Anda di halaman 1dari 222

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS ANEKDOT

UNTUK KELAS X SMA/SMK/MA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Melda Meilissa
NPM 882010116026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIRALODRA

INDRAMAYU

2020
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS ANEKDOT UNTUK KELAS X

SMAJMAISMK

SKRIPSI

disetujui untuk diajukan ke sidang skripsi

Pembimbing II,

Dr. Dadun Kohar, M. Pd.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ketua Program Studi Pendidikan

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bahasa dan Sastra Indonesia,

Dr. Runisah., M. Pd. Saroni, M. Pd.


PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS ANEKDOT

UNTUK KELAS X SMAIMAISMK

SKRIPSI

disetujui untuk diajukan ke sidang skripsi oleh:

Penguji I, Penguji II

Agus Nasihin, Drs., M. Pd. Imas Juidah, M. Pd.

diketahui oleh,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan

Ilmu Pendidikan, Sastra Indonesia,

Dr. Runisah, M. Pd. Saroni, M. Pd.


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengembangan

Bahan Ajar Teks Anekdot untuk Kelas X SMA/MA/SMK” adalah benar-benar

karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-

cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan.

Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko/sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan ada pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Indramayu, Desember 2020

Yang membuat pernyataan,

Melda Meilissa
PERSEMBAHAN

Segala perjuangan saya hingga titik ini saya persembahkan untuk

orang yang paling berharga dalam hidup saya, orang tua tercinta Mamah,

terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang diberikan, serta doa dan

dukungan. Terima kasih telah menjadi orang tua yang sempurna, terima

kasih sudah berkorban, berjuang, menjadi pendengar yang baik, dan

memberi petuah terbaik.


MOTTO

JIKA ADA SESUATU YANG BISA KAMU LAKUKAN MAKA

LAKUKANLAH YANG TERBAIK SAAT INI, COBA TANTANG DIRIMU

AGAR MENJADI PRIBADI YANG BAIK DI MASA DEPAN.

SEMUA IMPIAN KITA DAPAT MENJADI KENYATAAN JIKA KITA

MEMILIKI KEBERANIAN UNTUK MEWUJUDKANNYA, TENTUNYA

DISERTAI DOA DAN RIDA ORANG TUA.


ABSTRAK

Seiring diberlakukannya Kurikulum 2013, pembelajaran teks anekdot


membutuhkan bahan ajar. Dengan situasi yang mengharuskan siswa belajar secara
daring, maka diperlukan bahan ajar yang dapat menunjang pembelajaran dengan
baik. Relevan dengan situasi tersebut, pengembangan bahan ajar teks anekdot untuk
kelas X SMA/MA/SMK merupakan jawaban atas permasalahan tersebut. Rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu apakah modul layak dijadikan sebagai media
pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK? Berdasarkan rumusan
masalah tersebut dapat diuraikan sejumlah pertanyaan penelitian yaitu, sebagai
berikut (1) Apakah Isi/materi yang penulis kembangkan layak digunakan dalam
pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK?, (2) Apakah penyajian
atau kegiatan belajar yang penulis rumuskan layak digunakan dalam pembelajaran
teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK?, (3) Apakah kebahasaan yang penulis
susun dalam modul layak dijadikan sebagai media pembelajaran teks anekdot untuk
kelas X SMA/MA/SMK?, (4) Apakah kegrafikaan yang penulis susun dalam modul
layak dijadikan sebagai media pembelajaran teks anekdot untuk kelas X
SMA/MA/SMK?
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Alasan
peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif, karena dapat menggambarkan
mekanisme sebuah proses dengan gambaran yang lengkap baik dalam bentuk
verbal maupun numerikal, serta dapat menyajikan informasi dasar akan suatu
hubungan pada permasalahan faktual yang terjadi pada kondisi saat ini. Hanya saja,
pengembangan yang dilakukan tidak sampai pada tahap akhir, yaitu hanya sampai
pada tahap pengukuran kelayakan modul atau validasi sehingga sumber data
diperoleh dari pengumpulan data atas jawaban tertulis responden melalui
pemberian angket.
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa bahan ajar teks
anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK efektif digunakan dalam kegiatan belajar,
seperti yang penulis rumuskan termasuk kategori di atas layak. Hal ini terbukti dari
rata-rata skor aspek kelayakan penyajian. Bahan ajar teks anekdot yang penulis
kembangkan mendekati sangat layak digunakan dalam pembelajaran teks anekdot
untuk kelas X SMA/MA/SMK. Hal ini terbukti dari rata-rata skor aspek kelayakan
isi/bahan ajar. Modul layak dijadikan sebagai media pembelajaran teks anekdot
untuk kelas X SMA/MA/SMK. Hal ini terbukti dari rata-rata skor aspek kelayakan
kebahasaan dan kelayakan kegrafikaan.
Penggunaan modul yang dapat dimanfaatkan tanpa adanya pendidik, maka
modul harus berisi hal-hal detail mengenai pembelajaran yang dilakukan mulai dari
tujuan perencanaan, materi pembelajaran, hingga evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran, sehingga peserta didik diharapkan dapat belajar mandiri
menggunakan modul tersebut.

Kata kunci: Pengembangan Bahan Ajar Teks Anekdot, Metode Deskripsi, dan
Modul.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., yang telah memberikan

rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Pengembangan Bahan Ajar Teks Anekdot untuk Kelas X SMA/MA/SMK

ini tepat waktu. Selawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad saw., para keluarganya, para sahabatnya, serta umatnya hingga akhir

zaman.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiralodra.

Skripsi ini mewujud berkat kesungguhan dan kerja keras penulis serta

bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa yang

selalu dipanjatkan agar anaknya selalu sehat dan selalu mendapat kemudahan dalam

segala hal.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Dadun Kohar, M.

Pd., dan Bapak Drs. Samsul Bahri, M. Pd., selaku pembimbing I dan pembimbing

II yang telah banyak memberikan pengarahan, membimbing dengan penuh

kesabaran, ketelitian, dan perhatian serta memberi masukan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

Ucapan yang sama penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Runisah., M. Pd.,

selaku Dekan FKIP yang telah memberikan bantuan baik berupa motivasi maupun

informasi.

ii
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Saroni, M. Pd., selaku

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan juga selaku

Dosen Wali PBSI 2016 kelas A, yang telah memberikan pengarahan, motivasi, dan

ilmu yang bermanfaat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah membimbing dan telah

memberi penulis ilmu yang bermanfaat.

Terima kasih juga kepada seluruh Staf Tata Usaha FKIP yang telah

memudahkan penulis dalam urusan administrasi.

Terima kasih kepada validator Ibu Grahana Tiku Anggraeni, S. Pd., guru

Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Indramayu, Ibu Vemy Rida Riawan, S. Pd., guru

Bahasa Indonesia SMK Nasional Indramayu, dan Bapak Suryana Hafidin, S. Pd.,

guru Bahasa Indonesia SMK NU Losarang.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman PBSI angkatan

2016 khususnya kelas A, yang banyak membantu penulis baik sewaktu perkuliahan

maupun dalam penulisan skripsi ini.

iii
Rasa hormat dan terima kasih bagi semua pihak atas segala dukungan dan

doanya, semoga Allah Swt., memberikan karunianya dan membalas kebaikan yang

telah mereka berikan kepada penulis. Aamiin.

Indramayu, Desember 2020

Penulis,

Melda Meilissa

iv
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 7

C. Batasan Masalah ...................................................................................... 7

D. Rumusan Masalah .................................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9

G. Definisi Operasional .............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN TEORETIS ......................................................................... 12

A. Pembelajaran Teks Anekdot Berdasaran Kurikulum SMA/MA/SMK

Tahun 2013 ............................................................................................ 12

1. Tujuan Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan Kurikulum

SMA/MA/SMK Tahun 2013 ............................................................. 14

2. Materi Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan Kurikulum

SMA/MA/SMK Tahun 2013 ............................................................. 18

3. Kegiatan Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan Kurikulum

SMA/MA/SMK Tahun 2013 ............................................................. 21

v
4. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan

Kurikulum SMA/MA/SMK Tahun 2013 .......................................... 27

B. Bahan Ajar Teks Anekdot ...................................................................... 32

1. Bahan Ajar ......................................................................................... 33

a. Pengertian Bahan Ajar .................................................................. 34

b. Macam-macam Bahan Ajar .......................................................... 35

c. Fungsi Bahan Ajar ........................................................................ 38

d. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar ....................................... 40

2. Teks Anekdot .................................................................................... 41

a. Pengertian Teks Anekdot ............................................................. 42

b. Ciri-ciri Teks Anekdot .................................................................. 43

c. Struktur Teks Anekdot ................................................................. 43

d. Kebahasaan Teks Anekdot ........................................................... 45

e. Tujuan Teks Anekdot ................................................................... 46

C. Modul Sebagai Media Pembelajaran ..................................................... 47

1. Media Pembelajaran .......................................................................... 48

a. Pengertian Media Pembelajaran .................................................... 49

b. Fungsi Media Pembelajaran .......................................................... 50

c. Kriteria Pemilihan Media ............................................................. 52

2. Modul ................................................................................................ 53

a. Pengertian Modul ......................................................................... 54

b. Karakteristik Modul ...................................................................... 56

c. Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul ............................................ 58

vi
d. Kelebihan dan Kekurangan Modul ............................................... 59

D. Kegiatan Pembelajaran .......................................................................... 60

1. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning/PBL) .................................................................................. 61

a. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah .................... 62

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah .......... 64

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis

Masalah ......................................................................................... 66

2. Metode Inkuiri ................................................................................... 68

a. Pengertian Metode Inkuiri ............................................................ 69

b. Langkah-langkah Metode Inkuiri ................................................. 70

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri ................................. 72

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 80

A. Waktu Penelitian .................................................................................... 80

B. Metode Penelitian .................................................................................. 80

C. Data dan Sumber Data ........................................................................... 81

1. Data ................................................................................................... 81

2. Sumber Data ...................................................................................... 81

D. Instrumen Penelitian ............................................................................. 82

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 86

F. Teknik Pengolahan Data ....................................................................... 86

vii
BAB IV MODUL PEMBELAJARAN TEKS ANEKDOT UNTUK KELAS X

SMA/MA/SMK DAN KELAYAKANNYA ....................................... 89

A. Modul Pembelajaran Teks Anekdot untuk Kelas X SMA/MA/SMK ... 89

B. Kelayakan Modul Pembelajaran Teks Anekdot untuk Kelas X

SMA/MA/SMK .................................................................................... 163

1. Kelayakan Isi/Bahan Ajar ............................................................... 163

2. Kelayakan Penyajian ....................................................................... 169

3. Kelayakan Kebahasaan ................................................................... 175

4. Kelayakan Kegrafikaan ................................................................... 180

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 187

A. Simpulan ............................................................................................. 187

B. Saran .................................................................................................... 187

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 189

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 191

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 KI dan KD Teks Anekdot ............................................................... 16

Tabel 2.2 Materi Pembelajaran Teks Anekdot dalam Kurikulum 2013 Kelas

X SMA/MA/SMK ................................................................................. 19

Tabel 2.3 Kegiatan Pembelajaran Teks Anekdot Kelas X SMA/MA/SMK ... 25

Tabel 2.4 Sintak Model Pembelajaran Berbasis Masalah ............................... 63

Tabel 2.5 Peran Guru dan Peserta Didik dalam PBL ...................................... 65

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013

adalah sebagai penghela ilmu pengetahuan. Hal ini karena bahasa Indonesia sebagai

media penerima dan penyampai ilmu pengetahuan. Artinya, kemampuan berbahasa

Indonesia akan menentukan prestasi siswa dalam mata pelajaran lain, karena mata

pelajaran lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar pembelajaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia di SMA/MA/SMK memiliki empat tujuan

utama yang tertuang dalam Kompetensi Inti (KI). Secara keseluruhan tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia di SMA/MA/SMK, yaitu (1) memiliki sikap

religius, (2) memiliki sikap sosial, (3) memiliki pengetahuan yang memadai tentang

berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan yang

ditempuhnya, dan (4) memiliki keterampilan membuat berbagai genre teks bahasa

Indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA/MA/SMK pada butir (3)

mengandung arti bahwa peserta didik memahami informasi, pengetahuan yang

disampaikan dengan menggunakan bahasa Indonesia baik melalui kegiatan

menyimak maupun membaca. Adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia butir

(4) mengandung arti bahwa peserta didik mampu menggunakan bahasa Indonesia

dalam berkomunikasi, baik secara lisan (berbicara) maupun secara tulis (menulis).

Keterampilan-keterampilan berbahasa pada kenyataannya belum dikuasai

peserta didik dengan baik, sehingga hal ini dapat menjadi salah satu faktor

1
2

rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia. Rendahnya hasil belajar peserta didik

ditunjukkan dari data Hasil Ujian Nasional mata pelajaran bahasa Indonesia, tahun

2017 sampai tahun 2019 di Indramayu tingkat SMA/MA/SMK. Data hasil Ujian

Nasional dihimpun dari Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, (1) tahun 2017 hasil Ujian Nasional (UN) mata pelajaran bahasa

Indonesia mencapai angka 61,45, (2) tahun 2018 mencapai angka 60,24, dan (3)

tahun 2019 mencapai angka 66,12. Selama tiga tahun terakhir penyelenggaraan

Ujian Nasional mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA/MA/SMK di

Indramayu mengalami kenaikan serta penurunan, persentase tersebut menunjukkan

hasil 60,62.

Hasil Ujian Nasional dapat digunakan untuk menggambarkan hasil

pembelajaran bahasa Indonesia. Penulis mengambil data hasil belajar mata

pelajaran bahasa Indonesia dari hasil Ujian Nasional, karena mudah untuk mencari

data, dan data hasil Ujian Nasional lebih objektif.

Rata-rata hasil Ujian Nasional bahasa Indonesia tingkat SMA/MA/SMK se-

Indramayu, tahun 2017 sampai dengan tahun 2019, menunjukkan hasil sebesar

60,62. Hal ini berarti hasil pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA/MA/SMK

se-Indramayu, masuk dalam kategori cukup (C). Artinya, hasil pembelajaran

bahasa Indonesia masih harus ditingkatkan.

Kemungkinan rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia tingkat

SMA/MA/SMK di Indramayu, berdasarkan teori pembelajaran sebagai sebuah

sistem menyatakan bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran terdapat berbagai

komponen yang saling berkaitan atau berhubungan, yaitu komponen tujuan, materi,
3

media, metode, dan evaluasi. Jika hasil pembelajaran masih rendah berarti ada

kemungkinan komponen pembelajarannya belum seimbang, bisa jadi komponen

pembelajaran berlebih dalam satu hal dan kurang dalam hal lain. Misalnya ketika

mengajar guru telah menyampaikan materi dengan sangat baik, namun tidak

ditunjang dengan adanya media pembelajaran. Ketika materi dan media yang

digunakan sudah sesuai namun metode yang diterapkan kurang membuat siswa

tertarik pada pembelajaran, atau ketika media dan metode belajar yang digunakan

sudah tepat namun bahan ajar yang diterapkan kurang sesuai sehingga

kemungkinan hasil belajar siswa masih rendah.

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

Bahan ajar adalah komponen yang harus ada dalam pembelajaran. Tujuan belajar

diukur dari sisi sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi. Materi adalah alat

untuk mencapai tujuan, seseorang dikatakan telah belajar manakala tingkah lakunya

berubah, tingkah laku itu bisa dilihat dari penambahan pengetahuan dari yang tidak

tahu menjadi tahu. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah melaksanakan

pembelajaran dan siswa akan terbantu dalam belajar. Bahan ajar terdapat di dalam

silabus, akan tetapi harus dikembangkan oleh seorang guru karena itu guru harus

memiliki kompetensi. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogis,

kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi (Pasal 10 UU No. 14 Tahun 2005). Dari

masing-masing kompetensi tersebut, guru dituntut mampu menyusun bahan ajar

yang inovatif sesuai dengan kurikulum, perkembangan kebutuhan peserta didik,

maupun perkembangan teknologi informasi.


4

Bahan ajar dan media pembelajaran tidak dapat dipisahkan dalam

pembelajaran, dengan adanya bahan ajar guru akan lebih mudah melaksanakan

pembelajaran dan siswa akan terbantu dalam belajar. Setelah bahan ajar tersedia,

agar bahan ajar itu sampai kepada siswa maka harus ada sarana fisik yang

digunakan untuk menyampaikan bahan ajar. Sarana fisik yang digunakan untuk

menyampaikan bahan ajar, yaitu media. Media pembelajaran digunakan untuk

menunjang pembelajaran, ketidakjelasan dan kerumitan materi dapat dibantu

dengan hadirnya media. Agar bahan ajar mencapai tujuan pembelajaran, maka guru

dalam menyampaikan bahan ajar harus menggunakan media.

Selain bahan ajar, media juga berperan penting dalam proses pembelajaran.

Pentingnya media dalam proses pembelajaran, karena proses belajar mengajar

hakikatnya adalah proses komunikasi, media sebagai alat penyampai pesan atau

informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam proses pembelajaran,

hadirnya media sangat diperlukan, sebab mempunyai peranan besar yang

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Fungsi media pembelajaran

secara umum, yaitu membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses

pembelajaran, dan mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Kurang tepatnya

pemilihan media dapat menyebabkan tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Salah satu media pembelajaran adalah modul. Modul merupakan media cetak

yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik. Modul

disebut juga media untuk belajar mandiri, karena di dalamnya telah dilengkapi

petunjuk untuk belajar sendiri. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran

yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang
5

secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai

dengan tingkat kompleksitasnya.

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maka perlu diperhatikan segala

sesuatu yang mendukung keberhasilan itu. Dari sekian banyak faktor penentu

keberhasilan pembelajaran, kegiatan belajar merupakan salah satu faktor penting.

Kegiatan belajar adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa, guna mencapai

hasil belajar tertentu dengan bimbingan dan arahan serta motivasi dari guru. Dalam

kegiatan belajar artinya siswa melakukan aktivitas yaitu memahami bahan ajar

dengan cara menyimak, membaca, memahami isi bacaan, mencoba, dan menalar.

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang

dilakukan oleh Sang Putu Merta Pujawan (2014) yang berjudul Pengembangan

Bahan Ajar Berbasis Teks Anekdot dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk

Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Semarapura. Hasil akhir dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar berbasis teks anekdot dari segi

struktur mikro dan makro serta kaidah bahasa mikro dan makro sudah memenuhi

standar setelah divalidasi.

Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Dede Endang Mascita (2018) yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Teks

Anekdot Berbasis Kearifan Lokal untuk Siswa Kelas X SMA. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pembelajaran teks anekdot menggunakan bahan ajar berupa

modul ini telah memotivasi dan mendorong peserta didik dapat mempraktikan

kemampuan membuat teks anekdot. Peserta didik memberikan respon kognitif dan

efektif yang positif. Peserta didik aktif bertanya mengenai cara membuat teks
6

anekdot. Modul teks anekdot dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam

memahami, mengevaluasi, mengetahui struktur, unsur kebahasaan, isi/makna

tersirat, dan membuat teks anekdot.

Penelitian yang dilakukan oleh Apit Meilani (2016) yang berjudul

Pengembangan Bahan Ajar Memproduksi Teks Anekdot Bermuatan Nilai-nilai

Peduli Sosial dengan Pendekatan Saintifik bagi Siswa Kelas X. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa telah mampu menyajikan teks anekdot sesuai dengan

nilai sosial dengan prosentase 79,01, aspek kebahasaan diperoleh dengan

prosentase 75,39.

Persamaan antara ketiga penelitian tersebut yaitu terletak pada variabel

bebasnya, yaitu sama-sama menggunakan bahan ajar teks anekdot. Kesamaan

penelitian Sang Putu Merta Pujawan dengan penelitian ini yaitu sama-sama

mengembangkan bahan ajar teks anekdot. Perbedaan penelitian Sang Putu Merta

Pujawan yaitu terletak pada segi struktur dan kaidah bahasa. Kesamaan penelitian

Dede Endang Mascita yaitu pengembangan bahan ajar teks anekdot. Adapun

perbedaannya yaitu pada variabel bebas dan variabel terikatnya yaitu berbasis

kearifan lokal, sedangkan penelitian ini tidak hanya memberikan contoh teks

anekdot dalam bentuk kearifan lokal saja, namun secara umum. Kesamaan

penelitian Apit Meiliani yaitu terdapat pada variabel bebasnya yang bermuatan

nilai-nilai sosial pengembangan bahan ajar teks anekdot. Adapun perbedaannya

yaitu terletak pada variabel terikatnya bermuatan nilai-nilai sosial dengan

pendekatan saintifik. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penulis


7

melakukan penelitian tentang Pengembangan Bahan Ajar Teks Anekdot untuk

Kelas X SMA/MA/SMK.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1) Hasil mata pelajaran bahasa Indonesia yang kurang tercapai sepenuhnya

dibuktikan dari hasil ujian nasional tiga tahun terakhir yaitu, dari tahun 2017

sampai tahun 2019 di Indramayu tingkat SMA/MA/SMK. Data hasil ujian

nasional dihimpun dari pusat penilaian pendidikan kemendikbud pada tahun

2017 diperoleh hasil 61,45, tahun 2018 diperoleh hasil 60,24, dan tahun 2019

diperoleh hasil 66,12.

2) Bahan ajar yang digunakan guru kurang inovatif untuk mengoptimalkan

kreativitas siswa khususnya dalam materi teks anekdot dibuktikan dari

pernyataan Prastowo dalam bukunya yang berjudul Panduan Kreatif Membuat

Bahan Ajar Inovatif.

3) Perlu adanya media pembelajaran lain yang dapat menunjang kemampuan siswa

untuk belajar mandiri.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka peneliti membatasi permasalahan yaitu pada pengembangan bahan ajar teks

anekdot. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Pengembangan

bahan ajar dilakukan untuk membantu guru dan siswa untuk mencapai kompetensi
8

yang diinginkan. Masalah dalam penelitian ini juga dibatasi dengan penggunaan

desain pengembangan dan penerapan model. Bahan ajar teks anekdot ini dikaji

berdasarkan hasil analisis terhadap kompetensi dasar yang tertera pada silabus pada

kurikulum 2013.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, permasalahan yang akan di cari

jawabannya yaitu, apakah modul layak dijadikan sebagai media pembelajaran teks

anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat diuraikan sejumlah pertanyaan

penelitian yaitu, sebagai berikut.

1) Apakah Isi/materi yang penulis kembangkan layak digunakan dalam

pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK?

2) Apakah penyajian atau kegiatan belajar yang penulis rumuskan layak digunakan

dalam pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK?

3) Apakah kebahasaan yang penulis susun dalam modul layak dijadikan sebagai

media pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK?

4) Apakah kegrafikaan yang penulis susun dalam modul layak dijadikan sebagai

media pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kelayakan modul yang dijadikan media pembelajaran teks

anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK.


9

Berdasarkan tujuan penelitian di atas dapat diuraikan beberapa tujuan, yaitu

untuk mengetahui

1) kelayakan isi/materi yang penulis kembangkan dalam pembelajaran teks anekdot

untuk kelas X SMA/MA/SMK;

2) kelayakan penyajian atau kegiatan belajar yang penulis rumuskan dalam

pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK;

3) kelayakan kebahasaan yang penulis susun dalam modul sebagai media

pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK;

4) kelayakan kegrafikaan yang penulis susun dalam modul sebagai media

pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis

maupun secara praktis.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia, khususnya dibidang bahan ajar dalam teks anekdot di

kelas X SMA/MA/SMK.

b. Manfaat Praktis

1) Guru

Sebagai salah satu sumber informasi tentang bahan ajar yang akan diterapkan,

khususnya pada materi teks anekdot di kelas X SMA/MA/SMK.


10

2) Siswa

Siswa diharapkan dapat memahami empat Kompetensi Dasar khususnya

dalam materi teks anekdot kelas X SMA/MA/SMK, sehingga mereka dapat berpikir

kreatif dan kritis, dan dapat mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

3) Sekolah

Sumber tambahan bagi calon-calon pengembang pendidikan, dan dapat

menjadikan masukan untuk sekolah dalam upaya meningkatkan mutu lulusannya

dengan cara melengkapi sarana belajar dan meningkatkan profesionalisme guru

dalam mendidik siswa.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atau salah penafsiran tentang istilah

yang digunakan dalam judul penelitian ini, penulis mendefinisikan istilah-istilah itu

sebagai berikut:

1. Pengembangan Bahan Ajar Teks Anekdot

Pengembangan bahan ajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik

untuk menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar

dengan menyesuaikan tuntutan kurikulum, menyesuaikan dengan kebutuhan siswa,

karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.

Beberapa ahli berpendapat mengenai pengertian bahan ajar salah satunya

yaitu, Widodo & Jasmadi (dalam Lestari, 2013: 1) mengatakan bahwa bahan ajar

adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi

pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain

secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan,
11

yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.

Sedangkan Pannen (dalam Prastowo, 2011: 17) mengungkapkan bahwa bahan ajar

adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang

digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

2. Teks Anekdot

Anekdot adalah teks yang berbentuk cerita: di dalamnya mengandung humor

sekaligus kritik (Kosasih, 2014: 2). Karena berisi kritik, anekdot seringkali

bersumber dari kisah-kisah faktual dengan tokoh nyata dan terkenal. Anekdot tidak

semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu, guyonan, ataupun humor. Akan tetapi

terdapat pula tujuan lain di balik cerita lucunya itu, yakni berupa pesan yang

diharapkan bisa memberikan pelajaran kepada khalayak. Sedangkan menurut

Kemendikbud (2017: 107) anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu

dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh

masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata

ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan.

Seringkali partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam

anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Anekdot digunakan untuk menyampaikan

kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti.


BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan Kurikulum SMA/MA/SMK

Tahun 2013

Pembelajaran adalah kegiatan interaksi yang dilakukan oleh seorang guru

dengan peserta didik dalam suatu lingkungan kegiatan belajar mengajar. Pada

hakikatnya pembelajaran merupakan interaksi timbal balik antara peserta didik

dengan pendidik, dalam proses belajar mengajar supaya dapat melakukan

perubahan tingkah laku maupun pengetahuan. Tujuan pembelajaran ini akan

tercapai apabila pembelajaran berjalan efektif.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa Kurikulum

merupakan seperangkat rencana yang berisi tujuan, isi, dan pelajaran serta cara

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu sesuai dengan konteks berbangsa dan

bernegara, Kurikulum dalam konteks ini haruslah menjadi bagian dari penyemaian

dan pembentukan konsepsi dan perilaku individu tentang kesadaran identitas

kebangsaan dan kenegaraan. Dengan demikian Kurikulum bukan hanya menjadi

hiasan selama pertemuan di kelas antar guru dan siswa, melainkan bagian

terpenting di dalam mengubah karakteristik manusia.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum hasil pengembangan dari kurikulum

sebelumnya, yaitu KTSP 2006. Pada Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar

merupakan hasil dari penjabaran Kompetensi Inti. Kompetensi Inti untuk mata

pelajaran bahasa Indonesia terdiri atas empat kompetensi yang harus dikuasai oleh

12
13

siswa. Kompetensi Inti 1 dan 2 berhubungan dengan sikap spiritual dan sikap sosial.

Sementara itu Kompetensi Inti 3 dan 4 berhubungan dengan pengetahuan dan

keterampilan yang berkaitan dengan teks.

Pada Kurikulum 2013, pengembangan kurikulum mata pelajaran bahasa

Indonesia menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks. Pada

pendekatan ini diharapkan siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks

sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Mata pelajaran bahasa Indonesia

diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang

mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunaanya pada

konteks sosial budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa, baik verbal

maupun nonverbal, yang mengungkapkan makna secara kontekstual (Kohar, 2016:

65).

Kurikulum 2013 mulai diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia pada

tahun 2013. Salah satu hal yang menarik dari penerapan Kurikulum 2013 ini adalah

materi pembelajarannya. Berbagai jenis teks dengan tujuan sosial, struktur, dan ciri

bahasa dipelajari pada Kurikulum 2013. Salah satunya teks anekdot, teks anekdot

dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X bertujuan untuk melatih siswa

berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan

nyata dengan cara yang unik dan lebih baik.


14

1. Tujuan Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan Kurikulum

SMA/MA/SMK Tahun 2013

Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang selalu dirumuskan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan

pembelajaran tersebut dapat dianggap sebagai arah ke mana guru akan membawa

peserta didiknya mencapai kompetensi tertentu.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia diturunkan dari Permendikbud Nomor

54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang kemudian

diturunkan menjadi Kompetensi Inti (KI). Standar Kompetensi Lulusan adalah

kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhi atau dicapai dari

suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Secara umum, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013

yakni, 1) memiliki sikap religius, 2) memiliki sikap sosial, 3) memiliki pengetahuan

yang memadai tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang

pendidikan yang ditempuhnya, dan 4) memiliki keterampilan membuat berbagai

genre teks bahasa Indonesia.

Kompetensi Dasar (KD) dirumuskan untuk mencapai KI. Rumusan KD

dikembangkan atau dijabarkan dengan memerhatikan karakteristik dan kemampuan

peserta didik.

a. Kompetensi Inti Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau pengorganisasain SKL dalam

bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
15

pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran

mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus

dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian

hard skill dan soft skill.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian kompetensi dasar.

Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi

horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah

keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke

kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu

akumulasi yang bersinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.

Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata

pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam

satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling

memperkuat.

b. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi dalam setiap mata pelajaran untuk

setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah

kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam suatu mata pelajaran di kelas

tertentu. Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran di kelas tertentu ini merupakan

jabaran lanjut dari Kompetensi Inti, yang memuat tiga ranah yaitu afektif, kognitif,
16

dan psikomotor. Acuan yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi dasar

setiap mata pelajaran pada setiap kelas adalah Kompetensi Inti.

Berikut penjabaran Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada

mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X SMA/MA/SMK.

Tabel 2.1

Tabel Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Teks Anekdot

No. Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD)

1. Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong,

kerjasama, toleransi, damai),

santun, responsif dan pro-aktif

dan menunjukkan sikap sebagai

bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia
17

3. Memahami, menerapkan, 3.5 Mengevaluasi teks

menganalisis pengetahuan anekdot dari aspek makna

faktual, konseptual, prosedural tersirat.

berdasarkan rasa ingin tahunya 3.6 Menganalisis struktur dan

tentang ilmu pengetahuan kebahasaan teks anekdot.

teknologi, seni budaya, dan

humaniora dengan wawasan

kemanusiaan kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan

masalah

4. Mengolah, menalar, menyaji 4.5 Mengontruksi makna

dalam ranah konkret dan ranah tersirat dalam sebuah

abstrak terkait dengan teks anekdot.

pengembangan dari yang 4.6 Menciptakan kembali

dipelajarinya di sekolah secara teks anekdot dengan

mandiri, dan mampu


18

menggunakan metode sesuai memerhatikan struktur

kaidah keilmuan dan kebahasaan.

Sumber:Buku Kurikulum SMA

2. Materi Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan Kurikulum

SMA/MA/SMK Tahun 2013

Materi pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam

pembelajaran. Menurut Poerwati dan Amri (2013: 255), materi pembelajaran

adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik

dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

Pada hakikatnya materi pembelajaran dapat berupa fakta, konsep, prosedur,

prinsip, dan keterampilan. Fakta merupakan materi pelajaran yang paling

sederhana, karena materi ini sifatnya hanya mengingat hal-hal yang spesifik.

Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau

sifat. Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan

siswa untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu.

Prinsip merupakan hasil generalisasi hubungan antara dua atau lebih konsep yang

sudah teruji secara empiris. Keterampilan merupakan pola kegiatan dengan tujuan

tertentu yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi.

Keterampilan ada dua bentuk. Pertama keterampilan intelektual, yakni

keterampilan berpikir melalui kegiatan menggali, menyusun, dan menggunakan

berbagai informasi, baik berupa data, fakta, konsep, prinsip, atau teori. Kedua,

keterampilan fisik yang berupa keterampilan motorik (Sanjaya, 2013: 142-143).


19

Bahan atau materi pembelajaran teks anekdot terdapat dalam silabus. Akan

tetapi, materi tersebut tidak dapat langsung diberikan kepada siswa. Oleh karena itu

harus dikembangkan oleh guru. Agar materi dalam bahan ajar ini dapat

tersampaikan maka guru dapat memberikan contoh, sehingga siswa semakin

menjadi paham dengan materi yang diajarkan.

Berikut adalah materi pembelajaran teks anekdot dalam Kurikulum 2013

yang terdapat pada KI 3 dan KI 4 di kelas X disertai dengan Kompetensi Dasar dari

masing-masing KI.

Tabel 2.2

Materi Pembelajaran Teks Anekdot dalam Kurikulum 2013

Kelas X SMA/MA/SMK

No. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran

KI-3 Memahami, menerapkan, 3.5 Mengevaluasi teks Isi teks anekdot:

menganalisis anekdot dari aspek  peristiwa/sosok yang

pengetahuan faktual, makna tersirat. berkaitan dengan

konseptual, prosedural 4.5 Mengontruksi kepentingan publik.

berdasarkan rasa ingin makna tersirat Unsur anekdot:

tahunya tentang ilmu dalam sebuah teks  peristiwa/tokoh yang

pengetahuan, teknologi, anekdot. perlu dikritisi, sindiran,

seni budaya, dan humor, dan penyebab

humaniora dengan kelucuan.

wawasan kemanusiaan,
20

kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan

kejadian, serta

menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang

kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk

memecahkan masalah

KI-4 Mengolah, menalar, dan 3.6 Menganalisis  Isi anekdot

menyaji dalam ranah struktur dan  Peristiwa/sosok yang

konkret dan ranah kebahasaan teks berkaitan dengan

abstrak terkait dengan anekdot. kepentingan publik.

pengembangan dari yang 4.6 Menciptakan  Sindiran.

dipelajarinya di sekolah kembali teks  Unsur humor.

secara mandiri, dan anekdot dengan  Kata dan Frasa


mampu menggunakan memerhatikan idiomatis.
metoda sesuai kaidah struktur dan

keilmuan kebahasaan.

Sumber: Silabus Bahasa Indonesia SMA


21

Materi pada tabel bahan ajar di atas tidak dapat langsung diberikan pada

peserta didik dan tidak dapat langsung dimengerti oleh peserta didik. Oleh karena

itu perlu adanya penjelasan yang diberikan oleh guru dan disertai dengan pemberian

contoh yang tentunya sesuai dengan setiap materi yang diajarkan. Guru dapat

menjelaskan pengertian anekdot melalui contoh, jadi siswa belajar untuk menalar.

Guru dapat menjelaskan ciri kebahasaan teks anekdot, yaitu ciri kebahasaan teks

anekdot menggunakan bahasa yang tidak mengandung unsur sara, digunakan

makna kias atau makna yang bukan sebenarnya, yang berfungsi untuk menyindir

atau mengkritisi tokoh publik. Contoh yang diberikan guru dapat beragam, tidak

hanya berfokus pada teks saja melainkan melalui video, dapat dijelaskan pula

bahwa komedi dengan teks anekdot memiliki perbedaan, walaupun dalam teks

ankedot terdapat unsur humor namun jelas memiliki perbedaan dengan komedi.

3. Kegiatan Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan Kurikulum

SMA/MA/SMK Tahun 2013

Setiap proses selalu ada tahapan yang harus dilalui. Hal ini termasuk ketika

kegiatan pembelajaran akan berlangsung. Kegiatan belajar adalah serangkaian

aktivitas yang dilakukan siswa, guna mencapai hasil belajar tertentu dengan

bimbingan dan arahan serta motivasi dari guru. Dalam kegiatan belajar artinya

siswa melakukan aktivitas yaitu memahami bahan ajar dengan cara menyimak,

membaca, memahami isi bacaan, mencoba, dan menalar.

Pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau

pembukaan atau pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup.

Menurut Sanjaya (dalam Majid, 2014: 129), kegiatan awal memiliki tiga tujuan,
22

yakni pertama, untuk menarik perhatian siswa yang dapat dilakukan dengan cara

meyakinkan peserta didik bahwa materi pembelajaran yang akan dipelajari berguna

baginya. Kedua, menumbuhkan motivasi belajar peserta didik yang dapat dilakukan

dengan membangun suasana akrab pada peserta didik. Ketiga, memberikan acuan

tentang pembelajaran yang akan dilakukan dengan cara seperti mengemukakan

tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Kegiatan ini

mencakup penyampaian informasi, membahas materi standar untuk membentuk

kompetensi dan karakter peserta didik. Selain itu, pembahasan terhadap tema dan

subtema dilakukan melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan berbagai

metode dan media. Ketika penyajian dan pembahasan tema, guru dalam

penyajiannya hendaklah lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah dalam Majid,

2014: 129).

Kegiatan akhir atau penutup dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan

oleh guru untuk mengakhiri pembelajaran dengan maksud memberikan gambaran

menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa. Kegiatan ini juga dapat

dilakukan untuk mengetahui keberhasilan siswa dan keberhasilan guru dalam

pelaksanaan proses pembelajaran. Kegiatan akhir pembelajaran dapat dilakukan

pula dengan memberikan tugas dan post test tentang apa yang dipelajari siswa.

Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang disarankan untuk diterapkan dalam

pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa Indonesia adalah pendekatan

saintifik. Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah diterapkan untuk merangsang

peserta didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Permendikbud No. 65
23

Tahun 2013 tentang Standar Proses mengamanatkan penggunaan saintifik.

Pendekatan ini mencakup lima aspek yang meliputi mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi atau melakukan eksperimen, menalar atau mengasosiasi,

dan mengomunkasikan (Kohar, 2016: 69). Berikut pemaparan lebih lanjut.

a) Mengamati

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan

rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi.

Tahap mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta

didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Pada

tahap ini, kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan

mengamati teks yang dimodelkan, mengamati video, mengamati gambar atau

mengamati lingkungan sekitar.

b) Menanya

Menanya dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Dalam hal ini

kegiatan menanya dapat dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik

dengan guru, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya. Bertanya dalam

pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,

dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan

bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran.


24

c) Mengumpulkan Informasi atau Melakukan Eksperimen

Kegiatan ini dilangsungkan untuk memaksimalkan panca indra peserta didik

dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan prinsip sesuai kompetensi mata

pelajaran. Peserta dapat mengumpulkan informasi melalui media cetak, media

elektronik, internet maupun lingkungan sekitar.

d) Menalar atau Mengasosiasi

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata

empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Ada dua cara menalar yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran

induktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari fenomena atau

atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Penalaran deduktif

merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan

atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus.

e) Mengomunikasikan

Mengomunikasikan atau melaporkan menjadi tahapan terakhir pendekatan

ini. Pada tahap ini peserta didik memaparkan hasil pemahamannya terhadap suatu

konsep/bahasan secara lisan maupun tertulis. Pada pembelajaran bahasa Indonesia

kegiatan ini dapat berupa membacakan karya teks yang dibuat maupun hasil diskusi

kelompok yang dipresentasikan.


25

Tabel 2.3

Kegiatan Pembelajaran Teks Anekdot Kelas X SMA/MA/SMK

No. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

1. Mengevaluasi teks anekdot Isi teks anekdot:  Menilai isi dan aspek

dari aspek makna tersirat.  peristiwa/sosok makna tersirat dalam

2. Mengontruksi makna yang berkaitan teks anekdot

tersirat dalam sebuah teks dengan kepentingan  Menyusun kembali

anekdot. publik. teks anekdot dengan

Unsur anekdot: memerhatikan makna

 peristiwa/tokoh tersirat dalam teks

yang perlu dikritisi, anekdot yang dibaca

sindiran, humor,  Mempresentasikan,

dan penyebab mengomentari, dan

kelucuan. merevisi teks anekdot

yang telah disusun.

3. Menganalisis struktur dan  Isi anekdot  Mengidentifikasi

kebahasaan teks anekdot.  Peristiwa/sosok yang struktur (bagian-bagian

4. Menciptakan kembali teks berkaitan dengan teks) anekdot dan

anekdot dengan kepentingan publik. kebahasaan.

memerhatikan struktur dan  Sindiran.  Menyusun kembali

kebahasaan.  Unsur humor. teks anekdot dengan


26

 Kata dan Frasa memerhatikan struktur

idiomatis. dan kebahasaan.

 Mempresentasikan,

menanggapi, dan

merevisi teks anekdot

yang telah disusun.

Sumber: Silabus Bahasa Indonesia SMA

Tabel kegiatan pembelajaran di atas sepenuhnya belum bersifat lengkap.

Dalam kegiatan pembelajaran menilai isi dan aspek makna tersirat dalam teks

anekdot, berarti guru memberikan contoh berupa teks anekdot, dengan pengajaran

menggunakan metode Problem Based Learning. Peserta didik menemukan sendiri

masalah yang harus dipecahkannya, secara individu peserta didik melakukan

aktivitas menilai isi teks anekdot berdasarkan makna tersirat. Kegiatan

pembelajaran selanjutnya yaitu menyusun kembali teks anekdot dengan

memerhatikan makna tersirat, peserta didik secara mandiri menyusun kembali teks

anekdot bukan membuat teks anekdot yang baru, melainkan menyusun teks anekdot

yang sudah ada dengan memerhatikan makna tersirat yang terkandung di dalamnya.

Peserta didik secara mandiri bergantian untuk mempresentasikan hasil yang telah

dikerjakan. Peserta didik yang lain memberikan komentar atau bahkan merevisi

hasil kerja temannya yang telah presentasi.

Kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu mengidentifikasi struktur dan

kebahasaan teks anekdot. Dalam kegiatan ini guru dapat memberikan contoh, baik

berupa teks maupun berupa video anekdot. Peserta didik mengamati contoh yang
27

diberikan guru kemudian peserta didik mengenali tiap-tiap bagian dan kebahasaan

teks anekdot, menggunakan metode Discovery Learning.

Kegiatan pembelajaran menyusun kembali teks anekdot dengan

memerhatikan struktur dan kebahasaan berarti peserta didik secara mandiri

menyusun bukan membuat teks anekdot yang baru dengan memerhatikan struktur

dan ciri kebahasaan yang khas yang terdapat dalam anekdot. Peserta didik secara

mandiri mempresentasikan hasil kerjanya dan peserta didik yang lain memberikan

tanggapan berupa komentar dan dapat merevisi hasil kerja temannya.

4. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran Teks Anekdot Berdasarkan Kurikulum

SMA/MA/SMK Tahun 2013

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Permendikbud No. 23 Tahun

2016). Penilaian pada dasarnya adalah sama dengan asesmen. Terdapat tiga

kegiatan yang saling terkait dengan kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik.

yakni pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan evaluasi

(evaluation). Pengukuran adalah kegiatan pembandingkan hasil pengamatan

dengan suatu kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan

informasi atau bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan

menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Evaluasi adalah proses mengambil

keputusan (judgement) berdasarkan hasil-hasil penilaian.

Berdasarkan Kurikulum 2013, aspek yang dinilai tergantung pada Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD).

SKL mencakup sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).


28

Kompetensi Inti mencakup aspek sikap terhadap Tuhan (KI-1), aspek sikap

terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungannya (KI-2), aspek pengetahuan (KI-

3), dan aspek keterampilan (KI-4).

Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran otentik. Oleh karena itu asesmen

otentik sangat berperan. Penilaian otentik memiliki relevansi yang kuat terhadap

pendekatan ilmiah (saintifik) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan

Kurikulum 2013. Asesmen otentik merupakan sebuah penilaian proses yang di

dalamnya melibatkan berbagai kinerja yang mencerminkan bagaimana peserta

didik belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas

pembelajaran.

Tujuan penilaian adalah untuk mengukur berbagai kemampuan dan

keterampilan peserta didik dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di

dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut diperlukan. Selain itu,

adanya penilaian adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan, pemahaman, dan

ketuntasan kompetensi peserta didik.

Pada Kurikulum 2013 penilaian mencakup tiga kompetensi, yaitu kompetensi

sikap (afektif), kompetensi pengetahuan (kognitif), dan kompetensi keterampilan

(psikomotorik). Penilaian kompetensi sikap dapat dilakukan dengan teknik

observasi, penilaian diri dalam penilaian sikap, penilaian antar peserta didik dan

penilaian dengan jurnal. Penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilakukan

melalui tes tulis, tes lisan, maupun penugasan. Penilaian kompetensi keterampilan

dapat dilakukan melalui tes praktik, proyek, dan portofolio. Teknik dan instrumen
29

yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan

kompetensi keterampilan (Kohar, 2016: 75-85) dipaparkan sebagai berikut.

a. Penilaian Kompetensi Sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian

diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal.

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian

antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai

rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

(a) Teknik Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah

indikator perilaku yang diamati.

(b) Penilaian Diri dalam Penilaian Sikap

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik

untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks

pencapaian kompetensi.

(c) Penilaian Antar Peserta Didik

Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.


30

(d) Penilaian dengan Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi

informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik

yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

Di dalam pembelajaran ini yang dituangkan dalam bentuk modul tidak

terdapat penilaian sikap, karena penilaian sikap dapat dilakukan melalui

pembelajaran tatap muka (secara langsung). Dalam pembelajaran ini peserta didik

lebih ditekankan untuk belajar mandiri, memudahkan peserta didik untuk belajar di

mana saja dan kapan saja.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pedidik dapat menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan

penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,

benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman

penskoran. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan

berupa pekerjaan rumah dan/ atau proyek yang dikerjakan secara individu sesuai

dengan karakteristik tugas.

Pada pembelajaran ini (modul) jenis penilaian atau tes yang digunakan adalah

tes tulis. Instrumen yang digunakan adalah pilihan ganda, karena tingkat keakuratan

untuk mengukur jawaban siswa lebih mudah.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu

penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi

tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.


31

a) Tes Praktik

Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan

melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Dalam

pembelajaran bahasa Indonsia tes praktek berupa praktek menulis,

mempresentasikan hasil, membacakan hasil ringkasan, dan seterusnya.

b) Penilaian Projek

Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu

tertentu. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang

harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu

investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,

pengolahan dan penyajian data.

Penilaian projek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman

dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan

pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik

dalam menginformasikan subjek tertentu secara jelas.

Penilaian projek ini dapat dilakukan melalui perencanaan, proses selama

pengerjaan tugas, dan terhadap hasil akhir projek. Dengan demikian, guru perlu

menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain,

pengumpulan data, analisis data, kemudian menyiapkan laporan tertulis.

Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa

daftar cek (checklist) ataupun skala rentang (rating scale).


32

c) Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

kumpulan suatu karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-

integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas

peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berupa tindakan

nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

Dalam pembelajaran ini (modul) penilaian kompetensi keterampilan akan

menggunakan tes atau penilaian projek, karena untuk mengetahui pemahaman dan

pengetahuan peserta didik dalam membuat karyanya.

B. Bahan Ajar Teks Anekdot

Bahan ajar adalah sumber belajar yang sampai saat ini memiliki peranan

penting untuk menunjang proses pembelajaran. Kehadiran bahan ajar dapat berguna

untuk memahami dan memberikan perlakuan sesuai dengan karakteristik siswa

secara individual, menjembatasi persoalan rendahnya aktualisasi diri peserta didik,

sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat dieksplorasi kembali melalui

bahan ajar.

Kondisi lain yang mendukung pentingnya bahan ajar yang relevan dengan

kebutuhan peserta didik adalah kenyataan bahwa peserta didik berasal dari suatu

kelompok masyarakat yang memiliki keanekaragaman sosial budaya, aspirasi

politik, dan kondisi ekonomi tersendiri pula yang akan mewarnai skemata atau

struktur mentalnya yang pada gilirannya akan berpengaruh pada proses

pembelajaran dan hasil belajar yang ingin dicapai. Usaha untuk meningkatkan
33

prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan bahan ajar yang disesuaikan dengan

kurikulum yang berlaku.

1. Bahan Ajar

Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14

Tahun 2005 Pasal 8 disebutkan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Kompetensi guru

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut meliputi kompetensi

pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional.

Dari masing-masing kompetensi tersebut, kompetensi-kompetensi inti yang

wajib dimiliki seorang guru di antaranya adalah “mengembangkan kurikulum yang

terkait dengan bidang pengembangan yang diampu” dan “menyelenggarakan

kegiatan pengembangan yang mendidik” untuk kompetensi pedagogis, serta

“mengembangan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif” dan

“memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan

mengembangkan diri” untuk kompetensi profesional.

Dari tuntutan-tuntutan sekaligus kewajiban-kewajiban ini, guru dituntut

mampu menyusun bahan ajar yang inovatif (bisa berwujud bahan ajar cetak,

model/maket, bahan ajar audio, bahan ajar audiovisual, ataupun bahan ajar

interaktif) sesuai dengan kurikulum, perkembangan peserta didik, maupun

perkembangan teknologi informasi.


34

Membuat atau menyusun bahan ajar sebenarnya adalah sesuatu yang

gampang-gampang susah. Hal ini menjadikan para guru tampaknya sulit untuk

merealisasikan tuntutan tersebut. Padahal pengembangan bahan ajar penting

dilakukan guru agar pembelajaran lebih efektif, efisien, dan tidak melenceng dari

kompetensi yang ingin dicapainya.

a. Pengertian Bahan Ajar

Berikut penulis sampaikan beberapa pengertian bahan ajar menurut beberapa

ahli. Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun

secara lengkap dan sistematis. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara

urut sehingga memudahkan siswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga bersifat

unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran

tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu. Spesifik artinya isi bahan ajar

dirancang sedemikian rupa untuk mencapai kompetensi tertentu dan sasaran

tertentu. Bahan ajar merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan

sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pertama-tama, yang harus

dipahami adalah apa itu bahan ajar. Untuk memahami maksud bahan ajar, kita dapat

menelusuri pandangan dari beberapa ahli tentang istilah tersebut.

Menurut Nasional Centre for Competency Based Training 2007 (dalam

Prastowo, 2011: 16), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pannen 2001 (dalam

Prastowo, 2011: 17) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau

materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta

didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Widodo dan Jasmadi (dalam
35

Lestari 2013: 1) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana atau

alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan,

dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi

dengan segala.

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat,

maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses

pembelajaran.

b. Macam-macam Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki berbagai jenis dan bentuk. Namun demikian, para ahli

telah membuat beberapa kategori untuk macam-macam bahan ajar tersebut.

Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi tersebut adalah

berdasarkan bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya sebagaimana akan diuraikan

dalam penjelasan berikut.

a) Bahan Ajar Menurut Bentuknya

Menurut bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan

ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif

(Prastowo, 2011: 40).

1) Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas,

yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian


36

informasi. Contohnya handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,

leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket.

2) Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang

menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau

didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio,

piringan hitam, dan compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yang

memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak

secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film.

4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi dari

dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang

oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk menggendalikan

suatu perintah dan/atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya,

compact disk interactive.

b) Bahan Ajar Menurut Cara Kerjanya

Menurut cara kerjanya bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu

bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar

audio, bahan ajar video, dan bahan ajar komputer. (Tian Belawati, dkk. 2003 dalam

Prastowo, 2011: 41)

1) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak

memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi di dalamnya,

sehingga peserta didik bisa langsung mempergunakan (membaca, melihat,


37

dan mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya, foto, diagram, display, dan

model.

2) Bahan ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan proyektor

agar bisa dimanfaatkan dan/atau dipelajari peserta didik. Contohnya, slide,

filmstrips, overhead transparencies, dan proyeksi komputer.

3) Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal atau yang direkam

dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita mesti memerlukan

alat pemain (player) media rekam tersebut, seperti tape tempo, CD player,

VCD player, dan multimedia player. Contoh bahan ajar seperti ini adalah

kaset, CD, dan flash disk.

4) Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yang

biasanya berbentuk video tape player, VCD player, dan DVD player. Bahan

ajar ini dilengkapi dengan gambar. Jadi dalam tampilan, dapat diperoleh

sebuah sajian gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya, video dan

film.

5) Bahan ajar (media) komputer, yakni berbagai jenis bahan ajar noncetak yang

membutukan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar.

Contohnya, computer mediated instruction dan computer based multimedia

atau hypermedia.
38

c) Bahan Ajar Menurut Sifatnya

Rowntree dalam Belawati, dkk. (2003) mengatakan bahwa berdasarkan

sifatnya, bahan ajar dapat dibagi menjadi emapat macam, berikut ini.

1) Bahan ajar yang berbasiskan cetak, misalnya buku, pamflet, panduan belajar

siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah

serta koran.

2) Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, misalnya audio cassette, siaran radio,

slide, filmstrips, film, video cassette, siaran televisi, video interaktif,

computer based tutorial, dan multimedia.

3) Bahan ajar yang dgunakan untuk praktek atau projek, misalnya kit sains,

lembar observasi, dan lembar wawancara.

4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama

untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, hand phone, dan

video comferencing.

c. Fungsi Bahan Ajar

Secara garis besar, fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan

semua aktivitasnya dalam proses pembelajaan sekaligus merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya diajarkan pada peserta didik. Sedangkan bagi siswa

akan menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya dipelajari.

Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal,

pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok (Prastowo, 2011: 25-26).


39

1) Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran Klasikal, antara lain:

(a) Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali

proses pembelajaran (dalam hal ini, peserta didik bersifat pasif dan belajar

sesuai kecepatan pendidik dalam mengajar); dan

(b) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.

2) Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran Individual, antara lain:

(a) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran;

(b) Sebagai alat yang digunakan utnuk menyusun dan mengawasi proses peserta

didik dalam memperoleh informasi; serta

(c) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.

3) Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran Kelompok, antara lain:

(a) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara

memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran-

peran orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses

pembelajaran kelompoknya seniri; dan

(b) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, apabila dirancang sedemikian

rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan bagi peserta

didik.

1) Fungsi Bahan Ajar bagi Pendidik, antara lain:

(a) menghemat waktu pendidik dalam mengajar;

(b) mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator;
40

(c) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif;

(d) sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya

dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang

semestinya diajarkan kepada peserta didik, serta

(e) sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

2) Fungsi Bahan Ajar bagi Peserta Didik, antara lain:

(a) peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik

yang lain;

(b) peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki;

(c) peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing;

(d) peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri;

(e) membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri; dan

(f) sebagai pedoman bagi oeserta didik yang akan mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

d. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar

Keunggulan bahan ajar menurut Mulyasa (dalam Lestari, 2013: 8-9) sebagai

berikut.

1) Berfokus pada kemampuan individual siswa, karena pada hakikatnya siswa

memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas

tindakan-tindakannya.

2) Adanya kontrol terhadap hasil belajar mengenai penggunaan terhadap standar

kompetensi dalam setiap bahan ajar yang harus dicapai oleh setiap siswa.
41

3) Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara

pencapaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara

pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.

Sedangkan keterbatasan atau kekurangan dari bahan ajar antara lain:

1) Penyusunan bahan ajar yang baik membutuhkan keahlian tertentu.

2) Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutukan

manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran konvensional,

karena setiap siswa meneyelesaikan bahan ajar dalam waktu yang berbeda-

beda, bergantung pada kecepatan dan kemampuan masing-masing.

3) Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup mahal

karena setiap siswa harus mencarinya sendiri. Berbeda dengan pembelajaran

konvensioanal, sumber belajar seperti alat peraga dapat digunakan bersama-

sama dalam pembelajaran.

2. Teks Anekdot

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendengar atau membaca cerita

lucu. Cerita lucu tersebut bisa jadi hanya merupakan cerita rekaan, tetapi banyak

juga yang didasarkan atas kejadian nyata. Ada cerita lucu yang dibuat benar-benar

untuk tujuan menghibur, tetapi ada juga yang dibuat untuk tujuan lainnya.

Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyaraat adalah anekdot.

Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara kasar dan

menyakiti. Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan

mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh

masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian sebenarnya. Kejadian nyata ini


42

kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan.

Seringkali partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam

anekdot tersebut merupakan hasil rekaan.

a. Pengertian Teks Anekdot

Anekdot merupakan salah satu genre sastra. Anekdot adalah cerita singkat

yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau

terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Anekdot biasanya untuk

merefleksikan diri maupun isu-isu yang tengah hangat dan menjadi fenomena di

masyarakat.

Teks anekdot adalah teks yang dirancang dalam bentuk lelucon segar yang

berisi kritik atau sindiran terhadap situasi tertentu yang ditujukan kepada suatu

pihak. Umumnya melibatkan tokoh-tokoh yang dikenal masyarakat. Mengangkat

topik sosial yang bersifat faktual dengan kehidupan masyarakat, biasanya

berbentuk narasi singkat yang mengandung tokoh, alur, dan latar. (Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2017: 107)

Anekdot adalah teks yang berbentuk cerita; di dalamnya mengandung humor

sekaligus kritik. Karena berisi kritik, anekdot seringkali bersumber dari kisah-kisah

faktual dengan tokoh nyata yang terkenal. Anekdot tidak semata-mata menyajikan

hal-hal yang lucu, guyonan, ataupun humor. Akan tetapi, terdapat pula tujuan lain

di balik cerita lucunya itu, yakni berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan

pelajaran kepada khalayak. (Kosasih, 2014: 1).


43

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anekdot adalah

cerita singkat yang lucu dan memiliki kritik di dalamnya, biasanya menyangkut

orang penting atau orang yang terkenal di masyarakat.

b. Ciri-Ciri Teks Anekdot

Anekdot adalah cerita singkat yang lucu dan menarik, namun bukan semua

cerita lucu dapat dikategorikan teks anekdot. Seringkali orang menyamakan antara

humor dengan anekdot. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, 2017: 113-114).

Adapun ciri teks anekdot adalah sebagai berikut. 1) Peristiwa nyata; 2)

Masalah dalam teks atau cerita terkait tokoh publik atau masalah yang menyangkut

orang banyak; 3) Menyampaikan kritik atau sindiran secara halus; 4) Adanya

makna atau pesan tersirat yang disampaikan melalui lelucon. Makna atau pesan

tersebut dapat tergambarkan melalui dialog tokoh atau narasi. Sedangkan ciri

humor adalah sebagai berikut. 1) Peristiwa rekaan; 2) Masalah kehidupan sehari-

hari; 3) Tidak terkait tokoh publik atau yang menyangkut orang banyak; 4)

Menghibur; 5) Tidak ada makna atau pesan tersirat yang disampaikan.

c. Struktur Teks Anekdot

Anekdot berupa cerita, kisah, atau percakapan singkat. Di dalamnya

terkandung tokoh, latar, dan rangkaian peristiwa. Anekdot memiliki struktur teks

yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur

abstraksi-orientasi-krisis-reaksi-koda. (Kosasih, 2014: 5).

1) Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau

gambaran umum tentang isi suatu teks.


44

2) Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis,

konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya

krisis.

3) Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada

bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang

tawa.

4) Reaksi merupakan tanggapan atau respon atas krisis yang dinyatakan

sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau

menertawakan.

5) Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di

dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud

dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-

kata, seperti itulah, akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional;

bisa ada ataupun tidak ada.

Sebagai suatu jenis teks cerita, struktur anekdot sama seperti jenis cerita

(story genres) lainnya yang tidak harus terpaku pada struktur baku. Penulis

memiliki kebebasan dalam menentukan strukturnya. Oleh karena itu, struktur

anekdot sangatlah beragam. Tidak sedikit anekdot yang tidak memiliki abstrak.

Tiba-tiba saja dalam anekdot tersaji suatu orientasi, tanpa penjelasan situasi atau

latar belakangnya. Demikian pula tidak sedikit anekdot yang tidak memiliki koda.

Kesimpulan ataupun maksud dari anekdot tersebut diserahkan kepada pembaca.


45

d. Kebahasaan Teks Anekdot

Anekdot tergolong ke dalam teks bergenre cerita. Seperti juga teks lainnya,

anekdot memiliki fitur kebahasaan yang khas fitur ini, yaitu

(a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu;

(b) menggunakan kalimat retoris, kalimat yang tidak membutuhkan jawaban;

(c) menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan waktu

seperti, kemudian, dan lalu;

(d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan;

(e) menggunakan imperative sentence (kalimat perintah);

(f) menggunakan kalimat seru

Secara kebahasaan Menurut Kosasih, 2014:9 (language features) anekdot

memiliki karakteristik sebagai berikut.

(a) Banyak menggunakan kalimat langsung ataupun tidak langsung. Kalimat-

kalimat itu dinyatakan dalam bentuk dialog para tokohnya.

(b) Banyak menggunakan nama tokoh orang ketiga tunggal, baik dengan

menyebutkan langsung nama tokoh faktual atau nama tokoh yang disamarkan.

(c) Banyak menggunakan keterangan waktu. Hal ini terkait dengan bentuk anekdot

yang berupa cerita; disajikan secara kronologis atau mengikuti urutan waktu.

(d) Banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan suatu

aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang

membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.

(e) Banyak menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang bermakna kronologis

(temporal), yakni dengan hadirnya kata-kata akhirnya, kemudian, dan lalu.


46

(f) Banyak juga menggunakan konjungsi penerang atau penjelas seperti bahwa.

Hal ini terkait dengan dialog para tokohnya yang diubah dari bentuk langsung

ke kalimat tak langsung.

Dalam teks anekdot biasanya terdapat makna tersirat, namun makna tersirat

anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal ini tentu saja lebih mengarah

pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat kritik. Makna tersirat yang

dimaksud lebih mengarah pada pesan moral yang hendak disampaikan melalui

anekdot. Pesan moral tersebut dapat dirunut dari kritikan atau sindiran yang

disampaikan lewat anekdot.

e.Tujuan Teks Anekdot

Anekdot tergolong ke dalam teks berbentuk cerita (narasi). Di dalamnya

terdapat tokoh, alur, atau rangkaian peristiwa, serta latar. Dengan demikian,

anekdot sama dengan teks-teks cerita lainnya, seperti cerita pendek. Anekdot

berfungsi untuk menyampaikan sebuah cerita, baik fiksi ataupun nonfiksi, sehingga

pembaca seolah-olah menyaksikan peristiwa yang diceritakan itu.

Hanya saja dibandingkan dengan teks cerita lainnya, anekdot memiliki

kekhususan, yakni mengandung unsur lucu atau humor. Kelucuan dalam anekdot

tidak sekadar untuk mengundang tawa. Di balik humornya itu ada pula ajakan untuk

merenungkan suatu kebenaran (Kosasih, 2014: 3).

Teks anekdot dibuat untuk menyindir seseorang dengan ciri khas kebahasaan

teks anekdot. Kritik dalam anekdot seringkali disampaikan dalam bentuk sindirian,

tidak disampaikan secara langsung atau terdapat makna tersirat. Hal itu dilakukan

untuk menghindari konflik antara pihak yang menyampaikan sindirian dengan


47

pihak yang disindir. Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan, kritiknya dapat

diterima oleh pihak yang dikritisi tanpa menimbulkan ketersinggungan. Untuk

itulah biasanya pencerita menggunakan frasa idiomatis, bukan makna sebenarnya.

C. Modul Sebagai Media Pembelajaran

Peningkatan mutu pelaksanaan pembelajaran di sekolah dilakukan dengan

berbagai strategi, salah satu di antaranya melalui penerapan pendekatan pendidikan

dan pelatihan berbasis kompetensi (competency based education and training).

Pendekatan berbasis kompetensi digunakan sebagai acuan dalam pengembangan

kurikulum, pengembangan bahan ajar, pelaksanaan pembelajaran, dan

pengembangan prosedur penilaian.

Pendekatan kompetensi mensyaratkan penggunaan modul dalam pelaksanaan

pembelajarannya. Penerapan modul dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran

lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas.

Salah satu bidang pengetahuan terapan yang diharapkan semakin memberi

sumbangan bagi perkembangan pendidikan ialah bidang teknologi pendidikan

berupa media pembelajaran. Media juga berperan penting dalam proses

pembelajaran. Pentingnya media dalam proses pembelajaran, karena proses belajar

mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, media sebagai alat penyampai

pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam proses

pembelajaran, hadirnya media sangat diperlukan, sebab mempunyai peranan besar

yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

Hadirnya media pembelajaran, yaitu membantu untuk mempercepat

pemahaman dalam proses pembelajaran, dan mengatasi keterbatasan ruang dan


48

waktu. Kurang tepatnya pemilihan media dapat menyebabkan tinggi rendahnya

hasil belajar siswa.

1. Media pembelajaran

Menyajikan suasana belajar dan pembelajaran yang bermakna bagi peserta

didik bukanlah perkara yang mudah. Hal ini disebabkan peserta didik merupakan

pribadi-pribadi yang yang unik, yang antara satu dan lainnya memiliki perbedaaan,

baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun aspek psikomotornya. Oleh sebab itu,

pendidik harus memiliki inisiatif, pengetahuan, dan kompetensi yang memadai

yang didukung oleh sumber daya konsep dan pengetahuan yang memadai pula

dalam rangka mengimplementasikan media pembelajaran dan proses belajar

mengajar yang efektif.

Agar tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh pendidik mampu

dicapai seperti apa yang telah direncanakan, maka pendidik setidaknya memiliki

kemampuan yang variatif dalam mengimplementasikan media pembelajaran dan

proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kepentingan pembelajaran dan

kebutuhan peserta didik.

Proses pembelajaran yang optimal bagi peserta didik membutuhkan media

pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk menyampaikan materi

pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini harus diupayakan seoptimal

mungkin.

Media pembelajaran merupakan alat bantu sekaligus partner bagi pendidik

yang dapat mempercepat proses transfer materi pembelajaran. Media pembelajaran


49

yang tepat dapat membantu pendidik yang mengalami kesulitan tertentu dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

a. Pengertian Media Pembelajaran

Prestasi belajar peserta didik di sekolah sering diindikasikan dengan

permasalahan belajar dari peserta didik tersebut dalam memahami materi.

Kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik ini merupakan hal yang harus

ditangani pendidik. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana

pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antar guru dan peserta

didik dapat berjalan dengan baik. Pembelajaran menjadi efektif ditunjang dengan

penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Berikut beberapa pengertian media

pembelajaran oleh beberapa ahli.

Kata ‘media’ berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya

komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich dalam Daryanto, 2016: 4).

Menurut Criticos (dalam Daryanto, 2016: 5), media merupakan salah satu

komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju

komunikan. Gagne (dalam Sadiman, 2014: 6), menyatakan bahwa media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk

belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman, 2014: 6), berpendapat bahwa media

adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk

belajar. Asosiasi Pendidikan Nasional (dalam Priansa, 2019: 130), memiliki

pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak

maupun audiovisual serta peralatan lainnya.


50

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian media pembelajaran, dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu (alat dan bahan

baik berupa audio, visual, audio-visual) yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

minat, dan perhatian peserta didik sehingga proses belajar dapat berjalan secara

kondusif, efektif, efisien dan tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa

informasi dari sumber (guru/pendidik) menuju penerima (peserta didik). Dalam

kegiatan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, fungsi media dapat

diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul

dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media menurut Daryanto

(2016: 9) adalah sebagai berikut.

Pertama, kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan

menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek

atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat

disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti

kejadian aslinya.

Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali

objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai

keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula

diulang-ulang penyajiannya.
51

Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien

yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran

TV atau Radio.

Menurut Sadiman, dkk (2014: 17-18), secara umum media pembelajaran

mempunyai fungsi dan kegunaan sebagai berikut.

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (dalam bentuk kata-

kata tertulis ataupun lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti:

(a) Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film, atau model.

(b) Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau

gambar.

(c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse

atau high-speed photography.

(d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film, video, film bingkai, foto, maupun secara verbal.

(e) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan

model, diagram; dan

(f) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain)

dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

3) Penggunaan media pembelajaran secara tepat dapat mengatasi sikap pasif

peserta didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:

(a) menimbulkan kegairahan belajar;


52

(b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan

lingkungan dan kenyataan;

(c) memungkinkan peserta didik dapat belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

c. Kriteria Pemilihan Media

Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah merasa sudah

akrab dengan media tersebut; ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih

konkret; dan merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya.

Hal yang menjadi pertanyaan di sini adalah apa ukuran atau kriteria

kesesuaian tersebut. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, misalnya tujuan

instruksional yang ingin dicapai, karaktristik peserta didik atau sasaran, jenis

rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya), keadaan

latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani.

Profesor Ely (dalam Sadiman, dkk., 2014: 85) mengatakan bahwa pemilihan

media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan

komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun

tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik peserta

didik, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan

sumber, serta prosedur penilainnya juga perlu dipertimbangkan. Sebagai

pendekatan praktis, disarankan untuk mempertimbangkan media apa saja yang ada,

berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa

yang memenuhi selera pemakai (pendidik dan peserta didik).


53

Dick dan Carey (dalam Sadiman, dkk., 2014: 86) menyebutkan bahwa di

samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat

faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media. Pertama adalah

ketersediaan sumber setempat. Artinya, bila media yang bersangkutan tidak

terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua

adalah apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri ada dana, tenaga, dan

fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan

ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya, media bisa

digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun

serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Keempat adalah efektivitas biayanya dalam

jangka waktu yang panjang.

Media merupakan perangkat lunak atau alat yang digunakan oleh pendidik

untuk membantu mempercepat proses penyajian materi pembelajaran yang

disampaikan. Sejumlah kriteria yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut.

Kemudahan untuk mengakses dan menggunakannya; biaya; fasilitas yang tersedia;

media interaktif, media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang

mampu memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas antara pendidik dan

peserta didik; dan dukungan organisasi.

2. Modul

Terkait dengan pengembangan bahan ajar, saat ini pengembangan bahan ajar

dalam bentuk modul menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini merupakan

konsekuensi diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan berbasis

kompetensi di sekolah.
54

Pendekatan kompetensi mensyaratkan penggunaan modul dalam pelaksanaan

pembelajarannya. Modul dapat membantu sekolah dalam mewujudkan

pembelajaran yang berkualitas. Penerapan modul dapat mengkondisikan kegiatan

pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil

(output) yang jelas.

Salah satu media pembelajaran adalah modul. Modul merupakan media cetak

yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik. Modul

disebut juga media untuk belajar mandiri, karena di dalamnya telah dilengkapi

petunjuk untuk belajar sendiri. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran

yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang

secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai

dengan tingkat kompleksitasnya.

Mengingat pentingnya peranan modul dan media untuk meningkatkan

kualitas proses pembelajaran di sekolah, maka guru sebagai orang yang paling

bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses pembelajaran, ditutut untuk dapat

memahami pengertian, karakteristik, prinsip, ketentuan, dan prosedur

pengembangan modul.

a. Pengertian Modul

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi yang

diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik.

Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman,

dan sebagainya.
55

Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan,

tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik. Peserta didik

mendapatkan bantuan/bimbingan dari guru, tapi bukan berarti harus bergantung

pada mereka.

Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang

berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik

dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya.

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari

secara mandiri oleh peserta pembelajar. Modul disebut juga media untuk belajar

mandiri, karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri.

Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar

secara langsung (Dharma, 2008: 3).

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,

batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan

menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat

kompleksitasnya.

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan

sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana

dan didesain untuk membantu peserta didik mengusai tujuan belajar yang spesifik.

Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan

evaluasi.
56

b. Karakteristik Modul

Untuk menghasilkan modul yang dapat meningkatkan motivasi belajar,

pengembangan modul harus mempertimbangkan pengembangan karakteristik yang

diperlukan. Sebuah modul dapat dikatakan baik dan menarik apabila terdapat

karakteristik sebagai berikut (Dharma, 2008: 3-5).

1) Self Instruction

Melalui modul tersebut memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri

dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi self instruction, maka modul

harus:

(a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

(b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang

kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas.

(c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi

pembelajaran.

(d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk

mengukur penguasaan peserta didik.

(e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau

konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik.

(f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komuikatif.

(g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

(h) Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan peserta didik

melakukan penilaian mandiri.


57

(i) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik

mengetahui tingkat penguasaan materi.

(j) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung

materi pembelajaran yang dimaksud.

2) Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi yang dibutuhkan termuat

dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan

peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar

dikemas dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau

pemisahan materi dari satu standar kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan

dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi

dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.

3) Stand Alone (Berdiri Sendiri)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak

tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus dgunakan bersama-sama

dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak

perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada

modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan

ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan

sebagai bahan ajar yang berdiri sendiri.

4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat
58

menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware). Dengan

memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan

modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi

materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

5) User Friendly (Bersahabat/Akrab)

Modul juga hendaknya memiliki kaidah user friendly atau bersahabat/akrab

dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat

membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai

dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang

sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan,

merupakan salah satu bentuk user friendly.

c. Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul

Penggunaan modul seringkali dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran

mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut di atas, maka

konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini adalah kelengkapan isi;

artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah secara lengkap terbahas oleh

sajian-sajian sehingga dengan begitu para pembaca merasa cukup memahami

bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul ini.

Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri.

Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Maka kegiatan

belajar itu sendiri tidak terbatas pada masalah tempat dan waktu. Terkait dengan
59

hal tersebut, menurut Dharma (2008: 5-6) penulisan modul memiliki tujuan sebagai

berikut.

1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbal.

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera baik peserta didik

maupun pendidik.

3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi

4) Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi peserta didik

5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan

lingkungan dan sumber belajar lainnya

6) Memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya

7) Memungkinkan peserta didik dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil

belajarnya.

d. Kelebihan dan Kekurangan Modul

Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul, di antaranya:

1) Meningatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secraa

teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat.

2) Menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik.

3) Secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara

bertahap melalui kriteria yang ditetapkan dalam modul.

4) Mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik

berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul, sehingga pendidik dapat


60

memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya

serta melakukan remediasi. (Dharma, 2008: 7-8).

Kelemahan pembelajaran menggunakan modul, di antaranya:

1) Bila peserta didik tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai,

maka ketuntasan pembelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran.

2) Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria peserta

didik didukung oleh pembelajaran tutorial.

3) Bila peserta didik tidak memiliki motivasi, ketekunan, waktu untuk belajar,

kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan

memahami petunjuk dalam modul maka pesrta didik akan mengalami

kesulitan dan keterlambatan dalam belajar. (Dharma, 2008: 8).

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan belajar adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa, guna

mencapai hasil belajar tertentu dengan bimbingan dan arahan serta motivasi dari

guru. Dalam kegiatan belajar artinya siswa melakukan aktivitas yaitu memahami

bahan ajar dengan cara menyimak, membaca, memahami isi bacaan, mencoba, dan

menalar.

Istilah yang umumnya dikenal dalam kegiatan belajar mengajar adalah

pendekatan, model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran,

teknik pembelajaran, dan keterampilan mengajar.

Langkah operasional atau cara yang digunakan untuk menerapkan strategi

pembelajaran yang dipilih disebut metode pembelajaran. Metode pembelajaran

digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan mendasari aktivitas
61

guru dan peserta didik. Metode adalah cara menyampaikan materi pelajaran dalam

upaya mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan cara mengajar yang telah

disusun berdasarkan prinsip dan sistem tertentu. Metode pembelajaran merupakan

langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Pembelajaran kreatif dan inovatif seharusnya dilakukan oleh pendidik dalam

upaya menghasilkan peserta didik yang kreatif. Tingkat keberhasilan pendidik

dalam mengajar dilihat dari keberhasilan peserta didiknya, sehingga dikatakan

bahwa pendidik yang hebat (great teacher) itu adalah pendidik yang dapat

memberikan inspirasi bagi peserta didiknya. Kualitas pembelajaran dilihat dari

aktivitas peserta didik ketika belajar dan kreativitas yang dapat dilakukan oleh

peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.

1. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplemantasikan rencana

yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai

secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang

telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran

memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi

pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik menggunakan metode

pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat

diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,


62

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka

dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual

yang ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan harus

dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang secara simultan

dipelajari dan terkacup dalam kurikulum mata pelajaran. Model ini sangat

berpotensi untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan

masalah yang bermakna bagi kehidupan peserta didik.

Dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning/PBL) hasil pembelajaran yang diharapkan adalah 1) keterampilan

penyelidikan dan mengatasi masalah, 2) perilaku dan keterampilan sosial sesuai

peran orang dewasa, dan 3) keterampilan untuk belajar secara mandiri.

a) Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) akan dapat membantu peserta didik

untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah, mempelajari

peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar mandiri (Arends dalam Sani,

2014: 138-146).

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membahas situasi kehidupan

yang ada di sekitar dengan penyelesaian yang tidak sederhana. Peran pendidik

dalam PBL adalah menyodorkan berbagai masalah autentik atau memfasilitasi

peserta didik untuk megidentifikasi permasalahan autentik, memfasilitasi

penyelidikan, dan mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.


63

Tabel 2.4
Sintak Model Pembelajaran Berbasis Masalah

No. Fase Kegiatan Guru

1. Memberikan orientasi permasalahan Membahas tujuan pembelajaran,

kepada peserta didik memaparkan kebutuhkan logistik untuk

pembelajaran, memotivasi peserta didik

untuk terlibat aktif

2. Mengorganisasikan peserta didik Membantu peserta didik dalam

untuk penyelidikan mendefinisikan dan mengorganisaikan

tugas belajar/penyelidikan untuk

menyelesaikan permasalahan

3. Pelaksanaan investigasi Mendorong peserta didik untuk

memperoleh informasi yang tepat,

melaksanakan penyelidikan, dan mencari

penjelasan solusi

4. Mengembangkan dan menyajikan Membantu peserta didik merencanakan

hasil produk yang tepat dan relevan, seperti

laporan, rekaman video, dan sebagainya

untuk keperluan penyampaian hasil


64

5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil Membantu peserta didik melakukan

penyelidikan refleksi terhadap penyelidikan dan proses

yang mereka lakukan

(Sumber: Sani, 2014: 139-140)

b) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif,

terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme). Tahap pertama

yang perlu dilakukan dalam pembelajaran adalah memotivasi peserta didik untuk

terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah sehingga mereka akan bertindak aktif

membangun pengetahuannya. Salah satu variasi tahapan PBL adalah sebagai

berikut.

(a) Pendidik menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana

atau alat pendukung yang dibutuhkan. Pendidik memotivasi peserta didik untuk

terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

(b) Pendidik menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan,

dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih.

(c) Pendidik membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,

tugas, jadwal, dan lain-lain).

(d) Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

ekperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,

pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.


65

(e) Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan karya yang sesuai

seperti laporan.

(f) Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Sani,

2014: 141-142).

Proses pembelajaran yang dialami peserta didik dengan penggunaan metode

problem based learning yang diterapkan oleh guru, sebagai berikut.

Tabel 2.5

Peran Guru dan Peserta Didik dalam PBL

No. Proses yang Dialami Peserta Didik Peran Guru

1. Berhadapan dengan masalah Menanyakan pengalaman peserta

didik, dan menggali permasalahan

kontekstual yang terkait dengan

materi pembelajaran.

2. Menelaah informasi yang diketahui Membantu peserta didik memahami

permasalahan.

Memfasilitasi peserta didik dalam

mengakses informasi dan sumber

daya yang dibutuhkan.

Menekankan bahwa kemungkinan

jawaban lebih dari satu.


66

3. Mengembangkan solusi yang mungkin Mengobservasi peserta didik dan

memberikan dukungan yang


4. Memilih solusi yang paling efisien dan
dibutuhkan.
efektif

Memberikan umpan balik.

(Sumber: Sani, 2014: 141)

c) Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Sebagai suatu metode pembelajaran, problem based learning memiliki

beberapa keunggulan, di antaranya:

(a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus

untuk lebih memahami isi pelajaran.

(b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan peserta

didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

peserta didik.

(c) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran peserta didik.

(d) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu peserta didik

bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

kehidupan nyata.

(e) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu peserta didik untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga
67

dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun

proses belajarnya.

(f) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada

peserta didik bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara

berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya

sekadar belajar dari pendidik atau dari buku-buku saja.

(g) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan

disukai peserta didik.

(h) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan

peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka

untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

(i) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada

peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam

dunia nyata.

(j) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa

untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar dalam pendidikan formal

telah berakhir.

Di samping keunggulan, problem based learning juga memiliki kelemahan,

di antaranya:

(a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka

mereka merasa enggan untuk mencoba.


68

(b) Keberhasilan metode pembelajaran melalui problem based learning

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

(c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka meraka tidak akan belajar apa yang mereka

ingin pelajari.

2. Metode Inkuiri

Metode inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia,

manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin

tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir

ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu

melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indera-indera lainnya.

Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan

menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan

bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka

itulah metode inkuiri dikembangkan.

Metode pembelajaran inkuiri menekankan kepada peoses mencari dan

menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik

dalam metode ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran;

sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk

belajar.

Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Metode pembelajaran ini
69

juga sering dinamakan metode heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yakni

heuriskein yang berarti saya menemukan.

a) Pengertian Metode Inkuiri

Inkuiri secara umum adalah sebuah metode yang dapat dipadukan dengan

metode lainnya dalam sebuah pembelajaran. Inkuiri adalah investigasi tentang ide,

pertanyaan, atau permasalahan. Proses yang dilakukan mencakup pengumpulan

infomasi, membangun pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman yang

mendalam tentang sesuatu yang diselidiki. Pembelajaran berbasis inkuiri mencakup

proses mengajukan permasalahan, memperoleh informasi, berpikir kreatif tentang

kemungkinan penyelesaian masalah, membuat keputusan, dan membuat

kesimpulan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran inkuiri.

Pertama, metode inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara

maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan

peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik

tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan pendidik,

tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran tersebut.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk

mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian,

metode inkuiri menempatkan pendidik bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi

sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.


70

Ketiga, tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam

metode pembelajaran ini peserta didik tak hanya dituntut agar menguasai materi

pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang

dimilikinya. (Sanjaya, 2007: 194-195).

b) Langkah-langkah Metode Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri

dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut. (Sanjaya, 2007: 201-203).

1) Orientasi

Orientasi adalah langkah untuk membina suasana pembelajaran yang responsif.

Pada langkah ini pendidik mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan

masalah. Pertama pendidik akan menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar

yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Kedua, menjelaskan pokok-

pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan.

Ketiga, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2) Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan teka-teki

itu.
71

3) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.

Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Pemikiran

sebagai hipotesis bukan sembarangan pemikiran, tetapi harus memiliki landasan

berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional

dan logis.

4) Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran pendidik dalam tahapan

ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta

didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adslah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan

data. Kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,

akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

6) Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat,

sebaiknya pendidik mampu menunjukkan pada peserta didik data mana yang

relevan.
72

c) Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri

Inkuiri merupakan metode pembelajaran yang banyak dianjurkan karena

metode ini memiliki beberapa keunggulan (Sanjaya, 2007: 206-207), di antaranya:

(a) Ikuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,

sehingga pembelajaran menggunakan metode ini lebih bermakna.

(b) Inkuiri dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

(c) Ikuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan

tingkah laku berkat adanya pengalaman.

(d) Metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan

belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, metode inkuiri juga mempunyai

kelemahan (Sanjaya, 2007: 206-207), di antaranya:

(a) Jika inkuiri dijadikan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit

mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

(b) Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

(c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.
73

(d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik

menguasai materi pembelajaran, maka metode inkuiri akan sulit

diimplementasikan oleh pendidik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Desember 2020.

Adapun alokasi waktu penelitian sebagai berikut:

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, (Nazir, 2011: 54). Alasan

penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena dapat menggambarkan

mekanisme sebuah proses dengan gambaran yang lengkap baik dalam bentuk

verbal maupun numerikal, serta dapat menyajikan informasi dasar akan suatu

hubungan pada permasalahan faktual yang terjadi pada kondisi saat ini. Hanya saja,

data yang diolah hanya sampai tahap menganalisis dan tahap validasi sehingga tidak

memerlukan perlakuan khusus.

80
81

C. Data dan Sumber Data

Kegiatan pengembangan bahan ajar ini erat kaitannya dengan data dan

sumber data. Keberadaan data dan sumber data sangat diperlukan sebagai bahan

memperoleh informasi dalam sebuah pengembangan bahan ajar.

Dalam sebuah penelitian untuk memecahkan suatu permasalahan yang

terjadi, data dan suber data adalah hal yang berkaitan erat. Data yang akan didapat

melalui sumber dari subjek data tersebut diteliti. Dengan ini peneliti akan

menjelaskan tentang data dan sumber data yang berkaitan dengan pengembangan

bahan ajar teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK dengan menghasilkan

sebuah bahan ajar berbentuk modul.

1. Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka

(Arikunto, 2013: 161). Data dalam penelitian ini bersumber dari modul. Penelitian

ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar teks anekdot berupa modul untuk

peserta didik kelas X SMA/MA/SMK. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

pengumpulan data tentang kelayakan isi/materi, kelayakan penyajian, kelayakan

bahasa, dan kelayakan kegrafikaan yang bersumber dari modul yang dinilai oleh

validator.

2. Sumber Data

Sumber data adalah sumber dari mana data itu diperoleh (Arikunto,

2013:172). Sumber data penelitian yaitu subjek dari tempat mana data bisa

didapatkan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pengumpulan
82

data dari responden atau validator yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis

dalam bentuk jawaban tertulis melalui pemberian angket.

D. Instrumen Penelitian

Salah satu kegiatan dalam perencanaan suatu penelitian adalah menyusun

instrumen penelitian atau alat pengumpul data sesuai dengan masalah yang diteliti.

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial

maupun alam. Meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur

yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati. (Sugiyono, 2007; 147-148).

Dalam penelitian ini terdapat empat instrumen, yaitu instrumen kelayakan isi

materi dengan 5 butir instrumen dan 8 penilaian, kelayakan penyajian dengan 5

butir instrumen dan 8 penilaian, kelayakan bahasa dengan 5 indikator dan 5

penilaian, dan kelayakan kegrafikaan dengan 5 instrumen dan 6 penilaian.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket/kuesioner, berikut adalah

instrumen penelitian yang digunakan.

Kriteria penilaian:

SB (Sangat Baik) = 4,1 - 5

B (Baik) = 3,1 - 4

C (Cukup) = 2,1 - 3

K (Kurang) = 1,1 - 2

SK (Sangat Kurang) = ≤1 – 1
83

Petunjuk pengisian:

 Berilah tanda check (✓) pada kolom yang Bapak/Ibu anggap sesuai dengan

aspek penilaian yang ada

No. Komponen Deskripsi SB B C K SK

1. Kelayakan isi Kesesuaian Materi dengan KD

Kesesuaian Materi dengan


Kebutuhan Guru
Kesesuaian Materi Dengan
Kebutuhan Peserta Didik
Kebenaran Substansi Materi yang
Memuat Contoh dan Soal Latihan
Keluasan Materi

Kedalaman Materi

Kesesuaian Nilai Moral dan


Sosial

2. Kebahasaan Keterbacaan Pesan

Kesesuaian dengan Kaidah


Bahasa Indonesia

Kesesuaian Bahasa dengan


Perkembangan Intelektual
Peserta Didik

Kesesuaian Bahasa dengan


Perkembangan Emosional
Peserta Didik

Keruntutan dan Keterpaduan


Antar Paragraf.

3. Penyajian Kesesuaian Sistematika Sajian


dalam Kegiatan Belajar

Keruntutan Penyajian
84

Kesesuaian Contoh-contoh
dalam setiap Kegiatan Belajar

Kesesuaian Kunci Jawaban Soal


Latihan

Kesesuaian Rangkuman

Kesesuaian Soal Latihan

Kesesuaian Tes Formatif

Kesesuaian Kunci Jawaban Tes


Formatif

4. Kegrafikaan Kesesuaian Ukuran Modul


dengan Standar ISO

Kesesuaian Penggunaan Font


(jenis dan ukuran) pada Modul
Kesesuaian Layout/Tata Letak
Modul
Kesesuaian Desain Tampilan
yang Proporsional dengan Isi
Modul

Kesesuaian Komposisi dan


Ukuran Unsur Tata Letak (judul,
pengarang, ilustrasi, logo, dll)
Modul

Kesesuain Gambar/Ilustrasi
untuk Meningkatkan
Pemahaman Peserta Didik

Jumlah Skor

Nilai

Sumber: BSNP (Purwono: 2008)


85

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya penulis dapat melakukan

revisi atau perbaikan terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Setelah itu, bahan

ajar siap untuk penulis manfaatkan (uji cobakan dalam proses pembelajaran).

c) Komentar dan Saran

Komentar/saran evaluator:

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

d) Kesimpulan

Bahan ajar berbentuk Modul ini dinyatakan *) :

1) Layak digunakan tanpa revisi

2) Layak digunakan dengan revisi sesuai aturan

3) Tidak layak untuk digunakan

*) Lingkari salah satu

Indramayu, Juli 2020


Validator

……………………..
NIP.
86

E. Teknik Pengumpulan Data

Fase terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Pengumpulan data

tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis untuk

memperoleh data yang diperlukan. (Satori dan Komariah, 2010: 103).

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

(Sugiyono, 2007: 308).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket

(kuesioner) karena lebih efisien dan juga cocok digunakan bila jumlah rsponden

cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas, sehingga akan memudahkan peneliti

dan responden.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk mengolah skor mentah dari hasil

pengukuran ke nilai, sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut.

Teknik pengolahan data yang penulis gunakan adalah skala likert. Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini

telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai

variabel penelitian (Sugiyono, 2015: 134).

Penilai kelayakan modul dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, dengan

kriteria sebagai berikut (1) segi pendidikan serendah-rendahnya berpendidikan

sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, (2) segi pengalaman sekurang-
87

kurangnya memiliki pengalaman mengajar di SMA/MA/SMK, dan (3) berprofesi

sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Setiap validator memvalidasi semua

aspek.

Teknik skala likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban

yang berjumlah lima kategori. Dengan demikian instrumen itu akan menghasilkan

total skor bagi tiap responden (Faisal, 1982: 197).

Berdasarkan sudut pandang tertentu, semua pernyataan yang memilih

alternatif-alternatif di bawah ini diberi skor:

a. SB (Sangat Baik) = 4,1 - 5

b. B (Baik) = 3,1 - 4

c. C (Cukup) = 2,1 - 3

d. K (Kurang) = 1,1 - 2

e. SK (Sangat Kurang) = ≤1 - 1

Skor yang diperoleh dari seluruh item kemudian akan dapat mengukur

kesetujuan atau ketidaksetujuan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.

jika opinionernya terdiri dari 26 item pertanyaan, maka akan nampak nilai skor

sebagai berikut:

26 x 5 = 130 respon yang paling diinginkan

26 x 4 = 104

26 x 3 = 78 netral

26 x 2 = 52

26 x 1 = 26 respon yang paling tidak diinginkan


88

Skor untuk seorang individu akan jatuh di antara 26 dan 130, jika

pendapatnya cenderung setuju, maka skornya akan di atas 78, dan kalau

pendapatnya cenderung tidak setuju, maka skornya akan kurang dari 78.
BAB IV

MODUL PEMBELAJARAN TEKS ANEKDOT

UNTUK KELAS X SMA/MA/SMK DAN KELAYAKNNYA

A. Modul Pembelajaran Teks Anekdot untuk Kelas X SMA/MA/SMK

Terkait dengan pengembangan bahan ajar, saat ini pengembangan bahan ajar

dalam bentuk modul menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini merupakan

konsekuensi diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan berbasis

kompetensi di sekolah.

Pendekatan kompetensi mensyaratkan penggunaan modul dalam pelaksanaan

pembelajarannya. Modul dapat membantu sekolah dalam mewujudkan

pembelajaran yang berkualitas. Penerapan modul dapat mengkondisikan kegiatan

pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil

(output) yang jelas.

Salah satu media pembelajaran adalah modul. Modul merupakan media cetak

yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik. Modul

disebut juga media untuk belajar mandiri, karena di dalamnya telah dilengkapi

petunjuk untuk belajar sendiri. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran

yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang

secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai

dengan tingkat kompleksitasnya.

Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang

berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik

dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya.

89
90

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari

secara mandiri oleh peserta pembelajar. Modul disebut juga media untuk belajar

mandiri, karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri.

Artinya, pembelajar dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar

secara langsung.

Sebuah modul dapat dikatakan baik dan menarik apabila terdapat isi atau

komponen di dalamnya, yaitu: a) Judul modul; menggambarkan materi yang akan

dituangkan di dalam modul; b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai;

c) Tujuan, terdiri atas tujuan akhir yang akan dicapai peserta didik setelah

mempelajari modul; d) Materi pembelajaran/bahan ajar yang berisi pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;

e) Prosedur atau kegiatan pembelajaran yang harus diikuti oleh peserta didik untuk

mempelajari modul; f) Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau

diselesaikan oleh peserta didik; g) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur

kemampuan peserta didik dalam menguasai modul; h) Kunci jawaban dari soal,

latihan dan atau pengujian; i) Glosarium; dan j) Rangkuman.


91

Petunjuk Penggunaan Modul


1. Petunjuk bagi Siswa

Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam penggunaan modul

ini, langkah-langkah yang diperlukan dalam mempelajari modul, sebagai

berikut.

a. Bacalah dan pahami uraian materi pada setiap kegiatan belajar.

b. Kerjakan setiap tugas (latihan) terhadap materi yang dibahas dalam

setiap kegiatan belajar.

c. Jika belum memahami materi, maka dapat mengulang kembali pada

kegiatan sebelumnya atau dapat bertanya secara langsung pada

pendidik.

2. Petunjuk bagi Guru

Pada setiap kegiatan belajar pendidik berperan sebagai berikut.

a. Membantu peserta didik dalam merencanakan kegiatan belajar.

b. Membimbing peserta didik dalam memahami konsep, analisa, dan

menjawab pertanyaan peserta didik mengenai proses belajar.


92

Kompetensi Dasar

3.5 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat.

4.5 Mengontruksi makna tersirat dalam sebuah teks

anekdot.

3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot.

4.6 Menciptakan kembali teks anekdot dengan

memerhatikan struktur dan kebahasaan.


93

PETA KONSEP
Mengevaluasi makna tersirat teks
anekdot
Mengkritisi teks
anekdot dari Mendata pokok-pokok isi anekdot
aspek makna
tersirat
Mengidentifikasi penyebab
kelucuan teks anekdot

Membandingkan anekdot dengan


humor
Mengontruksi
makna tersirat Menganalisis kritik yang
dalam sebuah disampaikan dalam anekdot
teks anekdot
MENYAMPAIKAN
IDE MELALUI Menyimpulkan makna tersirat
ANEKDOT dalam anekdot

Menganalisis Mengidentifikasi struktur teks


anekdot
struktur dan
kebahasaan teks
anekdot Menganalisis kebahasaan teks
anekdot

Menyusun kembali isi teks


Menyusun anekdot dengan memerhatikan
kembali teks struktur dan kebahasaan
anekdot dengan
memerhatikan
struktur dan Menyusun kembali teks anekdot
kebahasaan dengan pola penyajian yang
berbeda
94

1. Peserta didik dapat mengevaluasi teks anekdot dari aspek

makna tersirat.

2. Peserta didik dapat mengontruksi makna tersirat dalam

sebuah teks anekdot baik lisan maupun tulis.

3. Peserta didik dapat menganalisis struktur dan kebahasaan

teks anekdot.

4. Peserta didik dapat menciptakan kembali teks anekdot


1. Pes
dengan memerhatikan struktur, dan kebahasaan baik lisan

maupun tulis.
95

MODUL 1

3.5 Mengevaluasi Teks Anekdot dari Aspek Makna Tersirat

1. Peserta didik dapat mengevaluasi makna tersirat teks anekdot


TUJUAN
2. Peserta didik dapat mendata pokok-pokok Isi teks anekdot

3. Peserta didik dapat mengidentifikasi penyebab kelucuan teks

anekdot.

Kegiatan 1

1. Mengevaluasi Makna Tersirat Teks Anekdot

Untuk dapat mengevaluasi makna tersirat pada teks anekdot yang harus di

lakukan adalah membaca seluruh teks dengan teliti dan mengidentifikasi kata atau

kalimat yang memiliki arti kiasan. Makna tersirat hanya dapat dimengerti setelah

memahami seluruh bacaan. Perhatikan contoh di bawah ini.


96

Baju Tahanan KPK

Dua orang kader parpol sebut saja namanya Arya dan Abdillah
sama-sama bermaksud mencalonkan dirinya sebagai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.

Setelah menyerahkan berkas pencalonannya ke KPU di daerahnya,


Arya dan Abdillah mengobrol sambil meminum kopi di kantin gedung
tersebut. Mereka berdua terlibat percakapan yang seru.

Arya : “Di banyak politisi di negara kita yang sudah kaya raya!”

Abdillah : “Kalau masalah itu aku juga sudah tau, Ya!”

Arya : “Sangking terkayanya mereka, mereka mampu mempunyai baju


termahal di Indonesia.”

Abdillah : “Loh, maksudmu baju termahal itu apa?”

Arya : “Ya apalagi kalau bukan baju tahanan KPK.”

Abdillah : “Kok malah baju tahanan KPK?” (Bingung)

Arya : “Iyalah, coba aja kamu pikir seorang politisi harus mencuri uang
negara terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut.”

Abdillah : “Ooo, iya iya ngerti aku.”

Mereka kemudian memesan kopi lagi sambil mengenang teman-teman


mereka yang sudah bisa memakai baju termahal tersebut.

Makna tersirat teks anekdot yang berjudul Baju Tahanan KPK adalah

beberapa elit politik yang mengorupsi uang rakyat, sehingga mereka diadili dan

mendapat baju spesial yaitu baju tahanan.


97

Makna tersirat dari teks anekdot dengan judul Baju Tahanan KPK terdapat pada

percakapan berikut.

Arya : “Sangking terkayanya mereka, mereka mampu mempunyai


baju termahal di Indonesia.”
Arya : “Ya apalagi kalau bukan baju tahanan KPK.”
Arya : “Iyalah, coba aja kamu pikir seorang politisi harus mencuri
uang negara terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut.”

Dari teks di atas, kita mengetahui dua orang kader parpol sedang berbicara

tentang beberapa politisi yang memiliki baju termahal di Indonesia. Makna tersirat

yang ditemukan dari cuplikan percakapan di atas sudah tepat, karena terdapat

maksud lain dari kalimat Arya “Iyalah, coba aja kamu pikir seorang politisi harus

mencuri uang negara terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut.” Maksudnya

adalah politisi yang dibicarakan Arya dan Abdillah korupsi, sehingga mereka

dihukum dan mendapat baju tahanan KPK yang harganya mahal sesuai uang yang

politisi itu korupsi.


98

Kegiatan 2

2. Mendata Pokok-pokok Isi Teks Anekdot

Perhatikan contoh teks berikut ini.

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah Universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa yang sedang
berbincang-bincang.
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah
mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih, Ton.”
Tono : “Ya. Udin tahu sebabnya?”
Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono: “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab beliau juga seorang pejabat.”
Udin: “Loh apa hubungannya?”
Tono: “Ya kalau beliau berdiri takut kursinya di duduki orang lain.”
Udin : “???”

Cerita lucu tersebut bisa jadi hanya merupakan cerita rekaan, tetapi banyak

juga yang didasarkan dari kejadian nyata. Ada cerita lucu yang dibuat benar-benar

untuk tujuan menghibur, tetapi ada juga yang digunakan untuk tujuan lainnya.

Anekdot adalah sebuah cerita pendek yang berisi sebuah sindirian terhadap sesuatu

atau seseorang berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian

dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali

partisipan, tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot merupakan hasil

rekaan. Isi pokok dari sebuah teks anekdot adalah sebuah sindirian pada suatu hal

atau pada seseorang. Fungsi dari anekdot adalah sebuah hiburan atau intermezo
99

yang dilengkapi dengan sebuah sindiran terhadap suatu hal dan terdapat makna

tersirat di dalamnya.

Teks yang berjudul Dosen yang juga Menjadi Pejabat termasuk ke dalam teks

anekdot karena, terdapat kritik dari percakapan Tono, yaitu “Saya heran dosen ilmu

politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”. “Bukan itu

sebabnya, Din. Sebab beliau juga seorang pejabat.” dan “Ya kalau beliau berdiri

takut kursinya di duduki orang lain.”

Contoh teks di atas selain mengandung unsur kritik terdapat juga ciri lainnya

yaitu, menghibur, mengkritik tidak dengan cara kasar, dan biasanya yang dikritik

adalah orang yang terkenal di masyarakat luas dan pada contoh teks tersebut yang

dimaksud dengan orang yang dikenal di masyarakat luas adalah seorang dosen yang

juga menjadi pejabat.

Judul Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Kritik Terdapat pada percakapan Tono

berikut ini.

Tono : “Saya heran dosen ilmu politik,

kalau mengajar selalu duduk, tidak

pernah mau berdiri.”

Tono: “Ya kalau beliau berdiri takut

kursinya di duduki orang lain.”


100

Disebut sebagai kritik karena menilai

tingkah laku atau perbuatan seseorang

yang dinilai tidak sesuai.

Unsur Humor Kalimat penutup anekdot sebagai

jawaban mengapa dosen tersebut tidak

pernah mau berdiri dari tempat

duduknya saat mengajar, ternyata

karena kalau berdiri takut kursinya

diduduki orang lain.

Kutipan percakapan Tono “Ya kalau

beliau berdiri takut kursinya di duduki

orang lain.”

Makna Tersirat yang disampaikan Makna tersirat yang disampaikan


adalah kritikan pada para pejabat yang
takut kehilangan jabatannya atau tidak
mau diganti oleh pejabat baru.
101

Kegiatan 3

3. Mengidentifikasi Penyebab Kelucuan Teks Anekdot

Cara Keledai Membaca Buku


Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor
keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi
syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur
Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia
memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika dapat mengajari keledai itu untuk membaca,
tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak, hukuman pasti akan ditimpakan
kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk
menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah
ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah
buku tersebut, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si
Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi
lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si Keledai menatap Nasrudin seolah
berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
“Demikianlah, Keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya.” Kata
Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan mulai menginterogasi, ia
kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, “Bagaimana
cara mengajari keledai membaca?”
102

Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-

lembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu

harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, Kalau tidak

ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia

lakukan terus sampai ia terlatih membalik-balik halaman buku itu.”

“Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur

Lenk. Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya

membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.” Jadi, kalau kita juga membuka-

buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata

Nashrudin dengan mimik serius.

sumber: http://blogger-apik1.blogspot.co.id (dengan penyesuaian)

Kelucuan dalam teks anekdot biasanya disampaikan dengan bahasa yang

singkat, tetapi mengena. Dalam anekdot berjudul Cara Keledai Membaca Buku

terdapat sindirian atas Timur Lenk yang menyuruh Nasrudin untuk mengajari

seekor keledai agar dapat membaca. Cerita tersebut menjadi lucu karena alasan

Timur Lenk yang akan memberi hadiah pada Nasrudin jika ia bisa mengajari

keledai agar dapat membaca.

Alasan kelucuan anekdot dengan Pada saat Nasrudin menjelaskan

judul Cara Keledai Membaca Buku caranya mengajarkan keledai membaca

serta penjelasannya tentang cara

keledai membaca, terutama pada


103

kalimat, “Memang demikianlah cara

keledai membaca , hanya membalik-

balik halaman tanpa mengerti isinya.”

Latihan

Bacalah dengan cermat teks anekdot di bawah ini!


Antara Pencuri Sandal dan Koruptor

Di suatu persidangan, seorang hakim memutuskan untuk menjatuhkan


hukuman 5 tahun penjara terhadap Bagus, seorang pemuda berumur 23 tahun.
Bagus terbukti bersalah mencuri sepasang sandal di masjid.

Bagus: “Lho, Pak Hakim, sepasang sandal itu hanya berharga Rp 30.000 saja,
mengapa saya dihukum 5 tahun penjara? Sedangkan para koruptor lebih ringan
hukumannya padahal uang rakyat yang mereka curi jauh lebih banyak!”

Hakim: “Anda merugikan satu orang senilai Rp 30.000. Sedangkan koruptor


merugikan 200 juta orang dengan korupsi sebanyak Rp 2 miliar. Jika dihitung-
hitung, kerugian yang didapat tiap orang hanya Rp 10.”

Bagus: “Lalu?”

Hakim: “Lalu apa lagi? Nilai tindakan Anda jauh lebih merugikan. Maka Anda
saya hukum lebih berat dari koruptor!”

Bagus: (Pingsan)
104

Soal

I. Jawablah setiap pertanyaan berikut ini dengan sejelas-jelasnya!

1. Siapa yang diceritakan dalam teks anekdot tersebut?

2. Masalah apa yang diceritakan dalam teks anekdot tersebut?

3. Temukan unsur humor dalam anekdot tersebut!

4. Menurut pendapat Anda, selain menceritakan hal yang lucu, adakah pesan

tersirat yang hendak disampaikan pencerita dalam anekdot tersebut?

5. Mengapa teks tersebut termasuk dalam teks anekdot?

RANGKUMAN
1. Teks anekdot merupakan teks yang digunakan untuk menyampaikan kritik,

tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti, terdapat unsur humor di

dalamnya dan biasanya untuk menyindir seseorang yang terkenal di masyarakat.

2. Ciri-ciri teks anekdot berupa teks yang mendekati perumpamaan, menampilkan

tokoh-tokoh yang dekat dengan kehidupan masyarakat atau juga orang penting,

terdapat unsur humor (menggelitik dan berbau lelucon) tetapi menyindir, terselip

kritikan.

3. Makna tersirat adalah maksud atau makan pembicaraan yang tidak disampaikan

secara gamblang, tapi secara tersembunyi.


105

GLOSARIUM
1. Kritik: Kecaman atau tanggapan, atau kupasan kadang-kadang disertai uraian

dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan

sebagainya.

2. Humor: Sesuatu yang lucu, keadaan (dalam cerita dan sebagainya) yang

menggelikan hati; kejenakaan; kelucuan.

3. Lelucon: Hasil melucu; tindak (perkataan) yang lucu; penggeli hati; percakapan

jenaka.

4. Rekaan: Karangan; cerita karangan (khayalan); buatan; rancangan; angan-angan

(fantasi); skema; kira-kiraan; perkiraan (perhitungan); reka.

5. Partisipan: Orang yang berperan dalam suatu kegiatan.

II. Pilihlah jawaban yang paling tepat, kemudian beri tanda silang pada
pilihan (A. B, C, D, atau E)!

Bacalah teks anekdot berikut ini!

Kisah Pemulung

Pada siang hari di sebuah kompleks perumahaan yang kelihatan mewah terjadi

perdebatan antara Pak RT dan Pak Pemulung. Masalah yang mereka debatkan

adalah hal remeh di lingkungan perumahan itu, memang sudah banyak ditempel

papan dengan tulisan “Pemulung Dilarang Masuk”, tetapi masih saja ada pemulung

yang tidak menaati aturan tersebut.


106

Pak RT : “Pak sedang cari apa di tempat sampah itu?”

Pemulung : “Ya, sudah tentu cari barang bekas atau botol plastik yang dapat di daur

ulang.”

Pak RT : “Maaf ya, Pak. Bapak dapat baca tulisan yang ada di depan pintu gerbang

perumahan ini, tidak?”

Pemulung ; “Emang tulisannya apa, Pak?”

Pak RT : “Di papan itu tertulis Pemulung Dilarang Masuk, lantas kenapa Bapak

nekat masuk ke perumahan ini?”

Pemulung : “Yah, Pak RT ini gimana sih.. kalau saya bisa baca tulisan yang di papan

itu, tentu saya tidak akan jadi pemulung, Pak!”

Pak RT kemudian terdiam membisu dan berpikir bahwa jawaban pemulung itu ada

benarnya juga. Pemulung itu ternyata buta huruf, jelaslah ia tidak bisa baca papan

larangan pemulung.

1. Makna tersirat yang terdapat dalam anekdot dengan judul Kisah Pemulung

adalah….

A. Masih banyak orang miskin di sekitar kita!

B. Pemulung dilarang masuk!

C. Banyak pemulung yang tidak menaati peraturan

D. Ternyata angka buta aksara di sekitar kita masih banyak

E. Ternyata masih banyak pemulung di sekitar kita.


107

Perhatikan teks di bawah ini !

Seorang dosen Fakultas Hukum sedang memberi kuliah Hukum Pidana. Saat tiba sesi

tanya jawab si Ali bertanya pada dosen, ”Apa kepanjangan dari KUHP, Pak?” Lalu

dosen tidak menjawab sendiri, tetapi dilemparkannya pada si Ahmad. “Saudara

Ahmad, coba bantu saya untuk menjawab pertanyaan saudara Ali!” pinta beliau.

Dengan tegas si Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak!” tegasnya.

Mahasiswa lain tentu tertawa, sedang pak dosen geleng-geleng kepala, seraya

menambahkan pertanyaan pada si Ahmad, “Saudara Ahmad, darimana Saudara tahu

jawaban itu?” Dasar si Ahmad, pertanyaan tersebut dijawabnya pula dengan tegas,

“Peribahasa Inggris mengatakan ‘Pengalaman adalah guru yang terbaik’ begitu,

Pak!” Seisi kelas tertawa. Lalu tawa mereda dan kelas kembali tenang.

2. Kelucuan teks anekdot di atas terdapat pada bagian …

A. Dosen sedang memberi kuliah hukum pidana.

B. Saat sesi tanya jawab antara mahasiswa dan dosen.

C. Saat Ahmad memplesetkan KUHP menjadi Kasih Uang Habis Perkara.

D. Para mahasiswa tertawa mendengar jawaban Ahmad.

E. Para mahasiswa menertawakan keluguan Ahmad menjawab pertanyaan

dosen

3. Terdapat kritikan dalam teks anekdot berjudul KUHP, kritikan tersebut terdapat

dalam kalimat...

A. Apa kepanjangan KUHP, Pak?

B. Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak”

C. Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan


108

D. Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggeleng-

gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad

E. Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas.

E.Memperoleh ilmu pengetahuan melalui pendidikan

4. Kita dapat memahami teks anekdot dan dapat memanfaatkannya sebagai sarana

untuk...

A. Menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita hadapi di dunia nyata

B. Mempertahankan bangsa agar berpegang tegus terhadap Pancasila

C. Sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis

D. Menyampaikan kritik terhadap persoalan-persoalan pada bidang-bidang

layanan tersebut

E. Memperoleh ilmu pengetahuan melalui pendidikan.

Bacalah teks anekdot berikut untuk dapat menjawab soal nomor 5!

KUHP DALAM ANEKDOT


Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah
hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja. Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali
bertanya kepada pak dosen. “Apa kepanjangan KUHP, Pak?” Pak dosen tidak
menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. “Saudara
Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen. Dengan
tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak!”
Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggeleng-
gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara
Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan pak
dosen dijawabnya dengan tegas, “Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman
adalah guru yang terbaik, Pak …!” Semua mahasiswa di kelas itu tercengang.
Mereka berpandang-pandangan. Lalu, mereka tertawa terbahak-bahak. Gelak
tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal.
109

5. Makna tersirat pada teks anekdot di atas adalah...

A. Menjelaskan kepanjangan KUHP sebenarnya adalah Kitab Undang Hukum

Pidana.

B. Mengkritik Bapak dosen sedang memberikan kuliah hukum pidana.

C. Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru terbaik.

D. Menyindir kepada oknum penegak hukum yang mau disuap.

E. Menyindir Ali yang bertanya kepanjangan KUHP.

Kunci Jawaban Tes Formatif

1. D

2. D

3. C

4. B

5. D

Umpan Balik
Setelah anda selesai mengerjakan soal di atas, cobalah cocokkan dengan

kunci jawab yang ada pada tes formatif. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian

gunakan rumus di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap

materi yang sudah di pelajari.


110

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐱 𝟏𝟎𝟎


𝐑𝐮𝐦𝐮𝐬: 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 =
𝟓

Artinya:

90% - 100% = Sangat Baik

80% - 79% = Baik

70% - 79% = Cukup

60% - 69% = Kurang

50% = Sangat Kurang

Jika penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, berarti penguasaan Anda

terhadap modul 1 sudah baik. Namun, jika penguasaan Anda kurang dari 80%

sebaiknya Anda mengulangi pembelajaran pada modul 1 terutama pada bagian

yang belum dipahami.


111

MODUL 2
4.5 Mengontruksi Makna Tersirat dalam Sebuah Teks Anekdot Baik
Lisan Maupun Tulis

Tujuan

1. Peserta didik dapat membandingkan anekdot dengan humor.

2. Peserta didik dapat menganalisis kritik yang disampaikan secara tersirat

dalam anekdot.

3. Peserta didik dapat menyimpulkan makna tersirat dari anekdot.

Kegiatan 1

1. Membandingkan Anekdot dengan Humor

Pada pembelajaran sebelumnya Anda telah mempelajari bahwa anekdot

adalah cerita singkat yang lucu dan menarik. Apakah semua cerita lucu dapat

dikategorikan sebagai anekdot? Seringkali orang menyamakan antara humor

dengan anekdot. Agar dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara

keduanya. Bacalah teks di bawah ini.


112

Profesi Anak-anak Ibu Penjual Kue

Bapak Presiden bertanya pada Ibu tua penjual kue

Bapak ; “Sudah berapa lama jualan kue?”

Ibu : “Sudah hampir 30 tahun”

Bapak : “Terus anak Ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?”

Ibu : “Anak saya ada 4, yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di

Kejaksaan, dan ke-4 di DPR. Jadi, meraka sibuk sekali, Pak.”

Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum. Lalu

berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau.

Bapak : “Meskipun hanya jualan kue, Ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses

dan jujur tidak korupsi, karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini

sudah sejahtera dan tinggal di rumah mewah.”

Bapak : “Apa jabatan anak di POLDA, KPK, dan DPR?”

Ibu ; “Sama … jualan kue juga.”

Sumber: http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id

Cerita di atas termasuk ke dalam teks humor bukan anekdot karena tidak

mengandung kritik dan sindiran terhadap seseorang, tidak terdapat makna tersirat

dalam teks tersebut, hanya terdapat unsur humor (kelucuan) dan topik atau masalah

yang dibicarakan biasanya seputar masalah sehari-hari dan tidak menyangkut orang

banyak. Perbedaan antara anekdot dengan humor sebagai berikut.


113

Perbedaan

Humor
Anekdot
Tidak mengandung makna tersirat
Makna yang disampaikan adalah makna
tersirat
Hanya merupakan hiburan semata.
Mengandung sindiran terhadap
Contoh terdapat dalam percakapan Ibu
seseorang atau kelompok masyarakat
penjual kue ketika menjawab pertanyaan
tertentu.
dari Presiden mengenai jabatan anak-
anaknya “Sama … jualan kue juga.”

Topik yang dibicarakan merupakan


Topik yang dibahas menegnai hal yang
topik umum pada kehidupan sehari-hari
berhubungan dengan kepentingan
dan tidak berhubungan dengan
khalayak ramai
kepentingan orang banyak.
Topik dalam teks Profesi Anak-anak Ibu
Penjual Kue adalah mengenai
kehidupan Ibu penjual kue.

Persamaan anekdot dengan humor sebagai berikut.

Keduanya sama-sama mengandung humor (unsur kelucuan). Meskipun ide cerita

dalam anekdot diangkat dari kejadian nyata, tetapi cerita yang disajikan sama

dengan humor yakni sama-sama rekaan. Cerita rekaan dalam anekdot disajikan

dengan berbagai cara misalnya dengan mengganti nama tokoh, waktu, dan tempat

peristiwa terjadi.
114

Kegiatan 2

2. Menganalisis Kritik yang Disampaikan Secara Tersirat dalam Anekdot.

Kritik dalam anekdot seringkali disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak

disampaikan secara langsung. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik antara

pihak yang menyampaikan sindiran dengan pihak yang disindir. Tujuannya agar

pesan yang ingin disampaikan, kritiknya dapat diterima oleh pihak yang dikritisi

tanpa menimbulkan ketersinggungan.

Contoh

Acara TV

Halo, dengan
siapa di sini?

dengan Bapak Anwar

Oh, Bapak Anwar, apakah


Bapak ingin mendapatkan uang
tunai sebesar 3 juta rupiah?

Wah, mau banget!!


Gimana caranya??

Kerja, Pak!


115

Berikut adalah contoh analisis kritik atau sindiran dalam anekdot berjudul

Acara TV dan anekdot dengan judul Dosen yang juga Menjadi Pejabat.

Kata, Frasa, Klausa, atau Kalimat Makna Idiomatis

Jawaban dari pertanyaan berupa Seseorang yang ingin mendapatkan

penawaran hadiah, “Wah, mau banget!” uang secara instan.

Kalimat “Kerja, Pak!” Menyuruh seseorang untuk berusaha

dahulu.

Kalau mau kaya orang harus mau

bekerja atau berusaha.

apakah Anda ingin uang tunai sebesar 3 Sindiran pada orang yang hanya ingin

juta rupiah? mendapatkan uang secara instan, tetapi

tidak mau berusaha terlebih dahulu.

Kursi Jabatan

Takut kursinya diambil orang. Takut jabatannya direbut orang lain.

Berdasarkan identifikasi kata dan klausa idiomatis dalam tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa kritik yang disampaikan dalam anekdot dengan judul Acara TV,

ditujukan untuk orang-orang yang ingin sesuatu secara instan tanpa mau berusaha

terlebih dahulu. Pesan tersirat yang ingin disampaikan adalah segala sesuatu harus

dilakukan dengan usaha atau kerja keras, tidak hanya berpangku tangan. Pada

anekdot dengan judul Dosen yang juga Menjadi Pejabat, ditujukan untuk para

pejabat yang tidak mau atau takut dilengserkan. Pesan tersirat yang ingin

disampaikan adalah agar para pejabat sadar diri dan bersedia diganti oleh generasi
116

berikutnya ketika masa jabatannya habis, dan agar para pejabat sadar bahwa jabatan

itu ada masanya.

Kegiatan 3

3. Menyimpulkan Makna Tersirat dari Anekdot

Makna tersirat dalam anekdot itu berbeda dengan sindiran atau kritikan. Hal

ini tentu saja lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat

kritik.

Langkah-Langkah Menentukan Makna Tersirat Anekdot.

a. Membaca secara keseluruhan teks anekdot.

b. Memahami unsur-unsur dalam teks anekdot.

c. Menangkap aspek lucu, konyol, dan jengkel dalam teks anekdot.

d. Menangkap makna tersirat berupa kalimat sindiran atau amanat dari anekdot

tersebut. Perhatikan teks anekdot berikut ini.


117

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah Universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa yang sedang
berbincang-bincang.

Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau
berdiri.”

Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih, Ton.”

Tono : “Ya. Udin tahu sebabnya?”

Udin : “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”

Tono : “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab beliau juga seorang pejabat.”

Udin : “Loh apa hubungannya?”

Tono : “Ya kalau beliau berdiri takut kursinya di duduki orang lain.”

Udin : “???”

Anekdot dengan judul Dosen yang juga Menjadi Pejabat, kritik yang

disampaikan ditujukan kepada para pejabat yang takut dan tidak mau turun dari

jabatannya atau takut kehilangan jabatan. Tujuan yang ingin disampaikan tentu

bukan hanya menyindir para pejabat yang tidak mau atau takut kehilangan

jabatannya. Akan tetapi, jauh lebih dari itu, yaitu agar para pejabat sadar bahwa

jabatan itu ada masanya. Ketika masa jabatan sudah habis, hendaknya para pejabat

itu dengan legowo bersedia digantikan oleh orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kamu simpulkan bahwa makna tersirat

yang dimaksud lebih mengarah pada pesan moral yang hendak disampaikan melalui

anekdot. Pesan moral itu dapat dirunut dari kritikan atau sindiran yang disampaikan

lewat anekdot.
118

Cerita 1

Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang Sayur


Wajahmu memang manggis, sifatmu juga melon kolis
Tapi hatiku nanas karena cemburu, terasa sirsak napasku
Hatiku anggur lebur, ini delima dalam hidupku
Memang ini salakku, jarang apel di malam minggu
Ya Tuhan … aku mohon belimbing-mu
Kalau memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu
Semangka kau bahagia dengan pria lain
Sawo nara…..
Dari: Durianto

Cerita 2

Sebuah mobil ambulans yang mengangkut beberapa orang pasien sakit


jiwa terpaksa berhenti di tengah jalan karena bannya bocor. Ketika sedang
mengganti ban, si Sopir tak sengaja menendang keempat bautnya hingga masuk
selokan. Dengan panik si sopir berteriak, “Waduh, gimana gue bisa pasang ban
kalau bautnya hilang?” mendengar teriakan itu, salah seorang pasien sakit jiwa
nyeletuk “Bang copotin aja tuh satu baut dari masing-masing tiga roda lainnya.
Terus pasang ke bannya. Jadi, masing-masing ban dapat tiga baut, tinggal beli
empat baut.”

Mendengar usulan pasien sakit jiwa tersebut, si sopir langsung lega. “Pinter juga
lo, tapi kenapa lo masuk rumah sakit jiwa?”

Pasien itu menjawab, “Hello please deh, kita ini Cuma gila, bukan bego kaya
lo.”
119

Soal

I. Perintah : tuliskan dan jelaskan jawaban Anda dari setiap pertanyaan di


bawah ini!

1. Dari cerita 1 dan cerita 2 manakah yang termasuk anekdot dan humor?

2. Adakah kritikan atau sindiran dari cerita 1 dan cerita 2?

3. Apakah ada makna tersirat yang disampaikan dalam cerita 1 dan cerita 2?

Rangkuman
1. Humor adalah sesuatu yang lucu; keadaan (dalam cerita dan sebagainya) yang

menggelitik hati, kejenakaan, kelucuan.

2. Perbedaan humor dengan anekdot:

Perbedaan

Humor
Anekdot
Tidak mengandung makna tersirat
Makna yang disampaikan adalah makna
tersirat
Hanya merupakan hiburan semata.
Mengandung sindiran terhadap Contoh terdapat dalam percakapan Ibu
seseorang atau kelompok masyarakat penjual kue ketika menjawab pertanyaan
tertentu. dari Presiden mengenai jabatan anak-
anaknya “Sama … jualan kue juga.”

Topik yang dibicarakan merupakan


Topik yang dibahas mengenai hal yang topik umum pada kehidupan sehari-hari
berhubungan dengan kepentingan dan tidak berhubungan dengan
khalayak ramai kepentingan orang banyak.
Topik dalam teks Profesi Anak-anak Ibu
Penjual Kue adalah mengenai
kehidupan Ibu penjual kue.
120

3. Persamaan anekdot dengan humor: Keduanya sama-sama mengandung humor

(unsur kelucuan). Meskipun ide cerita dalam anekdot diangkat dari kejadian

nyata, tetapi cerita yang disajikan sama dengan humor yakni sama-sama rekaan.

Cerita rekaan dalam anekdot disajikan dengan berbagai cara misalnya dengan

mengganti nama tokoh, waktu, dan tempat peristiwa terjadi.

4. Kritik adalah kecaman atau tanggapan, atau kupasan kadang-kadang disertai

uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan

sebagainya.

5. Makna tersirat adalah makna yang tidak disampaikan secara terbuka dari sebuah

teks ataupun ucapan.

Glosarium
1. Kata: unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang menyerupai perwujudan

kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.

2. Frasa: cabang ilmu linguistik yang membahas mengenai gabungan dua kata lebih

yang bersifat nonpredikatif.

3. Klausa: cabang ilmu linguistik yang membahas mengenai satuan gramatikal

yang mengandung predikat dan berpotensi menjadi kalimat.

4. Kalimat: kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.

5. Makna idiomatis: makna kata atau rangakaian kata yang menyimpang atau

berbeda dengan makna dari kata-kata yang membangunnya. Akibat perbedaan

makna yang ditimbulkan ini, makna idiomatik mirip dengan makna kiasan atau

konotasi.
121

Tes Formatif

II. Pilihlah jawaban yang paling tepat, kemudian beri tanda silang pada
pilihan (A. B, C, D, atau E)!

Bacalah teks berikut ini untuk dapat menjawab soal nomor 1-3

Konon otak orang Indonesia sangat digemari dan jadi rebutan di antara

calon penerima donor otak manusia. Di bursa pasar gelap, harga otak manusia

Indonesia dikabarkan paling tinggi. Setiap ada persediaan hampir bisa dipastikan

langsung laku terjual.

Orang-orang pun heran. Mengapa bukan otak orang Yahudi yang terkenal

cerdas-cerdas itu yang diburu? Mengapa bukan otak orang-orang Jepang, yang

tersohor memiliki kemampuan tinggi dalam bidang teknologi, yang diperebutkan?

Atau, mengapa tidak otak orang Cina yang sudah dikenal luas lihai berbisnis?

Mengapa justru otak orang Indonesia?

Setelah dilakukan semacam penelitian, ternyata persepsi para penerima

donor otak dalam menentukan pilihan bukan pada standar umum seperti asumsi di

atas. Jawab mereka: “Habis, otak orang Indonesia rata-rata masih mulus.”

Sumber: Koleksi Putu Widjaya, Kompas Online – Senin, 9 Desember 1996

1. Menurut anekdot di atas, mengapa otak orang Indonesia diburu oleh calon

penerima donor otak?

A. Karena otak orang Indonesia cerdas-cerdas.

B. Karena otak orang Indonesia mulus, jarang dipakai.


122

C. Karena otak orang Indonesia seperti otak orang Cina.

D. Karena orang Indonesia rajin memelihara otaknya.

E. Karena orang Indonesia rajin belajar.

2. Aspek kelucuan dan sekaligus sindiran pada teks anekdot di atas adalah ….

A. Otak orang Indonesia jadi rebutan calon penerima donor otak manusia.

B. Otak orang Indonesia rata-rata masih mulus karena jarang dipakai.

C. Otak orang Jepang tersohor memiliki kemampuan tinggi dalam bidang

teknologi.

D. Otak orang Cina dikenal luas lihai berbisnis.

E. Otak orang Yahudi terkenal cerdas.

3. Maksud dari sindiran dalam anekdot di atas adalah ...

A. Orang Indonesia rajin berpikir.

B. Orang Indonesia rajin merawat otak.

C. Orang Indonesia malas berpikir.

D. Orang Indonesia rajin belajar.

E. Orang Indonesia malas bekerja.

Perhatikan teks berikut!

Manager :“Perusahaan kita butuh satpam yang kredibel. Syaratnya harus punya
wajah galak, tegas, tak kenal kompromi, dan ditakuti orang. Apakah diantara
pelamar kerja, ada kandidat yang memenuhi kriteria tersebut?

Staf HRD :“Kalau diantara pelamar, tidak ada Pak. Tapi saya punya calon yang
sangat cocok dengan kriteria Bapak tersebut.”

Manager :“Bagus. Siapa dia?”

Staf HRD :“Istri saya, Pak”


123

4. Teks tersebut merupakan teks...

A. Anekdot

B. Narasi

C. Eksposisi

D. Dialog

E. Humor

5. Kita dapat memahami teks anekdot dan dapat memanfaatkannya sebagai sarana

untuk...

A. Menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita hadapi di dunia nyata

B. Mempertahankan bangsa agar berpegang tegus terhadap Pancasila

C. Sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis

D. Menyampaikan kritik terhadap persoalan-persoalan pada bidang-bidang

layanan tersebut

E. Memperoleh ilmu pengetahuan melalui pendidikan

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. B

2. B

3. C

4. E

5. D
124

Umpan Balik
Setelah anda selesai mengerjakan soal di atas, cobalah cocokkan dengan

kunci jawab yang ada pada tes formatif. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian

gunakan rumus di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap

materi yang sudah di pelajari.

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐱 𝟏𝟎𝟎


𝐑𝐮𝐦𝐮𝐬: 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 =
𝟓

Artinya:

90% - 100% = Sangat Baik

80% - 79% = Baik

70% - 79% = Cukup

60% - 69% = Kurang

50% = Sangat Kurang

Jika penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, berarti penguasaan Anda

terhadap modul 2 sudah baik. Namun, jika penguasaan Anda kurang dari 80%

sebaiknya Anda mengulangi pembelajaran pada modul 2 terutama pada bagian

yang belum dipahami.


125

MODUL 3

3.6 Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot

1. Peserta didik dapat mengidentifikasi struktur teks anekdot.

TUJUAN 2. Peserta didik dapat menganalisis kebahasaan teks anekdot.

Materi

Kegiatan 1

1. Mengidentifikasi Struktur Teks Anekdot

a.
Aksi Maling Tertangkap CCTV

Seorang warga melapor kemalingan pada polisi.

Pelapor: “Pak, saya kemalingan.”

Polisi : “Kemalingan apa?”

Pelapor: “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung, Pak…”

Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”

Pelapor: “Iya, Pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya dapat
melihat dengan jelas wajah malingnya.”

Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”

Pelapor: “Belum …” (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan)

Polisi : “Itu ilegal, Anda saya tangkap.”

Analisis
Pelapor: struktur
(Hanya teks anekdot
bisa pasrah judul Aksi Maling Tertangkap CCTV
tak berdaya)
126

Isi Struktur Alasan

Seorang warga melapor Abstrak Kalimat tersebut merupakan


kemalingan pada polisi. pendahuluan atau gambaran
tentang suatu teks atau cerita.

Pelapor: “Pak, saya Orientasi Percakapan tersebut termasuk


kemalingan.” bagian orientasi karena sebagai
awal menuju terjadinya konflik,
Polisi : “Kemalingan
yang terdapat pada percakapan
apa?”
pelapor “Pak, saya kemalingan.”
Pelapor: “Mobil, Pak. Tapi
saya beruntung, Pak…”

Polisi : “Kemalingan kok Krisis Percakapan tersebut masuk ke


beruntung?” dalam krisis karena ini inti dari
permasalahan, bahwa si pelopor
Pelapor: “Iya, Pak. Saya
kemalingan namun ia tenang
beruntung karena CCTV
karena ada CCTV yang merekam
merekam dengan jelas.
wajah pelaku. Namun, ada hal
Saya dapat melihat dengan
yang mengundang tawa/sisi lucu
jelas wajah malingnya.”
si polisi yang menjawab dengan
Polisi : “Sudah minta izin kata “Sudah minta izin
malingnya untuk malingnya untuk merekam?”
merekam?”

Pelapor: “Belum …” Reaksi Percakapan tersebut masuk


(sambil menatap polisi dalam reaksi karena, jawaban
dengan penuh keheranan) pelapor yang berkata “belum”
atas pertanyaan polisi apakah dia
Polisi : “Itu ilegal, Anda
sudah minta izin si maling karena
saya tangkap.”
sudah merekam lewat CCTV.
Reaksi pelapor yang tidak habis
127

pikir atas jawaban polisi, ia


merasa heran sekaligus mencela
polisi atas jawaban tersebut.

Pelapor: (Hanya bisa Koda Akhir dari percakapan, pelapor


pasrah tak berdaya). telah kehabisan kata dan tak
percaya akan tanggapan dari
polisi.

a. Abstrak merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau

gambaran umum tentang isi suatu teks.

Contoh:

Rombongan jamaah haji dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz,
Jeddah, Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk
mengangkut barang-barang yang akan mereka bawa (Anekdot “Kuli dan
Kiyai”).

b. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu konflik

atau peristiwa utama.

Contoh:

Pada kesempatan itu, dua orang di antara kuli-kuli terlibat percekceokan


serius dalam bahasa Arab. (Anekdot “Kuli dan Kiyai”).

c. Krisis atau komplikasi merupakan bagian inti dari peristiwa suatu anekdot. Pada
bagian krisis terdapat unsur humor (kelucuan) yang mengandung tawa.
Contoh:

Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka,


sabil berucap “amin, amin, amin!” seraya menengadahkan tangan. (Anekdot
“Kuli dan Kiyai”).
128

d. Reaksi merupakan tanggapan atau respon atas krisis yang dinyatakan

sebelumnya. Reaksi yang dimaksud berupa sikap mencela atau menertawakan.

Contoh:

“Kamu itu justru sangat bodoh,” kata hakim itu dengan tenangnya, “Mau-

maunya kamu bertengkar dengan orang tolol yang mengatakan bahwa

empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya

dihukum?” (Anekdot ”Empat Kali Tujuh”).

e. Koda merupakan penutup atau simpulan. Di dalamnya dapat berupa persetujuan,

komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan

sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata seperti, itulah,

akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun

tidak ada.

Contoh:

“Nah, itulah….! Masing-masing orang punya kenalan sendiri-sendiri!

Jangan paksakan saya megenal orang-orang yang Anda sebutkan tadiitu!”

(Anekdot “Lomba Karya Ilmiah Tingkat Dunia”).

Krisis

Orientasi Reaksi

Abstrak Koda
129

Kegiatan 2

2. Menganalisis Kebahasaan Teks Anekdot

Perhatikan teks di bawah ini

Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

Pada puncak pengadilan korupsi, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.

Jaksa : “Apakah benar bahwa, Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi
dalam kasus ini?”

Saksi : (menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan).

Jaksa : “Apakah benar bahwa, Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi
dalam kasus ini?”

Saksi : (tidak menanggapi).

Hakim : “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”

Saksi : (kaget) “Oh, maaf. Saya pikir dia tadi berbicara dengan, Anda.”

Analisis kaidah kebahasaan teks anekdot Kisah Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi.

Unsur Kebahasaan Contoh Kalimat

Kalimat yang menyatakan peristiwa Pada puncak pengadilan korupsi, Jaksa

masa lalu penuntut umum menyerang saksi.

Alasan: karena peristiwa itu diceritakan

atau ditulis setelah terjadi, terdapat

dalam kalimat Pada puncak pengadilan


130

korupsi, kalimat tersebut menyatakan

peristiwa masa lalu.

Kalimat retoris “Apakah benar” teriak Jaksa, “bahwa

Anda menerima lima ribu dolar untuk

berkompromi dalam kasus ini?”

Penggunaan konjungsi yang Akhirnya Hakim berkata, “Pak, tolong

menyatakan hubungan waktu jawab pertanyaan Jaksa.”

Konjungsi ditandai dengan adanya kata

“akhirnya” yang menunjukkan

hubungan waktu.

Penggunaan kata kerja aksi Saksi menatap keluar jendela seolah-

olah tidak mendengar pertanyaan.

Kata kerja aksi terdapat pada kata

menatap dan mendengar, yang berarti

bahwa saksi tersebut melakukan

kegiatan yaitu menatap keluar jendela

dan seakan tidak mendengar perkataan

dari Jaksa, padahal ia mendengar.

Penggunaan kalimat perintah “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”

Kalimat ini termasuk kalimat perintah

karena Hakim menyuruh/memerintah


131

saksi untuk menjawab pertanyaan dari

Jaksa, jawab pertanyaan Jaksa.

Penggunaan kalimat seru “Oh, maaf”

Kata “oh” termasuk dalam kata seru,

karena mengungkapkan perasaan si

pembicara, kata “oh”untuk memperkuat

rasa atau kalimat yang diungkapkan

pembicara.

Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki fitur kebahasaan yang khas yaitu

1) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu, 2) menggunakan

kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, 3)

menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakn hubungan waktu

seperti kemudian dan lalu, 4) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis,

membaca, berjalan, dan sebagainya, 5) menggunakan imperative sentence (kalimat

perintah), 6) menggunakan kalimat seru.


132

Latihan

Bacalah teks anekdot di bawah ini!


''Politikus Sering Bohong''

Sebuah bus penuh dengan para politikus keluar dari marka jalan. Akhirnya,
menabrak sebuah pohon besar diladang seorang petani tua. hampir semua
penumpang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut.

Petani tua segera memberikan bantuan. namun, apalah daya, ia tidak bisa
berbuat apapun karena memang para penumpang bus itu dianggap sudah tidak bisa
tertolong lagi. petani tua kemudian menguburkan politikus-politikus itu
dikebunnya.

Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan


menanyakan peristiwa kecelakaan itu, "apakah benar mereka semua mati, Pak?"

Petani tua itu menjawab, "mereka tampak sudah meninggal, Pak. tapi,
memang beberapa di antara mereka ada yang masih bergerak-gerak. Bahkan,
beberapa di antara mereka ada yang berkata bahwa mereka belum meninggal. Tapi
Anda kan Tahu, betapa seringnya politikus itu berbohong. Saya tidak
mempercayai perkataan mereka. Oleh karena itu, saya harus tetap
menguburkannya!"

Soal

I. Jawablah setiap pertanyaan berikut ini dengan sejelas-jelasnya!

1. Analisislah struktur teks anekdot berjudul Politikus Sering Bohong dengan

menggunakan tabel sesuai contoh!

2. Analisislah kaidah kebahasaan teks anekdot berjudul Politikus Sering Bohong

dengan menggunakan tabel sesuai contoh!


133

Rangkuman
1. Struktur teks anekdot terdiri dari abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.

2. Koda merupakan penutup atau simpulan. Di dalamnya dapat berupa persetujuan,

komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan

sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata seperti, itulah,

akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun

tidak ada.

3. Kebahasaan teks anekdot, a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa

masa lalu, b) menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak

membutuhkan jawaban, c) menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang

menyatakan hubungan waktu seperti kemudian dan lalu, d) menggunakan kata

kerja aksi seperti menulis, membaca, berjalan, dan sebagainya,e) menggunakan

imperative sentence (kalimat perintah), f) menggunakan kalimat seru.

1. Konjungsi: kata untuk menghubungkan kata-kata, ungkapan-ungkapan, atau

kalimat-kalimat dan sebagainya, dan tidak untuk tujuan atau maksud lain.

2. Kalimat seru: kalimat untuk memperkuat rasa hati, seperti kagum, sedih, heran,

jijik dan sebagainya.

Kalimat seru, isinya mengungkapkan kekaguman perasaan, karena rasa kagum

berhubungan dengan sifat, maka kalimat seru dibentuk dari kalimat statif.
134

Kalimat seru disebut juga kalimat interjektif. Contoh oh, wah, waduh, dan lain

sebagainya.

Tes Formatif

II. Pilihlah jawaban yang paling tepat, kemudian beri tanda silang pada
pilihan (A. B, C, D, atau E)!

Bacalah kutipan teks anekdot berikut ini untu dapat menjawab soal nomor 1-2!

(1) Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah

hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja. (2) Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali

bertanya kepada pak dosen. “Apa kepanjangan KUHP, Pak?” (3) Pak dosen tidak

menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. (4) “Saudara

Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen. (5) Dengan

tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”

1. Struktur isi yang terdapat dalam teks anekdot tersebut adalah ... .

A. Abstrak, orientasi, dan krisis

B. Reaksi, abstrak, dan koda

C. Orientasi, krisis, dan reaksi

D. Abstrak, koda, dan krisis

E. Reaksi dan koda


135

2. Krisis dalam anekdot di atas tergambar dalam kalimat ...

A. Ke-1

B. Ke-2

C. Ke-3

D. Ke-4

E. Ke-5

Bacalah kutipan teks berikut.

Sebuah bus penuh dengan penumpang sedang melaju dengan cepat di jalan

menurun. Ada seseorang mengejar bus ini dari belakang.

Seorang penumpang di kursi belakang mengeluarkan kepalanya melalui

jendela. Ia pun berkata kepada orang yang sedang mengejar bus, “Hai, Kawan!

Sudahlah, Anda tak mungkin bisa mengejar bus ini!”

“Saya harus bisa mengejarnya,” dengan napas terengah-engah orang

yang mengejar bus itu berkata lagi,”saya adalah pengemudi bus ini!”.

3. Kalimat yang tepat untuk mengisi bagian koda dalam anekdot tersebut adalah….
A. Sebuah bus melaju kencang sekali.

B. Penumpang itu pun kaget!

C. Kata penumpang itu, “Berhentilah!”

D. Orang itu pun berkata, “Apa yang terjadi?”

E. Petugas keamanan sedang berjaga-jaga.

4.
Di sebuah desa, hiduplah seorang janda dengan anaknya. Hari ini tidak

ada kepulan asap di dapur.


136

Kalimat tersebut di atas struktur teks anekdot bagian….

A. Abstraksi D. Reaksi

B. Orientasi E. Koda

C. Krisis

Perhatikan teks anekdot berikut!

Seseorang yang tua tengah menggembalakan keledainya dipadang rumput, tiba-

tiba ia dikejutkan dengan teriakan beberapa tentara musuh. “Cepat larinya,” teriak

si Tua itu si keledai, “Jangan sampai mereka menangkap kita.” Tetapi si keledai

tetap kalem berjalan. “Katakan,” ujar si keledai, “Jika jatuh ke tangan musuh apa

aku harus membawa beban dobel?” “Kukira tidak,” jawab si Tua. “Lalu apa

peduliku dengan siapa yang akan ku layani? Toh bebanku sama saja.” Si Tua pun

berlari meninggalkan keledai.

5.Konjungsi yang digunakan pada teks tersebut adalah….

A. Tetapi dan sedangkan

B. Sedangkan dan tiba-tiba

C. Tetapi dan namun

D. Tiba-tiba dan meskipun

E. Lalu dan sampai


137

Kunci Jawaban Tes Formatif

1. A

2. E

3. B

4. A

5. E

UMPAN BALIK
Setelah anda selesai mengerjakan soal di atas, cobalah cocokkan dengan

kunci jawab yang ada pada tes formatif. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian

gunakan rumus di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap

materi yang sudah di pelajari.

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐱 𝟏𝟎𝟎


𝐑𝐮𝐦𝐮𝐬: 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 =
𝟓

Artinya:

90% - 100% = Sangat Baik

80% - 79% = Baik

70% - 79% = Cukup

60% - 69% = Kurang

50% = Sangat Kurang


138

Jika penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, berarti penguasaan Anda

terhadap modul 3 sudah baik. Namun, jika penguasaan Anda kurang dari 80%

sebaiknya Anda mengulangi pembelajaran pada modul 3 terutama pada bagian

yang belum dipahami.


139

MODUL 4
4.6 Menciptakan Kembali Teks Anekdot dengan Memerhatikan

Struktur dan Kebahasaan

1. Peserta didik dapat menyusun kembali teks anekdot dengan


TUJUAN
memerhatikan struktur dan kebahasaan.
2. Peserta didik dapat menyusun kembali teks anekdot dengan
pola penyajian yang berbeda.

Materi

Kegiatan 1

1. Menyusun Kembali Teks Anekdot dengan Memerhatikan Struktur dan

Kebahasaan

Dalam menyusun kembali teks anekdot yang harus diperhatikan adalah

memahami tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, dan pola penyajian teks anekdot.

Langkah-langkah ini akan memudahkan Anda untuk belajar menyusun kembali

teks anekdot. Perhatikan contoh berikut ini.


140

Kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu, dan cucu 6 tahun.

Kebiasaan makan malam di rumah si anak. Kakek tua maknnya sering berantakan.

Kakek tua diberi meja kecil terpisah di pojok, dengan alat makan anti pecah.

Cucu 6 tahun membuat replica meja terpisah.

Cucu 6 tahun mengungkapkan kelak akan membuat meja terpisah juga untuk ayah

dan ibunya.

Dari potongan kalimat-kalimat di atas dapat disusun menjadi teks anekdot seperti

ini.

Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga
itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mangacaukan segalanya. Tangan
bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap
jatuh.

Saat kakek meraih gelas, susu tumpah dan membasahi taplak. Anak dan menantunya
menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang
kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah.

Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari
sudut ruangan. Namun, suami istri itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan
lagi.

Sang cucu yang baru berusia 5 tahun mengamati semua kejadian itu dalam diam. Suatu hari
si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu.

“Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya.

“Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu. Persiapan buat ayah dan ibu aku besar nanti.” Ayah
anak kecil itu langsung terdiam.

Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak aka
nada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak bernoda kuah.

Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu (dengan penyesuaian)


141

Analisis teks anekdot di atas

Aspek Isi

Tema Kasih sayang pada orang tua

Kritik Anak yang memandang orang tua di

masa tuanya sebagai orang yang

menyusahkan.

Humor/Kelucuan Orang dewasa yang malu karena di

kritik oleh anak kecil.

Tokoh Kakek tua, ayah dan ibu (anak), dan

cucu 6 tahun.

Alur Kakek tua tinggal bersama anak,

menantu, dan cucu yang berusia 6 tahun.

Karena sudah tua, mata si kakek rabun

dan tangannya bergetar sehingga kerap

menjatuhkan makanan dan alat makan.

Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan

di meja terpisah dengan alat makan anti

pecah. Anak dan menantunya baru sadar

ketika diingatkan oleh cucu 6 tahun yang

tengah bermain membuat replika meja.

Pola Penyajian Narasi


142

Kegiatan 2

2. Menyusun Kembali Teks Anekdot dengan Pola Penyajian yang Berbeda

Salah satu cara menyusun ulang teks anekdot adalah dengan menyusun

ulang teks anekdot yang kita dengar atau yang kita baca dengan pola penyajian yang

berbeda. Namun, penulisan ulang ini tetap harus memperhatikan struktur dan

kebahasaannya. Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi.

Perhatikan contoh teks anekdot di bawah ini.

Pola 1

Jin dan Tiga Manusia

Ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa, yang karam. Ada tiga
orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika, dan Indonesia. Mereka
terapung-apung di tengah laut dengan hanya megandalkan sekeping papan.

Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada ketiga bangsa
manusia itu dan menawarkan jasa. “Kalian boleh minta apa saja akan ku penuhi”,
kata sang jin. Yang pertama ditanya adalah orang Perancis.

“Saya ini petugas lembaga sosial di Perancis,” katanya “tolonglah kembalikan saya
ke negeri saya”. Dalam sekejap orang itu lenyap, kembali ke negerinya.

“Kamu orang Amerika, apa permintaan mu?”

“Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlatar karena kecelakaan ini.
Tolonglah kembalikan saya ke Washington.”

“Oke” kata jin, sambil menjentikkan jarinya. Orang Amerika lenyap seketika,
kembali ke negerinya.

“Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu?”

“Duh, Pak jin, sepi banget di sini,” keluh si orang Indonesia.

“Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini.”

Alakazam, orang Perancis dan pria Amerika itu pun muncul lagi.
143

Pola 2

Jin dan Tiga Manusia

Sebuah kapal berisi penumpang dari berbagai bangsa, karam. Tiba-tiba muncul
jin yang baik hati.

Jin : “Kalian boleh minta apa saja akan ku penuhi.”

Orang Perancis : “Saya ini petugas lembaga sosial di Perancis, “tolong


kembalikan saya ke negeri saya.”

Jin : “Kamu orang Amerika, apa permintaan mu?”


Orang perancis
Orang Amerika : “Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlatar
karena kecelakaan ini. Tolong kembalikan saya ke Washington.”

Jin : “Oke”

Jin : “Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa
mau mu?”

Orang Indonesia : “Duh, Pak jin, sepi banget di sini, tolonglah kedua teman saya
tadi dikembalikan ke sini.”

Jin : (mengembalikan orang Perancis dan pria Amerika)

Pola 1 disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan dalam pola 2 disajikan

dengan bentuk dialog. Perhatikan perbedaan antara bentuk dialog dengan narasi.

Bentuk narasi pengisahan suatu cerita atau kejadian lebih terdeskripsikan, adanya

abstrak atau pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum

tentang isi suatu cerita, contoh kutipan berikut ini.

Ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa, yang karam. Ada
tiga orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika, dan Indonesia.
Mereka terapung-apung di tengah laut dengan hanya megandalkan sekeping
papan.

Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada ketiga bangsa
manusia itu dan menawarkan jasa.
144

Adanya unsur perbuatan atau tindakan, contoh kutipan berikut ini.

“Kalian boleh minta apa saja akan ku penuhi”

“Oke” kata jin, sambil menjentikkan jarinya.

Alakazam, orang Perancis dan pria Amerika itu pun muncul lagi.

Terdapat unsur tokoh yang digambarkan


Orang Perancis yang digambarkan sebagai petugas lembaga sosial yang diketahui
dari percakapan antara Jin dan Orang Perancis.

“Saya ini petugas lembaga sosial di Perancis”

Orang Amerika yang digambarkan sebagai pejabat pemerintah yang sibuk di


negaranya, diketahui dari percakapan antara Jin dan Orang Amerika.

“Saya ini pejabat pemerintah, banyak tugas saya yang terlatar karena kecelakaan
ini.”

Orang Indonesia yang tidak memiliki kesibukan

“Duh, Pak jin, sepi banget di sini.”

Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat

langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari

pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya. Perhatikan

kutipan di bawah ini.

Jin : “Kalian boleh minta apa saja akan ku penuhi.”

Orang Perancis : “Saya ini petugas lembaga sosial di Perancis, “tolong


kembalikan saya ke negeri saya.”
145

1. Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“…”)

2. Huruf awal setelah tanda petik diawali dengan huruf kapital,

3. Antara pembicara dengan apa yang dibicarakannya dipisahkan dengan tanda

titik dua (:).

Soal

I. Jawablah setiap pertanyaan berikut dengan sejelas-jelasnya!

1. Isilah tabel di bawah ini berdasarkan teks anekdot berjudul Aksi Maling

Tertangkap CCTV

No. Aspek Isi


1. Tema
2. Kritik
3. Humor/Kelucuan
4. Tokoh
5. Struktur: Observasi
Orientasi
Krisis
Reaksi
Koda
6. Alur
7. Pola Penyajian
146

2. Ubahlah penyajian teks anekdot berjudul Aksi Maling Tertangkap CCTV dari

bentuk dialog ke bentuk narasi.

Aksi Maling Tertangkap CCTV

Seorang warga melapor kemalingan pada polisi.

Pelapor: “Pak, saya kemalingan.”

Polisi : “Kemalingan apa?”

Pelapor: “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung, Pak…”

Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”

Pelapor: “Iya, Pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya
dapat melihat dengan jelas wajah malingnya.”

Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”

Pelapor: “Belum …” (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan)

Polisi : “Itu ilegal, Anda saya tangkap.”

Pelapor: (Hanya bisa pasrah tak berdaya)


147

Rangkuman

1. Narasi adalah pengisahan suatu cerita atau kejadian. Menyajikan sebuah

kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.

2. Ciri narasi: adanya unsur perbuatan atau tindakan. Terdapat unsur tokoh

yang digambarkan. Terdapat latar tempat, waktu, dan suasana. Mempunyai

alur atau plot.

3. Dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara

dua tokoh atau lebih.

4. Ciri dialog: menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah

sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan

seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya.

5. Penulisan teks anekdot dengan pola dialog:

a. Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“…”).

b. Huruf awal setelah tanda petik diawali dengan huruf capital.

c. Antara pembicara dengan apa yang dibicarakannya dipisahkan dengan

tanda titik dua (:).


148

Glosarium

1. Tema : Jiwa dari sebuah tulisan atau dengan pengertian lain pokok pikiran, dasar

cerita dalam sebuah tulisan.

2. Tokoh : Seseorang yang terkenal dalam bidang tertentu.

3. Teks : Satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata

organisasi tertentu untuk mengungkapkan makan secara kontekstual.

4. Makna : Maksud seorang penulis dalam menyampaikan isi suatu tulisan kepada

pembaca.

Tes Formatif

II. Pilihlah jawaban yang paling tepat, kemudian beri tanda silang pada
pilihan (A. B, C, D, atau E)!

Bacalah susunan teks anekdot berikut ini!

(1) “Kita sudah memenuhi permintaanmu.” kata editor itu memberitahu si


pengarang.

(2) Artikel itu disertai dengan sepucuk surat dari pengarangnya : “Atur saja
pemberian tanda bacanya dengan benar dan terbitkan seluruh ceritanya.”

(3) “Tapi di waktu yang akan datang, silakan kirimkan saja pemberian tanda
bacanya. Lalu kita terkenal karena menulis artikel kita sendiri.”
149

(4) Gondolin, seorang penerbit dan editor yang terkenal dari harian Italia IL
Mesagero, menerima sebuah artikel yang agak buruk dari seorang temannya
yang sekaligus seorang politikus.

1. Susunan potongan-potongan teks yang tepat hingga menjadi anekdot yang utuh

adalah ….

A. (4)-(1)-(2)-(3) D. (4)-(2)-(1)-(3)

B. (4)-(3)-(1)-(2) E. (4)-(3)-(2)-(1)

C. (4)-(2)-(3)-(1)

Perhatikan teks anekdot berikut untuk dapat menjawab soal nomor 2!

Setiap hari orang tua Iwan selalu bekerja. Mereka jarang pulang ke
rumah karena harus mengisi acara seminar maupun diklat. Sudah satu bulan
lamanya mereka tidak bertemu anaknya. Rasa kangen pun mendera. Sang
Bapak ingin menguji anaknya, apakah dia mencintai dan merindukannya.

Bapak: Wan, apakah kamu sayang terhadap orang tuamu?

Iwan: Sangat sayang. Aku selalu merindukan Ayah dan Ibu ketika aku
sendiri di rumah (jawab Iwan bohong).

Bapaknya lega mendengar perkataan Iwan. Beliau percaya kalau anaknya


sangat menyayangi orang tua.

Ayahnya kemudian berdoa, ‘Ya, Tuhan terima kasih Kau telah titipkan
kepada hamba seorang anak yang baik. Berikan dia hukuman jika salah.”
Seketika itu, Iwan jatuh pingsan. Bapaknya segera melarikannya ke rumah
sakit. Iwan langsung mendapatkan pertolongan tim medis dan masuk ruang
ICU. Ayahnya hanya menangis.
150

2. Partisipan yang terlibat dalam teks anekdot itu adalah….

A. Bapak, Iwan, dan Tim ICU

B. Iwan, Ibu, dan Bapak

C. Bapak, Iwan, dan tim medis

D. Bapak dan Iwan

E. Iwan dan tim medis

3. Berikut ini termasuk langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis

teks anekdot, kecuali….

A. Membaca teks anekdot dengan seksama anekdot

B. Menemukan kata kias, konjungsi, kalimat retoris (jika ada)

C. Membaca teks anekdot dengan seksama

D. Memahami teks anekdot dengan baik

E. Menganalisis struktur teks, yaitu memisahkan bagian abstraksi, orientasi,

krisis, reaksi, dan koda

4. Contoh penggunaan kalimat tak langsung yang benar adalah ….

A. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata bahwa mereka belum

meninggal.

B. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, “Mereka belum

meninggal.”

C. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, Mereka belum

meninggal!

D. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang mengatakan mereka belum

meninggal.
151

E. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, “Bahwa mereka belum

meninggal!”

5. Berikut ini yang tidak termasuk kalimat yang menggunakan keterangan waktu,

yaitu…

A. Dua orang itu akhirnya bertengar hebat.

B. “Duh, Pak Jin, sepi banget di sini,” keluh orang Indonesia.

C. “Nah, sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa mau mu?”

D. Ketika memesan makanan, mereka bingung dengan menu-menu makanan

yang disediakan.

E. Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan

menanyakan peristiwa kecelakaan itu.

Kunci Jawaban Tes Formatif

1. D

2. C

3. A

4. A

5. B
152

Umpan Balik

Setelah anda selesai mengerjakan soal di atas, cobalah cocokkan dengan

kunci jawab yang ada pada tes formatif. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian

gunakan rumus di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap

materi yang sudah di pelajari.

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐱 𝟏𝟎𝟎


𝐑𝐮𝐦𝐮𝐬: 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 =
𝟓

Artinya:

90% - 100% = Sangat Baik

80% - 79% = Baik

70% - 79% = Cukup

60% - 69% = Kurang

50% = Sangat Kurang

Jika penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, berarti penguasaan Anda

terhadap modul 4 sudah baik. Namun, jika penguasaan Anda kurang dari 80%

sebaiknya Anda mengulangi pembelajaran pada modul 4 terutama pada bagian

yang belum dipahami.


153

EVALUASI
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat, dengan cara memberi tanda silang
pada huruf (A. B, C, D, atau E)!

Bacalah teks di bawah ini!

“Kamu itu justru sangat bodoh,” kata hakim itu dengan tenangnya. “Mau-
maunya bertengkar dengan orang tolol, yang mengatahkan bahwa empat kali
tujuh adalah dua puluh tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya dihukum?”

1. Pelajaran yang dapat dipetik dari cuplikan anekdot di atas adalah ….

A. Berdebatlah secara jujur

B. Jangan melawan aparat hukum

C. Taatilah hukum dengan sewajarnya

D. Hargailah pendapat sesama dengan adil

E. Uruslah sesuatu yang penting dan bermanfaat

2. Orang Indonesia : “Nah, itulah….! Masing-masing orangkan punya kenalan

sendiri-sendiri! Jangan paksakan saya mengenal orang-orang yang Anda

sebutkan tadi itu! Emang gue pikirin”

Pesan yang terdapat dalam cuplikan anekdot di atas adalah ….

A. Setiap orang memiliki pendapat masing-masing

B. Pengetahuan setiap orang selalu tidak sama

C. Jangan memaksakan kehendak orang lain

D. Perlunya mengenal kebiasaan dan kemampuan orang lain dengan baik agar

tidak terjadi konflik


154

E. Setiap orang memiliki kenalan yang berbeda-beda dan jangan dipaksakan

untuk mengenal orang lain

3.
Kemudian, ia turun dari mimbar dan berjalan pulang. Kali ini orang-orang
benar-benar dibuat bingung dan akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba
sekali lagi dan mengundangnya agar dating lagi pada minggu depan untuk
menyampaikan khotbah.

Dalam struktur anekdot, cuplikan di atas lebih tepat disebut dengan …

A. Abstrak D. Koda

B. Orientasi E. Reaksi

C. Krisis

4. Kalimat berikut yang termasuk unsur lucu/konyol/jengkel dari teks anekdot


adalah….

A. Katakanlah hal kebenaran.

B. Perhatikan kehidupan orang miskin.

C. Kesenangan sesaat akan menghancurkan masa depat.

D. Ibu yang memuji tindakan anaknya yang salah.

E. Bersikap adil terhadap sesama

5. Kita dapat memahami teks anekdot dan dapat memanfaatkannya sebagai sarana

untuk...

A. Menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita hadapi di dunia nyata

B. Mempertahankan bangsa agar berpegang tegus terhadap Pancasila

C. Sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis

D. Menyampaikan kritik terhadap persoalan-persoalan pada bidang-bidang

layanan tersebut
155

E. Memperoleh ilmu pengetahuan melalui pendidikan

Bacalah kutipan berikut untuk menjawab soal nomor 6


Seorang dokter muda masuk ke dalam ruang operasi di salah satu rumah sakit. Di ruang
tersebut, ia mendapati seorang pasien berwajah pucat karena takut dioperasi.
Dokter bertanya kepada pasien, “Apa yang sedang Anda rasakan?”
Pasien menjawab, “Saya merasa sangat takut, Dok!”
Dokter berkata, “Apa yang Anda rasakan saat ini sama dengan apa yang sedang saya
rasakan. Kita sama-sama baru masuk ke ruangan ini untuk yang pertama kalinya.”
Diceritakan ulang dari: Ajis Megap-Megap, Humor Iwak Peyek ngekek sampek tuwek,
Jakarta Selatan, Citra Media Pustaka, 2012

6. Humor dalam anekdot tersebut terletak pada ….

A. Rasa takut yang dialami oleh pasien

B. Rasa takut yang dialami oleh dokter

C. Dokter dan pasien sama-sama takut

D. Ruangan operasi yang menakutkan

E. Ruangan operasi yang horor

Bacalah anekdot di bawah ini, untuk menjawab soal nomor 7!

Suatu hari Si Otong berjalan-jalan di taman kota.


Si Otong membaca tulisan “Fasilitas bersama mari kita jaga!”
Si Otong mengambil baut sebuah bangku taman yang terbuat dari besi.
Polisi pamong praja mengetahui perbuatan Otong dan menegurnya.
Terbukti Si Otong sudah mampu mengumpulkan baut satu kantung kresek
yang diambil dari fasilitas umum. Si Otong kaget ketiga ditegur polisi
pamong praja dan mengatakan, “Di situ ada tulisan itu Pak! Jadi saya
berusaha mengamankan baut yang mau lepas Pak!”
Polisi geram mendengar jawaban Otong. Polisi menggelendeng Otong ke
mobil keamanan.

7. Judul yang sesuai untuk anekdot yang dikembangkan dari peristiwa-peristiwa di

atas adalah ....

A. Baut Si Otong
156

B. Menjaga Fasilitas Umum

C. Berjalan-Jalan di Taman kota

D. Memanfaatkan Fasilitas Umum

E. Si Otong dan Polisi Pamong Praja

Bacalah susunan teks anekdot berikut ini dengan saksama!

(1) “Kita sudah memenuhi permintaanmu.” kata editor itu memberitahu si


pengarang.

(2) Artikel itu disertai dengan sepucuk surat dari pengarangnya : “Atur saja
pemberian tanda bacanya dengan benar dan terbitkan seluruh ceritanya.”

(3) “Tapi di waktu yang akan datang, silakan kirimkan saja pemberian tanda
bacanya. Lalu kita terkenal karena menulis artikel kita sendiri.”

(4) Gondolin, seorang penerbit dan editor yang terkenal dari harian Italia IL
Mesagero, menerima sebuah artikel yang agak buruk dari seorang temannya
yang sekaligus seorang politikus.

8. Susunan potongan-potongan teks yang tepat hingga menjadi anekdot yang utuh

dan padat adalah ….

A. (4)-(1)-(2)-(3)

B. (4)-(3)-(1)-(2)

C. (4)-(2)-(1)-(3)

D. (4)-(2)-(3)-(1)

E. (4)-(3)-(2)-(1)
157

Bacalah teks anekdot di bawah ini untuk menjawab soal nomor 9-11!

Konon otak orang Indonesia sangat digemari dan jadi rebutan di antara calon
penerima donor otak manusia. Di bursa pasar gelap, harga otak manusia
Indonesia dikabarkan paling tinggi. Setiap ada persediaan hampir bisa
dipastikan langsung laku terjual.
Orang-orang pun heran. Mengapa bukan otak orang Yahudi yang
terkenal cerdas-cerdas itu yang diburu? Mengapa bukan otak orang-orang
Jepang, yang tersohor memiliki kemampuan tinggi dalam bidang teknologi,
yang diperebutkan? Atau, mengapa tidak otak orang Cina yang sudah dikenal
luas lihai berbisnis? Mengapa justru otak orang Indonesia?
Setelah dilakukan semacam penelitian, ternyata persepsi para penerima
donor otak dalam menentukan pilihan bukan pada standar umum seperti
asumsi di atas. Jawab mereka: “Habis, otak orang Indonesia rata-rata masih
mulus!”
Sumber: Koleksi Putu Widjaya, Kompas Online – Senin, 9 Desember 1996

9. Menurut anekdot di atas, mengapa otak orang Indonesia diburu oleh calon

penerima donor otak?

A. Karena otak orang Indonesia cerdas-cerdas.

B. Karena otak orang Indonesia mulus.

C. Karena otak orang Indonesia seperti otak orang Cina.

D. Karena orang Indonesia rajin memelihara otaknya.

E. Karena orang Indonesia rajin belajar.

10.Aspek kelucuan dan sekaligus sindiran pada teks anekdot di atas adalah ….
A. Otak orang Indonesia jadi rebutan calon penerima donor otak manusia.
B. Otak orang Jepang tersohor memiliki kemampuan tinggi dalam bidang
teknologi.
C. Otak orang Cina dikenal lihai berbisnis.
D. Otak orang Yahudi dikenal cerdas.
158

E. Otak orang Indonesia rata-rata masih mulus karena jarang dipakai.


11. Maksud dari sindiran dalam anekdot di atas adalah ...

A. Orang Indonesia rajin berpikir.

B. Orang Indonesia rajin merawat otak.

C. Orang Indonesia malas berpikir.

D. Orang Indonesia rajin belajar.

E. Orang Indonesia malas bekerja.

12. Contoh penggunaan kalimat tak langsung yang benar adalah ….

A. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata bahwa mereka belum

meninggal.

B. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, “Mereka belum

meninggal.”

C. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, Mereka belum

meninggal!

D. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang mengatakan mereka belum

meninggal.

E. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang berkata, “Bahwa mereka

belum meninggal!”

13. Berikut ini yang tidak termasuk kalimat yang menggunakan keterangan waktu,
yaitu…
A. Dua orang itu akhirnya bertengar hebat.

B. “Duh, Pak Jin, sepi banget di sini,” keluh orang Indonesia.

C. “Nah, sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa mau mu?”
159

D. Ketika memesan makanan, mereka bingung dengan menu-menu makanan

yang disediakan.

E. Beberapa hari kemudian, petugas dari kepolisian mendatanginya dan

menanyakan peristiwa kecelakaan itu.

Bacalah teks anekdot di bawahini unntuk menjawab soal nomor 13!

KUHP DALAM ANEKDOT


Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah
hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja. Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali
bertanya kepada pak dosen. “Apa kepanjangan KUHP, Pak?” Pak dosen tidak
menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. “Saudara
Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen. Dengan
tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak!”
Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggeleng-
gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara
Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan pak
dosen dijawabnya dengan tegas, “Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman
adalah guru yang terbaik, Pak …!” Semua mahasiswa di kelas itu tercengang.
Mereka berpandang-pandangan. Lalu, mereka tertawa terbahak-bahak. Gelak
tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal.

14. Makna tersirat pada teks anekdot di atas adalah...

A. Menjelaskan kepanjangan KUHP sebenarnya adalah Kitab Undang Hukum

Pidana.

B. Mengkritik Bapak dosen sedang memberikan kuliah hukum pidana.

C. Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru terbaik.

D. Menyindir kepada oknum penegak hukum yang mau disuap.

E. Menyindir Ali yang bertanya kepanjangan KUHP.


160

15. Terdapat kritikan dalam teks anekdot berjudul KUHP, kritikan tersebut terdapat
dalam kalimat...
A. Apa kepanjangan KUHP, Pak?

B. Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak”

C. Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan

D. Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggeleng-

gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad

E. Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas.

Soal Esai

II. Jawablah setiap pertanyaan berikut ini dengan sejelas-jelasnya!

1. Anda sudah mempelajari teks anekdot, jelaskan apa yang dimaksud dengan teks

anekdot dan jelaskan tujuan dibuatnya teks anekdot!

2. Antara teks anekdot dengan teks lainnya berbeda, lalu bagaimana kriteria teks

anekdot yang baik?

3. Dalam anekdot terdapat makna tersirat, apa yang dimaksud dengan makna

tersirat?
161

Untuk dapat menjawab soal nomor 4 dan 5 bacalah teks anekdot berikut ini!

Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6
tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering
mangacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah
menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh.

Saat kakek meraih gelas, susu tumpah dan membasahi taplak. Anak dan
menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di
sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk
melamin yang tidak gampang pecah.

Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap


kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami istri itu justru mengomel agar kakek
tak menghamburkan makanan lagi.

Sang cucu yang baru berusia 5 tahun mengamati semua kejadian itu dalam
diam. Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan
kayu.

“Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya.

“Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu. Persiapan buat ayah dan ibu aku
besar nanti.” Ayah anak kecil itu langsung terdiam.

Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang
sama. Tak aka nada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak
4. Analisislah struktur dan kebahasaan teks anekdot di atas!
bernoda kuah.
5. Ubahlah pola penyajian teks anekdot di atas menjadi pola penyajian dalam
Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu (dengan penyesuaian)
bentuk dialog!
162

Kunci Jawaban

1. D 9. B

2. C 10. E

3. E 11. C

4. D 12. A

5. D 13. D

6. B 14. B

7. A 15. B

8. C
163

B. Kelayakan Modul Pembelajaran Teks Anekdot untuk Kelas X

SMA/MA/SMK

Kelayakan berasal dari kata ‘layak’. Arti kelayakan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI daring) adalah perihal layak (patut, pantas) kepantasan;

kepatutan. Perihal yang dapat (pantas, patut) dikerjakan. Bahan ajar teks anekdot

untuk kelas X SMA/SMK/MA yang dikembangkan ini pantas, layak, patut

digunakan dalam pembelajaran.

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap

kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian

tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli

sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Kriteria orang yang menyatakan

modul ini layak adalah (1) segi pendidikan serendah-rendahnya berpendidikan

sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, (2) segi pengalaman sekurang-

kurangnya memiliki pengalaman mengajar di SMA/MA/SMK, dan (3) berprofesi

sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

1. Kelayakan Isi/Bahan Ajar

Validasi kelayakan isi dilakukan oleh tiga orang ahli yaitu, Ibu Grahana Tiku

Anggraeni, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Indramayu, Ibu Vemy

Rida Riawan, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMK Nasional Indramayu, dan Bapak

Suryana Hafidin, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMK NU Losarang. Instrumen yang

digunakan berjumlah 4 komponen dan 26 butir penilaian. Dalam komponen

kelayakan isi/bahan ajar hal-hal yang dinilai yaitu, kesesuaian materi dengan KD;

kesesuaian materi dengan kebutuhan guru; kesesuaian materi dengan kebutuhan


164

peserta didik; kebenaran substansi materi; keluasan materi; kedalaman materi; dan

kesesuaian nilai moral dan sosial. Berikut merupakan penjelasan dari hasil

pengembangan bahan ajar.

a. Kesesuaian Materi dengan KD

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 3 orang menjawab SB adalah 3 x 5 = 15

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 15 : 3 = 5

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa materi modul sangat sesuai

dengan KD.

b. Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan Guru

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab SB adalah 2 x 5 = 10

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

= 14

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 14 : 3 = 4,6


165

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,6 5
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa materi modul dinyatakan

di atas sesuai dengan kebutuhan guru.

c. Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan Peserta Didik

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab SB adalah 2 x 5 = 10

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

= 14

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 14 : 3 = 4,6

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,6 5
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa materi modul dinyatakan

di atas sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

d. Kebenaran Substansi Materi

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.


166

Jumlah skor untuk 3 orang menjawab B adalah 3 x 4 = 12

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 12 : 3 = 4.

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5

Berdasarkan data tersebut dapat dsimpulkan bahwa substansi materi

dinyatakan benar.

e. Keluasan Materi

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab B adalah 2 x 4 = 8

= 13

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 13 : 3 = 4,3

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,3 5

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa materi modul dinyatakan

mendekati sangat luas.


167

f. Kedalaman Materi

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 3 orang menjawab B adalah 3 x 4 = 12

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 12 : 3 = 4

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa materi modul dapat

dinyatakan mendalam.

g. Kesesuaian Nilai Moral dan Sosial

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 3 orang menjawab SB adalah 3 x 5 = 15

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 15 : 3 = 5

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa materi modul sangat sesuai

dengan nilai moral dan nilai sosial.


168

Data yang diperoleh dari komponen penilaian kelayakan isi dianalisis ulang

dengan menghitung rata-rata skor keseluruhan berdasarkan rata-rata skor yang

diperoleh dari setiap butir penilaian. Setelah melakukan perhitungan untuk

komponen kelayakan isi dengan tujuh butir penilaian didapat hasil rata-rata skor

sebagai berikut:

Rata-rata skor kesesuaian materi dengan KD =5

Rata-rata skor kesesuaian materi dengan kebutuhan guru = 4,6

Rata-rata skor kesesuaian materi dengan peserta didik = 4,6

Rata-rata skor kebenaran substansi materi =4

Rata-rata skor keluasan materi = 4,3

Rata-rata skor kedalaman materi =4

Rata-rata skor kesesuaian nilai moral dan sosial =5

Total skor = 31,5

Dari perhitungan di atas maka rata-rata skor yang diperoleh untuk komponen

kelayakan isi adalah 31,5 : 7 = 4,5

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,5 5

Berdasarkan data di atas dapat di disimpulkan bahwa kelayakan isi materi

modul mendekati sangat layak dijadikan bahan ajar teks anakdot untuk kelas X

SMA/MA/SMK.
169

2. Kelayakan Penyajian

Validasi kelayakan penyajian dilakukan oleh tiga orang ahli yaitu, Ibu

Grahana Tiku Anggraeni, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Indramayu,

Ibu Vemy Rida Riawan, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMK Nasional Indramayu,

dan Bapak Suryana Hafidin, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMK NU Losarang.

Instrumen yang digunakan berjumlah 4 komponen dan 26 butir penilaian. Dalam

kelayakan penyajian hal-hal yang dinilai yaitu, kesesuaian sistematika sajian dalam

kegiatan belajar; keruntutan penyajian; kesesuaian contoh-contoh dalam setiap

kegiatan belajar; kesesuaian kunci jawaban soal latihan; kesesuaian rangkuman;

kesesuaian soal latihan; kesesuaian tes formatif; dan kesesuaian kunci jawaban tes

formatif. Berikut merupakan penjelasan dari hasil pengembangan bahan ajar.

a. Kesesuaian Sistematika Sajian dalam Kegiatan Belajar

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab B adalah 2 x 4 = 8

= 13

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 13 : 3 = 4,3.

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,3 5
170

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sistematika sajian dalam

kegiatan belajar dinyatakan di atas sesuai.

b. Keruntutan Penyajian

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab SB adalah 2 x 5 = 10

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

= 14
Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 14 : 3 = 4,6
Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,6 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa keruntutan penyajian

dinyatakan mendekati sangat runtut.

c. Kesesuaian Contoh-contoh dalam setiap Kegiatan Belajar

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.


171

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab SB adalah 2 x 5 = 10

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

= 14
Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 14 : 3 = 4,6
Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,6 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa contoh-contoh dalam

setiap kegiatan belajar dinyatakan mendekati sangat sesuai.

d. Kesesuaian Kunci Jawaban Soal Latihan

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab SB adalah 2 x 5 = 10

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

= 14
Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 14 : 3 = 4,6
Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,6 5
172

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kunci jawaban soal latihan

dinyatakan mendekati sangat sesuai.

e. Kesesuaian Rangkuman

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab B adalah 2 x 4 = 8

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab C adalah 1 x 3 = 3

= 11

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 11 : 3 = 3,6.


Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 3,6 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa rangkuman dinyatakan

mendekati sesuai.

f. Kesesuaian Soal Latihan

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab SB adalah 2 x 5 = 10

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

= 14
173

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu 14 : 3 = 4,6

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,6 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa soal latihan dinyatakan

mendekati sangat sesuai.

g. Kesesuaian Tes Formatif

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab SB adalah 2 x 5 = 10

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

= 14

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 14 : 3 = 4,6

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,6 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tes formatif dinyatakan

mendekati sangat sesuai.


174

h. Kesesuaian Kunci Jawaban Tes Formatif

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab B adalah 2 x 4 = 8

= 13

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 13 : 3 = 4,3

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,3 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kunci jawaban tes formatif

dinyatakan di atas sesuai.

Data yang diperoleh dari komponen penilaian kelayakan penyajian dianalisis

ulang dengan menghitung rata-rata skor keseluruhan berdasarkan rata-rata skor

yang diperoleh dari setiap butir penilaian. Setelah melakukan perhitungan untuk

komponen kelayakan penyajian dengan delapan butir penilain didapat hasil rata-

rata skor sebagai berikut:

Rata-rata skor kesesuaian sistematika sajian = 4,3

Rata-rata skor keruntutan penyajian = 4,6

Rata-rata skor kesesuaian contoh dalam setiap kegitan belajar = 4,6

Rata-rata skor kesesuaian kunci jawaban soal latihan = 4,6


175

Rata-rata skor kesesuaian rangkuman = 3,6

Rata-rata skor kesesuaian latihan = 4,6

Rata-rata skor kesesuaian tes formatif = 4,6

Rata-rata skor kesesuaian kunci jawaban tes formatif = 4,3

Total skor = 35,2

Dari perhitungan di atas maka rata-rata skor yang diperoleh untuk komponen

kelayakan penyajian adalah 35,2 : 8 = 4,4

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar yang

penulis rumuskan dalam modul di atas layak digunakan dalam pembelajaran teks

anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK.

3. Kelayakan Kebahasaan

Validasi kelayakan kebahasaan dilakukan oleh tiga orang ahli yaitu, Ibu

Grahana Tiku Anggraeni, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Indramayu,

Ibu Vemy Rida Riawan, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMK Nasional Indramayu,

dan Bapak Suryana Hafidin, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMK NU Losarang.

Instrumen yang digunakan berjumlah 4 komponen dan 26 butir penilaian. Dalam

komponen kelayakan kebahasaan hal-hal yang dinilai yaitu, keterbacaan pesan;

kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia; kesesuaian bahasa dengan

perkembangan intelektual peserta didik; kesesuaian bahasa dengan perkembangan


176

emosisonal peserta didik; dan kedalaman materi; dan keruntutan dan keterpaduan

antar paragraf. Berikut merupakan penjelasan dari hasil pengembangan bahan ajar.

a. Keterbacaan Pesan

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 3 orang menjawab B adalah 3 x 4 = 12

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 12 : 3 = 4

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pesan pada modul

dinyatakan terbaca.

b. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab B adalah 2 x 4 = 8

= 13

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 13 : 3 = 4,3


177

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,3 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan

pada modul dinyatakan di atas sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

c. Kesesuaian Bahasa dengan Perkembangan Intelektual Peserta Didik

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 3 orang menjawab B adalah 3 x 4 = 12

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 12 : 3 = 4

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa pada modul

dinyatakan sesuai dengan intelektual peserta didik.

d. Kesesuaian Bahasa dengan Perkembangan Emosional Peserta Didik

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.


178

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab B adalah 2 x 4 = 8

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab C adalah 1 x 3 = 3

= 11

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 11 : 3 = 3,6


Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 3,6 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa pada modul

dinyatakan mendekati sesuai dengan perkembangan emosional peserta didik.

e. Keruntutan dan Keterpaduan Antar Paragraf

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab C adalah 1 x 3 = 3

= 12
Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 12 : 3 = 4.
Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5
179

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf-paragraf pada

modul dinyatakan runtut dan terpadu.

Data yang diperoleh dari komponen kelayakan kebahasaan dianalisis ulang

dengan menghitung rata-rata skor keseluruhan berdasarkan rata-rata skor yang

diperoleh dari setiap butir penilaian. Setelah melakukan perhitungan untuk

komponen kebahasaan dengan lima butir penilaian didapat hasil rata-rata skor

sebagai berikut:

Rata-rata skor keterbacaan pesan =4

Rata-rata skor kesesuaian materi dengan kaidah bahasa Indonesia = 4,3

Rata-rata skor kesesuaian perkembangan intelektual peserta didik =4

Rata-rata skor kesesuaian perkembangan emosional peserta didik = 3,6

Rata-rata skor keruntutan dan keterpaduan antar paragraf =4

Total skor = 19,9

Dari perhitungan di atas maka rata-rata skor yang diperoleh untuk komponen

kelayakan kebahasaan adalah 19,9 : 5 = 3,98.

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 3,98 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan

dalam modul dinyatakan layak/masuk kategori layak.


180

4. Kelayakan Kegrafikaan

Validasi kelayakan kegrafikaan dilakukan oleh tiga orang ahli yaitu, Ibu

Grahana Tiku Anggraeni, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Indramayu,

Ibu Vemy Rida Riawan, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMK Nasional Indramayu,

dan Bapak Suryana Hafidin, S. Pd., guru bahasa Indonesia SMK NU Losarang.

Instrumen yang digunakan berjumlah 4 komponen dan 26 butir penilaian. Dalam

komponen kelayakan kegrafikaan hal-hal yang dinilai yaitu, kesesuaian ukuran

modul dengan standar ISO; kesesuaian penggunaan font (jenis huruf) pada modul;

kesesuaian layout/tata letak pada modul; kesesuaian desain tampilan yang

proporsional dengan isi modul; kesesuaian komposisi dan ukuran unsur tata letak

(judul, pengarang, logo, dll) modul; dan kesesuaian gambar/ilustrasi untuk

meningkatkan pemahaman peserta didik. Berikut merupakan penjelasan dari hasil

pengembangan bahan ajar.

a. Kesesuaian Ukuran Modul dengan Standar ISO

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab B adalah 2 x 4 = 8

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab C adalah 1 x 3 = 3

= 11

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 11 : 3 = 3,6.


181

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 3,6 4 5

Berdasarkan data di atas dapat didimpulkan bahwa ukuran modul dinyatakan

mendekati sesuai dengan standar ISO.

b. Kesesuaian Penggunaan Font (Jenis Huruf) pada Modul

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab SB adalah 2 x 5 = 10

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1x4=4

= 14

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 14 : 3 = 4,6.


Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 4,6 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan font (jenis

huruf) pada modul dinyatakan mendekati sangat sesuai.

c. Kesesuaian Layout/Tata Letak pada Modul

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.


182

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab C adalah 1 x 3 = 3

= 12

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 12 : 3 = 4.


Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa layout/tata letak pada

modul dinyatakan sesuai.

d. Kesesuaian Desain Tampilan yang Proporsional dengan Isi Modul

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab C adalah 1 x 3 = 3

= 12

Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 12 : 3 = 4.


Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5
183

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa desain tampilan sesuai

dengan isi modul.

e. Kesesuaian Komposisi dan Ukuran Unsur Tata Letak (judul, pengarang, logo,

dll) Modul

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab B adalah 1 x 4 = 4

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab C adalah 1 x 3 = 3

= 12
Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 12 : 3 = 4.
Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa komposisi dan ukuran

unsur tata letak (judul, pengarang, logo, dll) modul dinyatakan sesuai.

f. Kesesuaian Gambar/Ilustrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik

Berdasarkan hasil instrumen penilaian, data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata berdasarkan skoring setiap jawaban yang diperoleh dari tiga

validator. Skor tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.


184

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab SB adalah 1 x 5 = 5

Jumlah skor untuk 2 orang menjawab C adalah 2x3=6

= 11
Dari perhitungan skor di atas diperoleh hasil yaitu, 11 : 3 = 3,6.

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 3,6 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa gambar/ilustrasi

mendekati meningkatkan pemahaman peserta didik.

Data yang diperoleh dari komponen kelayakan kegrafikaan dianalisis ulang

dengan menghitung rata-rata skor keseluruhan berdasarkan rata-rata skor yang

diperoleh dari setiap butir penilaian. Setelah melakukan perhitungan untuk

komponen kegrafikaan dengan enam butir penilaian didapat hasil rata-rata skor

sebagai berikut:

Rata-rata skor kesesuaian ukuran modul dengan standar ISO = 3,6

Rata-rata skor kesesuaian penggunaan font (jenis huruf) pada modul = 4,6

Rata-rata skor kesesuaian layout/tata letak pada modul =4

Rata-rata skor kesesuaian desain tampilan yang proporsional

dengan isi modul =4

Rata-rata skor kesesuaian komposisi dan ukuran unsur

tata letak (judul, pengarang, logo, dll) modul =4


185

Rata-rata skor kesesuaian gambar/ilustrasi untuk meningkatkan

pemahaman peserta didik = 3,6

Total skor = 23,8

Dari perhitungan di atas maka rata-rata skor yang diperoleh untuk komponen

kelayakan kegrafikaan adalah 23,8 : 6 = 3,96.

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 3,96 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa unsur kegrafikaan modul

dinyatakan layak.

Simpulan Modul
Dari data di atas untuk dapat mengetahui kesimpulan modul adalah didapat

rata-rata data dari komponen kelayakan kebahasaan yaitu 3,98 dan rata-rata data

dari komponen kelayakan kegrafikaan yaitu 3,96 kemudian dari hasil kedua

komponen tersebut dibagi dua, sebagai berikut.

Rata-rata skor kelayakan kebahasaan = 3,98

Rata-rata skor kelayakan kegrafikaan = 3,96

Total skor = 7,94

Dari perhitungan di atas maka rata-rata skor yang diperoleh untuk komponen

kelayakan modul adalah 7,94 : 2 = 3,97.


186

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

SK K C B SB

1 2 3 3,97 4 5

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa modul layak dijadikan

sebagai media pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah pada BAB I dan analisis data pada BAB IV

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Bahan ajar teks anekdot yang penulis kembangkan mendekati sangat layak

digunakan dalam pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK. Hal

ini terbukti dari rata-rata skor aspek kelayakan isi/bahan ajar sebesar 4,5.

Modul layak dijadikan sebagai media pembelajaran teks anekdot untuk kelas

X SMA/MA/SMK. Hal ini terbukti dari rata-rata skor aspek kelayakan kebahasaan

dan kelayakan kegrafikaan sebesar 3,97.

Kegiatan belajar yang penulis rumuskan dalam modul di atas layak

digunakan dalam pembelajaran teks anekdot untuk kelas X SMA/MA/SMK. Hal

ini terbukti dari rata-rata skor aspek kelayakan penyajian sebesar 4,4.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat memberikan beberapa saran

sebagai berikut.

1. Modul pembelajaran teks anekdot, diharapkan dapat digunakan dalam proses

pembelajaran di luar maupun di dalam kelas serta dapat membantu siswa dalam

memahami materi pembelajaran, dan mampu membuka wawasan siswa tentang

belajar mandiri.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dan

mendalam tentang pembelajaran teks anekdot, perlunya kerja sama antar

188
189

lembaga pendidikan sebab dalam penelitian ini memiliki keterbatasan dan perlu

ditindak lanjuti dalam langkah-langkah penelitian ini dengan menyelenggarakan

studi yang sama, namun pada sekolah yang berbeda, yang dapat berperan dalam

memperkaya dan menambah data untuk menjadi bahan evaluasi.


DAFTAR PUSTAKA

Apit Meilani. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Memproduksi Teks Anekdot


Bermuatan Nilai-nilai Peduli Sosial dengan Pendekatan Saintifik bagi Siswa
Kelas X. Skripsi.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Daryanto. 2016. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dede Endang Mascita. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Teks Anekdot Berbasis
Kearifan Lokal untuk Siswa Kelas X SMA. Skripsi. Program Pascasarjana.
Universitas Swadaya Gunung Jati. Cirebon.

Dharma, Surya. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Direkorat Tenaga Kependidikan


Ditjen PMPTK.

Faisal, Sanapiah. 1982. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Silabus Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Buku guru


bahasa Indonesia. Pusat Kurikulum dan Perbukuan: Balitbang
Kemendikbud.

Kohar, Dadun. 2016. Bahan Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Bahasa


Indonesia. Indramayu: Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kosasih, E. 2014. Jenis-jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:


Akademia Permata.

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.


Yogyakarta: Diva Press.

Pusat penilaian pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2019. Hasil


data ujian nasional tahun 2017 sampai tahun 2019.

190
191

https://hasilun.puspendik.kemendikbud.go.id./#2019!sma!capaian_nasional!
99&99&999!T&T&T&T&1&!1!& (diakses pada tanggal 3 Juni 2020).

Sadiman, Arif. S, dkk. 2014. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sang Putu Merta Pujawan. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teks
Anekdot dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Peserta Didik Kelas
X SMA Negeri 2 Semarapura. Skripsi.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta; PT Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2016. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Prena Media


Grup.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto, B. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Yogyakarta: PT Bina


Aksara.

Susilana, Rudi dan Cepi Riana. 2007. Media pembelajaran. Bandung: Wacana
Prima.
RIWAYAT HIDUP

Melda Meilissa, lahir di Indramayu, 9 Mei 1997,

sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dilahirkan

oleh pasangan Bapak Suanda dan Ibu Akis Hayati.

Penulis tinggal di Desa Dukuh RT 007/RW 003 Blok

Compi’d Kec. Indramayu Kab. Indramayu. Pendidikan

yang pernah di tempuh SD Negeri Dukuh Tahun 2009,

SMP Negeri 1 Indramayu Tahun 2012, SMA Negeri 1

Sindang Tahun 2015, dan saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas

Wiralodra. Ia mengambil program (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

dan mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

192
LAMPIRAN
UNIVERSITAS WIRALODRA

FAKULTASKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JI. Ir. H . Dj uanda I<.lVl 3 Singa raja Indram ayu 45213 - T elp (0234) 271885

KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDlKAN


UNIVERSITAS WIRALODRA
NOMOR: 95.d/H/FKIP/III/2020
TENTANG
PENGANGKATAN PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI

Me rnbaca Usulan Ketu a P rogram Studi Pendi dikan Bahasa dan Sastra Indone sia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Univers itas \'Viralod ra ten tang Pengan gkatan Pem bimbing dalam Penulisan Skripsi.

Menginga t 1. Unda ng -U ndang Nomor: 20 tahun 2003 tentang Sistem Pend idikan Nas io nal;
2. Kep utusan Men teri Pendidikan Nas ional Nomo r: 232/ U/2000 ten tan g P edoman Penyusunan
Kurikulum P endidikan T inggi dan Penilaian H asil Belajar Siswa;
3. Keputusan Menteri Pendidikan Nas ional Nomor: 234/U/ 2000 ten tang Pedoman Pendidikan
P erguruan Ti nggi;
4. Surat Kcputusan Mentcri Pcnd id ikan Nasi onal N ornor: 184 / U/2001 tcntang Pcdoman
Pengawasan Penge ndalian dan Pembinaan P rogram Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana d i
P erguruan T inggi;
5. Kale nde r Akademi k Universitas Wiralodra Indramayu T ahun Akade rnik 2019 /2020.

Menirnbang : Perlu menunjuk Pem bim bing dalam penul isan skn psi mahasiswa demi lancarnya pen yelesaian
studinya,

MEMUTUSKAN

Menetap kan L Dr. Dadun Kohar. M. Pd.


sebagai Pembimbing I
2. Drs.Samsul Bahri, M. Pd.
sebagai Pembimbing II

dalam pe nulisan skripsi dari mahasiswa


Nama Melda Meilissa
N .r .M. 8820 10116026
P rogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Sura t Keputusan ini be rlaku se jak tanggal ditetapk an , dengan ketentuan bahw a segala sesuatunya akan diubah
dan diperbaiki sebagaimana mestinya apa bila di kemudian hari terd apat kekeliru an dalam pen ctapan ini.

..D itetapkan di Indram ayu


/' . P ada Tanggal 28 Maret 2020
, / ,< .
,/ /y. I
i ::,' e >.. . --::. ; D ekan ,

\~ ''2~f f:4 ~
~ .,.:"" ~ t l ",,6

. ., ~. u;.:~r.Runisah. M.Pd.
DATA PEMBtMBINGAN

NAMA MAHASISWA ·MfLOA M€lLl~St\


TEMPAT DAN TGL LAHIR \NOR.AMft-yu, 09 MEl \991
AlAMAT RUMAH ORANG TUA : OS. OU~UH f"'/y.~ ~ 007/ ~ NO.ts \~1u

NO TlP/HP 082 \\S" ~8c 89~


NO POKOK MAHASISWA . 88 ~()\\,ou,
TAHUN AKADEMIK 2,O(~ /,Ou>

SEMESTER
--

TAHUNMASUK . :!Ol"
NAMA PEMBIMBING I Or:. 0 cP.dun ,,"ol-a, M. Pel. :
INAMA PEMBIMBING II Ors. ~am~ut ~hr" M· pd.
INOMOR SK PEMBIMBINGAN
I
P~N6EM6AN6I\tJ ~AHA1'I A-jAfl
IJUDUl PROPOSAL/SKRIPSt*) I
I T~S Al\I~\C.-Oo 1" U",TlUC \C.€l.A S 'J<.

SM.h IMA IS~l£


*) coret yang tidak perlu

PERNYATAAN:

"DENGA N IN! SAYA MENYATAKAN BAHWA SEMUA DATA YANG TERDAPAT DALAM BUKU 1M
ADALAH BENAR ADANYA. TIDAK ADA SATU PUN DATA YANG SAYA PALSUKAN. BILA TERNYATA
D: KEMUDIAN HARI TERBUKTI ADA DATA YANG TlDAK BfNAR, SAYA SlAP MENERIMA SANKSI
SEBERAT-BERATNYASESUAI PERATURAN YANGBERLAKU. II

Indramayu, .Q~~.!~.!~ ?:9.?:~


ttd

----- -"-""-----1
Photo
Be rwa rna II

2x3 em I
~
t
!
·...' ",,.,,...~,, ~?'~_ c:_ , .... --,-_.,..:!
SEMESTfRGANJIL
TAHUN AKADEMIK
.._....._. ........................
SEMESTER GENAP
TAHUN AKAOEMIK
• . .... . . . ... n .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. ....
I SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADfMIK
..................................
SEMESTER GENAP
TAHUN AKAOEMIK
.................•......._......
Tanggal: Tangga l : Tanggal : Tanggal :
TID & STEMPEL FKIP TID & STEMPEL FKIP TID & STEMPEL FKIP TID & STEMPEL FKIP

PROPOSAL!SKRIPSI! PROPOSAL/~KRIPSII PROPOSAL/SKRIPSI! PROPOSAl/SKRIPSI/


PERPANJANGAN PERPANJANGAN PERPANJANGAN PERPANJANGAN
BIMBINGAN*) BIMBINGAN*} BIMBINGAN*) BIMBINGAN*)

SEMESTER GANJll SEMSTER GENAP SEMESTER GANJIL SEMESTER GENAP


TAHUNAKADEMIK TAHUN AKADEMIK TAHUN AKAD£MIK TAHUN AKADEMIK
-
..._.......... _.... ....._- ..................................... ......"._._.-.....-.__.... ........_...._....-.............
Tanggal: Tanggal : Tanggal: Tanggal :
TID & STEMPEL FK!P TID & STEMPEL FKIP TID & STEMPEL FKIP TID & STEMPEl FKIP

PROPOSAl/SkRIPSI! PROPOSAL/SKRIPSI/ PROPOSAL!SKRIPSI/ PROPOSAl/SKRIPSI/


PERPANJANGAN PERPANJANGAN PERPANJANGAN PERPANJANGAN
BIMBINGAN*) BIMBINGAN*) BIMBINGAN*) BIMBINGAN*)

SEMESTERGANJIL SEMESTERGENAr SEMESTfR GANJIL SEMESTER GENAP


TAHUN AKADEMIK TAHUI'J AKADEMIK TAHUN AlCADEMIK TAHUN AKADEMIK
_..__.........._--
. ........ .-........................_........ _
... ...........__._... ... _ ...... _......_....................
Tanggai : Tanggal : Tangga l : Tanggal :
TIO & STtMPEL FKIP TID & STEMPEL FKI P no & STEMPEl FKIP TID & STE MPEL FKIP

.
I
PROPOSAL/SKRIPSi/ PROPOSAl/SKRIPSI! PROPOSAL/SKRIPSII PROPOSAl./SKRIPSI!
PERPANJANGAN PERPANJANGAN PERPANJANGAN P£RPANJ ANGAN
BIMBINGAN*) BIMBINGAN *) BIMB1NGAN*) BIMB!NGAN*)
I
*) Coret yang tidakperlu
VI lEMRAR KEGIATAN Pl fI/IBlN': :'""I ::YP!':" " ,
- ....- . . - .--- . ..- ... -------r--- .-~---

NO TANGGAL SARAN-SARAN DOSEN PEMBIMBING

~V\C;, '.JAB '\


- Ctlt1 O'\A ( VN
- ~~YbD.'~ 9O'....~ YGtf

1le.VlS\ 6 M> t
- p..tf ba ''''' ,,~n\Jhsan fbdo.\::;{bf
1b~rAf
YYlO- ~a.ld~
- PLr"a'te-t• r-umvSt'ln

- Be"; . . nolt1O( ~\afYQn

J.,e.V\S \ ~~ t
~ l'.c.se\~o.tt a.(\t;a.r par-a.oyt:Lf
- 1~~"'~t:1n ~t::clt'lll) ~\D.\!)CAt: on

I
I l1. I I Jult '1-02-0 {l,vn S I BAS 'l.
pabonc.l \nst;rumen U1t\\dtL-~\ b::..~ 4?

50 I\C(, 6,.~ 1:
J3uat out:hne B"a ]I. eer-tlbi"h d(1~vlu
I
II
'! 0
! ;l. \ Jl.lh ~u> ~V\~ , p'>A6 1.
- per ba'tci b~\Dfl penumo(on
i
I _ ~bed~ ~Se\ bko.n pe.t1vltS an

I1, II
j \1- At:1v~s ].OU) p.e,v\~' ~ II
- ~fbc::tntDt:lt~ r~rt.~\ ~V"lJ~ buIC-U

_ PUbt:1\~ p~u~p~
I
I
I
\L ..._l.I _ _ • -L....
I
..JI

*JCo re t yang tidak perl u


-_ ._--. .....
'
.._ .. ... _..·· i -- -
P_~RAF

NO TANGGAL SARAN-SARAN DOSEN PEMBIMB1NG


I PEIV\lDOSEN
UMBING
~V\~\ 6~ 'It
- ?~"'bc;\ \~ re~1»"
_ ~nDJ¥-AP\ S urr'J Jo,er foa.c.a.an

I~. DB ~~t.rnbef'" ?oW f\c c.


~\\A~ AW\
~A& :l
\a.nJutt: Rl ~ ~A-& lIL

(0. .1-\ ~ember 2D20 P-e,vt!o' t; 1\6 lIt


- Sdm~\\ Y'Il.l.tr' ~\ ~
\::;&'"obMt:u I c\\,,\C.,.n
Modu\ .

c;. \\Q~n la-ttl u~~an \CQ.. ~AB ~


- r..f.""o\~ moO"" buat ~ k.n1.>¥ap

u, ~ ~ober" zo1o ~\S\ Modu(


- per ~\\Gi \ t\~'\ . ... ~
', '

I~ OIGWW 1.02.0 JZ.e.VlS,t modo\


<'-\tnp~\\(Q." \710clut Lf don -evo\va.1\ll.Da.

3.1 O\C.~e( '2.O~O Ac.e. Modut


c;."~tan ~ va', d.",~o"'"
I
r-~r--------r--------------- . ~-- - ~
TAN GG /-"\L

\7. 10 Desem\:u 2020 ~\I(S' &A-6 :li


Lerlq)\la?i dAb pu\on~on~
- B~t ~9 g

16. \4 ~ber 1.010 Ace. &00 1Y-


1\'4:.'&Pl~ ·<;i;.....,:t c;.-. ~' ~ - :'}~.:_~
- ~uat ~\~~f'4n ~~rsi: "'''Sb-A\C,
~tQ ~t'l-b:Lr , ckf~ \~, &\\.
~ )

I
I

I I
II
x.,. . __
I
J
I
~_________1 ~~ _ -.-1
:
j
I° z.~ Juh 2.0l.O {2..e.V\S\ BAe. r
- Pet'hdt:-i~ cara p~n. .d lsc:m
Ptno~oro.n dctn poro.~ro.f·

).. ~ o~wber 2.0.2.0 fl.~vtS' e.~ t


kV\Sl 8AS n:
- p~r ha t::iy""", cara pe"'3U f:i paf\

s. Li {)~~fY'ber '2.D1.0 ·Prcc ~A-8 I


rAce. .~AB It
Jte..VISf BAt; nr
- Tt:llrnb::;l~""f'\ unb-¥- rOln WofC-W
I {'alel,";o.n.
II
,
ii
-z..ov>! 'BAB 1lf
j
i
i
~f\& ,v
I S?>~6 v
i Boo,\tlO ~(eflO)~e;l.r p-EOck~vl"Ot\
i
dAIl ~\at\ poe (e.nQ)\C~ pen~p
{\C.dp~i .

iI
-'"
'W0U/ ~~VI S I

- ~~ ~.\;.u"J\l~
-- rerqerJ1~rt ~Oc.(
~ .eidy -lQ~ fOr ~~ r.

I
i

I
L .....
LEMBAR INSTRUMEN VALIDASI MODUL PENGEMBANGAN BAHAN

AJAR TEKS ANEKDOT UNTUK KELAS X SMAIMAISMK

a) Penjelasan

(1) Instrumen ini digunakan untuk menelaah kualitas dan kelayakan modul

oleh validator

(2) Validator diminta untuk membaca modul dengan menggunakan format

yang telah disediakan

(3) Validator diminta untuk memberi saran atau tanggapan pada kolom yang

disediakan perbaikan modul

Judul Bahan Ajar : .M.Q.~h~1 ptm6elej:>(:!'1T"tks AtHkdOt uniuk kt'~ XSHA IMA.ISMk

Mata Pelajaran : .~.?~.~.S~ IndonUi:)

Penulis . KtldQ H.ti/jU~

Evaluator :V~~. R-.id'J !\i:>W:>r\, c;..ptf.


Tanggal :.l.S..N..oVO'l1.btr .:I.O~O

b) Petunjuk ~isian

• Berilah tanda check 0 pada kolom yang Bapak/Ibu anggap sesuai dengan

aspek penilaian yang ada

• Kriteria penilaian:

SB = SangatBaik
B = Baik
C = Cukup
K Kurang
SK = Sangat Kurang
No. Komponen Deskripsi SB B C K SK

1. Kelayakan isi Kesesuaian Materi dengan KD


./
Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan
Guru oJ
Kesesuaian Materi Dengan Kebutuhan
Peserta Didik J
Kebenaran Substansi Materi yang
Memuat Contoh dan Soal Latihan v'
Keluasan Materi
J
Kedalaman Materi
v'
Kesesuaian Nilai Moral dan Sosial
J
2. Kebahasaan Keterbacaan Pesan
.J
Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa
Indonesia J
Kesesuaian Bahasa dengan
Perkembangan Intelektual Peserta
Didik
J
Kesesuaian Bahasa dengan
Perkembangan Emosional Peserta J
Didik

Keruntutan dan Keterpaduan Antar


Paragraf. .J
3. Penyajian Kesesuaian Sistematika Sajian dalam
Kegiatan Belajar J
Keruntutan Penyajian
J
Kesesuaian Contoh-contoh dalam
setiap Kegiatan Belajar J
Kesesuaian Kunci Jawaban Soal
Latihan J
Kesesuaian Rangkuman J
Kesesuaian Soal Latihan
J
Kesesuaian Tes Fonnatif
~
Kesesuaian Kunci Jawaban Tes
Fonnatif j
4. Kegrafikaan Kesesuaian Ukuran Modul dengan
StandarISO
. ~ ....... _. . ~
' I
Kesesuaian Penggunaan Font (jenis
dan ukuran) pada Modul /
Kesesuaian LayoutITata Letak Modul
J
Kesesuaian Desain Tampilan yang
Proporsional dengan lsi Modul /
Kesesuaian Komposisi dan Ukuran
Unsur Tata Letak (judul, pengarang,
ilustrasi, logo, dll) Modul
J
Kesesuain GambarlIlustrasi untuk
Meningkatkan Pemahaman Peserta
Didik
j .....

Jumlah SkOT

Nilai
Berdasarkan basil evaluasi tersebut, selanjutnya penulis dapat melakukan revisi

atau perbaikanterhadap bahan ajar yang dikembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap

untuk penulis manfaatkan (uji cobakan dalam proses pembelajaran).

c) Komentar dan Saran

Komentar/saran evaluator:

H..9.~V.I. ..P.~~.9.~~;l~~0...h~.~.~~I;A.~... s.l:IA.:}h..J'?Q5;>.~ ..bi.k...d.~!.;..y.t}.f.~r..m~A!!.iJ.J.t.4t~~?i~


~~QfJm.. ~.D./ .. !:?~!~?!'}I ..~~.~~J.~!!}.~ ..~.;>.~i...J.~j ..P.!m!!j.~?':l...k?':nP.i.'.=!'J..~ ..t~h .!d?~:..N?mlJfl
KJD.~~!-J .~.:~.?j.?=?.k.?.0: .. l~.hjh-..b.~ikj.!k.~ ..~~m£ t..J'~w,b.~!J .. ~\.rJj.~p. ..~~~ ~f.k.~?t .
ttr/.)I~Jh. )t?U diltblA.l<)1'\ ~,J') b,)Q;~r'\ ;ll,.(hi,. modul, rnfflqh.il'\d~ri k~til.l;) mcclu
'h r': tb~ b .d, E~l(j?ri o!t~ ..nSlAl~ ~!,()(\. I,~~u~ rndih:>t 1<unci,JJtAJ~b:m,
d)k~ii:pul~~::l m ;>'s:>(::lk )p:>bfhh?~~;) Yntr.j?Ji buLtL{ p~?~Jr\Ju.ru.
Bahan ajar berbentuk Modul ini dinyatakan *) :

@ Layak digunakan tanpa revisi


2) Layak digunakan dengan revisi sesuai aturan

3) Tidak layak untuk digunakan

*) Lingkari salah satu

Indramayu, 15 Novunhtr 2020


Validator

W
.V{~..Rt'd~.&?~~~, 5 . PJ.
NIP.
LEMBAR INSTRUMEN VALIDASI MODUL PENGEMBANGAN BAHAN

AJAR TEKS ANEKDOT UNTUK KELAS X SMAIMAISMK

a) Penjelasan

(1) Instrumen ini digunakan untuk menelaah kualitas dan kelayakan modul

oleh validator

(2) Validator diminta untuk: membaca modul dengan menggunakan format

yang telah disediakan

(3) Validator diminta untuk: memberi saran atau tanggapan pada kolom yang

disediakan perbaikan modul

Judul Bahan Ajar : ~~~.,:,.I P~bel<tlQran 'f.etes A~~do*, untute ~Ios x ~Mh/M1'rI'lfl~
Mata Pelajaran : .~~~ Ind~s·1I'I

Penulis . l'\Ae\do Me·lli~sa

Evaluator

Tanggal : .t..~ ....tJovernber 2.020

b) Petunjuk pengisian

• Berilah tanda check 0 pada kolom yang Bapak/Ibu anggap sesuai dengan

aspek penilaian yang ada.

• Kriteria penilaian:

SB Sangat Baik

B = Baik

c Cukup

K = Kurang

SK Sangat Kurang
I
No. Komponen I Deskripsi SB B C K SK
I -
1. Kelayakan isi I Kesesuaian Materi dengan KD J II
--
Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan
Guru J \
1Kesesuaian Materi Dengan Kebutuhan J I
Peserta Didik
Kebenaran Substansi Materi yang
Memuat Contoh dan Soal Latihan J
Keluasan Materi
J
Kedalaman Materi
V
Kesesuaian Nilai Moral dan Sosial
J I
I,
2. Kebahasaan Keterbacaan Pesan . '.
f---.
J I
Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa
Indonesia j I
I I
Kesesuaian Bahasa dengan I
Perkembangan Intelektual Peserta
J
1
I

1
II
Didik .
I
Kesesuaian Bahasa dengan
Perkembangan Emosional Peserta J I
Didik II I

Keruntutan dan Keterpaduan Antar


j
Paragraf. Ii
(- I
3. Penyajian Kesesuaian Sistematika Sajian dalam
Kegiatan Belajar J I i
I----1i
I ,
Keruntutan Penyajian
J I,
!
I
t

.
I
Kesesuaian Contoh-eontoh dalam I;
I
!
setiap Kegiatan Belajar J
I
Kesesuaian Kunci Jawaban Soal
Latihan J iI
I
I
i
I
I !
1

Kcsesuaian Rangkuman J I \
I I
Kesesuaian Soal Latihan
.J !
- -- - - -
Kesesuai an Tes Fonnatif II I
J I
-----
Kesesuaian Kunci Jawaban Tes
Formatif J \

4. Kegrafikaan Kesesuaian Ukuran Modul dengan


Standar ISO j
Kesesuaian Penggunaan Font Genis
dan ukuran) pada Modul
j
Kesesuaian LayoutITata Letak Modul
J
Kesesuaian Desain Tampilan yang
-- Proporsional dengan lsi MOOul .J I
Kesesuaian Komposisi dan Ukuran
Unsur Tata Letak (judul, pengarang,
ilustrasi, logo, dll) MOOul
J
Kesesuain GambarlIlustrasi untuk
Meningkatkan Pemahaman Peserta
Didik
J
Jumlah Skor
-

Nilai
I
- -.- I
Berdasarkan basil evaluasi tersebut, selanjutnya penulis dapat melakukan revisi

atau perbaikan terbadap bahan ajar yangdikembangkan. Setelah ito, bahan ajar siap

untuk penulis manfaatkan (uji cobakan dalam proses pembelajaran).

c) Komentar dan Saran

Kornentar/saran evaluator.

....Modtt\ . .... . ....~uaah


. ... ... . ... ....'In' ....... ......btU!\.,
. ..... ......... . . . ...... . . d\~er.\;tU
Karena . . ..... .... ....la~
aenSJG\fl
. ...... ... . . . . ....... .... ....... J....te~
....... hClf! . .........forlYlCt\;i
. .- f_ I dCln .

.~~~~.J~~.~.~.~~.~.~..: ~~~.~.~.. ~~.:.~~~.~~~~~.~ ~~~~~ ..~~:.~~~.J~~ .. ~~~.~ .


~~.~~f~~ ..~.~~~.~~~~~ .~~~~~~..~~..~~~~.~..~~~~.: .

d) Kesimpulan

Bahan ajar berbentuk Modul ini dinyatakan *) :

(0Layak digunakan tanpa revisi

2) Layak digunakan dengan revisi sesuai aturan

3) Tidak: layak untuk digunakan

*) Lingkari salah satu

lndramayu, 2020

Grah.~.~ ..~~ ..1~~~~~~(.i . pd .


NlP.
LEMBAR INSTRUMEN VALIDASI MODUL PENGEMBANGAN BAHAN

AJAR TEKS ANEKDOT UNTUK KELAS X SMAIMAISMK

a) Penjelasan

(1) Instrumen ini digunakan untuk menelaah kualitas dan kelayakan modul

oleh validator

(2) Validator diminta untuk: membaca modul dengan menggunalcan format

yang telah disediakan

(3) Validator diminta untuk memberi saran atau tanggapan pada kolom yang

disediakan perbaikan modul

Judul Bahan Ajar : .M~~r pIRl~rtlJt).ra"

Mata Pelajaran . ~h:l~ Ird51rSlQ

PenuJis

Evaluator

Tanggal : ~~....~vember zezo

b) Petunjuk pengisian

• Berilah tanda check 0 pada kolom yang Bapak/lbu anggap sesuai dengan

aspek penilaian yang ada

• Kriteria penilaian:

SB = Sangat Baile
B Baile
C = Cukup
K = Kurang
SK Sangat Kurang
No. I K{)mponen Deskripsi 58 B C K SK

l. Kelayakan isi Kes esuaian Materi dengan KD


I J
Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan
Guru J
Kesesuaian Materi Dengan Kebutuhan
Peserta Didik J
Kebenaran Substansi Materi yang
Memuat Contoh dan Soal Latihan J'
Keluasan Materi
J
Kedalaman Materi j
Kesesuaian Nilai Moral dan Sosial
1./
2. Kebahasaan Keterbacaan Pesan
J
Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa
Indonesia J
-- ..•

Kesesuaian Bahasa dengan


Perkembangan Intelektual Pcserta J
Didik ,

Kesesuaian Bahasa dengan

I
Perkembangan Emosional Peserta
Didik .
J
Keruntutan dan Keterpaduan Antar
Paragraf.
j
I I
3. Penyajian i Kesesuaian Sistematika Sajian dalam II
Kegiatan Belajar I
I
j
i
I Keruntutan Penyaj ian IJ
i

IKesesuaian Contoh-contoh dalam I


i setiap Kegiatan Belajar
1 1/
\ Kesesuaian Kunci Jawaban Soal
Latihan Iv'
! I ,
-+- I
Kesesuaian Rangkuman
I
i
J\ I
Kesesuaian Soal Lati han
,
I

I IJ'I tIi
_

Kesesuaian Tes Formatif


._
_ _

-
_ _ ' 0_ _ • •

,
I
I
i
I
J
-HI
Kesesuaian Kun ci Jawaban Tes
Formatif I j I I
i I !

4. Kegrafikaan Kesesuaian Ukuran Modul dengan


StandarISO
I J
Kesesuaian Penggunaan Font Genis
dan ukuran) pada Modul J
Kesesuaian Layout'Tata Letak: Modul
./
Kesesuaian Desain Tampilan yang

..
Proporsional dengan lsi Modul J
Kesesuaian Komposisi dan Ukuian
Unsur Tata Letak (judul, pengarang, J
ilustrasi, logo. dlJ) Modul

Kesesuain Gambar/Ilustrasi untuk I


I

Meningkatkan Pemahaman Peserta j 1

i I

Didik I
I
Jumlah Skor
II
Nilai !
I
Bcrdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya penulis dapat melakukan revisi

atau perbaikan terhadap bahanajar yang dikembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap

untuk penulis manfaatkan (uji cobakan dalam proses pembeiajaran).

c) Komentar dan Saran

Komentar/saran evaluator:

..l~~~ J~~~.t~,~~ 4~1~.~..... ~.~~L. j~!"...~.,:,:r ....~.t.~~~ .: ..-N-~'!~.~/ -


..~.h!. ~~.t~.~~J~ ?~~~~:.t ~.~1~~~·/ .~.~, ,~.L~~ _l,~,.;: _ _
...~~.~.~~ r:.. ~ ..
I ~
0.~.rpJ?:.~
.
~ :·~.r.~ ~~;..~ ~~.~.A~.~:.~:
p
:~~:
t
~~~
r ~.r:.·'
~ ~.
.
1t"~ '- ', .' a . f • , .'
~Vf'f(,,! '.l~ ~ \,f.., ,~ I(;'l"~1 1 ",:"" ~/ ., ..., , :I t'J J.#f"1 ~~l'f!·r~ .(t/l.{,£F~·
! ll t · .. ~ " ')or '
U,ili...\.' ....... '~ h "t' ''~ ~ '); <.. ~- t \,., ..." " .'

d) Kesimpulan

Bahan ajar berbentuk Modul ini dinyatakan *) :

( 1")) Layak digunakan tanpa revisi


~.

2) Layak digunakan dengan revisi sesuai aturan

3) Tidak layak untuk digunakan

*) Lingkari salah satu

Indramayu, {~ N (J'J tJW,~v20 20

Validator
/ r,
UNIVERSITAS WIRALODRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDlKAN
Proaram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Berakr edi rasi B ber d asa rkan SK BA); ·PT X o rno r: 4312!B,IS -PT ! SK! B.-IS -PT ! Akred!S! XI! 2017
JI. Ie. H. Jm.nd. Krn. 3 Singanoja Indramayu 45213 T ..Ip, (0234) 271885 Email.prodibci.urn...ir@grnail<..OfTl

LEMBAR REVISI SKRIPSI


N am a Melda Mcilissa
NPM 8820 10116026
PENG E.'vmANG AN BAHAN AJ AR TEKS A..'lE KD OT UNTU K KEL AS X SMA/MA/SMK
Judul Skrips i

Hasil Revisi
Telah Tanda
No. Revisi Paraf Diperiksa dan Tangan
Dis etujui

I. Gover , Abs cre.c~


Tanggal :
2. ke~~SOlt::l.f'I r .{;-etnd~ bAC&'\ 7 JanIJo r\
2,0-:2,1
3. r.emeoo)~ leLn Ie-",L, mAt. (Jud\.ll) /
p~null!:&ln NPM (~nfY" ~ -blle.! ~da

be-lIc) ce\C ?uBI .


4. ~n0e-e-,~~ n

C; . ~v<..~(t-A
Oo.fb:if
,. per~I~\C .... l mL~o. l OtflnlSi
ofero. sI 0 ttll'l. \ f~ ~"B 1
UNIVERSITAS WIRALODRA
FAKULTASKEGURUAN DAN ILMUPENDIDlKAN
Proaram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Berakredit asi B berda varkan SK B:\.:\;-PT ~omor: -l3 1 2/B:\~ - PT/ S K/B.'\..'-PT/:\kr ed/ S /X I / 201 7

JI. Ir . H . Juanda Km . 3 Singar.<ja Indramayu 45213 T ..lp , (0234) 271885 Email.prodibai.unwil@grm.iLe om

LEMBAR REVISI SKRIPSI


Nama Melda Meilissa
NPM 882010116026
PENGEMBANGAl"l BAHAN AJAR TE KS ANEKDOT UN11.JK KELAS X SMA/1\tA/SMK
Judul Skrips i

Hasil Revisi
Telah T anda
N o. Revisi Paraf Diperiks a dan Tangan
Disetujui

I. p.er-ba i",,' rel19.e r t-'"an dan ahl;

?-. ca,., ref.eren C;, JI...l,....~1 'OO-flt!J hc.mp~r


Tanggal :
n
.
" januo
<;~nn d.e~n pcnell b' 011"\ 2-0:1'

~ . per ~ tc. r'Yl t;en~""J rY\eQ)d~

d.L~t:-riV~f

CIndrarnayu, 29 De semb er 2020

ren~jilI,

~~

Anda mungkin juga menyukai