Anda di halaman 1dari 122

STRATEGI LEMBAGA SWADAYA TIGA BERADIK

DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN PETANI KOPI DI


KABUPATEN MERANGIN

SKRIPSI

Oleh

ANNISA AINUN ZAHARA


1810813022

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2022
STRATEGI LEMBAGA SWADAYA TIGA BERADIK
DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN PETANI KOPI DI
KABUPATEN MERANGIN

SKRIPSI

Tugas untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial


pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Oleh
ANNISA AINUN ZAHARA
1810813022

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Annisa Ainun Zahara

Nomor Buku Pokok : 1810813022

Judul Skripsi : STRATEGI LEMBAGA SWADAYA TIGA BERADIK

DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN PETANI KOPI

Naskah ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi untuk diajukan ke

Sidang Ujian Skripsi.

Mengetahui,

Pembimbing I

Dr. Indraddin, M. Si
NIP. 196711301999031001

i
ABSTRAK

Annisa Ainun Zahara, BP 1810813022. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang. Judul Skripsi : Strategi
Lembaga Swadaya Tiga Beradik dalam Upaya Pemberdayaan Petani Kopi di
Kabupaten Merangin. Pembimbing I Dr. Indraddin, M.Si.

Lembaga Tiga Beradik merupakan suatu lembaga swadaya masyarakat (LSM)


yang telah berhasil melakukan pemberdayaan untuk petani kopi di Kabupaten
Merangin dengan tujuan meningkatkan produksi kopi dengan cara melakukan
pemberdayaan dan pelatihan kepada petani kopi yang ada di Merangin. Tujuan
umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan cara yang dilakukan pengurus
LTB dalam melakukan pemberdayaan petani kopi di Kabupaten Merangin dan
tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah-langkah
pemberdayaan yang dilakukan LTB dan mendeskripsikan bagaimana strategi
pelibatan masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh LTB.
Penelitian ini menggunakan teori pemberdayaan dari Jim Ife. Pendekatan
penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan metode
kualitatif, yang mana data yang diperoleh dari observasi wawancara mendalam,
dan pengumpulan data sekunder.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tiga langkah keberhasilan program
pemberdayaan yang dilakukan oleh pengurus LTB yaitu langkah perencanaan,
langkah pelaksanaan dan langkah evaluasi. Strategi yang digunakan LTB dalam
melibatkan masyarakat yaitu memperluas pemahaman dan kesadaran masyarakat,
memperkuat kelembagaan, menggunakan inovasi teknologi, membuat ruang
partisipasi alternatif dan memberikan pendidikan dan pelatihan.

Kata Kunci : Pemberdayaan, Strategi, Langkah-langkah, Petani Kopi

ii
ABSTRACT

Annisa Ainun Zahara, BP 1810813022. Department of Sociology, Faculty of


Social and Political Sciences, Andalas University, Padang. Thesis Title: The
Strategy of the Tiga Beradik Non-Governmental Organization in an effort to
empower coffe farmers in Merangin Regency. Advisor I Dr. Indraddin,
M.Si.

The Tiga Beradik Institute is a non-governmental organization (NGO) that has


succeeded in empowering coffee farmers in Merangin Regency with the aim of
increasing coffee production by empowering and training coffee farmers in
Merangin. The general objective of this research is to describe the methods used
by LTB administrators in the success of empowering coffee farmers in Merangin
Regency and the specific objectives of this study are to describe the empowerment
steps carried out by LTB and describe how the strategy of community
involvement in empowerment activities carried out by LTB is.

This study uses the theory of empowerment from Jim Ife. The research
approach used to obtain data is qualitative methods, in which the data obtained
from in-depth interview observations, and secondary data collection.
Based on the results of the study, it was found that there were three success
steps of the empowerment program carried out by the LTB management, namely
planning steps, implementation steps and evaluation steps. and provide education
and training.

Keywords: Empowerment, Strategy, Steps, Coffee Farmers

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan alhamdulillah dan puji syukur penulis ucapkan atas

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada

setiap umatnya. Shalawat beserta salam selalu dikirimkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah menyinari dengan ilmu pengetahuan. Atas segala

rahmat dan hidayah serta pertolongan yang diberikan Allah SWT sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Strategi Lembaga

Swadaya Tiga Beradik Dalam Upaya Pemberdayaan Petani Kopi Di Kabupaten

Merangin” setelah mengalami serangkaian perbaikan, baik kekurangan

kelengkapan data maupun kesalahan-kesalahan dalam penulisan.

Selesainya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan doa dari

berbagai pihak. Maka dari itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Indraddin, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsiku yang telah

bersedia mengorbankan waktu serta fikirannya dan tidak henti-hentinya

memberikan arahan, petunjuk, nasehat, bimbingan, saran, ide dan kritikan

serta motivasi terbaiknya dalam penulisan skripsi.

2. Kepada tim penguji Bapak Dr. Azwar, M.Si selaku ketua penguji, Bapak

Drs. Rinaldi Eka Putra, M.Si, Ibu Zuldesni, S.Sos, M.A, Ibu Dra. Fachrina,

M.Si yang telah memberikan saran, motivasi, serta kritikan yang

membangun demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Ketua jurusan Sosiologi Ibu Dr. Maihasni, M.Si dan Sekretaris jurusan

Sosiologi ibu Dra. Dwiyanti Hanandini, M.Si.

iv
4. Kedua Orang Tua Peneliti (Papa Syamsul Darwin dan Almarhumah Mama

Susi Wenti) yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya serta

senantiasa mendukung, memberikan doa, dan mengorbankan segalanya

untuk peneliti.

5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNAND yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, ucapan terimakasih peneliti sampaikan

karena telah memberikan begitu banyak ilmunya kepada peneliti serta

kepada tenaga kependidikan Jurusan Sosiologi UNAND (Kak Usi dan Ibu

Has) yang sangat ramah dan tulus membantu urusan birokrasi perkuliahan

di Jurusan Sosiologi, semoga apa-apa yang bapak dan ibu berikan menjadi

amal jariyah yang tiada putusnya bagi bapak dan ibu semua.

6. Semua informan penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk

melakukan wawancara dan membantu penulis dalam memberikan

informasi pada saat penelitian.

7. Sahabat peneliti Ulfa Nelan Shafira yang selalu mendengarkan keluh

kesah peneliti selama masa perkuliahan sekaligus teman satu kamar yang

selalu hari-harinya bersama peneliti baik dalam keadaan apapun.

8. Kepada Ridho yang selalu mendengarkan keluh kesah peneliti dan

memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada Faris, Ape, Dani, Bepe, Ucup sebagai sahabat yang telah memberi

cerita dan pengalaman yang luar biasa kepada peneliti Terimakasih kalian

luarbiasa!.

v
10. Teman-teman Sosiologi Angkatan 2018 (CYBER) dan keluarga besar

HIMASOS FISIP Universitas Andalas yang telah menjadi wadah peneliti

dalam berproses dan belajar banyak hal selama melewati masa

perkuliahan.

Besar harapan peneliti agar karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi siapapun

yang membacanya, terkhusus bagi pembaca yang sedang menggeluti bidang

Sosiologi, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat

pada penelitian ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik serta saran yang dapat

menambah kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Padang, 3 Juni 2022

Annisa Ainun Zahara

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
ABSTRACT...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................7
1.5 Tinjauan Pustaka................................................................................................7
1.5.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat.........................................................7
1.5.2 Konsep Lembaga Swadaya Masyarakat................................................13
1.5.3 Konsep Petani Kopi...............................................................................14
1.5.4 Konsep Strategi Pemberdayaan.............................................................15
1.5.5 Tinjauan Sosiologis...............................................................................16
1.5.6 Penelitian Relevan.................................................................................18
1.6 Metode Penelitian............................................................................................21
1.6.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian.............................................................21
1.6.2 Informan Penelitian...............................................................................22
1.6.3 Data Yang Diambil................................................................................24
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data....................................................................26
1.6.5 Unit Analisis..........................................................................................34
1.6.6 Analisis Data..........................................................................................34
1.6.7 Definisi Operasional..............................................................................36
1.6.8 Lokasi Penelitian...................................................................................36
1.6.9 Jadwal Penelitian...................................................................................37
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ......................................................38
2.1 Kondisi Geografis Kabupaten Merangin.........................................................38
2.2 Kondisi Penduduk............................................................................................39

vii
2.2.1 Jumlah Penduduk...................................................................................39
2.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia............................................................40
2.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin......................................41
2.3 Kondisi Sosial Kemasyarakatan dan Kesejahteraan........................................42
2.3.1 Suku dan Budaya...................................................................................42
2.3.2 Pendidikan.............................................................................................43
2.3.3 Kesehatan...............................................................................................44
2.4 Sejarah Kabupaten Merangin dan Lembaga Tiga Beradik..............................44
2.4.1 Sejarah Kabupaten Merangin................................................................44
2.4.2 Sejarah Lembaga Tiga Beradik.............................................................46
BAB III STRATEGI LEMBAGA TIGA BERADIK............................................49
3.1 Langkah-langkah Pemberdayaan yang Dilakukan Oleh LTB.........................49
3.1.1 Langkah Perencanaan............................................................................50
3.1.2 Langkah Pelaksanaan.............................................................................57
1.1.3 Langkah Evaluasi...................................................................................66
3.2 Strategi Pelibatan Masyarakat yang di Lakukan oleh Lembaga Tiga Beradik 67
BAB IVPENUTUP................................................................................................70
1.1 Kesimpulan......................................................................................................70
1.2 Saran.................................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................73

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kelompok Tani Dampingan LTB ...........................................................4


Tabel 1.2 Perbandingan Keadaan Sosial Ekonomi. ...............................................5
Tabel 1.3 Identitas Informan.......................................................................23
Tabel 1.4 Jadwal Penelitian .......................................................................36
Tabel 2.1 Luas Kabupaten Merangin ....................................................................38
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk ..................................................................................39
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia ...........................................................40
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .....................................41

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara agraris yang sudah dikenal sejak zaman dahulu, Indonesia

memiliki sektor pertanian yang memegang peranan tertinggi atas keseluruhan

perekonomian nasional. Terbukti dari begitu banyaknya masyarakat yang hidup

dan bermata pencaharian sebagai petani. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk

dunia, serta naiknya angka pendapatan, dan perubahan preferensi konsumen

mengakibatkan peningkatan angka permintaan terhadap barang dan jasa di sektor

pertanian. Itulah mengapa sektor pertanian akan terus berperan dan memegang

peranan strategis di kehidupan masa depan.

Sumber daya manusia menjadi faktor utama yang menentukan pembangunan

sektor pertanian. Perbaikan sektor pertanian akan terus berjalan apabila sumber

daya manusia yang ada memiliki keinginan kuat untuk maju dan berkembang.

Pemberdayaan (empowerment) kepada sumber daya manusia termasuk pada

sektor pertanian perlu diupayakan agar kapabilitas para petani pun meningkat.

Di Eropa, mulai abad pertengahan, akhir abad 70, 80, hingga awal abad 90an,

istilah empowerment terus berkembang bersama konsepnya yang kemudian turut

mempengaruhi perkembangan teori-teori selanjutnya. Berkenaan dengan

pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Ife (1995) menyatakan bahwa,

“empowerment is a process of helping disadvantaged groups and


individual to compete more effectively with other interests, by helping
them to learn and use in lobbying, using the media, engaging in
political action, understanding how to ‘work the system,’ and so on”
(Ife, 1995).

1
Pengertian tersebut memberi makna bahwa pemberdayaan sebagai konsep

adalah upaya memberi wewenang, otonomi, hingga kepercayaan pada setiap

individu pada suatu organisasi untuk mendorong mereka agar berjiwa kreatif

sehingga dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik.

Talcott Parsons mendefinisikan pemberdayaan sebagai suatu proses ketika

seseorang berpartisipasi karena memiliki kekuatan (power)untuk memberikan

kontrol atas berbagai peristia serta lembaga-lembaga dalam kehidupannya. Selama

proses pemberdayaan ini, orang yang memperoleh pengetahuan, keterampilan,

dan kekuasaan yang cukup dapat memberikan pengaruh pada kehidupannya dan

kehidupan orang lain.

Sebagai sebuah strategi dalam pembangunan, upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat bukanlah hal yang baru. Konsep pemberdayaan dalam konteks

masyarakat dimaknai sebagai kemampuan individu yang saling bersenyawa

dengan individu lain dalam lingkungan masyarakat agar terbentuknya kesadaran

masyarakat. Upaya memberdayakan masyarakat ini juga merupakan upaya

memperkuat unsur-unsur keberdayaan untuk meningkatkan harkat dan martabat

masyarakat tidak mampu agar dapat mengandalkan kekuatannya sendiri.

Salah satu komoditas penting ekspor-impor dalam perekonomian Indonesia,

kopi menduduki peringkat kedua setelah Brazilia (2,3 juta hektar) dengan luas

lahan sekitar 1,3 juta hektar, dengan total produksi menduduki peringkat tiga

setelah Brazilia (2,1 juta ton) dan Vietnam (990 ribu ton), yakni 721 ribu ton.

Luas lahan tersebut terdiri atas 1,2 juta hektar (9,2%) kopi robusta, dan 100 ribu

hektar (8%) kopi arabika. Pada sisi ekspor, Indonesia menempati urutan ke-4

2
setelah Brazilia (1,4 juta ton), Vietnam (974 ribu ton) , dan Columbia (574 ribu

ton), yakni total ekspor329 ribu ton.

Lembaga Tiga Beradik merupakan suatu Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) yang melakukan pemberdayaan untuk petani kopi di Kabupaten Merangin

yang dibentuk untuk tujuan meningkatkan angka produksi kopi melalui

pemberdayaan dan pelatihan yang diberikan kepada petani kopi yang ada di

Kabupaten Merangin. Keberadaan Lembaga Tiga Beradik diharapkan dapat

membangun kembali semangat petani kopi agar terus menekuni perkebunan kopi

yang mereka kelola sejak dahulu, dengan demikian produksi akan meningkat.

Melalui lembaga ini, produktivitas para petani kopi juga akan meningkat, mulai

dari cara budidaya kopi, panen, pengolahan,dan juga pembuatan pupuk. Saat ini

Lembaga Tiga Beradik sedang mengembangkan kopi unggulan yaitu Robusta.

Tersebar di berbagai wilayah di Merangin. Total, saat ini Lembaga Tiga Beradik

memiliki 10 kelompok tani yang menjadi dampingannya. Tersebar di tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Lembah Masurai, Jangkat, dan Jangkat Timur.

Berikut data 10 kelompok tani yang menjadi dampingan Lembaga Tiga Beradik :

3
Tabel 1.1
Kelompok Tani Dampingan LTB

NO Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota


1. Usaha Bunda Sitinjau Alam 25 orang
2. Usaha Ibu Melati Indah 13 orang
3. Depati Kecik Suko Dirajo 24 orang
4. Karang Tigo 25 orang
5. Sinar Harapan 15 orang
6. Harapan Baru 14 orang
7. Pelak Hijau Bumi Lestari 23 orang
8. Air Terjun Tepian Mandi 22 orang
9. Empati 8 orang
10. Aning Dirajo 15 orang
Jumlah Anggota Keseluruhan 184 orang
Sumber : Lembaga Tiga Beradik

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa data petani kopi yang menjadi dampingan

lembaga tiga beradik berjumlah 184 orang petani dari sepuluh kelompok di tiga

kecamatan yaitu kecamatan lembah masurai, kecamatan jangkat dan kecamatan

jangkat timur. Lembaga Tiga Beradik berhasil melaksanakan pemberdayaan

terhadap petani kopi yang ada di Kabupaten Merangin dengan melakukankegiatan

pelatihan, studi banding serta sekolah lapang. Kopi yang dihasilkan oleh petani

yang dinaungi oleh Lembaga Tiga Beradik sudah meraih berbagai penghargaan

dari berbagai event-event yang pernah diikuti oleh Lembaga Tiga Beradik, kopi

yang dihasilkan oleh petani dampingan Lembaga Tiga Beradik dikenal sebagai

satu-satunya kopi yang memiliki ciri khas rasa yang unik yaitu kopi jenis robusta

tetapi memiliki cita rasa arabika, artinya petani kopi Merangin sudah

berkontribusi besar terhadap nama baik Bumi Tali Undang Tambang Teliti di

level Nasional bahkan Internasional.

Perbandingan keadaan sosial ekonomi masyarakat petani antara sebelum dan

sesudah menjadi dampingan Lembaga Tiga Beradik :

4
Tabel 1.2
Perbandingan Keadaan Sosial Ekonomi
No Sebelum Sesudah
1. Menghasilkan produk 30 Menghaasilkan produk lebih
kg/tahun dari 150 kg/tahun
2. Mengkonsumsi kopi dengan Mengkonsumsi kopi dari
Membeli dari luar perkebunan sendiri
3. Tidak mampu lepas dari Adanya kemandirian dan
jebakan kemiskinan dan keunggulan masyarakat dalam
keterbelakangan budidaya biji kopi
4. Tidak mengetahui potensi yang Semakin kuat dan mampu
dimiliki masyarakat. menciptakan potensi yang
dimiliki oleh masyarakat.
5. Petani hanya mampu Sudah banyak petani yang
menyekolahkan anak-anaknya menyekolahkan anak-anaknya
sampai jenjang SMA di perguruan tinggi.
Sumber : Data Primer

Pengurus Lembaga Tiga Beradik ini tidak hanya mengelola pertanian kopi

bersama para petani tetapi juga banyak melakukan kegiatan-kegiatan lainnya

diluar perkebunan kopi, salah satunya pengurus Lembaga Tiga Beradik pernah

mengikuti berbagai pelatihan yang nantinya ilmu yang didapatkan oleh Pengurus

Lembaga Tiga Beradik tadi akan disalurkan kepada para petani yang menjadi

dampingannya, terbukti dengan menyalurkan ilmu yang pengurus berikan kepada

petani mampu membawa prestasi-prestasi yang sudah diraih dengan menjadi kopi

terbaik dalam berbagai perlombaan kopi terbaik. Oleh karena itu peneliti tertarik

melakukan penelitian mengenai keberhasilan Lembaga Tiga Beradik dalam

memberdayakan petani kopi di Kabupaten Merangin dengan “Strategi Lembaga

Tiga Beradik (LSM) dalam upaya pemberdayaan petani kopi di kabupaten

Merangin.”

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa Lembaga Tiga Beradik

adalah lembaga swadaya masyarakat yang melakukan pemberdayaan untuk petani

kopi yang ada di Kabupaten Merangin. Keberadaan Lembaga Tiga Beradik ini

diharapkan dapat membangun kembali semangat petani kopi untuk terus

mengelolaperkebunan kopi. Lembaga ini juga diharapkan mampu meningkatkan

produktivitas petani, cara budidaya kopi, panen, pengolahan,hingga strategi

pemasaran. Lembaga Tiga Beradik berhasil melaksanakan pemberdayaan

terhadap petani kopi yang menjadi dampingannya terbukti dengan banyaknya

evant yang dimenangkan dengan menjadi kopi terbaik dari kopi yang dihasilkan

oleh petani dampingan Lembaga Tiga Beradik ini dengan mempertahankan ciri

khas rasa yaitu jenis kopi yang dihasilkan memiliki rasa yang unik yaitu jenis kopi

robusta tetapi memiliki cita rasa arabika.

Untuk itu penelitian tentang masalah ini perlu dilakukan, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Lembaga

Tiga Beradik (LSM) dalam upaya pemberdayaan petani kopi di Kabupaten

Merangin?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah dijelaskan diatas,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui cara yang dilakukan pengurus Lembaga Tiga Beradik

dalam keberhasilan pemberdayaan petani kopi di kabupaten Merangin.

6
2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui langkah-langkah pemberdayaan yang dilakukan

oleh lembaga tiga beradik.

2. Untuk mengetahui strategi pelibatan masyarakat dalam kegiatan

pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga tiga beradik.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan

menambah wawasan pengetahuan mahasiswa maupun khalayak umum

dalam pemberdayaan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi seluruh

Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Provinsi Jambi dan tempat

lain tentang strategi keberhasilan usaha yang dilakukan oleh pengurus

Lembaga Tiga Beradik di Kabupaten Merangin

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pemerintahan daerah mengenai peran Lembaga Swadaya Masyarakat

dalam melakukan pemberdayan dan melibatkan masyarakat dalam

aktivitas sosial ekonomi

1.5 Tinjauan Pustaka


1.3.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Subejo dan Narimo (dalam Mardikanto dan Soebiato 2013) mengatakan bahwa

pemberdayaan masyarakat adalah sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dalam

7
rangka memberikan fasilitas kepada masyarakat setempat untuk merencanakan,

memutuskan, hingga mengelola sumber daya yang dimiliki, salah satunya melalui

collection, action, dan networking, sehingga mereka diharapkan mampu

memperolah kemampuan dan kemandirian dalam bidang ekonomi, ekologi, dan

sosial.

Chambers (1996) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu konsep

tentang pembangunan ekonomi yang mencakup nilai-nilai sosial. Konsep

pemberdayaan ini menggambarkan paradigma baru pembangunan yang bersifat

“people centered”, participatory, empowering, and sustainable. Konsep

pemberdayaan mencakup hal-hal yang lebih luas dari sekadar upaya memenuhi

kebutuhan dasar, atau dari sekadar metode yang digunakan untuk meminimalisasi

kemiskinan berkelanjutan (safety net).

Sumodiningrat (2003), mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat

merupakansuatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kesempatan atau

mewadahi kelompok yang lemah (miskin), tujuannya adalah supaya mereka

memperoleh akses terhadap sumberdaya, yang mencakup modal, informasi,

teknologi, hingga jaminan pemasaran, dan sebagainya. Tujuannya adalah agar

kemajuan dan perkembangan usaha mereka dapat dirasakan, sehingga perbaikan

pendapatan dan perluasan kesempatan bekerja dapat terwujud demi kesejahteraan

hidup yang lebih baik.

Menurut Jim Ife (2008) pemberdayaan masyarakat merupakan suatu kegiatan

yangmemberikan tempat kepada sumber daya manusia agar memperoleh

kesempatan, keterampilan, pengetahuan, dan sumberdaya agar bertambahnya

8
kemampuan berpartisipasi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, serta

menentukan masa depan. Dasar dari konsep pemberdayaan masyarakat adalah

pemahaman bahwa ketidakberdayaan masyarakat muncul dari ketiadaan kekuatan

(powerless) dari masyarakat itu sendiri. Jim Ife mengidentifikasikan beberapa

jenis kekuatan yang dimiliki masyarakat dan dapat digunakan untuk

memberdayakanmasyarakat yaitu :

a. Kekuatan atas pilihan pribadi. Biasanya, upaya dilakukan melalui pemberian

kepercayaan kepada masyarakat agar menentukan sendiri pilihan atau

kesempatan hidup yang lebih baik.

b. Kekuatan dalam menentukan kebutuhannya sendiri. Upaya yang dilakukan

biasanya melalui pendampingan kepada masyarakat untuk menjelaskan

kebutuhan mereka.

c. Kekuatan dalam kebebasan berekspresi. Pada bagian ini, pemberdayaan

dilakukan melalui metode pengembangan kemampuan agar mampu

mengekspresikan kebebasan mereka dalam suatu budaya politik

d. Kekuatan kelembagaan. Upaya pemberdayaan jenis ini dilakukan melalui

peningkatan akses masyarakat terhadap lembaga pendidikan, keluarga,

kesehatan, keagamaan, kesejahteraan sosial, media, lembaga pemerintahan,

dan sebagainya.

e. Kekuatan sumber daya ekonomi. Pemberdayaan bertujuan untuk

meningkatkan aksesibilitas dan kontrol terhadap aktivitasekonomi.

f. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi. Upaya pemberdayaan yang

dilakukan pada jenis ini biasanya dengan memberikan kebebasan kepada

9
masyarakat dalam menentukan proses reproduksi.

Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang

dilakukan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Soekanto (dalam

Maryani,2019:13).

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini biasanya terdapat dua tahapan yang harus dilakukan. Pertama,

persiapan tenaga penunjang pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan

oleh community worker. Kedua, persiapan lapangan yang biasanya dilakukan

secara nondirektif.

Persiapan tenaga penunjang pemberdayaan masyarakat sangat penting

dilakukan agar efektivitas program atau kegiatan pemberdayaan dapat

tercapai dengan baik.

2. Tahap Pengkajian (Assessment)

Pada tahapan ini, pemberdayaan dapat dilakukan baik secara individual

maupun melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Agar program tepat

sasaran, petugas harus berupaya mengidentifikasi masalah, seperti kebutuhan

yang dirasakan serta sumber daya yang dimiliki oleh kliennya. Artinya,

sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada pada masyarakat yang

mengikuti kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Sebagaimana tahap persiapan, tahap pengkajian juga sangat penting supaya

efisiensi program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat terwujud.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahap ini, petugas bertindak sebagai agen perubahan “Exchance

10
agent”yang secara partisipatif akan melibatkan warga untuk berpikir

mengenai masalah yang sedang mereka hadapi dan bagaimana menemukan

solusi dari masalah tersebut. Di sini masyarakat diharapkan mampu berpikir

mengenai alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan. Demi

tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat, alternatif program yang

dipilih harus menunjukkan program kerja atau kegiatan yang paling efektif

dan efisien.

4. Tahap Formalisasi Rencana Aksi

Tahap ini megnharuskan agen perubahan untuk merumuskan dan

menentukan program dan kegiatan yang akan mereka lakukan untuk

menyelesaikan masalah pada tiap-tiap kelompok. Petugas juga membantu

merealisasikan gagasan yang diciptakan ke dalam tulisan, terutama apabila

berkaitan dengan pembuatan proposal kepada penyalur dana, agar penyalur

dana memahami tujuan dan sasaran dari program pemberdayaan masyarakat

yang akan dilakukan.

5. Tahap (Implementasi) Program atau Kegiatan

Upaya mengimplementasikan program pemberdayaan masyarakat

membutuhkan peran masyarakat sebagai kader, sehingga diharapkan dapat

menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Pentingnya

kerja sama antara petugas dengan masyarakat adalah salah satu hal yang

penting pada tahap ini, hal ini dikarenakan sesuatu yang sudah direncanakan

dengan baik berpotensi melenceng saat di lapangan. Agar tidak menghadapi

kendala yang serius pada saat implementasi, suatu program harus di

11
sosialisasikan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan supaya para peserta

memahami secara jelas apa maksud, tujuan, dan sasaran dari program

tersebut.

6. Tahap Evaluasi

Sebagai bentuk proses pengawasan dari masyarakat dan petugas program

masyarakat, evaluasi sebaiknya dilakukan melibatkan masyarakat. Melalui

pelibatan warga masyarakat, harapannya akan terbentuk suatu sistem

komunitas pengawasan internal dalam jangka pendek. Mampu membangun

komunikasi masyarakat secara lebih mandiri melalui pemanfaatan sumber

daya yang tersedia untuk jangka panjang.Evaluasi diharapkan dapat

mengukur dengan jelas kendala-kendala yang dihadapi, tolok ukur

keberhasilan tercapainya suatu program untuk menemukan inovasi dan

mengantisipasi agar permasalahan yang sama tidak terulang lagi.

7. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan sebuah tahapan pemutusan hubungan secara formal

dengan komunitas sasaran. Pada tahap ini, proyek diharapkan segera

berhenti. Artinya, kondisi masyarakat sebelum diberdayakan telah berubah

menjadi lebih baik karena melalui proses pemberdayaan sehingga dapat

hidup lebih layak.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan

merupakan upaya membangun desa dengan mengutamakan, mengedepankan,

bahkan melindungi hak dan kewajiban masyarakat dalam proses pengambilan

12
keputusan terhadap aset pembangunan, serta memberikan jaminan kepada

masyarakat desa untuk mengelola sumber daya secara mandiri.

1.3.2 Konsep Lembaga Swadaya Masyarakat

Hannan (1988) menjelaskan bahwa LSM merupakan sebuah organisasi yang

didirkan dengan tujuan mengembangkan pembangunan pada tingkat terbawah

atau grassroots. Melalui kelompok-kelompok swadaya di tingkat lokal

beranggotakan 20 sampai 50 orang, LSM menyasar kelompok-kelompok tersebut

untuk berswadaya setelah proyeknya berakhir.

Ciri khas LSM di Indonesia sebagaimana dikatakan oleh M.M. Billah (1990)

adalah: Pertama, mereka berorientasi pada penguatan kelompok dan/atau

komunitas. Kedua, memiliki komitmen yang kuat terhadap partisipasi rakyat.

Ketigas, terdapat pertukaran gagasan dan sumber daya yang bersumber dari

banyaknya hubungan silang antar pribadi dan kelembagaan yang saling

mendukung pada satu komunitas LSM di Indonesia.

Gaffar (dalam jurnal yang dikutip oleh Khrisna Anggara) mengidentifikasikan

tiga jenis peranan yang dapat diberikan oleh LSM, yaitu :

1. Memberikan dukungan lewat pemberdayaan masyarakat pada sektor yang

sangat esensial, seperti akar rumput (grassroots) demi menciptakan

pembangunan yang berkelanjutan.

2. Melalui jaringan kerja sama, baik dalam negara maupun dengan lembaga-

lembaga internasional, dapat meningkatkan pengaruh politik secara meluas.

3. Ikut ambil bagian dalam menentukan arah dan agenda pembangunan

13
1.3.3 Konsep Petani Kopi

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani menjelaskan bahwa “Petani adalah warga Indonesia

perseorangan/keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan peternakan.” Definisi lain menyebutkan bahwa

petani merupakan seorang yang bekerja di sektor pertanian, melalui pengelolaan

tanah untuk menumbuhkan serta memelihara tanaman, contohnya adalah kopi,

padi, jagung, bunga, buah, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan seorang petani

dengan harapan akan memperoleh hasil dari tanaman tersebut baik untuk

digunakan sendiri maupun dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kopi merupakan salah satu komoditi berupa tanaman yang tumbuh pada

ketinggian 700-1600 mdpldi semak di daerah tropis. Kopi berasal dari biji buah

kopi yang telah melalui proses sangrai dan penghalusan sebelum akhirnya diseduh

menjadi sebuah minuman. Kopi menjadi salah satu komoditas populer di dunia

karena dibudidayakan oleh lebih dari 50 negara. Kopi robusta dan kopi arabika

merupakan dua spesies pohon kopi yang paling dikenal secara umum. Sebelum

diseduh menjadi minuman dan dapat diminum, kopi terlebih dahulu melalui

proses yang panjang mulai dari panen biji kopi yang telah matang melalui mesin

atau tangan para petani kopi.

Petani kopi adalah suatu profesi atau pekerjaan yang melakukan pengelolaan

tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman seperti kopi

dan kemudian nantinya diolah menjadi serbuk kopi untuk menjadi minuman yang

14
memiliki cita rasa yang khas dan memiliki aroma yang juga khas dan juga banyak

digemari diberbagai kalangan di seluruh lapisan dunia.

1.3.4 Konsep Strategi Pemberdayaan

Strategi merupakan suatu penyusunan upaya atau cara untuk mencapai tujuan

jangka panjang sebuah organisasi atau perkumpulan, melalui proses penentuan

rencana para pemimpin puncak.

Konsep strategi :

1. Perencanaa untuk memperjelas arah yang akan ditempuh suatu organisasi

secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjang.

2. Acuan yang berkenan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi

perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.

3. Rincian langkah organisasi yang berisi informasi.

Pemberdayaan merupakan upaya membangun desa dengan

mengutamakan, mengedepankan, bahkan melindungi hak dan kewajiban

masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terhadap aset pembangunan,

serta memberikan jaminan kepada masyarakat desa untuk mengelola sumber daya

secara mandiri. Jadi, strategi pemberdayaan adalah bagaiman menentukan fokus

rencana dan tujuan jangka panjang sehingga tercipta pembangunan yang

mengutamakan, mengedepankan, dan melindungi otonomi masyarakat dalam

proses pengambilan keputusan terhadap aset pembangunan, serta memberikan

jaminan masyarakat desa mengelola secara mandiri.

15
1.3.5 Tinjauan Sosiologis

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori pemberdayaan masyarakat

Jim Ife. Menurut Jim Ife (dalam Zubaedi, 2013:63) pemberdayaan adalah

memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada

warga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa

depannya sendiri dan berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan

masayarakatnya. Menurut Jim Ife (2006:130) dalam pemberdayaan ada dua

konsep penting dalam melihat masyarakat yang tidak berdaya yaitu karena tidak

memiliki kekuatan (power) dan karena kurang beruntung (disadvantaged).

Jim Ife (2006:140) mengidentifikasi beberapa jenis kekuatan yang harus

dimiliki masyarakat sehingga dapat memberdayakan mereka, diantaranya kekutan

atas pilihan pribadi, kekuatan untuk mempertahankan hak asasi manusia, kekuatan

dalam menentukan kebutuhannya sendiri, kekuatan atas gagasan atau kebebasan

berekspresi, kekuatan atas lembaga-lembaga, kekuatan atas sumber daya,

kekuatan atas kegiatan ekonomi, kekuatan atas reproduksi.

Pada penelitian ini, peneliti akan mengaitkan dengan beberapa kekuatan

(power) yang sudah disebutkan diatas. Pertama, kekuatan atas menentukan

kebutuhannya sendiri. Upaya pemberdayaan masyarakat harus memberikan

penghormatan dan pengakuan atas pengetahuan dan pengalaman, serta kearifan

lokal yang dimiliki. Kedua, kekuatan atas gagasan atau kebebasan berekpresi.

Upaya pemberdayaan masyarakat harus memberikan kebebasan berpikir dan tidak

mendikte pandangan seseorang atau masyarakat. Ketiga, kekuatan atas sumber

daya. Proses pemberdayaan harus memaksimalkan kekuatan setiap orang terhadap

16
pemanfaatan sumber daya baik kekuangan maupun non-keuangan (pendidikan,

pekerjaan, pengalaman kebudayaan). Terakhir, kekuatan atas kegiatan ekonomi.

Proses pemberdayaan dilakukan dengan meningkatkan akses dan kontrol terhadap

aktivitas ekonomi.

Jadi, untuk memberdayakan masyarakat ada beberapa strategi yang dikemukan

oleh Jim Ife, dari beberapa strategi tersebut dalam penelitian ini mengacu kepada

strategi pemberdayaan mayarakat melalui kebijakan dan perencanaan, dan

pemberdayaan melalui pendidikan dan keterampilan. Pemberdayaan melalui

kebijakan dan perencanaan dicapai dengan membangun atau mengubah struktur

dan lembaga untuk mewujudkan akses yang lebih adil terhadap sumber daya,

layanan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Dan

pemberdayaan melalui pendidikan dan penumbuhan kesadaran menekankan

pentingnya suatu proses edukatif untuk membekali pengetahuan dan keterampilan

bagi masyarakat dan meningkatkan kekuatan mereka.

Ife berpendapat bahwa konsep pemberdayaan pada dasarnya berkaitan erat

dengan dua konsep pokok, yaitu: konsep power (daya), dan konsep disadvantaged

(ketimpangan). Pengertian ini menurut Ife akan menggunakan empat perspektif,

yakni puralis, elitis, strukturalis, dan post-strukturalis. Dalam buku

Pengembangan Masyarakat ditulis oleh Zubaedi (2013). Menjelaskan empat

perspektif itu masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Perspektif pluralis menilai pemberdayaan sebagai sebuah proses untuk

menolong individu maupun kelompok dalam suatu masyarakat yang

dianggap kurang beruntung, agar dapat bersaing dengan lebih efektif.

17
Perspektif ini menyebut bahwa pemberdayaan yang dilakukan adalah

peningkatan kapabilitas warga masyarakat untuk bersaing secara wajar tanpa

menang dan kalah.

2. Perspektif elitis biasanya memandang pemberdayaan sebagai upaya untuk

memberikan pengaruh kepada kalangan elit, seperti para pemuka agama,

atau tokoh masyarakat, pejabat, orang kaya, maupun lainnya dengan cara

membentuk aliansi dengan mereka.

3. Perspektif strukturalis melihat pemberdayaan sebagai kegiatan yang

bertujuan menghapuskan bentuk ketimpangan sosial dan lebih menantang.

Artinya, pemberdayaan menjadi suatu proses yang harus diimbangi dengan

perubahan struktural secara fundamental melalui penghapusan penindasan

struktural.

4. Perspektif post-strukturalis biasanya melihat pemberdayaan sebuah upaya

penting pada aspek intelektualitas, ketimbang aksi atau praksisnya sebagai

sebuah diskursus. Maksudnya disini adalah pemberdayaan masyarakat

dipahami sebagai langkah untuk mengembangkan pemahaman terhadap

perkembangan pemikiran baru dan analitis. Titik tekan pemberdayaan ini

pada aspek pendidikan kepada masyarakat.

1.3.6 Penelitian Relevan

Berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu tentang Strategi Lembaga Swadaya

Masyarakat dalam memberdayakan petani ini sebenarnya sudah banyak diteliti

oleh peneliti lainnya. Selain itu dalam referensi ini dibutuhkan beberapa referensi

diantaranya penelitian relevan sebagai bentuk pengkayaan akan referensi yang

18
diteliti guna sebagai dasar dan penguat untuk penelitian ini. Peneliti menemukan

beberapa karya ilmiah mengenai pemberdayaan masyarakat melalui LSM antara

lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Qurroti a’Yunina (2021) dengan

judul “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Tani dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Petani (Studi kasus pada kelompok tani subur

tani desa doroampel, Kecamatan Sumbergempol, kabupaten tulungagung)”.

Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat berjalan dengan baik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa strategi

yang digunakan poktan subur tani dalam pemberdayaan masyarakat petani,

yaitu Program penyuluhan, Program pengembangan teknologi, Pelatihan

keterampilan, Penguatan kelembagaan, Dengan adanya strategi tersebut

sangat menguntungkan para masyarakat petani khusunya yang bergabung

dengan poktan subur tani, karena para petani tersebut bisa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di

atas yaitu penelitian diatas lebih terfokus kepada bagaimana langkah-langkah

yang dilakukan lembaga tiga beradik dalam upaya pemberdayaan petani kopi

dan juga mengetahui bagaimana strategi pelibatan masyarakat dalam

kegiatan pemberdayaan lembaga tiga beradik, namun penelitian ini lebih

banyak terfokus kepada faktor penghambat dalam kegiatan pemberdayaan

ini.

2. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Mardit Eko Prastio (2018) dengan

19
judul “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani Kopi Pada Lembaga

Masyarakat Desa Hutan Taman Putri Desa Kemiri Kecamatan Panti

Kabupaten Jember”. Universitas Jember. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat berjalan dengan baik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa strategi

yang digunakan LMDH dalam pemberdayaan masyarakat petani, yaitu

Strategi Pengorganisasian Masyarakat dan berbagai strategi pelatihan

pengolahan dan pengembangan hasil tani hutan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian di atas adalah penelitian ini lebih terfokus kepada strategi

pemanfaatan hutan dan diubah menjadi perkebunan kopi. Penelitian diatas

terfokus kepada strategi lembaga dalam memberdayakan petani kopi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Sri Amalia (2021) dengan judul

“Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani Kakao dalam meningkatkan

produksi melalui kelompok tani di desa buntu karya kecamatan ponrang

selatan kabupaten luwu”. Universitas Cakrominoto Palopo. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat berjalan

dengan baik Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat

beberapa strategi yang diterapkan dalam pemberdayaan petani, yaitu

menstabilkan harga beli kakao, menyediakan penyuluh pertanian,

meningkatkan ketersediaan pupuk, mempertahankan dan meningkatkan

penggunaan alat-alat pertanian yang telah efektif dan efisien, dan

meningkatkan hasil dan kualitas produksi kakao.perbedaan penelitian ini

dengan penelitian diatas yaitu penelitian ini lebih terfokus kepada strategi

20
penjualan dari kakao sedangkan penelitian diata lebih terfokus kepada

pemberdayaan petani kopi.

1.4 Metodologi Penelitian

1.4.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Alasan peneliti menggunakan

metode penelitian kualitatif karena metode ini dianggap mampu melengkapi

ketersediaan deskripsi yang kaya akan fenomena. Metode kualitatif akan

memberikan pemahaman atas substansi dari suatu masalah, sehingga penelitian

kualitatif diharapkan mampu memberikan jawaban melalui penjelasan mendalam

atas suatu masalah.

Pendekatan penelitian dengan metode penelitian merupakan sesuatu hal yang

berbeda. Afrizal (2014) mengatakan pendekatan dengan metode kualitatif akan

lebih mengacu pada perspektif teori. Sedangkan metode penelitiannya mengacu

pada metode yang ditempuh pada saat memecahkan suatu masalah serta mencari

jawaban atas masalah-masalah dalam penelitian. Pendekatan penelitian

merupakan suatu cara yang dipilih dalam mengamati, mengumpulkan informasi

dan menyajikan analisis hasil penelitian sebagai cara untuk menjawab penelitian

tersebut. Penelitian ini mencobaa menjelaskan bagaimana strategi lembaga tiga

beradik (LSM) berhasil dalam pemberdayaan petani kopi.

Afrizal (2014:17), berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif merupakan

sebuah metode penelitian pada rumpun ilmu sosial yang mengumpulkan data

berupa kata-kata (lisan dan tulisan) dan perbuatan manusia untuk dianalisis secara

mendalam sehingga tidak memerlukan penghitungan atau kuantifikasi data yang

21
diperoleh ke dalam bentuk angka. Menurut Moleong (2004), metode penelitian

kualitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan memahami secara

menyeluruh fenomena yang dialami oleh objek penelitian melalui bentuk seperti

prilaku, persepsi, motivasi, dan prilalku lainnya. Menurut Afrizal (2014), alasan

menggunakan metode penelitian kualitatif adalah karena ucapan dan prilaku

manusia harus dianalisis agar tercapainya tujuan penelitian. Jenis metode yang

digunakan adalah metode Studi Kasus, dimana dalam penelitian ini kita dapat

menggunakan berbagai teknik termasuk wawancara, observasi, dan kadang-

kadang pemeriksaan dokumen dan artefak dalam pengumpulan data.

Alasan peneliti menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif dan juga

jenis metode Studi Kasus agar dapat menggambarkan secara mendalam tentang

data yang didapat dilapangan mulai dari mendeskripsikan mengenai bagaimana

langkah-langkah keberhasilan yang dilakukan oleh pengurus Lembaga Tiga

Beradik dalam melakukan pemberdayaan terhadap petani kopi yang ada di

Kabupaten Merangin dan bagaimana strategi pelibatan masyarakat yang dilakukan

pengurus Lembaga Tiga Beradik dalam kegiatan pemberdayaan.

1.4.2 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data dari penelitian, informan sangat diperlukan dalam

penulisan dan proses penelitian karena sumber daya yang diperlukan ada pada

informan. (Spradley, 1997) mengatakan informan penelitian adalah seorang yang

memberikan informasi baik itu tentang dirinya ataupun oranglain dan juga

memberikan infromasi tentang suatu kejadian.

22
Afrizal (2014:139) dalam bukunya mengatakan informan penelitian merupakan

adalah orang yang dianggap mampu memberikan informasi, baik mengenai

dirinya atauorang lain. Mengenai suatu kejadian kepada peneliti, dapat dikatakan

bahwa sesorang yang memiliki data-data yang dibutuhkan oleh peneliti. Menurut

(Afrizal:139), informan dikategorikan dalam dua ketegori yaitu informan

pengamat dan informan pelaku

1. Informan pengamat adalah seseorang yang dianggap mampu memberikan

informasi tentang seseorang maupun sebuah peristiwa. Informan ini

dikategorikan sebagai orang yang mengetahui orang yang akan kita teliti atau

pelaku dari kejadian yang kita teliti. Mereka dikatakan sebagai saksi dari suatu

kejadian atau dapat disebut sebagai pengamat lokal. Informan pengamat dalam

penelitian ini adalah kepala desa dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan

atau pengambilan keputusan mengenai pemberdayaan tetapi tidak menjadi

dampingan lembaga tiga beradik.

2. Informan pelaku adalah seseorang yang memberikan informasi tentang dirinya,

tentang perbuatannya, tentang pikirannya, tentang interpretasinya (maknanya)

atau tentang pengetahuannya. Mereka disebut subjek penelitian. Yang menjadi

informan pelaku penelitian ini adalah pengurus lembaga tiga beradik dan petani

kopi yang terlibat.

Dalam penelitian ini digunakan teknik pemilihan informan dengan teknik

purposive sampling yaitu menentukan informan sesuai kriteria yang telah

ditentukan sebelum turun ke lapangan. Afrizal (2014:140), dalam bukunya

mengatakan penggunaan teknik ini merupakan mekanisme yang disengaja,

23
Untuk lebih jelasnya berikut nama-nama informan :

Tabel 1.3
Identitas Informan
No Nama Umur Jenis Jabatan/Pekerjaan Kategori
(Th) Kelamin Informan
1. Aniwati 27 Perempuan Manajer Program Informan
Ekonomi Kreatif Pelaku
LTB
2. Hardi Yuda 40 Laki-laki Direktur LTB Informan
Pelaku
3. Catur Widodo 28 Laki-laki Staff LTB Informan
. Pelaku
4. Edi Aprianto 38 Laki-laki Staff LTB Informan
Pelaku
5. Soratun Nasifah 35 Perempuan Petani Informan
Pelaku
6. Eka warda 38 Perempuan Petani Informan
Pelaku
7. Muhammad 24 Laki-laki Wiraswasta Informan
. Alvatoni Pengamat
8. Soerman Putra 42 Laki-laki Kepala Desa Informan
Pengamat
Sumber : Data Primer 2021-2022
Berdasarkan pada tabel di atas, informan berjumlah 8 orang diantaranya 6

orang informan pelaku, dan 2 orang informan pengamat. Informan tersebut secara

tidak langsung terlibat dalam penelitian ini dan di jadikan sebagai salah satu cara

peneliti mendapatkan informasi terkait penelitian yang di angkat, yaitu dengan

melakukan wawancara kepada informan. Informan yang ditetapkan memenuhi

kriteria dengan kata lain informan paham atau bahkan terlibat langsung kegiatan

pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik kepada petani

dampingannya.

1.4.3 Data Yang Diambil

Lofland dan Lofland (Meleong, 2004:112), dalam bukunya mengatakan

24
sumber utama dari penelitian kualitatif itu adalah kata-kata serta tindakan.

Selanjunya merupakan data tambahan seperti dokumen, dan lain sebagainya.

Afrizal (2014) menyebutkan data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif

berupakata-kata (tertulis maupun lisan) dan perbuatan manusia,tanpa

mengangkat data yang diperoleh. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan

data dari dua sumber yaitu:

1. Data Primer
Data primer atau data utama adalah data atau informasi yang didapatkan

langsung dari informan penelitian, data primer ini didapat menggunakan

teknik observasi serta wawancara mendalam (Moleong, 2004:155). Data

yang didapat berupa informasi-informasi mengenai strategi keberhasilan

yang dilakukan oleh pengurus dalam menjalankan pemberdayaan serta

informasi mengenai bagaimana Lembaga Tiga Beradik memberdayakan dan

melibatkan masyarakat dalam aktivitas sosial ekonomi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung memberikan data

kepada pengumpulan data (Sugiyono,2017) misal melalui orang lain atau

dokumen. Data sekunder bisa didapatkan pada media elektronik, cetak, artikel,

maupun jurnal penelitian sebelumnya. Data yang dimaksud seperti data media

elektronik kegiatan yang dilakukan lembaga tiga beradik dalam upaya

memberdayakan petani kopi.

Pada penelitian ini data sekunder yang didapat pada media informasi internet

25
sosial media milik lembaga tiga beradik yaitu berbagai macam kegiatan yang

dilakukan oleh pengurus sehingga berhasil dan masih aktif berjalan hingga saat

ini. Selanjutnya menggunakan rujukan laporan program yang didapatkan dari

pengurus Lembaga tiga Beradik.

Adapun data sekunder yang dimaksud ialah :

1. Profil Kabupaten Merangin


2. Profil Lembaga Tiga Beradik
3. Dokumentasi prestasi Lembaga Tiga Beradik
4. Media online (Facebook.com, ltb.or.id, meranginkab.go.id)
5. Observasi
1.4.4 Teknik dan Proses Pengumpulan Data

Langkah awal yang sangat penting dalam melakukan sebuah penelitian

adalah pengumpulan data, karena tujuan utama mengumpulkan data adalah

untuk mendapatkan data. (Sugiyono, 2017) mengatakan tanpa memahami

teknik pengumpulan data, maka tidak akan mendapatkan data penelitian sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi ke lapangan.

1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang,

yang terdiri dari informan dan seorang lainnya dengan mengajukan beberapa

pertanyaan, berdasarkan tujuan penelitian yang diharapkan. Taylor (Afrizal,

2005) mengatakan wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan

secara berulang kali dengan menanyakan pertanyaan yang yang berbeda kepada

26
informan agar mendapatkan informasi yang lebih mendalam.

Beda antara wawancara mendalam dengan wawancara lainnya seperti

wawancara terstruktur yaitu wawancara mendalam dengan cara proses menggali

informasi secara mendalam, terbuka, bebas dengan masalah, fokus dan terarah

pada pusat penelitian dengan merujuk pada pedoman wawancara atau tidak.

Wawancara ini biasanya digunakan pada penelitian kualitatif (Moleong, 2004).

Sedangkan wawancara terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan pertanyaan

yang telah disiapkan sebelumnya sebelum melakukan wawancara, biasanya

digunakan pada penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai pengurus yang terlibat di lembaga

tiga beradik, petani yang menjadi dampingan lembaga tiga beradik, dan

masyarakat yang terlibat didalam pengambilan keputusan dalam pemberdayaan

namun bukan dampingan dari lembaga tiga beradik. Teknik melakukan

wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu terlebih dahulu membuat janji dan

menyepakati waktu dan tempat untuk melakukan wawancara bersama dengan

informan. Lalu peneliti bertanya mengenai strategi keberhasilan yang dilakukan

oleh lembaga tiga beradik. Tidak hanya itu saja, peneliti juga menanyakan

bagaimana lembaga tiga beradik memberdayakan petani kopi.

Wawancara mendalam dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi

kepada informan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu

menyusun pedoman wawancara sebagai pedoman selama peneliti berada di

lapangan, berguna agar wawancara lebih terarah dan sistematis. Peneliti terlebih

dahulu menanyakan kesediaan informan untuk diwawancarai, apakah peneliti

27
tidak mengganggu waktu informan, peneliti sebelumnya memperkenalkan diri

serta maksud dan tujuan peneliti disini jika informan bersedia maka wawancara

dilakukan.

Wawancara di awali dengan pertanyaan terkait identitas informan, seperti

nama, umur, pekerjaan, no hp, dan alamat tempat tinggal. Setelah mengetahui

identitas informan, peneliti mulai pada topik penelitian yang diteliti, yaitu

mengenai strategi keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik dalam memberdayakan petani kopi di

Kabupaten Merangin. Selama wawancara berlangsung peneliti menggunakan alat

perekam (handphone).

Proses pencarian informan dan pendekatan dengan informan pertama kali

sudah di mulai sejak 20 Oktober 2021, dengan menemui Direktur Lembaga Tiga

Beradik yaitu Bapak Hardi Yuda. Pada saat itu peneliti menemui Bapak Yuda di

sebuah Coffeshop yang juga menjual kopi hasil dari pemberdayaan yang telah

dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik dan peneliti juga berkesempatan mencicipi

kopi hasil pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik. Pada

saat itu peneliti juga meminta izin melakukan penelitian di Lembaga Tiga Beradik

dan mendengarkan cerita yang disampaikan oleh direktur LTB tentang kegiatan

pemberdayaan. Permohonan izin tersebut masih peneliti sampaikan secara lisan,

belum disertai surat. Peneliti juga meminta nomor telepon Direktur Lembaga Tiga

Beradik untuk kebutuhan penelitian. Mengetahui maksud dan tujuan peneliti,

Direktur Lembaga Tiga Beradik mengizinkan peneliti melakukanan penelitian ini.

28
Tanggal 9 Februari 2022, peneliti mengunjungi Sekretariat Lembaga Tiga

beradik yang berjarak sekitar 8km dari kediaman peneliti peneliti pergi

menggunakan sepeda motor sendirian, satu hari sebelum kedatangan peneliti telah

membuat janji dahulu melalui pesan whatsapp dengan Direktur Lembaga Tiga

Beradik namun Direktur menyarankan kepada peneliti untuk menemui Ibu

Aniwati selaku Manager Program Ekonomi Kreatif Lembaga Tiga Beradik karena

dianggap lebih memahami tentang pemberdayaan yang ada di lapangan. Pada

kesempatan ini peneliti memberikan surat izin penelitian. Pada kesempatan ini

peneliti bersama Ibu Aniwati bercerita mengenai awal mula pemberdayaan yang

telah dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik terhadap petani kopi yang ada di

Kabupaten Merangin.

Tanggal 14 Maret 2022, peneliti melakukan wawancara Manager Program

Ekonomi Kreatif Lembaga Tiga beradik yaitu Ibu Aniwati, wawancara ini

dilakukan di Sekretariat LTB. Peneliti sudah mulai melakukan wawancara dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah di susun sebelumnya. Informan

menceritakan pengalaman selama melakukan kegiatan pemberdayaan terhadap

petani kopi. Hal yang peneliti tanyakan yaitu tentang langkah-langkah

pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik dan bagaimana

strategi pelibatan masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh

LTB. Informan menceritakan pengalamannya kepada peneliti, hal tersebut tentu

sangat menambah informasi bagi peneliti yang berguna dalam penelitian ini.

Kemudian dilanjutkan pada tanggal 23 Maret 2022, peneliti melakukan

wawancara mendalam dengan Bapak Catur Widodo selaku Staff Lembaga Tiga

29
Beradik, wawancara di lakukan di Sekretariat Lembaga Tiga Beradik. Hal yang

peneliti tanyakan yaitu mengenai strategi keberhasilan yang dilakukan oleh

Lembaga Tiga Beradik terhadap pemberdayaan petani kopi di Kabupaten

Merangin, informan menceritakan pengalamannya kepada peneliti.

Kemudian wawancara dilanjutkan dengan 2 orang petani kopi. Peneliti

berangkat dari kediaman peneliti dari Kota Bangko pada tanggal 30 Mei 2022

menuju ke lokasi yaitu Desa Simpang Talang Tembago, Jangkat yang jaraknya 5

jam perjalanan dari kediaman peneliti, peneliti menggunakan angkutan umum

travel. Sebelumnya peneliti sudah membuat janji terlebih dahulu dengan Informan

yang ada di Desa simpang Talang Tembago melalui aplikasi Whatsapp Bahwa

peneliti akan melakukan wawancara terkait pemberdayaan petani kopi yang telah

dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik. Setibanya di lokasi peneliti langsung

menemui Ketua dari kelompok tani di Desa Simpang Talang Tembago yaitu Ibu

Surotun Nasifah. Setelah mendapatkan informasi yang di butuhkan, di hari yang

sama peneliti melanjutkan wawancara dengan Ibu Eka Warda selaku Bendahara

kelompok tani di Desa Simpang Talang Tembago. Setelah selesainya wawancara

dengan kedua informan, Ibu Surotun Nasifah menyarankan kepada peneliti untuk

istirahat dahulu di kediaman Ibu Darwina yang juga anggota dari kelompok tani

dampinagn LTB karena sudah sore dan perlunya istirahat peneliti memutuskan

untuk menyudahi wawancara untuk hari itu, dan dilanjutkan keesokan harinya.

Kemudian keesokan harinya tanggal 31 Mei 2022, peneliti ditemani oleh Ibu

Darwina ke kantor Kepala Desa guna mewawancarai Kepala Desa Simpang

Talang Tembago dengan membawa surat izin penelitian, sebelum kedatangan

30
peneliti sudah membuat janji bertemu terlebih dahulu dengan bapak Kepala Desa

melalui Telephonedan juga sudah menyampaikan maksud dan tujuan peneliti

datang ke Desa Simpang Talang Tembago kemudian menetapkan tempat dan

waktu untuk bertemu. Peneliti mewawancarai Bapak Kepala Desa dan

menanyakan mengenai strategi pelibatan masyarakat yang dilakukan oleh

Lembaga Tiga Beradik dan tentang bagaimana Lembaga Tiga Beradik bisa

mencapai keberhasilan programnya. Informan ini mengetahui banyak hal

mengenai keberhasilan program pemberdayaan yang dilakuka oleh Lembaga Tiga

Beradik. Di hari yang sama peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad

Alvatoni selaku masyarakat yang ada di desa Simpang Talang Tembago yang

mana Bapak Muhammad Alvatoni ini lumayan disegani dan juga mengetahui

mengenai kegiatan pemberdayaan petani kopi yang didampingi oleh Lembaga

Tiga beradik. Waktu dan lokasi sudah di sepakati sebelumnya dengan informan

yaitu dilakukan di kediaman informan. Beliau menceritakan bagaimana cara yang

dilakukan oleh pengurus Lembaga Tiga Beradik dalam melibatkan masyarakat di

kegiatan pemberdayaan petani kopi.

Kemudian pada tanggal 15 Juli 2022 pada pukul 14.00 wib, sebelumnya

peneleti sudah mendapatkan izin dari informan untuk melakukan wawancara

terkait tambahan data yang dibutuhkan oleh penrliti, informan mengetujuinya.

peneliti melakukan wawancara melalui telepon dengan seorang informan

tambahan yaitu bapak Deri Sopian, bapak Deri merupakan salah satu staff dari

LTB yang turun langsung ke lapangan bersama staff yang lainnya, peneliti

31
menanyakan mengenai kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh LTB kepada

petani dampingannya.

2. Pengumpulan Dokumen

Peneliti mengumpulkan bahan tertulis seperti berita yang ada di media,

notulen-notulen rapat, surat menyurat dan laporan untuk mencari informasi yang

diperlukan saja (Afrizal 2014;21). Untuk mengoreksi ketepatan informasi yang

didapat, peneliti juga harus mengkoreksi kebenarannya dengan melakukan

wawancara mendalam. Dokumen-dokumen tersebut dapat digunakan untuk

mencocokkan informasi yang ada di lapangan.

Adapun dokumen-dokumen yang di maksud yaitu :

1.Profil Kabupaten Merangin


2.Profil Lembaga Tiga Beradik
3.Dokumentasi kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Tiga
Beradik
4.Piagam penghargaan yang diperoleh Lembaga Tiga Beradik terkait kopi.
5.Media online (Facebook.com, ltb.or.id, Meranginkab.go.id).

3. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

langsung di lapangan dengan melakukan pengamatan. Dengan melakukan

observasi ini kita dapat melihat, merasakan dan mendengar apa yang

sebenarnya terjadi dilapangan. (Moleong, 2017) pengamatan dapat dirasakan,

dihayati oleh subjek dan memungkinkan membentuk pengetahuan yang

32
diketahui bersama baik dari pihak subjek maupun pihaknya. Dalam penelitian

ini observasi dilakukan dengan mengamati Pengurus Lembaga Tiga Beradik

dan Petani kopi dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan.

Proses pengamatan dimulai ketika peneliti turun ke lapangan, ketika peneliti

berkunjung ke sekretariat Lembaga Tiga Beradik, peneliti di sambut baik oleh

pengurus Lembaga Tiga Beradik yang pada saat itu ada di tempat, pada hari

pertama peneliti bertemu dengan manager program ekonomi kreatif LTB dan

pengurus LTB lainnya mereka menyambut peneliti dengan ramah dan

mempersilahkan peneliti untuk masuk dan berbaur dengan mereka, pengamatan

ini dilakukan sekaligus saat peneliti melakukan wawancara dengan informan.

Peneliti mengamati interaksi pengurus Lembaga Tiga Beradik dengan petani

yang sedang memilih biji kopi terbaik yang akan di jemur pada saat itu, yang

mana sekretariat itu juga dijadikan tempat mengolah kopi.

Selain mengamati situasi dan kondisi di Sekretariat LTB, peneliti juga

mengamati tempat mengeringkan biji kopi dan gudang tempat pengumpulan biji

kopi yang sudah dikeringkan yang ada di sekretariat. Selain itu informan juga

menunjukkan berbagai piagam yang didapatkan oleh lembaga tiga beradik dari

event kopi terbaik yang pernah mereka ikuti. Informan terlihat tulus membantu

peneliti dan memberikan informasi yang peneliti butuhkan.

Kemudian pada tanggal 31 Mei 2022, peneliti melanjutkan pengamatan di

desa Simpang Talang Tembago yang mana desa ini merupakan salah satu lokasi

Lembaga Tiga Beradik melakukan pemberdayaan terhadap petani kopi.

Bersama dengan ibu Darwina peneliti mengunjungi dan mengamati kegiatan

33
petani yang ada di perkebunan kopi seperti petani yang sedang menjemur kopi.

Selain itu peneliti juga mengamati beberapa alat-alat modern yang digunakan

untuk mengolah kopi. Selain itu lokasi yang dijadikan oleh lembaga tiga

beradik untuk pemberdayaan petani kopi yaitu lokasi dataran tinggi dan

memiliki tanah yang subur sehingga apapun yang ditanam pasti akan tumbuh.

1.4.5 Unit Analisis

Salah satu bagian penting lainnya dalam melakukan sebuah penelitian yaitu

unit analisis data. Unit analisis data ini dapat menentukan fokus, objek atau objek

penelitian. Unit analisis dapat berupa individu, kelompok, dan institusi. Unit

analisis dari penelitian ini adalah kelompok yaitu Lembaga tiga beradik.

1.4.6 Analisis Data

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002:103) analisis data

kualitatif merupakan proses mengatur urutan data dan mengorganisasikannya

kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data menurut

Afrizal (2014:176) ialah kegiatan yang terus menerus dilakukan dalam

penelitian. Yang merupakan pengujian secara sistematis pada data untuk

menentukan bagian-bagiannya, hubungan diantara bagian-bagian itu terhadap

keseluruhan data dengan mengkategorikan dan mencari hubungan antara

kategoriitu.

Miles dan Huberman (1992) mengkategorikan analisis data menjadi tiga

tahap yakni :

1. Kodifikasi Data

Data yang telah terkumpul setelah melakukan wawancara dan sudah


34
dituangkan kedalam tulisan setelah wawancara dilapangan, selanjutnya diberi

kode atau tanda untuk informasi yang dirasa penting, informasi penting ini

merupakan semua informasi yang berkaitan dengan topik atau permasalahan

yang kita teliti. Selanjutnya yaitu membedakan informasi yang tidak penting,

yang mana informasi tidak penting ini adalah berupa pernyataan atau jawaban

dari informan itu yang tidak berkaitan dengan topik penelitian atau topik

permasalahan yang kita teliti. Hasil yang kita dapatkan dari tahap pertama

adalah mendapatkan tema-tema atau klasifikasi dari hasil penelitian yang sudah

mengalami penamaan oleh peneliti (Afrizal,2014:178).

2. Tahap penyajian data

Pada tahap ini peneliti menyajikan temuan penelitian dalam bentuk

kelompok-kelompok atau kategori. Miles dan Huberman memberi saran agar

menggunakan matriks dan diagram untuk menyajikan hasil penelitian agar

menjadi lebih efektif (Afrizal,2014:179).

3. Menarik kesimpulan

Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan pada datanya.

Kesimpulan yang dimaksudkan adalah interpretasi penulis atas temuan dari

suatu wawancara atau dokumen yang telah didapatkan dilapangan. Setelah

mendapatkan kesimpulan kemudian peneliti memeriksa kembali keabsahan

interpretasi dengan cara memeriksa ulang proses koding dan penyajian data

yang telah dilakukan sebelumnya untuk memastikan tidak ada kekeliruan dalam

kegiatan analisis data (Afrizal, 2014:180).

35
1.4.7 Definisi Operasional

 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu tindakan memberi kekuatan kepada

masyarakat lemah untuk memperbaiki kehidupannya kearah yang lebih baik

secara mandiri dan juga berpengaruh pada pembangunan nasional.

 Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat adalah suatu organisasi yang bertujuan untuk

mengembangkan pembangunan ditingkat grassroots, biasanya melalui penciptaan

dan dukungan terhadap kelompok-kelompok swadaya lokal. Kelompok-kelompok

ini biasanya mempunyai 20 sampai 50 anggota. Sasaran LSM adalah untuk

menjadikan kelompok-kelompok ini berswadaya setelah proyeknya berakhir.

 Strategi

Strategi ialah upaya-upaya atau cara-cara yang dilakukan seseorang atau

kelompok dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan dalam mencapai tujuan

tertentu.

1.4.8 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dapat diartikan sebagai setting atau konteks sebuah

penelitian. Tempat tersebut tidak selalu mengacu pada wilayah, tetapi juga kepada

organisasi maupun sejenisnya (Afrizal 2014: 128). Dalam penelitian ini lokasi

penelitiannya adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu Lembaga Tiga Beradik

Merangin, Jambi yang menjadi fokus dari penelitian ini, sementara itu perkebunan

kopi di Lembah Masurai, Jangkat dan Jangkat timur menjadi tempat pendukung

penelitian ini.
36
1.4.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, mulai bulan Desember tahun

2021 sampai dengan bulan Juli tahun 2022.

Tabel 1.3
Jadwal Penelitian

No Nama Kegiatan Tahun 2021-2022

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1. Buat Instrumen Penelitian

2. Pengumpulan Data

3. Analisis Data

4. Buat Laporan Penelitian

5. Bimbingan

6. Ujian Skripsi

37
BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Kondisi Geografis Kabupaten Merangin

Kabupaten Merangin adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jambi,

Indonesia. Kabupaten merangin terbentuk dari pemekaran Kabupaten Sarolanun

Bangko menjadi wilayah Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun.

Terbentuk Kabupaten merangin berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

No. 54 Tahun 1999 tanggal 04 Oktober 1999. Kabupaten Merangin merupakan

salah satu kabupaten dari sebelas (11) kabupaten yang terletak di Provinsi Jambi.

Wilayah Kabupaten Merangin terletak di bagian barat dan secara geografis

terletak antara 101,32,11 – 102,50,00 Bujur Timur dan 1,28,23 – 1, 52,00 Bujur

Selatan. Secara administrasi Kabupaten Merangin memiliki batas-batas wilayah,

yaitu :

Sebelah Timur : Kabupaten Sarolangun


Sebelah Barat : Kabupaten Kerinci
Sebelah Utara : Kabupaten Bungo dan Kabupaten tebo
Sebelah Selatan : Kabupaten Rejang Lebong (Provinsi Bengkulu)
Kabupaten Merangin memiliki luas wilayah 7.679 km2 atau 745,130 Ha yang

terdiri dari 4.607 km2 merupakan dataran rendah dan 3.027 km2 merupakan

dataran tinggi, dengan ketinggian berkisar 46 – 1.206 m dari permukaan air laut.

Berikut kecamatan dan desa yang terdapat di Kabupaten Merangin :

38
Tabel 2.1
Luas Kabupaten Merangin
No Kecamatan Luas (km2)
1. Jangkat 967.23
2 Sungai Tenang 593.46
3. Muara Siau 655.06
4. Lembah Masurai 688.99
5. Tiang Pumpung 274.86
6. Pamenang 346.54
7. Pamenang Barat 199.55
8. Renah Pamenang 107.58
9. Pamenang Selatan 167.47
10. Bangko 168.39
11. Bangko Barat 196.47
12. Batang Masumai 111.34
13. Nalo Tantan 206.58
14. Sungai Manau 295.50
15. Renah Pembarap 272.86
16. Pangkalan Jambu 427.05
17. Tabir 333.33
18. Tabir Ulu 219.64
19. Tabir Selatan 196.25
20. Tabir Ilir 158.92
21. Tabir Timur 108.75
22. Tabir Lintas 115.38
23. Margo Tabir 128.30
24. Tabir Barat 739.50
Merangin 7679.00
Sumber : Pemerintah Kabupaten Merangin 2019

2.2 Kondisi Penduduk

2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Merangin berdasarkan data tahun 2019sejumlah

350.643 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Bangko yaitu

sebanyak 48.518 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di

kecamatan Tiang pumpung sebanyak 4.731 jiwa. Untuk lebih jelasnya jumlah

penduduk di Kabupaten Merangin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

39
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk
No Kecamatan Jumlah (jiwa)
1. Jangkat 9.409
2 Sungai Tenang 9.235
3. Muara Siau 9.913
4. Lembah Masurai 13.206
5. Tiang Pumpung 4.731
6. Pamenang 33.600
7. Pamenang Barat 17.466
8. Renah Pamenang 14.676
9. Pamenang Selatan 10.418
10. Bangko 48.518
11. Bangko Barat 11.059
12. Batang Masumai 16.393
13. Nalo Tantan 10.734
14. Sungai Manau 9.901
15. Renah Pembarap 12.791
16. Pangkalan Jambu 6.216
17. Tabir 27.812
18. Tabir Ulu 8.080
19. Tabir Selatan 29.425
20. Tabir Ilir 8.949
21. Tabir Timur 7.976
22. Tabir Lintas 7.856
23. Margo Tabir 13.219
24. Tabir Barat 9.060
Merangin 350.643
Sumber : Data Registrasi Dukcapil 2019

2.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia

Berikut data jumlah penduduk Kabupaten Merangin berdasarkan Usia:

40
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Usia
No Kelompok Laki-Laki Perempuan Total
Usia
1. 0–4 12.980 12.249 25.229
2. 5–9 17.904 16.925 34.829
3. 10 – 14 18.285 17.186 35.471
4. 15 – 19 15.919 15.370 31.289
5. 20 – 24 14.151 13.891 28.042
6. 25 – 29 13.391 14.241 27.632
7. 30 – 34 14.068 15.664 29.732
8. 35 – 39 15.664 15.457 31.121
9. 40 – 44 13.961 13.099 27.060
10. 45 – 49 11.518 10.781 22.299
11. 50 – 54 9.406 8.601 18.007
12. 55 – 59 7.642 7.220 14.862
13. 60 – 64 6.068 5.006 11.074
14. 65 – 69 3.884 2.840 6.724
15. 70 – 74 1.974 1.627 3.601
16. 75+ 2.251 1.420 3.671
Total 179.066 171.577 350.643
Sumber : Data Registrasi Dukcapil 2019

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling tinggi yaitu

kelompok usia antara 10 – 14 tahun dengan jumlah 35.471 jiwa. Sedangkan

jumlah penduduk kanupaten merangin berdasarkan usia adalah usia antara 70 – 74

tahun dengan jumlah 3.601 jiwa.

2.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut data jumlah penduduk Kabupaten Merangin berdasarkan Jenis

Kelamin:

41
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total
1. Jangkat 4.813 4.596 9.409
2 Sungai Tenang 4.830 4.405 9.235
3. Muara Siau 5.098 4.815 9.913
4. Lembah Masurai 6.838 6.368 13.206
5. Tiang Pumpung 2.415 2.316 4.731
6. Pamenang 17.258 16.342 33.600
7. Pamenang Barat 8.954 8.512 17.466
8. Renah Pamenang 7.522 7.154 14.676
9. Pamenang Selatan 5.257 5.061 10.418
10. Bangko 24.746 23.772 48.518
11. Bangko Barat 5.678 5.381 11.059
12. Batang Masumai 8.354 8.039 16.393
13. Nalo Tantan 5.460 5.274 10.734
14. Sungai Manau 4.883 5.018 9.901
15. Renah Pembarap 6.571 6.220 12.791
16. Pangkalan Jambu 3.029 3.187 6.216
17. Tabir 14.096 13.716 27.812
18. Tabir Ulu 4.013 4.067 8.080
19. Tabir Selatan 15.186 14.239 29.425
20. Tabir Ilir 4.567 4.382 8.949
21. Tabir Timur 4.109 3.867 7.976
22. Tabir Lintas 4.055 3.801 7.856
23. Margo Tabir 6.693 6.526 13.219
24. Tabir Barat 4.541 4.519 9.060
Merangin 179.066 171.577 350.643
Sumber : Data Registrasi Dukcapil 2019

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin di Kabupaten Merangin bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak

dari jumlah penduduk perempuan yaitu 179.066 dan 171.577 jiwa.

2.3 Kondisi Sosial Kemasyarakatan dan Kesejahteraan

2.3.1 Suku dan Budaya

Dalam tatanan kehidupan masyarakat kabupaten merangin terdapat penduduk

asli kabupaten merangin yang terbagi menjadi dua suku yaitu suku batin dan suku

penghulu, mereka menetap di sepanjang aliran sungai yang ada di Kabupaten

42
Merangin seperti disepanjang aliran Batang Merangin, Batang Tembesi, Batang

Masumi, dan Batang Tabir. Sedangkan suku anak dalam (SAD)/Suku kubu

merupakan suku asli kedua kabupaten merangin yang menetap di hutan merangin.

Selain suku suku yang disebutkan diatas terdapat suku-suku pendatang yang

kemudian menetap di Kabupaten Merangin seperti dari Kerinci, Minang,

Palembang, bengkulu, Jawa, Batak, Tionghoa, Arab, India, dll

Salah satu budaya yang selalu dilaksanakan ketika menyambuit bulan

Ramadhan yaitu kegiatan Bebantai, bebantai merupakan tradisi turun temurun

yang sarat dengan makna dan nilai-nilai didalamnya. Pada umumnya bebantai

memuat kegiatan bisnis berupa penjualan daging. Namun, bagi masyarakat

Merangin , bebantai dijadikan sebagai sarana untuk menjalin komunikasi dan

silaturahmi antar sesama dan menumpahkan rasa senang menyambut bulan

Ramadhan dengan memakai pakaian baru. Bebantai dilaksanakan secara megah

meriah, dengan memfokuskan pelaksanaan pada satu tempat.

2.3.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dan harus

mendapatkan perhatian. Pendidikan adalah suatu proses dalam pencarian ilmu

pengetahuan dan keterampilan, pendidikan nantinya juga menjadi penunjang dan

berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten

Merangin sangat mementingkan pendidikan terbukti dikabupaten merangin

terdapat pendidikan negeri, dan pendidikan swasta mulai tadi Taman kanak-kanak

(TK), sekolah dasar (SD), sekolah mengengah pertama (SMP), sekolah menegah

atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), hingga perguruan tinggi.salah

43
satu instansi pemerintah yang bertanggung jawab tentang hal yang berkaitan

dengan pendidikan di Kabupaten Merangin adalah Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Merangin. Terdapat 2.802 gedung sekolah SD negeri di

Kabupaten Merangin dan terdapat 111 gedung sekolah SD Swasta di Kabupaten

Merangin. Terdapat 581 gedung sekolah SMP Negeri di Kabupaten Merangin dan

81 gedung sekolah SMP swasta di Kabupaten Merangin.

2.3.3 Kesehatan

Seiring perkembangan zaman pemahaman masyarakat tentang pentingnya

kesehatan bagi kehidupan semakin meningkat. Di samping itu pemerintah juga

memperhatikan kesehatan masyarakat dengan menyediakan tenaga ahli dalam

bidang kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya. Di kabupaten merangin tercatat

saat tahun 2019 jumlah dokter spesialis berjumlah 17 orang, dokter spesialis gigi

satu orang, jumlah tenaga kesehatan masyarakat 108 orang, dan jumlah tenaga

kesehatan lingkungan berjumlah 20 orang. Selain itu terdapat beberapa posyandu

yaitu posyandu pratama 78 unit, posyandu madya terdapat 160 unit, posyandu

purnama 117 unit dan posyandu mandiri 69 unit.

2.4 Sejarah Kabupaten Merangin dan Lembaga Tiga Beradik

2.3.4 Sejarah Kabupaten Merangin

Berdasarkan Keputusan Sidang Komite Nasional Indonesia (KNI) di

Butkittinggi pada tahun 1946 ditetapkan bahwa pulau sumatera dibagi menjadi

tiga provinsi, yaitu provinsi sumatera utara, provinsi sumatera tengah, dan

provinsi sumatera selatan. Kemudian, dengan UU nomor 10 tahun 1946 sub

44
provinsi tersebut ditetapkan menjadi Provinsi, dimana daerah Kresidenan Jambi

yang terdiri dari Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Merangin tergabung

dalam Provins Sumatera tengah. Dengan UU darurat nomor 19 tahun 1957 yang

kemudian diubah menjadi UU nomor 18 tahun 1958, dibentuklah Provinsi daerah

Tingkat I Jambi yang terdiri dari Kabupaten Merangin, Kabupaten Batang Hari,

Kabupaten Kerinci.

Dengan dibentuknya Provinsi daerah tingkat I Jambi, yang sekaligus juga

terbentuknya Kabupaten Merangin (wilayahnya saat ini adalah Kabupaten

Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo Tebo). Yang ber-ibukota di

Bangko. Kemudian ibukota Kabupaten Merangin dipindahkan ke Muaro Bungo

yang diputuskan melalui sidang DPRD. Selanjutnya, dengan adanya gerakan

PRRI tahun 1985 kantor Bupati Merangin dibakar dan dibangun kembali pada

tahun 1965 sebagai persiapan kantor Bupati Sarolangun Bangko. Setelah

berdirinya kabupaten Sarolangun Bangko melalui UU nomor 7 tahun 1965, maka

pusat pemerintahan ditetapkan di Bangko dan juga menempati bangunan-

bangunan tersebut. Setelah itu pindah ke kantor yang baru di jalan Jendral

sudirman Km 2, sedangkan kantor lama menjadi kantor Dinas Pendapatan daerah

tingkat II.

Dengan adanya pemekaran wilayah sesuai dengan UU Nomor 54 tahun 1999

tentang pembentukan Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten

Tebo, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, maka wilayah Kabupaten

Sarolangun Bangko dimekarkan menjadi dua, yaitu Kabupaten Sarolangun ber-

ibu kota di Sarolangun dan Kabupaten Merangin ber-ibu kota di Bangko. Dasar

45
pembentukan wilayah kabupaten Merangin adalah UU Nomor 54 tahun 1999

tentang pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabuoaten Tebo, Kabupaten Muaro

Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (LN tahun 1999 nomor 182, TLN

nomor 39030). Kabupaten Merangin Merupakan pemekaran dari Kabupaten

Salongangun Bangko dan hari jadinya tanggal 5 Agustus 1965.

2.3.5 Sejarah Lembaga Tiga Beradik

Lembaga Tiga Beradik (LTB) didirikan pada tanggal 29 Januari 2007, di

Kabupaten Merangin, provinsi Jambi. Berdiri nya LTB bermula dari diskusi-

diskusi dan pertemuan intensif oleh beberapa individu yang peduli dan prihatin

terhadap minimnya akses, kontrol dan penghargaan terhadap lingkungan dalam

pengelolaan sumberdaya alam serta konflik-konflik atas keserakahan dari

koorporasi dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada masyarakat kecil.

Banyaknya pengrusakan lingkungan yang disebabkan oleh industri-industri

seperti pengundulan hutan dan alih fungsi kawasan hutan telah menyebabkan

bencana ekologis dan menyingkirkan masyarakat dari sumber-sumber

kehidupannya, misalnya tanah, air, flora-fauna, mineral, energi, organisme

kehidupan, dan perubahan iklim. Masyarakat tidak lagi bisa memungut hasil

hutan, dilain sisi masyarakat mengalami pembatasan akses dan kontrol dalam

pengelolaan sumberdaya alam. Oleh karena itu, dalam pandangan LTB, minimnya

akses, kontrol, dan penghargaan terhadap masyarakat, lingkungan dan

pengelolaan sumberdaya alam bukanlah semata-mata persoalan wilayah kelola

dan wilayah kawasannya saja. Adat dan kebiasaan yang hidup ditengah-tengah

masyarakat yang kemudian seakan-akan menempatkan masyarakat tempatan

46
sebagai subjek yang bermasalah. Lebih dari itu, persoalan ini telah terstruktur

dalam kerangka kebijakan politik, ekonomi dan sosial negara. Pada sektor sosial,

ekonomi maupun partisipasi terhdap pengelolaan sumberdaya alam, yang

menafikan elemen penting dalam sistem tata kelola dan pengelolaan sumber daya

alam.

Lembaga Tiga Beradik kemudian menilai pentingnya untuk membangun

sebuah organisasi yang serius dan fokus bekerja unruk mendorong dan

membangun kesadaran masyarakat dalam memperjuangkan hak dan

kedaulatannya atas sumberdaya alam. Sulitnya akses informasi dan data tentang

kondisi masyarakat pada konteks pengelolaan sumberdaya alam di provinsi Jambi

serta masih terbatasnya kampanye-kampanye yang mengangkat isu tersebut,

mendorong LTB untuk melakukan aktivitas/kegiatan utama organisasi dalam

bentuk riset, edukasi, penguatan organisasi, pemberdayaan masyarakat dan

kampanye.

Berikut merupakan struktur kepengurusan Lembaga Tiga Beradik :

Tabel 2.5
Struktur Kepengurusan LTB

No Nama Jabatan
1. Hardi Yuda Direktur
2. Awang Famuzi Manager Kesekretariatan
3. Triyani Manager Keuangan
4. Hafid Wanala Manager Advokasi dan Penguatan Jaringan
5. Aniwati Manajer Program Ekonomi Kreatif
6. Deri Sopian Manager Kampanye, Kajian dan Data Base
Sumber : Data Sekunder

Lembaga Tiga beradik memiliki 18 anggota yang aktif dalam kegiatan, total

keanggotaan keseluruhan lembaga tiga beradik saat ini berjumlah 24 orang

47
kepengurusan. Adapun Visi dari Lembaga Tiga Beradik adalah “Terwujudnya

Kedaulatan Ruang Rakyat Menuju Kesejahteraan Alam” Misi Lembaga Tiga

Beradik adalah :

1. Menumbuh kembangkan akses dan kontrol rakyat terhadap sumber

kehidupan dan hak-hak dasar lainnya, berbasis nilai-nilai yang hidup di

tengah masyarakat.

2. Mendorong keterlibatan dan pengakuan para pihak untuk melindungi

ruang rakyat yang memiliki fungsi vital bagi kehidupan rakyat dan

pelestarian alam.

3. Menguatnya pengelolaan produksi rakyat yang berkelanjutan, ramah

lingkungan, dan tatanan pasar yang berkeadilan.

4. Mengembangkan potensi kekuatan sumber daya organisasi

48
BAB III

STRATEGI LEMBAGA TIGA BERADIK

Pada bab ini penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis yang penulis

dapatkan melalui wawancara mendalam dan observasi yang diperoleh selama

penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian dijelaskan berupa kata-kata, pendapat,

dan juga penjelasan secara rinci agar lebih mempertajam informasi terkait tujuan

penelitian. Adapun tujuan penelitian yang diangkat adalah, untuk mengetahui

langkah-langkah pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik dan

mengetahui siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan

oleh Lembaga Tiga Beradik.

Penelitian ini melibatkan delapan orang informan, 8 orang diantaranya ialah 4

orang pengurus Lembaga Tiga Beradik, 2 orang dari petani dampingan Lembaga

Tiga Beradik, 1 orang dari perangkat desa dan 1 orang lainnya adalah masyarakat.

3.1 Langkah-langkah Pemberdayaan yang Dilakukan Oleh LTB

Keberhasilan suatu kegiatan tidak lepas dari langkah-langkah perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi yang matang. Begitupula dengan Lembaga Tiga

Beradik, pengurus Lembaga Tiga Beradik dalam menjalankan kegiatan perlu

memiliki strategi yang matang agar tujuan dari Lembaga Tiga Beradik ini

tercapai.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik dalam

pemberdayaan petani kopi adalah :

49
3.1.1 Langkah Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai dimasa

yang akan datang juga menetapkan tahapan-tahapan apa saja yang dibutuhkan

untuk mencapainya. Proses perencanaan dilakukan dengan menguji berbagai hal

pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur

kemampuan untuk mencapainya kemudian memilih arah terbaik serta memilih

langkah untuk mencapainya. Pada tahap perencanaan ini Lembaga Tiga Beradik

memiliki beberapa tahapan yang telah dilakukannya sebelum program

dilaksanakan. Berikut tahapan yang dilakukan lembaga tiga beradik pada

perencanaan program :

a. Mengidentifikasi Masalah dan Menggali Potensi

Pada tahap perencanaan ini pengurus dari Lembaga Tiga Beradik melakukan

identifikasi langsung ke lapangan menggunakan metode PRA (Participatory

Rural Appraisal) metode PRA adalah pendekatan yang mengajak masyarakat

untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pengembangan sebuah

kegiatan. Adapun beberapa teknik yang dilakukan oleh pengurus Lembaga Tiga

Beradik menggunakan metode PRA dalam mengidentifikasi masalah.

1. Pengumpulan Data sekunder

Sumber informasi sekunder dalam pemetaan sosial dapat berupa dokumen

peta wilayah (desa/kelurahan,kabupaten hingga provinsi), buku (buku

sejarah wilayah tersebut beserta potensinya), artikel-artikel ilmiah (hasil

penelitian diwilayah tersebut yang telah tercapai), dan foto-foto

dukumentasi dari setiap kegiatan yang ada di wilayah tersebut. Data-data

50
demikian didapatkan oleh pengurus Lembaga Tiga Beradik dengan secara

langsung mendatangi dan meminta ke kantor desa/kelurahan keberadaan

data-data sekunder ini menjadi penting bagi Lembaga Tiga beradik ketika

ingin melaksanakan pemetaan sosial sehingga dapat dijadikan bekal

pengetahuan dan referensi pengurus Lembaga Tiga Beradik sebelum turun

ke lapangan untuk melakukan pemetaan sosial. Data-data tersebut juga

akan sangat membantu dalam mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan

penelitian dan menentukan informan yang akan di wawancarai. Pengurus

Lembaga Tiga Beradik mendapati adanya kegiatan pemberdayaan yang

pernah dilakukan tetapi tidak berkepanjangan.

2. Wawancara Informan Kunci

Melakukan wawancara dengan berbagai unsur masyarakat, seperti tokoh

masyarakat, aparatur pemerintahan desa/kelurahan, tokoh agama setempat,

kelompok masyarakat rentan, organisasi sosial setempat, dan orang-orang

yang dipertimbangkan mengetahui secara mendalam mengenai kondisi

sosial di lokasi penelitian. Pengurus Lembaga Tiga Beradik melakukan

wawancara dengan Kepala Desa, dan masyarakat yang diyakini paling

mengerti mengenai kehidupan sosial masyarakat di desa, didapati oleh

pengurus bahwasanya para petani yang ada di desa ini masih awam

mengolah perkebunan mereka, bahkan para petani kopi ini masih membeli

kopi padahal mereka memiliki perkebunan kopi di belakang rumah

mereka, dan kehidupan ekonomi mereka yang dikategorikan tidak mampu.

3. Wawancara Semi Terstruktur

51
Pada tahap ini pengurus Lembaga Tiga Beradik membuat daftar

pertanyaan yang dianggap penting untuk ditanyakan kepada informan.

Pada proses wawancara ini pengurus Lembaga Tiga Beradik

mewawancarai beberapa petani dan mengajukan pertanyaan dan berdiskusi

bersama petani dn masyarakat.

4. Focus Group Discussion (FGD)

Melakukan diskusi pada suatu forum yang terdiri dari orang-orang yang

dianggap memiliki pengetahuan lebih mengenai kondisi sosial di lokasi,

misalnya para tokoh masyarakat, perwakilan masyarakat rentan, aktivis

sosial yang ada disana, dan lain sebagainya. Diskusi dalam forum ini juga

tentunya dibatasi pada apa yang menjadi topik diskusi. Biasanya topik

tersebut membahas tentang apa saja yang menjadi kebuutuhan, potensi,

peluang, dan permasalahan yang ada di masyarakat. Pengurus Lembaga

Tiga Beradik melakukan FGD bersama dengan kepala desa, para pemuda,

beberapa orang petani. Hasil dari FGD itu terdapat permasalahan-

permasalahan tetapi juga terdapat potensi pengembangan usaha. masalah

yang muncul pertama kali yaitu pola pikir dari para petani, para petani

masih mengikuti cara berkebun seperti nenek moyang mereka yang

berpindah-pindah lahan seperti yang diketahui bahwasanya berkebun

berpindah-pindah lahan dapat merusak lingkungan, dan cara mereka

mengolah perkebunan kopi mereka yang kurang baik terbukti dengan

jumlah hasil panen dan biji kopi yang dihasilkan juga tidak baik,

sedangkan untuk potensi di daerah ini sendiri sangat banyak terlebih

52
daerah ini merupakan daerah dataran tinggi dan mempunyai tanah yang

subur, sehingga sangat disayangkan apabila para petani masih

menggunakan cara berkebun yang berpindah-pindah. Seperti yang

dikatakan oleh Ibu Ani :

“Permasalahan yang pertama kali muncul itu adalah pola pikir dari
petani nya, contohnya saat berkebun mereka masih mengikuti gaya
nenek moyang mereka dahulu, yang mana mereka masih berkebun
pindah-pindah kan kalau kita telusuri lebih lanjut lagi berkebun
pindah-pindah ini bisa bahaya untuk lingkungan karena daerah
mereka ini berbatasan langsung dengan hutan. sebenarnya tantangan
kita disini yaitu merubah pola pikir mereka, kebiasaan mereka.
Dalam mengolah kopi pun juga sama mereka masih menggunakan
cara tradisional panen-jemur-jual gitu aja tanpa tahu kualitas nya
seperti apa, merawat kebun nya seperti apa mereka juga belum
paham betul. Untuk potensi di daerah ini ya sebenarnya potensi nya
banyak disana kan daerah dataran tinggi, tanah nya subur, apa aja
yang ditanam disana itu pasti tumbuh, komoditi disana bagus mulai
dari perkebunan, multikultural disana kaya. Kalau kopi robusta di
jambi kan dijangkat yang paling besar nah tapi sejauh ini gapernah
muncul kalau jangkat itu punya potensi yang besar”.

Dengan keberadaan dan masalah dan potensi tersebut, maka pengurus

Lembaga Tiga Beradik dapat membuat usaha sosial yang lebih

mengembangkan tanaman kopi dengan cara melatih, membimbing, dan

mendampingi gerakan petani kopi serta membuat sistem wirausaha yang

dapat mendukung keberlangsungannya.

5. Pemetaan dan Permodelan Partisipatif

Dalam pelaksanaan studi sosial aktif pengurus Lembaga Tiga Beradik juga

harus melibatkan partisipasi dalam masyarakat setempat dalam prosesnya.

Pengurus Lembaga Tiga Beradik mengajak mengajak masyarakat untuk

53
membahas mengenai permasalahan yang ada, potensi yang ada, dan

peluang pengembangan usaha yang ada disekitar mereka. Pemetaan

berdasarkan aspek yang ada di wilayah yang akan dilakukannya

pemberdayaan, mulai dari aspek sosial yang mana petani rata-rata lulusan

SMP yang memiliki lahan tani, lalu sebagian besar mata pencaharian

masyarakat merupakan seorang petani, dan memiliki kondisi alam yang

sejuk karena berada di dataran tinggi dan memiliki tanah yang subur.

6. Transect wallk (Berkeliling Bersama Masyarakat)

Pengurus Lembaga Tiga Beradik berkeliling di desa yang menjadi lokasi

pengembangan usaha sosial yaitu salah satu nya desa Simpang Talang

Tembago dan berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Dalam

prosesnya pengurus Lembaga Tiga Beradik melihat dan mencatat langsung

berbagai kondisi di desa. Lalu pengurus melakukan identifikasi langsung

berbagai zona, teknologi lokal yang masih sangat sederhana, dan langsung

ke sumber daya yang ada.

b. Melakukan Sosialisasi

Sosialisasi adalah suatu kegiatan yang penting untuk membangun komunikasi

yang baik dengan masyarakat setempat. Mensosialisasikan program

pemberdayaan Lembaga Tiga Beradik kepada masyarakat diperlukan untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait terhadap program yang

ditawarkan. Kegiatan ini sangat menentukan bagaimana ketertarikan masyarakat

untuk berperan dan terlibat di dalam program pemberdayaan Lembaga Tiga

Beradik. Karna pentingnya sosialisasi dalam kegiatan program pemberdayaan

54
masyarakat, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Lembaga Tiga

Beradik setelah mengidentifikasi masalah dan mencaritahu potensi yang ada yaitu

perlunya melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Tujuan

dilakukannya sosialisasi yaitu proses bagaimana memperkenalkan program

pemberdayaan yang akan dijalankan kepada masyarakat, begitupula bagaimana

dalam pengelolaan perkebunan.

Sejak awal masuknya lembaga tiga beradik ke wilayah dampingannya,

pengurus sebagai aktor yang berperan penting melakukan sosialisasi kepada

masyarakat dengan mendatangi rumah ke rumah dahulu, sosialisasi berikutnya

mengundang masyarakat untuk berkumpul, pada saat sosialisasi dilaksanakan, Ibu

Aniwati selaku manager program ekonomi kreatif LTB menyampaikan tujuannya

datang ke daerah dampingan. Seperti yang dipaparkan oleh ibu Soratun Nasifah :

“Kalau awalnya dulu aku ingat pengurus ni datang satu-satu, sudah


datang satu-satu kerumah warga sat-satu, jugo ke tempat pak kadus, pak
kades, barulah berkumpul itu tu waktu kelompok kami belum berdiri
misalnyo kumpul dirumah saya nah disitulah pengarahannyo dari
pengurus ltb tu ani namonyo, disampaikannyo apo tujuannyo kesiko”.
Terjemahan :

“Awalnya dulu pengurus Lembaga Tiga Beradik datang kerumah-rumah


warga, juga mendatangi bapak kepala dusun dan juga kepala desa.
Setelah itu kami dikumpulkan, pada saat itu kelompok tani kami belum
terbentuk, kami dikumpulkan dirumah saya nah dirumah saya lah
pengarahan dari lembaga tiga beradik disampaikan, dan ibu Ani
menyampaikan apa tujuannya datang kesini”.

Adapun tujuan yang disampaikan dan ditawarkan oleh pengurus Lembaga Tiga

Beradik pada saat sosialisasi yang disampaikan oleh Ibu Aniwati yaitu

diantaranya :

55
1. Mengidentifikasi sumber daya alam yang dimiliki

2. Melakukan pelatihan terkait pertanian yang baik untuk kopi

3. Mempraktikkan pengetahuan dari pelatihan ke lahan.

4. Belajar untuk menciptakan kopi yang baik bersama-sama.

5. Melakukan inovasi dalam mengelola biji kopi.

c. Membentuk Kelompok Tani

Kelompok tani adalah suatu kumpulan petani yang dibentuk atas dasar

memiliki kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban guna peningkatan

pengembangan usaha. Membentuk kelompok tani merupakan tahap yang

dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik setelah dilakukannya identifikasi masalah

dan mensosialisasi program pemberdayaan yang ditawarkan. Kelompok tani

dibentuk bersama-sama oleh Lembaga Tiga Beradik dan masyarakat. Lembaga

tiga beradik menerima anggota kelompok yang memiliki keinginan untuk belajar

bersama, yang penting mereka memiliki lahan untuk bertani. Seperti yang

disampaikan oleh Ibu Ani :

“Kita menerima peserta tidak ada pendaftaran atau gimana gimana nya
ya, disini kita lebih ke siapa yang mau belajar ayo. Siapa yang mau
seperti itu ayo ikut belajar sama-sama, yang penting ada lahan buat
bertani aja. Kita sampaikan kepada petani, ini gaada manfaatnya untuk
ltb ini manfaatnya untuk kalian, kalian ambil sendiri ilmunya. Jadi, lebih
ke seleksi alam siapa yang mau ikut ayo gak juga yaudah, tapi sampai
sekarang alhamdulillah masih ada kelompok yang pesertanya memang
kuat minat nya tapi maui gimanya kita serahkan kepada masyarakat itu
sendiri.”

Pernyataan ini juga ditambahkan oleh Ibu soratun Nasifah selaku petani

dampingan Lembaga Tiga Beradik :

56
“Kalau awalnyo kami pertamo dulu kan butuh modal kan , nah kopi ni kan
kito punyo dewek kan, nak beli palastiknyo kan. Nah jadi untuk kelompok
kami dulu tu pertamo masuk dulu tu kami ado pendaftarannyo kalau ibuk
dak salah nah pendaftarannyo ni kami bayar Rp.5000. jadi uang Rp.5000
tu kami berjumlah 25 orang kami beli plastik untuk bungkus bubuknyo
kalau modal kopi nyo kan kito punyo, kuali nyo kito pinjam dulu, yang
iuran kito Rp.5000 tu kito belikan plastik untuk bungkus bubuk samo upah
menggiling kopi nyo.

Terjemanah :

“awalnya kan kita butuh modal, karna kopi kita sudah punya sendiri jadi
kita membeli plastiknya untuk bungkus kan. Jadi untuk kelompok kami
dahulu ada biaya pendaftarannya sebesar Rp.5000. nkan kita berjumlah
25 orang. nah dari uang biaya pendaftaran ini kami belikan untuk plastik
dan upah untuk menggiling kopinya.”
3.1.2 Langkah Pelaksanaan

Pelaksanaan diartikan sebagai suatu kegiatan tertentu yang dilakukan guna

mencapai rencana atau program dalam yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaan

ini dilaksanakan dengan melakukan berbagai kegiatan guna meningkatkan

pengetahuan dan pengalaman peserta. Pelaksanaan merupakan tahapan yang

opaling penting dalam pemberdayaan, inti dari kegiatan pemberdayaan ini adalah

pelaksanaannya. Jika perencanaan telah dilakukan tetapi tidak dilaksanakan maka

kegiatan pemberdayaan tidak akan terjadi dan tidak adanya perubahan yang

mengarah ke lebih baik. Pada tahap pelaksanaan ini Lembaga Tiga Beradik

memiliki berbagai kegiatan yang dilaksanakan bersama dengan petani. Berikut

kegiatan yang dilakukan lembaga tiga beradik pada pelaksanaan program :

A. Studi Banding

Studi banding merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan yang nantinya akan diterapkan kedepannya untuk

57
menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan studi banding ini sangat cocok

untuk perkembangan suatu kegiatan yang diharapkan. Studi banding adalah suatu

konsep belajar yang dilakukan ditempat dan lingkungan yang berbeda. Dimana

kegiatan yang biasa dilakukan untuk peningkatan mutu, perluasan usaha,

perbaikan sistem, penentuan kebijakan baru dan lainnya.

Kegiatan studi banding dilakukan oleh pengurus Lembaga Tiga Beradik

bersama petani mengunjungi salah satu kelompok tani kopi yang telah berhasil di

Temanggung, Jawa Tengah yaitu Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis

Kopi Robusta Temanggung (MPIG-KRT). Kegiatan ini telah direncanakan dari

awal sebelum dilakukannya studi banding. kegiatan studi banding ini dilakukan

pada bulan November tahun 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 6 orang petani dan 3

orang pengurus Lembaga Tiga Beradik. Tujuan dilakukannya studi banding

adalah untuk membandingkan kondisi MPIG-KRT dengan Kelompok tani

dampingan LTB, yang di studi bandingkan adalah budidaya kebun kopi dan juga

membandingkan pengolaan kopi pasca panen dan pemasaran. Hasil yang

didapatkan dari kegiatan tersebut adalah sistem budidaya, pasca panen dan

pemasaran MPIG-KRT. Sesuai dengan pernyataan dari informan (Soratun

Nasifah) :

“Nah kegiatan kami studi banding tu ado yang belajar soal pemasaran
caro kito memasarkan kopi kito tu, caro kito produksi, caro budidaya.
Waktu tu ado yang kami ke jawa tengah temanggung kan kami disano
nengok dan membanndingkan tentang budidaya kopi, caro pemasaran dan
pengolaan pasca panen nyo”.

Terjemahan :

58
“Kegiatan yang dilakukan pada saat studi banding yaitu belajar soal
pemasaran, bagaimana cara kita memasarkan kopi, cara produksi, cara
budidaya. Waktu itu studi banding ke temanggung, jawa tengah disana
kami melihat dan membandingkan tentang budidaya kopi, cara
pemasaran, dan pengelolaan kopi pasca panen”.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Jim Ife menjelaskan

pemberdayaan menggunakan perspektif post-strukturalis yang menilai

pemberdayaan sebagai upaya mengubah diskursus yang menekankan pada aspek

intelektualitas ketimbang aksi atau praksis. Pemberdayaan masyarakat dipahami

sebagai langkah untuk mengembangkan pemahaman terhadap perkembangan

pemikiran baru dan analitis. Di kegiatan studi banding yang dilakukan oleh

pengurus Tembaga Tiga Beradik dan petani kopi dampingannya telah

mengembangkan pemahaman dan memberikan ilmu baru untuk pengurus

Lembaga Tiga Beradik dan petani dampingannya mengenai budidaya kebun kopi

dan juga membandingkan pengolaan kopi pasca panen dan pemasaran. Jadi tujuan

dari dilakukannya studi banding ini adalah :

1. Memperluas pengetahuan mengenai pemberdayaan kopi

2. Menambah pengalaman

3. Membandingkan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi

Robusta Temanggung (MPIG-KRT) dengan Lembaga Tiga Beradik (LTB)

dan petani kopi dampingannya.

A. Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu rencana lain dalam proses pemberdayaan supaya

para petani dapat meningkatkan keterampilan dan lebih kreatif lagi dalam

program pemberdayaan. Petani dalam hal ini diberikan pelatihan oleh orang yang

59
lebih berpengalaman dan lebih ahli dalam bidang tersebut. Sebagaimana

penuturan dari Manajer Program Ekonomi Kreatif LTB (Aniwati) beliau

mengatakan :

“Untuk pelatihan terkait kopi kebanyakan kita mendatangkan orang dari


luar, ketika ltb tidak punya kapasitas misalnya di ltb ini saya yang di kopi
saya kan cuma taunya yang di kulit-kulit nya aja gabisa saya memberikan
pelatihan, nah itu biasanya kita pasti mendatangkan orang dari luar, nah
misalnya kita butuh pelatihan untuk budidaya kopi kita datangin misalnya
orang yang profesional pernah kita mendatangkan orang dari medan
yayasan pansu yang memang fokus di budidaya kopi dan penguatan
kelompoknya”.

Penuturan dari Manajer Program Ekonomi kreatif LTB ditegaskan kembali

oleh petani dampingan LTB (Surotun Nasifah) beliau mengatakan :

“Nah kalau pelatihan tu ado yang narasumbernyo dari luar, nampaknya


di sepengetahuan saya ltb ni sebagai penyelenggara nyo yang
memfasilitasi, kalau narasumber tu sering tukar-tukar orangnyo, kalau
pelatihan ni pas dimasa pandemi ni lah kurang nian dulu sebelum
pandemi kito pelatihan tu ada sebulan sekali, ado bulan sekali. Pokoknyo
sering tergantung ltb nyo dan kebutuhan bahkan pernah tu kito pelatihan
dalam sebulan tu 2 kali dalam sebulan”.
Tejemahan :

“Kalau untuk pelatihan biasanya didatangkan dari luar, sepengetahuan


saya ltb disini sebagai penyelenggara atau yang memfasilitasi
kegiatannya, kalau narasumbernya berganti-ganti. Karna ada pandemi
kemarin kita sudah jarang sekali melakukan pelatihan, dulu waktu masih
keadaan normal kita bisa melakukan pelatihan 2 kali dalam sebulan
tergantung kebutuhan saat itu”.

Untuk pelatihan yang pernah dilaksanakan antara lain :

60
1. Pelatihan Dasar Menyangrai Kopi

Pelatihan ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2019 di sekretariat

Lembaga Tiga Beradik dengan seorang narasumber yang didatangkan dari luar

kepengurusan ltb yaitu Bapak Michael Iskandar. Dalam pelatihan ini lebih

menekankan peserta dalam proses menyangrai. Pelatihan ini melibatkan

perwakilan kelompok tani dari sungai tenang, jangkat, dan jangkat timur. Pada

pelatihan ini diharapkan peserta dapat mengetahui bentuk ideal dari penyangraian

kopi dan memperbaiki metode pengolahan yang telah dilakukan sebelumnya. Hal

yang terpenting untuk meningkatkan potensi sumberdaya, kapasitas serta

keterampilan personal kelembagaan kelompok tani kopi.

2. Pelatihan Pencatatan Keuangan dan Akutansi Organisasi Petani

Pelatihan ini dilaksanakan pada bulan september tahun 2019 di kantor Dinas

KOPERINDAG Kabupaten Merangin dengan narasumber yaitu Bapak Dinal

Khairi, Bapak Heriyanto dan Ibu Gustiana dari Yayasan Setara Jambi. Pelatihan

ini melibatkan perwakilan kelompok tani, dalam pelatihan ini menekankan betapa

pentingnya melakukan pencatatan keuangan dalam kelompok tani. Pencatatan

keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjalankan

pengembangan suatu usaha, jika dalam pencatatan keuangan tidak baik dalam

suatu kelompok bisa mengakibatkan kelompok tani itu bubar karna menimbulkan

krisis kepercayaan terhadap anggota tersebut. Oleh karena itu laporan keuangan

yang baik diperlukan umtuk melihat dan mengukur kekuatan usaha yang sedang

berlangsung agar kedepannya memiliki gambaran dan ukuran yang jelas seberapa

61
besar usaha dan apa yang akan dilakukan dikemudian hari agar dapat mencapai

tujuan yang diinginkan.

3. Pelatihan Teknik Konservasi tanah dan Air

Pelatihan ini dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2020 di desa Simpang

Talang Tembago tepatnya di Rumah Ibu Surotun Nasifah selaku ketua kelompok

tani di desa Simpang Talang Tembago dengan narasumber dari Rikolto yaitu

Bapak Deri Sopian. Dipelatihan ini diikuti oleh perwakilan masing-masing

kelompok tani dampingan LTB, para petani mempelajari bagaimana cara

mengurangi degradasi dan mempraktekkannya dengan melakukan konservasi

tanah dan air. Upaya konservasi tanah ini bertujuan untuk mencegah erosi,

memperbaiki tanah yang rusak, serta memelihara dan meningkatkan produktivitas

tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Pelatihan konservasi tanah

ini bertujuan untuk :

1. Mencegah kerusakan tanah oleh erosi

2. Memperbaiki tanah yang rusak

3. Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat

dipergunakan secara lestari.

4. Pelatihan Manajemen Kontrol Unit Pengolahan Hasil

Pelatihan ini dilaksnakan pada bulan september tahun 2020 dilaksanakan di

sekretariat koperasi Cahaya Puncak Merangin. Narasumber kegiatan itu adalah

Bapak Triono dari Kerinci Barokah. Peserta kegiatan dihadiri oleh 11 orang dari

62
koperasi cahaya puncak merangin dan 8 orang dari perwakilan kelompok tani dari

desa simpang talang tembago, gedang, tanjung mudo dan tanjung benuang.

Untuk tetap konsisten dalam memproduksi kopi fine robusta tentunya proses

pengontrolan dalam pengolahan hasil sangat penting dilakukan secara sistematis

sesuai dengan tahapan-tahapan yang harus dilakukan.

5. Pelatihan Membuat Kompos

Pelatihan ini dilaksanakan pada bulan januari tahun 2018 dan di hadiri oleh

4 orang masing-masing perwakilan dari kelompok tani. Total peserta yang

mengikuti pelatihan ini sebanyak 24 peserta. Kegiatan penyampaian materi dan

diskusi dilakukan di balai desa Simpang Talang Tembago yang di pandu oleh

Ibu Aniwati dari LTB. Materi kegiatan pembuatan pupuk yang diberikan

dimulai dengan penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan, penimbangan

komposisi bahan untuk membuat pupuk, pencampuran bahan, pemberian air

dan Em4, serta penutupan kompos.

Kegiatan pembuatan pupuk kompos diawali dengan melakukan penyiapan

alat dan bahan yang akan di gunakan, kegiatan pembuatan kompos dari kulit

kopi ini dilakukan di tanah kosong di samping balai desa. Kulit buah kopi dari

petani dihamparkan di atas terpal , kemudian ditambahkan pupuk kandang

ditaburi dedak halus, dan dicampurkan larutan molase dan decomposer, lalu

disiram air. Dan dicampurkan seluruh bahan secara merata. Tiap 2 minggu

sekali bahan didalam terpal tersebut dibalik dan jika ternyata terlalu kering

maka dilakukan penyiraman. Setelah 2-3 bulan kompos sudah bisa digunakan

dengan ciri-ciri tidak berbau, tidak basah, berwarna coklat kehitaman, dan

63
teksturnya remah. Kegiatan pembuatan kompos ini di dampingi oleh pengurus

dari Lembaga Tiga Beradik.

B. Sekolah Lapang

Sekolah lapang adalah suatu proses pembelajaran non formal bagi para petani

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenapi potensi,

menyusun rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil

keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumber daya setempat

secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efisien ,

berproduktivitas tinggi, dan berkelanjutan. Adapun kegiatan sekolah lapang yang

dilakukan oleh petani dan pengurus lembaga tiga beradik antara lain yaitu sebagai

berikut :

1. Sekolah Lapang Budidaya Kopi

Sekolah lapang ini dilakukan di minggu pertama yaitu pada bulan agustus

tahun 2017 yang diadakan di Desa baru Jangkat Timur dengan narasumber dari

lembaga tiga beradik yaitu Ibu Aniwati yang di hadiri oleh perwakilan dan

sembilan kelompok dan tiga kecamatan. Di sekolah lapang ini mereka

mempelajari bagaimana membudidayakan kopi dengan cara yang baik dan benar

karena sekolah lapang ini dilakukan di awal pertama pengurus lembaga tiga

beradik melakukan pemberdayaan petani kopi di kabupaten Merangin.

2. Sekolah Lapang Meningkatkan Pengetahuan Petani Kopi

Sekolah lapang ini dilakukan pada bulan juni - januari tahun 2019 kegiatan

sekolah lapang ini dilaksanakan atas kerjasama LTB dengan Rikolto in Indonesia

64
dan swadaya kelompok tani yang sudah bergabung didalam koperasi CPM

(Cahaya Puncak Merangin). Kegiatannya di pandu oleh Agam dari Yayasan

PANSU (Pertanian Alternatif Nasional sumatera Utara). Kegiatan sekolah lapang

ini bertujuan untuk mejaring potensi fasilitator/trainer dari berbagai desa yang

akan bertugas meneruskan pengetahuan dan keterampilan yang sudah didapatkan

dalam kegiatan sekolah lapang pada tahun 2017 lalu. Sekolah lapang ini

dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan yang diselenggarakan setiap tanggal 15

dan 30 di tiap bulannya. Dan sudah dimulai sejak tanggal 30 juni 2019 hingga

tanggal 15 januari 2020. Jumlah peserta sebanyak 16 orang perwakilan kelompok

tani dari Desa gedang, Desa Simpang Talang Tembago, Desa Baru, Desa tanjung

Alam, Desa Tanjung Mudo Kecamatan Jangkat Timur, dan Desa Renah Pelaan,

Desa Pulau tengah Kecamatan Jangkat.

Didalam kegiatan pelatihan ini sebagian besar peran lembaga tiga beradik

adalah memfasilitasi kegiatan pemberdayaan, di kegiatan pelatihan ini memang

lembaga tiga beradik lebih sering menggunakan narasumber dari luar

kepengurusan karena pengurus lembaga tiga beradik juga masih belajar, seperti

yang dipaparkan oleh Ibu Aniwati :

“Untuk pelatihan terkait kopi kebanyakan kita mendatangkan orang dari


luar, ketika ltb tidak punya kapasitas misalnya di ltb ini saya yang di kopi
saya kan cuma taunya yang di kulit-kulit nya aja gabisa saya memberikan
pelatihan, nah itu biasanya kita pasti mendatangkan orang dari luar, nah
misalnya kita butuh pelatihan untuk budidaya kopi kita datangin misalnya
orang yang profesional pernah kita mendatangkan orang dari medan
yayasan pansu yang memang fokus di budidaya kopi dan penguatan
kelompoknya, atau untuk mengecek kualitas kopi kita datangkan yang
memang ahlinya ada yang dari bandung dari jakarta, kita pasti
melibatkan pelatih dari luar ga hanya dari ltb sih jarang kita dari ltb yang
memberikan pelatihan, ltb sifatnya hanya mendampingi dan mengontrol

65
setelah pelatihan karna kalau pelatihan itu ltb juga ikut belajar disini
bersama petani. Jadi apa yang disampaikan oleh pelatihnya kan kita tau
ya petani ini kadang susah nyambung kadang ada juga petani yang
bahasa indonesia nya kurang jadi nangkap pelajaran itu mereka kan udah
pada dewasa udah pata tua-tua juga ya jadi nangkep pelajaran itu lambat
, nah jadi kita ltb juga ikut belajar besok sehabis pelatihannya kita yang
mengulang lagi ke para petani nya”
Pernyataan ibu ani dipertegas oleh ibu Surotun Nasifah :

“Nah kalau pelatihan tu ado yang narasumbernyo dari luar, nampaknya


di sepengetahuan saya ltb ni sebagai penyelenggara nyo yang
memfasilitasi, kalau narasumber tu sering tukar-tukar orangnyo,
1.1.3 Langkah Evaluasi

Pada langkah evaluasi ini Lembaga Tiga Beradik sangat terlibat dan

melibatkan masyarakat dan tokoh masyarakat untuk membahas tentang

permasalahan yang sedang dihadapi mulai dari tahap perencanaan hingga tahap

evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Pada tahap evaluasi semua keluhan petani atau

permasalahan yang dihadapi selama program berlangsung diungkapkan agar

masalah yang terjadi dicari jalan keluarnya bersama dan agar masalah yang telah

terjadi ini tidak terulang kembali. Seperti pernyataan dari Ibu Aniwati ;

“kalau di evaluasi ya pengurus ltb sudah pasti terlibat ya didalamnya


karna kan kita yang punya program dan kita jelas melakukan evaluasi apa
yang udah kita capai dan apa yang belum kita capai nah itu pasti rutin
dilakukan minimal 1 bulan sekali tergantung kebutuhan, nah misalnya
saya ketemu permasalahan yang memang itu cukup besar nah kita
langsung melakukan evaluasi itu pasti walaupun evaluasi nya ga besar
kita tetap harus melakukan evaluasi kecil-kecilan tapi untuk evaluasi itu
pasti 1 bulan sekali kita pasti mencari jalan keluarnya tentang setiap
permasalahan yang dialami dan meminimalisir agar permasalahan yang
ada ini tidak terulang lagi”

66
1.2 Strategi Pelibatan Masyarakat yang dilakukan oleh Lembaga Tiga

Beradik

Dalam melakukan pemberdayaan keterlibatan masyarakat sangat penting

didalamnya. Karena keberhasilan suatu program didukung oleh keterlibatan

masyarakat. Begitu pula dengan Lembaga Tiga Beradik dalam menjalankan

program pemberdayaan perlu keterlibatan aktif masyarakat di dalamnya, karena

masyarakat disini adalah aktor penggerak perubahan ke arah yang lebih baik.

Lembaga tiga beradik melibatkan masyarakat secara aktif di setiap programnya.

Adapun strategi Lembaga Tiga Beradik dalam melibatkan masyarakat sebagai

berikut :

1. Memperluas Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat

Memperluas pemahaman dan kesadaran masyarakan merupakan suatu cara

yang digunakan oleh Lembaga Tiga Beradik untuk melibatkan masyarakat dalam

program pemberdayaan. Memperluas pemahaman dan kesadaran masyarakat

adalah hal pertama yang dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik untuk masyarakat

yaitu dengan sosialisasi, dimana pengurus lembaga tiga beradik mendatangi satu-

satu rumah-kerumah masyarakat, tokoh masyarakat dan lain sebagainya untuk

menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kegiatan

pemberdayaan yang akan dilakukan akan berdampak baik untuk masa yang akan

datang. Tidak hanya itu saja pengurus juga menjelaskan dampak buruk untuk

lingkungan dan masa yang akan datang jika masyarakat masih melakukan cara

berkebun dengan berpindah-pindah. Tidak hanya datang satu-satu rumah-kerumah

67
saja setelah mendapatkan respon yang positif dari beberapa masyarakat yang

dianggap sebagai pionir yang bisa mengajak masyarakat lainnya barulah

masyarakat dikumpulkan dan dilakukannya sosialisasi secara merata mengenai

program pemberdayaan dan dampak baik yang akan dirasakan jika program

pemberdayaan ini dilaksanakan. Seperti yang dipaparkan oleh ibu Aniwati :

“Awalnya pengurus melakukan identifikasi langsung ke lapangan,


mencari tahu apasih permasalahan yang ada di petani ini, kita awal
masuk ke sana itu tahun 2016, kita mengidentifikasi dulu ke petani, lalu
mendatangi pemdes nya, setelah identifikasi kita diskusi dahulu di team,
apakah projek ini cocok atau tidak kita lakukan disana.”
2. Memperkuat Kelembagaan

Memperkuat kelembagaan merupakan strategi yang dilakukan oleh Lembaga

Tiga Beradik dalam melibatkan masyarakat yang menjadi ruang suara dan

partisipasi masyarakat desa. Kelembagaan yang diperkuat oleh lembaga Tiga

beradik yaitu Pemerintahan Desa, gunanya setelah Lembaga Tiga Beradik berhasil

berkoordinasi dengan Pemdes, pemerintahan desa mau mengajak masyarakatnya

untuk terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang di tawarkan oleh Lembaga Tiga

Beradik karna seperti yang sudah diketahui bahwa Pengurus Dari Lembaga Tiga

Beradik merupakan orang luar jadi masyarakat sulit untuk percaya dan jika

pemerintahan desa yang mengajak masyarakat kemungkinan masyarakat mau

terlibat karena ada seseorang yang masyarakat percayai.

3. Menggunakan Inovasi Teknologi

Menggunakan inovasi teknologi merupakan cara yang dilakukan lembaga tiga

beradik yang dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat dengan membuat

inovasi berbasis teknologi didalam menampung atau menciptakan ruang

68
partisipasi masyarakat, disini lembaga tiga beradik membuat layanan partisipasi

masyarakat berbasis sosial media dan adanya grup warga desa menggunakan

aplikasi whatsapp

4. Membuat Ruang Partisipasi Alternatif

Membuat ruang partisipasi alternatif untuk masyarakat merupakan cara yang

digunakan oleh lembaga tiga beradik dalam melibatkan masyarakat di kegiatan

pemberdayaan petani kopi dimana ruang partisipasi yaitu suatu tempat atau wadah

yang digunakan untuk menampung pendapat dan pemikiran masyarakat

didalamnya dengan cara membuat kelompok tani.

5. Memberikan Pendidikan dan Pelatihan

Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat merupakan hal yang

sangat perlu dilakukan. Mengadakan pendidikan dan pelatihan mengenai

pentingnya keterlibatan masyarakat didalam kegiatan pemberdayaan yang

dilakukan oleh ltb dan bagaimana cara menyampaikannya dan turut aktif terlibat

dalam kegiatan pemberdayaan yang akan dilaksanakan untuk masa depan yang

lebih baik.

69
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Peran pengurus sangatlah penting dalam keberhasilan program pemberdayaan

oleh Lembaga Tiga Beradik adapun langkah-langkah keberhasilan program

pemberdayaan yang dilakukan oleh pengurus Lembaga Tiga Beradik terdapat tiga

langkah yaitu:

1. Langkah Perencanaan, di tahap perencanaan ini pengurus lembaga tiga

beradik melakukan ialah mengidentifikasi masalah dan menggali potensi

yang ada, lalu melaksanakan dan membentuk kelompok tani,

2. Langkah Pelaksanaan, dalam tahapan pelaksanaan ini pengurus lembaga

tiga beradik bersama para petani melakukan kegiatan studi banding,

pelatihan dan sekolah lapang

3. Langkah Evaluasi, pada tahap evaluasi yang dilakukan oleh pengurus

lembaga tiga beradik yaitu melakukan feedback untuk kelompok petani

dan masyarakat sehingga dapat melihat kekurangan yang ada dalam

melakukan usaha dan melakukan perbaikan program.

Sedangkan dalam melibatkan masyarakat lembaga tiga beradik memiliki strategi

untuk melibatkan masyarakat yaitu dengan cara :

1. Memperluas pemahaman dan kesadaran masyarakat

2. Memperkuat kelembagaan

3. Menggunakan inovasi teknologi

70
4. Membuat ruang partisipasi alternatif

5. Memberikan pendidikan dan pealtihan

Mengingat Lembaga Tiga Beradik merupakan suatu organisasi nirlaba yang

melakukan program pemberdayaan di desa yang ada di Kabupaten Merangin

sudah seharusnya melibatkan masyarakat dalam setiap programnya serta

memberdayakan kelompok tani kopi agar tercapainya tujuan dilakukannya

pemberdayaan. Dengan itu, perlu dilakukan strategi-strategi dalam melakukan

pemberdayaan terhadap masyarakat agar program pemberdayaan berkelanjutan

1.2 Saran

Dalam mencapai tujuan yang lebih optimal maka penulis menyumbang

beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dan proses pemberdayaan lebih

lanjut. Adapun saran-saran yang dimaksud diantaranya sebagai berikut :

1. Kepada Petani Kopi sebaiknya diberikan motivasi yang lebih untuk

meningkatkan partisipasi petani agar seluruh petani kapi di Kabupaten

Merangin menjadi lebih aktif dalam kegiatan pemberdayaan

2. Kepada LSM di tingkat pusat atau provinsi dapat menjadikan Lembaga

Tiga Beradik menjadi percontohan dalam melihat keberhasilan program

pemberdayaan petani kopi yang dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik

3. Kepada pengurus Lembaga Tiga Beradik, sebaiknya pengurus lebih

meningkatkan lagi komunikasi dengan pemerintahan daerah.

4. Kepada pemerintahan daerah, diharapkan mulai menggali potensi desa

dengan mendirikan lembaga pemberdayaan masyarakat di desa guna

71
mengelola potensi yang dimiliki desa tidak hanya kopi saja.

72
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Alhusni. 2014. Tradisi Bebantai Menyambut Bulan Ramadhan dalam


Masyarakat Merangin Jambi. Artikel. STAI Syekh Maulana Qori
Bangko
Andika, Darsono Hilmy.2016. Strategi pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan lebah madu kelompok tani tahura (KTT) . Skripsi.
Malang. Universitas Brawijaya
Anggara, Khrisna. 2008. Pemberdayaan Lembaga, Program Pascasarjana.
Universitas Indonesia. Hal 24.
Chambers, Robert. 1996. “PRA (Participatory Rural Appraisal) Memahami
Desa Secara Partisipatif”. Yogyakarta: Penerbit Kanisuis.
Cofeeland.co.id diakses pada 8 Desember 2021

Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakaera : PT Raja


Grafindo Persada.
Hannan, Petter. 1988. Pengembangan bentuk Pengembangan Alternatif :
Pengalaman LSM di Indonesia. Jakarta : Majalah Prisma No 4
https://www.facebook.com/ltb.jambi/ diakses pada 20 mei 2022

Ife, James William. 1997. Community Development, Creating Community


Alternatives-Vision, Analysis and Practice. Australia: Longman
Australia.
Ife, Jim. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat
di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kominfo, 2020. Data Statistik Sektoral Kabupaten Merangin Tahun 2020,
Merangin, Kominfo
ltb.or.id diakses pada 29 Oktober 2021

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penlelitian Kualitatif Edisi revisi. Penerbit:


Rosda.
Mardikanto dan Soebiato. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Prespektif
Kebijakan Publik. Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta.
Maryani Dedeh, Ruth Roselin E. Nainggolan, 2019. Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: CV Budi Utama
Meranginkab.go.id diakses pada 15 April 2022

73
Miles, B Matthew, Huberman A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta :
UI Press
Moleong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Moleong, L.J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Puji Hadiyanti. 2008. Strategi pemberdayaan masyarakat melalui program
keterampilan produktif di PKBM rawasari Jakarta Timur. Artikel.
Universitas Negeri Yogyakarta
Ritzer, George. 2001. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta :PT Rajawali
Press.
Spradley, J.P. 1997. Metode Etnografi. Terjemahan oleh Misbah Ulfa Elisabeth.
Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
CV Alfabeta
Sukino. 2017. Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani:
Terobosan Menanggulangi Kemiskinan. Yogyakarta:Pustaka Baru Press
Sumodiningrat, Gunawan. 2003. Pemberdayaan Sosial. Jakarta: Teruna Grafika.

Zubaedi, 2013. Pengembangan Masyarakat. Jakarta : Prenada Media Group.

74
Lampiran I

Riwayat Hidup

I. Data Pribadi

Nama : Annisa Ainun Zahara

Tempat, Tanggal Lahir : Dumai, 16 Oktober 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun IV Desa Salam Buku, Jambi

No Hp : 085216237574

Email : annisaainunzahara@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan

2009 – 2011 : SDN CITAYAM 1

2011 – 2014 : SMPN 4 MERANGIN

2014 – 2017 : SMAN 1 MERANGIN

2018 – 2022 : SI Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas

III. Riwayat Organisasi

Sekretaris HIMASOS FISIP UNAND periode 2020 – 2021

Member Of Public Relation on Sociology Department 2020 – 2021

Sekretaris II HIMASOS FISIP UNAND periode 2019 - 2020

IV. Riwayat Kepanitiaan

Koor Humas Sociology Fair Tahun 2020

Sekretaris Sidang Umum Fisip Tahun 2019

Divisi Akomtrans & Transportasi PIF UNAND 2020


Lampiran 2

Data Informan

1. Nama : Aniwati
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Manager Program Ekonomi Kreatif LTB
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Batang Masumai
Tanggal Wawancara : 14 Maret 2022
Tempat Wawancara : Sekretariat Lembaga Tiga Beradik

2. Nama : Soratun Nasifah


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Desa Simpang Talang Tembago
Tanggal Wawancara : 30 Mei 2022
Tempat Wawancara : Kediaman Ibu Soratun Nasifah

3. Nama : Catur Widodo


Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Staff LTB
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Pematang Kandis
Tanggal Wawancara : 23 Maret 2022
Tempat Wawancara : Sekretariat Lembaga Tiga Beradik

4. Nama : Muhammad Alvatoni


Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 24 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Desa Simpang Talang Tembago
Tanggal Wawancara : 31 Mei 2022
Tempat Wawancara : Dikediaman Bapak Alvatoni
5. Nama : Soerman Putra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : Kepala Desa
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Desa Simpang Talang Tembago
Tanggal Wawancara : 31 Mei 2022
Tempat Wawancara : Kantor Kepala Desa

6. Nama : Eka Warda


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 Tahun
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat :Desa Simpang Talang Tembago
Tanggal Wawancara : 30 Mei 2022
Tempat Wawancara : Kediaman Ibu Eka Warda
Lampiran 3

Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara

STRATEGI LEMBAGA SWADAYA TIGA BERADIK DALAM UPAYA

PEMBERDAYAAN PETANI KOPI DI KABUPATEN MERANGIN

IDENTITAS INFORMAN :

Nama : ................................................................

Alamat : ...............................................................

Umur : ...............................................................

Jenis Kelamin : ..............................................................

No HP : ..............................................................

Pekerjaan : ..............................................................

A. Untuk Informan Pelaku

Tujuan I : Langkah-langkah pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga

tiga beradik.

1. Bagaimana langkah yang dilakukan dalam menjalankan program

pemberdayaan?

a. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah yang ada?


b. Bagaimana mencari tau potensi apa yang ada?

2. Apakah pengurus dilibatkan aktif terhadap keberhasilan program

pemberdayaan tersebut?

a. Seperti apa keterlibatan pengurus dalam perencanaan program?

b. Seperti apa keterlibatan pengurus dalam pelaksanaan program?

c. Seperti apa keterlibatan pengurus ketika evaluasi program?

3. Bagaimana cara lembaga tiga beradik mengidentifikasi peserta?

a. Bagaimana prosedur menjadi peserta ?

b. Siapa saja peserta ?

c. Dari mana saja asal peserta?

d. Dari peserta yang ada saat ini apakah ditiap dusun ada pesertanya?

Atau hanya terfokus kepada satu atau dua dusun saja di desa itu?

Tujuan II : Strategi pelibatan masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan

yang dilakukan oleh lembaga tiga beradik

1. Bagaimana Lembaga Tiga Beradik melibatkan masyarakat?

a. Bagaimana cara merekrut anggota kelompok? Apakah ada

pendaftaran? Bagaimana pengesahannya?

b. Apa saja persyaratan menjadi anggota kelompok?

c. Apakah ada orang yang ditolak saat ingin bergabung karena tidak

memenuhi persyaratan?

2. Bagaimana lembaga tiga beradik memberikan peningkatan ilmu

pengetahuan individu?

a. Apakah ada penyuluhan? Pelatihan? Studi banding/media informasi?


b. Jika iya, penyuluhan/pelatihan/studi banding seperti apa yang

dilakukan?

c. Mengapa dilakukannya penyuluhan/pelatihan/studibanding?

d. Siapa yang melakulan penyuluhan/pelatihan/studi banding?

e. Dimana pelaksanaan penyuluhan/pelatihan/studi banding?

f. Kapan penyuluhan/pelatihan/studi banding dilakukan?

g. Bagaimana penyuluhan/.pelatihan/studi banding itu dilakukan?

3. Bagaimana cara lembaga tiga beradik meningkatkan keterampilan

masyarakat?

a. Bagaimana strategi pelatihan yang digunakan? Apakah dibuatkan

percontohan atau peragaan?

4. Bagaimana lembaga tiga beradik mencari modal awal dan modal

selanjutnya dalam pemberdayaan?

a. Apakah dana pribadi? Atau pinjam? Dana koperasi?

5. Bagaimana lembaga tiga beradik mempengaruhi para pemuka/tokoh

masyarakat/pejabat daerah?

a. Apakah dikumpulkan para pemuka/tokoh masyarakat/pejabat daerah

lalu diberikan penyuluhan atau dengan cara pendekatan satu-satu?


Pedoman Wawancara

STRATEGI LEMBAGA SWADAYA TIGA BERADIK DALAM UPAYA

PEMBERDAYAAN PETANI KOPI DI KABUPATEN MERANGIN

IDENTITAS INFORMAN :

Nama : ................................................................

Alamat : ...............................................................

Umur : ...............................................................

Jenis Kelamin : ..............................................................

No HP : ..............................................................

Pekerjaan : ..............................................................

B. Untuk Informan Pengamat

1. Bagaimana bentuk dukungan masyarakat pada saat lembaga tiga beradik

pertama kali ingin mendampingi masyarakat?

2. Bagaimana cara awal lembaga tiga beradik mencari modal?

3. Bagaimana keterlibatan pengurus lembaga tiga beradik dalam usaha

mencapai keberhasilan program pemberdayaan tersebut?

4. Dari yang bapak/ibu lihat, bagaimana keterlibatan masyarakat dalam

program pemberdayaan ini?


5. Dari yang bapak/ibu lihat, apakah peran lembaga tiga beradik ini sangat

membantu meningkatkan perekonomian masyarakat?


Lampiran IV

TRANSKIP WAWANCARA

Informan 1

Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 14 Maret 2022


Waktu Wawancara : 14.00 WIB
Lokasi Wawancara : Sekretariat Lembaga Tiga Beradik

I. Identitas Informan
Nama : Aniwati
Alamat : Batang Masumai
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Manajer Program Ekonomi Kreatif LTB
II. Daftar Pertanyaan :

Langkah-langkah pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga tiga aberadik

1. Bagaimana langkah awal yang dilakukan dalam menjalankan program


pemberdayaan? Meliputi cara mengidentifikasi masalah dan bagaimana
cara mencari tahu potensi apa yang ada?
Jawab :Awalnya pengurus melakukan identifikasi langsung ke lapangan,
mencari tahu apasih permasalahan yang ada di petani ini, kita awal
masuk ke sana itu tahun 2016, kita mengidentifikasi dulu ke petani, lalu
mendatangi pemdes nya, setelah identifikasi kita diskusi dahulu di team,
apakah projek ini cocok atau tidak kita lakukan disana. Projek disini yaitu
projek yang terkait dengan pemberdayaan, apakah disini petani nya
benar-benar punya permasalahan. Permasalahan yang pertama kali
muncul itu adalah pola pikir dari petani nya, kan kita pemberdayaan ya
apalagi kita kan maunya ke kelompok nah mereka ini kan tidak terbiasa,
contohnya saat berkebun mereka masih mengikuti gaya nenek moyang
mereka dahulu, yang mana mereka masih berkebun pindah-pindah kan
kalo kita telusuri lebih lanjut lagi berkebun pindah-pindah ini bisa bahaya
untuk lingkungan karena kan daerah mereka ini berbatasan langsung
dengan hutan. sebenarnya tantangan kita disini yaitu merubah pola pikir
mereka, kebiasaan mereka. Dalam mengolah kopi pun juga sama mereka
masih menggunakan cara tradisional panen-jemur-jual gitu aja tanpa
tahu kualitas nya seperti apa, merawat kebun nya seperti apa mereka juga
belum paham betul. Untuk potensi di daerah ini ya sebenarnya potensi nya
banyak disana kan daerah dataran tinggi, tanah nya subur, apa aja yang
ditanam disana itu pasti tumbuh, komoditi disana bagus mulai dari
perkebunan, multikultural disana kaya. Kan disana kan yang paling
diunggulkan itu kopi ya, kalau kopi robusta di jambi kan dijangkat yang
paling besar kan nah tapi sejauh ini gapernah muncul kalau jangkat itu
punya potensi yang besar, selama ini kan yang selalu muncul ini kan kopi
kerinci gapernah tu dulu disebut kopi jangkat. Nah potensi nya itu disitu
mereka punya kopi yang besar tetapi bawa nama kopi itu sendiri aja
gaada. Selain komoditi nya yang diunggulkan juga wisata alamnya loh
luar biasa disana, kearifan lokalnya luar biasa disana, tradisi nya juga
masih sangat kental disana, masih ada kegiatan gotong royongnya disana,
nah yang menariknya disana tu mereka ada kalender musim disana,
misalnya sekarang lagi musing orang menanam padi, nantinya musim
orang menuai, nantinya musim orang nikah. Nah disana mereka itu sudah
punya jadwalnya sendiri-sendiri yang gabisa diganggu gitu. Nah kalau
misalnya lagi musim orang nikah nih jarang orang ke kebun.

2. Seperti apa keterlibatan pengurus ltb dalam perencanaan program?


Jawab :Disini kita pengurus LTB itu sebagai orang ketiga sih sebenarnya,
kita datang kesana kita mulai pendekatan dengan petani dahulu, kita cari
mana nih petani yang bisa menjadi “pionir” karna kan ada petani yang
Cuma ikut-ikutan aja, yang paling utama tuh kita mencari petani yang
emang vokal, petani yang bisa mengajak kawan-kawan yang lain untuk
mau belajar bersama dikelompok. Karna ltb itu fokus di peningkatan
kapasitas kita mulai dengan mengadakan pelatihan-pelatihan,
pendampingan intensif kedesa juga kita lakukan, kalau misalnya 1 bulan
kita pasti melihat kondisi petani nah disana kita tau apasih permasalahan
yang dialami mereka, Misalnya habis pelatihan budidaya kopi mereka
langsung menerapkan budidaya kopi nya seperti apa, nah kebesokannya
kita datang ada permasalahan atau engga, nah biasanayamereka dan kita
langsung bisa cerita gitu loh, setelah itukan kita ltb ini ada keterbatasan
bahwa kita tidak bisa memberikan dalam bentuk fisik nah itu kita bantuin
gimana mereka bisa nyambung ke pemerintahan daerah/pemerintahan
profinsi yang bisa memberikan mereka bantuan. Karna kan pemerintah
banyak tuh dana APBD/APBN nya yang bisa dikucurkan untuk petani
yang butuh. Kita disini lebih ke pendampingan. kalau di evaluasi ya
pengurus ltb sudah pasti terlibat ya didalamnya karna kan kita yang
punya program kan kita jelas evaluasi apa yang udah kita capai dan apa
yang belum kita capai nah itu pasti rutin dilakukan minimal 1 bulan sekali
tergantung kebutuhan, nah misalnya saya ketemu permasalahan yang
memang itu cukup besar ya itu pasti walaupun evaluasi nya ga besar kita
tetap harus melakukan evaluasi kecil-kecilan tapi untuk evaluasi itu pasti
1 bulan sekali.

3. Bagaimana cara lembaga tiga beradik mengidentifikasi peserta?


Jawab :Kita menerima peserta tidak ada pendaftaran atau gimana gimana
nya ya, disini kita lebih ke siapa yang mau belajar ayo. Tapi memang
awal pemberdayaan itu kita tidak menanamkan ke petaninya bahwa ini
muaranya tidak uang, kenapa kita tekankan seperti itu ke petaninya, karna
sebelumnya itu memang ada pihak-pihak yang datang kesana, projek yang
satu tahun dua tahun mereka memang punya banyak dana tapi ada
pelatihan ada kegiatan mereka mengiming imingi petani ini pake uang,
jadi minset petanui berubah kan “ohh ada pelatihan ada kumpul-kumpul
gini pasti dapet uang”. Nah itu yang pertama mau kita ubah ke sipetani
kalau kita ngumpul, kita belajar, ini dampaknya untuk kalian dan ini
gaada uangnya sama sekali. Siapa yang mau seperti itu ayo ikut belajar
sama-sama. Dan ini gaada manfaatnya untuk ltb ini manfaatnya untuk
kalian, kalian ambil sendiri ilmunya. Jadi, lebih ke seleksi alam siapa
yang mau ikut ayok gak juga yaudah, tapi sampai sekarang alhamdulillah
masih ada kelompok yang memang kuat minatnya. Nah untuk kelompok ini
misalnya kelompok usaha bunda sitinjau alam adanya di desa simpang
talang tembago nah yang anggota kelompoknya usaha bunda sitinjau
alam ini hanya boleh petani dari desa simpang talang tembago saja, kalau
petani luar ingin bergabung mereka bikin kelompok sendiri di desa
mereka gitu.
Strategi pelibatan masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Lembaga Tiga Beradik
4. Bagaimana lembaga tiga beradik memberikan peningkatan ilmu
pengetahuan peserta?
Jawab :Untuk pelatihan terkait kopi kebanyakan kita mendatangkan orang
dari luar, ketika ltb tidak punya kapasitas misalnya di ltb ini saya yang di
kopi saya kan cuma taunya yang di kulit-kulit nya aja gabisa saya
memberikan pelatihan, nah itu biasanya kita pasti mendatangkan orang
dari luar, nah misalnya kita butuh pelatihan untuk budidaya kopi kita
datangin misalnya orang yang profesional pernah kita mendatangkan
orang dari medan yayasan pansu yang memang fokus di budidaya kopi
dan penguatan kelompoknya, atau untuk mengecek kualitas kopi kita
datangkan yang memang ahlinya ada yang dari bandung dari jakarta, kita
pasti melibatkan pelatih dari luar ga hanya dari ltb sih jarang kita dari ltb
yang memberikan pelatihan, ltb sifatnya hanya mendampingi dan
mengontrol setelah pelatihan karna kalau pelatihan itu ltb juga ikut
belajar disini bersama petani. Jadi apa yang disampaikan oleh pelatihnya
kan kita tau ya petani ini kadang susah nyambung kadang ada juga petani
yang bahasa indonesia nya kurang jadi nangkap pelajaran itu mereka kan
udah pada dewasa udah pata tua-tua juga ya jadi nangkep pelajaran itu
lambat , nah jadi kita ltb juga ikut belajar besok sehabis pelatihannya kita
yang mengulang lagi ke para petani nya. Nah disini kita mencontohkan
dahulu ke para petani nya, misalnya nih contohnya kita tu ada yang
namanya sekolah lapang yang kalo kita pelatihan tuh ya kita ga
nanggung-nanggung kita pelatihan tu kadang bisa sampe 3-6 bulan ya
memang ada kebun demplotnya/kebun contohnya. Nah itutu jadi kebun
contoh tempat mereka praktek biasanya membandingkan mana sih kopi
yang dirawatnya bagus sama kopi yang gaki dirawatnya bagus. Ada satu
kebun contoh yang itu memang betul-betul dirawat sebagus mungkin
sesuai dengan materi pelatihannya setelah satu kebun contoh itu berhasil
barulah mereka mempraktekkan itu ke kebunnya masing-masing dan itu
masih tetap didampingi oleh kawan-kawan ltb. Untuk pelatihan kita udah
banyak ya melakukan pelatihan mulai dari pelatihan budidaya kopi,
pelatihan pengolahan pasca panen, pelatihan cek kualitas kopi, pelatihan
pembentukan koperasi, pelatihan penguatan kelompok, sampe menyusun
rencana bisnispun mereka didatangi sama orang-orang yang dianggap
profesional yang sudaf bersertifikasi kita untuk pelatihan tuh yang paling
banyak dilakukan tuh yang pelatiahn 3 hari, selain ada pelatihan kita juga
ada studi banding karna kan mereka juga harus melihat ya tempat diluar
itu gimana sih yang sudah berhasil kita studi banding nya macam-macam
juga ada yang budidaya, ada yang tentang produksi tergantung kebutuhan
ya karna kan tempat nya beda-beda ya, ada yang memang tentang
pemasaran tentang gimana mengolah kopi ini supaya dia diolah menjadi
paket wisata, selain itu gimana dibuat menjadi oleh-oleh seperti apa
tergantung kebutuhannya, kalau budidaya kan beda tempatnya, produksi
beda tempatnya gitu loh. Untuk studi banding biasanya kita ada
perwakilan dari kelompok, waktu studi banding budidaya dulu siapa
dikelompoknya yang paling kuat di budidaya biasanya mereka yang diutus
sama kelompoknya mereka lebih gantian gitu gak monoton orangnya itu
itu aja engga. Siapa kuatnya di produksin itu yang diutus. Begitupun yang
lainnya.kalau studi banding tuh ya biasanya kita dilokasinya sekitar 3
harian diluar perjalanan.

5. Bagaimana lembaga tiga beradik mencari modal awal dan modal


selanjutnya dalam pemberdayaan?
Jawab :Nah modal awal dikelompok tuh mereka pakai dana pribadi ya
gaada bantuan dari ltb gaada bantuan apapun, tapi kita kasi tau cara
gimana sih cara supaya kelompok ini jalan tanpa adanya modal awal
gituloh, ada yang menerapkan iuran kelompok misalnya sekian pertemuan
5ribu, ada yang kalau mau sangrai kopi misalnya mereka iurannya pakai
kopi. Gaada sih pendanaan khusus yang dibantu oleh ltb atau siapapun.
Tapi mereka memang diajarin untuk mandiri gitu loh karna kan target
awal kita mereka diajarkan untuk mandiri dan misalnya nih ada orang
luar datang ngasi mereka uang engga tapi mereka bisa gimana caranya
mereka mencari uang sama gimana mereka menjalankan kelompok itu
tadi.
6. Bagaimana cara lembaga tiga beradik mempengaruhi para pemuka
/tokoh/masyarakat/pejabat daerah?
Jawab :Awalnya kami izin dulu ya waktu masuk ke desanya kita pasti izin
ya kita masuk ke daerah orang, ada yang ngajaknya kita kumpul sama-
sama ada pemerintah desa, bpd/lurahnya kita ajak kumpul nah kalau
misalnya gabisa diajak kumpul kita datangin satu-satu memang tokoh-
tokoh masyarakat yang ada didesa kita datangin kita sampein niat kita
disana mau ngapain, target kegiatan kita berapa tahun, hasil nya nanti
seperti apa yang akan di capai itu kita sampaikan. Itu pasti itu diawal
yang kita lakukan dan selama berjalannya kegiatan kita pasti masih
melakukan komunikasi dengan pemerintahan setempat, tidak hanya
pemerintahan desa, pemerintahan kecamatan juga, kabupaten bahkan
provinsi kalau ada kegiatan projek kita udah pasti izin ya gamungkin kita
ga izin pasti kita izin sama mereka.
Informan 2

Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 30 Mei 2022


Waktu Wawancara : 14.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Ibu Soratun Nasifah

I. Identitas Informan
Nama : Soratun Nasifah
Alamat : Desa Simpang Talang Tembago
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
II. Daftar Pertanyaan :
Langkah-langkah pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik.
1. Bisa ibu ceritakan awal-mula lembaga tiga beradik masuk ke desa ibu
hingga menawarkan program pemberdsyaan?
Jawab :Dulu awalnya kalau tidak salah tahun 2016 masuk ke desa
simpang talang tembago, awal mulanyo program ltb itu membimbing
kelompok bapak-bapaknyo yang namo kelompoknyo tu masyarakat ramah
lingkungan, jadi kelompok bapak-bapaknyo terus membimbing kelompok
bapak-bapaknyo dibudidayakan kopi. Mulai dari caro kito bukak lahan,
kito tanam, jarak tanamnyo kekmano, trus langsung jugo ke pembuatan
pupuk kompos karna untuk sekarang wilayah simpang talang tembago lah
mulai istilahnyo ado yang tandus lah kan, nah jadi mulai dio ngajarkan
anggota kelompok tu untuk bikin pupuk kompos, trus maklum lah kan
didesa ni untuk ngumpul bapak-bapaknyo payah karna kan bapak-
bapaknyo ni ado kesibukan lain, karna kan disiko petani nyo serabutan
dak khusus petani kopi nyo be ado jugo kulit manis, ado jugo nanam padi,
ado jugo yang nanam cabe, kentang, jadi banyak aktivitasnyo selain dari
kopi. Trus waktu itu pertemuan tu tiap bulan kito selalu ngumpul,
misalnyo bikin pupuk. Tiap bulan tu diminggu ke-empat kito bikin pupuk
kompos jadi yang bapak-bapak ni kito kumpul bikin pupuknyo. Yang ini
bagian ini cari rumput, yang ini bagian ini, jadi untuk kegitana yang ibuk
sampaikan tadi tu banyak bapak-bapaknyo yang ndak hadir karna
kegiatan kesibukan lainkan, jadi disuruhlah sama pengurus ltb ini ibu-ibu
yang datang, misalnya pertemuannya dirumah saya nah suami saya tidak
bisa karna ada kegiatan metik cabe misalnya jadi ibu saja yang datang.
Trus kan makin lama ibu-ibu nya yang banyak datang ke pertemuan,
istilahnya dari 25 anggota tu lebih dari separo ibu-ibu yang datang terus
disitulah kami sama ltb kok kelompok ni yang banyak hadir ibu-ibu
gimana caranyo untuk kedepannyo kito bikin kelompok ibu-ibu nyo.
Mungkin yang bapak-bapak di bagian budidaya yang ibu-ibu nya
dibagian produksi, nah dari situlah kami mulai mendirikan kelompok ini
kelompok KWT Usaha Bunda Sitinjau Alam ini. Kami mendirikan
kelompok ini ditahun 2017 akhir. Mungkin kalau ltb membimbing bapak-
bapak nya tu sekitar tahun 2016 itu udah mulai. Untuk dulu ya kita ini
sulit percaya kami, difikiran kami dulunya gak mungkinlah mereka mau
bimbing kita, mereka ni mau duit aja ni disini, maklum lah kan fikiran
orang dusun kayak gitu, jadi kami lihat lah kegigihan pengurus ltb ni kaya
kegigihan nyo membimbing bapak-bapak , kayak bikin pupuk sebagian
ada dari ltb yang menanggung alatnya, misalnyo alatnyo kami ndak ado
ltb yang nyariin alatnyo, jadi kegigihan nya tadi lah bikin kami mau,
karna kan awalnyo kami dak percayo hanya sekedar ngajak-ngajak yuk
kita nanam kopi jarak tanam nyo segini nah kalau omongan sajo manolah
orang mau percayo jadi istilahnyo ltb ni turun ke lapangan, gini caro
nanamnyo, segini jarak tanamnyo, bibitnyo yang bagus kayak gini. Nah
jadi disitulah masyarakat ni mulai merasa adalah ilmu bermanfaat yang
didapatkan masyarakat.jadi untuk kegigihan tadi sejak bulan pertamo,
lanjut bulan keduo, trus lanjut bulan ketigo, trus kan jadi masyarakat
udah senang bergaul dengan ltb.

2. Apakah pengurus LTB terlibat aktif dalam segala kegiatan pemberdayaan?


Jawab :Nah kalau untuk keterlibatan ni banyak terlibat nyo di
perencanaan dipelaksanaan di evalusi pasti pengurus terlibat, mulai dari
budidaya tadi, sampai ke pasca panen pokoknyo banyak lah kan program
nyo pengurus ltb ni pasti selalu ado mendampingi kami.
Strategi pelibatan masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
lembaga tiga beradik.
3. Bagaimana prosedur menjadi peserta kelompok?
Jawab :Kalau untuk kami ndak ribet yaa, cuman kumpul. Kalau awalnyo
kami pertamo dulu kan butuh modal kan , nah kopi ni kan kito punyo
dewek kan, nak beli palstiknyo kan. Nah jadi untuk kelompok kami dulu tu
pertamo masuk dulu tu kami ado pendaftarannyo kalau ibuk dak salah nah
pendaftarannyo ni kami bayar Rp.5000. jadi uang Rp.5000 tu kami
berjumlah 25 orang kami beli plastik untuk bungkus bubuknyo kalau
modal kopi nyo kan kito punyo, kuali nyo kito pinjam dulu, yang iuran kito
Rp.5000 tu kito belikan plastik untuk bungkus bubuk samo upah
menggiling kopi nyo. Nah kalau kopi nyo ni kito iuran jugo misalnyo 1
kg/orang kan jadi 25kg. Nah misal di bulan keduo karno lah banyak
peminatnyo naik jadi 2kg nah sampai lah sekarang ni kito iuran kopi tu
sampai 6kg/orang. Untuk pengesahan pesertanya kita ada suratnya, surat
yang sudah ditandatangi.
4. Bagaimana lembaga tiga beradik memberikan peningkatan ilmu
pengetahuan petani?
Jawab :Kalau kito ni sudah sering nian ikut pelatihan dan studi banding
keluaur-keluar kota diajak samo ltb. Nah kami kan anggota 25 orang kan
kami bagi-bagi, ado yang ke bangko nah kalau ke bangko ni lah sering
nian kami pergi, ke solok rajo, trus ke temanggungm, ke jakarta, ke
sarolangun, ke kerinci, seringlah kami pergi. Nah kegiatan kami studi
banding tu ado yang belajar soal pemasaran caro kito memasarkan kopi
kito tu, caro kito produksi, caro budidaya. Waktu tu ado yang kami ke
jawa tengah temanggung kan kami disano nengok dan membanndingkan
tentang budidaya kopi, caro pemasaran dan pengolaan pasca panen nyo.
Nah kalau pelatihan tu ado yang narasumbernyo dari luar, nampaknya di
sepengetahuan saya ltb ni sebagai penyelenggara nyo yang memfasilitasi,
kalau narasumber tu sering tukar-tukar orangnyo, kalau pelatihan ni pas
dimasa pandemi ni lah kurang nian dulu sebelum pandemi kito pelatihan
tu ada sebulan sekali, ado bulan sekali. Pokoknyo sering tergantung ltb
nyo bahkan pernah tu kito pelatihan dalam sebulan tu 2 kali dalam
sebulan.

5. Pelatihan yang diberikan kepada petani apakah setelah adanya pelatihan


langsung dibiarkan petaninya untuk mempraktekkannya langsung atau
dicontohkan dahulu oleh pengurus ltb kepada petani?
Jawab :Untuk hari pertama tu biasanya kami didalam ruangan belajar lah
kayak sekolah, nah untuk hari kedua hari ketiga kami langsung turun ke
lapangannya. Turun lapangan tu langsung praktek kayak ngecek kopi,
banyaklah kegitannya, sampai kemaren ada pelatihan varian jenis-jenis
kopi apa saja varian kopi yang ada di STT. Nah tapi kadang kan waktu
selesai masa pelatihan tu kan narasumbernyo lah dkdo lagi tu kalau kami
bingung baru lah kami nanyo ke pengurus ltb sebab pengurus ni ikut kami
jugo belajar didalam ruangan tu. Jadikan kadang ltb ni lah dak bingung
lagi lah kan, kadang kami petani ni pelupo.

6. Dari mana asal modal awal pelaksanaan program pemberdayaan?


Jawab :Selain iuran yang Rp.5000 tadi, nah kalau untuk sekarang ni kami
samo sekali dak ado menggunakan dana dari luar, istilahnyo kami
modalnyo samo-samo. Misalnyo kan iuran kopinyo tadi kan samo-samo
6kg perorang nah kito jadikan bubuk kopi ni kami hargoi Rp.30.000/kg
nyo nah berarti kan perorangnyo. nah yang 6kg tadi kami jadikan bubuk
dapatnyo sekitar 4,2kg nah kito dapat tu Rp.126.000/orangnyo nah
modalnyo tadi kito samo-samo hasilnyo pun kito samo-samo jadi
ibaratnyo dana kas kami lah. Kalau sekarang dana dari luar belum ada
tapi kalau mesin, kuali nah itu ada bantuannya dari dinas perkebunan
kami mengajukan proposal dibantu ltb. Insyaallah yang alat-alat manual
kan kami sudah lengkap sekarang.
7. Bagaimana cara lembaga tiga beradik mempengaruhi para pemuka/tokoh
masyarakat/ masyarakat/pejabat daerah?
Jawab :Kalau awalnya dulu aku ingat pengurus ni datang satu-satu, sudah
datang satu-satu kerumah warga sat-satu, jugo ke tempat pak kadus, pak
kades, barulah berkumpul itu tu waktu kelompok kami belum berdiri
misalnyo kumpul dirumah saya nah disitulah pengarahannyo dari
pengurus ltb tu disampaikannyo apo tujuannyo kesiko.
Informan 3

Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 23 Maret 2022


Waktu Wawancara : 14.00 WIB
Lokasi Wawancara : Sekretariat Lembaga Tiga Beradik
I. Identitas Informan
Nama : Catur Widodo
Alamat : Pematang Kandis
Usia : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Staff Lembaga Tiga Beradik
II. Daftar Pertanyaan

Dari mana bisa mengukur keberhasilan pemberdayaan petani kopi yang dinaungi
oleh LTB?
Jawab :“Kita mulai kesitu dampingan tahun 2017dikelompok mulai sampailah
waktu itu kelompok ibu-ibu nya 25 orang nah dari anggota yang 25 orang ini
sepakat membuat kopi bubuk nah dari kopi bubuk ini lah mereka mendapat
penghasilan tambahan gitu loh yang awalnya memang jalannya gak semulus yang
kita kira ya , yang awalnya cuma produksi 3kg habis itu satu bulannya naik lagi
jadi 6kg naik lagi menjadi 30kg, sampai sekarang itu mereka bisa produksi satu
bulannya 150kg. Mereka pakai itu sistemnya tabungan, biasanya setiap satu
tahun sekali mereka baru bongkaran jadi kan dari penjualan kopi bubuk itu
misalnya kan harga jualnya itu Rp.100.000/kg nah berarti kalau satu bulannya
mereka mendapatkan sekitar Rp.15.000.000 jadi 1 bulan itu mereka mendapatkan
Rp.15.000.000/bulan dikelompoknya, disimpan selama 1 tahun, nah selama satu
tahun itulah kan pasti ada biaya produksi, minyak untuk sangrai, upahnya dll.
Nah sisanya itulah yang dibagikan ke anggota, mereka kalau mau lebaran
minimal udah gak bingung deh buat beli baju lebaran karna setau saya itu satu
tuhan setiap bongkaran tiap anggota pasti dapat sekitaran 2-3jtan 1 orangnya.
Kan kalau dulu sebetulnya kita gak dampingi khusus produksi ya dulu kita masuk
itu hanya mendampingi di budidaya saja kalau di batang kopi nya mereka masih
menghasilkan kopi yang asalan kopi yang dijemur gak dioleh habis itu mereka
jual mentahan keluarin ke bangko, ada yang ke sungai tebal, ada yang ke
lampung. Tapi mereka kopi bubuk itu masih beli dari bangko, padahal mereka
kan punya lahan kopi yaa tapi mereka beli bubuk kopi dari luar, mereka minum
kopi dari luar. Mereka beli bubuk nya langsung yang udah jadi, kan itu ironis yaa
mereka punya kopi di belakang rumah tapi mereka beli bubuk kopi dari luar buat
diminum, itu yang menjadi tekat kita di budidaya dan kita juga dampingi di
produksi juga. Kegiatan di budidaya itu ada sekolah lapang, pembuatan pupuk
organik, datengin pelatih dari luar. Dulu itu awalnya kita sekolah lapang full 3
bulan di lapangan memang benar-benar kita meneliti kopi, apasih masalah
sebenarnya kok mereka ini belum sesuai harapan ni apa yang terjadi di kebun
kopi kok hasil nya gamemuaskan. Nah setelah itu habis dibudidaya 3 bulan itu
baru lah kita dampingin rutin lah bahwa tiap bulan kita kesana, kita buat
kegiatan ada yang membuat pupuk organik, ada yang kita ke kebun untuk
melakukan pemangkasan, pembersihan kebun dll.nah tapi waktu itu emang kita
perbaiki di budidaya tapi gaada yang di produksi nya gitu. Nah ltb disini tidak
menyediakan alat kita ltb itu fokus di peningkatan kapasitas sdm saja, nah
gimana mereka bisa mendapatkan alat? Nah bantuan itu sudah banyak ya ada
dari pemerintahan provinsi, kabupaten. Itu juga salah-satu capaian mereka yaa
ada kelompok tani dari luar yang melakukan studi banding disana juga.
Informan 4

Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 31 Mei 2022


Waktu Wawancara : 13.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Bapak Muhammad Alvatoni
I. Identitas Informan
Nama : Muhammad Alvatoni
Alamat : Desa Simpang Talang Tembago
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana bentuk dukungan masyarakat pada saat lembaga tiga beradik


pertama kali ingin mendampingi masyarakat?
Jawab :
“ yang jelas dari segi masyarakat pertama dukungan masyarakat yaitu
menyambut baik lah, karena ini kan ltb ini bermaksud melakukan
pemberdayaan kepada petani kopi disini. Datangnya ltb kesini tu
merupakan angin segar lah bagi masyarakat ada pembinaan, jadi
masyarakat sangat welcome lah dengan kedatangan ltb ini, dukungan dari
masyarakat yo apopun yang dilakukan ltb misalnyo butuh ruang diskusi
bagi masyarakat, butuh tempat praktek lapangan misalnya disini disini
disediakan, pokoknya dukungan masyarakat sangat mendukung lah ya”.

2. Bagaimana cara awal lembaga tiga beradik mencari modal?


Jawab :
“ nah kalau soal itu abang kurang mendalami, tapi yang jelas kalau ltb
memberatkan masyarakat untuk masuk ke kelompok binaan itu tidak lah
ya karena ltb masuk menawarkan progres yang dibuat tapi kalau soal
biaya mungkin tidak ada yaa, soalnya kalau ini memberatkan pasti
awalnya kelompok tani ini akan mengeluh cuman dari awal tidak, kami
juga masyarakat disini memantau. Abang rasa itu tidak ada ya iuran
wajib memberatkan itu tidak ada. Tapi mungkin bantuan dari luar ada
pernah ada bentuk bantuan dari pemerintah baik kabupaten, dari provinsi
dari BI juga ada”.

3. Bagaimana keterlibatan pengurus lembaga tiga beradik dalam usaha


mencapai keberhasilan program pemberdayaan tersebut
Jawab :
“Pengurus ltb ini berperan aktif yaa, karna ada orang lapangannya
walaupun orang nya itu itu saja tapi mereka aktif dalam mendampingi
petani disini, yang jelas pengurus yang turun lapangan kesini, binaan
jalan terus, terus program nya jalan terus, yang jelas petani disini merasa
didampingi terus”.

4. Dari yang bapak/ibu lihat bagaimana keterlibatan masyarakat dalam


program pemberdayaan ini?
Jawab :
“Ltb ini selalu melibatkan masyarakat, di satu sisi kan ltb punya ide
kemudian ditawarkan ke masyarakat khusunya yng terdampak sekali
dengan program ltb ini kan, yang terdampak itu tentu dilibatkan diajak
duduk bersamo, diajak berunding apa yang terbaik kira-kira yang akan
dilakukan. Untuk sebuah ide tentu kita duduk bersama lah dengan
masyarakat. Suara masyarakat sangat dibutuhkan terutama suara
kelompok tani itu”.

5. Dari yang bapak/ibu lihat apakah peran lembaga tiga beradik ini sangat
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat?
Jawab :
“Kalau secara ekonomi, terkhusus abang melihatnya dari kopi, secara
ekonomi masyarakat ini berputar menjadi lebih kreatif . dulu kopi tinggal
dipanen, jemur, lalu digiling jual. Tapi sekarang masyarakat punya daya
kreatif. Disatu sisi masyarakat dapat lah ekonomi dari penjualan lebih
meningkat sekarang dari pada dulu. Yang jelas semangat masyarakat
dalam mengelola kopi tu jadi semangat otomatis yo kopi tu lebih berhasil
lahh”.
Informan 5
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 31 Mei 2022
Waktu Wawancara : 10.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor Kepala Desa

II. Identitas Informan


Nama : Soerman Putra
Alamat : Simpang Talang Tembago
Usia : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kepala Desa

III. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana bentuk dukungan masyarakat pada saat lembaga tiga beradik


pertama kali ingin mendampingi masyarakat?
Jawab : kalau secara umum yang pertama jelasnya masyarakat disini
sangat terbantu bahwasanya ada kegiatan mereka yang dinaungi oleh ltb
terbantunya dari pembicaraan dari awal, dari menggali ilmu, cara
mengolah kopi ini dari dasar, sampai para petani di desa talang tembago
pernah mengikuti kontest2018 di bali alhamdulillah berdasarkan kerja
keras beliau, berdasarkan motivasi yang diberikan ltb, jadi kopi yang
diperlombakan di bali itu istilahnya dapat nomor lah jadi produk terbaik,
di indonesia loh. Pertama kan 13 robusta, trus di uji lagi tinggal 6
robudts, yg 6 robusta ini yang di verivikasi ternyata terpilih lah kopi dari
desa simpang talang tembago. Satu sisi secara umum masyarakatnya dan
para petani nya sangat terbantu yang pertama untuk cara berpikir, ilmu
untuk mengolah kopi, jadi secara singkat kalau pemerintahan desa sangat
mensupport dalam kegiatan para petani. Disamping ada kegiatan seperi
ini pemerintah juga punya perhatian yang membidangi tupoksi ini, seperti
kebutuhan para petani, tanpa wadah yang dimiliki para petani mungkin
pemerintah tidak bisa memberikan semacam bantuan yang dia butuhkan,
nah ini karna wadah nya ada alhamdulillah banyak sedikit pemerintah
istilahnya sudah berpartisipasi terhadap pemberdayaan di desa simpang
talang tembago. Bantuan berupa barang, seperti gedung kopi, seperti
tempat jemur itu merupakan bantuan dari pemerintah, dari dinas
perkebunan. Pertama kali ltb masuk masyarakat ini kan ada unsur
percaya tidak percaya jadi mana yang tergiur dengan cara yang
dilakukan ltb mereka ikut bergabung jadi setelah melihat proses yang
dilakukan ltb belajar disini baru terbentuk yang namanya kelompok, jadi
setelah kelompok ini terbentuk dibimbing terus oleh ltb sampai menjual
produk ya kemudian masyarakat merespon istilahnya yang masuk kedalam
kelompok tani ini ada kelompok ada beberapa orang sebenarmya respon
yang lain juga tinggi cuma maklum lah didesa waktu dan kesempatan kita
tidak sama. Pertama masuk itu tahun 2017.

2. Bagaimana cara awal lembaga tiga beradik mencari modal?


Jawab : jadi kalau untuk kita pribadi ataupun secara kedinasan jadi
inimkan kebetulan saya pemilihan 2020 jadi terbentuknya ltb ini bukan di
masa saya ya, jadi kalau berbicara support baik itu secara materi atau
yang lainnya mungkin tidak terlalu jauh lah sebab setelah kita terpilih
baru disitu lah kita bergabung dan baru melihat proses berjalannya ltb
dan para petani seperti apa. Perjalanan ltb ini adalah wadah, para petani
juga wadah. Untungnya ltb ini kan dia punya jaringan di luar mungkin
yang melakukan investigasi yang melakukan kegiatan tanpa ada
penyuport, kalau kita berbicara soal keuangan ya jadi kalau kita
kategorikan untuk sekarang mungkin ltb ini menggunakan modal sendiri
untuk menaungi petani ini. Jadi kalau saya punya prediksi walaupun
dikategorikan ini modal sendiri yang namanya suatu wadah yang sudah
terstruktur ini sudah punya jaringan diluar, paling tidak dia udah bikin
kontrak ke donatur siapa gitu ya misalnya, jadi setelah kontrak ini dibuat
baru lah dia bikin kegiatan. Ini prediksi saya ya tapi saya tidak tahu persis
jadi modal awal nya seperti itu. Ltb juga pernah membantu para petani
dalam pembuatan proposal untuk bantuan dari pemerintahan atas.

3. Bagaimana keterlibatan pengurus lembaga tiga beradik dalam usaha


mencapai keberhasilan program pemberdayaan tersebut?
Jawab : kalau menurut saya, selama saya menjabat menjadi kepala desa,
jadi sedikit ini simpang siur yang namanya manajemen, yang namanya
suatu organisasi yang sudah terstruktur kita kan ada sistem. Seharusnya
oke sekarang ltb sudah pasti udah nyata menaungi kelompok petani, tapi
secara komunikasi beliau tidak bisa masuk ke para petani, yang namanya
kelompok petani ini kan suaru wadah, suatu struktur, suatu kelompok yang
ada di desa jadi apapun yang mau dia lakukan oleh ltb pasti kan
koordinasi dulu dengan pemerintahan desanya, paling tidak pamit lah
minta izin gitu kan mungkin disitu yang kurang pas menurut saya, contoh
dari lubuk bakar sarolangun mau mengadakan studi banding ke kelompok
tani simpang talang tembago, dia konfirmasi melalui telepon jadi saya
bilang yang namanya sistem pemerintahan, jadi oke kalau anda mau
melakukan studi banding oke tidak masalah malah lebih baaik cuman
sistem ini harus kita bangun sesuai dengan prosedur gitu loh, jadi gak
mungkin dong langsung masuk ke kelompok tani dan langsung nyelonong
tanpa ada konfirmasi ke pemerintahan desa. Jadi saya komplen itu yang di
bawah nauangan orang prvinsi. Jadi setidaknya saling ucap salam dulu
lah sampai kades yang lama juga saya telfon loh, didalam surat yang di
ajukan tanpa adanya tanda tangan seorang kepala desa sementara yang
ingin latihan dan ingin studi banding di desa talang tembago itu adalah
masyarakat desa lubuk bangkar. Jadi kades desa lubuk bangkar itu harus
tau gitu loh kalau kelompok tani nya ada kegiatan di desa talang tembago,
jadi untuk manajemen dilakssanakan itu. Saya sangat mendukung paling
tidak saling berbagi pengalaman, jadi saling mengenal. Disitulah
seharusnya kita saling komunikasi yang baik. Disitu kadang kadang saya
merasa kurang pas, kami disini sama sekali tidak ada melarang kegiatan
apapun yang positif tapi kan sistem seperti itu mau ga mau harus kita ikuti
ya dan menyesuaikan. Toh kalau di satu sisi saya salah saya siap toh
untuk belajar. Di segi rasa pareso aja ya. Jadi apapun kegiatan yang akan
dilaksanakan ketua harus tau duluan gak mungkin langsung ke anggota
kan. Harus melapor ke ketua dahulu. Tapi hal itu tidak menutup untuk
kelompok tadi di desa simpang talang tembago untuk berkegiatan. Nah
harapan kita sebagai pemerintah kecil di desa juga berharap supaya suatu
saat berkembang secara maksimal.

4. Dari yang bapak/ibu lihat apakah peran lembaga tiga beradik ini sangat
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat?
Jawab : sangat meningkatkan perekonomian masyarakat dari sebelumnya,
Mereka kan punya tupoksi yang sesuai dengan yang mereka, bidangi, jadi
dia ga mepet ke hasil pertanian yang lain, jadi beliau hanya fokus di kopi
dari pengolahan sampai ke pemasaran kopi kan.
Informan 6

Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 30 Mei 2022


Waktu Wawancara : 16.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kediaman Ibu Eka Warda

I. Identitas Informan
Nama : Eka Warda
Alamat : Desa Simpang Talang Tembago
Usia : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
II. Daftar Pertanyaan
Langkah-langkah pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik.
1. Bisa ibu ceritakan awal-mula lembaga tiga beradik masuk ke desa ibu
hingga menawarkan program pemberdsyaan?
Jawab :Dulu awalnya LTB masuk ke desa ini itu tahun 2016 akhir, mereka
dulu awalnya kan memberdayakan petani yanglaki-laki awalnya, cuman
kan bapak-bapak ni banyak kesibukannya bukan hanya bertani saja,
jadinya sekarang kelompok ibu-ibu juga diberdayakan. Sampai
dibentuknya kelompok, dan kegiatan kegiatan lainnya, sampai sekarang.
2. Apakah pengurus LTB terlibat aktif dalam segala kegiatan pemberdayaan?
Jawab : pengurus terlibat aktif disini, kalau tidak aktif mungkin petani
juga bingung ya mau ngapain.
Strategi pelibatan masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
lembaga tiga beradik.
3. Bagaimana prosedur menjadi peserta kelompok?
Jawab : dulu waktu mau jadi anggota kelompok tu siapa yang mau aja
awalnya, tapi kalau udah bergabung ikut dala kelompok ada iuran
kelompoknya dulu sebesar Rp.5000
4. Bagaimana lembaga tiga beradik memberikan peningkatan ilmu
pengetahuan petani?
Jawab :kito banyak ikut pelatihan, ado juga pergi studi banding maren ni,
terus jugo ado sekolah lapang nyo jugo
5. Pelatihan yang diberikan kepada petani apakah setelah adanya pelatihan
langsung dibiarkan petaninya untuk mempraktekkannya langsung atau
dicontohkan dahulu oleh pengurus ltb kepada petani?
Jawab :untuk pelatihan kemarin biasanya LTB ni mendatangkan
narasumber dari luar, tapi pengurus ltb juga ikut mendampingi petani
saat pelatihan tu, nah ada juga yang setelah pelatihan tu kan kami para
petani ni langsung praktek ke lapangan nah disela-sela praktek tu kalau
kami bingung kami minta bantuan la dari pengurus LTB ni.

6. Dari mana asal modal awal pelaksanaan program pemberdayaan?


Jawab :Selain iuran yang Rp.5000 tadi, kemarin ado jugo tu LTB ngajuin
propoal ke dinas perkebunan untuk minta bantuan mesin penggiling kopi.

7. Bagaimana cara lembaga tiga beradik mempengaruhi para pemuka/tokoh


masyarakat/ masyarakat/pejabat daerah?
Jawab :kalau itu dulu awalnya pengurus LTB ini datang satu-satu dulu ke
rumah masyarakat terus kami dikumpulkan lah kan di rumah nasifah nah
disitu lah pengurus LTB ni menyampaikan maksud dan tujuan orang tu
datang kesini secara jelas.
Informan 7

Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 20 Oktober 2021


Waktu Wawancara : 17.00 WIB
Lokasi Wawancara : Sokongopi Coffeshop

I. Identitas Informan
Nama : Hardi Yuda
Alamat : Sungai mas
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Direktur LTB

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana kesulitan yang dialami oleh Lembaga Tiiga beradik saat


pertama kali masuk ke wilayah sasaran kegiatan pemberdayaan?
Jawab : untuk kesulitan yang kami alami selaku pengurus itu yang pertama
itu soal kepercayaan mereka ya yang agak sedikit sul;it kita dapatkan
awalnya, namun setelah masyarakat itu sendiri melihat bahwasanya kita
ini sungguh-sungguh ingin melaksanakan pemberdayaan disana dan juga
kita lebih banyak bergerak daripada janji-janji saja nah kepercayaan dari
masyarakat itu mengalir begitu saja kepada kita. Sampai akhirnya
sekarang kalau kikta datang ke desa itu udah seperti sanak family mereka
yaa.

2. Bagaimana mengukur indikator keberhasilan pemberdayaan yang


dilakukan oleh Lembaga Tiga Beradik?
Jawab : nah untuk indikator keberhasilan ini kita melihat adanya
perubahan kehidupan sosial masyarakatnya. Nah dulu itu mereka
menghasilkan biji kopi yang asalan gitu gajelas ini jenis kopi nya jenis
kopi apa kan, nah sekarang biji kopi yang mereka hasilkan sudah jauh
lebih baik. Dulu biji kopi yang dihasilkan itu 30 kg/tahun nya nah
sekarang sudah sangat jauh meningkat bisa sekitar lebih dari 150
kg/tahunnya, dari jumlah saja sudah sangat jauh ya meningkatnya, terus
juga dulu kan masyarakat petani kopi ini ini membeli kopi ari luar untuk
mereka minum karna biji kopi yang mereka hasilkan tidak bagus dan rasa
juga tidak enak yaa, namun sekarang petani kopi ini sudah jauh lebih
mandiri mereka bisa menghasilkan biji kopi untuk mereka mereka minum
sendiri yaitu produk mereka dengan rasa yang enak dan produk yang
unggul. Nah seperti yang diketahui kopi jangkat ini kan sudah dikenl ya
dimana-mana. Lalu juga indikator keberhasilannya itu masyarakat petani
kopi ini sudah jauh lebih mandiri dan unggul dari banyak aspek, mereka
juga semakin kuat dan semakin mampu menciptakan dan menggali potensi
apa yang ada di diri mereka, mereka jauh lebih berani mengemukakan
pendapat mereka apabila mereka dibawa keluar dari kampung dan
berdiskusi bersama petinggi daerah/provinsi. Nah yang banyak saya lihat
juga ya petani ini sudah banyak menyekolahkan anak mereka di perguruan
tingggi, walaupun mereka hanya tamatan SMP dan SMA mereka mampu
menyekolahkan anak-anak mereka di perguruan tinggi yang ada dikota
kalau dulu ya mereka kebanyakan hanya mampu menyekolahkan anak-
anak mereka sampai jenjang SMA saja ya karna dulu biaya yang kurang
dan kebanyakan perempuan dan anak-anak disini hanya dianggap
pendidikan SMA saja sudah cukup. Sekarang pemikiran mereka lebih
terbuka untuk berkembang dan menerima segala masukan yang diberikan.
Informan 8

Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 30 Mei 2022


Waktu Wawancara : 14.00 WIB
Lokasi Wawancara : Daring

I. Identitas Informan
Nama : Edi Aprianto
Alamat : Sungai Ulak
Usia : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Staff LTB

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana cara menidentifikasi masalah yang ada?


Jawab : untuk identifikasi masalah kita itu menggunakan teknik dalam
pemberdayaan itu istilahnya teknik PRA, nah kita tu didesa itu awalnya
kita datang dan alhamdulillah disambut baik oleh masyarakat disana kan,
lalu kita menggali informasi dari masyarakat sekitar mengenai pertanian
kopi yang ada disana, kita cari lah orang yang bisa memberikan
informasi ke kita terkait pertanian kopi disana, kita juga mencari tau kan
sebelumnya mengenai wilayah sasaran kita ini seperti apa, dan kita juga
sebelumnya melaksanakan observasi kan disana mengenai kehidupan
sosial masyrakat disana. Lalu setelah itu kita kita menemui tokoh
masyarakat disana yang terdiri dari pak kepala desa, pemuda, dan tokoh
lainnya, disana kita membicarakan dan berdiskusi mengenai
permasalahan apa yang dialami oleh petani disana, lalu setelah itu kita
pengurus melakukan wawancara atau sharing lah ya sama petani disana,
kita mendengarkan keluhan dan permasalahan yang di alami petani nya,
trus setelah itu kita melakukan diskusi bersama petani, tokoh masyarakat,
dan masyarakat lainnya mengenai permasalahan yang dialami oleh para
petani, kita juga bersama-sama mencari jalan keluarnya, karna kan kita
dari pengurus ini ingin masyarakat tani ini bisa mandiri dan tidak
bergantung gitu ya, kita persilahkan semuanya untuk berpendapat dan
menyampaikan apa yang diinginkan dan kita juga mencarikan solusi
yang terbaik. Nah setelah itu kita kan udah lumayan ya pendekatannya
dengan masyarakat disana kan karna kita pendekatannya itu lebih ke
teman sharing sama masyarakat ini jadi kita mulai memperkenalkan
masyarakat dengan pemberdayaan budidaya kopi. Jadi kaya miris gitu
menurut saya mereka punya lahan tapi kan mereka gak bisa
memanfaatkan lahannya dengan baik kan.
2. Bagaimana mencari tau potensi yang ada?
Jawab : nah mencari potensi yang ada ini kita berbarengan dengan
mengidentifikasi itu, disana kan kita melihat ya wilayah nya ini terletak di
dataran tinggi dan juga subur kan pastinya, untuk potensi alam nya
wilayah jangakat ini benar-benar subur. Kagum saya. Nah untuk potensi
masyarakatnya sendiri disini untuk pertanian kopi kita lebih banyak
memberdayakan ibu-ibu nya. Karna kan untuk usia ibu-ibu itu rata-rata
masih usia 30 tahuanan jadi kan masih bertenaga lah kan ya untuk
berkegiatan.
3. Bagaimana cara lembaga tiga beradik mengidentifikasi peserta?
Jawab : oh memilih peserta ya, untuk peserta itu kita tidak terlalu ribet ya
kalau mau bergabung di kelompok tani. Nah kita ini yang bergabung di
kelompok tani ini syarat nya harus punya lahan pertamanya, untuk
pembentukan kelompok tani ini kita serahkan kepada masyarakat yang
kita anggap sebagai pionirnya, nah nanti dia lah yang membentuk
kelomppok yang ada di desanya itu. Sebelumnya pionir ini sudah kita
berikan pemahaman mengenai kegiatan ini dan apa keuntungan yang
mereka dapatkan, dan bagaimana impact yang akan mereka rasakan
dimasa yang akan datang.
4. Bagaimana mengenai pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada
petani?
Jawab : untuk pelatihan kita itu udah banyak kali melaksanakan
pelatihan, penyuluhan, sekolah lapang. Nah kegiatan itu kan
dilaksanakan dengan tujuan menjadikan masyarakat itu mandiri dan
mampu dalam budidaya kopi dan mengelola organisasi kelompok tani
nya kan, kita juga memfasilitasi mereka dalam pelatihan dan tidak hanya
narasumber dari LTB saja tetapi kita juga sering mendatangkan
narasumber dari luar.
Lampiran V
Dokumentasi

Dokumentasi Setelah Wawancara Bersama Kepala Desa Simpang Talang

Tembago

Dokumentasi Bersama Ibu Eka Warda, Ibu Soratun Nasifah dan Karyawan di

kantor Kepala Desa


Dokumentasi Bersama Ibu Aniwati

Dokumentasi Bersama Bapak Muhammad Alvatoni


Dokumentasi Sekolah Lapang Budidaya Kopi

Dokumentasi Kegiatan Pasca Panen


Dokumentasi Kegiatan Pembentukan Kelompok Tani

Dokumentasi Rapat Forum Pengurus LTB


Dokumentasi Sekolah Lapang Meningkatkan Pengetahuan Petani Kopi

Dokumentasi Pelatihan Dasar Menyangrai Kopi


Pelatihan Pencatatan Keuangan dan Akutansi Organisasi Petani

Dokumentasi Rombongan Kegiatan Studi Banding ke Masyarakat Perlindungan


Indikasi Geografis Kopi Robusta Temanggung (MPIG-KRT)
Dokumentasi Pelatihan Teknik Konservasi Tanah dan Air

Dokumentasi Pelatihan Manajemen Kontrol Unit Pengolahan Hasil

Anda mungkin juga menyukai