Anda di halaman 1dari 90

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MICROSOFT POWER POINT

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMATIK

TEMA 3 SUBTEMA 1 SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI

NAMBAK KECAMATAN BUNGKAL KABUPATEN PONOROGO

SKRIPSI

OLEH :

ZAVANESA VERYAN PUTRA PERDANA

NIM :1702101227

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2022
Abstrak :

Nama :

NIM :

Prodi :

Judul Sripsi :
Kata Pengantar

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan kesehatan dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW yang telah menuntut umat manusia kepada jalan kebenaran dan

keselamatan.

Skripsi dengan “Penerapan Media Pembelajaran Microsoft Power Point

Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Tema 3 Subtema 1 Siswa

Kelas II Sekolah Dasar Negeri Nambak Kecamatan Bungkal Kabupaten

Ponorogo”, ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana

Pendidikan dalam bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar di UNIPMA Madiun.

Selama penulisan skripsi ini, peneliti banyak menemukan kesulitan karena

keterbatasan kemampuan peneliti. Namun, berkat pembimbing dan do‟a dari

orangtua dan arahan dosen pembimbing, serta bantuan dan motivasi dari semua

pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Maka peneliti menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Bapak Drs. H. Abdul Sattar Daulay, M. Ag pembimbing I dan bapak Ali

Asrun Lubis, S. Ag. M. Pd pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ibrahim Siregar, M.CL,. selaku Rektor IAIN

Padangsidimpuan, Ibu Dr. Lelya Hilda, M. Si., Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan, Ibu Nursyaidah, M. Pd Ketua Jurusan Pendidikan Guru


Madrasah Ibtidaiyah, Bapak/Ibu Dosen dan seluruh civitas akademik IAIN

Padangsidimpuan yang telah banyak membantu penulisan dalam penulisan

Skripsi ini.

3. Bapak Kepala perpustakaan dan seluruh pegawai perpustakaan yang telah

membantu penulis dalam hal menyediakan buku-buku yang ada kaitannya

dengan penelitian ini.

4. Ayahanda tercinta alm. Pahruddin Nasution dan Ibunda tercinta Siti

Khodijah, yang telah berjasa mengasuh dan mendidik peneliti tanpa mengenal

lelah dalam membekali peneliti selama ini hingga penelitian ini terselesaikan

serta selalu sabar dalam memotivasi dan mendo‟akan peneliti.

5. Saudara-saudara tersayang Patimah Handayani Nasution dan Faisal Efendi

Nasution yang telah memberikan dukungan serta mendo‟akan peneliti selama

ini, mudah-mudahan mereka selalu dalam lindungan ilahi dan segera

mencapai kesuksesannya.

6. Bapak/Ibu Dosen, staf dan pegawai, serta seluruh civitas IAIN

Padangsidimpaun yang telah memberikan dukungan moral kepada peneliti

selama dalam perkuliahan.

7. Sahabat-sahabat tersayang dalam suka dan duka Fauziah Harahap, Fristy

Dewi Handayani, Indah Khoirunisa Siregar dan masih banyak lagi yang telah

mendukung, membantu, menemani dan menghibur peneliti dalam proses

penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Kemudian buat seluruh

sahabat dan teman-teman yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu
persatu. Yang telah memberikan bantuan moril dan material selama penulisan

skripsi ini. Semoga segala bantuan dan arahan serta kasih sayang yang

diterima peneliti dari berbagai pihak mendapat keberkahan dan pahala dari

Allah SWT. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kelemahan dan kekurangan yang diakibatkan keterbatasan peneliti dalam

berbagai hal. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi

kita dan mendapat ridha dari Nya. Aamiin...

Akhirnya dengan berserah diri kepada Allah SWT. Semoga kita mendapat

petunjuk dan hidayah-Nya untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ponorogo, 13 Januari 2022

ZAVANESA VERYAN PUTRA PERDANA

NIM :1702101227
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sengaja untuk mewujudkan lingkungan dan

proses belajar yang mendorong pembelajaran, peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri pribadi, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

(Kemendiknas, 2014, hal. 1).

Guru merupakan bagian integral dari kurikulum, saat ini di Indonesia

kurikulumnya berdasarkan versi 2013 atau lebih dikenal dengan K13.

Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik yang sering disebut

dengan pembelajaran terpadu. Secara umum pembelajaran tematik atau

terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema-tema khusus untuk

menghubungkan berbagai mata pelajaran dengan pengalaman nyata

kehidupan sehari-hari siswa agar dapat memberikan pengalaman yang

bermakna bagi mereka (Sugiyar dkk, 2009, hal. 16).

Agar siswa dapat memahami dan menguasai mata pelajaran yang

dipelajarinya, seorang guru atau pendidik harus dapat memilih dan

menggunakan media pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Alat yang disebut media pembelajaran digunakan untuk


memberikan pesan atau informasi dengan tujuan pembelajaran (Arsyad, 2012,

hal 16).

Akibatnya, media pembelajaran memainkan peran penting dalam

menyampaikan pesan atau informasi selama proses belajar mengajar,

membantu meningkatkan minat siswa terhadap materi pelajaran dan

pemahaman mereka tentang materi yang disampaikan oleh guru.

Pandemi Covid-19 saat ini memaksa setiap orang untuk beradaptasi

dengan cepat terhadap perkembangan teknologi, namun tidak semua

kabupaten, sekolah/masala dan orang tua mampu membelinya. Terdapat

beberapa kendala dalam melakukan pembelajaran daring, 1) Masih banyak

orang tua dan siswa yang belum memiliki sarana dan prasarana pembelajaran

daring seperti gadget dan koneksi internet yang memadai. 2) Orang tua tidak

selalu dapat belajar bersama anaknya, sebaliknya orang tua juga harus

bekerja. 3) Keterbatasan media pembelajaran sebagai sumber belajar,

penggunaan media pembelajaran belum maksimal. Guru hanya menggunakan

buku siswa dan buku guru sebagai media dan sumber belajar di kelas, dan

pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal tersebut membuat semangat dan

semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran tidak tinggi, sehingga

banyak siswa yang tidak menyerahkan pekerjaan rumahnya sehingga

membuat hasil belajar siswa menurun dan tidak memenuhi KKM.

Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk mengimplementasikan media

pembelajaran berupa PPT yang dapat digunakan secara online maupun

offline. Namun dalam PPT, sedikit guru yang menyediakan pembelajaran dan
materi dalam PPT, kebanyakan hanya kemasan umum, pendidik tidak

memberikan daya tarik dalam PPT, sehingga peneliti mencoba membuat PPT

semenarik mungkin, dan memiliki Enam bagian seperti Menu, Tujuan,

Materi, Kuis, Penutup, dan Informasi Pemilik. Dirancang untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman materi yang lebih

mendalam, khususnya pada topik makanan sehat. (Ega Rima Wati, 2016, hlm.

4).

Namun selama proses pembelajaran khususnya di kelas SDN Nambak

Bungkal Ponorogo II, guru hanya menerapkan empat dari lima komponen

tersebut, antara lain memberikan video pembelajaran, kuis, diskusi dan

pendalaman materi kepada siswa. Guru jarang mereview materi sehingga

proses pembelajaran yang diberikan oleh guru lewat begitu saja sehingga

mengakibatkan rendahnya pengetahuan peserta didik dalam pembelajaran dan

membuat peserta didik malas mengikuti pembelajaran karena kurangnya

dorongan dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.

Sesuai hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu Yekti

Nurwahyuni di SDN Nambak Bungkal Ponorogo pada tanggal 12 Juni 2021,

Ibu Yekti Nurwahyuni menyampaikan bahwa guru menggunakan media

pembelajaran berupa media powerpoint, dan guru terlebih dahulu

mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan sebelum pembelajaran. Selain

melakukan wawancara, Guru Yekti Nurwahyuni yang merupakan wali kelas

mengatakan, “Di kelas Kelas II digunakan media pembelajaran, dan media


yang digunakan adalah media powerpoint. siswa untuk belajar, selain itu

siswa diajak untuk mengadakannya dengan lebih semangat belajar”.

Sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat membantu peserta

didik dan pendidik dalam proses pembelajaran adalah media berupa Power

Point (PPT). Microsoft Power Point atau PPT adalah perangkat lunak untuk

menulis presentasi yang efektif, profesional, dan sederhana. (M. Syamsul

Hadi, 2008. hal 24).

Media ini dipilih karena kelebihannya mampu memotivasi partisipasi

aktif siswa dan memberikan umpan balik langsung untuk proses pembelajaran

yang efektif. Media ini tidak hanya dapat menarik perhatian, menumbuhkan

minat dan motivasi belajar, tetapi juga dapat meningkatkan pemahaman siswa

dan meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, untuk mendorong siswa,

media pembelajaran dibuat semenarik mungkin. Oleh karena itu, media ini

dapat digunakan sebagai media pembelajaran baru untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap mata pelajaran khususnya Topik 3, Makanan

Sehat, dan Subtopik 1, Bagaimana Tubuh Mengelola Makanan.

Berdasarkan observasi selama pandemi Covid-19 di SDN Nambak

Bungkal Ponorogo. Dari segi sarana dan prasarana, masih banyak kekurangan

pada perlengkapan sekolah seperti bahan ajar. Sumber belajar yang

memungkinkan untuk melibatkan siswa dalam proses pengajaran, seperti

penggunaan buku teks dan media pembelajaran.

Penelitian ini melibatkan Ibu Yekti Nurwahyuni guru kelas II dan

siswa sebanyak 15 orang. Di masa Covid-19, tenaga pendidik dituntut cakap


dan inovatif dalam memberikan informasi dengan menggunakan bakatnya,

serta wajib menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang

digunakan harus menarik dan mudah dipahami untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran yang diajarkan, tetapi hanya berupa media

visual, sehingga siswa dapat dengan mudah mengingat atau memahaminya.

Berdasarkan permasalahan di atas, sangat penting untuk

mengidentifikasi solusi untuk sumber daya pengajaran yang menarik dan

interaktif sebagai alat untuk membantu guru melaksanakan pembelajaran

tema bagi siswanya. Salah satu sumber ajar tersebut adalah media gambar

saja. Alhasil, Power Point(PPT) digunakan sebagai sarana pembelajaran

dalam penelitian ini.

Berdasarkan peryataan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

penelitian tentang” Penerapan Media Pembelajaran Microsoft Power Point

Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Tema 3 Subtema 1

Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Nambak Kecamatan Bungkal

Kabupaten Ponorogo”. Dimaksud dari judul skripsi ini adalah penelitian yang

dilakukan guru melihat dan mengetahui Penggunaan Media pada

Pembelajaran Tematik kelas II di Sekolah Dasar Negeri Nambak Kecamatan

Bungkal Kabupaten Ponorogo. Penerapan media pembelajaran bertujuan

untuk membantu menyampaikan mata pelajaran agar lebih mudah diterima

dan dimengerti oleh peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan.

B. Batasan Masalah
Peneliti mengidentifikasi beberapa batasan masalah yang didasarkan

pada perumusan latar belakang. Batasan masalah dalam pelaksanaan

penelitian diantaranya adalah:

1. Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada kegiatan

belajar pada mata pelajaran Matematika jenjang kelas II Sekolah Dasar

dengan materi nilai dan kesetaraan pecahan mata uang.

2. Sampel penelitian ini merupakan siswa kelas II SD Negeri Nambak

Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.

3. Fokus penelitian yang ingin diukur adalah kemampuan siswa kelas II SDN

Nambak Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan

hasil belajaran Tema 3 Subtema 1 pada komptensi dasar Matematika yaitu

menjelaskan nilai dan kesetaraan pecahan mata uang dan Mengurutkan

nilai mata uang serta mendemonstrasikan berbagai kesetaraan pecahan

mata uang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimana Penerapan Media PowerPoint dalam Pembelajaran

Tematik Tema 3 Subtema 1 Siswa Kelas II di Sekolah Dasar Negeri Nambak

Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan media powerpoint


dalam Pembelajaran Tematik Tema 3 Subtema 1 Siswa Kelas II di Sekolah

Dasar Negeri Nambak Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, maka kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman tentang

pembelajaran.

2. Bagi peserta didik

Sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa dengan penggunaan

media pembelajaran.

3. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru mata pelajaran Tematik dalam menggunakan

media PowerPoint.

4. Bagi sekolah

Sebagai salah satu upaya untuk mendorong guru mengembangkan

kreatifitas dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata Latin media, madius, secara langsung diterjemahkan

menjadi "perantara, perantara, perantara". Pendapat beberapa ahli

mengenai media adalah sebagai berikut: Menurut Gerlach dan Ely,

media jika dilihat secara luas terdiri dari orang, benda, atau peristiwa

yang menciptakan keadaan yang memungkinkan siswa untuk

mengambil informasi, kemampuan, atau sikap. Menurut Fleming,

mediator yakni sebab atau alat yang bertindak untuk menengahi antara

dua kelompok dan mempertemukan mereka seringkali menggantikan

media. (2003), hal 3 dari Azhar Arsyad.

Menurut Heinich, Molenda, dan Russell, komunikasi

menggunakan media. Sedangkan NEA (Education Association) dan

AECT (Association for Education and Communication Technology)

sama-sama mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dipegang,

dilihat, didengar, dibaca, atau didiskusikan serta alat yang digunakan

dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat mempengaruhi

efektivitas program pendidikan, AECT mendefinisikan media sebagai

segala bentuk yang digunakan untuk proses penyebaran informasi.


Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah

segala sesuatu yang menyalurkan pesan dan dapat menggugah pikiran,

perasaan, dan daya pendengaran (siswa) guna memperlancar proses

pembelajaran. Azhar Arsyad tahun 2003, halaman 11

Setiap orang melalui proses belajar yang kompleks yang

berlangsung sepanjang hidupnya, dari lahir sampai mati (pembelajaran

seumur hidup). Tanggung jawab dan kewajiban guru berkembang

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini

sejalan dengan banyaknya anak yang membutuhkan pendidikan, namun

harus diakui bahwa siswa dapat belajar dari berbagai sumber selain dari

gurunya. Guru akan merasa kesulitan jika dibiarkan menanganinya

sendiri karena setiap siswa memiliki kualitas, pengalaman, dan

lingkungan yang berbeda, tetapi kurikulum dan mata pelajaran masing-

masing siswa sama.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Berikut ini dapat di tekankan sebagai peran media pembelajaran:

1) Penggunaan media pembelajaran memiliki tujuan tersendiri sebagai

alat untuk membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih

produktif; itu bukan fungsi tambahan.

2) Penggunaan media pembelajaran memiliki tujuan tersendiri sebagai

alat untuk membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih

produktif; itu bukan fungsi tambahan. Penggunaan media

pendidikan sangat penting untuk keseluruhan proses pembelajaran.


Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran merupakan

komponen yang tidak berada dalam ruang hampa melainkan

berinteraksi dengan komponen lain untuk menghasilkan lingkungan

belajar yang diinginkan

3) Media pembelajaran harus senantiasa mempertimbangkan

kompetensi dan bahan ajar ketika menggunakannya untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

4) Media pendidikan tidak dapat digunakan sebagai hiburan. Oleh

karena itu, menggunakannya secara eksklusif untuk tujuan rekreasi,

permainan, atau memancing bagi siswa tidak diperbolehkan.

5) Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk mempercepat

proses pembelajaran, yang memungkinkan siswa lebih cepat dan

mudah mengingat tujuan dan isi pembelajaran.

6) Media pendidikan meningkatkan standar prosedur pembelajaran.

Hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran

biasanya akan bertahan lebih lama sehingga menghasilkan

pembelajaran yang bernilai tinggi.

7) Karena media pembelajaran memberikan kerangka kognitif yang

konkret, mereka dapat mengurangi verbalisme.

c. Peranan Media Pembelajaran

Media pembelajaran juga memiliki peran dan manfaat sebagai

berikut:

Berikut ini peran keunggulan media pembelajaran, meliputi;


1) Konsep yang disarankan hanya dapat disederhanakan atau

diperjelas melalui penggunaan media pembelajaran; masih abstrak

dan menantang untuk dijelaskan kepada siswa secara langsung.

Gunakan video dasar, foto, atau bagan, misalnya, untuk

mengilustrasikan cara kerja sistem peredaran darah manusia, cara

kerja listrik, atau cara angin bertiup.

2) Menempatkan item di lingkungan belajar yang terlalu berbahaya

atau menantang untuk dicapai. Sebagai ilustrasi, instruktur

menggunakan harimau, beruang, atau makhluk lain seperti gajah,

jerapah, dan lainnya untuk mendemonstrasikan konsep.

3) Bisa menampilkan objek dan subjek yang tidak proporsional.

Misalnya, guru dapat menggambar kapal, pesawat terbang, pasar,

atau menunjukkan hal-hal terkecil seperti bakteri, virus, semut,

nyamuk, dan makhluk kecil lainnya.

4) Mendemonstrasikan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Kita

dapat menggambarkan lintasan peluru, panah yang meleset,

ledakan, dan aksi yang terjadi terlalu lambat, seperti pertumbuhan

kecambah dan bunga yang mekar, dengan menggunakan teknik

gerakan lambat di media sinematik.

d. Prinsip-prinsip Media Pembelajaran

Setiap kegiatan belajar mengajar yang melibatkan penggunaan

media harus berpedoman pada prinsip dasar yaitu mempermudah siswa

dalam belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Oleh karena


itu, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan siswa ketika

menggunakan media. Hal ini perlu ditekankan karena media seringkali

dirancang semata-mata untuk kepentingan guru. Misalnya karena guru

kurang menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan, maka guru

membuat media OHT (Overhead Transparency). Karena OHT

digunakan untuk kepentingan guru, maka transparansi tidak dirancang

sesuai dengan prinsip media pembelajaran, melainkan semua pesan

dituliskan di atas transparan sedemikian rupa sehingga terlihat seperti

koran. Kesesuaian kualitas media dalam kaitannya dengan karakteristik

materi pelajaran yang disajikan harus diperhitungkan saat menggunakan

media.

Penggunaan media perlu disesuaikan dengan jenis kegiatan

pembelajaran yang dilakukan, seperti belajar mandiri, belajar kelompok

kecil, atau belajar tradisional. Alim Sumarno, 2014. hal 24).

Penggunaan media harus didukung dengan persiapan yang

memadai, seperti mengkaji materi yang dimaksud dan menyiapkan

berbagai perlengkapan kelas.

Untuk memperlancar dan memperlancar pencapaian tujuan

pembelajaran, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam

memilih media pembelajaran, antara lain:

1) Sasaran dan tujuan pemilihan media pembelajaran harus jelas.

adalah proses pemilihan media untuk pendidikan dan informasi

umum. Atau itu hanya sesuatu untuk menghabiskan waktu?


Apakah target populasinya adalah siswa TK, SD/MI, SLTP, SMU,

atau SLB.

2) Keistimewaan media pendidikan Setiap jenis media pendidikan

memiliki kualitas yang berbeda-beda, baik dari segi

keunggulannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.

Keterampilan mendasar yang harus dimiliki guru untuk membuat

pemilihan media pembelajaran yang efektif adalah pemahaman

tentang fitur media pembelajaran. Selain itu, memberikan guru

pilihan untuk menggunakan berbagai media pembelajaran dalam

berbagai cara.

3) Alternatif pemilihan media, atau tersedianya berbagai media yang

dapat dikontraskan atau disaingi. Jika terdapat beberapa media

pembelajaran yang dapat diperbandingkan, guru dapat memilih

salah satunya. hlm. 83–84 dalam Rohmat. (2010).

e. Macam-macam Media Pembelajaran

1) Media Visual

Media visual adalah metode komunikasi yang

memanfaatkan panca indera penglihatan dan kombinasi warna,

gambar, dan grafik untuk secara aktif menarik mata terhadap pesan

yang disampaikan (penglihatan). Media visual memanfaatkan mata,

salah satu dari panca indera kita. Oleh karena itu, perlu dibuat

komposisi yang menarik perhatian kita saat berbicara atau

menyampaikan informasi. Contoh sumber informasi media visual


adalah gambar yang dapat kita lihat secara fisik dengan mata kita,

seperti foto, gambar, lukisan, dan lainnya.

2) Media Audial

Media audial adalah segala bentuk media yang

menggunakan indra pendengaran, salah satu dari panca indera kita,

dalam penyampaiannya. Riyana mendefinisikan media audial

sebagai segala bentuk media yang menggunakan indera

pendengaran untuk mengkomunikasikan informasi kepada audiens

sebagai audio atau suara. Radio, musik, suara manusia yang sering

kita dengar, rekaman, dan berbagai bentuk media pendengaran

lainnya adalah contoh penyampaian informasi. Dalam konteks ini,

beberapa ayat dalam Alquran menyebutkan ketersediaan materi

pembelajaran audio, antara lain Surat Al-Isra' (17) ayat 14:

َ ۗ َ‫اِ ْق َرْأ ِك ٰتب‬


‫ك َك ٰفى بِنَ ْف ِسكَ ْاليَوْ َم َعلَ ْيكَ َح ِس ْيبًا‬

Artinya: Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada

waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.

3) Media Audio Visual

Dari istilahnya saja kita sudah bisa menyimpulkan apa itu

media audiovisual bukan? Ya, media audio visual ini

menggabungkan media suara kita dengan media visual kita, yang

merupakan campuran dari kedua media tersebut di atas. Jika

dibandingkan dengan guru, akan lebih mudah bagi siswa untuk


menyerap informasi atau pengetahuan jika menggabungkan kedua

inderanya, yaitu indera penglihatan dan indera pendengaran.

Penciptaan dan penggunaan media audio visual adalah penyebaran

informasi yang dapat dipahami sebagian atau seluruhnya tanpa

memerlukan kata-kata atau bahasa simbolik lainnya. Televisi,

video, film, dan bentuk media audio visual lainnya adalah beberapa

contohnya.

4) Projected Still Media

Projected dalam bahasa Indonesia berarti proyektor, dan

stillartinya diam/bisu. Projected still media adalah salah satu media

yang digunakan untuk memutar gambar agar dapat memberikan

rangsangan kepada indra penglihatan kita untuk melihatnya.gambar

yang ada akan langsung berintraksi dengan pesan media yang

bersangkutan dengan proyeksi, maka proyeksi akan

menghubungkan dengan proyektor agar gambar tersebut dapat

dilihat. Biasanya, media ini dapat menggunakan audio atau hanya

visual saja. Contoh dari media ini yaitu seperti slide, LCD

proyektor, infocus dan lain sebagainya.

Dalam bahasa Indonesia, kata diproyeksikan dan masih

sama-sama merujuk pada proyektor. Salah satu media yang

digunakan untuk memutar gambar agar dapat merangsang indera

penglihatan kita untuk melihatnya adalah media diam yang

diproyeksikan. Gambar yang ada akan berinteraksi langsung


dengan pesan media proyeksi sebelum proyeksi dihubungkan ke

proyektor dan gambar ditampilkan. Jenis media ini biasanya

menggunakan konten terutama visual. Media tersebut antara lain

slide, LCD proyektor, infocus, dan lain-lain.

5) Projected Motion Media

Salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan

pengetahuan dan informasi dengan memanfaatkan gambar

bergerak, seperti audio visual, adalah animasi yang diproyeksikan.

Video (pada DVD, VTR, atau VCD), film, komputer, laptop, dan

bentuk media lainnya adalah beberapa contohnya.

6) Media Teks

Media berbasis teks adalah mereka yang mengirimkan

pesan mereka melalui teks tertulis. Siswa harus membaca tulisan

pada halaman ketika menggunakan media teks ini. Siswa biasanya

tidak menikmati bahan bacaan karena membuat mereka tidak

nyaman. Selain itu, siswa mengalami kebosanan, dan teks dalam

media pendidikan dipandang negatif oleh siswa. Meskipun media

berbasis teks sangat mudah digunakan, membaca juga

memungkinkan siswa mempelajari hal-hal baru. Modul, majalah,

surat kabar, dan bentuk media teks lainnya adalah contohnya.

(Muhammad Alif dan Siti Maemunawati, 2020, hlm. 75–78).


f. Prosedur Penyusunan Media

Untuk menyusun bahan ajar, ada beberapa proses yang harus diikuti,

antara lain:

1) Dalam setahun membaca dan menganalisis KD dari berbagai KI.

2) Meneliti isi yang telah disajikan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa.

3) Memetakan urutan bahan ajar dan menempatkannya dalam urutan

sistematik yang tepat, seperti:

a) Pendahuluan

b) pengamatan terhadap contoh-contoh atau kesaksian-

kesaksian tentang perilaku material tertentu

c) Menumbuhkan pertanyaan what-why-how

d) Eksplorasi informasi (meminta siswa membaca pengetahuan

tentang bahan ajar atau materi tertentu)

e) Menalar atau mendikusikan tentang apa bedanya, fungsinya,

dampaknya dan lain sebagainya dari materi yang ada

f) Menganalisis atau memperdebatkan perbedaan konten yang

ada, fungsi, dampak, dan sebagainya

g) Menyajikan narasi

h) Merenungkan
i) Ayo bertindak (mencoba berbuat), Noor Fitratul Jannah

(2004, hlm 56).

2. Power Point

a. Pengertian Power Point

Menurut Arsyad (2013, hlm. 193), PPT, atau PowerPoint,

adalah program yang sering digunakan orang untuk menampilkan

laporan, karya, atau status mereka. Microsoft Power Point adalah

program komputer yang ditemukan dan dikembangkan oleh perusahaan

Microsoft, menurut Daryanto (2016:181). Alat ini biasanya disertakan

dalam suite Microsoft Office. Dengan sejumlah karakteristik yang

menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik, program ini

secara khusus dibuat untuk memberikan presentasi, baik yang

diselenggarakan oleh dunia usaha, pemerintah, perguruan tinggi,

maupun masyarakat.

Microsoft Power Point atau PPT adalah suatu softwere yang

digunakan untuk menyusun sebuah presentasi yang efektif, profesional,

serta mudah.microsoft PPT akan menjadi subuah gagasan,ide maupun

materi menjadi lebih menarik, jelas serta mudah dimengerti (M.

Syamsul Hadi, 2008. 1). Sedangkan microsoft PPT 2010 hadir dengan

sejumlah fitur-fitur baru. Sebagian fitur-fitur baru merupakan suatuhasil

perkembangan dari fitur-fitur sebelumnya yang sudah ada dan sebagian

lagi merupakan fitur—ituryang benar-benar baru. Kombinasi


inimenghasilkan aplikasi microsoft PPT 2010 yang semakin

sempurna,efesien,dan dapat memenuhi berbagai kebutuhan. (Oscar

Yulus, 2010.161).

Microsoft Power Point, juga dikenal sebagai PPT, adalah

program yang digunakan untuk menyajikan presentasi yang efisien,

ahli, dan sederhana. Microsoft PPT akan membuat konsep, ide, dan

konten lebih menarik, mudah dipahami, dan jelas (M. Syamsul Hadi,

2008, hal 1). Sementara itu, Microsoft PPT 2010 memiliki sejumlah

fitur baru. Beberapa fitur baru merupakan konsekuensi dari peningkatan

fitur yang sudah ada, sementara yang lain sepenuhnya asli. Aplikasi

Microsoft PPT 2010 yang lebih ideal, efektif, dan serbaguna dihasilkan

sebagai hasil dari kombinasi ini. (Oscar Yulus, 2010.161).

Penulis menarik kesimpulan bahwa perangkat lunak yang dibuat

dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, pada komputer, program

ini biasanya dikelompokkan ke dalam program Microsoft Office dan

digunakan untuk menyusun presentasi yang efisien, profesional, dan

sederhana berdasarkan pendapat dari berbagai ahli yang disebutkan di

atas. Selain itu, dengan memanfaatkan sejumlah kemampuan baru,

Microsoft Power Point akan membuat konsep, ide, atau konten menjadi

lebih menarik, mudah dipahami, dan jelas.

b. Cara Membuat Media Power Point

Seperti yang dikemukakan Dina Indriana dalam Esti(2013,

hal.25), pertimbangan berikut harus dilakukan saat membuat presentasi


power point: Pilih program berdasarkan konten, tujuan, latar belakang

siswa, usia, dan tingkat pendidikan, dan identifikasi materi pendukung

seperti ilustrasi, animasi, video, dan sebagainya.

1) Menyusun materi pendukung, seperti film, gambar, animasi, dan

suara, sesuai dengan tujuan dan kebutuhan materi.

2) Masukkan informasi ke dalam program Power Point setelah

mengumpulkan materi dan meringkasnya.

3) Periksa setiap slide dari persiapan bahan setelah semuanya selesai

c. Langkah-langkah Menyajikan Media Pembelajaran Template Power

Point

Menurut Siswaryanti (2012,hlm. 17-18) memaparkan bahwa

langkah pembelajaran menggunakan media pembelajaran adalah

sebagai berikujt:

1) Pastikan semua bahan dan alat sudah lengkap dan siap digunakan.

2) Uraikan tujuan yang harus dicapai

3) Garis besar untuk siswa apa yang harus mereka lakukan selama

proses pembelajaran.

4) Hindari apa pun yang dapat menggagalkan perhatian/konsentrasi

tenang anak-anak.

d. Kelebihan dan Kekurangan Power Point

Berikut ini adalah beberapa manfaat menggunakan Microsoft Power

Point:

1) Mudah digunakan
2) Mudah dibuat sendiri

3) Dapat digunakan oleh satu orang

4) Dapat diulang untuk efektivitas yang lebih besar

5) Memiliki traksi (daya tarik)

6) Penggunaannya disesuaikan

7) Dapat diterapkan berulang kali pada kelompok yang sama atau

berbeda.

Sedangkan menurut Daryanto (2016, hal. 182) menjelaskan

bahwa PPT memiliki berbagai kelebihan diantaranya:

1) Penggunaan permainan warna, huruf, dan animasi membuat

presentasi menarik.

2) Animasi teks, gambar, atau foto

3) Mendorong anak-anak untuk belajar lebih banyak tentang bahan

ajar

4) Siswa dapat dengan mudah menyerap pesan informasi ketika

disajikan secara grafis.

5) Pendidik tidak perlu menjelaskan banyak materi pendidikan yang

digunakan

6) Ini dapat direproduksi dan digunakan kembali berkali-kali.

7) Dapat dibawa kemana-mana dengan mudah karena dapat disimpan

sebagai data optik atau magnetik (CD/Disket/Flashdisk).

Salah satu kelemahan Power Point adalah

1) Membutuhkan proses desain yang Panjang.


2) Siswa yang jauh dari layar mungkin kesulitan membaca atau

memahami pelajaran jika layar monitornya kecil.

3) Guru harus dapat menggunakan program ini agar tidak banyak

kendala dalam penyampaiannya.

4) Mengangkut dan menyimpan komputer sambil memberikan

presentasi merepotkan.

5) Perubahan desain sangat signifikan sehingga pengguna harus

mempelajarinya kembali sampai menjadi kebiasaan.

6) Antarmuka yang baru diperkenalkan terkadang sulit digunakan.

7) Tab kontekstual dan galeri gaya mungkin menggunakan beberapa

perbaikan.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipahami sebagai perubahan yang terjadi

pada diri siswa akibat keikutsertaannya dalam kegiatan pembelajaran,

yaitu berupa komponen kognitif, emosional, dan psikomotorik.

Hasil belajar menurut Aqib (2017, hal. 311-312) adalah

keterampilan yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman

belajarnya. Ada dua jenis faktor dasar yang mempengaruhi hasil belajar

siswa: faktor internal dan faktor eksternal, kadang-kadang dikenal

sebagai faktor lingkungan. faktor yang mempengaruhi informasi yang

dipelajari anak-anak tentang keterampilan mereka. Tujuan

pembelajaran yang harus dipenuhi sangat dipengaruhi oleh masalah ini.


Ciri-ciri lain yang ada selain bakat, seperti motivasi, minat perhatian,

sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, keadaan sosial ekonomi, kondisi

fisik, dan keadaan psikologis. Kualitas instruksi adalah salah satu

elemen kontekstual kunci yang mempengaruhi hasil belajar. Derajat

atau keberhasilan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan

pembelajaran merupakan tujuan dari mutu pengajaran.

Unsur lain seperti faktor strategi pembelajaran mempengaruhi

hasil belajar siswa selain pengaruh internal dan kontekstual. Hal ini

berkaitan dengan upaya yang dilakukan siswa untuk belajar, termasuk

metode dan strategi belajarnya. Ketiga elemen ini terhubung dalam

beberapa cara dan berdampak satu sama lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, hasil belajar adalah hasil

penilaian atau pengukuran kemampuan siswa dalam memvisualisasikan

sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Berikut adalah contoh hasil belajar yang lebih spesifik yang

melibatkan pemahaman konseptual (unsur kognitif), kemampuan proses

(aspek psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif):

1) Pemahaman Konsep

Pemahaman suatu gagasan digambarkan sebagai

kemampuan untuk memahami makna dari materi pelajaran yang

dipelajari. Pemahaman ini mengacu pada seberapa baik siswa dapat

menerima, mengolah, dan memahami pelajaran yang diajarkan


kepadanya oleh guru mereka atau seberapa baik mereka dapat

memahami dan mengolah apa yang mereka baca, lihat, alami, atau

rasakan dalam bentuk penelitian. temuan atau pengamatan

langsung, yang dia lakukan.

2) Keterampilan Proses

Keterampilan proses berfungsi sebagai katalis untuk bakat

yang lebih tinggi pada setiap siswa dengan membantu mereka

mengembangkan kapasitas mental, fisik, dan sosial dasar mereka.

Kemampuan untuk menggunakan pikiran, akal, dan tindakan secara

berhasil dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu disebut

sebagai keterampilan, yang di dalamnya termasuk kreativitas.

Dalam proses pengembangan keterampilan, sikap-sikap yang

diinginkan seperti kreativitas, kerja sama, tanggung jawab, dan

disiplin dibentuk secara bersamaan sesuai dengan fokus mata

pelajaran yang bersangkutan.

3) Sikap

Selain memiliki komponen mental, sikap juga memiliki

komponen fisik. Jika hanya pikiran yang dinaikkan, maka tidak

jelas sikap seperti apa yang dia tunjukkan. Selanjutnya, Azwar

menunjukkan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yang saling

bergantung, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Tiga

bagian sikap adalah kognitif, afektif, dan konatif. Komponen

kognitif adalah representasi dari apa yang diyakini oleh individu


pemilik sikap, sedangkan komponen afektif dan konatif masing-

masing adalah perasaan dan emosi. Susanto (2016), hal 9–10.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pembelajaran merupakan suatu proses perkembangan, sesuai

dengan pembahasan teori Gestalt oleh Susanto (2016). Dengan kata

lain, tubuh dan jiwa anak secara alami mengalami perkembangan.

Pengembangan diri panggilan untuk perilaku positif pada bagian dari

siswa serta pengaruh lingkungan. Pertama, siswa: dalam hal kapasitas

pemikiran atau perilaku intelektual, serta dorongan, antusiasme, dan

persiapan mereka pada tingkat fisik dan spiritual. Kedua adalah

lingkungan, khususnya sumber daya, pembelajaran, teknik pengajaran,

dan dukungan lingkungan, serta keluarga dan lingkungan.

Dua komponen utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa,

menurut Slamet (2003 hal 56) dalam Salamah (2015 hal 9–10), adalah

pengaruh dari lingkungan dan faktor yang berasal dari siswa, khususnya

kemampuan yang dimilikinya. Hasil belajar yang dicapai sangat

dipengaruhi oleh kemampuan siswa. Selain faktor kemampuan yang

dimiliki siswa, terdapat faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor sosial,

ekonomi, fisik, dan psikologis karena semua faktor tersebut akan

mendorong siswa untuk lebih berprestasi. aktif dan kreatif dalam


pembelajarannya. Seperti yang diungkapkan Clark, hasil belajar siswa

di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa, dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan.

d. Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Efek akhir yang diantisipasi untuk dicapai setelah pembelajaran

dikenal sebagai hasil belajar. Sasaran atau tujuan pembelajaran menurut

Tafsir 2008 adalah bentuk perubahan perilaku atau hasil belajar yang

diharapkan. M. Gagne menegaskan bahwa ada 5 kategori hasil belajar

yang berbeda:

1) Kemampuan kognitif (yang merupakan hasil belajar terpenting dari

sistem lingkungan).

2) Strategi kognitif (mengendalikan proses belajar seseorang dalam

arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah).

3) Pengetahuan verbal, pengetahuan dalam arti fakta dan informasi

4) Keterampilan motorik yang dipelajari di sekolah, seperti menulis,

mengetik, menggunakan kompas, dll.

5) Sikap dan nilai-nilai yang berhubungan dengan intensitas emosional

seseorang yang dibuktikan dengan bagaimana mereka cenderung

bertindak terhadap orang lain, benda, dan peristiwa (Mudjiono, dan

Dimyati, 2006, hal 206).

4. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran

terpadu (integrated instruction), suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa secara aktif menyelidiki dan menemukan topik

dan prinsip ilmiah secara komprehensif, bermakna, dan otentik, baik

secara individu maupun kelompok. (Majid, 2014, hlm. 80).

Sedangkan pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

dimulai dengan mata pelajaran atau tema tertentu yang dikaitkan

dengan mata pelajaran lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep

lain, yang dilakukan secara spontan atau terencana, baik dalam satu

bidang studi atau lebih, dan dengan berbagai pengalaman belajar siswa.

Menurut Subroto (2000) dan Trianto (2007), pembelajaran tematik

lebih bermakna dibandingkan dengan jenis pembelajaran lainnya

(Dalam Sugiyar et al, 2009, hal 16).

Berdasarkan beberapa kriteria di atas, dapat dikatakan bahwa

pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang

menghubungkan banyak disiplin ilmu dengan Kompetensi Dasar (KD)

terkait dalam satu tema tertentu. Pembelajaran ini dapat meningkatkan

efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran Tematik

c. Tujuan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: (Sugiyar et al,

2009, hal 17).

1) Permudah konsentrasi pada satu tema


2) Siswa memperoleh pengetahuan dan menumbuhkan berbagai

keterampilan dasar di seluruh materi pelajaran dalam tema yang

sama.

3) Tercapainya pemahaman yang lebih dalam dan menyeluruh

terhadap masalah

4) Dengan menggabungkan pengalaman pribadi mahasiswa dengan

mata kuliah yang berbeda, kompetensi dasar dapat dibina secara

lebih efektif.

5) Karena informasi disampaikan dalam konteks tema yang berbeda,

maka manfaat dan makna pembelajaran dapat lebih dirasakan.

6) Siswa lebih terlibat karena mereka dapat berinteraksi dalam suasana

otentik untuk mengasah keterampilan di satu bidang sekaligus

belajar tentang topik lain.

7) Mata pelajaran yang disajikan secara tematis dapat disiapkan

sekaligus, ditawarkan dalam dua atau tiga kali pertemuan, dan sisa

waktu dapat digunakan untuk latihan penguatan, kegiatan korektif,

atau pengayaan konten.

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Ciri-ciri berikut menggambarkan pembelajaran tema

sebagai strategi pengajaran di sekolah dasar (Majid, 2014, hlm.

89):

1) Siswa adalah fokus

2) Tawarkan pengalaman praktis


3) Pemisahan subjek tidak terlalu jelas

4) Memperkenalkan ide-ide dari disiplin ilmu lain

5) Beradaptasi

e. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Berikut indikator pembelajaran tema (Majid, 2014, hal 91):

1) Tidak semua mata pelajaran perlu digabungkan

2) Dapat memadukan keterampilan dasar dari semester yang berbeda

3) Tidak perlu mengintegrasikan keterampilan dasar yang tidak

digabungkan

4) Kompetensi dasar yang tidak tercakup dalam beberapa topik harus

diajarkan melalui tema tersebut, atau harus diajarkan secara

individu atau melalui tema alternatif.

5) Membaca, menulis, berhitung, dan pengembangan nilai moral

ditekankan dalam kegiatan pembelajaran.

6) Mata pelajaran yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan anak,

lingkungan sekitar dan lingkungan sekitar.


B. KERANGKA BERPIKIR

Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

Penerapan media pembelajaran power


Pembelajaran poin untuk meningkatkan hasil belajar
tematik tema 3 siswa
subtema 1 yang
dilaksanakan
oleh guru belum
optimal

Siklus 1: Siklus 1:
menerapkan menerapkan
media media
pembelajaran pembelajaran
Hasil belajar power poin power poin
siswa rendah saat proses saat proses

C. HIPOTESIS TINDAKAN
Rumusan masalah penelitian yang telah diberikan dalam bentuk

pertanyaan memiliki solusi sementara dalam bentuk hipotesis. Pernyataan ini

dibuat hanya sementara karena solusi yang ditawarkan hanya didasarkan pada

teori yang ada dan belum pada bukti empiris yang dikumpulkan melalui

pengumpulan data. Sebagai tanggapan teoretis terhadap rumusan masalah

penelitian daripada yang empiris, hipotesis juga dapat dinyatakan (Sugiyono,

2018, hlm. 63).

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis tindakan bahwa

jika media pembelajaran power point digunakan di SDN Nambak Bungkal

Ponorogo maka hasil belajar siswa pada pembelajaran tema kelas II akan

meningkat.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah SDN

Nambak kecamatan Bungkal, kabupaten Ponorogo.

Penelitian dilakukan di SDN Nambak di Kecamatan Bungkal Kabupaten

Ponorogo.

2. Waktu Pelaksanaan

Peneliti menghabiskan dua siklus, atau (Siklus 1) dan (Siklus 2) pada Juni

2022, dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini.

3. Mata Pelajaran

Mata pelajaran yang diteliti adalah Matematika dengan pokok bahasan

Menilai mata uang dan mengenal kesetaraan mata uang, Kelas II Semester

I SDN Nambak Tahun Pelajaran 2022/2023

Kelas II Semester I SDN Nambak Tahun Pelajaran 2022/2023, mata pelajaran

yang dipelajari adalah tematik dimana materinya mengenal letak geografis

rumah, mata uang dan seni budaya.

matematika dengan fokus menilai mata uang dan mengenal persamaan moneter.

4. Jumlah Siswa

Jumlah siswa SDN Nambak Kelas II berjumlah 20 siswa, terdiri dari 10

siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

5. Karakteristik Siswa
Latar belakang ekonomi sebagian besar siswa berasal dari keluarga

menengah kebawah, pendidikan orang tua pada aumumnya hanya sebatas

lulus SMP dan SMA, hal ini mengakibatkan orang tua menyerahkan

sepenuhnya masalah pendidikan kepada guru (sekolah). Karena mereka

rata- rata adalah buruh.

Sebagian besar anak-anak berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah,

dan pendidikan orang tua biasanya hanya sampai tamat SMA. Karena

mereka sering pekerja, mereka sepenuhnya mendelegasikan segala

kekhawatiran tentang pendidikan anak-anak mereka kepada SDN Nambak.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), suatu jenis penelitian yang sangat

praktis di dalam kelas untuk meningkatkan efektivitas proses belajar-

mengajar, meningkatkan hasil belajar siswa, dan menemukan teknik

pengajaran mutakhir untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa,

digunakan dalam penelitian ini. belajar. Sifat kolaboratif dari penelitian

tindakan kelas ini berarti bahwa peneliti bekerja sama dengan instruktur

daripada melakukan penelitian secara mandiri. PTK, sebagaimana

didefinisikan oleh Wardani, adalah penelitian yang dilakukan oleh instruktur

pada mata kuliahnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan meningkatkan

kinerjanya untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi

isu-isu aktual yang muncul di kelas dan untuk meningkatkan partisipasi nyata

guru dalam kegiatan pengembangan profesional mereka. Empat siklus


kegiatan yang membentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut sering

diulang. Ada empat kegiatan utama dalam siklus ini: perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan refleksi. Penulis dapat menyimpulkan dari

uraian di atas bahwa ada empat rangkaian tugas yang harus diselesaikan

dalam satu siklus yang berulang untuk melakukan PTK.

C. Subjek Penelitian

Siswa kelas dua SDN Nambak dijadikan sebagai subjek penelitian.

Ada 15 siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah penggunaan media power point pada

pembelajaran kelas 2 di SDN Nambak dapat meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pada mata pelajaran Tematik tema 3 subtema 1.

D. Teknik Pengumpulan Data

Karena pengumpulan data adalah tujuan utama dari penelitian ini,

teknik pengumpulan data merupakan tahapan penting dalam prosesnya.

Peneliti menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data dalam hal

ini:

1. Observasi

Saat menggunakan media interaktif power point untuk latihan

pembelajaran, lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data.

Lembar observasi dibagi menjadi dua bagian: satu untuk kegiatan siswa

dan satu lagi untuk kegiatan guru. Lembar observasi dilengkapi dengan

menempatkan lingkaran pada kolom yang menempel pada citra yang


diamati. Pengamat disediakan lembar observasi agar mereka dapat

merekam pengamatan mereka dari setiap kegiatan pembelajaran.

2. Tes

Berdasarkan indikator yang digunakan dalam RPP, soal ujian

berbentuk tes objektif. Setelah menggunakan media power point interaktif,

siswa menjalani post-test untuk mengukur tingkat kemahiran mereka.

Guru yang mengajar di kelas memberikan arahan dan validasi untuk soal-

soal yang akan ada pada tes ini di masa lalu.

E. Prosedur Penelitian

Proses desain penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui beberapa

siklus. Dalam penelitian ini peneliti membuat dua siklus yang masing-masing

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, dan pelaksanaan

bekerjasama dengan guru kelas II SDN Nambak Bungkal Ponorogo.

Peneliti menggunakan model Stephan Kemmis dan Robin McTaggart

dalam penelitian ini. Model Kurt Lewin dan model ciptaan Stephan Kemmis

dan Robin McTaggart terlihat sangat mirip. Dikatakan demikian karena,

menurut Kurt Lewin, terdiri dari empat komponen dalam satu siklus atau

putaran, mencegah perubahan yang terlihat. Merencanakan, melakukan atau

bertindak, mengamati, dan merefleksi adalah empat unsur (Paizaluddin dan

Ermalinda, 2016, hal. 30).

Menurut Hopkins (1993), langkah awal dalam melakukan penelitian

tindakan kelas adalah merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan

mengevaluasi kemajuan tindakan (Observasi dan evaluasi). Merencanakan,


melakukan, mengamati, dan merefleksi adalah empat langkah pertama dalam

proses penelitian tindakan kelas. Langkah-langkah ini diulang sampai hasil

yang diinginkan tercapai (kriteria keberhasilan). Berikut adalah ilustrasi dan

deskripsi langkah-langkah penelitian tindakan kelas:

Gambar 2. Langkah-langkah penelitian

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan, khususnya langkah-langkah yang dilakukan untuk

menjalankan Penelitian Tindakan Kelas, seperti membuat sumber belajar

dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Mengambil tindakan, yang meliputi menjelaskan tindakan yang

akan diambil, menguraikan skenario kerja untuk tindakan korektif yang

diperlukan, dan menyusun rencana tindakan.


3. Observasi (Observe),

Pengamatan (Observe), Pengamatan ini dilakukan untuk

memastikan bahwa semua rencana yang telah disusun dengan benar

dilaksanakan dan tidak ada penyimpangan yang dapat memberikan

konsekuensi yang kurang ideal untuk peningkatan pembelajaran siswa.

Dengan memberikan formulir observasi atau dengan cara lain yang sesuai

dengan data yang diperlukan, kegiatan observasi dapat dilakukan.

4. Refleksi (Reflecting),

Reflecting, yaitu penilaian terhadap modifikasi yang telah

dilakukan atau hasil yang telah dikumpulkan sebagai bentuk dampak dari

tindakan yang direncanakan. Perubahan yang terjadi akan diketahui akibat

dari fase ini. Seberapa baik dan seberapa jauh langkah-langkah yang

disarankan mampu membawa perubahan substansial atau menyelesaikan

masalah Suatu perbaikan tindakan dalam bentuk perencanaan ulang dapat

dilakukan mulai dari refleksi ini.

1. Deskripsi Per Siklus

a. Gambaran Siklus I

Untuk Matematika, perencanaan untuk menerapkan perbaikan

pembelajaran melalui tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus,

dengan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.

Dimungkinkan untuk mengulangi pelaksanaan siklus dalam

penelitian tindakan kelas ini sampai tujuan penelitian tercapai. Hanya


ada dua siklus yang diperbolehkan untuk penelitian ini, dan peneliti

hanya diminta untuk melengkapi informasi siklus 1. Siklus 2 dilakukan

dengan anggapan bahwa jika Siklus 1 tidak berhasil, maka Siklus 2

akan memperbaiki masalahnya. Siklus 2 dilakukan sebagai penguatan

dari Siklus 1 jika Siklus 1 berhasil. Hasil dari siklus 1 akan diperkuat

dengan pemantapan ini.

1) Menyusun rancangan Tindakan

a) Melakukan analisis kurikulum untuk mengidentifikasi

keterampilan dasar yang akan diajarkan kepada siswa

b) Memilih dan mencari materi pelajaran

c) Membuat lembar kerja siswa

d) Menyusun alat penilaian

e) Pembelajaran

2) Acting (pelaksanaan) Tindakan

Pada hakekatnya, pelaksanaan tindakan merupakan

kenyataan dari tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk

lebih spesifik mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti,

maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Membuat materi pendidikan dengan menggunakan media

pembelajaran PowerPoint.

b) Disediakan kesempatan bagi siswa untuk bertanya tentang

materi pelajaran.

c) Menanyai siswa tentang topik yang dibahas sebelumnya


d) Melakukan penilaian.

3) Observasing (observasi/pengamatan)

Peneliti sendiri dapat melakukan observasi, observasi, atau

pemantauan; dia sebenarnya dituntut untuk melakukannya. Semua

kegiatan atau kejadian di kelas penelitian harus dicatat pada saat

observasi. Misalnya, seberapa baik kinerja guru, bagaimana kelas

berjalan, bagaimana siswa bersikap dan bertindak, bagaimana konten

disajikan atau didiskusikan, seberapa baik siswa mengingat

informasi yang diajarkan, dan sebagainya. Peneliti telah melakukan

pengamatan sebagai berikut:

a) Sifat kegiatan pembelajaran

b) Sikap siswa terhadap proses pembelajaran

b) Hasil belajar siswa.

4) Reflecting (refleksi)

Secara umum refleksi mengacu pada proses merenungkan

sesuatu, memikirkannya, atau menilai kontribusi yang telah

diberikan peserta atau penyusun terhadap PTK yang sedang

dilakukan. Refleksi ini dilakukan secara berkelompok, yaitu dengan

membicarakan berbagai isu yang muncul di kelas penelitian. Setelah

implementasi, tindakan penelitian, dan hasil observasi, refleksi dapat

didefinisikan. Atas dasar refleksi ini juga dibuat perencanaan

tambahan (Paizaluddin dan Ermalinda, 2016, hlm. 80-81). Peneliti

mengevaluasi siklus yang sedang digunakan; jika hasil tidak


memenuhi kriteria keberhasilan, siklus ini akan diubah pada siklus

berikutnya.

Untuk menghentikan penelitian ini, dilakukan refleksi untuk

mengetahui sejauh mana pelaksanaan PTK siklus 1 oleh siswa telah

sesuai dengan harapan peneliti. Namun, peneliti menemukan bahwa:

a) pemahaman siswa tentang reproduksi generatif masih kurang; b)

Aktivitas siswa masih kurang.c. Siswa masih kurang serius dalam

mengerjakan tugas.

Jika temuan yang dikumpulkan menunjukkan keberhasilan dan

menurut pendapat peneliti masalah telah ditangani (idealnya setelah

berkonsultasi dengan rekan dan sekolah), PTK selesai pada siklus 1.

Siklus 2 akan dilakukan dengan tahapan kegiatan yang sama dengan

siklus 1. Siklus 1 penelitian dapat dilanjutkan, dan siklus 3 dapat

dimulai jika kesimpulan siklus 2 juga tidak memuaskan atau gagal

menjawab permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Gambaran Siklus II

1) Planning (perencanaan)

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti membuat rencana

pembelajaran. Perencanaan siklus II tidak mengalami perubahan

dari siklus I.
2) Acting (pelaksanaan)

Tentunya berdasarkan strategi pembelajaran siklus I, peneliti

melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan media

pembelajaran berbasis power point.

3) Observasing (observasi/pengamatan)

Dengan menggunakan media pembelajaran berbasis power point,

peneliti mengamati kegiatan pembelajaran.

4) Reflecting (refleksi)

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II dan

memperbaiki kekurangan dan kelemahan dari pelaksanaan siklus

I. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mendesain dua siklus. Jika

siklus I dan siklus II belum berhasil maka peneliti melanjutkan

pada siklus III dengan tahapan sama dengan siklus I dan siklus II

yaitu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi,

dan kolaborasi antara Peneliti dengan guru kelas II SDN Nambak

Bungkal Ponorogo.

F. Instrumen Penelitian

Salah satu alat yang digunakan dalam penelitian untuk mencari data

adalah instrumen penelitian. Peneliti menggunakan skala penilaian atau

graded scale sebagai alat penelitian mereka dalam penelitian ini. Kualitas

instrumen menentukan jenis data yang dapat dikumpulkan, dan kualitas

penelitian ditentukan oleh kualitas data. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini:
1. Lembar Observasi

Dalam acara-acara pendidikan termasuk media Power Point,

lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan informasi. Lembar

observasi dibagi menjadi dua bagian: satu untuk kegiatan siswa dan satu

lagi untuk kegiatan guru. Lembar observasi dilengkapi dengan

menempatkan lingkaran pada kolom yang berhubungan dengan citra

yang diamati. Pengamat disediakan lembar observasi agar mereka dapat

merekam pengamatan mereka dari setiap kegiatan pembelajaran.

2. Lembar Soal Tes

Berdasarkan indikator yang digunakan dalam RPP, soal ujian

berbentuk tes objektif. Setelah menggunakan media power point

interaktif, siswa menjalani post-test untuk mengukur tingkat kemahiran

mereka. Guru yang mengajar di kelas memberikan arahan dan validasi

untuk soal-soal yang akan ada pada tes ini di masa lalu.

G. Teknik Analisis Data

Tahapan penelitian yang paling krusial adalah pendekatan analisis

data karena pada titik inilah semua data dikumpulkan dan temuan penelitian

dapat dikembangkan. Informasi yang dikumpulkan dari temuan penelitian

kemudian diperiksa, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Lembaran Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah

mengolah atau menggunakan temuan dari penelitian untuk menarik


kesimpulan. Rumus persentase yang mencoba menetapkan apakah

pendekatan yang ditempuh sudah sesuai dengan yang direncanakan,

digunakan penulis untuk mengkaji data hasil belajar siswa.

Kegiatan analisis ini dilakukan menggunakan rumus presentase

sebagai berikut:

F
n= X 100 %
N

Keterangan:

P = persentase ketuntasan individual

F = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimal

Anak dikatakan mengalami peningkatan apabila jumlah

persentase yang mencapai keberhasilan lebih besar dari 65% (≥65%).

Kemudian Sugiyono mengemukakan rumusan persentase keberhasilan

klasikal (PKK) sebagai berikut:

Jika lebih dari 65% siswa berhasil, maka jumlah anak dikatakan

mengalami peningkatan. Kemudian Sugiyono mengusulkan persamaan

berikut untuk persentase keberhasilan tradisional (PKK):

PKK =

banyak anak yang mengalami perubahan ≥ 65 %banyak subyek penelitia n


jumlah anak

X 100%
Jika nilai PKK mencapai minimal 80%, kelas dikatakan

berkembang, siklus tidak berlanjut, dan pembelajaran tindakan kelas

dianggap berhasil.

Tabel 3.1 Kategori Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan Guru dan


Siswa

No Nilai Kategori Penilaian

1 80-100 Baik Sekali

2 66-79 Baik

3 56-65 Cukup

4 40-55 Kurang

5 30-39 Gagal

2. Analisis Hasil Belajar Siswa

Keefektifan pembelajaran dapat ditentukan dengan menggunakan

analisis deskriptif data hasil belajar siswa yang bertujuan untuk

menggambarkan ketuntasan hasil belajar siswa. Data yang dianalisis

untuk menggambarkan ketuntasan hasil belajar siswa adalah data post-

test dan kuis.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di

SDNNambak Bungkal Ponorogo, setiap siswa dikatakan tuntas belajar

jika siswa tersebut telah mencapai nilai KKM 71, sedangkan secara

klasikal tuntas belajar jika kelas tersebut mendapat nilai 80 siswa yang
telah selesai belajar. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

peningkatan hasil belajar melalui penggunaan media power point

interaktif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

tematik tema 3 subtema 1.

Dengan menggunakan analisis deskriptif data hasil belajar siswa,

yang mencoba menjelaskan ketepatan hasil belajar siswa, efektivitas

pembelajaran dapat dinilai. Hasil posttest dan kuis merupakan jenis data

yang diteliti untuk menunjukkan seberapa komprehensif hasil belajar

siswa.

Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SDNN Nambak

Bungkal Ponorogo, setiap siswa dianggap tamat belajar jika mendapat

nilai KKM 75, sedangkan kelas secara keseluruhan mendapat nilai 80.

media PowerPoint interaktif meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran tematik topik 3 subtema 1, analisis ini dilakukan.

Rumus persentase dapat digunakan untuk menguji adanya

ketuntasan belajar siswa. Rumus berikut digunakan untuk menentukan

persentase hasil belajar tuntas dan tidak tuntas:

F
n= X 100 %
N

Keterangan:

P = persentase ketuntasan individual

F = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimal


Hasil belajar setiap siswa dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

ini. Siswa dinyatakan tamat jika hasil belajarnya sama atau lebih tinggi

dari KKM. Jika belum mencapai KKM atau di bawahnya, maka siswa

tersebut belum tamat.

H. Indikator Penilaian

Indikator keberhasilan pada penelitian ini berdasarkan persentase

berikut:

1. Presentase ketuntasan hasil belajar siswa yakni mencapai ≥ 80%.

2. Jumlah nilai rata-rata kelas mencapai ≥ 75%, dan

3. Aktivitas guru dan siswa terlaksana dan mencaai persentase ≥ 85%.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan dua siklus penelitian dengan

menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Setelah itu, dalam penelitian

ini digunakan lembar kegiatan observasi baik untuk kegiatan guru maupun

siswa. Dimana guru kelas dan teman sekerja berperan sebagai observer untuk

kegiatan observasi penelitian. Di kelas II di SDN Nambak Bungkal Ponorogo,

penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu, mulai tanggal 6 Juni hingga

15 Juni 2022.

1. Siklus I

Berdasarkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang telah

dilakukan oleh peneliti maka data yang peroleh pada siklus I adalah:

a. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru Pada Siklus I

Tabel 4.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I

No Komponen Penelitian Nilai

A Pendahuluan

1. Guru memberikan salam dan mengajak 1 2 3 4

semua siswa berdo’a menurut agama

dan keyakinan masing-masing.

(Religius

2. Guru mengecek kesiapan diri dengan 1 2 3 4

mengisi lembar kehadiran dan


memeriksa kerapihan pakaian, posisi

dan tempat duduk disesuaikan dengan

kegiatan pembelajaran.

3. Menginformasikan tema yang akan 1 2 3 4

dibelajarkan yaitu tentang ”Tugasku

Sehari-Hari”. (Mandiri)

4. Guru menyampaikan tahapan kegiatan 1 2 3 4

yang meliputi kegiatan mengamati,

menanya, mengeksplorasi,

mengomunikasikan dan menyimpulkan.

(Communication )

B INTI

1. Pada awal pembelajaran, guru 1 2 3 4

mengkondisikan siswa secara klasikal

dengan mendeskripsikan ilustrasi

gambar dan menerangkan maksud isi

teks bacaan yang merangkum

kompetensi-kompetensi yang akan

dipelajari dalam subtema 1.

(Communication)

2. Siswa mengamati gambar yang 1 2 3 4

menunjukkan tugas sehari-hari di

rumah. (Mandiri)
3. Siswa diberi kesempatan mengamati 1 2 3 4

dan menganalisis gambar secara

cermat.

4. Gunakan rubrik pengamatan gambar 1 2 3 4

untuk mengetahui tingkat pencapaian

siswa.

5. Guru membimbing siswa untuk 1 2 3 4

mengamati gambar denah rumah Siti

(mengamati).

6. Siswa mengamati gambar letak rumah 1 2 3 4

Siti (mengamati).

7. Siswa mengamati teks “Letak Rumah 1 2 3 4

Siti” (mengamati).

8. Guru memberikan pertanyaan- 1 2 3 4

pertanyaan untuk mengecek

pemahaman siswa.

− Di mana letak rumah Siti?

− Mengapa Siti harus tahu letak

rumahnya?

− Bagaimana kondisi di sekitar

rumah Siti?

9. Pertanyaan-pertanyaan tersebut 1 2 3 4

mengarahkan pemahaman tentang


lingkungan geografis rumah. (Critical

Thinking and Problem Solving)

10. Guru membimbing siswa untuk 1 2 3 4

mengajukan pertanyaan tentang hasil

pengamatannya.

11. Kegiatan ini melatih siswa untuk 1 2 3 4

menumbuhkan rasa ingin tahu mereka.

C PENUTUP

1. Dengan bantuan orang tuanya, siswa 1 2 3 4

mengenal letak rumah masing-masing.

(Integritas)

2. Bersama-sama siswa membuat 1 2 3 4

kesimpulan / rangkuman hasil belajar

selama sehari

3. Bertanya jawab tentang materi yang 1 2 3 4

telah dipelajari (untuk mengetahui hasil

ketercapaian materi)

4. Guru memberi kesempatan kepada 1 2 3 4

siswa untuk menyampaikan

pendapatnya tentang pembelajaran yang

telah diikuti.

5. Melakukan penilaian hasil belajar 1 2 3 4


6. Mengajak semua siswa berdo’a 1 2 3 4

menurut agama dan keyakinan masing-

masing (untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran) (Religius)

Jumlah Skor yang Diperoleh 74

Hasil 88,09%

Kegiatan analisis ini dilakukan menggunakan rumus presentase

sebagai berikut:

F 74
n= X 100 % = x 100% = 88,09%
N 84

Keterangan:

P = persentase ketuntasan individual

F = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimal

Skor: 80-100 = Baik Sekali 66-79 = Baik 56-65 = Cukup 40-55 =

Kurang 30-39 = Gagal

Hasil kegiatan observasi terhadap aktivitas guru yang dilakukan

oleh observer pada tanggal 06 s.d tanggal 07 Juni 2022, maka nilai yang

diperoleh dari keseluruhan kegiatan awal hingga kegiatan penutup pada

siklus I adalah 88,09%. Dari hasil yang diperoleh tersebut, tingkat

keberhasilan dalam observasi kegiatan guru dapat termasuk dalam

kategori sangat baik.

b. Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Pada Siklus I


Tabel 4.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I

No Komponen Penelitian Nilai

A Pendahuluan

1. Siswa menjawab salam, membaca do’a 1 2 3 4

dan menyanyikan lagu kebangsaan.

2. Siswa menjawab dan mendengarkan 1 2 3 4

guru.

3. Siswa merespon gurunya dengan ikut 1 2 3 4

memberikan jawaban.

B INTI

1. Siswa mendengarkan penjelasan yang 1 2 3 4

diberikan oleh guru.

2. Siswa mendengarkan tujuan 1 2 3 4

pembelajaran yang dijelaskan oleh

guru.

3. Siswa memperhatikan dan menyimak 1 2 3 4

media yang di tampilkan oleh guru.

4. Siswa mengikuti arahan yang di berikan 1 2 3 4

oleh guru.

5. Siswa menerima LKPD yang diberikan 1 2 3 4

guru dan bertanya apabila ada yang

kurang di mengerti.

6. Siswa mengerjakan LKPD secara 1 2 3 4


berkelompok sesuai dengan materi

yang telah diberikan guru

7. Siswa maju kedepan dan 1 2 3 4

mempresentasikan hasil diskusinya

dengan teman kelompok.

C PENUTUP

1. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang 1 2 3 4

telah diberikan oleh guru.

2. Siswa menjawab pertanyaan yang 1 2 3 4

diberikan oleh guru.

3. Siswa memberikan kesimpulan dari 1 2 3 4

pembelajaran. Dan mendegarkan arahan

dari guru.

4. Siswa menjawab pertanyaan dari guru 1 2 3 4

5. Siswa mendengarkan pesan moral yang 1 2 3 4

disampaikan oleh guru

6. Siswa menulis topik yang akan di 1 2 3 4

pelajari pada pertemuan selanjutnya.

7. Siswa membaca hamdalah menjawab 1 2 3 4

salam bersama-sama.

Jumlah Skor yang Diperoleh 56

Hasil 77,77%
Berdasarkan rumus di bawah ini maka skor atau hasil observasi

aktivitas siswa yang di peroleh pada siklus I adalah:

F 56
n= X 100 % = x 100% = 77, 77%
N 72

Keterangan:

P = persentase ketuntasan individual

F = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimal

Skor: 80-100 = Baik Sekali 66-79 = Baik 56-65 = Cukup 40-55 =

Kurang 30-39 = Gagal.

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang

dilakukan oleh observer pada tanggal 06 s.d 07 Juni 2022, maka nilai

yang diperoleh dari keseluruhan kegiatan awal, inti, dan penutup pada

siklus I adalah 77,77%. Dari hasil yang diperoleh tersebut, tingkat

keberhasilan dalam observasi kegiatan siswa dapat termasuk dalam

kategori baik.

c. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Tabel 4.3 Lembar Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1. ISMAIL QOBIL MAHENDRA 54 TT

2. TABINTA' AZA' AZ ZAHRA' 87 T


3. USNIDA KHOIRUNISA 70 TT

4. YASHINTA AULIYA MAHA DEWI 74 TT

5. TIARA SUKMA DEVYANTI P. S. 73 TT

6. JENNIFER CAHYANTI RABAB J. 60 TT

7. MUHAMMAD WAHYU F. 73 TT

8. RIYAN ARIFIN 60 TT

9. AISYAH AYU NEZWARI 60 TT

10. HANIF ZAINUL FAQIH 80 T

11. MUHAMMAD KHOIRUL M. 73 TT

12. OKTA KUKUH SEJATI 60 TT

13. SATRIYO BAGUS WAHYU M. 82 T

14. YUSNAN HANIF 47 TT

15. PUTRI RAHMAWATI 72 TT

RATA-RATA 68.3 Baik

Ket: T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Dalam menghitung ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan

hasil tes tersebut, maka menggunakan rumus:

F 3
n= X 100 % = x 100% = 20%
N 15

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh oleh siswa pada siklus I

dengan perolehan nilai presentase ketuntasan 20 % dan jumlah nilai


rata-rata kelas yakni 68.3 dimana pada hasil tes tersebut menunjukkan

ada 3 siswa yang tuntas hasil belajarnya dan ada 12 siswa yang belum

tuntas hasil belajarnya.

d. Refleksi

Tabel 4.4 Hasil Temuan Masalah (Refleksi) pada Siklus I

Refleksi Temuan Perbaikan

Kegiatan Guru Pada kegiatan awal Pada kegiatan

guru masihh kurang pembelajaran

maksimal dalam selanjutnya, guru

memberikan motivasi harus memaksimalkan

dan apresiasi kepada penyampaian motivasi

siswa. dan apresiasinya

kepada siswa.

Dalam Pada kegiatan

menyampaikan KD pembelajaran

pembelajaran yang selanjutnya dalam

akan dipelajari pada menyampaikan KD,

kegiatan inti guru guru harus lebih

masih kurang maksimal seperti tidak

maksimal. terlalu terburu-buru

ketika menyampaikan

KD.

Pada saat guru Pada saat pembagian


menyampakan materi kelompok, guru harus

menggunakan media lebih konsisten dalam

PPT interaktif guru pembagian kelompok

masih kurang siswa baik dalam

maksimal. jumlah maupun waktu

yang di berikan pada

saat siswa membentuk

kelompoknya

masihngmasihng

Dalam membagi Dalam menjelaskan

kelompok guru masih langkah pengerjaan

kurang maksimal LKPD guru harus

menjelaskan terlebih

dahulu, sehingga

siswa lebih mengerti

bagaimana cara

mengerjakan LKPD

yang diberikan.

Dalam membagikan Dalam menjelaskan

LKPD dan langkah pengerjaan

menjelaskan langkah LKPD guru harus

pengerjaan LKPD, menjelaskan terlebih

guru masih kurang dahulu, sehingga


maksimal siswa lebih mengerti

bagaimana cara

mengerjakan LKPD

yang diberikan.

Pada kegiatan Pada pertemuan

presentasi, guru selanjutnya guru harus

kurang maksimal lebih maksimal dalam

dalam meminta siswa meminta siswa untuk

untuk menanggapi memberikan

hasil presentasi tanggapan pada

kelompok teman kegiatan diskusi.

sekelasnya

Dalam kegiatan Pada pertemuan

menyampaikan selanjutnya guru harus

kesimpulan memaksimalkan lagi

pembelajaran pada dalam meminta siswa

kegiatan penutup, untuk memberikan

guru masihh kurang kesimpulan terhadap

maksimal materi pembelajaran.

2. Siklus II

a. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru Pada Siklus II

Tabel 4.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II


No Komponen Penelitian Nilai

A Pendahuluan

1. Guru memberikan salam dan mengajak 1 2 3 4

semua siswa berdo’a menurut agama dan

keyakinan masing-masing. (Religius

2. Guru mengecek kesiapan diri dengan 1 2 3 4

mengisi lembar kehadiran dan

memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan

tempat duduk disesuaikan dengan

kegiatan pembelajaran.

3. Menginformasikan tema yang akan 1 2 3 4

dibelajarkan yaitu tentang ”Tugasku

Sehari-Hari”. (Mandiri)

4. Guru menyampaikan tahapan kegiatan 1 2 3 4

yang meliputi kegiatan mengamati,

menanya, mengeksplorasi,

mengomunikasikan dan menyimpulkan.

(Communication)

B INTI

1. Pada awal pembelajaran, guru 1 2 3 4

mengkondisikan siswa secara klasikal

dengan mendeskripsikan ilustrasi

gambar dan menerangkan maksud isi


teks bacaan yang merangkum

kompetensi-kompetensi yang akan

dipelajari dalam subtema 1.

(Communication)

2. Siswa mengamati gambar yang 1 2 3 4

menunjukkan tugas sehari-hari di rumah.

(Mandiri)

3. Siswa diberi kesempatan mengamati dan 1 2 3 4

menganalisis gambar secara cermat.

4. Gunakan rubrik pengamatan gambar 1 2 3 4

untuk mengetahui tingkat pencapaian

siswa.

5. Guru membimbing siswa untuk 1 2 3 4

mengamati gambar denah rumah Siti

(mengamati).

6. Siswa mengamati gambar letak rumah 1 2 3 4

Siti (mengamati).

7. Siswa mengamati teks “Letak Rumah 1 2 3 4

Siti” (mengamati).

8. Guru memberikan pertanyaan- 1 2 3 4

pertanyaan untuk mengecek pemahaman

siswa.

− Di mana letak rumah Siti?


− Mengapa Siti harus tahu letak

rumahnya?

− Bagaimana kondisi di sekitar

rumah Siti?

9. Pertanyaan-pertanyaan tersebut 1 2 3 4

mengarahkan pemahaman tentang

lingkungan geografis rumah. (Critical

Thinking and Problem Solving)

10. Guru membimbing siswa untuk 1 2 3 4

mengajukan pertanyaan tentang hasil

pengamatannya.

11. Kegiatan ini melatih siswa untuk 1 2 3 4

menumbuhkan rasa ingin tahu mereka.

C PENUTUP

1. Dengan bantuan orang tuanya, siswa 1 2 3 4

mengenal letak rumah masing-masing.

(Integritas)

2. Bersama-sama siswa membuat 1 2 3 4

kesimpulan / rangkuman hasil belajar

selama sehari

3. Bertanya jawab tentang materi yang 1 2 3 4

telah dipelajari (untuk mengetahui hasil

ketercapaian materi)
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa 1 2 3 4

untuk menyampaikan pendapatnya

tentang pembelajaran yang telah diikuti.

5. Melakukan penilaian hasil belajar 1 2 3 4

6. Mengajak semua siswa berdo’a menurut 1 2 3 4

agama dan keyakinan masing-masing

(untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran) (Religius)

Jumlah Skor yang Diperoleh 77

Hasil 91,6%

Berdasarkan rumus di bawah ini maka skor atau hasil observasi

aktivitas guru yang diperoleh pada siklus II adalah:

F 77
n= X 100 % = x 100% = 91,6 %
N 84

Skor: 80-100 = Baik Sekali 66-79 = Baik 56-65 = Cukup 40-55 =

Kurang 30-39 = Gagal

Hasil kegiatan observasi terhadap aktivitas guru yang dilakukan

oleh observer pada tanggal 13 s.d tanggal 14 Juni 2022, maka nilai yang

diperoleh dari keseluruhan kegiatan awal hingga kegiatan penutup pada

siklus II adalah 91,6%. Dari hasil yang diperoleh tersebut, tingkat


keberhasilan dalam observasi kegiatan guru dapat termasuk dalam

kategori sangat baik.

Nilai yang diperoleh dari seluruh kegiatan awal hingga kegiatan

penutup pada siklus II sebesar 91,6% sesuai dengan temuan observasi

kegiatan guru yang dilakukan oleh observer pada tanggal 13 dan 14

Juni 2022. Tingkat keberhasilan dalam mengamati kegiatan instruktur

dapat dikategorikan sangat baik. berdasarkan hasil.

b. Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Pada Siklus II

Tabel 4.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I

No Komponen Penelitian Nilai

A Pendahuluan

1. Siswa menjawab salam, membaca do’a 1 2 3 4

dan menyanyikan lagu kebangsaan.

2. Siswa menjawab dan mendengarkan 1 2 3 4

guru.

3. Siswa merespon gurunya dengan ikut 1 2 3 4

memberikan jawaban.

B INTI

1. Siswa mendengarkan penjelasan yang 1 2 3 4

diberikan oleh guru.

2. Siswa mendengarkan tujuan 1 2 3 4

pembelajaran yang dijelaskan oleh guru.

3. Siswa memperhatikan dan menyimak 1 2 3 4


media yang di tampilkan oleh guru.

4. Siswa mengikuti arahan yang di berikan 1 2 3 4

oleh guru.

5. Siswa menerima LKPD yang diberikan 1 2 3 4

guru dan bertanya apabila ada yang

kurang di mengerti.

6. Siswa mengerjakan LKPD secara 1 2 3 4

berkelompok sesuai dengan materi yang

telah diberikan guru

7. Siswa maju kedepan dan 1 2 3 4

mempresentasikan hasil diskusinya

dengan teman kelompok.

C PENUTUP

1. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang 1 2 3 4

telah diberikan oleh guru.

2. Siswa menjawab pertanyaan yang 1 2 3 4

diberikan oleh guru.

3. Siswa memberikan kesimpulan dari 1 2 3 4

pembelajaran. Dan mendegarkan arahan

dari guru.

4. Siswa menjawab pertanyaan dari guru 1 2 3 4

5. Siswa mendengarkan pesan moral yang 1 2 3 4

disampaikan oleh guru


6. Siswa menulis topik yang akan di 1 2 3 4

pelajari pada pertemuan selanjutnya.

7. Siswa membaca hamdalah menjawab 1 2 3 4

salam bersama-sama.

Jumlah Skor yang Diperoleh 67

Hasil 93, 05%

Berdasarkan rumus di bawah ini maka skor atau hasil observasi

aktivitas siswa yang di peroleh pada siklus II adalah:

F 67
n= X 100 % = x 100% = 93, 05%
N 72

Keterangan:

P = persentase ketuntasan individual

F = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimal

Skor: 80-100 = Baik Sekali 66-79 = Baik 56-65 = Cukup 40-55 =

Kurang 30-39 = Gagal.

Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang

dilakukan oleh observer pada tanggal 13 s.d 14 Juni 2022, maka nilai yang

diperoleh dari keseluruhan kegiatan awal, inti, dan penutup pada siklus II

adalah 93,05%. Dari hasil yang diperoleh tersebut, tingkat keberhasilan

dalam observasi kegiatan siswa dapat termasuk dalam kategori baik sekali.

Nilai yang dicapai dari seluruh kegiatan pembukaan, inti, dan

penutup pada siklus II adalah 93,05%, sesuai dengan data yang diperoleh
dari pengamatan kegiatan siswa yang dilakukan oleh observer pada

tanggal 13-14 Juni 2022. Tingkat keberhasilan dalam mengamati kegiatan

siswa dapat dikategorikan sangat baik berdasarkan hasil.

c. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Tabel 4.3 Lembar Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1. ISMAIL QOBIL MAHENDRA 70 TT

2. TABINTA' AZA' AZ ZAHRA' 87 T

3. USNIDA KHOIRUNISA 86 T

4. YASHINTA AULIYA MAHA DEWI 84 T

5. TIARA SUKMA DEVYANTI P. S. 80 T

6. JENNIFER CAHYANTI RABAB J. 80 T

7. MUHAMMAD WAHYU F. 82 T

8. RIYAN ARIFIN 81 T

9. AISYAH AYU NEZWARI 80 T

10. HANIF ZAINUL FAQIH 80 T

11. MUHAMMAD KHOIRUL M. 84 T

12. OKTA KUKUH SEJATI 71 TT

13. SATRIYO BAGUS WAHYU M. 82 T

14. YUSNAN HANIF 90 T

15. PUTRI RAHMAWATI 83 T

RATA-RATA 81,3 Baik


Ket: T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Dalam menghitung ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan

hasil tes tersebut, maka menggunakan rumus:

F 13
n= X 100 % = x 100% = 86,6%
N 15

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh oleh siswa pada siklus II

dengan perolehan nilai presentase ketuntasan 86,6% dan jumlah nilai

rata-rata kelas yakni 81.3 dimana pada hasil tes tersebut menunjukkan

ada 13 siswa yang tuntas hasil belajarnya dan ada 2 siswa yang belum

tuntas hasil belajarnya. Jika diukur berdasarkan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) sebesar 75 pada SDN Nambak Bungkal Ponorogo.

Berdasarkan hasil tes siswa pada siklus II yang memperoleh

nilai persentase ketuntasan sebesar 86,6% dan nilai rata-rata kelas

sebesar 81,3, ditetapkan bahwa 13 siswa telah memenuhi semua tujuan

pembelajarannya sedangkan hanya 2 siswa yang belum mencapai tujuan

pembelajaran. jika dievaluasi menggunakan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) SDN Nambak Bungkal Ponorogo sebesar 75.

d. Tahap Refleksi

Tabel 4.8 Hasil Temuan Masalah (Refleksi) Pada Siklus II

Refleksi Temuan Keterangan

Aktifitas Berdasarkan temuan Kalaupun masih ada

Guru observasi, peneliti mengamati beberapa unsur yang

aktivitas guru, kegiatan Power kurang tepat,


Point siklus II bagi guru dapat aktivitas guru pada

dinilai sudah sangat baik, siklus II sudah

dengan skor ketercapaian berkembang pada

sebesar 91,6%. wilayah yang semua

aspek kegiatannya

sudah sesuai dengan

pembelajaran yang

telah dirancang.

Aktifitas Berdasarkan temuan observasi Kalaupun beberapa

Siswa aktivitas siswa oleh pengamat, komponen kegiatan

aktivitas siswa siklus II sudah pembelajaran siklus

dapat dinilai sangat baik, II masih kurang,

dengan skor ketercapaian siswa sudah terlihat

sebesar 93,05%. meningkat..

Hasil Berdasarkan hasil penilaian Hasil belajar yang

Belajar siswa dari siklus II, siswa dicapai siswa kelas II

Siswa mengalami peningkatan hasil di SDN Nambak

belajar, dengan persentase Bungkal Ponorogo

ketuntasan kategori sangat mengalami

baik sebesar 86,6%. Hal ini peningkatan hingga

menunjukkan bahwa siswa memenuhi Kriteria

telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal


Ketuntasan Minimal (KKM), (KKM) sebesar 75.

terlihat dari 15 siswa kelas II,

13 siswa telah menyelesaikan

semua tujuan pembelajarannya

sedangkan dua sisanya belum.

Jumlah rata-rata kelas yang Nilai rata-rata kelas

dilakukan pada Babak II siswa mengalami

adalah 81,3 dengan kategori peningkatan yaitu

lulus kedua kalinya. 68,3 pada siklus I dan

nilai rata-rata kelas

81,3 pada siklus II

yang dianggap tuntas.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dimana penelitian ini dilakukan untuk melihat proses

pembelajaran guru dan siswa dengan menggunakan media power point

Interaktif. penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa di kelas II SDN Nambak Bungkal Ponorogo dengan

menggunakan media power point.

Peneliti menggunakan metodologi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dalam penelitian ini untuk mengamati bagaimana guru dan siswa belajar

menggunakan media interaktif power point. Selain itu, penggunaan materi


power point dalam penelitian ini berupaya untuk memastikan apakah hasil

belajar siswa kelas II SDN Nambak Bungkal Ponorogo mengalami

peningkatan.

Penelitian terhadap peningkatan hasi belajar siswa kelas IV

menggunakan media power point ini hanya difokuskan pada KD 3.5.

Menjelaskan nilai dan kesetaraan pecahan mata uang.dan 4.5. Mengurutkan

nilai mata uang serta mendemonstrasikan berbagai kesetaraan pecahan mata

uang.

Hanya KD 3.5—Menjelaskan Nilai dan Pecahan Uang yang Sepadan

—telah menjadi bahan penelitian tentang cara penggunaan media power point

untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. dan 4.5. Menampilkan

kesetaraan denominasi uang yang berbeda dengan menyortir nilai mata uang.

Penelitian ini melewati II siklus, yang dilakukan dalam 4 hari dalam 2

minggu. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berdasarkan hasil observasi

aktivitas guru dan siswa yang dilakukan oleh observer dan dengan

menggunakan soal tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.

1. Aktifitas Guru

Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kegiatan pengamatan dalam

pengelolaan kelas atau pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan

guru pada penelitian ini diamati oleh ibu Yekti Nurwahyuni, S. Pd yang

merupakan slah satu guru di kelas II SDN Nambak Bungkal Ponorogo.

Dimana setelah dilakukannya kegiatan penelitian tindakan kelas yang


dilakukan dengan melewati II siklus oleh peneliti menunjukkan adanya

peningkatan.

Ibu Yekti Nurwahyuni, S.Pd guru kelas II SDN Nambak Bungkal

Ponorogo menyaksikan pelaksanaan kegiatan penelitian dalam penelitian

ini yang melibatkan kegiatan mengamati dalam pengelolaan kelas atau

kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, dimana peneliti menemukan

adanya peningkatan setelah selesainya siklus II kegiatan penelitian

tindakan kelas.

Chart Title
92
91.5
91
90.5
90
89.5
89
88.5
88
87.5
Aktifitas Guru

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 4.1 Diagram Hasil Pengamatan Aktifitas Guru

Berdasarkan diagram batang diatas menunjukkan bahwa hasil

pengamatan pada aktivitas guru pada siklus I adalah 88,09 % dan pada

siklus II mengalami peningkatan menjadi 91,6 %. Peningkatan yang

diperoleh oleh guru pada siklus II ini dapat terjadi karena adanya

perbaikan atau refleksi dari kegiatan pembelajaran pada siklus I yakni


dengan memaksimalkan komponen kegiatan yang telah dirancang yang

meliputi kegiatan awal, inti, maupun kegiatan akhir pembelajaran.

Berdasarkan diagram batang tersebut di atas terlihat bahwa siklus

I dalam rangka mengamati aktivitas guru sebesar 88,09% dan dan

mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 91,6%. Kemajuan yang

dialami guru pada siklus II merupakan hasil modifikasi atau refleksi dari

kegiatan pembelajaran siklus I, khususnya dengan memaksimalkan

unsur-unsur kegiatan yang dirancang, yang meliputi kegiatan

pembelajaran pendahuluan, inti, dan akhir.

2. Aktifitas Siswa

Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kegiatan pengamatan

terhadap aktivitas siswa pada penelitian ini diamati oleh Mutiara Ayunda

Sani yang merupakan teman sejawat peneliti menunjukkan adanya

peningkatan hasil aktivitas siswa di kelas II SDN Nambak Bungkal

Ponorogo pada siklus II.


91.5

91

90.5

90

89.5

89

88.5

88

87.5

87

86.5
Aktifitas Guru

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 4.2 Diagram Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa

Berdasarkan diagram batang diatas menunjukkan bahwa hasil

pengamatan pada aktivitas siswa pada siklus I adalah 77,77% dan pada

siklus II mengalami peningkatan menjadi 93,06%. Peningkatan yang

diperoleh oleh siswa pada siklus II ini dapat terjadi karena adanya

perbaikan atau refleksi dari kegiatan pembelajaran pada siklus I yang

dilakukan oleh guru sehingga dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II

dapat membuat siswa lebih maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan

oleh guru meskipun belum sepenuhnya sempurna baik dari segi keaktifan

dalam merespon guru maupun keaktivan dalam kegiatan presentasi

bersama teman sekelas.

Berdasarkan grafik batang di atas, partisipasi siswa terlihat

menjadi 77,77% pada siklus I dan meningkat menjadi 93,06% pada

siklus II. Meskipun tidak sepenuhnya sempurna baik dari segi keaktifan
menanggapi guru maupun keaktifan dalam kegiatan presentasi bersama

teman sekelas, peningkatan yang diperoleh siswa pada siklus II dapat

terjadi karena adanya perbaikan atau refleksi terhadap kegiatan

pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I. Kegiatan pembelajaran

pada siklus II dapat menjadikan siswa lebih optimal dan sesuai dengan

apa yang diharapkan oleh guru.

3. Hasil Belajar Siswa

Penggunaan media Power Point Interaktif pada pembelajaran

yang dilakukan oleh peneliti bertujuan agar hasil belajar siswa dapat

membantu atau memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran

sehingga dapat memperoleh peningkatan pada hasil belajar yang pada

awalnya tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang

telah ditetapkan oleh SDN Nambak Bungkal Ponorogo yakni 75.

Peneliti menggunakan Interactive Power Point di dalam kelas

berusaha untuk membantu atau membantu asimilasi siswa terhadap

materi sehingga hasil belajar yang sebelumnya tidak memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) 75 yang ditetapkan oleh SDN Nambak

Bungkal Ponorogo dapat ditingkatkan.

Dalam melihat peningkatan hasil belajar pada materi Menjelaskan

nilai dan kesetaraan pecahan mata uang.dan Mengurutkan nilai mata

uang serta mendemonstrasikan berbagai kesetaraan pecahan mata

uang.yang dialami oleh siswa pada pembelajaran menggunakan media


power point, peneliti mengadakan tes tulis dengan memberikan soal

pilihan ganda kepada siswa pada akhir pembelajaran.

Pada saat mengkaji peningkatan hasil belajar materi Dengan

menggunakan media power point, peneliti menjelaskan tentang nilai dan

persamaan pecahan mata uang, mengurutkan nilai mata uang, dan

menampilkan berbagai padanan mata uang yang dialami siswa selama

pembelajaran. Di akhir pembelajaran, peneliti memberikan tes tertulis

kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan pilihan ganda.

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Hasil Belajar Siswa

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan diagram batang di atas menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa mengalami peningkatan dimana pada tes yang diberikan

pada siklus I menunjukkan hasil presentase ketuntasan nilai yakni 20%

dan jumlah nilai rata-rata kelas yakni 68,3% dimana ada 3 siswa yang
tuntas hasil belajarnya dan ada 12 siswa yang belum tuntas hasil

belajarnya. Sedangkan pada tes disiklus II menunjukkan hasil presentase

nilai ketuntasan siswa mengalami peningkatan menjadi 86,6% dan

jumlah nilai rata-rata kelas yakni 81,3 dimana ada 13 siswa yang tuntas

hasil belajarnya sedangkan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya

sebanyak 2 siswa.

Berdasarkan grafik batang di atas hasil belajar siswa mengalami

peningkatan pada tes siklus I, dimana hasil persentase skor ketuntasan

sebesar 20% dan skor rata-rata keseluruhan kelas sebesar 68,3%. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa yang memiliki ketuntasan hasil

belajar mereka dan 12 siswa yang tidak. Sebaliknya, pada tes siklus II

diketahui bahwa persentase siswa yang tuntas hasil belajarnya naik

menjadi 86,6%, dan nilai rata-rata kelas keseluruhan adalah 81,3. Dari 13

siswa yang mencapai hasil belajarnya, hanya dua siswa yang tidak

mencapainya.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

terkait tentang penerapan media power point untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas II di SDN Nambak Bungkal Ponorogo maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan media power point pada kegiatan pembelajaran dapat

meningkatkan aktivitas guru, dimana pada siklus I memperoleh skor

88, 09% dengan kategori sangat baik, sedangkan pada siklus II

memperoleh skor 91,6 % yaitu dengan kategori baik sekali.

2. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media power point juga

mengalami peningkatan, dimana pada siklus I memperoleh skor

77,77% dengan kategori baik, kemudian di siklus II memperoleh skor

93,6% dengan kategori baik sekali.

3. Dalam melihat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan

media power point peneliti melakukan serangkaian kegiatan

pembelajaran dan memberikan tes berupa soal pilihan ganda. Tes ini

diberikan sebanyak dua kali yakni pada siklus I dan siklus II. Pada

siklus I hasil presentase ketuntasan nilai yakni 20 % dimana ada 3

siswa yang tuntas hasil belajarnya dan ada 12 siswa yang belum tuntas

hasil belajarnya. Kemudian siswa mengalami peningkatan pada siklus

II pada siklus ini menunjukkan hasil presentase nilai ketuntasan siswa


86, 66% dan jumlah nilai rata-rata kelas yakni 81,3 dimana ada 13

siswa yang tuntas hasil belajarnya sedangkan siswa yang belum tuntas

hasil belajarnya sebanyak 2 siswa

B. Saran

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menyadari

bahwa masih banyak kekurangan. Namun disamping itu peneliti berharap

agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca kemudian dapat

menjadi rujukan awal bagi peneliti yang akan datang dan dapat menjadi

referensi oleh guru untuk mengetahui bagaimana penggunaan media

power point dalam kegiatan pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi Arikunto. (2015). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjo, Supardi,(2017). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi
Aksara.
Bagus, Ida Made Astawa. Dan Ade Gede Putra Adnyana. (2018). Belajar Dan
Pembelajaran. Depok: Rajagrafindo Persada.
Bahri, Syaiful Djamarah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rincka Cipta.
Darmadi. (2012). Pengembangan Model Dan Metode Pembelajaran Dalam
Dinamika Belajar Soswa. Yogyakarta: Budi Utama. Hamalik, Oemar. (2015). Media
Pendidikan. Bandung: Citra Aditya.
Eva (2022). Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Pramitha, Jawa
Barat Indonesia Emas Group.
Hanny Putri, Nurafni, (2021). "Pengaruh Media Pembelajaran Power point Interaktif
Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Sekolah Dasar". Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol.
3, No. 6. P-ISSN 2656-8071 E-ISSN 2656-8063.
Hasanah, Nurul. (2020). "Pelatihan Penggunaan Aplikasi Power point Sebagai Media
Pembelajaran Di SD Negeri 050763 Gebang". JPKM, Vol. 1, No. 2. p-ISSN.
2721-9895 e-ISSN. 2721-9887.
Huda, Asrul, Dkk. (2020). Media Animasih Digital Berbasis HOTS (Higher Order
Thingking Skill). Padang: UNP Press.
Igak, Wardhani, Dan Wihardit, Kuswaya. (2018). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Univesitas Terbuka.
Indonesia Maryam B. Gainau. (2021). Pengantar Metode Penelitian. Depok: IKAPI.
Musfiqon, Hm. (2012). Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Prestasi Pustaka Raya.
Jalinus, Nizwardi, Dan Ambiyar. (2016). Media Dan Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Jaslina N, Dkk., (2022). "Pengembangan Media Ppt Interaktif Materi Perkalian Untuk
Siswa SD Kelas 2 Selama Masa Ppkm Darurat". Jurnal
Khodijah, Nyanyu. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Koesoema, Doni A. (2009). Pendidikan Karakter Dizaman Keblinget. Jakarta: Grasindo
Anggota Ikapa
Kunandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniawan, Budi dan Putu, Ni Kusuma Widiastuti. (2020). Media Pembelajaran Multi
Media Interaktif EPIC 5C BERBASIS CBL. Jawa Barat: Widina.
Kurniawan, Budi, dkk., (2021). "Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Metode
EPIC 5C berbasis Model Case-Based Learning pada Materi
Kustandi, Cecep Dan Daddy Darmawan. (2020). Pengembangan Media Konsep Dan
Aplikasi Pengembangan Media
Kustiawan, Usep. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Anak Malang: Gunung
Samudera. Usia Dini.
Kustiawan, Usep. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Malang:
Gunung Samudera.
Luh, Ni Putu Sintia Dewi dan Ida Bagus Surya Manuaba. (2021). "Pengembangan Media
Pembelajaran Power point Interaktif Pada Mata Pelajaran IPA
Nurfadhillah, Septy, Dkk (2021). Media Pembelajaran Pengertian Media Pembelajaran,
Landasan, Fungsi, Manfaat, Jenis-Jenis Media
Pembelajaran, Dan Cara Penggunaan Kedudukan Media Pembelajaran, Sukabumi: Jejak,
Anggota IKAPI
Nurmala, Rení Sari. (2022). "Penelitian Peningkatan Minat Keterampilan Membaca
Melalui Media Powr point Interaktif Siswa Kelas 2 SD N Jabon 1 Kecamatan
Banyakan Kabupaten Kediri Tahun Ajaran 2019/2020" PTK, Vol. 2, No. 2. P-
ISSN 2747-1977 E-2747-1969
Pasaribu, Pembelajaran Pembelajaran Bagi Pendidik Di Sekolah Dan Masyarakat.
Jakarta:
Kencana.
Qondias, Dimas, dkk., (2016). "Pengembangan Media Pembelajaran Tematik Berbasis
Mind Maping Sd Kabupaten Ngada Flores". Jurnal Pendidikan Indonesia, vol. 5,
No. 2. P-ISSN: 2303-288X E-ISSN 2541-7207.
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Rizki Ajeng Safira. (2020). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Gresik Jawa
Timur: Caremedia, Communication.
Rukmi, Dila Octaviana Dkk. (2022). "Penggunaan Media Pembelajaran Berbentuk
Powrpoint Interaktif Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam". Jurmiah,
Vol. 2, No. 1, pp. 146-154 e-ISSN 2807-1034.
Saleh, Khairul (2021). "Penerapan Supervisi Akademik dalam Meningkatkan
Kemampuan Guru Membuat Media Pembelajaran PPT Interaktif di SMAN 2
Mukomuko". JIRA, Vol. 2, No. 8. ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036.
Satrianawati. (2018). Media Dan Sumber Belajar, Yokyakarta: Deepublish. Siswa Kelas
VI SD" Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 5, No. 1. P-ISSN.
1979-7109 E-ISSN 2615-4498. Maisarah (2020) PTK Dan Manfaatnya Bagi
Guru. Bandung Media Sains.
Slameto. (2010). Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rincka Cipta. Sopandi, Daden, Dkk. (2021). Perkembangan Peserta Didik.
Yokyakarta: Deepublish Publisher. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Tamami, Rosid (2014). "Pemanfaatan Media Interaktif (MPI) Untuk Visualisasi Konsep
Menggambar Grafik Persamaan Garis Lurus". Indonesian Digital
Journal of mathematich and educations, Vol. 1, No. 1. ISSN 2407-7925.
Tehnologi Pembelajaran Indonesia. Vol. 12, No. 1. P-ISSN 2015-2797 E-ISSN 2614-
2015.
Tematik Terpadu Kelas V". Jurnal Edutech Undiksha, Vol. 9, No. 2. P ISSN: 2614-8609
E-ISSN: 2615-2908.
Thalha Alhamid Dan Budur Anufia. (2019) Resume: Instrumen Pengumpulan
Data,File:///C:/Users/User/Downloads/INSTRUMEN PENGUMPULAN
DATA.Pdf.
Wahyu,Dkk. (2014). "Hubungan Penggunaan Media Pembelajaran Dengan Hasil Belajar
Pkn Pada Siswa Kelas X Dan Xi Di Sma Muhammadiyah 1
Banjarmasihn", Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4 No.7.
Widianti, Fitrilia, dkk., (2021). "Implementasi Interactive Power Point Sebagai Media
Pembelajaran Digital Dalam Meningkatkan Pemahaman Teori Suhu dan Kalor
Pada Siswa Sekolah Dasar". Injuratech, vol. 1, No. 2.
Yatim, Riyanto. (2010). Metodologi Penelitian. Surabaya: Sic.
Yuli Usman Gulo, Dkk, (2020). "Peningkatan Hasil Belajara Peserta Didik Menggunakan
Media Audio Visual Tema Indahnya Kebersamaan Kelas IV".
Https://Doi.Org/10.31949/Educatio.F612.429. Vol 6, No 2.
zuliatin, Luluk. (2021). "Penerapan Pendekatan Tesu untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Muatan Pelajaran PPKn Materi Mengenal Perbedaan Suku pada Siswa Kelas 2
SDN Alang-alang Caruban 1". Jurnal Simki Pedagogia, Vol. 4, no. 1. e-ISSN:
2599-073X.

Anda mungkin juga menyukai