Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Riana Puspita Sari
109013000035
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Riana Puspita Sari
NIM: 109013000035
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan petunjuk dan kekuatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Respons Pembaca Remaja terhadap Cerpen “Robohnya
Surau Kami” Karya A.A Navis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra”.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Saw, yang telah
memberikan keteladanan tingkah laku kepada kita semua dalam segi kehidupan
khususnya dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Peneliti menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Peneliti berharap skripsi
ini bermanfaat bagi pembacanya dan bagi kemajuan pendidikan serta
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak luput dari berbagai hambatan
dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran dari berbagai pihak, skripsi ini tidak
mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengungkapkan
rasa terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Rosida Erowati, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang sangat
berpengaruh dalam penyelesaian skripsi ini. Beliau telah memberikan arahan
terhadap skripsi, memberikan ilmu, serta memberikan semangat dan motivasi
untuk menyelesaikan skripsi. Terima kasih atas bimbingan, arahan, motivasi,
serta kesabaran ibu selama membimbing.
4. MAN 4 Jakarta yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian
untuk skripsi ini.
iii
5. Ayahanda H. Jebul dan Ibunda Hj. Titing Karwati yang telah merawat,
mendidik, mendoakan dan memotivasi selama ini, serta adikku tercinta Siska
Amelia yang telah memberikan semangat.
6. Reza Singgih yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat tercinta Raras Oktaviany, Dewi Setiawati dan Ummul
Kulsum yang selalu memberikan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan
selama ini.
8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
khususnya kelas A angkatan 2009-2010 yang telah banyak memberikan
pengalaman dan kenangan berharga yang tak terlupakan.
9. Kawan-kawan di Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) dan kawan-kawan Tari
Tradisional POSTAR yang telah banyak memberikan pengalaman berharga
dan juga rasa kekeluargaan.
10. Seluruh pihak yang telah membatu dalam penyusunan skripsi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan rasa
terima kasih yang mendalam atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti juga memohon maaf apabila skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati peneliti menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan
perbaikan-perbaikan dalam dunia pendidikan khususnya pada bidang studi bahasa
dan sastra Indonesia.
Jakarta, 20 Juni 2013
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
G. Metodologi Penelitian .................................................................... 8
1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 8
2. Metode Penelitian ..................................................................... 9
3. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 10
4. Populasi dan Sampel................................................................. 10
5. Sumber Data ............................................................................. 10
6. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 11
7. Teknik Analisis Data ................................................................ 12
8. Prosedur Penelitian ................................................................... 12
v
3. Resepsi Sastra ........................................................................... 24
4. Evaluasi Teks Sastra ................................................................. 26
D. Psikologi Perkembangan Remaja ................................................... 28
E. Penelitian Relevan .......................................................................... 30
F. Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra ....................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN
A. Struktur Cerpen Robohnya Surau Kami ......................................... 43
1. Tokoh dan Penokohan ............................................................. 43
2. Sudut Pandang ......................................................................... 45
3. Alur .......................................................................................... 46
4. Latar......................................................................................... 49
5. Tema ....................................................................................... 50
B. Respon Pembaca Remaja Terhadap Cerpen Robohnya
Surau Kami Karya A.A Navis ........................................................ 52
1. Kuesioner A .............................................................................. 52
2. Kuesioner B .............................................................................. 70
3. Hasil Penelitian ......................................................................... 85
C. Implikasi Penelitian Terhadap Pembelajaran Sastra ...................... 86
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 91
B. Saran ............................................................................................... 93
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra adalah karya yang ditulis sastrawan sebagai karya sastra dan
diterima oleh masyarakat atau pembaca sebagai karya sastra. Hal tersebut
menunjukkan bahwa jika masyarakat atau pembaca tidak menerima karya sastra
tersebut sebagai karya sastra maka karya tersebut dianggap bukan karya sastra.
Maka pembaca sangat berperan dalam menentukan sebuah karya itu merupakan
karya sastra atau bukan.
Abad ke-19 sejarah sastra didominasi oleh pengarang. Setelah abad ke-20
sejarah sastra didominasi oleh karya sastra, kemudian di dominasi oleh pembaca
pada sebagian abad selanjutnya. Pada abad ke-19 karya sastra hanya berfungsi
sebagai sarana untuk memahami pengarang dan kebudayaan yang lebih luas.
Awal abad ke-20 terjadi pergeseran dari sastra yang sebagai sarana kepada sastra
sebagai dunia yang otonom sehingga sastra dapat disusun atas dasar
1
2
mengetahui bagaimana reaksi dan tanggapan yang diberikan terhadap karya sastra
tersebut. Pentingnya peranan pembaca dapat dilihat pula dari kenyataan bahwa
setiap pembaca akan memberikan makna yang berbeda-beda terhadap suatu karya
sastra.
Hal tersebut bisa terjadi karena pengetahuan pembaca remaja yang tidak
terlalu luas mengenai sastra. Pengetahuan yang tidak terlalu luas tersebut yang
menimbulkan beberapa persoalan di kalangan pembaca remaja. Diantaranya,
mudahnya pembaca remaja terpengaruh akan bacaan yang mereka baca tanpa ada
dasarnya pengetahuan sehingga pembaca remaja lebih memperlakukan karya
sastra secara naif.
Selain itu banyaknya para pembaca remaja yang lebih memilih karya
sastra populer dibandingkan karya sastra klasik. Hal ini dikarenakan pembaca
remaja lebih meyukai karya sastra yang bersifat menghibur dibandingka karya
sastra yang bersifat mendidik. Maka dari itu, banyak para pembaca remaja yang
4
tidak mengetahui karya-karya sastra yang bersifat kanon atau karya-karya sastra
yang sudah banyak dibicarakan oleh para ahli sastra.
Maka dalam hal ini pembelajaran sastra menjadi hal yang penting di
sekolah bagi para pembaca remaja. Dengan adanya pembelajaran sastra, pembaca
remaja khususnya siswa-siswi yang mempelajarinya dapat lebih mengenal sastra
secara mendalam sehingga mereka pun dapat memilah bacaan mereka khususnya
karya-karya sastra yang lebih mendidik salah satunya yaitu karya-karya sastra
kanon.
Jika dilihat secara luas pendidikan tentang sastra adalah pendidikan yang
membahasa hal ihwal tentang sastra. Aspek yang dikembangkan lebih pada aspek
kognitif peserta didik. Siswa lebih banyak dituntut untuk menghafal pengertian,
5
definisi atau klasifikasi tentang karya sastra dan sejarah sastra. Mereka tidak
mempelajari apresiasi atau kritik karya sastra secara langsung.
Pendidikan sastra ini bisa didapatkan dari pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia. Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia bidang sastra dalam kurikulum 2004 adalah agar (1) peserta didik
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa; dan (2) peserta didik menghargai dan membanggakan
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dari penjelasan di atas, maka benarlah jika pembelajaran sastra itu penting
bagi pembaca remaja karena dengan adanya pembelajaran sastra, pembaca remaja
dapat mencoba mengapresiasi sastra dan mengkritik sastra berdasarkan
pemahaman yang mereka miliki tentang sastra. Dengan pembelajaran sastra pula
mereka akan dapat memilah karya sastra yang baik dan mendapatkan pengetahuan
dari bahan bacaan mereka termasuk karya-karya sastra kanon.
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti sejauh mana para pembaca
remaja dapat menilai karya sastra kanon. Karya sastra kanon yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebuah cerpen yang mendapatkan hadiah dari majalah
6
Kisah pada tahu 1955 yaitu cerpen Robohnya Surau Kami –yang selanjutnya akan
disebut RSK- karya dari A.A Navis yang merupakan cerpenis pencemooh.
Cerpen RSK digunakan dalam penelitian ini karena cerpen RSK sudah
banyak diteliti dan dikritis oleh para ahli sastra bahkan hingga saat ini. Selain itu
cerpen ini juga banyak mengandung unsur kehidupan yang dapat dijadikan
pelajaran terutama bagi pembaca remaja. Selain itu gaya penceritaan yang
menarik juga merupakan daya tarik dari cerpen ini sehingga cerpen ini sangat
perlu dibaca bagi para pembaca remaja. Oleh karena itu peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Respons Pembaca Remaja Terhadap Cerpen
Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis”.
B. Identifikasi Masalah
1. Belum mengetahui struktur Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A Navis.
2. Pembaca yang kurang mengenali karya sastra kanon yaitu cerpen Robonya
Surau Kami karya A.A Navis.
3. Pembaca tidak mengetahui cara merespons dan menilai suatu karya sastra.
C. Pembatasan Masalah
dan terfokus. Masalah yang akan menjadi objek penelitian dibatasi sebagai
berikut.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan struktur dari cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A Navis.
F. Manfaat Penelitian
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
1
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 190.
9
2. Metode Penelitian
Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara memberikan bahan bacaan cerpen RSK karya A.A Navis kepada
responden, kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuesioner. Dalam
penelitian ini data yang digunakan adalah catatan lapangan.
2
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 3.
3
Ibid.
4
Ibid., hlm. 6.
10
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 dan yang menjadi
lokasi penelitian adalah Madrasah Aliyah Negeri 4 jakarta.
5. Sumber Data
5
Manase Malo, dkk. Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Universitas terbuka, 1997). hlm. 149.
6
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 112.
11
yang digunakan adalah sumber buku dan majalah ilmiah yang tersimpan di
perpustakaan dan juga milik pribadi yaitu cerpen RSK karya A.A Navis, buku
tentang metode penelitian, buku terbitan pemerintah, serta skripsi. Selain
sumber buku, dalam penelitian ini juga menggunakan sumber dari arsip yaitu
artikel-artikel dari majalah dan koran.
a. Studi Pustaka
Dalam studi pustaka ini yang dilakukan adalah mencari bahan penelitian
yaitu cerpen RSK karya A.A Navis serta data-data mengenai A.A Navis.
Kemudian dilanjutkan dengan membaca karya sastra-karya sastra tersebut
sampai diperoleh pemahaman isi.
Setelah studi pustaka, kita menentukan subjek atau orang yang akan kita
teliti. Dalam penelitian ini subjeknya adalah beberapa orang remaja yang
memiliki pengetahuan mengenai cerpen. Setelah mendapatkan subjek
penelitian menentukan fokus penelitian. Dalam penelitian ini fokus
penelitiannya adalah pemahaman mengenai cerpen RSK karya A.A Navis.
c. Pengumpulan Data
catatan tertulis berupa angket mengenai fokus penelitian yang akan disajikan.
Selain menggunakan catatan tertulis, penelitian ini juga menggunakan
sumber tertulis mengenai data dan kutipan cerpen RSK karya A.A Navis serta
data mengenai A.A Navis yang berasal dari buku, artikel majalah dan koran
serta dokumen.
1. Membaca teks sastra. Dalam hal ini adalah cerpen RSK karya A.A Navis
yang dijadikan objek penelitian. Dalam proses membaca cerpen seperti
yang sudah dijelaskan dalam bagian pengumpulan data.
8. Prosedur Penelitian
a. Pembacaan data
b. Reduksi Data
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Jenis Sastra
Pada umumnya pembaca telah mengenal istilah sastra serius dengan sastra
populer. Sastra serius merupakan sastra yang mengahadirkan kebaharuan dan
keaslian sedangkan sastra populer tidak menghadirkan hal tersebut. Selain itu,
sastra serius memiliki mutu yang baik karena dibuat bukan untuk mencari
keuntungan tetapi untuk mengahdirkan sesuatu hal misalnya protes sosial.
Sumardjo pun mengatakan ketika dekade 1970-an novel populer masa itu
meletakan dasar adanya bacaan populer berbobot yang tidak mengejar faktor
pencarian, pembaharuan dan keaslian seperti dikejar oleh kesusastraan. Hanya
masih terbatar pada jenis romance yang serba manis, sedangkan jenis populer
yang lain seperti detektif, misteri, atau sejarah belum berkembang.8
Pada akhirnya sastra populer makin tidak terbendung lagi pada tahun 1980-an
hingga sekarang. Berlimpahannya sastra populer itu akhirnya mengaburkan
batasnya dengan sastra serius yang telah memiliki jalur sendiri.
7
Yudiono K.S., Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, (Grasindo: Jakarta, 2007), hlm. 223.
8
Ibid., hlm. 226.
14
15
B. Cerpen
Cerpen merupakan bagian dari prosa rekaan. Prosa rekaan sendiri bisa
dibedakan atas prosa lama dan prosa modern. Prosa lama sering berwujud cerita
rakyat (folktale). Bentuk prosa rekaan modern bisa dibedakan atas roman, novel,
novelet dan cerpen.9
Seperti pernah disebutkan oleh Edgar Alan Poe, salah satu ciri khas cerita
pendek adalah ia biasanya akan terbaca habis hanya dalam sekali duduk. 12 Cerpen
cenderung membatasi diri pada rentang waktu yang pendek, ketimbang
menunjukkan adanya perkembangan dan kematangan watak pada diri tokoh.
9
Ibid., hlm. 140.
10
Kurniawan dan Sutardi, Penulisan Sastra Kreatif, hlm. 59.
11
Ibid., hlm. 59.
12
Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 33.
16
Cerpen jarang menggunakan plot kompleks karena lebih terfokus pada satu
episode atau situasi tertentu saja daripada rangkaian ceritanya.
Unsur-unsur dari cerpen sama seperti unsur-unsur yang dimiliki dari prosa
rekaan yang lainnya yaitu terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-
unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-
unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.13
Unsur yang dimaksud, misalnya peristiwa, plot, penokohan, tema, latar, sudut
pandang, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu,
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra. Secara lebih khusus dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang
mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi
bagian di dalam karya sastra.14 Bagaimanapun unsur ekstrinsik tetap berpengaruh
terhadap totalitas cerita yang dihasilkan. Maka unsur ekstrinsik harus tetap
dipandang sebagai hal yang penting.
1. Penokohan
13
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarya: Gadjah Mada University Press,
2005), hlm. 23.
14
Ibid.
17
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita.15
15
Ibid., hlm. 165.
16
Ibid., hlm. 178.
18
Seperti halnya dalam cerpen RSK karya A.A Navis terdapat dua tokoh
yang memiliki visi yang berlawanan yaitu tokoh Kakek dan tokoh Ajo Sidi.
Karena perbedaan visi yang disampaikan tokoh inilah yang membuat peneliti
menggunakan penokohan protagonis dan antagonis. Selain itu, dalam penamaan
17
Ibid., hlm. 188.
19
tokoh pun dapat digabungkan dengan penamaan penokohan yang lainnya. Dalam
penelitian ini akan digabungkan antara penamaan penokohan protagonis-
antagonis dengan penokohan utama-tamabahan.
2. Sudut Pandang
Sudut pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke
dalam dua macam yaitu persona pertama (first person) atau gaya ―aku‖ dan
persona ketiga (third person) atau gaya ―dia‖. Dalam penganalisisan cerpen RSK
karya A.A Navis akan membahas mengenai sudut pandang persona pertama atau
gaya ―aku‖ karena di awal cerita pun telah terlihat bahwa A.A Navis
menggunakan kata ―aku‖ dalam menceritakan cerpen RSK tersebut.
3. Alur
18
Yudiono K.S., Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, (Grasindo: Jakarta, 2007), hlm. 151.
19
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarya: Gadjah Mada University Press,
2005), hlm. 248.
20
Op.cit., hlm. 159.
20
Menurut Abrams, latar atau setting yang disebut juga landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peritiwa yang diceritakan.21 Latar memberikan pijakan cerita
secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada
pembaca, menciptakan suasan tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada
dan terjadi.
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu (1) latar
tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi; (2) latar waktu berhubungan dengan masalah ―kapan‖
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi; dan (3)
latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku
21
Op.cit, hlm. 216.
21
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Dalam penganalisisan cerpen RSK karya A.A Navis akan mengungkapkan ketiga
unsur latar yang terdapat pada cerpen tersebut.
5. Tema
Menurut Stanton dan Kenny, tema adalah makna yang dikandung oleh
sebuah cerita.22 Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi haruslah disimpulkan
dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita.
Tema walaupun sulit ditentukan secara pasti bukanlah makna yang
―disembunyikan‖, walau belum tentu dilukiskan secara eksplisit. Tema
merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan
―tersembunyi‖ di balik cerita yang mendukung.
C. Pendekatan Teori
1. Pendekatan Pragmatik
22
Ibid., hlm. 67.
22
memahami, dan menghayati karya sastra. Dalam kaitannya dengan salah satu
teori modern yang cukup pesat perkembangannya yaitu teori resepsi.23
23
Siswanto, Pengatar Teori Sastra, hlm.190 & Nyoman Kutha Ratna. Teori, metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007), hlm. 71.
24
Tito Suwondo,dkk.,Karya Sastra di Luar Penerbitan Balai Pustaka, (Jakarta: 1997), hlm. 24.
23
2. Respon
Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang tehadap sesuatu maka akan
diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut Louis
Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan,
24
dan prasangaka, pra pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan
keyakinan tentang suatu hal yang khusus.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat
melalui:
3. Estetika Resepsi
25
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial,(Jakarta: Raja Grasindo Persada, 1998),
hlm. 47
25
a. Norma generik yang terkenal yang dipaparkan oleh teks yang dibaca oleh
pembaca;
b. Pengalaman dan pengetahuan pembaca terhadap keseluruhan teks yang
telah dibaca sebelumnya;
c. Kontras antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk
menerima teks baru di dalam cakrawala harapan yang sempit dan
cakrawala harapan yang luas.28
Seseorang dengan orang yang lain itu akan berbeda dalam merespons
sebuah karya sastra. Begitu juga, tiap periode itu berbeda dengan periode lain
dalam merespons sebuah karya sastra. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
cakrawala harapannya (verwachtingshorizon atau horizon of expectation).
Cakrawala harapan ini ialah harapan-harapan seseorang pembaca terhadap
karya sastra. Tiap pembaca itu mempunyai wujud sebuah karya sastra
sebelum ia membaca sebuah karya sastra. Dalam arti, seorang pembaca itu
mempunyai konsep atau pengertian tersendiri terhadap suatu karya sastra.
Pengertian karya sastra pun akan berbeda antara satu orang dengan
orang lain karena setiap pembaca akan mengharapkan bahwa karya sastra
yang dibaca tersebut sesuai dengan pengertian karya sastra yang dimiliki
pembaca tersebut. Cakrawala harapan tersebut ditentukan oleh pendidikan,
26
Rachmat Djoko Pradopo. Estetika Resepsi dan Teori Penerapannya dalam buku Bahasa Sastra
Budaya (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1991), hlm. 182.
27
Rien T segers, Evaluasi Teks Sastra (Yogyakarta: Adicita, 2000), hlm. 35 dan Rachmat Djoko
Pradopo, Estetika Resepsi dan Teori, hlm. 37.
28
Rien T segers, Evaluasi Teks Sastra (Yogyakarta: Adicita, 2000), hlm. 36
26
a. Ada sebuah harapan yang didasarkan atas kriterian periode tertentu pada
saat teks ditulis atau dipublikasikan yang disebut harapan periode.
b. Ada harapan yang didasarkan pada teks khusus yang disebut harapan teks.
c. Ada harapan yang didasarkan pada kreativitas pengarang disebut harapan
pengarang.29
29
Ibid., hlm. 44
27
sastra yang didasarkan pada nilai-nilai namun jika tujuannya hanya deskriptif,
teks tersebut hanya dilihat faktanya saja.
30
Ibid., intisari dari bacaan beberapa halaman pada buku tersebut.
28
31
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 13.
32
Ibid., hlm. 14.
29
Dalam faktor eksogen atau eksternal telah dijelaskan salah satunya yaitu
faktor sosial berupa lembaga pendidikan. Dalam penelitian mengenai respons
pembaca remaja ini kita juga melibatkan faktor pendidikan maka kita harus
mengetahui tentang perkembangan kognitif atau intelegensi dari remaja.
Dalam hal penelitian respons pembaca remaja ini, jika dilihat dari
pengertian intelegensi hal yang berkaitan adalah unsur pertama yaitu kemampuan
berpikir cermat. Kemampuan berpikir cermat berkaitan karena pembaca remaja
harus berpikir dengan cermat ketika mereka membaca suatu bacaan. Dalam
penelitian ini yang menjadi bahan bacaan remaja ini adalah cerpen RSK karya A.A
Navis.
33
Ibid., hlm. 45.
30
E. Penelitian Relevan
Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A Navis pernah diteliti oleh
beberapa orang di antaranya pernah diteliti oleh Machsunah Khisabiyah
mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul skripsi ―QISSATA
THARID AL FIRDAUS LI TAUFIQ AL HAKIM WA ROBOHNYA SURAU
KAMI LI 'ALY AKBAR NAVIS (DIRASAH TAHLILIYAH MUQARINAH)‖
pada tahun 2009.34 Dalam penelitian ini, peneliti melihat adanya pengaruh dan
keterkaitan unsur-unsur yang terkandung (intrinsik) dalam cerpen Tarid al-
Firdausi dan Robohnya Surau Kami. Terutama dalam segi tema, tokoh dan pesan
moral yang disampaikan oleh pengarang terhadap pembacanya. Penelitian ini
menggunakan analisis komparasi sastra (Adab Maqarran), dimana komparasi
sastra merupakan salah satu ragam dari pengetahuan-pengetahuan sastra yang
membandingkan antara dua karya sastra atau lebih, dimana masing-masing dari
karya sastra itu tumbuh berkembang bersama dalam entitas masyarakat tertentu,
yang mana antara salah satu dari kedua karya sastra itu mempunyai
keterpengaruhan dan juga keterkaitan. Hasil dari penelitian ini, Dari segi tema,
peneliti menemukan adanya keterpengaruhan yang sangat erat. Diantaranya dari
tema utama (mayor) kedua cerpen tersebut yaitu persoalan religi antara seorang
hamba kepada Tuhannya, begitu pula tema-tema minor yang ada dalam keduanya.
Diantaranya: menolak untuk bersenang-senang dan bekerja, gaya hidup dan
kegelisahan yang serupa yang dialami kedua tokoh utama dalam kedua cerpen
tersebut. Sedangkan dalam segi tokoh, pemeran utama dari masing-masing cerpen
tampak sangat terkait antara satu dengan yang lainnya. Terbukti dalam kezuhudan
dan karakteristik yang dimiliki oleh tiap pribadi dari kedua cerpen tersebut.
Bahkan dalam pesan moral yang disampaikan dari kedua cerpen itu, sama-sama
menyampaikan bagaiman hakekat kehidupan di dunia yang fana ini.
34
Machsunah Khisabiyah ,―Qissata Tharid Al Firdaus li Taufiq Al Hakim wa Robohnya Surau
Kami li 'Aly Akbar Navis (Dirasah Tahliliyah Muqariyah)‖ (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2009)
31
Dalam penelitian ini yang menjadi pengaruh pembaca remaja adalah salah
satu mata pelajaran yang ada di setiap lembaga pendidikan yaitu bahasa dan sastra
Indonesia. Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan pelajaran yang wajib
diikuti para remaja yang bersekolah pada lembaga pendidikan formal. Di dalam
pelajaran ini terdapat mengenai pembelajaran sastra Indonesia dan salah satunya
yaitu pembelajaran mengenai cerpen.
35
Siti Aminah, ―Resepsi PembacaTerhadap Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis
(Studi Kasus Pada Anggota UKM-K Jamaah A.R Fachruddin), (Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang, 2008)
32
36
John W. Santrock, Remaja. (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 101.
34
BAB III
BIOGRAFI DAN SINOPSIS
Kesenangan A.A. Navis terhadap sastra dimulai dari rumah. Pada saat itu,
orang tuanya berlangganan majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat. Kedua
majalah itu sama-sama memuat cerita pendek dan cerita bersambung di setiap
edisinya. A.A Navis selalu membaca cerita-cerita itu dan lama kelamaan ia pun
mulai menggemarinya. Ayahnya mengetahui dan mau mengerti akan kegemaran
A.A Navis itu. Ayahnya pun lalu memberikan uang agar Navis bisa membeli
buku-buku bacaan kegemarannya. Itulah modal awal A.A Navis untuk menekuni
dunia karang-mengarang di kemudian hari.
Selama sekolah di INS, selain mendapat pelajaran utama, A.A Navis juga
mendapat pelajaran kesenian dan berbagai keterampilan. Pendidikan A.A Navis
secara formal hanya sampai di INS, selanjtunya ia belajar secara otodidak. Akan
37
A.A Navis, Robohnya Surau Kami (Jakarta: Gramedia, 2010), hlm. 139.
38
Sman 1 praya timur, ―Biografi A.A Navis,‖ artikel diakses pada 26 September 2011.
http://sman1prayatimur.blogspot.com/2011/09/biografi-aa-navis.html
34
35
tetapi, kegemarannya membaca buku (bukan hanya buku sastra, juga berbagai
ilmu pengetahuan lain) memungkinkan intelektualnya berkembang. Bahkan,
terlihat agak menonjol dari teman-teman seusianya.
Dasar-dasar kesenian A.A Navis boleh jadi diperoleh dari perguruan INS
Kayutanam yang ditamatkan pada tahun 1943. Selebihnya ialah pergulatan pribadi
yang tak henti-hentinya untuk menguasai dan menekuninya. Maka menjadilah
A.A Navis seorang seniman komplet: pelukis, pematung, pemusik, penulis dan
sastrawan andal. Kepada semuanya ini patut ditambahkan perannya sebagai wakil
rakyat ketika ia duduk sebagai anggota DPRD Tk. I Sumatera Barat di bawah
panji-panji Golongan Karya.39
39
Soewardi Idris ―A.A Navis dan Cerpen Dunia Akhirat‖, Otobiografi A.A. Navis. Ed. Abrar
Yusra (Pustaka Utama, 2008), hlm. 385.
36
pada tahun 1955, yaitu ketika ia mengumumkan cerpennya yang pertama yang
sekaligus menjadi terkenal berjudul Robohnya Surau Kami.40
A.A Navis sendiri sebagai suatu produk masyarakat demikian juga tidak
dapat pula melepaskan diri dari hal tersebut. Ia menghargai seseorang tetapi tidak
pernah membesarkannya dengan sanjungan berlebihan. Jika ia menghargai jasa
seseorang, penghargaan itu disusulnya dengan ―tindakan‖ atau ―perbuatan‖-nya
sendiri untuk menumpang atau meneruskan apa yang dikerjakan oleh orang yang
dihargainya tadi. A.A Navis tidak memberikan pujian kosong terhadap seseorang
begitu saja. Hal seperti itu sering menimbulkan pertanyaan orang lain
terhadapnya: ―Kapan A.A Navis pernah menghargai jasa orang lain?‖
40
Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, (Bina Cipta: bandung 1976), hlm. 142.
41
Ibid., keempat paragraf di atas merupakan intisari yang buat penulis dari wacana yang tertera
pada catatan kaki.
37
berapa besarnya perhatiannya pada sesuatu, dapat diukur dengan seberapa besar
cemooh yang dilontarkannya.
Pengertian cemooh saat ini sudah jauh berubah. Bila dulu cemooh berarti
―pertanda kuatnya perhatian‖ dan ―pertanda kritisnya masyarakat‖, telah berubah
menjadi ―serangan‖ dan ―tidak menyukai‖. Bila ada orang mencemoohkan
sesuatu, maka orang itu dianggap menyerang dan tidak menyukai sesuatu.
Karenanya, cemooh A.A Navis sering disalahartikan. Ia tidak lagi dianggap
pencemooh, tetapi dianggap ―tukang kritik‖, orang yang suka mencampuri urusan
orang lain.
42
Wisran Hadi, ―Apabila A.A Navis Tidak Mencemooh Lagi, Maka....‖,Otobiografi A.A. Navis.
Ed. Abrar Yusra (Pustaka Utama, 2008), hlm.428—430. Lima paragraf diatas merupakan intisari
yang buat penulis dari halaman yang tetera pada catatan kaki.
38
Naked Island sedangkan novel Saraswati, Si Gading Dalam Sunyi bersumber dari
film Johny Belinda.
43
Ray Rizal, ―A.A Navis, Melahirkan Cerpen-cerpen Sarkatis‖, Suara Pembaruan (Senin, 12
Oktober 1992), hlm 12.
39
Seni dari Menteri P&K (1988), Hadiah Sastra Menteri P&K (1992), Setyalencana
Kebudayaan (2000), dan penghargaan lainnya.44
Salah satu kekuatan dari karya-karya fiksi A.A Navis setting sosial karya-
karya itu sendiri yaitu kehidupan manusia di tanah Minang. Walaupun masalah-
masalah yang ditampilkan adalah sosok umum dari kemanusian sebagaimana
sering dilihat dalam pengalaman semua suku bangsa di negeri ini, bahkan umat
manusia di mana pun mereka berada, nafas kedaerahan dalam karya-karya A.A
Navis terasa sangat menonjol.
Unsur kuatnya setting sosial ini memberikan warna aktualitas yang hidup
kepada karya-karya A.A Navis, yang membedakan dari penulis-penulis
kontemporer lain yang berasal dari tanah Minang seperti Mochtar Lubis.
Pergumulan tokoh-tokoh cerita dalam karya-karya Mochtar Lubis hampir-hampir
tidak pernah menampilkan ‗sosok kedaerahan minangan‘, melainkan yang tampil
adalah pergumulan anak manusia Indonesia.
Bertolak dari warna kedaerahan dan setting sosial yang khas Minang itu,
A.A Navis memunculkan sejumlah masalah yang dihadapi masyarakat
Minagkabau di saat karya-karya itu ditulis. Masalah tanggung jawab sosial kepada
anak keturunan yang menjadi melarat di kemudian hari dalam Robohnya Surau
Kami, tanggung jawab sosial kepada masyarakat di masa kini dalam novel novel
Kemarau. Bahkan sampai kepada impian dalam ketinggian status sosial bagi
warga masyarakat Minang dalam cerepn Anak Kebanggaan.45
44
Dissi Kaydee, ―Sastrawan yang Gemar Mencemooh‖, Harian Media Indonesia (Minggu, 6 Juni
2004), hlm. 24. Tiga paragraf di atas dikutip dari artikel tersebut.
45
Abdurrahman Wahid, ―Karya-karya A.A Navis: Pencarian Ethos Sosial Baru‖, Otobiografi A.A
Navis. Ed. Abrar Yusra (Pustaka Utama, 2008), hlm. 259—260.Lima paragraf diatas merupakan
intisari yang buat penulis dari halaman yang tetera pada catatan kaki. Wacana ini disampaikan
pada Forum Diskusi Sastra tentang karya-karya A.A Navis di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 6
Oktober 1992.
40
Ranti, Rinto Amanda, dan Rika Anggraini serta memiliki 13 cucu.46 Ia memilih
tinggal di Padang, dikenal sebagai sebagai pribadi yang mencemooh. Melalui
kritikannya, ia ingin memicu sastrawan muda untuk menjadi penulis tangguh,
dengan terus menulis dan menerbitkan karya-karya bermutu.
Sebagai pribadi maupun makhluk sosial memang tidak bisa lepas dari
kekeliruan dan kesalahan-kesalahan duniawi, karena interaksi intensif yang
dilakukan lewat karya-karyanya menimbulkan plus-minus. Kalau kita kembali
kepada hakikat manusia, maka sebagai makhluk sosial ia telah menjalankan misi
kekhalifan secara wajar dan sesuai kemampuan dan kesadaran akan kehadiran kita
di dunia yang harus tetap dirawat sebagai amal bakti serta tanggung jawab kita
terhadap masa depan bangsa ini, terhadap Tuhan dan terhadap diri sendiri.
Akhirnya proses jua yang menentukan langkah seseorang untuk konsistensi pada
panggilan dan kiprah yang digeluti. Semua telah ditulis, semua telah
dibentangkan, semua telah digelar, apa yang baik/benar hanya kepunyaan Al-
Khaliq dan apa yang buruk hanya terdapat pada manusia.
46
Yurnaldi, ―A.A Navis 75 Tahun Masih ‗Berjalan di Sepanjang Jalan‘‖, Kompas (Jumat, 7
Januari 2000), hlm. 12.
47
Dissi Kaydee, ―Sastrawan yang Gemar Mencemooh‖, hlm. 24.
41
Biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongeng yang tak dapat
disangkal kebenarannya. Kemudian Kakek bercerita bahwa ia merasa resah
akibat bualan Ajo Sidi. Ajo Sidi adalah orang yang bisa mengikat orang-orang
dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Sebagai pembual,
suksesterbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya
menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pemeo akhirnya.
Kakek merasa durja dan sedih karena cerita Ajo Sidi. Kakek pun bercerita
bahwa sedari muda ia hidup di Surau. Tak ia ingat akan punya istri, punya anak,
punya keluarga seperti orang-orang lain. Segala kehidupannya, lahir batin, ia
serahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Ia bangun pagi-pagi. Ia bersuci. Ia
pukul bedug membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya.
Apakah salah pekerjaanya itu? Kini ia dikatakan manusia terkutuk.
―Pada suatu waktu, ‗kata Ajo Sidi memulai‘, di akhirat Tuhan Allah
memulai memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Sampailah giliran Haji
Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Ia menceritakan segala
ibadahnya yang telah dilakukan selama di dunia. Haji Saleh mengatakan bahwa
pekerjaanya adalah selalu menyembah Tuhan. Setiap hari, setiap malam, bahkan
setiap masa ia menyebut-nyebut nama Tuhan. Namun Tuhan selalu berkata apa
lagi yang dikerjakannya selain itu semua. Haji saleh tak dapat menjawab lagi
karena ia sudah menceritakan semuanya.
Begitulah kira-kira cerita Ajo Sidi yang membuat Kakek gusar. Keesokkan
harinya setelah mendengar cerita Kakek, ia kedapatan telah mati di suraunya
dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau
cukur.
43
BAB IV
PEMBAHASAN
Kakek merupakan tokoh utama pada cerpen RSK karya A.A Navis
yang dibicarakan melalui tokoh Aku.Tokoh Kakek merupakan tokoh
Protagonis. Menurut Altenbernd dan Lewis, membaca sebuah karya sastra,
pembaca sering mengidentifikasi diri dengan tokoh(-tokoh) tertentu,
memberikan simpati dan empati, melibatkan diri secara emosional terhadap
tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian oleh pembaca disebut sebagai
tokoh protagonis.
48
A.A.Navis, Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia. 2010. hlm. 2.
49
Ibid.,hlm. 5.
43
44
50
Ibid., hlm. 4.
51
Ibid., hlm. 13.
52
Ibid.
53
Ibid., hlm. 4.
45
2. Sudut Pandang
Sudut pandang dari cerpen RSK karya A.A Navis adalah ―Aku tokoh
tambahan‖. Tokoh aku hadir untuk untuk membawakan cerita kepada
pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk
mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Setelah cerita tokoh utama
habis, tokoh aku tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah.
54
Ibid., hlm. 5.
55
Ibid., hlm. 12.
56
Ibid., hlm. 13.
57
Ibid., hlm. 1.
46
3. Alur
58
Ibid.
59
Ibid., hlm. 2.
60
Ibid., hlm. 4.
61
Ibid., hlm. 12.
62
Ibid., hlm. 13.
47
63
Ibid., hlm. 2.
64
Ibid.
65
Ibid.
66
Ibid., hlm. 2—3.
67
Ibid., hlm. 3.
48
―Ajo Sidi.‖
―Kurang ajar dia,‖ Kakek menjawab.
―Kenapa?‖
―Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah
tajam-tajam ini, menggoroh tenggorokannya.‖
―Kakek marah?‖
―Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah
tua. Orang tua menahan ragam. Sudah begitu lama
aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku
rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya.68
‗Alhamdulillah’ kataku bila aku menerima karunia-
Nya. ‗Astagfirullah‘ kataku bila aku terkejut. ‗Masya
Allah’, kataku bila aku kagum. Apa salahnya
pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia
terkutuk.69
Pada tahap klimaks, tokoh Kakek tidak kuat lagi akan konflik yang
terjadi dalam dirinya. Pemuncakkan konflik tersebut tokoh Kakek menangis
dan menceritakan bualan dari Ajo Sidi.
68
Ibid., hlm. 4.
69
Ibid., hlm. 5.
70
Ibid.
71
Ibid.
72
Ibid., hlm. 13.
49
4. Latar
73
Ibid., hlm. 1.
74
Palito Alam, “dendeng Ciek Uda...Keapa Ikan Ciek Ajo” artikel di akses pada 19 Juli. http://
m.kompasiana.com/post/susbud
75
A.A.Navis, Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia. 2010. hlm. 3.
76
Ibid., hlm. 2—3.
77
Ibid., hlm. 13.
50
terhadap suatu hal. Hal ini juga terlihat karena masyarakat Pariaman memang
sangat terkenal karena kemampuannya dalam menyindir dan mencemooh.78
5. Tema
Tema pada cerpen RSK karya A.A Navis adalah Kelemahan Iman.
Tema pada cerpen ini merupakan tema nontradisional karena akhir cerita
pada cerpen ini tidak sesuai dengan harapan pembaca.
78
Idris, Soewardi, ―A.A Navis dan Cerpen Dunia Akhirat.‖ Dalam Abrar Yusra, ed. Otobiografi
A.A. Navis. Yogyakarta: Pustaka Utama. 2008. hlm. 388.
79
Op.cit., hlm. 3.
80
Ibid.
81
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarya: Gadjah Mada University Press,
2005), hlm. 67
51
Action dari pergerakan alur di awal cerita sangat padat namun dari
bagian konflik hingga penyelesaian menjadi sedikit lambat. Hal ini terkait
mengenai penjelasan sebab dari pemunculan konflik pada awal cerita yang
dijelaskan pada bagian klimaks menuju penyelesaian. Tidak hanya itu, di
akhir cerita pun pembaca masih dikejutkan karena tokoh utama yang tidak
sesuai dengan harapan pembaca. Tokoh utama mati dengan cara yang tidak
diinginkan oleh pembaca yaitu bunuh diri. Hal-hal tersebut menunjukkan
bahwa cerpen ini menyajikan hal yang baru bagi perkembangan sastra pada
82
Op.cit., hlm. 5.
83
Ibid., hlm. 13.
52
masa itu mungkin hingga saat ini. maka, wajarlah jika cerpen ini menjadi
salah satu cerpen yang fenomenal dan masih dikritisi hingga saat ini.
1. Kuesioner A
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Pertanyaan: Kriteria manakah yang menurut Anda harus terdapat dalam cerpen
yang ―baik‖?
a. Responden 1
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Menyentuh hati
2 Memiliki makna yang mendalam
3 Bisa memotivasi pembaca dengan baik
4 Dapat mempermainkan emosi pembaca dengan baik
5 Realistis dengan kehidupan nyata
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Diksi bagus
2 Kosakata beragam
3 Tidak kaku dalam bahasanya
4 Alur menarik dan membuat penasaran
5 Judul menarik
b. Responden 2
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Cerpen yang bisa membuat pembacanya terhanyut
2 Cerpen yang bisa membuat tegang
3 Cerpen yang bisa membuat penasaran
4 Cerpen yang bisa membuat terharu
5 Cerpen yang emosional
55
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Menggunakan gaya bahasa yang baku
2 Memuat alur maju ataupun mundur
3 Penyelesaian cerpen tidak menggantung
4 Memiliki bermacam-macam latar
5 Memiliki tokoh pendamping
c. Responden 3
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang menarik pembaca kedalam suasana cerita
2 Yang bisa membuat menangis pembaca (jika ceritanya sedih)
3 Yang dapat memotivasi pembaca
4 Bisa menimbulkan rasa penasaran atau keingintahuan
5 Dapat membuat pembaca tertawa saat ada peristiwa lucu
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Alurnya jelas
2 Memiliki bahasa yang lugas dan mudah dipahami
3 Covernya menarik
4 Isinya tentang kehidupan nyata/sesuatu yang tidak biasa
5 Pemilihan karakternya harus cocok
56
d. Responden 4
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang bisa membuat pembaca menghayati ceritanya
2 Mempunyai amanat yang bagus
3 Mempunyai pencitraan yang kuat
4
5
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Susunan stuktur ceritanya pas
2 Pemilihan diksinya pas
3 Penyusunan kalimatnya pas
4
5
e. Reponden 5
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang membuat perasaan sedih
2 Yang dapat membuat tokoh-tokohnya hidup atau kita bisa berimajinasi dari
cerpen tersebut
3 Yang bisa membuat kita terhanyut dalam cerpen tersebut
4 Yang tokohnya seperti real di kehidupa nyata
5
57
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Yang temanya menarik
2 Bahasanya indah tetapi mudah dimengerti
3 Bahasanya puitis tapi jangan terlalu berat
4
5
f. Responden 6
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Punya pesan yang memotivasi
2 Membuat pembaca sedih dan hanyut dalam suasana
3 Membuat pembaca penasaran dengan endingnya
4 Bahasanya dapat membuat pembaca terbayang-bayang
5 Punya happy ending
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Bahasanya mudah dimengerti
2 Tersusun dengan urut sesuai kejadian sebenarnya
3 Tokohnya jelas
4 Suasananya bagus
5 Tema disesuaikan dengan umur pembaca
58
g. Responden 7
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Menumbuhkan semangat hidup
2 Menumbuhkan jiwa sosial
3 Menghilangkan amarah
4 Memberikan kesan romantis
5 Berakhir dengan senang
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Akhir cerita tidak menggantung
2 Tokoh yang kuat/ tegar
3 Menggunakan bahasa gaul
4 Tidak mengandung kata-kata kotor
5 Menggunakan gambar
h. Responden 8
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Dapat mengubah-ubah perasaan
2 Dapat merasakan real cerita yang ditulis oleh penulis
3 Ending cerita tidak selalu bahagia
4 Tidak dalam kehidupan sehari-hari/ ceritanya jarang terjadi sehingga dapat
membuat penasaran
5 Tidak selalu membuat kesal dengan peran protagonis
59
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Tersirat
2 Ceritanya tidak terduga
3 Bahasa yang mudah dikenali
4 Tidak monoton jalan ceritanya
5 Banyak deskripsi/ keterangan perasaan, latar,dsb tergambar jelas
i. Responden 9
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang selalu mengigatkan kita tentang Allah SWT dan kematian
2 Yang bisa memotivasi hidup
3 Yang membuat sedih
4 Yang mendidik
5
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Tidak bertele-tele
2 Temanya menarik
3 Judulnya menarik
4 Isinya membuat penasaran
5 Ada gambarnya
60
j. Responsen 10
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Dapat memotivasi
2 Mampu membawa pembaca merasakan apa yang penulis rasakan dalam
tulisannya
3 Tidak selalu happy ending, namun masalahnya yang ada dapat dijabarkan
dengan jelas
4 Menyajikan banyak suasana hati
5
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Judulnya menarik (tidak langsung menggambarkan apa isi dari cerpen)
2 Masalah yang ditampilkan bukan masalah biasa
3 Menggunakan diksi dan ungkapan yang indah
4 Menyajikan kosakata baru, misalnya bahasa daerah atau bahasa asing
disertai dengan arti
5 Diselipkan gambar/animasi yang menarik di cover ataupun sela-sela tulisan
k. Responden 11
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang membuat penasaran
2 Yang membuat motivasi
3 Alur ceritanya menarik
4 Yang endingnya bahagia
5 Yang sulit ditebak ceritanya
61
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Gaya bahasanya enak
2 Temanya menarik
3 Alurnya menarik
4 Tokohnya sedikit
5 Latarnya tergambar dengan jelas
l. Responden 12
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Cerpen yang bisa membuat pembaca ikut merasakan ceritanya
2 Yang dapat membuat pembaca penasaran
3 Yang dapat membuat pembaca tegang
4 Yang dapat membuat pembaca memahami isinya
5 Yang dapat membuat pembaca berimajinasi
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Yang alurnya maju
2 Isi cerita mengandung nilai moral yang baik
3 Bahasanya mudah dipahami
4 Penyelesaiannya tidak menggantung
5 Mempunyai isi cerita yang menarik
62
m. Responden 13
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang membuat pembacanya penasaran
2 Yang membuatpembacanya tersentuh dari kata demi katanya
3 Yang membuat pembacanya suka pada pelaku cerpennya
4 Yang membuat pembacanya tidak bosan
5 Yangh membuat perasaan pembaca senang atau tegang
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Yang mengandung amanat. Tidak perlu amanat yang terlalu tinggi
tingkatannya, yang sederhana saja tetapi dilakukan di kehidupan sehari-hari
2 Yang temanya mencakup real kehidupan orang-orang umum
3 Yang masuk akal
4 Pelakunya tidak berlebihan
5 Paragraf demi paragraf cerita menyambung
n. Responden 14
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Menarik orang membaca hanya dengan summary-nya atau kalimat
pertamanya
2 Tidak mudah ditebak alurnya
3 Baik alur atau tokohnya membuat pembaca tersentuh
4 Pembaca dapat tertarik ke dalam dunia cerpen tersebut
5 Membuat pembaca berpikir apabila cerpen tersebut benar terjadi dalam
dirinya terjadi
63
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Diksi yang baik
2 Satu paragraf rimanya sama
3 Ide yang standar namun dikemas atau dikembangkan dengan baik
4 Ide yang berbeda (misalnya sejarah) namun ditulis dengan alur yang cerdas
yang tidak membosankan
5 Akhir yang tidak diduga dan tidak kalah dengan isi ceritanya sendiri
o. Responden 15
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Cerpen yang menyentuh hati
2 Cerpen yang membawa pembaca menjadi ikut terbawa dalam cerpen
tersebut
3 Cerpen yang benar-benar mendeskripsikan tokoh dengan rinci agar dapat
terbayang oleh si pembaca
4
5
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Alurnya maju atau mundur jangan campuran
2 Cerpen itu ada intisari atau pelajaran yang dapat diambil/dipelajari
3
4
5
64
p. Responden 16
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang penuh moral
2 Yang membuat penasaran
3 Yang membuat senang
4 Yang ceritanya membuat sedih
5
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Yang sulit ditebakk endingnya
2 Temanya bagus
3 Yang sususnan ceritanya hampir mirip kehidupan sendiri
4
5
q. Responden 17
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Cerpen yang membuat sedih
2 Cerpen yang romantis
3 Cerpen yang memacu adrenalin
4 Cerpen yang menyentuh kalbu
5 Cerpen yang bertema kasih sayang
65
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Diksinya bagus
2 Isinya membuat kita berpikir
3 Penataannya bagus
4 Isinya tidak membingungkan
5 Penempatan kalimat bagus
r. Responden 18
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang dapat membuat orang ketagihan dalam membacanya
2 Yang dapat membuat orang merealisasikannya dalam kehidupan (nasihat
yang baik)
3 Yang dapat membuat orang sedih/ikut merasakan apa yang diceritakan di
cerpen
4 Mengambil kisah tentang masalah sehari-hari dan membuat solusi yang
mudah
5 Yang dapat dibaca oleh semua umur dan semua golongan manusia di dunia
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti jika menggunakan kata tidak
baku
2 Membuat alur yang jelas (kronologi jelas)
3 Menggunakan imbuhan yang tepat
4 Menggunakan kata yang tidak menghamburkan kata
5 Pelakunya jelas
66
s. Responden 19
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Yang dapat membakar perasaan pembaca sesuai dengan suasana dalam
bacaan
2 Yang dapat membuat pembaca ‗galau‘ mau berpihak pada protagonis atau
antagonis
3 Menyimpan amanat yang mendalam namun tersirat
4
5
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Perangkaian kalimat yang cerdas
2 Pemilihan kata yang tepat
3 Penggambaran suasana yang realistis sehingga pembaca dapat segera
menvisualisasikan dalam otak
4 Perangkaian urutan kemunculan masalah yang membuat eakan masalah
tidsak pernah habis
5 Akhir cerita yang tidak diduga
t. Responden 20
Kriteria emosional
No Jawaban
1 Cerpennya dapat membawa perasaan ikut serta dalam cerpen
2 Membuat penasaran dengan cerita selanjutnya
3 Membuat tertarik saat membaca pertama kali
4
5
67
Kriteria Intelektual
No Jawaban
1 Temanya unik
2 Penggambaran tokohnya jelas
3 Penggambaran ceritanya jelas
4
5
Dari tabel 1.2 dapat diambil simpulan yang digambarkan pada tabel 1.3
dibawah ini.
Tabel 1.3
Kriteria Intelektual
Kriteria Jumlah Pemunculan Keterangan
Kriteria
Bahasa 26 Pemilihan diksi
Kosakata beragam
Gaya bahasa
84
Segers., Evaluasi Teks Sastra, hlm. 108 dalam penulisan pernyataan tersebut lebih
menggunakan bahasa penulis.
68
Mudah dipahami
Bahasa lugas
Penyusunan kalimat yang baik
Bahasa puitis
Bahasa gaul
Tidak kaku
Pemunculan kosakata baru
Penggunaan kata tidak baku
Penggunaan imbuhan yang tepat
Pemborosan kata
Alur 19 Alur menarik
Penggunaan alur maju atau mundur
Penggambaran alur jelas
Tersusun jelas kejadian ceritanya
Jalan cerita tidak monoton
Rangkaian pemunculan konflik
Ending cerita tidak menggantung
Ending dan jalan cerita tidak terduga
Penokohan 8 Penggambaran tokoh dengan jelas
Karakter tokoh tidak berlebihan dan
cocok
Jumlah tokoh sedikit
Karakter tokoh kuat
Terdapat tokoh pendamping/tambahan
Tema 13 Tema unik dan bagus
Terdapat pelajaran yang dapat diambil
Diangkat dari kehidupan nyata
Tema moral
Sesuai umur pembaca
Lain-lain 20 Judul menarik
Latar dalam cerita jelas
Cover menarik
Suasana dalam cerita
Terdapat gambar
Pesan cerita tersirat
Pendeskripsian cerita baik
Mengandung amanat
Terdapat rima/ berirama
Membuat pembaca berpikir
Pembaca dapat berimajinasi
Total 86
69
Kriteria Emosional
Kriteria Jumlah pemunculan Keterangan
kriteria
Keterlibatan 39 Membawa perasaan pembaca dalam
emosional cerita
Membuat pembaca ‗galau‘
Membuat pembaca sedih
Membuat pembaca merasa romatis
Memacu adrenalin pembaca
Menyentuh hati pembaca
Membuat perasaan pembaca senang
Membuat perasaan pembaca sedih
Memainkan perasaan pembaca
Akhir cerita bahagia
Akhir cerita sedih
Keterlibatan 17 Memotivasi pembaca
personal Merealisasikannya dalam kehidupan
nyata
Membuat pembaca berpikir
Membuat pembaca berimajinasi
Memngingatkan Allah dan kematian
Menumbuhkan semangat hidup
Menumbuhkan jiwa sosial
Menghilangkan amarah
Merasakan tokoh secara nyata
Ketertarikan/ 13 Membuat pembaca penasaran
minat Membuat pembaca tertarik
Membuat pembaca ingin membaca lagi
Teringat dengan ceritanya
Tertarik pada alur cerita
Teringat dengat tokoh
Tertarik pada pesan cerita
Tertarik pada tema
Tertarik pada pencitraan
Lain-lain 4 Dapat dibaca semua umur
Dapat memahami isi
Dapat mendidik
Memiliki makna mendalam
Total 72
Ket: Pada bagian keterangan tabel tidak semua bentuk pemuculan faktor disebutkan. Jika
pemunculan faktor tersebut sama atau mirip maka tidak ditulis kembali.
70
Pada tabel 1.3 yang merupakan simpulan dari tabel 1.2 dapat dilihat
pada bagian kriteria intelektual bahwa faktor bahasa merupakan faktor yang
sangat penting menurut responden hal ini terbukti dengan pemunculan
mengenai bahasa sebanyak 26 kali. Dilanjutkan dengan faktor alur yang
pemunculannya sebanyak 19 kali, faktor tema yang pemunculannya sebanyak
13 kali, faktor penokohan pemunculannya sebanya 8 kali, dan faktor lainnya
sebanyak 20 kali. Selain itu, pada bagian kriteria emosional yang menjadi
faktor terpenting menurut responden adalah faktor keterlibatan emosional
atau perasaan yang pemunculannya sebanyak 39 kali sedangkan keterlibatan
personal atau tindakan sebanyak17 kali. Dilanjutkan dengan faktor
ketertarikan atau minat pembaca yang pemunculannya sebanyak 13 kali dan
faktor lainnya sebanyak 4 kali.
2. Kuesioner B
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Dalam tabel ini ada beberapa nama cerpen yang telah dibaca oleh
responden. Cerpen-cerpen ini merupakan cerpen yang pernah dibaca sebelumnya
oleh responden berdasarkan tugas pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
Pada tabel 2.3 dari 20 responden, 7 responden memilih cerpen Tak Ada
Waktu yang Sia-Siasebagai cerpen favorit mereka. 1 responden memilih cerpen
Sebelum Ayah Pergi? Sebagai cerpen favoritnya. 4 responden memilih cerpen
Tracysebagai cerpen favorit mereka. 2 reponden memilih cerpen Ibu
73
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Pertanyaan: Dibandingkan dengan cerpen favorit saya, cerpen ini cukup menarik
untuk membawa saya ke arah refleksi/analisis lebih lanjut
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 2.9
Pertanyaan: Dibandingkan dengan cerpen favorit saya, cerpen ini membawa saya
pada berbagai jenis keterlibatan personal dalam hal karakter dan tindakan
Tabel 2.10
Pertanyaan: Dibandingkan cerpen favorit saya, cerpen ini berdampak pada emosi
saya
Tabel 2.11
Pertanyaan: Dibandingkan cerpen favorit saya, cerpen ini menyajikan action yang
terbatas dan bergerak cepat
Tabel 2.12
Tabel 2.13
Pertanyaan: Dibandingkan cerpen favorit saya, cerpen ini menyajikan tema atau
gagasan utama yang dikembangkan dengan jelas
Dari persentase keseluruhan, responden yang tidak setuju (skala 1—3) jika
cerpen RSK memberikan persepktif yang segar dan berbeda kepada pembaca
sebesar 15 persen, begitu pula yang setuju (skala 4—7) sebesar 85 persen. Skala
yang memiliki responden terbanyak adalah skala 4 dengan 7 responden.
83
Tabel 2.14
Tabel 2.15
Pertanyaan: Dibandingkan dengan cerpen favorit saya, cerpen ini bagi saya dapat
dipercaya
3. Hasil Penelitian
a. Cerpen RSK karya A.A Navis merupakan cerpen yang memiliki pesan moral
yang baik diantaranya harus menjadi manusia yang kuat iman serta jangan
menjadi manusia yang suka membual karena dapat merugikan orang
lain.Maka dengan membaca cerpen ini siswa-siswi dapat mengembangkan
kepribadiannya menjadi lebih baik tidak seperti tokoh antagonis atau seperti
88
tindakan yang salag yang diambil oleh tokoh protagonis dalam cerpen RSK
karya A.A Navis. Hal ini sejalan teori psikologi remaja yang mengatakan
bahwa seorang remaja telah mampu mengetahui hubungan sebab-akibat suatu
fenomena yang ditemui dalam kehidupannya.
b. Dengan meneliti unsur intrinsik dari cerpen RSK karya A.A Navis, siswa-
siswi dapat mengetahui bagaimana kriteria atau ciri dari cerpen yang baik
sebagai acuan dalam proses pembuatan cerpen yang menjadi KD dalam
penelitian ini. Cerpen RSK karya A.A Navis dapat menjadi cerpen acuan
sebagai kriteria cerpen yang baik karena cerpen ini merupakan cerpen kanon
yang telah banyak diteliti oleh para kritikus sastra sehingga dapat menambah
wawasan siswa-siswi sesuai tujuan pembelajaran. Selain itu, siswa-siswi pun
telah menilainya pula secara pribadi menganai cerpen ini dengan kriteria
intelektual dan kriteria emosional. Sehingga dapat memotivasi siswa-siswi
untuk mendapatkan hasil yang baik dalam proses pencapain KD untuk
membuat kerangka cerpen/cerpen yang berdasarkan pengalaman diri sendiri.
c. Dengan membaca cerpen RSK karya A.A Navis ini dapat mengembangkan
pengetahuan berbahasa siswa-siswi karena cerpen ini merupakan cerpen yang
menggunakan bahasa yang baik dalam penyampaian cerita. Selain itu,
didalam cerpen ini banyak terdapat kosakata baru salah satunya kosakata
daerah yang dimasukan ke dalam cerita yang digunakan pengarang sebagai
penegasan dari latar tempat cerita yaitu bahasa Padang.
d. Dengan membaca dan memberikan respons berupa penilaian terhadap cerpen
RSK karya A.A Navis berarti memberikan pelajaran kepada sisiwa-siswi
dalam hal menghargai dan membanggakan khazanah sastra Indonesia .
Dengan merespons berupa mengkritisi karya sastra juga memberikan
pelajaran dalam melestarikan sastra indonesia sebagai kahazanah budaya
karena dengan banyaknya orang yang terus membahas mengenai karya sastra
tersebut membuat karya sastra tersebut dikenang dari zaman ke zaman.
Menurut Carol Ann Tomlinson, hal yang penting dilakukan oleh seorang
guru adalah merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang
89
memperhatikan diferensiasi yang dimiliki peserta didik. Pada bagian awal guru
diharapkan mampu memperhatikan aspek-aspek readiness, interest, dan learning
profile.85 Maka kaitannya dengan penelitian mengenai respons pembaca remaja
ini adalah:
85
T. Gunawan Wibowo, Menjadi Guru Kreatif, (Bekasi: Media Maxima, 2010), hlm.84—85.
90
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Struktur cerpen RSK karya A.A Navis terdiri atas penokohan, sudut pandang,
alur, latar, dan tema. Penokohan pada cerpen RSK karya A.A Navis terdiri
atas dua tokoh yaitu tokoh Kakek dan tokoh Ajo Sidi. Tokoh Kakek
merupakan tokoh Protagonis yang karakternya menimbulkan rasa simpati
dan empati bagi pembaca sedangkan tokoh Ajo Sidi adalah tokoh antagonis.
Tokoh Ajo Sidi merupakan penyebab terjadinya konflik yang beroposisi
dengan tokoh Kakek. Sudut pandang dari cerpen RSK karya A.A Navis
adalah ―Aku tokoh tambahan‖. Alur atau plot dari cerpen RSK karya A.A
Navis terdiri dari lima tahapan. Pada tahap penyituasian (situation), tahap
pemunculan konflik (generating circumstances), kemudian dilanjutkan tahap
konflik yang semakin meningkat, hingga mencapai tahap klimak, diakhiri
dengan tahap penyelesaian. Latar tempat pada cerpen RSK karya A.A Navis
berada di daerah Padang. Latar waktu peristiwa pada cerpen ini terjadi selama
dua hari. Latar sosial pada cerpen yaitu keadaan masyarakat yang sangat
senang mendengar dan membuat bualan dalam bentuk sindiran terhadap suatu
hal. Tema pada cerpen RSK karya A.A Navis adalah Kelemahan Iman. Tema
pada cerpen ini merupakan tema nontradisional karena cerita pada cerpen ini
tidak sesuai dengan harapan pembaca. Tokoh utama protagonis melakukan
perbuatan yang tidak diharapkan oleh pembaca yaitu bunuh diri.
91
92
2. Respons pembaca remaja dibagi dalam dua bentuk kuesioner yaitu kuesioner
A dan kuesioner B.
a. Pada kuesioner A menjelaskan respons pembaca remaja berdasarkan
kriteria intelektual dan emosional terhadap cerpen. Dari data
penelitian, responden memilih faktor bahasa sebagai faktor terpenting
dalam kriteria intelektual dengan jumlah pemunculan 26 kali dari
seluruh faktor yang disebutkan oleh responden.
b. Pada kuesioner A, untuk kriteria emosional responden memilih faktor
keterlibatan diri terhadap emosional atau perasaan menjadi faktor
paling penting dengan jumlah pemunculannya sebanyak 39 kali dari
seluruh faktor yang disebutkan oleh responden.
c. Berdasarkan kuesioner B, seluruh pernyatan pada kuesioner B di
dominasi oleh pilihan setuju terhadap pernyataan-pernyataan tersebut
walaupun jumlah persentasenya berbeda-beda. Hal ini menunjukkan
bahwa memang cerpen ini menimbulkan rasa ketertarikan yang tinggi
bagi pembaca remaja karena menghadirkan sesuatu yang baru bagi
pembaca remaja yang mungkin belum mereka ketahui sebelum
membaca dan memberikan respons terhadap cerpen RSK karya A.A
Navis ini.
d. Cerpen RSK karya A.A Navis ini menjadi cerpen yang diminati oleh
pembaca remaja walaupun dengan segala kerumitannya sebagai sastra
serius bukan sastra populer.
3. Implikasi penelitian respons pembaca remaja terhadap cerpen RSK karya
A.A Navis bagi pembelajaran sastra yaitu bagi guru dapat mengetahui apa
yang dibutuhkan dan dinginkan dari siswa-siwinya dari rsepon ini. Selain
itu, guru juga dapat melihat sejauh mana siswa-siswinya bertanggung
jawab dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu khususnya karya
sastra. Dengan begitu siswa-siswi dapat belajar lebih mandiri dan
bertanggung jawab terhadap perkataan atau perbuatan dalam hal
merespons sesuatu khususnya karya sastra, sehingga aspek-aspek
readiness, interest, dan learning profile dapat diterapkan oleh guru. Selain
93
itu, dengan mempelajari cerpen kanon seperti cerpen RSK karya A.A
Navis menjadikan siswa-siswi mengenal khazanah karya sastra secara luas
karena mempelajari karya sastra yang lahir pada tahun yang lampau dan
mengetahui karya sastra yang telah dikritisi oleh banyak kritikus sastra
sehingga tujuan pembelajaran sastra yaitu peserta didik mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa serta mampu menghargai
membanggakan sastra indonesi sebagai khazanah budaya dan intelktual
manusia Indonesia tercapai.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aziez, Furqonul dan Abdul Hasi. Menganalisis Fiksi. Bogor: Ghalia Indonesia.
2010.
Idris, Soewardi, ―A.A Navis dan Cerpen Dunia Akhirat.‖ Dalam Abrar Yusra, ed.
Otobiografi A.A. Navis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Kuriawan, Heru dan Sutardi. Penulisan Sastra Kreatif . Yogyakarta: Graha Ilmu.
2012.
Malo, Manase. dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas terbuka. 1997.
94
95
Pradopo, Rachmat Djoko. Estetika Resepsi dan Teori. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 1991.
Ratna, Nyoman Kutha. Teori, metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2007.
Suwondo, Tito. dkk. Karya Sastra di Luar Penerbitan Balai Pustaka. Jakarta.
1997
Wisran Hadi, ―Apabila A.A Navis Tidak Mencemooh Lagi, Maka....‖ Dalam
Abrar Yusra, ed. Otobiografi A.A. Navis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2008.
96
Alam, Palito. ―Dendeng Ciek Uda...Kepala Ikan Ciek Ajo.‖ Artikel di akses 19
Juli 2013 dari http:// m.kompasiana.com/post/susbud/2012/02/02/dendeng-
ciek-uda-...-kepala-ikan-ceik-ajo.html
Sman 1 Praya Timur. ―Biografi A.A Navis.‖ Artikel diakses pada 26 September
2011 dari http://sman1prayatimur.blogspot.com/2011/09/biografi-aa-
navis.html
KUESIONER A
Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengkaji kriteria yang Anda pakai dalam menilai suatu cerita
pendek. Untuk tujuan ini Anda diharapkan menjawab dua pertanyaan di bawah ini. Sebelum
menjawab dua pertanyaan tersebut silakan lengkapi informasi berikut yang mungkin berguna bagi
tujuan penelitian.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
jika contoh diatas dipergunakan, Anda hendaknya tetap merasa bebas dalam menyusun kriteria Anda.
KUESIONER B (INDIANA)
Kuesioner ini untuk mengkaji penilaian Anda terhadap cerpen yang telah di sediakan. Kami
menghendaki agar Anda membaca cerpen tersebut dengan cermat. Setelah selesai membaca cerpen
tersebut, silahkan lengkapi pertanyaan mengenai penilaian keseluruhan dan lengkapi pula dua belas
pertanyaan yang berkenaan dengan penilaian khusus. Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut silakan lengkapi informasi berikut yang mungkin berguna bagi tujuan penelitian.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
LEMBAR PENILAIAN
Sudah
Belum
I. Penilaian Keseluruhan
Nilailah cerpen dengan menggunakan skala berikut (berilah tanda “X” pada kotak yang tersedia)
1 2 3 4 5 6 7
Sangat jelek sangat bagus
II. Penilaian Berdasarkan pada Kriteria yang Telah Diseleksi
Kami ingin mengetahui seberapa jauh Anda menyetujui atau tidak menyetujui 12pernyataan
berikut ini. Bacalah masing-masing butir secara cermat dan silakan bubuhkan “X” dalamyang
tersedia sebagai ungkapan perasaan terbaik Anda terhadap pernyataan tertentu.
Dalam menilai cerpen ini hendaknya, Anda membandingkan kualitas cerpen ini dengan cerpen
yang menjadi cerpen favorit Anda.
Judul cerpen favorit:
1. Dibandingkan dengan cerpen favorit saya, cerpen ini menyajikan potret watak manusia yang
mudah dikenali.
Salah satu pecinta boneka beruang ini, memiliki hobby hang uot bersama
sahabat-sahabatnya. Si pecinta coklat dan ice cream ini yang memiliki motto
“terus berjuang dalam hidup” juga memiliki harapan dapat membahagiakan kedua
orang tuanya serta berguna bagi agama dan nusa bangsa.