Anda di halaman 1dari 110

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA

DAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI


DI BIDANG NONAKADEMIK
PADA SISWA SD KREATIF AN NUR SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akademik


Dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata-1
Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

NAMA : AHMAD AHDAN AL WAFI


NBI : 1151600013

PROGRAM ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI & POLITIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2020
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA
DAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
DI BIDANG NONAKADEMIK
PADA SISWA SD KREATIF AN NUR SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akademik


Dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata-1
Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

NAMA : AHMAD AHDAN AL WAFI


NBI : 1151600013

PROGRAM ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI & POLITIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2020

ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ahmad Ahdan Al Wafi


NPM : 1151600013
Judul : Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Dalam
Meningkatkan Prestasi di bidang Non Akademik Pada SD Kreatif
An Nur Surabaya

Surabaya, 9 Juli 2020

Mengetahui: Disetujui oleh


Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Dr. Endro Tjahjono, MM. Dra. Noorshanti Sumarah,, M.I.Kom

iii
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Dipertahankan di depan Sidang Dewan Penguji Fakultas Ilmu Sosial


dan Ilmu Politik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, dan diterima untuk
memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana pada tanggal: 9 Juli i 2020

Dewan Penguji :

1. Dra. Noorshanti Sumarah,, M.I.Kom


Ketua ( )

2. Hamim, S.Sos, M.I.Kom


Anggota ( )

3. Drs. Widiyatmo Ekoputro, MA


Anggota ( )

Mengesahkan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Dekan,

Dr. Endro Tjahjono, MM.

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ahmad Ahdan Al Wafi
NPM : 1151600013
Progam Studi : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Dalam
Meningkatkan Prestasi di bidang Non Akademik Pada SD
Kreatif An Nur Surabaya

Menyatakan :
1. Bahwa Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya ilmiah saya
sendiri dan atas bimbingan dari dosen pembimbing, bukan hasil plagiat
dari karya ilmiah orang lain yang telah dipublikasikan dan/atau karya
ilmiah orang lain yang digunakan untuk memperoleh gelar akademik
tertentu.
2. Bahwa jika saya mengambil, mengutip atau menulis sebagian dari karya
ilmiah orang lain tersebut akan mencantumkan sumber dan
mencantumkan dalam Daftar Pustaka.
3. Apabila di kemudian hari ternyata Skripsi saya terbukti sebagian atau
seluruhnya sebagai plagiat dari karya ilmiah orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya dan tidak mencantumkan dalam Daftar
Pustaka, maka saya bersedia menerima sanksi terberat pencabutan gelar
akademik yang telah saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan


atas kesadaran yang sesadar-sadarnya.

Surabaya, 9 Juli 2020


Yang membuat Pernyataan

( Ahmad Ahdan Al Wafi )

v
MOTTO

“Malu Bertanya Sesat DiJalan, Menghadapi Seluruh Masalah Kuncinya


hanya Sering Bertanya Dan Mengeksekusinya Dengan Baik”

”keberhasilan bukanlah milik orang pintar,Namun keberhasilan itu adalah


milik mereka yang senantiasa berusaha.”
(B.J Habiebie)

vi
PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:


1. Orang tua saya “Dr. Ir. Kunto Eko Susilo, MT & Ida Yuliana, S.Psi. ”
yang telah mendukung, dan berdoa tiada hentinya sampai saya bisa
menyelesaikan skripsi
2. Almamater Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang saya
banggakan

vii
ABSTRAK

SD Kreatif Annur Surabaya di dalam pelaksanaan kegiatan non akademik


(ekstrakulikuler) membutuhkan penanganan dan koordinasi antara orang tua,
guru pembimbing kegiatan dan anak didik itu sendiri, namun di dalam
perjalananya terdapat kendala manakala komunikasi antara orang tua dan
anak berjalan kurang baik maka akan berakibat pada peningkatan prestasi
non akademik anak didik. Penelitian ini mendiskripsikan komunikasi
interpersonal antara orang tua dan anak untuk meningkatkan prestasi di
bidang non akademik pada SD Kreatif Annur Surabaya. Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatis diskriptif dengan pendekatan
studi kasus, dengan narasumber kunci 3 orang tua, 3 anak didik kelas 3A, dan
seorang pembimbing ektrakulikuler. Data penelitian diperoleh dengan
wawancara, observasi dan dokumentasi dan validasi data dengan triangulasi,
mengacu pada konsep model 5 tahap komunikasi interpersonal dari Joseph
DeVito. Hasil analisis data dan pembahasan dapat didiskripsikan bahwa
komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak berlaku model 5 tahap
hubungan dari DeVito namun proses berlaku dari tahap interaksi awal sampai
tahap perusakan selanjutnya terdapat proses perbaikan hubungan dan kembali
ke tahap keakraban, tidak sampai terjadi tahap pemutusan.
Kata kunci: nonakademik, komunikasi interpersonal, model 5 tahap
hubungan

viii
ABSTRACT

Creative Elementary School Annur Surabaya in the implementation of non-


academic activities (extracurricular) requires handling and coordination
between parents, activity supervisors and the students themselves, but in fact
there are some problems when communication between parents and children,
it will result in increase in non-academic achievements of students. In this
study a description of interpersonal communication between parents and
children was done to improve achievement in non-academic at the Creative
Elementary School Annur Surabaya. The research method used is descriptive
qualitative research with a case study approach, with key informants 3
parents, 3 students in grade 3A, and an extracurricular supervisor. The
research data were obtained by interview, observation and documentation and
data validation by triangulation, referring to the concept of the 5 stage
interpersonal communication pattern of Joseph DeVito. The results of data
analysis and discussion can be described that interpersonal communication
between parents and children applies a 5-stage pattern from DeVito but the
process applies from the initial interaction stage to the next stage of
destruction there is a process of relationship improvement and returning to
the intimacy stage, not until the disconnection stage occurs.
Keywords: non-academic, interpersonal communication, 5-stage pattern.

ix
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya penjatkan atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada
saya.Atas nikmat ini saya bersyukur dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Dalam
Meningkatkan Prestasi Di Bidang Non Akademik Pada Sd Kreatif An Nur
Surabaya”.Skripsi yang saya ajukan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya.
Saya sebagai peneliti menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini
banyak mengalami kesulitan, tetapi karena bantuan bimbingan dari berbagai
pihak dan berkah yang diberikan Allah SWT membuat kendala tersebut dapat
teratasi. Pada kesempatan ini saya seebagai peneliti ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesainya skripsi ini. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA selaku Rektor
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
2. Bapak Dr. Endro Tjahjono, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
3. Ibu Dr. Rachmawati Novaria, MM selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
4. Ibu A.A.I Prihandari Satvikadewi S.Sos.,M.Med.Kom selaku Kaprodi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas
17 Agustus 1945 Surabaya.
5. Ibu Dra. Noorshanti Sumarah,, M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing
pertama yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing saya dan memberikan arahan maupun saran serta semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Beta Puspitaning Ayodya, S.Sos., M.A selaku dosen pembimbing
kedua saya walaupun dalam situasi pandemi Covid-19 tetap meluangkan
waktu juga memberikan masukan-masukan dan referensi dengan begitu
sabar dalam menyelesaikan skripsi ini melalui daring/bimbingan online.
7. Dosen-dosen pengajar Prodi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya, atas referensi tentang materi penelitian dan motivasinya
untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen pengajar Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik atas
referensi tentang materi penelitian, serta seluruh staff Tata Usaha yang
telah membantu dalam administrasi dari awal kuliah sampai akhir.
9. Orang Tua yang telah mendukung sepenuhnya serta doa yang selalu
dipanjatkan.

x
10. Adek Kandung Saya Ahmad Ammar An Nafi dan Aisya Tsana Nafiah
yang telah mendoakan, membantu, mendukung dan memberikan
semangat kepada saya untuk menyelesaikan skripsi.
11. Adik Tercinta saya Olivia Putri Gunawan yang sudah memberikan
dukungannya, semangat dan doanya.
12. Ryan Duta Muhammad Yang telah besedia membantu dalam bentuk
meminjamkan Laptop untuk menyelesikan skripsi
13. Family Gengster smatag Auliar Rachma, Venny Tammara, Elizabet
Ferra,Hikma Nurul, Yuriema Eva, Diyah Isti, Pijar Azhimi, Raihan,
Rahadian Adit, Krisna, Alfian Eka yang telah mendukung, menghibur
dan menemani saya sepenuhnya hingga saat ini.
14. Kepada Yolanda Pinandita yang selalu memberikan saran baik, kepada
saya selama skripsi.
15. Kepada Matah angkatan 16’ Loren, Fisel, Fajar, Berlin, Adist, Gilang,
Reffian, Lisa dan Yogi.
16. Kepada Seluruh Teman Media Instagram yang selalu membantu dan
memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi.
17. Dan, terima kasih kepada seluruh teman-teman saya angkatan 2019
hingga 2016 yang telah memberikan dukungan kepada saya.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna
menyempurnakan skripsi ini.Peneliti berharap semoga skripsi ini
bermanfaat khususnya bagi almamater tercinta, serta bagi setiap pembaca
pada umumnya.

Surabaya, 9 Juli 2020

(Ahmad Ahdan Al Wafi)

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. II


TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................... III
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................... V
MOTTO ......................................................................................................... VI
PERSEMBAHAN ........................................................................................VII
ABSTRAK .................................................................................................. VIII
ABSTRACT .................................................................................................. IX
KATA PENGANTAR .................................................................................... X
DAFTAR ISI ................................................................................................XII
DAFTAR TABEL ...................................................................................... XIV
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... XV
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. XVI
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ..........................................................................1
1.2 PERUMUSAN MASALAH ....................................................................5
1.3 TUJUAN PENELITIAN ........................................................................6
1.4 MANFAAT PENELITIAN.....................................................................6
1.5 SISTEMATIKA PENELITIAN ..............................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................9
2.1 PENELITIAN TERDAHULU ..............................................................11
2.2 LANDASAN TEORI ...........................................................................12
2.2. 1 Komunikasi Interpersonal ......................................................12
2.2.3 Model Hubungan Lima Tahap ..............................................15
2.2.4 Orang Tua .....................................................................................17
2.2.4.1 Definisi Orang Tua ................................................................17
2.2.4.2 Peran Orang Tua ...............................................................18
2.2.5 Anak Didik ....................................................................................18
2.2.6 Kegiatan Non Akademik...............................................................20
2.3. KERANGKA DASAR PEMIKIRAN ....................................................21
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................25

xii
3.1 TIPE PENELITIAN ........................................................................... 25
3.3 LOKASI PENELITIAN ...................................................................... 27
3.4 SUMBER DATA DAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA ..................... 27
3.4.1 Wawancara ................................................................................. 27
3.3.2 Observasi..................................................................................... 28
3.3.3 Dokumentasi ............................................................................... 28
3.5 TEKNIS ANALISIS DATA ................................................................ 29
3.6 KEABSAHAN DATA .............................................................................. 30
BAB IV DISKRIPSI OBYEK, PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN 31
4.1 DISKRIPSI OBYEK................................................................................. 31
4.2 PENYAJIAN DATA ................................................................................. 40
4.2.1 Hasil Wawancara .......................................................................... 41
4.2.2 Analisa Data .................................................................................. 60
4.2.3 KEABSAHAN DATA ............................................................................ 60
4.3 PEMBAHASAN ....................................................................................... 61
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 68
5.1 KESIMPULAN ........................................................................................ 68
5.2 SARAN ................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 72
LAMPIRAN 1 ............................................................................................... 74
LAMPIRAN 2 ............................................................................................... 77
LAMPIRAN 3 ............................................................................................... 91

xiii
DAFTAR TABEL

1.1 Prestasi kegiatan non akademik SD Kreatif An nur Surabaya....... 2


2.1 Maping jurnal penelitian terdahulu ................................................ 9
2.2 Krangka Proses Berpikir Penelitian ............................................... 23
3.1 Nama Informan Wawancara .......................................................... 28
4.1 Jenis kegiatan Non Akademik SD Kreatif An nur Surabaya ......... 36
4.2 Sarana Dan Prasarana SD Kreatif An nur Surabaya ...................... 37
4.3 Struktural SD Kreatif An nur Surabaya ......................................... 39
4.4 Daftar wali murid kelas 3 SD Kreatif An nur Surabaya ................ 40
4.5 Tabel informan hasil wawancara ................................................... 46
4.6 Kesesuaian jadwal informan kunci orang tua ................................ 77
4.7 Kesesuaian jadwal informan biasa siswa ....................................... 77
4.8 Kesesuaian jadwal informan biasa ................................................. 78
4.9 Validasi data triangulasi teknik penumpulan data ......................... 78
4.10 Capaian prestasi kegiatan Non akademik .................................... 79

xiv
DAFTAR GAMBAR

1.1 Kegiatan ekstrakulikuler panahan .................................................. 3


2.1 Model lima tahap komunikasi interpersonal .................................. 16
4.1 Web site SD Kreatif An nur Surabaya ........................................... 35
4.2 Site mal SD Kreatif An nur Surabaya ............................................ 35
4.3 Gedung sekolah SD Kreatif An nur Surabaya ................................ 36
4.4 Diagram alir lima tahap komunikasi interpersonal......................... 70

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel-tabel analisis data

Lampiran 2 : Panduan Wawancara

Lampiran 3 : Foto wawancara (Interview)

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah pendidikan berkembang makin kompleks dan ini menjadi
tantangan yang harus disikapi serta dicarikan solusinya. Utamanya, dalam
upaya mengantarkan lulusan anak didik, agar tidak tersisihkan di era revolusi
industry 4.0 yang makin kompetitif sekarang ini. Untuk menjawab tantangan
tersebut maka harus diciptakan sistem pendidikan yang mampu
meningkatkan kualitas lulusan, agar memiliki peningkatan prestasi dan
memiliki nilai lebih dalam bidang akademik maupun nonakademik guna
melahirkan generasi unggul, cerdas, kompetitif dan berkarakter, serta
memiliki nilai kemampuan daya saing yang tinggi.

Pengembangan potensi anak didik, ada beberapa tahapan yang harus


ditempuh oleh semua pemangku kepentingan termasuk Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pertama adalah pendidikan,
melalui peran sekolah harus mampu mengidentifikasi potensi anak didiknya
melalui pendidikan non akademik yang popular disebut pendidikan
ekstrakurikuler. Kedua, setelah anak mengenal potensi dan bakat dirinya,
maka tugas sekolah adalah menumbuh kembangkan potensi tersebut.
Diperlukan adanya pembelajaran ekstrakurikuler yang efektif dan efisien
sebagai upaya menumbuh kembangkan bakat dan minat anak. Ketiga,
memberi peluang anak didik untuk mengikuti perlombaan guna mengukur
potensi dirinya (sdkreatifannursurabaya.blogspot.com, 2019).

SD Kreatif Annur Surabaya mengembangkan pendidikan non akademik


berupa ekstrakulikuler dengan prestasi diantaranya yaitu pada tahun 2007

1
juara lomba tembang dolanan dan putrid bunga cilik, tahun 2009 juara lomba
paduan suara, tahun 2011 juara renang gaya dada putra, tahun 2012 juara
kompetisi dance, juara lomba sholat berjamaah, dan juara lomba renang,
tahun 2017 juara lomba futsal, secara keseluruhan prestasi kegiatan non
akademik SD Kreatif An Nur Surabaya dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Prestasi Kegiatan Non akademik (ekstrakulikuler)


SD Kreatif Ann Nur Surabaya.
No Peringkat Lomba Penyelenggara Waktu Jenis Oleh

1 juara 1 tembang kecamatan 2007- seni anak


dolanan 11-27 didik

2 juara 3 Putri Bunga Cilik Yayasan Agradia 2007- fashion anak


04-21 didik

3 juara 3 Paduan suara kecamatan 2009- seni anak


12-11 didik

4 juara 3 Renang gaya kecamatan 2011- olahraga anak


dada putra 09-13 didik

5 juara 2 kompetetition sanggar Rizki Budoyo 2012- seni anak


dance 02-10 didik

6 juara kompetetition sanggar Rizki Budoyo 2012- seni anak


harapan dance 02-10 didik

7 juara 3 lomba solat kecamatan 2012- religi anak


berjamaah 05-26 didik

8 juara 2 lomba renang kecamatan olahraga anak


didik

9 Juara 2 lomba renang kecamatan 2012- olahraga anak


gaya dada 05-08 didik

10 Juara 3 FUTSAL KECAMATAN 2017- OLAH ANAK


08-05 RAGA DIDIK

11 3 OSN Dinas Pendidikan Kota 2018- OSN Anak


Surabaya 02-24 didik

Sumber : profilsekolah.dispendik.surabaya.go.id
SD Kreatif An Nur Surabaya pada awal tahun 2019 telah menambah
kegiatan pendidikan non akademik berupa kegiatan ekstrakulikuler panahan
yang bekerja sama dengan Lilies Handayani Srikandi Archery School

2
(LHSAS). Kegiatan ekstrakulikuler tersebut dikembangkan dengan harapan
akan mengasah dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak.

Gambar 1.1 Kegiatan ekstrakulikuler panahan


SD Kreatif An Nur Surabaya
(sumber : sdkreatifannursurabaya.blogspot.com)

Kegiatan pendidikan non akademk diperlukan kerjasama pihak sekolah


dengan orangtua anak didik, mengingat orangtua perlu mengenali dan
membina anak agar mau berprestasi secara optimal, karena jika tidak maka
akan menelantarkan terhadap bakat-bakatnya. Kegiatan non akademik ini
selaras dengan visi dari SD Kreatif Annur yaitu “Menyelenggarakan proses
pendidikan yang berkarakter Islami, dalam mengembangkan potensi murid
An-Nur School agar menjadi generasi Robbani yang berakhlak karimah,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab”.
Kegiatan non akademik yang diselenggarakan oleh pihak sekolah
selama ini yang diikuti oleh setiap anak didik dimana keterlibatan orang tua
masih bersifat tentatif, dimana informasi terkait dengan kegiatan tersebut
disampaikan melalui pengumuman dengan media whatsapp (WA), belum
menyentuh pada program konseling bagaimana mengkomunikasikan kegiatan

3
non akademik ini kepada anak agar kegiatan berjalan lancar dan tidak
mengganggu kegiatan akademik.
Kenyataan masih terdapat orang tua yang menjadi agen utama dalam
proses tumbuh kembang anak pun terkadang tidak dapat melihat bakat yang
dimiliki anaknya, karena kurangnya perhatian maupun pengawasan mereka.
Sehingga anak yang memiliki bakat tertentu tidak dapat menyalurkan
maupun mengembangkan bakat yang dimilikinya. Terkadang mereka yang
sudah menyalurkan bakat lewat sekolah mengalami kendala karena orang tua
yang tidak mendukung kegiataan tersebut, sehingga anak menjadi kurang
percaya diri dan mengalami hambatan dalam proses mencapai prestasi
tersebut.
Orang-orang memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-
beda. Riset menunjukkan hanya 5% yang terpakai dari kemampuan yang ada,
dan hanya 5% dari kapasitas otak itu yang digunakan, namun disayangkan
betapa langkanya anak berbakat ditemukan (Madona dkk, 2018).
Kemungkinan yang terjadi jika anak yang berkemampuan unggul tidak dapat
merealisasikan dirinya sesuai bakat yang ada padanya maka berbagai
kemungkinan kelebihan kemampuan yang ada padanya tak pernah terwujud
menjadi kenyataan. Akhirnya yang rugi lingkungannya sendiri, karena tidak
dapat memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Kegiatan non akademik ekstrakurikuler ditujukan agar anak didik dapat
mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang
di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak
sekolah maupun anak didik itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam
pelajaran sekolah. Mengenal keberbakatan anak bermanfaat bagi orangtua
agar mereka dapat memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak.
Melalui pengenalan ciri-ciri anak berbakat, orangtua dapat pula menyediakan

4
lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bidang keberbakatan anak. Orang
tua dapat membantu anak memahami dirinya agar tidak melihat
keberbakatannya sebagai sebuah beban melainkan sebuah anugerah yang
harus dihargai dan dikembangkan.
DeVito (1997) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang
yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik langsung.
Komunikasi interpersonal orangtua dan anak adalah proses pengiriman dan
penerimaan pesan antara orangtua dan anak dengan efek yang diketahui
segera, dari observasi diketahui adanya fenomena di SD Kreatif Annur
Surabaya bahwa dalam pelaksanaan kegiatan non akademik seringkali
keterlibatan Orang tua kurang perhatian dalam kegiatan non akademik anak
didik terutama pada saat kegiatan latihan apalagi saat kegiatan turnamen
kegiatan ekstrakulikuler.
Penelitian akan dilakukan yaitu Komunikasi interpersonal Orang tua
dan anak dalam meningkatkan prestasi non akademik di SD Kreatif Annur
Surabaya yang diharapkan anak didik dapat mengembangkan potensi bakat
yang ada pada dirinya tanpa mengganggu prestasi akademiknya, sehingga
dapat dicapai visi dan misi sesuai harapan.
Penelitian ini fokus pada obyek penelitian yaitu komunikasi orang tua
anak didik di kelas 3 yang mengikuti kegiatan non akademik di SD Kreatif
An nur Surabaya dengan pertimbangan bahwa pretasi puncak kegitan non
akademik di raih oleh anak didik di kelas 5 namun persiapan yang dilakukan
membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk bisa berprestasi.

1.2 Perumusan masalah

5
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini :
Bagaimana komunikasi interpersonal orangtua dan anak untuk
meningkatkan prestasi di bidang non akademik di SD Kretaif An nur
Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan komunikasi
interperpersonal Orangtua dan anak sehingga dapat meningkatkan prestasi
bidang non akademik di SD Kretaif An Nur Surabaya.

1.4 Manfaat penelitian


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritik
Manfaat teoritik dari hasil penelitian ini adalah pengembangan ilmu
komunikasi utamanya tentang komunikasi interpersonal yang
diterapkan dalam hubungan komunikasi orang tua dan anak. Dalam
konteks ini model yang diterapkan adalah model lima tahap dari
DeVito, yaitu penerapan komunikasi interpersonal orangtua dan
anak dalam mendukung aktivitas non akademik di sekolah.

b. Manfaat praktis
Pendekatan komunikasi interpersonal orangtua dan anak akan
meningkatkan prestasi non akademik anak didik sehingga dapat
dijadikan model komunikasi yang standar antara orang tua dan anak
didik untuk meningkatkan prestasi non akademik di SD wilayah
Surabaya.

6
1.5 Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian digunakan untuk mempermudah pembahasan
pada masalah penelitian dan penyusunan secara sistematis, adapun penelitian
ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahluan peliti akan memaparkan tentang
rangkaian latar belakang dilakukannya penelitian
“Komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam
meningkatkan prestasi di bidang non akademik pada SD
Kreatif Annur Surabaya” beserta rumusan masalah, tujuan
penelitian dan sistematika penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab kajian pustaka berisikan tentang acuan penulis untuk
melakukan penelitian. Penelitian terdahulu membahas
mengenai masalah yang tidak jauh berbeda dengan masalah
yang diteliti oleh peneliti pada penelitian “Komunikasi
interpersonal orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi
di bidang non akademik pada SD Kreatif An nur”. Penulis
juga menerapkan perbedaan dan persamaan penelitian yang di
lakukan oleh penelitian terdahulu. Selain itu, peneliti akan
memaparkan tentang konseptual teori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini peneliti membahas dan menjelaskan tentang metode
penelitian, yaitu urutan sistematis pelaksanaan penelitian.
Selanjutnya pada bab ini juga berisikan tipe penelitian, peran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data dan teknis

7
pengumpulan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data dan keabsahan data.
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi hasil analisis data dari penelitian yang telah
dilakukan terhadap komunikasi interperseonal orangtua dan
anak dalam meningkatkan prestasi di bidang non akademik
pada SD Kreatif An nur Surabaya.
BAB V PENUTUP
Pada bagian penutup berisikan kesimpulan dan saran dari hasil
penelitain yang dilakuan oleh peneliti. Pada kesimpulan,
peneliti menjelaskan apakah masalah yang diteliti sudah
terjawab secara tepat dan akurat. Berdasarkan dari kesimpulan
yang dibuat, peneliti memberikan saran yang kongkrit,
operasional, rinci, dan mudah untuk ditindak lanjuti.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Tabel 2.1. Maping Jurnal Penelitian terdahulu


METODE
PENELITI TEORI
JUDUL MASALAH YANG PENELITIAN
NO DAN YANG
PENELITIAN DITELITI YANG
TAHUN DIGUNAKAN
DIGUNAKAN
Sinta Pola Komunikasi dengan Model metode H
Listiani Komunikasi anak autism sangat Hubungan deskriptif h
(2017) Interpersonal dibutuhkan Lima Tahap kualitatif D
Orang Tua kemampuan khusus dari Joseph dengan t
Dengan Anak terutama dari orang DeVito menggunakan k
1
Pengidap tua dalam upaya Key Informan s
Autisme menyampaikan h
pesan dan tujuan d
dalam komunikasi i
tersebut. d
Rio Komunikasi Bagaimanakah Tiga Penelitian ini P
Ramadhani interpersonal komunikai pendekatan adalah analisis o
(2013) orang tua dan interpersonal orang umum yang data kualitatif m
anak dalam tua dalam dikemukaka dengan model b
2 membentuk membentuk perilaku n De Vito interktif dari m
perilaku positif positif anak pada dalam Mathew B.
anak pada murid murid SDIT komunikasi Miles dan
sdit cordova Cordova Samarinda. antar Michael
samarinda pribadi, Huberman.
METODE
PENELITI TEORI
JUDUL MASALAH YANG PENELITIAN
NO DAN YANG
PENELITIAN DITELITI YANG
TAHUN DIGUNAKAN
DIGUNAKAN
Anita Dwi Partisipasi mengetahui bentuk Teori Metode B
Lestari orang tua partisipasi orangtua interpersona penelitian d
(2017) dalam dalam meningkatkan l dari Joseph dengan n
meningkatkan prestasi non DeVito kualitatif N
prestasi non akademik anak di (1997) d
akademik SMP Negeri 2 p
3
anak di smp Pracimantoro serta d
negeri 2 faktor pendukung p
pracimantoro dan penghambat s
partisipasi orangtua m
dalam meningkatkan
prestasi.

9
10
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian pendekatan pola
interpersonal orangtua terhadap anak terhadap aktivitas non akademik, seperti
pada tabel 2.1. penelitian terdahulu di atas. Penelitian pertama, yang ditulis
oleh Sinta Listiani (2017) dengan judul Pola Komunikasi Interpersonal Orang
Tua Dengan Anak Pengidap Autisme, permasalahan yang disampaikan adalah
komunikasi dengan anak autism sangat dibutuhkan kemampuan khusus
terutama dari orang tua dalam upaya menyampaikan pesan dan tujuan dalam
komunikasi tersebut.
Penelitian yang di lakukan peneliti membahas komunikasi interpersonal
orang tua dan anak dalam mendukung aktifitas di bidang non akademik di SD
Annur Surabaya dengan model komunikasi interpersonal lima tahap Joseph
DeVito yakni dari mulai tahap interaksi awal, tahap keterlibatan, tahap
keakraban, sampai pada tahap pemutusan hubungan. Pada penelitian ini
walupun sama menggunakan lima tahap dari DeVito namun peneliti di sini
mendiskripsikan obyek penelitian yaitu komunikasi interpersonal antara
Orangtua dengan anak didik.
Penelitian kedua yang ditulis oleh Rio Ramadhani (2013) dengan
judul Komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam membentuk
perilaku positif anak pada murid SDIT cordova samarinda, memiliki
perbedaan dan kesaman dengan penelitian penulis yaitu:
Kesamaan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dan
penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif
deskriptif untuk analisis data. Obyek yang diteliti juga mengenai komunikasi
interpersonal orang tua dan anak didik.
Perbedaan yang dilakukan peneliti dengan penelitan terdahulu ini
adalah peneliti membahas tentang komunikasi Orang tua dan anak didik

11
untuk meningkatkan prestasi aktivitas non akademik anak sedangkan
penelitian terdahulu membahas tentang pengaruh lingkungan terhadap proses
sosial anak.
Penelitian ketiga yang di tulis oleh Anita Dwi Lestari (2017) dengan
judul Partisipasi orang tua dalam meningkatkan prestasi non akademik anak
di SMP Negeri 2 Pracimantoro memiliki persamaan dengan penelitian
penulis yaitu menggunakan komunikasi interpersonal namun memiliki
perbedaan di obyek, subyeknya dan peneliti dalam penelitian ini obyek
penelitian adalah komunikasi interpersonal Orang tua dan anak menggunakan
Hubungan 5 tahap komunikasi interpersonal dari DeVito.

2.2 Landasan Teori


2.2. 1 Komunikasi Interpersonal
Tidak mudah untuk memberikan definisi yang dapat diterima semua
pihak mengenai definisi atau pengertian dari Komunikasi Interpersonal.
Sebagaimana layaknya konsep – konsep dalam ilmu lainnya, komunikasi
Interpersonal juga mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi para
ahli-ahli komunikasi yang memberikan batasan penelitian.
Little john (2009) memberikan definisi komunikasi interpersonal
(interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu- individu.
komunikasi Interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa
orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Joseph A. DeVito (1997) Komunikasi interpersonal adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa umpan balik seketika.

12
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang diadakan dan
berlangsung dalam situasi yang dialogis, komunikasi diadik adalah
komunikasi yang melibatkan dua orang atau berinteraksi secara sadar,
langsung dan tatap muka. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi yang
dialogis adalah situasi yang berbagi dalam banyak hal, dapat berupa berbagai
informasi, kegembiraan, kesedihan dan dalam komunikasi Interpersonal tidak
melihat adanya perberdaan status sosial atau ekonomi dari masing-masing
perilaku komunikasi. Dalam situasi seperti ini terasa adanya kemurnian
dialog yang dapat mengungkapkan berbagai pendapat, perasaan dan
kepercayaan dari individu-individu yang terlibat.

2.2.2 Komunikasi Interpersonal Yang Efektif


Joseph A.Devito menjelaskan beberapa ciri komunikasi interpersonal
yang efektif, yaitu:
a. Keterbukaan (openness)
Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di
dalam menghadapi hubungan interpersonal. Kualitas keterbukaan
mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada
komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik,
tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aspek
kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak
tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila

13
ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan,
komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut
kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia
bertanggung jawab atasnya.
b. Empati (empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain
itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya
adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu
memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang
sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun
non-verbal.
c. Dukungan (supportiveness)
Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan
bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik.
d. Rasa Positif (positiveness)
Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong
orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi
kondusif untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (equality)
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak

14
menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan
positif tak bersyarat kepada individu lain. Komunikasi interpersonal
sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orangorang yang
terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi
ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga
merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki
suatu pribadi.

2.2.3 Model Hubungan Lima Tahap


Merujuk pada pendapat Joseph A deVito dalam bukunya Komunikasi
Interpersonal mengenai hubungan interpersonal dapat dijelaskan dengan
mengidentifikasi dua karakteristik penting. Pertama, hubungan interpersonal
berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai
ke pemutusan (dissolution). Kedua, hubungan interpersonal berbeda-beda
dalam hal keluasan (breadth) dan kedalamannya (depth).
Kebanyakan hubungan berkembang melalui tahap-tahap kita
menumbuhkan keakraban secara bertahap, melalui serangkaian atau tahap
dan hal yang sama barangkali berlaku pula untuk kebanyakan hubungan
lainnya. Tahap-tahap itu dapat digambarkan sebagai berikut:

15
Gambar 2.1 Model hubungan lima tahap
Sumber : DeVito, 1997 : 233

Model di atas menggunakan tahap-tahap penting dalam


pengembangan hubungan. Kelima tahap ini adalah kontak, keterlibatan,
keakraban, perusakan, dan pemutusan. Tahap-tahap ini menggambarkan
hubungan seperti apa adanya, tahap-tahap ini tidak mengevaluasi atau
menguraikan bagaimana seharusnya hubungan itu berlangsung.
Tahap pertama kita membuat kontak, dalam kontak terlibat beberapa
macam persepsi alat indera seperti melihat, mendengar dan membaui
seseorang. Menurut beberapa periset, selama tahap inilah dalam empat menit
pertama interaksi awal, pada tahap ini penampilan fisik begitu penting,
karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara mudah. Namun
demikian, kualitas-kualitas lain seperti sikap sahabat, kehangatan,
keterbukaan dan dinamisme juga terungkap dalam tahap ini.
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita
mengikatkan diri untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan

16
diri kita. Tahap selanjutnya adalah tahap keakraban, yaitu mengikatkan diri
lebih jauh kepada orang lain untuk membina hubungan primer. Tahap yang
ke empat adalah tahap perusakan yang merupakan penurunan hubungan, jika
tahap perusakan ini berlanjut maka akan masuk ketahap berikutnya yaitu
tahap pemutusan yang berarti pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua
pihak
Tahap-tahap pengembangan itu menjadi awal suatu proses
komunikasi. Komunikasi mempunyai dua tahap proses untuk mencapai
tujuannya, yaitu proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi
sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (symbol) sebagai media, lambang sebagai media primer dalam
komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang
secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan
komunikator ke komunikan, Sedangkan proses komunikasi secara sekunder
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama

2.2.4 Orang Tua


2.2.4.1 Definisi Orang Tua
Dalam kamus besar bahasa indonesia, orang tua adalah ayah dan ibu
kandung. Sedangkan menurut Gunarsa, orang tua dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:
a. Orang Tua Kandung, Orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang
mempunyai hubungan darah secara biologis (yang melahirkan).

17
b. Orang Tua Angkat, Pria dan wanita ang bukan kandung tapi dianggap
sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat
yang berlaku.
c. Orang Tua Asuh, Orang tua yang membiayai hidup seseorang yang
bukan anak kandungnya atas dasar kemanusiaan.
Dari pengertian diatas maka orang tua adalah pria dan wanita yang
mempunyai hubungan ikatan baik itu secara biologis maupun sosial dan
mampu mendidik, merawat, membiayai serta membimbing hidup orang lain
yang dianggap anak secara berkesinambungan.

2.2.4.2 Peran Orang Tua


Menurut Gunarsa dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua
individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu,
secara umum peran kedua individu tersebut adalah :
a. Peran ibu adalah
1) memenuhi kebutuhan biologis dan fisik
2) merawat dan mendidik dengan sabar, mesra dan konsisten
3) mendidik, mengatur dan mengendalikan anak
4) menjadi contoh dan teladan bagi anak
b. Peran ayah adalah
1) ayah sebagai pencari nafkah
2) ayah sebagai suami penuh pengertian dan memberi rasa aman
3) ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak
4) ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi
keluarga.

2.2.5 Anak Didik

18
Pengertian anak didik atau anak didik menurut ketentuan umum
undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Dengan demikian anak didik adalah orang yang
mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan
harapan masa depan.
Oemar Hamalik mendefinisikan anak didik sebagai suatu komponen
masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi anak didik adalah sosok manusia
sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang
seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang
pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai
sifat-sifat dan keinginan sendiri".
Sedangkan hasbullah berpendapat bahwa anak didik sebagai anak
didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses
pendidikan. Tanpa adanya anak didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses
pengajaran. Sebabnya ialah karena anak didiklah yang membutuhkan
pengajaran dan bukan Pendidik, Pendidik hanya berusaha memenuhi
kebutuhan yang ada pada anak didik.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, bisa dikatakan bahwa anak
didik adalah orang/individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang
dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang
diberikan oleh pendidiknya.

19
2.2.6 Kegiatan Non Akademik
Kegiatan non akademik merupakan kegiatan yang dilakukan di luar
kurikulum seperti kegiatan pramuka, karya ilmiah remaja, palang merah
remaja, olah raga futsal dan lain-lain. Pembelajaran tersebut diadakan semata
mata untuk mewujudkan anak didik yang mampu mengembangkan potensi
dirinya baik potensi keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang mendefinisikan pendidikan sebagai suatu usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Untuk itu sekolah perlu memberikan kebebasan pada anak didik
dan siswi untuk mendapatkan prestasi baik di bidang mata pelajaran
(akademik) maupun bidang di luar mata pelajaran (non akademik). Seperti
dengan menyalurkan berbagai bakat melalui berbagai kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Secara umum, pihak sekolah atau Pendidik selama ini lebih
menekankan pada prestasi akademik dibandingkan dengan prestasi non
akademik, mereka berpandangan bahwa masyarakat lebih mengukur tingkat
keberhasilan anak didik dari segi akademik, seperti menilai hasil Ujian
Nasional tertinggi di masing-masing daerah, yang mana masyarakat
menganggap bahwa sekolah tersebut telah mencapai keberhasilan dalam
mendidik dan terpandang sebagai sekolah favorit atau yang biasa disebut
“unggulan” .

20
Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa keberhasilan akademik tidak
menjadi jaminan bahwa anak didik tersebut besok mampu untuk mencapai
keberhasilan. Justru ada beberapa sekolah berupaya mengembangkan
kegiatan non akademik dengan target dapat mengumpulkan banyak medali
dan piala dari berbagai perlombaan baik di tingkat kota, provinsi, nasional,
atau bahkan internasional dengan memanfaatkan segenap kemampuan
sumber daya anak didik yang berpotensi. Bukti memang banyak anak didik
yang sewaktu di sekolah hanya senang mengikuti eskul seperti solo song,
band, futsal dan sepak bola. Tidak sedikit dari mereka sesudah lulus dan
keluar dari lingkungan sekolah, ternyata mereka bisa sukses dengan kegiatan
yang diminatinya dulu; seperti manjadi penyanyi terkenal, pemain musik,
pemain sepak bola nasional dan lain sebagainya.
Dengan demikian, pihak sekolah atau Pendidik harus memberikan
pemahaman dan dorongan kepada anak didik agar mereka memiliki
kemampuan manajemen diri dan waktu sebaik mungkin , agar jangan sampai
kegiatan non akademik justru mengesampingkan prestasi akademik. Sebagai
anak didik yang kreatif, memiliki aneka kecerdasan, maka harus mampu
menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan non akademik secara baik
dan luwes. Pada sisi lain komunikasi orang tua dan anak dalam hal ini anak
didik sangat penting untuk mendukung keberhasilan kegiatan non
akademiknya tanpa mengganggu prestasi akademik anak didik.

2.3. Kerangka Dasar Pemikiran


SD kreatif An Nur Surabaya menerapkan keseimbangan pendidikan
akademik, non akademik dan akhlak, seperti yang dituangkan dalam visinya
yaitu menyelenggarakan proses pendidikan yang berkarakter Islami, dalam
mengembangkan potensi murid An-Nur School agar menjadi generasi

21
Robbani yang berakhlak karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
bertanggung jawab. Peningkatan pendidikan non akademik berbagai kegiatan
ekstrakulikuker telah diselenggarakan dan dihasilkan prestasi yang
membanggakan seperti yang dijelaskan pada bab pendahuluan.
SD Kreatif Annur dalam rangka peningkatan prestasi pendidikan non
akademik memerlukan tidak sekedar peran serta orang tua namun lebih dari
itu perlu suatu komunikasi interpersonal agar dicapai peningkatan yang
signifikan tanpa berdampak menurunnya prestasi akademik anak didik.
Penulis menjelaskan penelitian ini seperti yang digambarkan pada
kerangka berpikir penelitian gambar 2.1, berdasarkan observasi dan latar
belakang masalah selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
bagaimana komunikasi interpersonal Orang tua dan anak dalam
meningkatkan prestasi nonakademik di SD Kreatif Annur Surabaya.

22
Gambar 2.2. Kerangka Proses Berpikir Penelitian

Komunikasi Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi bidang


non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya sebagai objek utama dalam
penelitian ini, sedangkan Orang Tua dan anak merupakan subyek penelitian
ini, selanjutnya bedasar konsep yang dikemukakan oleh De Vito akan
dideskripsikan model hubungan 5 tahap dimulai dari tahap kontak awal,
keterlibatan, keakraban, perusakan, dan pemutusan.
Konsep hubungan lima tahap DeVito dapat dicirikan dengan
mengidentifikasi dua karakteristik penting pada masing masing tahap,
pengelompokan model lima tahap tersebut sebagai tahapan komunikasi
interpersonal Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi bidang non
akademik di SD Kreatif Annur Surabaya, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap interaksi awal antara Orang tua dan anak dalam meningkatkan
prestasi bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
a) Kontak awal Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi bidang
non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
b) Persepsi Alat Indera Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi
bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
2. Tahap Keterlibatan Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi
bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
a) Pengenalan Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi bidang
non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
b) Pengungkapan Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi
bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya

23
3. Tahap Keakraban Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi
bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
a) Membina Hubungan Primer Orang tua dan anak dalam meningkatkan
prestasi bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
b) Komitmen Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi bidang
non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
4. Tahap Perusakan atau Perenggangan hubungan Orang tua dan anak dalam
meningkatkan prestasi bidang non akademik di SD Kreatif Annur
Surabaya
a) Penurunan Hubungan Orang tua dan anak dalam meningkatkan
prestasi bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
b) Tahap Penjauhan Orang Tua kepada anak dalam meningkatkan
prestasi bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
5. Tahap Pemutusan (Solution / dissolution) hubungan Orang tua dan anak
dalam meningkatkan prestasi bidang non akademik di SD Kreatif Annur
Surabaya
a) Tahap Pemisahan Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi
bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya
b) Tahap Permusuhan Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi
bidang non akademik di SD Kreatif Annur Surabaya.

24
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian


Penelitian yang berjudul "Komunikasi interpersonal orang tua dan
anak dalam meningkatkan prestasi di bidang non akademik pada siswa SD
Kreatif Annur Surabaya”, adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan
metode atau pendekatan studi kasus (case study).
Metode penelitian studi kasus ini meneliti suatu kasus atau fenomena
hubungan orang tua dan anak yang dilakukan secara mendalam untuk
mempelajari latar belakang, keadaan, dan interaksi yang terjadi dalam
kerangka meningkatkan prestasi di bidang non akademik pada SD Kreatif
Annur Surabaya.
Penelitian ini khusus meneliti suatu hal atau sistem tertentu yaitu
komunikasi interpersonal orang tua dan anak, yang dilakukan bukan untuk
menarik kesimpulan terhadap fenomena dari suatu populasi atau kumpulan
tertentu melainkan khusus untuk mendeskripsikan kejadian atau fenomena
yang diteliti saja. Penelitian dengan pendekatan studi kasus ini mengacu pada

25
criteria yang disampaikan Creswell (2013) antara lain : menempatkan obyek
penelitian sebagai kasus, Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat
kontemporer, dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya, menggunakan
berbagai sumber data, menggunakan suatu konsep atau teori sebagai acuan
penelitian.
Penelitian ini mencakup satu kesatuan sistem, penelitian studi kasus
ini tidak harus meneliti satu orang atau individu saja, namun dengan
beberapa orang atau objek yang memiliki satu kesatuan fokus fenomena yang
akan diteliti, obyek penelitian yang dimaksud adalah komunikasi Orang tua
dan anak untuk meningkatkan prestasi non akademik. Data yang mendalam
tentang komunikasi interpersonal orang tua dan anak untuk meningkatkan
prestasi non akademik pada SD Kreatif Annur Surabaya didapatkan
menggunakan teknik wawancara, observasi, sekaligus dokumentasi yang
kemudian akan dianalisis dan dibahas yang menghasilkan suatu proposisi.

3.2 Peran Peneliti


Sugiono (2012) menegaskan bahwa dalam penelitian kualitatif yang
menjadi instrument atas alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh
karena itu peneliti sebagai instrument juga harus divalidasi seberapa jauh
peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun
kelapangan. Validasi terhadap peneliti meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademis
maupun logistiknya.
Peran peneliti untuk menganalisis komunikasi interpersonal antara
orangtua dengan anak adalah sebagai alat yang berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih unit peneliti sebagai data, mengumpulkan data, menilai

26
kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan sendiri atas
temuannya.

3.3 Lokasi Penelitian


Tempat penelitian sangat menentukan diperolehnya informasi untuk
menyampaikan kebenaran dari suatu penelitian. Tempat penelitian yang akan
peneliti gunakan peniliti adalah di SD Annur Surabaya Jl. Semolowaru 66-68
Surabaya.

3.4 Sumber Data dan Teknis Pengumpulan Data


3.4.1 Wawancara
Wawancara menurut Esterberg & Cristian G (2002) merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan cara penulis melakukan wawancara
pada 3 Orang Tua, 3 orang nak didik kelas 3A dan seorang Koodinator
ekstrakulikuler pada SD Kreatif Annur Surabaya dengan nama narasumber
atau informan seperti ditunjukkan pada tabel 3.1. Penulis menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya seperti ditunjukkan daftar pedoman wawancara pada
lampiran 3.
Tabel 3.1
Nama Informan Wawancara
No. Nama Informan Deskripsi Informan
1. Ibu Ida Yuliana Orang Tua
2. Ibu Eka Norlialisa Orang Tua

3. Ibu Puteri Widiyati Orang Tua

27
4. Aisyah Tsana Nafiah Anak didik

5. Amirah Nurania Widayati Anak didik


6. Tiara Fiska Putri Amalia Anak didik
Koordinator
7 Choirul Anam, S.Or
Kegiatan non akademik

3.3.2 Observasi
Nasution (1996) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasakan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshall
menyatakan bahwa "Melalui observasi, penulis belajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut”.
Sanafiah Faisal dalam mengklasifikasikan observasi menjadi
observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara
terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan
observasi yang tidak berstruktur (unstructured observation).
Penulis menggunakan teknik observasi berpartisipasi, metode ini
memungkinkan penulis terjun langsung atau menjadi bagian yang diteliti
bahkan hidup bersama-sama ditengah individu atau kelompok yang
diobservasi dalam jangka waktu yang cukup lama, dikarenakan observasi
berpartisipasi, maka penulis mempunyai kesempatan untuk bergabung dalam
kelompok dan berpartisipasi dalam kegiatan komunikasi Orang Tua yang
memiliki anak di SD Annur Surabaya.

3.3.3 Dokumentasi

28
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan-catatan, transkip, buku surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya.
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara merujuk pada
buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Penulis juga melakukan pendokumentasian mengenai pelaksanaan kegiatan
kegiatan non akademik dalam bentuk foto yang ada di website SD Kreatif
Annur Surabaya maupun dokumentasi dari sumber website dinas pendidikan
kota Surabaya.

3.5 Teknis Analisis Data


Bogdan & Taylor (2012) menjelaskan bahwa analisis data proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Namun,
secara lebih rinci langkah-langkah analisis yang akan dilakukan oleh penulis
adalah sebagai berikut :
a. Inventarisasi data, yaitu dengan cara mengumpulkan data dan informasi
sebanyak-banyaknya.
b. Kategorisasi data, dalam tahap ini data-data disusun berdasarkan rumusan
masalah dan tujuan yang disusun sebelumnya.
c. Penafsiran data, pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dan
dikategorisasikan kemudian diinterpretasikan.
d. Penarikan kesimpulan, berdasarkan analisa dan penafsiran yang dibuat,
ditarik kesimpulan yang berguna, serta implikasi- implikasi dan saran-
saran untuk kebijakan selanjutnya.

29
Penelitian ini bersifat deskriptif, maka penulis akan menjabarkan hasil
penelitian dalam bentuk kata-kata dan gambaran, bukan angka-angka.
Penelitian ini yang dalam bentuk metode penelitian kualitatif, temuan data
atau dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti.

3.6 Keabsahan Data


Penulis mengetahui keabsahan data dengan triangulasi, yaitu sebuah
metode pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.
Penulis mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode
yang berbeda. Data yang diperoleh melalui wawancara, selanjutnya
dilakukan pengecekan dengan observasi dan dokumentasi. Selanjutnya
apabila dengan teknik pengujian keabsahan data tersebut menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka penulis melakukan diskusi lebih lanjut dengan
sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar atau semuanya benar, karena sudut pandang yang
berbeda.
Peneliti menggunakan triangulasi metode pengumpulan data karena
penulis merasa metode atau teknik tersebut tepat untuk mengetahui
keabsahan data yang diperoleh penulis, pada penelitian ini penulis
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi untuk
memperoleh datanya.

30
BAB IV
DISKRIPSI OBYEK, PENYAJIAN DATA
DAN PEMBAHASAN

4.1 Diskripsi Obyek


SD Kreatif An Nur yang merupakan salah satu SD Swasta di
Surabaya didirikan dengan tujuan yang mulia yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, sesuai dengan Visi dan Misi pendidikannya yaitu
menerapkan keseimbangan penyelengaraan pendidikan antara akademik dan
non akademik, dengan profle sebagai berikut :
NSS : 104056013058
Nama Sekolah : SD KREATIF AN NUR
Tanggal Pendirian : 17 Juli 2007
Status Sekolah : Swasta
Akreditasi : A
Sertifikasi : -
Kepala Sekolah : Dr. Hj .Purmiasih,MM
Yayasan : DWI DARMA
Alamat : Jl. Semolowaru Selatan III/ 7
Pimpinan : Indra Ranu Kusuma, ST,M.Sc

31
Alamat : JL RAYA SEMOLOWARU 96 - 98
Kecamatan : Kec. Sukolilo
Desa/kel : Semolowaru
Surabaya 60119
Telp 031-5996578 , Fax 031-5996578
Email : kreatif_annur@gmail.com
Website : sdkreatifannursurabaya.blogspot.com
Visi : Menyelenggarakan proses pendidikan yang
berkarakter Islami, dalam
mengembangkan potensi murid An-Nur School
agar menjadi generasi
Robbani yang berakhlak karimah, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
bertanggung jawab.
Misi : Memenuhi standart mutu pendidikan nasional
serta membina dan mengembangkan potensi
intelektual, emosional, spiritual, dan fisik anak
didik secara seimbang melalui pendidikan yang
kreatif dan konstektual.

Kurikulum SD Kreatif An Nur Surabaya


KURIKULUM NASIONAL
SD Kreatif An Nur menggunakan kurikulum 2013 yaitu kurikulum
berisi deskripsi Kopetensi Dasar, Kompetensi Inti dan Struktur Kurikulum.
Dokumen ini juga memuat berbagai tema yang diintegrasikan dari
Kompetensi Dasar berbagai mata pelajaran.

32
Kompetensi Dasar dikembangkan dari Kompetensi Inti, sedangkan
pengembangan Kompetensi Inti mengacu pada Struktur Kurikulum.
Kompetensi Inti merupakan kompetensi kompettensi yang mengikat berbagai
Kopetensi Dasar ke dalam aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
harus dipelajari peserta didik untuk sesuatu jenjang sekolah, kelas, dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus dimiliki peserta diidik untuk setiap kelas
melalui pembelajaran Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam
pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan pembelajaran siswa
aktifKopetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas.

KURIKULUM DINIYAH
SD Kreatif An Nur merupakan lembaga pendidikan formal yang
berbasis keagamaan. Sebagai Lembaga pendidikan Islam, SD Kreatif An Nur
memiliki tujuan utama yaitu berikhtiar semaksimal mngkin untuk dapat
mewujudkan generasi Islam yang berakhlak karimah, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki keteguhan dalam
menjalankan syariat islam yang berhaluan ahlussunnah wal jama'ah.
Pembelajaran Al Qur'an menggunakan metode Tilawati yang
dibimbing oleh Ustdz/Ustadzh berijazah Tilawati. Dalam mengembangkan
pembelajaran Al Qur'an, SD Kreatif An Nur juga bekerjasama dengan
Pesantren Al Quran Nurul Falah. Sehingga diharapkan peserta didik SD
Kreatif An Nur di kelas 6 sudah khatam Al Qur'an, hafal juz 30, dapat
mempraktikkan ibadah dan hafal bacaan bacaannya, memahami aqidah
islamiyah dasar, Memahami adab-adab harian dan dapat menulis huruf Al
Qur'an.
Program Tahfidz SD Kreatif An Nur bertujuan :

33
1. Menumbuhkan kesadaran peserta didik agar membiasakan membaca dan
menghafal Al Qur'an.
2. Menumbuhkan sikap penting terhadap kelancaran membaca dan
menghafal Al Qur'an.
3. Menanamkan kepada peserta didik untuk berakhlakul karimah
4. Melaksanakan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalan UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
5. Meningkatkan mutu pendidikan di SD Kreatif An Nur
6. Lulusan SD Kreatif An Nur dapat melanjutkan ke pondok pesantren
favorit terutama dalam hal menghafal Al Qur'an dan memahami Al Qur'an.

Gamba 4.1 Web Site SD Kreatif An Nur Surabaya

34
Gambar 4.2 Site Map SD Kreatif An Nur Surabaya

Gambar 4.3 Gedung Sekolah SD Kreatif An Nur Surabaya

Kegiatan Non akademik yang diselengarakan di SD Kreatif Annur seperti


terlihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Jenis kegiatan Non akademik (ekstrakulikuler)
SD Kreatif Annur Surabaya

35
No Kegiatan Non akademik
1 Cinematography
2 Dai Cilik
3 Eq Math
4 Futsal
5 Karate
6 Karawitan
7 Panahan
8 Pramuka
9 Qiroah
10 Renang
11 Samroh
12 Seni Tari
Untuk menunjang terselenggaranya pendidikan yang baik maka SD
Kreatif Annur melengkapi sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan
standard yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan Nasional, sarana dan
prasarana tersebut seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana SD Kreatif Annur Surabaya
NO JENIS NAMA JUMLAH
1 Sarana Meja Guru 25 unit
2 Sarana Kursi Guru 25 unit
3 Sarana Meja TU 4 unit
4 Sarana Kursi TU 4 unit
5 Sarana Papan Tulis 5 unit
6 Sarana Lemari / Filling Cabinet 30 unit
7 Sarana Komputer TU 2 unit
8 Sarana Printer TU 1 unit
9 Sarana Alat Peraga IPS 3 unit
10 Sarana Mesin Ketik 1 unit
11 Sarana Foto Copy 2 unit
12 Sarana Alat Praktik Pendidikan Jasmani 1 unit
13 Sarana Printer 2 unit

36
14 Sarana Buku Pegangan Guru PPKn 5 unit
Buku Pegangan Guru Pendidikan
15 Sarana Agama 6 unit
16 Sarana Rak Buku 22 unit
Buku Pegangan Guru Bahasa dan
17 Sarana Sastra Indonesia 5 unit
18 Sarana Komputer KBM 22 unit
19 Sarana Printer KBM 1 unit
20 Sarana LCD KBM 2 unit
21 Sarana Meja Siswa KBM 530 unit
22 Sarana Kursi Siswa KBM 530 unit
23 Sarana TV/Audio KBM 10 unit
24 Sarana Papan Tulis KBM 24 unit
25 Sarana Buku Bahasa Inggris 6 unit
NO JENIS NAMA JUMLAH
Buku Pegangan Guru Sejarah
26 Sarana Nasional dan Umum 3 unit
Buku Pegangan Guru Pendidikan
27 Sarana Jasmani 7 unit
Buku Pegangan Guru Muatan
28 Sarana Lokal 6 unit
29 Sarana Buku Pegangan Siswa Matematika 2 unit
30 Sarana Alat Peraga PPKn 5 unit
31 Sarana Alat Peraga Matematika 15 unit
32 Sarana Alat Peraga IPA 8 unit
33 Prasarana Ruang Teori/Kelas 25 unit
34 Prasarana Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki 3 unit
Kamar Mandi/WC Siswa
35 Prasarana Perempuan 3 unit
36 Prasarana Ruang TU 1 unit
37 Prasarana Ruang Serba Guna/Aula 1 unit
38 Prasarana Ruang Keterampilan 1 unit
39 Prasarana Laboratorium Komputer 1 unit
40 Prasarana Laboratorium IPA 1 unit
41 Prasarana Ruang UKS 1 unit
42 Prasarana Ruang Multimedia 1 unit

37
43 Prasarana Gudang 1 unit
44 Prasarana Ruang Olahraga 1 unit
45 Prasarana Ruang Serba Guna/Aula 1 unit
46 Prasarana Ruang Ibadah 1 unit
47 Prasarana WC Guru Laki-laki 1 unit
48 Prasarana WC Guru Perempuan 1 unit
49 Prasarana Laboratorium Bahasa 1 unit
50 Prasarana Ruang BP/BK 1 unit
51 Prasarana Ruang Diesel 1 unit
52 Prasarana Ruang Gambar 1 unit
53 Prasarana Ruang Guru 1 unit
54 Prasarana Ruang Kepala Sekolah 1 unit
55 Prasarana Ruang Perpustakaan 1 unit
Tabel 4.3 Struktural SD Kreatif Annur Surabaya

NO. NAMA TUGAS


1 DR. Hj. Purmiasih, MM Kepala Sekolah
2 Nuning Luci Rahmati,S.Psi Wali Kelas 2A
3 Rr. Aulia Putri Widyastuti, S.E Wali Kelas 2C
4 Musijati, S.Pd Pendamping Kelas 3B
5 Lailatul Maghfiroh, S.Pd.I Pendamping Kelas 3A
6 Suci Safitri, S.Kom Wali Kelas 3B
7 Nur Miatu Habbah, S.Pd Wali Kelas 1A
8 Frida Hastuti, S.S Wali Kelas 1C
9 Nur Hefny 'Aini, S.S Wali Kelas 3A
10 Tif Azizah, S.Pd Wali Kelas 2B
11 Sofiana Al Kamal, S.Sos Wali Kelas 1B
12 Ainil Hidayah, S.Pd.I Wali Kelas 4A
13 Isniati, S.Ag Wali Kelas 4C
14 Wiwik Istihanah, S.Pd Wali Kelas 5C
15 Jelly Parameswari, S.Sos.I Wali Kelas 4B
16 Widya Mayasari, S.S Wali Kelas 5D
17 Sri Pujiati, S.Pd Wali Kelas 6A
18 Jamalul Abidah, S.E Wali Kelas 5E

38
19 Alberth Surya Pradhana, S.Pd Wali Kelas 5B
20 Dwi Ema Hartiwi, S.Pd Wali Kelas 6C
Rizki Agustina Wahyuningtyas,
21 S.Si.M.T Wali Kelas 6D
22 Tumpuk Sayati, S.Pd Wali Kelas 6B
23 M. Abdul Mukhrodji, S.Pd.I Guru PAI
24 M. Firman Alie Yafie, S.Pd.I Guru PAI
25 Lailatul Afaliyah, S.Pd.I Guru PAI
26 Ummi Sakinah, S.Pd.I Guru PAI
27 Choirul Anam, S.Or Guru Olah Raga
28 Muhammad Abd. Jalil, S.Pd Guru Olah Raga
29 Riezqa Maya Uly, S.Pd Pendamping Kelas 1C
30 Erine Mardiastuti, S.I.P Guru Bahasa Inggris
31 Gisella Kartika Arsadea, S.Pd Guru Bahasa Inggris
NO. NAMA TUGAS
32 Nane Haida Oktaviane, S.S Pendamping Kelas 1B
33 Mira Diah Kartiningsih, S.H Pendamping Kelas 4C
34 Sri Sugiarti, S.S Pendamping Kelas 1A
35 Zakiyah, S.Kom Guru IT
36 Yesi Adi Pristi, S.Pd Guru IT
37 Giant Tamma Fika, A.Md Wali Kelas 5A
38 Zubaidah, S.Pd.I Guru Dinniyah
39 Wiwin Lizamatul Ilmi Guru Dinniyah
40 Farida Guru Dinniyah
41 Tanik, S.Pd.I Guru Dinniyah
42 Nurul Hidayati Al Aufa Guru Dinniyah
43 Mashlakhaturrusydah Guru Dinniyah
44 Agus Achmad Farid Guru Dinniyah

Tabel 4.4 Daftar Wali Murid kelas 3A SD Kreatif Annur Surabaya

NO NAMA NAMA ORANG TUA


1 Aiko Nathania Hariyanto Toni Eko Hariyanto, ST
2 Aisyah Tsana Nafiah Kunto Eko Susilo

39
3 Amirah Nurania Widayati Agung Prasetyo
4 Arifudin Raditya Irfansyah Suparmo
5 Arkan Azizan Yanuar Pribadi
6 Azzah Qonita Aqela Masruchin, ST
7 Bellita Disa Aprisca Agus Praliyanto
8 Cinta Meisya Putri Erik Mei Dwiyanto
9 Dzanil Hilma Ghifari Abud Siswoyo
10 Faiz Rahmadian Erdhi Koes Indhiarko
11 Gayuh Lintang Adelia Ade Herwindo
12 Khalisha Putri Nadhirah Denny Adi Wijaya
13 Kinanthi Adeliana Putri Anjar Pramana Putra
14 M. Akmal Haromi Putra A. Khairul Anam, ST
M. Dimas Ihsan Maulana
15 Afandi Yusuf Efendi
NO NAMA NAMA ORANG TUA
Muhammad Arsyad Ilham
16 Muttaqien Imam Muttaqien, ST.
17 Muhammad Raafi Mosy Ananda Perkasa
18 Muhammad Rosyad Ajrulhaq Mohammad Nirwan
19 Niken Maulidya Irianto Eko Irianto, SE.
20 Rayhanshah Wijoyo Nugroho R. Dhiro Nugroho, S.Kom.
21 Razqa Ramadhan Saputra Donny Okta Saputra
Salwa Maritzaretha Putri Nurrachman Budi
22 Setiawan Setiawan
23 Sofia Az Zahra Mochammad Soleh
24 Tiara Fiska Putri Amalia Faisal Gozali

4.2 Penyajian Data


Berdasarkan tabel 3.1 daftar nama narasumber atau informan
wawancara, yang menjadi informan kunci adalah Ibu Ida Yuliana, Eka
Norlialisa, Ibu Puteri Widiyati, dan informan biasa adalah anak didik yaitu

40
Aisyah Tsana Nafiah, Amirah Nurania Widayati, Tiara Fiska Putri Amalia,
dan Koordinator Kegiatan non akademik yaitu bapak Choirul Anam, S.Or.
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam
dengan informan, observasi selama pelaksanaan kegiatan non akademik
(ekstrakulikuler) dan dokumentasi berdasarkan catatan selama penelitian,
data data dan dokumentasi kegiatan non akademik yang ada di SD Kreatif
Annur Surabaya.

4.2.1 Hasil Wawancara


Berikut adalah hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti :
1. Hasil wawancara dengan Ibu Ida Yuliana Orang Tua dari Aisyah Tsana
Nafiah anak didik kelas 3A SD Kreatif annur Surabaya. Wawancara
mengacu pada teori komunikasi interaksi simbolik dari Herbert Bulmer
dan model hubungan 5 tahap dari Joseph DeVito sebagai berikut :
a. Tahap kontak awal.
Bahwa orang tua selalu memberikan kesempatan anak untuk
menyampaikan pendapatnya tentang kegiatan non akademik atau
esktrakulikuler :
“ Kami mendidik anak dengan pendekatan demokratis,
sehingga saat akan menentukan jenis kegiatan ekstrakulikuler
yang diminati di sekolah selalu kami tanyakan apa yang
menjadi keinginannya, tentu saja untuk menanyakan
keinginannya tersebut kami harus mendekati dengan
menceritakan gambaran terlebih dahulu tentang kegiatan yang
ada beserta kekurangan dan kelebihan dari kegiatan yang ada
di sekolah, anak Kami memilih mengambil kegiatan
ekstrakulikuler olah raga KARATE”

Orang tua mengerti kesulitan yang dihadapi oleh anak dalam


mengikuti kegiatan ekstrakulikuler :

41
“Anak kami saat ini berumur 9 tahun sehingga kalau kegiatan
ekstrakulikuler karate latihan di luar sekolah sehingga harus
minta diantar orangtua, dan selama mengikuti kegiatan
tersebut harus berinteraksi dengan peserta latihan yang lain
yang bukan dari sekolah anak kami, sehingga dalam
perjalanan pulang latihan seringkali anak kami bercerita
tentang masalah berkomunikasi dengan teman barunya
sehingga kami harus member pengertian dan dukungan agar
bersabar, tapi tentang kegiatannya sendiri tidak ada
permasalahan”

b. Tahap keterlibatan
Orang tua selalu memahami apa yang ingin di capai oleh anak dengan
kegiatan ekstrakulikuler yang diminati :
“Dalam hal keputusan mengambil jenis kegiatan
ektrakulikuler susuai dengan dengan minat dari anak kami,
termasuk pada saat mengambil jenis kegiatan olah raga karate
kami senantiasa mendukung dan sampai saat ini anak kami
konsisten mengikuti latihan dan ujian kenaikan tingkat di olah
raga karate”

Orang tua mengakui kepada anaknya ketidak mampuannya dalam


membantu anak untuk menyelesaikan kesulitan menyelesaikan
permasalahan di kegiatan esktrakulikuler :
“ Karena kami memiliki latar belakang dengan hobi olah raga
yang berbeda dengan yang diminati anak Kami yaitu karate,
sehingga seringkali saat anak kami bercerita tentang
demontrasi jurus-jurus karate sehingga kami tidak bisa
member komentar banyak selain memuji dan mendukung
olahraga yang diminatinya”

c. Tahap keakraban
Orang tua mengutarakan kekecewaannya kepada anak jika
anak mendapatkan prestasi esktrakulikuler kurang baik :

42
“Kami tidak pernah mengutarakan kecewaan kepada anak
manakala dalam lomba anak kami kalah dalam pertandingan
dan kami tetap membesarkan hati pada anak kami dan kami
sampaikan masih ada kesempatan lagi di lain waktu dan tetap
semangat, walaupun dalam hati kecil kami kecewa dan
menginginkan anak kami bisa berprestasi dan menjadi juara”
Orang tua bersedia selalu hadir pada lomba pada kegiatan
esktrakulikuler dan memberikan hadiah jika anak mendapatkan
prestasi kegiatan esktrakulikuler :
“Kami selalu hadir di setiap even pertandingan namun tidak
selalu memberikan hadiah jika juara lomba, namun kami
selalu menawarkan untuk mengajak makan bersama di tempat
yang anak kami menyukainya”

d. Tahap perusakan
Orang tua merasa lebih memilih mengutarakan ketidak mampuannya
dalam membantu anak kepada teman-temannya dibandingkan
langsung kepada anaknya tentang kegiatan esktrakulikuler :
“Kami tidak pernah mengungkapkan bahwa kami tidak
mampu membantu anak kepada orang lain, justru kami
mendekati anak kami dan memberi dukungan, kemudian kami
menanyakan tentang masalah pribadinya atau mungkin ada
masalah dengan teman-temanya saat latihan karate”

Orang tua sering mengungkapkan kekecewaan dan ketidaksukaan atas


apa yang anak lakukan tentang kegiatan esktrakulikulernya :
“Walaupun dalam hati kecewa, namun kami tidak pernah
mengungkapkan kekecewaan tentang kegiatan olah raga
karate yang disukai anak kami, prinsinya kami selalu
mendukung setiap keputusan yang diambil oleh anak kami”

e. Tahap pemutusan

43
Orang tua lebih mengutamakan prestasi yang diraih anak disekolah
tanpa memikirkan kesulitan yang dihadapi anak ketika dalam
mengikuti tentang kegiatan esktrakulikulernya :
“Memang kami berharap besar agar anak kami berprestasi
dalam olah raga karate yang diminati anak kami dan
senantiasa mendukung dan menemani setiap latihan apalagi
saat pertandingan, namun kami sangat realistis bahwa kami
melihat fisik anak kami kurang mendukung sehingga yang
kami lakukan adalah mengapresiasi usahanya dan
semangatnya”

Orang tua lebih suka menceritakan kegagalan dalam prestasi tentang


kegiatan esktrakulikuler anak kepada orang lain :

“Kami lebih memilih berdiskusi dengan anak kami tentang


segala kesulitan yang dihadapinya saat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dan mencari jalan keluar bersama jika ada
masalah, dan tidak pernah menceritakan kepada orang lain
tentang kekurangan dan kegagalan anak kami”

2. Hasil wawancara dengan Ibu Eka Norlialisa Orang Tua dari Tiara Fiska
Putri Amalia anak didik kelas 3A SD Kreatif Annur Surabaya.
Wawancara mengacu pada teori komunikasi interaksi simbolik dari
Herbert Bulmer (1968) dan model hubungan 5 tahap dari Joseph DeVito
sebagai berikut :
a. Tahap kontak awal.
Bahwa orang tua selalu memberikan kesempatan anak untuk
menyampaikan pendapatnya tentang kegiatan non akademik atau
esktrakulikuler :
“ Kami sebagai orang tua selalu membuka peluang untuk anak
kami memilih atau berpendapat tentang kegiatan apa yang ia

44
ingin ikuti, dengan cara bercerita/curhat kepada kami selaku
orang tua fiska .”

Orang tua mengerti kesulitan yang dihadapi oleh anak dalam


mengikuti kegiatan ekstrakulikuler :
“Pada dasarnya anak kami sudah doyan untuk bercerita
tentang kegiatan apapun yang dia lakukan entah itu akademik
atau non akademik, sehingga saat anak kami mengalami
kesulitan saat beradaptasi dengan kegiatan yang menurutnya
susah untuk di lalui kami pun ikut merasakan dan
mengertiakan ketidakmampuannya.”

b. Tahap keterlibatan
Apakah orang tua selalu memahami apa yang ingin di capai oleh anak
dengan kegiatan ekstrakulikuler yang diminati :
“Anak kami adalah salah satu yang memiliki komitmen tidak
stabil, oleh sebab itu kami memang sejak awal bertekad untuk
selalu memahami apapun tindakan dan komitmen yang anak
kami pilih dengan cara terus memberikan motivasi dan
kesempatan kepadanya.”

Orang tua mengakui kepada anaknya ketidak mampuannya dalam


membantu anak untuk menyelesaikan kesulitan menyelesaikan
permasalahan di kegiatan esktrakulikuler :
“Kita selalu memberikan masukan tentang apa yang anak
kami alami, sebagai contoh saat dia ikut ekstrakulikuler karate
di kelas 2 sd dia sangat kesulitan untuk beradaptasi dengan
olah fisik yang di berikan pelatih, jadi secara tidak langsung
dia mengeluh kepada kami dan kami pun langsung
memberikan contoh praktek serta memberikan motivasi lebih
agar dia memiliki gambaran untuk menangani masalah
tersebut di keesokan harinya saat ekstrakulikuler tersebut
bergulir.”

c. Tahap keakraban

45
Orang tua mengutarakan kekecewaannya kepada anak jika
anak mendapatkan prestasi esktrakulikuler kurang baik :
“Tidak pernah, karena kami yakin bahwa melontarkan kata
kesal pada anak kami akan membuat dia makin putus asa, oleh
sebab itu jika dia gagal dalam suatu kegiatan yang dia lakukan
atau lomba yang dia ikuti maka tugas kita secara langsung
memberikan motivasi lagi dan lagi kepada dia.”

Orang tua bersedia selalu hadir pada lomba pada kegiatan


esktrakulikuler dan memberikan hadiah jika anak mendapatkan
prestasi kegiatan esktrakulikuler :
“Tentu saja kami selalu hadir pada lomba apapun yang anak
kami ikuti, dan menang ataupun kalah kami selalu
memberikan dia sedikit hadiah kecil agar dia terus termotivasi
kedepannya.”

d. Tahap perusakan
Orang tua merasa lebih memilih mengutarakan ketidak mampuannya
dalam membantu anak kepada teman-temannya dibandingkan
langsung kepada anaknya tentang kegiatan esktrakulikuler :
“Kami tidak pernah mengumbar ketidak mampuan anak kami
dalam menghadapi kegiatan yang dia ikuti kepada teman-
temannya ataupun teman kami sebagai orang tua, jika
memang kesulitan yang anak kami lalui terlalu berat dan kami
tidak mampu untuk membantunya maka kami akan segera
menanyakan kepada para ahli dibidang ini untuk mendapatkan
solusi dan cepat dapat membantu anak kami dalam
menghadapi ketidakmampuannya tersebut.”

Orang tua sering mengungkapkan kekecewaan dan ketidaksukaan atas


apa yang anak lakukan tentang kegiatan esktrakulikulernya :
“Tidak pernah kami meluapkan kekecewaan kami terhadap
apa yang sudah di pilih oleh anak kami.”

46
e. Tahap pemutusan
Orang tua lebih mengutamakan prestasi yang diraih anak disekolah
tanpa memikirkan kesulitan yang dihadapi anak ketika dalam
mengikuti tentang kegiatan esktrakulikulernya :
“Kami selalu memberikan pemahaman kepada anak kami
terlebih dahulu sebelum dia mengikuti kompetisi ataupun
kegiatan yang berat dalam ekstrakulikulernya, bahwa semua
prestasi ada prosesnya oleh sebab itu dapat mencapai atau
tidak dalam sebuah prestasi itu semua bukan masalah yang
paling utama adalah proses yang kamu jalani membuatmu
berkembang itulah yang kami sebut prestasi.”

Orang tua lebih suka menceritakan kegagalan dalam prestasi tentang


kegiatan esktrakulikuler anak kepada orang lain :

“tidak, kami lebih memilih untuk mendengarkan keluhkesah


anak kami dan langsung berdiskusi dengannya saat itu juga.”

3. Hasil wawancara dengan Ibu Puteri Widiyati Orang Tua dari Amirah
Nurani Widayati anak didik kelas 3A SD Kreatif annur Surabaya.
Wawancara mengacu pada teori komunikasi interaksi simbolik dari
Herbert Bulmer dan model hubungan 5 tahap dari Joseph DeVito sebagai
berikut :
a. Tahap kontak awal.
Bahwa orang tua selalu memberikan kesempatan anak untuk
menyampaikan pendapatnya tentang kegiatan non akademik atau
esktrakulikuler :
“Kami selalu memberikan Anak kami kebebasan berbicara,
apapun keinginan dia untuk mengikuti kegiatan non akademik
itu semua keputusannya dan kami selalu mendengarkan serta

47
siap untuk memberikan masukan bila kegiatan itu kami rasa
tidak cocok untuk dirinya.”

Orang tua mengerti kesulitan yang dihadapi oleh anak dalam


mengikuti kegiatan ekstrakulikuler :
“Jelas kami mengerti semua kesulitan yang di hadapi anak
kami, karena dia selalu bercerita tentang kesulitan yang dia
hadapi di ekstrakulikulernya. Oleh sebab itu kami selalu
memberikan solusi kepada anak kami bagaimana cara
mengatasi kesulitan tersebut.”

b. Tahap keterlibatan
Apakah orang tua selalu memahami apa yang ingin di capai oleh anak
dengan kegiatan ekstrakulikuler yang diminati :
“Kalau soal tentang apa yang kami pahami tentang anak kami,
yang jelas kami tau anak kami ingin mengikuti ekstra apa,
ingin bisa apa dan ingin tidak terlihat tidak bisa melakukan
apapun.”

Orang tua mengakui kepada anaknya ketidak mampuannya dalam


membantu anak untuk menyelesaikan kesulitan menyelesaikan
permasalahan di kegiatan esktrakulikuler :
“Kami sangat tahu batasan kemampuan anak kami dan kami
juga tau batasan apa yang kami miliki, saat anak kami
mengalami kesusahan dalam beradaptasi dengan kegiatan
ekstrakulikuler yang ia ikuti dan kami tidak mampu untuk
membantunya. Maka kami hanya akan terus memberikan
pujian dan memberinya motivasi agar terus tetap berusaha
menyelesikan kesulitan maslaah yang sedang anak kami
hadapi.”

c. Tahap keakraban
Orang tua mengutarakan kekecewaannya kepada anak jika
anak mendapatkan prestasi esktrakulikuler kurang baik :

48
“Tidka pernah, jika dia mengikuti pertandingan karate/renang
dan dia tidak menang maka kami hanya memberikan ia
motivasi bahwa esok hari pasti bisa ikut lagi dan menang.”

Orang tua bersedia selalu hadir pada lomba pada kegiatan


esktrakulikuler dan memberikan hadiah jika anak mendapatkan
prestasi kegiatan esktrakulikuler :
“Tentu saja kami selalu hadir dalam kompetisi apapun yang
sedang anak kami ikuti, sesuai intruksi koordinator
ekstrakulikuler juga bahwa kedatangan kami memberi nilai
tambah bagi semangat yang anak kami miliki.”

d. Tahap perusakan
Orang tua merasa lebih memilih mengutarakan ketidak mampuannya
dalam membantu anak kepada teman-temannya dibandingkan
langsung kepada anaknya tentang kegiatan esktrakulikuler :
“Tidak pernah sama sekali kami mengeluhkan
ketidakmampuan anak kami kepada orang lain, justru jika
anak kami tidak mampu kami akan terus memberikan
semangat sampai anak kami mampu menghadapi semua
kesulitan dan ketidakmampuannya.”

Orang tua sering mengungkapkan kekecewaan dan ketidaksukaan atas


apa yang anak lakukan tentang kegiatan esktrakulikulernya :
“Walaupun dalam hati kecewa, namun kami tidak pernah
mengungkapkan kekecewaan tentang kegiatan ekstrakulikuler
yang disukai anak kami, prinsinya kami selalu mendukung
setiap keputusan yang diambil oleh anak kami.”

e. Tahap pemutusan
Orang tua lebih mengutamakan prestasi yang diraih anak disekolah
tanpa memikirkan kesulitan yang dihadapi anak ketika dalam
mengikuti tentang kegiatan esktrakulikulernya :

49
“Kami sebagai orang tua sangat ingin anak kami berprestasi,
namun kami tidak menutup mata bahwa semua apa yang dia
ingin capai selalu ada proses yang sangat berat yang anak
kami lalui, oleh sebab itu kami juga membagi keinginan kami
dengan pengertian kami terhadap proses berat yang anak kami
lalui.”

Orang tua lebih suka menceritakan kegagalan dalam prestasi tentang


kegiatan esktrakulikuler anak kepada orang lain :

“Sebagai orang tua kami sangat memahami anak kami jika


kami mengumbar kegagalan yang anak kami lalui itu akan
menyakiti hatinya, oleh sebab itu kami lebih suka berdiskusi
sendiri bersama keluarga bukan kepada orang lain.”

4. Hasil wawancara dengan Aisyah Tsana Nafiah anak didik kelas 3A SD


Kreatif annur Surabaya. Wawancara mengacu pada teori komunikasi
interaksi simbolik dari Herbert Bulmer dan model hubungan 5 tahap dari
Joseph DeVito sebagai berikut :
a. Tahap kontak awal.
Orang tua anda selalu yang memulai ketika berbicara mengenai
kegiatan esktrakulikuler :
“ Yao orang tua saya selalu yang menanyakan tentang kegiatan
ekstrakulikuler saya”

Orang tua anda selalu mengerti keinginan anak tentang kegiatan


esktrakulikuler:
“Yao rang tua saya menanyakan kesukaan dan minat saya
untuk mengikuti esktrakulikuler karate di sekolah dan kadang
latihan di luar sekolah”
b. Tahap keterlibatan

50
Orang tua sering menanyakan kegiatan yang anda lakukan tentang
kegiatan esktrakulikuler:
“Saya selalu ditanyakan tentang jadwal latihan karate dan
kondisi selama latihan, dan menanyakan apakah saya masih
senang dan semangat dengan olahraga karate”
Orang tua selalu mendukung keputusan yang anda mengikuti kegiatan
esktrakulikuler :
“ Orang tua saya sangat mendukung saya mengikuti olah raga
karate dan berharap saya bisa berprestasi, saya sangat senang
dengan olah raga ini dan selalu ikut latihan dan mengikuti
ujian kenaikan tingkat”

c. Tahap keakraban
Orang tua anda sudah seperti teman sendiri bagi anda dalam
komunikasi tentang kegiatan esktrakulikuler :
“Ya saya selalu menyampaikan keluhan saya jika saya sedang
sakit sehingga tidak bisa mengikuti latihan karate, dan
menasihati saya supaya makan yang rutin dan tidak jajan
sembarangan dan tetap rajin belajar”

Orang tua anda selalu memberikan hadiah atas prestasi yang anda
capai tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Saya belum pernah juara, tapi kadang-kadang menang
bertanding, pulang latihan atau tanding selalu diajak makan di
tempat yang saya sukai ”
d. Tahap perusakan
Anda pernah merasa orang tua anda tidak mempercayai kemampuan
anda dalam kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak, orang tua saya selalu member semangat walupun saya
tidak jadi juara, tapi selalu dinasihati kalau suatu ketika saya
bisa juara kalau saya rajin laitan”

51
Orang tua anda selalu tidak memahami bakat an kemampuan anda
tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak, orang tua saya selalu menanyakan keinginan saya
untuk memilih kegiatan olah raga yang saya sukai dan selalu
mendukung setiap kegiatan yang saya sukai”

e. Tahap pemutusan
Anda lebih suka tidak akan menceritakan kesulitan yang anda hadapi
di sekolah kepada orang tua anda tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak, saya selalu cerita apapun kepada orang tua saya
tentang masalah pelajaran maupun tenang kegiatan
estrakulikuler”

Apakah Orang tua anda sering menceritakan kegagalan yang anda


alami kepada orang lain tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak pernah, orang tua saya selalu mendukung kegiatan
karate saya maupun belajar saya, tidak pernah cerita kepada
orang lain”

5. Hasil wawancara dengan Tiara Fiska Putri Amalia anak didik kelas 3A
SD Kreatif annur Surabaya. Wawancara mengacu pada teori komunikasi
interaksi simbolik dari Herbert Bulmer dan model komunikasi
interpepersonal 5 tahap dari Joseph DeVito sebagai berikut :
a. Tahap kontak awal.
Orang tua anda selalu yang memulai ketika berbicara mengenai
kegiatan esktrakulikuler :
“ Tidak, Saya selalu bercerita terlebih dahulu tentang kegiatan
yang saya ikuti”

Orang tua anda selalu mengerti keinginan anak tentang kegiatan


esktrakulikuler:

52
“Hmm... Mama dan Papa bertanya apa yang saya inginkan
dan apa yang saya lakukan selanjutnya termasuk
ekstrakulikuler karate dan renang”

b. Tahap keterlibatan
Orang tua sering menanyakan kegiatan yang anda lakukan tentang
kegiatan esktrakulikuler:

“Karena saya sering cerita terlebih dahulu, akhirnya mama


dan papa selalu bertanya-tanya tentang apa yang saya lakukan
di ekstrakulikuler karate atau renang”

Orang tua selalu mendukung keputusan yang anda mengikuti kegiatan


esktrakulikuler :
“ Orang tua saya sangat mendukung saya mengikuti olah raga
karate dan juga renang tapi mereka juga tidak melarang saya
jika ingin pindah ekstrakulikuler di tahun berikutnya”

c. Tahap keakraban
Orang tua anda sudah seperti teman sendiri bagi anda dalam
komunikasi tentang kegiatan esktrakulikuler :

“Ya saya selalu menyampaikan dengan bercerita, dari obrolan


kita itu jadi saya mendapatkan banyak masukan dan
pengalaman”

Orang tua anda selalu memberikan hadiah atas prestasi yang anda
capai tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Saya belum pernah juara, tapi kadang-kadang menang
bertanding, pulang latihan atau tanding selalu di berikan
hadiah kecil kalau ga mainan ya makan-makan ”

53
d. Tahap perusakan
Anda pernah merasa orang tua anda tidak mempercayai kemampuan
anda dalam kegiatan esktrakulikuler:
“Mama dan Papa selalu mendukung saya walaupun jarang
atau tidak pernah juara dalam satu ekstrakulikuler, jadi mereka
percaya sama saya”

Orang tua anda selalu tidak memahami bakat dan kemampuan anda
tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak, orang tua saya selalu menanyakan keinginan saya
untuk memilih kegiatan non akademik yang saya sukai dan
selalu mendukung setiap kegiatan yang saya sukai”

e. Tahap pemutusan
Anda lebih suka tidak akan menceritakan kesulitan yang anda hadapi
di sekolah kepada orang tua anda tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak, saya selalu cerita apapun kepada orang tua saya
tentang masalah pelajaran maupun tenang kegiatan
estrakulikuler”

Apakah Orang tua anda sering menceritakan kegagalan yang anda


alami kepada orang lain tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Setau saya tidak, karena mereka selalu ingin saya bercerita
terlebih dahulu kepada mereka dari pada cerita kepada teman
atau orang lain”
6. Hasil wawancara dengan Amirah Nurani Widayati anak didik kelas 3A
SD Kreatif annur Surabaya. Wawancara mengacu pada teori komunikasi
interaksi simbolik dari Herbert Bulmer dan model hubungan 5 tahap dari
Joseph DeVito sebagai berikut :
a. Tahap kontak awal.

54
Orang tua anda selalu yang memulai ketika berbicara mengenai
kegiatan esktrakulikuler :
“Ya tentu saja mereka selalu memulai terlebih dahulu setelah itu
kita berdiskusi bersama tentang kegiatan ekstrakulikuler”

Orang tua anda selalu mengerti keinginan anak tentang kegiatan


esktrakulikuler:
“Pasti mereka mengerti apa yang saya inginkan, karena kami
sering berdiskusi bersama”

b. Tahap keterlibatan
Orang tua sering menanyakan kegiatan yang anda lakukan tentang
kegiatan esktrakulikuler:
“Sudah pasti mereka suka bertanya apakah saya suka atau
tidak suka di tempat ekstrakulikuler saya, bahkan mereka
selalu bertanya apa kesulitan yang saya hadapi”
Orang tua selalu mendukung keputusan yang anda mengikuti kegiatan
esktrakulikuler :
“ Orang tua saya sangat mendukung saya mengikuti
ekstrakulikuler renang dari situ saya tau kalau orang tua saya
sangat mendukung apapun kegiatan yang saya ikuti”

c. Tahap keakraban
Orang tua anda sudah seperti teman sendiri bagi anda dalam
komunikasi tentang kegiatan esktrakulikuler :
“Ya saya selalu menyampaikan dengan bercerita, dari obrolan
kita itu jadi saya mendapatkan banyak motivasi dan
pengalaman”

Orang tua anda selalu memberikan hadiah atas prestasi yang anda
capai tentang kegiatan esktrakulikuler:

55
“Saya belum pernah juara, tapi kadang-kadang menang
bertanding, pulang latihan atau tanding selalu di berikan
hadiah kecil kalau ga mainan ya makan-makan ”

d. Tahap perusakan
Anda pernah merasa orang tua anda tidak mempercayai kemampuan
anda dalam kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak pernah, mereka percaya saya ikut ekstrakulikuler
apapun tentu saja mereka percaya akan kemampuan saya
walaupun belum terbukti saya berhasil di kegiatan ini”

Orang tua anda selalu tidak memahami bakat dan kemampuan anda
tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak, orang tua saya selalu menanyakan keinginan saya
untuk memilih kegiatan non akademik yang saya sukai dan
selalu mendukung setiap kegiatan yang saya sukai”

e. Tahap pemutusan
Anda lebih suka tidak akan menceritakan kesulitan yang anda hadapi
di sekolah kepada orang tua anda tentang kegiatan esktrakulikuler:
“Tidak, saya selalu cerita apapun kepada orang tua saya
tentang masalah pelajaran maupun tenang kegiatan
estrakulikuler”

Apakah Orang tua anda sering menceritakan kegagalan yang anda


alami kepada orang lain tentang kegiatan esktrakulikuler:

“Mereka tidak pernah bercerita kepada orang lain tentang apa


yang saya tidak mampu lakukan, malahan mereka selalu
memberikan pujian kecil kepada saya ketika saya tidak
mampu atau gagal dalam suatu kegiatan atau kompetisi”

7. Hasil wawancara dengan pembimbing kegiatan non akademik bapak SD


Kreatif annur Surabaya yaitu Bapak Choirul Anam, S.Or. Wawancara

56
mengacu pada teori komunikasi interaksi simbolik dari Herbert Bulmer
dan model hubungsn 5 tahap dari Joseph DeVito sebagai berikut :
a. Tahap kontak awal.
Guru pembimbing ekstrakulikuler mengetahui bahwa orang tua selalu
memberikan kesempatan anak untuk menyampaikan pendapatnya
tentang kegiatan non akademik atau esktrakulikuler:
“Ya, pada dasarnya awal itu harus ada komunikasi anak ke
orang tua berkaitan dengan apa yang kegiatan anak itu pingin
ikuti, karena itu akan berkelanjutan ke prestasi anak atau bisa
dibilang proses menuju bakat yang di miliki”

Guru pembimbing ekstrakulikuler mengetahui bahwa orang tua


memahami kejenuhan dihadapi anak dalam kegiatan belajar di sekolah
dan ekstrakulikuler:
“Ada beberapa orang tua yang mengetahui kejenuhan itu,
pertama karena orang tua sendiri kurang memhami apa
kegiatan yang di ikutin anaknya, kedua karena kegiatan di
ekstranya itu membutuhkan ekstra berlebih dan anak ini
sendiri tidak bisa mengikuti kegiatan ekstra ini maka timbulah
kejenuhan yang di utarakan ke orangtuanya langsung”

b. Tahap keterlibatan
Guru pembimbing ekstrakulikuler mendorong agar orang tua
memahami apa yang ingin di capai oleh anak dengan kegiatan
ekstrakulikuler yang diminati:
“Ya pernah dan sering, kalau semisal dari pembina
ekstrakulikuler sudah memberikan informasi kepada saya
sebagai koordinator tentang bakat yang di miliki siswa/siswi
ini bisa di kembangkan menjadi sebuah talenta yang berbuah
prestasi pasti kami akan mendorong orang tua untuk lebih
intensif terhadap kemampuan siswa/siswi ini, dan orang tua
harus terus memotivasi siswa/siswi ini”

57
Guru pembimbing ekstrakulikuler mendorong orang tua selalu
mendukung setiap keputusan yang anak ambil selama itu keputusan
terbaik untuk dirinya :
“ Ya selalu saya ingaatkan dan tekankan agar selalu
mendorong dan memotivasi anaknya agar bisa mengikuti
kegiatan sesuai minat dan bakat yang dimiliki”

c. Tahap keakraban
Guru pembimbing ekstrakulikuler menayakan orang tua agar selalu
memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan
pendapatnya tentang minat pada kegiatan esktrakulikuler :

“Kami selalu mengingatkan orang tua untuk memotivasi anak-


anaknya yang sudah ikut di kegiatan ekstrakulikuler sesuai
dengan minatnya dan agar tidak jenuh dengan kegiatan yang
dia ikuti tentunya dengan pujian walaupun anak tersebut
belum mencapai prestasi”

Guru pembimbing ekstrakulikuler menyarankan orang tua bersedia


selalu hadir pada lomba pada kegiatan esktrakulikuler:
“Kami selalu menganjurkan dan selalu memberi informasi
kepada orang tua untuk hadir dalam perlombaan yang diikuti
anaknya, agar orang tua tau perkembangan yg di miliki anak
(kalau dahulu belum bisa bisa tapi sekarang sudah bisa ), serta
agar anak tersebut mendapat motivasi lebih saat berlomba
(reaksi anah ohh orang tuaku datang aku harus bisa lebih
bagus)”

d. Tahap perusakan
Pernahkah guru pembimbing ekstrakulikuler mengetahui orang tua
tidak menanyakan kendala yang dihadapi anak pada saat mengikuti
kegiatan esktrakulikuler:

58
“Beberapa orang tua ada yang cuek akan kegiatan apa yang
dia ikuti hal itu berdampak terhadap kejenuhan yg di alami
anak ini, misal ekstra cinematography kan pasti anak di tuntut
untuk bisa berakting kadang anak itu selalu malu untuk tampil
percaya diri, salah satu hal tersebutkan karena kurangnya
motivasi dari orang tua”

Guru pembimbing ekstrakulikuler mengetahi karena alasan kesibukan


orang tua yang membuat para orang tua tidak memilik waktu untuk
ikut membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak
tentang kegiatan esktrakulikulernya:
“Banyak orang tua itu mementingkan atau mengarah ke
prestasinya, tapi juga ada sebagaian orang tua itu selalu
memotivasi anaknya dan melihat dari prosesnya ( jadi
katakanlah 40% melihat proses 60% melihat hasil/ prestasi
namun kami senantiasa berkomunikasi dengan orang tua
untuk penyelesaian masalah ekstrakulikuler”
e. Tahap pemutusan
Guru pembimbing ekstrakulikuler mengetahui orang tua merasa
bahwa anak dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam
tentang kegiatan esktrakulikulernya :
“Ya tahu, namun terkadang orang tua terlambat untuk
memberikan pengalaman ke anaknya, jadi misal anaknya
jenuh ingin pindah ekstra padahal belum 1 tahun hal itu di
sebabkan saat pemilihan kegiatan orang tua tidak
memberitahu susah senangnya dalam kegiatan itu, jadi anak di
suruh mencari pengalaman dulu baru diberitahu pengalaman
dan susah senangnya”

Guru pembimbing ekstrakulikuler mengetahui orang tua lebih suka


menceritakan kegagalan dalam prestasi tentang kegiatan
esktrakulikuler anak kepada orang lain :

59
“Tidak, kebanyakan orang tua proaktif untuk berkomunikasi
dengan saya atau dengan Pembina ektrakulikuler, jadi jarang
yang menyampaikan ke orang lain”

4.2.2 Analisa Data

Data hasil wawancara mendalam terhadap 3 orang tua yang menjadi


informan kunci dan 3 anak didik serta seorang koordinator kegiatan
ekstrakulikuler atau non akademik, dengan pendekatan model hubungan 5
tahap dari DeVito secara substansi memberikan jawaban kesesuaian yang
sama mulai dari tahap komunikasi awal sampai dengan pemutusan, seperti
terlihat pada lampiran tabel 4.6, tabel 4.7, tabel 4.8.
Peneliti memperoleh data hasil wawancara dari 3 informan kunci dan
4 informan biasa, dimana penulis mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh melalui
wawancara, lalu dicek dengan observasi, kemudian dengan dokumentasi.
Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka penulis melakukan diskusi lebih lanjut dengan
sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar atau semuanya benar, karena sudut pandang yang
berbeda, hasil validasi terlihat pada lampiran tabel 4.9.

4.2.3 Keabsahan data


Penulis melakukan kroscek data hasil wawancara dengan hasil
observasi dan dokumentasi untuk mengetahui keabsahan datanya. Data
empiris kegiatan non akademik pada gambar 4.1 menunjukkan jumlah
kegiatan non akademik terdiri dari 12 jenis kegiatan dan yang menonjol dan
menjadi program unggulan adalah seni karawitan, seni band dan mengaji,

60
capaian kesesuaian antara program unggulan dan prestasi anak didik dalam
kegiatan non akademik seperti terlihat lampiran tabel 4.10.

4.3 Pembahasan
Berdasarkan analisa data di atas dan model hubungan 5 tahap dari
Joseph De Vito maka dapat diuraikan dalam bentuk deskriptif pembahasan
setiap tahap dari 5 tahap komunikasi interpersonal Orang Tua dan anak untuk
meningkatkan prestasi non akademik pada SD Kreatif Annur Surabaya
sebagai berikut :
1. Tahap Kontak awal komunikasi interpersonal Orang tua dan anak untuk
meningkatkan prestasi akademik pada SD Kreaatif Annur Surabaya.
Tahap kontak awal komunikasi orang tua dan anak pada penelitian ini
mengacu pada konsep 5 tahap komunkasi Joseph DeVito, bahwa informan
atau narasumber di dalam menyampaikan pesan kepada komunikan dengan
memberikan simbol berupa gambaran tentang kondisi kegiatan
ekstrakulikuler yang akan diikuti oleh komunikan anaknya seperti hasil
wawancara dengan informan kunci Ibu Ida Yuliana :
“ Kami mendidik anak dengan pendekatan demokratis, sehingga saat
akan menentukan jenis kegiatan ekstrakulikuler yang diminati di
sekolah selalu kami tanyakan apa yang menjadi keinginannya, tentu
saja untuk menanyakan keinginannya tersebut kami harus mendekati
dengan menceritakan gambaran terlebih dahulu tentang kegiatan yang
ada beserta kekurangan dan kelebihan dari kegiatan yang ada di
sekolah, anak Kami memilih mengambil kegiatan ekstrakulikuler olah
raga KARATE”

61
Pada tahap kontak awal ini komunikasi yang terjadi termasuk dalam
pola komunikasi autoritatif dalam hal ini penerimaan dari orang tua dan
kontrolnya tinggi, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong
anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan
tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap
bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri, bersikap
sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai
tujuan yang jelas dan berorientasi pada prestasi.

2. Tahap Keterlibatan komunikasi interpersonal Orang tua dan anak untuk


meningkatkan prestasi akademik pada SD Kreaatif Annur Surabaya
Sesuai dengan konsep De Vito, jika pada tahap kontak awal dapat
dilalui dengan baik maka berlanjut pada tahap keterlibatan, atau dengan kata
lain bahwa tahap keterlibatan ini merupakan kelanjutan dari tahap kontak
awal, adapun sikap yang dapat mendukung kelancaran komunikasi dengan
anak – anak adalah:
a. Mau mendengarkan sehingga anak-anak lebih berani membagi
perasaan sesering mungkin sampai pada perasaan dan
permasalahan yang mendalam dan mendasar.
b. Menggunakan empati untuk pandangan – pandangan yang berbeda
degan menunjukkan perhatian melalui isyarat – isyarat verbal dan
nonverbal saat komunikasi berlangsung.
c. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk
mengutarakan pikiran atau perasaannya dan kebebasan untuk
menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak dapat
menanggapi dengan positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.

62
Tiga syarat yang mendukung komunikasi interpersonal tersebut
teraplikasi pada tahap keterlibatan ini seperti yang disampaikan oleh
informan Ibu Yuliana berikut:
“Dalam hal keputusan mengambil jenis kegiatan
ektrakulikuler susuai dengan dengan minat dari anak kami,
termasuk pada saat mengambil jenis kegiatan olah raga karate
kami senantiasa mendukung dan sampai saat ini anak kami
konsisten mengikuti latihan dan ujian kenaikan tingkat di olah
raga karate”

Dan Orang tua menyampaikan pengakuan kepada anaknya ketidak


mampuannya dalam membantu anak untuk menyelesaikan kesulitan
menyelesaikan permasalahan di kegiatan esktrakulikuler dan sempat
terjadi proses perusakan atau peregangan hubungan namun berhasil
dicari jalan keluar untuk penyelesainnya dengan memberi motivasi dan
pujian atas usaha keras anak, lebih lanjut seperti yang disampaikan
Oleh Ibu Ida Yuliana :
“ Karena kami memiliki latar belakang dengan hobi olah raga
yang berbeda dengan yang diminati anak Kami yaitu karate,
sehingga seringkali saat anak kami bercerita tentang
demontrasi jurus-jurus karate sehingga kami tidak bisa
member komentar banyak selain memuji dan mendukung
olahraga yang diminatinya”

3. Tahap keakraban komunikasi interpersonal Orang tua dan anak untuk


meningkatkan prestasi akademik pada SD Kreaatif Annur Surabaya
Tahap keakraban merupakan tahap inti dari komunikasi interpersonal
yang dikemukakan DeVito, karena pada tahap ini terjadi totalitas hubungan
terbaik dari orang tua dan anaknya, dan pada tahap ini perlu dijaga agar tidak
terjadi konflik yang bisa mengarah kepada proses perusakan atau peregangan
dan mengarah ke pemutusan. Adapun tiga syarat yang mendukung

63
komunikasi interpersonal tersebut yaitu mau mendengar, empati dan
memberi kebebasan kepada anak adalah syarat yang harus dipenuhi agar
proses keakraban tetap terjaga.
Tahap keakraban dalam hubungan orang tua dan anak untuk
meningkatkan prestasi non akademik di SD Kreatif Annur seperti
diungkapkan informan Ibu Puteri Widiyati :
Apakah Orang tua mengutarakan kekecewaannya kepada anak jika
anak mendapatkan prestasi esktrakulikuler kurang baik :

“Tidak pernah, jika dia mengikuti pertandingan karate atau renang


dan dia tidak menang maka kami hanya memberikan ia motivasi
bahwa esok hari pasti bisa ikut lagi dan menang”

Apakah Orang tua bersedia selalu hadir pada lomba pada kegiatan
esktrakulikuler dan memberikan hadiah jika anak mendapatkan prestasi
kegiatan esktrakulikuler :

“Tentu saja kami selalu hadir dalam kompetisi apapun yang sedang
anak kami ikuti, sesuai intruksi koordinator ekstrakulikuler juga
bahwa kedatangan kami memberi nilai tambah bagi semangat yang
anak kami miliki”

Informasi dari narasumber ibu puteri widiyati semakin menguatkan premis ke


dua dari Herbert Bulmer yaitu makna yang dimiliki seseorang merupakan
hasil interaksi sosial yang terus-menerus dan terjadi berulang ulang dalam
suatu masyarakat. Hal ini tampak pada kegigihan Ibu Puteri widiyati yang
senantiasa mendampingi anaknya dalam setiap kompetisi lomba yang diikuti

64
dan sekaligus interaksi dengan pembimbing ekstrakulikuler yang mendorong
agar orang tua agar senantiasa memotivasi anak agar bersemangat dalam
berlatih dan berlomba, sehingga menjadi modal dasar anak untuk berprestasi
di kegiatan ekstrakulikuler.

4. Tahap Perusakan komunikasi interpersonal Orang tua dan anak untuk


meningkatkan prestasi akademik pada SD Kreaatif Annur Surabaya
Tahap perusakan atau perengangan hubungan orang tua dan anak
pada dasarnya sangat mungkin terjadi, namun terjadi proses perbaikan
hubungan sehingga proses akan kembali kepada proses keakraban.
Hal ini seperti yang disampaikan Herbert Bulmer (1968) dalam
premis ke tiganya bahwa makna yang dimiliki seseorang dapat berubah
sesuai dengan konteks dalam ruang dan waktu yang membingkai interaksi,
dari hasil wawancara yang diutarakan informan atau narasumber Ida Yuliana
:
Apakah Orang tua merasa lebih memilih mengutarakan ketidak
mampuannya dalam membantu anak kepada teman-temannya dibandingkan
langsung kepada anaknya tentang kegiatan esktrakulikuler?

“Kami tidak pernah mengungkapkan bahwa kami tidak mampu


membantu anak kepada orang lain, justru kami mendekati anak kami
dan memberi dukungan, kemudian kami menanyakan tentang masalah
pribadinya atau mungkin ada masalah dengan teman-temanya saat
latihan karate”

65
Apakah Orang tua sering mengungkapkan kekecewaan dan
ketidaksukaan atas apa yang anak lakukan tentang kegiatan
esktrakulikulernya?

“Walaupun dalam hati kecewa, namun kami tidak pernah


mengungkapkan kekecewaan tentang kegiatan olah raga karate yang
disukai anak kami, prinsinya kami selalu mendukung setiap
keputusan yang diambil oleh anak kami”

Perbaikan hubungan dari proses perusakan atau perenggangan untuk


kembali ke proses keakraban tentu membutuhkan kesabaran dan syarat yang
mendukung komunikasi interpersonal tersebut yaitu mau mendengar, empati
dan memberi kebebasan kepada anak, jika tidak maka proses akan berlanjut
ke tahap pemutusan.

5. Tahap pemutusan komunikasi interpersonal Orang tua dan anak untuk


meningkatkan prestasi akademik pada SD Kreaatif Annur Surabaya
Tahap pemutusan hubungan merupakan puncak dari proses
komunikasi interpersonal yang tidak dingingkan siapapun, dalam konteks
komunikasi interpersonal Orang tua dan anak untuk meningkatkan prestasi
akademik pada SD Kreaatif Annur Surabaya,
hal ini kecil kemungkinan akan terjadi karena dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi cenderung klimaks pada tahap
keakraban dan jika terjadi perusakan atau peregangan maka akan mencari
solusi untuk perbaikan hubungan sehingga akan kembali pada proses
keakraban, seperti yang diungkapkan oleh informan atau narasumber Ibu
Yuliana :

66
Apakah Orang tua lebih suka menceritakan kegagalan dalam prestasi
tentang kegiatan esktrakulikuler anak kepada orang lain ?

“Kami lebih memilih berdiskusi dengan anak kami tentang


segala kesulitan yang dihadapinya saat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dan mencari jalan keluar bersama jika ada
masalah, dan tidak pernah menceritakan kepada orang lain
tentang kekurangan dan kegagalan anak kami”

Pada kasus komunikasi interpersonal orang tua dan anak untuk


meningkatkan prestasi non akademik pada SD kreatif Annur, kecenderungan
pendekatanya autoritatif maka anak akan bersikap bersahabat, memiliki rasa
percaya diri, mampu mengendalikan diri (self control, bersikap sopan, mau
bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai tujuan hidup
yang jelas dan berorientasi pada prestasi.
Berdasarkan pembahasan terhadap 5 tahap komunikasi interpersonal
dari Joseph DeVito, proses pentahapan klimaksnya terjadi pada tahap
keakraban, jika terjadi tahap perusakan atau perenggangan selalu ada solusi
untuk perbaikan hubungan dan kembali kepada tahap keakraban dan tidak
sampai pada tahap pemutusan, sehingga proses lima tahap komunikasi
interpersonal dari DeVito kemudian dapat digambarkan dalam diagram alir
4.10

67
Gambar 4.4 Diagram alir hubungan Lima tahap
komunikasi interpersonal Orang tua dan anak untuk meningkatkan prestasi di
bidang non akademik Pada SD Kreatif Annur Surabaya

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian komunikasi
interpersonal Orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi di bidang non

68
akademik pada siswa SD Kreatif An nur Surabaya dengan hubungan 5 tahap
komunikasi interpersonal, maka kesimpulan penelitian adalah :
1. Tahap kontak awal komunikasi interpersonal orang tua dan anak, pada
tahap kontak awal ini komunikasi yang terjadi termasuk dalam pola
komunikasi autoritatif dalam hal ini penerimaan orang tua dan
kontrolnya tinggi, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak,
mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi
penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Anak
bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan
diri bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, mempunyai tujuan yang jelas dan berorientasi pada prestasi di
bidang ekstrakulikuler (non akademik).
2. Tahap keterlibatan ini merupakan kelanjutan dari tahap kontak awal,
adapun sikap yang dapat mendukung kelancaran komunikasi dengan
anak antara lain mau mendengarkan, sehingga anak-anak lebih berani
membagi perasaan sesering mungkin sampai pada perasaan dan
permasalahan yang mendalam dan mendasar, menggunakan empati
untuk pandangan-pandangan yang berbeda degan menunjukkan
perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan nonverbal saat komunikasi
berlangsung, memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada
anak untuk mengutarakan pikiran atau perasaannya dan kebebasan
untuk menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak
dapat menanggapi dengan positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.
3. Tahap keakraban merupakan tahap inti dari komunikasi interpersonal
yang dikemukakan DeVito, karena pada tahap ini terjadi totalitas
hubungan terbaik dari orang tua dan anaknya, dan pada tahap ini perlu
dijaga agar tidak terjadi konflik yang bisa mengarah kepada proses

69
perusakan atau peregangan dan mengarah ke pemutusan. Adapun tiga
syarat yang mendukung komunikasi interpersonal tersebut yaitu mau
mendengar, empati dan memberi kebebasan kepada anak adalah syarat
yang harus dipenuhi agar proses keakraban tetap terjaga.
4. Perbaikan hubungan dari proses perusakan atau perenggangan untuk
kembali ke proses keakraban tentu membutuhkan kesabaran dan syarat
yang mendukung komunikasi interpersonal tersebut yaitu mau
mendengar, empati dan memberi kebebasan kepada anak, jika tidak
maka proses akan berlanjut ke tahap pemutusan.
5. Tahap pemutusan hubungan merupakan puncak dari proses komunikasi
interpersonal yang tidak dingingkan siapapun, dalam konteks
komunikasi interpersonal Orang tua dan anak untuk meningkatkan
prestasi akademik pada SD Kreaatif Annur Surabaya, hal ini kecil
kemungkinan akan terjadi karena dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa komunikasi yang terjadi cenderung klimaks pada tahap
keakraban dan jika terjadi perusakan atau peregangan maka akan
mencari solusi untuk perbaikan hubungan sehingga akan kembali pada
proses keakraban.

70
5.2 Saran

Saran untuk penyempurnaan labih lanjut dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Saran untuk peneltian lanjutan adalah menyempurnakan indikator-
indikator yang dapat merepresentasikan setiap tahap dari model lima
tahap komunikasi interpersonal dari Joseph DeVito.

2. Saran untuk penyelenggara pendidikan SD Kreatif annur Surabaya,


menerapkan hasil penelitian ini sebagai model pendekatan menyeluruh
bagi orang tua dalam komunikasi dengan anaknya demi meningkatkan
prestasi dalam bidang non akademik, tanpa menurunkan prestasi
akademinya.

71
DAFTAR PUSTAKA

Berlo, David K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to


Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Bogdan dan Taylor. 2012. Prosedur Penelitian, Dalam Moleong, Pendekatan


Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta.

Cangara, Hafied, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja


grafindo Persada.

Creswell, W. John. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional


Books.

Esterberg, Kristin G. 2002. Qualitative Methods Ins Social Research, Mc


Graw Hill, New York

Herbert, blumer, 1968, Symbolic interactionism, perspective and method ,


Los angeles : University of California press.

Hasbullah..2010. Otonomi Pendidikan, Jakarta: PT Rajawali Pers.


Iyoq, Neri Aprilina. 2017. Efektivitas Komunikasi Orang Tua Pada
Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif. Kaltim: Universitas
Mulawarman. Ejournal Ilmu Komunikasi.Vol. 5 (2) : Hal.39-50

Lestari Dwi, Anita. 2017. The Participation Of Parent In Increasing Non-


Academic Chievement Of Student In Smp Negeri 2, Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol.VI.

Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi, Jakarta:


Salemba Humanika. edisi 9.

Leonarti, Olivia. 2015. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal


Orangtua Anak Dengan Penyesuaian Sekolah Pada Anak didik Kelas

72
Vii Di Smp Pius Bakti Utama Gombong, Jateng: Skripsi. Unika
Salatiga.

Listani, Sinta. 2017. Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak
Pengidap Autisme. Karawang: Skripsi. Universitas SSultan Ageng
Tirtayasa.
Mulyono. 2008, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:
RinekaCipta,

Nurlita, Ita. 2015. Interpersonal Communication Pattern of Broken Home’s


Teens with their Parents in Surabaya to Minimize Juvenile
Delinquency, Surabaya : Universitas bayangkara. Jurnal Academic
Research International Vol. 5(2).
Nasution, 1996. Metode Penelitian Kualitatif Naturalisti, Jakarta : Sinar
Grafika

Permana, Dimas Arya Dwi. 2015. Komunikasi Interpersonal Orangtua


Kepada Anak Dalam Memahami Dampak Bermain Game Online,
Surakarta: Skripsi. Universitas muhammadiyah.

Ramadhani, Rio. 2013. Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak


Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Pada Murid Sdit Cordova
Samarinda Ejournal Lmu Komunikasi, 2013, 1 (3) : 112-121 ISSN
0000-0000 Ejournal. Ilkom.Fisip-Unmul.Ac.Id

Saputri. Madona Ayu. 2018. Pengaruh Komunikasi Interpersonal antara


Orang Tua dan Anak dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah, Jurnal
Komunikasi Islam dan Kehumasan (JKPI), Vol. 2, No 1, ISSN: 2621-
9492.

Skinner, B. F. 1996. Science and Human Behaviour. New York: McMillan.

Sugiyono, 2016, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2009. Manajemen Pendidikan,


Bandung: Alfabeta.

73
Lampiran 1

Tabel 4.6 Kesesuaian Jawaban informan kunci


terhadap tujuan penelitian
Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian
Model Jawaban Jawaban Jawaban
5 Tahap Ibu Ida Yuliana Ibu Eka Ibu Puteri
Norlialisa Widiyati
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Interaksi   
Awal
Keterlibatan   
Keakraban   
Perusakan   
Pemutusan   

Tabel 4.7 Kesesuaian Jawaban informan biasa


terhadap tujuan penelitian
Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian
Model Jawaban Jawaban Jawaban
5 Tahap Aisyah Tsana Amirah Nurania Tiara Fiska Putri
Nafiah Widiyati Amalia
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Interaksi   
Awal
Keterlibatan   
Keakraban   
Perusakan   
Pemutusan   

74
Tabel 4.8 Kesesuaian Jawaban informan biasa
terhadap tujuan penelitian
Kesesuaian
Model Jawaban
5 Tahap Choirul Anam, S.Or
Ya Tidak
Interaksi Awal 
Keterlibatan 
Keakraban 
Perusakan 
Pemutusan 

Tabel 4.9 Validasi data triangulasi metode


Pengumpulan data
Wawancara Observasi Dokumentasi
Informan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Ibu Ida Yuliana   
Ibu Eka Norlialisa   
Ibu Puteri Widiyati   
Aisyah Tsana   
Nafiah
Amirah Nurania   
Widiyati
Tiara Fiska Putri   
Amalia
Choirul Anam, S.Or   

75
Tabel 4.10 Capaian prestasi kegiatan non akademik
terhadap target program unggulan.
No Program Capaian kegiatan Non akademik
Unggulan
Tembang Kompetisi Sholawatan
dolanan Dance
1 Seni Karawitan Juara I - -
2 Seni Band - Juara III -
3 Mengaji - Juara II

76
Lampiran 2

PANDUAN WAWANCARA
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DI BIDANG
NONAKADEMIK
PADA SISWA SD KREATIF AN NUR SURABAYA

A.RESPONDEN ORANG TUA (INFORMAN KUNCI)


TAHAP MODEL HUBUNGAN PERTANYAAN
1 INTERAKSI AWAL
a.Kontak awal orang tua Apakah orang tua selalu
memberikan kesempatan
anak untuk
menyampaikan
pendapatnya tentang
kegiatan non akademik
atau esktrakulikuler
b.Persepsi orang tua Apakah orang tua dapat
merasakan kesulitan yang
dihadapi anak dalam
menyelesaikan kegiatan
esktrakulikuler
Apakah orang tua dapat
memahami kejenuhan
dihadapi anak dalam
kegiatan belajar di sekolah
Apakah orang tua selalu
memberikan pujian untuk
membangkitkan semangat
anak dalan kegiatan
esktrakulikuler
2 KETERLIBATAN ORANG TUA
a. Pengenalan orang tua Apakah orang tua selalu
memahami apa yang ingin
di capai oleh anak dengan

77
kegiatan ekstrakulikuler
yang diminati
b. Pengungkapan orang tua Pernahkah orang tua
mengakui kepada anaknya
ketidak mampuannya
dalam membantu anak
untuk menyelesaikan
kesulitan menyelesaikan
permasalahan di kegiatan
esktrakulikuler
Apakah orang tua selalu
mendukung setiap
keputusan yang anak
ambil selama itu
keputusan terbaik untuk
dirinya
Apakah orang tua selalu
ingat untuk memberikan
ucapan selamat kepada
anak jika prestasi
disekolahnya baik
Apakah orang tua selalu
memberikan pujian kecil
kepada anak jika ia
memang pantas
mendapatkannya
Apakah orang tua selalu
mau meluangkan waktu
untuk membantu
menyelesaikan
permasalahan yang
dihadapi anak dalam
menyelesaikan
permasalahan kegiatan
esktrakulikuler
3 KEAKRABAN ORANG TUA
a. Membina hubungan primer Pernahkah orang tua
mengutarakan
kekecewaannya kepada
anak jika anak

78
mendapatkan prestasi
esktrakulikuler kurang
baik
Apakah orang tua selalu
memberikan kesempatan
kepada anak untuk
menyampaikan
pendapatnya tentang
minat pada kegiatan
esktrakulikuler
b. Komitmen orang tua Apakah orang tua bersedia
selalu hadir pada lomba
pada kegiatan
esktrakulikuler
Apakah orang tua selalu
bersedia memberikan
hadiah jika anak
mendapatkan prestasi
kegiatan esktrakulikuler
4 PERUSAKAN/PERENGGANGAN
HUBUNGAN
a. Penurunan hubungan Apakah orang tua merasa
lebih memilih
mengutarakan ketidak
mampuannya dalam
membantu anak kepada
teman-temannya
dibandingkan langsung
kepada anaknya tentang
kegiatan esktrakulikuler
Pernahkah orang tua tidak
menanyakan kendala yang
dihadapi anak pada saat
mengikuti kegiatan
esktrakulikuler

b. Penjauhan hubungan Apakah orang tua


sering/pernah
mengungkapkan
kekecewaan dan

79
ketidaksukaan atas apa
yang anak lakukan
tentang kegiatan
esktrakulikulernya

Apakah karena alasan


kesibukan orang tua yang
membuat para orang tua
tidak memilik waktu
untuk ikut membantu
menyelesaikan
permasalahan yang
dihadapi anak tentang
kegiatan
esktrakulikulernya
5 PEMUTUSAN HUBUNGAN
a. Pemisahan hubungan Apakah orang tua lebih
mengutamakan prestasi
yang diraih anak disekolah
tanpa memikirkan
kesulitan yang dihadapi
anak ketika dalam
mengikuti tentang
kegiatan
esktrakulikulernya
Pernahkah orang tua
merasa bahwa anak dapat
memecahkan
permasalahan yang
dihadapi dalam tentang
kegiatan
esktrakulikulernya
b. Permusuhan Apakah orang tua lebih
suka memutuskan hal-hal
apapun untuk anak tanpa
dikompromikan terlebih
dahulu tentang kegiatan
esktrakulikuler anak
Apakah orang tua lebih
suka menceritakan

80
kegagalan dalam prestasi
tentang kegiatan
esktrakulikuler anak
kepada orang lain

81
B. RESPONDEN ANAK DIDIK (INFORMAN BIASA)
TAHA MODEL PERTANYAAN
P HUBUNGAN
1 INTERAKSI AWAL
a.Kontak awal interaksi Apakah orang tua anda selalu yang
orang tua memulai ketika berbicara mengenai
kegiatan esktrakulikuler
Apakah orang tua anda selalu
menggunakan bahasa yang mudah
anda mengerti mengenai minat ada
di kegiatan esktrakulikuler
Apakah orang tua anda sering
menceritakan prestasi masa lalunya
tentang kegiatan esktrakulikuler
b.Persepsi orang tua Apakah orang tua selalu mengerti
keinginan anak tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah anda merasa diperhatikan
oleh orang tua bila orang tua selalu
mengontrol prestasi anda di sekolah
tentang kegiatan esktrakulikuler
Apakah anda merasakan apa yang
diharapkan orang tua terhadap diri
anda tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah Harapan orang tua anda
dapat membuat anda bersemangat
dalam mencapai prestasi
Pernahkah orang tua menceritakan
kegagalanya dimasa lalu tentang
kegiatan esktrakulikuler Menurut
anda untuk apa orang tua
menceritakan kegagalanya di masa
lalu tentang kegiatan esktrakulikuler
2 TAHAP
KETERLIBATAN
ORANG TUA
a. Pengenalan orang tua Apakah Orangtua anda selalu
memperhatikan kondisi anak saat

82
berkomunikasi
Seberapa sering orang tua
menanyakan kegiatan yang anda
lakukan tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah anda selalu menunjukkan
hasil kegiatan anda kepada orang tua
walau hasilnya tidak baik tentang
kegiatan esktrakulikuler.
Seberapa sering anda mengakui
ketidakmampuan anda dalam bidang
tertentu kepada orang tua dalam
kegiatan esktrakulikuler

b. Pengungkapan orang Apakah Orang tua selalu


tua mendukung keputusan yang anda
mengikuti kegiatan esktrakulikuler
Pernahkah Orang tua anda
memarahi anda ketika prestasi anda
menurun dalam kegiatan
esktrakulikuler
Apa ah anda merasa lebih
bersemangat bila mendapat Pujian
yang diberikan orang tua dalam
mencapai prestasi tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah anda sering mendapatkan
ucapan selamat dari Orang tua
ketika anda mendapatkan
nilai/prestasi yang baik di sekolah
tentang kegiatan esktrakulikuler
Pernahkah Orang tua anda memuji
prestasi yang anda raih meskipun di
depan orang banyak

3 Tahap Keakrapan orang


tua
a. Membina hubungan Apakah saat berkomunikasi anda
primer dapat berbicara secara leluasa
terhadap orang tua anda tentang

83
kegiatan esktrakulikuler
Apakah menurut anda,Orang tua
anda sudah seperti teman sendiri
bagi anda dalam komunikasi tentang
kegiatan esktrakulikuler
Apakah Orang tua selalu berusaha
memberikan masukan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan anda
tentang kegiatan esktrakulikuler
Apakah Orang tua anda selalu
menciptakan situasi yang hangat
saat berinteraksi dengan anda
tentang kegiatan esktrakulikuler
Apakah anda merasa nyaman
mengungkapkan apa yang anda
capai kepada orang tua anda tentang
kegiatan esktrakulikuler

b. Komitmen orang tua Apakah Orang tua selalu


membimbing anda dalam
mengambil langkah atau memilih
kegiatan
Apakah Orang tua anda selalu
menyemangati setiap anda
melakukan tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah orang tua anda selalu
memberikan hadiah atas prestasi
yang anda capai tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah orang tua selalu hadir ketika
anda mengikuti suatu perlombaan
4 Perusakan/perengganga
n hubungan
a. Penurunan hubungan Seberapa sering Orang tua anda
menanyakan suatu pendapat kepada
anda tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah anda merasa lebih memilih
menceritakan kesulitan yang anda

84
hadapi kepada teman dibandingkan
kepada orang tua anda tentang
kegiatan esktrakulikuler
Apalah anda merasa malu untuk
meminta maaf kepada orangtua bila
perkataan maupun tindakan anda
ada yang salah tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah anda pernah merasa orang
tua anda tidak mempercayai
perkataan / kemampuan anda dalam
kegiatan esktrakulikuler

b. Penjauhan hubungan Apakah Orang tua sering lupa


memberikan hadiah atas prestasi
yang telah anda raih tentang
kegiatan esktrakulikuler Apakah
Orang tua anda slalu tidak
memahami
pendapat/kemauan/bakat/kemampua
n anda tentang kegiatan
esktrakulikuler

5 Pemutusan Hubungan
a. Pemisahan hubungan Apakah anda lebih suka tidak akan
menceritakan kesulitan yang anda
hadapi di sekolah kepada orang tua
anda tentang kegiatan
esktrakulikuler
Apakah anda tidak memerlukan ijin
dari orang tua tentang keinginan
yang akan anda lakukan

b. Permusuhan Apakah Orang tua anda sering


menceritakan kegagalan yang anda
alami kepada orang lain tentang
kegiatan esktrakulikuler
Apakah orang tua anda selalu

85
mengambil segala keputusan
menyangkut diri anda dan tidak
pernah dikompromikan kepada anda
Apakah Orang tua sering emosi bila
berbicara dengan anda tentang
kegiatan esktrakulikuler

C. RESPONDEN GURU PEMBIMBING NON AKADEMIK


ATAU EKTRAKULIKULER (INFORMAN BIASA)
TAHAP MODEL HUBUNGAN PERTANYAAN
1 INTERAKSI AWAL
a.Kontak awal orang tua Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
mengetahui bahwa orang
tua selalu memberikan
kesempatan anak untuk
menyampaikan
pendapatnya tentang
kegiatan non akademik
b.Persepsi orang tua Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
mengetahui bahwa orang
tua memahami kejenuhan
dihadapi anak dalam
kegiatan belajar di sekolah
dan ekstrakulikuler

2 KETERLIBATAN ORANG TUA


a. Pengenalan orang tua Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
mendorong agar orang tua
memahami apa yang ingin
di capai oleh anak dengan
kegiatan ekstrakulikuler
yang diminati

b. Pengungkapan orang tua Pernahkah guru

86
pembimbing
ekstrakulikuler
menyerankan orang tua
mengakui kepada anaknya
ketidak mampuannya
dalam membantu anak
untuk menyelesaikan
kesulitan menyelesaikan
permasalahan di kegiatan
esktrakulikuler
Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
mendorong orang tua
selalu mendukung setiap
keputusan yang anak
ambil selama itu
keputusan terbaik untuk
dirinya
Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
menyarankan orang tua
selalu ingat untuk
memberikan ucapan
selamat kepada anak jika
prestasi disekolahnya baik
3 KEAKRABAN ORANG TUA
a. Membina hubungan primer Pernahkah guru
pembimbing
ekstrakulikuler
menanyakan orang tua
mengutarakan
kekecewaannya kepada
anak jika anak
mendapatkan prestasi
esktrakulikuler kurang
baik
Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
menayakan orang tua
agar selalu memberikan

87
kesempatan kepada anak
untuk menyampaikan
pendapatnya tentang
minat pada kegiatan
esktrakulikuler

b. Komitmen orang tua Apakah guru pembimbing


ekstrakulikuler
menyarankan orang tua
bersedia selalu hadir pada
lomba pada kegiatan
esktrakulikuler
Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
menyarankan orang tua
selalu bersedia
memberikan hadiah jika
anak mendapatkan
prestasi kegiatan
esktrakulikuler

4 PERUSAKAN/PERENGGANGAN
HUBUNGAN
a. Penurunan hubungan Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
menanyakan orang tua
ketika merasa lebih
memilih mengutarakan
ketidak mampuannya
dalam membantu anak
kepada teman-temannya
dibandingkan langsung
kepada anaknya tentang
kegiatan esktrakulikuler
Pernahkah guru
pembimbing
ekstrakulikuler
mengetahui orang tua
tidak menanyakan
kendala yang dihadapi

88
anak pada saat mengikuti
kegiatan esktrakulikuler

b. Penjauhan hubungan Apakah guru pembimbing


ekstrakulikuler mengetahi
karena alasan kesibukan
orang tua yang membuat
para orang tua tidak
memilik waktu untuk ikut
membantu menyelesaikan
permasalahan yang
dihadapi anak tentang
kegiatan
esktrakulikulernya
5 PEMUTUSAN HUBUNGAN
a. Pemisahan hubungan Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
mengetahui orang tua
lebih mengutamakan
prestasi yang diraih anak
disekolah tanpa
memikirkan kesulitan
yang dihadapi anak ketika
dalam mengikuti tentang
kegiatan
esktrakulikulernya

Pernahkah guru
pembimbing
ekstrakulikuler
mengetahui orang tua
merasa bahwa anak dapat
memecahkan
permasalahan yang
dihadapi dalam tentang
kegiatan
esktrakulikulernya
b. Permusuhan Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
mengetahui orang tua

89
lebih suka memutuskan
hal-hal apapun untuk anak
tanpa dikompromikan
terlebih dahulu tentang
kegiatan esktrakulikuler
anak
Apakah guru pembimbing
ekstrakulikuler
menegtahui orang tua
lebih suka menceritakan
kegagalan dalam prestasi
tentang kegiatan
esktrakulikuler anak
kepada orang lain

90
Lampiran 3

Gambar 4.5 Foto bersama serta wawancara dengan Ibu Puteri Widiyati
Sebagai informan kunci & Amirah Nurania Widayati sebagai
informan biasa

91
Gambar 4.6 Foto bersama serta wawancara dengan Ibu Eka Norlialisa
Sebagai informan kunci & Tiara Fiska Putri Amalia Sebagai informan
biasa

Gambar 4.13 Foto bersama serta wawancara dengan Ibu Ida Yuliana Sebagai
informan kunci & Aisyah Tsana Nafiah Sebagai informan biasa

92
Gambar 4.11 Wawancara dengan
Pak Choirul Anam, S.Or Sebagai Informan Biasa

93
94

Anda mungkin juga menyukai