Anda di halaman 1dari 133

TESIS

PERAN IBU DALAM PEMBELAJARAN DARING DI ERA COVID


19 DI KELURAHAN JONGAYA KOTA MAKASSAR

THE ROLE OF MOTHERS IN ONLINE LEARNING THE ERA OF


COVID 19 AT JONGAYA SUBDISTRICT OF MAKASSAR CITY

ANDI ANGGUN DWIUTARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

i
PERAN IBU DALAM PEMBELAJARAN DARING DI ERA COVID
19 DI KELURAHAN JONGAYA KOTA MAKASSAR

THE ROLE OF MOTHERS IN ONLINE LEARNING THE ERA OF


COVID 19 AT JONGAYA SUBDISTRICT OF MAKASSAR CITY

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


Program Pascasarjana untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

ANDI ANGGUN DWIUTARI


201050203017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN TUTUP

Judul : Peran Ibu Dalam Pembelajaran Daring di Era Covid


19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar
Nama : Andi Anggun Dwiutari
NIM : 201050203017
Program Studi : Pendidikan IPS/Sosiologi

Menyetujui,
Komisi Penasehat,

Prof. Dr. Darman Manda, M.Hum Dr. A. Octamaya Tenri Awaru, S.Pd., M.Pd
Ketua Anggota

Mengetahui:

Ketua Direktur
Program Studi Program Pascasarjana
Pendidikan IPS Universitas Negeri Makassar

Dr. Najamuddin, M.Hum Prof. Dr. H. Hamsu Abdul Gani, M.Pd


NIP.19640723 199203 1 003 NIP.19601231 198503 1 029

iii
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah

SWT, karena atas hidayah, karunia dan nikmat, terutama nikmat umur dan

kesempatan yang telah diberikan sehingga dalam penyusunan tesis dapat

diselesaikan pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada

junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan semoga kita

mendapatkan syafaatnya dihari kemudian.

Karya tulis ilmiah yang telah diselesaikan ini, merupakan salah satu

tahapan dari proses yang panjang untuk mewujudkan cita-cita dan tuntunan

akademik selaku mahasiswa. Karya ini amat sederhana walaupun proses untuk

mewujudkan suatu tesis tidak sesederhana seperti yang dibayangkan sebelumnya.

“Peran Ibu Dalam Pembelajaran Daring di Era Covid 19 di Kelurahan Jongaya

Kota Makassar”, dapat selesai, walaupun dalam proses penyelesaiannya melalui

perjuangan yang panjang bagi penulis.

Dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih kepada komisi penasehat yaitu Prof. Dr. Darman Manda, M.

Hum, beserta Dr. A. Octamaya Tenri Awaru, S.Pd, M.Pd yang banyak

memberikan masukan dan arahan dalam penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih

juga disampaikan kepada tim penguji yakni, Prof. Dr. Jumadi, S.Pd., M.Si, Dr.

Najamuddin, M.Hum dan Dr. Sulaiman Samad M.Si, yang banyak memberikan

masukan yang sangat berguna dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini.

Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri

Makassar Bapak Prof. Dr. Ir. H. Husein Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng, dan

iv
ucapan yang sama kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri

Makassar Bapak Prof. Dr. Hamsu Abdul Gani, M.Pd serta jajarannya Asisten

Direktur I, Asisten Direktur II, dan Asisten Direktur III.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Najamuddin, M.Hum selaku Ketua

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang telah memotivasi

penulis dalam menyelesaiakan tugas-tugas demi mencapai jenjang ilmu yang lebih

tinggi, semoga mendapatkan pahala dari Allah SWT. Ucapan terima kasih juga

kepad Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar yang telah

mentransferkan ilmu pengetahuan dan arahan selama penulis mengikuti proses

perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang

terkait yang telah membantu proses penyusunan tesis ini, Teristimewa kepada

keluarga saya Ayah Prof. Dr. Ir. A. Muhammad Idkhan, MT, dan Ibu Ir. Sarwaty

Sahabuddin, M.Pd, dan kakak adik yang telah memberikan dukungan moril dan

materil, motivasi, cinta dan kasih sayangnya serta do’a yang senantiasa

mengiringi perjuangan penulis hingga dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini

masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan, olehnya itu penulis sangat

mengharapkan koreksi, saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari berbagai

pihak.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman PPS

UNM Prodi Ilmu Pengetahuan Sosial 2020, Khaerunnisa Arham dan Arina Ulin

Niama telah meluangkan banyak waktunya atas kebersamaan selama ini.

v
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari kata sempurna,

kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, untuk sempurnanya tesis

ini sebagai suatu karya ilmiah, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan. Akhir kata atas kehadirat dan hidayah dari Allah SWT

sekiranya karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, Negara dan

bangsa. Atas bantuan dari semua pihak penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya dan semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang

berlipat ganda. Aamiin.

Makassar, 1 Maret 2022

Andi Anggun Dwiutari

vi
PERNYATAAN KEORISINALAN TESIS

Saya., Andi Anggun Dwiutari


NIM: 201050203017
Menyatakan bahwa tesis yang berjudul Peran Ibu Dalam Pembelajaran
Daring di Era Covid 19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar merupakan karya
asli. Seluruh ide yang ada dalam tesis ini, kecuali yang saya nyatakan dalam
kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain itu, tidak ada bagian dari
tesis ini yang telah saya gunakan sebelumnya untuk memperoleh gelar atau
sertifikat akademik.
Jika pernyataan di atas terbukti sebaliknya maka saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh PPs Universitas Negeri Makassar.

Tanda Tangan……………… Tanggal, 1 Maret 2022

vii
ABSTRAK

Andi Anggun Dwiutari. 2022. Peran Ibu Dalam Pembelajaran Daring di Era
Covid 19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar, “dibimbing oleh” (Darman
Manda dan A. Octamaya Tenri Awaru).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan bentuk peran
ibu dalam membantu anak dalam pembelajaran daring di masa pandemic covid
19, strategi ibu dalam membagi peran kegiatan rumah tangga dengan kegiatan
membantu anak dalam pembelajaran daring, dan dampak ibu mendampingi anak
dalam pembelajaran daring. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan penentuan jumlah informan terdiri dari 10 informan yang dipilih
dengan teknik purposive sampling dengan kriteria ibu rumah tangga berkarir dan
mempunyai anak bersekolah di sekolah dasar (SD) di Kelurahan Jongaya. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik pengabsahaan data yang digunakan yakni triangulasi
sumber.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) bentuk peran ibu dalam membantu
anak dalam pembelajaran daring di masa pandemic covid 19 di Kelurahan
Jongaya yaitu yang pertama peran ibu sebagai guru di rumah atau sebagai
fasilitator, kedua peran ibu sebagai motivator, dan ketiga peran ibu sebagai
pengawas/pengarah, 2) strategi ibu dalam membagi peran kegiatan rumah tangga
dengan kegiatan membantu anak dalam pembelajaran daring di Kelurahan
Jongaya yaitu strategi afektif yakni mendampingi anak belajar sambil
mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan kantor (karier), dan mendampingi
anak belajar sambil mengerjakan pekerjaan kantor (karier) kemudian mengerjakan
pekerjaan rumah, sedangkan strategi sosialisasi yakni, mendampingi anak belajar
sambil mengerjakan pekerjaan kantor (karier) dan pekerjaan rumah tangga
diserahkan pada ART (Asisten rumah tangga) ataupun anggota keluarga untuk
membantu meringankan peran ibu, 3) dampak positif yaitu ibu dapat mengetahui
secara langsung perkembangan pendidikan anak. Sedangkan, dampak negatif
adalah waktu untuk istrahat menjadi sedikit karena bertambah beban kerja, waktu
untuk bermain dengan keluarga berkurang karena waktu senggang digunakan
untuk mengerjakan pekerjaan kantor (karier), ibu menjadi lebih emosional karena
anak dalam mengerjakan tugas tidak fokus dan banyak bermain.

Kata Kunci: Peran Ibu, Pembelajaran Daring

viii
DAFTAR ISI

Hal

PRAKATA ........................................................................................................iv
PERNYATAAN KEORISINALAN TESIS ....................................................vii
ABSTRAK..................................................................................................... .viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. .xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Keluarga dalam Pembelajaran Daring ............................................. 8
B. Strategi Perempuan Berperan Ganda dalam Membagi Peran ...................16
C. Dampak Perempuan Berperan Ganda .....................................................18
D. Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid 19 ..................................20
E. Tinjauan Sosiologis Tentang Peran Ibu ...................................................24
F. Penelitian Terdahulu...............................................................................27
G. Kerangka Konsep ...................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................32
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................33
C. Sasaran dan Fokus Penelitian..................................................................33
D. Informan Penelitian ................................................................................34
E. Sumber Data...........................................................................................34
F. Instrumen Penelitian ...............................................................................35
G. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................36

ix
H. Teknik Analisis Data ..............................................................................38
I. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian ............................................................40
J. Teknik Pengabsahan Data.......................................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................42
B. Pembahasan ...........................................................................................65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................93
B. Saran ......................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................96
LAMPIRAN .................................................................................................. 100
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 120

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kelurahan Jongaya 39


Tabel 4.2 Ibu Rumah Tangga Berkarir di Kelurahan Jongaya 39
Tabel 4.3 Ibu Rumah Tangga Berkarir dan memiliki Anak Bersekolah
pada SD di Kelurahan Jongaya 41
Tabel 4.4 Peran Ibu dalam Membantu anak dalam Pembelajaran
Daring Pada Masa Pandemic Covid 19 di Kelurahan
Jongaya 54

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir 30

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Informan Penelitian 101


Lampiran 2. Pedoman Observasi 103
Lampiran 3. Pedoman Wawancara 104
Lampiran 4. Pedoman Dokumentasi 108
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian 109
Lampiran 6. Persuratan 114

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia.

Melalui pendidikan, kita mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada

peserta didik agar mereka mampu menyerap, menilai, dan mengembangkan secara

mandiri ilmu yang dipelajarinya. Pendidikan pada umumnya adalah bimbingan

atau arahan yang berwujud pengaruh yang diberikan oleh orang dewasa. Maksud

dewasa adalah dewasa secara integrasi, yaitu dewasa pikiran, perasaan, kemauan,

umur, tingkah laku, sikap dan kepribadian atau dengan kata lain dewasa dalam

cipta, rasa dan karsa. Pendidikan merupakan proses mendidik dan menuntun anak

didik untuk mencapai tujuan tertentu dalam wujud perubahan-perubahan positif

dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud merupakan bagian proses kedewasaan

yang berlangsung secara terus menerus yang pada akhirnya berwujud kedewasaan

pada anak. Pendidikan berawal dari keluarga yaitu kedua orang tua (informal)

kemudian dilanjutkan dengan pendidikan di sekolah (formal) serta pendidikan di

lingkungan masyarakat (non formal).

Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak harus mencakup

seluruh aspek kemanusian, baik segi kejiwaan, fisik, intelektual maupun sosial.

Pendidikan tidak boleh hanya menekankan pada satu segi saja dengan

mengabaikan yang lain. Berbagai potensi dan kecenderungan anak perlu

dikembangankan secara bertahap menuju kondisi yang lebih baik. Peran orang tua

merupakan peran yang memiliki andil dalam mendukung keberhasilan anaknya

1
2

terutama dalam hal meningkatkan motivasi belajar anak. Orang tua berperan

untuk mengupayakan perkembangan potensi anak, baik potensi kognitif, afektif

maupun psikomotorik. Motivasi yang diberikan orang tua tidak hanya sebatas

ucapan, tetapi juga bentuk lain sehingga mampu membangkitkan semangat dan

motivasi belajar anak. Orang tua dalam menjalankan perannya dalam pendidikan

perlu dengan terus menerus untuk mendorong, membimbing, memotivasi dan

memfasilitasi demi tercapainya pendidikan anak yang baik terlebih dalam keadaan

sekarang yaitu adanya pandemi Covid-19.

Maka disini akan terlihat bagaimana pola asuh Ibu saat belajar di rumah.

Berkaitan dengan hal tersebut, pada awalnya banyak Ibu yang menolak

pembelajaran daring untuk anaknya, karena mereka masing-masing dengan

kerjaanya ataupun karir ibunya. Selain itu seiring kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi, kini pendekatan pembelajaran telah berubah kearah pembelajaran

abad pengetahuan. Orang dapat belajar dimana saja, kapan saja dan dimana saja.

Itulah ciri pembelajaran abad pengetahuan yang dikenal sebagai berbasis

komputer (Kunarto, 2017: 99).

Pandemi Covid-19 (coronavirus disease 2019) pertama muncul di akhir

tahun 2019 tepatnya di Wuhan, China. Covid-19 merupakan sebuah virus yang

penularannya sangat cepat dan sulit untuk mengetahui ciri-ciri orang yang sudah

terjangkit virus ini karena masa inkubasinya kurang lebih selama 14 hari. Hampir

seluruh negara mengalami dampak pandemi ini, hingga banyak negara-negara

yang menetapkan status lockdown dan antisipasi lainnya guna memutuskan mata

rantai penyebaran Covid-19.


3

Akibat dari kebijakan tersebut banyak sektor yang lumpuh, misalnya

sektor ekonomi yang paling utama lumpuh akibat pandemi ini. Selain sektor

ekonomi yang mengalami dampak, pendidikan juga merupakan salah satu sektor

yang juga mengalami langsung dampak pandemi ini. Menurut Unesco tercatat

setidaknya 1,5 miliar anak usia sekolah yang terkena dampak Covid-19 dari 188

negara termasuk 60 juta diantaranya ada di negara Indonesia. Akibat pandemi ini

sekolah-sekolah ditutup, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah

penyebaran Covid-19.

Meskipun sekolah ditutup namun proses pembelajaran tidak berhenti,

berdasarkan surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan bahwa seluruh

kegiatan pembelajaran dilakukan dengan sistem pembelajaran dalam jaringan

(daring) di rumah. Pembelajaran daring merupakan sebuah pembelajaran yang

dilakukan dalam jarak jauh melalui media berupa internet dan alat penunjang

lainnya seperti telepon seluler dan komputer. Pembelajaran daring sangat berbeda

dengan pembelajaran seperti biasa, menurut Riyana pembelajaran daring lebih

menekankan pada ketelitian dan kejelian peserta didik serta peran orang tua dalam

menerima dan mengolah informasi yang disajikan secara online. Konsep

pembelajaran daring memiliki konsep yang sama dengan e-learning.

Pandemi Covid-19 ini telah mengubah pola pembelajaran yang semestinya

tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh atau biasa disebut daring.

Keterbatasan pengetahuan akan penggunaan teknologi menjadi salah satu kendala

dalam sistem pembelajaran daring ini. Terutama orang tua pada situasi ini dituntut

untuk membimbing anak-anaknya dalam pembelajaran berbasis internet ini.


4

Selama pembelajaran daring berlangsung banyak orang tua yang mengeluhkan

beberapa masalah yang dihadapi selama peserta didik belajar dirumah,

diantaranya orang tua merasa kesusahan dalam membujuk anaknya untuk belajar,

kuota yang kurang mendukung, sinyal juga terkadang susah, terlalu banyak tugas

yang diberikan dan guru yang belum mengoptimalkan teknologi.

Bagi orang tua peserta didik yang terbiasa menggunakan teknologi

mungkin tidak menjadi masalah, tetapi bagi orang tua peserta didik yang awam

akan penggunaan teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam membimbing

anaknya pada situasi ini. Hal ini tentu bukan hal yang mudah bagi semua elemen

pendidikan terutama orang tua menghadapi transisi dalam sistem pembelajaran

ini. Sebelum adanya situasi ini, tidak banyak waktu orang tua dalam membimbing

anaknya, bahkan sampai orang tua hanya sekedar sebagai pemenuh materi saja.

Namun hari ini situasinya berubah, orang tua menjadi lebih banyak waktu dalam

membimbing anaknya dan terjalin kedekatan emosional lebih dari sebelumnya.

Peran serta orang tua peserta didik dalam sistem belajar di rumah ini tidak bisa

dipungkiri. Jika dokter sebagai garda terdepan dalam menangani Covid-19, maka

orang tua adalah garda terdepan yang mengawal anak-anaknya tetap belajar

dirumah masing-masing.

Berdasarkan observasi awal di kelurahan Jongaya banyak Ibu yang

mengeluhkan karena kesibukannya bekerja. Selama ini Ibu memberikan tanggung

jawab pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Di karenakan melihat kondisi

sekarang Ibu memiliki peran ganda dalam proses pembelajaran daring di rumah.

Selain tanggung jawab mendidik anak, Ibu juga dituntut untuk mendampingi anak
5

belajar daring dari rumah sebagai ganti pembelajaran tatap muka di sekolah.

Dalam kondisi saat ini para Ibu menjalankan peran ganda terhadap pendidikan.

Ibu dituntut memikirkan dan merealisasikan pendidikan terbaik bagi anak-

anaknya. Kewajiban ini melekat pada setiap individu Ibu.

Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang peran orang tua dalam pembelajaran daring dalam pendidikan anak

usia dini dengan judul “Peran Ibu Dalam Pembelajaran Daring di Era Covid-

19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk peran ibu dalam membantu anak dalam pembelajaran

daring di masa pandemic covid 19?

2. Bagaimana strategi ibu dalam membagi peran kegiatan rumah tangga dengan

kegiatan membantu anak dalam pembelajaran daring?

3. Apa dampak ibu mendampingi anak dalam pembelajaran daring?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai peran ibu dalam pembelajaran daring di era covid 19

di kelurahan jongaya:

1. Untuk mengetahui bentuk peran ibu dalam menghadapi anak dalam

pembelajaran daring di masa pandemic covid 19.

2. Untuk mengetahui strategi ibu dalam membagi peran kegiatan rumah tangga

dan karir dengan kegiatan membantu anak dalam pembelajaran daring.


6

3. Untuk mengetahui dampak ibu dalam mendampingi anak dalam pembelajaran

daring?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada semua

pihak khususnya pihak-pihak sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan dapat

memperkuat teori-teori yang berkaitan dengan kajian sosiologi mengenai

sosiologi keluarga yang kaitannya dengan peran ibu dalam pembelajaran daring di

era covid-19.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua

Meningkatkan peran orang tua dan rasa tanggung jawab dalam

mengawasi, mendidik, membimbing, dan memotivasi anak-anaknya agar tetap

dapat mencapai tujuan pembelajaran meskipun dengan pembelajaran daring dan

sebagai masukan agar mereka tidak hanya memberikan tanggung jawab

pendidikan kepada sekolah saja. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat untuk orang tua dalam mendampingi pembelajaran daring anak dan

pengawasan terhadap kedisiplinan belajar anak selama masa pandemic Covid 19.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai

referensi dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran dalam masa


7

pandemic Covid 19. Membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar peserta

didik, dan menanamkan kreativitas guru dalam usaha pembenahan pembelajaran.

c. Bagi Peserta Didik

Melalui pembelajaran daring peserta didik dimungkinkan untuk tetap

dapat belajar sekalipun tidak hadir secara fisik di dalam kelas. Kegiatan belajar

menjadi sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan ketersediaan waktu

peserta didik.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Keluarga dalam Pembelajaran Daring

Peran orang tua sangat penting dalam menentukan keberhasilan

pendidikan anak-anak mereka. Induk peran dan tanggung jawab antara lain dapat

diwujudkan dengan membimbing kelangsungan anak belajar di rumah sesuai

dengan program yang telah dipelajari oleh anak-anak di sekolah belajar. Orang tua

atau keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi

anak-anak, pendidikan orang tua lebih menekankan pada aspek moral atau

pembentukan kepribadian dari pada pendidikan untuk menguasai ilmu

pengetahuan, dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat

individual, sesuai dengan pandangan hidup orang tua masing-masing, sekali pun

secara nasional bagi keluarga-keluarga Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu

Pancasila.

Keluarga sebagai pusat pendidikan utama, keluarga (orang tua) merupakan

pendidik pertama bagi anak-anak karena dari merekalah anak mula-mula

menerima pendidikan, dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan itu

terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua mempunyai peranan penting dan

sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, sejak seorang anak lahir

ibunyalah yang selalu disampingnya.

Peran orang tua dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-

anaknya memang tidak perlu diragukan lagi. Banyak peran orang tua dalam

mendukung pendidikan anak-anaknya, salah satunya adalah melakukan

8
9

pendampingan terhadap anak dalam belajar dirumah, (Emmy, 2008: 37).

Pendampingan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak, misalnya dengan

cara menyiapkan hari pertama di sekolah, mendampingi anak belajar, menjaga

kesehatan anak, memberi perhatian, membantu anak ketika mengalami kesulitan

belajar dan lain-lain. Peran orang tua pada pembelajaran daring juga terlihat

bahwa anak diasuh dengan hal-hal yang baik dengan menanamkan pendidikan

karakter seperti, mengajarkan disiplin, mandiri, tanggung jawab, dan

menghormati orang yang lebih tua. Sejalan dengan pendapat (Utami, 2015) bahwa

penanaman dan pembentukan karakter yang positif harus terus dilakukan kepada

anak, karena karakter merupakan penentu kesuksesan anak.

Penelitian yang dilakukan Tamsari (dalam Warsito, 2015) menunjukkan

bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga terutama orang tua dapat

mempengaruhi pembentukan karakter siswa. Dukungan tersebut dapat berupa

kasih sayang, perhatian, serta bimbingan yang diberikan kepada anak.

Menurut Novrinda (2017: 42) “Orang tua adalah pria dan wanita yang
terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab
sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya”.
Peranan orang tua sangat penting dalam mendampingi anak-anaknya,

karena pendampingan yang baik menjadi salah satu faktor dalam proses tumbuh

dan berkembangnya seorang anak. Adanya pendampingan yang dilakukan oleh

orang tua kepada putra-putrinya dalam melakukan kegiatan belajar di rumah akan

berpengaruh terhadap tingkah laku yang mengarah pada kedisiplinan dalam

belajar. Motivasi yang diberikan kepada anak hendaknya mengarah pada

peningkatan motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini

dapat tercipta apabila terjadi ikatan emosional antara orang tua dengan anaknya.
10

Suasana rumah yang aman dan nyaman akan membantu anak untuk

mengembangkan dan mempersiapkan dirinya menuju masa depan (Prasetyo,

2018: 16). Dalam upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan

berkualitas, dibutuhkan adanya usaha atau upaya yang konsisten dan terus-

menerus dari orang tua didalam melaksanakan tugas memelihara, mengasuh dan

mendidik anak baik lahir maupun batin sampai anak tersebut dewasa, dimana

tugas ini merupakan kewajiban orang tua.

Terdapat empat peran orang tua selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau

pembelajaran daring menurut (Cahyati, 2020: 155) yaitu:

a. Orang tua memiliki peran sebagai guru di rumah, yang di mana orang

tua dapat membimbing anaknya dalam belajar secara jarak jauh dari

rumah.

b. Orang tua sebagai fasilitator, yaitu orang tua sebagai sarana dan

prasarana bagi anaknya dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

c. Orang tua sebagai motivator, yaitu orang tua dapat memberikan

semangat serta dukungan kepada anaknya dalam melaksanakan

pembelajaran, sehingga anak memiliki semangat untuk belajar, serta

memperoleh prestasi yang baik.

d. Orang tua sebagai pengarah atau director, Orang tua mempunyai peran

untuk selalu membimbing anaknya agar dapat mencapai keberhasilan di

masa yang akan datang.

Orang tua juga berperan untuk mengarahkan anak sesuai dengan bakat dan

minat yang dimiliki oleh masing-masing anak. Hal ini dikarenakan anak
11

mempunyai bakat yang berbeda-beda. Anak memiliki hak untuk mewujudkan

cita-citanya. Anak harus selalu diingatkan agar tidak larut dalam situasi libur

sekolah yang tidak menentu seperti saat ini.

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan,

namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah

melahirkan kita yaitu ibu dan bapak, selain yang telah melahirkan kita ke dunia ini

ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan

cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain

itu orang tua juga memperkenalkan anaknya ke dalam hal-hal yang terdapat di

dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh

anak, maka pengetahuan pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya

karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab

terkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya di

kemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tua.

Peran orang tua sebagai pembimbing diperoleh data bahwa sebagian besar

orang tua melakukan pembimbingan belajar kepada anak-anaknya sendiri dan

tanpa bantuan orang lain. Peran orang tua sebagai pembimbing dapat dikatakan

sudah cukup baik. Orang tua yang berprofesi sebagai wiraswasta, karyawan

swasta, PNS, dan petani sudah memberikan penjelasan petunjuk teknis dalam

pembelajaran daring kepada anak. Orang tua juga mendampingi anak dalam

pembelajaran dan tidak kesulitan dalam membagi waktu antara pekerjaan dengan

waktu belajar anak. Pada pembelajaran daring orang tua sudah melaksanakan

perannya cukup baik dengan menanyakan kesulitan apa yang dihadapi oleh anak.
12

Meskipun terdapat beberapa orang tua yang mengalami kesulitan karena

tidak paham dengan materi, orang tua tetap berusaha membantu kesulitan yang

dihadapi anak. Rata-rata orang tua memberikan pemahaman materi kepada anak

dengan cara membaca materi secara berulang. Tetapi, terdapat orang tua yang

langsung menanyakan langsung kepada guru melalui WhatsApp apabila

mengalami kesulitan.

Kegiatan pembelajaran daring yang berlangsung sangat lama

menyebabkan anak menjadi bosan dan tidak semangat dalam belajar. Seperti yang

disebutkan dalam penelitian Nurkholis (dalam Kurniati, 2020) bahwa dampak dari

pembelajaran daring selama pandemi covid-19 pada peserta didik jenuh dan

mudah bosan. Dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan dalam

memberikan perhatian dan dorongan motivasi kepada anak. Berdasarkan hasil

penelitian, kebanyakan dari orang tua siswa memberikan motivasi dalam belajar

siswa. Peran orang tua memiliki pengaruh positif pada motivasi siswa. Kontribusi

terbesar dari peran orang tua adalah penyediaan fasilitas belajar, termasuk buku

pendukung belajar, ruang belajar yang tepat (Alfiansyah, 2019). Dan orang tua

juga memberikan reward ketika anak berhasil dalam belajarnya. Tetapi orang tua

juga memberikan punishment ketika anak melakukan kesalahan atau belum

berhasil dalam belajar.

Selanjutnya peran orang tua dalam pembelajaran disini ialah menjadi guru

di rumah untuk anak-anak mereka. Permasalahan yang terjadi banyak orang tua

peserta didik yang mengeluhkan dirinya keteteran. Selama ini orang tua

memberikan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru sekolah.


13

Dikarenakan melihat kondisi sekarang orang tua memiliki peran ganda dalam

proses pembelajaran daring di rumah. Selain tanggung jawab mendidik anak,

orang tua dituntut mendampingi anak belajar daring di rumah sebagai ganti

pembelajaran tatap muka. Dalam kondisi seperti saat ini, disadari atau tidak, para

orang tua menjalankan peran ganda pendidikan. Pertama, peran utama orang tua.

Secara universal, para orang tua dituntut memikirkan dan merealisasikan

pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Kewajiban ini melekat pada setiap

individu orang tua. Sebab hadirnya buah hati adalah sebagai penerus harapan dan

masa depan keluarga dan juga peradaban sebuah bangsa. Maka jelaslah orang tua

harus memastikan, melalui teladan, anaknya menjadi baik dari sisi kepribadian,

keilmuan dan juga masa depan. Kedua, peran tambahan orang tua. Peran

tambahan ini muncul seiring pembatasan sosial. Belajar dan bekerja di rumah

menjadi solusi yang tak terelakkan. Partisipasi orang tua diperlukan dalam proses

sekolah online. Pendek kata orang tua adalah guru, mewakili sekolah di rumah.

Dimana mereka berperan mengadministrasikan pembelajaran dari tahap anak

mengerjakan tugas, melaporkan tugas, hingga mengerjakan ujian daring (Nana

Cahyani, 2020). Belajar dan bekerja di rumah menjadi solusi satu-satunya.

Partisipasi Ibu diperlukan dalam proses pembelajaran daring. Ibu adalah guru

pertama mewakili sekolah di rumah.

Ibu memegang peranan penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan

anak-anaknya. Seorang Ibu berperan sebagai pengelola dan mengatur seluruh

urusan anak serta memberi arahan yang tepat dan berguna. Seorang ayah juga

berkewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarganya dan juga berkewajiban


14

untuk mencari tambahan ilmu bagi dirinya, karena dengan ilmu-ilmu itu dia akan

dapat membimbing dan mendidik dirinya sendiri dan keluarga menjadi lebih baik.

Demikian halnya seorang ibu, disamping memiliki kewajiban untuk mencari ilmu

karena ibulah yang selalu dekat dengan anak-anaknya.

Permasalahan yang terjadi banyak Ibu yang mengeluhkan karena

kesibukannya bekerja. Selama ini Ibu memberikan tanggung jawab pendidikan

anaknya kepada guru disekolah. Dikarenakan melihat kondisi sekarang Ibu

memiliki peran ganda dalam proses pembelajaran daring di rumah. Selain

tanggung jawab mendidik anak, Ibu juga dituntut untuk mendampingi anak

belajar daring dari rumah sebagai ganti pembelajaran tatap muka di sekolah.

Dalam kondisi saat ini para Ibu menjalankan peran ganda terhadap pendidikan.

Widayanti (2018: 28-29) menjelaskan bahwa peran Ibu dalam

keluarga terdiri dari:

a. Peran sebagai pendidik, Ibu perlu menanamkan kepada anak-anak arti

penting pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari

sekolah.

b. Peran sebagai pendorong, sebagai anak yang sedang menghadapi masa

peralihan, anak membutuhkan dorongan Ibu untuk menumbuhkan

keberanian dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

c. Peran sebagai panutan, Ibu perlu memberikan contoh dan teladan bagi

anak, baik dalam berkata jujur maupun dalam menjalankan kehidupan

sehari-hari dan bermasyarakat.


15

d. Peran sebagai teman, menghadapi anak yang sedang menghadapi masa

peralihan. Ibu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Ibu

dapat menjadi informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran

tentang kesulitan atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan

terlindungi.

e. Peran sebagai pengawas, kewajiban Ibu adalah melihat dan mengawasi

sikap dan perilaku anak agar tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama

dari pengaruh lingkungan baik dari lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat.

f. Peran sebagai konselor, Ibu dapat memberikan gambaran dan

pertimbangan nilai positif dan negatif sehingga anak mampu

mengambil keputusan terbaik.

Berdasarkan uraian di atas, maka maksud peran Ibu adalah pola

tingkah laku dari ayah dan ibu berupa tanggung jawab untuk mendidik,

mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

menghantarkan anak untuk siap hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan

demikian jelaslah bahwa Ibu memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang

sangat besar terhadap anaknya, karena mereka mempunyai tanggung jawab

memberikan nafkah, mendidik, mengasuh, serta memelihara anaknya untuk

mempersiapkan dan mewujudkan kebahagiaan hidup anak dimasa depan. Dengan

kata lain Ibu umumnya bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan

hidup anak-anak mereka. Jadi, peran yang dimaksud pada penelitian ini adalah

tugas utama atau kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Ibu kepada anaknya.
16

B. Strategi Perempuan Berperan Ganda dalam Membagi Peran

Menurut David (2011: 18-19) Strategi adalah sarana bersama dengan

tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Menurut Henry Mintzberg dalam

Usman (2008) suatu strategi dapat membentuk dan di bentuk. Suatu strategi yang

terealisasi dapat muncul dalam tanggapan terhadap suatu situasi yang sedang

berkembang, atau strategi itu dapat diciptakan secara sengaja, melalui sebuah

proses perumusan (formulation) yang diikuti oleh pelaksanaan (implementation).

Tetapi ketika keinginan (intentation) yang terencana ini tidak menghasilkan

tindakan yang diinginkan, organisasi ditinggalkan dengan strategi yang tidak

terealisasi, sehingga pola akhir yang diinginkan akan terbentuk.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud strategi adalah

sebuah tindakan yang secara sengaja dilakukan sebagai sebuah sarana bersama

untuk mencapai sebuah tujuan jangka panjang dalam sebuah lembaga. Maka

lembaga yang di maksud penulis adalah lembaga sosial yakni keluarga.

Strober dan Weinberg (1980) dalam Mardinah (2018) mengemukakan

terdapatnya beberapa strategi yang potensial, ataupun kombinasi strategi, yang

dapat digunakan oleh perempuan yang bekerja di luar rumah untuk menggunakan

waktunya secara ekonomis : 1) Mengganti peralatan rumah tangga sehingga

kegiatan rumah tangga dapat terlaksana baik secara kualitas maupun kuantitas, 2)

Pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh orang lain (pembantu rumah tangga,

suami, atau anak) sehingga kegiatan rumah tangga dapat terlaksana baik secara

kualitas maupun kuantitas, 3) Mengurangi kegiatan rumah tangga baik secara

kualitas maupun kuantitas dan/atau melakukan kegiatan produktifnya secara


17

intensif dan efektif ketika dihadapi masalah dengan kegiatan rumah tangga, 4)

Mengurangi alokasi waktu, jika ada, untuk kegiatan amal dan kegiatan dalam

komunitas kerja, dan 5) Mengurangi alokasi waktu untuk kegiatan santai dan atau

tidur.

Adapun dalam strategi menurut pemikiran Friedman (1999) dalam

Mardinah (2018) antara lain:

1. Strategi Afektif Yakni sebagai upaya yang dilakukan guna menciptakan rasa

aman dan nyaman serta rasa saling mendukung antar anggota keluarga untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh, dan memberikan cinta

kasih perlindungan psikologis, saling menerima serta mendukung. Dengan

terpenuhinya fungsi ini maka keluarga akan menjalankan tujuan psikososial

yang utama yakni berkaitan dengan kepribadian.

2. Strategi Sosialisasi yakni sebagai upaya agar seluruh anggota keluarga dapat

berkembang dan berinteraksi serta berperan dimasyarakat dalam proses

perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga

berinteraksi dan bagaimana berperan dimasyarakat serta sasaran untuk kontak

sosial didalam rumah ataupun dilingkungan sosial.

3. Strategi Ekonomi yaitu upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

sandang, pangan dan papan dalam keluarga serta mengatur keseibangannya

yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan dan papan serta mengatur keseimbangannya.

4. Strategi Perawatan Kesehatan yaitu suatu upaya yang dilakukan untuk

memelihara kesehatan semua anggota keluarga dan individu.


18

C. Dampak Perempuan Berperan Ganda

Kusumawati (2012), perempuan dengan peran ganda, memiliki waktu

domestik dan waktu publik yang berdampak dalam kehidupannya. Semua peran

yang dijalankan oleh perempuan tentu saja akan merasakan dampak yang

dirasakan oleh perempuan itu sendiri. Dampak sendiri terbagi menjadi dua yaitu

dampak positif dan dampak negatif.

Dampak terhadap setiap anak pasti akan merasakan dampak ketika ayah

dan juga ibu mereka ikut serta dalam bekerja. Terutama ibu, ibu merupakan

seseorang yang paling dekat dengan anaknya. Banyak peran yang harus dilakukan

oleh ibu untuk anaknya. Situasi ibu yang bekerja menjadi ibu kantoran, terkadang

menyadari kurangnya memberikan waktu untuk bersama anaknya hanya untuk

sekedar mengobrol, tetapi dengan keterbatasan waktu tersebut, menjadikan

mereka menggunakan waktu yang ada untuk memanfaatkan sebaik-baiknya untuk

mengurus, mengasuh, mendidik, serta mencurahkan kasih sayangnya kepada

anak.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Ninin Ramadani (2016) pada umumnya,

perempuan yang berperan aktif dalam kehidupan ekonomi rumah tangganya,

diharapkan memegang tanggung jawab yang besar di dalam keluarganya. Jika,

seorang ibu memiliki peran ganda baik sebagai ibu rumah tangga dan harus

melakukan pekerjaan antara tanggung jawab mengasuh anak dan tanggung jawab

ekonomi rumah tangga yang lain yang berkaitan dengan pekerjaan nafkah di pasar

kerja, walaupun perempuan ini berperan aktif dalam bekerja, mereka juga tetap

memegang tanggung jawab mereka untuk melakukan tugas rumah tangga salah
19

satunya adalah mengasuh anak, terkadang mereka mengantarkan anak ke sekolah.

pada hari libur seorang ibu ini tetap meluangkan waktunya.

Dalam hal ini anak merasakan dampak ketika orang tua mereka terutama

ibunya bekerja di luar rumah. Dampak positif ketika ibu mereka bekerja adalah

anak dituntut untuk lebih mandiri dengan sering membantu pekerjaan rumah.

Setiap paginya mereka berangkat ke sekolah diantar oleh ibu kadang juga mereka

tidak diantar. Kemudian saat ibu mereka bekerja anak tersebut ikut dalam

membantu pekerjaan rumahnya yaitu dengan menyapu, mencuci piring dan lain

sebagainya. Hal ini yang mengharuskan anak perempuan ini dituntut untuk lebih

mandiri dalam menjalankan apapun. Selain itu dampak negatif yang dirasakan

oleh anak ini adalah berkurangnya waktu yang dimiliki oleh ibu kepada anaknya.

Waktu yang dimiliki ibu ini untuk anaknya adalah saat mereka selesai bekerja

itupun jika ibu tidak merasa lelah dan waktu yang dimilikinya saat anaknya libur.

Pada jawaban mengenai dampak negatif terhadap anak ini merupakan fungsi laten

yaitu fungsi yang tersembunyi, pernyataan ini sesuai dengan Merton (Paloma,

2013: 39) menyatakan bahwa fungsi laten merupakan fungsi yang tersembunyi.

Peran tersembunyi yang dirasakan oleh perempuan ini adalah

berkurangnya waktu untuk bermain bersama anak karena para perempuan ini

setiap harinya bekerja dari pagi hingga sore hari sehingga waktu mereka dengan

keluarga khususnya untuk anak berkurang, maka dari itu mereka memanfaatkan

waktu libur mereka untuk bermain bersama anak. Waktu yang dimiliki oleh ibu

ini untuk anaknya adalah saat mereka selesai bekerja itupun jika perempuan tidak

merasa lelah.
20

D. Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid 19

Kata daring berasal dari dua kata yaitu dalam dan jaringan. Pembelajaran

daring merupakan suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan jaringan

internet saat pelaksanaanya (Isman 2016: 567). Pembelajaran daring learning

sendiri dapat dipahami sebagai Pendidikan formal yang diselenggarakan oleh

sekolah yang peserta didiknya dan instukturnya (guru) berada di lokasi terpisah

sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif sebagai media penghubung

keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya (Sobron dkk,

2019: 1).

Pembelajaran daring atau yang lebih dikenal dengan nama online learning

merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan internet jaringan.

Dibawah in1i ada beberapa pengertian pembelajaran daring menurut para ahli,

antara lain:

1. Harjanto T. dan Sumunar (dalam Jamaluddin dkk, 2020: 3) menyatakan

bahwa pembelajaran daring merupakan proses transformasi pendidikan

konvensional ke dalam bentuk digital sehingga memiliki tantangan dan

peluang tersendiri.

2. Mulayasa (2013: 100) (dalam Syarifuddin, 2020: 32) memberikan argumen

pembelajaran daring pada dasarnya adalah pembelajaran yang dilakukan

secara virtual yang tersedia. Meskipun demikian, pembelajaran daring harus

tetap memperhatikan kompetensi yang akan diajarkan.


21

3. Syarifuddin (2020: 33) juga menjelaskan bahwa pembelajaran daring adalah

bentuk pembelajaran yang mampu menjadikan siswa mandiri tidak

bergantungan pada orang lain.

4. Isman (2016: 587) menjelaskan bahwa pembelajaran daring merupakan

pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran.

5. Bilfaqih (2015: 1) berpendapat bahwa pembelajaran daring merupakan

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam jaringan agar mencakup

target yang luas.

Berdasarkan beberapa paparan pengertian pembelajaran daring di atas,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang

dilakukan tanpa tatap muka dan melalui jaringan atau internet yang telah tersedia.

Pembelajaran daring untuk saat ini telah menjadi popular karena itu potensi yang

dirasakan untuk menyediakan layanan akses konten lebih fleksibel, sehingga

memunculkan beberapa keuntungan dalam penerapannya.

Pada pembelajaran daring, sering kali didapati peserta didik kurang aktif

dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran daring peserta didik kurang bisa

menyampaikan aspirasi dan pendapatnya. Sehingga pada akhirnya pembelajaran

daring dirasakan tidak lebih menyenangkan dibandingkan dengan pembelajaran

tatap muka. Pembelajaran daring meliputi penyampaian materi dan informasi,

pemberian tugas dan interaksi aktif antara guru dan siswa selama proses

pembelajaran daring berlangsung. Pada pembelajaran online terdapat banyak

pilihan aplikasi online yang dapat mendukung pembelajaran online itu sendiri dan

setiap aplikasi pembelajaran online memiliki sistem dan cara kerja berbeda
22

diantaranya aplikasi Google Classroom, Google Meeting, Zoom, Whatsapp,

Youtube, dan lain-lain.

Pelaksanaan pembelajaran daring memungkinan siswa dan guru

melaksanakan pembelajaran dari rumah masing-masing. Siswa dapat mengakses

materi perkuliahan dan mengirim tugas yang diberikan guru tanpa harus bertemu

secara fisik di sekolah. Tindakan ini bisa mengurangi timbulnya kerumunan massa

di sekolah seperti yang terjadi pada pembelajaran tatap muka. WHO (2020)

merekomendasi bahwa menjaga jarak dapat mencegah penularan Covid-19.

Sayangnya, di daerah-daerah yang pelosok dan tidak mempunyai akses internet

yang baik pelaksanaan pembelajaran daring menunjukkan kecenderungan yang

berbeda. Dalam menyiasati kondisi ini, siswa yang tinggal didaerah yang sinyal

internet lemah akan mencari wilayah-wilayah tertentu seperti perbukitan dan

wilayah kecamatan untuk dapat terjangkau oleh akses internet.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan

kata lain,model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2010: 57).

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalam tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang


23

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2010: 54-55).

Pelaksanaan pembelajaran yang harus dilakukan kepada peserta didik

pembelajaran online dengan pemberian tugas kepada peserta didik melalui

pemantauan pendampingan oleh guru dan orang tua dengan cara whatsapp grup

kelas sehingga anak betul-betul melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya

pendidik juga melaksanakan proses pembelajaran daring dengan berkomunikasi

dengan orang tua, bisa melalui zoom maupun foto kegiatan belajar anak dirumah

untuk memastikan adanya interaksi antara guru kepada orang tua. Pembelajaran

ini merupakan terobosan baru pada teknologi pendidikan untuk menjawab

berbagai tangan media pembelajaran berupa ketersediaan sumber belajar yang

variatif dan inovatif yang akan diberikan kepada peserta didik. Pendidikan dapat

berhasil ditentukan oleh model pembelajaran atau media pembelajaran yang bisa

disesuaikan dari karakteristik peserta didiknya. Proses pembelajaran memiliki

peran penting sebagai proses untuk meningkatkan kualitas Pendidikan.

Pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan belajar secara online

melalui media-media yang ditentukan. Siswa dan guru tetap bisa berdiskusi,

begitupun dengan teman-teman kelompoknya. Pembelajaran daring memang

membutuhkan tanggung jawab, kemandirian dan ketekunan pribadi, karena tidak

ada yang mengontrol selain dirinya sendiri. Mereka harus mendownload dan

membaca materi, menjawab quiz/soal serta mensubmit tugas secara mandiri.

Proses belajar dengan cara ini dinilai sangat efektif, karena dapat digunakan tanpa

adanya tatap muka antara guru dan siswanya. Proses belajar ini akan menarik
24

siswa, karena penyampaian data yang disiapkan dalam media tersebut mudah

untuk dicerna, sehingga membuat siswa menjadi ingin lebih tahu. Tetapi

kemajuan teknologi pembelajaran harus didukung dengan sarana dan prasarana

yang memadai, seperti meratanya jaringan internet.

E. Tinjauan Sosiologis Tentang Peran Ibu

Teori Fungsionalisme menekan pada unsur stabilitas, fungsi, integritas,

koordinasi, dan konsensus. Dalam perspektif ini, masyarakat sebagai suatu sistem

dari beberapa bagian yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Adanya saling

keterkaitan tersebut bersifat simbiosis mutualisme. Sistem tersebut secara sadar

lebih cenderung ke arah equilibrium dan bersifat dinamis. Adapun ketegangan

atau disfungsi sosial akan teratasi dengan sendirinya melalui adaptasi dan proses

institusionalisasi. Di sini masyarakat akademik di ruang pendidikan sebagai

sistem dari bagian perubahan yang terdapat dalam sistem memiliki sifat gradual

dengan melalui berbagai penyesuaian, bukan bersifat revolusioner.

Oleh Talcott Parsons, sistem di atas diuraikan menjadi empat komponen

dalam penggunaan imperatif fungsional, sebagaimana dijelaskan di bawah ini:

Sistem Tindakan, terdapat enam lingkungan sistem tindakan yang mendorong

manusia untuk bertindak, di antaranya: adanya realitas hakiki, sistem sosial,

sistem kultural, sistem kepribadian, organisme behavioral, dan lingkungan fisik

organik. Prinsip demikian Parsons ini bahwa tindakan manusia selalu diarahkan

pada tujuan. Artinya, tindakan itu terjadi pada kondisi yang unsurnya sudah pasti,

sedangkan unsur lainnya digunakan sebagai alat mencapai tujuan tersebut.


25

Pada masa pandemi Covid-19, institusi pendidikan terdorong untuk

bergerak menyesuaikan realitas sosial yang ada. Secara normatif, tindakan

tersebut diatur sedemikian rupa dengan berbagai kebijakan dan tujuan tertentu.

Hal ini dapat dipahami sebagai menjadi kenyataan sosial yang mendasar.

Tindakan untuk beralih pembelajaran kelas melalui daring (online), bukan luring

(tatap muka), sudah ditentukan oleh pemangku kepentingan di satuan pendidikan.

Kebijakan tersebut sebagai bagian dari orientasi nilai dan motivasi dalam rangka

menyelamatkan dunia pendidikan.

Sistem Sosial maksud dari sistem sosial di sini adalah sebuah sistem yang

terdiri dari beragam aktor individu yang memiliki interaksi dengan individu

lainnya dalam situasi tertentu. Pandemi Covid-19 telah membuat sistem sosial

baru di mana institusi pendidikan yang di dalamnya ada warga akademik harus

berinteraksi lebih intensif dengan beberapa institusi lain, salah satunya institusi

keluarga dan lingkungan.

Bagi Parsons, persyaratan kunci demi terpeliharanya integrasi pola nilai

dari sistem sosial adalah adanya internalisasi dan sosialisasi (Syawaludin, 2014:

159). Integrasi dari beberapa institusi di masa pandemi Covid-19 ini harus diikuti

dengan aturan-aturan yang mengikat peserta didik. Melalui integrasi yang baik,

proses internalisasi ke diri peserta didik tentang budaya baru bagaimana

seharusnya belajar di rumah dapat diimplementasikan sesuai harapan bersama.

Berbagai institusi juga perlu berintegrasi untuk terus melakukan sosialisasi (dan

konsolidasi) satu sama lain terkait perkembangan pendidikan anak dan informasi-

informasi terbaru dari otoritas pemangku kepentingan pendidikan.


26

Peserta didik di masa pandemi Covid-19 ini juga memiliki perbedaan

kepribadian satu sama lain. Ada peserta didik ketika pembelajaran dialihkan ke

daring, ia justru termotivasi untuk belajar lebih serius, kreatif, dan lebih antusias

daripada ketika belajar di kelas-kelas sekolah. Jika ditelaah lebih jauh, peserta

didik tersebut berada pada sistem kultural dan sistem sosial yang baik dan

mendukung untuk bergerak. Berbeda dengan peserta didik lainnya, dengan adanya

pembelajaran daring, belajar mereka tidak bisa lagi terkontrol dengan baik dan

cenderung lebih memberikan dampak negatif daripada ketika belajar langsung di

sekolah. Maka di masa pandemi ini, sistem kepribadian peserta didik harus terus

dikendalikan oleh sistem kultur yang baik dan juga adanya sistem sosial yang

saling menguatkan satu sama lain. Maka dari itu, untuk mengoptimalkan keempat

sistem di atas, Talcott Parsons memiliki empat fungsi yang diperlukan bersama

agar sebuah sistem bisa berjalan dan berfungsi dengan baik (Goodman, 2014:

117). Di sini penulis akan menguraikan keempat fungsi tersebut dengan

mengaitkannya pada pandemi Covid-19.

Sebuah sistem, yang dalam hal ini pendidikan, harus menanggulangi

situasi dan permasalahan dari luar. Pendidikan harus terus menyesuaikan diri

dengan lingkungan, lebih-lebih di saat situasi pandemi. Penyesuaian tersebut

harus dilakukan secara proporsional dan profesional dengan menyesuaikan

kebutuhan-kebutuhan yang semestinya dijalankan. Misalnya, institusi sekolah

adalah subsistem yang melaksanakan fungsi pendidikan dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitar peserta didik melalui kerja sama dengan orang tua, dan

masyarakat di sekitarnya. Melalui kerja sama yang baik, institusi sekolah bisa
27

menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bersama dan

membantu orang tua dan masyarakat menyesuaikan diri dengan realitas eksternal

pandemi Covid-19 ini.

Tidak hanya itu, fungsi lain belajar di rumah adalah bertujuan

mengoptimalkan kembali pendampingan orang tua terhadap pendidikan anak-

anaknya. Bagaimanapun, pendidikan orang tua merupakan pendidikan yang tidak

hanya berguna bagi intelektual anak, tetapi juga emosional anak akan lebih

terpenuhi demi kualitas generasi bangsa ke depan.

Sistem yang baik harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang

terkait. Sistem pendidikan di saat pandemi Covid-19 ini harus terus mengelola

antar hubungan satu sama lain, seperti hubungan sekolah dengan keluarga,

masyarakat, dinas pendidikan terkait, tenaga kesehatan, dan bagian-bagian yang

memiliki keterkaitan lainnya. Integrasi antar bagian adalah solusi terbaik demi

menjaga kualitas pendidikan di saat masa masa sulit di era pandemi. Integrasi

yang paling dibutuhkan peserta didik saat ini adalah integrasi keharmonisan

pendidikan berdasarkan Tri Pusat Pendidikan. Yakni bagaimana tiga institusi

besar (keluarga, sekolah, dan lingkungan) mampu bersinergi satu sama lain untuk

membuat pembelajaran yang efektif, efisien, dan penuh kegembiraan belajar bagi

anak.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang dinilai relevan

dengan penelitian yang mengangkat masalah Peran Ibu Dalam Pembelajaran

Daring di Era Covid 19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar diantaranya adalah:


28

1. Orang Tua Dalam Menerapkan Pembelajaran Di Rumah Saat Pandemi

Covid 19.

Penelitian ini ditulis oleh Nika Cahyati, dkk. 2020, Mahasiswa Jurusan

Pendidkan Guru Anak Usia Dini STKIP Muhammadiyah Kuningan. Tujuan

Penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orang tua dalam menerapkan

pembelajaran di rumah saat pandemi covid 19 yang di fokuskan untuk anak usia

5-8 tahun. Hasil dari penelitian ini adalah orang tua dapat meningkatkan kelekatan

hubungan dengan anaknya dan orang tua dapat melihat langsung perkembangan

kemampuan anaknya dalam belajar.

Adapun persamaan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sama-

sama mengkaji peran orang tua dalam pembelajaran daring. Namun, perbedaan

dari penelitian ini adalah saudara Nika Cahyati dkk, adalah peneltian mengambil

objek kajian yaitu orang tua secara umum, sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti yaitu lebih kepada peran ibu rumah tangga berkarir dalam

pendampingan pembelajaran daring.

2. Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Daring Kelas III MI Mi’rojul Ulum

Jotangan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.

Penelitian ini ditulis oleh Adela Oktavia Islami, 2020, Mahasiswa Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Tujuan

dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran

daring kelas III MI Mi’rojul Ulum Jotangan Kecamatan Mojosari Kabupaten

Mojokerto. (2) Mengetahui bagaimana peran orang tua dalam pembelajaran

daring kelas III MI Mi’rojul Ulum Jotangan Kecamatan Mojosari Kabupaten


29

Mojokerto. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan

pembelajaran daring di MI Mi’rojul Ulum Jotangan ini menggunakan media atau

aplikasi WhatsApp. Karena dianggap lebih universal dan lebih sederhana. Selain

itu juga menggunakan Google Classroom, tapi hanya untuk latihan soal atau ujian

saja. Sedangkan bentuk dari peran orang tua dalam pembelajaran daring ini adalah

seperti, (1) mendampingi anak belajar dan mengerjakan tugas, (2) mengawasi

anak dalam penggunaan ponsel, (3) membantu menjelaskan materi apabila ada

yang belum dimengerti, (4) memberikan fasilitas belajar seperti ponsel atau kuota

internet, (5) memberikan motivasi atau dukungan.

Adapun persamaan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sama-

sama mengkaji peran orang tua dalam pembelajaran daring. Namun, perbedaan

dalam penelitan ini dengan penelitian saudara Adela Oktavia Islami adalah

penelitian ini mengambil objek peran orang tua, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yaitu lebih kepada peran ibu rumah tangga berkarir dalam

pembelajaran daring anak.

3. Peran Orang Tua Dalam Belajar Daring Siswa MIN 1 Kepahiang Pada

Masa Pandemi Covid-19.

Penelitian ini ditulis oleh Roliza Perantika, 2021, Mahasiswa Fakultas

Tarbiyah dan Tadris, IAIN Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

peran orang tua dalam belajar daring siswa MIN 1 Kepahiang yang ada di Desa

Tapak Gedung, Kecamatan Tebat Karai, Kabupaten Kepahiang. Hasil penelitian

yang di peroleh yaitu peran orang tua dalam belajar daring siswa MIN 1

Kepahiang yang ada di Desa Tapak Gedung, Kecamatan Tebat Karai, Kabupaten
30

Kepahiang dilakukan dengan berperan sebagai pengawas, pembimbing dan

fasilitator dalam belajar. Orang tua sebagai pengawas, pembimbing dan fasilitator

agar anak dapat belajar dengan baik dan meningkat, terkontrol dengan baik serta

fasilitas yang memadai untuk menunjang belajar daring anak. Masing-masing

peranan dapat digolongkan pada kategori yang baik.

Adapun persamaan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sama-

sama mengkaji peran orang tua dalam pembelajaran daring. Namun, perbedaan

dalam penelitan ini dengan penelitian saudara Roliza Perantika adalah penelitian

ini mengambil objek peran orang tua, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yaitu lebih kepada peran ibu rumah tangga berkarir dalam pembelajaran

daring anak.

Dari tiga penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, sama-sama

membahas tentang peran orang tua dalam pembelajaran daring anak di sekolah

dasar (SD). Sedangkan, menurut saya sebagai peneliti yang khususnya membahas

tentang peran ibu rumah tangga berkarir, strategi ibu rumah tangga berkarir dan

dampak rumah tangga berkarir dalam mendampingi anak dalam pembelajaran

daring karena ibu memiliki peranan yang amat penting dalam keluarga sebagi

pemegang sektor domestik rumah tangga ia juga memiliki tanggung jawab dalam

keperluan dan urusan rumah tangga.

G. Kerangka Konsep

Adanya pandemi Covid-19 membuat semua sarana mati atau di tutup

sementara, termasuk kegiatan belajar mengajar. Agar siswa dapat belajar di

rumah, demi keamanan dan kesehatan kita semua, hal ini tentunya berdampak
31

untuk orang tua, dimana orang tua harus memberikan pembelajaran pada anaknya

di rumah. Tentu terjadi berbagai pendapat mengenai hal ini, banyak orang tua

yang mengungkapkan bahwa mereka merasa keberatan ketika anak belajar di

rumah, karena di rumah anak merasa bukan waktunya belajar namun mereka

cenderung menyukai bermain saat di rumah, walaupun di situasi pandemi seperti

ini.

Peran orang tua juga sangat diperlukan utuk memberikan edukasi kepada

anak-anaknya yang masih belum bisa memahami tentang pandemi yang sedang

mewabah untuk tetap berdiam diri dirumah agar tidak terlular dan menularkan

wabah pandemi ini. Peran orang tua dalam situasi pandemi Covid-19 ini memiliki

kedudukan yang fundamental. Maka berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin

mengetahui sejauh mana peran orang tua dalam membimbing anak selama

pembelajaran di rumah sebagai upaya memutus rantai Covid-19 (Cahyati,

Kusumah, 2020: 154-155). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema

kerangka konsep di bawah ini:

Pembelajaran Daring

Orang tua (Ibu)

Peran Ibu Strategi dalam Pembelajaran Dampak


a. Fasilitator Daring a. Dampak Positif
b. Memotivasi a. Strategi Afektf b. Dampak Negatif
c. Mengawasi b. Strategi Sosialisasi

Gambar. 1 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitin pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan

dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2019: 2). Melalui penelitian manusia dapat

menggunakan hasilnya. Secara umum untuk data yang telah diperoleh dari

penelitian dapat digunakan untuk memahami masalah, memecahkan masalah,

mengantisipasi masalah dan untuk membuat kemajuan.

Pentingnya metode dalam penelitian ilmiah, maka penelitian inipun perlu

diterapkan metode yang jelas, tepat, dan pasti agar dapat dipertanggungjawabkan

hasilnya. Maka dengan hal tersebut pada pembahasan ini peneliti akan mengurai

tentang:

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatif yang bertujuan

menggambarkan secara mendalam Peran Ibu Dalam Pembelajaran Daring di Era

Covid 19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar. Metode kualitatif dapat diartikan

sebagai suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan metodologi

yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Dalam proses

penelitian ini menghasilkan data deskriptif dimana pendekatan deskriptif diartikan

sebagai penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan suatu

keadaan atau situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh secara terperinci

32
33

yang sesuai dengan permasalahan yang ditetapkan dalam penelitian ini (Setyosari,

2010: 39).

Dari uraian tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis

Peran Ibu Dalam Pembelajaran Daring di Era Covid 19 di Kelurahan Jongaya

Kota Makassar. Untuk mengetahui bentuk peran ibu dalam menghadapi anak,

mengetahui strategi ibu dalam membagi peran kegiatan rumah tangga dan karir

dengan kegiatan membantu anak dalam pembelajaran daring, dan mengetahui

kendala ibu dalam mendampingi anak dalam pembelajaran daring.

B. Lokasi Penelitian

Dalam hal ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Jongaya

Kota Makassar Sulawesi Selatan, tepatnya di Jalan Kumala 2 Selatan dan

Perumahan Griya Kumala Harapan.

C. Sasaran dan Fokus Penelitian

Sasaran penelitian atau yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah

Ibu rumah tangga yang memiliki anak yang bersekolah, anak yang bersekolah,

guru dan pemerintah daerah di Perumahan Griya Kumala Harapan Kecamatan

Jongaya Kota Makassar yang dapat memberikan informasi secara lengkap.

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan purvosive sampling,

penentuan jumlah dalam unsur dan jumlah dipilih berdasarkan kemungkinan

perolehan data secara akurat.

Adapun fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk peran ibu dalam membantu anak dalam pembelajaran

daring di masa pandemic covid 19?


34

2. Bagaimana strategi ibu dalam membagi peran kegiatan rumah tangga dengan

kegiatan membantu anak dalam pembelajaran daring?

3. Apa dampak ibu mendampingi anak dalam pembelajaran daring?

D. Informan Penelitian

Informan dipilih dengan cara teknik purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun kreteria informan

penelitian ini adalah ibu rumah tangga berkarir yang memiliki kegiatan (kerja) di

luar rumah dengan tujuan untuk mencari nafkah keluarganya dan mempunyai

anak bersekolah di sekolah dasar (SD) di Kelurahan Jongaya Kota Makassar.

E. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh peneliti berasal dari data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui

observasi dan wawancara dimana data tersebut diperoleh langsung dari informan

yaitu ibu rumah tangga berkarir yang memiliki anak bersekolah di Sekolah Dasar

(SD) di Kelurahan Jongaya Kota Makassar.

2. Data Sekunder

Data Sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

sumber tidak langsung, misalnya lewat orang lain dan lewat dokumen berkaitan

penelitian ini. Sumber ini dapat berupa buku, jurnal, tesis ataupun disertasi dan

data statistik yang diterbitkan pemerintah maupun swasta dan berbagai referensi
35

yang berkaitan langsung dengan pembahasan tentang Peran Ibu dalam

Pembelajaran Daring.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri sebagai

pewawancara. Sebagai peneliti dan instrument utama maka mulai dari

perencanaan, pengumpulan, dan analisis data hingga penulisan laporan penelitian

seluruhnya dilakukan oleh peneliti dengan memperhatikan arahan dan petunjuk

komisi penasihat/ pembimbing.

Peneliti sebagai instrument memperhatikan ciri-ciri umum yang

berlandaskan diri atas pengetahuan, memproses dan menganalisis data secepatnya

guna mengambil kesimpulan terhadap data yang diperoleh dan memanfaatkan

kesempatan mencari respon berikut (untuk memperoleh penegasan, perubahan dan

perbaikan).

Untuk mendukung pelaksanaan penelitian dimana peneliti sendiri sebagai

instrumen, digunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, observasi dan

catatan/ telaah dokumen. Selain itu, digunakan rekaman peristiwa seperti alat

perekam dan alat pemotret yang dapat mengabadikan kenyataan yang berkaitan

dengan perhatian peneliti. Penggunaan alat bantu yang disebut terakhir ini terbatas

penggunaannya, mengingat bahwa tidak semua peristiwa atau kejadian yang

memungkinkan dapat direkam dengan bebas, melainkan harus seizin subjek atau

informan terlebih dahulu.


36

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat

informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Kegiatan

observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap suatu fenomena yang

menjadi permasalahan penelitian yang dikaji. Pengamatan dapat dilakukan secara

partisipatif dan nonpartisipatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

observasi partisipatif karena peneliti berada dalam keadaan objek yang dikaji.

Peneliti berada di tempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam

laporan yang diajukan.

Observasi yang dilakukan di lokasi peneltian yaitu melakukan pengamatan

pengamatan terhadap peran ibu dalam pembelajaran daring. Peneliti melakukan

observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan di lokasi penelitian,

observasi dilakukan dengan mengamati keadaan-keadaan yang terjadi pada peran

ibu dalam pembelajaran daring.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2010: 186). Wawancara berpedoman atau terkait

berdasarkan pada daftar pertanyaan yang telah disusun dan sudah ditetapkan

sebelumnya oleh peneliti untuk menjawab rumusan masalah yang ditetapkan,

sedangkan wawancara bebas dan mendalam merupakan pertanyaan


37

pengembangan dari pertanyaan-pertanyaan yang terkait yang telah disiapkan

sebelumnya oleh peneliti. Wawancara terbuka adalah wawancara yang diawali

dengan mengunjungi lingkungan hdup sosial informan atau observasi lapangan,

yaitu dengan mengamati peran ibu dalam pembelajaran daring.

Dalam proses wawancara peneliti harus dapat beradaptasi dan berinteraksi

dengan baik di lapangan sehingga tercipta suasana nyaman dan tidak terlihat

kesenjangan, informan yang dimaksud adalah ibu rumah tangga yang berkarir dan

memiliki anak bersekolah di SD yang sudah sesuai dengan kriteria informan yang

telah ditentukan oleh peneliti. Sedangkan wawancara mendalam adalah

wawancara yang menyediakan jawaban yang sistematis, namun bukan berarti

jawaban asal-asalan, tetapi juga memiliki kualitas. Data yang didapat dari

informan bersifat mendalam, peka, atau sensitive terhadap kehidupan informan.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah sekumpulan catatan peristiwa yang tertulis ataupun

gambar atau film yang terjadi pada masa lalu. Dokumen berfungsi sebagai

pendukung dan pelengkap dari sumber data primer yang diperoleh melalui

observasi dan wawancara mendalam. Adapun teknik dokumentasi dalam peneltian

ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang peran ibu dalam pembelajaran

daring secara jelas dan konkrit serta gambar lokasi yang berkaitan dengan topik

penelitian. Dan juga membuat catatan-catatan dan foto-foto selama penelitian

berlangsung.
38

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dalam penelitian ini dilakuakan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Data

yang diperoleh dari lapangan selanjutnya diolah secara deskriptif kualitatif

melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Yaitu mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi,

wawancara mendalam, dan mencatat dokumen dengan menentukan strategi

pengumpulan data yang dipandang tepat dan menentukan fokus serta pendalaman

data pada proses pengumpulan data berikutnya (Sutopo, 2006: 66). Dalam

penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan

secara langsung dilanjutkan dengan pencarian informasi secara mendalam melalui

wawancara dengan informan. Pengumpulan data dari hasil wawancara disimak

dan dicatat oleh peneliti sebagai informasi dalam bentuk transkrip.

2. Reduksi data

Yaitu dapat diartikan sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,

dan transformasi data kasar yang ada dalam lapangan langsung dan diteruskan

pada waktu pengumpulan data. Dengan demikian, reduksi data dimulai sejak

peneliti memfokuskan tentang kerangka konseptual wilayah penelitian (Sutopo,

2006: 114). Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan menyempurnakan

data kasar dalam bentuk transkrip untuk diolah kembali sehingga diterapkan pada

sekelompok kata atau paragraf. Semua data tidak langsung diolah, akan tetapi

dipilih data manakah yang layak dan tidak untuk diolah. Dari semua hasil
39

wawancara maupun observasi disaring agar memperoleh data yang benar-benar

sesuai fokus kajian.

3. Penyajian data

Penyajian data adalah sejumlah data atau informasi yang tersusun dan

memberikan kemungkinan-kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

tindakan secara lebih lanjut. Penyajian data digunakan peneliti untuk mendapat

pemahaman tentang apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan

selanjutnya. Penyajian data cenderung mengarah pada penyederhanaan data

kompleks ke dalam bentuk yang sederhana dan selektif sehingga mudah dipahami.

Pada penelitian ini data disajikan dengan bahasa dan deskripsi yang sederhana

sehingga mudah dipahami namun tetap pada fokus permasalahan yang dikaji.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir dalam pembuatan suatu

laporan. Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami

makna, keteraturan pola-pola penjelasan, dan alur sebab akibat atau proposi.

Kesimpulan yang ditarik harus segera diverifikasi dengan cara melihat catatan

lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Hal tersebut dilakukan

agar data yang diperoleh dan ditafsirkan memiliki validitas sehingga kesimpulan

yang ditarik semakin kokoh. Dalam penelitian ini data-data yang telah mengalami

pengolahan dan siap disajikan dapat diambil kesimpulan. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan akurat agar terjadi kesesuaian antara rumusan awal dengan hasil

dari penelitian yang disajikan dalam kesimpulan.


40

I. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap dalam penelitian menggunakan pendekatan

fenomenologi secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Tahap pra penelitian

a. Peneliti menyusun rencana penelitian yang akan dilaksanakan

b. Peneliti memiliki lokasi penelitian sesuai dengan fokus penelitian dalam

hal ini lokasi penelitian berada di Jalan Kumala 2 Selatan dan Perumahan

Griya Kumala Harapan.

c. Melaksanakan seminar proposal

d. Menyiapkan perangkat untuk melaksanakan penelitian berupa lembar

observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi untuk

memperoleh informasi mengenai peran ibu dalam pembelajaran daring di

era covid 19.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data di lapangan dengan

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Melaksanakan observasi mendalam dengan berinteraksi secara langsung

untuk memperoleh informasi mengenai peran ibu dalam pembejaran

daring.

b. Melakukan wawancara dengan narasumber untuk mendapatkan informasi

yang akurat mengenai peran ibu dalam pembelajaran daring di era covid

19.
41

c. Melakukan dokumentasi untuk memperkuat data-data yang diperoleh

mengenai peran ibu dalam pembelajaran daring di era covid 19.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini dilanjutkan dengan melakukan analisis data yang diperoleh

dan melakukan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai peran ibu

dalam pembelajaran daring di era covid 19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar.

J. Teknik Keabsahan Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan

waktu (Sugiyono, 2008: 273).

Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu

dengan menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek

yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda, misalnya narasumber

tertentu, dari kondisi tertentu, dari aktivitas yang menggambarkan perilaku orang,

atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen.

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, dimana data yang

telah dikumpulkan kemudia dikaitkan dengan teori-teori terkait objek penelitian

yaitu peran ibu dalam pembelajaran daring. Dalam hal ini penulis

membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara, dan juga

membandingkan hasil wawancara dengan wawancara lainnya.


42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Jumlah Penduduk di Kelurahan Jongaya

Menurut hasil pendapatan kependudukan di Kelurahan Jongaya jumlah

penduduknya sebanyak 15.678 jiwa terdiri dari laki-laki 7.822 jiwa dan

perempuan 7.856 jiwa. Kelurahan Jongaya terdiri dari 14 Rukun Warga (RW) dan

56 Rukun Tetangga (RT) dan saat ini Kelurahan Jongaya dipimpin oleh Lurah

Subuhan Maksud, SE untuk lebih jelas dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Jongaya


Jumlah Penduduk
Jumlah
Laki-laki Perempuan
7.822 7.856 15.678
Total 15.678
Sumber: Kantor Kelurahan Jongaya 2021

Dari tabel di atas, mengenai kependudukan di kelurahan Jongaya

kecamatan Tamalate kota Makassar yang mempunya jumlah penduduk 15.678

dapat di simpulkan bahwa penduduk di wilayah tersebut dengan wilayah yang

sempit mencakup rumah warga yang sangat padat penduduk. Kelurahan Jongaya

memiliki wilayah 0,51 Km² dengan memiliki kapasitas rumah penduduk, ruko,

tempat ibadah, dan sekolah. yang memenuhi beberapa kebutuhan masyarakat di

kelurahan tersebut.

42
43

2. Ibu rumah berkarir di Kelurahan Jongaya.

Ibu memegang peran penting didalam keluarga terutama bagi Ibu-ibu yang

bekerja diluar Rumah Tangga akan banyak menghabiskan waktunya ditempat

kerja, Ternyata seorang Ibu bukan hanya mampu bekerja disektor domestik tetapi

juga disektor publik dalam rangka membantu mensejahterakan ekonomi keluarga.

Tabel 4.2 Ibu Rumah Tangga Berkarir di Kelurahan Jongaya


No Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Meningkatkan ekonomi keluarga 853 43,52%
2 Mencari pengalaman kerja 523 26,68%
3 Menambah modal usaha 584 29,80%
Jumlah 1960 100%
Sumber : Kantor Kelurahan Jongaya 2021

Berdasarkan tabel di atas, maka jumlah ibu rumah tangga berkarir di

Kelurahan Jongaya dengan alternatif jawaban yang berbeda-beda dengan

presentase 43,52% dengan jawaban untuk meningkatkan ekonomi keluarga,

26,68% dengan jawaban mencari pengalaman kerja, dan 29,80% dengan jawaban

menambah modal usaha.

3. Ibu Rumah Tangga Berkarir dan memiliki Anak Bersekolah pada SD di


Kelurahan Jongaya
Tabel 4.3 Ibu Rumah Tangga Berkarir dan memiliki Anak Bersekolah pada SD di
Kelurahan Jongaya
Ibu Rumah Tangga Berkarir Anak bersekolah di SD Perbandingan
1960 3.920
1:2,5
Total 3.920
Sumber : Kantor Kelurahan Jongaya 2021

Berdasarkan tabel di atas, maka jumlah ibu rumah tangga berkarir di

Kelurahan Jongaya yang memilki anak bersekolah di SD sebanyak 3.920 atau

dengan perbandingan satu ibu rumah rumah tangga berkarir memilik 2 sampai 3

anak bersekolah di SD.


44

4. Profil Informan

Profil informan dapat menggambarkan tentang peran ibu dalam

pembelajaran daring di era covid-19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar. Profil

sejumlah informan yang diwawancarai, diperoleh tentang gambaran singkat

mengenai latar belakang kehidupannya, profil informan diperoleh dari hasil

wawancara dan observasi dengan informan yang dilakukan mulai tanggal 1

November 2021 sebagaimana disajikan berikut ini:

a. Informan 1

Informan yang bernama Ibu Melly Susanti, atau biasa di panggil Bu Mel

merupakan seorang wanita berusia 36 tahun, Bu Mel adalah seorang ibu rumah

tangga dan sekaligus sebagai ibu karir yang mana Bu Mel bekerja sebagai penjahit

dan tukang bordir pakaian bersama suaminya yang memiliki 3 orang anak dan 2

diantaranya bersekolah di Sekolah Dasar (SD) dan tinggal di Komp Griya Kumala

Harapan Blok C7 Kelurahan Jongaya Kecamatan Tamalate.

b. Informan 2

Informan yang bernama Ibu Jumaria, atau biasa di panggil Ibu Jum

merupakan seorang wanita berusia 40 tahun, yang tinggal di Jalan Kumala 2

Selatan No 80 B. Ibu Jum adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai

ibu karir yang mana Ibu Jum bekerja sebagai penjual sayur di pasar Pabaeng-

Pabaeng, dan Ibu Jum memliki 3 orang anak yang mana 1 diantara anaknya

bersekolah di Sekolah Dasar (SD).


45

c. Informan 3

Informan yang bernama Ibu Mainnah, atau biasa di panggil Ibu Ina

merupakan seorang wanita berusia 35 tahun, tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan No

74 D. Bu Ina adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai ibu karir

yang mana Bu Ina bekerja sebagai kue di Jln. Alauddin bersama suaminya yang

memiliki 2 orang anak dan 1 diantaranya bersekolah di Sekolah Dasar (SD).

d. Informan 4

Informan yang bernama Ibu Ina, atau biasa di panggil Kak In adalah

seorang wanita berusia 35 tahun, tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan No 74 A. Kak

In adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai ibu karir yang mana

Kak In bekerja sebagai penjual pakaian di pasar sentral yang memiliki 3 orang

anak dan ke 3 anaknya tersebut bersekolah di Sekolah Dasar (SD).

e. Informan 5

Informan yang bernama Ibu Aisah, atau biasa di panggil Tante Ais adalah

seorang wanita berusia 40 tahun, tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan No 72 A.

Tante Ais adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai ibu karir yang

mana Tante Ais bekerja sebagai penjual bakso yang memiliki 5 orang anak dan 2

diantaranya bersekolah di Sekolah Dasar (SD).

f. Informan 6

Informan yang bernama Ibu Rabiah, atau biasa di panggil Kak Rara adalah

seorang wanita berusia 35 tahun, tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan. Kak Rara

adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai ibu karir yang mana Kak
46

Rara bekerja sebagai sales di PT. Kalla Toyota. Kak Rara memiliki 2 orang anak

dan 2 diantaranya bersekolah di Sekolah Dasar (SD).

g. Informan 7

Informan yang bernama Ibu Eri Siti Juhaeriah, S.Pd, atau biasa di panggil

Bu Eri adalah seorang wanita berusia 49 tahun, tinggal di Komp. Griya Kumala

Harapan Blok D7. Ibu Eri adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai

ibu karir yang mana Ibu Eri bekerja sebagai guru SD di salah satu sekolah di

Kelurahan Jongaya. Ibu Eri memiliki 3 orang anak dan 1 diantaranya masih

bersekolah di Sekolah Dasar (SD).

h. Informan 8

Informan yang bernama Ibu Ratna Yunus, M.Kes, atau biasa di panggil Bu

Ratna adalah seorang wanita berusia 48 tahun, tinggal di Kom. Griya Kumala

Harapan C6. Bu Ratna adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai ibu

karir yang mana Bu Ratna bekerja di RS Bayangkara sebagai perawat bersama

suaminya, sedangkan dalam keluarga ibu Ratna dikarunia 2 orang anak yang 1

diantaranya masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD).

i. Informan 9

Informan yang bernama Ibu Salmi atau biasa dipanggil Ibu Ami adalah

seorang wanita berusia 34 tahun, tinggal di Kom. Griya Kumala Harapan C9. Ibu

Ami adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai ibu karir yang mana

Ibu Ami bekerja sebagai kepala tata usaha di SMK Kesehatan Megarezky,

sedangkan dalam keluarga ibu Ami dikarunia 2 orang anak yang 1 diantaranya

masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD).


47

j. Informan 10

Informan yang bernama Putri Utami, atau biasa di panggil Kak Putri

merupakan adalah seorang wanita berusia 33 tahun, tinggal di Kom. Griya

Kumala Harapan C11. Kak Putri adalah seorang ibu rumah tangga dan sekaligus

sebagai ibu karir yang mana Kak Putri bekerja sebagai pegawai Bank BTN,

sedangkan dalam keluarga Kak Putri dikarunia 3 orang anak yang 1 diantaranya

masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD).

Dari kesepuluh informan dalam penelitian in dapat disimpulkan bahwa

kesepuluh informan tersebut merupakan ibu rumah tangga berkarir yang memiliki

anak bersekolah di sekolah dasar (SD), sehingga sepuluh informan tersebut

memenuhi persyaratan atau kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti dan

tentunya dari kesepuluh informan peneliti sudah cukup mendapatkan data yang

peneliti inginkan.

5. Peran Ibu dalam Membantu Anak dalam Pembelajaran Daring di Masa


Pandemic Covid 19

Adanya pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) membuat semua

sarana mati atau di tutup sementara, termasuk kegiatan belajar mengajar. Agar

siswa dapat belajar di rumah, demi keamanan dan kesehatan kita semua, hal ini

tentunya berdampak untuk Ibu, dimana Ibu harus memberikan pembelajaran pada

anaknya di rumah. Peran Ibu sangat penting dalam menentukan keberhasilan

pendidikan anak-anak mereka. Induk peran dan tanggung jawab antara lain dapat

di wujudkan dengan membimbing kelangsungan anak belajar di rumah sesuai

dengan program yang telah dipelajari oleh anak-anak di sekolah. Berdasarkan


48

hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti di Kelurahan

Jongaya Kota Makassar peneliti melihat bahwa peran ibu dalam pembelajaran

daring dilaksanakan dengan beberapa hal (Observasi, 30 November 2020). Antara

lain peran ibu sebagai:

a. Fasilitator (facilitator)

Peran orang tua sebagai fasilitator dalam pembelajaran online meliputi

orang tua melakukan pendampingan kepada anak, orang tua sebagai jembatan

antara anak dan guru, serta orang tua sebagai penyedia fasilitas yang menunjang

pembelajaran online.

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Melly Susanti (36 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Peran orang tua harus terjun langsung mengikutsertakan dalam


pembelajaran daring yang dimana sebagai fasilitator, selama anak saya
belajar dari rumah, pelajaran yang diberikan oleh gurunya dilakukan
dengan berbagai cara dengan mempertimbangkan akses dan fasilitas
internet serta minat anak. Biasanya anak saya belajar melalui zoom dan
video call dengan gurunya, meski diawal-awalnya ada sedikit kendala
namun lama kelamaan anak saya terbiasa dan nampak senang mengikuti
pembelajaran dengan baik karena di rumah fasilitas internet cukup bagus
dek.”
(Wawancara, 6 Desember 2021).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Jumaria (40 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Yang harus saya siapkan dalam pembelajaran online anak saya itu seperti
menyiapkan HP, kadang harus dengan leptop walaupun sering pinjam
sama kakaknya dan yang tidak kalah penting saya siapkan adalah kuota
internet sehingga anak saya bisa belajar dengan baik di rumah.”
(Wawancara, 6 Desember 2021).

Lebih lanjut Ibu Aisyah (40 Tahun) sebagai ibu rumah tangga berkarir

juga mengatakan hal yang sama bahwa:


49

“Sejak adanya virus corona, anak saya belajar di rumah dengan


menggunakan media group whatsaap, zoom, beberapa media lainnya.
Proses belajar di rumah ini berlangsung sejak ada penyampaian dari
sekolah kalau anak-anak tidak belajar lagi di sekolah tapi di rumah saja
untuk menghindari tertular virus corona. Nah oleh karena itu saya sebagai
orang tua sudah pasti menyiapkan semua yang dibutuhkan anak saya
seperti HP, Kuota internet dan lain-lain, begitu dek.”
(Wawancara, 6 Desember 2021).

Menurut ibu Melly dan Ibu Aisyah, peran ibu dalam hal ini yakni

fasilitator adalah orang tua sebagai fasilitator yakni dengan menyediakan fasilitas

belajar yang dibutuhkan juga hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi belajar

anak. Hal ini menandakan bahwa orang tua sebagai fasilitator merupakan sebagai

penyedia. Sedangkan, menurut ibu jumaria peran orang tua sebagai fasilitator

harus dapat menyediakan hal-hal yang dibutuhkan anak dalam pembelajaran

daring walapun masih minim dalam memfasilitasi. Peran orang tua sebagai

fasilitator sebagaimana guru yang menyediakan bahan ajar maka orang tua juga

sebagai penyedia hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran online.

Sebagaimana yang disampaiakan oleh Ibu Ratna Yunus (48 Tahun)

sebagai ibu rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Sebagai orang tua, kita memang harus bertanggung jawab memfasilitasi


pembelajaran anak di rumah walaupun saya juga selamanya tidak
dampingi anak karena saya sebagai pegawai di rumah sakit dan basanya
kalau tidak ada saya di rumah maka kakaknya yang dampingi maklum saja
karena anakku yang in masih SD, namun ada memang suka dukanya
misalnya anak ingin bereksperimen tapi tidak ada pewarna makanan,
terpaksa kita buatkan pewarna alami dari dapur. Sebagai orang tua kita
harus siap dengan segalanya mendukung belajarnya anak-anak dirumah
dan berupa menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung pembelajaran
anak”.
(Wawancara, 7 Desember 2021).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Salmi (35 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:


50

“Sejak awal pembelajaran online saya harus menyiapkan hal-hal yang


dibutuhkan anak saya dalam belajarnya mulai dari HP, kuota internet dll,
dan terkadang saya juga harus menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan
yang dibutuhkan saat anak mengerjakan tugas yang diberikan oleh
gurunya”.
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Menurut Ibu Ratna dan Ibu Salmi, sama seperti yang di ungkapkan

informan sebelumnya di atas, bahwa peran orang tua sebagai fasilitator adalah

mampu menyediakan hal-hal yang dibutuhkan anak dalam proses pembelajaran

daring mulai dari HP, kuota internet, dll.

Hal yang sama disampaikan oleh Ibu Putri (33 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Sebagai orang tua siswa saya selalu mendampingi anaknya dalam belajar
di rumah dan memfasilitasi anaknya dalam belajar seperti menyediakan
HP, kuota belajar dan lain sebagainya walaupun pemerintah sudah
merealisasikan kuota belajar untuk siswa, akan tetapi kami mengharapkan
juga kepada orang tua siswa untuk memfasilitasi juga supaya proses
belajar anak di rumah bisa berjalan dengan baik.”
(Wawancara, 7 Desember 2021).

Lebih lanjut Ibu Ina (35 Tahun) sebagai ibu rumah tangga berkarir juga

mengatakan hal yang sama bahwa:

“Pembelajaran online ini menuntut saya harus menyiapkan hal-hal yang


dibutuhkan anak saya dalam belajarnya mulai dari HP, kuota internet dll,
selain itu menyiapkan tempat yang aman dan nyaman untuk anak belajar
dirumah”.
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Berdasarkan pernyataan beberapa informan di atas, dapat disimpulkan

bahwa peran orang tua sebagai fasiltator dapat memperhatikan beberapa hal yang

dibutuhkan yakni media elektronik, kuota, tempat belajar yang nyaman, dan

fasilitas lain yang menunjang kegiatan pembelajaran online serta tempat yang

nyaman untuk anak dalam proses pembelajaran. Jika anak tidak mendapatkan
51

fasilitas tersebut yang terjadi yakni anak tidak bisa mengikuti pembelajaran online

dengan efektif.

b. Memotivasi (motivate)

Selain menyediakan fasilitas belajar daring yang baik untuk anak, aspek

kedua yaitu orang tua juga memiliki peran untuk memotivasi anak belajar yang

efektif buat anak. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Rabiah (35 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Peran saya sebagai orang tua dan juga sebagai seorang ibu rumah tangga
yang berkarir selalu wajib memberikan semangat dalam pendampingan
belajar anak sangat penting, karena anak-anak jika tidak dimotivasi
belajarnya maka akan sulit atau bahkan mereka tidak akan pernah belajar
apa mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya maka dari itu agar
anak mau belajar langkah awal harus berangkat dari orang tua yang selalu
memberikan nasehat dan mendampinginya dalam belajar. Anak jika tidak
disuruh ki belajar maka tidak akan belajar ki jika orang tuanya tidak
bertindak untuk mendampinginya belajar”.
(Wawancara, 7 Desember 2021).

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Ibu Jumaria (40 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Pada saat pandemi ini anakku lebih banyak menghabiskan waktu di


rumah dan berkumpul bersama keluarga dan momen itu saya manfaatkan
untuk selalu memberikan memotivasi kepada anakku agar lebih giat dan
bisa membagi waktunya antara bermain dan belajar serta kadang pula saya
memberikan motivasi pada saat anakku selesai mengikuti pembelajaran
agar anakku tidak mudah bosan walaupun mengikuti pembelajaran secara
daring.”
(Wawancara, 7 Desember 2021).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Ina (35 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Saya sebagai ibu rumah tangga dan disisi lain juga mendampingi anak
dalam belajar sehingga saya selalu memotivasi anak supaya semangat
belajar dengan cara membujuk anak untuk belajar kalau anak sudah
merasa bosan dalam belajar. Dan dalam mengerjakan tugas yang kurang
52

dipahami, selalu kubantu dan bimbing dalam mengerjakan dan


menyelesaikan tugasnya dan saya juga senantiasa memberi nasehat, pujian
dan dorongan supaya anakku selalu semangat dalam belajarnya.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Menurut Ibu Rabia, Ibu Jum dan Ibu Ina, orang tua sebagai motivator

memberikan motivasi belajar kepada anak agar anak tetap semangat walaupun

dalam kondisi seperti sekarang ini. Karena motivasi memiliki pengaruh yang

cukup besar untuk menyadarkan anak betapa pentingnya pendidikan. Anak akan

termotivasi apabila orang tua selalu memberikan semangat dan motivasi-motivasi

yang membangun. Hal ini diungkapkan juga oleh Ibu Eri (49 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Pembelajaran daring ini walaupun hal yang baru buat saya sehingga saya
sebagai ibu rumah tangga dan juga berperan sebagai guru di rumah dan di
sekolah maka saya juga selalu mengawasi dalam proses pembelajaran
anakku dan selalu menyuruh anakku untuk mengerjakan tugas, padahal
anakku paling malas kalau disuruh karena anakku lebih suka nonton TV
dan bermain di rumah akan tetapi saya tidak henti-hentinya memotivasi
dan mengigatkan anakku untuk tetap belajar.”
(Wawancara, 8 Desember 2021).

Lebih lanjut Ibu Aisyah (40 Tahun) sebagai ibu rumah tangga berkarir

juga mengatakan hal yang sama bahwa:

“Sebagai ibu dan orang tua saya selalu memberikan yang terbaik untuk
anakku, karena pada masa pandemi pasti selalu mengalami kendala pada
saat belajar, sistem belajar daring saat ini pasti banyak mengalami kendala,
belajar tatap muka saja bisa mengalami kendala apalagi belajar daring.
Oleh karena itu saya selalu berusaha memotivasi dan memberikan yang
terbaik untuk anakku”.
(Wawancara, 8 Desember 2021).

Hasil wawancara di atas, diperkuat oleh Ibu Ratna (48 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir juga mengatakan hal yang sama bahwa:

“Memang benar bahwa anak yang masih SD sangat perlu dukungan dan
motivasi dari orang tuanya khususnya ibunya karena semangat serta
53

dukungan dan motivasi yang selalu diberikan oleh orang tua di rumah
kepada anak merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan
belajar anaknya. Dengan adanya semangat dan dukungan yang di berikan
oleh orang tua maka anak lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran
walaupun dalam pembelajaran daring.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Berdasarkan pernyataan beberapa informan di atas, dapat disimpulkan

bahwa peran ibu sebagai motivator memberikan motivasi belajar kepada anak

agar anak tetap semangat walaupun dalam kondisi seperti sekarang ini. Karena

motivasi memiliki pengaruh yang cukup besar untuk menyadarkan anak betapa

pentingnya pendidikan dan pencapaian anak tersebut agar anak tetap termotivasi

kedepannya dan apabila anak tidak mendapatkan hasil yang memuaskan orang tua

memberikan motivasi atau dorongan.

c. Mengawasi/Mengarah (supervise)

Proses pembelajaran daring ibu berperan mengawasi kegiatan

pembelajaran anak, apakah anak sudah mengerjekan tugas atau membuat

pekerjaan rumah (PR) dan mengerjakan tanpa harus menundanya. Pola

pengasuhan anak yang lebih dekat dengan ibu menyebabkan ibu memiliki tugas

tambahan selama anak belajar di rumah. Budaya patriarki yang terjadi selama ini

meletakkan tanggung jawab domestik kepada seorang istri yang sekaligus menjadi

seorang ibu. Ketika anak belajar di rumah maka tugas pendampingan dilakukan

oleh ibu.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Mainnah (35 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Walaupun saya sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan


rumah dan berjualan kue yang kadang pulang siang atau sore, namun pada
masa pandemic seperti sekarang ini saya juga harus mengawasi anakku
54

selama belajar di rumah. Caraku selaku ibu dan sebagai orang tua dalam
mengawasi anak dalam mengerjakan tugas, dengan menanyakan secara
langsung pada anak, dan selain itu, jika takut anak berbohong nomorku
selaku orang tua siswa juga dimasukan kedalam grup wa dan selalu rutin
saling menukar informasi dengan gurunya dek.”
(Wawancara, 8 Desember 2020).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Salmi (34 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Dalam mengawasi anak saat proses pembelajaran daring biasanya lewat


grup kelasnya anakku, karena nomor kami orang tua siswa juga dimasukah
kedalam grup, jadi sebagai ibu rumah tangga dan disisi lain saya bekerja di
luar rumah juga jadi, saya agak sedikit kerepotan kalau dalam hal awasi
anak dalam pembelajaran daring ini, namun karena saya juga bergabung
dengan grup wa kelas anak saya sehingga interaksi saya dan guru dalam
mengawasi anak berjalan dengan baik karena saya bisa memantau anak
sudah atau belum mengerjakan tugas, ditambah lagi yang belum
mengerjakan tugas di panggil oleh guru lewat grup kelas, sehingga saya
bisa mengawasi anakku secara langsung.”
(Wawancara, 9 Desember 2021).

Menurut Ibu Mainnah dan Ibu Salmi, sebagai orang tua dalam mengawasi

anak dalam pembelajaran daring merupakan faktor yang terpenting yang sering

dihadapi oleh para orangtua yang umumnya bekerja walaupun lewat grup WA

kelas. Lebih lanjut Ibu Putri (33 Tahun) sebagai ibu rumah tangga berkarir juga

mengatakan hal yang sama bahwa:

“Sebagai ibu rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaan rumah dan juga
pekerjaan di luar rumah saya tidak menjadwalkan kapan saja anak
membuat tugas tapi saya selalu mengecek ada atau tidaknya tugas yang
diberikan oleh guru, jika ada tugas yang diberikan oleh guru saya segera
menyuruh anak mengerjakan tugas tersebut, syukurnya anak kami tidak
susah ji jika disuruh mengerjakan tugas asalkan didampingi pada saat
mengerjakan tugasnya.”
(Wawancara, 9 Desember 2021).

Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Melly (36 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir juga mengatakan hal yang sama bahwa:


55

“Pengawasan terhadap anak saat belajar itu sangat penting apalagi belajar
daring dimasa pandemi seperti sekarang ini. Kalau bukan Ibu siapa lagi
yang akan mengawasi anak saat belajar dirumah. Pengawasan dari saya
merupakan faktor yang tentunya sering dihadapi oleh saya apa lagi saya
yang bekerja di luar rumah, untuk itu memang perlu solusi yang tepat
karena apabila tidak dapat memberikan pengawasan maka proses
pembelajaran daring tidak berjalan dengan baik.”
(Wawancara, 15 Desember 2021).

Berdasarkan pernyataan beberapa informan di atas, dapat disimpulkan

bahwa peran ibu dalam mengawasi anak saat pembelajaran daring sangat perlunya

pengawasan orangtua khususnya ibu, apalagi dalam belajar karena pengawasan

ibu menjadi hal yang utama dalam belajar, apalagi saat belajar daring pada masa

pandemi baik dalam pemberian tugas melalui pemantauan dan pendampingan

oleh guru dan orang tua melalui whatsapp grup sehingga anak merasa diawasi

dalam belajarnya.

Secara lebih jelas dan lengkap mengenai peran ibu dalam pembelajaran

online disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.6 Peran Ibu dalam Membantu Anak dalam Pembelajaran Daring dimasa
Pandemic Covid 19 di Kelurahan Jongaya
Peran Ibu Hasil Wawancara
a) Memberikan fasilitas berupa wifi, handphone, beberapa alat
tulis, dan hal-hal yang relevan dengan tugas,
b) Menyiapkan tempat belajar yang nyaman untuk anak,
Fasilitator c) Mendampingi anak secara penuh dalam pembelajaran
online,
d) Menjadi penghubung antara anak dan guru .
a) Membantu anak ketika mendapat kesulitan mengerjakan
tugas,
b) Membantu anak dalam menyelesaikan kesulitan belajar,
Memotivasi c) Memberikan dukungan kepada anak dalam belajar,
d) Memberi dorongan kepada anak dalam belajar.
a) Mengawasi anak dalam ketika pembelajaran online,
b) Rutin dalam bertukar informasi dengan guru kelas,
c) Mengingatkan anak untuk menyelesaikan tugas tepat waktu,
Mengawasi d) Membantu anak saat mengumpulkan tugas.
Sumber: Data Penelitian 2021
56

6. Strategi Ibu dalam Membagi Peran Kegiatan Rumah Tangga Dengan


Kegiatan Membantu Anak dalam Pembelajaran Daring

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun

waktu tertentu. Dalam melaksanakan peran ganda tentunya para ibu rumah tangga

yang juga bekerja pastinya kewalahan maka dari itu harus mengatur strategi agar

dapat mengoptimalkan waktu dan pekerjaannya berjalan dengan baik. Adapun

strategi ibu dalam membagi peran di Kelurahan Jongaya antara lain:

a. Strategi Afektif

Strategi Afektif merupakan upaya yang dilakukan oleh wanita karir untuk

memberikan rasa aman dan nyaman serta saling mendukung antar anggota

keluarga, adapun dalam penelitian ini informan melakukan tiga cara dalam

strategi afektif yakni dengan membawa anak ke tempat kerja agar lebih mudah

mengawasi anak, selalu memanfaatkan waktu pulang bekerja untuk berkumpul

bersama keluarga dan selalu menyempatkan waktu untuk menemani anak

mengerjakan tugas sekolah setelah pulang bekerja.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Salmi (34 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Setelah melakukan perkerjaan rumah baru berangkat kerja dan terkadang


saya membimbingan dan mendampingi anak belajar di tempat kerja saya
di sela-sela pekerjaan saya di sekolah karena saya membawa anak ke
tempat kerja soalnya kalau ditinggalkan di rumah tidak ada yang bisa
awasi ketika anakku ada belajar online nya”.
(Wawancara, 7 Desember 2021).

Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Melly (36 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir juga mengatakan hal yang sama bahwa:


57

“Kalau pagi mengerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu pada pagi hari
sebelum berangkat kerja, yaitu membersihkan rumah, mencuci pakaian,
memasak, bahkan mengurus anak-anak, setelah semuanya selesai barulah
berangkat bekerja dan membawa anak ke tempat kerja agar tidak was-was
ketika meninggalkan anak dirumah apalagi jika anaknya masih SD dalam
masih dalam pembelajaran daring.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Begitupun yang disungkapkan oleh Ibu Ina (35 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir juga mengatakan hal yang sama bahwa:

“Sebelum ke tempat kerja saya mengurus pekerjaan rumah terlebih dahulu


seperti menyiapkan sarapan untuk suami dan anak dan pekerjaan rumah
lainnya dan menyiapkan anak untuk belajar daring, setelah itu baru ke
tempat kerja agar ketika bekerja tidak memikirkan hal-hal lain lagi, atau
dengan kata lain pikirannya tidak terbagi-terbagi lagi antara bekerja
dengan mengurus rumah rumah dan anak-anak.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Menurut Ibu Salmi, Ibu Melly dan Ibu Ina, strategi dalam membagi peran

yaitu mengerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu pada pagi hari sebelum

berangkat kerja, bahkan mengurus anak-anak, setelah semuanya selesai barulah ia

berangkat bekerja. Hal itu dilakukan agar ketika bekerja ia tidak memikirkan hal-

hal lain lagi, atau dengan kata lain pikirannya tidak terbagi-terbagi lagi antara

bekerja dengan mengurus rumah dan anak-anak.

Berbeda dengan yang dikatakan Ibu Ratna Yunus (48 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang sama bahwa:

“Kalau untuk saya dalam membagi waktu antara pekerjaan rumah dan
kantor serta mendampingi anak dalam belajar online nya yaitu saya
berangkat kerja pada pagi hari dan pada saat siang hari atau jam istirahat
baru menyempatkan diri untuk pulang kerumah untuk mengurus anak,
memasak, menyapu rumah, setelah itu ia kembali lagi ketempat kerja, hal
itu dilakukan karena jarak rumah dan tempat kerja tidak terlalu jauh-jauh
amat lah dek.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).
58

Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Eri (49 Tahun) sebagai ibu rumah tangga

berkarir juga mengatakan hal yang sama bahwa:

“Dengan sistem pembelajaran yang diterapkan sekarang yatu belajar dari


rumah ini maka saya selaku orang tua dan sebagi ibu harus membagi
waktu antara pekerjaan kantor dan mendampingi anakku untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran online ini jadi untuk pekerjaan rumah saya kerjakan
saat pulang dari kantor dan setelah selesai mendampingi anak belajar.
Walaupun saya juga membagi waktu untuk pekerjaan rumah dan di luar
rumah, tapi Alhamdulillah dek semua pekerjaan saya dan mengawasi anak
cukup berjalan dengan baik.”
(Wawancara, 7 Desember 2021).

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi ibu dalam

membagi peran pada strategi afektif antara lain: membawa anak ke tempat kerja

agar dapat mengawasi secara langsung; mendamping anak dalam pembelajaran

daring dan mengurus rumah dahulu kemudian berangkat kerja; berangkat kerja

kemudian mengurus rumah dan mendamping anak dalam pembelajaran daring

setelah pulang dari kerja; berangkat kerja kemudian kembali lagi kerumah saat

jam istirahat untuk mengurus rumah dan mendamping anak dalam pembelajaran

daring setelah itu kembali lagi ketempat kerja.

b. Strategi Sosialisasi

Strategi Sosialisasi merupakan cara yang dilakukan oleh wanita karir agar

seluruh anggota keluarga dapat berkembang dan berinteraksi serta berperan aktif

yang berguna untuk membina sosialisasi, membentuk norma tingkah laku sesuai

dengan tingkat perkembangan anak dan memberikan nilai budaya yaitu

menerapkan pembagian tugas kepada seluruh anggota keluarga atau adanya peran

pengganti yang membantu dalam meringankan tugas ibu.


59

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Aisyah (40 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Strategi saya dalam membagi waktu membantu anak dengan pekerjaan,


yaitu ketika saya di rumah maka saya akan membantu proses pembelajaran
anak tetapi jika saya di luar rumah atau disibukkan dengan pekerjaan lain
dan pada saat itu ada jadwal belajar anakku maka saya hanya menelepon
untuk mengingatkan dan biasanya menyuruh kakaknya atau ayahnya untuk
mendampinginya juga.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Begitupun yang diungkapkan oleh Ibu Rabiah (35 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir juga mengatakan hal yang sama bahwa:

“Selama kegiatan pembelajaran daring ini, saya sangat disibukkan oleh


pekerjaan rumah serta membagi waktu untuk melakukan pekerjaan di luar
rumah saya juga harus masuk kantor setiap hari jadi tugas mengajar anak-
anak di rumah saya menitipkan pada pada ayahnya kalau tidak ada
kesibukan atau biasa sama tantenya untuk membantu, keculi kalau ada
liburku baru saya yang mendampinginya langsung.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Putri (33 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir juga mengatakan bahwa:

“Dalam strategi mengatur jadwal antara. pekerjaan rumah dan


mendampingi anak dalam belajar, saya agak kesulitan sebenarnya karena
saya juga memiliki jadwal yang lumayan padat selain mengurus rumah
tangga saya juga memiliki kesibukan sebagai pegawai Bank yang
mengharuskan saya untuk bekerja setiap hari, sehingga saya harus
membayar asisten rumah tangga (ART) untuk membantu mendampingi
anakku dalam belajarnya di rumah dan membantu juga mengerjakan tugas
rumah dan saya hanya mengontrol lewat telephon”.
(Wawancara, 7 Desember 2021).

Menurut Ibu Aisyah, Ibu Rabiah dan Ibu Putri, strategi dalam membagi

peran antara pekerjaan rumah dan pekerjaan di luar rumah serta membantu anak

dalam pembelajaran daring yaitu dengan menerapkan pembagian tugas antara


60

anggota keluarga dan membayar asisten rumah tangga sebagai peran pengganti

yang membantu dalam meringankan tugas ibu.

Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Mainnah (35 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir juga mengatakan bahwa:

“Permasalahan utama ibu rumah tangga yang berkarir pada saat pandemic
seperti saat ini adalah sulitnya membagi waktu dan prioritas untuk
memandu anak-anak dalam belajar secara online ini. Karena, saat pagi hari
saya menyelesaikan pekerjaan rumah dan siang sampai sore saya masih
harus mengerjakan pekerjaan di luar rumah sebagai tukang jahit jadi
terkadang saya meminta kepada bapaknya atau menitipkan pada neneknya
untuk membantu medampngi dan mengerjakan tugas yang dikasih oleh
gurunya jika tidak ada kesibukanku di luar rumah baru saya yang
mendampinginya langsung.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Ibu Jumaria (40 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir juga mengatakan bahwa:

“Memang agak kerepotan dek ketika saya dihadapkan dengan pekerjaan


rumah, menjual sayur di pasar dan harus mendampingi anak pada saat
belajar online akan tetapi selalu ada kontrol dari saya atau dari bapaknya
seperti mengingatkan bahwa ada jadwal belajar dan membantunya untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi ibu dalam

membagi peran pada strategi sosialisasi adalah menggunakan peran pengganti

yakni ART (Asisten rumah tangga) ataupun anggota keluarga untuk membantu

meringankan pekerjaan rumah tangga dan memilih mengawasi anak dan keadaan

rumah tangga melalui telepon dan lain sebagainya.


61

7. Dampak Ibu Mendampingi Anak dalam Pembelajaran Daring

Pandemi covid-19 memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap

implementasi pembelajaran daring di lingkup Sekolah Dasar. Dampak tersebut

dialami oleh siswa, orang tua, guru, dan berdampak pada pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti di Jalan Kumala 2 Selatan dan

Perumahan Griya Kumala Harapan Kecamatan Jongaya Kota Makassar Sulawesi

Selatan pada pandemi covid-19 memberikan dampak yang positif dan negatif

terhadap ibu dalam mendampingi anak pada pembelajaran daring diantaranya.

a. Dampak positif

Pembelajaran daring dapat mencegah penularan virus ke orang lain,

suasana belajar di rumah bagi siswa dapat lebih kondusif, orang tua dapat

menambah waktu kebersamaannya dengan anak, guru mampu meningkatkan

kemampuan literasi digital, dan pembelajaran dapat lebih variatif.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Jumaria (40 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Dalam pembelajaran seperti ini saya sebagai orang tua lebih mudah
mengawasi dan memantau proses belajar anak, selain itu saya jauh lebih
mengenal anak terutama dalam hal akademik dan saya juga merasa aman
karena anak berada di rumah”.
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Ina (35 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Saya jadi punya lebih banyak waktu untuk menjalin komunikasi dan
mendekatkan hati dengan anak-anak dan sebagai ibu jadi lebih mengenal
hal-hal yang membuat motivasi belajar anak meningkat dan kehadiran
orang tua dalam belajar anak akan menimbulkan kepercayaan diri
sehingga menumbuhkan semangat untuk belajar jadi lebih tinggi. Anak-
62

anak juga semakin yakin bahwa orang tuanya menyayanginya dan akan
membantunya di saat mengalami kendala”.
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Menurut Ibu Jum dan Ibu Ina, dampak positif saat mendampingi anak

dalam pembelajaran daring yaitu lebih banyak waktu dalam membangun

komunikasi antara ibu dan anak, serta mudah dalam mengawasi pembelajaran

anak. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mereka dalam memberikan penjelasan

kepada anak-anaknya saat mengalami kesulitan dalam belajar.

Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Mainnah (35 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Belajar daring secara tidak langsung membuat kedekatan antara orang tua
dan anak semakin intens sehingga dengan hal ini orang tua dapat
mengetahui secara langsung bagaimana kepribadian anaknya. Komunikasi
orang tua dan anak akan lebih terjalin. Orang tua akan lebih memahami
kondisi anak-anak selama 24 jam dan hubungan orang tua dan guru akan
lebih baik karena sering berkomunikasi secara intens saat proses belajar
daring ini. Terjalani kerjasama yang baik antara orang tua dan guru dalam
proses pendidikan anak-anak.“
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Salmi (34 Tahun) sebagai ibu rumah

tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Kalau bicara soal dampak positifnya itu saya lebih tau bagaimana anakku
belajar karena bisa awasi anak secara langsung dan kesulitan apa yang di
hadapi oleh anak saya bisa langsung tau sehingga alhamdulillah nilainya
juga bagus karena dibantu langsung oleh orang tua di rumah, dan lebih
punya banyak waktu bersama anak.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Pernyataan di atas dipertegas oleh Ibu Eri Siti Juhaeriah (49 Tahun)

sebagai ibu rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Melalui pembelajaran daring ini maka orang tua bisa lebih membimbing
anaknya, meningkatkan kekompakan antara orang tua dan anak, sehingga
orang tua mampu memahami karakter anaknya lebih baik dan mengontrol
63

secara maksimal perkembangan anak-anaknya dan terbangunnya


komunikasi yang intens antara guru dan orang tua dalam proses
pembelajaran anak di rumah.”
(Wawancara, 10 Desember 2021).

Berdasarkan pernyataan informan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran daring ini memiliki dampak positif bagi orang tua yaitu anak

menjadi lebih paham materi yang tentunya berdampak pada nilai test sang anak

yang jauh lebih baik, selain itu anak menjadi punya banyak waktu bersosialisasi

bersama keluarga dan memiliki banya aktivitas selama berada di rumah.

b. Dampak negatif

Pada sisi lain, dampak negatif juga ditimbulkan oleh pembelajaran daring.

Yang mana orang tua kewalahan dalam mengawasi anak yang semakin bebas

mengakses internet yang mengandung informasi tak terbatas. Kebiasaan murid

bergelut dengan internent memungkinkannya untuk dapat membuka situs-situs

informasi yang tidak layak menurut usianya dan anak jadi terbatas dalam

bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Sebagaimana yang disampaiakan oleh Ibu Rabiah (35 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Anak jadi terbatas dalam bersosialisasi dengan teman-temannya, anak


kehilangan motivasi atau kehilangan semangat belajar, pembelajaran juga
tergantung koneksi internet yang terkadang menyulitkan, serta dampak
terbesarnya adalah selama pembelajaran daring ini membuat kedisiplnan
anak jadi menurun karena biasanya anakku bermain HP sampai larut
malam sehingga saya jadi kwatir ketika anak mengakses situs-situs yang
tidak layak dan menjadi susah bangun pagi yang mengakibatkan anak
menjadi kurang disiplin.”
(Wawancara, 11 Desember 2021).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Jumaria (40 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:


64

“Pembelajaran daring cenderung membuat anak-anak merasa jenuh dan


stres, dan hal ini seringkali membuat anak kesulitan dalam memahami
materi pelajaran yang disapaikan oleh guru. Oleh karena itu, orangtua
harus banyak terlibat dalam pembelajaran daring. Yang menjadi persoalan
adalah ada beberapa faktor yang membuat orangtua juga kesulitan saat
mengajarkan anak, misalnya karena tidak terbiasa mengajar atau karena
beban pekerjaan di luar rumah yang juga membuat orangtua menjadi
stress.”
(Wawancara, 11 Desember 2021).

Lebih lanjut Ibu Aisyah (40 Tahun) sebagai ibu rumah tangga berkarir

yang mengatakan bahwa:

“Jika anakku sudah mengalami kebosanan dalam belajar daring, maka


perilaku malas juga akan muncul dalam diri mereka, misalnya anak akan
mengabaikan segala perintah guru terutama dalam membuat tugas rumah,
kemudian bermalas-malasan di kamar sambil bermain HP, atau
mengurung diri di kamar dan sebagainya, yang ku takutkan ketika anakku
kecanduan menggunakan HP.”
(Wawancara, 11 Desember 2021).

Selain berdampak bagi siswa pembelajaran daring juga berdampak negatf

bagi orang tua, sebagaimana orang tua yang berkarir atau bekerja di luar rumah,

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Ratna Yunus (48 Tahun) sebagai ibu

rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Dampak pembelajaran daring ini bukan saja terasa pada anak tetapi juga
pada orang tua terutama dampak psikologis, terlebih orang tua yang
bekerja. Khususnya ibu rumah tangga karena pembelajaran daring ini
dampat menambah tugas ibu. Ibu harus mengajari atau minimal memantau
anak di jam-jam yang sudah ditentukan sekolah dan sudah pasti kendala
besar terjadi pada ibu yang bekerja yang tidak bisa mendampingi langsung
anak selama proses belajar mengajar.”
(Wawancara, 15 Desember 2021).

Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Eri Siti Juhaeriah (49 Tahun) sebagai

ibu rumah tangga berkarir yang mengatakan bahwa:

“Sebagai ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan di luar rumah, harus
lebih ekstra didalam bekerjanya karena harus memikirkan situasi dan
kondisi belajar anak di rumah, sehingga anak beresiko kehilangan
65

pembelajaran karena pembelajaran daring mengharuskan orang tua


memantau pada saat pembelajaran anak, yang mengakibatkan ibu
kewalahan dalam membagi jam antara pekerjaan rumah, pekerjaan di luar
rumah dan mendampingi anak dalam belajar.”
(Wawancara, 15 Desember 2021).

Berdasarkan pernyataan informan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran daring ini memiliki dampak negatif yang di mana anak jadi terbatas

dalam bersosialisasi dengan teman-temannya, anak kehilangan motivasi atau

kehilangan semangat belajar, kecanduan dalam menggunakan HP dan mengurung

diri di kamar, sehingga perlu adanya upaya menjembatani antara orang tua dan

sekolah, harus ada komunikasi yang lebih intens untuk mencari solusi bersama.

B. Pembahasan

1. Peran Ibu Dalam Membantu Anak dalam Pembelajaran Daring di Masa


Pandemic Covid 19

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah

tapi juga sekolah (guru) dan keluarga (orang tua). Peran orang tua sangat besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan peserta didik saat belajar, tinggi atau besar

kecilnya dorongan, cukup atau tidaknya sebuah perhatian dan bimbingan kepada

anak, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak, tenang ataupun tidak

situasi di rumah tentu sangat berpengaruh pada pencapaian dan keterlibatan hasil

belajar peserta didik. Menurut Lestari (2012) yang menyatakan bahwa peran

orang tua adalah cara-cara yang digunakan oleh orang tua mengenai tugas-tugas

yang masih dijalankan dalam mengasuh anak.

Sebelum pandemic Covid-19, sebagaian besar pendidikan di Indonesia

dilakukan secara langsung yakni dengan pembelajaran secara tatap muka di ruang
66

kelas. Pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka secara langsung di

sekolah selain memberikan dampak positif pada aspek kognitif dan aspek sosial

emosional, juga memberikan dampak positif pada aspek bahasa. Menurut (Yani

Fitriyani, dkk, 2020) pembelajaran daring sering dituntut untuk lebih termotivasi

karena lingkungan belajar biasanya bergantung pada motivasi dan karakteristik

terkait dari rasa ingin tahu dan pengaturan diri untuk melibatkan pada proses

pembelajaran.

Ditengah masa pandemic seperti ini motivasi belajar peserta didik adalah

merupakan suatu hal yang harus terwujud dan terhindar dari sebuah hambatan.

Namun sayangnya, dimasa pandemic seperti ini motivasi belajar peserta didik

yang rendah akhir-akhir ini mengakibatkan proses pembelajaran dan prestasi

belajar peserta didik menurun namun terdapat peran orang tua yang mana harus

pintar dalam mengolah semangat maupun motivasi peserta didik agar tetap mau

mengikuti pembelajaran secara daring. Tentu bukanlah hal yang mudah bagi para

orang tua untuk tetap menyemangati, memberikan dorongan, mengawasi serta

memberikan masukan-masukan kepada anak-anak mereka untuk tetap mau

mengikuti pembelajaran daring. Bagi peserta didik tentu juga bukanlah hal yang

mudah, untuk tetap belajar dan juga berkonsentrasi hingga menangkap seluruh

materi pembelajaran waktu yang seperti ini. Oleh sebab itu, peran orang tua pun

sangatlah berperan pada masa-masa seperti ini. Banyak orang tua yang secara

sungkan terjun langsung terhadap pembelajaran agar anak mereka mudah

memahami materi-materi yang guru berikan lewat pembelajaran daring, bukanlah

hal yang mudah untuk tetap bangun setiap pagi hari, dan belajar lewat suatu
67

aplikasi bagi peserta didik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, tentu

bukan kapasitas mereka untuk menjalankan hal tersebut.

Peranan orang tua khususnya ibu dalam pembelajaran via daring ini tentu

sangat diperlukan, mulai dari membantu anak menyediakan fasilitas belajar,

fasilitas tersebut dapat berupa handphone android atau laptop, kuota internet, alat

tulis serta dapat membuka aplikasi, mengisi daftar absensi, membantu

menyelesaikan tugas-tugas anak, hingga melaporkan hasil belajar ke sekolah.

Mengarahkan dan memberi dukungan merupakan hal yang sangat dibutuhkan

anak dari orang tuanya. Usia anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar

menyebabkan anak belum bisa membuat keputusan sebagaimana mestinya

sehingga orang tua harus tetap memberikan arahan dan dukungan kepada anak,

agar anak bisa menjalankan proses belajarnya dengan baik. Ibu juga dapat

mengawasi proses pembelajaran dan kesulitan belajar. Pengawasan orang tua

dalam kegiatan pembelajaran anak dapat berjalan sebagai mana mestinya, jika

orang tua tidak memberikan pengawasan maka anak yang dalam usia bermain

tersebut akan melalaikan aktifitas belajarnya demi mengikuti kesenangan

bermainnya. Sedangkan, kesulitan yang ditemui anak saat proses belajar harus

diketahui oleh orang tua, sehingga orang tua dapat membantu menyelesaikan

setiap permasalahan yang ada.

Keluarga merupakan bagian dari struktur keluarga yang memegang

kekuasaan dan sangat berperan dalam segala hal seperti menjalankan fungsinya

sebagai orang tua dalam keluarga, membimbing anggota keluarga seperti dalam

hal moral dan pendidikan lainnya, memberikan nafkah keluarga, dan mencukupi
68

kubutahan hidup. Fungsi orang tua khususnya ibu dalam keluarga sangat

mempengaruhi dalam kehidupan anak-anak mereka di mana fungsi mereka juga

sebagai pereda konflik serta menciptakan kondisi yang baik dalam keluarga dan

masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di

Kelurahan Jongaya kota Makassar bahwa peneliti menemukan beberapa hal

terkait bagaimana bentuk peran ibu dalam membantu anak dalam pembelajaran

daring yaitu orang tua berperan sebagai fasilitator, motivator dan pengawasan. Hal

ini tentu bukan hal yang mudah bagi orang tua menghadapi transisi dalam sistem

pembelajaran ini. Partisipasi orang tua dalam menemani anak-anaknya belajar

secara daring dirumah sangat penting sehingga orang tua dapat memberikan

pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.

Peran serta orang tua dalam sistem pembelajaran ini tidak bisa dipungkiri.

Orang tua baik ayah maupun ibu menjadi garda terdepan yang mengawal anak-

anaknya tetap belajar dirumah masing-masing. Sebelum adanya situasi ini, tidak

banyak waktu orang tua dalam membimbing anaknya, bahkan sampai orang tua

hanya sekedar sebagai pemenuh materi saja. Namun saat ini situasinya berubah,

orang tua menjadi lebih banyak waktu dalam membimbing anaknya dan terjalin

kedekatan emosional lebih dari sebelumnya. Pada masa pembelajaran jarak jauh

atau daring, sangat dibutuhkan partisipasi orang tua agar pembelajaran ini dapat

terlaksana dengan optimal. Dalam pembelajaran daring, orang tua merupakan

rekan kerja guru dalam mengajar anak-anak di rumah.


69

Pertama, orang tua sebagai fasilitator yakni dengan menyediakan fasilitas

belajar yang dibutuhkan juga hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi belajar

anak. Hal ini menandakan bahwa orang tua sebagai fasilitator adalah sebagai

penyedia. Sebagaimana guru yang menyediakan bahan ajar maka orang tua juga

sebagai penyedia hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran online. Ibu Ratna

Yunus juga mengatakan bahwa sebagai orang tua, kita memang harus

bertanggung jawab memfasilitasi pembelajaran anak di rumah walaupun kita tidak

mendampingi selama proses pembelajaran dikarenakan memiliki aktivitas di luar

rumah. Sebagai orang tua kita harus siap dengan segalanya mendukung belajarnya

anak-anak di rumah dan berupaya menyediakan berbagai fasilitas yang

mendukung pembelajaran anak. Dari berbagai macam fasilitas di atas tentu tidak

terlepas dari peran ayah sebagai penyedia finansial untuk memenuhi kebutuhan

dalam proses pembelajaran daring.

Sedangkan, dalam penelitian yang dilakukan Nahdi & Jatisunda (2020)

menerangkan bahwa fasilitas yang dapat difungsikan dalam pembelajaran daring

antara lain e-mail, Google Form, Google Meet, Google Classroom, Zoom Cloud

Meeting, dan Whatsapp Group. Peserta didik di Sekolah Dasar merupakan pelajar

yang masih dalam tahap berkembang, sehingga dianjurkan untuk memakai

aplikasi yang sederhana dan cepat untuk dipelajari. Fasilitas atau platform yang

dapat dioptimalisasikan kegunaannya oleh pengajar dan pelajar di Sekolah Dasar

antara lain Whatsapp Group dan media sosial seperti Facebook, Youtube, dan

Instagram.
70

Kedua, selain sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring, orang tua

juga memiliki peran sebagai motivator untuk memotivasi anak-anak dalam

belajar. Adapun peran ibu sebagai motivator yaitu memberikan dorongan kepada

anak agar tetap semangat dalam belajar. Tidak bisa dipungkiri bahwa peserta

didik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar lebih cenderung untuk bermain

dibandingkan dengan belajar sehingga penting untuk orang tua selalu memberikan

motivasi yang bisa membangkitkan semangat belajar anak.

Berdasarkan hasil penelitian Ibu Rabiah menjelaskan bahwa memberikan

semangat dalam pendampingan belajar anak sangat penting, karena anak-anak jika

tidak dimotivasi belajarnya maka akan sulit atau bahkan mereka tidak akan pernah

belajar atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Maka dari itu agar

anak mau belajar langkah awal harus berangkat dari orang tua yang selalu

memberikan nasehat dan mendampinginya dalam belajar. Hal ini suri teladan

orang tua sangat dibutuhkan selama memberikan motivasi dalam pembelajaran

daring.

Orang tua sebagai motivator memberikan motivasi belajar kepada anak

agar anak tetap semangat walaupun dalam kondisi seperti sekarang ini. Karena

motivasi memiliki pengaruh yang cukup besar untuk menyadarkan anak betapa

pentingnya pendidikan. Anak akan termotivasi apabila orang tua selalu

memberikan semangat dan motivasi-motivasi yang membangun. Ibu Eri Siti

Juhaeriah, juga mengatakan bahwa semangat serta dukungan dan motivasi yang

selalu diberikan oleh orang tua di rumah kepada anak merupakan hal yang sangat

penting untuk perkembangan belajar anaknya. Dengan adanya semangat dan


71

dukungan yang di berikan oleh orang tua maka anak lebih semangat dalam

mengikuti pembelajaran walaupun dalam pembelajaran daring. Karena,

sesungguhnya motivasi tidak hanya berupa kata-kata penyemangat, melainkan

dalam bentuk tindakan dan perbuatan dari orang tua bisa memberikan rangsangan

kepada anak, sehingga menjadi termotivasi untuk melakukan pembelajaran

daring.

Ketiga, peran ibu dalam mengawasi pembelajaran anak di rumah maka

tugas pendampingan serta pengawasan dilakukan oleh ibu. Pengawasan orang tua

dalam mengawasi kegiatan pembelajaran anak sangat penting dilakukan, hal ini

sebagaimana disampaiakan oleh Ibu Ratna Yunus bahwa; dalam mengawasi anak

saat proses pembelajaran daring biasanya lewat grup kelasnya anak karena nomor

para orang tua peserta didik juga dimasukan kedalam grup kelas. Jadi, sebagai ibu

rumah tangga yang berkarir merasa dipermudah sehingga interaksi dengan guru

dalam mengawasi anak berjalan dengan baik serta bisa memantau anak sudah atau

belum mengerjakan tugas, jika peserta didik yang belum mengerjakan tugas akan

dipanggil oleh guru lewat grup kelas, sehingga orang tua bisa mengetahuinya serta

dapat mengawasi anak melalui HP dan setelah pulang kerja orang tua dapat pula

memberikan arahan agar anak rajin dalam mengerjakan tugas.

Keterlibatan orang tua sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran

daring, minimal dalam bentuk monitoring dengan cara keterlibatan, fokus,

konsisten dan menguat serta memberi solusi kepada anak. Selanjutnya orang tua

juga harus serba tahu dan terampil dalam menguasai materi pelajaran dan materi

yang dihadapi anak. Semua orang tua baik ibu maupun ayah memainkan peran
72

penting dan berpengaruh dalam pendidikan anak-anak mereka. Namun,

kendalanya tidak semua orang tua dapat mendampingi anak saat pembelajaran

daring dengan beberapa alasan, misalnya orang tua bekerja. Hal inilah yang

membuat pembelajaran daring belum diterima di masyarakat. Oleh karena itu, jika

di bandingkan peran ibu dalam mendampingi anak belajar sebelum dan sesudah

covid terjadi perbedaan, dimana sebelum covid peran ibu dalam mendampingi

anak belajar hanya sebatas membantu mengerjakan tugas anak dan orang tua

hanya sekedar pemenuhan materi saja. Namun saat terjadinya covid situasi

pembelajaran anak berubah yang mengharuskan orang tua lebih banyak waktu

dalam mendampingi anak belajar, maka tidak bisa dipungkiri bahwa setelah covid

orang tua akan benar-benar aktif berpartisipasi mendampingi anak dalam

pembelajaran online.

Berdasarkan pernyataan beberapa informan di atas, dapat disimpulkan

bahwa peran ibu membantu anak dalam menyediakan fasilitas, memberikan

motivasi dan mengawasi anak selama pembelajaran daring sangat penting,

mengingat peserta didik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar belum bisa

mandiri dalam pembelajaran sehingga kehadiran orang tua sangat dibutuhkan.

Motivasi serta pengawasan dari orang tua sangat diharapkan sehingga selama

proses pembelajaran berlangsung, maupun pengerjaan tugas dapat terkontrol.

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Talcott Parsons mengatakan

bahwa masyarakat mempunyai struktur dan fungsi. Pandemi covid-19

mengakibatkan perubahan besar di setiap dimensi kehidupan. Dimana mau tidak

mau masyarakat harus beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi kenormalan.


73

Dalam penelitian ini melihat bahwa keluarga dan pemerintah saling terkait satu

sama lain menjadi suatu sistem, di mana keluarga selama pandemi dengan

sendirinya akan teratasi membuat keluarga harus memegang keempat skema teori

Talcott Parsons.

Kajian sosiologi mendefinisikan wanita dalam pandangan masyarakat

yang struktural fungsional dan keluarga merupakan bagian dari sistem sosial yang

cenderung adaptif, bagaimanapun keluaga dibangun untuk menjadi utuh

terbangun atas beberapa pranata sosial yang mengikat, seperti norma dan nilai.

Dalam struktural fungsional, wanita dipengaruhi oleh struktur sosial dimana

institusi masyarakatnya berada, sehingga merujuk pada penjelasnnya Parsons,

wanita dalam struktural fungsional memiliki cakupan yang sangat luas, menjaga

keterhubungan antar pranata yang dibentuk sehingga perannya tidak dapat

digantikan dengan gender lain (Kartika & Rabial Kanada, 2017).

Dalam konsep ini dapat dijadikan sebuah konsep universal dikarenakan

posisi perempuan dalam strafikasi sosial tertentu harus dibuat menguntungkan dan

menyenangkan perempuan tanpa paksaan sehingga perempuan bersedia

menduduki posisi stratifikasi tersebut ketimbang posisi tempat yang lainnya.

Perempuan menempati posisi tertentu dalam sebuah sistem sosial lebih penting

untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Ini terjadi dalam sebuah sistem

terdapat lapisan posisi yang harus diisi dengan orang-orang yang memiliki

peranan utama yang apabila digantikan dengan gender lain maka mengancam

keberlangsunga sistem tersebut. Perempuan bekerja tetap ditempatkan dalam

posisi rumah tangga sebagai ibu yang paling utama menjaga dan merawat rumah
74

karena posisi tersbut penting dalam menjaga kestabilan keluarga. Peran ganda

harus dimiliki seorang perempuan yang bekerja, karena posisi penting tersebut

jika digantikan oleh laki-laki maka kestabilan dalam keluarga akan terganggu

(Sulihkhodin, 2021).

Perempuan bekerja dalam struktural fungsional, tetap bertanggungjawab

dalam urusan domestik kerumahtanggaan. Hal tersebut terjadi karena bakat dan

kemampuan perempuan yang berbeda dengan laki-laki. Perempuan dikonstruksi

sejak lahir kedua oleh sistem nilai dan agama menjadi manusia yang memiliki

sifat feminim yang lebih bersifat ekspresif dari pada laki-laki yang bakatnya sejak

lahir cenderung dikontruksikan lebih maskulin dengan peran instrumentalnya. Hal

yang berbeda ini, dalam pandangannya struktural fungsional jangan dibolak-

balikkan, asumsi resiko yang didapat lebih berakibat pada keretakan sebuah

sistem keluarga.

Hasil penelitian ini relevan dengan teori Talcott Parson dalam konsep

AGIL: 1) adaption (adaptasi) sebuah sistem membutuhkan peran wanita dalam

menanggulangi situasi eksternal yang berpotensi merusak keberlangsungaan

sistem keluarga, selain itu keluarga mampu menyesuaikan dengan lingkungan dan

kebutuhan dalam merawat keberlangsungannya, dimana ibu rumah tangga berkair

sebagai upaya menanggulangi agar terhindar dari kekurangan kemampuan

keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarganya; 2) goal attainment (tujuan

yang dicapai) yaitu ibu rumah tangga berkarir yang bekerja mampu bekerjasama

secara solid dalam menggapai tujuan dalam berkeluarga dalam pencapaian tujuan

keluarga dapat dijaga dengan tanggung jawabnya sebagai perempuan rumah


75

tangga; 3) integrasi yaitu keluarga dengan bagian wanita yang bekerja lebih

mudah diatur untuk diajak berkoordinasi dalam mengelola fungsi lainnya seperti

fungsi adaption, goal attainment serta latensi dikarenakan wanita yang bekerja

mendapatkan pengalaman lebih daripada wanita yang tidak bekerja; dan 4) latensi

yaitu fungsi melengkapi, memelihara dan memperbaiki antar individu dalam

anggota keluarga menjadi acuan keberlangsungan sebuah keluarga. Karena

keluarga harus dilengkapi dengan kepala rumah tangga yang mencari nafkah

sementara perempuan boleh membantunya bekerja dengan tifak mengabaikan

tugasnya sebagai ibu rumah tangga (Al Firda, 2021).

Temuan penelitian ini terlihat bahwa orang tua khususnya ibu sangat

berperan penting untuk tercapainya tujuan keluarga sebagai sebuah sitem dan juga

tujuan pembelajaran selama pembelajaran daring mulai dari memfasilitasi,

memotivasi hingga mengawasi anak dalam belajarnya. Banyak cara atau usaha

yang bisa dilakukan oleh ibu dalam mendampingi proses pembelajaran. Peran

yang dilakukan ibu tentu saja tidak berjalan dengan lancar, kadang bisa

mendapatkan kendala atau hambatan. Untuk menghadapi kendala tersebut ibu

harus bisa mengatasi atau mencari solusi agar bisa memberikan bimbingan dengan

baik pada anak-anaknya.

Hasil penelitan ini menunjukan bahwa bentuk dari peran ibu rumah tangga

berkarir dalam membantu anak pada pembelajaran daring ini adalah seperti, (1)

memberikan fasilitas belajar seperti leptop, ponsel, kuota internet, dll sebagai

penyedia hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran online, (2) memberikan

motivasi atau dukungan kepada anak agar tetap semangat dalam belajar, (3)
76

mengawasi anak dalam dalam pembelajaran online serta, membantu menjelaskan

materi apabila anak belum dimengerti.

2. Strategi Ibu dalam Membagi Peran Kegiatan Rumah Tangga Dengan


Kegiatan Membantu Anak dalam Pembelajaran Daring

Strategi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan

jangka panjang, strategi juga dapat dikatakan sebagai proses penyusunan langkah-

langkah ke depan. Maksud dari strategi dalam penelitian ini adalah sebuah upaya

yang dilakukan oleh ibu untuk mengatur antara pekerjaan, rumah tangga dan

pendampingan anak dalam pembelajaran daring. Dalam melaksanakan peran

ganda para ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan di luar rumah sering

mendapatkan kewalahan maka dari itu penting untuk mengatur strategi agar

seluruh pekerjaan dapat terlaksana. Ibu memiliki peran penting dalam kehidupan

rumah tangga, agar tetap melaksanakan fungsinya sebagai seorang ibu rumah

tangga dengan baik maka mereka memutuskan untuk melakukan sebuah strategi

agar dapat meringkankan peran mereka dalam rumah tangga.

Pendidikan anak dalam rumah tangga adalah tugas semua orang tua.

Namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

menjadi dewasa merupakan tugas utama seorang ibu, karena para ibu mempunyai

peranan yang besar terhadap pendidikan anak pada masa kandungan hingga anak-

anaknya dewasa. Mendidik anak-anaknya setelah melahirkan membutuhkan

waktu panjang, tenaga dan finansial. Tugas mendidik memang bukanlah tugas

individu seorang ibu, melainkan juga kewajiban seorang ayah. Ibu dan ayah

merupakan orang yang bertanggung jawab besar atas pendidikan anak dari sejak
77

dini. Keberhasilan pendidikan anak tergantung pada didikan dari lingkungan

keluarga. Ketika di dalam rumah anak tidak mendapatkan perhatian lebih, maka

berdampak pada pendidikan yang sedang dijalaninya sehingga pendidikan anak

tersebut terancam putus ditengah jalan.

Pola pengasuhan anak yang lebih dekat dengan ibu menyebabkan ibu

memiliki tugas tambahan selama anak belajar di rumah. Budaya patriarki yang

terjadi selama ini meletakkan tanggung jawab domestik kepada seorang istri yang

sekaligus menjadi seorang ibu. Ketika anak belajar di rumah maka tugas

pendampingan dilakukan oleh ibu. Ibu sebagai orang tua yang lebih sering

melakukan interaksi dengan anak dan melakukan pengasuhan, tentunya saat ini

memiliki tugas tambahan sebagai pendamping belajar untuk program

Homeschooling anak selama melakukan SFH (Studi from home). Jika ibu juga

saat ini adalah seorang karyawan yang harus tetap bekerja di rumah dan

melakukan WFH (work from home), maka ibu dituntut untuk menjadi seorang

multitasker. Menjadi pendamping belajar anak sekaligus mengerjakan pekerjaan

kantornya. Bagi kebanyakan orang, hal ini merupakan perubahan yang dapat

menjadi stressor baru.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan dua strategi yang

dilakukan oleh para ibu yang berperan ganda di Kelurahan Jongaya diantaranya

adalah strategi Afektif dan Sosialisasi. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara

dengan kesepuluh informan maka yang lebih dominannya adalah menggunakan

strategi afektif, karena selama pendemic orang tua harus memiliki peran ganda.

Disatu sisi sebagai ibu rumah tangga dan disisi lain sebagai wanita berkarir,
78

keduanya merupakan hal penting yang tidak bisa ditinggalkan salah satunya.

Strategi Afektif merupakan upaya yang dilakukan oleh wanita karir untuk

memberikan rasa aman dan nyaman serta saling mendukung antar anggota

keluarga, adapun dalam penelitian ini informan melakukan tiga cara dalam

strategi afektif yakni dengan membawa anak ke tempat kerja agar lebih mudah

mengawasi anak, selalu memanfaatkan waktu pulang bekerja untuk berkumpul

bersama keluarga dan selalu menyempatkan waktu untuk menemani anak

mengerjakan tugas sekolah setelah pulang bekerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa

strategi yang dominan dijalankan oleh ibu dalam membagi peran antara pekerjaan

rumah tangga dan pekerjaan di luar rumah dalam mendampingi anak pada

pembelajaran daring adalah strategi afektif.

Relevan dengan teori Talcot Parsons tentang adaptasi bahwa dalam

penelitian ini ibu melakukan berbagai strategi agar mampu beradaptasi dengan

situasi covid-19 dan seharusnya, tugas atau peran sebagai ibu rumah tangga dan

sebagai ibu karir dapat berlangsung seperti biasa. Adaptasi atau penyesuaian ibu

dengan peran yang baru dalam mendampingi anak dalam pembelajaran daring

yang dilakukannya tidak hanya datang dari dalam dirinya, melainkan datang dari

luar. Pada masa ini ibu harus menyesuaikan diri mengenai sikap yang harus

dilakukan dan sikap yang harus ditinggalkan. Penyesuaian diri dengan sikap dan

perilaku dalam bertindak sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai ibu karir

yaitu bagaimana cara mengatur waktu antara bekerja, mendampingi anak dalam

pembelajaran daring, mengurus keluarga serta menjalankan perannya dalam

masyarakat.
79

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh informan Ibu Salmi, Ibu Melly dan

Ibu Ina, mengatakan bahwa strategi dalam membagi peran yaitu mengerjakan

pekerjaan rumah terlebih dahulu pada pagi hari sebelum berangkat kerja,

mengurusi anak-anak dalam mempersiapkan pembelajaran daring, setelah

semuanya selesai barulah berangkat bekerja. Hal itu dilakukan agar ketika bekerja

tidak memikirkan hal-hal lain lagi yang dapat mengganggu konsentrasi.

Hal yang berbeda dikatakan Ibu Ratna Yunus dan Ibu Eri bahwa dalam

membagi waktu antara pekerjaan rumah dan kantor serta mendampingi anak

dalam pembelajaran online terlebih dahulu berangkat kerja pada pagi hari dan

pada saat siang hari atau jam istirahat baru menyempatkan diri untuk pulang

kerumah untuk mengurus anak, memasak, menyapu rumah, setelah itu kembali

lagi ke tempat kerja, hal itu dilakukan karena jarak rumah dan tempat kerja tidak

terlalu jauh-jauh. Dengan sistem pembelajaran yang diterapkan saat ini maka

kami selaku orang tua dan sebagi ibu harus membagi waktu antara pekerjaan

kantor dan mendampingi anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran online.

Jadi, untuk pekerjaan rumah kami kerjakan saat pulang dari kantor dan setelah

selesai mendampingi anak belajar.

Strategi afektif merupakan strategi yang berkaitan dengan fungsi internal

keluarga yakni sebagai kebutuhan psikososial, memberikan cinta kasih,

memberikan perhatian dan saling mendukung. Peran ganda perempuan ialah peran

perempuan disatu pihak keluarga sebagai pribadi yang mandiri, ibu rumah tangga,

dan mengasuh anak-anak. Serta dipihak lain sebagai anggota masyarakat, sebagai
80

pekerja dan sebagai warga negara yang dilaksanakan secara seimbang (Wibowo

dan Gianawati 2015).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Nana Cahana,

(Kompasiana, 6 Mei 2020). peran ganda orang tua dalam menghadapi situasi saat

ini Pertama, peran utama orang tua adalah memikirkan dan merealisasikan

pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Kewajiban ini melekat pada setiap

individu orang tua. Sebab hadirnya buah hati adalah sebagai penerus harapan dan

masa depan keluarga dan juga peradaban sebuah bangsa. Maka orang tua harus

memastikan melalui keteladanan anaknya menjadi baik dari sisi kepribadian,

keilmuan dan juga masa depan. Kedua, peran tambahan orang tua, peran

tambahan ini muncul seiring pembatasan sosial. Belajar dan bekerja di rumah

menjadi solusi yang tak terelakkan, partisipasi orang tua diperlukan dalam proses

sekolah online. Singkat kata orang tua adalah guru mewakili sekolah di rumah,

dimana mereka berperan mengadministrasikan pembelajaran dari tahap anak

mengerjakan tugas, melaporkan tugas, hingga mengerjakan ujian daring.

Strategi Sosialisasi merupakan cara yang dilakukan oleh wanita karir agar

seluruh anggota keluarga dapat berkembang dan berinteraksi serta berperan

dimasyarakat yang berguna untuk membina sosialisasi, membentuk norma

tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan memberikan nilai

budaya, adapun yang dilakukan oleh wanita karir ada beberapa cara yakni :

menerapkan pembagian tugas kepada seluruh anggota keluarga. Memanfaatkan

waktu pulang bekerja untuk melakukan pembinaan dan nasehat terkait etika dan

moral kepada anak juga dilakukan oleh informan, mereka sangat paham bahwa
81

mereka memiliki peran penting dalam rumah tangga, walaupun dalam keadaan

sibuk mereka selalu meluangkan waktu untuk memberikan nilai nilai moral

kepada anak, misalnya apa yang boleh ataupun tidak boleh dilakukan memberikan

pemahaman kepada anak mengenai nilai nilai kesopanan dan tanggung jawab.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Aisyah mengatakan bahwa;

strategi dalam membagi waktu membantu anak dengan pekerjaan, yaitu ketika di

rumah maka saya akan membantu proses pembelajaran anak tetapi jika di luar

rumah atau disibukkan dengan pekerjaan lain dan pada saat itu ada jadwal belajar

anak maka saya hanya menelepon untuk mengingatkan dan biasanya menyuruh

kakaknya atau ayahnya untuk mendampinginya. Adapun mereka mengunakan

cara bercerita mengenai pengalaman informan diwaktu kecil dan mereka selalu

memotivasi anak untuk menjadi sosok yang bertangggung jawab dan mandiri,

memberikan nasehat ataupun sanksi saat anak melakukan kesalahan tanpa

melakukan kekerasan fisik. Hal ini sebagai upaya untuk menanamkan strategi

sosialisasi dalam penerapannya setiap informan memiliki cara masing masing,

yakni seperti yang dilakukan oleh informan Ibu Rabiah bahwa; selama kegiatan

pembelajaran daring saya sangat sibuk oleh pekerjaan rumah serta membagi

waktu untuk melakukan pekerjaan di luar rumah juga harus masuk kantor setiap

hari jadi tugas mengajar anak-anak di rumah saya menitipkan pada pada ayahnya

kalau tidak ada kesibukan atau biasa sama tantenya untuk membantu.

Hasil peneltian di atas juga sesuai dengan hasil penelitian dari Rizky Aulia

Mardinah (2018) tentang Strategi Wanita Karir Dalam Melaksanakan Fungsi

Keluarga (Studi pada PNS Wanita yang telah Berkeluarga di Kementrian Agama
82

Kota Bontang) bahwa strategi afeksi berkaitan dengan cara yang dilakukan dalam

menciptakan rasa nyaman saling peduli dan menyayangi dalam keluarga, dan

strategi sosialisasi berkaitan dengan cara yang dilakukan untuk memberikan

pemahaman mengenai peran secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat. Strategi

dalam penelitian ini adalah membagi peran antara pekerjaan rumah dan pekerjaan

di luar rumah serta membantu anak dalam pembelajaran daring yaitu dengan

menerapkan pembagian tugas antara anggota keluarga sebagai peran pengganti

yang membantu dalam meringankan tugas ibu.

Peranan perempuan cukup besar dalam pekerjaan domestik termasuk

tanggung jawab pengasuhan anak. Pengasuhan anak diidentikkan dengan ibu

dibandingkan dengan ayah. Kondisi ini mengurangi waktu kerja dan kesempatan

berkarier bagi perempuan. Seorang ibu mempunyai peran vital dalam pengasuhan

dan menjadi bagian terpenting dalam setiap perkembangan sang anak. Seorang

ibu yang bekerja akan membagi perhatian untuk pekerjaan dan keluarga tentunya.

Hal inilah yang menjadi tantangan seorang ibu ketika menjalankan peran ganda.

Peranan ibu yang semakin besar dalam pendampingan belajar anak selama belajar

di rumah di satu sisi membangun kedekatan anak dengan ibu, namun sisi lain

menjadi tantangan tersendiri bagi seorang ibu.

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 BAB 4 Pasal 10 Ayat 4

yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan dalam keluarga merupakan bagian dari

jalur pendidikan yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberi keyakinan

agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan” dan berdasarkan undang-

undang tersebut fungsi keluarga dalam pendidikan adalah mencangkup


83

penanaman, pembimbingan atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya dan juga

keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. Hal tersebut dapat dilihat dari

pertumbuhan seorang anak mulai sejak bayi, balita, hingga menjadi seorang anak-

anak. Salah satu contoh motivasi yang berasal dari luar diri peserta didik adalah

dengan mendampingi anak saat belajar. Keberadaan antara peserta didik di

sekolah dengan di rumah tentu lebih banyak di rumah maka dari itu peran orang

tua sebagai orang yang dekat dengan peserta didik dinilai sangat penting terutama

dalam memotivasi belajar peserta didik disaat seperti ini.

Dari uraian di atas, ibu adalah sosok yang sangat penting yang

bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak dalam keluarga. Oleh sebab

itu ibu mendapat julukan sebagai ummu al-madrasatul uula yang berarti ibu

merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Maksud dari istilah tersebut

adalah ibu sebagai orang pertama dan utama dalam mendidik anak-anaknya

sebelum mereka masuk ke lembaga pendidikan formal seperti sekolah atau TPA.

Peran orang tua sangat penting terutama peran ibu, maka orang tua harus memiliki

bekal keilmuan yang cukup agar layak dijadikan panutan dan teladan oleh anak-

anaknya. Selain bertanggung jawab penuh dalam mendidik anak-anaknya, wanita

atau ibu juga bertanggung jawab dalam mengurusi rumah tangganya

Diantara Peran orang tua dalam memotivasi belajar peserta didik adalah

dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar bersama anak, dengan

mengontrol waktu belajar anak menjadi lebih terbiasa saat diminta untuk mata

pelajaran yang sudah diberikan oleh guru. Dengan mengatur waktu yang tepat dan

juga fleksibel anak pun menjadi tidak merasa terbebani untuk memahami materi
84

saat ia sedang di rumah. Mengatur cara belajar bersama anak pun juga merupakan

hal yang penting disaat masa pandemic seperti ini, suasana rumah yang hanya itu-

itu saja mengakibatkan anak masa lebih cepat bosan ketika belajar di rumah,

sebagai orang tua seharusnya menciptakan cara tersendiri untuk belajar bersama

anak agar anak terhindar dari rasa bosan.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa strategi ibu dalam membagi peran ada

dua macam yaitu Strategi Afektif dan Strategi Sosialisasi. Strategi Afektif

merupakan upaya yang dilakukan oleh ibu berkarir untuk memberikan rasa aman

dan nyaman serta saling mendukung antar anggota keluarga, sedangkan Strategi

Sosialisasi adalah menggunakan peran pengganti yakni bisa melalui Asisten

Rumah Tangga (ART) ataupun anggota keluarga untuk membantu meringankan

pekerjaan rumah tangga.

3. Dampak Ibu Mendampingi Anak dalam Pembelajaran Daring

Sebelum adanya pandemic covid-19, sekolah menjadi tujuan anak-anak

tiap pagi hari dari rumah masing-masing. Keberadaan anak dirasa aman karena

berada di lingkungan sekolah yang bisa diawasi oleh guru. Orang tua tidak merasa

khawatir dengan keberadaan, pertumbuhan, atau perkembangan anak karena

dianggap telah berada di tempat yang selayaknya. Sehingga selama anak berada di

sekolah, orang tua dapat memanfaatkan waktu yang dimilikinya, untuk

mengerjakan hal-hal lain. Beberapa orang tua memanfaatkan waktunya untuk

bekerja, baik di rumah maupun luar rumah, selagi anak bersekolah. Sedangkan,

beberapa orang tua memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tanpa harus

mengawasi anak-anak. Namun pandemi covid-19 yang berimbas pada penutupan


85

sementara sekolah-sekolah membuat orang tua tidak lagi dapat beraktivitas

sebagaimana biasanya. Orang tua memperoleh tanggung jawab untuk

mendampingi dan membimbing anak agar dapat melangsungkan pembelajaran

daring dengan optimal bagi anak setiap harinya. Namun, dengan ini juga orang tua

dapat lebih menghabiskan waktunya bersama anak untuk mendekatkan diri dan

memahami anak secara lebih baik.

Pandemi covid-19 memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap

implementasi pembelajaran daring di lingkup Sekolah Dasar. Dampak tersebut

dialami oleh peserta didik, orang tua dan guru. Berdasarkan observasi dan

wawancara peneliti di Jalan Kumala 2 Selatan dan Perumahan Griya Kumala

Harapan Kecamatan Jongaya Kota Makassar Sulawesi Selatan pada pandemi

covid-19 memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap ibu dalam

mendampingi anak pada pembelajaran daring diantaranya.

Kusumawati (2012), perempuan dengan peran ganda, memiliki waktu

domestik dan waktu publik yang berdampak dalam kehidupannya. Semua peran

yang dijalankan oleh perempuan tentu saja akan merasakan dampak yang

dirasakan oleh perempuan itu sendiri. Dampak sendiri terbagi menjadi dua yaitu

dampak positif dan dampak negatif.

a. Dampak Positif

Sebuah studi dalam artikel menerangkan mengenai dampak yang dialami

orang tua selama pembelajaran daring di masa pandemi (Atiqoh, 2020). Mengacu

pada hasil data yang dianalisis, model pembelajaran daring bagi orang tua

dirasakan mampu meningkatkan intensitas orang tua dalam membimbing dan


86

menemani anaknya saat belajar. Pembelajaran daring juga dinyatakan dapat

mengembangkan kekompakan orang tua dan anak. Selain itu, orang tua mampu

memahami karakter dan perilaku anak secara lebih baik melalui pembelajaran di

rumah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan di lapangan,

peneliti menemukan beberapa dampak positif dan negatif selama pembelajaran

daring di Kelurahan Jongaya Kota Makassar. Dampak positif diantaranya adalah;

a) Ibu terlibat langsung mengikutsertakan dalam pembelajaran daring, b) Melalui

pembelajaran daring maka ibu bisa lebih membimbing anaknya, c) Meningkatkan

kekompakan antara ibu dan anak, dan d) Ibu mampu memahami karakter anaknya

lebih baik.

Hal ini sebagaimana hasil wawancara yang disampaiakan oleh Ibu

Jumaria bahwa dalam pembelajaran daring saya sebagai orang tua lebih mudah

mengawasi dan memantau proses belajar anak, selain itu saya jauh lebih mengenal

anak terutama dalam hal akademik dan saya juga merasa aman karena anak

berada di rumah. Lebih lanjut lagi disampaikan Ibu Ina menjelaskan bahwa

selama pembelajaran daring orang tua jadi punya lebih banyak waktu untuk

menjalin komunikasi dan mendekatkan hati dengan anak-anak, dan sebagai ibu

jadi lebih mengenal hal-hal yang membuat motivasi belajar anak meningkat dan

kehadiran orang tua dalam belajar anak akan menimbulkan kepercayaan diri

sehingga menumbuhkan semangat untuk belajar jadi lebih tinggi. Anak-anak juga

semakin yakin bahwa orang tuanya menyayanginya dan akan membantunya di

saat mengalami kendala.


87

Pada sisi positif lainnya yakni, pembelajaran daring dapat mencegah

penularan virus ke orang lain serta salah satu cara pemutus mata rantai covid-19.

Suasana pembelajaran di rumah bagi peserta didik dapat lebih kondusif, orang tua

dapat menambah waktu kebersamaannya dengan anak, guru mampu

meningkatkan kemampuan literasi digital, dan pembelajaran dapat lebih variatif.

Dampak positif saat mendampingi anak dalam pembelajaran daring yaitu

lebih banyak waktu dalam membangun komunikasi antara ibu dan anak, serta

mudah dalam mengawasi pembelajaran anak. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan ibu dalam memberikan penjelasan kepada anak-anaknya saat

mengalami kesulitan dalam belajar.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran daring ini memiliki dampak positif bagi orang tua yaitu anak

menjadi lebih memahami materi yang tentunya berdampak pada nilai test sang

anak yang jauh lebih baik, selain itu anak mempunyai banyak waktu bersosialisasi

bersama keluarga dan memiliki banyak aktivitas selama berada di rumah.

b. Dampak Negatif

Implementasi kebijakan sekolah daring membawa situasi baru bagi peserta

didik kita dalam mengikuti pembelajaran. Penerapan kebijakan sekolah daring

telah membuat minimnya interaksi antara guru dan peserta didik, terbatasnya

ruang untuk berinteraksi antara guru dan peserta didik mengakibatkan

kerenggangan hubungan emosional diantara guru dan peserta didik. Berdasarkan

hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa para guru

cenderung sulit mengontrol peserta didik pada saat pembelajaran daring tengah
88

berlangsung, hal ini menandakan bahwa guru dalam menjalankan tugasnya

sebagai pendidik dalam mendidik peserta didik terkait pendidikan karakter merasa

tidak efektif jika dilakukan secara daring, akan berbeda jika pertemuannya

dilakukan secara tatap muka.

Hal tersebut diatas seperti yang diungkapkan Hamzah (2014: 37) bahwa

salah satu persoalan dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh adalah tidak adanya

interaksi antara kedua belah pihak dalam hal ini guru dengan peserta didik,

Hamzah kemudian menamainya sebagai distance learning. Orang tua mengalami

beberapa kendala selama mendampingi anak dalam pembelajaran daring. Hal

tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya ketersediaan sarana dan prasana,

ketidaksiapan dalam mendampingi anak, ketidaksiapan peserta didik sendiri

dalam melaksanakan pembelajaran daring, serta rendahnya intensitas orang tua,

guru dan peserta didik dalam pembelajaran.

Kendala yang dihadapi orang tua selama pembelajaran daring sebagaimana

disampaikan oleh Ibu Jumaria yang mengatakan bahwa ketidak tersediaan fasilitas

yang memadai membuat kami sebagai orang tua merasa kewalahan. Jadi selama

proses pembelajaran terkadang habis kuota internet bahkan sampai meminjam HP

kakanya dan sepupunya dikarenakan HP yang tersedia di rumah hanya satu

digunakan juga oleh anak yang lain dalam mengikuti pembelajaran daring.

Masih banyak orang tua dan peserta didik yang belum mempunyai fasilitas

memadai untuk melangsungkan pembelajaran daring. Terlebih orang tua yang

pekerjaan sehari-harinya di luar rumah. Orang tua yang demikian tidak memiliki

banyak kesempatan dan waktu luang untuk mendampingi anak belajar. Di


89

samping itu, latar belakang pendidikan orang tua yang rendah juga mempengaruhi

kemampuan dalam mengakses teknologi. Akibatnya, peserta didik yang tidak

berkomitmen untuk belajar daring akan bermalas-malasan di rumah, terlebih

karena masih jenjang SD. Hal tersebut menjadi tantangan bagi orang tua untuk

menerapkan kedisiplinan bagi anak selama menerapkan model pembelajaran

daring.

Lebih lanjut lagi disampaiakan oleh Ibu Jumaria bahwa pembelajaran

daring cenderung membuat anak-anak merasa jenuh, dan hal ini seringkali

membuat anak kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan

oleh guru. Oleh karena itu, orang tua harus banyak terlibat dalam pembelajaran

daring. Persoalannya adalah ada beberapa faktor yang membuat orang tua juga

kesulitan saat mengajarkan anak, misalnya karena tidak terbiasa mengajar atau

karena beban pekerjaan yang juga membuat orang tua menjadi kewalahan.

Dampak pandemi covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring

dapat diidentifikasi karena beberapa kendala berikut: a) Terbatasnya guru dan

peserta didik dalam menguasai teknologi informasi; b) Kurang memadainya

sarana dan prasana dalam pembelajaran daring; c) Terbatasnya akses internet yang

tidak merata ke seluruh daerah; d) Ketidaksiapan dalam menyediakan anggaran

yang memadai (Washilatun Novia dan Wasehudin, 2021).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Mardikanto (1990). Dampak terhadap

setiap anak pasti akan merasakan dampak ketika ayah dan juga ibu mereka ikut

serta dalam bekerja. Terutama ibu, ibu merupakan seseorang yang paling dekat

dengan anaknya. Banyak peran yang harus dilakukan oleh ibu untuk anaknya.
90

Situasi ibu yang bekerja menjadi ibu kantoran, terkadang menyadari kurangnya

memberikan waktu untuk bersama anaknya hanya untuk sekedar mengobrol,

tetapi dengan keterbatasan waktu tersebut, menjadikan mereka menggunakan

waktu yang ada untuk memanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengurus, mengasuh,

mendidik, serta mencurahkan kasih sayangnya kepada anak.

Kendala lain yang dihadapi orang tua yakni terbatasnya referensi orang tua

dalam berkegiatan bersama anak di rumah, terbatasnya waktu yang dimiliki untuk

mendampingi anak karena sibuk bekerja, dan latar belakang pendidikan orang tua

yang kurang dalam membantu anak melaksanakan pembelajaran daring.

Dampak lain yang dirasakan peserta didik dalam pembelajaran daring

yakni jiwa sosial anak menjadi tidak bertumbuh karena berkurangnya interaksi

anak dengan lingkungan sosialnya di sekolah (Purwanto, 2020). Merujuk pada

penelitian yang diselenggarakan Pietro (2020), bahwa siswa dapat merasakan

tekanan, stres, depresi, kecemasan, dan sebagainya selama melakukan isolasi di

rumah. Psikologis anak dapat terganggu karena perubahan perilaku atau kebiasaan

sehari-hari yang mendadak dalam berinteraksi. Berada di kelas membuat siswa

dapat bersosialisasi, bermain, dan belajar dengan temannya sehingga menumbuh

kembangkan aspek psikologis siswa. Meskipun pembelajaran daring tidak

sepenuhnya menghilangkan kesempatan anak untuk bersosialisasi, namun siswa

SD lebih membutuhkan pembelajaran di ruang kelas yang memungkinkannya

berinteraksi tatap muka dengan temannya dibandingkan dengan pembelajaran

daring.
91

Jadi, dampak positif dan negatif ketika orang tua mereka terutama ibunya

bekerja di luar rumah. Dampak positif ketika ibu mereka bekerja adalah anak

dituntut untuk lebih mandiri dengan sering membantu pekerjaan rumah. Setiap

paginya mereka berangkat ke sekolah diantar oleh ibu kadang juga mereka tidak

diantar. Kemudian saat ibu mereka bekerja anak tersebut ikut dalam membantu

pekerjaan rumahnya yaitu dengan menyapu, mencuci piring dan lain sebagainya.

Hal ini yang mengharuskan anak perempuan ini dituntut untuk lebih mandiri

dalam menjalankan apapun. Selain itu dampak negatif yang dirasakan oleh anak

ini adalah berkurangnya waktu yang dimiliki oleh ibu kepada anaknya. Waktu

yang dimiliki ibu ini untuk anaknya adalah saat mereka selesai bekerja itupun jika

ibu tidak merasa lelah dan waktu yang dimilikinya saat anaknya libur. Pada

jawaban mengenai dampak negatif terhadap anak ini merupakan fungsi laten yaitu

fungsi yang tersembunyi, pernyataan ini sesuai dengan Merton (dalam Paloma,

2013: 39) menyatakan bahwa fungsi laten merupakan fungsi yang tersembunyi.

Berdasarkan pernyataan para informan baik guru dan orang tua di

Kelurahan Jongaya Kota Makassar dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran

daring ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif yaitu anak jadi

terbatas dalam bersosialisasi dengan teman-temannya, anak kehilangan motivasi

atau kehilangan semangat belajar, kecanduan dalam menggunakan HP dan

mengurung diri di kamar, sehingga perlu adanya upaya menjembatani antara

orang tua dan sekolah, harus ada komunikasi yang lebih intens untuk mencari

solusi bersama. Selama pembelajaran daring berlangsung, tidak terjadi interaksi

antara guru dan peserta didik, dikarenakan ketika pertemuan zoom berlangsung
92

guru hanya menjelaskan materi ajar dengan waktu yang terbatas setelah itu

langsung memberikan tugas, jadi komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi

satu arah, hal ini dapat mengakibatkan tidak terjalinnya hubungan emosional

antara guru dan peserta didik, peran guru dalam menjalankan pendidikan karakter

juga tidak dapat berjalan secara efektif.


93

BAB V

KESMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa peneliti tentang peran ibu dalam

pembelajaran daring di era covid 19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar dapat

disimpulkan dalam beberapa hal, yaitu:

1. Peran ibu dalam membantu anak dalam pembelajaran daring di masa

pandemic covid 19 di Kelurahan Jongaya Kota Makassar terlaksana dalam

beberapa hal yaitu peran ibu sebagai guru di rumah atau fasilitator yang dapat

memperhatikan beberapa hal yang dibutuhkan anak dalam pembelajaran

daring, peran ibu dalam memotivasi kepada anak agar anak tetap semangat

walaupun dalam kondisi pandemic, dan mengawasi atau mengarahkan anak

saat pembelajaran daring sangat perlunya pengawasan orangtua khususnya

ibu. Dengan tiga indikator tersebut ibu sangat berperan penting untuk

tercapainya tujuan pembelajaran selama sistem pembelajaran daring.

2. Strategi ibu dalam membagi peran kegiatan rumah tangga dengan kegiatan

membantu anak dalam pembelajaran daring di Kelurahan Jongaya yakni

pertama, strategi afektif yakni mendampingi anak belajar sambil mengerjakan

pekerjaan rumah dan pekerjaan kantor (karier), dan mendampingi anak

belajar sambil mengerjakan pekerjaan kantor (karier) kemudian mengerjakan

pekerjaan rumah, sedangkan yang kedua strategi sosialisasi yakni,

mendampingi anak belajar sambil mengerjakan pekerjaan kantor (karier) dan

93
94

pekerjaan rumah tangga diserahkan pada ART (Asisten rumah tangga)

ataupun anggota keluarga untuk membantu meringankan peran ibu.

3. Dampak ibu mendampingi anak dalam pembelajaran daring di Kelurahan

Jongaya terbagi atas dua yaitu dampak positif yang mana ibu dapat

mengetahui secara langsung perkembangan pendidikan anak. Sedangkan,

dampak negatif adalah waktu untuk istrahat menjadi sedikit karena bertambah

beban kerja, waktu untuk bermain dengan keluarga berkurang karena waktu

senggang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan kantor (karier), ibu

menjadi lebih emosional karena anak dalam mengerjakan tugas tidak fokus

dan banyak bermain.

B. Saran

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi selama proses

penelitian, kiranya peneliti akan sedikit memberikan saran yang dapat menjadi

masukan dan bahan pertimbangan semua pihak. Berikut ini merupakan beberapa

saran dari peneliti, yaitu:

1. Pada Ibu yang bekerja di luar rumah harus bijaksana mengatur waktu.

Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang sangat mulia, tetapi

tetap harus diingat bahwa tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah

tangga. Tetap harus meluangkan waktu untuk keluarga, berkomunikasi,

bersenda gurau, menghabiskan waktu bersama dengan keluarga, dan lain

sebagainya. Selanjutnya, agar Ibu tetap selalu mendampingi dan selalu

memberikan perhatian kepada anaknya serta memberikan dorongan kepada


95

anaknya untuk selalu bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran

secara daring.

2. Kepada semua unsur agar dapat membantu peran ibu dalam pekerjaan rumah

tangga dengan pembagian tugas dalam rumah tangga, karena adanya

pembagian tugas merupakan cara dalam meringankan peran dan tugas ibu.
96

DAFTAR PUSTAKA

A, N, Sobron, dkk. 2019. Persepsi Siswa Dalam Studi Pengaruh Daring Learning
Terhadap Minat Belajar IPA: Jurnal Pendidikan Isam dan
Multikulturalisme. Vol. 1 (2): 2.

Adela, Oktavia, Islami. 2020. Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Daring.
Mojokerto.

Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Media.

Al Firda, A. L., Diana, N. Z., & Yulianti, Y. 2021. Beban Ganda Perempuan
Dalam Rumah Tangga Di Soka Gunungkidul: Pandangan Feminis Dan
Islam. EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 10(1), 10–20.

Alfiansyah, H. R. 2019. The Role Of Parental Involvement Towards The


Students’learning Motivation. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan, 22 (2), 276.

Banu Prasetyo., Umi Trisyanti. 2018. Revolusi Industri 4.0 Dan Tantangan
Perubahan Sosial. Journal of Proccedings Series. No. 5 hal 1-6

Bilfaqih, Yusuf. 2015. Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring. Yogyakarta.

Cahyati, Nika. 2020. Peran Orang Tua dalam Menerapkan Pembelajaran di


Rumah saat Pandemi Covid 19. Dalam Jurnal Golden Age Universitas
Hamzanwadi.

David, Fred R, 2011. Strategic Management, Buku 1. Edisi 12 Jakarta

Emmy, Rosalia. 2008. Menjadi Ortu Cerdas Tips Mendampingi Anak Belajar.
Yogyakarta: Kanisius.

Euis Kurniati., Dina Kusumanita Nur Alfaeni., Fitri Andriani. 2020.


Analisis Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak di Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol 5 No. 1.

Fitriyani, Yani, dkk, 2020. Motivasi Belajar Mahasiswa Pada Pembelajaran


Daring Selama Pandemik Covid-19. Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian
Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran. Vol 6
no. 2 hal 166

George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
97

Haerudin, Cahyani, A., Sitihanifah, N., Setiani, R. N., Nurhayati, S., Oktaviana,
V.,& Sitorus, Y. I. 2020. Peran orangtua dalam membimbing anak selama
pembelajaran di rumah sebagai upaya memutus covid-19. Jurnal
Universitas Singaper bangsa.

Hamzah, dkk. 2014. Variabel Penelitian dalam Pendidikan dan Pembelajaran.


Jakarta: PT. Ina Publikatama.

Isman, M. 2016. Pembelajaran Moda Dalam Jaringan (Moda Daring). The


Progressive And Fun Education Seminar.

Jamaluddin, D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Panjiah, E. 2020. Pembelajaran
Daring Masa Pandemik Covid-19 Pada Calon Guru: Hambatan, Solusi,
dan Proyeksi. Karya Tulis Ilmiah, Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat UIN Sunan Gunung Djati, 1-8.

Kartika & Rabial Kanada, 2017. Peran Ganda Perempuan pada Keluarga
Masyarakat Petani: Kasus Istri Petani di kecamatan Merapi Selatan
Kabupaten Lahat. Jurnal Kajian Gender dan Anak Volume 12, Nomor 02.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung:


Refika Aditama.

Kunarto, E. 2017. “Keefektifan Model Pembelajaran Daring dalam Perkuliahan


Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi”. Journal Indonesia Language
Education and Literature. 3, (1).99-110.

Kusumawati, Y. 2012. Peran Ganda Perempuan Pemetik Teh. Jurnal Komunitas. 4


(2): 157-167

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan


Konflik Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.

Mardinah, R.A. 2018. Strategi Wanita Karir Dalam Melaksanakan


Fungsi Keluarga (Studi pada PNS Wanita yang telah Berkeluarga
di Kementrian Agama Kota Bontang) Journal Sosiatri-Sosiologi
2018, 6 (4): 90-103.

Mardikanto, Tatok dan Powerwoko Soebianto. 2013. Pemberdayaan Masyarakat


Dalam Perspektif Kebijakan. Bandung: ALFABETA BANDUNG.

Meleong, J Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja


Rosdakarya Offset.
98

Novia, W., dan Wasehudin, W. 2020. Penggunaan Media Sosial dalam


Membangun Moderasi Beragama di Masa Pandemi Covid-19 di Kota
Tangerang. Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama, 3(2), 99–106.

Paloma, (2013). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Purwanto Agus, Dkk. 2020. “Studi Explorative Dampak Pandemic Covid19


Terhadap Proses Pembelajaran Online Di Sekolah Dasar” Jurnal Of
Education, Psychology And Counseling Vol 2 Nomor 1 2020 (hal 1-2).

Ramadani, N. 2016. Implikasi Peran Ganda Perempuan Dalam Kehidupan


Keluarga Dan Lingkungan Masyarakat. Sosietas Vol. 6 No. 2

Roliza, Perantika. 2021. Peran Orang Tua Dalam Belajar Daring Siswa.
Bengkulu

Santi Utami. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif


Tipe STAD Pada Pembelajaran Dasar Sinyal Video. Jurnal Pendidikan
dan Teknologi Kejuruan Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta, 22,
425-431.

Setyosari Pujani. 2010. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Bidang


Kesejahteraan Sosial dan Ilmu sosial lainnya. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Manajemen Indonesia. Jakarta: Alfabeta

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D


dan Penelitian pendidikan). Bandung: Alfabeta.

Sulihkhodin, 2021. Peran Ganda Perempuan Pada Keluarga Masyarakat Petani Di


Desa Srikaton Ngantru Kabupaten Tulungagung. Jurnal Intervensi Sosial
dan Pembanguan (JISP). Vol No. 1.

Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Aplikasnya dalam
Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret Unversity Press.

Syarifudin, A., S. (2020). Implementasi Pembelajaran Daring Untuk


Meningkatkan Mutu Pendidikan Sebagai Dampak Diterapkannya Social
Distancing. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5 (1), 31-34

Syawaludin. 2014. Peranan Pengasuh Pondok Pesantren dalam Mengembangkan


Budaya Damai di Provinsi Gorontalo. Jakarta.

Usman, Usaini. 2011. Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
99

Warsito, Heri., Rindiani., dan Nurdyansyah, Fafa. 2015. Pembelajaran Daring.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Widayanti, F. D. 2018. Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa Dalam


Kegiatan Pembelajaran di Kelas. Jurnal Erudio, 2(1), 8-17.

Wibowo, S. A., & Gianawati, N. D. 2015. Peran Ganda Ibu Rumah Tangga
dalam Memenuhi Kebutuhan Keluarga.
100

LAMPIRAN
101

Lampiran 1.

INFORMAN PENELITIAN

1. Nama : Melly Susanti


Umur : 36 Tahun
Alamat : Komp Griya Kumala Harapan Blok C7
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir

2. Nama : Jumaria
Umur : 40 Tahun
Alamat : Jalan Kumala 2 Selatan No 80B
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir

3. Nama : Salmi
Umur : 34 Tahun
Alamat : Komp Griya Kumala Harapan Blok C9
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir

4. Nama : Mainnah
Umur : 35 Tahun
Alamat : Jalan Kumala 2 Selatan No 74 D
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir

5. Nama : Ina
Umur : 35 Tahun
Alamat : Jalan Kumala 2 Selatan No 74 A
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir

6. Nama : Aisah
Umur : 40 Tahun
Alamat : Jalan Kumala 2 Selatan No 72 A
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir
102

7. Nama : Rabiah
Umur : 35 Tahun
Alamat : Jalan Kumala 2 Selatan
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir

8. Nama : Eri Siti Juhaeriah, S.Pd


Umur : 49 Tahun
Alamat : Komp. Griya Kumala Harapan Blok D7
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir

9. Nama : Ratna Yunus, M.Kes


Umur : 48 Tahun
Alamat : Kom. Griya Kumala Harapan C6
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir

10. Nama : Putri Utami


Umur : 33 Tahun
Alamat : Komp. Griya Kumala Harapan Blok C11
Jenis Kelamin : Perempuan
Instansi : IRT berkarir
103

Lampiran 2.

PEDOMAN OBSERVASI

TEMPAT INDIKATOR SUB INDIKATOR


Kecamatan Mengamati peran Ibu 1. Bagaimana proses pembelajaran
Jongaya dalam pembelajaran daring siswa,
Kota daring di era covid 19. 2. Media apa saja yang digunakan
Makassar dalam proses pembelajaran daring,
3. Apa saja hambatan-hambatan yang
dialami oleh siswa,
4. Apa saja upaya yang dilakukan
oleh ibu dalam pembelajaran
daring,
5. Apakah ibu membantu siswa
mengerjakan tugas dengan tepat
waktu,
6. Bagaimana peran ibu dalam
pendampingan anak pada saat
pembelajaran daring,
7. Setelah proses pembelajaran daring
apakah ibu memeriksa kembali
semua tugas yang diberikan oleh
guru.
104

Lampiran 3.

PEDOMAN WAWANCARA

1. Profil informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Jenis Kelamin :
e. Instansi :

2. Wawancara dengan Ibu Rumah Tangga


a. Bagaimana peran orang tua dalam mendampingi proses pembelajaran
daring?
b. Pada pembelajaran daring, hal utama apa yang menjadi kendala?
c. Apakah anak selalu memahami materi yang diberikan guru?
d. Jika ada hal-hal yang tidak dimengerti tindakan apa yang ibu lakukan?
e. Apakah ada perubahan sikap anak setelah pembelajaran daring?
f. Bagaimana terkait waktu untuk mendampingi anak dalam belajar?
g. Bagaimana persiapan ibu dalam memfasilitasi pembelajaran daring?
h. Kendala apa yang dihadapi ketika mendampingi anak dalam
pembelajaran daring?

3. Wawancara dengan Ibu Rumah Berkarir


a. Pada pembelajaran daring, hal utama apa yang menjadi kendala?
a. Bagaimana system pembelajaran secara daring yang dilakukan?
b. Apakah ibu selalu mendampingi anaknya dalam belajar?
c. Bagaimana prestasi belajar anak?
d. Apa strategi ibu dalam membagi kegiatan rumah tangga/karir dengan
membantu anak dalam pembelajaran daring?
e. Apa yang ibu lakukan ketika bertepatan antara kegiatan rumah
tangga/karir dengan membantu anak dalam pembelajaran daring?
f. Kendala apa yang dihadapi ketika mendampingi anak dalam
pembelajaran daring?

4. Wawancara dengan Guru


a. Apakah ada kendala peserta dalam penyelesaian tugas dalam
pembelajaran daring?
b. Apakah ada kendala guru dalam pembelajaran daring?
c. Apakah peserta didik memahami materi yang disampaikan oleh guru
dalam pembelajaran daring?
d. Bagaimana bentuk penilaian guru terhadap peserta didik dalam
pembelajaran daring?
105

MATRIKS WAWANCARA

Peran Ibu dalam Pembelajaran Daring Era Covid 19 di Kelurahan Jongaya


Kota Makassar (Sebuah Kajian Feminisme)

Deskriptif Informan:

1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Tempat Tanggal lahir :
4. Usia :
5. Status :
6. Alamat :
7. No Hp/WA :

Daftar Pertanyaan:

No Aspek Indikator Pertanyaan untuk Informan


(1) (2) (3) (4)
1. Bentuk peran 1.1. Fasilitator 1.1.1 Bagaimana peran ibu dalam
ibu dalam mendampingi proses
membantu pembelajaran daring?
anak dalam 1.1.2 Bagaimana terkait waktu untuk
pembelajaran mendampingi anak dalam
daring dimasa belajar?
pandemic 1.1.3 Bagaimana persiapan ibu dalam
covid 19? memfasilitasi pembelajaran
daring?
1.1.4 Bagaimana peran ibu agar
peserta didik dapat belajar
dengan aman dan efektif ?
1.1.5 Apakah anak selalu memahami
materi yang diberikan guru?
1.1.6 Apakah ada perubahan sikap
anak setelah pembelajaran
daring?
1.1.7 Pada pembelajaran daring, hal
utama apa yang menjadi
kendala?
1.1.8 Bagaimana sistem pembelajaran
secara daring yang dilakukan?
1.1.9 Apakah ibu selalu mendampingi
anaknya dalam belajar?
1.1.10 Bagaimana prestasi belajar
anak?
106

1.1.11 Apa yang ibu lakukan ketika


bertepatan antara kegiatan
rumah tangga/karir dengan
membantu anak dalam
pembelajaran daring?
1.1.12 Kendala apa yang dihadapi
ketika mendampingi anak dalam
pembelajaran daring?
1.2. Motivator 1.2.1. Apa yang ibu lakukan ketika
anak mendapatkan kesulitan
dalam mengerjakan tugas ?
1.2.2. Apa motivasi yang diberikan
kepada anak jika mendapatkan
kesulitan belajar ?
1.2.3. Bagaimana bentuk dukungan
yang diberikan ibu agar anak
tetap semangat mengikuti
pembelajaran ?
1.3. Pengawasan 1.3.1. Sejauh mana pengawasan ibu
terhadap anak ?
1.3.2. Jika ibu sebagai pekerja (karir),
seperti apa bentuk pengawasan
terhadap anak ?
1.3.3. Bagaiman ibu mengimbangi
antara pekerjaan dan mengawasi
anak ?
1.3.4. Jika ibu tidak sempat
mengawasi anak hal apa yang
dilakukan ?
2. Strategi ibu Strategi 2.1. Apa strategi ibu dalam membagi
dalam kegiatan rumah tangga/karir
membagi dengan membantu anak dalam
peran kegiatan pembelajaran daring?
rumah tangga 2.2. Strategi apa yang ibu lakukan
dengan ketikan anak mengalami
kegiatan kesulitan belajar ?
membantu 2.3. Bagaiman strategi ibu agar
anak dalam pekerjaan rumah/karir dengan
pembelajaran proses membantu anak dapat
daring? berjalan secara efektif ?
2.4. Bentuk pengawasan seperti apa
yang ibu lakukan ketika
bertepatan antara pembelajaran
anak dan pekerjaan ibu di luar
rumah ?
2.5. Bagaimana langkah ibu apabila
107

mengalami kendala terkait


pendampingan dalam
pembelajaran?
2.6. Bagaiman langkah bapak/ibu
guru ketika peserta didik tidak
memahami materi yang
disampaikan melalui
pembelajaran daring?
3. Dampak ibu 2.1. Dampak 2.1.1. Bagaimana proses pengawasan
mendampingi positif ibu kepada anak dalam proses
anak dalam pembelajaran daring ?
pembelajaran 2.1.2. Bagaimana jalinan komunikasi
daring? antara ibu, guru dan anak
selama proses pembelajaran
daring ?
2.2. Dampak 2.2.1. Bagaimana kedisiplinan anak
negatif selama pembelajaran daring ?
2.2.2. Apa saja kesulitan yang dialami
anak selama pembelajaran
daring ?
2.2.3. Apa yang anak lakukan jika
mengalami kebosanan baik
dalam pembelajaran daring
maupun pengerjaan tugas ?
2.2.4. Bagaimana proses pemantauan
yang dilakukan oleh ibu ketika
bertepatan antara pekerjaan ibu
dan pembelajaran daring ?
2.2.5. Apa kesulitan yang dialami guru
selama proses pembelajaran
daring?
2.2.6. Langka apa yang ditempuh guru
ketka peserta didik putus
pembelajaran dikarenakan
ketiadaan kuota internet ?
108

Lampiran 4.

PEDOMAN DOKUMENTASI

No. Aspek yang dikaji Indikator yang dicari Sumber data


1. Identitas Orang tua a. Nama a. Dokumen/ arsip
Siswa b. Umur b. Foto-foto
c. Profesi
d. Sarana dan prasarana
e. Kegiatan orang tua
f. Lingkungan siswa
2. Identitas Siswa a. Data siswa a. Dokumen/ arsip
b. Kegiatan pembelajaran b. Foto-foto
siswa
109

Lampiran 5.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Dokumentasi: Wawancara bersama Ibu Eri Siti Juhaeriah, S.Pd


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Komp. Griya Kumala Harapan Blok D7

Dokumentasi: Wawancara bersama Ibu Melly Susanti


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Komp Griya Kumala Harapan Blok C7
110

Wawancara bersama Ibu Mainnah


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan No 74 A

Dokumentasi: Wawancara bersama Ibu Jumaria


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan No 80B
111

Dokumentasi: Wawancara bersama Ibu Ratna Yunus, M.Kes


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Kom. Griya Kumala Harapan C6

Dokumentasi: Wawancara bersama Ibu Rabiah


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan
112

Dokumentasi: Wawancara bersama Ibu Aisya


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan No 72 A

Dokumentasi: Wawancara bersama Ibu Ina


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Jalan Kumala 2 Selatan No 74 D
113

Dokumentasi: Wawancara bersama Ibu Salmi


Sebagai IRT berkarir yang Tinggal di Kom. Griya Kumala Harapan C9
114

Lampiran 6.

PERSURATAN PENELITIAN
115
116
117
118
119
120

RIWAYAT HIDUP

Andi Anggun Dwiutari. Lahir di Ujung Pandang pada tanggal


18 Januari 1997, Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Prof. Dr. Ir.
Andi Muh Idkhan Marzuki. MT dan Ir. Sarwaty Sahabbuddin
M.Pd. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN. Komp IKIP
1 Makassar pada tahun 2003-2009, kemudian melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri 3 Makassar pada tahun 2009-2012 dan melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Makassar pada tahun 2012-2015 dan
setelah itu pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikannya di Perguruan
Tinggi Negeri pada program strata satu (S1) di Universitas Negeri Makassar
(UNM) di Fakultas Ilmu Sosial Program Studi Pendidikan Sosiologi dan lulus
pada tahun 2019, di tahun 2020 penulis melanjutkan pendidikan strata dua (S2) di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar pada program studi IPS
dengan kekhususan Pendidikan Sosiologi.

Anda mungkin juga menyukai