Anda di halaman 1dari 155

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM GERAK MAKHLUK HIDUP


BERBASIS LITERASI SAINS DALAM MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING SISWA SMP

SKRIPSI

Oleh

SRI SUKMA WATI

NIM. E1A016069

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program


Sarjana (S1) Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat, seakan hidup ini tak ada
artinya lagi. Syukuri apa yang ada, hidup adalah Anugerah. Tetap jalani hidup
ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pastikan menunjukkan Kebesaran dan
Kuasa-Nya bagi hamba-Nya yang sabar dan tak kenal Putus Asa”.
Jangan Menyerah-D’Masiv.

Persembahan:

Bismillahirrohmananirohim, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih


lagi Maha Penyayang, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua (Papa dan Mama) tercinta, tersayang, dan terkasih,
Terima Kasih yang setulusnya tersirat di hati yang ingin Ananda
sampaikan atas usaha, doa, dan jerih payah pengorbanan untuk anakmu
selama ini. Hanya sebuah kado kecil yang dapat Ananda berikan dibangku
kuliah Ananda yang memiliki sejuta makna, cerita, kenangan,
pengorbanan dan perjalanan untuk mendapatkan masa depan yang Ananda
inginkan atas restu dan dukungan yang Papa dan Mama berikan Terima
Kasih.
2. Ketiga kakak (Nursartika, Kurniati dan Sri Mulyani) yang sangat saya
sayangi, terima kasih telah memberikan dukungan dan doa tanpa henti.
Terima kasih telah menjadi kakak terbaik sekaligus sahabat untuk saya.
3. Keluarga besar yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih
telah mendukung dan mendoakan saya selama ini.
4. Bapak Dr. I Putu Artayasa, M.Si. dan Ibu Dra. Hj. Kusmiyati, M.Si. yang
telah membimbing, mendukung dan memberi semangat untuk saya selama
proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih Pak Putu dan Ibu Kus, saya
tidak akan pernah melupakan jasa – jasa Bapak dan Ibu selama ini.
iii

5. Yusri Fadli yang telah mendukung, menghibur dan memberikan semangat


kepada saya dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Terima
kasih kak, sudah mendengarkan keluh kesah saya selama ini.
6. Sahabat sedari kecil (Nikmatul Ulfa) terima kasih atas dukungan, doa,
semangat dan menjadi pendengar yang sangat baik disaat saya bercerita.
saya sungguh menyayangimu.
7. Teman hidup dan seperjuangan dalam menyelesaikan tugas, laporan
hingga skripsi ini (Legita Dwi Kurnianta, Nurul Hidayah, Nurul Fadhilah,
dan Nida Rahmani) terima kasih telah menemani dan memberikan
semangat, tanpa kalian kehidupan di masa kuliah ini tidak akan berwarna.
8. Teman – teman (Sri Wulan Dari, Juliani Rohaili, Surya Pratama) dan
kakak tingkat (Kak Irfa dan Kak Fidi) terima kasih telah meluangkan
waktu dan membantu saya.
9. Teman – teman seperjuangan Pendidikan Biologi Angkatan 2016,
khususnya P.Bio 16 A yang telah memberikan banyak pelajaran dan
kenangan di bangku kuliah, terima kasih.
iv
v
vi
vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang, berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Sistem

Gerak Makhluk Hidup Berbasis Literasi Sains dalam Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing Siswa SMP”. Sholawat dan salam senantiasa dipanjatkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat yang telah berjuang

membawa manusia dari zaman jahiliyah ke zaman ilmu pengetahuan yang

bermanfaat.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Mataram. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri pribadi dan

orang lain dalam pengembangan ilmu yang terkait dengan bahasan yang penulis

angkat sebagai skripsi. Aamiin Ya Rabbal „Alamiin.

Mataram, September 2020

Penulis
viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini memperoleh banyak dukungan, bantuan dan kritik

yang membangun dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang ikut dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., selaku Dekan FKIP,

Universitas Mataram.

2. Bapak Dr. Karnan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP,

Universitas Mataram.

3. Bapak Dr. Didik Santoso, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi FKIP, Universitas Mataram.

4. Bapak Dr. I Putu Artayasa, M.Si selaku Pembimbing I yang telah

memberikan masukan dan dukungan dengan sabar dalam membimbing

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Dra. Hj. Kusmiyati, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Pembimbing II yang telah memberikan motivasi, nasihat dan bimbingan

selama studi dan penyelesaian skripsi.

6. Ibu Dr. Baiq Sri Handayani, M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi.

7. Semua staf pengajar, staf administrasi dan staf laboratorium Pendidikan

Biologi FKIP, Universitas Mataram yang sudah memberikan ilmu,

pengalaman berharga dan kelancaran administrasi sehingga skripsi ini

dapat diuji dan disetujui.


ix

8. Keluarga, sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan

motivasi dan dukungan dari segi moril dan materi, serta doa yang tak

putus.

9. Semua pihak yang turut membantu dari segi kehidupan manapun.

Ucapan terima kasih ini tidak dapat membalas segala bantuan, dukungan,

saran dan kritik yang membangun, semoga Allah SWT membalas kebaikan dan

ketulusan semua pihak yang membantu dengan memberikan balasan kebaikan,

rahmat dan karunia-Nya.

Mataram, September 2020

Penulis,
x

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................................. iv
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................. viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
ABSTRAK ........................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................................6
1.5 Batasan Masalah Penelitian ................................................................................7
1.6 Definisi Operasional ...........................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
2.1 Bahan Ajar.........................................................................................................9
2.1.1 Pengertian Bahan Ajar .............................................................................. 9
2.1.2 Isi Bahan Ajar ......................................................................................... 11
2.1.3 Manfaat Bahan Ajar ................................................................................ 14
2.2 Literasi Sains ....................................................................................................15
2.3 Inkuiri Terbimbing ...........................................................................................20
2.3.1 Pengertian Inkuiri.................................................................................... 20
2.3.2 Pengertian Inkuiri Terbimbing ................................................................ 22
xi

2.3.3 Langkah – Langkah Inkuiri Terbimbing ................................................. 23


2.3.4 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ............... 25
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .... 26
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................30
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................................30
3.2.1 Waktu Penelitian ..................................................................................... 30
3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................................... 30
3.3 Subyek Penelitian .............................................................................................30
3.4 Prosedur Penelitian ...........................................................................................31
3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................35
3.5.1 Instrumen Penelitian ............................................................................... 35
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 38
3.6 Analisis Data ................................................................................................39
3.6.1 Analisis Data Respon Peserta Didik ........................................................ 39
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 41
4.1 Data Kelayakan Bahan Ajar Menurut Ahli .......................................................41
4.2 Data Respon Peserta Didik terhadap Bahan Ajar..............................................45
4.3 Data Keterbacaan Bahan Ajar ..........................................................................46
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 48
5.1 Kelayakan dan Karakteristik Bahan Ajar ..........................................................48
5.2 Keterbacaan Bahan Ajar ...................................................................................53
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 56
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................56
6.2 Saran.................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58
LAMPIRAN ......................................................................................................... 63
xii

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Level Profisiensi Literasi Sains .................................................................. 18
3.1 Kategori Kelayakan Aiken‟s ...................................................................... 38
3.2 Kategori Indeks Flesch Kincaid Grade Level ............................................ 39
4.1 Hasil Validasi Isi Menurut Ahli ................................................................. 41
4.2 Persentase Respon Peserta Didik ............................................................... 45
4.3 Indeks Flecsh Kincaid Grade Level .......................................................... 46
xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Model Literasi Saintifik Graber ................................................................. 17
2.2 Bagan Alur Kerangka Berpikir .................................................................. 29
4.1 Persentase Kelayakan Isi ............................................................................ 42
4.2 Persentase Kelyakan Penyajian .................................................................. 43
4.3 Persentase Kelayakan Bahasa .................................................................... 44
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Silabus ......................................................................................... 62
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................. 65
Lampiran 3. Bahan Ajar ................................................................................... 82
Lampiran 4. Data Hasil Validitas Isi Ahli ........................................................ 122
Lampiran 5. Data Hasil Respon Peserta Didik................................................. 136
Lampiran 6. Data Keterbacaab Indeks Flesch Kincaid Grade Level ............... 137
Lampiran 7. Gambar Kegiatan Guru dan Peserta Didik .................................. 139
xv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berbasis literasi

dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing yang sesuai untuk siswa SMP.

Prosedur pengembangan bahan ajar menggunakan model pengembangan 4D yang

terdiri dari empat tahap utama, yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket untuk data

penilaian ahli dan respon peserta didik, sedangkan pengujian keterbacaan bahan

ajar menggunakan website Automatic Readability. Hasil penilaian ahli

menunjukkan skor 0.85 dan termasuk dalam kategori sangat layak. Persentase

respon peserta didik terhadap bahan ajar yang dikembangkan yaitu 56.3% dan

tergolong sangat menarik. Sedangkan uji keterbacaan bahan ajar memiliki indeks

8.0 yaitu sesuai untuk kelas dan usia yang akan menggunakan bahan ajarini.

Kata Kunci: pengembangan bahan ajar, literasi sains, inkuiri terbimbing


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan abad 21 dihadapkan dengan tantangan yang semakin berat,

salah satu tantangan tersebut adalah pendidikan hendaknya mampu menghasilkan

sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang utuh dalam menghadapi

berbagai tantangan dalam kehidupan. Menurut Abidin (2014) kompetensi utama

yang harus dimiliki peserta didik pada abad 21 yaitu keterampilan belajar dan

berinovasi, menguasai media dan informasi, dan kemampuan kehidupan dan

berkarier.

Menurut Yuliati (2017) visi pendidikan abad 21 lebih mengarah pada

paradigma pembelajaran yang merupakan belajar berpikir yang berorientasi pada

pengetahuan logis dan rasional, belajar berbuat yang berorientasi pada bagaimana

mengatasi masalah, belajar menjadi mandiri yang berorientasi pada pembentukan

karakter, dan belajar hidup bersama yang berorientasi untuk bersikap toleran dan

siap bekerjasama. Cara belajar yang diharapkan mampu menyiapkan peserta didik

untuk memiliki kompetensi yang baik dan melek sains.

Melek sains dapat diistilahkan sebagai kemampuan literasi sains yaitu

kemampuan untuk memahami sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan

kemampuan sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan

kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil

keputusan berdasarkan pertimbangan – pertimbangan sains (Yuliati, 2017).


2

Programme for International Student Assesment (PISA) merupakan studi yang

bertujuan untuk mengetahui hasil sistem pendidikan yang berkaitan dengan

kemampuan literasi peserta didik. Studi PISA dilakukan dibeberapa Negara maju

dan berkembang mulai tahun 2000 dengan interval tiga tahun sekali. Bidang

kajian yang diteliti dan dinilai meliputi literasi membaca (reading literacy),

literasi matematika (mathematichal literacy), dan literasi sains (scientific literacy)

(Paramita, 2016).

Hasil survey yang dilakukan oleh OECD tahun 2015 menunjukkan bahwa

tingkat literasi sains peserta didik Indonesia masih dalam kategori yang rendah.

Indonesia berada di peringkat ke 61 dari 72 negara peserta. Rata – rata skor

literasi sains peserta didik Indonesia adalah sebesar 403 poin, padahal standar rata

– rata skor dari OECD sebesar 501 point (OECD, 2016). Hasil survey PISA 2015

juga menunjukkan bahwa level literasi sains siswa Indonesia berada pada level 1a,

dan nyaris mencapai literasi sains level 2. Hal ini berarti bahwa peserta didik

Indonesia hanya memiliki kemampuan memilih penjelasan ilmiah yang baik

untuk data yang diberikan dalam konteks pribadi yang familiar, lokal, dan global.

Hasil Survey OECD Tahun 2018 menunjukkkan bahwa peserta didik

Indonesia berada di peringkat ke 70 dari 78 negara peserta. Rata – rata skor

literasi sains peserta didik Indonesia adalah sebesar 396 poin (OECD, 2019). Skor

rata – rata peserta didik Indonesia masih tergolong rendah ini mencerminkan

bahwa peserta didik di Indonesia sebagian besar belum mampu menganalisis dan

mengaplikasikan konsep untuk menyelesaikan suatu masalah. Peserta didik sangat


3

pandai menghafal, namun masih kurang terampil dalam menggunakan

pengetahuan yang dimilikinya.

Menurut Paramita (2016) rendahnya kemampuan literasi sains peserta

didik di Indonesia juga dipengaruhi oleh pemilihan bahan ajar di Sekolah.

Menurut Deswita dan Hufri (2018), bahan ajar yang digunakan di Sekolah

biasannya hanya berisi materi pelajaran yang belum menuntut peserta didik untuk

menemukan konsep pembelajaran dan penyelesaian masalah yang ia hadapi.

Bahan ajar memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai

media penyampaian informasi. Dengan demikian dibutuhkan bahan ajar yang baik

agar tujuan pembelajaran dicapai secara maksimal. Paramita (2016) menyatakan

bahwa bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang memuat komponen literasi

sains.

Bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam kegiatan

pembelajaran. Bahan ajar tidak lagi semata kumpulan materi teoritis yang kaku

dan tekstual. Menurut Rizki dan Linuhung (2017) secara garis besar, bahan ajar

atau materi pembelajaran (instructional materials) terdiri dari pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang harus dipelajari oleh peserta didik dalam rangka

mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Sejalan dengan semangat

student centered learning, bahan ajar pun harus mampu dinamis dan operasional.

Bahan ajar berbasis literasi sains diperlukan untuk meningkatkan

kemampuan literasi sains peserta didik. Namun, dalam kenyataannya bahan ajar

IPA yang beredar belum menunjukkan keseimbangan kategori literasi sains. Hal

ini didukung oleh penelitian Utami (2014) yang menjelaskan bahwa buku – buku
4

teks IPA kelas VIII sudah merefleksikan untuk tiap aspeknya, namun proporsi

kemunculan tiap aspek literasi sains tidak seimbang. Aspek literasi sains yang

banyak menonjol adalah sains sebagai batang tubuh pengetahuan dan aspek yang

paling kurang adalah aspek interaksi sains, masyarakat dan teknologi. Oleh karena

itu, diperlukan suatu bahan ajar yang didalamnya tidak hanya memuat tentang

pengetahuan sains saja, melainkan juga tentang penyelidikan hakikat sains, sains

sebagai cara berpikir, interaksi sains, teknologi dan masyarakat.

Hasil observasi dan analisis bahan ajar kelas VIII revisi 2017, RPP,

Silabus dan soal – soal yang dilakukan oleh Hijrati (2018) di MTs Negeri 2

Mataram belum secara nyata memasukkan kegiatan inkuiri yang dapat dengan

mudah dilakukan peserta dan guru setiap tatap muka. Permana dkk (2017)

menambahkan bahwa bahan ajar akan lebih baik jika mendorong peserta didik

untuk memiliki kemampuan inkuiri. Inkuiri merupakan hal penting yang dapat

membantu peserta didik menemukan masalah dan mencari penyelesaiannya.

Pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik akan

membantu dan mengembangkan kreatvitas. Selain itu, pengimplementasian model

dan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Biologi dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan kreativitas peserta didik. Menurut

Kurniawan (2013), selama ini guru cenderung menggunakan model yang bersifat

searah yang berarti guru memberikan pelajaran dan peserta didik menerimanya

sehingga peserta didik kurang aktif dan merasa jenuh. Cara untuk mengatasi

masalah tersebut adalah diperlukannya suatu model pembelajaran yang dirasa

cukup efektif yaitu model inkuiri terbimbing.


5

Menurut Daryanto (2014), aktivitas inkuiri dalam pembelajaran IPA

memungkinkan terjadi pengintegrasian banyak displin, baik dalam sains sendiri

yaitu antara biologi, fisika, kimia, dan matematika, dengan ilmu-ilmu sosial, seni,

dan bahasa. Hijrati (2018) menambahkan aktivitas belajar IPA melalui inkuiri

dapat melatih keterampilan proses sains, dimana tingkat kemampuan proses sains

peserta didik berbanding lurus dengan tingkat literasi sains peserta didik dan hasil

belajar peserta didik.

Materi sistem gerak mahkluk hidup merupakan materi yang kompleks

karena membahas tentang gerak pada tumbuhan, gerak pada hewan, dan gerak

pada manusia. Konsep tentang materi gerak makhluk hidup ini akan terasa

membosankan dan sulit dipahami jika hanya dilakukan dengan pembelajaran

searah dari guru, informasi yang akan didapatkan akan sebatas pengetahuan guru

mata pelajaran saja. Selain itu, materi gerak makhluk hidup ini dapat diterapkan

pada kehidupan sehari – hari, dan dapat dikembangkan proses pembelajarannya

dengan menggunakan bahan ajar yang berbasis literasi sains dan memuat kegiatan

inkuiri terbimbing.

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Sistem Gerak

Pada Makhluk Hidup Berbasis Literasi Sains dalam Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Siswa SMP”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah:


6

1.2.1 Bagaimana kelayakan bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis

literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP

menggunakan angket validitas isi?

1.2.2 Apakah keterbacaan bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis

literasi sains dalam model pembealajaran inkuiri terbimbing siswa SMP

sesuai dengan tingkat kelas dan jenjang pendidikan menggunakan indeks

Flesch Kincaid Grade Level?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai arah dalam penelitian yang

disusun berdasarkan rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengembangkan bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis

literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing yang layak

digunakan oleh peserta didik SMP.

1.3.2 Untuk mengembangkan bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis

literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk peserta

didik SMP yang sesuai dengan tingkat kelas dan jenjang pendidikan

menurut indeks keterbacaan Flesch Kincaid Grade Level.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Sekolah

Bahan ajar yang dikembangkan dapat menambah sumber belajar

bagi peserta didik.


7

1.4.2 Pendidik

Pendidik dapat memiliki bahan ajar alternatif dan mempermudah

dalam melakukan proses pembelajaran materi Sistem Gerak pada Makhluk

Hidup.

1.4.3 Peserta didik

Peserta didik dapat mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar

yang dituntut dalam Kurikulum 2013 dan lebih mudah memahami serta

mengingat konsep biologi khususnya materi Sistem Gerak pada Makhluk

Hidup.

1.4.4 Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya memperoleh gambaran tentang kelebihan dan

keterbatasan bahan ajar dan mengembangan bahan ajar yang berbasis

literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

menggunakan materi yang berbeda.

1.5 Batasan Masalah Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Bahan ajar berbasis literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

1.5.2 Uji kelayakan bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis literasi

sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP

menggunakan Angket Validasi Isi.


8

1.5.3 Uji keterbacaan bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis literasi

sains dalam model pembealajaran inkuiri terbimbing siswa SMP

menggunakan indeks Flesh Kincaid Grande Level.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan memudahkan dalam membaca

dan memahami penelitian ini, maka definisi terkait dengan istilah yang ada dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Bahan ajar adalah alat atau media pembelajaran yang berisikan materi

pembelajaran, metode, dan cara mengevaluasi yang didesain secara

sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

1.6.2 Literasi sains yaitu kemampuan untuk memahami sains,

mengkomunikasikan sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan

kemampuan sains untuk memecahkan masalah dan menarik kesimpulan

berdasarkan bukti – bukti yang ada.

1.6.3 Inkuiri Terbimbing adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

peserta didik mendefinisikan dan menyelidiki masalah – masalah,

merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan

menggambarkan kesimpulan masalah – masalah tersebut.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Ajar

2.1.1 Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks)

yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi

yang akan dikuasai oleh peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran

dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Hasibuan

dan Hufri, 2018). Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Kelas. Bahan ajar merupakan alat atau

sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan – batasan, dan cara

mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan (Nurdyansyah, 2018). Pengertian diatas

menggambarkan bahwa bahan ajar yang dirancang dan ditulis hendaknya sesuai

dengan kaidah pembelajaran, yakni disesuaikan materi pembelajaran, disusun atas

dasar kebutuhan pembelajaran, terdapat bahan evaluasi, serta bahan ajar tersebut

menarik untuk dipelajari oleh peserta didik.

Menurut Lestari (2013) bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran

yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk mencapai

kompetensi perlu ada pengukuran/penilaian. Iskandarwassid dan Sunendar (2011)

mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus


10

diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam penyusunan bahan ajar diharapkan peserta didik benar

– benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya.

Bahan ajar berguna membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Bagi pendidik bahan ajar digunakan untuk mengarahkan semua

aktivitasnya dan yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik dalam proses

pembelajaran. Sedangkan bagi peserta didik akan dijadikan sebagai pedoman

yang seharusnya dipelajari selama proses pembelajaran (Nurdyansyah, 2018).

Bahan ajar dapat berfungsi dalam pembelajaran individual yang dapat digunakan

untuk menyusun dan mengawasi proses pemerolehan informasi peserta didik.

Lestari (2016) menambahkan bahwa bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi

proses belajar mengajar. Bahan ajar dapat membantu guru dan peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak terlalu banyak menyajikan materi.

Disamping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian peran guru dan

mendukung pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak positif bagi

guru, karena sebagian waktunya dapat dicurahkan untuk membimbing belajar

peserta didik. Dampak positifnya bagi peserta didik, dapat mengurangi

ketergantungan pada guru dan membiasakan belajar mandiri.

Mulyasa (dalam Yunus dan Heldy, 2015) menjelaskan bahwa bahan ajar

atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam

rangka mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis
11

– jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip dan

prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai.

2.1.2 Isi Bahan Ajar

Merujuk pada Prastowo (2018), bahan ajar mengandung isi yang

substansinya dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama pengetahuan (fakta,

konsep, prinsip dan prosedur), kedua keterampilan, dan ketiga sikap atau nilai.

Penjelasan selengkapnya akan diuraikan berikut ini.

2.1.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya meliputi fakta, konsep, prinsip dan prosedur.

1. Fakta

Fakta merupakan segala hal yang berwujud kenyataan dan

kebenaran meliputi: nama – nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama

tempat, nama orang, serta nama bagian atau komponen suatu benda.

Contohnya: Makanan dan air merupakan kebutuhan bagi semua makhluk

hidup, dan Semua makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan

perkembangan.

2. Konsep

Konsep dalam bahan ajar adalah segala hal yang wujudnya berupa

pengertian – pengertian yang dapat muncul sebagai hasil dari pemikiran

yang meliputi pengertian, definisi, ciri khusus, inti atau isi, hakikat, dan

lain sebagainya. Contoh dari konsep yaitu: Hukum ialah peraturan yang

wajib di taati atau dipatuhi, pelaku dari pelanggaran hukum tersebut akan

dikenai sanksi perdata atau pidana.


12

3. Prosedur

Prosedur yaitu langkah – langkah yang sistematis atau urut dalam

mengerjakan suatu aktivitas tertentu dan kronologi dari suatu sistem.

Contoh dari Prosedur yaitu: langkah – langkah membuat bahan ajar antara

lain meliputi hal – hal sebagai berikut: 1) Langkah pertama yaitu

menyusun analisis kebutuhan bahan ajar yang didalamnya terdiri atas

analisis kurikulum, analisis sumber belajar, serta memilih dan menentukan

jenis bahan ajar, 2) Langkah kedua yaitu membuat peta bahan ajar. 3)

Langkah ketiga yaitu membuat bahan ajar sesuai dengan strukturnya. 4)

Menguji kelayakan bahan ajar yang telah dikembangkan. 5) Memperbaiki

bahan ajar yang telah dikembangkan baru kemudian bisa digunakan.

4. Prinsip

Prinsip yaitu hal-hal pokok, utama, dan mempunyai posisi yang

paling penting, meliputi rumus, dalil, postulat, adagium, teori, serta

hubungan antar konsep yang menggambarkan dampak sebab akibat.

Contoh dari prinsip yaitu: Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat

yang lebih rendah. Maka dari itu, jika kita membuat selokah pembuangan

air harus menurun dan tidak boleh datar.

2.1.2.2 Keterampilan

Keterampilan adalah materi atau bahan yang ada hubungannya dengan

kemampuan mengembangkan ide, memilih bahan, menggunakan bahan,

menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Dilihat dari tingkatan terampilnya

seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi gerak awal, semi rutin,
13

dan rutin (terampil). Keterampilan itu sendiri perlu disesuaikan dengan kebutuhan

peserta didik, dengan memperhatikan aspek minat, bakat, dan harapan peserta

didik tersebut. Tujuannya adalah agar peserta didik mampu mencapai penguasaan

keterampilan bekerja (prevocational skill) yang secara integral ditunjang oleh

keterampilan hidup (life skill).

2.1.2.3 Sikap

Bahan ajar jenis sikap atau nilai adalah bahan ajar untuk pembelajaran

yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain nilai – nilai kebersamaan, nilai –

nilai kejujuran, nilai kasih sayang, nilai tolong – menolong, nilai semangat dan

minat belajar, nilai semangat bekerja, dan bersedia menerima pendapat orang lain.

Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki soft skill yang baik untuk masa

yang akan datang dan secara tidak langsung akan menjadi karakter peserta didik.

1. Nilai – Nilai Kebersamaan

Nilai kebersamaan dalam belajar yaitu nilai yang menunjukkan

bahwa peserta didik bisa bekerja berkelompok dengan orang lain yang

berbeda agama, suku, dan status sosial.

2. Nilai Kejujuran

Nilai kejujuran dalam belajar yaitu nilai yang menunjukkan bahwa

peserta didik mampu jujur dalam melaksanakan observasi atau

eksperimen, serta tidak memanipulasi data dari hasil observasinya.

3. Nilai Kasih Sayang

Nilai kasih sayang memberikan pengertian bahwa peserta didik

tidak membeda – bedakan orang lain yang memiliki karakter dan


14

kemampuan ekonomi sosial yang berbeda, karena semua itu adalah

makhluk ciptaan tuhan yang maha kuasa.

4. Nilai Tolong Menolong

Nilai tolong menolong mengajarkan peserta didik mau membantu

orang lain yang membutuhkan tanpa meminta dan mengharapkan balas

jasa dalam bentuk apapun, serta tidak memilih – memilih orang yang ingin

dibantu berdasarkan persamaan agama, suku, etnis, ras, jenis kulit dan

lain-lain, namun membantu secara ikhlas.

5. Nilai Semangat dan Minat Belajar

Nilai semangat dan minat belajar yaitu peserta didik mempunyai

minat, semangat, dan rasa ingin tau yang besar dalam belajar.

6. Nilai Semangat Bekerja

Nilai semangat bekerja mengajari peserta didik mempunyai rasa

untuk bekerja keras dan belajar dengan giat.

7. Bersedia Menerima Pendapat Orang Lain

Bersedia menerima pendapat orang lain dengan bersikap legowo,

tidak alergi terhadap kritik, serta menyadari kesalahannya sehingga saran

dari orang lain dapat diterima dengan hati yang terbuka dan tidak merasa

sakit hati.

2.1.3 Manfaat Bahan Ajar

Menurut pada Ahmadi dkk (2011) penulisan bahan ajar sangat bermanfaat

bagi guru dan peserta didik. Penjelasan selengkapnya akan diuraikan berikut ini.
15

2.1.3.1 Manfaat Bagi Guru

Manfaat penulisan bahan ajar bagi guru adalah:

1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai

dengan kebutuhan belajar peserta didik.

2. Tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.

3. Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai

referensi.

4. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis

dan mengembangkan bahan ajar.

5. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan

peserta didik akan merasa lebih percaya kepada guru.

6. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

2.1.3.2 Manfaat Bagi Peserta Didik

Manfaat penulisan bahan ajar bagi peserta didik adalah:

1. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

2. Kesempatan peserta didik untuk belajar secara mandiri dan mengurangi

ketergantungan terhadap kehadiran guru.

3. Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap

kompetensi yang harus dikuasainya.

2.2 Literasi Sains

Secara harfiah, literasi sains terdiri dari kata yaitu literatus yang berarti

melek huruf dan scientia yang diartikan memiliki pengetahuan. Literasi sains

merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi


16

pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti – bukti, dalam rangka

memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang

dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Yuliati, 2017). Orang yang

pertama menggunakan istilah literasi sains adalah Paul de Hart Hurt dari

Standford University. Menurut Hurt, Science literacy berarti tindakan memahami

sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat (Asyhari, 2015).

Literasi sains dapat diartikan juga sebagai pengetahuan dan kecakapan

ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,

menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta,

memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi

membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk

terlibat dan peduli terhadap isu – isu yang terkait sains (OECD, 2016). Literasi

sains memerlukan bukan hanya pengetahuan tentang konsep dan teori sains,

namun juga pengetahuan prosedur dan praktik. Menurut Paramita (2016) literasi

sains mencakup dimensi yang lebih luas, meliputi aspek konten sains, aspek

konteks aplikasi sains, aspek kompetensi ilmiah/proses ilmiah, dan aspek sikap.

Chiapetta dkk (1991), mengungkapkan bahwa ada empat aspek literasi sains

sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge), sains sebagai cara

untuk berpikir (a way of thinking), sains sebagai cara untuk menyelidiki (a way of

investigation), dan interaksi antar sains, teknologi, dan masyarakat (interaction

between science, technology, and society).

Menurut Halbrook dan Rannikmae (2009) ada dua kelompok besar yaitu

kelompok scientific literacy dan scince literacy. Kelompok science literacy


17

memandang bahwa komponen utama dari literasi sains adalah pemahaman konten

sains yaitu terdiri dari konsep – konsep dasar sains. Pemahaman kelompok

science literacy inilah yang paling banyak dianut dan dipahami oleh guru – guru

IPA di Indonesia dan luar negeri. Dua kelompok besar ini dijembatani dengan

suatu model literasi sains yang digambarkan dalam suatu gambar oleh Gräber

(2001). Model literasi sains dalam Gambar 2.1 menunjukkan bahwa literasi sains

berbasis kompetensi dan merupakan hasil dari interseksi antara “what do people

know” (terdiri dari kompetensi konten sains dan kompetensi epismologis), “what

do people value” (terdiri dari kompetensi etika/moral), dan “what can people do”

(terdiri dari kompetensi belajar, kompetensi social, kompetensi procedural,

kompetensi komunikasi) (Rahayu, 2015).

Gambar 2.1 Model Literasi Saintifik Graber

Klasifikasi literasi sains peserta didik menurut Thomso dkk (dalam Jufri,

2017) merinci indikator untuk setiap level dalam Tabel 2.1 dibawah ini:
18

Tabel 2.1 Level Profisiensi Literasi Sains

Level Indikator Kompetensi

6 Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan pemahaman sains dalam berbagai situasi


kehidupan, menghubungkan sumber informasi dengan penjelasan dan menggunakan
bukti – bukti dari sumber tersebut untuk menguatkan alasan, menunjukkan konsistensi
dan kejelasan dalam berpikir dan berargumen, menerapkan pemahaman sainsnya untuk
memberikan solusi pada masalah – masalah dan teknologi yang kompleks.

5 Mampu mengidentifikasi komponen sains dari masalah yang kompleks, menerapkan


konsep dan pemahaman sains mengenai untuk mengatasi masalah, menunjukkan
kemampuan inkuiri yang baik, mengaitkan pengetahuan dengan konteks, membuat
penjelasan dengan menggunakan bukti – bukti.

4 Bekerja dengan efektif dalam masalah terkait isu – isu dan situasi menyangkut
fenomena yang jelas; mengintegrasi penjelasan dari berbagai disiplin ilmu dan
menghubungkannya dengan aspek – aspek kehidupan nyata, merefleksikan tindakan
dan mengkomunikasikan pemikirannya dengan bukti – bukti.

3 Mengidentifikasi masalah yang cukup jelas pada berbagai konteks; menyeleksi fakta
dengan pengetahuan yang relevan untuk menjelaskan fenomena dan menerapkan
strategi inkuiri atau model yang sederhana untuk mengatasi masalah; menginterpretasi
dan menerapkan konsep dari disiplin berbeda secara langsung.

2 Menggunakan cukup pengetahuan sains untuk memberikan penjelasan pada konteks


yang sederhana dan mampu mengambil kesimpulan berdasarkan investigasi sederhana.

1 Memberikan penjelasan yang cukup jelas dengan mengikuti bukti yang eksplisit;
pemahaman sainsnya sangat terbatas pada beberapa masalah yang familiar.

<1 Tidak mampu mengekspresikan literasi sains dan siswa pada kondisi ini tidak
mendapatkan keuntungan sama sekali dari kegiatan belajar di sekolah.

Menurut OECD (2016) berdasarkan PISA 2015 mengemukakan bahwa

karakteristik kompetensi literasi saintifik mencakup indikator sebagai berikut:

1. Menjelaskan fenomena secara ilmiah (Explain phenomena sientifially).

Menjelaskan fenomena secara ilmiah artinya bahwa individu dapat

mengenali, memberikan suatu penjelasan dan mengevaluasi berbagai

fenomena alam dan teknologi. Adapun indikatornya terdiri dari:

a. Meningkatkan kembali dan menerapkan pengetahuan ilmiah dengan

tepat.
19

b. Mengidentifikasi, menggunakan, menghasilkan penjelasan suatu model

atau suatu representasi.

c. Membuat dan memberikan alasan pada suatu prediksi dengan tepat.

d. Menawarkan penjelasan tentang suatu hipotesis.

e. Menjelaskan potensi implikasi pengetahuan tentang literasi sains terhadap

masyarakat.

2. Mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah (Evaluate and design

sientifi inqury)

Mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah artinya seorang individu

mampu mendeskripsikan dan menilai suatu penyelidikan ilmiah dan dapat

mengusulkan cara – cara menjawab pertanyaan secara ilmiah. Adapun

indikatornya terdiri dari:

a. Mengidentifikasi pertanyaan yang dieksplorasi dalam studi ilmiah yang

diberikan.

b. Membedakan pertanyaan yang dapat diinvestigasi secara ilmiah.

c. Mengusulkan cara mengeksplorasi pertanyaan secara ilmiah.

d. Mengevaluasi cara mengeksplorasi pertanyaan secara ilmiah.

e. Menggambarkan dan mengevaluasi bagaimana ilmuwan memastikan

reliabilitas suatu data, objektivitas suatu data dan generalisasi suatu

penjelasan.

3. Interpretasi data dan membuktikan data secara ilmiah (Interpret data and

evidene sientifially)
20

Interpretasi data dan membuktikan data secara ilmiah artinya seorang

individu dapat menganalisis dan mengevaluasi data, memberi tanggapan dan

argumen terhadap berbagai representasi, serta dapat menarik suatu kesimpulan

ilmiah dengan tepat. Indikatornya terdiri dari:

a. Mentranformasi data dari satu representasi ke bentuk lain.

b. Menganalisis dan menginterpretasi data dan membuat kesimpulan dengan

tepat.

c. Mengidentifikasi suatu asumsi, bukti dan penalaran dalam teks yang

berhubungan dengan sains.

d. Membedakan antara argumen yang didasarkan pada bukti dan penalaran

dan teori ilmiah yang didasarkan pada pertimbangan lain.

e. Menilai argument dan bukti dari sumber informasi yang berbeda – beda

(koran, internet , jurnal, dan lain sebagainya).

2.3 Inkuiri Terbimbing

2.3.1 Pengertian Inkuiri

Inkuiri kadang disebut juga sebagai penyelidikan ilmiah. Inkuiri merupakan

model pengajaran yang dirancang untuk memberikan peserta didik pengalaman

tentang metode ilmiah. Model pembelajaran inkuiri dirancang untuk membantu

peserta didik mendapatkan pemahaman mendalam tentang model ilmiah serta

mengembangkan pemikiran yang kritis, pengaturan diri, dan pemahaman –

pemahaman tentang topik – topik spesifik (Eggen dan Kauchack, 2016). Inkuiri

menurut Kuhlthau dkk (2007) diartikan sebagai sebuah pendekatan untuk


21

pembelajaran dengan bantuan dimana peserta didik menemukan dan

menggunakan sumber informasi dan ide yang beragam, untuk pemahaman mereka

terhadap masalah, topik, dan isu. Hal ini menuntut peserta didik untuk

menggunakan inkuiri daripada mendapatkan jawaban yang sederhana atau

jawaban yang benar. Investigasi, eksplorasi, pencarian, pertanyaan, penelitian, dan

mempelajari. Inkuiri tidak berdiri sendiri; inkuiri mengikut sertakan, menarik

perhatian, dan menantang peserta didik untuk menghubungkan dunia mereka

dengan kurikulum. Meskipun sering dianggap sebagai pencarian individual,

ditambah lagi dengan pembelajaran kelompok, setiap pembelajaran lain pada

interaksi sosial. Tetapi, tanpa bimbingan, inkuiri menjadi menakutkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif peserta didik adalah model pembelajaran Inkuiri. Dalam bahasa

Inggris inquiry berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Pada

pembelajaran inkuiri peserta didik dapat diberikan pengalaman belajar melalui

sikap ilmiah dan keterampilan berpikir (Hasibuan dan Hufri, 2018). Inkuiri adalah

pembelajaran yang mengharuskan peserta didik mengolah pesan sehingga

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai – nilai (Wahyudin dkk, 2010).

Novia dkk (2017) menambahkan inkuiri didasarkan pada pencarian dimana

pengetahuan bukan sejumlah fakta hasil dari mengingat, melainkan hasil dari

proses menemukan sendiri.

Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan strategi yang mengikuti pola dan

metode – metode sains yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

belajar bermakna. Inkuiri merupakan salah satu strategi pembelajaran kontekstual


22

mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan pembelajarannya untuk

memperoleh pengetahuan. Pembelajaran biologi berbasis inkuiri dideskripsikan

dengan mengajak peserta didik dalam kegiatan yang akan mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep biologi sebagaimana para saintis

mempelajari dunia alamiah (Kawuwung, 2019).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

inkuiri merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik dituntut untuk

menemukan dan menggunakan sumber informasi dan ide yang beragam, untuk

pemahaman mereka terhadap masalah, topik, dan isu serta model pengajaran yang

dirancang untuk memberikan peserta didik pengalaman tentang metode ilmiah.

2.3.2 Pengertian Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan suatu model pembelajaran

yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik untuk berpikir dan belajar tingkat

tinggi dengan fokus pada pertanyaan/permasalahan pada setiap proses inkuiri.

Inkuiri terbimbing membiasakan peserta didik untuk belajar seumur hidup, bukan

hanya pada saat ujian. Dalam inkuiri terbimbing, peserta didik mengidentifikasi

masalah, mencari solusi, merumuskan pernyataan, melaksanakan penyelidikan,

menganalisis data dan menginterpretasi data, mendiskusikan, merefleksi,

membuat kesimpulan dan mempresentasikan hasil (Trianingsih, 2018). Model

pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

menyelidiki sesuatu secara sistematis kiritis dan logis sehingga mereka dapat
23

merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan (Syarifuddin,

2018).

Menurut Anam (2017) inkuiri terbimbing lebih cocok diterapkan dalam

pembelajaran mengenai konsep – konsep dan prinsip – prinsip yang mendasar

dalam bidang ilmu tertentu. Ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing

yang perlu di perhatikan yaitu:

1. Peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi

spesifik hingga membuat inferensi atau generalisasi.

2. Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau objek

kemudian menyusun generalisasi yang sesuai.

3. Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian,

data, materi dan berperan sebagai pemimpin kelas.

4. Tiap – tiap peserta didik berusaha untuk membangun pola yang bermakna

berdasarkan hasil observasi didalam kelas.

5. Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran.

6. Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari peserta didik.

7. Guru memotivasi semua peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil

generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh peserta didik

dalam kelas.

2.3.3 Langkah – Langkah Inkuiri Terbimbing

Menurut Ngertini dkk (2013) kegiatan model pembelajaran inkuiri

terbimbing (guided inquiry) memiliki langkah – langkah pembelajaran yaitu

predemostrasi, demonstrasi, posdemonstrasi dan membuat kesimpulan dari hasil


24

pengamatan. Proses belajar mengajar dengan model inkuiri terbimbing peserta

didik memperoleh petunjuk – petunjuk seperlunya. Petunjuk – petunjuk ini pada

umumnya berupa pertanyaan – pertanyaan yang berifat membimbing. Menurut

Purwasih (2015) menambahkan langkah – langkah dalam pembelajaran inkuiri

terbimbing dimulai dari peserta didik dihadapkan dengan masalah, peserta didik

mengembangkan/mengajukan hipotesis, peserta didik mengumpulkan bukti atau

data, peserta didik menguji hipotesis dan peserta didik menarik kesimpulan.

Semua langkah – langkah tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

peserta didik, sedangkan guru hanya berperan sebagai motivator atau fasilitator.

Pada saat peserta didik terlibat dalam memahami masalah yang dihadapinya,

diharapkan muncul pemahaman yang mendalam mengenai konsep – konsep yang

sedang dipelajari tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan kegiatan

pembuktian atau dugaan – dugaan sementara.

Kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing dilanjutkan dengan diskusi antar

peserta didik maupun peserta didik dengan guru sebagai wujud dari komunikasi,

baik lisan maupun tulisan untuk menyempurnakan dugaan – dugaan sementara

yang mereka lakukan, dan kegiatan para peserta didik untuk mencoba meyakinkan

peserta didik lainnya tentang gagasan – gagasan yang diyakininya dengan

membeberkan bukti – bukti yang dapat diterima akal pikirannya. Dengan

demikian pembelajaran inkuiri terbimbing ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman dan komunikasi peserta didik. Ketika peserta didik

terlibat dalam kegiatan mengamati dan pembuktian terhadap dugaan – dugaan

sementara permasalahan yang dihadapinya, dilanjutkan peserta didik termotivasi


25

melakukan diskusi sebagai wujud dari komunikasi, keberanian mengungkapkan

pendapat serta percaya diri untuk mempresentasikan hasil kelompok di depan

kelas. Sehingga, melalui pembelajaran inkuiri terbimbing ini diharapkan dapat

meningkatkan kepercayaan diri atau self confidence peserta didik (Purwasih,

2015).

2.3.4 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Wati dkk (2015) model pembelajaran inkuiri terbimbing

merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Dalam pengajaran peserta didik menjadi lebih aktif belajar. Model pembelajaran

inkuiri terbimbing bertujuan untuk mengembangkan keterampilan intelektual,

berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.

Selain itu, pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong

peserta didik semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Dengan imajinasi,

peserta didik dibimbing untuk menciptakan penemuan – penemuan, baik yang

berupa penyempurnaan dari apa yang telah ada, maupun menciptakan ide,

gagasan, atau alat yang belum pernah ada sebelumnya (Anam, 2017). Oleh sebab

itu, peserta didik didorong bukan saja untuk mengerti materi pelajaran, tetapi juga

mampu menciptakan penemuan. Dengan kata lain, peserta didik tidak akan lagi

berada dalam lingkup pembelajaran telling science akan tetapi didorong hingga

doing science.

Manfaat model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu meningkatkan

kemampuan berfikir peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri materi

yang akan dipelajarinya, melatih kepekaan diri, meningkatkan kemampuan


26

berpikir kritis dan kreatif, mengurangi rasa kecemasan, menumbuhkan rasa

percaya diri, meningkatkan motivasi, dan partisipasi belajar, meningkatkan

tingkah laku yang positif, meningkatkan prestasi dan hasil belajar, serta

membentuk karakter – karakter peserta didik yang dinginkan abad 21.

2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing memiliki keunggulan menurut Hartati (2017) adalah

sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan “Self-Concept” pada diri peserta

didik sehingga dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide – ide yang

lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

belajar yang baru.

3. Mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya

sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

6. Memberi kebebasan pada peserta didik untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu kepada peserta didik secukupnya sehingga

mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Kekurangan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan ditemukan untuk membantu

peserta didik menemukan konsep.


27

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar setiap peserta didik.

3. Guru sebagai fasilitator diupayakan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan – pertanyaan.

2.4 Kerangka Berpikir

Literasi sains adalah kecakapan atau keunggulan untuk mengambil

keputusan yang tepat secara ilmiah. Selain itu juga literasi sains juga dapat

diartikan sebagai kecakapan memahami fenomena alam dan sosial di sekitar kita.

Literasi sains menjadi penting karena dengan literasi sains kita mampu

menghadapi tantangan abad 21 diantaranya berpikir dengan kritis, menyelesaikan

masalah dengan kreatif, bekerjasama dengan orang lain dan berkomunikasi

dengan lebih baik.

Literasi sains peserta didik di Indonesia masih pada tingkat yang rendah.

Hasil survey PISA oleh OECD (2016) rata – rata skor literasi sains peserta didik

Indonesia adalah sebesar 403 point, padahal standar rata – rata skor dari OECD

sebesar 501 point. Hasil Survey PISA oleh OECD Tahun 2018 juga

menunjukkkan bahwa peserta didik Indonesia berada di peringkat ke 70 dari 78

negara peserta. Rata – rata skor literasi sains siswa Indonesia adalah sebesar 396

poin. Hal ini membuat tingkat nilai literasi sains peserta didik sekolah menengah

di Indonesia harus ditingkatkan.

Faktor peningkatan tingkat literasi sains ini, salah satunya adalah bahan

ajar yang digunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Bahan ajar yang digunakan kurang memfasilitasi perkembangan literasi sains

peserta didik di Indonesia. Kurang menariknya bahan ajar yang digunakan oleh
28

guru di Sekolah juga menjadi salah satu faktor rendahnya literasi sains peserta

didik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan literasi sains peserta didik yaitu

menggunakan bahan ajar yang mencakup aspek literasi sains didalamnya. Selain

itu juga, mampu menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing atau model

yang sederhana untuk dapat menyelesaikan masalah. Dimana dalam proses

pembelajarannya melibatkan peserta didik secara langsung dalam penyelidikan

suatu masalah, membantu peserta didik mengidentifikasi konsep atau metode, dan

mendorong peserta didik menemukan cara untuk memecahkan masalah yang

dihadapi sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan bermakna serta literasi

sains diharapkan dapat meningkat. Adapun bagan alur kerangka berpikir pada

penelitian ini tercantum pada Gambar 2.2 sebagai berikut.


29

Literasi sains menjadi penting karena dengan literasi


sains kita mampu menghadapi tantangan abad 21

Literasi sains peserta didik di Indonesia


rendah

Bahan ajar

Guru Peserta didik

Bahan ajar kurang memfasilitasi


peningkatan literasi sains dan kurang
menarik

Upaya peningkatan

Bahan ajar berbasis literasi sains yang


memuat model pembelajaran inkuiri
terbimbing

 Bahan ajar memfasilitasi peningkatan literasi


sains
 Literasi sains peserta didik meningkat

Gambar 2.2 Bagan alur Kerangka Berpikir


30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

research and development. Menurut Sugiyono (2012) metode research and

development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk yang dikembangkan tersebut.

Pada metode research and development terdapat beberapa jenis model. Model

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 4-D. Model pengembangan 4-

D ini merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Menurut

Sugiyono (2019) model ini dikembangkan oleh Thiangaraja (1974) yang

merupakan singkatan dari Define, Design, Development, and Dissemination.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021

yaitu bulan Juli sampai September 2020.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Mataram dan SMPN 7 Mataram.

3.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu uji coba terbatas yang dilaksanakan didua sekolah

yaitu peserta didik SMPN 3 Matraram dan SMPN 7 Mataram.


31

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian research and development

dan menggunakan model 4-D (Four D Models). Menurut Syafri (2018) model ini

meliputi 4 tahap utama yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design),

pengembangan (develop) diseminasi (disseminate) atau diadaptasi model 4-P

yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran. Secara garis

besar keempat tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Pendefinisian (define)

Tujuan tahap ini adalah menerapkan dan mendefinisikan syarat – syarat

pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang

dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu:

(a) Analisis awal akhir (Front-End Analiys)

Analisis ini bertujuan untuk menentukan masalah mendasar yang

dihadapi dalam pembelajaran, sehingga perlu dilakukan pengembangan

perangkat pembelajaran. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

langkah ini adalah kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013 dan teori

belajar / pembelajaran yang relevan.

(b) Analisis peserta didik (Leaner Analysis)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tentang karakteristik

peserta didik yang sesuai dengan rancangan perangkat pembelajaran yang

akan dikembangkan. Karakteristik peserta didik yang dianalisis meliputi

kemampuan akademis dan perkembangan kognitif peserta didik.

Kemampuan akademik peserta didik SMPN 3 Mataram dan SMPN 7


32

Mataram berbeda, hal ini dilihat berdasarkan dari hasil Ujian Nasional

(UN) pada tahun 2019. SMPN 3 Mataram mewakili kelompok bawah dan

SMPN 7 Mataram mewakili kelompok atas.

Tahapan perkembangan kognitif peserta didik usia SMP 12-15

tahun, disebut oleh teori Piaget masuk ke dalam tahap operasi formal

dimana mereka mengembangkan alat baru untuk memanipulasi informasi

bisa berpikir abstrak, deduktif, dan induktif, dapat mempertimbangkan

kemungkinan masa depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan

fleksibel, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Asih (2018), subjek umur 13-15 tahun,

pola pikir sebab-akibat sudah lebih berkembang kearah kemampuan untuk

memanipulasi informasi, seperti beberapa subjek yang sudah dapat

mengaplikasikan rumus ke dalam berbagai macam tipe soal baik yang

mudah maupun yang tingkat kesulitan tinggi.

(c) Analisis Konsep (Concept Analysis)

Kegiatan pada tahap ini adalah mengidentifikasi, merinci dan

menyusun secara sistematis konsep utama yang diajarkan kepada peserta

didik sesuai dengan hasil analisis awal akhir. Rangkaian analisis ini

merupakan dasar untuk menyusun kompetensi dasar (KD) dan indikator.

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu untuk menyusun Indikator

Pencapaian Kompetensi (IPK). Kompetensi Dasar yang dikembangkan

yaitu 3.1 dan 4.1 kelas VIII yaitu materi pokok sistem gerak pada makhluk
33

hidup. Konsep – konsep yang dikembangkan pada penelitian ini adalah

sistem gerak pada tumbuhan, sistem gerak pada hewan, dan kelainan dan

penyakit sistem gerak pada tumbuhan.

(d) Analisis Tugas (Task Analysis)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan

identifikasi berbagai keterampilan – keterampilan utama yang diperlukan

dalam kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan dalam perangkat

pembelajaran. Setiap keterampilan dianalisis kedalam sub – sub

keterampilan yang lebih spesifik lagi.

Keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik SMP yaitu

keterampilan proses sains. Salah satu alasan yang melandasi perlunya

diterapkan keterampilan proses sains yaitu peserta didik mudah memahami

konsep – konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh –

contoh yang konkrit, dan keterampilan proses yang berhubungan dengan

ilmiah penyelidikan. Hal ini berkaitan dengan keterampilan yang diperoleh

dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu memproses secara ilmiah

(peserta didik dihadapkan dengan masalah, peserta didik

mengembangkan/mengajukan hipotesis, peserta didik mengumpulkan

bukti atau data, peserta didik menguji hipotesis dan peserta didik menarik

kesimpulan).

(e) Perumusan tujuan pembelajaran (Spesification of Objectives)

Spesifikasi tujuan pembelajaran ini disusun berdasarkan standar

kompetensi yang akan dikembangkan. Kegiatan pada langkah ini adalah


34

melakukan penjabaran kompetensi dasar dan kemudian merumuskan

indikator yang sesuai dengan tahap pendefinisian dari model Thiagaraja,

Semmel dan Semmel.

2. Tahap Perancangan (Design)

Pada tahap perancangan merupakan tahap merancang produk – produk yang

dikembangkan. Produk awal yang dikembangkan yaitu bahan ajar sistem

gerak pada makhluk hidup berbasis literasi sains dalam model pembelajaran

inkuiri terbimbing siswa SMP.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang

sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi (a) validasi

perangkat oleh para ahli yaitu dosen dan guru mata pelajaran IPA SMP diikuti

dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana

pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan peserta didik yang sesungguhnya.

Uji coba terbatas dilakukan pada 10 orang responden. Pada penelitian ini

digunakan 5 orang peserta didik dari SMPN 3 Mataram dan 5 orang peserta

didik dari SMPN 7 Mataram. Hal ini dikarenakan kesulitan mendapatkan

responden peserta didik dan bersedia menyerahkan hasil angket melalui daring

saat pendemi ini. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah

dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di Kelas lain, di Sekolah

lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektifitas
35

penggunaan perangkat pembelajaran di dalam kegiatan belajar mengajar.

Penelitian ini tidak dilakukan uji efektifitas dengan melibatkan banyak peserta

didik di Sekolah. Hal ini dikarenakan adanya pandemik Covid-2019 yang

dimana proses pembelajaran di Sekolah belum diijinkan oleh pemerintah.

Namun, penyebaran hasil pengembangan tetap dilakukan dengan memberikan

produk bahan ajar ke guru – guru IPA SMP tempat penelitian berlangsung

serta publikasi hasil pengembangan bahan ajar pada jurnal nasional.

3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa perangkat

pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar. Penjelasan selengkapnya akan diuraikan

berikut ini:

3.5.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilakukan dengan

terlebih dahulu menganalisis silabus. Analisis silabus dilakukan terhadap Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Tujuan analisis Kompetensi Dasar

(KD) agar dapat dikembangkan indikator – indikator pencapaian kompetensi,

alokasi waktu dan sumber/bahan/alat belajar untuk setiap kegiatan pembelajaran.

Kompetensi Dasar (KD) yang akan dikembangkan menjadi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yaitu KD 3.1 yang berbunyi “Menganalisis gerak pada

makhluk hidup, sistem gerak pada manusia, dan upaya menjaga kesehatan sistem
36

gerak” dan 4.1 “ Menyajikan karya tentang berbagai gangguan pada sistem gerak,

serta upaya menjaga kesehatan sistem gerak manusia”.

3.5.1.2 Bahan Ajar

Bahan ajar yang disusun berupa bahan ajar berbasis literasi sains dalam

model pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah memenuhi syarat dari uji

kelayakan dan keterbacaan. Penyusunan bahan ajar dimulai dari menganalisis

materi. Tujuan analisis materi pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

kesukaran materi dan kecocokan materi dengan model pembelajaran yang akan

diterapakan. Materi pada bahan ajar berbasis literasi sains adalah sistem gerak

pada makhluk hidup. Bahan ajar tersebut berisi materi pembelajaran yang memuat

komponen aspek literasi sains serta kegiatan inkuiri yang memicu peningkatan

literasi sains peserta didik. Karakteristik pada bahan ajar berbasis literasi sains

dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing yang disusun meliputi uraian materi

singkat yang memuat komponen aspek literasi sains yakni sains sebagai batabg

tubuh pengetahuan, sains sebagai cara untuk menyelidiki, sains sebagai cara untuk

berpikir, dan interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat. Selain keempat

aspek literasi sains tersebut juga terdapat kegiatan inkuiri terbimbing pada bahan

ajar yang dikembangkan.

a. Analisis Data Kelayakan Bahan Ajar

Analisis data yang digunakan untuk mengolah validitas isi oleh ahli

menggunakan formula Aiken‟s V. Rumus ini digunakan untuk menghitung

koefisien validitas konten/isi didasarkan dari hasil penilaian


37

ahli/responden terhadap butir – butir angket yang dinilai. Rumus yang

digunakan menurut Aiken (1980) sebagai berikut:

( )

Keterangan :
s = r – Lo
n = jumlah ahli/responden
Lo = nilai penilaian validitas terendah
c = nilai penilaian validitas tertinggi
r = nilai yang diberikan responden
Nilai koefisien untuk Aiken adalah dari rentang 0 – 1. Konten

dikatakan valid bila nilainya lebih dari angka nol. Jika nilai semakin dekat

dengan angka 1 maka semakin memadai konten tersebut. Suatu butir/aspek

penilaian dikategorikan berdasarkan indeks nilai V Aiken‟s menurut

Retnawati (2016), terdapat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kategori Kelayakan Aiken’s


Indeks Kategori

≤0,40 Kurang Layak

0,40 - 0,79 Layak

0,80 - 1,00 Sangat Layak

b. Analisis Data Keterbacaan

Analisis data keterbacaan sesuai dengan tingkat usia dan jenjang

pendidikan pengguna bahan ajar menggunakan tes Flesch Kindcaid Grade

Level. Secara manual, menurut Kincaid dkk (1975) Flesch Kincaid grade

level tersebut dirumuskan sebagai berikut :

FGL = 0,39( )+ 11,8 ( ) - 15,59


38

Kategori Flesch Kincaid Grade Level menurut website Lit2Go by

University of South Florida (2006) terlampir dalam Tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2 Kategori Indeks Flesch Kincaid Grade Level


Indeks Tingkat Kelas

≤4,9 Kelas 4, 3, 2, 1

5,0 - 6,9 Kelas 5 – 6

7,0 – 8,9 Kelas 7 – 8

9,0-10,9 Kelas 9 – 10

11,0-12,9 Kelas 11 – 12

13,0 – 14,9 Universitas

≥15 Sarjana

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Data hasil pengembangan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa jenis

data. Jenis data tersebut terdiri dari data kelayakan bahan ajar yang

dikembangkan, data keterbacaan bahan ajar yang dikembangkan, data respon

peserta didik terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Setiap jenis data

dikumpulkan dengan instrumen yang berbeda – beda. Setelah data terkumpul, data

akan dianalisis sesuai dengan cara analisis data yang sesuai dengan jenis data.

Data kelayakan bahan ajar akan didapatkan dengan menggunakan

instrumen penilaian berupa angket yang akan dinilai oleh judgement expert/ahli

sesuai dengan aspek – aspek dalam angket kelayakan bahan ajar. Ahli terdiri dari

satu dosen yang dinilai mumpuni memberikan penilaian bahan ajar yang

dikembangkan. Selain dosen juga ahli yang akan menilai yaitu satu guru mata

pelajaran IPA di SMPN 3 Mataram dan SMPN 7 Mataram.


39

Data respon peserta didik terhadap bahan ajar yang dikembangkan akan

didapatkan menggunakan instrumen penelitian yang berupa angket respon peserta

didik. Angket yang digunakan untuk respon peserta didik menggunakan bentuk

instrumen skala rating, yang terdiri dari kategori kurang menarik, cukup menarik,

menarik dan sangat menarik. Angket terdiri dari 15 butir soal dengan tiga aspek

penilaian. Data peserta didik menjadi data tambahan dari sudut pandang pengguna

bahan ajar.

Data keterbacaan akan didapatkan dengan menggunakan instrument

penilaian berupa software online yang terkait dengan Microsoft. Software ini

bernama Flesch Kincaid Grade Level, yang dapat diakses dengan mudah di

website Automatic Readability. Flesch Kincaid Grade Level menganalisis

keterbacaan bahan ajar dan menunjukkan data keterbacaan bahan ajar yang

dikembangkan sesuai dengan tingkat pendidikan dan umur pembaca. Flesch

Kincaid Grade Level dapat diakses padaalamat web

http://www.readabilityformulas.com/free-readability-formula-test.php.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Respon Peserta Didik

Analisis data respon peserta didik yang digunakan untuk mengolah data

respon peserta didik terhadap bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis

literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. Analisis Data

menggunakan rumus yang dikemukakan Restuwati (2014) sebagai berikut :


40

Keterangan:
A = jumlah peserta didik yang memilih
B = jumlah seluruh peserta didik
41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil pengembangan bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis

literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP yang

disajikan meliputi data kelayakan bahan ajar menurut ahli, data kelayakan bahan

ajar menurut peserta didik, dan data keterbacaan bahan ajar berdasarkan Flesch

Kincaid Grade Level.

4.1 Data Kelayakan Bahan Ajar Menurut Ahli

Validasi isi dari bahan ajar yang dikembangkan dilakukan oleh tiga

judgment expert (ahli bidang ilmu), terdiri dari satu dosen, satu guru mata

pelajaran IPA di SMPN 3 Mataram, dan satu guru mata pelajaran IPA di SMPN 7

Mataram. Data validitas isi ditinjau dari tiga aspek utama, yaitu aspek kelayakan

isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa. Data kelayakan menurut ahli pada

ketiga aspek tersebut dirangkum dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Kelayakan Menurut Ahli


Aspek Validator Rerata Aiken's
Skor
1 2 3
Isi 3.60 3.47 4.00 3.69 0.90
Penyajian 3.50 3.33 3.42 3.42 0.81
Bahasa 3.43 3.14 3.86 3.48 0.83
RATA - RATA 0.85

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketiga ahli memberikan rerata skor antara

3.42 sampai 3.69 dan setelah dikonversi dengan indeks Aiken’s skor, nilai tersebut

antara 0.81 sampai 0.90 yang termasuk dalam kategori sangat layak. Penilaian
42

pada aspek isi bahan ajar dilakukan melalui butir – butir pertanyaan tentang

materi bahan ajar, kemudian penilaian aspek penyajian terdiri dari penilaian

layout dan grafis bahan ajar. Sedangkan, penilaian apek bahasa terdiri dari

penilaian terhadap susunan kata dan istilah pada bahan ajar.

Data skor validasi bahan ajar oleh ahli pada aspek isi dirangkum pada

Lampiran 4 dan Gambar 4.1.

80.0
Persentase Kelayakan Aiken's

70.0
73.3
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0 26.7
10.0
0.0
Layak Sangat Layak
Kategori

Gambar 4.1 Persentase Kelayakan Isi

Data pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa ahli memberikan skor

kelayakan isi dari bahan ajar dalam dua kategori, yaitu layak dan sangat layak.

Penilaian kelayakan isi didasarkan atas 15 indikator/aspek penilaian. Terdapat 4

dari 15 indikator penilaian atau 26.7% diberikan skor layak oleh ahli. Sedangkan

indikator yang dinilai dalam kategori sangat layak berjumlah 11 dari 15 indikator

atau 73.3%. Perincian skor penilaian kelayakan isi bahan ajar disajikan pada

Lampiran 4.
43

Skor validitas isi tertinggi yaitu 1.00 terdapat pada lima indikator/aspek.

Pertama, uraian isi dari setiap sub judul bahan ajar sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan dicapai dalam KI dan KD. Kedua, uraian materi bahan ajar dilengkapi

dengan gambar dan ilustrasi lainnya. Ketiga, kesesuaian penggunaan contoh untuk

mendukung uraian bahan ajar. Keempat, penerapan pada kehidupan sehari – hari.

Kelima, mendorong peserta didik melakukan eksplorasi.

Skor validitas isi terendah yaitu sebesar 0.78 terdapat pada empat

indikator. Pertama, keakuratan penerapan konsep, prisip dan definisi. Kedua,

keakurakatan penyajian grafik dan gambar dalam mendukung isi bahan ajar.

Ketiga, keterkaitan kegiatan pembelajaran dalam bahan ajar dengan kegiatan

penyelidikan. Keempat, penggunaan contoh sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Data persentase validitas isi oleh ahli pada aspek kelayakan penyajian

bahan ajar dirangkum dalam Gambar 4.2.

60
Persentase Kelayakan Aiken's

50
50
40

30

20

10

0
Layak Sangat Layak
Kategori

Gambar 4.2 Persentase Kelayakan Penyajian


44

Gambar 4.2 menunjukkan hasil validitas kelayakan penyajian terdiri dari

12 indikator penilaian. Sebanyak 6 butir dari 12 indikator penilaian termasuk

dalam kategori layak dengan persentase jumlah indikator yang dinilai layak

sebesar 50%. Sedangkan, 6 indikator penilaian lainnya termasuk dalam kategori

sangat layak dengan persentase jumlah sebesar 50%. Indikator dengan nilai

validitas kelayakan penyajian tertinggi sebesar 1,00 terdapat pada aspek sumber

gambar jelas. Sedangkan aspek nilai validitas kelayakan penyajian yang terendah

yaitu 0.67 terdapat pada 4 aspek. Pertama, kombinasi warna menarik. Kedua,

gambar ilustrasi jelas dan sesuai. Ketiga, penampilan halaman awal menarik

sesuai dengan karakteristik peserta didik. Keempat, tampilan inovatif dan

menarik.

Data validitas isi kelayakan bahasa bahan ajar sistem gerak makhluk hidup

berbasis literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP

terdiri dari 7 indikator penilaian yang terkait kebahasaan. Data validitas isi oleh

ahli pada aspek penialaian kelayakan bahasa dirangkum dalam Gambar 4.3.

60.0
Persentase Kelayakan Aiken's

50.0 57.1

40.0 42.9
30.0

20.0

10.0

0.0
Layak Sangat Layak
Kategori

Gambar 4.3 Persentase Kelayakan Bahasa


45

Gambar 4.3 menunjukkan hasil validasi kelayakan bahasa terdiri dari 7

indikator penilaian, dimana 4 aspek dari 7 butir aspek termasuk dalam kategori

layak, sedangkan tiga butir lainnya termasuk dalam kategori sangat layak.

Indikator dengan nilai validitas kelayakan bahasa tertinggi sebesar 0.89,

sedangkan nilai terendah yaitu 0.78.

4.2 Data Respon Peserta Didik terhadap Bahan Ajar

Hasil pengolahan data kuantitatif respons peserta didik terhadap bahan ajar

sistem gerak makhluk hidup berbasi literasi sains dalam model pembelajaran

inkuiri terbimbing masuk dalam kategori sangat menarik (Lampiran 5).

Tabel 4.2 Persentase Respon Peserta Didik


Aspek Persentase Peserta Didik (%)
Kurang Cukup Menarik Sangat Menarik
Penyajian 3 21 37 39
Manfaat 0 3.3 56.7 40
Isi 0 0 10 90
Rerata 1 8.1 34.6 56.3

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat tiga aspek penilaian kelayakan

bahan ajar oleh peserta didik yaitu penyajian, manfaat dan isi bahan ajar.

Penilaian tersebut dilakukan berdasarkan 15 butir pertanyaan (indikator). Peserta

didik memberikan penilaian dalam empat kategori yaitu kurang, cukup, menarik,

dan sangat menarik. Secara keseluruhan bahan ajar yang dikembangkan dari sudut

pandang pengguna layak digunakan meskipun ada beberapa hal yang harus

direvisi. Aspek penyajian mendapatkan respon yang sangat menarik 39%, menarik

37%, cukup 31% dan kurang 3%. Aspek penyajian yang masih kurang pada bahan

ajar yang dikembangkan ada tiga. Pertama, keterpaduan latar belakang dengan isi
46

keseluruhan bacaan dalam bahan ajar. Kedua, kesesuaian gambar dengan materi

sistem gerak pada makhluk hidup. Ketiga, sumber dari gambar pada bahan ajar

dicantumkan di bawah gambar.

Respon peserta didik terhadap aspek manfaat terdapat tiga kategori dari

keseluruhan empat kategori yang tercantum pada skala penilaian. Aspek manfaat

mendapatkan respon yang sangat menarik 40%, menarik 56.7%, dan cukup 3.3%.

Respon peserta didik terhadap aspek manfaat terdapat dua kategori dari

keseluruhan empat kategori yang tercantum pada skala penilaian. Aspek isi

mendapatkan respon yang sangat menarik 90% dan menarik 10%.

4.3 Data Keterbacaan Bahan Ajar

Data keterbacaan bahan ajar didapatkan menggunakan aplikas readability

yang terinstal di office, atau aplikasi readability yang ada pada website online

yang banyak beredar. Salah satunya pada website automatic readability checker,

dengan alamat websitehttp:/www.readabilityformulas.com/free-readability-

formula-tests.php. Data keterbacaan yang didapatkan menggunakan aplikasi

readability terdiri dari tiga bagian yang ada pada bahan ajar yang dikembangkan.

Ketiga bagian tersebut meliputi materi sistem gerak pada tumbuhan, sistem gerak

pada hewan, dan sistem gerak pada manusia. Hasil analisis keterbacaan bahan ajar

menggunakan Flesch Kincaid Grade Level terangkum dalam Tabel 4.3.


47

Tabel 4.3 Indeks Flesch Kincaid Grade Level


Materi Indeks Tingkat Kelas Rentang Usia

Gerak Tumbuhan 8.2 Kelas 8 13 – 15 tahun

Gerak Hewan 7.3 Kelas 8 13 – 15 tahun

Gerak Manusia 8.6 Kelas 8 13 – 15 tahun

Rata-rata 8.0

Tabel 4.3 menunjukkan materi gerak pada tumbuhan nilai flesch grade

level yang didapatkan sebesar 8.2. Nilai pada materi pertama ini secara kualitatif

masuk pada kategori layak untuk peserta didik kelas 7-8. Gerak pada hewan

memiliki nilai flesch grade level 7.3. Nilai tersebut secara kualitatif masuk dalam

kategori layak untuk peserta didik kelas 7-8. Gerak pada manusia memiliki nilai

flesch grade level 8.6. Nilai tersebut secara kualitatif masuk dalam kategori layak

untuk peserta didik kelas 7-8. Rentang usia yang layak menggunakan naskah

bahan ajar yang dikembangkan mulai dari peserta didik berusia 13 sampai 15

tahun.
48

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Kelayakan dan Karakteristik Bahan Ajar

Bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis literasi sains dalam model

pembelajaran inkuiri siswa SMP merupakan bahan ajar yang dikembangkan

dalam penelitian ini. Bahan ajar ini memuat tiga materi pokok yaitu sistem gerak

pada tumbuhan, sistem gerak pada hewan dan sistem gerak pada manusia. Bahan

ajar yang dikembangkan pada penelitian ini diuji kelayakan oleh 3 judgment

expert yang terdiri dari satu dosen, satu guru mata pelajaran IPA di SMPN 3

Mataram, dan satu guru mata pelajaran IPA di SMPN 7 Mataram. Kelayakan

bahan ajar dinilai dari aspek penilaian isi, penyajian, dan bahasa. Nilai rata- rata

dari ketiga aspek tersebut masuk dalam indeks Aiken’s skor kategori sangat layak.

Aspek penilaian kelayakan isi pada Bab IV masuk dalam kategori layak

dan sangat layak. Persentase kategori sangat layak memiliki nilai yang lebih tinggi

daripada kategori layak. Namun, ada beberapa hal yang perlu direvisi dalam

bahan ajar yang dikembangkan. Pertama, keakuratan penerapan konsep, prinsip

dan definisi. Kedua, keakurakatan penyajian grafik dan gambar dalam mendukung

isi bahan ajar. Ketiga, keterkaitan kegiatan pembelajaran dalam bahan ajar dengan

kegiatan penyelidikan. Keempat, penggunaan contoh sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hal – hal yang perlu menjadi perbaikan dalam aspek isi ini yaitu

penambahan kajian materi. Pada materi sistem gerak pada tumbuhan, diperlukan

penambahan contoh gerak tropisme, taksis dan nasti. Pada materi sistem gerak
49

makhluk hidup diperlukan penambahan kajian materi pada pembentukan tulang

(osifikasi) dan pada kelainan osteoporosis. Pembentukan tulang (osifikasi) yang

perlu ditambahkan yaitu osifikasi intramembran dan osifikasi endokondral.

Sedangkan materi kelainan osteoporosis yang perlu ditambahkan yaitu

menurunnya hormon estrogen pada wanita yang sudah mengalami menopause

padahal hormon ini berperan dalam merangsang aktivitas sel pembentuk tulang

bekerja.

Aspek peyajian perlu untuk menjadi salah satu aspek yang harus dinilai.

Kategori layak dan sangat layak memiliki nilai persentase yang sama pada aspek

penyajian. Pada aspek penyajian masih ada beberapa hal yang harus menjadi

perbaikan sehingga kekurangan pada bahan ajar sistem gerak makhluk hidup

berbasis literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat

diminimalkan.

Perbaikan dalam aspek ini yaitu pengetikan pada keterangan gambar yang

awalnya menggunakan spasi 1.5 dan diperbaiki menjadi 1 spasi. Perbaikan yang

dilakukan selanjutnya yaitu pada gambar kelainan Riketsia yang awalnya

menggunakan gambar kaki penderita Riketsia jika dilihat menggunakan X-Ray

dan diganti menjadi gambar perbandingan kaki normal dan penderita Riketsia.

Selain itu, perbaikan yang dilakukan dengan penambahan gambar kelainan

osteoporosis yaitu matriks tulang normal dan penderita Osteoporosis.

Aspek bahasa memiliki persentase layak lebih tinggi daripada kategori

sangat layak. Aspek penilaian bahasa yang mengalami perubahan yaitu

ketersampaian pesan dan ketepatan menggunakan kaidah bahasa. Perbaikan


50

berupa perubahan kalimat yang terlalu panjang dan dikhawatirkan dapat

menimbulkan kesalahpahaman arti oleh peserta didik.

Bahan ajar yang dikembangkan juga dinilai oleh peserta didik sebagai

penilaian yang dikakukan melalui angket check list yang mewakili seluruh objek

penilaian bahan ajar. Hasil respon peserta didik pada semua aspek penilaian rata –

rata masuk dalam kategori sangat menarik. Hal ini didukung oleh nilai persentase

yang didapatkan pada kategori sangat menarik yaitu 56.3%. Trianto (2010)

menyatakan bahwa peserta didik merespon positif jika besarnya percentage of

agreement ≥ 50%. Aspek yang dinilai oleh peserta didik yaitu aspek penyajian,

aspek manfaat, dan aspek isi. Pada aspek penyajian ada siswa yang merespon

bahan ajar yang dikembangkan kurang yaitu dengan persentase 3%. Aspek

penyajian yang masih kurang pada bahan ajar yang dikembangkan ada 3 yaitu

keterpaduan latar belakang dengan isi keseluruhan bacaan dalam bahan ajar,

kesesuaian gambar dengan materi sistem gerak pada makhluk hidup, dan sumber

dari gambar pada bahan ajar dicantumkan di bawah gambar. Perbaikan yang

dilakukan pada aspek penyajian ini sejalan dengan yang dilakukan pada hasil

koreksi validator ahli adalah dengan memilih gambar yang lebih menarik.

Bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis literasi sains dalam model

pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP yang dikembangkan berupa buku

teks yang didalamnya terdapat aspek sains sebagai batang tubuh pengetahuan,

sains sebagai cara untuk menyelidiki, sains sebagai cara berpikir, serta interaksi

antara, sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan karateristik bahan

ajar IPA berbasis literasi sains yang dikembangkan oleh Susanti dkk (2015).
51

Aspek pertama pada bahan ajar yang dikembangkan yaitu sains sebagai

batang tubuh pengetahuan tertuang dalam kolom “Ayo Kita Pelajari”. Kolom

“Ayo Kita Pelajari” berisi fakta dan konsep pada setiap sub materi yaitu sistem

gerak pada tumbuhan, sistem gerak pada hewan, dan sistem gerak pada manusia.

Aspek kedua pada bahan ajar yang dikembangkan yaitu sains sebagai cara

untuk menyelidiki mengajak peserta didik untuk melakukan kegiatan penyelidikan

yang berkaitan dengan kegiatan inkuiri yang akan dilakukan oleh peserta didik.

Pada bahan ajar yang dikembangkan terdapat Panduan Aktivitas Inkuiri

Terbimbing Peserta Didik bertujuan untuk memasukkan kegaiatan inkuiri

terbimbing pada bahan ajar yang dikembangkan tanpa harus mengganggu ranah

materi bahan ajar. Panduan Aktivitas Inkuiri Terbimbing Peserta Didik berisi

panduan atau arahan untuk peserta didik dan guru agar dapat melukukan kegiatan

inkuiri terbimbing sesuai dengan konsep, literasi sains, langkah – langkah sintaks

inkuiri, dan evaluasi yang memancing peserta didik untuk melakukan kegiatan

inkuiri terimbing dan menemukan jawabannya sendiri. Panduan Aktivitas Inkuiri

Terbimbing Peserta Didik dilengkapi lembar jawaban yang memudahkan peserta

didik lansung menjawab pertanyaan – pertanyaan yang mengarahkan ke kegiatan

inkuiri terbimbang yang jelas dan tepat.

Aspek ketiga pada bahan ajar yang dikembangkan yaitu sains sebagai cara

berpikir diwakilkan oleh kolom “Mari Berpikir Kritis”. Kolom Mari Berpikir

Kritis berisi pertanyaan berdasarkan fakta yang harus dijawab oleh peserta didik

dengan proses mencari jawaban sendiri. Kolom ini dilengkapi dengan gambar dan

pertanyaan menarik terkait dengan topik yang dibahas oleh guru dan peserta
52

didik. Mari berpikir kritis memancing aktivitas peserta didik tidak hanya mencari

jawaban hanya dari satu sumber saja. Sumber belajar yang dapat digunakan tidak

terbatas buku peserta didik saja namun dapat juga berupa internet, media cetak,

dan hasil observasi ahli sesuai bidang yang terkait.

Aspek keempat pada bahan ajar yang dikembangkan yaitu interaksi antara,

sains, teknologi dan masyarakat. Pada aspek ini diwakilkan pada sub materi

sistem gerak pada burung yang menjelaskan terkait dengan sayap pesawat terbang

yang dibuat dengan prinsip menyerupai sayap burung. Selain keempat aspek

literasi sains dan kegiatan inkuiri terbimbing yang terdapat pada bahan ajar yang

kembangkan, juga terdapat kolom “Daftar Kata Penting”. Kolom Daftar Kata

Penting ini ditambahkan untuk memudahkan peserta didik menemukan istilah –

istilah ilmiah pada bahan ajar yang dikembangkan. Daftar Kata Penting membantu

peserta didik untuk menemukan definisi singkat istilah – istilah penting yang

terdapat pada materi utama bahan ajar. Kolom daftar kata penting dibuat memiliki

warna yang berbeda dengan background layout materi inti, hal ini membuat

kolom Daftar Kata Penting menjadi sorotan, dan mudah ditemukan oleh peserta

didik.

Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini juga terdapat kegiatan

inkuiri terbimbing. Bahan ajar yang dikembangkan mengkondisikan peserta didik

agar fokus pada pertanyaan-pertanyaan yang menggiringnya untuk menemukan

jawaban sendiri. Komponennya terdiri dari materi gerak makhluk hidup, panduan

aktivitas inkuiri terbimbing peserta didik dan lembar jawaban. Hal ini sejalan

dengan pengembangan bahan ajar berbasis inkuiri yang dilakukan oleh Hijrati
53

(2018). Selain itu, karakteristik bahan ajar yang dikembangkan sejalan dengan

bahan ajar yang dikembangkan oleh Ikhsan dkk (2016) berbentuk modul berbasis

inkuiri yang berisi modul yang dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran IPA

yang lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil yang jelas.

Bahan ajar yang dikembangkannya mengikuti Joyce dan Weil (2000) yaitu a)

pengenalahan area insvetigasi kepada siswa; b) menemukan dan mencari

permasalahan, c) mengidentifikasi permasalahan yang diteliti; dan d) menentukan

strategi untuk menyelesaikan permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan.

5.2 Keterbacaan Bahan Ajar

Keterbacaan bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis literasi sains

dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP yang dikembangkan

dinilai menggunakan aplikasi keterbacaan yang banyak beredar di website online

dan sangat mudah diakses. Indeks keterbacaan yang ditunjukkan oleh aplikasi

tersebut akan menentukan nilai dari kata yang dimasukkan pada kolom yang

disediakan untuk menganalisis paragraf yang dimasukkan sebagai sampel.

Analisis data menggunakan Flesch Kincaid mengambil sampel kata yang ada

pada bahan ajar yang dikembangkan. Indeks keterbacaan sebagai acuan bahwa

bahan ajar yang dikembangkan sudah cocok dengan tingkat pendidikan peserta

didik.

Menurut Yasa dkk (2013) formula Flesch, Frog indeks, Grafik Fry, dan

SMOG menggunakan variabel rerata panjang kalimat sebagai faktor sintaksis, dan

jumlah suku kata sebagai faktor semantik. Faktor sintaksis dihitung dari rerata

panjang kalimat dari sampel kata pada teks. Hal diatas menyebabkan bahan ajar
54

sistem gerak makhluk hidup berbasis literasi sains dalam model pembelajaran

inkuiri terbimbing yang dikembangkan memiliki kalimat yang tidak begitu

panjang, dan lebih efektif. Indeks keterbacaan Flesch Kincaid bahan ajar yang

dikembangkan pada penelitian ini ada pada indeks 8.0 sehingga dapat dikatakan

teks pada bahan ajar tersebut masuk dalam kategori mudah dan berada pada

kategori Flesch Kincaid Grade Level kelas 8. Indeks tersebut didapatkan dari

rerata skor indeks Flesch Kincaid Grade Level ketiga sub materi utama yang ada

pada bahan ajar yang dikembangkan. Secara kuantitatif bahan ajar yang

dikembangkan dinyatakan layak dan cocok digunakan untuk peserta didik jenjang

SMP kelas 7-8.

Menurut Hijrati (2018) indeks keterbacaan flesch yang sesuai dengan

grade level dianggap mampu menggambarkan kemudahan pembaca bahan ajar

yang dikembangkan dalam memahami isi bahan ajar, hal ini karena kalimat yang

terlalu panjang membuat kerancuan makna kalimat, sehingga pesan yang akan

disampaikan tidak mudah untuk dicerna peserta didik. Teks bahasa Indonesia

sedikit berbeda dari bahasa Inggirs, karena dapat memuat kata yang lebih panjang

yang otomatis membuat jumlah suku katanya dalam satu kalimat lebih banyak.

Struktur kata dalam bahasa Indonesia dapat memuat lebih banyak suku kata. Hal

ini dikarenakan menggunakan kata imbuhan di awal atau di akhir kalimat.

Menurut Yasa dkk (2013) dalam teks bahasa Indonesia belum tentu jumlah satu

suku kata lebih dari tiga suku kata atau lebih dirasakan sulit untuk pembaca.

Sehingga tidak mudah untuk menyatakan bahwa ketika nilai indeks yang tertera
55

dalam flesch memiliki indek yang tinggi berarti bacaan tersebut sukar untuk

dipahami pembaca/pengguna.

Untuk menurunkan nilai indeks keterbacaan bahan ajar perbaikan kalimat

dilakukan pada kalimat yang memiliki kata – kata yang terlalu panjang dan

banyak. Hal tersebut diubah dengan kata – kata pendek dan kata yangs sering

digunakan sehari – hari (umum), dan menghindari kata – kata sulit dalam bahan

ajar. Hal ini diperkuat oleh Paramita dkk (2017) yaitu penggunaan kosakata yang

tidak umum akan lebih sulit dipahami daripada yang menggunakan kosakata yang

sudah dikenal. Selain itu, struktur kalimat yang panjang dan kompleks akan

menyulitkan pembaca memahami bacaan.


56

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Bahan ajar sistem gerak pada makhluk hidup berbasis literasi sains dalam

model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP yang telah dikembangkan

dinyatakan sangat layak oleh ahli dengan nilai rata – rata sebesar 0.85 dan

dinyatakan sangat menarik oleh peserta didik.

2. Bahan ajar sistem gerak pada makhluk hidup berbasis literasi sains dalam

model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP yang dikembangkan

memiliki nilai rata – rata 8.0 berdasarkan indeks keterbacaan Flesch Kincaid

Level hal ini sesuai dengan tingkat kelas dan jenjangnya yaitu kelas 7-8

SMP.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan

beberapa saran yakni:

1. Bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis literasi sains dalam model

pembelajaran inkuiri terbimbing siswa SMP yang dikembangkan berdasarkan

kebutuhan peserta didik dan juga melalui pengujian oleh para ahli. Oleh

karena itu, bahan ajar ini diharapkan dapat dicetak dan dipergunakan sebagai

bahan ajar tambahan bagi peserta didik.


57

2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengimplementasikan bahan ajar yang telah

dikembangkan guna untuk menguji efektifitas penggunaan bahan ajar.

3. Bagi pembaca yang tertarik dengan penelitian ini dapat mengembangkan

bahan ajar yang lebih baik dari sebelumnya, khususnya untuk bahan ajar yang

berbasis literasi sains dalam model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan

materi yang berbeda.


58

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung: PT Refika Aditama.

Ahmadi, K., Sofan, A., & Tatik, E. (2011). Strategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu Pengaruhnya Terhadap Konsep, Mekanisme dan Proses
Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Aiken, L. R. (1980). Content Validity and Reliability of Single Items or


Questionnaires.Educational and Physchological Measurement, 40(4), 955-959.

Anam, K. (2017). Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asih, T. (2018). Perkembangan Tingkat Kognitif Peserta Didik di Kota


Metro. Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi, 2(1), 9-17.

Asyhari, A. (2015). Profil peningkatan kemampuan literasi sains siswa melalui


pembelajaran saintifik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 4(2),
179-191.

Chiappetta, E.L., David, A.F., & Godrej, H.S. (1991). A Method to Quntify Major
Themes of Scientific Literacy in Science Textbook. Journal Of Research
In Science Teaching, 28(8), 713-725.

Daryanto. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum


2013). Yogyakarta: Gava Media.

Deswita, D., & Hufri, H. (2018). Validasi Bahan Ajar Fisika Berbasis Inkuiri pada
Materi Hukum Newton Tentang Gerak dan Gravitasi untuk Meningkatkan
Literasi Sains. Pillar of Physics Education, 11(3), 153-160.

Eggen, P., & Don, K. (2016). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6. Jakarta: Indeks.

Halbrook, J, & Rannikmae M. (2009). The Meaning of Scientific Literacy.


International Enviromental & Science Education, 4(3), 275-278.

Hartati, R. (2017). Pengembangan Bahan Ajar IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing


Pada Materi Sifat – Sifat Cahaya [Tesis]. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
59

Hasibuan, N. S., & Hufri, H. (2018). Pengaruh Bahan Ajar Fisika Berbasis Inkuiri
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada
Materi Momentum, Impuls dan Getaran Harmonik Sederhana Kelas X
SMAN 8 Padang. Pillar Of Physics Education, 11(3), 97-104.

Hijrati, I. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Inkuiri Dalam


Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas VIII Pada Materi Gerak Makhluk
Hidup Di MTsN 2 Mataram [Skripsi]. Mataram: Universitas Mataram.

Iskandarwassid, & Sunendar, D. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ikhsan, M., Sutamo, & Prayitno, B. A. (2016). Pengembangan Modul Berbasis


Inkuiri Terbimbing pada Sistem Gerak Manusia untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 1 Wera Kabupaten Bima Nusa
Tenggara Barat. Jurnal Inkuiri, 5(1), 133-142.

Jufri, A.W. (2017). Belajar dan Pembelajaran Sains Modal Dasar Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Penerbit Pustaka Reka Cipta.

Kawuwung, F.R. (2019). Implementasi Perangkat Pembelajaran Inkuiri Terbuka


Dipadu NHT dan Kemampuan Akademik. Malang: CV. Seribu Bintang.

Kincaid, J. P., Fishburne, R. P., Jr., LT MSC USNR, Rogers, R. L., & Chissom,
B. S. (1975). Derivation of New Readability Formulas (Automated
Readability Index, Fog Count and Flesch Read Ease Formula) for Navy
Enlisted Personnel. Springfield: National Technical Information Service.

Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., & Caspari, A. K. (2007). Guide Inquiry :


Learning in the 21st Century School. USA: Libraries Unlimited, Inc.

Kurniawan, A. D. (2013). Metode inkuiri terbimbing dalam pembuatan media


pembelajaran biologi untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
kreativitas siswa SMP. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), 8-11.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi (Sesuai


dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Padang: Akademia
Permata.

Lestari, I. (2016). Pengembangan Bahan Ajar IPA Berbasis Komik Pada Pokok
Bahasan Gerak Di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(5), 564-572.

Lit2Go University of South Florida. (2006). Flesch Kincaid Grade Level.Diakses


dariLit2Go:http://etc.usf.edu//lit2go/readability/flesch_kincaid_grade_level/
, pada tanggal 26 Februari 2020.
60

Ngertini, N. N., Sadia, I. W., & Yudana, I. M. (2013). Pengaruh implementasi


model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan pemahaman
konsep dan literasi sains siswa kelas X SMA PGRI 1 Amlapura. Jurnal
Administrasi Pendidikan Indonesia, 4 (1), 1-11.

Novia, R., Hufri, H., & Dwiridal, L. (2017). Pengembangan LKPD Berorientasi
Inkuiri Terbimbing pada Materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan untuk
Siswa Sma/Ma Kelas X. Pillar of Physics Education, 10 (1), 97-104.

Nurdyansyah, N. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan


Alam bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar [Skripsi]. Sidoarjo: Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.

OECD. (2016). PISA 2015 Result (Volume1): Exellence and Equity in Education
I. Paris: OECD Publishing.

OECD. (2019). PISA 2018 Insights and Interpretations. Paris: OECD Publishing.

Paramita, A. D. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi Sains


Materi Suhu dan Kalor [Doctoral dissertation]. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.

Paramita, A. D., Rusilowati, A., & Sugianto. (2017). Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Literasi Sains Materi Suhu dan Kalor. Jurnal Pendidikan MIPA,
7(1), 58-67.

Permana, A. T. A., Degeng, I. N. S., & Sihkabuden, S. (2017). Pengembangan


Bahan Ajar Berbasis Inkuiri Pada Mata Pelajaran Biologi Di Smk-Pp
Negeri Banjarbaru Kalimantan Selatan. In Seminar Nasional Teknologi
Pembelajaran dan Pendidikan Dasar 2017, 4 (3), 189-195.

Purwasih, R. (2015). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Self


Confidence Siswa MTS di Kota Cimahi Melalui Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing. Didaktik, 9(1), 16-25.

Prastowo, A. (2018). Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar (Teori dan
Aplikasinya di Sekolah/Madrasah). Depok: Prenadamedia Group.

Rahayu, S. (2015). Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Mewujudkan


Literasi Sains Siswa Melalui Pembelajaran Kimia/Ipa Berkonteks Isu-Isu
Sosiosaintifik (Socioscientific Issues). Malang: UNM.

Restuwati, D.D. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Inkuiri


pada Sub Pokok Bahasan Bioteknologi Kelas IX SMP. Pancaran, 3(2), 63-
72.
61

Retnawati, H. (2016). Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian (Panduan


Peneliti, Mahasiswa, dan Psikometrian). Yogyakarta: Parama Publishing.

Rizki, S., & Linuhung, N. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Program Linear
Berbasis Kontekstual dan ICT. AKSIOMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, 5(2), 137-144.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Susanti, M., Rusilowati, A., & Susanto, H. (2015). Pengembangan bahan ajar IPA
berbasis literasi sains bertema listrik dalam kehidupan untuk kelas
IX. UPEJ Unnes Physics Education Journal, 4(3), 43-49.

Syafri, F.S. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Aljabar Elementer di


Program Studi Tadris Matematika IAIN Bengkulu. Bengkulu: Penerbit C.V.
Zigie Utama

Syarifuddin, K. (2018). Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam


dan Budi Pekerti. Yogyakarta: Deepublish.

Trianingsih, R. (2018). Aplikasi Pembelajaran Kontekstual yang Sesuai


Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Banyuwangi: LPPM Institut
Agama Islam Ibrahimy Genteng Banyuwangi.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta:


Kencana.

Utami, F. D. 2014. Analisis Buku Teks Pelajaran IPA SMP Kelas VIII
Berdasarkan Muatan Literasi Sains di Kota Semarang [Skripsi]. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Wahyudin, Sutikno, A. Isa. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan


Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan
Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
UNNES, 6(1), 58-68.

Wati, R., Suyatna, A., & Wahyudi, I. (2015). Pengembangan LKS Berbasis
Inkuiri Terbimbing untuk Pembelajaran Fluida Statis di SMAN 1
Kotaagung. Jurnal Pembelajaran Fisika, 3(2), 99-109.
62

Yasa, K., Sutana, M., & Martha, N. (2013). Kecermatan Formula Flesch, Fog
Index, Grafik Fry, SMOG, dan BI Sebagai Penentu Keefektifan Teks
Berbahasa Indonesia. e-Journal Program Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Ganesha, 2, 1-12.

Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Cakrawala


Pendas, 3(2), 21-28.

Yunus, H., & Heldy V.A. (2015). Perencanaan Pembelajaran Berbasis


Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
63

LAMPIRAN
62

Lampiran 1

SILABUS

Sekolah :SMP

Kelas : VIII

Semester : Ganjil

Mata Pelajaran : IPA

Komptensi Inti Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Peniaian Alokasi Sumber Belajar
Waktu
Teknik Bentuk

1. Menghayati dan 3.1 Menganalisis  Gerak pada  Identifikasi Masalah 1. Tes Tes pilihan 7 x 40 buku IPA untuk
mengamalkan ajaran gerak pada makhluk Peserta didik merumuskan tertulis ganda menit kelas VIII
agama yang makhluk hidup, hidup. masalah terkait materi yang (BSE), Internet
dianutnya. sistem gerak  Sistem gerak akan dibahas.
2. Menunjukkan pada manusia, pada
perilaku jujur, dan upaya  Membuat Hipotesis
manusia Lembar
Peserta didik merumuskan
disiplin, tanggung menjaga  Gangguan 2. observasi observasi Media:
jawab, peduli kesehatan sistem hipotesis berdasarkan
pada sistem
63

Komptensi Inti Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Peniaian Alokasi Sumber Belajar
Waktu
Teknik Bentuk

(gotong royong, gerak. gerak. rumusan masalah yang Bahan ajar


kerjasama, toleran 4.1 Menyajikan  Upaya telah dibuat. berbasis literasi
dan damai), santun, karya tentang menjaga  Mengumpulkan dan sains dalam
responsif, dan pro- berbagai kesehatan Menyajikan Data model
aktif sebagai bagian gangguan pada sistem gerak. Peserta didik
dari solusi atas sistem gerak, pembelajaran
mengumpulkan dan inkuiri
berbagai serta upaya
permasalahan dalam menjaga menyajikan data yang terbimbing
berinteraksi secara kesehatan sistem berkaitan dengan materi
efektif dengan gerak manusia. untuk menjawab
lingkungan sosial pertanyaan dan
dan alam serta membuktikan hipotesis.
menempatkan diri
 Menguji Hipotesis dan
sebagai cerminan
Membuat Kesimpulan
bangsa dalam
Peserta didik menguji
pergaulan dunia.
3. Memahami, hipotesis dan membuat
menerapkan, kesimpulan berdasarkan
menganalisis data yang diperoleh.
pengetahuan
faktualm konseptual,
procedural
berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya dan humniora
dengan wawasan
kemanusiaan,
64

Komptensi Inti Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Peniaian Alokasi Sumber Belajar
Waktu
Teknik Bentuk

kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena
dan kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
procedural pada
bidang kajian yang
spesifik sesuai
dengan bakat dan
minatnya untuk
memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar,
dan menyaji ranah
konkrit dan ranah
abstrak terkait
dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
sekolah secara
mandiri, dan mampu
menggunakan
metode sesuai kaidah
keilmuan.
65

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMP

Mata Pelajaan : IPA Terpadu

Kelas/ Semester : VIII/Ganjil

Materi Pokok : Sistem Gerak Pada makhluk Hidup

Alokasi Waktu : 7 x 40 Menit

A. Kompetensi Inti (KI)

KI 1 dan KI 2

Menumbuhkan kesadaran akan kebesaran Tuhan YME dan mensyukuri karunia Nya,
perilaku disiplin, jujur, aktif, responsive, santun, bertanggungjawab, dan kerjasama.

KI 3 KI 4

Memahami pengetahuan (factual, Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah


konseptual, dan procedural) konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
berdasarkan rasa ingin tahunya memodifikasi, dan membuat) dan ranah
tentang ilmu pengetahuan, abstrak (menulis, membaca, menghitung,
teknologi, seni, budaya terkaitu menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
fenomenea dan kejadian tampak yang dipelajari di Sekolah dan sumber lain
mata yang sama dalam sudut pandang/teori
66

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

KD IPK

3.1 Menganalisis gerak pada makhluk 3.1.1 Menjelaskan berbagai komponen


hidup, sistem gerak pada manusia, sistem gerak pada makhluk hidup
dan upaya menjaga kesehatan sistem 3.1.2 Menguraikan macam – macam
gerak sistem gerak pada tumbuhan
3.1.3Menguraikan macam – macam sistem
gerakpada hewan
3.1.4 Mengklasifikasikan berbagai tulang
penyusun sistem gerak pada
manusia
3.1.5 Menelaah perbedaan otot penyusun
sistem gerak manusia
3.1.6 Menelaah berbagai macam sendi
pada sistem gerak makhluk hidup
3.1.7 Mengemukakan gangguan yang
terjadi pada sistem gerak
3.1.8 Menelaah keterkaitan antar
gangguan yang terjadi pada sistem
gerak dengan upaya menjaga
kesehatan sistem gerak

4.1 Menyajikan karya tenteang berbagai 4.1.1 Membuat poster terkait berbagai
gangguan pada sistem gerak, serta gangguan pada sistem gerak dan
upaya menjaga kesehatan sistem gerak upaya menjaga kesehatan sistem
manusia gerak.

C. Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan

menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing peserta didik

diharapkan mampu menganalisis gerak pada makhluk hidup, sistem gerak

pada manusia, dan upaya menjaga kesehatan sistem gerak serta

mampumenyajikan karya tenteang berbagai gangguan pada sistem gerak dan

upaya menjaga kesehatan sistem gerak manusia. Melalui model pembelajaran

Inkuiri Terbimbing peserta didik juga diharapkan mampu membangun


67

kesadaran akan kebesaran Tuhan YME, menumbuhkan perilaku disiplin, jujur,

aktif, responsif, santun, bertanggungjawab, dan kerjasama.

D. Materi Pembelajaran

 Materi Fakta

- Tumbuhan melakukan gerakan sesuai dengan rangsang yang

diperoleh

- Hewan bergerak dengan berbagai cara misalnya misalnya berjalan,

berlari, terbang, berenang, merayap, dan lain sebagainya.

- Tulang dan otot rangka merupakan komponen dalam menunjang

terjadinya suatu pergerakan tubuh manusia.

- Tulang dan otot rangka bisa mengalami gangguan, seperti patah

tulang, otot kram, terkilir, dan lain sebagainya.

 Materi Konsep

- Pengertian gerak pada makhluk hidup

- Macam – macam sistem gerak pada tumbuhan

- Macam – macam sistem gerak pada hewan

- Rangka tubuh manusia dapat digolongkan menjadi dua kelompok,


yaitu: rangka aksial (rangka sumbu tubuh) dan rangka apendikuler
(rangka pelengkap atau anggota gerak tubuh).
- Perbedaan otot penyusun sistem gerak manusia
- Macam – macam sendi pada sistem gerak makhluk hidup
- Gangguan yang terjadi pada sistem gerak
- Upaya menjaga kesehatan sistem gerak
68

 Materi Prosedural

- Osifikasi (proses pembentukan tulang)

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Model pembelajaran : Inkuiri Terbimbing

3. Metode : Diskusi, kerja kelompok, observasi, ceramah

F. Alat dan Media

1. Alat

- Komputer/Laptop/Handphone(Hp)

2. Media

- Bahan ajar sistem gerak makhluk hidup berbasis literasi sains dalam

model pembelajaran inkuiri terbimbing

- LKPD

- Lembar penilaian

G. Sumber Belajar

 Buku Sekolah Elektronik (BSE) untuk kelas VIII

 Bahan Ajar Sistem Gerak Makhluk Hidup Berbasis Literasi Sains Dalam

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

 Internet
69

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I (2 x 40 menit) untuk mencapai IPK 3.1.1, 3.1.2 dan 3.1.3

Kegiatan Langkah – Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

Awal Orientasi  Melalui aplikasi (whatsapp / 10 menit


google classroom) Guru
menyapa peserta didik
dengan memberi salam dan
meminta peserta didik untuk
berdoa
 Guru mengecek kehadiran
peserta didik
 Guru menyiapkan peserta
didik untuk menerima
pembelajaran

Apersepsi  Guru meminta peserta didik


untuk mengingat kembali ciri
– ciri makhluk hidup
 Guru mengajukan pertanyaan
seperti: “menurut kalian
kenapa kita bisa bergerak?
Apakah semua makhluk
hidup bergerak?”
 Guru meminta peserta didik
untuk membaca bahan ajar
yang dikembangkan.
Motivasi  Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran 3.1.1, 3.1.2,
dan 3.1.3
 Guru menjelaskan pengertian
dan manfaat sistem gerak
seperti peseta didik dapat
mengetahui berbagai macam
komponen sistem gerak dan
70

Kegiatan Langkah – Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

berbagai gerak pada


tumbuhan dan hewan.

Inti Identifikasi  Guru meminta peserta didik 60 menit


Masalah untuk melakukan berbagai
gerakan
 Guru membimbing peserta
didik untuk mengidentifikasi
masalah berdasarkan materi
dan berbagai gerakan yang
telah dilakukan sebelumnya
seperti “apa saja yang
menyebabkan makhluk hidup
bisa bergerak?” dan “apakah
tumbuhan bergerak?, jika ia
bagaimana cara tumbuhan
bergerak?” serta “bagaimana
perbedaan cara gerak hewan
vertebrata dan invertebrata”

Membuat  Guru membimbing peserta


Hipotesis didik untuk membuat
hipotesis tentang masalah
yang telah disebutkan seperti:
“makhluk hidup bergerak
karenaadanya komponen
penunjang. tumbuhan
bergerak dengan rangsangan
yang ada” dan “gerak pada
cacing (invertebrata)

Mengumpulkan  Peserta didik melakukan


dan percobaan dan pengamatan di
Menyajikan lingkungan sekitar terkait
Data dengan pokok bahasan yang
dibahas
 Peserta didik melakukan
percobaan dan studi literatur
71

Kegiatan Langkah – Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

untuk membuktikan sistem


gerak pada tumbuhan dan
hewan
 Masing – masing individu/
kelompok menganalisis data
yang telah diperoleh

Menguji  Peserta didik menguji


Hipotesis dan hipotesis yang telah dibuat
Membuat berdasarkan hasil percobaan
Kesimpulan dan studi literature yang telah
dilakukan
 Peserta didik membuat
kesimpulan dan mengirimkan
hasil kesimpulan pada media
pembelajaran (WA/google
classroom) berdasarkan hasil
pengamatan dan percobaan
yang telah dilakukan
Akhir  Guru menyimpulkan hasil 10 menit
pembelajaran
 Guru menyampaikan materi
yang akan dibahas
selanjutnya
 Guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan
meminta peserta didik berdoa
dan memberi salam
72

Pertemuan II (3 x 40 menit) untuk mencapai IPK 3.1.4, 3.1.5 dan 3.1.6

Kegiatan Langkah – Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

Awal Orientasi  Melalui aplikasi 10 menit


(whatsapp/google classroom)
guru menyapa peserta didik
dengan member salam dan
meminta peserta didik untuk
berdoa.
 Guru mengecek kehadiran
peserta didik
Apersepsi  Guru mengajukan pertanyaan
seperti: : “apa saja komponen
sistem gerak manusia?
Apakah setiap komponen
tersebut memiliki bagian dan
fungsi tersendiri?”
 Guru meminta peserta didik
untuk membaca bahan ajar
yang dikembangkan.
Motivasi  Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran 3.1.4, 3.1.5,
dan 3.1.6
 Guru menjelaskan beberapa
manfaat tentang sistem gerak
seperti peserta didik dapat
mengetahui berbagai fungsi
komponen sistem gerak pada
manusia

Inti Identifikasi  Guru membimbing peseta 100


Masalah didik untuk mengidentifikasi
masalah berdasarkan materi menit
seperti: “apa saja sendi
penyusun tubuh?, apakah
tulang manusia terdiri dari
satu macam saja?
Bagaimana jika tidak ada
tulang? Apakah ada
perbedaan setiap otot yang
menyusun tubuh manusia?
73

Kegiatan Langkah – Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

Membuat  Guru membimbing peserta


Hipotesis didik untuk membuat
hipotesis tentang masalah
yang telah disebutkan seperti:
“sendi manusia tidak hanya
satu, begitu pula tulang yang
tersusun atas berbagai
macam, manusia tidak bias
bergerak jika salah satu
komponen tersebut tidak ada.
Otot manusia memiliki
perbedaan bentuk”

Mengumpulkan  Peserta didik melakukan


dan percobaan dan pengamatan di
Menyajikan lingkungan sekitar terkait
Data komponen sistem gerak
 Peserta didik melakukan studi
literature tentang tulang, otot
dan sendi
 Masing – masing individu/
kelompok menganalisis data
yang telah diperoleh

Menguji  Peserta didik menguji


Hipotesis dan hipotesis yang telah dibuat
Membuat berdasarkan hasil percobaan
Kesimpulan dan studi literature yang telah
dilakukan
 Peserta didik membuat
kesimpulan dan mengirimkan
kesimpulsn pada media
pembelajaran yang digunakan
(aplikasi whatsapp / google
classroom) berdasarkan hasil
pengamatan dan percobaan
yang telah dilakukan
74

Kegiatan Langkah – Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

Akhir  Guru menyimpulkan hasil 10 menit


pembelajaran
 Guru menyampaikan materi
yang akan dibahas
selanjutnya
 Guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan
meminta peserta didik berdoa
dan member salam

Pertemuan III (2 x 40 menit) untuk mencapai IPK 3.1.7, 3.1.8 dan 4.1.1

Kegiatan Langkah - Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

Awal Orientasi  Melalui aplikasi (whatsapp 10 menit


/google classroom) Guru
menyapa peserta didik
dengan member salam dan
meminta peserta didik untuk
berdoa sesuai dengan agama
masing – masing
 Guru mengecek kehadiran
peserta didik
Apersepsi  Guru mengajukan pertanyaan
seperti: “menurut kalian,
apakah sistem gerak bisa
mengalami gangguan?”
 Guru meminta peserta didik
untuk membaca bahan ajar
yang dikembangkan.
75

Kegiatan Langkah - Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

Motivasi  Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran 3.1.7, 3.1.8,
dan 4.1.1
 Guru menjelaskan beberapa
manfaat mempelajari tentang
gangguan pada sistem gerak
seperti peserta didik dapat
mengetahui penyebab dan
cara mencegah penyakit pada
sistem gerak
 Guru menjelaskan langkah
pembelajaran

Inti Identifikasi  Guru menyajikan gambar 60 menit


Masalah terkait gangguan yang ada
pada sistem gerak
 Guru membimbing peserta
didik untuk mengidentifikasi
maslah berdasarkan materi
seperti “apa saja penyakit dan
gangguan pada sistem gerak?
mengapa gangguan tersebut
terjadi? Bagaimanacara
menncegah gangguan
tersebut?
Membuat  Guru membimbing peserta
Hipotesis didik untuk membuat
hipotesis tentang masalah
yang telah disebutkan seperti:
“gangguan pada sistem gerak
terjadi karenaadanya masalah
pada komponen sistem
gerak”
Mengumpulkan  Peserta didik melakukan studi
Data dan literature dan observasi
Menyajikan terkait dengan gangguan pada
Data sistem gerak dan cara
mengatasinya
 Masing – masing individu/
kelompok menganalisis data
yang telah diperoleh
76

Kegiatan Langkah - Deskripsi Alokasi


Langkah Waktu

Menguji  Peserta didik menguji


Hipotesis dan hipotesis yang telah dibuat
Membuat berdasarkan hasil pengamatan
Kesimpulan dan studi literature yang telah
dilakukan
 Peserta didik membuat
kesimpulan dan mengirimkan
hasil kesimpulan pada
aplikasi pembalajaran yang
digunakan berdasarkan hasil
pengamatan dan studi
literature yang telah
dilakukan
Akhir  Guru memberikan tugas 10 menit
tambahan berupa pembuatan
poster tentang berbagai
gangguan pada sistem gerak
dan upaya mengatasinya
 Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran
 Guru menyampaikan materi
yang akan dibahas
selanjutnya
 Guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan
meminta peserta didik berdoa
dan member salam

I. Teknik Penilaian

Ranah yang dinilai

Pengetahuan Sikap Keterampilan

Teknik Tes Observasi dan Observasi dan


diskusi diskusi

Instrumen Pilihan ganda Lembar observasi Lembar


observasi
77

1. Penliaian Kognitif

a. Kisi – Kisi Soal Kognitif (Hasil Belajar) Berupa Soal Pilihan Ganda

Indikator Pencapaian Kompetensi Jumlah

Soal

3.1.1Menjelaskan berbagai komponen sistem gerak 2


pada makhluk hidup
3.1.2Menguraikan macam – macam sistem gerak pada 4
tumbuhan
3.1.3Menguraikan macam – macam sistem gerak pada 4
hewan
3.1.4Mengklasifikasikan berbagai tulang penyusun 3
sistem gerak pada manusia
3.1.5Menelaah perbedaan otot penyusun sistem gerak 3
manusia
3.1.6Menelaah berbagai macam sendi pada sistem 4
gerak makhluk hidup

3.1.7 Mengemukakan gangguan yang terjadi pada 3


sistem gerak

3.1.8 Menelaah keterkaitan antar gangguan yang terjadi 2


pada sistem gerak dengan upaya menjaga
kesehatan sistem gerak

b. Perhitungan nilai

Skor nilai = x 100


78

2. Penilaian Afektif

a. Instrumen Penilaian Sikap

No Nama Skor

Peserta
Kejujuran Kerjasama Tanggungjawab
Didik
1 2 3 1 2 3 1 2 3

Dst.

b. Rubrik Penilaian Sikap

No Aspek Deskripsi Skor


Penilaian

1. Kejujuran Melaporkan hasil yang tidak sesuai 1


dengan fakta

Melaporkan hasil yang sesuai dengan 2


fakta tetapi data yang dimanipulasi

Melaporkan hasil sesuai dengan fakta 3

2. Kerja sama Tidak bisa bekerja sama dalam 1


kelompok

Bisa bekerja sama denga 1 atau 2 orang 2


anggota kelompok
79

No Aspek Deskripsi Skor


Penilaian

Bisa bekerja sama dengan 3


semuaanggota kelompok

3. Tanggung Tidak mengerjakan tugas tidak sesuai 1


Jawab dengan tata tertib/pedoman aturan yang
telah disepakati

Mengerjakan tugas tetapi tidak sesuai 2


dengan tata tertib / pedoman aturan
yang telah disepakati

Mengerjakan tugas yang sesuai dengan 3


tata tertib/pedoman aturan yang telah
disepakati

c. Perhitungan nilai

Skor nilai = x 100

3. Penilaian Keterampilan

a. Instrumen Penilaian keterampilan

No Nama Skor

Peserta
Tampilan Bahasa
Didik
1 2 3 4 5 1 2 3

3
80

Dst.

b. Rubrik Penilaian Keterampilan (Pembuatan Poster)

No \Aspek Deskripsi Skor


Penilaian
1. Tampilan Tampilan media tidak menarik 1

Tampilan media kurang menarik 2

Tampilan media cukup menarik 3

Tampilan media menarik 4

Tampilan media sanga menarik 5

2. Bahasa Mengungkapkan argument secara tidak 1


logis dan tidak jelas

Mengungkapkan argument secar logis 2


tetapi tidak jelas atau mengungkapkan
argument secara tidak logis tetapi jelas

Mengungkapkan argument secara logis 3


dan jelas

c. Perhitungan Nilai

Skor nilai = x 100


81

_____________, __________________ 2020

Mahasiswa

SRI SUKMA WATI


NIM. E1A016069

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran IPA

NIP NIP
82

Lampiran 3
83

Kompetensi Inti (KI)


KI 1 dan KI 2

Menumbuhkan kesadaran akan kebesaran Tuhan YME dan


mensyukuri karunia Nya, perilaku disiplin, jujur, aktif,
responsive, santun, bertanggungjawab, dan kerjasama.

KI 3 KI 4

Memahami pengetahuan Mencoba, mengolah dan


(faktual, konseptual, dan menyaji dalam ranah konkret
prosedural) berdasarkan rasa (menggunakan, mengurai,
ingin tahunya tentang ilmu merangkai, memodifikasi,
pengetahuan, teknologi, seni, dan membuat) dan ranah
budaya terkaitu fenomenea dan abstrak (menulis, membaca,
kejadian tampak mata menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
Sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut
pandang/teori

Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian


Kompetensi (IPK)

KD IPK

3.1 Menganalisisgerak 3.1.1 Menjelaskan berbagai


pada makhluk hidup, komponen sistem gerak pada
sistem gerak pada makhluk hidup
manusia, dan upaya 3.1.2 Menguraikan macam – macam
menjaga kesehatan sistem gerak pada tumbuhan
sistem gerak 3.1.3 Menguraikan macam – macam
sistem gerak pada hewan
3.1.4 Mengklasifikasikan berbagai
tulang penyusun sistem gerak
pada manusia
3.1.5 Menelaah perbedaan otot
penyusun sistem gerak
84

KD IPK

manusia
3.1.6 Menelaah berbagai macam
sendi pada sistem gerak
makhluk hidup
3.1.7 Mengemukakan gangguan
yang terjadi pada sistem gerak
3.1.8 Menelaah keterkaitan antar
gangguan yang terjadi pada
sistem gerak dengan upaya
menjaga kesehatan sistem
gerak
4.1 Menyajikan karya 4.1.1 Membuat poster terkait
tentang berbagai berbagai gangguan pada
gangguan pada sistem gerak dan upaya
sistem gerak, serta menjaga kesehatan sistem
upaya menjaga gerak.
kesehatan sistem
gerak manusia
85

SISTEM GERAK MAKHLUK HIDUP

Manusia dan hewan memiliki


perilaku gerak yang tidak jauh
berbeda. Manusia dan hewan
sama – sama menunjukkan
gerakan – gerakan yang mudah
diamati. Namun, bagaimana
dengan gerak pada tumbuhan?

Tumbuhan melakukan gerakan


sesuai dengan rangsangan yang
diperoleh. Rangsangan tersebut
dapat berupa bahan kimia, suhu,
gravitasi bumi atau intesitas
cahaya yang diterima. Bagaimana
tumbuhan dapat dikatakan
bergerak? Bagian apa saja dari
tumbuhan dapat dikatakan
bergerak? Ayo pelajari bab ini
dengan penuh semangat!
86

A. Sistem Gerak pada Tumbuhan

Menurutmu apakah Ayo, Kita Pelajari


tumbuhan juga bergerak?
 Gerak endonom
Bagaimana gerak
 Gerak higroskopis
padatumbuhan ? Bagian
 Gerak esionom
apa saja dari tumbuhan
yang dapat bergerak ?

Jika kamu mengamati dengan seksama, ternyata tumbuhan


juga melakukan gerakan. Misalnya pada tumbuhan putri malu.
Ketika daun tumbuhan putri malu disentuh, maka daun putri
malu akan menutup. Gerak menutup daun tumbuhan putri malu
merupakan respons terhadap adanya rangsangan. Arah
menutupnya daun akibat rangsang adalah tetap meskipun diberi
rangsangan dari arah yang berbeda. Bagaimana daun putri malu
dapat menutup? Ketika daun putri malu dikenai rangsangan, akan
terjadi aliran air dan ion pada bagian ketiak daun. Adanyaaliran
air ini menyebabkan kadarair pada ketiak daun berkurang,
sehingga tekanannya mengecil. Akibatnya daun putri malu akan
menutup dan tampak seperti layu. Meskipun pada pergerakan
daun putri malu tidak ada perpindahan tempat, namun tumbuhan
putri malu tersebut masih dianggap bergerak. Apakah pada
tumbuhan lain juga bergerak? Bagaimana pergerakan pada
tumbuhan yang lain? Gerakan – gerakan seperti apa saja yang
dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut,
mari kita pelajari pembahasan tentang gerak pada tumbuhan
berikut ini!
87

Berdasarkan asal datangnya rangsangan, gerak pada


tumbuhan dibedakan menjadi tiga, yaitu gerak endonom, gerak
higroskopis, dan gerak eksionom.

1. Gerak Endonom

Gerak endonom
merupakan gerakan yang
terjadi akibat rangsangan
yang berasal dari dalam sel
atau tubuh tumbuhan. Gerak
ini terjadi secara spontan.

Coba perhatikan gambar 1!

Sumber: Dok. Kemdikbud

Gambar 1(a) Tumbuhan Hydrilla


verticillata, (b) Gerak Siklosis pada Daun
Hydrilla verticillata

Jika kamu mengamati daun tumbuhan Hydrilla


verticillatakamu akan melihat struktur seperti dinding tembok
yang di dalamnya terdapat butiran bulat berwarna hijau. Struktur
seperti tembok tersebut merupakan sel daun. Di dalam sel daun
tersebut terdapat cairan yang disebut dengan sitoplasma. Dalam
sitoplasma terdapat butiran bulat berwarna hijau yang disebut
kloroplas. Jika kamu mengamati kloroplas tersebut secara
cermat, kamu akan melihat kloroplas tersebut bergerak berkeliling
(rotasi) didalam sel yang disebut gerak siklosis.
88

2. Gerak Higroskopis
Gerak higroskopis merupakan gerak bagian tubuh
tumbuhan karena pengaruh perubahan kadarair di dalam sel
sehingga terjadi pengerutan yang tidak merata. Merekahnya kulit
buah – buahan yang sudah kering pada tumbuhan polong –
polongan, membukanya dinding sporangium (kotak spora) paku –
pakuan, membentang dan menggulungnya gigi – gigi peristoma
pada sporangium lumut adalah contoh – contoh dari gerak
higroskopis. Coba perhatikan gambar 2!

Sumber: Dok Kemdikbud

Gambar 2 Contoh Buah Polong yang Membuka, (a) Kacang Kedelai


(Glycine max), (b) Buah Cangkring (Erythrina variegate), (c) Buah
Biduri (Asclepias gigantean)

Bagaimana Ketika buah polong-polongan sudah tua,


buah polong– terjadi perubahan kadarair di dalam sel
polongan dapat secara tidak merata. Akibatnya terjadi
membuka? pengerutan bagian buah yang tidak merata.
Pengerutan ini membuat buah polong menjadi
terbuka
89

3. Gerak Esionom

Gerak esionom adalah gerak tumbuhan yang disebabkan


oleh adanya rangsangan dari luar tubuh tumbuhan (lingkungan
sekitar). Berdasarkan respons gerak yang dilakukan tumbuhan,
gerak esionom dapat dibedakan menjadi gerak tropisme, gerak
taksis, dan gerak nasti.

Gerak Tropisme

DAFTAR KATA
Gerak tumbuhan dapat diamati PENTING
melalui beberapa gejala, salah
satunyaadalah arah tumbuh
Tropisme positif– gerak tumbuhan
tumbuhan. Gerak tropisme salah
ke arah datangnya rangsang
satu cara tumbuhan bergerak
berdasarkan arah rangsangan yang Tropisme negative – gerak
diberikan oleh lingkungan terhadap tumbuhan tidak mengarah ke arah
tumbuhan. Gerak topisme terbagi datangnya rangsang
menjadi gerak tropisme positif dan
gerak tropisme negatif.

Tropisme apa sajakah Pada gambar 3 menunjukkan adanya gerak


yang ada pada gambar tropisme. Gerak tropisme dibedakan menjadi lima
3?
macam. Pertama, fototropisme (rangsangan berupa
cahaya) contohnyaarah pertumbuhan batang pada
gambar. Kedua, Geotropisme (rangsang berupa gaya
tarik bumi) contohnya gerak ujung akar ke pusat
bumi (geotropisme positif ) dan gerak batang yang
Sumber: google.co.id menjauhi pusat bumi (geotropisme negatif). Ketiga,
hidrotropisme (rangsang berupaair). Keempat,
Gambar 3Gerak
Tropisme tigmotropisme (rangang berupa singgungan).
Kelima, kemotropisme (rangsang berupa zat kimia).
90

Gerak Nasti

Apa yang membedakan gerak Gerak nasti merupakan gerak


nasti dan tropisme ? tumbuhan yang arah geraknya tidak
dipengaruhi oleh arah rangsangan.
Misalnya pada tanaman putri malu
(Mimosa pudica), geraknya disebut
tigmonasti, karenaakan bergerak
setelah disentuh. Contoh
lainnyaadalah bunga pukul empat
Sumber: google.co.id (Mirabilis jalapa), gerak pada bunga
pukul empat ini termasuk dalam gerak
Gambar 4 Gerak Nasti
pada Putri Malu tumbuhan yang dirangsang oleh
cahaya.
Gerak Takis

Mengapa Euglena viridis Gerak taksis merupakan gerak


dikatakan bergerak secara perpindahan sebagian atau
fototaksis ?
keseluruhan bagian tubuh tumbuhan.
Contoh gerak taksis ini terdapat pada
geraknyaEuglena viridis mengikuti
cahaya untuk melakukan fotosintesis.
Euglena termasuk dalam kelompok
Algae.

Sumber: protest.i.hosei.c.jp

Gambar 5Gerak Gerak pada Euglena termasuk gerak


TaksispadaEuglena viridis
fototaksis. Euglena melakukan gerak
fototaksis positif dan negatif.
Fototaksis positif pada Euglena untuk
melakukan fotosintsis.
91

PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PESERTA DIDIK

AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING 1

Konsep Utama Gerak Tropisme pada Tumbuhan

Kegiatan Inkuiri Terbimbing 1. Berlatih membuat hipotesis.


2. Melakukan pengamatan.
3. Membuat kesimpulan.

Kompetensi Literasi Sains Menjelaskan fenomena secara


ilmiah

Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Menumbuhkan biji kacang


hijau dalam gelas plastik yang
berisi kapas dibasahi air.
2. Menaruh wadah pada kotak
yang satu sisinya terbuka dan
cahaya dapat masuk pada sisi
tersebut.
3. Melakukan pengamatan setiap
hari hingga biji berubah
menjadi benih.
4. Mencatat hasil pengamatan
berisi arah tumbuh pucuk dan
akar benih kacang hijau.
5. Membuat kesimpulan.
Evaluasi Diri 1. Apakah pucuk dan akar benih
tumbuh ke arah yang sama?
2. Jenis gerak tropisme apa yang
dilakukan oleh pucuk dan akar
benih?
3. Faktor apa saja yang
mempengaruhi gerak tropisme
pada pucuk dan akar benih
kacang hijau?
92

LEMBAR JAWABAN PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING


PESERTA DIDIK

1. Apakah pucuk dan akar benih tumbuh kearah yang sama?

Jawab:………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

2. Jenis gerak tropisme apakah yang dilakukan oleh pucuk dan akar tumbuhan
kacang hijau ? Faktor apa sajakah yang mempengaruhi gerak tropisme pada
pucuk dan akar benih kacang hijau?
Jawab:…………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………....

………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………....

3. Gambarlah hasil akhir pengamatanmu beserta keterangan gerak tropisme yang


dialami tumbuhan tersebut!
93

B. Sistem Gerak pada Hewan

Salah satu sifat makhluk Ayo, Kita Pelajari

hidup adalah bergerak. Hewan


 Gerak pada hewan
bergerak dengan berbagai
invertebrata
macam cara misalnyaada
 Gerak pada hewan
hewan yang berjalan, berlari,
vertebrata
terbang, berenang, merayap,
dan lain sebagainya.

Coba kamu perhatikan gerak hewan darat dan gerak hewan yang
hidup di air, berbeda bukan? Hewan darat bergerak
menggunakan otot dan rangkanya terutama kaki, ikan bergerak
menggunakan sirip, dan burung terbang menggunakan sayap.
Tahukah kamu bahwa kecepatan gerak hewan berbeda – beda
?mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ayo
lakukan aktivitas berikut!
94

Mari Berpikir
Kritis !

Hewan bergerak pada dasarnya bertujuan untuk mencari mangsa agar dapat
mempertahankan hidup. Pada peristiwa mangsa memangsa predator selalu
punya kecepatan lebih daripada hewan yang dimangsanya.

Cermati data tentang kecepatan gerak hewan dibawah ini !

Macan, kecepatan 112 km/jam Kuda, kecepata n 76 km/jam

Jerapah, kecepatan 60 km/jam

1. Berdasarkan data diatas, manakah hewan yang memiliki kecepatan


yang tertinggi dan yang terendah?
2. Mengapa hewan – hewan tersebut memiliki kecepatan gerak yang
berbeda?
3. Kesimpulan apa yang dapat kamu ambil dari data diatas ?
95

1. Gerak pada Hewan Invertebrata

Sistem gerak pada hewan invertebrata dikatakan sederhana.


Hal ini dikarenakan hewan invertebrata tidak memiliki tulang
belakang. Lalu, bagaimanakah cara hewan invertebratabergerak ?
Untuk mengetahuinya, mari kita lihat uraian dibawah ini !

Bergerak dengan Otot dan “Rangka”


DAFTAR KATA
PENTING

Rangka hidrostatis – berupa


tekanan cairan yang terdapat
dalaiigm suatu ruang yang dibalut
oleh rangkaian otot dalam
organisme tertentu
Sumber: Modul UEU

Gambar 6 Gerak pada Cacing

PadaGambar 6 memperlihatkan gerak pada cacing. Kelas yang


melakukan gerak seperti pada Gambar 6 adalah Platyhelmintes,
\
Nemahelmintes, Annelida, dan Coelenterata. Hewan pada kelas – kelas
yangBagaimana
disebut di atas
cara memiliki sistem
Pergerakan rangka
hewan hidrostatis.
invertebrata di atas menggunakan otot
cacing yang tidak sirkuler dan longitudinal. Selain itu, pergerakkannya
memiliki rangka dipengaruhi saraf berupa tangga tali. Perpaduan dari dua
melakukan gerak ? komponen ini mengakibatka pergerakan. Otot sirkuler dan
longitudinal akan bekerja secara berlawanan. Ketika otot
sirkuler berkontraksi pada segmen maka otot longitudinal
berrelaksasi. Hal ini menyebabkan tubuh cacing pada
beberapa segmen akan mengempis dan lainnya
mengembung.
96

PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PESERTA DIDIK

AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING2

Konsep Utama Gerak pada cacing (hewan


invertebrata)

Kegiatan Inkuiri 1. Melakukan pengamatan.


2. Mengumpulkan data.
3. Membuat kesimpulan

Kompetensi Literasi Sains Menjelaskan fenomena secara


ilmiah.
Merancang penyelidikan saintifik
Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Memperhatikan gerak cacing
tanah pada saat diberi
perlakuan berupa sentuhan dan
faktor lainnya.
2. Mengamati perubahan tubuh
cacing ketika melakukan gerak.
3. Membuat kesimpulan dari hasil
pengamatan.

Evaluasi Diri 1. Bagaimanakah bentuk tubuh


cacing ketika disentuh dan
diberikan perlakuan lainnya?
2. Adakah perubahan kecepatan
gerak cacing untuk menempuh
jarak 15 cm ketika diberikan
perlakuan yang kalian
rancang?
97

LEMBAR JAWABAN PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING


PESERTA DIDIK

TIPS ! – Cucilah tangan kalian menggunakan sabun setelah


melakukan kegiatan pengamatan. Usahakan tidak makan dan
minum selama kegiatan pengamatan berlangsung.

1. Bagaimanakah keadaan tubuh cacing saat melakukan gerak pada saat


diberikan perlakuan?
Jawab:…………………………………………………………………….....

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

2. Tuliskan hasil pengamatanmu pada tabel di bawah ini !

Perlakuan Jarak berpindahnya cacing tanah

Sentuhan

3. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan


Jawab:……………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………
98

2. Gerak pada Hewan Vertebrata

Sistem Gerak pada Ikan DAFTAR KATA


PENTING
Pernahkah kalian melihat ikan
berenang kesana kemari di kolam Hewan Invertebrata – hewan
maupun di aquarium? Jika pernah, yang tidak memiliki tulang
coba perhatikan, apakah setiap ikan belakang.
dengan jenis berbeda memiliki
Hewan Vertebrata – hewan
gerakan yang sama? Apakah
yang memiliki tulang belakang
kecepatan bergeraknyasama?

Hewan air geraknya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor


pertamaadalah kerapatan air lebih besar. Faktor keduaadalah
gayaangkat air lebih besar. Faktor ketiga yaitu massa jenis hewan
lebih kecil dari lingkungannya. Faktor keempat adalah bentuk
tubuh hewan air yang berda – beda.

Bagaimanakah kerja Ikan bergerak degan sirip. Sirip digerakkan


alat gerak pada ikan? oleh otot dan tulang. Sirip memiliki bentuk
seperti dayung. Bentuk ini membuat ikan
lebih leluasa bergerak di dalam air.

Ikan memiliki gelembung renang yang


dapat mengatur posisi ikan di dalam air.
Gerak tubuh dan sirip ekor menghasilkan
gerak kedepan.
99

Sistem Gerak pada Burung


DAFTAR KATA
PENTING
Pernahkan kamu melihat burung yang
sedang bebas di udara? Bagaimana
burung tersebut dapat terbang dengan Gravitasi Bumi – gaya tarik menarik
stabil diudara? Apa yang memengaruhi antar semua partikel yang mempunyai
gerakan burung tersebut ? Tahukah massa dibumi.
kamu, bagaimanacara burung dapat
terbang dan melawan gravitasi bumi? Airfoil – bentuk sayap pesawat yang
dapat mengasilkan gaya angkat ketika
melewati suatu aliran udara.

Tubuh hewan – hewan yang terbang di udara harus memiliki


gayaangkat yang besar untuk mengimbangi gaya gravitasi karena
tidak mungkin tubuh hewan memiliki massa jenis yang mendekati
massa jenis udara. Salah satu upaya untuk memperbesar
gayaangkat adalah menggunakan sayap. Prinsip yang sama
diterapkan pada pesawat terbang. Perhatikan Gambar 7!

Sumber: Dok Kemdikbud

Gambar 7 Sayap Pesawat dibuat dengan Prinsip


Menyerupai Sayap Burung.
100

Bagaimana burung Sayap burung memiliki susunan kerangka


dapat terbang? ringan, tulang dada dan otot yang kuat.
Bentuk sayap airfoil membuat udara
mengalir pada bagian atas sayap lebih
cepat daripada bagian bawahnya. Saat
sayap dikepakkan, udaraakan mengalir ke
bawah. Dorongan kebawah tersebut akan
menghasilkan gaya yang berlawanan arah
sehingga burung akan terangkat keatas.

Sistem Gerak pada Cheetah


DAFTAR KATA
Cheetah bergerak menggunakan PENTING

sistem gerak yang sama dengan


manusia. Gerakan Cheetah ini Inersia – kecenderungan tubuh
dipengaruhi massa tubuh hewan untuk diam, kecenderungan semua
itu sendiri dan kecenderungan benda fisik untuk menolak
hewan mengatasi inersiaserta
perubahan terhadap keadaan
memiliki energy pegas / elatisitas.
geraknya.
Ketika menginjak daratan atau
tanah, daratan memberikan gaya
dengan berlawanan arah dan
menyebabkan hewan darat dapat
berjalan maju.

Sumber : google.co.id

Gambar 8 Cheetah berlari


101

PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PESERTA DIDIK

AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING3

Konsep Utama Hubungan gerak ikan dengan jenis


sirip ekor.

Kegiatan Inkuiri 1. Berlatih membuat hipotesis.


2. Melakukan pengamatan.
3. Mengelaborasi data.
4. Membuat kesimpulan.

Kompetensi Literasi Sains Menjelaskan fenomena secara


ilmiah.
Menginterpretasi data.
Merancang penyelidikan saintifik

Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Mengisi air kedalam 3 toples


yang berbeda dengan jumlah
dan sumber air yang sama.
2. Memasukkan ikan dengan sirip
ekor yang berbeda di masing –
masing toples.
3. Mencatat jumlah gerak sirip
ikan dalam waktu 1 menit
setelah dimasukkan ke dalam
toples.
4. Membuat grafik hubungan
jenis sirip ekor dengan
banyaknyaaktivitas bergerak
ikan dalam waktu semenit.
Evaluasi Diri 1. Apakah gerak dan kecepatan
ikan sama pada semua jenis
ikan dengan sirip yang
berbeda? Kemukakan alasan
ilmiah yang kalian cari pada
sumber belajar lainnya seperti
internet dan buku.
2. Manakah jenis sirip ekor ikan
yang membuat gerak ikan
terlihat lebih lincah?
102

LEMBAR JAWABAN PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING


PESERTA DIDIK

1. Apakah gerak dan kecepatan ikan sama pada setiap jenis sirip ekor ikan yang
kalian gunakan? Jelaskan fenomena yang kalian dapatkan dari hasil
pengamatan kalian.
Jawab:……………………………………………………………………….......

………………………………………………………………………………......

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………......

2. Manakah jenis sirip ekor ikan yang membuat gerak ikan terlihat lebih lincah?
Jawab:……………………………………………………………………….......

………………………………………………………………………………......

3. Isilah tabel hasil pengamatan di bawah ini!


Jenis sirip ekor Jumlah gerakan sirip ikan permenit

4. Buatlah grafik hubungan jenis sirip ekor, dengan jumlah gerak sirip ikan!
103

C. Sistem Gerak Pada Manusia

Rangka, Otot dan Sendi


Apakah gerak dapat terjadi Ayo, Kita Pelajari !
hanya dengan menggunakan
 Rangka, otot, dan
rangka? Apakah kepala kalian sendi.
dapat dapat berputar 180  Ganguan atau
kelainan sistem
derajat? Untuk mempelajari
gerak dan upaya
hubungan antara rangka, mencegah serta
mengatasinya.
otot, dan sendi sistem gerak
tubuh.

Aktivitas dibawah ini dapat menggambarkan struktur rangka,


otot, dan sendi dalam bekerja bersama melakukan fungsinya
sebagai sistem gerak. Untuk lebih memahami tentang rangka,
otot dan sendi, lakukan kegiatan membaca di bawah ini!!

1. Rangka

Coba kamu amati teman yang sedang


Mari Berpikir
duduk di sebelah kamu! Mengapa
Kritis !
tubuh teman kamu itu dapat duduk
dengan tegak? Apa yang membuat
tubuhnya seperti itu? Agar dapat Bayangkan jika tubuh kalian

menjawab pertanyaan tersebut, tidak memiliki tulang,

perhatikan Gambar 9! apakah kalian dapat berdiri


dan melakukan aktivitas
Apabila kamu memerhatikan gerak?
Gambar 9, seandainya kain tenda
diibaratkan otot sedangkan tiang
tenda diibaratkan sebagai rangka,
dapatkah kamu menyebutkan fungsi
dari rangka?
104

Sumber: Dok. Kemdikbud

Gambar 9 Tenda dan kerangkanya

Struktur dan Fungsi Rangka

Perhatikan gambar 10 di
samping! Jenis tulang apa saja
yang ada pada gambar rangka di
samping?

Tulang manakah yang paling kecil


yang terdapat pada tubuhmu?

Carilah jawaban yang tepat


menggunakan sumber belajar
lainnya, seperti buku dan
internet!

Sumber: google.co.id

Gambar 10 Rangka Manusia


105

Bagaimanakah Pada tubuh manusia dewasa terdapat 206


struktur rangka tulang. Tulang – tulang tersebut
yang menyusun menyokong dan menjalankan fungsi.
tubuhmu? Rangka manusia secara umum terbagi
menjadi tulang tengkorak, tulang rahang,
sternum, scapula, humerus, radius/ulna,
femur, tibia falang, pelvis, patella, dan
tulang calcaneus. Tulang lainnya berupa
tulang vertebrae dan tulang rusuk.

Apa sajakah Secara umum fungsi rangka sebagai


berikut:
fungsi dari
rangka? 1. Melindungi organ – organ vital tubuh,
misalnya otak, jantung, paru – paru dan
lainnya.
2. Memberikan bentuk pada tubuh, serta
menopang tubuh.
3. Interaksi antara otot dengan tulang
menyebabkan manusia dapat bergerak
secaraaktif.
4. Membentuk sel – sel darah dan tempat
penyimpanan mineral tubuh.
106

Struktur Tulang

Apa itu tulang? Pernahkah kalian melihat tulang asli di


museum? Atau pernahkah kalian melihat
tulang ayam atau tulang ikan secara
langsung?

Kalian pasti berpikir bahwa tulang – tulang


tersebut adalah benda mati. Namun, tahukah
kalian ?tulang merupakan organ yang hidup.
Tulang terdiri dari jaringan yang tersusun oleh
sel – sel hidup dan mineral. Tulang tersusun
dari sejenis jaringan penunjang tubuh yang
memiliki bahan dasar protein berupa ossein,
osteosit, dan serat kolagen.

Struktur tulang panjang dianggap dapat mewakili struktur tulang


keseluruhan. Gambar 11 merupakan gambar potongan tulang
panjang secara melintang. Bagian – bagian tulang panjang yaitu,
periosteum, tulang kompakatau tulang keras, tulang spons dan
sum – sum tulang.
DAFTAR KATA
PENTING

Periosteum – lapisan terluar tulang yang pada


lapisan tersebut terdapat sistem peredaran
darah dan sistem saraf.

Tulang kompak – lapisan tulang yang membuat


struktur tulang menjadi kuat.

Tulang spons – tulang dengan banyak rongga


seperti spons.
Sumber: google.co.id
Sum-sum tulang – cairan kental, seperti jelly,
Gambar 11 Struktur Tulang pembentuk sel darah dan penyimpan lemak
tubuh.
107

Macam – macam Tulang

Apakah tulang yang Rangka terdiri dari berbagai macam


ada pada tubuhmu tulang. Berdasarkan pada bentuknya,
memiliki bentuk tulang di bagi menjadi, (1) tulang panjang,
yang sama? misalnya tulang lengan (humerus), (2)
tulang pipih, misalnya tulang dada
(sternum), (3) tulang pendek, misalnya
pada ruas jari (falang), dan (4) tulang tidak
beraturan, misalnya tulang punggung
(vertebra). Macam – macam tulang dan
tempat tulang tersebut ditemukan
ditampilkan dalam Gambar 1.12!

Sumber: google.co.id

Gambar 1.12 Macam Tulang Berdasarkn Bentuk dan


Ukurannya
108

PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PESERTA DIDIK

AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING4

Konsep Utama Jenis Tulang Penyusun Tubuh

Kegiatan Inkuiri 1. Berlatih membuat hipotesis.


2. Menguji hipotesis.
3. Menarik kesimpulan.

Kompetensi Literasi Sains Menjelaskan fenomena secara


ilmiah.

Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Perhatikan gambar yang


tercatum pada lembar jawaban
panduan aktivitas inkuiri
terbimbing peserta didik!
Klasifikasikanlah rangka
tersebut menjadi 3 bagian.
2. Masing – masing kelompok
menyebutkan nama – nama
tulang yang ada pada klasifikasi
yang sudah peserta didik buat.
Evaluasi Diri 1. Bagian rangka kepala terdiri
dari tulang apa saja?
2. Organ apa yang dilindungi oleh
rangka pada tubuhmu?
3. Jika rangka pada tubuh kalian
tidak ada, makaapakah yang
akan terjadi?
Carilah alasan yang tepat untuk
pertanyaan di atas dengan cara
studi literatur menggunakan
sumber lainnya seperti internet
dan buku.
109

LEMBAR JAWABAN PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING


PESERTA DIDIK

1. Bagian Utama Rangka


a. ………………………………

b. ……………………………...

c. ………………………………

2. Jenis tulang pada kepala manusia!


a. ……………………………..

b. ……………………………..

c. …………………………….

3. Organ yang dilindungi oleh rangka


kepala
…………………………………

4. Jika tubuh tidak memiliki rangka, apakah yang akan terjadi?


Jawaban dan alasan:
………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..
110

Perkembangan Tulang

Bagaimanakah Tulang dapat bertumbuh dan


cara tulang membentuk tulang baru dengan cara
terbentuk? berfusi. Ketika masih bayi jumlah
tulang manusia terdiri atas lebih dari
300 tulang. Namun, ketika mulai
tumbuh besar tulang – tulang tersebut
DAFTAR
KATA membentuk tulang baru yang lebih
PENTING kuat dan kokoh.

Tulang pada bayi kebanyakan


Osifikasi – proses masih dalam bentuk tulang
pengubahan tulang rawan rawan/kartilago. Secara bertahap
menjadi tulang keras. tulang rawan tersebut mengalami
Osteoblas – sel – sel osifikasi. Osifikasi ini membuat tulang
pembentuk tulang. yang awalnya lunak atau elastis
berubah menjadi tulang keras. Ada
Osteosit – sel – sel tulang
beberapa tulang yang tetap menjadi
tulang rawan, misalnya pada daun
telinga, atau tulang, atau tulang
pembatas hidung kalian.

Tulang rawan memiliki rongga yang berisi osteoblas, dimana


nantinya osteoblas akan membentuk osteosit. Proses osifikasi
terjadi dari bagian tengah tulang rawan. Kemudian menyebar ke
segala penjuru arah. Pembuluh darah yang ada disekitar tulang
membawa mineral berupa kalsium yang membuat tulang semakin
keras. Agar kamu dapat memahami proses osifikasi dengan baik,
perhatikanlah gambar 13!
111

Mari berpikir
kritis !

Ketika kalian baru lahir,


apakah tinggi badan kalian
seperti sekarang? Jika tidak,
mengapa demikian ?

Sumber: google.co.id Temukanlah jawaban kalian


dengan membaca dari
Gambar 13 Proses Osifikasi
sumber – sumber belajar
lainnya?
Proses osifikasi dibedakan
menjadi dua, yaitu osifikasi
intramembran dan osifikasi
endokondral.
a. Osifikasi Intramembran
Osifikasi intramembran disebut juga penulangan langsung
(osifikasi primer). Dalam proses ini, tulang terbentuk dari sel –
sel mesenkim. Proses ini terjadi pada pembentukan tulang
pipih, misalnya tulang tengkorak dan tulang klavikula (tulang
selangka). Penulangan ini terjadi secara langsung dan tidak
akan terulang lagi untuk selamanya.
b. Osifikasi Endokondral
Dalam proses ini, sel – sel mesenkim berdiferensiasi terlebih
dahulu menjadi kartilago yang selanjutnya berubah menjadi
tulang keras. Osifikasi endokondral bertanggung jawab atas
pembentukan sebagian besar tulang manusia. Proses osifikasi
ini terjadi pada pembentukan tulang panjang, ruas – ruas
tulang belakang, dan pelvis.
112

2. Otot

Apa yang Otot adalah penggerak bagian – bagian


dimaksud tubuh, sehingga otot disebut alat gerak
dengan otot? aktif. Hampir 35 hingga 40 persen massa
tubuh adalah jaringan otot, seperti yang
ditunjukkan padaGambar 14.

Cobalah perhatikan, setiap saat selalu ada


gerakkan tersebut terjadi karenaadanya
kerja dari otot. Otot adalah jaringan yang
dapat berkontaksi (mengkerut) dan relaksasi
(mengendur). Pada saat berkontaksi otot
menjadi lebih pendek, dan pada saat
berelaksasi otot menjadi lebih panjang.
Proses kontraksi ini mengakibatkan bagian
– bagian tubuhmu bergerak. Pada kontaksi
Sumber:Google.co.id ini diperlukan energi.

Gambar 14 Otot
pada manusia

Sumber: Google.co.id

Gambar 15 Kondisi Otot pada Saat


berkontaksi dan relaksasi
113

Jenis Otot

1. Otot Rangka
Otot rangkaatau biasa disebut dengan otot lurik merupakan
otot yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Selain itu, otot
rangka melekat pada tubuh dengan perentaratendon.
Kontraksi otot rangka berlangsung cepat bila menerima
rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan
dibawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk
menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan
keras.
2. Otot Polos
Otot polos terdapat pada
DAFTAR KATA
dinding organ dalam seperti PENTING
lambung, usus halus, rahim,
kantung empedu, dan
Tendon – pita tebal, berserabut,
pembuluh darah. Otot polos
dan liat yang melekatkan otot
berkontraksi dan berelaksasi
dengan lambat. Otot ini
pada tulang.
berbentuk gelendong dan
memiliki sebuah inti pada tiap 3. Otot Jantung
sel nya.
Otot jantung hanya
ditemukan di jantung.
Strukturnya menyerupai
otot lurik, meskipun bergitu
kontraksi otot jantung
secara refleks serta reaksi
terhadap rangsang lambat.
Sumber: Google.co.id
Fungsi otot jantung adalah
Gambar 16 Jenis Otot untuk memompa darah
keluar jantung.
114

3. Sendi

Apa yang dimaksud Sendi merupakan tempat


dengan sendi? bertemunya dua tulang atau
lebih. Pertemuan dua tulang ini
disatukan oleh sebuah strukrur
bernama ligamen.

Apakah sendi Sendi bergerak dengan cara dan


bergerak dengan arah yang berbeda – beda
cara dan arah yang tergantung letak sendi tersebut.
sama? Ada jenis sendi yang hanya
berfungsi untuk merekatkan
antar tulang yang ada pada
tengkorak. Ada jenis sendi yang
bergerak searah. Juga, ada yang
bergerak ke berbagai arah.

Jenis sendi
115

Kelainan dan Gangguan pada Sistem Gerak Manusia dan Upaya

Mencegah Serta Mengatasinya

Pernahkah kamu melihat orang tua lanjut usia di


sekitarmu berjalan dengan membungkuk? Membungkuk
merupakan posisi tubuh yang disebabkan oleh kebiasaan duduk
yang salah selama bertahun – tahun. Namun, kebanyakan orang
tua memiliki posisi tubuh membungkuk, apa kalian tahu
penyebabnya? Untuk mengetahuinya mari kita pelajari !

1. Patah Tulang (Fraktura)

Pernahkah kalian Fraktura merupakan keadaan


mengalami patah tulang? tulang yang patah diakibatkan oleh
Pernahkah kalian melihat faktor eksternal. Fraktura memiliki
teman kalian beberapa jenis patahan. Jenis
mengalaminya? patahan ini dapat dilihat
padaGambar 17!

Fraktura dialami oleh


seseorang yang mendapat
benturan, hantaman keras,
dan kurang padatnya
tulang. Fraktura yang
patahnya sampai keluar
kulit disebut Fraktura
terbuka. Sedangkan, yang
patah tulangnya tidak
sampai keluar dari kulit
Sumber: Google.co.id
disebut Fraktura tertutup.
Gambar 17 Jenis Fraktura
116

2. Osteoporosis

Mengapa osteoporosis Osteoporosis merupakan gangguan


lebih banyak terjadi tulang yang disebabkan oleh
pada orang dewasa dan kekurangan kalsium. Hal tersebut
lansia? menyebabkan tulang kurang kuat dan
berongga, dan keropos. Osteoporosis
biasanya terjadi pada orang dewasa
dan orang tua. Wanita umumnya
mengalami osteoporosis lebih cepat
dibandingkan pria, ini dikarenakan
saat mengalami manopause kadar
hormon estrogen di dalam tubuh
wanitaakan menurun secara drastis
padahal hormon ini berperan dalam
merangsang aktivitas sel pembentuk
tulang bekerja. Cara mengatasinya
dengan cara penambahan asupan
kalsium yang baik bagi tulang.

Sumber: Reece et al. 2002

Gambar 18 Matriks Tulang


Normal dan Osteoporosis
117

3. Rikesia

Riketsia penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin D.


Hal ini membuat kalsium dan fosfor tidak dapat diserap sesuai
dengan kebutuhan sehari – hari. Penyakit ini biasanya terjadi
padaanak – anak dan menyebabkan kaki menjadi melengkung
seperti padaGambar 19. Cara mengatasi penyakit ini dengan
penambahan vitamin D dari suplemen dan makanan. Serta
berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Sumber: Google.co.id

Gambar 19 Kaki Normal dan


Riketsia
118

PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PESERTA DIDIK

AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING 5

Konsep Utama Kelainan padaalat gerak manusia

Kegiatan Inkuiri 1. Melakukan pengamatan.


2. Mengumpulkan data dan
mengolah data.
3. Membuat kesimpuan.

Kompetensi Literasi Sains Menjelaskan fenomena secara


ilmiah.

Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Perhatikanlah bentuk kaki


teman – temanmu yang diminta
untuk berdiri di depan kelas
oleh gurumu!
2. Klasifikasikan teman –
temanmu ke dalam kelompok
dengan bentuk kaki X, O dan
normal.
3. Jika temanmu semuanya
berkaki normal, maka carilah
penjelasan dan contoh dari
kelainan tulang yang berkaitan
dengan kegiatan 1 dan 2
menggunakan sumber belajar
lainnya.
4. Membuat kesimpulan dari hasil
pengamatan dan aktivitas
literatur.
Evaluasi Diri 1. Apakah yang menyebabkan
perbedaan bentuk kaki pada
peserta didik yang menjadi
subjek pengamatan?
2. Apakah istilah yang digunakan
untuk menyebutknan kelainan
kaki yang kalian temukan pada
saat kegiatan pengamatan?

Carilah informasi perbedaan


bentuk kaki dengan kegiatan studi
literatur.
119

LEMBAR JAWABAN PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING


PESERTA DIDIK

1. Tabel hasil klasifikasi bentuk kaki X, O dan normal pada subjek pengamatan:
Bentuk Kaki Subjek Jumlah

Bentuk O

Bentuk X

Normal

2. Apa sajakah yang menyebabkan perbedaan bentuk kaki pada subjek


pengamatan?
Jawab:……………………………………………………………………...........

………………………………………………………………………………......

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………......

…………………………………………………………………………………..

3. Istilah ilmiah yang biasa digunakan untuk menyebut kelainan yang dialami
oleh manusia, yaitu:
a. Kaki berbentuk O:………………………………………………………......

b. Kaki berbentuk X:…………………………………………………………..

4. Kesimpulan:…………………………………………………………………….

......................................................................................................................

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..
120

PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PESERTA DIDIK

AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING 6

Konsep Utama Kerja rangka, otot, dan sendi pada


kehidupan sehari – hari.

Kegiatan Inkuiri 1. Berlatih membuat hipotesis.


2. Melakukan pengamatan.
3. Menarik kesimpulan.

Kompetensi Literasi Sains Menjelaskan fenomena secara


ilmiah.
Merancang penyelidikan saintifik

Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Meminta peserta didik untuk


mengisi tas dengan beban yang
sama.
2. Peserta didik melakukan
percobaan sesuai gambar pada
posisi yang sudah ditentukan
oleh guru.
3. Peserta didik menambahkan
kegiatan percobaan dengan
posisi yang lainnya.
4. Mencatat hasil pengamatan.
5. Menghubungkan hasil
pengamatan dengan informasi
yang lain yang didapatkan
peserta didik dari sumber
belajar lainnya.
Evaluasi Diri 1. Manakah posisi yang membuat
tangan kalian terasa lebih pegal?
2. Mengapa terjadi perbedaan hasil
pengamatan kalian?
PROSEDUR KERJA
Coba sekarang kalian mengangkat tas kalian yang berisi 3 buah buku dengan jenis
dan jumlah halaman yang sama! Kemudian. Angkatlah tas tersebut dengan posisi
seperti gambar A selama 3 menit. Kemudian, angkatlah tas yang sama
menggunakan posisi B selama 3 menit !cobalah mengangkat tas tersebut
menggunakan posisi lainnya selain posisi A dan B!
121

LEMBAR JAWABAN PANDUAN AKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING


PESERTA DIDIK

1. Buatlah hipotesis untuk kegiatan padaAktivitas Inkuiri 6 !


Jawab:……………………………………………………………………….......

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

2. Urutkanlah posisi mengangkat tas dari yang paling cepat menyebabkan pegal
hingga yang paling lama menyebabkan pegal !
Jawab:…………………………………………………………………………...

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

3. Mengapa pengamatan kalian memiliki hasil yang berbeda – beda? Berikanlah


alasan menggunakan alasan ilmiah yang kalian dapatkan dari sumber belajar
lainnya seperti buku dan sumber internet terkait !
Jawab:…………………………………………………………………………...

………………………………………………………………………………......

………………………………………………………………………………….

4. Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan !


Jawab:…………………………………………………………………………...

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..
122

Lampiran 4

Data Hasil Validitas Ahli

AHLI
NO ITEM Aiken's Skor
1 2 3
1 4 3 4 0.89
2 4 4 4 1.00
3 4 4 4 1.00
4 3 3 4 0.78
5 3 4 4 0.89
6 4 4 4 1.00
7 4 3 4 0.89
8 4 3 4 0.89
9 3 3 4 0.78
10 3 4 4 0.89
11 3 3 4 0.78
12 4 4 4 1.00
13 4 4 4 1.00
14 3 3 4 0.78
15 4 3 4 0.89
16 4 3 4 0.89
17 4 3 4 0.89
18 3 4 4 0.89
19 3 3 3 0.67
20 3 3 3 0.67
21 4 3 3 0.78
22 4 4 4 1.00
23 4 4 3 0.89
24 3 3 3 0.67
25 3 4 4 0.89
26 3 3 3 0.67
27 4 3 3 0.78
28 4 3 4 0.89
29 3 4 4 0.89
30 4 3 4 0.89
31 4 3 3 0.78
32 3 3 4 0.78
33 3 3 4 0.78
34 3 3 4 0.78
RERATA V 0.85
123

Data Hasil Validitas Ahli

a. Kelayakan Isi

No. Aspek yang dinilai Validator Aiken's Keterangan


Skor
1 2 3
1 Sebaran Sub Judul dalam 4 3 4 0.89 Sangat Layak
Materi Bahan Ajar Sesuai
dengan KI dan KD
2 Uraian Isi dari Setiap Sub 4 4 4 1.00 Sangat Layak
Judul Bahan Ajar Sesuai
dengan Kompetensi yang
Diharapkan Dicapai dalam
KI dan KD
3 Uraian materi bahan ajar 4 4 4 1.00 Sangat Layak
dilengkapi dengan gambar
dan ilustrasi lainnya
4 Keakuratan penerapan 3 3 4 0.78 Layak
konsep, prinsip, dan definisi
5 Keakuratan penyajian fakta 3 4 4 0.89 Sangat Layak
dan data dalam bahan ajar
6 Kesesuaian penggunaan 4 4 4 1.00 Sangat Layak
contoh untuk mendukung
uraian bahan ajar
7 Keakuratan penerapan 4 3 4 0.89 Sangat Layak
sintaks inkuiri terbimbing
dalam bahan ajar
8 Keakuratan soal literasi 4 3 4 0.89 Sangat Layak
sains
9 Keakuratan penyajian grafik 3 3 4 0.78 Layak
dan gambar dalam
mendukung isi bahan ajar
10 Keterkaitan antar komponen 3 4 4 0.89 Sangat Layak
bahan ajar
11 Keterkaitan kegiatan 3 3 4 0.78 Layak
pembelajaran dalam bahan
ajar dengan kegiatan
penyelidikan
12 Penerapan pada kehidupan 4 4 4 1.00 Sangat Layak
sehari – hari
13 Mendorong peseta didik 4 4 4 1.00 Sangat Layak
melakukan proses eksplorasi
14 Penggunaan contoh sesuai 3 3 4 0.78 Layak
dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
15 Penggunaan contoh kasus 4 3 4 0.89 Sangat Layak
yang berasal dari
lingkungan sekitar peserta
didik maupun dari luar
lingkungan peserta didik
termasuk kasus di luar
Indonesia
124

No. Aspek yang dinilai Validator Aiken's Keterangan


Skor
1 2 3
RERATA 3.60 3.47 4.00 0.90
126

b. Kelayakan Penyajian

No. Aspek yang dinilai Validator Aiken's Keterangan


skor
1 2 3
1 Konsisten dalam penyajian 4 3 4 0.89 Sangat Layak
materi
2 Penyajian materi bahan ajar 4 3 4 0.89 Sangat Layak
sistematik
3 Warna tidak mengganggu 3 4 4 0.89 Sangat Layak
teks yang berisi materi
4 Kombinasi warna menarik 3 3 3 0.67 Layak
5 Gambar ilustrasi jelas dan 3 3 3 0.67 Layak
sesuai
6 Sajian Keterangan gambar 4 3 3 0.78 Layak
7 Sumber gambar jelas 4 4 4 1.00 Sangat Layak
8 Penyajian materi dalam 4 4 3 0.89 Sangat Layak
media jelas
9 Penampilan halaman awal 3 3 3 0.67 Layak
menarik sesuai dengan
karakteristik peserta didik
10 Ukuran bahan ajar sesuai 3 4 4 0.89 Sangat Layak
dengan konteks penggunaan
11 Tampilan inovatif dan 3 3 3 0.67 Layak
menarik
12 Fleksibel dapat dibawa 4 3 3 0.78 Layak
kemana – mana
RERATA 3.50 3.33 3.42 0.81

c. Kelayakan Bahasa

No Aspek yang dinilai Validator Aiken's skor Keterangan


1 2 3
1 Struktur kalimat tepat 4 3 4 0.89 Sangat Layak
2 Penggunaan istilah baku 3 4 4 0.89 Sangat Layak
3 Penggunaan kalimat yang 4 3 4 0.89 Sangat Layak
efektif
4 Ketersampaian pesan 4 3 3 0.78 Layak
5 Ketepatan menggunakan 3 3 4 0.78 Layak
kaidah bahasa
6 Ketepatan menggunakan 3 3 4 0.78 Layak
EYD
7 Tipografi isi 3 3 4 0.78 Layak
RERATA 3.43 3.14 3.86 0.83
127

Angket validasi ahli


128
129
130
131
132
133
134
135
136

Lampiran 5

Data hasil respon peserta didik

No. kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 PD 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
2 PD 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4
3 PD 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
4 PD 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4
5 PD 5 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4
6 PD 6 3 4 2 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 4
7 PD 7 3 4 2 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 4
8 PD 8 3 4 2 2 3 3 2 2 3 2 4 3 3 4 4
9 PD 9 3 4 2 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4
10 PD 10 3 4 1 1 2 3 1 2 3 2 3 4 3 4 4

Tabel jumlah respon peserta didik terhadap bahan ajar yang dikembangkan

Sangat
Aspek Kurang Cukup Menarik Menarik
Penyajian 3 21 37 39
Manfaat 0 3.3 56.7 40
Isi 0 0 10 90
137

Lampiran 6

Data keterbacaan berdasarkan Indeks Flesch Kincaid Grade Level

Gerak Pada Tumbuhan

Sistem Gerak Pada Manusia


138

Sistem Gerak Pada Hewan


139

Lampiran 7

Gambar Kegiatan Guru dan Peserta Didik

Anda mungkin juga menyukai