Anda di halaman 1dari 120

PENGARUH PEMBATASAN TAYANGAN TELEVISI OLEH

ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK


DI KOTA BOGOR

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:
ANGGA ADITYA
044116016

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
MARET 2021
PENGARUH PEMBATASAN TAYANGAN TELEVISI OLEH
ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK
DI KOTA BOGOR

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi

DISUSUN OLEH:
ANGGA ADITYA
044116016

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
MARET 2021
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pembatasan


Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak di
Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir skripsi
ini.
Dengan ini melimpahkan hak cipta karya tulis saya ini kepada Universitas
Pakuan Bogor
Bogor, 29 Maret 2021

Angga Aditya
044116016

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Angga Aditya


NPM : 044116016
Tanda Tangan : …………………
Tanggal : …………………

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang disusun oleh:


Nama : Angga Aditya
NPM : 044116016
Judul : Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua
Terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan Bogor.
DEWAN PENGUJI
Menyetujui

Pembimbing I : Feri Ferdinand Alamsyah, M.I.kom


NIP : 1.0614 025 629 .......................
Pembimbing II : Intan Tri Kusumaningtyas, M.I.kom
NIP : 1.0616 049 761 .......................
Pembaca :
NIP : ........................

Ditetapkan di : ........................
Tanggal : ........................

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Ilmu Komunikasi

Dr. Henny Suharyati, M.Si. Dr. Dwi Rini S. Firdaus, M.Comn


NIP: 196006071990092001 NIK: 1.0113 001 607

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Imu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas
Pakuan Bogor.
Judul yang diambil oleh peneliti yaitu Pengaruh Pembatasan Tayangan
Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor.
Dimana pada bab 1 berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. Selanjutnya pada bab 2 merupakan
tinjauan pustaka yang relevan dengan penelitian. Lalu pada bab 3 berisi metode
penelitian dimana tercantum cara untuk memperoleh hasil penelitian. Pada bab 4
yang merupakan hasil dan pembahasan dimana peneliti menjabarkan hasil
penelitian yang dilakukan. Sementara bab 5 berisi penutup yang meliputi
kesimpulan dan saran.

Bogor, 29 Maret 2021

Angga Aditya

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai


pihak, dari masa kuliah hingga penyusunan skrispi, sangatlah sulit bagi peneliti
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Henny Suharyati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Budaya.
2. Dr. Dwi Rini Sovia Firdaus, M.Comn selaku Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi.
3. Feri Ferdinan Alamsyah, M.I.kom selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta pengarahan
kepada peneliti dalam menyusun skripsi.
4. Intan Tri Kusumaningtyas, M.I.kom selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dalam mekanisme penulisan skripsi.
5. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan
materil dan moril.
6. Masyarakat Kota Bogor yang telah membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan.
7. Teman-teman Penyiaran 2-2016 yang telah memberikan bantuan
serta motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Lani Rahayu, Fandi, Akmal, Gilang, Baihaki, Yusa, Ridwan S, Latifa
yang selalu ada saat peneliti sedih dan senang saat proses pengerjaan
skripsi, serta memberikan dukungan moril kepada peneliti.
9. Teman-teman Kelas A 2016, Angga P, Adriansyah, Yusa , Robi,
Iyang, dan Rifqi yang telah memberikan bantuan serta motivasi.
10. Seluruh pihak yang membantu dalam kelancaran penelitian ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa
berkenan membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah
membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

v
vi
RIWAYAT HIDUP

Nama : Angga Aditya

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal lahir : Bogor, Jawa Barat/17 Februari 1997

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah : Kp. Jambu, Rt 001/012 Pasir Jambu, Sukaraja, Kabupaten


Bogor
Alamat Email : anggain97@gmail.com

Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SDN Kedunghalang 03 Kab.Bogor (2003 – 2009)

Sekolah Menengah Pertama : SMP PGRI 9 Kota Boor (2009 – 2012)

Sekolah Menengah Atas : SMK Mekanik Cibinong (2012 – 2015)

Perguruan Tinggi : Universitas Pakuan Bogor (2016 – 2021)

vii
ABSTRAK
ANGGA ADITYA, 044116016, 2016. Pengaruh Pembatasan Tayangan
Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota
Bogor Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Pakuan Bogor. Dibawah bimbingan: Feri Ferdinan Alamsyah dan
Intan Tri Kusumaningtyas

Kesuksesan program acara di televisi dihitung dari rating yang diperoleh. Ketika
program acara memiliki rating yang tinggi maka dapat disimpulkan bahwa
kemasan program acara tersebut sesuai dengan selera khalayak. Dibalik
kesuksesan program televisi terdapat beberapa program televisi telah diberikan
peringatan oleh KPI, program televisi tetap banyak ditonton oleh masyarakat.
Peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembatasan tayangan televisi oleh
orang tua terhadap perkembangan moral anak di kota bogor, mendeskripsikan
karakteristik orang tua, mengetahui peran ayah dan ibu kepada anak, mengetahui
pembatasan tayangan televisi oleh orang tua kepada anak, mengetahui
perkembangan moral anak, dan menganalisis pengaruh antara pembatasan
tayangan televisi oleh orang tua terhadap perkembangn moral anak di Kota Bogor.
Indikator yang digunakan untuk manggambarkan karakteristik audiens adalah
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Indikator yang digunakan untuk
mengetahui peran ayah dan ibu adalah modeling, mentoring, organizing dan
teaching. Indikator yang digunakan untuk mengetahui pembatasan tayangan
televisi oleh orang tua adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan variabel pengaruh adalah
preconventional, conventional, dan postconventional. Penelitian dilaksanakan di
Kecamatan Kota Bogor pada bulan Januari sampai bulan April 2021. Penelitian
ini menggunakan teknik probability sampling, yaitu simple random sampling
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dengan jumlah
responden 100 orang. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah kuesioner.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik
deskriptif dan analisis linear (Regresi Linear Berganda). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara yang peran ayah dan ibu dalam
membatasi tayangan televisi terhadap perkembangan moral anak di Kota Bogor
sebesar 44,8%, sedangkan sisanya 55,2% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Kata Kunci: Orang Tua, Peran Ayah dan Ibu, Pembatasan Tayangan Televisi,
Perkembangan Moral Anak.

viii
ABSTRACT 
ANGGA ADITYA, 044116016, 2016. The Effect of Parental Television
Limitation on Moral Development of Children in Bogor City, Faculty of
Social and Cultural Sciences, Communication Studies Program, Pakuan
University, Bogor. Supervised by: Feri Ferdinan Alamsyah and Intan Tri
Kusumaningtyas

The success of a television program is calculated from the rating obtained.


When the program has a high rating, it can be concluded that the packaging of
the program is in accordance with the tastes of the audience. Bhind the success
of television programs have been given warnings by KPI, many television
programs are still watched by the public. Researchers aim to determine the
effect of restrictions on television viewing by parents on the moral
development of children in the city of Bogor, describe the characteristics of
parents, know the roles of fathers and mothers to children, know the
restrictions on television viewing by parents to children, know the moral
development of children, and analyze the effect. between the restrictions on
television viewing by parents on the moral development of children in the city
of Bogor. The indicators used to describe the characteristics of the audience
are education, occupation and income. The indicators used to determine the
roles of father and mother are modeling, mentoring, organizing and teaching.
The indicators used to determine the restrictions on television viewing by
parents are the audience, time, duration, and presentation method. The
indicators used to describe the influence variables are preconventional,
conventional, and postconventional. The research was conducted in the
District of Bogor City from January to April 2021. This study used probability
sampling techniques, namely simple random sampling, taking members of the
sample from the population at random with 100 respondents. The data
collection technique used was a questionnaire. The data analysis technique
used in this research is descriptive statistical analysis and linear analysis
(Multiple Linear Regression). The results of this study indicate that there is an
influence between the role of father and mother in limiting television
broadcasts on the moral development of children in Bogor City by 44.8%,
while the remaining 55.2% is influenced by other factors. 

Keywords: Parents, Role of Father and Mother, Limitation of Television


Shows, Moral Development of Children.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PELIMPAHAN HAK CIPTA.................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................v
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................vi
ABSTRAK .....................................................................................................vii
ABSTRACT ...................................................................................................viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xii
DAFTAR TABEL .........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1
Latar Belakang......................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3
Tujuan Penelitian..................................................................................6
1.4
Manfaat Penelitian................................................................................6
1.4.1Secara Teoritis..............................................................................6
1.4.2Secara Praktis................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7
2.1 Komunikasi .........................................................................................7
2.2 Komunikasi Massa ...............................................................................7
2.3 Karakteristik Komunikasi Massa..........................................................8
2.4 Media Massa.........................................................................................9
2.5 Penyiaran ………..................................................................................10
2.6 Televisi .................................................................................................11
2.7 Tayangan Televisi ................................................................................11
2.8 Program Televisi...................................................................................11
2.9 Audience …..........................................................................................13
2.10 Pengaruh ….........................................................................................16
2.11 Orang tua dan Anak.............................................................................17
2.12 Karakteristik Orang Tua......................................................................17
2.13 Peran Ayah dan Ibu..............................................................................18
2.14 Anak …………....................................................................................19
2.15 Karakteristik Anak ..............................................................................20

x
2.16 Pengawasan Orang Tua Kepada Anak.................................................21
2.17 Perkembangan Moral Anak.................................................................22
2.18 Macam-macam Moral..........................................................................23
2.19 Faktor Yang Mempengaruhi Moral.....................................................24
2.20 Penelitian Terdahulu............................................................................25
2.21 Teori Uses and Effects.........................................................................27
2.22 Kerangka Berpikir ...............................................................................29
2.23 Hipotesis ………….............................................................................30
BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................31
3.1Desain Penelitian.....................................................................................31
3.2Waktu dan Lokasi Penelitian..................................................................31
3.3Populasi ……..32
3.4Sampel ………........................................................................................32
3.5Sumber Data ………...............................................................................33
3.6Uji Validitas dan Reliabilitas..................................................................34
3.6.1 Uji Validitas.................................................................................34
3.6.2 Uji Reliabilitas.............................................................................34
3.7Teknik Analisis Data ..............................................................................35
3.7.1 Analisis Rataan.........................................................................36
3.7.2 Penguji Asumsi Klasik …........................................................37
3.7.2.1 Uji Normalitas .........................................................................37
3.7.2.2 Uji Heterokedastistitas..............................................................38
3.7.2.3 Uji Linearitas ...........................................................................38
3.7.2.4 Uji Multikoliniearitas ...............................................................38
3.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda ...........................................39
3.8Uji Analisis Data.....................................................................................39
3.8.1 Uji F-test (Stimultan) ..................................................................39
3.8.2 Uji F-test (Parsial) .......................................................................40
3.8.3 Uji Koefisien Determinasi ..........................................................40
3.9Definisi Operasional ..............................................................................41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................43
4.1Gambaran Umum kota bogor..................................................................43
4.1.1 Visi dan Misi MNC TV...............................................................43
4.1.2 Laporan penduduk berumah tangga Kota Bogor.........................43
4.1.3 Wilayah Kota Bogor....................................................................44
4.1.4 Keadaan demografis....................................................................44
4.1.5 Keadaan geografis.......................................................................44
4.2Struktur Organisasi Kot Bogor ..............................................................45
4.3Kekerasan Anak di Kota Bogor .............................................................46
4.4Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................................47
4.5Karakteristik Orang Tua..........................................................................47
4.5.1 Pendapatan Orang Tua .............................................................48

xi
4.5.2 Pendidikan Orang Tua .............................................................48
4.5.3 Status Pekerjaan Orang Tua .....................................................49
4.6Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan
Moral Anak .......................................................................................50
4.6.1 Peran Ayah dan Ibu..................................................................51
4.6.2 Pembatasan Tayangan Televisi ................................................56
4.6.3 Perkembangan Moral Anak......................................................61
4.7Penguji Asumsi Klasik............................................................................ 64
4.7.1 Uji Normalitas .........................................................................64
4.7.2 Uji Heteroskedestistitas............................................................66
4.7.3 Uji Linearitas............................................................................68
4.7.4 Uji Multikolinearitas.................................................................68
4.8Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap
Perkembangan Moral Anak (Kota Bogor) ...........................................69
4.9Uji Analisis Data ....................................................................................71
4.9.1 Uji Simultan (F).........................................................................71
4.9.2 Uji Parsial (Uji t)........................................................................71
4.9.3 Analisis Koefisiensi Korelasi dan Koefisien Determinasi .......72
4.10 Peran Ayan dan Ibu Terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota
Bogor .......................................................................................73
4.11 Pengaruh Pembatasan Tayanagn Televisi terhadap Perkembangan Moral
Anak .......................................................................................74
4.12 Hubungan Teori Uses and Effect ........................................................75
BAB V PENUTUP .........................................................................................78
5.1 Kesimpulan .........................................................................................78
5.2 Saran.....................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................82
LAMPIRAN ...................................................................................................85

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................29
Gambar 4.1 Stuktur Organisasi Kota Bogor......................................................45
Gambar 4.2 Wali Kota Bogor ...........................................................................46
Gambar 4.3 Wali Hasil Grafik Uji Normalitas Data.........................................66
Gambar 4.4 Hasil Grafik Uji Heterokedastistitas……………………………..67

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Interpretasi Raliabilitasi Instrumen.....................................................35
Tabel 3.2 Skala Pengukuran Likert ....................................................................36
Tabel 3.3 Skala Pengukuran Likert ....................................................................36
Tabel 3.4 Skala Skor ..........................................................................................37
Tabel 4.1 Penduduk, Rumahtangga, Rata-rata Rumahtangga ............................43
Tabel 4.2 Indikator Penghasilan..........................................................................48
Tabel 4.3 Indikator Pendidikan...........................................................................49
Tabel 4.4 Indikator Pekerjaan ............................................................................50
Tabel 4.5 Indikator Modeling .............................................................................51
Tabel 4.6 Indikator Monitoring...........................................................................52
Tabel 4.7 Indikator Organizing...........................................................................54
Tabel 4.8 Indikator Teaching .............................................................................55
Tabel 4.9 Indikator Pemirsa................................................................................57
Tabel 4.10 Indikator Waktu................................................................................58
Tabel 4.11 Indikator Durasi................................................................................59
Tabel 4.12 Indikator Metode Penyajian..............................................................60
Tabel 4.13 Indikator Preconventional.................................................................61
Tabel 4.14 Indikator Conventional.....................................................................62
Tabel 4.15 Indikator Postconventional...............................................................63
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas.........................................................................65
Tabel 4.17 Hasil Uji Heterokedastistitas.............................................................67
Tabel 4.18 Hasil Uji Linearitas...........................................................................68
Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolenieritas................................................................69
Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi Linear Berganda...................................................70
Tabel 4.21 Uji F..................................................................................................71
Tabel 4.22 Uji T..................................................................................................72
Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Korelasi, Koefisien Determinasi.......................72

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa modern merupakan masa keemasan bagi teknologi informasi. Saat
ini sudah banyak alat dan sistem yang canggih untuk memudahkan manusia dalam
berkomunikasi dan mengelola informasi banyak diciptakan dimasa ini. Saat ini
Teknologi Informasi sangat berperan penting bagi kehidupan sehari-hari. Secara
garis besar Teknologi Informasi mempunyai manfaat untuk membantu dan
memudahkan manusia dalam melakukan segala hal. Teknologi memiliki peran
penting untuk mengefisiensi kegiatan sehari-hari.
Teknologi muncul dikarenakan adanya kebutuhan manusia pada zaman
purba. Mereka membuat alat-alat sederhana yang dapat membantu memudahkan
pekerjaan mereka. Di era globalisasi ini, manusia telah banyak menciptakan
perubahan-perubahan besar, mereka berhasil membuat alat-alat teknologi yang
dapat bermanfaat dan memudahkan berkomunikasi maupun mencari informasi.
perkembangan teknologi informasi dapat memudahkan manusia untuk beraktifitas
melihat berita dan mencari berbagai informasi yang beredar.
Perkembangan media komunikasi semakin signifikan dengan kecanggihan
teknologi di seluruh dunia. Komunikasi merupakan prasayarat bagi kehidupan
manusia. Sebelum ditemukannya teknologi informasi yang canggih menjangkau
jarak yang jauh dan bersifat global. Teknologi informasi dan komunikasi pertama
kali dalam sejarah dimulai dengan tradisi media lisan berkomunikasi dengan cara
verbal dan tulisan pada daun-daun ataupun tanah liat.
Komunikasi sudah tidak asing lagi di kalangan makhluk hidup karena
tidak hanya manusia yang dapat berinteraksi tetapi makhluk hidup seperti hewan
dan tumbuhan juga bisa melakukan interaksi. Komunikasi yang dilakukan oleh
manusia dengan makhluk hidup lainnya bisa berupa percakapan verbal dengan
ucapan kata-kata dan ada juga yang dilakukan dengan tindakan atau komunikasi
non verbal. Misalnya komunikasi yang dilakukan antara manusia dengan hewan
peliharaannya. Manusia akan memahami mengapa hewan peliharaannya berisik
seperti ingin makan karena lapar atau sekedar ingin diajak bermain.

1
2

Terdapat juga komunikasi yang ditujukan untuk khalayak banyak atau


disebut juga dengan komunikasi massa, komunikasi massa adalah jenis
komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat luas melalui
perantara media massa. Jika mendengar kata massa, maka kita dapat mengartikan
dengan hal yang berkaitan dengan kata jamak, massive, serta dalam jumlah yang
sangat banyak (Ngalimun, 2017:40).
Defisini komunikasi massa yang paling umum adalah cara penyampaian
pesan yang sama, kepada sejumlah besar orang, dan dalam waktu yang serempak
melalui media massa. Komunikasi massa dapat dilakukan melalui keseluruhan
media massa yang ada, yaitu media cetak, media elektronik, serta media online.
Tidak ada batasan media dalam penggunaan komunikasi massa ini.
Sebuah pesan yang disampaikan kepada satu orang, akan memiliki
dampak yang berbeda apabila pesan tersebut disampaikan langsung kepada
banyak orang di waktu yang bersamaan. Selain manfaat waktu dan tenaga,
komunikasi massa memiliki dampak positif keuntungan yang cukup besar lainnya.
Komunikasi massa bahkan mampu menggerakkan sebuah massa atau sejumlah
besar orang dan komunitas untuk melakukan suatu hal yang diharapkan melalui
sebuah pesan.
Komunikasi massa adalah jenis kekuatan sosial yang mampu mengarahkan
masyarakat dan organisasi media untuk mencapai sebuah tujuan yang telah
ditetapkan, seperti contohnya adalah tujuan sosial. Komunikasi massa mampu
menyebarkan pesan secara publik secara hampir bersamaan bahkan hanya dalam
satu kali penyampaian informasi (Bungin, 2009:73).
Komunikasi massa ini disampaikan secara terbuka kepada masyarakat
heterogen yang jangkauannya relatif lebih besar. Komunikasi massa berperan
sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan informasi antara pihak yang ingin
menyampaikan informasi, dengan pihak yang ingin diberikan informasi. Baik
komunikasi bagi perorangan atau individu, komunikasi kelompok, maupun fungsi
utamanya sebagai komunikasi bagi masyarakat luas.
Komunikasi-komunikasi tersebut tentu saja dapat terjadi dengan bantuan
media komunikasi. Media komunikasi adalah sarana komunikasi yang digunakan
untuk mempermudah seseorang dalam menyampaikan dan menerima pesan

Fisib Unpak
3

dengan tujuan tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan


sebuah media untuk saling bertukar informasi. Sebuah informasi dapat secara
cepat tersampaikan kepada masyarakat luas melalui sebuah media yang disebut
sebagai media massa. Media massa adalah sebuah channel atau tempat yang
digunakan sebagai sarana dalam proses komunikasi massa. Media massa pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media
massa elektronik (Morissan 2008:1).
Media cetak merupakan media yang bersifat statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual, media yang terdiri dari lembaran kertas yang tertulis dengan
sejumlah kata, kalimat, gambar, dan wacana yang ditata rapi serta berisikan
berbagai macam informasi-informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, hiburan,
tips, lapangan pekerjaan, bisnis, aspirasi, opini, promosi dan juga mengenai
kejadian di dalam dan luar negara. Sedangkan media elektronik ialah Media
sarana media massa yg mempergunakan alat-alat elektronik modern, seperti radio,
televisi, dan film.
Secara sederhana, pengertian media elektronik adalah segala informasi
atau data yang dibuat, di distribusikan dan diakses menggunakan bentuk
elektronik. Energi elektromekanis atau peralatan yang di gunakan dalam
komunikasi elektronik. Perdatan yang umum kita gunakan pada utuk mengakses
media elektronik adalah radio dan televisi. Terkhusus kepada media elektronik
televisi yang kini telah menjadi salah satu media komunikasi yang mendapat
banyak perhatian dari masyarakat. Keberadaanya telah menjadi media favorit bagi
masyarakat.
Beragam media komunikasi yang ada, televisilah yang berpengaruh pada
kehidupan manusia, mengalami perkembangan secara dramatis, hal ini dapat di
lihat hampir setiap rumah memiliki televisi. Televisi adalah sebuah media
telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak
beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna.
Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa
Yunani dan visio (penglihatan) dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan
sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan

Fisib Unpak
4

yang dapat memudahkan khalayak untuk menerima informasi secara cepat dan
mudah.
Televisi merupakan media elektronik yang mampu menayangkan gambar
bergerak atau video. Perangkat televisi saat ini sangat mudah ditemukan dan
sudah menjadi perangkat rumah tangga yang wajib dimiliki setiap rumah dan
keluarga. Televisi mampu menyampaikan informasi dan pesan melalui siaran
langsung maupun siaran yang telah terprogram. Acara atau program TV yang
paling digemari saat ini tentunya adalah acara yang bertemakan hiburan.
Selain acara yang bertema hiburan, televisi juga mampu menyiarkan
acara-acara yang mendidik seperti pengetahuan atau sains. Dengan kemampuan
ini, maka televisi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber atau media
pembelajaran. Siaran televisi bahkan juga dapat diprogram untuk membahas dan
menayangkan siaran tentang materi pembelajaran tertentu (Karyanti, 2005:5).
Televisi merupakan sebuah elemen penyalur informasi yang mempunya
pengaruh cukup kompleks, karena media tidak hanya mempengaruhi seseorang
dari individu ke individu akan tetapi media juga dapat merubah tataran kehidupan
yang ada di masyarakat.
Televisi saat ini sudah sangat beragam banyaknya program acara yang di
sajikan. bebrapa stasiun tv bahkan mengkhususnya tayangannya pada kategori
seperti hiburan, pendidikan, bahkan ada yang mengkhususkan pada politik dan
kejadian aktual. Padahal pada dasarnya fungsi media di haruskan memberikan
suatu informasi yang dapat bermanfaat dan berguna untuk masyarakat. Akan
tetapi pada kenyatannya tidak semua stasiun tv menyajikan informasi yang
mendidik akan tetapi mereka lebih mengejar rating agar acara yang mereka
tayangkan lebih menjual dan mengesamping fungsi utama dari sebuah tayangan
televisi yaitu mementingkan nilai moral dan pendidikan. Namun beberapa tahun
kebelakang banyak sekali perubahan dari konten-konten yang disajikan dalam
media penyiaran khususnya bidang pertelevisian, dimana didalamnya berisikan
konten yang tidak mendidik dengan waktu penayangan yang tidak sesuai.
Dampak yang ditimbulkan bisa membahayakan, si anak dan orang lain.
Sudah banyak contoh kasus anak bangsa meregang nyawa akibat tayangan.

Fisib Unpak
5

Tahun 2006, Reza, harus meregang nyawa akibat menonton dan meniru
adegan di dalam tayangan “Smackdown” yang kala itu disiarkan stasiun TV
swasta. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
sedikitnya ada tujuh kasus kekerasan yang ditenggarai akibat tanyang Smackdown
ketika itu. Meski sudah menelan korban, tayang itu tak langsung dihentikan oleh
KPI, akan tetapi pihak televisi yang bersangkutan sempat memindahkan jadwal
tayang program serupa pada pukul 22.00 WIB.
Tahun 2015 lalu, Hasrendra siswa kelas 1 SD di Pekanbaru meninggal
akibat pengeroyokan oleh teman-temannya. Tewasnya korban diketahui karena
korban dan teman-temannya saat bermain menirukan adegan perkelahian yang ada
dalam sinetron.
Sumber: (https://republika.co.id/berita/ok2mc55/kekerasan-anak-di-televisi).
Hal ini jelas menjadi masalah bagi banyak pihak dimana salah satunya
adalah memberi pengaruh buruk bagi sebagian audiens yang menonton, tidak
hanya usia dewasa yang menikmati siaran tersebut, anak-anak pun terkadang
betah untuk menatap layar kaca sepanjang hari. yang kemudian menimbulkan
beberapa konflik dalam media penyiaran itu sendiri.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menjatuhkan sanksi teguran
untuk program siaran “Anak Langit” SCTV. Teguran ini diberikan karena
program sinetron yang tayang tiap hari ini kedapatan melanggar Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI tahun 2012.
tertanggal 12 September 2019, program siaran “Anak Langit” menampilkan
adegan kekerasan (pukulan dan tendangan dengan visualisasi eksplisit) dalam
perkelahian beberapa orang pria pada tayangan tanggal 26 Agustus 2019. Adegan
itu dinilai KPI Pusat telah melanggar sejumlah pasal dalam P3SPS.
Sumber: (http://www.kpi.go.id/).
Oleh karena itu pentingnya peranan orang tua sangat di butuhkan dalam
mengawasi tayangan televisi bagi anak. Dan berdasarkan konteks latar belakang
yang diuraikan tersebut peneliti tertarik untuk mrlakukan penelitian lebih dalam
dengan mengankat judul “Pengaruh Pembatasi Tayangan Televisi Oleh Orang Tua
Terhadap Perkembangan Moral Anak”.

Fisib Unpak
6

Fisib Unpak
7

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik Orang Tua di Kota Bogor?
2. Bagaimana peran ayah dan ibu di Kota Bogor?
3. Bagaimana pengaruh tayangan televisi?
4. Bagaimana perkembangan moral anak di Kota Bogor?
5. Bagaimana pengaruh pembatasan tayanagn oleh ayah dan ibu (Orang Tua)
terhadap perkembangan moral anak di Kota Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik Orang Tua di Kota Bogor?
2. Untuk mengetahui peran Ayah dan Ibu di Kota Bogor?
3. Untuk mengetahui pengaruh tayangan televisi?
4. Untuk mengetahui perkembangan moral anak di Kota Bogor?
5. Untuk mengetahui pengaruh pembatasan tayanagn oleh ayah dan ibu
(Orang tua) terhadap perkembangan moral anak di Kota Bogor?
1.4 Manfaat Penelitian
Bahwa setiap hasil dari penelitian pada dasarnya harus memiliki nilai
kegunaan masing-masing. Itulah yang biasa disebut dengan manfaat dari sebuah
penelitian tersebut secara teoritis dan praktis
1.4.1 Secara Teoritis
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
mengenai bagaimana orang tua dalam membatasi tayangan televisi
terhadap perkembangan moral anak dan dapat memberikan kontribusi
khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi, khususnya
mengenai Penyiaran.
1.4.2 Secara praktis
melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dan menambah cakrawala pengetahuan bagi peneliti, serta para orang tua,
tentang pentingnya pemahaman tentang media penyiaran bagi mereka dan
anak-anaknya.

Fisib Unpak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan atau perilaku
seseorang. Komunikasi merupakan aktifitas transaksional. Dalam aktifitas
komunikasi, di antara partisipan komunikasi sejatinya membangun makna dari
pesan secara kooperatif. Dengan kata lain, dalam komunikasi, partisipan
komunikasi selalu menegosiasikan makna. Dalam negosiasi ini, latar belakang
masing-masing partisipan akan sangant berpengaruh dalam membangun kesamaan
(Cangara, 2016:25).
Seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika yang telah banyak memberi
perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi
membuat definisi bahwa: “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.” Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Roger bersama
dengan D. Lawrence Kincaid dalam (Cangara, 2016:22) hingga melahirkan suatu
definisi baru yang menyatakan bahwa: “ Komunikasi adalah suatu proses dimana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam.”
2.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan bagi masyarakat
luas, tentu saja berbeda dengan komunikasi interpersonal yang hanya untuk satu
orang, bahkan juga berbeda dengan organisasi yang sidajh mempunyai keunikan-
keunikan tersendiri yang tidak dapat disamakan dengan bentuk komunikasi
lainnya (Romli, 2016 :9). Black dan Witney (1988) dalam (Nurudin, 2007:12)
mengatakan komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang
diproduksi secara massal/tidak sedikit disebarkan kepada massa penerima pesan
yang luas, anonim, dan heterogen. Intinya adalah komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa.

8
9

Media dalam hal ini adalah media massa modern (cetak, elektronik,
online) sebab ada media tradisional (kentongan, angklung, bedug, dan lain-lain).
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media
massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak luas. Terdapat unsur-unsur penting dalam komunikasi massa
adalah (Bungin, 2009:71):
a. Komunikator,
b. Media massa,
c. Informan (pesan) massa,
d. Gatekeeper
e. Khalayak (publik), dan
f. Umpan balik
2.3 Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan salah satu dari komunikasi yang memiliki
perbedaaan signifikan dengan bentuk komunikasi yang lain. Sifat pesannya yang
terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku,
pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan, Hafied dalam (Cangara, 2010:76).
Komunikasi massa memiliki sejumlah ciri atau karakteristik yang khas
diantaranya:
1. Komunikator Terlembaga
Komunikasi massa, komunikatornya bergerak dalam organisasi
yang kompleks, namun bersifat melembaga. Lembaga penyampai
pesan komunikasi massa melalui media massa, seperti televisi, surat
kabar, radio, internet.
2. Pesan bersifat umum
Proses komunikasi massa pesan-pesan yang disampaikan oleh
komunikator ditujukan kepada khalayak luas atau semua orang bukan
hanya sekelompok orang. Dengan demikian, maka proses komunikasi
massa bersifat terbuka. Hal ini dikarenakan, komunikan tersebar di
berbagai tempat yang tersebar. Pesan beritanya pula mengandung
unsur fakta yang bersifat penting dan menarik untuk semua kalangan
masyarakat bukan hanya sekelompok orang.

Fisib Unpak
10

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen


Komunikan atau penerima informasi dalam komunikasi massa
bersifat anonim dan heterogen. Hal ini dikarenakan komunikasi massa
menyampaikan pesan secara umum pada seluruh masyarakat, yang
tidak saling mengenal antara satu sama lain. Tanpa membedakan suku,
ras, agama serta memiliki beragam karakter psikologi, usia, jenis
kelamin, tempat tinggal, adat budaya, maupun strata sosial yang
berbeda-beda.
4. Media massa bersifat Keserempakan
Keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak
dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari
komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam
keadaan terpisah, Effendy (1981) dalam Elvinaro (2007).
5. Pesan yang disampaikan satu arah
Artinya terjadi komunikasi antara komunikator dan komunikan
secara langsung tapi komunikator dan komunikan tidak saling bertemu
dan komunikan tidak dapat merespon secara langsung. Di sini
komunikator yang mengendalikan komunikasinya.
6. Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback)
Dikarenakan antara komunikator dengan komunikan yang tidak
bertatap muka secara langsung maka komunikator tidak dapat dengan
segera mengetahui reaksi khalayak terhadap pesan yang telah
disampaikannya.
2.4 Media Massa
Media massa merupakan saluran, sarana penghubung, dan alat-alat
komunikasi, kata media berasal dari Bahasa latin yang secara harfiah mempunyai
arti “perantara” atau ”pengatur”. Apabila dikaitkan dengan istilah massa pada
komunikasi massa, media massa adalah sarana penyalur informasi dari komunikan
kepada khalayak banyak (komunikan). Media massa yang digunakan pada
komunikasi massa adalah media massa yang dihasilkan oleh teknologi modern
(Tatang, 2016:215).

Fisib Unpak
11

Fisib Unpak
12

Fungsi media masa itu:


Fungsi-fungsi komunikasi (Effendi dalam Ardianto, 2017:18) secara
umum adalah :
1. Fungsi Informasi
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai
informasi dibutuhkan khalayak media massa yang bersangkutan sesuai
dengan kepentingannya.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana Pendidikan bagi khalayak (mass
education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang
sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media
massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang
berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya
melalui drama, cerita, diskusi dan artikel
3. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada
tajuk/editorial, feature, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruhi oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat
kabar.
2.5 Penyiaran
Broadcasting, penyiaran bersifat tersebar ke semua arah (broad) yang
dikenal sebagai omniderectional. Dari definisi sifat penyiaran ini bisa diketahui
bahwa semua sistem penyiaran yang alat penerima siarannya harus dilengkapi
dengan satu unit decorder, adalah kurang sejalan dengan defini broadcasting. Oleh
karena itu, pada nama sistem sistemnya harus ditambahkan kata “terbatas”,
sehingga menjadi sistem penyiara terbatas. Sistem penyiaran terbatas pernah
dilakukan salah satu stasiun TV swasta di Jakarta saat awal siarannya pada tahun
1980-an, yaitu harus menggunakan unit decorder yang terkontrol oleh stasiyn
bersangkutan, sehingga pemirsanya harus berlangganan.
Sebagai media massa, penyiaran termasuk media elektronik yang terjadwal
secara priodik yang merupakan saluran komunikasi massa jenis media (tak

Fisib Unpak
13

langsung) (Morissan, 2008:13). Penyiaran atau dalam bahasa inggrisnya dikenal


sebagai broadcasting adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai
dari penyiapan materi produksi, produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian
pemancaran sampai kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa
disuatu tempat (Djamal & Fachruddin, 2011:43).
2.6 Televisi
Televisi adalah media komunikasi massa yang memiliki perpaduan antara
audio dan visual, dimana masyarakat dapat mendengar melalui audio dan melihat
melalui visual. Televisi merupakan salah satu bentuk media alat komunikasi
massa. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada jumlah orang yang besar orang. Media komunikasi yang termasuk
massa yaitu radio, televisi, film yang dikenal sebagai media elektronik, serta surat
kabar dan majalah yang keduanya media cetak (Karyanti, 2005:3).
Sebagai komunikasi massa, televisi adalah sumber informasi yang paling
dekat dengan masyarakat. kemampuan jangkauan yang luas dan memiliki potensi
yang besar dalam membentuk pendapat khalayak. Hal tersebut sama dengan
fungsi televisi sebagai saluran mediasi, dimana televisi dapat menghubungkan,
menunjukkan arah, menginterpretasi sesuatu kejadian atau peristiwa kepada
masyarakat luas (Effendy, 2004:54).
2.7 Tayangan Televisi
Tayangan dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang
ditampilkan atau disisarkan melelui media massa. Tayangan tersebut bisa bersifat
hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal
ini dikarenakan terintregasi oleh lima indera yang kita miliki, tetapi dengan audio
visual, akan mendapat 100% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini
sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan, (stimulated experience) dari media
audio visual tersebut (Darwanto,2011:119).
2.8 Program Televisi
Program televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara
televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan
terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target

Fisib Unpak
14

pemirsa acara tersebut. (Naratama, 2004:63). Kata “program” berasal dari bahasa
Ingriss programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang
Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi
menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian
pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering
digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk
mengacu kepada pengertian acara (Morissan, 2008:209).
Pesan yang akan disampaikan melalui medai televisi, ememrlukan
pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran,
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah pemirsa, waktu, durasi, dan
metode peyajiannya (Ardianto,2017:140-142)

1. Pemirsa
Setiap bentuk komunikasi, melalui media apapun, komunikator
akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya.
Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya
televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini
komunikator harus memahami kebiasaan dan minat permisa baik yang
termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua;
kebiasaan wanita bekerja, dengan kebiasaan ibu rumah tangga. Hal ini
berkaitan dengan materi pesan dan jam penayangan.
2. Waktu
Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap kategori
permisa, langkah selajutnya ialah menyesuaikan waktu penayangan
dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan
pertimbangan, agar tiap acara dapat ditayangkan secara proposional
dan dapat diterima oleh khalayak sasaran. Misalnya, stasiun televisi
RCTI mamulai acaranya pukul 05:30 WIB. Dengan siaran “Hikmah
Fajar”, yakni acara yang bernafaskan Islam. Sekarang timbul
pertanyaan, mengapa sepagi itu harus diisi seputar islam? Jawabannya
jelas sekali, karena orang Islam bangun subuh untuk melaksanakan
ibadah shalat subuh. Biasanya setelah shalat subuh, mereka mengisi
waktu dengan ibadah seperti membaca Al-Quran, zikir atau

Fisib Unpak
15

mendengarkan ceramah agama dimasjid. Jadi penayangan “Hikmah


Fajar” itu sudah tepat.
3. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap
tayangan acara. Misalnya acara “Go Spot” di RCTI berdurasi 30 menit.
Acara Liputan 6 Pagi berdurasi 90 menit di SCTV, dan acara “Empat
Mata” di Trans 7 berdurasi 90 menit. Sedangan untuk acara-acara film
bioskop yang di layer televisi pada umumnya berdurasi 120 menit,
bahkan film india bias lebih (mungkin 180 menit). Durasi masing-
masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau
naskah. Yang penting dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai.
Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat
atau terlalu lama.
4. Metode penyajian
Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menutut khalayak
pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi.
Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan.
Fungsi non hiburan dan non informasi harus tetap ada sama pentingnya
bagi keperluan dua pihak, komunikasi dan komunikan. Misalnya
sekarang adalah bagaimana caranya diminati pemirsa. Caranya adalah
dengan mengemas pesan sedemikian rupa, menggunakan metode
penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur
hiburan. Misalnya pemerintah melalui Departemen Agama ingin
menyampaikan informasi mengenai syarat-syarat administrasi, serta
prosedur yang harus dilaksanakan oleh umat Islam yang akan
menunaikan ibadah haji, maka informasi tersebut akan lebih baik dan
dapat mencapai sasaran apabila dikemas dalam bentuk sandiwara.
2.9 Audience
Kata audiens menjadi mengemuka ketika diidentikan dengan "penerima"
dalam model proses komunikasi massa (sumber, saluran, pesan, penerima, efek).
Audiens adalah sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, dan
pemirsa berbagai media atau komponen beserta isinya, seperti pendengar radio

Fisib Unpak
16

atau penonton televisi. Audiens merupakan faktor penentu keberhasilan


komunikasi. Ukuran keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan adalah
apabila pesan-pesan yang disampaikan melalui saluran yang diterima sampai pada
khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan (Nurudin, 2007:103-
105).
Adapun karakteristik yang dimiliki audiens sebagai berikut:
1. Khalayak sebagai penggarap informasi
Dasarnya proses pengolahan informasi yang terjadi pihak penerima
(khalayak) bersifat “selektif”. Pihak penerima pesan pada saat berhadapan
dengan “bentuk informasi” tertentu akan melakukan “decoding”
(pemecahan atau penginterpretasian kode). Akhirnya, tidak semua isi
informasi akan diserap oleh si penerima secara utuh. Artinya, satu atau
beberapa bagian dari isi pesan itu tidak akan dicerna atau diolah karena
tidak masuk dalam kerangka pengetahuan dan pengalaman hidupnya, atau
karena dipandang tidak sesuai dengan keperluan, minat, dan keinginannya.
Beberapa studi menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan seseorang secara
signifikan turut mempengaruhi derajat pengolahan informasi yang smpai
kepada dirinya. Orang yang latar belakang pendidikannya relative ‘tinggi’,
di samping tinggi rasa ingin tahunya tentang sesuatu, juga cenderung lebih
kritis, selektif, dan banyak pertimbangan dibandingkan dengan orang yang
latar belakang pendidikannya lebih rendah. Itulah sebabnya mempengaruhi
sikap dan pendapat orang yang berpendidikan tinggi jauh lebih sulit
dibandingkan dengan orang yang latar belakang pendidikannya lebih
rendah.
2. Khalayak sebagai “problem solver”
Khalayak jelas tidak terlepas dari permasalahan kehidupan yang
mereka hadapi. Mereka juga akan selalu berupaya mencari cara-cara
pemecahannya. Dari pihak penerima pesan (khalayak), salah satu fungsi
yang diharapkan dari penyebaran informasi melalui media massa adalah,
bahwa informasi tersebut mampu membantu memecahkan permasalahan
yang dihadapi. Dengan demikian informasi atau pesan yang dipandang
tidak membantu mereka dalam memecahkan permasalahan atau malah

Fisib Unpak
17

mungkin menambah kesulitan/permaslahan baru, jelas tidak akan


mendapat perahtian mereka.
3. Khalayak sebagi mediator
Proses penyebaran informasi pada dasarnya tidak berhenti pada
khalayak sasaran secara langsung sebagai barisan pertama. Arus
penyebaran informasi bisa melalui berbagai tahap dan barisan. Proses
penyebaran informasi yang demikian lazim disebut sebagai “multi-step
flow of communication”. Seorang warga khalayak setelah menerima
informasi dari suatu media kemungkinan besar akan kembali meneruskan
informasi tersebut kepada orang-orang lainnya. Dan orang-orang yang
menerima informasi inipun selanjutnya akan menyampaiakan kembali ke
orang-orang lainnya. Dalam proses pengolahan informasi terjadi proses
seleksi yang mencakup perhatian (selective attention), persepsi (selective
perception), dan daya ingat (selective recall)
4. Khalayak yang mencari pembela
Ketika suatu waktu seseorang dapat mengalami krisis keyakinan
dan diliputi rasa ketidakpastian. Hal ini bisa terjadi karena adanya sesuatu
yang baru yang mempengaruhi keyakinannya, atau karena faktor-faktor
lainnya. Dalam keadaan demikian orang tersebut akan berupaya mencari
data dan informasi yang dipandang bisa mendukung atau membela
keyakinannya. Motivasi mencari informasi yang diharapkan akan dapat
menjadi “pembela” keyakinan merupakan salah satu factor yang
mendorong terjadinya seleksi media. Dengan perkataan lain, seseorang
memilih satu medium tertentu dengan alasan bahwa informasi yang
diperoleh dari medium tersebut mampu mendukung atau memperkuat
keyakinannya.
5. Khalayak sebagai anggota kelompok
Sebagai mahluk sosial, seorang individu juga terikat oleh nilai-nilai
kelompok yang diikutinya, baik secara formal maupun informal. Yang
dimaksud dengan kelompok formal di sini antara lain ABRI, KORPRI,
Serikat Buruh, dll, sedangkan yang termasuk kelompok informal misalnya
kelompok-kelompok hobi seperti pencinta alam, kelompok olah raga, dll.

Fisib Unpak
18

6. Khalayak sebagai Kelompok


Secara sosiologis masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok
orang yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri bisa menyangkut cirri
demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, sukubangsa, dan bisa
juga berdasarkan cirri-ciri nondemografis seperti nilai, hobi, orientasi, dan
lain-lain.
Cara berbicara dengan kalangan Orang Tua tentunya berbeda
dengan kalangan anak muda. Kaitannya dengan proses penyebaran
informasi melalui media massa adalah, bahwa diperlukan adanya
“segmentasi” khalayak. Melalui segmentasi ini khalayak dipandang
sebagai suatu kelompok yang secara relative mempunyai ciri-ciri yang
tidak terlalu beragam. Dengan demikian, penyajian pesan/informasi
dengan sendirinya akan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik dari
kelompok khalayak sasaran.
7. Selera Khalayak
Kaitannya dengan media massa seperti surat kabar dan majalah,
selera khalayak ini bisa menyangkut aspek-aspek jenis isi informasi,
(misalnya informasi politik, ekonomi, sosial, budaya), teknik penyajian
(bentuk huruf, lay out), atau bentuk/formatnya (surat kabar, majalah,
tabloid, sheet).
Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya, terlebih dahulu perlu
diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan
dituju. Selera khalayak ini bisa juga berubah-ubah.
2.10 Pengaruh
Pengaruh salah satu dalam elemen komunikasi yang sangat penting untuk
mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang disampaikan (Cangara,2016:185).
Cangara mengungkapkann pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubahan (P)
yang terjadi pada penerima yang dalam penelitianini adalah responden sama
dengan tujuan (T) yang digunakan oleh komunikator (P-T), atau seperti rumus

Fisib Unpak
19

yang dibuat oleh Jamis (1989), yaitu pengaruh (P) sangat ditentukan oleh sumber,
pesan, media, dan penerima (P-S/P/M/P). Pengaruh dapat terjadi dalam bentuk
perubahan pengetahuan (knowledge). sikap (attitude), dan perilaku (behavior).
Penelitian ini pengaruh (P) yang ingin dilihat adalah adanya pembatasan
tayangan televisi dari responden sebagai penerima pesan (P) setelah melihat
tayangan yang disiarkan oleh televisi yang berlaku sebagai pesan (P), melalui
media televisi (M) yang disampaikan oleh televisi (S). Sehingga pengaruh yang
timbul dari sumber dapat ditentukan karena adanya kekuatan pesan yang
disampaikan berupa tayangan program acara televisi serta organisme penerima
pesan dalam penelitian ini responden yang berlaku sebagai komunikan yang
ditentukan dengan adanya kesiapan bertindak untuk melakukan pembatasan.
2.11 Orang Tua Dan Anak
Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri
dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anak-anaknya
karena orang tua yang menginterpretasikan tentang dunia dan masyarakat pada
anak-anaknya (Friedman, 2010).
Orang tua selalu menginginkan remajanya agar tumbuh menjadi seorang
individu yang matang secara social. Dalam sebuah keluarga idealnya ada dua
individu yang berperan yaitu pertama, peran seorang ibu yang masih bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. Kedua, peran seorang ayah yang
bertanggung jawab memberikan bimbingan nilai-nilai moral sesuai ajaran agama,
mendisiplinkan, kebutuhan ekonomi keluarga (Santrock, 2007).
2.11.1 Karakteristik Orang Tua
Keterbatasan sumber belajar dapat dikaitkan dengan kondisi sosial
ekonomi (pendapatan orang tua), pendidikan orang tua, dan status
pekerjaan. Ball dan Bindler (1995), yang menjelaskan bahwa sejumlah
faktor yang berkaitan dengan perkembangan anak terkait dengan social
ekonomi yang rendah. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik orang tua berkontribusi dalam perkembangan moral
anak.

Fisib Unpak
20

2.12 Peran Ayah dan Ibu


Peran ayah dan ibu merupakan satu kesatuan peran yang sangat penting
dalam sebuah keluarga. Menurut Convey terdapat 4 perinsip peran orang tua
(Yusuf, 2009) antara lain:
1. Sebagai Modelling
Orang tua adalah contoh atau teladan bagi seorang anak baik dalam
menjalankan nilai-nilai spiritual atau agama dan norma yang berlaku di
masyarakat. Orang tua mempunyai pengaruh sangat kuat dalam
kehidupan anak karena tingkah laku dan cara berfikir anak dibentuk
oleh tingkah laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun
negative. Peran orang tua sebagai modelling tentunya dipandang
sebagai suatu yang mendasar dalam membentuk perkembangan dan
kepribadian anak serta seorang anak akan belajar tentang sikap peduli
dan kasih sayang.
2. Sebagai Mentoring
Orang tua adalah mentoring pertama bagi anak yang menjalin
hubungan, memberikan kasih sayang secara mendalam baik secara
positif maupun negative, memberikan perlindungan sehingga
mendorong anak untuk bersikap terbuka dan mau menerima
pengajaran. Selain itu orang tua menjadi sumber pertama dalam
perkembangan perasaan anak yaitu rasa aman atau tidak aman, dicintai
atau dibenci.
3. Sebagai Organizing
Orang tua mempunyai peran sebagai organizing yaitu mengatur,
mengontrol, dan merencanakan, bekerja sama dalam menyelesaikan
setiap permasalahan yang terjadi, meluruskan struktur dan system
keluarga dalam rangka membantu meyelesaikan hal-hal yang penting
serta memenuhi semua kebutuhan keluarga. mengatur, mengontrol,

Fisib Unpak
21

dan merencanakan, bekerja sama dalam menyelesaikan setiap


permasalahan yang terjadi, meluruskan struktur dan system keluarga
dalam rangka membantu meyelesaikan hal-hal yang penting serta
memenuhi semua kebutuhan keluarga. supaya tidak timbul
kecemburuan.

4. Sebagai Teaching
Orang tua adalah orang yang mempunyai tanggung jawab
mendorong, mengawasi, membimbing, mengajarkan anak-anaknya
tentang nilai-nilai spiritual, moran dan social serta mengajarkan
prinsip-prinsip kehidupan sehingga anak memahami dan
melaksanakannya. Perean orang tua sebagai teaching adalah
menciptakan “Conscious competence” pada diri anak yaitu mereka
mengalami tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan tentang
mengapa mereka mengerjakan itu.
Selain itu orang tua adalah pendidik utama anak, pengamat,
pendengar, pemberi cinta yang selalu mengamati dan mendengarkan
ungkapan anak. Disaat anak mempunyai masalah bimbingan orang tua
membantu anak dalam memahami apa yang sedang terjadi karena anak
mudam mempunyai sikap pesimis, kurang percaya diri dengan
kemampuan sendiri.
2.13 Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa
saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam
kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan
terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan
hingga berusia 18 tahun (Damayanti,2008).
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan
menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi,
perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang,

Fisib Unpak
22

kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada
tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu
atau pengganti ibu denga anak merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan
akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam
proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.
2.14 Karakteristik Anak
Karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan (Damayanti, 2008) :
1. Usia bayi (0-1 tahun)
Masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan
pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi
lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar,
haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
mengekspresikan perasaannya dengan menangis.
Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non
verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan
berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa
ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini
terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik
perhatian orang.
Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan
langsung menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa
takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan
bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.
2. Usia pra sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan
takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang

Fisib Unpak
23

akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak
akan merasa melihat alat yang akan ditempelkanke tubuhnya.
Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri
kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia yakin
bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak
belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak belum
mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan,
gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti
boneka. Berbicara dengan orang tua bila anak malu-malu.
Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa
keberadaan orang tua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.
3. Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus
menggunakan bahasa yang mudahdimengerti anak dan berikan contoh
yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia sekolah
sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan
katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah mampu
berpikir secara konkret.
4. Usia remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir
masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan
tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang
dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan
masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan
bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia
percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan

Fisib Unpak
24

hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan


tunjukkan ekspresi wajah bahagia.
2.15 Pengawasan Orang Tua Kepada Anak
Pengembangan bagi setiap anak usia dini sebagai individu memiliki sifat
yang unik. Setiap anak usia dini berkembang dengan cara tertentuseperti individu
lain dan seperti beberapa individu lain, selain terdapan kesamaan general dalam
pola-pola perkembangan yang dialami setiap individu, terjadinya individual dalam
perkembangan anakusia dini dapat terjadi setiap saat.
Perspektif ilmu pendidikan, keluarga merupakan Pendidikan yang paling
pertama dan utama. Jadilah dapat dikatakan lingkungan keluarga memainkan
pernan utama dalam menentukan perkembangan anak, dan di lingkungan keluarga
inilah anak mula-mula menerima Pendidikan. Orang tua mereka merupakan
pendidik bagi mereka. Pola asuh orang tua, sikap, serta situasi dan kondisi yang
sedang melingkupi orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak.
2.16 Perkembangan Moral Anak
Moral yaitu berasal dari Bahasa latin, yaitu mos yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, cara, tingkah laku, dan kelakuan. Selain itu bias pula diartikan dengan
mores yang berarti adat istiadat, kelakuan, tabian, watak, akhlak, dan cara hidup
(Alwi, 2002:754).
Perkembangan moral anak pada usia dini adalah perubahan psikis pada
anak usia dini yang memungkinkannya dapat mengetahui mana prilaku yang baik
yang harus dilakukan dan mengetahui mana perilaku yang buruk yang harus
dihindari berdasarkan norma-norma tertentu. (Desmita, 2009:258). Perkembangan
moral anak yang dikemukakan Kohlberg didasarkan pada perkembangan
kongnitif anak terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu: (1) preconventional; (2)
conventional; (3) postconventional.
1. Fase Preconventional
Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya
sebagai dasar dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga
tahapan. Tahap satu didasari oleh adanya rasa egosentris pada anak, yaitu
kebaikan adalah seperti apa yang saya mau, rasa cinta dan kasih sayang
akan menolong memahami tentang kebaikan, dan sebaliknya. Tahap dua,

Fisib Unpak
25

yaitu orientasi hukuman dan ketaatan, baik dan buruk sebagai suatu
konsekuensi dan tindakan. Tahap selanjutnya, yaitu anak berfokus pada
motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan.
2. Fase Conventional
Tahap ini, anak berorientasi pada mutualitas hubungan
interpersonal dengan kelompok. Anak sudah mampu bekerjasama dengan
kelompok dan mempelajari serta mengadopsi norma-norma yang ada
dalam kelompok selain norma dalam lingkungan keluarganya. Anak
mempersepsikan perilakunya sebagai suatu kebaikan ketika perilaku anak
menyebabkan mereka diterima oleh keluarga atau teman sekelompoknya.
3. Fase Postconventional
Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada
prinsip yang dimiliki dan yang diyakini. Segala tindakan yang diyakininya
dipersepsikan sebagai suatu kebaikan. Ada dua fase pada tahapan ini, yaitu
orientasi pada hukum dan orientasi pada prinsip etik yang umum. Pada
fase pertama, anak menempatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang
tepat yang menguntungkan bagi masyarakat sebagai sesuatu yang baik.
Mereka mempersepsikan kebaikan sebagai susuatu yang dapat
mensejahterakan individu. Tidak ada yang dapat mereka terima dari
lingkungan tanpa membayarnya dan apabila menjadi bagian dari
kelompok mereka harus berkontribusi untuk pencapaian kelompok. Fase
kedua dikatakan sebagai tingkat moral tertinggi, yaitu dapat menilai
perilaku baik dan buruk dari dirinya sendiri. Kebaikan dipersepsikan
ketika mereka dapat melakukan sesuatu yang benar. Anak sudah dapat
mempertahankan perilaku berdasarkan standard moral yang ada, seperti
menaati aturan dan hukum yang berlaku di masyarakat.
2.17 Macam-macam Moral
1. Moral knowing, yaitu pengetahuan itu sendiri. Moral knowing terdiri
dari tiga hal, yaitu kesadaran moral (awarennes) mengetahui nilai-nilai
moral (knowing moral values), moral reasoning, dan decision making.
2. Moral feeling, yaitu aspek lain yang harus ditanamkan kepada anak
yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak

Fisib Unpak
26

sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Moral feeling terdiri dari enam


hal, yaitu nurani (conscience), percaya diri (self esteem), merasakan
penderitaan orang lain (emphaty), mencintai kebenaran (loving the
good) mampu mengontrol diri (self control), dan kerendahan hati
(humility).
3. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat
diwujudkan menjadi tindakan nyata. perbuatan tindakan moral ini
merupakan hasil dua komponen karakter lainnya.

2.18 Faktor Yang Mempengaruhi Moral


Secara umum, perkembangan manusia selalu dipengaruhi oleh faktor dari
dalam dan dari luar:
1. Faktor Internal
Faktor yang selalu diabaikan dalam memahampi rinsip
pertimbuhan anak adalah faktor self yaitu faktor kehidupan seseorang.
Kehidupam kewajiban itu terdiri atas perasaan, usaha, pikiran, pandangan,
keyakinan, sikap, dan anggapan yang semua akan berpengaruh dalam
membuat seuatu keputusan dalam tindakan sehari-hari. jadi faktor internal
merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia itu
dikehidupan sehari-hari.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Faktor sosial adalah faktor manusai (sesama manusia) atau faktor
yang berasal dari lingkungan sekitar yang meliputi, keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
b. Faktor non social. Faktor non sosial disini meliputi media massa
yang memiliki peran yang cukup besar dalam menaklukan dan
membentuk pikiran. media elektronik sebagai salah satu bentuk
teknologi komunikasi yang dapat banyak perhatian cukup besar,
telah menunjukan pengaruhnya yang sangat besarr kepada para
pengguna. Media massa memberi pengaruh yang baik kepada
siswa dan pengaruh buruk kepada siswa. Sebagai contoh siswa

Fisib Unpak
27

yang suka menonton film atau sinetron, membaca cerita-cerita


detektif, pergaulan bebas,pencabulan,berkecendrungan untuk
berbuat seperti tokoh yang dikagumi itu.
Faktor eksternal terbagi menjadi dua, yang pertama ialah
faktor sosial seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dan yang
kedua faktor non sosial ialah media sosial, media elektronik seperti
internet, televisi, dan radio.

2.19 Penelitian Terdahulu

No Nama dan Judul Metode dan Hasil Persamaan dalam Perbedaan dalam
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1 Ariyanto metode penelitian Penelitian ini Perbedaan dalam
kuantitatif memiliki kesamaan peneliti terdahulu
Pengaruh dalam menggunakan ialah terletak pada
Kekerasan Pada Nilai Ajusted R- metode, yaitu responden yang
Kartun Tom And Square sebesar metode kuantitatif menjadikan anak-anak
Jerry Terhadap 0,085 artinya dengan sebagai reasponden.
Perkembangan karakteristik menggunakan Sedangkan responden
Anak Usia Dini penonton dan metode dari penelitian ini
Di Desa kekerasan pengumpulan data adalah Orang tua.
Katulampa memiliki primer penyebaran
Kecamatan proposisi terhadap kueisoner terhadap Dalam penelitian
Bogor Timur anak usia dini 100 responden, terdahulu yang
sebesar 8,5% selain itu analisis ini menjadi bahasan
sedangkan menggunakan utamanya adalah
sisanya 91,5% analisis linear untuk menguji
dipengaruhi oleh berganda Pengaruh Kekerasan
variable lain yang Terhadap Perilaku
tidak ada di dalam Anak Usia Dini,
model regresi sedangkan dalam
linier. penelitian ini yang
menjadi pembahasan
utama adalah untuk
mengetahui Peran
Orang Tua Dalam
Membatasi Tayangan
Televisi Terhadap
Perkembangan Moral
Anak.

2 Fina Tri Rahayu Metode Penelitian Penelitian ini Perbedaan dalam

Fisib Unpak
28

Kuantitatif memiliki kesamaan peneliti terdahulu


Persepsi Anak dalam menggunakan ialah terletak pada
Terhadap Pesan Hasil dari metode kuantitatif responden yang
Moral Dalam penelitian ini dengan menjadikan anak-anak
Serial terdapat menggunakan sebagai reasponden.
Doraemon. hubungan yang metode Sedangkan responden
signifikan pada pengumpulan data dari penelitian ini
indiikator afektif primer dan sekaligus adalah Orang tua.
dengan indicator terjadi komunikasi
usia dan terdapat langsung antara Dalam penelitian
hubungan yang peneliti dengan terdahulu yang
sangat signifikan responden. Adapun menjadi bahasan
antara iindikator teknis analisis data utamanya adalah
frekuensi dengan dalam penelitian untuk mengetahui
statistik konatif tersebut Persepsi Anak
serta terdapat menggunakan Terhadap Pesan Moral
hubungan yang statistik deskriptif. Dalam Serial
signifikan antara Doraemon, sedangkan
statistic isi pesan dalam penelitian ini
dengan indicator yang menjadi
aktif. pembahasan utama
adalah untuk
mengetahui Peran
Orang Tua Dalam
Membatasi Tayangan
Televisi Terhadap
Perkembangan Moral
Anak.

3 Nurdiansyah Metode Penelitian Penelitian ini Perbedaan dalam


Firdaus Kuantitatif memiliki kesamaan peneliti terdahulu
dalam menggunakan ialah terletak pada
Pengaruh Hasil dari metode kuantitatif responden yang
Terpaan penelitian tersebut dengan Teknik menjadikan anak
Tayanagn Vlog menunjukan pengambilan sample remaja sebagai
Di Kanal untuk variable yaitu simple reasponden.
Youtube Ericko terpaan tayangan, random sampling, Sedangkan responden
Lim Terhadap mayoritas dengan dari penelitian ini
Perilaku Remaja responden menggunakan adalah Orang tua.
Di SMA Negri 7 menjawab cukup metode
Bogor setuju, untuk pengumpulan data Penelitian tersebut
variable perilaku, primer penyebaran menggunakan teknik
responden kueisoner terhadap analisis linear
mayoritas 100 responden. sederhana.
menjawab cukup
setuju terhadap Dalam penelitian
pernyataan yang terdahulu yang
diajukan. menjadi bahasan

Fisib Unpak
29

Berdasarkan hasil utamanya adalah


uji regresi antara untuk menguji
terpaan tayangan seberapa besar
terhadap perilaku Pengaruh Terpaan
memiliki Tayanagn Vlog Di
pengaruh sebesar Kanal Youtube Ericko
23,3%. Lim Terhadap
Perilaku Remaja Di
SMA Negri 7 Bogor,
sedangkan dalam
penelitian ini yang
menjadi pembahasan
utama adalah untuk
mengetahui Peran
Orang Tua Dalam
Membatasi Tayangan
Televisi Terhadap
Perkembangan Moral
Anak.

2.20 Teori Uses and Effects


Teori uses and effect pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl
(1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori
tradisional mengenai efek. Konsep ‘use’ (penggunaan) merupakan bagian yang
sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai
penggunaan media yang menyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman
dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan
media massa dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti exposure yang semata-
mata menunjukan pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian
tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait
harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada
pengertian kedua (Sendjaja dalam Bungin, 2009:291).
Maka teori uses and effects merupakan sebuah teori yang menjelaskan
mengenai hubungan antara komunikasi massa yang disampaikan melalui media
massa, yang menimbulkan sebuah effects bagi pengguna dari media massa
tersebut. Contoh dari teori usess and effects dapat dilihat dari kebiasaan seseorang
menonton atau mendengarkan media massa dalam keseharian seorang individu,

Fisib Unpak
30

misalnya kebiasaan orang menonton drama korea yang menimbulkan sebuah


effects dari apa yang dilihat
Uses and gratifications, penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh
kebutuhan individu, sementara pada uses and effects, kebutuhan hanya salah satu
dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Harapan dan
persepsi terhadap media, dan tingkat akses kepada media, akan membawa
individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media
massa.
Bahwa dalam penelitian ini prinsip dasar yang terkandung yaitu, dimana
para orang tua pengguna media massa mendapatkan suatu effects setelah
menggunakan media massa tertentu. Dengan demikian dapat mengharapkan atau
memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audien.
Demikian halnya pada program Televisi yang menayangkan berbagai macam
program acara membuat orang tua mengambil pelajaran dan informasi, serta
menjadikan orang tua dapat mengetahui baik ataupun buruknya suatu tayanagn
televisi sehingga orang tua dapat membatasi tayangan televisi yang sesuai dengan
anak.

Fisib Unpak
31

2.21 Kerangka Berpikir


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Pembatasan
Tayangan Televisi Oleh Orang tua Terhadap Perkembangan Moral Anak

Peran Ayah dan Ibu (X1)


X1.1 Sebagai Modelling
X1.2 Sebagai Mentoring
H1
X1.3 Sebagai Organizing
X1.4 Sebagai Teaching
Perkembangan
(Yusuf, 2009) Moral Anak (Y)
Y1 Preconventional
Y2 Conventional
Y3 Postconventional
Pembatasan Tayangan
Televisi oleh Orang Tua (X2)
(Supartini,2004:65-
55)
X2.1 Pemirsa
X2.2 Waktu
H2
X2.3 Durasi
X2.4 Metode Penyajian

(Ardianto,2017:140-142)

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang
tua Terhadap Perkembangan Moral Anak
Berdasarkan bagan kerangka pemikiran diatas dapat dilihat bahwa
Karakteristik Orang Tua sebagai variabel (X1) ekonomi, Pendidikan orang tua,
status pekerjaan, dan Tayangan Televisi sebagai variabel (X2) Frekuensi, Durasi,
Atensi. Begitupun Dengan Perkembangan Moral Anak sebagai variabel (Y), yang
indikatornya Preconventional, Conventional, dan Postconventional.

2.22 Hipotesis
Fisib Unpak
32

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis


penelitiannya adalah sebagai berikut :
H1 : Terdapat Pengaruh antara Peran Ayah dan Ibu dan terhadap Perkembangan
Moral Anak.
H2 :Terdapat Pengaruh antara Pembatasan Tayanagn Televisi terhadap
Perkembangan Moral Anak.
H0 : Terdapat Pengaruh antara Peran Ayah dan Pembatasan Tayangan Televisi
dengan Perkembangan Moral Anak.

Fisib Unpak
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematika dalam
waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang
berlaku, untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik, maka isi penelitian
bukan saja harus mengetahui aturan permainan, tetapi harus juga mempunyai
keterampilan dalam melaksanakan penelitian. Untuk menerapkan metode ilmiah
kondisi, seimbang dengan alamdangkalnya penelitian yang akan dikerjakan.
Desain penelitian harus mengikuti metode penelitian (Nazir, 2017:70).
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif. Penelitian desktiptif mempelajari masalah-masalah dalam lingkungan
keluarga yaitu Orang tua dan Anak, serta tata cara Orang tua dalam mengawasi
perkembangan moral anak dan situasi tertentu termasuk hubungan, kegiatan,
sikap, pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan berpengaruh
dari suatu fenomena.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi
Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak, adapun penelitian
dilaksanakan pada bulan oktober – desember tahun 2020. Penelitian ini dilakukan
di Kota Bogor, Jawa Barat. Alasan dipilihnya lokasi penelitian karena Komisi
Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor mencatat ada 14
kasus kekerasan yang terjadi pada anak di Bogor sejak awal 2019 hingga
pertengahan Februari 2020. Trennya terus meningkat. Pada 2017 terjadi 30 kasus
kekerasan terhadap anak. Angka itu naik menjadi 46 kasus pada 2018. Dari
jumlah kasus tersebut, 40 persen di antaranya terjadi di kalangan remaja atau
tingkat sekolah menengah.

33
34

Tahun 2017, kekerasan remaja yang menimpa salah satu siswa SMA di
Kota Bogor meninggal dunia karna pertarungan ala gladiator, dari berbagai kasus
kekerasan remaja itu pun mengundang pertanyaan apakah film atau tayangan
televisi turun ambil peran.
(Sumber:https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?
r=populer/xview&id=4549)
3.3 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2014:80).
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek yang berbeda-beda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek
yang di pelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu.
Populasi dari penelitian ini adalah jumlah rumah tangga di wilayah Kota
Bogor yang telah berkeluarga dan memiliki anak, karena penelitian ini
mengaitkan Antara Orang tua dan Anak. Populasi penduduk yang telah Rumah
tangga di wilayah Kota Bogor sejumlah 261898 Rumah Tangga tahun 2016. Data
yang didapat melalui web Badan Pusat Statistik Kota Bogor.
3.4 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu
(Sugiyono, 2014:81).
Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah probability
sampling, yaitu simple random sampling pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak. Penentuan ukuran sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berdasarkan rumus slovin. Alasan menggunakan rumus
slovin adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif dan lebih pasti atau
mendekati populasi yang ada. Rumus slovin seperti yang di kemukakan oleh
(Umar, 2011:78), yaitu:

Fisib Unpak
35

N
n=
(1+ N e2 )
Keterangan :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
E : Tingkat kesalahan yang ditolerir dalam pengambilan sampel, tingkat
kesalahan
10%
Dimana dari populasi Rumah Tangga di Kota Bogor yang berjumlah
261898 Rumah Tangga akan di ambil sample sebanyak 100 yang akan diberikan
kuisioner, secara random (acak) sehingga dapat menemukan temuan baru tentang
Pembatasab tayangan televisi oleh orang tua. Dan hasil yang didapat dari
penyebaran kuisioner akan dijadikan bahan sebagai sampel.
3.5 Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana asal data penelitian itu diperboleh.
Apabila peneliti, misalnya menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan tertulis maupun lisan (Sujarweni, 2014: 73-
74).
a. Data primer: data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel ataujuga data hasil wawancara peneliti dengan
anarasumber. Data yang diperoleh dari ata primer ini harus diolah lagi.
Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
b. Data sekunder: Data yang didapat dari catatan, buku, majalah, laporan
pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya.
Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber
yang tidak langsung memberikan data pada pengumpulan data.

Fisib Unpak
36

3.6 Validitas dan Reabilitas


3.6.1 Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan untuk menguji instrumen yang valis,
instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti insturmen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukut (Sugiyono,
2014:121). Uji validitas menggunaka teknik kolerasi Person Product
Moment. Adapun rumusnya sebagai berikut :
r =n ∑ xy−¿ ¿ ¿
Keterangan :
r = nilai koefisien validitas
X = skor pertanyaan pertama
Y = total skor
XY = skor pertanyan pertama dikalikan skor total
X2 = kuadrat skor butir X
Y2 = kuadrat skor butir Y
N = jumlah responden
3.6.2 Uji Reabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut menunjukan
konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur suatu gejala yang sama.
Teknik yang digunakan dalam mengukur reliabilitas instrumen
pada penelitian ini adalah teknik pengukuran alpha cronbach. Adapun
tingkatan reliabilitas berdasarkan nilai alpha yaitu :
2 3
k ∑σb
r=
k
[
(k −1)
1−
][
σ 2t ]
r = Nilai Reliabilitas
∑ σ 2b = Jumlah varians skor tiap-tiap item pernyataan

σ 2t = Varian total
k = Jumlah item pernyataan

Fisib Unpak
37

Uji reliablilitas atau handal jika jawaban dalam kuesioner akan


stabil dari waktu ke waktu, suatu kuesioner dilakukan reliable atau handal
jika memberikan nilai crochbach alpha > 0,60. Adapun tingkat reliabilitas
berdasar rumus cronchbach alpha:

Tabel 3.1 Interpretasi Reliabilitas Instrumen


Nilai Alpha Keterangan
0,00 – 0,19 Sangat tidak reliabel
>0,20 – 0,39 Tidak reliabel
>0,40 – 0,59 Cukup reliabel
>0,60 – 0,79 Reliabel
>0,80 – 1,00 Sangat reliabel
Sumber: Sugiyono (2014 : 123)
Berdasarkan uji reliabilitas dengan bantuan program SPSS 25, nilai
Cronbach Alpha dari variabel X1 adalah 0,922 Nilai Cronbach Alpha tersebut
berada pada >0,80 – 1,00 yang artinya variabel X1 (Peran Ayah dan Ibu)
dalam penelitian ini Sangat Reliabel. Berikutnya variabel X2 adalah 0,691.
Nilai Cronbach Alpha tersebut berada pada >0,60 – 0,79 yang artinya
variabel X2 (Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua) dalam
penelitian ini Sangat Reliabel. Sedangkan untuk variabel Y besarnya nilai
Cronbach Alpha adalah 0,914. Nilai Cronbach Alpha tersebut berada pada
>0,80 – 1,00 yang artinya variabel Y (Perkembangan Moral Anak) dalam
penelitian ini Sangat Reliabel. (hasil pada lampiran).
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan kegiaatan setelah data dari seluruh
responden terkumpul. Kegiatan analisis data adalah mengelompokan data
berdasarkan variable dan jenis responden, metabulasi data berdasarkan
variable dari seluruh rasponden, menyajikan data tiap variable yang diteliti,
melakukan penghitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik
analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik (Sugiyono,
2013:206).
Penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran likert. Skala
likert menurut Sugiyono (2013:93) digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seorang atau kelompok orang tentang fenomena social.

Fisib Unpak
38

Dalam penelitian, fenomena sosial ino telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variable penelitian.
Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai
gradasi dari segi positif sampai sangan negative, yang dapat berupa kata-kata
antara lain :
Tabel 3.2 Skala Pengukuran Likert
Kategori Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
(Sugiyono, 2013:206)
3.7.1 Analisis Rataan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis
menggunakan software SPSS versi 23. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Skala Likert. (Sugiyono, 2014:90) Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang kejadian atau fenomena sosial. Skala
Likert mempunyai gradasi yang sangat positif sampai dengan sangat
negatif. Adapun Skala Likert dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.3 Skala Pengukuran Likert
Keterangan Penilaian
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
(Sumber: Kriyantono, 2010:112)
Hasil jawaban responden kemudian dikelompokkan di dalam
setiap kriteria lalu dikalikan dengan bobotnya, untuk mendapatkan
skor rata-rata maka jumlah jawaban kuesioner dibagi jumlah
pernyataan dikalikan jumlah resoinden dengan rumusan sebagai
berikut (Umar, 2011:98):

∑ Jawaban Kuesioner = Skor Rata-Rata


∑ Pernyataan x ∑ Responden
Fisib Unpak
39

Setelah diketahui skor rata-rata, maka hasil tersebut


dimasukkan ke dalam garis kontinum dengan kecenderungan
jawaban responden akan didasarkan pada nilai rata-rata skor yang
selanjutnya akan dikategorikan pada rentang skor berikut:
Nilai Tertinggi : 4
Nilai Terendah : 1

Rentang Skor =
Nilai Tertinggi−NIlai Terendah
Jumlah Nilai
4−1
= =0,75
4

Kategori skala untuk masing-masing variabel dapat


ditentukan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Skala Skor
Skala Skor Keterangan
1,00-1,75 Sangat Rendah
1,76-2,50 Rendah
2,51-3,25 Tinggi
3,26-4,00 Sangat Tinggi
(Sumber: Kriyantono, 2010:115)
3.7.2 Penguji Asumsi Klasik
Penggunaan model analisis regresi terkait dengan sejumlah asumsi
dan harus memenuhi asumsi-asumsi kalsik yang mendasari model
tersebut. Uji asusi klasik adalah pernyataan statistika yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linier, penguji asumsi yang harus dipenuhi agar
persamaan regresi dapat digunakan dengan baik. Uji asumsi yang
digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji linearitas, uji
heterokedastisitas. Cara pengujian linier ini dibantu oleh aplikasi SPSS for
windows.
3.7.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas yang bertujuan untuk mengkajiapakah dalam model
regresi berganda variable terikat dan variable bebas keduanya apakah
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik harus
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Sujawerni,

Fisib Unpak
40

2015:52). Pengujian menggunakan Kolmogorov Smirnov untuk


mengetahui apakah distribusi data pada tiap-tiap variable normal atau
tidak. Rumus Kolmogorov Smirnov yaitu:
Dn= ¿ | F n(X) – F(X)|.
x
Kriteria pengambilan keputusan apakah data distribusi normal atau tidak,
yaitu:
Jika Signifikasi ≥0,05 maka data berdistribusi normal.
Jika Signifikasi ≤0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
3.7.2.2 Uji Heterokedastistitas
Uji heterokedastistitas keadaan dimana terjadinya ketidak samaan
varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik
mensyaratkan tidak adanya masalah heterokedastistitas (Sujarweni,
2015:186). Untuk menditeksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dengan
melihat titik-titik pada scaterrplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan
pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 dan pada sumbu Y
maka tidak terjadi masalah heterokedastistitas. Scaterrplots dapat dilihat
melalui outpu regresi yang dihasilkan.
Jika signifikasi kuang dari 0,05 terjadi heterokedastistitas
Jika signifikasi lebih dari 0,05 tidak terjadi heterokedastistitas
3.7.2.3 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
variabel independent dan variabel dependen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2012:159). Pengujian pasa SPSS
dengan menggunakan test for linearity dengan pada huruf signifikan.
Dasar pengambilan keputusan dari metode ini yaitu:
Jika Signifikasi ≥0,05 maka terdapat hubungan yang linear.
Jika Signifikasi ≤0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear.
3.7.2.4 Uji Multikoliniearitas
Uji Multikoliniearitas untuk melihat ada atau tidaknya korelasi
yang tinggi antara variable bebas terhadap variable terikat menjadi
terganggu. Dasar pengambilan keputusan pada uji multikoliniearitas dapat

Fisib Unpak
41

dilakukan dengan dua acara, yaitu: melihat nilai Tolerance dan nilai VIF
(Variance Inflation Factor):
1. Jika nilai Tolerance lebih besar dari pada 0,10 maka artinya tidak
terjadi multikolinieritas terhadap data yang diuji. (tidak terjadi)
2. Jika nilai Tolerance lebih kecil dari pada 0,10 maka artinya terjadi
multikolinieritas terhadap data yang diuji.
3. Jika nilai VIF lebih kecil dari pada 10,00 maka artinya tidak terjadi
multikolinieritas terhadap data yang diuji. (Tidak terjadi)
4. Jika nilai VIF lebih besar dari pada 10,00 maka artinya tidak terjadi
multikolinieritas terhadap data yang diuji.
3.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini akan dihasilkan data interval yang diperoleh dari
kuesioner yang diisi oleh responden, karena penelitian ini menganalisis
mengenai pengaruh dua variabel X maka digunakan digunakan analisis
regresi linear berganda. Menurut Sugiyono (2013:207) analisis regresi
berganda digunakan oleh peneliti, dengan menggunakan minimal 2
prediktor. Persamaan regresi untuk dua predictor adalah:

Y I =a−b1 X 1 +b 2 X 2

3.8 Uji Analisis Data


3.8.1 Uji F-test (Simultan)
Uji statistic f pada dasarnya menunjukan apakah semua
variabel independen atau variabel bebas yang dimasukan dalam
model mempunyai pengaruh secara Bersama-sama terhadap
variabel dependen atau variabel terkait (Ghozali, 2012. 98). Derajat
yang digunakan ialah 5 persen. Dasar pengambilan uji f
berdasarkan fhitung dan ftabel:
a. Jika nilai fhitung> ftabel maka variabel independen (X) secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Y)
b. Juka nilai fhitung< ftabel maka variabel independen (X) secara
simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y)

Fisib Unpak
42

Dasar pengambilan keputusan dalam uji F berdasarkan


nilai signifikan hasil dari output SPSS, sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen (X)
secara bersama-sama mempengaruhi signifikan terhadap
variabel dependen (Y)
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel independen (X)
secara bersama-sama mempengaruhi signifikan terhadap
variabel dependen (Y)
3.8.2 Uji T-test (Parsial)
Uji beda t-test digunakan untuk menguji seberapa jauh
pengaruh variabel independent yang digunakan dalam penelitian
ini secara individual dalam menerangkan variabel dependen secara
varsial (Ghozali, 2012, 98). Dasar pengambilan keputusan
digunakan dalam uji t sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas signifikan > 0.05, maka hipotesis ditolak.
Hipotesisi ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen
tidak pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai probabilitas signifikan < 0.05, maka hipotesis
diterima. Hipotesisi tidak dapat ditolak mempunyai arti bahwa
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Pengujian parsial regresi dimaksud untuk mengetahui
apakah variabel bebas secara individual mempunyai pengaruh
terhadap variabel terkait, dengan asumsi yang lain itu konstan.
Untuk melakukan uji t maka dapat menggunakan rumus
tersebut:

t=β n/s β n

Keterangan:
t : Mengikuti fungsi t dengan derajat kebebasan (df).
βn : Kofisiensi regresi masing-masing variabel.
s βn : Standar error masing-masing variabel.

Fisib Unpak
43

3.8.3 Uji Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung
besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tergantung (Sarwono, 2012:221)

Fisib Unpak
44

3.9 Definisi Operasional


Definisi operasional dan beberapa istilah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Peran Ayah dan Ibu (X1)
X1.1 Sebagai Modelling, Orang tua adalah contoh atau teladan bagi
seorang anak baik dalam menjalankan nilai-nilai spiritual atau agama dan
norma yang berlaku di masyarakat. Orang tua mempunyai pengaruh sangat
kuat dalam kehidupan anak karena tingkah laku dan cara berfikir anak
dibentuk oleh tingkah laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif
maupun negative.
X1.2 Sebagai Mentoring, Orang tua sebagai mentoring dalam menjalanin
hubungan, memberikan kasih sayang mendalam baik secara positif
maupun negative. Mengajarkan untuk bersikap terbuka dan mau menerima
setiap pembelajaran
X1.3 Sebagai Organizing, Orang tua mampu mengatur, mengontrol dan
merencanakan, bekerjasama dalam menyelesaikan setip permasalahan,
serta mampu untuk meluruskan. Orang tua harus bersikap adil dan
bijaksana.
X1.4 Sebagai Teaching, Orang tua ialah orang yang mempunyai
tanggung jawab mendorong, mengawasi, membimbing, mengajarkan
anak-anaknya tentang nilai-nilai spiritual, moran dan social serta
mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan sehingga anak memahami dan
melaksanakannya.
2. Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua (X2), Pembatasan
ialah tidakan untuk melakukan betas an ataupun embatasi dalam menonton
televisi yang dilakukan oleh orang tua.
X1.1 Pemirsa, Orang atau kelompok yang melihat dan menyaksikan
program siaran televisi, pemirsa dapat disebut juga menjadi khalayak
(Komunikan)
X1.2 Waktu, Letak memposisikan suatu siaran atau program acara dengan
tujuan dan fungsinya.
X1.3 Durasi, Hitungan angka waktu penyajian dalam suatu program acara.

Fisib Unpak
45

X1.4 Metode Penyajian, Cara memperlihatkan suatu program acara agar


terlihat menarik dan diminati pemirsanya.
3. Perkembangan Moral Anak (Y),
Y2.1 Preconventional, fase dimana anak belajar untuk mengetahui baik
ataupun atau tidak baik seperti apa, baik buruk sebagai kosekuensi dari
suatu tindakan, dan sesuatu yang memuaskan mereka sendiri.
Y2.2 Conventional, fase anak berorientasi pada mutualitas hubungan
interpersonal dengan kelompok. Anak sudah mampu bekerjasama dengan
kelompok dan mempelajari serta mengadopsi norma-norma yang ada
dalam kelompok selain norma dalam lingkungan keluarganya
Y2.3 Postconventional, terdapar dua fase. Pada fase pertama, anak
menempatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang tepat yang
menguntungkan bagi masyarakat sebagai sesuatu yang baik. Fase kedua
dikatakan sebagai tingkat moral tertinggi, yaitu dapat menilai perilaku baik
dan buruk dari dirinya sendiri. Kebaikan dipersepsikan ketika mereka
dapat melakukan sesuatu yang benar. Anak sudah dapat mempertahankan
perilaku berdasarkan standard moral yang ada, seperti menaati aturan dan
hukum yang berlaku di masyarakat.

Fisib Unpak
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Bogor


4.1.1 Visi dan Misi Kota Bogor
Visi
“Mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Ramah Keluarga”.
Misi:
1. Mewujudkan Kota yang Sehat.
2. Mewujudkan Kota yang Cerdas.
3. Mewujudkan Kota yang Sejahtera.

Program Unggulan Kota Bogor :


1. Pengembangan Jasa Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
2. Penguatan Spiritualitas dan Nilai Budaya Untuk Keluarga Tangguh
dan Masyarakat Madani.
3. Pengembangan Tata Kelola Pemerintahan yang Kolaboratif,
Transparan dan Melayani.
4.1.2 Laporan Penduduk Berumah Tangga Kota Bogor
Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga, dan Rata-rata Anggota
Rumah Tangga, 2016
Tabel 4.1 Penduduk, Rumah Tangga, Rata-rata Anggota Rumahtangga
Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Rata-rata Anggota
Tahun
(Orang) Tangga Rumah Tangga
1990 272251 50195 5.42
2000 750819 164083 4.58
2010 950334 233975 4.06
2011 987315 238227 4.14
2012 1004831 243665 4.12
2013 1013019 246627 4.11
2014 1030720 252967 4.07
2015 1047922 258288 4.06
2016 1064687 261898 4.07
(Sumber: https://bogorkota.bps.go.id)

46
47

Penelitian ini sample yang digunakan ialah banyaknya penduduk,


rumah tangga, dan rata-rata anggota rumahtangga pada tahun 2016 di Kota
Bogor.
4.1.3 Wilayah Kota Bogor
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’
26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kota
Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan
potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan
jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi,
komunikasi, dan pariwisata.
Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan
maksimum 330 m dari permukaan laut.
Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C
dengan suhu terendah 21,8’ C dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Kelembaban
udara 70 %, Curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm
dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.
Luas Wilayah Kota bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6
kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian Secara Administratif kota Bogor
terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa (lima
diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng,
Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW,
2.712 RT dan dikelilingi oleh Wilayah Kota Bogor
4.1.4 Keadaan Demografis
Berdasarkan data yang saya dapat melalui website Badan Pusat
Statistik Kota Bogor Jumlah Ruamah Tangga pada tahun 2016 adalah:
261898 Jumlah Rumah Tangga
4.1.5 Keadaan Geografis
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’
26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kota
Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan
potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan

Fisib Unpak
48

jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi,


komunikasi, dan pariwisata.

4.2 Struktur Organisasi Kota Bogor


Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kota Bogor

Wali Kota

Tim Pertimbangan Pelayanan Sekertaris Daerah


Publik

Ketua: Sekekrtaris Daerah


Anggota: Atasan DPRD
1. Inprastruktur
2. Kepala Bagian Humas
3. Kepala Bagian Hukum PPID

4. Kepala Kantor Arsip dan


SKPD
Perpustakaan
Pejabat
5. Kepala Kantor Komunikasi Fungsional/Pejaba
dan Informatika t Informasi
Pengelolaan
Informasi

Sekertaris daerah yang dipimpin oleh Sekertaris Daerah yang bertanggung


jawab kepada Walikota. Sekertaris Daerah membawahi Tim Pertimbangan
Pelayanan Publik yang diketuai oleh Sekertaris Daerah, Anggota Inprastruktur,
Kepala Bagian Humas Kepala Bagian Hokum, Kepala Kantor Arsip dan
Perpustakaan, Kepala Kantor Komunikasi dan Informatika. Selain itu Sekertaris
Daerah membawahi DPRD yang dipimpin oleh sekertariat DPRD yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara
administrative bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekertaris Daerah.
PPID mempunyai tugas merencanakan dan mengorganisasikan, melaksanakan,

Fisib Unpak
49

mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pelayanan


informasi publik.
Sumber:https://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/1/struktur-organisasi

4.3 Kekerasan Anak di Kota Bogor

Gambar 4.2 Walikota Bogor


(Sumber: https://m.ayobogor.com)
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor
mencatat ada 14 kasus kekerasan yang terjadi pada anak di Bogor sejak awal 2019
hingga pertengahan Februari ini (2020). Trennya diperkirakan akan terus
meningkat. Pada 2017 terjadi 30 kasus kekerasan terhadap anak. Angka itu naik
menjadi 46 kasus pada 2018. Dari jumlah kasus tersebut, 40 persen di antaranya
terjadi di kalangan remaja atau tingkat sekolah menengah.
Ketua KPAID Kota Bogor Dudih Syiaruddin mengatakan, dengan melihat
adanya peningkatan kasus kekerasan terhadap anak, maka Pemerintah Kota
(Pemkot) Bogor dan pihak terkait lainnya perlu memberikan perhatian lebih. “Ini
harus jadi warning (peringatan) buat kita pak wali, karena tahun 2019 baru
berjalan 40 hari saja sudah tercatat 14 kasus," ujar Dudih saat audiensi dengan
Wali Kota Bogor, Bima Arya, Selasa (12/2/2019).
Dudih melanjutkan, berdasarkan laporan dari masyarakat, ada beragam
tindak kekerasan yang dialami oleh anak di Kota Bogor mulai dari kekerasan
fisik, kekerasan verbal, hingga kekerasan seksual. “Dari jumlah kasus yang ada,
mayoritas terjadi di lingkungan pendidikan dan kita cukup kerepotan juga ketika

Fisib Unpak
50

permasalahan ini susah diurainya. Kita cukup sulit untuk berkoordinasi karena
kasusnya sering terjadi di SMA, sementara kewenangan SMA ada di Provinsi
Jawa Barat," papar Dudih. "Kami berharap setiap kejadian yang berkaitan dengan
kekerasan terhadap anak, kita bisa dilibatkan dan bersama-sama untuk
menyelesaikan permasalahan ini,” tambah dia.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bogor Bima Arya meminta KPAID
Kota Bogor untuk melakukan kajian dan pemetaan mengapa kasus tersebut bisa
terjadi. KPAID juga diminta untuk menguraikan di lingkungan mana kekerasan
terhadap anak muncul. “Setelah dilakukan pemetaan seperti itu, KPAID bisa
segera melakukan koordinasi dan bersinergi dengan pemerintah. Kami pasti akan
fokus pada fenomena ini, Jika persoalan SMA menjadi kendala karena
kewenangan provinsi, itu tidak berpengaruh terhadap saya," ujar Bima. "Laporkan
saja ke saya, karena kasus tersebut terjadi di daerah yang merupakan tanggung
jawab saya," ungkapnya. Menurut Bima, melalui Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA), Pemkot Bogor akan
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengurai persoalan
kekerasan terhadap anak yang terjadi di Kota Bogor.
Sumber:https://m.ayobogor.com/read/2019/02/13/2500/kasus-kekerasan-terhadap-
anak-di-kota-bogor-meningkat
4.4 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Peneliti mengemukakan data hasil penelitian yang di dapat dari para
responden sebagai sumber utama yang melalui penyebaran kuesioner dan studi
kepustakaan untuk melengkapi data utama. Analisis data hasil penelitian disajikan
berdasarkan variable dan indikator variable penelitian.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Pembatasan
Tayangan Televisi Oleh Orang tua Terhadap Perkembangan Moral Anak. Dalam
hal ini peneliti melakukan penelitian di Kota Bogor yang berjumlah 100
responden.
4.5 Karakterisik Orang Tua
Karakteristik orang tua didasarkan pada keterbatasan sumber belajar dapat
dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi (pendapatan orang tua), pendidikan
orang tua, dan status pekerjaan. Menurut Ball dan Bindler (1995), yang

Fisib Unpak
51

menjelaskan bahwa sejumlah faktor yang berkaitan dengan perkembangan anak


terkait dengan social ekonomi yang rendah. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa karakteristik orang tua berkontribusi dalam perkembangan
moral anak.
4.5.1 Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua adalah hasil yang diperoleh yang dinilai dengan
uang, yang diperolehnya dengan cara melakukan usaha atau kegiatan ekonomi
dalam kurun waktu tertentu, dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Berdasarkan dari hasil sebaran kueisoner kepada Orang Tua di Kota Bogor
dengan jumlah 100 responden memiliki hasil indikator Pendidikan Orang sebagai
berikut:

Tabel 4.2 Indikator Penghasilan


Pendapatan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
Kurang dari Rp.4.083.670 58 58
Rp.4.100.000 – Rp.5.000.000 18 18
Rp.5.100.000 – Rp.6.000.000 8 8
Lebih dari Rp.6.000.000 16 16
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2021
Tabel diatas menunjukan berbagai macam variasi responden, dapat
disimpulkan bahwa frekuensi responden dengan pendapatan kurang dari
Rp.4.169.000 lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan pendapatan
yang lainnya. Frekuensi kurang dari Rp.4.083.670 memiliki hasil 58 orang dengan
persentase 58 persen, frekuensi Rp.4.100.000 – Rp.5.000.000 memiliki hasil 18
orang dengan persentase 18 persen, frekuensi Rp.5.100.000 – Rp.6.000.000
memiliki hasil 8 orang dengan persentase 8 persen, dan frekuensi Lebih dari
Rp.6.000.000 memiliki hasil 16 orang dengan persentase 16 persen. Hal ini
menunjukan bahwa responden orang tua di Kota Bogor lebih didominasi oleh
responden dengan pendapatan kurang dari Rp.4.619.000.
4.5.2 Pendidikan Orang Tua
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangakan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Berdasarkan dari hasil sebaran kueisoner kepada Orang Tua di Kota Bogor

Fisib Unpak
52

dengan jumlah 100 responden memiliki hasil indikator Pendidikan Orang sebagai
berikut:

Tabel 4.3 Indikator Pendidikan


Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
SD 4 4
SMP 10 10
SMA 41 41
D-3 7 7
S-1 36 36
S-2 2 2
S-3 0 0
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2021
Tabel diatas menunjukan berbagai macam variasi responden, dapat
disimpulkan bahwa frekuensi responden dengan pendidikan SMA lebih tinggi
dibandingkan dengan responden dengan pendidikan yang lainnya. Frekuensi SD
memiliki hasil 4 orang dengan persentase 4 persen, frekuensi SMP memiliki hasil
10 orang dengan persentase 10 persen, frekuensi SMA memiliki hasil 41 orang
dengan persentase 41 persen, frekuensi D-3 memiliki hasil 7 orang dengan
persentase 7 persen, frekuensi S-1 memiliki hasil 36 orang dengan persentase 36
persen, frekuensi S-2 memiliki hasil 2 orang dengan persentase 2 persen, dan
frekuensi S-3 memiliki hasil 0 orang dengan persentase 0 persen. Hal ini
menunjukan bahwa responden orang tua di Kota Bogor lebih didominasi oleh
responden dengan Pendidikan terakhir SMA.
4.5.3 Status Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan adalah salah satu kebutuhan hidup yang dibutuhkan oleh semua
orang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setiap orang memiliki
pekerjaannya masing-masing dan mereka yang menentukan mereka ingin bekerja
di lembaga apa. Berdasarkan dari hasil sebaran kueisoner kepada Orang Tua di
Kota Bogor dengan jumlah 100 responden memiliki hasil indikator perkerjaan
sebagai berikut:

Fisib Unpak
53

Tabel 4.4 Indikator Pekerjaan


Pekerjaan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 40 40
Buruh 5 5
Karyawan Swasta 17 17
Pegawai Negeri 6 6
Guru/Pengajar 11 11
ABRI/TNI/POLISI 0 0
Wirausaha 17 17
Profesional 4 4
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2021
Tabel diatas menunjukan berbagai macam variasi responden, dapat
disimpulkan bahwa frekuensi responden dengan Ibu Rumah Tangga lebih tinggi
dibandingkan dengan responden dengan pekerjaan yang lainnya. Frekuensi Ibu
Rumah Tangga memiliki hasil 40 orang dengan persentase 40 persen, frekuensi
buruh memiliki hasil 5 orang dengan persentase 5 persen, frekuensi karyawan
swasta memiliki hasil 17 orang dengan persentase 17 persen, frekuensi pegawai
negeri memiliki hasil 6 orang dengan persentase 6 persen, frekuensi guru atau
tenaga pengajar memiliki hasil 11 orang dengan persentase 11 persen, frekuensi
ABRI/TNI/POLISI memiliki hasil 0 orang dengan persentase 0 persen, frekuensi
wirausaha memiliki hasil 17 orang dengan persentase 17 persen dan frekuensi
profesional memiliki hasil 4 orang dengan persentase 4 persen. Hal ini
menunjukan bahwa responden orang tua di Kota Bogor lebih didominasi oleh
responden ibu rumah tangga.
4.6 Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap
Perkembangan Moral Anak
Penelitian mengenai “Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua
Terhadap Perkembangan Moral Anak” terdiri dari tiga variabel yaitu Peran Ayah
dan Ibu (X1) dengan indikator Modeling, Teaching, Mentoring dan Organizing.
Pembatasan Tayangan Televisi (X2) dengan indikator Pemirsa, Waktu, Durasi
Fisib Unpak
54

dan Metode Penyajian, dan Perkembangan Moral Anak (Y) dengan indikator
Preconvetional, Convetional dan Postconventional. Ketiga variabel tersebut
memiliki beberapa indikator dan dikembangkan menjadi 52 pernyataan

4.6.1 Peran Ayah dan Ibu (X1)


Peran Ayah dan Ibu diukur melalui empat indikator yaitu
Modeling, Monitoring, Organizing, dan Teaching. Berdasarkan data dari
penyebaran kueisoner di Kota Bogor kepada 100 responden, Berikut
merupakan tabel-tabel dan variabel Peran Ayah dan Ibu setiap butir
pernyataan kueisoner dalam satu indikator diperoleh hasil sebagai berikut
1. Modeling
Penelitian ini yang dimaksud dengan Modeling adalah merujuk
pada Orang Tua sebagai contoh atau teladan bagi seorang anak baik dalam
menjalankan nilai-nilai spiritual atau agama dan norma yang berlaku.
Orang Tua pula mempunyai pengaruh sangat kuat dalam kehidupan anak
karena tingkah laku dan cara berfikir anak dibentuk oleh tingkah laku dan
cara berpikir orang tuanya baik positif maupun negatif.
Tabel 4.5 Modeling
Hasil Perhitungan Untuk Indikator Modeling
P.X1.1 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
X1.1.1 Mengajarkan nilai 0 0 32 68 3,68 Sangat
spiritual, agama, tinggi
dan norma
X1.1.2 Pengaruh sangat 0 2 39 59 3,57 Sangat
kuat dalam tinggi 3,664 Sangat
kehidupan anak Tinggi
X1.1.3 Bertingkah laku 0 1 41 58 3,57 Sangat
positif tinggi
X1.1.4 Sikap peduli dan 0 0 28 72 3,72 Sangat
kasih sayang tinggi
X1.1.5 Menjadi contoh 0 0 32 68 3,68 Sangat
dan teladan untuk tinggi
anak
Sumber: Data Primer. 2021

Fisib Unpak
55

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Modeling


diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian, X1.1.1 sampai
X1.1.5 memiliki nilai Sangat Tinggi. X1.1.1 dengan nilai 3,68 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden
memberi pernyataan sebagai betikut mengajarkan nilai spiritual, agama
dan norma. X1.1.2 dengan nilai 3,57 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Orang Tua memiliki pengaruh sangat kuat dalam kehidupan anak.
X1.1.3 dengan nilai 3,57 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat
Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai berikut,
Orang Tua bertingkah laku positif di hadapan anak-anak.
X1.1.4 dengan nilai 3,72 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Orang Tua mengajarkan sikap peduli dan kasih sayang kepada
anak. X1.1.5 dengan nilai 3,68 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Orang Tua menjadi contoh dan teladan untuk anak.
2. Monitoring
Penelitian ini yang dimaksud dengan Monitoring adalah
merujuk pada Orang Tua sebagai mentoring pertama bagi anak yang
menjalin hubungan, memberikan kasih sayang secara mendalam baik
secara positif maupun negatif, memberikan perlindungan sehingga
mendorong anak untuk bersikap terbuka dan mau menerima
pengajaran.
Tabel 4.6 Monitoring
Hasil Perhitungan Untuk Indikator Monitoring
P. Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
X1.2 Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
X1.2.1 Menjadi sumber 0 2 37 61 3,59 Sangat
utama dalam Tinggi
perlindungan anak
X1.2.2 Selalu mengamati 0 0 48 52 3,52 Sangat 3,588 Sangat
anak Tinggi tinggi
X1.2.3 Memberi rasa kasih 0 0 28 72 3,72 Sangat

Fisib Unpak
56

sayang secara Tinggi


mendalam
X1.2.4 Mengajarkan anak 0 0 40 60 3,60 Sangat
untuk bersikap Tinggi
terbuka dan mau
menerima
pengajaran
X1.2.5 Sumber 0 0 49 51 3,51 Sangat
perlindungan anak Tinggi
dalam
perkembangan
perasaan aman atau
tidak aman
Sumber: Data Primer. 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Monitoring


diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian, X1.2.1 sampai
X1.2.5 memiliki nilai Sangat Tinggi. X1.2.1 dengan nilai 3,59 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden
memberi pernyataan sebagai betikut Orang Tua menjadi sumber utama
dalam perlindungan anak. X1.2.2 dengan nilai 3,52 yang memiliki skor
tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi
pernyataan sebagai berikut, sebagai Orang Tua mereka selalu mengamati
anak.
X1.2.3 dengan nilai 3,72 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Orang Tua memberikan rasa kasih sayang secara mendalam
kepada anak. X1.2.4 dengan nilai 3,60 yang memiliki skor tertinggi di
skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi
pernyataansebagai berikut, Orang Tua mengajarkan anak untuk bersikap
terbuka dan mau menerima pengajaran. X1.1.5 dengan nilai 3,51 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden
memberi pernyataansebagai berikut, Orang Tua menjadi sumber
perlindungan anak dalam perkembangan perasaan aman atau tidak aman.
3. Organizing
Penelitian ini yang dimaksud dengan Organizing adalah
merujuk pada Orang Tua yaitu mengatur, mengontrol, dan
merencanakan, bekerja sama dalam menyelesaikan setiap

Fisib Unpak
57

permasalahan yang terjadi, meluruskan struktur dan system keluarga


dalam rangka membantu meyelesaikan hal-hal yang penting serta
memenuhi semua kebutuhan keluarga.

Tabel 4.7 Organizing


Hasil Perhitungan Untuk Indikator Organizing
P.X1.3 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
X1.3.1 Mengatur dan 0 8 5 33 3,25 Tinggi
mengontrol anak 9

Menjadi organizing 0 13 6 25 3,12 Tinggi


X1.3.2 dalam 2
menyelesaikan 3,288 Sangat
setiap permasalahan Tinggi
anak

X1.3.3 Merencanakan dan 0 3 6 35 3,32 Sangat


bekerja sama dalam 2 tinggi
menyelesaikan
permasalahan
X1.3.4 Harus meluruskan 0 2 6 33 3,31 Sangat
struktur dan system 5 tinggi
keluarga untuk
membantu
menyelesaikan hal-
hal yang penting
X1.3.5 bersikap adil dan 0 0 5 44 3,44 Sangat
bijaksana dalam 6 tinggi
menyelesaikan
permasalahan

Sumber: Data Primer. 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Organizing


diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian, X1.3.1 sampai
X1.3.2 memiliki nilai Tinggi dan pernyataan X1.3.3 sampai X1.3.5
memiliki nilai Sangat Tinggi. X1.3.1 dengan nilai 3,25 yang memiliki skor

Fisib Unpak
58

tertinggi di skala Setuju (S) yang artinya responden memberi pernyataan


sebagai betikut Orang Tua mengatur dan mengontrol anak.
X1.3.2 dengan nilai 3,12 yang memiliki skor tertinggi di skala
Setuju (S) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai berikut,
sebagai Orang Tua menjadi organizing dalam menyelesaikan setiap
permasalahan anak. X1.3.3 dengan nilai 3,32 yang memiliki skor tertinggi
di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi
pernyataansebagai berikut, Orang Tua merencanakan dan bekerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan. X1.3.4 dengan nilai 3,31 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden
memberi pernyataansebagai berikut, Orang Tua harus meluruskan struktur
dan system keluarga untuk membantu menyelesaikan hal-hal yang penting.
X1.1.5 dengan nilai 3,44 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat
Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai berikut,
Orang Tua bersikap adil dan bijaksana dalam menyelesaikan
permasalahan.
4. Teaching
Penelitian ini yang dimaksud dengan Teaching adalah merujuk
pada Orang Tua adalah pendidik utama anak, pengamat, pendengar,
pemberi cinta yang selalu mengamati dan mendengarkan ungkapan
anak. Disaat anak mempunyai masalah bimbingan orang tua
membantu anak dalam memahami apa yang sedang terjadi karena anak
mudam mempunyai sikap pesimis, kurang percaya diri dengan
kemampuan sendiri.
Tabel 4.8 Teaching
Hasil Perhitungan Untuk Indikator Teaching
P. Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
X.1.4 Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
X1.4.1 Mempunyai 0 0 4 60 3,60 Sangat
tanggung jawab
0 Tinggi
untuk mendorong,
mengawasi, 3,522 Sangat
membimbing,
tinggi
X1.4.2 Mengajarkan 0 1 5 44 3,43 Sangat

Fisib Unpak
59

prinsip-prinsip 5 Tinggi
kehidupan
X1.4.3 Menjalin hubungan 0 0 3 61 3,61 Sangat
baik dengan anak Tinggi
9
X1.4.5 Mendengarkan cerita 0 0 4 57 3,57 Sangat
dan ungkapan anak Tinggi
3
X1.4.6 Membantu anak 0 1 5 41 3,40 Sangat
dalam memahami Tinggi
8
apa yang sedang
terjadi
Sumber: Data Primer. 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Teaching


diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian, X1.4.1 sampai
X1.4.5 memiliki nilai Sangat Tinggi. X1.4.1 dengan nilai 3,60 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden
memberi pernyataan sebagai betikut Orang mempunyai tanggung jawab
untuk mendorong, mengawasi, membimbing anak. X1.4.2 dengan nilai
3,43 yang memiliki skor tertinggi di skala Setuju (S) yang artinya
responden memberi pernyataan sebagai berikut, Orang Tua mengajarkan
prinsip-prinsip kehidupan kepada anak.

X1.4.3 dengan nilai 3,61 yang memiliki skor tertinggi di skala


Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai
berikut, Orang Tua menjalin hubungan baik dengan anak. X1.4.4 dengan
nilai 3,57 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang
artinya responden memberi pernyataansebagai berikut, Orang Tua
mendengarkan cerita dan ungkapan anak. X1.1.5 dengan nilai 3,40 yang
memiliki skor tertinggi di skala Setuju (S) yang artinya responden
memberi pernyataan sebagai berikut, Orang Tua membantu anak dalam
memahami apa yang sedang terjadi.

4.6.2 Pembatasan Tayangan Televisi (X2)


Pembatasan Tayangan Televisi diukur melalui empat indikator yaitu,
Pemirsa, Waktu, Durasi dan Metode Penyajian. Berdasarkan data dari penyebaran
kueisoner di Kota Bogor kepada 100 responden, Berikut merupakan tabel-tabel
dan variabel Pembatasan Tayangan Televisi setiap butir pernyataan kueisoner

Fisib Unpak
60

dalam satu indikator diperoleh hasil sebagai berikut diperoleh hasil sebagai
berikut.

Tabel 4.9 Pemirsa


Hasil Perhitungan Untuk Indikator Pemirsa
P.X2.1 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
X2.1.1 Menonton berbagai 3 28 55 14 2,80 Tinggi
program acara
televisi
X2.1.2 Menonton televisi 0 2 62 36 3,34 Sangat
untuk mencari Tinggi
3,275 Sangat
informasi, hiburan,
dan edukasi tinggi
X2.1.3 Anak diberi batasan 0 4 49 47 3,43 Sangat
dalam menonton Tinggi
tayangan televisi
X2.1.4 Membatasi anak 1 3 37 59 3,54 Sangat
menonton tayangan Tinggi
televisi yang tidak
baik
Sumber: Data Primer. 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Permisa


diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian, X2.1.1
memiliki nilai Tinggi dan pernyataan X2.1.2 sampai X2.1.4 memiliki nilai
Sangat Tinggi. X2.1.1 dengan nilai 2,80 yang memiliki skor tertinggi di
skala Setuju (S) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai
betikut Orang Tua menonton berbagai program acara televisi. X2.1.2
dengan nilai 3,34 yang memiliki skor tertinggi di skala Setuju (S) yang

Fisib Unpak
61

artinya responden memberi pernyataan sebagai berikut, sebagai Orang Tua


menonton televisi untuk mencari informasi, hiburan, dan edukasi.
X2.1.3 dengan nilai 3,43 yang memiliki skor tertinggi di skala
Setuju (S) yang artinya responden memberi pernyataansebagai berikut,
Orang Tua memberi batasan dalam menonton tayangan televisi kepada
anak. X2.1.4 dengan nilai 3,54 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai
berikut, Orang Tua membatasi anak menonton tayangan televisi yang tidak
baik.

Tabel 4.10 Waktu


Hasil Perhitungan Untuk Indikator Waktu
P.X2.2 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
X2.2.1 Anak menonton 8 55 29 8 2,37 Rendah
televisi
sebelum
melaksanakan
rutinitas
X2.2.2 anak menonton 1 7 71 21 3,12 Tinggi
televisi setelah 2,895 Tinggi
mengerjakan
tugas
X2.2.3 Anak menonton 3 22 62 13 2,85 Tinggi
televisi pada
hari sabtu dan
minggu.
X2.2.4 Anak menonton 0 8 60 32 3,24 Tinggi
televisi
bersama
kelurga

Sumber: Data Primer. 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Waktu


diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian, X2.2.1
memiliki nilai Rendah dan pernyataan X2.2.2 sampai X2.2.4 memiliki
nilai Tinggi. X2.1.1 dengan nilai 2,37 yang memiliki skor tertinggi di skala
Tidak Setuju (TS) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai

Fisib Unpak
62

betikut Anak menonton televisi sebelum melaksanakan rutinitas. X2.1.2


dengan nilai 3,12 yang memiliki skor tertinggi di skala Setuju (S) yang
artinya responden memberi pernyataan sebagai berikut, anak menonton
televisi setelah mengerjakan tugas. X2.1.3 dengan nilai 2,85 yang
memiliki skor tertinggi di skala Setuju (S) yang artinya responden
memberi pernyataansebagai berikut, Anak menonton televisi pada hari
sabtu dan minggu. X2.1.4 dengan nilai 3,54 yang memiliki skor tertinggi
di skala Setuju (S) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai

berikut, Anak menonton televisi bersama kelurga.

Tabel 4.11 Durasi


Hasil Perhitungan Untuk Indikator Durasi
P.X2.3 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
X2.3.1 Anak saya 7 67 22 4 2,23 Rendah
menonton
televisi lebih 2,556 Tinggi
dari 2 jam
X2.3.2 Anak saya 4 45 48 3 2,50 Rendah
menonton
televisi 90 – 120
menit
X2.3.3 Anak saya 1 13 77 9 2,94 Tinggi
menonton
televisi 30 - 90
menit
Sumber: Data Primer. 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Durasi


diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian, X2.3.1 dan
X2.3.2 memiliki nilai Rendah serta pernyataan X2.3.3 memiliki nilai
Tinggi. X2.3.1 dengan nilai 2,23 yang memiliki skor tertinggi di skala
Tidak Setuju (TS) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai
betikut, Orang Tua tidak setuju jika anaknya menonton televisi lebih dari 2
jam. X2.1.2 dengan nilai 32,50 yang memiliki skor tertinggi di skala
Setuju (S) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai berikut,
Anak saya menonton televisi 90 – 120 menit. X2.1.3 dengan nilai 2,94

Fisib Unpak
63

yang memiliki skor tertinggi di skala Setuju (S) yang artinya responden
memberi pernyataansebagai berikut Anak saya menonton televisi 30 - 90
menit.

Tabel 4.12 Metode Penyajian


Hasil Perhitungan Untuk Indikator Metode Penyajian
P.X2.4 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
X2.4.1 Mengawasi 0 5 55 40 3,35 Sangat
anak dalam Tinggi
menonton
televisi
X2.4.2 Memberi 1 2 43 54 3,50 Sangat 3,43 Sangat
batasan kepada Tinggi tinggi
anak dalam
menonton
sinetron
X2.4.3 Memberi 0 4 50 46 3,42 Sangat
batasan Tinggi
menonton yang
tidak kategori
anak
X2.4.4 Mengganti 1 4 44 51 3,45 Sangat
saluran televisi Tinggi
mengetahui
anak menonton
tayangan yang
tidak sesuai
Sumber: Data Primer. 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Metode


Penyajian diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian,
X2.4.1 sampai X2.1.4 memiliki nilai Sangat Tinggi. X2.4.1 dengan nilai

Fisib Unpak
64

3,35 yang memiliki skor tertinggi di skala Setuju (S) yang artinya
responden memberi pernyataan sebagai betikut Orang Tua mengawasi
anak dalam menonton tayangan televisi. X2.4.2 dengan nilai 3,50 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden
memberi pernyataan sebagai berikut, Orang Tua memberi batasan kepada
anak dalam menonton sinetron.
X2.4.3 dengan nilai 3,42 yang memiliki skor tertinggi di skala
Setuju (S) yang artinya responden memberi pernyataansebagai berikut,
Orang Tua memberi batasan menonton yang tidak termasuk kategori anak.
X2.4.4 dengan nilai 3,45 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat
Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai berikut,
Orang Tua Mengganti saluran televisi mengetahui anak menonton
tayangan yang tidak sesuai.
4.6.3 Perkembangan Moral Anak (Y1)
Pembatasan Tayangan Televisi diukur melalui empat indikator
yaitu, Preconvetional, Convetional dan Postconvetional. Berdasarkan data
dari penyebaran kueisoner di Kota Bogor kepada 100 responden, Berikut
merupakan tabel-tabel dan variabel Perkembangan Moral Anak setiap
butir pernyataan kueisoner dalam satu indikator diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 4.13 Preconventional
Hasil Perhitungan Untuk Indikator Preconventional
P.Y1.1 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
Y1.1.1 Anak memiliki 0 5 53 42 3,37 Sangat
rasa empati Tinggi
Anak belajar 0 1 28 71 3,70 Sangat
Y1.1.2 rasa cinta dan Tinggi 3,564 Sangat
kasih sayang tinggi
kepada orang tua
Y1.1.3 Anak belajar 0 1 30 69 3,68 Sangat
rasa tanggung Tinggi
jawab
Y1.1.4 Anak belajar 0 0 38 62 3,62 Sangat
rasa kepedulian Tinggi
Y1.1.5 Anak tidak 0 9 37 54 3,45 Sangat
berani Tinggi

Fisib Unpak
65

berbohong
kepada orang
tuanya
Sumber: Data Primer. 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator


Preconventional diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu
penilaian, Y1.1.1 sampai Y1.1.5 memiliki nilai Sangat Tinggi. Y1.1.1
dengan nilai 3,37 yang memiliki skor tertinggi di skala Setuju (S) yang
artinya responden memberi pernyataan sebagai betikut Orang mempunyai
tanggung jawab untuk mendorong, mengawasi, membimbing anak. Y1.1.2
dengan nilai 3,43 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS)
yang artinya responden memberi pernyataan sebagai berikut, Orang Tua
mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan kepada anak. Y1.1.3 dengan nilai
3,61 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya
responden memberi pernyataansebagai berikut, Orang Tua menjalin
hubungan baik dengan anak. Y1.1.4 dengan nilai 3,57 yang memiliki skor
tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi
pernyataansebagai berikut, Orang Tua mendengarkan cerita dan ungkapan
anak. Y1.1.5 dengan nilai 3,40 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Orang Tua membantu anak dalam memahami apa yang sedang
terjadi.

Tabel 4.14 Conventional


Hasil Perhitungan Untuk Indikator Conventional
P.Y1.2 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan
Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
Y1.2.1 Anak berperilaku 0 2 47 51 3,49 Sangat
baik
Tinggi
Y1.2.2 Anak mampu 0 1 49 50 3,49 Sangat
bekerja sama Tinggi
dalam 3,541 Sangat
mengerjakan dan
tinggi
menyelesaikannya

Y1.2.3 Anak mau berbagi 0 1 52 47 3,46 Sangat


mainan/makanan Tinggi

Fisib Unpak
66

Y1.2.4 Anak mau 0 1 49 50 3,49 Sangat


memaafkan Tinggi
kesalahan

Y1.2.5 Anak menghormati 0 0 32 68 3,68 Sangat


kedua orang tua Tinggi

Y1.2.6 Anak menghormati 0 0 36 64 3,64 Sangat


orang-orang Tinggi

Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator Conventional


diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu penilaian, Y1.2.1 sampai
Y1.2.6 memiliki nilai Sangat Tinggi. Y1.2.1 dengan nilai 3,49 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden
memberi pernyataan sebagai betikut, Anak berperilaku baik dengan
keluarga dan teman sebayanya. Y1.2.2 dengan nilai 3,49 yang memiliki
skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi
pernyataan sebagai berikut, Anak mampu bekerja sama dalam
mengerjakan sesuatu dan menyelesaikannya bersama.
Y1.2.3 dengan nilai 3,46 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Anak mau berbagi mainan/makanan kepada keluarga dan
temannya. Y1.2.4 dengan nilai 3,49 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Anak mau memaafkan kesalahan teman-temannya. Y1.2.5 dengan
nilai 3,68 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang
artinya responden memberi pernyataansebagai berikut, Anak menghormati
kedua orang tua.
Y1.2.5 dengan nilai 3,64 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Anak menghormati orang-orang di lingkungan keluarga,
masyarakat dan teman-temannya.
Tabel 4.15 Postconventional
Hasil Perhitungan Untuk Indikator Postconventional

Fisib Unpak
67

P.Y1.3 Pernyataan Jawaban Rataan P.X1 Rataan


Indikator
STS TS S SS Nilai Ket Nilai Ket
Y1.3.1 Anak paham dan 0 0 40 60 3,60 Sangat
sadar pentingnya
Tinggi
berperilaku baik
Y1.3.2 Anak melindungi 2 15 44 39 3,20 Tinggi
temannya dari
tindakan negatif
Y1.3.3 Anak dapat 0 2 43 55 3,53 Sangat 3,453 Sangat
membedakan perilaku Tinggi Tinggi
baik atau buruk
Y1.3.4 Anak mencintai 0 4 45 51 3,47 Sangat
kebenaran Tinggi
Y1.3.5 Anak mampu 0 4 47 49 3,45 Sangat
mengontrol diri Tinggi
Y1.3.6 Anak mau menuruti 0 5 43 52 3,47 Sangat
perintah orang tua Tinggi
tanpa diberi
imbalan/hadiah
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel hasil perhitungan pada indikator


Postconventional diketahui bahwa pernyataan diatas memiliki satu
penilaian, Y1.3.1 memiliki nilai Sangat Tinggi, Y1.3.2 Memiliki nilai
Tinggi dan Y1.3.3 sampai dengan Y1.3.6 memiliki nilai Sangat Tinggi.
Y1.3.1 dengan nilai 3,60 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat
Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai betikut,
Anak paham dan sadar pentingnya berperilaku baik.
Y1.3.2 dengan nilai 3,20 yang memiliki skor tertinggi di skala
Setuju (S) yang artinya responden memberi pernyataan sebagai berikut,
Anak mau melindungi temannya dari tindakan negatif. Y1.3.3 dengan nilai
3,53 yang memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya
responden memberi pernyataansebagai berikut, Anak dapat membedakan
antara perilaku yang baik atau yang buruk. Y1.3.4 dengan nilai 3,47 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden
memberi pernyataansebagai berikut, Anak mencintai kebenaran.
Y1.3.5 dengan nilai 3,45 yang memiliki skor tertinggi di skala
Sangat Setuju (SS) yang artinya responden memberi pernyataansebagai
berikut, Anak mampu mengontrol diri. Y1.3.5 dengan nilai 3,47 yang
memiliki skor tertinggi di skala Sangat Setuju (SS) yang artinya responden

Fisib Unpak
68

memberi pernyataansebagai berikut, Anak mau menuruti perintah orang


tua tanpa diberi imbalan/hadiah.
4.7 Penguji Asumsi Klasik
Penggunaan model analisis regresi terkait dengan seumlah asumsi dan
harus memenuhi asunsi-asumsi klasik yang mendasari model tersebut. Pengajian
asumsi yang harus dipenuhi agar persamaan regresi dapat digunakan dengan baik.
4.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terkait dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Dalam uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji statistic non
parametric Kolmogorov Smirnov (K-S). Berikut tabel hasil uji normalitas

Tabel 4.16
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 5,06850472
Most Extreme Differences Absolute ,092
Positive ,059
Negative -,092
Test Statistic ,092
Asymp. Sig. (2-tailed) ,035c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. ,341d
99% Confidence Interval Lower Bound ,328
Upper Bound ,353
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.

Sumber Data Primer 2021

Kriteria dari uji Kolmogorov Smirnov (K-S) yaitu:


a. Jika Signifikasi ≥0,05 maka data berdistribusi normal.

Fisib Unpak
69

b. Jika Signifikasi ≤0,05 maka data tidak berdistribusi normal.


Dari tabel 4.16 dapat disimpulkan bahwa nilai uji Kolmogorov
Smirnov dalam penelitian ini adalah data berdistribusi normal. Data pada
tabel di atas dapat menjelaskan bahwa variabel bebas dan terikat serta
kedua variabel dapat saling berdistribusi dengan hasil 0,353 melebihi
kriteria dari dari uji Kolmogorov Smirnov. Pengujian ini dibantu dengan
SPSS.

Sumber: Data Primer, 2021


Gambar 4.3 Hasil Grafik Uji Normalitas Data
Hasil keluaran di atas garis diagonal dalam grafik menggambarkan
keadaan ideal dari data yang mengikuti distribusi normal. Titik-titik
menyebar di sekitar garis adalah keadaan data, titik-titik berada sangat
dekat dengan garis dan menempel serta menyebar di sekitar garis dan
mengikuti garis diagonal maka dapat disimpulkan jika data berdistribusi
normal.
4.7.2 Uji Heteroskedestistitas
Uji heterokedastistitas adalah keadaan terjadinya ketidak samaan
variabel dan residual pada suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadinya heterokedastistitas, Untuk
menditeksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dengan melihat titik-titik

Fisib Unpak
70

pada scaterrplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak
jelas di atas dan di bawah angka 0 dan pada sumbu Y maka tidak terjadi
masalah heterokedastistitas.

Fisib Unpak
71

Tabel 4.17 Hasil Uji Heterokedastistitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7,403 4,556 1,625 ,107
PERAN AYAH DAN IBU ,026 ,066 ,045 ,393 ,696
PEMBATASAN TAYANAGN -,120 ,092 -,149 -1,307 ,194
TELEVISI
a. Dependent Variable: ABS

Sumber: Data Primer, 2021

a. Jika signifikasi kuang dari 0,05 terjadi heterokedastistitas


b. Jika signifikasi lebih dari 0,05 tidak terjadi heterokedastistitas
Hasil dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai signifikasi lebih
dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastistas, hingga model regresi yang baik dan ideal dapat
terpenuhi.

Sumber: Data Primer, 2021


Gambar 4.4 Hasil Grafik Uji Heterokedastistitas

Fisib Unpak
72

Berdasarkan ouput yang di hasilkan scatterplots diatas diketahui,


Titik-titik data penyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0, titik-titik
tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja dan Penyebaran titik-titik
data tidak berpola. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastistas, hingga model regresi yang baik dan ideal dapat
terpenuhi.
4.7.3 Uji Linearitas
Uji Liniearitas, peneliti gunakan sebagai persyaratan dalam
menganalisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan
menggunakan Test for liniearity dengan pada taraf signifikan 0,05 apakah
model regresi variabel independent dan variabel dependen atau keduanya
mempunyai distribusi normal.
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Unstandardized Residual * Between (Combined) 1990,284 81 24,571 ,800 ,756
Unstandardized Predicted Groups Linearity ,000 1 ,000 ,000 1,000
Value Deviation from 1990,284 80 24,879 ,810 ,745
Linearity
Within Groups 553,000 18 30,722
Total 2543,284 99
Tabel 4.18 Hasil Uji Linearitas

Sumber: Data Primer, 2021

a. Jika Signifikasi ≥0,05 maka terdapat hubungan yang linear.


b. Jika Signifikasi ≤0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear.
Hasil dari tabel 4.18 dapat disimpulkan bahwa nilai uji liniearitas dalam
penelitian ini ialah nilai signifikasi lebih besar, maka terdapat hubungan yang
linear dan berdistribusi normal. Data pada tabel di atas dapat menjelaskan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Pembatasan
Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak.
Pengujian ini dibatu dengan SPSS.
4.7.4 Uji Multikolinieritas

Fisib Unpak
73

Uji multikolenieritas bertujuan untuk melihat apakah ada atau


tidaknya korelasi yang tinggi anatara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Jika ada korelasi yang tinggi anatara variabel-variabelnya. Maka hubungan
antara variabel bebas terhadap variabel teikat menjadi terganggu. Untuk
melihat apakah ada multikolinearitas dalam penelitian ini maka akan dilihat
dari melihat nilai Tolerance dan nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Pedoman suatu regresi yang bebas multikolenieritas adalah:
a. Mempunyai nilai VIF <10
b. Mempunyai nilai angka tolerance >0,10

Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolenieritas


Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1,319 6,754 ,195 ,846
X1 ,632 ,097 ,556 6,494 ,000 ,776 1,289
X2 ,306 ,136 ,193 2,256 ,026 ,776 1,289

a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer. 2021
Melihat hasil pada tabel di atas perihitungan nilai tolerance tidak ada
variabel independent yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dengan
nilai tolerance masing-masing variabel independen bernilai Peran Ayah dan
Ibu (X1) sebesar 0,776, dan Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi (X2)
sebesar 0,776. Berdasarkan table V di ketahui bahwa nilai VIF variabel X1
dan Variabel X2 adalah 1,289 dan nilai tolerance value 0,776 > 0,1 maka
dapat disimpulkan bahwa anatar variabel indepeden tidak terjadi persoalan
Multikolinieritas

4.8 Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap


Perkembangan Moral Anak (Kota Bogor)
Untuk mengetahui pengaruh pembatasan atayangan televisi oleh orang tua
terhadap perkembangan moral anak di Kota Bogor, berdasarkan data penelitian
yang telah dikumpulkan melalui kueisoner, baik untuk variabel dependen yaitu

Fisib Unpak
74

Perkembangan Moral Anak Kota Bogor (Y) maupun variabel indepeden yang
meliputi Peran Ayah dan Ibu yang diolah dengan program SPSS menggunakan
regresi linear berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan X1
dan X2 terhadap Y, dengan menggunakan minimal 2 prediktor. Persamaan regresi
untuk dua predictor.
Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,319 6,754 ,195 ,846
Peran Ayah dan Ibu (X1) ,632 ,097 ,556 6,494 ,000
Pembatasan Tayangan ,306 ,136 ,193 2,256 ,026
Televisi (X2)
a. Dependent Variable: Perkembangan (Y)
Sumber: Data Primer, 2021

Y I =a−b1 X 1 +b 2 X 2

Y1 = a – b1X1 + b2X2
=1,319 – 0,632 + 0,306

Interpretasi data di atas ialah sebagai berikut:


1. Nilai a sebesar 1,319 merupakan konstanta atau keadaan saat variabel
Perkembangan Moral Anak Kota Bogor belum dipengaruhi oleh variabel
lainnya yaitu variabel Perah Ayah dan Ibu (X1) dan Peembatasan
Tayangan Televisi (X2). Jika variabel independen tidak ada maka variabel
Perkembangan Moral Anak Kota Bogor tidak mengalami perubahan.
2. b1 (nilai kofisien regrei x1) sebesar 0,632 menujukan bahwa variabel Peran
Ayah dan Ibu mempunyai pengaruh yan positif terhadap Perkembangan
Moral Anak yang berarti setiap kenaikan satuan variabel Peran Ayah dan
Ibu maka akan mempengaruhi Perkembangan Moral Anak sebesar 0,632,
dengan asumsi bahwa variabel lain tidak di teliti dalam penelitian ini.
3. b2 (nilai kofisien regrei x2) sebesar 0,306 menujukan bahwa variabel
Pembatasan Tayangan Televisi mempunyai pengaruh yan positif terhadap

Fisib Unpak
75

Perkembangan Moral Anak yang berarti setiap kenaikan satuan variabel


Peran Ayah dan Ibu maka akan mempengaruhi Perkembangan Moral
Anak sebesar 0,306, dengan asumsi bahwa variabel lain tidak di teliti
dalam penelitian ini.

4.9 Uji Analisis Data


Hipotesis dalam penelitian ini di uji menggunakan multiple regression
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variabel Peran Ayah dan Ibu (X1)
dan Pembatasan Tayangan Televisi (X2) berpengaruh terhadap Perkembangan

Moral Anak di Kota Bogor. Adapun hasil uji F, t, r2 dan Ajusted R Square adalah
¿
sebagai berikut:
4.9.1 Uji Simultan (F)
Uji simultan merupakan alat uji statistic secara simultan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara sama-sama. Adapun hasil
uji simultan (uji F) yang dibantu dengan SPSS, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.21 Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2065,306 2 1032,653 39,385 ,000b
Residual 2543,284 97 26,219
Total 4608,590 99
a. Dependent Variable: Perkembangan Moral Anak
b. Predictors: (Constant), Pembatasan Tayanagn Televisi, Peran Ayah dan
Ibu
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikan 0,000
nilainya dibawah 0,05. Hal ini menunjukan bahwa semua variabel independent
yaitu Peran Ayah dan Ibu (X1) dan Pembatasan Tayangan Televisi (X2)
berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap Perkembangan
Moral Anak.

4.9.2 Uji Parsial (Uji t)

Fisib Unpak
76

Uji parsial merupakan alat uji statistik secara parsial untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Adapun hasil uji
parsial dibantu dengan SPSS, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.22 Uji T

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,319 6,754 ,195 ,846
Peran Ayah dan Ibu ,632 ,097 ,556 6,494 ,000
Pembatasan Tayanagn ,306 ,136 ,193 2,256 ,026
Televisi
a. Dependent Variable: PERKEMBANGAN MORAL ANAK
Sumber : Data Primer, 2021

1. Variabel Peran Ayah dan Ibu (X1) diperoleh t hitung sebesar 6.494
dengan probabilitas sebesar 0,000 yang mana nilai tersebut dibawah
0,05 dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
Peran Ayah dan Ibu (X1) terhadap Perkembangan Moral Anak.
2. Variabel Pembatasan Tayangan Televisi (X2) diperoleh t hitung
sebesar 2,256 dengan probabilitas sebesar 0,026 yang mana nilai
tersebut kurang dari 0,05. Dengan demikian terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel Pembatasan Tayangan Televisi (X2) terhadap
Perkembangan Moral Anak

4.9.3 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi


Untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel terkait dengan
variabel bebas maka dapa dilihat dari hasil uji sebagai berikut:
Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Korelasi, Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


a
1 ,669 ,448 ,437 5,120

a. Predictors: (Constant), Pembatasan Tayanagn Televisi, Peran Ayah dan


Ibu Fisib Unpak
77

Sumber: Data Primer, 2021

Hasil output menunjukan nilai R Square sebesar 0,448. Nilai koefisien


determinasi adalah R2 x 100% sehingga 0,448 x 100% = 44,8%. Artinya
variabel Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap
Perkembangan Moral Anak sebesar 44,8%, sedangkan sisanya 55,2% (100% -
44,8%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi
liear.

4.10 Peran Ayan dan Ibu Terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota
Bogor
Penelitian mengenai Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang
Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara Peran Ayah dan Ibu terhadap Perkembangan Moral
Anak di Kota Bogor.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor
mencatat ada 14 kasus kekerasan yang terjadi pada anak di Bogor sejak awal 2019
hingga pertengahan Februari 2020. Trennya diperkirakan akan terus meningkat.
Pada 2017 terjadi 30 kasus kekerasan terhadap anak. Angka itu naik menjadi 46
kasus pada 2018. Dari jumlah kasus tersebut, 40 persen di antaranya terjadi di
kalangan remaja atau tingkat sekolah menengah. Ada beragam tindak kekerasan
yang dialami oleh anak di Kota Bogor mulai dari kekerasan fisik, kekerasan
verbal, hingga kekerasan seksual.

Pentingnya peranan orang tua sangat di butuhkan dalam mengawasi anak.


Dan berdasarkan konteks latar belakang yang tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih dalam dengan judul “Pengaruh Pembatasi Tayangan
Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak”. Peran ayah dan
ibu merupakan satu kesatuan peran yang sangat penting dalam sebuah keluarga,
orang tua sebagai contoh atau teladan bagi seorang anak baik dalam menjalankan
nilai-nilai spiritual atau agama dan norma yang berlaku di masyarakat, menjalin
hubungan baik dengan anak serta memberikan kasih sayang secara mendalam
kepada anak.

Fisib Unpak
78

Proses analisis regresi linear sederhana yang telah dilakukan menunjukan


bahwa berdasarkan uji t dapat diketahui nilai probabilitas t-hitung untuk variabel
X1 yaitu Peran Ayah dan Ibu dengan nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari
tingkat signifikan 0,05 (5%) dan nilai t hitung 6,494 > 1.984, yang artinya bahwa
variabel bebas yaitu Peran Ayah dan Ibu memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel terkait yaitu Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor. Peran Ayah dan
Ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan moral anak di
Kota Bogor. Apabila tingkat kekerasan anak di Kota Bogor menurun maka Peran
Ayah dan Ibu cenderung berhasil, sehingga dapat berpengaruh kepada
Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor.
Hasil penelitian dengan uji-t menunjukan bahwa secara garis besar
responden beranggapan bahwa Peran Ayah dan Ibu Terhadap Perkembangan
Moral Anak di Kota Bogor cukup mempengaruhi tingkat kesadaran 0rang Tua
(Ayah dan Ibu) dalam perkembangan moral anak di Kota bogor. Hal itu
dibuktikan dengan hasil penelitian dengan pernyataan kueisoner di mana
responden Sebagian besar menjawab setuju. Koefisien Regresi uji-t bernilai
positif, sehingga dapat dikatakan bahwa arah pengaruh variabel X1 terhadap Y
adalah positif.
4.11 Pengaruh Pembatasan Tayanagn Televisi terhadap Perkembangan
Moral Anak
Televisi saat ini sudah sangat beragam banyaknya program acara yang di
sajikan. bebrapa stasiun tv bahkan mengkhususnya tayangannya pada kategori
seperti hiburan, pendidikan, bahkan ada yang mengkhususkan pada politik dan
kejadian aktual. Pada dasarnya fungsi media di haruskan memberikan suatu
informasi yang dapat bermanfaat dan berguna untuk masyarakat. Akan tetapi pada
kenyatannya tidak semua stasiun tv menyajikan informasi yang mendidik akan
tetapi mereka lebih mengejar rating agar acara yang mereka tayangkan lebih
menjual dan mengesamping fungsi utama dari sebuah tayangan televisi yaitu
mementingkan nilai moral dan pendidikan. Namun beberapa tahun kebelakang
banyak sekali perubahan dari konten-konten yang disajikan dalam media
penyiaran khususnya bidang pertelevisian, dimana didalamnya berisikan konten
yang tidak mendidik dengan waktu penayangan yang tidak sesuai. Dampak yang

Fisib Unpak
79

ditimbulkan bisa membahayakan si anak dan orang lain, hal tersebut


melatarbelakangi penelitian ini.
Proses analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan menunjukan
bahwa berdasarkan uji t dapat diketahui nilai probabilitas t-hitung untuk variabel
X2 yaitu Pembatasan Tayangan Televisi dengan nilai probabilitas 0,026 < 0,05
dan nilai t hitung 2,256 > 1.984, yang artinya bahwa variabel bebas yaitu
Pembatasan Tayangan Televisi memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
terkait yaitu Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor. Pembatasan Tayangan
Televisi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan moral
anak di Kota Bogor. Apabila tingkat kekerasan anak di Kota Bogor menurun
maka Pembatasan Tayangan Televi cenderung berhasil, sehingga dapat
berpengaruh kepada Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor.
Hasil penelitian dengan uji-t menunjukan bahwa secara garis besar
responden beranggapan bahwa Pembatasan Tayangan Televisi Terhadap
Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor cukup mempengaruhi dalam tingkat
perkembangan moral anak di Kota bogor. Hal itu dibuktikan dengan hasil
penelitian dengan pernyataan kueisoner di mana responden Sebagian besar
menjawab setuju. Koefisien Regresi uji-t bernilai positif, sehingga dapat
dikatakan bahwa arah pengaruh variabel X1 terhadap Y adalah positif.
4.12 Hubungan Teori Uses and Effects
Dalam teori ini menjelaskan mengenai hubungan antara komunikasi massa
yang disampaikan melalui media massa, yang menimbulkan sebuah effects bagi
pengguna dari media massa tersebut. Pada teori uses and effects, kebutuhan hanya
salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media.
Harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses kepada media, akan
membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak
menggunakan isi media massa.
Prinsip dasar yang terkandung yaitu, dimana para orang tua pengguna
media massa mendapatkan suatu effects setelah menggunakan media massa
tertentu. Dengan demikian dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan
erat antara pesan-pesan media dan reaksi audien. Demikian halnya pada program
Televisi yang menayangkan berbagai macam program acara membuat orang tua

Fisib Unpak
80

mengambil pelajaran dan informasi, serta menjadikan orang tua dapat mengetahui
baik ataupun buruknya suatu tayanagn televisi sehingga orang tua dapat
membatasi tayangan televisi yang tidak masuk dalam katogeri anak dan
mengandung nilai negatif untuk dicerna oleh anak.
Penelitian ini peran ayah dan ibu dalam membatasi tayangan televisi
terhadap anak menjadi salah satu yang dapat mempengaruhi perkembangan moral
anak. Peran ayah dan ibu dalam membatasi tayangan televisi kepada anak secara
tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan moral anak. Pengaruh
pembatasan tayangan televisi oleh orang tua terhadap perkembangan moral anak
di kota bogor yang membahas tentang pembatasan dalam menonton tayangan
televisi oleh orang tua kepada anaknya di wilayah kota bogor, mampu berdampak
positif terhadap perkembangan moral anak dimana anak dapat belajar untuk
mengetahui baik ataupun atau tidak baik seperti apa, anak mampu bekerjasama
dengan kelompok dan mempelajari serta mengadopsi norma-norma yang ada
dalam kelompok selain norma dalam lingkungan, mereka dapat melakukan
sesuatu yang benar seperti menaati aturan dan hukum yang berlaku di masyarakat.
Berdasarkan teori tersebut, proses yang terjadi dalam penelitian ini yaitu
responden mengetahui Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Oreang Tua
Terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor, dengan data Peran Ayah dan
Ibu sebagai (X1) dengan nilai kofisien regrei sebesar 0,632 menujukan bahwa
variabel Peran Ayah dan Ibu mempunyai pengaruh yang positif terhadap
Perkembangan Moral Anak yang berarti setiap kenaikan satuan variabel Peran
Ayah dan Ibu maka akan mempengaruhi Perkembangan Moral Anak sebesar
0,632.
Pembatasan Tayangan Televisi sebagai (X2) dengan nilai kofisien regrei
sebesar 0,306 menujukan bahwa variabel Pembatasan Tayangan Televisi
mempunyai pengaruh yan positif terhadap Perkembangan Moral Anak yang
berarti setiap kenaikan satuan variabel Peran Ayah dan Ibu maka akan
mempengaruhi Perkembangan Moral Anak sebesar 0,306. Dari masing-masing
variabel dapat dikatakan bernilai positif. Dengan akta lain Pengaruh Pembatasan
Tayangan Televisi Oleh Orang Tua dapat dikatakan mempengaruhi
Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor.

Fisib Unpak
81

Hasil menunjukan bahwa Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh


Orang Tua memebrikan pengaruh terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota
Bogor. Peran Ayan dan Ibu (orang tua) sebagai contoh atau teladan bagi seorang
anak baik dalam menjalankan nilai-nilai spiritual atau agama dan norma yang
berlaku di masyarakat, menjalin hubungan baik dengan anak serta memberikan
kasih sayang secara mendalam kepada anak, serta sesuai dengan teori Uses and
Effects dimana para orang tua pengguna media massa mendapatkan suatu effects
setelah menggunakan media massa tertentu. Dalam penelitian ini adalah pengaruh
pembatasan tayangan televisi oleh orang tua kepada anak.
Reponden dalam penelitian ini sudah mengetahui bahwa peran orang tua
dapat mempengarui perkembangan moral anak, setelah terkena proses yang
panjang, pada program Televisi yang menayangkan berbagai macam program
acara membuat orang tua mengambil pelajaran dan informasi, serta menjadikan
orang tua dapat mengetahui baik ataupun buruknya suatu tayangan televisi
sehingga orang tua dapat membatasi tayangan televisi yang tidak masuk dalam
katogeri anak dan mengandung nilai negatif untuk dicerna oleh anak dengan ini
orang tua melakukan pembatasan-pembatasan untuk anak dalam menonton
tayangan televisi, maka Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua memiliki
pengaruh sebesar 44,8%,, untuk mempengaruhi Perkembangan Moral Anak, dan
55,2% dipengaruhi oleh faktor lain.

Fisib Unpak
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Pembatasan Tayangan
Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak di Kota Bogor,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik Orang Tua terdiri dari 100 responden dengan didominasi
oleh Orang Tua dengan pendapatan kurang dari RP.4.619.000,
mayoritas Pendidikan terakhir Orang Tua dari 100 responden ialah
SMA, dan status Pekerjaan Orang Tua didominasi oleh Ibu Rumah
Tngga.
2. Berdasarkan data hasil sebaran kueisoner pada variabel Peran Ayah
dan Ibu pada pada indikator modeling memiliki nilai rataan dari
keseluruhan data sebesar 3,66 dimana nilai tersebut diantara 3,26 – 4
yang menandakan nilai interval sangat tinggi. Artinya, responden
menerima peran ayah dan ibu sebagai contoh atau teladan bagi seorang
anak baik dalam menjalankan nilai-nilai spiritual atau agama dan
norma yang berlaku dan mempunyai pengaruh sangat kuat dalam
kehidupan anak karena tingkah laku dan cara berfikir anak dibentuk
oleh tingkah laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun
negative. Pada pada indikator monitoring memiliki nilai rataan dari
keseluruhan data sebesar 3,58 dimana nilai tersebut diantara 3,26 – 4
yang menandakan nilai interval sangat tinggi. Artinya responden
menerima peran ayah dan ibu ialah memberikan kasih sayang secara
mendalam, memberikan perlindungan sehingga mendorong anak untuk
bersikap terbuka dan mau menerima pengajaran. Pada pada indikator
organizing memiliki nilai rataan dari keseluruhan data sebesar 3,58
dimana nilai tersebut diantara 3,26 – 4 yang menandakan nilai interval
sangat tinggi. Artinya responden menerima peran ayah dan ibu ialah
bekerja sama dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi,
meluruskan struktur dan system keluarga dalam rangka membantu
meyelesaikan hal-hal yang penting serta memenuhi semua kebutuhan

82
83

keluarga. mengatur, mengontrol, dan merencanakan, bekerja sama


dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi, meluruskan
struktur dan system keluarga dalam rangka membantu meyelesaikan
hal-hal yang penting serta memenuhi semua kebutuhan keluarga. Pada
pada indikator teaching memiliki nilai rataan dari keseluruhan data
sebesar 3,52 dimana nilai tersebut diantara 3,26 – 4 yang menandakan
nilai interval sangat tinggi. Artinya responden menerima peran ayah
dan ibu ialah pendidik utama anak, pengamat, pendengar, pemberi
cinta yang selalu mengamati dan mendengarkan ungkapan anak. Disaat
anak mempunyai masalah bimbingan orang tua membantu anak dalam
memahami apa yang sedang terjadi karena anak mudam mempunyai
sikap pesimis, kurang percaya diri dengan kemampuan sendiri.
3. Berdasarkan data hasil sebaran kueisoner pada variabel Pembatasan
Tayangan Televisi pada indikator Pemirsa memiliki nilai rataan dari
keseluruhan data sebesar 3,27 dimana nilai tersebut diantara 3,26 – 4
yang menandakan nilai interval Sangat Tinggi. Artinya, responden
menonton televisi menyesuaikan dengan kebiasaan dan berkaitan
dengan pesan dan jam penayangan. Pada indikator Waktu memiliki
nilai rataan dari keseluruhan data sebesar 2,89 dimana nilai tersebut
diantara 2,51 – 3,25 yang menandakan nilai interval Tinggi. Artinya,
responden menyesuaikan waktu penayangan televisi dengan minat dan
kebiasaan. Pada indikator Waktu memiliki nilai rataan dari keseluruhan
data sebesar 2,55 dimana nilai tersebut diantara 2,51 – 3,25 yang
menandakan nilai interval Tinggi. Artinya, responden menonton
televisi menyesuaikan dengan program acara, acara tidak akan
mencapai sasaran apabila terlalu cepat ataupun terlalu lama. Pada
variabel Pembatasan Tayangan Televisi pada indikator Metode
Penyajian memiliki nilai rataan dari keseluruhan data sebesar 3,43
dimana nilai tersebut diantara 3,26 – 4 yang menandakan nilai interval
Sangat Tinggi. Artinya, responden melihat televisi tergantung pada
pengemasan tayangan dengan sedemikianrupa agar pemirsa tertarik
untuk menonton televisi.

Fisib Unpak
84

4. Berdasarkan data hasil sebaran kueisoner pada variabel Perkembangan


Moral Anak pada indikator Fase Preconventional memiliki nilai rataan
dari keseluruhan data sebesar 3,56 dimana nilai tersebut diantara 3,26
– 4 yang menandakan nilai interval Sangat Tinggi. Artinya, responden
memberi pernyataan bahwa Anak belajar baik dan buruk, atau benar
dan salah melalui budaya sebagai dasar dalam peletakan nilai moral,
rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami tentang
kebaikan, dan sebaliknya. Pada indikator Fase Conventional memiliki
nilai rataan dari keseluruhan data sebesar 3,54 dimana nilai tersebut
diantara 3,26 – 4 yang menandakan nilai interval Sangat Tinggi.
Artinya, responden memberi pernyataan bahwa Anak sudah mampu
bekerjasama dengan kelompok dan mempelajari serta mengadopsi
norma-norma yang ada dalam kelompok selain norma dalam
lingkungan keluarganya. Pada indikator Fase Postconventional
memiliki nilai rataan dari keseluruhan data sebesar 3,45 dimana nilai
tersebut diantara 3,26 – 4 yang menandakan nilai interval Sangat
Tinggi. Artinya, responden memberi pernyataan bahwa anak
menempatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang tepat yang
menguntungkan bagi masyarakat sebagai sesuatu yang baik, anak
dapat menilai perilaku baik dan buruk dari dirinya sendiri, serta dapat
menaati aturan dan hukum yang berlaku di masyarakat.
5. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh antara Pembatasan
Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral
Anak di Kota Bogor, berdasarkan dari hasil uji determinasi, diperoleh
hasil bahwa Pengaruh Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua
Terhadap Perkembangan Moral Anak sebesar 44,8%, sedangkan
sisanya 55,2% dipengaruhi oleh factor lain.

Fisib Unpak
85

5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan dan hasil penelitian tentang pengaruh
pembatasan tayangan televisi oleh orang tua terhadap perkembangan moral anak
di kota bogor, saran-saran dapat diberikan peneliti dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Dengan keberadaan televisi ditengah masyarakat yang hingga saat ini
masih sangat signifikan serta memiliki pengaruh yang sangat besar,
diharapkan stasiun televisi maupun program acara televisi menyajikan
konten siaran yang sesuai dengan afungsi utama televisi, konten yang ada
di dalam televisi harus dipastikan sesuai dengan arah dan tujuan dan jam
penayangan yang tepat. Dari temuan dilapangan responden mengeluhkan
jam penayangan serta konten yang tidak sesuai, mengesamping fungsi
utama dari sebuah tayangan televisi yaitu mementingkan nilai moral dan
pendidikan. Tentunya sangat mengkhawatirkan, karena sangat wajar jika
tayangan televisi harus menjamin hak-hak anak untuk mendapatkan
informasi yang sehat guna tumbuh kembang anak. Dikhawatirkan anak-
anak cenderung menirukan apa saja yang di lihatnya dari televisi.
2. Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dengan untuk melakukan
penelitian dengan tema yang sama, penelitian ini hanya terbatas pada
peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi terhadap
perkembangan moral anak, sedangkan masih terdapat faktor lain diduga
dapat turut berperan dalam mempengaruhi perkembangan moral anak.
Selain itu, peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih luas,
tidak hanya fokus kepada anak dan terbatas pada masyarakat Kota Bogor.

Fisib Unpak
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, Depdiknas.
Jakarta: Balai Pustaka
Ardianto, E. 2017. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Bungin, Burhan.2009.Sosiologi Komunikasi.Jakarta : Kencana Prenamedia Group
Cangara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers
Cangara, Hafied.2016.Pengantar Ilmu Komunikasi.Depok: PT Rajagrafindo
Persada
Damayanti.2008.Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
EGC
Darwanto.2011.Televisi Sebagai Media Pendidikam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung
Djamal, H, Dan Fahrudin, A.2011.Dasar-Dasar Penyiaran. Jakarta: Kencana
Prenamedia Group
Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori Dari Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Elvinaro, Ardianto. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pemgantar Edisi Revisi.
Bandung: Refika Ofset
Friedman, M.2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5.Jakarta : EGC
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Semarang. Badan Penerbit – Universitas Diponegoro
Karyanti S, Rema. 2005. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis
Riset Media Public Relations, advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan
Televisi. Jakarta : Prenada Media
Naratama.2004.Menjadi Sutrada Televisi.Jakarta: PT Grasindo

86
87

Nazir, Mohammad. 2017. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia


Ngalimun.2017.Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Praktis.Yogyakarta: PT
Pustaka Baru Press
Nurudin.2007.Pengantar Komunikasi Massa.Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Romli, Khomsahrial.2016.Komunikasi Massa.Jakarta: PT Gramedia
Santrock, J.W.2007.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
Sarwono, Jonathan. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif
Menggunakan Prosedur SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung :
Alfabeta
________. 2013. Metode Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
__________________. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press
Tatang S.2016.Dinamika Komunikasi.Bandung: CV Pustaka Setia
Umar, Husein. 2011. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT
Gramedia
Pustaka Utama
Yusuf, Syamsu.M.2009.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
PT.
Remaja Rosdakarya
Sumber Lain :
Skripsi "Persepsi Anak Terhadap Pesan Moral Dalam Serial Doraemon" oleh
Fina Tri Rahayu (Universitas Pakuan Bogor)
Skripsi “Pengaruh Kekerasan Pada Kartun Tom And Jerry Terhadap
Perkembangan Anak Usia Dini Di Desa Katulampa Kecamatan Bogor Timur”
oleh Ariyanto (Universitas Pakuan Bogor)
Skripsi “Pengaruh Terpaan Tayanagn Vlog Di Kanal Youtube Ericko Lim
Terhadap Perilaku Remaja Di SMA Negri 7 Bogor” oleh Nurdiansyah Firdaus
(Universitas Pakuan Bogor)
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?
r=populer/xview&id=4549, diakses pada 29 Desember 2019 pukul 13.20 WIB

Fisib Unpak
88

https://republika.co.id/berita/ok2mc55/kekerasan-anak-di-televisi, diakses pada 30


Juni 2020 pukul 23.05 WIB
http://www.kpi.go.id/, diakses pada 3 Juli 2020 pukul 21.00 WIB
https://bogorkota.bps.go.id, diakses pada 4 Juli 2020 pukul 22.00 WIB
https://kotabogor.go.id/struktur, diakses pada 4 Juli 2020 pukul 22.15 WIB
https://m.ayobogor.com, diakses pada 6 Juli 2020 pukul 14.00 WIB

Fisib Unpak
LAMPIRAN

89
Lampiran 1. Kueisoner

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PEMBATASAN TAYANGAN TELEVISI


OLEH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN
MORAL ANAK (KOTA BOGOR)

Dengan ini, saya mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Universitas Pakuan Bogor, sebagai berikut :
Nama : Angga Aditya
NPM : 0441 16 016
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan
Moral Anak (Kota Bogor)”. Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka karya
ilmiah (Skripsi).
Sehubungan dengan itu, saya memohon kepada Saudara kiranya berkenan
untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang saya ajukan dengan
benar dan dalam keadaan sadar. Atas perhatian dan perkenaan Saudara, saya
ucapkan terima kasih.

Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda silang (X) pada lembar kuesioner yang Anda anggap sesuai
dengan hati nurani.
2. Seluruh pertanyaan yang tertera pada lembar kuesioner ini harus dijawab
3. Apabila ada pertanyaan yang kurang jelas, mohon berkenan menanyakan
kepada peneliti.

A. Data Responden
Isilah pertanyaan dibwahan ini sesuai dengan biodata pribadi.
Nama :
No. Hp :
Jenis Kelamin : a. Laki- Laki b. Perempuan
Usia : ................... Tahun

Fisib Unpak
Pekerjaan : a. Ibu Rumah Tangga e. Guru / Pengajar
b. Buruh f. ABRI/TNI/POLISI
c. Karyawan Swasta g. Wirausaha
d. Pegawai Negeri h. Profesional

Pendidikan : a. SD e. S-1
b. SMP f. S-2
c. SMA g. S-3
d. Diploma

Penghasilan : a. Kurang dari Rp4.083.670


b. Rp4.100.00 – Rp5.000.000
c. Rp5.100.000 – Rp6.000.000
d. Lebih dari Rp.6.000.000

I. Peran Ayah dan Ibu (X1)


1. Jawablah pernyataan dan pertanyaan berikut berdasarkan presepsi atau
penilaian Saudara/i.
2. Beri tanda ( X ) pada jawaban yang Saudara/i pilih.
3. Keterangan pilihan jawaban untuk pertanyaan.
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Sebagai Modelling
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya mengajarkan nilai spiritual, agama, dan
norma yang berlaku kepada anak
2. Saya mempunyai pengaruh sangat kuat dalam
kehidupan anak
3. Saya bertingkah laku positif di depan anak-
anak
4. Saya mengajarkan sikap peduli dan kasih
sayang terhadap anak
5. Sebagai orang tua saya menjadi contoh dan
teladan untuk anak

Fisib Unpak
Sebagai Monitoring
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Saya menjadi sumber utama dalam
perlindungan anak
2. Saya sebagai orang tua selalu mengamati anak
3. Saya memberikan rasa kasih sayang secara
mendalam kepada anak
4. Saya mengajarkan anak untuk bersikap terbuka
dan mau menerima pengajaran
5. Saya menjadi sumber perlindungan anak dalam
perkembangan perasaan aman atau tidak aman

Sebagai Organizing
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Saya sebagai orang tua mengatur dan
mengontrol anak
2. Saya menjadi organizing dalam menyelesaikan
setiap permasalahan yang terjadi terhadap anak
3. Saya sebagai orang tua merencanakan dan
bekerja sama dalam menyelesaikan setiap
permasalahan yang terjadi
4. Saya sebagai orang tua harus meluruskan
struktur dan system keluarga untuk membantu
menyelesaikan hal-hal yang penting
5. Saya sebagai orang tua bersikap adil dan
bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan
terutama menghadapi permasalahan anak-anak

Fisib Unpak
Sebagai Teaching
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Saya mempunyai tanggung jawab untuk
mendorong, mengawasi, membimbing,
mengajarkan anak nilai-nilai spiritual, moral
dan sosial
2. Saya mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan
sehingga anak memahami dan
melaksanakannya
3. Saya menjalin hubungan baik dengan anak
4. Saya selalu mendengarkan cerita dan ungkapan
anak
5. Saya membantu anak dalam memahami apa
yang sedang terjadi

II. Pembatasan Tayangan Televisi Oleh Orang Tua (X2)


Pemirsa
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Saya menonton berbagai program acara televisi
2. Saya menonton televisi untuk mencari
informasi , hiburan, dan edukasi (pengetahuan)
3. Anak saya diberi batasan dalam menonton
tayangan televisi yang bukan termasuk
kategori anak
4. Saya membatasi anak menonton tayangan
televisi setelah mengetahui tayangan tersebut
tidak baik

Waktu
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Anak saya menonton tayangan televisi
sebelum melaksanakan rutinitas
2. Saya membiarkan anak menonton televisi
setelah mengerjakan tugas
3. Anak saya menonton televisi pada hari sabtu
dan minggu, atau hari libur lainnya

Fisib Unpak
4. Anak saya menonton televisi bersama kelurga

Durasi
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Anak saya menonton televisi lebih dari 2 jam
2. Anak saya menonton televisi 90 – 120 menit
3. Anak saya menonton televisi 30 - 90 menit

Metode Penyajian
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Saya mengawasi anak dalam menonton
tayangan televisi
2. Saya memberi batasan kepada anak dalam
menonton sinetron atau yang menampilkan
adegan kekerasan
3. Saya memberi batasan kepada anak dalam
menonton tayanagn televisi yang tidak
termasuk kategori anak
4. Saya mengganti saluran televisi ketika
mengetahui anak menonton tayangan yang
tidak sesuai dengan kategori anak dan
mengandung unsur kekerasan

III. Perkembangan Moral Anak (Y)


Preconventional
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Anak memiliki rasa empati terhadap sesama
temannya
2. Anak belajar rasa cinta dan kasih sayang
kepada orang tua
3. Anak belajar rasa tanggung jawab
4. Anak belajar rasa kepedulian di dalam
lingkungan keluarga
5. Anak tidak berani berbohong kepada orang
tuanya

Fisib Unpak
Conventional
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Anak berperilaku baik dengan keluarga dan
teman sebayanya
2. Anak mampu bekerja sama dalam mengerjakan
sesuatu dan menyelesaikannya bersama
3. Anak mau berbagi mainan/makanan kepada
keluarga dan temannya
4. Anak mau memaafkan kesalahan teman-
temannya
5. Anak menghormati kedua orang tua

6. Anak menghormati orang-orang di lingkungan


keluarga, masyarakat dan teman-temannya

Postconventional
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Anak paham dan sadar pentingnya berperilaku
baik
2. Anak mau melindungi temannya dari tindakan
negatif
3. Anak dapat membedakan antara perilaku yang
baik atau yang buruk
4. Anak mencintai kebenaran

5. Anak mampu mengontrol diri

6. Anak mau menuruti perintah orang tua tanpa


diberi imbalan/hadiah

Fisib Unpak
Lampiran 2. Uji Validitas
No. Variabel Nilai r hitung Nilai r tabel Keputusan
1 X1.1.1 0,668 0,374 Valid
2 X1.1.2 0,685 0,374 Valid
3 X1.1.3 0,781 0,374 Valid
4 X1.1.4 0,756 0,374 Valid
5 X1.1.5 0,761 0,374 Valid
6 X1.2.1 0,694 0,374 Valid
7 X1.2.2 0,793 0,374 Valid
8 X1.2.3 0,881 0,374 Valid
9 X1.2.4 0,741 0,374 Valid
10 X1.2.5 0,758 0,374 Valid
11 X1.3.1 0,682 0,374 Valid
12 X1.3.2 0,478 0,374 Valid
13 X1.3.3 0,874 0,374 Valid
14 X1.3.4 0,889 0,374 Valid
15 X1.3.5 0,876 0,374 Valid
16 X1.4.1 0,655 0,374 Valid
17 X1.4.2 0,809 0,374 Valid
18 X1.4.3 0,858 0,374 Valid
19 X1.4.4 0,700 0,374 Valid
20 X1.4.5 0,655 0,374 Valid
21 X2.1.1 0,226 0,374 Tidak Valid
22 X2.1.2 0,290 0,374 Tidak Valid
23 X2.1.3 0,575 0,374 Valid
24 X2.1.4 0,883 0,374 Valid
25 X2.1.5 0,550 0,374 Valid
26 X2.1.6 0,126 0,374 Tidak Valid
27 X2.1.7 0,076 0,374 Tidak Valid
28 X2.1.8 0,612 0,374 Valid
29 X2.2.1 0,533 0,374 Valid
30 X2.2.2 0,320 0,374 Tidak Valid
31 X2.2.3 0,633 0,374 Valid
32 X2.2.4 0,461 0,374 Valid
33 X2.2.5 0,786 0,374 Valid
34 X2.3.1 0,439 0,374 Valid
35 X2.3.2 0,716 0,374 Valid
36 X2.3.3 0,633 0,374 Valid
37 X2.3.4 0,305 0,374 Tidak Valid
38 X2.4.1 0,604 0,374 Valid
39 X2.4.2 0,121 0,374 Tidak Valid
40 X2.4.3 0,864 0,374 Valid
41 X2.4.4 0,932 0,374 Valid
42 X2.4.5 0,880 0,374 Valid
43 Y1.1.1 0,439 0,374 Valid
44 Y1.1.2 0,798 0,374 Valid

Fisib Unpak
45 Y1.1.3 0,606 0,374 Valid
46 Y1.1.4 0,406 0,374 Valid
47 Y1.1.5 0,539 0,374 Valid
48 Y1.1.6 0,014 0,374 Tidak Valid
49 Y1.2.1 0,690 0,374 Valid
50 Y1.2.2 0,599 0,374 Valid
51 Y1.2.3 0,823 0,374 Valid
52 Y1.2.4 0,693 0,374 Valid
53 Y1.2.5 0,776 0,374 Valid
54 Y1.2.6 0,827 0,374 Valid
55 Y1.3.1 0,870 0,374 Valid
56 Y1.3.2 0,659 0,374 Valid
57 Y1.3.3 0,341 0,374 Tidak Valid
58 Y1.3.4 0,826 0,374 Valid
59 Y1.3.5 0,735 0,374 Valid
60 Y1.3.6 0,678 0,374 Valid
61 Y1.3.7 0,731 0,374 Valid

Lampiran 3. Reabilitas
Variabel X1

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100,0
a
Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,922 20

Variabel X2

Case Processing Summary

Fisib Unpak
N %
Cases Valid 30 100,0
a
Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,691 15

Variabel Y

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,914 17

Fisib Unpak
Lampiran 4. Frekuensi Karakteristik Orang Tua
1. Pendidikan
Tabel 4.? Indikator Pendidikan
Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
SD 4 4
SMP 10 10
SMA 41 41
D-3 7 7
S-1 36 36
S-2 2 2
S-3 0 0
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2021

2. Pekerjaan
Tabel 4.? Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 40 40
Buruh 5 5
Karyawan Swasta 17 17
Pegawai Negeri 6 6
Guru/Pengajar 11 11
Wirausaha 17 17
Profesional 4 4
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2021

3. Penghasilan
Tabel 4.? Penghasilan
Pendapatan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
Kurang dari Rp.4.083.670 58 58
Rp.4.100.000 – Rp.5.000.000 18 18
Rp.5.100.000 – Rp.6.000.000 8 8
Lebih dari Rp.6.000.000 16 16
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2021

Fisib Unpak
Lampiran 5. Uji Asumsi Klasik

A. Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Unstandardized Between (Combined) 1990,284 81 24,571 ,800 ,756
Residual * Groups Linearity ,000 1 ,000 ,000 1,000
Unstandardized Deviation from 1990,284 80 24,879 ,810 ,745
Predicted Value Linearity
Within Groups 553,000 18 30,722
Total 2543,284 99

B. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 100
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 5,06850472
Most Extreme Differences Absolute ,092
Positive ,059
Negative -,092
Test Statistic ,092
Asymp. Sig. (2-tailed) ,035c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Fisib Unpak
C. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1,319 6,754 ,195 ,846
X1 ,632 ,097 ,556 6,494 ,000 ,776 1,289
X2 ,306 ,136 ,193 2,256 ,026 ,776 1,289

a. Dependent Variable: Y

D. Uji Heterokedasitas

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,319 6,754 ,195 ,846
X1 ,632 ,097 ,556 6,494 ,000
X2 ,306 ,136 ,193 2,256 ,026
a. Dependent Variable: Y

Fisib Unpak
Lampiran 6. Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,319 6,754 ,195 ,846
Peran Ayah dan Ibu (X1) ,632 ,097 ,556 6,494 ,000
Pembatasan Tayangan ,306 ,136 ,193 2,256 ,026
Televisi (X2)
a. Dependent Variable: Perkembangan (Y)

Fisib Unpak
Lampiran 7. Dokumentasi

Fisib Unpak
Fisib Unpak

Anda mungkin juga menyukai