu dalam menyusun kata-kata

3. Tidak, karena di situ kita bisa menyesuaikan kata-kata apa yang cocok dengan

judul puisi kita.

4. Tidak terlalu suka karena menurut saya dalam menulis puisi itu sangat sulit.

c. Hasil wawancara dengan Mutmainnah

1. Menurut saya pembelajaran yang dilakukan pada saat pandemik ini sangat

memilki kesulitan karena kita tidak dapat bertatap muka secara langsung

dengan guru. Dan tidak bisa dikontrol langsung oleh guru. Sehingga kami

kadang tidak mengerti dengan materi pembelajaran.

2. Kesulitan saya yaitu susah untuk memikirkan bagaimana cara menyusun kata-

kata dan menentukan tema.

3. Tidak karena suasana di lingkungan saya sangat tenang.

4. Kadang suka dan kadang tidak terlalu suka karena susah menyusun kata-kata.

d. Hasil wawancara dengan Nur Annisa M.

1. Menurut saya tentang pembelajaran daring (online) ini sangatlah sulit karena

ada biasa teman-teman saya yang belum mengerti tentang materi yang guru-

guru sampaikan dan juga dalam menulis sebuah puisi itu sangatlah sulit

karena kita harus memikirkan kata-kata dan judulnya.

2. Kesulitan saya yaitu kesulitan dalam menemukan judul, kesulitan menyusun

kata/diksi, kesulitan dalam teknik menulis puisi, dan kesulitan menyesuaikan

tema.
3. Lumayan terganggu karena adik saya selalu ganggu saya saat menulis puisi

dan pada saat saya memikirkan kata-kata yang akan saya tulis, adik saya

selalu mengganggu.

4. Lumayan suka, karena saya juga suka membaca dan menurut saya menulis

puisi itu untuk mengasa otak kita.


Persentase Problematika Siswa dalam Menulis Puisi

No Problematika Siswa dalam Menulis Persentase Keterangan


Puisi Problematika
1 Problematika dalam Menentukan 7 X 100 % Baik
Diksi 18
= 38,8 %
2 Problematika dalam Penggunaan 13 x 100 % Kurang
Bahasa Figuratif 18
= 72,2 %
3 Problematika dalam Penggunaan 15 x 100% Sangat Kurang
Rima 18
=83,3 %
4 Problematika dalam Wujud Visual 11 x 100% Kurang
Puisi 18
= 61,1%
5 Problematika dalam Menentukan 4 x 100% Baik
Suasana pada Puisi 18
= 22,2%
(Oktavia, 2014: 79)

Keterangan: 10% - 20% : Sangat Baik

21% - 40% : Baik

41% - 60% : Cukup

61% - 80% : Kurang

81% - 100%: Sangat Kurang


DOKUMENTASI

Pengantaran surat penelitian kepada kepala sekolah M.A. Muhammadiyah Limbung

Siswa Kelas X IPA M.A. Muhammadiyah Limbung


RIWAYAT HIDUP

Hasmawati, dilahirkan di Rannaya pada tanggal 22


Oktober 1997. Anak Kedua dari Empat Bersaudara. Dari
Pasangan Ayahanda Ramma’ dan Ibunda Lima’. Penulis
masuk Sekolah Dasar pada Tahun 2004 di SD Inpres
Je’nebatu dan tamat pada Tahun 2010, Tamat di Mts.
Muhammadiyah Limbung 2013, dan Tamat di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah Limbung Tahun 2016. Pada
Tahun (2016), Penulis Melanjutkan Program Strata Satu
(S1) ), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Berkat kasih sayang Allah SWT, iktiar yang disertai iringan doa dari orang
tua dan saudara, perjuangan panjang penulis dapat berhasil dengan tersusunnya
Skripsi yang Berjudul: “Problematika Siswa Kelas X dalam Menulis Puisi di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa”.

Anda mungkin juga menyukai