Anda di halaman 1dari 31

13

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Teori
1. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Cerita Ulang Biografi
Berdasarkan Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan landasan atau acuan bagi setiap satuan pendidikan

yang akan menyelenggarakan sebuah proses pembelajaran. Dengan adanya

kurikulum suatu proses pembelajaran akan menjadi lebih terarah. Setiap

kurikulum pendidikan mempunyai tujuan tersendiri, tetapi pada dasarnyasemua

tujuan kurikulum itu hampir sama yaitu untuk mencerdaskan bangsa Indonesia

dalam segala bidang.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum teranyar sebagai pengganti

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 khususnya mata

pelajaran Bahasa Indonesia menyuguhkan pembelajaran dengan berbasis teks.

Kurikulum 2013 berisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang

harus dicapai oleh siswa. Salah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia adalah

memproduksi teks anekdot. Pada kurikulum 2013 proses pelaksanaan

pembelajaran diharapkan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

a. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan kualifikasi kemampuan minimal perseta didik

dalam proses pembelajaran yang menggambarkan sikap religius, sikap sosial,

pengetahuan dan keterampilan. Tim Depdiknas (2013:7) mendefinisikan tentang


14

kompetensi inti sebagai berikut.

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam


bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan
(kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan
harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan
secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar
tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan
(kompetensi Inti kelompok 4).

Dari penjelasan menurut Tim Depdiknas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kompetensi inti pada kurikulum 2013 terdiri dari 4 aspek, yaitu aspek sikap

religius, aspek sikap sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Keempat

aspek tersebut harus dikuasai oleh peserta didik selama dan setelah proses

pembelajaran berlangsung, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan akan

tercapai secara efektif dan efisien.

b. Kompetensi Dasar

Pada hakikatnya kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedomanan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.Bahan pelajaran yang

dimaksud di dalam kurikulum adalah kompetensi dasar.Priyatni (2014:23)

mengemukakan, “Kompetensi dasar dalam kurikulum 2013 adalah kompetensi

setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti.”

Kompetensi dasar adalah kompetensi yang harus dikusai peserta didik


15

dalam suatu mata pelajaran di kelas tertentu.Kompetensi dasar setiap mata

pelajaran di kelas tertentu ini merupakan jabaran lebih lanjut dari kompetensi inti,

yang memuat tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kompetensi inti memuat tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.Kompetensi inti ini digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan

kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran.Priyatni (2014:19) menyatakan

“Kompetensi dasar suatu mata pelajaran yang semula diturunkan dari mata

pelajaran, kini berubah arah, kompetensi dasar mata pelajaran dikembangkan dari

SKL dan KI.”

Acuan yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi dasar setiap

mata pelajaran pada setiap kelas adalah SKL dan kompetensi inti.SKL merupakan

tolak ukurbelajar peserta didik dalam jenjang tertentu.Sedangkan KI adalah

jabaran lebih lanjut yang dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan

pada jenjang tertentu.Kedua hal inilah yang menjadi tolah ukur dalam penyusunan

kompetensi dasar.

Kurikulum 2013 dalam setiap mata pelajarannya mendukung setiap

kompetensi yang dipelajarinya.Mata pelajarannya dirancang terkait antara satu

dan lainnya.Hal ini dijelaskan dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum

2013 (2014:83) menuliskan, “Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi

yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MTS, SMA/MA,

SMK/MAK.”

Semua mata pelajaran pada setiap jenjang pendidikan memiliki

pendekatan dan kompetensi yang sama. Kompetensi dasar yang dikembangkan


16

didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat, dan memperkaya antara

mata pelajaran dan jenjang pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan Kompetensi Dasar (KD)

adalah mata pelajaran yang diurutkan dari SKL dan KI pada setiap mata pelajaran

yang telah ditetapkan pada masing-masing jenjang pendidikan.Kompetensi dasar

ini berlandaskan sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap mata

pelajarannya.

c. Alokasi Waktu

Guru memiliki waktu yang leluasa untuk mengelola dan mengembangkan

proses pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik. Hal ini dkarenakan

adanya penambahan alokasi waktu yang terdapat di dalam Kurikulum

2013.Alokasi waktu terdapat dalam komponen silabus.

Menurut Priyatni (2014:131) silabus merupakan penyusunan kerangka

pembelajaran yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

Silabus mata pelajaran bahasa Indonesia berarti acuan untuk pembuatan

rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Sebelum

membahas tentang alokasi waktu, kita terlebih dulu membahas tentang apa yang

dimaksud dengan alokasi dan waktu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Depdiknas, 2008:43) menyatakan bahwa alokasi adalah penentuan banyaknya

suatu keperluan dalam perencanaan maupun pelaksanaannya demi pencapaian

hasil yang optimal. Sedangkan waktu berhubungan dengan proses berlangsungnya

suatu kegiatan.
17

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada

jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedamalan, tingkat

kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.

Menurut Priyatni (2014:138) “Alokasi waktu yang dicantumkan dalam

silabus merupakan perkiraan waktu serata untuk menguasai kompetensi dasar

yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.”

Jadi, alokasi waktu merupakan penentuan perkiraan waktu dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran, dalam menguasai kompetensi dasar yang

digunakan sebagai waktu ketika guru memberikan pengajaran kepada peserta

didik secara optimal.

2. Pembelajaran Memproduksi Teks Cerita Ulang


a. Pengertian Memproduksi

Kurikulum 2013 memiliki beberapa kompetensi dasar yang harus dikuasai

oleh para siswa.Salah satu kompetensi dasar dlam Kurikulum 2013 adalah

memproduksi teks cerita ulang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Depdiknas, 2008:1103) memproduksi ada;ah “Menghasilkan atau mengeluarkan

hasil”. Jika dikaitkan dengan keempat keterampilan berbahasa yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis, maka memproduksi berkaitan dengan

keterampilan menulis.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan pembelajaran

memproduksi merupakan kegiatan pembelajaran menulis yang menghasilkan atau

mengeluarkan suatu karya baik berupa lambang atau simbol.Menulis dalam hal ini

ditafsirkan sebagai aktivitas membuat makna yang berhubungan dengan


18

pengembangan kemampuan individu dalam memahami konteks sosial tempat

tulisan tersebut dibuat.

Menulis pada dasarnya adalah sebuah proses. Hal ini sesuai dengan

kenyataan bahwa produk menulis yang dihasilkan seorang penulis diproduksi

melalui berbagai tahapan.Tahapan tersebut terbentang dari tahap pemerolehan ide,

pengolahan ide, hingga memproduksi ide. Tarigan (2008:22) menyatakan

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang


menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau
mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

Dari pengalaman menulis tersebut, dapat diartikan bahwa menulis

merupakan suatu lambang-lambang grafik yang dilukiskan sehingga membentuk

suatu lambang bahasa yang mampu untuk dipahami. Hal senada diunkapkan

Abidin (2012:181), “Menulis dapat diartikan sebagai proses menghasilkan

lambang bunyi”. Pengertian menulis yang dimaksud Abidin hampir sama dengan

apa yang dikemukakan oleh Tarigan. Menulis juga diartikan sebagai suatu

lambang-lambang yang mampu untuk dipahami.Pengertian menulis seperti ini

dikenal sebagai menulis permulaan.Pada tahap selanjutnya menulis dapat bersifat

lebih kompleks.

Secara umum, menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang

dalam mrngungkapkan gagasannya.Hal ini dapat dilihat dari pengertian menulis

menurut Gie dalam Abidin (2012:181).“Menulis memiliki kesamaan makna

dengan mengarang yaitu segenap kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan

dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk

dipahami”.Dari definisi dapat dikatakan bahwa, sebuah tulisan dapat untuk


19

dipahami maksud dan tujuannya.Tujuan sebuah tulisan bermacam-macam,

bergantung pada ragam tulisan yang dibuat oleh penulis.

Menulis juga pada dasarnya merupakan sebuah proses. Oleh karenanya,

untuk menjadi seorang penulis harus senantiasa mengembangkan kemampuan

berpikir dalam menghasilkan suatu tulisan. Menurut Abidin (2012:182) dalam

sudut pandang lain, “Menulis dapat pula dikatakan sebagai kegiatan mereaksi”.

Artinya, menulis adalah proses mengemukakan pendapat atas dasar masukan yang

diperoleh penulis dari berbagai sumber ide yang tersedia. Sumber ide bisa saja

adalah segala objek yang mampu merangsang penulis untuk menulis termasuk di

dalamnya tulisan lain yang telah dihasilkan orang lain.

Berdasarkan kutipan di atas, banyak sekali pengertian tentang

menulis.Salah satunya menulis dapat diartikan sebagai suatu lambang-lambang

grafik yang dapat dipahami oleh seseorang ketika lambang-lambang grafik atau

bunyi yang dilukiskan tersebut.Menulis juga mengungkapkan suatu idea tau

gagasan yang dipikirkan sehingga dapat dipahami.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa, yang mampu

dipahami oleh seseorang dalam mengungkapkan idea tau gagasan yang

dipikirkannya. Hal tersebut menghasilkan lambang bunyi sebagai suatu proses

kegiatan mereaksi yang diperoleh seorang penulis dari berbagai sumber ide yang

ada.
20

b. Pengertian Teks Cerita Ulang Biografi

Fakta menunjukkan bahwa manusia hidup di dunia kata-kata.Dari fakta

tersebut, dapat disimpulkan bahwa teks adalah ujaran (lisan) atau tulis bermakna

yang berfungsi untuk mengekspresikan gagasan.

Ketika mengekspresikan gagasan dalam bentuk teks, kita harus memilih

kata-kata dan memiliki strategi utnuk menyajikan kata-kata itu agar gagasan

tersampaikan dengan baik.Anderson dalam Priyatni (2014:65) menyatakan,

“Apabila kata-kata dirangkai untuk mengomunikasikan gagasan/makna,

sebenarnya kita telah menciptakan teks”.Pilihan kata dan strategi penyajiannya

kata-kata tersebut sangat ditentukan oleh tujuan dan situasi (konteks).

Teks Cerita Ulang Biografi adalah salah satu kajian pembelajaran mata

pelajaran bahasa Indonesia pada kelas XI SMA yang terdapat dalam kurikulum

2013. Pada pembelajaran ini siswa dituntut untuk mampu membuat atau

menghasilkan sebuah produk berupa teks cerita ulang biografi.Seperti dinyatakan

oleh beberapa penulis yang dikutip penjelasannya mengenai teks cerita ulang

biografi.

Kosasih (2004: 154) mengemukakan pengertian cerita ulang sebagai

berikut.

Cerita ulang adalah teks yang menceritakan kembali kejadian atau


pengalaman masa lampau.Cerita ulang dapat disampaikan berdasarkan
pengalaman langsung penutur atau penulisnya.Akan tetapi, cerita ulang
dapat pula berdasarkan imajinasi atau di luar penyampaian itu. Oleh
karena itulah, cerita ulang dapat diklasifikasikan menjadi empat macam,
yakni sebagai berikut: 1) pengalaman pribadi (personal recount), 2) cerita
ulang faktual (factual recount), 3) cerita ulang imajinatif (imaginative
recount), 4) cerita ulang prosedur (procedural recount).
21

Cerita ulang dapat disampaikan berdasarkan pengalaman langsung penutur

atau penulisnya.Akan tetapi, cerita ulang dapat pula berdasarkan imajinasi atau di

luar penyampaiannya.

Pengertian biografi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas

2008:197) adalah “Riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain”. Dari

pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa biografi merupakan sebuah cerita yang

menganalisis dan menerangkan kehidupan seseorang.Biografi sengaja ditulis

untuk memberikan kesan yang baik terhadap tokoh yang diceritakan.

Berdasarkan pengertian dari teks cerita ulang biografi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa teks cerita ulang biografi adalah teks yang menceritakan

kembali riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain dalam beberapa

kalimat atau buku.

c. Jenis-jenis Teks Cerita Ulang

Suatu tindakan komunikasi yang dilakukan untuk mencapai satu tujuan

tertentu diwujudkan dalam bentuk kongkret berupa teks. Untuk satu tujuan yang

sama, biasanya baik tidak digunakan satu teks yang persis sama selamanya, tetapi

bervariasi dalam hal isi maupun bentuk bahasa yang digunakan.

Meskipun sama, kemiripan antara teks-teks tersebut dapat dengan mudah

diidentifikasi, bahkan oleh orang awam yang tidak memiliki pengetahuan tentang

ilmu bahasa dan ilmu komunikasi. Puskur dalam Priyatni (2014:66) menyatakan,

“Beberapa teks yang memiliki kemiripan dalam tindakan yang dilakukan itulah

yang biasanya dikelompokkan dalam satu genre yang sama”.


22

Konsep genre dikaitkan dengan tindakan komunikatif dalam konteks

budaya, sedangkan teks pada konteks merupakan situasi komunikatif yang

ada.Anderson dalam Priyatni (2014:66) menyatakan, “Teks dapat dikelompokkan

menjadi dua kategori besar (genre), yaitu genre sastra dan genre faktual.

Teks cerita ulang memiliki 4 jenis teks diantaranya; pengalaman pribadi,

facktual, imajinatif, dan prosedur. Kosasih (2014: 154-155) mengemukakan

tentang jenis-jenis teks cerita ulang sebagai berikut:

1) Teks cerita ulang pengalaman pribadi (personal recount), yakni teks


yang mengisahkan kembali kejadian yang dialami penulisnya secara
langsung. Misalnya, berupa kisah perjalanan, kejadian-kejadian waktu
berlibur, peristiwa-peristiwa unik dimasa sekolah, dll.
2) Teks cerita ulang faktual (factual recount), yakni teks yang
mengisahkan kembali masa lalu yang disaksikan sendiri ataupun
dialami oleh orang lain. Misalnya, peristiwa kecelakaan lalu lintas,
peristiwa alam, kisah hidup seorang tokoh. Oleh karena itu, berita di
koran, kilas balik peristiwa tahunan, dan biografi dapat pula
digolongkan ke dalam teks cerita ulang.
3) Teks cerita ulang imajinatif (imajinative recount), yakni teks yang
mengisahkan peristiwa-peristiwa yang bersifat khayalan, namun sering
kali peristiwa itu dianggap ada atau benar-benar terjadi. Karena
bersifat melegenda, kisah it uterus diceritakan kembali secara turun-
temurun dari genaris ke generasi. Teks yang termasuk jenis ini adalah
dongeng, legenda, dan cerita-cerita rakyat lainnya.
4) Teks cerita ulang prosedur (procedural recount), yakni teks yang
menceritakan latar belakang atau asal usul terjadinya suatu kejadian di
masa lalu. Teks semacam ini biasanya dipakai di dalam pengadilan
dalam rangka memperjelas kasus ataupun alat bukti perkara.

Berdasarkan jenis-jenis cerita ulang di atas, penulis memilih teks cerita

ulang biografi sebagai bahan penelitian yang akan dilakukan. Teks cerita ulang

biografi termasuk ke dalam jenis teks cerita ulang faktual (factual recount) karena

teks tersebut mengisahkan atau menceritakan kembali kejadian di masa lalu

berdasarkan pengalaman orang lain.

d. Struktur Teks Cerita Ulang


23

Kata “struktur” dalam struktur teks dimaksudkan sebagai suatu istilah

yang digunakan dalam berbagai aspek-aspek sastra yang tersusun secara

sistematis dalam suatu teks. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,

2008:1341), kata struktur merupakan cara sesuatu disusun atau dibangun dengan

pola tertentu dalam bahasa secara sintagmatis.

Suatu teks yang dibaca mempunyai kesatuan, keseluruhan, kebulatan

makna, dan koherensi intrinsic.Adapun keseluruhan di atas, sesuai dengan konsep

struktur yang paling mendasar, yaitu totalitas.Pernyataan ini, seperti yang

dikemukakan Ann Jeferson dalam Hidayati (2009:8) sebagai berikut.

Ciri penting pengertian struktur Aliran Pragure adalah konsep


keseluruhan. Ini mendorong pandangan teleologis dan secara hierarkis
tentang hubungan antara anasir-anasir struktur di satu pihak, dan
perwujudannya sebagai satu keseluruhan yang tertutup di pihak lain;
bagian-bagiannya adalah terkait erat dengan cara bertentangan dengan
difference. Oleh sebab sifatnya yang tertutup dan serba lengkap itu, maka
secara tidak langsung menunjukkan bahwa struktur adalah suatu bentuk
organisasi yang dikecualikan dari peranan perbedaan yang tampaknya
seperti menguasainya.Ketiga, penekanan terhadap struktur bentuk, yang
pada dasarnya dirancang untuk menyingkirkan objek kandungan, telah
membawa kemungkinan menyifatkan bentuk itu sendiri sebagai suatu
objek, juga mengabaikan beberapa nilai yang berbeda.Dan akhirnya,
pandangan kaum strukturalis tentang struktur telah didukung oleh
perbedaan Saussuren di antara sinkroni dan diakroni yang dengan
sendirinya mempunyai gema ligosentrik yang tertentu.Struktur diandalkan
sebagai yang di atur secara sinkronik, dan ini secara tidak langsung
membayangkan seolah-olah segala unsurnya berwujud secara serentak.

Didasari konsepsi di atas, maka prinsip struktur teks di sini adalah suatu

cara sesuatu disusun secermat mungkin sehingga mempunyai keseluruhan dan

kebulatan makna sehingga menghasilkan makna menyeluruh yang mampu untuk

dipahami.
24

Berdasarkan fungsi atau tujuannya, cerita ualng dapat dikategorikan

sebagai teks narasi, yakni teks yang bertujuan untuk mengisahkan suatu peristiwa

dengan senyata-nyatanya sehingga pembaca ataupun pendengarnya seolah-olah

menyaksikan langsung peristiwa itu.Oleh kabrena itu, teks cerita ulang pada

umumnya tersaji secara kronologis, mengikuti urutan waktu.Seperti halnya cerita

pendek ataupun novel, di dalamnya terkandung penokohan, latar, dan alur

kejadian.

Teks cerita ulang memiliki 3 struktur teks diantaranya: orientasi, kejadian

penting, dan reorientasi. Kosasih (2014: 157-158) mengemukakan tentang struktur

teks cerita ulang sebagai berikut.

(a) Orientasi atau setting (aim), berisi informasi mengenai latar belakang
kisah atau peristiwa yang akan diceritakan selanjutnya utnuk
membantu pendengar/pembaca. Informasi yang dimaksud berkenaan
dengan ihlas siapa, kapan, di mana, dan mengapa.
(b) Kejadian penting (important event, record of events), berisi rangkaian
peristiwa yang disusun secara kronologis, menurut urutan waktu, yang
meliputi kejadian-kejadian utama yang dialami tokoh. Dalam bagian
ini mungkin pula disertakan komentas-komentar pencerita pada
beberapa bagiannya.
(c) Reorientasi, berisi komentar evaluative atau pernyataan kesimpulan
mengenai rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya.
Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin ada atau tidak ada dalam
suatu cerita ulang.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, struktur teks cerita ulang merupakan

suatu teks cerita yang menceritakan kembali kejadian yang pernah terjadi.Disusun

secara teratur dan secermat mungkin berdasarkan struktur teks cerita ulang

tersebut. Struktur teks orientasi atau setting yang berisi latar belakang masalah

serta pengenalan tokoh dari cerita yang ingin diceritakan, struktur teks kejadian

penting yang berisi rangkaian peristiwa dari sebuah cerita disusun secara logis,
25

dan struktur teks reorientasi yang merupakan penilaian dan kesimpulan dari teks

cerita ulang. Ketiga hal inilah yang menjadi struktur penyajian di dalam sebuah

teks cerita ulang, yang telah ditetapkan dalam pembuatan suatu teks cerita

ulang.Sehingga sebuah teks cerita ulang yang dibuat menjadi lebih dapat

dipahami dan dimengerti.

e. Ciri Kebahasaan Teks Cerita Ulang

Sastra sebenarnya bukanlah sebuah karangan yang secara keseluruhan

merupakan hasil imajinasi pengarang.Tidak ad seorang pengarang pun yang

mampu menulis karya sastra hanya dengan berbekal imajinasi. Pengarang akan

tetap menulis berdasarkan pengalaman atau pengetahuannya tentang realitas hidup

dan kehidupan manusia sebagai sumber ide utamanya.

Bahasa sastra merupakan bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri.Sejalan

dengan kenyataan ini, wajarlah jika banyak orang yang mengatakan bahwa bahasa

sastra bukanlah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Teks cerita

ulang biografi merupakan teks yang termasuk ke dalam sastra, yang memiliki ciri

khas tersendiri.Kekhasannya terlihat dari ciri-ciri kebahasannya.Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas 2008:117) menyatakan bahwa kebahasaan

merupakan prihal yang berkaitan dengan semua bahasa.Jadi dapat diartikan

bahwa, ciri-ciri kebahasaan adalah kekhasan suatu teks cerita ulang terhadap

bahasanya.

Biografi tergolong ke dalam teks cerita ulang faktual (factual recount),

berdasarkan hal tersebut secara kebahasaan biografi memiliki karakteristik


26

kebahasaan dan cirri atau kadiak kebahasaan.Kosasih (2014: 163) memaparkan

tentang ciri atau kadiah kebahasaan teks cerita ulang biografi sebagai berikut.

(a) Menceritakan waktu lampau.


(b) Menggunakan kata-kata yang menunjukkan urutan peristiwa.
(c) Menggunakan kata apa yang menunjukkan siapa, apa, kapan, di mana,
bagaimana.
(d) Meggunakan kata-kata yang menunjukkan nama tempat dan waktu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa ciri kebahasaan dalam teks

cerita ulang biografi merupakan teks yang menceritakan kejadian waktu lampau,

mempunyai urutan peristiwa, menggunakan kata apa yang menunjukkan siapa,

apa, kapan, di mana, bagaimana, serta menggunakan kata-kata yang menunjukkan

nama tempat dan waktu.

Di dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik

(Kemendikbud, 2013:129), ciri kebahasaan di dalam teks cerita ulang biografi

dinyatakan “Bahasa lain yang sering ditemukan dalam sebuah teks cerita ulang

adalah kalimat simpleks (yang sesungguhnya sama dengan kalimat tunggal)”.

Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang

menggambarkan satu aksi peristiwa atau keadaan yang sering terdapat dalam teks

cerita ulang biografi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, ciri kebahasaan teks cerita ulang biografi

pada uraian pertama hampir sama dengan uraian kedua karena yang

membedakannya adalah pada urutan peristiwanya. Terkadang di dalam teks cerita

ulang biografi kata-kata yang menunjukkan urutan peristiwa mengandung kalimat

simpleks, yaitu kalimat yang menggambarkan satu aksi peristiwa atau keadaan

yang sering terdapat dalam teks cerita ulang biografi.


27

f. Kaidah Penulisan Teks Cerita Ulang

Menyusun sebuah teks cerita terlihat pada kebebasan pengarang untuk

menyusun sebuah cerita tersebut.Namun, dalam suatu pembuatan karangan tentu

adanya suatu aturan-aturan yang mengikat ceritanya.Hal yang mengikat tersebut

inilah yang dinamakan kaidah.

Kaidah teks cerita ulang yang akan dibahas adalah kaidah penulisannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:602), kaidah adalah

prinsip dalam pengelompokkan kata yang menjadi dasar untuk menghasilkan atau

menyusun sesuatu secara berkelompok menjadi hal yang bersifat sintaksis.

Kosasih (2014: 163-164) mengemukakan bahwa cerita ulang bersifat

faktual ditandai dengan kadiah penulisan sebagai berikut.

(a) Menggunakan kata ganti orang pertama tunggal dan jamak jika cerita
ulang itu berupa suatu pengalaman penceritanya. Misalnya, saya, aku,
kami. Menggunakan kata ia dan dia kalau cerita ulang itu berupa
biografi yang berselang dengan menyebutkan nama tokoh yang
diceritakannya itu.
(b) Banyak menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh.
Contoh: memberi, memenjarakan, meninggalkan, melakukan, bermain.
(c) Banyak menggunakan kata deskriptif untuk memberikan informasi
secara rinci tentang sifat-sifat tokoh. Kata-kata yang dimaksud, anatara
lain sederhara, bagus, tua, popular, penting. Kata-kata itu sering pula
didahului oleh kopulatif adalah, merupakan.
(d) Banyak menggunakan kata kerja pasif dalam rangka menjelaskan
peristiwa yang dialami tokoh sebagai subjek yang diceritakan. Contoh:
sebelum, sudah, pada saat, kemudian, selanjutnya, sampai, hingga,
pada tanggal, nantinya, selama, saat itu. Hal ini terkait dengan pola
pengembangan teks cerita ulang yang pada umumnya bersifat
kronologis.
Dilihat dari uraian sebelumnya, kaidah penulisan teks cerita ulang biografi

lebih memperhatikan bukti dari teks tersebut, sehingga cerita yang dibuat bukan
28

sebuah karangan belaka. Teks tersebut merupakan teks yang bersifat faktual yang

pernah dialami oleh orang lain. Tarigan (2008:54) menyatakan bahwa sebuah

karangan diminati untuk dibaca karena kekayaan kosa kata serta kepandaian

memanfaatkannya secara tepat guna turu memegang peranan penting.

Sejalan dengan pendapat di atas, kaidah adalah sebuah pengelompokkan

kata, sedangkan kebahasaan merupakan prihal yang berhubungan dengan bahasa.

Maka dapat dipahami bahwa, kaidah kebahasaan adalah aturan kata-kata dalam

pembuatan sebuah karangan.Aturan tersbut dibuat agar kata-kata yang ditulis

dapat berjalan dengan baik.

Dari penjelasan mengenai kaidah penulisan teks cerita ulang biografi di

atas, akan lebih memudahkan kita yang akan menulis atau membuat teks cerita

ulang biografi. Kaidah teks ini tidak menggunakan kata-kata baku serta kaidah

kebahasaannya lebih bertujuan untuk meyakinkan pembaca ketika membaca cerita

ulang faktual (biografi) tersebut.

g. Langkah-Langkah Penulisan Teks Cerita Ulang

Tujuan utama pembelajaran menulis adalah menumbuhkan kecintaan

menulis pada diri siswa. Tujuan ini menjadi sangat penting sebab mencintai

menulis adalah modal awal bagi siswa agar mau menulis, sehingga ia akan

menjadi seorang yang terbiasa menulis.

Hal ini sejalan dengan tiga tujuan utama pembelajaran menulis yang

dilaksanakan para guru di sekolah. Abidin (2012:187) menyatakan ketiga tujuan

tersebut sebagai berikut.


29

a. Menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa

b. Mengembangkan kemampuan siswa menulis.

c. Membina jiwa kreativitas para siswa untuk menulis.

Secara sederhana menulis adalah membuat lambang-lambang huruf.

Menulis merupakan kegiatan yang mengungkapkan idea tau gagasan yang ada di

pikiran.Pembelajaran menulis harus dilakukan melalu penyediaan serangkaian

aktivitas yang menuntet siswa untuk mengunjuk kerjakan karakter dirinya dalam

pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:1497)

menyatakan bahwa penulisan ialah suatu cara, proses, atau perbuatan yang

dilakukan penulis dalam menulis sebuah tulisan.

Menulis cerita ulang adalah kegiatan yang lebih tepatnya disebut sebagai

reproduksi yang menggunakan peristiwa atau kejadian yang sudah ada untuk

diceritakan kembali. Hal tersebut dilakukan agar peristiwa tersebut lebih asyik

untuk disimak, memberikan kesenangan, disamping dari pelajaran yang dipetik di

dalam cerita ulang tersebut. Pada cerita ulang biografi, disamping kita dapat

memperoleh sejumlah pengetahuan tentang ketokohan serta pengalaman orang

lain, kita pun bias mendapatkan keteladanan yang bisa diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk menulis sebuah teks cerita ulang biografi, Kosasih (2014: 172)

memaparkan langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam membuat atau

menulis teks cerita ulang biografi, langkah-langkah teks cerita ulang sebagai

berikut.
30

(a) Menentukan tokoh, peristiwa, atau jenis cerita rakyat yang menarik
bagi pendengar. Misalnya, cerita yang di dalamnya penuh dengan
komflik ataupun alurnya mengejutkan. Kalaku berbentuk pengalaman
pribadi atau cerita rakyat dapat pula dipilih cerita-cerita lucu ataupun
mengaharukan.
(b) Mengumpulkan kembali sejumlah informasi ataupun keterangan
berkenaan dengan tokoh ataupun keterangan berkenaan dengan tokoh
ataupun peristiwa yang akan hingga betul-betul menguasainya.
Catatlah bagian-bagian yang dianggap penting. Perhatikan rangkaian
persitiwanya secara keseluruhan. Apabila yang akan diceritakannya itu
cerita rakyat, ketahui pula perbedaan masing-masing karakter tokoh-
tokohnya. Ketahui berbagai emosi yang ada di dalamnya, seperti sedih,
gembira, marah, kecewa, dan sebagainya. Berdasarkan catatan itulah,
cerita tersebut kita mengisahkannya. Kita harus memahami pula tema,
alur serta watak-watak para tokohnya.
Pemahaman atas karakter dari tokoh-tokoh suatu cerita, juga sangatlah
penting. Hal ini agar dialog serta tingkah laku tokoh-tokohnya dapat
diekspresikan dengan benar. Jangan sampai tokoh yang berkarakter
keras dan buas, diekspresikan dengan nada bicara yang
lembut.Demikian pula tokoh yang berwatak cerdik diekspresikan
dengan nada dungu. Hal-hal seperti ini bias terjadi akibat kita tidak
memahami karakter dari tokoh-tokohnya.
(c) Sampailah cerita itu dengan suara, lafal, dan intonasi yang jelas.
Ciptakanlah penggalan-penggalan cerita yang membuat penasaran
pendengar. Ekspresikan dengan mimic atau raut muka yang sesuai.
Kalau perlu, gunakanlah alat-alat untuk mendukung suasana tertentu.
Misalnya, untuk menggambarkan suasana meriah, menggunakan
ketentuan-ketentuan kaleng atau dengan memukul-mukul ember.
(d) Gunakanlah bahasa yang mudah dipahami pendengar. Hindarilah kata-
kata yang berbelit-belit, atau membingungkan. Gunakanlah kata-kata
yang jelas dan kalimat yang sederhana. Untuk menimbulkan kesan
yang kuat [ada bagian-bagian cerita, sesekali kita perlu melakukan
pengulangan kata ataupun dengan sinonimnya.
Pembelajaran menulis haruslah ditafsirkan sebagai sebuah proses yang

ditunjukkan untuk mengembangkan serangkaian aktivitas siswa dalam rangka

menghasilkan sebuah tulisan di bawah bimbingan, arahan, motivasi guru. Sejalan

dengan hal ini, pembelajaran menulis harus dikembangkan melalui beberapa

tahapan proses menulis, sehingga siswa benar-benar mampu menulis sesuai

dengan tahapan proses yang jelas.


31

3. Media Movie Maker

a. Pengertian Media Movie Maker

Selain pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran, ada istilah lain yang

banyak dipakai dalam pembelajaran, yaitu media pembelajaran. Menurut Heinich

dalam Susilana (2009:6), media merupakan alat saluran komunikasi.Media dapat

berupa film, televisi, diagram, bahan tercetak, komputer, gambar, dan sebagainya.

Untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah diterima

oleh siswa, guru sebagai fasilitator harus berupaya agar pembelajaran tersebut

dapat diterima dengan baik oleh siswa.Media pembelajaran sangat diperlukan oleh

guru untuk menunjang aktifitas kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan

agar suatu pembelajaran tidak berjalan membosankan dan akan lebih mudah

dimengerti.

Gintings (2012: 140), mengatakan bahwa “Media dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau materi ajar dari guru sebagai

komunikator kepada siswa sebagai komunikan dan sebaliknya”.

Pembelajaran adalah satu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan

siswa dan guru dengan menggunakan berbagai sumber belajar baik dalam situasi

kelas maupun di luar kelas.Susilana (2009:176) memaparkan teknik atau langkah-

langkah menggunakan media pembelajaran di dalam kelas, sebagai berikut.

Media dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan


penggunaannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam sitauasi
kelas. Dalam merencanakan pemanfaatan media tersebut, guru harus
melihat tujuan yang akan dicapai, materi pembelajaran yang mendukung
tercapainya tujuan tersebut, serta strategi belajar mengajar yang sesuai
untuk mencapai tujuan tersebut. Yang terpenting dalam hal ini media
tersebut disajikan di ruang kelas dimana guru dan siswa hadir bersama-
32

sama, berinteraksi secara langsung (face to face). Dalam konteks ini media
harus praktis, ekonomis, mudah untuk digunakan (user friendly)

Dilihat dari variasi penggunaannya, media dapat digunakan baik secara

perorangan, kelompok atau siswa salam jumlah yang sangat banyak. Movie

makermerupakan suatu aplikasi pembelajaran yang ditujukan untuk menyalurkan

pembelajaran berupa penggambungan antara teks, gambar, suara dan animasi

dalam sebuah video yang dapat membantu merangsang pikiran, perasaan, menarik

perhatian dan kemauan siswa dalam belajar sehingga secara sengaja proses belajar

terjadi, bertujuan dan terkendali.

Media Movie Maker merupakan seperangkat media yang dapat membantu

proses pembelajaran, agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan lancar dan

dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.

Dalam proses pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan tidak

selalu berjalan dengan baik. Media pembelajaran khususnya media movie maker

memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya dalam

pembelajaran.Kelebihan menggunakan media movie maker salah satunya adalah

lebih memudahkan guru untuk menyampaikan pesan atau cerita kepada siswa,

jadi guru tidak perlu berbicara secara detail untuk menceritakan isi cerita tersebut,

karena dalam tayangan movie maker siswa jadi dapat mengetahui isi yang

mendetail dari sebuah cerita.Salah satu kekurangan yang terdapat dari penggunaan

media movie maker adalah, sulitnya menggunakan media ini karena perlu keahlian

yang khusus untuk mengunakan media ini sebagai media pembelajaran di

kelas.Movie maker merupakan salah satu aplikasi dari windows yang dapat

menampilkan sebuah tayangan film singkat, jadi guru sebelumnya harus


33

menguasai terlebih dahulu aplikasi windows movie maker agar dapat

menjalankannya saat proses belajar mengajar di kelas.

a) Tahapan Pelaksanaan Menulis dengan Menggunakan Media Movie

Maker

Menulis pada dasarnya adalah sebuah proses. Hal ini sesuai dengan

kenyataan bahwa produk menulis yang dihasilkan seorang penulis diproduksi

melalui berbagai tahapan.Tahapan tersebut terbentang dari tahap pramenulis,

tahap menulis, dan tahap pascamenulis.Sejalan dengan hal tersebut, kemampuan

menulis diawali oleh kemampuan seorang melatih daya tanggapnya terhadap

sumber ide.Oleh karenanya, untuk menjadi seorang penulis, seseorang harus

senantiasa mengembangkan keterampilan daya tanggap sasmitannya.

Pembelajaran menulis haruslah menekankan proses menulis yang

sesungguhnya, sehingga pembelajaran menulis tidak hanya sekedar menekankan

produk menulis. Pembelajaran menulis pun harus dilakukan guru dengan

mengaitkannya kepada ketrampilan berbahasa yang lain khususnya membaca.

Tulisan yang harus dibuat siswa haruslah tulisan otentik yang bermakna dan

bermanfaat bagi siswa.Menurut Abidin (2012:193) terdapat beberapa prinsip

pembeljaran menulis.Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran menulis hendaknya menerapkan pola tulis, pikir, kontrol,


agar siswa terbiasa menulis dan mau menulis.
2) Pembelajaran menulis hendaknya memiliki tujuan jangka panjang agar
siswa kreatif menulis.
3) Pembelajaran menulis hendaknya diikuti dengan penyediaan sarana
publikasi tulisan sehingga siswa lebih termotivasi menulis.
4) Pembelajaran menulis hendaknya disertai bentuk penilaian formatif
yang tepat sehingga guru dapat secara tepat sasaran memperbaiki
kelemahan siswa dalam menulis.
34

5) Pembelajaran menulis hendaknya menekankan kreativitas siswa dalam


menulis meliputi kemampuannya menulis secara orisinil, lancar,
luwes, dan bermanfaat.
6) Pembelajaran menulis hendaknya dilengkapi dengan pemanfaatan
teknologi dalam menulis.

Pembelajaran menulis haruslah ditafsirkan sebagai sebuah proses yang

ditunjukan untuk mengembangkan serangkaian aktifitas siswa dalam rangka

menghasilkan sebuah tulisan di bawah bimbingan, arahan, dan motivasi guru.

Sejalan dengan definisi ini, pembelajaran menulis dikembangkan ke dalam

beberapa tahapan-tahapan proses yang jelas.

Tahap menulis adalah tahapan tempat siswa secara langsung

melaksanakan praktik menulis.Pada tahap ini aktivitas siswa adalah

mengembangkan kerangka-kerangka tersebut dengan menggunakan kalimat dan

paragraph yang baik.Dalam praktiknya tahap menulis ini dapat dilakukan secara

individu, ssecara kolaboratif, atau secara kooperatif.Yang terpenting adalah

seluruh siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan menulis.Menurut

Axford dalam Abidin (2012:204), pada tahap ini hal yang harus dilakukan sebagai

berikut.

1) Merekontruksi tulisan
Pada tahap ini siswa menulis sebuah tulisan yang mirip dengan model
karangan yang dianalisisnya.Hal yang direkonstruksi harus sesuai
dengan perencanaan karangan yang telah ditentukan.
2) Berbagai hasil konstruksi
Pada tahap ini siswa membacakan hasil kerja rekonstruksinya pada
siswa lain atau guru dan ditanggapi oleh siswa lain atau guru.
3) Merekonstruksi berdua/kelompok
Pada tahap ini siswa yang memiliki kesamaan rekonstruksi saling
bekerja sama untuk menentukan bagian mana dari karangan yang
mereka buat yang harus disempurnakan atau dikembangkan.
4) Rekonstruksi ulang
Pada tahap ini siswa memperbaiki tulisannya berdasarkan hasil
kegiatan rekonstruksi berdua.
35

Jadi, dapat disimpulkan pelaksanaan menulis dengan menggunakan media

movie maker merupakan pelaksanaan mengungkapkan suatu ide yang

menggunakan suau media, sehingga tulisan yang akan dibuat dapat menjadi lebih

terlaksana dan bermanfaat. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis

disebabkan oleh berbagai faktor.Salah satu faktor yang dominan adalah rendahnya

peran guru dalam membina siswa agar terampil menulis. Hal ini mendorong

penulis untuk menggunakan suatu media, yaitu media movie maker yang

menggunakan prinsip-prinsip dalam pembelajaran mennulis serta melalui

tahapan-tahapan untuk mencapai sebuah tulisan sehingga siswa dapat

memproduksi sebuah tulisan dengan baik dan benar,

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil

berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat

dijadikan sebagai data pendukung.Salah satu data pendukung yang menurut

penelitian perlu dijadikan bagian tersendiri dalam penelitian terdahulu yang

relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

Hasil penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang men-jelaskan

hal yang telah dilakukan penelitian lain, kemudian dibandingkan dari temuan

penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut adalah hasil

penelitian terdahulu yang relevan

Tabel 1.1

Hasil Penelitian Terdahulu


36

Judul Judul Nama


Persama- Perbeda-
Penelitian Penelitian Peneliti Jenis
an an
Penulis Terdahulu Terdahulu
Pembelaja Pembelajaran Muhammad Skripsi Terdapat Terdapat
ran Mem- Mempro- Fadli (2012) persamaan Perbedaan
produksi duksi Puisi pada aspek pada Teks
Teks Ceri- dengan kebahasaan yaitu Teks
ta Ulang Menggunakan yaitu aspek Puisi.
Biografi Media Movie kebahasaan
dengan Maker. menulis,
Menggu- dan juga
nakan media yang
Media digunakan
Movie yaitu media
Maker Movie
Pada Maker.
Siswa
Kelas XI
SMAN 1
Lembang
Tahun
Ajaran
2016/2017
Keefektifan Mukodas Skripsi Terdapat Terdapat
metode (2011) persamaan perbedaan
wawancara pada teks, pada media
dalam yaitu teks yang
pembelajaran biografi. digunakan.
menulis
biografi.
Pembelajaran Rosa Dwi Skripsi Terdapat Terdapat
37

memproduksi Yolanda kesamaan perbedaan


teks cerita (2015) pada aspek pada model
ulang biografi kebahasaan dan media
dengan menulis, yang
menggunakan teks yang digunakan.
model digunakan
scaffolded yaitu teks
writing. cerita ulang
biografi.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut, penulis mencoba dengan

judul “Pembelajaran Memproduksi Teks Cerita Ulang Biografi dengan

Menggunakan Media Movie Maker pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Lembang

Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuannya yaitu untuk melihat perbedaan hasil

ketika siswa diberikan materi yang sama dengan metode berbeda pada peneliti

pertama dan kedua.

C. Kerangka Pemikiran

Siswa merupakan subjek sekaligus didalam proses pembelajaran,

sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Keberhasilan dalam

proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: motivasi

belajar, waktu belajar, lingkungan dan juga metode pembelajaran yang digunakan.

Metode pembelajaran aktif akan memberikan motivasi dan kesenangan dalam

belajar.

Dimyanti dan Mudjiono (2009:5) berpendapat bahwa, belajar merupakan

tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Proses belajar terjadi karena siswa
38

memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar, bila siswa belajar maka akan

terjadi perubahan mental pada diri siswa.

Dengan menggunakan media movie maker, pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas dapat mengurangi kepasifan siswa, meningkatkan per-hatian,

memacu minat serta partisipasi mereka dalam kegiatan pembelajar-an, hasil

belajar dan berpikir kreatif siswa dapat diukur dari aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Penggunaan media movie maker ini ini mencip-takan suasana belajar

yang menyenangkan.

Hasil-hasil yang diperoleh siswa dapat diukur atau diketahui berdasarkan

perubahan perilaku sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan belajar dalam bentuk

hasil belajar. Syamsudin (2005:157) berpendapat bahwa belajar dapat diartikan

sebagai suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan

praktik atau pengalaman tertentu.

Materi yang dipilih oleh peneliti dalam pembelajaran adalah memproduksi

teks biografi dengan menggunakan media Movie Maker. Materi yang dipilih

merupakan salah satu konsep dari pembelajaran kelas XI SMA.

Siswa kelas XI diberikan pembelajaran dengan menggunakan media Movie Maker

dan berupaya untuk bisa berpikir kreatif dalam memproduksi teks biografi yang

berharap siswa dapat memperoleh tujuan belajar dari segi kognitif, afektif dan

psikomotor.

Domain kognitif adalah sekelompok tingkah laku yang tergolong dalam

kemampuan berpikir atau intelektual sehingga domain kognitif ini disebut juga

sebagai bidang kemampuan intelektual atau kemampuan pengetahuan.


39

Cartono (2010:89) mengemukakan, domain afektif adalah sekelompok

tingkah laku yang tergolong dalam kemampuan sikap dan nilai. Domain

psikomotor adalah kelompok tingkah laku yang tergolong dalam bentuk

keterampilan otot atau kete-rampilan fisik.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dianggap sulit

bagi para siswa, seperti halnya menulis cerita ulang biografi.Mereka kesulitan

untuk mengemukakan idea tau gagasan, kekurangan pengetahuan tentang menulis

cerita ulang biografi, dan sebagainya. Kenala menulis juga dapat terjadi karena

adanya suasana kelas yang membosankan, interaksi siswa dengan siswa lain tidak

terbangun, sehingga siswa malas dan jenus dalam melaksanakan pembelajaran.

Dengan menggunakan media pembelajaran movie maker, maka media

pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk dapat belajar tentang

memproduksi teks cerita ulang biografi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari media movie maker

terhadap pembelajaran memproduksi teks cerita ulang biografi pada siswa. Media

ini akan diimplementasikan kepada siswa SMA, tingkat kemampuan siswa diukur

dengan menggunakan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes yang dibuat

berdasarkan bentuk produk yang menghasilkan sbuah karangan teks cerita ulang

biografi dengan menggunakan media movie maker pada pembelajaran

menulisnya.Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

Kerangka Pemikiran
Tabel 2.1

Guru yang Kemampuan berbahasa


menggunakan media siswa masih rendah,
Kondisi awal khususnya dalam
pembelajaran yang
belum bervariasi kemampuan menulis
40

Guru menggunakan Pembelajaran dapat lebih di


Tindakan
media movie maker mengerti dan siswa menjadi
dalam pembelajaran aktif
memproduksi teks cerita
ulang biografi

Melalui pembelajaran
Kondisi akhir dengan menggunakan
media movie maker dapat
meningkatkan
kemampuan dan hasil
belajar siswa

Pembelajaran Memproduksi Teks Cerita Ulang Biografi dengan

Menggunakan Media Movie Maker pada Sisw Kelas XI SMA Negeri 1 Lembang

Tahun Pelajaran 2015/2016

D. Asumsi dan Hipotesis

1. Asumsi

Asumsi adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima

oleh peneliti. Setiap peneliti dapat merumuskan anggapan dasar yang berbeda.
41

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memiliki anggapan dasar sebagai

berikut:

a) Penulis beranggapan telah mampu mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia

karena telah mengikuti perkuliahan Mata kuliah Pengembangan Kepribadian

(MPK) diantaranya: Pendidikan Pancasila, Penglingsosbudtek, Intermediate

English For Education, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan

Kewarganegaraan; Mata Kuliah Keahlian (MKK) di antaranya: Teori dan

Praktik Pembelajaran Menulis, Analisis Kesulitan Menulis, Menulis Kreatif,

Menulis Kritik dan Esai; Mata Kuliah Berkarya (MKB) di antaranya: SBM

Bahasa dan Sastra In-donesia, Penelitian Pendidikan; Mata Kuliah Perilaku

Berkarya (MPB) di antaranya: Pengantar Pendidikan, Psikologi Pendidikan,

Profesi Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran; Mata Kuliah Berkehidupan

Bermasyarakat (MBB) di antaranya: PPL I (Microteaching), dan KKN.

b) Pembelajaran memproduksi teks cerita ulang biografi terdapat pada KI 4 KD

4.2 dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas XI.

c) Media pembelajaran Movie Maker merupakan media pembelajaran yang

membantu siswa mengetahui bagaimana sebuah karangan yang dibuat. Media

ini juga merupakan sebuah cara pembelajaran yang efektif untuk membuat

siswa mampu dalam memproduksi teks cerita ulang biografi berdasarkan

struktur teks, ciri kebahasaan, dan kaidah penulisan secara tepat.

Dapat disimpulkan bahwa asumsi penulis telah lulus prasyarat

pembelajaran. Penulis juga memiliki asumsi bahwa pembelajaran memproduksi

teks cerita ulang biografi terdapat di dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran
42

Bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 1 Lembang dan menggunakan media

pembelajaran Movie Maker pada proses pembelajarannya.

2. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data.Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap

rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric dengan data.Dalam

penelitian ini, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut.

Arikunto (2006:67) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan

hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penilitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Dalam penelitian ini,

penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut.

a) Penulis mampu merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran

memproduksi teks biografi dengan menggunakan media Movie Maker pada

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lembang.

b) Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lembang mampu memproduksi teks biografi

berdasarkan struktur teks, ciri kebahasaan, kaidah penulisan teks cerita ulang

biografi.

c) Media Movie Maker tepat digunakan dalam pembelajaran memproduksi teks

biografi berdasarkan teks Movie Maker pada siswa kelas XI SMA Negeri 1

Lembang.
43

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini merupakan kemampuan

penulis dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran,

khususnya pembelajaran memproduksi teks cerita ulang biografi dengan

menggunakan media movie maker.Selain itu, siswa mampu untuk memproduksi

teks cerita ulang biografi berdasarkan struktur teks, ciri kebahasaan, dan kaidah

penulisan.

Anda mungkin juga menyukai