Oleh
RAHMAWATI
A 111 16 090
SKRIPSI
i
CODE-MIXING USED BY STUDENTS OF
NEGERI 3 PALU
RAHMAWATI
SKRIPSI
i
ii
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
penyusunan skripsi yang berjudul “Campur Kode Siswa SMP Negeri 3 Palu”.
memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia Jurusan Bahasa Dan Seni Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, tidak sedikit tantangan yang
peneliti hadapi. Namun, berkat doa dan ikhtiar semua bisa terlewati. Tentunya
semua tidak akan sampai pada tahap ini tanpa arahan dan dukungan moral
maupun finansial dari berbagai pihak dan orang-orang terdekat peneliti.Untuk itu
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga,
terutama kepada kedua orang tuaku Ayahanda Syarifuddin dan ibunda tercinta
kebahagiaan yang tak bisa di gantikan oleh apapun, yang tak pernah merasa lelah
vi
penyelesaian studi. Semoga Allah SWT memberi umur panjang, kesehatan dan
ucapan terimakasih kepada Dr. Ali Karim, M.Hum. Selaku pembimbing yang
dengan sabar dan penuh keikhlasan membimbing, dan mengarahkan penulis mulai
1. Prof. Dr. Ir. H Mahfudz.,M. P., Rektor Universitas Tadulako, dan semua
2. Dr. Ir. Amiruddin Kade, S.pd., M.Si Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Keuangan.
vii
8. Dr. Syamsuddin, M.Hum dan Dr. Yunidar, M. Hum., Penguji utama dan
skripsi ini.
bagi penulis.
10. Para Dosen dan seluruh Staf pengajaran di lingkungan Fakultas Keguruan
penulis.
12. Sahabat-sahabat yang begitu saya cintai dan saya banggakan Lasmiyati,
terkhusus kelas B (angsat) 2016 (Darah B dan Laki B ) yang saya cintai
13. Seluruh Kerabat dan Keluarga Besarku Di Desa Siboang yang telah
viii
14. Seluruh teman-teman PLP di SMP Negeri 3 Palu, sekaligus Teman-teman
16. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam perjalanan hidup
penulis selama ini khususnya dalam menjalani masa kuliah, nama kalian
mungkin tidak tertulis dalam lembaran ini, tetap kalian selalu ada dalam
kalian. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
Rahmawati
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN
4.2 Pembahasan 52
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
melibatkan bahasa agar proses interaksi berjalan dengan baik. Bahasa merupakan
salah-satu alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan lisan maupun
menggunakan dua bahasa atau lebih. Chaer dan Agustina (2010 : 154)
menyatakan bahwa di Indonesia secara umum menggunakan tiga bahasa, yaitu (1)
bahasa pertama dan bahasa kedua ini membuat masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang multilingual artinya masyarakat yang menguasai lebih dari dua
seperti alih kode dan campur kode. Pembahasan tentang campur kode pasti selalu
berkaitan dengan alih kode atau sebaliknya. Sebab kedua gejala ini seringkali
Alih kode adalah peristiwa pergantian bahasa atau ragam bahasa oleh
penutur karena adanya sebab-sebab tertentu yang dilakukan dengan sadar (Chaer
1
2
batasan campur kode sebagai “Pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling
memasukkan unsur bahasa yang satu ke unsur bahasa yang lain secara konsisten”.
Pada bidang pendidikan, peristiwa alih kode dan campur kode juga sering
terjadi baik tingkat sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas, dan
perguruan tinggi. Namun dari kedua gejala ini peneliti lebih terfokus pada
Campur kode sendiri tidak dituntut oleh situasi dan konteks pembicaraan
seperti dalam gejala alih kode, tetapi bergantung pada pembicaraan (fungsi
dalam situasi tidak resmi (informal) serta unsur bahasa sisipan dalam peristiwa
campur kode tidak lagi mendukung fungsi bahasa secara mandiri, tetapi sudah
menyatu dengan bahasa yang sudah disisipi. Adapun contoh tindak komunikasi
yang merupakan campur kode dalam situasi tersebut adalah sebagai berikut.
Tindak komunikasi pada contoh (1) terjadi didepan kelas VII D, SMP
Negeri 3 Palu. Peristiwa campur kode tampak dalam komunikasi antara siswa dan
Dalam hal ini siswa ( S ) menggunakan campur kode dalam bahasa inggris “
move on “ yang artinya “ pindah atau berganti “ juga beberapa serpihan kata
3
berupa “ jo, te ( tidak ) “ sementara bahasa yang lain merupakan bahasa Indonesia.
Sa : Minta sakide
Sb : Beli jo
Sa : mana uang
Sb : pakai uangmu ya
Siswa (Sa) melakukan percampuran bahasa daerah kaili yaitu kata “ sakide yang
campur kode dapat dilihat dalam pemakaian bahasa secara lisan maupun tertulis.
Dalam bahasa lisan dapat dilihat pada percakapan sehari-hari baik disekolah,
dijalan atau ditempat mana saja sedangkan bahasa tertulis dapat ditemukan di
asing, ke dalam bahasa Indonesia sebagai fenomena campur code dalam bahasa
Indonesia lisan.
SMP Negeri 3 Kota Palu, karena dari segi psikologi pada tingkat ini mereka
masuk pada masa remaja, dimana mereka suka menjelajah, ingin mencoba-coba,
4
Selain itu siswa SMP Negeri 3 Palu adalah siswa yang hiterogen
berdatangan dari berbagai sekolah dasar dan memiliki dialek bahasa yang
berbeda-beda dengan yang lainnya. Dalam kondisi yang beraneka ragam ini, di
mana mereka ada yang berasal dari desa, kecamatan dan kabupaten, tingkat
penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah campur kode dalam bahasa
Indonesia lisan.
2. Bagaimanakah wujud campur kode yang digunakan oleh siswa SMP Negeri 3
Palu ?
1.3 Tujuan
untuk :
2. Mengetahui wujud campur kode yang oleh siswa SMP Negeri 3 Palu.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini, ialah dapat ditinjau dari beberapa
a. Teoretis
kajian linguistik terapan. Hal kajian linguistik terapan yang dimaksud digunakan
b. Praktis
kode pada sesama siswa di SMP Negeri 3 Palu dan faktor-faktor penyebab
terjadinya campur kode dikalangan siswa SMP Negeri 3 Palu. Selain itu,
diharapkan dari penemuan ini nantinya akan mampu untuk memberikan suatu
KAJIAN TEORI
mengenai campur kode sudah sering dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Ucok (2017) berjudul “Campur Kode Percakapan Siswa SMP Negeri 9 Palu
Morowali “. Ferawati (2018) “ Campur Kode pada acara „ Rumah Uya „ di Trans
7“
yang menjadi objek sasaran penelitian adalah siswa. Adapun yang membedakan
daerah khususnya bahasa kaili dengan dialek yang digunakan kaili ledo yang
SMP Negeri 9 Palu pada situasi tidak formal, menjabarkannya dalam bentuk kata
7
8
dan frase serta mengelempokkan dalam bentuk kata benda, kata kerja, kata sifat
dan kata tugas hampir sama dengan Campur Kode pada acara Rumah Uya di
Trans 7. Sementara peneliti kali ini akan menkaji bahasa daerah pada peristiwa
campur kode apa saja yang ditemukan pada siswa kemudian mendeskripsikannya
dalam bentuk kata dan dikelompokkan dalam bentuk nomina, verba, adverbial dan
adjektiva.
penelitian ini, teori yang digunakan dapat berfungsi sebagai acuan atau dasar agar
ekonomi, sosiologi, atau dengan linguistik itu sendiri, merupakan ilmu yang
yang erat dengan kedua kajian tersebut. “Sosio-“ mempunyai makna sebagai suatu
ataupun gejala sosial dalam suatu masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang
ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil objek bahasa
sebagai objek kajiannya. Aslinda dan Syafyahya (dalam Nugroho, 2011 : 24)
linguistik umum itu sendiri sering kali disebut dengan linguistik saja yang
struktur kalimat, dan akhir-akhir ini linguistik juga mencakup bidang struktur
wacana (discourse).
Metode yang digunakan pun juga serupa, yaitu “metode deskriptif”, dalam arti
menelaah objek sebagaimana adanya pada saat tertentu. Namun, perlu diketahui
itu, Sumarsono dan Partana (dalam Nugroho, 2011 : 26). Hal itu dikarenakan
bilingualisme.
baik individu ataupun masyarakat, yang menguasai dua bahasa dan mampu untuk
secara bergantian dengan baik. Sedangkan seseorang yang terlibat dalam kegiatan
atau praktik menggunakan dua bahasa secara bergantian itulah yang disebut
pertama dan bahasa kedua, kendatipun tingkat penguasaan bahasa yang kedua
tersebut hanyalah pada sebatas tingkatan yang paling rendah. Namun, batasan
1
Pada kondisi tingkat penguasaan bahasa kedua yang paling rendah pun, menurut
itu mampu untuk melahirkan tuturan yang berarti dalam bahasa lain. Selanjutnya,
apabila individu itu mampu untuk melahirkan tuturan dalam dua bahasa secara
memuaskan.
seorang dwibahasawan juga bisa pasif dalam artian mampu untuk memahami.
Akan tetapi, seorang dwibahasawan tersebut tidak mampu secara aktif untuk
1
dua sistem bahasa atau lebih yang masing-masing berbeda. Dalam kedwibahasaan
majemuk terdapat ungkapan yang menggabungkan satu satuan makna dengan dua
adalah dimana satuan makna pada bahasa pertamanya berhubungan dengan satuan
yang mana seorang individu mempelajari satu atau lebih bahasa sebagai bahasa
keduanya, yang mana salah satu atau lebih dari bahasa yang dipelajarinya tersebut
dapat diukur kemampuan berbahasa kedua yang dimiliki tersebut. Dalam hal
memberikan definisi konteks sebagai situasi yang ada hubungannya dengan suatu
kejadian. Di dalam suatu proses komunikasi, bahasa dan konteks tentunya saling
sekolah, ataupun dalam situasi rapat. Apabila di dalam situasi kelas, kelas bahasa
inggris adalah bahasa yang merupakan hasil dari proses pembelajarannya di kelas
yang dapat dipakai dalam konteks formal maupun informal saat komunikasi
bahwa tidak terdapat kesepakatan yang secara universal tentang bahasa mana
yang paling baik yang akan dipakai di dalam proses komunikasi. Kesemuanya itu
biasanya dapat terjadi di dalam situasi tutur. Sedangkan Hymes (dalam Nugroho,
2011: 33), juga menyatakan bahwa menurut pengamatannya, situasi tutur adalah
ketika tuturan dapat dilakukan dan dapat pula tidak dilakukan, situasi tidak murni
komunikatif dan tidak mengatur adanya aturan berbicara. Sebuah peristiwa tutur
terjadi dalam satu situasi tutur dan peristiwa itu mengandung satu atau lebih
tindak tutur. Dari pendapat kutipan langsung tersebut, dapat diketahui bahwa
1
dalam suatu proses komunikasi, bahasa tidak lepas dari konteks yang saling
salah satu komponen dalam tindak tutur (acte de langage). Selanjutnya Hymes
berlangsung, bagaimana status sosial para penutur, dan lain sebagainya. Acte,
mengacu kepada bentuk dan isi ujaran, misalnya pada pilihan kata yang
pembicaraan pribadi, umum, dalam peserta, dan lain sebagainya. Raison, merujuk
kepada maksud dan tujuan tuturan. Misalkan saja bahasa yang digunakan oleh
orang yang bertujuan untuk meminta. Hal tersebut tentunya akan berbeda dengan
resmi menggunakan bahasa yang resmi pula, sementara pada tempat tidak resmi
(pasar misalnya) menggunakan bahasa yang tidak resmi pula. Agents, mengacu
kepada jalur informasi yang digunakan. Misalnya bahasa lisan, bahasa tulis,
menjadi pengikat kaidah kebahasaan penuturnya. Ton, merujuk kepada cara, nada,
dan semangat dimana pesan tersebut disampaikan, apakah dengan senang hati,
canda, marah, dan lain sebagainya. Sedangkan type, merujuk kepada jenis bentuk
penyampaian pesan. Misalnya berupa prosa, puisi, pidato, dan lain sebagainya.
komponen tutur dalam versinya menjadi lebih rinci dan luas melebihi komponen
tutur yang dipakai sebagai dasar teorinya. Menurutnya, terdapat sedikitnya tiga
belas komponen yang ada dalam sebuah tuturan antara lain adalah sebagai
berikut:
ini ditentukan oleh tiga hal penting, yaitu (a) keadaan fisiknya,
7. Pokok pembicaraan.
8. Urutan bicara.
9. Bentuk wacana.
1. Kode
Dalam kamus linguistik itu pula dijelaskan bahwa bahasa manusia adalah
sejenis kode.
tertentu, dan bahasa manusia adalah sejenis kode; (2) sistem bahasa dalam suatu
masyarakat; (3) variasi tertentu dalam bahasa”. Alih kode merupakan salah satu
penutur menggunakan berbagai kode dalam tindak tuturnya sesuai dengan situasi
sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-ciri yang khas
sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan mitra tutur, dan
situasi tutur yang ada. Dalam suatu kode terdapat unsur-unsur bahasa seperti
Kode biasanya berbentuk varian-varian bahasa yang secara riil atau secara
mencakup varian-varian dua bahasa atau lebih. Kode-kode yang dimaksud dengan
yang lain.
1
Jadi, dari beberapa definisi kode tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pemakaian kode tidak lepas dari fenomena penggunaan bahasa oleh manusia di
dalam masyarakat. Tidak semua bahasa mempunyai kosa kode yang sama dalam
akan banyak ditemukan pada bahasa yang mempunyai macam dialek yang
banyak, tingkat tindak tutur yang kompleks, dan dipakai sebagai bahasa pengantar
kebudayaan yang mempunyai banyak ragam. Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa
2. Campur kode
Campur kode merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih dengan saling
dimaksud dengan campur kode ialah percampuran dua atau lebih bahasa atau
ragam bahasa dalam satu tindak bahasa tanpa adanya sesuatu dalam situasi
mengungkapkan bahwa dalam situasi tersebut tidak ada situasi yang menuntut
pembicara, hanya masalah kesantaian dan kebiasaan yang dituruti oleh pembicara.
pula dengan pembicaraan mengenai campur kode. Peristiwa campur kode terjadi
yang berbicara dengan kode utama bahasa Indonesia yang mempunyai fungsi
keotonomiannya, sedangkan kode bahasa daerah atau bahasa asing yang terlibat
dalam kode utama tersebut merupakan serpihan-serpihan saja tanpa fungsi atau
:2011).
b. interferensi.
mengemukakan bahwa ciri yang menonjol dalam peristiwa campur kode adalah
terjadi pada ragam kesantaian atau situasi informal. Dalam situsi berbahasa
formal, sangatlah jarang terjadi campur kode dalam peristiwa tuturnya. Kalaupun
ada peristiwa campur kode dalam keadaan tersebut, hal itu dikarenakan tidak
adanya kata atau ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang
dipakainya. Sehingga perlu memakai kata ataupun ungkapan dari bahasa daerah
dalam komunikasi bahasa Indonesianya. Akibatnya, akan muncul pula satu ragam
Sunda-sundaan.
Peristiwa campur kode dapat terjadi pada serpihan bahasa pertama pada
bahasa kedua, misalnya bahasa Indonesia yang diselingi oleh kata-kata dari
ditentukan oleh penutur dan mitra tuturnya di tempat tertentu dan dilakukan
dengan kesadaran.
Terdapat tiga jenis campur kode yang dikemukakan oleh Jendra (dalam
Nugroho: 2011). Ketiga jenis campur kode menurutnya tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
elemen-elemen dari bahasa asli atau bahasa asal dalam peristiwa campur kodenya
yang masih terdapat hubungan dengan bahasa yang dicampur. Misalnya, beberapa
elemen yang masih berhubungan di dalam campur kode bahasa Indonesia, seperti
menyisipkan elemen dari bahasa Prancis, bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan lain
Jenis campur kode yang dimaksud dapat menerima elemen apapun dalam
peristiwa campur kodenya, baik elemen bahasa asal ataupun elemen bahasa asing
bentuk:
ialah satuan bebas yang paling kecil. Contoh campur kode berwujud kata
adalah “Mangka sering kali sok ada kata-kata solah-olah bahasa daerah itu kurang
penting”.
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
kode berwujud sisipan frase adalah “ Nah, karena saya sudah kadhung apik sama
Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda dan
membentuk satu makna. Contoh campur kode berwujud sisipan bentuk baster
maupun sebagiannya, baik dengan variasi vonem maupun tidak. Contoh campur
kode berwujud perulangan kata adalah “Saya sih bolah-boleh saja, asal dia
masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain.
Contoh campur kode berwujud sisipan idiom adalah “Pada waktu ini hendaknya
kurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat. Contoh campur kode berwujud sisipan klausa adalah “Pemimpin yang
bijaksana akan selalu bertindak ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun
Brice dan Absalom (dalam Anderson dan Brice: 1999) lewat observasinya
yang dituangkan dalam sebuah arikel yang berjudul “Code Mixing in a Young
Bilingual Child” yang membahas tentang campur kode yang terjadi pada anak-
unsur-unsur sintaksis atau unsur pembentuk suatu kalimat. Bentuk campur kode
yang terdapat pada subjek maupun objek, verba, frase verba, frase berpreposisi,
kata dasar, frase, serta klausa yang semuannya merupakan unsur yang terdapat
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau analisis tentang makna atau arti
dalam bahasa. Kata dasar adalah kata yang belum mendapat tambahan yang
berupa imbuhan (afiks) yang termasuk jenis morfem bebas. Menurut Alwi, dkk
(1003:36), bahasa Indonesia memiliki empat kategori sintaksis utama; (1) verba
atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva ataukata sifat, (4)
dengan tidak.
2
nomina.
“dua sarjana”.
sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada
atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Pada Penelitian ini
peneliti akan mengkaji campur kode dalam bahasa Indonesia lisan, dalam hal ini
peneliti akan mendeskripsikan secara objektif realitas gejala bahasa dalam bentuk
dan macam campur kode bahasa lisan siswa SMP Negeri 3 Palu. Upaya yang
Kecamatan Palu Barat. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
SMP NEGERI 3 PALU, Dengan demikian siswa dapat dikatakan menjadi faktor
penentu dan sumber data autentik yang tidak bisa diabaikan dalam penelitian ini.
serpihan (pieces) dalam bentuk kata, klausa dan kalimat dalam interaksi
25
2
b. Fungsi campur kode yang terdapat dalam interaksi antara siswa SMP Negeri
3 di kota Palu yaitu sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi untuk
a. Data
Data dalam penelitian ini adalah campur kode siswa SMP Negeri 3 kota
Palu, berupa tuturan antar siswa. Tuturan yang dimaksud yaitu dalam bentuk
percakapan yang memuat kata, klausa, dan kalimat yang memiliki unsur serta
b. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari bahasa lisan yang
empiris terjadinya campur kode yang dituturkan oleh siswa di luar kelas (dalam
situasi non formal), namun masih berada di lingkungan sekolah SMP Negeri 3
Palu. Wujud datanya berupa data lisan. Data lisan diperoleh dari observasi pada
dilakukan dilingkungan sekolah. Penelitian ini diawali dari tahap persiapan berupa
hingga sampai pada penyusunan hasil penelitian yang berlangsung kurang lebih
tiga bulan.
1) metode rekam
data dengan cara merekam tuturan informan dengan menggunakan alat rekam.
2) metode catat
Teknik catat adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dengan
cara mencatat tuturan informan secara spontan dan terencana. Pada proses
dilakukan oleh siswa melalui pengamatan dan penyimakan secara cermat dan
Instrumen penelitian yang digunakan berupa kartu data untuk teknik catat,
dan alat perekam untuk teknik rekam. Kartu data tersebut digunakan untuk
tuturan antara siswa di SMP Negeri 3 Kota Palu yang menyebabkan campur kode.
Kemudian dianalisis berdasarkan bentuk dan fungsi campur kode yang terdapat
dengan jalan memilih dan memilah-milah bentuk dan fungsi alih kode maupun
campur kode dalam interaksi siswa SMP Negeri 3 Kota Palu. Setelah dianalisis
dan fungsi terjadinya campur dalam interaksi siswa SMP Negeri 3 Kota Palu.
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
unit-unit menyusun kedalam pola, mana yang penting akan dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri dan orang lain.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data model Miles and Huberman (dalam Sugiono, 2015 :337).
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis data kualitatif Miles
and Huberman adalah, (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) verifikasi data dan
mengambil kesimpulan.
2
1. Reduksi data
tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
data peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat
dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga
2. Penyajian Data
3
baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang
meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang
guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan
mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang
sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah
terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh
3. Menarik Kesimpulan
muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan
terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi
3
data menggunakan model analisis data interaktif Miles dan Huberman dapat
Reduksi data
Verifikasi/penarikan kesimpulan
siswa dilingkungan sekolah ( diluar dari proses belajar mengajar ) SMP Negeri 3
Palu. Berikut akan diuraikan jenis-jenis dan wujud campur kode dikalangan siswa
elemen-elemen dari bahasa asli atau bahasa asal dalam peristiwa campur kodenya
yang masih terdapat hubungan dengan bahasa yang dicampur. Misalnya, beberapa
elemen yang masih berhubungan di dalam campur kode bahasa Indonesia, seperti
Dari penelitian yang dilakukan peneliti terdapat kata “ Ndak “ berasal dari bahasa
Sunda yang artinya “ tidak “. Walaupun kata “ndak” merupakan singkatan dari
salah-satu bahasa daerah Manado “ nyandak ” dengan arti yang sama yaitu “
tidak”. Tapi kembali dilihat dari latar belakang si mitra tutur yang sebelumnya
32
3
Jadi data tersebut ditemukan adanya penggunaan campur kode berupa bahasa
menyisipkan elemen dari bahasa Prancis, bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan lain
Jenis campur kode yang dimaksud dapat menerima elemen apapun dalam
peristiwa campur kodenya, baik elemen bahasa asal ataupun elemen bahasa asing
diatas menunjukkan adanya campur kode bahasa Inggris, bahasa daerah Kaili
Kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung arti atau makna.
Kata merupakan unsur yang paling penting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin
tidak ada bahasa, sebab kata itulah yang merupakan perwujudan bahasa. Setiap
bahasa.
kategori kata yaitu kata benda (nomina), kata kerja (verba), dan kata sifat
(adjektiva).
4.1.2.1 Nomina
adalah semua kata yang dapat menduduki tempat sebagai objek dan yang
dinegatifkan dengan kata bukan. Dari hasil penelitian, ditemukan tuturan yang
merupakan campur kode pada kata benda. Hasil temuan tersebut disajikan pada
yang digunakan yaitu bahasa Kaili dan Bugis namun memiliki arti yang sama “
uang “, sementara bahasa yang lain merupakan bahasa Indonesia. Jadi pada
kutipan percakapan di atas terjadi peristiwa campur kode dari tiga bahasa yaitu
5. Pn : (a) Assalamualaikum toaka (b) Tabe le kakak saya mau bertanya ini
Mt : Iye waalaikumsalam, apa lagi Widi
Pn : Besok pakai baju gamis atau baju olahraga
Mt : Pakai baju gamis dulu pas pengajian, nanti baru baganti baju
Pn : Oh, okey kakak
Data percakapan di atas terdapat kata toaka yang artinya “ kakak/ panggilan
untuk seseorang yang lebih tua “ dan kata tabe artinya “ permisi ” merupakan
salah-satu bahasa daerah Kaili dan bahasa Bugis. Sementara bahasa yang lain
terdapat pada kata okey artinya “ iya/ ungkapan persetujuan” merupakan bahasa
terjadi percampuran kode yaitu dari bahasa Bugis, Kaili, bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia.
6. Pn : Halo, hola
Mt : Bahasa alien lagi dia pakai
Pn : Kenapa, kan mau-mau gue
Dari data diatas ditemukan kata “ hola “ yang artinya “ halo “ atau sejenis kata
sapaan pada bahasa Spanyol, kemudian kata “ gue “ yang berarti “ saya, aku “
merupakan perwujudan dari bahasa gaul (slank) yang sering digunakan oleh
menggunakan lebih dari dua bahasa yakni bahasa Spanyol, Slank, dan bahasa
Indonesia.
7. Pn : (a) “ Hei nana, pergi sudah cepat ke masjid apa sudah sholawat. (b)
Terlalu santai sekali kamu ini bajalan macam pengantin “
Dari data di atas, terdapat kata “nana“ dari bahasa bugis yang artinya “ anak-anak
adanya penggunaan campur kode yakni bahasa Bugis dan bahasa Indonesia.
8. Pn : (a) “ Kakak kenapa switter nya kita beda dengan kakak yang sana. (b)
Dorang warna hijau kakak warna biru ? “
Dari data diatas terdapat kata “ swieter “ merupakan bahasa inggris yang artinya “
penyiaran gambar/ video “ . jadi dari data tersebut telah ditemukan adanya campur
Dari hasil penelitian ditemukan kata “ story “ dan “ notifikasi “ dalam bahasa
Inggris yang artinya “ cerita“ dan “ pemberitahuan “ . Jadi dari data tersebut telah
Indonesia.
ibu, mama/ panggilan untuk wanita yang memiliki anak “ . Jadi dari data tersebut
telah ditemukan adanya campur kode menggunakan bahasa Arab dan bahasa
Indonesia.
diartikan secara harfiah “ hand “ adalah tangan dan “ phone “ adalah telepon atau
alat yang digunakan untuk berkomunikasi dari jarak jauh. jadi dari data tersebut
telah ditemukan adanya campur kode menggunakan bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia.
Dari hasil penelitian ditemukan kata “ ukhti “ dalam bahasa Arab yang artinya “
perempuan/ kakak/ saudari perempuan “ . Jadi dari data tersebut telah ditemukan
adanya peristiwa campur kode yaitu menggunakan bahasa daerah Kaili dan
bahasa Indonesia.
4.1.2.2 Verba
Muslich (2011: 121) mendefinisikan kata kerja (verba) sebagai kata yang
bercirikan: (a) berfungsi sebagai (inti) predikat, (b) bermakna dasar, perbuatan,
proses dan keadaan yang bukan sifat, dan (c) verba yang bermakna keadaan tidak
bisa di prefiks {ter-} „paling‟. Dari hasil penelitian, ditemukan tuturan yang
merupakan campur kode pada kata kerja yang disajikan sebagai berikut.
bahasa Bugis yang berarti “ makan “. Selanjutnya bahasa yang lain merupakan
bahasa Indonesia. Jadi siswa tersebut telah melakukan percampuran kode yaitu
16. Pn : “ (a) ai, tidak saya teman lagi kau (b) saya bombe kau “
3
Dari data di atas terdapat kata “ bombe “ yang berarti “ bermusuhan” dalam
17. Pn : “(a) kau Sapna tidak bisa dapat lihat hape langsung ba foto terus (b) full
nanti penyimpanannya kakak itu “
Dari hasil penelitian ditemukan kata “ full “ dalam bahasa Inggris yang artinya “
penuh “. Jadi dari data tersebut telah ditemukan adanya campur kode
daerah yaitu bahasa Bugis yang artinya “ ambil, mengambil ”, sementara bahasa
yang lain merupakan bahasa Indonesia. Jadi pada kutipan data diatas terdapat
peristiwa campur kode yaitu percampuran dua bahasa yaitu bahasa daerah Bugis
aksen daerah. jadi dari data tersebut telah ditemukan adanya campur kode
beberapa tambahan aksen daerah. jadi dari data tersebut telah ditemukan adanya
tambahan aksen daerah. jadi dari data tersebut telah ditemukan adanya campur
simpan “ selebihnya menggunakan bahasa Indonesia. jadi dari data tersebut telah
Indonesia.
Data diatas terdapat kata “tette“ yang merupakan salah-satu bahasa daerah yaitu
bahasa Bugis yang artinya “ pukul/ memukul ”, sementara bahasa yang lain
merupakan bahasa Indonesia. Jadi pada kutipan data diatas terdapat peristiwa
campur kode yaitu percampuran dua bahasa yaitu bahasa daerah Bugis dan bahasa
Indonesia.
24. Pn : “ (a) Jengkel sekali saya rasa le (b) Itu ibu kuat sekali ba noko-noko
masuk dikelas (c) Baru tidak kita tau juga apa salahnya kita “
Data diatas terdapat kata “ noko-noko “ yang merupakan salah-satu bahasa daerah
yaitu bahasa Bugis yang artinya “mengomel/ omelan, ocehan ”, sementara bahasa
yang lain merupakan bahasa Indonesia dengan tambahan aksen bahasa daerah.
Jadi pada kutipan data diatas terdapat peristiwa campur kode yaitu percampuran
4.1.2.3 Adjektiva
menyatakan sifat atau keadaan orang, benda dan binatang. Adapun ciri-cirinya
yaitu: 1). Bisa diberikan keterangan perbandingan lebih, kurang dan paling, 2).
Dapat diberi keterangan penguat sangat, sekali, benar, terlalu, dan 3). Dapat
diingkari dengan kata tidak. Dari hasil penelitian, ditemukan tuturan yang
bahasa daerah yaitu bahasa Bugis yang artinya “ pedis/pedas”, sementara bahasa
yang lain merupakan bahasa Indonesia. Jadi pada kutipan data diatas terdapat
4
peristiwa campur kode yaitu percampuran dua bahasa yaitu bahasa daerah Bugis
27. Pn : “(a) Kakak, kemarin torang ulangan bahasa indonesia (b) Kakak tau, biar
satu orang tiada yang lulus apa soalnya itu na soe tiada dibuku LKS “
Dari data hasil penelitian diatas terdapat kata “ soe “yang artinya “ susah, pelik “
28. Pn : “ (a) Jangan masuk pakai sepatu, apa habis dipel itu lantai (b) Heh laki-
laki macarepa sepatumu itu.
data diatas terdapat kata “ macarepa “ yang merupakan salah-satu bahasa daerah
yaitu bahasa Bugis yang artinya “ kotor ”, sementara bahasa yang lain merupakan
bahasa Indonesia dengan tambahan aksen bahasa daerah. Jadi pada kutipan data
diatas terdapat peristiwa campur kode yaitu percampuran dua bahasa yaitu bahasa
29. Pn : “ (a) Wei laki-laki susah sekali diatur, nambongo semua eh (b) Coba
badiam dulu apa kakak mau bicara itu “
Dari data hasil penelitian diatas terdapat kata “ nambongo “yang artinya “ tuli/
Indonesia. Jadi data diatas menunjukkan adanya peristiwa campur kode yaitu
Dari data hasil penelitian diatas terdapat kata “ hama “ yang hanya berupa sisipan
yang tidak memiliki arti tapi merujuk pada nada suara seseorang penutur.
Kemudian kata “ dongo “ dalam bahasa Bugis artinya “ bodoh/ dungu “ dan “ ko
“ yang artinya “ kamu “ selebihnya menggunakan bahasa Indonesia. Jadi dari data
diatas telah ditemukan adanya campur kode antara bahasa Bugis dan bahasa
Indonesia.
31. Pn : “ Jangan kau percaya dia itu kalau bicara banyak sekali bote nya itu “
Dari data hasil penelitian diatas terdapat kata “ bote “yang artinya “ bohong/ dusta
Indonesia. Jadi data diatas menunjukkan adanya peristiwa campur kode yaitu
32. Pn : Kau tau, waktunya kamu sudah pulang kemarin itu, bapak ke kelas ba
marah-marah apa banyak laporan bolos.
4
Indonesia. Jadi data diatas menunjukkan adanya peristiwa campur kode yaitu
Jadi data diatas menunjukkan adanya peristiwa campur kode yaitu menggunakan
tunggu “ dan “ iyo “ yang merupakan bahasa daerah Bugis dan Kaili yang
menunjukkan adanya campur kode bahasa Inggris, bahasa daerah Kaili dan
Dari penelitian ditemukan kata “ nagaya “ yang merupakan bahasa Kaili yang
artinya “ cantik “ selebihnya menggunakan bahasa Indonesia. Jadi dari data diatas
merupakan sisipan dari bahasa Kaili dan Bugis, selebihnya menggunakan bahasa
Indonesia. Jadi data diatas mengandung unsur campur kode bahasa Bugis, Kaili,
37. Pn : “ (a) Duta, itu kau jomblo sampai sekarang apa maja’ tappamu (b) Baru
kuat sekali ba ganggu Rani, ai dia suka Rani ini la Duta e “
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan kata “ maja tappamu “ artinya “ jahat/
dan beberapa kata sisipan bahasa daerah yang tidak memiliki arti. Jadi data diatas
telah terjadi campur kode dari bahasa Bugis ke dalam bahasa Indonesia.
Indonesia beserta unsur bahasa daerah sisipan. Jadi dari data tersebutditemukan
adanya penggunaan campur kode dalam bahasa Indonesia dan bahasa Bugis.
4
yang artinya “ cantik “, kemudian kata “ iyo dan iye “ yang artinya “ iya “ namun
Bugis yang artinya “ jahat sifat “ atau mengungkapkan sikap temannya yang
ditemukan adanya penggunaan campur kode berupa bahasa Bugis kedalam bahasa
Indonesia.
berwujud dalam tindakan memohon pengampunan kepada sang pencipta. jadi dari
data tersebut telah ditemukan adanya campur kode menggunakan bahasa Arab dan
bahasa Indonesia.
43. Pn : “ (a) Kau ini maleme sekali (b) Saya kasi tinggal kau itu “
bahasa daerah yaitu bahasa Bugis yang artinya “ lambat ”, sementara bahasa yang
lain merupakan bahasa indonesia. Jadi pada kutipan data diatas terdapat peristiwa
campur kode yaitu percampuran dua bahasa yaitu bahasa daerah Bugis dan bahasa
Indonesia.
Indonesia. Jadi dari data ini telah ditemukan adanya campur kode yaitu bahasa
4.1.2.4 Adverbial
menerangkan kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), atau kata keterangan
4
45. Pn : Kapan mau dikerja itu tugas pale, apa ibu sudah minta
Mt : Baja, kalau ndak ada halangan
Pn : Jangan besok-besok terus ndak mau selesai nanti itu
Mt : Iyo-iyo
Dari penelitian yang dilakukan peneliti terdapat kata “ baja “ dari bahasa Bugis
yang artinya “ besok “ kemudian beberapa kata-kata sisipan yang tidak memiliki
adanya penggunaan campur kode berupa bahasa Bugis kedalam bahasa Indonesia.
“, dan “ ka “ dari bahasa Bugis yang artinya “ jangan “, “ iya “, dan “ saya/ aku “
kemudian beberapa kata-kata sisipan yang tidak memiliki arti. Selanjutnya kata “
tenammo “ adalah kata yang diambil dari bahasa Indonesia sendiri yaitu “ tenang
Indonesia. Jadi data tersebut ditemukan adanya penggunaan campur kode berupa
4.2 Pembahasan
yang digunakan oleh siswa saat melakukan komunikasi secara lisan di SMP
ke dalam jenis campur kode yang digunakan yaitu campur kode ke dalam (inner
code mixing), campur kode ke luar (outer code mixing), dan campur kode
berupa kata yang terdiri dari nomina, verba, adjectiva dan adverbia.
Ada tiga jenis campur yang dikemukakan oleh Jendra (dalam Nugroho:
2011). Ketiga jenis campur kode menurutnya tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
elemen-elemen dari bahasa asli atau bahasa asal dalam peristiwa campur kodenya
yang masih terdapat hubungan dengan bahasa yang dicampur. Misalnya, beberapa
elemen yang masih berhubungan di dalam campur kode bahasa Indonesia, seperti
bahasa jawa, bahasa bali, bahasa Sunda dan lain sebagainya terdapat pada data (1)
menyisipkan elemen dari bahasa Prancis, bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan lain
sebagainya. Maka, penutur tersebut telah melakukan outer code mixing, terdapat
Jenis campur kode yang dimaksud dapat menerima elemen apapun dalam
peristiwa campur kodenya, baik elemen bahasa asal ataupun elemen bahasa asing
dasar, frase, serta klausa yang semuannya merupakan unsur yang terdapat dalam
dengan hal-hal yang ditandainya atau analisis tentang makna atau arti dalam
bahasa. Kata dasar adalah kata yang belum mendapat tambahan yang berupa
imbuhan (afiks) yang termasuk jenis morfem bebas. Menurut Alwi, dkk
(2003:36), bahasa Indonesia memiliki empat kategori sintaksis utama; (1) verba
atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, (4)
maka peneliti lebih terfokus pada wujud campur kode berupa kata yang terdiri
4.2.2.1 Kata
Kata merupakan satuan bahasa terkecil yang mengandung arti dan dapat
hasil penelitian, peneliti menemukan wujud campur kode pada kata yaitu kata
benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan kata keterangan
(adverbia).
Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, tumbuhan,
dan benda. Dalam kalimat kata benda cenderung menduduki fungsi subjek atau
pelengkap. Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan kata
penghubung “yang”. Kata benda juga dapat menduduki fungsi objek dan yang
dinegatifkan dengan kata “bukan”. Terdapat pada data (4), (5) sampai data (14)
Kata kerja (verba) adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan,
umumnya menjadi predikat dalam suatu frase atau kalimat. Kata kerja (verba)
Kata sifat (adjektiva) dapat diartikan sebagai kata yang dipakai untuk
menyatakan sifat atau keadaan orang, benda, dan binatang. Ciri-cirinya dikenali
paling (2) dapat diberi keterangan penguat, sangat, sekali, benar, terlalu, dan (3)
dapat diingkari dengan kata tidak. Tuturan yang mengandung adjektiva terdapat
keterangan pada kata sifat (adjektiva) dan kata kerja (verba), yang bukan kata
Tuturan yang mengandung adverbia terdapat pada data (45) dan (46).
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
diambil kesimpulan, bahwa campur kode terbagi atas beberapa jenis yaitu campur
kode kedalam (inner code mixing), campur kode keluar (outer code mixing) dan
campur kode campuran (hybrid code mixing). Adapun wujud campur kode berupa
kata yang terdiri dari nomina, verba, adjectiva dan adverbial. Sementara campur
kode yang dilakukan oleh siswa SMP negeri 3 Palu terdiri atas beberapa ragam
bahasa baik penggunaan bahasa Inggris, Arab dan Spanyol ( hola ) juga bahasa
5.2 Saran
Hasil penelitian yang dilakukan ini, peneliti sadar bahwa masih banyak
para pembaca untuk memberikan masukkan dan saran agar kedepannya bisa lebih
baik lagi.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, Ni Made. 2013. “Campur Kode dalam Bahasa Indonesia Lisan Siswa
Kelas VII SMP N 8 Denpasar”. Jurnal Kebahasaan dan Sastra Indonesia.
2(tahun 2013) : tanpa halaman.
Adil, Moh. 2018. “ Campur Kode Bahasa Dampelas dalam Percakapan Bahasa
Indonesia dikalangan masyarakat Desa Talaga Kecamatan Dampelas
Kabupaten Donggala “ Jurnal Bahasa dan Sastra. 3(3) : tanpa halaman.
Alamsyah, Fajar. 2015. Campur Kode dalam Transaksi jual beli pakaian di Toko
Banua Jersey Soccer di kota Palu [skripsi]. Palu (ID) : Universitas Tadulako
Palu.
Alwi dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Anderson dan Brice: 1999. “Code Mixing in a Young Bilingual Child” [artikel]
Aprilia, Isna. 2018. Campur Kode dalam Transaksi Jual Beli di pasar Tradisional
Maranatha. Kecamatan Dolo, Kabupaten sigi [skripsi]. Palu (ID): Universitas
Tadulako palu.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta:Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. (2011). Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Nelvia, Susmita. 2015. “ Alih Kode dan Campur Kode dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Kerinci “. Jurnal Kebahasaan dan Sastra
Indonesia. 17(2) : 87-98
54
55
Nugroho, A. 2011. Alih Kode dan Campur Kode pada komunikasi Guru-Siswa di
SMA Negeri 1 Wonosari Klaten [skripsi]. Yokyakarta (ID): Institut Negeri
Yokyakarta.
Rokhman, Fatur. 2013. Sosiolinguistik suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa
dalam Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suandi, Nengah. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudiyana, Nyoman, dkk. 2016. Alih Kode dan Campur Kode Guru dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Negeri 4 Kubutambahan.
Jurnal JPBSI. 4(2): tanpa halaman.
Sugiono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
LAMPIRAN
5
Lampiran
A. Klasifisikasi data
1. Berdasarkan jenisnya
2. Pn : Hola
Mt : Bahasa alien lagi dia
Pn : Kau saja tidak tau itu
Mt : Mana, saya tau
kok
itu
pacarnya
jomblo happy
2. Berdasarkan Bentuknya
a. Kata
4. Pn : Tabe
kak Mt : Iye
Pn : Kakak, saya kangen le
Pn : paipulu, le
4. Pn : Sa tampeleng kau
Mt : Sabar hamma
Pn : Hamma banyak sausnya la
dongo
Mt : Dongo-dongo tonji
6
Mt : mie ku juga
Pn : dongo-dongo sekali ko
Lampiran Gambar
6
6
6
7
7
7
7
BIODATA PENULIS
UMUM
Nama : Rahmawati
a. Ayah : Syarifuddin
b. Ibu : Masati
Agama : Islam
PENDIDIKAN
SD : SD Negeri Siboang
PT : UNIVERSITAS TADULAKO