Anda di halaman 1dari 110

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK MENULIS TEKS ANEKDOT

BERBASIS PROJECT BASED LEARNING UNTUK SISWA KELAS X SMK

(Tesis)

Disusun oleh

Nadya Arizona

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKPD MENULIS TEKS ANEKDOT


BERBASIS PROJECT BASED LEARNING UNTUK SISWA KELAS X SMK

Oleh

NADYA ARIZONA

Permasalahan penelitian ini berkaitan dengan pengembangan LKPD menulis teks

anekdot berbasis project based learning untuk siswa kelas X SMK. Penelitian ini

bertujuan untuk mengungkapkan permasalahan dan mengembangkan produk

bahan ajar (LKPD), mendeskripsikan kelayakan produk bahan ajar (LKPD), dan

menguji efektivitas bahan ajar berupa “LKPD Menulis Teks Anekdot Berbasis

Project Based Learning untuk Siswa Kelas X SMK”.

Metode penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan yang

mengadaptasi tiga dari sepuluh langkah dalam prosedur penelitian dan

pengembangan menurut Borg and Gall. Teknis pengumpulan data dengan

observasi, wawancara, dan penyebaran angket di tiga sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) berhasil dikembangkan bahan ajar

berupa “LKPD Menulis Teks Anekdot Berbasis Project Based Learning untuk

Siswa Kelas X SMK”, 2) kelayakan lembar kegiatan peserta didik secara

keseluruhan dinyatakan “sangat layak” oleh ahli materi, ahli media, dan

praktisi dengan persentase penilaian 81,60, 85,47, dan 82,57, 3) lembar

kegiatan peserta didik efektif meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot


pada masing-masing sekolah dengan nilai N-gain sebesar (0,33), (0,35), dan

(0,52) termasuk dalam kategori sedang.

Kata kunci: lembar kegiatan peserta didik, teks anekdot, project based learning.
ABSTRACT

DEVELOPING STUDENTS' WORKSHEET IN WRITING ANECDOTE


TEXT BASED ON PROJECT ABSED LEARNING FOR THE TENTH
GRADERS OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL

BY

NADYA ARIZONA

The problem in the research is connected to the students' worksheet development

in writing anecdote bases on the project based learning for the tenth graders of

vocational high school. The purpose of the research is to create a teaching

material product, describe the advisability of teaching product, and examine the

effectivity of teaching material.

Research design and development that adapt the three tenth steps of research

procedure and development by Borg and Gall were used as the methos of the

research. Observation, interview, and questionairre were used to collect the data at

three different schools.

The results of the research show that the students' worksheet in writing anecdote

text is 1) successfully developed; 2) stated advisable by the expert of media,

material, and practitioners with the 81.60, 85.47, and 82.57 scoring percentage;

and 3) effective in increasing the students' skill in writing the anecdote text in

each school with the N-gain (0.33), (0.35), and (0.52) that are categorised as

middle.

Keywords: students' worksheet, anecdote text, project based learning


PENGEMBANGAN LKPD MENULIS TEKS ANEKDOT
BERBASIS PROJECT BASED LEARNING UNTUK SISWA KELAS X SMK

Oleh

NADYA ARIZONA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, Lampung pada 18 September 1994, sebagai anak keempat

dari empat bersaudara, dari Bapak Sutrisno dan Ibu Lismiati. Penulis mulai mengenyam

pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah Metro diselesaikan pada tahun

2001, Sekolah Dasar (SD) di SD Pertiwi Teladan Metro diselesaikan pada tahun 2006,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Al-Kautsar Bandarlampung diselesaikan pada

tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN3 Metro diselesaikan pada tahun

2012. Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan melalui Ujian Mandiri (UM). Tahun 2017 penulis menjadi mahasiswa Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung.


MOTO

‫(ا‬6)ً‫( إِنﱠ َﻣ َﻊ ا ْﻟ ُﻌ ْﺴ ِﺮ ﯾُ ْﺴﺮ‬5) ‫ﻓَﺈ ِنﱠ َﻣ َﻊ ا ْﻟ ُﻌ ْﺴ ِﺮ ﯾُ ْﺴﺮًا‬


"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan." (Qs. Asy Syarh: 5-6)
PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim
Untuk segenap kesabaran akan sebuah penantian terikat dengan kekuatan kasih,
cinta, dan rasa syukur hamba kepada Allah SWT. Sang Illahi berkuasa di atas
segalanya yang telah banyak memberikan keajaiban bagiku agar selalu bersabar
dan bersyukur dalam menepaki sepenggal warna kehidupan-Nya untuk mampu
berdiri dan menetap ke depan dengan optimis, aku persembahkan tesis ini kepada.

1. Kedua Orangtua
Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Lismiati, terima kasih atas doa yang terus kau
lantunkan, menasehati tanpa lelah, dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan ini.

2. Ketiga Kakakku
Astria Violita, Nicky Trisyana, dan M. Nanda Ramadhan, terima kasih untuk
motivasi, dukungan, dan usaha untuk memberikan keceriaan.

3. Suamiku Tercinta
Fandu Chairul Nur, seseorang yang Allah pilihkan untuk menjadi Imam
dalam Shalatku, pemilik tangan gagah yang akan selalu menolongku ketika
aku terpuruk dan jatuh, dan sang nahkoda yang akan menuntun dan
membimbingku menuju Surga Illahi. Terima kasih atas segala dukungan dan
kasih sayangmu.

4. Almamater
Terima kasih telah mendewasakanku dalam berpikir, bertutur, bertindak, dan
memberikanku banyak pengalaman yang tidak terlupakan.
SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,

karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

dengan judul Pengembangan LKPD Menulis Teks Anekdot Berbasis Project

Based Learning untuk Siswa Kelas X SMK. Tesis ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar magister Strata 2 (S2) pada Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa sebagai wujud rasa hormat

penulis. Pihak-pihak tersebut sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung;

3. Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Lampung;

4. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Universitas Lampung sekaligus sebagai validator ahli materi

yang telah bersedia memberikan pengarahan, bimbingan, saran, dan

nasihat selama penulisan tesis ini;


5. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. sebagai pembimbing I yang telah

membimbing, memberi arahan, saran-saran, motivasi, dan nasihat yang

sangat bermanfaat dengan penuh kebijakan dan kesabaran hingga tesis ini

selesai.

6. Dr. Sumarti, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah membimbing,

memberi arahan, saran-saran, motivasi, dan nasihat yang bermanfaat dengan

penuh kebijakan hingga tesis ini selesai.

7. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberi

banyak arahan, saran-saran, dan nasihat dengan penuh kebijakan terhadap

penulis hingga tesis ini selesai.

8. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung.

9. Bapak Amarulloh, M.Kom., selaku validator ahli media untuk bahan ajar

dari unsur media pembelajaran.

10. Ibu Sari Yunis, M.Pd., selaku validator praktis untuk bahan ajar dari

unsur praktisi pembelajaran.

11. Fisnia Praami, M.Pd., guru bahasa Indonesia SMKN 3 Metro, Nova

Cahya, S.Pd. guru bahasa Indonesia SMK Muhammadyah 2 Metro, dan

Ibu Heni Triwastuti, S.Pd. guru bahasa Indonesia SMKN 2 Metro.

12. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Seni dan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya

selama perkuliahan.

13. Ayahanda (Sutrisno) dan Ibunda (Lismiati) yang penulis cintai, yang selalu

dengan sabar memberikan nasihat, selalu mendoakan dan lapang dada, dan
mendengarkan keluh kesah penulis selama proses mendapatkan sebuah

gelar Magister Strata 2 (S2).

14. Ketiga kakakku (Astria Violita, Nicky Trisyana, M. Nanda Ramadhan)

yang selalu dengan sabar memberikan perhatian, motivasi, doa dan kasih

sayang kepada penulis.

15. Suamiku Fandu Chairul Nur, yang telah memberikan semangat,

motivasi, dan kesetiaannya untuk menemani selama penulis membuat

tesis ini.

16. Sahabat Tersayang (Fitri Anggraini, Tika Qurratun, Faris Hidayahtulloh,

Hendri Wakaimbang, Teguh, Rischa, Pulsha, Dika,) terima kasih atas

keceriaan, kebersamaan, dukungan dan setia menemani dari awal

perkuliahan hingga penulis menyelesaikan tesis ini.

17. Teman-teman Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia angkatan 2017, terimakasih atas kebersamaan yang luar biasa

indah yang telah teman-teman berikan.

18. Keluarga besar SMK Karya Wiyata, terima kasih atas dukungan, pengertian,

dan perhatian selama penulis menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna. Untuk

itu, kritik, dan saran pembaca sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini

bermanfaat dan berguna bagi kita.

Bandar Lampung, Mei 2019

Nadya Arizona
NPM 1723041025
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………. i
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… v
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. vi
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….. vii
PERSEMBAHAN……………………………………………………….. viii
MOTO ………………………………………………………………….... ix
SANWACANA ………………………………………………………….. x
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xvi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xviii

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.3 Tujuan Masalah................................................................................. 9
1.4 Spesifikasi Produk Pengembangan .................................................. 9
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 10
1.6 Ruang Lingkup ................................................................................. 12

2. LANDASAN TEORI
2.1 Bahan Ajar ......................................................................................... 13
2.1.1 Fungsi Bahan Ajar ....................................................................... 13
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar .............................. 14
2.1.3 Jenis Bahan Ajar ......................................................................... 16
2.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ................................................. 22
2.2.1 Komponen LKPD ........................................................................ 22
2.2.2 Fungsi LKPD ............................................................................... 24
2.2.3 Tujuan LKPD ............................................................................... 25
2.2.4 Langkah-langkah Penyusunan LKPD .......................................... 26
2.3 Pengertian Menulis ............................................................................. 27
2.3.1 Tujuan Menulis ............................................................................ 28

xiii
2.3.2 Manfaat Menulis .......................................................................... 30
2.4 Teks Anekdot ..................................................................................... 31
2.5 Pembelajaran Berbasis Project Based Learning ................................ 32
2.5.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Project Based Learning .... 34
2.5.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Project Based Learning .. 37
2.5.3 Kelebihan Pemebelajaran Berbasis Project Based Learning ....... 38
2.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Project Based
Learning ........................................................................................ 42

2.5.5 Perbedaan Penekanan Pembelajaran Berbasis Proyek dan


Pembelajaran Tradisional ............................................................. 45
2.5.6 Langkah-langkah Mendesain Suatu Proyek ................................. 47
2.5.7 Prosedur atau Desain Pembelajaran Berbasis Project Based
Learning ....................................................................................... 49
2.5.8 Pedoman Bimbingan Pembelajaran Berbasis Proyek ................... 51

3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 55
3.2 Tempat Penelitian ............................................................................ 56
3.3 Prosedur Pengembangan .................................................................. 56
3.3.1 Studi Pendahuluan ..................................................................... 60
3.3.2 Proses Pengembangan Produk ................................................... 62
3.3.3 Evaluasi Produk ......................................................................... 65
3.4 Sumber Data dan Subjek Penelitian ................................................. 65
3.5 Analisis Data ................................................................................... 66
3.6 Instrumen .......................................................................................... 67

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 86
4.1.1 Studi Pendahuluan ...................................................................... 87
4.1.2 Analisis Kebutuhan .................................................................... 97
4.2 Pengembangan Produk ..................................................................... 98
4.2.1 Desain Produk Awal .................................................................. 98
4.2.2 Validasi Desain .......................................................................... 105
4.2.2.1 Validasi Ahli Materi ............................................................. 106
4.2.2.2 Validasi Ahli Media ............................................................. 108
4.2.2.3 Validasi Praktisi ................................................................... 109
4.2.3 Revisi Desain ............................................................................. 111
4.2.4 Uji Coba Produk ......................................................................... 113
4.2.4.1 Uji Coba Kelas Kecil ........................................................... 113
4.2.4.2 Uji Coba Skala Besar ........................................................... 117
4.2.5 Revisi Produk .............................................................................. 138
4.2.6 Produk Akhir Bahan Ajar ........................................................... 139
4.2.7 Uji Efektivitas Produk ................................................................ 140
4.3 Pembahasan ..................................................................................... 148

xiv
4.3.1 Karakteristik LKPD Teks Anekdot untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Siswa Kelas X SMK.............................. 148
4.3.2 Hasil Uji Efektivitas LKPD Berbasis Project Based Learning . 153

5. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ........................................................................................... 156
5.2 Saran .................................................................................................. 158

DAFTAR PUSTAKA

xv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Proyek 46


Tabel 2.2 Langkah-langkah Mendesain Proyek ................................... 47
Tabel 2.3 Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Project Based Learning 49
Tabel 3.1 Subjek Penelitian ................................................................... 65
Tabel 3.2 Penilaian Kelayakan Pengembangan LKPD .......................... 66
Tabel 3.3 Konversi Penilaian Pengembangan LKPD ........................... 66
Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi N-gain .................................................... 67
Tabel 3.5 Indikator Menulis Teks Anekdot ........................................... 69
Tabel 3.6 Instrumen Kerangka LKPD ................................................... 72
Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Wawancara Guru terhadap Kebutuhan LKPD 73
Tabel 3.8 Kisi-kisi Angket Wawancara Siswa Terhadap Kebutuhan LKPD 74
Tabel 3.9 Instrumen Evaluasi Formatif LKPD Menulis Teks Anekdot 76
Tabel 3.10 Instrumen Penilaian Teman Sejawat/Praktisi Uji Coba LKPD 77
Tabel 3.11 Instrumen Uji Coba LKPD kepada Siswa sebagai Pengguna 79
Tabel 3.12 Soal Uji Teks Anekdo ……………………………..….…. 82
Tabel 3.13 Penskoran Teks Anekdot …………………………..….… 82
Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Teks Anekdot ……………………… 83
Tabel 3.15 Kategori Penilaian Teks anekdot ………………………… 85
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar ... 87
Tabel 4.2 Analisis Hasil Rekapitulasi Angket Analisis Kebutuhan Siswa 93
Tabel 4.3 Kompetensi Inti …………………………………………… 100
Tabel 4.4 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi .. 100
Tabel 4.5 Uji Validasi Ahli Materi ………………………………….. 106
Tabel 4.6 Hasil Validasi Ahli Materi ………………………………... 107
Tabel 4.7 Uji Validasi Ahli Media ………………………………...… 108
Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Media ……………………………….... 109
Tabel 4.9 Uji Validasi Praktisi ………………………………………. 110
Tabel 4.10 Hasil Validasi Praktisi …………………………………… 111
Tabel 4.11 Saran Perbaikan LKPD Ahli Materi …………………….. 112
Tabel 4.12 Saran Perbaikan LKPD Ahli Media ……………………... 112
Tabel 4.13 Saran Perbaikan LKPD Praktisi …………………………. 113
Tabel 4.14 Hasil Uji Penggunaan LKPD pada Skala Kecil …………. 116
Tabel 4.15 Hasil Uji Penggunaan LKPD Skala Luas di SMKN 3 Metro 120
Tabel 4.16 Hasil Uji Penggunaan LKPD Skala Luas di SMK

xvi
Muhammadyah Metro…………………………………………… 125
Tabel 4.17 Hasil Uji Penggunaan LKPD Skala Luas di SMKN 2 Metro 129
Tabel 4.18 Tingkat Kelayakan oleh Guru Bahasa Indonesia ……….. 131
Tabel 4.19 Hasil Penilaian LKPD pada Uji Skala Luas Responden Siswa 134
Tabel 4.20 Hasil Penilaian LKPD pada Uji Skala Luas Responden Guru 137
Tabel 4.21 Saran Perbaikan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia …… 138
Tabel 4.22 Saran Perbaikan Siswa SMK …………………………… 139
Tabel 4.23 Perbandingan Nilai Hasil Pratest dan Pascatest ……….. 142
Tabel 4.24 Daftar Nama Responden SMKN 3 Metro ………………. 142
Tabel 4.25 Daftar Nama Responden SMK Muhammadyah 2 Metro .. 144
Tabel 4.26 Daftar Nama Responden SMKN 2 Metro ……………… 146

xvii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Project Based Learning .............. 54


Gambar 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D ................... 57
Gambar 3.2 Tahapan-tahapan R&D ...................................................... 59

xviii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatkan sumber daya manusia agar menjadi sumber daya yang berkualitas

akan melahirkan generasi penerus bangsa dengan mutu tinggi. Meningkatkan

sumber daya manusia tersebut dapat dimulai dari meningkatkan pendidikannya.

Peningkatan pendidikan dapat dilakukan melalui pembelajaran yang inovatif dan

kreatif. Kurikulum 2013 saat ini menggunakan pembelajaran yang berbasis teks,

melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004

dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006. Kurikulum 2013

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu

(Kemendikbud, 2013: 72).

Kurikulum 2013 menuntut pada pendidikan yang berkarakter bukan hanya

mengajarkan yang benar atau yang salah saja, tetapi pendidikan karakter

menanamkan kebiasaan yang baik sehingga peserta didik mampu memahami

pengetahuan mana yang baik dan mana yang salah (ranah kognitif), memiliki

keterampilan yang baik di masyarakat atau di lingkungan sekolah (ranah afektif),

dan dapat melakukannya di kehidupan sehari-hari (ranah psikomotorik).

Pembelajaran bahasa Indonesia mencapai kompetensi antara pemahaman teks

sastra dengan pemahaman teks non-sastra.


2

Pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan pengetahuan berbahasa,

tetapi juga sebagai alat untuk menjawab tataran masyarakat sekitar. Pembelajaran

di sekolah terutama pembelajaran bahasa Indonesia tidak akan berhasil jika guru

tidak memiliki bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan

untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar-

mengajar di kelas. Bahan ajar dapat berupa tulis dan tidak tertulis. Bahan ajar

terdapat beberapa macam bentuk dan model yang biasa dipergunakan, yaitu buku,

modul, handout, LKS (Lembar Kerja Siswa), brosur, dan lain-lain. Bentuk bahan

ajar tersebut merupakan jenis bahan ajar visual. Adapun jenis bahan ajar lainnya,

yaitu bahan ajar audio, audio visual, dan multimedia interaktif.

Sutjipta dan Swacita (2006: 7) menyatakan bahan ajar memiliki beberapa manfaat

yaitu: (1) pendidik dapat memberikan orientasi kepada peserta didik dengan lebih

mudah; (2) pendidik lebih mudah membuat variasi pengajaran dan tidak terikat

memberi teori saja; (3) proses belajar peserta didik lebih baik, lebih lengkap, lebih

cepat, dan lebih aktif; (4) peserta didik dapat mempersiapkan diri di rumah; (5)

peserta didik dapat membaca kembali hal-hal yang belum jelas; (6) peserta didik

dapat diberi tugas rumah secara teratur; (7) motivasi belajar peserta didik lebih

tinggi; (8) informasi tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik

dapat diberikan; dan (9) kesulitan mengenai bahasa dapat diatasi. Memilih dan

menentukan bahan ajar harus bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa

bahan ajar dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi sehingga bahan

ajar dapat dibuat dengan kebutuhan KD (Kompetensi Dasar). Bahan ajar terdapat

berbagai macam dan model bahan ajar yang sering digunakan. Menurut Sani dan

Imas (2004: 60), macam dan bentuk bahan ajar yang sering digunakan pada
3

jenjang terendah sampai tertinggi yaitu: 1) buku; 2) modul; 3) analisis KI

(Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar), dan 4) handout. Menurut

Dwicahyono dan Daryanto (2014: 173), yaitu bahan ajar pandang (visual), bahan

ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar

multimedia interaktif.

Bahan ajar dalam penelitian ini menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik atau

LKPD. LKPD dapat disebut juga dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKPD

merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi

materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang

harus dikerjakan peserta didik yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus

dicapai (Prastowo, 2015: 204). LKPD sangat berperan penting bagi pembelajaran

di kelas untuk memecahkan suatu masalah.

Menurut Trianto dalam jurnal Siti (2017: 133), LKPD (Lembar Kerja Peserta

Didik) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang dilakukan peserta didik

untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar

sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Di dalam LKPD

terdapat indikator yang harus dicapai, yaitu pembelajaran teks anekdot.

Pembelajaran teks anekdot pada Kurikulum 2013 terdapat pada kompetensi dasar

kelas X SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Kosasih dalam Meliza (201: 93),

memaparkan teks anekdot tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu, tetapi

juga berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan pelajaran pada khalayak.

Anekdot merupakan teks lucu yang mengesankan. Anekdot adalah cerita singkat

dan lucu yang digunakan untuk menyampaikan kritik melalui sindiran lucu
4

terhadap kejadian yang menyangkut orang banyak atau perilaku tokoh publik

(Kemendikbud, 2015). Pembelajaran teks anekdot dalam pokok bahasan yang ada

di dalam silabus terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) 3.5 Menganalisis Teks

Anekdot Dari Aspek Makna Tersirat dan 3.6 Mengevaluasi Struktur Dan

Kebahasaan Teks Anekdot.

Pembelajaran teks anekdot, siswa diminta untuk mengembangkan cerita humor

yang memberikan kesan menarik. Hal utama dalam penulisan teks anekdot yaitu

kreativitas seorang anak dalam menulis dan menciptakan sendiri karyanya

menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada kenyataannya, pembelajaran di

dalam kelas selalu diarahkan dengan teoritis, sehingga siswa tidak mampu

mengembangkan ide-ide atau karya yang siswa miliki dan tidak tercapainya

pengembangan siswa pada keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan belajar-

mengajar pada saat pembelajaran menulis teks anekdot, siswa masih banyak

mengalami kesulitan untuk menuangkan ide atau gagasan pikiran dalam bentuk

paragraf.

Kesulitan lain dalam menulis teks anekdot yaitu siswa bingung harus mulai

menulis teks dan menyusunnya sebagai bentuk paragraf yang baik dan benar

akibat metode pembelajaran guru dalam kelas yang kurang menarik. Metode

dalam pembelajaran sangat dibutuhkan pada guru agar peserta didik mampu

menciptakan dan mengembangkan menulis teks anekdot yang kreatif dan

berkesan. Teks anekdot ialah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan

mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan

kejadian yang sebenarnya (Kemendikbud, 2013: 111).


5

Teks anekdot dalam pembelajaran bahasa Indonesia terlihat jelas dalam

Kompetensi Dasar Keterampilan, yaitu menciptakan kembali teks anekdot dengan

memperhatikan struktur dan kebahasaan baik lisan maupun tulis. Begitu

kompleksnya kegiatan tersebut, sehingga diperlukan strategi pembelajaran

sehingga penulis tertarik untuk melakukan pengembangan bahan ajar berupa

LKPD menulis teks anekdot. Model atau strategi pembelajaran yang dapat

membantu siswa untuk menyelesaikan masalah, kreatif dalam berpikir, interaktif,

dan mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata, yaitu Project Based Learning

(PBL). Strategi pembelajaran Project Based Learning (PBL) merupakan

pembelajaran inovatif yang memfokuskan pada belajar kontekstual melalui

kegiatan yang kompleks (CORD dalam Sutirman, 2013).

Suzie & Jane dalam Sutirman (2013) menyatakan, bahwa “Project based learning

is strategy certain to turn traditional classroom upsie down”. Project Based

Learning adalah suatu strategi untuk mengubah kelas tradisional. Project Based

Learning ini mengajarkan siswa untuk mandiri dalam menyelesaikan tugas. Waras

Kamdi dalam Sutirman, (2013) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis proyek

dianggap cocok sebagai suatu model untuk pendidikan yang merespons isu-isu

peningkatan kualitas pendidikan kejuruan dan perubahan-perubahan besar yang

terjadi di dunia kerja. Berbeda dengan pembelajaran tradisional, yang umumnya

bercirikan praktik kelas yang berdurasi pendek dan aktivitas pembelajaran

berpusat pada guru, model Project Based Learning menekankan kegiatan belajar

yang relatif berdurasi panjang, holistik-interdisipliner, berpusat pada siswa, dan

terintegrasi dengan praktik dan isu-isu dunia nyata.


6

Berdasar pada hasil wawancara, observasi, dan angket analisis guru kelas yang

dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Metro, SMK N 3 Metro, dan SMK N 2

Metro, guru sudah menggunakan Kurikulum 2013. SMK Muhammadiyah 2

Metro, SMK N 3 Metro, dan SMKN 2 Metro merupakan SMK yang

menggunakan Kurikulum 2013 dari pertama diterapkannya kurikulum tersebut

hingga saat ini. Guru kelas yang bersangkutan sudah menggunakan buku teks

yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Sejalan dengan hasil wawancara kepala

sekolah, bahwa buku teks yang disediakan di sekolah sudah mengikuti Kurikulum

2013 sesuai dengan kebijakan yang berjalan. Namun, buku teks pelajaran bahasa

Indonesia Kurikulum 2013 yang ada di sekolah jumlahnya masih terbatas dan ada

yang sudah cukup. Setiap kelas peserta didik masih ada yang belum dapat buku

teks bahasa Indonesia, sehingga beberapa peserta didik menggunakan satu buku

untuk bersama. Jadi, guru dan kepala sekolah memberikan kebijakan untuk setiap

peserta didik diperbolehkan meminjam buku teks yang ada di perpustakaan atau

ruang baca yang sesuai dengan Kurikulum 2013 untuk menunjang belajar peserta

didik baik di rumah.

Proses pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru. Kesibukan guru yang

menjelaskan full materi di kelas membuat kurang terkendalinya kelas. Peserta

didik kurang aktif untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan permasalahan yang

telah diajukan oleh guru. Guru belum ada yang mencoba menggunakan

pendekatan lain untuk memberikan variasi dalam pembelajaran.

Bahan ajar yang digunakan tiga sekolah tersebut menggunakan buku teks yang

disediakan oleh sekolah. Berdasarkan informasi yang disampaikan guru, kepala


7

sekolah, dan peserta didik, diketahui bahwa bahan ajar pada tiga SMK tersebut

menggunakan buku teks yang tersedia di sekolah. Hal ini dapat dibuktikan dengan

hasil analisis tiga sekolah tersebut, menyatakan bahwa 47% guru menggunakan

buku teks di dalam kelas. Guru belum menggunakan bahan ajar tambahan, seperti

LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) atau bahan ajar lainnya.

Sehubungan dengan kebutuhan bahan ajar di sekolah, siswa menyatakan

membutuhkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang menarik, hal tersebut

dapat dibuktikan dengan jawaban dalam angket pra penelitian, yaitu terdapat 80%

siswa menyatakan membutuhkan panduan kegiatan berupa LKPD dalam

pembelajaran teks anekdot, 20% menyatakatan tidak membutuhkan LKPD. Bahan

ajar yang selama ini digunakan hanya berisikan materi dan soal-soal. Selain itu,

juga kertas yang digunakan untuk mencetak kumpulan soal adalah kertas yang

sudah berulang kali difotokopi dan sudah tidak rapih lagi buku tersebut sehingga

tidak terlalu jelas untuk di baca oleh peserta didik.

Pembelajaran menulis teks anekdot pada kelas X SMK sangat tepat menggunakan

strategi Project Based Learning agar siswa mampu mengerjakan tugasnya dengan

mandiri, kreatif, dan inovatif. Penulis melakukan penelitian pada pembelajaran

teks anekdot untuk menciptakan kembali teks anekdot dengan memerhatikan

struktur dan kebahasaan.

Berdasar pada penelitian sebelumnya, pernah dilakukan dengan model

pembelajaran berbasis proyek dengan kemampuan menulis oleh Maria Susanti

(2016), Sundyana (2016), dan jurnal Sang Putu Merta Pujawan, N. Martha, N.

Suandi dari Universitas Pendidikan Ganesha. Dari para penelitian sebelumnya,


8

bahwa pembelajaran model Project Based Learning berhasil dilakukan pada saat

pembelajaran menulis, dengan model berbasis proyek siswa mampu menulis

dengan kreatif, mandiri, dan inovatif.

Dari uraian di atas, alasan penulis memilih judul penelitian “Pengembangan

Lembar Kerja Peserta Didik Menulis Teks Anekdot Berbasis Project Based

Learning untuk Siswa Kelas X SMK”, yaitu untuk mengembangkan kemampuan

anak dalam menulis teks anekdot dengan menggunakan strategi baru dalam

pembelajaran. Model pembelajaran Project Based Learning memiliki beberapa

kelebihan pada saat pembelajaran, yaitu Pertama, meningkatkan motivasi. Kedua,

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Ketiga, meningkatkan

kemampuan studi pustaka. Keempat, meningkatkan kolaborasi. Kelima,

meningkatkan keterampilan manajemen sumber daya (Wena, 2011: 147).

Kelebihan lain dalam pembelajaran menggunakan model Project Based Learning

siswa dapat memperluas akses belajar siswa sehingga menjadi strategi melibatkan

siswa dengan beragam.

Pembelajaran menulis anekdot dengan menggunakan model pembelajaran Project

Based Learning menggunakan tahap pembelajaran, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi (Wena, 2011: 108). Pada tahap pembelajaran ini,

dilakukan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek agar tercapainya sebuah

tujuan, sebagai berikut: 1) mulai dengan pertanyaan esensial; 2) membuat desain

rencana proyek; 3) membuat jadwal; 4) memantau siswa dan kemajuan proyek; 5)

menilai hasil; dan (6) refleksi (Sutirman, 2013).


9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan

masalah pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan LKPD menulis teks anekdot berbasis Project

Based Learning untuk siswa kelas X SMK?

2. Bagaimanakah kelayakan LKPD menulis teks anekdot berbasis Project Based

Learning untuk siswa kelas X SMK?

3. Bagaimanakah efektivitas LKPD berbasis Project Based Learning untuk

meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Menghasilkan produk bahan ajar “LKPD menulis teks anekdot berbasis

Project Based Learning untuk siswa kelas X SMK”.

2. Mendeskripsikan kelayakan bahan ajar “LKPD menulis teks anekdot berbasis

Project Based Learning untuk siswa kelas X SMK” yang dikembangkan

berdasarkan ahli media, ahli materi, guru, dan siswa.

3. Menguji efektivitas LKPD berbasis Project Based Learning untuk

meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot.

1.4 Spesifikasi Produk Pengembangan

Produk pengembangan bahan ajar menulis teks anekdot berupa Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) berbasis Project Based Learning dengan spesifikasi

sebagai berikut:
10

1. Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa LKPD tentang

menulis teks anekdot puisi berbasis berbasis Project Based Learning berisi

tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa kelas X SMK.

2. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan

suatu tugas sesuai dengan KD (Kompetensi Dasar) 3.5 Menganalisis teks

anekdot dari aspek makna tersirat, 4.5 Mengonstruksi makna tersirat dalam

sebuah teks anekdot baik lisan maupun tulis, 3.6 Mengevaluasi struktur dan

kebahasaan teks anekdot, dan 4.6 menciptakan kembali teks anekdot dengan

memerhatikan struktur, dan kebahasaan baik lisan maupun tulis.

3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini digunakan pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia untuk siswa SMK kelas X sebagai pendamping buku paket

yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran terkait menulis teks anekdot.

4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini disusun dengan struktur: judul,

petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-

tugas dan langkah kerja, serta penilaian.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun

secara praktis. Adapun, manfaat tersebut sebagai berikut:

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk

mengembangkan bahan ajar Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk mata

pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada saat pembelajaran menulis teks

anekdot untuk siswa kelas X SMK.


11

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian pengembangan ini dibedakan menjadi tiga yaitu

bagi peserta didik, bagi guru, dan bagi sekolah. Hal tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut.

1. Manfaat bagi peserta didik, hasil penelitian pengembangan ini dapat

membantu peserta didik agar mampu menulis teks anekdot berdasarkan

struktur dan kaidah kebahasaan yang baik dan benar.

2. Manfaat bagi guru, hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan

sebagai alternatif atau bahan rujukan untuk pembelajaran menulis, khususnya

menulis teks anekdot dan memberikan motivasi bagaimana menulis teks

anekdot secara kreatif dan mandiri melalui model pembelajaran Project

Based Learning.

3. Manfaat bagi sekolah, hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan

sebagai bahan pengambilan kebijakan sekolah berkaitan dengan bahan ajar,

strategi pembelajaran, khususnya bahan ajar lembar kerja peserta didik dan

strategi pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning

untuk pembelajaran bahasa Indonesia.


12

1.6 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X SMK N 3 Metro, SMK

Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N 2 Metro.

2. Objek penelitian ini adalah menulis teks anekdot berdasarkan peristiwa yang

dialami dengan menggunakan struktur dan kebahasaan yang baik dan benar.

3. Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah SMK N 3 Metro, SMK

Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N 2 Metro.


13

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Bahan Ajar

Menurut Majid (2013: 174), bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi,

alat, dan teks yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Bahan Ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara

sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana

yang memungkinkan siswa untuk belajar. Guru harus memiliki atau menggunakan

bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntunan

pemecahan masalah belajar (Dwicahyono dan Daryanto, 2014: 171). Menurut

Prastowo (2015: 6), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Bahan ajar

merupakan informasi, alat, dan teks yang dibutuhkan guru atau instruktur untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah

segala bentuk materi tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk

membantu guru atau instruktur pada saat melaksanakan pembelajaran di dalam

kelas.

2.1.1 Fungsi Bahan Ajar

Lebih lanjut Djamarah (2014: 330) menyebutkan lima fungsi bahan ajar dalam

pembelajaran sebagai berikut.


14

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat

laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih

baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi sehingga

dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual

dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan (b)

memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan

kemampuannya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:

(a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan (b)

pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan: (a) meningkatkan

kemampuan sumber belajar dan (b) penyajian informasi dan bahan secara

lebih konkret.

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan

antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang

sifatnya konkret dan (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

Bahan ajar disusun bertujuan

1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan

karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.


15

2. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-

buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat penyusunan bahan ajar ini dapat diperoleh oleh seorang guru dan bagi

siswanya, berikut manfaat bagi guru dan bagi siswanya.

1. Manfaat bagi guru sebagai berikut:

a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan

kebutuhan belajar siswa.

b. Tidak lagi bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk

diperoleh.

c. Bahan ajar memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan

berbagai referensi.

d. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis

bahan ajar.

e. Bahan ajar mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif

antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada

gurunya.

f. Guru juga dapat menambah angka kredit DUPAK (Daftar Usulan

Pengusulan Angka Kredit) saat dikumpulkan menjadi buku dan

diterbitkan.
16

2. Manfaat bagi siswa sebagai berikut:

a. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas lebih menarik.

b. Siswa mampu belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan pada

kehadiran guru.

c. Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi

dasar yang harus mereka kuasai.

Penyusunan bahan ajar ini dibuat oleh guru atau instruktur lainnya dengan prinsip

pengembangan. Pertama, mulai dari yang mudah untuk memahami materi yang

sulit dari yang konkret untuk memahami yang abstrak. Kedua, terdapat

pengulangan di dalam bahan ajar agar memperkuat pemahaman siswa. Ketiga,

terjadinya umpan balik positif yang akan menguatkan pemahaman siswa.

Keempat, memberikan motivasi yang tinggi merupakan salah satu faktor

keberhasilan belajar. Kelima, membuat target untuk mencapai sebuah tujuan

pendidikan.

2.1.3 Jenis Bahan Ajar

Menurut Depdiknas (2008: 12-15), macam-macam bahan ajar cetak sebagai

berikut.

A. Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk

memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambilkan dari

beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau KD

(Kompetensi Dasar) dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
17

Saat ini, handout dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain dengan cara

download dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.

B. Buku

Buku dapat ditulis oleh seorang penulis atau guru. Buku berisikan sebuah pikiran

yang harus mengikuti KD (Kompetensi Dasar) yang terdapat dalam kurikulum,

sehingga buku akan memberikan makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik

yang mempelajarinya. Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu

pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya, isi buku

didapat dari berbagai cara, misalnya hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi

pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.

Buku adalah sejumlah lembaran kertas, baik cetakan maupun kosong, yang dijilid

dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu

pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang

baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah

dimengerti, disajikan secara menarik, dilengkapi dengan gambar dan keterangan-

keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide

penulisannya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku

adalah sebagai berikut:

1. Memahami kurikulum dan menganalisisnya.

2. Menentukan judul buku yang akan ditulis.

3. Merancang outline buku, agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang

diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi yang diinginkan.


18

4. Mengumpulkan berbagai macam referensi yang sesuai dan lebih utama

referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.

5. Menulis buku dilakukan dengan memerhatikan penyajian kalimat yang

disesuaikan dengan usia pembaca.

6. Mengevalusi atau mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang.

7. Memperbaiki tulisan.

C. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat

belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi

paling tidak tentang 1) petunjuk belajar (petunjuk guru atau siswa); 2) kompetensi

yang akan dicapai; 3) content atau isi materi; 4) informasi pendukung; 5) latihan-

latihan; 6) petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK); 7) evaluasi; dan 8)

balikan terhadap hasil evaluasi. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik

dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul

memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam

belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD (Kompetensi Dasar)

dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian, modul harus

menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan

menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi.

D. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kegiatan Siswa (Student Worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi

tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa

petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
19

diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD (Kompetensi Dasar) yang

akan dicapainya. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan

oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau

referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Keuntungan adanya lembar

kegiatan bagi guru yakni memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Sedangkan, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan

menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya, guru harus cermat dan

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai karena sebuah lembar

kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau

tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.

E. Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun

secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan

dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi

lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, brosur dapat dimanfaatkan

sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD (Kompetensi Dasar)

yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja, brosur dapat menjadi bahan ajar

yang menarik karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur

tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi

dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk

menggunakannya.
20

F. Leaflet

Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tetapi tidak

dimatikan atau dijahit. Agar terlihat menarik, biasanya leaflet didesain secara

cermat, dilengkapi dengan ilustrasi, dan menggunakan bahasa yang sederhana,

singkat, serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat

materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD

(Kompetensi Dasar).

G. Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses atau

grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih

menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan

tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam

kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart

didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart

harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan

tentang KD (Kompetensi Dasar) dan materi pokok yang harus dikuasai oleh

peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya.

Sebagai contoh, wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular,

tikus, dan lingkungannya.

H. Foto atau Gambar

Foto atau gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang

baik, agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto atau gambar, siswa

dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD
21

(Kompetensi Dasar). Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari

mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto atau

gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik.

Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis.

Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.

Bahan ajar adalah seperangakat pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Bahan ajar memliki cakupan yang sangat luas, sehingga bahan ajar menurut

(Dwicahyono dan Daryanto, 2014: 173) dibagi beberapa jenis, yaitu Pertama,

bahan ajar pandang (visual) yang terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara

lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau

gambar, model atau maket. Kedua, bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,

piringan hitam, dan compact disk audio. Ketiga, bahan ajar pandang dengar

(audio visual) seperti video compact disk dan film. Keempat, bahan ajar

multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer

Assisted Instruction), Compact Disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan

bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Selanjutnya, pada penelitian ini akan dibahas tentang bahan ajar cetak. Bahan ajar

(printed) cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak

tersusun secara baik, bahan ajar terdapat beberapa keuntungan yaitu: a) bahan

tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang

guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang

dipelajari; b) biaya untuk pengadaannya relatif sedikit; c) bahan tertulis cepat

digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah; d) susunannya menawarkan


22

kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu; e) bahan tertulis relatif

ringan dan dapat dibaca di mana saja; f) bahan ajar yang baik akan dapat

memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, dan

membuat sketsa; g) bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang

bernilai besar; dan h) pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

2.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat disebut juga dengan Lembar Kerja

Siswa (LKS). Lembar Kerja Peserta Didik merupakan suatu bahan ajar cetak yang

berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk

pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan peserta didik yang

mengacu pada Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai (Prastowo, 2015: 204).

LKPD sangat berperan penting bagi pembelajaran di kelas untuk memecahkan

suatu masalah. LKPD dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan semua

aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Menurut

Hidayah dan Sugiarto dalam Majid (2015: 232), LKPD merupakan salah satu

jenis alat bantu pembelajaran. Menurut Trianto dalam jurnal Siti (2017: 133),

LKPD memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang dilakukan peserta didik

untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar

sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

2.2.1 Komponen Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Komponen Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menurut Majid (2015: 233),

yang dikenalkan adalah informasi atau konteks permasalahan dan pertanyaan atau

perintah dengan ciri-ciri sebagai berikut.


23

a. Informasi

Informasi hendaknya „menginspirasi‟ peserta didik untuk menjawab atau

mengerjakan tugas tidak terlalu sedikit atau kurang jelas sehingga peserta didik

„tidak berdaya‟ untuk menjawab atau mengerjakan tugas, tetapi tidak juga terlalu

banyak sehingga mengurangi ruang kreativitas peserta didik. Informasi dapat

diganti dengan gambar, teks, label, atau benda konkret.

b. Pernyataan Masalah

Pernyataan masalah hendaknya harus benar-benar menuntut peserta didik

menemukan cara atau strategi untuk memecahkan masalah tersebut.

c. Pertanyaan atau Perintah

Pertanyaan atau perintah hendaknya merangsang peserta didik menyelidiki,

menemukan, memecahkan masalah, dan berimajinasi atau mengkreasi. Usahakan

jumlah pertanyaan dibatasi, misalnya tiga buah saja, sehingga LKPD (Lembar

Kerja Peserta Didik) tidak seperti „hutan belantara‟ yang menjadi beban baca

peserta didik. Bila guru mempunyai tiga pertanyaan yang bagus, hendaknya

pertanyaan tersebut disimpan dalam pikirannya dan baru diajukan secara lisan

kepada peserta didik sebagai tambahan bila perlu. Pernyataan dapat bersifat

terbuka atau membimbing (guide).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen LKPD (Lembar

Kerja Peserta Didik) memiliki ciri-ciri informasi bersifat menginspirasi,

pernyataan masalah yang menuntut peserta didik menemukan cara untuk

memecahkan masalah, dan bersifat terbuka dan membimbing.


24

2.2.2 Fungsi LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

Widjajanti (2008: 2), menjelaskan bahwa LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.

a. LKPD merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau

memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar-

mengajar.

b. LKPD dapat mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu

penyajian suatu topik.

c. Dapat mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai peserta didik.

d. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran terbatas.

e. LKPD membantu peserta didik lebih efektif dalam proses pembelajaran.

f. Dapat membangkitkan minat peserta didik jika LKPD disusun secara

sistematis, rapih, dan mudah dipahami peserta didik.

g. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, meningkatkan

motivasi belajar, dan rasa ingin tahu.

h. Dapat mempermudah menyelesaikan tugas perorangan, kelompok, atau

klasikal karena peserta didik dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan

kecepatan belajarnya.

i. Dapat digunakan untuk melatih peserta didik menggunakan waktu

seefektif mungkin dan peserta didik mampu memecahkan masalah.

Fungsi LKPD menurut Prastowo (2015: 205-206), menjelaskan bahwa LKPD

memiliki setidaknya empat fungsi, sebagai berikut: Pertama, LKPD sebagai

bahan ajar yang dapat meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan
25

peserta didik. Kedua, LKPD mempermudah peserta didik untuk memahami materi

yang diberikan. Ketiga, LKPD bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk

berlatih. Keempat, memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) dalam pembelajaran yaitu berupa bahan ajar yang lebih

memudahkan pemahaman peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar,

memahami materi, memudahkan guru untuk memberikan tugas, dan peserta didik

mampu memecahkan masalah.

2.2.3 Tujuan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

Prastowo (2015: 206), menyatakan bahwa tujuan LKPD (Lembar Kerja Peserta

Didik) terdapat empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKPD, yaitu

a. Menyajikan bahan ajar yang mudah bagi peserta didik untuk berinteraksi

dengan materi yang diberikan.

b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik dalam

materi yang disampaikan.

c. Melatih kemandirian belajar peserta didik.

d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa tujuan penyusunan LKPD (Lembar Kerja

Peserta Didik) adalah memudahkan peserta didik dalam proses kegiatan belajar-

mengajar, memahami setiap materi atau KD (Kompetensi Dasar) yang disediakan,

dan memudahkan guru untuk melatih peserta didik secara mandiri melalui tugas-

tugas yang diberikan.


26

2.2.4 Langkah-Langkah Penyusunan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

Langkah-langkah menulis LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) menurut Prastowo

(2014: 276) sebagai berikut.

1. Merumuskan Kompetensi Dasar (KD)

Merumuskan Kompetensi Dasar (KD) dapat dilakukan dengan cara menurunkan

rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku.

2. Menentukan Alat Penilaian

Menentukan alat penilaian didasarkan pada pendekatan pembelajaran yang

digunakan. Bila pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi,

maka penilaian didasarkan pada penguasaan kompetensinya, dan penilaian yang

sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau

Criterion Referenced Assesment.

3. Menyusun Materi

Untuk menyusun materi LKPD, ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu

a. Materi LKPD sangat bergantung pada kompetensi dasar yang ingin

dicapainya. Materi LKPD dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran

umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.

b. Materi yang dapat diambil dari berbagai sumber, seperti: buku, majalah,

internet, dan jurnal hasil penelitian.

c. Menunjukkan referensi yang digunakan di dalam LKPD agar peserta didik

dapat membaca lebih jauh tentang materi tersebut.


27

4. Memperhatikan Struktur LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

Struktur LKPD terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar

(petunjuk peserta didik) kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,

tugas dan langkah-langkah kerja, dan penilaian.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahawa langkah-langkah

penyusunan LKPD (Lemabar Kerja Peserta Didik), yaitu merumuskan KD

(Kompetensi Dasar), menentukan alat penilaian, menyusun materi, dan struktur

LKPD harus diperhatikan.

2.3 Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi)

secara tulisan kepada pihak lain menggunakan bahasa tulis sebagai alat untuk

medianya. Menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu penulis sebagai penyampai

pesan, isi tulisan, dan saluran atau media kepada pembaca. Dikemukakan oleh

Tarigan (2008: 4), bahwa menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar

atau bangsa yang terpelajar. Suparno dan Yunus (2008: 13), mengemukakan

bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Sejalan dengan

kedua pendapat di atas, Dalman (2012: 3), mengemukakan bahwa menulis

merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaiaan pesan (informasi)

secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai alat

atau medianya.
28

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa menulis merupakan

salah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis merupakan proses

kreatif untuk menuangkan gagasan atau ide pokok dalam bentuk bahasa tulisan

sebagai alat atau medianya, menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan

merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain.

Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi,

struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara

otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

2.3.1 Tujuan Menulis

Menulis sebagai sarana untuk mengungkapkan pendapat, pikiran, dan perasaan

seseorang memiliki tujuan sendiri bagi penulisnya. Dijelaskan oleh Sumardjo

(2007: 89), para penulis kurang menyadari pentingnya tujuan dalam menulis. Hal

ini tanpak bahwa beberapa penulis memulai dan mengembangkan cerpennya

tanpa tujuan yang jelas. Akibatnya, jalan ceritanya teratur dan bertele-tele,

memerlukan pengalaman dalam cerita. Menurut Tarigan (2008: 24), setiap jenis

tulisan mengandung beberapa tulisan tetapi karena tujuan itu sangat beraneka

ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan

katagori berikut ini: (1) memberitahukan atau mengajar; (2) meyakinkan atau

mendesak; (3) menghibur atau menyenangkan; dan (4) mengutarakan atau

mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.

Berdasar beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud tujuan

menulis adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain melalui tulisan.

Agar maksud dan tujuan penulis tercapai dan pembaca memberikan responsi yang
29

diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya, mau tidak mau dia harus menyajikan

tulisan yang baik, ciri-ciri tulisan yang baik itu, antara lain:

a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada

yang serasi.

b. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-

bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.

c. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan

jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan

contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh

penulis. Dengan demikian, para pembaca tidak usah payah-payah bergumul

memahami makna yang tersurat dan tersirat.

d. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara

meyakinkan. Menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta

mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal, cermat, dan teliti

mengenai hal itu. Dalam hal ini, haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan

pengulangan frase-frase yang tidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang

pengertian yang serasi, sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis.

e. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik

naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Mau dan mampu

merevisi naskah pertama merupakan kunci utama penulisan yang tepat guna

atau penulisan efektif.

f. Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulisan dalam naskah atau

manuskrip, kesudian mempergunakan ejaan dan tanda baca serta saksama,

memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat


30

sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik, menyadari

benar-benar bawa hal-hal seperti ini dapat memberi akibat yang kurang baik

terhadap karyanya (Adelstein & Pival, 1976: XXI).

Secara singkat, ada pula ahli yang merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik itu

seperti berikut ini.

1. Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda.

2. Jelas: jangan membingungkan para pembaca.

3. Singkat: jangan boroskan waktu para pembaca.

4. Usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam, berkarya

dengan penuh kegembiraan (Mc. Mahan & Day, 1960: 6).

2.3.2 Manfaat Menulis

Kegiatan menulis memiliki langkah yang harus kita tempuh sebelum

menghasilkan sebuah tulisan yang baik nantinya. Dikemukakan oleh Percy (dalam

Gie, 2002: 21), tidak kurang dari enam manfaat dari kegiatan menulis atau

mengarang, yaitu (1) Suatu sarana yang menggunakan diri; (2) Suatu sarana untuk

pemahaman; (3) Suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan

pribadi; (4) Suatu sarana untuk peningkatan kesadaran dan pencerapan terhadap

lingkungan sekeliling seseorang; (5) Suatu sarana untuk keterlibatan secara

bersemangat dan bukannya penerima yang pasrah; dan (6) Suatu sarana untuk

mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampun menggunakan bahasa.

Dijelaskan oleh Tarigan (2008: 22), sangat penting bagi pendidik karena

memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir secara

kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-


31

hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-

masalah yang kita dapati, dan menyusun urusan bagi pengalaman.

Berdasarkan beberapa pemaparan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan manfaat menulis adalah memberikan keterampilan dan

pemahaman terhadap penulis agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam

menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya

secara sistematis dan terstruktur dalam sebuah tulisan. Menulis seperti juga halnya

dengan keterampilan berbahasa lainnya, yaitu suatu proses perkembangan

melalaui karya yang kreatif. Seseorang dapat menulis ketika memiliki

pengalaman, waktu kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus,

dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis menuntut gagasan-gagasan

yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik.

2.4 Teks Anekdot

Basiran dalam Haryanti (2013: 2), menyatakan bahwa teks anekdot merupakan

teks berjenis narasi yang relatif pendek yang mengandung kelucuan, bisa berupa

ketololan, kesalahpahaman, kesalahdengaran, ketidaktahuan, kesombongan,

kecelakaan akibat ulah sendiri, dan lain-lain. Anekdot ialah cerita singkat yang

menarik, karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau

terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Teks anekdot dapat berisi

peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau konyol bagi partisipan yang

mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang

ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, puas

dan frustrasi, serta tercapai dan gagal (Maryanto dalam Jurnal Imania, dkk, 2014).
32

Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot.

Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang

kasar dan menyakiti. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh

masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata

ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan.

Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam

anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot

yang tidak berasal dari kejadian nyata (Kemdikbud, 2015: 81).

2.5 Pembelajaran Berbasis Project Based Learning

Buck Institute for Edition (2003), menyatakan bahwa pembelajaran bebasis

proyek adalah “suatu metode pengajaran sistematis yang melibatkan para siswa

dalam mempelajari banyak pengetahuan dan keterampilan melalui proses yang

terstruktur, pengalaman nyata, dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan

produk”. Sedangkan Guarsa at. All. (2006), menyatakan bahwa pembelajaran

berbasis proyek adalah srategi yang berpusat pada siswa yang mendorong inisiatif

dan memfokuskan siswa pada dunia nyata, dan dapat meningkatkan motivasi

mereka.

Pembelajaran berbasis Project Based Learning merupakan pembelajaran inovatif

yang memfokuskan pada belajar kontekstual melalui kegiatan yang kompleks

(CORD dalam Wasis, 2008). Suzie & Jane (2007: 11), menyatakan bahwa

“Project Based Learning... is strategy certain to turn traditional classroom upsie

down”. Pembelajaran berbasis Project Based Learning adalah suatu strategi untuk

mengubah kelas tradisional. Menurut Semiawan, dkk dalam Wena (2010: 107),
33

menyatakan strategi proyek bertujuan untuk memantapkan pengetahuan yang

dimiliki siswa, serta memungkinkan siswa memperluas wawasan pengetahuanya

dari suatu mata pelajaran tertentu. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh

siswa menjadi lebih berarti dan kegiatan belajar-mengajar akan menjadi lebih

menarik, karena pengetahuan itu lebih bermanfaat baginya untuk mengapresiasi

lingkungannya, memahami serta memecahkan masalah yang dihadapinya dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan

produk atau proyek yang nyata. Proyek-proyek yang dibuat oleh sisa mendorong

berbagai kemampuan, tidak hanya pengetahuan atau masalah teknis, tetapi juga

keterampilan praktis, seperti mengatasi informasi yang tidak lengkap, menentukan

tujuan sendiri, dan kerja sama kelompok.

Pembelajaran berbasis Project Based Learning, siswa dituntut untuk merumuskan

tujuan pembelajaran sendiri secara khusus. Proyek apa yang ingin dibuat harus

didasarkan pada minat dan kemampuan, baik secara pribadi maupun kelompok.

Siswa juga dituntut untuk mengatur sendiri kegiatan belajarnya dengan membagi

beban kerja diantara mereka dan mengintegrasikan tugas-tugas yang berbeda yang

dikembangkan oleh masing-masing siswa.

Fokus pembelajaran dalam pembelajaran berbasis Project Based Learning adalah

terletak pada prinsip-prinsip dan konsep-konsep inti dari disiplin ilmu, melibatkan

siswa dan investigasi pemecahan masalah dan tugas-tugas yang bermakna yang
34

lain, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri dalam

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, serta target utamanya adalah

menghasilkan produk yang nyata. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi

yang sangat besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menerik dan

bermakna bagi siswa (Wasis, 2008).

Waras Kamdi (2011), berpendapat bahwa pembelajaran berbasis proyek dianggap

cocok sebagai suatu model untuk pendidikan yang merespon isu-isu peningkatan

kualitas pendidikan kejuruan dan perubahan-perupahan besar yang terjadi di dunia

kerja. Berbeda dengan pembelajaran tradisional, yang umumnya bercirikan

praktik kelas yang berdurasi pendek dan aktivitas pembelajaran berpusat pada

guru, model Project Based Learning menekankan kegiatan belajar yang relatif

berdurasi panjang, holistik-interdisipliner, berpusat pada siswa, dan terintegrasi

dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Dengan demikian, pembelajaran berbasis

proyek merupakan model pembelajaran yang sangat ideal untuk diterapkan pada

pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi. Pembelajaran berbasis proyek sangat

memperhatikan proses kerja yang sistematis untuk menghasilkan karya yang

nyata dan bermanfaat.

2.5.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Project Based Learning

Grant (2005), mengidentifikasi utama dalam pembelajaran berbasis proyek, yaitu

pengantar, definisi tugas pembelajaran, prosedur investigasi, sumber yang

disarankan, mekanisme, kolaborasi, serta refleksi dan transfer kegiatan. Moursund

sebagaimana dikutip oleh Wasis (2008), mengemukakan beberapa keunggulan

pembelajaran berbasis proyek, yaitu (1) meningkatkan motivasi siswa; (2)


35

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; (3) memperbaiki sikap kerja

sama; serta (4) meningkatkan keterampilan mengelola sumber daya.

Karakteristik pembelajaran berbasis Project Based Learning meliputi isi,

kegiatan, kondisi, dan hasil. Dalam pembelajaran berbasis proyek, aspek

pembelajaran memiliki karakteristik: (1) masalah disajikan dalam bentuk

keutuhan yang kompleks; (2) siswa menemukan hubungan antar ide secara

interdisipliner; (3) siswa berjuang mengatasi ambiguitas; dan (4) menjawab

pertanyaan yang nyata dan menarik perhatian siswa. Aspek kegiatan memiliki

karakteristik: (1) siswa melakukan insvestigasi selama periode tertentu; (2) siswa

dihadapkan pada suatu kesulitan, pencarian sumber, dan pemecahan masalah; (3)

siswa membuat hubungan antar ide dan memperoleh keterampilan baru; (4) siswa

menggunakan perlengkapan alat yang sesunguhnya; dan (5) siswa menerima

feedback tentang gagasannya dari orang lain.

Aspek kondisi mencakup karakteristik (1) siswa berperan sebagai masyarakat

pencari dan melakukan latihan kerjanya dalam konteks sosial; (2) siswa

mempraktikkan perilaku manajamen waktu dalam melaksanakan tugas secara

individu maupun kelompok; (3) siswa mengarahkan kerjanya sendiri dan

melakukan kontrol belajarnya; dan (4) siswa melakukan simulasi kerja

profesional. Yang terakhir adalah aspek hasil. Karakteristik hasil meliputi: (1)

siswa menghasilkan produk intelektual yang kompleks sebagai hasil belajarnya;

(2) siswa terlibat dalam melakukan penilain diri; (3) siswa bertanggung jawab

terhadap pilihannya dalam mendemonstrasikan kompetensi mereka; dan (4) siswa

memperagakan kompetensi nyata mereka.


36

Bucks Institut for Education sebagaimana dikutip oleh Wena (2011: 145),

memberikan karakteristik pembelajaran yang berbasis proyek, yaitu

1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.

2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.

3. Siswa merancang proses mencapai hasil.

4. Siswa bertanggung jawab mendapatkan dan mengelola informasi yang

dikumpulkan.

5. Siswa melakuan evaluasi secara kontinu.

6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.

7. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

8. Atmosfir kelas memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, pembelajaran berbasis Project Based

Learning menjadi model pembelajaran yang dapat membangun kemandirian dan

kreativitas siswa. Selain itu, melalui pembelajaran berbasis proyek siswa dilatih

untuk terbiasa bertanggung jawab mewujudkan apa yang telah direncanakan

sesuai dengan minat dan kemampuanya. Hal tersebut sangat berarti untuk

memberikan bekal kompetensi siswa sekolah kejuruan agar siap terjun ke dunia

kerja.

2.5.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Project Based Learning

Menurut Wena (2011: 145) mengutip dari Thomas, pembelajaran berbasis Project

Based Learning memiliki beberapa prinsip dalam penerapanya. Prinsp-prinsip

tersebut, yaitu
37

1. Sentralistis

Maksudnya, bahwa model pembelajaran ini merupakan pusat dari strategi

pembelajaran, karena siswa mempelajari konsep utama dari suatu pengetahuan

melalui proyek. Pekerjaan proyek merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh siswa di kelas.

2. Pertanyaan Penuntun

Hal ini mengandung makna bahwa pekerjaan proyek yang dilakukan oleh siswa

bersumber pada pertanyaan atau persoalan yang menuntun siswa untuk

menemukan konsep mengenai bidang tertentu. Dalam hal ini, aktivitas bekerja

sebagai motivasi eksternal yang dapat membangkitkan motivasi internal pada diri

siswa untuk membangun kemandirian dalam menyelesaikan.

3. Investigasi Konstruktif

Artinya, bahwa dalam pembelajaran berbasis proyek terjadi proses investigasi

yang dilakukan oleh siswa untuk merumuskan pengetahuan yang dibutuhkan

untuk mengerjakan proyek. Oleh karena itu, guru harus dapat merancang strategi

pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan proses pencarian dan atau

pendalaman konsep pengetahuan dalam rangka menyelesaikan masalah atau

proyek yang dihadapi.

4. Otonomi

Dalam pembelajaran-pembelajaran berbasis proyek, siswa diberi kebebasan atau

otonomi untuk menentukan target sendiri dan bertanggung jawab terhadap apa

yang dikerjakan. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk

mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.


38

5. Realitas

Proyek yang dikerjakan oleh siswa merupakan pekerjaan nyata yang sesuai

dengan kenyataan di lapangan kerja atau masyarakat. Proyek yang dikerjakan

bukan dalam bentuk simulasi atau imitasi, melainkan pekerjaan atau permasalahan

yang benar-benar nyata.

Mengacu kepada prinsip-prinsip tersebut di atas, maka pembelajaran dengan

menerapkan Project Based Learning akan sangat bermanfaat bagi pengembangan

diri dan masa depan siswa. Siswa yang terbiasa belajar dengan pekerjaan proyek,

akan menjadi pribadi yang ulet, kritis, mandiri, dan produktif.

2.5.3 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Project Based Learning

Menurut Moursound yang dikutip oleh Wena (2011: 147), keuntungan

pembelajaran berbasis Project Based Learning sebagai berikut.

1. Meningkatkan motivasi.

2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

3. Meningkatkan kemampuan studi pustaka.

4. Meningkatkan kolaborasi.

5. Meningkatkan keterampilan manajemen sumber daya.

Pengalaman yang dilakukan oleh Intel Corpration melalui Intel Teach Program

(2007), menunjukkan bahwa penerapan Project Based Learning membawa

keuntungan terutama pada siswa, yaitu

1. Meningkatkan frekuensi kehadiran, menumbuhkan kemandirian, dan sikap

positif terhadap belajar.


39

2. Memberikan keuntungan akademik yang sama atau lebih baik daripada yang

dihasilkan oleh model lain, di mana siswa yang terlibat dalam proyek

memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk pembelajaran mereka

sendiri.

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

keterampilan yang kompleks, seperti berpikir tingkat tinggi, pemecahan

masalah, bekerja sama, dan berkomunikasi.

4. Memperluas akses belajar siswa, sehingga menjadi strategi yang melibatkan

siswa dengan beragam.

Berdasarkan pengalaman dan pendapat mengenai penerapan pembelajaran

berbasis proyek, maka dapat diidentifikasi beberapa kelebihan dari Project Based

Learning jika dilihat dari perspektif siswa, yaitu

1. Meningkatkan kemampuan siswa dan melakukan analisis dan sintetis

tentang suatu konsep.

2. Membiasakan siswa untuk melakukan proses belajar dan bekerja secara

sistematis.

3. Melatih siswa untuk melakukan proses berpikir secara kritis dalam rangka

memecahkan suatu masalah yang nyata.

4. Menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar dan bekerja.

5. Menumbuhkan produktivitas siswa.

Menurut Sanjaya (2012: 220-221), kelebihan dan kekurangan Project Based

Learning sebagai berikut.


40

A. Kelebihan

1. Project Based Learning merupakan teknik yang cukup bagus untuk

lebih memahami isi pelajaran.

2. Project Based Learning dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

siswa.

3. Project Based Learning dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

siswa.

4. Project Based Learning dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

kehidupan nyata.

5. Project Based Learning dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, pemecahan masalah

juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap

hasil maupun proses belajarnya.

6. Project Based Learning menunjukkan kepada siswa bahwa setiap

mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu

yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari

guru atau dari buku-buku saja.

7. Project Based Learning lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8. Project Based Learning dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru.


41

9. Project Based Learning dapat memberikan kesempatan pada siswa

untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia

nyata.

10. Project Based Learning dapat mengembangkan minat siswa untuk

secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal

telah berakhir.

B. Kekurangan

1. Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka

akan merasa enggan untuk mencoba.

2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Project Based Learning

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa

yang mereka ingin pelajari.

Selanjutnya, menurut Hamdani (2011: 88), kekurangan Project Based Learning,

yaitu

a. Bagi siswa yang malas, tujuan tidak dapat tercapai.

b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan menggunakan Project Based

Learning.
42

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model Project Based

Learning memiliki kelebihan, yaitu

a. Memudahkan siswa untuk memahami isi pembelajaran.

b. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa di dalam kelas.

c. Mampu mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis.

d. Membuat siswa lebih bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka

lakukan.

Selain memiliki banyak kelebihan, Project Based Learning ini juga memiliki

kekurangan yang harus diperhatikan oleh guru terutama dalam memilih materi

yang sesuai untuk dikembangkan menggunakan model Project Based Learning,

guru harus dapat menyiapkan masalah yang menarik yang dapat merangsang

siswa untuk menyelesaikan masalah, guru harus menjadi pembimbing siswa

dalam mengarahkan pemecahan masalah.

2.5.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Project Based Learning

Menurut The George Lucas Educantional Foundation yang dikutip Sabar

Nurohman (2007), langkah-langkah Project Based Learning sebagai berikut.

1. Mulai dengan Pertanyaan Esensial

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan

mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas.

2. Membuat Desain Rencana Proyek

Siswa dapat pendampingan dari guru dalam membuat desain rencana

proyek yang akan dilakukan. Rencana proyek ditentukan oleh siswa


43

sendiri dan mengacu kepada pertanyaan esensial yang telah dikemukakan

sebelumnya.

3. Membuat Jadwal

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal pelaksanaan

pembelajaran. Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat timeline

untuk meyelesaikan proyek; (2) membuat deadline penyelesaian proyek;

(3) mengarahkan siswa agar merencanakan cara yang baru; (4)

mengarahkan siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan

dengan proyek; dan (5) meminta siswa untuk memberi alasan tentang cara

yang dipilih.

4. Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek

Guru bertanggung jawab memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan

proyek untuk mengetahui kemajuan proyek dan mengantisipasi hambatan

yang dihadapi siswa.

5. Menilai Hasil

Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi

kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat

pemahaman yang sudah dicapai, dan menjadi bahan pertimbangan dalam

menyusun strategi pembelajaran berikutnya.


44

6. Refleksi

Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijadikan. Proses refleksi dilakukan

secara individu maupun kelompok.

Wena (2011: 108), membagi tahap pembelajaran praktik kejuruan berbasis proyek

menjadi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap

evaluasi. Tahap perencanaan pembelajaran proyek meliputi kegiatan merumuskan

tujuan proyek; menganalisis karakteristik siswa; merumuskan strategi

pembelajaran; membuat jobsheet; merancang kebutuhan sumber belajar; dan

merancang alat evaluasi. Tahap pelaksanaan mencakup aktivitas mempersiapkan

sumber belajar yang diperlukan, menjelaskan tugas proyek, mengelompokkan

siswa sesuai dengan tugas, dan mengerjakan tugas. Tahap evaluasi dilakukan

dengan cara mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Hasil

evaluasi menjadi bahan masukan bagi guru dan bagi siswa untuk merancang

pembelajaran selanjutnya.

Jika memperhatikan tahapan pembelajaran yang diungkapakan di atas, maka

langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dapat dirangkum menjadi tahap

orientasi, desain, pelaksanaan, dan evaluasi. Pertama, tahap orientasi adalah tahap

menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberi pemahaman kepada siswa tentang

tujuan yang akan dicapai, dan menjelaskan kegiatan yang dilakukan. Pada tahap

orientasi ini pula pertanyaan-pertanyaan penuntun disampaikan oleh guru kepada

siswa. Kedua, tahap desain yaitu tahap di mana siswa menindaklanjuti

pertanyaan-pertanyaan penutun yang disampaikan oleh guru dengan merancang


45

proyek yang akan dibuat. Pada tahap ini juga disusun jadwal kegiatan untuk

menyelesaikan proyek tersebut. Ketiga, tahap pelaksanaan merupakan kegiatan

inti, yaitu siswa mengerjakan proyek yang telah dirancang sebelumnya, sesuai

dengan jadwal yang telah disusun. Keempat, tahap evaluasi merupakan upaya

yang dilakukan untuk menilai proses kegiatan hasil kerja proyek. Tahap evaluasi

berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam merancang dan melaksanakan

strategi pembelajaran. Selain bagi guru, berguna pula bagi siswa untuk

mengetahui efektivitas rencana dan proses kerja proyek yang dilakukan, serta

mengukur sejauh mana kualitas produk yang dihasilkan.

2.5.5 Perbedaan Penekanan Pembelajaran Berbasis Proyek dan


Pembelaran Berbasis Tradisional

Menurut Buck Institue for Education dalam Wena (2010: 148) menyatakan bahwa

terdapat perbedaan antara pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran

berbasis tradisional.

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran


Berbasis Tradisional
Penekanan
Penekanan Pembelajaran
Aspek Pendidikan Pembelajaran
Berbasis Proyek
Berbasis Tradisional
Fokus Kurikulum Kedalaman pemahaman Cakupan isi
Penguasaan konsep dan Pengetahuan tentang
prinsip fakta
Pengembangan keterampilan Belajar keterampilan
pemecahan masalah kompleks “building block” dalam
isolasi
Lingkup dan urutan Mengikuti minat siswa Mengikuti urutan
kurikulum secara ketat
Unit-unit besar terbentuk dari Berjalan dari blok ke
problem dan isu yang blok atau unit ke unit
kompleks
Meluas, fokus, interdisipliner Memusat, fokus,
berbasis disiplin
Peran guru Penyedia sumber belajar dan Penceramah dan
46

Penekanan
Penekanan Pembelajaran
Aspek Pendidikan Pembelajaran
Berbasis Proyek
Berbasis Tradisional
partisipan di dalam kegiatan direktur pembelajaran
belajar
Pembimbing atau partner Ahli
Fokus pengukuran Proses dan produk Produk
Pencapaian yang nyata Skor tes
Unjuk kerja yang standar dan Membandingkan
kemajuan dari waktu ke waktu dengan yang lain
Demonstrasi pemahaman Reproduksi informasi
Bahan-bahan Langsung sumber asli, bahan- Teks, ceramah, dan
pembelajaran bahan tercetak, interview, presentasi
dokumen, dan lain-lain
Data dan bahan dikembangkan Kegiatan dan lembar
oleh siswa latihan dikembangkan
guru
Penggunaan Utama, integral Pendukung periferal
Teknologi Diarahkan siswa Dijalankan guru
Kegunaan untuk memperluas Kegunaan untuk
presentasi siswa atau perluasan presentasi
penguatan kemampuan siswa guru
Konteks kelas Siswa bekerja dalam Siswa bekerja sendiri
kelompok
Siswa kolaboratif satu dengan Siswa kompetisi satu
yang lainnya dengan yang lainnya
Siswa mengonstruksi, Siswa menerima
berkontribusi, dan melakukan informasi guru
sintesis informasi
Peranan siswa Melakukan kegiatan belajar Menjalankan perintah
yang diarahkan oleh diri guru
sendiri
Pengkaji, integrator, dan Pengingat dan
penyaji ide pengulang fakta
Siswa menentukan tugas Pembelajar menerima
mereka sendiri dan bekerja dan menyelesaikan
secara independen dalam tugas-tugas laporan
waktu yang besar pendek
Tujuan jangka Pemahaman dan aplikasi ide Pengetahuan tentang
pendek dan proses yang kompleks fakta istilah dan isi
Tujuan jangka Dalam pengetahuan Luas pengetahuan
panjang Lulusan yang berwatak dan Lulusan yang memiliki
terampil mengembangkan diri, pengetahuan yang
mandiri, dan belajar sepanjang berhasil pada tes
hayat standar pencapaian
(Wena, Made, 2010: 150).
47

2.5.6 Langkah-Langkah Mendesain Suatu Proyek

Stienberg (1997) dalam Wena (2010), mengajukan 6 (enam) strategi dalam

mendesain suatu proyek yang disebut dengan, The six A’s of Designing Projects,

yaitu: (1) Authenticity (Keautentikan); (2) Academic Rigor (Ketaan terhadap Nilai

Akademik); (3) Applied Learning (Belajar pada Dunia Nyata); (4) Active

Exploration (Aktif Meneliti); (5) Adult Relationship (Hubungan dengan Ahli), dan

(6) Assessment (Penelitian).

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Mendesain Suatu Proyek

Langkah-Langkah Pertanyaan Penuntun


Keautentikan  Apakah proyek-proyek tersebut mengacu pada
permasalahan yang bermakna bagi siswa?
 Apakah masalah tersebut mungkin secara nyata
dapat dikerjakan oleh siswa?
 Apakah siswa dapat menciptakan atau menghasilkan
sesuatu, baik sebagai pribadi maupun kelompok di
luar lingkaran sekolah?
Ketaatan terhadap  Apakah proyek tersebut dapat membantu atau
nilai akademik mengarahkan siswa untuk memperoleh dan
menerapkan pokok pengetahuan dalam satu atau
lebih disiplin ilmu?
 Apakah proyek tersebut dapat atau mampu memberi
tantangan pada siswa untuk menggunakan strategi-
strategi penemuan (ilmiah) dalam satu atau lebih
disiplin ilmu? (Contoh: berfikir dan bekerja seperti
ilmuwan)
 Apakah siswa dapat mengembangkan keterampilan
dan kebiasaan berpikir tingkat tinggi? (Contoh:
pencarian fakta memandang suatu masalah dari
berbagai sudut).
Belajar pada dunia  Apakah kegiatan belajar yang dilakukan siswa
nyata berada dalam konteks permasalahan semi
terstruktur, mengacu pada kehidupan nyata, dan
bekerja atau berada pada dunia lingkungan luar
sekolah?
 Apakah proyek dapat mengarahkan untuk menguasai
dan meggunakan unjuk kerja yang dipersyaratkan
dalam organisasi kerja yang menuntut persyaratan
tinggi? (Contoh: kerja tim, menggunakan teknologi
48

Langkah-Langkah Pertanyaan Penuntun


yang tepat, pemecahan masalah, dan komunikasi).
 Apakah pekerjaan tersebut mempersyaratkan siswa
untuk melakukan pengembangan organisasi dan
mengelola tampilan pribadi?
Aktif meneliti  Apakah siswa menggunakan sejumlah waktu secara
signifikan untuk mengerjakan bidang utama
pekerjaannya?
 Apakah proyek tersebut mempersyaratkan siswa
untuk melakukan penelitian nyata, dan
menggunakan berbagai macam strategi, media, dan
berbagai sumber lainnya?
 Apakah siswa diharapkan dapat atau mampu untuk
berkomunikasi tentang apa yang dipelajari, baik
melalui presentasi maupun unjuk kerja?
Hubungan dengan  Apakah siswa menemui dan mengamati (belajar
ahli dari) teman atau orang sebaya (dewasa) yang
memiliki pengalaman dan kecapakan yang relevan?
 Apakah siswa berkesempatan bekerja atau
berdiskusi secara teliti dengan paling tidak seorang
teman?
 Apakah orang dewasa (di luar siswa) dapat bekerja
sama dalam merancang dan menilai hasil kerja
siswa?
Penilaian  Apakah siswa dapat merefleksi secara berkalan
proses belajar yang dilakukannya dengan
menggunakan kriteria proyek yang jelas, yang
kiranya dapat membantu dalam menentukan
kinerjanya?
 Apakah orang luar dapat membantu siswa
pengembangan pengertian tentang standar kerja
dunia nyata dalam suatu jenis pekerjaan?
 Apakah ada kesempatan secara reguler untuk
menilai kerja siswa, terkait dengan strategi yang
digunakan termasuk melalui pameran dan
portofolio?
(Wena, Made, 2010: 152).

Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan pedoman dalam merancang

suatu bentuk pembelajaran berbasis Project Based Learning. Dengan mengacu

pada standar tersebut, pembelajaran Project Based Learning yang dilakukan

peserta didik dapat lebih bermakna bagi pengembangan dirinya.


49

2.5.7 Prosedur atau Desain Pembelajaran Berbasis Project Based Learning

Pembimbingan oleh guru dan penyelesaian tugas oleh peserta didik mengacu pada

prinsip metode pembelajaran berbasis Project Based Learning seperti berikut:

Tabel 2.3 Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Project Based Learning

Prinsip Pengertian Aplikasi


Keautentikan  Proyek yang dikerjakan  Proyek yang
siswa harus mengacu pada dikerjakan harus
permasalahan yang berguna baik secara
bermakna bagi siswa. praktis maupun
 Proyek atau masalah secara teoretis bagi
tersebut harus secara nyata siswa.
dapat dikerjakan oleh  Proyek tersebut
siswa. harus dapat
 Dari kegiatan proyek dikerjakan oleh
tersebut siswa harus dapat siswa dalam rentang
diciptakan atau waktu yang
menghasilkan sesuatu, baik ditentukan (1
sebagai pribadi maupun semester).
kelompok di luar  Proyek harus
lingkungan sekolah. menghasilkan
produk (pengetahuan
atau keterampilan
baru).
Keadaan terhadap  Kegiatan proyek harus  Dalam kegiatan
nilai-nilai dapat membantu atau proyek, siswa dapat
akademik mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan
memperoleh dan pengetahuan bidang
menerapkan pokok studi pokok yang
pengetahuan dalam satu dipelajarai.
atau lebih disiplin ilmu.  Kegiatan proyek
 Proyek tersebut harus tersebut dapat
dapat atau mampu merangsang siswa
memberi tantangan pada menggunakan
siswa untuk menggunakan metode-metode
metode-metode penemuan penemuan (ilmiah)
(ilmiah) dalam satu atau dalam satu atau lebih
lebih disiplin ilmu (contoh: disiplin ilmu yang
berpikir dan bekerja seperti dipelajari.
ilmuwan).  Kegiatan proyek
 Proyek harus mampu harus dapat
mendorong siswa merangsang siswa
mengembangkan menggunakan
50

Prinsip Pengertian Aplikasi


keterampilan dan keterampilan dan
kebiasaan berpikir tingkat kebiasaan berpikir
tinggi (contoh: pencarian tingkat tinggi.
fakta, memandang sesuatu
masalah dari berbagai
sudut).
Belajar pada dunia  Apakah kegiatan belajar  Proyek harus
nyata yang dilakukan siswa mengacu pada
berada dalam konteks kehidupan nyata atau
permasalahan semi permasalahan yang
terstruktur mengacu pada ada di masyarakat.
kehidupan nyata, dan  Proyek harus
bekerja atau berada pada merangsang siswa
dunia lingkungan luar untuk bekerja secara
sekolah. tim, menggunakan
 Apakah proyek dapat teknologi yang tepat.
mengarahkan untuk  Proyek tersebut
menguasai dan mampu merangsang
menggunakan unjuk kerja siswa untuk
yang dipersyaratkan dalam melakukan
organisasi kerja yang pengembangan
menuntut persyaratan organisasi dan
tinggi (contoh: kerja tim, mengelola
menggunakan teknologi keterampilan
yang tepat, pemecahan pribadi.
masalah, dan komunikasi).
Aktif meneliti  Apakah siswa  Proyek harus
menggunakan sejumlah diselesaikan tepat
waktu secara signifikan waktu.
untuk mengerjakan bidang  Proyek harus
utama pekerjaannya. merangsang siswa
 Apakah proyek tersebut untuk mampu
mempersyaratkan siswa melakukan
untuk mampu melakukan penelitian nyata, dan
penelitian nyata, dan menggunakan
menggunakan berbagai berbagai macam
macam metode, media, dan metode, media, dan
berbagai sumber lainnya. berbagai sumber
 Apakah siswa diharapkan lainnya.
dapat mampu untuk  Siswa harus mampu
berkomunikasi tentang apa untuk berkomunikasi
yang dipelajari, baik tentang apa yang
melalui presentasi maupun dipelajari baik
unjuk kerja. melalui presentasi
maupun unjuk kerja.
Hubungan dengan  Apakah siswa menemui  Siswa harus mampu
51

Prinsip Pengertian Aplikasi


ahli dan mengamati (belajar belajar dari teman
dari) teman atau orang atau orang sebaya
sebaya (dewasa) yang (dewasa) yang
memiliki pengalaman dan memiliki
kecakapan yang relevan. pengalaman dan
 Apakah siswa dapat kecakapan yang
kesempatan untuk bekerja relevan.
atau berdiskusi secara  Siswa harus teliti
teliti? dengan paling tidak
 Apakah orang dewasa (di seorang teman.
luar siswa) dapat bekerja  Siswa harus dapat
sama dalam merancang bekerja sama dalam
dan menilai hasil kerja merancang dan
siswa. menilai hasil kerja
siswa.
Penilaian  Apakah siswa dapat  Siswa harus mampu
merefleksi secara berkala menilai unjuk
proses yang dilakukannya kerjanya.
dengan menggunakan  Siswa harus mampu
kriterianya dapat bekerja sama dengan
membantu dalam orang luar (ahli atau
menentukan kinerjanya. praktisi yang
 Apakah orang luar dapat sebidang dengan
membantu siswa kegiatan proyek).
mengembangkan  Ada sistem penilaian
pengertian tentang standar reguler untuk
kerja dunia nyata dalam menilai kerja siswa,
suatu jenis pekerjaan? terkait dengan
 Apakah ada kesempatan metode yang
secara reguler untuk digunakan, termasuk
menilai kerja siswa, terkait melalui pameran dan
dengan metode yang portofolio.
digunakan, termasuk
melalui pameran dan
portofolio.
(Wena, Made, 2010: 153).

2.5.8 Pedoman Bimbingan Pembelajaran Berbasis Proyek

Dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran berbasis proyek, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan. Adapun

pedoman pembimbingan tersebut antara lain sebagai berikut:


52

A. Keautentikan

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut.

1. Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari

tugas yang dikerjakan.

2. Merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya sehingga ia mampu

menyelesaikan tepat waktu.

3. Mendorong dan membimbing siswa agar mampu menghasilkan sesuatu dari

tugas yang dikerjakan.

B. Ketaatan terhadap Nilai-Nilai Akademik

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut.

1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai

pengetahuan atau disiplin ilmu dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan.

2. Merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi tantangan

pada siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah.

3. Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi

dalam memecahkan masalah.

C. Belajar pada Dunia Nyata

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1. Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks

permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat.


53

2. Mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi

organisasi yang menggunakan teknologi tinggi.

3. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan

keterampilan pribadinya.

D. Aktif Meneliti

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya

sesuai dengan jadwal yang telah dibuatnya.

2. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian dengan

berbagai macam metode, media, dan berbagai sumber lainnya.

3. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu berkomunikasi dengan

orang lain, baik melalui presentasi ataupun media lain.

E. Hubungan dengan Ahli

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu belajar dari orang lain

yang memiliki pengetahuan yang relevan.

2. Mendorong dan mengarahkan siswa bekerja atau berdiskusi dengan orang

lain atau temannya dalam memecahkan masalahnya.

3. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak atau meminta pihak

luar untuk terlibat dalam menilai unjuk kerjanya.

F. Penilaian

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.


54

1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi diri

terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya.

2. Mendorong dan mengarahkann siswa untuk mengajak pihak luar untuk

terlibat mengembangkan standar kerja yang terkait dengan tugasnya.

3. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai unjuk kerjanya.

PRINSIP PROSEDUR
PEMBELAJARAN MENDESAIN

Ketaatan terhadap
Autentik
Nilai-Nilai Akademik

Belajar pada Dunia


Sentralistis
Nyata

Pertanyaan Aktif Meneliti

Investigasi Hubungan dengan


Konstruktif Ahli

Otonomi Penilaian

Realitas

Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Project Based Learning


55

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan (Margono, 2010: 100).

Rancangan penelitian (desain) ini menggunakan metode penelitian dan

pengembangan (Reasearch and Development atau R&D), yaitu metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut.

Model Research and Development (R&D) dikelompokkan menjadi tiga kegiatan,

yakni penelitian pendahuluan, penelitian pengembangan, dan penelitian uji

efektivitas. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya mengembangkan dua

kegiatan, yakni penelitian pendahuluan dengan menerapkan pendekatan deskriptif

kualitatif dan penelitian pengembangan produk. Pada tahap penelitian

pengembangan, peneliti mendesain model yang berupa Lembar Kegiatan Peserta

Didik (LKPD) untuk pembelajaran menulis teks anekdot. Melalui desain

penelitian (Reasearch and Development atau R&D), peneliti diharapkan dapat

memberikan hasil sebuah produk untuk dikembangkan kepada siswa. Produk yang

dikembangkan yaitu lembar kerja peserta didik pada pembelajaran menulis teks

anekdot berbasis Project Based Learning. LKPD dikembangkan agar peserta

didik mampu membuat karya sendiri secara kreatif dan memperhatikan struktur
56

kebahasaan yang baik dan benar. Berdasarkan tujuannya tersebut, maka desain

penelitian ini sangat tepat digunakan karena sesuai dengan tujuan dilakukannya

penelitian ini, yaitu untuk mengembangkan LKPD menulis teks anekdot berbasis

Project Based Learning untuk siswa kelas X SMK.

3.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMK N 3 Metro, SMK Muhammadiyah 2 Metro,

dan SMK N 2 Metro.

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur dalam penelitian ini adalah mengikuti prosedur penelitian dan

pengembangan menurut Borg & Gall yang terdiri atas sepuluh langkah (tahap).

Sepuluh tahap tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Research Develop
and Preliminar-
Preliminar-
Planning y Field
Information y Form of
Collecting Resting
Product

Operationa Operationa Main


Main Field
-l Field -l Product Product
Testing
Testing Revision Revision

Final Final
Product Product
Revision Revision

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and


Development (R&D) menurut Borg dan Gall
57

Disadari oleh Borg and Gall bahwa penelitian dan pengembangan memerlukan

biaya yang besar, yang tentunya menyulitkan bagi para mahasiswa pascasarjana

dalam pembiayaannya. Oleh sebab itu, Borg dan Gall menyarankan sebagai

berikut: “Yang terbaik adalah melakukan proyek dengan skala kecil yang hanya

melibatkan sedikit rancangan pembelajaran yang asli. Juga, kecuali anda memiliki

sumber keuangan yang memadai, anda perlu menghindari penggunaan media

pembelajaran yang mahal seperti film dan cara lain untuk memperkecil proyek

adalah membatasi pengembangan hanya pada beberapa langkah dari siklus

penelitian dan pengembangan.” (Borg and Gall, 1989: 798).

Prosedur dalam penelitian ini adalah mengikuti penelitian pengembangan menurut

Borg dan Gall yang terdiri atas sepuluh tahapan, yaitu: (1) pengumpulan informasi

dan kajian literer; (2) penyusunan desain dan media pengembangan; (3)

pengumpulan data lapangan; (4) analisis data awal; (5) penyusunan media

pengembangan; (6) uji coba lapangan; (7) workshop penyusunan media; (8)

review pakar; (9) penyempurnaan media; dan (10) penyusunan media. Atas dasar

ini, peneliti memodifikasi kesepuluh tahapan pengembangan tersebut di atas

menjadi 3 tahap. Hal ini dilakukan dengan alasan disesuaikan dengan kebutuhan

penelitian. Langkah-langkah hasil modifikasi tersebut dibagi menjadi 3 tahapan

utama, yakni:

1. Penelitian pendahuluan;

2. Proses Pengembangan bahan ajar;

3. Pengembangan produk bahan ajar.


58

Tiga tahapan tersebut, di dalamnya terdapat tahapan-tahapan, yaitu (1) studi

pendahuluan; (2) membuat rancangan desain produk; (3) mengembangkan bentuk

produk awal; (4) melalukan uji awal (penilaian praktisi); (5) melakukan revisi

awal; (6) melakukan uji pakar atau ahli; (7) melakukan revisi kedua; (8)

melakukan uji coba kelompok kecil; (9) revisi ketiga; (10) uji coba kelas besar;

dan (11) tahap pengembangan produk.

Tahap 1 Analisis
Kajian Studi
Penelitian
Konseptual Lapangan Kebutuhan
Pendahuluan

Proses
Membuat Penilaian
Pengembang
Prototipe Teman Revisi
-an Bahan
Bahan Ajar Sejawat
Ajar Produk

Uji Pakar
atau Ahli

Produk atau
Uji Coba
Pengembang
Revisi 3 Kelas Revisi 2
an Bahan
Terbatas
Ajar

Uji Coba
Produk
Kelas Revisi 4
Akhir
Besar

Gambar 3.2 Tahapan-Tahapan R&D Adaptasi dari Borg and Gall


59

3.3.1 Studi Pendahuluan

Hasil studi pendahuluan diperlukan untuk mendesain dan mengembangkan

produk yang akan dilaksanakan. Desain produk dibuat berdasarkan penilaian

sistem kerja lama, sehingga dapat ditemukan kelemahan-kelemahan terhadap

sistem tersebut. Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa desain produk baru

yang lengkap dengan spesifikasinya dibandingkan sebelumnya. Desain produk

diwujudkan dalam bentuk gambar atau bagan, sehingga dapat mempermudah

menilai dan membuatnya. Teknik pengumpulan data dan analisis data akan

dilaksanakan di SMK N 3 Metro, SMK Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N 2

Metro. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan menelaah dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan

dengan bahan ajar yang berupa LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dalam

pembelajaran menulis teks anekdot. Dokumentasi dilakukan pada perangkat

pembelajaran berupa silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Buku

Paket Siswa, media, kondisi guru, siswa, dan perpustakaan sekolah.

2. Observasi

Teknik observasi lapangan dilakukan dengan mengamati langsung proses

pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh deskripsi kegiatan

guru dalam metode atau teknik pembelajaran, memanfaatkan bahan ajar,

menggunakan media, mengevaluasi pembelajaran, dan sikap siswa dalam kegiatan

pembelajaran.
60

3. Angket

Pemberian angket ditujukan kepada guru dan siswa. Tujuan penyebaran angket

untuk mendapatkan deskripsi tentang kondisi pembelajaran dan bahan ajar.

4. Wawancara

Wawancara dan diskusi dilakukan dengan guru, siswa, dan kepala sekolah untuk

mengetahui secara langsung kondisi pembelajaran yang dilakukan berkaitan

dengan pendekatan yang digunakan dan motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran.

Fokus utama dalam studi pendahuluan adalah mendapatkan deskripsi kebutuhan

bahan ajar LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dalam menulis teks anekdot.

Dasar yang digunakan adalah penyebaran angket tentang perlunya bahan ajar

LKPD untuk menulis teks anekdot. Angket ditujukan kepada guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia kelas X SMK, berjumlah 1 (satu) orang guru, 2 (dua) wakil

kepala sekolah bidang kurikulum dan kesiswaan, serta 10 (sepuluh) siswa masing-

masing sekolah dipilih secara acak.

Hasil observasi, wawancara, dan angket tersebut dianalisis dengan teknik

triangulasi untuk mendapatkan deskripsi yang tepat tentang kondisi pembelajaran

dan bahan ajar. Hasil analisis kebutuhan berupa deskripsi bahan ajar yang

diperlukan, yaitu bahan ajar Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang

disesuaikan dengan kebutuhan siswa SMK. Hasil studi pendahuluan dijadikan

landasan untuk menetapkan desain produk bahan ajar lembar kerja peserta didik.
61

3.3.2 Proses Pengembangan Produk

Setelah mengetahui desain produk bahan ajar LKPD (Lembar Kerja Peserta

Didik) sebagai pengembangan pembelajaran, selanjutnya proses pembuatan

produk awal. Pembuatan produk awal ini didasari oleh desain produk yang

dihasilkan pada tahap studi pendahuluan, setelah dibuat produk awal bahan ajar

LKPD, langkah selanjutnya melakukan pengujian serangkaian proses

pengembangan produk atau validasi desain. Validasi produk dapat dilakukan

dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah

berpengalaman untuk menilai produk baru yang telah dirancang.

1. Uji Praktisi atau Teman Sejawat

Uji praktisi atau teman sejawat dilakukan untuk memperoleh masukan sebanyak

mungkin dari praktisi atau teman sejawat, yaitu guru kelas, dan wakil kepala

sekolah.

2. Uji Ahli atau Pakar

Pelaksanaan uji ahli atau pakar dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari

ahli atau pakar yang memiliki kompetensi pada bidang yang relevan. Dalam hal

ini, adalah ahli di bidang materi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Ahli Teknologi

Pendidikan. Hasil uji ahli atau pakar berupa komentar, kritik, saran, dan koreksi

terhadap penilaian produk pengembangan. Uji ahli dilakukan dengan diskusi,

wawancara, dan angket. Penilaian ahli atau pakar untuk merevisi desain produk

sampai produk layak digunakan.


62

3. Uji Coba Lapangan dalam Kelompok Kecil

Uji coba lapangan dalam kelompok kecil melibatkan 10 (sepuluh) siswa. Uji coba

lapangan dalam kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui respons siswa

mengenai kelayakan penggunaan LKPD (L embar Kerja Peserta Didik) melalui

angket uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKPD. Pelaksanaan uji

dilakukan pada siswa kelas X SMK N 2 Metro. Hasil uji lapangan kelompok kecil

akan dimanfaatkan untuk merevisi rancangan produk LKPD sebelum diujikan

dalam kelompok besar.

4. Uji Coba Lapangan dalam Kelompok Besar

Pada tahap ini, produk pengembangan yang telah diujikan di kelompok kecil

mengalami revisi. Setelah mengalami revisi pada uji kelompok kecil, selanjutnya

produk akan diujikan kembali pada uji coba lapangan dalam kelompok besar.

Adapun uji coba lapangan dalam kelompok besar yaitu sebagai berikut:

Uji coba lapangan dalam kelompok besar dilakukan pada tiga sekolah yang

berbeda. Uji coba lapangan dalam kelompok besar dilakukan dengan

mengujicobakan produk pengembangan kepada guru dan siswa sebagai calon

pengguna produk. Hasil uji lapangan dalam kelompok besar juga dimanfaatkan

untuk merevisi produk. Uji coba lapangan dalam kelompok besar dan revisi

produk dilakukan secara berkolaborasi antara guru, peneliti, dan memperhatikan

saran atau komentar dari siswa. Uji coba lapangan dalam kelompok besar

dilakukan sampai diperoleh produk yang siap untuk digunakan sebagai bahan ajar.

Bahan ajar LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) pada uji skala luas ini melibatkan
63

tiga sekolah, yakni SMK N 3 Metro, SMK Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N

2 Metro.

5. Uji Coba Produk

Uji produk ini dilakukan oleh siswa selaku responden dan juga pengguna untuk

mendapatkan informasi mengenai bahan ajar tersebut. Hasil akhir pengembangan

ini berupa produk Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) menulis teks anekdot

berbasis Project Based Learning untuk siswa kelas X SMK. Berikut ini adalah

langkah-langkah pengembangan produk:

a. Menyiapkan perangkat untuk uji coba (kriteria LKPD yang layak dan angket

kelayakan).

b. Menentukan responden uji coba pada tiap-tiap kelompok belajar kelas X SMK

yang telah ditentukan.

c. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

mengimplementasikan LKPD dalam pembelajaran.

d. Menginformasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan kegiatan

yang harus dilakukan oleh responden.

e. Melakukan uji coba sebagaimana kegiatan pembelajaran materi menulis teks

anekdot menggunakan LKPD berbasis Project Based Learning yang

dihasilkan sebagai bahan ajarnya.

f. Mengumpulkan data hasil uji coba lembar angket uji daya tarik.

g. Mengolah data dan menyimpulkan hasilnya.


64

3.3.3 Evaluasi Produk

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli

lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut

selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain.

3.4 Sumber Data dan Subjek Penelitian

Sebuah penelitian sangat berkaitan erat dengan sumber data. Sumber data dalam

penelitian adalah sumber yang di mana dapat diperolehnya data yang terdapat

sebagai objek penelitian. Sedangkan, data merupakan objek yang diteliti atau

dianalisis dalam penelitian. Sumber data penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

X SMK yang terdiri setiap kelas terdiri dari 30 (tiga puluh) siswa. Berdasarkan

jumlah siswa kelas SMK data yang dijadikan sampel, yaitu tiga sekolah dengan

mengambil satu kelas masing-masing dari sekolah SMK N 3 Metro, SMK

Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N 2 Metro.

Data penelitian ini menggunakan data kualitatif berupa deskriptif yang berisi

saran, kritik, koreksi, dan penilaian dari siswa, praktisi, dan pakar. Subjek

penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga tahap penelitian, yaitu subjek

penelitian tahap awal atau studi pendahuluan, tahap proses, dan tahap produk atau

hasil. Subjek penelitian dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian


No Tahapan Penelitian Subjek Keterangan
Potensi dan masalah serta
pengumpulan data. SMK N 3 Metro,
1. Mengevaluasi keadaan Satu orang guru mata SMK
1. pembelajaran dan pelajaran Bahasa Muhammadiyah 2
penggunaan bahan Indonesia kelas X Metro, dan SMK N
ajar 2 Metro.
65

No Tahapan Penelitian Subjek Keterangan


2. Membuat analisis
bahan ajar
Proses pengembangan Guru, 10 (sepuluh)
LKPD (Lembar Kerja siswa, dan 1 (satu) SMK N 3 Metro,
Peserta Didik). kelas di SMK N 3 SMK
2. 1. Penilaian teman Metro, SMK Muhammadiyah 2
praktisi sejawat Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N
2. Penilaian pakar Metro, dan SMK N 2 2 Metro.
(materi) Metro.

3.5 Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan menggunakan analisis deskriptif yang diperoleh dari

hasil analisis data dari ahli atau pakar, dan analisis data saat uji coba produk.

Aturan pemberian skor di bawah ini sesuai menurut Sugiyono (2016: 135):

1. Uji Kelayakan Pakar atau Ahli dan Praktisi

Kegiatan analisis data dari hasil angket dilakukan dengan mencari rata-rata skor

skala likert berdasarkan tiap-tiap aspek atau domain. Penilaian kuesioner

dilakukan dengan kriteria 1 = tidak relevan atau tidak sesuai, 2 = kurang relevan

atau kurang layak, 3 = relevan atau layak, dan 4 = sangat relevan atau sangat

layak. Hasil rata-rata penilaian angket tersebut kemudian dihitung berdasarkan

rumus:

Hasil penilaian kemudian dirata-ratakan dan dikelompokkan dalam tiga kategori

penilaian seperti tersaji dalam tabel 3.2 berikut.


66

Tabel 3.2 Penilaian Kelayakan Pengembangan LKPD (Lembar Kerja


Peserta Didik)
Presentase Nilai (%) Klasifikasi
66≤ x ≤100 Layak
33≤ x <66 Kurang Layak atau Perbaiki
0≤ x <33 Tidak Layak atau Tidak Diperlukan

2. Uji Kelayakan Penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

Data kualitatif yang diperoleh dari sebaran angket untuk mengetahui kelayakan

penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) menulis teks anekdot berbasis

Project Based Learning yang digunakan guru dalam menyampaikan materi untuk

siswa kelas X SMK. Data kemudahan, kemenarikan, dan kemanfaatan LKPD

sebagai bahan belajar diperoleh dari uji coba terbatas kepada siswa sebagai

pengguna. Angket respons terhadap penggunaan produk memiliki empat pilihan

jawaban sesuai konten pertanyaan. Tiap-tiap pilihan jawaban memiliki skor

berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Hasil

penilaian angket tersebut kemudian dihitung berdasarkan rumus:

Nilai yang didapat kemudian dikonversikan dalam kelompok kategori penilaian,

seperti dalam tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Konversi Penilaian Pengembangan LKPD (Lembar Kerja Peserta


Didik)
Kategori Presentase Kategori
75≤ x ≤100 Sangat Baik
50≤ x <75 Baik
25≤ x <50 Cukup Baik
0≤ x <25 Kurang Baik
67

3. Uji Efektivitas LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

Tahapan yang terakhir setelah menghitung presentase kelayakan LKPD (Lembar

Kerja Peserta Didik) yakni menghitung efektivitas dengan menghitung rata-rata

pretes, postes, dan n-gain. Skor gain, yaitu perbandingan gain aktual dengan gain

maksimum. Gain aktual yaitu selisih skor post test terhadap skor pretest. Rumus

n-gain adalah sebagai berikut:

N-Gain =skor postest– skortes kemampuan awal


skor maksimum – skorTes Kemampuan Awal

Kriteria interpretasi n-gain yang dikemukakan oleh Meltzer (2002), seperti pada

tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi N-gain


Rata-Rata Gain Ternormaliasi Kriteria Interpretasi
g> 0,7 Tinggi
0,3< g≤ 0,7 Sedang
g≤ 0,3 Rendah

3.6 Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti yang bertindak sebagai pelaku

utama. Dalam melaksanakan tugas, peneliti dibantu dengan instrumen. Adapun

instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lembar indikator menulis teks anekdot sebagai panduan peneliti untuk

mempermudah melaksanakan penelitian.


68

Tabel 3.5 Indikator Menulis Teks Anekdot


Alokasi
No Masalah Indikator Deskriptor
Waktu
KD (Kompetensi
Dasar) 3.5 dan 4.5
Menganalisis makna
tersirat anekdot
berbeda dengan
sindiran dan
kritikan, tetapi lebih
mengarah pada
KD (Kompetensi tujuan yang ingin
Dasar) 3.5 disampaikan oleh si
Menganalisis teks pembuat kritik.
anekdot dari KD (Kompetensi
aspek makna Dasar) 3.6 Struktur
tersirat. teks anekdot.
KD (Kompetensi Anekdot memiliki
Dasar) 4.5 struktur teks yang
Mengonstruksi membedakannya
makna tersirat dengan teks lainnya.
dalam sebuah Teks anekdot KD
Penyusunan teks anekdot baik memiliki struktur (Kompetensi
LKPD lisan maupun abstraksi, orientasi, Dasar) 3.5, 4.5,
(Lembar tulis krisis, reaksi, dan dan 3.6 2X1
1. Kerja Peserta KD (Kompetensi koda. Tatap Muka.
Didik) Dasar) 3.6 a. Abstraksi KD
Menulis Teks Mengevaluasi merupakan (Kompetensi
Anekdot struktur dan pendahuluan Dasar) 4.6 2X1
kebahasaan teks yang Tatap Muka.
anekdot. menyatakan
KD (Kompetensi latar belakang
Dasar) 4.6 atau gambaran
Menciptakan umum tentang
kembali teks isi suatu teks.
anekdot dengan b. Orientasi
memerhatikan merupakan
struktur, dan bagian cerita
kebahasaan baik yang mengarah
lian maupun tulis, pada terjadinya
suatu krisis,
konflik, atau
peristiwa utama.
Bagian inilah
yang menjadi
penyebab
timbulnya krisis.
c. Krisis atau
69

Alokasi
No Masalah Indikator Deskriptor
Waktu
komplikasi
merupakan
bagian dari inti
peristiwa suatu
anekdot. Pada
bagian krisis
itulah terdapat
kekonyolan
yang
menggelitik dan
mengundang
tawa.
d. Reaksi
merupakan
tanggapan atau
respons atas
krisis yang
dinyatakan
sebelumnya.
Reaksi yang
dimaksud dapat
berupa sikap
mencela atau
menertawakan.
e. Koda
merupakan
penutup atau
kesimpulan
sebagai petanda
berakhirnya
cerita. Di
dalamnya dapat
berupa
persetujuan,
komentar,
ataupun
penjelasan atas
maksud dari
cerita yang
dipaparkan
sebelumnya.
Bagian ini
biasanya
ditandai oleh
kata-kata,
seoerti itulah,
70

Alokasi
No Masalah Indikator Deskriptor
Waktu
akhirnya, dan
demikianlah.
Keberadaan
koda bersifat
opsional; bisa
ada ataupun
tidak ada.
KD (Kompetensi
Dasar) 3.6 Fitur
kebahasaan anekdot
yang khas, yaitu: (a)
menggunakan
kalimat yang
menyatakan
peristiwa masa lalu;
(b) menggunakan
kalimat retoris,
kalimat pertanyaan
yang tidak
membutuhkan
jawaban; (c)
menggunakan
konjungsi (kata
penghubung) yang
menyatakan
hubungan waktu
seperti kemudian,
lalu, dan
sebagainya; (d)
menggunakan kata
kerja aksi seperti
menulis, membaca,
berjalan, dan
sebagainya; (e)
menggunakan
imperative sentece
(kalimat perintah);
dan (f)
menggunakan
(kalimat seru).
Khusus untuk
anekdot yang
disajikan dalam
bentuk drama atau
dialog, penggunaan
kalimat langsung
71

Alokasi
No Masalah Indikator Deskriptor
Waktu
sangat dominan.
KD (Kompetensi
Dasar) 4.6
Menyusun anekdot,
ada beberapa hal
yang harus
ditentukan lebih
dulu. Hal tersebut
adalah tema, kritik,
kelucuan, tokoh,
struktur, dan pola
penyajian teks
anekdot.
Langkah-Langkah
ini akan
memudahkan kamu
untuk belajar
menyusun anekdot.
Jadi, baca dengan
teliti contoh
penyusunan anekdot
agar nantinya kamu
bisa menyusun
anekdotmu sendiri.
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
2015. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Tabel 3.6 Instrumen Kerangka LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)


Alokasi
No Indikator Deskriptor
Waktu
 Mengenal teks anekdot
secara umum.
 Mengetahui definisi teks
anekdot serta buktikan
a. Menganalisis teks contoh teks anekdot.
anekdot dari aspek  Mengidentifikasi struktur
makna tersirat. dan kaidah kebahasaan
2X1
1. a. Mengonstruksi makna teks anekdot serta
Pertemuan
tersirat dalam sebuah buktikan contoh.
teks anekdot baik lisan  Menganalisis struktur dan
maupun tulis. kaidah kebahasaan teks
anekdot.
 Menyimpulkan makna
tersirat dalam teks
anekdot.
72

Alokasi
No Indikator Deskriptor
Waktu

Mengidentifikasi struktur
3.6 Mengevaluasi struktur dan kaidah kebahasaan
dan kebahasaan teks teks anekdot.
anekdot  Menciptakan teks anekdot
b. Menciptakan kembali berdasarkan lingkungan 2X1
2.
teks anekdot dengan sekitar. Pertemuan
memerhatikan struktur  Menyusun kembali teks
dan kebahasaan baik anekdot berdasarkan
lisan maupun tulis struktur dan kaidah
kebahasaannya.
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
2015. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

2. Lembar wawancara kebutuhan guru dan siswa, untuk mengetahui LKPD

(Lembar Kerja Peserta Didik) yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Angket Wawancara Guru terhadap Kebutuhan LKPD


(Lembar Kerja Peserta Didik)
No Aspek Pertanyaan
Apakah Bapak atau Ibu menggunakan bahan ajar
sebagai panduan siswa dalam kegiatan
pembelajaran menulis teks anekdot?
Ketersediaan bahan Jika ada, apakah bahan ajar tersebut buatan sendiri?
1.
ajar Jika tidak ada, modul, LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik), atau buku teks sebagai panduan
pembelajaran menulis teks anekdot yang biasa
digunakan?
Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang
digunaan sudah sesuai dengan KI (Kompetensi Inti)
Kesesuaian dengan dan KD (Kompetensi Dasar) pembelajaran menulis
2. standar kompetensi teks anekdot?
pembelajaran Jika tidak sesuai, apa kekurangan panduan kegiatan
tersebut apa masih harus diperbaiki atau
dilengkapi?
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
Bapak atau Ibu dalam mencapai tujuan belajar
siswa yaitu mampu menganalisis teks anekdot dari
aspek makna tersirat dan mengevaluasi struktur dan
3. Penyajian kebahasaan teks anekdot?
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
Bapak atau Ibu dalam mencapai tujuan belajar
siswa yaitu mampu mengonstruksi makna tersirat
dalam sebuah teks anekdot baik lisan maupun tulis
73

No Aspek Pertanyaan
dan menciptakan kembali teks anekdot dengan
memerhatikan struktur, dan kebahasaan baik lisan
maupun tulis?
Apakah bahan ajar memberikan panduan langkah-
langkah belajar menulis teks anekdot?
Adakah Bapak atau Ibu mengalami kendala selama
memberikan materi menulis teks anekdot
menggunakan panduan yang ada?
Jika ada, apa menciptakan kembali teks anekdot
yang mendasari kesulitan untuk mengajarkan
menulis teks anekdot kepada siswa?
Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang
digunakan memberikan pengayaan materi?
Jika ada, pengayaan berupa soal pilihan ganda atau
essay yang disajikan dalam materi menulis teks
anekdot ini?
Jika tidak ada, pengayaan seperti contoh soal-soalm
4. Pengayaan materi beserta pengayaan essay secara detail yang
diinginkan dalam pembelajaran menulis teks
anekdot?
Apakah Bapak atau Ibu membutuhkan panduan
kegiatan dalam bentuk LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) untuk membantu membelajarkan
materi menulis teks anekdot pada siswa?
Apakah Bapak atau Ibu setuju jika ada
pengembangan LKPD (Lembar Kerja Peserta
Penambahan Didik) yang dilengkapi dengan penggunaan model
pembelajaran pembelajaran Project Based Learning khususnya
5.
berbasis Project pada materi menulis teks anekdot?
Based Learning Jika tidak, apakah alasan Bapak atau Ibu model
pembelajaran Project Based Learning sulit untuk
dipahami siswa?

Selain pada guru, wawancara juga dilakukan pada siswa untuk mengetahui

kebutuhan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) sebagai panduan pembelajaran

menulis teks anekdot.

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Angket Wawancara Siswa terhadap Kebutuhan LKPD


(Lembar Kerja Peserta Didik)
No Aspek Pertanyaan
Ketersediaan LKPD Apakah Anda menggunakan LKPD (Lembar Kerja
1. (Lembar Kerja Peserta Didik) sebagai panduan kegiatan
Peserta Didik) pembelajaran menulis teks anekdot?
74

No Aspek Pertanyaan
Jika tidak ada, apakah Anda menggunakan bahan
ajar lainnya untuk pembelajaran menulis teks
anekdot?
Apakah panduan kegiatan belajar sesuai dengan
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran menulis teks anekdot?
2.
tujuan pembelajaran Jika tidak sesuai, apa kekurangan panduan kegiatan
tersebut masih harus diperbaiki atau dilengkapi?
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
siswa mencapai tujuan belajar siswa yaitu
menganalisis teks anekdot dari aspek makna tersirat
dan mengevaluasi struktur dan kebahasaan teks
anekdot?
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
siswa mencapai tujuan belajar siswa yaitu
mengonstruksi makna tersirat dalam sebuah teks
anekdot baik lisan maupun tulis dan menciptakan
kembali teks anekdot dngan memerhatikan struktur,
dan kebahasaan baik lisan maupun tulis?
Apakah bahan ajar memberikan panduan materi
untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis teks
3. Penyajian
anekdot?
Jika ya, apakah bahan ajar menulis teks anekdot
memaparkan contoh yang sesuai dengan keadaan di
sekitar kita?
Apakah Anda mengalami kendala dalam
menganalisis dan menciptakan kembali teks
anekdot?
Jika ada, kendala apa yang mendasari kesulitan
khususnya dalam menganalisis dan menciptakan
kembali teks anekdot?
Apakah Anda membutuhkan panduan kegiatan
dalam bentuk LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
khususnya pada materi menulis teks anekdot?
Apakah panduan kegiatan belajar yang Anda
gunakan memberi pengayaan materi?
Jika ada, pengayaan seperti aoa yang disajikan
dalam materi menulis teks anekdot?
Jika tidak ada, pengayaan seperti apa yang
4. Pengayaan materi
diinginkan dalam materi menulis teks anekdot?
Apakah Anda membutuhkan panduan kegiatan
dalam bentuk LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
untuk membantu mempelajari materi menulis teks
anekdot?
75

3. Validasi pakar atau ahli melalui angket uji pakar atau ahli untuk menilai

kelayakan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang dihasilkan. Angket

berupa lembar instrumen evaluasi formatif LKPD menulis teks anekdot

berbasis Project Based Learning yang mengacu pada panduan penyusunan

bahan ajar Depdiknas (2008: 16).

Tabel 3.9 Instrumen Evaluasi Formatif LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Menulis Teks Anekdot
No Komponen 1 2 3 4 5
KELAYAKAN ISI
Kesesuaian dengan KI (Kompetensi Inti) dan KD
1.
(Kompetensi Dasar)
2. Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4. Kebenaran substansi materi
KEBAHASAAN
5. Keterbacaan
6. Kejelasan informasi
7. Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia
8. Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
SAJIAN
9. Kejelasan tujuan
10. Urutan penyajian
11. Pemberian motivasi
12. Interaktivitas (stimulasi dan respons)
13. Kelengkapan informasi
KEGRAFISAN
14. Penggunaan font (jenis dan ukuran)
15. Lay out dan tata letak
16. Ilustrasi, grafis, gambar, dan foto
17. Desain tampilan, penggunaan warna yang sesuai

Penilaian dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang paling

sesuai berdasarkan kriteria 1 = sangat tidak baik atau tidak sesuai, 2 = kurang

sesuai, 3 = 66 cukup, 4 = baik, dan 5 = sangat baik atau sesuai. Selain penilaian,

validator ahli atau pakar juga memberikan saran perbaikan LKPD (Lembar Kerja

Peserta Dididik) sehingga layak digunakan.


76

4. Angket penilaian teman sejawat atau praktisi untuk menilai kelayakan

penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dalam pembelajaran.

Tabel 3.10 Instrumen Penilaian Teman Sejawat atau Praktisi untuk Uji Coba
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Pilihan
Aspek Deskriptor Jawaban
1 2 3 4
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
menggunakan bahasa yang mudah
dipahami
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
menggunakan bahasa Indonesia yang
sesuai dengan kaidah EBI (Ejaan
Bahasa Bahasa Indonesia)
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
menggunakan kalimat-kalimat yang
efektif
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
menggunakan paragraf-paragraf yang
tidak terlalu panjang
Apakah materi yang disajikan sistematis
Apakah materi pembelajaran disajikan
dengan memanfaatkan alam sekitar atau
pengalaman siswa (pada kegiatan siswa
menulis puisi)
Apakah LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) tidak hanya memuat teori saja,
Isi LKPD (Lembar
tetapi bisa diaplikasikan dalam praktik
Kerja Peserta Didik)
Apakah materi dalam LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) disajikan secara
kontekstual sesuai dengan lingkungan
belajar
Apakah LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) memudahkan dalam memahami
materi pelajaran
Apakah bahan ajar menyajikan materi
secara menarik dan menyenangkan
Apakah contoh-contoh dalam bahan ajar
sesuai dengan lingkungan dan masalah
Kemenarikan
anak didik
penyajian
Apakah materi disajikan secara runtut
Apakah materi yang disajikan
melibatkan siswa secara aktif
Apakah materi yang disajikan sesuai
77

Pilihan
Aspek Deskriptor Jawaban
1 2 3 4
dengan kompetensi dasar yang ada
dalam kurikulum
Apakah bahan ajar memuat glosarium
Apakah bahan ajar menimbulkan
motivasi belajar bagi anak
Apakah bahan ajar disusun dengan
memandu siswa bekerja sama dengan
temannya
Apakah materi disajikan dengan
petunjuk cara melakukan secara jelas
Apakah bahan ajar terdapat perintah
menyelesaikan tugas secara kelompok
Apakah bahan ajar mengajak siswa
untuk melakukan kesimpulan tentang
materi yang dibahas
Apakah bahan ajar mengajak siswa
untuk merefleksi diri tentang
pemahaman yang didapat
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
memenuhi kelengkapan fisik anatomi
buku, sampul, dan perwajahan awal
Memuat daftar pustaka dan glosarium
Kegrafisan
Memiliki ilustrasi dan penggunaan
warna yang sesuai
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
membangkitkan motivasi untuk belajar

Penilaian oleh teman sejawat atau praktisi yaitu guru Bahasa Indonesia yang

dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang paling sesuai

berdasarkan kriteria 1 = tidak baik atau tidak sesuai, 2 = kurang sesuai atau

kurang, baik, 3 = baik atau sesuai, dan 4 = sangat baik atau sangat sesuai. Selain

penilaian, guru sebagai penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) juga

memberikan saran perbaikan sehingga LKPD yang dikembangkan layak untuk

digunakan.
78

Angket uji coba produk LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) sebagai bahan ajar

dalam pembelajaran menulis teks anekdot yang diberikan kepada siswa. Angket

diberikan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap LKPD yang telah

dihasilkan melalui dua tahap, yaitu uji kelas kecil dan uji kelas besar atau kelas

pembelajaran sebenarnya. Tanggapan siswa pada kelas kecil menjadi masukan

perbaikan sebelum diujicobakan pada kelas pembelajaran. Penilaian angket

dilakukan menggunakan skala likert dengan kriteria TM (Tidak Menarik atau

Sesuai) = 1, KM (Kurang Menarik atau Sesuai) = 2 M (Menarik atau Sesuai) = 3,

dan SM (Sangat Menarik atau Sesuai) = 4.

Tabel 3.11 Instrumen Uji Coba LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) kepada
Siswa sebagai Pengguna
Pilihan Jawaban
No Komponen TM KM M SM Saran
(1) (2) (3) (4)
A. Kemenarikan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Apakah variasi penggunaan huruf
(ukuran, bentuk, jenis, dan warna)
1.
membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
Apakah ilustrasi yang ada
2. membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
Apakah desain lay out membuat
3. LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) menarik dipelajari?
Apakah penggunaan variasi warna
4. membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
Apakah dengan penggunaan
gambar-gambar membuat LKPD
5.
(Lembar Kerja Peserta Didik)
menarik dipelajari?
Apalah kesesuaian permasalahan
6. membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
Apakah dengan adanya contoh
7.
membuat LKPD (Lembar Kerja
79

Pilihan Jawaban
No Komponen TM KM M SM Saran
(1) (2) (3) (4)
Peserta Didik) menarik dipelajari?
Apakah kesesuaian gambar
8. membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
Apakah soal-soal latihan dan tes
formatif dalam LKPD (Lembar
9.
Kerja Peserta Didik) menarik
untuk dipelajari?
Apakah format keseluruhan LKPD
10. (Lembar Kerja Peserta Didik)
menarik dipelajari?
B. Kemudahan Pengguna
Apakah cakupan isi LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
1.
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
Apakah kejelasan isi LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
2.
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
Apakah alur penyajian LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
3.
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
Apakah bahasa yang digunakan
dalam LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) dapat dipahami
4.
secara jelas sehingga
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
Apakah kejelasan pemaparan
materi LKPD (Lembar Kerja
5.
Peserta Didik) mempermudah
Anda menggunakan bahan ajar?
Apakah petunjuk-petunjuk atau
panduan dalam LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) dapat
6.
dipahami maksudnya secara jelas
sehingga mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
Apakah pertanyaan-pertanyaan
dalam LKPD (Lembar Kerja
7.
Peserta Didik) dapat Anda pahami
maksudnya secara jelas sehingga
80

Pilihan Jawaban
No Komponen TM KM M SM Saran
(1) (2) (3) (4)
mempermudah penggunaan bahan
ajar?
C. Kemanfaatan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) Pembelajaran
Apakah LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) membantu Anda
1.
meningkatkan minat mempelajari
materi?
Apakah LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) membantu Anda
2.
mempelajari materi secara lebih
mudah?
Apakah evaluasi (soal latihan dan
ulangan harian) yang ada
3. membantu Anda mengetahui
kemampuan konsep yang anda
kuasai?

3.7 Instrumen Tes

Penelitian ini menggunakan instrumen tes dengan tujuan untuk mengetahui hasil

pembelajaran menulis teks anekdot. Instrumen tes dalam penelitian ini mencakup

pretest dan post test serta kriteria penilaian teks anekdot. Pretest dilakukan untuk

mengetahui hasil pembelajaran menulis teks anekdot sebelum perlakuan, dan post

test dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis teks anekdot setelah

mendapat perlakuan. Jenis tes yang digunakan adalah tes tulis. Bentuk instrumen

pretest dan post test yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol

adalah sebagai berikut.

a. Lembar Soal

Lembar soal yang diberikan kepada siswa sebagai instrumen tes untuk

mengetahui kemampuan menulis teks anekdot siswa.


81

Tabel 3.12 Soal Uji Teks Anekdot


MARI MENULIS ANEKDOT!
Nama:
Kelas:
No. Absen
Petunjuk Umum:
Kerjakan soal berikut dengan baik! Jawaban ditulis pada lembar yang telah
disediakan!
Soal:
Buatlah sebuah anekdot dengan memerhatikan ketentuan berikut ini!
1. Kesesuaian isi cerita anekdot dengan tema yang mengangkat fenomena
sekitar.
2. Kelengkapan unsur anekdot antara lain tokoh, alur, latar, terutama humor dan
kritiknya.
3. Kelengkapan struktur teks anekdot dalam cerita.
4. Ketetapan penggunaan bahasa sesuai kaidah kebahasaan teks anekdot.
Disesuaikan dengan kriteria penilaian yang diadaptasi oleh Kosasih (2014).

b. Kriteria Penilaian Teks Anekdot

Kriteria penilaian ini digunakan sebagai acuan untuk menilai hasil teks anekdot

yang dibuat oleh siswa. Di dalamnya memuat aspek-aspek yang harus ada di

dalam sebuah teks anekdot yang baik dan benar. Adapun kriteria penilaian

menulis teks anekdot adalah sebagai berikut. Pedoman penilaian diambil dari

skripsi yang disusun oleh Wahyudin (2014) dan diadaptasi dari Kosasih (2014):

Tabel 3.13 Penskoran Teks Anekdot


Skor
No Aspek
1 2 3 4
Kesesuaian isi dengan tema yang mengangkat fenomena
1.
sekitar
2. Kelucuan
3. Kandungan amanat
4. Kelengkapan struktur teks
5. Ketetapan penggunaan bahasa
Diadaptasi dari Kosasih, 2014, hlm. 15-16)
82

Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Teks Anekdot


No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
a. Tema mengangkat fenomena sekitar
b. Isi dengan tema relevan dan
substansial 4
c. Isi sangat menonjolkan kekritisan
penulis
a. Tema mengangkat fenomena sekitar
b. Isi dengan tema cukup relevan
namun kurang substansial 3
c. Isi cukup menonjolkan kekritisan
Kesesuaian isi dengan penulis
1. tema yang mengangkat a. Tema mengangkat fenomena sekitar
fenomena sekitar b. Isi dengan tema kurang relevan dan
tidak substansia 2
c. Isi kurang menonjolkan kekritisan
penulis
a. Tema tidak mengangkat fenomena
sekitar
b. Isi dengan tema tidak relevan dan
1
tidak substansial
c. Isi tidak menonjolkan kekritisan
penulis
a. Kreatif membangun kelucuan
b. Kelucuan relevan dengan fenomena
4
sekitar yang diceritakan
c. Kelucuan santun
a. Kreatif membangun kelucuan
b. Kelucuan kurang relevan dengan
3
fenomena sekitar yang diceritakan
c. Kelucuan cukup santun
2. Kelucuan a. Kurang kreatif membangun
kelucuan
b. Kelucuan kuang relevan dengan 2
fenomena sekitar yang diceritakan
c. Kelucuan kurang santun
a. Tidak memiliki kelucuan
b. Kelucuan tidak relevan dengan
1
fenomena sekitar yang diceritakan
c. Kelucuan tidak santun
a. Amanat mengandung ajaran moral
disampaikan baik secara implisit
maupun eksplisit 4
3. Kandungan amanat b. Amanat berhubungan dengan
masalah sekitar yang diceritakan
a. Amanat mengandung ajaran moral
3
disampaikan baik secara implisit
83

No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor


maupun eksplisit
b. Amanat kurang berhubungan
dengan masalah sekitar
a. Amanat kurang mengandung ajaran
moral baik secara implisit maupun
eksplisit
2
b. Amanat kurang berhubungan
dengan masalah sekitar yang
diceritakan
a. Amanat tidak mengandung ajaran
moral baik secara emplisit maupun
eksplisit 1
b. Amanat tidak berhubungan dengan
masalah sekitar yang diceritakan
a. Teks anekdot yang dibangun
memiliki struktur yang lengkap
yaitu abstraksi, orientasi, krisis, 4
reaksi, dan koda
b. Setiap struktur saling berkaitan
a. Teks anekdot yang dibangun tidak
memiliki struktur lengkap atau
hanya memiliki tiga struktur yaitu 3
orientasi, krisis, dan koda
Kelengkapan struktur
4. b. Setiap struktur saling berkaitan
teks
a. Teks anekdot yang dibangun
memiliki atau tidak memiliki
struktur lengkap atau hanya
2
memiliki tiga struktur yaitu
orientasi, krisis, dan koda
b. Setiap struktur kurang berkaitan
a. Teks anekdot yang dibangun
memiliki struktur kurang dari tiga 1
b. Setiap struktur tidak berkaitan
a. Adanya kalimat langsung atau tidak
langsung
b. Fungsi kalimat jelas
c. Memakai kata ganti orang ketiga
4
tunggal
d. Ketetapan kata kerja, konjungsi, dan
Ketetapan penggunaan
5. penulisan EYD (Ejaan Yang
bahasa
Disempurnakan)
a. Adanya kalimat langsung atau tidak
langsung
b. Fungsi kalimat jelas 3
c. Memakai kata ganti orang ketiga
tunggal
84

No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor


d. Kata kerja, konjungsi, dan penulisan
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
kurang tepat
a. Adanya kalimat langsung atau tidak
langsung
b. Fungsi kalimat kurang jelas
c. Memakai kata ganti orang ketiga
2
tunggal
d. Kata kerja, konjungsi, dan penulisan
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
kurang tepat
a. Adanya kalimat langsung atau tidak
langsung
b. Fungsi kalimat tidak jelas
c. Tidak memakai kata ganti orang
1
ketiga tunggal
d. Kata kerja, konjungsi, dan penulisan
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
tidak tepat
SKOR IDEAL 20
Sumber: Kokasih, 2014, hlm. 15-16

Skor maksimal: 20, hasil penilaian dihitung dengan rumus

Pada tahap selanjutnya, nilai yang telah diperoleh dikategorikan berdasarkan tabel

kategori penilaian tes keterampilan menulis teks anekdot sebagai berikut.

Tabel 3.15 Kategori Penilaian Teks Anekdot Siswa


Nilai Kategori Keterangan
85 -- 100 A Sangat Baik
75 -- 84 B Baik
60 --74 C Cukup
40 --59 D Kurang
0 --39 E Sangat Kurang
155

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasar pada analisis data hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

mengenai pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menulis teks

anekdot berbasis project based learning untuk siswa kelas X SMK dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Pengembangan LKPD pembelajaran sastra dilakukan melalui tiga tahapan.

Tahap pertama, studi pendahuluan, yaitu dengan melakukan observasi,

dokumentasi, angket guru dan siswa, dan wawancara. Tahap kedua, proses

pengembangan produk. Hal ini ditandai dengan pembuatan produk awal

didasari oleh desain produk yang dihasilkan pada tahap studi pendahuluan,

setelah dibuat produk awal bahan ajar LKPD, langkah selanjutnya

melakukan pengujian serangkaian proses pengembangan produk atau

validasi desain. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai

produk baru yang telah dirancang. Proses pengembangan produk dilakukan

dengan validasi produk oleh pakar, yaitu uji ahli materi, uji ahli media, dan

uji praktisi. Uji coba kelas kecil, dilakukan di satu sekolah, yaitu SMK

Muhammadyah 2 Metro diambil sepuluh siswa dengan sistem acak. Setelah


156

itu, mendapatkan beberapa masukan dan saran dari siswa tentang memilih

gambar dan warna pada LKPD agar lebih menarik kemudian melakukan

revisi. Uji coba kelas besar, yaitu dilakukan terhadap tiga sekolah, SMKN 3

Metro di ambil 30 siswa kelas X, SMK Muhammadyah 2 Metro di ambil 29

siswa kelas X, SMKN 2 Metro di ambil 33 siswa kelas X. Tahap ketiga,

evaluasi produk. Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan

pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya.

Kelemahan tersebut selanjutnya di coba untuk dikurangi dengan cara

memperbaiki desain. Produk dikembangkan berdasarkan studi

pendahuluan, pengumpulan data, dan analisis data di tiga SMK yang ada di

Metro. Hasil pengembangan bahan ajar sastra difokuskan pada produk

berupa LKPD menulis teks anekdot berbasis project based learning untuk

siswa kelas X SMK.

2. LKPD menulis teks anekdot berbasis Project Based Learning yang

dikembangkan dinyatakan sangat layak oleh siswa pada tiga sekolah yang

dijadikan lokasi uji coba. Perolehan hasil uji coba kelayakan produk dirinci

sebagai berikut.

a. Pada SMKN 3 Metro diperoleh 81,60% (kriteria sangat layak).

b. Pada SMK Muhammadyah 2 Metro diperoleh 85,47% (kriteria sangat

layak).

c. Pada SMKN 2 Metro diperoleh 82,57% (kriteria sangat layak).

3. LKPD menulis teks anekdot berbasis Project Based Learning yang

dikembangkan dinyatakan cukup efektif untuk digunakan pada

pembelajaran teks anekdot di kelas X SMK. Hasil tersebut diperoleh dari


157

pencapaian efektivitas kategori “sedang” pada saat uji coba penggunaan

LKPD di tiga sekolah. Rincian hasil uji efektivitas dari ketiga sekolah

tersebut sebagai berikut.

a. Rata-rata N-gain SMKN 3 Metro sebesar 0,33 termasuk kategori sedang.

b. Rata-rata N-gain SMK Muhammadyah 2 Metro sebesar 0,35 termasuk

kategori sedang.

c. Rata-rata N-gain SMKN 2 Metro sebesar 0,52 termasuk kategori sedang.

Perbedaan rata-rata N-gain disebabkan oleh setiap sekolah memiliki tingkat

kecerdasan, karakteristik, dan keadaan fasilitas sekolah yang berbeda.

5.2 Saran

Berdasar pada hasil penelitian dan pembahasan berikut peneliti uraikan beberapa

saran sebagai berikut.

1. Bahan ajar ini bisa digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa SMK,

khususnya di SMKN 2 Metro, SMK Muhammadyah 2 Metro dan SMKN 3

Metro untuk menambah referensi yang terkait dengan materi pembelajaran

menulis teks anekdot.

2. Bahan ajar ini dapat membantu peserta didik agar mampu menulis teks

anekdot berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaan yang baik dan benar.

3. Bahan ajar bagi guru dapat digunakan sebagai alternatif atau bahan rujukan

untuk pembelajaran menulis, khususnya menulis teks anekdot dan

memberikan motivasi bagaimana menulis teks anekdot secara kreatif dan

mandiri melalui model pembelajaran Project Based Learning.


158

4. Bahan Ajar dapat digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan sekolah

berkaitan dengan bahan ajar, strategi pembelajaran, khususnya bahan ajar

lembar kerja peserta didik dan strategi pembelajaran dengan model

pembelajaran Project Based Learning untuk pembelajaran bahasa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.

Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2008. Panduan Pengembangan


Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.

Dwicahyono, Aris & Daryanto. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


(Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar). Yogyakarta: Gava Media.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Haryanti. 2014. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Anekdot dengan Media


Gambar Karikatur Pada Siswa Kelas X Man Purworejo Tahun Pelajaran
2014/2015. FKIP: Universitas Muhammadyah Purworejo.

Kementrian dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. Buku Guru Bahasa


Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.

Kurniasih & Berlin. 2014. Buku Teks Pelajaran Sesuai Dengan Kurikulum 2013.
Kata Pena: Surabaya.

Mahmudah, Siti. 2017. Pengembangan LKPD. FKIP: UMP.

Majid, Abdul. 2003. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prastowo, Andi. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap


Aplikatif. Diva Press: Yogyakarta.

xix
Priyanti, Tri Endah. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Suandi, N. dkk. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teks Anekdot dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2
Semarapura. FKIP: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sutirman. 2013. Media & Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sundayana. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Model Project Based


Learning pada Peserta Didik Kelas VII D SMP Negeri 1 Tumijajar Tahun
Pelajaran 2015/2016. FKIP: Universitas Lampung.

Susanti, Maria. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Model Project
Based Learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaran Tahun
Pelajaran 2015/2016. FKIP. Universitas Lampung.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

------------. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

------------- 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa Bandung.

------------ 2005. Menulis Sebagaia Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa


Bandung.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

xx

Anda mungkin juga menyukai