Anda di halaman 1dari 104

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

ELEKTRONIK DALAM PEMBELAJARAN PAI BAGI


PESERTA DIDIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ridho Nursaputra

11170110000105

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULAH JAKARTA

2021 M / 1443 H
ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Ridho Nursaputra. NIM. 11170110000105. Penggunaan Media Elektronik


Dalam Pembelajaran PAI Bagi Peserta Didik.

Di era milenial ini, setiap hal dalam kegiatan dan rutinitas warga dunia tidak
terlepas oleh media elektronik, tak terkecuali dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran. Adapun sekarang ini, media pembelajaran elektronik berperan
sebagai alat bantu guru dalam memperjelas penyampaian materi pembelajaran dan
membantu peserta didik dalam memahami kompetensi yang diajarkan. Untuk itu
tak sedikit daripada guru-guru yang menggunakan media pembelajaran elektronik
untuk membantu kegiatan pendidikan pada mata pelajaran yang mereka ampu, tak
terkecuali dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, saya
tertarik untuk mengambil judul tersebut sebagai bahan penelitian saya.

Adapun dalam penulisan materi ini, penulis menggunakan pendekatan


kualitatif dengan metode penelitian studi kasus (case study). Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi
penelitian berada di SMP Budi Cendekia Islamic School, Cilodong, Kalimulya,
Kota Depok, Jawa Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran


elektronik di SMP Budi Cendekia Islamic School, sudah hampir semua bentuk
pembelajaran elektronik sudah diterapkan. Mulai dari perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, sampai
pembelajaran berbasis kelas virtual. Adapun kesulitan-kesulitan yang sering
dihadapi para pengajar di sekolah khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, yakni masih belum adanya fasilitas seperti CD Interaktif khusus
mata Pelajaran Agama Islam. Ditambah lagi dengan kualitas jaringan internet
pada pembelajaran jarak jauh yang mana tidak semua peserta didik memiliki
jaringan internet yang memadai, tentunya ini semua dapat menjadi kendala.

Kata Kunci: Media Pembelajaran Elektronik, Pendidikan Agama Islam

vi
ABSTRACT

Ridho Nursaputra. NIM. 11170110000105. The Using Electronic Media in PAI


Learning for Students.

In this millennial era, every thing in the activities and routines of citizens of
the world cannot be separated from electronic media, including education and
learning. As for now, electronic learning media plays a role as a teacher's tool in
clarifying the delivery of learning materials and helping students understand the
competencies being taught. For this reason, not a few teachers use electronic
learning media to help the activity of education in the subjects they are capable
of, not least in the subject of Islamic Religious Education.

As for writing this material, the author uses a qualitative approach with a
case study research method. Data collection techniques used are observation,
interviews, and documentation. The research location is at Budi Cendekia Islamic
School Middle School, Cilodong, Kalimulya, Depok City, West Java.

The results showed that the use of electronic learning media in SMP Budi
Cendekia Islamic School, almost all forms of electronic learning have been
implemented. Starting from planning and implementing web-based learning,
computer-based learning, to virtual classroom-based learning. The difficulties
that are often faced by teachers in schools, especially in the subject of Islamic
Religious Education, are that there are still no facilities such as Interactive CDs
specifically for Islamic Religion subjects. Coupled with the quality of the internet
network in distance learning where not all students have an adequate internet
network, of course this can all be an obstacle.

Keywords: Electronic Learning Media, Islamic Religious Education

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan
hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya
kepada-Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan.
Allahumma shali ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa sayyidinaa Muhammad.
Shalawat serta salam tidak lupa kami kirimkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW, Makhluk mulia yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia
dan membawa kita pada jalan yang di ridhai Allah SWT.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Abdul Haris, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Siti Khadijah, MA. Dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.
5. Tri Wahyuni, S.Pd. Kepala Sekolah SMP Budi Cendekia Islamic School, yang
telah mengizinkan penulis untuk meneliti di sekolah tersebut.
6. Asep Mulyana, S.Pd.I. Guru PAI di SMP Budi Cendekia Islamic School yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber dalam sesi
wawancara ini.
7. Rekan seperjuangan PAI UIN Jakarta 2017, yang telah memotivasi penulis
sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini, mudah-mudahan apa yang kita
pelajari selama menuntut ilmu dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

viii
8. Eka Putri Agusrini, yang tak henti-hentinya memberi semangat dan motivasi
kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat 00II00, yang telah memotivasi dan memberikan energi positif
sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini, mudah-mudahan apa yang telah
kita lewati Bersama dapat dijadikan kenangan yang dirindukan.
10. Para Dosen FITK dan Jurusan PAI yang telah memberikan Ilmu Kepada
Penulis selama menempuh Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Keluarga Besar di Bangka dan Cirebon yang telah mendukung, mendoakan,
serta membantu selama menempuh Pendidikan S1 di UIN Jakarta, mudah-
mudahan Allah SWT memberikan keberkahan kepada semuanya.
12. Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda
Almarhum Drs. Samsuri dan Ibu Nunung Nuraeni, atas segala pengorbanan
dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan,
arti cinta, makna kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan kasih
sayang.

Jakarta, 22 November 2021

Ridho Nursaputra

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI................................i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................ii
UJI REFERENSI...........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI…………………………iv
FORM PERNYATAAN KARYA SENDIRI................................................v
ABSTRAK......................................................................................................vi
ABSTRACT...................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.................................................................................viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 5
D. Perumusan Masalah.............................................................6
E. Tujuan Penelitian………………………………………….6
F. Manfaat Penelitian...............................................................6

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 8


A. Landasan Teori......................................................................8
B. Kajian Penelitian Relevan...................................................31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................ 33


A. Metode Penelitian .............................................................. 33
B. Teknik Pengumpulan Data.................................................34
C. Teknik Analisis Data..........................................................36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 39


A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................... 39

x
B. Hasil Observasi .................................................................. 44
C. Hasil Analisis dan Pembahasan.........................................44

BAB V PENUTUP ................................................................................. 58


A. Kesimpulan ........................................................................ 58
B. Saran .................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................60
LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................................................63

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses akademik yang bertujuan dapat


meningkatkan nilai sosial, budaya, moral serta agama peserta didik. Selain itu,
pendidikan juga bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi
tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata.

Pendidikan merupakan suatu bagian yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat
meningkatkan potensi sumber daya manusia yang dimilikinya. Pendidikan adalah
suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana untuk dapat
meningkatkan potensi diri yang dimiliki masing-masing peserta didik dalam
segala aspek menuju terbentuknya kepribadian serta akhlak mulia dengan
menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.

Dalam konsep Islam bagi kehidupan manusia, pendidikan sangat penting


untuk menjalankan kehidupan di muka bumi ini, sebagaimana Allah berfirman
dalam Q.S. Al-Mujadalah/58:11, yang berbunyi:

ْۚ ٓ
ُ ْ‫اّللُ لَ ُك ْم َواِذَا قِ ْي َل ان‬
‫ش ُزْوا‬ ٰ ‫س ِح‬
َ ‫س ُح ْوا يَ ْف‬
َ ْ‫س فَاف‬ َّ ‫ٓاٰيَيُّ َها الَّ ِذيْ َن ٓا َمنُْاوا اِذَا قِْي َل لَ ُك ْم تَ َف‬
ِ ِ‫س ُح ْوا ِِف ال َْم ٓجل‬

ْ‫اّللُ ِِبَا تَ ْع َملُ ْو َن َخبِ ر‬


ٍۗ
ٰٓ ‫ْم َد َر ٓجت َو‬ ِ‫اّلل الَّ ِذين ٓامنُ وا ِم ْن ُك ْۙم والَّ ِذين اُوتُوا الْع‬
‫ي‬ َ ‫ل‬ ْ َْ َ ْ ْ َ َ ْ ُٰٓ ‫ش ُزْوا يَ ْرفَ ِع‬
ُ ْ‫فَان‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,


“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan”.

1
Berdasarkan ayat tersebut di atas, dijelaskan betapa pentingnya menuntut
ilmu pengetahuan bagi setiap manusia untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di
dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu orang yang memiliki ilmu pengetahuan
akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

Pendidik sebagai pengajar harus memiliki kompetensi dan metode


pembelajaran yang baik serta memiliki kepribadian yang baik dalam mentransfer
ilmu pengetahuan kepada peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, guru menjadi pemeran utama dalam mendidik,
membimbing, melatih, mengarahkan dan mengajarkan atau mentransfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik. Guru sebagai pengembang amanah dan
tanggung jawab untuk dapat menguasai metode dan memiliki keterampilan dalam
menyampaikan materi pembelajaran serta dapat membimbing dan mengarahkan
peserta didik ke arah yang lebih positif.

Belakangan ini, peran para guru dan siswa jelas berubah-ubah karena adanya
pengaruh teknologi dalam ruang kelas. Guru dan buku teks tidak lagi menjadi
sumber seluruh informasi. Guru telah menjadi fasilitator perolehan informasi.
Dengan beberapa tombol keyboard, para pelajar bisa menjelajahi dunia,
memperoleh akses ke perpustakaan, guru dan siswa lainnya, dan sekumpulan
sumber daya untuk memperoleh informasi yang mereka cari.1

Dalam hal ini menurut Reyandra dalam bukunya, sektor pendidikan harus
mendapat perhatian yang serius, karena ini merupakan salah satu tuntutan
paradigma baru dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Yang mana
disertai dengan adanya pergeseran paradigma pembelajaran dari behavioristik ke
konstruktivistik.

Lanjut dalam bukunya juga dijelaskan, menurutnya saat ini, konstruktivisme


menjadi landasan dalam dunia Pendidikan hampir di semua negara di dunia, tak
terkecuali Indonesia. Karena menurut Bettencourt, pembelajaran konstruktivistik
menuntut siswa agar mampu mengembangkan pengetahuan sendiri, belajar

1
Sharon E. Smaldino, (2019), Instructional Technology and Media for Learning:
Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar, (Jakarta: Prenadamedia Group), hal. 4.

2
mandiri, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manajer dari
proses pembelajaran. Tambahnya lagi pembelajaran konstruktivistik bukanlah
kegiatan memindahkan pengetahuan dari pengajar kepada peserta didik,
melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik mampu membangun
sendiri pengetahuannya.

Pembelajaran berarti partisipasi pengajar bersama pembelajar dalam


membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
mengadakan justifikasi. Jadi, bagi konstruktivisme pembelajaran adalah suatu
bentuk belajar sendiri.2

Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah kurangnya kesadaran


guru akan manfaat media dalam proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan
Deni bahwa media pembelajaran elektronik tidak hanya berlaku bagi individu
siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini kita sebagai guru dapat memanfaatkan
fasilitas ini untuk kepentingan memperkaya kemampuan mengajar sehari-hari.3

Seorang guru sebagai mediator hendaknya memiliki pemahaman yang cukup


tentang media pembelajaran dan memiliki keterampilan dalam menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik guna untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih efektif. Bukan hanya memiliki pengetahuan tentang
media pembelajaran, tetapi juga memiliki keterampilan dalam menggunakan
media pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
kesesuaian materi pelajaran.

Media memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di


sekolah, salah satunya fungsinya yaitu dapat menarik perhatian atau
menghilangkan kebosanan peserta didik. Jadi, dengan adanya media pembelajaran
yang digunakan oleh guru, maka peserta didik akan dapat menerima, memahami
serta menguasai materi pelajaran yang disampaikan sehingga dapat menunjang
keberhasilan proses interaksi yang bersifat edukatif. Media pembelajaran

2
Rayandra Asyhar, (2011), Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta:
Gaung Persada Press), hal. 15.
3
Deni Darmawan, 2014, Pengembangan E-Learning Teori dan Desain, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya), hal. 3.

3
merupakan sebuah komponen yang tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi saling
berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan proses
pembelajaran yang diharapkan.

Pendidik yang berperan sebagai pengajar dalam menyampaikan ilmu


pengetahuan dan mengarahkan serta mendorong peserta didik dalam kegiatan
proses pembelajaran. Selain itu, pendidik juga dituntut untuk memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam memanfaatkan media pembelajaran,
khususnya media pembelajaran elektronik seperti komputer, laptop, dan LCD
yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Dengan memanfaatkan
media pembelajaran elektronik, dapat menjadi alat bantu bagi pendidik dan
sebagai penyalur pesan atau materi pelajaran yang akan disampaikan dari
pendidik ke peserta didik. Sehingga peserta didik dapat lebih mudah dan
memahami materi yang disampaikan oleh pendidik.

Penggunaan media pembelajaran elektronik sangat menunjang kebutuhan


belajar dari peserta didik, mengingat saat ini banyak anak-anak yang lebih senang
dan aktif dalam menggunakan media elektronik. Media pembelajaran elektronik
dapat digunakan dimana pun dan kapan pun sesuai dengan peralatan yang ada di
lingkungan sekitar.

Dalam Pendidikan Agama Islam, ada berbagai macam media elektronik yang
dapat digunakan oleh peserta didik dengan mudah, ditambah lagi dengan
fenomena pandemi covid-19 yang sampai saat ini belum berakhir, tentunya media
pembelajaran elektronik sangatlah dibutuhkan untuk menunjang fasilitas belajar
mengajar pada siswa. Namun yang paling penting ialah kejelian dalam memilih
dan menentukan mana yang lebih cocok untuk digunakan, karena dari sekian
banyak aplikasi pembelajaran elektronik, tentunya mempunyai kekuatan dan
kelemahan masing-masing.

Berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan, maka penulis tertarik


untuk mengadakan penelitian yang menyangkut “Penggunaan Media
Pembelajaran Elektronik Pada Pembelajaran PAI Bagi Peserta Didik”.

4
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yang


muncul, masalah tersebut berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran
elektronik pada pembelajaran PAI bagi peserta didik di SMP Budi Cendekia
Islamic School yang akan penulis uraikan sebagai berikut:

1. Diketahui terdapat berbagai macam pelaksanaan, perencanaan, sampai


evaluasi guru dalam menggunakan media pembelajaran elektronik untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Diketahui terdapat berbagai macam bentuk media pembelajaran elektronik
mulai dari pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer,
sampai pembelajaran berbasis kelas virtual yang memang sudah lama
diterapkan di SMP Budi Cendekia Islamic School.
3. Masih adanya kesulitan atau kendala yang dihadapi guru mulai dari
pelaksanaan penggunaan, fasilitas yang ada, serta jaringan internet yang
kurang stabil ketika pendidikan jarak jauh dilaksanakan.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini fokus pada permasalahan yang ingin diteliti,
maka peneliti disini melakukan pembatasan masalah dari beberapa permasalahan
di atas, Adapun peneliti membatasi permasalahan ini pada:

1. Penggunaan media pembelajaran elektronik yang oleh guru dalam mencapai


tujuan pembelajaran PAI bagi peserta didik.
2. Macam-macam bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi multimedia
mulai dari pembelajaran berbasis web, berbasis komputer, serta berbasis
kelas virtual yang diterapkan di SMP Budi Cendekia Islamic School.
3. Kesulitan yang dialami guru ketika menggunakan media pembelajaran
elektronik yang diterapkan.

5
D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dibatasi sebelumnya, peneliti


merumuskan beberapa permasalahan berikut:

1. Bagaimana cara guru menggunakan media pembelajaran elektronik dalam


mencapai tujuan pembelajaran PAI bagi peserta didik?
2. Bagaimana bentuk-bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
multimedia pada pembelajaran PAI?
3. Apa saja kesulitan penggunaan media pembelajaran elektronik pada
pembelajaran PAI?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara guru menggunakan media pembelajaran elektronik dalam
mencapai tujuan pembelajaran PAI bagi siswa.
2. Mengetahui bentuk-bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
multimedia pada pembelajaran PAI.
3. Mengetahui apa saja kesulitan penggunaan media pembelajaran elektronik
pada pembelajaran PAI.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diperoleh beberapa manfaat dari


penelitian ini di antaranya:

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan


manfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan khususnya dan bagi jenjang
pendidikan menengah baik di sekolah menengah pertama maupun madrasah
tsnawiyah. Kontribusi tersebut berhubungan dengan penggunaan media
pembelajaran elektronik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

6
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan upaya


meningkatkan kualitas belajar siswa dengan sebaik mungkin untuk
memperoleh hasil yang maksimal.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi diri
untuk menjadi pendidik yang lebih professional dalam upaya peningkatan mutu
pembelajaran.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta dapat


mengembangkan wawasan bagi peneliti dan juga sebagai langkah awal untuk
memperoleh gelar S1.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Media Pembelajaran Elektronik
a. Definisi Media Pembelajaran Elektronik

Menurut Yudhi Munadi, pembelajaran elektronik atau biasa disebut dengan


istilah e-learning (electronic learning) adalah jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
internet atau jaringan komputer lain.4

Sementara itu, Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan


Pengembangan (The American Society for training and Development/ ASTD)
(2009) dalam Rusman (2012: 263) mengemukakan definisi e-learning sebagai
berikut.

E-learning is a broad set of applications and processes which include web-


based learning, computer based learning, virtual and digital classrooms. Much of
this is delivered via internet, intranets, audio and videotapes, satellite broadcast,
interactive TV, and CD-ROM. The definition of e-learning varies depending on
the organization and how it is used but basically it is involves electronic means
communication, education, and training.

Definisi tersebut menyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan


kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer,
kelas virtual dan kelas digital. Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran
elektronik tersebut kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet, audio
dan videotape, penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-ROM.
Definisi ini menyatakan bahwa definisi e-learning dapat bervariasi tergantung
dari penyelenggara kegiatan e-learning dan bagaimana cara penggunaan serta
tujuan penggunaannya. Definisi tersebut juga menyatakan kesimpulan bahwa e-

4
Yudhi Munadi, (2013), Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat:
REFERENSI Press Group), hal. 159.

8
learning pada dasarnya adalah pengaplikasian komunikasi, pendidikan, dan
pelatihan secara elektronik.

E-learning pada dasarnya tidak selalu harus berhubungan dengan proses


Pendidikan dan pembelajaran yang berbasis elektronik dan virtual secara ideal,
namun e-learning yang mampu memberikan pemahaman bagaimana peserta didik
belajar memperoleh materi dan melakukan proses pembelajaran melalui fasilitas
Internet dan sajian halaman website yang memberikan dan menyediakan bahan
ajar secara elektronik.5

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


elektronik (e-learning) merupakan proses pembelajaran yang menghubungkan
antara pembelajar dan sumber belajar dalam bentuk komunikasi virtual atau
digital dengan memanfaatkan teknologi dalam perangkat elektronik.

b. Fungsi Media Pembelajaran Elektronik

Terdapat tiga fungsi e-learning dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas


(classroom instruction), yaitu sebagai suplemen (tambahan) yang sifatnya pilihan,
komplemen (pelengkap), dan substitusi (pengganti).

• Suplemen (tambahan), yaitu peserta didik mempunyai kebebasan


memilih, apakah akan memanfaatkan materi e-learning atau tidak.
• Komplemen (pelengkap), yaitu materinya diprogramkan untuk
melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam
kelas.
• Substitusi (pengganti), tujuannya agar para peserta didik dapat secara
fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan
aktivitas sehari-hari peserta didik.6

5
Op.Cit, Deni Darmawan, hal. 17.
6
Ibid, Deni Darmawan, hal. 29-30.

9
c. Pemanfaatan Media Pembelajaran Elektronik

Rosenberg menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan


teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Campbell
yang intinya menekankan penggunaan internet dalam Pendidikan sebagai hakikat
e-learning.7

Ada beberapa keunggulan e-learning dibanding dengan model pembelajaran


konvensional di antaranya adalah:

• Fleksibel dari sisi waktu. Dengan e-learning peserta didik dapat belajar
lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang dimiliki.
• Fleksibel dari sisi fasilitas, tempat dan lingkungan belajar.
• Suasana belajar tidak ada hambatan psikologis.
• Mudah meremajakan materi.
• Membiasakan pemanfaatan ICT. Dengan e-learning, ICT bukan saja
menjadi sesuatu yang hanya dipelajari, tetapi sesuatu yang dimanfaatkan
setiap hari sehingga menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari peserta didik.

Selain memberi manfaat, e-learning memiliki kelemahan terutama dari sisi


kebutuhan investasi jaringan pendukung dengan perangkat lunaknya. Untuk dapat
memperoleh manfaat yang optimal dari e-learning dibutuhkan dukungan jaringan
yang cepat dan stabil.8

d. Macam-Macam Media Pembelajaran

Pada dasarnya, media pembelajaran dapat dibagi menjadi dua, di antaranya


sebagai berikut:

a) Media Non-Elektronik
• Media Cetak

7
Nizwardi Jalinus dan Ambiyar, (2016), Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana), hal. 215.
8
Op.Cit, Yudhi Munadi, hal. 160.

10
Media cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi
pelajaran, seperti buku dan materi visual statis yang melalui proses pencetakan
mekanis atau fotografis. Adapun contoh media cetak di antaranya teks, grafik,
foto, lembar kerja dan sebagainya. Media menghasilkan materi pembelajaran
dalam bentuk salinan yang tercetak. Dua komponen pokok media ini yaitu materi
teks verbal dan materi visual yang dikembangkan berdasarkan teori yang
berkaitan dengan persepsi visual, membaca, memproses informasi dan teori
belajar.

• Media Pajang

Pada umumnya, media ini digunakan untuk menyampaikan pesan atau


informasi di depan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, papan buletin,
chart dan pameran. Media pajang yang paling sederhana dan hampir tersedia di
seluruh ruang kelas yaitu papan tulis.

• Media Peraga dan Eksperimen

Media peraga berupa alat-alat asli bentuk tiruan yang biasanya berada di
ruang laboratorium. Media peraga biasanya berbentuk model dan hanya
digunakan untuk menunjukkan bagian dari alat yang asli dan prinsip kerja dari
alat asli tersebut. Sedangkan media eksperimen juga berbentuk alat asli yang biasa
digunakan untuk kegiatan praktikum.9

b) Media Elektronik
• Overhead Proyektor (OHP)

Berbeda dengan media visual lainnya yang tidak memerlukan alat penyaji,
transparansi OHP visualnya diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.
Media transparansi atau Overhead proyektor terdiri dari dua perangkat, yaitu
perangkat lunak (software) berupa transparansi yang disebut Overhead
transparancy (OHT) dan perangkat keras (hardware) berupa Overhead proyektor
(OHP). Media transparansi adalah media visual proyeksi yang dibuat di atas

9
Arsyad, Azhar, (2009), Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo), hal. 29-30.

11
bahan transparan berupa plastik berukuran 81/2” x 11”, yang digunakan oleh guru
untuk memvisualisasikan konsep, proses, fakta, statistik, kerangka outline, atau
ringkasan materi yang disampaikan kepada peserta didik.

• Slide

Slide merupakan media yang diproyeksikan sehingga dapat dilihat dengan


mudah oleh peserta didik. Slide adalah sebuah gambar transparan yang
diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor.

• Film Strip

Film strip disebut juga film Slide, strip film dan still film yang arti dan
fungsinya sama. Film strip biasanya berisi 50-75 gambar. Film strip adalah satu
rol positif berukuran 35 mm yang berisi sederetan gambar yang saling
berhubungan dengan sekali proyeksi untuk satu gambar.

• Film

Film merupakan gambar hidup yang diambil menggunakan kamera film dan
ditampilkan melalui proyektor film. Pada umumnya film digunakan untuk
menyajikan hiburan. Namun seiring perkembangan zaman film dapat menyajikan
informasi lain, khususnya informasi yang berkaitan dengan konsep pembelajaran,
keterampilan dan sikap. Film merupakan alat audio-visual untuk pelajaran,
penerangan atau penyuluhan.

• Video Compact Disk (VCD)

Video Compact Disk (VCD) adalah sebuah perangkat elektronik dan media
rekam yang berfungsi untuk menyimpan informasi berupa suara, tulisan dan
gambar bergerak (video). Dengan penggunaan media VCD dalam proses
pembelajaran mampu menyajikan gambar bergerak dan suara sehingga peserta
didik dapat lebih cepat menerima pesan dan merangsang peserta didik untuk dapat
belajar.

12
• Televisi

Televisi adalah sistem elektronik yang dapat mengirimkan gambar dan suara
melalui kabel atau ruang. Dalam pembelajaran televisi menjadi media yang
bersifat langsung dan nyata serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya.

• Internet

Media internet memberikan perubahan yang sangat besar terhadap cara


seseorang untuk berinteraksi, bereksperimen dan berkomunikasi. Oleh karena itu,
saat ini internet banyak digunakan dalam proses pembelajaran salah satu
contohnya internet digunakan untuk kelas jauh dalam artian bahwa guru dan
peserta didik berada di tempat yang berbeda, tetapi tetap dapat berkomunikasi dan
berinteraksi seperti halnya pembelajaran yang dilakukan di kelas.10

Media pembelajaran elektronik menjadi media pembelajaran yang sesuai


dengan perkembangan teknologi saat ini sehingga sepatutnya guru mempelajari
penggunaan media tersebut sebagai alternatif dalam proses pembelajaran yang
cenderung membuat peserta didik menjadi pasif. Dalam hal ini, guru diharapkan
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memanfaatkan media
pembelajaran elektronik sehingga guru mampu menemukan media yang paling
tepat digunakan bagi peserta didik serta mampu meningkatkan gairah belajar
peserta didik sehingga dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.

e. Aplikasi Multimedia dalam Pembelajaran PAI

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini mengharuskan kita untuk


mengikuti perkembangannya agar tidak ketinggalan dengan yang lain, demikian
juga untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), penggunaan teknologi
multimedia merupakan suatu keharusan. Berikut ini adalah beberapa contoh
aplikasi multimedia di dalam pembelajaran PAI:

10
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, (2002), Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat
Pers), hal. 72-102

13
1) Al-Qur’an Digital

Al-Qur’an digital adalah program yang berisi tentang Al-Qur’an dan


terjemahannya. Dalam program tersebut terdapat banyak kemudahan dalam
mencari topik yang diinginkan dalam pembelajaran PAI. Peserta didik dan guru
tidak perlu membawa Al-Qur’an dari rumah, namun mereka dapat membuka
langsung melalui komputer.

2) Web Islami

Web Islami adalah web yang berisi tentang kajian-kajian Islami. Salah satu
contoh web Islami ini adalah pesantren virtual. Guru PAI dan peserta didik dapat
mengakses web ini melalui www.pesantren.com. Di dalam web ini disediakan
sarana pembelajaran Islami yang terdiri dari kolom tanya jawab sekitar Islam,
pengajian online setiap jum’at malam, beberapa artikel tentang Islam, ekonomi
syari’ah, kitab kuning, dan lain sebagainya.

3) Program Aplikasi dalam Pembelajaran

Ada banyak program aplikasi berbasis ICT yang dapat digunakan dalam
pembelajaran (Siraj, 2013), baik yang dapat dibeli di toko-toko komputer maupun
yang dapat di download secara bebas di internet, di antaranya:

• Program Al-Qur’an Flash

Program ini adalah mushaf Al-Qur’an digital yang dapat dibaca dan dibuka
seperti ketika membaca mushaf Al-Qur’an sebagaimana biasa yang dilengkapi
dengan ayat-ayat yang berwarna-warni sebagai petunjuk hukum bacaan tajwid,
program ini sangat berguna bagi guru yang akan mengajarkan membaca Al-
Qur’an di kelas secara klasikal.

• Program Al-Qur’an in Word

Program Al-Qur’an in Word adalah program penulisan teks ayat Al-Qur’an


lengkap dengan harakat dan terjemahannya dalam beberapa bahasa yang
diaplikasikan pada program MS. Word. Program ini sangat membantu bagi kita

14
umat Islam yang ingin menulis ayat Al-Qur’an dengan mudah tanpa khawatir
muncul kesalahan dalam penulisan ayat karena menulis secara manual
menggunakan MS. Word.

• Program Perhitungan Zakat

Program ini adalah program yang membantu umat muslim untuk menghitung
zakat maal/profesi yang dapat menentukan apakah ia termasuk seorang yang
berhak mengeluarkan zakat atau tidak.

• Program Waris

Program ini merupakan program aplikasi perhitungan harta warisan sesuai


pembagiannya menurut anjuran Islam.

• Program KV-Soft Flipbook

Program ini merupakan program pengembangan media pembelajaran berbasis


e-book karena dengan memahami program ini siapa pun dapat membuat buku,
kitab, mushaf, maupun gambar menjadi format buku elektronik yang bisa dibuka
dan dibaca menggunakan komputer. Kvisoft Flipbook Maker adalah jenis
perangkat lunak profesional untuk mengkonversi file PDF ke bentuk seperti buku.
Halaman yang dapat ditambah fungsi editing memungkinkan anda untuk
menanamkan video, gambar, audio, lyperlink, hotspot dan objek multimedia ke
halaman. Sehingga untuk membuat halaman buku multimedia menjadi begitu
mudah dengan software ini.

• Program Aplikasi Pembelajaran Bahasa Arab

Program aplikasi Talk Now Arabic merupakan salah satu program aplikasi
pembelajaran bahasa arab dengan 40 bahasa terjemahan yang sangat memudahkan
pembelajar bahasa arab memahami kosa kata dengan percakapan dalam berbagai
situasi. Bahkan pada program aplikasi yang lain seperti learn to speak arabic
pembelajar dapat melatih berbicara dan membaca teks kemudia di cek apakah
intonasi, dialek (lahjah) yang diucapkannya sudah seperti orang Arab asli atau
bukan.

15
• Book School Education dan e-book Arab

Elektronik book yang kemudian disingkat dengan e-book merupakan


pengembangan buku berbasis elektronik yang memanfaatkan teknologi informasi
untuk memindahkan teks bacaan pada buku menjadi teks elektronik yang bisa
dibawa dan dibaca dimana dan kapan pun saja.

2. Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.11

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Tholib Kasan,


“Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
pendidikan adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.12

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk


mempengaruhi akal peserta didik melalui tahapan sedikit demi sedikit, jenjang
demi jenjang untuk menuju indikator pembelajaran yang telah ditetapkan oleh
satuan pendidikan tertentu. Pendidikan ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia, sebab proses pendidikan itu sendiri sudah dimulai sejak dalam
kandungan dan akan terus berlanjut hingga balita, masa kanak-kanak, remaja,
hingga dewasa.

Mengacu pada pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20


tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satunya disebutkan bahwa peserta

11
UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lampiran 1
12
Tholib Kasan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Studie Press, 2009), Hal. 10.

16
didik diharapkan mampu memiliki kekuatan spiritual keagamaan dari proses
pendidikan yang dilakukan di sekolah. Menurut Hasan Langgulung, “Dalam
bidang pertumbuhan spiritual dan moral, pendidikan yang baik dapat menolong
individu menguatkan iman, akidah, dan pengetahuan terhadap Tuhannya dan
dengan hukum-hukum, ajaran-ajaran dan moral agamanya”.13

Kekuatan spiritual keagamaan yang dimaksud dapat diperoleh melalui


pendidikan agama yang diberikan di sekolah, di rumah, ataupun di rumah ibadah
tertentu. Pada bagian ini, yang akan dikhususkan untuk dibahas adalah pendidikan
Islam di sekolah yang diarahkan mampu membentuk peserta didik agar dapat
berguna untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Muhammad Fadhil Al-Jamali yang dikutip oleh Bukhori Umar


memberikan pengertian Pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan,
mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai
yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih
sempurna, baik berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.14

Maka dapat disimpulkan Pendidikan Islam berarti proses memasukkan nilai-


nilai Agama Islam pada diri peserta didik untuk mencapai tujuan yang mengarah
kepada ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga membentuk pribadi yang
sempurna, tanggung jawab, dan baik dalam setiap perkataan maupun
perbuatannya.

Dalam prosesnya, internalisasi Pendidikan Islam di sekolah terdapat dalam


sebuah mata pelajaran, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan Agama
Islam dapat diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Agama
Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam

13
Hasan Langgunung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna
Baru), Hal. 31.
14
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), hal. 28.

17
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan
dan persatuan bangsa.15

Pengertian lain menurut Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam adalah


pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian,
dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya.
Dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur,
jenjang dan jenis pendidikan.16

Menurut ilmu bahasa (etimologi), Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata
salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata
aslama, yuslimu, Islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat
sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.17 Secara
istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seseorang Rasul.18

Maka dapat disimpulkan bahwa Islam adalah ajaran agama yang diwahyukan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang membawa ajaran-
ajaran dari berbagai sisi kehidupan manusia, serta diarahkan mampu mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh alam.

Adapun ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan adanya pendidikan agama


adalah Q.S. An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:

ِ ٍۗ ‫اد ْْلم ِِبلَِِّت ِهي اَح‬


ِ ِ ‫ك ِِب ْْلِكْم ِة والْمو ِعظَ ِة ا ْْل‬ ِ
‫ك ُه َو اَ ْعلَ ُم ِِبَ ْن‬
َ َّ‫س ُن ا َّن َرب‬
َ ْ َ ْ ْ ُ ‫سنَة َو َج‬ ََ َْ َ َ َ ِٰ‫اُ ْدعُ ا ٰٓل َسبِْي ِل َرب‬

‫ض َّل َع ْن َسبِْيلِهٖ َو ُه َو اَ ْعلَ ُم ِِبل ُْم ْهتَ ِديْ َن‬


َ

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.

15
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hal. 6.
16
Zainudin Ali, dkk. Pendidikan Agama Islam Kontemporer, (Jakarta: Yamiba, 2015),
hal. 3
17
Op.Cit, Muhammad Alim, hal. 91.
18
Ibid. Hal. 92.

18
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

Dari ayat di atas, dapat dipaparkan bahwa dalam syariat Islam dianjurkan
untuk menuntut ilmu kejalan yang diridhai oleh Allah dengan cara yang baik guna
memperoleh landasan kehidupan yang mulia baik itu di dunia maupun di akhirat.
Bentuk dari menuntut ilmu yang dianjurkan dalam syariat tersebut di antaranya
adalah mempelajari Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Islam menurut Muhammad SA Ibrahimy yang dikutip oleh


Bukhori Umar ialah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang
dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan
mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.19

Sedangkan menurut Muhammad Fadhil Al-Jamali yang dikutip oleh Bukhori


Umar memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan,
mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai
yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih
sempurna, baik berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.20

Dapat disimpulkan Pendidikan Islam berarti proses memasukkan nilai-nilai


agama Islam pada diri peserta didik untuk mencapai tujuan yang mengarah
kepada ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga membentuk pribadi yang
sempurna, tanggung jawab, dan baik dalam setiap perkataan maupun
perbuatannya.

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan


dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya. Dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata
pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.21

19
Op.Cit, Bukhari Umar, hal. 27.
20
Ibid, Hal. 28.
21
Op.Cit, Zainudidin Ali, Hal. 3

19
Sedangkan menurut Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam dapat
diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta
diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa.22

Maka dapat disimpulkan mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib
pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, dilaksanakan sekurang-kurangnya
satu.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan


keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan
dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan agama Islam, yaitu:

a) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam,


b) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta
didik terhadap ajaran agama Islam,
c) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik
dalam menjalankan ajaran Islam, dan
d) Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah di
imani, di pahami, dan di hayati atau di internalisasi oleh peserta didik itu
mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan,
mengamalkan, dan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada

22
Op.Cit, Muhammad Alim, Hal. 6.

20
Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.23

Menurut Muhammad Atiyyah al-Abrasyi, bahwa ada lima tujuan umum yang
asasi bagi Pendidikan Islam, yaitu:

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.


b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan.
d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memenuhi
keinginan untuk mengetahui (curiousity).
e) Menyiapkan pelajar dari segi professional dan teknis.

Menurut Abdul Rahman Nahlawi, tujuan Pendidikan Islam itu adalah:

a) Pendidikan akal dan rangsangan untuk berpikir, renungan, dan meditasi.


b) Menumbuhkan kekuatan dan bakat-bakat asli pada anak didik.
c) Menaruh perhatian pada kekuatan generasi muda dan mendidik mereka
sebaik-baiknya.
d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi dan bakat manusia.

Muhammad Fadil al-Jamali, juga mengemukakan tujuan Pendidikan Agama


Islam adalah:

a) Memperkenalkan kepada manusia akan tempatnya di antara makhluk-


makhluk, dan akan tanggung jawab persoalan dalam hidup ini.
b) Memperkenalkan kepada manusia tentang hubungan-hubungan sosialnya
dan tanggung jawabnya dalam rangka suatu system social manusia.
c) Memperkenalkan kepada manusia tentang makhluk (alam), dan
mengajaknya untuk memahami hikmat (rahasia) penciptaannya dalam
menciptakannya dan memungkinkan manusia untuk menggunakannya.
d) Memperkenalkan kepada manusia tentang pencipta alam ini.

23
Muhaimin dan Nur Ali, (2008), Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal. 78.

21
Dalam Peraturan Perundang-undangan No. 55 Tahun 2007 Bab I Pasal I
mengemukakan: Pendidikan Agama adalah Pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis Pendidikan.

Bab II Pasal 2, menjelaskan: (1) Pendidikan Agama berfungsi membentuk


manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia, dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter
dan antar-umat beragama. (2) Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya
kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-
nilai agama yang menyerasikan pengusasaannya dalam ilmu pengetahuan
teknologi, dan seni.24

c. Visi Pendidikan Agama Islam

Visi Pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu
sendiri yang terkait dengan visi kerasulan Nabi, mulai dari visi kerasulan Nabi
Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu membangun sebuah
kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah serta membawa rahmat
bagi seluruh alam. Kata patuh dan tunduk kepada Allah sebagai disebutkan di
dalam ayat tersebut memiliki arti yang amat luas, yaitu melaksanakan segala
perintah Allah dalam segala aspek kehidupan: ekonomi, sosial, politik, budaya,
Ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai kepatuhan
dan ketundukan kepada Allah, yaitu nilai keimanan, ketakwaan, kejujuran,
keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebersamaan, toleran, tolong menolong, kerja
keras, dan lain sebagainya.

Sedangkan kata rahmat dapat berarti kedamaian, kesejahteraan,


keharmonisan, kenikmatan, keberuntungan, kasih sayang, kemakmuran, dan lain

24
Haidar Putra Daulay, (2016), Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana), hal. 45-46.

22
sebagainya. Pendidikan Islam yang dilaksanakan harus diarahkan untuk
mewujudkan sebuah tata kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.25

Dengan demikian visi Pendidikan Islam yang sejalan dengan visi ajaran Islam
yang bertumpu pada terwujudnya kasih sayang bagi semua makhluk ciptaan
Tuhan, ternyata memiliki jangkauan pengertian yang amat luas. Yaitu sebuah
kasih sayang yang tulus dan menjangkau pada seluruh aspek kehidupan manusia
dan digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Visi Pendidikan Islam yang bertumpu pada mewujudkan rahmat bagi seluruh
alam itu, memperlihatkan bahwa Pendidikan Islam memiliki sebuah tanggung
jawab yang amat berat, kompleks, multi dimensi, dan berjangka panjang. Visi
Pendidikan Islam terkait erat dengan upaya mewujudkan sebuah kehidupan yang
harmoni, damai, sejahtera lahir dan batin.

Dalam kaitan ini visi Pendidikan Islam erat kaitannya dengan kata Islam itu
sendiri yang secara harfiah berarti masuk dalam perdamaian, dan orang yang
mengemban visi tersebut dinamakan muslim yaitu orang yang damai dengan
Allah dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah, artinya berserah diri
sepenuhnya kepada kehendak-Nya, dan damai dengan manusia bukan saja berarti
menyingkiri berbuat jahat atau sewenang-wenang kepada sesamanya, malainkan
pula ia berbuat baik kepada sesamanya.

Berdasarkan pada visi yang demikian itu maka setiap penyimpangan dalam
penyelenggaraan Pendidikan Islam dapat dengan mudah diketahui. Sebuah
kegiatan Pendidikan yang memperlakukan anak didik secara tidak manusiawi,
tidak adil, merusak jasmani, rohani, dan akalnya, merusak masa depannya, serta
mengajarkan cara hidup yang keras, tidak bersahabat, atau mengajarkan
memusuhi orang lain dan seterusnya, dapat diduga bahwa Pendidikan tersebut
telah menyimpang dari visi Pendidikan Islam. Demikian pula sebuah kegiatan
Pendidikan yang hanya menyuruh manusia memperhatikan aspek keduniaan saja,
atau aspek keakhiratan saja, atau membuatnya tidak berdaya dalam menghadapi

25
Abuddin Nata, (2005), Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Ciputat: Penerbit Gaya
Media Pratama), hal. 30-31.

23
kehidupan, maka Pendidikan tersebut tidak lagi dapat dikatakan sebagai
Pendidikan Islam.26

d. Misi Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan petunjuk dan isyarat yang terdapat di dalam Al-Qur’an, dijumpai


informasi bahwa misi Pendidikan Islam terkait dengan upaya memperjuangkan,
menegakkan, melindungi, mengembangkan, menyantuni, dan membimbing
tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia.

Misi ajaran Islam yang memuliakan manusia itu yang demikian itu, menjadi
misi Pendidikan Islam. Terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan
akal pikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia,
keterampilan hidup yang memungkinkan ia dapat memanfaatkan berbagai peluang
yang diberikan oleh Allah termasuk pula mengelola kekayaan alam yang ada di
daratan, di lautan, bahkan di ruang angkasa adalah merupakan misi Pendidikan
Islam.27

e. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Kurikulum, silabus, dan seterusnya garis-garis besar program pembelajaran


(GGBP) merupakan isi atau materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
didik. Problemanya adalah terlalu terfokus pendekatan kognitif dalam kurikulum
yang diberlakukan selama ini. Problema berikutnya yang menyangkut kurikulum
adalah ketersediaan waktu yang terbatas yang dialokasikan kepada Pendidikan
agama. Adapun cakupan kurikulum Pendidikan agama Islam sangat luas,
mencakup: Al-Qur’an, Hadits, Akidah, Fikih, Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan
Islam, sedangkan alokasi waktu terbatas.28

f. Strategi Pendidikan Agama Islam

Menurut Muhaimin, strategi pembelajaran Agama Islam adalah suatu strategi


yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan

26
Ibid, Abuddin Nata, hal. 33-34.
27
Ibid, Abuddin Nata, hal. 37.
28
Op.Cit, Haidar Putra Daulay, hal. 71.

24
pembelajaran Pendidikan Agama dan prosedur-prosedur yang akan digunakan
bersama-sama, dengan bahan-bahan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, komponen-komponen umum dari
suatu set bahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan penyajian, dan penutup.29

Strategi pengorganisasian pembelajaran Pendidikan Agama Islam menurut


pendapat Sumon Amornwiwat bahwa strategi pengorganisasian adalah satu situasi
belajar, yang terjadi pada hal-hal yang berikut:

a) Hubungan dan interaksi yang terjadi di antara guru dengan peserta didik,
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan lingkungan dan
guru, peserta didik dan lingkungan.
b) Hubungan dan interaksi melahirkan pembelajaran dan pengalaman yang
baru.
c) Peserta didik dapat pengalaman baru untuk digunakan.30

Strategi penyampaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam menurut


Muhaimin bahwa strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk
menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik atau menerima serta merespon
masukan yang berasal dari peserta didik.

Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam


menganalisis strategi penyampaian, yaitu:

a) Media pembelajaran
b) Interaksi peserta didik dengan media
c) Bentuk belajar mengajar.

Kembali lagi bahwa pengertian strategi pembelajaran Pendidikan Agama


Islam adalah suatu strategi yang menjelaskan tentang komponen-komponen
umum dari suatu set bahan pembelajaran Pendidikan agama dan prosedur-
prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-bahan tersebut untuk

29
Muhaimin dkk, (1996), Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media), hal. 103.
30
Ibid, Muhaimin dkk, hal. 119.

25
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran Pendidikan
agama Islam meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan penyajian, dan penutup.31

Berkaitan dengan belajar mengajar, startegi bisa diartikan sebagai pola umum
kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang digariskan.

Secara umum ada empat dasar dalam menentukan strategi pembelajaran,


yakni:

a) Mengidentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku


peserta didik yang diharapkan,
b) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan
pandangan hidup masyarakat,
c) Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap paling
tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam
menunaikan tugasnya,
d) Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belajar mengajar
sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi
(penilaian).32

Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-siswa dalam


mencapai tujuan, baik yang sifatnya instruksional maupun penggiring. Jenis dan
urutan perbuatan itu tampak digunakan dan diragakan oleh guru siswa dalam
bermacam-macam peristiwa belajar. Misalnya, bila kegiatan itu dimulai dengan
pengenalan konsep kemudian mengarah kepada pembuktian, maka strategi yang
dipakai adalah strategi deduktif. Bila sebaliknya, strategi yang dipakai adalah
induktif.

Jenis strategi belajar-mengajar tersebut dapat pula dilihat dari besar nya
keterlibatan guru dan siswa dalam pengolahan pesan. Bila pesan itu disampaikan

31
Ibid, Muhaimin dkk, hal. 103.
32
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, (2005), Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:
Pustaka Setia), hal. 46.

26
langsung oleh guru, sehingga peran siswa hampir tidak ada, strategi yang
demikian dinamakan ekspositorik, misalnya guru menyampaikan suatu informasi
dengan ceramah.

Bila terjadi sebaliknya, artinya peran siswa dalam pengolahan pesan tersebut,
strateginya dinamakan heuristik, misalnya guru meminta siswa menemukan
sendiri suatu konsep atau informasi.

Tujuan pengajaran telah dirumuskan secara terperinci. Dengan demikian di


samping pencapaian tujuan instruksional tersebut, diharapkan juga akan terbentuk
suatu efek pada diri siswa. Efek ini terwujud karena siswa menghayati suatu
proses belajar tertentu. Misalnya, baik dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa
sering terlibat dalam diskusi kelompok, maka siswa akan terbiasa mengemukakan
pendapat, menanggapi masalah secara kritis, menghargai pendapat orang lain dan
sebagainya. Efek yang demikian itulah yang dinamakan efek penggiring.

Efek penggiring lebih jelas dapat dilihat kaitannya dengan tujuan-tujuan yang
lebih umum seperti tujuan instruksional dan tujuan Pendidikan nasional, baik
yang termasuk pengetahuan dan keterampilan, terlebih lagi yang tergolong
pembentukan nilai dan sikap.

Melalui kegiatan belajar-mengajar diharapkan efek instruksional dan efek


penggiring dapat tercapai. Tidak setiap strategi belajar-mengajar dapat
mewujudkan kedua efek tersebut dengan sama baiknya. Oleh karena itu,
penentuan strategi belajar-mengajar yang tepat sangat perlu dilaksanakan. Dengan
demikian, pencapaian tujuan-tujuan yang lebih umum akan dapat diwujudkan
secara terencana, sehingga tidak merupakan suatu kebetulan belaka, apalagi kalau
sampai terabaikan.33

g. Pembelajaran PAI yang Efektif

Menurut Aan dan Cepi Triatna, Pembelajaran dikatakan dapat dilihat dari dua
segi, yaitu:

33
Abdul Rachman Shaleh, (2000), Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi, dan
Aksi, (Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa), hal. 45-46.

27
a) Efektivitas mengajar guru

Efektifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat


dilaksanakan dengan baik. Dengan sendirinya prinsip ini harus
memperhitungkan kemampuan guru, sehingga upaya peningkatan untuk dapat
menyelesaikan setiap program perlu mendapat perhatian.

b) Efektivitas belajar murid

Efektivitas pembelajaran peserta didik dengan tujuan-tujuan pelajaran


yang diharapkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang
ditempuh. Upaya peningkatan umumnya dilakukan dengan memilih jenis
metode (cara) dan alat yang dipandang paling ampuh untuk digunakan dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan.34

Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan


Efektivitas pembelajaran PAI adalah segala sesuatu yang dikerjakan dengan tepat
dan benar sehingga tujuan yang diinginkan dapat berhasil sesuai dengan yang
diharapkan, efektivitas ini sering kali diukur setelah tercapainya suatu tujuan
pembelajaran, jadi jika pembelajaran belum berhasil maka kegiatan pembelajaran
dikatakan efektif, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang
efektif.

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target


(kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai oleh pendidik khususnya dalam
pembelajaran PAI, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu
sebelum proses belajar berlanjut.

Pembelajaran PAI dikatakan efektif apabila proses belajar mengajar berjalan


dengan baik yang sesuai dengan tujuan belajar dan hasil belajar. Oleh karena itu,
untuk menyelaraskan proses pembelajaran yang baik maka dibutuhkan peranan
guru PAI yang tepat dalam menjalankan proses pembelajaran seperti pemilihan
metode, media, dan bagaimana mengevaluasi peserta didik.

34
Aan Komariah dan Cepi Triatna, (2005), Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
(Bandung: Bumi Aksara), hal. 34.

28
Menurut Made dalam bukunya, Penguasaan dan keterampilan guru PAI
dalam penguasaan materi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu
meningkatkan hasil belajar peserta didik secara optimal. Secara umum ada
beberapa variabel yang baik teknis maupun non teknis yang berpengaruh dalam
keberhasilan proses pembelajaran PAI. Beberapa variabel tersebut antara lain:
kemampuan guru menutup pembelajaran, dan faktor penunjang lainnya.35

Adapun menurut Sardiman, untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu


materi pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat. Ketepatan
(Efektivitas) penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian
metode pembelajaran dengan beberapa faktor yaitu tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, kemampuan guru, kondisi peserta didik, sumber atau fasilitas,
siatuasi kondisi dan waktu.36

Kriteria efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang


berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria
keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada:

a) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-


kurangnya 75% dari jumlah peserta didik telah memperoleh nilai 75 dalam
peningkatan hasil belajar.
b) Metode pembelajaran dikatakan efektif meningkat hasil belajar peserta
didik menunjukkan perbedaan antara pemahaman awal dengan
pemahaman setelah pembelajaran.
c) Metode pembelajaran dikatakan efektif dapat meningkatkan minat dan
motivasi apabila setelah pembelajaran peserta didik menjadi lebih
termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang
lebih baik. Serta peserta didik belajar dalam keadaan menyenangkan.37

35
Made Wena, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi
Aksara), hal. 17.
36
A.M. Sardiman, (2004), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada), hal. 49.
37
Ahmad Muhli, (2012), Efektivitas Pembelajaran, (Jakarta: Wordpress), hal. 10.

29
Dalam memaknai efektivitas setiap ruang memberi arti yang berbeda sesuai
sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Jadi, efektivitas adalah
kesesuaian antara peserta didik yang melaksanakan tugas dengan sasaran peserta
didik yang dituju.38

Penggunaan metode yang efektif merupakan syarat mutlak bagi terjadinya


proses pembelajaran yang efektif. Penggunaan kata Efektivitas setiap orang
peserta didik memberikan arti yang berbeda, sesuai sudut pandang, dan
kepentingan masing-masing. Pembelajaran yang efektif dapat menciptakan
lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental, suasana hati yang
gembira tanpa tekanan, maka dapat memudahkan peserta didik dalam memahami
materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang
efektif untuk mengatur pengalaman belajar peserta didik secara keseluruhan.39

Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan


dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Ada beberapa ciri
yang dapat menganalisis sebuah metode mengajar apakah efektif atau tidak untuk
suatu pembelajaran.40

Dalam hal ini efektivitas akan selalu berkait dengan efek atau akibat yang
ditimbulkannya, itu berarti hasil itulah yang akan menentukan apakah dikatakan
berhasil atau tidak. Efektivitas juga pada dasarnya mengacu pada sebuah
keberhasilan atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi
yang produktivitas yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal
yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu.
Slameto juga berpendapat bahwa belajar mengajar yang efektif ialah yang dapat
membawa belajar peserta didik yang efektif pula.41

38
E. Mulyasa, (2004), Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
hal. 82.
39
Isjon, (2009), Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
antara Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. 59.
40
Wicaksono, (2011), Efektivitas Metode Pembelajaran, (Jakarta: Wordpress), hal. 10.
41
Slameto, (1995), Belajar dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta), hal. 92.

30
3. Kekuatan dan Kelemahan Media Elektronik

Adapun terdapat beberapa kekuatan dalam media pembelajaran elektronik, di


antaranya sebagai berikut:

• Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata pelajaran dimanapun di


seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.
• Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli dibidang yang ia
minati.
• Belajar dapat dengan mudah diambil diberbagai penjuru dunia tanpa
bergantung oleh sekolah atau universitas tempat perserta didik belajar.

Namun media pembelajaran elektronik juga memiliki kelemahan di


antaranya sebagai berikut:

• Banjir Informasi, dengan adanya banjir informasi tersebut membuat kita


sulit untuk menyeleksi mana informasi yang valid atau tidak.
• Kurang sentuhan manusiawi, dimana internet memberi banyak informasi
tetapi tidak ada sentuhan berupa tatapan mata, jabat tangan tidak dapat
dirasakan, sehingga untuk pendidikan dikhawatirkan peserta didik tidak
menikmati komunikasi dan berinteraksi secara utuh.
• Ancaman virus dan hacker.
• Pornografi dan kejahatan model baru berupa pemanfaatan kartu kredit
ilegal untuk transaksi di internet, pembelokan transaksi perbankan dan lain-
lain.42
B. Kajian Penelitian Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian tersebut adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mawar Ramadhani (2012) dalam skripsi yang
berjudul “Efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning berbasis

42
Ali Mudlofir, (2017), Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Praktik, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada). Hal. 172-173.

31
web pada pelajaran teknologi informasi dan komunikasi terhadap hasil
belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Kalasan.”
Perbedaan dengan skripsi peneliti yaitu terletak pada mata pelajarannya
dimana Mawar Ramadhani meneliti tentang mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi, sedangkan peneliti sendiri mengenai mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Lalu kemudian perbedaan lainnya yaitu
mengenai tujuan, jika penelitian yang dilakukan Mawar bertujuan untuk
melihat hasil belajar dari siswa, sedangkan peneliti bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Mawar Ramadhani ini
bahwa seharusnya sekolah menggunakan dan mengoptimalkan keberadaan E-
Learning yang sudah ada tersebut, untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah Suaib (2019) dalam skripsi yang
berjudul “Pengaruh penggunaan media pembelajaran elektronik terhadap
efektivitas pembelajaran peserta didik MI DDI Silopo Kecamatan Binuang
Kabupaten Polewari Mandar.”
Perbedaan dengan skripsi peneliti yaitu terletak pada fokus penelitiannya
dimana Nurhidayah fokus kepada seluruh mata pelajaran yang diajarkan
disekolah, sedangkan peneliti hanya berfokus pada satu mata pelajaran saja
yaitu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Lalu kemudian perbedaan
lainnya yaitu mengenai tujuan penelitian yang mana penelitian yang
dilakukan oleh Nurhidayah hanya bertujuan untuk mengetahui pengaruh
daripada penggunaan media pembelajaran elektronik, sedangkan peneliti
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah yaitu bahwa


kemampuan guru dalam mengelola dan menggunakan media pembelajaran
elektronik dapat lebih ditingkatkan karena sesuai dengan kondisi yang ada saat ini
sudah banyak media pembelajaran yang terseuda dan dapat digunakan dalam
proses belajar mengajar.

32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara


induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,
dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.43

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-


kebenaran atau membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran
dilakukan oleh peneliti melalui model yang biasanya dikenal dengan paradigma
karena paradigma tersebut berkedudukan sebagai landasan berpijak atau fondasi
dalam melakukan proses penelitian.44

Dengan penelitian kualitatif, perlu dilakukan analisis deskriptif. Metode


analisis deskriptif memberikan gambaran dan keterangan yang secara jelas,
objektif, sistematis, analitis, dan kritis mengenai media pembelajaran elektronik
yang terdapat dalam berbagai sumber dari para pakar di bidangnya. Pendekatan
kualitatif yang didasarkan pada langkah awal yang ditempuh dengan
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan klasifikasi dan
deskripsi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode Kualitatif dengan


pendekatan Studi Kasus. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.45

43
Imam Gunawan, (2013), Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara), hal. 80.
44
Zainal Arifin,(2012), Penelitian pendidikan metode dan paradigma baru, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset), hal. 146.
45
Lexy. J. Moleong, (1994), Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rodyakarya), hal. 3.

33
Yin menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang
mendalami fenomena dalam konteks kehidupan nyata, ketika batas antara
fenomena dan konteks tak tampak secara tegas. Bungin menyatakan kelebihan
studi kasus sebagai berikut:

a) Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan


antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan
pemahaman yang lebih luas.
b) Studi kasus dapat memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia.
c) Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat
berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi
perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam, dalam rangka
pengembangan ilmu-ilmu sosial.46
B. Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Menurut Arikunto, bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan
deskriptif, penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam
terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah
atau subjek yang sempit.47

Adapun dalam mengumpulkan data peneliti akan menggunakan tiga metode


yaitu:

1. Metode Observasi

S. Margono yang dikutip oleh Nurul Zuriah menyatakan observasi diartikan


sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di
tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Metode observasi sebagai alat
pengumpul data, dapat dikatakan berfungsi ganda, sederhana, dan dapat dilakukan

46
Burhan Bungin, (2005), Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Paramedia), hal. 64-65
47
Op.Cit, Imam Gunawan, hal. 115.

34
tanpa menghabiskan biaya. Namun demikian, dalam melakukan observasi peneliti
dituntut memiliki keahlian dan penguasaan kompetensi tertentu.48

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.49

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah “proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi


mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan
sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dengan orang yang diwawancarai.”50

Dalam pengertian lain wawancara merupakan cara untuk mengumpulkan data


dengan mengadakan tatap muka secara langsung antara orang yang bertugas
mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber data atau obyek
penelitian.51

3. Metode Dokumentasi

Menurut Herdiyansyah, studi dokumentasi adalah salah satu metode


pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis

48
Nurul Zuriah, (2009), Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara), hal. 173.
49
Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta), hal. 227.
50
Burhan Bungin (ed.), (2007), Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada), hal. 155.
51
Ahmad Tanzeh, (2009), Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras), hal. 62.

35
dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan.52

Adapun mengenai penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan


mengumpulkan buku-buku tentang media elektronik, efektivitas pembelajaran,
dan juga mengenai efektivitas pembelajaran pada pendidikan agama Islam itu
sendiri. Kemudian dipilih, disajikan, dan dianalisis serta diolah supaya ringkas
dan sistematis.

C. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan Menyusun secara sistematis data
yang diperoleh. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, Menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
yang dapat diceritakan kepada orang lain.53

Menurut Adi, Analisis data merupakan Langkah yang terpenting untuk


memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Analisis data yaitu proses
pengumpulan data agar dapat ditafsirkan. Analisis data dilakukan pada saat
mengumpulkan data dan setelah pengumpulan data.54

Pada hakikatnya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,


mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin
dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya
berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa
dipahami dengan mudah.55

52
Haris Herdiyansyah, (2010), Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
(Jakarta: Salemba Humanika), hal. 143.
53
Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:
Alfabeta), hal. 334.
54
Rianto Adi, (2004), Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit), hal.
117.
55
Op.Cit, Imam Gunawan, hal. 209

36
Secara umum teknik Analisis data dalam penelitian ini mencakup tiga tahap,
yaitu:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,


memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi
peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan
pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka
wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang
memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

b. Penyajian Data

Mendisplay data dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data bisa


dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Verifikasi Data

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan


dan verifikasi, Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

37
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat


menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan.56

56
Op.Cit, Sugiyono, hal. 247-252

38
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SMP BUDI CENDEKIA ISLAMIC SCHOOL

Alamat : Jl. Boulevard Grand Depok City, Kalimulya.

Kecamatan : Cilodong

Kabupaten/Kota : Depok

NPSN : 69876154

Tgl SK. Berdiri : 31 Oktober 2014

No. SK. Operasional : 421.1/5252-Pendas/2014

Email : smpbcis@gmail.com

Akreditasi :A

No. SK. Akreditasi : 02.00/128/SK/BAN-SM/IX/2018

Tgl. SK. Akreditasi : 30 September 2018

Kurikulum : Kurikulum 2013

Waktu : Pagi

Status Sekolah : Swasta

Naungan : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumber Listrik : PLN

Daya Listrik : 20000

Akses Internet : Telkom Speedy

Nama Kepala Sekolah : Tri Wahyuni, S.Pd.

39
2. Visi dan Misi
a. Visi

Mewujudkan Cendikiawan muslim yang berakhlak mulia, menguasai


IPTEK, berwawasan global, dan memiliki jiwa nasionalis yang tinggi.

b. Misi
• Menyelenggarakan Pendidikan Agama dan Umum secara terintegritas.
• Membangun budaya Islam dalam kehidupan sehari-hari.
• Membangun jiwa nasionalisme yang tinggi.
• Menerapkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
• Menerapkan pembelajaran berbasis teknologi, informasi, dan
komunikasi.
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
a. Guru dengan lulusan S1 dan S2 yang berkompeten di bidangnya.
b. Lulus melalui proses reqruitment ketat (TPA, Psikotes, Microteaching).
c. Tenaga pendidik memiliki sertifikat Teaching Knowledge Test (TKT) dan
Content and Language Integrated Learning (CLIL) dari Cambridge
Assesment English.
d. Daftar Nama Guru/Tenaga Pendidik berdasarkan tugasnya.
No. Nama Guru Tugas Mengajar

1. Tri Wahyuni, S.Pd. Kepala Sekolah / IPA

2. Hairunnisa, S.Pd. Koordinator Kesiswaan / PKN

3. Mulyani Fatimah, S.Pd. IPA

4. Sugestiana, S.Pd. Koor Kurikulum / Matematika

5. Aulia Janatan, S.Pd. IPS

6. Galuh Satrio Widyaputra, S.Pd. Bahasa Inggris

7. Muztaba, M.Pd. Al-Qur’an dan Bahasa Arab

8. Zikron Nabawi, S.Pd.I PAI, Al-Qur’an, dan Bahasa

40
Arab

9. Roni Kurniawan, M.Pd. Bahasa Indonesia

10. Retno Pujiwati, S.Pd. PKN

11. Asep Mulyana, S.Pd.I PAI, Al-Qur’an, dan Bahasa


Sunda

12. Iin Rizki Wijaya, S.Pd. Bahasa Indonesia

13. Fathunah Nur Rochmah, M.Pd. PJOK

14. Hening Saputri, S.Pd. Bahasa Indonesia

15. Haris Fylasufi, S.Pd. SBK

16. Andi Elsam Anusopati, S.Or. PJOK

17. Rani Mustika Hidayat, S.Pd. Matematika

18. Risda Aulia, S.Pd. IPS

19. Ade Hadiati N, S.Pd. IPA

20. Nur Halimah, S.Pd. IPA

21. Fitrotul Hidayanti, M.Si. Matematika

22. Muhammad Taufik, S.Pd. Bahasa Inggris

23. Mareti Wulandari, S.Pd. IPA dan Prakarya

24. Novi Suryani, M.Pd. Bahasa Inggris

25. Nurlela, S.Pd. SBK dan Prakarya

26. Amelia Yurianti, S.Pd. PKN dan IPS

27. Dyah Palupi, S.Pd. Matematika

28. Taufik Hidayat, Lc PAI, Al-Qur’an, dan Bahasa


Arab

29. Zeihan Kahira Alviani, S.Pd. Bimbingan Konseling

41
30. Hani Utari, S.Pd. Prakarya

4. Program Sekolah
a. Prodigy Class

Program for Dilligency and Profiency Class (ProdigyClass) atau kelas


peserta didik unggulan yang memiliki kurikulum istimewa atau tambahan
yang merupakan kolaborasi antara kurikulum 2013 dengan kurikulum
Cambridge. PTS dan PAT diangka minimal 85.

b. Kelas SKS 4 Semester

Program Sistem Kredit Semester (SKS) merupakan program yang tepat


untuk mewadahi siswa dengan kemampuan akademik kategori superior atau
cerdas istimewa, karena siswa dengan potensi tersebut disistemasikan mampu
menempuh waktu studi yang lebih singkat.

c. Program Unggulan Sekolah

SMP BCIS School memiliki program unggulan sebagai upaya dalam


memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi nin Akademik melalui
kegiatan pengembangan wawasan, penelitian, dan pembinaan karakter.

5. Sarana dan Kebutuhan


a. Gedung sekolah dengan desain modern dan berada di jalur utama GDC.
b. Ruang kelas ber-AC.
c. 3 Ruang Lab Komputer dan 2 Ruang Lab IPA.
d. Perpustakaan.
e. Lapangan basket, futsal, dan volley, mini soccer, tribun, jogging dan
running track.
f. Ruang musik.
g. Toilet yang bersih dan nyaman.
h. Masjid dan musolla.
i. Halaman parkir yang luas.
j. Mobil antar jemput siswa.

42
k. Lunch room untuk siswa dengan makanan yang bergizi.
l. Ruang dan fasilitas penunjang kegiatan lainnya.
6. Ekstrakurikuler dan Intrakulikuler
a. Ekstrakurikuler

Adapun SMP Budi Cendekia menyelenggarakan dua jenis


Ekstrakurikuler yaitu Wajib dan Pilihan, sebagai berikut:

Pramuka

PASKIBRA
Wajib
Paduan Suara

BMQ

Tahfidz

Kaligrafi

English Club

Karya Ilmiah Remaja

Robotic

Gitar

Tari Tradisional

Pilihan Ratoeh Jaroe

Futsal

Basket

Pencak Silat

Taekwondo

Panahan

Petanque

Fotografi

43
b. Intrakulikuler

SMP Budi Cendekia Islamic School menerapkan Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP) Nasional Tahun 2013 dengan penambahan pada
struktur muatan lokal berupa mata pelajaran Al-Qur’an dan Bahasa Arab.

B. Hasil Observasi
Peneliti melakukan observasi pada tanggal 1 November 2021 dan 22
November 2021 saat sekolah tengah melaksanakan kegiatan Pembelajaran Tatap
Muka Terbatas (PTMT) dikarenakan sekolah mengikuti arahan dari kementerian
Pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia. Disini peneliti menggunakan
observasi terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar adalah
peneliti mengungkapkan kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan
penelitian.

Observasi ini dilakukan pada saat jam belajar mengajar dilaksanakan yang
mana para siswa sedang aktif belajar dan sang guru sedang mengarahkan siswa,
sedangkan saya meminta izin bergabung ke dalam kelas kepada kepala sekolah
dan guru yang bersangkutan. Dalam observasi ini peneliti mengamati bagaimana
cara guru menggunakan berbagai macam media pembelajaran elektronik (e-
learning) dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.

Selain itu peneliti juga mewawancarai guru mata pelajaran Pendidikan


Agama Islam di ruangan terpisah mengenai penggunaan media pembelajaran
elektronik, bentuk-bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi media
pembelajaran elektroniknya, serta kesulitan dalam penerapannya.

C. Hasil Analisis dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII D SMP Budi
Cendekia Islamic School, peneliti berhasil merangkum beberapa hasil analisa dan
pengamatan yakni sebagai berikut:

44
1. Penggunaan media pembelajaran elektronik pada mata pelajaran PAI

Sebelum pembelajaran dimulai peneliti disini meminta izin masuk kedalam


ruang guru untuk melihat persiapan guru sebelum memulai proses belajar
mengajar, mulai dari menyiapkan materi, membuat soal evaluasi, menyiapkan
media pembeajaran dalam bentuk slide, dan ada juga yang sibuk membuat video
pembelajaran. Jadi penggunaan media pembelajaran elektronik ini hampir
digunakan oleh seluruh guru baik itu guru mata pelajaran PAI maupun mata
pelajaran umum lainnya. Seperti yang dikatakan Pak Asep:

“Saya kira kalau melihat dari teman-teman gitu kan, semua sudah
hampir rata-rata semua menggunakan ini, dan itu cocok. Karena saya
kira perkembangan zaman sekaran ya itu tadi, ya lebih menarik
perhatian anak, lebih mampu mengendalikan keadaan kondisi kelas itu
kan yang terpenting gitu kan. Ketika kita mengajar terus anak tidak
memperhatikan kita itu PR sebenarnya. Karena kalo misalkan anak tidak
memperhatikan kita berarti ada yang salah nih dalam proses pengajaran
kita. Makanya, kita buat semenarik mungkin, salah satu menarik minat
anak dalam proses pengajaran yaitu menggunakan media tersebut.”

Dan memang hampir semua merasa bahwa media sangat perlu untuk
mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.

“Menurut saya, selama proses pembelajaran di sekolah ini terhitung


dari saya mulai masuk tanggal 7 agustus 2017, saya memang dari
sekolah yang lama memang sudah lama menggunakan media ini. Ya
salah satunya kenapa saya menggunakan media ini karena ini sangat
membantu. Tentunya sangat membantu kami para guru-guru dalam
proses mentransfer ilmu ataupun memberi pemahaman kepada siswa,
karena memang kita harus memanfaatkan itu, ya memanfaatkan fasilitas
dan kondisi situasi yang memang saat ini dibutuhkan oleh anak-anak
zaman sekarang.”

45
Karena disini Pak Asep menuturkan bahwa kini zaman sudah berubah dan
menuju ke era modern, yang mana murid zaman sekarang sudah berbeda dengan
zaman ia dulu.

“Nah, ketika saya dulu pas lagi proses belajar juga belum pernah
mengenal yang namanya media ini, tapi begitu saya sekarang diberi
amanah untuk menjadi seorang pengajar mau tidak mau kita
menggunakan media ini, karena zaman sekarang anaknya tentunya
bereda dengan zamannya kita. Jadi maka saya sangat setuju dengan
media ini. kenapa, karena media ini tuh sangat membantu,
mempermudah karena proses pengajaran. Ya jadi, saya lebih menyukai
media-media yang seperti itu. Namun tidak mengurangi rasa hormat
saya kepada orang-orang yang memang masih belum menggunakan
media tersebut.”

Pak Asep mengatakan bahwa awalnya ia berprofesi sebagai guru PAI tidak
langsung menggunakan media elektronik, bahkan beliau merasa bingung dalam
mengajar. Beliau melanjutkan bahwa yang membuatnya kini merubah gaya
belajarnya sebab ia sering mengikuti kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) yang diikutinya diluar sekolah.

“Awal-awal ngajar tentunya kan kami juga tidak langsung menemukan


yang namanya media ini, tapi setelah kita mengikuti kegiatan, terus
kemudian melihat situasi di sekolah yang lama, terus kita juga belajar
tentang kemampuan kita dalam proses pengajaran, mengikuti kegiatan
MGMP dan lain sebagainya, di ajari disana dan melihat teman-teman
yang lain juga, akhirnya kita menggunakan.”

“Salah satu program MGMP dan juga ya kita jangan malu untuk
bertanya tentunya, karena kalo misalkan kita malu akan kesulitan, ya
jadi teman-teman yang ada di lingkungan kami itu di kantor ya itu
adalah merupakan guru saya juga karena ya saya juga awalnya tidak
tahu apa-apa, akhirnya kita sedikit banyak jadi tahu.”

46
Sekarang Pak Asep mengaku senang bisa mengenal media-media tersebut.
Selain karena terbantu dalam kegiatannya dalam mengajar tapi juga dapat
membantu siswa dalam menerima materi yang diajarkan.

“Karena sekali lagi jadi anak itu bisa lebih fokus untuk menerima tujuan
pembelajaran ini sangat penting, karena setiap kita mau masuk ke sub
materi atau pembelajaran, kita harus sampaikan juga nih dari awal,
kira-kira manfaat apa yang bisa kita dapatkan, tujuan apa yang kalian
bisa raih kaitan dengan materi yang akan disampaikan pada kesempatan
kali itu kan yak. Jadi saya kira sangat bermanfaat.”

Adapun disini Pak Asep juga mengamati antusiasme dari para murid selama
pembelajaran berlangsung. Pak Asep menyebutkan jika bukan hanya dia yang
merasa terbantu tetapi para murid pun juga jadi jauh lebih fokus dalam
menerima pelajaran.

“Respon dari peserta didik dalam proses pembelajaran seperti ini saya
kira mereka sangat antusias. Yang saya alami tentunya ya. Berbeda
dengan mungkin ketika dulu memang bukan karena anaknya yang
seneng-seneng banget terhadap pelajaran tersebut emang susah. Nah ini
tuh bisa masuk kedalam berbagai macam kalangan. Yang tadinya tidak
suka, ketika kita tampilkan media elektronik tersebut jadi akan ada
sedikit menarik bagi mereka dan tentunya mereka akan lebih fokus
dalam memperhatikan setiap pembelajaran.”

Setelah itu selesai, penulis ikut dengan Pak Asep untuk melakukan
pengamatan langsung dengan cara mengamati dan melihat proses pembelajaran
di kelas VIII D SMP Budi Cendekia Islamic School. Yang mana penulis disini
ikut bergabung kedalam kelas dimana Bapak Asep Mulyana selaku guru
menerapkan media pembelajaran elektronik pada mata pelajaran PAI yang
diajarnya.

Penulis mengungkapkan bahwa suasana kelas lebih kondusif dan teratur


karena guru disini menggunakan metode pembelajaran yang beragam, mulai dari
metode ceramah, lalu kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang mana guru

47
mengarahkan murid untuk berdiskusi dengan metode tutor sebaya. Sehingga
guru disini lebih mengutamakan keterlibatan murid dalam proses pembelajaran.
Ini pun diungkapkan Pak Asep dalam sesi wawancara yaitu:

“Ya kalo saya sendiri termasuk salah seorang yang cenderung bukan
sebagai sumber utama dalam proses pendidikan ini. jadi sangat
menghindari itu. Tapi saya kira anak juga memiliki potensi itu setiap
pembelajaran saya, pasti akan saya libatkan setiap kegiatan anak itu.
Jadi anak lebih aktif, bukan hanya sumbernya dari kita tapi di awal
biasanya kita ceramah tuh kan ada metode pembelajarannya. Setelah itu
nanti sedikit kita jelaskan baru nanti anak-anak diskusi. Nah setelah
diskusi biasanya nanti saya akan menggunakan metode yang lain tutor
sebaya. Nah, tutor sebaya ini sangat efektif juga bagi saya dalam proses
pembelajaran. Misalkan ada satu anak yang belum paham nanti akan di
ajarkan oleh temannya. Mungkin yang kita jelaskan sebagai guru
mungkin belum dipahami atau pendekatannya berbeda dengan
temannya. Nah, nanti temannya ini akan dibantu. Nah jadi tutor sebaya
ini membantu tugas kami selaku guru-guru untuk memberikan
pemahaman kepada temen-temennya yang belum ngerti.”

Metode tutor sebaya merupakan metode pembelajaran dimana murid yang


berperan sebagai pengajar (yang mana murid tersebut biasanya dipilih oleh guru
karena dirasa lebih paham dari murid yang lain) dan murid yang lain cukup
mendengarkan. Jadi dengan kata lain metode ini ibarat diskusi dengan kelompok
belajar yang lebih kecil, sehingga murid dapat lebih aktif dan lebih efektif serta
murid lebih fokus dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Jadi dengan adanya metode yang dianggapnya efektif tersebut, Pak Asep
meyakini dan percaya bahwa kualitas hasil evaluasi akan jauh lebih baik dan lebih
meningkat.

“Ya kalo berbicara mengenai kualitasnya, ya berarti kita ngomongin


masalah hasil evaluasi. Nah, baik evaluasi dalam bentuk ulangan harian,
tugas-tugas dan lain sebagainya. Saya kira semua ini dapat

48
meningkatkan kualitas pembelajaran anak didik. Karena menurut saya
semakin bagus medianya juga maka akan semakin bagus cara
mengajarnya tentunya anak pun akan semakin mengerti, semakin paham
materi yang disampaikan, dan ini akan sejalan dengan evaluasi yang
didapatkan. Tentunya bisa mencapai hasil yang maksimal saya kira.”

Jadi dapat dikatakan bahwa penggunaan media pembelajaran elektronik atau


e-learning ini dapat membantu keberlangsungan pembelajaran PAI di SMP Budi
Cendekia Islamic School.

2. Bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi multimedia pada mata


pelajaran PAI

Menurut Himpunan Masayarakat Amerika untuk kegiatan Pelatihan dan


Pengembangan, berdasarkan bentuknya, media pembelajaran elektronik
mempunyai beberapa macam penerapan di antaranya:

a) Pembelajaran Berbasis Web

Menurut Muhammad Riska Babo, pembelajaran berbasis web adalah proses


belajat mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet,
sehingga sering disebut juga dengan e-learning. Internet merupakan jaringan
yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan
lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan
jangkauannya mencakup seluruh dunia. Internet memiliki banyak fasilitas yang
dapat digunakan dalam berbagai bidang, termasuk dalam kegiatan pendidikan.
Fasilitas tersebut antara lain: e-mail,Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup,
Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web
(WWW).57

Berdasarkan penerapannya di SMP Budi Cendekia melalui wawancara saya


bersama Pak Asep, adapun rata-rata guru PAI yang mengajar di sekolah ini
menerapkan fasilitas pembelajaran berbasis web di antaranya sebagai berikut.

57
Rizka Babo, Muhammad, (2012), Pembelajaran Berbasis Web, Jakarta. Diakses pada
16 November 2021, 16.25. WIB.

49
Fasilitas Penerapan

e-mail √

Telnet X

Internet Relay Chat X

Newsgroup X

Mailing List X

File Transfer Protocol (FTP) X

World Wide Web (WWW) √

Adapun Pak Asep mengaku bahwa dalam penerapannya, beliau sering


sekali menggunakan fasilitas email dan WWW.

Beliau menambahkan jika penggunaan fasilitas ini khususnya fasilitas email


lebih sering digunakan untuk mengirimkan tugas pekerjaan rumah (PR). Karena
beliau merasa jika menggunakan email beliau dapat mengirimkan bahan ajar
ataupun soal berkapasitas besar dengan mudah dan cepat.

Untuk WWW itu sendiri beliau lebih sering menerapkannya saat di dalam
kelas, yang mana fasilitas ini membantu beliau dalam mencari bahan ajar di
sebuah artikel terkait ataupun istilah-istliah penting yang berhubungan dengan
pembelajaran.

“Sering, sering sekali kita menggunakan pembelajaran berbasis web,


karena sekali lagi fasilitas ini sangat membantu kami para guru disini
khususnya saya sebagai guru PAI. Kalo masalah perencanaannya sih,
kita biasanya kan sebelum pembelajaran dimulai kita guru-guru disini
harus prepare tentang apa aja yang harus di ajar. Nah, saya ada
sesekali mencari artikel mengenai harta waris ataupun mengenai zakat,
itu tentunya tidak semua dijelaskan secara rinci di buku paket. Jadi kita

50
sebagai guru punya inisiatif untuk mengunggah artikel-artikel yang
membahas materi-materi seperti itu. Untuk email sendiri saya kira sering
banget kita pakai buat mengirimkan tugas-tugas PR melalui email.
Apalagi file-file tugas tersebut terkadang ada yang melebihi kapasitas
kalo dikirim lewat WA. Jadi mau gak mau kita kirim lewat email. Kalo
untuk yang lainnya saya kira jarang bahkan tidak ada yang kami
gunakan, seperti misalnya newsgroup. Kita sih biasanya daripada
menggunakan aplikasi itu, kita lebih sering menggunakan aplikasi
whatsapp untuk memberi kabar atau berita penting kepada grup kelas.
Saya rasa itu sih.”

b) Pembelajaran Berbasis Komputer

Istilah yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang menggunakan


komputer dalam proses belajar mengajarnya di sebut Computer Based
Instruction (CBI) atau Pembelajaran Berbasis Komputer. Dalam pembelajaran
berbasis komputer , komputer digunakan sebagai perangkat sistem pembelajaran
secara individual dan menerapkan prinsip belajar tuntas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis komputer merupakan


suatu bentuk pembelajaran yang menempatkan komputer sebagai piranti sistem
pembelajaran secara langsung kepada para siswa dengan cara berinteraksi
dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem komputer serta
mengacu pada asas pembelajaran tuntas yang sengaja dirancang atau
dimanfaatkan oleh guru.58

Adapun beberapa bentuk penggunaan media komputer yang dapat


digunakan dalam pembelajaran di antaranya meliputi: Mutimedia Presentasi, CD
Multimedia Interaktif, Video Pembelajaran, dan Internet.

Berdasarkan penerapannya di SMP Budi Cendekia melalui wawancara saya


bersama Pak Asep, adapun rata-rata guru PAI yang mengajar di sekolah ini

58
Ega Destia Nurama, (2012), Efektivitas Penggunaan Game Pembelajaran dengan
Konsep RPG (Role Playing Game) untuk mengingkatkan Hasil Belajar Siswa, Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 17.

51
menerapkan fasilitas pembelajaran berbasis komputer di antaranya sebagai
berikut.

Fasilitas Penerapan

Multimedia Presentasi √

CD Multimedia Interaktif X

Video Pembelajaran √

Internet √

Dalam wawancara kami dengan Pak Asep, beliau menuturkan bahwa dalam
penjabaran semua fasilitas atau bentuk-bentuk pembelajaran berbasis komputer
di atas, hampir semua digunakan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ia ampu. Mulai dari
multimedia presentasi yang memang hampir setiap pertemuan selalu ia gunakan,
karena menurut beliau itu sangat cocok dengan penerapan di hampir semua
materi yang di ajarkan karena bersandingan dengan metode tutor sebaya yang ia
gunakan.

Sama juga hal nya dengan penggunaan video pembelajaran yang beliau
anggap sangat membantu dia dan muridnya untuk menerima pembelajaran,
seperti misalnya para murid yang lebih fokus dan santai dalam kegiatan
pembelajaran dikarenakan murid akan lebih antuasias dengan adanya tampilan
video singkat, baik yang dibuat sendiri oleh guru, ataupun yang guru unggah
lewat aplikasi youtube.

Untuk hal nya dengan penggunaan internet, adapun menurut pengamatan


dari penulis bahwa SMP Budi Cendekia memang sudah memiliki jaringan
internet yang cukup kencang, dan dapat bebas diakses untuk guru maupun murid
yang ada di sekolah. Itu juga yang mendorong Pak Asep memanfaatkan jaringan
internet untuk membuat suasana pembelajaran agar lebih menarik dengan

52
menggunakan aplikasi kuis online seperti Quizziz dan Kahoot. Karena
menurutnya selain seru, dengan adanya aplikasi ini akan membuat pembelajaran
lebih efektif dan menarik.

Beda hal nya dengan penggunaan CD Multimedia Interaktif, yang


menurutnya cocok digunakan pada pembelajaran PAI. Akan tetapi, beliau
mengatakan bahwa fasilitas yang ada di sekolah masih belum menyediakan CD
pembelajaran interaktif khusus untuk mata pelajaran PAI. Jadi menurutnya akan
lebih baik jika CD multimedia interaktif diadakan untuk pembembelajaran PAI
seperti halnya mata pelajaran yang lain.

“Saya kira hampir semua ya. Mulai dari media presentasi sama video
pembelajaran saya kira, khususnya saya ya hampir tiap hari, tiap
pertemuan saya pakai. Karena kan cocok ya dengan materi ataupun
dengan metode yang saya terapkan yaitu metode tutor sebaya. Apalagi
kayak misalkan video pembelajaran, itu pasti jadi andalan saya buat
mengajar. Jadi seperti yang sudah saya bilang diawal tadi bahwa kami
guru-guru emang menyiapkan semuanya dari sebelum pembelajaran
dimulai. Misalkan hari ini materi tentang sejarah Rasulullah, yaudah
kita langsung siapkan bahan ajar, minimal ya kalo gak ada kita siapkan
video pembelajaran gitu. Kita juga biasanya ada bermain kuis pakai
aplikasi quizziz sama aplikasi kahoot. Tapi untuk penggunaan CD
Interaktif saya kira jarang atau hampir gak pernah ya kita gunakan.
Karena dari pihak sekolah juga belum menyediakan dan keberadaan CD
ini masih minim ya khususnya dalam mata pelajaran PAI gitu. Kecuali
untuk mata pelajaran biologi ataupun bahasa inggris, itu biasanya
banyak CD yang begituan. Tapi intinya untuk yang lainnya sih disini
sering dan sangat sering kita gunakan.”

c) Kelas Virtual

Kelas virtual merupakan kelas yang diciptakan melalui bantuan internet.


Dalam kelas ini semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara online
menggunakan internet. Proses pembelajaran dilaksanakan tanpa menuntut

53
peserta didik hadir di ruang kelas nyata. Melalui kelas virtual, peserta didik
dapat mengikuti pembelajaran di tempat masing-masing yang terkoneksi dengan
internet, misalnya di rumah, di kantor, di warnet, atau di sekolah dan kampus.
Konten materi pembelajaran, tanya jawab, diskusi, komunikasi, video streaming,
monitoring kegiatan belajar, tes hasil belajar dan menampilkan hasil dari tes
dapat dilakukan di kelas virtual. Jadi dalam kelas virtual dapat memfasilitasi
pembelajaran seperti kelas fisik. Dalam kelas virtual juga peserta didik dapat
berinteraksi dengan peserta didik lain, peserta didik dengan pendidik serta
peserta didik dengan konten pembelajaran yang telah disediakan oleh pendidik,
dalam hal ini guru dan dosen. Kelas virtual bersifat maya tetapi dapat berfungsi
layaknya kelas fisik.

Kelas virtual sering kali disebut sebagai pembelajaran online (online


courses) karena semua aktivitas pembelajaran dilakukan secara online. Kelas
virtual merupakan lingkungan belajar mengajar yang diciptakan dalam bentuk
perangkat lunak yang dapat diperoleh lewat layanan akses internet. Kelas virtual
memungkinkan suatu proses pembelajaran di dalam kelas dapat dibagi secara
virtual dengan kelas lain di tempat berbeda yang terkendala dengan jarak.
Konsep kelas virtual menawarkan kesempatan yang lebih baik untuk dapat
melakukan kolaborasi, akses terhadap suatu informasi, menampilkan visualisasi
yang lebih menarik dan mendorong pihak terkait untuk lebih produktif dan lebih
cepat dalam memahami informasi maupun suatu pengetahuan.59

Adapun beberapa bentuk penggunaan kelas virtual yang dapat digunakan


dalam pembelajaran di antaranya meliputi: Edmodo, Google Classroom, Sevima
Edlink, Schoology, Zoom, dan Class Dojo.

Berdasarkan penerapannya di SMP Budi Cendekia melalui wawancara saya


bersama Pak Asep, adapun rata-rata guru PAI yang mengajar di sekolah ini
menerapkan fasilitas pembelajaran berbasis komputer di antaranya sebagai
berikut.
59
Hety Mustika Ani dan Wiwin Hartanto, Pemanfaatan Kelas Virtual untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran, Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas
Jember. Hal. 214.

54
Fasilitas Penerapan

Edmodo X

Google Classroom √

Sevima Edlink X

Schoology X

Zoom √

Class Dojo X

Dalam kelas virtual ini, menurut Pak Asep lebih sering digunakan ketika
pandemi covid-19 mewabah. Karena menurut beliau pendidikan harus tetap bisa
dilaksanakan walau tidak dengan bertatap muka. Menurutnya dari sekian banyak
aplikasi kelas virtual yang ada, beliau lebih sering menggunakan media google
classroom dan aplikasi zoom. Yang mana kedua aplikasi ini yang menurutnya
lebih dikenal dan lebih mudah digunakan oleh para guru maupun murid. Tetapi
jika boleh dijelaskan secara rinci, menurutnya jika yang dipakai hanya salah satu
aplikasi saja dari kedua aplikasi tersebut, pasti dirasa kurang lengkap.

Biasanya beliau menggunakan aplikasi google classroom terlebih dahulu


untuk mengecek absensi kehadiran murid, lalu mengunggah tugas untuk dibaca.
Baru kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan aplikasi zoom untuk
melanjutkan sesi diskusi dan juga penjelasan sedikit dari guru.

Berdasarkan dari penjabaran bentuk-bentuk media pembelajaran elektronik di


atas, adapun menurut Pak Asep khususnya, beliau lebih sering menggunakan
media Slide Power Point, tape recorder yang merupakan bentuk dari
pembelajaran berbasis komputer pada saat penyampaian beberapa kegiatan
praktek keagamaan, serta video bergambar.

“Kalo saya sih lebih kepada slide ya, tentunya PPT. Terus kemudian kita
juga sedikit mengambil dari media-media yang lain. misalkan dari

55
youtube dan lain sebagainya. Apalagi materi-materi yang berkaitan
dengan sejarah. Nah ini sangat erat kaitannya dengan media. Harus
dibutuhkan media yang lain. Sejarah ketika kita melihat tentang lahirnya
Rasulullah dan lain sebagainya, itu kan bukan kita sekedar
menggunakan metode ceramah saja tapi anak langsung menonton, itu
anak bakal lebih mengenal. Jadi kita menggunakan media-media yang
lain.”

Selain itu, menurut Pak Asep, pihak sekolah pun ia rasa sudah cukup
mendukung dan menunjang seluruh proses kegiatan belajar mengajar melalui
sarana dan prasarana yang sudah disediakan. Mulai dari jaringan akses internet
Wifi, Lab Komputer, serta alat proyektor yang tersedia di seluruh ruangan kelas
siswa.

“Saya kira sudah maksimal ya. Karena memang salah satu


berkembangnya sebuah sekolah yaitu daya dukung sekolah terhadap
proses pembelajaran itu sendiri. Setiap kelas sudah ada media
proyektor, setiap kelas sudah ada jaringan internetnya. Semuanya sudah
di tata dengan rapi, biar anak mampu memahami materi-materi yang
disampaikan oleh guru. jadi semua fasilitasnya sudah lengkap. Terus
kemudian media-media yang lain juga sudah memadai. Daya dukung
sekolah terhadap proses pembeajarannya juga sudah maksimal saya kira
alhamdulillah.”

Akan tetapi menurut pengamatan penulis, para siswa tidak sepenuhnya dapat
menggunakan internet dengan bebas. Dikarenakan semua murid sebelum
memasuki kelas harus menitipkan gadget mereka di ruang guru sebelum pelajaran
dimulai. Dan dapat diambil ketika jam pelajaran selesai ataupun dapat diambil
jika diizinkan oleh guru yang mengajar di kelas.

“Iya, pada dasarnya memang mulai dari masuk itu anak-anak sebelum
masuk kedalam kelas hp itu dikumpulkan. Namun, dalam proses
pembelajaran pada kenyataannya ada beberapa guru yang memang
menggunakan media itu. Jadi anak itu misalkan berdiskusi. Nah

56
berdiskusi itu mereka kan butuh referensi ya, baik itu selain buku cetak
juga mereka harus dari media elektronik gitu ya dari internet, ya mereka
boleh akses itu. Baik menggunakan wifi sekolah ataupun memang punya
mereka sendiri. Tapi dari pihak sekolah diberikan kebebasan seluas-
luasnya. Karena ini merupakan bagian dari fasilitas kami juga.”

3. Kesulitan penggunaan media pembelajaran elektronik pada mata


pelajaran PAI

Selain beberapa kekuatan penggunaan media pembelajaran elektronik yang


telah dijabarkan atau dijelaskan di atas, disini juga penulis merangkum beberapa
kelemahan penggunaan media ini dalam wawancara dengan Pak Asep. Mulai
dari masalah jaringan internet yang terkendala, materi yang kurang cocok
menggunakan media tersebut, sampai murid yang merasa bosan ketika guru
hanya menggunakan media yang monoton. Akan tetapi Pak Asep menuturkan
sebagai guru ia sudah terbiasa mensiasati kasus-kasus tersebut.

“Menurut saya, terkadang ada sih anak yang bosen, tapi kita bisa siasati
sih sebenernya ya. Jadi dalam proses pembelajaran itu ya tidak semesti
melulu kita menggunakan media itu. Jadi kita harus pandai-pandai
memilah dan memilih kira-kira metode yang mana yang cocok untuk
menggunakan metode e-learning tersebut. Nah, sekiranya tidak cocok,
kita menggunakan metode yang lain. Kayak misalkan dalam pendidikan
agama Islam terutama di kelas VIII dan kelas IX juga ada yang bisa
langsung kita laksanakan secara praktek. Misal kita ada hukum materi
tentang zakat baik itu zakat mal ataupun zakat fitrah. Nah, ini biasanya
anak langsung kita terjunkan. Kalo sebelum pandemi kita ada badan
amil zakat juga.”

57
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan di atas, penulis menyimpulkan
bahwa penggunaan media pembelajaran elektronik diakui mampu membantu guru
dan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran, karena berbanding lurus dengan
hasil evaluasi siswa seperti yang telah diuraikan Pak Asep selaku guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Budi Cendekia Islamic School dalam
sesi wawancara.

Selain itu terdapat juga berbagai macam bentuk pengaplikasian multimedia


yang diterapkan Pak Asep dalam mendukung suksesi penyampaian tujuan
pembelajaran kepada murid, mulai dari pembelajaran berbasis web, berbasis
komputer, dan juga pembelajaran dengan kelas virtual. Ini pun dinilai sangat
membantu guru khususnya Pak Asep dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Dan juga dengan adanya pengkombinasian metode belajar dan media
pembelajaran, murid juga akan lebih fokus untuk menyerap ilmu yang diberikan.

Selain beberapa kelebihan penggunaan media pembelajaran elektronik yang


telah dijabarkan atau dijelaskan di atas, disini juga penulis merangkum beberapa
kelemahan penggunaan media ini dalam wawancara dengan Pak Asep. Mulai dari
masalah jaringan internet yang terkendala, materi yang kurang cocok
menggunakan media tersebut, sampai murid yang merasa bosan ketika guru hanya
menggunakan media yang monoton. Akan tetapi Pak Asep menuturkan sebagai
guru ia sudah terbiasa mensiasati kasus-kasus tersebut.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran di
antaranya adalah sebagai berikut:

58
1. Bagi setiap guru agar tidak hanya memakai media yang itu-itu saja, akan
tetapi agar dapat memilah dan memilih media mana yang kira-kira cocok
untuk dipakai di setiap materi.
2. Bagi pihak sekolah agar dapat tanggap dalam menangapi terjadinya
pemadaman listrik yang akan berdampak pada jaringan internet untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar siswa.
3. Bagi pemerintah di bidang pendidikan, agar lebih banyak menyediakan
fasilitas CD Multimedia Interaktif untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar.

59
DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah dan Cepi Triatna, (2005), Visionary Leadership Menuju Sekolah
Efektif, (Bandung: Bumi Aksara).

Abdul Rachman Shaleh, (2000), Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi,
dan Aksi, (Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa).

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, (2005), Strategi Belajar Mengajar,
(Bandung: Pustaka Setia).

Abuddin Nata, (2005), Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Ciputat: Penerbit
Gaya Media Pratama).

Ahmad Muhli, (2012), Efektivitas Pembelajaran, (Jakarta: Wordpress).

Ahmad Tanzeh, (2009), Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras).

Ali Mudlofir, (2017), Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Praktik,


(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).

A.M. Sardiman, (2004), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada).

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, (2002), Media Pembelajaran, (Jakarta:


Ciputat Pers).

Arsyad, Azhar, (2009), Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo).

Bukhari Umar,(2011), Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah).

Burhan Bungin, (2005), Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Paramedia).

Burhan Bungin (ed.), (2007), Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada).

Deni Darmawan, (2014), Pengembangan E-Learning Teori dan Desain,


(Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

60
Ega Destia Nurama, (2012), Efektivitas Penggunaan Game Pembelajaran dengan
Konsep RPG (Role Playing Game) untuk mengingkatkan Hasil Belajar Siswa,
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

E. Mulyasa, (2004), Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya).

Haidar Putra Daulay, (2016), Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah


Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana).

Haris Herdiyansyah, (2010), Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,


(Jakarta: Salemba Humanika).

Hasan Langgunung, (1991), Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Pustaka


Al-Husna Baru).

Hety Mustika Ani dan Wiwin Hartanto, Pemanfaatan Kelas Virtual untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran, Program Studi Pendidikan Ekonomi
FKIP Universitas Jember.

Imam Gunawan, (2013), Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara).

Isjon, (2009), Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi


antara Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Lexy. J. Moleong, (1994), Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja


Rodyakarya).

Made Wena, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi


Aksara).

Muhaimin dan Nur Ali, (2008), Paradigma Pendidikan Islam Upaya


Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya).

Muhaimin dkk, (1996), Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media).

61
Muhammad Alim, (2011), Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Nizwardi Jalinus dan Ambiyar, (2016), Media dan Sumber Pembelajaran,


(Jakarta: Kencana).

Nurul Zuriah, (2009), Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT


Bumi Aksara).

Rayandra Asyhar, (2011), Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran,


(Jakarta: Gaung Persada Press).

Rianto Adi, (2004), Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit).

Rizka Babo, Muhammad, (2012), Pembelajaran Berbasis Web, Jakarta.

Sharon E. Smaldino, (2019), Instructional Technology and Media for Learning:


Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar, (Jakarta: Prenadamedia
Group).

Slameto, (1995), Belajar dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka


Cipta).

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:


Alfabeta).

Tholib Kasan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Studie Press, 2009).

UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lampiran 1

Wicaksono, (2011), Efektivitas Metode Pembelajaran, (Jakarta: Wordpress).

Yudhi Munadi, (2013), Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat:


REFERENSI Press Group).

Zainal Arifin, (2012), Penelitian pendidikan metode dan paradigma baru,


(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset).

Zainudin Ali, dkk. (2015), Pendidikan Agama Islam Kontemporer, (Jakarta:


Yamiba).

62
LAMPIRAN-LAMPIRAN

63
64
65
66
PEDOMAN WAWANCARA I PENGGUNAAN MEDIA
PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (DI SMP BUDI CENDEKIA
ISLAMIC SCHOOL DEPOK)

Pelaksana Wawancara :

Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
Nama Informan :
Profesi :

Pertanyaan Wawancara :

1. Apakah di SMP ini menggunakan Media e-learning dalam kegiatan


belajar mengajar PAI?
2. Apakah penggunaan media e-learning ini baru-baru ini atau memang
sudah lama diterapkan?
3. Apakah penggunaan media ini hanya diterapkan pada mata pelajaran
tertentu atau menyeluruh?
4. Adakah perbandingan ketika guru menggunakan media e-learning dan
ketika guru menggunakan metode biasa? Apakah lebih efektif atau malah
sebaliknya?
5. Dalam penerapannya, apakah guru merasa terbantu dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran atau malah mempersulit guru?
6. Kira-kira menurut guru, adakah perbandingan atau perbedaan
penyampaian tujuan pembelajaran ketika pembelajaran offline atau
online?
7. Bagaimana menurut pandangan guru mengenai reaksi peserta didik dalam
penerapan media ini?
8. Apakah disini guru lebih mengutamakan keterlibatan peserta didik dalam
pemanfaatan media pembelajaran ini?

67
9. Apakah dalam penerapan media ini membuat peserta didik lebih aktif
dalam proses meningkatkan kualitas pembelajaran?
10. Apa saja bentuk pengaplikasian multimedia yang biasanya guru pakai
dalam proses pembelajaran PAI ini dan bagaimana cara guru
menggunakan media tersebut?
11. Adakah faktor kekuatan dan kelemahan dalam pengaplikasian media yang
dipakai?
12. Apakah di sekolah ini siswa diberikan kebebasan menggunakan internet
dalam proses pembelajaran?
13. Menurut guru, apakah pihak sekolah dan lembaga sudah dirasa cukup
menyokong semua fasilitas pendukung dalam pengaplikasian media
pembelajaran ini atau malah masih di rasa kurang?
14. Apakah guru PAI disini sering menggunakan Media e-learning berbasis
web?
15. Apakah guru PAI disini menerapkan media pembelajaran berbasis
computer? Dan bagaimana pengaplikasiannya?

68
PEDOMAN WAWANCARA I PENGGUNAAN MEDIA
PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (DI SMP BUDI CENDEKIA
ISLAMIC SCHOOL DEPOK)

Pelaksana Wawancara :

1. Hari/Tanggal : Senin / 1 November 2021


2. Jam : 10.47 WIB
3. Tempat : Ruang BK SMP Budi Cendekia Islamic School
4. Nama Informan : Asep Mulyana, S.Pd.I
5. Profesi : Guru Mata Pelajaran PAI dan Al-Qur’an

Pertanyaan Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah di SMP ini menggunakan Jadi kaitan dengan media e-learning


Media e-learning dalam kegiatan itu menurut saya, selama proses
belajar mengajar PAI? pembelajaran di sekolah ini terhitung
dari saya mulai masuk tanggal 7
agustus 2017, saya memang dari
sekolah yang lama memang sudah
lama menggunakan media ini. Ya
salah satunya kenapa saya
menggunakan media ini karena ini
sangat membantu. Tentunya sangat
membantu kami para guru-guru
dalam proses mentransfer ilmu
ataupun memberi pemahaman kepada
siswa, karena memang kita harus
memanfaatkan itu, ya memanfaatkan
fasilitas dan kondisi situasi yang
memang saat ini dibutuhkan oleh

69
anak-anak zaman sekarang. Nah,
ketika saya dulu pas lagi proses
belajar juga belum pernah mengenal
yang namanya media ini, tapi begitu
saya sekarang diberi amanah untuk
menjadi seorang pengajar mau tidak
mau kita menggunakan media ini,
karena zaman sekarang anaknya
tentunya bereda dengan zamannya
kita. Jadi maka saya sangat setuju
dengan media ini. kenapa, karena
media ini tuh sangat membantu,
mempermudah karena proses
pengajaran. Ya jadi, saya lebih
menyukai media-media yang seperti
itu. Namun tidak mengurangi rasa
hormat saya kepada orang-orang
yang memang masih belum
menggunakan media tersebut. Nah,
kadang kala saya juga dipadukan
antara e-learning atau tidak, jadi
kalo pendidikan agama Islam itu
memang ya seperti itu ya, tidak
langsung menggunakan e-learning ,
tapi kita harus ada metode-metode
yang lainnya juga.

2. Apakah penggunaan media e- Ya, kaitan dengan sudah lama atau


learning ini baru-baru ini atau tidak saya kira dari awal sudah
memang sudah lama diterapkan? disampaikan ya, saya memang sudah
lama menggunakan media ini,

70
sebelum saya ngajar di sekolah ini
pun saya sudah ngajar di 2013, terus
kemudian pindah kesini 2017 masih
menggunakan metode ini, ya masih
menggunakan media ini. karena
sekali lagi ini sangat membantu,
membantu kami guru-guru
mempermudah memberikan
pemahaman kepada siswa. Nah,
selain itu juga siswa bisa lebih fokus,
ya karena kan ada beberapa siswa
yang bukan sekedar ahli mendengar,
tapi dia harus melihat secara
langsung juga, nah karena dengan
media ini kan anak itu bisa melihat
langsung gambarnya, terus berwarna
juga, kreatif dan lain sebagainya, jadi
menarik minat anak-anak itu
sehingga menjadi antusias. Inilah
salah satu keunggulan menggunakan
media tersebut.

Awal-awal ngajar tentunya kan kami


juga tidak langsung menemukan
yang namanya media ini, tapi setelah
kita mengikuti kegiatan, terus
kemudian melihat situasi di sekolah
yang lama, terus kita juga belajar
tentang kemampuan kita dalam
proses pengajaran, mengikuti
kegiatan MGMP dan lain sebagainya,

71
di ajari disana dan melihat teman-
teman yang lain juga, akhirnya kita
menggunakan.

Salah satu program MGMP dan juga


ya kita jangan malu untuk bertanya
tentunya, karena kalo misalkan kita
malu akan kesulitan, ya jadi teman-
teman yang ada di lingkungan kami
itu di kantor ya itu adalah merupakan
guru saya juga karena ya saya juga
awalnya tidak tahu apa-apa, akhirnya
kita sedikit banyak jadi tahu.

3. Apakah penggunaan media ini Saya kira kalau melihat dari teman-
hanya diterapkan pada mata teman gitu kan, semua sudah hampir
pelajaran tertentu atau rata-rata semua menggunakan ini,
menyeluruh? dan itu cocok. Karena saya kira
perkembangan zaman sekaran ya itu
tadi, ya lebih menarik perhatian
anak, lebih mampu mengendalikan
keadaan kondisi kelas itu kan yang
terpenting gitu kan. Ketika kita
mengajar terus anak tidak
memperhatikan kita itu PR
sebenarnya. Karena kalo misalkan
anak tidak memperhatikan kita
berarti ada yang salah nih dalam
proses pengajaran kita. Makanya,
kita buat semenarik mungkin, salah
satu menarik minat anak dalam
proses pengajaran yaitu

72
menggunakan media tersebut.

4. Adakah perbandingan ketika guru Ya saya kira untuk perbandingan sih


menggunakan media e-learning ya masing-masing prinsip guru juga
dan ketika guru menggunakan nanti berbeda-beda ya. Tapi yang
metode biasa? Apakah lebih saya alami ini lebih ke tingkat ke
efektif atau malah sebaliknya? efektifannya itu lebih bagus. Jadi
anak juga lebih paham terus sangat
memudahkan kami juga guru-guru
dalam mengajar dan lain sebagainya,
bukan berarti media-media yang
lama itu harus kita tinggalkan tapi
tetap gitu kan. Ketika kita
menggunakan media ini, media lama
juga tetep kita gunakan, ya seperti
menggunakan papan tulis gitu kan,
jadi kan anak juga biar terbiasa. Ini
sih sebagai tambahan saja sih saya
kira biar lebih menarik anak-anak
dan mampu mengkondisikan kelas
pembelajaran tentunya.

5. Dalam penerapannya, apakah guru Pasti, karena sekali lagi jadi anak itu
merasa terbantu dalam bisa lebih fokus untuk menerima
menyampaikan tujuan tujuan pembelajaran ini sangat
pembelajaran atau malah penting, karena setiap kita mau
mempersulit guru? masuk ke sub materi atau
pembelajaran, kita harus sampaikan
juga nih dari awal, kira-kira manfaat
apa yang bisa kita dapatkan, tujuan
apa yang kalian bisa raih kaitan
dengan materi yang akan

73
disampaikan pada kesempatan kali
itu kan yak. Jadi saya kira sangat
bermanfaat.

Sampai saat ini sih, sampai sejauh ini


belum menemukan kesulitan, justru
yang ada malah sebaliknya ya. Paling
kesulitan yang paling berarti kondisi
pandemi seperti ini aja, agak sedikit
kesulitan, karena di sekolah kita kan
saat ini kan ada dua program
pembelajaran, satu online dan satu
offline. Nah, ketika kita yang online
nih kita kesulitan karena kendala
jaringan biasanya. Baik itu jaringan
daripada si anak ataupun memang
dari kami selaku sekolah. Bahkan ada
aja gitu kendalanya. Nah mungkin
bisa juga di mati lampu dan lain
sebagainya. Itu kendala yang tidak
bisa kita hindarkan.

6. Kira-kira menurut guru, adakah Saya kira sama sih, yang penting kan
perbandingan atau perbedaan tujuan ini bisa tersampaikan kepada
penyampaian tujuan pembelajaran anak-anak.
ketika pembelajaran offline atau
online?

7. Bagaimana menurut pandangan Respon dari peserta didik dalam


guru mengenai reaksi peserta didik proses pembelajaran seperti ini saya
dalam penerapan media ini? kira mereka sangat antusias. Yang
saya alami tentunya ya. Berbeda

74
dengan mungkin ketika dulu memang
bukan karena anaknya yang seneng-
seneng banget terhadap pelajaran
tersebut emang susah. Nah ini tuh
bisa masuk kedalam berbagai macam
kalangan. Yang tadinya tidak suka,
ketika kita tampilkan media elektronik
tersebut jadi akan ada sedikit
menarik bagi mereka dan tentunya
mereka akan lebih fokus dalam
memperhatikan setiap pembelajaran.

8. Apakah disini guru lebih Ya kalo saya sendiri termasuk salah


mengutamakan keterlibatan seorang yang cenderung bukan
peserta didik dalam pemanfaatan sebagai sumber utama dalam proses
media pembelajaran ini? pendidikan ini. jadi sangat
menghindari itu. Tapi saya kira anak
juga memiliki potensi itu setiap
pembelajaran saya, pasti akan saya
libatkan setiap kegiatan anak itu. Jadi
anak lebih aktif, bukan hanya
sumbernya dari kita tapi di awal
biasanya kita ceramah tuh kan ada
metode pembelajarannya. Setelah itu
nanti sedikit kita jelaskan baru nanti
anak-anak diskusi. Nah setelah
diskusi biasanya nanti saya akan
menggunakan metode yang lain tutor
sebaya. Nah, tutor sebaya ini sangat
efektif juga bagi saya dalam proses
pembelajaran. Misalkan ada satu

75
anak yang belum paham nanti akan di
ajarkan oleh temannya. Mungkin
yang kita jelaskan sebagai guru
mungkin belum dipahami atau
pendekatannya berbeda dengan
temannya. Nah, nanti temannya ini
akan dibantu. Nah jadi tutor sebaya
ini membantu tugas kami selaku
guru-guru untuk memberikan
pemahaman kepada temen-temennya
yang belum ngerti.

9. Apakah dalam penerapan media Ya kalo berbicara mengenai


ini membuat peserta didik lebih kualitasnya, ya berarti kita
aktif dalam proses meningkatkan ngomongin masalah hasil evaluasi.
kualitas pembelajaran? Nah, baik evaluasi dalam bentuk
ulangan harian, tugas-tugas dan lain
sebagainya. Saya kira semua ini
dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran anak didik. Karena
menurut saya semakin bagus
medianya juga maka akan semakin
bagus cara mengajarnya tentunya
anak pun akan semakin mengerti,
semakin paham materi yang
disampaikan, dan ini akan sejalan
dengan evaluasi yang didapatkan.
Tentunya bisa mencapai hasil yang
maksimal saya kira.

10. Apa saja bentuk pengaplikasian Kalo saya sih lebih kepada slide ya,
multimedia yang biasanya guru tentunya PPT. Terus kemudian kita

76
pakai dalam proses pembelajaran juga sedikit mengambil dari media-
PAI ini dan bagaimana cara guru media yang lain. misalkan dari
menggunakan media tersebut? youtube dan lain sebagainya. Apalagi
materi-materi yang berkaitan dengan
sejarah. Nah ini sangat erat
kaitannya dengan media. Harus
dibutuhkan media yang lain. Sejarah
ketika kita melihat tentang lahirnya
Rasulullah dan lain sebagainya, itu
kan bukan kita sekedar menggunakan
metode ceramah saja tapi anak
langsung menonton, itu anak bakal
lebih mengenal. Jadi kita
menggunakan media-media yang lain.

11. Adakah faktor kelemahan dalam Menurut saya, terkadang ada sih
pengaplikasian media yang anak yang bosen, tapi kita bisa siasati
dipakai? sih sebenernya ya. Jadi dalam proses
pembelajaran itu ya tidak semesti
melulu kita menggunakan media itu.
Jadi kita harus pandai-pandai
memilah dan memilih kira-kira
metode yang mana yang cocok untuk
menggunakan metode e-learning
tersebut. Nah, sekiranya tidak cocok,
kita menggunakan metode yang lain.
Kayak misalkan dalam pendidikan
agama Islam terutama di kelas VIII
dan kelas IX juga ada yang bisa
langsung kita laksanakan secara
praktek. Misal kita ada hukum materi

77
tentang zakat baik itu zakat mal
ataupun zakat fitrah. Nah, ini
biasanya anak langsung kita
terjunkan. Kalo sebelum pandemi kita
ada badan amil zakat juga. Selama
bulan ramadhan dari tanggal 1
sampai tanggal 25 biasanya kan
sebelum kita serahkan zakat-zakat
tersebut kepada orang-orang yang
berhak menerimanya. Nah, anak tuh
dilatih untuk itu. Dilatih untuk
berzakat, zakat fitrah ataupun zakat
mal tentunya, jadi anak tahu cara
niatnya bagaimana, atau dia
menzakatkan yang ada dirumah,
seperti apa itu akan kita ajarkan
disana. Terus kemudian juga setelah
itu kita juga menerapkan kaitannya
dengan infaq gitu kan. Ini infaq
shadaqah, ini merupakan metode
yang sangat bagus juga yang
tentunya bisa kita terapkan secara
langsung dengan disandingkan
melihat media elektronik yang kita
sampaikan. Biasanya di sekolah kami
setiap hari jum’at kita puterin video,
ataupun tape recorder mengenai
infaq dan shodaqoh. Terus materi
yang lebih menarik lagi biasanya ada
di dalam kelas VIII itu tentang puasa.
Tentunya puasa sunnah. Kalo puasa

78
wajib anak-anak pasti seusia SMP itu
rata-rata pasti melaksanakan. Tapi
kalo puasa sunnah, jarang. Nah disini
kita melakukan itu secara langsung,
seperti program GSA (Guru Asuh),
itu untuk membimbing anak-anak
untuk melaksanakan sunnah-sunnah
Rasul. Tentunya kami sampaikan
melalui video. Salah satunya ya tadi,
seperti puasa senin-kamis, nanti juga
ada baca surah Al-Kahfi dihari
jum’at, melaksanakan sholat tahajud
dan lain sebagainya. Jadi itu menurut
saya penerapannya harus dipilah dan
dipilih kira-kira cocok atau tidak
dalam proses pembelajaran di dalam
kelas.

12. Apakah di sekolah ini siswa Iya, pada dasarnya memang mulai
diberikan kebebasan menggunakan dari masuk itu anak-anak sebelum
internet dalam proses masuk kedalam kelas hp itu
pembelajaran? dikumpulkan. Namun, dalam proses
pembelajaran pada kenyataannya
ada beberapa guru yang memang
menggunakan media itu. Jadi anak itu
misalkan berdiskusi. Nah berdiskusi
itu mereka kan butuh referensi ya,
baik itu selain buku cetak juga
mereka harus dari media elektronik
gitu ya dari internet, ya mereka boleh
akses itu. Baik menggunakan wifi

79
sekolah ataupun memang punya
mereka sendiri. Tapi dari pihak
sekolah diberikan kebebasan seluas-
luasnya. Karena ini merupakan
bagian dari fasilitas kami juga.

13. Menurut guru, apakah pihak Saya kira sudah maksimal ya. Karena
sekolah dan lembaga sudah dirasa memang salah satu berkembangnya
cukup menyokong semua fasilitas sebuah sekolah yaitu daya dukung
pendukung dalam pengaplikasian sekolah terhadap proses
media pembelajaran ini atau malah pembelajaran itu sendiri. Setiap kelas
masih di rasa kurang? sudah ada media proyektor, setiap
kelas sudah ada jaringan internetnya.
Semuanya sudah di tata dengan rapi,
biar anak mampu memahami materi-
materi yang disampaikan oleh guru.
jadi semua fasilitasnya sudah
lengkap. Terus kemudian media-
media yang lain juga sudah memadai.
Daya dukung sekolah terhadap
proses pembeajarannya juga sudah
maksimal saya kira alhamdulillah.

14. Apakah guru PAI disini sering Sering, sering sekali kita
menggunakan Media e-learning menggunakan pembelajaran berbasis
berbasis web? web, karena sekali lagi fasilitas ini
sangat membantu kami para guru
disini khususnya saya sebagai guru
PAI. Kalo masalah perencanaannya
sih, kita biasanya kan sebelum
pembelajaran dimulai kita guru-guru
disini harus prepare tentang apa aja

80
yang harus di ajar. Nah, saya ada
sesekali mencari artikel mengenai
harta waris ataupun mengenai zakat,
itu tentunya tidak semua dijelaskan
secara rinci di buku paket. Jadi kita
sebagai guru punya inisiatif untuk
mengunggah artikel-artikel yang
membahas materi-materi seperti itu.
Untuk email sendiri saya kira sering
banget kita pakai buat mengirimkan
tugas-tugas PR melalui email.
Apalagi file-file tugas tersebut
terkadang ada yang melebihi
kapasitas kalo dikirim lewat WA. Jadi
mau gak mau kita kirim lewat email.
Kalo untuk yang lainnya saya kira
jarang bahkan tidak ada yang kami
gunakan, seperti misalnya
newsgroup. Kita sih biasanya
daripada menggunakan aplikasi itu,
kita lebih sering menggunakan
aplikasi whatsapp untuk memberi
kabar atau berita penting kepada
grup kelas. Saya rasa itu sih.

15. Apakah guru PAI disini Saya kira hampir semua ya. Mulai
menerapkan media pembelajaran dari media presentasi sama video
berbasis computer? Dan pembelajaran saya kira, khususnya
bagaimana pengaplikasiannya? saya ya hampir tiap hari, tiap
pertemuan saya pakai. Karena kan
cocok ya dengan materi ataupun

81
dengan metode yang saya terapkan
yaitu metode tutor sebaya. Apalagi
kayak misalkan video pembelajaran,
itu pasti jadi andalan saya buat
mengajar. Jadi seperti yang sudah
saya bilang diawal tadi bahwa kami
guru-guru emang menyiapkan
semuanya dari sebelum pembelajaran
dimulai. Misalkan hari ini materi
tentang sejarah Rasulullah, yaudah
kita langsung siapkan bahan ajar,
minimal ya kalo gak ada kita siapkan
video pembelajaran gitu. Kita juga
biasanya ada bermain kuis pakai
aplikasi quizziz sama aplikasi kahoot.
Tapi untuk penggunaan CD Interaktif
saya kira jarang atau hampir gak
pernah ya kita gunakan. Karena dari
pihak sekolah juga belum
menyediakan dan keberadaan CD ini
masih minim ya khususnya dalam
mata pelajaran PAI gitu. Kecuali
untuk mata pelajaran biologi ataupun
bahasa inggris, itu biasanya banyak
CD yang begituan. Tapi intinya untuk
yang lainnya sih disini sering dan
sangat sering kita gunakan.

82
83
84
85
86
87
88
DOKUMENTASI

89
90
91
BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Ridho Nursaputra, lahir di Cimanggis, Depok 23


Januari 1999, dari pasangan Bapak Drs. Samsuri dan Ibu Nunung Nuraeni. Laki-
laki keturunan melayu-sunda ini telah menempuh pendidikan di SDN 1
Tempilang (2005-2011), MTs Bahrul Ulum Islamic Centre Sungailiat Bangka
(2011-2014), dan SMA Bahrul Ulum Islamic Centre Sungailiat Bangka (2014-
2017). Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan studi pendidikannya di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, pada Program
Studi Pendidikan Agama Islam.

Selain dalam bidang akademis, penulis juga memiliki ketertarikan dalam seni
tarik suara dan menjelajahi berbagai macam kuliner dalam negeri maupun
mancanegara. Oleh karena itu, selama hidupnya, penulis telah mengukir berbagai
macam prestasi di bidang seni tarik suara khususnya bernyanyi solo dan dalam
seni musik Islami (Nasyid).

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran


Elektronik dalam meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI bagi Siswa” ini di
bawah bimbingan Bapak Yudhi Munadi, S.Ag, M.Pd, dan Ibu Dr. Siti Khadijah,
M.A. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua masyarakat.

92

Anda mungkin juga menyukai