Anda di halaman 1dari 89

HALAMAN JUDUL3

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN HYBRID


LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR WARGA
BELAJAR SKB REMBANG

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan

Disusun oleh :
Tita Dwi Nur Cahyati
1201418019

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Penggunaan Media Pembelajaran Hybrid Learning
terhadap Hasil Belajar Warga Belajar di SKB Rembang telah disetujui oleh
dosen pembimbing guna diajukan sidang skripsi pada:
Nama : Tita Dwi Nur Cahyati
Nim : 1201418019
Prodi : Pendidikan Luar Sekolah

Semarang, Desember 2022


Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd.


NIP. 195604271986031001
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi berjudul Penggunaan Media Pembelajaran Hybrid Learning terhadap
Hasil Belajar Warga Belajar di SKB Rembang yang disusun oleh:

Nama : Tita Dwi Nur Cahyati

Nim : 1201418019

Prodi : Pendidikan Luar Sekolah


Telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian skripsi pada hari ……, tanggal
……., Desember tahun 2022.

Tim Penguji
Ketua Penguji

Sekretaris

Penguji 1

Penguji 2

Penguji 3/Pembimbing
PERNYATAAN
Dengan ini, saya

Nama : Tita Dwi Nur Cahyati

NIM : 1201418019

Program Studi : Pendidikan Luar Sekolah S1


Menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Media Pembelajaran Hybrid
Learning terhadap Hasil Belajar Warga Belajar di SKB Rembang benar-benar
karya saya sendiri bukan menjiplak dari karya orang lain atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku baik sebagian
atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang atau pihak lain yang terdapat dalam
skripsi ini telah dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas
pernyataan ini, saya secara pribadi siap menanggung resiko/sanksi hukum yang
dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya ini.

Semarang, Desember 2022

Tita Dwi Nur Cahyati


NIM. 1201418019
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO

“Lakukan yang anda suka, jadilah diri sendiri, dan kesuksesan akan datang
secara alami “

Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan “


[sutan sjahrir]

PERSEMBAHAN

Alhamdulilah dengan memnjatkan ucapan syukur kepada Allah SWT atas segala
berkat serta rahmat dan juga kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi
penulis dengan segala kekurangannya. Skripsi ini kupersembahkan sebagai bukti
semangat usahaku serta cinta dan sayangku kepada orang-orang yang sangat
berharga dalam hidupku.

Untuk karya yang sederhana ini, maka penulis persembahkan untuk :


1. Kedua orang tua saya, Bapak Suraspin dan Ibu Rusmiyati yang selalu
memberikan kasih sayang tanpa batas, doa yang baik, dan dukungan tanpa
henti kepada saya.
2. Kakak saya Dian Rustyorini, kakak ipar saya Achmad Zainul Abidin, dan
keponakan saya Asifa Ferdiana Lil Insyani, serta Mbah saya Almr. Sutini
yang selalu mendukung agar tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi.
3. Kepada Pak Sus, Mbak Tika, Bu Ully dan Bu Siti yang sangat membantu
dan mengizinkan saya dalam menyuskseskan pengerjaan skripsi ini.
4. Untuk sahabat dan teman teman saya Desti, Sakban, Rosy, Ayuk, Alvi,
Hilda, Kupret, Anip yang tiada hentinya mendoakan saya, serta
memberikan bantuan dan dukungan.
5. Teman-teman saya di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2018.
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung saya.
ABSTRAK
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang menjadi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Edy Purwanto, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam
mengurus segala bentuk perizinan observasi dan penelitian.
2. Ibu Dr. Mintarsih Arbarini, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
3. Bapak Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, kritik dan saran, serta motivasi dalam penyusunan
skripsi.
4. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ilmu selama peneliti kuliah, serta staff
yang telah melayani segala bentuk administrasi dalam proses penelitian.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan fasilitas pendidikan, dukungan,
dan doa tanpa henti, serta saudara-saudara yang memberi dukungan dalam
proses penyusunan skripsi.
6. Ibu Siti Daliyah, S.Pd. Kepala Sanggar Kegiatan Belajar yang telah
mengizinkan peneliti melakukan penelitian, serta tutor-tutor yang
memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti.
7. Keluarga besar Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, terutama teman-teman
seperjuangan angkatan 2018.
Peneliti mengerti bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini, sehingga
dapat bermanfaat dengan baik serta dapat dikembangkan lebih lanjut. Aamiin.
Semarang, Desember 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Satu tahun belakangan ini terdapat virus yang mewabah dan memberikan dampak sangat
besar dalam globalisasi. Virus tersebut dikenal dengan sebutan Corona Virus Disease 2019 atau
dikenal dengan Covid-19. Organisasi World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
Covid-19 ini telah mewabah diseluruh dunia dan setiap harinya mengalami peningkatan, bahkan
hingga menyebabkan kematian. Virus ini penyebarannya dapat melalui tanpa sengaja menghirup
droplet dari penderita covid-19, dan juga dari tetesan lendir dari hidung atau mulut saat batuk,
bersin atau berbicara. Oleh karena itu, WHO memberikan arahan ke pemerintah untuk
mengeluarkan kebijakan baru sebagai upaya mencegah dan memutus penyebaran Covid-19.
Upaya yang di tetapkan pemerintah yakni menerapkan sosial distancing (jaga jarak), work from
home (WFH), online learning, serta pembatasan berskala besar (PSBB).
Adanya kebijakan baru tersebut memberikan dampak perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan. Perubahan tersebut antara lain dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan, bahkan
dalam bidang pendidikan. Demikian, dalam rangka mencegah dan memutus penyebaran Covid-
19, Kementrian Pendidikan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) mengeluarkan Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran
Covid-19. Dalam surat tersebut menjelaskan bahwa aktivitas pembelajaran dilaksanakan dalam
jaringan (Daring) atau pembelajaran jarak jauh. Hal ini secara tidak langsung merubah
paradigma sistem pembelajaran konvensial yang dimana siswa datang kesekolah belajar tatap
muka langsung dengan guru, berubah menjadi virtual siswa belajar jarak jauh secara daring.
Dalam pembelajaran jarak jauh ini dapat memanfaatkan teknologi sebagai media interaksi
guru dan siswa sehingga dapat disebut sebagai pembelajaran e-learning. Pembelajaran e-
learning adalah kombinasi antara pembelajaran elektronik dan teknologi informasi, sehingga
proses belajar mengajar tidak dibatasi dalam ruangan kelas. Belajar dapat dilakukan dimanapun
tanpa harus bertatap muka, sebagaimana kurikulum pendidikan ini memasuki konsep
pembaharuan1. Oleh karena itu, model pembelajaran yang dipilih harus tepat dan disesuaikan
dengan kodisi yang terjadi.

1
Faiz Faozi and Desi Rahmawati, “Pengaruh Penggunaan Aplikasi Nike Training Club Terhadap Peningkatan
Vo2max Pada Pemain Ekstrakurikuler Futsal Putri Man 1 Kabupaten Sukabumi,” Biormatika : Jurnal ilmiah
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan 5, no. 02 (2019): 181–187.
Dalam proses belajar mengajar model e-learning membutuhkan media teknologi computer
yang memiliki berbagai menu untuk menunjang proses belajar mengajar. Adapun media di
artikan oleh Gagne (Rahardi, 2003) bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat memberikan stimulasi siswa untuk belajar. Disisi lain, media
pembelajaran juga merupakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit
ke yang paling abstrak, dimana terdapat pengaruh dari partisipasi, observasi dan pengalaman
belajar yang diterima warga belajar.

Pendidikan juga merupakan satu sarana untuk melancarkan komunikasi antara pemong
dengan warga belajar yang bertujuan untuk menyampaikan sebuah informasi. Pamong juga
berperan dalam memotivasi pembelajaran yang dimana memberikan pengetahuannya kepada
warga belajar agar dapat menumbuhkan tingkat pengetahuan, keterampilan serta sikapnya.
Pendidikan merupakan salah satu Sumber Daya Manusia yang berkualitas sebagai faktor
pendukung keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan. Selain itu juga termasauk faktor
pendukung membuat keberhasilan manusia yang berkulaitas. Pentingnya pendidikan bagi bangsa
dan negara untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Di Indonesia, pendidikan tidak hanya
terbatas pada pendidikan bentuk formal seperti di sekolah. Sistem pendidikan di Indonesia
terdapat tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, non formal dan informal.
Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, seperti sekolah formal. Jalur
pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal merupakan jalur
Pendidikan informal, jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Pendidikan ini bisa kita temui
lewat sekolah rumah (homeschooling) atau juga Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta
didik tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga
mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara.
Untuk menumbuhkan interaksi baik pamong dengan warga belajar atau sesama warga belajar
sendiri, disini pamong memberikan celah untuk warga belajar untuk menanyakan hal yang belum
jelas atau belum dimengerti pada setiap proses pembelajaran adalah analisis pengalaman. Disini
dijelaskan betul bahwa sasaran pembelajaran saat ini bukan lagi anak-anak melainkan kumpulan
orang-orang dewasa yang memiliki pengalaman yang mungkin tidak bisa dipungkiri melebihi
pamongnya tersebut. Pamong berusaha menegaskan dalam setiap diri warga belajar agar
berusaha tetap dihargai dengan ekstra usahanya disetiap proses pengalaman yang diberikannya.
Disamping itu pamong juga menyelaraskan berbagai kemampuan dan tenaga untuk dapat tetap
berinteraksi dengan warga belajar, agar pemikiran warga belajar tidak terpaku masih
menyamakan dengan anak-anak. Padahal sebenarnya pamong tidak perlu repot memberikan
pengetahuannya kepada warga belajar jika sudah menganggap warga belajar sebagai orang
dewasa yang sudah bisa mengarahkan dirinya sendiri walaupun saat itu materi yang dihadapinya
begitu sulit sekalipun. Jadi pamong disini berperan double untuk menjadikan warga belajar
sebagai orang dewasa yang mempunyai keterampilan serta menjadikan warga belajar sebagai
peserta didik yang unggul dalam berkompeten di dunia pendidikan.
Berdasarkan realita yang terjadi saat ini kegiatan proses belajar mengajar telah mengalami
hambatan khususnya melaksanakan pembelajaran secara tatap muka, hal ini disebabkan adanya
virus Covid-19 yang menghambat berbagai kegiatan aktivitas manusia. Salah satu solusi yang
dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menunjang pendidikan pada saat ini yaitu dengan
memanfaatkan teknologi yang ada. Media pembelajaran daring atau online suatu strategi
pembelajaran yang menyenangkan bagi pembelajar karena dapat diakses melalui handphone
android, laptop, maupun komputer bukan hanya menyimak buku (Sobron A.N, dkk, 2019)2.
Tentu ini menjadi PR bagi Kemendikbud ataupun Pemerintah dalam mengupayakan proses
pembelajaran yang efektif agar dijangkau oleh berbagai peserta didik dipenjuru nusantara.
Sistem pembelajaran e-learning banyak meiliki keunggulan tersendiri, oleh karena itu
pembelajaran e-learning tidak sekedar menjadi pengganti dari pembelajaran konvensional (tatap
muka) tetapi kelak juga bisa berjalan beriringan dan berkelanjutan. Hal ini juga berdampak tidak
hanya intitusi pendidikan sekolah formal melainkan juga nonformal termasuk Sanggar Kegiatan
Belajar. Yang dimana program kesetaraan yang ada dilembaga tersebut juga terpaksa mengikuti
anjuran dari peraturan Kemendikbud untuk belajar dari rumah. Disini pamong belajar dituntut
harus mampu merancang kegiatan pembelajaran dari perencanaan hingga model model evaluasi
yang telah ditetapkan dan disederhanakan menjadai kreatif dan efektif. Maka dari itu
2
A.N Sobron et al., “Pengaruh Daring Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah,” Prosiding 1, no. 1
(2019): 1–5.
dilaksanakanlah pembelajaran Hybrid Learning guna membersamai proses kegiatan yang saat ini
masih simpang siur menunggu kabar dari pemerintah. Dengan cara ini semoga mempermudah
antara pamong dengan warga belajar untuk tetap berproses dalam pembelajaran ditengah-tengah
kasus pendemi saat ini.
Hybrid learning adalah pembelajaran yang memadukan anatara kegiatan pembelajaran tatap
muka dengan pembelajaran berbasis teknologi komputer dan internet (Galus et al., 2021). Hybrid
learning juga merupakan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pengajaran, serta berbagai media teknologi yang beragam. Selain itu menurut Widana (2020)
hybrid learning tidak hanya mengurangi jarak pembelajaran antara pamong dengan warga
belajar tetapi juga meningkatkan interaksi di antara kedua belah pihak. Jadi pembelajaran ini
juga dinilai menguntungkan dari pada pembelajaran tatap muka (PTM) yang biasanya warga
belajar masih mendominan menggantungkan pamong dan masih mengikuti pembelajaran
tradisional.3 Hybrid learning mampu membuat warga belajar menjadi mandiri sebab
pembelajaran ini menekankan warga belajar dituntut untuk mengasah kemampuan berfikirnya
dengan teknologi bukan hanya monoton mendengarkan metode ceramah dari pamongnya.
Pembelajaran hybrid learning juga mengiringi adanya teknologi yang dikeluarkan oleh
pemerintah Kemedikbud yakni apliaksi situs setara daring yang dimana sebuah sistem untuk
mengoperasikan pembelajaran menjadi ringkas dan tetap efisien dalam menunjang hasil belajar
warga belajar di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Rembang.
Dengan adanya media situs setara daring yang telah ditetapkan untuk proses pembelajaran e-
learning berlangsung memudahkan warga belajar untuk tidak kesulitan datang ke Sanggar
Kegiatan Belajar yang juga dimana peserta didiknya tidak sedikit dari mereka masih bekerja.
Akses setara daring juga melatih warga belajar untuk memiliki keterampilan dibidang teknologi
agar membiasakan diri untuk belajar dan berlatih bagaimana cara mengoperasikan media aplikasi
situs setara daring untuk memperlancar proses belajar mengajarnya. Pembelajaran ini difasilitasi
teknologi yang memilki banyak manfaat diantara dapat 1) Meningkatkan interaksi pembelajaran
antara warga belajar dan pamong, 2) Terjadinya interaksi pembelajaran kapan dan dimana saja,
3) Menjangkau warga belajar dalam cakupan yang luas, 4) Mempermudah penyempurnaan dan
peyimpanan materi pembelajaran (Bates. 1997).

3
I Wayan Widana et al., “Analysis of Conceptual Understanding, Digital Literacy, Motivation, Divergent of
Thinking, and Creativity on the Teachers Skills in Preparing Hots-Based Assessments,” Journal of Advanced
Research in Dynamical and Control Systems 12, no. 8 (2020): 459–466.
Sesuai kenyataan yang ada dilapangan terkait proses pembelajaran di Sanggar Kegiatan
Belajar Kabupaten Rembang ini masih memliki kekurangan dengan berbagai faktor serta hal-hal
yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Saat itu pamong memberikan materi ada beberapa
warga belajar yang kurang memperhatikan materi yang disampaikan pamong,ketika diskusi
mengenai matri yang disajikan warga belajar masih ada beberapa yang asik sendiri bermain
dengan teman-teman, selain itu pada saat proses pembelajaran berlangsung ketika pamong
menggunakan media bantu dalam pemeblajaran (LCD), ada beberapa warga belajar kurang
memperhatikan malah lebih asik melihat (Handphone) mereka. Hal ini dikarenakan kurangnya
penggunaan kata yang yang kurang dipahami dan kurangnya perhatian dari pamong dalam
membangun interaksi dalam kelas sehingga apa yang disampaikan baik secara lisa maupun alat
bantu berupa media kurang dimengerti oleh warga belajar dan terlebih lagi warga belajar juga
kurang fokus dan malah asik sendiri dengan kegiatan yang mereka lakukan dengan teman-
temannya. Dengan demikian jika hal ini dibiarkan berlarut-larut tanpa adanya penanganan maka
akan mempengaruhi hasil belajar warga belajar di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten
Rembang. Hal ini juga disebabkan adanya beberapa faktor yang ada pada diri pamong,terlebih
lagi di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Rembang ini pamongnya rata-rata yang mengajar di
program kesataran kategori sudah berumur lansia dan Gaptek terhadap teknologi yang saat ini
dituntun untuk dapat mengoperasikan penggunan media situs setara daring dalam menunjang
proses pembelajaran warga belajar terhadap hasil belajarnya. Maka dari itu pamong muda yang
unggul dengan teknologi dituntun lebih ekstra menjalani pekerjaannya yang dimana juga sedikit
demi sedikit membantu pamong lansia belajar untuk mengoperasikan komputer untuk kebutuhan
kinerjanya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagimana penggunaan media pembelajaran Hybrid Learning terhadap hasil belajar
warga belajar SKB Rembang?
1.2.2 Bagimana hasil belajar warga belajar dengan pembelajaran Hybrid Learning di SKB
Rembang?
1.2.3 Apa saja faktor penghambat dan pendukung pembelajarn Hybrid Learning terhadap
hasil belajar warga belajar di SKB Rembang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mendeskripsikan penggunaan media pembelajaran Hybrid Learning terhadap hasil
belajar warga belajar SKB Rembang.
1.3.2 Mendeskripsikan hasil belajar warga belajar dengan pembelajaran Hybrid Learning di
SKB Rembang.
1.3.3 Mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung pembelajarn Hybrid Learning
terhadap hasil belajar warga belajar di SKB Rembang.

1.4 Batasan Istilah


Perbedaan penafsiran dapat terjadi dalam penelitian, oleh karena itu untuk menghindarinya
diperlukan adanya batasan istilah supaya mempermudah pemahaman pada penelitian ini. Peneliti
membatasi masalah dalam penelitian ini “Penggunaan Media Pembelajaran Hybrid Learning
terhadap Hasil Belajar Warga Belajar di SKB Rembang”

1.4.1 Media Pembelajaran


Media Pembelajaran mencakup konsep yang terkait yaitu belajar dan mengajar antara
tutor dengan peserta didik atau warga belajar, karena penggunaan media pembelajaran
dapat merangsang peserta didik atau warga belajar dalam belajar.
1.4.2 Model Pembelajaran Hybrid Learning
Media Hybrid Learning merupakan suatu kombinasi dari berbagai media pembelajaran
dan digabungkan untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran.
1.4.3 Hasil Belajar
Hasil Belajar suatu perubahan tingkah laku yang dihasilkan karena sebuah pengalaman
yang telah dialami oleh peserta didik atau warga belajar sehingga menghasilkan
perubahan di mana perubahan itu bersifat konstan.
1.4.4 Sanggar Kegiatan Belajar
SKB merupakan lembaga yang dijadikan lokasi penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat diketahui manfaat dari hasil penelitian, sebagai berikut:
1.5.1 Secara teoritis
1.5.1.1 Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan ilmu
pengetahuan terutama pada orientasi jalur pendidikan non formal.
1.5.1.2 Memberikan masukan atau informasi tambahan bagi semua pihak yang tertarik dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
1.5.2 Secara praktis
1.5.2.1 Bagi peneliti, dapat mengetahui dalam penerapan media kartu huruf pada proses belajar
mengajar membaca.
1.5.2.2 Bagi peserta didik, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat
digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan dan memudahkan anak dalam proses
belajar membaca dengan suasana menyenangkan.

1.6 Keaslian Penelitian


Kajian terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini yang dilakukan
oleh peneliti untuk dijadikan bahan referensi dalam melakukan penelitian. Berikut ini penjabaran
hasil dari penelitian terdahulu:

1.6.1 Penelitian yang dilakukan Sulihin B. Sjukur4 meneliti tentang blended learning yang
mengambil studi kasus pada SMK Negeri 1 Satui Kab.Tanah Bumbu. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa. Hasil penelitiannya
ternyata ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan blended learning
dibadingkan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Jadi hasil
persamaan penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran online mempengaruhi
target dari suatu objek yang penerapan model pembelajaran dan motivasi terhadapa hasil
belajar tentu dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dibawakan.
1.6.3 Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Mayasari dan Huriawati 5 yang meneliti tentang
pengembangan media website hybrid learning berbasis kemampuan literasi digital dalam
pembelajaran fisika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan website
pembelajaran Hybri, karakteristik produk terhadap ketrampilan literasi digital dalam

4
Riskha Hanifa Nasution, Hapidin Hapidin, and Lara Fridani, “Pengaruh Pembelajaran ICT Dan Minat Belajar
Terhadap Kesiapan Membaca Anak Usia Dini,” Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 4, no. 2 (2020):
733.
5
Tetra Rahayu, Tantri Mayasari, and Farida Huriawati, “Pengembangan Media Website Hybrid Learning Berbasis
Kemampuan Literasi Digital Dalam Pembelajaran Fisika,” Jurnal Pendidikan Fisika 7, no. 1 (2019): 130.
pembelajaran fisika. Hasil yang diperoleh adalah media website Hybrid Learning berbasis
kemampuan literasi ini sangat layak untuk digunakan berdasarkan pengujian kelayakan
produk dan hasil respon siswa terhadap media sebesar 79,85%. Persamaan penelitian
Rahyu dkk dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang penggunaan media
hybrid. Adapun yang membedakan adalah objek penelitiannya, penelitian Rahayu dkk
digunakan dalam pembelajaran fisika sedangkan penelitian ini pada warga belajar di SKB
Rembang.
1.6.4 Penelitian yang dilakukan oleh Banat & Martiani6 yang meneliti tentang kemandirian
belajar mahasiswa penjas menggunakan media Google Clasroom melalui hybrid learning
pada pembelajran profesi pendidikan di masa pandemi covid-19. Hasil yang diperoleh
adalah tingkat kemandirian belajar mahasiswa menggunakan media google classroom
melalui hybrid learning pada pembelajaran profesi berada pada nilai rata-rata. Oleh
karena itu, interpretasi mahasiswa penjas menggunakan media google classrom melalui
hybrid learning pada pembelajaran profesi pendidikan di masa pandemi adalah sangat
kuat.
1.6.5 Penelitian yang dilakukan oleh Tuapattinaya7 yang meneliti tentang pengembangan media
pembelajaran biologi berbasis Hybrid Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan media pembelajaran berbasisi hybrid learning untuk meningkatkan hasil
belajar biologi siswa kelas VIII Billingual SMP 6 Ambon. Hasil yang di peroleh adalah
penelitian ini melakukan dengan tiga tahap yakni pendefinisian, perancangan dan
pengembangan. Kemudian produk pengembangan tersebut divalidasi dan dilanjutkan uji
coba produk. Setelah diuji produk berupa perangkat pembelajaran berkualifikasi valid
dan layak untuk digunakan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
Billingual yang diajarkan menggunakan materi sistem peredaran darah manusia.
1.6.6 Penelitian yang dilakukan oleh Yani8 yang meneliti tentang pengaruh media Hybride
berbasis web Whanced course terhadap hasil belajar fisika. Penelitian ini termasuk Quasi

6
Azizatul Banat and . Martiani, “Kemandirian Belajar Mahasiswa Penjas Menggunakan Media Google Classroom
Melalui Hybrid Learning Pada Pembelajaran Profesi Pendidikan Di Masa Pandemi Covid-19,” Jurnal Teknologi
Pendidikan (JTP) 13, no. 2 (2020): 119.
7
Prelly M. J Tuapattinaya, “Pengembangan Media Pembelajaran Biologi Berbasis Hybrid Learning Untuk
Meningatkan Hasil Belajar Siswa Pada Smp Negeri 6 Ambon,” Biosel: Biology Science and Education 6, no. 2
(2017): 186.
8
Ahmad Yani, “Pengaruh Media Model Hybrid Berbasis WEB Whanced Course Terhadap Hasil Belajar Fisika,”
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) (2017): 224–230.
Eksperimen. Hasil yang diperoleh adalah secara deskriptif dan infrensial rata-rata 11,76%
berada dikategori sedang, dan kelas kontrol juga dikategori sedang.
1.6.7 Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni9 yang meneliti tentang penerapan model hybrid
learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hasil penerapan hybrid learning untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh adalah
penerapannya melalui tiga tahap yakni tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.6.8 Penelitian yang dilakukan oleh Widianto dkk10 meneliti tentang peran pembelajaran
daring bagi warga belajar program pendidikan kesetaraan dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran
pembelajaran online pada saat adanya covid-19. Hasil yang diperoleh adalah
pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, akan tetapi sering ada kendala
dalam jaringan. Hal tersebut membuat pembelajaran tidak efektif. Persamaan penelitian
Widianto dkk dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti metode pembelajaran di
SKB. Adapun yang membedakan adalah penelitian Widianto berfokus pada pembelajaran
daring sedangkan penelitian ini fokus pada metode hybrid atau campuran.
1.6.9 Penelitian yang dilakukan oleh Xiao11 meneliti tentang faktor keberhasilan pembelajaran
hybrid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kompetensi belajar prediktif
untuk pengalaman dan kepuasan metode hybrid. Hasil yang diperoleh adalah kompetensi
keterlibatan kognitif sebagian besar kompetensi prediktif tidak berhubungan secara
signifikan dengan kepuasan dan pengalaman pembelajaran hybrid. Sebab, pembelajaran
hybrid menyediakan semua opsi sehingga untuk kepuasan belajar, siswa tidap perlu
memiliki kompeten tertentu. Adapun yang perlu dimiliki adalah kompetensi yang terlibat
dalam kognitif untuk dapat menemukan campuran pembelajaran yang tepat. Persamaan
penelitian Xiao dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pembelajaran
hybrid.
9
Sri Ayu Wahyuni, “Penerapan Model Hybrid Learning Dalam Ptm Terbatas Untuk Meningkatkan Motivasi Dan
Hasil Belajar Siswa,” Indonesian Journal of Educational Development 2, no. 3 (2021): 472–481.
10
Edi Widianto et al., “Peran Pembelajaran Daring Bagi Warga Belajar Program Pendidikan Kesetaraan Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh Role of Online Learning for Learners of Equality Education Programs in
Implementing Distance Learning,” Jurnal Pendidikan Luar Se\kolah 5, no. 1 (2021): 24–30,
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JLC.
11
Jun Xiao et al., “What Makes Learners a Good Fit for Hybrid Learning? Learning Competences as Predictors of
Experience and Satisfaction in Hybrid Learning Space,” British Journal of Educational Technology 51, no. 4
(2020): 1203–1219.
1.6.10 Penelitian yang dilakukan oleh Mumford & Dikilitay12 meneliti tentang pengembangan
refleksi guru bahasa pra-jabatan melalui interaksi online dalam kursus pembelajaran
hybrid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan ketrampilan berpikir
reflektif pada tiga guru pra-jabatan di Turki. Hasil yang diperoleh adalah dari ketiga guru
tersebut hanya satu yang mencapai tingkat refleksi yang lebih tinggi. Implikasi
penelitiannya mencakup pembelajaran online khususnya pembentukan kehadiran sosial
dalam interaksi sosial. Persamaan penelitian Mumford & Dikilitay dengan penelitian ini
sama-sama meneliti tentang pembelajaran hybrid. Adapun perbedaan penelitian Mumford
& Dikilitay subjeknya adalah guru bahasa di Turki, sedangkan penelitian ini pada siswa
di SKB Rembang.

12
Simon Mumford and Kenan Dikilitaş, “Pre-Service Language Teachers Reflection Development through Online
Interaction in a Hybrid Learning Course,” Computers and Education 144 (2020): 103706.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran


Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan dari kata “medium” yang secara rinci
artinya “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Contohnya seperti televisi, radio, telepon, telegram yang bagian dari pembawa pesan.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan minat dan
keinginan peserta didik dalam belajar.13
Media pembelajaran dalam kebidanan merupakan salah satu alat atau fisik sarana yang
digunakan dalam proses belajar mengajar untuk memberikan kemudahan. Dalam pendidikan
kebidanan, mahasiswa perlu meningkatkan klinis keterampilan dan praktek simulasi sebelum
kurva praktek langsung ke pasien14.
Media pembelajaran merupakan alat bantu mengajar untuk menyampaikan materi agar pesan
lebih mudah diterima dan menjadikan peserta didik atau warga belajar lebih termotivasi dan
aktif. Media pembelajaran memiliki perbedaan penjelasan yang disebut hardware (perangkat
keras) yaitu yang dapat dilihat dan didengar serta diraba dengan panca indera, kemudian
software pesan yang disampaikan pada peserta didik atau warga belajar. Media pembelajaran
dapat membantu peserta didik atau warga belajar untuk lebih mudah menerima dan memahami
materi yang telah dijelaskan. Pamong atau tutor merasa lebih mudah dalam menyampaikan
materi, karena penggunaan media pembelajaran dapat merangsang peserta didik atau warga
belajar dalam belajar. Keberadaan media pembelajaran ini memudahkan pemahaman dalam
menyampaikan pembelajaran serta berpengaruh terhadap efektifitas tercapainya tujuan
pembelajaran yang dicapai. Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebuah
alat bantu atau perantara yang digunakan oleh pamong atau tutor untuk menyampaikan atau
menjelaskan sebuah materi pelajaran agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh peserta didik
atau warga belajar dalam bentuk apapun untuk meningkatkan pemahaman tingkat belajarnya.15
13
Shafira Puspa Faradila and Siti Aimah, “Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Di SMA N 15 Semarang,” Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimus (Vol. 1, 2018 1, no. 2005
(2018): 508–512.
14
Andi Ramliany Hasyim et al., “Enhance Midwifery Student Skills about Active Management Third Stage Labor
via Learning Media,” Gaceta Sanitaria 35 (2021): S284–S287.
15
Ikip Budi and Utomo Malang, “A. Pendahuluan” (n.d.): 289–295.
2.1.1 Manfaat Media Pembelajaran

Pemilihan dan penerapan media pembelajaran menjadi salah satu penentu keberhasilan
peserta didik atau warga belajar. Media pembelajaran memiliki peran penting dalam proses
pembelajaran, media pembelajaran memiliki beberapa manfaat praktis yaitu:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian informasi sehingga dapat


memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik atau warga
belajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian sehingga
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang berlangsung anatara peserta didik atau
warga belajar dan lingkungannya untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, waktu dan ruang. Jadi
penggunaan media pembelajran yang tepat dapat meningkatkan efisiensi, kreativitas,
dan kualitas pembelajaran.

Selain itu media pembelajaran juga memiliki manfaat khusus yaitu:

1. Penyampaian materi dapat diseragamkan atau diselaraskan


2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
3. Proses belajar antar peserta didik atau warga belajar lebih interaktif
4. Jumlah waktu belajar dapat ditingkatkan
5. Kualitas belajar peserta didik atau warga belajar dapat meningkat
6. Proses belajar dapat terjadi dimana dan kapan saja.
7. Peran pamong atau tutor dapat berubah kearah lebih positif dan produktif.

2.1.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran jika ditinjau ada beberapa jenis-jenis yang berkaitan dengan indera
yang digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan, maka dapat dibedakan dalam tiga
macam yaitu: 1) media pandang (visual) 2) media dengar (audi) dan 3) media audio visual 16

Adapun beberapa penjelasan tentang jenis-jenis media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Media Pandang (visual)


Media pandang berkaitan dengan indera penglihatan. Secara umum media ini dapat
dikatakan bahwa berhubungan dengan motivasi, ingatan dan pemahaman. Media visual
memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Media ini dapat digunakan
untuk memperlancar pemahaman, memperkuat daya ingat serta dapat meningkatkan
minat belajar peserta didik dan dapat memberikan hubungan antara peserta didik dengan
tutor. Agar lebih efektif media visual ini dapat dikembangkan melalui konteks yang
bermakna serta interaksi lingkungan yang dapat menunjang proses informasi.
Media pandang (visual) terbagi menjadi dua yaitu media pandang non proyeksi dan
media pandang berproyeksi. Media non proyeksi adalah media yang sering digunakan
untuk proses pembelajaran yang konsepnya baik dua dimensi atau tiga dimensi saat
penyampaiannya tidak membutuhkan bantuan dari proyektor. Sedangkan media
berproyeksi merupakan media pengajaran dengan bentuk berkelompok dan bentuk
penyampaiannya memerlukan alat bantu proyektor untuk lebih jelas saat
mengoperasikannya, sehingga bias dipandang atau dilihat oleh pengguna media.
b. Media Dengar (audio)
Media audio juga berkaitan dengan indera pendengaran. Media audio ini lebih
menjelaskan tentang penyampaian bahasa verbal maupun non verbal. Jadi media audio
dapat menarik dan memotivasi peserta didik untuk mempelajari materi dengan lebih baik.
Media audio ini dapat terbagi dari beberapa macam, misalnya:
1. Media ini berupa program siaran radio yang nantinya dapat disalurkan melalui alat
pemancar yang dapat diterima oleh pengguna media radio untuk didengar dan
diterima informasi yang telah diberikan. Penggunaan radio sebagai alat elektronik
yang digunakan untuk didengar dan memperoleh berita yang bagus dan actual,
tentunya tidak jauh dari beberapa program siaran yang melaporkan beberapa
peristiwa-peristiwa penting. Maka hal itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

16
Pengembangan Media Pembelajaran, “PROBLEMATIKA GURU DALAM PENGEMBANGAN” 8, no. 2 (n.d.):
145–167.
a) program dalam bentuk radio b) program dalam bentuk dialog atau Tanya jawab
dan c) program dalam bentuk drama atau sandiwara.
c. Media Pandang Dengar (audio visual)
Media audio visual ini bentuk media pengajaran bahasa yang sering digunakan oleh
pembelajaran. Karena dengan media ini proses antara indera pendengar dengan indera
pandang saling membantu dalam berinteraksi. Jenis media ini biasanya televisi, VCD,
computer dan laboratorium bahasa. Media audio visual ada banyak jenis dan berbagai
macam bentuknya dari mulai yang paling kecil, sederhana dan murah hingga media yang
paling mahal harganya serta media yang dapat dibuat sendiri hingga diproduksi oleh
pabrik sekaligus. Media ini juga dipasarkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
dari pemanfaatan individual hingga keperluan pembelajaran. Tetapi hal itu tidak sesuai
dengan setiap pemanfaatan dan penggunaanya dalam menunjang kebutuhan sehari-hari.
Beberapa media yang biasa digunakan oleh orang biasa tentu kenyataan tidak tentu biasa
digunakan oleh pendidik. Alternatif dalam penggunaan media bagi pendidik untuk
menunjang kebutuhannya berupa media cetak (buku). Selain itu ada beberapa media
penunjang lainnya seperti gambar, model, dan Overhead Projector (OPH) dan obyek-
obyek nyata. Untuk media pendukungnya seperti kaset audio, video, VCD, slide (film
bingkai), dan komputer.17

2.2 Pembelajaran Model Hybrid Learning


2.2.1 Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan tertentu. Ilmu ini bisa didapat dari tutor atau pamong atau sumber lainnya
yang bisa dicari melalui website internet atau sumber lain dari buku yang langsung dari
penulisnya. Belajar juga memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku manusia
melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

Belajar tentu berbeda dengan pembelajaran, pengertian pembelajaran lebih condong ke


arah proses dimana proses belajar tersebut sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
Dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara warga belajar dengan tutor dalam satu
lingkungan yang bersumberkan melalui media yang telah disediakan atau disiapkan

17
Ibid.
sebelum proses pembelajaran dilakukan. Menurut May & Shor berpendapat bahwa
pembelajaran online seperti kegiatan berkebun.18 Yakni praktik pengajaran sebagai
kegiatan berkebun dimana penempatan, kondisi tanah, penyiraman dan pengendalian hama
gulma di taman dapat memiliki persamaan dalam perbedaan individu siswa, memotivasi
siswa dalam proses, memberikan umpan balik dan menghindari informasi yang berlebih.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pengertian pembelajaran adalah upaya yang
dilakukan tutor atau pamong untuk memudahkan warga belajar memperoleh ilmu
pengetahuan. Disini tutor atau pamong dapat mengatur, merangkai, merencanakan, dan
mengorganisasikan materi pembelajaran untuk menumbuhkan semangat pada belajar
warga belajar sehingga dapat mencapai tujuan dan tingkat pemahaman yang diharapkan.

Menurut Korpershoek (2014) seorang pengajar atau pemberi materi harus memiliki empat
aspek utama yakni (1) mengembangkan kepedulian; (2) mengorganisir dan melaksanakan
instruksi; (3) mendorong keterlibatan siswa dalam tugas akademik; (4) mempromosikan
pengembangan keterampilan sosial dan pengaturan diri siswa.19 Seorang pengajar apabila
memiliki keempat aspek tersebut akan menghasilkan penyederhanaan, proposisi, dan
meningkatkan informasi.

2.2.2 Pengertian Hybrid Learning


Secara etimologi hybrid learning berasal dari bahasa inggris yaitu hybrid
(gabungan/campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang memiliki arti yang sama
dengan hybrid learning adalah blended learning, mixed learning dan melted learning.
Artinya yang mencampur, menggabungkan atau mencocokan model pembelajaran yang
satu dengan yang lain.
Pembelajaran hybrid mengakhiri gagasan awal-akhir konvensional untuk memperoleh
pendidikan, dan sebagai imbalannya, ini memperkenalkan konsep usaha belajar
sepanjang hayat yang dapat diperoleh sepanjang rentang hidup individu seseorang, tetapi
kursus harus melalui sistem pembelajaran (Sammer M Alnajdi, 2014).
Model pembelajaran hybrid learning dapat dipahami sebagai model pembelajaran yang
menggabungkan pengajaran tatap muka dengan pembelajaran berbasis komputer baik
18
Alvin Hwang, “Online and Hybrid Learning,” Journal of Management Education 42, no. 4 (2018): 557–563.
19
Korpershoek. et.al, Effective Classroom Management Strategies and Classroom Management Programs for
Educational Practice (Rijksuniversiteit: Grote Rozenstraat, 2014).
online maupun offline untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tujuan dari
hybrid learning ini yakni untuk menyediakan sarana pembelajaran dengan cara
menyediakan sumber belajar sekaligus memperhatikan karakteristik warga belajar dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran juga dapat mendorong warga belajar untuk
memanfaatkan secara maksimal kondisi tatap muka dengan sebaik mungkin antar tutor
atau pamong dalam mengembangkan ilmunya. Kemudian langkah selanjutnya dapat
melalui proses pembelajaran online atau semi offline.
Menurut (Hubbard, 2013) hybrid learning adalah kombinasi dari pertemuan langsung
konvensional dan integrasi teknologi dalam bentuk e-learning, jadi bahwa
implementasinya harus berbanding lurus dengan strategi yang digunakan oleh dosen dan
mahasiswa. Ada pendapat lain yang mengatakan “e-learning is electronic learning that
use technology and information.“ 20
jadi, dalam pembelajaran ini memanfaatkan peran
teknologi.
Pembelajaran hybrid menekankan kebutuhan tradisional proses pembelajaran dan
pentingnya mendesain ulang model pembelajaran dengan mengintegrasikan itu dengan
teknologi. Jadi pembelajaran hibrida adalah jenis pembelajaran yang memadukan
kekuatan tatap muka langsung di kelas dan kelas online. (Bryan & Volchenkova, 2016)21.
Menurut Ferdig, Cavanaugh & Freidhoff mengatakan bahwa hybrid learning sebagai
pendekatan menggabungkan interaksi tatap muka dengan instruksi yang dimediasi
komputer atau ponsel, dibangun untuk melengkapi menjadikan pembelajaran lebih efisien
dengan mengurangi waktu siswa di sekolah. Hal tersebut juga digabungkan dengan
tingkat fleksibilitas yang tinggi sehingga pembelajar dapat memiliki banyak pilihan
dalam hal waktu dan tempat belajar yang masing-masing memberikan pengalaman
belajar paralel22.
Menurut pendapat Ali Massoud, dkk (2011, hlm.4) hybrid learning merupakan
perpaduan pembelajaran yang konvensional (sinkron) dengan memadukan pembelajaran

20
Tigowati Tigowati, Agus Efendi, and Cucuk Wawan Budiyanto, “The Influence of E-Learning Use to Student
Cognitive Performance and Motivation in Digital Simulation Course,” IJIE (Indonesian Journal of Informatics
Education) 1, no. 1 (2017): 127.
21
Bryan & Volchenkova., “Blended Learning: Definition, Models, Implications for Higher Education,” Bulletin of
the South Ural State University series “Education. Education Sciences” 8, no. 2 (2016): 24–30.
22
Alaa Alkhaleel, “The Advantages of Using Blended Learning in Studying English as a Foreign Language at the
University of Tabuk ARTICLE INFORMATION,” Modern Journal of Language Teaching Methods (MFLTM) 9,
no. 2 (2019): 1–7.
berbasis internet (asynchronous). Sehingga dapat dinyatakan bahwa metode belajar yang
menggabungkan dua atau lebih metode pendekatan dalam pembelajaran untuk mencapai
tujuan dari pembelajaran tersebut.
Selain itu menurut Jusoff and Khodabandelou (2009, hlm.82) menyatakan bukan hanya
mengurangi jarak yang selama ini ada diantara peserta didik dan tutor atau pamong
namun juga meningkatkan interaksi diantara kedua belah pihak. Selain itu, e-learning
mengubah pembelajaran teacher centered menjadi student center. 23
Maka dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli diatas, bahwa hybrid learning
atau juga bisa disebut blended learning merupakan pembelajaran yang memadukan
antara satu atau lebih model atau pendekatan pembelajaran.

2.2.3 Komponen Hybrid Learning


Hybrid learning memuat beberapa komponen pembelajaran yang dikombinasikan menjadi
satu. Komponen tersebut terdiri dari:

2.2.3.1 Pembelajaran online


Pembelajaran online adalah pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan media
teknologi informasi dan komunikasi yang disesuaikan secara sistematis ke seluruh
komponen pembelajaran. Pembelajaran online ini menyediakan berbagai materi
pembelajaran secara lebih fleksibel melalui media elektronik untuk mendukung dan
meningkatkan proses pembelajaran. Beberapa media bantu seperti internet, satelit, tape
audio/video, tv interaktif dan CD-ROM, dan proyektor.
Interaksi pembelajaran melalui e-learning dilakukan dengan memanfaatkan media antar
muka berbasis web yang digunakan selama proses pembelajaran. e-learning digunakan
untuk membantu proses pembelajaran tatap muka ataupun yang tidak tatap muka dalam
hal ini bentuk penyampaiannya dapat berupa pembagian materi pelajaran atau pekerjaan
rumah dan tugas lainnya kepada warga belajar.
Dengan demikian posisis e-learning dalam pembelajaran bukan berarti menggantikan
metode belajar konvensional. Namun, memperkuat model belajar melalui pengayaan
konten dan pengembvangan teknologi pendidikan.

23
Ismail Akbar Brahma, “Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online Dalam Mata Kuliah Sosiologi
Dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN Di STKIP Kusumanegara Jakarta,” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan
Nonformal 6, no. 2 (2020): 97.
2.2.3.2 Pembelajaran tatap muka (face to face)
Pembelajaran tatap muka salah satu bentuk kecil pembelajaran tradisional, yang dimana
dilaksanakan secara synchronous (serentak) dalam satu ruangan untuk belajar.
Pembelajaran model ini memiliki karakteristik yang terencana, berorientasi pada tempat
dan interaksi sosial.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran tatap muka diantaranya: 1)
Metode ceramah, 2) Metode penugasan, 3) Metode tanya jawab, dan 4) Metode
Demonstrasi. Pembelajaran tatap muka bertujuan untuk menyempurnakan serta
mempererat hubungan komunikasi antar tutor atau pamong dengan warga belajar
sehingga memudahkan warga belajar untuk memperdalam hal-hal yang dipelajari dari
materi online dan sebaliknya jika offline dapat memahami sejauh mana kemampuan
memperdalam ilmu pengetahuan warga belajar.
2.2.3.3 Belajar mandiri (Individualized Learning)
Belajar mandiri maksudny adalah pembelajaran dengan gaya atau metode yang
memberikan kebebasan, tanggung jawab dan kemandirian penuh pada warga belajar
dalam melaksanakan dan merancang kegiatan belajarnya sendiri tanpa bantuan atau
campur tangan orang lain. Di sini warga belajar memiliki kebebasan untuk menentukan
rencana studinya dan topic pembelajaran kapan dan bagaimana pembelajaran akan
dilakukan. Dalam pembelajaran mandiri, peran tutor atau pamong adalah memfasilitasi
atau merancang proses pembelajaran untuk mengatasi tingkat kesulitan dalam
mengidentifikasi materi pembelajaran.

2.2.4 Tujuan Hybrid Learning


Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran model hybrid learning bertujuan untuk
memperoleh pembelajaran terbaik dengan menggabungkan berbagai komponen dimana,
metode yang dilaksanakan dapat memberikan materi secara online tanpa terbatas oleh
ruang dan waktu sehingga tujuan dapat tercapai secara maksimal. Tujuan dari Hybrid
Learning menurut Husamah adalah sebagai berikut:

1) Mendukung pengembangan warga belajar dalam proses pembelajaran untuk lebih


memenuhi gaya belajar dan preferensi belajar mereka.
2) Memberikan kesempatan nyata dan praktis bagi tutor atau pamong dan warga
belajar untuk belajar mandiri, terarah dan berkelanjutan.
3) Peningkatan jam yang fleksibel bagi warga belajar, dengan menggabungkan aspek
pembelajaran tatap muka dan online. Kelas tatap muka memungkinkan warga
belajar untuk terlibat dalam interaksi sosial, sementara kelas online
memungkinkan warga belajar untuk dengan mudah mengakses konten dari situs
web kapan saja, di mana saja selama mereka memiliki akses internet.

2.2.5 Manfaat Hybrid Learning


Hybrid learning merupakan salah satu model pembelajaran masa kini yang menawarkan
peluang besar untuk mengubah model pembelajaran yang sebelumnya berpusat pada tutor
atau pamong menjadi model pembelajaran baru yang berpusat kepada warga belajarnya.
Manfaat hybrid learning meliputi peningkatan interaksi antara warga belajar lainnya,
interaksi antara warga belajar dengan tutor atau pamong, dan warga belajar dengan sumber
belajar, pelatihan dan kesempatan untuk metode yang berbeda, sumber belajar dan
lingkungan belajar yang sesuai. Selain itu, Metode ini berperan sebagai “....cast as
transformative, it enables the rethinking an restructuring of pedagogic.”24 Yang
maksudnya transformasi untuk memperbarui dan merestruksi pedagogik.

Ronsen, David dan Stewart, Carmine (2015) menyebutkan ada beberapa kemungkinan
manfaat dari pembelajaran hybrid learning diantaranya:

1) Hybrid learning lebih efektif daripada pembelajaran tatap muka atau


pembelajaran online.
2) Hybrid learning dapat meningkatkan hasil belajar.
3) Hybrid learning dapat memungkinkan warga belajar untuk memperpanjang waktu
belajarnya sehingga dapat mencapai tujuan belajarnya.
4) Hybrid learning dapat memungkinkan warga belajar untuk memperoleh
keterampilan belajar online.
5) Hybrid learning dapat digunakan untuk menutupi pembelajaran yang tidak dapat
dilakukan secara tatap langsung.

24
Karen Smith and John Hill, “Defining the Nature of Blended Learning through Its Depiction in Current Research,”
Higher Education Research and Development 38, no. 2 (2019): 383–397.
6) Hybrid learning juga dapat membuat tugas menjadi lebih menyenangkan dan
fleksibel.

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Hybrid Learning


Pembelajaran model hybrid learning digunakan sebagai alternatif tutor atau pamong dalam
mensukseskan pembelajaran. Dibandingkan dengan model pembelajaran tatap muka atau
dengan e-learning secara online maupun offline. Hybrid learning memiliki banyak
keunggulan dan efektif dibanding pembelajaran model lainnya.

Adapun kelebihan pembelajaran model hybrid learning diantaranya:

1. Meningkatkan kemandirian warga belajar dalam proses pembelajaran dengan


memanfaatkan materi-materi yang dapat diakses secara online.
2. Pembelajaran tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
3. Dilengkapi banyak pilihan sebagai tambahan pembelajaran di kelas, dan
meningkatkan apa yang dipelajari serta kesempatan untuk mengakses secara
mandiri.
4. Penyajian data lebih cepat disampaikan dengan menggunakan e-learning.
5. Biaya yang lebih hemat bagi instansi maupun warga belajar.

Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran model hybrid learning juga memiliki


beberapa kelemahan diantaranya:

1. Membutuhkan media yang sangat beragam dan sarana prasarana yang


mendukung.
2. Kurang meratanya fasilitas yang dimiliki warga belajar.
3. Kurangnya sumber daya pembelajaran dan penggunaan teknologi.

Selain itu, Cavanaugh Giapponi dan Golden (2016) berpendapat dalam penelitiannya bahwa
terdapat masalah tentang prevalensi teknologi dalam kehidupan siswa dan efek mendalam pada
membaca dan berpikir kritis.25 Seperti sekarang fenomena siswa terbiasa yang membaca hanya

25
J. Michael Cavanaugh, Catherine C. Giapponi, and Timothy D. Golden, “Digital Technology and Student
Cognitive Development: The Neuroscience of the University Classroom,” Journal of Management Education 40,
no. 4 (2016): 374–397.
sekilas melalui media digital, sehingga pendidik dapat membantu untuk berpikir lebih dalam
dalam pembelajaran.

2.2.7 Teori yang yang mendasari Hybrid learning


Pembelajaran model hybrid learning didasarkan pada teori pembelajaran sebagai berikut:

2.2.7.1 Teori pembelajaran Kognitif


Menurut Schunk & Usher mengatakan bahwa teori kognitif sosial merupakan perspektif
psikologis tentang fungsi manusia yang berperan penting di lingkungan sosial pada
motivasi belajar dan diri regulasi.26 Pembelajaran kognitif memandang belajar sebagai
aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori ini menekankan
gagasan bahwa suatu situasi saling berhubungan pada proses internal dalam berpikir
secara keseluruhan. Oleh karena itu, struktur kognitif harus selalu diubah dan diadaptasi
sesuai dengan tuntutan lingkungan dan organisme yang berubah.
Dimana ditekankan pada cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan disimpan dalam
pikirannya secara efektif. Berdasarkan teori ini bahwa keyakinan peserta didik membuat
tujuan kemajuan dapat membangun self-efficacy27.
2.2.7.2 Teori pembelajaran Konstruktivisme
Teori konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan kegiatan dan
membangun dari sesuatu yang telah dipelajari. Shymansky mengatakan bahwa teori
belajar konstruktivisme merupakan aktivitas yang aktif, peserta didik dapat melatih
kemandiriannya dalam segi pengetahuan, mencari tahu apa yang dipelajari, dan
menyelesaikan kerangka berpikirnya sendiri. Hal penting dalam teori konstruksi adalah
(1) Mengutamakan pembelajaran nyata dalam konteks kenyataan; (2) mengutamakan
proses; (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial; dan (4)
pembelajaran dilakukan dalam rangka mengkonstruksi pengalaman.28

26
D.H Schunk and E. L Usher, Social Cognitive Theory and Motivation. In R. M. Ryan (Ed.), The Oxford Handbook
of Human Motivation (New York: Oxford University Press, 2019).
27
E. A. Locke, Long-Range Thinking and Goal-Directed Action. In G. Oettingen, A. T Sevincer, & P. M. Gollwitzer
(Eds.), The Psychology of Thinking about the Future (New York: Guilford Publications, 2018).
28
A Suhendi and Purwarno, “Constructivist Learning Theory: The Contribution to Foreign Language Learning and
Teaching,” KnE Social Sciences 3, no. 4 (2018): 87.
Lima kunci “Hybrid Learning” Terdapat lima kunci utama dalam penerapan proses
pembelajaran hybrid learning. Dalam penerapannya, hybrid learning menekankan
penerapan teori pembelajaran Keller, Gagne, Bloom, Merrill, Clark dan Grey. 

1. Live event, diartikan sebagai pembelajaran langsung atau tatap muka yang
dilakukan secara sinkron dalam waktu dan tempat yang sama. Bisa juga waktu
yang sama dengan tempat berbeda.
2. Self-paced learning, berarti mengkombinasikannya dengan pembelajaran mandiri
yang memungkinkan peserta didik belajar kapan saja dan dimana saja secara
daring. 
3. Collaboration, yaitu kolaborasi antara pendidik dan peserta didik, juga kolaborasi
antar sesama peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. 
4. Assessment, artinya guru harus mampu meracik kombinasi jenis assessment
daring atau luring. Bentuknya bisa berupa tes maupun non tes seperti proyek
kelas. 
5. Performance support materials, yaitu untuk memastikan bahan belajar disiapkan
dalam bentuk digital. Tujuannya agar bahan belajar tersebut dapat dengan mudah
diakses oleh peserta didik, baik secara daring maupun luring.

2.2.8 Proses perencanaan hybrid learning

Pembelajaran model hybrid learning dibutuhkan pada saat :

a. Memerlukan proses percepatan pengajaran


b. Pembelajaran membutuhkan tambahan waktu dengan memanfaatkan media
teknologi.
c. Peserta didik dan pendidik sama-sama diposisikan sebagai pihak yang belajar.
d. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran antara pendidik dan peserta didik.

Agar mendapatkan kualitas pengalaman belajar yang baik dengan hybrid learning,
dibutuhkan pendekatan sistematis terkait persiapan, pengorganisasian dan pemanfaatan
sumber belajar yang digunakan. Selain itu, juga kunci keberhasilan metode pembelajaran
adalah “... a key factor in evaluating the effectiveness of any learning program.”29 Hal
tersebut mengatakan bahwa kepuasan siswa kunci utama dalam mengevaluasi efektivitas
program pembelajaran apapun.

Soekartawi dalam (Husamah, 2014) secara khusus menyebutkan ada beberapa tahapan
dalam merancang dan melaksanakan hybrid learning supaya hasilnya maksimal
diantaranya:

1. Menetapkan macam dan materi bahan ajar sesuai dengan syarat Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ). Perancangan bahan ajar sebaiknya dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
a. Bahan ajar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh warga belajar.
b. Bahan ajar yang dapat dipelajari melalui interaksi tatap muka.
c. Bahan ajar yang dapat dipelajari secara online atau berbasis web
2. Menetapkan rancangan hybrid learning yang dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan pembelajaran
hybrid learning berkaitan dengan:
a. Aspek pendukung yang dibutuhkan
b. Bagaimana cara mengaksesnya
c. Penyajian bahan ajarnya
d. Pembagian kategori bahan ajar menjadi komponen wajib dan pilihan
3. Menetapkan format pembelajaran online seperti HTML atau PDF, video, dan
memakai akses hosting yang dipakai misalnya Yahoo, google, MSN atau
lainnya.
4. Melakukan uji coba terhadap rancangan yang dibuat. Uji coba rancangan bisa
dilakukan dengan menggunakan “pre test” sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran.
5. Memberikan pelayanan yang maksimal dalam menyelenggarakan
pembelajaran hybrid learning dan menyiapkan jawaban yang berkualitas

29
Elham Alsadoon, “The Impact of Social Presence on Learners’ Satisfaction in Mobile Learning,” Turkish Online
Journal of Educational Technology 17, no. 1 (2018): 226–233.
untuk pertanyan-pertanyaan yang mungkin disampaikan oleh warga belajar
terkait teknis pelaksanaan pembelajaran hybrid.
6. Menyiapkan bentuk evaluasi pelaksanaan hybrid learning, antara lain :
a. Ease to navigate
Dimana warga belajar diminta mengakses semua informasi yang
disediakan dalam pembelajaran. Dengan indikator, semakin mudah
mengakses semakin baik.
b. Content/substance
Dilihat kualitas materi dan model pengajaran yang digunakan. Dengan
indikator, semakin baik kualitas materi dan model yang digunakan maka
semakin mendekati tujuan pembelajaran.
7. Layout/format/appearance
Media pembelajaran yang disajikan secara profesional (buku, modul,panduan
belajar atau informasi lainnya). Dengan indikator semakian, bagus tampilan
bahan ajar maka semakin berkualitas.
8. Interest
Isi paket pembelajaran disajikan dengan semenarik mungkin untuk minat
warga belajar dalam belajar. Dengan indikator semakin baik, rencana
pembelajaran yang diajukan dapat membuat warga belajar terus tertarik untuk
belajar.
9. Applicability
Sejauh mana tahap pembelajaran yang dikuasai dan dapat diimplementasikan
dengan mudah oleh warga belajar. Dengan indikator semakin mudah diakses
maka semakin baik.
10. Cost-effectiveness/Value
Biaya yang dikeluarkan dalam mengikuti kursus tersebut.

2.2.9 Kriteria Pembelajaran Hybrid Learning

Penerapan model pembelajaran hybrid learning sangat dipengaruhi oleh kondisi


lingkungan sekolah serta kesiapan teknologi yang tersedia. Namun secara prinsip
pembelajaran dengan sistem daring akan tetap dilaksanakan oleh pihak sekolah dengan
mengkombinasikan pertemuan tatap muka. Selain itu, durasi waktu untuk pelaksanaan
tatap muka juga tergantung dari kebijakan yang diambil oleh pengelola di SKB tersebut.
Maka untuk mencapai target pembelajaran dapat ada beberapa kriteria pembelajaran hybrid
untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yakni:

2.2.9.1 Merumuskan capaian pembelajaran


Seperti yang diketahui capaian pembelajaran (CP) terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu
tingkatan perguruan tinggi, program studi dan mata kuliah. Hal ini merupakan suatu
capaian pembelajaran peserta didik yang mereka dapat selesaikan secara baik. Tetapi
tidak bagi warga belajar di SKB Rembang karena program kesetaraan berbeda
tingkatannya dengan pendidikan di formal, maka program kesetaraan pun juga ikut
merumuskan capaian pembelajarannya dengan kondisi dan keadaan sekitarnya. Cara
menentukan capaian pembelajaran yang baik dan tepat yakni: 1) Memilih dan
menentukan serta mengorganisasikan materi 2) Menentukan strategi pembelajaran 3)
Mengevaluasi hasil belajarnya 4) Memonitor keberhasilan suatu proses pembelajaran.
2.2.9.2 Memetakan dan mengorganisasikan materi pemebelajaran
Pemetaan dan pengorganisasian materi pembelajaran suatu upaya dalam menentukan
materi pembelajaran yang terbagi dalam beberapa kelompok serta pokok-pokok materi
yang sesuai dengan rencana yang ditentukan. Materi pembelajaran diharapkan dapat
mengeksplorasi perspektif ‘globalisasi’ dimana peserta didik dalam pembelajaran online
dimana saja dapat datang ke kelas online dengan lingkungan budaya dan harapan yang
berbeda secara inheren. Adanya permasalahan tersebut, Ramanau berpendapat
memberikan saran bahwa desain hybrid learning perlu mengembangkan pendekatan
“glokal” yang mempertimbangkan kebutuhan lokal serta perspektif global yang berbeda
dalam konten kursus.30
2.2.9.3 Memilih dan menentukan aktivitas pembelajaran yang sinkron
Dalam menentukan strategi pembelajaran dapat ditentukan menurut pembelajaran
asinkron dan sinkron sehingga kriteria pembelajaran menjadi relevan untuk kedapannya.
2.2.9.4 Merancang pembelajaran

30
Ruslan Ramanau, “Internationalization at a Distance: A Study of the Online Management Curriculum,” Journal of
Management Education 40, no. 5 (2016): 545–575.
Untuk merancang aktivitas pembelajaran dapat diindentifikasi dalam bahasan yang akan
dicapai melalui pembelajaran asinkron dan sinkron.
Merancang aktivitas pembelajaran asinkron, terdiri dari dua langkah yaitu:
a. Menyusun rancangan pembelajaran asinkron sebagai garis besar
rancangan
b. Merangkai alur pembelajaran asinkron sebagai alur pembelajaran yang
lebih rinci untuk pokok materi dan objek belajar.

Sama halnya dengan aktivitas pembelajaran sinkron sebagai alur pembelajaran terdiri juga dari
dua langkah, yaitu:

a. Menyusun rancangan pembelajaran sinkron sebagai garis besar


rancangan
b. Merangkai alur pembelajaran sinkron, sebagai alur pembelajaran dari
setiap pokok materi dan objek belajar.

2.3 Hasil Belajar


2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah
menerima pengalaman belajar. Menurut Nana Sudjana (2005: 20) hakikat hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

Menurut Nana Sudjana (2005: 38) hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar peserta
didik. Faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor yang
datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor
kemampuan yang dimiliki peserta didik, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketentuan, sosial ekonomi dan faktor sosial
ekonomi.
Menurut Ahmadi dalam Darnita dkk, hasil belajar adalah kegiatan yang telah dicapai
sesuai kemampuan yang dapat dilihat melalui perubahan sikap situasi dan kondisi
lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran tersebut.

Menurut Gagne dan Berliner, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
muncul karena pengalaman. “Belajar juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya akibat pengalaman yang telah dialami”.

Kemudian menurut Winkel, Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif konstan dan berbekas.

Menurut Degeng, menyatakan bahwa “Belajar merupakan terkait pengetahuan baru pada
struktur kognitif yang sudah dimiliki si pelajar. Maksudnya peserta didik dalam proses
belajar akan menghubungkan pengetahuan barunya.

Maka dari itu dapat disimpulkan dari beberapa pendapat ahli hasil belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku yang dihasilkan karena sebuah pengalaman yang telah dialami oleh
peserta didik sehingga menghasilkan perubahan di mana perubahan itu bersifat konstan.

2.3.2 Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang dapat dicapai setelah seseorang
belajar. Menurut Tafsir (2008), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang
dimana target tersebut merupakan sebagai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut M.
Gagne ada 5 macam bentuk hasil belajar:

a. Keterampilan Intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari


sistem lingkungan)
b. Strategi Kognitif (mengatur cara belajar seseorang dalam arti seluas-
luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah)
c. Informasi Verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta (kemampuan
ini dikenal dan tidak jarang)
d. Keterampilan Motorik yang diperoleh di lingkungan sekolah, antara lain
keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.
e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan intensitas emosional yang dimiliki
oleh seseorang sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang, barang dan kejadian.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Didalam proses belajar mengajar ada beberapa sejumlah faktor yang dimana merupakan
masukan dari instrumen atau rancangan yang dibuat unruk tercapainya keluaran yang
dikehendaki. Faktor yang mempengaruhi disiplin belajar antara lain faktor keadaan fisik,
keadaan psikis, kebiasaan keluarga, penerapan tata tertib sekolah dan kondisi lingkungan
masyarakat.31 Adapun menurut M. Dalyono (2009 : 55) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu :

2.3.3.1 Faktor Internal, yang beraala dari dalam diri meliputi :


1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar.
Seseorang dikatakan tidak sehat karena tidak punya gairah untuk belajar demikian pula
jika kesehatan rohani kurang baik dapat mengganggu atau mengurangi semangat dari
dalam diri peserta didik. Dengan adanya semangat dari dalam diri peserta didik membuat
pikiran lebih berusaha untuk meningkatkan belajarnya sebaliknya jika usahanya rendah
maka kemampuan berpikir peserta didik ikut berkurang.
2. Intelegensi dan bakat
Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnya cenderung memuaskan hati. Sebaliknya jika seseorang yang intelegensinya
lambat berpikir, maka hasil belajarnya juga ikut menurun atau rendah. Orang yang

31
Siska Yuliantika, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa Kelas X, Xi, Dan Xii Di
Sma Bhakti Yasa Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha 9, no. 1 (2017): 35.
memiliki bakat tentu mudah dan cepat daya serapnya dibandingkan dengan orang tidak
memiliki bakat terhadap proses hasil belajarnya.
3. Minat dan motivasi
Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian
hasil belajar. Minat adalah suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan, perhatian, fous,
ketekunan, usaha, pengetahuan keterampilan, pengatur perilaku, dan hasil interaksi
seseorang atau individu dengan konten atau kegiatan tertentu.32
Minat belajar yang tinggi mempengaruhi daya berpikir untuk memperoleh usaha hasil
belajar yang maksimal, sebaliknya jika minat belajar kurang maka akan memperoleh
hasil belajar yang rendah. Minat dan motivasi ini juga dipengaruhi oleh cara tutor
menyikapinya atau menanganinya lewat materi atau metode pembelajaran yang
diterapkan oleh peserta didik dilingkungan kelas.
4. Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Cara belajar atau
gaya belajar yang diterapkan oleh tutor atau pamong yang sebagai titik atau acuan dalam
melaksanakan proses pembelajaran tentu berbeda-beda sehingga untuk menyerap atau
menguasai materi pembelajaran pun dari tutor ke peserta didik sangat terbatas karena
adanya gerak motorik dari diri setiap peserta didik yang menerimanya.

2.3.3.2 Faktor Eksternal, yang berasal dari luar, meliputi :


1. Keluarga
Keluarga juga pengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam menuntut belajar.
Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang
perhatian dan bimbingan orang tua merupakan hubungan atau situasi yang dapat
berpengaruh terhadap psikis dari diri peserta didik yang dimana mereka membutuhkan
kehadiran atau dukungan dari dalam dirinya untuk mencapai tujuan belajarnya.
2. Sekolah
Tempat dimana peserta didik dapat mencapai keberhasilan diri mereka untuk mencapai
prestasi yang dituju. Keberhasilan ini tentunya, ada dari dukungan lingkungan dengan

32
Siti Nurhasanah and A. Sobandi, “Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran 1, no. 1 (2016): 128.
memfasilitasi beberapa keadaan ruangan, jumlah peserta didik per kelas, pelaksanaan tata
tertib sekolah, keadaan ruangan, dan sebagainya.
3. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar peserta didik. Orang-orang disekitar
akan mendorong peserta didik lebih giat lagi dalam belajar, tetapi jika disekitar tempat
tinggal peserta didik banyak pergaulan yang bebas atau nakal, pengangguran, tidak
bersekolah maka akan mengurangi semangat belajar dan motivasi juga ikut berkurang.

2.3.4 Prinsip-prinsip Hasil Belajar

Pertumbuhan orang dewasa dimulai dari masa pertengahan remaja (adolescence) sampai
beranjak dewasa, di mana setiap individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh
ke arah menggerakan diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain
memandang dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang memiliki identitasnya sendiri. Hal
tersebut membuat orang dewasa tidak ingin dipandang sebagai seorang anak-anak
melainkan dia mengharapkan pengakuan identitas dirinya kepada orang lain agar tidak
terjadi penolakan dan ketidaksenjangan terhadap dirinya. Tidak seperti ank-anak yang
beberapa tingkatan masih menjadi objek pengawasan, pengendalian orang lain yaitu
pengawasan dan pengendalian orang dewasa yang berada di sekelilingnya.

Pada kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi objek sosialisasi
yang di mana terbentuk dan dipengaruhi dalam menyesuaikan dirinya untuk keinginan
memegang jabatan di atas dirinya sendiri. Prinsip-prinsip belajar menurut Makmur
Khairani (2014, hlm.11) menyatakan bahwa:

2.3.4.1 Informasi factual


Suatu bentuk informasi yang mengenai materi pembelajaran yang akan dapat diperoleh
dengan cara dikomunikasikan kepada tutor atau pamong, dipelajari lebih mendalam, dana
dapat juga dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dipelajari atau dikuasai.
2.3.4.2 Kemahiran intelektual
Seorang tutor atau pamong harus memiliki berbagai cara dalam menyampaikan sesuatu,
dan kemampuan dalam mengartikan atau memahami simbol-simbol, bahasa, dan yang
lainnya.
2.3.4.3 Strategi
Tutor atau pamog juga harus menguasai teknik yang akan digunakan dalam pembelajaran
dan diterapkan di dalam proses pembelajaran.

2.3.5 Unsur-unsur Belajar

Menurut Cronbach ada beberapa unsur utama dalam proses belajar, yaitu: 1) Tujuan, 2)
Kesiapan, 3) Situasi, 4) Interpretasi, 5) Respons, 6) Konsekuensi, dan 7) Reaksi terhadap
kegagalan. Dari beberapa unsur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan belajar
muncul karena untuk memenuhi kebutuhan.
2) Kesiapan. Dapat dilakukan dengan baik anak atau individu dalam memenuhi
kesiapan, baik fisik atau psikis yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu
dan penguasaan pengetahuannya secara cakap dan mendasar.
3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi yang terlibat di tempat,
lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, serta orang-orang yang terlibat
dalam kegiatan belajar. Kelancaran dan hasil belajar banyak dipengaruhi oleh
unsur situasi.
4) Interpretasi. Dihadapkan dalam sebuah situasi, individu mengadakan interpretasi,
yaitu melihat beberapa hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar
yang dapat menghubungkan dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
Berdasarkan hal tersebut mungkin individu dapat menyimpulkan atau tidak dapat
mencapai tujuan.
5) Respon. Dari hasil interpretasi dapat dilihat individu mungkin atau tidak mungkin
mencapai tujuan yang diharapkan, maka oa memberikan respon. Respon yang
berupa suatu usaha coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh
perhitungan dan perencanaan dalam mencapai tujuan tersebut.
6) Konsekuensi. Dalam setiap usaha akan membuahkan hasil, konsekuensi dialami
apakah membawa keberhasilan atau kegagalan. Demikian juga dengan respon
atau usaha belajar yang dilakukan seorang peserta didik, apabila peserta didik
berhasil dalam belajarnya maka ia merasa senang dan puas terhadap usaha yang
diperolehnya.
7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan yang diperoleh oleh peserta didik
juga terdapat kegagalan. Timbulnya perasaan kecewa atau sedih yang dialami
peserta didik juga akan ikut menurunkan atau memperkecil usaha belajarnya.
Maka kegagalan tersebut dapat menjadi motivasi dalam sebuah usahanya untuk
menutupi kegagalan tersebut.

2.3.6 Kajian tentang Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengeetian, sikap-


sikap, apresiasi dan keterampilan. Maksudnya adalah bahwa hasil belajar merupakan
perubahan dari berbagai aspek kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam teori
belajar kognitif, seseorang hanya dapat dikatakan belajar apabila telah memahami
keseluruhan persoalan secara mendalam (insightful). Menurut Gagne, hasil belajar adalah
terbentuknya konsep.

Menurut Purwanto menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
diperoleh seseorang akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat
berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Adapun Maisaroh
Dan Rostrieningsih berpendapat bahwa hasil belajar adalah salah satu indikator yang bisa
digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar.33 Jadi, hasil belajar merupakan tolak ukur
yang digunakan untuk melihat keterampilan dari proses pembelajaran. Dengan hasil belajar
maka akan diketahui tingkat peserta didik selama proses pembelajaran.

33
- Maisaroh and - Rostrieningsih, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran
Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor,”
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan 7, no. 2 (2012): 157–172.
2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Hybrid
Setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran adanya faktor yang mempengaruhi dalam setiap
kegiatan dari segi pendukung maupun penghambatnya. Hal ini, banyak dipengaruhi oleh
faktor baik internal maupun faktor eksternal yang dating dari luar diri peserta didik. Hal ini
bisa dikatakan dengan wajar, karena subyek dari pendidikan ini merupakan manusia yang
pada dasarnya memiliki perbedaan dari sikap, perilaku, serta kemampuan berpikir yang
berbeda-beda.

Tidak jauh berbeda dengan halnya model pembelajaran Hybrid Learning yang ada di SKB
Rembang ini banyak faktor pendukung dan penghambat dalam penerapannya. Adapun
beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan model pemebelajaran
Hybrid Learning di SKB Rembang ini antara lain :

2.4.1 Faktor Pendukung


1) Motivasi Belajar Peserta Didik
Motivasi tidak hanya dapat mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar,
tetapi juga menentukan beberapa aktivitas dari peserta didik untuk mendapatkan
informasi yang mereka hadapi (Rifai & Anni, 2018:147). Motivasi juga pendorong dalam
usaha pencapaian prestasi belajar. Dengan adanya motivasi maka, peserta didik akan
yakin dengan diri mereka bahwa pentingnya belajar membuat mereka sadar untuk
mencapai atau mendapatkan prestasi yang baik.
Sama halnya di SKB Rembang para peserta didik juga mengartikan hal tersebut,
meskipun banyak kendala dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran. Motivasi
belajar terlihat dari peserta didik saat mengerjakan soal-soal dan tugas yang diberikan
oleh tutor atau pendidik baik secara online maupun offline di SKB.
2) Tutor atau Pendidik
Tutor atau pendidik menjadi faktor yang sangat mendukung dalam pembelajaran hybrid
learning untuk menumbuhkan hasil belajar peserta didik di SKB, karena semua tutor atau
pendidik yang terlibat mampu menyusun perencanaan pembelajaran dengan format yang
telah disepakati bersama. Utamanya di masa pandemi ini, peran tutor atau pendidik
sangat penting dan utama dalam menumbuhkan rasa kesadaran peserta didik dalam
menunjang pendidikan dan pengajaran yang harus dijalani secara terbiasa.
Selain melibatkan kinerja tutor atau pendidik dan staff lainnya dalam mengatasi proses
pembelajaran ini, tak lupa pihak SKB juga menghimbau agar anggota keluarga dari
peserta didik juga berpartisipasi untuk mendukung kegiatan belajar selain di SKB juga
pelaksanaan pembelajaran jarak jauh atau daring di rumah, agar senantiasa menjaga
kesehatan tubuh dari masa pandemi.
3) Kemajuan Teknologi (IPTEK)
Media pembelajaran atau alat yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran
hybrid learning juga mempengaruhi setiap aktivitas belajar. Tak hanya dibidang
informasi dan komunikasi, era globalisasi juga mencakup kemajuan teknologi diberbagai
sektor. Masa pandemi sebagai contoh bagaimana kita dihadapkan dengan teknologi yang
menunjang untuk mendukung proses pembelajaran daring, dimana pembelajaran online
atau daring dianggap sulit untuk dipelajari atau diterapkan. Masa pandemi ini juga
mengajarkan bagaimana kita dituntut untuk dapat mahir menggunakan teknologi atau
sejenis social media dengan baik dan benar untuk menunjang sarana prasarana yang telah
tersedia dibuat.

2.4.2 Faktor Penghambat


1) Kurangnya Motivasi Belajar
Dalam pembelajaran online atau daring ini pembelajaran berpusat pada peserta didik
sangatlah berperan penting. Maka karena itu, peran tutor atau pendidik tentu terkendala
karena tidak bisa mengontrol peserta didik secara maksimal ketika pembelajaran pada
saat pandemi. Tentunya ini mengharuskan peserta didik untuk belajar secara mandiri
pada jarak jauh atau di rumah. Demikian pembelajaran hybrid learning di SKB walau
tutor atau pendidik sudah menjelaskan tetapi semua hal tersebut dikembalikan lagi pada
individu peserta didiknya yang pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2) Lingkungan yang Kurang Mendukung
Kegiatan pembelajaran hybrid learning juga membutuhkan dukungan penting dari
lingkungan sekitar, baik dari sekolahan dan di rumah. Selain itu peran tutor atau pendidik
sebagai yang memberikan ilmu pengetahuan terhadap peserta didik, sarana prasarana
juga ikut serta berperan penting dalam menjaga kenyamanan seluruh penghuni di SKB.
Adanya peraturan protokol kesehatan juga memberikan dampak yang positif dalam
mencegah penularan covid.
3) Spesifikasi Handphone
Kendala spesifikasi handphone yang terdapat di penyimpanan pengguna setiap individu
peserta didik tentu menjadi hal yang utama dalam melaksanakan pembelajaran hybrid
learning. Memori internal dari handphone para peserta didik terkendala penuh karena ada
beberapa aplikasi yang ukurannya terlalu besar sehingga menyebabkan kapasitas RAM
yang penuh.

1.7 Kerangka Berpikir

Pembelajaran adalah suatu kegiatan agar proses belajar seseorang yang berkaitan dengan
usaha sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut di
dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen penting yakni, tutor atau pamong,
media belajar, metode belajar, kurikulum/standar kompetensi dan lingkungan belajar,
dimana ini akan mempengaruhi cara tutor atau pamong dalam menyampaikan materi
pelajaran dengan metode yang cocok. Hasil belajar juga sebuah patokan yang harus dicapai
oleh peserta didik atau warga belajar dalam belajar. Sehingga tutor atau pamong berupaya
agar peserta didik atau warga belajar dapat mencapai patokan yang telah ditentukan. Secara
umum kerangka berpikir dalam penelitian ini diilustrasikan sebagai berikut:

Kondisi awal Tutor atau pamong : Peserta didik atau warga


Menggunakan model belajar :
pembelajaran Hasil belajar
konvensional

Tutor atau pamong :


Tindakan Menggunakan metode
learning

Pengaruh pada hasil


Kondisi akhir belajar warga belajar
menggunakan metode
hybrid learning

Penggunaan Media
pembelajaran

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pada penelitian ini sifat data
yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data kualitatif. Pendekatan kualitatif ini
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang dihasilkan dari hasil
pengamatan dan wawancara secara langsung dalam proses pelaksanaanya. Menurut
Moleong (2011), penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dengan bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan pemanfaatan berbagai metode ilmiah. Menurut Bungin (2007:68) penelitian sosial
yang menerapkan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas
berbagai kondisi, situasi, maupun berbagai fenomena realitas sosial di masyarakat yang
menjadi objek penelitian, dan berupaya untuk menarik realitas tersebut ke permukaan
sebagai suatu ciri, karakter, model, sifat, tanda, atau gambaran tentang situasi, kondisi, serta
fenomena tertentu

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dimana penulis berusaha menguraikan


hasil penelitiannya dengan mendeskripsikan serta menggambarkan hasil penelitian. Bisa
disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara melakukan observasi dan
hasilnya akan diuraikan dalam bentuk tulisan yang mendeskripsikan hasil observasi tersebut.
Oleh sebab itu, penelitian kualitatif ini diarahkan pada latar dan karakteristik individu
tersebut secara menyeluruh, sehingga individu atau organisasi dipandang sebagai bagian dari
sebuah kebutuhan, dan bukan dikategorikan ke dalam variabel atau hipotesis. Maka hasil
penelitian akan ditekankan serta diarahkan pada upaya memberi gambaran subjektif dan
sedetail mungkin tentang keadaan yang sebenarnya dari objek penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Melaksanakan kegiatan penelitian memerlukan sebuah tempat atau wadah agar memiliki
hasil yang diharapkan, sehingga lebih terarah dalam mengumpulkan data dapat dilakukan
dengan fokus. Pada pemilihan lokasi ini, peneliti berharap dapat menemukan hal yang
berkaitan dengan implementasi media pembelajaran kartu huruf, serta penelitian ini mampu
dijadikan sumber informasi penelitian selanjutnya. Penelitian ini dilakukan di Sanggar
Kegiatan Belajar Rembang yang beralamat Jl. Slamet Riyadi Gang Merbabu, Sumberejo
Kec. Rembang Kab. Rembang Prov. Jawa Tengah. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada
bulan Mei 2022 sampai dengan selesai. Dan dilakukan secara terstruktur dengan
melaksanakan observasi secara langsung ke lapangan, untuk mendapatkan data dan
informasi.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian merupakan sebuah bagian penelitian yang sangat penting dalam
melakukan penelitian, dimana seorang peneliti memperoleh suatu data dengan melakukan
proses wawancara terhadap subjek tersebut. subjek penelitian berupa individu, kelompok,
ataupun benda yang dijadikan sebagai sumber untuk memperoleh sebuah data ataupun yang
akan digunakan untuk kepentingan penelitian adapun subjek dalam penelitian ini meliputi:

1. Ketua Pengelola Program Pendidikan Kesetaraan


2. Tutor atau pamong
3. Warga Belajar

3.4 Sumber Data


Penelitian ini terbatas terhadap usaha mengungkap suatu masalah atau keadaan
sebagaimana mestinya, sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta, kejadian atau
situasi, serta hasil penelitian ditekankan dengan memberikan gambaran atau penjelasan
secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti. Sumber data yang
dihasilkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tindakan, selain itu jga terdapat
data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Sumber data disini meliputi:

3.4.1 Sumber data primer


Data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari sumber pertama di lokasi
utama, data didapatkan dari sumber atau hal yang berkaitan langsung tanpa melewati
perantara sumber pendukung lainnya.

3.4.2 Sumber data sekunder


Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui sumber kedua,
data tidak didapatkan dari sumber utama secara langsung, melainkan dari sumber
kedua setelah sumber pertama yang berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan.
Juga bisa melalui sumber referensi, buku-buku, maupun jurnal dan artikel yang
berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam memperoleh
informasi atau sumber data sebagai bahan penelitian. Menurut Sugiyono (2017:137)
pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai proses, berbagai sumber, serta berbagai
cara. Jika dilihat dari prosesnya, data dapat dikumpulkan pada suatu seminar, di rumah
dengan berbagai responden, di jalan, dan lainnya. Apabila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sekunder. Selanjutnya jika dilihat dari
cara atau tekniknya, maka pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara, angket,
pengamatan, dan gabungan dari ketiganya.
Dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh data atau informasi yang valid diperlukan
pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui
wawancara, dan observasi, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui
sumber referensi, buku-buku, maupun jurnal dan artikel yang berkaitan dengan penelitian
yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2015) pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dari pengumpulan data pada observasi
berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan
dokumentasi.

Langkah awal yang dilakukan pada proses teknik pengumpulan data yaitu dengan
menyesuaikan pertanyaan atau bahan yang akan digunakan untuk mencari informasi agar
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Setelah itu melakukan survei ke
lapangan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Rembang, guna mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan dengan penelitian yang nantinya digunakan sebagai keperluan
dalam hasil penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
sebagai berikut:

3.5.1 Observasi
Observasi merupakan proses pengumpulan data dengan melakukan survei secara langsung,
dengan melihat keadaan secara langsung dan bagaimana situasi yang akan terjadi di
lapangan, kemudian mengamati keadaan yang ada dilapangan. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan penelitian partisipasi (participant observasi) dalam teknik ini pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. Menurut Bungin
(2007:116) pengumpulan data terhadap objek pengamatan dengan melibatkan diri langsung
hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan dalam
situasi tertentu. Partisipasi dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi tempat penelitian,
tetapi tidak ikut dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2015).

Tujuan dilakukannya observasi yaitu untuk mengamati secara langsung objek yang akan
diamati tanpa terlibat dengan kegiatan yang sedang berlangsung oleh objek penelitian.
Partisipasi yang dilakukan dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh
SKB Rembang dan ikut membantu dalam proses penyelenggaraan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Serta ikut mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan, hal ini dapat diamati
oleh penelitian dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan datanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Observasi peran serta (participant observation), yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari – hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber dan
penelitian.
b. Observasi non partisipan, yaitu peneliti tidak terlibat langsung dengan aktifitas orang
yang sedang diamati. Pada observasi jenis ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independent.

Penelitian ini akan menggunakan observasi non partisipan dan terstruktur. Peneliti akan
mengobservasi proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran baik daring maupun luring
serta pada proses pembuatan media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Observasi
dilakukan pada proses pembelajaran, pamong dan peserta didik yang terlibat dalam
pembelajaran tersebut.

3.5.2 Wawancara
Wawancara atau interview merupakan proses yang dilakukan peneliti dengan cara
tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh
keterangan, data, informasi, atau keterangan tentang suatu hal. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang
dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis karena pertanyaan
yang akan diajukan sudah tersusun. Kemudian bentuk pertanyaan yang digunakan pada
wawancara terstruktur ini adalah wawancara terbuka, menurut Emzir (2011:51)
wawancara terbuka yaitu peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk narasumber
yang tidak dibatasi jawabannya.

Metode wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi atau keterangan secara


lisan dari informan. Wawancara adalah proses dari suatu interaksi dan komunikasi
(Koentjaraningrat, 1997). Dalam penelitian ini, wawancara merupakan bagian yang
sangat penting untuk mendapatkan informasi secara langsung dan valid, untuk itu
wawancara memiliki poin tersendiri dalam proses pengumpulan data. Wawancara
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan berdasarkan
subjek yang akan diteliti. Wawancara akan dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait,
yaitu : Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan guna mendapatkan data dan informasi
yang lebih detail sebagai :

1. Pengelola Program Kesetaraan sebagai Subjek


2. Tutor atau Pamong, sebagai informan mengenai faktor pendukung dan penghambat
dalam penerapan hybrid learning di kelas.
3. Warga belajar/Peserta didik, sebagai objek penelitian yang menjalankan kegiatan
belajar dengan model hybrid learning

Jika dilihat dari pelaksanaannya, wawancara dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti atau
pencari data sudah mengetahui dengan pasti data atau informasi apa yang akan diperoleh.
b. Wawancara tidak terstruktur, wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan
berbagai pedoman wawancara yang telah tersusun secara runtut dan sistematis untuk
mengumpulkan datanya. Maksudnya pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis besar permasalahan yang ingin ditanyakan.
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur untuk memperoleh data. Teknik
tersebut dipilih karena selain memberi arah yang lebih jelas juga menghindari adanya
kekurangan data yang dibutuhkan atau memperoleh data yang tidak diperlukan.

3.5.3 Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan pengumpulan data secara dokumentasi yang dapat
dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumen resmi, dan dokumen budaya populer
yang kadang-kadang dokumen ini digunakan dalam hubungannya dengan atau
mendukung observasi berperan serta dan wawancara (Emzir, 2011:75). Dokumentasi
merupakan langkah dimana penelitian melakukan pembuktian yang berupa gambar,
maupun rekaman pada saat proses wawancara. Peneliti mendapatkan bukti tersebut bisa
secara langsung dengan apa yang terjadi dilapangan, bahkan bisa juga memperoleh bukti
tersebut melalui arsip yang dimiliki oleh informan. Dokumen sangat membantu peneliti
dalang dalam melakukan analisis data, dengan cara melihat gambar atau video, peneliti
dapat menggambarkan realita yang terjadi pada lokasi yang terlihat pada saat gambar atau
video tersebut.

Dalam penelitian ini, terdapat banyak dokumen yang dibutuhkan dalam proses
dokumentasi, gambar situasi warga belajar atau peserta didik belajar di sekolah dan
dirumah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), rekapan hasil evaluasi
pembelajaran, laporan harian pembelajaran serta dokumen lain yang berkaitan dengan
penerapan model hybrid learning di program pendidikan kesetaraan.

3.6 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2017:244) analisis data yaitu proses mencari dan menyusun data yang
diperoleh melalui wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi secara sistematis, dengan cara
mengelompokkan data ke dalam kategori, menguraikan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis,
menyusun ke dalam pola, memilih bagian penting dan yang akan dipelajari, serta membuat
kesimpulan sehingga mampu memudahkan diri sendiri dan orang lain untuk memahaminya.
Dapat dilihat dari tujuan analisis, hal yang akan dicapai dalam analisis data kualitatif menurut
Bungin (2007:153).
Tahap terakhir merupakan proses analisis data, data yang sudah terkumpul dan selanjut nya
dibaca ulang untuk memahami informasi yang sudah dihasilkan dari penelitian tersebut. Tohir
(2013) menjelaskan mengenai bagaimana menganalisis pada dasarnya adalah membaca ulang
atas keseluruhan informasi yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, maupun dari forum
diskusi. Tujuan nya agar informasi yang sudah didapatkan bisa dipahami dan diketahui
maknanya, merupakan tujuan utama dari pengumpulan data penelitian kualitatif. Menurut Miles
dan Huberman 1984 (dalam Sugiyono 2017:246) aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilaksanakan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sehingga data sudah jenuh,
yang meliputi sebagai berikut:

a. Pengumpulan data yang merupakan tahap awal dalam menganalisis data yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti melakukan pengumpulan data
mengenai penggunaan media pembelajaran hybrid learning terhadap hasil belajar warga
belajar selama kurang lebih dua bulan terhitung dari bulan Juni 2022 hingga Agustus 2022.
b. Reduksi data yang berarti merangkum dan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal
penting, serta mencari tema dan polanya. Reduksi data dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas dan terperinci tentang hasil penelitian serta memudahkan peneliti untuk
menganalisis data yang sudah diperoleh.
c. Penyajian data dapat berbentuk uraian atau deskripsi yang mampu memudahkan peneliti
dalam memahami fenomena yang terjadi, menarik kesimpulan, dan merencanakan tindakan
selanjutnya sesuai tujuan yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini, penyajian data
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan menggunakan catatan lapangan
peneliti kepada subjek penelitian, serta dokumentasi berupa profil lembaga.
d. Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data.
Kesimpulan awal yang terdahulu masih bersifat sementara dan akan berubah apabila bukti
untuk mendukung tahap pengumpulan data selanjutnya tidak ditemukan. Tetapi jika
kesimpulan awal yang terdahulu didukung oleh bukti yang valid dan konsisten ketika
peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan tersebut dapat
dikatakan sebagai kesimpulan yang dapat dipercaya. Pada penelitian ini, verifikasi data
dilaksanakan dengan wawancara memberikan pertanyaan kepada informan pendukung yaitu
orang tua murid, serta membandingkan hasil penelitian di lapangan dengan dokumen yang
telah tercatat sebelumnya.
3.7 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, perangkat atau alat penelitiannya adalah peneliti itu sendiri
(Sugiyono, 2014: 305). Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203), “Peralatan penelitian
mengumpulkan data untuk memudahkan peneliti bekerja, lebih teliti, lebih lengkap, lebih
sistematis, dan menghasilkan hasil yang lebih baik. Alat atau perlengkapan yang digunakan
untuk penelitian ini adalah terutama alat bantu bagi peneliti dan didukung oleh alat pengumpulan
data: pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman dokumentasi, dan alat tulis lainnya.

Menurut Moleong (2005:169), ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi
responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,mendasarkan diri atas perluasan
pengetahuan, memproses data secepatnya,memanfaatkan kesempatan untuk mengklarisikasi dan
mengikhtisarkan,memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim atau
idiosinkratik.Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengumpulkan data mengenai hal tersebut.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini sangat lengkap dan mendalam peneliti sendiri,
kemudian didukung dengan alat pengumpul data termasuk panduan wawancara, panduan
observasi, panduan dokumen, alat perekam, kamera, dan alat tulis lainnya.

Fokus Indikator Sumber Informasi

Pengelola Pamong Warga belajar

Perencanaan Identifikasi  Identifikasi  Identifikasi  Apakah anda


Masalah kebutuhan yang kebutuhan dilibatkan
dilakukan yang dalam proses
 Persiapan dalam dilakukan perencanaan
Langkah- penyelenggaraan  Langkah –  Sudah
langkah program langkah yang sesuaikah
proses Pendidikan dilakukan program yang
pelaksanaan Kesetaraan dalam proses diberikan
program Langkah-langkah perencanaan dengan
dalam program kebutuhan
merumuskan Pendidikan
tujuan progam Kesetaraan anda
 Langkah-
langkah dalam
merumuskan
tujuan
program
Proses Pelaksanaan  Bagaimana  Materi apa  Kegiatan apa
program pelaksanaan saja yang saja yang anda
program disampaikan lakukan ketika
Sarana
Pendidikan  Bentuk mengikuti
prasarana
Kesetaraan kegiatan apa program
Metode  Kapan waktu saja yang tersebut
Pembelajaran pelaksanaan dilakukan  Materi apa
 Metode dan dalam saja yang anda
Media
media apa pelaksanaan peroleh saat
pembelajaran
yang program pelaksanaan
digunakan Pendidikan program
Kesetaraan Pendidikan
 Metode dan Kesetaraan
media  Bagaimana
pembelajaran bentuk
apa saja yang motivasi yang
digunakan diberikan oleh
pendidik
Output Hasil belajar  Bagaimana  Apakah  Bagaimana
yang dapat keberhasilan program keberhasilan
dicapai hasil belajar Pendidikan yang anda
peserta didik Kesetaraan peroleh
dalam sudah bisa setelah
mengikuti dikatakan mengikuti
program pogram yang kegiatan
Pendidikan berhasil program
Kesetaraan program
Pendidikan
Kesetaraan
Outcame Bentuk  Bentuk  Bentuk  Dampak
keberhasilan keberhasilan keberhasilan keberhasilan
peserta peserta setelah peserta setelah bagi diri
setelah mengikuti mengikuti sendiri setelah
mengikuti pelaksanaan pelaksnaan mengikuti
program program program program
Pendidikan Pendidikan
Kesetaraan Kesetaraan

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

3.7 Keabsahan Data


Keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk memastikan kevalidan data-data
yang telah didapatkan. Keabsahan data diperlukan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang
berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran dari hasil penelitian. Keabsahan daya lebih bersifat
sejalan dengan proses penelitian berlangsung. Untuk memeriksa keabsahan data, penelitian ini
menggunakan triangulasi data. Triangulasi data merupakan cara untuk mendapatkan akurasi data
dan informasi yang akurat dengan cara membandingkan antara hasil wawancara dengan hasil
observasi, dan disertai dokumen-dokumen yang telah didapatkan. Berdasarkan jenisnya,
triangulasi data dibagi menjadi beberapa macam, yaitu triangulasi sumber, triangulasi peneliti,
triangulasi metode dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi sumber dan triangulasi metode.

1. Triangulasi Sumber
Dilakukan untuk kebenaran informasi tertentu menggunakan berbagai metode dan
sumber perolehan data. Triangulasi sumber ini mengumpulkan banyak informasi untuk
memastikan informasi dan data yang didapatkan adalah data yang valid. Salah satunya
yaitu dengan mengecek seluruh hasil dokumentasi, seperti foto, catatan resmi, dokumen
dengan hasil wawancara dan juga observasi yang dilakukan, jika data-data yang
didapatkan sama dan saling berhubungan menunjukan adanya kredibilitas. Dengan
adanya sumber yang berbeda akan membantu peneliti untuk mengetahui kredibilitas atau
tidak sehingga data yang akan dilaporkan dapat dipercaya.
a. Triangulasi sumber pada penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan dan
mengecek ulang data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan tutor atau pamong
dan warga belajar atau peserta didiknya mengenai penerapan model hybrid learning.
b. Tercapainya triangulasi sumber dapat tercapai melalui membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan perkataan seseorang secara
pribadi dan ketika di depan umum, membandingkan perkataan orang saat penelitian
dan perkataannya di sepanjang waktu, membandingkan pendapat antar responden,
dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen terkait. Dalam penelitian ini,
peneliti akan menggunakan sumber data yang berasal dari hasil wawancara ketua
pengelola program pendidikan kesetaraan dan pamong serta peserta didik (Warga
Belajar) di SKB Rembang.

2. Triangulasi Metode
Tindakan yang mengecek kredibilitas dari data-data yang telah direncanakan dan disusun
sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengecek setiap data yang didapat dari
hasil wawancara dan observasi juga dokumentasi yang telah didapatkan sebelumnya.

Selanjutnya peneliti menggunakan triangulasi metode, seperti yang dikemukakan oleh


Bungin (2007:257) triangulasi ini dilakukan untuk melaksanakan pengecekan terhadap
penggunaan metode pengumpulan data dan untuk menguji sumber data. Sehingga tujuan
dari triangulasi adalah agar dapat membandingkan beberapa pihak supaya terdapat
jaminan kepercayaan data serta mampu menghindari subjektivitas dari peneliti dengan
mengecek kembali data dari luar subjek.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum SKB Rembang


4.1.1 Profil SKB Rembang
SKB Rembang merupakan Unit Pelaksana Teknis dibawah Dinas Pendidikan Kab.
Rembang, dan berdiri berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
039/0/1998 tanggal 23 Februari 1998. Yang melatarbelakangi didirikannya SKB Rembang
adalah karena masih banyaknya warga masyarakat yang buta huruf, tidak berkesempatan
belajar di pendidikan persekolahan karena miskin dan rendahnya keterampilan yang
dimiliki oleh sebagian warga masyarakat serta masalah-masalah sosial lainnya di
Kabupaten Rembang.

Mulai tahun 2001 diterapkan Otonomi Daerah dan SKB Rembang dimasukkan
sebagai UPT Dinas Pendidikan pada Peraturan Daerah (Perda) nomor 7 tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Rembang, yang ditetapkan oleh Bupati
Rembang pada tanggal 12 Maret 2001. Namun pada tahun 2003 dikeluarkan Perda baru
nomor 20 tahun 2003 tanggal 9 Desember 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Rembang, dan Perda nomor 7 tahun 2001 dinyatakan tidak
berlaku.

Mulai tahun 2017 SKB Rembang berubah menjadi satuan pendidikan berdasarkan
Peraturan Bupati Rembang No. 30 Tahun 2017 tanggal 30 Agustus 2017 tentang Satuan
Pendidikan Non Formal Sanggar Kegiatan Belajar Rembang.

4.1.2 Letak Geografis


Sanggar Kegiatan Belajar Rembang terletak di Jl. Slamet Riyadi Gg. Merbabu
Sumberjo Rembang, 59216, Phone (0295) 693703, email: skb23rembang@gmail.com .
Lokasi SKB ini cukup strategis yang berada di pemukiman warga yang padat penduduknya
dan akses transportasi cukup mudah.
4.1.3 Visi dan Misi
Adapun visi dan misi SKB Rembang yaitu:

VISI

Menjadi Satuan PNF SKB yang bermutu dan terdepan dalam pelayanan dan
penyelenggaraan Program PAUD dan DIKMAS, dalam rangka menghasilkan sumber daya
manusia yang berkarakter, bermartabat, mandiri dan memiliki daya saing di era global bagi
masyarakat kota Rembang dan sekitarnya

MISI

1. Mengembangkan layanan Program PAUD dan DIKMAS dengan standar mutu tinggi
2. Menyelenggarakan Program PAUD dan DIKMAS yang bermartabat, menanamkan
nilai-nilai karakter dan kemandirian
3. Mengembangkan sarana dan prasarana kelembagaan (gedung, ruang belajar, sarana
belajar dan Teknologi informasi)
4. Menyelenggarakan Program PAUD dan DIKMAS dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (life skill/kecakapan hidup, keterampilan fungsional,
pemberdayaan perempuan)

2.4.3 Program-program di SKB Rembang


Program-program yang terdapat di SKB yaitu meliputi:

1. PAUD
suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun. Di SKB Rembang layanan PAUD terdiri dari KB dan TK.
2. Pendidikan Kesetaraan
pendidikan nonformal yang meliputi program paket A,B C dan dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian professional peserta didik.
3. Kursus dan Pelatihan
Program Pelatihan dan Kursus SKB Rembang adalah program layanan pendidikan
dan pelatihan yang berorientasi pada pengembangan keterampilan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan industri, diberikan kepada peserta didik agar memiliki kompetensi
di bidang keterampilan tertentu yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi untuk
bekerja dan terserap di dunia usaha dan industri (DU/DI). SKB Rembang
menyelenggarakan pendidikan kecakapan kerja dalam bentuk kursus dan pelatihan.
Kursus dan pelatihan yang tersedia di SKB Rembang diantaranya adalah

a. kursus tata busana/Menjahit


b. kursus tata boga
c. kursus hantaran
d. kursus tata kecantikan (tata rias, rambut)

4. TBM
TBM Hanacaraka SKB Rembang memiliki berbagai koleksi buku perpustakaan,
mulai dari fiksi sampai ilmu pengetahuan , baik cetak maupun e-book.
4.1.5 Struktur Kepengurusan SKB Rembang
STRUKTUR ORGANISASI

SPNF SKB REMBANG


Dewan Penyantun
Kepala
 Pemda
 Dinas Pendidikan Dra. Siti Daliyah
 Dinas Kesehatan NIP 196309092000122001
 Dewan Pendidikan 119619630909200022001
 HIPKI
 HIMPAUDI
 IGTK
 Perpustakaan Daerah Kepala Subag Umum
 DPRD
 Kepolisian Dra. Endang sulistiyawati
 Kwarcab
 DUDI NIP 196806201994032008
 Kantor Pos
 Telkom
Susilo Putro,A.Md.Pd.

NIP 196705132012121001

Ivan Ana Setyanto

NIP 197507182007011005

Wakil Kepala
Wakil Kepala Wakil Kepala
Urusan Pembelajaran
Urusan Pembinaan Urusan Pengabdian
Djunaedi,S.Pd. Agus Prihono,S.Pd. Dra. Suparmi

NIP 197403151999031010 NIP 197003192012121001 NIP 19651102006042004

KELOMPOK TENAGA FUNGSIONAL

( PAMONG BELAJAR )
Dra. Eni Prihatiningsih

NIP 196505061999032004

Dra. Sri Mulyorini Ulifah Nurfida,S.Pd.

NIP 196403242006042001 NIP 197303242010012002

Dra. Siti Ustilah Avira Kristin M., S.Pd.

NIP 196403112006042005 NIP 199708292020122019

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Pembelajaran Model Hybrid Learning
4.2.1.1 Penerapan Hybrid Learning
Model hybrid learning dikategorikan dalam model pembelajaran sebagai suatu rangkaian
proses kegiatan pembelajaran dari kombinasi model pembelajaran yang telah
disinkronisasikan jadi satu. Pendapat lain juga mengatakan hal yang sama model
pembelajaran sebuah desain lingkungan belajar yang didalamnya memuat perencanaan
dan perlengkapan pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran.

Contoh penerapan dalam pembelajaran model hybrid ini telah dilaksanakan pada
Lembaga Sanggar Kegiatan Belajar di Kabupaten Rembang karena, model pembelajaran
yang menggabungkan inovasi kemajuan dari teknologi pembelajaran daring dengan
model pembelajaran luring.

Hybrid learning ini diterapkan sebagai salah satu strategi di SKB untuk menunjang sarana
prasarana dalam kegiatan pembelajaran selama pandemi. Pembelajaran ini diterapkan
dengan model kegiatan yang terbagi menjadi dua jenis dengan sistem rolling jadwal. Ada
sistem pembelajaran daring dengan media pembelajaran berbantuan aplikasi setara daring
dan sistem yang kedua menerapkan roling jadwal sebagian warga belajar digilir untuk
menghadiri ke lokasi. Kebijakan ini telah disepakati oleh sejumlah pihak yang
bersangkutan dari Dinas Pendidikan, pihak lembaga dan segenap seluruh warga belajar
yang berpartisipasi.
Hasil observasi dan wawancara dari ungkapan ibu “UNF” selaku Pengelola Program
Kesetaraan mengatakan bahwa:

“disini model penerapan pembelajaran pada saat pandemi ini agak terbilang
ribet mba,soalnya tutor dan staf lainnya agak keribetan menggunakan model
pembelajaran hybrid pada saat pandemic ini karna ya tentu faktor yang
mempengaruhi dari sejumlah pihak bersangkutan dan tentunya dari warga
belajarnya sendiri juga.”

Selama penerapan model pembelajaran hybrid ini tak lupa juga dianjurkan tetap membuat
perangkat pembelajaran seperti biasanya seperti membuat Modul, RPP, dan Silabus.
Namun hal itu tentu sudah dipertimbangkan dari pihak lembaga untuk tetap
menyesuaikan sesuai dengan keadaan pandemi berlangsung.

Hal ini terjadi karena, keterbatasan waktu jam pelajaran, fasilitas pendukung, serta
kesulitan menstabilkan sinyal dan suasana pembelajaran yang amat berbeda dari
sebelumnya. Pemberlakukan ini digunakan untuk mengantisipasi penularan covid-19
yang sedang marak maraknya di kalangan lingkungan sekitar. Adanya perangkat
pembelajaran sebagai acuan bagi tutor guna melaksanakan pembelajaran daring maupun
luring. Namun adanya kendala adanya pandemi maka pihak SKB harus mencari solusi
dan alternatif untuk tetap menjalankan kegiatan pembelajaran dengan semaksimal
mungkin walaupun banyak kendala.

Dalam hal ini maka dengan cepat dan tanggap pihak SKB membuat strategi pembelajaran
dengan penyesuain kurikulum dan media pembelajarannya. Pada masa pandemi ini
dibuatnya jadwal pembelajaran dengan penerapan roling jadwal secara daring dan luring
serta pembelajaran dengan kelompok kecil. Penerapan ini dilaksanakan sesuai perangkat
pembelajaran yang telah disesuaikan sebelum digunakan, semisal perolingan jadwal
pelajaran yang seminggu sekali dibuat untuk melaksanakan pembelajaran model luring
dengan mewajibkan warga belajar untuk hadir ke tempat. Begitu pula dengan model
pembelajaran daring yang menggunakan bantuan aplikasi Setara Daring yang telah
dianjurkan dari pemerintah Kementrian Pendidikan untuk menunjang pembelajaran di
Sanggar Kegiatan Belajar pada program kesetaraan A, B, dan C. Kemudian untuk
penerapan pembelajaran berbentuk pembagian kelompok kecil biasanya dari tutor
menganjurkan warga belajar untuk tetap saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan
sesama warga belajar yang satu dengan yang lainnya supaya tercapainya pembelajaran
yang selaras.

Dalam wawancara penelitian ini terungkap bahawa pendapat salah satu tutor “RT”
menjelaskan bahwa:

“Untuk penerapan model hybrid ini terbilang cukup efektif ya mba secara
pribadi saya sebagai tutor muda karena ini membantu pihak SKB juga mengerti
cara penerapan model pembelajaran gabungan dari online dan offline jadi saya
juga setuju saja jika ini berdampingan dengan pembelajaran tatap muka seperti
biasanya.”

Kemudian pendapat lain dari tutor lainnya “SP” mengatakan bahwa :

“Kalau untuk sistem pembelajaran hybrid ini saya mengaku agak kebingungan
mba, dari segi rolling jadwal terus pembagian tugas dan latian latian modul di
Setara Daring cukup ribet menurut saya. Soalnya saya tidak pandai
menggunakan komputer jadi saya lebih suka pembelajaran tatap muka seperti
normal pada umumnya”

Dalam hal ini ada beberapa pendapat antara tutor satu dengan yang lain menginginkan
pembelajaran hybrid terbilang efektif dan juga kesulitan. Jadi solusi untuk pembelajaran
hybrid ini dibagi dalam dua jenis agar saling menguntungkan bagi pihak yang
bersangkutan. Adapun contoh implementasi model hybrid yang dilaksanakan dalam
sebuah pembelajaran daring dan luring di SKB adalah sebagai berikut :

Sebelum belajar, pamong memastikan keadaan peserta didiknya dengan memeriksa dan
memastikan bahwa protokol kesehatan telah dilaksanakan. Beberapa protokol kesehatan
yang harus dilakukan adalah memakai masker, posisi duduk yang tidak berdekatan, telah
cuci tangan atau memakai handsanitizer dan telah diperiksa suhu badannya. Kemudian
kelas dibuka terlebih dulu dengan salam dan pamong akan menanyakan kabar serta
mengabsen peserta didik. Setelah itu, salah seorang peserta didik memimpin do’a. Pada
saat berdo’a, pamong memberi penguatan pada siswa akan pentingnya rasa syukur. Jika
tidak pandemi, biasanya siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya, tetapi karena waktu
pembelajaran daring dan luring yang terbatas maka menyanyikan lagu tidak
dilaksanakan. Peserta didik akan memperhatikan penjelasan pamong tentang tujuan,
manfaat, dan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.

a. Pembelajaran berbasis online atau daring. Kegiatan pembelajarannya dilaksanakan


menggunakan Zoom, grup Whatsapp dan Aplikasi Setara Daring. Hal ini sesuai dengan
penjelasan dari salah satu seorang peserta didik (RI), bahwa:
“Pembelajaran pakai zoom, setara daring, terus pakai grup whatsapp.”

Lebih jelasnya menurut “RI” pembelajaran lewat media sosial tersebut memiliki jadwal
dan fungsi masing-masing. Ada yang lebih sering digunakan untuk menjelaskan materi
seperti zoom dan video call. Ada pula yang sering digunakan untuk mengirimkan tugas
seperti setara daring maupun whatsapp group. Berikut penjelasan “RI” :

“Tugas-tugas juga dikirim lewat setara daring jika signal nya error bias lewat
group whatsapp, jadi kita belajar pakai itu, kadang setara daring, kadang zoom.
Kalau jadwalnya kan tergantung dari, kita ada jadwal sendiri, jadi nanti
tergantung pamong masing-masing juga, kalau seumpama qur’an hadits nanti
besok hari Senin seumpama, saya zoom bu gitu, ya berarti pakainya zoom dan
nanti link nya dibagikan pas siang, tapi sudah diberitahukan untuk pembelajaran
qur’an hadist nanti zoom kaya gitu atau pelajaran tema apa pakainya zoom, tapi
sudah diberitahukan, intinya ada konfirmasi biar anak-anak juga udah siap nanti
zoom jam 2, nah sebelum jam 2 sudah harus bersiap.”

b. Pembelajaran luring dilaksanakan dengan pertemuan langsung dengan warga belajar


dalam kelompok kecil. Seperti yang dikemukakan oleh “RT” yaitu:
“Kalau luring kan bertemu nggih, ya yaitu tadi sesuai jadwal luringnya, kan per
kelompok jadi kemarin satu kelompok itu kan 29 anak saya bagi menjadi sekitar
3 jadi bisa pertemuan dua kali seminggu. Jadi satu hari saya ke kelompok A, hari
berikutnya ke kelompok B, dan seterusnya.”
Berbagai bentuk tugas diberikan pada peserta didik, diantaranya yaitu mengerjakan soal
yang diambil dari buku cetak tematik, praktikum dan mengisi lembar kerja siswa, serta
membuat karya. Berikut petikan wawancara yang disampaikan oleh “RT” yaitu:

“Bentuk tugas ya sesuai dengan ini tugas dari modulnya, arahan modulnya,
kalau praktek ya praktek, kalau tes tertulis ya berarti tes tertulis, ya sesuai
dengan itu. Jadi kita bisa kalau yang daring ya pakai google form. tapi kalau
tugas kan anak ngerjain tugas dirumah trus nanti hari apa dikumpulkan, seperti
itu, jadi ada yang portofolio, kalau yang pake tugas portofolio. Kalau ada tugas
yang praktek berarti ya praktek. Ya itu, kalau tes kan tes tertulis bisa, ada yang
tes lisan, tes lisan kemarin pidato, ya ngirim video. Kalau kemarin sempat ada
bikin apa gitu, ya prosesnya saya suruh moto, terus hasilnya apa di foto heeh,
terus dikirim jadi gambarnya ada, jadi anak memang benar-benar melakukan.”

Selain mengerjakan tugas berupa soal dan praktik, terdapat tugas yang juga menekankan
pada sikap warga belajar. Contohnya seperti kegiatan membatik, membuat minuman
boba dari buah kawis dan melukis . Dalam luring dan daring, bentuk tugas yang diberikan
sedikit memiliki perbedaan. Berikut penjelasan dari ”RT”, bahwa:

“Ini yang sedikit berbeda ya, antara luring dan daring. Kalau pas luring, itu ya
tugas sebagaimana mestinya, hari ini pembelajaran setelah itu kita evaluasi
pemahamannya sejauh mana. Kemudian kita berikan pengayaan atau tugas, bisa
soal, maupun tugas lainnya, bisa hasil diskusi atau lainnya. Itu kalau saya
pribadi pasti ada seminggu sekali atau dua kali.”

Lebih lanjut “RT” menjelaskan tentang bentuk tugas pada pembelajaran daring sebagai
berikut:

“Kalau daring, saya tidak memaksakan peserta didik untuk menguasai materi,
karna itu akan sangat membebani anak, yang saya tekankan adalah sikapnya
anak, jadi tugas saya ya sederhana, gimana di rumah, bisa caranya membuat
minuman boba dari buah kawis yang sederhana? kemudian melukis dengan
berbagai kreatifitas masing-masing peserta didik itu yang saya tekankan, jadi
selama daring, kenapa akhirnya saya jarang luring karena tidak menargetkan
peserta didik menguasai materi, dari pada memberi tekanan pada anak.”

Kesimpulannya adalah bentuk kegiatan pembelajaran di SKB Rembang cukup beragam.


Mulai dari kegiatan yang dilakukan saat pembelajaran daring maupun luring.
Selengkapnya tentang bentuk kegiatan pembelajaran dijelaskan oleh ketua Pengelola
pendidikan kesetaraan sebagai berikut:

“Selama Covid, itu memang untuk pembelajaran dilaksanakan secara online dan
offline. Online nya ya melalui setara daring tugasnya, trus video, Zoom, trus apa
namanya, video call ya, pembuatan video. Untuk offline ya itu apa namanya
luring ya, jadi peserta didik dikelompokkan dalam kelompok kecil nanti di
rumahnya siapa salah satu siswa terus pamongnya yang datang kesana, seperti
itu.”

Kegiatan luring tidak hanya dilaksanakan di rumah-rumah siswa tetapi ada juga yang
dilaksanakan di sekolah. Pelaksanaan luring di sekolah dengan pertimbangan keamanan
daerah dan hanya ada beberapa peserta didik saja. Pelaksanaannya pun tidak dalam waktu
lama dengan pengetatan terhadap protokol kesehatan. Hal ini seperti yang disampaikan
oleh ketua Pengelola pendidikan kesetaraan dalam petikan wawancara berikut:

“Kemarin di akhir-akhir tahun ajaran itu waktunya agak kayanya kelihatan


aman, kelas XII nya belajar di sekolahan, tapi ya tetep dibagi satu kelas dibagi
tiga ruang. Termasuk yang kelas X dan XII tapi bergantian dan itu hanya
beberapa kali pertemuan saja.”

Saat kondisi untuk luring di sekolah tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, maka
pelaksanaan luring di sekolah tersebut kembali ditiadakan. Hal ini disampaikan oleh
ketua Pengelola pendidikan kesetaraan sebagai berikut:

“Tapi ketika kondisi masih kembali lagi ke merah ya terus ngga boleh lagi,
termasuk kita luring, kita bertemu dengan kelompok-kelompok kecil ya lihat
situasi juga, ketika aman dilaksanakan, kalau ada yang paling dekat ada yang
terkena ya kita menghindar, terus tugas disampaikannya lewat setara daring,
pamongnya dibagi sesuai kelas, begitu. Tidak sampai satu bulan itu, paling dua
mingguan, ini juga untuk percobaan.”

Karena pelaksanaan luring memiliki resiko yang lebih besar terhadap penularan Covid-
19, maka pelaksanaannya dilengkapi dengan regulasi yang jelas. Sebelum melaksanakan
luring, pamong sudah melengkapi perizinan baik dari pihak SKB maupun pemerintah
setempat. Di dalamya terdapat penetapan waktu yang dianggap tepat bagi pembelajaran.
Maksudnya adalah tidak terlalu sebentar atau terlalu lama. Hal ini diungkapkan oleh
“RT” dalam wawancara berikut:

“Kita kan luring ada surat Covid nya juga, kita ada surat tugas, ada surat Covid,
dan di bawah kendali sekolah, surat Covid nya kan untuk konfirmasi tempatnya
kan karna di rumah jadi untuk disampaikan ke pak RT nya. Tinggal kita
mengadakan pembelajaran secara luring di rumah-rumah, pembelajarannya
saya targetnya kemarin dua jam pelajaran sehari, jam 8 sampai jam 10.”

Pembelajaran hybrid di SKB Rembang mendapat respon yang baik dari berbagai pihak
termasuk peserta didik dan keluarganya. Dalam mengerjakan tugas juga peserta didik
merespon dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme mengikuti pembelajaran
daring dan luring, khususnya jika menggunakan zoom. Hal ini diungkapkan oleh “RT”
dalam wawancara sebagai berikut:

“Ya bagus, jadi anak itu lebih tau kalau daring lewat zoom atau video call itu
memang membuat anak lebih memperhatikan, dari pada hanya sekedar tugas di
setara daring atau group whatsapp gitu. Iya kadang kan anak kan ini yah, lah
tugas nya nanti ini, tapi kalau di video call atau zoom itu kan kita bisa melihat
anak-anak bekerja secara langsung. Yuk yang belum nanti kita mengingatkan.
Jadi kaya di kelas juga sama kaya gitu, jadi malah ya responnya lebih bagus.”

Menurut “RT” hambatan dalam pembelajaran daring di SKB Rembang diantaranya yaitu
signal dan jaringan. Hambatan lain adalah peserta didik yang tertinggal mendapatkan
materi karena telat info. Selain itu, belum terbiasa pamong dalam mengajar secara daring.
Hal ini diungkapkan oleh “RT” dalam petikan wawancara berikut:
“Hambatannya itu jaringan, yang ketika lagi ini pembelajaran tiba-tiba terputus,
yang pada anak lho, yang di daerah yang susah signal itu jadi keputus-putus.
Selain itu mungkin ketika signal terputus, jadi materi yang harusnya
tersampaikan dia jadi ngga menerima, jadinya ketinggalan materi atau
informasinya tidak tersampaikan. Harusnya materi ini sudah selesai ternyata
masih belum, jadi hambatannya itu, informasi tidak tersampaikan. Kalau
hambatan di awal-awal kita guruguru ya belum terbiasa dengan pembelajaran
daring, seperti membuat video dan sebagainya.”

Selain dari hambatan pembelajaran daring, pembelajaran luring juga memiliki hambatan
berupa adanya kekhawatiran orang tua siswa karena putra putrinya berkumpul di suatu
tempat. Mereka khawatir jika protokol kesehatan tidak dilaksanakan dengan ketat. Selain
itu, waktu yang terbatas dari pembelajaran luring juga menjadi hambatan. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh “RT”sebagai berikut:

“Hambatan luring si mungkin ada beberapa kerabat keluarga yang masih


takut,karena kan kita sebagai peserta didik tentu berbagai jenis kalangan umur
ada yang sudah punya anak ada yang belum tentunya dari pihak keluarga kita
sendiri takut dengan pertemuan, jadi kadang was-was gitu.Tapi karena wajib
dari sekolah jadi harus ikut. Terus hambatannya mungkin waktunya kurang
banyak, karna malah anak suka sebenernya dengan luring. Jadi kalau hanya
seminggu sekali, jadi waktu kurang, kalau anak yang besar lebih mudah
mematuhi protokol kesehatan sih, jadi begitu masuk duduk sudah. Trus kan ngga
ada istirahat, jadi langsung dua jam sudah full itu.”

Hambatan pembelajaran luring yang lain yaitu menuntut pamong untuk selalu fit. Diakui
atau tidak, kegiatan luring yang dilaksanakan di tempat yang berbeda setiap hari
menuntut stamina yang kuat dari pamong. Selain itu, terbatasnya sarana prasarana saat
luring dapat menghambat pembelajaran. Peserta didik biasanya tidak memiliki meja
belajar yang cukup sehingga harus lesehan. Kendala ini disampaikan oleh “UNF” seperti
keterangan berikut:
“Kadang capek karena harus muter sana sini, ketemu lingkungan baru dan
sarana prasarana di masing-masing tempat anak kan terbatas. Jadi itu mungkin
hambatan-hambatannya. Kalau misal pun bukan dirumah anak tapi kaya di
mushola, ya itu tetep terbatas sekali, jadi kalau luring itu kan berkelompok, 5
anak 5 anak nanti belajar di rumahnya siapa. Kalau jadwalnya saya tentatif sih,
pokoknya kelompok mana yang sedang bersedia kumpul ya saya ngikutin”

Ketua pengelola pendidikan kesetaraan juga menambahkan hambatan pelaksanaan


pembelajaran luring. Berikut keterangan beliau dalam petikan wawancara:

“Terus ketika pendampingan atau luring itu yang pertemuan kelompok-kelompok


ya kendalanya karna rumahnya juga tidak dekat-dekat, jauh-jauh, iya, begitu.
Terus pemahaman ya yang jelas tentang protokol kesehatan juga.”

4.2.2 Penggunaan Media Pembelajaran


4.2.2.1 Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan oleh tutor di SKB berupa aplikasi Setara Daring.
Penelitian ini dilakukan pada warga belajar dan tutor dalam memahami cara penggunaan
dan penunjang untuk pembelajaran secara daring atau online. Penerapan media
pembelajaran ini juga sangat membantu dan meringankan tutor dalam menjalankan
tugasnya. Selain itu teknologi ini juga mempunyai kemiripan dari segi fiturnya dengan
google classroom sehingga membuat warga belajar merasa sudah tidak asing dengan fitur
fitur yang sebelumnya pernah dialaminya.

Sementara itu dalam penggunaan aplikasi Setara Daring ini sudah disesuaikan dengan
perangkat pembelajaran yang telah dibuat oleh tutor. Penggunaan media pembelajaran
Setara Daring ini mempunyai fitur-fitur yang cukup menarik dan lengkap untuk mengisi
bahan materi modul dan menambahkan beberapa latihan-latihan soal maupun tugas
didalamnya. Namun terkadang ada beberapa kendala yang dialami tutor saat memberikan
penjelasan terkait fitur-fitur baru yang berbeda dengan google classroom yang pernah
dipelajari.

Dalam pelaksanaan pembelajaran hybrid khususnya model pembelajaran daring pihak


SKB juga tidak terpacu dengan satu media pembelajaran itu saja tetapi ada beberapa
media tambahan yang sering digunakan untuk menunjang pembelajaran seperti aplikasi
pembantu Whatsapp group, Zoom Meeting, Google Meet dan Google Classroom.
Penggunaan aplikasi ini dalam pembelajaran daring cukup membantu warga belajar dan
menambah wawasan edukasi tentang perkembangan teknologi di era tahun ini. Seperti
ungkapan dari salah satu tutor “RT” mengemukakan bahwa :

“ya waktu pandemi awal-awal itu kan bulan maret berarti seluruh pihak yang
terkait juga mengikuti aturan dari pemerintah,sehingga mengatasi hal itu kita
hanya sebagai pendidik waktu itu hanya dibatasi pertemuannya, dan waktu itu
informasi yang didapatkan dikirim melalui group whatsapp dan surat jadi kita
tutor mengingatkan pada warga belajar untuk mengerjakan tugas dan soal-soal
latian melalui pesan wa digroup. Jadi saya merasa itu kurang efektif terlalu ribet
mengingatkan setiap hari kan kita manusia toh ada lupanya mba hehe”

Adapun persoalan yang terkait lokasi atau tempat tinggal dari warga belajar yang
minimnya keterbatasan jaringan internet atau kurang stabilnya sinyal yang mereka
peroleh. Ada juga beberapa dari warga belajar yang bertempat tinggal dengan lokasi yang
memiliki akses jaringan internet atau sinyal yang kuat untuk mengakses aplikasi Setar
Daring. Hal ini sejalan dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti dalam salah satu
permasalahan atau kendala dari penggunaan media pembelajaran menggunakan bantuan
aplikasi Setara Daring adalah koneksi dari jaringan internet yang lambat/buruk.

Dalam wawancara penelitian ini mengungkapkan salah satu dari warga belajar (RI)
mengatakan bahwa :

“itu mbaa saya kesulitan kalau menggunakan setara daring soalnya kalau mau
mengumpulkan tugas susah sinyal apalagi rumah saya jauh dan plosok. Saya
lebih suka mengumpulkan tugas ditulis tangan ketimbang dikirim lewat setara
daring tapi ya itu kendalanya di susah sinyal”

Kemudian survey dari salah satu warga belajar yang lain (S) mengatakan bahwa :

“kalau saya malah suka ngumpulin tugas lewat setara daring mbaa, jadi sekalian
belajar bedanya make setara daring dengan google classroom itu gimana toh
kalo pake setara daring malah enak lebih lengkap dan gampang mba. Tapi
emang si kalo yang rumahe jauh itu mesti susah di sinyal saya akui pendapat
teman teman lainnya”

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Pakpahan, dkk. (2020) menyatakan bahwa media
pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran yang mampu dapat membantu peserta
didik untuk lebih belajar dengan baik. Pendidik dan media suatu komponen utama yang
membantu dalam mensinkronisasikan pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Terkait pemilihan media pembelajaran menurut Abidin (2017) mengatakan
terdapat pembagian dari beberapa prinsip seperti, adanya kejelasan dari tujuan media
pembelajaran, adanya kemiripan dari fitur media, dan sejumlah kriteria yang dipilih dari
media pemebelajaran itu sendiri.

Terkait penelitian ini dari fasilitas yang dimiliki di SKB sudah cukup mendukung
pembelajaran dengan media Setara Daring dari segi alat-alat pendukung dan ruangan
yang memadai seperti laboratorium komputer yang sudah otomatis terkoneksi dengan
jaringan wifi dan ruangan yang ber-AC. Untuk fasilitas pendukung lainnya yang dimiliki
oleh tutor berupa komputer/laptop dan smartphone sama halnya dengan sebagian warga
belajar juga memiliki akses seperti smartphone yang bisa mendukung untuk mengakses
koneksi jaringan internet. Adapun kendala yang banyak dimiliki dari sebagian warga
belajar dari fasilitas yang kurang mendukung seperti, kendala kuota internet, perangkat
yang dimiliki hanya berupa handphone, dan lokasi tempat tinggal yang susah sinyal.

Sama halnya dari ungkapan tutor (RT) mengatakan :

“memang media pembelajaran menggunakan setara daring lebih menarik dan


enak diterapkan tapi ya itu mbaa dari kita sendiri tutor lainnya ada yang gaptek
jadi tutor yang gaptek mengandalkan beberapa tutor muda yang mengatasi
dalam akses media pembelajaran tersebut.”

Wawancara dari penelitian ini juga mengungkapa dari salah satu warga belajar (DKS)
mengatakan bahwa:
“kalo pake setara daring hp saya kadang suka lemot mbaa untuk mengakses
tugas dan latihan soal-soal yang dikasih oleh tutor. Apalagi kalau musim hujan
sinyalnya susah banget mba,kadang saya malah pergi ke desa tetangga untuk
nyari sinyal saking lemotnya mau ngirim tugas mba.”

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Nur Suhaebah (2016) menyatakan bahwa
fasilitas belajar adalah semua perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien.

4.2.3 Hasil belajar


Secara umum bahwa hasil belajar merupakan kemampuan peserta didik yang
menggambarkan apa yang telah dipelajari dan diketahui (Molstad & Karseth, 2016).
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh dua faktor internal dan faktor eksternal yang meliputi,
kesehatan mental atau faktor dari psikologisnya kemudian faktor eksternalnya itu sendiri
dari pengaruh keluarga, dan lingkungan sekitarnya (Majid, 2008).

Perlu diketahui dalam penyampaian pembelajaran secara online/daring maupun


offline/luring materi atau bahan untuk mengajar harus dipersiapkan sebagai pendekatan
awal dalam pembelajaran, maka peserta didik akan mengetahui bagaimana proses tutor
atau pendidik dalam menyusun model pembelajaran. Ini berpengaruh bagi sebagian
warga belajar dalam menangkap kemampuan akhir proses pembelajarannya. Seperti yang
diungkapkan oleh salah satu warga belajar (DKS) mengatakan bahwa :

“kalau hasil belajar yang saya peroleh disini itu mba, sekedar ilmu pengetahuan
yang diberikan oleh tutor. Kalo tutor menjelaskan tentang materi hari ini ya saya
mengikutinya kalo saya ga paham nanti saya bertanya lewat pesan wa gitu.”

Ungkap pendapat warga belajar lainnya (RI) mengatakan dalam wawancaranya :

“hasil belajar saya mulai meningkat mba, soalnya tutor menjelaskan dengan baik
dan benar jadi saya merasa yang awalnya tidak tau jadi tau sekarang dan
banyak persoalan kehidupan yang dapat saya ambil hikmah juga dari
pembelajaran di kejar paket ini mba.”
Selama pandemic covid-19 memang sebagian tutor membutuhkan tenaga ekstra dalam
menyusun dan mengkombinasikan perangkat pembelajaran anatara online dan offline,
agar nantinya perangkat pembelajaran yang telah disusun bisa dipergunakan untuk
menunjang pembelajaran warga belajar. Tentunya hasil belajar yang didapatkan dari
usaha dan kerja keras sesame warga belajar dan tutor kedepannya dapat membuahkan
hasil dan tujuan pembelajaran yang baik dan relevan.

Dalam wawancara penelitian tersebut dikatakan salah satu tutor (SP) menyatakan bahwa :

“kalau saya lihat dari model pembelajaran selam covid ini cukup efektif juga
mbaa, saya menilai hasil belajar sebagian warga belajar ini mulai meningkat
dan mereka sendiri juga mengalami hal yang sama. Karna ya dengan belajar di
rumah meningkatkan kemandirian warga belajar tanpa membebani dari tutor
atau teman sesama warga belajar.”

Maka dalam hal ini dapat ditulis oleh penliti dalam menyikapi dari hasil belajar warga
belajar di SKB tersebut dapat diukur dari segi pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

4.2.4 Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Hybrid Learning terhadap Hasil Belajar
Warga Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar
berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan,
pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya
(Widana & Septiari, 2021).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses
dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam jangka
waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta
dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik
(Artawan, 2020). Penelitian yang dilaksanakan oleh Yofita Sandra, Z. Mawardi Effendi,
dan Atmazaki pada tahun 2021 yang berjudul Penerapan Model Hybrid Learning.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu
“hasil” dan “belajar”. Pengertian dari hasil belajar adalah menunjuk pada suatu perolehan
akibat dilakukan suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional. Menurut Jamil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu
secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati
maupun yang tidak sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.

Hasil belajar peserta didik di peroleh dari berbagai macam bentuk kegiatan yang dilakukan
selama pembelajaran berlangsung. Hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik siswa. Berbagai bentuk kegiatan dapat meningkatkan ketiga
aspek kemampuan siswa tersebut. Semakin beragam kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan, semakin memperbesar hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

Bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa diantaranya adalah
pemberian materi dan tugas dari pamong. Tugas yang diberikan dapat berbentuk soal
maupun diskusi mengenai berbagai hal. Keterangan tentang bentuk kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik dalam pembelajaran daring ini
disampaikan oleh “RT” sebagai berikut:

“Ya karna tadi ya, saya pertimbangan saya adalah kesulitan tekanan peserta
didik belajar. Saya tidak menargetkan peserta didik menyelesaikan materi dan
materi saya pun banyak yang tidak selesai gitu. Karna selain ada keringanan
dari pemerintah, juga menurut saya lebih baik saya menyampaikan sedikit tapi
anak paham, gitu. Jadi ketika daring ya itu bagaimana cara saya menyampaikan
materi kognitif, saya menyampaikan materinya tidak full. Intinya kalau yang
ngga perlu diajari anak-anak sudah bisa ya ngga usah saya sampaikan gitu
materinya, yang disampaikan hanya materi yang sulit saja.”

Senada dengan keterangan “UNF”, “RT” mengungkapkan bahwa bentuk kegiatan yang
dilaksanakan sesuai arahan Modul dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta
didik. Dalam buku tersebut terdapat berbagai soal dan tugas yang jika dikerjakan
sungguh-sungguh oleh peserta didik tentu kemampuan kognitif mereka akan meningkat.
Berikut ini keterangan “RI” mengenai hal tersebut:
“Kalau untuk kognitif ya yang tugas-tugas itu, mengerjakan soal dari google
form, dan sebagainya. Kalau untuk luring biasanya saya sesuaikan kegiatannya
dengan arahan dari panduan modul yang sudah diberikan.”

Kegiatan untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa menurut “RT”


diantaranya adalah menugaskan peserta didik untuk praktik membuat minuman boba dari
buah kawis. Selain itu, menugaskan peserta didik untuk membuat karya bebas juga dapat
meningkatkan kemampaun psikomotorik peserta didik. Hal ini disampaikan “RT” dalam
wawancara sebagai berikut:

“Kalau keterampilan kemarin membuat minuman boba dari buah kawis tetapi itu
langkahnya direkam atau dibuat video lalu dikirim ke group whatsapp. Selain
membuat minuman bobab ada juga melukis kemudian hasilnya nanti di foto lalu
dikirim ke pamong”

Kesimpulannya bahwa bentuk kegiatan pembelajaran daring di SKB Rembang dilakukan


melalui media sosial. Selain itu terdapat pendampingan baik secara online maupun
offline. Terdapat pula penugasan peserta didik yang dikerjakan di rumah masing-masing.
Berikut keterangan ketua pengelola program pendidikan kesetaraan:

“Ya itu tadi, belajar lewat media sosial, tapi ada juga yang praktek, kalau
praktek ya berarti direkam. Misalnya yang materinya keterampilan, jadi ketika
peserta didik melaksanakan apa nanti minta batuan kerabat atau tetangga
merekam, rekamannya dikirimkan. Kalau tidak ya diberi tugas, nanti tugasnya
dikumpulkan, nanti kapan dikumpulkannya, misalnya tidak langsung, misalnya
ada beberapa tugas, nanti dikumpulkan di hari apa”

Adapun faktor-faktor pendorong terciptanya hasil belajar peserta didik dalam


pembelajaran daring menurut “RT” yaitu kemampuan peserta didik untuk mandiri dalam
melaksanakan pembelajaran dan mengerjakan tugas. Faktor pendorong lainnya yaitu
adanya internet yang stabil. Rancangan bentuk kegiatan belajar yang beragam juga
mendorong terciptanya hasil belajar peserta didik. Berikut keterangan “RT” dalam
petikan wawancara:
“Lah itu, dengan peserta didik lainnya belajar sendiri itu, memberikan sebuah
pengalaman sendiri bagi individu dengan ketika peserta didik diberi tugas ini,
kok dibuku tidak ada, ya langsung browsing. Gitu kan jadi dengan sendirinya
peserta didik lebih tau apa yang menjadi kebutuhannya. Jadi tidak perlu
maksudnya ngga menggantungkan, oh ini ngga ada, di buku ngga ada, berarti
nyari di browsing aja, begitu. Kemudian memberikan tugas peserta didik tapi
membebaskan temanya, itu hasilnya mereka kreatif-kreatif. Kaya tugas praktek
kemarin saya tugaskan buatlah sesuatu yang kalian bisa, yang kalian suka, bebas
boleh benda, boleh makanan, minuman, apa saja, nah ternyata hasilnya amat
bervariasi dari peserta didik”

Selain faktor pendorong, terdapat pula faktor penghambat hasil belajar selama daring.
Diantaranya yaitu karena tidak bertemu secara langsung, pengiriman tugas terhambat.
Hal ini dapat disebabkan karena disibukkan urusan pribadi masing-masing peserta didik
sehingga kurang memperhatikan tugas atau mengalami telat informasi dan
terlewatkannya dari waktu pengumpulan tugas. Berikut keterangan “RT” dalam petikan
wawancara:

“Kemarin ada kendala pas mengumpulkan tugas, agak susah karena dari peserta
didiknya sibuk dengan pekerjaan atau urusan rumah tangga lainnya, jadi telat
info, heeh. Jadinya mengumpulkannya belakangan, karna apa tidak membaca
whatsapp grup, ada yang begitu, jadi ada tugas apa, kelewat.”

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku dan kemampuan peserta didik meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Serta faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor pendorong
dan faktor penghambat.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembelajaran Model Hybrid Learning
Dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara warga belajar dengan tutor dalam
satu lingkungan yang bersumberkan melalui media yang telah disediakan atau disiapkan sebelum
proses pembelajaran dilakukan. Menurut May & Shor berpendapat bahwa pembelajaran online
seperti kegiatan berkebun. Yakni praktik pengajaran sebagai kegiatan berkebun dimana
penempatan, kondisi tanah, penyiraman dan pengendalian hama gulma di taman dapat memiliki
persamaan dalam perbedaan individu siswa, memotivasi siswa dalam proses, memberikan umpan
balik dan menghindari informasi yang berlebih.

Menurut Korpershoek (2014) seorang pengajar atau pemberi materi harus memiliki
empat aspek utama yakni (1) mengembangkan kepedulian; (2) mengorganisir dan melaksanakan
instruksi; (3) mendorong keterlibatan siswa dalam tugas akademik; (4) mempromosikan
pengembangan keterampilan sosial dan pengaturan diri peserta didik. Seorang pengajar apabila
memiliki keempat aspek tersebut akan menghasilkan penyederhanaan, proposisi, dan
meningkatkan informasi.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pengertian pembelajaran adalah upaya yang
dilakukan tutor atau pamong untuk memudahkan warga belajar memperoleh ilmu pengetahuan.
Disini tutor atau pamong dapat mengatur, merangkai, merencanakan, dan mengorganisasikan
materi pembelajaran untuk menumbuhkan semangat pada belajar warga belajar sehingga dapat
mencapai tujuan dan tingkat pemahaman yang diharapkan

4.3.2 Penggunaan Media Pembelajaran Hybrid Learning terhadap Hasil Belajar Warga Belajar
Menurut Safira (2020:4) media pembelajaran adalah alat bantu dalam menyampaikan
informasi dalam dunia pendidikan, di mana informannya yaitu pendidik dan penerima
informasinya yaitu peserta didik yang mampu mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa, media pembelajaran merupakan istilah media dalam bidang
pembelajaran. Alat bantu dan media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi, namun
juga dapat merangsang seseorang terutama peserta didik untuk merespon secara baik segala
pesan yang disampaikan.
Media pembelajaran dapat membantu peserta didik atau warga belajar untuk lebih mudah
menerima dan memahami materi yang telah dijelaskan. Pamong atau tutor merasa lebih mudah
dalam menyampaikan materi, karena penggunaan media pembelajaran dapat merangsang peserta
didik atau warga belajar dalam belajar. Keberadaan media pembelajaran ini memudahkan
pemahaman dalam menyampaikan pembelajaran serta berpengaruh terhadap efektifitas
tercapainya tujuan pembelajaran yang dicapai. Media pembelajaran jika ditinjau ada beberapa
jenis-jenis yang berkaitan dengan indera yang digunakan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, maka dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu: 1) media pandang (visual) 2)
media dengar (audi) dan 3) media audio visual

Dengan demikian bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat bantu atau perantara
yang digunakan oleh pamong atau tutor untuk menyampaikan atau menjelaskan sebuah materi
pelajaran agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh peserta didik atau warga belajar dalam
bentuk apapun untuk meningkatkan pemahaman tingkat belajarnya.

4.3.2 Hasil Belajar Warga Belajar dengan Pembelajaran Hybrid Learning


Menurut Nana Sudjana (2005: 38) hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi
oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar peserta didik.
Faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari
diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor kemampuan yang
dimiliki peserta didik, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap
dan kebiasaan belajar, ketentuan, sosial ekonomi dan faktor sosial ekonomi.

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang dapat dicapai setelah seseorang
belajar. Menurut Tafsir (2008), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang dimana
target tersebut merupakan sebagai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut M. Gagne ada 5
macam bentuk hasil belajar : 1) Keterampilan Intelektual 2) Strategi Kognitif 3) Informasi
Verbal 4) Keterampilan Motorik yang diperoleh di lingkungan sekolah 5) Sikap dan nilai. M.
Dalyono (2009 : 55) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Dengan demikian ini dapat ditulis oleh peneliti dalam menyikapi
dari hasil belajar warga belajar di SKB tersebut dapat diukur dari segi pengetahuan, pemahaman,
dan penerapan.
4.3.3 Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Hybrid Learning terhadap Hasil Belajar
Warga Belajar
Setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran adanya faktor yang mempengaruhi dalam
setiap kegiatan dari segi pendukung maupun penghambatnya. Hal ini, banyak dipengaruhi oleh
faktor baik internal maupun faktor eksternal yang dating dari luar diri peserta didik. Hal ini bisa
dikatakan dengan wajar, karena subyek dari pendidikan ini merupakan manusia yang pada
dasarnya memiliki perbedaan dari sikap, perilaku, serta kemampuan berpikir yang berbeda-beda.

Adapun faktor-faktor pendorong terciptanya hasil belajar peserta didik dalam


pembelajaran daring yaitu kemampuan peserta didik untuk mandiri dalam melaksanakan
pembelajaran dan mengerjakan tugas. Faktor pendorong lainnya yaitu adanya internet
yang stabil. Rancangan bentuk kegiatan belajar yang beragam juga mendorong
terciptanya hasil belajar peserta didik. Selain faktor pendorong, terdapat pula faktor
penghambat hasil belajar selama daring. Diantaranya yaitu karena tidak bertemu secara
langsung, pengiriman tugas terhambat. Hal ini dapat disebabkan karena disibukkan
urusan pribadi masing-masing peserta didik sehingga kurang memperhatikan tugas atau
mengalami telat informasi dan terlewatkannya dari waktu pengumpulan tugas. Dengan
demikian bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan peserta
didik meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi setelah
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Serta faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian dihasilkan kesimpulan bahwa selama masa pandemi Covid-19,
SKB Rembang melaksanakan pembelajaran yang berpedoman pada kurikulum darurat.
Salah satu implementasi kurikulum darurat adalah dengan menerapkan model
pembelajaran hybrid. Model pembelajaran hybrid yang dimaksud adalah adanya
perpaduan pembelajaran secara online dan offline. Pembelajaran online atau daring
memanfaatkan teknologi seperti gadget dan media sosial. Sedangkan pembelajaran
offline atau luring dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan dan peraturan
tertentu seperti pembagian kelompok, kelas, waktu, dan tempat. Beberapa hal yang
terkait dengan pelaksanaan model pembelajaran hybrid di SKB Rembang yaitu:
1. Metode pembelajaran yang digunakan cukup beragam dan disesuaikan dengan materi
pembelajaran. Metode yang sering digunakan diantaranya adalah metode diskusi, tanya
jawab, ceramah. Selain metode, media yang digunakan juga disesuaikan dengan materi
yang diajarkan. Media untuk pembelajaran online biasanya adalah video pembelajaran
baik yang dibuat oleh pamong, kamera atau alat perekam, komputer, dan buku pelajaran
atau menggunakan aplikasi setara daring yang sudah dilengkapi dengan berbagai macama
video gambar dan tugas serta pertanyaan-pertanyaan terkait tema yang akan disampaikan.
Sedangkan media untuk luring juga disesuaikan dengan materi pada panduan modul.
Contoh media luring berupa gambar, poster, koran, maupun benda yang ada di sekitar
tempat pembelajaran seperti proyektor,papan tulis dan komputer.

2. Peserta didik aktif melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai hasil belajar mereka
baik di rumah maupun di tempat belajar luring. Hasil belajar peserta didik ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik mereka. Beberapa
kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah mengerjakan soal, mengisi lembar kegiatan
di rumah, maupun praktik dengan membuat karya sesuai tugas dari materi tertentu.

4. Kemampuan atau kompetensi peserta didik diukur dengan evaluasi pembelajaran.


Evaluasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penilaian kognitif siswa diperoleh dari hasil PAT, PAS, maupun ulangan harian dalam
bentuk tes tulis, tes lisan dan lain-lain. Penilaian afektif peserta didik menggunakan
lembar pengamatan sikap. Sedangkan penilaian psikomotorik menggunakan penilaian
kinerja atau produk. Penilaian juga dilaksanakan secara online dan offline. Penilaian
online biasanya menggunakan google form dan video. Penilaian offline biasanya
menggunakan soal di lembar kerja peserta didik dengan dating ke tempat luring atau
sekolahan secara langsung.

5.2 Saran
Berdasarkan pemaparan dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa saran yang
akan disampaikan kepada pihak terkait. Beberapa saran tersebut yaitu:

1.Bagi Lembaga

a. Buatlah kebijakan yang mendukung terlaksananya model pembelajaran hybrid


mengingat masa pandemi yang masih terjadi.

b. Karena model hybrid telah diwacanakan menjadi alternatif model pembelajaran di


kemudian hari maka agar lebih maksimal, perkecil kemungkinan hambatan yang terjadi
selama pelaksanaan dengan menjalankan solusi yang sesuai.

2. Bagi Pamong dan Ketua program pendidikan kesetaraan

a. Pilihlah pendekatan, metode, media, dan jenis evaluasi pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan bentuk pembelajaran.

c. Tingkatkan motivasi peserta didik untuk lebih aktif dan kritis dalam pembelajaran. Beri
mereka dukungan ekstra mengingat kemajuan zaman yang memiliki segala kemungkinan
dan menuntut adanya penyesuaian.
DAFTAR PUSTAKA
Alkhaleel, Alaa. “The Advantages of Using Blended Learning in Studying English as a Foreign
Language at the University of Tabuk ARTICLE INFORMATION.” Modern Journal of
Language Teaching Methods (MFLTM) 9, no. 2 (2019): 1–7.
Alsadoon, Elham. “The Impact of Social Presence on Learners’ Satisfaction in Mobile
Learning.” Turkish Online Journal of Educational Technology 17, no. 1 (2018): 226–233.
Banat, Azizatul, and . Martiani. “Kemandirian Belajar Mahasiswa Penjas Menggunakan Media
Google Classroom Melalui Hybrid Learning Pada Pembelajaran Profesi Pendidikan Di
Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Teknologi Pendidikan (JTP) 13, no. 2 (2020): 119.
Brahma, Ismail Akbar. “Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online Dalam Mata
Kuliah Sosiologi Dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN Di STKIP Kusumanegara
Jakarta.” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 6, no. 2 (2020): 97.
Bryan, A., and K.N. Volchenkova. “Blended Learning: Definition, Models, Implications for
Higher Education.” Bulletin of the South Ural State University series “Education.
Education Sciences” 8, no. 2 (2016): 24–30.
Budi, Ikip, and Utomo Malang. “A. Pendahuluan” (n.d.): 289–295.
Cavanaugh, J. Michael, Catherine C. Giapponi, and Timothy D. Golden. “Digital Technology
and Student Cognitive Development: The Neuroscience of the University Classroom.”
Journal of Management Education 40, no. 4 (2016): 374–397.
Faozi, Faiz, and Desi Rahmawati. “Pengaruh Penggunaan Aplikasi Nike Training Club Terhadap
Peningkatan Vo2max Pada Pemain Ekstrakurikuler Futsal Putri Man 1 Kabupaten
Sukabumi.” Biormatika : Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan 5, no. 02
(2019): 181–187.
Faradila, Shafira Puspa, and Siti Aimah. “Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Di SMA N 15 Semarang.” Prosiding Seminar Nasional
Mahasiswa Unimus (Vol. 1, 2018 1, no. 2005 (2018): 508–512.
Hasyim, Andi Ramliany, Syafruddin Syarif, Mardiana Ahmad, Muhammad Niswar, Stang, and
A. M. Nasrudin. “Enhance Midwifery Student Skills about Active Management Third Stage
Labor via Learning Media.” Gaceta Sanitaria 35 (2021): S284–S287.
Hwang, Alvin. “Online and Hybrid Learning.” Journal of Management Education 42, no. 4
(2018): 557–563.
Korpershoek. et.al. Effective Classroom Management Strategies and Classroom Management
Programs for Educational Practice. Rijksuniversiteit: Grote Rozenstraat, 2014.
Locke, E. A. Long-Range Thinking and Goal-Directed Action. In G. Oettingen, A. T Sevincer, &
P. M. Gollwitzer (Eds.), The Psychology of Thinking about the Future. New York: Guilford
Publications, 2018.
Maisaroh, -, and - Rostrieningsih. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan
Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor.” Jurnal Ekonomi dan Pendidikan 7, no. 2
(2012): 157–172.
Mumford, Simon, and Kenan Dikilitaş. “Pre-Service Language Teachers Reflection
Development through Online Interaction in a Hybrid Learning Course.” Computers and
Education 144 (2020): 103706.
Nasution, Riskha Hanifa, Hapidin Hapidin, and Lara Fridani. “Pengaruh Pembelajaran ICT Dan
Minat Belajar Terhadap Kesiapan Membaca Anak Usia Dini.” Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini 4, no. 2 (2020): 733.
Nurhasanah, Siti, and A. Sobandi. “Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa.”
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 1, no. 1 (2016): 128.
Pembelajaran, Pengembangan Media. “PROBLEMATIKA GURU DALAM
PENGEMBANGAN” 8, no. 2 (n.d.): 145–167.
Rahayu, Tetra, Tantri Mayasari, and Farida Huriawati. “Pengembangan Media Website Hybrid
Learning Berbasis Kemampuan Literasi Digital Dalam Pembelajaran Fisika.” Jurnal
Pendidikan Fisika 7, no. 1 (2019): 130.
Ramanau, Ruslan. “Internationalization at a Distance: A Study of the Online Management
Curriculum.” Journal of Management Education 40, no. 5 (2016): 545–575.
Schunk, D.H, and E. L Usher. Social Cognitive Theory and Motivation. In R. M. Ryan (Ed.), The
Oxford Handbook of Human Motivation. New York: Oxford University Press, 2019.
Smith, Karen, and John Hill. “Defining the Nature of Blended Learning through Its Depiction in
Current Research.” Higher Education Research and Development 38, no. 2 (2019): 383–
397.
Sobron, A.N, Bayu, Rani, and Meidawati S. “Pengaruh Daring Learning Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Sekolah.” Prosiding 1, no. 1 (2019): 1–5.
Suhendi, A, and Purwarno. “Constructivist Learning Theory: The Contribution to Foreign
Language Learning and Teaching.” KnE Social Sciences 3, no. 4 (2018): 87.
Tigowati, Tigowati, Agus Efendi, and Cucuk Wawan Budiyanto. “The Influence of E-Learning
Use to Student Cognitive Performance and Motivation in Digital Simulation Course.” IJIE
(Indonesian Journal of Informatics Education) 1, no. 1 (2017): 127.
Tuapattinaya, Prelly M. J. “Pengembangan Media Pembelajaran Biologi Berbasis Hybrid
Learning Untuk Meningatkan Hasil Belajar Siswa Pada Smp Negeri 6 Ambon.” Biosel:
Biology Science and Education 6, no. 2 (2017): 186.
Wahyuni, Sri Ayu. “Penerapan Model Hybrid Learning Dalam Ptm Terbatas Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa.” Indonesian Journal of Educational
Development 2, no. 3 (2021): 472–481.
Widana, I Wayan, I Wayan Sumandya, Komang Sukendra, and I Wayan Sudiarsa. “Analysis of
Conceptual Understanding, Digital Literacy, Motivation, Divergent of Thinking, and
Creativity on the Teachers Skills in Preparing Hots-Based Assessments.” Journal of
Advanced Research in Dynamical and Control Systems 12, no. 8 (2020): 459–466.
Widianto, Edi, Alfina Bilqisth Shafia, Mira Andini Sari, Naili Muhibbatin, and Ni Matul. “Peran
Pembelajaran Daring Bagi Warga Belajar Program Pendidikan Kesetaraan Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh Role of Online Learning for Learners of Equality
Education Programs in Implementing Distance Learning.” Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
5, no. 1 (2021): 24–30.
Xiao, Jun, Hong Zheng Sun-Lin, Tzu Han Lin, Mengyuan Li, Zhimin Pan, and Hsu Chen Cheng.
“What Makes Learners a Good Fit for Hybrid Learning? Learning Competences as
Predictors of Experience and Satisfaction in Hybrid Learning Space.” British Journal of
Educational Technology 51, no. 4 (2020): 1203–1219.
Yani, Ahmad. “Pengaruh Media Model Hybrid Berbasis WEB Whanced Course Terhadap Hasil
Belajar Fisika.” Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) (2017): 224–230.
Yuliantika, Siska. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa Kelas X,
Xi, Dan Xii Di Sma Bhakti Yasa Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017.” Jurnal Pendidikan
Ekonomi Undiksha 9, no. 1 (2017): 35.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai