SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Universitas Pakuan Bogor
Disusun Oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
ribu orang meninggal dunia hingga saat ini. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mengumumkan bahwa Covid-19 sebagai pandemi (Sohrabi, 2020).
Salah satu perkembangan media massa cetak yang paling terlihat adalah
surat kabar. Dari data yang diambil dari Serikat Perusahaan Pers (SPS)
Indonesia, hingga Juni 2012 tercatat 471 anggota penerbit pers dari 29 cabang
SPS di seluruh Indonesia yang terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah dan
organisasi penerbit berita lain (SPS, Juni 2012).
3
yang terjadi di Bogor. Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelitian
“Proses Penentuan Foto Headline Di Era Globalisasi Covid-19 Dalam
Pemberitaan Media Cetak Di Harian Metropolitan Bogor”.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Terminologi komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Nordenstreng & Varis dalam Bungin (2011), ada empat titik penentu utama dalam
sejarah komunikasi manusia, yaitu: (1) ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi
tercanggih manusia; (2) berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya
kemampuan bicara manusia menggunakan bahasa; (3) berkembangnya
kemampuan reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan
alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang
sebenarnya; (4) lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon,
radio, televisi hingga satelit.
Cangara dalam Romli, (2016) bahwa pengertian komunikasi adalah seni
menyampaikan informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator untuk
mengubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan
pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.
Pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif dapat dijelaskan
dengan menjawab pertanyaan dari paradigma Lasswell yang dikemukakan oleh
Harold D. Lasswell, yaitu: Who says what in which channel to whom with what
effect? paradigma Lasswell tersebut ada lima unsur dasar dalam komunikasi,
yakni:
1. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan.
2. Says what (mengatakan apa): pesan, pernyataan yang didukung oleh
lambang, dapat berupa idea tau gagasan.
5
3. In which channel (saluran): media, sarana atau saluran yang
mendukung pesan bila komunikasi jauh tempatnya atau banyak
jumlahnya.
4. To whom (kepada siapa): Komunikan, orang menerima pesan.
5. With what effect (dampak): efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan
atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut dapat dikaji model komunikasi
yaitu:
Sender Massage Media Receive Effect
Feedback
Gambar 2.1 Model Komunikasi Lasswell
Sumber: Lasswell dalam Romli (2016)
6
Ardianto (2015), definisi komunikasi massa dalam dua, yakni: “Pertama,
komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada
khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak tidak
meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini
berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak suka untuk
didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar audio atau visual.
Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila
didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah, dan
film. Menurut Rakhmat (2015), komunikasi massa diartikan sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen
dan anonim melalui media cetak dan elektronik sehingga pesan yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat.
7
dan menarik untuk semua kalangan masyarakat bukan hanya sekelompok
orang.
8
2.4 Media Massa
Definisi media massa sangat luas, media massa dapat diartikan sebagai segala
bentuk media atau sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan
berita kepada publik atau masyarakat. Menurut Muhtadi (2016) bahwa media
massa atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik, merupakan alat bantu
utama dalam proses komunikasi massa. Menurut Cangara (2018) bahwa media
massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti
surat kabar, film, radio, dan televisi. Karakteristik media massa ialah sebagai
berikut :
Media massa adalah alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses
komunikasi massa. Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan
tindakan khalayak, mulai dari budaya, sosial, serta politik dipengaruhi oleh media.
Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang
signifikan (Ardianto, dkk, 2012).
9
2.5 Surat Kabar
Surat kabar merupakan salah satu media massa dalam bidang jurnalistik yang
menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat (Suharyanto, 2016). Selain itu, surat kabar sebagai media cetak
memanfaatkan bahasa sebagai medianya. Artikel dan berita-berita di dalamnya
disampaikan melalui bahasa tulisan yang ditujukan untuk khalayak luas. Bahasa
dalam media cetak berkaitan dengan pemberian informasi. Tidak hanya
membahas persoalan politik, tetapi juga sebagai usaha membangkitkan semangat
nasionalisme. Surat kabar juga membahas masalah yang berkaitan dengan
ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Di dalam surat kabar tersedia kolom opini
yang berfungsi sebagai wadah penulis untuk menyalurkan pendapatnya tentang
suatu persoalan (Fatima, 2016).
2.6 Berita
Berita (News) adalah sajian utama sebuah media massa di samping views.
Mencari bahan berita kemudian menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan
dan bagian redaksi sebuah penerbitan Pers media massa (Romli, 2014). Tidak ada
10
rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Bahkan, “News is difficult to define,
because it involves many variabel factors,” kata Earl English dan Clrarence Hach.
(Kusumalestari, 2013).
2.7 Headline
Gambar utama di halaman pertama surat kabar dikenal dengan foto headline
atau HL. Karena sifatnya yang lebih utama dibandingkan dengan foto-foto
lainnya, biasanya foto headline dimuat paling besar dan dominan. Foto headline
adalah foto terpenting sebuah edisi karena ia dipilih dari sekian banyak foto yang
masuk ke meja redaktur sehari sebelumnya. Bisa dibilang foto headline adalah
foto terbaik dari keseluruhan foto yang terdapat pada cetakan edisi itu (Wijaya,
2014).
Pada surat kabar atau koran, foto headline merupakan unsur yang sangat
penting karena sama dengan muka atau sampul (cover) yang mewakili informasi
di dalam surat kabar di edisi tersebut. Tidak ada metode khusus untuk menilai foto
yang akan dijadikan sebagai headline selain foto yang menarik dan memuat isu
terpenting. Tetapi, lebih dari itu semua, foto headline lahir dari selera redaktur.
Selera redaktur terutama bermain saat menilai mana foto terbagus di antara
banyak pilihan foto (Wijaya, 2014).
11
2.8 Foto Headline
Foto Headline juga menjadi salah satu foto terpenting, karena foto headline
dipilih dari sekaian banyak foto yang masuk ke meja redaktur sehari sebelum
penerbitan, bisa dibilang foto Headline adalah foto terbaik dari keseluruhan foto
yang terdapat pada cetakan edisi itu (Wijaya, 2014).
Kusumalestari (2013), sebuah karya foto yang bagus tidak akan bermakna jika
tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain. Maka itu sebuah foto
dipublikasikan melalui media massa, namun tidak semua foto dapat dimuat di
media massa, ada beberapa syarat yang dibutuhkan agar sebuah foto dapat dimuat
di media massa. Berdasarkan pengalaman para jurnalis foto atau pewarta foto
dilapangan, sebuah foto dikatakan layak untuk disiarkan (dimuat) apabila foto
tersebut:
a) Informatif
b) Hangat/ aktual
12
Subjeknya harus baru, bukan hal yang basi. Artinya baru dalam segi waktu
dan baru dalam segi masalah.
c) Faktual
Foto yang tidak diada-adakan, tetapi memang ada dan sesuai dengan
kenyataan yang sebenar-benarnya merupakan hal yang sifatnya mutlak. Foto
jurnalistik tidak boleh dari hasil rekayasa, tetapi harus berdasarkan fakta yang
benar-benar terjadi dilapangan.
d) Relevan
Isi foto harus mendukung tema pokok cerita atau penulisannya. Penggunaan
foto pendukung membantu pembaca memahami isi berita atau tulisan jurnalistik
lainnya. Karenanya foto yang relevan dengan tulisan merupakan hal yang sangat
penting.
e) Autentik
Autentisitas sebuah foto lebih ditekankan pada tingkat kesulitan dalam proses
pemotretan. Sebuah foto jurnalistik dituntut untuk memiliki autentisitas yang
tinggi, hal ini menuntut keterampilan dan ide kreatif dari seorang jurnalis foto.
Salahsatu hal yang membuat sebuah foto tampak menarik ketika terpampang di
surat kabar atau majalah adalah kemampuan menyampaikan fakta di lapangan dan
dikemas dengan ide kreatif dari fotografernya.
Sebuah foto jurnalistik yang baik adalah foto yang dapat mengomunikasikan
pesan yang dapat dimengerti oleh orang-orang yang melihatnya.
Biasanya, media cetak seperti surat kabar yang terbit diwilayah yang sama
akan menurunkan isu yang sama pada Headline-nya. Untuk menarik perhatian
13
pembaca, mereka akan berlomba untuk mendapatkan angel terbaik dari sebuah
peristiwa yang sama.
h) Atraktif
Foto itu mampu tampil secara mendalam (hidup). Foto merupakan tampiln
fisual yang merekam dan mempresentasikan peristiwa dalam bentuk gambar. Oleh
karena itu, kemampuannya untuk menarik perhatian pembaca sangatlah mutlak.
Setiap foto yang akan dimuat harus didukung dengan tekhnik fotografi yang
memadai, dalam arti gambar yang fokus, pencahayaan yang cukup dan komposisi
yang baik.
Sebaik apapun teknik dan kesesuaian pemilihan topik sebuah karya foto
jurnalistik, tetap saja pada akhirnya harus memperhatikan etika dan norma yang
berlaku, misalnya tidak menonjolkan hal-hal yang mengandung pornografi dan
kekerasan.
2.9 Fotografi
Fotografi berasal dari kata photo dan grafi. Fotografi merupakan gabungan
dari ilmu, teknologi, dan seni (Santoso, 2010: 3). Dari istilah fotografi, foto dapat
diartikan cahaya, sinar, atau lebih luas lagi bisa diartikan penyinaran, grafi yang
memiliki arti melukis atau menulis. Foto juga mempunyai arti hasil proses
fotografi, sedangkan arti luas foto adalah gambar mati yang terbentuk dari
penyinaran dengan alat kamera mendistribusikan cahaya kesuatu bahan yang
sensitif (peka) terhadap cahaya (Yanto, 1997: 8). Sedangkan fotografi dalam
dunia seni menurut Deniek G. Sukarya (2009: 11) adalah mengajarkan pada kita
14
cara yang unik dalam melihat dunia dan sekaligus memberikan penyadaran baru
akan segala ada di sekitar kita.
“Hingga saat ini, fotografi terspesialisasi lebih dari 20 kategori. Antara lain,
still life photography, fine art photography, art photography, abstract
photography, street photography, fashion photography, model photography,
architectural photography, landscape photography, travel photography, dan
documentary photography. Selain itu, ada wedding photography,
photojournalism, aerial photography, ethno photography, macro photography,
micro photography, pinhole photography, underwater photography, painting
photography, digital painting photography, nude photography, infrared
photography, dan astro photography”.
Kata ‘landscape’ berasal dari bahasa Inggris dan merupakan alih bahasa dari
kata ‘pemandangan’ (Indonesia). Landscape fotografi merupakan cabang fotografi
15
yang mengkhususkan pada alam. Awalnya adalah salah satu jenis fotografi yang
memotret alam tanpa mementingkan unsur manusia. Pada perkembangan lebih
lanjut, ada jenis fotografi itu yang tetap mengarah ke landscape tentang alam,
berupa pantai, pegunungan, maupun alam liar (Abdi, 2012: 19).
Dalam pembuatan berita di era modern sekarang, foto telah menjadi salah
satu unsur penting yang harus ada dalam berita tersebut. Karena grafis yang
tercantum dalam berita di suatu media komunikasi massa dapat menjadi daya tarik
bagi pembacanya. Hal tersebut sesuai dengan sifat alami manusia yang tertarik
pada gambar (Wijaya, 2014).
16
2.10.2 Jenis-Jenis Foto Jurnalistik
17
Kode etik adalah suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang
dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika dinilai menyimpang dari kode etik. Kode etik juga
merupakan panduan moral dan etika kerja yang disusun dan ditetapkan organisasi
profesi seperti dokter, pengacara, guru, jurnalis dan lain-lain. Kode etik biasanya
mempunyai pengertian yang sama dengan istilah kode kehormatan, deklarasi hak-
hak dan kewajiban, piagam kewajiban-kewajiban profesional, prinsip-prinsip,
standar dan lain-lain (Barus, 2010: 234).
Kode etik jurnalis foto adalah dasar dan pegangan seorang jurnalis foto
dalam menentukan mana yang “baik” dan “buruk”. Karena foto jurnalistik mulai
diprofesionalisasikan pada pergantian abad ke-20, secara internasional para
jurnalis foto mengembangkan panduan etis untuk membedakan pekerjaan mereka
dari para nonprofessional. Society of Professional Journalists (SPJ). Didirikan
pada tahun 1909 dan pada tahun 1946 diciptakan National Press Photographers
Association (NPPA) sebagai panduan dan arahan jurnalis foto untuk meliput
fakta, menciptakan sebuah kisah visual, mendekati subjek untuk menciptakan
dampak, dan memotret “Pusat Berita” dengan baik dan benar (Mortensen &
Keshelashvili, 2013).
18
1. Pewarta foto menjunjung tinggi hak masyarakat untuk memperoleh
informasi visual dalam karya foto jurnalistik yang jujur dan bertanggung
jawab.
5. Pewarta foto menghargai hak cipta setiap karya foto jurnalistik dengan
mencantumkan akreditasi yang sesungguhnya.
11. Pewarta foto melindungi kehormatan pihak korban kejahatan susila dan
pelaku kriminal di bawah umur.
12. Pewarta foto menghindari fitnah dan pencemaran nama baik dan berita
foto yang menyesatkan.
14. Hal lain yang berkaitan dengan kasus-kasus tertentu menyangkut kode etik
Pewarta Foto Indonesia akan dikonsultasikan dengan Dewan Penasehat
dan Komisi Etika.
19
Disahkan dalam Rapat Pleno Kongres II Pewarta Foto Indonesia, pada
tanggal 1 Desember 2007.
20
Penafsiran C - Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data
dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa
menyebutkan narasumbernya.
Penafsiran D - Off the record adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.
5. Pasal 8 yang berbunyi Wartawan Indonesia tidak menulis atau
menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap
seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah,
miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Penafsiran A - Prasangka adalah anggapan yang kurang baik
mengenai
sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.
Penafsiran B - Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
6. Pasal 9 yang berbunyi Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber
tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
Penafsiran A - Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri
dan berhati-hati.
Penafsiran B - Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan
seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan
kepentingan publik.
7. Pasal 11 yang berbunyi Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak
koreksi secara proporsional.
Penafsiran A - Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang
untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap
pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
Penafsiran B - Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan
kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang
dirinya maupun tentang orang lain.
Penafsiran C - Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu
diperbaiki.
21
Jakarta, Selasa 14 Maret 2006.
Proses penentuan sebuah foto dalam surat kabar diawali dari peliputan
jurnalistik di lapangan, setelah itu ia memilih hasil foto terbaiknya dan
menyerahkan foto tersebut kepada redaktur foto. Redaktur foto mengedit foto
yang diberikan sesuai dengan kaidah aturan foto jurnalistik, kemudian
menyerahkannya kepada redaktur bahasa untuk diberi caption. Setelah lengkap
foto diserahkan kebagian lay out untuk diatur tata letaknya di bagian surat kabar
(Kusumalestari, 2013). Secara lebih sederhana proses pemuatan foto jurnalistik di
media cetak dapat dilihat pada gambar berikut :
Koordinator Lapangan
Pimpinan Redaksi
Cetak Foto
24
Adapun penelitian terdahulu sebagai berikut :
25
3. Rita Gani Ratri Rizki Kusumalestari (2013), Jurnal : Secara umum tahapan
pemilihan foto Headline adalah Dengan diawali dari peliputan jurnalis/
pewarta foto di lapangan. Setelah itu, ia memilih hasil foto terbitnya dan
menyerahkan foto tersebut kepada redaktur foto. Redaktur foto mengedit
foto yang diberikan sesuai dengan kaidah aturan foto jurnalistik, kemudian
menyerahkan kepada redaktur bahasa untuk diberi caption. Setelah
menjalani beberapa proses, pemimpin redaksi mengadakan rapat kecil
dengan beberapa pewarta foto dan redaktur untuk menentukan foto yang
26
(2010). periode bulan dapat
Juli tahun 2008. diinterpretasikan
secara luas oleh
pembaca.
27
pemerintah, dan
norma-norma
yang berlaku di
dalam
masyarakat
Indonesia.
Kebijakan
redaksional
Harian FAJAR
harus senantiasa
merujuk pada
sistem yang
melingkupinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
28
observasi, dan dokumen-dokumen sebagai data pendukung. Ciri metode penelitian
kualitatif yaitu pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen (Moleong,
2011). Pendekatan yang digunakan penelitian ini dari realitas yang ada di
lapangan. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain
itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah di teliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data yang memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan
dan dokumen resmi lainya. (Moleong, 2011).
29
penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juli 2020, peneliti memakai tiga
sampel foto headline edisi Covid-19.
Bila di lihat dari sumber datanya, maka data yang diperoleh pada
penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder :
1. Data Primer.
Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa data primer merupakan sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang
diperoleh dari responden melalui kelompok fokus, dan panel, atau juga
data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.
Data primer pada penelitian ini adalah isi komunikasi yang diteliti yang
diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (in depth interview)
terhadap informan penelitian yakni Redaktur Foto Media Cetak Harian
30
Metropolitan Bogor. Kemudian, peneliti melakukan observasi terjun ke
lapangan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil wawancara dan
kenyataannya di lapangan.
2. Data Sekunder.
Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa data sekunder merupakan sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
31
1) Wawancara
32
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Wawancara tidak berstruktur, sering digunakan dalam penelitian
pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang
diteliti. Dalam wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa
yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah wawancara tak berstruktur dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi yang lebih dalam tentang subyek yang diteliti. Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan dengan wakil pemimpin redaksi media cetak Harian
Metropolitan Bogor.
2) Observasi
33
terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu
data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tidak
terstruktur dan observasi secara terang-terangan dengan melakukan pengamatan
secara langsung di lingkungan ruang redaksi Harian Metropolitan Bogor. Peneliti
menggunakan teknik observasi, karena hasil observasi ini dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan sebenarnya dan data yang dikumpulkan dicocokkan dengan
hasil wawancara.
3) Dokumentasi
34
Sugiyono (2017) mendefinisikan analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
35
Analisis data dalam penelitian ini sebelum terjun ke lapangan melalui studi
kepustakaan berupa artikel berita, arsip-arsip tertulis dan melalui website
resmi Harian Metropolitan Bogor.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini selama di lapangan dan
setelah selesai pengumpulan data adalah teknik yang dikemukakan oleh Miles
and Huberman. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data
display, dan conslusion drawing/verification.
36
c) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing and
Verification)
1. Triangulasi Sumber
37
2. Triangulasi Teknik
3. Triangulasi Waktu
BAB IV
PEMBAHASAN
38
sudah sampai 1300exp cetak setiap harinya, target pemasarannya ke Agen : 174,
Biro: 442, Langganan: 699, Pesanan: 38, Promosi: 23. Harian Metropolitan masih
tetap terpopuler di koran walaupun zaman ini masyarakat sudah dengan mudah
mengakses berita lewat media online. Menariknya di Harian Metropolitan
beritanya agak nakal sesuai dengan namanya metropolitan bisa dibilang koran
merah suka pasang cover CD wanita menurut Sekretaris Redaksi Harian
Metropolitan. Semenjak berdiri Harian Metropolitan ini sudah mendominasi
dalam perkembangan korannya termasuk dalam pemberitaannya di wilayah
Bogor, Tangerang, Bekasi, Sukabumi Kota dan Kabupaten, Cianjur dan sebagian
DKI Jakarta.
4.1.2.1 Visi
4.1.2.2 Misi
39
Misi Perusahaan Harian Metropolitan Bogor sebagai berikut :
1. Memberikan informasi secara online, mengembangkan SDM dan
Teknologi Informasi dengan menerapkan sistem manajemen.
2. Menerapkan Setrategi pertumbuhan media online, serta meningkatkan
kesejahteraan.
3. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan mitra usaha
dan mitra kerja secara sinergis.
Logo adalah gambar atau lambang dari sebuah organisasi atau instansi,
produk dan lain sebagainya yang digunakan sebagai identitas dari sebuah
organisasi atau instansi dan memiliki arti tertentu dengan tujuan agar diingat atau
dikenali oleh masyarakat. Harian Metropolitan tersebut dalam menjalankan visi
dan misi juga memiliki logo perusahaan. Harian Metropolitan memiliki logo
perusahaan yang berfungsi sebagai ciri atau simbol.
40
4.1.4 Struktur Harian Metropolitan Bogor
General Manager
Rama Irawan
Sekretaris Redaksi
Pimpinan Redaksi Isyana Dewi
Rama Irawan
Inkaso Koran Inkaso Iklan Koordinator Peliputan Adm Pemasaran Adm Iklan
Rini Nuriah Meisa Dwi R. Eka Yuli Rudi W Eka Novita Indi Rosidatul A
Kasir
Dita Roesilla Redaktur Pracetak Kurir Ekspedisi AE
M. Imam AhmadFazri Renaldi Indramay (Account Eksekutif)
Pak u Boni Eka Saputra
Kolektor Ghozaly
Wartawan Layout/Grafis
Asep Yogi Faisal Dadi. S Pak
Yosan Hasan Aditya Rahman
Saefullah Ryan M Agung Pak Dodo
Wahyu Mulya Diva Rahmawati J Pak Yudi
Ibnu Hiban Syahrudin
A. Risaldi
Redaktur Foto & Fotografer
Fadli Akbar
Copy Editor
Novianti F. A
Harun Santosa
IT
Hilman Septian
41
8) Wartawan: -Yogi Faisal
-Yosan Hasan
-Ryan M
-Mulya Diva
9) Redaktur Foto -Fadli Akbar
10) Fotografer: -Muhamad Sandika Irek
11) Desain Grafis: -Dadi. S
-Aditya
-Agung
-Rahmawati. J
12) Pracetak: -Ahmad Fazri
13) Editor: -Novianti F. A
14) Manager Pemasaran: -Maulana Yusuf
15) Administrasi Pemasaran: -Eka Novita
16) Kurir: -Renaldi
-Ghozaly
-Rahman
-Dodo
-Yudi
-Syahrudin
17) Manager Iklan: -Jamsi Sitepu
18) Adiministrasi Iklan: -Indi Rosidatul A.
19) Accounting Exsecutive: -Boni Eka Saputra
20) Manager Keuangan: -Retna Puji Kandini
21) Inkaso Koran: -Rini Nuriah
22) Inkaso Iklan: -Meisa Dewi R.
23) Kasir: -Dita Roesilla
24) Kolektor: -Asep
-Saefullah
-Wahyu
-Ibnu Hiban
-A. Risaldi
42
25) It: -Hilman Septian
Pertama-tama kita wajib mematuhi protokol yang sudah diresmikan dan itu
semua sudah menjadi kebijakan di Harian Metropolitan Bogor, sebelum
memulai liputan ke lapangan harus memakai alat perlindungan diri (APD)
atau minimal memakai kemeja panjang dan masker yang berlapis dua
(Fadli Akbar 2020)
43
Waktu / Jam Aktivitas
44
5. Pukul 22.00 – 23.30 : Menentukan letak foto headline di halaman satu
melalui kerja layetor.
6. Pukul 23.30 – 00.00 : Foto headline mulai dinaikan ke dalam satu berita
dengan tema foto headline.
7. Pukul 00.00 – 00.30 : Foto headline mulai dicetak oleh Media Cetak
Harian Metropolitan Bogor.
Media cetak Harian Metropolitan Bogor menjadi salah satu media yang
mempunyai penerapan proses penentuan foto headline dalam proses produksi
beritanya. Penyajian proses foto headline ini tidaklah hal yang mudah, diharuskan
seseorang yang mempunyai pemahaman khusus prihal foto headline jurnalistik.
Proses penentuan foto inipun menjadi salah satu pertimbangan naiknya foto ke
media cetak.
1). Informatif.
Foto itu mampu menjelaskan dirinya secara ringkas, sehingga apa yang
disampaikan segera dapat terbaca tanpa harus dibebani lagi dengan kata yang
panjang lebar (Kusumalestari, 2013). Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara
dengan Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan
Bogor yang akan menjelaskan bahwa foto yang informatif itu seperti apa menurut
Harian Metropolitan Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data
karena isinya akan lebih bernuansa data.
45
Foto yang informatif itu harus bisa memberikan informasi yang cukup
untuk menggambarkan isi dari berita dan juga si fotografernya itu
tersendiri, ketika dia motret dia harus bisa mengerti dari apa yang dia foto
itu, entah itu hasilnya kaya gimana, anglenya kaya gimana, terutama foto
itukan berkaitan isi berita, nah dia juga harus menguasai isi berita itu baru
bisa hunting sesuai dengan kebutuhan isi berita itu seperti apa (Fadli
Akbar 2020).
Kesimpulan hasil wawancara dari foto informatif adalah foto yang dapat
menjelaskan dan menggambarkan tanpa harus melihat keterangan atau isi
beritanya kepada pembaca.
Analisis dari foto informatif ini adalah foto yang mampu menjelaskan
secara ringkas tanpa harus melihat keterangan dari berita itu sendiri,
karena foto itu harus mempunya pesan dan makna yang kuat atas
beritanya.
46
Harian Metropolitan Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data
karena isinya akan lebih bernuansa data.
Yaps tentu saja, karena kan sesuai dengan gimana isi beritanya itu
tersendiri, karena ya berita itu pasti ada fotonya bahkan sebisa mungkin
foto itu bisa menjelaskan caption dan isi beritanya, jadi lebih kuat
karakternya (Fadli Akbar 2020).
Analisis dari kriteria foto informatif ini adalah foto yang mampu
menjelaskan isi pesan foto itu sendiri kepada pembaca, dan
menggambarkan secara ringkas mengenai isi berita.
2). Hangat.
Ini sesuai dengan persyaratan sebuah berita yaitu, yang ditampilkan dalam
foto itu mengandung unsur kehangatan. Subyeknya bukan cerita basi karena
tuntutan mutlak (Kusumalestari, 2013). Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara
dengan Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan
Bogor yang akan menjelaskan foto hangat itu seperti apa menurut Harian
Metropolitan Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena
isinya akan lebih bernuansa data.
47
Kesimpulan hasil wawancara dari foto hangat ini adalah foto yang
mengandung unsur kehangatan atau berita terbaru bukan berita terlama
(viral).
Analisis dari foto hangat ini adalah foto yang mempunyai cerita terbaru
yang mengandung unsur kehangatan sebuah berita.
Unsur hangat dalam sebuah foto headline pada sebuah berita memang harus
ada karena memang menjadi sebuah ketertarikan dari seorang pembaca yang
membaca berita terbaru yang sedang hangat dibicarakan (Kusumalestari, 2013).
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan Fadli Akbar, pewarta foto
sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan Bogor yang akan menjelaskan foto
hangat sebagai foto kriteria foto headline di Harian Metropolitan Bogor, orang-
orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan lebih bernuansa
data.
Tentu saja, pada Harian Metropolitan Bogor untuk unsur foto headline
hangat menjadikan kriteria sebagai foto headline yang terbaru dan viral
yang sedang hangat dibicarakan, akan tetapi tidak selalu foto headline
yang terbaru itu viral tergantung dari nilai beritanya seperti apa (Fadli
Akbar 2020).
Kesimpulan dari unsur foto headline hangat yaitu foto yang mengandung
unsur foto terbaru dan viral.
Analisis dari unsur foto hangat ini adalah foto headline dipastikan
mengandung unsur foto terbaru yang masih hangat dibicarakan, tergantung
dari isi beritanya itu sendiri.
48
Observasi dari salahsatu berlangganan koran harian metropolitan bogor
yaitu bernama Sinwan yang akan menjelaskan pendapat pribadinya
mengenai foto headline harian metropolitan bogor sudah memenuhi syarat
dari unsur foto hangat apa belum “menurut pribadi saya pada foto
headline Harian Metropolitan Bogor sudah cukup mengandung unsur
hangat yaa, karena mereka selalu mengupdate foto maupun beritanya serta
beritanya yang terbaru dan berita yang masih dibicarakan oleh masyarakat
atau media”.
3). Faktual
Subyek foto ini tidak diada-adakan, tetapi sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya (Kusumalestari, 2013). Tuntutan terhadap faktor ini sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan
Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan Bogor
yang akan menjelaskan bahwa foto yang faktual itu seperti apa menurut di Harian
Metropolitan Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena
isinya akan lebih bernuansa data.
Foto headline yang faktual itu sesuai fakta, nah berarti simple sih foto yang
faktual itu sendiri, yaitu foto yang memotret dihari itu juga, jam itu juga,
dengan tidak ada settingan dan editing yang berlebihan, semua sesuai
kenyataannya disebut foto faktual (Fadli Akbar 2020).
Kesimpulan hasil wawancara dari foto faktual yaitu foto yang sesuai fakta
dengan keadaan itu sendiri tidak mengandung unsur settingan atau
kebohongan.
Analisis dari foto faktual ini yaitu fakta, fakta sesuai kenyataan tidak ada
rekayasa dari awal hingga akhir.
49
karena apa yang saya lihat foto tersebut sesuai kenyataan yang sebenarnya
di TKP (Tempat Kejadian Pelaku) tidak ada settingan atau bayaran
ditempat”.
Unsur foto faktual dalam sebuah foto jurnalistik memang harus faktual
karena memang menjadi sebuah ketertarikan seorang pembaca dengan
menampilkan foto yang nyata dan benar benar terjadi dilapangan (Kusumalestari,
2013). Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan Fadli Akbar, pewarta foto
sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan Bogor yang akan menjelaskan foto
faktual sebagai foto kriteria foto headline di Harian Metropolitan Bogor, orang-
orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan lebih bernuansa
data.
Yaps betul unsur foto faktual akan menjadikan sebuah ketertarikan seorang
pembaca, kriteria sangat mempengaruhi sebuah foto, tetapi foto yang sudah
masuk server sudah tidak ada settingan dan editing yang berlebihan semua
sesuai aturan (Fadli Akbar 2020).
Kesimpulan hasil dari wawancara adalah unsur foto factual pada Harian
Metropolitan Bogor itu sangat mempengaruhi karena menjadikan sebuah
ketertarikan seorang pembaca.
Analisis dari unsur foto faktual dapat membuat ketertarikan dari pembaca,
tidak ada settingan dan editing berlebihan sesuai dengan aturan pada
Harian Metropolitan Bogor.
4). Relevan
50
Foto relevan adalah isi yang mengandung secara jitu mendukung semua
tema pokok cerita atau penulisan. Artinya sebagai pendamping tulisan, maka
gambaran yang tersaji dalam foto tidak melenceng dari tema tulisan
(Kusumalestari, 2013). Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan Fadli
Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan Bogor yang akan
menjelaskan bahwa foto yang relevan itu seperti apa menurut Harian Metropolitan
Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan
lebih bernuansa data.
Tentu saja, Tidak jauh dengan informatif (foto yang disajikan tidak
melenceng dari isi beritanya) fotonya harus sesuai tema berita, misal kita
memberitakan kasar, foto itupun harus kasar harus sesuai tema, tidak boleh
melenceng dari tema berita tersebut dan itu menjadikan dasar untuk sebuah
foto headline (Fadli Akbar 2020).
Kesimpulan hasil wawancara dari foto relevan yaitu foto headline berunsur
relevan harus sesuai dengan tema tidak boleh melenceng dari tema atau isi
beritanya dengan kata lain foto yang berhubungan langsung atau
keterkaitan dengan tema yang akan diberitakan.
Analisis dari foto relevan ini adalah foto headline relevan ini pendamping
tulisan, maka gambaran yang tersaji dalam foto tidak melenceng dari tema
tulisan, saling keterkaitan dengan isi berita tersebut.
5). Gema
51
Foto gema ini akan menentukan penempatan foto. Jika rekamannya hanya
mengenai kejadian lokal (rumah kebakaran, misalnya) maka fotonya mungkin
bukan di halaman muka tapi jika kejadiannya itu menelan ratusan korban
manusia, seperti akibat bencana alam dahsyat, yang gemanya bukan sekedar lokal,
tapi lebih luas, yaitu nasional, foto ini layak dapat porsi halaman muka
(Kusumalestari, 2013). Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan Fadli
Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan Bogor yang akan
menjelaskan bahwa foto yang relevan itu seperti apa menurut Harian Metropolitan
Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan
lebih bernuansa data.
Pada Harian Metropolitan Bogor foto gema itu mungkin lebih ke kuat si
foto itu yang menjadikannya layak foto ini dapat porsi halaman muka, foto
sama saja dengan berita, berita mempunya unsur 5w+1h sama seperti foto,
ketika ada foto yang kuat dan luas, tidak ada beritanya melainkan hanya
sebuah caption, dan itu harus di perkuat pada keterangannya (Fadli Akbar
2020).
Kesimpulan hasil wawancara dari foto gema yaitu foto yang bernilai kuat
dan luas untuk bisa menjadikannya layak foto tersebut dapat porsi halaman
muka dan dapat diperkuat pada keterangan dari berita tersebut.
Analisis dari foto relevan ini adalah foto yang memiliki pesan dan makna
yang kuat akan beritanya sehingga menjadikan foto tersebut layak untuk
dapat porsi halaman muka.
52
6). Misi
Foto misi ini menyangkut tujuan atau target pemuatan suatu foto. Ihwal
bencana alam misalnya, tentu dimaksud untuk menyentuh sentuhan kemanusiaan.
Ada yang bertujuan membangkitkan apresiasi masyarakat terhadap hal-hal yang
patut dihargai, atau sebaliknya menggugah kemauan mereka untuk mengubah apa
yang secara kemasyarakatan dianggap berengsek (Kusumalestari, 2013). Hal ini
diperkuat oleh hasil wawancara dengan Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus
redaktur foto Harian Metropolitan Bogor yang akan menjelaskan apakah foto misi
sebagai foto kriteria foto headline di Harian Metropolitan Bogor, orang-orang
butuh penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan lebih bernuansa data.
Ditarget tetapi sesuai isi beritanya dan foto misi di harian metropolitan
bogor ini berlandaskan kode etik dan etika jurnalistik jadi sebagus dan
sebaiknya foto jurnalistik kalau melanggar kode etik dan etika jurnalistik
tidak akan di muat dimedia atau mungkin di blur (Fadli Akbar 2020).
Kesimpulan hasil wawancara dari foto misi adalah foto yang ditarget
sesuai isi beritanya dan dilandasin oleh kode etik dan etika foto jurnalistik.
Analisis dari foto misi ini adalah sebagus dan sebaiknya foto jurnalistik
kalau melanggar kode etik maupun etika fotonya tidak akan di muat
dimedia.
Semua foto headline mempunyai misi-misi tertentu, foto misi ini menjadi
suatu patokan atau karakteristik pada sebuah media cetak yang ditetapkan sebagai
alat perbandingan bagi karakteristik-karakteristik lainnya (Kusumalestari, 2013).
53
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan Fadli Akbar, pewarta foto
sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan Bogor yang akan menjelaskan setiap
foto menyangkut misi di Harian Metropolitan Bogor, orang-orang butuh
penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan lebih bernuansa data.
Tidak selalu juga, karena foto dari misi itu kan foto yang disajikan untuk
masyarakat dan sesuai dengan isi beritanya, jadi kalau fotonya tidak sesuai
karakter misi kemungkinan pembaca akan kebingungan jadi kurang jelas
akan isi beritanya (Fadli Akbar 2020).
Kesimpulan dari karakteristik foto misi adalah foto headline tidak semua
berkarakteristik misi tetapi semua foto headline berunsur misi.
Analisis karakteristik foto misi ini adalah tidak semua foto misi menjadi
foto headline, tetapi semua foto headline berunsur misi biar jelas isi
beritanya apabila tidak sesuai karakter misi memungkinkan pembaca akan
kebingungan.
Semua foto headline mempunyai misi-misi tertentu, foto misi ini menjadi
suatu patokan atau karakteristik pada sebuah media cetak yang ditetapkan sebagai
alat perbandingan bagi karakteristik-karakteristik lainnya (Kusumalestari, 2013).
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan Fadli Akbar, pewarta foto
sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan Bogor yang akan menjelaskan apakah
setiap foto misi selalu ditarget di Harian Metropolitan Bogor, orang-orang butuh
penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan lebih bernuansa data.
54
Kesimpulan dari foto misi adalah foto misi tidak selalu ditarget berapa foto
untuk beritanya, tetapi kadang ada juga yang harus ditarget seperti photo
story.
Analisis foto dari misi ini adalah foto misi tidak selalu ditarget, tetapi
semua foto misi mempunyai target akan isi beritanya.
7). Lazim juga disebut tingkat kesulitan dalam proses pemotretan. Dalam hal
ini ada dua pengertian otentik. Pertama subyeknya sendiri hanya si Mat Kodak
bersangkutan yang dapat, dan kedua, mesti ada 10 Mat Kodak menjepret subyek
yang sama, tapi hanya satu hasil yang menunjukkan sudut pandang atau moment
yang berbeda (Kusumalestari, 2013). Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara
dengan Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan
Bogor yang akan menjelaskan foto otentik menurut Harian Metropolitan Bogor,
orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan lebih
bernuansa data.
Setiap foto yang menunjukan sudut pandang yang berbeda tapi ada
kesulitan tersendiri pada saat pengambilan foto itu, kita ke tkp itu kita pasti
mempunya gambaran seperti apa sudut pandang yang akan dishoot, tapi
tidak sesuai kenyataan contohnya gua kemarin di suruh motret villanya
Soekarno ternyata itu susah untuk aksesnya banyak pohon-pohon jadi tidak
untuk diwajibkan sesuai di lapangan saja (Fadli Akbar 2020)
55
Kesimpulan dari foto otentik adalah setiap kita ingin memotret kita harus
mempunyai bayangan sebuah kejadian di tkp, walaupun tidak sesuai
ekspetasi kita tetapi kita harus sudah punya bayangannya.
Analisis dari foto otentik ini membahas perihal tingkat kesulitan dalam
memotret, karena setiap kejadian memiliki tingkat ke sulitan yang berbeda-
beda dari tempat kejadian atau kondisi lainnya pada di lapangan, namun
sesulit-sulitnya memotret di tkp kita harus membawa hasil.
Tidak semua foto headline otentik. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara
dengan Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan
Bogor yang akan menjelaskan apakah semua foto headline berotentik di Harian
Metropolitan Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena
isinya akan lebih bernuansa data.
Kesimpulan dari foto headline otentik adalah setiap kejadian yang akan
diberitakan mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda, tetapi tetep
kita harus bisa shoot yang menggambarkan suasananya dan membawa
hasil.
Analisis dari foto headline otentik ini harus bisa menggambarkan suasana
dari sebuah kejadian dan membawa hasil.
Tidak semua otentik, tetapi tetap kita harus jeli terhadap objeknya, gimana
caranya tetep harus ada hasil (Fadli Akbar 2020).
56
Kesimpulan dari foto otentik adalah tidak diwajibkan otentik, tetapi tetep
harus jeli dan peka terhadap objeknya.
Analisis dari foto otentik ini sesulit-sulitnya foto bagaimana caranya tetep
harus ada hasil.
8). Foto atraktif ini menyangkut sosok grafis sebuah foto yang tersaji secara
menggigit atau mencekam. Penampilannya tidak hambar dan di bagian ini ada
peran editing atau sumbangsih polesan editor Foto. Hal ini diperkuat oleh hasil
wawancara dengan Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian
Metropolitan Bogor yang akan menjelaskan semua foto atraktif di Harian
Metropolitan Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena
isinya akan lebih bernuansa data.
Kalau buat foto yang menarik sebisa mungkin bagaimana caranya kita
mengambil angle yang tidak semua orang mengambil anglenya tersebut,
contohnya banyak fotografer yang hasil anglenya sama, nah kita disitu
harus jeli dan peka terhadap objek yang lainnya (Fadli Akbar 2020).
Kesimpulan dari foto atraktif adalah foto yang mana pengambilan anglenya
berbeda dari hasil fotografer yang lain dan menciptakan objek berita yang
berbeda.
Analisis dari foto atraktik ini adalah menciptakan hasil yang berbeda
sehingga membuat foto menjadi menarik.
Observasi dari salahsatu berlangganan koran Harian Metropolitan Bogor
yaitu bernama Ridwan yang akan menjelaskan pendapat pribadinya
sendiri mengenai semua foto pada harian metropolitan bogor sudah
memenuhi syarat dari unsur atraktif apa belum “Menurutku sih, cukup
memenuhi syarat atraktif itu sendiri jika mengenai sudut pandang foto
tersebut dengan angle yang cukup membuat menarik dari pembaca karena
angle yang berbeda tapi satu tujuan".
Foto atraktif ini menyangkut sosok grafis sebuah foto yang tersaji secara
menggigit atau mencekam. Penampilannya tidak hambar dan di bagian ini ada
peran editing atau sumbangsih polesan editor Foto. Hal ini diperkuat oleh hasil
wawancara dengan Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian
Metropolitan Bogor yang akan menjelaskan semua foto headline berunsur atraktif
di Harian Metropolitan Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data
karena isinya akan lebih bernuansa data..
57
Foto yang menarik adalah objektif tetapi kita harus menciptakan foto yang
tidak semua orang punya menjadi menarik (Fadli Akbar 2020).
Kesimpulan dari foto headline atraktif kita harus mencipkan hasil foto yang
tidak semua orang punya dan itu menjadikan foto itu menarik.
Analisis dari foto headline atraktif ini adalah foto yang menarik itu objektif
tetapi foto yang berbeda objek itu menarik.
Hasil penelitian foto menunjukkan ada satu foto yang menurut redaktur
Harian Metropolitan Bogor sudah layak menjadi foto headline yang atraktif dan
tidak semua media punya fotonya. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan
Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto Harian Metropolitan Bogor
yang akan menjelaskan hasil penelitian foto headline di Harian Metropolitan
Bogor, orang-orang butuh penjelasan yang berbentuk data karena isinya akan
lebih bernuansa data.
Ada satu foto yang manarik dan ekslusif, di mana foto tersebut tidak semua
media tahu dan media punya prihal foto tersebut hanya fotografer Harian
Metropolitan Bogor doang yang punya (Fadli Akbar 2020).
Kesimpulan dari tiga foto penelitian yang atraktif adalah ada satu yang
menarik dan juga ekslusif tidak semua media tahu dan media punya.
Analisis dari tiga foto penelitian yang atraktif ini menarik karena
menggambarkan isi suasananya dan mempunyai isi pesan yang kuat.
58
Setelah mengadakan diskusi dan wawancara via tatap muka dengan tetap
mematuhi protokol kesehatan serta data dapat terkumpul, menurut peneliti hasil
observasi atau pengamatan prihal penentuan foto headline Harian Metropolitan
Bogor sesuai dengan hasil wawancara dan teori yang digunakan. Hal ini diperkuat
oleh hasil wawancara dengan Fadli Akbar, pewarta foto sekaligus redaktur foto
Harian Metropolitan Bogor yang akan menjelaskan hasil penelitian foto headline
di Harian Metropolitan Bogor. Terdapat beberapa hal yang menjadi inti pokok
dari Proses Penentuan Foto Headline Di Era Globalisasi Covid-19 Dalam
Pemberitaan Media Cetak Di Harian Metropolitan Bogor.
Yaps benar, sangat sesuai dengan hasil delapan unsur proses penentuan
foto headline tersebut, jika ada salah satu yang kurang mengenai unsur
tersebut tetap dimasukan asal masih nyambung dengan unsur beritanya,
tetapi jika sudah tidak nyambung dengan unsur beritanya walaupun fotonya
bagus itu tidak layak (Fadli Akbar 2020).
Ada juga pendapat langsung terkait 8 unsur penentuan foto headline pada
teori kusumalestari oleh pengamat yang merupakan ahli pada bidang tersebut,
pengamat akan menjelaskan mengenai apakah menurut pengamat 8unsur
penentuan foto headline kusumalestari sudah efisien
59
“Seperti yang saya katakan sebelumnya penentuan headline sudah
dipastikan foto itu harus bagus dalam sudut pandang fotograpi maksudnya
tidak lah cacad dari 3 exposure dasar dari fotograpi itu sendiri dan
memiliki elemen 8unsur itu pada foto tersebut”.
“Dari apa yang saya lihat mengenai 3 foto tersebut yang dijadikan foto
headline, itu semua menurut saya sudah sesuai dengan 8 unsur itu sendiri,
dari foto pertama subjek didalam foto itu menggambarkan apa yang akan
disampaikan dalam beritanya, dengan angle samping kearah subjek dalam
foto itu. Searah dengan tema yang akan diangkat dan fisual mendalami
kejadian tersebut sehingga pembaca mengerti penyampaian apa yang ingin
disampaikan dalam foto tersebut dan diperkuat dengan caption itu, begitu
pula dengan foto lainnya, saya sendiri yakin fotograper pada media cetak
mengerti betul apa yang akan dia shoot, dan mengerti secara logika dia
foto yang harus bagaimana, walaupun tidak begitu mengerti mengenai teori
namun itu diperkuat lagi dengan hasil foto yg dia foto dipilih oleh redaktur
dari media itu sendiri karena redaktur mengerti unsur foto yang akan
dijadikannya sebagai foto headline menjadikan foto yang khusus untuk foto
headline dari media itu sendiri”.
60
akan dijelaskan dan sebagai bahan pertimbangan sebagai analisis, kecuali biografi
fotografer.
61
Besar (PSBB). Seperti di kawasan Puncak, sejumlah titik lokasi wisata disertai
para pelancong.
Analisis sesuai teori foto ini memenuhi kriteria Informatif (foto yang
mampu menjelaskan dirinya sendiri), Hangat (foto yang ditampilkan mengandung
unsur kehangatan berita), Faktual (Foto yang disajikan harus fakta), Relevan (Foto
sebagai pendamping tulisan, maka foto yang disajikan tidak melenceng dari tema
tulisan), Gema (Foto yang layak dan pantas untuk mendapatkan porsi sebagai foto
Headline), Misi (Menyangkut tentang tujuan dan target pemuatan suatu foto
terdapat pemberitaan yang tidak pantas untuk diberikan apresiasi bagi
masyarakat).
62
Pada edisi bulan April, yaitu Senin, 27 April 2020 Media Harian
Metropolitan Bogor pada halaman pertama menampilkan foto headline dengan
judul “Kebijakan Negara”. Foto ini diambil oleh pewarta foto Harian
Metropolitan Bogor. Foto ini ditampilkan dengan ukuran besar, berwarna dan
terletak di atas persis dibawah tulisan Harian Metropolitan Bogor. Penataan
seperti ini memungkinan adanya ketertarikan pembaca untuk mendapatkan
informasi lebih lengkap dari peristiwa tersebut.
Teks Caption: Pelancong Serbu Puncak, Puluhan Rumah Makan Disegel Paksa.
Dalam kesempatan lebaran yang kerap menjadi ajang silahturahmi dan rekreasi
masih dilakukan segelintir orang meski di tengah penerapan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Seperti di kawasan Puncak, sejumlah
titik lokasi wisata disertai para pelancong.
63
Analisis sesuai teori foto ini memenuhi kriteria Informatif (foto yang
mampu menjelaskan dirinya sendiri), Hangat (foto yang ditampilkan mengandung
unsur kehangatan berita), Faktual (Foto yang disajikan harus fakta), Relevan (Foto
sebagai pendamping tulisan, maka foto yang disajikan tidak melenceng dari tema
tulisan), Gema (Foto yang layak dan pantas untuk mendapatkan porsi sebagai foto
Headline), Misi (Menyangkut tentang tujuan dan target pemuatan suatu foto
64
terdapat pemberitaan yang tidak pantas untuk diberikan apresiasi bagi
masyarakat).
Pada edisi bulan Mei, yaitu Senin, 27 Mei 2020 Media Harian Metropolitan
Bogor pada halaman pertama menampilkan foto headline dengan judul
“Antisipasi Aparatur”. Foto ini diambil oleh pewarta foto Harian Metropolitan
Bogor. Foto ini ditampilkan dengan ukuran besar, berwarna dan terletak di atas
persis dibawah tulisan Harian Metropolitan Bogor. Penataan seperti ini
memungkinkan adanya ketertarikan pembaca untuk mendapatkan informasi lebih
atas peristiwa tersebut.
65
Judul: Dampak Covid-19
Analisis sesuai teori foto ini memenuhi kriteria Informatif (foto yang
mampu menjelaskan dirinya sendiri), Hangat (foto yang ditampilkan mengandung
unsur kehangatan berita), Faktual (Foto yang disajikan harus fakta), Relevan (Foto
sebagai pendamping tulisan, maka foto yang disajikan tidak melenceng dari tema
66
tulisan), Gema (Foto yang layak dan pantas untuk mendapatkan porsi sebagai foto
Headline), Misi (Menyangkut tentang tujuan dan target pemuatan suatu foto
terdapat pemberitaan yang tidak pantas untuk diberikan apresiasi bagi
masyarakat), Otentik (Tingkat kesulitan dalam proses pemotretan), Atraktif (Ini
menyangkut foto yang tersaji secara mengigit atau menyekam)
Pada edisi bulan Juni, yaitu Selasa, 2 Juni 2020 Media Harian Metropolitan
Bogor pada halaman pertama menampilkan foto headline dengan judul “Dampak
Covid-19”. Foto ini diambil oleh pewarta foto Harian Metropolitan Bogor. Foto
ini ditampilkan dengan ukuran besar, berwarna dan terletak di atas persis dibawah
tulisan Harian Metropolitan Bogor. Penataan seperti ini memungkinkan adanya
ketertarikan pembaca untuk mendapatkan informasi lebih atas peristiwa tersebut.
4.5 Triangulasi
Hasil dari wawancara dengan Hendi Novian, selaku pihak dari Ketua
Pewarta Foto Indonesia (Bogor) dan selaku fotografer Harian Metropolitan Bogor
menjelaskan bahwa sebuah kegiatan penentuan foto headline itu sendiri tidaklah
hal yang mudah semua butuh proses dan peraturan dan di setiap media pasti
berbeda-beda. Sebuah foto headline harus mudah diingat dengan punya kesan
67
mendalam sehingga pertama kali melihat orang tersebut langsung tahu apa yang
terjadi dan mengetahui kejadian yang ditampilkan foto tersebut.
Foto adalah peristiwa yang digambarkan dari suatu media kamera yang
akan memperkuat pemberitaan yang di sajikan oleh seorang pewarta foto
untuk dimuat dimedia cetak (Hendi Novian 2020).
Hasil dari wawancara dengan Hendi Novian, selaku pihak dari Ketua
Pewarta Foto Indonesia (Bogor) dan selaku fotografer Harian Metropolitan Bogor
menjelaskan bahwa sebuah kegiatan penentuan foto headline itu sendiri tidaklah
hal yang mudah semua butuh proses dan peraturan dan disetiap media pasti
berbeda-beda. Foto headline memiliki beberapa unsur yang akan memperkuat dan
menggambarkan sebuah peristiwa itu tersebut.
Foto headline harus menarik berbeda dari yang lain, aktual, informatif, dan
lain sebagainya, hanya dengan seketika pembaca dibuat penasaran dan
bertanya-tanya apa sebenarnya yang ada di foto itu, apa yang dilakukan, di
mana terjadinya peristiwa itu dan siapa pelaku yang ada di foto itu.
Setidaknya itu yang ada di benak pembaca pertama kali melihat foto
headline. Jika tidak muncul perasaan seperti itu maka gambar yang
terpampang di headline tidak memenuhi kriteria sebuah foto. Sebab foto
yang baik adalah foto yang menarik (Hendi Novian 2020).
Menurut Hendi Novian, foto headline itu harus menarik berbeda dari yang
lain, aktual, informatif, dan lain sebagainya, hanya dengan seketika pembaca
dibuat penasaran dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang ada di foto itu, apa
yang dilakukan, di mana terjadinya peristiwa itu dan siapa pelaku yang ada di foto
itu (Hendi Novian 2020).
Hasil dari wawancara dengan Hendi Novian, selaku pihak dari Ketua
Pewarta Foto Indonesia (Bogor) dan selaku fotografer Harian Metropolitan Bogor
akan menjelaskan prihal proses penentuan foto headline itu sendiri di Harian
Metropolitan Bogor tersebut.
Delapan unsur proses penentuan foto headline ini sangatlah penting dan
digunakan di Harian Metropolitan Bogor, tetapi yang lebih penting adalah
68
kepekaan seorang fotografer bagaimana mereka mengambil posisi atau
angle yang dia dapat (Hendi Novian 2020).
Menurut Hendi Novian, Delapan unsur proses penentuan foto headline ini
sangatlah penting dan digunakan di Harian Metropolitan Bogor (Hendi Novian
2020).
Hasil dari wawancara dengan Hendi Novian, selaku pihak dari Ketua
Pewarta Foto Indonesia (Bogor) dan selaku fotografer Harian Metropolitan Bogor
akan menjelaskan prihal foto aktual, hangat, dan lain sebagainya, itu bisa menjadi
kriteria penentuan foto headline tersebut.
69
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
70
Metropolitan Bogor, baik bagi mahasiswa jurusan jurnalistik maupun para
wartawan media Harian Metropolitan Bogor, sebagai berikut :
1. Para Pewarta Foto atau Redaksi Foto khususnya pada proses penentuan
foto headline ini, agar lebih meningkatkan profesionalismenya, sehingga
masyarakat yang membutuhkan data semakin percaya diri untuk
menggunakannya.
71