Oleh
Siti Masypuroh
NIM. 109013000067
i
ABSTRAK
Siti Masypuroh. 109013000067. Error the use of affixes on the Seventh Grade
Students of Junior Secondary School in Descriptive Article Writing Skill at SMP
Djojoredjo Pamulang Year 2015/2016.
The objective of this study is to describe students’ skill in writing descriptive
article by using the appropiate affix morpheme. The subject of this study is the
seventh grade students at SMP Djojoredjo Pamulang. This study focuses on giving
assignment to the students to make a descriptive article about the recreation area had
been visited. Data collected are thirty six descriptive article. The method used in this
study is descriptive method. After the data collected from the observations then it is
described in writing. The analysis technique used by the researcher is clasification,
coding, tabulation, corection, calculation, interpretation, and conclusion.
The result of this study shows that thirty six descriptive article that were
analyzed, obtained thirty five descriptive article included in error affix morpheme use.
Errors that are often made by the students are use of prefixes with the presentation
87,3%. Any misuse confix reached 2,2%, suffix usage errors 12,6%, and while infix is
not found error.
ii
KATA PENGANTAR
iii
7. Ayahanda Akhmad Rofa’i dan Ibunda Khofifah, yang tak pernah lelah menemani
perjalanan hidup penulis dengan ketulusan cinta kasihnya. Semoga Allah selalu
memberikan berkah kepada mereka.
8. Keluarga (Toto Edi Darmo, Ahmad Abdul Ghofir, Siti Khanifah, Siti Khalimah,
Ma’muroh, Aisyatul Kiromah, Khabiburrohman, Dani Irvannaji, Nadia Farahnaz,
dan Alvaro Zulfahdi Ahmad) yang selalu memberikan dukungan dan
mendampingi selama penulis menyelesaikan skripsi.
9. Dra. Tri Tjiptaning Lestari, selaku kepala SMP Djojoredjo beserta seluruh stafnya
yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
10. Keluarga besar SMP Djojoredjo, tempat belajar untuk menjadi pendidik yang
dapat membimbing siswa menjadi generasi yang cerdas dan berbudi pekerti baik.
10. Keluarga besar KPA. Arkadia UIN Jakarta, tempat belajar berorganisasi dan
memaknai “arti kebersamaan adalah awan yang berarak” dalam perjalanan
menapaki bentangan sayap albatros dan samudera oranye.
11. Keluarga PBSI angkatan 2009 terutama Dina Yustiana, Siti Wardatul Uyun,
Nugraha Ria H.S, Siti Nurfitriani, Ika Setiawati, terima kasih telah mengukir
kenangan yang penuh kesan dalam hari-hari penulis.
12. Teman seperjuangan sampai titik penghabisan, Yeni, Ayu, Memey, Dita, Sita,
Haula, Boby, Amin, Boim, Arif, Towi, Sai.
12. RKUmes tetes Hujanku, yang selalu menjelma menjadi rintik rindu yang
membelenggu dan menjadi penyemangat yang luar biasa bagi penulis. Bersyukur
pernah mengenalmu, darimu setidaknya aku belajar tentang kebijakan,
ketenangan, dan kesederhanaan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
C. Interpretasi Data ................................................................................................ 103
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................................... 105
B. Saran ................................................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
Batu Ulo)
Tabel 4.11 Analisis Penggunaan Morfem dalam 42
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Alya Bella Shalimar
(Keindahan Pulau Bunaken)
Tabel 4.12 Analisis Penggunaan Morfem dalam 44
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Anggi Rahmawati
(Menikmati Indahnya Laut Sosro)
Tabel 4.13 Analisis Penggunaan Morfem dalam 45
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Arya Saputra (Lippo
Cikarang)
Tabel 4.14 Analisis Penggunaan Morfem dalam 48
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Aziiz Rasyid (Pesona
Pantai Anyer)
Tabel 4.15 Analisis Penggunaan Morfem dalam 50
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Bima Abed Nego
(Gunung Tangkuban Perahu)
Tabel 4.16 Analisis Penggunaan Morfem dalam 52
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Davin Prayoga (Candi
Borobudur)
Tabel 4.17 Analisis Penggunaan Morfem dalam 53
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Dhea Paulina Putri
(Taman Matahari)
Tabel 4.18 Analisis Penggunaan Morfem dalam 55
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Faldi Apriadi (Pantai
Kuta)
viii
Tabel 4.19 Analisis Penggunaan Morfem dalam 57
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Fandy Ahmad Saputra
(Jungle Land)
Tabel 4.20 Analisis Penggunaan Morfem dalam 60
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Gerry Novian (Lava
Merapi)
Tabel 4.21 Analisis Penggunaan Morfem dalam 62
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Jovanka Ceizilia (Pantai
Alam Indah Tegal)
Tabel 4.22 Analisis Penggunaan Morfem dalam 65
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Latifah (Ciwangun
Indah Camp)
Tabel 4.23 Analisis Penggunaan Morfem dalam 67
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Leonardi Dharma Adjie
(Wisata Jungle Land)
Tabel 4.24 Analisis Penggunaan Morfem dalam 70
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa M. Ridwan (Candi
Prambanan)
Tabel 4.25 Analisis Penggunaan Morfem dalam 73
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa M. Rizki Irawan (Pantai
Indrayanti)
Tabel 4.26 Analisis Penggunaan Morfem dalam 75
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Mario Pandapotan
(Pesona Indah Danau Toba)
Tabel 4.27 Analisis Penggunaan Morfem dalam 78
ix
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Nina Adelia Aryani
(Indahnya Pulau Bunaken)
Tabel 4.28 Analisis Penggunaan Morfem dalam 80
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Rachma Triana
(Menikmati Malam di Malioboro)
Tabel 4.29 Analisis Penggunaan Morfem dalam 81
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Rio Pradana Putra (Air
Terjun Cibereum)
Tabel 4.30 Analisis Penggunaan Morfem dalam 83
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Reo Kencana (Kebun
Binatang Ragunan)
Tabel 4.31 Analisis Penggunaan Morfem dalam 84
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Septi Dewi Lestari (Situ
Patenggang)
Tabel 4.32 Analisis Penggunaan Morfem dalam 86
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Sinta Dea Amanda
(Taman Impian Jaya Ancol)
Tabel 4.33 Analisis Penggunaan Morfem dalam 88
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Siti Hardyanti (Gua
Jatijajar)
Tabel 4.34 Analisis Penggunaan Morfem dalam 90
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Trisna Nur Febriansyah
(Wisata Baturraden)
Tabel 4.35 Analisis Penggunaan Morfem dalam 91
Keterampilan Menulis Karangan
x
Deskripsi Siswa Vinsenso Budiman
(Pantai Tanjung Kait)
Tabel 4.36 Analisis Penggunaan Morfem dalam 94
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Vito Vario (Indahnya
Dusun Bambu Bandung)
Tabel 4.37 Analisis Penggunaan Morfem dalam 95
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Yasin Fadillah (Keraton
Yogyakarta)
Tabel 4.38 Analisis Penggunaan Morfem dalam 97
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Zahra Ariela Yusri
(Dufan)
Tabel 4.39 Analisis Penggunaan Morfem dalam 98
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Zahran Tama A.
(Sawarna)
Tabel 4.40 Analisis Penggunaan Morfem dalam 100
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Julianti Sekar Wangi
(Pantai Ujung Genteng)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
cukup kompleks. Selain itu kemampuan menulis juga suatu kemampuan
bahasa yang semakin penting untuk dikuasai.
Selain karena pentingnya menulis yang telah dipaparkan di atas,
menulis juga menjadi cara seseorang untuk mencurahkan perasaannya dan
menuangkan apa yang ada di pikirannya. Dengan menulis seseorang menjadi
lebih ekspresif. Dalam menulis, siswa diharapkan mampu mengungkapkan
pikirannya dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Begitu juga dalam penggunaan morfem terutama afiks. Hal ini
menjadi sesuatu yang tidak boleh diabaikan karena kesalahan dalam
menggunakan morfem terutama afiks menjadi sebuah kesalahan berbahasa
yang akan mengakar jika menjadi pembiasaan.
Pembelajaran menulis merupakan salah satu kompetensi yang sulit
untuk dikuasai siswa. Hal ini dibuktikan dengan minimnya minat siswa dalam
menulis, padahal pemebalajaran menulis karangan memiliki fungsi positif.
Fungsi tersebut ialah mengasah kemampuan berpikir siswa dan melatih cara
berpikir kreatif serta meningkatkan kemampuan berbahasa.
Kesalahan berbahasa, sering dijumpai dalam bentuk tulisan maupun
lisan. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII Sekolah Menengah
Pertama salah satu kesalahan dalam bentuk tulisan adalah menulis karangan
deskripsi. Keterampilan menulis karangan ini penting untuk diajarkan karena
menulis memiliki beberapa manfaat, yaitu pemahaman, mengekspresikan diri,
membantu mengembangkan kepuasan pribadi, dan mengembangkan
kemampuan menggunakan bahasa.
Sebuah karangan disusun dengan memanfaatkan dengan bahasa
tulis. Menulis sebuah karangan harus menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Bentuk yang tepat untuk menganalisis letak sebuah kesalahan dalam
karangan adalah dengan menggunakan bidang morfologi, karena dalam
bidang morfologi mencakup aspek seluk beluk bentuk kata dan perubahan-
perubahannya terhadap golongan dan arti kata.
Dalam pembelajaran di kelas, ketika siswa diminta untuk menulis
karangan deskripsi, ada beberapa kesalahan yang menjadi perhatian guru.
2
Salah satu kesalahan tersebut adalah kurang tepatnya siswa dalam
menggunakan afiks atau imbuhan saat menulis karangan. Padahal ini bukan
hal yang sulit ketika dipelajari dengan baik. Namun karena beberapa faktor
yang telah dijelaskan di atas, siswa menjadi kurang teliti dan melakukan
beberapa kesalahan. Dalam hal ini, beberapa siswa tanpa sadar menganggap
apa yang ditulisnya sudah benar padahal masih terdapat beberapa kesalahan.
Untuk itu, siswa perlu pembiasaan agar mampu menguasai bahasa
secara baik dan mengurangi kesulitan dalam membuat karangan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara sering mengajak siswa untuk berlatih menulis di kelas
maupun di rumah dan mengoreksi kesalahan-kesalahan siswa dengan
menjelaskan secara rinci di mana letak kesalahannya. Dengan demikian,
kesalahan dalam menulis karangan dapat diminimalisir demi teerciptanya
siswa yang berkompetensi dalam menulis dengan bahasa yang baik dan benar
sesuai kaidah bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul penelitian
Kesalahan Penggunaan Afiks dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Djojoredjo, Pamulang, Tangerang Selatan,
Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisis kesalahan
berbahasa siswa, khususnya pada penggunaan afiks dalam karangan deskripsi
siswa kelas VII semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang, Tangerang
Selatan. Penulis juga ingin mengetahui seberapa besar rata-rata kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dalam penggunaan afiks atau imbuhan saat
menulis karangan deskripsi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah-masalah yang
dapat timbul adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan afiks yang tidak tepat dalam menulis karangan deskripsi
siswa kelas VII SMP Djojoredjo.
3
2. Minat siswa dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas VII SMP
Djojoredjo.
3. Tingkat kesalahan yang dilakukan dalam menulis karangan deskripsi
siswa kelas VII SMP Djojoredjo.
C. Batasan Masalah
Pembahasan masalah dalam penelitian ini diupayakan sefokus
mungkin. Untuk itu, diperlukan adanya batasan masalah. Dalam penelitian
ini, penulis memfokuskan masalah analisis kesalahan morfologi pada aspek
afiksasi, yang meliputi: prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks dalam
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VII semester ganjil di
SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah kesalahan penggunaan afiks (prefiks, infiks, sufiks, dan
konfiks) dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VII
semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan
penggunaan afiks dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas
VII semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016.
Selain itu, jika ditemukan kesalahan dalam karangan deskripsi siswa, maka
dapat dijadikan pembelajaran untuk penulis dan tenaga pengajar yang ada di
lingkungan sekolah SMP Djojoredjo, Pamulang.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
4
a. Siswa akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
b. Mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam keterampilan
menulis karangan deskripsi dengan penggunaan morfem afiks yang
tepat.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi pembelajaran siswa agar dapat mengasah keterampilan
menulis, khususnya menulis karangan deskripsi.
b. Menjadi acuan bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis
karangan deskripsi siswa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
c. Bagi peneliti untuk memberikan sumbangan terhadap pola penyajian
dan pengembangan bahasa terutama bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi baik lisan maupun tulisan.
d. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk
penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan morfologi dalam
keterampilan menulis.
5
BAB II
ACUAN TEORI
A. Afiks (Imbuhan)
Setiap permasalahan mempunyai ruang lingkup atau cakupan
sendirisendiri, demikian juga dengan persolaan afiksasi/ imbuhan. Proses
afiksasi/ imbuahan merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa.
Proses afiksasi/ imbuhan terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan
atau diletakan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus.
1
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) Cet. Ke-
5, hlm. 102.
6
yang memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk
membentuk kata atau pokok kata baru.”2
Dalam penggunaan afiks, walaupun terdiri dari satu atau lebih dari
satu huruf, tetapi tidak bisa dikatakan sebagai kata. Karena afiks tidak
memiliki makna tersendiri. Satu-satunya persamaan anatara afiks dan kata
adalah kedua-duanya adalah morfem.
2
M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: U.P. Karyono, 1980) Cet.
Ke- 3, hlm. 31.
3
Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990),
hlm.34
4
Nasrun Mahmud, English For Muslim University Students, (Ciputat: PT Siwibakti Darma,
2010 ) Cet Ke-4, hlm. 99.
7
Kata merupakan satuan terkecil yang biasa dan dapat menduduki
salah satu fungsi sintaksis, dan dalam morfologi kata merupakan satuan
terbesar dibentuk oleh salah satu proses morfologi. Sedangkan morfem adalah
satuan gramatikal terkecil yang bermakna.
5
Zainurrahman, Menulis dari Teori Hingga Praktik, (Bandung: Alfabeta,2011), hlm. 98
6
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2008), hlm.23.
8
Maksud dari pengertian di atas morfem afiks yaitu morfem yang
tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukkan kata, tetapi hanya menjadi
unsur pembentukan dalam proses afiksasi. Morfem afiks dibedakan menjadi
prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan berklofiks.
7
Ibid., h. 65
8
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.31
9
Sufiks adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara
menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya. Sebuah
afiks yang termasuk sufiks dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa
Indonesia jika sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia
sehingga afiks itu secara potensial dapat digunakan untuk membentuk
katakata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya melakukan
penyesuian pelafalan dan penulisan yang dianggap perlu. Contoh: -an, -kan,
dan –i.
10
- Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (rencana) = Kata
(perencanaan)
- Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata
(perbaikan)
Penggunaan afiks tidak hanya berlaku pada bentuk bebas saja, tetapi
juga pada bentuk terikat, seperti contoh di bawah ini:
a). - Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (lancong) = kata (melancong)
- Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (tengkar) = kata (bertengkar)
- Prefiks (peN-) + bentuk dasar bebas (hubung) = kata (penghubung)
- Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (paksa) = kata (dipaksa)
- Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (gapai) = kata (tergapai)
- Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (ikat) = kata (seikat)
b). - Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tunjuk) = kata (telunjuk)
- Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar) = kata (gemetar)
c). - Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (hadap) = kata (hadapkan)
- Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (hindar) = kata (hindari)
- Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (karang) = kata (karangan)
d).- Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) =
(pertemuan)
- Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (beri) =
(pemberian)
- Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) =
(pertemuan)
B. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan
berbahasa yang dikuasaai seseorang sesudah menguasai keterampilan
menyimak, berbicara, dan membaca.9 Menulis adalah segenap rangkaian
kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan
9
Kundaru Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia,
Teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 96
11
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah
dipahami.10 Definisi lain mengatakan, menulis dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat tulis atau medianya. 11 Menulis
dapat juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.12 Selain itu menulis
merupakan suatu kete rampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain.13 Alek mengatakan, menulis adalah suatu kegiatan untuk
menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan
menggunakan aksara. 14 Jadi, menulis adalah kegiatan untuk
berkomunikasi untuk menyampaikan pesan yang dilakukan dengan cara
tertulis.
C. Hakikat Karangan
10
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM press, 2010), h. 4
11
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), h. 1.3
12
Sabarti Alkhadiah, dkk. Menulis I. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.3
13
Henry Guntur Tarigan, Menulis, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3
14
Alek dan Achmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK press), h. 66
15
M. Yunus dkk, Menulis I, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 2.33.
12
“Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh.16”
Karangan diartikan sebagai rangkaian hasil pikiran atau ungkapan
perasaan dalam bentuk tulisan yang teratur. Jumlah tulisan atau kalimat
yang dirangkai bergantung pada rincian gagasan utamanya. Gagasan
utama dan rinciannya harus menunjukkan satu kesatuan dan kepaduan.
Setiap gagasan pokok digunakan sebagai kalimat utama sedangkan
rinciannya masing-masing membentuk sebuah kalimat penjelas.
16
E. Kosasih dkk, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP, (Bandung:Pustaka Setia,
2005), h. 359.
13
Tahap penulisan adalah tahap mengembangkan ide yang
terdapat dalam kerangka karangan dengan memanfaatkan bahan yang
telah dikumpulkan. Tahap pascapenulisan adalah tahap penghalusan dan
penyempurnaan tulisan yang telah ditulis atau disusun.
1. Jenis-jenis Karangan
Berdasarkan cara penyampaiannya, karangan digolongkan
atas lima jenis, yaitu:
a. Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah karangan yang lebih
menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. 17
Penulis atau pembicara berkeinginan untuk mengembangkan atau
melukiskan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, atau
orang.
b. Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.18
c. Karangan Eksposisi
d. Karangan Argumentasi
17
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia), hlm. 192
18
Ibid, hlm. 190
19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008) Cet.1 Edisi IV hlm. 360
14
Karangan argumentasi adalah alasan untuk memperkuat
atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. 20
Argumentasi adalah jenis tulisan yang memberikan alasan
berdasarkan fakta dan data. Dengan fakta dan data, penulis
berusaha meyakinkan pembaca sehingga tulisan itu diterima oleh
pembacanya.
e. Karangan Persuasi
Karangan perusasi adalah ajakan kepada seseorang
dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang
meyakinkannya. 21
2. Bagian-bagian Karangan
Menurut Mashudi Mansur, karangan yang lengkap biasanya
tersusun dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.
a. Bagian Pendahuluan
“Pada bagian pendahuluan membahas hal-hal yang
menarik perhatian pembaca tentang masalah yang dibahas dan
alasan pembahasan. Dengan demikian, pendahuluan berisi hal-hal
sebagai berikut.”
1. Latar belakang atau alasan pemilihan pokok masalah
2. Aspek-aspek penting dari pokok masallah yang akan dibahas
3. Metode pembahasan
4. Sistematika penyusunan
5. Tujuan serta hasil yang diharapkan.
b. Isi (tubuh) Karangan
c. Bagian Penutup
20
Ibid, hlm. 85.
21
Op.Cit, hlm. 1062
15
Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam
pendahuluan. Sedangkan saran berisi pemikiran penulis yang
berkaitan dengna pemecahan masalah dan usaha perbaikan sebagai
akibat dari pembuat kesimpulan.22
1. Pendekatan realistis
“Dalam pendekatan realistis, penulis berusaha agar deskripsi
yang dibuatnya terhadap objek yang tengah diamatinya itu harus
dapat dilukiskan seobjektif-objektifnya sesuai dengan keadaan yang
nyata yang dapat dilihatnya.” Pendekatan realistis merupakan
pendekatan yang dibuat berdasarkan objek. Objek yang digambarkan
harus sesuai dengan keadaan nyata yang dilihatnya. Dalam
22
Mahsudi, Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN, 2004), h. 230-233
16
pendekatan ini, penulis berusaha untuk mengambil gambar dari objek
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam pendekatan realistis,
diperlukan detail-detail dan rincian yang dilukiskan harus asli dan
harus dirasakan sebagai sesuatu yang wajar. Penggambaran objek
tidak boleh dibuat-buat agar menunjang efek yang ingin dicapai
pengarang sehingga dapat meyakinkan pembacanya.
2. Pendekatan Impresionis
Pada pendekatan impresionis pengarang berusaha
menggambarkan suatu kesan secara subjektif. Dalam hal ini, tidak
berarti pengarang melukiskan suatu objek secara semena-mena.
Pengarang hanya diberi kebebasan untuk memunculkan objek yang
dilihatnya. Dalam deskripsi ini, pengarang harus mengadakan seleksi
yang cermat atas bagian-bagian yang diperlukan, kemudian berusaha
memberi cahaya dan warna sesuai dengan apa yang diinterpretasikan.
3. Pendekatan Sikap Penulis
Pendekatan sikap penulis adalah pendekatan yang dilakukan
dengan cara melihat sikap pengarang pada objek yang dideskripsikan.
Semua sikap pengarang mempunyai kaitan erat dengan tujuan yang
ingin dicapai, sifat objek, dan orang yang membaca deskripsinya.
Dari hasil deskripsinya, pengarang mengharapkan pembaca dapat
juga merasakan ketidakadilan atau perasaan kecewa atas persoalan
yang tergambar dalam hasil deskripsinya. Untuk mencapai tujuan itu,
semua rincian harus menunjang efek yang dideskripsikan. Pengarang
harus menyingkirkan rincian atau objek yang tidak mempunyai
hubungan dengan tujuan yang hendak diciptakannya. 23
23
Gorys Keraf, Eksposisi dan Deskripsi, (Ende Flores: Nusa Indah, 1982), h. 104.
17
5. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan
susunan ruang.24
b. Jenis-jenis Karangan Deskripsi
a. Deskripsi Orang
Jika anda menulis karangan deskripsi orang, tentukan
hal-hal yang menarik dari orang yang akan anda deskripsikan.
Setelah itu, kemukakan informasi tentang orang itu dengan
retorika pengungkapan yang memungkinkan pembaca seolah-
olah mengenalinya sendiri. Berikut adalah aspek yang
dideskripsikan dari seseorang:
1) Deskripsi Keadaan Fisik Deskripsi fisik bertujuan memberi
gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh
seorang tokoh. Deskripsi ini banyak yang bersifat objektif.
2) Deskripsi Keadaan Sekitar Deskripsi keadaan sekitar, yaitu
penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh,
misalnya penggambaran tentang aktivitas-aktivitas yang
dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat
kediaman, dan kendaraan, yang ikut menggambarkan watak
seseorang.
3) Deskripsi Watak atau Tingkah Perbuatan Dalam
mendeskripsikan watak seseorang kita harus mampu
menafsirkan tabir yang terkandung di balik fisik manusia.
Dengan kecermatan, kita harus mampu mengidentifikasikan
unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh. Kemudian,
menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat
memperlihatkan karakter yang digambarkan.
4) Deskripsi Gagasan-gagasan Tokoh Hal ini memang tidak
dapat diserap oleh panca indera manusia. Namun, antara
perasaan dan unsur perasaan dan unsur fisik mempunyai
hubungan yang erat.
b. Deskripsi Tempat. Tempat memegang peranan yang sangat
penting dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang
terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan selalu
mempunyai latar belakang tempat. Jalannya sebuah peristiwa
akan lebih menarik jika dikaitkan dengan tempat terjadinya
peristiwa. Jika melukiskan suatu tempat, hendaknya bekerja
dengan mengikuti cara yang logis dalam menyusun perincian.
Dengan demikian, lukisan akan menjadi jelas. Di samping itu,
harus mampu menyeleksi detail-detail dari suatu tempat yang
24
M. Atar Semi. Menulis Efektif. (Padang: Angkasa raya, 1990), hlm.43.
18
dideskripsikan, sehingga detail-detail yang dipilih betul-betul
mempunyai hubungan atau berperan langsung dalam peristiwa
yang dilukiskannya. Ada beberapa cara yang dapat kita
gunakan untuk mendeskripsikan suatu tempat. Pertama, kita
bergerak secara teratur menelusuri tempat itu dan menyebutkan
apa yang kita lihat. Kedua, kita dapat mulai dengan
menyebutkan kesan umum yang diikuti oleh perincian yang
paling menarik perhatian kita. Baru menyusul perincian lain
yang kurang menarik disekitarnya. Suparno dan Mohamad
Yunus, (2007: 4.19) mengungkapkan bahwa dalam memilih
cara yang baik untuk melukiskan tempat, perlu kita
pertimbangkan beberapa pokok persoalan untuk menyusun
deskripsi, yaitu: a) suasana hati, b) bagian yang relevan, c)
urutan penyajian.
Untuk lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Suasana
hati Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati mana
yang paling menonjol untuk dijadikan landasan. Sikap
pengarang ketika membuat karangan deskripsi mengenai
tempat menunjukan sifat dan suasana hati yang menguasai
pikiran pengarang pada waktu itu. b. Bagian yang relevan
Pengarang deskripsi harus mampu memilih detail-detail yang
relevan untuk dapat menggambarkan suasana hati itu. c.
Urutan penyajian Keraf (dalam Suparno dan Mohamad Yunus,
(2007: 4.22) berpendapat, sebagai pengarang deskripsi dituntut
mampu untuk menetapkan urutan yang paling baik dalam
menampilkan detail-detail yang dipilih.25
c. Langkah-langkah Menyusun Karangan Deskripsi
25
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007) hlm. 109
19
Merinci hal-hal yang menunjang kekuatan bagian-bagian yang
akan dideskripsikan yang meliputi hal-hal yang akan
ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan yang kuat
terhadap objek yang digambarkan. 26
26
Suparno, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1. 22.
20
b. Penelitian Mumpuni objek penelitiannya adalah karangan
deskripsi siswa SMA kelas II di DKI Jakarta, sedangkan
penelitian ini objeknya siswa kelas VII SMP Djojoredjo.
2. Penelitian Ani Nurhayati yang berjudul “Analisis Kata Berimbuhan
dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Legoso
Ciputat Tangerang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Adapun perbedaan penelitian Ani dengan skripsi ini adalah:
a. Penelitian skripsi Ani dilakukan di sekolah SMK Nusantara
Legoso Ciputat, sedangkan penelitian ini dilakukan di SMP
Djojoredjo Pamulang.
b. Penelitian skripsi Ani menekankan penyengauan kata dasar,
pemakaian konfiks dan sufiks yang keliru, sedangkan penelitian
skripsi ini tentang kesalahan penggunaan afiks.
3. Penelitian Rizqi Herfiyanti yang berjudul “Kesalahan Penggunaan
Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah
Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran
2011/2012”.
Adapun perbedaan penelitian Rizqi dengan penelitian ini adalah:
a. Penelitian Rizqi dilakukan di Madrasah Aliyah Annida Al-
Islamy Cengkareng Jakarta Barat, sedangkan penelitian ini
dilakukan di SMP Djojoredjo Pamulang.
b. Penelitian Rizqi membahas tentang kesalahan prefiks, sedangkan
penelitian ini membahas tentang kesalahan afiks.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat peneliti
simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis tidaklah sama
dengan apa yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang terdahulu.
Mumpuni Titrin S. Melakukan penelitian untuk mengetahui kontaminasi
frase dan penanda ganda dalam karangan deskripsi siswa. Penelitian Ani
Nurhayati berfokus pada pemakaian kata berimbuhan, penyengauan kata
dasar, pemakaian konfiks dan sufiks yang keliru. Penelitian Rizqi
21
Herfiyanti fokus pada prefiks. Sedangkan peneliti sendiri memfokuskan
pada kesalahan penggunaan afiks.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.5
2
Abdul Hanafi Halim, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: Diadit Media Press, 2011), h. 92
24
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.3
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Djojoredjo Pamulang pada siswa
kelas VII tahun pelajaran 2015/2016, yang beralamat di jalan Beringin
No.45A Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
D. Fokus Penelitian
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah analisis
hasil belajar siswa. Penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan, untuk
3
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 14, cet, ke-11
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT. Rineke
Cipta, 2006), h. 134, Edisi Revisi VI.
5
Sugiono, Ibid.hlm120
25
mencatat data berupa kalimat yang terdapat kesalahan morfem pada aspek
afiksasi, seperti contoh:
Tabel 3.1
Tabel Analisis Penggunaan Morfem
Nama Siswa (Judul Karangan)
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini terdapat profil sekolah, deskripsi data, dan interpretasi data.
A. Profil Sekolah
1. Letak Geografis SMP Djojoredjo Pamulang
SMP Djojoredjo Pamulang terletak di Jalan Beringin No.45A
Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
MTs Negeri Tangerang II Pamulang memiliki lokasi yang sangat strategis,
hanya 100 M dari jalan raya, di sekitar MTs Negeri Tangerang II
Pamulang terdapat 6 perguruan tinggi yaitu Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), STIE Ahmad
Dahlan Jakarta, Universitas Pamulang (UNPAM), Sekolah Tinggi
Multimedia, dan Institut Teknologi Indonesia.
27
beliau sehingga beliau memutuskan untuk memperjuangkan hak-hak
masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Waktu itu, SMP Djojoredjo
didirikan di atas lahan yang di sekitarnya adalah sawah dan kebun. Bisa
dikatakan SMP Djojoredjo didirikan di sebuah perkampungan.
Kepala SMP Djojoredjo pertama kali dijabat oleh Tri Januari,
S.Pd dari tahun 1987 sampai tahun 1992 setelah itu jabatan kepal sekolah
dipindahtangakan kepada Drs. Rahmat dari tahun 1992 sampai tahun 1994.
Kemudian, untuk pertama kalinya jabatan kepala sekolah diserahkan
kepada seorang wanita yang bernama Hj. Tri Tjiptaning Lestari. Karena
jiwa kepemimpinananya yang sangat bagus, dari tahun 1994 sampai
sekarang beliau masih dipercaya untuk menjabat sebagai kepala sekolah.
Seiring berjalannya waktu, SMP Djojoredjo yang menjadi salah
satu sekolah swasta yang ada di Pamulang, harus bersaing dengan sekolah-
sekolah yang mulai muncul. Dengan persaingan yang ada, baik kepala
sekolah maupun tenaga kerjanya bekerja sama untuk menciptakan inovasi-
inovasi dalam program pembelajaran maupun dalam program sekolah
lainnya agar mampu menyetarakan diri. Setelah meluluskan 27 angkatan,
SMP Djojoredjo masih mampu bertahan sampai saat ini.
Sebagai sekolah yang melayani masyarakat, SMP Djojoredjo
sadar betul bahwa pendidikan sebagai kebutuhan dan kewajiban setiap
anak berusaha keras memberikan pelayanan terbaik. Menciptakan siswa-
siswa yang berprestasi dan memiliki lulusan yang kompeten meskipun
SMP Djojoredjo belum berada di level tinggi. Beberapa kali Djojoredjo
meraih penghargaan untuk siswa berprestasi baik bidang akademik
maupun non akademik dan beberapa kali mencetak siswa dengan lulusan
meraih nilai yang memuaskan.
28
Misi:
Mengembangkan/mewujudkan sumber daya manusia yang profesional,
berprestasi, dan insan yang berakhlak mulia dengan dilandasi oleh iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta mampu mengaktualisasikannya dalam masyarakat.
PNS 2 - - -
Honor 14 8 2 2
Jumlah 16 8 2 2
b. Siswa
Berkaitan dengan data peserta didik akan dijelaskan hal-hal
sebagai berikut:
1. Proses penerimaan siswa baru didasarkan pada tes masuk. Adapun
materi tes yang harus diikuti oleh siswa meliputi: tes potensi
akademik, tes baca tulis Al-Qur’an, dan wawancara.
2. Jumlah siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Siswa SMP Djojoredjo Pamulang
2015/2016 73 75 85 233
29
3. Jumlah rombongan belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data Rombel SMP Djojoredjo Pamulang
Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
2015/2016 2 2 3 7
2. RUANG :
a. Ruang Pendidikan :
1) Ruang Teori/Kelas 7 56 Baik
Ruang Laboratorium Baik
2) 1 64
IPA
3) Ruang Lab Komputer 1 56 Baik
30
5) Ruang Perpustakaan 1 64 Baik
b. Ruang Administrasi :
Ruang Kepala Baik
1) 1 32
Sekolah
2) Ruang Guru 1 56 Baik
3) Ruang TU 1 8 Baik
c. Ruang Penunjang :
Ruang OSIS- Baik
1) 1 32
Pramuka-PMR
Ruang Baik
2) 1 130
Serbaguna/Umum
Ruang Kamar Baik
3) 6 36
Mandi/WC
4) Ruang UKS 1 36 Baik
d. Media Pengajaran
1) TV 29” 2 Baik
2) Player 2 Baik
3) LCD 3 Baik
d. Sumber Belajar
1. Sarana Sumber Belajar
Perpustakaan merupakan pusat sember ilmu yang utama,
maka di perpustakaan SMP Djojoredjo Pamulang dilengkapi dengan
berbagai buku sumber, meliputi:
a) Jumlah total :
b) Koran/surat kabar : setiap hari 1 surat kabar
c) Majalah : setiap bulan 1 majalah
2. Media Pembelajaran
31
Media pembelajaran yang tersedia meliputi:
- Perpustakaan lengkap
- TV di ruang khusus
- CD pembelajaran berada di unit komputer
- LCD proyektor 3
- Komputer 23
- Aula dilengkapi sound sistem
- Masjid Al-Barkah sebagai prasarana ibadah
- Laboratorium IPA
- Laboratorium komputer
- Drumband
- Angklung
- UKS
- 7 lokal untuk ruang belajar
- Lapangan
B. Deskripsi Data
Pada bagian deskripsi ini, penulis akan menguraikan frekuensi
kesalahan siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Setelah
diketahui kesalahannya, data-data tersebut dianalisis dan hasilnya disajikan
dalam bentuk deskripsi.
Tabel 4.5
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Adelia Suryani
(Gunung Munara)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
32
yang terletak dikampung X
sawah, Rumpin. (1)
2. Rute dari Gaplek lurus terus X ke pasar
sampe kepasar parung. (2)
3. Dari situ ambil kanan kearah X ke arah
ciseeng lurus sampai
keRumpin. (3) X ke Rumpin
4. Tidak jauh dari situ kekampung X ke kampong
sawah terus sampailah X di Gunung
diGunung Munara. (4)
5. Untuk sampai kepuncak X ke puncak
melewati empat pos. (10)
6. Disetiap pos banyak orang X di setiap
berjualan makanan dan
minuman. (11)
33
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
arah bukan kearah.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
Rumpin bukan ke Rumpin.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
Kampung bukan keKampung.
c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata
depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Gunung bukan di
Gunung.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
d. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
puncak bukan kepuncak.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
e. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata
depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di setiap bukan disetiap.
34
Tabel 4.6
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Agus Setiawan
(Danau Toba)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
35
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata di kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i
seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata di kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i
seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi.
Tabel 4.7
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Ahmad Taufik Adi Rianto
(Keindahan Taman Matahari)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
36
(11)
37
bentuk dasarnya. Pajang adalah kata kerja, jadi seharusnya dipajang
bukan di pajang.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan pada penempatan morfem (di), morfem ini
terikat dengan kata kerja yang secara penulisannya digabung dengan
bentuk dasarnya. Beli adalah kata kerja, jadi seharusnya dibeli bukan di
beli.
Tabel 4.8
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Aisyah Widiam Rohmah
(Curug Cidomba)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
- - - - - - -
Tabel 4.9
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Aldi Saepul Adha
(Istana Maimun)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
38
1. Istana Maimun terletak dikota X di kota
medan. (2)
2. Karena megah istana ini banyak Dikunjungi
di kunjungi oleh wisatawan. (4) X
3. Istana maimun di bangun pada X Dibangun
tahun 1988. (5)
4. Untuk sampai dilantai dua, X di lantai
pengunjung dapat naik anak
tangga sebanyak 28 yang terbuat
dari marmer. (10)
39
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di lantai bukan
dilantai.
Tabel 4.10
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Alif Nurcahyo
(Pantai Batu Ulo)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
40
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh Alif Nurcahyo sebanyak empat.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan
didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.
41
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.
Tabel 4.11
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Alya Bella Shalimar
(Keindahan Pulau Bunaken)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
42
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa frekuensi
kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Alya Bella Shalimar
sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Manado bukan
diManado.
b. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa berada pada penempatan morfem
(di), morfem ini terikat dengan kata kerja yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi
seharusnya disebut bukan di sebut.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Pulau bukan
diPulau.
43
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sekitar bukan
disekitar.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang digunakan siswa pada penggunaan konfiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di-
,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi
seharusnya dilakukan bukan di lakukan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang digunakan siswa pada penggunaan konfiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di-
,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi
seharusnya disajikan, bukan di sajikan.
Tabel 4.12
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Anggi Rahmawati
(Menikmati Indahnya Laut Sosro)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
44
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi
seharusnya disebut bukan di sebut.
Tabel 4.13
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Arya Saputra
(Lippo Cikarang)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
45
renang dimana. (10) X di mana
9. Air disana sangat bersih karena X di sana
airnya diganti setiap hari. (12)
46
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem (di).
Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya disambung. Jadi
seharusnya dibuat, bukan di buat.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Lippo bukan
diLippo.
8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di mana bukan
dimana.
9. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
47
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.
Tabel 4.14
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Aziiz Rasyid
(Pesona Pantai Anyer)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
48
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem di.
Tempuh di sini adalah kata kerja jadi seharusnya (di) penulisannya
disambung dengan kata tempuh. Jadi ditempuh, bukan di tempuh.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pinggir bukan dipinggir.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke-,-an),
morfem ini seharusnya digabung dengan kata dasarnya. Jadi seharusnya
kejauhan, bukan ke jauhan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem yang
dilakukan berada pada penempatan morfem (pe-,-an), morfem ini
seharusnya digabung dengan kata dasarnya. Jadi seharusnya
pemandangannya, bukan pemandangan nya.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
49
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morefem (di-,-i),
morfem tersebut seharusnya digabung dengan kata dasarnya. Jadi
seharusnya dinikmati, bukan di nikmati.
Tabel 4.15
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Bima Abed Nego
(Gunung Tangkuban Perahu)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
50
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, diketahui bahwa frekuensi
kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Bima Abed Nego
sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
51
(di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi morfem (di-,-i),
sehingga seharusnya menjadi dikunjungi.
Tabel 4.16
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Davin Prayoga
(Candi Borobudur)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
52
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dunia bukan didunia.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Yogyakarta bukan diYogyakarta.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di antara bukan diantara.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di candi bukan dicandi.
Tabel 4.17
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Dhea Paulina
(Taman Matahari)
53
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
54
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di antaranya bukan diantaranya.
Tabel 4.18
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Faldy Apriadi
(Pantai Kuta)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
55
payung yang disedia. (11)
Berdasarkan tabel 4.18 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh Faldy Apriadi sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dikunjungin, karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
dikunjungin lebih tepat mendapat imbuhan (di-,-i) menjadi dikunjungi.
56
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
nikmatin seharusnya menikmati, jadi akhiran (–in) diganti dengan
(me-,–i).
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dijadikan.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di bawah bukan dibawah.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (di),
morfem tersebut sesuai dengan struktur kalimatnya seharusnya bentuk
dasar bukan hanya diberi morfem (di) saja tetapi (di-,-kan) menjadi
disediakan, bukan disedia.
Tabel 4.19
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Fandy Ahmad Saputra
(Jungle Land)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
57
1. .... merupakan tempat wisata X di daerah
yang terletak didaerah Sentul,
bogor, Jawa barat. (1)
58
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (ke) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
59
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
Tabel 4.20
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Gerry Novian
(Lava Merapi)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
60
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh Gerry Novian sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi
seharusnya disebut bukan di sebut.
61
bentuk dasarnya antar. Kata antar lebih tepat diberi prefiks (me-),
sehingga menjadi mengantar.
Tabel 4.21
Analisis penggunaan morfem dalam keterampilan menulis karangan deskripsi
siswa
Jovanka Ceizilia
(Pantai Alam Indah Tegal)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
62
pantai atau basah-basahan. (6)
3. Kita juga bisa main di waterboom
diwaterbum yang ada ember X
besar bentuk poci. (7)
4. Selain main kita juga bisa
belajar dimonumen bahari atau X di monumen
dikampung seni. (8) X di kampong
5. .... kita bisa sholat ditempat X di tempat
yang disediakan. (10)
6. Saat kita lapar kita bisa
kewarung .... (11) X ke warung
7. Pasti puas ngunjungin pantai X Mengunjungi
alam indah Tegal.
63
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Waterboom bukan diWaterboom.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Monumen bukan diMonumen.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di kampung bukan dikampung.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di kampung bukan dikampung.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
64
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
warung bukan kewarung.
Tabel 4.22
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Latifah Nurbaiti
(Ciwangun Indah Camp)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
65
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, diketahui bahwa frekuensi
kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Latifah Nurbaiti
sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
Ciwangun bukan keciwangun.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata ngelewatin
seharusnya diganti menjadi melewati.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata mandu. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku mandu dan prefiks (m), adapun bentuk
dasarnya pandu. Kata pandu lebih tepat diberi prefiks (me-), sehingga
menjadi memandu.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
66
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata cobain seharusnya
diganti menjadi mencoba.
Tabel 4.23
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Leonardi Dharma Adjie
(Wisata Jungle Land)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
67
6. .... bisa di nikmati dengan X Dinikmati
membayar tiket sebesar 125.000
pada hari libur. (12)
68
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Jungle Land bukan diJungle Land.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati.
c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati.
69
Tabel 4.24
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
M. Ridwan
(Candi Prambanan)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
70
Berdasarkan tabel 4.24 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh M. Ridwan sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Jogjakarta bukan diJogjakarta.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di samping bukan disamping.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
timur bukan ketimur.
b. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ndampingin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku ndamping dan prefiks (-in), adapun
bentuk dasarnya damping. Kata damping lebih tepat diberi prefiks (me-
,-i), sehingga menjadi mendampingi.
71
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dalamnya bukan didalamnya.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (ke),
morfem ini terikat dengan kata sifat, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Enam adalah kata sifat, jadi
seharusnya keenam bukan ke enam.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dindingnya bukan didindingnya.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Bangun adalah kata kerja, jadi
seharusnya dibangun bukan di bangun.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (me)
yang seharusnya jika sesuai dengan susunan kalimatnya menggunakan
morfem (me-,-kan), seharusnya menunjukkan.
Tabel 4.25
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
72
M. Rizky Irawan
(Pantai Indrayanti)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
73
Berdasarkan tabel 4.25 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh M. Rizki Irawan sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Wonogiri bukan diWonogiri.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (me-,-i),
morfem ini tidak tepat digunakan. (me) dalam kalimat tersebut lebih
tepat jika disandingkan dengan (kan), mengagumi menjadi
mengagumkan.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di balik bukan dibalik.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
74
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata muasin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku muas dan sufiks (-in), adapun bentuk
dasarnya puas. Kata puas lebih tepat diberi prefiks (me-,-kan), sehingga
menjadi memuaskan.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di bawah bukan
dibawah.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (di-,-in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata disediain, karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
disediain seharusnya menjadi disediakan.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata nikmatin, karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
nikmatin seharusnya menjadi menikmati.
Tabel 4.26
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Mario Pandapotan
(Pesona Indah Danau Toba)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
75
1. Danau tersebut terletak
diprovinsi Sumatra Utara X di provinsi
tepatnya dipulau Samosir. (2) X di pulau
2. Selain keindahnnya, pengunjung
bisa melihat kapal-kapal yang di danau
berlabuh didanau ini. (5) X
3. Salah satu pelabuhan yang ada
didanau Toba adalah Pelabuhan X Di danau
Tomok. (6)
4. Pelabuhan Tomok adalah
pelabuhan yang paling terkenal Di pulau
dipulau Samosir. (7) X
5. Banyak kapal Feri dan kapal-
kapal kecil yang berlabuh X di sana
disana. (8)
6. Dipulau Samosir juga terdapat X Di pulau
sebuah kampung yang bernama
Tanjungan. (9)
7. Dikampung tersebut terdapat X Di kampong
sebuah danau yang bernama Aek
Na Tonang. (11)
76
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Pulau bukan diPulau.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di danau bukan didanau.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di danau bukan didanau.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Pulau bukan diPulau.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
77
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Pulau bukan diPulau.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di kampung bukan dikampung.
Tabel 4.27
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Nina Adelia
(Indahnya Pulau Bunaken)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
78
utara Sulawesi diteluk Manado. X di teluk
(2)
3. Kita bisa lihat puluhan jenis ikan
didalamnya seperti ikan koi X di dalamnya
putih, lolosi ekor kuning, .... (6)
4. Disana juga terdapat tebing X Di sana
karang vertikal sejauh 25-30
meter. (8)
5. Untuk menuju kebunaken X Ke Bunaken
perjalanan yang ditempuh tidak
begitu sulit. (9)
79
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di teluk bukan diteluk.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan
tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut
bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,
seharusnya di dalamnya bukan didalamnya.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan
tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut
bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,
seharusnya di sana bukan disana.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
Bunaken bukan kebunaken.
Tabel 4.28
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Rachma Triana
(Menikmati Malam di Maliobro)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
80
1 2 3 4 Perbaikan
Tabel 4.29
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Reo Kencana
(Kebun Binatang Ragunan)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
81
1. Tempat ini terletak diProvinsi X di Provinsi
Jakarta, tepatnya diJakarta X di Jakarta
Selatan. (2)
2. Disana terdapat macam-macam X Di sana
satwa seperti gajah, jerapah,
kuda nil, zebra, dan lain-lain. (7)
3. Setelah berkeliling pengunjung X ke took
bisa berkunjung ketoko
souvenir. (11)
4. Ditoko souvenir ini ada boneka- X Di took
boneka dengan bentuk binatang
dengan harga murah. (12)
82
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
Di sana bukan Disana.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
kata (ke) dipisah dengan kata toko, ke took bukan ketoko.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Terdapat kesalahan pada kata ditoko. Kata toko menunjukkan arti
tempat tempat, bukan kata kerja. dalam kalimat tersebut terdapat
kesalahan penggunaan morfem prefiks dengan kata depan. Seharusnya
kata (di) dipisah dengan kata toko, sehingga menjadi di toko.
Tabel 4.30
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Rio Pradana Putra
(Air Terjun Cibeureum)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
83
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i)
pada kata kunjung. Seharusnya kata dasar kunjung digabung dengan
morfem (di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi
morfem (di-,-i), sehingga seharusnya menjadi dikunjungi.
Tabel 4.31
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Septi Dwi Lestari
(Situ Patenggang)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
84
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke). (ke)
bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,
seharusnya ke terminal bukan keterminal.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sekitar bukan disekitar.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,, seharusnya
ke batu bukan kebatu.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pulau bukan dipulau.
85
Tabel 4.32
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Sinta Dea Amanda
(Taman Impian Jaya Ancol)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
86
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
tempat bukan ketempat.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di taman bukan ditaman.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata nikmatin
seharusnya diganti menjadi menikmati.
c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nyenengin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku nyeneng dan sufiks (-in), adapun
bentuk dasarnya seneng. Kata puas lebih tepat diberi prefiks (me-,-kan),
sehingga menjadi menyenangkan.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ngunjungin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku ngunjung dan sufiks (-in), adapun
bentuk dasarnya kunjung. Kata kunjung lebih tepat diberi prefiks (me-,-
i), sehingga menjadi mengunjungi.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
87
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di taman bukan ditaman.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem perfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (per),
morfem ini kurang tepat. Kata pertunjuk seharusnya diganti menjadi
pertunjukkan.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nyediain. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku nyedia dan prefiks (-in), adapun
bentuk dasarnya sedia. Kata damping lebih tepat diberi prefiks (me-,-
kan), sehingga menjadi menyediakan.
Tabel 4.33
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Siti Hardyanti
(Gua Jatijajar)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
88
ngegambarin sejarah. (10) Menggambarkan
5. Patung itu sudah lama didalam X di dalam
gua. (11)
89
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ngegambarin. Dalam
bahasa Indonesia tidak ada konfiks (nge-,-in). Kata ngegambarin lebih
tepat diberi konfiks (me-,-kan), sehingga menjadi menggambarkan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dalam bukan didalam.
Tabel 4.34
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Trisna Nur Febriansyah
(Wisata Baturraden)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
90
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pintu bukan dipintu.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sampingnya bukan disampingnya.
Tabel 4.35
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Vincenco Budiman Hunganwarin
(Pantai Tanjung Kait)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
91
4. Dipantai tanjung kait terdapat X di pantai
beberapa permainan banan boat
dan membuat istana pasir. (5)
5. Disana juga terdapat rumah X di sana
makan dengan berbagai menu
yang lezat. (6)
6. Jadi kita bisa nikmatin makanan X menikmati
itu sekaligus ngelihat X melihat
pemandangan indah. (7)
7. Hampir setiap hari tempat ini Dikunjungi
ramai di kunjungi banyak X
orang. (9)
8. Diwaktu tersebut pengunjung X di waktu
bisa melihat matahari terbit atau
tenggelam. (12)
92
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pantai bukan dipantai.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata dikunjungin, imbuhan (–in)
biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa
Indonesia tidak ada. Morfem (-in) seharusnya diganti dengan sufiks (-i)
yang menjadi bentuk konfiks (di-,-i) dan penulisannya digabung,
sehingga menjadi dikunjungi.
93
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata ngelihat, imbuhan (nge-)
biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa
Indonesia tidak ada. Morfem (nge-) seharusnya diganti dengan prefiks
(me-), sehingga menjadi melihat.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i)
pada kata kunjung. Seharusnya kata dasar kunjung digabung dengan
morfem (di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi
morfem (di-,-i), sehingga seharusnya menjadi dikunjungi.
8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di waktu bukan diwaktu.
Tabel 4.36
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Vito Vario
(Indahnya Dusun Bambu Bandung)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
94
2. Kuliner yang di sajikan adalah X
makanan khas Bandung .... (10)
Tabel 4.37
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Yasin Fadillah
(Keraton Yogyakarta)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
95
2. Tapi ada juga dibeberapa X di beberapa
bagian di beri khas dari luar X diberi
negeri. (6)
3. Ada joglo yang dindingnya X
kebuka dan ada joglo yang X terbuka
dindingnya ketutup. (8) tertutup
4. Halaman Keraton Yogyakarta di X Ditutup
tutup sama pasir. (9)
5. Suasana disana seperti berada X di sana
pada zaman dahulu. (12)
96
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (ke),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata kebuka seharusnya
diganti menjadi terbuka.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (ke),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata ketutup seharusnya
diganti menjadi tertutup.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Tutup adalah kata kerja, jadi
seharusnya ditutup bukan di tutup.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
Tabel 4.38
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Zahra Ariela Yusri
(Dufan)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
97
1 2 3 4 Perbaikan
Tabel 4.39
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Zahran Tama
(Sawarna)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
98
1 2 3 4 Perbaikan
99
Tabel 4.40
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Julianti Sekar Wangi
(Pantai Ujung Genteng)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
100
9. Pada malam hari penyu akan X ke daratan
naik kedaratan untuk bertelur.
(12)
101
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikatakan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di alam bukan dialam.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di antara bukan diantara.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada kata netas, morfem ini tidak
tepat karena dalam bahasa Indonesia tidak ada kata netas. Kata netas
seharusnya menjadi menetas.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
102
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalam bukan
didalam.
8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Lepas adalah kata kerja, jadi
seharusnya dilepas bukan di lepas.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
laut bukan kelaut.
C. Interpretasi Data
Berdasarkan deskripsi data di atas, diperoleh tiga puluh enam tulisan
deskripsi. Dari tiga puluh enam karangan deskripsi tersebut, telah ditemukan
35 karangan deskripsi yang penggunaan morfemnya tidak tepat. Kesalahan
terbanyak terdapat pada penggunaan prefiks dengan jumlah 152 kalimat,
sufiks 4 kalimat, dan konfiks 22 kalimat. Adapun presentasinya sebagai
berikut:
1. Kesalahan pada penggunaan prefiks 152/174 x 100 = 87,3 %
2. Kesalahan pada penggunaan prefiks 4/174 x 100 = 2,2 %
3. Kesalahan pada penggunaan prefiks 22/174 x 100 = 12,6 %
Berdasarkan persentase di atas dapat diketahui bahwa kesalahan
terbanyak terdapat pada penggunaan prefiks yang mencapai 87,3%,
103
kesalahan pada sufiks mencapai 2,2%, dan kesalahan pada konfiks mencapai
12,6%. Dari hasil persentase ini, dapat kita ketahui bahwa siswa lebih banyak
melakukan kesalahan pada penggunaan prefiks. Hal ini tentu menjadi
perhatian bagi calon guru maupun guru bahasa Indonesia agar lebih
memerhatikan dan membimbing siswa dalam penggunaan morfem.
104
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan morfem dalam
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa SMP Djojoredjo Semester
Genap tahun ajaran 2015/2016, maka dapat dikemukakan sebagai berikut:
Tiga puluh enam karangan deskripsi yang dianalisis. Ditemukan 35
karangan deskripsi yang menggunakan afiks tidak tepat. Kesalahan terbanyak
terdapat pada penggunaan prefiks yang mencapai 87,3%, kesalahan pada
sufiks mencapai 2,2%, dan kesalahan pada konfiks mencapai 12,6%.
Kesalahan yang paling banyak terjadi dikarenakan siswa masih salah dalam
penggunaan prefiks. Prefiks yang seharusnya dijadikan awalan, asisipan,
akhiran, dan penggabungan pada penulisan, terutama pada kata kerja justru
lebih sering digunakan untuk kata tempat.
B. Saran
Perlu adanya bimbingan khusus untuk siswa agar tidak lagi
melakukan kesalahan pada penulisan karangan deskripsi. Seperti halnya
memberikan latihan penulisan pada siswa dan sering melakukan diskusi
dalam penggunaan morfem pada kalimat.
Dengan adanya penelitian, ini maka kita sebagai calon guru harus
lebih memerhatikan siswa dan sering melakukan komunikasi terutama
mengenai penggunaan morfem, dengan tujuan meminimalisir kesalahan yang
dilakukan siswa bahkan sampai tak ada kesalahan dalam penggunaan
morfem, terutama morfem afiks. Penelitian ini diharapkan jadi pembelajaran
untuk kita semua sebagai calon guru Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sebagai calon guru kita harus peka terhadap kesalahan berbahasa yang
dilakukan siswa, agar siswa bisa memperbaiki kesalahannya.
Berdasarkan simpulan yang penulis kemukakan, maka dapat
disampaikan saran dan masukan kepada guru, agar sebaiknya mengalokasikan
105
waktu yang sesuai atau lebih banyak dalam pengajarannya dan menggunakan
metode pembelajaran yang tepat, serta sering memberikan latihan menulis
agar siswa terbiasa menggunakan morfem yang tepat, terutama pada bagian
afiks.
106
DAFTAR PUSTAKA