Anda di halaman 1dari 129

KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS DALAM

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI


SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP DJOJOREDJO
PAMULANG
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh
Siti Masypuroh
NIM. 109013000067

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ABSTRAK

Siti Masypuroh. 109013000067. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra


Indonesia. Judul Skripsi “Kesalahan Penggunaan Afiks dalam Keterampilan Menulis
Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Djojoredjo Pamulang
Tahun Pelajaran 2015/2016.”
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan morfem afiks yang tepat. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas VII SMP Djojoredjo Pamulang. Fokus penelitian ini yaitu
pemberian tugas membuat karangan deskripsi kepada siswa dengan hal yang
berhubungan dengan tempat wisata yang pernah dikunjungi. Data yang terkumpul
berjumlah tiga puluh enam karangan deskripsi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Setelah data terkumpul dari hasil
pengamatan dideskripsikan dalam bentuk tulisan. Teknik analisis yang digunakan
oleh peneliti yaitu menggunakan langkah-langkah pengklasifikasian, pengodean,
penabulasian, pembetulan/pengoreksian, pengalkulasian, penginterpretasian, dan
penyimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tiga puluh enam karangan
deskripsi yang dianalisis, diperoleh tiga puluh lima yang termasuk dalam kesalahan
penggunaan morfem afiks. Kesalahan yang sering dilakukan siswa yaitu pada
penggunaan prefiks dengan persentase sebanyak 87,3%. Kesalahan penggunaan
konfiks mencapai 2,2%. Kesalahan penggunaan sufiks 12,6%. Sedangkan infiks tidak
ditemukan kesalahan.

Kata kunci: Afiks, menulis, dan karangan deskripsi

i
ABSTRAK

Siti Masypuroh. 109013000067. Error the use of affixes on the Seventh Grade
Students of Junior Secondary School in Descriptive Article Writing Skill at SMP
Djojoredjo Pamulang Year 2015/2016.
The objective of this study is to describe students’ skill in writing descriptive
article by using the appropiate affix morpheme. The subject of this study is the
seventh grade students at SMP Djojoredjo Pamulang. This study focuses on giving
assignment to the students to make a descriptive article about the recreation area had
been visited. Data collected are thirty six descriptive article. The method used in this
study is descriptive method. After the data collected from the observations then it is
described in writing. The analysis technique used by the researcher is clasification,
coding, tabulation, corection, calculation, interpretation, and conclusion.
The result of this study shows that thirty six descriptive article that were
analyzed, obtained thirty five descriptive article included in error affix morpheme use.
Errors that are often made by the students are use of prefixes with the presentation
87,3%. Any misuse confix reached 2,2%, suffix usage errors 12,6%, and while infix is
not found error.

Keyword: Affix, write, and descriptive article

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa


yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat yang tak pernah sanggup kita hitung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat bermutirakan salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Baginda Muhammad SAW,
keluarga, dan para sahabatnya yang menjadi suri tauladan bagi kita semua, yang telah
menghidupkan agama kita dengan perjuangan yang patut kita syukuri.
Skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Morfologi dalam Keterampilan
Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Semester I di SMP Djojoredjo
Pamulang Tahun Ajaran 2015/2016” disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar
sarjana strata satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari doa dan suport serta bantuan yang
telah diberikan selama masa perkuliahan baik berupa ilmu pengetahuan, tenaga, dan
motivasi. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
2. Makyun Subuki, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan sebagai dosen penasehat akademik yang penuh kesabaran
mengantarkan penulis ke gerbang kelulusan dengan nasehat-nasehat yang penuh
kebaikan.
3. Dona Aji Karunia Putra, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.
4. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
penuh kesabaran, ketelitian, dan perhatian selama menjadi pembimbing skripsi
bagi penulis.
5. Dra. Hindun M.Pd. dan Nur Syamsiah M.Pd. selaku penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi kepada penulis.
6. Segenap dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan
motivasi untuk penulis.

iii
7. Ayahanda Akhmad Rofa’i dan Ibunda Khofifah, yang tak pernah lelah menemani
perjalanan hidup penulis dengan ketulusan cinta kasihnya. Semoga Allah selalu
memberikan berkah kepada mereka.
8. Keluarga (Toto Edi Darmo, Ahmad Abdul Ghofir, Siti Khanifah, Siti Khalimah,
Ma’muroh, Aisyatul Kiromah, Khabiburrohman, Dani Irvannaji, Nadia Farahnaz,
dan Alvaro Zulfahdi Ahmad) yang selalu memberikan dukungan dan
mendampingi selama penulis menyelesaikan skripsi.
9. Dra. Tri Tjiptaning Lestari, selaku kepala SMP Djojoredjo beserta seluruh stafnya
yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
10. Keluarga besar SMP Djojoredjo, tempat belajar untuk menjadi pendidik yang
dapat membimbing siswa menjadi generasi yang cerdas dan berbudi pekerti baik.
10. Keluarga besar KPA. Arkadia UIN Jakarta, tempat belajar berorganisasi dan
memaknai “arti kebersamaan adalah awan yang berarak” dalam perjalanan
menapaki bentangan sayap albatros dan samudera oranye.
11. Keluarga PBSI angkatan 2009 terutama Dina Yustiana, Siti Wardatul Uyun,
Nugraha Ria H.S, Siti Nurfitriani, Ika Setiawati, terima kasih telah mengukir
kenangan yang penuh kesan dalam hari-hari penulis.
12. Teman seperjuangan sampai titik penghabisan, Yeni, Ayu, Memey, Dita, Sita,
Haula, Boby, Amin, Boim, Arif, Towi, Sai.
12. RKUmes tetes Hujanku, yang selalu menjelma menjadi rintik rindu yang
membelenggu dan menjadi penyemangat yang luar biasa bagi penulis. Bersyukur
pernah mengenalmu, darimu setidaknya aku belajar tentang kebijakan,
ketenangan, dan kesederhanaan.

Penulis menyadari bahwa tidak dapat dipungkiri adanya kekurangan dan


kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata hanya kepada Allah Swt jualah
kita berserah diri dan semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya untuk selalu
berjuang di jalan-Nya.
Amin ya Rabbal’alamin.
Jakarta, Juni 2016

Penulis
iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ............................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
BAB II ACUAN TEORETIS
A. Afiks ................................................................................................................. 6
B. Keterampilan Menulis ....................................................................................... 11
C. Hakikat Karangan ............................................................................................. 12
D. Hakikat Karangan Deskripsi ............................................................................. 16
E. Penelitian yang Relevan .................................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan metode Penelitian ............................................................................ 24
B. Lokasi Penelitian .............................................................................................. 25
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 25
D. Fokus Penelitian ............................................................................................... 25
E. Metode Analisis Data ........................................................................................ 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah ................................................................................................... 27
B. Deskripsi Data .................................................................................................. 32

v
C. Interpretasi Data ................................................................................................ 103
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................................... 105
B. Saran ................................................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Analisis Kesalahan Morfem 26


Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan SMP 29
Djojoredjo Pamulang
Tabel 4.2 Data Siswa SMP Djojoredjo Pamulang 29
Tabel 4.3 Jumlah Rombel SMP Djojoredjo 30
Pamulang
Tabel 4.4 Jumlah Ruang dan Sarana Prasarana 30
SMP Djojoredjo Pamulang
Tabel 4.5 Analisis Penggunaan Morfem dalam 32
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Adelia Suryani (Gunung
Munara)
Tabel 4.6 Analisis Penggunaan Morfem dalam 35
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Agus Setiawan (Danau
Toba)
Tabel 4.7 Analisis Penggunaan Morfem dalam 36
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Ahmad Taufik
(Keindahan Taman Matahari)
Tabel 4.8 Analisis Penggunaan Morfem dalam 38
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Aisyah Widiam Rohmah
(Curug Cidomba)
Tabel 4.9 Analisis Penggunaan Morfem dalam 38
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Aldi Syaipul Adha (Istana
Maimun)
Tabel 4.10 Analisis Penggunaan Morfem dalam 40
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Alif Nurcahyo (Pantai

vii
Batu Ulo)
Tabel 4.11 Analisis Penggunaan Morfem dalam 42
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Alya Bella Shalimar
(Keindahan Pulau Bunaken)
Tabel 4.12 Analisis Penggunaan Morfem dalam 44
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Anggi Rahmawati
(Menikmati Indahnya Laut Sosro)
Tabel 4.13 Analisis Penggunaan Morfem dalam 45
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Arya Saputra (Lippo
Cikarang)
Tabel 4.14 Analisis Penggunaan Morfem dalam 48
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Aziiz Rasyid (Pesona
Pantai Anyer)
Tabel 4.15 Analisis Penggunaan Morfem dalam 50
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Bima Abed Nego
(Gunung Tangkuban Perahu)
Tabel 4.16 Analisis Penggunaan Morfem dalam 52
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Davin Prayoga (Candi
Borobudur)
Tabel 4.17 Analisis Penggunaan Morfem dalam 53
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Dhea Paulina Putri
(Taman Matahari)
Tabel 4.18 Analisis Penggunaan Morfem dalam 55
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Faldi Apriadi (Pantai
Kuta)

viii
Tabel 4.19 Analisis Penggunaan Morfem dalam 57
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Fandy Ahmad Saputra
(Jungle Land)
Tabel 4.20 Analisis Penggunaan Morfem dalam 60
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Gerry Novian (Lava
Merapi)
Tabel 4.21 Analisis Penggunaan Morfem dalam 62
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Jovanka Ceizilia (Pantai
Alam Indah Tegal)
Tabel 4.22 Analisis Penggunaan Morfem dalam 65
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Latifah (Ciwangun
Indah Camp)
Tabel 4.23 Analisis Penggunaan Morfem dalam 67
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Leonardi Dharma Adjie
(Wisata Jungle Land)
Tabel 4.24 Analisis Penggunaan Morfem dalam 70
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa M. Ridwan (Candi
Prambanan)
Tabel 4.25 Analisis Penggunaan Morfem dalam 73
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa M. Rizki Irawan (Pantai
Indrayanti)
Tabel 4.26 Analisis Penggunaan Morfem dalam 75
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Mario Pandapotan
(Pesona Indah Danau Toba)
Tabel 4.27 Analisis Penggunaan Morfem dalam 78

ix
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Nina Adelia Aryani
(Indahnya Pulau Bunaken)
Tabel 4.28 Analisis Penggunaan Morfem dalam 80
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Rachma Triana
(Menikmati Malam di Malioboro)
Tabel 4.29 Analisis Penggunaan Morfem dalam 81
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Rio Pradana Putra (Air
Terjun Cibereum)
Tabel 4.30 Analisis Penggunaan Morfem dalam 83
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Reo Kencana (Kebun
Binatang Ragunan)
Tabel 4.31 Analisis Penggunaan Morfem dalam 84
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Septi Dewi Lestari (Situ
Patenggang)
Tabel 4.32 Analisis Penggunaan Morfem dalam 86
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Sinta Dea Amanda
(Taman Impian Jaya Ancol)
Tabel 4.33 Analisis Penggunaan Morfem dalam 88
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Siti Hardyanti (Gua
Jatijajar)
Tabel 4.34 Analisis Penggunaan Morfem dalam 90
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Trisna Nur Febriansyah
(Wisata Baturraden)
Tabel 4.35 Analisis Penggunaan Morfem dalam 91
Keterampilan Menulis Karangan

x
Deskripsi Siswa Vinsenso Budiman
(Pantai Tanjung Kait)
Tabel 4.36 Analisis Penggunaan Morfem dalam 94
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Vito Vario (Indahnya
Dusun Bambu Bandung)
Tabel 4.37 Analisis Penggunaan Morfem dalam 95
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Yasin Fadillah (Keraton
Yogyakarta)
Tabel 4.38 Analisis Penggunaan Morfem dalam 97
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Zahra Ariela Yusri
(Dufan)
Tabel 4.39 Analisis Penggunaan Morfem dalam 98
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Zahran Tama A.
(Sawarna)
Tabel 4.40 Analisis Penggunaan Morfem dalam 100
Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Julianti Sekar Wangi
(Pantai Ujung Genteng)

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian


Lampiran 2. Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3. Surat Keterangan
Lampiran 4. Karangan Deskripsi Siswa
Lampiran 5. Uji Referensi

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa, dalam kehidupan sehari-hari menjadi alat komunikasi
utama. Namun, tidak semua orang dapat menggunakan bahasa dengan baik
dan benar. Hal ini tidak lepas dari pengaruh yang datang dari berbagai faktor.
Salah satu faktor penggunaan bahasa yang baik dan benar dapat dipengaruhi
oleh lingkungan. Jika seseorang dalam lingkungannya dibiasakan untuk
menggunakan bahasa yang baik dan benar maka ia akan terbiasa
menggunakan bahasa yang baik dan benar pula di manapun ia berada. Begitu
pula sebaliknya. Jika seseorang dalam lingkungannya terbiasa menggunakan
bahasa yang kurang baik dan kurang benar maka akan berdampak pada
penguasaan bahasanya. Jadi, lingkungan memberi pengaruh terhadap
penguasaan bahasa seseorang.
Selain faktor lingkungan, yang menyebabkan kesalahan berbahasa
ialah karena bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua seseorang sehingga
seringkali terjadi percampuran gramatika B1 (bahasa ibu) ke dalam B2
(bahasa sasaran) sehingga terjadilah kesalahan dalam berbahasa. Kesalahan
berbahasa tersebut pada awalnya hanya sering dilakukan dalam berbahasa
lisan tapi lama-kelamaan berpengaruh terhadap tulisan yang mereka buat.
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran bahasa Indonesia mencakup
empat aspek, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Di antara
keempat keterampilan tersebut, menulis dianggap sebagai keterampilan yang
sulit. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan
berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri. Kedua unsur
tersebut haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan
yang runtut dan padu. Menulis menuntut gagasan yang tersusun logis,
diekspresikan secara menarik sehingga menulis merupakan kegiatan yang

1
cukup kompleks. Selain itu kemampuan menulis juga suatu kemampuan
bahasa yang semakin penting untuk dikuasai.
Selain karena pentingnya menulis yang telah dipaparkan di atas,
menulis juga menjadi cara seseorang untuk mencurahkan perasaannya dan
menuangkan apa yang ada di pikirannya. Dengan menulis seseorang menjadi
lebih ekspresif. Dalam menulis, siswa diharapkan mampu mengungkapkan
pikirannya dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Begitu juga dalam penggunaan morfem terutama afiks. Hal ini
menjadi sesuatu yang tidak boleh diabaikan karena kesalahan dalam
menggunakan morfem terutama afiks menjadi sebuah kesalahan berbahasa
yang akan mengakar jika menjadi pembiasaan.
Pembelajaran menulis merupakan salah satu kompetensi yang sulit
untuk dikuasai siswa. Hal ini dibuktikan dengan minimnya minat siswa dalam
menulis, padahal pemebalajaran menulis karangan memiliki fungsi positif.
Fungsi tersebut ialah mengasah kemampuan berpikir siswa dan melatih cara
berpikir kreatif serta meningkatkan kemampuan berbahasa.
Kesalahan berbahasa, sering dijumpai dalam bentuk tulisan maupun
lisan. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII Sekolah Menengah
Pertama salah satu kesalahan dalam bentuk tulisan adalah menulis karangan
deskripsi. Keterampilan menulis karangan ini penting untuk diajarkan karena
menulis memiliki beberapa manfaat, yaitu pemahaman, mengekspresikan diri,
membantu mengembangkan kepuasan pribadi, dan mengembangkan
kemampuan menggunakan bahasa.
Sebuah karangan disusun dengan memanfaatkan dengan bahasa
tulis. Menulis sebuah karangan harus menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Bentuk yang tepat untuk menganalisis letak sebuah kesalahan dalam
karangan adalah dengan menggunakan bidang morfologi, karena dalam
bidang morfologi mencakup aspek seluk beluk bentuk kata dan perubahan-
perubahannya terhadap golongan dan arti kata.
Dalam pembelajaran di kelas, ketika siswa diminta untuk menulis
karangan deskripsi, ada beberapa kesalahan yang menjadi perhatian guru.

2
Salah satu kesalahan tersebut adalah kurang tepatnya siswa dalam
menggunakan afiks atau imbuhan saat menulis karangan. Padahal ini bukan
hal yang sulit ketika dipelajari dengan baik. Namun karena beberapa faktor
yang telah dijelaskan di atas, siswa menjadi kurang teliti dan melakukan
beberapa kesalahan. Dalam hal ini, beberapa siswa tanpa sadar menganggap
apa yang ditulisnya sudah benar padahal masih terdapat beberapa kesalahan.
Untuk itu, siswa perlu pembiasaan agar mampu menguasai bahasa
secara baik dan mengurangi kesulitan dalam membuat karangan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara sering mengajak siswa untuk berlatih menulis di kelas
maupun di rumah dan mengoreksi kesalahan-kesalahan siswa dengan
menjelaskan secara rinci di mana letak kesalahannya. Dengan demikian,
kesalahan dalam menulis karangan dapat diminimalisir demi teerciptanya
siswa yang berkompetensi dalam menulis dengan bahasa yang baik dan benar
sesuai kaidah bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul penelitian
Kesalahan Penggunaan Afiks dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Djojoredjo, Pamulang, Tangerang Selatan,
Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisis kesalahan
berbahasa siswa, khususnya pada penggunaan afiks dalam karangan deskripsi
siswa kelas VII semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang, Tangerang
Selatan. Penulis juga ingin mengetahui seberapa besar rata-rata kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dalam penggunaan afiks atau imbuhan saat
menulis karangan deskripsi.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah-masalah yang
dapat timbul adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan afiks yang tidak tepat dalam menulis karangan deskripsi
siswa kelas VII SMP Djojoredjo.

3
2. Minat siswa dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas VII SMP
Djojoredjo.
3. Tingkat kesalahan yang dilakukan dalam menulis karangan deskripsi
siswa kelas VII SMP Djojoredjo.

C. Batasan Masalah
Pembahasan masalah dalam penelitian ini diupayakan sefokus
mungkin. Untuk itu, diperlukan adanya batasan masalah. Dalam penelitian
ini, penulis memfokuskan masalah analisis kesalahan morfologi pada aspek
afiksasi, yang meliputi: prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks dalam
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VII semester ganjil di
SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah kesalahan penggunaan afiks (prefiks, infiks, sufiks, dan
konfiks) dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VII
semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan
penggunaan afiks dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas
VII semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016.
Selain itu, jika ditemukan kesalahan dalam karangan deskripsi siswa, maka
dapat dijadikan pembelajaran untuk penulis dan tenaga pengajar yang ada di
lingkungan sekolah SMP Djojoredjo, Pamulang.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis

4
a. Siswa akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
b. Mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam keterampilan
menulis karangan deskripsi dengan penggunaan morfem afiks yang
tepat.

2. Manfaat Praktis
a. Menjadi pembelajaran siswa agar dapat mengasah keterampilan
menulis, khususnya menulis karangan deskripsi.
b. Menjadi acuan bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis
karangan deskripsi siswa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
c. Bagi peneliti untuk memberikan sumbangan terhadap pola penyajian
dan pengembangan bahasa terutama bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi baik lisan maupun tulisan.
d. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk
penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan morfologi dalam
keterampilan menulis.

5
BAB II
ACUAN TEORI

A. Afiks (Imbuhan)
Setiap permasalahan mempunyai ruang lingkup atau cakupan
sendirisendiri, demikian juga dengan persolaan afiksasi/ imbuhan. Proses
afiksasi/ imbuahan merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa.
Proses afiksasi/ imbuhan terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan
atau diletakan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus.

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah afiks (imbuhan). Afiksasi


dibahas dalam ilmu morfologi. Selain dalam bahasa Indonesia, dikenal juga
imbuhan/afiks kosa kata dalam bahasa Sunda. Apalagi bahasa Indonesia
diperkaya dari bahasa daerah.

Ada empat macam afiks atau imbuhan yang dipakai untuk


menurunkan verba : prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. “Prefiks yang sering
juga dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan di muka dasar. Sufiks,
yang juga disebut akhiran, diletakkan di belakang dasar. Konfiks adalah
gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit dasar dan membentuk satu
kesatuan. Infiks, yang juga dinamakan sisipan, adalah bentuk afiks yang
ditempatkan di tengah dasar.”1

Disampaikan oleh Ramlan dalam buku Morfologi yang dimaksud


dengan “afiks atau imbuhan adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam
suatu kata merupakan unsur langsung yang bukan kata dan bukan pokok kata,

1
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) Cet. Ke-
5, hlm. 102.

6
yang memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk
membentuk kata atau pokok kata baru.”2

Disampaikan oleh Kusno dalam buku Problematika Bahasa


Indonesia “afiksasi atau imbuhan adalah bentuk atau morfem terikat secara
morfologis, yang terdiri dari awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran
(sufiks), dan gabungan dari dua imbuhan secara serentak (konfiks)”3

Dalam pengertian lain mengenai imbuhan yaitu “Many english word


are made by attaching a short form called an affix to either the beginning or
the and of a word. when this is done, the word itself is referred to as a stem.
the form at the beginning of the stem called a prefix an the form at the end is
called a suffix.”4

Maksud dari pengertian di atas adalah kata dalam bahasa Inggris


banyak dibuat dengan menyertakan bentuk singkat yang disebut afiks kepada
salah satu bagian awal atau dan dari sebuah kata. Saat ini dilakukan, kata itu
sendiri disebut sebagai induk. Bentuk pada awal kata isebut prefiks, sebuah
bentuk di bagian akhir kata disebut sufiks.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


imbuhan adalah bubuhan yang berupa prefiks, sufiks, konfiks dan infiks yang
melekat pada kata dasar untuk membentuk kata baru. Penulisan imbuhan
dilakukan dengan cara merangkaikan kata yang dibubuhi. Dengan kata lain
penulisan imbuhan disatukan dengan kata yang mengikutinya.

Dalam penggunaan afiks, walaupun terdiri dari satu atau lebih dari
satu huruf, tetapi tidak bisa dikatakan sebagai kata. Karena afiks tidak
memiliki makna tersendiri. Satu-satunya persamaan anatara afiks dan kata
adalah kedua-duanya adalah morfem.
2
M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: U.P. Karyono, 1980) Cet.
Ke- 3, hlm. 31.
3
Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990),
hlm.34
4
Nasrun Mahmud, English For Muslim University Students, (Ciputat: PT Siwibakti Darma,
2010 ) Cet Ke-4, hlm. 99.

7
Kata merupakan satuan terkecil yang biasa dan dapat menduduki
salah satu fungsi sintaksis, dan dalam morfologi kata merupakan satuan
terbesar dibentuk oleh salah satu proses morfologi. Sedangkan morfem adalah
satuan gramatikal terkecil yang bermakna.

“Morfem ini dibagi menjadi dua, yaitu morfem bebas (fase


morpheme) dan morfem terikat”.5 Morfem bebas yaitu morfem yang tanpa
keterkaitannya dengan morfem lain dan dapat langsung digunakan dalam
tuturan, sedangkan morfem terikat yaitu morfem yang terlebih dahulu
bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam tuturan.

Dan pengertian lain dari morfem yaitu “Morfem afiks adalah


morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi
hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi. Dalam bahasa
Indonesia dibedakan adanya morfem afiks yang disebut: (1) Prefiks, yaitu
afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, prefiks me-,
prefiks per-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-. (2) Infiks,
yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, biasanya pada suku awal kata,
yaitu infiks –el-, infiks –em-, dan infiks –er-.(3) Sufiks, adalah afiks yang
dibubuhkan di kanan bentuk dasar yaitu sufiks –kan, sufiks –i, sufiks –an, dan
sufiks –nya. (4) Konfiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan
bentuk dasar secara bersamaan kerena konfiks ini merupakan satu kesatuan
afiks, yaitu konfiks ke-an, konfiks ber-an, konfiks pe-an, konfiks per-an, dan
konfiks se-nya. (5) dalam bahasa Indonesia ada kata bentuk yang berklofiks,
yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya; tetapi pembubuhannya
itu tidak sekaligus, melainkan bertahap,. Katakata berklofiks dalam bahasa
Indonesia adalah yang berbentuk mekan, me-i, memper, memper-kan,
memper-i, ber-kan, di-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ter-
per, teper-kan, teper-i”.6

5
Zainurrahman, Menulis dari Teori Hingga Praktik, (Bandung: Alfabeta,2011), hlm. 98
6
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2008), hlm.23.

8
Maksud dari pengertian di atas morfem afiks yaitu morfem yang
tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukkan kata, tetapi hanya menjadi
unsur pembentukan dalam proses afiksasi. Morfem afiks dibedakan menjadi
prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan berklofiks.

Menurut Masnur Muslich, Afiks ialah bentuk kebahasaan terikat


yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan unsur langsung
suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan
untuk membentuk kata-kata baru. Pendapat lain mengatakan, afiks adalah
suatu satuan gramatik terikat yang tidak pernah menjadi bentuk dasar bagi
struktur yang lebih besar dan tidak memiliki arti leksikal. Bersama dengan
morfem atau morfem-morfem yang merupakan bentuk dasarnya, afiks
membentuk kata. Proses penggabungan afiks dengan morfem atau morfem-
morfem untuk membentuk kata itu disebut proses afiksasi.7 Afiks ini meliputi
imbuhan awal (prefiks), imbuhan tengah (infiks), imbuhan akhir (sufiks),
maupun imbuhan terbelah (konfiks atau simulfiks). Proses afiksasi bukanlah
hanya sekedar perubahan bentuk saja, melainkan juga pembentukan leksem
menjadi kelas tertentu.8

Afiks ialah proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan


afiks pada bentuk atau juga disebut sebagai proses penambahan afiks atau
imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan disebut
kata berimbuhan.

Infiks atau sisipan adalah proses pembentukan kata dengan


menambahkan afiks atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya. Proses
pembentukan kata telunjuk, gemetar dan gerigi dilakukan dengan
menambahkan infiks di tengah bentuk dasarnya. Contohnya: -el-, -er-, -em-,
dan –in-.

7
Ibid., h. 65
8
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.31

9
Sufiks adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara
menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya. Sebuah
afiks yang termasuk sufiks dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa
Indonesia jika sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia
sehingga afiks itu secara potensial dapat digunakan untuk membentuk
katakata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya melakukan
penyesuian pelafalan dan penulisan yang dianggap perlu. Contoh: -an, -kan,
dan –i.

Konfiks atau simulfik adalah proses pembentukan kata yang


dilakukan dengan cara menggabungkan afiks di awal dan di akhir bentuk
dasarnya. Contoh: me-,-kan, per-,-an, ber-,-an, ter-,-an, dan ke-,-an.

Berikut ini adalah contoh penggabungan prefiks, infiks, sufiks, dan


konfiks atau simulfiks dengan bentuk dasar bebas:

a) - Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (satu) = kata (bersatu)


- Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (makan) = kata (memakan)
- Prefiks (pe-) + bentuk dasar bebas (tani) = kata (petani)
- Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (sapu) = kata (disapu)
- Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (pandai) = kata (terpandai)
- Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (nasib) = kata (senasib)
b) - Infiks (-er-) + bentuk dasar bebas (gigi)= kata (gerigi)
- Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tapak)= kata (telapak)
- Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar)= kata (gemetar)
c) - Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (minum) = kata (minuman)
- Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (lepas) = kata (lepaskan)
- Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (sampul) = kata (sampuli)
d) - Konfiks atau simulfiks (ke-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata
(kebaikan)
- Konfiks atau simulfiks (ber-an) + bentuk dasar bebas (jatuh) = kata
(berjatuhan)

10
- Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (rencana) = Kata
(perencanaan)
- Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata
(perbaikan)
Penggunaan afiks tidak hanya berlaku pada bentuk bebas saja, tetapi
juga pada bentuk terikat, seperti contoh di bawah ini:
a). - Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (lancong) = kata (melancong)
- Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (tengkar) = kata (bertengkar)
- Prefiks (peN-) + bentuk dasar bebas (hubung) = kata (penghubung)
- Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (paksa) = kata (dipaksa)
- Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (gapai) = kata (tergapai)
- Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (ikat) = kata (seikat)
b). - Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tunjuk) = kata (telunjuk)
- Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar) = kata (gemetar)
c). - Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (hadap) = kata (hadapkan)
- Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (hindar) = kata (hindari)
- Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (karang) = kata (karangan)
d).- Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) =
(pertemuan)
- Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (beri) =
(pemberian)
- Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) =
(pertemuan)

B. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan
berbahasa yang dikuasaai seseorang sesudah menguasai keterampilan
menyimak, berbicara, dan membaca.9 Menulis adalah segenap rangkaian
kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan

9
Kundaru Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia,
Teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 96

11
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah
dipahami.10 Definisi lain mengatakan, menulis dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat tulis atau medianya. 11 Menulis
dapat juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.12 Selain itu menulis
merupakan suatu kete rampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain.13 Alek mengatakan, menulis adalah suatu kegiatan untuk
menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan
menggunakan aksara. 14 Jadi, menulis adalah kegiatan untuk
berkomunikasi untuk menyampaikan pesan yang dilakukan dengan cara
tertulis.

C. Hakikat Karangan

“Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, karangan berfungsi


sebagai kata benda (nomina) yang artinya adalah hasil tulisan; buah
pena. Selain definisi karangan berdasarkan KBBI, karangan adalah hasil
penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik
atau pokok bahasan. 15” Dari pengertian tersebut, mengarang merupakan
suatu kegiatan menghasilkan tulisan atau karya tulis yang merupakan
susunan dari gagasan atau ide-ide.

10
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM press, 2010), h. 4
11
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), h. 1.3
12
Sabarti Alkhadiah, dkk. Menulis I. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.3
13
Henry Guntur Tarigan, Menulis, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3
14
Alek dan Achmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK press), h. 66
15
M. Yunus dkk, Menulis I, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 2.33.

12
“Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh.16”
Karangan diartikan sebagai rangkaian hasil pikiran atau ungkapan
perasaan dalam bentuk tulisan yang teratur. Jumlah tulisan atau kalimat
yang dirangkai bergantung pada rincian gagasan utamanya. Gagasan
utama dan rinciannya harus menunjukkan satu kesatuan dan kepaduan.
Setiap gagasan pokok digunakan sebagai kalimat utama sedangkan
rinciannya masing-masing membentuk sebuah kalimat penjelas.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


karangan merupakan salah satu keterampilan berbahasa, yaitu
keterampilan menulis. Karangan dapat dijelaskan sebagai wujud dari
pengungkapan suatu ide dalam satu kesatuan tema yang tersusun secara
utuh dengan menggunakan bahasa yang runtut dan jelas. Dalam kegiatan
mengarang, penulis berusaha mengutarakan ide-idenya kepada pembaca.

Pada dasarnya karangan melukiskan suatu hal atau peristiwa


yang dikemas sedimikian rupa agar pembaca menemukan dan
merasakan kemenarikkan yang diciptakan oleh pengarang. Ada karangan
yang memberikan keterangan terhadap suatu hal atau mengembangkan
sebuah gagasan sehingga menjadi karya yang konkret. Selain itu, ada
karangan yang berusaha menyakinkan pembaca agar sependapat dengan
pengarang.

Untuk menghasilkan tulisan atau karangan yang baik harus


melalui tiga tahap penulisan, yaitu prapenulisan, penulisan, dan
pascapenulisan. Tahap penulisan adalah tahap persiapan penulisan yang
meliputi kegiatan memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran,
mengumpulkan bahan serta mengelompokkan gagasan dalam bentuk
kerangka karangan.

16
E. Kosasih dkk, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP, (Bandung:Pustaka Setia,
2005), h. 359.

13
Tahap penulisan adalah tahap mengembangkan ide yang
terdapat dalam kerangka karangan dengan memanfaatkan bahan yang
telah dikumpulkan. Tahap pascapenulisan adalah tahap penghalusan dan
penyempurnaan tulisan yang telah ditulis atau disusun.

1. Jenis-jenis Karangan
Berdasarkan cara penyampaiannya, karangan digolongkan
atas lima jenis, yaitu:
a. Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah karangan yang lebih
menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. 17
Penulis atau pembicara berkeinginan untuk mengembangkan atau
melukiskan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, atau
orang.
b. Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.18
c. Karangan Eksposisi

Karangan eksposisi adalah uraian (paparan) yang


bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan suatu karangan.19 Dari
sudut penulis memenuhi keinginan untuk memberi informasi
kepada orang lain, atau dari sudut pembaca berkeinginan untuk
memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal.

d. Karangan Argumentasi

17
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia), hlm. 192
18
Ibid, hlm. 190
19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008) Cet.1 Edisi IV hlm. 360

14
Karangan argumentasi adalah alasan untuk memperkuat
atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. 20
Argumentasi adalah jenis tulisan yang memberikan alasan
berdasarkan fakta dan data. Dengan fakta dan data, penulis
berusaha meyakinkan pembaca sehingga tulisan itu diterima oleh
pembacanya.
e. Karangan Persuasi
Karangan perusasi adalah ajakan kepada seseorang
dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang
meyakinkannya. 21
2. Bagian-bagian Karangan
Menurut Mashudi Mansur, karangan yang lengkap biasanya
tersusun dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.
a. Bagian Pendahuluan
“Pada bagian pendahuluan membahas hal-hal yang
menarik perhatian pembaca tentang masalah yang dibahas dan
alasan pembahasan. Dengan demikian, pendahuluan berisi hal-hal
sebagai berikut.”
1. Latar belakang atau alasan pemilihan pokok masalah
2. Aspek-aspek penting dari pokok masallah yang akan dibahas
3. Metode pembahasan
4. Sistematika penyusunan
5. Tujuan serta hasil yang diharapkan.
b. Isi (tubuh) Karangan

Isi atau tubuh karangan berisi rincian tau pengembangan


dari apa yang telah dibahas pada bagian pendahuluan. Pada bagian
isi, semua permasalahan dibahas secra sistematis dan menyeluruh.

c. Bagian Penutup

20
Ibid, hlm. 85.
21
Op.Cit, hlm. 1062

15
Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam
pendahuluan. Sedangkan saran berisi pemikiran penulis yang
berkaitan dengna pemecahan masalah dan usaha perbaikan sebagai
akibat dari pembuat kesimpulan.22

D. Hakikat Karangan Deskripsi

Seperti yang telah dijelaskan di awal, karangan deskripsi adalah


karangan yang ditulis dengan cara menyampaikan kesan hasil
pengamatan dan perasaanya kepada pembaca. Penulis akan
menyampaikan semua sifat dan rangkaian wujud yang ditemukan pada
objek yang ditulis. Tujuan dari penulisan karangan deskripsi adalah
menciptakan daya khayal dan imajinasinya kepada pembaca sehingga
seolah-olah pembaca melihat dan merasakan sendiri objek yang
dibicarakan secara keseluruhan seperti yang dialami oleh penulisnya.

Pada karangan deskripsi, kreatifitas menulis harus diolah


semaksimal mungkin agar amanat yang ingin disampaikan sampai
kepada pemikiran pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan
teknik penyusunan yang tepat, di antaranya adalah dengan melakukan
pendekatan terhadap objek yang dipilih.

Menurut Gorys Keraf, pendekatan yang dapat digunakan pada


karangan deskripsi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan realistis
“Dalam pendekatan realistis, penulis berusaha agar deskripsi
yang dibuatnya terhadap objek yang tengah diamatinya itu harus
dapat dilukiskan seobjektif-objektifnya sesuai dengan keadaan yang
nyata yang dapat dilihatnya.” Pendekatan realistis merupakan
pendekatan yang dibuat berdasarkan objek. Objek yang digambarkan
harus sesuai dengan keadaan nyata yang dilihatnya. Dalam

22
Mahsudi, Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN, 2004), h. 230-233

16
pendekatan ini, penulis berusaha untuk mengambil gambar dari objek
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam pendekatan realistis,
diperlukan detail-detail dan rincian yang dilukiskan harus asli dan
harus dirasakan sebagai sesuatu yang wajar. Penggambaran objek
tidak boleh dibuat-buat agar menunjang efek yang ingin dicapai
pengarang sehingga dapat meyakinkan pembacanya.
2. Pendekatan Impresionis
Pada pendekatan impresionis pengarang berusaha
menggambarkan suatu kesan secara subjektif. Dalam hal ini, tidak
berarti pengarang melukiskan suatu objek secara semena-mena.
Pengarang hanya diberi kebebasan untuk memunculkan objek yang
dilihatnya. Dalam deskripsi ini, pengarang harus mengadakan seleksi
yang cermat atas bagian-bagian yang diperlukan, kemudian berusaha
memberi cahaya dan warna sesuai dengan apa yang diinterpretasikan.
3. Pendekatan Sikap Penulis
Pendekatan sikap penulis adalah pendekatan yang dilakukan
dengan cara melihat sikap pengarang pada objek yang dideskripsikan.
Semua sikap pengarang mempunyai kaitan erat dengan tujuan yang
ingin dicapai, sifat objek, dan orang yang membaca deskripsinya.
Dari hasil deskripsinya, pengarang mengharapkan pembaca dapat
juga merasakan ketidakadilan atau perasaan kecewa atas persoalan
yang tergambar dalam hasil deskripsinya. Untuk mencapai tujuan itu,
semua rincian harus menunjang efek yang dideskripsikan. Pengarang
harus menyingkirkan rincian atau objek yang tidak mempunyai
hubungan dengan tujuan yang hendak diciptakannya. 23

a. Ciri-ciri Karangan Deskripsi

Menurut M. Atar Semi, ciri-ciri karangan deskripsi adalah


sebagai berikut:
1. Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perinci
tentang objek.
2. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sesitivitas dan
membentuk imajinasi pembaca.
3. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dengan
plihan kata yang menggugah; sedangkan eksposisi gayanya
lebih lugas.
4. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat
didengar, dilihat, dan dirasakan sehingga objek pada umumnya
berupa benda, alam, warna, dan manusia.

23
Gorys Keraf, Eksposisi dan Deskripsi, (Ende Flores: Nusa Indah, 1982), h. 104.

17
5. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan
susunan ruang.24
b. Jenis-jenis Karangan Deskripsi

Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 4.14),


dipilah menjadi dua kategori, yaitu:

a. Deskripsi Orang
Jika anda menulis karangan deskripsi orang, tentukan
hal-hal yang menarik dari orang yang akan anda deskripsikan.
Setelah itu, kemukakan informasi tentang orang itu dengan
retorika pengungkapan yang memungkinkan pembaca seolah-
olah mengenalinya sendiri. Berikut adalah aspek yang
dideskripsikan dari seseorang:
1) Deskripsi Keadaan Fisik Deskripsi fisik bertujuan memberi
gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh
seorang tokoh. Deskripsi ini banyak yang bersifat objektif.
2) Deskripsi Keadaan Sekitar Deskripsi keadaan sekitar, yaitu
penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh,
misalnya penggambaran tentang aktivitas-aktivitas yang
dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat
kediaman, dan kendaraan, yang ikut menggambarkan watak
seseorang.
3) Deskripsi Watak atau Tingkah Perbuatan Dalam
mendeskripsikan watak seseorang kita harus mampu
menafsirkan tabir yang terkandung di balik fisik manusia.
Dengan kecermatan, kita harus mampu mengidentifikasikan
unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh. Kemudian,
menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat
memperlihatkan karakter yang digambarkan.
4) Deskripsi Gagasan-gagasan Tokoh Hal ini memang tidak
dapat diserap oleh panca indera manusia. Namun, antara
perasaan dan unsur perasaan dan unsur fisik mempunyai
hubungan yang erat.
b. Deskripsi Tempat. Tempat memegang peranan yang sangat
penting dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang
terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan selalu
mempunyai latar belakang tempat. Jalannya sebuah peristiwa
akan lebih menarik jika dikaitkan dengan tempat terjadinya
peristiwa. Jika melukiskan suatu tempat, hendaknya bekerja
dengan mengikuti cara yang logis dalam menyusun perincian.
Dengan demikian, lukisan akan menjadi jelas. Di samping itu,
harus mampu menyeleksi detail-detail dari suatu tempat yang

24
M. Atar Semi. Menulis Efektif. (Padang: Angkasa raya, 1990), hlm.43.

18
dideskripsikan, sehingga detail-detail yang dipilih betul-betul
mempunyai hubungan atau berperan langsung dalam peristiwa
yang dilukiskannya. Ada beberapa cara yang dapat kita
gunakan untuk mendeskripsikan suatu tempat. Pertama, kita
bergerak secara teratur menelusuri tempat itu dan menyebutkan
apa yang kita lihat. Kedua, kita dapat mulai dengan
menyebutkan kesan umum yang diikuti oleh perincian yang
paling menarik perhatian kita. Baru menyusul perincian lain
yang kurang menarik disekitarnya. Suparno dan Mohamad
Yunus, (2007: 4.19) mengungkapkan bahwa dalam memilih
cara yang baik untuk melukiskan tempat, perlu kita
pertimbangkan beberapa pokok persoalan untuk menyusun
deskripsi, yaitu: a) suasana hati, b) bagian yang relevan, c)
urutan penyajian.
Untuk lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Suasana
hati Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati mana
yang paling menonjol untuk dijadikan landasan. Sikap
pengarang ketika membuat karangan deskripsi mengenai
tempat menunjukan sifat dan suasana hati yang menguasai
pikiran pengarang pada waktu itu. b. Bagian yang relevan
Pengarang deskripsi harus mampu memilih detail-detail yang
relevan untuk dapat menggambarkan suasana hati itu. c.
Urutan penyajian Keraf (dalam Suparno dan Mohamad Yunus,
(2007: 4.22) berpendapat, sebagai pengarang deskripsi dituntut
mampu untuk menetapkan urutan yang paling baik dalam
menampilkan detail-detail yang dipilih.25
c. Langkah-langkah Menyusun Karangan Deskripsi

Setelah mempelajari cara-cara dan jenis-jenis karangan


deskripsi, untuk mempermudah melakukan pendeskripsian ada
beberapa cara yang harus diperhatikan. Adapun langkah-langkah
menulis karangan deskripsi menurut Suparno adalah sebagai
berikut:
 Menentukan apa yang akan dideskripsikan. Apakah akan
mendeskripsikan orang atau tempat.
 Merumuskan tujuan pendeskripsian. Apakah deskripsi
dilakukan sebagai alat bantu untuk mengemukakan karangan
narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
 Menetapkan bagian-bagian yang akan dideskripsikan.

25
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007) hlm. 109

19
 Merinci hal-hal yang menunjang kekuatan bagian-bagian yang
akan dideskripsikan yang meliputi hal-hal yang akan
ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan yang kuat
terhadap objek yang digambarkan. 26

E. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang peneliti lakukan mengambil judul “Kesalahan
penggunaan afiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Semester
Ganjil SMP Djojoredjo Tahun Pelajaran 2015/2016.” Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif deskripstif. Dalam penelitian ini
peneliti meneliti karangan deskripsi siswa berupa kesalahan penggunaan
prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Mengenai judul skripsi di atas,
peneliti mempunyai beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian
yang sedang peneliti lakukan.
1. Penelitian yang ditulis oleh Mumpuni Titrin S. Yang berjudul
“Analisis Kontaminasi Frase dan Penanda Ganda dalam Karangan
Deskripsi Siswa SMA Kelas II di DKI Jakarta”. Relevansinya
terlihat pada kontaminasi frase dan penanda ganda jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1990 IKIP. Dalam
penelitian tersebut bentuk kontaminasi yang dilakukan siswa pada
penggabungan bentuk (frase) yang tidak tepat dan kesalahan penanda
ganda yang dilakukan siswa membuat kalimat menjadi tidak efektif
dan efisien.
Adapun perbedaan penelitian mumpuni dengan skripsi ini adalah:
a. Penelitian Mumpuni meneliti tentang analisis kontaminasi frase
dan penanda ganda. Mumpuni meneliti bentuk kontaminase frase
yang tidak tepat dan penandaan ganda pada kalimat yang
menjadi efektif dan efisien, sedangkan penelitian ini tentang
kesalahan penggunaan afiks.

26
Suparno, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1. 22.

20
b. Penelitian Mumpuni objek penelitiannya adalah karangan
deskripsi siswa SMA kelas II di DKI Jakarta, sedangkan
penelitian ini objeknya siswa kelas VII SMP Djojoredjo.
2. Penelitian Ani Nurhayati yang berjudul “Analisis Kata Berimbuhan
dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Legoso
Ciputat Tangerang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Adapun perbedaan penelitian Ani dengan skripsi ini adalah:
a. Penelitian skripsi Ani dilakukan di sekolah SMK Nusantara
Legoso Ciputat, sedangkan penelitian ini dilakukan di SMP
Djojoredjo Pamulang.
b. Penelitian skripsi Ani menekankan penyengauan kata dasar,
pemakaian konfiks dan sufiks yang keliru, sedangkan penelitian
skripsi ini tentang kesalahan penggunaan afiks.
3. Penelitian Rizqi Herfiyanti yang berjudul “Kesalahan Penggunaan
Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah
Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran
2011/2012”.
Adapun perbedaan penelitian Rizqi dengan penelitian ini adalah:
a. Penelitian Rizqi dilakukan di Madrasah Aliyah Annida Al-
Islamy Cengkareng Jakarta Barat, sedangkan penelitian ini
dilakukan di SMP Djojoredjo Pamulang.
b. Penelitian Rizqi membahas tentang kesalahan prefiks, sedangkan
penelitian ini membahas tentang kesalahan afiks.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat peneliti
simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis tidaklah sama
dengan apa yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang terdahulu.
Mumpuni Titrin S. Melakukan penelitian untuk mengetahui kontaminasi
frase dan penanda ganda dalam karangan deskripsi siswa. Penelitian Ani
Nurhayati berfokus pada pemakaian kata berimbuhan, penyengauan kata
dasar, pemakaian konfiks dan sufiks yang keliru. Penelitian Rizqi

21
Herfiyanti fokus pada prefiks. Sedangkan peneliti sendiri memfokuskan
pada kesalahan penggunaan afiks.

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan


karangan deskripsi siswa kelas VII. Metode deskriptif ini menggunakan penelitian
kualitatif dalam penggunaannya. Penelitian kualitatif merupakan “penelitian yang
menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian
atau pemahaman atau fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus”.1
Selain itu, ada yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang ingin mencari makna kontekstual secara menyeluruh (holistic) berdasarkan
fakta-fakta (tindakan, ucapan, sikap, dan sebagainya) yang dilakukan subjek
penelitian dalam latar alamiah secara emic, menurut yang dikonstruk subjek
penelitian untuk membangun teori (nomotetik, mencari hukum keberlakuan
umum).2
Penelitian ini bertujuan mencari data tentang kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang terdapat pada karangan deskripsi
siswa kelas VII. Kesalahan yang dimaksud adalah terjadinya ketidakbenaran
dalam tataran morfologi terutama pada bagian afiks.

A. Waktu dan Metode Penelitian


Waktu yang dipergunakan untuk meneliti yakni bulan Oktober 2015
dan selesai pada bulan Januari 2016. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode
penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah (natural setting);
diebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut juga

1
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.5
2
Abdul Hanafi Halim, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: Diadit Media Press, 2011), h. 92

24
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.3

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Djojoredjo Pamulang pada siswa
kelas VII tahun pelajaran 2015/2016, yang beralamat di jalan Beringin
No.45A Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian tes.
Pemberian tes dilakukan ketika siswa diminta untuk membuat karangan
deskripsi yang berkaitan pengalaman hidupnya mengenai tempat paling
berkesan yang pernah dikunjungi. Data yang digunakan untuk penelitian ini
yaitu dari kelas VII yang berjumlah 73 orang dengan dua rombongan belajar,
yaitu kelas A dan kelas B. Setiap individu dalam populasinya mempunyai
peluang yang sama untuk dijadikan subjek penelitian. Namun karena
keterbatasan penulis, jumlah siswa dalam sampel penelitian ini sebanyak 50%
yaitu 36 siswa. Menurut Suharsimi, jika jumlah subjeknya besar, dapat
diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.4
Penelitian ini diperoleh melalui teknik simple random sampling,
yaitu dengan cara menulis semua nama siswa kemudian dikocok dengan
mengambil 18 nama dari masing-masing kelas A dan B. Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.5

D. Fokus Penelitian
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah analisis
hasil belajar siswa. Penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan, untuk

3
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 14, cet, ke-11
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT. Rineke
Cipta, 2006), h. 134, Edisi Revisi VI.
5
Sugiono, Ibid.hlm120

25
mencatat data berupa kalimat yang terdapat kesalahan morfem pada aspek
afiksasi, seperti contoh:
Tabel 3.1
Tabel Analisis Penggunaan Morfem
Nama Siswa (Judul Karangan)

No. Kalimat Kesalahan Morfem Afiks

Prefiks Infiks Sufiks Konfiks Perbaikan

E. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh adalah dengan cara memberikan tugas kepada
siswa, yaitu membuat karangan deskripsi berdasarkan pengalaman hidupnya
mengenai tempat paling berkesan yang pernah dikunjungi. Setelah data
terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pengklasifikasian
2. Pengodean
3. Penabulasian
4. Pembetulan/pengoreksian
5. Pengalkulasian dengan menggunakan rumus ....x100%
Keterangan: X = Frekuensi kalimat yang dianalisis
X2 = Jumlah kesalahan
6. Penginterpretasian dan penyimpulan.

26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini terdapat profil sekolah, deskripsi data, dan interpretasi data.

A. Profil Sekolah
1. Letak Geografis SMP Djojoredjo Pamulang
SMP Djojoredjo Pamulang terletak di Jalan Beringin No.45A
Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
MTs Negeri Tangerang II Pamulang memiliki lokasi yang sangat strategis,
hanya 100 M dari jalan raya, di sekitar MTs Negeri Tangerang II
Pamulang terdapat 6 perguruan tinggi yaitu Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), STIE Ahmad
Dahlan Jakarta, Universitas Pamulang (UNPAM), Sekolah Tinggi
Multimedia, dan Institut Teknologi Indonesia.

2. Sejarah singkat SMP Djojoredjo Pamulang


SMP Djojoredjo Pamulang berdiri sejak tahun 1987 di Jalan
Beringin, Pamulang. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan
Djojoredjo. Pada awal mulanya, Yayasan Djojoredjo membangun sekolah
swasta pertama kali yang ada di daerah Pamulang yang bernama SMP
Pamulang pada tahun 1978. Kemudian karena melihat adanya kesadaran
bahwa pendidikan adalah kebutuhan bagi setiap anak tanpa memandang
status ekonomi maka didirikanlah SMP Djojoredjo di daerah Parung, di
daerah Sawangan, dan di daerah Pamulang.
Berdirinya SMP Djojoredjo baik yang berada di Parung,
Sawangan, maupun Pamulang adalah sebagai bentuk keprihatinan dan
bentuk kepedulian H. Bento (pemilik Yayasan Djojoredjo) akan
masyarakat sekitar yang mayoritas adalah masyarakat yang berada pada
kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini menggugah hati nurani

27
beliau sehingga beliau memutuskan untuk memperjuangkan hak-hak
masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Waktu itu, SMP Djojoredjo
didirikan di atas lahan yang di sekitarnya adalah sawah dan kebun. Bisa
dikatakan SMP Djojoredjo didirikan di sebuah perkampungan.
Kepala SMP Djojoredjo pertama kali dijabat oleh Tri Januari,
S.Pd dari tahun 1987 sampai tahun 1992 setelah itu jabatan kepal sekolah
dipindahtangakan kepada Drs. Rahmat dari tahun 1992 sampai tahun 1994.
Kemudian, untuk pertama kalinya jabatan kepala sekolah diserahkan
kepada seorang wanita yang bernama Hj. Tri Tjiptaning Lestari. Karena
jiwa kepemimpinananya yang sangat bagus, dari tahun 1994 sampai
sekarang beliau masih dipercaya untuk menjabat sebagai kepala sekolah.
Seiring berjalannya waktu, SMP Djojoredjo yang menjadi salah
satu sekolah swasta yang ada di Pamulang, harus bersaing dengan sekolah-
sekolah yang mulai muncul. Dengan persaingan yang ada, baik kepala
sekolah maupun tenaga kerjanya bekerja sama untuk menciptakan inovasi-
inovasi dalam program pembelajaran maupun dalam program sekolah
lainnya agar mampu menyetarakan diri. Setelah meluluskan 27 angkatan,
SMP Djojoredjo masih mampu bertahan sampai saat ini.
Sebagai sekolah yang melayani masyarakat, SMP Djojoredjo
sadar betul bahwa pendidikan sebagai kebutuhan dan kewajiban setiap
anak berusaha keras memberikan pelayanan terbaik. Menciptakan siswa-
siswa yang berprestasi dan memiliki lulusan yang kompeten meskipun
SMP Djojoredjo belum berada di level tinggi. Beberapa kali Djojoredjo
meraih penghargaan untuk siswa berprestasi baik bidang akademik
maupun non akademik dan beberapa kali mencetak siswa dengan lulusan
meraih nilai yang memuaskan.

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Djojoredjo Pamulang


Visi, Misi, dan Tujuan SMP djojoredjo adalah sebagai berikut:
Visi:
Unggul dalam akademik, tanggap terhadap IPTEK, dan religius.

28
Misi:
Mengembangkan/mewujudkan sumber daya manusia yang profesional,
berprestasi, dan insan yang berakhlak mulia dengan dilandasi oleh iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta mampu mengaktualisasikannya dalam masyarakat.

4. Data Guru dan Siswa


a. Guru
Tabel 4.1
Data Tenaga Kependidikan SMP Djojoredjo
Status Guru Mapel Guru Eskul TU OB

PNS 2 - - -

Honor 14 8 2 2

Jumlah 16 8 2 2

b. Siswa
Berkaitan dengan data peserta didik akan dijelaskan hal-hal
sebagai berikut:
1. Proses penerimaan siswa baru didasarkan pada tes masuk. Adapun
materi tes yang harus diikuti oleh siswa meliputi: tes potensi
akademik, tes baca tulis Al-Qur’an, dan wawancara.
2. Jumlah siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Siswa SMP Djojoredjo Pamulang

Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

2015/2016 73 75 85 233

29
3. Jumlah rombongan belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data Rombel SMP Djojoredjo Pamulang
Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

2015/2016 2 2 3 7

c. Sarana dan Prasarana


1. Tanah dan Halaman
Tanah SMP Djojoredjo adalah milik Yayasan SMP
Djojoredjo dengan luas 1500 m2.
2. Gedung Madrasah
Tabel 4.4
Jumlah Ruang dan Sarana Prasarana SMP Djojoredjo Pamulang
Luas (m2)
No. Jenis Sarpras Jumlah per unit/ Keadaan
bagian
1.500 Baik
1 LAHAN :
m2
a. Lahan terbangun 956 m2 Baik

b. Lahan terbuka 400 m2 Baik

Lahan kegiatan Baik


c. 150 m2
praktik

2. RUANG :
a. Ruang Pendidikan :
1) Ruang Teori/Kelas 7 56 Baik
Ruang Laboratorium Baik
2) 1 64
IPA
3) Ruang Lab Komputer 1 56 Baik

4) Ruang Olah Raga 1 150 Baik

30
5) Ruang Perpustakaan 1 64 Baik

b. Ruang Administrasi :
Ruang Kepala Baik
1) 1 32
Sekolah
2) Ruang Guru 1 56 Baik

3) Ruang TU 1 8 Baik

c. Ruang Penunjang :
Ruang OSIS- Baik
1) 1 32
Pramuka-PMR
Ruang Baik
2) 1 130
Serbaguna/Umum
Ruang Kamar Baik
3) 6 36
Mandi/WC
4) Ruang UKS 1 36 Baik

d. Media Pengajaran
1) TV 29” 2 Baik
2) Player 2 Baik
3) LCD 3 Baik

d. Sumber Belajar
1. Sarana Sumber Belajar
Perpustakaan merupakan pusat sember ilmu yang utama,
maka di perpustakaan SMP Djojoredjo Pamulang dilengkapi dengan
berbagai buku sumber, meliputi:
a) Jumlah total :
b) Koran/surat kabar : setiap hari 1 surat kabar
c) Majalah : setiap bulan 1 majalah
2. Media Pembelajaran

31
Media pembelajaran yang tersedia meliputi:
- Perpustakaan lengkap
- TV di ruang khusus
- CD pembelajaran berada di unit komputer
- LCD proyektor 3
- Komputer 23
- Aula dilengkapi sound sistem
- Masjid Al-Barkah sebagai prasarana ibadah
- Laboratorium IPA
- Laboratorium komputer
- Drumband
- Angklung
- UKS
- 7 lokal untuk ruang belajar
- Lapangan

B. Deskripsi Data
Pada bagian deskripsi ini, penulis akan menguraikan frekuensi
kesalahan siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Setelah
diketahui kesalahannya, data-data tersebut dianalisis dan hasilnya disajikan
dalam bentuk deskripsi.

Tabel 4.5
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Adelia Suryani
(Gunung Munara)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Gunung Munara adalah gunung di kampung

32
yang terletak dikampung X
sawah, Rumpin. (1)
2. Rute dari Gaplek lurus terus X ke pasar
sampe kepasar parung. (2)
3. Dari situ ambil kanan kearah X ke arah
ciseeng lurus sampai
keRumpin. (3) X ke Rumpin
4. Tidak jauh dari situ kekampung X ke kampong
sawah terus sampailah X di Gunung
diGunung Munara. (4)
5. Untuk sampai kepuncak X ke puncak
melewati empat pos. (10)
6. Disetiap pos banyak orang X di setiap
berjualan makanan dan
minuman. (11)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Adelia Suryani sebanyak delapan.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di) tidak
tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya
kata kerja. Penulisan dikampung seharusnya dipisah menjadi di
kampung.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
pasar bukan kepasar.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.

33
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
arah bukan kearah.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
Rumpin bukan ke Rumpin.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
Kampung bukan keKampung.
c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata
depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Gunung bukan di
Gunung.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
d. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
puncak bukan kepuncak.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
e. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata
depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di setiap bukan disetiap.

34
Tabel 4.6
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Agus Setiawan
(Danau Toba)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. .... yang paling banyak di X dikunjungi


kunjungi wisatawan. (3)
2. Danau ini paling indah di X dikunjungi
kunjungi saat malam hari .... (7)
3. .... paling cocok dikunjungi X dikunjungi
bersama teman-teman atau
keluarga. (8)
4. Rumah makan itu paling ramai
di kunjungi pada siang hari. X dikunjungi
(10)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Agus Setiawan sebanyak empat.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata di kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i
seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata di kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i
seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan

35
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata di kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i
seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata di kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i
seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi.

Tabel 4.7
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Ahmad Taufik Adi Rianto
(Keindahan Taman Matahari)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Taman Matahari merupakan


salah satu tempat yang letaknya
diprovinsi Jawa Barat, tepatnya X di Provinsi
dikota Bogor. (1) X di kota
2. Banyak permainan ada disana. X di sana
(7)
3. Sepanjang hari di lewati dengan X dilewati
sangat seru dan sangat asik
sekali. (8)
4. Ada juga toko-toko yang jual
barang-barang bekas yang di X dipajang
pajang. (10)
5. Boleh dilihat boleh juga di beli X Dibeli
untuk jadi kenang-kenangan.

36
(11)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Ahmad Taufik Adi Rianto
sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata
depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Provinsi bukan
diProvinsi.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata
depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Kota bukan diKota.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata
depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata di lewati. Penggabungan
morfem dalam proses morfologis seperti di+lewat+i seharusnya
digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dilewati.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan pada penempatan morfem (di), morfem ini
terikat dengan kata kerja yang secara penulisannya digabung dengan

37
bentuk dasarnya. Pajang adalah kata kerja, jadi seharusnya dipajang
bukan di pajang.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan pada penempatan morfem (di), morfem ini
terikat dengan kata kerja yang secara penulisannya digabung dengan
bentuk dasarnya. Beli adalah kata kerja, jadi seharusnya dibeli bukan di
beli.

Tabel 4.8
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Aisyah Widiam Rohmah
(Curug Cidomba)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

- - - - - - -

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Aisyah Widiam Rohmah tidak ada.

Tabel 4.9
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Aldi Saepul Adha
(Istana Maimun)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

38
1. Istana Maimun terletak dikota X di kota
medan. (2)
2. Karena megah istana ini banyak Dikunjungi
di kunjungi oleh wisatawan. (4) X
3. Istana maimun di bangun pada X Dibangun
tahun 1988. (5)
4. Untuk sampai dilantai dua, X di lantai
pengunjung dapat naik anak
tangga sebanyak 28 yang terbuat
dari marmer. (10)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Aldi Saepul Adha sebanyak empat.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di kota bukan
dikota.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikunjungi.

3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima


a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Bangun adalah kata kerja, jadi
seharusnya dibangun bukan di bangun.

39
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di lantai bukan
dilantai.

Tabel 4.10
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Alif Nurcahyo
(Pantai Batu Ulo)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Pantai Batu Ulo merupakan X di daerah


salah satu pantai didaerah
Banyuwangi Jawa Timur. (1)
2. Menurut cerita rakyat disana, X di sana
dinamakan Batu Ulo karena
pada zaman dahulu di sebutkan X disebutkan
.... (5)
3. Para wisatawan pergi kesana X ke sana
karena keindahan bawah
lautnya. (9)
4. Ikan hias dan terumbu karang
disana sangat dilestarikan X di sana
dengan baik. (11)

40
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh Alif Nurcahyo sebanyak empat.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan
didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.

b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.


Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi disebutkan.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke sana bukan
kesana.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.

41
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.

Tabel 4.11
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Alya Bella Shalimar
(Keindahan Pulau Bunaken)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Pulau Bunaken adalah tempat X di Manado


wisata diManado yang sering di X disebut
sebut surga dunia. (1)
2. DiPulau ini kita dimanjakan X di pulau
dengan air lautnya yang sangat
jernih dan .... (2)
3. Kita juga di suguhkan X disuguhkan
keindahan pulau-pulau disekitar X disekitar
Bunaken. (3)
4. Untuk menikmatinya, bisa di X
lakukan dengan cara menyelam Dilakukan
(diving). (8)
5. Makanan yang di sajikan adalah X Disajikan
makanan khas Manado seperti
Rica-Rica, Bubur Manado ....
(10)

42
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa frekuensi
kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Alya Bella Shalimar
sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Manado bukan
diManado.
b. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa berada pada penempatan morfem
(di), morfem ini terikat dengan kata kerja yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi
seharusnya disebut bukan di sebut.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Pulau bukan
diPulau.

3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga


a. Kesalahan yang digunakan siswa pada penggunaan konfiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di-
,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi
seharusnya disuguhkan, bukan di suguhkan.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

43
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sekitar bukan
disekitar.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang digunakan siswa pada penggunaan konfiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di-
,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi
seharusnya dilakukan bukan di lakukan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang digunakan siswa pada penggunaan konfiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di-
,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi
seharusnya disajikan, bukan di sajikan.

Tabel 4.12
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Anggi Rahmawati
(Menikmati Indahnya Laut Sosro)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Di sebut sosro karena tempatnya X Disebut


bertemakan sosro. (4)

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, diketahui bahwa frekuensi


kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Anggi Rahmawati
sebanyak satu.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.

44
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi
seharusnya disebut bukan di sebut.

Tabel 4.13
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Arya Saputra
(Lippo Cikarang)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. .... wisata kolam renang yang X


berada didaerah Cikarang. (1) di daerah
2. .... tempat liburan yang di X diminati
minati banyak orang. (2)
3. .... lebih dari 1000 pengunjung
yang datang kesana. (3) X ke sana
4. Disana terdapat berbagai X di sana
permainan seperti trampolin,
perosotan, ayunan, .... (5)
5. Disana juga terdapat cafe yang X di sana
terletak didalam kolam
renangnya. (6)
6. .... seperti bola yang di buat dari X Dibuat
kaca. (8)
7. Kolam renang diLippo Cikarang X di Lippo
sangat banyak. (9)
8. Pengunjung bisa memilih mau

45
renang dimana. (10) X di mana
9. Air disana sangat bersih karena X di sana
airnya diganti setiap hari. (12)

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, diketahui bahwa frekuensi


kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Arya Saputra sebanyak
sembilan.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), tidak
tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya
kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang
penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di-
,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi
seharusnya dilakukan, bukan di lakukan.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
sana bukan kesana.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam

46
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem (di).
Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya disambung. Jadi
seharusnya dibuat, bukan di buat.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Lippo bukan
diLippo.
8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di mana bukan
dimana.
9. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan

47
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan
disana.

Tabel 4.14
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Aziiz Rasyid
(Pesona Pantai Anyer)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Pantai tersebut terletak didaerah X di daerah


Serang. (2)
2. Jarak yang di tempuh dari X di tempuh
Jakarta menuju Anyer sekitar 35
kilometer. (3)
3. Banyak pohon kelapa berdiri
tegak dipinggir pantainya. (6) X di pinggir
4. Kita juga dapat melihat gunung X
krakatau dari ke jauhan. (8) Kejauhan
5. Selain pemandangan nya X Pemandangannya
indah, banyak permainan yang
bisa di nikmati. (9)
6. Semua fasilitas ini bisa di X Dinikmati
nikmati dari pagi sampai sore.
(12)
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa frekuensi
kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Aziiz Rasyid sebanyak
enam.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.

48
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem di.
Tempuh di sini adalah kata kerja jadi seharusnya (di) penulisannya
disambung dengan kata tempuh. Jadi ditempuh, bukan di tempuh.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pinggir bukan dipinggir.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke-,-an),
morfem ini seharusnya digabung dengan kata dasarnya. Jadi seharusnya
kejauhan, bukan ke jauhan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem yang
dilakukan berada pada penempatan morfem (pe-,-an), morfem ini
seharusnya digabung dengan kata dasarnya. Jadi seharusnya
pemandangannya, bukan pemandangan nya.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.

49
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morefem (di-,-i),
morfem tersebut seharusnya digabung dengan kata dasarnya. Jadi
seharusnya dinikmati, bukan di nikmati.

Tabel 4.15
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Bima Abed Nego
(Gunung Tangkuban Perahu)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Asal mula gunung tangkuban X Dikisahkan


perahu adalah di kisahkan
legenda sangkuriang yang .... (5)
2. .... mengajukan persyaratan yaitu X Disuruh
sangkuriang di suruh membuat
perahu dengan semalam. (6)
3. Ketika usahanya gagal X Ditendang
sangkuriang marah dan perahu
itu di tendang sampai terbalik.
(7)
4. Di beri nama gunung tangkuban X Diberi
perahu karena gunung tersebut
menyerupai gunung yang
terbalik. (9)
5. .... membuat tempat ini banyak
di kunjungi wisatawan lokal X Dikunjungi
maupun mancanegara. (11)

50
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, diketahui bahwa frekuensi
kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Bima Abed Nego
sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks

Terdapat kesalahan pada kata di kisahkan. Kata kisah merupakan kata


kerja yang mendapat konfiks (di-,-kan). Seharusnya kata perintah
digabung dengan konfiks (di-,-kan), sehingga menjadi dikisahkan.

2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam


a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar kata
kerja. Seharusnya bentuk dasar suruh digabung dengan prefiks (di-),
karena suruh merupakan kata kerja, sehingga menjadi disuruh.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar kata
kerja. Seharusnya bentuk dasar tendang digabung dengan prefiks (di-),
karena tendang merupakan kata kerja, sehingga menjadi ditendang.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar kata
kerja. Seharusnya bentuk dasar beri digabung dengan prefiks (di-),
karena beri merupakan kata kerja, sehingga menjadi diberi.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i) pada
kata kunjung. Seharusnya kata dasar kunjung digabung dengan morfem

51
(di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi morfem (di-,-i),
sehingga seharusnya menjadi dikunjungi.

Tabel 4.16
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Davin Prayoga
(Candi Borobudur)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Candi Borobudur merupakan X


salah satu candi terbesar di dunia
didunia. (1)
2. Candi Borobudur terletak
diYogyakarta. (2) X di Yogyakarta
3. Diantara beberapa candi X Di antara
terdapat satu candi besar yang
berbentuk lancip .... (7)
4. Dicandi Borobudur terdapat X di candi
banyak stupa. (9)

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Davin Prayoga sebanyak empat.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah

52
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dunia bukan didunia.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Yogyakarta bukan diYogyakarta.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di antara bukan diantara.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di candi bukan dicandi.

Tabel 4.17
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Dhea Paulina
(Taman Matahari)

53
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Taman ini berdiri diatas tanah X di atas


seluas 30 hektar. (4)

2. Ditaman matahari ada berbagai X Di taman


permainan. (5)

3. Diantaranya yaiu villa, saung, X Di antaranya


hotel, lapangan, restoran dan
tempat belanja. (10)

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Dhea Paulina sebanyak tiga.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di atas bukan diatas.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di taman bukan ditaman.

3. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.

54
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di antaranya bukan diantaranya.

Tabel 4.18
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Faldy Apriadi
(Pantai Kuta)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Pantai ini terletak didaerah X di daerah


Bali. (2)
2. Sehingga banyak dikunjungin X Dikunjungi
oleh para wisatawan. (3)
3. .... dengan keindahannya yang Mempesona
luar biasa dan begitu
menpesona. (5) X
4. Ombaknya yang besar Bergulung
menggulung dengan indah. (6) X
5. Pengunjung bisa nikmatin X Menikmati
matahari terbenam. (8)
6. Sepanjang pantai di jadikan X Dijadikan
tempat parkir. (10)
7. .... berpanas-panasan bisa duduk X di bawah
atau tidur dibawah payung- X disediakan

55
payung yang disedia. (11)
Berdasarkan tabel 4.18 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh Faldy Apriadi sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dikunjungin, karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
dikunjungin lebih tepat mendapat imbuhan (di-,-i) menjadi dikunjungi.

3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima


a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem
(me), morfem ini menjadi (mem-) ketika bertemu dengan huruf p.
Pesona diawali dengan huruf p, jadi seharusnya mempesona bukan
menpesona.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem (me-
), morfem ini tidak cocok digunakan pada kata sifat. Gulung merupakan
kata sifat yang ketika menggunakan morfem seharusnya jadi
bergulung, bukan menggulung.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata nikamtin, karena dalam

56
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
nikmatin seharusnya menikmati, jadi akhiran (–in) diganti dengan
(me-,–i).
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dijadikan.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di bawah bukan dibawah.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (di),
morfem tersebut sesuai dengan struktur kalimatnya seharusnya bentuk
dasar bukan hanya diberi morfem (di) saja tetapi (di-,-kan) menjadi
disediakan, bukan disedia.

Tabel 4.19
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Fandy Ahmad Saputra
(Jungle Land)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

57
1. .... merupakan tempat wisata X di daerah
yang terletak didaerah Sentul,
bogor, Jawa barat. (1)

2. Banyak pengunjung yang pergi X ke sana


kesana. (2)

3. Disana ada komedi putar, kora- X di sana


kora, dan masih banyak lagi. (6)

4. Pengunjung disana bisa X di sana


menikmati permainan sepanjang
hari. (7)

5. Selain permainan pengunjung X mengisi


bisa ngisi perut dengan berbagai
makanan. (9)

6. Disana pun ada taman yang X di sana


sangat indah dan sejuk. (10)

Berdasarkan tabel 4.19 di atas, diketahui bahwa frekuensi


kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Fandy Ahmad Saputra
sebanyak enam.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.

58
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (ke) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ngisi. Dalam bahasa


Indonesia tidak ada bentuk baku ngisi dan prefiks (-ng), adapun bentuk
dasarnya isi. Kata isi lebih tepat diberi prefiks (me-), sehingga menjadi
mengisi.

6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.


Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

59
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.

Tabel 4.20
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Gerry Novian
(Lava Merapi)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Di sebut Lava Merapi karena X Disebut


dulu tempat ini jadi aliran lava
saat gunung merapi meletus. (2)
2. .... tempat ini banyak di X Dikunjungi
kunjungi wisatawan. (4)
3. Satu jeep di kenakan biaya 300 X Dikenakan
ribu rupiah. (6)
4. .... maka tinggal di bagi saja. (7) X Dibagi
5. Mobil jeep akan nganter kita X mengantar
sampai ketempat lava dengan X ke tempat
jalan yang belok-belok. (8)
6. .... sungai-sungai yang pernah di X Dialiri
aliri lava. (9)
7. Ada juga museum yang X Menyimpan
nyimpen barang-barang yang
kena lava. (12)

60
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh Gerry Novian sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi
seharusnya disebut bukan di sebut.

2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat


a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikunjungi.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikenakan.

4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh


a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.

Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),


morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Bagi adalah kata kerja, jadi
seharusnya dibagi bukan di bagi.

5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nganter. Dalam bahasa


Indonesia tidak ada bentuk baku nganter dan prefiks (-ng), adapun

61
bentuk dasarnya antar. Kata antar lebih tepat diberi prefiks (me-),
sehingga menjadi mengantar.

b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah


awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
tempat bukan ketempat.

6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan


a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dialiri.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nyimpen. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku nyimpen dan prefiks (-ng), adapun
bentuk dasarnya simpan. Kata antar lebih tepat diberi prefiks (me-),
sehingga menjadi menyimpan.

Tabel 4.21
Analisis penggunaan morfem dalam keterampilan menulis karangan deskripsi
siswa
Jovanka Ceizilia
(Pantai Alam Indah Tegal)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. .... yang terkenal dengan PAI X di tegal


letaknya ditegal. (1)
2. Kita bisa main-main dipinggir X di pinggir

62
pantai atau basah-basahan. (6)
3. Kita juga bisa main di waterboom
diwaterbum yang ada ember X
besar bentuk poci. (7)
4. Selain main kita juga bisa
belajar dimonumen bahari atau X di monumen
dikampung seni. (8) X di kampong
5. .... kita bisa sholat ditempat X di tempat
yang disediakan. (10)
6. Saat kita lapar kita bisa
kewarung .... (11) X ke warung
7. Pasti puas ngunjungin pantai X Mengunjungi
alam indah Tegal.

Berdasarkan tabel 4.21 di atas, diketahui bahwa frekuensi


kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Jovanka Ceizilia
sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Tegal bukan ditegal.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pinggir bukan dipinggir.

63
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Waterboom bukan diWaterboom.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Monumen bukan diMonumen.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di kampung bukan dikampung.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di kampung bukan dikampung.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.

64
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
warung bukan kewarung.

7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas


a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata ngunjungin
seharusnya diganti menjadi mengunjungi.

Tabel 4.22
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Latifah Nurbaiti
(Ciwangun Indah Camp)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Ciwangun Indah Camp


bertempat didaerah Bandung. X di daerah
(1)
2. Berkunjung keciwangun camp X ke ciwangun
sangat seru sekali. (5)
3. .... sambil ngelawatin jalan yang X Melewati
menanjak juga menurun. (7)
4. Ada kakak-kakak yang mandu X Memandu
permainan yang menyenangkan.
(10)
5. Setelah main kita bisa cobain X mencoba
flying fox. (11)

65
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, diketahui bahwa frekuensi
kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Latifah Nurbaiti
sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
Ciwangun bukan keciwangun.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata ngelewatin
seharusnya diganti menjadi melewati.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata mandu. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku mandu dan prefiks (m), adapun bentuk
dasarnya pandu. Kata pandu lebih tepat diberi prefiks (me-), sehingga
menjadi memandu.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks

Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.

66
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata cobain seharusnya
diganti menjadi mencoba.

Tabel 4.23
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Leonardi Dharma Adjie
(Wisata Jungle Land)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Jungle Land merupakan tempat


rekreasi terbesar diIndonesia. X di Indonesia
(1)
2. Jungle Land terletak diSentul X di Sentul
Bogor. (2)
3. Didalamnya terdapat berbagai X di dalamnya
macam wahan yang berjumlah
41 macam. (4)
4. Wahana yang terdapat diJungle X di Jungle Land
Land ada yang khusus di X dinikmati
nikmati oleh orang dewasa, ada X
wahana yang khusus di nikmati X dinikmati
anak-anak, dan ada yang bisa di dinikmati
nikmati berbagai usia. (5)
5. Selain berbagai wahana diatas X di atas
juga ada pertunjukkan dan
atraksi meet zombie dan .... (9)

67
6. .... bisa di nikmati dengan X Dinikmati
membayar tiket sebesar 125.000
pada hari libur. (12)

Berdasarkan tabel 4.23 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Leonardi Dharma Adjie sebanyak
enam.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Indonesia bukan diIndonesia.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Sentul bukan diSentul.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dalamnya bukan didalamnya.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima

68
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Jungle Land bukan diJungle Land.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati.
c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati.

d. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.


Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di atas bukan diatas.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),


morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati.

69
Tabel 4.24
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
M. Ridwan
(Candi Prambanan)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Letak Candi Prambanan ada


diJogjakarta. (4) X di Jogjakarta
2. Disamping ketiga candi itu ada X di samping
candinya lagi, yaitu garuda,
nandini dan angsa. (6)
3. Candi Siwa, Wisnu, dan Brahma
menghadap ketimur, sedangkan X ke timur
candi Garuda, Nandini, dan X
Angsa yang ndampingin ketiga X mendampingi
candi tersebut menghadap
kebarat. (7) ke barat
4. Candi-candi tersebut punya X
ruangan didalamnya. (8) di dalamnya
5. Selain ke enam candi itu ada X Keenam
ratusan candi kecilnya. (9)
6. Candi Prambanan yang terkenal X
dengan kecantikannya juga di dindingnya
memiliki relief didindingnya.
(11)
7. .... di bangun oleh Bandung X dibangun
Bondowoso untuk menunjuk X
cintanya kepada .... (12) menunjukkan

70
Berdasarkan tabel 4.24 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh M. Ridwan sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Jogjakarta bukan diJogjakarta.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di samping bukan disamping.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
timur bukan ketimur.
b. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ndampingin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku ndamping dan prefiks (-in), adapun
bentuk dasarnya damping. Kata damping lebih tepat diberi prefiks (me-
,-i), sehingga menjadi mendampingi.

c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.


Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
barat bukan kebarat.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan

71
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dalamnya bukan didalamnya.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (ke),
morfem ini terikat dengan kata sifat, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Enam adalah kata sifat, jadi
seharusnya keenam bukan ke enam.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dindingnya bukan didindingnya.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Bangun adalah kata kerja, jadi
seharusnya dibangun bukan di bangun.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (me)
yang seharusnya jika sesuai dengan susunan kalimatnya menggunakan
morfem (me-,-kan), seharusnya menunjukkan.

Tabel 4.25
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa

72
M. Rizky Irawan
(Pantai Indrayanti)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Pantai Indrayanti terletak


diWonogiri, Gunung Kidul,
X di Wonogiri
Yogyakarta. (1)

2. Dengan keindahannya yang


mengagumi, tiket masuk pantai
X mengagumkan
ini cukup murah dan .... (4)

3. Banyak ikan-ikan yang


sembunyi dibalik karang-
X di balik
karang. (6)

4. Disana terdapat sebuah tebing X di sana


yang menjulang tinggi. (7)

5. .... pengunjung juga bisa naik jet X Memuaskan


ski dengan biaya lumayan mahal
tapi muasin banget. (9)

6. .... tidak mau basah-basahan bisa X di bawah


liat ombak dibawah payung
X
yang disediain. (10)

7. Dipantai ini juga ada X di pantai


penginapan buat yang ingin
nikmatin .... (12)
X menikmati

73
Berdasarkan tabel 4.25 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh M. Rizki Irawan sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Wonogiri bukan diWonogiri.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (me-,-i),
morfem ini tidak tepat digunakan. (me) dalam kalimat tersebut lebih
tepat jika disandingkan dengan (kan), mengagumi menjadi
mengagumkan.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di balik bukan dibalik.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.

74
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata muasin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku muas dan sufiks (-in), adapun bentuk
dasarnya puas. Kata puas lebih tepat diberi prefiks (me-,-kan), sehingga
menjadi memuaskan.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di bawah bukan
dibawah.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (di-,-in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata disediain, karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
disediain seharusnya menjadi disediakan.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata nikmatin, karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
nikmatin seharusnya menjadi menikmati.

Tabel 4.26
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Mario Pandapotan
(Pesona Indah Danau Toba)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

75
1. Danau tersebut terletak
diprovinsi Sumatra Utara X di provinsi
tepatnya dipulau Samosir. (2) X di pulau
2. Selain keindahnnya, pengunjung
bisa melihat kapal-kapal yang di danau
berlabuh didanau ini. (5) X
3. Salah satu pelabuhan yang ada
didanau Toba adalah Pelabuhan X Di danau
Tomok. (6)
4. Pelabuhan Tomok adalah
pelabuhan yang paling terkenal Di pulau
dipulau Samosir. (7) X
5. Banyak kapal Feri dan kapal-
kapal kecil yang berlabuh X di sana
disana. (8)
6. Dipulau Samosir juga terdapat X Di pulau
sebuah kampung yang bernama
Tanjungan. (9)
7. Dikampung tersebut terdapat X Di kampong
sebuah danau yang bernama Aek
Na Tonang. (11)

Berdasarkan tabel 4.26 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Mario Pandapotan sebanyak tujuh.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Provinsi bukan diProvinsi.

76
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Pulau bukan diPulau.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di danau bukan didanau.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di danau bukan didanau.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Pulau bukan diPulau.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

77
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Pulau bukan diPulau.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di kampung bukan dikampung.

Tabel 4.27
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Nina Adelia
(Indahnya Pulau Bunaken)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Pulau Bunaken merupakan Di Sulawesi


tempat wisata yang sangat indah
yang berada diSulawesi. (1) X
2. Pulau ini terdapat disebelah X di sebelah

78
utara Sulawesi diteluk Manado. X di teluk
(2)
3. Kita bisa lihat puluhan jenis ikan
didalamnya seperti ikan koi X di dalamnya
putih, lolosi ekor kuning, .... (6)
4. Disana juga terdapat tebing X Di sana
karang vertikal sejauh 25-30
meter. (8)
5. Untuk menuju kebunaken X Ke Bunaken
perjalanan yang ditempuh tidak
begitu sulit. (9)

Berdasarkan tabel 4.27 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Nina Adelia Aryani sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Sulawesi bukan diSulawesi.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sebelah bukan disebelah.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

79
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di teluk bukan diteluk.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan
tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut
bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,
seharusnya di dalamnya bukan didalamnya.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan
tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut
bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,
seharusnya di sana bukan disana.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
Bunaken bukan kebunaken.

Tabel 4.28
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Rachma Triana
(Menikmati Malam di Maliobro)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

80
1 2 3 4 Perbaikan

1. Banyak juga wisatawan yang


berkunjung ke sana. (2) X ke sana
2. Salah satu souvenir yang di jual X Dijual
adalah gantungan kunci bentuk
tugu Jogja, tas dari .... (10)

Berdasarkan tabel 4.28 di atas, diketahui bahwa frek uensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Rachma Triana sebanyak dua.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
sana bukan kesana.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Jual adalah kata kerja, jadi
seharusnya dijual bukan di jual.

Tabel 4.29
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Reo Kencana
(Kebun Binatang Ragunan)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

81
1. Tempat ini terletak diProvinsi X di Provinsi
Jakarta, tepatnya diJakarta X di Jakarta
Selatan. (2)
2. Disana terdapat macam-macam X Di sana
satwa seperti gajah, jerapah,
kuda nil, zebra, dan lain-lain. (7)
3. Setelah berkeliling pengunjung X ke took
bisa berkunjung ketoko
souvenir. (11)
4. Ditoko souvenir ini ada boneka- X Di took
boneka dengan bentuk binatang
dengan harga murah. (12)

Berdasarkan tabel 4.29 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Reo Kencana sebanyak empat.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Provinsi bukan diProvinsi.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Jakarta bukan diJakarta.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

82
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
Di sana bukan Disana.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
kata (ke) dipisah dengan kata toko, ke took bukan ketoko.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Terdapat kesalahan pada kata ditoko. Kata toko menunjukkan arti
tempat tempat, bukan kata kerja. dalam kalimat tersebut terdapat
kesalahan penggunaan morfem prefiks dengan kata depan. Seharusnya
kata (di) dipisah dengan kata toko, sehingga menjadi di toko.

Tabel 4.30
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Rio Pradana Putra
(Air Terjun Cibeureum)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Tempat ini banyak di kunjungi X Dikunjungi


dan menjadi favorit .... (2)

Berdasarkan tabel 4.30 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Rio Pradana Putra sebanyak satu.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks

83
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i)
pada kata kunjung. Seharusnya kata dasar kunjung digabung dengan
morfem (di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi
morfem (di-,-i), sehingga seharusnya menjadi dikunjungi.

Tabel 4.31
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Septi Dwi Lestari
(Situ Patenggang)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Situ Patenggang terletak


didaerah Ciwidey, Bandung. (1) X di daerah
2. .... dari terminal leuwipanjang X ke terminal
keterminal Ciwidey kemudian
Desa Situ Patenggang. (4)
3. Disekitar danau tersebut X Di sekitar
terdapat kebun teh sehingga
udaranya sejuk. (7)
4. Kita bisa kebatu cinta dengan X ke batu
menggunakan perahu. (10)
5. Disebut batu cinta, karena batu
tersebut berada dipulau yang X di pulau
berbentuk hati. (11)

Berdasarkan tabel 4.31 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Septi Dwi Lestari sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.

84
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke). (ke)
bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,
seharusnya ke terminal bukan keterminal.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sekitar bukan disekitar.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,, seharusnya
ke batu bukan kebatu.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pulau bukan dipulau.

85
Tabel 4.32
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Sinta Dea Amanda
(Taman Impian Jaya Ancol)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Agar bisa ketempat ini, X ke tempat


pengunjung bisa menggunakan
kendaraan apa saja baik .... (4)
2. Ditaman Impian Jaya Ancol X Di taman
pengunjung bisa nikmatin X menikmati
tempat hiburan yang nyenengin. X menyenangkan
(5)
3. Pengunjung yang suka suasana
yang indah bisa ngunjungin X Mengunjungi
pantai. (7)
4. Ditaman Impian Jaya Ancol X Di taman
juga ada tempat selain hiburan.
(9)
5. Ada pasar seni yang ada galeri Pertunjukan
lukisan dan pertunjuk kesenian X
di dalamnya. (10)
6. Ada juga tempat olahraga yang X Menyediakan
nyediain macam-macam alat
olahraga. (11)

Berdasarkan tabel 4.32 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Sinta Dea Amanda sebanyak enam.

86
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
tempat bukan ketempat.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di taman bukan ditaman.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata nikmatin
seharusnya diganti menjadi menikmati.
c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nyenengin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku nyeneng dan sufiks (-in), adapun
bentuk dasarnya seneng. Kata puas lebih tepat diberi prefiks (me-,-kan),
sehingga menjadi menyenangkan.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ngunjungin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku ngunjung dan sufiks (-in), adapun
bentuk dasarnya kunjung. Kata kunjung lebih tepat diberi prefiks (me-,-
i), sehingga menjadi mengunjungi.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah

87
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di taman bukan ditaman.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem perfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (per),
morfem ini kurang tepat. Kata pertunjuk seharusnya diganti menjadi
pertunjukkan.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nyediain. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku nyedia dan prefiks (-in), adapun
bentuk dasarnya sedia. Kata damping lebih tepat diberi prefiks (me-,-
kan), sehingga menjadi menyediakan.

Tabel 4.33
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Siti Hardyanti
(Gua Jatijajar)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Gua Jatijajar terletak didesa X di desa


Jatijajar kecamatan ayah,
Kebumen. (1)
2. Pengunjung jadinya tidak
terpeleset saat jalan didalam X di dalam
gua. (7)
3. Didalam Gua Jatijajar ada 32 X Di dalam
patung. (9)
4. Patung itu katanya X

88
ngegambarin sejarah. (10) Menggambarkan
5. Patung itu sudah lama didalam X di dalam
gua. (11)

Berdasarkan tabel 4.33 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Siti Hardyanti sebanyak lima.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di desa bukan didesa.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dalam bukan didalam.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dalam bukan didalam.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.

89
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ngegambarin. Dalam
bahasa Indonesia tidak ada konfiks (nge-,-in). Kata ngegambarin lebih
tepat diberi konfiks (me-,-kan), sehingga menjadi menggambarkan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di dalam bukan didalam.

Tabel 4.34
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Trisna Nur Febriansyah
(Wisata Baturraden)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Dipintu masuknya ada tulisan X


selamat datang .... (7)

2. Disampingnya ada patung X


gareng sama teman-temannya.
(8)

Berdasarkan tabel 4.34 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Trisna Nur Febriansyah sebanyak
dua.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat tujuh.

90
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pintu bukan dipintu.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sampingnya bukan disampingnya.

Tabel 4.35
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Vincenco Budiman Hunganwarin
(Pantai Tanjung Kait)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Pantai tersebut sering


dikunjungin orang-orang luar X Dikunjungi
bahkan orang asli penduduk situ.
(2)
2. Dipantai tersebut juga ada yang X di pantai
berlibur dan yang bekerja. (3)
3. Tempat yang indah dan sejuk
untuk dikunjungin. (4) X dikunjungi

91
4. Dipantai tanjung kait terdapat X di pantai
beberapa permainan banan boat
dan membuat istana pasir. (5)
5. Disana juga terdapat rumah X di sana
makan dengan berbagai menu
yang lezat. (6)
6. Jadi kita bisa nikmatin makanan X menikmati
itu sekaligus ngelihat X melihat
pemandangan indah. (7)
7. Hampir setiap hari tempat ini Dikunjungi
ramai di kunjungi banyak X
orang. (9)
8. Diwaktu tersebut pengunjung X di waktu
bisa melihat matahari terbit atau
tenggelam. (12)

Berdasarkan tabel 4.35 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Vincenco Budiman Hunganwarin
sebanyak delapan.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata dikunjungin, imbuhan (–in)
biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa
Indonesia tidak ada. Morfem (-in) seharusnya diganti dengan sufiks (-i)
yang menjadi bentuk konfiks (di-,-i) dan penulisannya digabung,
sehingga menjadi dikunjungi.

2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga


a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

92
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pantai bukan dipantai.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata dikunjungin, imbuhan (–in)
biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa
Indonesia tidak ada. Morfem (-in) seharusnya diganti dengan sufiks (-i)
yang menjadi bentuk konfiks (di-,-i) dan penulisannya digabung,
sehingga menjadi dikunjungi.

4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima


a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di pantai bukan dipantai.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata nikmatin, imbuhan (–in)
biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa
Indonesia tidak ada. Morfem (-in) seharusnya diganti dengan sufiks (-i)
yang menjadi bentuk konfiks (me-,-i), sehingga menjadi menikmati.

93
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata ngelihat, imbuhan (nge-)
biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa
Indonesia tidak ada. Morfem (nge-) seharusnya diganti dengan prefiks
(me-), sehingga menjadi melihat.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i)
pada kata kunjung. Seharusnya kata dasar kunjung digabung dengan
morfem (di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi
morfem (di-,-i), sehingga seharusnya menjadi dikunjungi.
8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di waktu bukan diwaktu.

Tabel 4.36
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Vito Vario
(Indahnya Dusun Bambu Bandung)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Disana juga udaranya sangat X


sejuk. (6)

94
2. Kuliner yang di sajikan adalah X
makanan khas Bandung .... (10)

Berdasarkan tabel 4.36 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Vito Vario sebanyak dua.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Terdapat kesalahan pada kata di sajikan. Kata saji merupakan kata
kerja yang mendapat konfiks (di-,-kan). Seharusnya kata saji digabung
dengan konfiks (di-,-kan), sehingga menjadi disajikan.

Tabel 4.37
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Yasin Fadillah
(Keraton Yogyakarta)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Keraton Yogyakarta terletak


didaerah istimewa Yogyakarta. X di daerah
(2)

95
2. Tapi ada juga dibeberapa X di beberapa
bagian di beri khas dari luar X diberi
negeri. (6)
3. Ada joglo yang dindingnya X
kebuka dan ada joglo yang X terbuka
dindingnya ketutup. (8) tertutup
4. Halaman Keraton Yogyakarta di X Ditutup
tutup sama pasir. (9)
5. Suasana disana seperti berada X di sana
pada zaman dahulu. (12)

Berdasarkan tabel 4.37 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Yasin Fadillah sebanyak lima.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di beberapa bukan dibeberapa.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Beri adalah kata kerja, jadi
seharusnya diberi bukan di beri.

96
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (ke),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata kebuka seharusnya
diganti menjadi terbuka.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (ke),
morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata ketutup seharusnya
diganti menjadi tertutup.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Tutup adalah kata kerja, jadi
seharusnya ditutup bukan di tutup.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.

Tabel 4.38
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Zahra Ariela Yusri
(Dufan)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

97
1 2 3 4 Perbaikan

1. Dufan merupakan tempat wisata


yang memiliki banyak X Permainan
bermainan yang mendebarkan.
(3)
2. Ada permainan yang negangin X menegangkan
banget seperti kora-kora,
histeria, dan tornado. (7)

Berdasarkan tabel 4.38 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Zahra Ariela Yusri sebanyak dua.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata bermainan. Morfem (ber-,-
an) tidak tepat, seharusnya permainan bukan bermainan.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata negangin. Dalam bahasa
Indonesia tidak ada bentuk baku negang dan prefiks (-in), adapun
bentuk dasarnya tegang. Kata tegang di sini lebih tepat diberi prefiks
(me-,-kan), sehingga menjadi menegangkan.

Tabel 4.39
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Zahran Tama
(Sawarna)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

98
1 2 3 4 Perbaikan

1. Pantai Sawarna berlokasi


dibayah, lebak. (1) X di bayah
2. Perjalanan menuju kesana X ke sana
lumayan jauh. (2)
3. Tapi senang sekali saat sudah
sampai disana. (4) X di sana

Berdasarkan tabel 4.39 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Zahran Tama sebanyak tiga.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di Bayah bukan diBayah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
sana bukan kesana.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.

99
Tabel 4.40
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siswa
Julianti Sekar Wangi
(Pantai Ujung Genteng)
No. Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1. Pantai Ujung Genteng berada


didaerah Sukabumi. (1) X di daerah
2. Perjalanan yang di tempuh X ditempuh
kepantai ini memang jauh dan X ke pantai
jalannya cukup curam. (3)
3. Namun sampai saat disana kita X di sana
akan merasakan senang sekali.
(4)
4. Pantai Ujung Genteng di X dikatakan
katakan indah karena pasirnya
yang putih dan airnya yang
jernih. (5)
5. Dialam bawah lautnya terdapat X Di alam
banyak karang. (6)
6. Diantara ikan-ikan itu ada ikan X Di antara
nemo dan ikan buntal. (8)
7. .... telur-telur penyu yang X menetas
kemudian netes jadi anak-anak X
penyu didalam penangkaran.
(10)
8. Setelah itu penyu akan di lepas X dilepas
kelaut. (11) X ke laut

100
9. Pada malam hari penyu akan X ke daratan
naik kedaratan untuk bertelur.
(12)

Berdasarkan tabel 4.40 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan


penggunaan morfem yang dilakukan oleh Julianti Sekar Wangi sebanyak dua
belas.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di daerah bukan didaerah.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Tempuh adalah kata kerja, jadi
seharusnya ditempuh bukan di tempuh.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (ke) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
ke pantai bukan kepantai.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah

101
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di sana bukan disana.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan),
morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar.
Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikatakan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di alam bukan dialam.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya
di antara bukan diantara.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada kata netas, morfem ini tidak
tepat karena dalam bahasa Indonesia tidak ada kata netas. Kata netas
seharusnya menjadi menetas.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan

102
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalam bukan
didalam.
8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya
digabung dengan bentuk dasarnya. Lepas adalah kata kerja, jadi
seharusnya dilepas bukan di lepas.
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
laut bukan kelaut.

9. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas


a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah
awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke
daratan bukan kedaratan.

C. Interpretasi Data
Berdasarkan deskripsi data di atas, diperoleh tiga puluh enam tulisan
deskripsi. Dari tiga puluh enam karangan deskripsi tersebut, telah ditemukan
35 karangan deskripsi yang penggunaan morfemnya tidak tepat. Kesalahan
terbanyak terdapat pada penggunaan prefiks dengan jumlah 152 kalimat,
sufiks 4 kalimat, dan konfiks 22 kalimat. Adapun presentasinya sebagai
berikut:
1. Kesalahan pada penggunaan prefiks 152/174 x 100 = 87,3 %
2. Kesalahan pada penggunaan prefiks 4/174 x 100 = 2,2 %
3. Kesalahan pada penggunaan prefiks 22/174 x 100 = 12,6 %
Berdasarkan persentase di atas dapat diketahui bahwa kesalahan
terbanyak terdapat pada penggunaan prefiks yang mencapai 87,3%,

103
kesalahan pada sufiks mencapai 2,2%, dan kesalahan pada konfiks mencapai
12,6%. Dari hasil persentase ini, dapat kita ketahui bahwa siswa lebih banyak
melakukan kesalahan pada penggunaan prefiks. Hal ini tentu menjadi
perhatian bagi calon guru maupun guru bahasa Indonesia agar lebih
memerhatikan dan membimbing siswa dalam penggunaan morfem.

104
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan morfem dalam
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa SMP Djojoredjo Semester
Genap tahun ajaran 2015/2016, maka dapat dikemukakan sebagai berikut:
Tiga puluh enam karangan deskripsi yang dianalisis. Ditemukan 35
karangan deskripsi yang menggunakan afiks tidak tepat. Kesalahan terbanyak
terdapat pada penggunaan prefiks yang mencapai 87,3%, kesalahan pada
sufiks mencapai 2,2%, dan kesalahan pada konfiks mencapai 12,6%.
Kesalahan yang paling banyak terjadi dikarenakan siswa masih salah dalam
penggunaan prefiks. Prefiks yang seharusnya dijadikan awalan, asisipan,
akhiran, dan penggabungan pada penulisan, terutama pada kata kerja justru
lebih sering digunakan untuk kata tempat.

B. Saran
Perlu adanya bimbingan khusus untuk siswa agar tidak lagi
melakukan kesalahan pada penulisan karangan deskripsi. Seperti halnya
memberikan latihan penulisan pada siswa dan sering melakukan diskusi
dalam penggunaan morfem pada kalimat.
Dengan adanya penelitian, ini maka kita sebagai calon guru harus
lebih memerhatikan siswa dan sering melakukan komunikasi terutama
mengenai penggunaan morfem, dengan tujuan meminimalisir kesalahan yang
dilakukan siswa bahkan sampai tak ada kesalahan dalam penggunaan
morfem, terutama morfem afiks. Penelitian ini diharapkan jadi pembelajaran
untuk kita semua sebagai calon guru Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sebagai calon guru kita harus peka terhadap kesalahan berbahasa yang
dilakukan siswa, agar siswa bisa memperbaiki kesalahannya.
Berdasarkan simpulan yang penulis kemukakan, maka dapat
disampaikan saran dan masukan kepada guru, agar sebaiknya mengalokasikan

105
waktu yang sesuai atau lebih banyak dalam pengajarannya dan menggunakan
metode pembelajaran yang tepat, serta sering memberikan latihan menulis
agar siswa terbiasa menggunakan morfem yang tepat, terutama pada bagian
afiks.

106
DAFTAR PUSTAKA

Alek. linguistik Umum. Jakarta: Fitk Press UIN Jakarta, 2009.


Alek dan Achmad H.P. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta: FITK press.
Alkhadiah, Sabarti dkk. Menulis I. Jakarta: Universitas terbuka, 2007.
Alwi, Hasan. Tata Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Jakarta: PT
Rineke Cipta, 2006. Edisi Revisi VI.
Atar, M. Seni Menulis Efektif. Padang Angkasa Raya, 1990.
Budi Santoso, Kusno. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineke
Cipta,1990.
Chaer, Abdul. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT
Rineke Cipta, 2008.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
Finoza, Lamudin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2006.
Halim, Abdul Hanafi, Metode Penelitian Bahasa, ( Jakarta: Diadit Media Press,
2011.
Katamba, Francis. Morphology. London: Macmillan Press Ltd, 1993.
Keraf, Gorys. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah, 1982.
Kosasih, E. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP. Bandung: Pustaka
Setia, 2005.
Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Mahmud, Nasrun. English For Muslim University Student. Ciputat: PT Siwibakti
Darma, 2010.
Mashudi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN, 2004.
Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa
Deskriptif). Jakarta: Bumi Angkasa, 2009.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Nurudin. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Press, 2010.
Ramlan, M. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono,
2001.
Saddhono, Kundaru dan St. Y. Slamet. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia, Teori dan Aplikasi. Bandung: Karya Putra Darwati, 2012.
Samsuri. Analisa Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga,
1978.
Sari, Nirmala. An Introduction Linguistics. Jakarta: Depdikbud, 1998.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.
Suparno. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka, 2006.
Suparno dan Yunus, Mohamad. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007.
Sutarna. Morfologi bahasa Indonesia. Jartata: Universitas terbuka, 2007.
Tarigan, Henry Guntur. Menulis. Bandung: Angkasa, 2008.
Tarigan Henry Guntur, dkk. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 1990.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa,
1988.
Yulianto, Bambang dan Maria Mintowati. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Universitas terbuka, 2009.
Yunus, M. dkk. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.
Zainuddin. Pengetahuan Kebahasaan. Surabaya: Usaha Nasional, 1985.

Anda mungkin juga menyukai