SKRIPSI
Disusun Oleh:
Sinta Diani
NIM. 204180035
BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi oleh Sinta Diani dengan judul : “ UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP
Mengetahui.
Nana Supriatna.,S.E.,M,Pd
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi oleh Sinta Diani telah dipertahankan di hadapan Dewan penguji pada:
Hari :
Tanggal :
Dewan Penguji
Penguji I
(………………..)
Penguji II
(…….………….)
Penguji III
(………………..)
Mengetahui
Nana supriatna.,S.E.,M.Pd
iii
PERNYATAAN
NIM : 204180035
bener-benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku dalam
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari
Sinta Diani
NIM. 204180035
iv
ABSTRAK
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial, yakni antara manusia satu
dengan yang lainnya saling membutuhkan dalam menjalani aktifitas dan memenuhi
kebutuhan hidupnya kemudian membentuk suatu hubungan yang bersifat take and
give atau yang biasa disebut hubungan timbal balik, hubungan timbal balik yang
tidak hanya semata-mata mengandalkan kualitas intelektualnya saja, melainkan
juga terletak dalam kemampuannya bekerja sama dengan orang lain, tanpa hal itu
manusia akan kesulitan hidup bermasyarakat serta dalam mencapai kebahagiaan
dan kasejahteraan hidupnya. Upaya untuk melatih dan membiasakan bersikap
sesuai dengan norma dan etika di masyarakat, perlu yang namanya wadah yang
berupa lembaga, salah satu lembaga tersebut adalah Pondok Pesantren. Pondok
Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan lembaga kemasyarakatan.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka fokus penelitian yang diambil
dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana upaya pengembangan sikap sosial santri
di pondok pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya, (2) Apa sajakah faktor-faktor
penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan upaya pengembangan sikap sosial
santri di pesantren pesantrenWahdatut Tauhid Majalaya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yakni peneliti berangkat ke
lapangan untuk mengamati dan memahami fenomena yang sedang terjadi di
Pondok pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya, teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data dan verifikas data.
Adapun hasil penelitian upaya pengembangan sikap sosial santri di Pondok
pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya menunjukkan bahwa, (1) upaya
pengembangan sikap sosial berupa program dan rutinitas yang ada di pesantren
antara lain yakni: ma’hadiyah, pengajian rutin, piket, dan bakti sosial (2) faktor-
faktor yang menjadi penunjang dan penghambat berasal dari diri sendiri, orang lain
dan fasilitas yang tersedia.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan
skripsi ini, sebagai salah satu persyaratan mendapat gelar Strata Satu (S-1).
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah mengantarkan kita dari jalan kebathilan menuju jalan yang di ridhoi-
Nya yakni dengan agama Islam.
Penulis ucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis
haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ibrahim Danuwikarsa, M.S. selaku Rektor
Universitas Bale Bandung.
2. Bapak Dr. Mumun Mulyana, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Bale Bandung.
3. Bapak Nana supriatna S.E.,M.Pd. selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
4. Bapak Dr. Sukanda Permana, M.Pd. dan Ibu Dena Mustika, M.Pd. selaku
pembimbing skripsi yang sabar dan telaten dalam membimbing serta
mengarahkan dalam proses penyempurnaan skripsi.
5. Segenap pengurus Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya yang
telah memberikan data dan informasinya bagi peneliti.
6. Seluruh santri dan alumni Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya
yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
7. Ayah, Ibu dan semua keluarga di rumah, atas doa dan segala dorongan
baik moral maupun material.
8. Seluruh teman-teman P. IPS angkatan 2018 yang telah menyemangati
dan membantu suksesnya penelitian ini.
Penyusun
Sinta Diani
vi
(204180035)
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
DAFTAR ISI
vii
1. Profil Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid .......................................... 48
2. Aktivitas di Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid ................................ 58
3. Struktur Kepengurusan Santri Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid..... 61
4. Upaya Pengembangan Sikap Sosial Santri di Pondok Pesantren Wahdatut
Tauhid Majalaya ........................................................................................ 67
5. Faktor-Faktor Penunjang Dan Penghambat Upaya Pengembangan Sikap
Sosial Santri Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya ....................... 86
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................................. 91
1. Upaya Pengembangan Sikap Sosial Santri Pondok Pesantren Wahdatut
Tauhid Majalaya ........................................................................................ 91
2. Faktor-Faktor Penunjang Dan Penghambat Upaya Pengembangan Sikap
Sosial Santri Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya ..................... 104
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 109
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 110
B. SARAN .................................................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 114
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABLE
Tabel 4. 1 Sarana dan Prasarana yang ada di pesantren Wahdatut Tauhid ........... 52
x
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(2017:1) berpendapat bahwa manusia dikatakan mahluk sosial yaitu mahluk yang
di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia
dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need)
untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Seringkali didasari oleh kesamaan
makhluk sosial, yakni antara manusia satu dengan yang lainnya saling
xi
2
Dengan demikian, antara manusia satu dengan yang lainnya dapat membentuk
suatu hubungan yang bersifat take and give atau yang biasa disebut hubungan
timbal balik, tanpa hal itu manusia akan kesulitan hidup bermasyarakat serta dalam
dengan orang lain seperti gotong royong, selain itu rasa empati dan simpati juga
sangat diperlukan . Pola kerja sama manusia satu dengan lainnya dapat terjalin
dengan baik apabila setiap insan yang ada di dalamnya dapat bersikap dan
bertingkah laku secara baik dan benar. Artinya, sikap dan perilaku yang
dimunculkan adalah yang sesuai dengan norma dan etika yang berada di
masyarakat pada umumnya. Seperti yang terdapat dalam dimensi IPS, Eka Susanti
merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud di sini ialah seperangkat
keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau
Umumnya, nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antar
Dalam membentuk sikap sosial dan prilaku yang sesuai dengan norma dan
pendidikan serta pelatihan yang terus menerus agar nantinya bisa hidup dalam
masyarakat dan menunjukkan sikap sosial yang positif. Bentuk sikap sosial yang
3
positif antara lain adalah tenggang rasa, kerja sama, solidaritas, mempunyai sikap
jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi dan lain sebagainya. Kebutuhan ini
mengarahkan manusia untuk hidup bersama dengan orang lain dan menjalin
interaksi sosial dan juga terbiasa bersikap sesuai dengan norma dan etika di
masyarakat, dan kebiasaan tersebut akan otomatis terbawa hingga nantinya berada
di masyarakat.
wadah atau tempat khusus yang berupa lembaga, semisal pendidikan formal
seperti sekolahan dan pendidikan non formal seperti pondok pesantren. Salah satu
lembaga yang akan kita bahas disini adalah lembaga pondok pesantren. Hal ini
bangsa ini terutama dalam pendidikan. Kontribusi ini tidak hanya berkaitan dengan
aspek pendidikan semata, tetapi juga berkaitan dengan bidang lain dalam skala
hal penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari dalam menjalani proses
santri juga diharapkan memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap lingkungannya,
untuk itu penanaman sikap sosial tersebut dijadikan sebagai jembatan atau media
transformasi bagi pondok pesantren terhadap tujuan yang ingin dicapai. kehidupan
selama 24 jam oleh dewan pengasuh dan pengurus dalam rangka pembentukan
serta pembinaan sikap sosial santri. Upaya pelatihan, pendidikan dan pembinaan
di pondok pesantren lebih dominan mengenai akhlak atau sopan santun terhadap
orang tua, guru, teman, hidup mandiri karena jauh dari kedua orang tua, hidup
berdampingan dan tinggal dengan banyak orang sebagai bekal latihan hidup
bermasyarakat.
program, kegiatan dan rutinitas yang dilaksanakan dalam kesehariannya. Pada era
perubahan yang akan dialami masyarakat, dari perubahan budaya, sosial, politik
dan bahkan perubahan etika dari norma-norma yang ada, semua ini menuntut peran
tersebut.
5
Adapun pondok pesantren yang peneliti pilih disini yakni pondok pesantren
masyarakat sekitar dan ikut belajar didalamnya. Penanaman sikap sosial santri
disini melalui pembelajaran dan berbagai bentuk kegiatan yang ada di pondok
sebagainya yang pada nantinya dapat menumbuhkan jiwa sosial di kalangan santri.
Sikap sosial yang tumbuh itu didapatkan dari pembiasaan yang dilakukan para
sikap sosial dalam diri seseorang dengan adanya proses yang dijalaninya, selain
itu pengalaman yang didapatkan juga termasuk proses santri dalam belajar
menumbuhkan sikap sosial yang baik. Seperti hal nya ketika ada teman yang sakit
royong, dan lain sebagainya, selain di lingkungan pondok pesantren santri juga
membantu kurban ketika idul adha, semaan qur‟an, takbir keliling dengan
masyarakat dan lain sebagainya. Namun, disisi lain ada sebagian santri yang
sikap sosialnya, hal ini menarik untuk dikaji terkait dengan sampai sejauh mana
B. Rumusan Masalah
mengambil dua rumusan masalah penelitian pokok yang akan diteliti yakni:
Tauhid Majalaya ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diambil, maka tujuan penelitian yang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain yang ada disekitar serta
c. Bagi Universitas
menyelesaikannya.
Manfaat yang diperoleh dari adanya penelitian ini, bagi peneliti lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sikap Sosial
a. Pengertian Sikap
kesiapan mental, yaitu suatu proses yang ada dalam diri seseorang, berdasarkan
respons terhadap berbagai objek, situasi dan kondisi. Sikap dapat diketahui atau
objek tersebut. Sikap manusia bukan sesuatu yang melekat sejak lahir, tetapi
hidupnya.
Beberapa definisi tentang sikap menurut para ahli dalam Abu Ahmadi
psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan
obyek psikologi.
3) D. Krech and RS. Crutchfield : Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses
motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan
individu.
terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap
sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi itu. Jadi attitude itu lebih
sikap adalah reaksi dari suatu perangsang atau situasi yang dihadapi individu, atau
11
salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting, karena sikap merupakan
b. Pengertian Sosial
Sosial adalah semua hal yang berkaitan dengan masyarakat. Setiap orang
hubungan yang mencakup antara anggota keluarga, teman, tetangga, rekan kerja,
dan orang asing sekalipun. Interaksi sosial adalah dasar dari sifat manusia.
interaksi sosial antar individu atau kelompok. Untuk memahami apa itu proses
sosial mudah saja. Pertama-tama kita tahu, interaksi sosial adalah hubungan-
sebaliknya.
faktor, dan menurut Soekanto dalam Moh Agus (2019:52) disebabkan melalui
1) Imitasi
hal baik/ buruknya suatu prilaku tersebut. Salah satu peran positifnya
12
2) Sugesti
Suatu pengaruh / dorongan yang berasal dari orang lain untuk melakukan
3) Identifikasi
atau sama dengan orang lain. Sifatnya lebih mendalam dari sekedar imitasi.
Proses ini dapat berlangsung secara tidak disadari maupun disadari, oleh
karena hampir pada diri setiap orang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu
4) Simpati
Suatu proses yang disebabkan oleh ketertarikan seseorang oleh pihak lain,
baik itu hanya sebatas kerja sama, merasa senang dan tertarik karena faktor-
faktor tertentu. Ketertarikan itu dapat berupa rasa kagum, iba, perhatian,
senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu.
sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat
istiadat.
hal ini dikarenakan sikap terbentuk melalui proses belajar sosial yang terjadi
objek psikologi. Objek psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan, orang,
Sikap merupakan respons yang terjadi akibat adanya stimulus yang banyak
dipengaruhi oleh lingkungan sosial serta adanya interaksi yang sosial yang terjadi.
Dalam proses sosial, baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah
2. Santri
a. Pengertian Santri
Islam, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh, dan orang yang saleh. Tiga
pengertian dari kata santri itu dicetuskan oleh para pakar, tentu pemberian makna
yang tidak sembarangan dan telah melalui proses pendekatan arti, kesesuaian, dan
1) Santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansekerta, atau Jawa) yang berarti
orang yang selalu mengikuti guru, kemanapun guru menetap. Santri berasal
dari bahasa Tamil ada dalam kosa kata bahasa Tamil yang berarti guru ngaji.
2) Menurut Zamaksari Dhofier, santri berasal dari ikatan kata sant (manusia
baik) dan tri (suka menolong), sehingga santri berarti manusia baik yang suka
3) Pendapat Clifford Geertz (dan beberapa ilmuan lain), santri berasal dari
bahasa India atau sansekerta shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai
Santri adalah sekelompok orang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan,
ulama. Santri adalah siswa yang dididik dan menjadi pengikut dan pelanjut
mempunyai kiai. Para santri menuntut pengetahuan ilmu agama kepada kiai dan
mereka bertempat tinggal di pondok pesantren. karena posisi santri yang seperti itu
b. Jenis-jenis santri
Jika diruntut dengan tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri yaitu:
1) Santri mukim, yaitu santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap di
2) Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari desa sekelilingnya, yang
(sekolah dan mengaji) saja, mereka pulang pergi dari rumah ke pondok
pesantren.
3. Pondok Pesantren
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) arti kata pondok adalah:
c) Madrasah dan asrama, tempat mengaji Al-Quran dan belajar ilmu agama
tempat murid-murid belajar mengaji dsb. Ada banyak macam pengertian pesantren
2) Pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata “santri” berarti murid.
Jadi, pesantren adalah tempat santri, asrama tempat santri belajar, atau tempat
menginap santri.
16
mengaji.
Barat dan akademis pada masa Belanda. Mungkin, kata pondok dicetuskan karena
keagamaan, itu hanya kebiasaan, bukan keharusan. Kata pondok disini bersifat
umum, lebih bermakna sebagai tempat tinggal saja, sedangkan kata pesantren lebih
bersifat khusus dikarenakan sebagai tempat tinggal para santri dalam mencari
ilmu.
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata “santri” berarti
murid dalam bahasa jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq yang
berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang kyai. Untuk mengatur kehidupan dan
aktifitas yang ada di pesantren, kyai menunjuk santri senior untuk mengatur adik-
Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar
melatih santri belajar hidup mandiri karena masing-masing santri jauh dari rumah
17
mampu bersosialisasi dengan santri lain yang notabene antar santri mempunyai
watak dan karakter yang berbeda, tinggal bagaimana cara menyikapinya sebagai
suatu progress kedewasaan berfikir serta untuk latihan nantinya ketika terjun di
masayarakat yang mau tidak mau harus bergaul dan menjadi bagian dari
diragukan lagi, betapa tidak bahwa pesantren sebenarnya memiliki latar belakang
seperti yang ada kebanyakan saat ini. Dalam catatan sejarah, pondok pesantren
yang unik Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa
dipandang sebagai gurunya-guru tradisi pesantren di tanah Jawa. Ini karena Syekh
Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi yang wafat pada 12 Rabi‟ul
Awal 822 H bertepatan dengan 8 April 1419 M dan dikenal sebagai Sunan Gresik
adalah orang yang pertama dari sembilan wali yang terkenal dalam penyebaran
Islam di Jawa.
18
waktu didirikan hanya memiliki tiga orang santri, yaitu Wiryo Suroyo, Abu
dan mendirikan pondok pesantren di sana. Misi keagamaan dan pendidikan Sunan
dan putra beliau. Misalnya oleh Raden Patah, dan Pesantren Tuban oleh Sunan
Bonang.
memiliki rumusan tujuan pendidikan secara rinci, dijabarkan dalam sebuah sistem
pendidikan yang lengkap dan konsisten direncanakan dengan baik. Namun secara
1) Tujuan umum, yaitu untuk membimbing anak didik (santri) untuk menjadi
amalnya.
2) Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang
alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta
Jenis pondok pesantren dapat dilihat dari segi sarana dan prasarana, ilmu
yang diajarkan, jumlah santri, dan bidang pengetahuan. Perbedaan jenis ini
dibedakan menjadi:
yang lain bisa jadi berbeda. Hal ini tergantung pada tipe pesantren. Berdasarkan
dikemukakan oleh Syarif dalam Moh Agus (2019:46), bahwa tipe pondok
pesantren dilihat dari sarana dan prasarana yang tersedia, bisa diklasifikasikan
sebagai berikut:
aplikasi, dan jadwal pengajaran pokok terletak pada madrasah yang telah
tinggi umum atau agama. Fungsi kyai sebagai pengawas dan pembina
mental.
gejala ini maka pondok pesantren di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua
kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di lembaga tersebut. Metode yang
aspek kehidupan. Dalam hal ini, pola dasar tersebut merupakan cerminan untuk
mencetak santrinya menjadi insan yang shalih dan mulia. Shalih berarti manusia
yang secara potensial mampu berperan aktif, berguna dan terampil dalam
3 kelompok yaitu:
a) Pondok pesantren yang memiliki jumlah santri lebih dari 2000 orang
b) Pondok pesantren yang memiliki jumlah santri antara 1000 sampai 2000
c) Pondok pesantren yang memiliki santri kurang dari 1000 orang termasuk
pesantren kecil.
Bila dilihat dari bidang pengetahuan yang diajarkan Nadj dalam Masruroh
(2017:65) membagi jenis pesantren menjadi: (1) pesantren alat; (2) pesantren
terminologi yang digunakan dalam literatur agama. Pelajaran utama dari pondok
para santri untuk menghambakan dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
persoalan masyarakat yang berkaitan dengan ajaran Islam. Tujuannya agar santri
pembelajaran ilmu agama kepada para santri. Sedangkan peran eksternal adalah
Kebanyakan pesantren mutakhir hanya berperan pada sudut internalnya saja, yaitu
Fungsi dan peran pesantren juga dapat diukur dari bahan ajar yang
disuguhkan kepada para santri. Karena bahan ajar merupakan bagian kurikulum
yang dapat membentuk mindset dan kiprah santri ditengah masyarakat kelak.
ilmu syariah, ilmu empiris, ilmu yang membuat kemampuan berpikir kritis dan
sementara para tokoh pesantren untuk melakukan studi banding terhadap sistem
kaum santri akan memperkuat karakteristik tradisi pesantren dengan tanpa melepas
anak didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan,
24
pondok pesantren yang memiliki potensi yang besar dalam bidang pendidikan.
Menurut Dhofier dalam Moh Agus (2019:43) Watak otentik pondok pesantren
b) Peranan mobilisasi
25
oleh lembaga atau perguruan lainnya, dikarenakan hal ini dibangun atas dasar
menempa akhlak dan budi pekerti yang baik. Sehingga bagi masyarakat tertentu,
kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-
disebut sebagai agen perubahan sosial (agent of social change), yang selalu
ekonomi.
berubah. Sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman ini, pondok pesantren
yang dilaksanakan di pesantren mulai dari pagi hingga malam hari itulah yang
kelompok mata pelajaran agama dan non agama telah menjadi bagian integral
kurikulum nasional.
diniyah.
27
g) dan pesantren untuk asrama anak-anak pelajar sekolah umum dan mahasiswa.
B. Kerangka Berpikir
suatu cara atau usaha pondok pesantren untuk meningkatkan sikap sosial pada diri
seseorang mempunyai sikap sosial yang baik. Dalam membentuk sikap sosial dan
prilaku yang sesuai dengan norma dan etika di masyarakat pada umumnya, maka
Sikap sosial sangat dibutuhkan untuk menjalin hubungan dengan orang lain
saling berinteraksi, dan sebagainya. Untuk mencapai sikap sosial pada diri
keluarga maupun suatu lembaga, seperti hal nya pondok pesantren supaya
menunjang dalam pencapaian sikap seseorang menjadi lebih baik. Upaya untuk
khusus yang berupa lembaga, semisal pendidikan formal seperti sekolahan dan
pendidikan non formal seperti pondok pesantren. Salah satu lembaga yang akan
dalam mengembangkan sikap sosial pada santri, serta mencari tahu faktor
28
penunjang dan faktor penghambat santri dalam mengembangkan sikap sosial serta
sosial santri . kendala tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal
dalam pengembangan sikap sosial santri serta ingin mengetahui upaya pondok
pesantren dalam mengatasi pengembangan sikap sosial santri dan solusi dalam
Sikap, dan
Motivasi
29
Gambar 2. 1
Skema kerangka berpikir
C. Penelitian Terdahulu
Dalam bab ini Penulis melakukan kajian pustaka dengan melakukan review
dalam penelitian baik berupa metodologi, kajian teori, ataupun hal-hal lain yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam penulisan yang berhubungan dengan topik
yang sedang diteliti. Beberapa penelitian yang diambil digunakan sebagai bahan
atau pola tentang sebab mengenai subjek dan objek yang digunakan dalam
metodologi serta hal-hal lain yang mendukung penelitian penulis tentang “Upaya
hasil dari peneluitian terdahulu. Berikut adalah penelitian terdahulu yang penulis
review:
kualitatif.
kualitatif.
31
3. Suyono, 2013
saja. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dan
4. Masruroh, 2017
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Karena data-
data yang akan dipaparkan merupakan data yang berupa analisis deskriptif, maka
33
yang bersifat apa adanya tanpa ada dalam kondisi tertentu yang mana hasilnya
lebih menekankan pada makna. Dari berbagai macam definisi tersebut, dapat
diketahui bahwa sekup wilayah dari penelitian ini terbatas, dalam arti penelitian
deskriptif ini hanya meneliti subjek dalam kuantitas yang sempit yakni santri
diteliti disini yakni pembinaan serta pembentukan sikap sosial para santri tersebut
melalui program serta kegiatan yang ada di lingkungan pondok pesantren tersebut.
B. Kehadiran Peneliti
yang tidak dapat diganti dengan cara lain. Dalam penelitian kualitatif peneliti wajib
hadir di lapangan.
subjeknya pada setiap situasi yang diinginkan untuk dipahaminya. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan pengumpul
data utama. Dalam hal ini, sebagaimana dinyatakan oleh Lexy Moeloeng (2002),
34
perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya
variable-variabel yang akan diteliti serta menggali informasi yang mendalam serta
melakukan tanya jawab dengan para informan, menciptakan hubungan baik dengan
berbagai pihak yang dimaksud. Dalam hal ini adalah ketua pondok pesantren,
pengurus pondok pesantren, santri yang masih ada di pondok pesantren serta
yang ada di latar belakang. Peneliti berusaha melakukan interaksi dengan informan.
pengumpulan data dari sumber yang ada di lapangan, maka peneliti juga
memanfaatkan buku tulis, jadwal kegiatan, paper, handphone, dan juga alat tulis
seperti bulpoin, dan juga pensil sebagai alat pencatat data dari para narasumber.
C. Lokasi Penelitian
memperjelas objek yang menjadi sasaran penelitian. Adapun lokasi penelitian yang
35
dipilih oleh peneliti adalah pondok pesantren Wahdatut Tauhid Jln SGB Bojong
yaitu:
cukup lama di daerah Majalaya, dengan melihat kondisi zaman yang sudah
yang lestari di jaga dan ditanamkan oleh pondok kepada para santri agar
selanjutnya yang dimiliki oleh pesantren ini, para santri diajari bagaimana
cara bersikap dengan baik dengan masyarakat sekitar pesantren dan juga
para jama’ah pengajian yang hadir. Para santri senior belajar dengan
santun, dan juga luas ilmu keagamaannya, para santri tersebut juga memiliki
ilmu pengetahuan umum yang memadai sebagai bekal nanti ketika sudah
oleh pondok pesantren sebagai tempat bagi para santri untuk mendalami
ilmu agama.
dalam mengupas kitab-kitab klasik yang dipelajari oleh para santri. Metode
keuletan dari para senior dalam mendidik para juniornya. Pembelajaran ini
dilaksanakan dengan cara santri menyodorkan kitab atau bahan yang akan
dikaji dengan guru atau kyai mereka dengan cara bergiliran satu persatu.
bahwa lokasi ini merupakan lokasi yang sangat strategis bagi pembinaan serta
pembentukan sikap sosial santri, dikarenakan banyak pesantren dan juga lembaga
D. Instrumen Penelitian
kunci. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti adalah mutlak,
karena peneliti harus berinteraksi dengan lingkungan baik manusia dan non
manusia yang ada dalam kancah penelitian. Kehadirannya di lapangan eneliti harus
37
adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah
(Arikunto, 2006).
adalah manusia yaitu, peneliti sendiri atau orang lain yang membantu peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang mengumpulkan data dengan cara
dari orang lain untuk mengumpulkan data, disebut pewawancara. Dalam hal ini,
recorder, telepon seluler, kamera fot, dan kamera video untuk merekam
Jadi instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, karena penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif , adapun bentuk instrumen yang dipilih
dokumentasi.
Menurut Lefland dalam Moh Agus (2019:42), sumber data yang utama
sumber data tertulis, foto dan statistik merupakan data tambahan sebagai
pelengkap atau penunjang data utama. Adapun sumber data yang dipakai peneliti
disini adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui
wawancara. Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak
diperlukan peneliti sebagai pembanding dan juga sebagai penguat data yang
lebih valid.
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer,
berikut:
40
Tauhid Majalaya.
Majalaya.
Majalaya.
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh
(Sugiyono, 2019).
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
wawancara yang digunakan hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang
wawancara terstruktur agar lebih mudah dalam melakukan analisa data. Penulis
penelitian kualitatif tidak ada patokan baku dalam melakukan wawancara dan
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, dan sketsa. Dokumen
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, dan
Tauhid Majalaya.
Waktu yang digunakan penulis untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal
dikeluarkannya izin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih dua bulan, satu
bulan pengumpulan data dan satu bulan pengolahan data yang meliputi penyajian
G. Validitas Data
validitas tidak memiliki konotasi yang sama dengan penelitian kualitatif, tidak pula
sejajar dengan reliabilitas (yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respon)
ataupun generalisasi (yang berarti validitas eksternal atau hasil penelitian yang
dapat diterapkan pada setting , orang, atau sampel yang baru) dalam penelitian
Susanto, 2013).
penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipasi, atau pembaca
secara umum, istilah validitas dalam penelitian kualitatif dapat disebut puladengan
atau diterapkan pada populasi dimana sampel teeersebut diambil. Dalam penelitian
1) Triangulasi
dengan sumber atau kriteria yang lain diluar data itu, untuk meningkatkan
oleh subyek dengan dikatakan informan dengan maksud agar data yang
diperoleh dapat dipercaya karena tidak hanya diperoleh dari satu sumber saja.
pengamatan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Dalam
hal ini peneliti berusaha mengecek kembali data yang diperoleh melalui
wawancara.
yang ditemukan oleh peneliti. Seperti data hasil wawancara perlu didukung dengan
perekam untuk merekam hasil wawancara dengan informan. Sedangkan dalam uji
harus memeberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
H. ANALISIS DATA
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Menurut Sugiyono (2019), analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
tepat dari data dan informasi yang diperoleh dari informan, secara obyektif
ungkapan kalimat, sehingga dapat dijadikan kesimpulan yang logis mengenai apa
Dalam penelitia ini yang digunakan dalam menganalisis data dengan cara
yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori
Menurut Suharsimi dilihat dari tujuan analisis, maka ada dua hal yang ingin
tuntas terhadap proses tersebut; dan (2) menganalisis makna yang ada dibalik
mengungkapkan semua proses etik yang ada dalam suatu fenomena sosial dan
mendiskripsikan kejadian proses sosial itu apa adanya sehingga tersusun suatu
semua atribut dari fenomena sosial itu. Sedangkan menganalisis makna yang ada
dibalik informasi, data dan proses sosial yang diteliti. Sehingga terungkap suatu
gambaran emik terhadap suatu peristiwa sosial yang sebenarnya dari fenomena
Dalam hal ini penulis menggunakan deskriptif yang bersifat ekploratif, yaitu
1) Editing
wawancara.
2) Klasifikasi
yang diperoleh dari para informan ke dalam pola tertentu guna mempermudah
data- data penelitian yang akan disajikan, dengan tujuan untuk mempermudah
informan-informan penelitian.
3) Penafsiran
akan menjaga data penelitian supaya tetap objektif dan tidak memunculkan
penafsiran subjektif.
48
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
yang pertama berasal dari niat dan cita-cita. Yang kedua modal ilmu, karena
dengan niat dan modal ilmu ingin mengamalkan ilmu ditengah-tengah masyarakat,
ingin menjadikan orang yang bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsa. Maka
diwujudkanlah sebuah lembaga pondok pesantren jadi pondok pesantren itu adalah
membuat sebuah lembaga pesantren maka bisa lebih banyak mengenal Allah,
dengan melalui program tablig dan ta‟lim supaya orang banyak mengenal dirinya,
supaya orang lebih tau bahwa punya Allah dan punya Rasullnya. Jadi arahnya
Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid berdiri di tahun 2000 dan di rintis pada tahun
1998, 2 tahun merintis mempersiapkan moril dan materil sehingga di tahun 2000
bisa di mulai dan diberi nama Wahdatut Tauhid. Alhamdulilah dengan potensi dan
dorongan, dukungan dari masyarakat sehingga sampai hari ini pondok pesantren
Wahdatut Tauhid sudah 22 tahun lamanya. Masih bisa eksis dan bermanfaat bagi
orang banyak. Secara kronologis Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid tidak bisa
langsung berdiri di tempat yang sekarang, dari awal pondok pesantren Wahdatut
Tauhid berpindah-pindah tempat dari tempat lain ke tempat yang lain. Sehingga
alhmdulillah dengan 5 kali pindah kota, 5 kali pindah daerah atau tempat, sehingga
mendapatkan tempat yang agak lumayan bisa untuk mengamalkan ilmu dan
50
mendirikan pondok pesantren disini. Adapun untuk dana, sarana pra sarana yaitu
adalah besarnya dari swadaya masyarakat, bila dibandingan dengan bantuan dari
pemerintah 70% dari swadaya masyarakat dan 30% dari pemerintah, pondok
pesantren sebuah lembaga yang sangat dekat dan menjadikan bahan untuk
pengaduan masyarakat.
Kabupaten Garut kecamatan samarang Desa cisarua. Lalu kedua pindah lagi ke
Kabupaten Tasik kecamatan Indihiang Desa Indrajaya. Lalu ketiga pindah lagi ke
Kabupaten Garut Desa Parakan Kecamatan Samarang, Lalu keempat pindah lagi
suatu pesantren andalan di wilayah dapil 5. Mayalaya, Paseh, Ibun, Solokan Jeruk
bahkan segala kegiatan pemerintah yang harus didamping oleh pesantren itu selalu
b. Visi dan Misi serta Sarana dan Prasarana Pondok di Pesantren Wahdatut
Tauhid
51
diantaranya:
Visi :
Misi :
selama ini dibina dan dididik dalam pondok pesantren Wahdatut Tauhid.
sarana dan prasarana yang ada di lingkungan pondok pesantren dengan hak
kerjasama masyarakat dan orang tua santri yang secara rutin membayar syahriyah.
52
Diantaranya sarana dan prasarana yang sudah ada di pondok pesantren Wahdatut
Tauhid diantaranya:
Tabel 4. 1
Sarana dan Prasarana yang ada di pesantren Wahdatut Tauhid
No Jenis Keterangan
1 Kantor 2 Ruangan
6 Masjid 1 Ruangan
8 Gudang 1 Ruangan
9 Warung 2 Ruangan
Sumber : Dari Informasi Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid
Wahdatut Tauhid
diantaranya:
1) Tingkat Ibtida
53
Tabel 4. 2
Mata Pelajaran Tingkat Ibtida
2. fiqih Rancang
3. Syahadatain
4. Tarikh Rancang
6. Shalat Pardlu
7. Iqra / Al-Quran
8. Tajwid
11. Safinatunnajah
15. Tasrifan
16. Tajwid
2) Riyadul Badi‟ah
6) Qiyasan
7) Hadists Arba‟in
Sumber : Dari Informasi Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid
2) Tingkat Tsanawy
Tabel 4. 3
Mata Pelajaran Tingkat Tsanawy
3) Kifayatul Awam
4) Tafsir Jalalin
5) Riyadussholihin
6) Kifayatul Atqiya
55
4) Mantiq
5) Isti‟arah
6) Khomsa Rosail
3) Waroqot
4) Lathoiful Isyaroh
7) Kifayatul Ahyar
8) I‟adah Mantiq
Sumber : Dari Informasi Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid
56
Tabel 4. 4
Mata Pelajaran Tingkat Ma’had Ali
1. Uqudul Juman
3. Tanwirul Khowariq
5. Umul Barohim
Sumber : Dari Informasi Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid
4) Materi Umum
Tabel 4. 5
Mata pelajaran materi umum
1. Adzkar Nawawi
2. Is‟adurrofiq
3. Dzurrotunnasihin
4. Ta‟lim Muta‟alim
5. Bada‟I Dzuhur
Sumber : Dari Informasi Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid
57
Setiap ada materi yang di pelajari pasti ada pengajarnya dan setiap pondok
Tabel 4. 6
Dewan Guru Di Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya
seharian penuh (fullday). Kegiatan sehari-hari dimulai dari pukul 03.30 dini hari
sampai pukul 21.30. Untuk kegiatan mengaji kelas dilakukan setiap setelah
keluar mengaji kelas yaitu bada sholat duha, sholat duhur dan bada isya. Sebelum
istirahat santri diwajibkan untuk menghapal bersama sampai pukul 21.30. Selain
kegiatan harian ada juga kegiatan minguuan dan bulanan. Jadwal kegiatan santri
Tabel 4. 7
Jadwal Kegiatan Harian Santri
Waktu Kegiatan
14.00-15.00 Istirahat
Sumber : Dari Jadwal Kegiatan Harian Santri Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid
1) Riyadhoh
melaksanakan shalat magrib sampai bada isa. Riyadoh ini tidak di khususkan
60
untuk santri saja tetapi warga masyarakat sekitar juga sering mengikuti kegiatan
mingguan ini.
riyadoh adalah latihan penyempurnaan diri secara terus menerus melalui dzikir
dan pendekatan diri yang datangnya dari Allah SWT ditujukan kepada hambanya.
2) Evaluasi
Evaluasi ini di khususkan untuk semua santri dalam setiap seminggu sekali,
apa tidak.
a) Evaluasi adalah suatu proses yang terus menerus, sebelum, sewaktu dan
pengajaran.
dilakukan oleh rois Am dan kerjasama dengan para ketua asrama baik menyangkut
Struktur organisasi adalah suatu cara atau sistem hubungan kerjasama antara
orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan yang
sama pula. Kerjasama yang erat dari fungsi yang satu dengan yang lainnya sangat
diharapkan untuk dibina terus demi mengembangkan akhlaq, keagamaan dan sikap
sosial kini dan nanti. Berbagai peran tersebut dipersatukan dalam hubungan yang
ROISYAH
WIWI MARWIYAH
BENDAHARA SEKERTARIS
SUCI YANTI D WINDI NURMALIA
Gambar 4. 1
62
a. Tupoksi Rois AM
Merencanakan
Mengorganisasikan
Menggerakan
Mengawasi
b. Tupoksi Sekretaris
c. Tupoksi Bendahara
d. Tupoksi Keamanan
e. Tupoksi Pendidikan
2) Memperhatikan kualitas anak didik dalam belajar dan dalam mengikuti setiap
kegiatan.
4) Menyusun seluruh dewan guru dan setiap materi yang akan dipelajari di setiap
kelas.
64
berjamaah.
f. Tupoksi Koperasi
koperasi.
g. Tupoksi Kebersihan
keamanan maupun kenyamanan di pondok pesantren. Adapun tata tertib yang harus
dilaksanakan oleh santri, maupun oleh para tamu yang berkunjung ke pondok
pesantren diantaranya:
65
(dijadwalkan).
pesantren.
8) Tidur malam pada jam 22.00 dan bangun pagi pada jam 04.00.
pesantren.
10) Memakai pakaian yang rapi di dalam maupun di luar komplek pondok
pesantren.
11) Rajin melaksanakan Ibadah sunat seperti tahajud, duha, puasa dan sholat-
12) Menjaga nama baik pesantren di dalam dan di luar komplek pesantren.
66
13) Hormat dan taat kepada Masyayikh, Asatidz, pengurus dan teman- teman.
14) Menempati asrama atau kamar sesuai dengan ketentuan yang telah di
tetapkan.
16) Menerima tamu pada ruang tamu atau kantor sesuai tata tertib yang berlaku.
18) Melaporkan kepada pengurus apabila merasa tidak aman atau terjadi
kehilangan/pencurian.
19) Bagi santri yang melanggar akan dijatuhi sanksi sesuai dengan dosanya.
ketentuan:
upaya pengembangan sikap sosial santri. Penelitian ini lebih di fokuskan pada
upaya-upaya apa sajakah yang ada di lingkungan pesantren yang berupa program
serta rutinitas sehari-hari dalam mengembangkan sikap sosial santri. Hal tersebut
asrama lebih dominan dalam pembentukan serta pembinaan sikap sosial santri.
68
upaya mengembangkan sikap sosial santri disini ada beberapa kegiatan dan
rutinitas pesantren dalam kesehariannya untuk melatih dan membiasakan
santri hidup bermasyarakat baik di pesantren maupun di masyarakat daerah
masing-masing, program-program tersebut berupa: 1. Adanya system
kepengurusan. 2. Sholat berjamaah. 3. Tahlil, diba‟ dan istighosah. 4. Ekstra
kulikuler berupa qiro‟ah, tilawah, terbang banjari, pramuka, marawis dan
keterampilan seperti memasak, menggambar, melukis dan mendaur ulang
sampah. 5. Khitobah / ceramah, membaca kitab dan menerangkannya di
depan audiens, wajib bagi seluruh santri tingkatan ibtida dan stanawi. 6.
Mengaji setiap waktu sholat. 7. Adanya pengajian santri takhosus. 8. Piket
harian, ndalem, masak dan piket mingguan. 8. Bakti sosial. 9. Lomba
agustusan dan lomba sebelum perpulangan. 10. Pembagian daging qurban
kepada masyarakat. 11. Acara keagamaan: Isro‟ mi‟roj,muharaman,
memperingati maulid nabi dan milad pesantren 12. Mematuhi peraturan
atau tata tertib pesantren meliputi hak, kewajiban, larangan dan sanksi, 13.
Untuk tingkatan stanawi 3 dan mahad ali harus membantu mengajar SMP
dan SMA NU Wahdatut Tauhid.14. Pengajian rutin setiap malam jum’at
seminggu sekali di pondok pesantren bersama masyarakat, setiap hari
minggu mengkaji kitab tafsir di masjid Faruq bersama masyarakat dan
pengajian rutinan setiap malam rabu terakhir di masjid Faruq. 15.
Musyawarah rutin berupa evaluasi mingguan pada hari kamis malam jumat.
16. Adanya kuis santri. 17. Grup WA asrama beranggotakan pengurus dan
santri. 18. Memberikan kesempatan dan wewenang untuk mengamalkan
ilmunya dan mengabdi di luar pesantren seperti mengajar di sekolah
MI/MTS/MA, TPQ, Les Privat dan menjadi Instruktur pramuka. 19. Infaq
kebersihan dan kesehatan setiap seminggu sekali. 20. Wirausaha santri di
tampung di koperasi pesantren untuk program bagi hasil. 21. Menyediakan
balai pelatihan kerja komputer”
empat bagian sesuai dengan yang ada di buku pedoman tata tertib Pondok Pesantren
dan memahami termasuk dalam kategori manakah kegiatan tersebut serta sikap
sosial yang ada di dalamnya. Berikut merupakan pemaparan dan pendapat dari
1) Ma’hadiyah
70
proses belajar mengajar yang mengkaji ilmu-ilmu agama serta kaitannya dengan
santri takhosus ini lebih diorientasikan pada ilmu-ilmu agama dan ilmu hidup
kepada peneliti:
“Selain menjabat sebagai ketua pondok pesantren saya juga diutus oleh
pengasuh untuk mengajar di pesantren, mengajar di kelas satu dan dua
ibtida. Pelaksanaan pengajian santri takhosus dilaksanakan setiap hari
kecuali hari jum’at. Adapun pelaksanaannya setiap setelah melaksanakan
sholat yang lima waktu. Pada pelaksanaanya, setiap guru mempunyai
kebebasan memberikan materi-materi sesuai dengan kitab-kitab yang
ditentukan oleh pengasuh serta kebutuhan santri ketika di pesantren dan
sebagai bekal nanti ketika hidup di masyarakat daerah masing-masing.”
Hal yang serupa juga disampaikan oleh saudari Sova Alawiyah selaku santri
Ungkapan senada juga dijelaskan oleh saudari Siti Zulaikha kepada peneliti:
71
tingkat yakni ibtida kelas 1 sampai kelas 3, stanawy kelas 1 sampai kelas 3, dan
pesantren dalam upaya pengembangan sikap sosial santri. Berbagai mata pelajaran
diatas menunjukkan bahwa terdapat kekhasan dari pola pendidikan yang diterapkan
kebutuhan santri ketika di pesantren dan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu
kehidupan bermasyarakat.
Untuk tingkatan ibtida kelas 1 sampai kelas 3 ada mata pelajaran tentang
kebutuhan para santri, oleh karena itu pengasuh memilihkan kitab ini untuk dikaji.
Hal ini berdasarkan apa yang dikatakan oleh Cici Siti Juariah ketika wawancara
dengan peneliti:
Khusus untuk kelas 3 stanawy ada mata pelajaran tafsir maudhu‟ yakni
kebutuhan para santri maka pengasuh memilihkan bab yang didalamnya mengkaji
masyarakat. Hal ini berdasarkan apa yang dikatakan oleh Wiwi Marwiyah ketika
Hal senada juga disampaikan oleh saudari Syifa Adawiyah kepada peneliti:
mengajar dalam kegiatan pengajian santri takhosus yang mengkaji ilmu agama dan
kebutuhan para santri ketika di pesantren maupun ketika nanti sudah berada di
2) Pengajian rutin
Kegiatan pengajian rutin ada yang bersifat wajib dan anjuran (sunnah) diikuti oleh
lingkungan pesantren. Melalui kegiatan pengajian rutin ini santri dibekali dengan
sosial.
menjadi dua yakni: Lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Yang dimaksud
yakni di lingkungan pesantren tersebut dan hal ini bersifat wajib diikuti oleh seluruh
“Kegiatan pengajian rutin baik yang berisi nasehat, tausiyah, motifasi, ilmu,
memberikan solusi dan contoh yang baik baik itu dari pihak pengasuh,
pengurus, ustadzah dan santri. Santri pun juga berwenang untuk
menyampaikan pendapat dan ungkapan selama hal tersebut dalam hal
kebaikan dan memberikan manfaat bagi orang lain.”
74
pesantren, hal ini santri di berikan wewenang dan diperbolehkan serta hal ini
kepada peneliti:
Seperti yang telah disampaikan oleh saudari Wiwi Marwiyah selaku ketua
Tujuan dan manfaat bagi yang menghadiri pengajian rutin, justru akan
sendiri, mempunyai wawasan ilmu yang luas tidak hanya dari pesantren saja serta
agar dapat bermanfaat dan menghargai undangan dari orang lain. Sebagaimana
Hal yang sama juga di sampaikan oleh saudari Sova Alawiyah kepada
peneliti:
“Setelah menjalani kegiatan rutin yang ada di pesantren, sikap saya berbeda
dengan sebelum-sebelumnya. Bedanya saya dulu dengan yang sekarang
adalah, sikap saya dulu egois dan pasif, sekarang menjadi lebih peduli dan
aktif. Dulunya saya lebih bersikap kurang ramah, acuh tak acuh, kurang
menghormati kedua orang tua, kurang percaya diri, mementingkan diri
sendiri dan sikap negatif lainnya.”
“Selama saya menjalani aktifitas serta rutinitas yang ada dipesantren sikap
saya menjadi lebih menghormati kedua orang tua saya, lebih menghormati
pengasuh dan mbak-mbak senior, lebih peduli dengan anak kamar, tetangga
dan orang lain yang ada disekitar kita, mudah untuk menjalin komunikasi
76
dengan orang lain disekitar kita dalam hal sharing dan berbagi cerita,
didasari rasa penasaran saya memberanikan diri untuk bertanya, sharing, dll,
semenjak itu saya mulai memahami dan mulai timbul keberanian dan rasa
percaya diri.”
Hal serupa juga disampaikan oleh saudari Ika Kartika kepada peneliti:
meliputi: Mengaji setiap waktu, tausiyah setelah sholat berjamaah, kajian kitab
berbahasa Arab atau Sunda, khitobah bagi kelas 3 stanawy yang akan wisuda, tahlil,
lingkungan eksternal: Pengajian rutin seminggu sekali pada hari minggu di masjid
Faruq dan satu bulan sekali setiap rabu terakhir. Hal ini sebagaimana peneliti
3) Piket
77
maupun pribadi yang bersifat wajib untuk dilaksanakan para santri berdasarkan
ketentuan, lokasi serta anggota yang telah ditentukan. Dari divisi kebersihan,
program-program didalamnya yakni ada beberapa piket yang menjadi tugas dan
pesantren Wahdatut Tauhid ini ditujukan untuk membeli sarana dan prasarana
khususnya kebutuhan yang ada didivisi kebersihan dan kesehatan serta melatih
santri untuk bersikap rela berkorban. Hal ini sebagaimana perkataan saudari Cici
“Infaq kebersihan dan kesehatan diadakan untuk amal bagi seluruh santri
yang nantinya digunakan untuk membeli obat-obatan, peralatan maupun
perlengkapan kebersihan.”
78
Hal senada juga disampaikan oleh saudari Wiwi Marwiyah selaku ketua
“Infaq setiap malam jumat, melatih santri untuk bersikap rela berkorban,ikut
kerja sama dalam bentuk uang, sedangkan melaksanakan piket adalah
bantuan berupa tenaga.”
sikap sosial santri sebagaimana diungkapkan oleh saudari Wiwi Marwiyah kepada
peneliti:
Hal senada juga disampaikan oleh saudari Syifa Adawiyah kepada peneliti:
“Dengan adanya piket tersebut saya bisa mengetahui masing- masing watak,
karakter serta sikap orang lain yang ada di lingkungan sekitar, sehingga
dengan begitu menjadikan saya lebih mudah memahami sikap maupun sifat
orang tersebut sebagai sarana untuk menyesuaikan diri dengan orang lain
(beradaptasi) dan juga bersikap lapang dada, mengalah, tidak egois, sabar
serta tidak mudah membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain.
Dengan mencari tahu apa penyebab atau pemicunya, tidak langsung
menyalahkan saja tanpa ada kroscek dan solusi.”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudari Ika Kartika kepada peneliti:
“Dengan adanya piket kamar, harian, mingguan, masak dan piket ndalem,
memberi inspirasi dan memotifasi diri saya untuk bersikap simpati dan
empati terhadap lingkungan pesantren maupun sekitarnya, karena ketika
lingkungan yang kita tempati itu bersih, maka pengaruhnya adalah terhadap
diri kita sendiri sebenarnya, diantaranya: menanamkan sikap simpati dan
79
Selanjutnya kegiatan dan rutinitas dari divisi keamanan yakni saudari Risma
Hal serupa juga disampaikan oleh saudari Wiwi Marwiyah kepada peneliti:
sikap sosial santri sebagaimana diungkapkan oleh saudari Wiwi Marwiyah kepada
peneliti:
80
Hal yang sama juga disampaikan oleh saudari Sova Alawiyah kepada
peneliti:
“Selain menjadikan saya lebih fokus dalam belajar dan mengerjakan tugas,
ya secara langsung maupun tidak langsung dengan adanya rutinitas
pesantren di divisi keamanan dapat menjadikan kita untuk saling
berinteraksi sosial dan juga dapat memberikan kedekatan emosinal kita
dengan orang lain terutama dengan pengasuh, para pengurus, anak kobong
dan tetangga di asrama kobong.”
diharapkan santri tersebut akan merasa jera , tepat waktu dalam piket, dan tidak
kepada peneliti:
Tabel 4.8
Daftar Jenis-jenis Pelanggaran di Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid
Majalaya
No Sub Pelanggaran Poin Jenis sanksi/ hukuman
1 Mencuri 100 Dikeluarkan
2 Berboncengan dengan ajnabi (lain 30 Ditajir 100 kali
muhrim)
3 Menemui teman atau saudara laki- 20 Hp disita satu minggu & besi
laki di lingkungan pesantren tanpa ukuran 10 1 lonjor.
seizin pengasuh / pengurus.
Sumber : Dari Informasi Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid
Hal serupa juga diungkapkan oleh saudari Sova Alawiyah kepada peneliti:
Ada rutinitas selain dari kedua divisi yang tersebut diatas yakni pindahan
kamar kobong bagi seluruh santri setiap satu tahun sekali sebelum libur hari Raya
Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudari Siti Zulakha kepada peneliti:
83
Selanjutnya kegiatan dan rutinitas dari divisi koperasi yakni saudari Rinda
“Menampung usaha santri baik yang masih di pesantren maupun yang sudah
alumni, khususnya bagi santri yang masih berada dipesantren. Program bagi
hasil atas kejasama barang dan jasa. Melatih jiwa wirausaha santri.
Menambah pendapatan pondok pesantren. Menyediakan kebutuhan sehari-
hari para santri mulai dari pakaian, makanan, minuman, printer, galon, alat
mandi dll. Melayani kebutuhan para santri diantaranya, mengolah dan
memasak bahan mentah semisal mie, tempura, minuman, dll. Menjalankan
salah satu usaha milik pengasuh.”
keamanan, koperasi dan program pesantren. Di divisi kebersihan antara lain: Piket
harian, ndalem, ro‟an, masak dan infaq pesantren. Sedangkan di divisi keamanan
antara lain: Pengumpulan HP, mengabsen kelas serta berjamah, dan perizinan.
Divisi koperasi: Menampung usaha santri, program bagi hasil atas kejasama barang
dan jasa, melatih jiwa wirausaha santri, Menyediakan kebutuhan sehari-hari para
santri, menjalankan salah satu usaha milik pengasuh. Program pesantren antara lain
4) Bakti sosial
Bakti sosial atau yang lebih dikenal dengan baksos merupakan salah satu
kegiatan perwujudan dari rasa kemanusiaan, rasa cinta kasih, rasa saling memiliki,
rasa saling tolong menolong, rasa saling peduli kepada masyarakat yang ada di
lingkungan sekitar maupun masyarakat luas yang membutuhkan uluran tangan kita.
maupun pribadi, yang bersifat anjuran. Anjuran dalam baksos disini memiliki
makna bahwa ketika ada tawaran atau ajakan, orang tersebut berhak menyetujui
“Kelas 3 stanawy dan mahad ali oleh pengasuh diberikan wewenang untuk
mengajar di SMP dan SMA NU Wahdatut Tauhid Majalaya dan juga
menjadi Instruktur di balai pelatihan kerja komputer. Tersedia grup WA
85
yang berisi pengurus, dewan guru dan pengasuh, selain untuk broadcast
informasi dan lain sebagainya juga berguna ketika mengingatkan program-
program pesantren. Turut menjaga, merawat dan membersihkan gang
pesantren walaupun lingkungan tersebut bukan sepenuhnya milik kita tapi
bersifat umum. Ada kegiatan milad pesantren, haflah, dan acara keagamaan
lainnya yang melibatkan para santri, warga sekitar dan tamu undangan.
Lomba Agustusan dan lomba lainnya. pembagian daging qurban kepada
masyarakat sekitar pesantren.”
Hal senada juga disampaikan oleh saudari Cici Siti Zuariah kepada peneliti:
“Milad, haflah dan hari besar missal isro‟ mi‟roj, dll. Menjadi CO
pengawas adalah amanat dan tanggung jawab. Sering didukani atau
dimarahi, di panggil, dapat diambil pelajaran bahwa apa yang menurut kita
baik belum tentu bagi orang lain juga baik. Menjadikan saya lebih disiplin,
tepat waktu, dan lebih berpengalaman hal tersebut tersebut.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh saudari Ika Kartika kepada peneliti:
“Yang saya ketahui selama berada dipesantren ini antara lain: lomba
sebelum haflah/setelah ujian pengajian santri takhosus selesai. Milad
pesantren. Menjadi panitia acara haflah akhirussanah pra maupun pasca, dan
lain-lain. Bagi saya, kesemua kegiatan tersebut melatih saya untuk lebih
berani bergaul, mengabdi, masyarakat, lebih merasa percaya diri serta
mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman sebagai bekal hidup
bermasyarakat.”
86
bagi kelas 3 stanawy dan mahad ali, haflah, milad, dan acara keagamaan lainnya
seperti Isro‟ Mi‟roj, Maulid Nabi, pembagian daging qurban, Lomba agustusan
sarana pendukung dan pelengkap dari hambatan dan kekurangan yang ada. Hal
Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudari Cici Siti Zuariyah selaku
Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudari Risma Wati selaku divisi
“Faktor penunjang dari diri saya sendiri adalah belajar untuk bertanggung
jawab terhadap hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain. Belajar untuk
menjadi seorang pemimpin untuk bekal hidup bermasyarakat serta sebagai
87
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh saudari Rinda Febrianti Rozaqoh
kepada peneliti:
peneliti:
88
komponen pesantren, baik dari ketua pondok pesantren, pengurus, santri dan juga
anggota dan santri sebagaimana diungkapkan oleh saudari Wiwi Marwiyah kepada
peneliti:
“Trauma dengan pengalaman masa lalu ketika SMA saya dulu pernah
menjadi ketua di ekstrakulikuler kesenian, namun kemudian gagal, sehingga
sampai sekarang masih ada rasa khawatir, rasa bersalah dan membutuhkan
banyak dukungan dari orang-orang di sekitar, dipondok pun sebelumnya
belum pernah masuk dalam organisasi kepengurusan tiba-tiba ditunjuk dan
dipercaya karena dirasa siap dan mampu oleh pengasuh untuk menjadi ketua
pondok pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya.”
Hal tersebut juga dirasakan oleh para divisi dari bidang masing-masing,
“Masih ada saja santri yang kurang disiplin, perlu ketelatenan untuk
mengingatkan berkali-kali, minimnya sarana dan prasarana terutama air,
sehingga kegiatan bersih-bersih tidak cepat selesai karena menunggu air.
Koordinasi antar divisi belum begitu stabil sehingga terkadang terjadi
kesalah fahaman.”
89
Hal senada juga disampaikan oleh saudari Risma Wati dalam bidangnya
peneliti:
“Santri kurang disiplin dan menganggap remeh jika dalam suatu program
atau kegiatan yang ada di pesantren tidak diancam dengan hukuman.
Terkadang terjadi kesalah fahaman dengan sesama anggota pengurus
maupun dari divisi keamanan sendiri dikarenakan sebab-sebab tertentu,
sehingga terjadi ketimpangan tugas dan memberatkan salah satu pihak.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh saudari Rinda Febrianti dalam
“Hambatan dari diri sendiri: Terkadang timbul rasa malas, malas adalah hal
yang wajar, tinggal kita bagai mana berusaha dan menyikapi hal tersebut,
kalau saya pribadi, ketika malas itu datang, saya puaskan hari itu juga, tetapi
besoknya akan saya ganti dan harus bangkit dua kali lipat dari pada kemarin,
kalau tidak begitu rasa malas tersebut akan bertahan dan berlarut-larut.
Fasilitas yang menjadi penghambat adalah air di pagi hari, sehingga harus
bangun lebih awal, kalau tidak ya resiko.”
90
Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudari Syifa Adawiyah kepada
peneliti:
“Terkadang timbul rasa egois, antipati dalam diri ketika lelah dengan semua
masalah yang bertubi-tubi tak kunjung usai. Diremehkan orang-orang
sekitar dan bawahan yang menganggap bahwa kita ini ketika menasehati
dan mengingatkan di anggap sok- sok an, dan merasa tidak dihargai.”
Hal serupa juga diungkapkan oleh saudari Siti Zulaikha kepada peneliti:
Baik segi penunjang dan penghambat, dimanapun dan kapanpun pasti ada,
tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan bijak atau sebaliknya. Karena dengan
adanya hal tersebut melatih kita untuk bersikap dan melatih pola pikir lebih dewasa,
tidak memanjakan diri, peduli terhadap orang lain serta menjadi yang lebih baik
dari sebelumnya, manfaatnya akan kembali kepada diri kita sendiri baik ketika
Tauhid Majalaya
Wahdatut Tauhid Majalaya telah diwujudkan dalam berbagai program dan rutinitas
Pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata “santri” berarti murid.
Jadi, pesantren adalah tempat tinggal santri dan asrama tempat santri belajar. Secara
Umum, pengertian pesantren adalah asrama tempat santri atau tempat murid-murid
Penelitian ini lebih di fokuskan pada upaya-upaya apa sajakah yang ada di
titik berat pada pendidikan agama dan tinggal dalam suatu asrama, maka pondok
mereka belajar untuk bertanggung jawab dalam mengurusi dirinya, serta belajar
Oleh karena itu, dalam kaitan diatas, pesantren pada hakikatnya bukan
tersendiri, dan pranata itu memiliki hubungan fungsi amal dengan masyarakat serta
hubungan tata nilai dengan kultural masyarakat, khususnya yang ada dalam lingkar
juga merupakan lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan atau sebagai
pondok pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya serta sesuai dengan buku pedoman
yang dapat membentuk sikap sosial santri antara lain: 1. Pengajian santri takhosus.
2. Pengajian rutin. 3. Piket. 4. Bakti sosial. Keempatnya tadi tentu saja sudah
pesantren telah berkiprah pada setiap zaman yang dilaluinya untuk berkembang dan
berinovasi menjadi yang lebih baik untuk melengkapi kekurangan yang ada, baik
Lil’Alamin.
memiliki masa belajar yang cukup lama. Bahkan dapat dikatakan 24 jam sehari.
93
Sehingga konsentrasi para santri untuk belajar dan berupaya mengembangkan diri
pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya terdapat beberapa program dan kegiatan rutin
a. Ma’hadiyah
proses belajar mengajar yang mengkaji ilmu-ilmu agama serta kaitannya dengan
ini lebih diorientasikan pada ilmu-ilmu agama dan ilmu hidup bermasyarakat.
pandangan hidup yang asasi sampai pada dasar yang bersifat operasional, adapun
yaitu UUD 1945 dan dasar Operasional, yaitu UU RI No. 20 Th.2003. tentang
ma’hadiyah, sebagai penopang dan pendukung pendidikan formal yang ada. Selain
mendatang.
94
santri antara lain yakni: 1. Adanya proses belajar mengajar dalam kegiatan
sudah berada di masyarakat luas 3. Mata pelajaran kelas satu diniyah sampai kelas
sudah berada di masyarakat luas. 4. Khitobah atau ceramah bagi kelas tiga stanawy
kepribadian santri yang berilmu luhur dan berakhlakul karimah berguna bagi
kemasyarakatan, akhlak dan muamalah (fiqih, akhlak, hadits, tafsir, tasawuf), ilmu
alat dan tata bahasa (nahwu, shorof, bahasa arab), sejarah pada zaman Nabi
Majalaya.
tafsir, tauhid (Theologi), tasawuf, etika, tarikh (sejarah) dan balaghah (tata bahasa)
(Dhofier, 1994:50).
biasanya ditulis atau dicetak dengan huruf arab baik dalam bahasa arab, jawa
(pegon), dsb. Huruf-hurufnya tidak diberi tanda vocal, oleh karena itu sering
disebut kitab gundul. Karena sifatnya yang gundul itu dalam arti hanya ditulis
konsonan belaka, maka kitab ini tidak mudah dibaca oleh mereka yang tidak
kondisi santri.
demonstrasi,dsb.
96
masih dalam kategori pesatren salafi. Pondok pesantren salafi atau yang sering
kurikulum dan mata pelajaran yang diajarkan ditentukan oleh pengasuh. Hal ini
maupun ketika nanti sudah berada di masyarakat luas. Ustadz maupun ustadzah di
memberikan contoh yang baik, nasehat dan motifasi dalam rangka untuk menjadi
pribadi yang baik dan memberikan manfaat kepada orang lain atas keberadaannya.
Karena ilmu agama dan ilmu kemasyarakatan merupakan satu kesatuan yang utuh.
pesantren yang didalamnya terdapat tempat tinggal santri, tempat tinggal kyai serta
pesantren maupun di luar pesantren, mayoritas para santri belajar di jenjang SMP
97
dan SMA. Jadwal pengajaran pokok terletak pada madrasah diniyah, kyai
b. Pengajian rutin
Kegiatan pengajian rutin ada yang bersifat wajib dan anjuran (sunnah) diikuti
atau menerangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama, pengajian itu
pada umumnya dihadiri oleh orang-orang tertentu atau warga sekitar yang
berminat untuk mendengarkan pengajian tersebut, para wali zaman dahulu dalam
disebut dengan majlis ta‟lim, kuliah shubuh, pengajian rutin dan lain sebagainya.
Tauhid Majalaya dibagi menjadi dua yakni: lingkungan internal dan lingkungan
pengajian rutin berada di dalam yakni di lingkungan pesantren tersebut dan hal ini
bersifat wajib diikuti oleh seluruh santri. Kegiatan di lingkungan internal meliputi:
98
Mengaji setiap waktu, tausiyah setelah sholat berjamaah, kajian kitab berbahasa
Arab atau sunda, tahlil, istighosah, diba‟, musyawarah, kuis santri dan sholat
berjamaah.
yang merupakan bentuk umum dalam proses-proses sosial adalah interaksi sosial.
sekali pada hari minggu dan satu bulan sekali setiap malam rabu terakhik di masjid
diatas tentunya bukan tanpa tujuan dan manfaat bagi yang menghadirinya, justru
akan menimbulkan kesadaran santri untuk bersikap sosial, intropeksi diri, saling
berinteraksi, lebih menghormati yang lebih tua atau yang senior, menimbulkan
kedekatan emosional, timbul rasa saling memaafkan, menghargai orang lain dan
menjadi pendengar yang baik, melatih santri untuk berfikir sejalan dengan hati
serta pengembangan sikap dan kepribadian nasional. Karena itu pula, pengajian
99
mampu melatih santri siap hidup bermasyarakat, karena dari latihan tersebut
menjadi terbiasa baik ketika saya masih berada di pesantren maupun ketika terjun
ke masyarakat.
c. Piket
maupun pribadi yang bersifat wajib untuk dilaksanakan para santri berdasarkan
Menurut Zamaksari Dhofier, santri berasal dari ikatan kata san (manusia
baik) dan tri (suka menolong), sehingga santri berarti manusia baik yang suka
menolong secara kolektif. Santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah jauh
dan menetap di pesantren. Santri yang sudah lama mukim biasanya memikul
lain: Piket harian, ndalem, ro‟an dan infaq pesantren. Dari divisi kebersihan,
program-program didalamnya yakni ada beberapa piket yang menjadi tugas dan
sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses
penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti
bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya. Kebersihan adalah
salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik. Manusia perlu menjaga
kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak
menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun
orang lain.
ro‟an, dan infaq kebersihan. Kedua, divisi keamanan antara lain: Pengumpulan
HP, absen berjamaah dan mengaji, dan perizinan. Ketiga, divisi koperasi:
Menampung usaha santri, program bagi hasil atas kejasama barang dan jasa,
yaitu suatu proses yang ada dalam diri seseorang, berdasarkan pengalaman
menjadi terbiasa dan menyiapkan mental dan sikap sosial. Sikap manusia bukan
101
sesuatu yang melekat sejak lahir, tetapi diperoleh melalui proses pembelajaran
Sikap terbentuk melalui proses belajar sosial (suatu proses dimana individu
memperoleh informasi tingkah laku, atau sikap baru dari orang lain), serta
perasaan, dan kecenderungan tingkah laku seseorang terhadap objek sikap dengan
yang telah ditetapkan di awal yakni ketika sosialisasi dan musyawarah bersama
mengenai jadwal dan lokasi yang telah ditentukan beserta. Manfaat yang
diperoleh dari program didivisi kebersihan antara lain yakni: Melatih sikap
simpati dan empati terhadap lingkungan dan orang-orang disekitar, melatih untuk
hidup bersih dimanapun dan kapanpun kita berada. Dari program divisi keamanan
antara lain yakni: Melatih sikap disiplin, simpati dan empati terhadap orang
antar sesama, bersikap sopan santun. Dari divisi koperasi antara lain: Melatih
lancar. Untuk pidahan kamar tujuannya adalah agar mudah beradaptasi dengan
d. Bakti sosial
102
Bakti sosial atau yang lebih dikenal dengan baksos merupakan salah satu
kegiatan perwujudan dari rasa kemanusiaan, rasa cinta kasih, rasa saling
memiliki, rasa saling tolong menolong, rasa saling peduli kepada masyarakat
pesantren memiliki pranata tersendiri, dan pranata itu memiliki hubungan fungsi
amal dengan masyarakat serta hubungan tata nilai dengan kultural masyarakat,
agama dan sosial keagamaan atau sebagai gerakan pengembangan Islam. Dalam
subkultur.
maupun pribadi, yang bersifat anjuran. Anjuran dalam baksos disini memiliki
makna bahwa ketika ada tawaran atau ajakan, orang tersebut berhak menyetujui
dan SMA NU Wahdatut Tauhid, haflah, haul, harlah, dan acara keagamaan
103
lainnya seperti Isro‟ Mi‟roj, Maulid Nabi, pembagian daging qurban, Lomba
Hubungan simbiotik yang demikian ini terjadi dengan begitu dominan dan
mewarnai berbagai tradisi pesantren dan masyarakat itu sendiri. Bahkan, dalam
beberapa hal, pesantren disejumlah kasus telah maju dengan mengambil inisiatif
ke depan. Pesantren pesantren tersebut bukan saja memproduksi alumni yang ahli
sosial memberikan kontribusi bagi seluruh lapisan masyarakat, baik dari golongan
santri, pemimpin, warga dan masyarakat sekitar. Adapun Manfaat bakti sosial
tepat waktu, dan lebih berpengalaman. Memberikan timbal balik kepada orang
lain sebagai rasa terima kasih, pastilah dengan jalan saling mengenal, memahami,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, faktor penunjang memiliki arti hal
atau kondisi yang dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha, atau
produksi.
dalam menjadikan segala sesuatu agar menjadi lebih baik untuk kedepannya.
kesusahan dalam mengatur waktu secara efektif dan efisien serta tidak menjadi
halangan untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh selama ini baik di lingkungan
pesantren maupun di luar pesantren. Justru dengan adanya program serta rutinitas
yang padat setiap harinya serta bertemu dengan berbagai macam watak dan karakter
gotong royong, simpati, empati, sabar, rendah hati, lebih bersikap dewasa dan
keibuan, mampu mengatur waktu dengan baik serta mengabdikan ilmu yang
105
diperolehnya selama ini kepada orang lain yang membutuhkan karena ketika di
asrama sudah terbiasa dilatih dan dibina dalam rangka upaya pengembangan sikap
sesuai dengan temuan peneliti ketika wawancara dan yang tercantum di buku
pedoman tata tertib Pondok Pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya antara lain: 1.
a. Faktor penunjang yang ada di ma’hadiyah antara lain: kelas ma’hadiyah yang
memadai, didukung adanya meja belajar. Kurikulum dan kitab- kitab yang
bermasyarakat. Ustadz dan ustadzah yang ahli dalam bidangnya yang berasal
dari pesantren itu sendiri dan ada juga yang dari luar pesantren. Metode
b. Faktor penunjang yang ada di pengajian rutin antara lain: pengajian rutin
tersebut dibimbing oleh pengasuh, ustadz dan ustadzah dari pesantren maupun
dari luar pesantren yang mempunyai pengalaman serta wawasan ilmu yang luas
pengetahuan agama yang luas dan lebih mendalam untuk diamalkan terhadap
diri sendiri dan orang lain. Berperan sebagai penambah dan pelengkap ilmu
yang lainnya sebagai dasar atau pondasi keimanan dalam menjalani kehidupan.
c. Faktor penunjang yang ada di piket antara lain: didukung oleh sarana dan pra
sarana yang lengkap dan memadai antara lain yakni: dari divisi kebersihan
koperasi serta bangunan koperasi itu sendiri sebagai tempat transaksi jual beli,
menjual barang hasil produksi atau yang lainnya. Adanya koordinasi, saling
mengingatkan, dan gotong royong baik dari pihak penguru maupun santri yang
mengenai program kerja selama seminggu ini apakah berjalan dengan baik atau
saran serta pengesahan peraturan baru juga atas persetujuan antara kedua belah
d. Faktor penunjang yang ada di bakti sosial antara lain: mendapatkan wewenang
digunakan sebaik mungkin, bisa bermanfaat bagi orang lain terutama yang
e. Faktor penunjang yang berasal dari diri sendiri antara lain: komitmen dan
prinsip untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan tugas yang diemban
serta tidak ingin mengecewakan orang lain terutama orang tua dan pengasuh.
dimasyarakat terutama soeorang wanita yang nantinya menjadi seorang istri dan
merawat anak.
f. Faktor penunjang yang berasal dari orang lain antara lain: dukungan dan
motivasi dari orang tua, guru, pengasuh, pengurus, saudara, teman dekat
sikap sosial santri tak luput juga adanya hambatan-hambatan yang terkadang
pastilah ada hambatan, kendala dan resiko dalam menjalaninya. Tetapi hal tersebut
tidak akan terasa berat dan menjadi penghalang jika disikapi dengan bijak. Berikut
a. Faktor penghambat yang ada di ma’hadiyah antara lain: terkadang timbul rasa
malas berangkat diniyah akibat badan terasa letih akibat aktifitas di luar
pesantren seperti dari sekolah, organisasi, dll. Rasa jenuh dengan sekelumit
rutinitas yang sama dan terus menerus serta ada sebagian guru yang
b. Faktor penghambat yang ada di pengajian rutin antara lain: terkadang jam
sekolah atau ada jadwal lainnya yang bertepatan dengan jadwal pengajian rutin,
keluarnya air, karena sanyo di program timer, sehingga apabila tidak langsung
berangkat dan bersiap-siap maka akan terlambat. Turun hujan, hujan yang tidak
segera reda, sehingga membatalkan niat semula untuk berangkat karena dirasa
c. Faktor penghambat yang ada di piket antara lain yakni: dari divisi kebersihan:
program yang diamanatkan oleh pengasuh, masih saja ditemukan santri yang
menganggap remeh dan melanggar tata tertib keamanan. Dari divisi koperasi:
malas untuk melayani santri dikarenakan situasi dan kondisi yang kurang
mendukung.
d. Faktor penghambat yang berasal dari diri sendiri antara lain: butuh adanya
orang lain. Terkadang timbul rasa malas, dan bosan dengan kegiatan yang sama
e. Faktor penghambat yang berasal dari orang lain antara lain: masih ada santri
santri.
penghambat, dengan kata lain melengkapi kekurangan yang ada, tinggal bagaimana
kita menyikapinya dengan bijak, sabar dan telaten. Karena dengan adanya hal
tersebut melatih kita untuk bersikap dan melatih pola pikir yang lebih dewasa, tidak
selalu memanjakan diri, peduli terhadap orang lain serta menjadi yang lebih baik
dari sebelumnya, serta manfaatnya akan kembali kepada diri kita sendiri baik ketika
BAB V
PENUTUP
110
A. Kesimpulan
Tauhid Majalaya terdapat beberapa program dan kegiatan rutin bagi seluruh santri
kebutuhan para santri ketika di pesantren maupun ketika nanti sudah berada di
pada hari minggu dan satu bulan sekali setiap malam rabu terakhik di masjid
Faruq., piket diantaranya piket harian, ndalem, mingguan, ro‟an, dan infaq
diantaranya yakni lembaga madrasah, TPQ, instruktur balai kerja komputer, dan
les privat.
sosial santri di pondok pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya yaitu dari program
pesantren sendiri seperti program maha’diyah, pengajian rutin, piket, dan bakti
sosial, selain itu lingkungan pertemanan, motivasi dari orang lain dan yang paling
penting dari diri sendiri. Baik dari faktor-faktor penunjang dan penghambat,
adanya penghambat, dengan kata lain melengkapi kekurangan yang ada, tinggal
111
bagaimana kita menyikapinya dengan bijak, sabar dan telaten. Karena dengan
adanya hal tersebut melatih kita untuk bersikap dan melatih pola pikir yang lebih
dewasa, tidak selalu memanjakan diri, peduli terhadap orang lain serta menjadi
yang lebih baik dari sebelumnya, serta manfaatnya akan kembali kepada diri kita
B. Saran
berbasis pondok pesantren Wahdatut Tauhid Majalaya, maka saran yang dapat
1. Bagi pesantren
perlengkapan yang dirasa kurang dan perlu dilengkapi lagi sesuai dengan
kebutuhan dari masing-masing lokasi, divisi dan kebutuhan para santri dalam
berupa program dan rutinitas pesantren semakin baik dan berjalan lancar untuk
kedepannya.
pembelajaran di madrasah diniyah agar santri tidak merasa bosan dan malas
dalam proses pembelajaran, agar santri merasa tidak terbebani, timbul minat
dan rasa antusias dalam diri santri, serta kefahaman santri dalam mempelajari
3. Bagi pengurus
pesantren dengan jadwal kesibukan para santri agar program serta rutinitas
depannya dan berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan apa yang
diharapkan.
4. Bagi santri
tidak terlalu kelelahan dan tenaga pulih kembali. Lebih memahami mana
yang harus lebih diprioritaskan, dan mendahulukan kewajiban dari pada hak
mata pelajaran di madrasah diniyah. Dan tak lupa selalu berdo‟a, berusaha,
berikhtiar dan tawakkal agar hasil yang didapatkan dari menuntut ilmu dan
113
Sumber Buku
Arifin. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksar
Faruq, Umar H.R. 2016. Ayo Mondok Biar Keren, Lamongan: Media Grafika
Printing.
114
115
Hakim, Abdul. 2008. Bunga Rampai Pemikiran Islam Kebangsaan. Jakarta: Baitul
Muslimin
Joesoef, Soelaiman. 2008. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara
Sumber jurnal
Handani, S. & Rosita, S. 2020. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Viii Di Smp Penida Katapang
Tahun Ajaran. 2019/2020, Vol. 3 No. 2.
Sumber Skripsi
Masruroh. 2017. Upaya Pengembangan Sikap Sosial Santri Pondok Pesantren Al-
Ishlahiyah Malang. Skripsi. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang
Sumber Internet
Pedoman Wawancara
Inisial Informan : Wiwi Marwiyah
Dua anggota.
Informan
(I)………………
PASAL 4 LARANGAN-LARANGAN
Setiap santri dilarang:
21. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariat
Islam, peraturan yang berlaku dan Tata Tertib Pondok
Pesantren
22. Melakukan perbuatan yang merugikan dan mencemarkan
nama baik Pondok Pesantren
23. Pulang tanpa seizin Pengasuh Pondok Pesantren
24. Keluar dari lingkungan Pondok Pesantren tanpa seizin
Pengurus atau Pengasuh
25. M e n gk on sum s i o b a t - ob a t t e r l a r a n g
26. Menonton/datang ke gedung (tempat) bioskop,
bermain game atau pertunjukan-pertunjukan lainnya
27. Membawa dan atau memakai barang santri lain tanpa izin pemiliknya
28. Mengikuti pelajaran tambahan di luar pondok tanpa izin dari
Pengasuh
29. Mempergunakan fasilitas Pondok Pesantren yang tidak
diperuntukkan bagi santri tanpa seizin pengasuh atau
pengurus
30. Mengadakan latihan olah raga diluar waktu yang telah ditentukan
31. Mem asu ki ka ma r s ant r i l a i n t an pa i z i n d ar i ya n g be
rh ak
32. Tidur di tempat/ranjang santri lain
33. Merokok di lingkungan dan atau diluar Pondok Pesantren
bagi yang belum cukup umur
34. Memakai aksesoris seperti gelang, kalung, anting, tindik,
samir, tato, pacar, hena
35. Membawa alat elektronik seperti handphone, mp3, mp4,
power bank, radio, tape recorder
36. Membawa majalah, novel komik atau sejenisnya yang
tidak islami dan tidak mendidik
37. Membawa senjata tajam atau benda-benda lain yang membahayakan
38. Berambut panjang (khusus putra) kuku panjang dan
mengenakan cat kuku serta cat rambut
39. Berbicara kotor atau tidak pantas
40. Membuat onar dan kegaduhan
BIODATA
MAHASISWA
No Telepon : 085766552963
Sinta Diani