Disusun oleh :
Tita Dwi Nur Cahyati
1201418019
Nim : 1201418019
Tim Penguji
Ketua Penguji
Sekretaris
Penguji 1
Penguji 2
Penguji 3/Pembimbing
PERNYATAAN
Dengan ini, saya
NIM : 1201418019
“Lakukan yang anda suka, jadilah diri sendiri, dan kesuksesan akan datang
secara alami “
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah dengan memnjatkan ucapan syukur kepada Allah SWT atas segala
berkat serta rahmat dan juga kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi
penulis dengan segala kekurangannya. Skripsi ini kupersembahkan sebagai bukti
semangat usahaku serta cinta dan sayangku kepada orang-orang yang sangat
berharga dalam hidupku.
1
Faiz Faozi and Desi Rahmawati, “Pengaruh Penggunaan Aplikasi Nike Training Club Terhadap Peningkatan
Vo2max Pada Pemain Ekstrakurikuler Futsal Putri Man 1 Kabupaten Sukabumi,” Biormatika : Jurnal ilmiah
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan 5, no. 02 (2019): 181–187.
Dalam proses belajar mengajar model e-learning membutuhkan media teknologi computer
yang memiliki berbagai menu untuk menunjang proses belajar mengajar. Adapun media di
artikan oleh Gagne (Rahardi, 2003) bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat memberikan stimulasi siswa untuk belajar. Disisi lain, media
pembelajaran juga merupakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit
ke yang paling abstrak, dimana terdapat pengaruh dari partisipasi, observasi dan pengalaman
belajar yang diterima warga belajar.
Pendidikan juga merupakan satu sarana untuk melancarkan komunikasi antara pemong
dengan warga belajar yang bertujuan untuk menyampaikan sebuah informasi. Pamong juga
berperan dalam memotivasi pembelajaran yang dimana memberikan pengetahuannya kepada
warga belajar agar dapat menumbuhkan tingkat pengetahuan, keterampilan serta sikapnya.
Pendidikan merupakan salah satu Sumber Daya Manusia yang berkualitas sebagai faktor
pendukung keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan. Selain itu juga termasauk faktor
pendukung membuat keberhasilan manusia yang berkulaitas. Pentingnya pendidikan bagi bangsa
dan negara untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Di Indonesia, pendidikan tidak hanya
terbatas pada pendidikan bentuk formal seperti di sekolah. Sistem pendidikan di Indonesia
terdapat tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, non formal dan informal.
Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, seperti sekolah formal. Jalur
pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal merupakan jalur
Pendidikan informal, jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Pendidikan ini bisa kita temui
lewat sekolah rumah (homeschooling) atau juga Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta
didik tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga
mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara.
Untuk menumbuhkan interaksi baik pamong dengan warga belajar atau sesama warga belajar
sendiri, disini pamong memberikan celah untuk warga belajar untuk menanyakan hal yang belum
jelas atau belum dimengerti pada setiap proses pembelajaran adalah analisis pengalaman. Disini
dijelaskan betul bahwa sasaran pembelajaran saat ini bukan lagi anak-anak melainkan kumpulan
orang-orang dewasa yang memiliki pengalaman yang mungkin tidak bisa dipungkiri melebihi
pamongnya tersebut. Pamong berusaha menegaskan dalam setiap diri warga belajar agar
berusaha tetap dihargai dengan ekstra usahanya disetiap proses pengalaman yang diberikannya.
Disamping itu pamong juga menyelaraskan berbagai kemampuan dan tenaga untuk dapat tetap
berinteraksi dengan warga belajar, agar pemikiran warga belajar tidak terpaku masih
menyamakan dengan anak-anak. Padahal sebenarnya pamong tidak perlu repot memberikan
pengetahuannya kepada warga belajar jika sudah menganggap warga belajar sebagai orang
dewasa yang sudah bisa mengarahkan dirinya sendiri walaupun saat itu materi yang dihadapinya
begitu sulit sekalipun. Jadi pamong disini berperan double untuk menjadikan warga belajar
sebagai orang dewasa yang mempunyai keterampilan serta menjadikan warga belajar sebagai
peserta didik yang unggul dalam berkompeten di dunia pendidikan.
Berdasarkan realita yang terjadi saat ini kegiatan proses belajar mengajar telah mengalami
hambatan khususnya melaksanakan pembelajaran secara tatap muka, hal ini disebabkan adanya
virus Covid-19 yang menghambat berbagai kegiatan aktivitas manusia. Salah satu solusi yang
dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menunjang pendidikan pada saat ini yaitu dengan
memanfaatkan teknologi yang ada. Media pembelajaran daring atau online suatu strategi
pembelajaran yang menyenangkan bagi pembelajar karena dapat diakses melalui handphone
android, laptop, maupun komputer bukan hanya menyimak buku (Sobron A.N, dkk, 2019)2.
Tentu ini menjadi PR bagi Kemendikbud ataupun Pemerintah dalam mengupayakan proses
pembelajaran yang efektif agar dijangkau oleh berbagai peserta didik dipenjuru nusantara.
Sistem pembelajaran e-learning banyak meiliki keunggulan tersendiri, oleh karena itu
pembelajaran e-learning tidak sekedar menjadi pengganti dari pembelajaran konvensional (tatap
muka) tetapi kelak juga bisa berjalan beriringan dan berkelanjutan. Hal ini juga berdampak tidak
hanya intitusi pendidikan sekolah formal melainkan juga nonformal termasuk Sanggar Kegiatan
Belajar. Yang dimana program kesetaraan yang ada dilembaga tersebut juga terpaksa mengikuti
anjuran dari peraturan Kemendikbud untuk belajar dari rumah. Disini pamong belajar dituntut
harus mampu merancang kegiatan pembelajaran dari perencanaan hingga model model evaluasi
yang telah ditetapkan dan disederhanakan menjadai kreatif dan efektif. Maka dari itu
2
A.N Sobron et al., “Pengaruh Daring Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah,” Prosiding 1, no. 1
(2019): 1–5.
dilaksanakanlah pembelajaran Hybrid Learning guna membersamai proses kegiatan yang saat ini
masih simpang siur menunggu kabar dari pemerintah. Dengan cara ini semoga mempermudah
antara pamong dengan warga belajar untuk tetap berproses dalam pembelajaran ditengah-tengah
kasus pendemi saat ini.
Hybrid learning adalah pembelajaran yang memadukan anatara kegiatan pembelajaran tatap
muka dengan pembelajaran berbasis teknologi komputer dan internet (Galus et al., 2021). Hybrid
learning juga merupakan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pengajaran, serta berbagai media teknologi yang beragam. Selain itu menurut Widana (2020)
hybrid learning tidak hanya mengurangi jarak pembelajaran antara pamong dengan warga
belajar tetapi juga meningkatkan interaksi di antara kedua belah pihak. Jadi pembelajaran ini
juga dinilai menguntungkan dari pada pembelajaran tatap muka (PTM) yang biasanya warga
belajar masih mendominan menggantungkan pamong dan masih mengikuti pembelajaran
tradisional.3 Hybrid learning mampu membuat warga belajar menjadi mandiri sebab
pembelajaran ini menekankan warga belajar dituntut untuk mengasah kemampuan berfikirnya
dengan teknologi bukan hanya monoton mendengarkan metode ceramah dari pamongnya.
Pembelajaran hybrid learning juga mengiringi adanya teknologi yang dikeluarkan oleh
pemerintah Kemedikbud yakni apliaksi situs setara daring yang dimana sebuah sistem untuk
mengoperasikan pembelajaran menjadi ringkas dan tetap efisien dalam menunjang hasil belajar
warga belajar di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Rembang.
Dengan adanya media situs setara daring yang telah ditetapkan untuk proses pembelajaran e-
learning berlangsung memudahkan warga belajar untuk tidak kesulitan datang ke Sanggar
Kegiatan Belajar yang juga dimana peserta didiknya tidak sedikit dari mereka masih bekerja.
Akses setara daring juga melatih warga belajar untuk memiliki keterampilan dibidang teknologi
agar membiasakan diri untuk belajar dan berlatih bagaimana cara mengoperasikan media aplikasi
situs setara daring untuk memperlancar proses belajar mengajarnya. Pembelajaran ini difasilitasi
teknologi yang memilki banyak manfaat diantara dapat 1) Meningkatkan interaksi pembelajaran
antara warga belajar dan pamong, 2) Terjadinya interaksi pembelajaran kapan dan dimana saja,
3) Menjangkau warga belajar dalam cakupan yang luas, 4) Mempermudah penyempurnaan dan
peyimpanan materi pembelajaran (Bates. 1997).
3
I Wayan Widana et al., “Analysis of Conceptual Understanding, Digital Literacy, Motivation, Divergent of
Thinking, and Creativity on the Teachers Skills in Preparing Hots-Based Assessments,” Journal of Advanced
Research in Dynamical and Control Systems 12, no. 8 (2020): 459–466.
Sesuai kenyataan yang ada dilapangan terkait proses pembelajaran di Sanggar Kegiatan
Belajar Kabupaten Rembang ini masih memliki kekurangan dengan berbagai faktor serta hal-hal
yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Saat itu pamong memberikan materi ada beberapa
warga belajar yang kurang memperhatikan materi yang disampaikan pamong,ketika diskusi
mengenai matri yang disajikan warga belajar masih ada beberapa yang asik sendiri bermain
dengan teman-teman, selain itu pada saat proses pembelajaran berlangsung ketika pamong
menggunakan media bantu dalam pemeblajaran (LCD), ada beberapa warga belajar kurang
memperhatikan malah lebih asik melihat (Handphone) mereka. Hal ini dikarenakan kurangnya
penggunaan kata yang yang kurang dipahami dan kurangnya perhatian dari pamong dalam
membangun interaksi dalam kelas sehingga apa yang disampaikan baik secara lisa maupun alat
bantu berupa media kurang dimengerti oleh warga belajar dan terlebih lagi warga belajar juga
kurang fokus dan malah asik sendiri dengan kegiatan yang mereka lakukan dengan teman-
temannya. Dengan demikian jika hal ini dibiarkan berlarut-larut tanpa adanya penanganan maka
akan mempengaruhi hasil belajar warga belajar di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten
Rembang. Hal ini juga disebabkan adanya beberapa faktor yang ada pada diri pamong,terlebih
lagi di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Rembang ini pamongnya rata-rata yang mengajar di
program kesataran kategori sudah berumur lansia dan Gaptek terhadap teknologi yang saat ini
dituntun untuk dapat mengoperasikan penggunan media situs setara daring dalam menunjang
proses pembelajaran warga belajar terhadap hasil belajarnya. Maka dari itu pamong muda yang
unggul dengan teknologi dituntun lebih ekstra menjalani pekerjaannya yang dimana juga sedikit
demi sedikit membantu pamong lansia belajar untuk mengoperasikan komputer untuk kebutuhan
kinerjanya.
1.6.1 Penelitian yang dilakukan Sulihin B. Sjukur4 meneliti tentang blended learning yang
mengambil studi kasus pada SMK Negeri 1 Satui Kab.Tanah Bumbu. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa. Hasil penelitiannya
ternyata ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan blended learning
dibadingkan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Jadi hasil
persamaan penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran online mempengaruhi
target dari suatu objek yang penerapan model pembelajaran dan motivasi terhadapa hasil
belajar tentu dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dibawakan.
1.6.3 Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Mayasari dan Huriawati 5 yang meneliti tentang
pengembangan media website hybrid learning berbasis kemampuan literasi digital dalam
pembelajaran fisika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan website
pembelajaran Hybri, karakteristik produk terhadap ketrampilan literasi digital dalam
4
Riskha Hanifa Nasution, Hapidin Hapidin, and Lara Fridani, “Pengaruh Pembelajaran ICT Dan Minat Belajar
Terhadap Kesiapan Membaca Anak Usia Dini,” Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 4, no. 2 (2020):
733.
5
Tetra Rahayu, Tantri Mayasari, and Farida Huriawati, “Pengembangan Media Website Hybrid Learning Berbasis
Kemampuan Literasi Digital Dalam Pembelajaran Fisika,” Jurnal Pendidikan Fisika 7, no. 1 (2019): 130.
pembelajaran fisika. Hasil yang diperoleh adalah media website Hybrid Learning berbasis
kemampuan literasi ini sangat layak untuk digunakan berdasarkan pengujian kelayakan
produk dan hasil respon siswa terhadap media sebesar 79,85%. Persamaan penelitian
Rahyu dkk dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang penggunaan media
hybrid. Adapun yang membedakan adalah objek penelitiannya, penelitian Rahayu dkk
digunakan dalam pembelajaran fisika sedangkan penelitian ini pada warga belajar di SKB
Rembang.
1.6.4 Penelitian yang dilakukan oleh Banat & Martiani6 yang meneliti tentang kemandirian
belajar mahasiswa penjas menggunakan media Google Clasroom melalui hybrid learning
pada pembelajran profesi pendidikan di masa pandemi covid-19. Hasil yang diperoleh
adalah tingkat kemandirian belajar mahasiswa menggunakan media google classroom
melalui hybrid learning pada pembelajaran profesi berada pada nilai rata-rata. Oleh
karena itu, interpretasi mahasiswa penjas menggunakan media google classrom melalui
hybrid learning pada pembelajaran profesi pendidikan di masa pandemi adalah sangat
kuat.
1.6.5 Penelitian yang dilakukan oleh Tuapattinaya7 yang meneliti tentang pengembangan media
pembelajaran biologi berbasis Hybrid Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan media pembelajaran berbasisi hybrid learning untuk meningkatkan hasil
belajar biologi siswa kelas VIII Billingual SMP 6 Ambon. Hasil yang di peroleh adalah
penelitian ini melakukan dengan tiga tahap yakni pendefinisian, perancangan dan
pengembangan. Kemudian produk pengembangan tersebut divalidasi dan dilanjutkan uji
coba produk. Setelah diuji produk berupa perangkat pembelajaran berkualifikasi valid
dan layak untuk digunakan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
Billingual yang diajarkan menggunakan materi sistem peredaran darah manusia.
1.6.6 Penelitian yang dilakukan oleh Yani8 yang meneliti tentang pengaruh media Hybride
berbasis web Whanced course terhadap hasil belajar fisika. Penelitian ini termasuk Quasi
6
Azizatul Banat and . Martiani, “Kemandirian Belajar Mahasiswa Penjas Menggunakan Media Google Classroom
Melalui Hybrid Learning Pada Pembelajaran Profesi Pendidikan Di Masa Pandemi Covid-19,” Jurnal Teknologi
Pendidikan (JTP) 13, no. 2 (2020): 119.
7
Prelly M. J Tuapattinaya, “Pengembangan Media Pembelajaran Biologi Berbasis Hybrid Learning Untuk
Meningatkan Hasil Belajar Siswa Pada Smp Negeri 6 Ambon,” Biosel: Biology Science and Education 6, no. 2
(2017): 186.
8
Ahmad Yani, “Pengaruh Media Model Hybrid Berbasis WEB Whanced Course Terhadap Hasil Belajar Fisika,”
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) (2017): 224–230.
Eksperimen. Hasil yang diperoleh adalah secara deskriptif dan infrensial rata-rata 11,76%
berada dikategori sedang, dan kelas kontrol juga dikategori sedang.
1.6.7 Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni9 yang meneliti tentang penerapan model hybrid
learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hasil penerapan hybrid learning untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh adalah
penerapannya melalui tiga tahap yakni tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.6.8 Penelitian yang dilakukan oleh Widianto dkk10 meneliti tentang peran pembelajaran
daring bagi warga belajar program pendidikan kesetaraan dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran
pembelajaran online pada saat adanya covid-19. Hasil yang diperoleh adalah
pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, akan tetapi sering ada kendala
dalam jaringan. Hal tersebut membuat pembelajaran tidak efektif. Persamaan penelitian
Widianto dkk dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti metode pembelajaran di
SKB. Adapun yang membedakan adalah penelitian Widianto berfokus pada pembelajaran
daring sedangkan penelitian ini fokus pada metode hybrid atau campuran.
1.6.9 Penelitian yang dilakukan oleh Xiao11 meneliti tentang faktor keberhasilan pembelajaran
hybrid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kompetensi belajar prediktif
untuk pengalaman dan kepuasan metode hybrid. Hasil yang diperoleh adalah kompetensi
keterlibatan kognitif sebagian besar kompetensi prediktif tidak berhubungan secara
signifikan dengan kepuasan dan pengalaman pembelajaran hybrid. Sebab, pembelajaran
hybrid menyediakan semua opsi sehingga untuk kepuasan belajar, siswa tidap perlu
memiliki kompeten tertentu. Adapun yang perlu dimiliki adalah kompetensi yang terlibat
dalam kognitif untuk dapat menemukan campuran pembelajaran yang tepat. Persamaan
penelitian Xiao dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pembelajaran
hybrid.
9
Sri Ayu Wahyuni, “Penerapan Model Hybrid Learning Dalam Ptm Terbatas Untuk Meningkatkan Motivasi Dan
Hasil Belajar Siswa,” Indonesian Journal of Educational Development 2, no. 3 (2021): 472–481.
10
Edi Widianto et al., “Peran Pembelajaran Daring Bagi Warga Belajar Program Pendidikan Kesetaraan Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh Role of Online Learning for Learners of Equality Education Programs in
Implementing Distance Learning,” Jurnal Pendidikan Luar Se\kolah 5, no. 1 (2021): 24–30,
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JLC.
11
Jun Xiao et al., “What Makes Learners a Good Fit for Hybrid Learning? Learning Competences as Predictors of
Experience and Satisfaction in Hybrid Learning Space,” British Journal of Educational Technology 51, no. 4
(2020): 1203–1219.
1.6.10 Penelitian yang dilakukan oleh Mumford & Dikilitay12 meneliti tentang pengembangan
refleksi guru bahasa pra-jabatan melalui interaksi online dalam kursus pembelajaran
hybrid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan ketrampilan berpikir
reflektif pada tiga guru pra-jabatan di Turki. Hasil yang diperoleh adalah dari ketiga guru
tersebut hanya satu yang mencapai tingkat refleksi yang lebih tinggi. Implikasi
penelitiannya mencakup pembelajaran online khususnya pembentukan kehadiran sosial
dalam interaksi sosial. Persamaan penelitian Mumford & Dikilitay dengan penelitian ini
sama-sama meneliti tentang pembelajaran hybrid. Adapun perbedaan penelitian Mumford
& Dikilitay subjeknya adalah guru bahasa di Turki, sedangkan penelitian ini pada siswa
di SKB Rembang.
12
Simon Mumford and Kenan Dikilitaş, “Pre-Service Language Teachers Reflection Development through Online
Interaction in a Hybrid Learning Course,” Computers and Education 144 (2020): 103706.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemilihan dan penerapan media pembelajaran menjadi salah satu penentu keberhasilan
peserta didik atau warga belajar. Media pembelajaran memiliki peran penting dalam proses
pembelajaran, media pembelajaran memiliki beberapa manfaat praktis yaitu:
Media pembelajaran jika ditinjau ada beberapa jenis-jenis yang berkaitan dengan indera
yang digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan, maka dapat dibedakan dalam tiga
macam yaitu: 1) media pandang (visual) 2) media dengar (audi) dan 3) media audio visual 16
Adapun beberapa penjelasan tentang jenis-jenis media pembelajaran adalah sebagai berikut:
16
Pengembangan Media Pembelajaran, “PROBLEMATIKA GURU DALAM PENGEMBANGAN” 8, no. 2 (n.d.):
145–167.
a) program dalam bentuk radio b) program dalam bentuk dialog atau Tanya jawab
dan c) program dalam bentuk drama atau sandiwara.
c. Media Pandang Dengar (audio visual)
Media audio visual ini bentuk media pengajaran bahasa yang sering digunakan oleh
pembelajaran. Karena dengan media ini proses antara indera pendengar dengan indera
pandang saling membantu dalam berinteraksi. Jenis media ini biasanya televisi, VCD,
computer dan laboratorium bahasa. Media audio visual ada banyak jenis dan berbagai
macam bentuknya dari mulai yang paling kecil, sederhana dan murah hingga media yang
paling mahal harganya serta media yang dapat dibuat sendiri hingga diproduksi oleh
pabrik sekaligus. Media ini juga dipasarkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
dari pemanfaatan individual hingga keperluan pembelajaran. Tetapi hal itu tidak sesuai
dengan setiap pemanfaatan dan penggunaanya dalam menunjang kebutuhan sehari-hari.
Beberapa media yang biasa digunakan oleh orang biasa tentu kenyataan tidak tentu biasa
digunakan oleh pendidik. Alternatif dalam penggunaan media bagi pendidik untuk
menunjang kebutuhannya berupa media cetak (buku). Selain itu ada beberapa media
penunjang lainnya seperti gambar, model, dan Overhead Projector (OPH) dan obyek-
obyek nyata. Untuk media pendukungnya seperti kaset audio, video, VCD, slide (film
bingkai), dan komputer.17
17
Ibid.
sebelum proses pembelajaran dilakukan. Menurut May & Shor berpendapat bahwa
pembelajaran online seperti kegiatan berkebun.18 Yakni praktik pengajaran sebagai
kegiatan berkebun dimana penempatan, kondisi tanah, penyiraman dan pengendalian hama
gulma di taman dapat memiliki persamaan dalam perbedaan individu siswa, memotivasi
siswa dalam proses, memberikan umpan balik dan menghindari informasi yang berlebih.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pengertian pembelajaran adalah upaya yang
dilakukan tutor atau pamong untuk memudahkan warga belajar memperoleh ilmu
pengetahuan. Disini tutor atau pamong dapat mengatur, merangkai, merencanakan, dan
mengorganisasikan materi pembelajaran untuk menumbuhkan semangat pada belajar
warga belajar sehingga dapat mencapai tujuan dan tingkat pemahaman yang diharapkan.
Menurut Korpershoek (2014) seorang pengajar atau pemberi materi harus memiliki empat
aspek utama yakni (1) mengembangkan kepedulian; (2) mengorganisir dan melaksanakan
instruksi; (3) mendorong keterlibatan siswa dalam tugas akademik; (4) mempromosikan
pengembangan keterampilan sosial dan pengaturan diri siswa.19 Seorang pengajar apabila
memiliki keempat aspek tersebut akan menghasilkan penyederhanaan, proposisi, dan
meningkatkan informasi.
20
Tigowati Tigowati, Agus Efendi, and Cucuk Wawan Budiyanto, “The Influence of E-Learning Use to Student
Cognitive Performance and Motivation in Digital Simulation Course,” IJIE (Indonesian Journal of Informatics
Education) 1, no. 1 (2017): 127.
21
Bryan & Volchenkova., “Blended Learning: Definition, Models, Implications for Higher Education,” Bulletin of
the South Ural State University series “Education. Education Sciences” 8, no. 2 (2016): 24–30.
22
Alaa Alkhaleel, “The Advantages of Using Blended Learning in Studying English as a Foreign Language at the
University of Tabuk ARTICLE INFORMATION,” Modern Journal of Language Teaching Methods (MFLTM) 9,
no. 2 (2019): 1–7.
berbasis internet (asynchronous). Sehingga dapat dinyatakan bahwa metode belajar yang
menggabungkan dua atau lebih metode pendekatan dalam pembelajaran untuk mencapai
tujuan dari pembelajaran tersebut.
Selain itu menurut Jusoff and Khodabandelou (2009, hlm.82) menyatakan bukan hanya
mengurangi jarak yang selama ini ada diantara peserta didik dan tutor atau pamong
namun juga meningkatkan interaksi diantara kedua belah pihak. Selain itu, e-learning
mengubah pembelajaran teacher centered menjadi student center. 23
Maka dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli diatas, bahwa hybrid learning
atau juga bisa disebut blended learning merupakan pembelajaran yang memadukan
antara satu atau lebih model atau pendekatan pembelajaran.
23
Ismail Akbar Brahma, “Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online Dalam Mata Kuliah Sosiologi
Dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN Di STKIP Kusumanegara Jakarta,” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan
Nonformal 6, no. 2 (2020): 97.
2.2.3.2 Pembelajaran tatap muka (face to face)
Pembelajaran tatap muka salah satu bentuk kecil pembelajaran tradisional, yang dimana
dilaksanakan secara synchronous (serentak) dalam satu ruangan untuk belajar.
Pembelajaran model ini memiliki karakteristik yang terencana, berorientasi pada tempat
dan interaksi sosial.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran tatap muka diantaranya: 1)
Metode ceramah, 2) Metode penugasan, 3) Metode tanya jawab, dan 4) Metode
Demonstrasi. Pembelajaran tatap muka bertujuan untuk menyempurnakan serta
mempererat hubungan komunikasi antar tutor atau pamong dengan warga belajar
sehingga memudahkan warga belajar untuk memperdalam hal-hal yang dipelajari dari
materi online dan sebaliknya jika offline dapat memahami sejauh mana kemampuan
memperdalam ilmu pengetahuan warga belajar.
2.2.3.3 Belajar mandiri (Individualized Learning)
Belajar mandiri maksudny adalah pembelajaran dengan gaya atau metode yang
memberikan kebebasan, tanggung jawab dan kemandirian penuh pada warga belajar
dalam melaksanakan dan merancang kegiatan belajarnya sendiri tanpa bantuan atau
campur tangan orang lain. Di sini warga belajar memiliki kebebasan untuk menentukan
rencana studinya dan topic pembelajaran kapan dan bagaimana pembelajaran akan
dilakukan. Dalam pembelajaran mandiri, peran tutor atau pamong adalah memfasilitasi
atau merancang proses pembelajaran untuk mengatasi tingkat kesulitan dalam
mengidentifikasi materi pembelajaran.
Ronsen, David dan Stewart, Carmine (2015) menyebutkan ada beberapa kemungkinan
manfaat dari pembelajaran hybrid learning diantaranya:
24
Karen Smith and John Hill, “Defining the Nature of Blended Learning through Its Depiction in Current Research,”
Higher Education Research and Development 38, no. 2 (2019): 383–397.
6) Hybrid learning juga dapat membuat tugas menjadi lebih menyenangkan dan
fleksibel.
Selain itu, Cavanaugh Giapponi dan Golden (2016) berpendapat dalam penelitiannya bahwa
terdapat masalah tentang prevalensi teknologi dalam kehidupan siswa dan efek mendalam pada
membaca dan berpikir kritis.25 Seperti sekarang fenomena siswa terbiasa yang membaca hanya
25
J. Michael Cavanaugh, Catherine C. Giapponi, and Timothy D. Golden, “Digital Technology and Student
Cognitive Development: The Neuroscience of the University Classroom,” Journal of Management Education 40,
no. 4 (2016): 374–397.
sekilas melalui media digital, sehingga pendidik dapat membantu untuk berpikir lebih dalam
dalam pembelajaran.
26
D.H Schunk and E. L Usher, Social Cognitive Theory and Motivation. In R. M. Ryan (Ed.), The Oxford Handbook
of Human Motivation (New York: Oxford University Press, 2019).
27
E. A. Locke, Long-Range Thinking and Goal-Directed Action. In G. Oettingen, A. T Sevincer, & P. M. Gollwitzer
(Eds.), The Psychology of Thinking about the Future (New York: Guilford Publications, 2018).
28
A Suhendi and Purwarno, “Constructivist Learning Theory: The Contribution to Foreign Language Learning and
Teaching,” KnE Social Sciences 3, no. 4 (2018): 87.
Lima kunci “Hybrid Learning” Terdapat lima kunci utama dalam penerapan proses
pembelajaran hybrid learning. Dalam penerapannya, hybrid learning menekankan
penerapan teori pembelajaran Keller, Gagne, Bloom, Merrill, Clark dan Grey.
1. Live event, diartikan sebagai pembelajaran langsung atau tatap muka yang
dilakukan secara sinkron dalam waktu dan tempat yang sama. Bisa juga waktu
yang sama dengan tempat berbeda.
2. Self-paced learning, berarti mengkombinasikannya dengan pembelajaran mandiri
yang memungkinkan peserta didik belajar kapan saja dan dimana saja secara
daring.
3. Collaboration, yaitu kolaborasi antara pendidik dan peserta didik, juga kolaborasi
antar sesama peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Assessment, artinya guru harus mampu meracik kombinasi jenis assessment
daring atau luring. Bentuknya bisa berupa tes maupun non tes seperti proyek
kelas.
5. Performance support materials, yaitu untuk memastikan bahan belajar disiapkan
dalam bentuk digital. Tujuannya agar bahan belajar tersebut dapat dengan mudah
diakses oleh peserta didik, baik secara daring maupun luring.
Agar mendapatkan kualitas pengalaman belajar yang baik dengan hybrid learning,
dibutuhkan pendekatan sistematis terkait persiapan, pengorganisasian dan pemanfaatan
sumber belajar yang digunakan. Selain itu, juga kunci keberhasilan metode pembelajaran
adalah “... a key factor in evaluating the effectiveness of any learning program.”29 Hal
tersebut mengatakan bahwa kepuasan siswa kunci utama dalam mengevaluasi efektivitas
program pembelajaran apapun.
Soekartawi dalam (Husamah, 2014) secara khusus menyebutkan ada beberapa tahapan
dalam merancang dan melaksanakan hybrid learning supaya hasilnya maksimal
diantaranya:
1. Menetapkan macam dan materi bahan ajar sesuai dengan syarat Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ). Perancangan bahan ajar sebaiknya dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
a. Bahan ajar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh warga belajar.
b. Bahan ajar yang dapat dipelajari melalui interaksi tatap muka.
c. Bahan ajar yang dapat dipelajari secara online atau berbasis web
2. Menetapkan rancangan hybrid learning yang dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan pembelajaran
hybrid learning berkaitan dengan:
a. Aspek pendukung yang dibutuhkan
b. Bagaimana cara mengaksesnya
c. Penyajian bahan ajarnya
d. Pembagian kategori bahan ajar menjadi komponen wajib dan pilihan
3. Menetapkan format pembelajaran online seperti HTML atau PDF, video, dan
memakai akses hosting yang dipakai misalnya Yahoo, google, MSN atau
lainnya.
4. Melakukan uji coba terhadap rancangan yang dibuat. Uji coba rancangan bisa
dilakukan dengan menggunakan “pre test” sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran.
5. Memberikan pelayanan yang maksimal dalam menyelenggarakan
pembelajaran hybrid learning dan menyiapkan jawaban yang berkualitas
29
Elham Alsadoon, “The Impact of Social Presence on Learners’ Satisfaction in Mobile Learning,” Turkish Online
Journal of Educational Technology 17, no. 1 (2018): 226–233.
untuk pertanyan-pertanyaan yang mungkin disampaikan oleh warga belajar
terkait teknis pelaksanaan pembelajaran hybrid.
6. Menyiapkan bentuk evaluasi pelaksanaan hybrid learning, antara lain :
a. Ease to navigate
Dimana warga belajar diminta mengakses semua informasi yang
disediakan dalam pembelajaran. Dengan indikator, semakin mudah
mengakses semakin baik.
b. Content/substance
Dilihat kualitas materi dan model pengajaran yang digunakan. Dengan
indikator, semakin baik kualitas materi dan model yang digunakan maka
semakin mendekati tujuan pembelajaran.
7. Layout/format/appearance
Media pembelajaran yang disajikan secara profesional (buku, modul,panduan
belajar atau informasi lainnya). Dengan indikator semakian, bagus tampilan
bahan ajar maka semakin berkualitas.
8. Interest
Isi paket pembelajaran disajikan dengan semenarik mungkin untuk minat
warga belajar dalam belajar. Dengan indikator semakin baik, rencana
pembelajaran yang diajukan dapat membuat warga belajar terus tertarik untuk
belajar.
9. Applicability
Sejauh mana tahap pembelajaran yang dikuasai dan dapat diimplementasikan
dengan mudah oleh warga belajar. Dengan indikator semakin mudah diakses
maka semakin baik.
10. Cost-effectiveness/Value
Biaya yang dikeluarkan dalam mengikuti kursus tersebut.
30
Ruslan Ramanau, “Internationalization at a Distance: A Study of the Online Management Curriculum,” Journal of
Management Education 40, no. 5 (2016): 545–575.
Untuk merancang aktivitas pembelajaran dapat diindentifikasi dalam bahasan yang akan
dicapai melalui pembelajaran asinkron dan sinkron.
Merancang aktivitas pembelajaran asinkron, terdiri dari dua langkah yaitu:
a. Menyusun rancangan pembelajaran asinkron sebagai garis besar
rancangan
b. Merangkai alur pembelajaran asinkron sebagai alur pembelajaran yang
lebih rinci untuk pokok materi dan objek belajar.
Sama halnya dengan aktivitas pembelajaran sinkron sebagai alur pembelajaran terdiri juga dari
dua langkah, yaitu:
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah
menerima pengalaman belajar. Menurut Nana Sudjana (2005: 20) hakikat hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Menurut Nana Sudjana (2005: 38) hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar peserta
didik. Faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor yang
datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor
kemampuan yang dimiliki peserta didik, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketentuan, sosial ekonomi dan faktor sosial
ekonomi.
Menurut Ahmadi dalam Darnita dkk, hasil belajar adalah kegiatan yang telah dicapai
sesuai kemampuan yang dapat dilihat melalui perubahan sikap situasi dan kondisi
lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran tersebut.
Menurut Gagne dan Berliner, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
muncul karena pengalaman. “Belajar juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya akibat pengalaman yang telah dialami”.
Kemudian menurut Winkel, Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif konstan dan berbekas.
Menurut Degeng, menyatakan bahwa “Belajar merupakan terkait pengetahuan baru pada
struktur kognitif yang sudah dimiliki si pelajar. Maksudnya peserta didik dalam proses
belajar akan menghubungkan pengetahuan barunya.
Maka dari itu dapat disimpulkan dari beberapa pendapat ahli hasil belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku yang dihasilkan karena sebuah pengalaman yang telah dialami oleh
peserta didik sehingga menghasilkan perubahan di mana perubahan itu bersifat konstan.
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang dapat dicapai setelah seseorang
belajar. Menurut Tafsir (2008), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang
dimana target tersebut merupakan sebagai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut M.
Gagne ada 5 macam bentuk hasil belajar:
Didalam proses belajar mengajar ada beberapa sejumlah faktor yang dimana merupakan
masukan dari instrumen atau rancangan yang dibuat unruk tercapainya keluaran yang
dikehendaki. Faktor yang mempengaruhi disiplin belajar antara lain faktor keadaan fisik,
keadaan psikis, kebiasaan keluarga, penerapan tata tertib sekolah dan kondisi lingkungan
masyarakat.31 Adapun menurut M. Dalyono (2009 : 55) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu :
31
Siska Yuliantika, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa Kelas X, Xi, Dan Xii Di
Sma Bhakti Yasa Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha 9, no. 1 (2017): 35.
memiliki bakat tentu mudah dan cepat daya serapnya dibandingkan dengan orang tidak
memiliki bakat terhadap proses hasil belajarnya.
3. Minat dan motivasi
Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian
hasil belajar. Minat adalah suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan, perhatian, fous,
ketekunan, usaha, pengetahuan keterampilan, pengatur perilaku, dan hasil interaksi
seseorang atau individu dengan konten atau kegiatan tertentu.32
Minat belajar yang tinggi mempengaruhi daya berpikir untuk memperoleh usaha hasil
belajar yang maksimal, sebaliknya jika minat belajar kurang maka akan memperoleh
hasil belajar yang rendah. Minat dan motivasi ini juga dipengaruhi oleh cara tutor
menyikapinya atau menanganinya lewat materi atau metode pembelajaran yang
diterapkan oleh peserta didik dilingkungan kelas.
4. Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Cara belajar atau
gaya belajar yang diterapkan oleh tutor atau pamong yang sebagai titik atau acuan dalam
melaksanakan proses pembelajaran tentu berbeda-beda sehingga untuk menyerap atau
menguasai materi pembelajaran pun dari tutor ke peserta didik sangat terbatas karena
adanya gerak motorik dari diri setiap peserta didik yang menerimanya.
32
Siti Nurhasanah and A. Sobandi, “Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran 1, no. 1 (2016): 128.
memfasilitasi beberapa keadaan ruangan, jumlah peserta didik per kelas, pelaksanaan tata
tertib sekolah, keadaan ruangan, dan sebagainya.
3. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar peserta didik. Orang-orang disekitar
akan mendorong peserta didik lebih giat lagi dalam belajar, tetapi jika disekitar tempat
tinggal peserta didik banyak pergaulan yang bebas atau nakal, pengangguran, tidak
bersekolah maka akan mengurangi semangat belajar dan motivasi juga ikut berkurang.
Pertumbuhan orang dewasa dimulai dari masa pertengahan remaja (adolescence) sampai
beranjak dewasa, di mana setiap individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh
ke arah menggerakan diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain
memandang dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang memiliki identitasnya sendiri. Hal
tersebut membuat orang dewasa tidak ingin dipandang sebagai seorang anak-anak
melainkan dia mengharapkan pengakuan identitas dirinya kepada orang lain agar tidak
terjadi penolakan dan ketidaksenjangan terhadap dirinya. Tidak seperti ank-anak yang
beberapa tingkatan masih menjadi objek pengawasan, pengendalian orang lain yaitu
pengawasan dan pengendalian orang dewasa yang berada di sekelilingnya.
Pada kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi objek sosialisasi
yang di mana terbentuk dan dipengaruhi dalam menyesuaikan dirinya untuk keinginan
memegang jabatan di atas dirinya sendiri. Prinsip-prinsip belajar menurut Makmur
Khairani (2014, hlm.11) menyatakan bahwa:
Menurut Cronbach ada beberapa unsur utama dalam proses belajar, yaitu: 1) Tujuan, 2)
Kesiapan, 3) Situasi, 4) Interpretasi, 5) Respons, 6) Konsekuensi, dan 7) Reaksi terhadap
kegagalan. Dari beberapa unsur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan belajar
muncul karena untuk memenuhi kebutuhan.
2) Kesiapan. Dapat dilakukan dengan baik anak atau individu dalam memenuhi
kesiapan, baik fisik atau psikis yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu
dan penguasaan pengetahuannya secara cakap dan mendasar.
3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi yang terlibat di tempat,
lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, serta orang-orang yang terlibat
dalam kegiatan belajar. Kelancaran dan hasil belajar banyak dipengaruhi oleh
unsur situasi.
4) Interpretasi. Dihadapkan dalam sebuah situasi, individu mengadakan interpretasi,
yaitu melihat beberapa hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar
yang dapat menghubungkan dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
Berdasarkan hal tersebut mungkin individu dapat menyimpulkan atau tidak dapat
mencapai tujuan.
5) Respon. Dari hasil interpretasi dapat dilihat individu mungkin atau tidak mungkin
mencapai tujuan yang diharapkan, maka oa memberikan respon. Respon yang
berupa suatu usaha coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh
perhitungan dan perencanaan dalam mencapai tujuan tersebut.
6) Konsekuensi. Dalam setiap usaha akan membuahkan hasil, konsekuensi dialami
apakah membawa keberhasilan atau kegagalan. Demikian juga dengan respon
atau usaha belajar yang dilakukan seorang peserta didik, apabila peserta didik
berhasil dalam belajarnya maka ia merasa senang dan puas terhadap usaha yang
diperolehnya.
7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan yang diperoleh oleh peserta didik
juga terdapat kegagalan. Timbulnya perasaan kecewa atau sedih yang dialami
peserta didik juga akan ikut menurunkan atau memperkecil usaha belajarnya.
Maka kegagalan tersebut dapat menjadi motivasi dalam sebuah usahanya untuk
menutupi kegagalan tersebut.
Menurut Purwanto menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
diperoleh seseorang akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat
berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Adapun Maisaroh
Dan Rostrieningsih berpendapat bahwa hasil belajar adalah salah satu indikator yang bisa
digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar.33 Jadi, hasil belajar merupakan tolak ukur
yang digunakan untuk melihat keterampilan dari proses pembelajaran. Dengan hasil belajar
maka akan diketahui tingkat peserta didik selama proses pembelajaran.
33
- Maisaroh and - Rostrieningsih, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran
Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor,”
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan 7, no. 2 (2012): 157–172.
2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Hybrid
Setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran adanya faktor yang mempengaruhi dalam setiap
kegiatan dari segi pendukung maupun penghambatnya. Hal ini, banyak dipengaruhi oleh
faktor baik internal maupun faktor eksternal yang dating dari luar diri peserta didik. Hal ini
bisa dikatakan dengan wajar, karena subyek dari pendidikan ini merupakan manusia yang
pada dasarnya memiliki perbedaan dari sikap, perilaku, serta kemampuan berpikir yang
berbeda-beda.
Tidak jauh berbeda dengan halnya model pembelajaran Hybrid Learning yang ada di SKB
Rembang ini banyak faktor pendukung dan penghambat dalam penerapannya. Adapun
beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan model pemebelajaran
Hybrid Learning di SKB Rembang ini antara lain :
Pembelajaran adalah suatu kegiatan agar proses belajar seseorang yang berkaitan dengan
usaha sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut di
dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen penting yakni, tutor atau pamong,
media belajar, metode belajar, kurikulum/standar kompetensi dan lingkungan belajar,
dimana ini akan mempengaruhi cara tutor atau pamong dalam menyampaikan materi
pelajaran dengan metode yang cocok. Hasil belajar juga sebuah patokan yang harus dicapai
oleh peserta didik atau warga belajar dalam belajar. Sehingga tutor atau pamong berupaya
agar peserta didik atau warga belajar dapat mencapai patokan yang telah ditentukan. Secara
umum kerangka berpikir dalam penelitian ini diilustrasikan sebagai berikut:
Penggunaan Media
pembelajaran
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pada penelitian ini sifat data
yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data kualitatif. Pendekatan kualitatif ini
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang dihasilkan dari hasil
pengamatan dan wawancara secara langsung dalam proses pelaksanaanya. Menurut
Moleong (2011), penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dengan bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan pemanfaatan berbagai metode ilmiah. Menurut Bungin (2007:68) penelitian sosial
yang menerapkan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas
berbagai kondisi, situasi, maupun berbagai fenomena realitas sosial di masyarakat yang
menjadi objek penelitian, dan berupaya untuk menarik realitas tersebut ke permukaan
sebagai suatu ciri, karakter, model, sifat, tanda, atau gambaran tentang situasi, kondisi, serta
fenomena tertentu
Langkah awal yang dilakukan pada proses teknik pengumpulan data yaitu dengan
menyesuaikan pertanyaan atau bahan yang akan digunakan untuk mencari informasi agar
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Setelah itu melakukan survei ke
lapangan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Rembang, guna mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan dengan penelitian yang nantinya digunakan sebagai keperluan
dalam hasil penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
sebagai berikut:
3.5.1 Observasi
Observasi merupakan proses pengumpulan data dengan melakukan survei secara langsung,
dengan melihat keadaan secara langsung dan bagaimana situasi yang akan terjadi di
lapangan, kemudian mengamati keadaan yang ada dilapangan. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan penelitian partisipasi (participant observasi) dalam teknik ini pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. Menurut Bungin
(2007:116) pengumpulan data terhadap objek pengamatan dengan melibatkan diri langsung
hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan dalam
situasi tertentu. Partisipasi dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi tempat penelitian,
tetapi tidak ikut dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2015).
Tujuan dilakukannya observasi yaitu untuk mengamati secara langsung objek yang akan
diamati tanpa terlibat dengan kegiatan yang sedang berlangsung oleh objek penelitian.
Partisipasi yang dilakukan dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh
SKB Rembang dan ikut membantu dalam proses penyelenggaraan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Serta ikut mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan, hal ini dapat diamati
oleh penelitian dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan datanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Observasi peran serta (participant observation), yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari – hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber dan
penelitian.
b. Observasi non partisipan, yaitu peneliti tidak terlibat langsung dengan aktifitas orang
yang sedang diamati. Pada observasi jenis ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independent.
Penelitian ini akan menggunakan observasi non partisipan dan terstruktur. Peneliti akan
mengobservasi proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran baik daring maupun luring
serta pada proses pembuatan media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Observasi
dilakukan pada proses pembelajaran, pamong dan peserta didik yang terlibat dalam
pembelajaran tersebut.
3.5.2 Wawancara
Wawancara atau interview merupakan proses yang dilakukan peneliti dengan cara
tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh
keterangan, data, informasi, atau keterangan tentang suatu hal. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang
dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis karena pertanyaan
yang akan diajukan sudah tersusun. Kemudian bentuk pertanyaan yang digunakan pada
wawancara terstruktur ini adalah wawancara terbuka, menurut Emzir (2011:51)
wawancara terbuka yaitu peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk narasumber
yang tidak dibatasi jawabannya.
Jika dilihat dari pelaksanaannya, wawancara dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti atau
pencari data sudah mengetahui dengan pasti data atau informasi apa yang akan diperoleh.
b. Wawancara tidak terstruktur, wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan
berbagai pedoman wawancara yang telah tersusun secara runtut dan sistematis untuk
mengumpulkan datanya. Maksudnya pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis besar permasalahan yang ingin ditanyakan.
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur untuk memperoleh data. Teknik
tersebut dipilih karena selain memberi arah yang lebih jelas juga menghindari adanya
kekurangan data yang dibutuhkan atau memperoleh data yang tidak diperlukan.
3.5.3 Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan pengumpulan data secara dokumentasi yang dapat
dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumen resmi, dan dokumen budaya populer
yang kadang-kadang dokumen ini digunakan dalam hubungannya dengan atau
mendukung observasi berperan serta dan wawancara (Emzir, 2011:75). Dokumentasi
merupakan langkah dimana penelitian melakukan pembuktian yang berupa gambar,
maupun rekaman pada saat proses wawancara. Peneliti mendapatkan bukti tersebut bisa
secara langsung dengan apa yang terjadi dilapangan, bahkan bisa juga memperoleh bukti
tersebut melalui arsip yang dimiliki oleh informan. Dokumen sangat membantu peneliti
dalang dalam melakukan analisis data, dengan cara melihat gambar atau video, peneliti
dapat menggambarkan realita yang terjadi pada lokasi yang terlihat pada saat gambar atau
video tersebut.
Dalam penelitian ini, terdapat banyak dokumen yang dibutuhkan dalam proses
dokumentasi, gambar situasi warga belajar atau peserta didik belajar di sekolah dan
dirumah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), rekapan hasil evaluasi
pembelajaran, laporan harian pembelajaran serta dokumen lain yang berkaitan dengan
penerapan model hybrid learning di program pendidikan kesetaraan.
a. Pengumpulan data yang merupakan tahap awal dalam menganalisis data yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti melakukan pengumpulan data
mengenai penggunaan media pembelajaran hybrid learning terhadap hasil belajar warga
belajar selama kurang lebih dua bulan terhitung dari bulan Juni 2022 hingga Agustus 2022.
b. Reduksi data yang berarti merangkum dan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal
penting, serta mencari tema dan polanya. Reduksi data dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas dan terperinci tentang hasil penelitian serta memudahkan peneliti untuk
menganalisis data yang sudah diperoleh.
c. Penyajian data dapat berbentuk uraian atau deskripsi yang mampu memudahkan peneliti
dalam memahami fenomena yang terjadi, menarik kesimpulan, dan merencanakan tindakan
selanjutnya sesuai tujuan yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini, penyajian data
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan menggunakan catatan lapangan
peneliti kepada subjek penelitian, serta dokumentasi berupa profil lembaga.
d. Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data.
Kesimpulan awal yang terdahulu masih bersifat sementara dan akan berubah apabila bukti
untuk mendukung tahap pengumpulan data selanjutnya tidak ditemukan. Tetapi jika
kesimpulan awal yang terdahulu didukung oleh bukti yang valid dan konsisten ketika
peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan tersebut dapat
dikatakan sebagai kesimpulan yang dapat dipercaya. Pada penelitian ini, verifikasi data
dilaksanakan dengan wawancara memberikan pertanyaan kepada informan pendukung yaitu
orang tua murid, serta membandingkan hasil penelitian di lapangan dengan dokumen yang
telah tercatat sebelumnya.
3.7 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, perangkat atau alat penelitiannya adalah peneliti itu sendiri
(Sugiyono, 2014: 305). Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203), “Peralatan penelitian
mengumpulkan data untuk memudahkan peneliti bekerja, lebih teliti, lebih lengkap, lebih
sistematis, dan menghasilkan hasil yang lebih baik. Alat atau perlengkapan yang digunakan
untuk penelitian ini adalah terutama alat bantu bagi peneliti dan didukung oleh alat pengumpulan
data: pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman dokumentasi, dan alat tulis lainnya.
Menurut Moleong (2005:169), ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi
responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,mendasarkan diri atas perluasan
pengetahuan, memproses data secepatnya,memanfaatkan kesempatan untuk mengklarisikasi dan
mengikhtisarkan,memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim atau
idiosinkratik.Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengumpulkan data mengenai hal tersebut.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini sangat lengkap dan mendalam peneliti sendiri,
kemudian didukung dengan alat pengumpul data termasuk panduan wawancara, panduan
observasi, panduan dokumen, alat perekam, kamera, dan alat tulis lainnya.
1. Triangulasi Sumber
Dilakukan untuk kebenaran informasi tertentu menggunakan berbagai metode dan
sumber perolehan data. Triangulasi sumber ini mengumpulkan banyak informasi untuk
memastikan informasi dan data yang didapatkan adalah data yang valid. Salah satunya
yaitu dengan mengecek seluruh hasil dokumentasi, seperti foto, catatan resmi, dokumen
dengan hasil wawancara dan juga observasi yang dilakukan, jika data-data yang
didapatkan sama dan saling berhubungan menunjukan adanya kredibilitas. Dengan
adanya sumber yang berbeda akan membantu peneliti untuk mengetahui kredibilitas atau
tidak sehingga data yang akan dilaporkan dapat dipercaya.
a. Triangulasi sumber pada penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan dan
mengecek ulang data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan tutor atau pamong
dan warga belajar atau peserta didiknya mengenai penerapan model hybrid learning.
b. Tercapainya triangulasi sumber dapat tercapai melalui membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan perkataan seseorang secara
pribadi dan ketika di depan umum, membandingkan perkataan orang saat penelitian
dan perkataannya di sepanjang waktu, membandingkan pendapat antar responden,
dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen terkait. Dalam penelitian ini,
peneliti akan menggunakan sumber data yang berasal dari hasil wawancara ketua
pengelola program pendidikan kesetaraan dan pamong serta peserta didik (Warga
Belajar) di SKB Rembang.
2. Triangulasi Metode
Tindakan yang mengecek kredibilitas dari data-data yang telah direncanakan dan disusun
sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengecek setiap data yang didapat dari
hasil wawancara dan observasi juga dokumentasi yang telah didapatkan sebelumnya.
Mulai tahun 2001 diterapkan Otonomi Daerah dan SKB Rembang dimasukkan
sebagai UPT Dinas Pendidikan pada Peraturan Daerah (Perda) nomor 7 tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Rembang, yang ditetapkan oleh Bupati
Rembang pada tanggal 12 Maret 2001. Namun pada tahun 2003 dikeluarkan Perda baru
nomor 20 tahun 2003 tanggal 9 Desember 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Rembang, dan Perda nomor 7 tahun 2001 dinyatakan tidak
berlaku.
Mulai tahun 2017 SKB Rembang berubah menjadi satuan pendidikan berdasarkan
Peraturan Bupati Rembang No. 30 Tahun 2017 tanggal 30 Agustus 2017 tentang Satuan
Pendidikan Non Formal Sanggar Kegiatan Belajar Rembang.
VISI
Menjadi Satuan PNF SKB yang bermutu dan terdepan dalam pelayanan dan
penyelenggaraan Program PAUD dan DIKMAS, dalam rangka menghasilkan sumber daya
manusia yang berkarakter, bermartabat, mandiri dan memiliki daya saing di era global bagi
masyarakat kota Rembang dan sekitarnya
MISI
1. Mengembangkan layanan Program PAUD dan DIKMAS dengan standar mutu tinggi
2. Menyelenggarakan Program PAUD dan DIKMAS yang bermartabat, menanamkan
nilai-nilai karakter dan kemandirian
3. Mengembangkan sarana dan prasarana kelembagaan (gedung, ruang belajar, sarana
belajar dan Teknologi informasi)
4. Menyelenggarakan Program PAUD dan DIKMAS dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (life skill/kecakapan hidup, keterampilan fungsional,
pemberdayaan perempuan)
1. PAUD
suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun. Di SKB Rembang layanan PAUD terdiri dari KB dan TK.
2. Pendidikan Kesetaraan
pendidikan nonformal yang meliputi program paket A,B C dan dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian professional peserta didik.
3. Kursus dan Pelatihan
Program Pelatihan dan Kursus SKB Rembang adalah program layanan pendidikan
dan pelatihan yang berorientasi pada pengembangan keterampilan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan industri, diberikan kepada peserta didik agar memiliki kompetensi
di bidang keterampilan tertentu yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi untuk
bekerja dan terserap di dunia usaha dan industri (DU/DI). SKB Rembang
menyelenggarakan pendidikan kecakapan kerja dalam bentuk kursus dan pelatihan.
Kursus dan pelatihan yang tersedia di SKB Rembang diantaranya adalah
4. TBM
TBM Hanacaraka SKB Rembang memiliki berbagai koleksi buku perpustakaan,
mulai dari fiksi sampai ilmu pengetahuan , baik cetak maupun e-book.
4.1.5 Struktur Kepengurusan SKB Rembang
STRUKTUR ORGANISASI
NIP 196705132012121001
NIP 197507182007011005
Wakil Kepala
Wakil Kepala Wakil Kepala
Urusan Pembelajaran
Urusan Pembinaan Urusan Pengabdian
Djunaedi,S.Pd. Agus Prihono,S.Pd. Dra. Suparmi
( PAMONG BELAJAR )
Dra. Eni Prihatiningsih
NIP 196505061999032004
Contoh penerapan dalam pembelajaran model hybrid ini telah dilaksanakan pada
Lembaga Sanggar Kegiatan Belajar di Kabupaten Rembang karena, model pembelajaran
yang menggabungkan inovasi kemajuan dari teknologi pembelajaran daring dengan
model pembelajaran luring.
Hybrid learning ini diterapkan sebagai salah satu strategi di SKB untuk menunjang sarana
prasarana dalam kegiatan pembelajaran selama pandemi. Pembelajaran ini diterapkan
dengan model kegiatan yang terbagi menjadi dua jenis dengan sistem rolling jadwal. Ada
sistem pembelajaran daring dengan media pembelajaran berbantuan aplikasi setara daring
dan sistem yang kedua menerapkan roling jadwal sebagian warga belajar digilir untuk
menghadiri ke lokasi. Kebijakan ini telah disepakati oleh sejumlah pihak yang
bersangkutan dari Dinas Pendidikan, pihak lembaga dan segenap seluruh warga belajar
yang berpartisipasi.
Hasil observasi dan wawancara dari ungkapan ibu “UNF” selaku Pengelola Program
Kesetaraan mengatakan bahwa:
“disini model penerapan pembelajaran pada saat pandemi ini agak terbilang
ribet mba,soalnya tutor dan staf lainnya agak keribetan menggunakan model
pembelajaran hybrid pada saat pandemic ini karna ya tentu faktor yang
mempengaruhi dari sejumlah pihak bersangkutan dan tentunya dari warga
belajarnya sendiri juga.”
Selama penerapan model pembelajaran hybrid ini tak lupa juga dianjurkan tetap membuat
perangkat pembelajaran seperti biasanya seperti membuat Modul, RPP, dan Silabus.
Namun hal itu tentu sudah dipertimbangkan dari pihak lembaga untuk tetap
menyesuaikan sesuai dengan keadaan pandemi berlangsung.
Hal ini terjadi karena, keterbatasan waktu jam pelajaran, fasilitas pendukung, serta
kesulitan menstabilkan sinyal dan suasana pembelajaran yang amat berbeda dari
sebelumnya. Pemberlakukan ini digunakan untuk mengantisipasi penularan covid-19
yang sedang marak maraknya di kalangan lingkungan sekitar. Adanya perangkat
pembelajaran sebagai acuan bagi tutor guna melaksanakan pembelajaran daring maupun
luring. Namun adanya kendala adanya pandemi maka pihak SKB harus mencari solusi
dan alternatif untuk tetap menjalankan kegiatan pembelajaran dengan semaksimal
mungkin walaupun banyak kendala.
Dalam hal ini maka dengan cepat dan tanggap pihak SKB membuat strategi pembelajaran
dengan penyesuain kurikulum dan media pembelajarannya. Pada masa pandemi ini
dibuatnya jadwal pembelajaran dengan penerapan roling jadwal secara daring dan luring
serta pembelajaran dengan kelompok kecil. Penerapan ini dilaksanakan sesuai perangkat
pembelajaran yang telah disesuaikan sebelum digunakan, semisal perolingan jadwal
pelajaran yang seminggu sekali dibuat untuk melaksanakan pembelajaran model luring
dengan mewajibkan warga belajar untuk hadir ke tempat. Begitu pula dengan model
pembelajaran daring yang menggunakan bantuan aplikasi Setara Daring yang telah
dianjurkan dari pemerintah Kementrian Pendidikan untuk menunjang pembelajaran di
Sanggar Kegiatan Belajar pada program kesetaraan A, B, dan C. Kemudian untuk
penerapan pembelajaran berbentuk pembagian kelompok kecil biasanya dari tutor
menganjurkan warga belajar untuk tetap saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan
sesama warga belajar yang satu dengan yang lainnya supaya tercapainya pembelajaran
yang selaras.
Dalam wawancara penelitian ini terungkap bahawa pendapat salah satu tutor “RT”
menjelaskan bahwa:
“Untuk penerapan model hybrid ini terbilang cukup efektif ya mba secara
pribadi saya sebagai tutor muda karena ini membantu pihak SKB juga mengerti
cara penerapan model pembelajaran gabungan dari online dan offline jadi saya
juga setuju saja jika ini berdampingan dengan pembelajaran tatap muka seperti
biasanya.”
“Kalau untuk sistem pembelajaran hybrid ini saya mengaku agak kebingungan
mba, dari segi rolling jadwal terus pembagian tugas dan latian latian modul di
Setara Daring cukup ribet menurut saya. Soalnya saya tidak pandai
menggunakan komputer jadi saya lebih suka pembelajaran tatap muka seperti
normal pada umumnya”
Dalam hal ini ada beberapa pendapat antara tutor satu dengan yang lain menginginkan
pembelajaran hybrid terbilang efektif dan juga kesulitan. Jadi solusi untuk pembelajaran
hybrid ini dibagi dalam dua jenis agar saling menguntungkan bagi pihak yang
bersangkutan. Adapun contoh implementasi model hybrid yang dilaksanakan dalam
sebuah pembelajaran daring dan luring di SKB adalah sebagai berikut :
Sebelum belajar, pamong memastikan keadaan peserta didiknya dengan memeriksa dan
memastikan bahwa protokol kesehatan telah dilaksanakan. Beberapa protokol kesehatan
yang harus dilakukan adalah memakai masker, posisi duduk yang tidak berdekatan, telah
cuci tangan atau memakai handsanitizer dan telah diperiksa suhu badannya. Kemudian
kelas dibuka terlebih dulu dengan salam dan pamong akan menanyakan kabar serta
mengabsen peserta didik. Setelah itu, salah seorang peserta didik memimpin do’a. Pada
saat berdo’a, pamong memberi penguatan pada siswa akan pentingnya rasa syukur. Jika
tidak pandemi, biasanya siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya, tetapi karena waktu
pembelajaran daring dan luring yang terbatas maka menyanyikan lagu tidak
dilaksanakan. Peserta didik akan memperhatikan penjelasan pamong tentang tujuan,
manfaat, dan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
Lebih jelasnya menurut “RI” pembelajaran lewat media sosial tersebut memiliki jadwal
dan fungsi masing-masing. Ada yang lebih sering digunakan untuk menjelaskan materi
seperti zoom dan video call. Ada pula yang sering digunakan untuk mengirimkan tugas
seperti setara daring maupun whatsapp group. Berikut penjelasan “RI” :
“Tugas-tugas juga dikirim lewat setara daring jika signal nya error bias lewat
group whatsapp, jadi kita belajar pakai itu, kadang setara daring, kadang zoom.
Kalau jadwalnya kan tergantung dari, kita ada jadwal sendiri, jadi nanti
tergantung pamong masing-masing juga, kalau seumpama qur’an hadits nanti
besok hari Senin seumpama, saya zoom bu gitu, ya berarti pakainya zoom dan
nanti link nya dibagikan pas siang, tapi sudah diberitahukan untuk pembelajaran
qur’an hadist nanti zoom kaya gitu atau pelajaran tema apa pakainya zoom, tapi
sudah diberitahukan, intinya ada konfirmasi biar anak-anak juga udah siap nanti
zoom jam 2, nah sebelum jam 2 sudah harus bersiap.”
“Bentuk tugas ya sesuai dengan ini tugas dari modulnya, arahan modulnya,
kalau praktek ya praktek, kalau tes tertulis ya berarti tes tertulis, ya sesuai
dengan itu. Jadi kita bisa kalau yang daring ya pakai google form. tapi kalau
tugas kan anak ngerjain tugas dirumah trus nanti hari apa dikumpulkan, seperti
itu, jadi ada yang portofolio, kalau yang pake tugas portofolio. Kalau ada tugas
yang praktek berarti ya praktek. Ya itu, kalau tes kan tes tertulis bisa, ada yang
tes lisan, tes lisan kemarin pidato, ya ngirim video. Kalau kemarin sempat ada
bikin apa gitu, ya prosesnya saya suruh moto, terus hasilnya apa di foto heeh,
terus dikirim jadi gambarnya ada, jadi anak memang benar-benar melakukan.”
Selain mengerjakan tugas berupa soal dan praktik, terdapat tugas yang juga menekankan
pada sikap warga belajar. Contohnya seperti kegiatan membatik, membuat minuman
boba dari buah kawis dan melukis . Dalam luring dan daring, bentuk tugas yang diberikan
sedikit memiliki perbedaan. Berikut penjelasan dari ”RT”, bahwa:
“Ini yang sedikit berbeda ya, antara luring dan daring. Kalau pas luring, itu ya
tugas sebagaimana mestinya, hari ini pembelajaran setelah itu kita evaluasi
pemahamannya sejauh mana. Kemudian kita berikan pengayaan atau tugas, bisa
soal, maupun tugas lainnya, bisa hasil diskusi atau lainnya. Itu kalau saya
pribadi pasti ada seminggu sekali atau dua kali.”
Lebih lanjut “RT” menjelaskan tentang bentuk tugas pada pembelajaran daring sebagai
berikut:
“Kalau daring, saya tidak memaksakan peserta didik untuk menguasai materi,
karna itu akan sangat membebani anak, yang saya tekankan adalah sikapnya
anak, jadi tugas saya ya sederhana, gimana di rumah, bisa caranya membuat
minuman boba dari buah kawis yang sederhana? kemudian melukis dengan
berbagai kreatifitas masing-masing peserta didik itu yang saya tekankan, jadi
selama daring, kenapa akhirnya saya jarang luring karena tidak menargetkan
peserta didik menguasai materi, dari pada memberi tekanan pada anak.”
“Selama Covid, itu memang untuk pembelajaran dilaksanakan secara online dan
offline. Online nya ya melalui setara daring tugasnya, trus video, Zoom, trus apa
namanya, video call ya, pembuatan video. Untuk offline ya itu apa namanya
luring ya, jadi peserta didik dikelompokkan dalam kelompok kecil nanti di
rumahnya siapa salah satu siswa terus pamongnya yang datang kesana, seperti
itu.”
Kegiatan luring tidak hanya dilaksanakan di rumah-rumah siswa tetapi ada juga yang
dilaksanakan di sekolah. Pelaksanaan luring di sekolah dengan pertimbangan keamanan
daerah dan hanya ada beberapa peserta didik saja. Pelaksanaannya pun tidak dalam waktu
lama dengan pengetatan terhadap protokol kesehatan. Hal ini seperti yang disampaikan
oleh ketua Pengelola pendidikan kesetaraan dalam petikan wawancara berikut:
Saat kondisi untuk luring di sekolah tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, maka
pelaksanaan luring di sekolah tersebut kembali ditiadakan. Hal ini disampaikan oleh
ketua Pengelola pendidikan kesetaraan sebagai berikut:
“Tapi ketika kondisi masih kembali lagi ke merah ya terus ngga boleh lagi,
termasuk kita luring, kita bertemu dengan kelompok-kelompok kecil ya lihat
situasi juga, ketika aman dilaksanakan, kalau ada yang paling dekat ada yang
terkena ya kita menghindar, terus tugas disampaikannya lewat setara daring,
pamongnya dibagi sesuai kelas, begitu. Tidak sampai satu bulan itu, paling dua
mingguan, ini juga untuk percobaan.”
Karena pelaksanaan luring memiliki resiko yang lebih besar terhadap penularan Covid-
19, maka pelaksanaannya dilengkapi dengan regulasi yang jelas. Sebelum melaksanakan
luring, pamong sudah melengkapi perizinan baik dari pihak SKB maupun pemerintah
setempat. Di dalamya terdapat penetapan waktu yang dianggap tepat bagi pembelajaran.
Maksudnya adalah tidak terlalu sebentar atau terlalu lama. Hal ini diungkapkan oleh
“RT” dalam wawancara berikut:
“Kita kan luring ada surat Covid nya juga, kita ada surat tugas, ada surat Covid,
dan di bawah kendali sekolah, surat Covid nya kan untuk konfirmasi tempatnya
kan karna di rumah jadi untuk disampaikan ke pak RT nya. Tinggal kita
mengadakan pembelajaran secara luring di rumah-rumah, pembelajarannya
saya targetnya kemarin dua jam pelajaran sehari, jam 8 sampai jam 10.”
Pembelajaran hybrid di SKB Rembang mendapat respon yang baik dari berbagai pihak
termasuk peserta didik dan keluarganya. Dalam mengerjakan tugas juga peserta didik
merespon dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme mengikuti pembelajaran
daring dan luring, khususnya jika menggunakan zoom. Hal ini diungkapkan oleh “RT”
dalam wawancara sebagai berikut:
“Ya bagus, jadi anak itu lebih tau kalau daring lewat zoom atau video call itu
memang membuat anak lebih memperhatikan, dari pada hanya sekedar tugas di
setara daring atau group whatsapp gitu. Iya kadang kan anak kan ini yah, lah
tugas nya nanti ini, tapi kalau di video call atau zoom itu kan kita bisa melihat
anak-anak bekerja secara langsung. Yuk yang belum nanti kita mengingatkan.
Jadi kaya di kelas juga sama kaya gitu, jadi malah ya responnya lebih bagus.”
Menurut “RT” hambatan dalam pembelajaran daring di SKB Rembang diantaranya yaitu
signal dan jaringan. Hambatan lain adalah peserta didik yang tertinggal mendapatkan
materi karena telat info. Selain itu, belum terbiasa pamong dalam mengajar secara daring.
Hal ini diungkapkan oleh “RT” dalam petikan wawancara berikut:
“Hambatannya itu jaringan, yang ketika lagi ini pembelajaran tiba-tiba terputus,
yang pada anak lho, yang di daerah yang susah signal itu jadi keputus-putus.
Selain itu mungkin ketika signal terputus, jadi materi yang harusnya
tersampaikan dia jadi ngga menerima, jadinya ketinggalan materi atau
informasinya tidak tersampaikan. Harusnya materi ini sudah selesai ternyata
masih belum, jadi hambatannya itu, informasi tidak tersampaikan. Kalau
hambatan di awal-awal kita guruguru ya belum terbiasa dengan pembelajaran
daring, seperti membuat video dan sebagainya.”
Selain dari hambatan pembelajaran daring, pembelajaran luring juga memiliki hambatan
berupa adanya kekhawatiran orang tua siswa karena putra putrinya berkumpul di suatu
tempat. Mereka khawatir jika protokol kesehatan tidak dilaksanakan dengan ketat. Selain
itu, waktu yang terbatas dari pembelajaran luring juga menjadi hambatan. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh “RT”sebagai berikut:
Hambatan pembelajaran luring yang lain yaitu menuntut pamong untuk selalu fit. Diakui
atau tidak, kegiatan luring yang dilaksanakan di tempat yang berbeda setiap hari
menuntut stamina yang kuat dari pamong. Selain itu, terbatasnya sarana prasarana saat
luring dapat menghambat pembelajaran. Peserta didik biasanya tidak memiliki meja
belajar yang cukup sehingga harus lesehan. Kendala ini disampaikan oleh “UNF” seperti
keterangan berikut:
“Kadang capek karena harus muter sana sini, ketemu lingkungan baru dan
sarana prasarana di masing-masing tempat anak kan terbatas. Jadi itu mungkin
hambatan-hambatannya. Kalau misal pun bukan dirumah anak tapi kaya di
mushola, ya itu tetep terbatas sekali, jadi kalau luring itu kan berkelompok, 5
anak 5 anak nanti belajar di rumahnya siapa. Kalau jadwalnya saya tentatif sih,
pokoknya kelompok mana yang sedang bersedia kumpul ya saya ngikutin”
Sementara itu dalam penggunaan aplikasi Setara Daring ini sudah disesuaikan dengan
perangkat pembelajaran yang telah dibuat oleh tutor. Penggunaan media pembelajaran
Setara Daring ini mempunyai fitur-fitur yang cukup menarik dan lengkap untuk mengisi
bahan materi modul dan menambahkan beberapa latihan-latihan soal maupun tugas
didalamnya. Namun terkadang ada beberapa kendala yang dialami tutor saat memberikan
penjelasan terkait fitur-fitur baru yang berbeda dengan google classroom yang pernah
dipelajari.
“ya waktu pandemi awal-awal itu kan bulan maret berarti seluruh pihak yang
terkait juga mengikuti aturan dari pemerintah,sehingga mengatasi hal itu kita
hanya sebagai pendidik waktu itu hanya dibatasi pertemuannya, dan waktu itu
informasi yang didapatkan dikirim melalui group whatsapp dan surat jadi kita
tutor mengingatkan pada warga belajar untuk mengerjakan tugas dan soal-soal
latian melalui pesan wa digroup. Jadi saya merasa itu kurang efektif terlalu ribet
mengingatkan setiap hari kan kita manusia toh ada lupanya mba hehe”
Adapun persoalan yang terkait lokasi atau tempat tinggal dari warga belajar yang
minimnya keterbatasan jaringan internet atau kurang stabilnya sinyal yang mereka
peroleh. Ada juga beberapa dari warga belajar yang bertempat tinggal dengan lokasi yang
memiliki akses jaringan internet atau sinyal yang kuat untuk mengakses aplikasi Setar
Daring. Hal ini sejalan dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti dalam salah satu
permasalahan atau kendala dari penggunaan media pembelajaran menggunakan bantuan
aplikasi Setara Daring adalah koneksi dari jaringan internet yang lambat/buruk.
Dalam wawancara penelitian ini mengungkapkan salah satu dari warga belajar (RI)
mengatakan bahwa :
“itu mbaa saya kesulitan kalau menggunakan setara daring soalnya kalau mau
mengumpulkan tugas susah sinyal apalagi rumah saya jauh dan plosok. Saya
lebih suka mengumpulkan tugas ditulis tangan ketimbang dikirim lewat setara
daring tapi ya itu kendalanya di susah sinyal”
Kemudian survey dari salah satu warga belajar yang lain (S) mengatakan bahwa :
“kalau saya malah suka ngumpulin tugas lewat setara daring mbaa, jadi sekalian
belajar bedanya make setara daring dengan google classroom itu gimana toh
kalo pake setara daring malah enak lebih lengkap dan gampang mba. Tapi
emang si kalo yang rumahe jauh itu mesti susah di sinyal saya akui pendapat
teman teman lainnya”
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Pakpahan, dkk. (2020) menyatakan bahwa media
pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran yang mampu dapat membantu peserta
didik untuk lebih belajar dengan baik. Pendidik dan media suatu komponen utama yang
membantu dalam mensinkronisasikan pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Terkait pemilihan media pembelajaran menurut Abidin (2017) mengatakan
terdapat pembagian dari beberapa prinsip seperti, adanya kejelasan dari tujuan media
pembelajaran, adanya kemiripan dari fitur media, dan sejumlah kriteria yang dipilih dari
media pemebelajaran itu sendiri.
Terkait penelitian ini dari fasilitas yang dimiliki di SKB sudah cukup mendukung
pembelajaran dengan media Setara Daring dari segi alat-alat pendukung dan ruangan
yang memadai seperti laboratorium komputer yang sudah otomatis terkoneksi dengan
jaringan wifi dan ruangan yang ber-AC. Untuk fasilitas pendukung lainnya yang dimiliki
oleh tutor berupa komputer/laptop dan smartphone sama halnya dengan sebagian warga
belajar juga memiliki akses seperti smartphone yang bisa mendukung untuk mengakses
koneksi jaringan internet. Adapun kendala yang banyak dimiliki dari sebagian warga
belajar dari fasilitas yang kurang mendukung seperti, kendala kuota internet, perangkat
yang dimiliki hanya berupa handphone, dan lokasi tempat tinggal yang susah sinyal.
Wawancara dari penelitian ini juga mengungkapa dari salah satu warga belajar (DKS)
mengatakan bahwa:
“kalo pake setara daring hp saya kadang suka lemot mbaa untuk mengakses
tugas dan latihan soal-soal yang dikasih oleh tutor. Apalagi kalau musim hujan
sinyalnya susah banget mba,kadang saya malah pergi ke desa tetangga untuk
nyari sinyal saking lemotnya mau ngirim tugas mba.”
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Nur Suhaebah (2016) menyatakan bahwa
fasilitas belajar adalah semua perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien.
“kalau hasil belajar yang saya peroleh disini itu mba, sekedar ilmu pengetahuan
yang diberikan oleh tutor. Kalo tutor menjelaskan tentang materi hari ini ya saya
mengikutinya kalo saya ga paham nanti saya bertanya lewat pesan wa gitu.”
“hasil belajar saya mulai meningkat mba, soalnya tutor menjelaskan dengan baik
dan benar jadi saya merasa yang awalnya tidak tau jadi tau sekarang dan
banyak persoalan kehidupan yang dapat saya ambil hikmah juga dari
pembelajaran di kejar paket ini mba.”
Selama pandemic covid-19 memang sebagian tutor membutuhkan tenaga ekstra dalam
menyusun dan mengkombinasikan perangkat pembelajaran anatara online dan offline,
agar nantinya perangkat pembelajaran yang telah disusun bisa dipergunakan untuk
menunjang pembelajaran warga belajar. Tentunya hasil belajar yang didapatkan dari
usaha dan kerja keras sesame warga belajar dan tutor kedepannya dapat membuahkan
hasil dan tujuan pembelajaran yang baik dan relevan.
Dalam wawancara penelitian tersebut dikatakan salah satu tutor (SP) menyatakan bahwa :
“kalau saya lihat dari model pembelajaran selam covid ini cukup efektif juga
mbaa, saya menilai hasil belajar sebagian warga belajar ini mulai meningkat
dan mereka sendiri juga mengalami hal yang sama. Karna ya dengan belajar di
rumah meningkatkan kemandirian warga belajar tanpa membebani dari tutor
atau teman sesama warga belajar.”
Maka dalam hal ini dapat ditulis oleh penliti dalam menyikapi dari hasil belajar warga
belajar di SKB tersebut dapat diukur dari segi pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
4.2.4 Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Hybrid Learning terhadap Hasil Belajar
Warga Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar
berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan,
pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya
(Widana & Septiari, 2021).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses
dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam jangka
waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta
dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik
(Artawan, 2020). Penelitian yang dilaksanakan oleh Yofita Sandra, Z. Mawardi Effendi,
dan Atmazaki pada tahun 2021 yang berjudul Penerapan Model Hybrid Learning.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu
“hasil” dan “belajar”. Pengertian dari hasil belajar adalah menunjuk pada suatu perolehan
akibat dilakukan suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional. Menurut Jamil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu
secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati
maupun yang tidak sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.
Hasil belajar peserta didik di peroleh dari berbagai macam bentuk kegiatan yang dilakukan
selama pembelajaran berlangsung. Hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik siswa. Berbagai bentuk kegiatan dapat meningkatkan ketiga
aspek kemampuan siswa tersebut. Semakin beragam kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan, semakin memperbesar hasil belajar yang diperoleh peserta didik.
Bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa diantaranya adalah
pemberian materi dan tugas dari pamong. Tugas yang diberikan dapat berbentuk soal
maupun diskusi mengenai berbagai hal. Keterangan tentang bentuk kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik dalam pembelajaran daring ini
disampaikan oleh “RT” sebagai berikut:
“Ya karna tadi ya, saya pertimbangan saya adalah kesulitan tekanan peserta
didik belajar. Saya tidak menargetkan peserta didik menyelesaikan materi dan
materi saya pun banyak yang tidak selesai gitu. Karna selain ada keringanan
dari pemerintah, juga menurut saya lebih baik saya menyampaikan sedikit tapi
anak paham, gitu. Jadi ketika daring ya itu bagaimana cara saya menyampaikan
materi kognitif, saya menyampaikan materinya tidak full. Intinya kalau yang
ngga perlu diajari anak-anak sudah bisa ya ngga usah saya sampaikan gitu
materinya, yang disampaikan hanya materi yang sulit saja.”
Senada dengan keterangan “UNF”, “RT” mengungkapkan bahwa bentuk kegiatan yang
dilaksanakan sesuai arahan Modul dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta
didik. Dalam buku tersebut terdapat berbagai soal dan tugas yang jika dikerjakan
sungguh-sungguh oleh peserta didik tentu kemampuan kognitif mereka akan meningkat.
Berikut ini keterangan “RI” mengenai hal tersebut:
“Kalau untuk kognitif ya yang tugas-tugas itu, mengerjakan soal dari google
form, dan sebagainya. Kalau untuk luring biasanya saya sesuaikan kegiatannya
dengan arahan dari panduan modul yang sudah diberikan.”
“Kalau keterampilan kemarin membuat minuman boba dari buah kawis tetapi itu
langkahnya direkam atau dibuat video lalu dikirim ke group whatsapp. Selain
membuat minuman bobab ada juga melukis kemudian hasilnya nanti di foto lalu
dikirim ke pamong”
“Ya itu tadi, belajar lewat media sosial, tapi ada juga yang praktek, kalau
praktek ya berarti direkam. Misalnya yang materinya keterampilan, jadi ketika
peserta didik melaksanakan apa nanti minta batuan kerabat atau tetangga
merekam, rekamannya dikirimkan. Kalau tidak ya diberi tugas, nanti tugasnya
dikumpulkan, nanti kapan dikumpulkannya, misalnya tidak langsung, misalnya
ada beberapa tugas, nanti dikumpulkan di hari apa”
Selain faktor pendorong, terdapat pula faktor penghambat hasil belajar selama daring.
Diantaranya yaitu karena tidak bertemu secara langsung, pengiriman tugas terhambat.
Hal ini dapat disebabkan karena disibukkan urusan pribadi masing-masing peserta didik
sehingga kurang memperhatikan tugas atau mengalami telat informasi dan
terlewatkannya dari waktu pengumpulan tugas. Berikut keterangan “RT” dalam petikan
wawancara:
“Kemarin ada kendala pas mengumpulkan tugas, agak susah karena dari peserta
didiknya sibuk dengan pekerjaan atau urusan rumah tangga lainnya, jadi telat
info, heeh. Jadinya mengumpulkannya belakangan, karna apa tidak membaca
whatsapp grup, ada yang begitu, jadi ada tugas apa, kelewat.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku dan kemampuan peserta didik meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Serta faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor pendorong
dan faktor penghambat.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembelajaran Model Hybrid Learning
Dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara warga belajar dengan tutor dalam
satu lingkungan yang bersumberkan melalui media yang telah disediakan atau disiapkan sebelum
proses pembelajaran dilakukan. Menurut May & Shor berpendapat bahwa pembelajaran online
seperti kegiatan berkebun. Yakni praktik pengajaran sebagai kegiatan berkebun dimana
penempatan, kondisi tanah, penyiraman dan pengendalian hama gulma di taman dapat memiliki
persamaan dalam perbedaan individu siswa, memotivasi siswa dalam proses, memberikan umpan
balik dan menghindari informasi yang berlebih.
Menurut Korpershoek (2014) seorang pengajar atau pemberi materi harus memiliki
empat aspek utama yakni (1) mengembangkan kepedulian; (2) mengorganisir dan melaksanakan
instruksi; (3) mendorong keterlibatan siswa dalam tugas akademik; (4) mempromosikan
pengembangan keterampilan sosial dan pengaturan diri peserta didik. Seorang pengajar apabila
memiliki keempat aspek tersebut akan menghasilkan penyederhanaan, proposisi, dan
meningkatkan informasi.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pengertian pembelajaran adalah upaya yang
dilakukan tutor atau pamong untuk memudahkan warga belajar memperoleh ilmu pengetahuan.
Disini tutor atau pamong dapat mengatur, merangkai, merencanakan, dan mengorganisasikan
materi pembelajaran untuk menumbuhkan semangat pada belajar warga belajar sehingga dapat
mencapai tujuan dan tingkat pemahaman yang diharapkan
4.3.2 Penggunaan Media Pembelajaran Hybrid Learning terhadap Hasil Belajar Warga Belajar
Menurut Safira (2020:4) media pembelajaran adalah alat bantu dalam menyampaikan
informasi dalam dunia pendidikan, di mana informannya yaitu pendidik dan penerima
informasinya yaitu peserta didik yang mampu mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa, media pembelajaran merupakan istilah media dalam bidang
pembelajaran. Alat bantu dan media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi, namun
juga dapat merangsang seseorang terutama peserta didik untuk merespon secara baik segala
pesan yang disampaikan.
Media pembelajaran dapat membantu peserta didik atau warga belajar untuk lebih mudah
menerima dan memahami materi yang telah dijelaskan. Pamong atau tutor merasa lebih mudah
dalam menyampaikan materi, karena penggunaan media pembelajaran dapat merangsang peserta
didik atau warga belajar dalam belajar. Keberadaan media pembelajaran ini memudahkan
pemahaman dalam menyampaikan pembelajaran serta berpengaruh terhadap efektifitas
tercapainya tujuan pembelajaran yang dicapai. Media pembelajaran jika ditinjau ada beberapa
jenis-jenis yang berkaitan dengan indera yang digunakan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, maka dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu: 1) media pandang (visual) 2)
media dengar (audi) dan 3) media audio visual
Dengan demikian bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat bantu atau perantara
yang digunakan oleh pamong atau tutor untuk menyampaikan atau menjelaskan sebuah materi
pelajaran agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh peserta didik atau warga belajar dalam
bentuk apapun untuk meningkatkan pemahaman tingkat belajarnya.
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang dapat dicapai setelah seseorang
belajar. Menurut Tafsir (2008), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang dimana
target tersebut merupakan sebagai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut M. Gagne ada 5
macam bentuk hasil belajar : 1) Keterampilan Intelektual 2) Strategi Kognitif 3) Informasi
Verbal 4) Keterampilan Motorik yang diperoleh di lingkungan sekolah 5) Sikap dan nilai. M.
Dalyono (2009 : 55) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Dengan demikian ini dapat ditulis oleh peneliti dalam menyikapi
dari hasil belajar warga belajar di SKB tersebut dapat diukur dari segi pengetahuan, pemahaman,
dan penerapan.
4.3.3 Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Hybrid Learning terhadap Hasil Belajar
Warga Belajar
Setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran adanya faktor yang mempengaruhi dalam
setiap kegiatan dari segi pendukung maupun penghambatnya. Hal ini, banyak dipengaruhi oleh
faktor baik internal maupun faktor eksternal yang dating dari luar diri peserta didik. Hal ini bisa
dikatakan dengan wajar, karena subyek dari pendidikan ini merupakan manusia yang pada
dasarnya memiliki perbedaan dari sikap, perilaku, serta kemampuan berpikir yang berbeda-beda.
2. Peserta didik aktif melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai hasil belajar mereka
baik di rumah maupun di tempat belajar luring. Hasil belajar peserta didik ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik mereka. Beberapa
kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah mengerjakan soal, mengisi lembar kegiatan
di rumah, maupun praktik dengan membuat karya sesuai tugas dari materi tertentu.
5.2 Saran
Berdasarkan pemaparan dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa saran yang
akan disampaikan kepada pihak terkait. Beberapa saran tersebut yaitu:
1.Bagi Lembaga
a. Pilihlah pendekatan, metode, media, dan jenis evaluasi pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan bentuk pembelajaran.
c. Tingkatkan motivasi peserta didik untuk lebih aktif dan kritis dalam pembelajaran. Beri
mereka dukungan ekstra mengingat kemajuan zaman yang memiliki segala kemungkinan
dan menuntut adanya penyesuaian.
DAFTAR PUSTAKA
Alkhaleel, Alaa. “The Advantages of Using Blended Learning in Studying English as a Foreign
Language at the University of Tabuk ARTICLE INFORMATION.” Modern Journal of
Language Teaching Methods (MFLTM) 9, no. 2 (2019): 1–7.
Alsadoon, Elham. “The Impact of Social Presence on Learners’ Satisfaction in Mobile
Learning.” Turkish Online Journal of Educational Technology 17, no. 1 (2018): 226–233.
Banat, Azizatul, and . Martiani. “Kemandirian Belajar Mahasiswa Penjas Menggunakan Media
Google Classroom Melalui Hybrid Learning Pada Pembelajaran Profesi Pendidikan Di
Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Teknologi Pendidikan (JTP) 13, no. 2 (2020): 119.
Brahma, Ismail Akbar. “Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online Dalam Mata
Kuliah Sosiologi Dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN Di STKIP Kusumanegara
Jakarta.” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 6, no. 2 (2020): 97.
Bryan, A., and K.N. Volchenkova. “Blended Learning: Definition, Models, Implications for
Higher Education.” Bulletin of the South Ural State University series “Education.
Education Sciences” 8, no. 2 (2016): 24–30.
Budi, Ikip, and Utomo Malang. “A. Pendahuluan” (n.d.): 289–295.
Cavanaugh, J. Michael, Catherine C. Giapponi, and Timothy D. Golden. “Digital Technology
and Student Cognitive Development: The Neuroscience of the University Classroom.”
Journal of Management Education 40, no. 4 (2016): 374–397.
Faozi, Faiz, and Desi Rahmawati. “Pengaruh Penggunaan Aplikasi Nike Training Club Terhadap
Peningkatan Vo2max Pada Pemain Ekstrakurikuler Futsal Putri Man 1 Kabupaten
Sukabumi.” Biormatika : Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu pendidikan 5, no. 02
(2019): 181–187.
Faradila, Shafira Puspa, and Siti Aimah. “Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Di SMA N 15 Semarang.” Prosiding Seminar Nasional
Mahasiswa Unimus (Vol. 1, 2018 1, no. 2005 (2018): 508–512.
Hasyim, Andi Ramliany, Syafruddin Syarif, Mardiana Ahmad, Muhammad Niswar, Stang, and
A. M. Nasrudin. “Enhance Midwifery Student Skills about Active Management Third Stage
Labor via Learning Media.” Gaceta Sanitaria 35 (2021): S284–S287.
Hwang, Alvin. “Online and Hybrid Learning.” Journal of Management Education 42, no. 4
(2018): 557–563.
Korpershoek. et.al. Effective Classroom Management Strategies and Classroom Management
Programs for Educational Practice. Rijksuniversiteit: Grote Rozenstraat, 2014.
Locke, E. A. Long-Range Thinking and Goal-Directed Action. In G. Oettingen, A. T Sevincer, &
P. M. Gollwitzer (Eds.), The Psychology of Thinking about the Future. New York: Guilford
Publications, 2018.
Maisaroh, -, and - Rostrieningsih. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan
Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor.” Jurnal Ekonomi dan Pendidikan 7, no. 2
(2012): 157–172.
Mumford, Simon, and Kenan Dikilitaş. “Pre-Service Language Teachers Reflection
Development through Online Interaction in a Hybrid Learning Course.” Computers and
Education 144 (2020): 103706.
Nasution, Riskha Hanifa, Hapidin Hapidin, and Lara Fridani. “Pengaruh Pembelajaran ICT Dan
Minat Belajar Terhadap Kesiapan Membaca Anak Usia Dini.” Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini 4, no. 2 (2020): 733.
Nurhasanah, Siti, and A. Sobandi. “Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa.”
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 1, no. 1 (2016): 128.
Pembelajaran, Pengembangan Media. “PROBLEMATIKA GURU DALAM
PENGEMBANGAN” 8, no. 2 (n.d.): 145–167.
Rahayu, Tetra, Tantri Mayasari, and Farida Huriawati. “Pengembangan Media Website Hybrid
Learning Berbasis Kemampuan Literasi Digital Dalam Pembelajaran Fisika.” Jurnal
Pendidikan Fisika 7, no. 1 (2019): 130.
Ramanau, Ruslan. “Internationalization at a Distance: A Study of the Online Management
Curriculum.” Journal of Management Education 40, no. 5 (2016): 545–575.
Schunk, D.H, and E. L Usher. Social Cognitive Theory and Motivation. In R. M. Ryan (Ed.), The
Oxford Handbook of Human Motivation. New York: Oxford University Press, 2019.
Smith, Karen, and John Hill. “Defining the Nature of Blended Learning through Its Depiction in
Current Research.” Higher Education Research and Development 38, no. 2 (2019): 383–
397.
Sobron, A.N, Bayu, Rani, and Meidawati S. “Pengaruh Daring Learning Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Sekolah.” Prosiding 1, no. 1 (2019): 1–5.
Suhendi, A, and Purwarno. “Constructivist Learning Theory: The Contribution to Foreign
Language Learning and Teaching.” KnE Social Sciences 3, no. 4 (2018): 87.
Tigowati, Tigowati, Agus Efendi, and Cucuk Wawan Budiyanto. “The Influence of E-Learning
Use to Student Cognitive Performance and Motivation in Digital Simulation Course.” IJIE
(Indonesian Journal of Informatics Education) 1, no. 1 (2017): 127.
Tuapattinaya, Prelly M. J. “Pengembangan Media Pembelajaran Biologi Berbasis Hybrid
Learning Untuk Meningatkan Hasil Belajar Siswa Pada Smp Negeri 6 Ambon.” Biosel:
Biology Science and Education 6, no. 2 (2017): 186.
Wahyuni, Sri Ayu. “Penerapan Model Hybrid Learning Dalam Ptm Terbatas Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa.” Indonesian Journal of Educational
Development 2, no. 3 (2021): 472–481.
Widana, I Wayan, I Wayan Sumandya, Komang Sukendra, and I Wayan Sudiarsa. “Analysis of
Conceptual Understanding, Digital Literacy, Motivation, Divergent of Thinking, and
Creativity on the Teachers Skills in Preparing Hots-Based Assessments.” Journal of
Advanced Research in Dynamical and Control Systems 12, no. 8 (2020): 459–466.
Widianto, Edi, Alfina Bilqisth Shafia, Mira Andini Sari, Naili Muhibbatin, and Ni Matul. “Peran
Pembelajaran Daring Bagi Warga Belajar Program Pendidikan Kesetaraan Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh Role of Online Learning for Learners of Equality
Education Programs in Implementing Distance Learning.” Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
5, no. 1 (2021): 24–30.
Xiao, Jun, Hong Zheng Sun-Lin, Tzu Han Lin, Mengyuan Li, Zhimin Pan, and Hsu Chen Cheng.
“What Makes Learners a Good Fit for Hybrid Learning? Learning Competences as
Predictors of Experience and Satisfaction in Hybrid Learning Space.” British Journal of
Educational Technology 51, no. 4 (2020): 1203–1219.
Yani, Ahmad. “Pengaruh Media Model Hybrid Berbasis WEB Whanced Course Terhadap Hasil
Belajar Fisika.” Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) (2017): 224–230.
Yuliantika, Siska. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa Kelas X,
Xi, Dan Xii Di Sma Bhakti Yasa Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017.” Jurnal Pendidikan
Ekonomi Undiksha 9, no. 1 (2017): 35.
LAMPIRAN